verba bahasa dayak (pompakng) dusun penyalimau hilir kecamatan kapuas kabupaten sanggau

53
VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAM KAPUAS KABUPATEN SANGGAU (KAJIAN MORFOLOGI) DESAIN PENELITIAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA OLEH : PUTU EKA RESPATI NIM: 511100097 FALKULTAS BAHASA DAN SENI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK 2014

Upload: putuekarespati

Post on 22-Jul-2015

333 views

Category:

Education


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU

HILIR KECAMATAM KAPUAS

KABUPATEN

SANGGAU

(KAJIAN MORFOLOGI)

DESAIN PENELITIAN

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

OLEH :

PUTU EKA RESPATI

NIM: 511100097

FALKULTAS BAHASA DAN SENI INSTITUT KEGURUAN

DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU

REPUBLIK INDONESIA

PONTIANAK

2014

Page 2: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

penelitian dengan judul “Verba Bahasa Dayak (Pompakng) Di Dusun Penyalimau

Hilir Kecamatam Kapuas Kabupaten Sanggau.

Penyusunan desain penelitian ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini juga

penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Rini Agustina, M.Pd., selaku Pembimbing Utama yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan desain penelitian ini.

2. Ibu Mai Yuliastri Simarmata, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua dan selaku

Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan

dan arahan dalam penulisan desain penelitian ini.

3. Bapak Muhammad Lahir, M.Pd., Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP-PGRI Pontianak yang telah memberikan

arahan dan motivasi.

4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf IKIP-PGRI Pontianak, yang telah

memberikan motivasi supaya penulis dapat menyelesaikan penulisan desain

penelitian ini dengan baik dan benar.

5. Serta semua pihak yang telah memberikan sumbangsih berupa pikiran,

tenaga, waktu serta dukungannya dalam penulisan desain penelitian ini.

Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari

semua pihak dalam penyempurnaan desain penelitian ini di waktu yang akan

i

Page 3: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

datang. Akhir kata, semoga apa yang telah penulis buat dan paparkan dalam

penulisan desain penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua

khususnya demi kemajuan dalam dunia pendidikan itu sendiri.

Pontianak, April 2014

Penulis

ii

Page 4: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAGIAN I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Masalah Penelitian .............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 5

2. Manfaat Praktis ............................................................................. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6

1. Variabel Tunggal ........................................................................... 6

2. Defenisi Operasional .................................................................... 7

F. Metode Penelitian ................................................................................ 8

1. Metode Penelitian .......................................................................... 8

2. Bentuk Penelitian .......................................................................... 8

G. Data dan Sumber Data ......................................................................... 9

1. Data ................................................................................................ 9

2. Sumber Data ................................................................................... 9

3. Subjek Penelitian ........................................................................... 10

H. Teknik dan Alat Pengumpul Data ........................................................ 11

1. Teknik ............................................................................................ 11

2. Alat Pengumpulan Data ................................................................. 12

I. Teknik Analisis Data ............................................................................ 13

J. Teknik Validitasi Data ......................................................................... 16

K. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 19

1. Tempat Penelitian........................................................................... 19

2. Waktu Penelitian ............................................................................ 20

iii

Page 5: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

BAGIAN II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Verba ..................................................................................... 21

B. Fungsi Verba ....................................................................................... 22

1. Verba dan Frasa Verbal Sebagai Predikat ..................................... 23

2. Verba dan Frasa Verbal Sebagai Subjek ....................................... 23

3. Verba dan Frasa Verbal Sebagai Objek ........................................ 24

4. Verba dan Frasa Verbal Sebagai Pelengkap ................................. 25

5. Verba dan Frasa Verbal Sebagai Keterangan ................................ 25

6. Verba yang Bersifat Atributif ........................................................ 26

7. Verba yang Bersifat Apositif ........................................................ 27

C. Makna Verba ....................................................................................... 28

1. Verba Perbuatan ............................................................................ 29

2. Verba Proses .................................................................................. 30

3. Verba Keadaan .............................................................................. 30

D. Bentuk Verba ...................................................................................... 31

1. Verba Asal ..................................................................................... 35

2. Verba Turunan .............................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46

IV

Page 6: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku Dayak Pompakng, adalah suku dayak yang bermukim di kabupaten

Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Suku Dayak Pompakng ini lebih

memilih hidup di perkampungan di sepanjang tepian sungai di sepanjang

sungai Kapuas dan sungai Sekayam. Dayak Pompakng menurut penuturan

tetua suku ini berasal dari kampung Borakng dan kampung Kamokng.

Kehadiran orang Dayak Pompakng di pantai Kapuas diperkirakan pada

abad ke-17.Pada perjalanan migrasi suku Dayak Pompakng melalui aliran

Sungai Kapuas, dan membangun pemukiman di Lintang Lama dan sempat

mendirikan rumah panjang yang akhirnya terbakar, yang terkenal dengan

sebutan Tomawakng Mosu yang artinya "bekas kampung yang hangus".

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan mencari daerah baru dan membuat

pemukiman baru, yang diberi nama Lintang Bale‟ Angin, dan kampung ini

pun berkembang.

Bahasa yang diginakan oleh suku Dayak Pompankg yang di kenal dengan

bahasa bekidoh merupakan ciri khas bahasa Dayak Pompakng. Bahasa

bekidoh ini pada bahasa dayak kuhususnya di Suku Dayak Pompakng di

dalam penggunaannya lebih khususnya pada penggunaan Kata Kerja atau

Verba.

Kata Kerja atau Verba adalah ialah semua kata yang menyatakan perbuatan atau

laku. Dalam kalimat kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Penelitian ini

1

Page 7: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

mengenai verba bahasa Dayak Pompakng mengkaji tentang bahasa Dayak

Pompkng yang digunakan oleh penutur-penutur yang terdapat di Desa Penyalimau

Hilir‟, Kecamatan Kapuas. Hal-hal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

fungsi verba, bentuk verba dan makna verba.

1. Fungsi verba

Fungsi verba dibagi menjadi tujuh yaitu, (1) verba dan frasa verbal sebagai

predikat, (2) verba dan frasa verbal sebagai subjek, (3) verba dan frasa verbal

sebagai objek, (4) verba dan frasa verbal sebagai pelengkap, (5) verba dan

frasa verbal sebagai keterangan, (6) verba yang bersifat artibutif, dan (7)

verba yang bersifat apositif.

2. Makna verba

Makna verba dibagi menjadi tiga yaitu verba perbuatan, verba proses dan

verba keadaan.

3. Bentuk verba

Bentuk verba dibagi menjadi dua yaitu verba asal ialah verba yang dapat

berdiri sendiri tanpa afiks dan verba turunan ialah verba yang dibentuk

melalui transposisi pengafiksan, reduplikasi (pengulangan), atau

pemajemukan (pemanduan).

Tujuan dari penggunaan kata kerja atau verba dalam bahsa dayak secara

khusus Suku Dayak Pompankg sebagai sarana untuk memperkenalkan dan

meningkatkan eksistensi bahasa Dayak Pompakng bukan haya dari segi budaya

tetapi dari segi kebahasaan secara kuhusus dalam penggunaan kata kerja atau

verba.

