uun unaenirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. ·...

60
KONTAMINASI TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA BUAH STROBERI DI PERKEBUNAN DAN PASAR CIWIDEY, BANDUNG SELATAN, JAWA BARAT UUN UNAENI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1441 H

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

KONTAMINASI TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

(STH) PADA BUAH STROBERI DI PERKEBUNAN DAN

PASAR CIWIDEY, BANDUNG SELATAN, JAWA BARAT

UUN UNAENI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 2: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

KONTAMINASI TELUR SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

(STH) PADA BUAH STROBERI DI PERKEBUNAN DAN

PASAR CIWIDEY, BANDUNG SELATAN, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

UUN UNAENI

11150950000029

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 3: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar
Page 4: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar
Page 5: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar
Page 6: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

vi

ABSTRAK

Uun Unaeni. Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada

Buah Stroberi di Perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa

Barat. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dibimbing oleh

Priyanti dan Narti Fitriana. 2019

Stroberi merupakan buah yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi namun juga

mudah mengalami kontaminasi. Tumbuhan ini memiliki cabang batang menjulur

ke permukaan tanah sehingga dapat terkontaminasi Soil Transmitted Helminths

(STH) pada buahnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat

prevalensi kontaminasi soil transmitted helminths pada buah stroberi dan tanah di

perkebunan dan Pasar Ciwidey. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai

Oktober 2019 dengan metode survei. Total sampel buah stroberi yang diperiksa

sebanyak 12 sampel, masing-masing sampel berisi 200 g buah stroberi. Total

sampel tanah yang diperiksa sebanyak 9 sampel, masing-masing sampel berisi 5 g

tanah. Pengamatan dilakukan dengan metode flotasi menggunakan larutan garam

jenuh 33% dilanjutkan dengan analisis deskriptif dan Principal Component

Analysis (PCA) menggunakan SPSS 20. Hasil menunjukkan bahwa terdapat

kontaminasi berupa telur soil transmitted helminths pada 12 sampel buah stroberi

dan 9 sampel tanah di perkebunan dan Pasar Ciwidey. Telur soil transmitted

helminths yang berhasil diidentifikasi adalah Ascaris lumbricoides dan Trichuris

trichiura. Prevalensi kontaminasi telur soil transmitted helminths pada semua

sampel sebesar 100% dengan kategori kontaminasi sangat parah. Telur soil

transmitted helminths yang paling banyak ditemukan adalah Ascaris lumbricoides

dengan nilai dominansi 98,93% (370 individu) sedangkan Trichuris trichiura

hanya 1,06% (4 indvidu). Buah stroberi yang terkontaminasi telur soil transmitted

helminths penularannya berasal dari tanah. Faktor abiotik yang mempengaruhi

keberadaan telur soil transmitted helminths adalah kelembapan tanah karena telur

soil transmitted helminths dalam perkembangan dan siklus hidupnya

membutuhkan tanah yang lembap dan teduh.

Kata kunci: Buah stroberi; flotasi; PCA; soil transmitted helminths

Page 7: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

vii

ABSTRACT

Uun Unaeni. Contamination of Soil Transmitted Helminths (STH) Egg on

Strawberries in Ciwidey Plantation and Market in South Bandung, West

Java. Thesis. Department of Biology. Faculty of Science and

Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Asvised by

Priyanti and Narti Fitriana. 2019

Strawberries are fruits that have high economic value but are also susceptible to

contamination. This plant has stem branches extending to the surface of the soil so

that it can be contaminated with Soil Transmitted Helminths (STH) on the fruit.

This research was conducted to determine the prevalence of soil transmitted

helminths contamination in strawberries and soil in plantations and Ciwidey

Market. The study was conducted on March up to October 2019 using survey

method. The total samples of strawberries examined were 12 samples, each

sample containing 200 g strawberries. The total soil samples examined were 9

samples, each sample containing 5 g of soil. Observations were using the flotation

method using 33% saturated salt solution followed by descriptive analysis and

Principal Component Analysis (PCA) using SPSS 20. The results showed that

there was contamination in the form of soil transmitted helminths eggs in 12

strawberry fruit samples and 9 soil samples in the plantation and Ciwidey Market .

Soil transmitted helminths eggs that have been identified are Ascaris lumbricoides

and Trichuris trichiura. The prevalence of soil transmitted helminths egg

contamination in all samples is 100% with the category of very high

contamination. The most commonly found soil transmitted helminths eggs are

Ascaris lumbricoides with a dominance value of 98.93% (370 individuals) while

Trichuris trichiura is only 1.06% (4 individuals). Strawberry fruit contaminated

with soil transmitted helminths eggs are transmitted from the soil. The abiotic

factor that influences is soil moisture. Soil transmitted helminths eggs in their

development and life cycle require moist and shady soil.

Keywords: Flotation method; PCA; soil transmitted helminths; strawberries

Page 8: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains. Shalawat

serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya yang membawa kita dari zaman jahiliyah menuju

zaman yang terang benderang.

Skripsi ini berjudul “Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminths

(STH) pada Buah Stroberi di Perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung

Selatan, Jawa Barat”, disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Pusat Laboratorium Terpadu (PLT),

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik karena adanya

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu penyusunan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

Pembimbing I yang berperan dalam memberikan bimbingan dan saran

bermanfaat kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

3. Narti Fitriana, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Biologi, Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

Pembimbing II yang berperan dalam memberikan tema penelitian dan ilmu

serta motivasi dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.

4. Dr. Dasumiati, M.Si dan Dr. Fahma Wijayanti, M.Si selaku Dosen Penguji

Seminar Proposal dan Seminar Hasil yang telah memberikan kritik dan saran

Page 9: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

ix

yang membangun dalam proses pembuatan proposal serta dalam pelaksanaan

kegiatan penelitian.

5. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si dan Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku Dosen

Penguji Sidang Munaqosyah yang telah memberikan kritik dan saran yang

membangun dan bermanfaat.

6. Kepala Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) beserta staffnya dan Laboran

Laboratorium Biologi atas kerjasama dan bantuan yang diberikan selama

kegiatan penelitian.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Oleh karena itu, penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang

bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap skripsi ini

bermanfaat baik bagi penulis sendiri juga para pembaca untuk meningkatkan

ilmu dan pengetahuan.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Jakarta, Desember 2019

Penulis

Page 10: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ....................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 2

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 3

1.5. Kerangka Berpikir .............................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Soil Transmitted Helminths (STH) ....................................... 4

2.1.1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) ....................... 4

2.1.2. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura) ....................... 6

2.1.3. Cacing Tambang (Necator americanus dan

Ancylostoma duodenale) ........................................... 8

2.2. Faktor yang Mendukung Terjadinya Infeksi

Soil Transmitted Helminths (STH) ....................................... 10

2.3. Pemeriksaan Soil Transmitted Helminths (STH) .................. 10

2.4. Perkebunan Stroberi Ciwidey, Kabupaten Bandung ............. 11

2.5. Morfologi Tanaman Stroberi ................................................. 12

2.6. Tinjauan Umum Tentang Makanan dalam Pandangan

Islam ...................................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 15

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................... 16

3.3. Cara Kerja ............................................................................. 17

3.3.1. Pengambilan Sampel Buah Stroberi di Perkebunan

dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat ..... 17

3.3.2. Pengambilan Sampel Tanah di Perkebunan Ciwidey,

Bandung Selatan, Jawa Barat ..................................... 18

3.3.3. Pengukuran Faktor Abiotik ....................................... 18

3.3.4. Pengamatan Telur Soil Transmitted Helminths (STH)

pada Buah Stroberi dan Tanah .................................. 19

3.3.5. Identifikasi Telur Soil Transmitted Helminths (STH)

pada Buah Stroberi dan Tanah .................................. 20

3.4. Analisis Data ......................................................................... 21

Page 11: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH) pada

Buah Stroberi dan Tanah di Perkebunan dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat ............................... 23

4.2. Morfologi Telur Soil Transmitted Helminths (STH)

pada Buah Stroberi dan Tanah di Perkebunan dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat ............................... 26

4.3. Prevalensi, Intensitas dan Dominansi Soil Transmitted

Helminths (STH) pada Buah Stroberi dan Tanah di

Perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan,

Jawa Barat............................................................................ 30

4.4. Hubungan Keberadaan Telur Soil Transmitted Helminths

(STH) dengan Faktor Abiotik di Perkebunan dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat ............................... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ......................................................................... 39

5.2. Saran ................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 40

LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................................. 44

Page 12: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian kontaminasi telur

Soil Transmitted Helminths (STH) pada buah

stroberi di perkebunan dan Pasar Ciwidey,

Bandung Selatan Jawa Barat ........................................ 3

Gambar 2. Tipe telur Ascaris lumbricoides .................................... 4

Gambar 3. Daur hidup Ascaris lumbricoides ................................. 5

Gambar 4. Telur Trichuris trichiura ............................................. 7

Gambar 5. Daur hidup Trichuris trichiura ..................................... 7

Gambar 6. Telur cacing tambang (hookworm) .............................. 8

Gambar 7. Daur hidup cacing tambang (hookworm) ..................... 9

Gambar 8. Morfologi tanaman stroberi ......................................... 12

Gambar 9. Lokasi perkebunan stroberi. Perkebunan 1 (a);

Perkebunan 2 (b); Perkebunan 3 (c) ............................. 15

Gambar 10. Sampel tanah di Perkebunan Ciwidey ......................... 18

Gambar 11. Telur Ascaris lumbricoides. Fertilized (a dan b);

Fertilized decorticated (c) ............................................ 27

Gambar 12. Telur Ascaris lumbricoides. Unfertilized (a);

Unfertilized decorticated (b) ........................................ 27

Gambar 13. Tipe morfologi telur Ascaris lumbricoides

yang ditemukan ............................................................ 28

Gambar 14. Morfologi telur Trichuris trichiura ............................. 29

Gambar 15. Nilai dominansi Soil Transmitted Helminths

(STH) pada buah stroberi di perkebunan dan

Pasar Ciwidey .............................................................. 33

Gambar 16. Nilai dominansi Soil Transmitted Helminths (STH)

pada tanah di Perkebunan Ciwidey ............................. 33

Gambar 17. Hasil analisis komponen utama faktor abiotik

di perkebunan dan Pasar Ciwidey ................................ 36

Page 13: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Morfologi telur Soil Transmitted Helminths (STH) ......... 20

Tabel 2. Kriteria prevalensi kontaminasi Soil Transmitted

Helminths (STH) .............................................................. 21

Tabel 3. Kriteria intensitas kontaminasi Soil Transmitted

Helminths (STH) ............................................................... 22

Tabel 4. Kontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH )

pada buah stroberi dan tanah di perkebunan dan

Pasar Ciwidey .................................................................... 23

Tabel 5. Nilai prevalensi dan intensitas Soil Transmitted Helminths

(STH) pada buah stroberi dan tanah di perkebunan dan

Pasar Ciwidey .................................................................... 30

Tabel 6. Hasil pengukuran faktor abiotik di perkebunan dan

Pasar Ciwidey ................................................................... 35

Page 14: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur kerja penelitian .................................................. 44

Lampiran 2. Jumlah sampel dan jenis Soil Transmitted

Helminths (STH) yang ditemukan ............................ 45

Lampiran 3. Hasil uji statistik Principal Component Analysis

(PCA) ......................................................................... 46

Page 15: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroberi merupakan buah yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun

juga mudah mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan oleh tekstur buah yang

lembut sehingga sangat sensitif terhadap benturan fisik, suhu, dan sinar matahari

(Yuliasari et al., 2015). Buah stroberi juga mudah mengalami kontaminasi parasit

selama proses budidaya di lapangan, transportasi, dan penanganan pascapanen

(Nasution, Trisnowati, & Putra, 2013). Budidaya tanaman stroberi di Perkebunan

Ciwidey masih dilakukan secara konvensional pada lahan terbuka dengan

menggunakan tanah sebagai media tanamnya, sehingga memungkinkan

berkembangnya bermacam-macam parasit yang salah satunya adalah Soil

Transmitted Helminths (STH).

Cacing Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan nematoda usus yang

dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan dari bentuk

noninfektif menjadi infektif (Natadiasastra dan Agoes, 2009). Cacing yang

termasuk golongan ini adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,

Ancylostoma duodenale, dan Necator americanus. Kontaminasi telur STH pada

buah stroberi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu morfologi dari tanaman

stroberi yang memiliki cabang batang menjulur ke permukaan tanah, permukaan

buah stroberi yang kasar memungkinkan telur soil transmitted helminths mudah

menempel, penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan, dan air

sungai atau selokan yang digunakan untuk menyiram tanaman. Sumber air untuk

penyiraman berasal dari hasil buangan masyarakat sekitar yang masih melakukan

kegiatan mandi, mencuci dan defekasi di sungai (Kristinawati, 2017).

