volume 6. nomor 2, juli 2015 1907-2341...

89
Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 JOURNAL Academy Of Education Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pengembangan Model Pembelajaran PPKn Quantum Teaching Berbasis Lingkungan melalui Cooperative Learning di SMA Negeri kota Yogyakarta Nuryati dan Ahmad Nasir Aribowo Birokrasi sebagai Sentralisasi Kekuasaan Politik-Ekonomi di Indonesia. Triwahyu Budiutomo dan Arif Wahyuanriawan Membangun Moralitas dalam Hubungan Anak dan Orang Tua Joko wahono Dana Talangan Haji: Antara Kebutuhan dan Ironi Citra Ayudiati Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar PKn Siswa SMP Negeri 1 Sewon Bantul Sri Ayomi Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Penilaian Portofolio Siswa Kelas X SMK Bhina Karya Rongkop Gunung Kidul Tahun Pelajaran 2014/2015 Emiyatini Pembelajaran Tematik pada Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV di SD Mendongan Playen Gunung Kidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 Slamet PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA ISSN: 1907-2341

Upload: phungnhu

Post on 26-May-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Volume 6. Nomor 2, Juli 2015

JOURNALAcademy Of Education

Jurnal Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanPengembangan Model Pembelajaran PPKn Quantum Teaching Berbasis Lingkunganmelalui Cooperative Learning di SMA Negeri kota YogyakartaNuryati dan Ahmad Nasir Aribowo

Birokrasi sebagai Sentralisasi Kekuasaan Politik-Ekonomi di Indonesia.Triwahyu Budiutomo dan Arif Wahyuanriawan

Membangun Moralitas dalam Hubungan Anak dan Orang TuaJoko wahono

Dana Talangan Haji: Antara Kebutuhan dan IroniCitra Ayudiati

Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan SpiritualTerhadap Prestasi Belajar PKn Siswa SMP Negeri 1 Sewon BantulSri Ayomi

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Penilaian PortofolioSiswa Kelas X SMK Bhina Karya Rongkop Gunung Kidul Tahun Pelajaran 2014/2015Emiyatini

Pembelajaran Tematik pada Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IV di SDMendongan Playen Gunung Kidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015Slamet

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DANKEWARGANEGARAANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA

ISSN:1907-2341

Page 2: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

1

ACADEMY OF EDUCATION JOURNALJurnal Pendidikan Kewarganegaraan

Volume 6 Nomor 2 Juli 2015ISSN 1907-2341Diterbitkan oleh:

Program Studi Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Cokroaminoto Yogyakarta

Penanggung Jawab:Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Dewan Redaksi:Dr. Suwardie

Drs. Triwahyu Budiutomo, M.Pd., M.T.Dra. Nuryati, M.Pd

Joko Wahono, S.Pd., M.A.P.

Redaktur Pelaksana:Ahmad Nasir Ari Bowo, M.Pd

Intan Kusumawati, M.Pd.Yenny Anggreini Sarumaha, MSc.

Sekretaris Redaksi:Yudiantiwi Laksmi Dewi, S.E.

Bendahara:Paiman, S.Pd., M.A.P.

Anggota:Heri Kurnia, S.Pd., Rahmawati, S.Pd.

Endarti Puriyanti, S.Pd, Arief Kurniawan Safei, S.S., Purwoko

Mitra Bestari:Prof. Dr. Yoyon Suryono, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta)

Prof. Dr. Abdul Gafur, M.Sc (Universitas Negeri Yogyakarta)Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Si. (Universitas Negeri Yogyakarta)

Drs. Cholisi, M.Si. (Universitas Negeri Yogyakarta)

Alamat Redaksi:Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Jl. Perintis Kemerdekaan, Gambiran, Umbulharjo,Yogyakarta 55161 Telp. 0274-372274 (Hunting), Faks. 0274-372274.

i

Page 3: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

2

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi………………………………………………………………………….... iiPengantar Redaksi ………………………………………………………………… iii

Pengembangan Model Pembelajaran PPKn Quantum Teaching BerbasisLingkungan melalui Cooperative Learning di SMA Negeri kota YogyakartaNuryati dan Ahmad Nasir Aribowo………………………………………………… 4

Birokrasi sebagai Sentralisasi Kekuasaan Politik-Ekonomi di IndonesiaTri Wahyu Budiutomo dan Arif Wahyuanriawan …………………………………. 13

Membangun Moralitas dalam Hubungan Anak dan Orang TuaJoko Wahono ..……………………………………………………………………... 23

Dana Talangan Haji: Antara Kebutuhan dan IroniCitra Ayudiati ……………………………………………………………………… 35

Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan KecerdasanSpiritual Terhadap Prestasi Belajar PKn Siswa SMP Negeri 1 Sewon BantulSri Ayomi ………………………………………………………………………….. 43

Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melaluiPenilaian Portofolio Siswa Kelas X SMK Bhina Karya RongkopGunung Kidul Tahun Pelajaran 2014/2015Emiyati …………………………………………………………………………….. 61

Pembelajaran Tematik pada Bidang Studi Pendidikan KewarganegaraanKelas IVdi SD Mendongan Playen Gunung Kidul YogyakartaTahun Pelajaran 2014/2015Slamet ……………………………………………………………………………… 71

ii

Page 4: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

3

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Academy of

Education Journal Volume 6 Nomor 2 Juli 2015 terbit dengan menyajikan tulisan-tulisan

tentang Pendidikan, Politik, dan Hukum. Journal ini terdapat 7 (tujuh) tulisan yang di buat oleh

para ahli di bidang mereka.

Journal ini ditujukan bagi peserta didik, mahasiswa, guru dan dosen pada umumnya.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan journal baik langsung maupun tidak

langsung. Pada kesempatan ini tim redaksi menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta dan juga pengirim naskah hasil penelitiannya. Tim

redaksi banyak mengucapkan terimakasih sehingga jurnal ini dapat di baca oleh berbagai pihak

sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Namun demikian, tentunya masih banyak kekurangan yang memerlukan

penyempurnaan pada cetakan selanjutnya. Tim redaksi mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi penyempurnaan jurnal ini. Di harapkan jurnal ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan bagi peserta didik, mahasiswa, guru, dan dosen sehingga dapat

menerapkan tugas dan perannya secara kompeten dan professional.

Tim Redaksi

iii

Page 5: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

4

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PPKn QUANTUM TEACHINGBERBASIS LINGKUNGAN MELALUI COOPERATIVE LEARNING

DI SMA NEGERI KOTA YOGYAKARTA

Oleh:Nuryati* Ahmad Nasir Ari bowo*

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Abstrak

Latar belakang penelitian ini adalah banyaknya guru dalam melaksanakan pembelajaran,kurang memaksimalkan model, dan sumber belajar. Maka tujuan pendidikan tidak tercapai.Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi akademik melaluipengembangan model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan di SMANegeri Yogyakarta. Jenis penelitian adalah research and development eksperimen. Subjekujicoba adalah kelas XI sebanyak 6 kelas.

Langkah-langkah model meliputi a) pendahuluan, b) penyajian materi, c) mengajukan,membandingkan dan menjelaskan analogi, d) pengujian analogi tim, e) test individu, f)perayaan, g) penutup. Dapat diketahui bahwa, terdapat peningkatan pemahaman konsep danprestasi akademik melalui implementasi model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasislingkungan melalui cooperative learning.

Keyword: PPKn Quantum Teaching, Berbasis Lingkungan, Cooperative learning,perubahan perilaku

Pendahuluan

Pembelajaran belum dikatakan berhasil apabila guru dalam proses pembelajarannya

belum bisa menerapkan model pembelajaran yang memenuhi kriteria pembelajaran aktif,

inovatif, kreatif, efesien, dan menyenangkan. Sudah terbukti bahwa masih banyak sekolah

sampai sekarang ini, dalam proses pembelajaran guru belum mampu menerapkan model

pembelajaran yang memenuhi unsur kriteria tersebut atau belum bisa mengembangkannya. Hal

ini berakibat bahwa peserta didik belum mampu memahami dan mengimplemantasikan dengan

baik materi yang di peroleh. Proses pembelajaran seharusnya tidak hanya dilaksanakan dikelas

saja. Akan tetapi dapat dilaksanakan dilingkungan manapun dan dengan model pendekatan yang

humanis. Quantum teaching berbasis Lingkungan dapat menumbuh kembangkan motif untuk

belajar dengan baik dan produktif.

Page 6: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

5

Hasil wawancara peneliti dengan siswa yang mengikuti pembelajaran PPKn di beberapa

SMA Negeri Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa masih ada guru dalam mengajar belum

memanfaatkan lingkungan sebagai media atau sumber pembelajaran secara maksimal. Selain itu

model pembelajaran yang sering di gunakan adalah ceramah bervariasi, sehingga masih ada

siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, bahkan ada yang merasa jenuh dan

mengantuk, ketika mengikuti pembelajaran. Dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran PPKn

di SMA Negeri Yogyakarta belum tercapai secara maksimal. Sehingga perlu ada pengembangan

model pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian

tentang pengembangan model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan

melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)

mendeskripsikan model pembelajaran PPKn yang dilaksanakan oleh guru SMA Negeri

Yogyakarta. 2) mendiskripsikan pengembangan model pembelajaran PPKn quantum teaching

berbasis lingkungan melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta. 3)

mendiskripsikan implementasi model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan

melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta. 4) menguji dan membandingkan

perbedaan pemahaman konsep dapa mata pelajaran PPKn quantum teaching yang

pembelajarannya berbasis lingkungan cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta. 5)

menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

yang pembelajarannya berbasis lingkungan PPKn melalui cooperative learning di SMA Negeri

Yogyakarta.

Banyak penelitian yang berkaitan tentang model pengembangan pembelajaran,

pengembangan kurikulum, dan pengembangan materi ajar. Model pengembangan tersebut

sangatlah beragam. Hasil penelitian Chien dkk. (2009), dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa, termasuk pengetahuan dan tingkat

pemahaman. Persepsi mahasiswa dari kegiatan belajar ini tampaknya positif. Studi ini

mengidentifikasi dua faktor yang menonjol dalam efek positif: siswa terlibat dalam "mobile-

teknologi yang didukung" pengamatan selama penyelidikan ilmiah mereka; dan siswa terlibat

dalam "mobile-teknologi yang didukung" manipulasi selama penyelidikan ilmiah mereka.

Page 7: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

6

Akhirnya, kesimpulan bahwa penelitian kami telah menarik bisa merupakan panduan yang

berguna bagi praktisi pendidikan yang bersangkutan dengan potensi komputasi mobile di

sekolah, (Journal of education, technology and society volume 12 Issue p.344-358). Selain itu

hasil penelitian Hasio dkk., (2010) menunjukkan bahwa dalam pembelajaran di suatu sekolah

kelompok eksperimen mengungguli kelompok kontrol pada tes pengetahuan ekologi. Selain itu,

siswa dalam kelompok eksperimen merasa puas dengan sistem pembelajaran ekologi didukung

oleh sistem penentuan posisi. Implikasi pedagogis dari penelitian ini adalah bahwa siswa perlu

pengalaman langsung untuk memperoleh pemahaman tentang suatu topik tertentu (Journal of

education, technology and society volume 13 Issue 4 p.98-111).

Hasil penelitian Sarjono dkk., (2014) tentang management development of economic

learning that is based on environment with innovative approach at sma muhammadiyah

Surakarta dapat di simpulkan bahwa The research results showed that: 1) Economics learning

model that is based on environment with efective and adaptable through the steps, those are: a)

introduction, b) the presentation of substantive material, c) proposing, comparing and

explaining analogy, d) testing team, e) re exploration, and f) testing direct analogy. The model

showed self-awareness, demonstrating students’ cooperation/work together in teams, using an

objective approach in solving problems, applying religious values and building good character.

2) Implementation of economics learning model that is based on environment with inovative

learning approach at SMA Muhammadiyah Surakarta has given positive effect and contribution

on increasing student’concept understanding of Economics lesson, so that, tobe efective to have

been conducted by teachers. 3) there is an increasing on students’ academic achievement

through the implementation of economics learning model that is based on environment with

inovative learning approach at SMA Muhammadiyah Surakarta than before. (asia pacific

journal. Vol: 1 issue xiv, june 2014). Sarjono, dkk., (2014) melakukan penelitian tentang

pengembangan pengelolaan pembelajaran ekonomi berbasis dilngkungan dengan menerapkan

strategi pembelajaran inovatif di SMA Muhammadiyah Surakarta. Hasilnya dapat di ketahui

bahwa dengan penerapan model pembelajaran ekonomi berbasis lingkungan melalui strategi

inovatif, terdapat peningkatan pemahaman konsep dan prestasi akademik siswa.

Berbagai Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan

menggunakan berbagai media, baik teknologi maupun sumber-sumber lain, dapat meningkatkan

Page 8: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

7

pembelajaran yang lebih baik dan maksimal. Persamaan penelitian sebelumnya dengan

penelitian ini antara lain sama-sama menerapkan pembelajaran dengan beberapa sumber

lingkungan. selain itu pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam memahami materi. Selanjutnya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

terdahulu adalah dalam hal model pembelajaran. Penelitian ini menerapkan berbagai model

pembelajaran yang inovatif. Salah satunya adalah menggunakan model quantum teaching dan

cooperative learning. Model pembelajaran tersebut di kembangkan untuk memudahkan siswa

dalam memahami materi.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah research and development pendekatan eksperimen. Hal

tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa metode eksperimen merupakan metode yang tepat

dan akurat untuk memenuhi fungsi ilmu yaitu menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.

Metode eksperimen mempunyai struktur yang paling ketat dan transparan.

Adapun langkah-langkah modifikasi dalam penelitian ini adalah 1) studi pendahuluan 2)

pengembangan, dan 3) pengujian. Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri Yogyakarta yaitu SMA

Negeri 5 dan SMA Negeri 6. yang beralamat di Yogyakarta. Subjek dalam pengembangan ini

adalah guru dan siswa. Survai awal di pilih kelas XI sebanyak 2 jam mata pelajaran dalam satu

minggu. Teknik analisis data yang digunakan yaitu terkait PPKn quantum teaching berbasis

lingkungan melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta. Keabsahan data dalam

penelitian ini meliputi kualitatif, eksperimen, dan uji T.

Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Pengembangan

Adapun hasil pengembangan pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan

melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta meliputi tujuh tahapan antara lain:

1. Tahap pertama, merupakan tahapan pendahuluan. Hal tersebut dimaksudkan untuk

mempermudah guru dalam mengimplemtasikan model pembelajaran tersebut.

Page 9: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

8

2. Tahap kedua sebagai tahap penyajian materi, merupakan tahap pokok bagi keberhasilan

siswa dalam memperoleh materi. Tahap ini merupakan tahapan untuk mengarahkan pada

materi materi yang akan dibahas. Ibarat sebuah rumah, maka tahap ini bisa dijadikan pintu

masuknya dalam pembelajaran. sehingga dapat dikatakan bahwa tahapan ini akan

menentukan tahapan berikutnya. Apabila siswa kurang memahami pada tahapan ini maka

siswa tersebut akan semakin sulit mengikuti tahapan berikutnya. pengajar haruslah berhati-

hati dalam menyampaikan materi pada tahapan ini. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa

dapat mengikuti tahapan ini dengan baik. Dengan pendekatan konsep Taba, pengajar

diharapkan lebih mudah menyampaikan tahapan ini kepada siswa. dan juga pola pikir siswa

semakin berkembang. Disamping itu, agar tingkat penguasaan materi semakin meningkat

maka teknik yang digunakan adalah cooperative learning tipe STAD, karena dengan

pendekatan ini siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam mengikuti materi.

3. Tahap ketiga, tahapan ini terdiri dari gabungan tahap analogi langsung, mengajukan analogi,

perbandingan analogi, dan penjelasan analogi. Implementasi pada tahapan ini ini diawali

dengan meminta siswa mengajukan atau membuat analogi langsung atas materi yang sedang

dibahas melalui berbagai informasi. tahapan ini dapat menambah dan memperkaya

pengetahuan serta wawasan, karena siswa mempelajari materi dari berbagai sumber terkait

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Selain itu memiliki fungsi untuk memfasilitasi siswa

dalam proses transmisi dan transformasi terhadap materi yang sedang dibahas. Siswa dapat

memperdalam materi dengan tahapan ini, dan juga mengetahui antara teori dan realitas yang

ada terkait materi.

4. Tahap keempat. Tahap pengujian analogi tim. Setelah siswa mempelajari tahapan

sebelumnya. Kelompok siswa diminta untuk, mendiskusikan materi, dan merangkum hasil

diskusi.

5. Tahap kelima. Tahap test individu. Siswa mengerjakan soal, terkait materi yang di pelajari.

6. Tahap keenam. Tahap perayaan. Siswa dalam tim maupun individu terbaik mendapatkan

penghargaan dari guru.

7. Tahap ketujuh, merupakan tahap penutup. Pengajar dan siswa bersama-sama menyimpulkan

materi yang telah dipelajari kemudian pemberian informasi oleh guru terkait tindak lanjut

pertemuan berikutnya.

Page 10: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

9

Implementasi model terlebih dahulu dilakukan uji coba terbatas pada kelas XI IPA 6

SMA Negeri 5 Yogyakarta. Terdapat peningkatan pemahaman konsep dan prestasi akademik

dalam uji coba terbatas ini. Namun, ada revisi dalam penerapan model. Selanjutnya uji coba

lebih luas di terapkan di dua kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA 4 di SMA Negeri 5

Yogyakarta. Dan terakhir uji coba validitas yang di lakukan di kelas XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI

IPA 4 SMA Negeri 6 Yogyakarta. Hasil ujicoba skala terbatas, hasil ujicoba skala lebih luas, dan

hasil uji validitas dapat diketahui terdapat peningkatan pemahaman konsep dan prestasi

akademik. Adapun peningkatan tersebut sebagaimana di paparkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Pengembangan Model Pembelajaran PPKn Quantum Teaching BerbasisLingkungan melalui Cooperative Learning Tipe STAD

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dikemukakan bahwa dari ujicoba terbatas sampai pada

ujicoba validitas tingkat pemahaman konsep PPKn dan prestasi siswa mengalami peningkatan

yang berarti. Uji coba lebih luas yang dilakukan pada kelas XI IPA 5 dan XI IPA 4 memberikan

hasil yang tidak jauh berbeda, demikian juga pada uji validasi yang dilakukan pada kelas XI IPA

2, XI IPA 3 dan XI IPA 4.

B. Hasil Pembahasan

1. Model pembelajaran PPKn yang dilaksanakan oleh Guru SMA Negeri Yogyakarta.

Model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran PPKn kelas XI SMA

Negeri 5 dan 6 Yogyakarta, masih kurang maksimal. Hal tersebut dapat diketahui bahwa rencana

pelaksanaan pembelajaran kurang lengkap selama mengajar satu semester. Guru hanya

mengandalkan materi buku paket dan modul atau lembar kerja siswa. Pelaksanaan pembelajaran

pun juga terkesan monoton. Sehingga hasil pembelajarannya pun belum dikatakan berhasil.

No Aspek Uji cobaterbatas

Uji coba lebih luas Uji coba validitas

XI IPA 626 siswa(SMAN 6)

XI IPA 528 siswa

(SMAN 6)

XI IPA 428 siswa(SMAN 6)

XI IPA 230 siswa

(SMAN 7)

XI IPA 328 siswa(SMAN 7)

X IPA 430 siswa(SMAN 7)

1 Pemahamankonsep

24 siswa 26 siswa 28 siswa 29 siswa 29 siswa 30 siswa

2 Prestasirata-ratakelas

85 86 87 74 79 77

Page 11: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

10

2. Pengembangan model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan

melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta

Pengembangan model pembelajaran PPKn Quantum teaching berbasis lingkungan pada

tahapan pertama masih ada beberapa sisi kelemahannya. Hal tersebut dapat diketahui pada waktu

uji coba model kelas terbatas. pengajar masih belum begitu menguasai konsep model

pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan. Selanjutnya perlu diadakan evaluasi

agar menjadi lebih baik. Selanjutnya pada tahap ujicoba lebih luas pengajar sudah dapat

menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hal tersebut dapat diketahui dari perubahan pada

siswa.

3. Implementasi model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkunganmelalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta

Implementasi model pembelajaran PPKn Quantum teaching berbasis lingkungan terlaksana

dengan baik, Meskipun perlu evaluasi. Hal tersebut dapat diketahui guru dan peneliti melakukan

implementasi model 6 kelas pada jenjang yang sama. Dari hasil implementasi tersebut teryata

terdapat perbedaan yang signifikan pada siswa.

4. Pemahaman konsep dan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantumteaching berbasis lingkungan melalui cooperative learning di SMA Negeri Yogyakarta

Pemahaman konsep PPKn dan prestasi siswa mengalami peningkatan yang berarti. Ujicoba lebihluas yang dilakukan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, demikian juga pada uji validasi.

C. Perbandingan dengan Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Chien dkk. (2009), Witthaus (2009), Hasio dkk., (2010) dan Sarjono

dkk., (2014) terkait penelitian berbasis lingkungan sebagaimana yang dipaparkan dalam uraian

sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini.

Adapun persamaan dalam penelitian ini antara lain adalah sama-sama penelitian yang berbasis

lingkungan, mempunyai dampak yang signifikan setelah diadakan penelitian, dan penelitian

terfokus dalam salah satu bidang. Selanjutnya perbedaannya adalah pada penelitian terdahulu

lebih menekankan pada lingkungan e-learning, mobile teknologi, sedangkan dalam penelitian ini

Page 12: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

11

lebih menekankan pada pendekatan yaitu quantum teaching dan sumber di berbagai lingkungan

yang meliputi internet, buku, masyarakat, serta berbagai media. Hasil dalam penelitian ini lebih

menekankan pada model pembelajaran yang inovatif.

Kesimpulan

Model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran PPKn kelas XI SMA

Negeri 5 dan 6 Yogyakarta, masih kurang maksimal. Hal tersebut dapat diketahui bahwa rencana

pelaksanaan pembelajaran kurang lengkap selama mengajar satu semester. Guru hanya

mengandalkan materi buku paket dan modul atau lembar kerja siswa. Pelaksanaan pembelajarn

pun juga terkesan monoton. Sehingga hasil pembelajarannya pun belum dikatakan berhasil.

Pengembangan model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan pada

tahapan pertama masih ada beberapa sisi kelemahannya. Hal tersebut dapat diketahui pada waktu

uji coba model kelas terbatas. pengajar masih belum begitu menguasai konsep model

pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan. Selanjutnya perlu diadakan evaluasi

agar menjadi lebih baik. Selanjutnya pada tahap ujicoba lebih luas pengajar sudah dapat

menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hal tersebut dapat diketahui dari perubahan pada

siswa.

