varisela rfrt
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 varisela rfrt
1/10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahVarisela merupakan penyakit yang disebabkan virus varisela dengan
gejala di kulit dan selaput lendir berupa vesikula dan disertai gejala konstitusi.
Penebabnya Virus varisela zoster yaitu kelompok virus herpes berukuran
140-200 m berinti DNA. Sangat menular, terutama menyerang anak-anak.
Jika menyerang orang dewasa gejala biasanya leih berat. Penyakit ini cepat
sekali menular pada orang-orang di lingkungan penderita (Siregar, 2005).
Varisela merupakan penyakit menular, dengan gejala utama bercak di
batang tubuh, perineum, dan kulit kepala,terjadi papula, vesikel, pustula,
krusta, dan demam pada tahap pustular.Varisela atau cacar air merupakan
penyakit ringan. Diagnosis banding antara lain urtikaria papularis yang bila
digaruk dan mengalami infeksi juga memberikan gambaran papula, pustula,
dan krusta. Namun lesi pada cacar air terutama batang tubuh, sementara
urtikaria papularis terdistribusi di perifer. Komplikasi jarang terjadi.
Ensefalitis cacar air timbul sebagai ataksia seminggu atau lebih setelah bercak
menghilang, prognosis baik (Meadow & Newell, 2003).
Kebanyakan orang mengembangkan kekebalan seumur hidup terhadap
cacar air setelah kejadian pertama dan tidak ingin mengalaminya lagi. Tapi
virus kadang-kadang dapat muncul kembali di kemudian hari sebagai herpes
zoster (zoster). Tujuan saat ini di AS dan banyak negara lain adalah untuk
mencapai imunisasi universal terhadap anak dengan vaksin cacar air.Vaksinasi hanya butuh dilakukan dua kali. Vaksinasi pertama diberikan pada
sekitar usia 1 tahun, dan yang kedua (booster) diberikan pada usia 4 tahun.
Jika orang tua belum menderita cacar air, vaksinasi dapat diberikan setiap saat.
Ada beberapa efek samping yang signifikan terhadap vaksin cacar air. Semua
-
7/31/2019 varisela rfrt
2/10
2
anak, kecuali mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
berkompromi, harus memiliki vaksinasi. Vaksinasi telah dikaitkan dengan
penurunan 90% pada kejadian cacar air dan tingkat komplikasi signifikan
lebih rendah pada mereka yang mengalami gejala (Anonim, 2012).
Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka
serokonversi mencapai 97%-99 %. Diberikan pada yang berumur 12 bulan
atau lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti, meskipun demikian vaksinasi
ulangan dapat diberikan setelah 4-6 tahun. Pemberiannya secara subkutan,0,5
ml pada yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun. Pada usia di atas 12 tahun
juga diberikan 0,5 ml, setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis sama. Bila
terpajannya baru kurang dari 3 hari perlindungan vaksin yang diberikan masih
terjadi. Sedangkan antibodi yang cukup sudah timbul antara 3-6 hari setelah
vaksinasi (Handoko, 2007).
B. Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi penyakit varisela.2. Mengetahui cara mendiagnosis penyakit varisela.3. Mengetahui penatalaksanaan penyakit varisela.
-
7/31/2019 varisela rfrt
3/10
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiVarisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang
menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
Cacar Air (Varisela, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang
menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar
maupun menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa
gatal (Anonim, 2012).
B. Anatomi Kulit
1. EpidermisEpidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan
Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat
-
7/31/2019 varisela rfrt
4/10
4
mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas
lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi
menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang
aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan
Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.
2. DermisLapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf,
kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat.
Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari,
tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air,
garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima
rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit,
serta untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan
memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar
keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara
penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga
kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah,
kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada
keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya
penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak
mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus
(Anonim, 2012).
C. EtiologiVirus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa
infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktifasi
menyebabkan herpes zoster.
-
7/31/2019 varisela rfrt
5/10
5
Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-
benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Penderita bisa
menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang
terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya
penderita diisolasi. Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan
memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa
tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan
menyebabkan herpes zoster (Anonim, 2012).