Penularan soil transmitted helminths pada manusia dapat terjadi pada saat

memakan buah segar tanpa mengupas atau mencucinya terlebih dahulu. Buah

stroberi yang dimakan langsung pada saat wisata petik terindikasi mengandung

soil transmitted helminths (Ikpeze, Chima, & Chizoba, 2017). Selain pada saat

wisata petik, buah stroberi yang dikonsumsi oleh manusia juga berasal dari pasar.

Page 16: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

2

Untuk mengetahui rute kontaminasi telur soil transmitted helminths pada buah

stroberi dari perkebunan sampai dikonsumsi manusia, maka penelitian ini juga

dilakukan pada buah stroberi yang dijual di pasar. Pasar Ciwidey merupakan pasar

tradisional yang sebagian besar penjualnya menerima pasokan buah stroberi dari

Perkebunan Ciwidey.

Pada penelitian Kristinawati (2017) tidak menemukan adanya kontaminasi

telur soil transmitted helminths pada buah stroberi di Desa Sembalun, Lombok

Timur. Hal itu dapat disebabkan oleh faktor cuaca yang dapat mempengaruhi

hasil pemeriksaan karena pada saat pengambilan sampel di daerah Sembalun

sedang mengalami musim hujan. Intensitas curah hujan yang tinggi dikhawatirkan

dapat menyebabkan telur soil transmitted helminths yang menempel pada buah

stroberi terbilas sehingga pada saat pemeriksaan tidak ditemukannya soil

transmitted helminths.

Untuk itu penelitian ini dilakukan pada musim panas untuk mengetahui

ada atau tidaknya kontaminasi telur soil transmitted helminths serta faktor-faktor

yang menyebabkan adanya kontaminasi pada buah stroberi di perkebunan stroberi

dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1) Apakah terdapat kontaminasi telur soil transmitted helminths pada buah

stroberi dan tanah yang digunakan untuk menanam buah stroberi di

Perkebunan Ciwidey, Bandung?

2) Bagaimana tingkat prevalensi, intensitas dan dominansi telur soil transmitted

helminths pada buah stroberi dan tanah di perkebunan dan Pasar Ciwidey,

Bandung Selatan, Jawa Barat?

3) Parameter faktor abiotik apakah yang mempengaruhi keberadaan telur soil

transmitted helminths pada buah stroberi dan tanah di perkebunan dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :

1) Keberadaan soil transmitted helminths pada buah stroberi dan tanah yang

digunakan untuk menanam buah stroberi di Perkebunan Ciwidey, Bandung

Page 17: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

3

2) Kategori tingkat prevalensi, intensitas, dan dominansi telur soil transmitted

helminths yang mengkontaminasi buah stroberi dan tanah di perkebunan dan

Pasar Ciwidey, Bandung

3) Faktor abiotik yang mempengaruhi keberadaan telur STH pada buah stroberi

dan tanah di perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan

kontaminasi telur soil transmitted helminths pada buah stroberi. Data penelitian

dapat digunakan sebagai bahan edukasi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam

mengkonsumsi buah stroberi secara langsung, pencegahan infeksi soil transmitted

helminths, dan pemutusan rantai kontaminasi telur soil transmitted helminths pada

buah stroberi.

1.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan pola pikir yang diterapkan untuk

mendapatkan gambaran atau fokus perhatian dalam sebuah penelitian. Untuk

memperjelas uraian perlu digambarkan kerangka berpikir tersebut pada suatu

model sehingga alur pikir peneliti dapat dengan mudah dipahami pembaca.

Kerangka berpikir berisi variabel-variabel yang harus diteliti yang menjadi

fokus utama penelitian. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian kontaminasi telur Soil Transmitted

Helminths (STH) pada perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung

Selatan, Jawa Barat

Manfaat :

- Hasil lebih tinggi

- Sediaan lebih bersih

- Sederhana dan mudah

Belum ada informasi mengenai telur cacing soil transmitted

helminths yang mengkotaminasi buah dan tanah di

Perkebunan Ciwidey Jawa Barat.

Pemeriksaan soil transmitted helminths dengan metode flotasi

dengan larutan garam jenuh 33%.

Untuk mengetahui keberadaan soil transmitted helminths yang mengkontaminasi buah dan tanah

di perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat

Buah stroberi mengalami kontaminasi parasit selama proses

budidaya di lapangan, transportasi, dan penanganan pasca

panen.

Penggunaan pupuk kandang peluang kontaminasi telur cacing

soil transmitted helminths pada buah stroberi.

Memakan buah segar tanpa

mengupas atau mencucinya

dapat menjadi faktor

penularan infeksi kepada

manusia.

Page 18: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Soil Transmitted Helminths (STH)

Soil Transmitted Helminths (STH) adalah nematoda usus yang dalam

siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk proses pematangan (Natadisastra &

Agoes, 2009). Di daerah yang tidak memiliki sanitasi yang memadai, telur ini

akan mencemari tanah. Empat Jenis yang paling umum menginfeksi manusia

adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura),

dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) (Hotez,

2008).

2.1.1 Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda parasit yang paling banyak

menyerang manusia dan cacing ini disebut juga cacing bulat atau cacing gelang.

Cacing dewasa berwarna agak kemerahan atau putih kekuningan, bentuknya

silindris memanjang, ujung anterior tumpul memipih dan ujung posteriornya agak

meruncing (Irianto, 2013). Cacing betina berukuran lebih besar dari cacing jantan.

Ukuran cacing betina dewasa mencapai 20-35 cm dan cacing jantan dewasa 15-30

cm. Cacing dewasa hidup di rongga usus halus. Seekor cacing betina dapat

bertelur 100.000-200.000 butir sehari (Sutanto, 2008).

Gambar 2. Tipe telur Ascaris lumbricoides (Chiodini, Moody, & Manser, 2001)

Telur Ascaris ditemukan dalam dua bentuk, yang dibuahi (fertilized) dan

tidak dibuahi (unfertilized) (Gambar 2). Telur yang dibuahi (fertilized) berukuran

Normal form Decorticated

Embryonated Unfertillized

Chitinous layer

Vitelline layer

Germ cell

Albuminoid layer

Chitinous layer

Vitelline layer

Protein granules

Albuminoid layer

Chitinous layer

Vitelline layer

Germ cell

Albuminoid layer

Chitinous layer

Vitelline layer

Embryo

Page 19: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

5

± 60 x 45 mikron, berbentuk oval, berisi embrio, dan berdinding tebal dengan 3

lapisan yaitu lapisan luar yang terdiri atas lapisan albuminoid dengan permukaan

tidak rata, bergerigi, berwarna kecoklat-coklatan karena pigmen empedu, lapisan

tengah merupakan lapisan chitin terdiri atas polisakarida dan lapisan dalam

(membran vitellin) terdiri atas sterol yang membuat telur dapat bertahan sampai

satu tahun dan terapung didalam larutan yang mengalami garam jenuh (pekat).

Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berukuran ± 90 x 40 mikron,

berbentuk bulat lonjong atau tidak teratur, dindingnya terdiri atas 2 lapisan dan

dalamnya bergranula, dihasilkan oleh betina yang tidak subur atau dihasilkan

terlalu cepat oleh betina yang subur. Telur ini akan tenggelam dalam larutan

garam jenuh (Natadisastra & Agoes, 2009). Berdasarkan ada tidaknya lapisan

albuminoid telur dibedakan menjadi dua yaitu corticated dan decorticated. Telur

corticated merupakan telur yang tidak kehilangan lapisan albuminoidnya,

sedangkan telur decorticated, telur yang dibuahi tanpa lapisan albuminoid yang

lepas karena proses mekanik. Telur ini akan terapung didalam larutan garam jenuh

(Safar, 2010).

Daur hidupnya A. lumbricoides keluar bersama feses penderita, telur

cacing yang telah dibuahi jika jatuh di tanah yang lembap dan suhu yang

optimal telur akan berkembang menjadi telur infektif, yang mengandung larva

cacing (Gambar 3).

Gambar 3. Daur hidup Ascaris lumbricoides (Soedarto, 2011)

Page 20: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

6

Pada manusia infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang

infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar tanah yang

mengandung feses penderita ascariasis. Di dalam usus halus bagian atas

dinding telur akan pecah kemudian larva keluar, menembus dinding usus

halus dan memasuki vena porta hati. Dengan aliran darah vena, larva beredar

menuju jantung, paru-paru, lalu menembus dinding kapiler masuk ke dalam

alveoli. Masa migrasi larva ini berlangsung sekitar 15 hari lamanya (Soedarto,

2011).

Sesudah itu larva cacing merambat ke bronkus, trakea dan laring, untuk

selanjutnya masuk ke faring, esofagus, lalu turun ke lambung dan akhirnya

sampai ke usus halus. Selanjutnya larva berganti kulit dan tumbuh menjadi cacing

dewasa. Migrasi larva cacing dalam darah yang mencapai organ paru tersebut

disebut “lung migration”. Dua bulan sejak masuknya telur infektif melalui mulut,

cacing betina mulai mampu bertelur (Soedarto, 2011).

Telur A. lumbricoides dapat ditularkan melalui makanan, minuman, dan

mainan yang telah terkontaminasi. Penularannya dapat melalui perantara tangan

yang tidak bersih. Selain tangan, sayuran juga menjadi salah satu sumber infeksi

dari soil transmitted helminths. Hal ini dikarenakan untuk meningkatkan

kesuburan tanaman sayuran, seringkali menggunakan kotoran manusia. Infeksi

soil transmitted helminths sering terjadi pada anak dibandingkan dewasa karena

anak-anak yang sering berhubungan dengan tanah yang merupakan tempat

berkembangnya telur A. lumbricoides (Irianto, 2013).Gangguan yang disebabkan

oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala

gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi

(Sutanto, 2008).

2.1.2 Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)

Cacing cambuk merupakan nematoda usus penyebab penyakit trikuriasis

(Seodarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari, 2008). Manusia merupakan hospes

definitif dari T. trichiura. Cacing ini terutama dapat ditemukan di sekum dan

appendiks, tetapi juga dapat ditemukan di kolon dan rektum dalam jumlah yang

besar. Cacing cambuk tidak membutuhkan hospes perantara untuk tumbuh

menjadi bentuk infektif (Natadisastra & Agoes, 2009).

Page 21: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

7

Gambar 4. Telur Trichuris trichiura (Chiodini et al., 2001)

Telur berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih

pada kedua kutub (Gambar 4). Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-

kuningan dan bagian dalamnya jernih. Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm,

sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk,

panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya

lebih gemuk dan cacing betina bentuknya membulat tumpul, sedangkan pada

cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Seekor cacing betina

diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000-20.000 butir (Sutanto,

2008).

Gambar 5. Daur hidup Trichuris trichiura (Soedarto, 2011)

Daur hidup T. trichiura mengalami pematangan dan menjadi infektif di

tanah dalam waktu 3-4 minggu lamanya (Gambar 5). Jika manusia tertelan telur

cacing yang infektif, maka di dalam usus halus dinding telur pecah dan larva ke

luar menuju sekum lalu berkembang menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu

Egg shell

Embryonic cell

Polar plug

Page 22: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

8

bulan sejak masuknya telur infektif ke dalam mulut, cacing telah menjadi dewasa

dan cacing betina sudah mulai mampu bertelur. Cacing dewasa dapat hidup

beberapa tahun lamanya di dalam usus manusia (Soedarto, 2011).

Mekanisme cacing cambuk menimbulkan kelainan pada manusia tidak

diketahui, tetapi paling tidak ada 2 proses yang berperan, yaitu trauma oleh cacing

dan efek toksik. Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini

membenamkan bagian kepalanya pada dinding usus (Seodarmo et al., 2008). Pada

infeksi berat, terutama pada anak, cacing tersebar di seluruh kolon dan rektum.

Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat

mengejannya penderita pada waktu defekasi (Sutanto, 2008). Infeksi T. trichiura

ditegakkan dengan menjumpai telur dalam feses ataupun cacing dewasa pada

feses.

2.1.3 Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

Cacing tambang merupakan nematoda yang hidup sebagai parasit pada

usus manusia. Cacing ini termasuk kelas nematoda dan tergolong dalam filum

Nemathelmintes. Dua Jenis utama cacing tambang yang menginfeksi manusia

adalah N. americanus dan A. duodenale (Sehatman, 2006). Manusia merupakan

hospes definitif dari cacing tambang.

