ustek mk lokasi belawan.doc

172
MANAJEMEN KONSTRUKSI ( MK ) PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) LOKASI MEDAN BELAWAN A. PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan rumah di perkotaan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil kajian tim studi pasar perumahan di Indonesia (HOMI Project), menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpenghasilan rendah (kurang dari Rp. 1,3 juta per bulan) masih merupakan jumlah terbesar, yaitu sekitar 65% dari total jumlah penduduk perkotaan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 4,2% sepanjang tahun 1990- 2000, maka kebutuhan perumahan yang diperlukan mencapai sekitar 800.000 rumah baru setiap tahun, belum termasuk jumlah kebutuhan perumahan yang belum tuntas terpenuhi di tahun sebelumnya (backlog). Kenyataannya, hanya 20% dari total kebutuhan unit rumah tersebut yang dapat dipenuhi, selebihnya diupayakan sendiri oleh masyarakat (tumbuh alami) dengan rancangan dan kualitas masing-masing unit rumah yang beragam. Migrasi penduduk yang sangat cepat telah menimbulkan dampak di daerah perkotaan, salah satunya adalah tumbuhnya permukiman kumuh (slum) dan permukiman kumuh di lahan ilegal (squatter settlements). Permukiman kumuh dan ilegal Manajemen Konstruksi (MK) Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Lokasi Medan Belawan 1

Upload: hdwipriyanto727

Post on 24-Sep-2015

837 views

Category:

Documents


349 download

TRANSCRIPT

MANAJEMEN KONSTRUKSI ( MK )

PAGE

MANAJEMEN KONSTRUKSI ( MK )

PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) LOKASI MEDAN BELAWANA. PENDAHULUAN

A.1LATAR BELAKANG

Kebutuhan akan rumah di perkotaan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil kajian tim studi pasar perumahan di Indonesia (HOMI Project), menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpenghasilan rendah (kurang dari Rp. 1,3 juta per bulan) masih merupakan jumlah terbesar, yaitu sekitar 65% dari total jumlah penduduk perkotaan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 4,2% sepanjang tahun 1990-2000, maka kebutuhan perumahan yang diperlukan mencapai sekitar 800.000 rumah baru setiap tahun, belum termasuk jumlah kebutuhan perumahan yang belum tuntas terpenuhi di tahun sebelumnya (backlog). Kenyataannya, hanya 20% dari total kebutuhan unit rumah tersebut yang dapat dipenuhi, selebihnya diupayakan sendiri oleh masyarakat (tumbuh alami) dengan rancangan dan kualitas masing-masing unit rumah yang beragam.

Migrasi penduduk yang sangat cepat telah menimbulkan dampak di daerah perkotaan, salah satunya adalah tumbuhnya permukiman kumuh (slum) dan permukiman kumuh di lahan ilegal (squatter settlements). Permukiman kumuh dan ilegal tersebut membawa implikasi berbagai bentuk masalah sosial, seperti : minimnya penyediaan prasarana dan sarana lingkungan, munculnya kriminalitas di daerah perkotaan, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, dan lain-lain.

Visi pembangunan perumahan dan permukiman menekankan papan sebagai kebutuhan dasar. Penekanan ini mengandung arti bahwa setiap orang atau keluarga Indonesia berhak menempati rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, dan berkelanjutan guna mewujudkan masyarakat yang berjati diri, mandiri dan produktif. Sedangkan dalam mengemban misi penyelenggaraan perumahan, kemampuan pemerintah sangat terbatas, disamping itu iklim pembangunan perumahan saat ini belum cukup mendukung percepatan pemenuhannya. Oleh sebab itu perlu menggali sumber daya dan potensi masyarakat dalam penyelenggaraan perumahan bagi rakyat Indonesia.

Paradigma pembangunan saat ini sangat menjaga stabilitas lingkungan, baik sosial maupun alami sebagai habitat manusia. Lebih jauh lagi telah dipahami bahwa penyediaan perumahan dan permukiman sudah tidak dapat lagi dengan membuka lahan baru (lahan produktif pertanian) di pinggiran kota urban sprawl. Dengan demikian penyediaan perumahan dan permukiman di perkotaan harus menghemat lahan dan memanfaatkan aset-aset kota yang sudah ada secara optimal. Program-program peremajaan kembali lingkungan perumahan dan permukiman (housing renewal) dan infill housing di kawasan pusat kota merupakan salah satu solusi yang banyak dipilih di beberapa kota metropolitan di dunia.

Gagasan pembangunan perumahan sederhana secara vertikal, rumah susun sederhana, belum banyak diminati masyarakat umum. Kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia belum memungkinkan untuk meningkatkan laju pembangunan perumahan, khususnya rumah susun. Selain itu budaya hidup secara horizontal yang masih kuat, mengakibatkan masih banyak penduduk yang enggan menempati rumah susun, karena dianggap tidak sesuai dengan pola dan disiplin hidup mereka. Namun demikian bentuk perumahan vertikal masih dipandang sebagai pemecahan yang relevan dalam menangani masalah perumahan di kota-kota besar. Upaya-upaya dilakukan agar sebagian rakyat Indonesia dapat menempati rumah yang layak dan terjangkau, diantaranya melalui penyelenggaraan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).

Pemerintah pada tahun 2007 akan membangun rumah susun sederhana berbasis sewa di 21 lokasi di Indonesia. Untuk itu diperlukan pembangunan Rusunawa yang relevan dengan kondisi aktual Indonesia khususnya di 21 lokasi tersebut. Pembangunan rumah susun yang dimaksud, bukan hanya memenuhi kriteria maupun persyaratan secara teknis konstruksi, namun juga sebagai bangunan yang mempunyai wujud arsitektural yang baik dan sehat (healthybuilding), sekaligus mencerminkan khasanah arsitektur yang berkembang di Indonesia; secara penataan bangunan diatur secara benar (sesuai peraturan) dan ramah lingkungan; dan secara pengaturan ruang efektif dan efisien. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa desain rumah susun ini secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat Indonesia; secara ekonomis/finansial layak bangun dan mampu dimanfaatkan/terjangkau oleh kelompok sasarannya.

A.2.MAKSUD DAN TUJUAN

KAK MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) dimaksudkan sebagai pedoman penugasan yang harus diikuti bagi Konsultan Manajemen Konstruksi Rusunawa dalam melaksanakan pekerjaannya; serta ditujukan untuk mendapatkan proses pembangunan Rusunawa beserta prasarananya yang efisien (laik fungsi dan terjangkau), efektif (disain rumah yang sudah mempertimbangkan budaya dan pola hidup calon penghuni), dan berkelanjutan (menjadi contoh yang baik bagi lingkungan, kawasan dan kotanya)A.3SASARAN

Sasaran dari MANAJEMEN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) ini adalah :

1. Terarahnya pelaksanaan program pembangunan Rusunawa pada khususnya, dan perumahan permukiman pada umumnya.

2. Tersedianya landasan/dasar bagi Pemerintah Daerah dalam membuat keputusan/pertimbangan dalam pembangunan Rusunawa.

3.Terkendalikannya proses perenacanaan konstruksi dan pelaksanaan konstruksi Rusunawa secara berkualitas, tepat waktu, dalam batas biaya yang tersedia, serta diselenggarakan secara tertib.A.4NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA

Satuan Kerja Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Ditjen Cipta Karya, Dep. Pekerjaan Umum.

A.5LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG SERTA ALIH PENGETAHUAN.

a. Lingkup Tugas

Manajemen konstruksi Pembangunan Rusunawa yang berlokasi di daerah yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat, dengan spesifikasi umum sebagai berikut:

luas bangunan: + 3200 m2

jumlah lantai bangunan maksimum 4 (empat) lantai

lantai dasar bangunan diperuntukkan untuk Fasilitas Ekonomi

jumlah unit rumah susun: 96 unit. Dengan luas 21 m2 per unit.

b. Lingkup Pekerjaan

Kegiatan Manajemen Konstruksi meliputi pengendalian waktu, biaya, pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas), dan tertib administrasi di dalam pembangunan bangunan Rusunawa, mulai dari tahap persiapan/ perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan konstruksi. Kegiatan Manajemen Konstruksi terdiri atas:

a.meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan dokumen pelelangan, menyusun program pelaksanaan pelelangan bersama konsultan perencana, dan ikut memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, serta membantu kegiatan panitia pelelangan.

b.menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan perencanaan.

c.mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan, menyusun laporan hasil rapat koordinasi, dan membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi.

1.Tahap Pelelangan

a.membantu Pengelola Proyek dalam mempersiapkan dan menyusun program pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi fisik.

b.membantu Panitia Lelang dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri (Owners Estimate) pekerjaan konstruksi fisik.

c.membantu Panitia Lelang melakukan pra-kualifikasi calon peserta pelelangan.

d.membantu Panitia Lelang dalam penyebarluasan pengumuman pelelangan, baik melalui papan pengumuman, media cetak, maupun media elektronik.

e.membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan.

f.membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang masuk

g.membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik.

h.menyusun laporan proyek tahap pelelangan.

2.Tahap Pelaksanaan

a.mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan konstruksi fisik yang disusun oleh pemborong, yang meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi, penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan bangunan, informasi, dana, program Quality Assurance/Quality Control, dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

b.mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja,

c.melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

d.melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik.

e.melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas:

i. memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan.

ii. mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi.

iii. mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan laju pencapaian volume/ realisasi fisik.

iv. mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.

v. menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pemborong.

vi. menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.

vii. meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan oleh kontraktor.

viii. meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima I.

ix. menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I, dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.

x. bersama dengan Konsultan Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.

xi. membantu pengelola proyek dalam menyusun Dokumen Pendaftaran.

xii. membantu pengelola proyek mengurus sampai mendapatkan IPB (Izin Penggunaan Bangunan) dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat, dalam hal terdapat ketentuan dalam Peraturan Daerah setempat.

f. menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen konstruksi.

c. Lokasi Kegiatan

Kegiatan jasa konsultansi ini dilaksanakan pada rusunawa lokasi Medan BelawanA.7TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN KONSTRUKSIA. Konsultan Manajemen Konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa manajemen konstruksi yang dilakukan sesuai ketentuan Undang-undang No. 18 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya, serta kode tata laku profesi yang berlaku

B. Secara umum tanggungjawab konsultan Manajemen Konstruksi adalah menjaga proyek agar memiliki :

1.Ketepatan waktu pembangunan proyek sesuai batas waktu berlakunya anggaran/waktu yang telah ditetapkan.

2.Ketepatan biaya sesuai batasan anggaran yang tersedia/ditetapkan.

3.Ketepatan kualitas dan kuantitas sesuai standar/peraturan yang berlaku sehingga proyek mencapai hasil dan daya guna yang seoptimal mungkin, serta memenuhi syarat teknis yang dapat dipertanggungjawabkan.

4.Tertib administrasi pembangunan, dari aspek perizinan, pelaporan, dan dokumentasi.

A.8HASIL YANG DIHARAPKAN (KELUARAN)

Konsultan Manajemen Konstruksi diminta menghasilkan keluaran yang lengkap sesuai kebutuhan proyek. Kelancaran proyek yang berhubungan dengan Manajemen Konstruksi sepenuhnya menjadi tanggungjawab Konsultan Manajemen Konstruksi. Selain hal tersebut hasil yang diharapkan dari pelaksanaan pembangunan Rusunawa adalah :

1. Tersedianya Time Schedule lengkap dengan Curva S sebagai pedoman dalam menilai kemajuan pelaksanaan proyek, time schedulle dibuat dengan menggunakan komputer sehingga jalur kritis dalam pelaksanaan pembangunan dapat terlihat.

