usulan rb nakertrans

42
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|1 A. Nama Kementerian/Lembaga: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi B. Alamat Lengkap Kementerian/Lembaga: Jl. Jend. Gatot Subroto Kaveling 51, Jakarta Selatan 12950 Telp. (021)5255733, Fax. (021) 5251023 Jl. Taman Makam Pahlawan Kalibata No 17, Jakarta Selatan 12750 Telp.(021) 7989912-19 C. Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Dalam rangka mempercepat tercapainya tatakelola pemerintahan yang baik, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, seluruh Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah perlu melakukan reformasi birokrasi. Untuk mempersiapkan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, telah beberapa kali dibentuk Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak tahun 2010 sampai dengan terakhir ditetapkanberdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.216/MEN/VIII/2011 tentang Pembentukan Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.217/MEN/III/2011 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

Upload: mokhamad-agusta

Post on 14-Aug-2015

126 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Reformasi Birokrasi Nakertrans

TRANSCRIPT

Page 1: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|1

A. Nama Kementerian/Lembaga:

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

B. Alamat Lengkap Kementerian/Lembaga:

Jl. Jend. Gatot Subroto Kaveling 51, Jakarta Selatan 12950

Telp. (021)5255733, Fax. (021) 5251023

Jl. Taman Makam Pahlawan Kalibata No 17, Jakarta Selatan 12750

Telp.(021) 7989912-19

C. Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi:

Dalam rangka mempercepat tercapainya tatakelola pemerintahan yang baik,

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun

2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014, seluruh

Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah perlu melakukan reformasi

birokrasi.

Untuk mempersiapkan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, telah beberapa kali dibentuk

Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak

tahun 2010 sampai dengan terakhir ditetapkanberdasarkan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.216/MEN/VIII/2011

tentang Pembentukan Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor KEP.217/MEN/III/2011 tentang Pembentukan Tim

Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi.

Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah, dengan

susunan keanggotaan sebagai berikut:

Page 2: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|2

a. Tim Pengarah

Ketua : Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Sekretaris : Sekretaris Jenderal

Anggota : 1. Dirjen P2MKT

2. Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas

3. Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja

4. Dirjen PHI dan Jamsos TK

5. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

6. Dirjen P2KT

7. Kepala BALITFO

8. Plt. Inspektur Jenderal

9. Staf Ahli Bidang Kependudukan

b. Tim Pelaksana

Ketua : Sekretaris Jenderal

Wakil Ketua : Inspektur I

Sekretaris : Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian

Koordinator Bidang

Manajemen Perubahan

: Kepala Biro Keuangan

Sekretaris Koordinator : Ses Ditjen PHI dan Jamsos

Anggota : 1. Kepala Pusat PTK

2. Kapus Litbang Trans

3. Kapus Datin naker

4. Kapus Datin Trans

5. Dir. Produktivitas dan Kewirausahaan

6. Dir. Pengembangan Pasar Kerja

7. Dir. Kelembagaan dan

Pemasyarakatan H.I

8. Dir. Pengawasan Norma K3

Page 3: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|3

9.

Dir. Perencanaan Teknis,

Pengembangan Masyarakat dan

Kawasan, Ditjen P2MKT

10. Dir. Perencanaan Teknis

Pembangunan Kawasan

Transmigrasi, Ditjen P2KT

11. Kasubdit Pengembangan Program

Pelatihan Ketransmigrasian, Ditjen

Binalattas.

Koordinator Bidang Penataan

Peraturan Perundang-Undangan,

Organisasi dan Tatalaksana, dan

Sistem Manajemen Sumber

Daya Manusia Aparatur

: Kepala Biro Hukum

Sekretaris Koordinator : Ses Balitfo

Anggota : 1. Kapusdiklat Pegawai

2. Dir. Standardisasi Kompetensi dan

Program Pelatihan, Ditjen Binalattas

3. Dir. Bina pemagangan Ditjen

Binalattas

4. Dir. Penempatan Tenaga Kerja

Dalam Negeri

5. Dir. Peningkatan Kapasitas SDM

dan Masyarakat, Ditjen P2MKT

6. Kabag Kelembagaan

7. Kabag Ketatalaksanaan

8. Kabag Perencanaan dan

Pengembangan Pegawai

9. Kabag Mutasi Kepegawaian

10. Kabag Perancangan Peraturan

Perundang-Undangan II

Page 4: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|4

11. Kabag Kepeg. & Umum, Setditjen

Binalattas.

Koordinator Bidang

Peningkatan Akuntabilitas

Kinerja dan Pelayanan Publik

: Karo Perencanaan

Sekretaris Koordinator : Dir. Partisipasi Masyarakat, Ditjen P2KT

Anggota : 1. Kepala Pusat K3

2. Dir. Penyerasian Lingkungan

Ditjen P2MKT

3. Dir. Pengendalian Penggunaan

Tenaga Kerja Asing

4. Dir. PTKLN

5. Karo Umum

6. Kapus PAKLN

7. Dir. Bina Lemsar, Ditjen Lattas

8. Dir. Pencegahan dan Penyelesaian

Perselisihan HI, Ditjen PHI dan

Jamsostek

9. Dir. Bina Penegakan Hukum,

Ditjen PPK.

10. Dir. Fasilitasi Penempa tan

Transmigrasi, Ditjen P2KT

11. Kasubdit Antar Kerja, Ditjen

Binapenta

Koordinator Bidang

Pengawasan, Monitoring, dan

Evaluasi

: Ses Itjen

Sekretaris Koordinator : Sesditjen PPK

Anggota : 1. Sesditjen Binapenta

2. Kasubdit Pengembangan Program

Pelatihan Ketransmigrasian

3. Kapus Humas

Page 5: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|5

4. Dir. Pengembangan Usaha, Ditjen

P2MKT

5. Dir. Persyaratan Kerja,

Kesejahteraan dan Analisis

Diskriminasi, Ditjen PHI dan

Jamsostek

6. Dir. Penyediaan Tanah

Transmigrasi, Ditjen P2KT

7. Dir. Pengawasan Norma Kerja

Perempuan dan Anak, Ditjen PPK

8. Inspektur II, Itjen

9. Inspektur III, Itjen

10. Inspektur IV, Itjen

11. Dir. Pengembangan Sarana dan

Prasarana Kawasan, Ditjen

P2MKT

12 Kasubdit Sistem Pendanaan dan

Kerjasama Antar Lembaga, Ditjen

Binalattas

Page 6: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|6

A. Latar Belakang

Pembangunan lima tahun mendatang yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap kedua ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang melalui upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penguatan daya saing perekonomian.

Kerangka pembangunan lima tahunan yang saat ini berjalan (tahun 2010-2014)adalah peningkatan kesejahteraan rakyat (prosperity), penguatan demokrasi (democracy), dan penegakan keadilan (justice). Peningkatan kesejahteraan rakyat, merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan melalui pembangunan ekonomi dengan berlandaskan pada keunggulan daya saing, pengelolaan sumberdaya alam, dan peningkatan sumberdaya manusia. Untuk mensejahterakan rakyat, dilakukanmelalui strategi pencapaian sasaran pembangunan yang dikenal dengan quadraple track strategy yaitu pro-job, pro-poor, pro-growth, dan pro-environment.

Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian merupakan bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya. Oleh karena itu, pembangunan dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diarahkan untuk memberikan kontribusi nyata dan terukur dalam rangka peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, dan ketenangan berusaha serta kesejahteraan masyarakat transmigrasi dan mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah yang dilaksanakan melalui berbagai kebijakan.

Pembangunan bidang ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat,

Page 7: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|7

dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur, dan merata, baik materil maupun spiritual.Pembangunan ketenagakerjaan harus diupayakan sedemikian rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.

