urinarilisis fixx

41
A. JUDUL Urinalisis B. TEMPAT DAN TANGGAL PRAKTIKUM Tempat : Gedung Biologi – Anatomi Fisiologi Manusia Hari, Tanggal: Senin, 14 Nopember 2011 C. TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan zat dalam urine. D. DASAR TEORI Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, uretra. Sistem ini membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine yang merupakan hasil sisa metabolisme (Soewolo, 2003). Ginjal yang mempertahankan susunan kimia cairan tubuh melalui beberapa proses, yaitu: 1) Filtrasi Glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh Glomerulus 2) Reabsorpsi tubular, melakukan reabsorpsi (absorpsi kembali) secara selektif zat –zat seperti garam, air, gula sederhana, asam amino dari tubulus ginjal ke kapiler peritubular. 3) Sekresi peritubular, sekresi zat – zat dari kapiler darah ke dalam lumen tubulus, proses sekresi ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam urat, amino organic dan ion hydrogen, yang berfungsi untuk 1

Upload: ina-shabrina-ina

Post on 30-Jul-2015

186 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urinarilisis Fixx

A.JUDUL

Urinalisis

B.TEMPAT DAN TANGGAL PRAKTIKUM

Tempat : Gedung Biologi – Anatomi Fisiologi Manusia

Hari, Tanggal : Senin, 14 Nopember 2011

C.TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

kandungan zat dalam urine.

D. DASAR TEORI

Sistem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih,

uretra. Sistem ini membantu mempertahankan homeostasis

dengan menghasilkan urine yang merupakan hasil sisa

metabolisme (Soewolo, 2003). Ginjal yang mempertahankan

susunan kimia cairan tubuh melalui beberapa proses, yaitu:

1) Filtrasi Glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh

Glomerulus

2)Reabsorpsi tubular, melakukan reabsorpsi (absorpsi kembali)

secara selektif zat –zat seperti garam, air, gula sederhana,

asam amino dari tubulus ginjal ke kapiler peritubular.

3)Sekresi peritubular, sekresi zat – zat dari kapiler darah ke

dalam lumen tubulus, proses sekresi ini mengikutsertakan

penahanan kalium, asam urat, amino organic dan ion

hydrogen, yang berfungsi untuk memperbaiki komponen

buffer darah dan mengeluarkan zat – zat yang mungkin

merugikan.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine

pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal,

skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau

perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan

darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan

umum.

1

Page 2: Urinarilisis Fixx

Urine yang normal memiliki cirri-ciri antara lain: warnanya

kuning atau kuing gading, transparan, pH berkisar dari 4,6-8,0

atau rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau

seperti amoniak (Basoeki, 2000).

Unsur-nsur normal dalam urine misalnya adanya urea yang lebih

dari 25-30 gram dalam urine. Urea ini merupakan hasil akhir dari

metabolisme protein pada mamalia. Ekskresi urea meningkat bila

katabolisme protein meningkat, seperti pada demam, diabetes,

atau aktifitas korteks adrenal yang berlebihan. Jika terdapat

penurunan produksi urea misalnya pada stadium akhir penyakit

hati yang fatal atau pada asidosis karena sebagian dari nitrogen

yang diubah menjadi urea dibelokkan ke pembentukan amoniak

(Soewolo, 2003).

Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6

(berkisar 4,7-8). Bila masukan protein tinggi, urine menjadi asam

sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein.

Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urine menjadi

alkali karena perubahan urea menjadi ammonia dan kehilangan

CO2 di udara. Urine menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah

banyak muntah. Pigmen utama pada urine adalah urokrom,

sedikit urobilin dan hematofopirin (Soewolo, 2003).

Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap

ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari

pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan

air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air

kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui

penis (pria) dan vulva (wanita) (Medicastore).

Dalam http://medicastore.com ini juga di paparkan bahwa

darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang

tinggi. sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring

melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di

dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula bowman;

2

Page 3: Urinarilisis Fixx

sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul

yang besar (misalnya saja beruupa protein).

Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga

bowman dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal

(tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari kapsula

bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut

tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah.

Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urine

sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh

adalah melalui sekresi urine. Selain urine juga terdapat

mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya

bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis ini. Fungsi

utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau

obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap

urine sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan

kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran

kencing yang terinfeksi, sehingga urinenyapun akan

mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan

saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya

cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh.

Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri

akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-zat di dalam

urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia

yang dihasilkan dari urea.

Dalam Basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses

urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan

untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam

urine. Analisis urine dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi

dan anlisis secara mikroskopik.

Analisis urine secara fisik meliputi pengamatan warna urine,

berat jenis cairan urine dan pH serta suhu urine itu sendiri.

Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa,

3

Page 4: Urinarilisis Fixx

analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis

kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang

ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan

sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik,

sampel urine secara langsung diamati dibawah mikroskop

sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di

dalam urine tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman,

bahkan bakteri (Basoeki, 2000).

Sifat – sifat urine adalah:

1)Volume urine normal orang dewasa 600 – 25000 ml/ hari.

