usul fiqh tugas pak ilham 8

49
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Syukur alhamdulillah, segala puji dipersembahkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada nabi besar Muhammad Saw, yang telah membimbing kita kejalan yang benar. Makalah ushul fiqih ini semoga dapat menjadi penunjang bagi siapa saja yang membaca makalah ini. Dan penulis juga menyadari dalam pembuatan makalah ini sangat banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, oleh karena itu kepada para pembaca penulis mohon diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Adapun judul makalah yang penulis ajukan adalah ”WAKALAH”. Makalah ushul fiqih ini tersajikan berkat dukungan dari Ibu Dosen yang telah mengajukan beberapa bahan-bahan rangkuman dari ushul fiqih. Untuk itu didalam pembuatan makalah ini penulis tak lupa mengucapkan ribuan terimakasih banyak kepada Dosen pembimbing kami, yaitu kepada Ibu Dra. Syafni Piliang . Dan juga teman-teman yang turut membantu. Terakhir penulis mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Upload: abdulaziz100

Post on 03-Jul-2015

194 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah, segala puji dipersembahkan kepada Allah SWT. Yang

telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada nabi

besar Muhammad Saw, yang telah membimbing kita kejalan yang benar.

Makalah ushul fiqih ini semoga dapat menjadi penunjang bagi siapa saja yang

membaca makalah ini. Dan penulis juga menyadari dalam pembuatan makalah

ini sangat banyak terdapat kekurangan dan kekhilafan, oleh karena itu kepada

para pembaca penulis mohon diberikan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Adapun judul makalah yang

penulis ajukan adalah ”WAKALAH”.

Makalah ushul fiqih ini tersajikan berkat dukungan dari Ibu Dosen yang telah

mengajukan beberapa bahan-bahan rangkuman dari ushul fiqih. Untuk itu

didalam pembuatan makalah ini penulis tak lupa mengucapkan ribuan

terimakasih banyak kepada Dosen pembimbing kami, yaitu kepada Ibu Dra.

Syafni Piliang . Dan juga teman-teman yang turut membantu. Terakhir penulis

mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,

Page 2: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

BAB I

PENDAHULUAN

Fiqh Muamalah sebagai hasil dari pengolahan potensi insani dalam meraih

sebanyak mungkin nilai-nilai Ilahiyat , yang berkenaan dengan tata aturan

hubungan antar manusia (makhluqat), yang secara keseluruhan merupakan

suatu disiplin ilmu yang tidak mudah untuk dipahami. Karenanya, diperlukan

suatu kajian yang mendalam agar dapat memahami tata aturan Islam tentang

hubungan manusia yang sesungguhnya.

Hubungan tersebut dapat berupa kebendaan ( muamalah madiyah ) maupun tata

kesopanan (muamalah adabiyah ). Muamalah madiyah adalah tata aturan Islam

yang mengatur hubungan antar manusia dengan objek kegiatannya yang

bersifat materil . Sementara itu, muamalah adabiyah merupakan tata aturan

Islam yang mengatur hubungan antar manusia dengan unsur penegaknya yang

terletak pada hak dan kewajiban dalam penilaian moralitasnya.

Oleh karena itu, pemahaman terhadap fiqh Muamalah sangatlah penting bagi

kehidupan manusia. Hal ini disebabkan fiqh Muamalah merupakan aturan yang

menjadi pengarah dan penggerak kehidupan manusia. Fiqh Muamalah menjadi

salah satu unsur perekayasaan aturan mengenai hubungan antarumat manusia.

Di amping itu, fiqh Muamalah sebagai sebuah disiplin ilmu akan terus

berkembang dan harus berkembang. Perkembangan tersebut sangat tergantung

pada perkembangan manusia dan umat Islam itu sendiri pada khususnya.

Dalam hal ini perkembangan tatanan kehidupan manusia sangat berpengaruh

dalam upaya perekayasaan fiqh muamalah sehingga ia dapat diaplikasikan

dalam segala situasi dan kondisi tatanan kehidupan manusia sendiri.

A. Pengertian Wakalah

Page 3: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

Wakalah menurut bahasa artinya mewakilkan, sedangkan menurut istilah yaitu

mewakilkan atau menyerahkan pekerjaan kepada orang lain agar

bertindak atas nama orang yang mewakilkan selama batas waktu yang

ditentukan. Istilah yang sering dipakai dalam masalah ini ialah memberikan

kuasa kepada orang lain, baik secara tertulis untuk melakukan pekerjaan

tertentu dalam waktu tertentu. Pihak yang memberikan kuasa disebut sebagai

pemberi kuasa (pihak I) dan orang yang diberi kuasa disebut pihak II.

Al-Hanabillah berpendapat bahwa al-wakalah ialah permintaan ganti

seseorang yang membolehkan tasharruf yang seimbang pada pihak lain, yang

di dalamnya terdapat penggantian dari hak-hak Allah dan hak-hak manusia.

Sedangkan menurut Idris Ahmad al-wakalah ialah seseorang yang

menyerahkan suatu urusannya kepada orang lain yang dibolehkan oleh syara’

supaya yang diwakilkan dapat mengerjakan apa yang harus dilakukan dan

berlaku selama yang diwakilkan masih hidup.(2)

B. Dasar Hukum Wakalah

Asal hukum wakalah adalah mubah, tetapi bisa menjadi haram kalau yang

dikuasakan itu adalah pekerjaan yang haram atau dilarang oleh agama dan

menjadi wajib kalau terpaksa yang dibolehkan oleh agama. Allah SWT

berfirman dalam Al-qur’an surat Al-Kahfi : 19

�ك� �ذ�ل �اهم� و�ك �ن �ع�ث وا ب اء�ل �س� �ت �ي �هم� ل �ن �ي �ل� ق�ال� ب �هم� ق�ائ �م� م�ن م� ك �ت �ث �ب ل

وا �ا ق�ال �ن �ث �ب �و�م ا ل و� ي� �ع�ض� أ $ ب �و�م وا ي م� ق�ال 'ك ب �م ر� �ع�ل �م�ا أ م� ب �ت �ث �ب ل

وا �ع�ث م� ف�اب �ح�د�ك م� أ �و�ر�ق�ك �ل�ى ه�ذ�ه� ب �ة� إ �م�د�ين �ظر� ال �ن �ي 'ه�ا ف�ل ي� ك�ى أ �ز� أ

م� ط�ع�ام ا �ك �ت �أ �ي ق$ ف�ل �ر�ز� �ه ب �ل�ط>ف� م�ن �ت �ي ن> و�ال� و�ل ع�ر� ش� م� ي �ك �ح�د ا ب أ

Artinya : Dan demikian kami bangkitkan mereka agar saling bertanya di

antara mereka sendiri. Berkata salah seorang diantara mereka, sudah

berapa lamakah kamu berada disini? Mereka menjawab, ”kita sudah

berada di sini satu atau setengah hari. ’Berkata (yang lain lagi), Tuhan

kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada disini. Maka utuslah

Page 4: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

seseorang dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia melihat

manakah makanan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makanan

itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut, dan janganlah

sekali-kali dia menceritakan keberadaanmu kepada siapa pun. (Al-Kahfi

: 19).

Masalah muamalah umumnya boleh mewakilkan, misalnya mewakilakan jual

beli, menggadikan barang, memberi shadaqah/hadiah dan lain-lain. Sedangkan

dalam bidang ubudiyah ada yang boleh dan ada yang dilarang. Yang boleh

misalnya mewakilkan haji bagi orang yang sudah meninggal atau tidak mampu

secara fisik, mewakilkan memberi zakat, menyembelih hewan kurban dan

sebagainya. Sedangkan yang tidak boleh adalah mewakilkan shalat dan puasa

serta yang berkaitan dengan itu seperti wudhu.

Dalam banyak riwayat yang terpercaya, diceritakan bahwa Rasulullah

mewakilkan pembayaran utang, mewakilkan penetapan budud dan

pembayarannya, mewakilkan pemeliharaan untanya, pembagian kandang dan

kulitnya, serta mewakilkan hal lain.

Umat Islam telah bersepakat tentang dibolehkannya wakalah , mereka bahkan

menganjurkannya, karena itu termasuk bagian dari ta’awun (tolong-menolong)

atas dasar kebaikan dan taqwa, sebagaimana diserukan dalam Al-qur’an dan

disunnahkan oleh Rasulullah.

Firman Allah dalam surat Al-maidah : 2.

وا �ع�او�ن �رB ع�ل�ى و�ت �ب >ق�و�ى ال وا و�ال� و�الت �ع�او�ن � ع�ل�ى ت �م �ث �عد�و�ان� اإل� و�ال

>قوا >ه� و�ات �ن> الل >ه� إ د�يد الل �ع�ق�اب� ش� ال

Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan

dan taqwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam (mengerjakan)

dosa dan permusuhan. (Al-Maidah : 2).

Page 5: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

C. Rukun Wakalah

Wakalah merupakan salah satu bentuk akad. Karena itu, wakalah tidak sah

tanpa memenuhi rukun-rukun akad berupa ijab dan qabul . Dalam ijab-qabul

tidak disyaratkan adanya lafadz tertentu, bahkan dibolehkan menggunakan

apapun yang menunjukkan hal tersebut, baik berupa ucapan maupun

perbuatan.

Dibolehkan bagi salah satu dari kedua belah pihak pelaku akad untuk menarik

kembali wakalah dan membatalkan akad dalam kondisi apa pun, karena

wakalah termasuk akad yang boleh dibatalkan, bukan akad yang bersifat tetap

dan lazim.

Adapu rukun-rukun wakalah adalah :

1. orang / pihak yang memberikan kuasa.

2. orang / pihak yang diberikan kuasa

3. masalah atau urusan yang diberikan oleh yang memberikan kuasa

kepada orang yang diberi kuasa,

4. shighat/akad (lafaz mewakilkan).

Page 6: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

BAB II

SYARAT-SYARAT WAKALAH

Wakalah tidak sah diberlakukan kecuali syaratnya telah sempurna. Syarat-

syarat tersebut ada yang berhubungan dengan muwakkil (pihak pemberi

wakalah, ada yang berhubungan dengan wakil ( pihak yang mewakili) dan ada

pula yang berhubungan dengan muwakkal fih (hal yang diwakilkan).

A. Syarat-syarat Muwakkil (Pemberi Wakalah)

Syarat bagi pemberi wakalah adalah memiliki kekuasaan terhadap suatu

tindakan yang ia wakilkan. Apabila ia tidak memiliki hal tersebut, maka

perwakilannya tidak sah. Orang gila dan anak kecil yang belum mumayyiz

(dapat membedakan) tidak dapat memberikan perwakilan kepada orang lain

karena keduanya tidak memiliki ahliyah (kelayakan) untuk melakukan suatu

tindakan.

Sedangkan anak kecil yang mumayyiz (dapat membedakan) boleh memberikan

perwakilan dalam segala tindakan yang sepenuhnya mendatangkan maslahat,

seperti mewakilkan untuk menerima hibah, sedekah dan wasiat. Namun, dalam

tindakan-tindakan yang sepenuhnya mendatangkan mudharat, seperti talak,

memberikan sedekah, atau memberikan hibah, maka dia tidak dibenarkan

untuk memberikan perwakilan.

B. Syarat-syarat Wakil

Syarat bagi wakil adalah ia harus orang yang berakal. Dengan demikian, orang

gila, idiot, atau anak kecil yang belum mumayyiz t idak boleh menjadi wakil .