Implementasi model pembelajaran PPKn quantum teaching berbasis lingkungan terlaksana

dengan baik, Meskipun perlu evaluasi. Hal tersebut dapat diketahui guru dan peneliti melakukan

implementasi model 6 kelas pada jenjang yang sama. Dari hasil implementasi tersebut teryata

terdapat perbedaan yang signifikan pada siswa. Pemahaman konsep PPKn dan prestasi siswa

mengalami peningkatan yang berarti. Ujicoba lebih luas yang dilakukan memberikan hasil yang

tidak jauh berbeda, demikian juga pada uji validasi.

Daftar Pustaka

Chien Liu, Tzu dkk. 2009. The effects of mobile natural-science learning based on the 5Elearning cycle: A case study. Journal Educational Technology & Society. Taiwan:Institute of Graduate Institute of Learning & Instruction, National Central University,Taiwan // 2Institute of Education, National Chiao Tung University, Taiwan // 3 TaipeiMunicipal Shi-Dong Elementary School, Taiwan // 4 Department of Nature Science,Taipei Municipal University of Education.

Page 13: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

12

Hsiao, Hsien Sheng dkk. 2010. Ocation Based Services for Outdoor Ecological LearningSystem: Design and Implementation. Educational Technology & Society. Taiwan:Department of Technology Application and Human Resource Development, NationalTaiwan Normal University, Taipei, Taiwan 1 Department of English, National TaiwanNormal University.

Sarjono, Yety, dkk., 2014. management development of economic learning that is based onenvironment with innovative approach at SMA Muhammadiyah Surakarta. Asia Pacificjournal of research. Volume: 1 issue xiv, june 2014. (http://apjor.com/downloads/-1907201413.pdf)

Witthaus, Gabrille. (2009). The Implication of SCORM Conformance for Workplace e-learning.Electronic Journal of e-Learning Volume 7 Issue 2 2009,hal 01 (183-190). England:Journal International New Leaf Training Network Ltd.

Page 14: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

13

BIROKRASI SEBAGAI SENTRALISASI KEKUASAANPOLITIK – EKONOMI DI INDONESIA

Oleh :Triwahyu Budiutomo*, Arif Wahyuanriawan*

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Abstrak

Integrasi suatu negara dengan sistem ekonomi internasional yang kapitalis menyebabkansistem ekonomi nasional negara menjadi subordinasi dari internasional ekonomi karena teori inimelihat dunia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : negara pusat, negara yang dapat dikatakansebagai negara yang memiliki sistem kapitalisme modern (misalnya : negara-negara G7) dankelompok negara satelit (bekas negara koloni).

Suatu hal menarik dari teori ini adanya pembagian kerja internasional di mana negara-negara metropol adalah negara yang memproses bahan-bahan mentah yang disediakan olehnegara-negara satelit menjadi produk-produk industri yang kemudian dijual kembali sebagaiproduk industrial di negara-negara yang sedang berkembang. Dalam hal ini sektor ekonomitradisional mendapat fungsi baru yaitu sebagai penyedia tenaga yang murah dan lahan yangmurah untuk kepentingan pengembangan sektor modern yang merupakan wakil kapitalismemodern. Akibatnya muncul kelompok birokrat politik sebagai sebagai pusat kekuasaan, birokrasisebagai penunjang kebijakan-kebijakan ekonomi. Jadi negara dengan aparatnya oleh pendekatanini dianggap sebagai Comprador : kelompok yang memberikan fasilitas utama bagi kepentingan-kepentingan modal asing dengan memperoleh bayaran tertentu. Ia juga merupakan kelompokyang menyebarluaskan prinsip-prinsip dasar kapitalisme itu sendiri, karena industrialisasi mulamuncul di negara-negara yang sedang berkembang.

Kata Kunci: Birokrasi, Sentralisasi Kekuasaan, Politik, Ekonomi Indonesia

A. Pendahuluan

Teori ketergantungan (dependency theory) meramalkan bahwa industrialisasi kapitalis

terjadi di beberapa negara pinggiran (periphery). Hal ini disebabkan pada akhir abad ke-20 dunia

mengalami perubahan yang mendasar dan kapitalisme muncul sebagai suatu sistem ekonomi

yang dominan di dunia dan menjadi harapan bagi sebagian negara-negara yang sedang

berkembang (Loekman Sutrisno, 1994: 3). Jelas bahwa negara seperti Korea Selatan, Taiwan,

Singapura, dan Hongkong tidak mengalami proses ketergantungan (under-development). Ini

berarti bahwa prediksi teori ketergantungan dapat dikatakan meleset. Melesetnya teori

Page 15: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

14

ketergantungan ini disebabkan oleh : pertama, pendekatan ini mengabaikan analisis pada tingkat

produksi. Kedua, pendekatan ini berpendapat bahwa apa yang terjadi di pinggiran ditentukan

oleh apa yang terjadi di pusat (core), dan lebih jauh mengabaikan peran aktif pinggiran dalam

pembentukan sejarah. Pengabaian analisis pada tingkat produksi terjadi karena pendekatan

ketergantungan memusatkan perhatian pada arus surplus dari pinggiran ke pusat, yang

dimungkinkan oleh keadidayaan pusat yang telah berhasil menciptakan dan mendominasi sistem

kapitalis dunia.

Para pendukung teori ini berpendapat bahwa negeri pinggiran hanya muncul karena

dibutuhkan oleh pusat sebagai sumber bahan mentah, pasar, tenaga kerja murah, dan fasilitas

industri lainnya. Menurut Wallerstein, jika ada negara periphery yang dapat melakukan

industrialisasi itu hanyalah untuk memenuhi kebutuhan pusat akan sektor-sektor menengah

(middle sectors) dalam sistem kapitalis dunia (Wallerstein, 1979: 112). Negara pinggiran bisa

muncul karena adanya kontradiksi ekonomi negara-negara pusat atau karena kolaborasi dengan

mereka dan juga negara-negara pinggiran ini tidak mempunyai dinamika sendiri, karena memang

pendekatan ini mengabaikan proses akumulasi modal di dalam negara-negara pinggiran.

Pendekatan ketergantungan ini ditentang oleh Ball Warren yang mengatakan bahwa

imperialisme ekspor modal dan kapitalisme monopoli dari negara-negara maju tidak membuat

negara-negara dunia ketiga terbelakang, tetapi sebaliknya proses tersebut membuat mereka

menjadi negara industri dengan sistem kapitalisme meskipun ada hambatan-hambatannya yang

berasal dari kontradiksi internal di negara dunia ketiga itu sendiri (Warren, 1973: 4).

Pada dekade 70-an, industrialisasi kapitalis mengalami keberhasilan di negara-negara

yang sedang berkembang, tetapi juga mengalami kegagalan-kegagalan di negara-negara lainnya.

Proses industrialisasi kapitalis mendorong rakyat ke posisi marginal seperti Brasil, Argentina,

Chili. Sedang di negara Korea Selatan dan Taiwan marginalisasi tidak terjadi. Oleh karena itu

pertumbuhan sektor manufaktur merupakan aktor utama di bidang ekonomi, oleh karena itu

makalah ini akan mencoba membahas sektor manufaktur di negara-negara yang sedang

berkembang, khususnya di Indonesia.

B. Sirkuit Modal

Pendekatan ketergantungan memandang industrialisasi di pinggiran ditentukan oleh pusat,

karena itu perlu dilihat kegagalan dan keberhasilan industrialisasi di negara-negara pinggiran.

Page 16: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

15

Akumulasi modal tidak dimulai tanpa modal uang, tetapi adalah keliru kalau mengasumsikan

bahwa tersedianya modal uang begitu saja menjami suksesnya industrialisasi. Dewasa ini modal

bisa diperoleh dari bantuan luar asal memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu : demokrasi,

pengakuan hak asasi manusia, dan pelestarian lingkungan (Loekman Sutrisno, 1994: 5). Mereka

melakukan investasi di negara-negara pinggiran untuk mencari laba yang lebih tinggi atau pasar-

pasar baru melalui penanaman modal asing. Akan tetapi kita melihat bahwa industrialisasi Brasil

dan Meksiko yang padat modal asing tidak bisa dibilang mengalami kesuksesan. Sementara

Taiwan dan Hongkong tidak mengalami nasib yang sama, bahkan Korea Selatan mampu

melakukan industrialisasi dengan memanfaatkan utang luar negeri (Alexander Irwan, 1994: 5).

Bagi negara-negara yang sedang berkembang, pengembangan alat-alat produksi secara

terus-menerus merupakan jalan untuk menguasai pasar domestik dan menembus pasar dunia.

Kombinasi tingkat produktivitas, tingkat proteksi efektif (effective protection rate) dan tingkat

penanaman modal terpasang (fixed = capital investment) dalam sektor manufaktur bisa dijadikan

tolok ukur kompetisi suatu negeri dalam sistem akumulasi intensif tersebut. Di lain pihak,

kuatnya negara telah memberi peluang kepada para birokrat dan pemimpin militer di kebanyakan

negara sedang berkembang untuk mengejar kepentingan ekonomi dan politik mereka sendiri,

termasuk mengembangkan kerajaan bisnis mereka atau sekedar menumpuk kekayaan yang

ternyata menghambat perkembangan sektor manufaktur. Seperti terjadi di Indonesia, sejak

kelompok nasionalis dan oposisi kini hilang (sekitar tahun 1965) merupakan kesempatan untuk

mengintroduksir kapital, karena di dalamnya militer terlibat.

C. Birokrasi sebagai Sentralisasi Kekuasaan Politik Ekonomi

Dalam dialog nasional pertekstilan bulan Maret 1987, para eksportir mengatakan bahwa

tidak mungkin mengekspor tekstil dan pakaian jadi tanpa subsidi, tanpa subsidi mereka tidak

berani menembus pasar dunia (Tempo, 21 Maret 1987), yang berarti produk mereka tidak

kompetitif. Sialnya subsidi tersebut dikecam oleh Amerika yang mengancam akan menutup

pasarnya. Pada tahun 1985 Menteri Perdagangan Rachmat Saleh terpaksa menandatangani Code

on Subsidies and Countervailing Duties yang mengakhiri subsidi yang disalurkan lewat sertifikat

eksport dan kredit eksport (Tempo, 21 Maret 1987). Melakukan subsidi untuk membuat harga

barang menjadi kompetitif sekarang sulit dilakukan.

Page 17: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

16

Terbelakangnya tingkat daya saing Indonesia merupakan masalah politik ekonomi.

Akarnya terletak pada kepentingan-kepentingan para birokrat politik dan para pimpinan militer.

Machie mengatakan bahwa masyarakat politik Indonesia bersifat patrimanial. Kekuasaan

terpusat di sekitar jajaran politik-ekonomi teratas yang sekaligus menguasai sumber-sumber

alam, lisensi, kredit, dan faktor-faktor kunci lainnya yang menentukan akumulasi kekayaan.

Sentralisasi tersebut sangat jelas di bawah pemerintahan Orde Baru (Machie, 1984: 32).

Sentralisasi kekuasaan dapat dilacak kembali ke idiologi dwi-fungsi yang dianut militer.

Kedudukan militer khususnya Angkatan Darat di Indonesia memang sangat unik. Apabila di

negara-negara Asia lainnya khususnya Myanmar dan Thailand sebelum tahun 1980-an, militer

selalu berada di bawah pemerintahan sipil dan hanya berfungsi sebagai negara dan bangsa, maka

ABRI di Indonesia merupakan kekuasaan sosial-politik di samping sebagai penjaga kedaulatan

bangsa dan negara (Loekman Sutrisno, 1994: 25). Itulah sebabnya militer mengklaim bahwa

selama perjuangan kemerdekaan sebelum tahun 1945 dan perjuangan menentang kembalinya

Belanda pada akhir dekade 1940-an, mereka tidak hanya terlibat dalam perang fisik, tetapi juga

doktrin yang dirumuskan pada tahun 1965 (dokrin Perjuangan TNI, Tri Ubaya Cakti). Militer

menggambarkan diri sebagai kekuatan sosial-politik. Aktivitas mereka mencakup bidang

ideologis, politik, sosial, ekonomi, budaya dan agama. Setelah militer mengambil alih kekuasaan

penuh dari Soekarno tahun 1967, konsep peran militer tersebut dipopulerkan sebagai Dwi-fungsi

ABRI dalam masyarakat (Crouch, 1975/1976: 516). Setelah itu konsep dwi-fungsi dipakai oleh

militer untuk melegimasikan campur tangan mereka dalam segala bidang kemasyarakatan. Akan

tetapi dalam pelaksanaannya dwi-fungsi dihadapkan pada situasi yang dilematis. Di satu pihak

sebagai kekuatan sosial-politik militer harus manunggal dengan rakyat, ABRI harus mau

berfungsi sebagai penyalur dan memperjuangkan aspirasi mereka, di pihak lain ABRI juga

berfungsi sebagai aparat keamanan yang mengharuskan mereka untuk mengamankan setiap

kebijaksanaan pemerintah yang tidak selalu disetujui oleh rakyat. Dualisme fungsional inilah

yang menurut Loekman Sutrisno merupakan titik rawan dalam pelaksanaan dwi-fungsi ABRI.

Yang pasti bahwa sentralisasi kekuasaan menimbulkan rasa ketergantungan, kesetiaan dan

bahkan muncul konsep loyalitas dan asas kekeluargaan. Hal ini menyebabkan adanya kompetisi

baik oleh pejabat-pejabat yang ada di pusat maupun yang ada di daerah untuk lebih dekat dengan

pusat kekuasaan, karena yang paling dekat dengan pusat kekuasaan akan memperoleh yang

Page 18: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

17

paling banyak, hidupnya yang lebih baik. Sementara itu interest dari rakyat biasanya tidak

pernah didengarkan dengan kata lain Patrimanialisme menggambarkan satu negara tidak

responsif terhadap pendapat-pendapat negara lain. Birokrasilah yang menjadi pusat segala

kekuasaan dan oleh karena itu birokrasi tidak dapat dikontrol oleh masyarakat. Birokrasi

mempunyai kekuatan yang luar biasa, sebab birokrasi mempunyai kekuasaan untuk memobilisasi

rakyat dan hubungan rakyat dengan kepala negara didasarkan pada loyalitas total.

D. Kepentingan Kelompok Birokrat Politik

Setelah militer muncul sebagai pemegang kekuasaan tunggal pada tahun 1967, tidak ada

kelompok lain yang mampu mengontrol sepak terjang mereka. Mahasiswa yang membantu

militer melakukan tekanan terhadap Soekarno untuk melarang PKI segera dibungkam. Partai-

partai politik oposisi dilumpuhkan dan peranannya dimatikan untuk diperlihatkan kepada dunia

Barat bahwa Golkar mempunyai oposisi (Alexander Irwan, 1994: 14). Partai-partai politik

sebagai Lambang negara modern (Ramlan Surbakti, 1992: 114) juga dilarang untuk turun sampai

ke tingkat desa. Sementara itu negara membentuk badan-badan korporitas yang terdiri atas

organisasi pemuda, serikat buruh, organisasi perempuan, petani dan lain-lain.

Dalam bidang ekonomi, kelompok-kelompok bisnis juga lemah, posisi dominan modal

asing telah dihancurkan melalui kebijaksanaan nasionalisasi yang berlangsung dari tahun 1959

sampai tahun 1965. Posisi pengusaha Tionghoa dan Bumiputera juga lemah karena dalam

periode demokrasi terpimpin, negara membangun ekonomi industri dengan mengandalkan

perusahaan-perusahaan negara (Robinson, 1986: 78 – 86). Kombinasi dari ideologi dwi-fungsi,

dominasi militer dalam bidang sosial-politik dan lemahnya kelompok-kelompok bisnis

membawa keadaan ke sentralisasi kekuasaan. Gejala ini membuka peluang bagi negara untuk

melakukan tindakan yang berlawanan dengan kepentingan jangka panjang kelompok-kelompok

bisnis.

Kepentingan utama kelompok birokrat politik dari para pimpinan militer adalah mencari

dana di luar anggaran belanja untuk membiayai kegiatan militer, mempertahankan loyalitas di

kalangan militer dan birokrat dengan jalan memberikan intensif material, mengontrol sumber-

sumber daya ekonomi supaya tidak digunakan oleh pihak oposisi untuk menciptakan landasan

ekonomi dan membangun kerajaan bisnis mereka sendiri. Sebuah laporan yang ditujukan kepada

Page 19: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

18

penanam modal asing mengatakan bahwa sejak tahun 1976 pemerintahan militer Indonesia

menyadari sulitnya membiayai kegiatan militer dengan uang anggaran resmi negara. Alasannya

pemerintah memberi prioritas dana untuk pembangunan ekonomi. Dana untuk kepentingan

pertahanan dan keamanan yang dialokasikan resmi dari anggaran negara, hanya berjumlah

sekitar sepertiga atau setengah dari anggaran militer yang sesunggguhnya. Oleh karena itu

perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh militer dan birokrat politik digunakan untuk

menghasilkan dana bagi kepentingan militer seperti : Pertamina, Bulog dan lain-lain (Crouch,

1975/1976: 525 – 526). Di samping itu perusahaan-perusahaan negara di bawah manajemen

militer juga digunakan sebagai alat memperkaya diri (Maharim, 1982: 47 dan Budiman, 1985:

38).

Dengan menggunakan posisi mereka yang menguntungkan, para pimpinan militer dan

birokrat politik juga mengembangkan kerajaan bisnis mereka, bisanya dengan bekerjasama

dengan orang-orang Tionghoa dalam bidang manufaktur, keuangan, jasa dan perdagangan.

Alasan negara memberikan akses ekonomi kepada para birokrat politik, kelompok-kelompok

bisnis militer dan para pimpinan militer adalah mencari dana dari luar anggaran resmi

pemerintah untuk membiayai kegiatan militer dan untuk membangun dan mempertahankan

loyalitas. Kalau yang diberi akses ekonomi adalah anggota keluarga mereka sendiri, tujuannya

untuk membangun kerajaan ekonomi mereka. Negara melakukan tersebut untuk mencegah

kelompok oposisi membangun landasan ekonomi mereka, maka muncullah patronase bisnis.

Sebuah survey yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 1973

menunjukkan bahwa penanaman modal dalam negeri dan asing berkelompok di sekitar

perusahaan besar di Indonesia yang mempunyai hubungan dengan pemerintah atau keluarga dari

para birokrat (Tempo, 8 Januari 1977: 51). Di Indonesia wajar saja seorang penanam modal

harus punya patron politik agar bisa melakukan akumulasi modal (Maharim, 1982: 46 dan

Budiman, 1985: 39). Apabila patron mereka kehilangan kekuasaan politik, para penanam modal

juga akan mengalami kejatuhan. Akibatnya para penanam modal enggan melakukan investasi

jangka menengah dan panjang. Sebagai contoh dapat dilihat bisnis keluarga Ibnu Sutowo

mengalami kerugian besar di bidang industri galangan kapal. Hal ini disebabkan pada dekade

tahun 1980-an Menteri Riset dan Teknologi Habibie dengan dukungan Presiden mendirikan

industri kapal dengan teknologi canggih (PAL) di Surabaya yang dirancang untuk kekuatan

Page 20: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

19

teknologi Indonesia. PAL sendiri memproduksi berbagai jenis kapal, dari tanker sampai kapal

patroli dan Hydrofoil (Robinson, 1987: 37).

Sudah dapat diduga mengapa industri kapal keluarga Ibnu Sutowo kehilangan order.

Ketidakpastian semacam ini yang diciptakan oleh patronasi bisnis, menyebabkan penanaman

modal cenderung hanya mau melakukan investasi jangka pendek yang bisa cepat

mengembalikan modal. Patronase bisnis juga menyebabkan pengusaha keturunan Tionghoa

menanam modal mereka di luar negeri, padahal mereka merupakan kelas pengusaha yang

dominan (Robinson, 1986: 277). Mereka ini sebenarnya mempunyai peranan penting dalam

pertumbuhan ekonomi, menjadi partner bisnis para pimpinan militer dan birokrat politik dan

mempunyai andil penting dalam pengumpulan dana untuk kepentingan militer di luar anggaran

resmi. Beberapa dari pengusaha keturunan Tionghoa menanam modalnya ke luar negeri untuk

menghindari jika patron politik mereka jatuh (Robinson, 1986: 310). Sebenarnya dalam situasi

seperti ini yang kita perlukan adalah penghapusan patronasi bisnis yang selama ini enggan

melakukan investasi jangka panjang. Pemerintah harus memaksa mereka melakukan penanaman

modal besar jangka panjang. Misalnya : Liem Sioe Liong dipaksa untuk menanam modal di

pabrik Cold Rolling Steel. Sebagai imbalannya ia meminta monopoli pasar dalam negeri untuk

pabrik tersebut (Budiman, 1985: 41) agar modalnya cepat kembali.

Bagaimana dengan modal asing di Indonesia? Sejak tahun 1976 modal asing dilarang

memasuki sektor transportasi, komunikasi, energi dan air. Pada tahun 1976 modal asing dipaksa

keluar dari industri substitusi import dan diminta untuk menanam modal di sektor pengolahan

bahan mentah dan produksi barang-barang modal dan industri setengah jadi. Kegiatan import

ditutup untuk modal asing sejak tahun 1970 dan sejak tahun 1977 perusahaan pengelolaan asing

diharuskan mempunyai partner domestik mereka, di samping itu ada peraturan untuk

membumiputerakan personel manajemen dan menggunakan bahan mentah lokal yang harganya

lebih mahal dari harga impor (Robinson, 1986: 184 – 189). Hal ini membuktikan bahwa iklim

usaha di Indonesia tidak ramah terhadap modal asing. Resiko rugi di masa depan tidak

dikompesensikan secara signifikan dengan potensi penghasilan laba yang tinggi dan stabil karena

prospek laba tersebut bisa sewaktu-waktu melorot drastis karena keputusan unilateral pemerintah

Indonesia atau karena di masa depan legislasi dan regulasi yang ada tiba-tiba di praktekkan

dengan ketat.

Page 21: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

20

Masih ada juga dana yang tersedia, selain dari Bank Dunia, tetapi ternyata negara-negara

berkembang yang membutuhkan dana tersebut cukup banyak; syarat yang ditetapkannya pun

cukup berat bagi negara-negara yang akan meminjam modal tersebut. Syarat-syarat tersebut ialah

adanya jaminan dari pihak calon peminjam dana bahwa setiap investasi yang dilakukan oleh si

pemilik modal, akan dijamin memberi keuntungan bagi si pemilik modal. Banyaknya negara

yang membutuhkan dana dan adanya persyaratan yang ketat, menyebabkan terhambatnya akses

dana swasta tersebut. Artinya akan terjadi persaiangan antar negara untuk memperoleh dana

internasional. Bagi negara yang bisa mendapat dana menurut Michael Hirsh dalam artikelnya

yang berjudul Capital Wars mengatakan permasalahan dana ini bisa bersifat kompleks karena

terjadinya suatu perubahan sifat dari investasi modal asing di suatu negara yaitu bahwa sewaktu-

waktu para investor dapat menarik modal mereka dan ditanamkan di negara lain yang dianggap

lebih menguntungkan.

