usulan penelitian

31
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi kedelai di Indonesia masih rendah sedangkan laju peningkatan produksinya belum dapat mengimbagi laju peningkatan kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai pemerintah mengimpor kedelai tiap tahun kurang lebih 700.000 ton. Upaya mencapai swasembada kedelai dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi diperkirakan membutuhkan areal tambahan 2juta ha, tetapi bila luas areal tetap maka dibutuhkan produktifitas 2 ton/ha (Solahudin, 1999; Sumarno, 1999). Salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan area tanam adalah lahan salin. Kedelai yang mempunyai produktifitas lebih dari 2 ton/ha adalah varietas Slamet (2,26 ton/ha) dan Sindoro (2,03 ton/ha), kedua varietas ini merupakan temuan Fakultas Pertanian Universitas Jendel Soedirman 1

Upload: nurulsepti-septi

Post on 24-Sep-2015

354 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

usulan tentang penelitaian kedelai

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produksi kedelai di Indonesia masih rendah sedangkan laju peningkatan produksinya belum dapat mengimbagi laju peningkatan kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan kedelai pemerintah mengimpor kedelai tiap tahun kurang lebih 700.000 ton. Upaya mencapai swasembada kedelai dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi diperkirakan membutuhkan areal tambahan 2juta ha, tetapi bila luas areal tetap maka dibutuhkan produktifitas 2 ton/ha (Solahudin, 1999; Sumarno, 1999). Salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan area tanam adalah lahan salin.Kedelai yang mempunyai produktifitas lebih dari 2 ton/ha adalah varietas Slamet (2,26 ton/ha) dan Sindoro (2,03 ton/ha), kedua varietas ini merupakan temuan Fakultas Pertanian Universitas Jendel Soedirman Purwokerto (Sunarto, 1997). Setelah dilepas varietas Slamet menunjukkan hasil dari 2 ton/ha secara konsisten pada pengujian di 5 kabupaten (Purworejo, Kebumen, Purbalingga, Banyumas, Cilacap) (Sunarto, 1999).Upaya untuk memperbaiki karakter suatu varietas dapat melalui induksi mutasi. Dari rangkaian penilitian ternyata mutasi dapat memperpendek umur panen, meningkatkan ketahanan terhadap organisme penganggu dan toleran terhadap lingkungan rawan/salin (Borojevic, 1990; Schum, 1999). Telah banyak varietas yang dikembangkan hasil mutasi, pada tanaman serelia mencapai 163 varietas, kacangkacangan 40 dan tanaman membiak vegetatif mencapai 264 (Borojevic, 1990). Untuk menunjang rogram ekstensifikasi kedelai perlu dirakit varietas yang toleran salin dan berdaya hasil tinggi melalui induksi mutasi.Masalah pada tanah saling untuk budidaya tanaman pangan adalah kadar garam yang tinggi. Ion-ion garam tersebut antara lain NA+ , Ca++, Mg++, Cl- dan SO4= dimana garam NaCl merupakan yang paling dominan (Ismunadji dan Sudjadi, 1988). Larutan tanah saling memiliki daya hantar listrik lebih dari 4 numhos/cm pada suhu 250 dengan pH berkisar 5-8,5 dan Na+ sering lebih dari 50% dari seluruh kation (Ismunadji dan Sudjadi, 1983). Kadar garam yang terlalu tinggi didalam tanah akan menimbulkan tegangan lengas tanah yang berlebihan, karena tekanan osmosa meningkat (Notohadiprawiro, 1986).Secara umum tanaman yang keracunan garam pertumbuhannya terhambat, ujung daun mongering dan mengalami khlorosis (Ismunadji dan Sudjadi, 1983). Menurut Supandie (1995) akibat konsentrasi NaCl yang tinggi akan menurunkan kandungan K, Cad an Mg pada pucuk daun dan akar tanaman. Salinitias juga mempengaruhi posporilasi oksidatif dan rasio ATP/ADP pada jaringan akar atau mitochondria akar sehingga menurunkan suplay energy (Blum, 1988).Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat ditentukan oleh keragaman genetik yang ditangani. Pada program pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang toleran salin, keragaman genetic sifat toleran tanah salin mutlak dibutuhkan. Induksi mutasi dapat meningkatkan keragaman genetic sifat toleran tersebut. Varietas toleran lebih mampu menahan Na dan Cl pada organ akar. Dilaporkan bahwa terdapat keragaman antar varietas dalam mekanisme ketanggangan tanaman padi terhadap salinitas tinggi diihat dari indeks selektivitas pengambilan dan translokasi K, Na dan Cl. Menurut Blum (1998) pengaturan tekanan osmotik merupakan tekanan turgor untuk menghindar dari kerusakan daun, merupakan mekanisme utama toleransi tanaman terhadap salinitas.Mutagen dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu fisik dan kimiawi. Mutagen fisik adalah sinar ultra violet, X, gamma, neutron, kosmik, beta dan alfa (Suzuki et. al., 1989). Sinar X telah digunakan untuk meningkatkan hasil pada tanaman barley dan kacang tanah (Gustaffson, 1997; Gregory, 1996). Panjang gelombang sinar X adalah 150-0,15 A0 dan digolongkan sinar lemah tetapi mampu menginduksi perubahan genetic. Sinar gamma mempunyai panjang gelombang lebih pendek dari sinar X tetapi mempunyai daya tembus yang lebih besar. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 3.800-150 A0 dengan panjang gelombang efektif membuat mutasi 2.600 A0. Sinar beta mempunyai daya tembus yang lebih besar dibanding dengan sinar alfa (Suzuki et. al., 1984).B. Tujuan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan dosis radiasi sinar Gamma dalam mendapatkan mutan kedelai varietas Slamet toleran salin.