Menurut mazhab Hanafi, anak kecil yang mumayyiz boleh menjadi wakil,

karena ia bisa dianggap seperti orang yang telah balig dalam segala tindakan

yang berhubungan dengan persoalan dunia. Argumen lain adalah riwayat yang

menceritakan bahwa Amru bin Sayyidah Ummu Salamah pernah menikahkan

Page 7: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

ibunya dengan Rasulullah Saw, padahal saat itu ia masih anak kecil yang

belum balig.

C. Syarat-syarat Muwakkal Fih (Hal yang Diwakilkan)

Syarat bagi muwakkal fih adalah diketahui oleh orang yang menjadi wakil.

Kecuali apabila diserahkan secara penuh oleh orang yang mewakilkan, seperti

perkataan ”Belilah apa saja yang engkau kehendaki”. Juga disyaratkan bahwa

hal yang diwakilkan tersebut adalah sesuatu yang memang mungkin

diwakilkan.

Hal tersebut berlaku untuk segala jenis akad yang boleh dilakukan seseorang

untuk dirinya sendiri, seperti jual beli, sewa-menyewa, melakukan

perlawanan, perdamaian, hibah, sedekah gadaian, pinjam-meminjam,

pernikahan, talak, atau pengelolaan harta kekayaan. Semua tindakan tersebut

boleh diwakilkan tanpa memperdulikan apakah ia hadir di tempat atau tidak,

dan apakah ia seorang pria atau wanita.

Page 8: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

BAB III

KAIDAH-KAIDAH TENTANG HAL YANG BOLEH

DIWAKILKAN

A. Wakil Sebagai Orang Yang Diberi Amanat

Apabila suatu akad wakalah telah berlangsung, maka status wakil sama

dengan status orang yang diberi amanat atas perkara yanng diwakilkannya.

Karena itu, wakil tersebut tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau

kegagalan, kecuali apabila ia bersengaja atau melalaikannya,

Dalam perselisihan menyangkut kelalaian wakil, ucapan dan kesaksian wakil

didengar serta memiliki status yang sama dengan ucapan dan kesaksian orang

yang diberi amanat.(3)

B. Iqrar (Pengakuan) Seorang Wakil

Pengakuan seorang wakil dalam perkara hudud dan qishash mutlak tidak dapat

diterima, baik dalam majelis persidangan maupun lainnya. Sedangkan jika

pengakuan wakil itu diluar perkara hudud dan qishash, semua imam fiqh

sepakat membolehkannya apabila dilakukan di luar majelis persidangan.

Namun, mereka berbeda pendapat tentang pengakuan yanng dilakukan didalam

majelis persidangan

Imam Syafi’i, Hanbali, dan Maliki berpendapat bahwa pengakuan itu tidak

sah, karena wakil tidak memiliki kekuasaan melakukan pengakuan (iqrar).

Semantara Abu Hanifah mengatakan bahwa pengakuan itu sah, kecuali jika

diisyaratkan kepada wakil dalam pengakuan.

C. Wakil Dalam Perlawanan Bukan Wakil Dalam Penerimaan

Dalam perwakilan perlawanan, seorang wakil tidak otomatis menjadi wakil

dalam penerimaan barang atau hak, karena orang yang memiliki kemampuan

baik dalam menetapkan kebijakan dan perlawanan belum tentu piawai

Page 9: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

menerima hak-hak. Demikianlah menurut Imam Malik, Syafi’i, dan hanbali,

sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa wakil berhak untuk

menerima sesuatu yang menjadi hak orang yang mewakilkannya, karena

penerimaan itu merupakan bagian tak terpisahkan dari perlawanan yang

dilakukannya. Dengan demikian, bagi Abu Hanifah, penerimaan itu dianggap

sebagai bagian dari muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan).

Page 10: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

BAB IV

WAKALAH DALAM JUAL BELI

Jika seseorang mewakilkan penjualan suatu barang tanpa menentukan harga

dan pembayaran (mutlak/bebas), maka wakil harus menjualkannya dengan

harga pasaran yang berlaku dan dengan sistem pembayaran tunai. Apabila ia

menjual barang tidak dengan harga pasar atau menjualnya secara angsuran,

maka jual beli seperti ini tidak dibolehkan kecuali dengan keridhaan orang

yang mewakilkan, karena penjualan itu bertentangan dengan kemaslahatannya

dan karena hanya dia yang berhak menentukan bagaimana barangnya harus

dijual.

Jika wakil menyalahi perintah dengan cara yang bisa merugikan orang yang

mewakilkan, maka transaksinya dianggap batal menurut Madzhab Syafi’i,

sedangkan menurut Madzhab Hanafi, status transaksinya tergantung pada

kerelaan orang yang mewakilkan. Apabila ia membolehkan, transaksi itu

menjadi sah akan tetapi jika tidak, maka transaksinya pun tidak sah.(4)

A. Pembelian Oleh Wakil Untuk Dirinya Sendiri

Jika seorang wakil diperintahkan untuk menjual sesuatu, bolehkah dia

membeli barang tersebut untuk dirinya sendiri ?

Menurut Imam Malik, wakil mempunyai hak untuk membeli barang tersebut

untuk dirinya sendiri dengan penambahan harga. Menurut Abu Hanifah,

Syfi’i, dan Ahmad dalam suatu riwayatnya, “Tidak dibolehkan seorang wakil

membeli dari dan untuk dirinya sendiri, karena telah menjadi tabiat manusia

bahwa ingin membeli sesuatu dengan harga murah, sedangkan orang yang

memberikan kuasa (mewakilkan) berharap agar wakil bersungguh-sungguh

untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan. Dengan demikian, terdapat

kontradiksi yang sulit di damaikan antara tujuan keduanya”.

Page 11: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

B. Wakalah Dalam Pembelian

Pembelian yang dilakukan oleh wakil diikat oleh syarat-syarat yang telah

ditetapkan oleh orang yang mewakilkannya. Ia berkewajiban menaati dengan

baik ketentuan tersebut, baik yang berkenaan dengan harga pembelian maupun

dengan jenis barangnya. Apabila ia menyalahi dan membeli barang yang

berbeda dengan apa yang diminta oleh orang yang mewakilkannya, atau ia

membeli dengan harga yang lebih mahal dari apa yang telah ditetapkan, maka

pembelian tersebut dianggap untuknya, bukan untuk orang yang mewakilkan.

Tetapi ia diperbolehkan menyalahi perintah dengan tujuan mendapatkan hal

yang lebih baik.

Apabila wakalah itu bersifat mutlak dan tanpa syarat, maka wakil tidak

mempunyai wewenang untuk membelinya dengan harga yang lebih tinggi dari

harga pasaran atau dengan suatu kecurangan. Apabila ia menyalahinya, itu

berarti ia tidak melaksanakan perintah orang yang mewakilkan, dan pembelian

tersebut untuk dirinya sendiri.

C. Batas Waktu Akad Wakalah

Akad wakalah dianggap berakhir jika terjadi hal-hal berikut :

1. salah satu pihak yang melakukan akad meninggal dunia atau menjadi

gila. Wakalah mempersyaratkan pihak yang melakukan akad hidup dan

berakal. Apabila salah satu pihak wafat atau gila, maka wakalah itu

menjadi tidak mmenuhi syarat.

2. berakhirnya pekerjaan tersebut. Jika pekerjaan yang diwakilkan tidak

memiliki batas akhir, maka wakalah tidak bermakna apa-apa.

3. Pemutusan akad wakalah oleh orang yang mewakilkan sekalipun tanpa

pemberitahuan terhadap wakil. Ulama mazhab Hanafi berpendapat

bahwa wakil wajib mengetahui pemutusan tersebut. Sebelum ia

mengetahui hal itu, maka status tindakannya sama seperti sebelum

akadnya diputuskan secara hukum.

4. Wakil mengundurkan diri. Menurut mayoritas ulama, pengunduran diri

itu tidak perlu diketahui oleh orang yang mewakilkan. Tetapi, ulama

Page 12: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

mazhab Hanafi mensyaratkannya untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan.

5. Perkara (barang) yang diwakilkan bukan lagi milik orang yanng

mewakilkan.

6. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan.

Page 13: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

1. Wakalah dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat. Sebab

tidak semua orang mempunyai kemampuan dapat menyelesaikan

pekerjaan tertentu dengan sebaik-baiknya. Misalnya tidak setiap orang

yang qurban hewan dapat menyembelih hewan qurbannya, tidak semua

orang dapat belanja sendiri dan lain-lain.

2. Saling tolong-menolong di antara sesama manusia. Sebab semua

manusia membutuhkan bantuan orang lain. Di antara bentuk kerjasama

adalah wakalah.

3. Timbulnya saling percaya mempercayai di antara sesama manusia.

Memberikan kuasa pada orang lain, adalah bukti adanya kepercayaan

pada pihak lain.

B. Saran

1. Mari kita tingkatkan pemahaman terhadap fiqh muamalah, hal ini

disebabkan fiqh muamalah merupakan aturan yang menjadi pengarah

dan penggerak kehidupan manusia.

2. Dengan kita mempelajari fiqh muamalah khususnya yang berhubungan

dengan wakalah, mudah-mudahan kita dapat mengetahui apa-apa saja

yang bisa di wakilkan dalam peraturan agama Islam.

3. Perkembangan zaman dari tahun-ketahun terus meningkat, oleh karena

itu kita harus bisa mengikuti perkembangan tersebut, dengan sebuah

catatan tidak terlepas dari dasar hukum Fiqh islam.

Page 14: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

DAFTAR PUSTAkA

Drs. Djedjen Zainuddin, Ma, DRS. H.M. Suparta, Ma, Pendidikan Agama Islam Kelas

(XIII), PT. Karya Toha Putra Semarang, 1994.

Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si, Fiqih Muamalah, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta2002.

Hasbi Ash-Shiddieqy, prof, 2002 Mutiara Hadits, jilid VI, Bulan Bintang Jakarta,

Cetakan Ke-1.

Imam Hasan al-Banna, Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, pena Pundi Aksasa 2006 jilid IV.

Abi Ishaq Ibrahim bin Ali, Al-Muhadz-dzab fi fiqhil Imamisy-Syafi’i, Juz 3, Toha

Putra Semarang, Tanpa Tahun.

Page 15: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

MAKALAH MAHASISWA

DISUSUN

O L E H :

N A M A : ABDUL AZISN I M : -

SEMESTER : III (TIGA C)DOSEN PEMBIMBING : Dra. SYAFNI PILIANG

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHMUHAMMADIYAH SIBOLGA

(STIT MUSI)

TAHUN AKADEMIK 2007 – 2008PENDAHULUAN

Telah timbul beberapa pertanyaan baru mengenai suatu hukum syar’i

Page 16: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

yang tidak ada nash secara jelas membolehkan atau melarang suatu permasalahan tersebut. Seperti yang kita tahu ulama-ulama zaman

sekarang acap kali mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang muncul dengan cara metode istimbath hukum melalui forum batsul masail, majlis tarjih dan diskusi lainnya. Berbagai ijtihad memerlukan pemikiran ulang dengan berbagai perbedaan pendapat yang diakui dengan perbedaan sekitar wajibnya zakat atas profesi, tentang kadar nisab, haul.

Kewajiban zakat dalam Islam memiliki masna yang sangat fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek ketuhanan, juga ekonomi dan sosial. Diantara aspek-

aspek ketuhanan adalah banyaknya ayat-ayat Al Qur’an yang menyebutkan masalah zakat yang menyanding kewajiban zakat dengan kewajiban sholat secara

bersamaan. Bukannya Rasulullah SAW pun menempatkan zakat sebagai salah satu pilar utama dalam menegakkan agama Islam. sedangkan dari aspek keadilan social,

perintah zakat dipahami sebagai salah satu kesatuan system yang terpisah dalam pencapaian kesejahteraan social ekonomi dalam kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat minimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin. Disamping

itu zakat juga diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada sosial kemasyarakatan.

