uu 1970 & pp 50-2012
DESCRIPTION
uuTRANSCRIPT
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)
Oleh:
Warga Bagus Pribadi, ST Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan
• Nama : Warga Bagus Pribadi, ST
• TTL : Pamekasan, 14 September 1985
• Alamat Rumah : Grand Paka Residence D 11
Gunung Anyar, Surabaya
• Unit Kerja : Disnakertransduk Prov. Jatim
• Jabatan : Pengawas Ketenagakerjaan
• HP : 0813 3465 5805
• Email : [email protected]
Pengalaman :
• PT. TMMIN
• PT. Medion Farma Jaya
• Diklat Pengawas Spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan
• Training of Trainer Work Improvement in Small
Construction (Korea – ILO)
• Bimtek Pengendalian Bahan-bahan Berbahaya
Bentuk lambang palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas dasar putih. Arti dan makna lambang : 1. palang : bebas dari kecelakaan dan sakit akibat
kerja. 2. Roda gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani
dan rohani. 3. Warna putih : bersih, suci. 4. Warna hijau : selamat, sehat dan sejahtera. 5. Sebelas gerigi roda : 11 Bab dalam Undang-
undang Keselamatan Kerja. Untuk bendera K3 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-1135/MEN/1987, Tanggal 3 Agustus 1987 Tentang : Bendera Keselamatan & Kesehatan Kerja, ukurannya adalah 900 x 1350 mm.
FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN
RESIKO KECELAKAAN KERJA
Kesehatan Keselamatan Lingkungan
BAHAN ALAT
TENAGA KERJA
Proses
PENGERTIAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Etimologis :
Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Secara Filosofi :
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya dan manusia pada umumnya,hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
Secara Keilmuan :
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
PENGERTIAN
Kecelakaan kerja
Suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban jiwa dan harta benda
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.
Secara Umum Pola Pencegahan Kecelakaan
dapat dilakukan melalui
1. Peraturan – peraturan
yaitu peraturan perundangan yg bertalian dg sarat sarat kerja, perencanaan, kontruksi, perawatan, pengawasan, pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan para pekerja pelatihan pengawasan keselamatan kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
2. Standarisasi
yaitu menyusun standar - standar yg bersifat sukarela yg bertalian dg kontruksi yg aman dan peralatan industri, hasil produksi pelindung diri, alat pengaman.
3. Pengawasan
yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan perundangan undangan yg berlaku.
4. Penelitian Teknik
yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan
karakteristik bahan - bahan berbahaya,
mempelajari pengamanan mesin, pengujian alat
pelindung diri, penyelidikan tentang desain yg
cocok untuk instalasi industri.
5. Penelitian medis
yaitu meliputi hal-hal kusus yg berkaitan dg penyakit akibat
kerja dan akibat medis terhadap manusia dan berbagai
kecelakaan kerja.
6. Penelitian Pskologis
yaitu penelitian terhadap pola pola psikologis, yg dapat
menjurus kearah kecelakaan kerja.
7. Penelitian Statistik
Menentukan kecenderungan kecelakaan yg terjadi melalui
pengamatan terhadap jumlah jenis orangnya, jenis
kecelakaan, faktor penyebab, shg dapat ditentukan pola
pencegahan kecelakaan yg serupa.
8. Pendidikan
Pemberian pengajaran dan pendidikan cara pencegahan
kerja dan teori teori keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai mata pelajaran di sekolah sekolah tehnik dan
pusat pusat latihan kerja.
9. Training
penberian instruksi atau petunjuk petunjuk melalui
praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yg
aman.
10.Persuasi
menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakan, shg semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.
11.Asuransi
supaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap premi asuransi kepada perusahaan yg melakukan usaha usaha keselamatan dan kesehatan kerja atau yg berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di perusahaannya.
LATAR BELAKANG
1. VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910,
Stbl No. 406) sudah tidak sesuai lagi.
2. Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di
industri / pabrik.
3. Perkembangan teknologi / IPTEK serta
kondisi dan situasi ketenagakerjaan.
4. Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910
sudah tidak sesuai lagi.
TUJUAN
• Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang
berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat
• Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara efisien
• Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa
hambatan apapun
RUANG LINGKUP
Undang- undang No 1 tahun 1970 ini berlaku untuk
setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3
unsur yaitu :
1. adanya suatu usaha
2. adanya tenaga kerja
3. adanya sumber bahaya
• Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup meningkatkan produksi dan produktivitas nasional
• Setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya
• Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan afisien
• Perlu diadakan segala upaya untuk membina norma norma perlindungan kerja
• Diwujudkan dalam Undang Undang yang memuat ketentuan ketentuan umum tentang keselamatan kerja,sesuai dengan perkembangan masyarakat, Industrialisasi, Tehnik dan Tehnologi
1. Ps. 5, 20, 27 (2) UUD 1945
2. Ps. 9, 10 UU No. 14/1969
Dicabut diganti dg UU No.13/2003 Ps. 86, 87
UU KK No.1/1970
PERATURAN PELAKSANAAN
PERATURAN KHUSUS PERATURAN PEMERINTAH PER PRES PER MEN PERDA Kep. Gub/Bup/WaKOt
Kep/SE Dirjen
DASAR HUKUM
• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
• UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai ketenagakerjaan :
Pasal 3 Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak
bagi kemanusiaan.
Pasal 9 Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Pasal 10 Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi
norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 86
1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja;
b. Moral dan kesusilaan; dan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama;
2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan.
UU No.13 Thn.2003 ttg. Ke-TK-an (baru)
Pasal 87
1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(Per.Menaker No. 05/1996), (PP No. 50 Thn 2012)
PP NO. 50 TAHUN 2012 Tanggal 12 April 2012
• 22 Pasal
• Lampiran 1 ttg Pedoman Penerapan
SMK3
• Lampiran 2 ttg Pedoman Penilaian
Penerapan SMK3
• Lampiran 3 ttg Laporan audit SMK3
PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Pasal 5
1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
perusahaan:
a. Memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)
orang; atau
b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi
3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada
Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-
undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar
internasional
BAB IV
PENGAWASAN
• Pasal 18 1) Pengawasan SMK 3 dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya.
2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen.
b. organisasi.
c. sumber daya manusia.
d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang
K3.
e. keamanan kerja.
BAB IV
PENGAWASAN
f. pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran
penerapan SMK3.
g. pengendalian keadaan darurat bahaya
industri.
h. pelaporan dan perbaikan keuangan, dan
i. tindak lanjut audit.
Pasal 190
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Undang-Undang No 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang No 1 tahun 1970 diundangkan pada 12
Januari 1970 sebagai pengganti VR 1910 dengan
beberapa perubahan mendasar, antara lain :
1. Bersifat lebih preventif
2. Memperluas ruang lingkup
3. Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap
alat produksi
UNDANG-UNDANG No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
BAB I – XI
Pasal 1 - 18
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
PASAL 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :
1) ”Tempat Kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2,
termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekililingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan
dengan tempat kerja tersebut.
PASAL 1 2) “Pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas
pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
3) “Pengusaha” ialah : a. Orang atau badan hukum yang menjalankan
sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jika kalau yang mewakili berkedudukan diluar Indonesia.
PASAL 1 4) “Direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja untuk melaksanakan undang undang ini.
(Kep. 79/1977)
5) “Pegawai Pengawas” ialah pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(Permen 03/1978; Permen 03/1984)
6) “Ahli Keselamatan Kerja” ialah Tenaga tehnis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya undang-undang ini.