Pembangunan bidang ketransmigrasian diprioritaskan pada upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam melalui pengintegrasian pembangunan dan pengembangan kawasan perdesaan sebagai hinterland dengan pengembangan kawasan perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi wilayah. Dengan demikian, pembangunan di bidang ketransmigrasian tidak hanya terbatas pada aspek wilayah dan tataruang secara fisik, melainkan juga pada aspek sumberdaya manusia yang pada gilirannya harus mampu memberikan kontribusi secara nyata dan terukur dalam pembangunan perdesaan serta pengembangan ekonomi lokal dan daerah dalam rangka meningkatkan daya saing daerah.

Pada hakekatnya, pembangunan dibidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian berkaitan erat dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), penciptaan kesempatan kerja, pembangunan kawasan, serta pengembangan ekonomi lokal dan daerah. Oleh karena itu, berbagai kebijakan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dijalankan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan dalam rangka meningkatkan daya saing daerah.

Salah satu arah kebijakan pembangunan jangka panjang adalah mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berpihak kepada rakyat. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, yaitu terciptanya good governance dan clean government di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta terlaksananya efektivitas pengawasan kinerja, dan salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, yaitu terwujudnya tenaga kerja dan masyarakat transmigrasi yang produktif, kompetitif, dan sejahtera dengan terciptanya tata kelola organisasi yang efektif, transparan, akuntabel dan bersih dari KKN”

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance) sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, yaitu bersih (clean), berkemampuan (competent), memberikan hasil positif (credibel) dan secara publik dapat dipertanggungjawabkan (accountable).

Page 8: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|8

Kenyataan menunjukkan masih ditemukannya permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi selama ini seperti praktek-praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), tingkat kualitas pelayanan publik yang belum mampu memenuhi harapan masyarakat, tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang belum optimal, tingkat trasparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang masih rendah, serta tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah, sehingga tujuan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat masih belum sepenuhnya dapat diwujudkan.

Bertolak dari kondisi tersebut diatas, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi berupaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu dengan membangun postur dan membentuk aparatur Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, dengan cara melakukan Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Kebijakan reformasi birokrasi secara nasional tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional 2005-2025 yang menyebutkan bahwa “pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya”.

Reformasi Birokrasi merupakan upaya untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik terhadap kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process), dan sumberdaya manusia birokrasi Indonesia untuk mewujudkan birokrasi yang dapat mendukung praktek-praktek penyelenggaran pemerintahan yang demokratis.

Sebagai unsur yang mendinamisasi suatu proses pembangunan, maka dukungan birokrasi yang profesional mutlak diperlukan dalam setiap pembangunan di semua bidang kehidupan tidak terkecuali sektor ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Dalam konteks pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian tentunya yang diharapkan adalah adanya dukungan yang positif dari birokrasi untuk mewujudkan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan transmigranserta masyarakat Indonesia pada umumnya.

Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa fokus reformasi birokrasi secara nasional meliputi aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia. Kondisi awal di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan

Page 9: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|9

Transmigrasi dari ketiga aspek tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelembagaan

Aspek organisasi merupakan bagian yang berperan penting dan menentukan bagi keberhasilan suatu organisasi dalam mewujudkan visi dan misinya.Peran organisasi merupakan kebutuhan krusial yang harus ditata dengan baik. Walaupun Organisasi dan ketatalaksanaan hanya merupakan sarana dan prasarana kerja untukmenghasilkan ”output antara” bagi proses pencapaian visi dan misi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara keseluruhan, akan tetapi tetap diperlukan perhatian dari para birokrat.

Memperhatikan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan masyarakat yang sedemikian besar untuk mewujudkan kesejahteraannya dan memperoleh pelayanan publik yang prima, maka keberadaan unit-unit organisasi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian baik di Pusat maupun di Daerah (UPT) perlu ditata dan dikembangkan sedemikian rupa, dengan sistem kerjaatau tata laksanayangmampu mewujudkan penyelenggaraan administrasi pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang efektif dan efisien gunamengimplementasikan kebijakan dan strategipembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasianyang tepat sasaran.

Dilihat dari jumlah jabatan struktural baik di Pusat maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi relatif cukup besar, yaitu 689 jabatan struktural di Pusat, dan 155 jabatan struktural di tingkat UPT yang tersebar di 24 UPT di seluruh Indonesia.

Adapun rekapitulasi jumlah jabatan struktural ditingkat Pusat, seperti: terlihat pada Tabel 1.1. di bawah ini.

Page 10: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|10

Tabel 1.1.

Rekapitulasi Jumlah Eselon di Lingkungan

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

NO UNIT KERJA ESELON

JUMLAH I II III IV

1 SEKRETARIAT JENDERAL 1

- BIRO-BIRO 5 19 58

- PUSAT-PUSAT 5 12 28

2 INSPEKTORAT JENDERAL 1 5 4 12

3 DITJEN BINALATTAS 1 6 24 56

4 DITJEN BINAPENTA 1 6 23 53

5 DITJEN PPK 1 5 21 48

6 DITJEN PHI DAN JAMSOS KK 1 5 18 42

7 DITJEN P2KT 1 6 24 55

8 DITJEN P2MKT 1 6 24 55

9 BALITFO 1 5 13 32

10 STAF AHLI 5 - - -

JUMLAH 14 54 182 439 689

Sedangkan rekapitulasi jumlah jabatan struktural ditingkat UPT di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, seperti: terlihat pada Tabel 1.2. di bawah ini.

Page 11: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|11

Tabel 1.2.

Rekapitulasi Jumlah Pejabat Struktural di Lingkungan UPTP Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

NO

UNIT KERJA PEMBINA UPT

JMLH UPT

JABATAN STRUKTURAL JMLH

II/a II/b III/a III/b IV/a IV/b V/a

1 SEKRETARIAT JENDERAL

4 1 3 3 9 6 22

2 DITJEN BINALATTAS

18 8 10 24 31 46 119

3 DITJEN BINAPENTA

1 1 3 2 4 10

4 BALITFO 1 1 3 4

JUMLAH 24 10 14 30 45 56 155

Penataan kelembagaan baik di Pusat maupun di UPT, senantiasa mengacu kepada prinsip right sizing atau sesuai dengan beban pekerjaannya serta berbasis kinerja sesuai dengan kebijakan dalam penataan kelembagaan aparatur negara. Disamping itu, dikembangkan pula jabatan fungsional agar penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat dilaksanaan lebih efektif, efisien dan profesional guna memperkuat telaahan dan analisis dalam proses pembuatan kebijakan.

Penataan terhadap organisasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi baik di pusat maupun di UPT, serta organisasi penunjang perlu dilaksanakan untuk memudahkan dalam pembinaan kepada stakeholders(pelaku usaha ketenagakerjaan dan ketransmigrasian) dan menghindari tumpang tindih kewenangan antara unit kerja di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Selain itu pemantapan tugas, fungsi dan struktur organisasi serta tata kerja UPT diarahkan untuk lebih meningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas-tugas operasional Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, melalui pengembangan profesionalitas aparatur, penyempurnaan ketatalaksanaan, dan penataan kelembagaan.

Selain kelembagaan yang bersifat struktural, terdapat pula kelembagaan yang bersifat non-struktural di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, seperti Atase Ketenagakerjaan. Kelembagaan ini melaksanakan tugas spesifik

Page 12: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|12

atau tugas penunjang dari unit struktural yang dikoordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri. Namun demikian agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dengan unit kerja strukturalnya, maka kelembagaan ini perlu dikaji kembali peran, fungsi, dan keberadaannya.