2. Konsultan MK diwajibkan memberikan Standar Prosedur Pengawasan Pelaksanaan Fisik di lapangan kepada Kepala Satuan Kerja pada tahapan persiapan pelaksanaan pembangunan atau pada saat sebelum melakukan pengawasan pekerjaan di lapangan (intergrated site supervision).

3. Terawasinya pelaksanaan pembangunan Rusunawa yang dilaksanakan oleh Kontraktor dari segi kualitas, kuantitas dan laju pencapaian prestasi pekerjaan sesuai jadwal pelaksanaan proyek.

4. Terawasinya pelaksanaan pembangunan Rusunawa beserta hasil kerjanya dan terkendalinya waktu pelaksanaan proyek sesuai jadwal dan biaya pembangunan sebagaimana tertera dalam kontrak.

5. Terisinya Buku Harian Lapangan (BHL) tentang kemajuan pembangunan Rusunawa pada setiap harinya beserta hambatan-hambatan yang timbul.

6. Diterimanya laporan mingguan dan bulanan oleh Kepala Satuan Kerja dari Konsultan MK mengenai kemajuan pelaksanaan pembangunan Rusunawa, termasuk kendala yang terjadi dilapangan berikut rekomendasi yang diusulkan, sebagai alternatif pemecahan masalah. Diterimanya hasil rapat di lokasi proyek, informasi tentang terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pemborong/rekanan yang sudah diperbaiki maupun yang belum diperbaiki dan informasi hal-hal lain yang terjadi di lokasi proyek.

7. Terusulkannya rencana perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian pekerjaan di lapangan kepada Kepala Satuan Kerja, sehingga dapat terpecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pelaksanaan pembangunan Rusunawa.

8. Tersedianya gambar perubahan (as built drawing) sebanyak 3 (tiga) set.

9. Terperiksa dan tertandatangani Berita Acara Bobot pekerjaan yang diajukan oleh pemborong/rekanan sesuai prestasi pekerjaan yang telah dicapai.

10. Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi teknis di lokasi proyek secara berkala (mingguan) dan esidentil sesuai kebutuhan. Dengan hasil keputusan rapat yang tercatat dalam Berita Acara rapat.

11. Tercatatnya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pemborong/rekanan dalam Buku Harian Lapangan (BHL) oleh Konsultan Pengawas.

12. Tersusunnya daftar kekurangan dan cacat-cacat pekerjaan selama masa pemeliharaan.

A.9AZAS-AZAS PENGAWASAN

Selain kriteria umum diatas, Konsultan Pengawas harus memperhitungkan pula azas-azas pengawasan antara lain sebagai berikut :

1. Fact Finding, bahwa pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana kontraktor menjalankan tugasnya.

2. Preventif, dalam arti bahwa pengawasan dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan rencana.3. Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang, dalam arti bahwa pengawasan hanya ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan.

4. Pengawasan hanya merupakan alat untuk meningkatkan efisiensi.5. Pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan.6. Pengawasan harus lebih bersifat membimbing.B.PENGALAMAN PERUSAHAAN

B.1Gambaran Umum Perusahaan

Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah kami untuk memperkenalkan Perusahaan kami PT. SUGITEK PATIH PERKASA yang bergerak dibidang Usaha Jasa Konsultansi, menawarkan layanan jasa kreatif dengan berorientasi kepada kebutuhan Instansi dan Perusahaan Anda.

Paduan antara kreatifitas, pengalaman dan profesionalisme yang kami kembangkan di PT. SUGITEK PATIH PERKASA secara konsepsional dan efesien, sengaja disiapkan untuk menghadapi tantangan yang mampu memberikan solusi tepat bagi berbagai keperluan Instansi/ Perusahaan yang Bapak/ Ibu pimpin, untuk memperoleh pelayanan dan hasil kerja yang berkualitas. Karena kami selalu meletakkan kualitas produk, ketepatan waktu dan penepatan harga yang wajar dan kompetitif diatas segalanya.

Untuk mengoptimalkan hal tersebut diatas, kami memiliki tim kerja yang handal dan tangguh, serta didukung oleh peralatan kerja yang lengkap dan memadai. Atas dasar itu pula, kami terus berupaya mengembangkan kinerja serta sikap profesionalisme dengan tetap berorientasi pada bisnis yang menguntungkan serta menjanjikan terhadap klien/pemakai.

Kami berharap kiranya kami dapat berperan dalam setiap kesempatan yang ada terutama didalam memberikan kontribusi positif dalam segala bentuk kemitraan dan kerjasama, sehingga pada akhirnya kita dapat membentuk sebuah synergi positif yang saling menguntungkan dan memberi manfaat.

B.2Pemilikan dan Kedudukan Hukum

1.Nama Perusahaan:PT. SUGITEK PATIH PERKASA2.Alamat Perusahaan:JL. Tebet Barat Dalam IV E No. 14 Jakarta Selatan

3.Nomor Telepon:021 83706474

Fax. (021) 8293474

E-mail : [email protected]

4.Akte Pendirian:Notaris Drs. E. Mansoer Wiriaatmadja, S.H., SH. No.16 Tanggal 5 Oktober 1992

5.Akte Perubahan:Notaris Trismorini Asmawel, SH. No.02 Tanggal 11 Januari 2007

6.Pengesahan Kehakiman:No. W7-01476 HT.01.04-TH.2007

Tanggal 14 Februari 2007

7.Sertikat Badan Usaha:No. A0013171-1-100217 Tanggal 5 Mei 2004 (Non Konstruksi)

No. B00803171-4-DKI 08904 Tanggal 22 April 2004 (Konstruksi)

8.Kualifikasi:Kelas Menengah ( M )

9.Tanda Daftar Perusahaan:No. 090315338539

Tanggal 27 Pebruari 200310.Nomor Pokok Wajib Pajak: 01.596.113.9-015.000

Tanggal 2 Nopember 1992

11.Ijin Usaha Jasa Konsultan:IUJK Perencanaan No. 1.009251.3171.1.0433 tanggal 03 September 2004

IUJK Pengawasan No. 1.009251.3171.3.00434 tanggal 03 September 2004

12.Surat Ijin Usaha Perdagangan:No. 1098/09-04/PM/92

tanggal 23 Desember 1992

13.Bank:Bank Mandiri Cabang Jakarta MT. Haryono.

No. Rek. 070.0085047814

14.Inkindo:No. 7335/P/1192.DKI

tanggal 2 Januari 2007

15. Surat Pengukuhan PKP:No. PEM-421/WPJ.04/KP.0303/2004

Tanggal 23 Nopember 2004

16. Domisili Perusahaan:No. 1558/1.824.6/06

Tanggal 06 Juli 2006

B.3Susunan Pemilik Modal dan Pengurus Perusahaan

Susunan pemilik modal dan pengurus PT. SUGITEK PATIH PERKASA adalah pimpinan perusahaan dipegang oleh Direktur Utama, Direktur sedangkan pengawasan terhadap jalannya perusahaan dipercayakan kepada Dewan Komisaris. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, adalah sebagai berikut

SUSUNAN PEMILIK MODALNo.NamaNo. KTPAlamatPersentase

1.

2.

3.Drs . Tumpak Pardede

Ir. Ridwan PP Hutapea

Ir. Tengku Idris Said

09.5408.030656.0246

10.5502.260960.0001

09.5301.201162.0610Cipinang Melayu No.7

Jl.Lumbo Barat IV E/85

Tebet Barat Dalam VID/117%

17%

66%

SUSUNAN PENGURUS PERUSAHAAN

No.NamaNo. KTPJabatan dalam Perusahaan

1.

2.

Drs . Tumpak Pardede

Ir. Ridwan PP Hutapea

09.5408.030656.0246

10.5502.260960.0001

Direktur Utama

Direktur

B.4Bidang Layanan jasa

PT. SUGITEK PATIH PERKASA sebagai perusahaan jasa yang bergerak dibidang pelayanan jasa konsultansi, mampu memberikan pelayanan jasa konsultansi bidang-bidang sebagai berikut :

1.PERENCANAAN UMUM

Bangunan dan Gedung Pengembangan Perkotaan Tata Ruang Rencana Induk Sektoral Sungai dan Rawa Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Transmigrasi, Desa dan Kota Pengembangan Wilayah Pariwisata dan Industri2.STUDI KELAYAKAN AMDAL

Infrastruktur

Investasi

Transportasi

Program Jangka Menengah

Perumahan dan Permukiman

3.PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS Infrastruktur

Pengairan dan Irigasi

Pengolahan Air Bersih

Perumahan dan Permukiman

Jalan dan Jembatan

Penataan Bangunan

Bangunan Gedung

4.PERTANIAN/ LINGKUNGAN HIDUP Perkebunan tanaman Keras dan Tanaman Pangan

Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

Konservasi dan Penghijauan

Lingkungan Hidup dan Percetakan Sawah

5.MANAJEMEN Advisory

Pengembangan Kelembagaan

Manajemen Keuangan

Sistem Informasi Manajemen

Pelatihan

6.PERINDUSTRIAN Industri Manufaktur

Industri Proses dan Industri Hasil Pertanian

Industri Elektronika dan lain-lain

7.BIDANG LAIN-LAIN

Appraisal

Asuransi

Bank, Uang, Hukum dan Kesehatan

B.5

STRUKTUR ORGANISASI

C. PEMAHAMAN KAKKegiatan manajemen konstruksi meliputi pengendalian waktu, biaya, pencapaian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas), dan tertib administrasi didalam pembangunan bangunan rusunawa, mulai dari tahap persiapan/perencanaan sampai dengan tahap pelaksanaan konstruksi, kegiatan manajemen konstruksi terdiri atas :

1. Tahapan Persiapan

a. Membantu pengelola proyek melaksanakan pengadaan konsultan perencana, termasuk menyusun KAK, memberi saran waktu dan strategi pengadaan, serta bantuan evaluasi proses pengadaan.

b. Membantu pengelola proyek penyiapkan kontrak perjanjian pekerjaan perencanaan.

2. Tahapan Perencanaan

a. Mengevaluasi program pelaksanaan kegiatan perencanaan yang dibuat oleh konsultan perencanaan, yang meliputi program penyediaan dan penggunaan sumber daya, strategi dan pentahapan penyusunan dokumen lelang.

b. Memberikan konsultansi kegiatan perencanaan, yang meliputi penelitian dan pemeriksaan hasil perencanaan dari sudut feisiensi sumber daya dan biaya, serta kemungkinan keterlaksanaan konstruksi.

c. Mengendalikan program perencanaan, melalui kegiatan evaluasi program terhadap hasil perencanaan, perubahan-perubahan lingkungan, penyimpangan teknis dan administrasi atas persoalan yang timbul, serta pengusulan koreksi program.

d. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat pada tahap perencanaan.

e. Menusun laporan bulanan kegiatan konsultansi manajemen konstruksi tahap perencanaan, merumuskan evaluasi status dan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

f. Meneliti kelengkapan dokumen perencanaan dan dokumen pelelangan, menyusun program pelaksanaan pelelangan bersama konsultan perencana, dan ikut memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, serta membantu kegiatan panitia pelelangan.

g. Menyusun laporan dan berita acara dalam rangka kemajuan pekerjaan dan pembayaran angsuran pekerjaan perencanaan.

h. Mengadakan dan memimpin rapat-rapat koordinasi perencanaan, menyusun laporan hasil rapat koordinasi dan membuat laporan kemajuan pekerjaan manajemen konstruksi.

