volvulus
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Volvulus merupakan komplikasi malrotasi yang mengancam nyawa. Malrotasi dari midgut terjadi 1 dari 6.000 kelahiran dengan 90% komplikasinya terjadi pada kelahiran tahun pertama. Tetapi gejala dapat muncul kapan saja sepanjang hidup seseorang. Volvulus merupakan situasi emergensi operasi yang bisa berakibat terjadinya gangrene dari seluruh bagian midgut. Iskemik yang ireversibel bisa terojadi hanya dalam waktu beberapa menit saat terjadinya onset gejala. ( Judith E. Tintinalli et all, 2011)
Rotasi sudut yang dibentuk oleh mesenteri dari segmen usus dapat menyebabkan obstruksi parsial maupun obstruksi total dari lumen dan dapat diikuti oleh terjadinya gangguan sirkulasi usus. Volvulus pada kolon meliputi cecum (30%), sigmoid (65%), kolon transversum (3%), atau splenic flexure (2%). Volvulus kolon terjadi pada 5 – 10% kejadian pada obstruksi total kolon di United States dan merupakan penyebab kedua tersering dari obstruksi total pada kolon. Di negara tertentu dimana banyak populasinya mengkonsumsi makanan tinggi serat, volvulus merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus besar. Volvulus pada sigmoid lebih sering terjadi dibandingkan volvulus cecal dan terjadi sebanyak 25% dari obstruksi usus pada kehamilan. Ini sering terjadi pada trimester akhir, kemungkinan karena uterus yang membesar menyebabkan kolon tergeser.
(Gerard M. Doherty, 2010)
Volvulus mungkin dapat berkurang secara spontan, tetapi lebih sering menyebabkan obstruksi usus, dimana volvulus ini bisa berlanjut menyebabkan strangulasi, gangrene, dan perforasi. Konstipasi kronik dapat menyebabkan megakolon kronik yang factor predisposisinya adalah volvulus, khususnya jika dasar mesenterinya sempit. Gejala-gejala dari volvulus sama seperti obstruksi usus akut. Pasien akan datang dekngan gejala kembung, nausea dan muntah. Gejala ini dapat berlanjut dengan cepat menjadi nyeri abdomen menyeluruh dan adanya nyeri tekan menyerluruh. Demam dan leukositosis menunjukkan adanya tanda gangrene atau perforasi. (F. Charles Brunicardi et all, 2010)
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Volvulus dapat didefinisikan sebagai putaran total dari usus yang berada disekitar daerah mesenteriknya. (Andre Hebra et all)
Definisi volvulus yang lain adalah merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap u su s i t u s end i r i , men ge l i l i ng i mesen t e r i um da r i u sus t e r s eb u t denga n mesenterium itu sendiri sebagai aksislongitudinal sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna. (Markowitz J.E)
B. EMBRIOLOGI
Dalam permulaan perkembangannya, saluran cerna hanya berupa suatu tabung sederhana
dengan beberapa benjolan. Bakal lambung, pada saat ini,berupa suatu pelebaran kerucut,
sedangkan bakal sekum ditandai dengan pelebaran yang asimetris. Pada usia janin bulan
kedua dan ketiga, terjadi suatu proses yang dapat menimbulkan cacat bawaan pada bayi
dikemudian hari. Intestinal fetal mengalami perkembangan yang pesat saat kehamilan umur
4-8 minggu. Arteri mesenterika superior yang berfungsi memperdarahi usus halus dan kolon
proksimal berperan sebagai aksis rotasi. Usus tumbuh dengan cepat, memperluas diri dan
berada dalam tali pusat (umbilical coelom) serta membentuk umbilical loop. Masih dalam
perkembangan awal, umbilical loop diposisikan dengan arah sagital (Gambar 2.1). Pada
perkembangan berikutnya, dapat terbentuk suatu duktus omfalomesenterik yang jika tidak
terkonstriksi akan menjadi kelainan Divertikulum Meckel’s.
Sewaktu memanjang dan bergerak di umbilical ceolom, umbilical loop berotasi sebanyak 90°
searah jarum jam, sehingga umbilical loop berada diposisi horizontal. Kira-kira minggu ke-5
dan 6, Umbilical loop terus memanjang hingga mencapai panjang maksimum (Gambar 2.2).
Kelainan kongenital yang dapat terbentuk adalah omfalokel atau hernia umbilikalis
Gambar 2.1 Fase embriologi : (1) bakal lambung, (2) mesenterium, (3) peritoneum parietal,
(4) intestinal loop, (5) duktus omfalomesenterika, (6) sekum.