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan kelembagaan aparatur ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang profesional dan tanggap terhadap perubahan lingkungan strategis dan aspirasi masyarakat, antara lain:

a) Dengan memahami bahwa kelembagaan merupakan wadah dari ditetapkannya fungsi dan kewenangan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian sebagai bagian dari sistem pemerintahan umum dalam penyelenggaraan Negara, maka dengan telah ditetapkan UU tentang BPJS, UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional berikut kebijakan dan strategi turunannya yang berjangka waktu lebih pendek, serta berbagai komitmen Pemerintah RI dalam pergaulan internasional sebagai sub-sistem global, menjadikan fungsi dan kewenangan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian membutuhkan penajaman dan penyesuaian, yang berimplikasi pada right-sizing kelembagaan.

b) Penyelenggaraan administrasi pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian memerlukan dukungan aparatur ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang tangguh, baik yang beraspek kelembagaan maupun ketatalaksanaan dan sumberdaya manusianya. Walaupun upaya penataan kelembagaan aparatur ketenagakerjaan dan ketransmigrasian telah dilaksanakan, namun belum sepenuhnya kelembagaan tersebut dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam mendukung pencapaian kinerja. Kendala utama yang dihadapi adalah belum tersusunnya sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan tugas dan fungsi pada sebagian besar unit kerja lingkup Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

c) Kelembagaan UPT belum berjalan dengan efisien, karena tenaga-tenaga profesional yang menangani tugas pokok sampai saat ini, baik kualitas maupun kualitas belum memadai, sehingga kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia aparat ketenagakerjaan dan ketransmigrasian masih perlu ditingkatkan dan atau ditambah dan ditempatkan sesuai dengan keahliannya, baik bagi aparat yang menduduki jabatan struktural maupun yang menduduki jabatan

Page 13: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|13

fungsional, serta harus dibekali dengan pengetahuan manajemen modern dan substansi teknis yang mendukung profesionalitas pekerjaan.

d) Jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Tenaga Kerjadan Transmigrasi perlu lebih ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya melalui upaya pengembangan dan pembinaannnya.

2. Ketatalaksanaan

Ketatalaksanaan merupakan metoda, mekanisme, atau sistem kerja bagi organisasi pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dalam konteks reformasi birokrasi ketatalaksanaan diartikan sebagai business process yang berfungsi menggerakkan roda-roda organisasi dan mengatur hubungan kerja antar-satuan organisasi untuk bersinergi kearah visi dan misi yang diinginkan. Ketatalaksanaan disusun dan diterapkan didasarkan pada kepentingan untuk mencapai nilai-nilai tertentu yang dijunjung tinggi atau diinginkan oleh pimpinan suatu organisasi.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menjelaskan bahwa ketatalaksanaan memiliki beberapa fungsi:

a) Sarana untuk menjamin terjalinnya koordinasi diantara pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan tugas organisasi. Tanpa adanya ketatalaksanaan tersebut, maka setiap orang yang terkait dengan proses pelaksanaan akan melakukan pekerjaannya secara sendiri-sendiri.

b) Sarana standardisasi proses dalam hal ini dimaksudkan agar seluruh rangkaian kegiatan pada setiap satuan organisasi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat direncanakan sesuai dengan aturan-aturan baik secara yuridis ataupun norma-norma lain yang sudah ditetapkan dan atau harus diperhatikan.

c) Sarana pengendalian dalam hal iniketatalaksanaan berfungsi sebagai alat ukur bagi penanggung jawab tugas untuk menentukan apakah pelaksanaan tugas yang dilakukan mengalami kendala atau penyimpangan.

d) Sarana perbaikan dalam hal ini ketatalaksanaan memiliki manfaat bagi seluruh anggota organisasi untuk belajar mengembangkan dan merupakan sarana perbaikan dalam melaksanakan tugas mereka secara terus menerus.

Page 14: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|14

Paradigma baru yang saat ini berkembang, makna ketatalaksanaan diartikan sebagai sarana untuk mendorong penguatan mutu pelayanan, pemberdayaan sumberdaya manusia aparatur, dan peningkatan kinerja organisasi melalui pengembangan manajemen kinerja yang baik.

Dibidang ketatalaksanaan, pada dasarnya penataan dimaksudkan untuk mendinamisasikan serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Oleh karena itu, penataan diarahkan pada penyusunan dan penyempurnaaan sistem, prosedur dan tata kerja, serta tata hubungan kerja semua unit organisasi di lingkup Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Penyempurnaaan prosedur dan tata kerja organisasi pada hakekatnya merupakan transformasi dari tugas, fungsi, dan kebijakan organisasi kedalam kegiatan pelaksanaan. Kelemahan utama yang dihadapi oleh banyak aparatur pemerintah, yaitu masih lemah dan atau belum lengkapnya prosedur dan tata kerja sebagai panduan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

Tata kerja adalah suatu pola atau cara-cara pelaksanaan kerja yang efisien atas sesuatu tugas dengan mempertimbangkan segi-segi tujuan, tenaga kerja, biaya, fasilitas, peralatan, waktu, ruang, dan sebagainya.Tata kerja yang tepat ditujukan terutama untuk menghindari pemborosan dan kemacetan-kemacetan serta menjamin adanya pembagian kerja, pembagian waktu, dan koordinasi yang setepat-tepatnya.

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan ketatalaksanaan yang mampu menjamin efisiensi dan efektivitas pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, antara lain:

a) Kelemahan utama yang dihadapi oleh banyak birokrasi pemerintah selama ini adalah belum ada, tidak lengkap, atau masih lemahnya prosedur dan tata kerja sebagai panduan kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi birokrasi tersebut. Akibatnya apabila terjadi pergantian pimpinan organisasi diperlukan waktu untuk mengapresiasikan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan, dan bahkan bisa terjadi perbedaan persepsi dalam memahami tugas dan fungsi.

b) Pelaksanaan otonomi daerah membawa konsekuensi pembagian urusan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian antara pusat, propinsi, dan kabupaten/kota.

Page 15: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|15

c) Belum tersusunnya sistem dan prosedur bagi penyelengaraan tugas dan fungsi pada sebagian besar unit kerja lingkup KementerianTenaga Kerja dan Transmigrasi.

d) Sistem dan prosedur yang ada belum sepenuhnya dapat diaplikasikan, sehingga sosialisasi perlu dilaksanakan.

e) Dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi wajib memberikan pembinaan teknis atas pelaksanaan urusan-urusan yang telah ditata dan diserahkan ke daerah. Untuk itu, diperlukan adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan atau Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dalam pelaksanaan pembinaan teknis tersebut.

3. Kepegawaian

Pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian memerlukan sumberdaya manusia berkualitas, artinya: Profesional, mampu, dan optimal dalam mengaktualisasikan kemampuan diri untuk mendukung pelaksanaan tugas dalam organisasi dan lapangan pembangunan pada era globalisasi teknologi dan tentunya era tersebut akan menemukan tantangan dan hambatan yang sangat kompleks. Untuk itu sumberdaya manusia perlu disiapkan guna memenuhi kebutuhan organisasi modern yang sarat akan perubahan.

Sumberdaya manusia dipertemukan dalam suatu sistem organisasi yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan, yaitu adanya kebijakan perundang-undangan atau peraturan-peraturan yang ada untuk mengatur manusia. Manusia dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam internal organisasi yang dinamis secara terus menerus. Mengatur dan mendapatkan sumberdaya manusia yang tepat dalam suatu organisasi adalah pekerjaan yang sulit dan sangat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Kelebihan pegawai, kekurangan pegawai, beban kerja yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dalam suatu pekerjaan atau jabatan, dan ketidaksesuaian penempatan pegawai dengan jabatannya akhirnya akan menjadi kelemahan organisasi.