2

Page 8: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Pemilihan lokasi tersebut tentu mengacu pada pertimbangan bahwa bahasa

Dayak Pompakng yang meneliti tentang verba belum pernah diteliti dan

mengingat penulis juga sebagai penutur atau pengguna bahasa tersebut. Bahasa

Dayak Pompakng digunakan pada kalangan masyarakat atau penduduk setempat

sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

Penelitian terhadap Bahasa Dayak Pompakng ini tentu memiliki

kepentingan antara lain; (1) dalam upaya mendukung perkembangan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional, terutama dalam usaha pengayaan

pembendaharaan kata Bahasa Indonesia (2) sebagai bahasa pengantar di Sekolah

Dasar (3) dipergunakan dalam upacara adat, seperti adat perkawinan, upacara

makan buah, upacara pertunjukan dan lain sebagainya, serta (4) untuk

mendokumentasikan dan melestarikan linguistik nusantara mengingat bahasa

Dayak Pompakng merupakan bagian dari bahasa-bahasa nusantara yang harus

dijaga dan tetap dilestarikan agar tidak punah.

Mengingat pentingnya kedudukan dan fungsi bahasa daerah dalam

kaitannya dengan pertumbuhan, perkembangan, dan pembakuan bahasa nasional,

serta kepentingan pembinaan dan perkembangan bahasa-bahasa daerah itu sendiri

sebagai satu di antara unsur-unsur kebudayaan nasional, maka bahasa-bahasa

daerah harus diselamatkan, dipeihara, dibina, dan dikembangkan.

Oleh sebab itu, diperlukan usaha pendokumentasian bahasa tersebut secara

menyeluruh dari sistem gramatikanya agar bahasa tersebut tidak mengalami

kepunahan. Pendokumentasian bahasa tersebut tentu saja dilakukan dengan cara

melakukan penelitian secara bertahap.

3

Page 9: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Adapun harapan yang ingin dicapai iyalah agar dalam penggunaan kata

kerja atau verba dalam bahasa dayak Pompakng kuhususnya di Dusun Penyalimau

Hilir dapat dengan mudah di mengerti dalam bentuk, fungsi dan makna

pengunaannya sehari-hari. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti

tertarik untuk membuat rencana penelitian kebahasaan yaitu

“Verba Bahasa Dayak(Pompakng) Di Dusun Penyalimau Hilir Kecamatan

Kapuas Kabupaten Sanggau”

Sebagai judul rencana penelitian, agar memudahkan di dalam membedakan

dan pengunaan kata kerja yaitu secara kuhusus kata kerja aktif dan kata kerja pasif

dalam bahasa Dayak Pompakng di Dusun Penyelimau Hilir.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan dipaparkan pada latar belakang

dapat dirumuskan masalah umum rencana penelitian sebagai berikut:

Bagaimnakah Penggunaan Verba Bahasa Dayak (Pompakng) di Dusun

Penyalimau Hilir?

Masalah yang telah dikemukakan dan dirinci kedalam sub-sub

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Fungsi Verba Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau?

2. Bagaimanakah Makna Verba Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau?

3. Bagaimanakah Bentuk Verba Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau?

4

Page 10: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan

Verba Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau.

Secara khusus tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeksipsikan Fungsi Verba dalam Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan

Kapuas Kabupaten Sanggau.

2. Mendeskripsikan Makna Verba Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau.

3. Mendeskripsikan Bentuk Verba Bahasa Dayak Pompakng Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis,

sebagai berikut.

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca khususnya guru berkaitan dengan bidang pengajaran, sehingga

dapat mempermudah pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran verba

dalam bahasa indonesia kepada murid di sekolah khususnya di daerah

kecamatan Kapuas.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan panduan untuk

melakukan penelitian sejenis maupun lanjutan.

5

Page 11: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

c. Temuan dari hasil penelitian dapat pula menjadi informasi yang berguna

bagi lembaga sebagai bahan kajian untuk kemudian dikembangkan dalam

rangka kemajuan ilmu pendidikan khususnya mengenai bahasa Daerah.

2. Praktis

a. Bagi Siswa

Melalui rencana penelitian ini diharapkan siswa menyadari pentingnya

melestarikan bahasa daerah dan meningkatkan motivasi belajar siswa

tentang verba melalui bahasa Dayak Pompakng.

b. Bagi Guru

Hasil yang dihasilkan melalui penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi guru dalam rangka melaksanakan proses

pembelajaran di kelas, dengan harapan agar melalui pengajaran verba

dengan bahasa Dayak Pompakng dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa terkhusus siswa di Kecamatan Kapuas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai verba bahasa Dayak Pompakng mengkaji tentang

bahasa Dayak Pompkng yang digunakan oleh penutur-penutur yang terdapat di

Dusun Penyalimau Hilir, Kecamatan Kapuas.

1. Variabel Tunggal

Variabel Tunggal dalam rencana penelitian ini adalah Verba

Bahasa Dayak Pompakng di Dusun Penyalimau Hilir Kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau.

6

Page 12: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

2. Defenisi Operasional

Adapun penjelasan istilah ini dimaksud untuk menghindari kesalahan

penafsiran istilah antara penulis dengan pembaca. Oleh karena itu, maka perlu

dijelaskan istilah yang dimaksud, antara lain sebagai berikut.

a. Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu pekerjaan,

pengalaman, keberadaan ataupun yang dalam pengertian lainnya dalam

perspektif yang dinamis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI

2008:1546) “Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan,

atau keadaan; kata kerja. Verba berasal dari bahasa latin Verbum yang

artinya „kata‟. Verba dalam kalimat atau frase berposisi sebagai predikat”.

Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 226) menyatakan bahwa “verba

adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam

beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti kata, aspek,

dan pesona atau jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis

perbuatan, keadaan dan proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai

dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin

diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya”.

b. Bahasa Dayak Pompakng adalah bahasa yang digunakan subsuku yang

mendiami dusun Penyalimau Jaya Desa Penyalimau Hilir, Kecamatan

Kapuas Kebupaten Sanggau.

c. Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat

dalam kalimt.

7

Page 13: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

d. Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan

yang bukam sifat atau kualitas.

Berdasarkan pembentukannya dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu verba

asal/pangkal/dasar dan turunan. Verba asal dasar adalah yang belum

mendapat tambahan afiks, tetapi terdiri dan memiliki makna. Sedangkan

verba turunan sudah mendapat tambahan afiks. Dalam pembentukan verba

turunan terdapat dua jenis afiks, masing-masing bersifat infleksional dan

derivasional distribusi berbeda dengan kata dasarny.

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah metode etnografi. Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu

budaya atau sistem kelompok sosial. Penulis menguji kelompok tersebut

dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi

adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses,

etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu

kelompok, di mana dalam pengamatan tersebut penulis terlibat dalam

keseharian hidup responden. Penulis mempelajari arti atau makna dari

setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bentuk kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif tidak menggunakan

perhitungan, maksudnya data yang akan dianalisis tidak berbentuk angka-

8

Page 14: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (1994:6) yang

mengatakan bahwa “data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,

dan buka angka-angka”.

G. Data dan Sumber Data

“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal itu pada bagaian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-

kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik” dalam Lofland dan

Lofland (1984:47).

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah verba Bahasa Dayak Pompakng.

Selain itu, tuturan yang dituturkan masyarakat subsuku Dayak Pompakng

sehari-hari juga merupakan data.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah verba Bahasa Dayak

Pompakng yang digunakan atau dituturkan oleh masyarakat subsuku

Dayak Pompakng, cerita rakyat, teks wawancara, dan catatan lapangan

yang penulis dapatkan di Desa Penyalimau Hilir‟ Dusun Penyalimau Jaya

Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Hal tersebut seperti yang

disampaikan oleh Moleong (1996:157). “Sumber data dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata atau perilaku namun kenyataan di lapangan

perilaku subjek hanya dapat dijelaskan dengan kata-kata”. Sebagai

sumber data tambahan dan perbandingan, penulis menggunakan beberapa

9

Page 15: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

cerita rakyat subsuku Dayak Pompakng di Desa Penyalimau Hilir‟ yang

dituturkan. Sumber data yang berupa bahasa Dayak Pompakng dan cerita

rakyat yang dituturkan inilah yang direkam dan kemudian

ditranskripsikan, sehingga menjadi bentuk sumber tertulis.