3. Tahapan Pelelangan

a. Membantu pengelola proyek dalam mempersiapkan dan menyusun program pelaksanaan pelelangan pekerjaan konstruksi fisik.

b. Membantu Panitia Lelang dalam menyusun Harga Perhitungan Sendiri (Owners Estimate) pekerjaan kosntruksi fisik.

c. Membantu Panitia Lelang melakukan pra-kualifikasi calon peserta pelelangan.

d. Membantu Panitia lelang dalam penyebarluasan pengumuman pelelangan, baik melalui papan pengumuman, media cetak, maupun media elektronik.

e. Membantu memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan.

f. Membantu melakukan pembukaan dan evaluasi terhadap penawaran yang masuk.

g. Membantu menyiapkan draft surat perjanjian pekerjaan pelaksanaan kosntruksi fisik.

h. Menyusun laporan proyek tahap pelelangan.

4. tahapan Pelaksanaan

a. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaann konstruksi fisik yang disusun oleh pemborong, yang meliputi program-program pencapaian sasaran kosntruksi, penyediaan dan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan, bahan bangunan, informasi, dana, program quality assurance / quality control, dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

b. Mengendalikan proram pelaksanaan konstruksi fisik, yang melliputi program pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian sasaran fisik (kuantitas dan kualitas) hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administrasi, pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan.

d. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanan konstruksi fisik.

e. Melakukan kegiatan pengawasan yang terdiri atas :

Memeriksa dan mempelajari dokumen pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan dilapangan.

Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metoda pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan kosntruksi.

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.

Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi.

Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh kontraktor.

Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.

Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang diajukan oleh kontraktor.

Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan dilapangan (as built drawing) sebelum serah terima ke I.

Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima I, dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan.

Bersama dengan konsultan Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung.

Membantu pengelolaan proyek dalam menyusun dokumen pendaftaran.

Membantu pengelola proyek mengurus sampai mendapatkan IPB (Ijin Penggunaan Bangunan) dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat, dalam hal terdapat ketentuan dalam Peraturan daerah setempat.

f. Menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen konstruksi.

Secara rinci dan garis besar beberapa aspek tersebut diatas dijabarkan olek Konsultan sebagai berikut :

1. Membuat Time Schedule lengkap dengan Curva S sebagai Pedoman dalam menilai kemajuan proyek;

2. Mengawasi pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) Lokasi Medan Belawan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dari segi kualitas, kuantitas dan laju pencapaian prestasi pekerjaan;

3. Mengawasi pekerjaan serta produknya dan mengendalikan waktu pelaksanaan agar pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) Lokasi Medan Belawan selesai sesuai jadwal yang telah ditetapkan;

4. Mengisi Buku Harian Lapangan (BHL) tentang kemajuan pekerjaan setiap harinya beserta hambatan-hambatan yang timbul dan upaya penyelesaiannya;

5. Membuat dan menyampaikan Laporan Mingguan kepada Pemimpin Proyek tentang kemajuan pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) Lokasi Medan Belawan, masukan hasil rapat dilokasi proyek, penyimpangan-penyimpangan yang dilakikan oleh Kontraktor yang sudah diperbaiki maupun yang belum diperbaiki dan hal-hal lain yang terjadi di lokasu proyek, yang antara lain mencakup :

a. - Bobot Minggu Lalu: %

- Bobot Minggu Ini: %

- Bobot Prestasi Rencana: %

- Bobot Prestasi Aktual: %

- Deviasi: %

- Bobot s/d Minggu ini: %

b. Pekerjaan yang dilaksanakan pada periode ini;

c. Permasalahan yang timbul dan upaya penyelesaiannya;

d. Kesimpulan;

e. Lampiran, antara lain;

Foto Proyek s/d minggu ini;

Notulen Rapat Koordinasi Teknis;

Bobot Kemajuan Pekerjaan;

Time Schedule yang menunjukkan adanya deviasi antara rencana dengan pelaksanaan;

Laporan Harian Pengawas.

6. Membuat dan menyampaikan Laporan Bulanan Kepada Pemimpin Proyek tentang kemajuan pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) masukan hasil rapat di Lokasi Proyek, penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Pemborong/Rekanan yang sudah diperbaiki maupun belum diperbaiki dan hal-hal lain yang terjadi dilokasi proyek, yang antara lain mencakup:

a. Prestasi Bulan Ini

b. Material dan peralatan yang didatangkan;

c. Tenaga Kerja;

d. Jam kerja;

e. Cuaca;

f. Permasalahan yang timbul dan upaya penyelesaiannya

g. Kesimpulan

h. Lampiran :

Foto Proyek s/d minggu ini;

Notulen Rapat Koordinasi Teknis;

Bobot Kemajuan Pekerjaan;

Time Schedule yang menunjukkan adanya deviasi antara rencana dengan pelaksanaan;

Laporan Harian Pengawas.

7. Mengusulkan rencana perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian pekerjaan dilapangan kepada Pemimpin Proyek untuk memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) Terhadap perubahan pekerjaan tersebut dibuat gambar perubahan (As Built Drawing) sebanyak 5 (lima) set;

8. Memeriksa dan menandatangani Berita Acara Bobot Pekerjaan yang diajukan oleh Pemborong/Rekanan;

9. Menyelenggarakan rapat-rapat koordinasi teknis dilokasi proyek secara berkala (mingguan) dan atau insidentil sesuai kebutuhan;

10. Usulan rencana perubahan serta penyesuaian pekerjaan dilapangan pada angka 7 diatas harus dicatat oleh Konsultan Pengawas dalam Buku Harian Lapangan (BHL) yang disediakan oleh Pemborong/Rekanan dan BHL ini harus selalu berada dilapangan;

11. Menyusun daftar kekurangan dan cacat-cacat pekerjaan selama masa pemeliharaan;

12. Membantu Pemimpin Proyek dalam menyusun dokumen-dokumen penyerahan asset dari bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kota an. Walikota Medan yang terdiri dari:

Foto copy DIPDA;

Sertifikat atau bukti pemilikan/hak atas tanah;

SPK atau Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak;

Berita Acara Serah Terima I dan II;

Gambar Situasi, Gambar Perencanaan dan Gambar-gambar perubahan yang terjadi selama masa pelaksanaan (As Bulit Drawing)

-Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

D. TANGGAPAN TERHADAP KAK

Berdasarkan pemahaman terhadap TOR seperti diatas dapat kami berikan tanggapan yang merupakan kesimpulan dalam didalam proses pelaksanaan pekerjaan MK Rusunawa.D.1Tugas dan Tanggung Jawab

Pemberi Tugas (Pemerintah Republik Indonesia c/q Departemen Pekerjaan Umum dan Direktorat Jenderal Cipta Karya ) memberikan tugas dan tanggung jawab kepada Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas untuk mengawasi secara rinci pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sehingga akan diperoleh suatu hasil kerja yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis maupun administrative yang telah ditetapkan dan hasil secara optimal.

Untuk hal tersebut diatas, maka Konsultan manajemen konstruksi/Pengawas memiliki arti; bahwasannya Konsultan Manajemen konstruksi / Pengawas atas seijin Pemberi Tugas dapat bertindak untuk dan atas nama Pemberi Tugas untuk menegur dan mengarahkan Kontraktor agar didapat hasil yang optimal, sedangkan arti lain adalah, setiap tindakan Konsultan Manajemen Konstruksi Pengawas harus dilaporkan kepada Pemberi Tugas untuk setiap kejadian yang dihadapi dilapangan.

D.2Aspek Koordinasi

Konsultan Manajemen Konstruksi / Pengawas berkewajiban untuk dapat mengkoordinasikan berbagai pelaku kegiatan pelaksanaan pembangunan dalam proyek yang tetap mengacu pada Standar Operasional Prosedur yang telah dibuat oleh Konsultan Manajemen Konstruksi / Pengawas.

D.3Aspek Teknis

Konsultan Manajemen Konstruksi / Pengawas diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam rangka mencari solusi terbaik dalam hal teknis pelaksanaan bagi penyelesaian pekerjaan;

D.4Aspek Administratif

Konsultan Pengawas diharapkan dapat menentukan Prosedur Administrasi Proyek yang sesuai keterlibatan dari semua unsur terkait dalam kegiatan proyek.

D.5 Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pekerjaan jasa konsultansi manajemen konstruksi / Pengawasan teknis pelaksanaan pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) adalah :

1. Tersedianya Time Schedule lengkap dengan Curva S sebagai Pedoman dalam menilai kemajuan proyek pelaksanaan proyek, time schedule dibuat dengan menggunakan computer sehingga jalur kritis dalm pelaksanaan pembangunan dapat terlihat jelas.

2. Konsultan MK diwajibl:an memberikan Standar Prosedur Pengawasan Pelaksanaan Fisik di lapangan kepada Pemimpin bagian proyek pada tahapan persiapan pelaksanaan pembangunan atau pada saat sebelum melakukan pengawasan pekerjaan di lapangan ( integrated site supervision)3. Terawasinya pelaksanaan pembangunan Rusunawa yang dilaksanakan oleh Kontraktor dari segi kualitas, kuantitas dan laju pencapaian prestasi pekerjaan sesuali jadwal pelaksanaan proyek.

4. Terawasinya pelaksanaan pembangunan Rusunawa beserta hasil kerjanya dan terkendalinya walau pelaksanaan proyek sesuai jadwal dan biaya pembangunan sebagaimana tertera dalam kontrak.

5. Terisinya Buku Harian Lapangan (BHL) tentang kemajuan pembangunan Rusunawa pada setiap harinya beserta hambatan-hambatan yang timbul.6. Diterimanya laporan mingguan dan bulanan oleh Pemimpin Bagian Proyek dari konsultan MK mengenai kemajuan pelaksanaan pembangunan Rusunawa, termasuk kendala yang terjadi dilapangan berikut rekomendasi yang diusulkan sebagai alternatif pemecahan masalah.Diterimanya hasil rapat di lokasi proyek, informasi tentang terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pemborong/pelaksana/rekanan yang sudah diperbaiki maupun yang belum diperbaiki dan informasi hal-hal lain yang terjadi di lokasi proyek.

7. Terusulkannya rencana perubahan-perubahan serta penyesuaian-penyesuaian pekerjaan di lapangan kepada Pemimpin Bagian Proyek, sehingga dapat terpecahkan persoalan-persoalan yang terjadi selama pelaksanaan pembangunan Rusunawa.

8. Tersedianya gambar perubahan (as built drawing) sebanyak 3 (tiga) set.9. Terperiksa dan tertandatangani Berita Acara Bobot pekerjaan yang, diajukan oleh pemborong/rekanan sesuai prestasi pekerjaan yang telah dicapai.

10. Terselenggaranya rapat-rapat koordinasi teknis di lokasi proyek secara berkala (mingguan) dan esidentil sesuai kebutuhan. Dengan hasil keputusan rapat vang, tercatat dalam Berita Acara Rapat.