Sumberdaya manusia perlu dikembangkan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan minimal tingkat profesionalitasnya sebagaimana prasyaratan dalam menduduki jabatan.Upaya ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan baik untuk calon pegawai negeri sipil melalui prajabatan serta pendidikan dan latihan dalam jabatan. Disamping itu, adanya sanksi sebagaimana aturan disiplin pegawai dan aturan lainnya dimaksudkan agar sumberdaya manusia dapat lebih konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsi organisasi.

Page 16: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|16

Ketersediaan sumberdaya manusia aparatur yang profesional, berkinerja tinggi, akuntabel, dan sejahtera merupakan tuntutan masyarakat dalam era reformasi ini. Oleh karena itu proses pengelolaan atau manajemen kepegawaian yang profesional, transparan, konsisten, dan berkesinambungan merupakan suatu keniscayaan yang terus menerus perlu dilakukan.

Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan pengelolaan sumberdaya manusia aparatur tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian dan disempurnakan menjadi Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 yang kemudian ditindaklanjuti dengan beberapa peraturan pemerintah dan peraturan lainnya.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menyebutkan bahwa pengertian manajemen pegawai negeri sipil adalah keseluruhan upaya yang terus menerus diusahakan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan,pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan, promosi, penggajian,kesejahteraan, dan pemberhentian.

Jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi berdasarkan golongan ruang per Juni 2010, adalah sebagai berikut:Golongan 1, sebanyak 66 orang; Golongan II, sebanyak 710 orang; Golongan III sebanyak 3.647 orang; Golongan IV sebanyak 663 orang dengan total jumlah pegawai negeri sipil sebanyak 5.086 orang.

Tabel 1.3.

Distribusi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Berdasarkan Golongan Ruang per Juni 2010

NO

UNIT ESELON I

GOLONGAN RUANG

I II III IV JML

1 SEKRETARIAT JENDERAL 35 267 776 121 1.199

2 DITJEN BINALATTAS 25 266 1.121 204 1.616

3 DITJEN BINAPENTA 2 30 324 56 412

4 DITJEN PHI DAN JAMSOS KK 0 21 162 31 214

5 DITJEN PPK 0 14 180 33 227

6 DITJEN P2KT 2 28 374 57 461

7 DITJEN P2MKT 1 37 369 54 461

8 INSPEKTORAT JENDERAL 0 21 117 50 188

9 BALITFO 1 26 224 54 305

10 STAF AHLI MENTERI 3 3

JUMLAH 66 710 3.647 663 5.086

Page 17: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|17

Keragaman sumberdaya manusia aparatur ketenagakerjaan dan

ketransmigrasian berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai

berikut: S3 sebanyak 12 orang; S2 sebanyak 627 orang; S1 sebanyak

2.335 orang; D-I/D-III sebanyak 472 orang; SLTA sebanyak 1.379

orang; SLTP sebanyak 116 orang; dan SD sebanyak 145 orang. Data

selengkapnya keadaan pegawai Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi menurut tingkat pendidikan adalah sebagaimana

tercantum dalam Tabel 1.5.di bawah ini.

Tabel 1.4.

Keadaan Pegawai Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Menurut Tingkat Pendidikan Periode Mei 2010

NO UNIT KERJA

PENDIDIKAN

JMLH S-3 S-2 S-1

D-I / D-III

SLTA SLTP SD

1 SEKRETARIAT JENDERAL 2 113 431 101 427 57 68 1.199 2 DITJEN BINALATTAS 3 178 830 253 299 23 30 1.616 3 DITJEN BINAPENTA 63 247 22 64 5 11 412 4 DITJEN PHI DAN JAMSOS KK 33 128 13 36 2 2 214 5 DITJEN PPK 38 141 9 37 1 1 227 6 DITJEN P2KT 62 140 22 219 12 6 461 7 DITJEN P2MKT 3 59 186 22 166 9 16 461 8 INSPEKTORAT JENDERAL 2 23 105 17 34 2 5 188 9 BALITFO 1 56 127 13 97 5 6 305

10 STAF AHLI 1 2 3 JUMLAH 12 627 2.335 472 1.379 116 145 5.086

Secara umum permasalahan yang muncul dalam manajemen kepegawaian diseluruh instansi, termasuk di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebagai berikut:

a) Penyusunan formasi belum sepenuhnya didasarkan atas analisis beban kerja untuk memperoleh kebutuhan riil organisasi. Pada umumnya unit pengelola kepegawaian hanya meminta data kebutuhan pegawai, sehingga belum teridentifikasi berapa kebutuhan riil pegawai baik dilihat dari kualitas maupun kuantitasnya.

b) Proses pengisian formasi yang lowong belum sepenuhnya berdasarkan kebutuhan riil organisasi, terutama menyangkut jumlah dan kualifikasi pendidikan. Selain itu dalam proses pengadaan, belum sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip obyektivitas, transparansi, tidak diskriminatif, bebas KKN, dan akuntabilitas serta tidak dipungut biaya.

c) Pendidikan dan pelatihan SDM Aparatur belum berbasis kompetensi. Selama ini pelatihan yang dilakukan hanya

Page 18: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|18

untuk memenuhi prosedur dan program kerja, sehingga pelatihan hanya menghasilkan peserta pelatihan yang berfokus pada pengetahuan dan keterampilan saja.

d) Pengangkatan dalam jabatan, promosi, dan mutasi belum sepenuhnya berdasarkan kompetensi dan kinerja. Pelaksanaan pengangkatan dalam jabatan dan promosi tidak memiliki pola yang jelas.

e) Implementasi penilaian kinerja dan kompetensi individu (pegawai) belum dapat menjamin obyektivitas dalam mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat. Penilaian prestasi kerja selama ini belum memiliki indikator yang jelas.

f) Penegakan disiplin belum dilaksanakan secara konsisten.

g) Kesejahteraan yang meliputi gaji, tunjangan, pensiun, tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan, dan asuransi pendidikan belum memberikan manfaat yang optimal.

h) Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian belum sepenuhnya mampu mendukung proses pengambilan keputusan untuk mendukung pengembangan SDM Aparatur yang berbasis kompetensi dan kinerja.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi berencana akan melakukan beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

- Menata ulang kembali kelembagaan agar menjadi organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

- Menata kembali sistem, proses dan prosedur kerja agar menjadi jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

- Menata kembali regulasi agar menjadi lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif.

- Membentuk SDM yang ada agar menjadi berintegritas, kompeten, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera.

Page 19: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|19

B. Tujuan

Tujuan reformasi birokrasi di seluruh Kementerian/Lembaga dibagi kedalam tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Membangun/membentuk profil dan perilaku aparatur negara yang memiliki:

a) Integritas Tinggi

yaitu perilaku aparatur negara yang dalam bekerja senantiasa menjaga sikap profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas (kejujuran, kesetiaan, komitmen) serta menjaga keutuhan pribadi.

b) Produktivitas Tinggi dan Bertanggungjawab

yaitu hasil optimal yang dicapai oleh aparatur negara dari serangkaian program kegiatan yang inovatif, efektif dan efisien dalam mengelola sumber daya yang ada serta ditunjang oleh dedikasi dan etos kerja yang tinggi.

c) Kemampuan dalam Memberikan Pelayanan Prima

yaitu kepuasan yang dirasakan oleh publik sebagai dampak dari hasil kerja birokrasi yang profesional, berdedikasi dan memiliki standar nilai moral yang tinggi dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, utamanya dalam memberikan pelayanan yang prima kepada publik dengan sepenuh hati dan rasa tanggungjawab.

d) Birokrasi yang bersih

adalah birokrasi yang sistem dan aparaturnya bekerja atas dasar aturan dan koridor nilai-nilai yang dapat mencegah timbulnya berbagai tindak penyimpangan dan perbuatan tercela (mal-administrasi) seperti korupsi, kulosi dan nepotisme.

e) Birokrasi yan Efisien, Efektif dan Produktif

adalah birokrasi yang mampu memberikan dampak kerja positif (manfaat) kepada masyarakat dan mampu menjalankan tugas dengan tepat, cermat, berdaya guna dan tepat guna (hemat waktu, tenaga, dan biaya). Selain itu, birokrasi yang memiliki kinerja maksimum untuk mengelola kekuatan dan peluang yang ada serta meminimalisasi kelemahan dan ancaman demi mencapai hasil yang optimal.

