· web viewahli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama guru besar komunikasi...

43
https://spiral2.minihub.org/horde3/index.php?url=https%3A%2F %2Fspiral2.minihub.org%2Fhorde3%2F Andrea Hirata Jadi Ahli Dalam Sidang MK Kamis, 4 Pebruari 2010 19:31 WIB | Hiburan | Buku/Novel | Dibaca 1517 kali Andrea Hirata (Istimewa/ANTARA) Jakarta (ANTARA News) - Penulis buku "Laskar Pelangi" Andrea Hirata dijadwalkan untuk menjadi salah satu ahli yang akan dihadirkan dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK) terkait dengan perkara uji materi UU Penodaan Agama No 1/PNPS/1965. Berdasarkan rilis dari Bagian Humas MK yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis, Andrea Hirata termasuk dari 31 ahli yang diminta dihadirkan oleh pihak hakim konstitusi di Mahkamah Konstitusi. Andrea Hirata merupakan pengarang tetralogi yang terdiri atas "Laskar Pelangi", "Sang Pemimpi", "Edensor", dan "Maryamah Karpov". Karya "Laskar Pelangi" sendiri telah terjual hingga lebih dari 1,2 juta eksemplar sehingga kerap disebut sebagai salah satu buku fiksi Indonesia terlaris. Selain Andrea, ahli lainnya yang akan dihadirkan oleh MK antara lain Guru Besar Antropologi UI Ahmad Fedyani Saifuddin, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra, budayawan Emha Ainun Nadjib, rohaniawan Pastor Mudji Sutrisno, sutradara Garin Nugroho, dan Ketua NU Hasyim Muzadi. Ahli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat, mantan Ketua MPR Amien Rais, Guru Besar Ilmu Tafsir Quraish Shihab, rohaniawan Pendeta SAE Nababan, dan penyair Taufiq Ismail. Dalam daftar ahli yang akan dihadirkan Mahkamah Konstitusi juga disebut Guru Besar Sosiolog UI Thamrin Amal Tamagola, tokoh Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, dan Yusril Ihza Mahendra. 1

Upload: phambao

Post on 20-Mar-2018

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

https://spiral2.minihub.org/horde3/index.php?url=https%3A%2F%2Fspiral2.minihub.org%2Fhorde3%2F

Andrea Hirata Jadi Ahli Dalam Sidang MKKamis, 4 Pebruari 2010 19:31 WIB | Hiburan | Buku/Novel | Dibaca 1517 kali

Andrea Hirata (Istimewa/ANTARA)Jakarta (ANTARA News) - Penulis buku "Laskar Pelangi" Andrea Hirata dijadwalkan untuk menjadi salah satu ahli yang akan dihadirkan dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK) terkait dengan perkara uji materi UU Penodaan Agama No 1/PNPS/1965.

Berdasarkan rilis dari Bagian Humas MK yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis, Andrea Hirata termasuk dari 31 ahli yang diminta dihadirkan oleh pihak hakim konstitusi di Mahkamah Konstitusi.

Andrea Hirata merupakan pengarang tetralogi yang terdiri atas "Laskar Pelangi", "Sang Pemimpi", "Edensor", dan "Maryamah Karpov".

Karya "Laskar Pelangi" sendiri telah terjual hingga lebih dari 1,2 juta eksemplar sehingga kerap disebut sebagai salah satu buku fiksi Indonesia terlaris.

Selain Andrea, ahli lainnya yang akan dihadirkan oleh MK antara lain Guru Besar Antropologi UI Ahmad Fedyani Saifuddin, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra, budayawan Emha Ainun Nadjib, rohaniawan Pastor Mudji Sutrisno, sutradara Garin Nugroho, dan Ketua NU Hasyim Muzadi.

Ahli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat, mantan Ketua MPR Amien Rais, Guru Besar Ilmu Tafsir Quraish Shihab, rohaniawan Pendeta SAE Nababan, dan penyair Taufiq Ismail.

Dalam daftar ahli yang akan dihadirkan Mahkamah Konstitusi juga disebut Guru Besar Sosiolog UI Thamrin Amal Tamagola, tokoh Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, dan Yusril Ihza Mahendra.

Pihak yang mengujimaterikan UU No 1/PNPS/1965 adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), LSM Imparsial, Lembaga Studi Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Perkumpulan Pusat Studi HAM dan Demokrasi, Perkumpulan Masyarakat Setara, dan Yayasan Desantara.

Sedangkan individu yang mengajukan uji materi tersebut adalah KH Abdurrahman Wahid (alm), Prof Dr Musdah Mulia, Prof M Dawam Rahardjo, dan KH Maman Imanul Haq.

Para pemohon berargumen bahwa Pasal 1, Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 dari UU No 1/PNPS/1965 bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat 91), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 29 ayat (2) UUD 1945.

Menurut para pemohon, pasal-pasal dalam UU No 1/PNPS/1965 menunjukkan adanya kebijakan yang diskriminatif antaragama, bertentangan dengan prinsip toleransi, keragaman, dan pemikiran terbuka,

1

Page 2: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

membatasi serta bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama seperti yang terdapat dalam UUD 1945.(Tz.M040/R009 )

COPYRIGHT © 2010

2

Page 3: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.eramuslim.com/berita/nasional/gelar-uji-materi-uu-penodaan-agama-massa-fui-kepung-mk.htmGelar Uji Materi UU Penodaan Agama, Massa FUI Kepung MKKamis, 04/02/2010 14:38 WIB

Undang-undang No. 1/PNPS/1965 yang selama ini menjadi payung hukum atas penindakan terhadap kegiatan penodaan atau penyelewengan terhadap agama digugat oleh tujuh LSM dan diujimaterikan ke Mahkamah Konstitusi hari ini, Kamis ((4/2/2010). Ratusan massa yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) menggelar unjuk rasa dalam rangka mengawal agar MK tidak mengabulkan permohonan penghapusan UU tersebut.

Ketujuh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengajukan uji materi terhadap UU No. 1/PNPS/1965 adalah IMPARSIAL, ELSAM, PBHI, Demos, Perkumpulan Masyarakat Setara, Desantara Foundation, dan YLBHI. Selain tujuh LSM itu, adapula tokoh yang ikut menggugat, yaitu (alm) Gus Dur, Musdah Mulia, Dawam Raharjo, dan Maman Imanul Haq. Mereka memberikan kuasa kepada Asfinawati, dkk untuk mengajukan uji materi kepada MK. Ada lima norma yang diajukan untuk uji materi yaitu: pasal 1, pasal 2 ayat (1) dan (2), pasal 3, dan pasal 4. Kelima norma tersebut dikonfrontasikan dengan sembilan norma pada UUD 1945 sebagai alat uji, yaitu: pasal 1 ayat (3), pasal 27 ayat (1), pasal 28D ayat (1), pasal 28E ayat (1), (2) dan (3), pasal 28I ayat (1) dan (2), dan pasal 29 ayat (2). Para pemohon ini meminta kepada MK untuk menyatakan bahwa pasal-pasal yang tertuang dalam UU No.1/PNPS/1965 bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dengan segala akibat hukumnya.

massa dari FUI memenuhi ruang sidang MK di lantai 2

Sidang yang digelar pada pukul 10.00 WIB di Gedung Mahkamah Konstitusi hari ini mengagendakan mendengarkan keterangan pemerintah, DPR, dan pihak terkait (MUI, PP Muhammadiyah, dan PGGI). Menurut pemerintah, yang diwakili oleh Menteri Agama, Suryadharma Ali, dan Menkumham, Patrialis Akbar, UU No.1/PNPS/1965 tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan memohon MK agar tidak mengabulkan permohonan para pemohon. Suryadharma Ali menyebutkan, “UU a quo sangat diperlukan keberadaannya guna mewujudkan ketentraman kehidupan harmonis, kerukunan dan toleransi antarumat beragama.”

3

Page 4: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Lebih lanjut, pemerintah mengungkapkan UU No.1/PNPS/1965 walaupun diterbitkan pada masa darurat, tetap dapat dijadikan payung hukum agar tidak ada yang melakukan tindakan penodaan, penistaan, atau penyelewengan terhadap agama. Sebaliknya, jika UU ini ditiadakan, aparat penegakan hukum akan kehilangan pijakan peraturan untuk menindak para penyeleweng agama tersebut. Dengan demikian, pemerintah menguatkan bahwa para pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan uji materi UU tersebut dan agar MK menolak permohonan tersebut.

massa FUI berorasi di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jalan Medan Merdeka Barat 6.

Di lain pihak, MUI yang hadir sebagai pihak terkait menguatkan bahwa para pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan uji materi UU tersebut karena dalam aktivitasnya tidak disebutkan menjalankan kegiatan keagamaan. Oleh karena itu, tidak ada hak-hak konstitusional mereka yang dilanggar oleh UU No.1/PNPS/1965 yang diterbitkan pada masa Presiden Soekarno tersebut.