Kemudian, sewaktu usus menarik diri masuk kembali ke rongga perut yang didahului intestinal
loop, duodenum, dan sekum berputar di dorsal arteri dan vena mesenterika superior, sedangkan
sekum memutar di ventralnya,sehingga kemudian sekum terletak di fosa iliaka kanan, dan
dikelilingi oleh kolon yang membentang horizontal dan kolon desenden. Putaran atau rotasi
dengan arah berlawanan jarum jam yang terbentuk sudah melebihi 180°.
Gambar 2.2 Fase embriologi ; Umbilical loop terus memanjang: (1) lambung, (2)
mesenterium, (3) peritoneum parietal, (4) intestinal loop, (5) duktus omfalomesenterika,
(6) sekum.
Setelah Intestinal loop kembali ke rongga perut, rotasi terus berlanjut,melebihi 270°,
kira-kira minggu ke-9 hingga 11, sehingga mesenterium juga berotasi dan akan
berpindah kebagian inferior duodenum dan usus halus (Gambar 2.3).
Gangguan perkembangan selama minggu ke-10 atau 11 akan mengakibatkan kelainan
yang ditandai dengan misalnya, tidak terbentangnya mesenterium pada dinding
belakang, atau sekum tidak berada di kanan bawah perut melainkan lebih jauh ke
kranial atau sekum ada di tempat normal, tetapi tidak stabil dan tidak terpancang (disebut
dengan sekum mobile atau mudah digerakan). Hal ini disebabkan oleh malrotasi atau non
rotasi dari pertumbuhan dan perkembangan intestinal loop.
Gambar 2.3 Fase embriologi ; Intestinal Loop telah masuk ke rongga perut, terus
memanjang dan berkembang serta berotasi hingga putaran lengkap 270°:
(1) lambung, (2) mesenterium, (3) peritoneum parietal, (4) intestinal loop, (5) duktus
omfalomesenterika, (6)sekum.
Secara embriologi malrotasi usus mencerminkan kejadian yang timbul pada minggu kesepuluh kehamilan, sewaktu midgut kembali ke kavitas abdominalis dari posisi prolapses di dalam tali pusat. Dalam perjalanan proses ini, cecum dan duodenum melakukan rotasi berlawanan arah dengan jarum jam mengelilingi arteri mesenterika superior, yang menyebabkan perlekatan luas mesenterium kecil yang yang biasanya terletak pada posisi memanjang ke bawah dan miring dari ligamentum Treitz ke kuadran kanan bawah. Tetapi jika proses ini terganggu, pada posisi cecum tetap terletak tinggi pada abdomen bagian atas, maka keseluruhan midgut hanya tergantung pada pedikel vaskuler yang semput, yang kemudian mudah mengalami puntiran, sehingga menimbulkan volvulus yang dapat mengakibatkan iskemia usus. Permasalahan ini harus diduga pada neonatus yang memiliki gambaran obstruksi duodenum, distensi abdomen, massa abdomen yang dapat dipalpasi, serta tinja yang berdarah. Pada keadaan ini dapat terjadi peritonitis dan syok yang cepat. Kemungkinan adanya volvulus midgut harus selalu dipikirkan pertama kali pada setiap kali menemukan neonates yang mengalami muntah empedu atau muntah hijau.
(Sjamsuhidajat R, 1997)
C. KLASIFIKASI
Volvulus merupakan puntiran usus dengan mesenterium sebagai aksis putarannya dan dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pencernaan. Volvulus diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya. Kasus volvulus sebagian besar terjadi akibat abnormalitas saluran cerna saat proses mebriologi dan kasus banyak ditemukan pada anak. Namun kasus volvulus juga dapat ditemukan pada orang dewasa dengan etiologi dan factor resiko yang berbeda.
