uu pbb bphtb copy

17
26/05/2011 1 Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1 : 3. NJOP adalah harga rata-rata yg diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tak terdapat transaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Bumi : adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan / atau perairan. Kep. Men Keu R I No. 523 / KMK.04 / 1998 Tgl. 18 Desember 1998 Tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP sabagai Dasar Pengenaan PBB. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. NJOP adalah harga rata-rata yg diperoleh dr transaksi jual- beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tak terdapat transaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. 2. NJOP meliputi nilai jual permukaan bumi ( tanah, perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yg berada di atas maupun di bawahnya, dan / atau bangunan yang melekat diatasnya. 3. Standar Investasi : Jumlah biaya yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan dan atau penanaman, dan atau penggalian jenis sumberdaya alam atau budidaya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat, mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan hingga tahap produksi atau menghasilkan. 5/26/2011 EndartosTransp 6 5/26/2011 EndartosTransp 6 Areal Kebun = NJOP Tanah + ( Jumlah Inv. T P ) . b. Areal Emplasemen dan Areal Lainnya dlm Kawasan Perkebunan : sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya . Areal Emplasemen = NJOP Tanah sekitarnya ( Penyesuaian ) c. OP berupa Bangunan adalah sebesar NJOP sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 15 . NJOP = sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Angka 15 . 2. Penggolongan Wilayah, Jenis Perkebunan dan Besarnya Standar Investasi Tanaman Perkebunan adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran I Keputusan ini. Pasal 3 : 1. Besarnya NJOP atas OP Sekt. Perkebunan ditentukan sbb : a. Areal Kebun adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah dng Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai dengan Standar Investasi menurut umur tanaman .

Upload: spmbstan

Post on 04-Jul-2015

523 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

1

Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1 :

3. NJOP adalah harga rata-rata yg diperoleh

dari transaksi jual-beli yang terjadi

secara wajar, dan bilamana tak terdapat

transaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui

perbandingan harga dengan objek lain

yang sejenis, atau nilai perolehan baru,

atau NJOP pengganti.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Bumi :

adalah permukaan bumi

dan tubuh bumi yang meliputi

tanah dan perairan pedalaman

serta laut wilayah Indonesia.

Bangunan :

Konstruksi teknik yang

ditanam atau dilekatkan secara

tetap pada tanah dan / atau

perairan.

Kep. Men Keu R I No. 523 / KMK.04 / 1998 Tgl. 18 Desember 1998 Tentang

Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP

sabagai Dasar Pengenaan PBB.

Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. NJOP adalah harga rata-rata yg diperoleh dr transaksi jual-

beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tak terdapat

transaksi jual-beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga

dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau

NJOP pengganti.

2. NJOP meliputi nilai jual permukaan bumi ( tanah,

perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia)

beserta kekayaan alam yg berada di atas maupun

di bawahnya, dan / atau bangunan yang melekat

diatasnya.

3. Standar Investasi :

Jumlah biaya yang diinvestasikan

untuk suatu pembangunan dan atau

penanaman, dan atau penggalian jenis

sumberdaya alam atau budidaya tertentu,

yang dihitung berdasarkan komponen

tenaga kerja, bahan dan alat, mulai dari

awal pelaksanaan pekerjaan hingga

tahap produksi atau menghasilkan.

5/26/2011 EndartosTransp 6 5/26/2011 EndartosTransp 6

Areal Kebun = NJOP Tanah + ( Jumlah Inv. T P ) .

b. Areal Emplasemen dan Areal Lainnya dlm Kawasan

Perkebunan : sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan

penyesuaian seperlunya .

Areal Emplasemen = NJOP Tanah sekitarnya ( Penyesuaian )

c. OP berupa Bangunan adalah sebesar NJOP sebagaimana

dimaksud pada Pasal 1 angka 15 .

NJOP = sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Angka 15 .

2. Penggolongan Wilayah, Jenis Perkebunan dan Besarnya Standar Investasi Tanaman

Perkebunan adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran I Keputusan ini.

Pasal 3 : 1. Besarnya NJOP atas OP Sekt. Perkebunan ditentukan sbb :

a. Areal Kebun adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah

dng Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai dengan

Standar Investasi menurut umur tanaman .

Page 2: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

2

5/26/2011 EndartosTransp 7

PER-50/PJ/2008, tanggal 30 Desember 2008

PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

SE-81/PJ/2008, tanggal 30 Desember 2008 Tentang PETUNJUK

PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-

50/PJ/2008 TENTANG PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

SEKTOR PERKEBUNAN

KEP – 16/PJ.6/1998 Tentang Pengenaan PBB yang mengatur mengenai pengenaan

Sektor Perkebunan ;

Peraturan DirJen Pajak No.PER- 174/PJ/2007 tentang Pedoman Penentuan SIT

Kelapa Sawit dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Diganti dengan :

HAL-HAL YANG BARU:

Sektor Perkebunan adalah objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang

digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan dengan luasan

paling sedikit 2 (dua) hektar, termasuk emplasemen.

Mulai Tahun Pajak 2009, yang selama ini telah ditetapkan sebagai

objek pajak Sektor Perkebunan, harus diadministrasikan dalam

aplikasi SISMIOP untuk Sektor Perkebunan. (Readministrasi OP

PBB Sektor Perkebunan)

OP PBB yang digunakan untuk pengusahaan tanaman perkebunan

dengan luasan paling sedikit 2 hektar akan dikonversi dan

diadministrasikan dalam Aplikasi SISMIOP untuk Sektor

Perkebunan. Implementasinya menunggu instruksi lebih lanjut.

5/26/2011 EndartosTransp 9

HAL-HAL YANG BARU (LANJUTAN):

o SPOP dan LSPOP

o FDM (Formulir Data Masukan)

o SPPT dicetak melalui aplikasi,

dengan tampilan sama dengan

SPPT sektor P2

o RPN (Rincian Perhitungan Nilai)

o SK Kakanwil tentang SIT langsung ditetapkan oleh Kakanwil

(tidak menunggu usulan KPP Pratama)

Note : Untuk jenis tanaman tertentu yang belum ada SBPK dari Ditjen

Bun, diupayakan dari Dinas Perkebunan daerah masing-masing.

PENYAMPAIAN SPOP

SEKTOR PERKEBUNAN

• Penundaan Penyampaian SPOP Sektor Perkebunan

Tahun Pajak 2009

S – 518/PJ/2008 tanggal 31 Desember 2008

• Setelah sosialisasi ini masing-masing KPP Pratama

diminta untuk melaksanakan sosialisasi sekaligus

penyampaian SPOP format baru kepada WP PBB Sektor

Perkebunan.

S – 83/PJ.06/2009 tanggal 28 Januari 2009 ;

S – 93/PJ.06/2009 tanggal 4 Februari 2009 .

5/26/2011 EndartosTransp

DASAR PENGENAAN PBB

SEKTOR PERKEBUNAN

NJOP Bumi = NJOP Bumi/m2 x Luas Bumi (NJOP Bumi/m2 sudah termasuk SIT/m2)

NJOP Bang = NJOP bang/m2 x Luas Bang

NJOP = NJOP Bumi + NJOP Bangunan

5/26/2011 EndartosTransp 12

SPOP SEKTORPERKEBUNAN

Pendaftaran OP atau pemutakhiran data OP PBB Sektor Perkebunan dilakukan oleh subjek pajak atau WP dengan cara mengisi SPOP & LSPOP, dengan jelas, benar, dan lengkap.

LSPOP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SPOP.

SPOP harus ditandatangani oleh subjek pajak atau WP.

Dalam hal ditandatangani oleh bukan subjek pajak atau WP, harus dilampiri dengan:

o Surat Kuasa Khusus, jika luas areal perkebunan > 20 hektar; atau

o Surat kuasa, jika luas areal perkebunan 20 hektar.

Page 3: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

3

5/26/2011 EndartosTransp 13 Dilanjutkan di halaman berikutnya

Beri tanda silang pada kolom yang sesuai

Bagian yang diarsir diisi oleh Petugas

No. FormulirDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

1. JENIS TRANSAKSI

C. DATA DAN ALAMAT WAJIB PAJAK

14. NPWP

16. NAMA JALAN 17. BLOK/KAV/NOMOR

19. RW 20. RT18. DESA/KELURAHAN

21. KABUPATEN/KOTA

B. DATA LETAK OBJEK PAJAK

5. NAMA JALAN

7. DESA/KELURAHAN

6. BLOK/KAV/NOMOR

8. RW 9. RT

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

SEKTOR PERKEBUNAN

4. NOP ASAL

13. NAMA

12. STATUS

11. JENIS

a. Pemilik

a. Badan

b. Penyewa

b Orang Pribadi

c. Pengelola d. Pemakai e. Sengketa

b. Perhutanan HPHTI

a. Perkebunanx d. Pertambangan Migas

a. Perekaman Data Baru b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data

2. JENIS SEKTOR

A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU

Kantor Pelayanan Pajak Pratama ...............….....

10. KECAMATAN

c. Perhutanan Selain HPHTI

e. Pertambangan Panas Bumi

f. Pertambangan Galian C

g. Pertambangan Umum

3. NOP

Kec.

15. NOMOR TELEPON

22. KODE POS

Prov. Kab./Kota Desa/Kel. Blok No. Urut Kode

KETERANGAN

· Gambarkan Denah lokasi objek pajak (tanpa skala), yang

dihubungkan dengan jalan raya/ jalan protokol, jalan

lingkungan dan lain- lain, yang mudah diketahui oleh umum.

