visi 2016 dan penciptaan ikon olahraga - ftp.unpad.ac.id · menyiapkan bibit-bibit unggul...

1
H ARI ini, 10 Novem- ber, adalah Hari Pahlawan. Setiap kali mendengar istilah pahlawan, ada yang bergejolak di hati. Dahulu mereka yang disebut pahlawan adalah para pejuang yang ber- tempur melawan penjajahan Belanda. Kini mereka yang layak di- sebut pahlawan adalah mere- ka-mereka yang telah meng- harumkan nama bangsa di bidang masing-masing. Di bidang olahraga pun, Indonesia memiliki pahlawan. Sebut saja pasangan medali emas Olimpi- ade Barcelona Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma atau Tauk Hidayat, dan peraih medali emas Olimpiade Athena 2004. Namun kini, seiring dengan menurunnya prestasi olahraga Indonesia, pahlawan-pahlawan di dunia olahraga sedikit ber- munculan. Itu muaranya ada- lah terkait dengan pembinaan olahraga di Indonesia. Memang bukan perkara mudah mencetak pahlawan- pahlawan di bidang olahraga. Itu terkait dengan pembinaan yang ideal. Dengan wilayah yang membentang dari Sabang di Nanggroe Aceh Darussalam hingga ke Papua Barat, akan ditemui segudang persoalan. Pemetaan kekuatan yang digambarkan akan banyak menemui kendala. Itu sebab- nya perlu strategi merancang format. Beruntung Indonesia memiliki Undang-Undang No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) sehingga setiap langkah para pelaku olahraga sudah memili- ki landasan hukum jelas. Hanya implementasi untuk penerapan sebuah sistem pembinaan olah- raga tidaklah semudah memba- likkan telapak tangan. Ketua Umum Komite Olahra- ga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade In- donesia (KOI) Rita Subowo menegaskan, pihaknya sudah memetakan kekuatan itu de- ngan membuat delapan sentra pembinaan. Sentra-sentra pembinaan itu akan dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya. Bah- kan KONI juga bekerja sama dengan pusat pendidikan dan latihan pelajar (PPLP) dan juga KONI Daerah untuk membantu menyiapkan bibit-bibit unggul olahragawan Indonesia. ‘’Jadi cetak biru yang kita lakukan adalah mencari dan menyiapkan bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga. Itu se- babnya pola pembinaan tidak bisa dilakukan secara parsial karena terkait antara satu dan yang lainnya,’’ ujar Rita dalam perbincangan dengan Media Indonesia di ruang kerjanya di Jakarta, pekan lalu. Buat Rita, kerja sama de- ngan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan kementerian lainnya mutlak dilakukan. Kemendiknas meru- pakan ‘pemilik’ pelajar yang berstatus sebagai atlet. Mereka memiliki kewenangan untuk membuat kurikulum olahraga di sekolah-sekolah. ‘’Begitu juga dengan adanya MoU antara Menpora dan Ke- menterian BUMN, itu merupa- kan langkah yang patut dipuji. Sebab pembinaan olahraga merupakan tanggung jawab bersama,’’ tambah Rita lagi. Sejalan dengan ungkapan Rita, Sekretaris Kemenpora Wad Muharam juga membe- berkan cetak biru pembinaan olahraga. Bahkan dengan ke- hadiran Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional No 3 tahun 2005, dunia olahraga memiliki landasan pasti. ‘’Al- hamdulillah dengan adanya UU SKN ini, kita bisa melangkah lebih baik lagi,’’ tukas Wafid beberapa waktu lalu. Kebijakan umum Wad menegaskan, Kemen- pora sifatnya membuat ke- bijakan umum berdasarkan arahan dari Presiden. Semen- tara itu, pelaksanaan kebijakan itu induk-induk organisasi olahraga yang berada dalam koordinasi