Jumlah ini tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan

dan keadaan mental/ fisik individu, produk akhir nitrogen dan

kopi, teh serta alkohol mempunyai efek diuretic.

2)Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030

3)Reaksi urine biasanya asam dengan pH kurang dari 6(berkisar

4,7 – 8). Bila masukan protein tinggi, urine menjadi asam

sebab fosfor dan sulfat berlebihan dari hasil metabolism

protein.

4)Warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen

utamanya urokrom, sedikit urobilin dan hematopofirin. Pada

keadaan demam, urine berwarna kuning tua atau kecoklatan.

Pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urine menjadi

hijau, coklat atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi

warna seperti asap sampai merah pada urine.

5)Urine segar beraroma sesuai dengan zat – zat yang

dimakannya.

Unsur – unsur normal dalam urine misalnya adalah:

1) Urea yang lebih dari 25 – 30 gram dalam urine.

2) Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine

segar

4

Page 5: Urinarilisis Fixx

3) Kreatinin dan keratin, normalnya 20 – 26 mg/kg pada laki –

laki, pada perempuan 14 – 22 mg/kg.

4) Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purine

dalam tubuh

5) Asam amino, hanya sedikit dalam urine

6) Klorida, terutama diekskresikan sebagai natrium klorida

7) Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur dari

makanan

8) Fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium

fosfat

9) Oksalat dalam urine rendah

10)Mineral, natrium, kalsium, kalium dan magnesium ada sedikit

dalam urine

11)Vitamin, hormone, dan enzim ditemukan dalam urine dengan

jumlah kecil.

Unsur – unsur abnormal dari urine:

1)Protein: proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan

globulin dalam urine

2)Glukosa: glukosaria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress

emosi, 15% kasus glikosuria tidak karena diabetes.

E.ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sentrifugasi

dan tabung sentrifugasi, tabung reaksi, pipet panjang, penjepit

tabung reaksi, urineometer, tabung urinealis, gelas benda, gelas

penutup, gelas ukur, mikroskop, lap flanel, kertas isap, lampu

spiritus, korek api, termometer.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

urine segar, air, larutan Bennedict, reagen Millon, dan indikator

universal.

5

Page 6: Urinarilisis Fixx

F.PROSEDUR KERJA

1. Analisis Fisik

a. Warna

Menampung urine segar (laki-laki) dengan volume

sebanyak ¾ tabung urinealis agar memudahkan dalam

pengukuran berat jenis urine menggunakan urineometer.

Mengamati warna urine laki-laki yang ada pada tabung

urinealis.

Warna urine dapat bervariasi sebagai berikut:

No

Warna Kemungkinan Penyebab

1. Kuning gading Pigmen urine normal

2. Tak berwarna Konsentrasi tereduksi

3. Perak, warna susu Nanah, bakteri, sel epitel

4. Coklat berkabut darah

5. Kuning berbuih Naiknya pigmen melanin

Mencocokkan warna urine dengan keterangan di atas, kemudian

mencatat hasilnya.

b. Berat Jenis

Mengukur suhu urine (laki-laki) yang ada dalam tabung urinalis

menggunakan termometer segera setelah diekskresikan

Mencatat suhu kedua contoh urine.

Meletakkan urinometer (hidrometer) pada tabung urinalis,

memutar urinometer dalam tabung tersebut untuk meyakinkan

6

Page 7: Urinarilisis Fixx

bahwa urineometer dapat mengapung bebas. Hal inilah yang

menyebabkan volume urine di dalam tabung urinealis harus

dalam volume tertentu (ex: ¾ tabung urinealis) agar urineometer

dapat tercelup optimal.

Setelah urineometer mengapung dan tidak bergerak, catatlah

skala angka dekat ujung yang menunjukkan berat jenis urine.

Menghitung berat jenis urine dengan cara menambahkan 0,001

apabila suhu urine lebih dari 15,56 0C tiap kenaikan 3oC. Jadi

misalnya suhu urine adalah 36oC, maka 36oC – 15,560C = 20,44 oC (6 kali kenaikan). Sehingga 6 x 0,001 = 0,006 yang mana

angka ini kemudian ditambahkan pada skala angka yang tertera

pada urineometer. Namun sebaliknya, apabila suhu kurang dari

15,56 0C, maka angka pada skala urineometer dikurangi dengan

0,001 tiap penurunan 3oC.

Mencatat berat jenis urine (laki-laki)

c. pH

Menyediakan 2 lembar indikator universal

Mencelupkan satu indikator universal pada urine (laki-laki).

Membandingkan warna indikator universal yang telah dicelupkan

pada urine laki-laki dengan warna standar yang ada pada kotak

tempat indikator tersebut.

Menentukan pH contoh urine berdasarkan skala dan mencatat

hasilnya.

2.Analisis Kimia

a. Glukosa

7

Page 8: Urinarilisis Fixx

Mendidihkan air di dalam gelas piala di atas tripod yang dipanasi

dengan lampu spiritus.

Mencampurkan 8 tetes urine dengan 5ml larutan Bennedict

dalam satu tabung reaksi.