· Sebutkan batas-batas pemilikan sebelah Utara, Selatan,

Timur, dan Barat

Contoh Penggambaran

Jalan Desa Mamuju

Jala

n K

ecam

ata

n M

aje

ne

Kebun

XXX

Kebun AAA

DENAH LOKASI OBJEK PAJAK

Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya

adalah benar, jelas, dan lengkap menurut keadaan yang sebenarnya,

sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus atau surat kuasa.

- Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak

sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

PENDATA MENGETAHUI KASI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN

E. PENDATA & PEJABAT YANG BERWENANG

29. NIP

28. NAMA LENGKAP

27. TANDA TANGAN

33. NIP

32. NAMA LENGKAP

31. TANDA TANGAN

Kebun

ZZZ

Kebun

YYY

D. PERNYATAAN WAJIB PAJAK

26. TANGGAL/BULAN/TAHUN 30. TANGGAL/BULAN/TAHUN

25. NAMA LENGKAP

24. TANDA TANGAN

23. TANGGAL/BULAN/TAHUN

KEMBALI KE ALUR

EndartosTransp

A. DATA UMUM

2. NOP

Prov Kab/Kota Kec Kel/Desa Blok No Urut kode

1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data

No. FormulirLAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

SEKTOR PERKEBUNAN

B. DATA TANAH

3. KELAS KESESUAIAN LAHAN

a. S1 b. S2 c. S3 d. N

4. JENIS TANAH

a. Mineral b. Gambut

5. KONTUR TANAH

a. Datar b. Bergelombang

7. AKSESIBILITAS

c. Jarak terhadap Pemukiman

a. Kondisi jalan 1. Sangat Baik 2. Baik 3. Sedang 4. Jelek

b. Jenis Perkerasan Jalan 1. Aspal 2. Sirtu 3.Tanah

km

a. Parit

b. Listrik

1. Ada

c. Jaringan Telepon

8. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

2. Tidak ada

1. Ada 2. Tidak ada

1. PLN 2. Sendiri

9. KETERSEDIAAN CADANGAN LAHAN

UNTUK PENGEMBANGAN a. Ada

b. Tidak ada

Milik Sendiri

Milik Pihak Lain

12. PRODUKTIVITAS ton/tahun/ha

6. JENIS HAK ATAS TANAH

a. HGU b. Hak Milik c. Lainnya :……………...

10. PABRIK PENGOLAHAN

a. Ada

b. Tidak ada, Jarak dari pabrik pengolahan terdekat

km11. JARAK DARI PELABUHAN

km

13. AREAL PRODUKTIF

15. AREAL EMPLASEMEN (M2)

JENIS TANAMAN :

d.

a. Sudah diolah tetapi belum ditanami

b. Belum diolah

14. AREAL BELUM PRODUKTIF

a. Areal tidak poduktif/

Tidak dapat dimanfaatkan

a.

b.

c.

16. AREAL LAINNYA

17. JUMLAH LUAS YANG DIUSAHAKAN (M2)

JUMLAH LUAS AREAL PRODUKTIF (M2)

JUMLAH LUAS AREAL BELUM PRODUKTIF (M2)

JUMLAH LUAS AREAL LAINNYA (M2)

+

LUAS (M2)

b. Areal jalan

(3a + 3b + 3c + 3d)

(4a + 4b)

(6a + 6b)

(3)

(4)

(5)

(6)

(3 + 4 + 5 + 6)

EndartosTransp

C. RINCIAN LUAS AREAL PRODUKTIF SESUAI TAHUN TANAM

2. NOP

Prov Kab/Kota Kec Kel/Desa Blok No Urut Kode

1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data

No. FormulirLAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

SEKTOR PERKEBUNAN

11.

24.

25.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

27.

26.

28.

01.

02.

03.

04.

09.

08.

07.

06.

05.

10.

29.

30.

JENIS TANAMAN

JUMLAH LUAS (M2)

TAHUN TANAM LUAS (M2)NO

11.

24.

25.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

27.

26.

28.

01.

02.

03.

04.

09.

08.

07.

06.

05.

10.

29.

30.

TAHUN TANAMNO

JENIS TANAMAN

LUAS (M2)

+ +

JUMLAH LUAS (M2)

EndartosTransp

D. DATA BANGUNAN

2. NOP

Prov Kab/Kota Kec Kel/Desa Blok No Urut Kode

1. JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data b. Pemutakhiran Data c. Penghapusan Data

No. FormulirLAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

SEKTOR PERKEBUNAN

16. TANGKI

a. Tangki I

Volume (M3) JumlahTinggi (M)

b. Tangki II

c. Tangki III

d. Tangki …..

17. SILO

a. Silo I

Volume (M3) JumlahTinggi (M)

b. Silo II

c. Silo III

d. Silo …..

JUMLAH LUAS

(M2)

1 3 5

1 Pabrik/Kilang

2 Perkantoran

3 Perumahan

a. Tipe ………………………….

b. Tipe ………………………….

c. Tipe ………………………….

d. Tipe ………………………….

e. Tipe ………………………….

f. Tipe ………………………….

g. Tipe ………………………….

h. Tipe ………………………….

i. Tipe ………………………….

j. Tipe ………………………….

4 Mess/Guest House

5 Gudang

6 Ruang Workshop

7 Sarana Olah Raga/Rekreasi

8 Poliklinik/Baskebun/Puskebun, dll

9 MCK

10 Jalan diperkeras

11 Landasan Pesawat Udara/Helipad

12 Pelabuhan

13 Jembatan

14 Gorong-gorong

15 Bangunan Lainnya

JUMLAH

2

NO JENIS BANGUNAN UNIT

E. INFORMASI LAINNYA

5/26/2011 EndartosTransp

A. REKAPITULASI NILAI TANAH

B. REKAPITULASI NILAI BANGUNAN

JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data

b. Pemutakhiran Data

c. Penghapusan Data

FORMULIR DATA MASUKAN

SEKTOR PERKEBUNAN

C. PENILAI & PEJABAT YANG BERWENANG

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA ..............

NO JENIS AREAL LUAS (M2) NILAI TANAH PER M2 (RP)

1 AREAL PRODUKTIF

2 AREAL BELUM PRODUKTIF

a. Sudah diolah tetapi belum ditanami

b. Belum diolah

3 AREAL EMPLASEMEN

4 AREAL LAINNYA

a. Areal tidak produktif

b. Areal jalan

JUMLAH

NO JENIS BANGUNAN LUAS (M2) NILAI BANGUNAN (RP)

1 Pabrik/Kilang

2 Perkantoran

3 Perumahan

4 Mess/Guest House

5 Gudang

6 Ruang Workshop

7 Sarana Olah Raga/Rekreasi

8 Poliklinik/Baskebun/Puskebun, dll

9 MCK

10 Jalan diperkeras

11 Landasan Pesawat Udara/Helipad

12 Pelabuhan

13 Jembatan

14 Gorong-gorong

15 Bangunan Lainnya

JUMLAH

TGL/BLN/THN / /

TANDA TANGAN

NAMA LENGKAPNIP

PENILAITGL/BLN/THN / /

TANDA TANGAN

NAMA LENGKAPNIP

KASI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN

NOP . . . . . .

Tahun Pajak :

No. Formulir

5/26/2011 EndartosTransp

JENIS TRANSAKSI a. Perekaman Data

b. Pemutakhiran Data

c. Penghapusan Data

FORMULIR DATA MASUKAN

SEKTOR PERKEBUNAN

D. RINCIAN LUAS DAN NILAI TANAH AREAL PRODUKTIF

Kode

NOUMUR TANAMAN

(TAHUN)LUAS (M

2)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

JUMLAH LUAS (M2)

Jenis tanaman

NILAI TANAH PER M2 (RP)

NOP . . . . . .

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA .......................

Kode

NOUMUR TANAMAN

(TAHUN)LUAS (M

2)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

JUMLAH LUAS (M2)

Jenis tanaman

NILAI TANAH PER M2 (RP)

Tahun Pajak :

No. Formulir

Page 4: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

4

5/26/2011 EndartosTransp 19

E. R

INC

IAN

DA

TA

BA

NG

UN

AN

2. N

OP

1. J

EN

IS T

RA

NS

AK

SI

a. P

ere

ka

ma

n D

ata

b. P

em

uta

kh

iran

Da

tac. P

en

gh

ap

usa

n D

ata

No

. Fo

rmu

lirL

AM

PIR

AN

SU

RA

T P

EM

BE

RIT

AH

UA

N O

BJ

EK

PA

JA

K

SE

KT

OR

P

ER

KE

BU

NA

N

NO

1

1 Pabrik/Kilang

2 Perkantoran

3 Perumahan

a. Tipe ………………………

b. Tipe ………………………

c. Tipe ………………………

d. Tipe ………………………

e. Tipe ………………………

f. Tipe ………………………

g. Tipe ………………………

h. Tipe ………………………

i. Tipe ………………………

j. Tipe ………………………

4 Mess/Geust House

5 Gudang

6 Ruang Workshop

7 Sarana Olah Raga/Rekreasi

8 Poliklinik/Baskebun/Puskebun, dll

9 MCK

10 Jalan diperkeras

11 Landasan Pesawat Udara/Helipad

12 Pelabuhan

13 Jembatan

14 Gorong-gorong

15 Bangunan Lainnya

KONDISI BANGUNAN KONSTRUKSI ATAP DINDING LANTAI LANGIT LANGIT

1. sangat baik 1. baja 1. 1. kaca/alumunium 1. marmer 1. kayu jati/akustik

2. baik 2. beton 2. genteng beton 2. beton 2. keramik 2. tripleks/asbes/eternit

3. sedang 3. bata 3. genteng biasa/sirap 3. bata 3. teraso

4. jelek 4. kayu 4. asbes 4. kayu 4. ubin PC/papan

12

dekrabon/beton/gtg glazur

Keterangan : kolom 7 sampai dengan kolom 12 diisi dengan angka komponen bangunan sebagai berikut:

