usman abdillah_k2312074_tugas bab 1.pdf

8
PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA MATERI DINAMIKA ROTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA SISWA Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dosen Pengampu : Fahrizal Eko Setiono, S.Pd, M.Pd Disusun Oleh : Usman Abdillah K2312074 2012 / Kelas A / Semester 6 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Upload: usman-abdillah

Post on 08-Nov-2015

240 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL PENELITIAN

    PENERAPAN MODEL DIRECT INSTRUCTION

    TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

    MATERI DINAMIKA ROTASI

    DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PADA SISWA

    Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dosen

    Pengampu : Fahrizal Eko Setiono, S.Pd, M.Pd

    Disusun Oleh :

    Usman Abdillah

    K2312074

    2012 / Kelas A / Semester 6

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2015

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi

    penting dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa

    negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan

    dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa

    mendapatkan prestasi terbaik.

    Namun, dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang

    berkaitan dengan mutu pendidikan. Terbatasnya akses pendidikan di Indonesia, terlebih

    lagi di daerah pedesaan, berujung kepada meningkatnya arus urbanisasi untuk

    mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di perkotaan.

    Data yang didapat dari Education For All (EFA) Global Monitoring Report

    2011 yang di keluarkan oleh UNESCO diluncurkan di New York indeks pembangunan

    pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008

    adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara.

    (Michael Lee : 2014). Dengan data tersebut, tentu saja pendidikan di Indonesia masih

    kalah dengan negara-negara lain, dan memerlukan perhatian khusus.

    Sebenarnya, pemerintah telah memiliki tujuan pendidikan nasional yang

    tercantum dalam UUD 1945 pasal 31, dimana penjabarannya terdapat pada UU Nomor

    20 tahun 2003, terutama pada pasal 3, yang menyebutkan, pendidikan nasional

    berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

    yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

    bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Namun dalam pelaksanaannya, tujuan pendidikan nasional tersebut belum dapat

    dilaksanakan secara utuh. Terutama, aspek mendidik manusia menjadi mandiri, belum

    bisa dilaksanakan sepenuhnya. Masih banyak guru yang menjadi pusat pembelajaran

    dengan menerapkan pembelajaran konvensional.

  • Salah satu cara paling jitu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

    tersebut secara utuh adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

    Proses belajar mengajar tersebut meliputi keseluruhan mata pelajaran, termasuk fisika.

    Menurut Serway dan Jawett (2011:4), fisika adalah ilmu yang didasarkan pada

    pengamatan eksperimental. Pengamatan eksperimental merupakan kegiatan percobaan

    atau pengujian ilmiah untuk mendapatkan data-data yang diinginkan. Hasil dari data-

    data inilah yang mendasari ilmu fisika. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari

    tentang alam dan isinya beserta gejala-gejala yang terjadi didalamnya. Serway dan

    Jawett (2011:4) juga menyatakan, konsep-konsep dan teori-teori dalam fisika dapat

    mengubah dan memperluas cakrawala pengetahuan mengenai dunia sekitar kita. Oleh

    karena itu, fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang paling penting untuk diajarkan

    dan dipelajari disekolah. Pelajaran fisika mulai diperkenalkan sejak Sekolah Dasar,

    Sekolah Lanjut Tingkap Pertama, dan mulai dipelajari secara khusus dan lengkap di

    jenjang Sekolah Menengah Atas.

    Namun kenyataannya masih banyak siswa beranggapan fisika itu sulit. Hal

    tersebut dikarenakan pembelajaran yang dilakukan guru dianggap sangat monoton.

    Dimana berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Restu, dkk (2014) diketahui

    bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa sulit dalam mempelajari

    fisika salah satunya adalah siswa dalam belajar fisika cenderung hanya menghafal

    rumus tanpa memahami konsep fisika yang dipelajarinya. Kemudian guru lebih sering

    menggunakan metode ceramah dan pembelajaran cenderung bersifat teacher centered

    (Wahyudi & Dinata, 2014). Hal tersebut yang mengakibatkan kurangnya minat siswa

    terhadap pelajaran fisika, yang akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar

    siswa pada mata pelajaran fisika.

    Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan merupakan wadah untuk

    mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan yang

    berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta pada gilirannya lulusan

    sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa.

    SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah favorit yang berada di

    Kota Surkarta. Fasilitas yang dimiliki SMA Negeri 1 Surakarta tergolong cukup

    lengkap untuk menunjang proses pembelajaran, khususnya fisika. Selain itu, input

    siswa yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Surakarta termasuk sangat baik dibanding

    sekolah-sekolah lain di Kota Surakarta. Sehingga pada dasarnya, siswa di SMA Negeri

    1 Surakarta dapat diberi perlakuan pembelajaran yang melatih mereka untuk

  • mengembangkan kemampuan masing-masing individu (pembelajaran berpusat pada

    siswa). Namun yang terjadi di lapangan adalah pembelajaran yang berlangsung

    didominasi dengan pembelajaran yang konvensional yang lebih berpusat pada guru.

