uu ite & id-sirtii

13
TUGAS 1 KEAMANAN JARINGAN UU ITE DAN ID-SIRTII OLEH I G.A. Bagus Prema Pradana ( 1108605026 ) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2013

Upload: prema-pradana

Post on 27-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PENJELASAN TENTANG UU ITE SERTA ID-SIRTII.memuat bagaimana sejarah UU iTE ini dibentuk,dan peran serta ID-SIRTII dalam melakukan pengawasan telekomunikasi berbasis protokol internet.

TRANSCRIPT

Page 1: UU ITE & ID-Sirtii

TUGAS 1

KEAMANAN JARINGAN

UU ITE DAN ID-SIRTII

OLEH

I G.A. Bagus Prema Pradana ( 1108605026 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

Page 2: UU ITE & ID-Sirtii

1. UNDANG – UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG

INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

1.1. Latar Belakang

Indonesia telah memasuki sebuah tahapan baru dalam dunia informasi dan

komunikasi dalam hal ini adalah internet. Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang di dunia yang telah memulai babakan baru dalam tata cara pengaturan

beberapa sistem komunikasi melalui media internet yakni seperti informasi, pertukaran

data, transaksi online dsb.

Hal itu dilakukan oleh Indonesia melalui pemerintah yang bekerjasama dengan

Dewan Perwakilan Rakyat untuk membuat sebuah draft atau aturan dalam bidang

komunikasi yang tertuang dalam RUU ITE atau Undang-Undang Informasi dan

Transaksi Eletronik. Tepatnya pada tanggal 25 Maret 2008 telah disahkan menjadi UU

oleh DPR. UU ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan hukum yang seringkali

dihadapi diantaranya dalam penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi

secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan

perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.

Hal tersebut adalah sebuah langkah maju yang di tempuh oleh pemerintah dalam

penyelenggaraan layanan informasi secara online yang mencakup beberapa aspek kriteria

dalam penyampaian informasi.

Untuk itu tentu dibutuhkan suatu aturan yang dapat memberikan kepastian hukum

dunia maya di Indonesia. Maka diterbitkanlah undang-undang No. 11 tahun 2008 tentang

informasi dan transaksi elektronik yang lazim dikenal dengan istilah “UU ITE”.

1.2. Pengertian ITE

ITE adalah kependekan dari Informasi Transaksi Elektronik. ITE mempunyai

pengertian yang terdiri dari dua yaitu Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengertian

ITE menurut Undang-Undang ITE itu tak lain daripada para pengguna sarana elektronik

yang akan memanfaatkan sarana itu untuk mendistribusikan dan/atau mentransmisikan

dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik

yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik, sekalipun bukan

para pengguna ini yang bisa dituntut sebagai pembuat informasi/dokumen elektronik

yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik itu. Karena para

pengguna saranaelektronik ini bukan pencipta informasi/dokumen elektronik yang

bermuatan penghinaan da/atau pencemaran nama baik, akankah mereka ini dituntut

sebagai pelaku kejahatan (dader) ataukah “hanya” sebagai penyerta (mededader) atau

“cuma” sebagai pembantu pelaku kejahatan (medepleger). ITE memberi kekuatan hukum

bagi penggunaan informasi elektronik sebagai alat bukti yang sah dalam berbagai

peraturan yang ada seperti KUHP.”

Page 3: UU ITE & ID-Sirtii

PENGERTIAN DALAM UNDANG-UNDANG :

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk

tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic

data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks,

telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi

yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu

memahaminya.

2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan

menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan

informasi.

4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,

dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,

elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,

dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi

tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,

huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna

atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang

berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,

menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi

Elektronik.

6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh

penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.

7. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau

lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka.

8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk

melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara

otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.

9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat

Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum

para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara

Sertifikasi Elektronik.

10. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai

pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat

Elektronik.

11. Lembaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh

profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan

kewenangan mengaudit dan mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi

Elektronik.