Meletakkan tabung reaksi tersebut ke dalam air mendidih selama

5 menit

Setelah 5 menit, mengamati warna larutan dalam tabung reaksi

dan membandingkannnya dengan tabel berikut:

No. Warna Hasil

1. Biru negatif

2. Biru kehijauan Ada gula

3. Kuning kehijauan 1+

4. Coklat kehijauan 2+

5. Jingga-kuning 3+

6. Merah bata dengan endapan

4+

Mencatat hasil pengamatan berdasarkan perbandingan warna

masing-masing urine dengan tabel di atas.

b. Protein

Memasukkan urine laki-laki dan perempuan sebanyak masing-

masing 4 ml urine tersebut ke dalam tabung sentrifuge.

Mensentrifuge kedua contoh urine selama 15 menit

8

Page 9: Urinarilisis Fixx

Menuangkan masing-masing 3 ml supernatan urine laki-laki ke

dalam tabung reaksi

Meneteskan 5 tetes reagen milllon pada masing-masing contoh

urine.

Mengamati perubahan warna pada masing-masing contoh urine.

Apabila Mengandung protein, maka akan terjadi warna

lembayung.

mencatat hasil pengamatan

c. Analisis Mikroskopis

Mengambil pelet urine dengan pipet

Meletakkannya pada kaca benda

Menutup kaca benda dengan kaca penutup

Mengamati contoh urine di bawah mikroskop

Mengamati bentukan-bentukan yang terlihat dan

mengidentifikasinya

Mencatat bentukan yang ada pada contoh urine

9

Page 10: Urinarilisis Fixx

G. DATA

URINALISIS

Tabel Pengamatan

No Hal yang diamati Hasil Pengamatan

1 Analisi fisik

a) Warna urin

Kuning gading berbuih, kemungkinan

penyebabnya karena nainya pigmen melanin

b) Berat jenis Skala saat urinometer tidak bergerak 1,025

Suhu pada urinometer 600F=X

dikonversikan kedalam skala celcius 5

Suhu urin diukur dengan thermometer=

310C

Suhu pengukuran dikurangi suhu

teraan=310C-15,560C=15,440C

α: y3x0,001 =

15,443

x 0,001= 0.00514667

10

Page 11: Urinarilisis Fixx

Berat jenis sesungguhnya= berat jenis + a

=1,025+0,00514667=1,0301466 gr/cm3

PH PH = 6

2 Analisis Kimia

a) Glukosa 18

tetes urin

+5 ml

Benedict

Warna sebelum perlakuan : biru bening

Warna setelah dipanaskan : biru

Hasil : (-) Negatif

b) Protein

Reagen

Millon

Warna setelah ditambahkan 5 tetes millon=

orange

Hasil = tidak mengandung protein

c) Pigmen

empedu

Ada buih berwarna putih tidak mengandung

pigmen empedu

No

.

Elemen yang

Ditemukan

Gambar

1. Sel-sel epitel

squamosa

2. Asam hipunic

H. ANALISIS DATA

Pada praktikum urinalisis ini, urine yang digunakan adalah

urine segar subjek berjenis kelamin laki-laki. Praktikum ini

meliputi beberapa pengamatan, yaitu analisis fisik (warna urine,

11

Page 12: Urinarilisis Fixx

berat jenis, dan pH), analisis kimia (uji glukosa, uji protein, dan

pigmen empedu), serta analisis mikroskopis. Bahan urine yang

diuji adalah urine yang segar. Jadi, setelah dilakukan

pengumpulan bahan urine, praktikan segera dilakukan

pemeriksaan. Sesuai dengan teori oleh bahwa apabila terlalu

lama akan terjadi perubahan pada komposisi zat dan hasil yang

keluar, sebagian di antaranya adalah pertumbuhan bakteri

meningkat, kadar glukosa menurun, pH menjadi alkalis,

dekomposisi silinder, lisisnya eritrosit, urine menjadi makin

keruh, perubahan warna dan bau, dan nitrit menjadi positif.

1. Analisis Fisik

a) Warna Urine

Urinalisis dimulai dengan pengamatan penampakan

makroskopis , yaitu pengamatan warna urine. Warna urine dapat

bervariasi, seperti yang ditunjukkan dalam tabel 1 di bawah ini:

No

Warna Kemungkinan Penyebab

1. Kuning gading Pigmen urine normal

2. Tak berwarna Konsentrasi tereduksi

3. Perak, warna susu Nanah, bakteri, sel epitel

4. Coklat berkabut darah

5. Kuning berbuih Naiknya pigmen melanin

Pengamatan dilakukan dengan mengmati langsung warna

urine pada tabung urine. Berdasarkan pengamatan, warna urine

subjke (laki-laki) yang kami amati adalah kuning gading berbuih.

Adanya buih tersebut menunjukkan naiknya pigmen melanin

pada tubuh subjek. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik

12

Page 13: Urinarilisis Fixx

kesimpulan sementara bahwa urine subjek tidak normal karena

terdapat buih pada urinenya.

b) Berat Jenis

Pada penentuan berat jenis ini menggunakan urinometer.