Sementara itu, di luar ruang sidang, massa dari Forum Umat Islam tampak memadati pelataran Gedung Mahkamah Konstitusi. Mereka yang terdiri dari Laskar Pemuda Islam, GARIS, FPI, dkk, bahkan siap untuk menghadang AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) yang berada di balik gugatan uji materi UU tersebut.

“Dengan keberadaan UU pencegahan/penodaan/penistaan agama saja saat ini berbagai aliran sesat dan menyimpang masih bisa tumbuh menjamur bagaikan cendawan di musim hujan. Bagaimana bila UU ini dihapuskan??”, begitu tertulis dalam rilis FPI.Setali tiga uang dengan ormas Islam lain, PP Muhammadiyah juga menegaskan menolak seluruh permohonan para pemohon ditinjau dari aspek filosofis, sosiologis, teologis, dan yuridis. “Muhammadiyah berpendapat bahwa kebebasan beragama (religious freedom) bukanlah kebebasan tanpa batas,” ujar PP Muhammadiyah yang diwakili oleh Saleh P. Daulay, Abdul Mu'ti, Muhajir Shodruddin, dan Abu Bakar J. Lamatapo.

Kita tunggu saja, semoga MK dapat memberikan keputusan yang terbaik yaitu dengan menolak permohonan tujuh LSM tersebut yang notebene berpaham liberal supaya tidak menjamur lagi paham-paham sesat di Indonesia. (ind)

4

Page 5: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://nasional.vivanews.com/news/read/126783-massa_fpi_berteriak_dukung_menteri_patrialisUji Materiil UU Penodaan AgamaMassa FPI Berteriak Dukung Menteri PatrialisMenteri Patrialis mengatakan masalah agama bisa menjadi sumber konflik horizontal.Kamis, 4 Februari 2010, 11:29 WIBElin Yunita Kristanti

VIVAnews - Sidang uji materiil UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama diselenggarakan hari ini, Kamis 4 Februari 2010 di Mahkamah Konstitusi.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Patrialis Akbar meminta majelis hakim konstitusi menolak permohonan pemohon.

"UU ini merupakan suatu batasan bagi umat beragama, agar jangan coba-coba melakukan penodaan," kata Patrialis, memberikan keterangannya.

Ditambahkan dia, tiap orang yang melakukan penodaan agama harus dihukum. Sebab, dalam agama substanstinya lebih luas, bahkan di dalamnya termasuk nilai-nilai akidah.

"Apabila permohonan tidak dipertimbangkan sebaik-baiknya pemerintah khawatir akan terjadi persoalan besar," kata Patrialis.

Pencabutan pasal dalam UU Penodaan Agama, tambah dia, dikhawatirkan mengganggu ketenteraman umat beragama. "Ke depannya dikhawatirkan terjadi konflik horizontal," kata Patrialis.

Lanjut dia, prinsip agama itu tidak dapat ditawar. "Pemerintah juga khawatir akan terjadi fitnah antar pemeluk agama, juga ketidakharmonisan," tambah dia.

Mendengar uraian Patrialis, massa Front Pembela Islam (FPI) yang berada di Lantai III Gedung MK meneriakan 'Allahuakbar', meski sebelumnya Ketua MK, Mahfud MD melarang ada teriakan di dalam sidang.

Sebelumnya, Menteri Agama, Suryadharma Ali mengatakan jika gugatan sekelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu dikabulkan persoalan agama menjadi sensitif dan dapat menimbulkan konflik yang lebih besar bagi kehidupan beragama di Indonesia.

"Kalau gugatan dikabulkan, saya prediksi persoalan jadi sangat sensitif, serius, lebih hebat dari kasus bank Century," kata Suryadharma, seperti dimuat laman Kementerian Agama, Selasa 2 Februari 2010.

****

Permohonan uji materi ini diajukan oleh beberapa lembaga dan perseorangan. Mereka adalah Abdurrahman Wahid, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq. Sementara lembaga yang mengajukan uji materi adalah Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Perkumpulan Masyarakat Setara, Desantara Foundation, dan YLBHI.

Para pemohon berdalil beberapa pasal dalam UU ini diskriminatif. Sebab, UU ini merupakan pengutamaan terhadap enam agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Protestan, Katolik,

5

Page 6: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Hindu, Budha, dan Konghucu dan mengecualikan beberapa agama dan aliran keyakinan lainnya yang juga berkembang.

• VIVAnews

6

Page 7: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.antaranews.com/berita/1265284766/menag-uu-no1-pnps-1965-harus-dipertahankan

Menag: UU No.1 PNPS 1965 Harus DipertahankanKamis, 4 Pebruari 2010 18:59 WIB | Peristiwa | Pendidikan/Agama | Dibaca 324 kali

Menteri Agama Suyadharma Ali. (ANTARA)Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, UU No.1 PNPS 1965 harus dipertahankan karena selain sudah teruji dalam mempertahankan kerukunan umat beragama juga mampu mengawal bangsa Indonesia dalam kehidupan yang harmonis.

Penegasan Menag itu disampaikan usai menyampaikan penjelasan atas tanggapan pemohon uji materi UU No.1 PNPS 1965 di Gedung MK, Jakarta, Kamis.

Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis siang, menggelar sidang uji materi atas undang-undang tersebut yang disampaikan pemohon AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan).

Meski UU tersebut lahir pada zaman Orde Lama, tidak berarti bahwa produk hukum tersebut tak sesuai dengan era reformasi.

Justru pada dewasa ini kehadirannya sangat diperlukan guna menjaga integritas bangsa dan kerukunan antarumat beragama di tanah air.

Selama penyampaian penjelasan baik dari pemohon maupun kuasa tergugat Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan HAM, di luar gedung MK berlangsung unjuk rasa dari kalangan ormas Islam.

Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam(FPI) mengerahkan massa cukup besar, kendati tak sampai mengganggu arus lalu lintas di Jalan Merdeka Barat.

Massa yang menamakan diri Gerakan Reformasi Islam (Garis), melalui salah seorang juru bicaranya, berharap agar Ketua MK Mahfud MD dapat berpikir jernih sehingga dapat mengambil sikap bijaksana.

Tentunya, tetap mempertahankan UU No.1 PNPS 1965, karena kehadirannya diperlukan agar aliran sempalan tak merusak akidah umat Islam.

Forum Umat Islam melalui siaran persnya yang ditandatangani Sekjen KH. Muhammad Al Khaththath, menyampaikan tiga tuntutan pada MK, antara lain agar para tuntutan lsm liberal tidak dikabulkan.

Pada poin kedua, FUI mengimbau ormas Islam, ulama, habaib untuk meningkatkan ukhuwah

7

Page 8: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Islamiyah guna melindungi umat Islam dari kaum liberal.

Ketiga, kepada aparat pemerintah agar menggunakan kewenangannya melarang keberadaan lsm liberal dan penyebar aliran sesat.(M-IFB/R009)

8

Page 9: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.tvone.co.id/berita/view/32665/2010/02/04/pemohon_uji_materil_uu_penodaan_agama_tak_dirugikan_haknya/Pemohon Uji Materil UU Penodaan Agama Tak Dirugikan HaknyaKamis, 04 February 2010 15:22 WIBJakarta, (tvOne) 

Pemerintah, DPR, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam sidang uji materi UU Penodaan Agama menyatakan, para pemohon uji materi sama sekali tidak dirugikan hak konstitusionalnya dengan diberlakukannya UU tersebut. "Kami meminta kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menyatakan, bahwa para pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam perkara ini," kata Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sidang uji materi UU Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama Nomor 1/PNPS/1965 di Gedung MK di Jakarta, Kamis (4/2).

Senada dengan Menag, anggota DPR RI Chairuman Harahap, dalam keterangannya yang mewakili pihak legislatif mengingatkan, bahwa pihak pemohon uji materi tidak memiliki kedudukan hukum. Tim Kuasa hukum MUI, Lutfi Hakim, memaparkan, para pemohon dinilai tidak memiliki kedudukan hukum karena tidak terdapat kerugian konstitusional dari pemohon yang bersifat spesifik atau potensial akan terjadi di masa mendatang.

Lutfi mencontohkan, salah satu pemohon adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang telah berdiri sejak 1971. "YLBHI sejak 1971 tidak pernah dirugikan misalnya mendapat peringatan keras atau para pegawainya diadili berdasarkan karena UU No 1/PNPS/1965," katanya.

Menurut dia, merupakan suatu argumentasi yang bertentangan dengan penalaran yang wajar bila setelah puluhan tahun berlalu maka YLBHI mengatakan, bahwa hak konstitusional yayasan itu terlanggar oleh UU tersebut. Apalagi, dari berbagai LSM dan yayasan yang mengajukan uji materi tersebut, sama sekali tidak ada yang bergerak secara khusus di bidang keagamaan.

