vektor mari wes

38
By: Lia Puspasari Pencegahan & Pengendalian Vector Borne Disease di Indonesia

Upload: lia-puz

Post on 07-Jul-2015

308 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vektor mari wes

By:

Lia Puspasari

Pencegahan &

Pengendalian

Vector Borne Disease

di Indonesia

Page 2: Vektor mari wes

Vektor penyakitVektor : tidak menyebabkan penyakit tetapimenyebarkannya dengan membawa patogen darisatu inang ke yang lainnya.

Vektor penyakit juga dikenal sebagai arthropod -borne diseases atau sering juga disebut sebagaivector – borne diseases yang merupakan penyakityang penting dan seringkali bersifat endemismaupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagikesehatan sampai kematian.

Vektor merupakan arthropoda yang dapatmenularkan, memindahkan atau menjadi sumberpenularan penyakit pada manusia(Peraturan Menteri Kesehatan No.374 tahun 2010)

Page 3: Vektor mari wes

Berdasarkan laporan WHO (2004), angkakematian akibat penyakit tular vektor diIndonesia berkisar antara 50-200 juta jiwa. Saatini Indonesia menjadi daerah endemis bagibeberapa wabah penyakit yang ditularkan olehvektor seperti Demam Berdarah Dengue(DBD), kaki gajah (filariasis), dan Chikungunyayang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedesaegypti.

Page 4: Vektor mari wes

Thorax Aedes albopictus

Thorax Aedes aegyti

Page 5: Vektor mari wes

1. chikungunyaChikungunya disease atau demam Chikungunya adalah satu di antara penyakit tular vektor (nyamuk) yang saat ini banyak terjadi di Indonesia tidak hanya di daerah perkotaan tetapi banyak juga di daerah pedesaan.

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus (famili Togaviridae).

Pertama kali tahun 1952 di Afrika pada suatu tempat yang dinamakan Makonde Plateau.

Page 6: Vektor mari wes

Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus ini menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari (vijfdaagse koorts) yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).

Page 7: Vektor mari wes

Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Chikungunya pertamakali dilaporkan pada tahun 1973 di Samarinda ProvinsiKalimantan Timur dan di Jakarta.

Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernahmelaporkan adanya KLB Chikungunya. KLB Chikungunyamulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999-2011.

Penderita sebagian besar perempuan (56,5%) dandiderita paling banyak pada kelompok umur di atas 31-40tahun sebanyak 42 kasus, kelompok umur 10-20 tahunsebanyak 37 kasus, dan usia 21-30 tahun sebanyak 37kasus (Kemenkes, 2012).

Page 8: Vektor mari wes

Cara Penularan

Virus chikungunya (Alphavirus) ditularkan melalui gigitanAedes aegypti dan Aedes albopictus.

Umumnya penderita sembuh secara spontan dan diikutidengan imunitas homolog yang berlangsunglama, terjadinya serangan kedua oleh penyakit ini belumdi ketahui.

Infeksi yang tidak jelas sering terjadi, terutama padaanak-anak. Pada saat terjadi wabah, poliartritis, arthritislebih sering terjadi pada wanita dewasa dan pada orang-orang yang secara genetis memiliki fenotipe HLA DR7Gm a+x+b+ .

Page 9: Vektor mari wes

gejala

Tanda utama: tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti denganlinu di persendian (timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, jugatimbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainyasebagai demam tulang atau flu tulang). Masa inkubasi 7-10hari.

Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian.

Nyeri pada persendian tidak akan menyebabkan kelumpuhan.Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-angsurreda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan ototberkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti semula.Penderita dalam beberapa waktu kemudian bisamenggerakkan tubuhnya seperti sedia kala.

Nyeri tertinggal hanya jika sebelumnya, penderita memilikiriwayat nyeri tulang dan otot.

Page 10: Vektor mari wes

Program di IndonesiaUpaya pengendalian Chikungunya pada dasarnya sama denganpengendalian DBD, yaitu:

1. mengobati penderita dengan memberi obat penurun panas dan obatnyeri sendi;

2. Istirahat;

3. penyemprotan wilayah untuk membunuh nyamuk yang terinfeksi;

4. membersihkan lingkungan dari jentik dan genangan air melalui PSN(Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M-plus secara teratur seminggusekali dan lebih sering ketika setelah hujan turun.

5. promosi kesehatan yang dapat menciptakan perilaku baru (perubahanperilaku).

strategi promosi kesehatan: pemberdayaan masyarakat, pembinaansuasana lingkungan sosialnya dan advokasi kesehatan kepada pihak-pihakyang dapat mendukung terlaksananya kegiatan pengendalian Chikungunya.