Urinometer mengapung dan langsung menunjukkan skala yang

merupakan berat jenis urine. Hal ini dilakukan dengan

memasukkan urinometer ke dalam tabung besar yang telah

berisi urine. Skala dibaca setelah urinometer tidak bergerak lagi

(diam). Skala saat urinometer tidak bergerak adalah 1,025.

Sekaligus dapat mengukur suhu teraan yaitu didapatkan sebesar

60° F = 15,56 °C .

Setelah itu, pengukuran suhu urine dilakukan dengan

thermometer, yaitu didapatkan suhu 31°C. ssehingga

didapatkan y (suhu pengukuran-suhu teraan) = 31 – 15,56 =

15,44°C. Karena suhu urine lebih tinggi daripada suhu teraan,

maka a = y/3 x 0,001 = 15,44/3 x 0,001 = 0,00514667

gram/cm3. Dari penghitungan tersebut didapatkan berat jenis

sesungguhnya. Dimana berat jenis sesungguhnya = berat jenis +

a = 1,025 + 0,00514667 = 1,0301466 gram/cm3.

Berat jenis normal 1,003 – 1,030 (ada yang menyatakan

berat jenis normal 1,001 – 1,035). Berdasarkan data yang

didapat dan berdasarkan teori tersebut di atas dapat disimpulkan

sementara bahwa berat jenis subjek (1,0301466 gram/cm3)

adalah normal karena mendekati rentangan angka normal.

c) pH Urine

Pada penentuan pH urine, kami menggunakan indicator

universal. Caranya adalah dengan mencelupkan kertas indicator

universal pada urine subjek (laki-laki), kemudian mencocokan

warna pada kertas indicator universal dengan warna standar

yang ada pada kotak tempat indikator tersebut.

13

Page 14: Urinarilisis Fixx

Berdasarkan pengamatan kami, didapatkan pH 6 pada urine

subjek. pH urine yang normal adalah 4,5 – 7,5 (ada yang

mengatakan 4,6 – 8,0). Berdasarkan data yang kami dapatkan,

dapat disimpulkan sementara bahwa pH urine subjek yang kami

amati adalah normal karena termasuk dalam range angka pH

urine normal.

2. Analisis Kimia

a) Glukosa

Pada percobaan uji glukosa dilakukan dengan menambahkan 5 ml larutan

benedict kedalam tabung reaksi yang berisi 8 tetes urine dan kemudian

dipanaskan. Hasilnya adalah larutan yang semula berwarna biru menjadi biru

kehijauan. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Namun,

dalam pengamatan kami, didapatkan hasil warna biru (sama seperti warna awal),

hasilnya negatif.

Benedict spesifik dengan gula pereduksi. Sehingga apabila hasil uji

glukosa positif akan menyebabkan warna merah bata karena ada endapan yang

terbentuk (Cu2O) dan urine tersebut mengandung gugus OH bebas yang reaktif.

Reaksinya adalah sebagai berikut:

(D-glukosa) + 2 CuO → (asam glukonat) + Cu2O

Namun, berdasarkan hasil pengamatan, warna biru

menunjukkan hasil yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan

sementara bahwa urine subjek adalah normal karena tidak

mengandung gula.

b) Protein

Untuk mengetahui adanya unsur protein dalam urin, pada

percobaan ini menggunakan reagen millon. Setelah 3 ml

supernatan urine ditambah 5 tetes reagen millon maka larutan

yang awalnya berwarna putih keruh, tetap tidak terjadi

perubahan yang signifikan, yakni tetap berwarna putih keruh.

14

Page 15: Urinarilisis Fixx

Reaksi negatif dari reagen millon karena tidak

terbentuknya ikatan antara Hg dari pereaksi millon dengan

gugus hidroksifenil yang terdapat dalam urine, sehingga tidak

didapatkan warna merah. Reaksi pembentukan reagen millon

yaitu:

HgCl2 + 2HNO3 → Hg(NO3)2 + Cl2

(merkuri klorida) (asam nitrat) (merkuri nitrat)

Sehingga dari data yang kami peroleh, dengan warna yang

tetap putih keruh, maka dapat disimpulkan sementara bahwa

urine subjek yang kami amati dalah normal karena tidak

mengandung protein di dalamnya.

c) Pigmen Empedu

Untuk mengetahui adanya pigmen empedu, pada percobaan ini cukup

dengan mengocok tabung reaksi yang berisi urine dengan baik dan benar.

Hasilnya terdapat buih yang berwarna putih. Reaksi yang dihasilkan negatif,

karena buih yang dihasilkan berwarna bening (tidak ada pigmen empedu). Reaksi

positif ditandai dengan buih berwarna kuning.

Sehingga dapat disimpulakn sementara bahwa urine subjek yang kami

amati adalah normal (tidak mengandung pigmen empedu).

3. Analisis Mikroskopis

Pada praktikum ini, endapan urine subyek laki-laki di amati

di bawah mikroskop. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa

pada endapan urine subjek terdapat sel epitel squamosa dan

asam hipuric. Berdasarkan pengamatan, jumlah elemen tersebut

tergolong sedikit. Urin pada orang yang normal mengandung

elemen-elemen tersebut dalam jumlah yang sedikit. Apabila

elemen-elemen tersebut jumlahnya meningkat atau berlebihan

maka urin mengalami abnormalitas. Sedikitnya elemen-elemen

di atas menunjukkan bahwa urine subjek yang kami amati masih

dapat dikatakan normal.