11. Tercatatnyapenyimpangan-penyimpanganyang,dilakukanoleh pemborong/rekanan dalam Buku Harian Lapangan (BHL) oleh Konsultan Pengawas.12. Tersusunnya daftar kekurangan dan cacat-cacat pekerjaan selama masa pemeliharaan.LINGKUP PEKERJAAN MK

D.6Kegiatan Perencanaan Konstruksi Pada Tahap Pelelangan

Fungsi Konsultan Perencanaan Konstruksi pada tahapan ini adalah melakukan koordinasi, memberikan bantuan dan memberikan nasehat teknis.

Sasaran layanan konsultan pada tahapan ini adalah pengelola proyek, konsultan perencana, dan panitia lelang.

Adapun kegiatan Konsultan Perencanaan Konstruksi pada tahapan ini meliputi

1. Membantu menyusun jadwal pelelangan konstruksi

2. Membantu menyusun owner estimate untuk pekerjaan konstruksi

3. Membantu menyusun dokumen lelang pekerjaan konstruksi

4. Membantu mengevaluasi prakualifikasi perserta lelang pekerjaan konstruksi

5. Membantu memberikan penjelasan pada waktu rapat penjelasan pekerjaan konstruksi.

6. Membantu mengevaluasi penawaran kontraktor

7. Membantu penyusunan kontrak perjanjian antara pengelola proyek dengan konraktor pemenang.

D.7Kegiatan Perencanaan Konstruksi Pada Tahap Konstruksi

1.Kegiatan Perencanaan Konstruksi Pada Tahap Pra - Konstruksi

a. Mengkaji Ulang Data dan Informasi

Data dan informasi yang diperoleh baik berupa data sekunder maupun informasi dari peninjauan lapangan, akan dikaji ulang secara internal terlebih dahulu oleh konsulan hasil kajian ini akan menjadi bahan konsultan Perencana Konstruksi dalam pre-construction meeting (PCM).

Materi utama yang dikaji konsultan Perencanaan Konstruksi pada tahap ini antara lain meliputi :

Ketersediaan lahan untuk peralatan konstruksi dan penimbunan bahan konstruksi.

Aksesibiltas kendaraan berat

Metoda pelaksanaan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan

Jadual pelaksanaan

Volume dan biaya konstruksi

Rencana layout peralatan konstruksi

Rencana layout penimbunan bahan/material konstruksi (material stock piling).

b. Ikut dalam Pre-Construction Meeting

Pre-construction meeting merupakan pertemuan resmi pertama yang dilakukan sebelum tahap konstruksi dimulai, pertemuan ini mungkin saja dilakukan lebih dari satu kali, sampai diperolehnya kesepakatan untuk melaksanakan pekerjaan.

Pre-construction meeting ini dipimpin oleh Project Manager / Pemberi kerja yang dihadiri oleh konsultan Perencanaan Konstruksi, konsultan perencana, konsultan pengawas dan kontraktor.

Hasil kesepakatan dalam pre-construction meeting ini akan menjadi masukkan untuk melakukan revisi terhadap rencana kerja kontraktor.

c. Revisi Rencana Kerja

Berdasarkan kesepakatan hasil dari pre-construction meeting, kontraktor akan melakukan revisi rencana kerja, dalam proses revisi ini konsultan Perencanaan Konstruksi akan memberikan masukkan kepada kontraktor.

Keluaran dari revisi rencana kerja dapat meliputi :

Perubahan jadwal konstruksi

Perubahan shop drawing

Perubahan metoda konstruksi

Perubahan mata pekerjaan

Perubahan volume dan biaya

Perubahan layout peralatan konstruksi

Perubahan layout lokasi penimbunan bahan/material konstruksi

Dll.

Revisi rencana kerja dapat berakibat kepada perubahan kontrak kerja, baik berupa pekerjaan tambah-kurang (adendum) atau penggantian mata pekerjaan (contract change order / CCO).

E. APRESIASI INOVASI

E.1Latar BelakangKeterbatasan lahan di kota-kota besar, tuntutan akan pengadaan perumahan rakyat, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat menjadi acuan dasar pemerintah untuk membangun Rumah Susun yang dilengkapi fasilitas umum dan sosial.

UU No. 16/1985 tentang Rumah susun menyebutkan bahwa Rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang disusun secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertical dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

UU No. 4/1992 mengatakan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur

Mengacu pada peraturan yang diatas, maka pembangunan Rumah Susun merupakan salah satu alternatif pemecahan permasalahan keterbatasan lahan serta pengadaan perumahan dan pemukiman terutama di kota-kota besar.

Sebagai upaya perencanaan penyelenggaraan pemukiman tersebut maka akan memerlukan ruang di dalam kota dalam suatu kawasan dan lingkungan pemukiman. Dan upaya pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan pemenuhan akan kebutuhan hunian dalam lingkungan pemukiman tersebut akan mencangkup perencanaan dan perancangan penataan lingkungan, tapak dan pengkaplingan, agar tercapai kwalitas lingkungan pemukiman yang layak huni, aman, nyaman, sehat, dan menarik.

Pasal 5 UU No.16/1985 Rumah Susun menentukan bahwa Rumah susun dibangun sesuai dengan tingkat keperluan dan kemampuan masyarakat, terutama bagi yang berpenghasilan rendah, dan pembangunan Rumah Susun dapat diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, Koperasi, dan Swasta yang bergerak dalam bidang itu, serta swadaya masyarakat.

Rumah Susun yang pembangunan dan pengelolaannya mengacu pada UU No. 16/1985 dan PP No. 4/1988 menetapkan bahwa Rumah Susun terdiri atas dua bagian yaitu Rumah Susun yang dibeli (dimiliki) dan disewa (rumah susun sewa).

Perencanaan pembangunan Rumah Susun sewa diarahkan bagi masyarakat kecil di daerah kota-kota besar yang menghadapi masalah kebutuhan akan pemukiman yang terjangkau dan layak huni.

E.2Hukum Rumah SusunLandasan hukum pemahaman konsultan terhadap subtansi pekerjaan ini adalah Undang - Undang No.4 Th 1992 tentang perumahan dan pemukiman, undang - undang No. 24 Th 1992 tentang penataan ruang, undang - undang No. 16 Th 1985, dan peraturan pemerintanh No. 4 Th 1988 tentang rumah susun. Disamping itu, dalam penyusunan perencanaan tersebut, selain didasarkan pada pertimbangan terhadap permasalahan dan potensi pembangunan perumahan dan permukiman dikawasan studi, antara lain juga merupakan penjabaran dari berbagai program pembangunan perumahan dan pemukiman, khususnya pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dikawasan studi tersebut. Selain itu secara eksplisit Rusunawa menjadi program prioritas didalam propenas 2000 2004

NONAMA PRODUKINSTANSI

YANG MENERBITKANNOMOR/KODE PENGELUARANSUBSTANSISTATUS

1Undang - undang Rumah SusunSekretariat Negara16 tahun 19851. Meningkatkan kebutugan perumahan yang layak untuk berpenghasilan

2. Menigkatkan daya guna dan hasil guna tanah diperkotaan

3. Pembangunan rumah susun harus mengikuti persyaratan teknis dan administrasiUndang - undang

2Peraturan Pelaksanaan Rumah Susun DKI JakartaPemerintah DKI Jakarta224 tahun 19901. Pengaturan bidang tanah yang digunakan

2. Penyelenggaraan wajib menyesuaikan dengan rencana kota yang ditetapkan

3. Setiap pembangunan harus memperoleh IMB

4. Penjelasan mengenai pengesahan pertelahaan

5. Persayaratan izin layak huniUndang - undan

3UU Perumahan dan PermukimanSekretariat Negara4 tahun 19921. Pengaturan tentang penyelenggaraan dan pembangunan perumahan dan pemukiman

2. Pengaturan tentang rumah negara

3. Pengaturan tentang peran serta masyarakat dan pembinaanyaUndang - uandang

4UU Penataan RuangSekretariat Negara14 tahun 19921. Pengaturan tettang peran serta masyarakat dalam penataan ruang

2. Pengaturan tentang kriteria dan peninjauan kembali rencana tata ruangUndang - undang

5Badan Kebijakan & Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman NasionalSekretariat Negara37 tahun 19941. Menyiapkan rumusan kebijaksanaan dibidang pembangunan perumahan permukiman

2. Memecahkan berbagai permasalahan dibidang pembangunan perumahan permukiman

3. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian dibidang pembangunan perumahan permukiman

E.3 Pemahaman Terhadap Konsep Perancangan Dan Perencanaan Rumah SusunSecara garis besar pekerjaan Penyusunan Perencanaan Konsep model - model Rumah Susun Sederhana Sewa merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup antara lain "Kegiatan Perencanaan Blok Hunian", "Kegiatan Perencanaan Tapak", dan "Kegiatan Penyusunan Desain".

Landasan hukum pemahaman konsultan terhadap subtansi pekerjaan ini adalah Undang - Undang No. 4 Tahun 1992 tentanga Penataan Ruang, Undang - Undang No. 16 Tahun 1985, dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun. Disamping itu, dalam penyusunan perencanaan tersebut, selain didasarkan pada pertimbangan terhadap permasalahan dan potensi pembangunan perumahan dan permukiman dikawasan studi, antara lain juga merupakan penjabaran dari berbagai program pembagunan perumahan dan permukiman, khususnya pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dikawasan studi tersebut.

E.4Pengertian Umum

Sebagai bagian integral dari penataan ruang, serta perencanaan penataan lingkungan dan kawasan, maka dalam rangka melaksanakan pekerjaan ini perlu juga memahami sejumlah pengertian. Ada beberapa pengertian umum yang dapat digunakan untuk memahami pekerjaan penyusunan perencanaan tata lingkungan permukiman, dan perencanaan konsep model - model rumah susun sederhana sewa, antara lain sebagai berikut :

Ruang :Adalah wadah secara keseluruhan yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu - kesatuan wilayah, berlangsungnya interaksi sistem sosial (yang meliputi manusia dengan seluruh kegiatan sosial, ekonomi dan budaya) dengan ekosistemnya (sumber daya alam dan sumber daya buatan).

Tata ruangAdalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak direncanakan.

Penataan RuangAdalah proses perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang pelaksanaannya bertujuan unutk mewujudkan pemanfaatan ruang yang berkualitas, sesuai dengan potensi, permasalahan serta ketentuan yang berlaku diwilayah tertentu.

Pemanfaatan ruang :Adalah rangkaian program kegiatan pelaksanaannya pembangunan yang memanfaatkan ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan didalam rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang juga merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumber daya manusia, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi, pertahan keamanan, fungsi lindung, budidaya, dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu dilihat dalam kesatuan secara utuh, menyeluruh, serta berkualitas membentuk tata ruang.

Wilayah :Yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif disebut wilayah pemerintahan.

Kawasan : Yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional disebut kawasan.

Rumah :Adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Perumahan :Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan temapat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Permukiman :Adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Rumah Susun :Adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagian - bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan - satuan yang masing - masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Satuan Rumah Susun : Adalah rumah susun yang bertujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang merupakan sarana penghubung ke jalan umum.

E.5Azas Penataan Ruang

Penataan ruang berazaskan :

1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan.

2. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

E.6Tujuan Penataan Ruang

Penataan ruang bertujuan :

a. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

b. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya.

c. Tercapainya pemanafaatan ruang yang berkualitas untuk :

Mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, budiluhur dan sejahtera

Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.

Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna dan tepat guana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

E.7 Gambaran Umum Lokasi Studi

E.7.1 Aspek Historis

Cikal bakal Kota Medan adalah Medan Putri, sebuah kampung kecil yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari Jalan Putri Hijau sekarang. Kampung Medan Putri sendiri dibangun pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus, cucu Singa Maraja yang memerintah negeri Berkerah di dataran tinggi Karo dan termasuk dalam wilayah Raja Urung asal Karo, di Deli.

Perkembangan Kota Medan juga tidak terlepas dari keberadaan Kesultanan Deli yang diproklamasikan oleh Tuanku Panglima Perungit, yang memisahkan diri dari kekuasaan Kesultanan Aceh pada tahun 1669. Berdasarkan isi "Politiek Contract" atau perjanjian politiknya dengan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1907, daerah kekuasaan Kesultanan Deli meliputi :

1. Wilayah Deli Asli, yaitu wilayah pesisir pantai mulai dari sekitar kiri dan kanan Sungai Deli, yang didiami suku bangsa Melayu, termasuk Kampung Medan Putri.

2. Wilayah-wilayah Urung (Negheri), yaitu; Wilayah Hamparan Perak, Sunggal, Kampung Baru, Sinembah Patumbak, yang didiami suku Melayu di hilir dan Suku Karo di hulu.

Ada beberapa faktor yang mendorong kampung Medan Putri mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pertama, posisinya yang sangat strategis karena terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Karenanya Kampung Medan Putri sejak awal telah berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan transit yang cukup penting.

Kedua, adanya kebijakan Sultan Deli pada tahun 1863, untuk memberikan tanah di Tanjung Spassi dekat Labuhan seluas 4000 bahu, (1 bahu - 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun kepada Mienhuys Van der flak dan Elliot dari Firma Van Keeuwenen Mainz and Co, untuk dijadikan lahan perkebunan tembakau.

Kualitas yang sangat baik dari tembakau yang dihasilkan kemudian mendorong berkembangnya perkebunan-perkebunan tembakau hingga mencapai 22 perusahaan. Berkembangnya perkebunan tembakau ini juga mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan dan eksport.

Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, dan 1 Maret 1887, Ibukota Residen Sumatera Utara dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan. Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan juga dipindahkan dengan selesainya pembangunan Istana Maimun pada tanggal 18 Mei 1891, yang menjadikan Ibukota Deli resmi pindah ke Medan. Dengan demikian perkembangan Kota Medan menjadi pusat perdagangan juga telah mendorongnya menjadi Pusat Pemerintahan.

Kota Medan secara fisik kenyataanya juga mengalami perkembangan yang dapat dikelompokkan. Sejak tahun 1862, terlihat adanya dua kutub pertumbuhan fisik Kota Medan, yaitu Pelabuhan Laut Belawan, dan Pusat Kota Medan sekarang, yang menjadi perkantoran dan perdagangan kota. Jika pusat kota berkembang kearah Kelurahan Kesawan, Silalas dan Petisah, maka Belawan sampai tahun 1972, berkembang ke Selatan. Perkembangan tersebut masih bersifat konsentris dan terbatas pada area yang tidak terkena banjir. Pengamatan tahun 1980 memperlihatkan adanya perkembangan yang pesat. Daerah terbangun di Belawan berkembang lebih dari dua kali lipat, sedangkan Pusat Kota meluas dengan cepat ke Barat, Selatan dan Timur meliputi; Area 3.375 Ha.

E.7.2 Rona Lingkungan

Pembahasan Rona Lingkungan meliputi beberapa aspek karakteristik Kota Medan seperti Letak Geografis, Wilayah Administratif, Klimatologi, Hidrologi dan Topografi. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

a. Geografis dan Administratif

Kota Medan berdasarkan PP No.22/1973 memiliki luas 26.510 hektar atau sama dengan 265,10 Km2 atau 3,6 % dari total luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Oleh karena itu, selain memiliki kekuatan pembangunan dengan jumlah penduduk yang relatif besar, Kota Medan juga memiliki keterbatasan ruang sebagai bagian daya dukung lingkungan.

Luas Kota Medan tersebut masih kedl dibanding luasan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. Keterbatasan ruang tersebut lebih dirasakan karena bentuk wilayah administratif Kota Medan yang sangat ramping di tengah, sehingga menghambat pengembangan perkotaan dan penyediaan sarana prasarana kota. Kondisi tersebut juga menyebabkan kurang seimbang dan terintegrasinya ruang kota di Bagian Utara dengan Bagian Selatan. Hal tersebutlah yang merupakan latar belakang perlunya perluasan Kota Medan menjadi bentuk yang lebih ideal dari aspek penataan dan pengembangan ruang kota.

Disamping itu secara administrasi Kota Medan berbatasan dengan:

Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Timur dan Selatan.

Selat Malaka di sebelah Utara.

Wilayah Administratif Kota Medan terdiri dari 21 wilayah Kecamatan dan 151 wilayah Kelurahan (pembagian wilayah administratif dapat dilihat dalam Gambar 3). Besamya jumlah kelurahan yang ada menyebabkan data dasar RP4D keseluruhannya memiliki kedalaman tingkat kelurahan, namun untuk kebijakan umum dapat diuraikan dalam unit kecamatan.

b. Klimatologi

Menurut Stasiun Sampali, suhu minimum untuk Kota Medan berkisar antara 23,30 C - 24,10 C dan suhu maksimum berkisar antara 31,00 C - 31,10 C. Kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 58 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0.48 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2001 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 299,5 mm.

c. Topografi dan Hidrologi

Kota Medan memiliki ketinggian 2.5 m - 50 m diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng/tanah yang mencapai 0 sampai dengan 4 % dari sebahagian wilayah Kota Medan berada 2,5 - 5,0 meter berada pada tanah rawa yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang dapat berkembang biak seperti pohon nipah.

Sungai-sungai yang membentang di Kota Medan memiliki pengaruh yang cukup besar pada perkembangan Kota Medan. Sungai-sungai ini digunakan sebagai sumber air untuk masyarakat yang menduduki daerah sekitar sungai serta sungai juga digunakan untuk mengatasi banjir serta tempat pembuangan air hujan. Sungai Deli cukup berpengaruh dalam aktivitas penduduk sekitar sungai untuk kebutuhan akan sumber air, hal ini disebabkan Sungai Deli mengalir dan bermuara ke Laut Belawan. Sungai-sungai yang mengalir dan melalui pada wilayah Kota Medan seperti Sungai Babura, Sungat Deli, Sei Kera, Sei Putih, Sei Sikambing dan sungai-sungai lainnya serta dua sungai batas Kota Medan (Sei Belawan dan Sungai Percut).

E.7.3 Kota Medan dalam Konstelasi Perwilayahan Regional

Dilihat dari fungsi kota, maka Kota Medan kenyataanya mengemban fungsi yang luas dan besar terhadap daerah-daerah yang ada disekitarnya, antara lain :

a) Sebagai pusat pemerintahan daerah baik pemerintah Provinsi Sumatera Utara, maupun Kota Medan, dan sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat negara-negara sahabat, dan juga kedudukan institusi kantor perwakilan swasta dan perbankan.

b) Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara, seperti rumah sakit, perguruan tinggi, hiburan dan rekreasi, dan fasilitas yang dikembangkan swasta lainnya dengan lingkup pelayanan tidak hanya masyarakat Sumatera Utara, namun juga daerah-daerah Provinsi lain di sekitamya.

c) Sebagai pusat perhubungan dan distribusi orang/barang difengkapi dengan sarana Bandara Udara, Pelabuhan Laut, Terminal Peti Kemas, Kereta Api dan sebagainya.

d) Sebagai Pusat produksi dan Investasi skala regional, nasional sampai intemasional dengan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara mencapai 21,3% (bahkan 24% pada masa sebelum krisis) dan kontribusi mencapai 50% terhadap PDRB WP III Sumatera Utara.

Peran dan fungsi yang sangat besar dalam perkembangan pembangunan wilayah hinterlandnya menyebabkan timbulnya daya tarik yang sangat besar, dan pada akhimya meningkatkan urbanisasi. Fenomena yang dapat dilihat langsung adalah tingginya jumlah penglaju (commuter) yang masuk ke Medan (pagi sampai sore) sebesar 300.000.000 jiwa perhari. Commuter tersebut menimbulkan kemacetan Kota Medan pagi dan sore hari.

Secara relatif, Kabupaten Deli Serdang memiliki daya dukung Sumber Daya Alam (SDA) yang relatif lebih besar, karenanya Kota Medan sesungguhnya perlu mengembangkan kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan Daerah-Daerah sekitamya. Di samping itu adanya Selat Malaka tentunya juga menjadikan Kota Medan memiliki potensi perikanan yang dapat dikembangkan lebih balk.

E.7.4 Arah Perkembangan Kota

Perkembangan Kota Medan tidak merata kesemua arah. Terjadi ketidakseimbangan perkembangan kota antara bagian utara, tengah, dan selatan kota. Areal bagian tengah Kota Medan sangat kedl sehingga tidak dapat berkembang. Perkembangan yang pesat terutama terjadi ke arah timur dan barat kota selain pertumbuhan di pusat kota sendiri. Kondisi yang ada saat ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan perumahan mengarah ke bagian utara, timur, dan selatan Kota Medan. Di bagian utara kota, perumahan yang tumbuh adalah jenis perumahan sederhana, sedangkan di bagian timur dan selatan adalah perumahan jenis menengah dan mewah.

Berdasarkan fakta sejarah yang ada cikal bakal perkembangan Kota Medan berawal dari Kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang saat ini merupakan kawasan pusat kota. Perkembangan kota ke arah timur dan barat terutama mengikuti keberadaan jaringan jalan regional ke arah Kota Binjai (ke arah barat) dan ke arah Lubuk Pakam (ke arah timur). Perkembangan ke arah selatan terutama mengikuti jaringan jalan regional menuju Kabanjahe. Sementara itu, pengembangan jalur Medan-Belawan kurang berhasil sehingga bagian tengah ke arah utara Kota Medan kurang berkembang.E.7.5 Penggunaan Lahan

Peta Guna Lahan Kota Medan memperlihatkan bahwa guna lahan Kota Medan terdiri dari 10 (sepuluh) jenis, yaitu perumahan dan kegiatan terkait, lahan industri, lahan jasa, lahan perusahaan, sawah, kebun campuran, hutan rawa, rawa, tegalan, dan lahan kosong diperuntukkan. Tetapi, data Was guna lahan tahun 1998 (Sumber : RTRW Propinsi Sumatera Utara Tahun 2000) yang diperoleh hanya berupa luas permukiman (12.510 hektar), sawah (5.433 hektar), dan rawa/hutan rawa (428 hektar).