Page 4: UU ITE & ID-Sirtii

12. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi

Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik

lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

13. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait dengan

Tanda Tangan Elektronik.

14. Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optik, atau

sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan.

15. Akses adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang

berdiri sendiri atau dalam jaringan.

16. Kode Akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi di

antaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses Komputer dan/atau

Sistem Elektronik lainnya.

17. Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem

Elektronik.

18. Pengirim adalah subjek hukum yang mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik.

19. Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik dari Pengirim.

20. Nama Domain adalah alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan

Usaha, dan/atau masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui

internet, yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk

menunjukkan lokasi tertentu dalam internet.

21. Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara

asing, maupun badan hukum.

22. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau perusahaan persekutuan, baik

yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

23. Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnya yang ditunjuk oleh Presiden.

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) mengatur berbagai

perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik

transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada UU ITE ini juga diatur berbagai

ancaman hukuman bagi kejahatan melalui internet. UU ITE mengakomodir kebutuhan

para pelaku bisnis di internet dan masyarakat pada umumnya guna mendapatkan

kepastian hukum, dengan diakuinya bukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai

bukti yang sah di pengadilan.

Penyusunan materi UU ITE tidak terlepas dari dua naskah akademis yang disusun

oleh dua institusi pendidikan yakni Unpad dan UI. Tim Unpad ditunjuk oleh Departemen

Komunikasi dan Informasi sedangkan Tim UI oleh Departemen Perindustrian dan

Perdagangan. Pada penyusunannya, Tim Unpad bekerjasama dengan para pakar di ITB

yang kemudian menamai naskah akademisnya dengan RUU Pemanfaatan Teknologi

Informasi (RUU PTI). Sedangkan Tim UI menamai naskah akademisnya dengan RUU

Transaksi Elektronik. Kedua naskah akademis tersebut pada akhirnya digabung dan

disesuaikan kembali oleh Tim yang dipimpin Prof. Ahmad M Ramli SH (atas nama

Page 5: UU ITE & ID-Sirtii

pemerintah), sehingga namanya menjadi Undang-Undang Informasi dan Transaksi

Elektronik sebagaimana disahkan oleh DPR.

1.3. Manfaat Kehadiran UU ITE

Kehadiran UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

akan memberikan manfaat, beberapa diantaranya;

(i) menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan transaksi secara

elektronik;

(ii) mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia;

(iii) sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan berbasis teknologi

informasi;

(iv) melindungi masyarakat pengguna jasa dengan memanfaatkan teknologi

informasi.

1.4. Gambaran Umum UU ITE

UU ITE ini terdiri dari 13 bab dan 54 pasal ;

Bab 1 – Tentang Ketentuan Umum,

Yang menjelaskan istilah–istilah teknologi informasi menurut undang-undang

informasi dan transaksi elektronik.

Bab 2 – Tentang Asas Dan Tujuan,

Yang menjelaskan tentang landasan pikiran dan tujuan pemanfaatan teknologi

informasi dan transaksi elektronik.

Bab 3 – Tentang Informasi, Dokumen, Dan Tanda Tangan Elektronik,

Yang menjelaskan sahnya secara hukum penggunaan dokumen dan tanda tangan

elektronik sebagai mana dokumen atau surat berharga lainnya.

Bab 4 –Tentang Penyelenggaraa Sertifikasi Elektronik Dan Sistem

Elektronik,

Menjelaskan tentang individu atau lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikasi

elektronik dan mengatur ketentuan yang harus di lakukan bagi penyelenggara

sistem elektronik.

Page 6: UU ITE & ID-Sirtii

Bab 5 - Tentang Transaksi Elektronik,

Berisi tentang tata cara penyelenggaraan transaksi elektronik.

Bab 6 – Tentang Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual, Dan

Perlindungan Hak Pribadi,

Menjelaskan tentang tata cara kepemilikan dan penggunaan nama domain,

perlindungan HAKI, dan perlindungan data yang bersifat privacy.

