uu pph no.36 tahun 2008

50
UU-RI NO: 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UU NO: 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEMINAR SEHARI SOSIALISASI Oleh : Agus Raitanto, SH., SE

Upload: thyaputeri

Post on 26-Jun-2015

552 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

UU-RI NO: 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UU NO:

7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

SEMINAR SEHARISOSIALISASI

Oleh :Agus Raitanto, SH., SE

Page 2: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

UU-RI NO: 36 TAHUN 2008

Diundangkan Tgl 23 September 2008 Pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133

Pada Pasal II Disebutkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tersebut Mulai Berlaku Pada Tgl 1 Januari 2009

Page 3: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

BEBERAPA PERUBAHAN POKOK ANTARA LAIN;

Ayat (1). Penghasilan tidak kena pajak pertahun diberikan paling sedikit sebesar ;

Rp.15.840.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi;

Rp.1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

Rp. 15.840.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami;

Rp. 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak tiga (3) orang untuk setiap keluarga.

Page 4: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

BEBERAPA PERUBAHAN POKOK ANTARA LAIN;

Penjelasan atas Pasal 7 ayat (1) antara lain menyebutkan yang dimaksud anggota keluarga yang menjadi Tanggungan Wajib Pajak sepenuhnya , misalkan orang tua, mertua, anak kandung atau anak angkat dan mereka ini tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.

Page 5: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

BEBERAPA PERUBAHAN POKOK ANTARA LAIN;

Ayat (2) penerapan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak.

Misalkan, pada tgl 1 Januari 2009 Wajib Pajak “B” berstatus menikah dengan tanggungan satu orang anak kandung. Apabila anak yang kedua lahir pada tgl 20 Pebruari 2009, besarnya PTKP kepada Wajib Pajak “B” untuk tahun pajak 2009 tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak; yang ditulis untuk kepentingan Pajak Penghasilan K/1

Page 6: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH PENGHITUNGAN PTKP TAHUN PAJAK 2009:

Warsidi, status belum menikah = TK/0; besarnya PTKP ybs adalah untuk Diri Wajib Pajak Sendiri saja Rp 15.840.000,-

Jayadi, status menikah dan mempunyai 2 anak kandung = K/2; besarnya PTKP ybs adalah : untuk Diri Wajib Pajak Rp 15.840.000,- ditambah status kawin Rp 1.320.000,- serta ditambah 2 x Rp 1.320.000,- untuk tanggungan 2 anak kandung, sehingga besarnya PTKP total = Rp. 19.800.000,-

Susi susanti, status menikah mempunyai 1 anak kandung, suami bekerja sebagai PNS. Susi susanti karyawati di PT.”Z”. Perhitungan PTKP untuk Susi Susanti di mana ia bekerja adalah hanya Diri Wajib Pajak sendiri yaitu sebesar Rp 15.840.000,-

Sementara perhitungan PTKP pada suaminya adalah sebesar Rp 18.840.000,- yang rinciannya adalah untuk diri wajib pajak sendiri Rp 15.840.000,- ditambah status kawin Rp 1.320.000,- serta ditambah 1 x Rp 1.320.000,- untuk tanggungan 1 anak kandung.

Page 7: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO ; PASAL 14

Ayat (2). Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun pajak kurang dari Rp 4.800.000.000,- boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.

Tahun pajak 2008 ketentuan tentang peredaran bruto dalam satu tahun pajak kurang dari Rp 600.000.000,-

Norma penghitungan penghasilan neto ditentukan oleh Dirjen Pajak. Sampai saat ini masih mengacu pada KEP-DJP No.536/PJ/2000.

