vaksin

40
MAKALAH BIOTEKNOLOGI DASAR PERANAN BIOTEKNOLOGI (VAKSIN) DALAM INDUSTRI FARMASI NAMA : AFIDA TUL HASANAH NIM : H311 12 028

Upload: aryanugrah-wibawa

Post on 16-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

peranan bioteknologi farmasi (vaksin)

TRANSCRIPT

Page 1: vaksin

MAKALAHBIOTEKNOLOGI DASAR

PERANAN BIOTEKNOLOGI (VAKSIN) DALAM INDUSTRI FARMASI

NAMA : AFIDA TUL HASANAHNIM : H311 12 028

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2014

Page 2: vaksin

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena

atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya

tulis dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul

“Peranan Bioteknlogi dalam Industri Farmasi (Vaksin)”, yang menurut saya dapat

memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tentang bagaimana

proses pembuatan dan manfaat dari vaksin.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan mohon

dimaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat

kurang tepat. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa

terima kasih dan semoga allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat

memberikan manfaat.

Makassar, Februari 2015

Penulis

Page 3: vaksin

DAFTAR ISI

Sampul ………………………………………………………………………....... i

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………........ iii

Ringkasan ……………………………………………………………………….. iv

Bab I

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………….. 2

Bab II

2.1 Sejarah Vaksin ………………………………………………........................ 3

2.2 Definisi Vaksin ……………………………………………………................ 3

2.3 Proses Pembuatan Vaksin …………………………………………………..... 4

2.4 Jenis-jenis Vaksin ………………………………………………………......... 8

2.5 Manfaat dari Vaksin ........................................................................................ 10

Bab III

Kesimpulan ……………………………………………………………………… 12

Daftar Pustaka ………………………………………………………………....... 14

Page 4: vaksin

RINGKASAN

Vaksin pertama diproduksi oleh Edward Jenner pada tahun 1796 dalam

upaya untuk memberikan perlindungan terhadap cacar. Pada saat itu Jenner

mengamati bahwa tukang pemerah susu yang pernah tertular cacar sapi, infeksi yang

relatif tidak berbahaya, tampaknya menjadi tahan terhadap penyakit cacar manusia,

penyakit pada manusia yang secara rutin mencapai tingkat epidemi dengan tingkat

kematian sangat tinggi pada saat itu. Jenner berteori (yang ternyata benar) bahwa

cacar sapi, suatu penyakit hewan, sama dengan cacar pada manusia. Dia

menyimpulkan bahwa reaksi manusia untuk suntikan virus cacar sapi akan

mengajarkan tubuh manusia untuk menanggapi kedua virus ini, tanpa menyebabkan

penyakit berat atau kematian.

Vaksin memang lebih banyak ditujukan untuk menangkal virus, bukan

bakteri, karena virus lebih sulit dibasmi ketimbang bakteri yang bisa dibunuh dengan

antibiotika. Virus adalah jasad renik berukuran mikroskopik yang menginfeksi

organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan

menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki

perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.

Page 5: vaksin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah

dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa

juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang

tubuh memproduksi antibodi. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk

membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan

antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya

menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius

yang timbul pada masa kanak-kanak.

Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan

vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya

vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini

sudah jarang ditemukan.

Istilah “vaksin” berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah vaksin

berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan

antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu

penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme

alami atau “liar”. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-

1823). Jenner menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada

manusia yang pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang

mendukung teorinya. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak

ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di

Page 6: vaksin

Inggris, seluruh Eropa, dan dunia. Pasteur (1885) memperkenalkan cara

penanggulangan penyakit akibat gigitan tersangka rabies dengan menggunakan cara

vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies (VAR). Seperti halnya obat, tidak ada

vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi

vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan

penyakit pada orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah vaksin?

2. Apa definisi dari vaksin?

3. Bagaimana proses pembuatan vaksin?

4. Apa saja jenis-jenis vaksin?

5. Apa manfaat dari vaksin?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah vaksin.

2. Untuk mengetahui definisi dari vaksin.

3. Untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan vaksin.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari vaksin.

5. Untuk memahami manfaat dari vaksin.

Page 7: vaksin

BAB II

ISI

2.1 Sejarah Vaksin

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).