E. Kesimpulan

Akumulasi modal di negara-negara yang sedang berkembang terjadi dalam konteks

sistem akumulasi intensif. Kesuksesan mereka bergantung pada kemampuan mereka untuk

mempertahankan dan meningkatkan daya saing, juga pada tersedianya pasar domestik dan luar

negeri dan pada kebijaksanaan negara dalam mengarahkan perekonomian. Industrialisasi di

negara-negara yang sedang berkembang menurut teori dependensi atau teori ketergantungan

sebagai negara periphery berusaha untuk mengintergrasikan kembali ekonomi mereka dengan

ekonomi internasional yang disebut dengan International Capital System.

Integrasi suatu negara dengan sistem ekonomi internasional yang kapitalis menyebabkan

sistem ekonomi nasional negara menjadi subordinasi dari internasional ekonomi karena teori ini

melihat dunia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : negara pusat, negara yang dapat dikatakan

sebagai negara yang memiliki sistem kapitalisme modern (misalnya : negara-negara G7) dan

kelompok negara satelit (bekas negara koloni). Yang menarik dari teori ini adanya pembagian

kerja internasional di mana negara-negara metropol adalah negara yang memproses bahan-bahan

mentah yang disediakan oleh negara-negara satelit menjadi produk-produk industri yang

kemudian dijual kembali sebagai produk industrial di negara-negara yang sedang berkembang.

Dalam hal ini sektor ekonomi tradisional mendapat fungsi baru yaitu sebagai penyedia tenaga

Page 22: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

21

yang murah dan lahan yang murah untuk kepentingan pengembangan sektor modern yang

merupakan wakil kapitalisme modern. Akibatnya muncul kelompok birokrat politik sebagai

sebagai pusat kekuasaan, birokrasi sebagai penunjang kebijakan-kebijakan ekonomi. Jadi negara

dengan aparatnya oleh pendekatan ini dianggap sebagai Comprador : kelompok yang

memberikan fasilitas utama bagi kepentingan-kepentingan modal asing dengan memperoleh

bayaran tertentu.

Page 23: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

22

Daftar Pustaka

Budiman, Arief. The State and Industrialization Process In Indonesia, The Institute Of SocialScience, Seoul National University, 1985.

Crouch, Harold, “General and Business in Indonesia”, Pasific Affair, Vol. 48, No. 4, 1975, 1976.

Gunnarson, Christen, “Development Theory and Third World Industralization : A ComparisonOf Pattens of Industralization In 19th Century Europe and The Thrid World”, Journal ofContemporary Asia, Vol. 15, No. 2 Tahun 1985.

Irwan, Alexander, “Patronase Bisnis, Kelas dan Politik”, Jakarta, Society for Political andEconomic Studies, 1994.

Loekman Sutrisno, “Hubungan Negara dan Rakyat di Indonesia pada Abad ke-21”, PidatoPengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sastra pada Fakultas Sastra UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta, 1994.

Machie, J.A.C., “Harta dan Kuasa dalam Masa Orde Baru”, Prisma, No. 2 Februari 1984.

Maharim, N.A., “The Role of The State : From Monopoly to Bureaucratization”, Prisma, No. 7Juli 1982.

Robinson, Richard, “After The Gold Rush : The Polities of Economic Restructuring in Indonesiain The 1980’s”, dalam Richard Robinson, et. al., 1987.

_______________, “Indonesia The Rise Of Capital”, Sydney : Aller and Vuwin, 1986.SurbaktiRamlan, “Memahami Ilmu Politik”, Jakarta, PT. Gramedia, 1992.

Wallerstein, Immanuel, “Dependence and Independent World : The Limited Possibilities ofTransformation within The Capitalist World-Economic”, Dalam Capitalist WorldEconomy : Cambridge University Press, 1929.

Warren, Bill, “Imperialism and Captalist Industrialization”, New Left Review, No. 81September – Oktober 1973.

Tempo, Tanggal 21 Maret 1987.

Page 24: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

23

MEMBANGUN MORALITAS DALAM HUBUNGANANAK DAN ORANG TUA

Oleh:Joko Wahono*

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Abstrak

Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia lahir di dunia ini tidaklah dapat lepas darikeberadaan orang tua kita masing-masing. Ketika Allah telah membuat satu ketentuan bahwaManusia dilahirkan adalah dijadikan sebagai khalifah Nya di muka bumi, maka terkandungkonsekuensi bahwa manusia harus diperkembang-biakkan.Maka dalam hubungan kodrati iniakan timbul pula hubungan antara yang lahir dengan yang dilahirkan. Dalam hal ini disebutdengan anak dan orang tua. Dari hubungan antara keduanya ini akhirnya melekat pula hubunganhak dan kewajiban antara keduanya.

Berbakti kepada orang tua merupakan perbuatan yang mulia dan termasuk kewajibanseorang anak. Tanpa orang tua tak mungkin kita bisa hadir di dunia ini. Sejak di dalamkandungan seorang anak telah merepotkan orang tuanya. Begitu pula disaat kelahiran, ibunyatelah mempertaruhkan myawanya demi kelahiran sang buah hati di dunia ini dengan selamat,bahkan ia lebih rela kehilangan nyawanya asalkan anaknya selamat.

Setelah lahir, seiring dengan masa pertumbuhannya, kedua orang tua memelihara danmerawat dengan segenap kasih sayangnya. Dengan senang hati kedua orang tua mengasuh danmenafkahi agar anaknya dapat tumbuh sehat sehingga dapat berkembang secara layaksebagaimana manusia yang lain. Waktu, tenaga, pikiran , nafkah hidup diprioritaskan untuk sangbuah hati. Hal seperti itu mereka curahkan hingga anaknya benar-benar dewasa dan dapat hidupmandiri, berkarya dan selanjutnya mampu memenuhi kebutuhannya sebagai manusia dewasa.Untuk mengingatkan hubungan kodrati tersebut, maka perlu kiranya dibentuk keluarga yangsarat dengan moralitas.

Kata Kunci: Membangun Hubungan, Moralitas, Anak dan Orang Tua

Pendahuluan

Dalam menjalani kehidupannya di dunia ini, manusia memiliki konsekuensi kodrati dari

Allah SWT Tuhan yang menciptakan dan mengatur kehidupan seluruh makhluknya di dunia.

Adapun ketetapan manusia yang merupakan makhluk yang bersifat individu sekaligus sebagai

makhluk sosial ini tentunya memiliki konsekuensi yang harus dipenuhi.

Salah satu konskuensi manusia sebagai makhluk sosial adalah keharusan berinteraksi

dengan manusia yang lain. Interaksi manusia yang paling dekat dan paling awal adalah

Page 25: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

24

interaksinya dengan ibu, ayah dan saudara sebagai satu kesatuan keluarga. Dalam hal ini,

interaksi dengan ibu menjadi sangat erat karena sejak dalam kandungan pun manusia telah

berinteraksi dengan ibunya, apalagi setelah dilahirkan.dan hingga dewasa. Bagian interaksi

dengan ibu memilkim porsi paling banyak. Setelah itu, interaksi dengan ayah menduduki porsi

kedua. Ayahlah yang telah menafkahi keluarga dan bertanggung jawab atas kelangsungan biduk

keluarga, karena ayahlah sang nahkoda yang mengendalikan arah dan lajunya bahtera rumah

tangga. Inilah gambaran betapa besar tanggung jawab orangtua dalam memenuhi nafkah bagi

keluarganya.

Bisa di bayangkan ketika seorang ibu mengawali tanggung jawab besar terhadap anaknya

yakni dengan bertaruh nyawa melahirkan buah cintanya. Setelah perjuangan berat melahirkan

anaknya dimuka bumi ini, tidak serta merta setelah itu menjadi ringan beban pekerjaannya, akan

tetapi justru jauh lebih berat dari yang ia bayangkan, dimana seorang ibu harus menyusui,

merawat bahkan melindungi dari segala sesuatu yang membahayakan buah hatinya.

Disisi yang lain, seorang ayah bertanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan

hidup bagi anggota keluarganya. Dia sanggup menghadang bahaya demi terpenuhinya kebutuhan

hidup, dia sanggup bertahan dalam terik matahari demi menyelesaikan pekerjaannya, dia tak

pernah mengeluh ketika harus kecapekan dalam melaksanakan tugasnya. Sungguh betapa besar

jasa mereka untuk anaknya. Namun semua itu dijalani dengan ikhlas demi melaksanakan

ketetapan sang maha pencipta.

Allah SWT berfirman :

ثى ياأيـها الناس إنا خلقناكم • وجعلناكم شعوبا وقـبائل من ذكر وأنـإن أكرمكم عند الله أتـقاكم لتـعارفوا

Artinya :”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuandan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian saling mengenal(ta’aruf). Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa diantara kamu.” (QS. Al Hujurat 49:13).

Bertolak dari ayat di atas, sesungguhnya amatlah berat tugas dan tanggung jawab orang

tua terhadap anak. Disamping keduanya harus memenuhi kebutuhan nafkah duniawi, mereka

juga punya tanggung jawab spiritual, dimana dia harus mampu membentuk anaknya menjadi

manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Setelah kita tahu betapa besar tanggung jawab

Page 26: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

25

orangtua terhadap anaknya, tentunya disisi lain mereka mempunyai hak dari anak-anaknya. Hak

itu adalah mendapatkan bakti dari anak-anak mereka.

Dengan dasar pemikiran di atas, maka bagi anak ada sebuah kewajiban untuk berbakti

dengan sepenuh hati kepada orangtuanya. Segala bentuk hubungan dan baktinya kepada orangtua

haruslah di jalani dengan segenap rasa keikhlasan dan penghormatan kepada kedua orangtua.

Hubungan antara dua kepentingan ini haruslah tercipta dengan suasana yang nyaman dan penuh

dengan moralitas yang memadai. Dengan kata lain kedua belah pihak harus memahami

kedudukan masing-masing. Dengan memahami kedudukan masing-masing niscaya akan tercipta

suasana yang kondusif dalam sebuah keluarga.

Diantara cara membentuk suasana yang kondusif dalam sebuah rumah tangga, terlebih

soal hubungan antara orangtua dan anak hendaknya dibangun dengan sebuah komunikasi yang

baik. Komunikasikan segala perasaan, kebutuhan maupun keinginan yang sekiranya harus

dikomunikasikan untuk memperoleh solusi dari setiap persoalan yang ada. Hubungan ini bukan

sekedar hubungan anak dan orangtua, akan tetapi merupakan hubungan moral yang harus dijaga

dan dilestarikan agar tercipta sebuah kelauarga yang damai dan penuh cinta. Satu sama lain

merupakan ikatan yang tak terpisahkan, ada ketergantungan yang erat karena hubungan ini

menyangkut hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.

Kewajiban orangtua yang sekaligus menjadi hak anak adalah Menafkahi dan mendidik.

Nafkah lahir dan batin anak harus ditanggung oleh kedua orangtua. Dari segi pendidikan

haruslah mencakup pendidikan tauhid/agama maupun ilmu pengetahuan umum. Kedua macam

kewjiban di atas adalah menjadi hak bagi anak. Dimana anak boleh menuntut haknya sekalipun

harus mempertimbangkan kemampuan orangtuanya.

Dalam kehidupan dewasa ini, dimana tuntutan hidup dan perkembangan sosial sudah

sedemikian maju, terkadang ada anak yang mengajukan tuntutan kepada orangtuanya melebihi

kemampuan orangtua itu sendiri. Dengan alasan mengikuti perkembangan jaman, maka anak

Page 27: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

26

menuntut harus sama pula dengan kawannya dalam pergaulan sehari-hari. Berawal dari

keprihatinan yang demikian ini, maka perlulah disadarkan akan pentingnya moralitas di dalam

hubungan anak dan orang tua. Bagaimanakah anak harus bersikap pada orangtua dan sebaliknya

bagaimana orangtua harus bersikap pada anaknya. Dengan sikap yang baik dan santun kiranya

akan dapat tercipta suasana yang nyaman dan komunikasi yang baik dalam memenuhi

kesenjangan kebutuhan antara anak dan orangtua.

Dengan memahami kedudukan, peran dan fungsi masing-masing kiranya akan

terbentuklah sebuah kondisi yang tenang dan seimbang di dalam keluarga. Setiap gerak dan

pekerjaan yang terjadi dalam keluarga itu merupakan satu sistem yang harmonis antara anak dan

orangtua. Dalam hubungan horizantal merupaka hubungan hak dan kewajiban sebagai manusia,

namun secara vertikal hubungan keduanya merupakan hubungan ibadah. Nafkah dan perhatian

orangtua kepada anak merupakan aktualisasi dari kewajiban akan amanah dari Tuhan yang

berupa anak. Sebaliknya Bakti anak-anak kepada orang tua adalah merupakan bentuk kewajiban

dan penghargaan atas jerih payah orangtua kepadanya. Dua konsekuensi yang harmonis ini

apabila bisa diwujudkan dalam keluarga merupakan nikmat yang tiada duanya bagi keluarga

tersebut, dimana akhirnya Tuhanpun akan senang menyaksikan makhluknya yang mampu

memenuhi kodratnya sebagai makhluk yang dimuliakan di muka bumi ini.

Berbakti kepada orangtua merupakan tindakan yang sangat disukai oleh Tuhan. Anak

yang dapat berbakti kepada orangtua tentu akan mendapat kecintaan Tuhan serta kedudukan

yang mulia di hadapan Nya. Dari Ibnu Mas’ud RA berkata:

Aku bertanya pada Rasulullah SAW : “Apakah amal yang paling utama ?” Beliau

menjawab : “Shalat pada waktunya”. Ku tanya : “Lalu apa lagi ?” Beliau menjawab : “Berbakti

kepada orangtua”. Kutanya lagi : “Lalu apa lagi ?”. Beliau menjawab : “Jihad di jalan Allah”.

(HR. Bukhari – Muslim). Dalam riwayat yang lain disebutkan,

Abdullah bin Umar berkata : “Suatu ketika ada orang laki-laki gagah lewat di depan

kami, maka salah seorang di antara kami ada yang berkata : “Alangkah baiknya jika laki-laki itu

pergi berjihad.” Dan ketika itu Nabi SAW mendengar perkataan tersebut, lalu beliau bersabda :

“Jika orangtua dari laki-laki itu masih hidup, dan dia mencari nafkah untuk mereka, maka itu

lebih baik dari berjihad di jalan Allah. Dan jika ia mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan

dirinya sendiri, maka itu juga lebih baik dari berjihad di jalan Allah.”

Page 28: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

27

Berdasarkan dari dua hadits di atas, dapa disimpulkan bahwa agama islam pun sangat

mengapresiasi dan memberikan pemahaman kepada kita bahwa ketaatan dan kebaktian seorang

anak kepada orangtua merupakan amal yang sangat tinggi kedudukannya di mata Tuhan. Oleh

karena itu, amatlah penting hal ini kita tanamkan kepada anak agar ia memahami sebuah

kewajiban yang harus ia kerjakan terhadap orangtuanya. Bukan saja dia mengutamakan haknya

saja yang harus terpenuhi namaun ia juga akan menyeimbangkan diri dalam sikapnya sehari-hari,

bahwa dibalik hak tentunya ada kewajiban pula yang harus ia penuhi. Di sisi yanglain, apabila

kedua belah pihak telah menempatkan diri sesuai dengan kedudukannya, maka tentulah akan

terdapat hikmah yang baik bagi keduanya.

Buah Ketaatan Kepada Orang Tua

Terbayang sudah buah ketaatan anak kepada orangtua, jika dari kacamata manusia saja

akan mendapatkan kebaikan, tentunya dari sudut kacamata Tuhan akan di dapatkah hikmah

kemuliaan bagi anak-anak yang mampu berbakti dengan sepenuh hati kepada kedua orangtua.

Ibarat sebuah tanaman, tentu tanaman itu akan kita harap buahnya untuk kita. Diantara buah dari

ketaatan anak kepada orangtua adalah :

1. Dicintai oleh Allah SWT.

Secara kodrati, orangtua dalam menafkahi anaknya adalah merupakan bentuk

ketaatannya kepada Allah dengan merawat amanah berupa anak yang Allah titipkan

kepadanya. Berarti orangtua telah mewakili Allah dalam melangsungkan perkembang

biakan khalifah di muka bumi. Maka, jika ada anak yang mampu mencintai orangtua

sebagaimana orangtua mencintai dirinya, dengan sendirinya anak yang demikian ini akan

disayangi dan dicintai oleh Allah SWT.

2. Mulia dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat.

Dalam kehidupannya di dunia, anak yang dengan nyata berbakti kepada kedua

orangtua secara tulus tentu akan mendapatkan kecintaan orangtua, saudara danmasyarakat di

sekitarnya.Dia akan dimuliakan oleh manusia dalam kehidupannya di dunia. Di sisi yang

lain Allahpun ridla akan amalnya itu sehingga Dia berkenan memberikan kemuliaan di

akhirat dengan memberikan nikmat surgawi sebagai balasan amalnya menjunjung tinggi

kedua orangtuanya.

Page 29: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

28

3. Akan di lebur dosa-dosa besarnya.

Ridla Allah tergantung dari ridla orangtua. Barangsiapa bisa meraih ridla dari kedua

orangtua berarti Allahpun akan ridla kepadanya. Dengan keridlaan dari Allah inilah maka

Dia berkenan akan menghapus dosa-dosa besarnya, bahkan diapun akan dijaga oleh Allah

terhadap perbuatan-perbuatan yang mengakibatkan dosa itu sendiri.

4. Mendapat berkah dalam hidupnya.

Dengan mendapatkan ridla orangtua dan Allah sebagaimana di atas, maka Allah akan

berkenan memberikan berkah dalam hidup anak yang berbakti kepada orangtua. Keberkahan

itu merupakan sinergi doa orangtua yang ikhlas karena berkenan membalas bakti anak

kepadanya dengan doanya tersebut. Maka ketentraman, kesehatan, dimudahkan urusan serta

dicukupkan akan hajat-hajatnya adalah merupakan berkah yang besar dari Allah SWT.

5. Akan dilimpahkan rizkinya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa rizkiitu tidaklah berwujud harta benda semata.

Selain itu kesehatan dan ketentraman hidup, mudahnya urusan dan penjagaan Allah dari

segala mara bahaya adalah kekayaan non materiil yang tak terbilang nilainya dalan

kehidupan. Dengan modal keadaan yang demikian itu, tentunya kelancaran dalam mengais

rizkinya Allah akan mudah dilaksanakan. Dengan demikian maka akan lancar pula

penghasilan dalam bentuk harta materiil. Dengan lancarnya penghasilan, maka akan

diperoleh pula harta yang melimpah penuh berkah.

6. Akan di panjangkan umurnya.

Panjang umur di sini bukan panjang umur secara tekstual dengan banyaknya bilangan

umur kita, akan tetapi lebih bermakna panjangnya berkah dan manfaat atas segala pemberian

Allah sehingga hidup akan di penuhi dengan amal kebaikan bahkan hingga ia meninggalpun

kemanfaatan itu masih bisa dirasakan oleh manusia lain sepeninggalnya. Inilah yang

dimaksud dengan manusia yang dipanjangkan umurnya.

7. Sarana mendatangi telaga Nabi di surga nanti.

Barangsiapa berbakti kepada orangtua dengan bakti yang tulus, maka Allah berkenan

mempertemukan dia dengan Nabi SAW di surga nanti. Bahkan Allah ijinkan anak yang

demikian itu mendatangi telaganya Nabi di surga.

Page 30: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

29

Melayani dan Mendoakan Orang Tua

Melihat konteks hubungan antara anak dan orangtua, maka sudah selayaknyalah jika anak

berkewajiban untuk melayani kedua orangtua baik ketika orang tua masih dalam keadaan mampu

karena usia yang masih cukup muda, terlebih jika keadaan orangtua kita sudah dalam keadaan

tua dan renta. Dulu ketika kita dalam keadaan masih tergantung pada orang dewasa, orangtua

kitalah yang telah tulus merawat dan melindungi diri kita. Mereka berdua lebih mementingkan

kebutuhan anaknya daripada kebutuhan mereka sendiri.

Sebagai anak yang berbakti, tentunya harus mengingat yang demikian ini. Kita harus

bergantian memperhatikan kepentingan mereka terlebih jika kondisi orangtua kita telah payah

dan renta. Penat dan renta dirinya karena di masa lalu sibuk dengan perjuangannya menafkahi

kita. Sekarang giliran mereka telah lemah, tegakah hati kita menyakiti dan mngabaikan mereka ?.

Sebagai anak yang bermoralitas tinggi, tentu tidak akan sanggup menyaksikan penderitaan

orangtuanya, terlebih ketika mereka telah renta dan tak mandiri lagi. Hati anak akan tersayat

ketika melihat kenyataan bahwa dulu mereka tegar demi kita. Sekarang bisakah kita tegar demi

mereka ?.

Pertanyaan seperti inilah yang harus kita jawab dengan bahasa moral, bukan logika

semata. Ketika seorang anak mengingat betapa besar perjuangan dan pengorbanan mereka, tentu

akan sangat memperhatikan kebutuhan beliau, melayani sepenuh hatinya sebagaimana dulu kita

dilayani oleh mereka. Mereka ingin diperhatikan, dilayani, dicukupi dan disayangi oleh anak-

anak yang mereka dambakan dan banggakan. Orangtua selalu bangga ketika melihat anaknya

menjadi orang yang sukses dan mapan kehidupannya. Lancar ekonominya, tentram keluarganya,

sehat anak-anaknya. Ini merupakan dambaan setiap orangtua pada anak kesayangannya. Setiap

orangtua tidak akan pernah tega melihat anaknya hidup sengsara. Di sinilah kita sebagai anak

balik di uji oleh ALLAH, tegakah kita menyaksikan orang tuanya hidup menderita ? Jawabannya

ada pada diri kita, sudah sejauh mana kebaktian kita kepada kedua orangtua, terlebih pada saat

mereka berdua berusia tua dan kondisinya sudah renta.

Bentuk pengabdian seorang anak kepada orangtua yang paling sederhana adalah dengan

mendoakan mereka agar mendapatkan ampunan dan kasih sayang Allah sebagaimana mereka

menyayangi kita ketika kita masih kecil.

Page 31: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

30

“ Allahummaghfirlii wa liwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani saghiraa “(Ya Allah,

ampunilah aku dan kedua orangtua ku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi aku

diwaktu diwaktu aku masih kecil).

Demikian bentuk kasih sayang kita kepada orangtua yang paling sederhana. Lalu sedapat

mungkin kita perhatikan kebutuhan mereka. Jika mereka hidup bersama kita di usia senjanya,

maka bertutur katalah dengan baik kepada mereka. Jangan kita buat mereka tersinggung dengan

ucapan mereka. Bahagiakan mereka dengan memperhatikan apa-apa yang membuat mereka

senang. Karena sesungguhnya tak ada satu orangtuapun yang mengharap semua jasanya di balas

atau dikembalikan. Mereka hanya memberi tapi tak pernah mengharap kembali. Keikhlasan

mereka mencurahkan semua pengorbanan kepada anaknya tiada tandingan dan bandingannya.

