web viewfenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi. heidegger adalah...
TRANSCRIPT
PENDEKATAN GESTAL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
NAMA :
SEMESTER : IV
KELAS : B
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
BAUBAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “Pendekatan Gestalt”.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.
Baubau, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................
1.3. Tujuan ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
2.1. Pengertian Teori Gestalt................................................................
2.2. Konsep Dasar Gestalt ...................................................................
2.3. Tokoh Teori Belajar Gestalt..........................................................
2.4. Pokok Pikiran Teori Gestalt...........................................................
2.5. Aplikasi dalam Dunia Pendidikan.................................................
2.6. Implikasi Teori Gestalt..................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses
pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengajaran adalah suatu proses aktivitas mengajar belajar, di dalamnya terdapat
dua obyek yang saling terlibat yaitu guru dan peserta didik.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam melaksanakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya
proses yang panjang dan tertata dengan rapi serta berjenjang akan memungkinkan
belajar menjadi lebih baik dan efisien.
Teori belajar gestalt merupakan teori belajar yang di kembangkan oleh
Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai
pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt
Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967).
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-
bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-
bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan yang
kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang
bagus, atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai
keseluruhan, sebagai Gestalt.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Siapa Tokoh Teori Belajar Gestalt?
2. Bagaimana Eksperimen yang dilakukan?
3. Apa Saja Pokok Pikiran dalam teori belajar gestalt?
4. Bagaimana Aplikasi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan?
1.3. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Tokoh Teori Belajar Gestalt?
2. Mengetahui Eksperimen yang dilakukan?
3. Mengetahui Pokok Pikiran dalam teori belajar gestalt?
4. Mengetahui dan memahami Aplikasi dan Implikasi dalam Dunia
Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teori Gestalt
Istilah Gestalt merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari
terjemahannya dalam bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu
form, shape (bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas.
Terjemahannya dalam bahasa Inggris pun bermacam-macam antara lain shape
psychology, configurationism, whole psychology. Karena adanya
kesimpangsiuran dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia
sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa menerjemahkan kedalam
bahasa lain.
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Fenomena adalah data yang paling
dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan
filsafat fenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral. Dalam suatu fenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.
Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh
indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu.
Menurut koffka, gestalt adalah pertemuan gejala-gejala yang tiap-tiap
anggotanya hanya mempunyai sifat atau watak dalam hubungannya dengan
bagian-bagiannya, sehingga merupakan suatu kesatuan yang mengandung arti,
dan tiap-tiap bagian mendapat arti dari keseluruhan itu. Yang primer gestalt
adalah bukan bagian-bagian. Bagian-bagian itu sendiri tidak ada. Sebab gestalt
tidak terjadi dari jumlah bagian-bagian. Artinya di dalam gestalt, tidak mungkin
bagian-bagian itu berdiri sendiri.
Gestalt adalah keseluruhan dalam satu kesatuan dan kebulatan atau
totalitas yang mempunyai arti penuh dimana tiap-tiap bagian mendukung bagian-
bagian yang lain, serta, mendapat arti dalam keseluruhan. Kofka don Kohler
berkesimpulan bahwa belajar bukanlah suatu perbuatan yang mekanistik.
melainkan suatu perbuatan yang mengandung pengertian (insignt) dan maksud
yang penuh. Belajar yang sebenarnya adalah “insightfull learning. Pemecahan
masalah bukan melalul “trial and errnr “, melainkan dengan mcnggunakan akal
dan pengertian inilah yang dinamakan perbuatan yang intelijen.
Penganut aliran ini memandang bahwa belajar adalah Iebih dan sekedar
pengembangan pola-pola yang rumit, seperti yang diajukan oleh penganut
behavioristik tidak rnendapatkan hal-hal yang diketengahkan oleh penganut
kognitifistik dengan mempertimbangkan bahwa kebanyakan belajar mungkin
hanya secara memadai dijelaskan dalam batasan model berfikir atau proses
kognitif.
2.2. Konsep Dasar Gestalt
Konsep Dasar Gestalt Berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya
selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung,
otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian
tersebut. Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya.
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab
pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan
mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Jadi hakikat
manusia menurut pendekatan konseling ini adalah :
(1) Tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya,
(2) Merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan lingkungannya itu,
(3) Aktor bukan reaktor,
(4) Berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan
pemikirannya,
(5) Dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab,
(6) Mampu mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
Teknik Konseling Gestalt
Hubungan personal antara konselor dengan klien merupakan inti yang perlu
diciptakan dan dikembangkan dalam proses konseling. Dalam kaitan itu, teknik-
teknik yang dilaksanakan selama proses konseling berlangsung adalah merupakan
alat yang penting untuk membantu klien memperoleh kesadaran secara penuh.