Page 20: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|20

f) Birokrasi yang Transparan

adalah birokrasi yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara. Inti dari transparansi disini adalah sebuah kejujuran dalam pengelolaan birokrasi utamanya yang menyangkut hajat hidup masyarakat banyak.

g) Birokrasi yang Melayani Masyarakat

adalah birokrasi yang tidak minta dilayani masyarakat (pangreh praja), tetapi birokrasi yang memberikan pelayanan prima kepada publik (pamong praja).

h) Birokrasi yang Akuntabel

adalah birokrasi yang bertanggungjawab atas setiap proses dan kinerja atau hasil akhir dari program maupun kegiatan, sebagai wujud dari pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan secara periodik melalui media pertanggungjawaban yang telah ditetapkan kepada negara dan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari reformasi birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi diuraikan sebagai berikut

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada Tahun 2014

1 Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing)

2 Tatalaksana Sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

3 Peraturan Perundang-undangan

Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif.

4 Sumber daya Manusia Aparatur

SDM yang berintegritas, kompeten, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera.

Page 21: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|21

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada Tahun 2014

5 Pengawasan Peningkatan ketaatan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

6 Akuntabilitas Peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja dan manajemen kinerja organisasi berdasarkan indikator kinerja utama yang jelas.

7 Pelayanan Publik

Peningkatan Pelayanan publik pada setiap unit kerja berdasarkan standar yang telah dibakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

8 Pola Pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur

Birokrasi dengan integritas dan kinerja tinggi

C. Sasaran Secara umum, sasaran reformasi birokrasi adalah mengubah:

1. pola pikir (mind set);

2. budaya kerja (culture set); dan

3. manajemen pemerintahan.

Secara khusus, area sasaran reformasi birokrasi mencakup hal-hal berikut ini:

Page 22: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|22

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada

Tahun 2014

Sasaran per Tahun

2012 2013 2014

1 Organisasi Organisasi Kemenakertrans yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

Persentase unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi/evaluasi atau audit organisasi

Persentase unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi/evaluasi atau audit organisasi

Persentase unit kerja yang sudah melaksanakan penajaman tugas dan fungsi/evaluasi atau audit organisasi

2 Tatalaksana Sistem, proses dan prosedur kerja Kemenakertrans yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Persentase penerapan SOP sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Persentase penerapan SOP sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

Persentase penerapan SOP sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

3 Peraturan Perundang-undangan

Regulasi Kemenakertrans yang tertib dan lengkap.

Persentase Terindentifikasinya: -undang-undang, -peraturan pemerintah, -perpres

-permen

Persentase Terindentifikasinya: -undang-undang, -peraturan pemerintah, -perpres

-permen

Persentase Terindentifikasinya: -undang-undang, -peraturan pemerintah, -perpres

-permen

Page 23: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|23

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada

Tahun 2014

Sasaran per Tahun

2012 2013 2014

4 Sumber daya Manusia Aparatur

SDM Kemenakertrans yang berintegritas, kompeten, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera.

1. Persentase jumlah pegawai hasil rekrutmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi

2. Jumlah dokumen standar kompetensi jabatan

3. Jumlahpejabat struktural yang memiliki kompetensi sesuai dengan tugas dan fungsi suatu unit kerja

4. Jumlah indikator kinerja individu yang terukur

5. Database pegawai yang mutakhir dan akurat

1. Persentase jumlah pegawai hasil rekrutmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi

2. Jumlah dokumen standar kompetensi jabatan

3. Jumlahpejabat struktural yang memiliki kompetensi sesuai dengan tugas dan fungsi suatu unit kerja

4. Jumlah indikator kinerja individu yang terukur

5. Database pegawai yang mutakhir dan akurat

1. Persentase jumlah pegawai hasil rekrutmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi

2. Jumlah dokumen standar kompetensi jabatan

3. Jumlahpejabat struktural yang memiliki kompetensi sesuai dengan tugas dan fungsi suatu unit kerja

4. Jumlah indikator kinerja individu yang terukur

Page 24: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|24

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada

Tahun 2014

Sasaran per Tahun

2012 2013 2014

5. Database pegawai yang mutakhir dan akurat

5 Pengawasan Peningkatan ketaatan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1. Persentase penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

2. Persentase kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

1. Persentase penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

2. Persentase kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

1. Persentase penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

2. Persentase kualitas dan kuantitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

6 Akuntabilitas Peningkatan kualitas akuntabilitas kinerja dan manajemen kinerja organisasi berdasarkan indikator kinerja utama yang jelas.

1. Persentasepeningkatan penerapan kualitas sistem penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)

1. Persentase peningkatan penerapan kualitas sistem penilaian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)

1. Persentase peningkatan penerapan kualitas sistem penilaian akuntabilitas kinerja instansi

Page 25: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|25

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada

Tahun 2014

Sasaran per Tahun

2012 2013 2014

2. Jumlah indikator kinerja utama (IKU) yang berorientasi outcome

2. Jumlah indikator kinerja utama (IKU) yang berorientasi outcome

pemerintah (SAKIP)

2. Jumlah indikator kinerja utama (IKU) yang berorientasi outcome

7 Pelayanan Publik

Peningkatan Pelayanan publik pada setiap unit kerja berdasarkan standar yang telah dibakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

1. Persentase penerapan SPM Bidang Ketenagakerjaan pada Provinsi/Kabupaten/Kota

2. Persentase peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

1. Persentase penerapan SPM Bidang Ketenagakerjaan pada Provinsi/Kabupaten/Kota

2. Persentase peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

1. Persentase penerapan SPM Bidang Ketenagakerjaan pada Provinsi/Kabupaten/Kota

2. Persentase peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik

8 Pola Pikir (mind set) dan Budaya kerja

Birokrasi dengan integritas dan kinerja

Persentase jumlah sosialisasi dan internalisasi

Persentase jumlah sosialisasi dan internalisasi

Persentase jumlah sosialisasi dan internalisasi

Page 26: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|26

No Area

Perubahan Tujuan Khusus Pada

Tahun 2014

Sasaran per Tahun

2012 2013 2014

(culture set) Aparatur

tinggi. manajemen perubahan dan budaya kerja yang dilakukan di lingkungan Kementerian

manajemen perubahan dan budaya kerja yang dilakukan di lingkungan Kementerian

manajemen perubahan dan budaya kerja yang dilakukan di lingkungan Kementerian

Page 27: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|27

D. Prioritas dan Agenda/Waktu

Dengan memperhatikan isu dan permasalahan pembangunan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang berkembang saat ini dan pelaksanaan RPJMN 2010-2014, prioritas proses reformasi birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi difokuskan pada program-program sebagai berikut:

1. Program Manajemen Perubahan

a. Pembentukan Tim Manajemen Perubahan

Untuk merumuskan rencana manajemen perubahan yang efektif, perlu didukung dengan tim yang solid, dan strategi pencapaian yang efektif serta penetapan ukuran-ukuran keberhasilan dapat mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan manajemen perubahan. Untuk itu dalam rangka perumusan rencana manajemen perubahan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pembentukan Tim Manajemen Perubahan

2) Asesmen kesiapan, stakeholder, kemampuan dan organisasi

3) Perumusan strategi perubahan

4) Perumusan strategi Komunikasi

5) Penyusunan ukuran keberhasilan

b. Penyusunan Strategi Manajemen Perubahan dan Strategi Komunikasi

Sebagai tindak lanjut perumusan

1) Pengintegrasian strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi dengan program reformasi birokrasi

2) Mengimplementasikan manajemen Perubahan

3) Membuat rencana pelatihan dan mengimplementasikan

4) Mengelola resistensi/penolakan

5) Mengukur tingkat keberhasilan

c. Sosialisasi dan Internalisasi Manajemen Perubahan

1) Mengumpulkan umpan balik dan analisa

2) Melaksanakan tindak perbaikan

Page 28: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|28

3) Memberikan pengharagaan atas keberhasilan

4) Mengukur tingkat keberhasilan

2. Program Penataan dan Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan

Penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan

a. Pemetaan terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian.