Selain YLBHI, pihak lain yang mengujimaterikan UU No 1/PNPS/1965 adalah LSM Imparsial, Lembaga Studi Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Perkumpulan Pusat Studi HAM dan Demokrasi (Demos), Perkumpulan Masyarakat Setara, dan Yayasan Desantara. Sedangkan individu yang mengajukan uji materi tersebut adalah KH Abdurrahman Wahid (alm), Prof Dr Musdah Mulia, Prof M Dawam Rahardjo, dan KH Maman Imanul Haq.

Para pemohon berargumen bahwa Pasal 1, Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 dari UU No 1/PNPS/1965 bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat 91), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 29 ayat (2) UUD 1945. Menurut para pemohon, pasal-pasal dalam UU No 1/PNPS/1965 menunjukkan adanya kebijakan yang diskriminatif antaragama, bertentangan dengan prinsip toleransi, keragaman, dan pemikiran terbuka, membatasi serta bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama seperti yang terdapat dalam UUD 1945. (Ant)

9

Page 10: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=11795&Itemid=1&news_id=18Pemerintah, DPR Sepakat Meminta MK Menolak Uji Materi UU Penodaan Agama05-02-2010

Jakarta(Pinmas)--Pemerintah dan DPR serta ormas-ormas Islam meminta Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan uji materi UU No 1/1965 tentang penodaan/penistaan agama. Jika UU ini dihapus sangat mengganggu kerukunan umat beragama di tanah air.

"Memohon pada majelis hakim memutuskan bahwa para pemohon tidak punya legal standing dan menolak seluruh isi permohonan atau setidaknya permohonan tidak dapat diterima," kata Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali dalam persidangan di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (4/2).

Menag yang menyampaikan opening statement pemerintah menegaskan, pencabutan UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penodaan Agama seperti yang diupayakan sejumlah LSM melalui uji materi kepada Mahkamah Konstitusi bila dikabulkan maka berpotensi menimbulkan keresahan dan kekacauan di masyarakat.

"Jika hal terkait penodaan agama tidak diatur, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik horizontal, memicu keresahan dan disintegrasi bangsa," kata Suryadharma Ali.

Dalam sidang yang dipimpin Ketua MK, Prof Dr Mahfud MD, Suryadharma juga menegaskan, bila di Indonesia tidak terdapat UU Pencegahan Penodaan Agama maka hal itu juga akan menimbulkan hilangnya jaminan perlindungan hukum dari pemerintah terhadap berbagai agama di Tanah Air.

"Jika UU ini dihapus maka di kemudian hari seseorang boleh melakukan penodaan agama dan tidak dipidana. Ini bisa menimbulkan main hakim sendiri dan aparat hukum tidak punya pijakan untuk menindak pelanggaran," tandasnya.

Dikatakan dia, UU itu dibuat dalam kondisi normal, bukan dalam keadaan darurat. Sehingga UU itu memperhatikan kebutuhan masyarakat yang ada. "Produk hukum itu tidak dibuat dengan semena-mena dan serampangan. Sehingga UU itu memperhatikan kebutuhan masyarakat baik saat itu maupun ke depan."

Hal senada dikemukakan Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar bahwa, keberadaan UU No 1/1965 memberi rasa nyaman, sehingga umat beragama bisa beribadah sesuai agama masing-masing. "Negara telah memberi tempat terhormat kepada umat beragama untuk beribadah sesuai agamanya," jelasnya.

Karena itu ia menyatakan, apabila permohonan itu dikabulkan dapat menimbulkan gejolak horisontal, kekacauan di masyarakat sehingga setiap orang dapat main hakim sendiri. "Kerukunan umat beragama jadi berantakan," kata Patrialis.

Sementara perwakilan DPR, H. Chairuman Harahap, SH, MH menyatakan bahwa semangat dan jiwa UU tersebut masih relevansi. Karena itu permohonan dari kalangan LSM itu tidak dapat diterima.

10

Page 11: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

"Kami menyatakan menolak (permohonan) seluruhnya atau tidak dapat diterima," tandas Chairuman seraya menambahkan, UU PNPS tidak bertentangan dengan UUD 1945.

Sikap senada juga disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) selaku pihak terkait menolak permohonan judicial review dengan alasan kebebasan beragama. Pasalnya kebebasan yang diatur dalam UUD 1945 adalah kebebasan yang terbatas.

"Tidak ada kebebasan mutlak. Hak itu terbatas pada kewajiban menghormati hak orang lain," kata Amidhan, Ketua MUI Pusat.

Muhammadiyah berpendapat bahwa kebebasan beragama bukanlah kebebasan tanpa batas. "Kebebasan beragama menurut kami adalah kebebasan untuk memeluk agama, beribadat menurut pokok-pokok ajaran agama, dan bahkaan membentuk suatu agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan seseoran," kata Dr Saleh Partaonan Daulay, MA, M.Hum, Sekretaris Lembaga Hukum dan HAM PP Muhammadiyah.

Ia mengatakan, bahwa pendapat Muhammadiyah mengenai produk hukum seperti UU No.1/PNPS/1965 mutlak diperlukan dalam rangka menjaga tatanan masyarakat yang tertib, aman dan damai. Peraturan yang dimaksud dalam UU tersebut bukanlah merupakan bentuk intervensi negara terhadap kebebasan meyakini dan melaksanakan suatu ajaran agama bagi warga negara.

Tetapi peraturan itu memperkokoh sendi-sendi kehidupan sosial dan menegakkan prinsip-prinsip persamaan hak warga negara di depan hukum. "Muhammadiyah menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," tandas Saleh. (ks)

 

http://www.depag.go.id/index.php?a=detilberita&id=5578

11

Page 12: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.depag.go.id/index.php?a=detilberita&id=5578Pemerintah, DPR Sepakat Meminta MK Menolak Uji Materi UU Penodaan Agama

Jakarta(Pinmas)--Pemerintah dan DPR serta ormas-ormas Islam meminta Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan uji materi UU No 1/1965 tentang penodaan/penistaan agama. Jika UU ini dihapus sangat mengganggu kerukunan umat beragama di tanah air.

"Memohon pada majelis hakim memutuskan bahwa para pemohon tidak punya legal standing dan menolak seluruh isi permohonan atau setidaknya permohonan tidak dapat diterima," kata Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali dalam persidangan di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (4/2).

Menag yang menyampaikan opening statement pemerintah menegaskan, pencabutan UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penodaan Agama seperti yang diupayakan sejumlah LSM melalui uji materi kepada Mahkamah Konstitusi bila dikabulkan maka berpotensi menimbulkan keresahan dan kekacauan di masyarakat.

"Jika hal terkait penodaan agama tidak diatur, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik horizontal, memicu keresahan dan disintegrasi bangsa," kata Suryadharma Ali.

Dalam sidang yang dipimpin Ketua MK, Prof Dr Mahfud MD, Suryadharma juga menegaskan, bila di Indonesia tidak terdapat UU Pencegahan Penodaan Agama maka hal itu juga akan menimbulkan hilangnya jaminan perlindungan hukum dari pemerintah terhadap berbagai agama di Tanah Air.

"Jika UU ini dihapus maka di kemudian hari seseorang boleh melakukan penodaan agama dan tidak dipidana. Ini bisa menimbulkan main hakim sendiri dan aparat hukum tidak punya pijakan untuk menindak pelanggaran," tandasnya.

Dikatakan dia, UU itu dibuat dalam kondisi normal, bukan dalam keadaan darurat. Sehingga UU itu memperhatikan kebutuhan masyarakat yang ada. "Produk hukum itu tidak dibuat dengan semena-mena dan serampangan. Sehingga UU itu memperhatikan kebutuhan masyarakat baik saat itu maupun ke depan."

Hal senada dikemukakan Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar bahwa, keberadaan UU No 1/1965 memberi rasa nyaman, sehingga umat beragama bisa beribadah sesuai agama masing-masing. "Negara telah memberi tempat terhormat kepada umat beragama untuk beribadah sesuai agamanya," jelasnya.

12

Page 13: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Karena itu ia menyatakan, apabila permohonan itu dikabulkan dapat menimbulkan gejolak horisontal, kekacauan di masyarakat sehingga setiap orang dapat main hakim sendiri. "Kerukunan umat beragama jadi berantakan," kata Patrialis.

Sementara perwakilan DPR, H. Chairuman Harahap, SH, MH menyatakan bahwa semangat dan jiwa UU tersebut masih relevansi. Karena itu permohonan dari kalangan LSM itu tidak dapat diterima.

"Kami menyatakan menolak (permohonan) seluruhnya atau tidak dapat diterima," tandas Chairuman seraya menambahkan, UU PNPS tidak bertentangan dengan UUD 1945.