Adanya kemitraan dengan melibatkan berbagai sektor yaitu lembagapemerintah, dunia usaha, media massa dan organisasi masyarakat lainnyadalam upaya menanggulangi masalah kesehatan.

Page 11: Vektor mari wes

Program di Hong Kong

Aedes aegypty sudah tidak ditemukan lagi sejak pertengahan tahun 1950

Pada tahun 2006-2008 ditemukan 5 kasus chikungunyakarena adanya riwayat perjalanan ke luar negeri.

strategi pengendalian chikungunya berupa pelaporan dini, investigasi kasus, surveilens dan pengengendalian vektor, serta pendidikan kesehatan masyarakat berupa pameran kesehatan, talk-show, poster, dan lain-lain

Page 12: Vektor mari wes

Perbedaan

Program yang dilaksanakan di Hong Kong lebih menekankan kepada Health Education yang mengarahkan perubahan perilaku masyarakat secara sukarela,

sedangkan program di Indonesia lebih menekankan pada Health Promotion yang menggabungkan antara Health Education dengan aspek-aspek pendukung seperti sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain yang membantu tercapainya perubahan perilaku.

Page 13: Vektor mari wes

2. DBD (Demam Berdarah Dengue)

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yangtermasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yangsekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, danmempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.

Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadapserotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentukterhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapatmemberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe laintersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksioleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virusdengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Page 14: Vektor mari wes

Cara PenularanVektor DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektorutama dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder.

Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak di tempat-tempat penampungan air buatan antara lain: bak mandi, ember, vasbunga, tempat minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan sejenisnya didalam rumah meskipun juga ditemukan di luar rumah di wilayahperkotaan

Ae. albopictus lebih banyak ditemukan di penampungan air alami di luarrumah, seperti axilla daun, lubang pohon, potongan bambu dansejenisnya terutama di wilayah pinggiran kota dan pedesaan, namun jugaditemukan di tempat penampungan buatan di dalam dan di luar rumah.

Bersifat anthrofilik dan multiple feeding. Sifat tersebut meningkatkanrisiko penularan DBD di wilayah perumahan yang penduduknya lebihpadat.

Page 15: Vektor mari wes

Gejala Gejala klinis DBD pada awalnya muncul menyerupai gejala flu dan tifus (typhoid). Gejala-gejala tersebut, yaitu:

• Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius)

• Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik-bintik perdarahan

• Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-lain

• Adanya pembesaran hati (hepatomegali)

• Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok

• Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi)

• Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala

• Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi

• Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian

• Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah

Page 16: Vektor mari wes

bintik-bintik perdarahan

Page 17: Vektor mari wes

Program di IndonesiaAdanya program pengendalian vektor yang diatur dalam Kepmenkes No. 581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus.

Kegiatan PSN telah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1992 dan pada tahun 2002 dikembangkan menjadi 3M Plus, dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk.

Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Tetapi selama tiga tahun terakhir pada tahun 2007 sampai tahun 2009 angka Bebas Jentik belum berhasil mencapai target (>95%).

Page 18: Vektor mari wes

Penyebab: belum adanya perubahan perilakumasyarakat dalam upaya PSN

Solusi pemerintah: mengembangkan teknik komunikasiperubahan perilaku masyarakat secara spesifik yaituKomunikasi Perubahan Perilaku (KPP)/Communicationfor Behavioral Impact (COMBI) yang dapat menjadi salahsatu upaya pengendalian DBD di Indonesia. Penerapanmetode tersebut dimulai dengan pengadaan sumberdaya manusia yang memiliki ketrampilan yang memadaimelalui pelatihan disetiap jenjang administrasi.

Page 19: Vektor mari wes

Program di Morelos, Mexico

• Pengendalian vektor (penyuluhan, implementasi, dan monitoring),

• bangunan publik yang bebas perindukan nyamuk (inspeksi dan pemberian sanksi),

• kampanye kesehatan (brosur untuk sekolah, poster, radio, televisi),

• kerja bakti pada hari senin di sekolah tingkat SD dan SMP

Tetapi untuk pelaksanaan di tingkat SMA dan universitas kurang berhasil karena kurangnya antusiasme dari murid.

Semakin tinggi institusi pendidikan tersebut maka semakin rendah masalah tempat perindukan nyamuk sejalan dengan banyaknya sarana dan prasarana yang memadai untuk kebersihan dan perbaikan daripada sekolah tingkat SD dan SMP.