7 8 9 10 112 3 4 5 6

JENIS BANGUNANJUMLAH

LANTAI

TAHUN

DIBANGUN

TAHUN

RENOVASI

LISTRIK

WATT

KONDISI

BANGUNANKONSTRUKSI ATAP DINDING LANTAI

LANGIT

LANGIT

Pro

vK

ab

/Ko

taK

ec

Ke

l/De

sa

Blo

kN

o U

rut

Ko

de

5/26/2011 EndartosTransp 20

OBJEK PAJAK PBB SEKTOR PERKEBUNAN

1. Bumi o Areal Produktif, yaitu areal yang sudah ditanami, meliputi :

a. Areal tanaman belum menghasilkan; b. Areal tanaman menghasilkan;

o Areal Belum Produktif, terdiri dari: a. Areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan/atau b. Areal belum diolah;

o Areal Emplasemen, yaitu areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan sarana pelengkap lainnya dalam perkebunan;

o Areal Lainnya, terdiri dari: a. Areal tidak produktif/tidak dapat dimanfaatkan, seperti rawa, cadas, dan jurang;

dan/atau b. Areal jalan meliputi :

• jalan utama yang terletak di dalam dan/atau di luar areal perkebunan, • jalan produksi yang berfungsi untuk pengumpulan hasil • jalan kontrol yang berfungsi untuk pengawasan areal perkebunan.

2. Bangunan Meliputi segala konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada

tanah dan/atau perairan, yaitu bangunan dan infrastruktur lainnya seperti jalan, jembatan dan sebagainya.

Pasal 3 PBB

(1) OP yang tak dikenakan PBB adalah OP yang :

a. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum ;

b. digunakan utk kuburan, peninggalan purbakala, dll ;

c. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam dll ;

d. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat

berdasarkan asas perlakuan timbal balik ;

e. digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi

Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan ;

(2) OP yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan

pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah ;

(3) Besarnya NJOP TKP ditetapkan sebesar Rp 8.000.000,00

untuk setiap Wajib Pajak ;

(4) Penyesuaian besarnya NJOP TKP sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Keputusan Menteri Keuangan R I No.201/KMK.04/2000, tgl 6 Juni 2000

tentang Penyesuaian Besarnya NJOP TKP Sebagai Dasar Perhitungan PBB

Pasal 1 :

(1). Dasar pengenaan pajak adalah NJOP ;

(2). Kepada setiap Wajib Pajak diberikan NJOP TKP .

Pasal 2 : NJOP TKP sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 ayat (2) keputusan ini ditetapkan

setinggi-tingginya –

Rp 12.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak.

5/26/2011 EndartosTransp 23

Bab IV Tarif Pajak sebesar

0,5 %

Bab V Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak

Pasal 6 :

(1). Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).

(2). NJOP ditetapkan oleh Men Keu R I.

(3). Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya

20 % dan setinggi-tingginya 100 %.

(4). Besarnya % NJKP ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah. dengan

memperhatikan kondisi ekonomi nasional. 5/26/2011 EndartosTransp 24

Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2002,

Tgl 13 Mei 2002, Tentang

Penetapan Besarnya NJKP untuk Perhitungan PBB

Objek Pajak PKB, PHT, PTB

dan Objek Pajak Lainnya

dengan

NJOP > Rp 1.000.000.000,00

Objek Pajak lainnya

dengan

NJOP < Rp 1.000.000.000,00

Dikenakan

40 % X NJOP

20 % X NJOP

Page 5: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

5

31.74.020.006.001-0104.0 05.033.647.8-034.000

KO TM KENCANA BLOK C 1/5

RT : 013 RW : 09

CENGKARENG BARAT

CENGKARENG

JAKARTA BARAT 11730

MANANA MAHINDA ENDARTO

KO TM KENCANA BLOK C 1/5

RT :013 RW : 09

CENGKARENG BARAT, CENGKARENG

JAKARTA BARAT 11730

BUMI 302 A 15 1.032.000 311.664.000

BANGUNAN 146 A 07 429.000 62.634.000

374.298.000

10.000.000

364.298.000 20 % x 364.298.000 72.859.600

0,5 % x 72.859.600 364.298 364.298

TIGA RATUS ENAM PULUH EMPAT RIBU DUA RATUS SEMBILAN PULUH DELAPAN RUPIAH

BANK DKI KEC CENGKARENG JL BANGUN NUSA RAYA

11803030916083MAO3A4601SL - 2003/03

28 AGU 2003

Jakarta, 18 MAR 2003

DRS MAIZAR ANWAR, MM

NIP : 060043656

Contoh Pengenaan PBB untuk Objek Pajak sama atau di atas Rp 1.000.000.000,00

yang dimiliki atau dikuasai bukan PNS,TNI/POLRI, Pensiunan / Purnawirawan

termasuk Janda atau dudanya yang penghasilananya semata-mata dari gaji atau

Pensiunannya saja.

Soal :

Ibu Ida seorang Usahawati sukses memiliki tanah dan rumah di Perumahan

Mewah Permata Biru Jakarta Pusat dengan data sebagai berikut :

Cobalah hitung berapa PBB yang harus dibayar Ibu Ida ?

Objek Pajak Luas (m2) Harga perolehan

(Rp)

Bumi

Bangunan

700

300

2.300.000.000,00

800.000.000,00

Harga Perolehan 3.100.000.000,00

Jawab :

Pengenaan Tanah : 700 m2 dengan harga perolehan Rp 2.300.000.000,00 ;

Harga per m2 = Rp 2.300.000.000,00 : 700 = Rp 3.285.714,29 ;

Konversi terhadap tarif tanah adalah pada kelas I B-50 = Rp 3.375.000,00/per m2.

Pengenaan Bangunan : 300 m2 dengan harga perolehan Rp 800.000.000,00;

Harga per m2 bangunan adalah = Rp 800.000.000,00 : 300 = Rp 2.666.666,67;

Konversi terhadap tarif bangunan adalah : kelas II B- 17 = Rp 2.625.000,00/per m2.

Perhitungan PBB =

Tanah = 700 m2 X Rp 3.375.000,00 = Rp 2.362.500.000.00

Bangunan = 300 m2 X Rp 2.625.000,00 = Rp 787.500.000,00

NJOP tanah dan bangunan = Rp 3.150.000.000,00

NJOP TKP = Rp 12.000.000,00

NJOP yang dikenakan pajak = Rp 3.138.000.000,00

PBB adalah = 0,5 % X 40 % X Rp 3.138.000.000,00 = Rp 6.276.000,00 .

1. PT Subur , suatu perkebunan Kelapa Hibrida di Daerah

Jambi , dengan data sebagai berikut :

A. Tanah :

1. Areal Kebun :

a. Usia Tanaman 3 Tahun = 100 Ha, Klas IA -43 = Rp 1.200,00 / m2

SIT = Rp 3.939. 000,00 / Ha

b. Tanaman sdh Menghasilkan = 400 Ha, Klas IA - 43 = Rp 1.200,00 / m2

SIT = Rp 5.780.000,00 / Ha

2. Areal Emplasemen :

a. Pabrik = 2 Ha, Klas IA - 40 = Rp 3.500,00 / m2

b. Gudang = 1 Ha, Klas IA - 40 = Rp 3.500,00 / m2

c. Kantor = 1 Ha, Klas IA - 37 =Rp 10.000,00 / m2

B. Bangunan :

1. Pabrik = 3.000 m2, Klas IIA - 9 = Rp 310.000,00 / m2

2. Gudang = 1.000 m2, Klas IIA -11 = Rp 225.000,00 / m2

3. Kantor = 500 m2, Klas IIA - 6 = Rp 505.000,00 / m2

Hitunglah PBB 1999 Perkebunan tersebut !

Jawab Soal Perkebunan : PT SUBUR, Perkebunan Kelapa Hibrida

di Daerah Jambi : A. NJOP TANAH :

1. Areal Kebun :

a.Usia Tanaman 3 Tahun = 100 X 10,000 X Rp 1.200,00 = Rp 1.200.000.000,00

SIT -100 Ha = 100 X Rp 3.939.000,00 = Rp 393.900.000,00

b.Tanaman sudah menghasilkan -

= 400 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 4.800.000.000,00

SIT - 400Ha = 400 X Rp 5.780.000,00 = Rp 2.312.000.000,00

2. Areal Emplasemen :

a. Pabrik = 2 X 10.000 X Rp 3.500,00 = Rp 70.000.000,00

b. Gudang = 1 X 10.000 X Rp 3.500,00 = Rp 35.000.000,00

c. Kantor = 1 X 10.000 X Rp 10.000,00 = Rp 100,000.000,00

Rp 205.000.000,00

NJOP Tanah = Rp 8.910.900.000,00

B. NJOP Bangunan :

1. Pabrik = 3.000 X Rp 310.000,00 = Rp 930.000.000,00

2. Gudang = 1.000 X Rp 225.000,00 = Rp 225.000.000,00

3. Kantor = 500 X Rp 505.000,00 = Rp 252.500.000,00 +

NJOP Bangunan Rp 1. 407.500.000,00

C. NJOP Tanah + Bangunan (A + B ) = Rp 10.318.400.000,00

D. NJOPTKP = Rp 8.000.000,00

E. NJOP untuk perhitungan PBB = Rp 10.310.400.000,00

F. Pajak Bumi dan Bangunan =

= 0,5% X 40% X Rp 10.310.400.000,00 = Rp 20.620.000,00.