15

Page 16: Urinarilisis Fixx

I. PEMBAHASAN

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urine

pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal,

skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau

perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan

darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan

umum.

Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui

tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil

metabolism tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml

darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120

ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi

dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml

urine per menit. Secara umum dapat dikatakan bahwa

pemeriksaan urine selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan

salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan

di pelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas,

korteks adrenal, uterus dan lain-lain (dr.Wirawan, Tanpa Tahun).

Pada praktikum urinalisis ini, praktikan melakukan

pengujian terhadap urine laki-laki. Praktikum ini meliputi

beberapa pengamatan, yaitu analisis fisik (warna urine, berat

jenis, dan pH), analisis kimia (uji glukosa, uji protein, dan pigmen

empedu), serta analisis mikroskopis. Bahan urine yang diuji

adalah urine yang segar. Jadi, setelah dilakukan pengumpulan

bahan urine, praktikan segera dilakukan pemeriksaan. Sesuai

dengan teori oleh bahwa apabila terlalu lama akan terjadi

perubahan pada komposisi zat dan hasil yang keluar, sebagian di

antaranya adalah pertumbuhan bakteri meningkat, kadar

glukosa menurun, pH menjadi alkalis, dekomposisi silinder,

16

Page 17: Urinarilisis Fixx

lisisnya eritrosit, urine menjadi makin keruh, perubahan warna

dan bau, dan nitrit menjadi positif

Urinalisis, istilah untuk tes urine umum, dilakukan untuk

mengevaluasi kesehatan seseorang, mendiagnosis kondisi medis

seseorang, atau untuk memonitor penyakit seseorang. Tidak

semua tes pada urine disebut urinalisis, misalnya tes kehamilan

dan tes narkoba. Berdasarkan hasil urinalisis, kita akan

mengetahui apakah kondisi kita baik atau buruk secara medis,

biasanya dibuat berdasarkan tiga pemeriksaan, yaitu analisis

fisik, analisis kimiawi, dan analisis mikroskopis (Husada, 2010).

1. Analisis Fisik

a) Analisis Warna Urine

Pertama yang dilakukan adalah analisis fisik mengenai

warna urine. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan

melihat warna urine secara langsung yang berada pada tabung ,

diketahui bahwa warna urine subjek adalah kuning gading

berbuih yang berarti kemungkinan penyebab naiknya pigmen

melanin. Warna urine subjek yang ditunjukkan tersebut tidak

dapat dikatakan normal, sebab urine normal yaitu dengan warna

kuning gading. Warna kuning gading mengindikasikan bahwa

pigmen yang terkandung dalam urine adalah normal. Menurut

Adnan (2008), urine normal berwarna kuning atau kuning gading,

transparan, pH berkisar 4,6 – 8,0 atau rata-rata 6,0, berat jenis

1,001 – 1,035, bila agak lama berbau seperti amoniak.

Disebutkan dalam Kompas oleh Acandra (2010) bahwa

warna kuning dalam urine berasal dari pigmen warna yang

disebut urochorme. Warna urine yang normal adalah kuning

hingga kuning pucat. Warna urine kuning gelap merupakan

tanda tubuh kekurangan air. Sebaliknya, warna urine yang terlalu

bening bisa menjadi tanda Anda terlalu banyak minum air atau

sedang mengonsumsi obat diuretik (penyerap air yang membuat

17

Page 18: Urinarilisis Fixx

volume urine bertambah). Warna urine juga bisa berubah-ubah

sesuai dengan makanan yang kita asup. Misalnya, makan wortel

bisa membuat warna urine menjadi agak oranye, sedangkan

obat-obatan juga bisa mengubah warna urine.

Gambar 1. Urine subjek berwarna kuning gading berbuih

Disebutkan juga oleh Smith (2007) bahwa urine berbusa

bisa jadi tanda yang sangat awal adanya proteinuria (kadang-

kadang disebut albiminaria), terbentuknya garam-garam empedu

atau protein albumin dalam urine. Proteinuria adalah tanda

adanya kerusakan ginjal dan jantung terutama pada orang yang

mengidap diabetes atau hipertensi. Urine berbusa juga sering

menjadi tanda awal adanya sindrom nefrotik, sebuah gangguan

yang serius dimana sistem penyaring ginjal bisa rusak karena

infeksi virus, diabetes, dan lupus. Hal ini menyebabkan kelebihan

protein mencari jalan menuju urine. Buih-buih dalam uriner juga

menjadi tanda adanya fistula, sebuah koneksi abnormal antara

kandung kemih dan vagina atau rectum.

b) Berat Jenis

Berdasarkan data pengamatan berat jenis urine, skala saat

urineometer tidak bergerak pada 1,025. Didapatkan berat jenis

18

Page 19: Urinarilisis Fixx

sesungguhnya adalah 1,0301466 gram/cm3. Menurut

Kuspratiknyo (2009) bahwa berat jenis urine, tergantung dari

jumlah air yang larut di dalam urine atau terbawa di dalam urine.

Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1,010. Bila ginjal

mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air) maka berat

jenisnya kurang dari 1,010. bila ginjal memekatkan urine

(sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urine naik diatas

1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis

tertinggi yang dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih

dari 1,025.

Gambar Urinometer saat tidak bergerak

(Sumber: Hasil pengamatan kelompok 6)

Ditegaskan pula bahwa pemeriksaan berat jenis urine

bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan

berbagai cara, yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,

menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'.

19

Page 20: Urinarilisis Fixx

Namun, dalam praktikum kali ini kami menggunakan urinometer

(hydrometer).

Berat jenis urine sewaktu pada orang normal antara 1,003 -

1,030. Berat jenis urine berhubungan erat dengan diuresa, makin

besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin

pekat urine makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian

dengan faal pemekat ginjal. Urine sewaktu yang mempunyai

berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat

ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan

demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urine kurang dari

1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan

hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun

(dr.Wirawan, dkk. Tanpa Tahun).

Disebutkan pula oleh Riswanto (2010) bahwa berat jenis

(yang berbanding lurus dengan osmolalitas urine yang mengukur

konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta

dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan

mengencerkan urine.

Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak

harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan

untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan

pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan

selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang

tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan

untuk memekatkan urine (Riswanto, 2010).

Berat jenis urine yang rendah persisten menunjukkan

gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi

urine malam > 500 ml dan berat jenis kurang dari 1.018, kadar

glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini

menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara

intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan

berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa

20

Page 21: Urinarilisis Fixx

untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa

(Riswanto, 2010).

Jadi, berdasarkan data yang didapat dan berdasarkan teori

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa berat jenis subjek

(1,0301466) adalah normal, karena mendekati rentangan angka

berat jenis normal 1,003 – 1,030 (ada yang menyatakan berat

jenis normal 1,001 – 1,035).

c) pH

Pada pengamatan pH urine, urine yang kami periksa

adalah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan

berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif

atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur

mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan

mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari

kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu

asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.

Pada saat pengamatan pH urine dengan mencelupkan

ketas indicator universal pada urine, selanjutnya melihat

perubahan warna kertas indikator dengan warna standart pH,

ternyata didapatkan pH urine subjek (laki-laki) adalah 6.

Berdasarkan Harnawatiaj (2008) bahwa pH urine normal adalah

4,5 – 7,5. Dari sumber tersebut dapat dikatakan bahwa pH urine

subjek adalah normal.

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :

a. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih

(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia),

terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.

b. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis

sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau

metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+),

terapi pengasaman (Riswanto, 2010).

21

Page 22: Urinarilisis Fixx

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan

asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan

dalam badan. pH urine normal berkisar antar 4,5- 8,0. Selain itu,

penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi

petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli

biasanya urine bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan

kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak

akan menyebabkan urine bersifat basa. Dalam pengobatan batu

karbonat atau kalsium fosfat urine dipertahankan asam,

sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat

pH urine sebaiknya dipertahankan basa (dr.Wirawan, dkk, Tanpa

Tahun).

Jadi, dari hasil pengamatan yang kami lakukan mengenai

pH urine dengan indicator universal dengan urine pH 6 (kertas

indicator universal ph 6 terlampir pada laporan sementara),

maka dapat disimpulkan bahwa pH urine subjek (laki-laki) yang

kami amati adalah normal karena berada dalam rentangan pH

4,5 – 7,5 (ada pula yang menyebutkan pH urine normal adalah

4,5 – 8,0).

2.Analisis Kimia

a)Uji Glukosa

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi

menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata.

Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau

keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na

karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah

pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena

tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas) (Putri,

2011).

Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah

sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan,

22

Page 23: Urinarilisis Fixx

sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan,

hingga praktis dan lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat

sedikit endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka

karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa

secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa

memberikan warna yang berlainan (Putri, 2011).

Ditegaskan pula bahwa uji benedict spesifik pada

karbohidrat, terutama gula pereduksi, sakarida yang memiliki

kemampuan mereduksi, yaitu sakarida dengan gugus aldosa dan

ketosa bebas. Hal ini disebabkan karena kandungan atom C dan

gugus hidroksil (OH) bebas yang aktif. Reaksinya adalah sebagai

berikut:

(D-glukosa) + 2 CuO → (asam glukonat) + Cu2O

Adanya endapan Cu2O menyebabkan terjadinya warna

merah, sehingga jika hasil uji glukosa dalam urine positip, urine

subyek mengandung gugus (OH) bebas yang reaktif.

Menurut Poedjiadi (1994:40), pereaksi benedict berupa

larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan

natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat

menjadiion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.

adapun natrium karbnat dan natrium sitrat membuat pereaksi

benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk bisa

berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung konsentrasi

karbohidrat yang diperiksa.