Prinsip Kerja Teknik Konseling Gestalt
Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan bahwa konselor
bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling konselor tidak
merekonstruksi masa lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa masa lalu tidak penting. Masa lalu
hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan ini pula konselor
tidak pernah bertanya “mengapa”.
Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan kesadaran klien tentang diri
sendiri dan masalah-masalahnya, sehingga dengan demikian klien
mengintegrasikan kembali dirinya: (a) klien mempergunakan kata ganti personal
Klien mengubah kalimat pertanyaan menjadi pernyataan; (b)klien mengambil
peran dan tanggung jawab; (c) klien menyadari bahwa ada hal-hal positif dan/atau
negative pada diri atau tingkah lakunya
Teknik-teknik Konseling Gestalt
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya : (a) kecenderungan orang tua lawan
kecenderungan anak; (b) kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan
masa bodoh; (c) kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”
(d) kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung; (e) kecenderungan
kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya
klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil
resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan
teknik “kursi kosong”.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan
menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu
kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan
kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya
bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung
jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu
meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini
diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya
sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan
sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-
perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk
mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini
konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan
perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya.
Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor
tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan
yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke
dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran
perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi
perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan
pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
2.3. Tokoh Teori Belajar Gestalt
1. Max Wertheimer (1880 – 1943)
Max Wertheimer adalah pendiri aliran psikologi Gestalt yang Lahir di
Praha. Jerman pada tanggal 15 ApiI 1880 dan meninggal di New York pada
tanggal 12 Oktober 1943. Setelah tamat sekotah Gymnasium di Praha. Ia belajar
hukum selama dua tahun, akan tetapi kemudian meninggalkan studi ini dan lebih
menyukai filsafat. Ia lalu belajar di Universitas Praha, Berlin dan Wurzburg.
tempat Ia memperoleh gelar Ph.D. Dia menerima tawaran di Frankfurt dan Berlin,
tetapi kemudian meninggalkan Jerman pada tahun 1934 karena situasi potik saat
itu. Dia kemudian bergaul dengan tokoh-tokoh New School for Social Research di
New York City. Pada waktu itu 1910, ketika dia membuat penemuannya yang
akhirnya menuntun dirinya untuk mendirikan aliran psikologi Gestalt.[5]
Ketika Ia melihat suatu stroboscope[6] di jendela suatu toko mainan, ia
membelinya, bereksperimen dengan alat tersebut, dan meyakinkan diri sendari
bahwa gerakan yang tampak jelas yang ditumbuhkan oleh penglihatan yang
berturut-turut pada satu seri gambar itu, tidak mungkin bisa diterangkan atas basis
strukturalisme. Bersama-sama dengan Köhler dan Koffka. Ia mengembangkan
dan memformulasakan sistem Gestalt.
Tahun 1933, Wertheimer pergi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan
diri dari berbagai masalah yang terjadi di Jerman. Tahun berikutnya, dia mulai
mengajar di New School for Sosial Research di New York City. Ketika di sana,
dia menulis buku terkenalnya. “Productive Thinking”, yang diterbitkan oleh
anaknya, Michael Wertheimer, seorang psikolog yang sukses di jalannya, pada
saat dia telah meninggal. Wertheimer meninggal pada tanggal 12 Oktober 1943
karena embolismekoroner (serangan jantung) di rumahya di New York.
2. Wolfgang Kohler (1887 – 1959)
Wolfgang kohler lahir pada tanggal 21 Januari 1887, di Reval, Estonia.
Dia menerima gelar PhD-nya pada tahun 1908 dari University of Berlin.
Kemudian dia menjadi asisten di Institut Psikologi Frankfurt, di mana dia bisa
bertemu dan bekerja bersama Max Wertheimer.
Tahun 1913 Kohler beruntung mendapatkan tugas belajar ke Anthropoid
Station, Tenerife di Kepulauan Canary, dan tinggal di sana sampai tahun 1920.
Tahun 1917, dia menulis buku paling terkenalnya, “Mentality of Apes”.