PT Wana Arta di Jambi, suatu Perusahaan Usaha Bidang Kehutanan (HPHTI),

memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari Bumi dan Bangunan sbb :

Tanah :

Areal Produktif :

Tanah yg ditanami komoditas hutan industri dan telah menghasilkan

Jenis tanaman Jelutung = 500 ha, Klas A- 39 (Rp 5.000/m2)

Standar Biaya Pembangunan (SBP) - Rp 2.930.800/ha

Tanah yg belum menghasilkan

- Jelutung Th- 4 = 100 ha, Klas A-39,SBP-Rp2.427.800/ha

- Jelutung Th- 5 = 200 ha, Klas A- 39,SBP-Rp2.769.800/ha

Areal yang tak dikenakan PBB = 50ha,Klas A-49 (Rp200/m2)

Log Ponds (Perairan) = 20ha,Klas A-47(Korelasi Kesamping Rp 4,80/m2),

Areal yg dikuasai fihak ke –3 secara syah = 50ha,Klas A-48 (Rp270/m2),

Areal lainnya (rawa,payau,dll) = 50ha, klasA-50 (Rp140/m2).

Areal Emplasemen :

a. Pabrik = 10.000m2,klas A-43 (Rp1.200/m2)

b. Gudang = 5.000m2,klas A-43

c. Kantor = 1.000m2,klas A-43

d. Perumahan = 10.000m2,klas A-43.

Bangunan :

a. Pabrik = 3.000m2, klas A-11 (Rp225.000/m2)

b. Gudang = 500m2, klas A-11

c. Kantor = 200m2,klas A- 9 (Rp 310.000/m2).

d. Perumahan = 1.000 m2, klas A- 11.

Hitung PBB 1999 PT Wana Arta tersebut .

Page 6: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

6

Jawab :

A. NJOP Tanah :

1. Areal Produktif :

a. Tanah yg ditanami komoditas HTI yg menghasilkan Jelutung =

= 500 X 10.000 X Rp5000 = Rp 25.000.000.000

500 X Rp 2.930.800 = Rp 1.465.400.000

b. 1. Tanaman belum menghasilkan :

Jelutung Thn-4 = 100 X 10.000 X Rp 5.000 = Rp 5.000.000.000

100 X Rp2.427.800 = Rp 242.780.000

Jelutung Thn-5 = 200 X 1 0.000 X Rp5.000 = Rp10.000.000.000

200 X Rp 2.769.800 = Rp 553.960.000

2. Areal Lainnya (Rawa,Payau) = 50 X 10.000 X Rp 140 =

Rp 70.000.000

3. Areal yg tak dikenakan = 50 X 10.000 X Rp200 = Rp -----

4. Log Ponds = 20 X 10.000 X Rp 4,80 = Rp 960.000

5. Areal yg dikuasai Pihak ke-3 secara syah = 50 X 10.000 X Rp270 = Rp ---

6. Areal Emplasemen :

a. Pabrik = 10.000XRp1.200 =Rp12.000.000

b.Gudang = 5.000XRp1.200 =Rp 6.000.000

c. Kantor = 1.000XRp1.200 =Rp 1.200.000

d,Perumahan=10.000XRp1.200 =Rp 12.000.000

Rp 31.200.000

NJOP Tanah Rp 42.364.300.000

NJOP Tanah Rp 42.364.300.000

B. NJOP Bangunan :

a. Pabrik = 3.000 X Rp 225.000 = Rp 675.000.000

b. Gudang = 500 X Rp 225.000 = Rp 112.000.000

c. Kantor = 200 X Rp310.000 = Rp 62.000.000

d. Perumahan = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000

NJOP Bangunan Rp 1.074.500.000

NJOP Tanah dan Bangunan (A + B) = Rp 43.438.800.000

NJOP TKP Rp 8.000.000

NJOP sbg Dasar Perhitungan PBB = Rp 43.430.000.000.

NJKP = 40 %X Rp 43.430.000.000 = Rp 17.372.32

PBB = 0,5 %X Rp 17.372.320.000 = Rp 86.861.000

PT Patra, suatu Perusahaan Tambang Minyak dengan data sebagai berikut :

A.TANAH :

1. Areal Produktif = 100 Ha , Kls IA - 48 - Rp 270,00 / m2

2. Areal Belum Produktif :

a. Areal General Survey = 500 Ha, Kls IA – 50 - Rp 140,00 / m2.

b. Areal Explorasi = 100 Ha, Kls IA - 49 - Rp 200,00 / m2.

3. Areal Tidak Produktif = 100 Ha, Kls IA – 50

4.Areal Emplasemen :

a. Pabrik = 25 Ha, Kla IA - 43 - Rp 1.200,00 / m2

b. Gudang = 2 Ha, Kls IA - 43

c. Perkantoran = 1 Ha, Kls IA - 39 - Rp 5.000,00 / m2

d. Tangki = 10 Ha, Kls IA - 43

e. Jalan diperkeras = 5 Ha, Kls IA - 43

f. Perumahan = 10 Ha, Kls IA - 37 - Rp 10.000,00 / m2.

Bangunan :

a. Pabrik = 50.000 m2, Kls IIA - 9 - Rp 310.000,00 / m2

b. Gudang = 5.000 m2, Kls IIA - 9

c. Perkantoran = 2.000 m2, Kls IIA - 8 - Rp 365.000,00 / m2

d. Tangki = 5.000 m2, Kls IIA - 7 - Rp 429.000,00 / m2

e. Jalan diperkeras = 30.000 m2, Kls IIA – 9

f. Perumahan = 10.000 m2, kelas II A- 9 –Rp 310.000,00 / m2.

. C. Hasil Penjualan Minyak satu Tahun sebelum Tahun Pajak berjalan =

Rp 1. 000.000.000,00

D.Angka Kapitalisasi 9,5 .

Hitung PBB PT Patra Artha Bhakti tersebut di atas !

Jawab Soal PBB MIGAS :

A. NJOP Tanah :

1. Areal Produktif = 9,5 X Rp 1.000.000.000,00 = Rp 9.500.000.000,00

2. Areal Belum Produktif =

a. Areal General .Survey = 500 X 10.000 X Rp 140,00 = Rp 700.000.000,00

b. Areal Explorasi = 100 X 10.000 X Rp 200,00 = Rp 200.000.000,00

3. Areal Tidak Produktif = 100 X 10.000 X Rp 140,00 = Rp 140.000.000,00

4. Areal Emplasemen :

a Pabrik = 25 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 300.000.000,00

b.Gudang = 2 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 24.000.000,00

c. Kantor = 1 X 10.000 X Rp 5.000,00 = Rp 50.000.000,00

d. Tangki = 10 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 120.000.000,00

e. Jln.Keras = 5 X 10.000 X Rp 1.200,00 = Rp 60.000.000,00

f. Perumahan = 10 X 10.000 X Rp10.000,00 = Rp 1.000.000.000,00

NJOP Tanah = Rp 12.094.000.000,00

B.NJOP Bangunan :

a. Pabrik = 50.000 X Rp 310.000,00 = Rp 15.500.000.000,00

b. Gudang = 5.000 X Rp 310.000,00 = Rp 1.550.000.000,00

c. Kantor = 2.000 X Rp 365.000,00 = Rp 730.000.000,00

d. Tangki = 5.000 X Rp 429.000,00 = Rp 2.145.000.000,00

e. Jln Keras = 30.000 X Rp 310.000,00 = Rp 9.300.000.000,00

f. Perumahan = 10.000 X Rp 429.000,00 = Rp 4.290.000.000,00

NJOP Bangunan = Rp 33.515.000.000,00

NJOP Tanah + Bangunan = Rp 45.609.000.000,00

NJOPTKP = Rp 8.000.000,00

NJOP sbg Dasar Perhit.PBB = Rp 45.601.000.000,00

Pajak Bumi dan Bangunan = 0,5% X 40 % X Rp 45.601.000.000,00 = Rp 91.202.000,00.

5/26/2011 EndartosTransp 35

Dasar Hukum :

- Pasal 30 UU N0.12 Tahun 1985 dan Perubahannya

sebgmn tertuang dalam UU No.12 Tahun 1994 ;

- Kept. Men.Keu. No.174/KMK.04/1991 jo Kept.MenKeu

No. 273/KMK.04/1995 ;

- SE DJP. No. 20/PJ.6/1993 ;

- SE DJP. No.40/PJ.6/1995 .

Formula :

NJOP maupun pengenaannya diatur dalam setiap Kontrak

Karya bersangkutan ;

1. Tahap Pra Produksi PBB = Iuran Tetap (Dead Rent) ;

2. Tahap Produksi PBB =

Iuaran Tetap + (0.5 % X 20% X Penerimaan Kotor) 5/26/2011 EndartosTransp 36

Pertambangan dikelola berdasarkan Kontrak Kerja

Sama (KKS) Batu Bara ;

Dasar Hukum : - Pasal 30 UU No.12 Tahun 1985 dan Perubahannya UU No.12 Tahun 1994 ;

- Keppres No.49 Tahun 1981 ;

- Kept Men Keu No.174/KMK/PJ.06/1991 jo KMK. No.273/KMK/PJ.6/1995 ;

- SE DJP No.SE-20/PJ.6/1993 ;

- SE DJP No.SE-40/PJ.6/1995.