Page 8: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

Contoh :

Tuan “B” mengelola usaha Rumah Makan diwilayah Tangerang, selama tahun 2008 jumlah peredaran usahanya Rp 535.000.000,- maka Penghasilan Neto untuk tahun 2008 adalah = 20% x Rp 535.000.000,- = Rp 107.000.000,-

Ternyata selama tahun 2009 peredaran usaha meningkat menjadi Rp 680.000.000,- karena masih dibawah Rp 4.800.000.000,- maka untuk tahun pajak 2009 Wajib Pajak masih boleh menghitung penghasilan neto usahanya menggunakan norma, yang perhitungannya adalah = 20% x Rp 680.000.000,- = Rp 136.000.000,-

Page 9: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG TARIF PAJAK PENGHASILAN ; PASAL 17

Ayat (1) huruf A. Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri diterapkan tarif Pajak Atas Penghasilan Kena Pajak Sbb;

Sampai dengan Rp 50.000.000,- Terkena 5%

Rp 50.001.000,- s/d Rp 250.000.000,- Terkena 15%

Rp. 250.001.000,- s/d Rp 500.000.000,- Terkena 25%

Rp.500.001.000 Keatas Terkena 30%

Page 10: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG TARIF PAJAK PENGHASILAN ; PASAL 17

Tahun pajak 2008, Pasal 17 Tarif Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri adalah;

Sampai dengan Rp 25.000.000,- Terkena 5 %; Rp 25.001.000,- s/d Rp 50.000.000,- Terkena 10% Rp 50.001.000,- s/d Rp 100.000.000,- Terkena

15%; Rp 100.001.000,- s/d Rp 200.000.000,- Terkena

25%; Rp 200.001.000,- keatas Terkena 35%.

Page 11: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG TARIF PAJAK PENGHASILAN ; PASAL 17

Jadi ditahun Pajak 2009 Lapisan Tarif Progresif Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi hanya 4 lapisan,

Sementara ditahun Pajak 2008, 5 lapisan Tarif.

Tarif Tertinggi ditahun Pajak 2009 adalah 30%;

Sementara Tarif Tertinggi Tahun 2008 adalah 35%.

Page 12: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN WP ORANG PRIBADI:

Wajib Pajak “A” menghitung penghasilan kena pajak tahun 2009 adalah Rp 58.900.000,-. Maka Pajak Penghasilan (PPh) terutang adalah :

Rp 50.000.000,- x 5% = Rp 2.500.000,- Rp 8.900.000,- x 15% = Rp 1.335.000,- Jadi total PPh Terutang = RP.3.835.000,-

o Jika Tahun 2008 Wajib Pajak “A” menghitung penghasilan kena pajak dengan jumlah yang sama, maka perhitungan PPh terutangnya adalah :

RP 25.000.000,- x 5 % = Rp 1.250.000,- Rp 25.000.000,- x 10% = Rp 2.500.000,- Rp 8.900.000,- x 15% = Rp 1.335.000,- Jadi Total PPh Terutang = RP 5.085.000,-

Page 13: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

KESIMPULANNYA :

Berdasarkan contoh diatas Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri untuk tahun pajak 2009 membayar pajak penghasilan yang lebih kecil dibandingkan tahun pajak 2008 atas jumlah penghasilan kena pajak yang sama.

Berdasarkan contoh ada selisih lebih kecil bayar pajak penghasilan = Rp 5.085.000,- - Rp 3.835.000,- = Rp 1.250.000,-

Page 14: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PEMOTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN DENGAN NAMA DAN BENTUK APAPUN YANG DITERIMA OLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI; PASAL 21

Ayat (5) Tarif Pemotongan atas Penghasilan adalah Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a.

Ayat (5a) besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP Lebih Tinggi 20 % daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP

Page 15: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH:

Penghasilan kena pajak dari seorang Wajib Pajak adalah Rp 75.000.000,-

Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika ia memiliki NPWP adalah ;

Rp 50.000.000,- x 5% = Rp 2.500.000,- Rp 25.000.000,- x 15% = Rp 3.750.000,- Total Potongan = Rp 6.250.000,-

Jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP, Pajak Penghasilan yang harus dipotong adalah;

Rp50.000.000,- x 5% x 120% = Rp 3.000.000,- Rp. 25.000.000,- x 15% x 120% = Rp 4.500.000,- Total Potongan = Rp 7.500.000,-

Page 16: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

KESIMPULANNYA :

Berdasarkan satu contoh diatas terlihat bahwa di tahun pajak 2009 seseorang yang bekerja saat memperoleh penghasilan akan dipotong pajak penghasilan lebih besar jika tidak dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Pada contoh tersebut ada selisih sebesar Rp 7.500.000,- - Rp 6.250.000,- = Rp. 1.250.000,-

