validasi quality control point net weight produksi …repository.unika.ac.id/17528/1/15.i1.0075...

58
VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHTPRODUKSI SUSU KENTAL MANIS KEMASAN KALENG DI PT. FRISIAN FLAG INDONESIA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh: Tan, Vania Soerjani 15.I1.0075 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2018

Upload: others

Post on 02-Nov-2019

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET

WEIGHT” PRODUKSI SUSU KENTAL MANIS

KEMASAN KALENG DI PT. FRISIAN FLAG

INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh:

Tan, Vania Soerjani

15.I1.0075

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2018

Page 2: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

i

VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET

WEIGHT” PRODUKSI SUSU KENTAL MANIS

KEMASAN KALENG DI PT. FRISIAN FLAG

INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh:

Tan, Vania Soerjani

15.I1.0075

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2018

Page 3: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

ii

Page 4: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

iii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Kerja Praktek yang berjudul “VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET

WEIGHT PRODUKSI SUSU KENTAL MANIS KEMASAN KALENG DI PT. FRISIAN

FLAG INDONESIA”. Penulisan Laporan Kerja Praktek ini menjadi salah satu syarat yang

harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang.

Berbagai ilmu, pengalaman, serta ketrampilan yang penulis peroleh selama kerja praktek

hingga penulisan Laporan Kerja Praktek ini. Penulis menyadari bahwa untuk melaksanakan

Kerja Praktek hingga penulisan laporan ini penulis mendapat bimbingan dan dorongan dari

banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat

dan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu, khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan penyertaan-Nya yang senantiasa diberikan

kepada penulis.

2. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, S.TP, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian, Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang.

3. Ibu Novita Ika Putri, S.TP selaku dosen pembimbing akademik yang telah

menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.

4. Ibu Meiliana, S.Gz., M.S. selaku Koordinator Kerja Praktek yang telah membantu

merencankan dan melaksanakan kerja praktek.

5. Ibu Irene dan Bapak Widi Setiawan yang telah memberikan informasi mengenai kerja

praktek dan membantu penulis memperoleh ijin melakukan kerja praktek di PT.

Frisian Flag Indonesia.

6. Bapak Rasimin selaku pembimbing lapangan divisi Quality Assurance yang telah

memberikan bimbingan selama penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Frisian Flag

Indonesia.

7. Bapak Setiono, Bapak Sutrisno, dan Bapak selaku foreman SKM Mixing dan operator

Fresh Milk yang telah memberi bimbingan dan pengetahuan baru selama kerja

praktek.

Page 5: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

iv

8. Bapak Yoga selaku administrator bagian SKM Processing yang telah banyak

membantu selama penulis melakukan kerja praktek.

9. Kedua orangtua dan adik yang telah memberikan dukungan moril dan materiil pada

penulis selama kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek.

10. Sinta Sofiana, Avi, Taufiq Kurniawan, Joshua Adinugraha, dan Tan, Natascha S yang

telah bersama-sama dengan penulis melakukan kerja praktek di PT. Frisian Flag

Indonesia.

11. Saudara Yosua Jacko yang telah memberikan semangat dan dukungan selama penulis

melakukan kerja praktek dan penyelesaian laporan ini.

12. Yuliani Susanto, Teresia Ratri C, Trifena Desy, Abigail Detta P, Theodora Prima S,

Vania Harianto P.T, dan Stevany Tandean yang telah memberikan dukungan dan juga

semangat selama penulis melakukan kerja praktek dan penyelesaian laporan ini.

13. Staff Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dari awal kerja

praktek hingga terselesaikannya laporan kerja praktek ini dalam hal administrasi.

14. Seluruh staff, karyawan, foreman, operator, dan security PT. Frisian Flag Indonesia

Plant Ciracas yang telah memberi informasi, dukungan, dan bantuan selama kerja

praktek dilakukan.

15. Semua pihak yang telah memberi dukungan, saran maupun kritik yang sangat

membantu selama penulis melakukan kerja praktek hingga proses penyusunan laporan

ini yang tidak disebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan dan penulisan laporan kerja praktek ini sebagai

bukti pertanggungjawaban masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dari Penulis sendiri.

Oleh karena itu, Penulis sangat mengaharapkan adanya saran maupun kritik dari para

pembaca yang sifatnya membangun. Akhir kata, semoga laporan kerja praktek ini dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan memberikan sedikit pengetahuan bagi para

pembaca.

Semarang, 23 Mei 2018

Penulis

Page 6: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................. Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii DAFTAR ISI .............................................................................................................................. v DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii DAFTAR GRAFIK ................................................................................................................ viii 1. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ..................................................................................... 1 1.2. Tujuan Kerja Praktek .................................................................................................. 2

2. PROFIL PERUSAHAAN .................................................................................................. 3 2.1. Sejarah ......................................................................................................................... 3 2.2. Visi dan Misi Perusahaan ............................................................................................ 5

2.2.1. Visi ....................................................................................................................... 5

2.2.2. Misi ...................................................................................................................... 5 2.3. Lokasi dan Tata Letak ................................................................................................. 5 2.4. Struktur Organisasi ...................................................................................................... 6 2.5. Ketenagakerjaan .......................................................................................................... 7

3. SPESIFIKASI PRODUK ................................................................................................... 8 3.1. Produk PT. Frisian Flag Indonesia .............................................................................. 8 3.2. Sistem Pemasaran ...................................................................................................... 11

4. PRODUKSI SUSU KENTAL MANIS ........................................................................... 13 5. VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT SUSU KENTAL MANIS

DALAM KALENG ................................................................................................................. 24 5.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 24 5.2. Tujuan........................................................................................................................ 26 5.3. Metode ....................................................................................................................... 27

5.4. Hasil .......................................................................................................................... 27 5.4.1. SKM Varian Gold .............................................................................................. 27 5.4.2. SKM Varian Choco............................................................................................ 29

5.4.3. SKM Varian Creamer ........................................................................................ 32 5.4.4. SKM Varian Omela ........................................................................................... 35

5.5. Pembahasan ............................................................................................................... 37 6. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................ 45

6.1. Kesimpulan................................................................................................................ 45

6.2. Saran .......................................................................................................................... 46 7. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47 8. LAMPIRAN ..................................................................................................................... 49

8.1. PlagScan .................................................................................................................... 49

Page 7: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Produk Susu Bubuk Frisian Flag Indonesia ................................................................. 8 Tabel 2. Produk Susu Cair Siap Minum Frisian Flag Indonesia................................................ 9 Tabel 3. Produk Susu Kental Manis Frisian Flag Indonesia .................................................... 10

Page 8: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sejarah Logo Pt. Frisian Flag Indonesia .................................................................. 4 Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Frisian Flag Indonesia ....................................................... 6 Gambar 3. Diagram Pemrosesan Susu Segar ........................................................................... 17 Gambar 4. Diagram Alir Pasteurisasi Susu Segar ................................................................... 19 Gambar 5. Diagram Alir Susu Evaporasi ................................................................................ 20 Gambar 6. Diagram Alir Proses Produksi Susu Kental Manis (SKM) .................................... 23 Gambar 7. Tingkatan Keamanan Pangan dan Tingkatan Kualitas Produk .............................. 25 Gambar 8. Komposisi Produk pada Kemasan ......................................................................... 42

Page 9: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.Grafik Gold Filler 1 Cam Height .............................................................................. 27 Grafik 2. Grafik Gold Filler 2 Cam Height ............................................................................. 28 Grafik 3. Grafik Gold Filler 1 Suhu Steam wet ....................................................................... 28 Grafik 4. Grafik Gold Filler 2 Suhu Steam wet ....................................................................... 29 Grafik 5. Grafik Choco Filler 1 Cam Height ........................................................................... 30 Grafik 6. Grafik Choco Filler 2 Cam Height ........................................................................... 30 Grafik 7. Grafik Choco Filler 1 Suhu Steam wet..................................................................... 31 Grafik 8. Grafik Choco Filler 2 Suhu Steam wet..................................................................... 32 Grafik 9. Grafik Creamer Filler 1 Cam Height ....................................................................... 32 Grafik 10. Grafik Creamer Filler 2 Cam Height ..................................................................... 33 Grafik 11. Grafik Creamer Filler 1 Suhu Steam wet ............................................................... 34 Grafik 12. Grafik Creamer Filler 2 Suhu Steam wet ............................................................... 34 Grafik 13. Grafik Omela Filler 1 Cam Height ........................................................................ 35 Grafik 14. Grafik Omela Filler 2 Cam Height ........................................................................ 36

Grafik 15. Grafik Omela Filler 1 Suhu Steam wet .................................................................. 36 Grafik 16. Grafik Omela Filler 2 Suhu Steam wet .................................................................. 37

Page 10: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

1

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Kerja Praktek

Pada era yang modern seperti saat ini, pengetahuan serta teknologi sangatlah berkembang

dengan pesat. Untuk itu mahasiswa sebagai penerus bangsa yang akan bekerja haruslah

memiliki keahlian dan keterampilan yang mendukung mahasiswa memasuki dunia kerja.

Untuk merealisasikan hal tersebut, mahasiswa memerlukan pelatihan kerja secara langsung

pada lembaga maupun instansi yang sesuai dengan program studi yang digeluti. Dengan

demikian, mahasiswa akan memperoleh pengalaman dan dapat memanfaatkan ilmu yang

telah didapatkan baik selama masa pendidikan dan masa pelatihan kerja, pada dunia kerja ini.

Selama masa perkuliahan mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan secara garis besar

mengenai industri pangan baik secara teoritis maupun melalui praktek di laboratorium.

Namun, mahasiswa masih memerlukan pengalaman untuk terjun langsung ke lingkungan

kerja terutama dalam bidang pangan. Ilmu yang sebelumnya telah diperoleh dapat diterapkan

dalam secara langsung pada perusahaan pangan sehingga mahasiswa akan siap ketika untuk

masuk dalam dunia kerja. Untuk itu mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang dituntut untuk menambah pengetahuan dan pengalaman

dalam industri pangan melalui program Kerja Praktek.

Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib yang dilakukan oleh mahasiswa Strata

1 (S1) Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata semester V

selama dua bulan. Pelaksanaan Kerja Praktek bertujuan untuk menambah wawasan,

berhadapan dengan dunia keprofesiannya dan untuk mengamati kondisi lingkungan kerja

dengan cara mengamati dan terjun langsung pada bidang teknologi pangan. Kami memilih

PT. Frisian Flag Indonesia untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktek ini.

PT. Frisian Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang ada di Indonesia

yang bergerak dalam industri minuman dengan basis susu. PT. Frisian Flag Indonesia telah

mengembangkan banyak produk susu dengan berbagai inovasi dalam kualitas yang baik dan

telah dikenal serta diterima oleh masyarakat Indonesia. PT. Frisian Flag Indonesia telah

berkarya lebih dari 95 tahun dan membuktikan eksistensinya di tengah masyarakat dengan

menghasilkan produk-produk yang memiliki nutrisi tepat yang sesuai untuk anak-anak,

remaja, maupun orangtua. Oleh karena itu, PT. Frisian Flag Indonesia merupakan tempat

Page 11: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

2

yang cocok untuk melakukan Kerja Praktek. Dengan bekerja di PT. Frisian Flag Indonesia

diharapkan dapat memperoleh ilmu dan pengalaman bekerja yang bermanfaat.

1.2.Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari Kerja Praktek (KP) ini antara lain:

- Menerapkan dasar-dasar teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

- Mendapatkan gambaran nyata serta mengetahui situasi yang ada dalam dunia

pekerjaan.

- Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

bidang pangan.

- Mengetahui pengetahuan tentang mesin dan peralatan produksi serta prinsip

pengolahan produk.

- Mengetahui masalah-masalah yang terkait di bidang pangan yang muncul pada saat di

lapangan serta berusaha mencari solusi yang akan digunakan untuk memecahkan

beberapa masalah yang terjadi.

1.3.Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan di PT. Frisian Flag Indonesia yang bertempat di Jl. Raya Bogor

KM 26, Ciracas, Jakarta Timur 13740. Pelaksanaan kerja praktek berlangsung selama 2

bulan, yang dimulai pada tanggal 2 Januari 2018 hingga 28 Februari 2018.

1.4.Metode Kerja Praktek

Metode Kerja Praktek (KP) yang dilakukan yakni menggunakan metode data histori,

pengamatan langsung, diskusi, tanya jawab.

Page 12: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

3

2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1.Sejarah

PT. Frisian Flag Indonesia (FFI) merupakan produsen produk susu dengan merk Frisian Flag

atau Susu Bendera. PT. Frisian Flag Indonesia memulai usaha dengan melakukan impor susu

bermerk Friesche Vlag dari Cooperatve Condensfabriek Friesland, perusahaan ini pada tahun

1922 kemudian diubah menjadi Royal Friesland Campina. Royal Friesland Foods merupakan

perusahaan multinasional yang berpusat di Belanda dan beroperasi di 25 negara yang

menghasilkan produk susu dan minuman sari buah.

Awal kehadiran susu kental manis dan produk Friesche Vlag di Indonesia dengan

dipromosikan dan dijual oleh para mitra bisnis diseluruh Indonesia. Untuk memudahkan

diterima masyarakat Indonesia maka diperkenalkan sebagai “soesoe tjap bendera”, lalu Susu

Kental Manis mulai dikenal dan dicari konsumen di seluruh penjuru negri. Namun pemasaran

produk susu kental manis ini sempat berhenti saat Jepang mulai menjajah Indonesia karena

adanya blokade oleh pihak Jepang sehingga produk tidak dapat dikirim. Setelah tahun 1950an

produk susu kental manis mulai didatangkan kembali dan dipasarkan oleh mitra bisnis lokal.

Pada tahun 1968 PT Friesche Vlag Indonesia didirikan melalui kemitraan antara Cooperative

Condensfabriek Friesland dengan perusahaan lokal, dan pada tahun 1969 mulai didirikan

pabrik di pasar Rebo yang mulai memproduksi susu kental manis pada awal 1971. Pada 5

November 1973 PT Foremost Indonesia didirikan di Ciracas, dan pada tahun 1976 PT

Foremost kemudian diambil alih karena alasan manajemen dengan status permodalan

Indonesia (PT. Mantrust) dan Belanda (Friesland Frico Domo) hingga saat ini. PT. Foremost

Indonesia merupakan bagian dari Susu Bendera Group (PT. Foremost Indonesia, PT. Friesche

Vlag Indonesia, dan PT Tesori Mulia). PT. Frisian Flag Indonesia mulai memproduksi susu

bubuk pada tahun 1979, di tahun 1988 pabrik Pasar Rebo memproduksi susu pertumbuhan

untuk balita pertama di Indonesia, dan pada tahun 1991 pada pabrik Ciracas mulai diproduksi

susu UHT siap saji. Pada tahun 1998 mulai diproduksi kemasan sachet susu kental manis.

Tanggal 1 September 2003 PT. Foremost Indonesia, PT. Friesche Vlag Indonesia, dan PT

Tesori Mulia berubah menjadi PT. Frisian Flag Indonesia. Tahun 2009 Frisian Flag Indonesia

bergabung dengan Royal Friesland Campina N. V. Friesland Campina merupakan koperasi

peternak sapi perah terbesar dunia yang berpusat di Belanda yang beranggotakan 13.300

Page 13: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

4

peternak sapi perah di Belanda, Jerman dan memiliki karyawan hampir 21.927 karyawan di

100 perusahaan diseluruh dunia.

Pada tahun 2010 Logo produk PT. Frisian Flag mengalami pembaharuan. Pada tahun 2013

susu pertumbuhan FRISO didistribusikan di Indonesia, dan pada tahun 2014 PT. Frisian Flag

meluncurkan kemasan baru FF Suprima, pada tahun 2015 inovasi baru untuk kemasan susu

kental manis kaleng diluncurkan yakni Easy Open Lid. Pada tahun 2016 PT. Frisian Flag

mengeluarkan varian rasa baru untuk susu UHT siap saji yakni Coconut Delight, dan pada

tahun ini pula kemasan pouch besar (220 gram) diluncurkan, serta membuat inovasi baru

untuk susu kental manis kaleng dengan adanya tutup klip yang dapat menutup sehingga

mencegah susu tumpah.

Gambar 1. Sejarah Logo Pt. Frisian Flag Indonesia

(Sumber : https://www.bitebrands.co/2011/01/frisian-flag-studi-kasus-rebranding.html)

FFI menaungi kurang lebih 6.989 karyawan diseluruh penjuru Indonesia dan memiliki 2

pabrik besar di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Untuk Plant Pasar Rebo

memproduksi 2 macam produk yakni produk susu kental manis yang dikemas secara sachet

dan produksi susu bubuk. Sedangkan pada Plant Ciracas memproduksi 2 macam produk

yakni susu kental manis yang dikemas secara pouch maupun kaleng, dan susu cair siap

minum (sterillized milk) dengan berbagai macam varian.

Page 14: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

5

Frisian Flag menerapkan Total Quality Management yang telah mendapatkan sertifikat ISO

9001/9002 dan menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi ISO

14001 (Environment Management System) yang mengatur agar proses produksi semua

produk dari raw material hingga finished good tetap memperhatikan aspek-aspek

lingkungan. Selain itu proses PT. Frisian Flag Indonesia telah mendapatkan GMP (Good

Manufacturing Practices) dari pemerintah karena proses produksi yang menggunakan

teknologi mutakhir dan mempraktekan sistem sterilisasi terbaik pada setiap proses

produksinya sehingga mampu mencegah terjadinya kontaminasi. PT. Frisian Flag Indonesia

juga memperoleh OHSAS (Occupational Health & Safety Advisory Services) dalam

meningkatkan kinerja lingkungan, kesehatan kerja dan kepedulian karyawannya. PT. Frisian

Flag Indonesia dalam menjaga mutu dan kualitas produknya menerapkan prosedur HACCP

(Hazard Analysis Critical Control Point) agar mutu dan kemasan terjamin kemanannya.

2.2.Visi dan Misi Perusahaan

2.2.1. Visi

Untuk menjadi perusahaan susu nomor satu di Indonesia dan menyediakan produk bergizi

bagi keluarga Indonesia.

2.2.2. Misi

- Menyediakan produk bergizi yang terjangkau bagi keluarga Indonesia,

- Mendukung peningkatan kualitas kehidupan peternak,

- Berkontribusi pada kelangsungan kehidupan yang lebih baik bagi generasi masa depan.

2.3.Lokasi dan Tata Letak

PT. Frisian Flag Indonesi memiliki dua pabrik yang beroperasi. Pabrik yang pertama terletak

di Pasar Rebo (Jalan Raya Bogor KM 5) yang memproduksi susu kental manis dalam

kemasan sachet dan susu bubuk. Sedangkan pabrik yang kedua adalah Plant Ciaracas ( Jalan

Raya Bogor KM 26) yang memproduksi susu kental manis yang dikemas baik kaleng

maupun pouch dan susu cair siap minum.

PT. Frisian Flag Plant Ciracas beralamat di Jalan Raya Bogor KM 26, Ciracas, Kota Jakarta

Timur. Area pabrik ini menempati lahan seluas 4,4 Ha atau 4.400 m2.

, yang secara geografis

dibatasi oleh:

Page 15: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

6

Batas Utara : Jalan Satwal Polisi, Ciracas

Batas Selatan : Pemukiman Penduduk dan PT. Sara Lee

Batas Timur : Pemukiman Penduduk

Batas Barat : Jalan Raya Bogor

PT. Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas terdiri dari ruang perkantoran, ruang produksi,

gudang, kantin, pos satpam, pengolahan limbah, laundry, ruang loker karyawan, toilet, power

house, masjid, dan tempat parkir. Ruang produksi terdiri dari ruang proses SKM, ruang

proses UHT, ruang penerimaan Fresh Milk, ruang pengisian, ruang pengemasan botol, ruang

pengemasan pouch, ruang pengemasan kaleng, ruang pembuatan kaleng, ruang pengemasan

karton, ruang palletizing, ruang pengemasan pilloflex, laboratorium QC Fresh Milk, dan

laboratorium QC in process. Lokasi PT. Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas terletak

dipinggir jalan raya sehingga strategis untuk akses keluar masuk barang. Untuk gudang bahan

baku (warehouse) terletak disebrang pabrik agar mempermudah penyaluran bahan yang

diperlukan.