Bab – 7 Tentang Perbuatan Yang Dilarang,

Menjelaskan tentang pendistribusian dan mentransmisikan informasi elektronik

secara sengaja atau tanpa hak yang didalamnya memiliki muatan yang dilarang

oleh hukum.

Bab – 8 Tentang Penyelesaian Sengketa,

Menjelaskan tentang pengajuan gugatan terhadap pihak pengguna teknologi

informasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bab 9 – Tentang Peran Pemerintah Dan Peran Masyarakat,

Menjelaskan tentang peran serta pemerintah dan masyarakat dalam melindungi

dan memanfaatkan teknologi informasi dan transaksi elektronik.

Bab 10 – Tentang Penyidikan,

Bab ini mengatur tata cara penyidikan tindak pidana yang melanggar Undang-

Undang ITE sekaligus menentukan pihak-pihak yang berhak melakukan

penyidikan.

Bab 11 - Tentang Ketentuan Pidana,

Berisi sanksi-sanksi bagi pelanggar Undang-Undang ITE.

Page 7: UU ITE & ID-Sirtii

Bab – 12 Tentang Ketentuan Peralihan,

Menginformasikan bahwa segala peraturan lainnya dinyatakan berlaku selama

tidak bertentangan dengan UU ITE.

Bab 13 – Tentang Ketentuan Penutup,

Berisi tentang pemberlakuan undang-undang ini sejak ditanda tangani presiden.

1.5. Tujuan Undang-Undang ITE

1. Mengembangkan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

informasi dunia.

2. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Meningkatkan aktifitas dan efisiensi pelayanan publik.

4. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan

pemikiran dan kemampuan dibidang penggunaan dan pemanfaatan teknologi

informasi seoptimal mungkin namun disertai dengan tanggung jawab.

5. Memberikan rasa aman, keadilan dan kepastian hukum bagi pengguna dan

penyelenggara teknologi informasi.

1.6. Contoh – Contoh Kasus Pelanggaran UU ITE

1. Luna Maya dijerat pasal 27 undang-undang ITE karena melecehkan profesi wartawan

(bukan jurnalist, kalau jurnalist menulis dengan fakta dan bukti yang nyata, kalau

wartawan bisa menulis dengan abstrak yang dalam hal ini kita pandang sebagai ISU)

infotainment dengan kata “pelacur” dan “pembunuh“.

Page 8: UU ITE & ID-Sirtii

2. Prita Mulyasari dijerat pasal 27 ayat 3 Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), karena akan mengancam kebebasan

berekspresi.

3. Ariel dijerat Pasal 27 ayat 1 UU nomor 11 tahun 2008 tentang ITE jo pasal 45 ayat 1

UU ITE mengatur tentang hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang

memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

4. Dani Firmansyah, hacker situs KPU dinilai terbukti melakukan tindak pidana yang

melanggar pasal 22 huruf a, b, c, tahun 2008 tentang Telekomunikasi. Selain itu Dani

Firmansyah juga dituduh melanggar pasal 38 Bagian ke-11 UU Telekomunikasi.

Page 9: UU ITE & ID-Sirtii

2. ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Responses Team

on Internet Infrastructure)

Id-SIRTII/CC merupakan singkatan dari Indonesia Security Incident Response Team on

Internet Infrastructure/Coordination Center. Yang melakukan pengawasan keamanan jaringan

telekomunikasi berbasis protokol internet.

Id-SIRTII memiliki tugas pokok yaitu melakukan sosialisasi dengan pihak terkait

tentang keamanan sistem informasi, melakukan pemantauan dini, pendeteksian dini,

peringatan dini terhadap ancaman terhadap jaringan telekomunikasi dari dalam maupun luar

negeri khususnya dalam tindakan pengamanan pemanfaatan jaringan,

membuat/menjalanakan/mengembangkan dan database log file serta statistic keamanan

internet di Indonesia.