Level peraturan perundang-undangan yang dipetakan meliputi : Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang; Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden dan Peraturan Menteri serta Keputusan Menteri.

b. Kajian Terfokus

Kajian terfokus ini diarahkan untuk meninjau ulang substansi atau muatan dari keseluruhan peraturan perundang-undangan terkait yang ada. Kajian yang dilakukan diantaranya untuk me-review apakah peraturan perundang-udangan yang ada tersebut telah berjalan secara efektif, harmonis serta tidak tumpang tindih satu sama lainnya.

c. Penyusunan Regulasi dan Deregulasi

Sebagai tindak lanjut hasil kajian atas subtansi dan muatan peraturan perundang-undangan yang berjalan tidak harmonis. Sebagai upaya harmonisasi perundang-undangan agar jalan efektif diperlukan kegiatan penyusunan deregulasi.

3. Program Penataan Dan Penguatan Organisasi

Pada Program Penataan dan Penguatan Organisasi, mencakup 3 (tiga) kegiatan mendasar, yaitu Restrukturisasi dan Penguatan Organisasi, Penguatan Unit Kerja Organisasi, dan Penguatan Sarana dan Prasarana

a. Restrukturisasi dan Penguatan Organisasi

Visi, misi dan strategi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra). Selama ini Renstra yang telah disusun berdasarkan kebutuhan visi, misi dan strategi sehingga cukup implementatif dan cukup mampu menterjemahkan sampai dengan unit pelaksana.

Page 29: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|29

b. Penguatan Unit Kerja Organisasi

Kegiatan kedua dalam kerangka restrukturisasi organisasi, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melakukan penguatan organisasi melalui pengembangan fungsi kelembagaan instansi di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar dapat berperan secara lebih efisien, efektif, dan produktif, dengan struktur yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

Termasuk dalam upaya ini adalah:

1) melakukan kajian tentang kinerja organisasi saat ini, sebagai dasar peningkatan kinerja yang akan datang;

2) mendesain postur birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui cetak biru reformasi birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

c. Penguatan Unit Kerja Kediklatan

Selama ini dilakukan oleh masing-masing satuan kerja. Kemudian berdasarkan struktur yang baru manajemen kediklatan dilakukan oleh Bagian Kepegawaian dan Pengembangan SDM, Biro Umum. Secara spesifik dan ekplisit nomenklatur pengembangan SDM menjadi bagian dari Bagian Kepegawaian dan Pengembangan SDM. Pada pelaksanaannya pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan belum memberikan kontribusi yang optimal pada peningkatan kinerja pegawai.

Oleh sebab itu, kegiatan ketiga dalam restrukturisasi oraganisasi, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Penguatan Unit Kediklatan. Melalui penguatan ini diharapkan manajemen kediklatan menjadi lebih baik. Kegiatan yang dilakukan antara lain perencanaan dan penyusunan profil kediklatan yang mencakup penyempurnaan dalam struktur organisasi kediklatan, kelengkapan, tugas dan fungsi, kebutuhan sumber daya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana sangat diperlukan dan mutlak dilakukan untuk pengembangan sumber daya manusia Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

4. Program Penataan Tata Laksana

Dalam rangka Program Penataan Tata Laksana, diprioritaskan 2 (dua) kegiatan mendasar, yaitu penataan bussiness process organisasi melalui penyediaan Standar Operasional Prosedur (SOP), dan pengembangan atau pembangunan e-government.

Page 30: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|30

a. Penyusunan Tatalaksana (Business Process) Yang Menghasilkan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Penataan tatalaksana business process (penyelenggaraan tugas dan fungsi), diselenggarakan dalam rangka penerapan kebijakan anggaran berbasis kinerja.

Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan penyediaan dan penyusunan SOP, terutama SOP yang trkait dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

b. Pembangunan atau Pengembangan e-Government

Pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) dan komunikasi menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian informasi, jangkauan yang global dan tranparansi. Oleh karena itu untuk mewujudkan pemerintahan yang good governance salah satu upayanya adalah perlu mengupayakan elektronisasi administrasi pemerintahan (e-government).

Elektronisasi administrasi kepemerintahan merupakan salah satu unsur penting dalam Reformasi Birokrasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, khususnya dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tugas dan fungsi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

5. Program Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur

Dalam program penataan SDM aparatur di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ada beberapa kegiatan yang prlu diprioritaskan untuk dilakukan, yaitu penataan sistem rekrutmen pegawai, analisa jabatan, evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi, asesmen individu berdasarkan kompetensi, penerapan sistem penilaian kinerja individu, pembangunan/pengembangan databae pegawai, serta pengembangan pendidikan pelatihan pegawai yang berbasis kompetensi.

a. Penataan Sistem Rekrutmen Pegawai.

Penataan Sistem Rekrutmen atau Pengadaan Pegawai bertujuan agar:

1. Penerimaan CPNS selalu didasari pada payung hukum yang kuat.

2. Pelaksanaan penerimaan CPNS di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasisesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mempunyai prinsip transparan, akuntabel,

Page 31: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|31

berbasis kompetensi, dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Mekanisme penerimaan CPNS di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasidapat dikembangkan melalui e-kepegawaian, sebagai salah satu dari e-gov, sesuai dengan tuntutan Reformasi Birokrasi.

4. CPNS yang terjaring dalam proses penerimaan benar-benar warga masyarakat terpilih yang memiliki kesadaran dan komitmen untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi .

b. Analisis Jabatan

Hasil suatu analisa jabatan adalah gambaran yang spesifik mengenai uraian pekerjaan serta standar kompetensi yang harus dimiliki dalam suatu jabatan.Analisis jabatan dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mendapatkan rumusan dan informasi jabatan di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2. Memperjelas posisi jabatan staf/pelaksana

3. Meningkatkan efektivitas pendidikan dan pelatihan PNS agar sesuai dengan kebutuhan kompetensi jabatan

4. Memperjelas arah Program dan Pola pengembangan karier PNS

5. Meningkatkan efisiensi perencanaan kebutuhan SDM di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi diwaktu yang akan datang

c. Evaluasi Jabatan

Dalam rangka mengetahui nilai dan kedudukan masing-masing jabatan maka dilakukan suatu evaluasi jabatan.Evaluasi jabatan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tingkat klasifikasi dan harga jabatan yang ada di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Page 32: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|32

d. Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan

Standar kompetensi dari setiap jabatan perlu dirumuskan dan ditetapkan. Tujuannya adalah:

1. Agar tersedia Kamus Kompetensi yang jelas mengenai semua jabatan di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

2. Agar tersedia standar kompetensi semua jabatan di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mempunyai dasar payung hukum yang kuat.

3. Agar pelaksanaan tugas dan tanggungjawab semua posisi jabatan dalam organisasi dapat berjalan efisiensi dan efektif karena ditempati oleh pemangku jabatan yang tepat.