2.4.Struktur Organisasi

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Frisian Flag Indonesia

(Sumber : PT. Frisian Flag Indonesia)

Page 16: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

7

2.5.Ketenagakerjaan

Tenaga kerja yang ada di PT. Frisian Flag Indonesia mayoritas merupakan Warga Negara

Indonesia (WNI) namun juga terdapat tenaga kerja yang berasal dari luar negri. Calon

Karyawan yang akan bekerja di PT. Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas akan diuji dahulu

oleh bagian Human Resource and Development (HRD) beserta departemen yang

bersangkutan yang dituju calon karyawan. Sebelum karyawan diterima sebagai karyawan

tetap maka akan diberlakukan masa percobaan selama 3 bulan.

Jumlah jam kerja bagi seluruh karyawan adalah 40 jam setiap minggunya (5 hari kerja, 1 hari

= 8 jam). Shift pekerja kantoran dan karyawan pabrik berbeda. Untuk pekerja kantoran

dimulai pukul 08.00-16.30 WIB. Sedangkan untuk karyawan pabrik diatur dalam 3 shift

sebagai berikut:

1) Shift Pertama : pukul 07.00 - 15.00

2) Shift Kedua : pukul 15.00 - 23.00

3) Shift Ketiga : pukul 23.00 - 07.00

Apabila karyawan bekerja melebihi 40 jam kerja, maka karyawan tersebut akan diberi upah

lembur sesuai dengan ketentuan perusahaan. Setiap hari perusahaan menyediakan makan

pagi, siang, dan malam untuk para karyawan. Selain itu perusahaan juga memberikan jatah

susu hasil produksi kepada karyawan setiap bulannya sesuai dengan ketentuan perusahaan.

Page 17: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

8

3. SPESIFIKASI PRODUK

3.1.Produk PT. Frisian Flag Indonesia

Secara garis besar PT. Frisian Flag Indonesia memproduksi 3 jenis produk yakni susu bubuk,

susu cair, dan susu kental manis. Berikut ini merupakan produk-produk yang dihasilkan:

Tabel 1. Produk Susu Bubuk Frisian Flag Indonesia

Jenis Produk Nama dan Varian Gambar Produk

Susu Bubuk

Frisian Flag Mama:

Coklat

Plain

Frisian Flag Jelajah 1-3

Madu

Vanilla

Coklat

Frisian Flag Karya 4-6:

Madu

Vanilla

Coklat

Frisian Flag Purefarm Full

Cream

Page 18: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

9

Frisian Flag Purefarm Coklat

Frisian Flag Purefarm Instant

Plain

Frisian Flag Susu Bubuk

Instant Madu

Frisian Flag Susu Bubuk

Instant Cokelat

Tabel 2. Produk Susu Cair Siap Minum Frisian Flag Indonesia

Jenis Produk Nama dan Varian Gambar Produk

Susu Cair Purefarm FullCream

Page 19: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

10

Purefarm Flavor Milk:

Strawberry California,

Choco Swiss,

Coconut Delight

Purefarm Low Fat:

Choco Swiss,

Strawberry California,

French Vanilla,

Kids Milky Kotak:

Coklat

Strawberry

Kids Mikly Botol:

Coklat,

Strawberry

Kid

Coklat,

Strawberry

Tabel 3. Produk Susu Kental Manis Frisian Flag Indonesia

Jenis Produk Nama dan Varian Gambar Produk

Susu Kental Manis (SKM)

Frisian Flag Full Cream Gold

Frisian Flag Bendera Kental

Manis

Page 20: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

11

Frisian Flag Bendera Coklat

Omela Krimer Kental Manis

Frisian Flag Mut Mut:

Coklat

Vanilla

Strawberry

PT. Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas memproduksi beberapa produk Frisian Flag Bendera

Kental Manis, Frisian Flag Bendera Cokelat, Frisian Flag Full Cream Gold, Omela Krimer

Kental Manis baik dalam kemasan kaleng maupun kemasan pouch. Selain itu juga

menghasilkan produk cair yang terdiri dari susu Ultra High Temperature (UHT) yang dibagi

menjadi 3 macam yakni purefarm (strawberry, coklat, coconut delight, full cream), Hi-Low

(coklat, strawberry, dan french vanilla), dan Kid (coklat dan strawberry) dengan berbagai

ukuran yakni 115 ml, 180 ml, 225 ml, dan 900 ml. Dan susu sterilisasi (coklat, strawberry,

full cream, dan YES Fruity) dalam kemasan botol.

3.2.Sistem Pemasaran

PT. Frisisan Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan susu terbesar di Indonesia dan

telah memiliki sistem pemasaran produk yang terencana yakni peluncuran produk,

pengeluaran produk, dan pendistribusian produk ke pasar sesuai permintaan. PT. Frisian Flag

mendistribusikan secara tidak langsung dengan cara produsen menyalurkan kedistributor

cabang yang berada dihampir wilayah Indonesia baru sampai ketangan konsumen. Penjualan

produk dapat dalam bentuk grosir dan eceran yang terdaapt di supermarket, minimarket, toko

kelontong, maupun pasar tradisional. PT. Frisian Flag sudah memiliki 8 kantor cabang

Business Region Office (BRO) yang berada diseluruh Indonesia yakni BRO 1 (Kantor

Page 21: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

12

Cabang Sumatra Utara), BRO 2 (Kantor Cabang Sumatra Selatan), BRO 3 (Kantor Cabang

Seluruh Jakarta), BRO 4 (Kantor Cabang Jawa Barat), BRO 5 (Kantor Cabang Jawa Tengah),

BRO 6 (Kantor Cabang Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara), BRO 7 (Kantor Cabang

Indonesia Timur), dan BRO 8 (Kantor Cabang Kalimantan). Pembagian daerah pemasaran ini

agar mempermudah mempererat jalinan kemitraan dengan supplier, distributor, grosir,

supermarket, dan pengecer.

Page 22: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

13

4. PRODUKSI SUSU KENTAL MANIS

Susu kental manis (SKM) merupakan susu terkonsentrasi dengan penambahan gula, memiliki

warna kekuningan dan tingkat kekentalan yang tinggi. Konsentrasi gula dari susu kental

manis sendiri paling rendah 62,5%. Susu kental manis dapat dibuat dengan susu murni atau

skim milk maupun kombinasi ulang yang berbahan Skim Milk Powder (SMP), Anhydrous

Milk Fat (AMF), dan air (Bylund, 2003). Pembuatan susu kental manis akan dibagi dalam

beberapa tahapan yakni penyaringan atau klarifikasi, standarisasi I yang bertujuan untuk

membuat susu memiliki komposisi yang sama dengan cara mengaduk atau menuangkan susu

dari satu wadah ke wadah lain, pemansan untuk mengurangi uap, homogenisasi untuk

menyeragamkan ukuran globula lemak dengan menggunakan tekanan 2.500-4000 psi,

standarisasi II untuk menyesuaikan kadar lemak susu kental dengan kadar lemak akhir yang

dikehendaki dengan air atau krim atau susu skim serta ditambahkan vitamin D, dan sterilisasi

(Hadiwiyoto, 1983).

PT. Frisian Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan susu di Indonesia yang

menghasilkan produk-produk susu dan salah satunya adalah susu kental manis (SKM). Susu

Kental Manis yang dihasilkan oleh PT. Frisian Flag Indonesia memiliki beberapa varian

yakni Bendera Kental Manis (BKM), Gold, Coklat, dan Omela, yang dikemas baik secara

kaleng maupun dalam bentuk pouch. Produk yang berbeda ini akan mempengaruhi bahan

baku yang digunakan namun proses pembuatan susu kental manis ini sama.

Untuk memproduksi susu kental manis dibutuhkan beberapa bahan baku. Bahan baku yang

digunakan untuk pembuatan susu kental manis di PT. Frisian Flag Indonesia terdiri dari 2

pengelompokan yakni bahan baku utama dan bahan baku penunjang, bahan baku utama

terdiri dari susu evaporasi, susu skim, air, gula, dan palm oil,. Sedangkan untuk bahan baku

penunjang terdiri dari Anhydrous Milk Fat (AMF), Butter Milk Powder (BMP), maltodextrin,

vitamin, stabilizer, laktosa, flavor, dan bubuk coklat.

a) Susu Evaporasi

Susu evaporasi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan susu kental manis (SKM)

Gold, susu evaporasi ini berasal dari susu segar yang kemudian melalui proses evaporasi.

Susu segar yang digunakan oleh PT. Frisian Flag Indonesia merupakan susu cair yang berasal

dari peternak-peternak lokal, dan setiap harinya dapat memasok susu 250-350 ton. PT.

Page 23: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

14

Frisian Flag Indonesia mengambil susu segar dari 12 koperasi seperti Ujung Berung,

Lembang, Kuningan, Mojosongo KUD, Koperasi Bangun Lestari, KBPS Pengalengan, KPPC

Sinar Mulya, dan lain sebagainya. Susu segar yang digunakan pun memiliki kualitas yang

terjamin karena ketika susu datang susu akan melalui beberapa pengetesan seperti volume,

test alkohol 70%, TPC, dan lainya baru setelah itu susu dapat diterima. Susu yang telah

diterima kemudian akan melewati proses pasteurisasi dan kemudian baru akan diproses

menjadi susu evaporasi dengan menggunakan evaporator. Susu evaporasi ini berfungsi

sebagai pelarut untuk bahan padat seperti susu bubuk, coklat, dan gula, serta untuk

standarisasi total padatan di prooduk.

b) Susu Bubuk Skim

Susu Bubuk Skim merupakan bahan baku utama untuk pembuatan susu kental manis (SKM)

selain produk gold (choco, creamer, dan omela). SMP merupakan protein hewani dan

berguna untuk menyesuaikan padatan susu non lemak yang berpengaruh pada viskositas

produk serta menambah jumlah protein susu . Penambahan susu skim ini disesuaikan dengan

jenis produk yang akan diproduksi karena akan berpengaruh pada spesikasi produk. PT.