D. PatofisiologiKulit terpapar oleh virus cacar lalu masa tunas 2-3 minggu, muncul
inflamasi berupa macula eritem yang kemudian diatasnya muncul papul yang
berubah menjadi vesikel dengan cepat, cairan khas seperti air mata (vesikel
muncul karena terjadi edem dan kebocoran plasma), cairan berubah keruh dan
akhirnya muncul krusta (Hanifah, 2011).
Virus ini mengawali replikasi di traktus respiratorius. Virus ini mampu
menginfeksi sel epitel, fibroblast, sel T, dan neuron. Seperti HPV, VZV juga
membentuk synctia, menyebar langsung dari sel ke sel serta mampu menghindar
dari antibody sehingga respon cell mediated immune response sangat dibutuhkan.
Pada kulit, virus ini menyebar melalui viremia (Hanifah, 2011).
Virus ini sendiri dapat menjadi inaktif pada saat berada di dalam neuron,
terutama di dorsal root dan cranial nerve ganglia. Virus ini sendiri dapat kembali
muncul karena replikasinya juga terjadi pada dermatome (Hanifah, 2011).
E. Gejala KlinisMasa inkubasi antara 11-21 hari (rata-rata 14 hari), disusul oleh gejala
prodromal yang ringan selama 1-2 hari. Penderita demam, anoreksia, dan malaise,
pada kulit timbul papula kemerahan yang kemudian menjadi vesikel. Vesikel-
vesikel baru tetap terbentuk sementara vesikel terdahulu pecah, mengering dan
menjadi krusta, dengan demikian pada suatu saat akan tampak bermacam-macam
-
7/31/2019 varisela rfrt
6/10
6
ruam kulit (polimorf). Vesikel biasanya beratap tipis, bentuknya bulat atau
lonjong menyerupai air sehingga disebut teardrop vesicle (Siregar, 2003).
F. Diagnosis1. Pemeriksaan kulit:
Lokasi : Terutama pada badan dan sedikit pada wajah
dan ekstremitas. Mungkin juga timbul pada mulut, palatum mole dan faring.
Efloresensi/sifat-sifatnya : Vesikel berukuran miliar sampai lentikular, di
sekitarnya terdapat darah eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium
perkembangan vesikel mulai dari eritema, vesikula, pustula, skuama, hingga
sikatriks (Siregar, 2003).
2. Laboratorium:Tzanck smear dengan pewarnaan giemsa atau HE, merupakan
pemeriksaan sederhana yang bernilai diagnosis (Kamardi dan Mardiono,
1994).
G. Diagnosis Banding1. Herpes zoster2. Impetigo vesikobulosa
H. PencegahanPenyebaran cacar air dapat dicegah dengan mengisolasi individu yang
terkena. Penularan dengan paparan droplet pernapasan, atau kontak langsung
dengan lesi, dalam jangka waktu yang berlangsung dari tiga hari sebelum
timbulnya ruam, sampai empat hari setelah timbulnya ruam. Virus cacar (VZV)
rentan terhadap desinfektan pemutih, terutama klorin (yaitu, sodium hipoklorit).
Juga, seperti semua virus, VZV sensitif terhadap pengeringan, panas dan deterjen.
Oleh karena itu virus ini relatif mudah untuk dibunuh.
Vaksin varicella pertama kali dikembangkan oleh Michiaki Takahashi
pada tahun 1974 berasal dari strain Oka. Sudah tersedia di AS sejak tahun 1995
untuk menyuntik terhadap penyakit. Beberapa negara memerlukan vaksinasi
-
7/31/2019 varisela rfrt
7/10
7
varicella sebelum memasuki sekolah dasar. Perlindungan dari satu dosis tidak
seumur hidup dan dosis kedua ini diperlukan lima tahun setelah imunisasi awal,
yang saat ini bagian dari jadwal imunisasi rutin di Amerika Serikat. Vaksin cacar
air bukan bagian dari vaksinasi rutin anak jadwal di Inggris. Di Inggris, vaksin
saat ini hanya ditawarkan kepada orang-orang yang sangat rentan terhadap cacar
air. Seseorang yang sudah mengambil vaksin lebih mungkin hanya memiliki
beberapa cacar air (Anonim, 2010).