Bahasa biasanya dituturkan informan. Informan yang akan

dijadikan sumber data tertulis harus memiliki kriteria-kriteria tertentu,

sehingga data yang diperoleh atau data yang diinginkan oleh penulis lebih

akurat dan refresentatif untuk dijadikan data. Penentuan informan dalam

penelitian ini dipilih dengan syarat-syarat kriteria yang berpedoman

kepada pendapat Sudaryanto dalam (Kusema Jati, 2007:42), sebagai

berikut.

1) Berjenis kelamin pria atau wanita.

2) Berusia antara 20-65 tahun (tidak pikun)

3) Informan lahir dan dibesarkan di desa itu jarang atau tidak pernah

meninggalkan desanya.

4) Berpendidikan maksimal tamat SD.

5) Penduduk asli.

6) Tidak cacat alat ucap: dan,

7) Sehat jasmani dan rohani.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah individu, benda atau organisme, yang

dijadikan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan

data penelitian. Dalam penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian sering

disebut sebagai informan. yaitu pelaku yang memahami objek penelitian.

Jadi informan yang dimaksudkan di sini adalah orang yang memberi

informasi tentang data yang dibutuhkan oleh penulis, berkaitan dengan

penelitian yang sedang dilaksanakan. Pada penelitian ini yang menjadi

10

Page 16: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

informan adalah individu yang terlibat dalam proses percakapan

mengenai Verba tentunya dalam Bahasa Dayak Pompakng. Selain

informan, kita juga mengenal istilah key informan atau kunci sumber

informasi. Adapun yang menjadi key informan di sini adalah (ketua adat

Dayak Pompakng yang ada di Desa tersebut dan kepala Desa Penyalimau

Hilir‟ tempat penulis melakukan penelitian).

H. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpul Data

a. Teknik Simak dan Libat Cakap .

Disebut teknik libat cakap, karena penulis terlibat langsung

dalam dialog atau percakapan antara informan dan penulis.

Disamping itu, penulis juga memperhatikan penggunaan bahasa

lawan bicaranya. Penulis juga ikut serta dalam pembicaraan dapat

aktif dapat pula reseptif. Dalam teknik simak libat cakap ini penulis

menggunakan alat perekam berupa Handpone Recorder untuk

merekam pembicaraan yang dituturkan oleh informan.

b. Komunikasi Langsung

Wawancara atau interviu (interview) merupakan satu di

antara bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan

dalam penelitian kualitatif. Untuk mendapatkan data penulis

memanfaatkan media yang telah dipersiapkan berupa gambar daftar

pertanyaan/pedoman wawancara, dan daftar kata dalam bahasa

11

Page 17: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Indonesia yang mengandung verba untuk dijadikan bahan

percakapan.

c. Teknik Catat dan Rekam

Teknik perekaman diperlukan untuk merekam semua apa

yang diujarkan oleh informan, baik ujaran dari hasil wawancara

maupun cerita rakyat yang informan tuturkan. Teknik catat juga

berfungsi sebagai antisipasi dari kurang sempurnanya alat elektronik

seperti Handpone Recorder.

d. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi dalam penelitian ini bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumentasi yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-

lain.

2. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah

penulis sendiri. Dalam pengerjaannya penulis dibantu oleh alat-alat yang

menunjang dan mempermudah penelitian, sehingga penelitian dapat

berjalan dengan efektif dan lancar. Adapun alat yang digunakan adalah:

a. Handpone Recorder, kaset, dan batrai untuk merekam bahasa lisan.

Handpone Recorder dimaksudkan untuk mendokumentasikan

12

Page 18: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

bahasa lisan ke dalam bentuk rekaman bunyi sehingga dapat

diputar berulang-ulang.

b. Alat pengumpul data dalam teknik komunikasi langsung adalah

lembar pedoman wawancara dan alat tulis sebagai media untuk

mencatat hal-hal yang berkaitan dengan data yang diteliti. Alat tulis

juga berfungsi sebagai antisipasi dari kurang sempurnanya alat

elektronik seperti Handpone Recorder.

c. Teknik catat dan rekam menggunakan alat tulis dan Handpone

Recorder untuk mencatat dan merekam setiap tuturan oleh

masyarakat yang menggunakan Bahasa Dayak Pompakng.

d. Alat yang digunakan dalam teknik dokumentasi adalah Kamera

Handpone untuk mendokumentasi pada saat pengumpulan data di

lapangan.

I. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini, yaitu verba Bahasa Dayak Pompakng akan

dianalisis secara struktural. Analisis struktural adalah pengutamaan perhatian

pada urutan dan susunan unit-unit bahasa dan antar unit bahasa. Data yang telah

diperoleh akan dideskripsikan secara struktural berdasarkan.

A. Fungsi Verba Bahasa Dayak Pompakng

B. Makna Verba Bahasa Dayak Pompakng

C. Bentuk Verba Bahasa Dayak Pompakng

1) Reduksi Data

13

Page 19: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin

lama penulis ke lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin

banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,

seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.

Dalam mereduksi data, setiap penulis akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena

itu, apabila penulis dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang

dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus

dijadikan perhatian penulis dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang

masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman

atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti.

Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang

signifikan.

14

Page 20: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

2) Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan

menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data

tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga

akan semakin mudah dipahami.

Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya.

Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam

melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik,

matrik, network (jaringan kerja), dan chart.

3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles

dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan

apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

15

Page 21: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah

dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti

berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap,

sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.

J. Teknik Validitasi Data

“Trianguation is qualitative cross-validation. Is assesses the sufficiency of

the data according to the convergence of multiple data sources or multiple

data collection procedures” (Wiliam Wiersma, 1986). Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatakan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling

16

Page 22: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya. Denzen (1978) dalam

Moleong (2007:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan

teori.

Triangulasi Sumber

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987:331). Hal

ini dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan

orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (4)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat bisa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan;

(5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil

pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau

pemikiran. Hal penting di sini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan

terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut (Patton, 1987:331).

17

Page 23: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Berdasarkan penjelasan di atas, maka triangulasi yang lebih tepat

dipergunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Penggunaan

dengan triangulasi dengan sumber karena dalam hal ini yaitu membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang dperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hai ini dapat dicapai

dengan jalan membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di tempat

umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang

dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya

sepanjang waktu, membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan,

serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan

18

Page 24: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

K. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Bahasa Dayak Pompkng merupakan satu di antara bahasa Dayak yang ada

di Kalimantan Barat, penutur Bahasa Dayak Pompkng sebagian besar berada

di daerah Kabupaten Sanggau, tepatnya di Kecamatan Kapuas. Kecamatan

Kapuas ini merupakan satu di antara kecamatan yang ada di kabupaten

Sanggau. Mengingat banyak dan luasnya pemakai dan Pengguna bahasa

Dayak Pompakng, maka penulis membatasi lokasi penelitian tersebut, yaitu

Desa Penyalimau Hilir‟, Dusun Penyalimau Jaya, kecamatan Kapuas

Kabupaten Sanggau.

Pemilihan lokasi tersebut tentu mengacu pada pertimbangan bahwa bahasa

Dayak Pompakng yang meneliti tentang verba belum pernah diteliti dan

mengingat penulis juga sebagai penutur atau pengguna bahasa tersebut.