    Salah satu materi fisika yang dianggap sulit adalah dinamika rotasi. Hal ini

    sesuai informasi yang diperoleh dari hasil tes UTS siswa kelas XI IPA di SMA Negeri

    1 Surakarta, yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu. Informasi yang diperoleh

    bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi dinamika rotasi masih tergolong

    rendah. Menurut dari guru, terdapat 58% siswa mengalami kesulitan dalam memahami

    konsep dinamika rotasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada materi

    dinamika rotasi yang masih banyak dibawah standar yaitu di bawah 2,95.

    Berdasarkan observasi juga telah diketahui bahwa salah satu sebab siswa

    mengalami kesulitan dalam memahami materi dinamika rotasi adalah cara pengajaran

    guru yang bersifat monoton. Dalam proses pembelajaran guru lebih banyak

    menjelaskan materi sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Akibatnya

    akan menimbulkan kebosanan pada siswa yang mempengaruhi kurangnya tertariknya

    minat siswa terhadap materi yang disampaikan. Sehingga pemahaman siswa terhadap

    materi dan hasil belajar fisika siswa rendah. Padahal dalam proses belajar pembelajaran,

    peran guru sangat penting misalnya dalam member motivasi, bimbingan serta member

    penjelasa kepada siswa aagar mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

    ajar. Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu

    keberhasilan setiap usaha pendidikan. Ini menunjukkan bahwa peran guru sangat besar

    dalam proses pembelajaran fisika dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap

    materi serta dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

    Oleh sebab itu, perlu adanya upaya untuk menarik minat siswa dalam belajar

    fisika. Serta untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi fisika,

    khususnya pada materi dinaika rotasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

    menerapkan pembelajaran dengan model direct instruction. Dengan penerapan

    pembelajaran langsung, suasana belajar diharapkan dapat lebih menyenangkan. Namun

    model pembelajaran tersebut masih jarang digunakan oleh guru dalam mengajar fisika

    di kelas. Pada model pembelajaran direct instruction berkaitan dengan pengetahuan

    deklaratif dan pengetahuan prosedural, dimana pengetahuan deklaratif merupakan

    pengetahuan terhadap sesuatu (dapat diungkap dengan kata-kata), sedangkan

    pengetahuan procedural merupakan pengetahuan untuk melakukan sesuatu. Sehingga

    dengan model pembelajaran ini dianggap sangat cocok diterapkan karena pada model

  • ini juga terdapat tahapan guru mendemonstrasikan kepada siswa sehingga siswa dapat

    melihat langsung cara penggunaan alat ukur tersebut. Dengan model pembelajaran ini

    diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi

    dinamika rotasi.

    Model pembelajaran langsung atau direct instruction merupakan salah satu

    model mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan

    memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah (Triyanto,

    2007). Dalam menerapkan model pembelajaran langsung guru mendemonstrasikan

    pengetahuan atau keterampilan menggunakan alat peraga dan penjelasan guru yang

    digabungkan dengan latihan/umpan balik untuk membantu siswa memperoleh

    pengetahuan dan keterampilan tersebut (Andriana, dkk, 2014). Model pembelajaran

    langsung dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan belajar mengajar dikelas.

    Yang terdiri atas lima fase yaitu menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,

    mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek

    pemahaman dan memberikan umpan balik, serta memberikan kesempatan untuk

    pelatihan lanjutan dan penerapan.

    Dengan mendemonstrasikan, peserta didik akan diberi kesempatan untuk

    mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang digunakan dalam

    proses belajar pembelajaran. Dimana demonstrasi ini digunakan untuk memperlihatkan

    prses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi yang akan disampaikan dengan cara yang

    mudah dipahami siswa. Pembelajaran dengan adanya demonstrasi sangat baik karena

    waktu pembelajaran yang digunakan akan lebih efektif. Melalui demonstrasi juga,

    materi akan lebih mudah dipahami siswa dalam waktu singkat. Dalam melaksanakan

    pembelajaran dengan model direct instruction digunakan alat bantu pembelajaran yang

    disebut alat peraga.

    Alat peraga merupakan alat yang digunakan guru ketika menyampaikan suatu

    materi ajar. Alat peraga berfungsi untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang

    diajarkan kepada siswa. Penggunaan alat peraga atau alat bantu pembelajaran

    merupakan variasi dalam meningkatkan minat dan perhatian siswa selama proses

    belajar pembelajaran berlangsung. Perhatian siswa akan lebih terpusat pada materi yang

    diajarkan serta hasil pembelajaran akan lebih melekat dalam ingatan siswa. Dengan

    penggunaan alat peraga dalam penerapan model direct instruction sebagai media

    pengajaran akan dapat membantu mempermudah siswa memahami konsep dinamika

    rotasi.

