usaha pembenihan

21
PRAKATA Pada awalnya, masyarakat memelihara ikan hias hanya sebatas hobi dan belum mengarah ke usaha komersial. Sejalan dengan perkembangan kemajuan di bidang teknologi budidaya dan didukung oleh sarana transportasi yang semakin modern, kini usaha budidaya ikan hias semakin semarak dan bergairah. hal ini antara lain juga dipacu oleh prospek pasar yang cukup baik dengan jangkauan lebih luas. Pasarnya tidak hanya terbatas di dalam negeri tetapi telah menjadi salah satu mata dagangan internasional sebagai komoditas nonmigas. Budidaya ikan hias air tawar dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberi keuntungan. Di samping peluang pasarnya sangat terbuka di dalam maupun di luar negeri, usaha ini bisa dilakukan pada lahan terbatas dengan teknologi sederhana. Permintaan pasar berbagai jenis ikan hias dari tahun ke tahun cenderung rerus meningkat karena banyak irnportir yang membuka pintu untuk ikan hias Indonesia. Untuk memenuhi pasaran yang modern diperlukar suplai yang cukup, konyinyu, dan bermutu. Dengan teknik dan sistim pengusahaan yang sekadarnya, kriteria tersebut sulit dipenuhi. Untul itulah, buku Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat yang berminat pada usaha pembenihan ikan hias air tawar. Dengan tumbuhnya minat masyarakar terhadap usaha ini melalui eksrensifikasi dan intensifikasi maka produksi serta produktiviras usaha pembenihan ikan diharapkan akan meningkat. Dengan demikian, permintaan pasar terhadap ikan hias yang semakin bervariasi jenis maupun mutunya dapat terpenuhi. Usaha ini juga akan membuka peluang lapangan kerja yang cukup potensial. Buku ini disusun di tengah-tengah segala keterbatasan. Di dalamnya, sengaja dibuat pengelompokan ikan hias berdasarkan cara berkembangbiaknya (beranak atau bertelur) kemudian dipilih sebanyak 36 jenis ikan hias yang termasuk dalam enam famili yang paling banyak diminati dan sudah biasa dibudidayakan di berbagai tempat. Penjelasan diupayakan secara singkat dan sederhana sehingga mudah dipahami dalam waktu relatif singkat dan langsung bisa dipraktekkan. Sudah pasti buku ini jauh dan sempurna dan banyak sekali kekurangannya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan knitik demi perbaikan buku ini sangat diharapkan. Ucapan tenima kasih ditujukan kepada Ir. Tjakim Sufiandi selaku Kepala Balai Benih Ikan (BBI) Ciherang, Cianjur yang telah membenikan dorongan moral hingga lahirnya buku ini. Cianjur, 30 Juni 2000

Upload: muhammad-jafar-ibrahim

Post on 27-Nov-2015

69 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Usaha Pembenihan

PRAKATA

Pada awalnya, masyarakat memelihara ikan hias hanya sebatas hobi dan belum mengarah ke usaha komersial. Sejalan dengan perkembangan kemajuan di bidang teknologi budidaya dan didukung oleh sarana transportasi yang semakin modern, kini usaha budidaya ikan hias semakin semarak dan bergairah. hal ini antara lain juga dipacu oleh prospek pasar yang cukup baik dengan jangkauan lebih luas. Pasarnya tidak hanya terbatas di dalam negeri tetapi telah menjadi salah satu mata dagangan internasional sebagai komoditas nonmigas.

Budidaya ikan hias air tawar dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberi keuntungan. Di samping peluang pasarnya sangat terbuka di dalam maupun di luar negeri, usaha ini bisa dilakukan pada lahan terbatas dengan teknologi sederhana. Permintaan pasar berbagai jenis ikan hias dari tahun ke tahun cenderung rerus meningkat karena banyak irnportir yang membuka pintu untuk ikan hias Indonesia. Untuk memenuhi pasaran yang modern diperlukar suplai yang cukup, konyinyu, dan bermutu. Dengan teknik dan sistim pengusahaan yang sekadarnya, kriteria tersebut sulit dipenuhi. Untul itulah, buku Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat yang berminat pada usaha pembenihan ikan hias air tawar. Dengan tumbuhnya minat masyarakar terhadap usaha ini melalui eksrensifikasi dan intensifikasi maka produksi serta produktiviras usaha pembenihan ikan diharapkan akan meningkat. Dengan demikian, permintaan pasar terhadap ikan hias yang semakin bervariasi jenis maupun mutunya dapat terpenuhi. Usaha ini juga akan membuka peluang lapangan kerja yang cukup potensial.

Buku ini disusun di tengah-tengah segala keterbatasan. Di dalamnya, sengaja dibuat pengelompokan ikan hias berdasarkan cara berkembangbiaknya (beranak atau bertelur) kemudian dipilih sebanyak 36 jenis ikan hias yang termasuk dalam enam famili yang paling banyak diminati dan sudah biasa dibudidayakan di berbagai tempat. Penjelasan diupayakan secara singkat dan sederhana sehingga mudah dipahami dalam waktu relatif singkat dan langsung bisa dipraktekkan.

Sudah pasti buku ini jauh dan sempurna dan banyak sekali kekurangannya. Dengan segala kerendahan hati, saran dan knitik demi perbaikan buku ini sangat diharapkan. Ucapan tenima kasih ditujukan kepada Ir. Tjakim Sufiandi selaku Kepala Balai Benih Ikan (BBI) Ciherang, Cianjur yang telah membenikan dorongan moral hingga lahirnya buku ini.

Cianjur, 30 Juni 2000

Page 2: Usaha Pembenihan

PELUANG USAHA YANG MENJANJIKAN

Keberadaan ratusan jenis ikan hias air tawar di Indonesia tidak seluruhnya merupakan ikan asli dan alam Indonesia. Sebagian besar adalah ikan hias yang diimpor kemudian dikembangbiakkan dan hasilnya banyak yang sudah diekspor untuk memenuhi selera para penggemar ikan bias di luar negeri. Dengan sumber daya alam yang berlimpah, Indonesia cukup optimis menjadi produsen ikan bias. Sumber daya itu dapat dijadikan modal untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar di luar negeri. Sayangnya, tidak setiap orang melihat potensi ikan hias sebagai barang dagangan yang mampu mendatangkan keuntungan. Dengan teknologi sederbana, sebagian besar jenis ikan bias relatif mudah dibudidayakan. Laban yang terbatas tidak lagi menjadi kendala sebab kegiatan ini dapat dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit.