Gambar 6. Telur cacing tambang (hookworm) (Chiodini et al., 2001)

Telur cacing tambang berbentuk oval, tidak berwarna dan berukuran 40 x

60 μm (Gambar 6). Dinding luar dibatasi oleh lapisan vitelline yang halus, di

antara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan bening. Telur yang

baru keluar bersama feses mempunyai ovum yang mengalami segmentasi 2, 4,

dan 8 sel. Bentuk telur N. americanus tidak dapat dibedakan dari A. duodenale.

Jumlah telur per-hari yang dihasilkan cacing betina N. americanus sekitar 9.000-

Vitelline layer

Ovum

Page 23: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

9

10.000, sedangkan pada A. duodenale 10.000-20.000 butir (Natadisastra & Agoes,

2009).

Cacing tambang mempunyai dua stadium larva, yaitu larva rhabditiform

yang tidak infektif dan larva filariform yang infektif. Kedua jenis larva ini mudah

dibedakan karena larva rabditiform bentuk tubuhnya agak gemuk dengan panjang

sekitar 250 μm, sedangkan larva filariform yang berbentuk langsing panjang

tubuhnya sekitar 600 μm (Soedarto, 2011).

Gambar 7. Daur hidup cacing tambang (hookworm) (Soedarto, 2011)

Daur hidup A. duodenale maupun N. americanus hanya membutuhkan

satu jenis hospes definitif, yaitu manusia (Gambar 7). Tidak ada hewan yang

bertindak sebagai hospes reservoir. Sesudah keluar dari usus penderita, telur

cacing tambang yang jatuh di tanah dalam waktu dua hari akan tumbuh menjadi

larva rabditiform yang tidak infektif karena larva ini dapat hidup bebas di tanah.

Sesudah berganti kulit dua kali, larva rabditiform dalam waktu satu minggu akan

berkembang menjadi larva filariform yang infektif yang tidak dapat mencari

makan dengan bebas di tanah (Soedarto, 2011).

Cacing ini hidup dalam usus halus terutama di daerah jejunum. Pada

infeksi berat, cacing dapat tersebar sampai ke kolon dan duodenum. Cacing

dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang besar melekat pada

mukosa dinding usus. Cacing tambang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit

dalam bentuk larva infektif. Setelah masuk melalui kulit, larva akan memasuki sistem

sirkulasi kemudian melewati jantung, paru-paru, organ pernapasan dan esofagus. Lalu

Page 24: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

10

akan bermigrasi ke usus kecil dan berkembang dewasa dalam waktu 35 hari

(Natadisastra & Agoes, 2009). Gejala yang disebabkan oleh infeksi cacing

tambang stadium dewasa tergantung pada jenis, jumlah cacing, dan keadaan gizi

penderita. Cacing tambang biasanya tidak menyebabkan kematian tetapi dapat

membuat daya tahan tubuh berkurang dan prestasi kerja turun (Seodarmo et al.,

2008).

2.2. Faktor yang Mendukung Terjadinya Infeksi Soil Transmitted

Helminths (STH)

2.2.1. Tanah

Sifat tanah mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan telur dan

daya tahan hidup dari larva cacing. Tanah liat yang lembab dan teduh merupakan

tanah yang sesuai untuk pertumbuhan telur A. lumbricoides dan T. trichiura.

Tanah berpasir yang gembur dan bercampur humus sangat sesuai untuk

pertumbuhan larva cacing tambang disamping teduh (Supali, Margono, & Abidin,

2008).

2.2.2. Iklim

Iklim tropis merupakan keadaan yang sangat sesuai untuk perkembangan

telur dan larva STH menjadi bentuk infektif bagi manusia. Suhu optimum untuk

pertumbuhan telur A. lumbricoides berkisar 25ºC, sedangkan telur T. trichiura

suhu optimum untuk tumbuh adalah 30ºC. Larva A. duodenale akan tumbuh

optimum pada suhu berkisar 23-25ºC, sedangkan untuk N. americanus berkisar

antara 28-32°C (Supali et al., 2008).

2.2.3. Kelembaban

Kelembaban yang tinggi akan menunjang pertumbuhan telur dan larva dari

STH. Pada keadaan kekeringan akan sangat tidak menguntungkan bagi

pertumbuhan STH. Kelembaban 80% sangat baik untuk perkembangan telur A.

lumbricoides sedangkan telur T. trichiura menjadi stadium larva maupun bentuk

infektif pada kelembaban 87% (Supali et al., 2008).

2.3. Pemeriksaan Soil Transmitted Helminths (STH)

Salah satu metode pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi telur soil transmitted helminths pada buah adalah dengan metode

tak langsung. Dalam metode ini telur cacing tidak langsung dibuat sediaan tetapi

sebelum dibuat sediaan sampel diperlakukan sedemikian rupa sehingga telur

Page 25: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

11

cacing dapat terkumpul. Metode ini menghasilkan sediaan yang lebih bersih

daripada metode yang lain (Sehatman, 2006).

Metode tak langsung dibagi menjadi dua cara yaitu sedimentasi

(pengendapan) dan flotasi (pengapungan). Prinsip dari teknik sedimentasi adalah

memisahkan antara suspensi dan supernata dengan adanya sentrifugasi sehingga

telur cacing dapat terendap. Sedangkan prinsip dari teknik flotasi adalah berat

jenis telur cacing lebih kecil daripada berat jenis NaCl jenuh sehingga

mengakibatkan telur cacing akan mengapung di permukaan larutan (Yudiar,

2012).

2.4. Perkebunan Stroberi Ciwidey, Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung sebagai sentra produksi pertanian Jawa Barat

memiliki kondisi iklim, lahan dan sumberdaya hayati yang sangat mendukung

pengembangan usaha aneka jenis komoditas pertanian khususnya hortikultura.

Komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk memasuki pasar internasional

dan pasar lokal adalah buah-buahan salah satunya buah stroberi karena memiliki

nilai ekonomi yang tinggi. Kabupaten Bandung memiliki potensi pertanian yang

cukup besar karena sebagian besar wilayahnya memiliki jenis tanah andosol,

morfologi yang sangat baik untuk tumbuh tanaman dan kondisi iklim yang

mendukung (Yulianto, 2013).

Ciwidey merupakan sentra produksi stroberi di Indonesia tepatnya di

Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan

Rancabali mempunyai lima desa yaitu, Desa Patengan, Desa Indragiri, Desa

Alamendah, Desa Cipelah dan Desa Sukaresmi. Salah satu dari kelima desa ini

yaitu Desa Alamendah komoditas utamanya mengandalkan buah stroberi. Lahan

stroberi di Desa Alamendah merupakan lahan stroberi yang paling luas di

Kabupaten Bandung, juga dengan tingginya produksi stroberi menjadikan wilayah

ini sebagai salah satu sentra penghasil buah stroberi terbesar di Kabupaten

Bandung. Produksi stroberi yang dihasilkan diantaranya bisa dipasarkan ke

sejumlah pasar swalayan/supermarket dan bahan untuk membuat berbagai jenis

makanan. Salah satu cara memasarkan stroberi yaitu dengan membuka wisata

petik stroberi sendiri (Yulianto, 2013).

Page 26: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

12

2.5. Morfologi Tanaman Stroberi

Tanaman stroberi merupakan tanaman berakar tunggang (radix primaria).

Akarnya terus tumbuh, berukuran besar dan dapat mencapai panjang 100 cm,

namun akarnya hanya dapat menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm.

Secara morfologi, akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang

akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis) dan tudung akar

(calyptras) (Dewi, 2017). Morfologi tanaman stroberi dapat dilihat pada Gambar

8.

Gambar 8. Morfologi tanaman stroberi (Dewi, 2017)

Tanaman stoberi memiliki batang yang beruas-ruas pendek dan berbentuk

buku. Batang tanaman banyak mengandung air dan tertutupi oleh pelepah daun

sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang. Buku-buku batang

tertutup oleh sisi daun yang mempunyai kuncup (gemma). Kuncup pada ketiak

daun dapat tumbuh menjadi anakan atau stolon. Stolon biasanya tumbuh

memanjang dan menghasilkan beberapa calon tanaman baru. Stolon adalah

cabang kecil yang tumbuh mendatar atau menjalar di permukaan tanah. Tunas

yang berakar dan tumbuh akan membentuk generasi (tanaman) baru, yang

digunakan sebagai bibit untuk perbanyakan vegetatif tanaman stroberi. Bibit yang

berasal dari stolon disebut geragih atau runners (Dewi, 2017).

Daun stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran cukup panjang.

Tangkai daun berbentuk bulat dan seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-

bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifoliate). Bagian tepi daun bergerigi,

berwarna hijau, dan berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3

bulan, selanjutnya ketika buah telah dipanen maka daun akan menggering

kemudian mati (Dewi, 2017).

Cabang batang

Buah

Bunga

Batang

Akar

Daun

Page 27: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

13

Tanaman stroberi memiliki bunga yang berbentuk klaster (tandan) pada

beberapa tangkai bunga. Biasanya bunga mekar tidak bersamaan, bunga yang

lebih awal mekar ukurannya lebih besar daripada bunga yang mekar terakhir.

Bunga stroberi berwarna putih, berdiameter 2,5-3,5 cm, terdiri dari 5-10 kelopak

bunga berwarna hijau dan 5 mahkota bunga. Stroberi memiliki warna buah yang

sangat menarik yaitu berwarna merah menyala. Buah stroberi adalah buah semu,

yang merupakan pembesaran yaitu receptacle (tangkai buah). Buah sejati yang

berasal dari pembuahan ovul berkembang menjadi buah kering dengan biji yang

keras disebut achene, dimana pembentukannya ditentukan oleh jumlah pistil dan

keefektifan penyerbukan (Dewi, 2017).

2.6. Tinjauan Umum Tentang Makanan dalam Pandangan Islam

Dalam perspektif islam, kesehatan merupakan nikmat dan karunia Allah

swt yang wajib disyukuri. Meskipun kesehatan merupakan kebutuhan fitrah

manusia dan juga sebagai nikmat Allah, tetapi banyak yang mengabaikan dan

melupakan nikmat sehat ini. Berdasarkan konsep kesehatan yang ada, paling tidak

pola hidup sehat ada tiga macam. Pertama, melakukan hal – hal yang berguna

untuk kesehatan. Kedua, menghindari hal –hal yang membahayakan kesehatan.

Ketiga, melakukan hal –hal yang dapat menghilangkan penyakit yang diderita.

Segala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal untuk dimakan

kecuali ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk dimakan.

Agama Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk memakan makanan yang

halal dan baik. Makanan “halal” maksudnya makanan yang diperoleh dari usaha

yang diridhai Allah. Sedangkan makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi

tubuh, atau makanan bergizi (Amal, 2012).

Dalam al-Qur‟an, Allah telah memerintahkan agar manusia

mengkonsumsi makanan dan minuman yang bersifat halalan dan thayyiban. Allah

berfirman :

Page 28: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

14

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkahlangkah setan,

karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah :

168)

Dalam ayat ini Allah memperbolehkan manusia makan semua makanan

yang ada di bumi, yaitu yang halal dan baik, lezat dan tidak mengandung bahaya

bagi badan, atau akal dan urat syaraf. Makanan yang halal disini berarti makanan

yang tidak haram, yakni memakannya tidak dilarang oleh agama. Namun

demikian, tidak semua makanan yang halal otomatis baik, misalnya ada makanan

yang halal, tetapi tidak bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik. Yang

diperintahkan dalam ayat di atas adalah yang halal lagi baik (Al-Hafidz, 2007).

Kata thayyib berasal dari segi bahasa lezat, baik, sehat, dan yang paling

utama menentramkan. Dalam konteks makanan, thayyib artinya makanan yang

tidak kotor dari segi zatnya atau kadaluarsa (rusak), atau dicampuri benda najis.

Secara singkat bahwa makanan yang thayyib adalah makanan yang sehat,

proporsional dan aman (halal). Untuk menilai suatu makanan itu thayyib (bergizi)

atau tidak, maka harus terlebih dahulu diketahui komposisinya. Bahan makanan

yang thayyib bagi umat islam harus terlebih dahulu memenuhi syarat halal (Al-

Hafidz, 2007).

Page 29: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Oktober 2019. Pengambilan

sampel dilakukan di Perkebunan Ciwidey, Desa Alamendah, Rancabali dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan di Laboratorium

Ekologi Dasar, Pusat Laboratorium Terpadu (PLT), Fakultas Sains dan Teknologi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan.