Sikap senada juga disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) selaku pihak terkait menolak permohonan judicial review dengan alasan kebebasan beragama. Pasalnya kebebasan yang diatur dalam UUD 1945 adalah kebebasan yang terbatas.

"Tidak ada kebebasan mutlak. Hak itu terbatas pada kewajiban menghormati hak orang lain," kata Amidhan, Ketua MUI Pusat.

Muhammadiyah berpendapat bahwa kebebasan beragama bukanlah kebebasan tanpa batas. "Kebebasan beragama menurut kami adalah kebebasan untuk memeluk agama, beribadat menurut pokok-pokok ajaran agama, dan bahkaan membentuk suatu agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan seseoran," kata Dr Saleh Partaonan Daulay, MA, M.Hum, Sekretaris Lembaga Hukum dan HAM PP Muhammadiyah.

Ia mengatakan, bahwa pendapat Muhammadiyah mengenai produk hukum seperti UU No.1/PNPS/1965 mutlak diperlukan dalam rangka menjaga tatanan masyarakat yang tertib, aman dan damai. Peraturan yang dimaksud dalam UU tersebut bukanlah merupakan bentuk intervensi negara terhadap kebebasan meyakini dan melaksanakan suatu ajaran agama bagi warga negara.

Tetapi peraturan itu memperkokoh sendi-sendi kehidupan sosial dan menegakkan prinsip-prinsip persamaan hak warga negara di depan hukum. "Muhammadiyah menolak permohonan pemohon untuk seluruhnya," tandas Saleh. (ks)

Diupload oleh TS (-) dalam kategori Menteri Agama pada tanggal 04-02-2010 00:00

13

Page 14: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website.BeritaInternalLengkap&id=3668

Penodaan Agama: Antara Menjaga Kemurnian Ajaran, Mengatur Keharmonisan, dan Menolak Intervensi Negara

LANGGAR TATA TERTIB SIDANG. Seorang pengunjung sidang dari anggota Laskar Pembela Islam melakukan perbuatan yang melanggar tata tertib persidangan yaitu membaca koran, saat sidang uji UU Penodaan Agama sedang digelar dan mendengarkan keterangan Menteri Agama Suryadharma Ali, Kamis (4/1), di ruang sidang pleno MK. (Humas MK/Gani)

Mahkamah Konstitusi (MK) menyidangkan uji materi UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama di ruang sidang pleno MK, Kamis (04/02). Agenda sidang perkara Nomor 140/PUU-VII/2009 kali ini mendengarkan keterangan Pemerintah, DPR, dan Pihak Terkait.

Dalam persidangan, Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Agama, Suryadharma Ali menyatakan bahwa pengajuan uji meteri UU ini tidak sesuai dengan UUD 1945. "UU 1/1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau penodaan agama telah ditetapkan sebagai semangat pengaturan UUD 1945," katanya.

Pihak Pemerintah merasa bahwa meski UU ini diterbitkan dalam keadaan darurat, belum tentu semangat yang semena-mena terkandung di dalamnya. "UU ini dibutuhkan untuk keharmonisan semangat berbangsa dan bernegara. Jadi, aturan tentang penyalahgunaan tetap diperlukan untuk mengatur. Selain itu UU ini juga untuk menjaga ketenteraman dari kemungkinan penodaan dan penyalahgunaan dalam pemaksaaan agama," ujarnya.

Setelah mendengarkan keterangan ini, sekelompok ormas islam yang menghadiri persidanganan memekikkan takbir sehingga persidangan menjadi gaduh. Ketua Majelis Hakim Panel, Mahfud MD memperingatkan agar tidak berteriak dan membuat gaduh. "Kalau ada yang berteriak keluar dari ruang sidang ini," tegas Mahfud.

Selanjutnya, pihak DPR, Chairumam Harahap menyatakan bahwa UU ini meskipun produk dari Orde Lama, namun masih sesuai dengan UUD 1945. "Keberadaan aturan penodaan agama ini masih diperlukan dalam mencermati fenomena banyaknya aliran-aliran sesat. Beberapa kasus telah terjadi dan kita saksikan. Dari kasus tersebut ada yang menimbulkan protes oleh masyarakat. Dampaknya adalah terjadi perbuatan yang anarkis dan mengancam (kerukunan)

14

Page 15: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

antar umat agama dan kerukunan masyarakat, (serta kerukunan) antar umat beragama," ungkapnya.

Sementara itu, pihak terkait yakni MUI memberikan keterangan bahwa kasus penyalahgunaan agama tidak boleh dibiarkan begitu saja karena akan menimbulkan keresahan umat. "Hal itu mengganggu mental dan spiritualitas karena bisa disesatkan," kata Amidhan.

Kasus Ahmadiyah, contoh Amidhan, merupakan bagian dari Islam dan itu diakui oleh Ahmadiyah sendiri. "Ahmadiyah sebagai bagian dari umat Islam harusnya tunduk terhadap kaidah agama Islam. Kalau tidak, jangan mengaku beragama dan bagian dari Islam," katanya.

Keterangan senada juga diberikan oleh PP Muhammadiyah dan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI). Dalam keterangannya, PP Muhammadiyah menyatakan bahwa pihaknya ikut serta dalam menjaga toleransi antar umat beragama, mencegah kerusakan, menjaga persaudaraan sehingga tatanan masyarakat menjadi sejahtera. Selain itu, PP Muhammadiyah menyerahkan sepenuhnya atas uji materi ini kepada MK untuk memutuskan yang terbaik dan adil bagi semua.

Selanjutnya, PGI menyatakan bahwa ajaran kristen memiliki doktrin resmi dan mengikat bagi pemeluknya melalui keputusan sidang gereja untuk menjaga umat sesuai dengan Al-Kitab. "Penodaan dan penistaan terhadap agama tidaklah diperbolehkan. Barangkali sebelum melangkah jauh, hendaknya kita semua menguraikan apa arti dan batasan terhadap penodaan dan penistaan itu sendiri," ujat Pdt. Syamsuddin Rajab.

Namun demikian, Syamsuddin sekaligus mempertanyakan, apakah negara, dalam hal ini pemerintah, diperbolehkan dan berhak menjadi penafsir tunggal atas ajaran beragama. Di sisi lain, PGI sepakat apabila pemerintah menindak tegas pihak-pihak yang mendahulukan dan melakukan kekerasan fisik serta main hakim sendiri dalam kehidupan beragama.

PGI juga mengingatkan untuk saling mengkritisi UU ini karena fungsi dan isinya multitafsir. "Bisa jadi terjadi intervensi negara yang terlalu jauh terhadap agama terkait permasalahan penodaan dan penistaan terhadap agama yang harus kita uraikan terlebih dahulu pemahamannya," ungkapnya.

Agenda sidang selanjutnya adalah mendengarkan keterangan Pihak Terkait yang didatangkan oleh MK yakni Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) pada Rabu (10/02). (RN Bayu Aji)

15

Page 16: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.suara-islam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=594:ormas-islam-geruduk-mahkamah-konstitusi&catid=57:nasional&Itemid=63

Ormas Islam Geruduk Mahkamah Konstitusi

Ribuan massa umat Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) menggelar aksi damai di depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (4/2).

Aksi digelar bertepatan dengan sidang pleno perdana Uji Materi UU No. 1/PNPS/1965 tentang Penistaan dan/ atau Penodaan Agama.

Kontan saja aksi yang diikuti sejumlah elemen Islam sejak pagi hingga sore hari seperti Laskar Pembela Islam (LPI), Gerakan Reformis Islam (GARIS), Persatuan Islam (Persis) DKI Jakarta, PPP, PBB, GPMI, Hizb Dakwah Islam (HDI), Majelis Taklim Anshorul Muslimin,  Majelis Taklim Nurul Fajri dan sejumlah elemen mahasiswa ini memacetkan jalan seputar kawasan Medan Merdeka Barat.

Dalam orasinya, para tokoh ormas Islam meminta agar Mahkamah Konstitusi menolak permohonan uji materi UU No. 1/PNPS/1965 yang diajukan oleh sejumlah LSM dan individu liberal.

"Kami umat Islam, para ulama, kiyai dan habaib meminta kepada Mahkamah Konstitusi agar menolak permohonan uji materi kelompok liberal itu", papar koordinator lapangan aksi, Ustadz Awit Masyhuri.

Para pengunjuk rasa beralasan, jika UU Tentang Penodaan Agama itu dicabut maka akan banyak muncul penistaan dan penodaan terhadap Islam.

"Akan muncul banyak aliran-aliran sesat baru dan nabi-nabi palsu yang baru", jelas Habib Selon, Ketua DPD FPI Jakarta dalam orasinya.