Tahun 1922, Kohler menjadi ketua dan direktur laboraturium psikologi di
University of Berlin, di mana Ia tinggal di sana sampai tahun 1935. Selama kurun
waktu itu, pada tahun 1929, dia menulis “Gestalt Psikology”. Pada tahun 1935,
dia pergi ke Amerika Serikat dan mengajar di Swarthmore sampai pensiun. Dia
meninggal pada tahun 11 Juni 1967 di New Hampshire.
3. Kurt Koffka (1886 – 1941)
Kutr Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886, di berlin. Dia menerima
gelar PdH-nya dari University of Berlin pada tahun 1909, dan seperti halnya
Kohler, dia juga menjadi asisten di Frankfurt.
Pada tahun 1911, Koffka pergi ke University of Giessen, dan mengajar di
sana sampai tahun 1927. Ketika di sana, dia menulis buku “Grow of the Mind: An
Introduction to Child Psikology” (1921). Pada tahun 1922, dia menulis sebuah
artikel untuk Psikological Bulletin yang memperkenalkan program Gestalt kepada
pembaca di Amerika Serikat. Tahun 1927, Koffka meninggalkan Amerika Serikat
untuk mengajar di Smith Collage. Dia mempublikasikan “Principles of Gestalt
Psycology” pada tahun 1935. Dia meninggal pada tahun 1941.[9]
2.3. Eksperimen Yang Dilakukan
“Sultan (simpanse Kohler yang paling cerdik) berjongkok di depan jeruji,
tetapi tidak dapat menggapai buah yang terletak di luar dengan hanya
menggunakan galah pendek yang disediakan. Sebuah galah yang lebih panjang
diletakkan di luar jeruji, kira-kira 2 meter pada satu sisi objek dan sejajar dengan
jeruji. Objek tersebut tidak dapat digapai dengan tangan, tetapi dapat ditarik
dengan satu galah kecil.
Sultan mencoba menggapai buah tersebut dengan galah yang lebih pendek.
Karena tidak berhasil dia mencabut sepotong kawat yang jatuh dari jaringan
sangkarnya, tetapi inipun gagal. Kemudian dia melihat sekitarnya, (selalu
terdapat pada bagian tes ini beberapa pause yang cukup lama selama binatang
meneliti dengan cermat kawasan yang dapat diamati). Dia tiba-tiba memungut
galah yang pendek sekali lagi, naik jeruji yang langsung berhadapan dengan galah
panjang, kemudian dengan alat yang adapadanya menariknya dan terpeganglah
galah panjang tersebut; alat itu diarahkan ke sasarannya (buah) yang akhirnya dia
peroleh. Mulai dari saat matanya terpancang pada galah yang panjang,
prosedurnya membentuk satu kestuan yang bertalian, tanpa kekosongan, dan
walaupun upaya penggapaian galah yang lebih panjang yang beralatkan galah
pendek merupakan tindakan yang lengkap dan berdiri sendiri, namun pengamatan
menunjukkan tindakan itu terjadi segera setelah interval bimbang dan ragu - yaitu
menatap sekelilingnya yang tanpa diragukan lagi mempunyai hubungan dengan
tujuan akhirnya dan segera timbul dalam tindakan akhir mencapai tujuan.”[10]
Selain Eksperiman tersebut kohler juga membuat percobaan yang lain dengan
objek yang sama. Adapun kronologi eksperimennya dalah sebagai berikut:[11]
Step-1: Simpanse dimasukkan sangkar dan di luar sangkar diletakkan pisang yang
tidak akan mungkin dapat diraih jika hanya dengan tangan kosong. Dalam sangkar
tersebut diletakkan tongkat, sehingga lama kelamaan simpanse dapat meraih
pisang tersebut dengan bantuan tongkat.
Step-2: Sama dengan step-1, namun kali ini pisang diletakkan lebih jauh. Selain
tongkat tadi diberikan tongkat tambahan yang dapat disambung. Dengan insight
yang dimiliki, maka simpanse dapat meraih pisang tadi dengan bantuan tongkat
yang disambung dengan tongkat kedua.
Step-3: Pisang diletakkan di atas sangkar dengan asumsi simpanse tidak akan
dapat meraih dengan tinggi loncatnya. Lalu di sudut ruangan disediakan kotak,
sehingga dengan kotak itu simpanse dapat meraih pisang.
Step-4: Sama dengan step-3, hanya jaraknya diperjauh dan disediakan kotak
tambahan, sehingga simpanse dapat meraih pisang dengan bantuan kotak
tambahan tersebut.