Bahasa Dayak Pompkng digunakan pada kalangan masyarakat atau penduduk

setempat sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

19

Page 25: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

2. Waktu Kegiatan Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 6 bulan mulai bulan

Juli sampai Bulan Desember 2014.

No. Jenis

Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

I

II

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan

Pengajuan

Judul

Penyusunan

Proposal

Konsultasi

Seminar

Proposal

Perbaikan

Proposal

Pelaksanaan

Pengumpulan

Data

Analisis Data

Penelitian,

Pengolahan

Data,

Penyusunan

Laporan

Konsultasi

Ujian Skripsi

Perbaikan

20

Page 26: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

BAGIAN II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Verba

“Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan;

kata kerja. Verba berasal dari bahasa latin Verbum yang artinya „kata‟. Verba

dalam kalimat atau frase berposisi sebagai predikat”. Verba dalam bahasa

Indonesia dimaknai sebagai kelas kata yang menyatakan suatu pekerjaan,

pengalaman, keberadaan ataupun yang dalam pengertian lainnya dalam perspektif

yang dinamis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2008:1546)

Keberadaan kata terbagi dalam berbagai kelompok yang membedakan antara

yang satu dengan yang lainnya. Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 226)

menyatakan bahwa “verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai

predikat dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti

kata, aspek, dan pesona atau jumlah. Sebagian verba memiliki unsur semantis

perbuatan, keadaan dan proses, kelas kata dalam bahasa Indonesia ditandai

dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali

dengan kata seperti sangat, lebih, dan sebagainya”.

Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Mess (1992:4) yang

berhubungan dengan pengertian verba atau kata kerja. Beliau mengatakan:

“Sesuai dengan namanya, kata kerja pada umumnya menyatakan suatu pekerjaan,

perbuatan atau gerak. Ciri-ciri fisik lain yang ditampakan secara tradisional adalah

kemungkinan menduduki fungsi predikat oleh sebuah kalimat verba. Ciri-ciri fisik

21

Page 27: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

yang paling menonjol adalah kemampuan menduduki posisi memerintah

(imperatif) secara langsung”.

Verba dalam tataran bahasa Indonesia merupakan bagain dari kategori

gramatikal. Verba ini mengacu kepada peristiwa dalam kaitannya sebagai bagian

dari kategori semantik. Verba dalam bahasa Indonesia memiliki kelas utama yang

terdiri dari tiga bagian yakni: keadaan, aksi atau perbuatan serta proses.

Sedangkan menurut (Van Ophuijser 1983:116) mengatakan bahwa "verba Melayu

adalah pangkal verba yang tampil secara mandiri sebagai bentuk perintah".

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai verba penulis dapat simpulkan

bahwa verba merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau

pekerjaan yang berfungsi sebagai predikat dalam beberapa bahasa lain yang

mempunyai ciri morfologis. Sebagai satu di antara kelas kata dalam tuturan

kebangsaan verba mempunyai frekuensi yang tinggi pemakaiannya dalam suatu

kalimat, verba mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat.

Perubahan struktur pada kalimat sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk

verba.

B. Fungsi Verba

Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau inti predikat dalam

kalimat. Menurut Alwi, dkk. (2010:167) “Verba memiliki fungsi utama sebagai

predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai

fungsi lain. Jika ditinjau dari segi fungsinya, verba (maupun frasa verbal)

terutama menduduki fungsi predikat. Walaupun demikian, verba dapat pula

22

Page 28: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

menduduki fungsi lain seperti subjek, objek, dan keterangan (dengan perluasan

berupa objek, pelengkap, dan keterangan).

1. Verba dan Frasa Verbal sebagai Predikat, menurut Alwi, dkk. (2010:168)

Telah dikemukakan bahwa verba berfungsi terutama sebagai predikat atau

sebagai inti perdikat kalimat.

a. Kaca jendela itu pecah

b. Orang tuanya bertani.

c. Kedua sahabat itu berpeluk-pelukan

d. Mobil yang ditumpanginya tahan peluru.

e. Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru.

f. Para tamu bersalam-salaman dengan akrab.

Dalam kalimat (a-d), verba pecah, bertani, berpeluk-pelukan dan tahan

peluru berfungsi sebagai predikat. (perlu diperhatikan bahwa tahan peluru

adalah verba majemuk. Jadi, tahan dan peluru bukan dua kata yang berdiri

sendiri). Predikat kalimat (e-f) adalah frasa verba, tetapi diikuti oleh unsur-

unsur lain. Pada (e) frasa akan mengeluarkan diikuti oleh objek kalimat

peraturan moneter baru. Pada (f) keterangan cara dengan akrab mengikuti

predikat bersalam-salaman.

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh

pembicara tentang subjek. Oleh karena itu, verba atau frasa verbal sebagai

predikat dikarenakan verba berfungsi sebagai inti predikat kalimat.

2. Verba dan Frasa Verbal sebagai Subjek

Pada kalimat-kalimat di bawah ini terlihat bahwa verba dan perluasannya

(yang berupa objek, pelengkap, dan / atau keterangan dapat berfungsi sebagai

subjek. Pada umumnya verba yang berfungsi sebagai subjek adalah verba inti.

Tanpa pewatas depan ataupun pewatas belakang. Jika verba ini memiliki

23

Page 29: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

unsur lain seperti objek dan keterangan, unsur itu menjadi bagian dari subjek.

Lihatlah contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:169).

a. Membaca telah memperluas wawasan pikirannya.

b. Bersenam setiap pagi membuat orang itu terus sehat.

c. Makan sayur-sayuran dengan teratur dapat meningkatkan kesehatan.

Dalam kalimat (a), subjeknya ialah verba membaca, sedangkan dalam

kalimat (b) dan (c) subjeknya adalah frasa verba bersenam setiap pagi dan

makan sayur-sayuran dengan teratur.

Berdasarkan uraian di atas subjek adalah pokok pembicaraan atau pokok

bahasan dan pada umumnya verba berfungsi sebagai subjek adalah verba

inti. Unsur bagian dari subjek bisa merupakan unsur lain seperti objek dan

keterangan.

3. Verba dan Frasa verba sebagai Objek

Dalam kalimat berikut verba dan frasa verba dengan perluasannya

berfungsi sebagai objek. Menurut Alwi, dkk. (2010:170)

a. Dia sedang mengajarkan menari pada adik saya.

b. Dia mencoba tidur lagi tanpa bantal.

c. Mereka menekuni membaca Alkitab pada pagi hari.

Dalam kalimat (a) verba mencari adalah objek dari predikat sedang

mengerjakan. Dalam kaliamt (b) dan (c) yang berfungsi sebagai objek ialah

verba tidur lagi dan membaca Alkitab, yang masing-masing diikuti oleh

keterangan tanpa bantal dan pada pagi hari.

24

Page 30: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Berdasarkan uraian di atas objek merupakan hal, perkara, atau orang yang

menjadi pokok pembicaraan. Terkait verba dan frasa verbal juga berfungsi

sebagai objek yang masing-masing diikuti oleh kata keterangan.

4. Verba dan Frasa Verbal sebagai Pelengkap

Verba dan frasa verbal berserta perluasannya dapat berfungsi sebagai

pelengkap dalam kalimat seperti terlihat pada contoh-contoh berikut. Menurut

Alwi, dkk. (2010:171)

a. Dia sudah berhenti merokok

b. Mertuanya merasa tidak bersalah.

c. Samuel baru mulai mengerti masalah itu.