Page 20: Vektor mari wes

Penyebab

• Tingkat keberhasilan program pencegahan danpengendalian DBD di Morelas, Mexico sangatdipengaruhi oleh perubahan pemikiran masyarakat dankeadaan sosio-ekonominya karena adanya daerah diMorelos yang mengalami kemiskinan sehingga tidaktersedianya fasilitas publik.

masyarakat di Indonesia juga dipengaruhi oleh sosio-ekonomi sehingga memerlukan promosi kesehatan yangintensif.

Page 21: Vektor mari wes

3. Filariasis (Kaki Gajah)Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk.

Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori.

Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.

Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.

Page 22: Vektor mari wes

Cara penularanMelalui gigitan nyamuk yang mengandung larva infektif.

- W. bancrofti ditularkan melalui berbagai spesies nyamuk, yang paling dominan adalah Culex quinquefasciatus, Anopheles gambiae, An. funestus, Aedes polynesiensis, An. scapularis dan Ae. pseudoscutellaris.

- Brugia malayi ditularkan oleh spesies yang bervariasi dari Mansonia, Anopheles dan Aedes.

- Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris.

Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 23 spesies vektor nyamuk penular filariasis yang terdiri dari genus Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia, dan Armigeres. Untuk menimbulkan gejala klinis penyakit filariasis diperlukan beberapa kali gigitan nyamuk terinfeksi filaria dalam waktu yang lama.

Page 23: Vektor mari wes

Gejala klinis akut

• Demam berulang ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat

• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit

• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau lengan

• Abses filaria terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan dapat mengeluarkan darah serta nanah

• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada dan alat kelamin perempuan dan laki-laki yang tampak kemerahan dan terasa panas.

Page 24: Vektor mari wes

Gejala klinis kronis

• Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis, vulva vagina dan payudara, Infeksi Brugia dapat mengenai kaki dan lengan dibawah lutut / siku (lutut dan siku masih normal)

• Hidrokel : Pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan limfe, dapat sebagai indikator endemisitas filariasis bancrofti

• Kiluria : Kencing seperti susu (kebocoran sel limfe di ginjal) jarang ditemukan

Page 25: Vektor mari wes
Page 26: Vektor mari wes

Program di Indonesia

Pada tahun 1975 sampai 1983 program penanganan filariasis menggunakan DEC dosis standar 5 mg/kg berat badan/hari selama 10–15 hari.

tahun 1984 diganti menjadi dosis bertahap, yaitu Tahap I untuk usia 2-10 tahun ½ tablet dan usia > 10 tahun 1 tablet selama 4 hari. Dilanjutkan dengan tahap II, yaitu diberikan 5 mg/kgBB/hari selama 8-13 hari.

Tahun 1991 dosis yang digunakan adalah dosis rendah, yaitu untuk usia 2-10 tahun diberi hanya ½ tablet, sedangkan > 10 tahun diberi 1 tablet; tetapi dosis rendah ini diberikan selama 40 hari. Selain itu juga pernah dicoba memberi DEC dalam garam dengan dosis 0.2-0.4 % selama 9–12 bulan.

Page 27: Vektor mari wes

Pengobatan tidak berhasil karena

• pengobatan harus dilakukan dalam waktu lama (tingkat kepatuhan (compliance) sangat rendah)

• Masa terapi yang lama, dengan efek samping yang terjadi sepanjang masa terapi menyebabkan pasien DO dan program pun gagal.

Page 28: Vektor mari wes

Program eliminasi filariasis

Program eleminasi filariasis di dunia dimulaiberdasarkan deklarasi WHO tahun 2000. Filariasisditargetkan untuk dieliminasi sebagai penyebabmasalah kesehatan masyarakat pada tahun 2020

Melalui program eliminasi global dengan pengobatan kombinasi DEC 6 mg/kg BB dan albendazol 400 mg yang diberikan sekali setahun selama 4-6 tahun pada seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis (prevalensi mf > 1%).

Page 29: Vektor mari wes

Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu programprioritas nasional pemberantasan penyakit menular sesuaidengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 7tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional tahun 2004 – 2009.

Tujuan umum: filariasis tidak menjadi masalah kesehatanmasyarakat di Indonesia pada tahun 2020.

Tujuan khusus : (a) menurunnya angka mikrofilaria(microfilaria rate) menjadi kurang dari 1% di setiapKabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatankarena filariasis.