PEMBAHASAN

Zakat bukanlah suatu pemberian yang membuat seorang miskin, merasa hutang budi kepada seorang kaya, atau membuat si kaya merasa telah menanamkan budi kepada si miskin. Tetapi zakat merupakan suatu hak yang dititipkan Allah kedalam

tangan si kaya untuk di sampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Seperti halnya dalam Qur’an surat at-Taubah ayat 103

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan allah

Maha Mendengar lagi Maha mengetahui”.

Pengertian Zakat Profesi

Zakat profesi atau jasa disebut sebagai yang artinya zakat yang dikeluarkan dari sumber usaha profesi atau pendapatan jasa. Istilah profesi, disebut sebagai

profession dalam bahasa inggris, yang dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan tetap dengan keahlian tertentu, yang dapat menghasilkan gaji, honor, upah atau imbalan.

1. Zakat GajiYang dimaksud dengan gaji (salary) adalah upah kerja yang dibayar diwaktu yang

tetap, dan di Indonesia biasanya gaji itu dibayar setiap bulan. Disamping gaji merupakan penghasilan tetap setiap bulan, seorang karyawan terkadang menerima honorium sebagai balas jasa terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan diluar tugas pokoknya, misalnya seorang dosen PTN mengajar beberapa fakultas yang melebihi

tugas pokok mengajarnya, ia berhak menerima honorium atas kelebihan jam kerjanya.

Page 17: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

Selain penghasilan gaji dan honorium yang bisa diterima oleh pengawas atau karyawan adapula jenis penghasilan yang relative besar dan bersisa melebihi gaji resmi seorang pegawai negeri. Seperti pengacara, notaries, konsultan, akuntan,

dokter spesialis dan profesi lainnya yang disebut white collar, ialah profesi modern yang .tampaknya dengan mudah bisa mendatangkan penghasilan besar. Zakat penghasilan tersebut termasuk masalah ijtihad, yang perlu di kaji dengan skema

menurut pandangan hukum syariah dengan memperhatikan hikmah zakat dan dalil-dalil syar’i yang berkaitan dengan masalah zakat. Semua macam penghasilan

tersebut wajib terkenai zakat, berdasarkan surat al-Baqarah ayat 267.

Artinya: hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari

hasil usahamu yang baik-baik,dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu.(Al Baqarah:267).

Kata “ “ adalah termasuk kata yang mengandung pengertian yang umum,yang artinya “apa saja”, jadi “ artinya sebagian dari hasil (apa saja) yang kamu usahakan

baik-baik.Maka jelaslah, bahwa semua macam penghasilan (gaji, honorium dll) terkena wajib zakat, asal penghasilan tersebut telah melebihi kebutuhan pokok

hidupnya dan keluarga berupa sandang, pangan, dan papan beserta alat-alat rumah tangga,alat-alat kerja,/usaha,kendaraan,dan lain-lain yang tidak bias diabaikan:

bebas dari hutang,baik terhadap Allah seperti nazar haji yang belum ditunaikanmaupun terhadap sesame manusia; kemudian sisa penghasilanya masih

mencapai nishabnya,yakni senilai 93,6 gram emas,dan genap setahun pemilikannya, maka wajib dikeluarkan zakatnya 2,5 % dari seluruh penghasilan yang masih ada

pada akhir tahun. Syarat Wajib Zakat Gaji

• Islam• Merdeka

• Milik Sendiri• Hasil usaha yang baik sebagai sumber zakat

• Cukup Nisab• Cukup Haul

Contoh menghitung zakat penghasilan dan gaji, honorium dll : Rosyid adalah seorang dosen PTN golongan IV/b dengan masa kerja 20 tahun, dan keluarganya

terdiri dari suami-istri dan 3 anak.Penghasilan :

Gaji resmi dari PTN : Rp. 400.000Honorium dari PTN : Rp. 25.000

Honorium dari beberapa PTS : Rp. 225.000 Honorium lain-lain : Rp. 50.000 +

Jumlah : Rp. 700.000

Pengeluaran setiap bulan :a. Keperluan hidup pokok keluarga : Rp 300.000

b. Angsuran kredit perumnas : Rp 75.000c. Lain-lain : Rp 75.000 +

Jumlah : Rp 450.000

JadiPenerimaan : Rp. 700.000

Pengeluaran : Rp. 450.000 -Sisa : Rp. 250.000

Page 18: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

Setiap bulan, setahun 250.000 x 12 = 3.000.000. dan sisa setiap bulannya ditabanaskan /didepositokan di koperasi atau bank dengan bunga keuntungan 18 %

setahun, maka zakatnya adalah 2,5% x 3.000.000, plus bunga.Bagi mereka yang mempunyai penghasilan cukup besar, seperti mereka yang

mempunyai profesi modern (white collar), atau jabatan-jabatan yang basah, atau jabatan-jabatan rangkap yang penting maka penulis ingin menyarankan agar mereka

mengeluarkan sebelum waktunya dengan secara ta’jil, artinya mengeluarkan sebelum waktunya dengan cara memberi kuasa kepada bendaharawan di instansi yang bersangkutan dengan memotong 2,5 % atas take home pay nya; atau setiap

kali seorang menerima rezeki cukup melimpah, hendaknya sekaligus mengeluarkan 2,5 % dengan niat zakatnya.

Ta’jil zakat (mengeluarkan zakat sebelum waktunya) bagi mereka yang mempunyai penghasilan besar adalah untuk memudahkan perhitungan zakat,untuk meringankan perasaan muzaki agar tidak ada perasaan berat.Jika orang mengeluarkan zakatnya sekaligus pada akhir tahun (haulnya) dan juga untuk membersihkan hartanya,serta

untuk menyucikan jiwanya.

2. Zakat PenghasilanPengahsilan dalam bahasa inggris income,ialah periodic (usually annual) receips from one’s bussines,lands,work, investment dll, artinya; Penerimaan-penerimaan

yang diperoleh seseorang dari hasil bisnis, tanah, pekerjaan/profesi, investasi, dan sebagainya dalam waktu tertentu (biasanya dihitung per tahun).

Islam membebaskan umatnya untuk memilih jenis uasaha / pekerjaan / profesi yang sesuai dengan keahlian masing – masing baik yang berat dan kasar (blue collar)

dengan penghasilan kecil seperti tukang becak,maupun yang halus dengan pendapatan besar (white collar) seperti notaris. Yang penting penghasilan tersebut

halal,bersih dan tidak membahayakan dirinya dan masyarakat. Tidak semua harta benda/kekayaan yang dimiliki seseoranng terkena zakat.Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain;1. Bebas zakat, seperti rumah tempat tinggal beserta meubelair,mobil pribadi,dan

peralatan kerja.2. Wajib dizakati harta bendanya saja,seperti emas dan perak,apabila telah

mencapai nisab dan haulnya.3. Wajib dizakati penghasilan dari harta bendanya saja,seperti hasil dari tanah

pertanian,perkebunan dan sewa gedung.4. Wajib dizakati harta benda dan penghasilan yang timbul dari padanya, seperti

hasil dari peternakan sapi dan perdagangan.

Adapun jenis penghasilan yang terkena zakat berdasarkan ketetapan al quran dan hadist.

No Jenis Usaha Nisab Haul / Waktu Persentase Dasar Hukum1. Perdagangan 93,6 gram Setahun 2,5 % Hadits Nabi

2. Pertanian / Perkebunan (beras, jagung, gandum, kurma) 750 kg Waktu panen 5 % dengan irigasi 10 % tadah hujan Al-Baqarah ayat 267 dan Hadits Nabi

3. Peternakan : a. Unta 5 ekor Setahun Seekor kambing biasa umur 2 tahun lebih Hadits Nabi

b. Sapi / Kerbau 30 ekor Setahun Seekor anak sapi / kerbau umur 2 tahun lebih c. Kambing 40 ekor Setahun Seekor kambing betina biasa umur 2 tahun lebih, atau

seekor kambing domba betina umur 1 tahun lebih

Penghasilan-penghasilan yang diperoleh seseorang dari berbagai macam usaha

Page 19: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

selain di atas juga wajib dizakati berdasarkan dalil qiyas (Analogical reasoning). Demikian pula segala jenis usaha tetap ( tidak berputar) sperti industri-industri berat dangan mesin-mesin raksasa, dan segala macam peralatanya,dan usaha perhotelan sebaiknya diqiyaskan dengan usaha perkebunan/ pertanian yang menggunakan alat mekanik. Jadi zakatnya 5% setiap berproduksi,bukan 2.5% pertahun, sebab sama-sama modal pokoknya tetap,yaitu tanah bagi pertanian dan pabrik dengan segala

peralatanya yang permanen. Mengenai penghasilan dari pegawai negeri /swasta dan yang mempunyai profesi

modern seperti pengacara, notaries, akuntan, konsultan dan sebagainya diqiyaskan lebih dekat dengan zakat perdagangan, karena sama-sama menjual, yang satu

menjual barang, yang satu menjual jasa.

3. Pengelolaan ZakatHasil zakat dapat menjadi sumber dana yang cukup potensial untuk membiayai

pembangunan umat Negara.Tetapi sumber dana yang tetap ini tidak akan terkumpul apabila pelaksanaan zakat itu diserahkan kepada kemauan para wajib zakat saja

atau kepada badan-badan amil zakat non pemerintah yang tidak terbatas jumlahnya seperti sekarang ini tanpa ada pengawasan,pengendalian,dan pembinaan dari

pemerintah.Karena itu, pengelolaan zakat seharusnya ditangani pemerintah,karena pemerintah yang mempunyai aparat pemerintahan yang lengkap,sarana dan pra sarana yang cukup,dan mempunyai kewenangan yang memaksa kepada para wjib zakat yang

enggan membayar zakat seprti pada zaman khalifah Abu baker.

KESIMPULAN

Semua penghasilan/pendapatan baik yang resmi/tetap seperti gaji maupun yang tidak resmi seperti honor dan dividen, terkena zakat berdasarkan al quran ,hadis,ijma atau qiyas (analogical reasoning).dan pengelolaan zakat seharusnya ditangani oleh

pemerintah.hal ini sesuai alquran dan hadist serta praktek rasul dan khulafaur rosyidin.karena hasil zakat dapat menjadi sumber dana yang potensial untuk

kemajuan umat islam apabila dikelola oleh pemerintah dengan aparatnya yang bersih,berwibawa serta menguasai seluk beluk aturan zakatberdasarkan alquran dan

hadist.

DAFTAR PUSTAKA

Zuhdi, Masjfuk, Masailul Fiqhiyah, Jakarta, Midas Surya Grafindo, 1994.Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, Jakarta, Kalam Mulia, 2005.

Page 20: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

Hukum   Zakat   Profesi

Posted by Farid Ma'ruf pada 13 Agustus 2010

Tanya :

Ustadz, mohon penjelasan tentang hukum zakat profesi? (Widianto Tulus, Muara Enim)

Jawab :

Zakat profesi dikenal dengan istilah zakah rawatib al-muwazhaffin (zakat gaji pegawai) atau zakah kasb al-‘amal wa al-mihan al-hurrah (zakat hasil pekerjaan dan profesi swasta). (Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh az-Zakah, I/497; Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II/865; Ali as-Salus, Mausu’ah al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Mu’ashirah, hal. 522; Al-Yazid Ar-Radhi, Zakah Rawatib Al-Muwazhaffin, hal. 17).