E.7.6 Kependudukan

a. Tingkat Kesejahteraan Penduduk

Kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat dari beberapa indikator, seperti tingkat kelahiran, tingkat kematian, umur harapan hicup, angka kematian bayi, serta pendapatan per-kapita. Angka kelahiran kasar (CBR) Kota Medan relatif rendah, yaitu 4,3/1.000 penduduk; begitu juga dengan angka kematiannya, sebesar 2,5/1.000 penduduk pada tahun 2002. Umur harapan hidup laki - laki dan perempuan sedang, masing-masing 67 tahun dan 69,5 tahun. Angka kematian bayi relatif sedang, yaitu 26,01 per 1.000 kelahiran hidup. Tetapi, pendapatan per-kapita relatif rendah, yaitu sebesar Rp. 2,78 juta atas dasar harga konstan dan Rp 6,26 juta atas dasar harga berlaku pada tahun 2000.

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana dalam mencerdaskan bangsa dan negara, mendptakan generasi muda dan sumber daya manusia yang siap pakai dalam pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Berhasilnya suatu pembangunan tidak terlepas dari tingkat pendidikan penduduknya. Tingkat pendidikan semakin tinggi akan membawa dampak positif bagi masa depan bangsa.

Data tahun 2000 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan masih belum cukup tinggi walaupun Medan merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Sebagian besar penduduk masih berada pada tingkat menengah, yaitu SMU dan SLTP. Tingkat pendidikan SI jumlahnya relatif masih sedikit. Gambaran yang cukup memprihatinkan adalah masih relatif besamya jumlah penduduk yang tidak tamat SD. Data mengenai tingkat pendidikan akan disajikan pada Tabel 3.3 berikut.

c. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

jenis pekerjaan penduduk Kota Medan ada sembilan jenis, yaitu PNS, pegawai swasta, ABRI, petani, nelayan, pedagang, pensiunan, industri, dan lainnya. Sesuai dengan karaktemya sebagai kota besar, sebagian besar penduduk bekerja sebagai pegawai swasta dan pedagang, disamping PNS. Pekerjaan yang bersifat pedesaan masih ada di Kota Medan, yaitu petani dan nelayan. Petani dan nelayan pada umumnya adalah penduduk daerah pinggiran, seperti Kecamatankecamatan Medan Tuntungan, Medan Selayang, Medan Labuhan, dan Medan Belawan. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 3.4 berikut.

E.7.7 Perekonomian

Pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi Kota Medan mengalaml kenaikan sebesar 7,33 O/b dari tahun 2001. Dalam periode enam tahun, dad tahun 1997 sampai tahun 2002, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Medan adalah 4,64 0/0 per-tahun, Pada tahun 2002, PDRB Kota Medan adalah sebesar Rp 5,78 trilyun menurut harga konstan dan Rp 19,66 triiyun menurut harga berlaku. Dilihat dari distribusinya per-sektor (menurut harga berlaku), sektor penggalian yang mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata paling tinggi, sebesar 8,61 0/0, Pada fingkatan kedua adalah sektor bangunan (6,06 %) dan industri pengolahan (5,93 %). Selanjutnya adalah sektor-sektor dengan tingkat pertumbuhan relatif rendah, berturut-turut keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan , tanah dan jasa perusahaan (2,20 %), pengangkutan dan komunikasi (3,80 %), pertanian (4,06 %), listrik, gas dan air minum (4,16 %). Selain pertumbuhan ekonomi, alat ukur tingkat kemakmuran lainnya adalah PDRB per-kapita. Pertumbuhan PDRB yang tinggi belum tentu mencerminkan peningkatan kesejahteraan penduduk. Perkembangan jumlah penduduk berpengaruh terhadap indikator ini. Karena itu, perlu diketahui PDRB per-kapita untuk mengukur tingkat kemakmuran masyarakat.

E.8 Tinjauan Kebijakan Propinsi Sumatera Utara

Kebijakan Propinsi Sumatera Utara dalam pembangunan perumahan dan permukiman antara lain Pola Dasar Pembangunan 2001-2005, Program Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Utara 2001-2005, dan Rencana Tata Ruang Wilayah 2003-2018.

E.8.1 Visi dan Misi

Visi Propinsi Sumatera Utara yang tertuang dalam Pola Dasar Pembangunan 2001-2005 adalah :

"Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara Yang beriman, maju, mandiri, sejahtera dan menjunjung tinggi supremasi hukum berdasarkan Pancasila dalam Kebhinekaan.

Misi pembangunan yang ditetapkan sebagai berikut:

Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber moral dan akhlak mulia.

Meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan daerah menuju kepemerintahan Yang baik (good govemance).

Membangun dan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada pertanian, agroindustri, pariwisata dan sektor-sektor unggulan serta mengembangkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

Mengembangkan kualitas masyarakat dan sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, cerdas, trampil, kreatif, inovatif serta memiliki etos kerja yang tinggi.

Meningkatkan kesejahteraan, kebersamaan, dan rasa persatuan dalam masyarakat.

E.8.2 Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Pengembangan perumahan dan permukiman dalam Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi Sumatera Utara 2001-2005 yang telah ditetapkan dalam Perda No.6 Tahun 2001, tidak diletakkan sebagai prioritas pembangunan dan juga tidak termasuk dalam delapan kelompok program yang diprioritaskan. Pengembangan sarana dan prasarana diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, dan bukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam perumahan dan permukiman.

Program pembangunan yangberhubungan dengan penyelengaraan pembangunan perumahan dan permukiman terdapat dalam :

1. Pembangunan Sosial dan Budaya; sektor kesehatan dan kesejahteraan sosial; program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, dimana salah satu sasaran agar tercapainya permukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di pedesaan dan perkotaan termasuk penanganan daerah kumuh, dan dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan mutu lingkungan perumahan, permukiman dan tempat-tempat kerja terutama pengungsian.

2. Pembangunan Daerah; sektor mempercepat pengembangan wilayah; program pengembangan perumahan, dan program pengembangan prasarana dan sarana permukiman, yang ditetapkan dalam beberapa kegiatan pendukung peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

E.8.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara 2003-2018

Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sumatera Utara telah disahkan menjadi Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003. Di dalam RTRWP disebutkan kebijakan yang diambil dalam penataan ruang adalah:

Memperkuat basis perekonomian rakyat;

Menghormati hak keperdataan masyarakat;

Memprioritaskan pengembangan satuan ruang pada wilayah yang tingkat perkembangannya relatif rendah;

Mempertahankan kegiatan budidaya yang telah ada hak diatasnya;

Mengoptimalkan penataan dan pengendalian kawasan lindung sesuai dengan fungsinya;

Mengembangkan Mebidang dan Sibolga sebagai pusat pelayanan primer A dan B untuk mengakomodasikan fungsi perkembangan Sumatera Utara dalam skala kepentingan intemasional, nasional, dan regional;

Mengembangkan pusat-pusat pelayanan sekunder sebagai penggerak perkembangan wilayah;

Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lokal yang sebagian telah ditetapkan dalam RTRW Nasional untuk mendorong tumbuhnya sektor sekunder dan tersebar bagi pengolahan komoditi dan sumberdaya lokal untuk mendptakan nilai tambah;

Kawasan perkotaan Mebidang ditetapkan sebagai kawasan tertentu pada lingkup nasional can menetapkan kawasan tertentu lainnya pada lingkup Sumatera Utara;

Mengembanglkan Kawasan Andalan;

Mempersiapkan pemindahan bandar udara Polonia di Kota Medan pada tahun rencana ke Kuala Namu di kabupaten Deli Serdang dengan fungsi sebagai pusat penyebaran primer;

Menetapkan kawasan yang pemanfaatan ruangnya bermasalah untuk mengakomodasikan berbagai ketidaksesuaian kepentingan dalam pemanfaatan ruang.

Dari uraian kebijakan penataan ruang Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat bahwa Kota Medan, sebagai pusat utama kawasan perkotaan Mebidang akan dikembangkan menjadi kota dengan skala pelayanan primer dalam lingkup Sumatera Utara. Kebijakan ini akan mengakibatkan berkembangnya berbagai jenis kegiatan di dalam wilayah administrasi Kota Medan, sebagai ikutannya maka akan terjadi peningkatan kebutuhan perumahan dan permukiman. Walaupun demikian, secara rinci tidak disebutkan pada bagian mana diarahkan lokasi perumahan yang perlu dipersiapkan.

E.9 Kebijakan Pemerintah Kota Medan

E.9.1 Visi dan Misi

Visi dan Misi pembangunan di Kota Medan terbagi dalam 2 (dua), yakni untuk jangka waktu menengah (lima tahun) dan jangka panjang (25 tahun). Visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam Perda Kota Medan No.1 Tahun 2002 tentang Pola Dasar Pembangunan Kota Medan Tahun 2001-2025 merupakan cerminan kehendak seluruh komponen masyarakat yang dituangkan secara bersama. Sedangkan yang tertuang dalam Perda No.3 Tahun 2002 tentang Rencana Stratejik Pemerintah Kota Medan tahun 2001-2005 merupakan arahan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah Kota Medan dalam mewujudkan visi dan misi jangka panjang. Kedua arahan tersebut saling menunjang dan merupakan satu kesatuan langkah. Visi dan Misi di Kota Medan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut.

Pola Dasar Dan Rencana Strategi Kota Medan Tahun 2001-2005Pola Dasar Pembangunan 2001-2005Rencana Strategi 2001-2005

Visi

Medan sebagai pusat perdagangan, industri dan jasa dengan masyarakatnya yang religius, maju, mandiri dan berwawasan lingkungan

Visi

Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metropolitan berdrikan masyarakat madani, yang menguasai IPTEK, dan bermuatan IMTAQ serta berwawasan lingkungan

Misi

1. Peningkatan mutu penyelenggaraan pemerintah serta institusi penunjang guna mendorong perwujudan Medan sebagai Pusat Industri, Perdagangan, dan Jasa Regional dan Intemasional.

2. Peningkatan sarana dan prasarana perkotaan untuk mendukung pertumbuhan sosial ekonomi perdagangan dengan tetap memperhatikan wawasan lingkungan.

3. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan sumber daya aparatur dan masyarakat guna mendukung pertisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan.

4. Peningkatan kemampuan Keuangan Daerah, mendukung kemandirian Kota Medan sebagai Pusat Industri, Perdagangan, dan Jasa.

5. Peningkatan kesejahteraan aparatur dan masyarakat guna mendorong partisipasi aktif dalam pelaksanaan pembangunan.

Misi

1. Meningkatkan kinerja pelayanan umum pemerintah kota, guna mewujudkan Medan sebagai Kota Metropolitan.

2. Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah Kota Medan dan masyarakat, guna membentuk aparatur yang bersih, berwibawa, dan bermoral serta mewujudkan masyarakat yang madani.

3. Meningkatkan prasarana dan sarana kota, guna memenuhi kebutuhan pelayanan infrastruktur perkotaan yang berwawasan lingkungan.

4. Mewujudkan rasa aman, tentram serta kesejahteraan warga kota melalui peningkatan peran serta masyarakat dan penguasaan ilmu dan teknologi serta iman dan taqwa, guna mewujudkan Medan sebagai kota budaya.

5. Menumbuh kembangkan iklim berusaha yang sehat dan kompetitif, guna mewujudkan Kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi regional dan intemational.

6. Meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah, baik deri sisi pemerimaan maupun pengeluaran, guna mewujudkan kemajuan dan kemandirian kota sebagai daerah otonom

E.9.2 Program Pembangunan Daerah

Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman tidak diatur secara khusus dalam Program Pembangunan Daerah Kota Medan Tahun 2001-2005 yang telah ditetapkan dalam Perda Kota Medan No.2 Tahun 2002. Pembangunan perumahan dan permukiman juga tidaklah merupakan issu strategis dan prioritas pembangunan Kota Medan dalam Propeda tersebut. Hal yang terkait dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah sektor penataan ruang, serta sarana dan prasarana yang terdapat dalam program pembangunan bidang otonomi daerah. Arahan dalam dua sektor tersebut tidak mengatur secara eksplisit program pembangunan perumahan dan permukiman.