Sebagai anak tak mungkin akan mampu membalas pengorbanan mereka. Maka dari itu jangan

lah pernah berlaku sombong terhadap orang tua, terlebih kepada ibu. Ada satu hal yang tak

penah bisa kita balas dengan apapun juga. Jika ibu pernah melahirkan anaknya, tapi seorang

mustahil akan melahirkan ibunya. Inilah jasa seorang ibu yang taka akan pernah tertebus dengan

apapun juga. Maka wajarlah jika Allah memberikan predikat seorang ibu adalah pemegang kunci

surga bagi anak-anaknya. Dengan kata lain, jika ada anak berani durhaka pada ibunya, maka

mustahil dia akan mendapatkan surganya di akhirat nanti.

Memuliakan Orang Tua

Agama islam memandang dan menempatkan kedudukan orangtua pada posisi yang

sangat mulia. Maka sudah sepantasnyalah jika seorang anak wajib memuliakan keduanya sebagai

bantuk ketaatan pada agama agar ketaatan tersebut memiliki kedudukan sebagai ibadah kepada

Allah SWT. Berkat perjuangan ibu kita bisa lahir di dunia ini, berkat nafkah yang dicurahkan

oleh ayah kita bisa bertahan hidup, dengan kasih sayang dan perawatannya kita bisa selamat dan

akhirnya dapat hidup wajar sebagai manusia dewasa seperti sekarang ini.

Lelahnya mngurus dan merawat anaknya di waktu kecil, keikhlasannya dalam memberi

penjagaan dan perlindungan kepada anaknya melebihi penjagaan terhadap dirinya sendiri.

Bahkan ketika menyaksikan anaknya sakit, seorang ibu selalu akan berkata, Ya Allah lebih baik

sakit yang Engkau timpakan kepada anakku Engkau pindahkan kepadaku saja, sungguh aku

tidak tega menyaksikan penderitaan anakku. Demikian naluriah seorang ibu ketika mendampingi

anaknya yang menderita karena menahan sakit.

Page 32: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

31

Demikian mulia akhlak dan jasa serta perjuangan mereka demi keselematan anak sebagai

buah hatinya. Maka sebagai seorang anak, saat kita mendampingi orangtua kita diuji oleh Allah

SWT mampukah kita menempatkan orangtua menjadi bagian dari hati kita ? Jawabannya

adalah, hanya ada segelintir orang yangmemiliki kekhawatiran terhadap keadaan orangtuanya

hingga benar-benar masuk sampai kedalam lubuk hatinya.

Maka Allah SWT telah perintahkan agar kita dapat berbuat baik dan memuliakan kedua

orangtua melebihi kita memuliakan makhluk yang lain. Allah SWT berfirman di dalam QS Al

Ahqaaf ayat 15, yang artinya :

“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua ibu bapak,ibunya

mengandung dengan susah payah dan melahirkan dngan susah payah pula....”

Coba kita renungkan ayat di atas, dimana ayat itu menggambarkan betapa besar

pengorbanan seorang ibu saat mengandung anaknya. Semakin bertambah usia kandungannya,

maka bertambah berat pula penderitaannya. Belum lagi kita bayangkan peraaannya,

kekhawatirannya akan keadaan anaknya kelak. Seorang ibu harus menata dan mempersiapkan

persalinan yang semakin dekat. Pada saat hari kelahiran tiba, ibu memperjuangkan buah hatinya

dengan mengenyampingkan keselamatan nyawanya sendiri. Dia tidak lagi mementingkan

kehidupan dirinya, namun dia lebih mengutamakan pada kehidupan dan keselamatan bayinya.

Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman, yang artinya :

“ Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baikmkepada kedua ibu bapaknya,

ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya

dalam dua tahun.” (QS Lukmaan : 14)

Mengingat jasa ibu yang begitu besar, maka Allah pun akan memberikan penghargaan

mulia bagi anak yang mampu berbakti kepada ibunya. Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut

Artinya : Barangsiapa mencium kedua mata ibunya, maka hal itu akan menjadi tabir dari apineraka.”

Page 33: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

32

Menurut penafsiran hadits di atas, jika ada anak yang mencium dan menjaga kedua mata

ibunya dari mengeluarkan air mata maka akan di jauhkan dari api neraka. Dengan kata lain jika

ada anak yang mampu berbuat baik kepada ibunya dengan membuat dia merasa mulia, bahagia

dan bangga. Maka anak tersebut akan dilindungi Allah dari siksa neraka. Hal itu di karenakan

anak tersebut telah berbakti dan tidak pernah menyakiti hati ibunya, sehingga Allahpun ridla

terhadap anak tersebut dan Allah sendiri pula yang akan menyelamatkan dia dari siksa api

neraka. Kebaktian anak dimaksud, tentunya adalah kebaktian yang mengikuti kaidah-kaidah baik

berdasarkan moralitas pergaulan sehari-hari dalam kehidupan pada khalayak pada umumnya,

terlebih moralitas yang berlandaskan pada al quran sebagai kitab Allah SWT.

Mencari Rizki yang Halal demi Kelangsungan Hidup Keluarga

Setelah merenungkan betapa berat perjuangan seorang ibu dalam andilnya melahirkan

kita ke dunia, di sisi yang lain ada konsekuensi bagi seorang ayah. Dengan kelahiran anak

sebagai buah hatinya, maka terbayang pula nafkah yang harus di tanggungnya demi sia anak.

Dari nafkah paling dekat yakni beaya persalinan anaknya, perwatan ketika sakit, kebutuhan

fasilitas kehidupan dan pendidikan, ayah jalani dengan penuh keikhlasan tanpa mengharap

balasan dari si anak. Karena ayah berprinsip pada keyakina kepada Tuhan, dimana Allah SWT

telah berfirman sebagai berikut :

Artinya : Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanya mengharap keridlaan Allah,kami tidak menharap balasan terima kasih dari kamu.” (QS Al Insaan : 9).

Dengan penuh keyakinan, seorang ayah mampu menerjang terik matahari, menantang

resiko maut, tak peduli dengan segenap kepenatan hidup, semuanya di laksanakan dengan penuh

keikhlasan demi memperoleh sesuap nasi dan beaya hidup untuk anak-anak dan keluarganya.

Karena alasan di atas itulah maka seorang anak hendaknya berbakti dan memuliakan kedua

orangtuanya yang telah merawat dan memperjuangkan kehidupan anaknya. Dengan demikian,

berbakti dengan sepenuh hati dengan membangun moralitas yang tinggi menjadi satu kewajaran

dan sekaligus kewajiban bagi seorang anak kepada kedua orangtuanya. Sebaliknya jika ada anak

yang durhaka kepada kedua orangtua, maka sudah barang tentu Allah pun tak akan ridla

Page 34: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

33

kepadanya, sehingga bisa jadi mengantarkan anak tersebut pada kesengsaraan hidup di dunia dan

siksa hidup di akhirat. Maka benarlah kiranya apa yang telah di sabdakan Nabi SAW

bahwasannya Ridla Allah terhadap seorang anak itu bergantung pada keridlaan orangtuanya.

Kesimpulan dan Hikmah

Begitu besar penghargaan Allah SWT kepada orangtua yang telah rela Dia titipi amanh

berupa anak sebagai khalifah penerus yang di harapkan membawa kebaikan dan kesejahteraan di

masa datang. Seiring dengan kemuliaan yang di berikan Allah kepada orangtua, maka ada

sebuah konsekuensi bagi anak, dimana anak mempunyai kewsjiban untuk berbakti kepada

orangtua sebagai imbalan curahan pengorbanan orangtua kepada anak sejak anak lahir hingga

anak dewasa dan mandiri.

Dalam hal ini ada kaidah yang telah di atur dalam agama islam sebagai bentuk

pengabdian anak kepada orangtua. Kidah-kaidah tersebut antara lain :

1. Dalam hal berbakti kepada orangtua hendaknya lebih mengutamakan ibu, kamudia

bapak.

2. Tidak boleh berkata kasar dan keras sehingga menyakiti hati kedua orangtua. Terlebih

jika orangtua sudah dalam keadaan tua.

3. Menghormati kedua orangtua ketika masih hidup ataupun telah wafat.

4. Menjalin kasih sayang pada keduanya terlebih jika keduanya atau salah satunya masih

hidup. Minimal dengan mendoakan kesehatan dan kesejahteraan mereka di hari tua serta

memodhonkan ampunan.

5. Menjalin hubungan silaturaahmi, terlebih jika keduanya atau salah satunya masih hidup.

Hikmah yang akan kita peroleh dengan kita membangun moralitas dalam hubungan anak

dan orangtua, maka kita akan memahami betapa besar pengorbanan mereka dikala kita masih

kecil. Kasih sayang yang tercurah dari keduanya tak tergantikan, pengorbanan mereka tak

terhitungkan, kemuliaan meraka tak tergeserkan. Maka jika ada anak yang mampu memuliakan

kedua orangtua, maka Allahpun berkenan memuliakan anak tersebut.

Page 35: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

34

Daftar Pustaka :

Al Hikmah, Al Quran dan terjemahnya, Yayasan Penterjemah Al Quran, Disempurnakan LajnahPentashih Mushaf Al Quran, Diponegoro, Bandung, 2005.

Kumpulan Hadits Terpilih Shahih Bukhari, Ust,Maftuh Ahnan Asy, Terbit Terang, Surabaya,2003.

Hukum Islam, Prof.H.Mohammad Daud Ali, SH, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, EdisiRevisi, 2014.

Ilmu Sosial Dasar, Ir.M.Munandar Soelaeman MS, PT. Eresco, Bandung, 1993.

Berita dari Surga dan Neraka, Terjemah Daqoiqul Akhbar, Karya Toha Putra, Semarang, 1992.

Ilmu Tauhid Tingkat Dasar, Achmad Sunarto, Al Miftah, Surabaya, 2012.

Page 36: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

35

DANA TALANGAN HAJI: ANTARA KEBUTUHAN DAN IRONI

Oleh:Citra Ayudiati*

Universitas Cokroaminto Yogyakarta

Abstrak

Untuk lembaga keuangan syariah agar menerapkan fatwa DSN dan tidak keluar darifatwa, yaitu menarik biaya admnistrasi yang nyata-nyata diperlukan dengan besaran biaya tetap,tidak berdasarkan besarnya pinjaman. Jika ini dilanggar, maka akan menyebabkan terjaruh kedalam praktik riba. Untuk DSN, selain mengeluarkan fatwa diharapkan dapat memberikan sanksibagi lembaga-lembaga yang menerapkan produk tidak sesuai dengan yang difatwakan melaluiDewan Pengawas Syariah yang terdapat di setiap bank syariah.

Untuk masyarakat yang mendaftar haji jangan sampai terjebak dalam produk ini karenamengandung syubhat riba yang berakibat terhadap kemabruran hajinya karena berangkatmenggunakan harta yang diperoleh dengan cara riba. Hendaklah ia membayar tunai sebanyakRp 20 juta agar bisa mendapatkan kepastian seat (nomor urut) untuk tahun keberangkatan, danjangan menggunakan dana talangan bank.

Kata Kunci: Dana Talangan Haji, Kebutuhan dan Ironi

Pendahuluan

Pengertian dana talangan haji adalah pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah kepada

nasabah untuk menutupi kekurangan dana guna memperoleh kursi haji pada saat pelunasan

BPIH (Biaya Perjalanan Haji Indonesia) Bagi nasabah yang memiliki kekurangan dana untuk

berangkat maka disinilah peran lembaga keuangan syariah untuk memberikan talangan atau

pinjaman dimana nanti LKS juga akan menguruskan berkas berkas sampai nasabah tersebut

mendapatkan nomor antrian. Dan atas jasa tersebut maka LKS mendapatkan ujroh (uang jasa)

atas pengurusan haji tersebut. Landasan diperbolehkannya penggunaan dana talangan untuk

berhaji :

Al Baqarah ayat 282 , Kesaksian dalam mu'amalah

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk

waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di

antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya

sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

Page 37: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

36

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu

mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah

dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki,

maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,

supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu

enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis

hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih

adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)

keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya.

Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit

menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu

kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu. “

[179]. Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.

Al Qashash ayat 26

“ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang

bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."

Ketentuan umum dalam fatwa DSN MUI tentang Dana Talangan Haji :

1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan

menggunakan prnsip al ijarah sesuai dengan fatwa DSN MUI nomor 9/DSN MUI/IV/2000

2. Apabila diperlukan LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan

menggunakan prinsip al Qardh sesuai dengan fatwa DSN MUI nomor 19/DSN

MUI/IV/2000

3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian

talangan haji,

Page 38: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

37

4. Besar imbalan jasa al ijarah tidak boleh didarkan pada jumlah talangan al Qardh yang

diberikan LKS kepada nasabah

Penjelasan Fatwa DSN MUI

Penjelasan mengenai fatwa DSN MUI tentang penggunaan 2 akad tersebut telah sesuai

namun apakah itu semua telah dilaksanakan dengan jelas oleh Bank Syariah. Hal ini yang masih

menjadi polemik, dalam ketentuan fatwa MUI pada bagian pengurusan haji disana telah

diebutkan bahwa LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji. Namun pada

prakteknya dilapangan kita telah menjumpai bahwa Bank Syariah yang memberikan talangan

pasti juga akan mempersyaratkan pengurusan hajinya dengan mereka. Dan jelas hal ini telah

melanggar fatwa MUI pada ketentuan yang ke 3. Dasar dari larangan ini dapat kita lihat sebagai

berikut :

1. Hadist Abdullah bin Amru radhiyalluanhu

“Dari Abdullah bin Amru ia berkata ,” Rasulullah SAW bersabda : “Tidak halal menjual

sesuatu dengan syarat memberikan hutangan, dua syarat dalam satu transaksi, keuntungan

menjual sesuatu yang belum engkai jamin, serta menjual sesuatu yang bukan milikmu.”

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi sanadnya Shahih)

2. Kaidah fiqh yang disarikan dari hadist

“ Setiap pinjaman yang membawa manfaat (bagi pemberi pinjaman) adalah riba

3. Pinjaman adalah kegiatan social yang bertujuan membentu sesame dan mencari pahala dari

Allah sehingga Allah tidak boleh dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan.

Tinjauan fiqih berhaji dengan Hutang

Tinjauan Fiqih

Jika diperhatikan secara seksama, maka didapati bahwa dalam produk dana talangan haji

ini ada dua akad yang digabung dalam sebuah produk. Kedua akad tersebut Adalah akad qardh

(pinjam meminjam) dalam bentuk pemberian talangan dana haji dari pihak bank kepada

pendaftar haji. Akad yang kedua Adalah ijarah (jual beli jasa) dalam bentuk ujrah (fee

administrasi yang diberikan oleh pendaftar haji sebagai pihak terhutang kepada LKS atau bank

sebagai pemberi pinjaman).

Page 39: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

38

Menggabungkan akad qardh dengan ijarah telah dilarang oleh Rasulullah :صلى هللا علیھ وسلم

الیحل سلف وبیع

Tidak halal menggabungkan akad pinjaman dan akad jual beli. (HR. Abu Daud dan

dishahihkan oleh al-Albani (رحمھ هللا Dan akad ijarah termasuk akad jual-beli yaitu jual-beli

jasa.

Dengan demikian, produk dana talangan haji ini bertentanggan dengan hadits Nabi صلى

هللا علیھ وسلم di atas karena dalam produk tersebut digabungkan dua akad tersebut. Alasan lainnya,

akad ijarah ini bisa dimanfaatkan oleh pemberi pinjaman untuk mengambil laba dari pinjaman

yang diberikan sehingga termasuk dalam larangan pinjaman yang mendatangkan manfaat

(keuntungan).

Namun bila pintu pengambilan keuntungan ini dapat ditutup rapat maka bisa saja

digunakan sebagaimana difatwakan oleh berbagai lembaga fikih Nasional dan Internasional.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam fatwa DSN yang membolehkan mengambil biaya

administrasi yang nyata-nyata diperlukan dalam jumlah tetap dan bukan berdasarkan besarnya

pinjaman. Namun ternyata fatwa tersebut tidak dijalankan pada praktek yang dijelaskan

sebelumnya, dimana (besarnya biaya administrasi bervariasi berdasarkan besarnya pinjaman

yang diberikan oleh pihak bank. Ini jelas-jelas bahwa pihak bank tidak sekedar menarik biaya

admninistrasi yang nyata-nyata diperlukan akan tetapi di sana telah dimasukkan laba dari

pinjaman. Maka jelas ini hukumnya termasuk riba.

Jika dilihat dari persentase besarnya biaya administrasi ini, yaitu sekitar 10 % dari

besarnya pinjaman, ini hampir sama dengan bunga pinjaman yang ditarik oleh bank

konyensional. Berangkat haji adalah impian setiap muslim yang ada didunia, dengan peluh dan

keringat sebagian dari umat muslim khususnya yang ada di Indonesia dikerjakan untuk

mengumpulkan ongkos guna berangkat haji dan kenyataannya mereka mampu mberangkat

namun dengan usia yang telah menjelang senja. Begitu besar kerinduan umat Islam ini untuk

berangkat haji menjadi muncul sebuah fenomena yang dinamakan dana talangan haji. Fenomena

ini begitu cepat menjadi idola bagi umat muslim yang merasa tabungan hajinya jauh dari cukup

dan begitu sangat ingin berangkat haji namun sangat disayangkan ternyata praktek yang selam

ini ada didalam masyarakat masih belumbisa sempurna. Kurangnya kehati hatian kita dalam

Page 40: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

39

mengkaji ilmu bisa menjadi salah satu alasan mengapa praktek ini menurut kami masih

meragukan kehalalannya. Walaupun Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa namun

hendaknya kita juga mengkaji segala sesuatu dengan sifat uyang kritis dan berhati hati apalagi ini

terkait dengan perjalanan ibadah haji. Nah kami akan coba untuk membedah dengan lebih hati

hati apa sebenarnya yang dimaksud dengan dana talangan haji yang dijasikan salah satu cara

untuk mendaftar haji. Kalo kita bisa mencermati mengenai akad yang ada didalam talangan haji

maka kita akan menemukana 2 akad yang berbeda yang digabungkan menjadi satu. Yaitu akad

Qardh (piutang) dan akad Ijarah (sewa menyewa). Dan masing masing akad ini adaah halal jika

kita melakukannya secara ter pisah. Namun apabila kedua akad ini dijadikan satu bagaimanakah

seharusnya, maka disini kita akan coba melihat berdasarkan dalil dan juga tuntunan yang Allah

SWT berikan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Beberapa hadist yang mengacu pada hal ini

1. “Tidak halal menggabungkan antara piutang dengan akad jual beli “. (HR. Abu Dawud)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “ pada hadist ini Nabi Muhammad SAW melarang

penggabungan antara piutang dengan akad jual beli. Dengan demikian jika kita

menggabungkan antara akad utang piutang dan sewa menyew, dengan demikian setiap akad

social semisal hibah pinjam meminjam, hibah buah buahan yang masih diatas pohonnnya,

diskon pada akan penggarapan lading atau sawah dan lainya semakna dengan akad utang

piutang yaitu tidak boleh digabungkan dengan akad jual beli dan sewa menyewa,” (majmu

fatawa Ibnu Taimiyah 29/62)

2. Riba terselubung. Secara lahir kreditur tidak emungut tambahan atau riba atau bunga dari

piutangnya, namun secara tidak langsung ia telah emndapatkannya yaitu dari uang sewa

yang ia pungut. Seaw menyewa jual jas pengurusan haji ) yang dilakukan oeh lembaga

keuangan terkait langsung dengan akad utang piutang . Biasanya yang telah memiliki dana

sendiri untuk biaya hajinya tidak akan menggunakan layanan dana talangan ini. Dengan

demikian adanya talangan haji ini menjadikan lembaga keuangan terkait dapat memasarkan

jasanya dan pasti mendapatkan keuntungan dari jual beli jasa tersebut. Syakhul Islam Ibnu

Taimiyah menjelaskan hal ini dengan berkata, “Kesimpulan dari hadist ini meeaskan bahwa,

“ Tidak dibenarkan menggabungkan antara akad komersial dengan akad social. Yang

Page 41: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

40

demikian itu karena keduanya menjalin akad social disebabkan adanya akad komersial

antara mereka. Dengan demikian akad ini tidak sepenuhnya akad social.

3. Memberatkan masyarakat. Adanya praktek memaksakan diri ini tidak diragukan membebani

masyarakat. Terlebih lebih menjadikan agama islam yang awalnya teras mudah menjadi

berat dan sulit. Untuk dapat berhaji harus menunggu sekian lama dan mereka juga harus

membayar cicilan piutang. Hal nini sangatlah bertentangan syariat Islam. “ Wahai umat

manusia, hendaknya kalian mengerjakan amalan yang kuasa kalian kerjakan, karena

sejatinya Allah tidak pernah merasa bosan (diibadahi) walaupun kalian sudah merasakannya.

Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah Adalah amalan yang dilakukan secara

terus menerus.” (HR. Bukhari).

Dalam urusan haji Allah Ta’ala berfirman :

“ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah , yaitu (bagi) orang yang

sanggup mengadakan perjalan ke Baitullah .” (QS. Ali Imron : 97)

Bentuk dan Akad Talangan Haji

Seseorang yang ingin mendaftar haji mendatangi salah satu lembaga keuangan syariah

lalu mendaftarkan diri untuk haji dengan membuka rekening tabungan haji, serta membayar

saldo minimal Rp 500 ribu. Kemudian agar ia mendapatkan kepastian seat (kursi) untuk tahun

berapa maka ia harus melunasi sebanyak Rp 20 juta . Bank dapat memberikan dana talangan

dengan pilihan Rp 10 juta, Rp 15 juta, Rp 18 juta.

Andai pendaftar memilih talangan Rp 18 juta berarti ia mengeluarkan dana tunai

pribadinya sebesar Rp 2 juta. Dan 18 juta akan ditalangi oleh Lembaga keuangan Syariah. Utang

pendaftar ini ke Lembaga Keuangan Syari'at (Selanjutnya akan disingkat menjadi LKS)

sebanyak Rp 18 juta akan dibayar secara angsuran selama satu tahun ditambah dengan biaya

administrasi sebanyak Rp 1,5 juta. Sehingga yang harus dibayar ke LKS sebanyak Rp 19,5 juta.