(Per.Menaker No. 02/1992; Per.Menaker No. 04/1995)
Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Terdiri dari 5 Bab dan 14 Pasal
• Pasal 2
1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwewenang
menunjuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat
dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang
memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah:
a) Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan
tenaga kerja > 100 orang
b) Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan
tenaga kerja < 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan,
proses, alat dan atau instalasi yg besar risiko bahaya
terhadap K3
Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 3
Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan
kerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Berpendidikan Sarjana, Sarjana muda atau Sederajat dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang
keahliannya sekurang-kurangnya 2 tahun;
2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai
dengan bidang keahlian sekurang-kurangnya 4 tahun:
a. Berbadan sehat;
b. Berkelakuan baik;
c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;
d. Lulus seleksi dari Tim Penilai
Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 8
1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja
tidak berlaku apabila yang bersangkutan:
a. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;
b. Mengundurkan diri;
c. Meninggal dunia
2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja
dicabut apabila yang bersangkutan terbukti:
a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan
kesehatan kerja;
b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan
keadaan berbahaya;
c. Dengan sengaja dan atau karena khilafannya menyebabkan
terbukanya rahasia suatu perusahaan/instansi yang karena
jabatannya wajib untuk dirahasiakan
Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 9 1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan
penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk AK3 di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan
lain
2. Untuk AK3 di perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3 setiap saat
setelah selesai melakukan kegiatannya
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang
didapat berhubung dengan jabatannya.
2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan
kepada:
1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat
2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga kerja setempat
3. Direktur Bina Pengawasan Norma K3
Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 10
1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
a) Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan
penunjukan
b) Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat K3 di temapat kerja sesuai dengan keputusan
penunjukannya;
c) Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluai dan
memberikan persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi: 1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya
3. Penanganan bahan-bahan
4. Proses produksi
5. Sifat Pekerjaan
6. Lingkungan kerja
Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3
• Pasal 10
2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat
dirubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
3) AK3 yang ditunjuk berdasarkan UU Uap tahun 1930 dan AK3 yang
bekerja pada perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3
dalam memberikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf c harus mendapat persetujuan Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk.
Permenaker No. 04/MEN/1995 Tentang Perusahaan Jasa K3
• Terdiri dari 7 Bab dan 21 Pasal
• Pasal 2
1) PJK3 dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus
terlebih dahulu memperoleh keputusan penunjukan dari
Menteri tenaga kerja c.q. Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan
• Pasal 6
Ahli K3 atau dokter pemeriksa yang bekerja pada PJK3
mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dan pengujian
teknik atau pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan Keputusan penunjukannya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1) Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2) Ketentuan-Ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :
a) Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b) Dibuat, diolah, dipakai/dipergunakan, di perdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, suhu tinggi.
Pasal 2
(Ayat 2)
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikkan, perawatan,
pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan,
saluran atau terowongan dibawah tanah dan sebagainya
atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan
hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil
hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan.
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas,
perak atau biji logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak
atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau didalam
bumi, maupun didasar perairan.
Pasal 2
(Ayat 2)
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia,
baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air,
dalam air maupun diudara.
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan dikapal, perahu,
dermaga, dok, stasiun atau gudang.
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan
pekerjaan lain didalam air.
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan
tanah atau perairan.
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu
yang tinggi atau rendah.
Pasal 2
(Ayat 2)
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun
tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau
terpelosok, hanyut atau terpelanting.
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu,
kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara atau getaran.
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau
timah.
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio,
radar, telivisi, atau telepon.
Pasal 2
(Ayat 2)
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan,
penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan
alat tehnis.
q. Dibandingkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-
bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.
r. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau
diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk
sebagai tempat kerja ruangan-ruangan atau lapangan-
lapangan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan atau
yang berada diruangan atau lapangan itu dan dapat
dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
Pasal 3
(Ayat 1)
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik physik maupun psychis, keracunan,
infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang
baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat
kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman atau barang.
Pasal 3
(Ayat 1)
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan
pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah
perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik
dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru
dikemudian hari.
Pasal 4
1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-
syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharan
dan penyimpanan bahan, barang, produk tehnis dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Pasal 4
2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip tehnis
ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun
secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan
pengesahan, pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang,
produk tehnis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.
3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah
perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2),
dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat
keselamatan tersebut.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung tehadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 6
1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan
direktur dapat mengajukan permohonan banding
kepada panitia banding.