Frisian Flag Indonesia menggunakan SMP yang berasal dari Belanda, Amerika Serikat,

Kanada, Belgia, dan Selandia Baru. Penggunaan SMP ini perlu dilarutkan pada air panas

dengan suhu 60-70°C.

c) Gula

Gula merupakan salah satu bahan baku terpenting dalam pembuatan susu kental manis. Gula

ini berfungsi sebagai pengawet alami dan akan mempengaruhi viskositas pada hasil akhir

produk (Bylund, 2003). Selain itu gula memiliki fungsi menurunkan kadar air dalam produk.

Gula yang digunakan oleh PT. Frisian Flag Indonesia berupa gula pasir lokal dengan grade A

dan grade B.

d) Butter Milk Powder (BMP)

Butter Milk Powder (BMP) pada proses pembuatan susu kental manis (SKM) berfungsi

sebagai pengemulsi. BMP merupakan sumber lemak dan protein dari hewan. BMP yang

digunakan berasal dari Belanda, Amerika Serikat, Kanda, Belgia, dan Selandia Baru.

Page 24: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

15

e) Milk Protein Concentrate (MPC)

Milk Protein Concentrate (MPC) merupakan susu skim yang mengalami ultrafiltrasi

(Chandan & Kilara, 2011). Fungsi penggunaan MPC ini sendiri untuk menyesuaikan kadar

protein jika kurang dari jumlah yang ditentukan.

f) Edible Lactose

Edible Lactose digunakan untuk meningkatkan kemampuan emulsi dan memberi flavor pada

produk serta digunakan untuk penyesuaian kadar protein jika melebihi target yang ditentukan.

Edible Lactose digunakan agar SKM tidak mengalami pengkristalan karena SKM

mengandung kadar gula yang tinggi dan dapat membuat tekstur produk menjadi berpasir

(Chandan & Kilara, 2011). Laktosa yang digunakan berasal dari Belanda, Amerika Serikat,

Kanada, belgia, dan Selandia Baru.

g) Air

Air yang digunakan dalam pembuatan susu kental manis (SKM) adalah air bersuhu 50-95ºC.

Air berfungsi untuk melarutkan bahan-bahan bubuk seperti susu skim, gula, dan whey

powder, dan agar viskositas sesuai dengan standar yang ditentukan. Selain itu air juga

digunakan untuk standarisasi total padatan pada produk. Air yang digunakan melalui

beberapa proses penyaringan berukuran 5µm agar air tidak mengandung mikroorganisme

patogen maupun kotoran.

h) Anhydrous Milk Fat (AMF)

Anhydrous Milk Fat (AMF) adalah lemak susu yang terbuat dari krim susu yang mengalami

pengolahan lebih lanjut. Kandungan lemak pada AMF kurang lebih 99,8% (Chandan &

Kilara, 2011). Untuk itu AMF pada pembuatan susu kental manis (SKM) digunakan untuk

memenuhi standar lemak yang telah ditetapkan di label produk terutama untuk produk Gold.

AMF yang digunakan oleh PT. Frisian Flag Indonesia dipasok dari Belanda, Amerika

Serikat, Kanada, Belgia, dan Selandia Baru.

i) Minyak Kelapa Sawit atau Palm Oil

Minyak kelapa sawit adalah salah satu jenis minyak nabati. Pada pembuatan susu kental

manis (SKM) berfungsi yang sama seperti Anhydrous Milk Fat (AMF) namun minyak kelapa

sawit hanya digunakan pada produk SKM selain Gold.

Page 25: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

16

j) Whey Powder

Whey Powder berfungsi sebagai sumber protein. Penamabahan jumlah whey powder ini

disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan dan standar yang telah ditentukan

perusahaan.

k) Vitamin dan Mineral

Vitamin ditambahkan bertujuan untuk memfortifikasi produk karena pemanasan

menyebabkan vitamin pada susu rusak,dan agar nilai gizi pada produk meningkat. Vitamin

yang ditambahkan untuk produk SKM diantaranya adalah Vitamin A, B1, B6, Niacin, B12,

C, D3, dan E.

l) Coklat Bubuk

Coklat Bubuk digunakan sebagai flavor untuk produk SKM Coklat. Penambahan bubuk

coklat bertujuan memberikan cita rasa pada produk yang dihasilkan. Selain itu coklat bubuk

juga merupakan sumber protein dan lemak nabati.

m) Flavor

Flavor yang ditambahkan pada SKM ini bertujuan untuk memberi aroma khas susu pada

produk yang dihasilkan.

n) Stabilizer

Stabilizer digunakan untuk produk non Gold dan berfungsi untuk mempertahankan tekstur

produk dan digunakan untuk bahan yang tidak mudah bercampur. Stabilizer yang digunakan

oleh PT. Frisian Flag sendiri adalah Avisel.

o) Maltodextrin

Maltodextrin pada pembuatan SKM bertujuan untuk mengurangi penggunaan gula.

Maltodextrin sendiri memiliki fungsi sebagai pengikat aroma dan flavor, mencegah

terjadinya kristalisasi, berguna sebagai emulsifier dan agen pengental (Saidin, et al., 2015).

Dari bahan-bahan yang telah disebutkan untuk menjadi susu kental manis perlu dilakukan

beberapa proses. Proses pembuatan susu kental manis terdiri dari 3 tahapan utama, seperti

pemrosesan susu segar, evaporasi susu, dan proses pembuatan susu kental manis. Untuk

proses pembuatan kental manis akan terbagi menjadi beberapa tahapan yakni mixing,

Page 26: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

17

filtering, pasteurisasi dan homogenisasi, dan pendinginan, baru setelah itu susu akan masuk

ke proses pengemasan.

a. Pemrosesan Susu Mentah

Dalam pembuatan SKM Gold digunakan susu evaporasi. Pembuatan susu evaporasi ini

berbahan baku susu segar. Susu segar yang baru datang akan melalui beberapa tahapan, dan

tahapan pertama yang dilalui susu segar adalah pemrosesan susu mentah. Sebelum susu

masuk kedalam tahapan ini, susu akan mengalami beberapa pengujian yang dilakukan oleh

QC untuk memastikan susu tersebut layak digunakan dalam produk atau tidak. Susu yang

telah lolos uji QC ini akan dialirkan menuju tanki dearator untuk melalui proses dearasi.

Proses dearasi ini bertujuan untuk menghilangkan busa pada susu, pada tangki ini suhu susu

masih sesuai dengan suhu truk (4-5ºC). Dearator dibutuhkan untuk menghilangkan volume

udara yang ada di susu, karena susu mengandung volume udara sebesar 6,21% (0,47%

oksigen, 1,29% nitrogen, 4,45% karbondioksida). Adanya udara ini akan mengalami agregasi

karena adanya panas dan tekanan udara yang akan menimbulkan masalah pada pemrosesan

susu (Bylund, 2003).

Tahap kedua susu akan dilakukan penyaringan, pada tahap ini susu akan melalui 2 kali

penyaringan yakni penyaringan awal dengan strainer dan penyaringan kedua dengan

menggunakan filter mikron. Filter mikron yang digunakan adalah filter dengan ukuran

190µm yang bertujuan agar susu benar-benar bersih dari kotoran, filter ini akan dicuci setelah

5 kali penyedotan. Setelah itu susu akan masuk ke cooler dengan suhu 4-5ºC paling maksimal

pada suhu 11ºC setelah itu susu akan disimpan pada tanki penyimpanan (R Tank/ Raw Milk

Tank). PT. Frisian Flag Plant Ciracas memiliki 2 tangki raw milk, yang digunakan untuk

menampung susu segar yang sudah melalui beberapa perlakuan. Tahapan pemrosesan susu

segar ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Pemrosesan Susu Segar

Page 27: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

18

b. Pasteurisasi

Dari tanki penyimpanan susu akan melalui proses pasteurisasi sebelum masuk ke tanki

Pasteurisasi ( P Tank / Pasteurized Tank). Pada tahap pasteurisasi susu segar dari Tangki R

akan dialirkan menuju balance tank 1 yang merupakan tempat sementara susu sebelum

mengalami pemanasan. Proses pemanasan sendiri dilakukan dengan 2 tahapan yakni pre-

heating dan pemanasan. Dari balance tank 1susu akan dialirkan menuju balance tank 2 dan

selama susu dialirkan, susu akan mengalami proses preheating, lalu setelah itu susu akan

mengalami proses pemanasan. Susu dipanaskan dengan suhu pasteurisasi berkisar 80-90ºC,

jika susu berada dibawah suhu yang ditentukan maka mesin tidak akan bisa memproses susu

tersebut. Proses pasteurisasi sendiri bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen

yang berada disusu. Setelah mengalami pemanasan susu akan ditahan selama 15 detik dan

akan didinginkan (Bylund, 2003), untuk itu susu akan masuk ke holding tube agar suhu pada

susu tetap stabil sehingga bakteri patogen dapat berkurang secara maksimal.