Sambil mendengarkan orasi. massa juga menggelar sejumlah poster dan banner. "Mencabut UU No. 1/PNPS/1965 Menabuh Genderang Perang", "Mempertahankan Kebenaran Islam Hak Asasi Kami", "membela Kemuliaan Islam adalah Jihad Kami", "Pertahankan UU No. 1/PNPS/1965, Mencabutnya Berarti Merusak Stabilitas Keamanan", "Jangan Biarkan MK Diperalat AKKBB", adalah contoh bunyi tuntutan mereka.

Selain itu, yang menarik mereka juga membawa foto sejumlah tokoh liberal yang ikut menjadi pemohon uji materi UU Penodaan Agama ini, seperti Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, Rachland Nashidik, Hendardi dan Maman Imanulhaq. Di atas foto itu ditulis kata "WANTED", sementara di bawanya diberi tulisan

"PENJAHAT AKIDAH". Setelah dipamerkan dihadapan wartawan, foto-foto itu kemudian mereka injak-injak dan kemudian dibakar.

Massa juga menggelar dua kain putih yang sangat panjang untuk tanda tangan penolakan uji materi ini. Menurut korlap aksi, tanda tangan tersebut akan disampaikan kepada Mahkamah Konstitusi sebagai bentuk penolakan umat Islam Indonesia terhadap uji materi UU pelindung aqidah Islam ini.

16

Page 17: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Selain di depan gedung MK, puluhan massa lainnya juga memenuhi ruang sidang dan balkon gedung MK. Mereka nampak khusyu' mengikuti jalannya sidang. (shodiq ramadhan)

17

Page 18: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.antaranews.com/berita/1265297429/pakar-kebebasan-beragama-as-dihadirkan-di-mk

Pakar Kebebasan Beragama AS Dihadirkan di MKKamis, 4 Pebruari 2010 22:30 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | Dibaca 312 kaliJakarta (ANTARA News) - Pakar kebebasan beragama Amerika Serikat, Prof W Cole Durham Jr, akan memberikan keterangan sebagai ahli dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait uji materi UU Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama No 1/PNPS/1965.

"Keterangan Cole Durham melalui telekonferensi dari Amerika Serikat," kata Ketua MK Moh Mahfud MD di Jakarta, Kamis.

Menurut ensiklopedia dunia maya Wikipedia, Cole Durham merupakan profesor ilmu hukum di Brigham Young University dan memiliki spesialisasi hukum kebebasan beragama internasional.

Durham merupakan penulis sejumlah buku antara lain "Law and Religious-freedom in Post-Communist Europe" bersama-sama pakar hukum Italia, Silvio Ferrari.

Durham yang memperoleh gelar sarjana dari Harvard University itu ditunjuk menjadi Direktur Pusat Studi Hukum dan Keagamaan di Brigham Young University pada tahun 2000.

Ia juga tercatat sebagai pengajar tamu di sejumlah universitas yang terdapat di Jerman dan Austria.

Ia juga menjabat penasihat komite yang merekomendasikan hukum kebebasan agama di Peru.

Ia pernah membuat pernyataan publik untuk menahan diberlakukannya undang-undang di Bulgaria yang dinilainya bertentangan dengan kebebasan beragama.

Pakar dari AS ini diminta hadir oleh pihak pemohon uji materi yang terdiri dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), LSM Imparsial, Lembaga Studi Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Perkumpulan Pusat Studi HAM dan Demokrasi, Perkumpulan Masyarakat Setara, dan Yayasan Desantara.

Para pemohon berargumen bahwa Pasal 1, Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 dari UU No 1/PNPS/1965 bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat 91), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 29 ayat (2) UUD 1945.

Menurut para pemohon, pasal-pasal dalam UU No 1/PNPS/1965 menunjukkan adanya kebijakan yang diskriminatif antaragama, bertentangan dengan prinsip toleransi, keragaman, dan pemikiran terbuka, membatasi serta bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama seperti yang terdapat dalam UUD 1945.

Sidang perkara bernomor 140/PUU-VII/2009 itu akan dilanjutkan pada 10 Februari dengan agenda mendengarkan keterangan ahli dari pemohon dan pemerintah serta pihak terkait.(T.M040/R009)

18

Page 19: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://nasional.vivanews.com/news/read/126795-pemerintah_nilai_uji_materi_tak_beralasanUji Materi UU Penodaan AgamaPemerintah Nilai Uji Materi Tak BeralasanPemohon tidak memiliki alasan kuat untuk mengajukan uji materi undang-undang ini.Kamis, 4 Februari 2010, 11:57 WIB

Eka Puspasari, Fadila Fikriani Armadita

VIVAnews - Menteri Agama Suryadharma Ali meminta Hakim Konstitusi menolak permohonan uji materi Undang-Undang (UU) PNPS tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama. Menurut Suryadharma, pemohon tidak memiliki alasan kuat untuk mengajukan uji materi undang-undang ini.

"Dari penelusuran pemerintah, seluruh pemohon telah beragama. Artinya, menurut pemerintah, pemohon telah mendapatkan hak konstitusionalnya. Pemerintah memohon agar pemohon membuktikan letak kerugian

pemohon," ujar Suryadharma dalam sidang uji materi di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis, 4 Februari 2010.

Pemerintah diwakili oleh Suryadharma dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Patrialis Akbar.  Sementara Hairuman Harahap, Adang Daradjatun, dan Ruhut Sitompul mewakili Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Permohonan uji materi ini diajukan oleh beberapa lembaga dan perseorangan. Mereka adalah almarhum Abdurrahman Wahid, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq. Sementara lembaga yang mengajukan uji materi adalah Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Perkumpulan Masyarakat Setara, Desantara Foundation, dan YLBHI.

Para pemohon berdalil beberapa pasal dalam UU ini diskriminatif. Sebab, UU ini merupakan pengutamaan terhadap enam agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu dan mengecualikan beberapa agama dan aliran keyakinan lainnya yang juga berkembang.

Lebih lanjut, Suryadharma mengatakan pemerintah tidak pernah menghalangi aktivitas beragama atau beribadah pemohon. "Pemerintah berpendapat Undang-undang Nomor 1 PNPS tahun 1965 itu sudah tetap. Maka pemerintah meminta kepada majelis Hakim Konstitusi untuk menolak permohonan pemohon," tutur Suryadharma.

Mendengar penuturan Suryadharma ini, ratusan massa Front Pembela Islam yang menyaksikan sidang dari balkon lantai tiga gedung MK langsung meneriakkan 'Allahu akbar'. Mereka memang mengaku mendatangi sidang ini untuk mendukung pemerintah mempertahankan undang-undang yang dipermasalahkan ini.

Ketua Hakim Konstitusi Mahfud MD segera mengetuk palu dan meminta pengunjung sidang tenang. "Jangan bersuara apa pun," kata Mahfud.

Mahkamah Konstitusi (VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis)

19

Page 20: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Suryadharma kemudian melanjutkan dan mengakui bahwa undang-undang itu dibuat pada saat negeri tidak stabil pada 1965 silam. Namun, dia menyatakan aturan itu tidak dibuat dengan semena-mena.

Pemerintah, menurut Suryadharma, yakin bahwa UU PNPS sejalan dengan amanat Konstitusi dan harus dipertahankan untuk mewujudkan ketenteraman.

"Jika tidak ada justru akan menimbulkan hilangnya perlindungan. Kita tidak dapat memidanakan orang yang menghalangi aktivitas agama atau pelaku tindakan main hakim sendiri terhadap orang yang melakukan penodaan agama," kata Suryadharma.

20

Page 21: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://nasional.vivanews.com/news/read/126783-massa_fpi_berteriak_dukung_menteri_patrialis

Uji Materiil UU Penodaan AgamaMassa FPI Berteriak Dukung Menteri PatrialisMenteri Patrialis mengatakan masalah agama bisa menjadi sumber konflik horizontal.Kamis, 4 Februari 2010, 11:29 WIBElin Yunita Kristanti

VIVAnews - Sidang uji materiil UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama diselenggarakan hari ini, Kamis 4 Februari 2010 di Mahkamah Konstitusi.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Patrialis Akbar meminta majelis hakim konstitusi menolak permohonan pemohon.

"UU ini merupakan suatu batasan bagi umat beragama, agar jangan coba-coba melakukan penodaan," kata Patrialis, memberikan

keterangannya.

Ditambahkan dia, tiap orang yang melakukan penodaan agama harus dihukum. Sebab, dalam agama substanstinya lebih luas, bahkan di dalamnya termasuk nilai-nilai akidah.

"Apabila permohonan tidak dipertimbangkan sebaik-baiknya pemerintah khawatir akan terjadi persoalan besar," kata Patrialis.

Pencabutan pasal dalam UU Penodaan Agama, tambah dia, dikhawatirkan mengganggu ketenteraman umat beragama. "Ke depannya dikhawatirkan terjadi konflik horizontal," kata Patrialis.

Lanjut dia, prinsip agama itu tidak dapat ditawar. "Pemerintah juga khawatir akan terjadi fitnah antar pemeluk agama, juga ketidakharmonisan," tambah dia.

