uu no. 045 tahun 2002 kemendiknas

31
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah SWT semata yang mana telah melimpahkan rahmat, inayah serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan amanat dari pesantren dengan menyelesaikan paper halaqoh yang berjudul “Bentangkan Elemen Kompetensi SK Mendiknas No. 045/U/2002” ini tanpa suatu aral, rintangan dan halangan apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revolusioner dunia, Nabi agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kejahiliahan menuju zaman kecemerlangan seperti sekarang ini. Karena tanpa risalah dari beliau mustahil Islam dapat berkembang seperti sekarang ini. Dan berkat dari jihad beliau pula kita selaku umat Islam dapat mencicipi nikmatnya Al Dini al Haq yaitu agama Islam. Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Abah kami tercinta Prof. DR. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH selaku pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang tak jenuh-jenuhnya mendidik, membimbing dan menasehati serta menemani kami dalam menapaki dunia ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama di Pesantren ini. Semoga beliau senantiasa dalam ridla dan inayah-Nya. Amiin. Dan tak lupa juga terimakasih kepada teman-teman semua, teman-teman seperjuangan, satu atap, satu tujuan di bawah naungan Pesantren Luhur Malang yang telah 1

Upload: den-hady

Post on 27-Jun-2015

1.823 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah SWT semata yang mana telah melimpahkan rahmat, inayah serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan amanat dari pesantren dengan menyelesaikan paper halaqoh yang berjudul “Bentangkan Elemen Kompetensi SK Mendiknas No. 045/U/2002” ini tanpa suatu aral, rintangan dan halangan apapun.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada sang revolusioner dunia, Nabi agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kejahiliahan menuju zaman kecemerlangan seperti sekarang ini. Karena tanpa risalah dari beliau mustahil Islam dapat berkembang seperti sekarang ini. Dan berkat dari jihad beliau pula kita selaku umat Islam dapat mencicipi nikmatnya Al Dini al Haq yaitu agama Islam.

Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Abah kami tercinta Prof. DR. Kyai H. Ahmad Mudlor, SH selaku pengasuh Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang tak jenuh-jenuhnya mendidik, membimbing dan menasehati serta menemani kami dalam menapaki dunia ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama di Pesantren ini. Semoga beliau senantiasa dalam ridla dan inayah-Nya. Amiin.

Dan tak lupa juga terimakasih kepada teman-teman semua, teman-teman seperjuangan, satu atap, satu tujuan di bawah naungan Pesantren Luhur Malang yang telah menemani serta membantu dalam penyusunan paper ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Demikianlah sedikit kalimat pengantar dari kami. Harapan terbesar dari kami adalah mudah-mudahan budaya halaqah seperti ini membudidaya khususnya di kalangan umat Islam dan dengan adanya forum halaqah seperti ini mudah-mudahan dapat senantiasa menambah khazanah ilmu pengetahuan kami dan tentunya ilmu yang bermanfaat dan berbarakah.

1

Page 2: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

BAB I

PENDAHULUAN

SK Mendiknas No. 045/U/2002 ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional

pada tanggal 2 April 2002 yang pada waktu itu dijabat oleh Ahmad Malik Fajar. SK

ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.

232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan

Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Sedangkan SK Mendiknas No. 045/U/2002

sendiri berisi tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.

Pengertian kurikulum pendidikan tinggi menurut SK Mendiknas No

232/U/2000 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan

kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi.

Kurikulum di pandang sebagai 2 bagian yaitu sebagai perencanaan yang terdiri atas

sederetan mata kuliah (silabus) dan program kegiatan pembelajaran (GBPP-SAP).

Kurikulum juga harus dipandang sebagai kegiatan nyata yaitu proses pembelajaran,

proses evaluasi dan penciptaan suasana pembelajaran. Kurikulum biasanya berubah

di perguruan tinggi bukan karena tradisi 5 tahunan, melainkan karena adanya

perubahan internal perguruan tinggi (visi, perubahan aturan lembaga, perubahan

IPTEKS) dan perubahan eksternal (perkembangan kebutuhan masyarakat pemangku

kepentingan dan kecenderungan keadaan masa depan).

