upaya pokok p2 ispa fix

48
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan SK Menkes No. 123 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Pemberantasan Penyakit di Puskesmas adalah salah satu upaya wajib puskesmas. Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama bertanggung jawab melakukan kegiatan Pemberantasan Penyakit terutama penyakit menular. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA. Namun tampaknya upaya ini belum membuahkan hasil yang optimal melihat angka morbiditas di atas. ISPA hingga saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota Banjarmasin terutama di Kelurahan Tanah Pagar, karena masih tingginya angka kunjungan ISPA di Puskesmas Beruntung Raya. Data 10 peyakit terbanyak di Puskesmas Beruntung Raya pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit ISPA masih menempati posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak. Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di Indonesia, terutama infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) baik infeksi saluran pernafasan atas maupun infeksi saluran pernafasan bawah. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup

Upload: denden-rora

Post on 13-Oct-2015

282 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ISPA

TRANSCRIPT

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    1/48

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangBerdasarkan SK Menkes No. 123 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar

    Pusat Kesehatan Masyarakat, Pemberantasan Penyakit di Puskesmas adalah salah

    satu upaya wajib puskesmas. Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan

    tingkat pertama bertanggung jawab melakukan kegiatan Pemberantasan Penyakit

    terutama penyakit menular.

    Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun

    1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

    khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA. Namun

    tampaknya upaya ini belum membuahkan hasil yang optimal melihat angka

    morbiditas di atas.

    ISPA hingga saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kota

    Banjarmasin terutama di Kelurahan Tanah Pagar, karena masih tingginya angka

    kunjungan ISPA di Puskesmas Beruntung Raya. Data 10 peyakit terbanyak di

    Puskesmas Beruntung Raya pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit ISPA

    masih menempati posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak.

    Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di Indonesia, terutama

    infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) baik infeksi saluran pernafasan atas

    maupun infeksi saluran pernafasan bawah. ISPA masih merupakan masalah

    kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    2/48

    2

    tinggi. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi

    berumur kurang dari 2 bulan Kematian seringkali disebabkan karena penderita

    datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit

    dan kurang gizi.

    Penulisan makalah ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

    pertimbangan dan masukan dalam menyusun dan memperbaharui kebijakan-

    kebijakan yang telah ada dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

    lingkungan yang optimal di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya

    Banjarmasin.

    1.2 Tujuan

    Menggambarkan tentang situasi dan program kegiatan pemberantasan

    penyakit menular terutama pada penyakit infeksi saluran napas akut (ISPA) yang

    dilaksanakan Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin pada tahun 2013.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    3/48

    3

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    2.1Keadaan GeografiPuskesmas Beruntung Rayaberalamat di Jalan AMD Komp. Tata Banua Indah

    RT.19, Kelurahan Tanjung Pagar, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota

    Banjarmasin. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Raya 315 Ha/m2.

    Gambar 2.1.Peta Puskesmas Beruntung Raya

    Puskesmas Beruntung Raya membawahi 1 (satu)kelurahan, yaitu Kelurahan

    Tanjung Pagar dengan batas-batas:

    1. Sebelah Barat : Kelurahan Kelayan Timur2. Sebelah Utara : Kelurahan Murung Raya3. Sebelah Timur : Kelurahan Pemurus Dalam4. Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    4/48

    4

    1. Distribusi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Beruntung RayaTabel 2.1Distribusi Penduduk Per Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung

    Raya Kota Banjarmasin

    No. Kelurahan

    Luas Wilayah

    (km)

    Jumlah Kepala Keluarga

    (jiwa)

    Jumlah

    Penduduk

    (jiwa)

    1.

    Tanjung

    Pagar

    3.186,23 2535 8707

    Sumber: Proyeksi Badan Pusat Statistik Tahun 2013

    Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dalam luas wilayah (Km2)

    dikali 100, disebut padat jika >250 jiwa/Km2dan sangat padat jika > 400 jiwa/Km2.

    Kepadatan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

    sebesar 273 jiwa/ Km2yang artinya padat.

    2. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Puskesmas Beruntung RayaTabel 2.2Distribusi penduduk menurut jenis kelamin

    No. Kelurahan Laki- laki (jiwa) Perempuan (jiwa)Jumlah

    (jiwa)

    1.