Zakat profesi menurut penggagasnya didefinisikan sebagai zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi nishab. Misal profesi dokter, konsultan, advokat, dosen, arsitek, dan sebagainya. (Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah, hal. 103; Zakat dalam Perekonomian Modern, hal. 95).

Menurut al-Qaradhawi nishab zakat profesi senilai 85 gram emas dan jumlah yang wajib dikeluarkan 2,5%. Zakat profesi dikeluarkan langsung saat menerima atau setelah diperhitungkan selama kurun waktu tertentu. Misal jika seseorang gajinya Rp500.000/bulan, dia dapat mengeluarkan langsung zakatnya 2,5% setelah gajian tiap bulan. Atau membayar satu kali tiap tahun sebesar 12 x 2,5% x Rp500.000. (Didin Hafidhuddin, ibid, hal. 104).

Landasan fikih (at-takyif al-fiqhi) zakat profesi ini menurut Al-Qaradhawi adalah perbuatan sahabat yang mengeluarkan zakat untuk al-maal al-mustafaad (harta perolehan). Al-maal al-mustafaad adalah setiap harta baru yang diperoleh seorang muslim melalui salah satu cara kepemilikan yang disyariatkan, seperti waris, hibah, upah pekerjaan, dan yang semisalnya. Al-Qaradhawi mengambil pendapat sebagian sahabat (seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud) dan sebagian tabi’in (seperti Az-Zuhri, Hasan Bashri, dan Makhul) yang mengeluarkan zakat dari al-maal al-mustafaad pada saat menerimanya, tanpa mensyaratkan haul (dimiliki selama satu tahun qamariyah). Bahkan al-Qaradhawi melemahkan hadis yang mewajibkan haul bagi harta zakat, yaitu hadis Ali bin Abi Thalib RA, bahwa Nabi SAW bersabda”Tidak ada zakat pada harta hingga berlalu atasnya haul.” (HR Abu Dawud). (Yusuf Al-Qaradhawi, ibid., I/491-502; Wahbah az-Zuhaili, ibid., II/866).

Menurut pentarjihan kami, zakat profesi tidak mempunyai dalil yang kuat sehingga hukumnya tidak wajib. Alasan kami : Pertama, dalil utama dari zakat profesi adalah ijtihad sahabat mengenai al-maal al-mustafaad yang tidak mensyaratkan haul. Padahal ijtihad sahabat (mazhab al-shahabi) bukanlah dalil syariah yang kuat (mu’tabar). (Taqiyuddin an-Nabhani, al-Syakhshiyah al-Islamiyah, III/418).

Kedua, pendapat yang lebih kuat (rajih) mengenai al-maal al-mustafaad adalah pendapat jumhur ulama, yaitu harta tersebut tidak wajib dikeluarkan zakatnya, hingga memenuhi syarat berlalunya haul. Inilah pendapat sahabat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Juga pendapat

Page 21: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

imam mazhab yang empat. (Al-Yazid Ar-Radhi, Zakah Rawatib Al-Muwazhaffin, hal.19; Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, II/866).

Ketiga, tidak tepat penilaian Al-Qaradhawi bahwa hadis tentang haul adalah hadis lemah (dhaif). Al-Qaradhawi sebenarnya mengikuti pendapat Imam Ibnu Hazm yang melemahkan hadis haul dari jalur Ali bin Abi Thalib RA, karena ada perawi bernama Jarir bin Hazim yang dinilai lemah. (Al-Qaradhawi, Fiqh az-Zakah, I/494; Ibnu Hazm, Al-Muhalla, VI/70). Padahal Ibnu Hazm telah meralat penilaiannya, dan lalu mengakui bahwa Jarir bin Hazim adalah perawi hadis yang sahih. (Ibnu Hazm, Al-Muhalla, VI/74).

Kesimpulannya, zakat profesi tidak wajib dalam Islam karena dalil-dalilnya sangat lemah. Maka uang hasil profesi tidak sah dikeluarkan zakatnya saat menerima, tapi wajib digabungkan lebih dulu dengan uang yang sudah dimiliki sebelumnya. Zakat baru dikeluarkan setelah uang gabungan itu mencapai nishab dan berlalu haul atasnya. (Ali as-Salus, Mausu’ah al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Mu’ashirah, hal. 523). Wallahu a’lam.

Yogyakarta, 13 Agustus 2010

Muhammad Shiddiq al-Jawi

Barangkali bentuk penghasilan yang paling menyolok padazaman sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaandan profesinya. Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertamaadalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantungkepada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak.Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakanpenghasilan profesional, seperti penghasilan seorang doktor,insinyur, advokat seniman, penjahit, tukang kayu danlain-lainnya. Yang kedua, adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buatpihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangandengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan tangan, otak,ataupun kedua- duanya. Penghasilan dari pekerjaan sepertiitu berupa gaji, upah, ataupun honorarium. Wajibkah kedua macam penghasilan yang berkembang sekarangitu dikeluarkan zakatnya ataukah tidak? Bila wajib,berapakah nisabnya, besar zakatnya, dan bagaimana tinjauanfikih Islam tentang masalah itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu sekali memperolehjawaban pada masa sekarang, supaya setiap orang mengetahuikewajiban dan haknya. Bentuk-bentuk penghasilan denganbentuknya yang modern, volumenya yang besar, dan sumbernyayang luas itu, merupakan sesuatu yang belum dikenal olehpara ulama fikih pada masa silam. Kita menguraikan jawabanpertanyaan-pertanyaan tersebut dalam tiga pokok fasal: 1. Pandangan fikih tentang penghasilan dan profesi, serta pendapat para ulama fikih pada zaman dulu dan sekarang tentang hukumnya, serta penjelasan tentang pendapat yang kuat.2. Nisab, besarnya, dan cara menetapkannya.3. Besar zakatnya. 

Page 22: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

 PANDANGAN FIKIH TENTANG PENGHASILAN DAN PROFESI PENDAPAT MUTAKHIR Guru-guru seperti Abdur Rahman Hasan, Muhammad Abu Zahrahdan Abdul Wahab Khalaf telah mengemukakan persoalan inidalam ceramahnya tentang zakat di Damaskus pada tahun 1952.Ceramah mereka tersebut sampai pada suatu kesimpulan yangteksnya sebagai berikut: "Penghasilan dan profesi dapat diambil zakatnya bila sudahsetahun dan cukup senisab. Jika kita berpegang kepadapendapat Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan Muhammad bahwa nisabtidak perlu harus tercapai sepanjang tahun, tapi cukuptercapai penuh antara dua ujung tahun tanpa kurang ditengah-tengah kita dapat menyimpulkan bahwa denganpenafsiran tersebut memungkinkan untuk mewajibkan zakat atashasil penghasilan setiap tahun, karena hasil itu jarangterhenti sepanjang tahun bahkan kebanyakan mencapai keduasisi ujung tahun tersebut. Berdasar hal itu, kita dapatmenetapkan hasil penghasilan sebagai sumber zakat, karenaterdapatnya illat (penyebab), yang menurut ulama-ulama fikihsah, dan nisab, yang merupakan landasan wajib zakat." "Dan karena Islam mempunyai ukuran bagi seseorang - untukbisa dianggap kaya - yaitu 12 Junaih emas menurut ukuranJunaih Mesir lama maka ukuran itu harus terpenuhi pula buatseseorang untuk terkena kewajiban zakat, sehingga jelasperbedaan antara orang kaya yang wajib zakat dan orangmiskin penerima zakat. Dalam hal ini, mazhab Hanafi lebih jelas, yaitu bahwa jumlahsenisab itu cukup terdapat pada awal dan akhir tahun sajatanpa harus terdapat di pertengahan tahun. Ketentuan ituharus diperhatikan dalam mewajibkan zakat atas hasilpenghasilan dan profesi ini, supaya dapat jelas siapa yangtergolong kaya dan siapa yang tergolong miskin, seorangpekerja profesi jarang tidak memenuhi ketentuan tersebut." Mengenai besar zakat, mereka mengatakan, "Penghasilan danprofesi, kita tidak menemukan contohnya dalam fikih, selainmasalah khusus mengenai penyewaan yang dibicarakan Ahmad. Iadilaporkan berpendapat tentang seseorang yang menyewakanrumahnya dan mendapatkan uang sewaan yang cukup nisab, bahwaorang tersebut wajib mengeluarkan zakatnya ketikamenerimanya tanpa persyaratan setahun. Hal itu padahakikatnya menyerupai mata penghasilan, dan wajibdikeluarkan zakatnya bila sudah mencapai satu nisab." Hal itu sesuai dengan apa yang telah kita tegaskan lebihdahulu, bahwa jarang seseorang pekerja yang penghasilannyatidak mencapai nisab seperti yang telah kita tetapkan,meskipun tidak cukup di pertengahan tahun tetapi cukup padaakhir tahun. Ia wajib mengeluarkan zakat sesuai dengan nisabyang telah berumur setahun. GAJI DAN UPAH ADALAH HARTA PENDAPATAN Akibat dari tafsiran itu, kecuali yang menentang, - adalahbahwa zakat wajib dipungut dari gaji atau semacamnya sebulandari dua belas bulan. Karena ketentuan wajib zakat adalahcukup nisab penuh pada awal tahun atau akhir tahun.

Page 23: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

 Yang menarik adalah pendapat guru-guru besar tentang hasilpenghasilan dan profesi dan pendapatan dari gaji ataulain-lainnya di atas, bahwa mereka tidak menemukanpersamaannya dalam fikih selain apa yang dilaporkan tentangpendapat Ahmad tentang sewa rumah diatas. Tetapisesungguhnya persamaan itu ada yang perlu disebutkan disini, yaitu bahwa kekayaan tersebut dapat digolongkan kepadakekayaan penghasilan, "yaitu kekayaan yang diperolehseseorang Muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuaidengan syariat agama. Jadi pandangan fikih tentang bentukpenghasilan itu adalah, bahwa ia adalah "harta penghasilan." Sekelompok sahabat berpendapat bahwa kewajiban zakatkekayaan tersebut langsung, tanpa menunggu batas waktusetahun. Diantara mereka adalah Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud,Mu'awiyah, Shadiq, Baqir, Nashir, Daud, dan diriwayatkanjuga Umar bin Abdul Aziz, Hasan, Zuhri, serta Auza'i. Pendapat-pendapat dan sanggahan-sanggahan terhadap pendapat-pendapat itu telah pernah ditulis dalam buku-buku yang sudahberada di kalangan para peneliti, misalnya al-Muhalla olehIbnu Hazm, jilid 4: 83 dan seterusnya al-Mughni oleh IbnuQudamah jilid 2: 6 Nail-Authar jilid 4: 148 Rudz an-Nadzirjilid 2; 41 dan Subul as-Salam jilid 2: 129. MENCARI PENDAPAT YANG LEBIH KUAT TENTANG ZAKAT PROFESI Yang mendesak, mengingat zaman sekarang, adalah menemukanhukum pasti "harta penghasilan" itu, oleh karena terdapathal-hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa hasilpenghasilan, profesi, dan kekayaan non-dagang dapatdigolongkan kepada "harta penghasilan" tersebut. Bilakekayaan dari satu kekayaan, yang sudah dikeluarkanzakatnya, yang di dalamnya terdapat "harta penghasilan" itu,mengalami perkembangan, misalnya laba perdagangan danproduksi binatang ternak maka perhitungan tahunnya disamakandengan perhitungan tahun induknya. Hal itu karena hubungankeuntungan dengan induknya itu sangat erat. Berdasarkan hal itu, bila seseorang sudah memiliki satunisab binatang ternak atau harta perdagangan, maka dasar danlabanya bersama-sama dikeluarkan zakatnya pada akhir tahun.Ini jelas. Berbeda dengan hal itu, "harta penghasilan" dalambentuk uang dari kekayaan wajib zakat yang belum cukupmasanya setahun, misalnya seseorang yang menjual hasiltanamannya yang sudah dikeluarkan zakatnya 1/10 atau 1/20,begitu juga seseorang menjual produksi ternak yang sudahdikeluarkan zakatnya, maka uang yang didapat dari hargabarang tersebut tidak dikeluarkan zakatnya waktu itu juga.Hal itu untuk menghindari adanya zakat ganda, yang dalamperpajakan dinamakan "Tumpang Tindih Pajak." Yang kita bicarakan disini, adalah tentang "hartapenghasilan," yang berkembang bukan dari kekayaan lain,tetapi karena penyebab bebas, seperti upah kerja, investasimodal, pemberian, atau semacamnya, baik dari sejenis dengankekayaan lain yang ada padanya atau tidak. Berlaku jugakah ketentuan setahun penuh bagi zakat kekayaanhasil kerja ini? Ataukah digabungkan dengan zakat hartanyayang sejenis dan ketentuan waktunya mengikuti waktu setahunharta lainnya yang sejenis itu? Atau wajib zakat terhitung