Setelah susu dipanaskan susu akan dilakukan proses pendinginan, dan proses pendinginan ini

dilakukan dengan 2 tahapan yakni pre cooling dan pendinginan itu sendiri. Susu yang telah

melewati precooling akan dialirkan menuju homogenizer untuk menghomogenisasi susu dan

untuk memisahkan lemak. Selain itu homogenisasi ini dapat membuat warna susu lebih putih,

menurunkan sensitivitas terhadap oksidasi lemak, memiliki mouthfeel yang lebih baik, dan

stabilitas yang lebih baik (Bylund, 2003). Susu yang sudah dingin kemudian akan disimpan

pada tanki pasteurisasi susu ( P Tank). Tangki yang digunakan untuk susu yang kemudian

akan dilakukan proses evaporasi adalah tangki P4, karena di PT. Frisian Flag Plant Ciracas

memiliki sendiri memiliki 4 tangki, dan tangki yang khusus digunakan untuk selanjutnya

dilakukan proses evaporasi adalah tangki P4. Tahapan proses pasteurisasi ini dapat dilihat

pada Gambar. 4

Page 28: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

19

Gambar 4. Diagram Alir Pasteurisasi Susu Segar

c. Evaporasi

Setelah dari tangki P susu akan masuk ke proses evaporasi, susu yang akan di proses

evaporasi akan dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan yang dilakukan sendiri

terdiri dari 2 tahapan yakni preheating dan pemanasan. setelah itu susu akan dilakukan proses

evaporasi, proses evaporasi yang dilakukan akan terbagi menjadi 3 tahapan dengan proses

vacuum untuk menyedot uap airnya. Tujuan penggunaan vacuum ini untuk mengurangi

dampak dari pemanasan (Bylund, 2003). Pada tahap pertama suhu pada evaporator tidak

setinggi pada evaporator ketiga. Kandungan air pada evaporator pertama lebih tinggi yang

kemudian masuk ketahap kedua sehingga air akan lebih berkurang, dan pada tahap terakhir

akan dihasilkan susu dengan kadar air yang lebih rendah. Proses evaporasi ini dilakukan

dengan menguapkan air dari laurtan dan membuat kandungan padatan dari 9-13% menjadi

40-50% (Bylund, 2003). Susu kemudian akan ditampung kedalam tangki Concentrate

Balance Tank (CBT) dan setelah itu akan melalui flash cooler (4-8ºC) dan akan masuk ke

tangki E. Tahapan evaporasi ini dapat dilihat pada Gambar. 5

Page 29: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

20

Gambar 5. Diagram Alir Susu Evaporasi

d. Mixing

Susu evaporasi yang sudah jadi kemudian akan masuk ke tanki mixing bersama bahan-bahan

lain seperti air, gula, minyak, vitamin, dan bahan bubuk. Bahan yang dimasukkan pada proses

mixing berbeda-beda sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan. Proses pencampuran

dimulai dengan pengisian susu evaporasi atau air sesuai dengan produk yang akan dibuat,

kemudian ditambahkan stabilizer untuk produk non Gold lalu bahan bubuk dimasukkan.

Bahan bubuk seperti Coklat Bubuk, Gula, Skim Milk Powder (SMP), Butter Milk Powder

(BMP), Milk Protein Concentrate (MPC), Edible Lactose akan dimasukan melalui proses

dumping. Setelah bahan-bahan kering masuk kemudian akan ditambahkan vitamin, gula, dan

minyak kelapa (palm oil) atau Anhydrous Milk Fat (AMF) akan dimasukan melalui tangki

minyak. Untuk coklat bubuk, edible lactose, SMP, BMP, dan maltodextrine setelah masuk

proses dumping akan melewati Rietz Mill dahulu agar ukuran dari bahan lebih kecil. Proses

Page 30: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

21

pencampuran ini sendiri akan berlangsung ±40 menit, setelah bahan selesai dicampur maka

produk akan melalui filter.

e. Filtering

Setelah proses pencampuran maka akan disaring menggunakan filter, tujuan penyaringan ini

sendiri untuk memisahkan benda-benda asing seperti debu, pasir, kertas, dan sebagainya yang

berasal dari proses dumping yang memungkinkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam

produk (Hadiwiyoto, 1983). Penyaringan dilakukan sebanyak 3 kali, tahap pertama proses

penyaringan ini menggunakan strainer dengan ukuran 3-6 mm yang bertujuan untuk

memisahkan benda tajam yang berasal dari proses memasukan bahan baku. Proses

penyaringan kedua dilakukan menggunakan prefilter dengan ukuran 200-400µm yang

betujuan untuk memisahkan bahan baku yang masih menggumpal saat proses pencampuran.

Penyaringan terakhir memiliki ukuran yang lebih kecil 150-250µm yang bertujuan untuk

partikel yang tidak tecampur tidak mempengaruhi tekstur dan karakteristik produk akhir.

Setelah itu baru akan masuk kedalam Buffer Tank dengan suhu 45-50ºC. Buffer Tank ini

bertujuan untuk menampung susu produk susu yang telah difilter.

f. Pasteurisasi dan Homogenisasi

Susu kemudian akan masuk ke Balanced Tank ketika susu yang berada di Buffer Tank sudah

penuh, selain tujuan masuk ke Balance Tank agar aliran yang dihasilkan lebih stabil dan

viskositas dari produk seimbang dengan menambahkan air, setelah itu susu akan mengalami

pasteurisasi didalam Plat Heat Exchanger (PHE). Pemanasan ini terbagi menjadi 3 tahapan

yakni preheating, heating, dan holding temperature preheating dilakukan pada suhu 65ºC

yang merupakan titik leleh dari lemak. Preheating ini dilakukan agar susu tidak rusak karena

mengalami shock temperature. Susu yang sudah melewati preheating akan dihomogenisasi

agar ukuran globula lemak lebih stabil dan diakhir tidak terjadi pemisahan lemak (Chandan &

Kilara, 2011), suhu pada Homogenizer sendiri berkisar 65-70ºC. Setelah itu susu akan

dipanaskan dengan suhu pasteurisasi berkisar 80-90°C. Pasteurisasi berfungsi untuk

membunuh mikroorganisme patogen yang terdapat dalam susu. Selain itu tujuan dari

pemanasan pada proses pembuatan susu kental manis adalah untuk mengurangi kandungan

air susu hingga kadar yang ditentukan (Hadiwiyoto, 1983). Susu kemudian akan melalui

holding tube, jika pada holding tube susu tidak mencapai suhu standar yang ditetapkan maka

susu akan dipasteurisasi ulang dan masuk ke balance tank.

Page 31: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

22

g. Pendinginan

Susu kemudian akan masuk ke proses pendinginan dan melewati Flash Cooler lalu masuk ke

Storage Tank. Pendinginan ini bertujuan untuk menginaktivasi enzim pada susu selain itu

bakteri akan mengalami thermal shock sehingga dapat mengurangi adanya mikroorganisme

dan dapat memperpanjang umur simpan. Proses penginginan ini juga akan membuat

viskositas produk menurun. Sebelum masuk ke Storage Tank maka susu akan ditambahkan

seeding lactose agar produk akhir susu tidak berpasir (sandy) karena susu kental manis

memiliki kadar gula yang tinggi yang dapat membuat SKM mengalami pengkirstalan

(Chandan & Kilara, 2011). Susu kemudian akan ditampung di Storage Tank yang didalamnya

memiliki agitator yang berfungsi untuk mengaduk susu, PT. Frisian Flag Indonesia memiliki

12 Storage Tank.

h. Pengemasan

Setelah masuk ke Storage Tank maka susu akan dichek kualitasnya oleh QC akan masuk ke

proses pengisian dan pengemasan. Pengemasan susu kental manis biasanya menggunakan

kaleng yang sebelum masuk proses filling akan dibersihkan dan disterilisasi, karena setelah

proses pengalengan tidak ada proses sterilisasi lagi (Bylund, 2003).

Proses mixing, filtering, pasteurisasi dan homogenisasi, dan pendinginan dapat dilihat pada

Gambar. 6

Page 32: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

23

Gambar 6. Diagram Alir Proses Produksi Susu Kental Manis (SKM)

Page 33: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

24

5. VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT SUSU KENTAL MANIS

DALAM KALENG

5.1.Latar Belakang

Susu merupakan sumber nutrisi yang lengkap karena terdiri dari lemak, protein, karbohidrat,

mineral, vitamin, dan konstitusi lainnya yang larut air. Menurut WHO susu yang berkualitas

mengandung 2,6% lemak, 3,5% protein, 0,17% Titrable Acid (TA), 7,71% padatan bukan

lemak, dan SG 1,030, jumlah total bakteri 1,3 x 106 cfu/ml, dan pH 6,6. Karena kandungan

nutrisi yang lengkap, susu merupakan media kultur yang ideal bagi pertumbuhan

mikroorganisme. Oleh karena hal tersebut, keamanan produk susu menjadi fokus utama di

dunia. Untuk menghilangkan mikroorganisme patogen dan meningkatkan umur simpan dapat

diberikan beberapa perlakuan dan pemberian panas seperti pemanasan sebelum pemisahan,

homogenisasi atau perlakuan esensial pada pembuatan keju dan yoghurt, serta memproduksi

produk evaporasi dan produ susu bubuk (Woldemarlam & Asres, 2017). Salah satu produk

evaporasi dari susu adalah susu kental (Buckle, et al., 1987).

Susu kental diperoleh dengan mengurangi kandungan air susu hingga kadar airnya 40%,

sehingga susu memiliki umur simpan yang lebih lama. Sedangkan susu kental sendiri dibagi

menjadi 4 yakni susu kental tidak manis, susu kental manis, susu skim kental, dan krim

kental. Susu kental manis sendiri merupakan susu yang ditambahkan gula, biasanya

ditambahkan sebanyak 65% sehingga pada hasil akhir kandungan gulanya menjadi 42%

(Hadiwiyoto, 1983). Penambahan gula pada susu kental manis akan berfungsi sebagai zat

preservatif, karena meningkatakan tekanan osmotik pada mikroorganisme. Selain itu

karbohidrat akan mengikat air dan membuat mikroorganisme tidak dapat melakukan fungsi

metabolsimenya. Susu kental manis mengandung 8% lemak, 45% gula, dan 20% padatan

bukan lemak. Total padatan didalam SKM tidak lebih dari 28% dan untuk lemak susu tidak

kurang dari 8,5%. Dalam 100 gram susu kental manis terdiri dari 26,5 gram air, 73,5 gram

total padatan, 8,1 gram lemak, 8,1 gram protein, 55,7 gram karbohidrat, dan 1,6 gram abu.

Susu kental manis merupakan produk yang sangat kental dan manis, dan merupakan jenis

makanan yang sangat penting untuk manusia karena kandungan nutrisinya yang esensial

untuk pertumbuhan dan nutrisinya pas untuk manusia (Siddique, et al., 2017). Susu kental

manis dibuat dari susu murni, atau skim milk, atau kombinasi ulang berupa bubuk susu skim,

anhydrous milk fat (AMF) dan air. Susu kental manis ini memiliki warna kekuningan dengan

viskositas yang tinggi (Bylund, 2003).

Page 34: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

25

Untuk menjaga kualitas susu yang dihasilkan, maka perusahaan susu perlu menerapkan

sistem Hazard Analysis of Critical Control Point (HACCP), karena produsen makanan harus

menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan, dan memastikan keamanan dari produk.