A. Nilai Plus Ikan HiasSebagai komoditas yang dapat diusahakan, ikan hias mempunyai nilai tambah

yang cukup menarik. Beberapa hal berikut dapat dijadikan faktor pendukung dalam menerjuni usaha ikan hias.

1. Pembudidayaan relatif mudahBanyak orang beranggapan babwa untuk mengbasilkan ikan cantik berharga

mahal sangatlah rumit serta barus dengan teknologi canggih. Padahal, secara teknis, pembudidayaan ikan hias air rawar tidak jauh berbeda dengan ikan-ikan air tawar lainnya. Teknik pembenihan maupun pemeliharaannya tidak terlalu sulit. Ikan beranak dapat dikawinkan secara massal pada lahan sempit berupa kolam tanah, bak tembok, atau akuarium dengan pengairan sekadarnya. Keistimewaan lainnya adalah tingkat toleransinya yang tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Karenanya, ikan-ikan beranak dapat dibudidayakan di daerah dataran tinggi yang udaranya dingin atau di dataran rendab yang lebib panas. Hal mi relatif mudah, selain hemat lahan, hemat air, produktivitasnya juga cukup tinggi.

Lain lagi dengan kelompok ikan bertelur. Meskipun pengembangbiakan serta pemeliharaan kelompok ikan bertelur sama mudahnya dengan kelompok ikan beranak, tetapi tahapan kerja untuk memperoleh benih agak panjang. Induk jantan dan betina dipilih yang sudah matang kelamin kemudian disediakan sarana penempel telur bagi ikan-ikan yang sifat telurnya lekat (adesif). Telur ditetaskan hingga menjadi larva, selanjutnya larva dipelihara hingga mencapai ukuran tertentu.

2. Bukan sekadar hiburanFungsi ikan hias bersama akuariumnya tidak lagi terbatas sebagai alat hiburan

semata, tetapi telah berkembang menjadi sarana sekaligus obyek yang dimanfaatkan bagi kepentingan dunia pendidikan, penelitian, medis, maupun keperluan konservasi alam. Contoh yang paling nyata dengan dibangunnya Taman Akuarium Air Tawar (TAAT) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) serta Sea World di Ancol, Jakarta. Di kedua tempat tersebut dapat disaksikan pajangan ribuan spesies ikan beserta ratusan jenis biota airnya yang ditempatkan dalam wadah-wadah berbentuk akuarium geografik dengan ekosistem dunia air laut maupun tawar.

3. Nilai ekonomisPeminat ikan hias kini sudah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat.

Page 3: Usaha Pembenihan

Meskipun daya beli masyarakat berbeda (tergantung kelasnya), tetapi hal ini cukup membuktikan bahwa semua kalangan masyarakat menggemari ikan hias dijadikan ladang usaba. Potensi sumber daya, keragaman spesies ikan yang ada, serta beberapa kemudahan dalam membudidayakannya akan memberikan peluang kepada siapa pun untuk menerjuni bidang ini. Dengan berbekal kemauan dan sedikit modal ditambah keuletan serta ketekunan, tidak mustahil usaba ini akan menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagian masyarakat. Apalagi jika dilibat dari prospek pasarnya yang cukup cerah karena tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga terbuka luas menjadi salah satu komoditas ekspor nonmigas.

B. Prospek Usaha Pembenihan Ikan Hias Air TawarPerkembangan ekspor ikan bias Indonesia cenderung terus meningkat.

Menurut International Trade Centre (ITC), rata-rata pertumbuhan permintaan negara pengimpor mencapai 15% per tahun. Negara tujuan atau pasar ikan bias dunia antara lain Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Arab, Jepang, dan Taiwan. Konsumen terbesar terutama negara-negara di Eropa seperti Jerman, Inggris, Belanda, Belgia, dan Perancis kemudian Amerika Serikat yang mampu menyerap sekitar 70% dan total impor ikan bias dunia. Impor dari negara-negara kawasan Asia Tenggara lebih kurang 60%. Indonesia baru memenuhi 15% permintaan dunia, sedangkan Singapura tercatat sebagai pengekspor terbesar.

Prospek bisnis ikan hias di Indonesia cukup cerah. Faktor pendukungnya adalah jenis ikan yang beragam, air cukup, lahan masih sangat luas, dan iklimnya cocok. Bukan banya itu, ternyata di negeri beriklim tropis ini banyak ikan hias pendatang yang bisa hidup layak dan berkembang biak.

Pada kenyataannya, ketersediaan ikan hias sebagai komoditas ekspor pada tingkat eksportir selalu lebih kecil daripada permintaan dari importir di luar negeri. Hal tersebut berarti eksportir selalu kekurangan suplai sebingga tidak pernah memiliki kelebihan stok. Ikan hias yang dijual eksportir ke mancanegara tidak seluruhnya merupakan basil budi daya, tetapi juga dan tangkapan di alam yang tidak bisa terjamin jumlah dan kontinuitasnya. Oleh karena hal itu, usaha budi daya ikan hias air tawar berpeluang besar untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pembenihan maupun pembesarannya.

C. Kendala Usaha dan PemecahannyaUsaba pembeniban ikan bias air tawar memiliki kendala yang sekaligus

merupakan faktor pembatas. Berikut ini adalah permasalaban yang sering dihadapi dalam usaba budi daya ikan dan cara pemecahannya.

1. Faktor alamKualitas air di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, misalnya antar

desa atau antar lokasi pemeliharaan, meskipun betjarak tidak terlalu jauh. Unsur kualitas air yang paling berpengaruh terbadap kebidupan ikan antara lain suhu air, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH), dan kesadaban (DH). Secara umum, kisaran suhu yang baik bagi kepentingan budi daya ikan adalah 25 - 32oC. Kisaran subu tersebut umumnya terdapat di daerah beriklim tropis seperti Indonesia sebingga sangat menguntungkan bagi usaba budi daya ikan. Namun, perubahan subu secara mendadak hrus diwaspadai karena toleransi ikan terhadap perubahan ini relatif rendah. Perubahan suhu mendadak sebesar 500 C saja sudah dapat menyebabkan ikan stres.