Page 24: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

saat harta tersebut diperoleh dan susah terpenuhisyarat-syarat zakat yang berlaku seperti cukup senisab,bersih dari hutang, dan lebih dari kebutuhan-kebutuhanpokok? Yang jelas ketiga pendapat tersebut diatas adalah pendapatulama- ulama fikih meskipun yang terkenal banyak di kalanganpara ulama fikih itu adalah bahwa masa setahun merupakansyarat mutlak setiap harta benda wajib zakat, harta bendaperolehan maupun bukan. Hal itu berdasarkan hadis-hadismengenai ketentuan masa setahun tersebut dan penilaian bahwahadis-hadis tersebut berlaku bagi semua kekayaan termasukharta hasil usaha. Di bawah ini dijelaskan tingkatan kebenaran hadis-hadistentang ketentuan setahun tersebut dan sejauh mana para imamhadis membenarkannya.

NISAB MATA PENGHASILAN DAN PROFESI Kita sudah mengetahui, bahwa Islam tidak mewajibkan zakatatas seluruh harta benda, sedikit atau banyak, tetapimewajibkan zakat atas harta benda yang mencapai nisab,bersih dari hutang, serta lebih dari kebutuhan pokokpemiliknya. Hal itu untuk menetapkan siapa yang tergolongseorang kaya yang wajib zakat karena zakat hanya dipungutdari orang-orang kaya tersebut, dan untuk menetapkan arti"lebih" ('afw) yang dijadikan Quran sebagai sasaran zakattersebut. Allah berfirman "Mereka bertanya kepadamu tentangapa yang mereka nafkahkan Katakanlah, "Yang lebih darikeperluan." (al-Baqarah: 219). Dan Rasulullah s.a.w.bersabda: "Kewajiban zakat hanya bagi orang kaya." "Mulailahdari orang yang menjadi tanggunganmu." Hal itu sudahditegaskan dalam syarat-syarat kekayaan yang wajib zakat.Bila zakat wajib dikeluarkan bila cukup batas nisab, makaberapakah besar nisab dalam kasus ini? Muhammad Ghazali dalam diskusi diatas cenderung untukmengukurnya menurut ukuran tanaman dan buah-buahan. Siapayang memiliki pendapatan tidak kurang dari pendapatanseorang petani yang wajib mengeluarkan zakat maka orang ituwajib mengeluarkan zakatnya. Artinya, siapa yang mempunyaipendapatan yang mencapai lima wasaq (50 kail Mesir) atau 653kg, dari yang terendah nilainya yang dihasilkan tanahseperti gandum, wajib berzakat. Ini adalah pendapat yangbenar. Tetapi barangkali pembuat syariat mempunyai maksudtertentu dalam menentukan nisab tanaman kecil, karenatanaman merupakan penentu kehidupan manusia. Yang palingpenting dari besar nisab tersebut adalah bahwa nisab uangdiukur dari nisab tersebut yang telah kita tetapkan sebesarnilai 85 gram emas. Besar itu sama dengan dua puluh misqalhasil pertanian yang disebutkan oleh banyak hadis. Banyakorang memperoleh gaji dan pendapatan dalam bentuk uang, makayang paling baik adalah menetapkan nisab gaji ituberdasarkan nisab uang. TINGGAL SATU PERSOALAN LAGI Orang-orang yang memiliki profesi itu memperoleh danmenerima pendapatan mereka tidak teratur, kadang-kadangsetiap hari seperti pendapatan seorang dokter, kadang-kadang

Page 25: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

pada saat-saat tertentu seperti advokat dan kontraktor sertapenjahit atau sebangsanya, sebagian pekerja menerima upahmereka setiap minggu atau dua minggu, dan kebanyakan pegawaimenerlma gaji mereka setiap bulan, lalu bagaimana kitamenentukan penghasilan mereka itu? Disini kita bertemu dengan dua kemungkinan: 1. Memberlakukan nisab dalam setiap jumlah pendapatan atau penghasilan yang diterima. Dengan demikian penghasilan yang mencapai nisab seperti gaji yang tinggi dan honorarium yang besar para pegawai dan karyawan, serta pembayaran-pembayaran yang besar kepada para golongan profesi, wajib dikenakan zakat, sedangkan yang tidak mencapai nisab tidak terkena. Kemungkinan ini dapat dibenarkan, karena membebaskan orang-orang yang mempunyai gaji yang kecil dari kewajiban zakat dan membatasi kewajiban zakat hanya atas pegawai-pegawai tinggi dan tergolong tinggi saja. Ini lebih mendekati kesamaan dan keadilan sosial. Disamping itu juga merupakan realisasi pendapat sahabat dan para ulama fikih yang mengatakan bahwa penghasilan wajib zakatnya pada saat diterima bila mencapai nisab. Tetapi menurut ketentuan wajib zakat atau penghasilan itu bila masih bersisa di akhir tahun dan cukup senisab. Tetapi bila kita harus menetapkan nisab untuk setiap kali upah, gaji, atau pendapatan yang diterima, berarti kita membebaskan kebanyakan golongan profesi yang menerima gaji beberapa kali pembayaran dan jarang sekali cukup nisab dari kewajiban zakat, sedangkan bila seluruh gaji itu dari satu waktu itu dikumpulkan akan cukup senisab bahkan akan mencapai beberapa nisab. Begitu juga halnya kebanyakan para pegawai dan pekerja. 2. Disini timbul kemungkinan yang kedua, yaitu mengumpulkan gaji atau penghasilan yang diterima berkali-kali itu dalam waktu tertentu. Kita menemukan ulama-ulama fikih yang berpendapat seperti itu dalam kasus nisab pertambangan, bahwa hasil yang diperoleh dari waktu ke waktu yang tidak pernah terputus ditengah akan lengkap-melengkapi untuk mencapai nisab. Para ulama fikih itu juga berbeda pendapat tentang penyatuan hasil tanaman dan buah-buahan antara satu dengan yang lain dalam satu tahun. Mazhab Hanbali berpendapat bahwa hasil bermacam-macam jenis tanaman dan buah-buahan selama satu tahun penuh dikumpulkan jadi satu untuk mencapai nisab, sekalipun tempat tanaman tidak satu dan menghasilkan dua kali dalam satu tahun. Jika buah-buahan tersebut menghasilkan dua kali dalam setahun, maka hasil seluruhnya dikumpulkan untuk mencapai satu nisab, karena kedua penghasilan tersebut adalah buah-buahan yang dihasilkan dalam satu tahun, sama halnya dengan jagung yang berbuah dua kali. Atas dasar ini dapat kita katakan bahwa satu tahun merupakansatu kesatuan menurut pandangan pembuat syariat, begitu jugamenurut pandangan ahli perpajakan modern. Oleh karena itulahketentuan setahun diberlakukan dalam zakat. Fakta adalah bahwa para pemerintahan mengatur gajipegawainya berdasarkan ukuran tahun, meskipun dibayarkanperbulan karena kebutuhan pegawai yang mendesak. Berdasarkan hal itulah zakat penghasilan bersih seorangpegawai dan golongan profesi dapat diambil dari dalam

Page 26: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

setahun penuh, jika pendapatan bersih setahun itu mencapaisatu nisab. Semoga pendapat-pendapat sebagian ulama fikihyang menegaskan bahwa harta penghasilan wajib zakat dan caramengeluarkan zakatnya seperti yang diterangkan mereka, dapatmembantu kita dalam menetapkan kebijaksanaan wajib zakatatas penghasilan pegawai dan golongan profesi tersebut.

BAGAIMANA CARA PENGELUARAN ZAKAT HARTA PENGHASILAN? Ulama-ulama salaf yang berpendapat bahwa harta penghasilanwajib zakat, diriwayatkan mempunyai dua cara dalammengeluarkan zakatnya: 1. Az-Zuhri berpendapat bahwa bila seseorang memperoleh penghasilan dan ingin membelanjakannya sebelum bulan wajib zakatnya datang, maka hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu terlebih dahulu dari membelanjakannya, dan bila tidak ingin membelanjakannya maka hendaknya ia mengeluarkan zakatnya bersamaan dengan kekayaannya yang lain-lain. Hal serupa atau dekat dengan pendapat tersebut adalah pendapat Auza'i tentang seseorang yang menjual hambanya atau rumahnya bahwa ia wajib mengeluarkan zakat sesudah menerima uang penjualan ditangannya, kecuali bila ia mempunyai bulan tertentu untuk mengeluarkan zakat, maka ia hendaknya mengeluarkan zakat uang penjualan tersebut bersamaan dengan hartanya yang lain tersebut. Ini berarti bahwa bila seseorang mempunyai harta yang sebelumnya harus dikeluarkan zakatnya dan mempunyai masa tahun tertentu maka hendaknya ia mengundurkan pengeluaran zakat penghasilannya itu bersamaan dengan hartanya yang lain, kecuali bila ia kuatir penghasilannya itu terbelanjakan sebelum datang masa tahunnya tersebut yang dalam hal ini ia hendaknya segera mengeluarkan zakatnya. 2. Makhul berpendapat bahwa bila seseorang harus mengeluarkan zakat ada bulan tertentu kemudian memperoleh uang tetapi kemudian dibelanjakannya, maka uang itu tidak wajib zakat, yang wajib zakat hanya uang yang sudah datang bulan untuk mengeluarkan zakatnya itu. Tetapi bila ia tidak harus mengeluarkan zakat pada bulan tertentu kemudian ia memperoleh uang, maka ia harus mengeluarkan zakatnya pada waktu uang tadi diperoleh. Pendapat itu dengan demikian memberikan keistimewaan kepadaorang-orang yang mempunyai uang yang harus dikeluarkanzakatnya pada bulan tertentu itu, dan tidak memberikankeistimewaan kepada orang yang tidak mempunyai uang sepertiitu. Yaitu membolehkan orang-orang yang pertama tadimembelanjakan penghasilannya tanpa mengeluarkan zakatkecuali bila masih bersisa sampai bulan tertentu yangdikeluarkan zakatnya bersamaan dengan kekayaannya yang lain,sedangkan mereka yang tidak mempunyai kekayaan lain harusmengeluarkan zakat penghasilannya pada waktu menerimapenghasilan tersebut. Kesimpulannya: memberikan keringanankepada orang yang mempunyai kekayaan lain dan memberi bebanberat kepada orang yang tidak mempunyai kekayaan selainpenghasilannya tersebut. Dalam masalah ini yang lebih kuat menurut saya adalahpendapat bahwa penghasilan yang mencapai nisab wajib diambil