I. Penatalaksanaan1. Pengobatan Simptomatik
Analgetik dan antipiretik seperti metampiron atau asetaminofen. Lokal
dapat diberikan bedak yang mengandung salisil 2% atau mentol 2%. Jika
terdapat infeksi sekunder berikan antibiotik (Siregar, 2003).
2. Terapi variselaa. Imunokompeten
Anak-anak : Asiclovir 20 mg/kgBB IV selama 7 hari.
Dewasa : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari.
Valasiklovir 3 x 1000 mg/hari selama 7 hari.
Famsiklovir 3 x 200 mg/hari selama 7 hari.
b. Immunocompromised : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari.c. Penyakit berat/wanita hamil : Asiklovir IV 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama
7 hari.
(Siregar, 2003)
3. Saran atau nasehatMenjaga kebersihan terutama pada daerah kuku yang sering digunakan
untuk menggaruk, dan kebersihan pakaian (Lubis, 2003).
-
7/31/2019 varisela rfrt
8/10
8
J. PrognosisVarisela pada anak imunokompeten tanpa disertai komplikasi prognosis
biasanya sangat baik, sedangkan pada anak imunokompromais, angka morbiditas
dan mortalitasnya biasanya signifikan (Lubis, 2003).
Dengan perawatan yang teliti dan mempertahankan higiene memberi
prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit (Handoko,
2007).
-
7/31/2019 varisela rfrt
9/10
9
BAB III
KESIMPULAN
Varisela masih sering dijumpai. Diagnosa varisela tidaklah sukar, cukup
dengan riwayatperjalanan penyakit dan gambaran klinis yang khas. Komplikasi
jarang terjadi dan pengobatan dengan acyclovir memberikan hasil yang baik.
Vaksinasi merupakan cara pencegahan yang baik, terutama pada anak dengan resiko
tinggi.
UKK varisela polimorf, vesikel dan pustul ukuran milier serta lentikuler,
penyebaran dari daerah badan menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstrimitas,
didahului gejala prodormal. Prognosis varisela baik, apabila ditanganani dengan tepat.
Dan dengan perawatan yang teliti dan mempertahankan higiene memberi prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.
-
7/31/2019 varisela rfrt
10/10
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Chicken Pox. http://en.wikipedia.org/wiki/Chickenpox (diakses
tanggal 13 Februari 2012)
Anonim, 2012. Chicken Pox. Medicinet.com (diakses tanggal 13 Februari 2012)
Anonim, 2012. Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Penyakit Varisela.
InfoKesehatan.com diakses tanggal 13 Februari 2012-02-13
Anonim, 2012. Kulit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kulit (diakses tanggal 15 Februari
2012)
Hanifah, R, 2011. Virus Penyebab Infeksi Kulit.
http://www.berbagimanfaat.com/2011_05_01_archive.html (diakses tanggal
15 Februari 2012)
Kamardi, J., Mardiono, M., 1994. Infeksi Virus Varisela Zoster. Buletin Ilmiah
Tarumanegara Th. 9 No. 30
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9309489100.pdf (diakses tanggal 19
Februari 2012)
Lubis, C. P., 2003. Varisela Pada Anak, Gejala Klinis, Pencegahan, dan Pengobatan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2004/1/anak-chairuddin4.pdf
(diakses tanggal 13 Februari 2012).
Meadow, S.R., Newell, S.J., 2003. Lecture notes : Pediatrika, edisi ketujuh
Roni, 2007. Penyakit Virus. Jakarta: Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia
Siregar, 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta.: EGC
http://en.wikipedia.org/wiki/Chickenpoxhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://www.berbagimanfaat.com/2011_05_01_archive.htmlhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9309489100.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2004/1/anak-chairuddin4.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2004/1/anak-chairuddin4.pdfhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/9309489100.pdfhttp://www.berbagimanfaat.com/2011_05_01_archive.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://en.wikipedia.org/wiki/Chickenpox