Jika dalam setahun tidak terlunasi hutangnya kepada bank maka ia dikenakan biaya administrasi

baru. Andai pendaftar memilih talangan sebesar Rp 15 juta berarti ia mengeluarkan dana

pribadinya sebesar Rp 5 juta tunai, sementara Rp 15.000.000,-akan ditalangi oleh LKS. Utang

pendaftar yang berjumlah Rp. 15.000.000,- akan dibayarkan ke LKS secara angsuran selama 1

tahun ditambah dengan biaya administrasi sebanyak Rp 1,3 juta. Sehingga yang harus

Page 42: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

41

dibayarnya ke LKS sebanyak Rp 16, 3 juta. Jika dalam setahun tidak terlunasi hutangnya kepada

LKS maka ia dikenakan biaya administrasi baru. Andai pendaftar memilih talangan Rp 10 juta

berarti ia mengeluarkan dana pribadinya sebesar Rp 10 juta tunai. Dan 10 juta akan ditalangi

oleh Lembaga keuangan Syariah. Utang pendaftar ini ke LKS sebanyak Rp 10 juta akan dibayar

secara angsuran selama 1 tahun ditambah dengan biaya administrasi sebanyak Rp 1 juta.

Sehingga yang harus dibayarnya ke LKS sebanyak Rp 11 juta. Jika dalam setahun tidak terlunasi

hutangnya kepada bank maka ia dikenakan biaya administrasi baru.

Himbauan

Untuk lembaga keuangan syariah agar menerapkan fatwa DSN dan tidak keluar dari

fatwa, yaitu menarik biaya admnistrasi yang nyata-nyata diperlukan dengan besaran biaya tetap,

tidak berdasarkan besarnya pinjaman. Jika ini dilanggar, maka akan menyebabkan terjaruh ke

dalam praktik riba. Untuk DSN, selain mengeluarkan fatwa diharapkan dapat memberikan sanksi

bagi lembaga-lembaga yang menerapkan produk tidak sesuai dengan yang difatwakan melalui

Dewan Pengawas Syariah yang terdapat di setiap bank syariah. Untuk masyarakat yang

mendaftar haji jangan sampai terjebak dalam produk ini karena mengandung syubhat riba yang

berakibat terhadap kemabruran hajinya karena berangkat menggunakan harta yang diperoleh

dengan cara riba. Hendaklah ia membayar tunai sebanyak Rp 20 juta agar bisa mendapatkan

kepastian seat (nomor urut) untuk tahun keberangkatan, dan jangan menggunakan dana talangan

bank. Bagi yang telah terlanjur, maka ingatlah firman Allah :رحمھ هللا

ومن عاد فأولئك أصحا ب النار ھم فیھا خالدون فمن جاءه موعظة من ربھ فانتھى فلھ ما سلف وأمره إلى هللا

Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang

larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),

maka orang itu Adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. al-

Baqarah/2:275).

Dan hendaklah ia berusaha sekuat tenaga untuk menutupi sisa talangan secepatnya. Semoga

Allah عزوجل menerima ibadah haji umat Islam.

Page 43: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

42

Daftar Pustaka

Antonio, Syafi,i. M. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insan Press.

Ash-Shawi, Shalah dan al—Muslih, Abdullah, 2001. Fikih ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:Darul Haq.

Fatwa DSn tantang Dana talangan Haji.

Muhammad. 2002. Lembaga KeuanganUmat Kontemporer. Yogyakarta: UII Press.

Muhammad, Rifqi.2008. Akuntansi Keuangan Syariah. Yogyakarta: UUI Press.

Solihin, Ahmad Ifham.2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia.

Warde, Ibrahim. 2009. Islamic Finance: Keuangan Islam Dalam Perekonomian Global.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Zulkifli, Sunato. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim.

Page 44: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

43

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DANKECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA SMPNEGERI 1 SEWON BANTUL

Oleh:

Sri Ayomi*Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Abstrak

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sewon

Bantul Yogyakarta yang berjumlah 215 siswa. Sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 78

responden, diambil dengan metode random samplingpada siswa kelas VII.Sedangkan Penelitian

ini menggunakan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh kecerdasan

intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa SMP

Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta.Penggunaan analisis regresi berganda dikarenakan dalam

penelitian ini beberapa variabel bebas (kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan

kecerdasan spiritual) dan satu variabel terikat (prestasi belajar mata pelajaran PKn).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yang berpengaruh secara positif

signifikan terhadap prestasi belajar adalah kecerdasan intelektual dan kecerdasan

spiritual.Sedangkankecerdasan emosional tidak menunjukkan pengaruh terhadap prestasi belajar.

Hal ini disebabkan karena tingkat signifikansi uji t di atas 0,05.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Sipritual, PrestasiBelajar Pendidikan Kewarganegaraan, Siswa SMP Negeri 1 Sewon Bantul

Pendahuluan

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Pasal 3 Undang-

Page 45: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

44

Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).Salah satu faktor yang dapat

mendukung keberhasilan proses pembelajaran di setiap sekolah adalah sikap dan mental dari

siswa itu sendiri, terutama dalam mengembangkan kepribadiannya yang semakin dituntut untuk

memiliki kemampuan dalam pemahaman ilmu Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga hal

tersebut dapat dijadikan nilai tambah kehidupan bermasyarakat dan berwarganegara.Kebanyakan

program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ) saja yaitu berorientasi untuk

menghasilkan nilai akademik, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana

mengembangkan kecerdasan hati seperti pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi.

Banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki kecerdasan intelektual

saja tetapi tidak memiliki kecerdasan emosional, belum tentu sukses di dunia pekerjaan tetapi

terpuruk di tengah persaingan. Sebaliknya banyak orang yang hanya berpendidikan formal lebih

rendah ternyata banyak yang lebih berhasil karena diimbangi dengan kecerdasan emosional yang

baik dan tinggi.

Kecerdasan emosional mampu melatih kemampuan untuk mengelola perasaannya,

kemampuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi,

kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati

yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini yang

mendukung seorang siswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.Kecerdasan intelektual (IQ)

dan kecerdasan emosional (EQ) itu saja belum cukup untuk menghantarkan seseorang mencapai

puncak kesuksesan dalam kehidupannya. Spiritualitas siswa yang cerdas akan mampu membantu

siswa dalam pemecahan permasalahan-permasalahan dalam pendidikan di sekolah.Pembelajaran

yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa menyeimbangkan sisi spiritual akan

menghasilkan generasi yang mudah putus asa, depresi, suka tawuran bahkan menggunakan obat-

obat terlarang, sehingga banyak siswa yang kurang menyadari tugasnya sebagai seorang siswa

akan mengakibatkan kurangnya motivasi untuk belajar dan sulit untuk berkonsentrasi, sehingga

siswa akan sulit untuk memahami suatu mata pelajaran. Siswa yang hanya mengejar prestasi

berupa nilai dan mengabaikan nilai spiritual, akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan

nilai yang bagus, mereka cenderung untuk bersikap tidak jujur seperti mencontek pada saat ujian.

Kecerdasan spiritual mampu mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya

Page 46: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

45

karena kecerdasan spiritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif

kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).

A. Deskripsi Teori

1.Mata Pelajaran PKn

PKn bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang

cerdas dan baik. PKn adalah nama mata pelajaran yang ada dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan dimana didalamnya mencakup aspek pengetahuan kewarganegaraan, aspek

keterampilan kewarganegaraan, dan watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan

untuk membentuk peserta didik menjadi warga Negara yang baik.

2. Prestasi Belajar PKn

Beberapa ahli sepakat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Dimana hasil yang

dimaksud adalah hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Dibawah ini merupakan pendapat para

ahli dalam memahami kata prestasi yaitu:

a. WJS Poerdarminta dalam Djamarah (1994: 20) berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil

yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).

b. Mas’ud Khasan Abu Qodar dalam Djamarah (1994: 21), prestasi adalah apa yang telah

diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan

kerja.

Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah nama mata pelajaran yang ada

dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dimana didalamnya mencakup aspek pengetahuan

kewarganegaraan, aspek keterampilan kewarganegaraan, dan watak atau karakter

kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk membentuk peserta didik menjadi warga Negara

yang baik.

3. Kecerdasan Emosional

a. Pengertian Kecerdasan Emosional

kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain

dalam mengelola emosi yang baik.

b. Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman (2005: 10) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu

1) Pengenalan Diri (Self Awareness)

Page 47: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

46

Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya

dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolok ukur yang

realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.

2) Kesadaran emosi (emosional awareness), yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya.

3) Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness), yaitu mengetahui kekuatan dan batas-

batas diri sendiri.

4) Percaya diri (self confidence), yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

5) Pengendalian Diri (Self Regulation)

Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif

pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum

tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi.

6) Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat

membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu

mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif.

7) Empati (Emphaty)

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu

memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu

menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Kesadaran politis (political awareness),

yaitu mampu membaca arus-arus emisi sebuah kelompok dan hubungannya dengan

perasaan.

8) Keterampilan Sosial (Social Skills)

Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika

berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah,

menyelesaikan perselisihan dan bekerjasama dalam tim.

4. Kecerdasan Intelektual

a. Pengertian Kecerdasan Intelektual

Intelektual merupakan kecerdasan intelegensia yang diuji dari hasil tes kemampuan

dalam menyelesaikan suatu problem yang biasanya diaplikasikan dalam angka-angka dan

Page 48: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

47

sejenisnya yang biasa dilakukan dalam dunia pendidikan dan dari hasil tes itu akan diberi nilai,

maka nilai itulah dijadikan ukuran kemampuan intelektual seseorang (Napitulu, 2009: 6).

b. Komponen Kecerdasan Intelektual

Dalam penelitian ini kecerdasan intelektual siswa diukur dengan beberapa indikator

sebagai berikut (Stenberg, 1981) dalam buku Dwijayanti (2009 : 17) :

1) Kemampuan memecahkan masalah, yaitu mampu menunjukkan pengetahuan mengenai

masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal,

menunjukkan pikiran jernih.

2) Intelegensi verbal, yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu

secara intelektual, menunjukkan keingintahuan.

3) Intelegensi praktis, yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia

sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.

5. Kecerdasan Spiritual

a. Pengertian Kecerdasan Spiritual

kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia dalam memaknai arti dari

kehidupan yang dijalani serta memahami nilai yang terkandung dari setiap perbuatan yang

dilakukan.

B. Hasil Penelitian

1. Uji Kualitas Data

Uji validitas adalah tingkat kemampuan suatu alat ukur untuk mengungkap sesuatu yang

menjadi sasaran pokok pengukuran.Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas

kuesioner yang digunakan sebagai instrument penelitian, sehingga dapat dikatakan instrumen

tersebut sudah valid.

Dalam penelitian ini diuji validitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibagikan

kepada responden memenuhi syarat valid.Tabel berikut menyajikan hasil uji validitas.

Page 49: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

48

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Item PernyataanPearsons’s

CorrelationsRtabel Keterangan

Kecerdasan EmosionalButir 1 0,425 0,220 ValidButir 2 0,298 0,220 ValidButir 3 -0,053 0,220 Tidak ValidButir 4 0,550 0,220 ValidButir 5 0,387 0,220 ValidButir 6 0,434 0,220 ValidButir 7 0,597 0,220 ValidButir 8 0,602 0,220 ValidButir 9 0,477 0,220 ValidButir 10 0,457 0,220 ValidButir 11 0,460 0,220 ValidButir 12 0,512 0,220 ValidButir 13 0,360 0,220 ValidButir 14 0,592 0,220 ValidButir 15 0,552 0,220 Valid

em PernyataanPearsons’s

CorrelationsRtabel Keterangan

Kecerdasan SpiriIttualButir 1 0,650 0,220 ValidButir 2 0,551 0,220 ValidButir 3 0,713 0,220 ValidButir 4 0,658 0,220 ValidButir 5 0,539 0,220 ValidButir 6 0,504 0,220 ValidButir 7 0,528 0,220 ValidButir 8 0,349 0,220 ValidButir 10 0,569 0,220 ValidButir 11 0,693 0,220 ValidButir 12 0,714 0,220 Valid

Sumber : Data Diolah

Dari hasil perhitungan pearson correlation di atas, terdapat item pertanyaan yang tidak

valid yaitu butir pertanyaan nomor 3 untuk variabel kecerdasan emosional sehingga item tersebut

tidak digunakan untuk analisis selanjutnya sedangkan item pernyataan tersisa mempunyai

rhitung > rtabel, yang artinya seluruh item pernyataan dan pertanyaan pada variabel penelitian

dinyatakan valid, sehingga item pernyataan tersebut dapat dinyatakan layak sebagai instrumen

untuk mengukur data penelitian.

Page 50: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

49

Kelas

26 33.3 33.3 33.327 34.6 34.6 67.925 32.1 32.1 100.078 100.0 100.0

VII AVII CVII DTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah pengujian untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat diandalkan.Dalam penelitian ini diuji reliabilitas untuk mengetahui apakah kuesioner yang

dibagikan kepada responden memenuhi syarat reliabel. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan cooficient cronbach alpha dengan batas toleransi 0,6 untuk data yang dapat

dianggap reliable. Hasil analisis uji reliabilitas adalah sebagai berikut :

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Cronbach Alpha Keterangan

Kecerdasan Emosional 0,750 Reliabel

Kecerdasan Spiritual 0,831 Reliabel

Sumber : data diolah

Dari hasil uji reliabilitas diperoleh seluruh variabel penelitian ini dapat dinyatakan sangat

reliabel karena koefisien alpha lebih besar dari 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir

pernyataan dan pertanyaan dapat digunakan sebagai instrumen untuk penelitian selanjutnya.

3. Analisis Deskriptif Statistik

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi kelas, usia, jenis

kelamin, nilai tes IQ, nilai UAS PKn, nilai akhlak mulia dan kepribadian. Karakteristik

responden tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kelas

Sumber : data primer

Karakteristik responden berdasarkan kelas adalah sebagai berikut:

KarakteristikResponden Penelitian Berdasarkan Kelas

Page 51: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

50

Usia

19 24.4 24.4 24.450 64.1 64.1 88.5

8 10.3 10.3 98.71 1.3 1.3 100.0

78 100.0 100.0

12 Tahun13 Tahun14 Tahun15 TahunTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Jenis Kelamin

36 46.2 46.2 46.242 53.8 53.8 100.078 100.0 100.0

Laki-LakiPerempuanTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berasal dari

kelas VIIC sebanyak 27 responden atau sebesar 34,6% sedangkan responden yang berasal dari

kelas VII A dan VII D masing-masing sebesar 26 dan 25 responden atau 33,3 % dan 32,1%.

2. Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut :

KarakteristikResponden Penelitian Berdasarkan Usia

Sumber : data primer

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berusia 13

tahun sebanyak 50 responden atau sebesar 64,1% sedangkan responden yang berusia 12 tahun

sebesar 19 responden atau 24,4%. Responden yang berumur 14 dan 15 tahun masing-masing

berjumlah 8 dan 1 responden atau 10,3% dan 1,3%.

3. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Data primer

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 42 responden atau sebesar 53,8% sedangkan responden laki-laki sebesar 36

responden atau 46,2%.

4. Nilai tes IQ

Karakteristik responden berdasarkan tes IQ adalah sebagai berikut :

Page 52: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

51

Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Nilai Tes IQ

No Nilai Jumlah Kriteria1 70-79 0 Rendah / Keterbelakangan mental2 80-90 0 IQ Rendah (dalam kategori normal)3 91-110 63 IQ normal atau rata-rata4 111-120 15 IQ Tinggi dalam kategori normal5 120-130 0 IQ Superior6 >130 0 IQ sangat superior

Sumber : Data primer SMP N 1 Sewon

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai

nilai IQ normal atau rata-rata yaitu antara 91-110 sebanyak 63 siswa sedangkan responden yang

mempunyai nilai IQ tinggi kategori normal yaitu antara 111-120 sebanyak 15 siswa.

5. Nilai UAS

Karakteristik responden berdasarkan nilai UAS PKN adalah sebagai berikut :

Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Nilai UAS Pkn

No Nilai Jumlah Kriteria1 ≤ 20 0 Gagal2 21-40 0 Kurang3 41-60 18 Cukup4 61-80 54 Baik5 81-100 6 Sangat Baik

Sumber : Data primer SMP N 1 Sewon

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai

nilai UAS sebesar 61-80 sebanyak 54 siswa sedangkan responden yang mempunyai nilai 41-60

sebanyak 18 siswa dan yang terakhir responden yang mempunyai nilai 81-100 sebesar 54 siswa.

6. Nilai Akhlak Mulia

Karakteristik responden berdasarkan nilai Akhlak Mulia adalah sebagai berikut :

Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Nilai Akhlak Mulia

No Nilai Jumlah Kriteria1 ≥ 86 5 A2 76 ≤ Skor ≥86 73 B3 65 ≤ Skor ≥76 0 C4 ≤ 65 0 D

Sumber : Data primer SMP N 1 Sewon

Page 53: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

52

Kecerdasan Emosional

4 5.1 5.1 5.170 89.7 89.7 94.9

4 5.1 5.1 100.078 100.0 100.0

Tidak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai

nilai akhlak mulai sebesar 76 sampai 86 sebanyak 73 siswa sedangkan responden yang

mempunyai nilai lebih besar 86 sebesar 5 responden.

7. Nilai Kepribadian

Karakteristik responden berdasarkan nilai kepribadian adalah sebagai berikut :

Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Kepribadian

No Nilai Jumlah Kriteria1 ≥ 90 5 A2 76 ≤ Sko r≥90 73 B3 65 ≤ Skor ≥76 0 C4 ≤ 65 0 D

Sumber : Data primer SMP N 1 Sewon

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mempunyai

nilai akhlak mulai sebesar 76 sampai 90 sebanyak 73 siswa sedangkan responden yang

mempunyai nilai lebih besar 86 sebesar 5 responden.

8. Kecerdasan Emosional

Hasil analisis deskriptif jawaban responden untuk variabel kecerdasan emosional adalah

sebagai berikut :

Deskriptif Statistik Kecerdasan Emosional

Dari hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju dengan

kecerdasan emosional yang mereka miliki yaitu sebesar 70 responden menjawab setuju atau

89,7%.

9. Kecerdasan Spiritual

Hasil analisis deskriptif jawaban responden untuk variabel kecerdasan spiritual adalah

sebagai berikut :

Page 54: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

53

Kecerdasan Spiritual

22 28.2 28.2 28.252 66.7 66.7 94.9

4 5.1 5.1 100.078 100.0 100.0

Tidak SetujuSetujuSangat SetujuTotal

ValidFrequency Percent Valid Percent

CumulativePercent

Deskriptif Statistik Kecerdasan Spiritual

Sumber : Data Diolah,

Dari hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju

dengan kecerdasan spiritual yang mereka miliki yaitu sebesar 52 responden menjawab setuju

atau 66,7%.

10. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang

tercantum dalam tabel berikut ini :

Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan tabel diatas, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = -67,273 – 1,364X1 + 1,337X2 + 1,383X3 + e

Dari hasil persamaan regresi linier dapat diartikan sebagai berikut :

1. Konstanta (α) sebesar -67,273 memberi pengertian jika kecerdasanemosional (X1),

kecerdasan intelektual (X2) dan kecerdasan spiritual konstan (X3) atau sama dengan nol (0),

maka besarnya tingkat prestasi belajar (Y) sebesar -67,273 satuan.

Coefficientsa

-67.273 7.018 -9.586 .000

-.1.364 .866 -082 -1576 .119

1.337 .063 .915 21.061 .000

1.383 .683 .107 2.025 .047

(Constant)Kecerdasan Emosional(X1)Kecerdasan Intelektual(X2)Kecerdasan Spiritual (X3)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Prestasi Belajar (Y)a.

Page 55: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

54

2. Untuk variabel kecerdasan emosional (X1), diperoleh nilai koefisien sebesar -1,364 yang

berarti bahwa apabila pada kecerdasan emosional (X1) meningkat sebesar 1 satuan, maka

prestasi belajar (Y) akan menurun sebesar 1,364 satuan dengan asumsi bahwa variabel

independen lain dalam kondisi konstan.

3. Untuk variabel kecerdasan intelektual (X2), diperoleh nilai koefisien sebesar 1,337yang dapat

diartikan bahwa apabila pada variabel kecerdasan intelektual (X1) meningkat sebesar 1

satuan, maka prestasi belajar (Y) akan meningkat sebesar 1,337 satuan dengan asumsi bahwa

variabel independen lain dalam kondisi konstan.

4. Untuk variabel kecerdasan spiritual (X3), diperoleh nilai koefisien sebesar 1,383 yang berarti

bahwa apabila pada kecerdasan spiritual meningkat sebesar 1 satuan, maka prestasi belajar

(Y) akan meningkat sebesar 1,383 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain

dalam kondisi konstan.

11. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian

normalitas dilakukan uji statistik kolmogorov-smirnov.Hasil uji normalitas dengan menggunakan

uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

78.0000000

1.76809833.088.056

-.088.779.579

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Sumber : Data Output SPSS

Dari hasil uji kolmogorov-smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,579. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini terdistribusi

Page 56: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

55

normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05 dan model regresi tersebut layak

digunakan untuk analisis selanjutnya

12. Multikolinieritas

Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinieritas pada model regresi

berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (

VIF ) dan nilai tolerance dari masing-masing variabel bebas dalam model regresi. Tidak adanya

masalah multikolinieritas dalam model regresi apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai

tolerance lebih dari 0,1.

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber : Data SPSS diolah

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian collinierity statistic, nilai VIF pada

seluruh variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance di atas 0.1. Hasil tersebut

dapat diartikan bahwa seluruh variabel independen pada penelitian ini tidak ada gejala

multikolinieritas.

13. Heteroskedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya heteroskedastisitas, artinya

varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Pengujian heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplots, jika grafik terlihat titik-titik menyebar secara

acak dan tersebar di atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y maka tidak terjadi

heteroskedastistas pada model regresi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Coefficientsa

.675 1.481

.979 1.021

.664 1.506

Kecerdasan Emosional(X1)Kecerdasan Intelektual(X2)Kecerdasan Spiritual (X3)

Model1

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Prestasi Belajar (Y)a.

Page 57: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

56

43210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

-3

Regr

essio

n Stu

dent

ized R

esidu

al

Dependent Variable: Prestasi Belajar (Y)

Scatterplot

Sumber : Data SPSS diolah

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplotterlihat titik-titik

menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat

digunakan untuk analisis selanjutnya.

14. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t. Hasil uji statistik t

dapat dilihat pada:

Hasil Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

-67.273 7.018 -9.586 .000

-1.364 .888 -.082 -1.576 .119

1.337 .063 .915 21.061 .000

1.383 .683 .107 2.025 .047

(Constant)Kecerdasan Emosional(X1)Kecerdasan Intelektual(X2)Kecerdasan Spiritual (X3)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Prestasi Belajar (Y)a.