2) Tata cara permohonan banding menerima, susunan
panitia banding, tugas panitia banding dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
3) Keputusan panitia banding tidak dapat dibanding lagi.
Pasal 7
Untuk Pengawasan berdasarkan undang-undang ini
pengusaha harus membayar retribusi menurut
ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan
peraturan perundangan.
Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan
yang diberikannya padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara
berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha
dan dibenarkan oleh direktur.
3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan
ditetapkan dengan peraturan perundangan.
(Per.Menakertrans No. 02/1980)
(Permen No. 03/1982 : Pelayanan Kesehatan)
Permenakertrans No. 02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Terdiri dari 16 Bab dan 27 Pasal
• Pasal 2
1) Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar
tenaga kerja yang diterima dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular
yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok
untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang
bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya yang dapat
dijamin.
2) Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2
ayat (2) UU No. 1 Th 1970 harus mengadakan
Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja
Permenakertrans No. 02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Pasal 3
1) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-
usaha pencegahan.
2) Semua perusahan sebagaimana dimaksudkan pasal 2
ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya
1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur
Jendral Pembinaan Hubungan Perburuhan dan
Perlindungan Tenaga Kerja.
Permenakertrans No. 02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Pasal 5
1) Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk
menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-
golongan tenaga kerja tertentu.
BAB V
PEMBINAAN
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat memperkejakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.
Pasal 9
3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan
bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
BAB V
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN
KESEHATAN KERJA
Pasal 10
1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dersama dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
(Per.Menaker No. 04/1987)
Permenaker No. 04/MEN/1987 Tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
• Terdiri dari 16 Pasal
• Pasal 2
1) Setiap Tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha
atau pengurus wajib membentuk P2K3
2) Tempat Kerja dimaksud ayat (1) ialah:
a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
memperkerjakan 100 orang atau lebih
b. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
memperkerjakan < 100 orang, akan tetapi menggunakan
bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko yang
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan
dan penyinaran radio aktif
Permenaker No. 04/MEN/1987 Tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
• Pasal 3
1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari ketua,
Sekretaris dan Anggota
2) Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan Kerja dari
perusahaan yang bersangkutan
3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus
yang bersangkutan
Permenaker No. 04/MEN/1987 Tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
• Pasal 11
1) Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
sebagaimana dimaksud pasal 8 hurup c butir 1 berlaku
untuk jangka waktu 3 bulan.
2) Setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud ayat (1)
berakhir, dapat dimintakan perpanjangan kepada Menteri.
3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud ayat
(2) diajukan menurut prosedur pasal 6 dengan
melampirkan :
a. Photo copy keputusan Ahli keselamatan Kerja yang
bersangkutan;
b. Surat Pernyataan pengurus yang menyatakan bahwa
Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan mempunyai
prestasi baik.
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
(Per.Menaker No. 03/1998)
Permenaker No. 03/MEN/1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan
• Terdiri dari 6 Bab, 15 Pasal, 4 Lampiran
• Pasal 2
1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja dipimpinnya.
2) Kecelakaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a) Kecelakaan Kerja
b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah
c) Kejadian berbahaya lainnya.
• Pasal 3
Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang
belum mengikutsertakan pekerjaannya ke dalam program Jaminan
Sosial tenaga kerja berdasarkan UU No. 3 Thn 1992
Wajib dilaporkan dalam 2x24 jam setelah terjadinya
kecelakaan
Bentuk KK2 A Nomor KLUI :
Nomor Kecelakaan :
Diterima Tanggal :
(Diisi oleh Petugas Kantor Departemen
Tenaga Kerja)
Nomor Agenda JAMSOSTEK :
1. Nama Perusahaan NPP
Alamat dan Nomor Telepon Kode Pos: No.Telp:
Jenis Usaha
Nomor Tenaga Kerja L P
Nomor Pendaftaran (Bentuk KKI)
Nomor Akter Pengawas
2. Nama Tenaga Kerja No. KPA :
Alamat dan Nomor Telepon Kode Pos : No. Telp :
Tempat dan Tanggal Lahir L: P:
Jenis Pekerjaan/Jabatan
Unit/ Bagian Perusahaan
3. a. Tempat ]Kecelakaan
b. Tanggal Kecelakaab Jam:
Lampiran I : PERATURAN MENTERI
NOMOR: 03/MEN TAHUN 1998
TANGGAL: 26 Pebruari 1998
LAPORAN KECELAKAAN
FORMULIR BENTUK 3
KK2 A
4. Uraian Kejadian Kecelakaan
1.Bagaimana terjadinya kecelakaan
F**)
G**)
2. Jenis pekerjaan waktu kecelakaan
3. Saksi yang melihat kecelakaan
4 a. Sebutkan: mesin, pesawat, instalasi, alat
proses, cara kerja, bahan atau lingkungan
yang menyebabkan kecelakaan.