Page 4: Usaha Pembenihan

Untuk memperoleh produksi optimal, kandungan oksigen harus dapat dipertrabankan di atas 5 ppm. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 ppm atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbubannya. Dampak lain dari kandungan oksigen yang rendah adalah menurunnya kesehatan ikan. Untuk keperluan budidaya ikan dianjurkan menggunakan sumber air yang bersih dan mengalir, misalnya dari sumur artesis atau saluran irigasi serta diaerasi selama penggunaannya. Jika sumber air berasal dari sumur, sebaiknya air diendapkan dahulu selama 24 jam sebelum digunakan; jika dan saluran irigasi harus melalui saringan (filter) yang ketat.

Tingkat keasaman yang baik untuk budi daya ikan adalah 5,5 - 9,0. Air kolam yang mempunyai pH 4 dan pH 11 merupakan kondisi kritis bagi ikan. Meskipun ikan masih bisa bertahan pada pH 4 - 6 atau 9 - 10, tetapi produksi yang dihasilkan sangat rendah.

Kesadahan air dapat dikelompokkan menjadi lunak (DH = 0 - 10), sedang (DH = 11 - 18), dan keras (DH = 19 - 30). Air yang bersifat sadah (keras) di antaranya adalah air ledeng, sebaliknya air hujan biasanya bersifat lunak. Air yang bersifat lunak mempunyai ciri sulit menghilangkan air sabun.

Pada umumnya ikan akuarium berasal dari perairan yang bersifat lunak yang mempunyai kadar kalsium rendah. Namun, bila dipaksakan banyak juga jenis ikan yang dapat menyesuaikan diri pada keadaan air sadah. Kesadahan air dapat diturunkan dengan cara merendamkan sabut kelapa ke dalam air hingga air tersebut berwarna cokelat. Setelah itu, sabut kelapa diangkat. Upaya lain yaitu dengan menyaring air sadah menggunakan saringan yang dilengkapi bahan peat dan charcoal. Model saringan tersebut dapat diperoleh di took - toko akuanium.

2. Pengetahuan dan keterampilanUpaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan antana lain dengan

cara bertukar pengalaman dengan peternak yang telah benpengalaman dalam membudidayakan ikan hias, berkunjung ke lokasi usaha budi daya yang telah mapan, mendatangi lembaga penelitian milik pemerintah, atau menghubungi eksportir sekaligus mencari bapak angkat guna memperlancar pemasaran produk yang dihasilkan. Hal yang tak kalah penting adalah harus selalu menyimak informasi perkembangan dunia usaha serta ilmu dan teknologi budi daya yang dibutuhkan sebagai masukan pada saat evaluasi.

3. Pemasaran produksiKetergantungan petani terlihat sangat kentara, terutama kepadia pedagang

pengumpul. Pada posisi sebagai produsen, petani mendapat pembinaan dari pedagang pengunipul dengan konsekuensi produk yang dihasilkan harus dijual kepada pihak yang membinanya. Dalam hal ini petani tidak punya kekuatan tawar-menawar dalam memasarkan produksinya karena kedudukan pedagang pengumpul lebih berkuasa dalam menentukan harga. Persoalan lain yang sering mengganggu yaitu sulitnya memperoleh pakan alami berupa kutu air, cacing, serta obat-obatan yang langka dan mahal. Pedagang pengumpul yang selalu berhubungan dengan eksportir sering kali juga menerima cawaran harga yang ditentukan eksportir karena pihak eksportir sudah terlanjur menyanggupi tawaran harga dari importir luar negeri.

Umumnya eksportir memperoleh ikan dari petani melalui pedagang pengumpul. Namun, sebagian kecil petani yang mempunyai volume produksi besar cenderung menjual produknya langsung kepada eksportir. Akan tetapi, ikan yang

Page 5: Usaha Pembenihan

dikirim petani ini kadangkala tidak memenuhi standar mutu sehingga perlu dilakukan pemeliharaan lanjutan sampai memiliki ukuran dan warna yang dikehendaki konsumen. Risiko kematian selama dalam penampungan pun sering kali tak dapat dielakkan oleh eksportir.

Untuk pengembangan pasar juga tak semudah yang dibayangkan. Eksportir masih harus menghadapi sulitnya mendapatkan izin ekspor, terutama untuk jenis ikan tertentu dan CITES (Convention on international Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yaitu suatu badan internasional yang mengamati perdagangan flora dan fauna langka. CITES mengeluarkan izin melalui keputusan sidang yang hanya dilakukan 2,5 tahun sekali. Kesulitan lain yaitu adanya aturan yang diberlakukan oleh masing-masing negara importin. Sebagai contoh, untuk ekspor ke negara Australia dan Arab Saudi agak sulit karena harus ada keterangan bebas hama dan penyakit bagi ikan maupun air yang akan dikirim dari Indonesia. Padahal untuk itu dibutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekirar 1 bulan.

Dari segi transportasi juga masih cukup memberatkan karena biaya pengiriman melalui pesawat relatif mahal. Selain itu, untuk beberapa negara potensi ekspor seperti Swedia, Canada, Rusia, Uruguay, Israel, Iran, dan Irak belum rersedia jalur penerbangan. Di lain pihak, perusahaan penerbangan nasional Garuda atau Merpati belum memberikan perhatian pada perdagangan ikan hias. Sejauh ini, perusahaan penerbangan Garuda hanya mampu mengangkut 30 - 40% dan kapasitas ekspor.

Setelah mempertimbangkan peluang dan kendala tersebut, pengusaha sebaiknya harus mempertahankan akses pasar yang sudah ada dan harus lebih cermat memanfaatkan setiap peluang yang muncul. Di balik daya beli dan potensi pasar yang tinggi, terdapat persaingan yang tajam antar negara pengekspor sehingga untuk dapat menembus pasar diperlukan usaha yang lebih terpadu dari semua pihak yang terkait. Agar pengusaha dapat sukses dalam memasuki pasar internasional yang penuh persaingan, diperlukan sikap proaktif, terutama dalam memperoleh informasi yang tepat, cepat, dan akurat mengenai berbagai hal dan negara pengimpor. Para pengusaha Sebaiknya selalu ikut serta pada setiap pameran dagang internasional dan secara intensif melakukan kontak dagang dengan asosiasi importir atau pembeli. Hal yang tak kalah penting, hendaknya pengusaha senantiasa menjalin dan memelihara persatuan di antara para eksportir Indonesia.