Kurikulum di perguruan tinggi saat ini telah berubah. Dulu ada Kurikulum

Nasional sesuai dengan SK Mendikbud No. 056/U/1994 yang berbasis pada isi

(content) dan luarannya dinilai oleh perguruan tinggi sebagai kemampuan minimal

penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai sasaran kurikulum program

studinya. Kemudian muncullah SK Mendiknas No. 323/U/2000 tentang kurikulum

inti dan institutional yang berbasis pada kompetensi. Luaran perguruan tinggi dinilai

dari kompetensi seseorang untuk dapat melakukan tindakan cerdas, penuh tanggung

jawab sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

2

Page 3: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Artinya penilaian bukan lagi dilakukan oleh

perguruan tinggi semata, melainkan oleh pemangku kepentingan. Dengan demikian

orientasi hasil bukan terletak pada output (keluaran) saja melainkan bergeser ke

outcome (akibat). Bukan saja nilai mahasiswa yang bagus (IPK diatas 2.75)

melainkan apakah mereka akan dapat berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dan mengimplementasikannya

dengan sikap dan berperilaku dalam berkarya.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang berorientasi pada

kebudayaan yang menghasilkan lulusan perguruan tinggi lebih humanis. Berkaitan

dengan pendidikan yang bersifat humanis, maka diperlukan muatan nilai kebudayaan

di dalam pendidikan tinggi, mencakup:

1. Fenomena anthrophos yang tercakup dalam pengembangan manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

2. Fenomena tekne yang tercakup dalam penguasaan ilmu dan ketrampilan

untuk mencapai derajat keahlian berkarya.

3. Fenomena oikos yang tercakup dalam kemampuan untuk memahami kaidah

kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.

4. Fenomena etnos, yaitu tercakup pembentukan sikap dan perilaku yang

diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan

ilmu dan keahlian yang dikuasai.

Kemudian kompetensi seperti apa yang dimaksudkan dalam sistem KBK

tersebut dan apa saja elemen-elemen yang mendasarinya? Hal inilah yang telah

dijawab oleh mendiknas dalam SK Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002.

3

Page 4: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi

Menurut Ansharullah dalam Kajian P2RP-LP3-UB (2005), makna kompetensi

tersirat sebagai “integrasi kegiatan psikomotorik, kemampuan kognitif dan afektif

agar “diakui” oleh stakeholder (bukan perguruan tinggi) pada standar profesi

(professional) tertentu.

Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi adalah

peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan

untuk melaksanakan satu cara efektif.

Kemudian SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan

Tinggi mengemukakan kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh

tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh

masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Dari definisi-definisi tersebut, nampaknya kompetensi dapat digambarkan

sebagai kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas, peran, kemampuan

mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai

pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang

didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

B. Macam-macam Kompetensi dalam SK Mendiknas No. 045/U/2002

Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa

kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas: kompetensi utama,

4

Page 5: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

kompetensi pendukung dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan

kompetensi yang biasanya disebut dengan kompetensi pelengkap.

a. Kompetensi Utama

Yang dimaksud dengan kompetensi utama di sini adalah kompetensi yang

harus dan bersifat wajib dimiliki oleh seorang pelajar/ mahasiswa yang sesuai

dengan bidang yang diambilnya. Misalnya apabila seorang pelajar/ mahasiswa

masuk pada bidang Bahasa Inggris maka ia harus mempunyai kompetensi yang

cukup dalam bidang bahasa Inggris, dia harus benar-benar menguasai secara

utuh bidang yang ditekuninya tanpa kecuali, yakni bahasa Inggris, mulai dari

Linguistik, Sastra, Gramar maupun yang lainnya yang erat kaitannya dengan

bahasa Inggris. Jika dia masuk pada bidang Pendidikan maka dia harus benar-

benar ahli dalam bidang hal mendidik. Dia harus menguasai seluk-beluk

pendidikan secara utuh, mulai dari bagaimana cara mendidik siswa yang baik

sampai bagaimana menghasilkan anak didik yang baik.