Page 17: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH LAIN:

Ibu Dewi, sebagai distributor perusahaan multilevel marketing, Pada bulan Februari 2009 memperoleh penghasilan sebesar Rp 27.400.000,-

Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Februari 2009 sebagai berikut;

Penghasilan Bruto Februari 2009 = Rp 27.400.000,- PTKP bulan Februari 2009 = Rp 1.320.000,- Penghasilan Kena Pajak = Rp 26.080.000,- PPh Pasal 21 adalah : Rp 26.080.000,- x 5 % = Rp

1.304.000,- jika memiliki NPWP.

Jika tidak memiliki NPWP: Rp 26.080.000,- x 5% x 120% = Rp 1.564.800,-

Ada selisih sebesar Rp 1.564.800,- - Rp 1.304.000,- = Rp 260.800,- identik dengan = 20% x Rp 1.304.000,- = Rp 260.800,-

Page 18: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH LAIN:

Bapak Dadang Saptahadi, MBA, adalah Penceramah pada suatu acara lokakarya sehari yang diselenggarakan oleh suatu lembaga. Honorarium yang dibayarkan sebesar Rp 4.500.000,-

PPh Pasal 21 yang terutang adalah : Rp 4.500.000,- x 5 % = Rp 225.000,- jika memiliki NPWP.

Jika tidak memiliki NPWP : Rp 4.500.000,- x 5% x 120% = Rp 270.000,-.

Ada selisih sebesar Rp 270.000,- - Rp 225.000,- = Rp 45.000,-

Page 19: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH LAIN:

Bapak Agung Handoko, seorang petugas dinas luar Asuransi yang bukan pegawai tetap dari PT. Asuransi Semesta Raya. Dalam bulan Januari 2009 menerima komisi sebesar Rp 14.800.000,- dan bulan Februari 2009 sebesar Rp 52.600.000,-

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang bulan Januari 2009: Rp14.800.000,- x 5% = Rp 740.000,- jika memiliki NPWP.

Jika tidak memiliki NPWP : Rp 14.800.000,- x 5% x 120% = Rp 880.000,-

Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang bulan Februari 2009 : Rp 50.000.000,- x 5 % = Rp 2.500.000,-

Rp 2.600.000,- x 15% = Rp 390.000,- Total PPh Pasal 21 terutang = Rp 2.890.000,- jika

memiliki NPWP. Jika tidak memiliki NPWP, total PPh Pasal 21 terutang

= Rp 2.890.000,- x 120% = Rp 3.468.000,-

Page 20: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH LAIN:

Bapak Kusuma Wardhana, SH, LLM adalah seorang pengacara, pada bulan Januari 2009 menerima Fee sebesar Rp 64.000.000,- dari PT. Bangun Contruction sebagai imbalan pemberian jasa yang dilakukannya.

Penghitungan PPh pasal 21, Rp. 64.000.000,- x 50% x 15 % = Rp 4.800.000,-jika memiliki NPWP

Jika tidak memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21 hasilnya menjadi : Rp 64.000.000,- x 50% x 15% x 120% = Rp 5.760.000,-

Page 21: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP PENGHASILAN

PEGAWAI TETAP.

Bapak Mastom, bekerja pada PT. Kecubung Raya sudah sejak tahun 2006. Pada bulan Januari 2009 memperoleh Gaji sebulan Rp 2.100.000,- dan membayar Iuran Pensiun sebesar Rp 75.000,-/bulan. Mastom status menikah belum mempunyai anak .

Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut ; Gaji sebulan = Rp 2.100.000,- Pengurangan;

1. Biaya jabatan: 5% x Rp 2.100.000,- = Rp 105.000,-

2. Iuran pensiun = Rp 75.000,- = Rp 180.000,- Penghasilan neto sebulan = Rp 1.920.000,- Penghasilan neto setahun Rp 1.920.000,- X 12 =

Rp 23.040.000,-

Page 22: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 TERHADAP PENGHASILAN PEGAWAI TETAP.