1. Volvulus gaster
Volvulus gaster merupakan kasus yang jarang terjadi, namun merupakansalah satu kasus kegawatan karena menyebabkan inkarserata dan strangulasi. Volvulus gaster oleh Singleton diklasifikasikan berdasarkan aksis putaran volvulus tersebut yaitu
- Organoaksial : gaster berotasi mengelilingi aksis yang menghubungkan gastroesofageal junction dan bagian antrum pilorus berotasi kearah yang berbeda dengan rotasi bagian fundus. Volvulus gaster jenis ini lebih sering didapatkan dibandingkan kasus jenis mesenterikoaksial,yaitu 59% dari seluruh kasus volvulus gaster. Volvulus gaster tipe organoaksial berhubungan dengan defek diafragmatika. Komplikasi berupa inkarserasi dan strangulasi lebih sering dijumpai pada tipe ini
- Mesenterikoaksial : Pada tipe mesenterikoaksial, antrum pilorus berotasi kearah anterior dan superior sehingga permukaan posterior gaster berada di anterior. Volvulus gaster tipe ini tidak berhubungan dengan defek diafragmatika dan jarang menimbulkan komplikasi strangulasi, sehingga lebih sering ebrsifat kronis.
- Kombinasi : tipe kombinasi antara organoaksial dan mesenterikoaksial
Etiologi dari volvulus gaster diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya,yaitu idiopatik (tipe 1) dan kongenital (tipe2). Tipe 1 atau tipe idiopatik lebih sering terjadi dibandingkan tipe 2, yaitu sebanyak 2 dari 3 kasus dan lebih sering terjadi pada orang dewasa.
(William W Hope)
2. Volvulus midgut
Midgut merupakan bagian embriologis yang kemudian menjadi duodenum, jejunum, ileum, sekum , apendiks, kolon asending, kolon bagian fleksura hepatica dan kolon transversal pada manusia. Volvulus midgut merupakan keadaan yang disebabkan oleh kegagalan atau malrotasi intestinal loop saat masa embriologi dan merupakan kasus kegawatan di bidang pediatric karena menyebabkan adanya obstruksi dan iskemia jaringan usus.
3. Volvulus sekum
Volvulus sekum terjadi akibat adanya kelainan kolon kanan yang tidak terletak
retroperitoneal dan tidak terfiksasi dengan baik. Jadi ada faktor mesenterium yang panjang dan
sekum yang mobile karena tidak terfiksasi. Sumbu rotasi volvulus terletak sekitar a.ileokolika.
Rotasi bisa mencapai 720 derajat, torsio yang paling mungkin dalam arah sesuai jarum jam, oblik
ke arah kuadaran kiri atas dan rotasi 360 derajat bersifat khas. Biasanya dimulai oleh distensi
mendadak sekum oleh trauma, tekanan, konstipasi atau obstruksi kolon distal terhadap sekum.
Volvulus sekum jarang ditemukan dibandingkan volvulus sigmoid hanya 10%. Volvulus sekum
melibatkan distal ileum dan kolon asending, dimana keduanya saling terpuntir. Pada suatu studi
otopsi, sebnyak 10% kolon asending memiliki mesokolon yang mobile, sehingga memudahkan
terjadinya volvulus.
4. Volvulus kolon transversal
Volvulus pada kolon transversal merupakan kasus yang jarang terjadi, yaitu sebnyak 4% dari seluruh kasus volvulus serta banyak menyerang perempuan. Factor predisposisi meliputi adanya mesokolon yang panjang serta jarang yang dekat antara kolon bagian fleksura hepatica dan bagian fleksura splenik atau interposisi hepatodiafragmatika kolon. Obstruksi kolon bagian distal juga dapat memperpanjang dan memperluas kolon transversal sehingga beresiko terjadinya volvulus.
5. Volvulus sigmoid
Volvulus sigmoid merupakan volvulus dengan kejadian terbanyak dibandingkan
volvulus di tempat lain. Volvulus sigmoid terjadi akibat perpanjangan sigmoid sehingga panajng
sigmoid berlebihan dengan basis mesnterium yang sempit. Studi di beberapa peneilitian
menyatakan bahwa volvulus sigmoid berhubungan dengan kosntipasi kronik, ditemukan pada
pengguna obat laksatif dan enema, berhubungan dengan diet tinggi serat, dan adanya massa di
kavum pelvis serta penyakit Chagas dan Hirsprung. Araha terjadinya puntiran sigmoid adalah
searah jarum jam. Konstipasi kronis dan diet tinggi serat menghasilkan sigmoid yang penuh
dengan feses dan beratnya menghasilkan momentum yang menginisiasi volvulus. Massa
didalam usus berupa cacing juga dapat menyebabkan momentum sehingga terjadi volvulus.