C. Manfaat1. Menunjang program pemerintah dan meningkatkan produksi kedelai dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional.2. Memenuhi kebutuhan konsumsi protein nabati (khususnya kedelai ) dan memperbaiki gizi masyarakat dengan harga yang terjangkau.

3. Meningkatkan pemanfaatan lahan margin untuk memproduksi bahan pangan.II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISA. Kerangka PemikiranKedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Produksi kedelai di Indonesia tidak sebanding dengan konsumsi kedelai. Diperkirakan tiap tahun ratarata kebutuhan kedelai sebanyak 2,3 juta ton/tahun, sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya sekitar 800 ribu-900 ribu ton (Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-Umbian, 2011). Produksi kedelai di Indonesia masih rendah sehingga harus ditutupi dengan impor. Harga kedelai lokal Indonesia terus meningkat sedangkan harga kedelai impor lebih murah. Pasar kedelai di Indonesia lebih dikuasai kedelai impor. Hal ini terjadi karena, kebijakan pemerintah yang membebaskan bea masuk impor kedelai untuk mengatasi kelangkaan kedelai akan merugikan petani lokal (Gatra,2012).

Kedelai yang mempunyai produktifitas lebih dari 2 ton/ha adalah varietas Slamet (2,26 ton/ha) dan Sindoro (2,03 ton/ha), kedua varietas ini merupakan temuan Fakultas Pertanian Universitas Jendel Soedirman Purwokerto (Sunarto, 1997). Setelah dilepas varietas Slamet menunjukkan hasil dari 2 ton/ha secara konsisten pada pengujian di 5 kabupaten (Purworejo, Kebumen, Purbalingga, Banyumas, Cilacap) (Sunarto, 1999). Radiasi gamma merupakan radiasi pengion yang mempunyai kekuatan daya tembus tinggi (Poespodarsono, 1986) dan kemampuan penetrasi yang cukup kuat ke dalam jaringan tanaman (Herawati & Setiamihardja 2000) sehingga dapat menyebabkan perubahan baik pada tingkat gen maupun kromosom. Terjadinya perubahan pada gen maupunkromosom akan mengakibatkan perubahan karakter tanaman, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keragaman genetik pada kultivar kedelai Slamet.Pembukaan areal baru sering dahadapkan pada kendala kondisi fisik dan kimia tanah yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi kurang menguntungkan tersebut diantaranya adalah tanah berkadar garam tinggi atau tanah salin. (Moore,1987). Menurut Soepardi (1979) kelebihan atau akumulasi garam dapat terjaid melalui: (a.) adanya evaporasi yang tinggi di beberapa daerah seperti rawa dan pasang surut. Evaporasi ini mempercepat terjadinya pengendapan garam di permukaan tanah dan perakaran, (b) intrusi air laut melalui sungai yang sering terjadi di daerah muara sebagai akibat naik turunnya air laut karena peristiwa pasang surut. Menurut Aswidinnoor et al. (2008) pada umumnya salah satu penyebab salinitas di Indonesia ialah pasang surut air laut yang menimpa daerah pantai dan adanya instrusi (perembesan) air laut terutama di dataran rendah dan di daerah pesisir. Santoso (1993) menyatakan bahwa pada wilayah kering, lahan yang berdrainase buruk dan evaporasi yang lebih tinggi dari pada jumlah hujan akan menyebabkan garam-garam yang dapat larut dan Na yang dapat ditukar terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar untuk mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terjadi apabila letak air tanah berada pada tingkat yang tinggi atau dekat permukaan tanah.