PTKP ; Untuk diri WP = Rp 15.840.000,- Status kawin = Rp 1.320.000,-

= Rp 17.160.000,- Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 5.880.000,- PPh Pasal 21 terutang; Rp 5.880.000,- x 5% = Rp

294.000,- PPh Pasal 21 sebulan ; Rp 294.000,- : 12 = RP.

24.500,- Perhitungan PPh Pasal 21 /bulan sebesar Rp 24.500,-

jika WP memiliki NPWP. Jika tidak memiliki NPWP , maka potongan PPh

Pasal 21 /bulan menjadi Rp 24.500,- x 120% = Rp 29.400,

Atau = Rp 5.880.000,- x 5% x 120% = Rp 352.800,- dibagi 12 = Rp 29.400,-

Page 23: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

PERBANDINGAN DENGAN TAHUN PAJAK 2008, ASUMSI PENGHASILAN PERBULAN

SAMA.

Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut ; Gaji sebulan = Rp 2.100.000,- pengurangan;

1. Biaya Jabatan: 5% x rp. 2.100.000,- = Rp 105.000,-

2. Iuran Pensiun = Rp 75.000,- = Rp 180.000,-

Penghasilan Neto sebulan = Rp 1.920.000,- Penghasilan Neto setahun ; Rp 1.920.000,- x 12 = Rp 23.040.000,-

PTKP ; Untuk diri WP = Rp 13.200.000,- Status Kawin = Rp 1.200.000,-

= Rp 14.400.000,- Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 8.640.000,- PPh Pasal 21 terutang; Rp 8.640.000,- x 5 % = Rp 432.000,- PPh pasal 21 sebulan ; Rp 432.000,- : 12 = Rp 36.000,-

Page 24: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

KESIMPULANNYA :

Dari contoh hitungan diatas terlihat bahwa amandemen Undang-undang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku 1 januari 2009 akan memberi manfaat yang cukup besar kepada Wajib Pajak Orang Pribadi karena pemotongan pajak oleh pemberi penghasilan akan menurun karena faktor perubahan PTKP dan tarif, serta faktor manfaat dari memliki NPWP.

Demikian juga akan dirasakan manfaatnya oleh pemberi penghasilan yang menerapkan metode menanggung pajak karyawannya, sepanjang seluruh pegawainya sudah memiliki NPWP. Karena jika tidak maka beban tanggungan PPh pasal 21 atas penghasilan karyawan akan bertambah sebesar 20% lebih tinggi dibandingkan jika seluruh karyawan sudah ber NPWP.

Page 25: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH LAIN;

Bapak Once Brewok, pegawai pada PT. Utama Karya, status menikah mempunyai satu anak, istrinya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Agama.

Bapak Once brewok memperoleh gaji sebulan Rp 5.200.000,- PT. Utama Karya mengikuti program Jamsostek; premi jaminan kecelakaan kerja sebesar 0,89% dan premi jaminan kematian sebesar 0,30% dibayar oleh pemberi kerja. PT.Utama Karya menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT) setiap bulan sebesar 3,7% dari gaji sedangkan Once Brewok membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT.Utama Karya juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.

PT.Utama karya membayar iuran pensiun untuk Once Brewok ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 120.000,- sedangkan Once Brewok membayar iuran pensiun sebesar Rp 80.000,-

Page 26: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;

Gaji sebulan = Rp 5.200.000,- Premi jaminan Kec. Kerja (JKK) = Rp 46.280,- Premi jaminan Kematian (JK) = Rp 15.600,-

Penghasilan Bruto = Rp 5.261.880,- Pengurangan; 1. Biaya Jabatan : 5% x Rp 5.261.880,-= Rp 108.000,- 2. Iuran Pensiun = Rp 80.000,- 3. Iuran JHT = Rp. 104.000,-

= Rp 292.000,-

Penghasilan Neto sebulan = Rp 4.969.880,-

Penghasilan Neto setahun : Rp 4.969.880,- x 12 = Rp 59.638.560,-,-

Page 27: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;

PTKP ; Untuk diri WP = Rp 15.840.000,- Status kawin = Rp 1.320.000,- Tanggungan = Rp 1.320.000,- = Rp 18.480.000,-

Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp. 41.158.560,-

PPh Pasal 21 terutang ; Rp. 41.158.000,- x 5 % = Rp 2.057.900,- (jika ber NPWP)

PPh Pasal 21 sebulan ; Rp 2.057.900,- : 12 = Rp 171.491,-

Jika tidak ber NPWP, PPh Pasal 21 terutang = Rp 2.057.900,- x 120% = Rp 2.469.480,-

Potongan PPh Pasal 21 sebulan menjadi = Rp 2.469.480,- : 12 = Rp 205.790,-

Page 28: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ADALAH SEBAGAI BERIKUT ;

Jika dihitung Pajak Penghasilan tahun 2008 dengan asumsi penghasilan neto setahun sama yaitu Rp 59.638.560,

Perhitungan PPh Pasal 21 tahun 2008 adalah:

Penghasilan Neto setahun = Rp 59.638.560,-

PTKP : Untuk diri WP = Rp 13.200.000,- Status kawin = Rp 1.200.000,- Tanggungan = Rp 1.200.000,- = Rp 15.600.000,-

Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp 44.038.560,-

PPh Pasal 21 terutang ; Rp 25.000.000,- x 5% = Rp 1.250.000,-

Rp 19.038.000,- x 10% = Rp 1.903.800,-

Total PPh 21 setahun = Rp 3.153.800,-.

Page 29: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

KESIMPULAN

jika dibandingkan perhitungan untuk tahun pajak 2009 dengan perhitungan tahun 2008.

Bapak Once Brewok mengalami penurunan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 1.095.900,-; (Rp 3.153.800,- - Rp 2.057.900,- = Rp 1.095.900,-)

Hal ini disebabkan :1. Adanya peningkatan di PTKP sehingga Penghasilan Kena Pajak

(PKP) sebagai dasar pengenaan pajak penghasilan menjadi lebih kecil [tahun 2008 PKP-nya Rp 44.038.560,- sementara tahun 2009 PKP-nya Rp 41.158.560,- ].

2. Adanya penurunan tarif yang berlaku untuk Penghasilan Kena Pajak dalam contoh ini [tahun 2008 terkena 2 lapisan tarif PPh yaitu untuk 25 juta kena 5% dan sisanya kena 10%; sementara tahun 2009 hanya terkena pada 1 lapisan tarif PPh yaitu 5 % saja]

Page 30: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pasal 22 ayat (1) memberi kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk menetapkan a) Pemungutan pajak sehubungan pembayaran yang

dilakukan oleh bendahara pemerintah atas pembelian barang. Sebagaimana yang sudah berlaku selama ini maka baik Orang Pribadi maupun

Badan yang menjadi rekanan pemerintah pada tahun 2009 akan tetap dipotong PPh pasal 22

atas pembayaran yang diterima dari bendahara pemerintah.

Hal perlu diperhatikan adalah munculnya satu ayat baru pada pasal 22 ini yaitu ayat (3) yang menyebutkan pemungutan pajak diterapkan dengan tarif lebih tinggi 100% terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP.

Page 31: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH :

Tuan “G” melakukan penjualan barang kepada Kantor Kecamatan “A” diwilayah Kabupaten Bogor. harga pembelian barang oleh Kantor Kecamatan “A” ini misalkan senilai Rp 60.000.000,-; maka pada waktu dilakukan pembayaran oleh Bendahara Kecamatan, terjadi pemungutan PPh pasal 22 sebesar = 1,5% x Rp 60.000.000,- = Rp 900.000,- jika ber-NPWP.

Jika Tuan “G” tidak dapat menunjukkan Kartu NPWP, maka besarnya pemungutan PPh pasal 22 nya menjadi = Rp 900.000,- + (100% x Rp 900.000,-) = Rp 1.800.000,-

Page 32: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

b) Menteri Keuangan menetapkan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor atau kegiatan usaha dibidang tertentu

Page 33: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH :

Tuan “M” mengimpor barang dengan Nilai Impor sebesar Rp 100.000.000,-. Pemungutan PPh pasal 22 (non api) = 7,5% x Rp 100.000.000,- = Rp 7.500.000,- jika ber-NPWP. Besarnya Pungutan PPh pasal 22 impor ini akan menjadi Rp 15.000.000,- jika Tuan “M” tidak dapat menunjukkan NPWP-nya.