  • Selain itu, dalam belajar juga diketahui adanya perbedaan hasil belajar siswa

    laki-laki dan siswa perempuan, khususnya dalam mempelajari sains. Siswa yang terdiri

    dari laki-laki dan perempuan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda baik secara

    fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, perbedaan itu terkait perbedaan fisik,

    pancaindra dan sebagainya. Sedangkan secara psikologis, perbedaan itu terkait dengan

    minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif dan sebagainya.

    Dimana semua ini akan mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Hasil penelitian

    Nuyami, dkk (2014), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keyakinan diri antara

    siswa laki-laki dengan perempuan dalam mempelajari IPA. Sugiharto dalam Nuyami,

    dkk (2014), memaparkan bahwa anak perempuan lebih cakap dalam mengerjakan

    tugas-tugas verbal, sedangkan anak laki-laki menunjukkan masalah-masalah bahasa

    yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Namun, anak laki-laki lebih superior

    dalam kemampuan spasial. Dalam mempelajari ilmu sains, perbedaaan gender terlihat

    dimana prestasi belajar sains anak perempuan mengalami kemunduran, sementara

    prestasi laki-laki meningkat.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati

    (2008) menyimpulkan bahwa perempuan lebih menguasai segala sesuatu yang

    menyangkut masalah kesehatan dan lingkungan, sedangkan siswa laki-laki dengan

    kecakapan spasialnya lebih unggul dalam matematika, fisika dan kimia.

    Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, penelitian dengan menerapakan

    model direct instruction yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi rasional

    untuk dilakukan dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin siswa.

    B. Identifikasi Masalah

    1. Data yang didapat dari Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011

    yang di keluarkan oleh UNESCO diluncurkan di New York indeks pembangunan

    pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008

    adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara.

    Dengan data tersebut, tentu saja pendidikan di Indonesia masih kalah dengan

    negara-negara lain, dan memerlukan perhatian khusus.

    2. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

    yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun dalam pelaksanaannya, tujuan

    pendidikan nasional tersebut belum dapat dilaksanakan secara utuh.

  • 3. Pada kenyataannya, masih banyak siswa beranggapan fisika itu sulit. Hal tersebut

    dikarenakan pembelajaran yang dilakukan guru dianggap sangat monoton.

    4. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, diketahui bahwa terdapat beberapa

    faktor yang menyebabkan siswa sulit dalam mempelajari fisika salah satunya adalah

    siswa dalam belajar fisika cenderung hanya menghafal rumus tanpa memahami

    konsep fisika yang dipelajarinya. Kemudian guru lebih sering menggunakan

    metode ceramah dan pembelajaran cenderung bersifat teacher. Hal tersebut yang

    mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap pelajaran fisika, yang akhirnya

    berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika.

    5. Dalam proses pembelajaran Fisika, pendekatan dan metode inovatif seperti direct

    instruction masih jarang digunakan oleh guru. Pendekatan serta metode

    konvensional masih mendominasi proses pembelajaran Fisika saat ini.

    6. Perlu adanya upaya untuk menarik minat siswa dalam belajar fisika. Serta untuk

    mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi fisika, khususnya pada materi

    dinaika rotasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan

    pembelajaran dengan model direct instruction. Dengan penerapan pembelajaran

    langsung, suasana belajar diharapkan dapat lebih menyenangkan.

    7. Dalam pembelajaran juga diketahui adanya perbedaan hasil belajar siswa laki-laki

    dan siswa perempuan, khususnya dalam mempelajari sains.

    C. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini memiliki arahan yang jelas dan tidak terlalu luas, maka perlu ada

    pembatasan masalah yakni sebagai berikut:

    1. Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran Fisika ialah direct

    instruction

    2. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Fisika ialah metode

    demonstrasi.

    3. Membandingkan prestasi belajar siswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

    4. Materi Fisika yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah dinamika

    rotasi.

  • D. Perumusan Masalah

    Masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

    1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi perlakuan direct

    instruction menggunakan metode demonstrasi dengan pendekatan konvensional ?

    2. Adakah interaksi antara pendekatan direct instruction dan konvensional dengan

    jenis kelamin siswa ?

    3. Adakah interaksi antara pendekatan direct instruction dan konvensional dengan

    jenis kelamin siswa terhadap prestasi belajar siswa ?

    E. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada dunia pendidikan. Manfaat

    yang dapat diharapkan adalah:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Menambah penelitian mengenai penerapan Direct Instruction dan metode

    demonstrasi dalam pembelajaran Fisika.

    b. Menambah pengetahuan tentang perbedaan hasil belajar siswa laki-laki

    dan siswa perempuan, khususnya dalam mempelajari sains (fisika)

    c. Masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang sejenis.

    2. Manfaat Praktis

    a. Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan Direct Instruction dan

    metode demonstrasi dalam pembelajaran Fisika

    b. Memberikan informasi bagi guru pentingnya pemberlakuan khusus tiap

    jenis kelamin siswa dalam pembelajaran Fisika.