Id-SIRTII memberikan asistensi untuk meningkatkan sistem pengamanan dan

keamanan di instansi/lembaga strategis (critical infrastructure)di Indonesia dan menjadi

sentra koordinasi tiap inisiatif di dalam maupun luar negeri sekaligus single point of contract.

Id-SIRTII juga menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang pengamanan

teknologi informasi/ sistem informasi.

2.1. Latar Belakang Pembentukan Id-SIRTII

Teknologi informasi (information, communication and technology/ICT) adalah alat

bantu untuk meningkatkan aneka kegiatan manusia. Dalam perkembangannya, ICT kini

telah menjadi kebutuhan utama masyarakat khususnya mereka yang berada di kota besar.

Implikasi dari sebuah fenomena tentunya tidak selalu bermanfaat bagi penggunanya,

namun juga menimbulkan dampak negatif. Demikian juga dengan ICT.

Dampak negatif yang timbul antara lain meningkatnya kejahatan dengan

menggunakan teknologi informasi sejak tahun 2003. Sebut saja kejahatan carding (credit

card fraud), ATM/EDC skimming (awal tahun 2010), hacking, cracking, phising

(internet banking fraud), malware (virus/worm/trojan/bots), cybersquatting, pornografi,

perjudian online, transnasional crime (perdagangan narkoba, mafia, terorisme, money

laundering, human trafficking, underground economy). Semua dampak ini harus

ditanggulangi.

Sedikitnya sejak tahun 2003, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat telah

terjadi 71 kasus cyber crime (dunia maya). Pada tahun 2002, Indonesia menduduki

peringkat kedua setelah Ukrania dalam hal kejahatan yang memanfaatkan teknologi

informasi terutama online fraud. Beberapa kasus bahkan serius mengancam keamanan

nasional dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Antara lain kasus defacing situs KPU

(Komisi Pemilihan Umum) www.kpu.go.id (Pemilu tahun 2004),DNS poisoning web

site presiden SBY (www.presidensby.info) serta cyber war antara Indonesia vs Malaysia

yang setiap hari terus berlangsung dan semakin meningkat pada saat terjadi kasus negatif

antara kedua negara (lagu rasa sayange,klaim batik,konflik ambalat,dll.)

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di Indonesia harus diimbangi

dengan kesiapan infrastruktur strategis untuk meminimalisir dampak negatif. Antara lain

Page 10: UU ITE & ID-Sirtii

sektor peraturan (policy/regulation), kesiapan lembaga (institution) dan kesiapan sumber

daya manusia (people), khususnya di bidang pengamanan. Sehingga teknologi informasi

dapat mendukung peningkatan produktifitas masyarakat di semua sektor secara tepat

guna dan aman sehingga mencapai kualitas hidup yang lebih baik lagi.

Tanggal 4 Mei 2007 diterbitkan Peraturan Menteri Nomor 26/ PER/ M.KOMINFO/

5/2007 tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol

Internet. Menteri Komunikasi dan Informatika dalam hal ini menunjuk Indonesia

Security Incident Response Team on Internet and Infrastructure/Coordination Center (

ID-SIRTII/ CC ) yang bertugas melakukan pengawasan keamanan jaringan

telekomunikasi berbasis protokol internet.

Gagasan untuk mendirikan ID-SIRTII/CC (Indonesia Security Incident Response Team

on Internet Infrastructure/Coordination Center) telah mulai disampaikan oleh beberapa

kalangan khususnya praktisi, industri, akademisi, komunitas teknologi informasi dan

Pemerintah sejak tahun 2005. Para pemrakarsa (pendiri dan stake holder) ini antara lain

adalah:

