vasokonstriktor
DESCRIPTION
doTRANSCRIPT
Farmakologi vasokonstriktor
Seluruh anestesi lokal yang diinjeksikan memiliki beberapa tingkatan aktivitas vasodilatasi.
Tingkatan vasodilatasi bervariasi dari yang signifikan ( prokain ) sampai minimal ( prilokain,
mepivakain ) dan juga bervariasi pada daerah injeksi dan respon individual pasien. Setelah
anestesi lokal diinjeksikan ke jaringan, pembuluh darah di daerah tersebut melebar,
menghasilkan peningkatan perfusi sehingga menyebabkan reaksi sebagai berikut :
1. Peningkatan kecepatan absorpsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskular, yang
kemudian menghilang dari daerah injeksi ( redistribusi ).
2. Kadar anestesi lokal pada plasma lebih tinggi, dengan disertai peningkatan resiko
toksisitas anestesi lokal.
3. Penurunan kedalaman anesthesia ( rasa baal ) dan penurunan durasi aksi karena
anestesi lokal menyebar lebih cepat dari daerah injeksi.
4. Peningkatan perdarahan di daerah perawatan karena peningkatan perfusi.
Vasokonstriktor adalah obat yang menyempitkan pembuluh darah dan dengan
demikian mengendalikan perfusi jaringan. Obat ini ditambahkan pada larutan anestesi lokal
untuk melawan aksi vasodilatasi anestesi lokal. Vasokonstriktor merupakan tambahan larutan
anestesi lokal yang penting karena alasan sebagai berikut :
1. Dengan menyempitkan pembuluh darah, vasokonstriktor menurunkan aliran darah
(perfusi) ke daerah penyuntikan.
2. Absorpsi anestesi lokal ke sistem kardiovaskular diperlambat, menyebabkan kadar
anestesi dalam daran lebih rendah.
3. Kadar anestesi lokal dalam darah lebih rendah, dengan demikian memperkecil resiko
toksisitas anestesi lokal.
4. Peningkatan jumlah anestesi lokal yang menetap di sekitar saraf selama beberapa
waktu, sehingga meningkatkan durasi aksi sebagian besar anestesi lokal.
5. Vasokonstriktor mengurangi perdarahan di daerah penyuntikan, oleh karena itu
vasokonstriktor berguna saat peningkatan perdarahan diantisipasi ( selama prosedur
pembedahan ).
Vasokonstriktor yang umumnya digunakan bersamaan dengan anestesi lokal secara
kimia menyerupai mediator sistem saraf simpatetik epinefrin dan norepinefrin. Aksi
vasokonstriktor menyerupai respon saraf adrenergik terhadap rangsangan sehingga
diklasifikasikan menjadi obat simpatomimetik atau adrenergik. Obat-obat ini memiliki
banyak aksi klinis selain vasokonstriksi.
Obat simpatomimetik juga dapat diklasifikasikan menurut struktur kimianya dan cara
aksinya.
Struktur kimia
Klasifikasi obat simpatomimetik dengan struktur kimianya berhubungan dengan ada atau
tidaknya nukleus catechol. Cathecol adalah orthodihydroxybenzene. Obat simpatomimetik
yang memiliki pengganti hidroksil ( OH ) di posisi ketiga dan keempat pada cincin aromatik
disebut dengan cathecol.
Bila mengandung kelompok amine ( NH2 ) yang melekat pada rantai aliphatik,
kemudian disebut catecholamin. Epinefrin, norepinefrin dan dopamine menyebabkan
timbulnya catecholamin di sistem saraf simpatetik. Isoproterenol dan levonordefrin adalah
catecholamin sintetik.
Vasokonstriktor yang tidak memiliki kelompok OH pada posisi ketiga dan keempat
molekul aromatik bukanlah catechol tetapi amine karena memiliki kelompok NH2 yang
melekat pada rantai aliphatik.
Catecholamin Noncatecholamin
Epinefrin Amphetamin
Norepinefrin Metamphetamin
Levonordefrin Ephedrin
Isoproterenol Mephentermin
Dopamin Hydroxyamphetamin
Metaraminol
Methoxamin
Phenylephrine
Felypressin merupakan vasopressin polipeptida sintetik ( hormon antidiuretik ) yang tersedia
di berbagai negara sebagai vasokonstriktor.
Cara aksi
Terdapat 3 kategori amine simpatomimetik : obat yang beraksi langsung, dimana aksinya
langsung pada reseptor adrenergik; obat yang beraksi tidak langsung, dimana melepaskan
norepinefrin dari saraf adrenergik; dan obat yang beraksi campuran, dengan aksi langsung
dan tidak langsung.
Reseptor adrenergik
Reseptor adrenergik ditemukan di sebagian besar jaringan tubuh. Konsep reseptor adrenergik
dikemukakan oleh Ahlquist tahun 1948 dan diterima dengan baik hingga sekarang. Ahlquist
menyatakan 2 jenis reseptor adrenergik, yang disebut dengan alpha ( α ) dan beta ( β )
menurut pencegahan aksi catecholamin pada otot halus.
Aktivasi reseptor α oleh obat simpatomimetik biasanya menyebabkan respon
kontraksi otot halus pada pembuluh darah ( vasokonstriksi ). Berdasarkan perbedaan fungsi
dan lokasi, reseptor α telah disubkategorikan. Reseptor α1 adalah excitatory-postsynaptik,
sedangkan reseptor α2 adalah inhibitory-postsynaptik.