Edward Jenner sedang menyuntikkan vaksin. Dunia sudah selayaknya mengucapkan

terima kasih untuk pionir-pionir seperti Jenner dan Pasteur. Mereka telah

menemukan vaksin yang mencegah tingginya angka kesakitan dan kematian. Namun

demikian, kondisi masih memprihatinkan, bahkan dirasakan tragis, karena menurut

laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir dua juta anak-anak masih menjadi

korban penyakit tiap tahun. Menutup tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki

abad ke-20 ditandai dengan munculnya achievements of great vaccine

scientist seperti Pasteur. Sejak Jenner vaccinia 200 tahun yang lalu diperkenalkan,

sembilan penyakit utama manusia telah dapat dikendalikan dengan penggunaan

vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897), difteri (1923), pertusis (1926),

tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow fever (1935). Beberapa vaksin

digunakan secara individu di daerah dengan resiko penyakit seperti rabies

dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis dalam skala global.

Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927, dokter Albert

Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin berhasil menemukan vaksin

untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan vaksin bacillus calmette

guerin (BCG).

2.2 Definisi Vaksin

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan

kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi

Page 8: vaksin

pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus

atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin

dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida,

partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia

atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri,

virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-

sel degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem

imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi

tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis

vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi

kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi

terhadap penyakit atau infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap

untuk melawan infeksi. Setelah divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang

menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan

kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir

semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang itu.Setelah

divaksinasi tubuh “mengingat” bagaimana melindungi diri dari mikroba yang dialami

sebelumnya.

Vaksin memang lebih banyak ditujukan untuk menangkal virus, bukan

bakteri, karena virus lebih sulit dibasmi ketimbang bakteri yang bisa dibunuh dengan

antibiotika. Antivirus jenisnya terbatas dan harganya mahal. Virus adalah jasad renik

berukuran mikroskopik yang menginfeksi organisme biologis. Virus hanya dapat

bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel

makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi

sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya

Page 9: vaksin

menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA

atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan

pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.

Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik

maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

2.3 Proses Pembuatan Vaksin

Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan

setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan

dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon

vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur

laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala

produksi. Berikut gambar proses pembuatan vaksin:

Gambar 1. Proses pembuatan vaksin

Page 10: vaksin

1. Penyiapan “benih” virus

Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut

benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau

variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam

kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau

lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau

wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan

hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.

Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat

secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat

didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer berada di

luar suhu yang seharusnya.

2. Penumbuhan virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu

secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil

sel virus ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah mesin kecil yang telah

dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan

virus untuk berkembang biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media

tertentu, namun semua media umumnya mengandung protein yang berasal dari

mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung

protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus.

Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu

yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.

Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran

keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus

Page 11: vaksin

disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau

basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak

terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung,

dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada

berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen

untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis

mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik

sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan penting

dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh

penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.

Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi

makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan

sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih

besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-

manik,” partikel mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri.

Penggunaan “manik-manik” memberi virus daerah yang lebih besar untuk

menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.

Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang

dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang

diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

3. Pemisahan dan pemilihan strain virus

Bila sudah cukup banyak virus yang ditumbuhkan, mereka kemudian

dipisahkan dari mediumnya, misalnya dengan filtrasi dan kemudian

sentrifugasi, atau dengan teknik lain.  Vaksin akan dibuat dari virus yang

dilemahkan atau dibunuh. Apakah hanya akan dilemahkan atau dibunuh antara

Page 12: vaksin

lain tergantung dari sifat kekuatan virus atau virulensinya. Vaksin rabies,

misalnya, karena cukup virulen, maka merupakan virus yang dibunuh.

Untuk vaksin yang berasal dari virus yang dilemahkan, virus biasanya

dilemahkan sebelum menjalani proses produksi. Strain virus yang dipilih

secara hati-hati lalu ditumbuhkan berulang kali di berbagai media. Ada jenis

virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak

dapat digunakan untuk pembuatan vaksin. Strain lainnya yang menjadi terlalu

lemah karena mereka dibudidayakan berulang-ulang juga tidak bisa diterima

untuk penggunaan vaksin. Perlu dipilih strain virus yang tumbuh dengan

kekuatan yang “tepat” seperti yang diinginkan untuk dijadikan vaksin.Virus ini

kemudian dipisahkan dari medium tempat mereka ditanam, lalu dibuat menjadi

sediaan vaksin. Vaksin dapat terdiri dari kombinasi beberapa jenis virus yang

dipilih sebelum kemudian dikemas, dengan menggunakan media pembawa

yang sesuai dengan kadar yang sudah ditentukan.

VIRUS HEPATITIS B

Virus hepatitis b (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double

stranded DNA virus dengan terdiri dari nucleocapsid core  (HBc Ag) berukuran 27

mm, dikelilingi oleh lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang  berisi antigen

permukaan (HBsAg). HBsAg adalah antigen heterogen dengan suatu common

antigen.

Gambar Virus Hepatitis B

Page 13: vaksin

Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis

vaksin hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada.