Page 27: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

zakatnya, sebagaimana yang dikatakan Zuhri dan Auza'i, baikdengan mengeluarkan zakatnya begitu diterima ini khususnyabagi mereka yang tidak mempunyai kekayaan lain yang bermasawajib zakat tertentu ataupun dengan mengundurkan pengeluaranzakat sampai batas setahun bersamaan dengan kekayaannya yanglain bila ia tidak kuatir akan membelanjakannya, tetapi bilaia kuatir penghasilan itu akan terbelanjakan olehnya, makaia harus mengeluarkan zakatnya segera. Dan juga sekalipun iamembelanjakan penghasilannya itu, maka zakatnya tetapmenjadi tanggungjawabnya, dan bila tidak mencapai nisab,zakatnya dipungut berdasar pendapat Makhul yaitu bahwakekayaan yang sudah sampai bulan pengeluaran zakat harusdikeluarkan zakatnya, kekayaan yang harus dibelanjakan untuknafkah sendiri dan tanggungannya tidak diambil zakatnya, danbila ia tidak mempunyai harta lain, ia harus mengeluarkanzakatnya pada waktu tertentu, sedangkan penghasilan yangtidak mencapai nisab, tidak wajib zakat sampai mencapainisab bersama dengan kekayaan lain yang harus dikeluarkanzakatnya pada waktu itu dan masa sampainya dimulai dari saattersebut. Pemilihan pendapat yang lebih kuat diatas berarti memberikankeringanann kepada orang-orang yang mempunyai gaji kecilyang tidak cukup senisab dan kepada mereka yang menerimagaji kecil pada waktu-waktu tertentu yang per satu kaliwaktu tidak cukup senisab. Pengeluaran Zakat Pendapatan dan Gaji Bersih Setelah kita menegaskan pendapat yang terpilih tentangkewajiban zakat atas gaji, upah, dan sejenisnya, maka kitamenegaskan pula bahwa zakat tersebut hanya diambil daripendapatan bersih. Pengambilan dari pendapatan atau gaji bersih dimaksudkansupaya hutang bisa dibayar bila ada dan biaya hidup terendahseseorang dan yang menjadi tanggungannya bisa dikeluarkankarena biaya terendah kehidupan seseorang merupakankebutuhan pokok seseorang, sedangkan zakat diwajibkan atasjumlah senisab yang sudah melebihi kebutuhan pokoksebagaimana telah kita tegaskan di atas. Juga harusdikeluarkan biaya dan ongkos-ongkos untuk melakukanpekerjaan tersebut, berdasarkan pada pengqiasannya kepadahasil bumi dan kurma serta sejenisnya, bahwa biaya harusdikeluarkan terlebih dahulu baru zakat dikeluarkan zakatnyadari sisa. Itu adalah pendapat 'Atha dan lain-lain. Berdasarkan hal itu maka sisa gaji dan pendapatan setahunwajib zakat bila mencapai nisab uang, sedangkan gaji danupah setahun yang tidak mencapai nisab uang - setelahbiaya-biaya diatas dikeluarkan misalnya gaji pekerja-pekerjadan pegawai-pegawai kecil, tidak wajib zakat. PERHATIAN Bila seseorang sudah mengeluarkan zakat gaji, penghasilan,atau sejenisnya pada waktu menerimanya, maka tidak wajibzakat lagi pada waktu masa tempo tahunnya sampai, sehinggatidak terjadi kewajiban mengeluarkan zakat dua kali padasatu kekayaan dalam satu tahun. Karena itulah kitamenegaskan dalam pembahasan mengenai harta penghasilan bahwabila seseorang mempunyai penghasilan itu maka ia harusmenangguhkan pengeluaran zakatnya sampai bersamaan dengan

Page 28: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

pengeluaran zakat kekayaannya yang lain yang sudah jatuhtempo zakatnya, bila ia tidak kuatir penghasilannya itu akanterbelanjakan olehnya sebelum temponya sendiri jatuh. Kita berikan contoh tentang itu bahwa seseorang mempunyaikekayaan yang dikeluarkan zakatnya setiap tahun pada awalbulan Muharram, bila ia memperoleh penghasilan, gajinyaumpamanya pada bulan Safar atau Rabiul Awal atau bulan-bulansesudahnya dan ia sudah mengeluarkan zakatnya pada waktumenerimanya, maka ia tidak waJib lagi mengeluarkan zakatnyasekali lagi pada akhir tempo bersama dengan kekayaannya yanglain itu, tetapi mengeluarkan zakat dari penghasilantersebut atau sisanya pada masa tempo kedua, sehingga kitatidak mempersukar diri sendiri sedangkan Allah telahmenegakkan syariat-Nya atas dasar kemudahan.

BESAR ZAKAT PENGHASILAN DAN SEJENISNYA Berapakah besar zakat yang ditetapkan atas berbagai macampenghasilan dan pendapatan? Masalah yang diundang olehMuhammad Ghazali agar para ulama dan ilmuwan bekerjasamamembahasnya, maka kita setelah mengadakan penelitian danpengkajian, sampai pada satu pendapat yang kita paparkansebagai berikut: Penghasilan yang diperoleh dari modal saja atau dari modalkerja seperti penghasilan pabrik, gedung, percetakan, hotel,mobil, kapal terbang dan sebangsanya-besar zakatnya adalahsepersepuluh dari pendapatan bersih setelah biaya, hutang,kebutuhan-kebutuhan pokok dan lain-lainnya dikeluarkan,berdasarkan qias kepada penghasilan dari hasil pertanianyang diairi tanpa ongkos tambahan. Diatas kita sudah bertemu dengan pendapat Abu Zahrah danteman-temannya mengenai zakat gedung dan pabrik bahwa bilamungkin diketahui pendapatan bersih setelah dikeluarkanongkos-ongkos dan biaya-biaya, seperti keadaan dalamperusahaan industri, maka zakatnya diambil dari pendapatanbersih sebesar sepersepuluh, dan jika tidak mungkindiketahui pendapatan bersih seperti berbagai macam gedungdan sejenisnya, maka zakatnya diambil dari pendapatantersebut sebesar sepersepuluh. Klasifikasinya itu dapatditerima. Yang kita maksudkan dengan modal disini adalah modal yangdikembangkan di luar sektor perdagangan. Sedangkan modalyang tersebar dalam sektor perdagangan maka zakatnya diambildari modal beserta keuntungannya sebesar seperempat puluh,sebagaimana sudah dijelaskan dalam pembahasan mengenai halitu. Tetapi pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan saja sepertipendapatan pegawai dan golongan profesi yang mereka perolehdari pekerjaan mereka, maka besar zakat yang wajibdikeluarkan adalah seperempat puluh, sesuai dengan keumumannash yang mewajibkan zakat uang sebanyak seperempat puluh,baik harta penghasilan maupun yang harta yang bermasa tempo,dan sesuai dengan kaedah Islam yang menegaskan bahwakesukaran dapat meringankan besar kewajiban serta mengikutitindakan Ibnu Mas'ud dan Mu'awiyah yang telah memotongsebesar tertentu, berupa zakat, dari gaji para tentara danpara penerima gaji lainnya langsung di dalam kantor

Page 29: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

pembayaran gaji, juga sesuai dengan apa yang diterapkan olehkhalifah Umar bin Abdul Aziz. Pengqiasan penghasilan kepadapemberian atau gaji yang diberikan oleh khalifah kepadatentara itu lebih kuat dari pengqiasannya kepada hasilpertanian. Sedang yang lebih tepat diqiaskan kepadapendapatan hasil pertanian adalah pendapatan darigedung-gedung, pabrik-pabrik, dan sejenisnya berupamodal-modal yang memberikan penghasilan sedangkan modaltersebut tetap utuh. Ini berarti bahwa besar zakat pendapatan kerja lebih ringandari besar zakat pendapatan modal atau modal kerja. Inilahyang diterapkan oleh sistem perpajakan modern yang oleh paraahli moneter dihimbau agar keadilan diterapkan melaluipenetapan pajak berdasarkan kuat atau lemahnya sumberpendapatan tersebut sehingga salah satu ciri pentingkepribadian pajak pendapatan adalah perhitungan atas sumberpendapatan tersebut. Dan karena sumber pendapatan padapokoknya tidak keluar dari tiga hal, yaitu modal, kerja, dangabungan antara modal dan kerja, maka ketentuan dalam duniaperpajakan adalah bahwa besar pajak pendapatan atas modaltetap atau yang berkembang mempunyai urutan lebih tinggidaripada besar pajak yang dikenakan atas penghasilan darikerja. Karena modal merupakan sumber yang lebih stabil danmantap, sedangkan kerja merupakan sumber yang paling tidakstabil. Mereka menegaskan bahwa perhatian terhadap sumberpendapatan seharusnya menyebabkan pajak yang ditetapkandapat mengurangi beban pajak, orang-orang yang memperolehpendapatan dari sumber yang lemah, dan itu berarti berperanaktif mewujudkan keadilan dalam distribusi pendapatan. Bahkan sebagian orang-orang sosialis lebih ekstrim lagi,yang menghimbau agar penghasilan dari kerja dapat dibebaskandari segala macam pajak untuk mendorong kerja tersebut. Namun pandangan Islam mengenai zakat adalah bahwa zakatmerupakan lambang pensyukuran nikmat, pembersihan jiwa,pembersihan harta, dan pemberian hak Allah, hak masyarakat,dan hak orang yang lemah. Pandangan itu menegaskan bahwazakat wajib dipungut dari hasil kerja sebagaimana juga wujuddipungut dari pendapatan-pendapatan yang lain, meskipunbesar zakat masing-masing berbeda-beda. Catatan kaki:  1 Halqa ad-Dirasa al-Ijtima'iyya: 248. 2 Ibid. 3 Penentangan yang paling jelas adalah keluhan kebanyakan pegawai bahwa mereka sudah membelanjakan gaji mereka beberapa hari setelah diterima sampai meminjam lagi. Dalam hal ini secara ijmak waktu setahun tidak terpenuhi. 4 Lihat Ibnu Hazm, al-Mahalla, jilid 4:3 dan Nashb ar-Rayah, jilid 2: 28-329. 5 Sunan Turmizi, kitab zakat, bab zakat emas dan uang. 6 Mukhtashar as-Sunan, jilid 2: 191. 7 Mizan al-I'tidal, jilid 2: 352-353. Terjemah no. 4052. 8 Ibid: 182. 9 Lihat riwayatnya dalam al-Mizan, no. 1918, jilid 1: 513-515.10 At-Talkhish: 175.11 Ibid, 175.12 Nushbu ar-Riwayah, jilid 2: 330.13 At-Talkhis, 175.14 Tahdhib Sunan Abi Daud, jilid 2: 189.