Gambar 9. Lokasi perkebunan stroberi. Perkebunan 1 (a); Perkebunan 2 (b);

Perkebunan 3 (c)

a

b

c

Page 30: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

16

Kriteria perkebunan yang dijadikan lokasi pengambilan sampel adalah

perkebunan yang hanya ditanami stroberi. Pengambilan sampel dilakukan pada

bulan September. Pada bulan tersebut sedang tidak ditemui hujan. Perkebunan

stroberi yang dijadikan lokasi pengambilan sampel sebanyak tiga perkebunan

yang saling berdekatan (Gambar 9) dengan luas masing-masing ± 1 ha. Titik

koordinat perkebunan yang dijadikan lokasi penelitian adalah perkebunan 1

(S:07°07’16.6” ; E:107°25’33.7”), perkebunan 2 (S:07°07’16.1” ;

E:107°25’34.1”), dan perkebunan 3 (S:07°07’16.5” ; E:107°25’38.4”).

Budidaya stroberi di Perkebunan Ciwidey dilakukan di lahan terbuka

dengan menggunakan polybag sebagai tempat media tanamnya. Setiap 1 ha

perkebunan berisi 5.000-8.000 polybag tanaman stroberi. Polybag ini mempunyai

ukuran 40 x 50 cm pada bagian dasar 30 cm diisi tanah, lalu 10 cm berikutnya

diisikan pupuk kandang, 5 cm berikutnya diisikan tanah kembali, dan 5 cm

sisanya untuk penanaman bibit stroberi. Setiap polybag tersusun secara sejajar

dengan jarak dari satu polybag ke polybag lain adalah jarak antara samping kiri

dan kanan 10 cm, sedangkan jarak antara depan dan belakang 60 cm. Pada bagian

depan kebun terdapat rak susun yang ditempati oleh bibit tanaman stroberi pada

polybag-polybag kecil.

Kriteria pasar yang dijadikan lokasi pengambilan sampel adalah pasar

tradisional di sekitar Ciwidey yang menerima pasokan buah stroberi dari

perkebunan Ciwidey. Buah stroberi diperoleh dari tiga penjual yang hanya

menjual buah stroberi. Letak penjual buah stroberi tidak berada di dalam pasar

melainkan berada di luar pasar dekat dengan jalan. Penjual meletakkan buah

stroberi di atas meja kayu dan dibiarkan terbuka sehingga buah stroberi terpapar

sinar matahari langsung.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan meliputi kaca objek, kaca penutup, tabung

sentrifugasi, sentrifugasi, timbangan digital, pipet, mikroskop cahaya, kotak

pendingin, rak tabung, pisau, gelas ukur, gelas piala, tabung reaksi, pinset, pisau,

label, penggaris atau skala, saringan kawat, kantong plastik atau plastik klip, alat

tulis, sekop dan alat ukur faktor abiotik yaitu GPS (Global Position System), soil

tester, thermo hygrometer, dan luxmeter.

Page 31: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

17

Bahan yang digunakan sebagai sampel adalah buah stroberi dari

perkebunan dan pasar, tanah dari perkebunan, larutan NaCl atau garam 33%, dan

akuades.

3.3. Cara Kerja

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel

dari lapangan secara langsung. Populasi dari penelitian ini adalah buah stroberi

yang ditanam di Perkebunan Ciwidey dan buah stroberi yang dijual di Pasar

Ciwidey dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan

beberapa kriteria. Data yang diperoleh berupa data primer dari hasil pemeriksaan

di Pusat Laboratorium Terpadu. Alur kerja penelitian dapat dilihat pada Lampiran

1. Tahapan kerja pada penelitian ini sebagai berikut.

3.3.1. Pengambilan Sampel Buah Stroberi di Perkebunan dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat

Seluruh sampel buah stroberi yang diamati pada penelitian ini adalah yang

sudah matang dengan didominasi warna merah (≥ 50%) pada seluruh permukaan

buahnya dengan ukuran diameter buah 1-2 cm. Buah stroberi yang dipetik adalah

buah yang segar dengan kualitas baik ditandai dengan tidak adanya kerusakan

sama sekali pada buah.

Pengambilan sampel stroberi di perkebunan dan pasar dilakukan dalam

satu hari. Sampel buah stroberi yang pertama diambil dari Pasar Ciwidey.

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dengan membeli masing-masing 1

kotak buah stroberi (15-20 buah) dari tiga penjual yang berbeda. Tiap kotak diberi

label atau keterangan P1, P2, P3 dan waktu pengambilan pada tutup kemasannya,

kemudian disimpan di dalam kotak pendingin.

Sampel buah stroberi di setiap perkebunan diambil sebanyak 3 sampel.

Setiap sampel terdiri dari 200 g buah stroberi (20-25 buah). Satu sampel buah

stroberi diambil dari beberapa polybag yang kondisi buahnya sesuai dengan

kriteria yang sudah ditentukan. Buah stroberi yang akan dipetik dilakukan pada

buah yang berumur 5 - 6 bulan setelah tanam pada masing-masing perkebunan.

Total buah stroberi yang diambil dari tiga perkebunan yang berbeda yaitu 9

sampel. Tiap sampel dimasukkan ke dalam plastik klip lengkap dengan

keterangan waktu dan nama tiap sampel (K1Ba, K1Bb, K1Bc ; K2Ba, K2Bb,

Page 32: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

18

K2Bc ; K3Ba, K3Bb, K3Bc). Semua sampel dimasukkan ke dalam kotak

pendingin agar tetap terjaga kondisinya selama perjalanan.

3.3.2. Pengambilan Sampel Tanah di Perkebunan Ciwidey, Bandung

Selatan, Jawa Barat

Pengambilan sampel tanah dilakukan di Perkebunan Ciwidey. Sampel

tanah yang diambil adalah tanah liat yang digunakan sebagai media untuk

pertumbuhan tanaman stroberi yang buahnya akan diambil sebagai sampel

penelitian, artinya dalam satu polybag yang sama antara buah stroberi dan

tanahnya. Sampel tanah yang diambil adalah tanah yang berada di atas permukaan

polybag karena berkontak langsung dengan tanaman stroberi (Gambar 10).

Gambar 10. Sampel tanah di Perkebunan Ciwidey

Sampel tanah diambil bersamaan dengan proses pengambilan sampel buah

stroberi. Setelah buah stroberi dipetik dilanjutkan dengan pengambilan tanah yang

dilakukan dengan sekop. Sampel diambil sebanyak 5 g (segenggam tangan) di tiga

polybag yang berbeda di setiap perkebunan. Total sampel tanah yang diambil dari

tiga perkebunan yaitu 9 sampel masing-masing dimasukkan ke dalam plastik klip

dan diberi keterangan TK1a, TK1b, TK1c ; TK2a, TK2b, TK2c ; TK3a, TK3b,

TK3c kemudian disimpan di dalam kotak pendingin.

3.3.3. Pengukuran Faktor Abiotik

Faktor abiotik yang diukur adalah suhu udara, kelembapan udara, pH

tanah, suhu tanah, kelembaban tanah, dan instensitas cahaya. Alat yang digunakan

untuk mengukur faktor abiotik yaitu GPS, thermo hygrometer, GPS, soil tester,

dan luxmeter.

Alat GPS digunakan untuk menentukan posisi dan navigasi dengan

menggunakan satelit dengan cara tekan tombol on lalu pilih dan tekan pengaturan

Page 33: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

19

pada menu pilihan seperti menentukan titik koordinat suatu wilayah. Thermo

hygrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara dan

kelembapan udara. Alat ini dapat digunakan dengan cara memasang baterai pada

bagian belakang kemudian alat diletakkan di tempat yang ingin diukur.

Soil tester adalah alat yang digunakan untuk mengukur keasaman tanah

dan kelembaban tanah. Alat ini digunakan dengan cara ujung alat ditancapkan ke

dalam tanah sampai batas tertentu kemudian lihat angka yang tertera pada alat

tersebut yang menunjukkan kelembapan tanah (%). Untuk mengukur pH tanah

dilakukan dengan menekan tombol kemudian dilepaskan dan angka yang tertera

menunjukkan pH tanah.

Lux meter yang berfungsi untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di

suatu tempat. Lux meter digunakan dengan cara tekan tombol on terlebih dahulu,

kemudian dilakukan kalibrasi. Sensor alat harus diarahkan ke sumber cahaya

kemudian hasil pengukuran dicatat. Data yang diperoleh akan digunakan untuk

mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan.

3.3.4. Pengamatan Telur Soil Transmitted Helminths pada Buah Stroberi

dan Tanah

Pemeriksaan telur cacing STH menggunakan metode tak langsung yaitu

metode pengapungan dengan larutan garam jenuh 33% (Widarti, 2018). Larutan

garam jenuh (33%) dibuat terlebih dahulu dengan menambahkan 99 g garam ke

dalam 300 ml akuades, kemudian diaduk hingga garam mengendap dan berhenti

larut.

Pengamatan kontaminasi telur cacing STH pada sampel tanah hampir

sama prosedurnya dengan pengamatan pada buah stroberi. Sampel buah stroberi

sebanyak 200 g dipotong menggunakan pisau, sedangkan tanah yang telah

diperoleh dari polybag tanaman yang berbeda ditimbang masing-masing sebanyak

5 g. Sampel buah dan tanah direndam dengan larutan garam jenuh dalam gelas

piala 1000 ml. Setelah 30 menit, diaduk dengan pinset hingga merata lalu sampel

dikeluarkan.

Air rendaman disaring kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala lain

dan didiamkan selama 1 jam. Air yang di permukaan gelas piala diambil dengan

volume 10-15 ml menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam tabung

Page 34: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

20

sentrifugasi 15 ml. Tabung yang berisi air tersebut disentrifugasi dengan

kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Tabung ditetesi larutan garam jenuh

menggunakan pipet tetes sampai permukaan air menjadi cembung. Permukaan

tabung ditutup dengan kaca penutup selama 45-60 menit. Kaca penutup diambil

dan diletakkan di atas kaca objek untuk diperiksa secara mikroskopis.

Preparat diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 X, 200 X,

400 X dan 1000 X. Spesimen yang ditemukan pada saat pengamatan dibawah

mikroskop didokumentasikan dan diberi nama sesuai kode sampel sebelumnya

serta tanggal untuk proses identifikasi selanjutnya.

3.3.5. Identifikasi Telur Soil Transmitted Helminths pada Buah Stroberi dan

Tanah

Identifikasi telur cacing STH dilakukan berdasarkan bentuk, ukuran,

warna STH yang ditemukan kemudian disesuaikan dengan acuan atau buku

panduan seperti Atlas Parasitologi Kedokteran (Prianto, Tjahaya, & Darwanto,

2006), Buku Parasitologi Kedokteran (Soedarto, 2011), (Purnomo, 2009), dan

Atlas of Medical Parasitology (Rai, Uga, Kataoka, & Matsumura 1996) yang

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Morfologi telur Soil Transmitted Helminths (STH)

No. Jenis STH Morfologi Telur

1. Ascaris lumbricoides

Dibuahi : Ukuran ± 60 x 45 µm, dinding dalam hialin

tebal, dinding luar albuminoid kasar berwarna kuning

tengguli.

Tidak dibuahi : Ukuran ± 90 x 40 µm, dinding dalam

hialin tipis, dinding luar albuminoid kasar berwarna

kuning tengguli dan berisi granula-granula kasar.

2. Trichuris trichiura

Ukuran ± 50 x 22 µm. Bentuk seperti tempayan

dengan tonjolan di kedua ujungnya, dinding tiga lapis,

lapisan luar berwarna kuning tengguli.

3.

Cacing Tambang

Neccator americanus

Ancylostoma duodenale

Bentuk telur berbagai jenis cacing tambang mirip satu

dengan lainnya, sehingga sukar dibedakan. Ukuran ±

70 x 45 µm, telur cacing tambang berbentuk lonjong,

berdinding satu lapis, tipis, dan transparan.