Dengan menerapkan HACCP ini maka kualitas produk akhir akan terjaga melaui pendekatan

secara berkala. HACCP memiliki 7 prinsip untuk mengefektifkan rencana HACCP yakni

melakukan analisis bahaya, menentukan Critical Control Point (CCP), menentukan batasan

kritis, menetapkan sistem pemantauan, menetapkan tindakan koreksi, menetapkan prosedur

verifikasi, dan menetapkan dokumentasi. Salah satu prinsip HACCP sendiri adalah

menentukan CCP, CCP merupakan langkah dimana kontrol dapat diterapkan dan sangat

penting untuk mencegah atau mengurangi bahaya pangan hingga level yang dapat diterima.

CCP tergantung pada analisis bahaya, pabrik, produk, dan metode produksi. Didalam CCP ini

akan mengkontrol batas minimum dan atau maksimum dari bahaya baik bahaya biologis,

kimia, maupun fisik. Batas minimum dan atau maksimum inilah yang disebut Critical Limit

dan merupakan prinsip selanjutnya dari HACCP. Critical Limit ini sendiri merupakan

parameter yang menjadi tolak ukur dan terdiri dari suhu, waktu, water activity (aw), pH,

titrable acidity, dan tingkatan toleransi dari residu (Tamime, 2009). PT. Frisian Flag

Indonesia ini sendiri juga menerapkan HACCP yang terbagi menjadi 2 tujuan yakni untuk

menjaga kemanan pangan dari produk dan menjaga kualitas dari produk. Untuk menjaga

keamanan pangan dari produk terbagi menjadi 4 tingkatan yakni Critical Control Point

(CCP), Operational Prerequisite Programs (OPRP), dan Prerequisite Program (PRP).

Sedangkan untuk menjaga kualitas produk digunakan Quality Control Point (QCP) dan

Critical Control Point (CP).

Gambar 7. Tingkatan Keamanan Pangan dan Tingkatan Kualitas Produk

CCP

OPRP

PRP

QCP

CP

Page 35: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

26

OPRP merupakan jenis PRP khusus dan merupakan tindakan pengendalian untuk menjaga

lingkungan aman dan higienis. OPRP ini mengendalikan bahaya dan langkah spesifik dalam

prosesnya dan tidak memiliki kontrol mutlak atas bahaya tersebut yang berarti jika produk

tersebut gagal. Sedangkan PRP merupakan prosedur dari Good Manufacturing Practices

(GMP) dan merupakan dasar dari HACCP. PRP ini merupakan tindakan pengendalian umum

yang berlaku diseluruh area pengolahan makanan dan menjaga lingkungan aman dan

higienis. QCP merupakan langkah dimana kontrol diterapkan, dimana sudah tidak ada lagi

proses berikutnya yang dapat menghilangkan bahaya kualitas terhadap produk. Contoh

kualitas pangan yang dijaga antara lain organoleptik/sensori (warna, rasa, dan bau),

komposisi (jenis material yang digunakan), dan penampakan produk (kekentalan, kemasan,

isi kurang). Tujuan dari menjaga kualitas produk ini sendiri untuk meningkatkan kepuasan

konsumen dan mengurangi terjadinya market complaint.

HACCP ini perlu dilakukan validasi untuk mengkontrol dan meminimumkan bahaya.

Validasi juga dapat dilakukan karena beberapa situasi seperti potensial bahaya baru (patogen

baru, dan atau CCP baru), tersedianya data scientific yang baru, produk susu yang ditarik

kembali, respon dari produk susu baru (perubahan raw material, perubahan preparasi atau

proses, perubahan formula, perubahan kemasan, dan kegunaan baru dari produk susu dari

konsumen), respon perubahan dari manufaktur (perubahan aliran produk di pabrik atau

peralatan), dan ketika terjadi implikasi produk menjadi media kerusakan pangan (berdasar

dari feedback konsumen, evaluasi produk) (Tamime, 2009). Selain itu proses validasi baik

untuk memvalidasi produk atau proses dilakukan karena adanya beberapa alasan seperti

perusahaan dituntut oleh hukum untuk memastikan regulasi dari GMP, bisinis yang baik

biasanya menghindari kemungkinan adanya produk yang di reject ataupun batch yang ditarik,

dan validasi memastikan bahwa produk seragam serta dapat diproduksi secara lanjut dan

menjamin kualitas atau mutu (Ajay & Seema, 2013). Untuk itu proses validasi QCP Net

Weight ini bertujuan menjaga kualitas berat yang dihasilkan agar seragam dan sesuai dengan

label yang tertera pada kemasan, dengan memantau ketinggian cam dan suhu steam wet.

5.2.Tujuan

Untuk memvalidasi QCP net weight dengan parameter yang ada yakni cam height dan suhu

steam wet untuk melubrikasi piston pada filler agar menghasilkan produk dengan net weight

yang sesuai dengan label kemasan.

Page 36: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

27

5.3.Metode

Untuk melakukan validasi ini, maka mula-mula dibuat validasi protokol yang didalamnya

berisikan proses yang akan divalidasi dan bagaimana proses melakukan validasi. Setelah

validasi protokol selesai maka mulai dilakukan pengecekan data historis pada bulan

Desember 2017 ,Januari 2018, dan Februari 2018 yakni data cam height dan suhu steam wet

baik pada filler 1 maupun filler 2. Setelah itu dilakukan pengecekan data net weight dari

produk akhir. Setelah semua data didapatkan kemudian dilakukan pembandingan dari kedua

parameter (cam height dan suhu steam wet) dengan data berat produk akhir. Kemudian

dilakukan analisis data dan pengambilan kesimpulan.

5.4.Hasil

5.4.1. SKM Varian Gold

Cam Height

Grafik 1.Grafik Gold Filler 1 Cam Height

Berdasarkan Grafik 1 yang ada, ketinggian cam selama bulan Desember hingga Februari

diatas referensi standar yang ditetapkan (68,84) berkisar 69,66-71,51. Dengan ketinggian cam

yang berada diatas referensi yang ada, produk yang dihasilkan tetap memiliki berat yang

sesuai standar yakni 369,99-370,12.

Page 37: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

28

Grafik 2. Grafik Gold Filler 2 Cam Height

Berdasarkan Grafik 2 dapat dilihat bahwa hasil cam height mengalami fluktuasi, dimana

ketinggian cam diawal berada dibawah standar referensi kemudian ketinggian cam

mengalami peningkatan di akhir bulan Januari hingga mendekati standar referensi (425,25)

berkisar 10,29-424,70. Ketinggian cam yang berfluktuasi ini tetap menghasilkan berat yang

sesuai standar 369,97-370,16.

Suhu Steam wet

Grafik 3. Grafik Gold Filler 1 Suhu Steam wet

Page 38: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

29

Pada Grafik 3 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk Gold di filler 1 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 101,9-105,9°C.

Grafik 4. Grafik Gold Filler 2 Suhu Steam wet

Berdasarkan Grafik 4 dapat dilihat bahwa penggunaan suhu steam wet sempat mengalami

penurunan dan dibawah dari standar yang ditentukan (80-120°C) yakni sebesar 70,3°C.

Dengan kisaran suhu sebesar (70,3-105,1°C). Namun secara keseluruhan berat yang

dihasilkan sesuai dengan standar yang ada.

5.4.2. SKM Varian Choco

Cam Height

Page 39: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

30

Grafik 5. Grafik Choco Filler 1 Cam Height

Berdasarkan Grafik 5 dapat dilihat bahwa hasil cam height yang digunakan selama bulan

Desember hingga Februari berada diatas standar referensi yang digunakan (69,90) berkisar

71,31-71,72. Namun berat yang dihasilkan tetap sesuai dengan standar yang telah ditentukan

perusahaan yakni 370,01 – 370,16.

Grafik 6. Grafik Choco Filler 2 Cam Height

Page 40: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

31

Berdasarkan Grafik 6 dapat dilihat bahwa hasil cam height selama tidak stabil. Ketinggian

cam yang digunakan semula berada diatas standar referensi namun mengalami penurunan

hingga mendekati standar referensi yang ada (70,45) berkisar 69,59-427,89. Ketinggian cam

yang tidak stabil ini tetap menghasilkan berat yang sesuai standar 370,01 – 370,15.

Suhu Steam wet

Grafik 7. Grafik Choco Filler 1 Suhu Steam wet

Pada Grafik 7 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk Cokelat di filler 1 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 101,9-106,6°C.

Page 41: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

32

Grafik 8. Grafik Choco Filler 2 Suhu Steam wet

Pada Grafik 8 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk Coklat di filler 2 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 102-104,9°C.

5.4.3. SKM Varian Creamer

Cam Height

Grafik 9. Grafik Creamer Filler 1 Cam Height

Page 42: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

33

Berdasarkan Grafik 9 dapat dilihat bahwa hasil cam height yang digunakan sebagian besar

berada diatas standar referensi yang digunakan (69,94) berkisar 69,89-71,56. Dengan

ketinggian cam yang melebihi standar referensi yang ada namun tetap menghasilkan berat

yang memenuhi standar 369,99 – 370,78.

Grafik 10. Grafik Creamer Filler 2 Cam Height

Berdasarkan Grafik 10 dapat dilihat bahwa hasil cam height tidak stabil. Ketinggian cam

yang digunakan pada filler 2 pada pertengahan bulan Desember hingga akhir Januari berada

diatas standar referensi (70,12) dan ketinggian cam berkisar 63,67-427,84. Berat produk

pada filler 2 ini tetap sesuai dengan standar yang ada, berkisar 370-370,10.

Suhu Steam wet

Page 43: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

34

Grafik 11. Grafik Creamer Filler 1 Suhu Steam wet

Pada Grafik 11 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk BKM di filler 1 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 101,5-107,5°C.

Grafik 12. Grafik Creamer Filler 2 Suhu Steam wet

Page 44: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

35

Pada Grafik 12 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk BKM di filler 2 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 98,1-105,8°C.

5.4.4. SKM Varian Omela

Cam Height

Grafik 13. Grafik Omela Filler 1 Cam Height

Berdasarkan Grafik 13 dapat dilihat bahwa hasil cam height cukup stabil namun sedikit

berada diatas ketinggian cam standar referensi (70,11). Ketinggian cam ini berkisar 70,11 –

71,71. Dengan ketinggian cam tersebut tetap dihasilkan berat produk yang sesuai yakni

berkisar 370-370,77.