Volvulus juga ditemukan pada orang dengan gangguan vaskuler, penyakit paru kronik yang
berat, pengaruh obat neuroleptik, dan gangguan kardiovaskuler. Sebanyak 40% kasus
sigmoideum timbul bersama berbagai penyakit saraf, yang mencakup penyakit psikiatri, sindrom
otak kronis, parkinsonisme, penyakit serebrovaskular dan distrofi otot. Sehingga keadaan ini
timbul dengan indeks sangat tinggi dalam lembaga seperti barak dan lembaga perawatan kronis
bagi orang tua. Banyak pasien dalam lembaga ini juga menerima transkuilizer dan obat bagi
penyakit parkinson yang bisa merupakan faktor penyebab.
( Garth.H Ballantyne, 1994)
D. MANIFESTASI KLINIS
Volvulus secara garis besar bermanifestasi obstruksi saluran cerna. Volvulus gaster yang akut bermanifestasi adanya nyeri pada epigastrium yang sifatnya akut, nyeri dada yang sifatnya tajam, distensi abdomen dan biasanya juga disertai hematemesis akibat iskemia mukosa. Trias Borchardt khas menunjukkan adanya obstruksi saluran cerna bagian atas, yaitu adanya nyeri, muntah tanpa pengeluaran isi lambung dan pipa nasogastric yang tidak dapat masuk hingga lambung. Sedangkan volvulus gaster yang kronis bermanifestasi nyeri dan cepat merasa kenyang saat makan. Pasien juga mengeluhkan adanya sulit napas, nyeri dada dan disfagia. Karena gejala ini tidak khas maka pasien seringkali didiagnosis dengan ulkus peptikum dan kolelithiasis. Volvulus gaster pada anak kurang dari 5 tahun menyebabkan manifestasi klinik berupa muntah yang tidak berwarna kehijauan, distensi pada bagian epigastrium dan nyeri perut. Sedangkan pada bayi kurang dari 1 tahun juga disertai penurunan nafsu makan dan kegagalan tumbuh kembang.
Gejala klinis volvulus sekum sama dengan obstruksi usus halus. Serangan nyeri perut
yang bersifat kolik makin hebat disertai mual dan muntah yang timbul lebih cepat daripada
gejala obstipasi. Nyeri biasanya ditemukan di sekitar pusat. Distensi abdomen tidak mencolok,
tetapi gambaran hiperperistalsis amat jelas dan terdengar borborigmi. Gambaran klinis ini
berlangsung singkat. Bisa terjadi tiga komplikasi besar. Dengan puntiran ketat mendadak pada
mesenterium, volvulus bersifat akut dan dapat menyebabkan gangren dini dengan gambaran
yang tak berbeda dari gambaran kedaruratan abdomen lain manapun. Jenis obstruksi volvulus
tanpa gangren dini bisa menyebabkan obstruksi gelung tertutup yang ditandai oleh distensi jelas
sekum. Akhirnya volvulus sekum berulang atau intermiten serta kolon kanan, bermanifestasi
sendiri dengan berulangnya serangan nyeri, nyeri tekan dan distensi kuadran kanan bawah.
Pasien merasa lebih nyaman dengan mengambil posisi menungging atau menggunakan enema.
Nyeri abdomen kronis timbul dalam banyak pasien karena kecenderungan volvulus sekum
sembuh spontan, tetapi kemudian kambuh dimasa yang akan datang.
Volvulus sigmoideum timbul bila gelung sigmoideum berlebihan dan mempunyai basis
sempit, yang disebut gelung omega. Gelung ini mudah terpuntir dan bila gelung atas turun di
depan gelung bawah, maka bisa timbul obstruksi tertutup. Jika valva ileosekalis kompeten, maka
timbul obstruksi gelung tertutup ganda. Gejala tidak dapat dibedakan dari obstruksi usus lain dan
bisa akut atau subakut. Gejala akut lebih mungkin timbul dalam pasien yang lebih muda. Pada
orang yang lebih tua, bentuk penyakit progresif subakut bisa menyebabkan gejala kronis dalam
beberapa bulan dan gangren usus yang berkembang pelan-pelan bersama gejala yang
menggambarkan obstruksi kolon kiri kronis, yang sering dikelirukan dengan karsinoma yang
mengobstruksi. Pasien volvulus sigmoideum memperlihatkan distensi jelas pada abdomen.