Page 58: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

57

Sumber : Data Diolah

Adapun hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien

regresi dari variabel kecerdasan emosional.Hipotesis pertama penelitian ini adalah kecerdasan

emosional berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil analisis besarnya

koefisien regresi yaitu -1,364 dan nilai ρ = 0,119. Pada tingkat signifikansi α = 5%, maka

koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena ρ = 0,119 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan emosional tidak berpengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar siswa sehingga hipotesis pertama penelitian ini tidak

diterima.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian terhadap hipotesis kedua dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien

regresi dari variabel kecerdasan intelektual.Hipotesis kedua penelitian ini adalah kecerdasan

intelektual berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil analisis besarnya

koefisien regresi yaitu 1,337 dan nilai ρ = 0,000. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka

koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,0000< 0,05. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan intelektual berpengaruh positif

signifikan terhadap prestasi belajar siswa sehingga hipotesis kedua penelitian ini diterima.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien

regresi dari variabel kecerdasan spiritual.Hipotesis ketiga penelitian ini adalah kecerdasan

spiritual berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil analisis besarnya

koefisien regresi yaitu 1,383 dan nilai ρ = 0,047. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka

koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,047 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan spiritual berpengaruh positif

signifikan terhadap prestasi belajar siswa sehingga hipotesis ketiga penelitian ini diterima.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Pengujian hipotesis keempat dalam penelitian ini menggunakan uji F. Hasil uji F dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 59: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

58

Hasil Pengujian Hipotesis

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil uji F di atas, dihasilkan nilai Fhitung dan nilai signifikansi 0,000. Pada

taraf signifikansi 5%, nilai Fhitung tersebut signifikan karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosioanl, kecerdasan intelektual, dan

kecerdasan spiritual secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar

sehingga hipotesis keempat penelitian ini diterima.

C. Pembahasan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 1 Sewon yang

berjumlah 215 siswa. Sedangkan sampel penelitian ini sebanyak 78 responden, diambil dengan

metode random sampling pada siswa kelas VII. Karakteristik responden yang dianalisis dalam

penelitian ini meliputi kelas, usia, jenis kelamin, nilai tes IQ, nilai UAS PKn, nilai akhlak mulia

dan kepribadian.

Karakteristik responden berdasarkan kelas, mayoritas berasal dari kelas VIIC sebanyak

27 responden atau sebesar 34,6% sedangkan responden yang berasal dari kelas VII A dan VII D

masing-masing sebesar 26 dan 25 responden atau 33,3 % dan 32,1%. Karakteristik responden

berdasarkan usia, mayoritas responden berusia 13 tahun sebanyak 50 responden atau sebesar

64,1% sedangkan responden yang berusia 12 tahun sebesar 19 responden atau 24,4%. Responden

yang berumur 14 dan 15 tahun masing-masing berjumlah 8 dan 1 responden atau 10,3% dan

1,3%.Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin

perempuan, yaitu sebanyak 42 responden atau sebesar 53,8% sedangkan responden laki-laki

sebesar 36 responden atau 46,2%.

ANOVAb

1520.503 3 506.834 155.810 .000a

240.715 74 3.2531761.219 77

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Kecerdasan Spiritual (X3),Kecerdasan Intelektual (X2), Kecerdasan Emosional (X1)

a.

Dependent Variable: Prestasi Belajar (Y)b.

Page 60: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

59

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh

pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap

prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta. Penggunaan analisis regresi

berganda dikarenakan dalam penelitian ini beberapa variabel bebas (kecerdasan emosional,

kecerdasan intelektual, dan kecerdasan spiritual) dan satu variabel terikat (prestasi belajar mata

pelajaran PKn).

D. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) tidak

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada

besarnya koefisien regresi yaitu -4,093 dan nilai ρ = 0,119. Pada tingkat signifikansi α = 5%;

maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena ρ = 0,119 > 0,05. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan emosional tidak

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

2. Dari hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ)

berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada

besarnya koefisien regresi yaitu 2,011 dan nilai ρ = 0,000. Pada tingkat signifikansi α = 5%;

maka koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,0000< 0,05. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan intelektual

berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

3. Dari hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi kecerdasan spiritual (SQ)

berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada

besarnya koefisien regresi yaitu 4,149 dan nilai ρ = 0,047. Pada tingkat signifikansi α = 5%;

maka koefisien regresi tersebut signifikan karena ρ = 0,047 < 0,05. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan spiritual berpengaruh

positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

4. Hasil analisis uji F di atas, dihasilkan nilai Fhitung dan nilai signifikansi 0,000. Pada taraf

signifikansi 5%, nilai Fhitung tersebut signifikan karena nilai signifikansi 0,000 < 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosioanl (EQ), kecerdasan intelektual (IQ),

Page 61: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

60

dan kecerdasan spiritual (SQ) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prestasi

belajar siswa.

Daftar Pustaka

Arie Pangestu Dwijayanti. (2009). “ Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual,Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntasi”. Skripsi:Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Daniel Goleman. (2005). “Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi”, Jakarta:Gramedia.

Ilham Hidayah Napitupulu. (2009). “Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan KecerdasanEmosional Terhadap Tingkat Pemahaman Pelajaran Akuntansi Sebagai VariabelModerating (Studi Pada Siswa SMK Bisnis dan Manajemen di kota Sibolga Kelas XIIJurusn Akuntansi)”. Skripsi: Universitas Sumatra Utara.

Saiful Bahri Djamarah. (1994). “Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru”. Surabaya: UsahaNasional.

Page 62: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

61

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANMELALUI PENILAIAN PORTOFOLIO SISWA KELAS X SEKOLAH

MENENGAH KEJURUAN BHINA KARYA RONGKOPGUNUNG KIDUL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh:Emiyatini*

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran PendidikanKewarganegaraan melalui penilaian portofolio siswa kelas X SMK Bhina Karya, Rongkop,Gunungkidul tahun pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitianadalah guru dan siswa kelas X SMK Bhina Karya, Rongkop, Gunungkidul. Untuk mendapatkandata digunakan metode wawancara observasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisadata digunakan analisa data kualitatif dan kuantitatif. Analisa data kualitatif digunakan untukmenganalisa data yang berupa keterangan-keterangan, dan analisis data kuantitatif digunakanuntuk menganalisa data perubahan jumlah atau frekuensi dari hasil pekerjaan siswa, selanjutnyadianalisa dengan rumus persentase. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaanpenilaian portofolio bagi guru merupakan model yang efektif, tidak membebani dan dapatdilaksanakan secara baik. Bagi siswa merasa diperhatikan oleh guru dan hubungan guru dengansiswa terjalin secara baik.

Kata kunci: Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, penilaian portofolio.

Pendahuluan

Upaya peningkatan mutu pembelajaran merupakan bagian terpadu dan peningkatan

kreativitas belajar siswa. Salah satu faktor yang dapai mempengaruhi keberhasilan siswa adalah

profesionalitas yang dimiliki oleh guru dalam mengelola kelas. Peranan pentingnya guru sebagai

pengelola kelas akan mengorganisasikan sumber belajar dan menghubungkan sumber belajar

sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran dengan cara efektif, efisien dan ekonomis.

Untuk melakukan upaya peningkatan pembelajaran ada beberapa unsur antara lain :

1. Kesiapan

2. Motivasi

3. Persepsi

4. Tujuan

Page 63: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

62

5. Perbedaan Individual

6. Transfer dan Retensi

7. Belajar Kognitif

8. Belajar Afektif

9. Belajar Psikomotorik

10. Evaluasi (Paulina Panen, 1999: 11)

Seperti yang telah kita ketahui bahwa, Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan

yang dirancang untuk mendukung proses belajar. Oleh karena itu dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran, guru perlu memperhatikan unsur-unsurnya.

1. Kesiapan. Yang dimaksud dengan kesiapan adalah kondisi individu yang memungkinkan ia

dapat belajar.

2. Motivasi. Yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu kondisi individu yang memprakarsai

kegiatan, mengatur arah kegiatan, dan memelihara kesungguhan. Secara alami siswa ingin

tahu, dan rasa ingin tahu ini seharusnya didorong dan bukan dihambat.

3. Persepsi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap individu melihat dunia

dengan caranya sendiri yang berbeda dengan yang lain.

4. Tujuan. Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai seseorang. Tujuan harus

tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para siswa pada saat proses belajar terjadi.

5. Perbedaan Individual. Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu sama lain.

Perbedaan ini disebabkan oleh karena setiap individu berbeda satu sama lain, baik fisik

maupun psikis.

6. Transfer dan Retensi. Dalam proses belajar seseorang dituntut untuk menyerap dan

menyimpan hasil belajar serta menggunakannya dalam situasi baru. Oleh karena itu. belajar

dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam

situasi baru.

7. Belajar Kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar

kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan

keterampilan memecahkan masalah, selanjutnya membentuk perilaku baru. Berpikir,

menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses

belajar kognitif.

Page 64: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

63

8. Belajar Afektif. Belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya

dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan,minat dan sikap.

9. Belajar Psikomotorik. Belajar psikomotorik menentukan bagaimana individu mampu

mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotorik menuntut keaktifan aspek mental

dan fisik.

10. Evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan, yang

berupa hasil pekerjaan siswa, bisa berupa hasil tes, hasil tugas, hasil praktikum, hasil

pekerjaan rumah dan sebagainya.

Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan penilaian seharusnya

dilaksanakan secara berkala, berkesinambungan, menaksir sesuatu secara menyeluruh yang

meliputi bakat, penyesuaian personal dan sosial, sikap dan minatnya. Namun dalam praktek

secara langsung guru lebih banyak mengukur dan menilai hasil belajar siswa hanya berdasarkan

pada prestasi akademik saja, tidak menjangkau seluruh aspek-aspek tersebut di atas. Tujuan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam

kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk pembentukan diri berdasarkan karakter-

karakter masyarakat Indonesia, agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak

langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.(BSN, 2006: 271)

Salah salu bentuk penilaian yang dipandang dapat dilaksanakan secara berkala,

berkesinambungan, menaksir secara menyeluruh yang meliputi bakat, penyesuaian personal dan

sosial, sikap dan minatnya adalah Model Penilaian berbasis portofolio. Penilaian portofolio ialah

merupakan kumpulan atau arsip yang disimpan secara rapi dalam map atau dijilid. Ditinjau dari

isinya ia merupakan kumpulan hasil karya seseorang baik tertulis, berupa hasil kara seni,

maupun berupa penampilan yang tersimpan dalam kaset atau audio. (Joko Sudomo, 2000 : 7).

Adapun keadaan siswa SMK Bhina Karya Rongkop Gunungkidul menurut data hasil sekolah

(data anak asuh) sebagian besar berasal dan keluarga yang berlatar pendidikan rendah dan faktor

ekonomi yang kurang mampu, sehingga orang tua tidak mempunyai banyak waktu untuk

Page 65: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

64

membimbing putra-putranya. Bahkan ada juga siswa yang pulang sekolah harus membantu orang

tuanya bekerja diladang atau mencari makan ternak, sehingga siswa sering tidak mengerjakan

tugas-tugas dari sekolah. Dengan adanya penilaian portofolio siswa diharuskan mengerjakan

tugas-tugas rumah dan ulangan harian dengan sungguh-sungguh.

Berdasarkan dan latar belakang masalah tersebut di atas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pelaksanaan model penilaian dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Bhina Karya Rongkop Gunungkidul melalui portofolio?

(2) Bagaimanakah hasil pelaksanaan penilaian portofolio kelas X Sekolah Menengah Kejuruan

Bhina Karya Rongkop Gunungkidul semester ganjil tahun 2014/2015?.

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan model penilaian dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Bhina Karya Rongkop

Gunungkidul melalui portofolio, (2) Untuk mengetahui hasil pelaksanaan model penilaian

portofolio pada kelas X SMK Bhina Karya Rongkop Gunungkidul tahun pelajaran 2014/2015.

Hasil penelitian dapat mengembangkan atau memperdalam kajian tentang strategi pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dan evaluasi Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru dalam penilaian Pendidikan

Kewarganegaraan serta dapat memberi masukan dalam pengambilan kebijakan dalam bidang

pendidikan dan pengembangan evaluasi Pendidikan Kewarganegaraan.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di SMK Bhina Karya Rongkop Gunung

kidul. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 bulan September

sampai dengan November 2014. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian antara lain,

guru mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) SMK Bhina Karya Rongkop

Gunungkidul dan siswa SMK Bhina Karya Rongkop Gunungkidul kelas X Ak. Metode ini

digunakan untuk menganalisa hasil penelitian portofolio siswa kelas X SMK Bhina Karya

Rongkop Gunungkidul.

Dalam pengumpulan data diperlukan data yang dapat dipertanggung jawabkan akan

kebenarannya sesuai dengan yang akan diteliti, maka penulis menggunakan metode interview,

observasi, dan dokumentasi. Interview digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa

Page 66: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

65

tanggapan atau pendapat siswa dan guru mengenai pelaksanaan penilaian portofolio pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas. Sedangkan observasi digunakan untuk

mengetahui pelaksanaan pengajaran dan pelaksanaan penilaian di Sekolah. Metode dokumentasi

penulis gunakan untuk mengetahui data pengasuh, data siswa, letak geografis, sarana dan

prasarana Sekolah Menangah Kejuruan (SMK) Bhina Karya Rongkop Gunungkidul evaluasi

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaaran dengan model portofolio.

Analisa data kualitatif digunakan untuk menganalisa data yang berupa keterangan-

keterangan, seperti hasil observasi, wawasan dan dokumentasi dengan menggunakan dua cara

berpikir yaitu berfikir deduktif dan berfikir induktif. Analisa data kuantitatif digunakan untuk

menganalisa data yang berupa perubahan jumlah atau frekuensi siswa dari hasil pekerjaan setelah

dinilai diperbaiki oleh siswa. Data yang berwujud angka tersebut dianalisa dengan statistik

sederhana atau rumus persentase sebagai , dengan F adalah frekuensi yang dicari

persentasenya, N adalah jumlah frekuensinya/banyaknya individu, dan P adalah angka

persentase.

Pembahasan

1. Hasil Penelitian Portofolio Tahap Pertama

Pelaksanaan Portofolio yang materi pokok bahasan dilaksanakan pada minggu kesatu

sampai minggu keempat. Hasil analisis mengenai kegiatan siswa saat melaksanakan tugas LKS

pada umumnya semua siswa berupaya melaksanakan dengan sungguh-sungguh. Namun masih

ada beberapa siswa yang belum dapat secara lancar mengerjakan soal-soal dalam LKS. Hal

tersebut terjadi karena siswa masih kurang memahami isi dan maksud dari pertanyaan.

Setelah guru memberikan penjelasan seperlunya tentang maksud dari soal-soal yang

dianggap sulit, siswa dapat menerimanya dan dapat menjawab soal-soal tersebut dengan benar.

Melalui cara-cara menjawab soal seperti ini diharapkan siswa dapat mengerjakan soal Pekerjaan

Rumah (PR) secara baik di rumah.

Awal dari pelaksanaan LKS, siswa masih terlihat banyak pertanyaan. Masalah yang

dirasakan pada umumnya adalah masih nampak kesulitan dalam pemahaman bahasa. Upaya guru

dalam membantu masalah ini adalah memberikan penjelasan mengenai maksud dari hal tersebut.

Page 67: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

66

Hasil mengenai penyelesaian LKS diselesaikan bersama-sama di kelas antara siswa dan dipandu

oleh guru.

Selanjutnya untuk minggu berikutnya guru memberi tugas pekerjaan rumah (PR). Tugas

pekerjaan rumah dikerjakan oleh siswa secara mandiri di rumah masing-masing dengan acuan

materi yang sudah diajarkan.

2. Hasil Penilaian Portofolio Tahap Kedua

Hasil penilaian Portofolio tahap kedua siswa mengerjakan tugas rumah (PR I) yang dibuat

oleh guru. Untuk kegiatan ini siswa baru pertama kali diberikan tugas rumah. Sebelumnya tugas-

tugas tersebut dikerjakan di kelas, sebelumnya diadakan kesepakatan antara siswa dengan guru.

Kesepakatan mengenai jenis tugas yang harus dikerjakan dan waktu penyelesaian tugas untuk

diserahkan kembali setelah selesai dikerjakan siswa. Selain itu guru dan siswa mengadakan

kesepakatan agar tugas yang sudah selesai dikerjakan akan diperiksa oleh guru dan dikembalikan

lagi untuk diperbaiki kembali bagi siswa yang memperoleh nilai <10.

Hasil selengkapnya tentang hasil pelaksanaan penilaian portofolio tahap kedua

ditampilkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.Hasil Penilaian Tugas Rumah Pertama Untuk Siswa Kelas X

SMK Bhina Karya Rongkop Gunungkidul

Nilai

Penilaian Pekerjaan Rumah ISebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

ketF(Frekuensi)

%(Persentase)

F(Frekuensi)

%(Persentase)

10 10 27,77 27 759,5 - - - -9 9 25 4 11,11

8,5 - - - -8 7 19,44 5 13,88

7,5 - - - -7 4 11,11 - -

6,5 - - - -6 6 16,66 - -

36 100 36 100Berdasarkan tabel 1, hasil penilaian pekerjaan rumah pertama sebelum perbaikan untuk

siswa yang belum memperoleh nilai 10 adalah 27,77%,nilai 9 adalah 25%, nilai 8 adalah 19,44%,

nilai 7 adalah 11,11%, nilai 6 adalah 16,66%. Hasil Pekerjaan Rumah yang nilainya <10

Page 68: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

67

dikembalikan untuk diperbaiki sebanyak 72,23%. Setelah diadakan perbaikan oleh siswa hasilnya

yaitu nilai 8 adalah 13.88%, nilai 9 adalah 11,11% dan nilai 10 adalah 75%.

3. Hasil Penilaian Portofolio Tahap Ketiga

Hasil Penilaian Portofolio tahap ketiga yaitu pada pembelajaran dengan pokok bahasan

peran Komnasham, diuraikan sebagai berikut. Seperti halnya pada penilaian portofolio tahap

kedua, pada tahap ketiga ini siswa mengerjakan tugas rumah kedua (PR II) yang dibuat oleh guru.

Untuk kegiatan ini siswa mulai nampak ada sedikit persaingan yaitu ingin secara cepat

menyerahkan hasil pekerjaan rumahnya. Upaya belajarnya juga ada peningkatan dengan ditandai

semakin sedikitnya siswa yang memperoleh nilai enam (6) sekitar 2,77 dan semakin banyaknya

siswa yang memperoleh nilai 10 dengan demikian, melalui pekerjaan rumah tahap kedua siswa

mulai ada kesadaran untuk meningkatkan belajar.

Secara lengkap hasil Pelaksanaan Penilaian Portofolio tahap ketiga ini ditampilkan pada

tabel berikut ini :

Tabel 2.Hasil Penilaian Tugas Rumah Kedua Untuk Siswa Kelas X

SMK Bhina Karya Rongkop Gunungkidul

Nilai

Penilaian Pekerjaan Rumah ISebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

KetF(Frekuensi)

%(Persentase)

F(Frekuensi)

%(Persentase

10 12 33,33 29 80,559,5 - - - -9 9 25 5 13,88

8,5 - - - -8 7 19,44 2 5,55

7,5 - - - -

7 7 19,44 - -6,5 - - - -6 1 2,77 - -

36 100 36 100Berdasarkan tabel 2 hasil penilaian pekerjaan rumah kedua sebelum perbaikan untuk

siswa yang memperoleh nilai 10 adalah 33,33%, nilai 8 adalah 19,44%, nilai 7 adalah 19,44%

dan nilai 6 adalah 2,77%. Hasil pekerjaan rumah <10 dikembalikan untuk diperbaiki sebanyak

Page 69: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

68

66,67%. Setelah diadakan perbaikan hasilnya yaitu nilai 8 adalah 5,55%, nilai 9 adalah 13,88%

dan nilai 10 adalah 80,55%.

4. Pelaksanaan Penilaian Portofolio Tahap Keempat

Hasil penilaian portofolio untuk tahap keempat ini siswa mengerjakan ulangan harian

dengan materi pokok Hak Asasi Manusia. Soal ulangan harian dibuat oleh guru. Selanjutnya hasil

secara lengkap mengenai pelaksanaan penilaian Portofolio tahap keempat ini ditampilkan pada

tabel berikut

Tabel 3.Distribusi Persentase Ulangan Harian Untuk Siswa Kelas X SMK Bhina Karya Rongkop

Gunung kidul

Nilai

Penilaian Pekerjaan Rumah ISebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan

KetF(Frekuensi)

%(Persentase)

F(Frekuensi)

%(Persentase)

10 10 27,77 25 69,449,5 3 8,33 - -9 8 22,22 5 13,88

8,5 4 11,11 - -8 2 5,55 5 13,88

7,5 4 11,11 1 2,777 5 13,88 - -

6,5 - - - -6 - - - -

36 100 36 100Berdasarkan tabel 3 hasil ulangan harian memperoleh hasil untuk nilai paling bawah

adalah 7 sebanyak 13,88% dan paling atas adalah 10 sebanyak 27,77%. Hasil ulangan harian

yang nilainya <10 dikembalikan untuk diperbaiki sebanyak 72,23%. Setelah ada perbaikan

memperoleh nilai paling bawah 7,5 sebanyak 2,77% dan nilai 10 sebanyak 69,44%.

Page 70: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

69

5. Hasil Rata-rata Persentase Pekerjaan Rumah dan Ulangan Harian

Tabel 4.Rata-rata Persentase Pekerjaan Rumah dan Ulangan Harian untuk Kelas X SMK Bhina

Karya Rongkop Gunungkidul

No

Nilai Rata-rata PR Nilai Rata-rata UHSebelumPerbaikan

<10%

SesudahPerbaikan

<10%

SebelumPerbaikan

<10%Sesudah Perbaikan <10%

1. 69,45 22,21 72,23 30,55

Berdasar tabel 4 mengenai hasil persentase rata-rata mengenai pekerjaan rumah dan

ulangan harian bagi siswa yang memperoleh nilai <10 sebagai berikut:

a. Pekerjaan Rumah

Sebelum perbaikan yang memperoleh nilai <10 adalah 69,45%dan sesudah perbaikan

adalah 22,21%.

b. Ulangan Harian

Sebelum perbaikan yang memperoleh nilai <10 adalah 72,23%dan sesudah perbaikan

adalah 30,55%. Hal ini disebabkan karena sebelum perbaikan pada umumnya anak kurang

memahami maksud dari soal-soal, dan sesudah diadakan penjelasan seperlunya, anak

mengerjakan perbaikan dengan lebih baik.

Kesimpulan

Hasil Penelitian Pelaksanaan Penilaian Portofolio pada Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan kelas X SMK Bhina Karya Rongkop Kabupaten Gunungkidul disimpulkan

sebagai berikut :

1. Model Penilaian pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui

Portofolio terdiri dari dua tugas yaitu pekerjaan rumah dan ulangan harian, dua hal tersebut

dapat dilaksanakan sesuai dengan kelas yang dipakai sebagai subyek penelitian. Bagi guru

Penilaian Portofolio merupakan suatu model yang efektif, tidak merasa membebani dan dapat

dilaksanakan secara baik. Sedangkan bagi siswa merasa diperhatikan oleh guru dan hubungan

antara guru dengan siswa terjalin secara baik.