Di Indonesia

Page 30: Vektor mari wes

Strategi (2010-2014)

1. Memantapkan perencanaan dan persiapan pelaksanaan termasuk sosialisasi pada masyarakat

2. Memastikan ketersediaan obat dan distribusinya serta dana operasional

3. Meningkatkan peran Kepala Daerah dan para pemangku kepentingan lainnya

4. Memantapkan pelaksanaan POMP filariasis yang didukung oleh sistem pengawasan dan pelaksanaan pengobatan dan pengamanan kejadian ikutan pasca pengobatan

5. Meningkatkan monitoring dan evaluasi.

Page 31: Vektor mari wes

2 pokok kegiatan (2010-2014)

1) Program akselerasi eliminiasi filariasis, ketersediaan dan distribusi obat; mencakup: mempertahankan dan meningkatkan cakupan pelaksanaan POMP filariasis untuk seluruh penduduk di daerah endemis secara bertahap dengan target utama tahun 2014 adalah semua pulau di wilayah Indonesia Timur telah melaksanakannya, meningkatkan pelaksanaan kasus klinis filariasis dan pasca pengobatan, mengintegrasikan dengan program terkait lain, serta menjamin ketersediaan dan distribusi obat filariasis.

2) Program penguatan manejemen mencakup: penguatan program dan sistem kesehatan dan sumber daya manusia, peningkatan pencatatan dan pelaporan yang tepat waktu, meningkatkan monitoring dan evaluasi, meningkatkan komitmen dan dukungan pendanaan dan program melalui advokasi, dan sosialisasi dan mobilisasi, meningkatkan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan, serta meningkatkan surveilans.

Page 32: Vektor mari wes

Tujuan program akselerasi eliminasi filariasis adalah pada tahun 2014 semua kabupaten/kota endemis wilayah Indonesia Timur telah melakukan POMP filariasis.

Prioritas di Indonesia bagian timur dikarenakan pertimbangan tingginya prevalensi microfilaria yang tinggi (39%). Kabupaten/kota endemis daerah Indonesia barat dan tengah juga diharapkan akan melaksanakan POMP filariasis secara bertahap.

Page 33: Vektor mari wes

Keberhasilan program pengendalian penyakit Filariasis pada tahun 2012

Peningkatan prosentase cakupan pengobatan massal filariasis terhadap jumlah penduduk endemis, pada tahun 2012 56,53% sedangkan data tahun 2011 adalah 37,84%

Page 34: Vektor mari wes

Program di Filipina

Untuk mendukung program eliminasi global filariasis pada tahun 2020 yang dideklarasikan oleh WHO, Filipina membuat program berskala nasional dengan tujuan mengeliminasi Filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan masyarakat di Filipina pada tahun 2017.

Target program tersebut mencakup individu, keluarga, dan masyarakat yang hidup di daerah endemic di 44 provinsi yang ada di Filipina (30 juta orang untuk pengobatan masal atau 1/3 total populasi penduduk Filipina).

Page 35: Vektor mari wes

Strategi

1. pemetaaan daerah endemic,

2. penyediaan sarana,

3. pengobatan masal,

4. program dukungan pengendalian,

5. monitoring dan supervisi,

6. evaluasi,

7. sertifikasi nasional,

8. Sertifikasi internasional.

Page 36: Vektor mari wes

Manajemen kegiatan yang dilakuakan

1. Pengobatan selektif (mengobati individu yang positif mikrofilaria dalam darah saat pemeriksaan)

2. Pemberian obat: Diethylcarbamazine Citrate (dosis tunggal berdasarkan 6 mg/kgBB)

3. Pengobatan masal (memberikan obat kepada semua populasi dari usia 2 tahun keatas yang ada di daerah endemic, obat berupa Diethlcarbamazine Citrate dan Albendazole 400 mg yang diberikan sekali setahun)

4. Pencegahan kecacatan berupa perawatan di rumah maupun di komunitas untuk penderita lymphedema & elephantiasis

Page 37: Vektor mari wes

Secara umum program pencegahan dan penanggulangan yang diadakan di Indonesia dan Filipina hampir sama karena bertujuan untuk mendukung program eliminasi global terhadap filariasis tahun 2020, tetapi Filipina menargetkan bebas filariasis pada tahun 2017 sedangkan Indonesia menargetkan pada tahun 2014. Hal tersebut disesuaikan dengan tinggi rendahnya prevalensi filariasis dan kebijakan yang ada. Pada tahun 1997, prevalensi penderita filariasis di Filipina mencapai 9,7% per 1000 penduduk, 43 provinsi mengalami endemik filariasis dengan total populasi yang berisiko sebanyak 30 juta jiwa.

Page 38: Vektor mari wes

Terima Kasih

Watch out!!!