PERENCANAAN USAHA PEMBENIHAN

kegiatan budi daya perikanan, khususnya usaha pembenihan ikan hias air tawar, membutuhkan input berupa uang sebagai modal dan juga sarana lain yang nilainya tidak sedikit. Oleh karena itu, sebelum memulai usaha persiapan harus dilakukan sungguh - sungguh agar usaha ini terhindar dari risiko kegagalan.

Secara teknis, usaha pembenihan ikan hias memang mudah dilaksanakan. Namun, dalam beberapa kasus sering terjadi kegagalan yang pada umumnya disebabkan oleh penerapan manajemen perikanan yang kurang tepat. Perencanaan pembangunan lokasi Sebaiknya berdasarkan data aktual dan objektif yang diperoleh sewakru survei kemudian dipadukan dengan perkembangan teknologi sehingga bisa disusun rencana yang lebih rasional. Perencanaan yang mencakup rencana gambar, rencana anggaran biaya (RAB), dan rencana kerja bangunan (bestek) bisa dibuat sendiri, minta bantuan kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU), atau kepada orang yang mempunyai keahlian di bidang tersebut.

Page 6: Usaha Pembenihan

A. ProduksiBeberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam perencanaan produksi ikan

hias yaitu penentuan lokasi, penentuan jenis ikan, standar produksi dan skala usaha, serta pengadaan tenaga kerja.

1.Penentuan lokasiBerdasarkan aspek teknis ekonomis, lahan untuk pembenihan ikan hias harus 1. dekat dengan sumber air karena sumber air mutlak ada, 2. dekat dengan pusat sarana produksi maupun daerah pemasaran, 3. tersedia jalan dan listrik, 4. tenaga kerja tersedia cukup dengan tingkat upah yang relatif murah, 5. harga atau sewa lahan relatif murah, dan 6. lokasi tidak termasuk dalam daerah pengembangan perumahan atau

kawasan industri.Curah hujan akan berhubungan langsung dengan ketersediaan air pada sumber

air yang ada. Biasanya jika curah hujan tinggi persediaan airnya melimpah. Sementara sinar matahari akan mempengaruhi suhu harian siang dan malam hari serta suhu rata-rata harian. Selain itu, sinar matahari juga dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan air (plankton) dalam rangka penyediaan pakan alami yang diperlukan anak-anak ikan.

Keadaan topografi akan menentukan tipe, luas, banyaknya, dan dalamnya kolam yang akan dibangun. Apabila tanahnya terlalu miring, terpaksa harus membuat pematang yang lebar, tinggi, dan sangat kuat agar dapat menahan massa air besar yang terkumpul di bagian terendah. Demikian pula sebaliknya, apabila tanahnya terlalu datar harus digali untuk memperoleh dasar kolam/bak yang miring.

Jenis tanah yang cocok untuk kolam adalah tanah liat atau tanah lempung yang kadar tanah liatnya antara 40 - 60%. Bila tidak ada, pilihan kedua adalah tanah beranjangan atau tanah terapan dengan kandungan kadar tanah liat 30%. Tanah berfraksi kasar bisa juga digunakan untuk kolam, tetapi pada mulanya sulit menahan air. Masalah jenis tanah ini dapat diabaikan bila kolam dibangun dengan konstruksi beton, yaitu seluruh dasar dan pematangnya dibuat dan tembok.

Sumber air bisa berasal dan saluran inigasi, mata air atau sumur artesis. Harus diketahui betul letaknya sumber air, daerah ahiran hujan, pemakaian sebelum unit usaha budi daya ikan, serta aktivitas di sepanjang ahiran sungai. Perlu diperhatikan pula jika ada industri atau kegiatan lain yang dapat merusak sumber air di sekitar lokasi dan menyebabkan air tercemar sehingga membahayakan kehidupan ikan.

2. Penentuan jenis ikanJenis dan varietas ikan hias yang beredar dan diperdagangkan di pasar lokal

maupun untuk ekspor sangat beragam. Secara ekonomis, tidak mungkin semua jenis ikan tersebut diproduksi sekaligus, melainkan harus dipilih dan ditetapkan satu atau beberapa jenis saja. Jenis ikan yang akan diproduksi sebaiknya dipilih yang memiliki nilai jual cukup baik, persyaratan hidupnya sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia, dan berpotensi bisa memasuki pasar ekspor.

Kalau hanya untuk mengisi pasar lokal, berbagai jenis ikan dapat diproduksi secara berganti - ganti mengikuti perkembangan selera konsumen yang cenderung selalu berubah dengan tetap mempertimbangkan berbagai aspek secara rasional. Misalnya, jenis ikan dipilih yang paling banyak diminati konsumen dalam jangka waktu relatif lama, kemudian ikan tersebut dijadikan andalan dan prioritas diproduksi secara rutin. Untuk mengantisipasi kecenderungan perubahan selera

Page 7: Usaha Pembenihan

konsumen, disiapkan pengembangan budi daya beberapa jenis ikan yang secara teknis penanganannya mudah. Dalam hal ini, dianjurkan mengembangbiakkan jenis-jenis ikan yang mempunyai kisaran toleransi tinggi terhadap perbedaan kondisi alam sehingga tidak banyak menyita perhatian dan menyedot modal.

3.Standar produksi dan skala usahaStandar produksi usaha pembenihan dapat juga berpatokan pada ukuran atau

umur ikan. Pada ikan hias biasanya digunakan ukuran bersifat kualitatif, yaitu S (small/kecil), M (medium/menengah), dan L (large/besar), tetapi juga digunakan ukuran metrik seperti inch (mci) atau sentimeter. Tentukan saja ukuran ikan yang akan diproduksi. Misalnya ukuran S sampai M untuk pembenihan, tetapi umumnya dihasilkan ukuran M karena pada ukuran tersebut ikan sudah bisa diterima oleh eksportir maupun pedagang pengumpul. Usaha budi daya dapat pula dilakukan secara gabungan antara pembenihan (breeding) dan pembesaran (growing), bertujuan menghasilkan ikan berukuran besar (L) setelab melewati beberapa tahap pemeliharaan. Meskipun produk akhir bisa dijual dengan harga lebih bagus, tetapi bukan berarti tanpa risiko. Kemungkinan risiko kehilangan/kematian pada setiap tahap lebih besar dan tentu saja biaya operasional akan lebih besar lagi dalam periode pemeliharaan yang lamanya tidak kurang dan 4 - 5 bulan.