Kedua jenis vaksin tersebut aman dan mempunyai daya perlindungan tinggi terhadap

semua jenis subtipe HBV. Tipe pertama  dibuat dari plasma seseorang dengan

HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi masih digunakan 

secara luas. Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin

ini dibuat  dengan menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan

Saccharomyces cerevisiae  (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam

ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis

pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti dapat

merangsang terbentuknya anti-HBs sebanding dengan vaksin yang diberikan sendiri.

Gambar bakteri Sacaromicces cereviciae

Satu produk rekayasa genetika adalah Vaksin Hepatitis B yang dihasilkan

oleh yeast (Saccharomyces cereviceae) melalui tehnik rekombinan DNA

menggunakan hepatitis B surface antigen (HBsAg). Penggunaan vaksin ini telah

meluas di seluruh dunia dan terbukti efektif dalam menekan jumlah infeksi virus

Hepatitis B (HVB). Jenis vaksin rekombinan yang paling umum digunakan adalah

Recombivax HB   dan Energix-B, diberikan secara intramuscular pada bayi yang

baru lahir, anak-anak, dan dewasa. Dosis pemberian vaksin sebanyak 3 kali.

Pemberian vaksin telah dikembangkan dengan menyisipkannya ke dalam tanaman,

misalnya pada pisang. Teknologi DNA rekombinan atau sering juga disebut rekayasa

genetika merupakan teknologi yang memanfaatkan proses replikasi, transkripsi dan

Page 14: vaksin

translasi untuk memanipulasi, mengisolasi dan mengekspresikan suatu gen dalam

organisme yang berbeda. Biasanya gen dari organisme yang lebih tinggi

diekspresikan pada organisme yang lebih rendah. Teknologi ini juga memberikan

kesempatan yang tidak terbatas untuk menciptakan kombinasi barudari gen yang

tidak ada pada kondisi normal. Melalui rekayasa genetika, akan dihasilkan kombinasi

baru dari materi genetik melalui penyisipan molekul asam nukleat kedalam suatu

sistem DNA vektor (plasmid bakteri, virus dan lain-lain) dan kemudian memasukkan

vektor ini kedalam suatu inang sehingga akan dihasilkan suatu produk gen dalam

jumlah banyak.

Pembuatan Vaksin Hepatitis B

Vaksin HBsAg yang dimumikan dari plasma karier dan inaktifasi

formalin/panas telah diproduksi di beberapa laboratorium. Namun dengan

terbatasnya persediaan plasma, perlunya seleksi dan kontrol yang ketat untuk

mendapatkan vaksin murni dan bebas sumber infeksi lain, maka pendekatan lain

terus dicari. Problem ini akhirnya dapat teratasi dengan pendekatan rekombinan

DNA. Salah satu sintesis HbsAg yang telah berhasil dari sel ragi (yeast) rekombinan.

Partikel ini memperlihatkan sifat imunogenik pada binatang percobaan; pengujian

pada manusia telah berhasil menginduksi anti HBs dan melindungi dar iinfeksi virus

hepatitis B. Saat ini setidaknya ada 3 sumber partikel HBsAg yang digunakan untuk

vaksinasi hepatitis B. Terutama HbsAg dimumikan dari plasma karier. Metode ini

telah berhasil dan efikasinya tidak disangsikan. Dua sumber lain yaitu melalui

pendekatan teknologi rekombinan DNA, dengan memasukan gen virus hepatitis B

pengkode HBsAg ke dalam sel ragi dan sel mamalia. Selain itu, HBsAg juga dapat

disekresi oleh E coli, namun jumlahnya relatif kecil, demikian juga sifat

antigeniknya.

Tahapan pembuatan vaksin

Virus yang dilemahkan (imunisasi). Untuk menghasilkan vaksin dibutuhkan

HBsAg yang berasal dari virus Hepatitis B, virus diperbanyak dalam medium

tertentu sehingga nantinya dihasilkan virus yang tidak menyebabkan penyakit namun

mampu merangsang sistem imun. Strain ini selanjutnya dikultur pada kondisi yang

sesuai dan virusnya diinaktifkan melalui pemanasan dan proses kimia. Tahapan

berikutnya virus yang telah dilemahkan ini diinjeksikan ke dalam tubuh.

Page 15: vaksin

Vaksin DNA rekombinan

Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani

pengujian keamanan, imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasil menunjukkan bahwa

vaksin ini aman, antigenik dan relatif bebas efek samping yang merugikan, bahkan

vaksin ini telah dilisensikan dan diproduksi diberbagai negara. Salah satu keuntungan

vaksin dari sel ragi dibanding dari plasma yaitu siklus produksinya dapat dikurangi,

dan konsistensi dari batch ke batch lebih mudah diperoleh.