KONI. Wafid menuturkan, sejum- lah program bakal menjadi cetak biru pembinaan olah- raga nasional. Selain Program Indonesia Emas (Prima), Ke- menpora ternyata sudah mulai melakukan pembangunan sik yang nantinya akan dijadikan sebagai kawah candradimuka pembinaan olahraga. Bukit Hambalang di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, men- jadi bagian yang tidak akan terpisahkan kelak karena di situ dibangun pusat pendidikan, pelatihan, dan sekolah olahraga nasional. Di kawasan 123.993 meter persegi itu direncanakan bakal berdiri delapan bangunan sik mulai dari stadion olahraga indoor dan outdoor, hingga sa- rana penunjang seperti asrama, sekolah, kantin, masjid, dan sebagainya. Artinya, antara KONI dan Kemenpora saat ini sudah terdapat satu pemahaman, terutama dalam pembinaan prestasi. Hanya yang perlu lebih ditegaskan saat ini adalah bagaimana mencetak atlet agar bisa berprestasi lebih jauh lagi. ‘’Kami menargetkan visi 2016 Indonesia harus bisa meraih medali emas lebih banyak lagi. Sekarang kita tidak perlu lagi bicara tentang SEA Games (SEAG) atau Asian Games (AG), tapi harus Olimpiade.’’ Dengan bicara Olimpiade, ajang sekelas SEAG dan AG sudah pasti akan terangkut. Sebab untuk masuk sebagai peserta Olimpiade, ada kuali- kasinya. Kalau di Beijing 2008 Indonesia meloloskan 24 atlet dari tujuh cabang olahraga, di Olimpiade London 2012 harus bisa meloloskan 50 atlet. ‘’Dari situ kan bisa dihitung berapa medali yang bisa diraih. Bukan lagi bergantung kepada bulu tangkis atau angkat besi lagi untuk mendapat medali.’’ Baik Rita maupun Wafid sependapat bahwa olahraga memiliki ikon atlet yang patut dijual ke masyarakat. Adanya ikon itu membuat olahraga menjadi bahan perbincangan di masyarakat dan pada akhirnya bakal diminati. ‘’Itu juga yang kami lakukan saat ini. Butuh waktu agar ter- ciptanya ikon olahraga. Alham- dulillah program kemitraan dengan badan-badan usaha milik negara secara perlahan kita bisa menciptakan ikon- ikon baru,’’ tegas Wad. Itu sebabnya lahirnya Pro- gram Indonesia Emas (Prima) diharapkan bisa menjadi kawah candradimuka buat atlet-atlet elite Indonesia. Muara dari olah- raga adalah prestasi. Dari data yang ada, untuk tingkat Asia, Indonesia sesungguhnya selalu memiliki tradisi meraih medali di Asian Games (AG) sejak 1986 di Seoul, Korea Selatan. Dalam pentas olahraga em- pat tahunan itu, prestasi terbaik diraih ketika AG XIII 1998, Bangkok, Thailand, dengan enam emas, 10 perak, dan 11 perunggu. Indonesia pun me- nempati peringkat 11. Prima menjadi wahana untuk menjawab tantangan tersebut. Itu merupakan tempat para at- let elite bernaung setelah mela- lui proses dari tingkat pratama hingga utama. (S-1) suprihatno@ mediaindonesia.com PAHLAWAN OLIMPIADE: Taufik Hidayat, peraih medali emas pada Olimpiade Athena 2004, adalah salah satu pahlawan olahraga kebanggaan Indonesia. Visi 2016 dan Penciptaan Ikon Olahraga Indonesia membutuhkan kembali pahlawan-pahlawan olahraga yang kini mulai berkurang. RABU, 10 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 18 HARI PAHLAWAN Eko Suprihatno REUTERS/ZAINAL ABD HALIM Jadi cetak biru yang kita lakukan adalah mencari dan menyiapkan bibit- bibit unggul dalam bidang olahraga. Itu sebabnya pola pembinaan tidak bisa dilakukan secara parsial.” Rita Subowo Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia dan Komite Olimpiade Indonesia GRAFIS: TIYOK