Verba merokok, frasa verbal tidak bersalah, dan perluasan verba mengerti

masalah itu dalam kalimat (a-c) berfungsi sebagai pelengkap dari predikat

berhenti, merasa, dan mulai. Masing-masing predikat itu tidak lengkap, dan

dengan demikian predikat yang bersangkutan tidak berterima jika tidak

diikuti oleh pelengkap.

Berdasarkan uraian di atas verba dan frasa verbal dapat juga berfungsi

sebagai pelengkap dari predikat. Predikat yang bersangkutan tidak diteriama

jika diikuti oleh pelengkap.

5. Verba dan Frasa Verbal sebagai Keterangan

Dalam kalimat berikut verba perluasannya berfungsi sebagai keterangan.

Menurut Alwi, dkk. (2010:172)

a. bu sudah pergi berbelanja

b. Paman datang berkunjung minggu yang lalu.

25

Page 31: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

c. Saya bersedia membantu Anda.

d. Mereka baru saja pulan bertamasya.

Berdasarkan contoh di atas tampak bahwa ada dua verba yang letaknya

berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua bertindak sebagai

keterangan. Pada kalimat (a-c) terkandung pengertian „maksud‟ atau „tujuan‟

dari perbuatan yang dinyatakan predikat. Karena itu, perkataan untuk dapat

disisipkan. Pergi untuk berbelanja, datang untuk berkunjung, dan bersedia

untuk membantu Anda. Pada kalimat (d) terkandung pengertian „asal‟ dan

oleh sebeb itu dapat disisipkan kata dari: pulang dari bertamasya. Dalam hal

ini verba (dengan perluasannya) menjadi bagian dari frasa preposisional

seperti juga dalam kedua kalimat beikut.

a. Dia mengawini gadis Australia itu untuk memperoleh status penduduk

menetap.

b. Pencuri memasuki rumah itu dengan memecahkan kaca jendela.

6. Verba yang Bersifat Atributif

Verba (bukan frasa) juga bersifat artibutif, yaitu, memberikan keterangan

tambahan pada nomina. Dengan demikian, sifat itu ada pada tataran frasa.

Perhatikan contoh berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:172)

a. Anjing tidur tak boleh diganggu.

b. Negara itu sedang berada dalam situasi berbahaya.

c. Kami terpaksa bekerja lembur karena banyak pekerjaan mendesak.

d. Emosi tak terkendali sangat merugikan.

26

Page 32: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Verba tidur, berbahaya, medesak, dan tak terkendali bersifat atributif

dalam frasa nomina anjing tidur, situasi berbahya, pekerjaan mendesak, dan

emosi tak terkendali. Setiap verba tersebut menerangkan nomina inti anjing,

situasi, pekerjaan, dan emosi. Verba yang berfungsi atributif seperti ini

merupakan kependekan dari bentuk lain yang memakai kata yang. Dengan

demikian, bentuk panjangnya adalah adalah (anjing) yang tidur, (situasi)

yang berbahaya (pekerjaan) yang mendesak, dan (emosi) yang tak

terkendali.

Berdasarkan uraian di atas verba juga bersifat atributif yang memberikan

keterangan tambahan pada nomina. dengan kata lain, verba yang bersifat

atributif tersebut menerangkan nomina inti. Frasa verbal bukan bersifat

atributif.

7. Verba yang Bersifat Apositif

Verba dan perluasannya dapat juga bersifat apositif, yaitu sebagai

keterangan yang ditambahkan atau diselipkan, seperti yang terdapat dalam

kalimat berikut. Menurut Alwi, dkk. (2010:173).

a. Pekerjaannya, mengajar, sudah dijalankan.

b. Usaha Pak Suroso, berdagang kain, tidak begitu maju.

c. Sumber pencarian penduduk desa itu, bertani dan beternak, sudah

lumayan.

Verba dan perluasannya mengajar, berdagang kain, dan bertani dan

beternak dalam kalimat-kalimat di atas berfungsi sebagai aposisi. Konstruksi

tersebut masing-masing menambah keterangan pada nomina pekerjaannya,

27

Page 33: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

dan frasa nominal usaha Pak Suroso dan sumber pencarian penduduk desa

itu. Sebagaimana dapat dilihat, verba (dengan perluasannya) yang berfungsi

sebagai aposisi tersebut terletak di antara koma. Dalam membaca, intonasi

keterangan yang ditambahkan seperti itu biasanya direndahkan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa verba dapat

berfungsi sebagai predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, aposisi, dan

artibut. Namun, perlu diperhatikan bahwa kategori sintaksinya tetap verba.

Fungsinya saja yang dapat bermacam-macam.

C. Makna Verba

Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses, atau keadaan

yang bukan sifat kualitas. Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat

diberi perfiks ter- yang berarti „paling‟. Verba seperti mati atau suka misalnya,

tidak dapat diubah menjadi „termati‟ atau tersuka’.

Verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna

kesangatan. Tidak ada bentuk seperti ‘agak belajar’, ‘sangat pergi’, dan ‘bekerja

sekali‟ meskipun ada bentuk seperti „sangat berbahaya’, agak mengecewakan dan

mengharapkan sekali.

Tiap verba memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Verba lari

dan belajar, misalnya mengandung makna inheren perbuatan. Verba seperti itu

biasanya dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang dilakukan oleh

subjek? Verba lari, misalnya, dapat menjadi jawaban atas pertanyaan Apa yang

dilakukan oleh pencuri itu?. Aspek semantik (maknanya), verba terbagi menjadi

tiga, yaitu (1) verba perbuatan (aksi), proses, dan keadaan.

28

Page 34: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

1. Verba perbuatan

Verba perbuatan (aksi) dapat dikenali dari dua ciri: (a) dapat menjadi

jawaban terhadap pertanyaan: Apa yang dilakukan oleh subjek, (b) dapat

dipakai sebagai pembentuk kalimat perintah.

Contoh:

a. Hasan tidur sejak tadi.

b. Kami belum makan sejak kemarin.

c. Orang tuaku naik haji tahun ini.

Kata yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah verba perbuatan.

Kata tidur dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan : Apa yang dilakukan

Hasan? Kata makan merupakan jawaban terhadap pertanyaan: Apa yang

belum kami lakukan sejak kemarin? Demikian pula dengan kata naik

haji adalah verba perbuatan sebab secara semantis kata tersebut dapat

digunakan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang dilakukan orang tuaku

pada tahun ini? Selain itu, kata tersebut dapat dipakai dalam kalimat perintah

seperti dalam kalimat berikut:

a. Tidur!

b. Makan(lah) sesuka kalian!

Contoh verba perbuatan yang lain:

Membeli mempertanggungjawabkan

menakut-nakuti membaca

mandi kembang belajar

minum bernyanyi

29

Page 35: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

2. Verba proses

Verba proses dapat dikenali melalui dua indikator: (a) dapat digunakan

untuk menjawab pertanyaan: Apa yang terjadi pada subjek?

(b) mengisyaratkan adanya perubahan dari satu keadaan ke keadaan lain.

Perhatikan contoh berikut!

a. Padi di sawah Pak Arman telah menguning.

b. Air di sawah mulai mengering.

Verba yang dicetak miring pada kalimat di atas adalah verba proses. Kata

menguning pada kalimat di atas dapat digunakan untuk menjawab

pertanyaan:Apa yang terjadi pada padi di sawah Pak Arman. Selain itu, kata

tersebut juga mengisyaratkan adanya “perubahan dari tidak kuning menjadi

kuning atau agak kuning”. Demikian pula dengan kata mengering pada

kalimat di atas digunakan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang terjadi pada

air di sawah? Kata mengering juga mengandung makna adanya “perubahan

dari tidak kering menjadi kering atau agak kering”.