    Tanjung

    Pagar

    4362 4345 8707

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung RayaTahun 2013

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    5/48

    5

    Gambar 2.3.Distribusi penduduk menurut jenis kelamin

    3. Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Puskesmas Beruntung RayaTabel 2.3.Distribusi penduduk menurut Kelompok Umur

    No Kelompok Umur (tahun)

    Jenis Kelamin

    Jumlah

    L P

    1 04 504 467 971

    2 59 479 432 911

    3 1014 425 429 854

    4 1519 387 378 765

    5 2024 308 352 660

    6 25 - 29 380 416 796

    7 30 - 34 414 433 847

    8 35 - 39 392 365 757

    9 40 - 44 312 296 608

    10 45 - 49 245 220 465

    11 50 - 54 207 190 397

    12 55 - 59 126 113 239

    4330

    4340

    4350

    4360

    4370

    Laki-Laki Perempuan

    Laki-Laki

    Perempuan

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    6/48

    6

    13 60 - 64 83 91 174

    14 65 - 69 41 61 102

    15 70 - 74 34 54 88

    16 75+ 25 48 73

    JUMLAH 4362 4345 8707

    Sumber :ProyeksiBadan Pusat Statistik Tahun 2013

    Berdasarkan data demografi, peta wilayah, kepadatan penduduk, distribusi

    penduduk menurut umur dan wilayah dapat disimpulkan bahwa pendudk di

    wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya tergolong padat namun distribusi

    penduduk tidak merata pada semua wilayah kerja sehingga untuk melingkupi

    seluruh wilayah didirkan satu Puskesmas pembantu,satu puskesdes, lima

    posyandu balita serta satu posyandu lansia. Jumlah tersebut cukup untuk bisa

    melayani dan menjangkau seluruh masyarakat Kelurahan Tanjung Pagar. Dengan

    Jumlah penduduk Usia produktif yang cukup banyak dapat diberdayakan sebagai

    kader-kader Puskesmas yang dapat membantu kinerja petugas kesehatan. Jumlah

    kader yang aktif hingga saat ini adalah 23 orang yang tersebar diseluruh posyandu

    yang ada.

    Sedangkan program yang dilaksanakan di Puskesmas Beruntung Raya

    terdiri dari program kesehatan wajib dan program kesehatan pengembangan,

    yaitu:

    Upaya Kesehatan Wajib

    a. Upaya Promosi Kesehatan

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    7/48

    7

    Kegiatan ini dilaksanakan untuk melalukan sosialisasi kesehatan di wilayah

    lingkungan kerja Puskesmas untuk meningkakan taraf kesehatan warga

    sekitar.

    b. Upaya Kesehatan LingkunganKegiatan ini dilaksanakan untuk mengadakan pengawasan, pemeriksaan dan

    pengolahan meliputi: TTU (tempat-tempat umum), TPM (tempat pengolahan

    makanan), dan rumah sakit.

    c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga BerencanaKegiatan ini dilaksanakan untuk memperluas jangkauan pelayanan dan juga

    untuk meningkatkan cakupan program KIA melalui kegiatan pencarian aktif

    ibu hamil yang baru dan pengawasan ibu hamil yang di data dengan

    memberikan pelayanan : pemeriksaan tekanan darah, penimbangan,

    pemeriksaan tinggi fudus uteri, pemberian Fe dan imunisasi TT (calon

    pengantin dan untuk ibu hamil). Kegiatan KB ini dilaksanakan untuk

    meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh

    berupa penjarangan dan pengatur kehamilan.

    d. Upaya Perbaikan Gizi MasyarakatKegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka penyakit gizi yang

    kurang, umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah,

    terutama pada anak balita dan wanita.

    e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit MenularKegiatan P2M ini terdiri dari :

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    8/48

    8

    Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular langsung ; P2TB,P2malaria, P2ISPA, P2Kusta, P2Diare)

    Pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan oleh binatangseperti : Demam Berdarah dan Malaria.

    Imunisasi yaitu program yang bertujuan untuk menurunkan angkakesakitan dan kematian serta kecatatan sebagai akibat penyakit yang

    dicegah dengan imunisasi (PD3) seperti : Polio, Dipteri, Pertusis, Campak

    dan hepatitis.

    Pencegahan penyakit (surveilans) kegiatan ini dilaksanakan untukmendapatkan informasi epidemiologi yang tepat, cermat dan akurat

    sehingga mengelola program dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan,

    pengamatan dan evaluasi program dengan efektif dimana berdasarkan

    proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data.

    f. Upaya PengobatanKegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelayanan pengobatan yang diberikan

    kepada seseorang untuk mengobati penyakit atau gejala-gejalanya.