Aktivasi reseptor β menyebabkan relaksasi otot halus ( vasodilatasi dan bronkodilatasi
) dan rangsangan pada jantung ( peningkatan detak jantung dan kekuatan kontraksi ).
Reseptor beta selanjutnya dibagi menjadi β1 dan β2; β1 ditemukan di jantung dan
usus halus dan berperan merangsang jantung dan lipolisis. Sedangkan β2 ditemukan di
bronkus, dasar pembuluh darah dan uterus, menyebabkan bronkodilatasi dan vasodilatasi.
Pelepasan catecholamin
Obat simpatomimetik lainnya, seperti tyramine dan amphetamine, bertindak secara tidak
langsung dengan menyebabkan pelepasan catecholamine norepinefrin dari tempat
penyimpanan pada saraf adrenergik. Obat ini juga dapat beraksi langsung pada reseptor α dan
β.
Aksi klinis kelompok obat ini hampir sama dengan aksi norepinefrin. Dosis obat yang
berturut-turut diulang akan menjadi kurang efektif daripada yang diberikan sebelumnya
karena pengurangan norepinefrin dari tempat tersebut. Fenomena ini dinamakan
tachyphylaksis dan tidak terlihat pada obat yang bekerja langsung pada reseptor adrenergik.
Pengenceran vasokonstriktor
Pengenceran vasokonstriktor umumnya dinyatakan sebagai perbandingan ( 1:1000 ). Karena
dosis maksimum vasokonstriktor dinyatakan dalam miligram, atau yang sekarang disebut
mikrogram ( µg ), maka interpretasi berikut memungkinkan pembaca untuk mengubah istilah
tersebut :
Konsentrasi 1:1000 berarti terdapat 1gram ( 1000mg ) obat yang terkandung dalam
1000ml larutan.
Dengan demikian pengenceran 1:1000 mengandung 1000mg dalam 1000ml atau 1.0
mg/ml larutan ( 1000µg/ml ).
Vasokonstriktor yang digunakan dalam larutan anestesi lokal dental, konsentrasinya
kurang dari 1:1000 seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Untuk menghasilkan yang
lebih encer dan secara klinis lebih aman, pengenceran 1:1000 harus diencerkan lagi.
Prosesnya sebagai berikut :
Untuk menghasilkan konsentrasi 1:10.000, 1 ml dari larutan 1:1000 ditambahkan
dengan 9ml pelarut ( air steril ); dengan demikian 1:10.000=0.1 mg/ml.
Untuk menghasilkan konsentrasi 1:100.000, 1 ml dari konsentrasi 1:10.000
ditambahkan dengan 9ml pelarut; dengan demikian 1:100.000=0.01 mg/ml.
Asal usul pengenceran vasokonstriktor pada anestesi lokal dimulai dengan penemuan
adrenalin pada tahun 1897 oleh Abel. Pada tahun 1903 Braun menyarankan menggunakan
adrenalin sebagai ‘turniket kimia’ untuk memperpanjang durasi anestesi lokal. Braun
menyarankan penggunaan 1:10.000 epinefrin, dengan kokain saat digunakan pada
pembedahan nasal. Konsentrasi epinefrin 1:200.000 memberikan hasil yang dapat
dibandingkan, dengan efek samping yang lebih sedikit. Pengenceran 1:200.000 yang
mengandung 5 µg/ml ( 0.005 mg/ml ) telah digunakan dalam pengobatan dan dentistry serta
ditemukan dalam articaine, prilokain, lidokain, etidokain dan bupivakain. Di beberapa negara
Eropa dan Asia, lidokain dengan epinefrin 1:300.000 dan 1:400.000 tersedia dalam cartridge
dental.
Meskipun sebagian besar menggunakan vasokonstriktor dalam anestesi lokal,
epinefrin bukanlah obat yang ideal. Keuntungan menambahkan epinefrin ( atau
vasokonstriktor apapun ) ke larutan anestesi lokal harus dipertimbangkan terhadap adanya
resiko yang mungkin timbul. Epinefrin diabsorpsi dari daerah injeksi, sama halnya dengan
anestesi lokal. Kadar epinefrin dalam darah mempengaruhi jantung dan pembuluh darah.
Kadar epinefrin dalam plasma ( 39 pg/ml ) menjadi 2 kali lipat setelah pemakaian 1 cartridge
lidokain dengan 1:100.000 epinefrin. Peningkatan kadar epinefrin dalam plasma berbanding
lurus dengan dosis dan menetap selama beberapa menit sampai setengah jam. Berkebalikan
dengan penggunaan intraoral epinefrin dengan volume yang umum tidak menyebabkan
respon kardiovaskular dan pasien lebih beresiko melepaskan epinefrin secara endogen
daripada epinefrin eksogen yang diberikan, bukti menyatakan bahwa kadar epinefrin dalam
plasma sama dengan yang didapat selama latihan berat dapat terjadi setelah injeksi intraoral.
Ini berkaitan dengan peningkatan cardiac output dan volume stroke. Tekanan darah dan detak
jantung dipengaruhi secara minimal pada dosis tersebut.
Pada pasien dengan penyakit kardiovaskluar atau tiroid, efek samping epinefrin yang
diserap harus dipertimbangkan terhadap kadar anestesi lokal yang meningkat dalam darah.
Efek kardiovaskular pada dosis epinefrin konvensional jarang diperhatikan, bahkan pada
pasien dengan penyakit jantung. Walaupun tindakan pencegahan telah dilakukan ( seperti
aspirasi, injeksi perlahan ), epinefrin dapat diabsorpsi sehingga menyebabkan reaksi
simpatomimetik seperti rasa cemas, takikardi, berkeringat, dan palpitasi: semuanya disebut
dengan reaksi epinefrin.