Seorang sarjana bahasa Inggris akan disebut sebagai sarjana bahasa Inggris

apabila ia benar-benar menguasai dan berkompeten dalam bidang bahasa

Inggris. Begitu juga sarjana bahasa Arab dan sarjana-sarjana lainnya harus

benar-benar kompeten dalam bidangnya masing-masing. Maka, ada pendapat

yang mengatakan; seorang sarjana bahasa Inggris yang tidak kompeten dalam

bahasa Inggris namun kompeten dalam bahasa Arab maupun bahasa lainnya,

maka ia tidak dapat disebut sebagai sarjana bahasa Inggris, akan tetapi mungkin

dapat disebut sebagai sarjana bahasa Arab walaupun realitanya adalah sarjana

dalam bidang bahasa Inggris.

b. Kompetensi Pendukung

Kompetensi pendukung merupakan kompetensi yang sifatnya hanyalah

mendukung pada suatu bidang yang ditekuni oleh seorang mahasiswa.

5

Page 6: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

Kompetensi ini sangat penting dimiliki oleh seorang pelajar/ mahasiswa.

Walaupun fungsinya hanya sebagai pendukung namun kompetensi ini harus

dimiliki oleh seorang mahasiswa. Luaran Perguruan Tinggi belum dapat

dikatakan sebagai sarjana yang profesional apabila ia tidak memiliki

kompetensi ini, karena kompetensi ini masih erat kaitannya dengan kompetensi

utama yang mana wajib dimiliki dan dikuasai oleh seorang ahli. Contoh dari

kompetensi pendukung ini adalah, misalnya seorang Mahasiswa jurusan

Hukum harus menguasai bahasa Inggris, Arab dan Belanda serta bahasa-bahasa

lainnya selain harus benar-benar kompeten dalam bidang Hukum karena ada

sebagian hukum yang berlaku di Indonesia berasal dari pemilik bahasa-bahasa

tersebut, dengan kata lain hukum yang berlaku di Indonesia bukan murni

produk bangsa Indonesia, akan tetapi ada sebagian yang mengadopsi dari

negara lain. Hal ini adalah untuk mengantisipasi adanya kesalahan dalam

penafsiran hukum yang tidak berbahasa Indonesia. Sehingga untuk mencapai

pemahaman yang utuh seyogyanya seorang ahli hukum harus menguasai bahasa

asal dari hukum yang diadopsi tersebut.

c. Kompetensi Khusus atau Kompetensi Pelengkap

Pada awalnya kompetensi ini tidak diwajibkan untuk dimiliki oleh seorang

sarjana. Seorang sarjana hanya dituntut dan diwajibkan untuk memiliki

kompetensi utama saja. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman dan

tuntutan kehidupan masyarakat, seorang sarjana diwajibkan juga untuk

memiliki kompetensi pendukung sampai akhirnya kompetensi lain yang

sifatnya khusus sebagai pelengkap dari kompetensi utama. Sehingga seorang

sarjana tidak hanya profesional, akan tetapi lebih dari itu, yaitu tingkatan

expert.

Contoh dari kompetensi pelengkap yang harus dimiliki oleh seorang sarjana

ini misalnya adalah seorang sarjana Hukum, selain harus mengerti, paham dan

6

Page 7: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

kompeten dalam bidang hukum, ia harus mengetahui bidang keilmuan lainnya.

Ia harus mempunyai pengetahuan tentang ilmu Kedokteran, ilmu Pertanian,

Fisika, Biologi dan lain sebagainya walaupun tidak menguasainya secara

keseluruhan secara mendetail.

C. Elemen-elemen Kompetensi dalam SK Mendiknas No. 045/U/2002

Elemen merupakan hal yang mendasar dari suatu komponen, sehingga

kumpulan dari beberapa elemen akan membentuk suatu komponen. Jadi, gabungan

dari elemen-elemen pada suatu kompetensi akan membentuk suatu kompetensi secara

utuh.