Contoh reaksi uji benedict pada glukosa:

23

Page 24: Urinarilisis Fixx

CHO COOH

Ι Ι

H− C − OH H −

C − OH

Ι Ι

H− C − OH + 2CuO H −

C − OH + Cu2O

Ι tembaga Ι

Cupro oksida

H− C − OH Oksida H −

C − OH

Ι Ι

H− C − OH H −

C − OH

Ι Ι

CH2OH CH2O

D-Glukosa Asam Glutamat

Namun, berdasarkan data hasil praktikum yang kami

lakukan, setelah meletakkan larutan 8 tetes urine dan 5 ml

larutan bennedict diletakkan dalam air mendidih selama 5 menit,

dapat diketahui bahwa uji glukosa menunjukkan hasil yang

negatif dengan menujukkan warna biru (sama seperti warna

awal). Berdasarkan hasil tersebut, artinya urine subjek bebas

dari salah satu unsur abnormal dari urine yaitu glukosa (Soewolo,

2003:346).

Jadi, berdasarkan data yang diperoleh mengenai warna

yang dihasilkan yaitu warna biru berarti negatif (-) urine subjek

yang kami amati urinenya tidak mengandung gula.

b) Uji Protein

24

Page 25: Urinarilisis Fixx

Untuk mengetahui adanya unsur protein dalam urine,

dalam percobaan ini praktikan menggunakan reagen millon.

Reaksi positif dari reagen millon ditandai dengan perubahan

warna menjadi merah/lembayung. Reaksi positif ditandai dengan

terbentuknya ikatan antara Hg dari pereaksi millon dengan

gugus hidroksifenil yang terdapat dalam urine.

Reaksi pembentukan reagen millon yaitu:

HgCl2 + 2HNO3 → Hg(NO3)2 + Cl2

(merkuri klorida) (asam nitrat) (merkuri nitrat)

Menurut Poedjiadi (1994:122), pereaksi Millon adalah

larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila

pereksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan

menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah

oleh pemanasan.

Persamaan reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai

berikut:

HgCl2 + 2HNO3 → Hg(NO3)2 + Cl2

(merkuri klorida) (asam nitrat) (merkuri nitrat)

2 [HO − CH2 − CH − COOH] + Hg (NO3)2→ 2 [HO – CH2 – CH – COOH] Hg + H2O

NH3+ NH3

+

Tirosin merkuri nitrat merkuri nitrofenilamat

Reaksi Antara Ikatan Hg dan Protein

Namun, berdasarkan data atas percobaan uji protein yang

kami lakukan, setelah 3 ml supernatan urine ditambah 5 tetes

25

Page 26: Urinarilisis Fixx

reagen Millon, maka larutan yang tadinya berwarna putih keruh,

tetap berwarna putih keruh, dan tidak terjadi perubahan

signifikan menjadi lembayung ataupun merah. Hal ini berarti

bahwa urine subjek yang kami amati (laki-laki) adalah normal

tidak mengandung protein di dalamnya.

Gambar Hasil Negatif Uji Protein

(Sumber: Hasil pengamatan kelompok 6)

c)Pigmen Empedu

Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin

(kuning). Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin

yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. Pigmen

utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada

urine dan feses (Sloane, 1995).

26

Tepat setelah penetesan Benedict Setelah di diamkan setelah penetesan Benedict

Page 27: Urinarilisis Fixx

Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin

direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin,

sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke

dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria

dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik

hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai

ikterik (Riswanto, 2010).

Berdasarkan data hasil percobaan, dapat diketahui bahwa

urine subyek (laki-laki) adalah normal karena tidak mengandung

pigmen empedu (Basoeki, 2000). Kenormalan ini dapat dilihat

dengan buih pada urine subjek yang berwarna bening.

Sedangkan pada urine yang tidak normal (mengandung pigmen

empedu) ditandai dengan adanya buih berwarna kuning.

Akan tetapi hasil yang kami dapatkan tidak mungkin lepas

dari beberapa faktor. Di mana dalam praktiknya, terdapat faktor

yang mempengaruhi hasil praktikum mengenai tes protein ini,

yaitu :

a. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh hematuria,

tingginya substansi molekular, infus polivinilpirolidon

(pengganti darah), obat (lihat pengaruh obat), pencemaran

urine oleh senyawa ammonium kuaterner (pembersih kulit,

klorheksidin), urine yang sangat basa (pH > 8).

b. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh urine yang sangat

encer, urine sangat asam (pH di bawah 3) (Riswanto, 2010).

Jadi, berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan

bahwa urine subjek yang diamati adalah normal karena buih

yang ada pada urine adalah buih berwarna bening (tidak kuning),

artinya tidak ada pigmen empedu pada urine subjek.

27

Page 28: Urinarilisis Fixx

Gambar Hasil Uji Pigmen Empedu

(Sumber: Hasil pengamatan kelompok 6)

3.Analisis Mikroskopis

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada endapan urine

pria terdapat sel epitel transisional, asam uric, bakteri cast dan

hialin cast. Urine pada orang yang normal mengandung elemen-

elemen tersebut dalam jumlah yang sedikit. Apabila elemen-

elemen tersebut jumlahnya meningkat atau berlebihan maka

urine mengalami abnormalitas. Adanya elemen-elemen dalam

jumlah yang abnormal tersebut disebabkan oleh berbagai hal

antara lain ketidaknormalan organ-organ yang berperan dalam

system urinearia misalnya pada ginjal. Kristal-kristal yang

terdapat dalam urine (pada praktikum ini sel epitel squamosa

dan asam hipuric). Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari

jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan

kepekatan urine (Wirawan, tanpa tahun). Diperkuat pula bahwa

fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat,

ini berasal dari makanan yang mengandung protein berikatan

dengan fosfat (Soewolo, 2003).