Page 71: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

70

2. Hasil Pelaksanaan Penilaian Portofolio menunjukkan adanya peningkatan jumlah nilai siswa

yang memperoleh nilai 10, baik sebelum siswa mengadakan perbaikan maupun setelah

diadakan perbaikan oleh siswa. tugas rumah maupun ulangan harian. Hasil rata-rata untuk

pekerjaan rumah yang memperoleh nilai <10 sebelum perbaikan 69,45% dan sesudah

perbaikan 22,21%. Sedangkan untuk ulangan harian yang memperoleh nilai <10 sebelum,

perbaikan 72.23% dan sesudah perbaikan 30,55%.

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini disarankan sebagai berikut ini:

1. Pelaksanaan model Penilaian Portofolio supaya dapat dikembangkan dan dilaksanakan untuk

semua kelas maupun semua bidang studi.

2. Untuk kelas yang memiliki siswa banyak apabila guru mengembangkan Penilaian Portofolio

perlu mengadakan kesepakatan dengan siswa mengenai waktu penyelesaian tugas-tugasnya.

Hal ini diperlukan untuk mengatur guru dalam memberikan waktu koreksi dan balikan

terhadap hasil pekerjaan siswa.

Daftar Pustaka

Budimansyah, Dasin. 2000. Metode Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.

Depdikbud, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Fajar, Arni. 2002. Portopolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Panen, Paulina. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudomo, Joko et.al., 2000. Laporan Penelitian, Model Penilaian Pembelajaran Fisika di SMU

Melalui Portofolio. Yogyakarta: Lemlit UNY.

Surapranata, Sumarna, Dr dan Dr. Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio ImplementasiKurikulum 2004. Jakarta : Rosda.

Page 72: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

71

PEMBELAJARAN TEMATIK PADA BIDANG STUDI PKn KELAS IV DI SEKOLAHDASAR MENDONGAN PLAYEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

Oleh:Slamet*

Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan pembelajaran tematik dan prosespembelajaran tematik serta evaluasi pembelajaran tematik di kelas IV Sekolah Dasar NegeriMendongan Playen Gunungkidul. Penelitian ini termasuk dalam penelitian diskriptif denganpendekatan kualitatif. Pada penelitian ini yang menjadi subyek adalah guru kelas IV serta siswakelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul tahun 2014/2015 denganjumlah siswa 16 ( L=11 dan P=5 ). Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini, di antaranya: (1)Guru kelas IV SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul belum melakukan perencanaantematik sebagaimana mestinya seperti tidak merumuskan tema untuk pembelajaran selama satusemester tapi sudah melakukan perencanaan pembelajaran secara umum seperti pembuatan RPPdan lain-lain; (2) Evaluasi yang dilaksanakan di sesuaikan dengan konsep KTSP yaitu evaluasidari seluruh aspek yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik; dan (3) Hambatan-hambatanyang dialami guru kelas IV SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul yaitu kesulitan dalampengelolaan kelas, kesulitan dalam penyatuan tema serta belum bisa melaksanakan pembelajarantematik yang sesungguhnya yaitu mengintegralkan bidang studi dalam satu tema.

Kata kunci: Pembelajaran, pembelajaran tematik, tema.

Pendahuluan

Pendidikan yang berorientasi pada siswa seyoganya mengutamakan belajar cara-cara

belajar (learning how to learn) dan bukan sekedar mempelajari materi-materi. Ini berarti bahwa

pendidikan yang demokratis harus memberlakukan beragam metode yang menggali kemampuan

siswa untuk berperan secara aktif dengan mengakui perbedaan kemampuan intelektual,

kecepatan, belajar, sikap, sifat dan minatnya. Menurut Conny Semiawan (2000:21-22) bahwa

pengajar masih berperan sebagai aktor utama di kelas. Sehingga siswa secara dominan bersifat

pasif, hanya mendengarkan, mencatat penjelasan guru sehingga siswa tidak menjadi komunikatif

dan tidak memiliki keterampilan menyatakan diri. Meskipun siswa memahami apa yang mereka

Page 73: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

72

dengar tapi jarang terjadi pengembangan mandiri berdasarkan aktivitas kreatif dalam konteks

tipe pembelajar yang bersifat eksploratif.

Permasalahan lain yang perlu diperhatikan dalam pendidikan di Indonesia adalah isi

kurikulum yang diajarkan sering bersifat teoritis abstrak (Conny Semiawan;2000:22), sedangkan

kenyataan kehidupan menuntut keterlibatan langsung dalam berbagai perkara. Guru kebanyakan

memaparkan fakta-fakta dan pengetahuan ataupun hukum tertentu kepada siswa tapi tidak

mengaitkannya dengan pengalaman empiris yang akan diamati untuk diinterpretasikan dan

disimpulkan sebagai suatu pemikiran yang bersifat hipotesis.

Salah satu ruang kreatif dalam implementasi KTSP adalah pembelajaran tematik, yaitu

sebuah model pembelajaran yang menekankan pada pemaknaan pengalaman belajar siswa,

dengan memadukan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lain dalam satu

tema yang mengangkat tema-tema aktual dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan upaya

untuk menyiasati kurikulum yang padat dan muatan kegiatan yang tinggi dengan berbagai

macam mata pelajaran, pembelajaran tematik menjadi pilihan yang tepat bagi sekolah. Metode

ini tidak mengesampingkan kurikulum nasional, melainkan sebagai upaya untuk menerapkan

kurikulum 2006 dengan cara yang menarik dan mudah sesuai dengan infrastruktur dan instansi

pengembang yang terlatih, kreatif dan fasilitas yang memadai. (Sutirjo dan Sri Istuti Mamik,

2004:3).

Alasan mendasar mengenai model belajar ini adalah, pertama, bahwa kenyataan empiris

dalam kehidupan sehari-hari tidak satupun fenomena alam yang berdiri sendiri, namun bersifat

kompleks dan terpadu, artinya satu fenomena terkait antara satu dengan yang lainnya. Kedua,

perkembangan IPTEK yang begitu pesat dan permasalahan ilmiah ini membutuhkan penyikapan

yang realistis. Jika setiap materi dari perkembangan permasalahan yang pesat dimunculkan

dalam satu bidang mata pelajaran sendiri-sendiri, tidak terbayangkan betapa banyak beban studi

yang harus diterima. Oleh karena itu tujuan model pembelajaran ini adalah untuk

mengakomodasikan perkembangan IPTEK serta permasalahan yang begitu kompleks dalam

masyarakat sehingga anak tidak terpisah dengan kenyataan hidup. (Sutirjo dan Sri Istuti

Mamik;2005:4).

Upaya kreatif ini, utamanya yang berkaitan dengan kurikulum 2006 KTSP ditegaskan

bahwa kegiatan pembelajaran yang telah disiapkan secara nasional menjadi acuan sekolah untuk

Page 74: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

73

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi lingkungan masing-masing, namun

kompetensi dasar harus tetap tercapai. “Hal mendasar yang harus diperhatikan oleh guru adalah

bahwa proses pembelajaran yang akan dilakukan adalah untuk memperkaya pengalaman belajar

siswa. Sedangkan tujuan dasar pembelajaran tematik adalah untuk efisiensi waktu, beban materi,

metode penggunaan sumber belajar yang tematik, sehingga dapat mencapai kompetensi yang

tepat dan efisien.” (Sutirjo dan Sri Istuti Mamik;2005:12).

Oleh karena itu, untuk menerapkan suatu konsep model pembelajaran tematik ini,

diperlukan suatu kerangka yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

dalam merancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar tertata dan

merupakan suatu kegiatan yang sistematis.

Salah satu lembaga pendidikan yang telah mencoba menggunakan metode ini adalah

Sekolah Dasar Negeri Mendongan Kecamatan Playen Gunungkidul. Penerapan metode ini

terutama pada kelas rendah (kelas I - IV). Menjadi sesuatu yang menarik peneliti, untuk

kemudian menggali lebih jauh aspek-aspek yang berkait dengan pelaksanaannya.

Persoalan pelaksanaan model pembelajaran tematik pada prinsipnya terletak pada aspek-

aspek sistem pelaksanaan. Maka yang dimaksud “model pembelajaran”, kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. (Udin

Saparudin, 1997:78-79).

Dengan demikian, dari konsep metode pembelajaran tematik ini, ada beberapa hal

mendasar yang harus diperhatikan, pertama, prosedur pengorganisasian pengalaman belajar yang

sesuai dengan kebutuhan siswa di Sekolah Dasar Negeri Mendongan Kecamatan Playen

Gunungkidul. Kedua, perlunya kreatifitas pemilihan metode belajar, sistem pengelolaan kelas

dan sistem evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketiga, perlunya pemanfaatan

sumber belajar dengan memanfaatkan infrastruktur dan lingkungan yang tersedia, dan keempat,

mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat sebagai upaya optimalisasi

pelaksanaan konsep pembelajaran tematik.

Page 75: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

74

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana perencanaan dan proses

pembelajaran tematik di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Kecamatan Playen

Gunungkidul?; (2) Bagaimana evaluasi pembelajaran tematik di kelas IV Sekolah Dasar Negeri

Mendongan Playen Gunungkidul? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)

Perencanaan pembelajaran tematik dan proses pembelajaran tematik di kelas IV Sekolah Dasar

Negeri Mendongan Playen Gunungkidul; (2) Evaluasi pembelajaran tematik di kelas IV Sekolah

Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan teori/bidang ilmu strategi

belajar mengajar dan perencanaan mengajar, digunakan sebagai bahan masukkan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran tematik, digunakan sebagai bahan masukan untuk

mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran tematik.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut

Sumadi Suryasubrata (2003:76), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk

membuat diskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Data yang dikumpulkan

semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, mengenai

hipotesis, membuat prediksi, maupun mencari implikasi. Jadi dalam penelitian ini akan

mengumpulkan data deskriptif yang diperoleh dari pengumpulan data yang nantinya dituangkan

dalam bentuk laporan dan uraian berupa kata-kata.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul

yang merupakan sekolah dasar yang melaksanakan pembelajaran tematik untuk kelas 1V. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil kelas IV karena siswa sudah belajar dengan pembelajaran

tematik. Penelitian ini akan dilakukan sekitar 2 bulan yaitu bulan Desember 2014 sampai bulan

Februari 2015 yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pada penelitian ini yang menjadi

subyek adalah guru kelas IV serta siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen

Gunungkidul tahun 2014/2015 dengan jumlah siswa 16 ( L=11 dan P=5 ).

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan 3 teknik, yaitu wawancara,

observasi dan dokumentasi sebagai pendukung. Wawancara dapat dipakai untuk melengkapi data

yang diperoleh melalui observasi. Pada penelitian ini wawancara akan dilaksanakan sebelum dan

Page 76: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

75

sesudah observasi dilaksanakan. Wawancara dilaksanakan terhadap guru dan siswa kelas IV SD

Mendongan Playen Gunungkidul. Mengingat keterbatasan indera manusia dalam pengamatan,

maka sebelum mengadakan observasi sebaiknya mempunyai konsep lebih dahulu, yaitu konsep

tentang hal-hal apa saja yang diperlukan untuk diamati, bagian-bagian mana yang diperlukan,

seberapa banyak yang dibutuhkan. Observasi dalam penelitian ini akan dilaksanakan sejak awal

hingga akhir penelitian. Dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah data tentang

perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru. Dengan metode ini yang diamati bukan

benda hidup tetap benda mati. Dalam menggunakan metode ini peneliti memegang checklist

untuk mencari variabel yang sudah ditentukan.

Dalam penelitian ini peneliti mempunyai kedudukan sebagai instrumen yang terjun

langsung ke lapangan dalam pengambilan data dengan metode wawancara, observasi dan

dokumentasi. Dalam penelitian ini analisa data dimaksudkan untuk mengorganisasikan data yang

telah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi. Pekerjaan analisa data dalam hal ini adalah

mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengategorikannya. Semua data

dikelompokkan dengan menggunakan acuan analisis non statistik yang konkret.

1. Reduksi data

Tahap ini merupakan kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi

data kasar dari catatan pengamatan. Hasil reduksi berupa uraian singkat yang telah digolongkan

dalam satu kegiatan tertentu.

2. Display data

Data-data yang telah dikumpulkan, dituangkan ke dalam matrik, bagan, grafik dan uraian

deskriptif seperlunya sehingga data itu dapat adanya hubungan secara keseluruhan serta mudah

dibaca dan dipahami.

3. Mengambil kesimpulan/verifikasi data

Kesimpulan diambil sejak penelitian dimulai hingga selesainya penelitian sehingga

diperoleh kesimpulan yang dijamin kredibilitasnya dan efektivitasnya.

Teknik keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong; 2000:178).

Page 77: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

76

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yang

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, yang dapat dicapai dengan jalan

membandingkan antara pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan hasil

wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian.

Pembahasan

1. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen

Gunungkidul.

Setting kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul diatur seperti

kelas biasa. Tempat duduk siswa dibuat 4 saff. Satu meja untuk dua orang siswa dengan 2 kursi.

Dua saff dikanan di tempati oleh siswa putra dan dua saff kiri ditempati oleh siswa putri.

Di dinding kelas ditempeli hasil karya siswa, gambar-gambar beserta bahasa Inggris, gambar

presiden dan wakil presiden di depan kelas. Jadwal piket siswa serta gambar-gambar lain yang

mendukung.

Aktivitas selanjutnya setelah guru melakukan perencanaan pembelajaran adalah

pelaksanaan atau realisasi dari perencanaan yang telah dibuat guru untuk diterapkan di kelas.

Aktivitas tersebut terdiri dari membuka pelajaran, menyampaikan materi serta menutup pelajaran.

Kegiatan aktivitas ini tidak terlepas dari komponen-komponen pembelajaran seperti siswa,

metode, media dan lain-lain.

Membuka pembelajaran adalah upaya untuk mengondisikan siswa agar siap belajar.

Banyak hal yang dilakukan dalam membuka pelajaran seperti menyampaikan tujuan yang hendak

dicapai, memberikan masalah-masalah pokok yang hendak dipelajari atau hal-hal lain yang bisa

menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.

Menurut Soetomo (1994:106) membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru

dalam pembelajaran untuk menciptakan suasana yang menjadikan siswa siap mental dan

menimbulkan perhatian siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.

Berdasarkan pengamatan penelitian di kelas Sekolah Dasar Mendongan Playen

Gunungkidul membuka pelajaran pada jam pertama dan jam-jam pelajaran selanjutnya berbeda.

Baik guru M dan guru Y, pada saat jam pelajaran pertama membuka pelajaran dengan

mengucapkan salam kepada siswa dan membaca doa mau belajar. Setelah itu biasanya siswa

Page 78: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

77

diajak tepuk irama dan bernyanyi. Guru juga biasanya menanyakan pengalaman siswa seperti

pada saat tema Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku, guru memulai dengan

menanyakan hal-hal seputar pribadi siswa dan kegiatan siswa sebelum berangkat sekolah dan

diselipi dengan pesan-pesan moral. Seperti, menanyakan siapa yang hari ini bangun pagi dan

sholat atau menanyakan siapa yang membantu orang tua sebelum berangkat ke sekolah dan

pekerjaan apa yang dilakukan. Pemanasan apersepsi yang dilakukan di awal pembelajaran

sebaiknya dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami oleh siswa. Apersepsi juga bisa

dilakukan dengan menyampaikan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi siswa, hal ini

membangkitkan motivasi siswa.

Pada umumnya Guru kelas di Sekolah Dasar jarang menyampaikan tujuan pembelajaran

kepada siswa dan jarang menjelaskan apa saja yang akan mereka pelajari. Padahal menurut

Soetomo (1993:40-41), dengan menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu, siswa akan

merasa tertarik pada materi yang akan disampaikan guru, karena siswa tahu apa yang diharapkan

dari dirinya oleh guru dan siswa tahu untuk apa dirinya belajar. Dengan demikian anak tidak

meraba-raba maksud guru menerangkan materi itu. Selain itu memberitahukan tujuan juga

berguna untuk guru karena menjadi pedoman guru untuk mengarahkan semua kegiatan

pembelajaran agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah itu, guru membagi siswa ke

dalam kelompok-kelompok berdasarkan shaf-shaf tempat duduk siswa. Sedangkan pada jam

pelajaran selanjutnya pelajaran dibuka dengan menertibkan siswa, kemudian diajak bernyanyi.

Lalu guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok. Nama kelompok ditentukan sendiri

oleh siswa berdasarkan tema saat itu. Pada saat tema Kejadian sehari-hari, nama kelompok adalah

nama kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan siswa seperti mandi, sholat, bermain, belajar dan

lain-lain. Setiap pelajaran nama-nama kelompok selalu diubah, jika pelajaran bahasa Jawa maka

nama kelompok dalam bahasa Jawa. Seringkali dalam pemilihan nama kelompok terjadi

keributan di kelas sehingga guru perlu mengkondisikan siswa kembali. Untuk mengkondisikan

siswa, perlu waktu yang tidak sedikit agar mereka siap belajar. Bahkan terkadang guru sama

sekali tidak bisa mengkondisikan mereka sehingga pembelajaran tidak bisa berjalan secara

optimal.

Setelah siswa dalam kondisi siap untuk belajar pada saat itu, guru mulai mengawali

materi. Dalam menyampaikan pelajaran, guru M lebih sering menggunakan media, terutama

Page 79: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

78

untuk mata pelajaran sains dan matematika. Media yang digunakan sangat sederhana. Seperti,

media kartu angka yang dibuat sendiri dengan menggunakan kertas karton. Selain itu juga

menggunakan sedotan, karet gelang, lidi, korek api dan manik-manik. Media-media ini

digunakan pada saat siswa belajar tentang bilangan. Guru membagikan ke tiap-tiap kelompok

benda-benda tersebut. Kelompok satu mendapat sedotan, kelompok 2 mendapat karet. Kelompok

tiga mendapat manik-manik dan kelompok empat mendapat sedotan. Kemudian siswa diberi

tugas untuk mengelompokkan benda yang telah dibagikan sesuai dengan bilangan loncat yang

mereka pelajari, misalnya loncat 5. Siswa mengelompokkan benda tersebut 5-5 sampai benda

tersebut habis atau sisa. Kemudian mereka menghitung jumlah benda tersebut. Biasanya guru

juga menggunakan media secara refleks tanpa disiapkan terlebih dahulu. Misalnya pada saat

membahas tentang benda padat dan benda cair, untuk memberi contoh benda padat dan benda

cair guru menggunakan air minum yang dibawa siswa atau benda-benda di sekitar siswa.

Guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul dalam

pembelajaran walaupun masih bersifat sangat sederhana. Penggunaan medianya tergantung

dengan materi yang disampaikan. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai guru menyiapkan

media yang akan digunakan. Media yang digunakan adalah benda-benda yang ada di sekitar

siswa. Selain itu guru juga menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Dalam proses pembelajaran yang berkedudukan sebagai pengirim pesan adalah guru dan

siswa sebagai penerima pesan. Guru menggunakan media dalam pembelajaran untuk

mempermudah menyampaikan materi kepada siswa. Dalam menyampaikan materi, guru M dan

guru Y menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti oleh siswa. Terkadang

guru secara tidak sengaja menggunakan kata-kata yang belum dimengerti siswa dan siswa

langsung menanyakan arti dari kata tersebut, seperti, ketika guru M memberikan nasehat bahwa

siswa harus konsisten dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama di kelas. Salah

satu siswa langsung bertanya arti kata konsisten tersebut. Penyampaian materi selalu diawali

dengan hal-hal kontekstual atau yang berhubungan dekat dengan siswa. Pada saat menyampaikan

pelajaran bahasa Indonesia dengan tema kegiatan sehari-hari, guru Y terlebih dahulu menanyakan

kepada siswa siapa yang sering membantu orang tua di rumah dan pekerjaan apa yang sering

mereka lakukan. Pembelajaran tematik selalu bertumpu pada masalah-masalah kontekstual dan

terintegrasi dengan lingkungan.

Page 80: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

79

Kegiatan belajar di luar kelas antara lain siswa mencari data, bermain sambil belajar dan

lain-lain. Salah satu hal yang membedakan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran

tematik adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pada pembelajaran konvensional

atau pembelajaran yang selama ini terjadi, menggunakan kelas sebagai satu-satunya tempat

belajar. Sedangkan dalam pembelajaran tematik, menggunakan tempat belajar secara bervariasi

di dalam dan di luar kelas sehingga pembelajaran yang berlangsung tidak membosankan. Pada

saat pelajaran PKn yang membahas tentang guru Y menggunakan halaman sekolah sebagai

tempat belajar siswa. Kegiatan belajar dikemas dalam bentuk permainan. Guru Y menyebar

kartu-kartu di halaman sekolah, ada yang ditempel di pohon ataupun di dinding sekolah. Kartu-

kartu tersebut terdiri dari kartu yang bertuliskan dan kartu yang merupakan terjemahan dari.

Siswa yang telah dibagi ke dalam kelompok diminta untuk mencari kartu-kartu tersebut dan

menyesuaikan dengan artinya masing-masing setelah itu kartu-kartu tersebut ditempel di papan

tulis berdasarkan kelompok masing-masing.

Selain menyampaikan materi, guru selalu menyampaikan pesan-pesan moral kepada

siswa baik itu terkait dengan materi maupun tidak. Misalnya ada siswa yang tidak mau masuk ke

kelompoknya karena tidak suka dengan salah satu temannya. Guru menjelaskan bahwa kita tidak

boleh memilih teman karena Allah SWT Maha Besar telah menciptakan kita tidak sama satu

sama lain baik dengan kelebihan maupun dengan kekurangan masing-masing. Siswa juga

dilibatkan dalam penyelesaian masalah. Jika ada yang bertengkar guru menanyakan bagaimana

penyelesaiannya dan siswa yang bertengkar tersebut diminta untuk memaafkan. Guru M

menjelaskan, “Siswa tidak semata-mata mempelajari ilmu-ilmu umum atau aspek kognitif saja

tapi dengan pesan-pesan moral ini atau tausiyah ini diharapkan siswa tidak hanya pintar dari segi

intelektual saja tapi juga memiliki moral atau akhlak yang baik.” Inilah salah satu bentuk

keterpaduan pembelajaran di SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul, guru tidak hanya

bertanggung jawab menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan aspek kognitif saja tapi guru

juga menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan aspek kognitif saja tapi guru juga

menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan aspek afektif dan dikaitkan dengan akhlak Islami.