Adapun elemen-elemen kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang sarjana

luaran atau lulusan Perguruan Tinggi, yang tertera pada pasal 2 ayat 2 SK Mendiknas

No. 045/U/2002 adalah sebagai berikut:

a. Landasan Kepribadian (Attitude);

Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan

tentang kepribadian secara bulat dan komprehensif.. Dalam suatu penelitian

kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport menemukan hampir 50

definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang

dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang

dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah

organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang

menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.

Scheneider dalam Syamsu Yusuf mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu

proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam

upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,

7

Page 8: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan

kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik adalah bahwa kualitas perilaku itu

khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.

Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya

konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang

saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan

atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori

kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya adalah: Teori Psikoanalisa

dari Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial

Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari

Murray, Teori Medan dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport,

Teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl

Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)

mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:

1) Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,

konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

2) Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya

mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

3) Sikap; yaitu sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau

ambivalen.

4) Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih,

atau putus asa.

8

Page 9: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

5) Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima

resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau

menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari

resiko yang dihadapi.

6) Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan

kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Jadi, seorang sarjana diharuskan mempunyai kepribadian yang baik sesuai

dengan norma-norma dan budaya bangsa Indonesia. Dia harus mempunyai

aspek-aspek kepribadian di atas agar dapat membaur dalam kehidupan

masyarakat. Seorang sarjana juga harus mampu mencontohkan bagaimana ia

seharusnya bersikap yang baik ala sikap sarjana profesional dalam pergaulan,

sehingga keberadaanya sebagai seorang sarjana diakui oleh masyarakat. Untuk

itu sudah seyogyanya apabila di Perguruan Tinggi harus ada mata kuliah yang

berkaitan dengan kepribadian untuk menciptakan lulusan-lulusan perguruan

tinggi yang mempunyai kepribadian luhur, yang sesuai dengan budaya bangsa

Indonesia.

b. Penguasaan Ilmu dan Keterampilan (Knowledge & Skills);

Tujuan dari pengajaran, pendidikan, penggemblengan dan pelatihan dalam

Perguruan Tinggi tak lain adalah agar ia dapat menguasai ilmu dalam

bidangnya secara utuh. Selain ilmu pengetahuan yang harus dikuasai,seorang

mahasiswa juga dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan tertentu.

Hal seperti ini dilakukan oleh Perguruan Tinggi untuk mempersiapkan lulusan-

lulusan yang benar-benar kompeten dalam bidangnya serta mempunyai sikap

profesional yang tinggi dalam menghadapi perkembangan zaman dan tuntutan

dalam kehidupan masyarakat.

9

Page 10: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

Jika talenta (bakat) adalah pemberian alami yang dianugerahkan Tuhan

kepada manusia, maka ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah aspek dalam

kekuatan manusia yang dapat diperbaiki, ditambah serta ditingkatkan dengan

usaha yang nyata. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu: factual knowledge dan

experiential knowledge (pengetahuan faktual dan pengetahuan yang

berdasarkan pengalaman).

Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki seseorang

untuk mempelajari atau menguasai suatu bidang tertentu. Misalnya seseorang

yang belajar bahasa, pengetahuan faktual yang harus dimiliki adalah vocabulary

atau arti setiap kata dalam bahasa yang dipelajarinya. Pengetahuan ini sudah

biasa diajarkan dalam Sekolah, Lembaga Pendidikan maupun Perguruan

Tinggi.

Sedangkan pengetahuan jenis kedua yang harus dikuasai biasanya tidak

diajarkan di Instansi Pendidikan atau tidak ditemukan dalam buku panduan.

Pengetahuan ini tumbuh dan berkembang dari pengalaman karena seseorang

melakukan pekerjaan atau mempraktekkan pengetahuan faktual yang telah

dimilikinya. Setiap situasi atau kondisi menawarkan peluang untuk menambah

pengetahuan eksperiensial seseorang, sedangkan setiap proses belajar akan

menambah pengetahuan faktual.

Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara

berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan-

kebisaan baru pada seseorang. Jadi yang disebut dengan kekuatan (strengths)

seseorang yang dapat menjadikannya yang terbaik dalam bidang tertentu adalah

gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan

karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang. Masalahnya adalah

masih banyak orang yang tidak mengetahui apa sebenarnya bakat atau kekuatan

yang dimilikinya.