Menurut Riswanto (2010), pemeriksaan mikroskopik

diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel

lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik

28

Page 29: Urinarilisis Fixx

yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang

bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan

gagal ginjal.

Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih

rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra.

Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi

(Riswanto, 2010).

Gambar Epitel Squamosa pada Urine Subjek (laki-laki)

(Sumber: Hasil Pengamatan kelompok 6)

Gambar Epitel Squamosa

(Sumber: Riswanto, 2010_Analisis Mikroskopik_Laboratorium

Kesehatan)

Selain epitel squamosa, juga ditemukan asam hipuric yang

bebetuk panjang runcing, juga ada yang pendek. Di bawah ini

merupakan struktur kimia dari asam hipuric.

29

Page 30: Urinarilisis Fixx

Gambar Asam Hipuric(Sumber: Hasil pengamatan kelompok 6)

Struktur kimia Asam Hipuric

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Hippuric_acid.png)

Berdasarkan pengamatan elemen dalam urine, praktikan

mengamati jumlah elemen-elemen tersebut, dan didapatkan

bahwa jumlah elemen tersebut sedikit, sehingga dapat dikatakan

bahwa urine subjek yang kami amati masih dalam kondisi

normal.

J. KESIMPULAN

1. Urine yang kami amati menunjukkan warna kuning gading

berbuih. Hal ini menunjukkan naiknya pigmen melanin

pada subjek. Urine yang demikian dapat dikatakan tidak

normal, seharusnya urine normal berwarna kuning gading,

tanpa buih.

30

Page 31: Urinarilisis Fixx

2. Berat jenis urine yang normal berkisar antara 1,003-1,030

g/cm3, maka dapat disimpulkan bahwa urine yang diuji

memiliki berat jenis yang termasuk dalam range yang

normal.

3. Urin sampel memilki pH 6 (pH asam) dan dapat dikatakan

normal karena umumnya pH urin dalam manusia

bervariasi dari 4,5-7,5.

4. Urine yang diamati oleh praktikan tidak mengandung

glukosa karena memberi hasil negatif terhadap tes

Benedict, dengan menunjukkan warna biru. Berarti urine

tersebut adalah urine yang normal.

5. Urine yang diamati oleh praktikan tidak mengandung

protein karena memberikan hasil negative terhadap tes

Millon, dengan menunjukkan warna putih keruh (tidak

lembayung). Berarti urine tersebut adalah urine yang

normal.

6. Urine yang diamati oleh praktikan tidak mengandung

pigmen empedu karena tidak menunjukkan buih berwarna

kuning, melainkan buih bening. Berarti urine tersebut

adalah urine yang normal.

7. Elemen yang ditemukan dalam urine subjek adalah sel-sel

epitel squamosa dan asam hipuric dalam jumlah sedkit.

Sehingga dapat dikatakan bahwa urine subjek masih

dalam kondisi normal.

K.DAFTAR RUJUKAN

Acandra. 2010. Intip Kesehatan Warna Urine. (Online), (http://kesehatan.kompas.com/read/2010/04/13/13214350/Intip.Kesehatan.dari.Warna.Urine, diakses 17 Nopember 2011)

Adnan. 2008. Proses dalam Ginjal. (Online), (http://barrusweet.blogspot.com/2008/07/proses-dalam-ginjal.html, diakses 17 Nopember 2011).

31

Page 32: Urinarilisis Fixx

Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM.

Dr.Wirawan, dkk. Tanpa Tahun. Penialaian Hasil Pemeriksaan Urine. (Online),(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_PenilaianHasilPemeriksaanUrine.pdf/12_PenilaianHasilPemeriksaanUrine.html, diakses 17 November 2011).

Harnawatiaj. 2008. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine. (Online),(http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/17/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-urine/, diakses 17 November 2011).

Husada, dr. Ivan. 2010. Urinalisis. (Online), (http://www.ivanhoesada.com/, diakses 17 November 2011).

Joan Liebmann-Smith. 2007. Body Signs, How to Be Your Own Diagnostic Detective. Jakarta: Ufuk Publishing House.

Medicastore. 2007. Urinalisis. (Online), (http://medicastore.com, diakses tanggal 18 Nopember 2011).

Soewolo. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Putri. 2011. Pemeriksaan Laboratorium Urine. (Online), (http://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/2011/06/10/uji-glukosa-urine/, diskses 18 November 2011)

Riswanto. 2010. Protein Urine. (Online), (http://labkesehatan.blogspot.com/, diakses 17 November 2011).

Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC-IKAPI

32

Page 33: Urinarilisis Fixx

http://rudy-indranatan.blogspot.com/2011/12/laporan-

urinalisis.html

33