Contoh verba proses lainnya:

mengecil terdampar

meledak kebanjiran

terbakar jatuh

tersesat terbalik

3. Verba Keadaan

Verba keadaan umumnya tidak dapat digunakan untuk menjawab kedua

pertanyaan di atas dan tidak dapat pula digunakan sebagai perintah. Verba

30

Page 36: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

keadaan mengisyaratkan acuan verba berada dalam situasi tertentu. Verba

yang mengandung makna “keadaan” ini jumlahnya sedikit dan sering

tumpang tindih dengan verba proses maupun dengan adjektiva. Verba

seperti mati termasuk verba proses dan sekaligus verba keadaan. Contoh

lain: suka, berguna.

Untuk membedakan verba keadaan dengan adjektiva pada umumnya dapat

menggunakan prefiks ter-. Adjektiva pada umumnya dapat ditambahkan

dengan prefiks ter- yang berarti “paling”, sedang pada verba keadaan, hal ini

tidak terjadi. Dari adjektiva cantik atau dingin misalnya, dapat dibentuk

menjadi tercantik (paling cantik) dan terdingin (paling dingin). Namun, dari

verba suka, mati, dan bergunatidak dapat dibentuk menjadi: tersuka, termati,

atau terberguna.

D. Bentuk Verba

Pengelompokan verba membagi bentuk menjadi dua yakni verba asal dan

verba turunan. Verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dan

verba turunan harus memakai afiks, dan dibagi lagi menjadi tiga subkelompok:

verba yang dasarnya adalah dasar bebas, tetapi memerlukan afiks supaya dapat

berfungsi sebagai verba; verba yang dasarnya adalah dasar bebas, yang dapat pula

memiliki afiks; dan verba yang dasarnya adalah dasar terikat, dan memerlukan

afiks. Selain itu verba turunan juga dapat berupa reduplikasi atau majemuk.

Menurut Alwi, dkk. (2010:102) “Bahasa Indonesia ada dua macam dasar yang

dipakai dalam pembentukan verba: (1) dasar yang tanpa afiks apapun telah

memiliki kategori sintaksis dan mempunyai makna mandiri, dan (2) dasar yang

31

Page 37: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

kategori sintaksis ataupun maknanya baru dapat ditentukan setelah diberi afiks.

Dasar dari kelompok pertama itu dinamakan dasar bebas, sedangkan yang

kelompok kedua dinamakan dasar terikat. Bentuk seperti marah, darat, dan pergi

adalah dasar bebas. Bentuk juang, temu dan selenggara adalah dasar terikat”.

Ketiga contoh yang terakhir itu belum dapat dimasukan ke dalam kelas kata

manapun dan belum pula mempunyai makna yang mandiri. Kelas kata dan makna

ketiga bentuk itu ditentukan oleh afiks yang dibubuhkan padanya, jka kita

tambahkan afiks ber- atau meng-kan, yang kita peroleh adalah verba berjuang

bertemu, dan menyelenggarakan dengan artinya masing-masing.

Berdasarkan kedua macam dasar di atas, bahasa Indonesia pada dasarnya

mempunyai dua macam bentuk verba, yakni (1) verba asal: verba yang dapat

berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis, dan (2) verba turunan: verba

yang harus atau dapat memakai afiks bergantung pada tingkat keformalan bahasa

dan/ atau pada posisi sintaksisnya. Verba turunan dibagi lagi menjadi tuga

subkelompok yakni, (a) verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, darat)

tetapi memerlukan afiks supata dapat berfungsi sebagai verba (mendarat), (b)

verba yang dasarnya adalah dasar bebas (misalnya, baca) yang dapat pula

memiliki afiks (membaca), dan (c) verba yang dasarnya adalah dasar terikat

(misalnya, temu) yang memerlukan afiks (bertemu). Selain ketiga subkelompok

verba turunan itu, ada jiga verba turunan yang berbentuk kata berulang (misalnya,

naik haji, bertanggung jawab). Kecuali tiba, semua verba bebas pada keompok

(1) pada 2 berikut dapa pula dipakai sebagai dasar untuk membentuk, antara lain,

verba mengadakan, menuruni, dan menurunkan.

31

Page 38: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Verba turunan pada kelompok (2a) perlu dibedakan dari keompok (2b) karena

alasan berikut. Pertama, sifat wajib dan manasuka afiks pada kedua kelompok itu

mempunyai pengaruh dalam sintaksis. Dalam kalimat imperatif. Afiks pada (2a)

harus mempertahankan karena dasar pada kelompok ini adalah kata yang bukan

verba. Perhatikan contoh berikut.

(a) Mendaratlah di landasan 3!

(b) Berlayarlah sebelum hujan turun!

(c) Cepatlah berpakaian kalau kamu mau ikut!

Asal: berdiri sendiri tanpa afiks :

a. Dasar bebas‟ : Afiks wajib

b. Dasar bebas, afiks : manasuka

1. Turunan

c. Dasar terikat :

Afiks wajib

d. berulang :

e. Majemuk :

Sebaikanya, afiks meng- pada kelompok (2b) malah harus dihapuskan

dalam kalimat inperetatif karena ciri makna verba kelompok ini adalah yang

menyatakan perbuatan. Perkecualiannya adalah apabila objeknya tidak dinyatakan

secara eksplisit.

ada, datang, mandi

tidur tinggal, suka, tiba, turun,

pergi.

(mem)baca, (mem) beli,

(meng)ambil, (men)dengar,

(be)kerja, (ber)karya, (ber)jalan.

Mendarat, melebar, mengering,

membesar, berlayar, betelur,

bersepeda, bersuami.

Bertemu, bersua, membelalak,

menganga, mengunsi, berjuang.

Berjalan jalan, memukul-mukul,

makan-makanan

Naik haji, campur tangan, cuci

muka, mempertanggung jawabkan.

Verba

Bagan: 1 Bentuk Verba, Alwi, dkk. (2010:103)

32

Page 39: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

(a) Bacalah buku ini baik-baik!

(b) Ambillah mobilnya dibengkel itu!

(c) “ayo, membaca!” perintah guru kepada murid yang sedang melamun.

Selain itu, tidak adanya afiks ber- ataupun meng- dalam kalimat

bergantung pada keformalan gaya bahasa yang dipakai, jika gaya bahasanya

formal, afiks ber- dan meng- dipertahankan: tetapi informal, afiks itu dapat

ditiadakan.

Contoh:

(a) Bekerjalah dengan rajin! (formal)

(b) Kerja(lah) dengan rajin! (informal)

(c) Murid itu bekerja dengan rajin! (formal)

(d) Murid itu kerja dengan rajin! (informal)

(e) Mereka sudah membaca buku itu. (formal)

(f) Mereka sudah baca buku itu. (informal)

Dengan demikian, alasan kedua ialah bahwa dalam gaya bahasa yang

informalpun afiks meng- atau ber- pada kelompok (2a) masih tetap dipertahankan,

baik dalam bentuk utuhnya maupun dalam bentuk yang sudah sedikit diubah

(seperti bertelur menjadi nelur).

Contoh:

(a) Kapal terbangnya sudah (me)ndarat, belum?

(b) Ayamnya, kok, belum bertelur?

(c) Ayamnya, kok, belum nelur?

