vesikolithiasis

21
VESIKOLITHIASIS A. Penger tian Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322). Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027). Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377). Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang

Upload: intang-sulistiani-zen

Post on 07-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ASAASASA

TRANSCRIPT

Page 1: VESIKOLITHIASIS

VESIKOLITHIASIS

A. Penger tian

Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem

perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering

ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).

Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih

akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar

secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri

( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).

Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung

kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini

mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam

Soeparman, 2001:377).

Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat

defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam

urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat

yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer,

2002:1460).

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu

atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi (Smeltzer, 2002:1442). Long,

(1996:318) menyatakan sumbatan saluran kemih yang bisa terjadi dimana saja

pada bagian saluran dari mulai kaliks renal sampai meatus uretra.

Hidronefrosis adalah pelebaran/dilatasi pelvis ginjal dan kaliks, disertai

dengan atrofi parenkim ginjal, disebabkan oleh hambatan aliran kemih.

Hambatan ini dapat berlangsung mendadak atau perlahan-lahan, dan dapat

Page 2: VESIKOLITHIASIS

terjadi di semua aras (level) saluran kemih dari uretra sampai pelvis renalis

(Wijaya dan Miranti, 2001:61).

Vesikolithotomi adalah alternatif untuk membuka dan mengambil batu

yang ada di kandung kemih, sehingga pasien tersebut tidak mengalami

ganguan pada aliran perkemihannya Franzoni   D.F dan   Decter   R.M

( http://www.medscape.com , 8 Juli 2006).

B. Etiologi

Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan

infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan

perubahan metabolisme kalsium).

Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu kandung

kemih (Vesikolitiasis) adalah

1. Hiperkalsiuria

Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,

hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan

tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,

sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.

2. Hipositraturia

Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih,

khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I

(lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan

masukan protein tinggi.

3. Hiperurikosuria

Page 3: VESIKOLITHIASIS

Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu

pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.

4. Penurunan jumlah air kemih

Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.

5. Jenis cairan yang diminum

Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan

jus anggur.

6. Hiperoksalouria

Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini

disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium

intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang

mengganggu absorbsi garam empedu.

7. Ginjal Spongiosa Medula

Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak

dijumpai predisposisi metabolik).

8. Batu Asan Urat

Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan

hiperurikosuria (primer dan sekunder).

9. Batu Struvit

Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan

organisme yang memproduksi urease.

Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :

Page 4: VESIKOLITHIASIS

1. 75 % kalsium.

2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).

3. 6 % batu asam urat.

4. 1-2 % sistin (cystine).

C. Pathofisiologi

Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena

infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering

menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran

kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta

kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra

sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan

statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga

membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian

dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):

1. Teori Supersaturasi

Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal

mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap

menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.

2. Teori Matriks

Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 %

hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan

penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.

Page 5: VESIKOLITHIASIS

3. Teori Kurangnya Inhibitor

Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang

melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat

pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat

pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah

terjadi pengendapan.

4. Teori Epistaxy

Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah

satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan

pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih

dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat

sebagai inti pengendapan kalsium.

5. Teori Kombinasi

Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

D. Manifestasi Klinis

Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi

dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi

obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa

menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam

kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,

nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).

Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka

gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya

penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut)

biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah

antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika

Page 6: VESIKOLITHIASIS

penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya

tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan

tulang punggung.

Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal

(http://www.medicastore.com, 26 Juni 2006) adalah:

1. Hematuri.

2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.

3. Demam.

4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.

5. Mual.

6. Muntah.

7. Nyeri abdomen.

8. Disuria.

9. Menggigil.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi

pemeriksaan:

1. Urine

a pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme

dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah

menyebabkan pengendapan batu asam urat.

Page 7: VESIKOLITHIASIS

b Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan

batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.

c Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi

dalam proses pembentukan batu saluran kemih.

d Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah

terjadi hiperekskresi.

2. Darah

a Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

b Lekosit terjadi karena infeksi.

c Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

d Kalsium, fosfat dan asam urat.

3. Radiologis

a Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi

bendungan atau tidak.

b Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada

keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan

dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang

memadai.

4. USG (Ultra Sono Grafi)

Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.

5. Riwayat Keluarga

Page 8: VESIKOLITHIASIS

Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu

saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang

telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

E. Komplikasi

Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842)

adalah sebagai berikut:

a. Sistem Pernafasan

Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena pengaruh

analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi

tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat menyebabkan pnemunia, hipoksia

terjadi karena tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli

pulmonal.

b. Sistem Sirkulasi

Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya

jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan

syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang

terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena juga bisa menyebabkan

trombus atau karena trauma pembuluh darah.

c. Sistem Gastrointestinal

Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga bisa

terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan

terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa

terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.

d. Sistem Genitourinaria

Page 9: VESIKOLITHIASIS

Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena

hilangnya tonus otot.

e. Sistem Integumen

Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi,

buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda

dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada

dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi

bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).

f. Sistem Saraf

Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

F. Pengobatan

Menurut  Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :

1. Mengatasi Simtom

Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis,

berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi

koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.