10

Page 11: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

c. Kemampuan Berkarya (Knowledge & Skills);

Berkarya adalah sebuah tantangan yang harus dilewati oleh seseorang yang

masih hidup. Berkarya adalah menjawab tantangan dan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang timbul, baik permasalahan yang ada di dalam

diri sendiri maupun berbagai permasalahan yang ada di luar diri. Keinginan-

keinginan untuk memecahkan permasalahan itulah yang biasanya

mengakibatkan seorang seniman berkarya dan terlihatlah bahwa setiap bentuk

karya seni memuat unsur-unsur budaya. Kemudian dengan menggunakan

berbagai ungkapan yang dipilihnya, maka lahirlah sebuah potret tentang

kebudayaan. Berkarya adalah hal yang harus dilakukan oleh seorang seniman

dalam suatu bentuk kreatifitas.

Tak jauh beda halnya dengan seorang seniman, seorang sarjana juga harus

berkarya untuk tetap mengeksiskan keberadaannya sebagai seorang sarjana. Ia

harus mampu menciptakan hal-hal baru berdasarkan ilmu yang telah

dimilikinya. Seorang sarjana harus mampu memberikan kontribusi berupa

solusi dalam menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan-

permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat, khususnya permasalahan

yang sangat erat kaitannya dengan bidang keilmuannya. Apabila ia ahli dalam

bidang hukum maka ia harus mampu menjawab permasalahan hukum yang

sedang dihadapi masyarakat khususnya bangsa Indonesia. Jika ia ahli bahasa

Arab, maka ia harus mampu menciptakan suatu metode belajar yang seefisien

mungkin untuk dapat menguasai bahasa Arab pada anak didik.

d. Sikap dan Perilaku dalam Berkarya Menurut Tingkat Keahlian Berdasarkan

Ilmu dan Keterampilan yang Dikuasai (Attitude & Behavior);

Secara sederhana sikap dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk dari

perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun

perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap mempunyai

11

Page 12: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

tiga komponen utama, yaitu: kesadaran, perasaan dan perilaku. Perilaku sendiri

dapat didefinisikan sebagai sekumpulan perbuatan yang dimiliki oleh manusia

dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi

dan/atau genetika.

Kemudian bagaimanakah sikap dan perilaku seorang sarjana dalam berkarya

menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasainya?

Seorang sarjana harus selalu memiliki sikap ilmiah dalam menanggapi segala

hal, baik itu dalam rangka untuk mengembangkan keilmuannya ataupun dalam

menjalin relasi dengan masyarakat. Sikap ilmiah ini antara lain adalah:

1) Sikap Ingin Tahu

Ciri mahasiswa yang bersikap kritis adalah tidak mudah puas dengan

jawaban tunggal. Mahasiswa tersebut selalu berusaha mencari hal-hal apa

yang ada di balik gejala, bahkan fakta yang dihadapinya. Sikap ingin tahu itu

menimbulkan motivasi yang kuat untuk belajar dan karena motivasi itu

muncul sikap kritis. Mahasiswa tidak akan lekas percaya tetapi, karena sikap

ingin tahu itulah mahasiswa perlu mencari informasi sebanyak mungkin

sebelum dirinya menentukan pendapat kritis. Mahasiswa tidak seharusnya

gegabah mengucapkan atau menulis suatu pernyataan umum. Bagi seseorang

mahasiswa yang bersikap kritis hukum-hukum alam dan data empiris

merupakan hal yang utama. Mahasiswa sepatutnya dapat membedakan

dengan baik antara hukum alam, hipotesis, teori, dugaan dan pendapat, dan

mahasiswa teliti dalam membandingkan fenomena-fenomena yang serupa.

Sikap Kritis Ciri mahasiswa yang bersikap kritis adalah tidak mudah puas

dengan jawaban tunggal. Mahasiswa tersebut selalu berusaha mencari hal-

hal apa yang ada di balik gejala, bahkan fakta yang dihadapinya. Sikap ingin

tahu itu menimbulkan motivasi yang kuat untuk belajar dan karena motivasi

itu muncul sikap kritis. Mahasiswa tidak akan lekas percaya tetapi, karena

sikap ingin tahu itulah mahasiswa perlu mencari informasi sebanyak

12

Page 13: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

mungkin sebelum dirinya menentukan pendapat kritis. Mahasiswa tidak

seharusnya gegabah mengucapkan atau menulis suatu pernyataan umum.