Skala usaha sering dilihat dari besarnya modal yang ditanamkan, kelengkapan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, serta jumlah produksi yang dihasilkan. Skala usaha dalam budi daya perikanan ukurannya menjadi sangat relatif sebab masing - masing berbeda, tergantung pada jenis ikan yang diusahakan.

4. Pengadaan tenaga kerjaJumlah tenaga kerja disesuaikan dengan besarnya skala usaha yang akan

dijalankan. Biasanya tenaga kerja terdiri dan tenaga kerja tetap dan tenaga tidak tetap. Tenaga kerja tetap sehani - hani mengelola dan setiap saat berada di lokasi. Tugasnya adalah memelihara dan memijahkan induk, menetaskan telur, serta merawat atau memelihara benih hingga menjadi ikan siap jual. Tenaga kenja tetap diambil dari orang yang telah memiliki keterampilan atau pernah memiliki pengalaman di bidang pembenihan ikan bias, termasuk pemilik atau anggota keluarga yang tetap membantu atau mengelola usaha sehari - hari. Namun, pengangkatan tenaga tetap perlu dipertimbangkan karena ada atau tidak ada produksi, gaji tetap harus dibayar.

Selebihnya pekerjaan yang sifatnya temporer seperti membersihkan lingkungan lokasi budi daya, panen, atau perbaikan sarana, serta perlengkapan budi daya dikerjakan oleh tenaga tidak tetap atau buruh harian yang upahnya dihitung per hari. Buruh harian umumnya untuk mengerjakan pekerjaan kasar saja, sedangkan tugas penjualan, administrasi umum, pengadaan, dan persiapan sarana produksi dapat dilakukan oleh pemilik. Sering kali pada usaha pembenihan skala kecil seluruh tenaga kerja diambil dari lingkungan keluarga sendiri.

B. PemasaranUntuk menyalurkan produksi ikan hias terdapat tiga jenis pasar ikan hias,

yaitu pasar pedagang besar (pengumpul), pasar eksportir, dan pasar pengecer/konsumen. Pada pasar pedagang pengumpul bertemu petani ikan hias sebagai penjual dan pedagang pengumpul sebagai pembeli. Dalam hal ini terjalin hubungan dagang yang sangat kuat karena pedagang pengumpul aktif membina petani ikan hias dalam teknik budi daya dan pemasaran sebingga petani harus

Page 8: Usaha Pembenihan

menjual produknya kepada pedagang pengumpul yang membinanya.Transaksi komoditas ikan hias pada tingkat pasar eksportir melibatkan

pedagang pengumpul dan perusahaan ekspor dimana beberapa pedagang pengumpul langsung berhadapan dengan beberapa eksportir. Meskipun penetapan harga berdasarkan basil tawar-menawar antara keduanya, tetapi posisi eksportir llebih kuat terutama dalam menentukan barga.

Pada pasar eceran, transaksi umumnya terjadi di antara pedagang pengumpul sebagai pibak penjual dan pedagang pengecer sebagai pibak pembeli. Dan pedagang eceran inilah konsumen akhir memperoleh atau bisa membeli ikan hias sesuai dengan keinginannya. Jarang pedagang pengecer yang menjajakan dagangannya di kiosnya sendiri membeli secara langsung dari petani di unit usaba tani. Selain itu, para pedagang eceran lebih sering membeli ikan hias secara mingguan atau bulanan.

Pedagang pengumpul, yang sering disebut suplier, mempunyai peranan sangat penting bagi eksportir dalam menjaga kestabilan pengadaan stok untuk ekspor ataupun bagi petani dalam upaya penyaluran produksi ikan hias yang dibasilkannya. Oleh sebab itu, kerja sama dengan pedagang pengumpul maupun eksportir dibarapkan dapat menjaga kelangsungan produksi serta mengembangkan usaha llebih besar lagi.C. Pernodalan

Modal bisa berupa uang, lahan, peralatan, serta material lain. Modal untuk seluruh kegiatan usaha mulai dari investasi dasar dan operasional usaha diatur dan dikendalikan oleh sistem keuangan berdasarkan pedoman, perencanaan, dan aturan.

Dana untuk modal investasi antara lain digunakan untuk membeli atau menyewa lahan, membuat kolam/bak dan akuarium, mendirikan bangunan, membeli induk ikan. Sementara modal operasional merupakan pelancar untuk menjalankan kegiatan usaha sehari - hari atau modal kerja. Penetapan besarnya modal berkaitan erat dengan skala usaha yang dijalankan serta tergantung pada intensitas budi daya. Pada budi daya intensif yang ditujukan untuk mencapai produktivitas tinggi, diperlukan modal yang lebih besar karena di dalamnya mengaplikasikan teknologi tinggi.

Usaha pembenihan ikan hias skala kecil dengan teknologi sederhana sampai semi intensif membutuhkan investasi modal 3 - 5 juta rupiah. Dari jumlah total investasi tersebut, sekitar 85% ditanamkan untuk pengadaan sarana dengan catatan lahan dianggap milik sendiri dan sisanya (15%) digunakan sebagai modal kerja yang diperhitungkan untuk satu periode usaha yang lamanya 2 - 3 bulan.

Besarnya modal juga tergantung pada status pemilikan lahan. Jika lahan dan membeli atau menyewa maka harga tanah maupun biaya sewanya harus diperhitungkan. Ketersediaan tenaga kerja serta tingkat upah di masing-masing daerah juga akan berpengaruh terhadap besarnya modal yang harus ditanamkan.

Pengelolaan modal dan keuangan dilakukan secara ketat dan disiplin dengan pembukuan yang teratur. Walaupun pembukuan dibuat dalam bentuk sederhana, tetapi harus memuat catatan harian, mingguan, bulanan, dan seterusnya. Hal - hal penting yang perlu diketahui dalam pencatatan misalnya jumlah hasil produksi, pembayaran tunai, utang, catatan gaji, stok, peralatan, jumlah penjualan, penerimaan tunai. Dan caratan tersebut, dapat diketahui kondisi perusahaan, yaitu untung, rugi, atau hanya kembali modal. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam mengambil langkah atau membuat kebijaksanaan baru untuk meneruskan usaha atau menghentikannya.

