uu 1970 & pp 50-2012

87
UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970 (Tambahan Lembaran Negara No. 1918) Oleh: Warga Bagus Pribadi, ST Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan

Upload: sanchia-janita

Post on 05-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

uu

TRANSCRIPT

Page 1: UU 1970 & PP 50-2012

UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA

Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970

(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)

Oleh:

Warga Bagus Pribadi, ST Pengawas Ketenagakerjaan

Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan

Page 2: UU 1970 & PP 50-2012

• Nama : Warga Bagus Pribadi, ST

• TTL : Pamekasan, 14 September 1985

• Alamat Rumah : Grand Paka Residence D 11

Gunung Anyar, Surabaya

• Unit Kerja : Disnakertransduk Prov. Jatim

• Jabatan : Pengawas Ketenagakerjaan

• HP : 0813 3465 5805

• Email : [email protected]

Pengalaman :

• PT. TMMIN

• PT. Medion Farma Jaya

• Diklat Pengawas Spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan

• Training of Trainer Work Improvement in Small

Construction (Korea – ILO)

• Bimtek Pengendalian Bahan-bahan Berbahaya

Page 3: UU 1970 & PP 50-2012

Bentuk lambang palang dilingkari roda bergigi sebelas berwarna hijau di atas dasar putih. Arti dan makna lambang : 1. palang : bebas dari kecelakaan dan sakit akibat

kerja. 2. Roda gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani

dan rohani. 3. Warna putih : bersih, suci. 4. Warna hijau : selamat, sehat dan sejahtera. 5. Sebelas gerigi roda : 11 Bab dalam Undang-

undang Keselamatan Kerja. Untuk bendera K3 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-1135/MEN/1987, Tanggal 3 Agustus 1987 Tentang : Bendera Keselamatan & Kesehatan Kerja, ukurannya adalah 900 x 1350 mm.

Page 4: UU 1970 & PP 50-2012

FAKTOR-FAKTOR ANCAMAN

RESIKO KECELAKAAN KERJA

Kesehatan Keselamatan Lingkungan

BAHAN ALAT

TENAGA KERJA

Proses

Page 5: UU 1970 & PP 50-2012

PENGERTIAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Etimologis :

Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.

Secara Filosofi :

Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja

pada khususnya dan manusia pada umumnya,hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.

Secara Keilmuan :

ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Page 6: UU 1970 & PP 50-2012

PENGERTIAN

Kecelakaan kerja

Suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki

yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

dapat menimbulkan kerugian baik korban jiwa dan harta benda

Penyakit Akibat Kerja

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.

Page 7: UU 1970 & PP 50-2012

Secara Umum Pola Pencegahan Kecelakaan

dapat dilakukan melalui

1. Peraturan – peraturan

yaitu peraturan perundangan yg bertalian dg sarat sarat kerja, perencanaan, kontruksi, perawatan, pengawasan, pengujian dan pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan para pekerja pelatihan pengawasan keselamatan kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.

2. Standarisasi

yaitu menyusun standar - standar yg bersifat sukarela yg bertalian dg kontruksi yg aman dan peralatan industri, hasil produksi pelindung diri, alat pengaman.

Page 8: UU 1970 & PP 50-2012

3. Pengawasan

yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan

peraturan perundangan undangan yg berlaku.

4. Penelitian Teknik

yaitu meliputi penelitian terhadap benda dan

karakteristik bahan - bahan berbahaya,

mempelajari pengamanan mesin, pengujian alat

pelindung diri, penyelidikan tentang desain yg

cocok untuk instalasi industri.

Page 9: UU 1970 & PP 50-2012

5. Penelitian medis

yaitu meliputi hal-hal kusus yg berkaitan dg penyakit akibat

kerja dan akibat medis terhadap manusia dan berbagai

kecelakaan kerja.

6. Penelitian Pskologis

yaitu penelitian terhadap pola pola psikologis, yg dapat

menjurus kearah kecelakaan kerja.

7. Penelitian Statistik

Menentukan kecenderungan kecelakaan yg terjadi melalui

pengamatan terhadap jumlah jenis orangnya, jenis

kecelakaan, faktor penyebab, shg dapat ditentukan pola

pencegahan kecelakaan yg serupa.

Page 10: UU 1970 & PP 50-2012

8. Pendidikan

Pemberian pengajaran dan pendidikan cara pencegahan

kerja dan teori teori keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai mata pelajaran di sekolah sekolah tehnik dan

pusat pusat latihan kerja.