Formula :

NJOP Maupun pengenaan PBB-nya diatur dalam setiap Kontrak Kerja

Sama bersangkutan ;

1. Tahap Pra Produksi = sesuai dengan ketentuan yang tercantum dlm

kontrak perjanjian;

2. Thap Produksi = sesuai dengan isi perjanjian KKS.

Page 7: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

7

5/26/2011 EndartosTransp 37

Perhitungan PBB atas Kontrak Karya :

PT . FRIPOT selaku pemegang hak/ Status atas Kontrak Karya dlm

rangka Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan Umum.

Dalam laporan Keu L/R yang sedang dalam tahap penyelesaian yg

dibuat oleh Akuntan Suto diketengahkan bahwa 17,7% dari areal

dalam ijin konsesi bidang pertambangan adalah tanah produktif.

Produksi tahunan (2005) sebesar 300.000metrik ton (t) konsentrat

memiliki kandungan 35% tembaga (Cu), 15,55 gram permetrik ton

(g/t) emas (Au) dan 108,86 g/t perak (Ag).

Apabila diketahui ketentuan perhitungan tarif dead rent untuk pro-

duksi sampai 80.000 ton tembaga tarif US $ 45 selebihnya diperhi-

tungkan US $ 55, produksi emas (Au) sampai dengan 2,000 kg dng

tarif US $ 235 sedangkan untuk perak (Ag) sampai 25.000 kg dng

tarif US $ 1,90 selebihnya US $ 2,001.

5/26/2011 EndartosTransp 38

A. Perhitungan Dead Rent :

a. Kandungan tembaga (Cu) = 0,35 X 30.000 =105.000 t (Cu),

Tarif Iuran =

(80.000 XUS$ 45)+{(105.000–80.000)XUS$ 55)} =

= US$ 3.600.000+US$ 1.375.000 = US$ 4.975.000.

b. Kandungan Emas(Au) =15,55X300.000/1000= 4.665 kg (Au),

Tarif Iuran =(2.000 X US$ 225) + {( 4.665 -2.000) X US$ 235}=

= US$ 450.000 + US$ 626.275 = US$ 1.076.275.

c. Kandungan Perak (Ag)=108,86 X 300.000/1000=32.658 kg (Ag),

Tarif Iuran =(25.000 XUS$ 1,90)+{(32.658 – 25.000) XUS$ 2,001} =

= US$ 47.500 + US$ 15,316 = US$ 62,816.

Jumlah a + b + c = US$ 6.114.091

5/26/2011 EndartosTransp 39

B. Perhitungan Produksi : Perhitungan Produksi atas areal dalam rangka komponen berdasarkan nilai, bila

produksi atas satuan dimaksud dihitung dengan menggunakan kurs nilai tengah

adalah sbb :

a. Produksi Tembaga (Cu) = 105.000 X US$ 50 = US$ 5,250,000

b. Produksi Emas (Au) = 4.665kg X US$ 230 = US$ 1,072,950

c. Produksi Perak (Ag) = 32.658 X US$ 1,95= US$ 63,683

Jumlah a + b + c = US$ 6,386,633

Perhitungan tsb dikapitalisasi = US$ 6,386,633 X 10 = US$63,866,330

Bila US$ 1 = Rp 10.000,00 .

Perhitungan PBB adalah =

a. Dead Rent = (US$ 6,119,091 X Rp 10.000) = Rp 61.190.910.000

0,5% X 40% X{(US$ 63,866,330 XRp10.000)-Rp12.000.000= Rp 12.773.026.000

Jumlah = Rp 73.963.936.000

b. Tahap Produksi =

0,5%X40%X{(US$ 63,866,330 X Rp 10.000)- Rp12.000} = Rp 12.773.026.000

PBB = Rp 86.736.962.000

5/26/2011 EndartosTransp 40

Bab VII

Pendaftaran, SPOP, SPPT, SKP.

Pasal 9 :

(1). Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak WAJIB

mendaftarkan OP-nya dengan mengisi SPOP.

(2). SPOP harus diisi dng jelas, benar, dan lengkap

serta ditandatangani dan disampaikan kepada

DitJen Pajak yang wil. Kerjanya meliputi letak OP,

selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterima

nya SPOP oleh SP .

(3). Pelaksanaan dan tatacara pendaftaran OP diatur

lebih lanjut oleh Men.Keuangan R I.

Petunjuk Pelaksanaan Pendataan diatur dalam Surat Edaran

DirJen Pajak No. SE-60/PJ/2001 Tanggal 25 Januari 2001

Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan

dan Penilaian Objek dan Subjek PBB dalam Rangka

Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data SISMIOP.

Pelaksanaannya diatur dalam :

Keputusan DirJen Pajak No. KEP-533/PJ/2000 tanggal

20 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek

PBB dalam Rangka Pembentukan dan atau Pemeliharaan

Basis Data SISMIOP.

5/26/2011 EndartosTransp 42

Pasal 3 :

(1) Pendataan Objek dan Subjek PBB sbgmn dimaksud

dalam Pasal 1 huruf b dilakukan oleh KPPBB dengan

menuangkan hasilnya dalam formulir SPOP;

(2) Pendataan dilakukan dengan alternatif :

a. Penyampaian dan Pemantauan pengembalian

SPOP;

b. Identifikasi Objek Pajak;

c. Verifikasi data Objek Pajak;

d. Pengukuran Bidang Objek Pajak.

Page 8: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

8

Pasal 6 :

Pemeliharaan basis data SISMIOP dilakukan dengan

cara :

a. PASIF, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yg dilakukan oleh

petugas KP PBB berdasarkan laporan yang diterima dari Wajib

Pajak dan atau Pejabat/Instansi terkait pelaksanaanya sesuai

prosedur Pelayanan Satu Tempat (PST);

b. AKTIF, yaitu kegiatan pemeliharaan basis data yang dilakukan oleh

KPPBB dengan cara mencocokkan dan menyesuaikan data

objek dan subjek pajak yang ada dengan keadaan sebenarnya di

lapangan atau mencocokkan dan menyesuaikan NJOP dengan

rata-rata nilai pasar yang terjadi di lapangan.

Pelaksanaannya sesuai dengan prosedur pembentukan basis data.

5/26/2011 EndartosTransp 44

1.4. Struktur / Bagan Umum

1. SISMIOP terdiri atas 5 unsur dan beberapa sub sistem.

Unsur :

NOP,

Blok,

ZNT, dan

DBKB

Sub Sistem :

Pendataan,

Penilaian dan Pengenaan,

Penagihan,

Penerimaan,

Pelayanan Satu Tempat.

2. Sub Sistem tsb di atas masing-masing melakukan fungsi yang berlainan, tetapi meng

gunakan basis yang sama.

3. Pengoperasian menggunakan komputer, setiap OP diberi NOP sebagai tanda pengenal

yang unik , permanen, dan standar.

4. NOP sebagai alat yang dapat mengintegrasikan fungsi dari masing-masing sub sistem

yang ada dlm SISMIOP dlm rangka pemenuhan fungsi dan tugas pokok KP PBB.

5. Struktur / Bagan Umum SISMIOP dapat dilihat pada Lampiran 1.

5/26/2011 EndartosTransp 45

Program Komputer .

Pada awalnya sistem komputerisasi PBB dibangun dalam suatu plat-form sbb :

• Menggunakan perangkat keras berbasis PC (Server) ;

• Sistem Operasi Unix ;

• Perangkat Lunak basis data Recital, dan

• Program Aplikasi SISMIOP yang dibangun

menggunakan perangkat lunak Recital.

Program Komputer ini kemudian dikembang

kan lagi pada aplikasi lainnya antara lain :

• Sistem Informasi Geografi (SIG/GIS) PBB ;

• Aplikasi Pelayanan Informasi Telepon (PIT) ;

Kedua program ini menggunakan sistem data SISMIOP sebagai sumber informasi data numeris.

Kemudian pada tahun 1997 Sismiop ini dikembangkan lagi dalam perangkat lunak basis data oracle.

Artinya :

merupakan basis data yang dipilih Dep Keu RI sebagai standar pengolahan basis data , sehingga

seluruh Instansi dibawah DepKeu diharapkan akan lebih mudah dalam tukar menukar Informasi .