Page 45: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

36

Grafik 14. Grafik Omela Filler 2 Cam Height

Berdasarkan Grafik 14 dapat dilihat bahwa hasil cam height cukup mengalami fluktuasi

karena diawal ketinggian cam yang digunakan berada diatas ketinggian referensi (70,35)

namun diakhir ketinggian cam mendekati standar referensi yang ada. Ketinggian cam ini

decara keseluruhan berkisar 69,41 – 427,74. Ketinggian cam yang digunakan ini tetap

menghasilkan berat produk yang sesuai yakni berkisar 370,01-370,78.

Suhu Steam wet

Grafik 15. Grafik Omela Filler 1 Suhu Steam wet

Page 46: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

37

Pada Grafik 15 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk Omela di filler 1 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 102,7-105,4°C.

Grafik 16. Grafik Omela Filler 2 Suhu Steam wet

Pada Grafik 16 dapat dilihat bahwa suhu dari steam wet pada produk Omela di filler 2 tidak

melebihi batas atas maupun batas bawah yang ditentukan. Suhu yang digunakan sendiri

berkisar 102,1-105,6°C.

5.5.Pembahasan

Validasi QCP Net Weigh ini merupakan langkah dari HACCP, karena QCP merupakan

komponen penunjang dari HACCP terutama untuk menjaga kualitas produk. Validasi perlu

dilakukan untuk menkontrol dan untuk meminimumkan bahaya. Selain itu proses validasi

baik untuk memvalidasi produk atau proses dilakukan karena adanya beberapa alasan seperti

perusahaan dituntut oleh hukum untuk memastikan regulasi dari GMP, bisinis yang baik

biasanya menghindari kemungkinan adanya produk yang di reject ataupun batch yang ditarik,

dan validasi memastikan bahwa produk seragam serta dapat diproduksi secara lanjut dan

menjamin kualitas atau mutu (Ajay & Seema, 2013). Untuk itu proses validasi QCP Net

Weight ini bertujuan menjaga kualitas berat yang dihasilkan agar seragam dan sesuai dengan

label yang tertera pada kemasan.

Langkah-langkah dalam proses validasi dibagi dalam beberapa tahapan yakni:

Page 47: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

38

a. pembuatan validasi protokol atau prosedur operasi untuk validasi,

b. menentukan aplikasi , tujuan, dan lingkup dari metode, menetapkan parameter dan

kriteria yang dapat diterima,

c. menentukan jenis validasi,

d. memvertifikasi relevansi dari spesifikasi alat,

e. mengkualifikasi bahan baik standar dan reagen, melakukan validasi,

f. mengatur metode parameter dan atau kriteria yang dapat diterima,

g. melakukan validasi secara keseluruhan baik internal dan eksternal,

h. mengembangkan SOP (Standard Operating Procedures) untuk melakukan metode

secara rutin,

i. menentukan kriteria dari revalidasi,

j. menentukan tipe dan frekuensi dari uji kesesuaian sistem dan atau lembar analisis

pengendalian mutu,

k. dan mendokumentasikan validasi yang dilakukan (Ravichandran, et al., 2010).

Untuk itu proses validasi QCP Net Weight ini dimulai dengan pembuatan validasi protokol.

Didalam validasi protokol inilah ditentukan langkah dari proses validasi dan bagian yang

akan dilakukan validasi. Proses validasi QCP Net Weight ini menggunakan 3 kali ulangan

setiap produk dan setiap fillernya. Validasi memiliki beberapa jenis yakni prospektif,

retrospektif, concurrent, revalidation, computer system validation.

a. Validasi prospektif

Digunakan untuk produk-produk baru dengan tujuan untuk membuktikan atau

menemonstrasi proses yang akan berjalan.

b. Validasi restropektif

Digunakan untuk melihat kestabilan dari sistem yang dilihat dari data historis baik

yang berasal dari data produksi, data QA, dan data QC.

c. Validasi Concurrent

Hampir sama dengan prospektif namun dilakukan selama qualifikasi dari penjualan

produk, validasi ini termasuk dari proses pemotiroran langkah yang kritis dan

pencobaan produk.

d. Revalidation

Merupakan pengulangan dari proses validasi yang dilakukan untuk merubah atau

menggantikan informasi, peralatan atau lokasi, dan ukuran batch.

e. Computer System Validation

Page 48: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

39

Computer System Validation ini mengkontrol proses atau sistem atau mengumpulkan

data analisis, dan termasuk kualifikasi dari semua software dan hardware yang

merdampak baik langsung maupun tidak langsung pada produk (Ajay & Seema,

2013).

Untuk validasi QCP Net Weight ini digunakan validasi retrospektif karena menggunakan data

historis pada bulan Desember 2017, Januari 2018, dan Februari 2018. Data yang dilihat

merupakan parameter QCP yaitu ketinggian cam (cam height) dan juga suhu dari steam wet

yang berfungsi sebagai lubrikan piston, karena kedua hal ini akan mepengaruhi proses

pengisian (filling) pada produk dan proses pengisian ini akan berpengaruh pada berat yang

dihasilkan diakhir. Untuk ketinggian cam (cam height) ini, setiap produk dan setiap filler

memiliki standard referensi yang berbeda. Untuk produk Gold pada filler 1 memiliki

ketinggian 68,84 mm sedangkan untuk filler 2 425,25 mm, sedangkan pada produk Coklat

pada filler 1 69,90 mm, dan pada filler 2 70,45 mm, pada produk BKM standar pada filler 1

69,94 mm dan pada filler 2 70,12 mm, dan pada produk Omela pada filler 1 adalah 70,11 mm

sedangkan pada filler 2 70,35 mm. Standar yang digunakan ini merupakan sebuah reference

sebagai setting point setelah proses Cleaning In Place (CIP) dilakukan, sehingga ketinggian

cam yang akan digunakan tidak persis sama dengan standar awal. Untuk suhu steam wet

memiliki batasan 80-120°C. Setelah mendapatkan data dari parameter QCP yang telah

ditentukan maka data akan dibandingkan baik dengan standar yang ditentukan ataupun

dengan berat dari sampel yang diambil pada produksi saat itu.

Terdapat beberapa parameter untuk validasi yakni keakuratan (accuracy), presisi

(pengulangan dan reproduksibilitas), linearitas dan batasan, Limit of Detection (LOD)/Limit

of Quantitation (LOQ), selektivitas/speksifitas, robustness/ruggedness, stabilitas dan sistem

dari stabilitas.

a. Akurasi

Didefinisikan sebagai kedekatan dari hasil test dan dapat dilakukan dengan beberapa

langkah yakni analisa sample dengan konsentrasi yang diketahui lalu dibandingkan

dengan nilai yang diukur, spiked – palacebo recovery method menambahkan

konstituen pada formulasi, dan metode penambahan standar.

b. Presisi

Ditunjukan dengan standar deviasi dan diukur dengan dengan pengulangan pada

mesin yang sama dan reproduksibilitas dengan alat yang berbeda.

Page 49: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

40

c. Linearitas

Linearitas akan memproses data dengan square regresion dengan persamaan linear y

= ax+b, sedangkan untuk batasan adalah interval antara batas atas dan batas bawah.

d. Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ)

Limit of Detection (LOD) merupakan batas terendah yang dapat terdeteksi, sedangkan

Limit of Quantitation (LOQ) merupakan parameter kuantitas terendah pada sampel.

e. Selektivitas dan spektivitas

Selalu menggunakan interchangeably dan hanya untuk analisa tunggal.

f. Robustness

Merupakan metode untuk mengevaluasi beberapa parameter seperti persen larutan

organik, pH, suhu, dan menjelaskan efeknya,sedangkan

g. Ruggedness

Merupakan derajat reproduksibilitas dari hasil.

h. Stabilitas

Akan dilakukan dengan membandingkan dengan kriteria yang ditentukan

(Ravichandran, et al., 2010).

Berdasarkan teori tersebut, validasi QCP net weight ini hanya memenuhi parameter akurasi

karena validasi QCP net weight ini dengan melihat apakah data di lapangan mendekati data

referensi yang digunakan, presisi karena data kemudian dilihat deviasi yang terjadi, dan

stabilitas karena data di lapangan akan dibandingkan sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan.

Hasil untuk ketinggian cam pada produk Gold dapat dilihat pada grafik 1 untuk filler 1 dan

grafik 2 untuk filler 2. Berdasarkan kedua grafik tersebut terlihat bahwa pada filler 2 (10,29-

424,70) mengalami fluktuasi dibandingkan filler 1 (69,66-71,51) yang cenderung berada

diatas standar referensi yang diberikan. Pada filler 2 ini semula ketinggian cam berada

dibawah standar referensi namun diakhir mengalami peningkatan hingga menedekati standar

referensi. Untuk produk Cokelat ketinggian cam dapat dilihat pada grafik 5 untuk filler 1 dan

grafik 6 untuk filler 2. Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada filler 2 cenderung mengalami

fluktuasi dibandingkan pada filler 1 (71,31-71,72) yang cenderung stabil diatas standar

referensi yang diberikan, sedangkan pada filler 2 (69,59-427,89) yang semula berada diatas

standar referensi menjadi mendekati standar referensi yang diberikan.

Page 50: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

41

Pada produk BKM hasil ketinggian cam ditunjukan pada grafik 9 untuk filler 1 dan grafik 10

untuk filler 2. Pada kedua grafik tersebut terlihat bahwa ketinggian cam pada filler 2 (63,67-

427,84) lebih berfluktuasi dibandingkan pada filler 1(69,89-71,56). Sedangkan untuk produk

Omela dapat dilihat pada grafik 13 untuk filler 1 dan grafik 14 untuk filler 2. Dari kedua

grafik tersebut terlihat bahwa pada filler 2 (69,41 – 427,74) lebih mengalami fluktuasi

dibandingkan pada filler 1 (70,11 – 71,71) yang cenderung stabil diatas standar refernsi yang

diberikan. Secara keseluruhan untuk suhu steam wet yang digunakan tidak ada yang melebihi

atau dibawah standar yang ditetapkan, namun suhu steam wet pada produk gold filler 2

sempat berada dibawah 80°C dan tetap menghasilkan berat yang sesuai standar.