9. Training

penberian instruksi atau petunjuk petunjuk melalui

praktek kepada para pekerja mengenai cara kerja yg

aman.

Page 11: UU 1970 & PP 50-2012

10.Persuasi

menanamkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya untuk mencegah terjadinya kecelakan, shg semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diikuti oleh semua tenaga kerja.

11.Asuransi

supaya pemberian insentif dalam bentuk reduksi terhadap premi asuransi kepada perusahaan yg melakukan usaha usaha keselamatan dan kesehatan kerja atau yg berhasil menurunkan tingkat kecelakaan di perusahaannya.

Page 12: UU 1970 & PP 50-2012

LATAR BELAKANG

1. VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910,

Stbl No. 406) sudah tidak sesuai lagi.

2. Perlindungan tenaga kerja tidak hanya di

industri / pabrik.

3. Perkembangan teknologi / IPTEK serta

kondisi dan situasi ketenagakerjaan.

4. Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910

sudah tidak sesuai lagi.

Page 13: UU 1970 & PP 50-2012

TUJUAN

• Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang

berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan

selamat dan sehat

• Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan

digunakan secara efisien

• Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa

hambatan apapun

Page 14: UU 1970 & PP 50-2012

RUANG LINGKUP

Undang- undang No 1 tahun 1970 ini berlaku untuk

setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3

unsur yaitu :

1. adanya suatu usaha

2. adanya tenaga kerja

3. adanya sumber bahaya

Page 15: UU 1970 & PP 50-2012

• Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup meningkatkan produksi dan produktivitas nasional

• Setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya

• Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan afisien

• Perlu diadakan segala upaya untuk membina norma norma perlindungan kerja

• Diwujudkan dalam Undang Undang yang memuat ketentuan ketentuan umum tentang keselamatan kerja,sesuai dengan perkembangan masyarakat, Industrialisasi, Tehnik dan Tehnologi

Page 16: UU 1970 & PP 50-2012

1. Ps. 5, 20, 27 (2) UUD 1945

2. Ps. 9, 10 UU No. 14/1969

Dicabut diganti dg UU No.13/2003 Ps. 86, 87

UU KK No.1/1970

PERATURAN PELAKSANAAN

PERATURAN KHUSUS PERATURAN PEMERINTAH PER PRES PER MEN PERDA Kep. Gub/Bup/WaKOt

Kep/SE Dirjen

Page 17: UU 1970 & PP 50-2012

DASAR HUKUM

• Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.

• UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai ketenagakerjaan :

Pasal 3 Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak

bagi kemanusiaan.

Pasal 9 Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,

kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

Pasal 10 Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi

norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.

Page 18: UU 1970 & PP 50-2012

Paragraf 5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 86

1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja;

b. Moral dan kesusilaan; dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia serta nilai-nilai agama;

2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan.

UU No.13 Thn.2003 ttg. Ke-TK-an (baru)

Page 19: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 87

1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(Per.Menaker No. 05/1996), (PP No. 50 Thn 2012)

Page 20: UU 1970 & PP 50-2012

PP NO. 50 TAHUN 2012 Tanggal 12 April 2012

• 22 Pasal

• Lampiran 1 ttg Pedoman Penerapan

SMK3

• Lampiran 2 ttg Pedoman Penilaian

Penerapan SMK3

• Lampiran 3 ttg Laporan audit SMK3

Page 21: UU 1970 & PP 50-2012

PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

• Pasal 5

1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya

2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi

perusahaan:

a. Memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus)

orang; atau

b. Mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi

3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan

4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada

Peraturan Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-

undangan serta dapat memperhatikan konvensi atau standar

internasional

Page 22: UU 1970 & PP 50-2012

BAB IV

PENGAWASAN

• Pasal 18 1) Pengawasan SMK 3 dilakukan oleh pengawas

ketenagakerjaan pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota

sesuai dengan kewenangannya.

2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen.

b. organisasi.

c. sumber daya manusia.

d. pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang

K3.

e. keamanan kerja.

Page 23: UU 1970 & PP 50-2012

BAB IV

PENGAWASAN

f. pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran

penerapan SMK3.

g. pengendalian keadaan darurat bahaya

industri.

h. pelaporan dan perbaikan keuangan, dan

i. tindak lanjut audit.

Page 24: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 190

2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :

a. teguran;

b. peringatan tertulis;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;

h. pencabutan ijin.