Mendengar uraian Patrialis, massa Front Pembela Islam (FPI) yang berada di Lantai III Gedung MK meneriakan 'Allahuakbar', meski sebelumnya Ketua MK, Mahfud MD melarang ada teriakan di dalam sidang.

Sebelumnya, Menteri Agama, Suryadharma Ali mengatakan jika gugatan sekelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu dikabulkan persoalan agama menjadi sensitif dan dapat menimbulkan konflik yang lebih besar bagi kehidupan beragama di Indonesia.

"Kalau gugatan dikabulkan, saya prediksi persoalan jadi sangat sensitif, serius, lebih hebat dari kasus bank Century," kata Suryadharma, seperti dimuat laman Kementerian Agama, Selasa 2 Februari 2010.

****

Mahkamah Konstitusi (Antara)

21

Page 22: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Permohonan uji materi ini diajukan oleh beberapa lembaga dan perseorangan. Mereka adalah Abdurrahman Wahid, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq. Sementara lembaga yang mengajukan uji materi adalah Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Perkumpulan Masyarakat Setara, Desantara Foundation, dan YLBHI.

Para pemohon berdalil beberapa pasal dalam UU ini diskriminatif. Sebab, UU ini merupakan pengutamaan terhadap enam agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu dan mengecualikan beberapa agama dan aliran keyakinan lainnya yang juga berkembang.

22

Page 23: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://beritasore.com/2010/02/05/menag-uu-no-1-pnps-1965-harus-dipertahankan/Menag: UU NO.1 PNPS 1965 Harus DipertahankanJum, Feb 5, 2010Nasional

Jakarta ( Berita ) :  Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, UU No.1 PNPS 1965 harus dipertahankan karena selain sudah teruji dalam mempertahankan kerukunan umat beragama juga mampu mengawal bangsa Indonesia dalam kehidupan yang harmonis.

Penegasan Menag itu disampaikan usai menyampaikan penjelasan atas tanggapan pemohon uji materi UU No.1 PNPS 1965 di Gedung MK, Jakarta, Kamis [04/02].

Mahkamah Konstitusi (MK), Kamis siang, menggelar sidang uji materi atas undang-undang tersebut yang disampaikan pemohon AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan). Meski UU tersebut lahir pada zaman Orde Lama, tidak berarti bahwa produk hukum tersebut tak sesuai dengan era reformasi. Justru pada dewasa ini kehadirannya sangat diperlukan guna menjaga integritas bangsa dan kerukunan antarumat beragama di tanah air.

Timbulkan Kekacauan Di Masyarakat

Pencabutan UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penodaan Agama seperti yang diupayakan sejumlah LSM melalui uji materi kepada Mahkamah Konstitusi bila dikabulkan maka berpotensi menimbulkan keresahan dan kekacauan di masyarakat.

“Jika hal terkait penodaan agama tidak diatur, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik horizontal, memicu keresahan dan disintegrasi bangsa,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali ketika memberikan keterangan dalam sidang di Gedung MK di Jakarta, Kamis.

Suryadharma juga menegaskan, bila di Indonesia tidak terdapat UU Pencegahan Penodaan Agama maka hal itu juga akan menimbulkan hilangnya jaminan perlindungan hukum dari pemerintah terhadap berbagai agama di Tanah Air.

Apalagi, ujar Menag, bila pencabutan UU tersebut dilakukan maka seseorang atau sekelompok orang juga bisa bebas untuk menodai ajaran agama tanpa terkena hukuman apa pun. “UU (tersebut) menjaga keharmonisan kehidupan antarumat beragama dari kemungkinan penodaan dan pelecehan agama,” katanya.

Karena itu , Menag menyimpulkan bahwa merupakan hal yang tidak benar bahwa pelaksanaan UU tersebut menimbulkan ketidakjelasan hukum, kemunduran demokrasi, dan mengabaikan nilai-nilai HAM dan kebhinekaan di Tanah Air.

Sebebas-bebasnya

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar juga mengemukakan, permintaan pihak LSM tersebut sama saja dengan menginginkan kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa adanya pembatasan.

23

Page 24: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Padahal, kata Patrialis, sudah jelas tercantum dalam konstitusi bahwa pemberlakuan HAM juga dibatasi oleh Undang-Undang, sebagaimana tindakan penodaan agama juga dibatasi oleh UU No 1/PNPS/1965.

Menkumham juga setuju dengan pendapat Menag bahwa bila UU Pencegahan Penodaan Agama dicabut,  maka akan terjadi kekacauan di tengah masyarakat.

Pihak pemohon yang diwakili oleh salah seorang kuasa hukumnya, Uli Parulian Sihombing mengemukakan, pihaknya sama sekali tidak ingin melakukan kebebasan HAM yang sebebas-bebasnya di Indonesia.

Uli memaparkan, pihaknya ingin menunjukkan bahwa Pasal 1, Pasal 2 ayat (1), Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 UU No 1/PNPS/1965 bertentangan antara lain dengan Pasal 28D ayat (2) yang menyatakan “setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang diskriminatif itu”.

Ia mencontohkan, Pasal 1 UU No 1/PNPS/1965 menunjukkan adanya pembedaan dan atau pengutamaan terhadap enam agama (Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu) dibandingkan dengan agama-agama atau aliran keyakinan lainnya.

“Hal ini merupakan bentuk kebijakan diskriminatif yang dilarang,” katanya.

Isi dari Pasal 1 UU No 1/PNPS/1965 tersebut adalah “setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan agama itu, penafsiran, dan kegiatan”.

Sidang tersebut juga diwarnai dengan adanya unjuk rasa di luar Gedung MK antara lain oleh ormas Gerakan Reformis Islam yang menginginkan agar MK tidak mencabut UU No 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.

Mereka menyatakan, pencabutan UU tersebut akan mengakibatkan pelaku penistaan dan penodaan agama bisa bebas dan lepas dari jerat hukum.

Selain itu, penghapusan UU juga akan membuat berbagai aliran sesat dan menyimpang tidak bisa lagi diproses secara hukum oleh badan peradilan di Indonesia.

Demo pertahankan

Selama penyampaian penjelasan baik dari pemohon maupun kuasa tergugat Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan HAM, di luar gedung MK berlangsung unjuk rasa dari kalangan ormas Islam.

Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam(FPI)  mengerahkan massa cukup besar, kendati tak sampai mengganggu arus lalu lintas di Jalan Merdeka Barat.

Massa yang menamakan diri Gerakan Reformasi Islam (Garis), melalui salah seorang juru bicaranya, berharap agar Ketua MK Mahfud MD dapat berpikir jernih sehingga dapat mengambil sikap bijaksana. Tentunya, tetap mempertahankan UU No.1 PNPS 1965, karena kehadirannya diperlukan agar aliran sempalan tak merusak akidah umat Islam.

24

Page 25: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Forum Umat Islam melalui siaran persnya yang ditandatangani Sekjen KH. Muhammad Al Khaththath, menyampaikan tiga tuntutan pada MK, antara lain agar para tuntutan LSM  liberal tidak dikabulkan.

Pada poin kedua, FUI mengimbau ormas Islam, ulama, habaib untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah guna melindungi umat Islam dari kaum liberal.

Ketiga, kepada aparat pemerintah agar menggunakan kewenangannya melarang keberadaan lsm liberal dan penyebar aliran sesat.

MK Diminta Hati-Hati

Mahkamah Konstitusi (MK) diminta berhati-hati dalam menangani dan memutus permohonan uji materi peraturan perundangan yang mengatur perkara penodaan agama.

“MK perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan, apalagi dalam kondisi belum ada pengganti undang-undang itu,” kata Ketua Komisi Kerukunan Antarumat Beragama MUI Slamet Effendy Yusuf di Jakarta, Kamis, menanggapi sidang pertama perkara itu.

Peraturan perundangan tentang penodaan dan atau penistaan agama sebelumnya berbentuk Peraturan Presiden Nomor 1/PNPS/1965 yang kemudian diundangkan melalui UU Nomor 5/1969.

UU itu dimohonkan uji materi oleh sejumlah LSM yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB), di antaranya IMPARSIAL, ELSAM, PBHI, DEMOS, Perkumpulan Masyarakat Setara, Desantara Foundation, dan YLBHI.

Menurut Slamet, keberadaan undang-undang itu sebagai bagian upaya untuk membuat tatanan sosial terjamin mengingat persoalan agama seringkali sensitif.

“Ketika agama yang oleh pemeluknya dinilai suci kemudian dinodai, jelas akan memancing emosi dan konflik,” kata mantan ketua umum Gerakan Pemuda Ansor itu,

Dikatakannya, saat ini saja banyak aliran kepercayaan yang jelas-jelas merupakan penodaan terhadap agama yang sah karena sebagian atau seluruh ajaran atau praktik peribadatannya merupakan penyelewengan dari ajaran dan praktik ibadah agama yang sah. Apalagi, lanjut kandidat ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, jika tidak ada aturan yang membatasi.