1. DIRJENPOSTEL (Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi) .

2. POLRI (Kepolisian Repulik Indonesia).

3. KEJAGUNG (Kejaksaan Agung Republik Indonesia).

4. BI (Bank Indonesia).

5. APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia).

6. AWARI (Asosiasi Warung Internet Indonesia) .

7. Asosiasi Kartu Kredit Indonesia.

8. MASTEL (Masyarakat Telematika Indonesia).

2.2. Tujuan Dibentuknya ID-SIRTII/CC

1. Tujuan pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet

berdasarkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

16/PER/M.KOMINFO/10/2010 adalah untuk :

2. Mendukung terlaksananya proses penegakan hukum;

3. Menciptakan lingkungan dan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol

internet yang aman dari berbagai macam potensi ancaman dan gangguan;

4. Mendukung terlaksananya koordinasi dengan pihak-pihak terkait baik di dalam

maupun luar negeri dalam upaya pencegahan, pendeteksian, peringatan dini dan

mitigasi insiden pada infrastruktur strategis.

2.3. Ruang Lingkup

Page 11: UU ITE & ID-Sirtii

1. Mensosialisasikan kepada seluruh pihak yang terkait untuk melakukan kegiatan

pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet.

2. Melakukan pemantauan, pendeteksian dini dan peringatan dini terhadap ancaman dan

gangguan pada jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet di Indonesia.

3. Membangun dan atau menyediakan, mengoperasikan, memelihara dan

mengembangkan sistem database pemantauan dan pengamanan pemanfaatan jaringan

telekomunikasi berbasis protokol internet sekurang-kurangnya untuk:

4. Mendukung kegiatan pemantauan, pendeteksian dini, dan peringatan dini.

5. Menyimpan rekaman transaksi (log file)

6. Mendukung proses penegakan hukum

7. Melaksanakan fungsi layanan informasi atas ancaman dan gangguan keamanan

pemanfaatan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet.

8. Menyediakan laboratorium simulasi dan pelatihan kegiatan pengamanan pemanfaatan

jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet.

9. Melakukan pelayanan konsultasi dan bantuan teknis.

10. Menjadi contact point dengan lembaga terkait tentang pengamanan pemanfaatan

jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet baik dalam negeri maupun luar

negeri.

2.4. LANDASAN HUKUM

Dasar Hukum ID-SIRTII

1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 154 dan Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3881).

Aspek pengamanan infrastruktur.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

Telekomunikasi

(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 107 dan Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3980).

3. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

27/PER/M.KOMINFO/9/2006.

Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol

Internet (IP-Based)

4. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor

26/PER/M.KOMINFO/5/2007.

Tentang Pengamanan Pemanfaatan Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol

Internet.

Page 12: UU ITE & ID-Sirtii

KESIMPULAN

Jadi kesimpulan yang didapat dari laporan mengenai undang-undang ITE dan id-SIRTII

adalah dengan terdapatnya UUD ITE dan id-SIRTII ini telah memberikan kepastian hukum

dunia maya di Indonesia. Sehingga pelanggaran yang terjadi dalam dunia maya dapat ditekan

karena sudah adanya peraturan dan sangsi yang akan diterima bagi yang melanggar. Selain

itu keamanan manusia dalam menjelajah dunia maya akan terjamin dengan adanya UU ini

karena secara tidak langsung UU ITE dan id-SIRTII ini akan melindungi manusia dari

kejahatan yang terdapat di dunia maya.

Page 13: UU ITE & ID-Sirtii

DAFTAR PUSTAKA

1. http://hanatirta.wordpress.com/2011/07/15/undang-undang-no-11-tahun-2008-

tentang-informasi-dan-transaksi-elektronik-uu-ite/

Diakses pada tanggal 30 September 2013 Pukul 18.00

2. http://depsos.go.id/unduh/Roren/UU_ITE%20no%2011%20Th%202008.pdf

Diakses pada tanggal 30 September 2013 Pukul 18.30

3. http://idsirtii.or.id/latar-belakang/

Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 19.00

4. http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/ID-SIRTII

Diakses pada tanggal 30 September 2013 pukul 19.20