3) Ketentuan mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.

Page 25: UU 1970 & PP 50-2012

Undang-Undang No 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang No 1 tahun 1970 diundangkan pada 12

Januari 1970 sebagai pengganti VR 1910 dengan

beberapa perubahan mendasar, antara lain :

1. Bersifat lebih preventif

2. Memperluas ruang lingkup

3. Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap

alat produksi

Page 26: UU 1970 & PP 50-2012

UNDANG-UNDANG No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja

BAB I – XI

Pasal 1 - 18

Page 27: UU 1970 & PP 50-2012

BAB I

TENTANG ISTILAH-ISTILAH

PASAL 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :

1) ”Tempat Kerja” ialah tiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,

dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering

dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan

dimana terdapat sumber atau sumber-sumber

bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2,

termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,

lapangan, halaman dan sekililingnya yang

merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut.

Page 28: UU 1970 & PP 50-2012

PASAL 1 2) “Pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas

pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

3) “Pengusaha” ialah : a. Orang atau badan hukum yang menjalankan

sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.

b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.

c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jika kalau yang mewakili berkedudukan diluar Indonesia.

Page 29: UU 1970 & PP 50-2012

PASAL 1 4) “Direktur” ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri

Tenaga Kerja untuk melaksanakan undang undang ini.

(Kep. 79/1977)

5) “Pegawai Pengawas” ialah pegawai tehnis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(Permen 03/1978; Permen 03/1984)

6) “Ahli Keselamatan Kerja” ialah Tenaga tehnis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya undang-undang ini.

(Per.Menaker No. 02/1992; Per.Menaker No. 04/1995)

Page 30: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3

• Terdiri dari 5 Bab dan 14 Pasal

• Pasal 2

1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk berwewenang

menunjuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat

dengan kriteria tertentu dan pada perusahaan yang

memberikan jasa di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah:

a) Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan

tenaga kerja > 100 orang

b) Suatu tempat kerja dimana pengurus memperkerjakan

tenaga kerja < 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan,

proses, alat dan atau instalasi yg besar risiko bahaya

terhadap K3

Page 31: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3

• Pasal 3

Untuk dapat ditunjuk sebagai ahli keselamatan dan kesehatan

kerja harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Berpendidikan Sarjana, Sarjana muda atau Sederajat dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Sarjana dengan pengalaman kerja sesuai dengan bidang

keahliannya sekurang-kurangnya 2 tahun;

2. Sarjana Muda atau Sederajat dengan pengalaman kerja sesuai

dengan bidang keahlian sekurang-kurangnya 4 tahun:

a. Berbadan sehat;

b. Berkelakuan baik;

c. Bekerja penuh di instansi yang bersangkutan;

d. Lulus seleksi dari Tim Penilai

Page 32: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3

• Pasal 8

1) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja

tidak berlaku apabila yang bersangkutan:

a. Pindah tugas ke perusahaan atau instansi lain;

b. Mengundurkan diri;

c. Meninggal dunia

2) Keputusan penunjukan ahli keselamatan dan kesehatan kerja

dicabut apabila yang bersangkutan terbukti:

a. Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan

kesehatan kerja;

b. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan

keadaan berbahaya;

c. Dengan sengaja dan atau karena khilafannya menyebabkan

terbukanya rahasia suatu perusahaan/instansi yang karena

jabatannya wajib untuk dirahasiakan

Page 33: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3

• Pasal 9 1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:

a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan

kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam keputusan

penunjukannya;

b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk

mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk AK3 di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan

lain

2. Untuk AK3 di perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3 setiap saat

setelah selesai melakukan kegiatannya

c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang

didapat berhubung dengan jabatannya.

2) Tembusan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b ditujukan

kepada:

1. Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat

2. Kantor Wilayah Departemen Tenaga kerja setempat

3. Direktur Bina Pengawasan Norma K3

Page 34: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3

• Pasal 10

1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:

a) Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan

penunjukan

b) Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan

syarat-syarat K3 di temapat kerja sesuai dengan keputusan

penunjukannya;

c) Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluai dan

memberikan persyaratan serta pembinaan K3 yang meliputi: 1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja

2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta peralatan lainnya

3. Penanganan bahan-bahan

4. Proses produksi

5. Sifat Pekerjaan

6. Lingkungan kerja

Page 35: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang AK3

• Pasal 10

2) Perincian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dapat

dirubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

3) AK3 yang ditunjuk berdasarkan UU Uap tahun 1930 dan AK3 yang

bekerja pada perusahaan yang memberikan jasa di bidang K3

dalam memberikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf c harus mendapat persetujuan Menteri atau Pejabat yang

ditunjuk.