“Mereka tentu akan dengan leluasa melakukan penodaan dengan dalih kebebasan beragama. Saya nggak ngerti, penodaan kok dianggap sebagai kebebasan beragama,” katanya.

Yang tidak kalah penting, tambah Slamet, dalam UU yang diajukan uji materi itu ada aturan yang memberikan tugas kepada pemerintah untuk melakukan pengawasan. Jika UU itu dicabut, maka otomatis tugas pengawasan pemerintah terhadap persoalan keagamaan turut tercabut. “Artinya, masyarakat akan mengawasi sendiri. Ini bisa timbul anarkhi,” katanya.

Menurutnya, kebebasan memeluk dan menjalankan agama yang dijamin UUD 1945 seharusnya dimaknai positif, yakni memeluk agama yang sah. “UUD sendiri memberikan

25

Page 26: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

batasan bahwa kebebasan itu dibatasi oleh undang-undang, bukan bebas sebebas-bebasnya,” kata mantan anggota DPR RI selama dua periode itu.

Bijaksana

Ulama Sumatera Barat (Sumbar) meminta Mahkamah Konstitusi (MK) supaya bijaksana dalam memutuskan uji materi Undang-Undang Penodaan Agama yang dimohonkan tujuh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tersebut.

“Kita khawatir kalau putusan terhadap uji materi UU Penodaan Agama kurang tepat atau pas bagi masyarakat luas bisa menimbulkan resistensi terhadap kehidupan beragama di Indonesia,” kata Ketua Bidang Dakwah, Komunikasi dan Informasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Dr. Duski Samat, kepada ANTARA ketika diminta tanggapannya di Padang, Kamis.

Menurut guru besar IAIN Imam Bonjol Padang itu, masyarakat negeri ini masih membutuhkan UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dan tak umat beragama yang dirugikan hak-haknya.

Jadi, bisa saja akan muncul atau timbul penolakan dari masyarakat umum kalau permohonan yang diajukan pemohon diterima MK atau psikologi keagamaan umat di negeri ini.

Sebab, kedewasaan masyarakat Indonesia dalam beragama masih kurang dan diperkirakan belum sampai 30 persen yang bisa hidup dengan sistem demokrasi kebebasan tersebut.

Justru, diminta MK untuk mempertimbangkan psikologi umat beragama dalam mengambil keputusan akan uji materi UU Penodaan Agama itu.

“Jika terjadi keputusan yang berujung merevisi atau menghilangkan satu pasal saja dalam UU tersebut, bisa berujung konflik yang berkepanjangan di tengah kehidupan masyarakat beragama. Ini yang kita khawatirkan,” katanya.

Mantan Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Sumbar, Buya Mas’oed Abidin, berpandangan upaya uji materi di MK terhadap UU Penodaan Agama boleh-boleh saja, mengingat tugas MK memang untuk itu.

Namun, diharapkan pihak MK harus melihat eksistensi umat beragama di Indonesia, dimana mayoritas umat Islam nakanya putusan MK harus arif.

Menurutnya, umat Islam selama ini selalu dirugikan, bahkan harus memikul beban toleransi sangat besar, dan mungkin juga karena jumlahnya besar.

Jadi, toleransi Islam juga besar sejak penghapusan tujuh kata di Mukadimah UU 1945 atau sejak 63 tahun lalu. Namun, hingga kini kini pemurtadan sampai ke dusun dan kaki bukit. Tapi, anehnya jika umat Islam bereaksi dianggap tidak toleransi dan Umat lain tidak terlalu begitu.

“Dilihat dari sisi tugas MK cukup berat, tapi asal tidak belah bambu,” katanya sembari mengkritisi LSM juga ada yang tulus bekerja tulus untuk bangsa dan negara, tapi ada yang diboncengi kepentingan lainnya.

26

Page 27: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Jadi, saat ini susah untuk menebak karena alasan yang selalu di kedepankan liberalisasi dan demokratisasi dalam kerangka nasionalisasi rasional.

Tujuh LSM yang mengajukan permohonan,yaitu Perkumpulan Inisiatif Masyarakat Partisipatif untuk Transisi Berkeadilan (IMPARSIAL), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perkumpulan Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (PBHI).

Perkumpulan Pusat Studi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi (Demos), Perkumpulan Masyarakat Setara, Yayasan Desantara (Desantara Foundation), dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Sedangkan pemohon pribadi yaitu KH. Abdurrahman Wahid, Prof. DR. Musdah Mulia, Prof. Dawam Rahardjo dan KH. Maman Imanul Haq. Mereka memberi kuasa kepada Tim Advokasi Kebebasan Beragama (TAKB).

Para pemohon berargumen bahwa Pasal 1, Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 dari UU No 1/PNPS/1965 bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat 91), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 29 ayat (2) UUD 1945.

Menurut para pemohon, pasal-pasal dalam UU No 1/PNPS/1965 menunjukkan adanya kebijakan yang diskriminatif antaragama, bertentangan dengan prinsip toleransi, keragaman, dan pemikiran terbuka, membatasi serta bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama seperti yang terdapat dalam UUD 1945. ( ant )

Comments are closed.

27

Page 28: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.mediaindonesia.com/index.php/read/2010/02/05/121327/16/1/Pakar_Kebebasan_Beragama_AS_Dihadirkan_di_MKUji Materi UU Penodaan AgamaPakar Kebebasan Beragama AS Dihadirkan di MK Jumat, 05 Februari 2010 07:16 WIB 0 Komentar

JAKARTA--MI: Pakar kebebasan beragama Amerika Serikat, Prof W Cole Durham Jr, akan memberikan keterangan sebagai ahli dalam sidang di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait uji materi UU Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama No 1/PNPS/1965.

"Keterangan Cole Durham melalui telekonferensi dari Amerika Serikat," kata Ketua MK Moh Mahfud MD di Jakarta, Kamis (4/2). Telekonferensi itu bakal digelar pada 10 Februari mendatang.

Menurut ensiklopedia dunia maya Wikipedia, Cole Durham merupakan profesor ilmu hukum di Brigham Young University dan memiliki spesialisasi hukum kebebasan beragama internasional. Durham merupakan penulis sejumlah buku antara lain Law and Religious-freedom in Post-Communist Europe bersama-sama pakar hukum Italia, Silvio Ferrari.

Durham yang memperoleh gelar sarjana dari Harvard University itu ditunjuk menjadi Direktur Pusat Studi Hukum dan Keagamaan di Brigham Young University pada tahun 2000. Ia juga tercatat sebagai pengajar tamu di sejumlah universitas yang terdapat di Jerman dan Austria.

Ia juga menjabat penasihat komite yang merekomendasikan hukum kebebasan agama di Peru. Ia pernah membuat pernyataan publik untuk menahan diberlakukannya undang-undang di Bulgaria yang dinilainya bertentangan dengan kebebasan beragama.

Pakar dari AS ini diminta hadir oleh pihak pemohon uji materi yang terdiri dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), LSM Imparsial, Lembaga Studi Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Perkumpulan Pusat Studi HAM dan Demokrasi, Perkumpulan Masyarakat Setara, dan Yayasan Desantara.

Para pemohon berargumen bahwa Pasal 1, Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 dari UU No 1/PNPS/1965 bertentangan dengan Pasal 1 Ayat (3), Pasal 27 Ayat (1), Pasal 28D Ayat (1), Pasal 28E Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3), Pasal 28I Ayat (1) dan Ayat (2), serta Pasal 29 Ayat (2) UUD 1945.

Menurut para pemohon, pasal-pasal dalam UU No 1/PNPS/1965 menunjukkan adanya kebijakan yang diskriminatif antaragama, bertentangan dengan prinsip toleransi, keragaman, dan pemikiran terbuka, membatasi serta bertentangan dengan jaminan kebebasan beragama seperti yang terdapat dalam UUD 1945.

Sidang perkara bernomor 140/PUU-VII/2009 itu akan dilanjutkan pada 10 Februari dengan agenda mendengarkan keterangan ahli dari pemohon dan pemerintah serta pihak terkait. (Ant/OL-03)

28

Page 29: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://bataviase.co.id/node/84061?page=1Tafsir Penodaan Agama Digugat05 Feb 2010

Pemerintah khawatir jika UU Penodaan Agama dihapus, seseorang dapat menistakan agama tanpa bisa dipidana.

Aryo Bhawono

MAHKAMAH Konstitusi (MK) mulai menggelar sidang uji materi Undang-Undang Nomor 1/ PNPS/1%5 jo UU Nomor 5/1969 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, kemarin. Pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menolak pencabutan UU ini karena khawatir akan menimbulkan konflik horizontal di masyarakat.