E.9.3 Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan Tahun 2005

Kebijakan tata ruang yang ditetapkan dalam kebijakan jangka panjang pada dasannya merupakan arahan dalam garis besar dari rencana tata ruang wilayah Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Medan Tahun 1995 - 2005 merupakan bagian dari Pola Dasar Pembangunan Kota Medan dalam aspek fisik.

Kebijaksanaan RUTRK Medan bidang Pengembangan Perumahan dan Permukiman, antara lain :

1. Lingkungan Permukiman

Kebijaksanaan pengembangan lingkungan permukiman di Kota Medan diarahkan kepada:

A. Mengembangkan sistem pengadaan perumahan dan tanah untuk perumahan, terutama bagi lapisan masyarakat terbanyak yang berpenghasilan rendah dengan kemudahan-kemudahan yang terjangkau.

B. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman-permukiman padat melalui perbaikan lingkungan secara terpadu.

C. Terlaksananya usaha pemenuhan kebutuhan "satu" rumah untuk satu rumah tangga", sesuai dengan tingkat kemampuan dan aspirasi tiap-tiap golongan penghasilan masyarakat.

D. Terbentuknya "lingkungan perumahan" yang layak dan nyaman bagi hunian, serta memiliki tingkat kemudahan yang memadai dalam kaitannya .sub sistem" kota secara keseluruhan.

E. Terwujudnya "fungsi" pembangunan perumahan, sebagai:

Faktor penentu dalam mewujudkan "pola kepadatan penduduk".

Faktor penunjang bagi kegiatan kota lainnya; dalam kaitannya dengan .pola penyebaran lokasi lapangan kerja".

Faktor perangsang bagi "terlaksananya perkembangan kota yang diharapkan". Perbaikan Kampung dalam kaitannya dengan pengembangan Mebidang Metropolitan Area (MMA).

2. Perbaikan Kampung

Pembangunan melalui perbaikan kampung (KIP) dilakukan dalam penataan lingkungan kumuh dan telah dilaksanakan melalui Proyek MMUDP I dan II dan proyek lainnya. Lingkup pekerjaan perbaikan kampung meliputi :

Perbaikan/pembuatan jalan setapak.

Perbaikan/pembuatan plat beton titi (jembatan kedl)

Perbaikan/pembuatan gorong-gorong

Perbaikan/pembuatan saluran baru/ drainase lingkungan

Perbaikan/pembuatan MCK

3. Pembangunan Desa Nelayan

Pembangunan dilaksanakan di dekat laut sekitar Kawasan Industri Baru (KIB) di bagian Utara Kota Medan. Pemerintah Kota Medan menyediakan tanah dan mematangkannya, serta membangun prasarana jalan utama, dan melengkapi perumahan tersebut dengan puskesmas, sarana ibadah, pendidikan, rekreasi dan lapangan olahraga, fasilitas tempat pelelangan ikan (TPI).

4. Lingkungan Perumahan Baru

Pembangunan diarahkan ke bagian Timur, Barat dan Utara Kota Medan; baik berupa perumahan sangat sederhana, real estate maupun perumnas. Perkembangan di Selatan kota dibatasi melalui penetapan koefisien dasar bangunan (KDB) besar.

RUTR Kota Medan Tahun 2005 membagi Kota Medan dalam 5 (lima) wilayah fungsional bernama wilayah pengembangan dan pembangunan (WPP) yang dapat dilihat dalam Tabel 2.3 serta Gambar 1 dan Gambar 2 berikut ini.

Pembagian Wilayah Pengembangan Dan Pembangunan (Wpp)

Kota Medan

WPPKecamatanLuas (Ha)Kegiatan Utama

A.1. Medan Belawan

2. Medan Marelan

3. Medan Labuhan

Jumlah

2.625,01

2.382,10

3,667,17

8.674,28

Pelabuhan, industri, terminal barang,

pergudangan orientasi Pelabuhan Belawan.

perumahan, konservasi.

B.4. Medan Deli

2.084,33

Perumahan, perdagangan, dan perkebunan

C.5. Medan Timur

6. Medan Perjuangan

7. Medan Area

8. Medan Denai

9. Medan Tembung

10.Medan Amplas

Jumlah

775,75

409,42

552,43

905,04

799,26

1.118,57

4,560.47

Perumahan, industri terbatas (KIM), Terminal barang/pergudangan

11.Medan Baru

12.Medan Maimun

13.Medan Polonia

14. Medan Kota

15.Medan Johor

Jumlah583,77

297,76

901,12

526,961

1.457,47

3.767,08

pusat pemerintahan, perumahan

hutan kota, pusat pendidikan

16.Medan Barat

17.Medan Petisah

18.Medan Sunggal

19.Medan Helvetia

20.Medan Tuntungan

21.Medan Selayang

Jumlah681,72

532,84

1,543,66

1.316,42

2.068,04

1.281,16

7.423,84

Perumahan, perkantoran, konservasi,

Lapangan golf, hutan kota.

KOTA MEDAN 26.510

E.10 Kondisi Perumahan dan Permukiman di Kota Medan

Kondisi perumahan dan permukiman yang dibahas adalah mengenai jumlah dan sebaran rumah, kondisi bangunan rumah, tingkat hunian rumah, perumahan yang dibangun pengembang, serta kawasan kumuh.

E.10.1 Jumlah dan Sebaran

Data jumlah dan sebaran rumah yang diperoleh adalah data tahun 2000 dalam lingkup kecamatan. Pada tahun 1990 rumah di Kota Medan berjumlah 280,292 unit. Dalam jangka waktu sepuluh tahun terjadi pertambahan sebesar 73.620 unit rumah sehingga berjumlah 353.912 unit pada tahun 2000 yang tersebar di 21 kecamatan.. Proporsi jumlah rumahnya relatif seimbang dengan proporsi berkisar dari 1,68 % di Kecamatan Medan Baru sampal 5,71 % di Kecamatan Medan Amplas. Hanya Kecamatan Medan Helvetia yang proporsinya relatif besar dibanding kecamatan-kecamatan lainnya, yaitu 17,58 %.

Berdasarkan kepadatannya, sebaran rumah di Kota Medan relatif tidak merata. Di bagian utara dan selatan, kepadatan rumah relatif lebih rendah, dari bagian tengah, timur, dan barat kota. Secara umum, kepadatan rumah bagian utara dan selatan berkisar dari 5 sampai 20 unit/ha. Kepadatan di bagain timur dan barat berkisar dari 25 sampai 47 unit/ha. Kepadatan rumah terendah terdapat di Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan, sebesar 4 unit/ha. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Helvetia sebesar 47 unit/ha.

E.10.2 Kondisi Bangunan Rumah

Kondisi bangunan rumah terdri dari dua jenis, yaitu permanen dan tidak permanen. Kota Medan memiliki proporsi rumah permanen sebesar 62,31 % dan selebihnya sebesar 37,69 % adalah rumah tidak permanen. Dilihat dari sebarannya di seluruh kecamatan, rumah permanen terbesar terdapat di Kecamatan Kecamatan Medan Tembung (5,53 %) dan Medan Area (4,73 %). Rumah permanen paling sedikit tercapat di Kecamatan Medan Baru (1,13 %) dan Kecamatan Medan Maimun sebesar (1,16 %).

Sebaran rumah non-permanen di seluruh kecamatan relatif rendah, yaitu berkisar dari 0,02 sampai 3,35 %, kecuali Kecamatan Medan Helvetia yang memiliki persentase rumah non-permanen relatif besar, yaitu 14,33 %. Rumah non-permanen paling sedikit terdapat di Kecamatan Medan Area (0,02 %) dan Kecamatan Medan Tembung (0,06 %).

E.10.3 Distribusi Lokasi Perumahan Menurut IMB

Seiring dengan perkembangan kegiatan dan penduduk, maka berkembang pula perumahan skala besar dan sedang di Kota Medan. Perumahan - perumahan tersebut tersebar di seluruh kecamatan, terutama di beberapa lokasi pinggiran kota, antara lain di Kecamatan Medan Denai, Medan Amplas, Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Marelan dan Medan Labuhan. Pembangunan perumahan tersebut dilakukan oleh pengembang (developer) swasta maupun perumnas, serta masyarakat secara perorangan untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan rumah tempat tinggal.

Data IMB memperlihatkan bahwa pembangunan rumah di Kota Medan dilakukan oleh tiga kelompok pelaku, yaitu perusahaan pengembang swasta, perusahaan pengembang perumnas, dan masyaralkat secara perorangan. Perumahan skala sedang pada umumnya dibangun oleh masyarakat secara perorangan dan pengembang. Peran masyarakat perorangan dalam menyediakan perumahan terlihat besar sekali. Perumahan skala besar dibangun oleh pengembang.

Pembangunan perumahan yang tercatat datanya berlangsung mulai dari tahun 1994 dengan jumlah rumah hanya 16 unit dengan luas bangunan 1.568 M2 di Kecamatan Medan Johor. Perumahan ini dibangun oleh pengembang swasta. Perkembangan pesat terjadi pada kurun waktu tahun 2000 sampai 2003 dengan pertambahan jumlah rumah rata-rata 1.580 unit dan Was bangunan 20 hektar per-tahun. Sampai tahun 2003, pertambahan jumlah rumah mencapai 7.344 unit dengan luas bangunan 875.907 M2. Pertambahan unit rumah berdasarkan IMB akan dijelaskan pada Tabel 4.3 dan Gambar Distribusi lokasi berdasarkan IMB berikut ini.

Dilihat dari sebarannya per-kecamatan, pembangunan perumahan terbesar berlangsung di bagian utara, timur, dan selatan Kota Medan. Di bagian selatan, pembangunan terutama berlangsung di Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Selayang, dar) Medan Johor dengan jumlah rumah 1.737 unit dan luas bangunan 168.756 M2 . Di bagian timur, pembangunan terutama berlangsung di Kecamatan Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Barat, dan Medan Petisah dengan jumlah 2.552 unit dan luas bangunan 388.523 m2. Di bagian utara, pembangunan berlangsung terutama di Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan dengan jumlah rumah 1.400 unit dan luas bangunan 62.492 m2. Luas bangunan yang relatif kedl ini berkaitan dengan jenis rumah yang dibangun di bagian utara yang pada umumnya adalah rumah sederhana.

Pertumbuhan perumahan di Kota Medan berawal dari bagian selatan, yaitu di Kecamatan Medan Johor pada tahun 1994. Kemudan, pada tahun 1997, telah terjadi perkembangan selain di bagian selatan sendiri (Kecamatan Medan Selayang) juga ke bagian utara Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, dan Medan Marelan, serta bagian timur di Kecamatan Medan Amplas. Tahun 1998, lokasi perumahan berkembang ke bagian barat Kota Medan, di Kecamatan Medan Helvetia dan Medan Sunggal. Tahun 2001, lokasi perumahan telah berkembang ke seluruh bagian Kota Medan kecuali di bagian pusat Kota Medan.