Sumber : Purnomo (2009)

Page 35: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

21

3.4. Analisis Data

Data yang didapatkan berupa hasil pemeriksaan kontaminasi telur cacing

STH pada stroberi dan tanah, nama dan jumlah jenis telur cacing STH dari

perkebunan dan pasar di Ciwidey, serta faktor-faktor yang mendukung terjadinya

kontaminasi telur cacing STH pada stroberi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dilakukan analisis secara

deskriptif kuantitatif dengan menggambarkan jenis telur cacing STH yang

ditemukan dan menghitung prevalensi, intensitas dan dominansi telur cacing STH

yang mengkontaminasi sampel. Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

Hasil perhitungan prevalensi dan intensitas telur cacing STH dimasukkan

dalam kategori prevalensi dan intensitas STH yang disajikan pada Tabel 2 dan

Tabel 3. Rumus yang digunakan untuk menganalisis tingkat kontaminasi STH

adalah menggunakan perhitungan prevalensi, intensitas, dan dominansi (Maulana,

Muchlisin, & Sugito, 2017), yaitu:

Prevalensi =

Intensitas =

Dominansi =

Tabel 2. Kriteria prevalensi kontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH)

No. Tingkat Kontaminasi Keterangan Prevalensi

1 Selalu Kontaminasi sangat parah 100 – 99 %

2 Hampir selalu Kontaminasi parah 98 – 90 %

3 Biasanya Kontaminasi sedang 89 – 70 %

4 Sangat sering Kontaminasi sangat sering 69 – 50 %

5 Umumnya Kontaminasi biasa 49 – 30 %

6 Sering Kontaminasi sering 29 – 10 %

7 Kadang Kontaminasi kadang 9 – 1 %

8 Jarang Kontaminasi jarang < 1 – 0,1 %

9 Sangat Jarang Kontaminasi sangat jarang < 0,1 – 0,1 %

10 Hampir Tidak Pernah Kontaminasi tidak pernah < 0,01 %

Sumber : Maulana et al. (2017)

Page 36: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

22

Tabel 3. Kriteria intensitas kontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH)

No. Tingkat Kontaminasi Intensitas (ind/buah)

1 Sangat rendah < 1

2 Rendah 1 – 5

3 Sedang 6 – 55

4 Parah 51– 100

5 Sangat parah >100

6 Super terkontaminasi >1000

Sumber : Maulana et al. (2017)

Analisis hubungan antara keberadaan telur STH dengan faktor abiotik

yang ada di perkebunan dan Pasar Ciwidey, Jawa Barat dilakukan dengan analisis

Principal Component Analysis (PCA) pada program SPSS 20.

Page 37: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Buah Stroberi

dan Tanah di Perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa

Barat

Buah stroberi yang dijadikan sebagai sampel pengamatan berasal dari tiga

perkebunan dan tiga penjual buah stroberi di Pasar Ciwidey. Buah stroberi yang

terkontaminasi dan yang tidak terkontaminasi telur STH tidak dapat dibedakan

secara morfologi, baik warna, ukuran, dan bentuk buahnya. Keberadaan STH

tidak merusak bentuk morfologi dan kualitas buah stroberi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan seluruh sampel positif ditemukan telur

STH yaitu 9 sampel buah stroberi dan 9 sampel tanah dari tiga perkebunan, serta 3

sampel buah stroberi pasar. Jenis telur STH yang ditemukan adalah Ascaris

lumbricoides dan Trichuris trichiura. Total telur STH yang ditemukan sebanyak

374 individu (Tabel 4). Data kontaminasi telur STH pada setiap sampel dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4. Kontaminasi Soil Transmitted Helmints (STH) pada buah dan tanah di

perkebunan dan Pasar Ciwidey

Sampel

Hasil Pemeriksaan ∑STH yang ditemukan

A.

lumbricoides

T.

trichiura

A.

lumbricoides T. trichiura

K1 Buah + + 9,67 ± 3,21 0,33 ± 0,58

Tanah + + 28 ± 22,60 0 ± 0

K2 Buah + - 19 ± 15,7 0 ± 0

Tanah + + 23,33 ± 12,50 0,67 ± 0,58

K3 Buah + - 16 ± 9,54 0,33 ± 0,58

Tanah + - 19,33 ± 11,01 0 ± 0

P Buah + - 8 ± 7 0 ± 0

TOTAL 370 4

Keterangan : K1 = Perkebunan 1 P = Pasar

K2 = Perkebunan 2 + = Terkontaminasi

K3 = Perkebunan 3 - = Tidak terkontaminasi

Morfologi tanaman stroberi yang menjulur ke permukaan tanah

menyebabkan adanya kontak langsung dengan tanah sehingga memungkinkan

telur STH yang berada pada tanah menempel pada buah stroberi. Pada saat

Page 38: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

24

penyiraman atau diguyur air hujan tanaman dapat terpercik oleh tanah yang

mengandung telur STH, sehingga dapat menempel pada permukaan buah stroberi

yang kasar.

Faktor penyebab ditemukannya telur Soil Transmitted Helminths (STH)

pada buah stroberi dan tanah adalah dari penggunaan pupuk kandang dari kotoran

hewan dan air selokan yang berasal dari hasil buangan rumah tangga. Menurut

Kristinawati (2017) air selokan yang digunakan untuk menyiram tanaman juga

dapat menjadi perantara adanya kontaminasi telur STH apabila air tersebut

mengandung feses yang terkontaminasi telur STH. Apabila air terkontaminasi

feses yang mengandung STH digunakan untuk menyiram tanaman, maka STH

yang terdapat pada feses dapat mencemari tanah dan tanaman tersebut.

Faktor alam juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

telur maupun larva cacing meliputi tanah, iklim, kelembapan, dan suhu. Tanah

yang gembur dan lembap untuk menanam stroberi merupakan media yang sangat

cocok untuk perkembangan STH. Tanah yang terkontaminasi STH terindikasi

berasal dari penggunaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan.

Menurut Soedarto (2011) penularan parasit dapat terjadi melalui penggunaan

kotoran hewan sebagai pupuk, jika pupuk yang digunakan mengandung parasit

atau larva cacing, parasit tersebut dapat menempel pada daun tanaman ataupun

buah-buahan.

Semua jenis STH yang ditemukan berada dalam bentuk telur dan tidak

ditemukannya telur atau larva dari cacing tambang (hookworm) pada semua

sampel. Buah stroberi menjadi medium perpindahan STH dari tanah di

perkebunan hingga ke pasar dan dikonsumsi oleh manusia. Keberadaan telur STH

pada buah stroberi akan mengikuti perpindahan buah stroberi tersebut. Telur STH

yang ditemukan dari sampel buah stroberi dan tanah Perkebunan Ciwidey yaitu A.

lumbricoides dan T. trichiura, sedangkan pada sampel pasar hanya ditemukan A.

lumbricoides.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bier (1991) mengenai isolasi parasit

pada buah-buahan dan sayur-sayuran, diantaranya digunakan kubis sebagai

contoh uji pemeriksaan, didapatkan gambaran adanya kontaminasi spesies telur

Ascaris sp. dan Trichuris sp. dalam bentuk telur decorticated dengan rata-rata

Page 39: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

25

pertumbuhan 10% dari telur yang dibiakkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Spindola Felix et al. (1996) dan Sandra Regina (2014) menemukan adanya

kontaminasi Ascaris lumbricoides pada buah stroberi di Meksiko dan Brazil.

Buah stroberi yang telah dipanen dari perkebunan dibawa ke pengepul

sebelum didistribusikan ke pasar. Pengepul bertugas sebagai tempat penyimpanan

dan pengemasan buah stroberi. Proses pengemasan buah stroberi tidak terlalu

diperhatikan kebersihannya mulai dari alat dan tempat yang digunakan,

dikarenakan prosesnya masih sederhana atau konvensional. Buah stroberi yang

telah dipanen diletakkan di atas kain sarung disebar dan dipilih untuk dikemas ke

dalam wadah plastik.

Buah stroberi memiliki umur simpan yang sangat singkat dan rentan

terhadap kontaminasi. Daya tahan stroberi hanya mencapai 6 hari bila disimpan

pada suhu dingin antara 0°C hingga 4°C, sedangkan pada suhu ruang stroberi

hanya bertahan sekitar 2-3 hari (Nasution et al., 2013). Untuk itu proses

pengemasan harus segera dilakukan setelah buah stroberi dipanen. Buah stroberi

yang sudah melalui tahap pengemasan di dalam wadah plastik dikumpulkan

dalam sebuah kardus yang selanjutnya akan didistribusikan ke pasar dan penjual

di pinggir jalan.

Buah stroberi tidak mengalami proses pencucian terlebih dahulu sebelum

pengemasan dikarenakan akan mengurangi kualitas buah itu sendiri baik dari

bentuk, tekstur dan kesegaran buah. Proses pencucian akan mengurangi atau

menghilangkan lapisan lilin sebagai penghambat difusi gas ke dalam dan luar

buah yang berada pada permukaan stroberi sehingga buah tidak mudah

mengalami kerusakan (Christy, 2014). Tahapan produksi sampai dengan

pemasaran buah masih dilakukan secara konvensional dengan bantuan tenaga

manusia dan tidak ada kontrol kualitas pada buah yang akan didistribusikan,

misalnya faktor kebersihan dan keamanannya. Hal-hal inilah yang memungkinkan

adanya kontaminasi telur STH pada buah di perkebunan sampai buah dijual ke

pasar tradisional.

Menurut Lobo, Widjadja, Oktaviani, & Puryadi (2016) sayur dapat

berisiko tercemar telur cacing karena banyak faktor, antara lain (1) dijamah

manusia dengan tangan kotor yang mengandung telur cacing atau belum mencuci

Page 40: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

26

tangan (2) jatuh ke tanah yang mengandung telur cacing, (3) dihinggapi vektor

penyakit seperti lalat, kecoa sehingga terjadi perpindahan telur cacing dari

tubuhnya ke sayuran, (4) cara mencuci dan mengolah sayur belum benar sehingga

telur cacing masih menempel pada sayuran, dan (5) sayuran tersebut tidak

dimasak dengan matang. Faktor lingkungan yang mendukung siklus hidup cacing,

keberadaan hospes perantara, penggunaan air, kontainer penyimpan sayur, sayur

dijamah dengan tangan kotor atau terkontaminasi selama perpindahan sayur dari

satu lokasi ke lokasi lain. Hal tersebut juga berlaku sebagai faktor penyebab

kontaminasi pada buah stroberi.

4.2 Morfologi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Buah Stroberi dan

Tanah di Perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa

Barat

Telur STH termasuk endoparasit yang menetap dan seluruh tubuhnya

tenggelam ke dalam jaringan dan tubuh tanaman inangnya. Kondisi telur STH

dalam buah sangat ditentukan oleh kondisi buah tersebut, sehingga perlu kehati-

hatian dalam proses penyimpanannya karena buah stroberi mudah mengalami

kerusakan. Jika buah mengalami kerusakan atau kebusukan akan menyebabkan

telur STH sulit ditemukan atau jika ditemukan bentuknya sulit untuk

diidentifikasi, sehingga pada saat buah stroberi sampai di laboratorium harus

segera diamati. Buku identifikasi yang digunakan adalah Atlas Parasitologi

Kedokteran (Prianto, Tjahaya, & Darwanto, 2006), Buku Parasitologi Kedokteran

(Soedarto, 2011), (Purnomo, 2009), dan Atlas of Medical Parasitology (Rai, Uga,

Kataoka, & Matsumura 1996) beserta jurnal (Oktari, A & Mutamir, 2017) dan

(Tantri, Setyawati, & Khotimah, 2013).

Ascaris lumbricoides mempunyai dua jenis telur, yaitu telur yang sudah

dibuahi (fertilized eggs) dan telur yang tidak dibuahi (unfertilized eggs). Telur

yang dibuahi dan tidak dibuahi dibedakan menjadi dua berdasarkan ada tidaknya

lapisan albuminoid, yaitu telur corticated dan decorticated. Telur corticated

merupakan telur yang tidak kehilangan lapisan albuminoidnya, sedangkan telur

decorticated merupakan telur yang kehilangan lapisan albuminoidnya (Safar,

2010).

Ascaris lumbricoides ditemukan pada fase telur dan memiliki tipe-tipe

telur yaitu fertilized dan unfertilized. Telur tipe fertilized adalah telur yang dibuahi

Page 41: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

27

(Gambar 11a, 11b), telur ditemukan dalam bentuk oval atau lonjong, berwarna

coklat tua, bagian tengah telur tidak terlihat karena tertutup albuminoid dan

memiliki permukaan yang bergerigi atau tidak rata. Ciri yang ditemukan memiliki

kesamaan dengan deskripsi di Buku Ajar Parasitologi Kedokteran oleh Soedarto

(2011) yaitu fertilized eggs berbentuk lonjong, berukuran 45-70 x 35-50 µm,

mempunyai kulit telur yang tak berwarna. Bagian terluar telur tertutup oleh

lapisan albuminoid yang permukaannya bergerigi (mamillation), dan berwarna

coklat karena menyerap zat warna empedu.

Gambar 11. Telur Ascaris lumbricoides. Fertilized (a dan b); Fertilized

decorticated (c)

Tipe decorticated merupakan telur yang dibuahi namun kehilangan lapisan

albuminoid (Gambar 11c). Telur yang ditemukan memiliki ciri, yaitu berbentuk

oval atau lonjong dan transparan dengan bagian luar tidak bergerigi atau rata

karena tidak ada lapisan albuminoidnya. Ciri ini seperti yang ditemukan oleh

Hernasari (2011) yaitu telur transparan dan tidak memiliki lapisan albuminoid

karena lapisan albuminoid dapat terlepas akibat proses mekanik.