Menurut Boyko dalam Yahya dan Adib (1992) salah satu masalah yang dihadapi dalam membangun pertanian di dataran rendah adalah salinitas tanah, yaitu keadaan di mana terjadi akumulasi garam-garam terlarut dalam tanah.Menurut Suwarno (1985) pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga aspek yaitu: mempengaruhi tekanan osmosa, keseimbangan hara, dan pengaruh racun. Disamping itu, NaCl dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Poljakoff (1975) menyatakan bahwa salinitas tanah dapat menekan laju fotosintesis per satuan luas daun. Fotosintesis berkurang sebanding dengan peningkatan salinitas tanah. Mekanisme utama penekanan laju fotosintesis terjadi karena menutupnya stomata sebagai akibat dari kemampuan tanaman dalam menyerap air berkurang. Sari et al. ( 2006) menambahkan bahwa menutupnya stomata pada daun akan memotong suplai CO2 ke sel-sel mesofil, sehingga fotosintesis terhambat dan fotosintat yang terbentuk sedikit. Pada awal perkembangan daun, fotosintat ditahan untuk mengembangkan daun secara cepat, setelah daun berkembang penuh dengan kandungan pati yang tinggi maka fotosintat akan ditranslokasi ke daun-daun yang lebih muda, sehingga ketersediaan sejumlah asimilat sangat mempengaruhi pembentukan daun.

Tanah salin dapat juga menyebabkan ketidakseimbangan ketersediaan hara bagi tanaman, hal ini disebabkan karena kadar hara tertentu tersedia dalam jumlah yang tinggi dan dapat menekan ketersediaan unsur hara lainnya. Disamping itu adanya bahaya keracunan dari Na, Cl dan ion-ion lainnya (Gardner et al., 1991).Pengujian tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas dapat dilakukan dengan menciptakan media tumbuh yang dapat menjabarkan kondisi salin atau media yang memiliki tekanan osmotik tinggi seperti penggunaan larutan garam. Pengujian untuk melihat tingkat toleransi terhadap salinitas dapat dilakukan di berbagai media tumbuh yang sederhana seperti pasir, kertas dan jenis media tanam lainnya. Sadjad (1993) menyatakan bahwa substrat kertas merang yang dicelup dalam larutan garam NaCl dapat digunakan untuk menciptakan tekanan osmosis yang tinggi dan tidak memberikan efek peracunan substrat.

Sinar gamma merupakan salah satu bahan fisik yang banyak digunakan sebagai agen mutasi. Radiasi sinar gamma merupakan radiasi ionisasi. Bentuk radiasi ini dapat menembus sel-sel dan jaringan dengan mudah (Pai 1999). Radiasi dengan sinar gamma dapat menghasilkan dua macam efek yaitu aberasi kromosom dan hambatan mitosis (Whitson 1972). Sinar gamma diperoleh dari peluruhan zat radioaktif yang dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi karena kelebihan energi. Panjang gelombang sinar gamma lebih pendek dari sinar X tetapi energinya lebih besar. Radiasi sinar gamma dapat dipancarkan oleh 60Co, 137Cs dan lain-lain (Soeminto 1985).Sinar gamma mempunyai kemampuan penetrasi yang cukup kuat ke dalamjaringan tanaman. Dosis sinar gamma untuk mutasi pada kedelai adalah 10 20

kRad (Herawati & Setiamihardja 2000). Dosis irradiasi yang dapat diterima oleh sel dibedakan atas dosis acute yaitu dosis yang diterima dengan cara sekaligus pada laju dosis tinggi, dan dosis kronis yaitu dosis yang diterima dengan cara sedikit demi sedikit pada laju dosis rendah. Dosis acute dapat menyebabkan sel mati atau mengalami perubahan sifat (Wiryosimin 1995).