Permohonan uji materi UU Penodaan Agama diajukan oleh sejumlah lembaga dan perseorangan. Mereka adalah almarhum Abdurrahman Wahid, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq. Sementara lembaga yang mengajukan uji materi adalah Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Setara Institute, Desantara Foundation, dan YLBHI. Sidang tersebut dipimpin langsung oleh Ketua MK M Mahfud MD, didampingi delapan hakim konstitusi. Selain mendengar gugatan pemohon, MK juga menyimak keterangan wakil dari pemerintah, DPR, MUI, Muhammadiyah, dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

Kuasa hukum pemohon Chairul Anam menilai UU No 1 /PNPS/1%5 jo UU No 5/1969 itu menghalangi penghormatan terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan warga negara. "UU No 1/ PNPS/1965 bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945 yang menjamin kebebasan beragama," ujar Chairul.Saat menyikapi permohonan uji materi itu. Menteri Agama Suryadharma Ali yang mewakili pemerintah meminta MK menolak permohonan uji materi UU No 1 /PNPS/1965. Pemerintah khawatir jika UU ini dihapus, seseorang dapat menistakan agama tanpa bisa dipidana. "Ini bisa menimbulkan main hakim sendiri dan aparat hukum tidak punya pijakan untuk menindak pelanggaran," kata Menteri Agama.

Ia menyatakan UU itu dibuat dalam kondisi normal, bukan dalam keadaan darurat. Sehingga UU itu memperhatikan kebutuhan masyarakat saat ini maupun di masa depan.Suryadharma juga mempertanyakan kedudukan hukum pemohon. Karena berdasarkan penelusuran pemerintah, identitas pemohon telah memeluk agama dan tidak dalam posisi terganggu dalam menjalankan keyakinannya.Pernyataan Suryadharma Ali itu langsung disambut teriakan Allahu Akbar dari massa Front Pembela Islam (FPI) yang berada di balkon ruang sidang. Ketua MK sempat menegur ulah massa FPI itu. Sejak kemarin pagi massa FPI mengepung Gedung MK dan dikawal ketat oleh ratusan aparat kepolisian.

Berbeda dengan sikap pemerintah. Perwakilan PGI Pendeta Ener Sitompul mempertanyakan intervensi negara terkait dengan tafsir agama. UU Penodaan Agama, sambung dia, memberikan kewenangan negara untuk masuk dalam kehidupan beragama. Terkait penodaan agama harus ada definisi yang jelas, dan apakah pemerintah berhak mengadili dan menjadi penafsir," jelasnya.Persidangan uji materi ini, menurut rencana, dilanjutkan Rabu pekan depan. (P-2)[email protected]

29

Page 30: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.republika.co.id/node/103166Republika OnLine › DUNIA ISLAM › Islam Nusantara

Sidang Uji Materi UU Penodaan Agama, Penjagaan DiperketatKamis, 04 February 2010, 09:36 WIB

EDWIN DWI PUTRANTO/REPUBLIKA

Massa menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Mereka menolak dilakukannya uji materi terhadap undang-undang yang mengatur tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama.

JAKARTA--Sidang ketiga uji materi Undang Undang Penodaan digelar, Kamis (4/2) pukul 10.00. Petugas keamanan Mahkamah Konstitusi dan dibantu oleh beberapa petugas kepolisian telah bersiap-siap.

Untuk memasuki gedung Mahkamah Konstitusi semua orang harus melawati lobi di lantai dasar. Pemeriksaan ketat dilakukan menjelang pintu masuk. Semua tas dan barang bawaan diperiksa. "Semua harus diperiksa mas," ujar salah seorang petugas keamanan kepada Republika.

Biasanya untuk masuk ke gedung Mahkamah Konstitusi, cukup berjalan dari tempat parkir menuju lift, lalu memilih lantai yang diinginkan. Tapi kali ini semua dialihkan lewat satu pintu saja.

Di luar gedung, massa dari Front Pembela Islam. dengan berbaju putih sudah mulai berdatangan. Beberapa dari mereka sudah tampak berkumpul di depan pagar gedung. Untuk mengakomodasi banyaknya penonton sidang tersebut. Pihak Mahkamah Konstitusi menyiapkan beberapa bangku tambahan di luar ruang sidang pleno di lantai 2 gedung itu. Beberapa bangku juga disiapkan di lantai dasar. mereka yang tidak dapat masuk, bisa mengikuti sidang lewat layar televisi yang merekam segala kejadian di dalam ruang sidang.

30

Page 31: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Terkait Undang Undang yang akan diuji, yaitu, Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama, para pemohon yang terdiri dari Imparsial, Elsam, PBHI, Demos, Setara, Yayasan Desantara, dan YLBHI menghendaki pengujian pada Pasal 1, Pasal 2 ayat (1), Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4a, dan Pasal 156 a tersebut dengan sembilan norma dalam UUD 1945, yaitu Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (1). Serta, Pasal 28E ayat (2), Pasal 28E ayat (3), Pasal 28I ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2). Serta, Pasal 29 ayat (2).

Pasal-pasal tersebut menunjukan norma-norma yang termuat dalam ketentuan tersebut dan diajukan uji materiil dinilai menunjukan adanya pembedaan dan atau pengutamaan terhadap enam agama yang diakui saat ini, yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu, dibandingkan dengan agama-agama atau aliran keyakinan lainnya.

Redaksi - ReporterRed: taqi Reporter: kim

31

Page 32: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=website.BeritaInternalLengkap&id=3670umat, 05 Februari 2010  

Pembatalan UU Penodaan Agama Ancam Integrasi Bangsa

Jakarta | Fri 05 Feb 2010by : M. Yamin Panca Setia

PEMERINTAH dan DPR mengkhawatirkan akan terjadi konflik horizontal antarelemen masyarakat jika Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan UU No 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan Penodaan Agama. Karena itu, Pemerintah dan DPR mengharap agar MK menolak uji materi yang diajukan oleh sejumlah aktivis HAM tersebut karena dinilai melanggar kebebasan dan HAM.

Para pemohon menguji Pasal 1, Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 3, dan Pasal 4 yang diatur dalam UU No 1/PNPS/1965. Pasal-pasal yang diatur dalam UU a quo tersebut dinilai bertentangan dengan UUD 1945.

Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan, UU No 1/PNPS/1965 tidak membatasi warga negara untuk memeluk, menyakini dan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaannya. UU tersebut juga diarahkan untuk ketertiban, keharmonisan, dan pencegahan terhadap upaya penodaan sebuah agama yang dilakukan individu atau kelompok tertentu.

"Jika hal tersebut tidak diatur akan menimbulkan konflik horizontal, keresahan, dan perpecahan masyarakat, instabilitas dan memicu disintegrasi bangsa," kata Suryadharma saat menyampaikan opening stattement dari pemerintah saat digelar sidang pleno mendengarkan keterangan pemerintah, DPR, dan pihak terkait seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, dan Persekutuan Geraja Indonesia.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menyatakan, UU No 1/PNPS/1965 sudah merepresentasikan jiwa semua pemeluk agama di Indonesia. Buktinya, hingga saat ini, semua pemeluk agama dapat melaksanakan aktivitas agama sesuai keyakinannya.

32

Page 33: · Web viewAhli lainnya yang akan dihadirkan juga terdapat nama-nama Guru Besar Komunikasi Unpad Jalaluddin Rakhmat, mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, Rektor UIN Komarudin Hidayat,

Sementara itu, Chairuman Harapan yang mewakili DPR mengatakan, untuk memahami UU a quo tidak hanya memahami teksnya saja. Namun, harus memahami semangat dan jiwanya, dengan mempelajari latar belakang filosifis dan sosiologis. Dia menilai, walau UU No 1/PNPS/1965 merupakan produk hukum rezim Orde Lama lama, namun prosedur penyusunannya sesuai dengan latar belakang sosiologis dan filosofis.

Ketua MUI Amidhan menyatakan, tindakan penyalahgunaan agama tidak boleh dibiarkan karena akan menimbulkan keresahan umat beragama. Tindakan tersebut juga akan memakan korban umat beragama karena telah disesatkan mental dan spritualnya sehingga perlu ada upaya serius untuk menyadarkan mereka agar kembali ke jalan yang benar.

Kuasa hukum pemohon Uli Parulian Sihombing menolak jika permohonan menyebutkan soal adanya pembatasan. "Kami juga tidak mengatakan ada kebebasan yang sebebasnya. Memang kebebasan ada batasannya," kata dia.

Uji materi UU tersebut diajukan Rachland Nashidik (Imparsial) Asmara Nababan (Elsam), Syamsuddin Radjab (PBHI), Anton Pradjasto (Pusat Studi HAM dan Demokrasi), Hendardi (Setara Institute), Muhammad Nur Khoiron Desantara Foundation, Patra Mijaya Zen (YLBHI), Gus Dur, Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, dan Maman Imanul Haq.

33