5/26/2011 EndartosTransp 46

CITRA SATELIT

GPS (Global Positioning System) IKONOS, Orb View, Quickbirds Translate Map from Photo Satellit.

waduk

jl. p

lui t

sa

mu

dra

i

perum ahan panta i m utiara

b

laut

n

m

perumahan panta i m

utiara 2 lt

h

k e l . p lu i tk ec . penjaringan

c

phu

dhu

j l. p lu i t u tara raya

perum ahan 2 lt panta i m utiara

j l . p lu i t s am udra v

j l . p lu i t s am udra ray a

jl. p

lui t

uta

ra v

ii i

j l . p lu i t u tara v i

jl. p

lui t

tim

ur

raya

j l . p lu i t perm ai da lam iv

jl. plu

it pe

rma

i timu

r

j l . plu

i t pe

rma

i da

lam

jl.

plu

it u

tara

vii

jl. plu

it sa

mu

dra

iv

j l . p lu i t perm ai v i

o

f

qp

pen

ginapan

pondo

k tirta

j l . p lu i t s am udra v i

jl.

plu

it s

am

ud

ra i

i i

jl.

plu

it s

am

ud

ra i

i

e

tangk i res idu

k antor p l tu 3 l t

jl. plu

it pe

rma

i vi i

j l. plu

i t pe

rma

i vi ii

j l . p lu i t u tara

j l . p lu i t m urn i v i

jl. p

lui t

ka

ran

g e

lok

kal

i mu

ara

ka

rang

j l. p

lui t

ka

ran

g ti

mu

r

j l . p lu i t k arang e lok x i i i

jl. p

lui t

ba

rat

raya

j l . p lu i t terus an

tam an

j l. p lu i t u tara terus an

jl. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

ii

j l. p

lui t

ka

ran

g e

lok

xix

j l. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

l ap

jl. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

xi

j l. p lu i t k arang ay u i i i

j l. k

ara

ng

ayu

i

j l. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

xi iik arang

j l. p lu i t

jel i ta ix

jl. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

xv

j l. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

xv

i

j l. p

lui t

ka

ran

g je

l ita

xv

ii

j l. p lu i t k arang ay u iv

jl. m

and

ala

ba

har

i

LAUT

jl. p

lui t

ka

ran

g c

ant

ik

j l. p lu i t k arang c antik x ii

j l. p lu i t k arang c antik x ii i

jl. p

lui t

ka

ran

g c

ant

ik x

iv

j l. p

lui t

ka

ran

g c

ant

ik i

j l. p

lui t

ka

ran

g c

ant

ik x

v

j l. p

lui t

ka

ran

g c

ant

ik x

vi

j l. p lu i t k arang c antik x

j l. p lu i t k arang c antik x i

j l. p lu i t k arang c antik x ix

j l. p lu i t k arang c antik x vi i i

j l. p lu i t k arang ay u i i

pas

ar i

kan

mu

ara

an

gke

j l. p lu i t k arang m olek x

tk

j l. p lu i t k arang ay u v

j l. p lu i t k arang utara

jl. p

lui t

ka

ran

g c

ant

ik x

vii

j l. p

lui t karang m

olek xvi

jl. p

lui t

ka

ran

g m

ole

k

j l. p

lui t karang m

olek xv

j l. plui t k

aran

g m

olek vi i

j l. plui t k

aran

g m

olek vi

j l. plui t k

aran

g m

olek vi ii

j l. p lu i t k arang m olek ix

jl. p

lui t

ka

ran

g m

ole

k i i

i

j l. plui t k

aran

g m

olek xi ii

jl. p

lui t

ka

ran

g m

ole

k x

i

j l. p

lui t karang m

olek xi i

j l. p lu i t k

arang m

olek x iv

produk s i pengolahan udang

pas ar ik an muara k arang

j l. p

lui t karang m

olek xvii

j l. p

lui t karang bara

t

j l. p lu i t k arang as ri v i

j l. plu

i t ka

rang

mo

lek

iv

tanah k os ong

jl. p

end

ara

tan

ika

n

pd pasar jaya

m uara k arang

s epak bola

004004004004004004004004004

008008008008008008008008008

040040040040040040040040040

017017017017017017017017017

007007007007007007007007007

001001001001001001001001001

002002002002002002002002002

012012012012012012012012012

005005005005005005005005005

016016016016016016016016016

006006006006006006006006006

018018018018018018018018018

015015015015015015015015015

014014014014014014014014014

013013013013013013013013013011011011011011011011011011 010010010010010010010010010 009009009009009009009009009

003003003003003003003003003

5/26/2011 EndartosTransp 48 5/26/2011 EndartosTransp 48 26-May-11 EndartosTransp. 48

Info Rinci Objek Non Perumahan (Hotel)

Page 9: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

9

5/26/2011 EndartosTransp 49

.

Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan

Pasal 15 dan Pasal 16 UU PBB

SPPT / SKP

Rp 1.000.000

Tak Koaat…Pak !

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK No. PER-25/PJ/2009

tentang Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan PBB

dan

Surat Edaran Dir Jen Pajak No.SE-32/PJ/2009 Tgl. 16 Maret 2009

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan DJP No.PER-25/PJ/2009

Tentang Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan PBB

5/26/2011 EndartosTransp 50

Keputusan Dir Jen Pajak

No. KEP- 635/PJ/2001

Tentang Prosedur

Penanganan Banding PBB

dan BPHTB.

5/26/2011 EndartosTransp 51

Pengurangan PBB

Diatur dalam Pasal 19 dan kemudian sebagai

petunjuk pelaksanaan diputuskan dalam :

1. Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK.03/2009

ttg Pemberian Pengurangan PBB;

2. PMK. No. 111/PMK.03/2009 ttg Tatacara Pengurangan

atau Penghapusan sanksi Administrasi PBB dan

BPHTB dan Pengurangan atau

Pembatalan SPPT, SKP, STP,

SKB, atau STB yang tidak Benar.

5/26/2011 EndartosTransp 52

Pasal 1 :

a. Wajib Pajak orang pribadi atau badan

karena kondisi tertentu objek pajak

yang ada hubungannya dengan subjek pajak

dan atau karena sebab-sebab tertentu lainnya;

b. Wajib Pajak orang pribadi dalam hal objek

pajak terkena bencana alam seperti gempa

bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus

dan sebagainya serta sebab-sebab lain yang

luar biasa seperti kebakaran, kekeringan,

wabah penyakit dan hama tanaman ;

c. Wajib Pajak anggota Veteran pejuang

kemerdekaan dan Veteran pembela

kemerdekaan termasuk janda /dudanya. 5/26/2011 EndartosTransp 53

Pasal 5. (1). Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a dapat

diberikan setinggi-tingginya 75 % dari besarnya pajak terutang,

dan ditetapkan berdasarkan pertimbangan kondisi serta penghasilan

WP;

(2). Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b

dapat diberikan sampai dengan 100 % dari besarnya pajak terutang;

(3). Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ditetapkan sebesar 75 % dari besarnya

pajak terutang;

(4). Dalam hal permohonan pengurangan diajukan

oleh janda/dudanya veteran yang telah kawin

/ menikah lagi, maka besarnya persentase

pengurangan diberikan sebagaimana dimaksud

pada ayat 1. 5/26/2011 EndartosTransp 54

Pasal 18 :

(1) Hasil Pajak merupakan penerimaan negara yang dibagi

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan

imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90 % untuk

Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah daerah Tingkat I

sebagai pendapatan daerah yang bersangkutan.

(2) Bagian penerimaan Pemerintah Daerah

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

sebagaian besar diberikan kepada Pemerintah

Daerah Tingkat II.

(3) Imbangan pembagian hasil penerimaan pajak sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Page 10: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

10

Khusus untuk PBB diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000

Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Yang dimuat dalam –

Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 5.

5/26/2011 EndartosTransp 56

Peraturan Pemerintah RI

No. 16 Tahun 2000 Tentang Pembagian Hasil Penerimaan PBB

antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Hasil Penerimaan PBB

Pemerintah Pusat 10 %

Pemerintah Daerah 90 %

Dibagikan merata kepada seluruh

daerah Kab/Kot 6,5 %

Dibagikan sebagai insentif

kepada Daerah Kab/Kot 3,5 %

Propinsi 16,2 %

Daerah Kab / Kota 64,8 %

Biaya Pemungutan

9 %

Daerah

DJP

Tatacara Pembayaran Kembali Kelebihan Pembayaran PBB diatur dalam :

PMK No. 29/PMK.03/2005 tanggal 23 Mei

2005 yang menetapkan :

PERATURAN Menteri Keuangan Tentang Tata

Cara Pembayaran Kembali Kelebihan

Pembayaran PBB.

Peraturan Menteri Keuangan RI No.: PMK-121/PMK.06/2005

Tanggal 5 Des 2005

tentang Tatacara Pemberian Imbalan Bunga

PBB Kepada Wajib Pajak

Pasal 1 1. Surat keputusan Pemberian Imbalan Bunga PBB (SKPIB PBB) adalah

surat kepts.yang menetapkan besarnya jumlah pemberian imbalan

bunga PBB kepada WP.

2. Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga PBB (SPMIB PBB) adalah

surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan PBB / Kantor

Pajak Pratama (KP PBB/KPP Pratama) untuk membayar imbalan bunga

PBB kepada WP.

Tatacara Pemberian Imbalan Bunga.

Pasal 2 : Imbalan Bunga diberikan kepada WP dalam hal terdapat :

a. Keterlambatan penerbitan SKKP PBB sesuai ketentuan berlaku ;

b. keterlambatan penerbitan SPMKP PBB sesuai ketentuan berlaku ;

c. Kelebihan pembayaran PBB karena pengajuan keberatan atau

permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya ; atau

d. kelebihan pembayaran sanksi administrasi karena pengurangan

atau penghapusan sebagai akibat diterbitkan Keputusan

Keberatan atau Putusan Banding

Daluwarsa tak diatur secara khusus dalam UU PBB karena telah diatur dalam Pasal 22

ayat (1) KUP :

Hak untuk melakukan penagihan pajak,

termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan, daluwarsa setelah lampau

waktu sepuluh tahun terutang sejak saat

terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak

yang bersangkutan .

Page 11: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

11

Disampaikan oleh :

Drs Endarto Judowinarso MSc.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000

Tentang

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG BPHTB

Prinsip-prinsip dasar yang dianut UU BPHTB:

1. Self assessment, yaitu Wajib Pajak menghitung dan

menyetorkan pajak terutang dan melaporkannya ke Kantor

Pelayanan PBB;

2. Tarif ditetapkan sebesar 5% dari nilai perolehan objek pajak

kena pajak (NPOPKP);

3. Dikenakan sanksi kepada Wajib Pajak maupun kepada pejabat-

pejabat umum yang melakukan pelanggaran ketentuan atau

tidak melaksanakan kewajiban;

4. Hasil penerimaan BPHTB sebagian besar diserahkan kepada

Daerah dengan komposisi 80% untuk Daerah dan 20% untuk

Pusat;

5. Tidak diperkenankannya ada pungutan lain atas pihak yang

memperoleh hak atas tanah dan bangunan sejak Undang-

Undang BPHTB berlaku.