Page 30: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

15 Al-Mizan, jilid 1: 445-446, terjemah no. 1659.16 Turmizi bisyarhi Ibni al-Arabi, jilid 3: 125-126.17 Lihat as-Sunan al-Kubra. jilid 4: 95 dan at-Takhsish; 175.18 Ibnu Hazm meriwayatkan hadis-hadis tersebut dengan sanadnya di dalam al-Muhalla, jilid 5: 276.19 Al-Muhalla, jilid 4: 83; diriwayatkan oleh Abu Ubaid dalam al-Amwal: 413-414 dan menafsirkannya terlalu jauh.20 Ibid, hal 84-85 dan terdapat perbedaan riwayat dari Umar bin Abdul Aziz dan Hasan.21 Al-Amwal; 413 dan diriwayatkan dari sumber.22 Al-Mushannif, jilid 3: 160, cetakan Hyderabad.23 Al-Amwal, hal. 412.24 Al-Mushannif, jilid 3: 114, cetakan Hyderabad.25 Ia berbicara dalam Mujma' az-Zawaid, jilid 3: 68 dan orang-orangnya adalah shahih kecuali Hubairah yang adalah thiqah.26 Ia juga telah membantu Abu Ubaid dalam penafsiran versi lain dari yang telah ditafsirkan oleh orang lain. Ia berkata, bahwa mereka meriwayatkan dari Sufyan dari Khushaif dari Abu Ubaidah dari Abdullah, "Barangsiapa memperoleh harta benda, maka tidak ada zakat didalamnya sehingga lewat setahun." Tetapi hadis tersebut lemah karena dua sebab: a. Bahwa Abu Ubaid berkata: "Mereka meriwayatkan dari Sufyan. Sedang dia sendiri tidak menyebutkan penyambung dia dan Sufyan. b. Bahwa Khushaif-meskipun ia banyak benarnya dituduh salah, hafalan jelek dan banyak dugaan serta banyak ragu, yang tidak bisa dijadikan landasan hukum. Barangkali yang paling benar adalah apa yang dikatakan oleh Ibnu Hiban. "Ia adalah seorang tua yang shaleh, ahli fikih, selalu tekun beribadah, tapi dia sering salah meriwayatkan hadis, selalu lain daripada hadis-hadis masyhur. Dia banyak benarnya dalam riwayatnya tetapi yang diragukan adalah untuk menerima ia benar dan mau menghindari yang tidak sesuai dengannya, tetapi ia adalah di antara orang yang dipilih Allah tentang hal tersebut (lihat Tahdhib at-Tahdhib, jilid 3: 143-144). Di sini kita melihat riwayat-riwayat yang shahih dari Ibnu Mas'ud bertentangan dengan riwayat Khushaif, yang membuat kita tidak boleh menganggap tidak benar.27 Al-Muwaththa ma'a al-Muntaqa, jilid 2: 95.28 Al-Amwal; 432.29 Al-Mushannif; 85.30 Lihat al-Mughni jilid 2: 626 dan jilid 3: 29 dan 47.31 Ar-Raudh an-Nadhir, jilid 2: 411 dan Nail al-Authar, jilid 4: 148.32 Ar-Raudh an-Nadhir, jilid 2: 411.33 Ibnu Hazm, al-Muhalla, jilid 4: 84.34 Ibid.35 Ibid.36 Ibnu Hazm, al-Muhalla, jilid 6: 84.37 Ia berkata dalam Majma' az-Zawaid "orang-orangnya adalah orang-orang shahih kecuali Hubairah yang tidak dipercaya" (jilid 3: 68).38 Ibnu Syaibah, Mushannif, jilid 4: 42-44, penerbit Maltan.39 Ibid.40 Lihat Syarh al-Muntwqa 'ala al-Muwaththa, jilid 2: 95. penerbit as-Sa'adah.41 Bukhari, Shahih al-Bukhari, kitab zakat dalam bab "Setiap Muslim Wajib Sedekah," jilid 2: 143, penerbit asy-Syaib.42 Menurut saya bahkan juga atas petani penyewa yang tidak memiliki kurang satu qirat tanah pun jika tanahnya menghasilkan lima puluh kail jagung atau gandum sebagaimana

Page 31: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

pendapat Jumhur.43 Muhammad Ghazali. al-Islam wa al-Audza al-Iqtishadiyyah; 166-168. cet. kelima.44 Perhatikan kembali apa yang kami tulis dalam pendahuluan tentang kaidah-kaidah yang kita pergunakan dalam memilih dan mentarjih pendapat-pendapat.45 Ini berdasarkan ukuran nisab dua puluh misqal emas. Adapun jika berdasarkan ukuran perak, jarang sekali terjadi bahwa gaji tidak mencapai nisab.46 Lihat Syarh Ghayah al-Muntaha, jilid 2: 59.47 Ibnu Abi Syaibah, al-Mushannif; jilid 4: 30.48 Al-Mughni, jilid 2: 626, cet. al-Mannar ketiga.49 Al-Mushannif; jilid 4: 30.50 Lihat ketentuan "Lebih dari Kebutuhan Pokok" dalam fasal pertama bab ini, dan didalam fasal dari bab ini juga.51 Lihat Dr. Muhammad Fuad Ibrahim, Mabadi' 'ilm al-Maliyah al-'Ammah, jilid 1: 284.

Barangkali bentuk penghasilan yang paling menyolok padazaman sekarang ini adalah apa yang diperoleh dari pekerjaandan profesinya. Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertamaadalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantungkepada orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak.Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakanpenghasilan profesional, seperti penghasilan seorang doktor,insinyur, advokat seniman, penjahit, tukang kayu danlain-lainnya. Yang kedua, adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buatpihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangandengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan tangan, otak,ataupun kedua- duanya. Penghasilan dari pekerjaan sepertiitu berupa gaji, upah, ataupun honorarium. Wajibkah kedua macam penghasilan yang berkembang sekarangitu dikeluarkan zakatnya ataukah tidak? Bila wajib,berapakah nisabnya, besar zakatnya, dan bagaimana tinjauanfikih Islam tentang masalah itu? Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu sekali memperolehjawaban pada masa sekarang, supaya setiap orang mengetahuikewajiban dan haknya. Bentuk-bentuk penghasilan denganbentuknya yang modern, volumenya yang besar, dan sumbernyayang luas itu, merupakan sesuatu yang belum dikenal olehpara ulama fikih pada masa silam. Kita menguraikan jawabanpertanyaan-pertanyaan tersebut dalam tiga pokok fasal: 1. Pandangan fikih tentang penghasilan dan profesi, serta pendapat para ulama fikih pada zaman dulu dan sekarang tentang hukumnya, serta penjelasan tentang pendapat yang kuat.2. Nisab, besarnya, dan cara menetapkannya.3. Besar zakatnya.  PANDANGAN FIKIH TENTANG PENGHASILAN DAN PROFESI 

Page 32: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

PENDAPAT MUTAKHIR Guru-guru seperti Abdur Rahman Hasan, Muhammad Abu Zahrahdan Abdul Wahab Khalaf telah mengemukakan persoalan inidalam ceramahnya tentang zakat di Damaskus pada tahun 1952.Ceramah mereka tersebut sampai pada suatu kesimpulan yangteksnya sebagai berikut: "Penghasilan dan profesi dapat diambil zakatnya bila sudahsetahun dan cukup senisab. Jika kita berpegang kepadapendapat Abu Hanifah, Abu Yusuf, dan Muhammad bahwa nisabtidak perlu harus tercapai sepanjang tahun, tapi cukuptercapai penuh antara dua ujung tahun tanpa kurang ditengah-tengah kita dapat menyimpulkan bahwa denganpenafsiran tersebut memungkinkan untuk mewajibkan zakat atashasil penghasilan setiap tahun, karena hasil itu jarangterhenti sepanjang tahun bahkan kebanyakan mencapai keduasisi ujung tahun tersebut. Berdasar hal itu, kita dapatmenetapkan hasil penghasilan sebagai sumber zakat, karenaterdapatnya illat (penyebab), yang menurut ulama-ulama fikihsah, dan nisab, yang merupakan landasan wajib zakat." "Dan karena Islam mempunyai ukuran bagi seseorang - untukbisa dianggap kaya - yaitu 12 Junaih emas menurut ukuranJunaih Mesir lama maka ukuran itu harus terpenuhi pula buatseseorang untuk terkena kewajiban zakat, sehingga jelasperbedaan antara orang kaya yang wajib zakat dan orangmiskin penerima zakat. Dalam hal ini, mazhab Hanafi lebih jelas, yaitu bahwa jumlahsenisab itu cukup terdapat pada awal dan akhir tahun sajatanpa harus terdapat di pertengahan tahun. Ketentuan ituharus diperhatikan dalam mewajibkan zakat atas hasilpenghasilan dan profesi ini, supaya dapat jelas siapa yangtergolong kaya dan siapa yang tergolong miskin, seorangpekerja profesi jarang tidak memenuhi ketentuan tersebut." Mengenai besar zakat, mereka mengatakan, "Penghasilan danprofesi, kita tidak menemukan contohnya dalam fikih, selainmasalah khusus mengenai penyewaan yang dibicarakan Ahmad. Iadilaporkan berpendapat tentang seseorang yang menyewakanrumahnya dan mendapatkan uang sewaan yang cukup nisab, bahwaorang tersebut wajib mengeluarkan zakatnya ketikamenerimanya tanpa persyaratan setahun. Hal itu padahakikatnya menyerupai mata penghasilan, dan wajibdikeluarkan zakatnya bila sudah mencapai satu nisab." Hal itu sesuai dengan apa yang telah kita tegaskan lebihdahulu, bahwa jarang seseorang pekerja yang penghasilannyatidak mencapai nisab seperti yang telah kita tetapkan,meskipun tidak cukup di pertengahan tahun tetapi cukup padaakhir tahun. Ia wajib mengeluarkan zakat sesuai dengan nisabyang telah berumur setahun. GAJI DAN UPAH ADALAH HARTA PENDAPATAN Akibat dari tafsiran itu, kecuali yang menentang, - adalahbahwa zakat wajib dipungut dari gaji atau semacamnya sebulandari dua belas bulan. Karena ketentuan wajib zakat adalahcukup nisab penuh pada awal tahun atau akhir tahun. Yang menarik adalah pendapat guru-guru besar tentang hasilpenghasilan dan profesi dan pendapatan dari gaji atau

Page 33: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

lain-lainnya di atas, bahwa mereka tidak menemukanpersamaannya dalam fikih selain apa yang dilaporkan tentangpendapat Ahmad tentang sewa rumah diatas. Tetapisesungguhnya persamaan itu ada yang perlu disebutkan disini, yaitu bahwa kekayaan tersebut dapat digolongkan kepadakekayaan penghasilan, "yaitu kekayaan yang diperolehseseorang Muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuaidengan syariat agama. Jadi pandangan fikih tentang bentukpenghasilan itu adalah, bahwa ia adalah "harta penghasilan." Sekelompok sahabat berpendapat bahwa kewajiban zakatkekayaan tersebut langsung, tanpa menunggu batas waktusetahun. Diantara mereka adalah Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud,Mu'awiyah, Shadiq, Baqir, Nashir, Daud, dan diriwayatkanjuga Umar bin Abdul Aziz, Hasan, Zuhri, serta Auza'i. Pendapat-pendapat dan sanggahan-sanggahan terhadap pendapat-pendapat itu telah pernah ditulis dalam buku-buku yang sudahberada di kalangan para peneliti, misalnya al-Muhalla olehIbnu Hazm, jilid 4: 83 dan seterusnya al-Mughni oleh IbnuQudamah jilid 2: 6 Nail-Authar jilid 4: 148 Rudz an-Nadzirjilid 2; 41 dan Subul as-Salam jilid 2: 129. MENCARI PENDAPAT YANG LEBIH KUAT TENTANG ZAKAT PROFESI Yang mendesak, mengingat zaman sekarang, adalah menemukanhukum pasti "harta penghasilan" itu, oleh karena terdapathal-hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa hasilpenghasilan, profesi, dan kekayaan non-dagang dapatdigolongkan kepada "harta penghasilan" tersebut. Bilakekayaan dari satu kekayaan, yang sudah dikeluarkanzakatnya, yang di dalamnya terdapat "harta penghasilan" itu,mengalami perkembangan, misalnya laba perdagangan danproduksi binatang ternak maka perhitungan tahunnya disamakandengan perhitungan tahun induknya. Hal itu karena hubungankeuntungan dengan induknya itu sangat erat. Berdasarkan hal itu, bila seseorang sudah memiliki satunisab binatang ternak atau harta perdagangan, maka dasar danlabanya bersama-sama dikeluarkan zakatnya pada akhir tahun.Ini jelas. Berbeda dengan hal itu, "harta penghasilan" dalambentuk uang dari kekayaan wajib zakat yang belum cukupmasanya setahun, misalnya seseorang yang menjual hasiltanamannya yang sudah dikeluarkan zakatnya 1/10 atau 1/20,begitu juga seseorang menjual produksi ternak yang sudahdikeluarkan zakatnya, maka uang yang didapat dari hargabarang tersebut tidak dikeluarkan zakatnya waktu itu juga.Hal itu untuk menghindari adanya zakat ganda, yang dalamperpajakan dinamakan "Tumpang Tindih Pajak." Yang kita bicarakan disini, adalah tentang "hartapenghasilan," yang berkembang bukan dari kekayaan lain,tetapi karena penyebab bebas, seperti upah kerja, investasimodal, pemberian, atau semacamnya, baik dari sejenis dengankekayaan lain yang ada padanya atau tidak. Berlaku jugakah ketentuan setahun penuh bagi zakat kekayaanhasil kerja ini? Ataukah digabungkan dengan zakat hartanyayang sejenis dan ketentuan waktunya mengikuti waktu setahunharta lainnya yang sejenis itu? Atau wajib zakat terhitungsaat harta tersebut diperoleh dan susah terpenuhisyarat-syarat zakat yang berlaku seperti cukup senisab,bersih dari hutang, dan lebih dari kebutuhan-kebutuhan