Page 9: Usaha Pembenihan

D. Tata Letak BangunanGambaran tata letak biasanya sudah tercantum dalam rencana gambar

berupa peta situasi yang menunjukkan letak perkolaman atau bak secara keseluruhan. Pengaturan tata letak harus mengacu pada prinsip - prinsip teknis melalui perhitungan ekonomis. Misalnya, komplek perkolaman sangat dianjurkan berdekatan dengan rumah pemilik untuk memudahkan pengawasan dan pengelolaannya. Namun, masalah ini tidak mutlak karena bisa saja mengangkat tenaga upahan yang tinggal di komplek untuk melakukan pekerjaan - pekerjaan rutin, sekaligus menjaga dan mengawasi kegiatan usaha.

Letak kolam atau bak sebaiknya tidak berjauhan dan diatur sedemikian rupa secara berurut menurut fungsinya masing-tnasing. Untuk kolam/bak induk biasanya diletakkan di bagian paling depan atau terdekat dengan sumber air utama. Jika memungkinkan, sebaiknya didirikan rumah jaga untuk mengawasi keadaan induk beserta perawatannya.

Pengairan untuk bak induk diambil dari bak penampungan air yang berada di hulu atau langsung dan saluran utama. Di belakang bak induk adalah bak pemijahan dan bak penetasan yang dibuat berdampingan, pengairannya berasal dari bak penampungan air setelah melalui bak pengendapan/bak filter. Usahakan bak pemijahan maupun bak penetasan berada pada areal yang paling tenang dan terhindar dari berbagai gangguan suara ataupun lalu - lalang orang. Proses pemijahan dapat terhenti atau gagal akibat situasi di sekitarnya bising dan ramai. Bak - bak pendederan/pembesaran dibangun menempati areal sesudah bak pemijahan dan penetasan. Jumlah serta ukurannya tergantung pada skala usaha atau ketersediaan lahan. Namun, sebagian lahan disisakan untuk membangun bak seleksi dan bak penampungan, ukurannya lebih kecil dari bak-bak lainnya agar ikan yang disimpan di dalamnya mudah dilihat dan ditangkap.

Page 10: Usaha Pembenihan

Keterangan :

Tata letak bak - bak pembenihan ikan hias

Dari segi estetikanya, situasi lingkungan harus membuat pekerja merasa

nyaman dan betah. Lebih jauh lagi, lokasi ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata agro yang cukup menarik bagi masyarakat atau para peminat dan pecinta ikan hias. intuk itu, tata letak kolam/bak, bentuk bangunan dan penempatannya, serta lingkungan di dalamnya sebaiknya dirancang dengan memadukan antara teknologi dan unsur-unsur estetis.

E. Sarana PembenihanSarana pokok yang vital berupa wadah berupa kolam atau bak yang harus

dibangun di atas sebidang tanah. Di samping itu diperikan sarana lain berupa berbagai bangunan yang berfungsi sebagai penunjang kelancaran usaha. Sarana berikutnya yang terkait Langung dengan kegiatan produksi di antaranya pakan, pupuk, obat - batan serta perlengkapan lainnya harus tersedia secara cukup dan menjamin lancarnya rutinitas kegiatan proses produksi.

1 LahanKebutuhan lahan luasnya berbeda - beda ditentukan oleh bentuk, macam dan

tingkat intensifikasi usaha. Untuk usaha pembenihan ikan hias skala rumah tangga

dengan teknologi sederhana dianggap cukup sekitar 250 - 500 m2. Jika akan menggabungkan antara usaha pembenihan dengan pembesaran tentu diperlukan unit usaha yang lebih luas, sedangkan bentuk usaha komersial secara intensif dalam pembenihan maupun pembesaran meskipun tidak membutuhkan lahan luas, tetapi menuntut pemenuhan keperluan air yang cukup esar.

2 BangunanDalam usaha tani pembenihan ikan juga tercakup bangunan yang dibuat di

atas tanah seperti sumur, saluran air, pagar, gudang untuk menyimpan bahan, rumah tempat tinggal petani beserta keluarganya, dan barangkali juga rumah untuk para pekerja. Umumnya bagian terbesar dari lahan diperuntukan bagi pembangunan kolam atau bak-bak budi daya. Sisanya baru untuk membangun beberapa fasilitas penunjang. Paling sedikit ada 5 macam bak yang diperlukan dalam suatu usaha pembenihan ikan hias yaitu bak induk, bak pemijahan, bak penetasan, bak pendederan, dan bak seleksi atau bak penampungan. Sebagai

A. Bak PengendapanB. Bak Filter/SaringanC. Bak IndukD. Bak PemijahanE. Bak PenetasanF. Bak PendederanG. Bak Penyimpanan atau penanpungan H. Bak seleksi atau sortir

I. Rumah jaga atau gudang

Page 11: Usaha Pembenihan

pedoman, persentase luas dari masing - masing bak sesuai dengan fungsinya adalah bak induk (2,70%), bak pemijahan (0,60 - 1,20%), bak penetasan (0,82 - 7,42%), bak pendederan (60,0%), bak seleksi/penampungan (27,20%).

Pembagian persentase lahan ini dapat diubah sesuai dengan kondisi lahan

dan kebutuhannya. Luas setiap bak 2 - 6 m2 dengan tinggi pematang 0,50 m. Bentuk bak yang ideal adalah empat persegi panjang karena sirkulasi air total dalam bak berjalan relatif cepat dan air masuk yang masih segar dapat terbagi rata ke seluruh bagian bak. Agar bak mudah dikeringkan, dasarnya dibuat landai mulai dari depan pemasukan air ke arah lubang pengeluaran. Bila di sekitar lokasi terdapat sumber air yang cukup besar debitnya, pengairan ke dalam komplek budi daya hendaknya menggunakan sistem paralel sehingga setiap bak mendapat air baru. Dengan kondisi air awal yang sama segarnya, diharapkan produksi seluruh bak akan sama dan penyebaran hama penyakit bisa dikurangi.