Upload: vannguyet

Post on 08-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Visi 2016 dan Penciptaan Ikon Olahraga - ftp.unpad.ac.id · menyiapkan bibit-bibit unggul olahragawan Indonesia. ‘’Jadi cetak biru yang kita lakukan adalah mencari dan menyiapkan

HARI ini, 10 Novem-ber, adalah Hari Pahlawan. Setiap kali mendengar

istilah pahlawan, ada yang bergejolak di hati. Dahulu mereka yang disebut pahlawan adalah para pejuang yang ber-tempur melawan penjajahan Belanda.

Kini mereka yang layak di-sebut pahlawan adalah mere-ka-mereka yang telah meng-harumkan nama bangsa di bidang masing-masing. Di bidang olahraga pun, Indonesia memiliki pahlawan. Sebut saja pasangan medali emas Olimpi-ade Barcelona Susi Susanti dan Alan Budi Kusuma atau Taufi k Hidayat, dan peraih medali emas Olimpiade Athena 2004. Namun kini, seiring dengan menurunnya prestasi olahraga Indonesia, pahlawan-pahlawan di dunia olahraga sedikit ber-munculan. Itu muaranya ada-lah terkait dengan pembinaan olahraga di Indonesia.

Memang bukan perkara mudah mencetak pahlawan-pahlawan di bidang olahraga. Itu terkait dengan pembinaan yang ideal. Dengan wilayah yang membentang dari Sabang di Nanggroe Aceh Darussalam hingga ke Papua Barat, akan ditemui segudang persoalan.

Pemetaan kekuatan yang digambarkan akan banyak menemui kendala. Itu sebab-nya perlu strategi merancang format. Beruntung Indonesia memiliki Undang-Undang No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) sehingga setiap langkah para pelaku olahraga sudah memili-ki landasan hukum jelas. Hanya implementasi untuk penerapan sebuah sistem pembinaan olah-raga tidaklah semudah memba-likkan telapak tangan.

Ketua Umum Komite Olahra-ga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade In-donesia (KOI) Rita Subowo menegaskan, pihaknya sudah memetakan kekuatan itu de-ngan membuat delapan sentra pembinaan.

Sentra-sentra pembinaan itu akan dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya. Bah-kan KONI juga bekerja sama dengan pusat pendidikan dan latihan pelajar (PPLP) dan juga KONI Daerah untuk membantu menyiapkan bibit-bibit unggul olahragawan Indonesia.

‘’Jadi cetak biru yang kita lakukan adalah mencari dan menyiapkan bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga. Itu se-babnya pola pembinaan tidak bisa dilakukan secara parsial karena terkait antara satu dan

yang lainnya,’’ ujar Rita dalam perbincangan dengan Media Indonesia di ruang kerjanya di Jakarta, pekan lalu.

Buat Rita, kerja sama de-ngan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan kementerian lainnya mutlak dilakukan. Kemendiknas meru-pakan ‘pemilik’ pelajar yang berstatus sebagai atlet. Mereka memiliki kewenangan untuk membuat kurikulum olahraga di sekolah-sekolah.

‘’Begitu juga dengan adanya MoU antara Menpora dan Ke-menterian BUMN, itu merupa-kan langkah yang patut dipuji. Sebab pembinaan olahraga merupakan tanggung jawab bersama,’’ tambah Rita lagi.

Sejalan dengan ungkapan Rita, Sekretaris Kemenpora Wafi d Muharam juga membe-berkan cetak biru pembinaan olahraga. Bahkan dengan ke-hadiran Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional No 3 tahun 2005, dunia olahraga memiliki landasan pasti. ‘’Al-hamdulillah dengan adanya UU

SKN ini, kita bisa melangkah lebih baik lagi,’’ tukas Wafid beberapa waktu lalu.

Kebijakan umumWafi d menegaskan, Kemen-

pora sifatnya membuat ke-bijakan umum berdasarkan arahan dari Presiden. Semen-tara itu, pelaksanaan kebijakan itu induk-induk organisasi olahraga yang berada dalam koordinasi KONI.