Dosis irradiasi yang diterapkan tergantung pada sensitivitas dari spesies dan bagian tanaman. Sensitivitas tergantung pada volume inti (DNA yang lebih besar lebih sensitif), jumlah kromosom (tanaman dengan kromosom lebih sedikit dengan volume inti tertentu, lebih sensitif dari tanaman dengan kromosom yang lebih banyak), dan tingkat ploidi ( lebih tinggi, sensitivitasnya lebih sedikit) (Broertjes & Harten 1988).Target utama dari perlakuan radiasi pengion yang dihasilkan sinar gamma adalah DNA. Perubahan kecil dalam suatu basa DNA dapat menyebabkan mutasi gen. Poespodarsono (1991) menyatakan bahwa radiasi bisa menyebabkan mutasi karena adanya tenaga kinetik yang tinggi yang membebani sel sehingga dapat mengubah atau mempengaruhi reaksi kimia yang mengakibatkan perubahan susunan kromosom.Pengujian dengan larutan hara ini memang merupakan pengujian yang sederhana, dan sudah diaplikasikan untuk banyak sifat, terutama untuk sifat-sifat yang berhubungan dengan cekaman unsur hara. Sifat-sifat yang pernah diuji pada larutan Yoshida misalnya, cekaman Al (Lubis dan Suwarno 2000; Prasetiyono et al. 2003), cekaman besi (Purwati dan Marjani 2009), dan cekaman-cekaman lain yang berhubungan dengan cekaman abiotik.Tanaman sampai batas-batas tertentu masih dapat mengatasi tekanan osmotik yang tinggi akibat tingginya kandungan garam dalam tanah. Toleransi tanaman terhadap salinitas dapat dinyatakan dalam berbagai cara diantaranya kemampuan tanaman untuk hidup pada tanah salin, produksi yang dihasilkan pada tanah salin, persentase penurunan hasil setiap unit peningkatan salinitas tanah (Mass dan Hofmann, 1998).

Tanaman dapat menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau keracunan dengan empat cara yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeable terhadap ion-ion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Dilusi dapat terjadi dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na dan Cl lebih rendah dari bagian yang tumbuh lambat (Levitt, 1980).

Menururt Levitt (1980) tanaman dapat toleran terhadap NaCl karena mempunyai kemampuan menahan pengaruh racun dari NaCl dan ketidakseimbangan hara. Toleransi terhadap defisiensi K dapat dimiliki tanaman yang mampu memanfaatkan Na untuk menggantikan sebagian K yang dibutuhkan. Johnson (1991) menambahkan bahwa toleransi pada garam nampaknya berhubungan dengan ketidakmampuan tanaman yang rentan untuk mengurangi pengangkutan ion Na+ dan Cl- ke pucuk.

Mekanisme morfologi tanaman terhadap ketahanan salinitas dapat dilihat dari ukuran daun lebih kecil, jumlah stomata lebih sedikit, berkurangnya diferensiasi dan perkembangan jaringan pembuluh. Mekanisme fisiologis adalah kemampuan tanaman menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik yang mencakup penyerapan maupun akumulasi ion-ion dan sintesis senyawa organik, mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transport membran, dan ketahanan relatif membran dalam mengatur transfer ion dan solut lainnya dari sitoplasma dan vakuola serta organel lainnya (Mass dan Hofmann, 1998).B. HIPOTESIS