Page 34: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

pokok? Yang jelas ketiga pendapat tersebut diatas adalah pendapatulama- ulama fikih meskipun yang terkenal banyak di kalanganpara ulama fikih itu adalah bahwa masa setahun merupakansyarat mutlak setiap harta benda wajib zakat, harta bendaperolehan maupun bukan. Hal itu berdasarkan hadis-hadismengenai ketentuan masa setahun tersebut dan penilaian bahwahadis-hadis tersebut berlaku bagi semua kekayaan termasukharta hasil usaha. Di bawah ini dijelaskan tingkatan kebenaran hadis-hadistentang ketentuan setahun tersebut dan sejauh mana para imamhadis membenarkannya.

Latar belakang

Adapun orang orang yang mensyariatkan zakat profesi memiliki alasan sebagai berikut:

Berbeda dengan sumber pendapatan dari pertanian, peternakan dan perdagangan, sumber pendapatan dari profesi tidak banyak dikenal di masa generasi terdahulu. Oleh karena itu pembahasan mengenai tipe zakat profesi tidak dapat dijumpai dengan tingkat kedetilan yang setara dengan tipe zakat yang lain. Namun bukan berarti pendapatan dari hasil profesi terbebas dari zakat, karena zakat secara hakikatnya adalah pungutan terhadap kekayaan golongan yang memiliki kelebihan harta untuk diberikan kepada golongan yang membutuhkan.

Referensi dari Al Qur'an mengenai hal ini dapat ditemui pada surat Al Baqarah ayat 267:

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"

[sunting] Waktu Pengeluaran

Berikut adalah beberapa perbedaan pendapat ulama mengenai waktu pengeluaran dari zakat profesi:

1. Pendapat As-Syafi'i dan Ahmad mensyaratkan haul (sudah cukup setahun) terhitung dari kekayaan itu didapat

2. Pendapat Abu Hanifah, Malik dan ulama modern, seperti Muh Abu Zahrah dan Abdul Wahab Khalaf mensyaratkah haul tetapi terhitung dari awal dan akhir harta itu diperoleh, kemudian pada masa setahun tersebut harta dijumlahkan dan kalau sudah sampai nisabnya maka wajib mengeluarkan zakat.

3. Pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Umar bin Abdul Aziz dan ulama modern seperti Yusuf Qardhawi tidak mensyaratkan haul, tetapi zakat dikeluarkan langsung ketika mendapatkan harta tersebut. Mereka mengqiyaskan dengan Zakat Pertanian yang dibayar pada setiap waktu panen. (haul:lama pengendapan harta)

Page 35: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

[sunting] Nisab

Nisab zakat pendapatan/profesi mengambil rujukan kepada nisab zakat tanaman dan buah-buahan sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg gabah setara dengan 520 kg beras. Hal ini berarti bila harga beras adalah Rp 4.000/kg maka nisab zakat profesi adalah 520 dikalikan 4000 menjadi sebesar Rp 2.080.000. Namun mesti diperhatikan bahwa karena rujukannya pada zakat hasil pertanian yang dengan frekuensi panen sekali dalam setahun, maka pendapatan yang dibandingkan dengan nisab tersebut adalah pendapatan selama setahun [http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Zakat/Prxcmzxcvnzxnc.zxnv,zxnvnzxv,mz

[sunting] Kadar Zakat

Penghasilan profesi dari segi wujudnya berupa uang. Dari sisi ini, ia berbeda dengan tanaman, dan lebih dekat dengan emas dan perak. Oleh karena itu kadar zakat profesi yang diqiyaskan dengan zakat emas dan perak, yaitu 2,5% dari seluruh penghasilan kotor. Hadits yang menyatakan kadar zakat emas dan perak adalah:

“Bila engkau memiliki 20 dinar emas, dan sudah mencapai satu tahun, maka zakatnya setengah dinar (2,5%)” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Al-Baihaqi).

[sunting] Perhitungan Zakat

Menurut Yusuf Qardhawi perhitungan zakat profesi dibedakan menurut dua cara:

1. Secara langsung, zakat dihitung dari 2,5% dari penghasilan kotor seara langsung, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Metode ini lebih tepat dan adil bagi mereka yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar: 2,5% X 3.000.000=Rp 75.000 per bulan atau Rp 900.000 per tahun.

2. Setelah dipotong dengan kebutuhan pokok, zakat dihitung 2,5% dari gaji setelah dipotong dengan kebutuhan pokok. Metode ini lebih adil diterapkan oleh mereka yang penghasilannya pas-pasan. Contoh: Seseorang dengan penghasilan Rp 1.500.000,- dengan pengeluaran untuk kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulannya, maka wajib membayar zakat sebesar : 2,5% X (1.500.000-1.000.000)=Rp 12.500 per bulan atau Rp 150.000,- per tahun.

Zakat produktif dan transformasi

3. arafat_hs | Aug 17, 2010 | Comments 04. Pengelolaan zakat yang produktif dapat mentrasformasikan seorang yang tadinya

miskin menjadi seorang yang mandiri. Bahkan dapat menjadi seorang muzakki (orang wajib zakat). Namun, sayangnya pengawasan di sektor ini masih lemah, pengelolaan zakat belum terintegrasi, dan kesadaran masyarakat masih rendah.

5. Hal itu diungkapkan Sri Adi Bramasetia, Sekretaris Jenderal Asosiasi Organisasi Pengelola Zakat Indonesia (Forum Zakat atau FOZ) yang juga Deputi Dirut PKPU. Sri Adi Bramasetia yang akrab dipanggil Bram mengatakan bahwa visi besar pengelolaan zakat adalah untuk mentransformasikan seorang mustahik (orang yang berhak

Page 36: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

mendapatkan zakat) menjadi seorang muzakki (orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat). Oleh karena itu, dana harus dikelola menjadi zakat produktif.

6. “Islam tidak memerintahkan agar orang menerima zakat melainkan mengeluarkan zakat. Karena itu, untuk mencapai tingkatan muzakki, seorang mustahik ditrasformasikan secara bertahap,” katanya di Jakarta, baru-baru ini.

7. Mulanya seorang mustahik zakat ditransformasikan menjadi seorang muktafi (orang yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri). Pada level ini, seorang muktafi memang belum bisa berbagi dengan yang lain tapi sudah bisa mandiri. “Transformasi dari mustahik ke muzakki memang membutuhkan prores dan konsistensi dalam berusaha,” ujarnya.

8. Sebelum dana zakat diberikan, lembaga pengelola zakat harus melakukan visibility study atau assessment terlebih dahulu. Calon penerima zakat diajarkan tentang manajemen keuangan yang baik. “Sehingga mereka bisa menghitung berapa persentase modal yang akan dikelola, berapa labanya, dan berapa persen yang akan mereka konsumsi,” lanjutnya.

9. Jika semua proses itu tidak terpenuhi, maka dana zakat tidak akan produktif melainkan menjadi konsumtif. “Maka nasibnya akan sama seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang sering diplesetkan menjadi Bantuan Langsung Telas (habis),” katanya berseloroh.

10. Dengan demikian zakat yang dikeluarkan para muzakki mendatangkan tantangan tersendiri bagi lembaga zakat sebagai pengelola. Dana zakat diupayakan agar bisa memberikan nilai tambah atau manfaat berlimpah. “Sehingga muzakki merasa tentram, diuntungkan dan tepat sasaran,” ungkapnya.

11. Terutama untuk zakat mal, lebih mengarahkan pada bagaimana menyalurkannya secara produktif. Bagaimana zakat bisa membangkitkan sektor ekonomi riil. “Karena itu, zakat didistribusikan dan didayagunakan kepada kelompok sosial yang dibina sebelumnya,” tuturnya.

12. Orang miskin, lanjut Bram harus dibebaskan terlebih dahulu dari kemiskinan jiwanya sehingga tidak mudah untuk meminta-minta. Sebelum melangkah pada persoalan teknis, sasaran pertama adalah membuat jiwa si miskin menjadi kaya dan siap untuk berusaha. “Mereka diyakinkan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan. Setelah itu, baru digulirkan dana zakat tersebut,” imbuhnya.

13. Untuk usaha mikro, seperti dagang bakso atau gorengan dan lainnya. Sambil mereka berusaha dengan gigih, harus juga diajarkan untuk bersedekah. “Karena untuk bersedekah tidak mesti menunggu nishab-nya, berapa saja, dan kapan saja,” ucapnya.

14. Namun, mereka tidak berjalan sendiri melainkan dikelompokkan sehingga bisa membantu antar anggota kelompoknya dan bahkan membantu kelompok yang lain. Berbasis pada kelompok menjadi tren bagi lembaga pengelola zakat saat ini. “Karena itu, zakat diberikan kepada mustahik yang memiliki sisi pemberdayaan,” tandasnya.

15. Berdasarkan penelitian Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) dari delapan asnaf (golongan) yang berhak menerima zakat yakni fakir, miskin, amil,

Page 37: Usul Fiqh Tugas Pak Ilham 8

mualaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilliah, dan ibnu sabil, 70% penyaluran zakat lebih kepada orang-orang miskin dan fakir.

16. Namun semua itu, siapa atau departemen apa yang berhak melakukan pengawasan atas pengelolaan zakat. Akibatnya, zakat yang dikelola oleh lembaga pengelola zakat saat ini berjalan sendiri-sendiri meskipun masing-masing melakukan akuntabilitas dengan menunjuk akuntan publik. Selebihnya, kesadaran berzakat umat Islam yang masih rendah. Buktinya, dari Rp 20 triliun potensi zakat setiap tahunnya, hanya terkumpul 5% atau sekitar Rp 950 miliar pada 2008.

17. Artinya, ada sekitar 95% atau Rp 19,5 tiliun potensi zakat yang belum terkelola dengan baik. “Data potensi itu didasarkan kepada jumlah orang Islam atau lembaga usaha Islam yang wajib pajak,” pungkas Bram di sela-sela kesibukannya sebagai Sekretaris Jenderal FOZ (Forum Zakat). Wallahu’alam ([email protected]/pkpu)