Bagi seseorang mahasiswa yang bersikap kritis hukum-hukum alam dan data

empiris merupakan hal yang utama. Mahasiswa sepatutnya dapat

membedakan dengan baik antara hukum alam, hipotesis, teori, dugaan dan

pendapat, dan mahasiswa teliti dalam membandingkan fenomena-fenomena

yang serupa.

2) Sikap Terbuka

Mahasiswa yang bersikap ilmiah perlu selalu bersikap terbuka, yaitu

selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain,

walaupun berbeda dari pendiriannya. Mahasiswa yang bersikap terbuka itu

tidak menutup mata terhadap kemungkinan yang lain. Mahasiswa tidak

emosional dalam menanggapi kritik, sangkalan bahkan celaan terhadap

pendapatnya.

3) Sikap Obyektif

Bersikap obyektif dapat diartikan sebagai mampu menyisihkan perasaan

pribadi, atau kecenderungan yang tidak beralasan, dengan kata lain dapat

menyatakan apa adanya, dapat melihat secara nyata dan aktual. Mahasiswa

yang bersikap obyektif ini tidak “dikuasai” oleh pikiran, atau perasaannya

sendiri dan tidak dipengaruhi oleh prasangka.

4) Sikap Menghargai Karya Orang Lain

Mahasiswa yang bersikap ilmiah itu memiliki jiwa yang cukup besar

untuk menghargai karya orang lain tanpa merasa dirinya kecil. Orang yang

congkak, dan merasa lebih tidak mungkin bersikap obyektif, dan karya

ilmiahnya akan bernada sombong, memerintah dan menggurui. Orang

congkak biasanya bersikap meng”aku”. Mahasiswa yang berjiwa ilmiah

pantang mengaku karya orang lain sebagai karya orisional yang berasal dari

diri sendiri. Mahasiswa tentunya akan rela dan dengan senang hati mengakui

13

Page 14: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

dan mengucapkan terimakasih atas gagasan atau karya orang lain yang

semata-mata ia kutip.

5) Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran

Mahasiswa yang bersikap ilmiah itu berani menyatakan kebenaran dan,

apabila perlu, mempertahankannya. Kebenaran itu mungkin berupa fakta

atas hasil studi lapang, parktek atau penelitiannya sendiri atau hasil

penelitian atau karya orang lain. Sikap itu menimbulkan kebulatan dalam

cara berpikir dan menimbulkan konsistensi dalam berkarya ilmiah.

6) Sikap Menjangkau ke Depan

Mahasiswa yang bersikap ilmiah itu mempunyai pandangan yang cukup

jauh ke depan. Perkembangan teknik dan kebudayaan pada umumnya

menarik perhatian orang-orang yang bersikap ingin tahu, kritis, terbuka dan

obyektif, dan karenanya ia berpandangan jauh kedepan. Mahasiswa perlu

bersifat “futuristic” yaitu mampu melihat jauh kedepan. Mahasiswa perlu

menjadikan dirinya seseorang yang cerdik untuk membuat hipotesis dan

membuktikannya, serta dari pembuktian tersebut dapat menyusun teori.

Untuk mencapai kondisi tersebut tentunya mahasiswa perlu melatih dirinya

gemar membaca, menganggap meneliti sebagai suatu kebutuhan, dan

menyajikan hasil kerjanya dalam suatu karya ilmiah sebagai suatu

kewajiban.

e. Pemahaman Kaidah Berkehidupan Bermasyarakat Sesuai dengan Pilihan

Keahlian dalam Berkarya (Attitude & Skills);

BAB III

KESIMPULAN

14

Page 15: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 045/U/2002

TENTANG KURIKULUM INTI PENDIDIKAN TINGGI

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Menimbang :