Diduga perbedaan perlakuan dosis radiasi sinar Gamma berpengaruh dalam mendapatkan mutan kedelai varietas Slamet toleran salin.III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan WaktuPenelitian ini akan diaksanakan di rumah pastik Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah selama 6 bulan pada bulan November 2013 sampai bulan April 2014.B. Bahan dan AlatBahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas kedelai Slamet, mutagen, pasir, bak pastik, larutan hara Yoshida dan garam.C. Rancangan PercobaanRancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan uangan 3 kali. Factor pertama yang dicoba adalah dosis radiasi sinar Gamma (G) yang terdiri dari 0 Rad (J0), 10 Rad (J1), 20 Rad (J2), 30 Rad (J3), 40 Rad (J4), 50 Rad (J5). Factor kedua adalah kadar garam (K) yang terdir dari 0 ppm (K0) dan 3000 ppm (K1). Kombinasi perlakuan yang diperoleh sebanyak 12 kombinasi perlakuan yang diulang tiga kali sehingga unit percobaan keseluruhan berjumlah 36 unit percobaan. D. Variabel dan Pengukuran1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. Tinggi tanaman diukur saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam (mst) pada larutan Yoshida.2. Volume akarVolume akar diamati pada usia 8 minggu dengan cara memasukkan akar ke dalam gelas ukur berisi air. Volume air sebelum dan setelah akar dimasukkan dicatat, kemudian dihitung selisihnya. Selisih tersebut merupakan volume akar yang dimasukkan.3. Nilai relatif kondisi tercekam garam dibanding kondisi tidak tercekamE. Analisis DataData-data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan denga uji jarak ganda Duncan. Analisis data menggunakan program IRRISTAT.

F. Garis Besar Pelaksanaan PenelitianSecara garis besar tahapan penelitian tersusun atas tahap radiasi bibit, penyiapan larutan hara Yoshida, penanaman bibit, perawatan tanaman, pengamatan, analisis data dan pelaporan.1. Radiasi BenihBenih kedelai kultivar Slamet diradiasi dengan sinar gamma dengan 6 taraf dosis yaitu : 0; 10; 20; 30; 40 dan 50 Rad. Pada setiap perlakuan diradiasi 200 biji kedelai. Perlakuan dari dosis irradiasi dengan kultivar Slamet membentuk 6 populasi yaitu populasi 1 (Slamet kontrol), populasi 2 (Slamet 10 Rad), populasi 3 (Slamet 20 Rad ), populasi 4 (Slamet 30 Rad), populasi 5 (Slamet 40 Rad), dan populasi 6 (Slamet 50 Rad).

2. Penyiapan Larutan Hara Yoshida

Pengujian larutan garam di rumah kaca digunakan larutan Yoshida. Larutan ini dibakukan oleh Yoshida. Unsur hara makro disiapkan dengan melarutkan 91,4 g N(NH4NO3) + 40,3 g P(Na H2PO4.2H2O) + 71,4 g K(K2SO4) +88,6 g Ca(CaCl2) + 324 g Mg(MgSO4.7H2O) masing-masing unsur tersebut dalam 1 l akuades. Untuk memperoleh 25 l larutan, diperlukan kelipatan jumlah unsur-unsur tersebut di atas. Untuk menyiapkan unsur hara mikro, 1,5 g Mn(MnCl2.4H2O) + 0,074 g Mo[(NH4)6Mo7.4H2O] + 0,934 g B(H3BO3) +0,035 g Zn(Zn SO4.7H2O) + 0,031 g Cu(CuSO4.5H2O) + 7,7 g Fe(FeCl3.6H2O) + 11,9 g asam sitrat masing-masing unsur tersebut dilarutkan dalam satu liter akuades.Beberapa hari menjelang pembuatan larutan hara Yoshida, terlebih dahulu disiapkan akuades pada dua buah drum plastik masing-masing 60 l. Pembuatan larutan hara Yoshida dilakukan dua tahap. Pertama, akuades dari drum dipindahkan ke dalam dua ember plastik ukuran 25 l. Pada tiap ember akuades dicampur dengan bahan kimia unsur hara makro dan unsur hara mikro seperti tersebut di atas. Untuk menghindari terjadinya reaksi dari logam, pengadukan menggunakan pengaduk kayu. 3. Penanaman bibitBenih disterilisasi dengan NaOCl 0.5% selama 15 menit, dicuci dengan air aquades. Benih ditumbuhkan selama 14 hari dengam menggunakan media pasir. Bibit dipilih yang baik dan seragam, serta dikulturkan di media larutan Yoshida konsentrasi penuh. Dalam setiap bak terdapat lima kedelai yang telah diradiasi dan kedelai yang belum diradiasi sebagai control.Bibit yang ditanam agar tidak masuk ke dalam media, bibit diletakkan pada penyangga yang ada dalam pipa PVC berdiameter 3.4 cm dan panjang 5 cm. Sebanyak 36 pipa PVC disusun di Styrofoam berukuran 45 cm x 36 cm. Styrofoam diletakkan di bak plastik berukuran 45 Cm x 36 cm yang telah diisi 25 liter larutan Yoshida. Larutan Yoshida di bak kultur diganti seminggu sekali. Setelah umur 4 minggu, ke dalam media ditambahkan NaCl dengan konsentrasi 0 ppm dan 3000 ppm.4. Perawatan Tanaman