Gelung sigmoideum bisa dapat dipalpasi dan nyeri tekan akut, tetapi bila tidak, tak ada gambaran
bermakna yang terlihat. Tak ada pemeriksaan fisik atau data laboratorium yang biasanya
membedakan vovulus dari akut abdomen lain, walaupun kadang-kadang segmen berdilatasi yang
infark bisa dapat dipalpasi sebagai massa timpani. Pada anamnesis umunya penderita sudah
berulang-ulang mengalami serangan nyeri perut yang samar dengan kolik usus dan perut
gembung. Gejala dan tanda ini hilang setelah penderita flatus berulang kali. Nyeri perut volvulus
bersifat intermitens disertai kejang perut bagian bawah yang berlangsung cepat disertai obstipasi
total. Mual dan muntah kadang timbul lambat sekali. Distensi abdomen berlangsung lebih cepat
karena distensi sigmoid berlebihan. Biasanya kontur sigmoid tampak di dinding perut seperti ban
mobil yang juga kelihatan pada foto perut bersama dengan tanda paruh burung pada dasar
volvulus. Syok dan tanda toksis lain juga sangat mendukung adanya strangulasi sigmoid.
Kasus volvulus pada bayi manifestasi yang sering ditemukan meliputi adanya penurunan nafsu makan dan muntah berwarna hijau. Pertimbangkan diagnosis yang diarahkan ke volvulus midgut sampai terbukti adanya penyebab lain. (Markowitz J.E)
E. DIAGNOSIS BANDING
Gejala berupa nyeri abdomen menyerupai dengan nyeri abdomen pada obstruksi usus (ileus
obstruksi, intusepsi), gastroenteritis, kolesistitis, infeksi saluran kemih, batu saluran kemih dan
ulkus peptikum. Distensi abdomen juga terdapat pada obstruksi usus. Pada bayi dan anak,
diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan adalah intusepsi, megakolon kongenital,
divertikulum meckel dan penyakit Hirschprung. Untuk menyingkirkan diagnosis banding perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi. (Markowitz J.E)
F. DIAGNOSIS
1. Volvulus gaster
Volvulus gaster dapat didiagnosis dengan foto thorax, dimana terdapat gambaran air fluid level di retrokardiaka. Dengan kontras gambaran obstruksi lambung di tempat volvulus dapat mengkonfirmasi adanya volvulus. Gambar dibawah menunjukkan volvulus gaster, gambar menunjukkan distensi gaster mengisi hemitoraks bagian kiri dan mendesak mediastinum (gambar kiri). Gambar menunjukkan gaster berada di dada bagian bawah pada hernia hiatal yang besar. Gaster berotasi dengan putaran organoaksial. Inkarserata tidak terjadi secara komplit.
2. Volvulus midgut
Volvulus midgut dapat menyebabkan distensi dari bulb duodenalis dan gaster sehingga menciptakan gambaran double bubble sign.
Double bubble sign
Gambar ini menunjukkan saluran cerna bagian atas terjadi malrotasi dengan volvulus midgut pada gambaran film lateral.
3. Volvulus sekumDiagnosis volvulus sekum jarang ditegakkan melalui klinis, 50% kasus ditegakkan melalui gambaran radiologi dengan karakteristik coffee bean atau gambaran tear drop appearance. Foto dengan kontras barium beresiko terjadi perforasi karena agar kontras barium mencapai kolon bagian kanan, insuflasi yang ekstensif diperlukan. Namun jika diagnosis belum dapat dipastikan dari foto, kontras water soluble dapat dimasukkan melalui kolonoskopi. Laparotomy juga dapat dilakukan dalam rangka diagnosis volvulus.
Coffee bean appearance ; gambaran di tengah abwah abdomen terlihat dilatasi usus ; khas pada volvulus sekum dan sigmoid.
4. Volvulus kolon transversal
Volvulus kolon transversal memberikan gambaran “inverted” coffee bean sign.
5. Volvulus sigmoid
Volvulus sigmoid paling sering terjadi di antara volvulus lainnya. Volvulus sigmoid diagnosisnya ditegakkan melalui gambaran radiologi foto polos abdomen dimana didapatkan gambaran “omega” atau “inverted loop”. Pada kasus yang meragukan, foto dengan kontras dapat menunjukkan adanya gambaran “bird’s beak appearance” yaitu gambaran seperti paruh burung di bagian kolon sigmoid.