Penggunaan vasokonstriktor intravaskular dan pada individu yang sensitif, atau
adanya interaksi obat-obatan yang tidak dapat diantisipasi dapat menyebabkan manifestasi
klinis yang signifikan. Penggunaan 0.015mg epinefrin intravena dengan lidokain
menyebabkan peningkatan denyut jantung yang berkisar dari 25-70 kali per menit, dengan
peningkatan darah sistolik dari 20-70 mmHg. Terkadang gangguan ritme jantung juga dapat
terjadi serta kontraksi ventrikular prematur ( PVCs ) adalah yang paling sering ditemukan.
Vasokonstriktor lain yang digunakan adalah norepinefrin, fenylefrin, levonordefrin,
dan oktapressin. Norepinefrin, kurang signifikan terhadap aksi β2, menyebabkan
vasokonstriksi periferal yang hebat dengan peningkatan tekanan darah dan efek sampingnya
9 kali lebih tinggi daripada epinefrin. Meskipun telah tersedia di banyak negara dalam larutan
anestesi lokal, penggunaan norepinefrin sebagai vasopresor dalam dentistry dikurangi dan
tidak dianjurkan. Penggunaan campuran epinefrin dan norepinefrin sama sekali dihindari.
Fenylefrin, lawan α-adrenergik, secara teoritis memiliki keuntungan lebih dari
vasokonstriktor lainnya. Pada percobaan klinis, kadar lidokain dalam darah lebih tinggi
dengan 1:20.000 fenylefrin ( kadar lidokain dalam darah=2.4 µg/ml ) daripada dengan
1:200.000 epinefrin ( 1.4 µg/ml ). Efek kardiovaskular dari levonordefrin hampir mirip
dengan norepinefrin. Oktapressin sama efektifnya dengan epinefrin dalam mengurangi aliran
darah kutaneus.
Epinefrin adalah vasokonstriktor yang paling efektif dan banyak digunakan dalam
dentistry.
Farmakologi agen spesifik
Bahan farmakologi amine simpatomimetik umumnya digunakan sebagai vasokonstriktor
dalam anestesi lokal. Epinefrin adalah yang paling berguna dan merupakan contoh obat yang
menirukan aktivitas pembebasan simpatetik. Aksi klinisnya akan dijelaskan lebih dalam. Aksi
obat lainnya dibandingkan dengan epinefrin.
Epinefrin
Nama lain. Adrenalin.
Struktur kimia. Epinefrin merupakan asam garam yang larut dalam air. Sedikit larutan asam
bersifat stabil bila dilindungi dari udara. Keburukannya ( melalui oksidasi ) dipercepat
dengan panas dan adanya ion logam berat. Sodium bisulfit biasanya ditambahkan dalam
larutan epinefrin untuk menunda proses keburukannya. Jangka waktu cartridge anestesi lokal
yang mengandung vasokonstriktor agak lebih pendek ( 18 bulan ) daripada cartridge yang
tidak mengandung vasokonstriktor ( 36 bulan ).
Sumber. Epinefrin tersedia dalam bentuk sintetis dan juga diperoleh dari adrenal medulla
hewan ( sekitar 80% sekresi adrenal medulla adalah epinefrin ).
Cara aksi. Epinefrin bekerja secara langsung pada reseptor α dan β-adrenergik; pengaruh
pada β lebih menonjol.
Aksi sistemik.
Miokardium. Epinefrin merangsang reseptor β1 pada miokardium. Terdapat efek positif
inotropik ( kekuatan kontraksi ) dan positif kronotropik ( tingkat kontraksi ). Cardiac output
dan detak jantung meningkat.
Sel perintis. Epinefrin merangsang reseptor β1 dan meningkatkan iritabilitas sel perintis,
sehingga menyebabkan peningkatan disrytmia. Takikardi ventrikular dan kontraksi
ventrikular yang prematur sering terjadi.
Arteri koroner. Epinefrin menyebabkan dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan aliran
darah arteri koroner.
Tekanan darah. Tekanan darah sistolik meningkat. Tekanan diastolik menurun bila dosis
kecil diberikan karena sensitifitas epinefrin terhadap reseptor β2 lebih besar daripada reseptor
α di pembuluh darah yang diberikan di otot skeletal. Tekanan diastolik meningkat dengan
dosis epinefrin yang lebih besar karena penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh
rangsangan reseptor α.
Dinamika kardiovaskular. Seluruh aksi epinefrin pada jantung dan sistem kardiovaskular
yaitu :
Peningkatan tekanan sistolik dan diastolik.
Peningkatan cardia output.
Peningkatan volume stroke.
Peningkatan detak jantung.
Peningkatan kekuatan kontraksi.
Peningkatan konsumsi oksigen miokardial.
Aksi tersebut di atas menyebabkan penurunan efisiensi cardiac.
Respon kardiovaskular peningkatan tekanan darah sistolik dan peningkatan detak
jantung timbul karena penggunaan 1 atau 2 cartridge 1:100.000 epinefrin. Penggunaan 4
cartridge 1:100.000 epinefrin akan sedikit menurunkan tekanan darah diastolik.
Vaskulatur. Aksi utama epinefrin adalah pada arteriol yang lebih kecil dan sfingter
prekapiler. Pembuluh darah pada kulit, membran mukosa dan ginjal mengandung reseptor α.