Kadar keasaman (pH) larutan diatur setiap dua hari sekali dengan menggunakan pH meter, diatur pada 5,5 5,8. Keasaman pH diatur dengan menambahkan NaOH atau HCl sesuai dengan kebutuhan. Setiap kali pengukuran pH juga dilakukan penambahan air (H20) sesuai dengan perkiraan kehilangan air akibat penguapan di dalam rumah kaca. Untuk menjaga homogenitas larutan masing-masing bak percobaan diberi aerator yang berfungsi mengaduk larutan hara Yoshida setiap saat. Penggantian larutan hara untuk semua perlakuan dilakukan setiap satu minggu sekali. Tanaman dipelihara sampai berumur 8 minggu. Pada akhir minggu kedelapan dilakukan pengamatan tinggi tanaman dan volume akar.5. Pengamatan Karakter yang diamati pada tanaman meliputi tinggi tanaman, volume akar, nilai relative kondisi tercekam garam dibanding kondisi tidak tercekam. Mutasi dideteksi dari adanya perubahan pada karakter yang diamati. Pengamatan dilakukan pada minggu ke delapan setelah tanam.

6. Analisis Data dan Pelaporan

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan denga uji jarak ganda Duncan. Analisis data menggunakan program IRRISTAT.

G. Jadwal Pelaksanaan

Tabel. Jadwal Pelaksanaan PenelitianNo.KegiatanBulan ke-

123456

1Persiapan Penelitian

2Pelaksanaan Penelitian

3Pengambilan Data

4Analisis Data dan Penyusunan Laporan

.

DAFTAR PUSTAKAAswidinnoor, H., M. Sabran, Masganti dan Susilawati. 2008. Perakitan Varietas Unggul Padi Tipe Baru dan Padi Tipe Baru Ratun Apesifik Lahan Pasang Surut Kalimantan untuk Mendukung Teknologi Budidaya Dua Kali Panen Setahun. LPPM IPB. Bogor. 30 hal.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2011. Varietas Unggul Kedelai.http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/ ?l=300&k=310&n=&t=&sv=. diakses pada 22 Oktober 2013

Blum, A. 1988. Plant Breeding for Stress Enviroments. CRC Press Inc. Boca Raton, Florida. Borjovic, S. 1990. Principles and Methods of Plant Breeding. Elsevier, Tokyo.Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.Gatra, S. 2012. Jaga Harga Kedelai di Kisaran Rp 7.000 Per kilogram. www.kompas.com. [23 Oktober 2013]

Gregory, W.C. 1996. Induced of Useful Mutations in Peanut. P:9 In : Genetics in Plant Breeding. Brookhaven Biol, Symp.