Pasal 2

(1) Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas

tanah dan atau .bangunan

(2). Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. Pemindahan hak karena :

1). Jual Beli ;

2). Tukar Menukar ;

3). Hibah ;

4). Hibah Wasiat ;

5). Waris ;

6). Pemasukan dalam Perseroan atau Badan hukum lainnya ;

7). Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan ;

8). Penunjukan Pembeli dalam lelang ;

9). Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap ;

10). Penggabungan Usaha ;

11). Peleburan Usaha

12). Pemekaran Usaha ;

13). Hadiah .

b. Pemberian hak baru karena :

1). Kelanjutan pelepasan hak ;

2). Di Luar Pelepasan Hak.

(3). Hak atas tanah sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) adalah :

a). Hak Milik ;

b). Hak Guna Usaha ;

c). Hak Guna Bangunan ;

d). Hak Guna Pakai (Hak Pakai) ;

e). Hak Milik atas satuan rumah susun ;

f). Hak Pengelolaan .

hak milik

hak guna usaha

hak guna bangunan

hak pakai

hak milik atas satuan

rumah susun

hak pengelolaan

Jenis hak-hak atas tanah

Diatur dalam UU Rumah Susun (UU No. 16 / 1985)

Diatur dlm UUPA

(UU No. 5 / 1960)

Diatur dlm PP No. 48 Tahun 1983

Pasal 3 : (1) Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah

Objek Pajak yang diperoleh :

a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik ;

b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum ;

c. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan Keputusan

Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut ;

d. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan

hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama ;

e. Orang pribadi atau badan karena wakaf ;

f. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

Page 12: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

12

(1). Dasar pengenaan pajak adalah -

Nilai Perolehan Objek Pajak

(NPOP) .

(4). Apabila NJOP PBB sebagaimana

dimaksud dalam ayat (3) belum

ditetapkan, besarnya NJOP PBB

ditetapkan oleh Menteri.

a. Jual -beli Transaksi

b. Tukar-menukar;

c. Hibah ;

d. Hibah Wasiat;

e. Waris ;

f. Pemasukan dalam perseroan / badan hukum lainnya;

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan ;

h. Peralihan hak krn putusan Hakim yang mempunyai

kekuatan hukum tetap;

i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan

dari pelepasan hak;

j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak;

k. Penggabungan usaha;

l. Peleburan usaha ;

m. Pemekaran Usaha ;

n. Hadiah ;

o. Penunjukan pembeli dalam lelang

Nilai Pasar

Harga transaksi

dalam risalah lelang

(2) NPOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam hal :

Pasal 7 :

(1). NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan

secara regional paling banyak

Rp 60.000.000,00 ,kecuali dalam hak

perolehan hak karena waris , atau

hibah wasiat yang diterima orang

pribadi yang masih dalam hubungan

keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat ke atas

atau satu derajat ke bawah dengan

pemberi hibah wasiat , termasuk suami /

isteri, NPOP TKP ditetapkan secara

regional paling banyak Rp 300.000.000,00.

Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak

(5%) dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP).

Besarnya NPOPKP adalah NPOP – NPOPTKP. Apabila NPOP lebih

rendah dari NJOP PBB tahun terjadinya transaksi, atau bila NPOP

tidak diketahui, maka dasar pengenaan pajaknya adalah NJOP PBB.

BPHTB = ( NPOP - NPOPTKP ) x Tarif

a t a u

bila NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan :

BPHTB = ( NJOP - NPOPTKP ) x Tarif

Cara Penghitungan Pajak Peraturan Pemerintah R I No. 111 Tahun 2000

tentang

Pengenaan BPHTB karena Waris dan Hibah Wasiat

Pasal 2 : BPHTB yang terutang atas perolehan

hak karena Waris dan Hibah Wasiat

adalah sebesar 50 % dari BPHTB

yang seharusnya terutang.

Pasal 3 : Saat terutang pajak, sejak yang

bersangkutan mendaftarkan

peralihan haknya ke Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota.

50 %

Contoh 1 : Seorang anak memperoleh warisan dari ayahnya sebidang tanah dan bangunan dengan nilai pasar

Rp 200.000.000,00. SPPT PBB tahun yang bersangkutan mendaftar ke Kant.Pertanahan setempat

Dengan NJOP Rp 250.000.000,00.Apabila Ka.Kanwil DJP menetapkan NJOPTKP (waris) sebesar

Rp 300.000.000,00, BPHTB adalah sbb.:

NPOP Rp 250.000.000,00

NPOP TKP Rp 300.000.000,00

NPOP KP Nihil

BPHTB terutang Nihil.

Contoh 2 : Seorang anak memperoleh warisan dengan nilai pasar Rp 500.000.000,00, NJOP yang tercantum dalam

SPPT Rp 800.000.000,00. NPOP TKP Rp 300.000.000,00, BPHTB adalah :

NPOP Rp 800.000.000,00

NPOP TKP Rp 300.000.000,00

NPOP KP Rp 500.000.000,00

BPHTB yg seharusnya terutang = 5 % X Rp 500.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

BPHTB terutang = 50 % X Rp 25.000.000,00 = Rp 12.500.000,00

Nihil

Page 13: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

13

Peraturan Pemerintah No. 112 Tahun 2000 ttg.

Pengenaan BPHTB karena Pemberian

Hak Pengelolaan

Hak menguasai dari Negara atas tanah yang kewenangan

pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang

haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan

tanah, menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan

tugasnya, menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut ke-

pada Pihak ke tiga dan atau bekerjasama dengan Pihak ketiga. a.Departemen,

Lemb.Departemen,

Lemb.Pem.Non Dep,

Pem.Da. Propinsi,

Pem.Da. Kab/Kota,

Lemb. Pem. Lainnya,

Perum Perumnas.

0 %

b. Hak Pengelolaan

Selain dimaksud

pada huruf a. 50 %

Hak Pengelolaan

Contoh a :

Perum Perumnas memperoleh hak pengelolaan atas

tanah seluas 10 ha dengan NPOP Rp 1 m,-

BPHTB adalah :

NPOP Rp 1.000.000.000,00

NPOP TKP Rp 60.000.000,00

NPOP KP Rp 940.000.000,00

BPHTB terutang = 5 % X Rp 940.000.000,00 =

Rp 47.000.000,00

Sesuai dengan PP No.112 Tahun 2000 =

= 0% X Rp 47.000.000,00 = Rp 0,00.

BPHTB yang harus dibayar = Nihil.

Contoh b : Suatu BUMN memperoleh hak pengelolaan seperti tersebut di atas, maka BPHTB =

BPHTB yang harus dibayar = 50 % X Rp 47.000.000,00 = Rp 23.500.000,00

Perum Perumnas,

Nihil ! Pasal 7 : (1). NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling

banyak Rp 60.000.000,00 , kecuali dalam hak perolehan

hak karena waris , atau hibah wasiat yang diterima

orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga

sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas

atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat ,

termasuk suami / isteri, NPOP TKP ditetapkan secara

regional paling banyak Rp 300.000.000,00.

NPOP TKP

Rp 60 juta ,- Rp 300 juta ,-

karena Waris

Pasal 9 :

(1). Saat terutangnya Pajak atas BPHTB untuk :

a. Jual beli sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

b. Tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

c. Hibah sejak dibuat dan ditandatanganinya akta;

d. Waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya

ke Kantor Pertanahan ;

e. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal

dibuat dan ditandatanganinya akta;

f. Pemisahan yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

g. Lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang;

h. Putusan Hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai

kekuatan hukum yang tetap;

i. Hibah Wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan

haknya ke Kantor Pemerintah;

j. Pemberian Hak Baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah

sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;

Pasal 10 :

(1). Wajib Pajak wajib membayar pajak yang

terutang dengan tidak mendasarkan pada

adanya surat ketetapan pajak .

Penjelasan :

Sistem pemungutan BPHTB

adalah Self assessment dimana

Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk :

- menghitung ;

- menetapkan ; dan

- membayar sendiri

pajak yang terutang dengan menggunakan SSB dan

melaporkannya tanpa mendasarkan

diterbitkannya surat ketetapan pajak.

Pasal 11 :

(1). Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat

terutangnya pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat

menerbitkan SKBKB apabila berdasarkan hasil

pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah

pajak yang terutang kurang bayar.

(2). Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditambah

dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %

sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan,

dihitung mulai saat terutangnya pajak sampai dengan

diterbitkannya SKBKB.