Wafid menuturkan, sejum-lah program bakal menjadi cetak biru pembinaan olah-raga nasional. Selain Program Indonesia Emas (Prima), Ke-menpora ternyata sudah mulai melakukan pembangunan fi sik yang nantinya akan dijadikan sebagai kawah candradimuka pembinaan olahraga.

Bukit Hambalang di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, men-jadi bagian yang tidak akan terpisahkan kelak karena di situ dibangun pusat pendidikan, pelatihan, dan sekolah olahraga nasional.

Di kawasan 123.993 meter

persegi itu direncanakan bakal berdiri delapan bangunan fi sik mulai dari stadion olahraga indoor dan outdoor, hingga sa-rana penunjang seperti asrama, sekolah, kantin, masjid, dan sebagainya.

Artinya, antara KONI dan Kemenpora saat ini sudah terdapat satu pemahaman, terutama dalam pembinaan prestasi. Hanya yang perlu lebih ditegaskan saat ini adalah bagaimana mencetak atlet agar bisa berprestasi lebih jauh lagi. ‘’Kami menargetkan visi 2016 Indonesia harus bisa meraih medali emas lebih banyak lagi. Sekarang kita tidak perlu lagi bicara tentang SEA Games (SEAG) atau Asian Games (AG), tapi harus Olimpiade.’’

Dengan bicara Olimpiade, ajang sekelas SEAG dan AG sudah pasti akan terangkut. Sebab untuk masuk sebagai peserta Olimpiade, ada kuali-fi kasinya. Kalau di Beijing 2008 Indonesia meloloskan 24 atlet dari tujuh cabang olahraga, di Olimpiade London 2012 harus bisa meloloskan 50 atlet. ‘’Dari situ kan bisa dihitung berapa medali yang bisa diraih. Bukan lagi bergantung kepada bulu tangkis atau angkat besi lagi untuk mendapat medali.’’

Baik Rita maupun Wafid sependapat bahwa olahraga memiliki ikon atlet yang patut dijual ke masyarakat. Adanya ikon itu membuat olahraga menjadi bahan perbincangan di masyarakat dan pada akhirnya bakal diminati.

‘’Itu juga yang kami lakukan saat ini. Butuh waktu agar ter-ciptanya ikon olahraga. Alham-dulillah program kemitraan dengan badan-badan usaha milik negara secara perlahan kita bisa menciptakan ikon-ikon baru,’’ tegas Wafi d.

Itu sebabnya lahirnya Pro-gram Indonesia Emas (Prima) diharapkan bisa menjadi kawah candradimuka buat atlet-atlet elite Indonesia. Muara dari olah-raga adalah prestasi. Dari data yang ada, untuk tingkat Asia, Indonesia sesungguhnya selalu memiliki tradisi meraih medali di Asian Games (AG) sejak 1986 di Seoul, Korea Selatan.

Dalam pentas olahraga em-pat tahunan itu, prestasi terbaik diraih ketika AG XIII 1998, Bangkok, Thailand, dengan enam emas, 10 perak, dan 11 perunggu. Indonesia pun me-nempati peringkat 11.

Prima menjadi wahana untuk menjawab tantangan tersebut. Itu merupakan tempat para at-let elite bernaung setelah mela-lui proses dari tingkat pratama hingga utama. (S-1)

[email protected]

PAHLAWAN OLIMPIADE: Taufik Hidayat, peraih medali emas pada Olimpiade Athena 2004, adalah salah satu pahlawan olahraga kebanggaan Indonesia.

Visi 2016 dan Penciptaan Ikon Olahraga

Indonesia membutuhkan kembali pahlawan-pahlawan olahraga yang kini mulai berkurang.

RABU, 10 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 18HARI PAHLAWAN

Eko Suprihatno

REUTERS/ZAINAL ABD HALIM

Jadi cetak biru yang kita lakukan adalah mencari dan menyiapkan bibit-bibit unggul dalam bidang olahraga. Itu sebabnya pola pembinaan tidak bisa dilakukan secara parsial.”

Rita SubowoKetua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia dan Komite Olimpiade Indonesia

GRAFIS: TIYOK