Gustafsson, A. 1997. Mutation in Agriculture Plants. Hereditas. 33

Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 Non Pemuliaan Dalam Ilmu Dan Teknologi Pemuliaan. Universitas Padjadjaran, Bandung. Ismunadji, M. Dan M. Sudjadi. 1983. Lahan Bermasalah. Hal.: 40-41. Dalam : M. Ismunadji (Ed.), Masalah dan Hasil Penelitian Padi Risalah Lokakarya Penelitian Padi. 22-24 Maret 1983. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Ismunadji, M. dan R. Sismiyati. 1998. Hara Mineral Tanaman Padi. Hal.: 231-269. Dalam : M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam dan A. Wisjono (Eds.), Padi, Buku I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Johnson, R.E. 1991. Salinity resistance, water relations, and salt content of crested and tall whetagrass accessions. Crop Sci. 31:730 - 734.Levitt, J. 1980. Responses of Plant to Environmental Stresses. 2nd Edition. Academic Press. New York. 607 p.Lubis E, Suwarno. 2000. Seleksi padi gogo yang cocok untuk lahan masam. Bul Plasma Nutfah 6 (1) : 47-52Mass, E.V. and G.J. Hofmann. 1998. Crop salt tolerance current assessment. Journal Irrigation Divison. 2: 115-134Notohadiprawiro, T. 1986. Tanah Estuarin: Watak, Sifat, Kelakuan dan Kesuburannya. Ghalia Indonesia, Jakarta. Poespodarsono. 1986. Pemuliaan Tanaman I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang Poespodarsono, S., 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU-IPB Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor. 163p. dalam Sudarmadji, R. Mardjono dan H. Sudarmo., 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.). Jurnal Littri Vol. 13 No. 3, September 2007: hal. 88 92. Prasetiyono J, Tasliah, Aswidinnoor H, Moeljopawiro S. 2003. Identifikasi marka mikrosatelit yang terpaut dengan sifat toleransi terhadap keracunan Al pada padi persilangan Dupa x ITA131. J Biot Pert 8 (2) ; 35-48Purwati RD, Marjani. 2009. Evaluasi ketoleranan plasma nutfah kenaf terhadap cekaman Fe pada pH masam. Bul Tan Tembakau, Serat dan Minyak Industri 1(1) : 28-40Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.Santoso, B. 1993. Tanah Salin-Tanah Sodik dan Cara Mereklamasinya. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. 63 hal.

Sari, H.C., S. Darmanti, dan E.D. Hastuti. 2006. Pertumbuhan tanaman jahe emprit (Zingiber officinale Var. Rubrum) pada media tanam pasir dengan salinitas yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 14(2):19-29.Schum, A. 1999. Mutation Induction in Ornamental Plants. Makalah Ekspose Hasil Penelitian Bioteknologi Pertanian. Balitbang Pertanian, Jakarta. 31 Agustus 1 September 1999.Solahuddin, S. 1999. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada Kedelai. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kedelai II , Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai, LP-SRDC, Unsoed, Purwokerto, 17 Maret 1999.

Sopandie, D. 1995. Effect of Calcium on the Griwth and Ion Uptake In NaCl Stressed Plant. Buletin Agronomi 12(I):42.

Sumarno. 1999. Peran Penelitian Untuk Mendorong Pencapaian Swasembada Kedelai. Makalah dalam Seminar Nasional Kedelai II, Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai, LP-SRDC, Unsoed, Purwokerto, 17 Maret 1999.

Sunarto. 1997. Kedelai Varietas Slamet dan Sindoro Temuan Unsoed. Lembaga Penelitian Unsoed. Purwokerto.

Sunarto. 1999. Peran SRDC (Soybean Research and Development Centre) dalam Mendorong Swasembada Kedelai. Makalah dalam Seminar Nasional Kedelai II, Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai, LP-SRDC, Unsoed, Purwokerto, 17 Maret 1999.

Suzuki, D.T., A.J.F. Griffits, J.H. Miller, R.C. Lewtons. 1989. Yang Introductions to Genetic Analysis. 4th ed. W.H. Freeman and Co, New York.Yoshida S, Forno DA, Cock JH, Gomez KA. (1976). Laboratory Manual for Physiological Studies of Rice . International Rice Research Institute. Los Banos, Philippines.LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Denah Percobaan

BLOK 1BLOK 2BLOK 3

G4K1G2K1G0K1

G3K0G5K0G1K1

G0K0G3K1G5K0

G4K0G5K1G2K1

G5K1G0K1G1K0

G1K1G3K0G3K1

G5K0G0K0G3K0

G1K0G4K0G5K1

G2K1G4K1G4K0

G3K1G1K0G2K0

G0K1G2K0G0K0

G2K0G1K1G4K1

13