PT. ”K” Eksportir Ikan Kalengan (ikan kemasan), membeli ikan dari pedagang pengumpul senilai Rp 98.000.000,-. Pada peristiwa ini ada Pungutan PPh pasal 22 yang harus dilakukan oleh PT. ”K” sebesar = 0,5% x Rp 98.000.000,- = Rp 490.000,-. Besarnya Pungutan PPh pasal 22 tersebut akan menjadi Rp 980.000,- jika si pedagang pengumpul sebagai pihak yang dipungut tidak dapat menunjukkan kartu NPWP-nya.

Page 34: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PEMOTONGAN PENGHASILAN YANG DIATUR PADA PASAL 23

Pada Tahun 2009 atas Bunga Simpanan yang dibayar oleh Koperasi tidak dipotong PPh pasal 23, karena ketentuan pasal 23 ayat (1) huruf b dihapus.

Pada tahun 2008 atau sebelumnya atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi dipotong PPh pasal 23 sebesar 15% dan bersifat final, dengan ketentuan bunga simpanan yang jumlahnya diatas Rp 240.000,-/bulan. [KMK 522 / 1998 & SE.DJP 43/98].

Ketentuan pada ayat (1) huruf a, tetap dipertahankan; misalkan atas penghasilan berupa Dividen, bunga, royalti dan hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang sudah dipotong PPh pasal 21.

Page 35: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH :

PT. Babendi Raya mengadakan sayembera merancang logo perusahaan dengan hadiah Rp 50.800.000,- pemenangnya Kantor Desain Nur Gelap and Partner, maka pemotongan PPh pasal 23 nya adalah = 15% x Rp 50.800.000,- = Rp 7.620.000,- jika Kantor Desain Nur Gelap and Partner ber-NPWP. Besarnya Pungutan PPh pasal 23 akan menjadi Rp 15.240.000,- jika Kantor Desain Nur Gelap and Partner tidak ber-NPWP.

PT. Kutu Buku, membayar royalti kepada Andre Kiroto ,atas penerbitan buku tulisannya senilai Rp 60.000.000,-; pada peristiwa ini PT. Kutu Buku harus melakukan pemotongan PPh pasal 23 sebesar = 15% x Rp 60.000.000,- = Rp 9.000.000,- jika Andre Kiroto ber NPWP. Besarnya Pungutan PPh pasal 23 akan menjadi Rp 18.000.000,- jika Andre Kiroto tidak ber-NPWP

Hal ini karena adanya tambahan ayat (1a) pada Pasal 23

Page 36: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PEMOTONGAN PENGHASILAN YANG DIATUR PADA PASAL 23

Khusus untuk Dividen kita harus memperhatikan ketentuan pada Pasal 17 ayat (2b) dan ayat (2c).

Ketentuan pasal 23 ayat (1) huruf c. pada Undang-Undang PPh sebelum diamandemen adalah : dipotong pajak sebesar 15% dari perkiraan Penghasilan Neto atas ;

1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,

2. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong PPh pasal 21.

Yang pelaksanaannya mengacu pada ketentuan peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER- 70/ PJ /2007.

Pada Tahun 2009, ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf c. menjadi : dipotong pajak sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto.

Dan berdasarkan ketentuan pada ayat (2) ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain akan diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 37: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PEMOTONGAN PENGHASILAN YANG DIATUR PADA PASAL 23

Hal ini diharapkan akan memudahkan buat mereka yang sudah ditunjuk sebagai Wajib Potong PPh pasal 23, karena hanya ada satu tarif untuk pemotongan pajak atas pembayaran sehubungan atas sewa / penggunaan harta kecuali yang sudah terkena pasal 4 ayat (2) dan sehubungan dengan konsumsi jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultasi dan jasa lainnya.

Karena jika melihat ketentuan untuk tahun 2008 dan sebelumnya tarifnya bervariasi sekali ada yang terkena 1,5%; 2%; 3%; 4% dan 4,5%.