2.4. Pokok Pikiran Teori Gestalt
1. Prinsip Dasar Gestalt
a. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual
field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung
dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu
kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill
yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang
dibentuk.[12]
b. Prinsip-prinsip pengorganisasian :
Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan
dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan
stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu
bisa berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang
sudah terbentuk sebelumnya.
Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia
secara alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau
melanjutkan informasi meskipun stimulus yang didapat tidak
lengkap.
Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang
cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau
pengamatan yang tidak lengkap. Orang akan cenderung melihat
suatu obyek dengan bentukan yang sempurna dan sederhana agar
mudah diingat.
Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap
bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan
ground (latar belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa
manusia secara sengaja ataupun tidak, memilih dari serangkaian
stimulus, mana yang dianggapnya sebagai figure dan mana yang
dianggap sebagai ground.
Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya
hubungan structural antara daerah-daerah otak yang terktivasi
dengan isi alam sadarnya.
2. Hukum – Hukum Belajar Gestalt
Asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses
pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses
belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan
itu.Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi
(organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang
hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam
belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim
disebut cognitive field theory.
Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan lain dari pada bagian-bagian,
“keseluruhan itu timbul lebih dulu dari pada bagian-bagian”.Dalam belajar yang
penting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan response yang tepat, hal
ini sangat tergantung pada pengamatan.
Dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada pengamatan,
apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem “pencerahan” dan
dapat memecahkan problem itu.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “insight” artinya:
dimengertinya persoalan, dimengertinya hubungan tertentu, antara berbagai unsur
dalam situasi tertentu, hingga hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan
kemampuan memecahkan problem, bukan mengulang-ulang bahan yang
dipelajari.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum
Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang
pokok itu, yaitu hukum–hukum keterdekatan, ketertutupan, kesamaan, dan
kontinuitas. Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang
dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju
keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum
pokok, yaitu :
a. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap
sebagai suatu totalitas.
b. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
c. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas.
Contohnya :
O O O O O O O O O O O O O
X X X X X X X X X X X X X
O O O O O O O O O O O O O
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan mendatar
dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai deretan-deretan
tegak.
d. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek yang
ada.
2.5. Aplikasi dalam Dunia Pendidikan
1. Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau
tingkah laku itu bersifat mekanistis, sehingga mengabaikan atau mengingkari
peranan insight. Teori Gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari
pembentukan tingkah laku. Untuk memahami bagaimana sebenarnya insight itu
terjadi, kita yang dipelajari.
Sebelum membahas teori Gestalt dalam proses belajar ada baiknya membahas
prinsip-prinsip belajar menurut teori ini yaitu:
a) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan. Keseluruhan yang menjadi
permulaan, baru menuju ke bagian-bagian. Dari keseluruhan organisasi mata
pelajaran menuju tugas-tugas harian yang beruntun. Belajar dimulai dari satu
unit yang kompleks menuju ke hal-hal yang mudah dimengerti, deferensiasi
pengetahuan dan kecakapan.
b) Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian. Bagian-bagian
terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam
rangka keseluruhan tadi. Dengan demikian keseluruhan yang memberikan
makna terhadap suatu bagian, misal : sebuah ban mobil hanya bemakna kalau
menjadi bagian dari mobil, sebagai roda. Sebuah papan tulis hanya bermakna
sebagai papan tulis kalau ia berada dalam kelas, sebuah tiang kayu hanya
bermakna sebagai tiang kalau menjadi satu dari rumah dan sebagainya.
c) Individuasi bagian-bagian dari keseluruhan. Mula-mula anak melihat sesuatu
sebagai keseluruhan. Bagian-bagian dilihat dalam hubungan fungsional
dengan keseluruhan. Tetapi lambat laun ia mengadakan deferensiasi bagian-
bagian itu dari keseluruhan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil atau
kesatuan yang lebih kecil contoh: mula-mula anak melihat mengenal wajah
ibunya sebagai keseluruhan kesatuan. Lambat laun dia dapat memisahkan
mana mata ibu, mana hidung ibu, mana telinga ibu, kemudian ia melihat
bahwa wajah ibunya itu cantik atau jelek, atau menarik dan sebagainya.
d) Anak belajar dengan menggunakan pemahaman atau insight. Pemahaman
adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau
unsur dalam situasi yang problematis, seperti simpanse dapat melihat
hubungan antara beberapa buah kotak menjadi sebuah tangan untuk
mengambil buah pisang karena ia sedang lapar
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-
unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-
unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki
makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai
arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
d) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
e) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam
situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum
(generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya
2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses pengujian
berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight, individu
mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses trial-
error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar, ditemukan
oleh Koehler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada
a) Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b) Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan
pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c) Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d) Latihan
Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi
yang bersamaan
e) Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan
melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk
memecahkan masalah tersebut.
3. Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya
waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip
organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali
muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga
menjelaskan pengaruh gosip/rumor.
Pandangan Gestalt cukup luas diakui di Jerman namun tidak lama exist di Jerman
karena mulai didesak oleh pengaruh kekuasaan Hitler yang berwawasan sempit
mengenai keilmuan. Para tokoh Gestalt banyak yang melarikan diri ke AS dan
berusaha mengembangkan idenya di sana. Namun hal ini idak mudah dilakukan
karena pada saat itu di AS didominasi oleh pandangan behaviorisme. Akibatnya
psikologi gestalt diakui sebagai sebuah aliran psikologi namun pengaruhnya tidak
sekuat behaviorisme.[19]
2.6. Implikasi Teori Gestalt
Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis di
psikologi dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi
psikologi dapat mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari
karena abstrak namun tetap dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
Fenomenologi memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah psikologi.
Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-1938), pendiri fenomenologi
modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh psikologi
eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX.
Kohler dan Koffka bersama Wertheime yang mendirikan psikologi Gestalt adalah
juga murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode
untuk menganalisis gejala psikologis Fenomenologi adalah deskripsi tentang data
yang berusaha memahami dan bukan menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi
kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode pelengkap untuk setiap ilmu
pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati apa yang dialami
secara langsung.
Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan
menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada
higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi
lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight,dan
problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan Teori Sign Learning) dan
Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).[20]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Teori belajar psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang
mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Sedangkan
data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai Fenomena (gejala). Dimana
fenomena adalah data-data yang mendasar dan hal ini sependapat dengan filsafat
fenomologi yang mengartikan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara
netral.
Dalam teori belajar gestalt terdapat prinsip interaksi individu dengan
lingkungan serta prinsip pengorganisasian. Selain itu, dalam aplikasi prinsip teori
belajar psikologi gestel meliputi pada belajar, insight, dan memory. Teori belajar
psikologi gestalt mempelajari suatu fenomena secara totatalitas dan merumuskan
beberapa hukum diantaranya adalah hukum keterdekatan, hukum ketertutupan,
hukum kesamaan, dan hukum kontiunitas, yang kesemua hukum itu tunduk pada
hukum Pragnaz. Dengan demikian teori belajar psikologi gestalt dapat diterapkan
dalam proses belajar sehingga lebih dapat memahami suatu gejala atau fenomena
secara keseluruhan.
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikkan
kedepannya. Semoga dengan adanya makalah tentang Teori Belajar Gestalt ini
mampu menambah khazanah keilmuan kita terkait dengan proses pelaksanaan
pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai presensi berkualitas.
3.2 Saran
Dalam pendekatan gestalt diharapkan untuk pembuat makalah ataupun
pembaca makalah dapat memahami benar berbagai tujuan yang harus dilakukan
konselor untuk kliennya dalam konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L, Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard, pengantar
psikologi (judul asli Introduction to Psychology) edisi ke8, jilid 1, Jakarta,
Erlangga
Boeree, George, Sejarah Psikologi : Dari Masa Kelahiran Sampai Masa Modern,
Jogjakarta : Prismasophie, 2005
Mustaqim, Psikologi Pen
didikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008
Naisaban, Ladidlaus, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok
Pikiran, Dan Karya, Jakarta: Grasindo 2004
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran : Beroreintasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006
Sujanto, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Suryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2006
Syaodih, Nana, Landasan psikologi pendidiksan, Bandung : Remaja Rosdakatya,
2008
Tim Pengembang ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan: bagian
4 pendidikan lintas bidang, Bandung: PT.Imperial Bhakti Utama, 2007
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-belajar/
http://andikayudhitiya.blogspot.com/2012/06/teori-belajar-kognitif-teori-
gestalt.html
http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/pengertian-belajar-menurut-psikologi-
gestalt/
http://danangep.blogspot.com/2012/11/juzzjuzz.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-psikologi-gestalt-344793.html
http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/04/teori-pembelajaran-menurut-aliran.html
http://diahastutisaputriretnaningsih.blogspot.com/2013/11/pendekatan-psikologi-
gestalt.html
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-gestalt/