Berdasarkan hasil yang diperoleh secara keseluruhan pada filler 2 lebih berfluktuasi

dibandingkan pada filler 1 yang cenderung stabil diatas standar yang telah ditetapkan.

Sedangkan dari keempat produk yang ada, produk Gold lebih tidak seimbang dibandingkan

produk lainnya. Ketinggian cam pada produk cokelat lebih seimbang dibandingkan produk

lainnya. Ketinggian cam yang melebihi standar seharusnya akan menghasilkan berat yang

melebihi standar, sedangkan ketinggian cam yang dibawah standar seharusnya menyebabkan

berat dibawah standar berat yang ditentukan. Ketinggian cam yang tidak stabil bisa

dikarenakan perbedaan komposisi dari produk yang dihasilkan. Susu ini mengandung

konstituen yang bervariasi dan hal ini menyebabkan adanya variasi juga pada Specific

Gravity (SG) susu . Faktor yang mempengaruhi SG ini sendiri adalah kadar lemak pada susu,

karena semakin banyak kandungan lemak pada susu maka semakin menurun kandungan SG

pada susu (Handerson, 1971).

Page 51: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

42

Gambar 8. Komposisi Produk pada Kemasan

Page 52: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

43

Berdasarkan keterangan label pada kemasan, komposisi dari masing-masing produk memiliki

kadar lemak yang berbeda-beda. Kandungan lemak pada produk cokelat lebih tinggi

dibandingkan produk lainnya dan kandungan lemak terendah terdapat pada produk Gold.

Untuk itu ketinggian cam pada produk Gold seharusnya lebih stabil karena memiliki

kandungan lemak yang paling rendah, hal ini membuat kadar SG pada produk lebih tinggi

dan membuat ketinggian cam yang digunakan lebih stabil. Semakin tinggi SG yang

terkandung menandakan semakin berat produk yang dihasilkan (Umelo, et al., 2014). Hal ini

berarti kandungan SG pada susu akan berpengaruh pada densitas susu karena semakin

tingggi SG, berat susu akan semakin tinggi pula. SG ini sendiri dapat diartikan sebagai

kerapatan susu. Kerapatan susu ini meningkat karena terbebaskannya gas seperti

karbondioksida dan nitrogen (Buckle, et al., 1987). Dengan teori ini semakin memperjelas

bahwa SG yang semakin tinggi berarti kerapatan susu juga meningkat, sehingga berat susu

juga akan meningkat. Dengan semakin berat susu maka ketinggian cam seharusnya semakin

rendah, karena ketinggin cam yang semakin tinggi akan membuat volume susu yang

dikeluarkan oleh mesin semakin besar.

Ketidak stabilan hasil dapat dipengaruhi karena kandungan lemak dari masing-masing

produk yang berbeda, karena sedikit perbedaan suhu pada lemak saja akan menyebabkan

densitas lemak berbeda dan hal tersebut menyebabkan berat pada susu berbeda. Hal inilah

yang membuat produk coklat seharusnya memiliki hasil yang paling berfluktuasi. Namun jika

dilihat pada grafik, ketinggian cam setiap harinya pada coklat tidak terlalu berfluktuasi,

namun jika dilihat setiap bulannya produk cokelat ini yang paling berfluktuasi dibandingkan

produk lainnya. Hal ini bisa terjadi karena suhu dari produk yang dihasilkan berbeda cukup

jauh setiap bulannya, sehingga ketinggian cam yang digunakan harus disesuaikan. Karena

menurut Handerson (1971) kadar SG itu sendiri dipengaruhi oleh suhu, sehingga tidak

menutup kemungkinan bahwa suhu produk pada bulan Desember, Januari, dan Februari ini

tidaklah sama sehingga membuat kadar SG berbeda yang berpengaruh pada ketinggian cam

yang ada.

Suhu steam wet pada produk Gold bulan Desember pada filler 2 sempat tidak sesuai dengan

standar, namun hal ini tidak berpengaruh signifikan pada berat. Suhu steam wet yang

dibawah standar akan membuat piston susah bergerak sehingga piston tidak bisa bekerja

dengan maksimal. Hasil yang didapatkan kurang sesuai dengan standar yang ada, hal ini

Page 53: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

44

disebabkan standar yang ditetapkan merupakan standar referensi yang hanya digunakan untuk

setting point, sehingga hasil yang digunakan tidak mempengaruhi berat yang dihasilkan.

Selain itu juga dapat dikarenakan piston itu sendiri masih terdapat uap air yang melumasi

sehingga masih dapat mendorong produk hingga berat yang sesuai. Selan itu cara kerja

pompa piston juga masih memberi tekanan, karena poros pangkal akan berputar dan

mendorong piston melalui batang piston (Bylund, 2003) sehingga berat produk masih sesuai.

Page 54: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

45

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

SKM adalah susu terkonsentrasi yang ditambahkan gula, yang memiliki warna

kekuningan.

Susu kental diperoleh dengan mengurangi kandungan air susu hingga kadar airnya 40%.

Kandungan gula pada SKM sebesar 42%.

Dalam 100 gram susu kental manis terdiri dari 26,5 gram air, 73,5 gram total padatan, 8,1

gram lemak, 8,1 gram protein, 55,7 gram karbohidrat, dan 1,6 gram abu.

Produsen makanan harus menerapkan HACCP untuk menjamin kualitas produk dan

memastikan keamanan produk.

Untuk menjaga kualitas produk diterapkan Quality Control Point (QCP) dan Critical

Control Point (CP).

HACCP perlu di validasi untuk mengkontrol dan meminimumkan bahaya.

Validasi bertujuan untuk memastikan bahwa produk seragam serta dapat diproduksi

secara lanjut dan menjamin kualitas atau mutu.

Terdapat beberapa jenis validasi yakni prospektif, retrospektif, concurrent, revalidation,

computer system validation.

Ketinggian Cam yang digunakan berpengaruh pada jumlah atau volume susu kental

manis yang masuk ke kaleng.

Sebagian besar ketinggian cam yang digunakan melebihi standar referensi ketinggian

cam.

Ketinggian Cam pada Filler 1 lebih stabil dibandingkan Filler 2.

Ketinggian paling stabil digunakan pada produk SKM Cokelat, sedangkan ketinggian

Cam yang berfluktuasi digunakan pada produk SKM Gold jika dilihat setiap harinya.

Ketinggian Cam produk SKM Cokelat paling tidak stabil dibandingkan produk lainnya

jika dilihat setiap bulannya.

Ketinggian cam yang berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu dan kandungan SG yang ada

pada produk, semakin tinggi SG maka ketinggian cam semakin rendah.

Suhu steam wet berpengaruh pada pelumasan piston, karena pada suhu rendah air tidak

teruapkan sehingga tidak dapat melumasi piston.

Suhu steam wet yang digunakan secara keseluruhan tidak kurang maupun lebih dari

standar.

Page 55: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

46

Secara keseluruhan berat (net weight) yang dihasilkan sesuai dengan syarat yang

ditetapkan yakni berkisar 370 ± 11 gram.

6.2.Saran

Untuk mengetahui secara pasti ketinggian cam yang tepat agar didapatkan berat yang sesuai

perlu dilakukan validasi dan percobaan secara berkala agar didapatkan batas minimum dan

batas maksimum ketinggian cam yang sesuai dengan mesin yang digunakan. Proses validasi

akan lebih baik dilakukan lebih dari sekali sehingga akan didapatkan batasan yang valid

dengan aktual. Selain itu untuk HACCP perlu diberikan batas minimum dan batas maksimum

dari ketinggian cam yang berasal dari hasil validasi sebelumnya.

Page 56: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

47

7. DAFTAR PUSTAKA

Ajay, S. & Seema, S., 2013. Process Validation of Solid Dosage Form: A Review.

International Journal of Research in Pharmacy and Science, 3(2), pp. 12-30.

Buckle, K., Edwards, R., Fleet, G. & Wooton, M., 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia (UI Press).

Bylund, G., 2003. Dairy Processing Handbook. Sweden: Tetra Pak Processing Systems AB.

Chandan, R. C. & Kilara, A., 2011. Dairy Ingridients for Food Processing. USA: Blackwell

Publishing Ltd.

Hadiwiyoto, S., 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur. Yogyakarta:

Liberty.

Handerson, J. L., 1971. The Fluid Milk Industry. 3rd penyunt. London: The AVI

PUBLISHING COMPANY INC.

Ravichandran, V., Shalini, S., Sundram, K. M. & Rajak, H., 2010. Validation of Analytical

Methods - Strategies & Importance. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences, 2(3), pp. 18-22.

Saidin, S. M., Ramli, N., Nee, T. Y. & Ayob, M. K., 2015. The Effect of Milk Replacer

Incorporation on the Physicochemical Properties of Milk Chocolate. The Open Food

Science Journal, pp. 9-17.

Siddique, M. N. A. et al., 2017. Evaluation of The Quality of Sweetened Condensed Milk of

Different Brands Available in Local Markets of Bangladesh. International Journal of

Natural and Social Sciences, pp. 4-70.

Tamime, D. A. Y., 2009. Milk Processing and Quality Management. United Kingdom:

Willey Blackwell Publishing Ltd.

Umelo, M. et al., 2014. PROXIMATE, PHYSICOCHEMICAL AND SENSORY

EVALUATION OF ICE CREAM FROM BLENDS OF COW MILK AND

Page 57: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

48

TIGERNUT (. International Journal of Scientific Research and Innovative Technology

, 1(4), pp. 63-76.

Woldemarlam, H. & Asres, A., 2017. Microbial and Physicochemical Qualities of Pateurized

Milk. Journal of Food Processing and Technology, p. 8:651.

Page 58: VALIDASI QUALITY CONTROL POINT NET WEIGHT PRODUKSI …repository.unika.ac.id/17528/1/15.I1.0075 Vania Soerjani.pdf · VALIDASI QUALITY CONTROL POINT “NET WEIGHT” PRODUKSI SUSU

49

8. LAMPIRAN

8.1.PlagScan