Page 14: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

14

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 79

Contoh jumlah kekurangan pajak

yang terutang kurang bayar Pasal 11

Ayat (2) UU BPHTB :

Wajib Pajak memperoleh tanah dan bangunan pada

tanggal 29 Maret 1998 ;

NPOP Rp 140.000.000,00

NPOPTKP Rp 60.000.000,00

NPOP kena Pajak Rp 80.000.000,00

Pajak yang terutang

= 5% X Rp 80.000.000,00 = Rp 4.000.000,00

Berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan pada tgl 30 Des 1998, ternyata ditemukan

data yang belum lengkap yang menunjukkan bahwa NPOP sebenarnya adalah Rp 190.000.000,00, maka pajak yang seharusnya terutang adalah sebagai

berikut :

NPOP Rp 190.000.000,00

NPOPTKP Rp 60.000.000,00

NPOP kena pajak Rp 130.000.000,00 Pajak yg seharusnya terutang = 5% X Rp130.000.000,00 = Rp 6.500.000,00

Pajak yg telah dibayar Rp 4.000.000,00 Pajak yang kurang bayar Rp 2.500.000,00

Sanksi Administrasi berupa BUNGA dari

29 Mart 98 s/d 30 Des 98 = 10 X 2% X Rp 2.500.000,00 = Rp 500.000,00

Jumlah pajak yang hrs dibayar = Rp 2.500.000,00 + Rp 500.000,00 = Rp 3.000.000,00

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 81

Contoh Perhitungan Pasal 12 Ayat (2)

Pada tahun 2003, dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain diperoleh data baru

bahwa NPOP sbgmn tersebut dalam penjelasan Pasal 11 ayat (2) ternyata adalah Rp 230.000.000,00, maka pajak yg seharusnya terutang :

NPOP Rp 230.000.000,00 NPOP TKP Rp 60.000.000,00

NPOP kena Pajak Rp 170.000.000,00

Pajak yg seharusnya terutang = 5% X Rp 170.000.000,00 = Rp 8.500.000,00 Pajak yg telah dibayar = Rp 6.500.000,00

Pajak yg kurang dibayar = Rp 2.000.000,00

Sanksi Admninistrasi berupa kenaikan = 100% X Rp 2. 000.000,00 = Rp 2.000.000,00

Jumlah yag harus dibayar = Rp 2.000.000,00 + Rp 2.000.000,00 = Rp 4.000.000,00

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 82

SKBKB

SKBKBT

SKBLB

SKBN

Dapat mengajukan

keberatan

Jangka Waktu

12 bulan

Keputusan :

- Ditolak;

- diterima ;

atau

- ditambah.

(Pasal 17)

Wajib Pajak DirJen Pajak

* Keberatan diajukan secara tertulis dlm Bhs Indonesia

dng mengemukakan jumlah pajak yg terutang menurut

perhitungan WP dng disertai alasan yg jelas .

Keputusan DirJen Pajak

No. KEP-22/PJ.6/1997 tentang

Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian

Keberatan BPHTB.

Pasal 2 ayat (2) :

Lampiran Pengajuan Surat Keberatan :

1. Copy SSB ;

2. Asli SKBKB / SKBKBT / SKBLB / SKBN ;

3. Copy akta / Risalah Lelang / SK Pemberian Hak Baru /

Putusan Hakim ;

4. Copy KTP / SIM / Paspor / Kartu Keluarga / Identity lain.

Pasal 18 :

Ayat (1) : Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding

hanya kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan

mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Pajak.

Ayat (2) : Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu paling

lama 3 bulan sejak keputusan keberatan diterima, dilampiri

salinan surat keputusan tersebut.

Ayat (3) : Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban

membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

Page 15: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

15

Keputusan Dir Jen Pajak

No. KEP- 635/PJ/2001

Tentang Prosedur

Penanganan Banding PBB

dan BPHTB.

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 86

Pasal 19 :

Apabila pengajuan keberatan atau permohonan

banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya,

kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan

ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen)

sebulan untuk jangka waktu paling lama

24 bulan dihitung sejak tanggal pembayaran

yang menyebabkan kelebihan

pembayaran pajak sampai dengan

diterbitkannya Keputusan Keberatan

atau Putusan Banding.

Pasal 1 :

(1). Kelebihan pembayaran BPHTB terjadi apabila :

a. BPHTB yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang ;

b. dilakukan pembayaran BPHTB yang tidak seharusnya terutang.

(2). Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi

administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat

ketetapan pajak atau surat keputusan lain berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor :

30/PMK.03/2005 Tanggal 23 Mei 2005, tentang

Tata cara Pembayaran Kembali Kelebihan

Pembayaran BPHTB.

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 88

Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

PMK-122/PMK.06/2005 tgl,5 Desember 2005 Tentang :

TATACARA PEMBERIAN IMBALAN

BUNGA BPHTB KEPADA WAJIB PAJAK.

Pasal 1 : 1. UU tentang BPHTB, yg selanjutnya disebut UU BPHTB adalah

UU No.21 tahun 1997 ttg BPHTB sebgmn tlh diubah dng UU

No20 Tahun 2000.

2. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga BPHTB (SKPIB

BPHTB), adalah SK yang menentukan besarnya jumlah

pemberian imbalan bunga BPHTB yang diberikan kepada WP.

3. Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga BPHTB (SPMIB

BPHTB), adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KP PBB /

KP Pratama untuk membayar imbalan bunag BPHTB kepada

WP .

Pasal 20 :

(1) Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak yang terutang

dapat diberikan oleh Menteri karena :

a. Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan

Objek Pajak, atau

b. Kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-

sebab tertentu, atau

c. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial

atau pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari

keuntungan.

(2) Ketentuan mengenai pemberian pengurangan pajak yang terutang

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan

Keputusan Menteri.

KMK.No.561/KMK.03/2004 Tentang

Pemberian Pengurangan BPHTB Pasal 1 : Atas permohonan Wajib Pajak, dapat diberikan pengurangan BPHTB dalam hal :

A. KONDISI TERTENTU Wajib Pajak yang ada

hubungan tertentu dengan Objek Pajak , yaitu :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yg memperoleh hak baru

melalui program Pemerintah di bidang pertanahan

dan tidak mempunyai kemampuan secara ekonomis;

2. Wajib Pajak Badan yang memperoleh hak baru

selain hak pengelolaan dan telah menguasai tanah

dan atau bangunan secara fisik lebih dari 20 tahun yang dibuktikan dengan

surat pernyataan WP dan keterangan lain dari Pejabat Pemerintah Didaerah

setempat ;

Page 16: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

16

KMK No. 561/KMK.03/2004 tsb di atas

Telah dubah dengan :

PMK.No.104/PMK.03/2005.

Kemudian karena dalam PMK tsb belum menampung WP

yang terkena bencana alam di Provinsi DI Yogyakarta dan

Jawa Tengah dan tsunami di pesisir pantai selatan p.Jawa ;

Maka KMK dan PMK tersebut diubah dengan :

PMK No. 91/PMK.03/2006 Tentang Perubahan

Ke-2 Atas Keputusan MK No.561/KMK.03/2004

Tentang Pemberian Pengurangan BPHTB.

Pasal 2 huruf d (diubah ) menjadi sbb :

Besarnya pengurangan BPHTB ditetapkan sbb :

a. sebesar 25 % dari pajak terutang untuk WP

sebagaimana dimaksud Pasal 1 huruf a angka 3 ;

b. sebesar 50 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana

dimaksud Pasal 1 huruf a angka 2 dan angka 4, huruf b angka 1, 2,

5, 6, dan angka 9 serta huruf c;

c. sebesar 75 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana

dimaksud Pasal 1 huruf a angka 1, dan huruf b angka 3, dan

angka 7;

d. sebesar 100 % dari pajak terutang untuk WP sebagaimana

dimaksud Pasal 1 huruf b angka 4, dan angka 8, angka 10 dan

angka 11, angka 12 dan Pasal 1 huruf d .

Pasal 21

Ayat (1) : WP dapat mengajukan permohonan

pengembalian atas kelebihan pembayaran

pajak kepada DirJen Pajak.

Ayat (2) : DirJen Pajak dalam jangka waktu paling

lama 12 bulan sejak diterimanya

permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memberikan keputusan.

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 94

Pasal 23 :

(1). Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan

20 % untuk Pemerintah Pusat dan 80 % untuk Pemerintah

Daerah yang bersangkutan.

(1a). Bagian Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dibagikan kepada seluruh Pemerintah Kabupaten / Kota

secara merata.

Pemerintah Pusat

20 %

Pemerintah Daerah

80 %

Penjelasan Pasal 23 ayat (2) :

Bagian Daerah yang dibagi dengan perincian sbb.:

a. Bagian Propinsi yang bersangkutan sebesar

16 % , atau 20 % dari 80 % ;

b. bagian Kabupaten / Kota yang bersangkutan

sebesar 64 % , atau 80 % dari 80 %.

1. Pemerintah Pusat 20 %

2. Pemerintah Propinsi 16 %

3. Pemerintah

Kabupaten / Kota

64 %

Pasal 24 :

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah / Notaris hanya dapat

menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan

atau bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan

bukti pembayaran pajak berupa SSB.

(2) Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani

Risalah Lelang perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti

pembayaran pajak berupa SSB.

Page 17: Uu Pbb Bphtb Copy

26/05/2011

17

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 97

Pasal 25 :

Kewajiban Melapor Bagi Pejabat

PPAT/Notaris/

Kepala KLN

Pembuatan Akta /

Risalah Lelang

Bulan ini Tgl 10 bulan berikutnya

Lewat waktu, Sanksi Administrasi dan denda sebesar

Rp 250.000,00 untuk setiap laporan .

Batas waktu Pelaporan

Kpd. DirJen Pajak

May 26, 2011 EndsTranspBPHTB 98

Pasal II

Undang-undang ini dapat disebut “Undang-undang

Perubahan atas Undang-undang Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan”.

Pasal III

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

2001.

Undang-undang Nomor 20

Tahun 2000 Tentang Perubahan

Undang-undang No.21 Tahun1997

Lembaran Negara R I Tahun 2000

Nomor 130.