    Upaya Kesehatan Pengembangan

    a. PHN (Public Health Nursing)Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengadakan asuhan keperawatan. Adapun

    sarana kegiatan meliputi:

    Pembinaan keluarga rawan Penanganan tindak lanjut penderita (follow up care)

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    9/48

    9

    Penanganan kasus resiko tinggi Kunjungan dan pembinaan panti asuhan

    b. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Pembinaan UKS

    Kegiatan ini dilaksanakan untuk pembinaan UKS di sekolah baik SD, MI,

    SMP, SMU, dan SMK

    Kegiatannya yaitu melakukan penyuluhan dan penjaringan anak sekolahSD, MI, SMP, SMU, SMA, SMK setra melakukan pelatihan dokter kecil

    (SD) dan kader kesehatan remaja (SMP, SMA SMK).

    Targetnya 2 kali per sekolah/tahunc. UKGS (Upaya Kesehatan Gigi Sekolah)

    Kegiatannya dilakukan di sekolah SD, MI, SMP, SMA, SMK.Yang mana

    kegiatannya berupa penyuluhan sekolah dan sikat gigi massal

    (bersama).Targetnya 2 kali per sekolah/ tahun

    d. Kesehatan MataKegiatan ini bertujuan untuk pengobatan penyakit mata pada umumnya dan

    deteksi kasus katarak untuk dilakukan rujukan.

    e. Kesehatan JiwaKegiatan ini dilaksanakan untuk pencarian, penemuan dan pengobatan

    penderita psikosis, penyalahgunaan obat, retardasi mental, epilepsi dan

    gangguan jiwa lainnya.Kegiatan ini juga dilakukan rujukan kasus yang tidak

    tertangani serta kunjungan rumah dan penyuluhan.

    f. Laboratorium

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    10/48

    10

    Kegiatan ini dilakukan untuk memperluas jangkauan pelaksanaan pemeriksaan

    laboratorium bekerjasama dengan lintas program.

    g. Lansia- Penjaringan lansia

    Kegiatan ini dilaksanakan untuk pengobatan dan pendataan jumlah lansia

    yang ada di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya guna persiapan

    untuk pembentukan Posyandu/karang lansia.

    - Pembinaan Karang LansiaKegiatan ini dimaksud untuk pengobatan, pembinaan karang lansia dan

    persiapan pembentukan posyandu lansia.Jumlah karang lansia yang sudah

    ada 3 buah.

    h. Penyuluhan Kesehatan MasyarakatKegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan penyuluhan didalam dan diluar

    gedung baik yang berupa penyuluhan keliling dan penyuluhan kelompok.

    Penyuluhan ini berupa semua program kegiatan yang ada di Puskesmas

    Beruntung Raya Kota Banjarmasin.

    Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar

    gedung puskesmas, yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan pencatatan

    kegiatan serta pelaporan hasil kegiatan.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    11/48

    11

    BAB III

    UPAYA POKOK PUSKESMAS P2 ISPA

    3.1. Pengertian ISPA dan Program P2 ISPA

    Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut

    dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya

    Nasional ISPA di Cipanas, istilah ini merupakan padanan istilah bahasa Inggris

    Acute Respiratory infection(ARI).

    Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA merupakan salah satu

    program pokok puskesmas yang lebih menitikberatkan kegiatannya pada

    pemberantasan penyakit ISPA, yang membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan

    yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat

    beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit

    batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas

    lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.

    3.2 Ruang Lingkup Program P2 ISPA

    Sesuai dengan tantangan yang dihadapi saat ini, ruang lingkup Program P2

    ISPA meliputi

    a) Pengendalian Pneumonia Balitab) Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza yaitu

    penanggulangan episenter pandemi influenza, penanggulangan

    epidemi/wabah dan penenggulangan pandemi influenza.

    c) Pengembangan Program P2 ISPA yaitu diarahkan pada pengendalian

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    12/48

    12

    ISPA diatas umur 5 tahun, ISPA akibat polusi udara sesuai dengan

    perkembangan dan kemampuan program.

    3.3. ISPA akibat polusi udara

    Hampir separuh dari penduduk dunia menggunakan bahan bakar

    biomassa (kayu bakar, arang, d1l) untuk kebutuhan sehari-hari umumnya

    dibakar di tempat terbuka atau menggunakan tungku yang tidak layak. Setiap

    hari wanita dan anak-anak terpapar dengan asap dapur mereka melebihi ambang

    batas yang diperkenankan. Beberapa studi di negara berkembang dilaporkan

    bahwa ada hubungan antara keterpaparan polusi dalam rumah dengan

    Pneumonia, infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi telinga tengah. Program

    P2 ISPA bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait

    pengendalian ISPA akibat polusi udara.