15

Page 16: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

a. Bahwa kurikulum yang berlaku secara nasional untuk setiap program studi

merupakan rambu-rambu untuk menjamin mutu dan kemampuan sesuai

dengan program studi yang ditempuh;

b. bahwa Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian

Hasil Belajar Mahasiswa telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000;

c. bahwa sebagai pelaksana ketentuan pasal 13 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi dan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan b perlu menambah rambu-rambu penyusunan

kurikulum inti sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 232/U/2000;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Lembaran Negara Nomor 1989 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3390);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi

(Lembaran Negara Nomor 1999 Nomor 115 Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3859);

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 mengenai

Pembentukan Kabinet Gotong Royong;

4. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang

Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar

Mahasiswa;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

16

Page 17: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG KURIKULUM

INTI PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan Kompetensi adalah seperangkat

tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu.

Pasal 2

(1) Kompetensi hasil didik suatu program studi terdiri atas:

a. kompetensi utama;

b. kompetensi pendukung;

c. kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama.

(2) Elemen-elemen kompetensi terdiri atas:

a. landasan kepribadian;

b. penguasaan ilmu dan keterampilan;

c. kemampuan berkarya;

d. sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan

ilmu dan keterampilan yang dikuasai;

e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan

keahlian dalam berkarya.

Pasal 3

17

Page 18: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

(1) Kurikulum inti merupakan penciri dari kompetensi utama.

(2) Kurikulum inti suatu program studi bersifat:

a. dasar untuk mencapai kompetensi lulusan;

b. acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi;

c. berlaku secara nasional dan internasional;

d. lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa

datang;

e. kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat

profesi, dan pengguna lulusan.

(3) Kompetensi pendukung, dan kompetensi lain yang bersifat khusus dan

gayut dengan kompetensi utama suatu program studi ditetapkan oleh

institusi penyelenggara program studi.

Pasal 4

(1) Kurikulum inti suatu program studi berisikan keterangan/penjelasan

mengenai:

a. nama program studi;

b. ciri khas kompetensi utama sebagai pembeda antara program studi satu

dengan lainnya;

c. fasilitas utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan program studi;

d. persyaratan akademis dosen;

e. substansi kajian kompetensi utama yang dikelompokkan menurut elemen

kompetensi;

f. proses belajar mengajar dan bahan kajian untuk mencapai elemen-elemen

kompetensi;

g. sistem evaluasi berdasarkan kompetensi;

18

Page 19: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

h. kelompok masyarakat pemrakarsa kurikulum inti.

(2) Ciri khas kompetensi utama lulusan sebagai pembeda antara program studi

satu dengan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus

ditinjau dari gatra:

a. nilai penting dalam membentuk kehidupan yang berkebudayaan;

b. keterkaitan komplementer-sinergis di antara berbagai kompetensi utama

lainnya.

Pasal 5

Perbandingan beban ekivalen dalam bentuk satuan kredit semester antara kompetensi

utama dengan kompetensi pendukung serta kompetensi lain di dalam kurikulum

berkisar antara 40-80% : 20-40% : 0-30%.

Pasal 6

(1) Penyusunan kurikulum inti untuk setiap program studi pada program sarjana,

program Pascasarjana, dan program diploma berpedoman pada Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman

Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar

Mahasiswa dan ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini.

(2) Menteri Pendidikan Nasional tidak menetapkan kurikulum inti untuk setiap

program studi sebagaimana yang diatur pada pasal 11 ayat (1) Keputusan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000, dan selanjutnya ditetapkan

oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat profesi dan pengguna

lulusan.

19

Page 20: UU no. 045 tahun 2002 kemendiknas

Pasal 7

Dengan berlakunya Keputusan ini, kurikulum inti yang berlaku secara nasional untuk

setiap program studi pada program sarjana, program Pascasarjana, dan program

diploma yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan/Menteri Pendidikan Nasional masih tetap berlaku sampai dengan

ditetapkannya kurikulum inti oleh kalangan perguruan tinggi bersama masyarakat

profesi dan pengguna lulusan.

Pasal 8

Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 2 April 2002

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

TTD

A. MALIK FADJAR

20