H**)
b. Sebutkan : bahan, proses, lingkungan cara
kerja, atau sifat pekerjaan yang menyebabkan
penyakit akibat kerja.
E**)
5. Akibat kecelakaan
a. Akibat yang diderita korban Meninggal dunia Sakit Luka-luka
b. Sebutkan bagian tubuh yang sakit
c. Sebutkan jenis penyakit akibat kerja
- Jabatan/pekerjaan
- Lama berkerja
d. Keadaan penderita setelah pemeriksaan pertama
1) Berobat jalan Sambil bekerja Tidak bekerja
2) Dirawat di: Alamat: Rumah Sakit Puskesmas Poliklinik
6. Nama dan alamat dokter/tenaga
medik yang memberikan
pertolongan pertama (dalam hal
penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, nama dokter yang
pertama kali mendiagnosa)
7. Kejadian di tempat kerja yang
membahayakan keselamatan dan
kesehatan kerja (misal: kebakaran,
peledakan, rubuhnya konstruksi
bangunan, dan lain-lain)
8. Perkiraan kerugian :
a. Waktu (dalam hari-orang)
b. Material
9. Upah tenaga kerja
a. Upah (upah pokok dan
tunjangan)
Rp.
b. Penerimaan lain-lain Rp.
c. Jumlah a+b Rp.
10. Kecelakaan dicatat dalam Buku
Kecelakaan pada No. Unit
11. Kecelakaan lain-lain yang perlu
*) Jika perlu dapat ditambah
Nama dan tanda tangan pimpinan perusahaan
Dibuat dengan
sesungguhnya
Jabatan
Tanggal
Menteri Tenaga Kerja
ttd.
Drs.ABDUL LATIEF
Laporan Kecelakaan ini dikirim :
• Warna Putih, Merah, dan Merah Jambu ke Kandep
• Tenaga Kerja setempat
• Warna Kuning untuk arsip perusahaan
• Warna Hijau dan Biru Penyelenggara / PT. JAMSOSTEK (persero)
• (Persero Jamsostek)
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 26 Pebruari 1998
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
(Per.Menakertrans No. 08/2010)
Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
• Terdiri dari 11 Pasal dan 1 Lampiran berisi fungsi dan jenis
alat pelindung diri
• Pasal 2
1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di
tempat kerja
2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar
yang berlaku
3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dibberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma
Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
• Pasal 3
1) APD Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2
meliputi :
1. Pelindung kepala
2. Pelindung mata dan muka
3. Pelindung telinga
4. Pelindung pernafasan beserta perlengkapannya
5. Pelindung tangan
6. Pelindung kaki
Pasal 12
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-
alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung-jawabkan.
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI
TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja.
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja.
Pasal 14
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli
keselamatan kerja.
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.
2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam satu tahun sesudah undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
Pasal 17
Selama Peraturan perundangan untuk melaksanakan
ketentuan dalam undang-undang ini belum
dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang
keselamatan kerj yang ada pada waktu undang-undang
ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini.
Pasal 18
Undang-undang ini disebut “Undang-undang
Keselamatan Kerja” dan mulai berlaku pada hari
diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
undang-undang ini dengan penempatannya dalam
lembaran Negara Republik Indonesia.