Epinefrin menyebabkan konstriksi pada pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah pada otot
skeletal mengandung reseptor α dan β2, dengan β2 lebih menonjol. Dosis kecil epinefrin
menyebabkan dilatasi pembuluh darah ini sebagai hasil dari aksi β2. Reseptor β2 lebih
sensitif terhadap epinefrin daripada reseptor α. Dosis yang lebih besar menyebabkan
vasokonstriksi karena reseptor α dirangsang.
Hemostasis. Secara klinis, epinefrin digunakan sebagai vasokonstriktor untuk hemostasis
selama prosedur pembedahan. Injeksi epinefrin secara langsung pada daerah pembedahan
menyebabkan meningkatnya konsentrasi pada jaringan, merangsang reseptor α dan
hemostasis. Karena kadar epinefrin dalam jaringan menurun setelah beberapa waktu, aksi
utamanya pada pembuluh darah kembali pada vasodilatasi karena aksi β2 lebih menonjol;
dengan demikian dapat terjadi perdarahan sekitar 6 jam setelah prosedur pembedahan. Pada
pencabutan gigi molar 3, perdarahan setelah pembedahan terjadi pada 13 dari 16 pasien yang
menerima epinefrin dalam anestesi lokalnya untuk hemostasis, sedangkan 0 dari 16 pasien
yang menerima anestesi lokal tanpa vasokonstriktor ( mepivakain plain ) mengalami
perdarahan 6 jam setelah pembedahan. Adanya peningkatan rasa sakit setelah pembedahan
dan penyembuhan luka yang tertunda pada kelompok yang menerima epinefrin juga
ditemukan.
Sistem respirasi. Epinefrin mempunyai efek dilator ( efek β2 ) terhadap otot halus bronchiol.
Epinefrin merupakan obat pilihan untuk penanganan asma akut ( bronkospasm ).
Sistem saraf pusat. Pada dosis umum terapeutik, epinefrin bukanlah perangsang CNS.
Aksinya terhadap CNS menjadi menonjol bila digunakan dosis yang besar.
Metabolisme. Epinefrin meningkatkan konsumsi oksigen pada seluruh jaringan. Melalui aksi
β, epinefrin merangsang glikogenolisis di liver dan otot skeletal sehingga menyebabkan
peningkatan kadar gula darah di plasma dengan konsentrasi epinefrin 150-200pg/ml. Empat
cartridge anestesi lokal epinefrin 1:100.000 harus diberikan untuk menghilangkan respon
tersebut.
Penghentian aksi dan eliminasi. Aksi epinefrin dihentikan dengan pembuangannya oleh
saraf adrenergik. Epinefrin yang lolos dari pembuangan secara cepat diinaktifkan dalam
darah oleh enzym catechol-O-metiltransferase ( COMT ) dan monoamine oksidase ( MAO ),
yang keduanya terdapat di liver. Hanya sedikit ( sekitar 1% ) epinefrin yang tidak berubah
dan diekskresikan dalam urine.
Efek samping dan overdosis. Manifestasi klinis overdosis epinefrin berhubungan dengan
rangsangan CNS dan meliputi meningkatnya rasa takut dan cemas, tegang, gelisah, sakit
kepala berdenyut, tremor, lemas, pusing, pucat, susah bernafas dan berdebar-debar.
Dengan meningkatnya kadar epinefrin dalam darah, cardiac disrytmia ( terutama
ventrikular ) menjadi lebih sering terjadi; fibrilasi ventrikular jarang ditemukan tetapi dapat
terjadi. Peningkatan tekanan sistolik ( >300mmHg ) dan diastolik ( >200mmHg ) dapat
terjadi, dan dapat menyebabkan perdarahan serebral. Karena inaktifasi epinefrin yang cepat,
fase perangsang reaksi overdosis ( toksik ) biasanya singkat.
Aplikasi klinis.
Penanganan reaksi alergi akut
Penanganan bronkospasm
Penanganan henti jantung
Sebagai vasokonstriktor, untuk hemostasis
Sebagai vasokonstriktor dalam anestesi lokal, untuk mengurangi absorpsi ke sistem
kardiovaskular
Sebagai vasokonstriktor dalam anestesi lokal, untuk meningkatkan kedalaman
anesthesia
Sebagai vasokonstriktor dalam anestesi lokal, untuk menambah durasi anesthesia
Untuk menimbulkan mydriasis
Dosis maksimum. Harus digunakan larutan dengan konsentrasi yang paling sedikit sehingga
dapat mengontrol rasa sakit dengan efektif. Lidokain tersedia dalam 2 pengenceran epinefrin
1:50.000 dan 1:100.000 di United States dan Kanada, sedangkan di negara lainnya 1:80.000,
1:200.000 dan 1:300.000. Durasi masa baal pulpa dan jaringan lunak adalah sama pada
semua konsentrasi. Dianjurkan ( di Amerika Utara ) bahwa konsentrasi epinefrin 1:100.000
digunakan bersama dengan lidokain bila kontrol rasa sakit perlu diperpanjang.
American Heart Association ( 1964 ) menyatakan bahwa konsentrasi vasokonstriktor
yang terkandung dalam anestesi lokal tidak dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit
kardiovaskular selama aspirasi dilakukan, diinjeksikan dengan perlahan dan menggunakan
dosis efektif paling kecil. Pada tahun 1954 New York Heart Association menganjurkan dosis
maksimal epinefrin dibatasi 0,2mg per kunjungan. Beberapa tahun selanjutnya, American
Heart Association menganjurkan pembatasan epinefrin dalam anestesi lokal bila digunakan
pada pasien dengan penyakit jantung iskemik.