4. Agar tercipta optimalisasi kinerja organisasi.

e. Assesmen Individu Berdasarkan Kompetensi,

Kompetensi adalah karakteristik yang menentukan seseorang sehingga memungkinkan seseorang untuk menunjukkan kinerja terbaiknya pada pekerjaan, peranan atau situasi yang dihadapi.

Tujuan adanya asesmen individu berdasarkan kompetensi adalah

1. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengangkatan jabatan

2. Sebagai bahan rujukan bagi pengembangan keahlian PNS

3. Sebagai bahan rujukan bagi pengembangan kebutuhan pendidikan dan pelatihan

4. Sebagai bahan mengidentifikasi kader-kader pemimpin (talent pool)

f. Penerapan Sistem Penilaian Kinerja Individu,

Tujuan dari kegiatan Penerapan sistem penilaian kinerja individu adalah:

1. Untuk penilaian prestasi kerja PNS sebagai dasar pertimbangan dalam kebijakan perencanaan kuantitas dan kualitas SDM PNS, serta kegitan perencanaan pekerjaan PNS.

2. Untuk penilaian prestasi kerja PNS dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam proses rekrutmen, seleksi dan penempatan PNS dalam jabatan, sesuai dengan kompetensi dan prestasinya.

3. Untuk penilaian prestasi kerja PNS dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan pengembangan karier dan pengembangan kemampuan serta ketrampilan PNS yang berkaitan dengan pola karier dan program diklat organisasi

Page 33: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|33

g. Pembangunan/Pengembangan Database Pegawai,

Tujuan dari kegiatan Pembangunan/Pengembangan database pegawai adalah:

1. Untuk menyediakan data individu semua pegawai secara lengkap melalui Sistem Aplikasi Pegawai (SIMPEG)

2. Untuk memudahkan proses pendokumentasian data kepegawaian

3. Untuk memudahkan kegiatan analisis kepegawaian

4. Untuk mendukung pembangunan Sistem kepegawaian online dengan unit terkait (BKN, Menpan & RB)

h. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Berbasis Kompetensi

Tujuan dari kegiatan Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi adalah:

1. Untuk meningkatkan kualitas setiap jenis pendidikan dan pelatihan pegawai berdasarkan hasil assessmen center dan memenuhi standar kompetensi jabatan.

2. Sebagai salah satu bahan rujukan untuk menyusun dokumen perencanaan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi.

3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk menyusun dokumen inventarisasi pegawai yang sudah memenuhi standar kompetensi

4. Untuk mengetahui jenis pendidikan dan pelatihan yang menjadi kebutuhan setiap pegawai

5. Untuk pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan yang akurat sesuai kebutuhan setiap pegawai di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Page 34: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|34

6. Program Penguatan Pengawasan

Pada program penguatan pengawasan meliputi 2 (dua) kegiatan yaitu Penerapan system pengendalian intern pemerintah (SPIP) untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi, dan Peningkatan peran aparat pengawasan intern pemerintah sebagai quality anssurance dan consulting dalam rangka peningkatan kualitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara.

a. Penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)

Secara umum, sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) diterapkan untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan fungsi.

Tujuan penerapan SPIP di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah: memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

b. Peningkatan peran aparat pengawasan intern pemerintah sebagai quality anssurance dan consulting

Secara umum, peran aparat pengawasan intern pemerintah sebagai quality anssurance dan consulting dilakukan rangka peningkatan kualitas pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara.

Pengawasan Intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu instansi pemerintah. Inspektorat selaku Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan untuk mewujudkan pencapaian sasaran dan tujuan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan prioritas sasaran-sasaran Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan dan Penetapan Kinerja.

7. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Program penguatan Akuntabilitsa Kinerja, meliputi beberapa kegiatan yaitu penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi, dan penyusunan Indikatir Kinerja Utama (IKU).

a. Penguatan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Page 35: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|35

b. Pengembangan Sistem Manajemen Kinerja Organisasi

Tujuan Pengembangan manajemen kinerja organisasi adalah untuk menerapkan berbagai prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya dan pencapaian hasil-hasil organisasi pemerintah. Melalui kegiatan:

1. Menilai kinerja organisasi pemerintah secara komprehensif yang mencakup dimensi proses dan dimensi hasil. Dimensi proses meliputi penerapan berbagai aspek pengelolaan sumber daya organisasi dalam rangka mencapai hasil, dan dimensi hasil yang merupakan pencapaian target-target hasil (outcome) organisasi;

2. memberikan saran perbaikan/pembaharuan berkelanjutan (continuing improvement) terhadap berbagai aspek kinerja organisasi pemerintah yang masih lemah untuk mewujudkan organisasi pemerintah yang berorientasi pada hasil/outcome (result oriented government) yang efektif dan efisien.

c. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU)

IKU adalah kebijakan pengukuran dan peningkatan kinerja serta akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berdasarkan PermenPAN No.PER/09/M.PAN/5/2007 Tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintahyang diberlakukan pada tanggal 31 Mei 2007. Tujuan penetapan IKU bagi Instansi Pemerintah adalah:

1) Menyediakan informasi kinerja dan

2) Menyediakan ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.

Dengan kebijakan ini maka setiap instansi permerintah wajib menetapkan IKU di lingkungannya.

8. Program Peningkatan Pelayanan Publik

Program peningkatan pelayanan publik mengacu pada UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Program ini meliputi beberapa kegiatan yaitu penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing K/L dan Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

a. Penerapan Standar Pelayanan pada Unit Kerja Masing-masing

Pengelolaan Pelayanan Publik dapat difahami sebagai segala kegiatan dalam rangka peningkatan kinerja dalam pemenuhan

Page 36: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|36

kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

b. Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi dan pemberian penghargaan.

9. Monitoring dan Evaluasi

Program Monitoring dan Evaluasi, meliputi beberapa kegiatan yaitu monitoring, evaluasi tahunan, dan evaluasi menyeluruh.

a. Monitoring

Monitoring dilakukan untuk memastikan semua kegiatan berjalan reformasi birokrasi berjalan dengan lancar dan dicatat dengan baik. Hasil monitoring berupa serangkaian data yang digunakan sebagai dasar evaluasi apakah aktivitas sesuai dengan rencana, apakah aktivitas menuntut perbaikan dan pengembangan ke depan.

b. Evaluasi Tahunan dan menyeluruh

Kegiatan evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara rencana program dan kegiatan yang ditetapkan dengan melihat tolok ukur baik input, output, outcome, benefit dan impact dengan factor-faktor ekternal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

c. Pelaporan

Penyusunan laporan perkembangan pelaksanaan Reformasi Birokrasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat perkembangan pelaksanaan Kebijakan Reformasi Birokrasi bertitik tolak pada rencana yang telah ditetapkan dalam rencana kerja. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui dan menginformasikan tingkat kinerja Program Reformasi Birokrasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara internal dan secara ekternal kepada Instansi yang berwenang dengan Program Reformasi Birokrasi.

10. Program Percepatan (Quick Wins)

Berkaitan dengan program percepatan (quick wins) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan 5 (lima) program percepatan, yaitu:

Page 37: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|37

1. Pelayanan Terhadap Penggunaaan TKA yang Mudah, Cepat dan Tepat;

2. Pelayanan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, serta;

3. Pelayanan Informasi Pelatihan, Sertifikasi dan Penempatan bagi Para Pemangku Kepentingan.

Waktu pelaksanaan reformasi birokrasi secara komprehensif dan intensif, mencakup tahap persiapan hingga tahap penyempurnaan atau perbaikan sistem berdasarkan hasil evaluasi, adalah tahun 2011 hingga tahun 2014, yang secara umum mengacu pada ketiga tahapan sesuai dengan pedoman reformasi birokrasi, Secara garis besar waktu pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi diatur sebagai berikut:

1. Tahap Pembangunan Sistem (2011- 2012)

Tahap ini merupakan tahap untuk membangun suatu sistem yang akan menjadi acuan atau pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan. Tahap ini sebagian besar dilaksanakan mulai tahun 2010 sampai dengan 2011.