Page 36: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 04/MEN/1995 Tentang Perusahaan Jasa K3

• Terdiri dari 7 Bab dan 21 Pasal

• Pasal 2

1) PJK3 dalam melaksanakan kegiatan jasa K3 harus

terlebih dahulu memperoleh keputusan penunjukan dari

Menteri tenaga kerja c.q. Direktur Jenderal Pembinaan

Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan

• Pasal 6

Ahli K3 atau dokter pemeriksa yang bekerja pada PJK3

mempunyai tugas melakukan pemeriksaan dan pengujian

teknik atau pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan

kesehatan kerja sesuai dengan Keputusan penunjukannya.

Page 37: UU 1970 & PP 50-2012

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

1) Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada didalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

2) Ketentuan-Ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja dimana :

a) Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

b) Dibuat, diolah, dipakai/dipergunakan, di perdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, suhu tinggi.

Page 38: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 2

(Ayat 2)

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikkan, perawatan,

pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau

bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan,

saluran atau terowongan dibawah tanah dan sebagainya

atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan

hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil

hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan

kesehatan.

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas,

perak atau biji logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak

atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau didalam

bumi, maupun didasar perairan.

Page 39: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 2

(Ayat 2)

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia,

baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air,

dalam air maupun diudara.

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan dikapal, perahu,

dermaga, dok, stasiun atau gudang.

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan

pekerjaan lain didalam air.

i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan

tanah atau perairan.

j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu

yang tinggi atau rendah.

Page 40: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 2

(Ayat 2)

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun

tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau

terpelosok, hanyut atau terpelanting.

l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu,

kotoran, api, asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara atau getaran.

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau

timah.

o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio,

radar, telivisi, atau telepon.

Page 41: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 2

(Ayat 2)

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan,

penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan

alat tehnis.

q. Dibandingkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-

bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air.

r. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau

diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai

peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk

sebagai tempat kerja ruangan-ruangan atau lapangan-

lapangan lainnya yang dapat membahayakan

keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan atau

yang berada diruangan atau lapangan itu dan dapat

dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).

Page 42: UU 1970 & PP 50-2012

BAB III

SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA

Pasal 3

1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

Page 43: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 3

(Ayat 1)

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit

akibat kerja baik physik maupun psychis, keracunan,

infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang

baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

kerja, lingkungan cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan

orang, binatang, tanaman atau barang.

Page 44: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 3

(Ayat 1)

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis

bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan

bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan

pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi

bertambah tinggi.

2) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah

perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik

dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru

dikemudian hari.

Page 45: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 4

1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-

syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,

pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharan

dan penyimpanan bahan, barang, produk tehnis dan

aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan.

Page 46: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 4

2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip tehnis

ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun

secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang

konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,

perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan

pengesahan, pengepakan atau pembungkusan,

pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang,

produk tehnis dan aparat produksi guna menjamin

keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan

tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan

umum.

3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah

perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2),

dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang

berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat

keselamatan tersebut.

Page 47: UU 1970 & PP 50-2012

BAB IV

PENGAWASAN

Pasal 5

1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung tehadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

2) Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Page 48: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 6

1) Barang siapa tidak dapat menerima keputusan

direktur dapat mengajukan permohonan banding

kepada panitia banding.

2) Tata cara permohonan banding menerima, susunan

panitia banding, tugas panitia banding dan lain-

lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

3) Keputusan panitia banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7

Untuk Pengawasan berdasarkan undang-undang ini

pengusaha harus membayar retribusi menurut

ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan

peraturan perundangan.

Page 49: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 8

1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan

badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari

tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan

dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan

yang diberikannya padanya.

2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga

kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara

berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha

dan dibenarkan oleh direktur.

3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan

ditetapkan dengan peraturan perundangan.

(Per.Menakertrans No. 02/1980)

(Permen No. 03/1982 : Pelayanan Kesehatan)

Page 50: UU 1970 & PP 50-2012

Permenakertrans No. 02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

• Terdiri dari 16 Bab dan 27 Pasal

• Pasal 2

1) Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar

tenaga kerja yang diterima dalam kondisi kesehatan yang

setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular

yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok

untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga

keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang

bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya yang dapat

dijamin.

2) Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2

ayat (2) UU No. 1 Th 1970 harus mengadakan

Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja

Page 51: UU 1970 & PP 50-2012

Permenakertrans No. 02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

• Pasal 3

1) Pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk

mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja

sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai

kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan

seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-

usaha pencegahan.

2) Semua perusahan sebagaimana dimaksudkan pasal 2

ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan

kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya

1 tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur

Jendral Pembinaan Hubungan Perburuhan dan

Perlindungan Tenaga Kerja.

Page 52: UU 1970 & PP 50-2012

Permenakertrans No. 02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

• Pasal 5

1) Pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk

menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan

tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-

golongan tenaga kerja tertentu.

Page 53: UU 1970 & PP 50-2012

BAB V

PEMBINAAN

Pasal 9

1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya.

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya.

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

2) Pengurus hanya dapat memperkejakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.

Page 54: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 9

3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan

bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah

pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan

pemberantasan kebakaran serta peningkatan

keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam

pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.

4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua

syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku

bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.

Page 55: UU 1970 & PP 50-2012

BAB V

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN

KESEHATAN KERJA

Pasal 10

1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban dersama dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

(Per.Menaker No. 04/1987)

Page 56: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 04/MEN/1987 Tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli

Keselamatan Kerja

• Terdiri dari 16 Pasal

• Pasal 2

1) Setiap Tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha

atau pengurus wajib membentuk P2K3

2) Tempat Kerja dimaksud ayat (1) ialah:

a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus

memperkerjakan 100 orang atau lebih

b. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus

memperkerjakan < 100 orang, akan tetapi menggunakan

bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko yang

besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan

dan penyinaran radio aktif

Page 57: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 04/MEN/1987 Tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli

Keselamatan Kerja

• Pasal 3

1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan

pekerja yang susunannya terdiri dari ketua,

Sekretaris dan Anggota

2) Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan Kerja dari

perusahaan yang bersangkutan

3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang

ditunjuknya atas usul dari pengusaha atau pengurus

yang bersangkutan

Page 58: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 04/MEN/1987 Tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli

Keselamatan Kerja

• Pasal 11

1) Keputusan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja

sebagaimana dimaksud pasal 8 hurup c butir 1 berlaku

untuk jangka waktu 3 bulan.

2) Setelah tenggang waktu sebagaimana dimaksud ayat (1)

berakhir, dapat dimintakan perpanjangan kepada Menteri.

3) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud ayat

(2) diajukan menurut prosedur pasal 6 dengan

melampirkan :

a. Photo copy keputusan Ahli keselamatan Kerja yang

bersangkutan;

b. Surat Pernyataan pengurus yang menyatakan bahwa

Ahli Keselamatan Kerja yang bersangkutan mempunyai

prestasi baik.

Page 59: UU 1970 & PP 50-2012

BAB VII

KECELAKAAN

Pasal 11

1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

(Per.Menaker No. 03/1998)

Page 60: UU 1970 & PP 50-2012

Permenaker No. 03/MEN/1998 Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan

• Terdiri dari 6 Bab, 15 Pasal, 4 Lampiran

• Pasal 2

1) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan

yang terjadi di tempat kerja dipimpinnya.

2) Kecelakaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) terdiri

dari:

a) Kecelakaan Kerja

b) Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah

c) Kejadian berbahaya lainnya.

• Pasal 3

Kewajiban melaporkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1) berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang telah dan yang

belum mengikutsertakan pekerjaannya ke dalam program Jaminan

Sosial tenaga kerja berdasarkan UU No. 3 Thn 1992

Page 61: UU 1970 & PP 50-2012

Wajib dilaporkan dalam 2x24 jam setelah terjadinya

kecelakaan

Bentuk KK2 A Nomor KLUI :

Nomor Kecelakaan :

Diterima Tanggal :

(Diisi oleh Petugas Kantor Departemen

Tenaga Kerja)

Nomor Agenda JAMSOSTEK :

1. Nama Perusahaan NPP

Alamat dan Nomor Telepon Kode Pos: No.Telp:

Jenis Usaha

Nomor Tenaga Kerja L P

Nomor Pendaftaran (Bentuk KKI)

Nomor Akter Pengawas

2. Nama Tenaga Kerja No. KPA :

Alamat dan Nomor Telepon Kode Pos : No. Telp :