TEMPAT KERJA
MANUSIA
(TK)
BAHAN
PERALATAN
PROSES
PRODUKSI CARA
KERJA
SIFAT
PEKERJAAN
LINGKUNGAN
KERJA
FAKTOR
PENYEBAB
AMAN/
NYAMAN
SEHAT
ANALISIS
MGT
Prod’s
KECELAKAAN
No. PERATURAN
I..K3 MEKANIK
1 PERMENAKERTRANS No.PER-01/MEN/1978
K3 Pengangkutan dan Penebangan Kayu
2 PERMENAKER NO.PER-04/MEN/1985
Pesawat Tenaga & Produksi
3 PERMENAKER No.PER-05/MEN/1985
Pesawat Angkat & Angkut
4 PERMENAKERTRANS No.PER-09/MEN/VIII/2010
K3 Operator, Petugas dan Teknisi PAA
II. K3 KONSTRUKSI BANGUNAN
5 PERMENAKER No.PER-01/MEN/1980
K3 Pada Konstruksi Bangunnan
6 SKB Menaker & Men PU No. 174/MEN/1986 dan No.104/Kpts/1986
No. PERATURAN
III. K3 LISTRIK
7 KEPMENAKERTRANS No.KEP-75/MEN/2002
Pemberlakuan SNI No. SNI-04-0225-2000 Menegnai PUIL 2000 di Temat Kerja
8 PERMENAKER NO.PER-02/MEN/1989
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
9 PERMENAKER No.PER-03/MEN/1999
Sayarat-syarat K3 Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang
10 KEP.DIRJEN No.KEP-407/M/BW/1999
Persayaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift
IV. K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
11 PERMENAKERTRANS No.PER-04/MEN/1980
Syarat-syarat dan Pemeliharaan APAR
12 PERMENAKER No.PER-02/MEN/1983
Inst. Alarm Kebakaran Otomatik
13 KEPMENAKER No.KEP-186/MEN/1999
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
No. PERATURAN
V. K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKANAN
14 o UU Uap 1930 o Per. Uap 1930
o Stoom Ordonantie o Stoom Verordening
15 PERMENAKERTRANS No.PER-01/MEN/1982
Bejana Tekanan
16 PERMENAKERTRANS NO.PER-02/MEN/1982
Kwalifikasi Juru Las
17 PERMENAKER No.PER-01/MEN/1988
Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator PU
No. PERATURAN
VI. KESEHATAN KERJA
25 KEPMENAKERTRANS No.Kep.333/MEN/1989
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
26 KEPMENAKERTRANS No.Kep.147/MEN/1998
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek
27 KEPMENAKERTRANS No.Kep.79/MEN/2003
Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
28 KEPMENAKERTRANS No.Kep.68/MEN/IV/2004
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
29 PERMENAKERTRANS No.PER-11/MEN/2005
Pencegahan dan Penanggulangan Penyalagunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya di Tempat Kerja
30 PERMENAKERTRANS No.PER-15/MEN/VIII/2008
P3K
31 PERMENAKERTRANS No.PER-08/MEN/VII/2010
APD
No. PERATURAN
VII. LINGKUNGAN KERJA
32 UU No.3/1969 Persetujuan Konvensi ILO No.120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Gan Kantor-kantor (LN No.14 tahun 1969)
33 PP No.7/1973 Pestisida
34 KEPMENAKER No.Kep-187/MEN/1999
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
35 PMP No.7/1964 Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan di Tempat Kerja
36
KEPMENAKER No.Kep-51/MEN/1999 SE MENAKER No. SE-01/MEN/1997 Dicabut diganti dg PERMENAKAERTRANS No.PER.13/MEN/X/2011