Baru-baru ini, Agency for healthcare Research and Quality ( AHRQ ) meninjau
literatur mengenai efek epinefrin pada pasien dengan tekanan darah tinggi.
Laporan tersebut meninjau 6 penelitian yang mengevaluasi efek perawatan dental
(pencabutan gigi) pada pasien hipertensi saat mereka menerima anestesi lokal dengan dan
tanpa epinefrin. Hasilnya menyatakan bahwa subjek hipertensi yang menjalani pencabutan
mengalami sedikit peningkatan tekanan darah sistolik dan detak jantung berkaitan dengan
penggunaan anestesi lokal yang mengandung epinefrin.
Pada pasien yang dicurigai memiliki penyakit kardiovaskular sebaiknya berhati-hati
membatasi atau menghindari pemakaian vasokonstriktor. Bagaimanapun juga, resiko
pemakaian epinefrin harus dipertimbangkan dengan keuntungannya dalam larutan anestesi
lokal.
Hemostasis. Larutan anestesi lokal yang mengandung epinefrin digunakan, melalui infiltrasi
ke daerah pembedahan, untuk mencegah atau meminimalkan perdarahan selama pembedahan
dan prosedur lainnya. Pengenceran epinefrin 1:50.000 lebih efektif daripada konsentrasi
1:100.000 atau 1:200.000. Pengenceran epinefrin 1:50.000 dan 1:100.000 lebih efektif dalam
membatasi kehilangan darah pada pembedahan daripada anestesi lokal tanpa vasokonstriktor.
Pengalaman klinis menunjukkan bahwa hemostasis efektif dapat diperoleh dengan
konsentrasi 1:100.000 epinefrin. Meskipun volume kecil 1:50.000 epinefrin yang diperlukan
untuk hemostasis tidak meningkatkan resiko pasien, pertimbangan selalu menggunakan
1:100.000, terutama pada pasien yang lebih sensitif terhadap catecholamin.
Levonordefrin
Nama lain : Neo Cobefrin
Struktur kimia. Levonodefrin bebas larut dalam larutan asam. Sodium bisulfate
ditambahkan pada larutan tersebut untuk menunda kadaluarsanya. Masa belaku suatu ampul
yang mengandung levonordefrin sodium bisulfate adalah 18 bulan.
Sumber. Levonordefrin, suatu vasokonstriktor sintetis, disiapkan oleh resolusi
nordefrin ke dalam isomer aktifnya secara optic. Bentuk dekstrorotory dari nordefrin hampir
samar.
OH CH3 H
Ho | | |
-- CH – CH – NH
Ho
Pola aksi. Beraksi melalui stimulasi reseptor α langsung (75%) dengan bebeapa
aktivitas β (25%), tetapi derajatnya sedikit dibandingkan epinefrin. Levonordefrin 15% lebih
potensial sebagai epinefrin.
Aksi sistemik. Levonordefrin tidak menghasilkan stimulasi kardiak dan CNS
dibandingkan epinefrin.
Miokardium. Terdapat aksi yang sma dengan epinefrin, tetapi derajatnya lebih kecil.
Sel-sel paremaker. Terdapat aksi yang sama dengan epinefrin, tetpai derajatnya lebih kecil.
Arteri koroner. Terdapat aksi yang sama dengan epinefrin, tetapi deajatnya lebih kecil
Denyut jantung. Terdapat aksi yang sama dengan epinefrin, tetapi derajatnya lebih kecil.
Pembuluh darah. Terdapat aksi yang sama dengan epinefrin, tetapi derajatnya lebih kecil
Sistem pernafasan. Terjadi bronkodilasi tetapi derajatnya lebih kecil dibandingkan dengan
epinefrin
Sistem syaraf pusat. Terdapat aksi yan sama dengan epinefrin, tetapi derajatnya lebih kecil
Metabolisme. Terdapat aksi yang sama dengan apienfrin, tetapi derajatnya lebih kecil.
Terminal aksi dan eliminasi. Levonordefrin dibuang melalui aksi CoMT dan MAO.
Efek samping dan overdosis. Sama denan epinefrin, tetapi penyebarannya kecil. Pada dosis
yang tinggi, efek samping tambahannya meliputi hipertensi, takikardia ventricular dan
episode angina pada pasien-pasien dengan insufiensi koroner.
Aplikasi klinis. Levonordefrin digunakan sebagia suatu vasokonstriktor pada anestesi local.
Ketersediaan di kedokteran gigi. Didapatkan dengan mepivakain dalam dilusi 1 : 20.000.
Dosis maksimum. Levonor defrin dianggap sebagai salah satu vasopressor yang efektif sepeti
epinefrin, oleh karena itu digunakan dengan konsentrasi yang tinggi (1 : 20.000).
Untuk seluruh pasien, dosis maksimum harus 1 mg perkunjungan, 2 ml dari dilusi 1 : 20.000
(11 ampul)
Pada konsentrasi yang tersedia, levonordefrin memiliki efek yang sama pada aktivitas klinis
dari anestesi local seperti epinefrin pada konsentrasi 1 : 50.000 atau 1 : 100.000.
Fenilefrin Hidroklorida
Nama lain : Neo sinefrin
Struktur kimia. Fenilefrin larut dalam air. Ini sangat steril dan merupakan vasokonstriktor
yang lemah, yan digunakan di kedokteran gigi.