Jika materi tidak tersampaikan atau tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai maka guru akan

mengulang materi tersebut hingga sebagian besar siswa bisa memahaminya. Guru M

mengatakan, “tidak apa-apa tidak tercapai karena RPP sekedar rencana kalo’ manusia bisa

Page 81: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

80

mengubah dan materi tersebut tetap diulang,” Sedangkan guru Y mengatakan, “materi tetap

diulang sampai sebagaian besar siswa mengerti.” Berkaitan dengan masalah waktu, guru telah

mengalokasikan waktu cadangan jadi tidak khawatir kekurangan waktu jika mengulang materi

hingga sebagian siswa memahaminya. Tapi pengulangan materi ini juga ada batasannya. Hal ini

bisa diamati dari dokumentasi, guru mengalokasikan waktu cadangan untuk setiap mata

pelajaran, selain itu hal ini juga dipertegas oleh guru Y, “Saya tidak khawatir kekurangan waktu

karena sudah dialokasikan waktu cadangan.” Tapi pengulangan materi ini juga ada batasannya

dan biasanya diulang sekilas sebelum materi yang baru disampaikan. Seperti yang diungkapkan

oleh guru M, “….materi-materi yang kurang itu saya ulang bersamaan dengan materi baru.”

Berdasarkan prinsip belajar tuntas, seorang peserta dididik dipandang tuntas belajar jika ia

mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65

% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan jika keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta

didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65 % dan sekurang-kurangnya 85 %

dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2003:99). Guru maupun sekolah

perlu memberikan perlakuan khusus kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui

kegiatan remidial, sedangkan peserta didik yang kemajuan belajarnya baik, diberikan kesempatan

untuk mempertahankan kecepatan belajarnya melalui kegiatan pengayaan. (Mulyasa, 2003:99).

Dalam pembelajaran, siswa menjadi pusat dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa selalu

dilibatkan dalam setiap kegiatan belajar, sehingga siswa menjadi aktif. Ciri pembelajaran tematik

yang efektif adalah aktif dan berpusat pada siswa. Guru hanya memberikan ruang kondusif dan

memfasilitasi tumbuhnya pengalaman-pengalaman yang berarti bagi siswa dengan menempatkan

siswa sebagai subjek dalam belajar. Peranan guru dalam penyajian materi pembelajaran dan

dalam mengelola proses pembelajaran dalam rangka menciptakan suasana belajar yang lebih

melibatkan siswa untuk aktif dalam melatih berpikir logis, kritis, dan analitis serta

mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa.

Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran didominasi oleh guru. Jadi guru masih

sebagai aktor di kelas. Guru berperan sebagai penyampai informasi sebanyak-banyaknya kepada

siswa. Siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal informasi. Siswa tidak banyak

terlibat dalam pembelajaran serta tidak diberi peluang untuk mencari dan menemukan sesuatu,

sehingga anak kehilangan sesuatu yaitu pengalaman pembelajaran alamiah langsung. Siswa kelas

Page 82: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

81

IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul Yogyakarta berani ketika disuruh

gurunya maju baik untuk bermain peran maupun mengerjakan soal-soal bahkan terkadang sampai

rebutan hingga kelas menjadi ribut. Keributan ini terkadang menganggu kegiatan pembelajaran.

Penjelasan dari guru sulit untuk didengar oleh siswa yang lain. Dan biasanya jika sudah ribut,

siswa sulit dikondisikan. Keributan ini bisa disebabkan oleh siswa yang berbicara dengan suara

keras di kelas, ada yang keluar kelas dan ada yang jalan-jalan di kelas. Selain itu siswa juga

diberi kebebasan dan berani mengemukakan ide, pendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan

dari guru bahkan siswa juga tidak sungkan untuk bertanya jika mereka tidak mengerti apa yang

dijelaskan oleh guru.

Dalam pembelajaran guru harus sering mengkondisikan siswa. Guru tidak pernah

memarahi ataupun membentak siswa. Jika ada siswa dalam kondisi seperti ini, guru akan

mendekati mereka lalu mengajak mereka untuk belajar kembali. Jika hal tidak bisa juga, guru

akan mengadakan lomba “anteng-antengan” bagi kelompok yang anggota kelompoknya tenang

dan duduk tertib maka nilai kelompoknya akan ditambah dan sebaliknya jika ada anggota

kelompoknya yang tidak tenang atau masih ribut maka nilai kelompoknya akan dikurangi atau

tidak dikasih nilai. Cara seperti ini cukup ampuh, siswa yang masih jalan di kelas biasanya

langsung duduk ditempat masing-masing. Semua siswa menjadi tenang. Dan guru bisa

melanjutkan pelajaran kembali. Tapi biasanya kelas akan menjadi ribut kembali apalagi jika ada

tanya jawab maka guru seringkali mengkondisikan siswa sehingga waktu belajar banyak yang

terpotong untuk mengkondisikan mereka.

Pertengkaran antar siswa juga sering terjadi di kelas dan hal ini juga terjadi di saat

pembelajaran berlangsung, sehingga guru harus mendamaikan keduanya, biasanya agar tidak

mengganggu siswa yang lain, siswa yang bertengkar tersebut dibawa ke kantor. Hal ini sedikit

banyak mempengaruhi situasi kondusif belajar yang telah tercipta.

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru ada yang kalanya tidak sepenuhnya bisa

mengkondisikan siswa untuk memiliki mental belajar. Pada awalnya siswa bisa kembali tenang

dan mengikuti pelajaran tapi beberapa saat kemudian siswa kembali ribut. Seringkali usaha yang

dilakukan guru gagal karena siswa sudah sangat tidak bisa lagi untuk dikendalikan. Kondisi siswa

seperti ini mengganggu pelaksanaan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berjalan dengan

optimal dan tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai.

Page 83: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

82

Penggunaan media, metode yang bervariasi pun kadangkala tidak mampu untuk menarik

perhatian siswa. Walaupun kondisi kelas seperti ini, tapi masih ada siswa yang benar-benar

belajar, mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru serta menyimak setiap penjelasan dari

guru. Guru perlu memberikan teguran secara tegas dan jelas kepada siswa yang menunjukkan

perilaku yang mengganggu atau menyimpang tapi harus menghindari ejekan dan peringatan yang

kasar dan menyakitkan. (Abdul Majid, 2005:120).

Keberhasilan dalam pembelajaran juga salah satunya ditentukan oleh metode yang

digunakan guru dalam penyampaian materi. Metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas

2 Sekolah Dasar Negeri Mendongan Playen Gunungkidul Yogyakarta divariasikan dan

disesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari agar siswa tidak pbosan. Hal ini dipertegas

oleh guru Y, “kreativitas guru sangat dituntut, metode, media, sarana dan strategi di variasi tapi

itu semua butuh pemikiran ekstra. Kalo’ anak bosan ini, diganti yang lain.”

Adapun metode-metode yang digunakan adalah :

1) Ceramah

Berdasarkan pengamatan peneliti, metode ceramah digunakan oleh guru M dan guru Y di

awal pembelajaran untuk menjelaskan materi. Tapi terkadang metode ini juga digunakan

ditengah-tengah pada saat guru menjelaskan kembali materi jika ada siswa yang belum mengerti.

2) Tanya jawab

Metode ini sering dipadukan dengan metode-metode lain. Hal ini untuk melihat

pemahaman siswa serta melatih siswa untuk berfikir kreatif dan melibatkan siswa secara aktif.

Dalam menjawab pertanyaan guru, siswa sangat antusias bahkan kelas sampai menjadi ribut.

3) Bermain peran

Bermain peran lebih sering digunakan untuk mata pelajaran Sosial dan Pendidikan

Kewarganegaraan. Bermain peran masih dibimbing oleh guru. Guru menunjuk beberapa siswa,

kemudian guru membagi peran kepada siswa yang ditunjuk. Guru membisikkan sesuatu kepada

salah satu siswa berdasarkan peran masing-masing, siswa yang telah dibisikkan oleh guru

tersebut kemudian mengucapkan sesuatu berdasar apa yang telah ia dengar dari gurunya,

begitulah seterusnya. Terkadang untuk menarik perhatian siswa, yang bermain peran adalah guru

M dan guru Y. Setelah bermain peran selesai, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

Page 84: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

83

siswa seputar cerita atau nilai-nilai yang terkandung pada cerita tersebut yang telah diperankan

oleh beberapa siswa.

4) Pemberian tugas

Guru sering memberikan tugas kepada siswa, baik itu PR ataupun tugas-tugas lainnya.

Ketika guru selesai menjelaskan materi, guru memberikan tugas-tugas kepada siswa, seperti

mencari data sesuai dengan materi yang dipelajari ataupun mengerjakan latihan-latihan di buku

paket.

Pada saat mengerjakan tugas ini seringnya tidak semua siswa mengerjakan. Mereka

biasanya bermain-main, mengobrol bahkan ada yang bermain di luar kelas.

5) Demonstrasi dan Eksperimen

Metode demonstrasi dan eksperimen sering digunakan pada mata pelajaran Sains . Seperti

pada mata pelajaran Sains dengan bahasan perubahan wujud benda. Guru M melakukan

demonstrasi dengan memanaskan gula pasir hingga mencair. Ini untuk menjelaskan kepada

siswa tentang perubahan wujud benda dari padat ke cair. Selain itu dilakukan juga eksperimen.

Sebelumnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok dan setiap anggota kelompok mendapat tabel

observasi. Di kelas, dibagi menjadi 5 pos. Pos I terdapat lilin dan korek api. Siswa disuruh

melakukan sesuatu yang dapat merubah lilin dari bentuk semula. Kemudian siswa diminta

mengamati lilin setelah terbakar api dan setelah dingin. Di pos 2, diletakkan karet dan kapur.

Siswa diminta merubah bentuk benda-benda tersebut. Di pos 3 ada segelas air dan piring kosong.

Siswa diminta melakukan sesuatu agar air berubah bentuk di pos 4 terdapat es batu yang

tengahnya di beri garam. Siswa diminta mengamati apa yang terjadi dengan es batu tersebut

terutama yang dibagian yang ada garamnya. Di pos 5 terdapat cincau yang telah membeku.

Proses pembuatan cincau ini disaksikan oleh siswa juga mereka terlibat dalam pembuatannya.

Setiap kelompok bergiliran mengunjungi pos-pos ini. Di setiap pos mereka melakukan apa yang

telah ditugaskan. Setelah semua pos mereka kunjungi, mereka secara individual mengisi lembar

tabel observasi yang telah dibagikan guru.

6) Cerita

Untuk menyampaikan materi agar menarik perhatian siswa, guru menggunakan metode

cerita. Metode ini sering digunakan untuk mata pelajaran-pelajaran selain matematika. Dalam

bercerita, guru menyesuaikan mimik dan suaranya sesuai dengan isi cerita. Siswa terkadang

Page 85: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

84

tertawa atau tersenyum mendengarkan cerita dari guru tapi mereka antusias untuk mendengarkan

cerita tersebut. Setelah itu, guru melontarkan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan isi cerita.

7) Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap benda-benda atau hal-hal yang ada disekitar siswa hingga

lingkungan sekolah. Seperti pada mata pelajaran Sains dengan bahasan benda mati dan benda

hidup. Setelah guru menjelaskan ciri-ciri dan beberapa contoh benda mati dan benda hidup, siswa

diberi tugas untuk mengamati benda-benda di sekitar kelas ataupun lingkungan sekolah.

Kemudian menuliskan apa saja yang termasuk benda mati dan benda hidup serta ciri-ciri dari

benda tersebut. Jawaban siswa beraneka ragam sesuai dengan benda-benda yang dilihat dan

diamati mereka.

Agar siswa semangat belajar, guru juga memberikan motivasi kepada siswa. Pemberian

motivasi ini dilakukan dengan memberikan pujian, hadiah ataupun nasehat-nasehat. Seperti yang

dijelaskan oleh guru Y “Saya memberi motivasi, bisa disela-sela pembelajaran atau pada saat

kegiatan pembelajaran berlangsung. Bentuknya bisa dengan pujian, hadiah ataupun nasehat-

nasehat.” Pemberian motivasi juga dilakukan dengan sedikit ancaman seperti yang diungkapkan

oleh guru M “…. Saya beri mereka dua pilihan, mau ikut pelajaran di kelas 2 atau mengerjakan

tugasnya di kelas 1V”. Hal ini dilakukan guru M apabila ada siswa yang tidak mau mengikuti

pelajaran. Sebelum memberikan dua pilihan itu, guru M terlebih dulu mendekati dan menanyakan

secara baik-baik kepada siswa tersebut alasan mengapa ia tidak mau mengikuti pelajaran.

Pembelajaran tematik menunjang penciptaan pembelajaran aktif dan dapat memotivasi

siswa. Motivasi dapat tercipta jika guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran

bagi kehidupan siswa secara nyata. Selain itu guru dapat menciptakan situasi belajar sehingga

materi pelajaran selalu tampak menarik dan tidak membosankan. Seyogyanya guru memiliki

sensitivitas yang tinggi untuk segera merefleksi dan memperkaya metodologi pembelajaran yang

lebih tepat guna dan menyenangkan.

Tahap akhir yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah menutup pelajaran yaitu

dengan membuat kesimpulan atas materi-materi yang dipelajari. Guru kelas IV Sekolah Dasar

Negeri selalu membuat kesimpulan terhadap materi-materi yang telah disampaikan. Jika kondisi

siswa sudah tidak memungkinkan lagi untuk belajar maka guru tidak membuat kesimpulan saat

itu. Menyimpulkan materi yang telah dibahas biasanya juga dilakukan guru pada saat siswa mau

Page 86: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

85

pulang yang dilakukan sebelum berdoa. Guru menanyakan kepada siswa apa saja yang telah

mereka pelajari pada setiap mata pelajaran hari itu. Setelah itu guru menyimpulkan kembali

sebagai penegasan dari jawaban siswa. Tapi jika saat itu kondisi sudah tidak memungkinkan

maka guru tidak membuat kesimpulan terhadap mata pelajaran yang telah dipelajari dari awal

sampai akhir. Padahal hal ini penting dilakukan, agar siswa merasa ikut terlibat dalam

menyimpulkan materi yang akhirnya memungkinkan siswa untuk belajar lagi setelah sampai di

rumah. Kegiatan selanjutnya adalah membaca do’a penutup mencari ilmu.

2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Tematik di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mendongan

Kecamatan Playen Gunungkidul

Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SDN Mendongan evaluasi

proses dan hasil yang mencakup 3 aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Evaluasi dari sisi kognitif adalah siswa bisa menjawab pertanyaan ataupun soal-soal yang

diberikan guru baik melalui lisan ataupun secara tertulis dan ini termasuk evaluasi hasil. Evaluasi

hasil juga bisa berupa produk akhir dari karya siswa. Sedangkan dari sisi afektif dan psikomotor

lebih banyak masuk dalam evaluasi proses. Kesungguhan dan keaktifan siswa dalam belajar

termasuk dalam evaluasi ini.

Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah ulangan harian, mid semester, ulangan umum,

tugas-tugas dan unjuk kerja. Dari ulangan harian bisa melihat sejauh mana pemahaman siswa

terhadap materi yang telah dipelajari. Jika ternyata banyak siswa yang tidak bisa atau salah dalam

menjawab soal maka guru akan mengulang kembali ulangan harian itu dengan terlebih dulu

mengulang materi tersebut kembali. Guru M mengatakan “...pada akhirnya saya harus

menentukan batas kapan saya mereview. Saya akan mengulang ulangan harian itu jika 30 % anak

tidak mencapai target. Nanti jika sudah diulang jumlahnya mengecil maka saya teruskan

materinya dan saya rencanakan materi-materi yang kurang itu saya ulang bersamaan dengan

pemberian materi baru”. Mendekati akhir semester guru melakukan pengayaan terhadap materi-

materi yang telah dipelajari, hal ini tercantum dalam dokumentasi, guru mengalokasikan waktu

untuk pengayaan materi serta perbaikan nilai per mata pelajaran.

Hasil dokumentasi memaparkan bahwa evaluasi telah direncanakan oleh guru, yaitu :

1) Ulangan harian dengan alokasi yang berbeda-beda tiap mata pelajaran.

Page 87: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

86

2) Mid semester tiap mata pelajaran rata-rata 2-3 jam pelajaran per semester.

3) Tes hasil belajar semester I yang dilakukan setelah seluruh materi dipelajari.

Berdasarkan wawancara dengan guru diketahui bahwa ketika tes tertulis ada siswa yang

tidak bisa mengerjakan soal-soal padahal ketika latihan dan praktek di kelas siswa mengerti dan

bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru. Kesulitan siswa ini ternyata pada pemahaman

soal karena ada beberapa siswa yang belum lancar membaca serta ketidaktelitian siswa dalam

membaca soal, hal ini terlihat pada saat observasi. Ketika tanya jawab secara lisan atau praktek di

kelas, siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar tapi ketika tes tertulis, siswa

memerlukan waktu yang lebih untuk bisa menjawab seluruh soal dan itu pun masih bertanya

kepada guru. Guru beberapa kali mengadakan ulangan harian perbaikan karena banyak siswa

yang salah menjawab soal. Evaluasi yang dilakukan guru kelas IV SD Negeri Mendongan Playen

Gunungkidul. sesuai dengan evaluasi yang dirancang pada kurikulum Tingkat satuan Pendidikan

Kesimpulan

Dari pembahasan dan analisis data yang diperoleh tentang pelaksanaan pembelajaran tematik

di kelas 1V SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Guru kelas IV SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul belum melakukan perencanaan

tematik sebagaimana mestinya seperti tidak merumuskan tema untuk pembelajaran selama satu

semester tapi sudah melakukan perencanaan pembelajaran secara umum seperti pembuatan RPP

dan lain-lain. Pada prinsipnya pembelajaran tematik yang saat ini dilaksanakan di kelas 1V SD

Negeri Mendongan Playen Gunungkidul masih memerlukan pengembangan-pengembangan

seperti konsep pembelajaran tematik yang sesungguhnya.

Pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas IV SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul

masih memiliki kelemahan-kelemahan jika dibandingkan dengan konsep pembelajaran secara

umum dan pembelajaran tematik pada khususnya. Dalam membuka pelajaran guru sudah

melakukan dengan baik yaitu dengan apersepsi untuk mengkondisikan siswa agar siap belajar.

Dalam menyampaikan materi guru menggunakan media walau bersifat sangat sederhana, variasi

metode dan pemanfaatan lingkungan sekitar. Tapi terkadang kegiatan pembelajaran ini sering

terkacaukan dengan keributan-keributan yang ditimbulkan siswa sehingga penjelasan dari guru

Page 88: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

87

sulit didengar oleh siswa yang lain. Selain itu keributan ini mempengaruhi siswa yang lain

dalam belajar. Guru sudah berupaya untuk mengkondisikan siswa, tapi usaha guru adakalanya

kurang berhasil. Selain itu dalam menutup pelajaran guru jarang menyimpulkan pokok-pokok

materi yang telah dipelajari. Jika ditinjau dari konsep pembelajaran tematik, pelaksanaan

pembelajaran tematik di SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul masih memisahkan mata

pelajaran mata pelajaran dengan jelas, artinya mata pelajaran tersebut masih berdiri sendiri-

sendiri sehingga dalam pelaksanaannya ketika menyelesaikan masalah tidak ada keterkaitan

antara mata pelajaran untuk menyelesaikan masalah.

2. Evaluasi yang dilaksanakan disesuaikan dengan konsep KTSP yaitu evaluasi dari seluruh aspek

yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

3. Hambatan-hambatan yang dialami guru kelas IV SD Negeri Mendongan Playen Gunungkidul

yaitu kesulitan dalam pengelolaan kelas, kesulitan dalam penyatuan tema serta belum bisa

melaksanakan pembelajaran tematik yang sesungguhnya yaitu mengintegralkan bidang studi

dalam satu tema.

Daftar Pustaka

Arief S. Sadiman, dkk., (2003), Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan danPemanfaatannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Jana, Sudjana, (2002), Strategi Pembelajaran, Bandung : Falah Production

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, (1998/1999), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :Depdikbud Dirjen Dikti Proyek PGSD

Siti Partini Suardiman, (1995), Psikologi Perkembangan, Yogyakarta : FIP IKIP, Yogyakarta

Soetomo, (1993), Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya : Nasional

Suprihadi Saputro, dkk., (2000), Strategi Pembelajaran (Bahan Sajian Program PendidikanAkta Mengajar), Malang : Depdiknas Universitas Negeri Malang Press

Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, (2005), Tematik Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004,Malang : Bayu Media

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin W, (1997), Teori Belajar dan Model-modelPembelajaran,Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Page 89: Volume 6. Nomor 2, Juli 2015 1907-2341 JOURNALfkip.ucy.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume-6...menguji dan membandingkan prestasi akademik pada mata pelajaran PPKn quantum teaching

Academy Of Education Journal. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 6 No. 2 Juli 2015

88

PEDOMAN PENULISANAcademy Of Education Journal

FKIP UCY

1. Naskah berupa ringkasan hasil penelitian, kajian pustaka, dan resensi buku.2. Naskah belum pernah di publikasikan atau dijadwalkan untuk dipublikasikan di media cetak

lain.3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah Ejaan Yang Di

sempurnakan (EYD) atau dalam bahasa Inggris baku.4. Sistematika penulisan:

a. Judul tulisan jelas, lugas dan ringkas.b. Nama penulis di tulis tanpa mencantumkan sebutan dan gelar.c. Lembaga tempat penulisan bekerja.d. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan panjang maksimal 250 kata yang memuat

tujuan, rumusan masalah, metode penelitian, pembahasan, dan kesimpulan.e. Keyword (kata kunci) maksimal 5 (lima) istilah.f. Isi naskah ditulis dengan spasi ganda sebanyak 10-25 halaman (1.500-5.000 kata) pada

kertas A4.g. Sumber kutipan (nama penulis, tahun terbit, dan halaman) ditulis pada tubuh Isi Naskah.h. Daftar Pustaka berisikan karya yang dikutip dalam Isi Naskah dan ditulis dengan urutan

dengan urutan alfabetis: nama penulis, tahun terbit, judul buku/tulisan, nama berkala,volume, kota penerbit, dan nama penerbit.

i. Biografi ringkas penulis.5. Naskah dikirim dalam bentuk digital (softcopy) dan/ atau cetak (hardcopy) ke alamat

Redaksi.6. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isinya.7. Naskah yang diseleksi dan dibaca oleh Redaksi dan Mitra Bestari dikategorikan jadi:

a. Diterima tanpa revisib. Diterima dengan revisic. Ditolak karena tidak relevan dan/atau tidak sesuai dengan Pedoman Penulisan.

8. Penulis yang tulisannya diterbitkan akan dikirimi 2 (dua) eksemplar jurnal ini sebagai buktiterbit.

Alamat Redaksi:Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Jl. Perintis Kemerdekaan, Gambiran,

Umbulharjo, Yogyakarta 55161 Telp. 0274-372274 (Hunting), Faks. 0274-372274.