2. Pengambilan Batu

a Batu dapat keluar sendiri

Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi

6 mm.

b Vesikolithotomi.

c Pengangkatan Batu

Page 10: VESIKOLITHIASIS

1. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal

Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.

Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan  batu

tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas

ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani

dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan

prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil

seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

2. Metode endourologi pengangkatan batu

Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi

mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat

dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu

alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai

gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.

3. Ureteroskopi

Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan

memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat

dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,

atau ultrasound kemudian diangkat.

d Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)

1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)

2. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat

(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau

lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan

masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.

Page 11: VESIKOLITHIASIS

3. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari

masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg

BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100

meq/hari), dan masukan kalsium.

4. Pemberian obat

Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan

kelainan metabolik yang ada.

G. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

(Carpenito, 2001:324).

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernafasan akibat efek

anestesi (Perry dan Potter, 2002:911).

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan penekanan saraf tepi

akibat insisi (Doenges, 1999:688).

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah

(Doenges, 1999:691 ).

5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

perdarahan akibat insisi (Doenges, 1999:808).

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka akibat operasi

(Doenges, 1999 : 682).

7. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka

(Carpenito, 2001:302).

H. Fokus Intervensi

Page 12: VESIKOLITHIASIS

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

(Carpenito, 2001:324)

Tujuan :  Tidak terjadi gangguan pernafasan

Kriteria Hasil : Tidak tersedak, Sekret tidak menumpuk di jalan nafas dan

tidak ditemukan tanda cyanosis

Intervensi :

a. Kaji pola nafas klien.

b. Kaji perubahan tanda vital secara drastis.

c. Kaji adanya syanosis.

d. Bersihkan sekret dijalan nafas.

e. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pernafasan akibat efek

anestesi (Doenges, 1999:911).

Tujuan : pola nafas menjadi normal (vesikuler).

Kriteria Hasil : pola nafas efektif, bebas dari sianosis atau tanda-tanda

hipoksia.

Intervensi :

a. Pertahankan jalan nafas dengan memiringkan kepala, hiperekstensi

rahang, aliran udara faringeal oral.

b. Observasi frekuensi dan kedalaman pernafasan.

c. Posisikan klien dengan nyaman.

Page 13: VESIKOLITHIASIS

d. Observasi pengembalian fungsi otot pernafasan.

e. Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.

f. Berikan 0ksigen jika diperlukan.

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan saraf tepi

akibat insisi (Doenges, 1999:688).

Tujuan : klien merasa nyaman.

Kriteria Hasil : klien tidak gelisah, skala nyeri 1-2, tanda vital normal.

Intervensi :

a. Kaji tanda vital klien.

b. Catat lokasi dan lamanya intensitas nyeri.

c. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

d. Ciptakan lingkungan yang nyaman.

e. Kolaborasi pemberian analgesik (Narkotik), anti spasmodik dan

kortikosteroid.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah

(Doenges, 1999 :691)

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil : Klien habis satu porsi dari rumah sakit, tidak mengeluh

lemas, membran mukosa lembab dan tanda vital normal.

Intervensi :

Page 14: VESIKOLITHIASIS

a. Kaji tanda vital klien.

b. Kaji kebutuhan nutrisi klien.

c. Timbang berat badan klien setiap hari.

d. Kaji turgor klien.

e. Awasi input dan output klien.

f. Cacat insiden muntah dan catat karakteristik dan frekuensi muntah.

g. Berikan makan sedikit tetapi sering.

h. Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.

5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

perdarahan akibat insisi (Doenges, 1999:808).

Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kriteria Hasil :

a. Monitor tanda vital.

b. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.

c. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.

d. Monitor status mental klien.

e. Monitor berat badan tiap hari.

f. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).

g. Kolaborasi pemberian diuretik.

Page 15: VESIKOLITHIASIS

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi luka operasi (Doenges,

1999 : 682).

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil: Limfosit dalam batas normal, tanda vital normal dan tidak

ditemukan tanda infeksi.

Intervensi :

a. Kaji lokasi dan luas luka.

b. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor dan

perubahan fungsi).

c. Pantau tanda vital klien.

d. Kolaborasi pemberian antibiotik.

e. Ganti balut dengan prinsip steril.

7. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka

(Carpenito, 2001:302).

Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit .

Kriteria Hasil: tidak ditemukan tanda infeksi, tidak ada luka tambahan

Intervensi :

a. Kaji drainase luka.

b. Monitor adanya tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor dan perubahan

fungsi).

c. Kaji adanya luka tambahan pada klien.

Page 16: VESIKOLITHIASIS

d. Ganti balut dengan prinsip steril.

e. Kolaborasi pemberian antibiotik.

f. Himbau agar klien membatasi mobilitasnya.