(M. Schein Schoetteal, 2005)
G. TATA LAKSANA
Tata laksana volvulus gaster akut adalah dengan pembedahan, yaitu dengan laparotomy, koreksi volvulus dan penilaian terhadap viabilitas gaster. Berbeda dengan penanganan volvulus midgut yang disebabkan oleh adanya malrotasi pada saat masa embriologi sehingga dilakukan dengan prosedur Ladd’s. Untuk volvulus kolon transversal dapat dilakukan laparotomy dan reseksi. Reseksi segmental dan dari kolon transversum atau hemicolektomi bagian yang meluas lebih disarankan. Volvulus sigmoid dahulu sebelum dilakukan sigmoidoskopi dan pembedahan elektif mortalitas masih tinggi. Terapi opertaif untuk volvulus sigmoid adalah dengan laparotomy yaitu dengan melakukan dekompresi dan koreksi terhadap puntiran volvulus dan memasukkan pipa rektal ke segmen yang terdilatasi. Dan yang terakhir untuk penanganan volvulus sekum adalah dengan simple detorsi atau detorsi dan cecopexy.
(Gerard M. Doherty, 2010)
H. KOMPLIKASI
Strangulasi menjadi penyebab dari keabanyakan kasus kematian akiba obstruksi usus. Volvulus
sendiri merupakan obstruksi usus yang cepat menyebabkan inkarserasi dan starngulasi. Isi lumen
usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan
nekrotik, yang jika terjadi perforasi maka akan menyebabkan peritonitis. Namun tanpa terjadi
perforasi, bakteri secara permeabel dapat menuju pembuluh darah dan menyebabkan infeksi
yang berlanjut menjadi sepsis. (BA, Nobi)
I. PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan volvulus tergantung dari komplikasi yang menyertai serta
cepatnya penanganan. Penundaan operasi akan meningkatkan angka mortalitas. Pada pasien
dengan nekrosis saluran cerna, reseksi dapat meningkatkan angka kelangsungan hidup. Angka
kejadian kekambuhan juga banyak dilaporkan pada tindakan sekopeksi dan sigmoidopeksi serta
tindakan dekompresi tanpatindakan operatif. ( Garth.H Ballantyne, 1994)
BAB IIIKESIMPULAN
1. Volvulus merupakan kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus itu sendiri mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dengan mesenterium itu sendiri sebagai aksis longitudinal.
2. Volvulus diklasifikasikan berdasarkan letak terjadinya yaitu di gaster, midgut yang merupakan kelainan embriologi, kolon transversal, sekum dan sigmoid.
3. Volvulus oada usus besar dan midgut terjadi akibat kelainan saluran cerna berupa mesenterium yang panjang dengan basis sempit, adanya malrotasi saat masa embrilogi, massa di kavum abdomen.
4. Volvulus bermanifestasi obstruksi saluran cerna yaitu adanya nyeri abdomen dengan distensi abdomen, muntah baik dengan bile maupun non bile, konstipasi dan ketidakmampuan flatus. Pada pemeriksaan fisik ditemukana danya distensi abdomen, terkadang massa volvulus dapat diraba pada palpasi yang dalam serta adanya abnormalitas bising usus.
5. Pemeriksaan penunjang radiologis dilakukan untuk mendiagnosa adanya volvulus dan letak volvulus yaitu dengan foto abdomen, ultrasonografi dan CT scan, dengan sensitivitas dan spesifitas terbaik adalah CT scan.
6. Komplikasi dari volvulus adalah adanya inkarserasi dan strangulasi yang ebrujung pada peritonitis, sepsis dan hipovolemi.
7. Tata laksana dari volvulus adalah dengan pembedahan8. Prognosis dari pasien dengan volvulus tergantung dari adanya komplikasi dan
penanganan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballantyne, Garth.H. Laparoscopic Treatment of Volvulus of the Colon. Tersedia di
http ://www.lapsurgery.com/volvulus.htm.
2. Brunicardi, F.Charles et all. Schwart’z Principles of Surgery. 9nd Edition. 2010
3. De jong Wim, Sjamsuhidajat R, Buku ajar ilmu bedah edisi 2, Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
4. Doherty, Gerrard M. Current Diagnosis & Treatment: Surgery. 13nd Edition. 2010
5. Hope, William W. Gastric volvulus. Tersedia di http://emedicine.medscape.com/
6. Markowitz, J.E.Volvulus. Tersedia dihttp://www.emedicine.medscape.com.
7. Nobi,BA.SmallBowelObstruction.Tersediadihttp://www.emedicine.medscape.com
8. Schoetteal, U., M. Schein. Diafragmatic Emergencies. In: Schein’s Common Sense
Emergency Abdominal Surgery. 2nd Edition. New York : Springer. 2005; 121-23
9. Tintinalli, Judith E et all. Tintinnali Emergency Medicine. 7nd Edition. 2011