33

Page 40: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Sebaliknya, dalam bahasa informal afiks meng- dan ber- pada kelompok

(2b) umunya tidak dipakai. Berikut adalah contoh yang lain:

(a) Kemarin kamu beli apa di sana?

(b) Saya belum dengar berita itu.

(c) Kamu sekarang kerja di mana?

1. Verba Asal

Verba asal ialah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks. Hal itu

berarti bahwa dalam tataran yang lebih tinggi seperti klausa ataupun kalimat,

baik dalam bahasa formal maupun informal, verba macam itu dapat dipakai.

Perhatikan contoh berikut.

(a) Di mana Bapak tinggal?

(b) Segera setelah tiba di Jawa, kirimlah surat ke mari.

(c) Kita perlu tidur sekitar enam jam sehari?

Makna leksikal, yakni makna yang melekat pada kata, telah dapat pula

diketahui dan verba semacam itu. Dalam bahasa Indonesia jumlah verba asal

tidak banyak.

Contoh:

Ada gugur jatuh mandi

Bangun hancur kalah mati

Cinta hidup lahir menang

Datang hilang lari minum

Duduk ikut makan muak

Naik rasa tengelam tumbang

34

Page 41: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Paham sadar terbit tumbuh

Pecah suka tiba turun

Pergi tahan tidur tamat

Pulang tahu tinggal yakin

Daftar ini juga mengandung sejumlah kata yang mempunyai ciri verba dan

adjektiva sekaligus, misalnya hancur dan pecah.

2. Verba Turunan

Verba turunan adalah verba yang dibentuk melalui transposisi,

pengafiksan, reduplikasi (pengulangan), atau pemajemukan (pemanduan).

Transposisi adalah suatu proses penurunan kata yang memperlihatkan

peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis yang

lain tanpa mengubah bentuknya. Nomina jalan, misalnya, diturunkan verba

jalan. Contoh berikut juga merupakan transposisi dari nomina ke verba.

Dasar Verba Turunan

Telepon telepon

Cangkul cangkul

Gunting gunting

Sikat sikat

Pengafiksan adalah penambahan afiks pada dasar. Contoh:

Dasar Verba Turunan

Beli membeli

Darat mendarat

Temu bertemu

35

Page 42: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Sepeda bersepeda

Restu merestui

Besar memperbesarkan

Henti memberhentikan

Reduplikasi adalah pengulangan suatu dasar. Contoh:

Dasar Verba Turunan

Lari lari-lari

Makan makan-makan

Tembak tembak-menembak

Terka menerka-nerka

Kata turunan dibentuk dengan proses reduplikasi dinamakan kata

berulang. Dengan demikian, verba turunan seperti yang digambarkan di atas

dapat juga disebut verba berulang. Seperti terlihat pada cntoh di atas,

pengafiksan dapat juga terjadi pada verba berulang. Misalnya, tembak-

menembak dan menerka-nerka.

Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih

sehingga menjadi satu satuan makna.

Dasar Verba Turunan

Jual, beli jual beli

Jatuh, bangun jatuh bangun

Salah, sangka salah sangka

Salah, hitung salah hitung

Hancur, lebur hancur lebur

36

Page 43: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Kata turunan yang terbentuk melalui pemajemukan disebut kata majemuk.

Dengan demikian, verba turunan seperti digambarkan di atas dapat juga disebut

verba majemuk. Pengafiksan dan reduplikasi dapat terjadi pada verba

majemuk, misalnya memperjualbelikan, menghancurleburkan, dan jatuh-jatuh

bangun.

a. Proses Penurunan Verba

Proses Penurunan verba ada empat macam afiks atau imbuhan

yang dipakai untuk menurunkan verba: prefiks, sufiks, konfiks, dan yang

tidak produktif lagi infiks. Prefiks, yang sering juga dinamakan awalan,

adalah afiks yang diletakan di muka dasar. Sufiks, yang sebut juga

akhiran, diletakan di belakang dasar. Konfiks, adalah gabungan prefiks

dan sufiks yang mengapit dasar dan membentuk satu kesatuan. Infiks,

yang juga dinamakan sisipan, adalah bentuk afiks yang ditempatkan di

tengah dasar.

Dalam bahasa Indonesia terdapat prefiks verba meng-, per-, dan

ber-. Selain itu, terdapat pula prefiks di- dan ter- yang menggantikan

meng- pada jenis klausa atau kalimat tertentu. Jumlah sufiks untuk verba

ada tiga, yakni –kan, -i, dan –an. Konfiks verba adalah ke—an dan ber—

an.

Prefiks dan sufiks dapat membentuk konfiks jika dua syarat berikut

terpenuhi. Pertama, keterpaduan antara prefiks dan sufiks benrsifat mutlak,

artinya kedua sufiks itu secara serentak dilekatkan pada dasar kata.

Perhatikan contoh berikut.

37

Page 44: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

(a) Para pengungsi berdatangan.

(b) Mereka kejatuhan pohon.

Dasar kedua verba pada contoh di atas masing-masing adalah

datang dan jatuh. Pada bentuk berdatangan, prefiks ber- dan sufiks –an

secara serentak ditempelkan pada dasar datang. Demikian pula halnya

dengan konfiks ke—an dan dasar jatuh yang menghasilkan bentuk

kejatuhan.

Syarat kedua adalah bahwa pemisahan salah satu dari afiks itu

tidak akan meninggalkan bentuk yang masih berwujud kata yang

hubungan maknanya masih dapat ditelusuri. Perhatikan contoh berikut.

(a) Mereka kecurian mobil.

(b) Pak Asmuni berhalangan.

Verba kecurian secara sepintas dapat dipisahkan menjadi ke-curian

karena dalam bahasa kita memang ada kata curian. Namun, makna verba

kecurian tidak dapat ditelusuri dari gabungan ke dan curian. Oleh karena

itu, ke—an adalah konfiks. Sebaliknya, verba berhalangan tidak terbentuk

dari dasar halang dan konfiks ber—an, tetapi dari prefiks ber- dengan

bentuk yang sudah bersufiks –an, yakni halangan. Makna dari gabungan

ber- dan halangan tidak hanya dapat ditelusuri dari penggabungan itu

sendiri, tetapi juga dari kaidah umum bahasa Indonesia mengenai prefiks

ber-, yakni prefiks ber- berarti „mempunyai‟. Dengan demikian,

berhalangan berarti ‟mempunyai halangan‟.

38

Page 45: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa urutan penurunan verba

mengikuti kaidah urutan afiks sebaga berikut.

1) Jika prefiks tertentu mutlak diperlukan untuk mengubah kelas kata

dari dasar tertentu menjadi verba, prefiks itu tinggi letaknya dalam

hierarki penuruan verba. Contoh:

darat (nomina) mendarat (verba)

layar (nomina) berlayar (verba)

kuning (adjektiva) menguning (verba)

satu (numeralia) bersatu (verba)

Prefiks meng- dan ber- pada contoh di atas mutlak diperlukan untuk

mengubah nomina darat dan layar, adjektiva kuning, dan numeralia

satu menjadi verba. Karena itulah prefiks seperti ini mempunyai

hierariki yang tinggi dalam proses penuruan verba.

2) Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu

dan kehadiran kedua afiks itu terpadu dan maknanya tak terpisahkan,

dalam hierarki penurunan verba kedu afiks yang bersangkutan

mempunyai tempat yang sama tingginya. Dengan kata lain, prefiks

dan sufiks itu merupakan konfiks.

Contoh:

jatuh (verba) kejatuhan (verba)

banjir kebanjiran (verba)

datang kedatangan (verba)

pergi bepergian (verba)

39

Page 46: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

3) Jika prefiks tertentu terdapat pada verba dengan dasar nomina yang

bersufiks tertentu, prefiks itu lebih tinggi letaknya daripada sufiks

dalam hierarki penuruan verba.