NAB Faktor Fisika NAB Faktor Kimia NAB FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA
No. PERATURAN
VIII. KELEMBAGAAN K3
37 PERMENAKER No.PER-04/MEN/1987
P2K3
38 PERMENAKER NO.PER-02/MEN/1992
Tata cara Penunjukan dan Wewenang Ahli K3
39 PERMENAKER No.PER-04/MEN/1995
PJK3
40 PERMENAKER No.PER-03/MEN/1998
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan
LAIN-LAIN
41 PP No.19/1973 Pengaturan dan Pengawasan KK di Bid. Pertambangan
42 PP No.11/1979 KK Pada Pemurnian dan Pengolahan MIGAS
43 PP No.50/2012 SMK3
No. PERATURAN DOKUMEN
I. K3 MEKANIK
1 PERMEN No.01/MEN/1978 Pengesahan Pemakaian PAA
2 PERMEN NO.04/ME/1985 Pengesahan Pemakaian PAA
3 PERMEN No.05/MEN/1985 Pengesahan Pemakaian PT
4 PERMEN No.09/MEN/VIII/2010 Sertifikat & SIO Operator dan Petugas PAA
II K3 KONSTRUKSI BANGUNAN
5 PERMEN No.01/MEN/1980 o Organisasi K3 o Pengesahan PAA o Sertifikat & lisensi kompetensi o Sertifikat sistem mgt K3
6 SKB Menaker & Men PU No. 174/MEN/1986 dan No.104/Kpts/1986
No. PERATURAN DOKUMEN
III. K3 LISTRIK
7 PERMEN No.75/MEN/2002 Pengesahan Instalasi Listrik
8 PERMEN NO.02/MEN/1989 Pengesahan Instalasi Peny.Petir
9 PERMEN No.03/MEN/1999 Pengesahan Pemakaian Pes.Lift
10 KEP.DIRJEN No.407/M/BW/1999 Sertifikat & SIO Teknisi Lift
IV K3 PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
11 PERMEN No.04/MEN/1980 Validasi kelayakan APAR
12 PERMEN No.02/MEN/1983 Pengesahan Inst. Alarm Keb.
13 KEPMEN No.186/MEN/1999 Organisasi dan personil regu keb.
No. PERATURAN DOKUMEN
V. K3 PESAWAT UAP
14 o UU Uap 1930 o Per. Uap 1930
o Akte Ijin PU o Pengesahan instalasi pipa uap
15 PERMEN NO.02/MEN/1982 Sertifikat Kompetensi Juru Las
16 PERMEN No.01/MEN/1988 Sertifikat Kompetensi Operator & SIO PU
VI K3 BEJANA TEKANAN
17 PERMEN No.01/MEN/1982 Pengeasahan pemakaian BT
18 PERMEN No.02/MEN/1983 Pengesahan Inst. Alarm Keb.
19 KEPMEN No.186/MEN/1999 Organisasi dan personil regu keb.
No. PERATURAN DOKUMEN
V. KESEHATAN KERJA
20 PERMEN No.01/MEN/1976 Sertifikat kompetensi & Lisensi Dokter
21 PERMEN NO.01/MEN/1979 Sertifikat kompetensi & Lisensi Paramedis
22 PERMEN No.02/MEN/1980 Laporan hasil pemeriksaan kes. TK
23 PERMEN No.01/MEN/1981 Bukti lap. PAK
24 PERMEN No.03/MEN/1982 Lsporan hasil pelayanan kes.
VI LINGKUNGAN KERJA
25 PP No.7/1973 o Ijin Pestisida o Kompetensi personil
26 PMP No.7/1964 Lap. Hasil pengukuran/monitoring lingkungan
27 KEPMEN No.51/MEN/1999 Lap. Hasil pengukuran NAB
No. PERATURAN DOKUMEN
V. KELEMBAGAAN K3
28 PERMEN No.04/MEN/1987 SK P2K3
29 PERMEN NO.02/MEN/1992 Sertifikat kompetensi & Lisensi Ahli K3
30 PERMEN No.04/MEN/1995 SK PJK3
31 PERMEN No.03/MEN/1998 Lap. Kecelakaan (investigation report)
LAIN-LAIN
25 PP No.19/1973 Pengaturan dan Pengawasan KK di Bid. Pertambangan
26 PP No.11/1979 KK pada Pemurnian dan Pengolahan MIGAS