Gambar 12. Telur Ascaris lumbricoides. Unfertilized (a); Unfertilized

decorticated (b)

a b c 30 µ 30 µ 30 µ

30 µ 30 µ a b

Page 42: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

28

Telur unfertilized atau tidak dibuahi yang ditemukan memiliki bentuk

tidak beraturan, bagian isi berupa granula-granula dan memiliki albuminoid

(Gambar 12a). Telur decorticated tidak dibuahi yang ditemukan memiliki ciri

berwarna coklat muda atau coklat tua, berbentuk tidak beraturan dan tidak

terdapat albuminoid (Gambar 12b).

Karakteristik telur A. lumbricoides tersebut sesuai dengan Atlas

Helminthologi Kedokteran (2009) yaitu ukuran berkisar 90 x 40 µm, dinding

dalam berupa hialin tipis, bagian dalam berupa granula-granula kasar, berwarna

kuning tengguli dan dinding luar berupa albuminoid (corticated) atau dinding luar

tidak terdapat albuminoid (decorticated).

Tipe telur A. lumbricoides yang paling banyak ditemukan pada semua

sampel buah stroberi dan tanah adalah unfertillized (tidak dibuahi) atau non

infektif sebanyak 206 individu (Gambar 13). Tipe telur unfertillized dihasilkan

oleh cacing betina pada awal produksi telur sehingga lebih banyak ditemukan.

Telur unfertillized yang dikeluarkan oleh cacing betina akan tumbuh dan

berkembang di tanah apabila kondisi faktor abiotik sesuai maka telur unfertillized

akan berubah menjadi telur fertillized yang sudah berisi embrio. Telur

unfertillized juga dapat dihasilkan oleh cacing betina yang tidak subur. Tipe telur

yang lebih sedikit ditemukan adalah tipe decorticated sebanyak 70 karena telur

telah mengalami kehilangan lapisan albuminoidnya akibat kerusakan mekanik

seperti benturan atau gesekan pada buah stroberi selama perjalanan.

Gambar 13. Tipe morfologi telur Ascaris lumbricoides yang ditemukan

94

206

70

0

50

100

150

200

250

Ind

ivid

u

Tipe morfologi telur Ascaris lumbricoides

Fertillized Unfertillized Decorticated

Page 43: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

29

Ascaris lumbricoides dapat menginfeksi manusia melalui beberapa jalan,

yaitu telur infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar,

melalui tangan yang kotor karena adanya kontak dengan tanah yang mengandung

telur infektif, atau telur infektif terhirup melalui udara bersama debu. Jika telur

infektif masuk melalui saluran pernapasan, telur akan menetas di mukosa jalan

napas bagian atas, larva langsung menembus pembuluh darah dan beredar

bersama aliran darah (Soedarto, 2011). Menurut Sandjaja (2007) dalam debu

dapat dijumpai telur telur A. lumbricoides, dalam setiap gram dapat ditemukan 31

butir telur A. lumbricoides, sehingga debu dapat menjadi salah satu sumber

penularan A. lumbricoides.

Gambar 14. Morfologi telur Trichuris trichiura

Karakteristik telur T. trichiura yang ditemukan memiliki bentuk oval

berwarna coklat, dan memiliki dua kutub jernih yang menonjol (Gambar 14).

Ciri-ciri mirip dengan deskripsi Purnomo (2009) yakni berukuran 50 x 25 µm,

bentuk seperti tempayan dengan tonjolan di kedua ujungnya, dinding terdiri dari

tiga lapis, dan lapisan luar berwarna kuning tengguli.

Pada penelitian ini tidak ditemukannya jenis cacing tambang (Hookworm).

Berbeda dengan STH lainnya, telur cacing tambang dapat tumbuh optimum pada

lingkungan yang mengandung pasir karena pasir memiliki berat jenis yang lebih

besar dari pada air sehingga telur-telur akan terlindung dari sinar matahari.

Suriptiastuti (2006) menyatakan bahwa larva cacing tambang sangat menyukai

tanah berpasir sebab tanah berpasir lebih banyak menyediakan oksigen dalam

tanah untuk perkembangannya. Suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan telur cacing tambang. Suhu optimum pertumbuhan cacing tambang

yaitu 35°C-40°C, namun suhu daerah perkebunan stroberi lebih dingin yaitu

30 µ 30 µ a b

Page 44: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

30

berkisar antara 25°C-30°C sehingga tidak baik untuk pertumbuhan telur cacing

tambang (Sandjaja, 2007).

Pada perkebunan stroberi yang dijadikan lokasi pengambilan sampel

masih menggunakan pestisida untuk menjaga atau mencegah kerusakan akibat

hama penyebab penyakit pada tanaman. Salah satu dampak negatif penggunaan

pestisida di lahan pertanian adalah kematian organisme tanah seperti cacing tanah,

serangga dan nematoda. Pada penelitian Hairani (2015) ditemukan kontaminasi

cacing tambang yang lebih rendah di lahan perkebunan di Desa Sepunggur dapat

disebabkan lebih tingginya tingkat penggunaan pestisida oleh petani sehingga

organisme yang ada di tanah perkebunan tersebut termasuk larva cacing tambang

mengalami kematian, telurnya rusak dan siklus hidupnya tidak berlanjut lagi.

4.2. Prevalensi, Intensitas dan Dominansi Soil Transmitted Helminths

(STH) pada Buah Stroberi dan Tanah di Perkebunan dan Pasar

Ciwidey, Bandung Selatan, Jawa Barat

Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari penelitian ini berupa nilai

prevalensi, intensitas, dan dominansi Soil Transmitted Helminths (STH) dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai prevalensi dan intensitas Soil Transmitted Helminths (STH) pada

buah stroberi dan tanah di perkebunan dan Pasar Ciwidey

Sampel Jenis STH ∑ STH Prevalensi

(%)

Intensitas

(Ind/sampel)

Kebun 1

Buah A. lumbricoides 29 100 9,6

T. trichiura 1 33,3 1

Tanah A. lumbricoides 84 100 28

T. trichiura 2 33,3 2

Kebun 2

Buah A. lumbricoides 57 100 19

T. trichiura 0 0 0

Tanah A. lumbricoides 70 100 23,3

T. trichiura 1 33,3 1

Kebun 3

Buah A. lumbricoides 48 100 16

T. trichiura 0 0 0

Tanah A. lumbricoides 58 100 19,3

T. trichiura 0 0 0

Pasar Ciwidey A. lumbricoides 24 100 8

T. trichiura 0 0 0

Terdapat 12 sampel buah stroberi dan 9 sampel tanah yang diamati positif

mengandung telur STH. Jenis STH yang ditemukan pada sampel buah stroberi

dan tanah dari perkebunan adalah A. lumbricoides dan T. trichiura. Pada sampel

buah stroberi dari pasar hanya ditemukan STH A. lumbricoides. Hasil

Page 45: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

31

menunjukkan bahwa nilai prevalensi A. lumbricoides pada semua sampel

ditemukan tinggi sebesar 100 % yang tergolong tingkat kontaminasi selalu. Hal

ini dikarenakan pada seluruh sampel yang diamati positif ditemukannya telur

STH. Nilai prevalensi T. trichiura hanya sebesar 33,3% pada sampel buah dan

tanah dari kebun 1 dan tanah kebun 2 yang tergolong tingkat kontaminasi biasa.

Nilai intensitas digunakan untuk melihat berapa banyak telur STH yang

mengkontaminasi satu sampel. Intensitas A. lumbricoides tertinggi ada pada

seluruh sampel tanah dari perkebunan. Pada sampel tanah dari kebun 1 nilai

intensitas sebesar 28 individu/sampel, tanah kebun 2 sebesar 23,3 individu/sampel

dan tanah kebun 3 sebesar 19,3 individu/sampel yang tergolong tingkat

kontaminasinya sedang. Pada sampel buah yang memiliki nilai intensitas tertinggi

adalah sampel buah stroberi dari kebun 2 dengan 19 individu/sampel dan kebun 3

dengan 16 individu/sampel yang tergolong tingkat kontaminasinya biasa.

Nilai intensitas T. trichiura hanya diperoleh dari sampel buah stroberi dan

tanah kebun 1, serta sampel tanah dari kebun 2 sebanyak 1-2 individu/sampel

yang tergolong tingkat kontaminasinya rendah. Nilai intensitas A. lumbricoides

lebih tinggi dibandingkan dengan T. trichiura. Hal ini disebabkan karena A.

lumbricoides lebih sering atau lebih banyak ditemukan pada setiap sampel

dibandingkan dengan T. trichiura.

Telur STH yang ditemukan pada sampel tanah dan buah stroberi dari

perkebunan sama jenisnya yaitu A. lumbricoides dan T. trichiura, sedangkan telur

STH yang ditemukan pada sampel buah dari pasar hanya A. lumbricoides.

Terdapat kesamaan antara STH yang ditemukan pada sampel buah dari

perkebunan dan pasar. Pada sampel pasar tidak ditemukannya T. trichiura, hal ini

dapat disebabkan karena buah yang dijual di pasar merupakan buah yang sudah

mengalami masa penyimpanan lebih lama dibandingkan buah yang langsung

dipetik dari perkebunan.

Penyimpanan yang lebih lama dapat menurunkan kualitas buah menuju

kebusukan. Hal ini yang membuat telur STH pada saat diperiksa di bawah

mikroskop lebih sedikit ditemukan karena diduga telur mengalami kerusakan atau

sudah mati seperti yang ditemukan pada sampel pasar. Proses penyimpanan buah

stroberi pada lemari es juga menjadi faktor keberadaan T. trichiura. Telur STH ini

Page 46: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

32

dapat bertahan hidup pada suhu optimum 30°C sehingga pada suhu lemari es

dengan jangka waktu penyimpanan lama telur T. trichiura sangat sedikit

ditemukan atau diduga mengalami kerusakan. Hal tersebut sangat berbeda dengan

telur A. lumbricoides yang dapat lebih bertahan pada suhu dingin. Perlu diketahui

bahwa lama penyimpan sampel dalam lemari es selama pengamatan sebanyak dua

hari dari waktu kepulangan pengambilan sampel. Sejalan dengan Siskhawahy

(2010) yang menyatakan bahwa penyimpanan sayuran atau buah-buahan dilemari

pendingin dapat mempertahankan kesegaran dari sayuran atau buah-buahan

tersebut, namun perlu diketahui bahwa pendingin di lemari es tidak dapat

menghilangkan atau merusak telur cacing. Telur A. lumbricoides dapat bertahan

pada suhu kurang dari 8°C walaupun pada suhu ini dapat merusak telur T.

trichiura.

Tinggi rendahnya nilai intensitas dan prevalensi pada setiap sampel

dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti, tanah, iklim, kelembapan

dan suhu. Iklim tropik merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan telur STH, faktor lainnya adalah keadaan tanah

yang dapat menjadi media perkembangan telur dan kehidupan serta

perkembangan larva. Tanah yang subur dan kaya bahan organik yang ditunjang

dengan kelembapan dan iklim yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman stroberi

juga merupakan faktor adanya kontaminasi telur STH (Nugroho, Djanah, &

Mulasari, 2016). Sejalan dengan jumlah telur STH yang ditemukan pada sampel

buah stroberi dari perkebunan lebih banyak dibandingkan dengan buah stroberi

dari pasar. Hal tersebut dikarenakan di perkebunan sampel buah stroberi baru

dipetik sehingga sebelumnya masih terdapat kontak langsung dengan tanah

sebagai faktor utama penularan dan faktor abiotik di perkebunan masih

mendukung perkembangan telur STH, sedangkan buah stroberi di pasar sudah

tidak ada kontak langsung dengan tanah karena sudah mengalami proses

penyimpanan 1-2 hari setelah dipetik. Buah stroberi di pasar telah mengalami

paparan sinar matahari lebih lama, hal tersebut memungkinkan telur STH rusak

akibat kondisi yang tidak sesuai sehingga jumlah telur yang ditemukan lebih

sedikit.

Page 47: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

33

Berdasarkan pengamatan secara mikroskopik dengan menggunakan

referensi Buku Atlas Helmintologi Kedokteran Purnomo et al. (2009), Buku Ajar

Parasitologi Soedarto (2011) dan Atlas of Medical Parasitology Rai, Uga,

Kataoka, & Matsumura (1996), jenis STH yang ditemukan pada buah stroberi dan

tanah di Perkebunan dan Pasar Ciwidey dapat diidentifikasi.

Hasil persentase dominansi jenis STH pada buah stroberi dapat dilihat

pada Gambar 15 dan pada tanah pada Gambar 16. Jenis STH yang ditemukan dari

buah stroberi dan tanah yaitu A. lumbricoides dan T. trichiura. Kedua jenis STH

ini ditemukan pada semua sampel dalam bentuk telur, karena stadium larva A.

lumbricoides dan T. trichiura berada di dalam usus manusia (Sutanto, 2008).