Contoh:

halangan berhalangan

kaitan berkaitan

pasangan berpasangan

urutan berurutan

hubungan berhubungan

Perlu kiranya dicatat di sini dua hal. Pertama, bentuk yang terletak di

lajur kiri adalah nomina yang telah bersufiks –an. Nomina ini berubah

menjadi verba setelah diberi prefiks ber-. Kedua, prefiks ber- adalah

wajib untuk memperoleh status kata sebagai verba. Karena itulah

hierarki ber- lebih tinggi daripada –an.

4) Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu,

sedangkan hubungan antara sufiks dan dasar telah menumbuhkan

makna tersendiri, dan penambahan prefiks itu tidak mengubah makna

leksikalnya, maka tempat sufiks dalam hierarki penurunan verba lebih

tinggi daripada prefiks.

Contoh:

Darat daratkan mendaratkan

Kuning kuningkan menguningkan

Restu restui merestui

40

Page 47: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Adil adili mengadili

Beli belikan membelikan

Dekat dekati mendekati

Perlu diperhatikan bahwa bentuk yang terletak di lajur tengah adalah

verba sehingga prefiks meng- tidak berfungsi sebagai pembentuk

verba.

5) Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu,

hubungan antara prefiks dan dasar kata telah menghasilkan perubahan

kelas kata, dan penambahan sufiks tidak mengubah kelas kata lagi,

maka dalam hierarki penuruan verba prefiks itu lebih tinggi daripada

sufiks.

Contoh:

Asas berasas berasaskan

Atap beratap beratapkan

Dasar berdasar berdasarkan

Suami bersuami bersuamikan

Pada contoh di atas dasar asas telah diubah menjadi verba berasas.

Oleh karena itu, penambahan sufiks –kan tidak lagi merupakan syarat

untuk menjadikan dasar asas menjadi verba.

6) Jika prefiks tertentu digunakan bersama-sama dengan sufiks tertentu,

dan gabungan keduanya bukan merupakan konfiks tetapi menentukan

makna leksikal, maka maknalah yang kita anggap menentukan

hierarki pembentukan verba. Verba transitif berhentikan, misalnya,

41

Page 48: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

kita anggap diturunkan dari berhenti lalu ditambah –kan dan bukan

dari berhenti lalu ditambahkan ber-. Hal ini disebabkan oleh makna

verba berhentikan, yakni manyebabkan berhentinya dan bukan

ditandai oleh hentikan.

Dari keenam kaidah di atas tampaklah bahwa yang menjadi patokan

utama adalah wajib tidaknya afiks. Jika wajib, hierarkinya tinggi. Kecuali

untuk sejumlah verba pada kelompok nomor 5, pada umumnya dalam hal

penurunan verba, sufiks lebih tinggi hierarkinya dari prefiks.

(a) Penggabungan Prefiks dan Sufiks

Pada dasarnya prefiks dapat bergabung dengan sufiks.

Namun, dalam kenyataannya tidak sebarang prefiks dapat

bergabung dengan sebarang sufiks. Bagan 2 di bawah ini

menunjukan semua kemungkinan penggabungan antara kedua afiks

itu.

Bagan 2. Penggabungan Prefik dan Sufiks, Alwi, dkk. (2010:111)

Perfik Sufik

meng – -kan

per-

ber- -i

ter-

di-

ke- -an

42

Page 49: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Dalam bagan di atas dapat kita lihat bahwa dalam

pembentukan verba bahasa Indonesia (a) Prefiks ke- tidak dapat

bergabung dengan sufiks –kan atau –i (kecuali dalam dasar verba

ketahui) (b) prefiks meng-, per-, dan di- tidak dapat bergabung

dengan sufiks –an; (c) predikat ber- tidak dapat bergabung

dengan sufiks –an dan dengan –i pada kata ketahui. Berikut ini

diberikan contohnya secara berturutan.

Meng-kan

Menidurka

Membelikan

Mendekatkan

Meng-i

Merestui

Membohongi

Mendekati

Per-kan

Permainkan

Peristrikan

Peringatan

Per-I

Perbaiki

Perlengkapi

Peringati

Ber-kan

Berjatuhan

Berpergian

Berdatangan

Ter-kan

Terselesaikan

Terabaikan

Terlemparkan

Ter-i

Terpenuhi

Teratasi

Tersaingi

Di-kan

Ditentukan

Dihabiskan

Dituliskan

Di-i

Didatangi

Dibatasi

Diulangi

Ke-an

Kelaparan

Kejatuhan

Kecurian

Ke-i

Ketahui.

43

Page 50: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

(b) Urutan Afiks

Di atas telah disajikan berbagai kemungkinan

penggabungan prefiks dan sufiks. Di antara prefiksi itu sendiri

terdapat pula urutan yang harus dipatuhi jika dua prefiks terdapat

pada satu dasar yang sama. Urutan yang pertama adalah prefiks

meng- yang selalu menduduki posisi paling kiri. Kemudian

menyusul prefiks per- atau ber- sehingga menjadi bentuk memper-

dan member- seperti pada kata memperjuangkan, memperkecil,

memperbaiki, memberhentikan, memberlakukan, dan

memberangkatkan.

Prefiks ter- dan di- merupakan pengwujudan lain dari

prefiks meng- dalam posisi-posisi tertentu. Jika meng- merupakan

prefiks ver ba yang transitif, ter dan di dapat menggantinya.

Contoh:

Membeli dibeli terbeli

Membawa dibawa terbawa

Memberangkatkan diberangkatkan terberangkatkan

Oleh karena itu, meng- disatu pihak dengan di- dan ter-

dipihak lain menduduki posisi yang sama dalam susunan urutan

verba. Prefiks ke- tidak dapat bergabung dengan prefiks lain.

Demikian pula sufiks –kan, -i dan –an tidak dapat saling

bergabung. Perlu diperhatikan bahwa prefiks ke- seperti dalam

kemukakan dan ketengahkan bukan merupakan prefiks verbal.

44

Page 51: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Dalam kaitannya dengan sufiks ke- hanya dapat bergabung dengan

–an seperti pada verba kejatuhan, kehujanan, dan kecurian dengan

satu pengecualian, ketahui, dalam hal ini ke- bergabung dengan –i.

45

Page 52: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

DAFTAR PUSTAKA

Alloy, Sujarni, dkk. (2008). Mozaik Dayak: Keberagaman Subsuku dan Bahasa

Dayak Di Kalimatan Barat. Pontianak: Institut Dayaklogi.

Alwi, Hasan, dkk. (2010). Tata Bahasa Baku: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Hs, Widjono. (2012). Bahasa Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia.

Idrus, Muhammad. (2002). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogjakarta: Erlangga.

Moleong, J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya

Nascucha, dkk. (2013). Bahasa Indonesia: Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta:

Media Perkasa.

Permendiknas, (2009). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,

Yogjakarta: Pustaka Timur.

Ramlan, M. (2009). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, Yogjakarta: CV

Karyono

Satori, D & Komariah, A (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta

Sidu, Ode L. (2013). Sintaksis: Bahasa Indonesia. Kediri: Unhalu Press.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

46

Page 53: VERBA BAHASA DAYAK (POMPAKNG) DUSUN PENYALIMAU HILIR KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

Sukmadinata, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

RosdaKarya

Zuldafrial, dkk. (2012). Penelitian Kualitatif. Pontianak: Yuma Pustaka.

47