    3.4. Masalah Program P2 ISPA

    Dari hasil supervise Subdit ISPA ke berbagai provinsi, kabupaten/kota,

    Puskesmas, pertemuan evaluasi tahunan dan kajian program P2 ISPA periode

    2004-2009 didapat masalah manajemen program sebagai berikut:

    a. Kurangnya tenaga pengelola program P2 ISPA yang terlatih baik ditingkat provinsi, kabupaten/kota dan Puskesmas disebabkan oleh

    terbatasnya anggaran pelatalihan teknis maupun manajemen baik di pusat,

    provinsi dan kabupaten/kota.

    b. Sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota tidak menganggarkan danaprogram P2 ISPA, kalaupun ada jumlahnya sangat terba tas oleh

    terbatasnyapemahaman tentang masalah ISPA dan pengendaliannya di

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    13/48

    13

    jajaran dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.

    c. Sound timer untuk diagnosis Pneumonia Belitz digunakan olehPuskesmas, karena petugas enggan menerapkan MTBS atau tatalaksana

    Standar P2 ISPA yang dianggap terlalu memakan waktu. Akibatnya

    banyak Pneumonia Balita yang lolos dari deteksi sehingga cakupan.

    Penemuan pneumonia balita tidak tercapai.

    d. Masih terbatasnya jumlah oksigen konsentrator di puskesmas perawatanyang memerlukan. Oksigen konsentrator yang telah terdistribusi belum

    terpantau kondisi dan pemanfaatannya. Sementara itu banyak petugas

    yang belum memahami penggunaannya karena pelatihan yang belum

    intensif.

    e. Komunikasi, Informasi dan Edukasi masih sangat terbatas pada bahancetakan, belum melakukan tatap muka dan penggunaan, media audio

    visual secara intentensif Hal ini disebabkan karena penyediaan media

    oleh pusat hanya berupa prototipe sedangkan operasionalisasi

    dilaksanakan oleh daerah. Sedangkan biaya oprasional didaerah masih

    terbatas.

    f. Ketepatan dan kelengkapan pelaporan yang masih rendah darikabupaten/kota ke provinsi dan dari provinsi ke pusat antara lain

    disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya data untuk

    pengambilan keputusan dalam perencanaan dan masih lemahnya umpan

    baliknva di setiap tingkat.

    g. Masih terbatasnya cakupan penemuan penderita Pneumonia Balita,

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    14/48

    14

    disebabkan kurangnya pemahaman ibu/pengasuh Balita tentang

    Pneumonia dan belum, adanya data yang repre-sentatif tentang kejadian

    (insidens) Pneumonia Balita di Indonesia.

    h. Supervisi di seluruh tingkat masih terkendala oleh: pemanfaatan data daninformasi serta tindak lanjut dalam meningkatkan pelaksanaan program.

    i. Pengembangan program belum dilaksanakan secara sistimatisberdasarkan permasalahan yang ada dan kondisi wilayah. Untuk

    mengatasi masalah ini perlu dilakukan kajian program secara periodik dan

    berkelanjutan.

    3.5Program Pemberantasan Penyakit ISPA1) Pengertian P2 ISPA

    Salah satu program pokok puskesmas yang lebih menitikberatkan kegiatannya

    pada pemberantasan penyakit ISPA.

    2) Dasar Pemikiran- Angka kesakitan penderita ISPA yang masih tinggi di wilayah kerja

    puskesmas.

    - Angka kesakitan pada bayi dan balita masih tinggi.- Ibu sebagian besar belum mengerti benar mengenai penyakit ISPA.

    3) Tujuana. Menurunkan angka kesakitan ISPA di wilayah kerja puskesmas.

    b. Menurunkan angka kesakitan, kematian bayi dan balita akibat ISPA diwilayah kerja puskesmas.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    15/48

    15

    c. Meningkatkan peran serta masyarakat terhadap kesehatan pribadi danlingkungan.

    d. Mengadakan pemantauan wilayah setempat di wilayah kerja puskesmas.4) Sasaran kegiatan

    Pelaksanaan pemberantasan penyakit ISPA ditujukan pada kelompok usia

    balita, yaitu bayi ( 0 -

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    16/48

    16

    secara terpadu dengan mitra kerja terkait yang didukung oleh surveilans yang baik

    serta tercemin dalam perencanaan dan penganggaran kesehatan secara terpadu

    (P2KT).

    Secara rinci kegiatan pokok ISPA dijabarkan sebgai berikut:

    a. Promosi Penanggulangan Pneumonia BalitaPromosi pemberantasan penyakit ISPA di Indonesia mencakup kegiatan

    advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Tujuan yang diharapkan dari

    kegiatan promosi balita secara umum adalah meningkatnya pengetahuan, sikap

    dan tindakan masyarakat dalam upaya dalam penanggulangan pnemonia balita.