Gambar 15. Nilai dominansi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada buah

stroberi di perkebunan dan Pasar Ciwidey

Gambar 16. Nilai dominansi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada tanah

di Perkebunan Ciwidey

Pada sampel buah dan tanah jenis STH yang paling banyak ditemukan

adalah A. lumbricoides dengan nilai dominansi 96-100% sedangkan T. trichiura

hanya 1,4-3%. Telur A. lumbricoides dan T. trichiura sering ditemukan bersamaan

96.60% 100% 100% 100%

3.30% 0 0 0

Kebun 1 Kebun 2 Kebun 3 Pasar

Per

senta

se (

%)

A. lumbricoides T. trichiura

97.67% 98.59% 100%

2,32% 1,40% 0

Kebun 1 Kebun 2 Kebun 3

Per

senta

se (

%)

A. lumbricoides T. trichiura

Page 48: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

34

karena kedua jenis STH ini memiliki daerah penyebaran, siklus hidup, stadium

telur yang sama di tanah dan cara infeksi pada manusia yang sama yaitu dengan

tertelan telur infektif.

Telur A. lumbricoides lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan telur

T. trichiura, disebabkan oleh ketahanan telur cacing yang dihasilkan cacing betina

dewasa dan siklus hidupnya. Tingginya jumlah telur A. lumbricoides yang

ditemukan kemungkinan karena adanya lapisan hialin yang tebal dan lapisan

albuminoid yang berbenjol-benjol kasar sehingga berfungsi untuk melindungi isi

telur, sedangkan telur cacing parasit spesies lainnya tidak memiliki lapisan

albuminoid sehingga selama faktor lingkungan tidak mendukung maka ada

kemungkinan telur tidak mampu bertahan akibatnya mudah mengalami kerusakan

(Soedarto, 2011).

Dominasi telur A. lumbricoides disebabkan oleh sifat telur yang di dalam

tanah tetap hidup pada suhu dingin. Telur tahan terhadap desinfektan kimiawi dan

rendaman di dalam berbagai bahan kimia kuat. Telur dapat hidup berbulan-bulan

di dalam air selokan dan feses (Suryani, 2012). Hal ini juga didukung oleh

Siskhawahy (2010) bahwa telur A. lumbricoides akan mati pada suhu lebih dari

40°C dalam waktu 15 jam dan pada suhu dingin telur A. lumbricoides dapat

bertahan hingga suhu kurang dari 8°C. Telur T. trichiura kurang resisten terhadap

kekeringan dan panas, serta tidak dapat bertahan apabila terkena matahari

langsung.

Siklus hidup telur A. lumbricoides lebih cepat dibandingkan T. trichiura.

Cacing betina dewasa A. lumbricoides hanya membutuhkan waktu 8 minggu

untuk menghasilkan telur, sedangkan cacing betina T. trichiura membutuhkan

waktu 10-13 minggu untuk mengasilkan telur. Seekor cacing betina A.

lumbricoides dapat memproduksi 100.000-200.000 telur dalam sehari, sedangkan

telur yang diproduksi cacing betina T. trichiura dan cacing tambang dalam sehari

lebih sedikit, yaitu: T. trichiura sebanyak 3.000-20.000 telur, N. americanus

sebanyak 5.000-10.000 telur dan A. duodenale sebanyak 10.000-25.000 (Soedarto,

2011).

Cacing A. lumbricoides memiliki persebaran geografi yang sangat luas di

dunia dan merupakan penyebab utama penyakit kecacingan pada manusia di

Page 49: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

35

negara tropis dan subtropis hingga sekarang (Kattula, Sarkar, & Ajjampur, 2014).

Infeksi parasit yang paling tinggi ditemukan di dunia adalah Ascaris (20%),

sedangkan Hookworm, T. trichiura, masing-masing sebesar 18% dan 10%

(Anbumani & Mallika, 2011). Pada penelitian Fagbenro et al. (2016) menemukan

bahwa cacing A. lumbricoides lebih mendominasi dan banyak ditemukan pada

sayur di Nigeria dengan angka prevalensi lebih tinggi, yaitu sebesar 68,6%.

Cara memutus rantai penularan cacing melalui sayuran maupun buah-

buahan adalah dengan tidak menggunakan feses hewan/manusia untuk pupuk

tanaman dan menggunakan sarung tangan ketika berkebun serta menjauhkan

sayur atau buah berkontak dengan vektor serangga. Berperilaku hidup bersih dan

sehat tiap individu, memperhatikan kebersihan diri pada saat atau setelah

berkontak dengan tanah, selalu menggunakan APD khususnya alas kaki dan

sarung tangan sebelum kontak langsung dengan tanah agar terhindar dari infeksi

cacing melalui tanah. Dalam hal mengkonsumsi sayur atau buah, sebaiknya

mencucinya dengan air yang mengalir dari kran. Upaya ini harus dilakukan oleh

produsen dan konsumen (Ogunniyi, Olajide, & Oyelade, 2015).

4.4. Hubungan Keberadaan Telur Soil Transmitted Helminths (STH)

dengan Faktor Abiotik di Perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung

Selatan, Jawa Barat

Hasil pengukuran faktor abiotik dilakukan pada 3 perkebunan dan pasar

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil pengukuran faktor abiotik perkebunan dan Pasar Ciwidey

Parameter Perkebunan Pasar

Ciwidey 1 2 3

Suhu Udara (°C) 30 ± 0 31 ± 0 31 ± 0 30 ± 0

Intensitas Cahaya (Klux) 9,52 ± 0,02 9,5 ± 0,1 9,55 ± 0,01 9,52 ± 0,02

Suhu Tanah (°C) 29 ± 0 28 ± 0 29 ± 0 -

Kelembapan Udara (%) 40 ± 0 37 ± 0 38 ± 0 42 ± 0

Kelembapan Tanah (%) 20 ± 0 25 ± 0 20 ± 0 -

pH Tanah 6,53 ± 0,11 6,4 ± 0 6,5 ± 0,1 -

Pengukuran faktor abiotik dilakukan sekitar pukul 10.00-12.00 WIB.

Kondisi abiotik udara dan tanah di tiga Perkebunan dan Pasar Ciwidey dapat

mempengaruhi keberadaan telur STH yang mengkontaminasi buah stroberi. Uji

statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Principal Component

Analysis (PCA) pada program SPSS 20. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk

Page 50: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

36

mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara keberadaan telur STH terhadap

parameter faktor abiotik di perkebunan dan Pasar Ciwidey, Bandung Selatan,

Jawa Barat.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan, didapatkan nilai KMO (Kaiser-

Meyer-Olkin) sebesar 0,618 (Lampiran 4). Nilai tersebut dapat diterima karena

nilai korelasi antar variabel ≥ 0,5 yang artinya variabel dan sampel yang

digunakan dapat dianalisis lebih lanjut. Parameter faktor abiotik yang digunakan

dalam penelitian ini memenuhi syarat analisa dengan menggunakan PCA.

Gambar 17. Hasil analisis komponen utama faktor abiotik di perkebunan dan

Pasar Ciwidey

Berdasarkan hasil analisis PCA diperoleh Component matrix yang

merupakan hasil analisis faktor yang mempengaruhi keberadaan telur STH

(Gambar 17). Korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2

ditunjukan pada angka yang terdapat didalam tabel dan disebut dengan factor

loadings. Nilai loading yang dipilih dan dikatakan mampu menjelaskan variabel

yang mempengaruhi adalah nilai loading yang di atas 0,7. Variabel yang memiliki

nilai dibawah 0,7 dapat dikatakan kurang berpengaruh (Elpira, 2014).

Page 51: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

37

Variabel yang memiliki nilai diatas 0,7 adalah suhu udara (0,852), suhu

tanah (0,938), kelembapan tanah (0,955), intensitas cahaya (0.953), dan pH tanah

(0,9455) yang berada pada faktor 1, sedangkan kelembapan udara (0,191)

memiliki nilai dibawa 0,7 dan berada pada faktor 2. Hal tersebut menujukkan

bahwa kelembapan tanah merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

keberadaan telur STH, sedangkan kelembapan udara merupakan variabel yang

kurang berpengaruh terhadap keberadaan telur STH.

Tanah liat yang lembap dan teduh merupakan tanah yang sesuai untuk

pertumbuhan telur A. lumbricoides dan T. trichiura serta media yang dibutuhkan

untuk melengkapi siklus hidupnya. Telur dapat bertahan dan matang lebih cepat

dalam membentuk embrio ketika berada di tanah liat dibandingkan tanah berpasir.

Telur A. lumbricoides dan T. trichiura dapat berkembang di lingkungan yang

lembap dan hangat (Jourdan, Lamberton, Fenwick, & Addiss, 2015). Tanah yang

lembap dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan viabilitas telur STH.

Kelembapan tanah merupakan faktor penting untuk mempertahankan hidup telur

cacing. Apabila kelembapan rendah maka telur A. lumbricoides dan T. trichiura

tidak akan berkembang dengan baik dan larva cacing akan cepat mati.

Kelembapan tanah diperlukan oleh telur STH untuk mencegah kekeringan atau

dehidrasi. Tingkat kelembapan tanah juga digunakan oleh larva cacing tambang

untuk bernafas dan bergerak (Hotez, 2008). Semakin tinggi tingkat kelembapan,

semakin kecil pori-pori yang terbuka di tanah yang mempengaruhi tingkat

oksigenasi serta kurangnya ruang terbuka yang mempengaruhi pergerakan dan

transmisi telur STH (Hotez, 2008).

Hasil pengukuran suhu pada ketiga perkebunan dan pasar berkisar 28-

31°C. Kisaran suhu di tiga perkebunan dan pasar menunjukkan hasil yang tidak

jauh berbeda dengan suhu optimal bagi keberadaan telur STH. Hal tersebut sesuai

dengan suhu optimum untuk pertumbuhan telur A. lumbricoides berkisar 25-30°C,

sedangkan telur T. trichiura suhu optimum untuk tumbuh adalah 30°C (Supali et

al., 2008). Suhu yang optimum dapat meningkatkan permeabilitas membran lipid

dari kulit telur. Pada suhu tersebut sangat baik untuk pertumbuhan telur cacing

menjadi bentuk infektif. Peningkatan suhu mempercepat waktu embrionisasi dan

mempengaruhi kelangsungan hidup telur STH. Apabila suhu udara mencapai

Page 52: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

38

40°C telur A. lumbricoides dan T. trichiura akan mati. Telur A. lumbricoides dapat

bertahan pada suhu kurang dari 8°C telur, sedangkan pada suhu ini dapat merusak

telur T. trichiura (Siskhawany, 2010).

Hasil pengukuran intensitas cahaya pada ketiga perkebunan dan pasar

berkisar 9-9,55 Klux. Sejalan dengan kisaran standar telur STH yang dapat

bertahan dalam kondisi cahaya teduh yaitu 4-20 Klux (Supali et al., 2008). Nilai

pH tanah pada ketiga perkebunan berkisar 6,4-6,53. Hasil pengukuran sesuai

dengan pH tanah yang mendukung perkembangan telur STH yaitu 6-7 (Supali et

al., 2008). pH tanah dapat mempengaruhi metabolisme organisme tanah (dengan

mempengaruhi aktivitas enzim tertentu) dan ketersediaan nutrisi (Hotez, 2008).

Pada kondisi abiotik yang sesuai telur STH akan matang dan berubah menjadi

bentuk infektif atau menjadi larva.

Berdasarkan hasil pengukuran faktor abiotik perkebunan 1, 2, dan 3

memiliki nilai yang tidak jauh berbeda pada setiap parameternya sehingga

prevalensi telur STH yang ditemukan pada setiap perkebunan tidak jauh berbeda

dan jenis telur STH yang ditemukan sama yaitu jenis A. lumbricoides dan T.

trichiura. Selain itu, suhu udara dan intensitas cahaya di Pasar tradisional Ciwidey

masih sesuai untuk perkembangan telur A. lumbricoides sehingga masih dapat

ditemukan pada buah stroberi yang dijual di pasar.

Page 53: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1) Terdapat kontaminasi telur soil transmitted helminths pada 12 sampel buah

stroberi di perkebunan dan Pasar Ciwidey dan 9 sampel tanah perkebunan.

Jenis telur soil transmitted helminths yang teridentifikasi adalah Ascaris

lumbricoides dan Trichuris trichiura.

2) Nilai prevalensi kontaminasi soil transmitted helminths sebesar 100% dengan

tingkat kontaminasi sangat parah, dikarenakan semua sampel ditemukan

adanya telur soil transmitted helminths. Telur soil transmitted helminths yang

paling banyak ditemukan adalah Ascaris lumbricoides dengan nilai dominansi

98,93%, sedangkan Trichuris trichiura hanya 1,06%.