Sumber. Fenilefrin merupakan suatu amine simpatomimetik sintetik
Pola aksi. Terdapat stimulasi reseptor α langsung (95%). Meskipun efeknya kurang
diandingkan epinefrin, tetapi durasinya lebih panjang. Fenilefrin sediit atau tidak
menimbulkan aksi β pada jantung. Hanya sebagian kecil hasil aktivitasnya dari
kemampuannya untuk melepaskan norepienfrin. Femilefrin hanya 5% lebih potensial
dibandingkan epinefrin.
Alsi sistemik
Miokardium. Memiliki sedikit efek kronotropik atau inofropik pada jantung.
Sel-sel pacemaker. Efeknya sedikit
Akferi koroner. Terjadi peningkatan aliran darah, yang disebabkan oleh dilasi.
Tekanan darah. Aksi α menghasilkan peningkatan pad tekanan sistolik dan diastolic.
Denyut jantung. Brakikardia dihasilkan oleh aksi reflex baroreseptor aorta carotid dan nervus
vagus. Disritmia kardiak jarang terjadi, meskipun setelah dosis besar dari fenilefrin.
Dinamik kardiovaskular keseluruhnannya, aksi kardiovaskular dari fenilefrin adalah :
- Peningkatan tekanan sistolik dan diastolic
- Refleks brakikardia
- Penurunan output jantung yang tajam (karena peningkatan tekanan darah dan
brakikardia)
- Vasokonstriksi yang kuat (konstriksi vascular, peningkatan resistensi perifer yang
signifikan) tetapi tanpa kongesti vena.
- Jarang berhubungan dengan timbulnya disritmia jantung.
Sistem pernafasan. Bronkus berdilatasi tetapi derajatnya lebih kecil dibandingkan dengan
epinefrin. Renlefrin tidak efektif dalam menangani bronkospasme.
Sistem syaraf pusat. Terdapat efek minimum pada aktivitas system syaraf pusat,
Metabolisme terjadi peningkatan dalam jumlah metabolic. Aksi lainnya (seperti
glikogenolisis) sama dengan yang dihasilkan oleh epinefrin.
Terminal aksi dan eliminasi. Fenilefrin mengalami hidroksilasi terhadap epinefrin, kemudian
oksidasi terhadap metanefrin, setelah hilang dengan cara yang sama dengan epinefrin.
Efek samping dan overdosis. Efek pada CNS minimal dengan fenilefrin. Sakit kepala dan
disritmia ventricular terjadi setelah overdosis. Takifilaksis terjadi karena penggunaan kronis.
Aplikasi klinis. Fenilefrin digunakan sebagai suatu vasokonstriktor pada anestesi local, untuk
penanganan hipertensi sebagai dekongestan nasal dan cairan uphtalmic untuk menyebabkan
mydriasis.
Ketersediaan pada kedokteran gigi.; fenilefrin digunakan dengan frokain 4% pada
dilusi 1 : 25.000 (tidak tesedia dalam bentuk ampul).
Dosis maksimum. Fenilefrin hanya dianggap salah satu yang potensial selain
epinefrin, pengunaannya pada dilusi 1 : 25.000 (sebanding dengan konsentrasi epinefrin 1 :
50.000). ini merupakan vasokonstriktor yang tetap, dengan sedikit efek samping yang
signifikan.
Pasien sehat dan normal : 4 mg per kunjungan, 10 ml dilusi 1 : 25.000. pasien dengan
penyakit kardiovaskular yang signifikan secara klinis.
(ASA III atau IV)( : 1.6 mg per kunjungan sebanding dengan 4 ml dilusi 1 : 25.000
Felypressin
Nama lain : octapressin
Struktur kimia
Cys – Phe – Phe – Gly – Asn – Cys – Pro – Lys – GlynH2
Sumber. Felypressin merupakan suatu analog sintetik dari vasopressin hormone diurtik.
Merupakan amine non simpatomimetik, yan dikategorikan sebagai suatu vasokonstriktor.
Pola aksi. Baraksi sebagai stimulant langsung pada pembuluh darah otot halus.
Aksinya lebih terlihat pada vena dibandingkan pada mikrosirkulasi arteriolar.
Aksi Sistemik
Miokardium. Terdapat efek yang tidak langsung
Sel-sel pacemaker. Felypressi merupakan nondistritmogenik, yang kontradiksi terhadap
amine simpatomimatik (seperti, epinefrin dan norepinefrin).
Arteri koroner. Jika diberikan dalam dosis tinggi (lebih dari terapeutik), dapat
memperbaiki aliran darah melalui arteri koroner.
Pembuluh darah. Pada dosis tinggi (lebih dari torapeutik), konstriksi pembuluh darah
kutan yang disebabkan felypressin menghasilkan pollor pada wajah.
Sistem syaraf pusat. Felypressin tidak memiliki efek pada transmisi syaraf adrenergic, dapat
aman diberikan untuk pasien-pasien hipertiroid dan orang-orang yang menerima inhibitor
MAO atau antidepreson trisiklik.
Uterus. Memiliki aksi antidutetik dan aksitoksik, dikontraindikasikan untuk pasien yang
hamil.
Efek samping dan overdosis. Penelitian laboratorium dan klinis tetnagn folypressin pada
hewan dan manusia menunjukkan keamanan yang luas. Obat ini ditoleransikan dengan baik
oleh jaringan yang didepositkan, dengan terjadi sedikit iritasi. Insidensi reaksi sistemik
tehadap felypressin minimal.