HBs Ag dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption

menggunakan glass bead. Pemurnian melalui tahap klarifikasi, ultrafiltrasi,

kromatografi dan ultrasentrifugasi serta diabsorbsi dengan alum hidroksida; sebagai

pengawet ditambahkan thiomerosal. Karakterisisasi partikel dilakukan dengan

membandingkan HBs Ag dari plasma antara lain meliputi berat molekul, komposisi

asam amino, densitas dalam CsC12 dan sebagainya. Analisis imunologis

Page 16: vaksin

menggunakan antibodi monoklonal memperlihatkan vaksin dari plasma dan ragi

mengandung epitop yang berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.

Vaksin Hepatitis B rekombinan (Recombivax HB) Recombivax HB® vaccine

mengandung antigen Hepatitis B, amorphous aluminum hidroksiphosfat, yeastprotein

yang diberi formaldehid, dan thimerosal sebagai pengawet. Vaksin Hepatitis B

rekombinan ini berasal dari HepatitisB surface antigen (HBsAg) yang diproduksi

dalam sel yeast. Bagian virus yang mengkode HBsAg dimasukkan kedalam yeast,

dan selanjutnya dikultur. Antigen kemudian dipanen dan dipurifikasi dari kultur

fermentasi yeast Saccharomyces cereviceae, antigen HBsAg mengandung gen adw

subtype. Proses fermentasi meliputi pertumbuhan Saccharomyces cereviceae pada

medium kompleks yang mengandung ekstrak Yeast, soy pepton, dextrose, asam

amino, dan garam mineral. Protein dilepaskan dari sel yeast melalui pengrusakan sel

kemudian dipurifikasi dengan metode fisika dan kimia. Selanjutnya potein

dimasukkan ke larutan buffer posfat dan formaldehid, dipercepat dengan

menggunakan alum (potassium aluminium sulfat). Vaksin rekombinan ini

memperlihatkan kesamaan dengan vaksin yang diperoleh dari plasma darah.

Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :

1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau

garam untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan

penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun).

Page 17: vaksin

Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf

pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium

digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.

2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk

konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.

3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada

beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.

4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena

dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai

bahan pembalseman.

5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.

6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan

kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin

Varicella.

7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di

dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada

sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.

8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan

pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.

9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan

padaVaksin Polio.

10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.

Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-

bahan lain seperti :

Page 18: vaksin

Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf

dan sistem pernafasan.

Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur.

Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada

botol.

Jenis-Jenis Vaksin

1. Vaksin Toksoid                               

Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit

dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat

imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi

disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya

antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Contoh:

Vaksin Difteri dan Tetanus

2. Vaksin Acellular dan Subunit

Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan

melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin

vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh: Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus

Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.

3. Vaksin Idiotipe

Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding)

dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang

disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai

antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan

pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

Page 19: vaksin

4. Vaksin Rekombinan

Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah

besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.

Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan

teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin

DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen

pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus

disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin

bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal

hepatiitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen

vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima

vaksin.

5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)

Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki

potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari

mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan

ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA

plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam

DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu

vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang

akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba

yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam

perkembangan penelitian. Hasil akhir  penelitian pada binatang percobaan

menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral

Page 20: vaksin

dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini

sedang dilakukan.

6. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai

komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari

bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat

menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian

serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.

7. Vaksin Pneumokokus

Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu

penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-

anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus)

dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran

pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin. Kini terdapat lebih

dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang

bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri

yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat

serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian

tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:

Meningitis (Radang selaput otak)

Bakteremia (infeksi dalam darah)

Pneumonia (infeksi Paru-paru)

Otitis Media (infeksi Telinga)

Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,

ketulian, dan kematian.

Page 21: vaksin

2.6 Manfaat Vaksin

Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.

Salah satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu

untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau

bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak

Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.

Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel,

kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri

dan virus yang menyerang. Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki

tubuh sebagai penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang

disebut antibodi untuk melawan mereka. Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat

dan normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk

membela serangan terhadap ribuan antigen setiap hari. Mereka melakukannya-secara

alami sampai-sampai orang bahkan tidak menyadari mereka sedang diserang dan

membela diri. Ketika serangan sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu

bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak

antibodi akan menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang,

tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi “sel

memori”. Sel memori ini dapat mengingat antigen asli dan kemudian

mempertahankan diri ketika antigen yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi

seseorang, bahkan setelah beberapa dekade kemudian. Perlindungan ini disebut

imunitas.

Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang

menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah

dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan kedalam jaringan lemak

Page 22: vaksin

atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda

penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap

mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka

kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktu-

waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak

mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.

Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah

dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga

menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika

akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk

imunisasi/vaksinasi.

.

Page 23: vaksin

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Edward

Jenner sedang menyuntikkan vaksin. Sejak Jenner vaccinia 200 tahun yang lalu

diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat dikendalikan

dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897),

difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927),

dan yellow fever (1935). Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April

1927, dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin

berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan

vaksin bacillus calmette guerin (BCG).

2. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan

aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi

pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur

virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.

Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk

membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan

penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

3. Proses pembuatan vaksin terdiri dari tiga tahap yaitu:

a. Penyiapan “benih” virus

Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut

benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau

Page 24: vaksin

variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam

kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau

lebih lemah dari yang diinginkan.

b. Penumbuhan virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu

secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah

kecil sel virus ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah mesin kecil yang

telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel

memungkinkan virus untuk berkembang biak. S

c. Pemisahan dan pemilihan strain virus

Bila sudah cukup banyak virus yang ditumbuhkan, mereka kemudian

dipisahkan dari mediumnya, misalnya dengan filtrasi dan kemudian

sentrifugasi, atau dengan teknik lain. 

4. Jenis-jenis vaksin antara lain yaitu vaksin toksoid, Vaksin Acellular dan Subunit,

vaksin idiotipe, vaksin rekombinan, vaksin DNA, vaksin Hepatitis B, dan Vaksin

Pneumokokus.

5. Manfaat dari vaksin antara lain yaitu, vaksinasi sangat membantu untuk

mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau

bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak

Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.

Page 25: vaksin

DAFTAR PUSTAKA

Aguskrisno, 2011, Rekayasa Produk Vaksin Virus dalam Kehidupan Sehari-hari, http://www.biology-online.org , (Diakses 20 Februari, 2015).

Agustian, A., 2000, Kesehatan Modern, Puspa Swara, Jakarta.

Asminarti, Budianto, A.K., 2012, Application Of Genetic Engineering In Development Using Bacterial Vaccine Hepatitis Saccharomyces cerevicae to Prevent Hepatitis B Virus Infection, Journal Biology, 2 (1): 1-10.

Martin, A., 1999, Pemikiran Kedokteran Modern, Kawan Pustaka, Bandung.organisme-trans/, (Diakses 20 Februari 2015).

O'Shea T., M.A. Hillard, S.T. Anderson, B.M. Bindon, J.K. Findlay, C.G. Tsonis, and J.F.Wilkins. 1994. Inhibin immunization for increasing ovulation rate and superovulation. Theriogenology. 41:3-17.

Retnoningrum, dan Debbie S., 2010, Prinsip Teknologi DNA Rekombinan, ITB, Bandung.

Susanto, dan Agus H., 2011, DNA rekombinan, http://biomol. wordpress.com/bahan-ajar/, (Diakses 20 Februari 2015).

Suwandi, U., 1990, Perkembangan Pembuatan Vaksin, PT Kalbe Farma, Jakarta.

Wahyu, S., 2013, Imunisasi, https://www.academia.edu/7029530/MAKALAH _IMUNISASI, (Diakses 20 Februari 2015).

Page 26: vaksin

LAMPIRAN

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Yafyet (H311 12 )

Apakah virus atau bakteri yang diisolasi dalam pembuatan vaksin tidak

berbahaya atau tidak berdampak negative ketika disuntikkan, serta berapa

jumlah protein murni yang dihasilkan dari hasil isolasi pembuatan vaksin?

2. Muh. Amri (H311 11

Bagaimana metodologi kerja bahan-bahan pembuat vaksin yang ditampilkan

pada slide terakhir?

JAWABAN

1. Virus atau bakteri yang diisolasi sudah tidak berbahaya karena pada proses

pembuatannya, virus tersebut dilemahkan terlebih dahulu kemudian setelah itu

disisipkan dengan antigen virus yang akan diisolasi.

Jumlah protein yang dihasilkan setelah penyimpanan dalam gelas beaker umumnya

menghasilkan ratusan juta sampai milyaran virus dalam protein murni.

2. Untuk metodologi kerja pada bahan-bahan pembuat vaksin hanya manfaat dari

bahan-bahan tersebut yang saya dapat dari referensi-referensi. Karena

banyaknya bahan-bahan yang ditambahkan dalam bentuk (mL) itu merupakan

rahasia pabrik pembuat vaksin dan tidak dipublikasi. Hanya prosedur secara

umum yang ditampilkan pada referensi-referensi yang saya baca. Contohnya itu

Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam

untuk mendorong anti body. Alumunium digunakan pada vaksin DPT dan

Hepatitis B dan Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum

dievaluasi untuk konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.