3) Kontaminasi pada buah stroberi disebabkan oleh adanya kontak langsung

dengan tanah yang terdapat telur soil transmitted helminths serta faktor abiotik

yang berpengaruh terhadap perkembangan telur soil transmitted helminths

adalah suhu udara, suhu tanah, kelembapan tanah, dan intensitas cahaya.

5.2. Saran

Peneliti menyarankan kepada para petani hendaknya menghindari

penggunaan air sungai atau selokan dari hasil buangan limbah rumah tangga yang

mengandung feses manusia dengan memperbaiki sistem sanitasi dan

menggunakan pupuk organik yang kualitasnya lebih baik atau yang bebas dari

kontaminasi soil transmitted helminths. Para petani hendaknya memperhatikan

kebersihan pra panen, panen dan pasca panen dalam budidaya stroberi. Peneliti

juga menyarankan agar budidaya stroberi yang masih menggunakan media tanah

untuk beralih ke budidaya secara hidroponik. Masyarakat juga dihimbau untuk

mencuci buah dengan air mengalir agar soil transmitted helminths dapat hilang

dari buah stroberi yang akan dikonsumsi dan selalu menjaga kebersihan

lingkungan sekitar dari segala pencemaran baik soil transmitted helminths

ataupun jenis parasit lain yang dapat menyebabkan penyakit.

Page 54: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

40

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafidz. (2007). Fikih kesehatan. Jakarta: Amzah.

Amal, A. W. (2012). Gambaran kontaminasi telur cacing pada daun kemangi

yang digunakan sebagai lalapan pada warung makan Sari Laut di Kel.

Bulogading Kec. Ujung Pandang Kota Makassar. Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

Anbumani, & Mallika. (2011). Prevalence and distribution of soil transmitted

helminths (STH) among asymptomatic school going children in South

Chennai, Tamil Nadu, India. International Journal of Medicine and Public

Health, 1(2), 57–59.

Chiodini, P. L., Moody, A. H., & Manser, D, W. (2001). Atlas of medical

helminthology and protozoology. Edinburgh: Churchill Livingstone.

Christy, J. (2014). Penggunaan chitosan dari cangkang udang (Litopenaeus

Vannamei) sebagai pengawet alami untuk buah stroberi (Fragaria X

Ananassa Duch). Universitas Sumatera Utara.

Dewi, N. K. (2017). Respon tanaman stroberi (Fragaria sp.) terhadap berbagai

campuran dan volume media tanam pada budidaya di dataran medium.

Universitas Mataram.

Elpira, F. (2014). Penerapan analisis faktor untuk menentukan faktor-faktor yang

mempengaruhi mahasiswa dalam memilih jurusan matematika Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Fagbenro, M., Mogaji, H., Oluwole, A., Adeniran, A., Alabi, O., & Ekpo, U.

(2016). Prevalence of parasites found on vegetables and perception of

retailers and consumers about contamination in Abeokuta Area of Ogun

State, Nigeria. Clinical Microbiology, 2(1), 025.

Hairani, B. (2015). Keberadaan telur dan larva cacing tambang pada tanah di

lingkungan Desa Sepunggur dan Desa Gunung Tinggi Kabupaten Tanah

Bumbu Kalimantan Selatan. Jurnal Vektor Penyakit, 9(1), 15–20.

Hernasari, P. R. (2011). Identifikasi endoparasit pada sampel feses Nasalis

lavatus, Presbytis comata dan Presbytis siamensis dalam penangkaran

dengan metode natif dan pengapungan dengan sentrifugasi. Universitas

Indonesia.

Hotez, P. (2008). Hookworm and poverty. Annals of the New York Academy of

Sciences, 113(6), 38–44. https://doi.org/10.1196/annals.1425.000

Ikpeze, Chima, & Chizoba, S. (2017). Soil Transmitted Helminths (STH) parasites

contaminating edible raw vegetables and fruits sold at Nkwo-Edo

Page 55: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

41

Market Nnewi Nigeria. The Bioscientist, 5(1), 66–73.

Irianto, K. (2013). Parasitologi medis (medical parasitology). Bandung: Alfabeta

Buku.

Jourdan, P. M., Lamberton, P. H. L., Fenwick, A., & Addiss, D. G. (2015).

Human ascariasis: diagnostics update. Current Tropical Medicine Reports,

2(1), 189–200. https://doi.org/dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(17)319330-X

Kattula, D., Sarkar, R., & Ajjampur, R. (2014). Prevalence & risk factors for soil

transmitted helminths infection among school children in South India. The

Indian Journal of Medical Research, 139(1), 76–82.

Kristinawati, E. (2017). Studi identifikasi telur cacing golongan STH (Soil

Transmitted Helminths) pada buah stroberi (Fragaria chiloensis) di Desa

Sembalun Lombok Timur. Media Bina Ilmiah, 11(5), 93–97.

Lobo, Widjadja, Oktaviani, & Puryadi. (2016). Kontaminasi telur cacing soil-

transmitted helminths (STH) pada sayuran kemangi pedagang ikan bakar di

Kota Palu Sulawesi Tengah. Media Litbangkes, 26(2), 65–70.

Maulana, D. M., Muchlisin, Z. A., & Sugito, S. (2017). Intensitas dan prevalensi

parasit pada ikan betok (Anabas testudineus) dari perairan umum daratan

Aceh Bagian Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan

Unsyiah, 2(1), 1–11.

Nasution, R. P., Trisnowati, S., & Putra, E. T. S. (2013). Pengaruh lama

penyinaran ultraviolet-c dan cara pengemasan terhadap mutu buah stroberi

(Fragaria x ananassa Duchesne) selama penyimpanan. Vegetalika, 2(2), 87–

99.

Natadisastra, D., & Agoes, R. (2009). Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ

tubuh yang diserang. Jakarta: EGC.

Nugroho, C., Djanah, S. N., & Mulasari, S. A. (2016). Identifikasi kontaminasi

telur nematoda usus pada sayuran kubis (Brassica oleracea) warung makan

lesehan Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta tahun 2010. Jurnal Kesehatan

Masyarakat (Journal of Public Health), 4(1), 67–75.

Ogunniyi, T., Olajide, J., & Oyelade, O. (2015). Human intestinal parasites

associated with non-biting flies in Ile-Ife, Nigeria. Jurnal Medical Biology

Science Research, 1(9), 124–129.

Oktari, A & Mutamir. (2017). Optimasi air perasan buah merah (Pandus sp.) pada

pemeriksaan telur cacing. Jurnal Teknologi Laboratorium, 6(1), 7-15.

Prianto, J., Tjahaya, & Darwanto. (2006). Atlas parasitologi kedokteran. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Purnomo. (2009). Patofisiologi konsep penyakit klinis. Jakarta: EGC.

Rai, S. K., Uga, S., Kataoka, N., & Matsumura, T. (1996). Atlas of medical

Page 56: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

42

parasitology. Kobe: Keikuseisya Co.

Safar, R. (2010). Parasitologi kedokteran: protozoologi, entomologi dan

helmintologi. Bandung: Yrama Widya.

Sandjaja, B. (2007). Helminthologi kedokteran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sandra Regina, et al,. (2014). Detection of intestinal parasites on field-grown

strawberries in the Federal District of Brazil. Revista da Sociedade Brasileira

de Medicina Tropical, 47(6), 1-2.

Sehatman. (2006). Diagnosa infeksi cacing tambang. Jakarta: Media Litbang

Kesehatan.

Seodarmo, S., Garna, H., Hadinegoro, S. R., & Satari, H. I. (2008). Buku ajar

infeksi dan pediatri tropis (Edisi Kedua). Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak

FKUI.

Siskhawahy. (2010). Pengaruh lama perebusan terhadap keutuhan telur Ascaris

lumbricoides. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Soedarto. (2011). Buku ajar parasitologi kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.

Soedarto, & Octavia, S. . (2011). Buku ajar parasitologi kedokteran. Jakarta:

Handbook of Medical Parasitologi.

Spindola Felix et al. (1996). Parasite search in strawberries from Irapuato,

Guanajuato, and Zamora, Michoacan (Mexico). Arch Med Res, 27(2):229-31.

Supali, T., Margono, S., & Abidin, S. (2008). Buku ajar parasitologi kedokteran

(Edisi Ke-4). Jakarta: FKUI.

Suriptiastuti. (2006). Infeksi soil transmitted helminths: askariasis, trikuriasis, dan

cacing tambang. Universa Medica, 25(2), 84–91.

Suryani, D. (2012). Hubungan perilaku mencuci dengan kontaminasi telur

nematoda usus pada sayuran kubis (Brassica Oleracea) pedagang pecel lele

di Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta. Kes Mas: Jurnal Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan, 6(2), 162–232.

Sutanto, I. (2008). Parasitologi kedokteran. (I. Sutanto, I. S. Ismid, P. Sjarifuddin,

& S. Sungkar, Eds.) (Edisi Ke-4). Jakarta: FKUI.

Tantri, N., Setyawati, T. R., & Khotimah, S. (2013). Prevalensi dan intensitas

telur cacing parasit pada feses sapi (Bos sp.) Rumah Potong Hewan (RPH)

Kota Pontianak Kalimantan Barat. Protobiont, 2(2), 102–106.

Widarti. (2018). Identifikasi telur nematoda usus pada kol (Brassica oleraceae) di

Pasar Tradisional Kota Makassar. Jurnal Media Analis Kesehatan, 1(1), 78-

82.

Yudiar, E. (2012). Pengaruh waktu perebusan terhadap jumlah telur Ascaris

lumbricoides. Semarang.

Page 57: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

43

Yulianto, A. (2013). Penerapan model pembelajaran kooperatif pada pelatihan

budidaya strawberry dalam meningkatkan produktivitas. Bandung.

Yuliasari, M. M., Kawuri, R., Proborini, M. W., Udayana, U., Kuning, C., &

Microgen, K. (2015). Isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit

busuk lunak pada buah stroberi (Fragaria x ananassa). Journal of Biological

Sciences, 28(1), 23–28.

Page 58: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

44

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur kerja penelitian

: Tidak digunakan

Perkebunan dan Pasar Ciwidey,

Bandung Selatan, Jawa Barat

Sampel Buah Stroberi (n=12)

Sampel Tanah (n=9)

- Penggunaan pupuk kandang

dari kotoran hewan

- Penggunaan air selokan

untuk menyiram tanaman

- Cara panen dan pasca panen

masih konvensional

- Objek wisata petik

Metode Flotasi Metode Sedimentasi

Ditemukan telur

Soil Transmitted

Helminths (STH)

Tidak Ditemukan

telur Soil Transmitted

Helminths (STH)

Jenis telur Soil Transmitted

Helminths (STH) (n=2)

Identifikasi telur Soil

Transmitted Helminths (STH)

Jumlah telur Soil Transmitted

Helminths (STH) (n=374) Uji PCA (Principal Component Analysis)

Terdapat hubungan antara faktor abiotik kelembapan tanah, suhu tanah, pH tanah,

suhu udara, dan intensitas cahaya dengan keberadaan telur Soil Transmitted

Helminths STH di perkebunan dan Pasar Ciwidey

Page 59: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

45

Lampiran 2. Jumlah sampel dan jenis Soil Transmitted Helminths (STH) yang

ditemukan

Kode

Sampel

Ascaris lumbricoides Trichuris

trichiura Hookworm Keterangan

Fertillized Unfertillized Decorticated

T1Ka 2 28 4 1 -

T1Kb 6 14 3 - -

T1Kc 9 12 6 1 -

Subtotal 17 54 13 2 0

T2 Ka 13 3 7 - -

T2 Kb 1 8 - - -

T2 Kc 15 21 2 1 -

Subtotal 29 32 9 1 0

T3 Ka 1 7 3 - -

T3 Kb 9 14 3 - -

T3 Kc 10 9 2 - -

Subtotal 20 30 8 0 0

P1 - 5 2 - -

P2 2 7 3 - -

P3 1 4 - - -

Subtotal 3 16 5 0 0

K1Ba 2 2 5 1 -

K1Bb 2 4 6 - -

KIBc 2 5 1 - -

Subtotal 6 11 12 1 0

K2Ba 3 7 2 - -

K2Bb 5 7 3 - -

K2Bc 8 23 3 - -

Subtotal 12 37 8 0 0

K3Ba - 6 5 - -

K3Bb 5 9 2 - -

K3Bc 2 11 8 - -

Subtotal 7 26 15 0 0

TOTAL 94 206 70 4 0

Page 60: UUN UNAENIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50310... · 2020. 2. 19. · kontaminasi telur soil transmitted helminths (sth) pada buah stroberi di perkebunan dan pasar

46

Lampiran 4. Hasil uji statistik Principal Component Analysis (PCA)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,618

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 867,174

df 28

Sig. ,000