Tempat dan Tanggal Lahir L: P:

Jenis Pekerjaan/Jabatan

Unit/ Bagian Perusahaan

3. a. Tempat ]Kecelakaan

b. Tanggal Kecelakaab Jam:

Lampiran I : PERATURAN MENTERI

NOMOR: 03/MEN TAHUN 1998

TANGGAL: 26 Pebruari 1998

LAPORAN KECELAKAAN

FORMULIR BENTUK 3

KK2 A

Page 62: UU 1970 & PP 50-2012

4. Uraian Kejadian Kecelakaan

1.Bagaimana terjadinya kecelakaan

F**)

G**)

2. Jenis pekerjaan waktu kecelakaan

3. Saksi yang melihat kecelakaan

4 a. Sebutkan: mesin, pesawat, instalasi, alat

proses, cara kerja, bahan atau lingkungan

yang menyebabkan kecelakaan.

H**)

b. Sebutkan : bahan, proses, lingkungan cara

kerja, atau sifat pekerjaan yang menyebabkan

penyakit akibat kerja.

E**)

5. Akibat kecelakaan

a. Akibat yang diderita korban Meninggal dunia Sakit Luka-luka

b. Sebutkan bagian tubuh yang sakit

c. Sebutkan jenis penyakit akibat kerja

- Jabatan/pekerjaan

- Lama berkerja

d. Keadaan penderita setelah pemeriksaan pertama

1) Berobat jalan Sambil bekerja Tidak bekerja

2) Dirawat di: Alamat: Rumah Sakit Puskesmas Poliklinik

Page 63: UU 1970 & PP 50-2012

6. Nama dan alamat dokter/tenaga

medik yang memberikan

pertolongan pertama (dalam hal

penyakit yang timbul karena

hubungan kerja, nama dokter yang

pertama kali mendiagnosa)

7. Kejadian di tempat kerja yang

membahayakan keselamatan dan

kesehatan kerja (misal: kebakaran,

peledakan, rubuhnya konstruksi

bangunan, dan lain-lain)

8. Perkiraan kerugian :

a. Waktu (dalam hari-orang)

b. Material

9. Upah tenaga kerja

a. Upah (upah pokok dan

tunjangan)

Rp.

b. Penerimaan lain-lain Rp.

c. Jumlah a+b Rp.

10. Kecelakaan dicatat dalam Buku

Kecelakaan pada No. Unit

11. Kecelakaan lain-lain yang perlu

*) Jika perlu dapat ditambah

Nama dan tanda tangan pimpinan perusahaan

Dibuat dengan

sesungguhnya

Jabatan

Tanggal

Page 64: UU 1970 & PP 50-2012

Menteri Tenaga Kerja

ttd.

Drs.ABDUL LATIEF

Laporan Kecelakaan ini dikirim :

• Warna Putih, Merah, dan Merah Jambu ke Kandep

• Tenaga Kerja setempat

• Warna Kuning untuk arsip perusahaan

• Warna Hijau dan Biru Penyelenggara / PT. JAMSOSTEK (persero)

• (Persero Jamsostek)

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 26 Pebruari 1998

Page 65: UU 1970 & PP 50-2012

BAB VIII

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

(Per.Menakertrans No. 08/2010)

Page 66: UU 1970 & PP 50-2012

Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri

• Terdiri dari 11 Pasal dan 1 Lampiran berisi fungsi dan jenis

alat pelindung diri

• Pasal 2

1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di

tempat kerja

2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar

yang berlaku

3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

dibberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma

Page 67: UU 1970 & PP 50-2012

Permenakertrans No. 08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri

• Pasal 3

1) APD Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2

meliputi :

1. Pelindung kepala

2. Pelindung mata dan muka

3. Pelindung telinga

4. Pelindung pernafasan beserta perlengkapannya

5. Pelindung tangan

6. Pelindung kaki

Page 68: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 12

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat

keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua

syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang

diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana

syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-

alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain

oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang

masih dapat dipertanggung-jawabkan.

Page 69: UU 1970 & PP 50-2012

BAB IX

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI

TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Page 70: UU 1970 & PP 50-2012

BAB X

KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja.

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja.

Page 71: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 14

c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat

perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga

kerja yang berada dibawah pimpinannya dan

menyediakan bagi setiap orang lain yang

memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan

petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli

keselamatan kerja.

Page 72: UU 1970 & PP 50-2012

BAB XI

KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.