Pemilihan Vasokonstriktor
Dua vasokonstriktor yang tersedia dalam larutan anestesi local di Amerika Utara,
yaitu epinefrin dan levonor defrin. Levonordefrin mustahil didapatkan di Amerika Utara
(pada Juni 2004, masih belum didapatkan). Tiga pabrik anestesi local yang mengandung
levonor defrin di Amerika Utara-Dentsply, Kodak, dan Septodant memasarkan obat versi
mereka. Diharapkan bahwa food and drug administration akan mengizinkan pabrik-pabrik
tersebut untuk menghasilkan produk di United States.
Pada pemilihan suatu vasokonstriktor yang tepat, untuk digunakan dengan suatu
anestesi, harus diperhatikan beberapa faktor ; lamanya prosedur perawatan, kebutuhan
hemostasis selama dan setelah prosedur, control rasa nyeri postoperative, dan status medis
pasien.
Lamanya Prosedur Perawatan
Tambahan berbagai obat vasoaktif pada suatu anestesi local memperpanjang durasi
(dan kedalaman) anestesi pada pulpa dan jaringan lunak. Sebagai contoh, anestesi pulpa dan
jaringan keas dengan lidokain 2% berakhir kira-kira 10 menit, tambahan epinefrin 1 : 50.000,
1: 80.000, 1 : 100.000 atau 1 : 200.000 meningkatkan lamanya anestesi kira-kira 60 menit.
Tambahan vasokonstriktor pada prilokain, tidak meningkatkan durasi control rasa nyeri
secara efektif. Prilokain 4%, setelah injeksi blok, memberikan anestesi selama durasi 40
sampai 60 menit. (Infiltrasi injeksi dengan prilokain 4% memberikan durasi anestesi pulpa
kira-kira 10 sampai 15 menit). Tambahan konsentrasi epinefrin 1 : 200.000 ada prilokain
meningkatkannya secara tajam (selama 60 sampai 90 menit).
Rata-rata durasi anestesi pulpa dan jaringan keras yang diharapkan dari digunakannya
anestesi local dengan atau tanpa vasokonstriktor ditunjukkan pada tabel 3-7.
Pasien gigi dijadwalkan untuk kunjungan selama 1 jam. Durasi perawatan (dan durasi
anestesi pulpa yang diinginkan) adalah 47.9 menit (standart deviasi (SD) 14.7 menit) pada
klinik gigi umum, dimana pada klinik gigi spesialis, waktu perawatannya adalah 39.1 menit
(SD 19.4 menit).
Untuk prosedur restorative rutin memperkirakan bahwa anestesi pulpa dibutuhkan
untuk kira-kira 40 sampai 50 menit. Seperti yang terlihat di tabel 37, sulit untuk mencapai
anestesi pulpa yang konsisten tanpa inklusi vasokonstriktor.
Persyaratan hemostasis
Epinefrin efektif dalam mencegah atau meminimalkan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan. Bagaimanapun, epinefrin juga menimbulkan efek vasodilatasi saat kadar
epinefrin dalam darah menurun. Hal ini menyebabkan perdarahan setelah pembedahan yang
akan mengganggu penyembuhan luka.
Epinefrin yang memiliki aksi α dan β menyebabkan vasokonstriksi melalui efek α.
Bila digunakan pada konsentrasi 1:50.000 dan bahkan 1:100.000, epinefrin akan
menghasilkan efek β yang berulang kembali ketika vasokonstriksi dihentikan. Hal ini
menyebabkan peningkatan kehilangan darah setelah pembedahan, dan bila cukup signifikan
dapat membahayakan status kardiovaskular pasien.
Fenylefrin, vasokonstriktor yang merangsang α, tidak menghasilkan efek β karena
aksi β minimal. Dengan demikian karena tidak semanjur vasokonstriktor epinefrin,
hemostasis selama pembedahan tidak efektif. Karena durasi aksi fenylefrin lebih panjang
daripada epinefrin, perdarahan setelah pembedahan lebih sedikit. Total kehilangan darah
biasanya lebih rendah bila fenylefrin digunakan. Fenylefrin tidak dimasukkan dalam cartridge
anestesi lokal apapun.
Norepinefrin merupakan perangsang α dan vasokonstriktor yang dapat menimbulkan
nekrosis dan pengelupasan jaringan. Ini tidak dianjurkan sebagai vasokonstriktor dalam
dentistry karena keburukannya melebihi keuntungannya.
Felypresin menyempitkan sirkulasi vena lebih daripada sirkulasi arteri dan dengan
demikian minimal untuk hemostasis.
Vasokonstriktor yang digunakan untuk hemostasis harus didepositkan secara lokal ke
daerah pembedahan ( daerah perdarahan ) agar efektif. Vasokonstriktor ini bekerja secara
langsung pada reseptor α di otot halus pembuluh darah. Hanya diperlukan sedikit volume
larutan anestesi lokal dengan vasokonstriktor untuk mencapai hemostasis.
Status medis pasien
Terdapat beberapa kontraindikasi pemakaian vasokonstriktor dalam konsentrasinya pada
anestesi lokal dental. Untuk semua pasien, keuntungan dan resiko vasopresor yang
terkandung dalalm larutan anestesi lokal harus dipertimbangkan terhadap keuntungan dan
resiko menggunakan larutan anestesi ‘plain’. Umumnya, kelompok tersebut adalah :
Pasien dengan penyakit kardiovaskular yang lebih signifikan ( ASA III dan IV ).
Pasien dengan penyakit nonkardiovaskular tertentu ( misalnya disfungsi tiroid,
diabetes dan sensitivitas sulfit ).
Pasien yang menerima penghambat MAO, trisiklik antidepresan dan phenothiazine.
Pada setiap situasi penting untuk menentukan tingkat keparahan penyakit sehingga
dapat menentukan apakah vasokonstriktor boleh dimasukkan dengan aman atau tidak
dimasukkan dalam larutan anestesi lokal.