E.10.4 Distribusi Lokasi Perumahan Yang Dibangun Pengembang Swasta

Data REI memperlihatkan bahwa perumahan yang dibangun pengembang swasta terdiri dari lima jenis, yaitu rumah mewah, rumah menengah, rumah toko (ruko), rumah sederhana (IRS), dan rumah sangat secerhana (RSS) dengan berbagai macam variasi tipe rumah. Tetapi, data jumlah can luas bangunan rumah yang diperoleh hanya terdiri cari dua kelompok, yaitu kelompok rumah mewah, rumah menengah, dan ruko (selanjutnya disebut dengan kelompok I), serta kelompok rumah sederhana dan rumah sangat sederhana (selanjutnya disebut dengan kelompok II). Pembangunan perumahan oleh pengembang berlangsung mulai tahun 1990 dan sampai dengan tahun 2003 yang tersebar di 38 lokasi, Total rumah yang dibangun berjumlah 13.590 unit dengan luas lahan 871,490 hektar.

Perumahan yang dibangun pengembang pertama kali adalah perumahan kelompok I di bagian selatan Kota Medan. Perumahan tersebut bemama Dtra Wisata sebanyak 66 unit di Kecamatan Medan Johor dan Taman Setiabudi Indah (Tasbih) sebanyak 115 unit di Kecamatan Medan Selayang pada tahun 1990. Pertumbuhannya kemudian berlangsung terus terutama ke bagian selatan, barat, can timur Kota Medan, seperti Kecamatan-kecamatan Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Timur, Medan Denai, dan Medan Amplas. Pembangunan perumahan di bagian pusat kota pada umumnya berupa ruko. Pembangunan yang pesat terutama berlangsung selama kurun waktu enam tahun sampai tahun 1996. Sampai tahun 2002, total rumah yang dibangun berjumlah 8.947 unit dengan luas lahan 664,09 hektar. Setelah tahun 1996, pembangunan perumahan relatif lambat. Dilihat sebarannya per-kecamatan, Jumlah unit rumah terbanyalk terdapat di bagian selatan Kota Medan, yaitu di Kecamatan-kecamatan Medan Tuntungan, Medan Selayang, dan Medan Johor berjumlah 4.160 unit dengan luas lahan 365 hektar.

Lokasi rumah kelompok II yang dibangun pengembang di Kota Medan relatif sedikit, yaitu hanya di sembilan lokasi di lima kecamatan, yaitu Medan Helvetia, Medan Sunggal (bagian barat), Medan Labuhan, Medan Marelan (bagian utara), dan Medan Timu. Pembangunan RS dan RSS lebih banyak dilakukan di luar Kota Medan, seperti di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan harga lahan yang relatif jauh lebih tinggi di Kota Medan. Sampai tahun 2003 unit rumah yang dibangun berjumlah 4.643 unit dengan luas lahan 207,4 hektar. Pembangunan perumahan kelompok II ini sebagian besar berlangsung di bagian utara Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan Medan Marelan. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan lahan kosong dan harga lahan yang relatif lebih murah di bagian utara. Berikut ini akan disajikan beberapa Gambar mengenai distribusi rumah yang dibangun oleh Pengembang di Kota Medan dari Tahun 1990 sampai dengan Tahun 2003.

E.10.5 Kawasan Kumuh (Slum)

Sesuai hasil penelitian/studi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan, saat ini terdapat 46 (empat puluh enam) lokasi yang dapat dinyatakan sebagai kawasan kumuh dan miskin. Lokasi tersebut tersebar di dua kutub pertumbuhan Kota Medan yakni Bagian Utara Kota (Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan Deli) serta kawasan Pusat Kota. Terdapat pula beberapa lokasi di kawasan pinggiran kota. Lokasi kawasan kumuh ini menyebar di 38 kelurahan yang terdapat di 14 kecamatan. Untuk lebih jelasnya lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan juga dapat dilihat distribusi lokasi kawasan kumuh tahun 2001 di Kota Medan pada Gambar distribusi berikut.

Lokasi Kawasan Kumuh Kota Medan Tahun 2001

NoKecamatanLokasi (Kelurahan)Lingkungan

1. Medan Tuntungan--

2. Medan Selayang1. Tanjung Selamat

2. Asam Kumbang

3. Tanjung Sari

4. PB. Selayang 1I

VII

XXI

IV

3. Medan Johor5. Sukamaju

6. P. Mansyur

7. Gedung Johor

8. Kwala BekalaIII, IV, V

III, IV, XI, XII

II, IV

I, II, III

4. Medan Amplas-

5. Medan Denai9. TS Mandala 11

10. Denai

11. Medan Tenggara

12. BinjaiI, XI, XIV, XV

I

VII

XIV

6. Medan Tembung--

7. Medan Kota--

8. Medan Area13. Tegal Sari IVII, X

9. Medan Baru

10. Medan Polonia14. Polonia BaruV, VII, XII

11. Medan Maimun15. Kampung BaruIV, VII, XIII

12. Medan Sunggal16. Sunggal

17. Tanjung RejoX, XI

IX

13. Medan Helvetia --

14. Medan Barat 18. Sei Agul

19. Karang BerombakXI

XII

15. Medan Petisah -

16. Medan Timur 20. Pulo Brayan Darat I

21. Pulo Brayan Darat II

22. Gang Buntu

23. Glugur Darat IIIII, VI

X, XIV

II

II,VI,VII,VIII,XI

17. Medan Perjuangan 24. Sei Kera Hilir IIVIII

18. Medan Deli25. Kota Bangun

26. Mabar Hilir

27. MabarV,VI

V,VI

II,III,IV

19. Medan Labuhan28.Tangkahan

29. Besar

30. Besar

31. Besar

32. Besar

33. Sei Mati

34. Nelayan Indah

35. Pekan Labuhan

36, Pekan LabuhanVII,VIII

II

III

V

VII,VIII

IX

VI

IVB,IVA,VB,VA

XB MAWAR, XB

20. Medan Marelan37. Labuhan Deli

38.Terjun VII,VIII,IX,X

XII

21. Medan Belawan39. Belawan I

40. Belawan II

41. Belawan Bahagia

42. Belawan Bahagia

43. Belawan II

44. Belawan II

45. Bagan Deli

46. Bagan Deli XII

XXVI,XXVII,XXVII

XXI

XX,IX

XXXVII,XXXVI,XXXV

XXXII,XXX

XIV

VI,V

Sumber: Lampiran Studi Kawasan Kumuh dan Kemiskinan Kota Medan, Tahun 2001

BAPPEDA KOTA MEDAN

E.10.6 Kawasan Hunian Liar (Squatter)

Kawasan hunian liar (Squatter) adalah kelompok permukiman yang berdiri secara ilegal, baik dari perijinan maupun kepemilikan tanah. Di Kota Medan terdapat 2 (dua) karakteristik umum kawasan hunian liar yaitu kawasan yang berada di pinggiran sungai dan kawasan yang berada diatas jalur kereta api. Sepanjang sisi sungai besar maupun anak sungai banyak berdiri rumah-rumah masyarakat, bahkan beberapa diantaranya berada diatas aliran sungai. Selain berdampak terhadap kelestarian lingkungan sungai, bangunan hunian tersebut juga membahayakan masyarakat penghuninya (terutama saat banjir).

Kawasan hunian liar disepanjang sungai telah ada sejak lama, karena banyak terdapat sungai besar dan kecil di Kota Medan; hal tersebut terkait dengan sangat tingginya peran sungai dalam kehidupan dan perkembangan Kota Medan di masa lalu. Sebahagian rumah tersebut telah dilakukan penataan pemindahan melalui pelaksanaan normalisasi sungai dan pembangunan jalan inspeksi. Kawasan ini terdapat di hampir keseluruhan kecamatan yang dialiri Sungai terutama Sungai Belawan, Sungai Babura, Sungai Deli dan Sungai Percut.

Kawasan hunian liar disepanjang jalur rel kereta api berdiri diatas tanah milik PT.Kereta Api Indonesia yang diperuntukkan sebagai tanah untuk rel ataupun jalur hijau (sempadan) pengaman kereta api. Bangunan-bangunan rumah dapat berkembang di kawasan tersebut kareta terdapat dua jalur utama yang tidak berfungsi lagi yaitu jalur kereta api Medan-Deli Tua dan Medan-Pancur Batu.

Hunian liar yang ada saat ini memiliki kondisi fisik yang beragam berupa bangunan darurat, semi permanen bahkan ada pula bangunan permanen. Kawasan hunian liar tersebut dilayani oleh prasarana kota seperti listrik dan air bersih, namun pada umumnya tidak memiliki saluran drainase yang baik.

Di sekitar Pelabuhan Belawan banyak terdapat hunian liar para nelayan yang berlokasi di lahan milik PT Pelindo. Kawasan ini direncanakan akan dikembangkan menjadi kawasan industri dan pergudangan. Tetapi, walaupun demikian, kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas pelayanan, seperti perbaikan akses jalan, penyediaan suplai air bersih dan listrik.

E.10.7 Perumahan Perumnas dan Apartemen

Perumahan yang dibangun Pengembang Perumnas terdapat di enam lokasi di bagian barat, utara, selatan, dan pusat Kota Medan. Di bagian barat adalah Perumnas Helvetia (Kecamatan Medan Helvetia, 4.804 unit) dan Perumnas Mandala (Kecamatan Medan Denai, 8.927 unit). Di bagian pusat kota adalah i Rumah Susun Sukaramai di Kecamatan Medan Area dengan jumlah unit rusun 400 unit. Di bagian selatan adalah Perumnas Simalingkar di Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 4.897 unit. Di bagian utara adalah Perumnas Martubung sebanyak 100 unit dan Pasena Laguna Martubung sebanyak 458 unit di Kecamatan Medan Labuhan.

Apartemen di Kota Medan hanya terdapat di dua lokasi di pusat kota, yaitu Quality Suites di Jalan Listrik dan Apartemen Danau Toba di Jalan Palang Merah.

E.11 Sarana Permukiman

E.11.1 Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan yang terdapat pada suatu wilayah tertentu dipengaruhi oleh jumlah pemeluk agama yang dianut. Mayoritas penduduk Kota Medan menganut Agama Islam sehingga dengan demikian jumlah sarana peribadatan untuk Kota Medan didominasi oleh fasilitas peribadatan yang peruntukannya bagi masyarakat yang memeluk agama islam. Fasilitas peribadatan seperti Mesjid memiliki 721 unit, Langgar sebanyak 732 unit, Gereja memiliki 370 unit, Kuil 39 unit dan Vihara memiliki 88 unit sarana peribadatan. Untuk lebih jelasnya mengenai fasilitas peribadatan akan disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini.

E.11.2 Fasilitas Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana dalam mencerdaskan bangsa dan negara, mendptakan generasi muda dan sumber daya manusia yang siap pakai dalam pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Berhasilnya suatu pembangunan tidak terlepas dari tingkat pendidikan, dimana semakin maju pendidikan berarti akan membawa dampak yang positif bagi masa depan dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Perkernbangan Pendidikan di Kota Medan memuat data SID, SLTP, SMU dan setingkatnya baik yang dikelola Dinas Pendidikan Maupun diluarnya yang menyebar diseluruh Kota Medan. Sedangkan Perguruan Tinggi/Akaderni mencakup Universitas negeri yang dikelola Pernerintah maupun