2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

3) Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan didalam satu tahun sesudah undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.

Page 73: UU 1970 & PP 50-2012

Pasal 17

Selama Peraturan perundangan untuk melaksanakan

ketentuan dalam undang-undang ini belum

dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang

keselamatan kerj yang ada pada waktu undang-undang

ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan undang-undang ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut “Undang-undang

Keselamatan Kerja” dan mulai berlaku pada hari

diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

undang-undang ini dengan penempatannya dalam

lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 74: UU 1970 & PP 50-2012
Page 75: UU 1970 & PP 50-2012

TEMPAT KERJA

MANUSIA

(TK)

BAHAN

PERALATAN

PROSES

PRODUKSI CARA

KERJA

SIFAT

PEKERJAAN

LINGKUNGAN

KERJA

FAKTOR

PENYEBAB

AMAN/

NYAMAN

SEHAT

ANALISIS

MGT

Prod’s

KECELAKAAN

Page 76: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN

I..K3 MEKANIK

1 PERMENAKERTRANS No.PER-01/MEN/1978

K3 Pengangkutan dan Penebangan Kayu

2 PERMENAKER NO.PER-04/MEN/1985

Pesawat Tenaga & Produksi

3 PERMENAKER No.PER-05/MEN/1985

Pesawat Angkat & Angkut

4 PERMENAKERTRANS No.PER-09/MEN/VIII/2010

K3 Operator, Petugas dan Teknisi PAA

II. K3 KONSTRUKSI BANGUNAN

5 PERMENAKER No.PER-01/MEN/1980

K3 Pada Konstruksi Bangunnan

6 SKB Menaker & Men PU No. 174/MEN/1986 dan No.104/Kpts/1986

Page 77: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN

III. K3 LISTRIK

7 KEPMENAKERTRANS No.KEP-75/MEN/2002

Pemberlakuan SNI No. SNI-04-0225-2000 Menegnai PUIL 2000 di Temat Kerja

8 PERMENAKER NO.PER-02/MEN/1989

Pengawasan Instalasi Penyalur Petir

9 PERMENAKER No.PER-03/MEN/1999

Sayarat-syarat K3 Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang

10 KEP.DIRJEN No.KEP-407/M/BW/1999

Persayaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift

IV. K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

11 PERMENAKERTRANS No.PER-04/MEN/1980

Syarat-syarat dan Pemeliharaan APAR

12 PERMENAKER No.PER-02/MEN/1983

Inst. Alarm Kebakaran Otomatik

13 KEPMENAKER No.KEP-186/MEN/1999

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Page 78: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN

V. K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKANAN

14 o UU Uap 1930 o Per. Uap 1930

o Stoom Ordonantie o Stoom Verordening

15 PERMENAKERTRANS No.PER-01/MEN/1982

Bejana Tekanan

16 PERMENAKERTRANS NO.PER-02/MEN/1982

Kwalifikasi Juru Las

17 PERMENAKER No.PER-01/MEN/1988

Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator PU

Page 79: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN

VI. KESEHATAN KERJA

25 KEPMENAKERTRANS No.Kep.333/MEN/1989

Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

26 KEPMENAKERTRANS No.Kep.147/MEN/1998

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bagi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek

27 KEPMENAKERTRANS No.Kep.79/MEN/2003

Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

28 KEPMENAKERTRANS No.Kep.68/MEN/IV/2004

Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja

29 PERMENAKERTRANS No.PER-11/MEN/2005

Pencegahan dan Penanggulangan Penyalagunaan dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya di Tempat Kerja

30 PERMENAKERTRANS No.PER-15/MEN/VIII/2008

P3K

31 PERMENAKERTRANS No.PER-08/MEN/VII/2010

APD

Page 80: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN

VII. LINGKUNGAN KERJA

32 UU No.3/1969 Persetujuan Konvensi ILO No.120 Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan Gan Kantor-kantor (LN No.14 tahun 1969)

33 PP No.7/1973 Pestisida

34 KEPMENAKER No.Kep-187/MEN/1999

Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya

35 PMP No.7/1964 Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan di Tempat Kerja

36

KEPMENAKER No.Kep-51/MEN/1999 SE MENAKER No. SE-01/MEN/1997 Dicabut diganti dg PERMENAKAERTRANS No.PER.13/MEN/X/2011

NAB Faktor Fisika NAB Faktor Kimia NAB FAKTOR FISIKA DAN FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA

Page 81: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN

VIII. KELEMBAGAAN K3

37 PERMENAKER No.PER-04/MEN/1987

P2K3

38 PERMENAKER NO.PER-02/MEN/1992

Tata cara Penunjukan dan Wewenang Ahli K3

39 PERMENAKER No.PER-04/MEN/1995

PJK3

40 PERMENAKER No.PER-03/MEN/1998

Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

LAIN-LAIN

41 PP No.19/1973 Pengaturan dan Pengawasan KK di Bid. Pertambangan

42 PP No.11/1979 KK Pada Pemurnian dan Pengolahan MIGAS

43 PP No.50/2012 SMK3

Page 82: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN DOKUMEN

I. K3 MEKANIK

1 PERMEN No.01/MEN/1978 Pengesahan Pemakaian PAA

2 PERMEN NO.04/ME/1985 Pengesahan Pemakaian PAA

3 PERMEN No.05/MEN/1985 Pengesahan Pemakaian PT

4 PERMEN No.09/MEN/VIII/2010 Sertifikat & SIO Operator dan Petugas PAA

II K3 KONSTRUKSI BANGUNAN

5 PERMEN No.01/MEN/1980 o Organisasi K3 o Pengesahan PAA o Sertifikat & lisensi kompetensi o Sertifikat sistem mgt K3

6 SKB Menaker & Men PU No. 174/MEN/1986 dan No.104/Kpts/1986

Page 83: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN DOKUMEN

III. K3 LISTRIK

7 PERMEN No.75/MEN/2002 Pengesahan Instalasi Listrik

8 PERMEN NO.02/MEN/1989 Pengesahan Instalasi Peny.Petir

9 PERMEN No.03/MEN/1999 Pengesahan Pemakaian Pes.Lift

10 KEP.DIRJEN No.407/M/BW/1999 Sertifikat & SIO Teknisi Lift

IV K3 PENANGGULANGAN

KEBAKARAN

11 PERMEN No.04/MEN/1980 Validasi kelayakan APAR

12 PERMEN No.02/MEN/1983 Pengesahan Inst. Alarm Keb.

13 KEPMEN No.186/MEN/1999 Organisasi dan personil regu keb.

Page 84: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN DOKUMEN

V. K3 PESAWAT UAP

14 o UU Uap 1930 o Per. Uap 1930

o Akte Ijin PU o Pengesahan instalasi pipa uap

15 PERMEN NO.02/MEN/1982 Sertifikat Kompetensi Juru Las

16 PERMEN No.01/MEN/1988 Sertifikat Kompetensi Operator & SIO PU

VI K3 BEJANA TEKANAN

17 PERMEN No.01/MEN/1982 Pengeasahan pemakaian BT

18 PERMEN No.02/MEN/1983 Pengesahan Inst. Alarm Keb.

19 KEPMEN No.186/MEN/1999 Organisasi dan personil regu keb.

Page 85: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN DOKUMEN

V. KESEHATAN KERJA

20 PERMEN No.01/MEN/1976 Sertifikat kompetensi & Lisensi Dokter

21 PERMEN NO.01/MEN/1979 Sertifikat kompetensi & Lisensi Paramedis

22 PERMEN No.02/MEN/1980 Laporan hasil pemeriksaan kes. TK

23 PERMEN No.01/MEN/1981 Bukti lap. PAK

24 PERMEN No.03/MEN/1982 Lsporan hasil pelayanan kes.

VI LINGKUNGAN KERJA

25 PP No.7/1973 o Ijin Pestisida o Kompetensi personil

26 PMP No.7/1964 Lap. Hasil pengukuran/monitoring lingkungan

27 KEPMEN No.51/MEN/1999 Lap. Hasil pengukuran NAB

Page 86: UU 1970 & PP 50-2012

No. PERATURAN DOKUMEN

V. KELEMBAGAAN K3

28 PERMEN No.04/MEN/1987 SK P2K3

29 PERMEN NO.02/MEN/1992 Sertifikat kompetensi & Lisensi Ahli K3

30 PERMEN No.04/MEN/1995 SK PJK3

31 PERMEN No.03/MEN/1998 Lap. Kecelakaan (investigation report)

LAIN-LAIN

25 PP No.19/1973 Pengaturan dan Pengawasan KK di Bid. Pertambangan

26 PP No.11/1979 KK pada Pemurnian dan Pengolahan MIGAS

Page 87: UU 1970 & PP 50-2012