3. Pakan dan obat-obatanPakan buatan dan alami disediakan terutama untuk induk. Takaran ransum

harian diberikan sekitar 3 - 5% per hari dan berat total populasi yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu untuk pagi, siang, dan sore hari. Persediaan pakan buatan berupa pelet sebaiknya tidak lebih dan satu minggu karena bila disimpan terlalu lama akan rusak, benjamur, dan bau tengik. Beni sebaiknya diberi pakan alami yang dikultur dengan cara pemupukan. Oleh karena itu, penyediaan pupuk (kotoran ayam) secara cukup sama pentingnya seperti halnya pakan. Obat - obatan juga penlu dipersiapkan sebelum proses produksi dimulai karena penyakit kadang bisa datang mendadak dan jika tidak segera ditanggulangi akan berakibat fatal. Untuk mengantisipasi keadaan darurat karena wabah penyakit, minimal disediakan empat macam obat, yaitu PK (kalium permanganat), formalim, malachyte green, serta methylene blue.

4. PerlengkapanPerlengkapan yang mutlak ada yaitu alat tangkap, misalnya serokan (sair)

ataupun Waring. Berbeda dengan alat tangkap yang biasa digunakan pada ikan konsumsi, serokan untuk ikan hias terbuat dari bahan kain halus dengan ukuran bervariasi, tetapi umumnya kecil - kecil. Agar hasil panen mulus dan tidak banyak yang terluka, sebaiknya ikan ditampung dulu dalam sebuah jaring kecil sebelum dipindahkan ke dalam bak seleksi. Jaring itu ditempatkan pada air bersih yang mengalir tidak jauh dari bak pemeliharaan. Ikan yang telah terkumpul dibersihkan kemudian secara bertahap diangkut dengan ember/baskom plastik ke tempat seleksi. Jaring dan ember termasuk alat perlengkapan panen yang sangat diperlukan. Untuk pengangkutan jarak jauh, dibutuhkan bahan kantong plastik dan oksigen. Oleh karena itu, usaha tani perikanan seharusnya memiliki tabung gas oksigen yang bisa diisi ulang setiap kali habis.

Penlengkapan lainnya blower atau aerator untuk menambah kandungan oksigen terlarut dalam air dan mengeluarkan gas - gas tak benguna yang membahayakan ikan. Alat tersebut dipasang sejajar dengan ketinggian bak, atau diletakkan berjarak 20 cm di atasnya. Sebagai pipa pengalir udara dan blower sampai sepanjang bibir atas bak digunakan pipa paralon yang diameternya sesuai dengan besarnya lubang pengeluaran dan blower. Dan bibir atas bak, udara diteruskan ke dalam bak melalui percabangan pipa-pipa plastik berdiameter 4 mm yang setiap ujungnya dipasangi batu aerasi. Pada setiap pangkal percabangan juga dipasang keran - keran untuk mengatur besar kecilnya pengudaraan.

Page 12: Usaha Pembenihan

Perangkat alat yang tak kalah penting dan sebaiknya dimiliki adalah water test kit yang benguna sebagai alat untuk menganalisis parameter kualitas air seperti suhu, pH, kandungan oksigen, kesadahan air. Perangkat water test kit yang lengkap harganya memang mahal karena alat rersebut merupakan barang impor, tetapi manfaatnya sangat besar. Namun, perangkat ini juga dapat dibeli secara parsial sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya beli.

F. Indoor HatcheryPengertian indoor hatchery secara sederhana adalah ruangan tertutup yang

digunakan sebagai tempat memroduksi benih ikan tertentu. Indoor hatchery dibangun untuk memroduksi benih ikan dengan sasaran utama meningkarkan produktivitas hasil benih secara maksimal. Di ruangan tertutup biasanya faktor kondisi alam, khususnya yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan, dapat diatur dan pengontrolannya menjadi lebib mudah. Hampir semua parameter kualitas air seperti suhu, kesadahan air, pH, oksigen, serta penyakit ikan yang berhubungan langsung dengan keberhasilan pemijahan maupun pemeliharaannya dapat dikontrol dan dikendalikan dengan baik. Jika dilakukan di alam terbuka, faktor-faktor tersebut kurang dapat dikendalikan. Upaya akumulasi lingkungan sesuai dengan kebutuhan hidup ikan diharapkan dapat menekan kematian benih serendah mungkin sehingga pembenihan ikan yang dilaksanakan di dalam indoor hatcheiy bisa menjamin kelulusan hidup ikan.

Udara dari blower dialirkan melalui pipa untuk menambah Kandungan oksigen terlarut dalam air

Sebelum menetapkan lokasi untuk indoor hatchery perlu diteliti beberapa fakror yang berpengaruh rerhadap keberhasilannya.a. Sumber air dapat berasal dari sungai atau sumur, tetapi harus mencukupi

sepanjang tahun, bersih, dan kualitasnya baik. Air diperlukan untuk menyuplai oksigen bagi telur, benih dan induk ikan, untuk membuang kotoran yang dikeluarkan oleh ikan, dan untuk membersihkan seluruh hatchery.

b. Letak hatchery sebaiknya dekat dengan sumber induk atau dekat dengan tempat penyimpanan induk sehingga keperluan induk dengan cepat dan mudah dapat dipenuhi.

Page 13: Usaha Pembenihan

c. Listrik mudak dibutuhkan untuk penerangan dan untuk pengoperasian perlengkapan yang menggunakan listrik seperti blower, pemanas air (water heater).

d. Harus tersedia tenaga teknisi yang cakap dan cukup berpengalaman, serta bisa diandalkan untuk mengelola hatchery.

e. Lokasi dipilih yang paling strategis, sebaiknya sedikit miring sehingga pengairan dapat terjadi secara gravitasi.

Bangunan indoor hatchery tidak selalu harus permanen. Bangunan yang relatif sederhana (semipermanen) pun dapat menghasilkan produksi. Konstruksi indoor hatchery yang semipermanen, dinding bagian bawah mulai dan pondasi sampai ketinggian 70 cm terbuat dari tembok. Dinding bagian atas terbuat dari anyaman bambu (gedek, bilik), sedangkan atapnya dan asbes atau seng bet-gelombang. Atap tersebut dipasang merentang ke dua penjuru samping kiri dan kanan dengan kelebihan 1 m menjorok dan dinding bangunan sebagai penutup teras. Untuk membangun indoor hatchery berukuran (4 x 6 ) m diperlukan lahan yang telah bersih dan rata seluas (6 x 8) m. Pada bagian dinding tidak perlu diberi lubang ventilasi sebagaimana halnya sebuah rumah, kecuali hanya ada sebuah pintu yang terletak di bagian depan. Kemudian di dalam ruangan, pada ketinggian 2 m, dibuatkan kerangka untuk langit-langit, dan sebagai penutupnya digunakan plastik bening yang transparan.