2. Tahap Implementasi (2012– 2013)

Tahap ini merupakan penyebarluasan atau mensosialisasikan sistem yang telah dibangun, dibenahi atau disempurnakan pada tahun 2010 atau tahun sebelumnya. Sehingga diharapkan pegawai dan stakeholders, memahami sistem yang baru dibangun, dan mempunyai persepsi yang sama ketika melaksanakannya dengan landasan komitmen dan keinginan untuk berpartisipasi dari seluruh pegawai dan stakeholders.

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi (2014)

Tahap ini adalah tahap untuk mengukur dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi, khususnya dampak terhadap kinerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, kinerja pegawai, akuntabilitas pengelolaan kegiatan. Tahap ini direncanakan akan dilakukan pada tahun 2014. Namun apabila terdapat kegiatan yang dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang ditentukan, maka tahap pengukuran dampak/perubahan yang terjadi waktunya dapat disesuaikan.

Masing-masing tahapan tersebut di atas, juga dilakukan ketika membuat rencana kerja rinci dari masing-masing program dan kegiatan

Page 38: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|38

sebagaimana ditetapkan dalam pedoman reformasi birokrasi. Rencana kerja rinci tersebut diuraikan dalam dokumen Roadmap.

E. Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana, dalam hal ini disebut dengan Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yang dikuatkan melalui Surat Keputusan Menteri. Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri atas:

I. Tim Pengarah

Tim pengarah terdiri dari para pejabat eselon I dan diketuai oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

II. Tim Pelaksana

Tim pelaksana diketuai oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan dibantu bidang-bidang yang terdiri dari:

1) Bidang Manajemen Perubahan

2) Bidang Penataan Peraturan Perundang-undangan, Organisasi dan Tata Laksana, dan Sistem Manajemen SDM Aparatur

3) Bidang Peningkatan Akuntabilitas Kinerja dan Pelayanan Publik

4) Bidang Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi

Adapun mekanisme tugas dan fungsi dari masing-masing tim adalah sebagai berikut:

Tim Pengarah memiliki tugas:

1. Merumuskan grand design reformasi birokrasi;

2. Memberikan masukan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

3. Melakukan koordinasi dengan unit atau satuan kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasidalam melaksanakan program reformasi birokrasi;

4. Melakukan konsultasi dengan Tim Kerja Reformasi Nasional;

5. Melakukan sosialisasi dan internalisasi kepada aparat dan pihak-pihak yang berkompeten;

Page 39: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|39

6. Melakukan pemantauan dan evaluasi dan memberikan laporan pelaksanaan secara berkala kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasidan Tim Kerja Nasional Reformasi Birokrasi.

Tim Pelaksana memiliki tugas:

1. Menyusun rencana dan program pelaksanaan reformasi;

2. Melaksanakan konsultasi dengan Tim Teknis Reformasi Birokrasi Nasional;

3. Mengusulkan kepada Tim Pengarah tentang program dan kegiatan reformasi birokrasi;

4. Melaksanakan penyusunan konsep reformasi;

5. Melaporkan hasil kerjanya kepada Tim Pengarah.

Bidang Manajemen Perubahan

1. Menyusun Dokumen Strategi Manajemen Perubahan.

2. Menyusun Dokumen Rencana Aksi Manajemen Perubahan.

3. Sosialisasi dan Internalisasi Manajemen Perubahan

Bidang Penataan Peraturan Perundang-undangan, Organisasi dan Tata Laksana, dan Sistem Manajemen SDM Aparatur

a)Penataan Peraturan Perundang-undangan

1. Menyusun Pemetaan regulasi dan deregulasi.

2. Menyusun dokumen rencana penyusunan regulasi dan deregulasi.

3. Menyusun regulasi dan deregulasi

4. Sosialisasi dan internalisasi hasil penyusunan regulasi dan deregulasi.

b)Penataan dan Penguatan Organisasi

1. Melakukan kajian struktur organisasi, tugas dan fungsi unit kerja.

2. Penguatan unit kerja organisasi dan tatalaksana.

3. Penguatan unit kerja organisasi kepegawaian.

4. Penguatan unit kerja kediklatan.

5. Perbaikan sarana dan prasarana.

Page 40: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|40

c)Penataan Tata Laksana

1. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) penyelenggaraan tugas dan Fungsi.

2. Pembangunan atau pengembangan e-government.

d) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

1. Penataan sistem rekrutmen pegawai

2. Analisis jabatan

3. Evaluasi jabatan

4. Penyusunan standar kompetensi jabatan

5. Asesmen individu berdasarkan kompetensi

6. Penerapan sistem penilaian kinerja individu

7. Pembangunan/Pengembangan database pegawai

8. Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi

Bidang Peningkatan Akuntabilitas Kinerja dan Pelayanan Publik

a) Peningkatan Akuntabilitas Kinerja

1. Penguatan akuntabilitas kinerja

2. Pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi

3. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian, Unit Eselon I, dan Unit Eselon II Mandiri

b) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 1. Penerapan standar pelayanan pada unit kerja.

2. Mendorong Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Bidang Pengawasan, Moniotring dan Evaluasi

a) Penguatan Pengawasan

1. Menyusun dokumen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

2. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Page 41: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|41

3. Peningkatan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality Assurance dan Consulting

b) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 1. Menyusun Dokumen Strategi Monitoring dan Evaluasi

2. Menkoordinasikan pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

3. Sosialisasi dan internalisasi program Monitoring dan Evaluasi

4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program setiap Kelompok Kerja Reformasi Birokrasi

F. Anggaran

Anggaran untuk menunjang kegiatan reformasi birokrasi sejak mulai tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi bersumber dari APBN Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang terdistribusi di masing-masing Unit Kerja Eselon I dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Perkiraan anggaran yang akan dikeluarkan sejak tahap pembangunan/pembenahan sistem, tahap sosialisasi, dan implementasi, sampai dengan tahap pengukuran dampak perubahan diperkirakan sebesar kurang-lebih Rp. 58.000.000.000,00 (lima puluh delapan milyar rupiah).

G. Rencana Kerja

Rencana kerja Reformasi Birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasiuntuk setiap program dan kegiatan disusun melalui tiga tahapan kegiatan yang merupakan satu kesatuan yang utuh, yakni tahap pembangunan/pembenahan sistem, tahap sosialisasi dan implementasi, dan tahap mengukur dampak perubahan yang terjadi. Secara keseluruhan diharapkan rencana kerja reformasi birokrasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini khususnya tahap pembangunan/pembenahan sistem dan tahap sosialisasi dan implementasi dapat diselesaikan pada tahun 2014. Adapun penjelasan masing-masing tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Tahap Pembangunan Sistem (2011-2012)

Tahap ini merupakan tahap untuk merancang suatu sistem manajemen yang akan diterapkan pada waktu tertentu, yang proses

Page 42: Usulan RB Nakertrans

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN USULAN REFORMASI BIROKRASI Halaman|42

kegiatannya diawali dengan proses evaluasi dari sistem yang lama sampai dengan menyusun sebuah rancangan sistem yang baru.

2. Tahap Implementasi (2012-2013)

Tahap ini merupakan tahap untuk mensosialisasikan sistem yang baru disempurnakan atau baru disusun kepada seluruh jajaran Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan stakeholders. Setelah diketahui dan dipahami, kemudian diterapkan.

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi (2014)

Tahap ini untuk mengukur dampak dari pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi.

Rencana tindak lanjut dari masing-masing program dan kegiatan secara rinci diuraikan dalam dokumen Roadmap Reformasi Birokrasi Kementeriann Tenaga Kerja dan Transmigrasi.