Penting untuk memperhatikan ketentuan pada Pasal 23 ayat (1a) dalam hal Wajib Pajak yang menerima penghasilan tidak ber-NPWP diterapkan Tarif Pemotongan lebih tinggi 100%. Karena jika tidak, bisa saja waktu terjadi proses pemeriksaan terhadap diri Wajib Potong oleh Kantor Pajak kekurangan potong PPh akan ditagihkan kepada diri Wajib Potong dengan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).

Page 38: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG ANGSURAN MASA : PASAL 25

Terdapat perubahan pada ayat (8) yang untuk tahun 2009 menjadi : Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak keluar negeri wajib membayar pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Sekarang sedang disiapkan peraturannya, terdengar kabar fiskal keberangkatan keluar negeri via udara diusulkan naik dari ketentuan yang berlaku sekarang Rp 1.000.0000,- menjadi Rp 3.000.000,- bahkan ada yang usul naikkan 400%.

Ada tambahan satu ayat yang membuat kita bertanya-tanya, yaitu muncul ayat (8a) ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2010

Page 39: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PASAL 25

Bagi Orang Pribadi dengan kriteria pengusaha tertentu patut bersyukur karena adanya perubahan pada pasal 25 ayat (7) yang mengatur bahwa pengenaan tarif bagi Wajib Pajak Orang Pribadi pengusaha tertentu tertinggi 0,75% .

Artinya jika selama Tahun 2008 dan sebelumnya melunasi PPh pasal 25 ayat (7) ditiap-tiap tempat kegiatan usaha dilakukan adalah 2% dari Peredaran Bruto, maka Tahun 2009 kemungkinan tertinggi penyetoran PPh pasal 25 ayat (7) ditiap-tiap tempat kegiatan usaha menjadi hanya 0,75% dari peredaran bruto.

Page 40: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH:

Asen pengusaha, yang memiliki beberapa Toko Onderdil Motordibeberapa wilayah Kantor Pajak. 1. Toko yang diwilayah KPP Pratama Serpong pada bulan Januari

2009 Total Peredaran Usahanya Rp 60.000.000,- maka PPh pasal 25 ayat (7) yang harus disetor dan dilaporkan diwilayah Serpong adalah = 0,75% x Rp 60.000.000,- = Rp 450.000,-

2. Toko yang diwilayah KPP Pratama Jakarta Senen pada bulan Januari 2009 Total Peredaran Usahanya Rp 86.000.000,- maka PPh pasal 25 ayat (7) yang harus disetor dan dilaporkan diwilayah Jakarta Senen adalah = 0,75% x Rp 86.000.000,- = Rp 645.000,-

3. Toko yang diwilayah KPP Pratama Bekasi Selatan pada bulan Januari 2009 Total Peredaran Usahanya Rp 54.500.000,- maka PPh pasal 25 ayat (7) yang harus disetor dan dilaporkan diwilayah Bekasi Selatan adalah = 0,75% x Rp 54.500.000,- = Rp 408.750,-

Page 41: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

PERHITUNGAN TAHUN 2008

1. Untuk Wilayah KPP Pratama Serpong = 2% x Rp 60.000.000,- = Rp 1.200.000,-

2. Untuk wilayah KPP Pratama Jakarta Senen = 2% x Rp 86.000.000,- = Rp 1.720.000,-

3. Untuk wilayah KPP Pratama Bekasi Selatan = 2% x Rp 54.500.000,- = Rp 1.090.000,-

Page 42: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PELUNASAN PAJAK TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN PAJAK; PASAL 29

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar dari Kredit Pajak, kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT tahunan) Pajak Penghasilan disampaikan atau dilaporkan kekantor Pelayanan Pajak. Hal ini sejalan dengan ketentuan pada pasal 9 ayat (2) UU-No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU-No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Ketentuan sebelum amandemen adalah kekurangan pajak pada SPT Tahunan PPh harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir,sebelum SPT Tahunan disampaikan.