Bagaimanapun, anestesi lokal dengan vasokonstriktor bukanlah kontraindikasi absolut
bagi pasien yang kondisi medisnya telah didiagnosa dan di bawah pengawasan melalui alat
bedah atau medis ( resiko ASA II atau III ) dan bila vasokonstriktor diinjeksikan perlahan
dalam dosis minimal setelah aspirasi dipastikan negatif.
Pasien dengan tekanan darah istirahat ( minimal istirahat 5 menit ) lebih dari
200mmHg sistolik atau lebih dari 115mmHg diastolik tidak boleh menerima perawatan
dental sampai masalah medis tekanan darah tingginya diperbaiki. Pasien dengan penyakit
kardiovaskular parah ( ASA IV+resiko ) beresiko terlalu besar terhadap perawatan dental;
contohnya, pasien yang mengalami miokardial infark akut dalam 6 bulan terakhir, pasien
yang mengalami gejala anginal atau tanda dan gejalanya bertambah parah ( preinfark atau
unstable angina ), atau pasien cardiac dysritmia yang sukar disembuhkan dengan perawatan
obat antiarytmik. Epinefrin dan vasokonstriktor lainnya dapat digunakan dalam batas
terhadap pasien dengan penyakit kardiovaskular ringan sampai sedang ( ASA II atau III ).
Felypresin memiliki aksi perangsang kardiovaskular yang minimal dan nondisrytmogenik; ini
merupakan obat anjuran untuk pasien kardiovaskular ASA III dan IV. Epinefrin juga
kontraindikasi pada pasien yang menunjukkan bukti klinis hipertiroid. Tanda dan gejalanya
meliputi exopthalmus, hiperhidrosis, tremor, iritabilitas dan cemas, peningkatan temperatur
badan, ketidakmampuan untuk tahan terhadap panas, peningkatan detak jantung dan
peningkatan tekanan darah. Dosis minimal epinefrin dianjurkan sebagai vasokonstriktor pada
anestesi umum bila pasien ( dalam kategori ASA apapun ) menerima anestetik halogenasi
( halothan, isoflurane, sevoflurane atau enflurane ). Anestesi inhalasi ( anestesi umum ) ini
membuat miokardium peka sehingga pemakaian epinefrin sering berkaitan dengan timbulnya
disrytmia ventrikular ( PVCs atau fibrilasi ventrikular ). Felypressin dianjurkan pada situasi
ini; bagaimanapun, karena potensi aksi oksitosiknya, felypresin tidak dianjurkan untuk pasien
hamil. Bila status medis pasien yang terganggu sudah membaik (misalnya ASA IV menjadi
ASA III), perawatan dental rutin yang menggunakan anestesi lokal dengan vasokonstriktor
dapat dilakukan.
Pasien yang dirawat dengan penghambat MAO dapat menerima vasokonstriktor
dalam parameter dosis biasa tanpa peningkatan resiko. Pasien yang mengkonsumsi trisiklik
antidepresan beresiko besar mengalami disrytmia bila vasokonstriktor diberikan. Dianjurkan
pemakaian epinefrin dalam dosis yang minimal. Pemakaian levonordefrin atau norepinefrin
merupakan kontraindikasi pada pasien yang mengkonsumsi trisiklik antidepresan. Dosis
vasokonstriktor yang besar dapat menyebabkan respon yang parah ( berlebihan ).
Larutan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor juga mengandung
antioksidan ( untuk menunda oksidasi vasokonstriktor ). Sodium bisulfit adalah antioksidan
yang paling sering digunakan dalam dental cartridge. Antioksidan ini memperpanjang masa
larutan anestesi dengan vasokonstriktor sampai sekitar 18 bulan. Bagaimanapun, sodium
bisulfit membuat anestesi lokal bersifat lebih asam daripada larutan yang sama tanpa
vasokonstriktor. Larutan anestesi lokal yang asam mengandung bagian molekul kation
(RNH+) lebih banyak dari molekul dasar ( RN ). Karena hal tersebut, difusi larutan anestesi
lokal ke axoplasma lebih lambat sehingga menyebabkan onset anesthesia sedikit terlambat
bila anestesi lokal yang mengandung sodium bisulfit ( dan vasokonstriktor ) diinjeksikan.
Vasokonstriktor adalah tambahan yang penting dalam larutan anestesi lokal. Sejumlah
penelitian menyimpulkan bahwa epinefrin, yang ditambahkan pada larutan anestesi lokal
berdurasi singkat atau sedang, dapat memperlambat absorpsi, menurunkan level darah
sistemik, menunda kadar darah mencapai puncak, memperpanjang durasi anesthesia,
meningkatkan ‘kedalaman’ anesthesia, dan mengurangi insidensi reaksi sistemik. Pada
modern dentistry, pengendalian rasa sakit pada durasi klinis sulit dicapai tanpa adanya
vasokonstriktor dalam larutan anestesi lokal. Kecuali jika dikontraindikasikan pada status
medis pasien ( ASA IV atau di atasnya ) atau diperlukan durasi perawatan, penggunaan
vasokonstriktor dapat dipertimbangkan. Kapanpun obat-obatan ini digunakan, harus dengan
hati-hati untuk mencegah masuknya vasokonstriktor ( dan anestesi lokal ) ke dalam
intravaskular dengan cara melakukan aspirasi berulang dan injeksi perlahan dengan
konsentrasi vasokonstriktor dan anestesi lokal yang minimal.