Pintu pemasukan air tampak atas

Page 14: Usaha Pembenihan

Pintu pemasukan air tampak samping

Air yang masuk ke dalam hatchery sebaiknya mengalir secara gravitasi (dari

tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah) yang bersumber dari sungai atau

sumur. Sebelum masuk dan digunakan di dalam hatchery, air diendapkan dulu agar

partikel - partikel lumpur yang tersuspensi dalam air tidak terbawa ke dalam. Untuk

keperluan itu, disarankan dibuat bak pengendapan air di luar hatchery berukuran

panjang 3 m, lebar 1,5 m, dan tinggi 1,3 m. Di dalam bak

Pintu pengeluaran model sipon.

Keterangan:1. Saringan dari kawat2. Paralaon pembuangan yang biasa

digeser-geser tinggi rendahnya sesuai dengan keinginan.

3. Sambungan siku (kendi) yang biasa dibuka

4. Saluran pembuangan air

Keterangan:I. Unit pengendapan.

A. Bak-bak Pengendapan

a. Saringan kasar. b. Penyekat.K. Krang pembuang

Gambar 1

Gambar 2

Pandangan dari atas

Page 15: Usaha Pembenihan

Pandangan samping unit pengendapan

Pandangan samping unit saringan

Sistim pengndapan dan saringanpengendapan dibuat dua dinding penyekat masing - masing setinggi I m.

Dinding pertama berjarak sekitar 60 cm, sedangkan dinding pemasukan dan yang satunya diletakkan di tengah bak pengendapan air.

Masing-masing dinding penyekat dilengkapi pintu air. Jadi, pada bak pengendapan terdapat 3 ruang yang berlainan luasnya. Ruangan pertama (paling depan) untuk mengurangi pengadukan (turbulensi) dan keceparan air masuk sehingga diharapkan air akan mengalir Secara lambat. Dengan demikian, dalam ruangan kedua partikel - partikel tersebur dapat mengendap, selanjutnya air mengalir secara lambat melalui dinding penyekat kedua ke dalam areal pengeluaran air.

Fasiliras penting yang diperlukan dalam indoor hatchery adalah wadah budi daya yang terdiri dari bak - bak semen, tong kayu, arau wadah dan bahan PVC

II. Unit saringan B. Bak penampung C. Bak Saringan D. Bak Penampung c. Pipa 3-5cm berderet dibagian

dasar atau dibawah tembok d. Pipa 3-5 cm brderet dibagian

atas tembok.

Dasar bak pengendapan dapat dibuat :1. Miring ke tengah (cekung)2. Miring kedepan

Ukuran disesuaikan dengan keperluan dan keadaan setempat

Batu bulat 8-10 cm lapisan atau bungkus ijuk

Page 16: Usaha Pembenihan

(fiberglass). Wadah tersebut dapat diganti dengan akuanium yang disusun dalam rak bertingkat sehingga kapasitas ruangan yang kecil bisa ditingkatkan. Dalam ruangan yang luasnya

Wadah budidaya berupa bak semen biasanya untuk pemijahan secara masal

Selain efisien dalam penggunaan ruangan, wadah budidaya berupa Aquarium memberikan banyak keuntungan lainnya.

sekitar 24 m2 dapat ditempatkan akuarium ukuran (80 x 40 x 35) cm sebanyak 50 buah. Sebelum diisi air, wadah budi daya ini dibersihkan dan kotoran lumpur atau lumut kemudian dikeringkan melalui penjemuran sekurang - kurangnya

Page 17: Usaha Pembenihan

1 hari.Budi daya ikan hias di dalam akuarium mempunyai banyak keuntungan

karena :1. kebutuhan air setiap akuarium lebih sedikit dan tidak perlu mengalir, 2. air yang akan digunakan bisa diendapkan dahulu selama 24 jam sehingga

dijamin terbebas dari gas beracun dan logam berat yang membahayakan ikan,

3. pengobatan penyakit mudah dilakukan, 4. sifat, tingkah laku, dan kebiasaan ikan mudah diamati, 5. pemijahan dapat dilakukan secara berpasang - pasangan sehingga perawatan

telur dan benih lebih mudah6. produksi ikan dapat diperkirakan dan diatur sesuai permintaan pasar.

G. PengamananAgar kegiatan usaha berjalan lancar terhindar dari berbagai gangguan,

diperlukan tindakan antisipatif. Survei sebaiknya dilakukan dengan berpatokan pada kriteria atau persyaratan teknis maupun ekonomis serta tidak meninggalkan pertimbangan aspek sosial. Ada beberapa tindakan untuk menjamin keamanan berusaha, yaitu penentuan batas - batas yang jelas bagi lokasi usaha tani dan pendaftaran hak atas tanah. Selain itu, penlu diketahui pula mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) khususnya pemenintah daerah setempat. Lokasi usaha sebaiknya berada pada daerah yang tidak akan terkena pemekaran kota atau pengaruh buruk dan industri yang ada di sekitarnya paling tidak untuk jangka waktu selama 15 - 20 tahun.

Batas lokasi sebaiknya dalam bentuk pagar bambu, kawat herduri, gedek, atau tembok beton yang mengelilingi seluruh luas lokasi. Tindakan ini akan mencegah hewan, seperti kodok, ular, linsang masuk ke dalam lokasi. Untuk menjaga gangguan keamanan yang disebabkan manusia sebaiknya dijalin hubungan baik dengan masyarakat luas di sekitar lokasi usaha. Apalagi jika sumber pengairan hanya mengandalkan air dan sungai yang .iuga banyak dibutuhkan orang lain, setidaknya kerja sama dengan masyarakat pemakai air di sepanjang aliran sungai mutlak perlu demi menjamin kelangsungan suplai air ke dalam lokasi usaha sesuai dengan kebutuhan.