Page 43: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH :

PT. ”HAHAHA” membuat SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2009, perhitungan kurang bayar pajak terutang misalkan sebesar = Rp 10.000.000,- Tahun Buku Wajib Pajak = Tahun Kalender, maka pelunasan PPh Pasal 29 sebesar Rp 10.000.000,- tersebut paling lambat tanggal 30 April 2010.

Tuan “Dede” membuat SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2009 [tahun buku = tahun kalender]. Perhitungan kurang bayar pajak terutang misalkan sebesar = Rp 2.900.000,-, maka pelunasan PPh Pasal 29 tersebut wajib dilunasi paling lambat tanggal 31 Maret 2010.

Page 44: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PELUNASAN PAJAK TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN PAJAK; PASAL 29

Catatan: Sesuai UU-No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU-No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 3 ayat (3) ada perbedaan batas waktu penyampaian SPT Tahunan antara Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan.

Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:1. A.untuk SPT Masa, paling lama 20 hari setelah akhir masa pajak;2. B.untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan WP Orang Pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak;3. C.untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan WP Badan, paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak.

Page 45: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG PELUNASAN PAJAK TERUTANG UNTUK SUATU TAHUN PAJAK; PASAL 29

Jika wajib Pajak tidak memperhatikan ketentuan diatas maka akan dikenakan SANKSI.

1. Jika pelunasan PPh Pasal 29 lewat batas waktunya maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per-bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran

sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. [pasal 9

ayat (2a) KUP].2. Atas keterlambatan menyampaikan/melaporkan

SPT Tahunan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 100.000,- untuk SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi dan Rp 1.000.000,- untuk SpT Tahunan PPh WP Badan. [pasal 7 ayat (1) KUP].

Page 46: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG TARIF PAJAK PENGHASILAN UNTUK WP BADAN

Untuk Tahun Pajak 2009 Wajib Pajak Badan diterapkan Tarif Pajak atas Penghasilan Kena Pajak Tunggal yaitu 28 %. [pasal 17 ayat (1) b].

Untuk tahun pajak 2010 menjadi 25 % [pasal 17 ayat (2a)].

Page 47: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

TENTANG FASILITAS PERPAJAKAN

Untuk Tahun Pajak 2009 ada tambahan ketentuan yang mengatur fasilitas perpajakan bagi Wajib Pajak Badan, yaitu ketentuan pasal 31e;

Ayat (1) Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,- (limapuluh milyar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (limapuluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b.

ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta rupiah).

Page 48: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH :

PT “BLABLA” dalam Tahun 2009 mencatat jumlah Peredaran Bruto sebesar Rp 40.000.000.000,- (empat puluh milyar rupiah), dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah). Perhitungan Pajak Penghasilan yang terutang pada tahun pajak 2009 adalah :1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas = [Rp 4.800.000.000,- : Rp 40.000.000.000,-] x Rp 4.000.000.000,- = Rp 480.000.000,-2. Jumlahpenghasilan kena pajak dari bagian Peredaran Bruto yang tidak memperoleh fasilitas = Rp 4.000.000.000,- - Rp 480.000.000,- = Rp 3.520.000.000,-3. Baru menghitung PPh Yang Terutang =

Rp 480.000.000,-x (28% x 50%)= Rp 67.200.000,-

Rp 3.520.000.000,- x 28% = Rp 985.600.000,-

Jumlah PPh Terutang = Rp 1.052.800.000,-

Page 49: UU PPh NO.36 TAHUN 2008

CONTOH :

PT.”YAHYAHYAH” dalam Tahun Pajak 2009 mencatatkan jumlah Peredaran Bruto sebesar Rp 4.600.000.000,- (empat milyar enam ratus juta rupiah) dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 620.000.000,- (enam ratus duapuluh juta rupiah).

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak 2009 adalah : Rp 620.000.000,- x ( 28% x 50 % ) = Rp 86.800.000,-

Dalam kasus ini karena Peredaran Bruto PT. “YAHYAHYAH” tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- (empat milyar delapan ratus juta rupiah) sebagaimana disebut Pasal 31e, maka seluruh Penghasilan Kena Pajaknya dikenai fasilitas.

Page 50: UU PPh NO.36 TAHUN 2008