    Sasaran promosi dalam P2 ISPA mencakup sasaran primer (ibu balita dan

    keluarganya), sasaran sekunder (petugas kesehatan dan petugas lintas program

    serta lintas sektor), dan sasaran tersier (pengambil keputusan). Pesan pokok,

    metode dan media yang digunakan sesuai dengan sasaran.

    b. KemitraanMerupakan faktor penting untuk menunjang keberhasilan program.

    Pembangunan kemitraan dalam program P2 ISPA diarahkan untuk meningkatkan

    peran serta masyarakat, peran serta lintas program dan lintas sektor terkait serta

    peran pengambil keputusan termasuk penyandang dana. Dengan demikian

    pembangunan kemitraan diharapkan pendekatan pelaksanaan program

    pemberantasan penyakit ISPA khususnya pnemonia dapat terlaksana secara

    terpadu dan kompherensif.

    Dengan kata lain intervensi pemberantasan penyakit ISPA tidak hanya tertuju

    pada penderita saja, tetapi juga terhadap faktor resiko (lingkungan dan

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    17/48

    17

    kependudukan) dan faktor lain yang berpengaruh melalui dukungan peran aktif

    sektor lain yang berkompeten.

    Kegiatan kemitraan meliputi pertemuan berkala dengan:

    lintas program dan sektor terkait; organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama,perguruan tinggi, organisasi profesi kesehatan, sektor swasta

    c. Peningkatan Penemuan dan Tatalaksana KasusKegiatan ini merupakan kegiatan terpenting, karena keberhasilan upaya

    penurunan kematian pnemonia pada balita ditentukan oleh keberhasilan upaya

    penemuan dan tatalaksana penderita ini.

    Dalam kebijakan dan strategi Program P2 ISPA maka penemuan dan

    tatalaksana penderita ini dilaksanakan di rumah tangga dan masyarakat (keluarga,

    kader dan posyandu), di tingkat pelayanan kesehatan swasta (praktek dokter,

    poliklinik swasta, RS swasta). Dengan demikian yang melaksanakan kegiatan

    secara langsung adalah tenaga kesehatan di sarana-sarana kesehatan tersebut dan

    kader posyandu di masyarakat. Penemuan penderita dilakukan melalui 2 cara,

    yaitu secara pasif yang mana dalam hal ini penderita yang datang ke fasilitas

    kesehatan seperti Puskesmasn Pustu, Rumah Sakit; secara aktif dimana petugas

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    18/48

    18

    kesehatan bersama kader secara aktif menemukan penderita baru dan penderita

    pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.

    Penemuan penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:

    Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian

    bawah ke dalam (TDDK) dan hitung napas.

    Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur < 2 bulan dan 2bulan -

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    19/48

    19

    tatalaksana penderita ISPA yang diterbitkan WHO tahun 1988 yang telah

    mengalami adaptasi sesuai kondisi Indonesia.

    Bagan Tatalaksana Penderita batuk dan atau kesukaran bernapas umur < 2

    bulan

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    20/48

    20

    Bagan Tatalaksana Anak BAtuk dan atau Kesukaran bernapas Umur 2

    Bulan - < 5 Tahun

    Setelah penderita pneumonia Balita ditemukan dilakukan tatalaksana sebagai

    berikut:

    Pengobatan dengan menggunakan antibiotik: kotrimoksazol, amoksisilinselama 3 hari dan obat simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol,

    salbutamol (dosis dapat dilihat pada bagan terlampir).

    Tindak lanjut bagi penderita yang kunjungan ulang yaitu penderita 2 harisetelah mendapat antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan.

    Rujukan bagi penderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat.d. Peningkatan Kualitas Sumber Daya

    a) Sumber Daya Manusia (SDM)

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    21/48

    21

    Sumber Daya Manusia yang terlibat dalam program P2 ISPA meliputi

    kader, petugas kesehatan yang memberikan tatalaksana ISPA di sarana

    pelayanan kesehatan (Polindes, Pustu, Puskesmas, RS, Poliklinik),

    pengelola program ISPA di puskesmas, kabupaten/kota, provinsi dan

    pusat. Upaya peningkatan kualitas SDM P2 ISPA dilakukan di berbagai

    jenjang melalui kegiatan pelatihan, setiap pelatihan yang dilakukan perlu

    ditindaklanjuti dengan supervisi dan monitoring serta pembinaan di

    lapangan. Selanjutnya pelaksanaan pelatihan secara terpadu dengan

    program lain perlu dikembangkan, terutama pelatihan menyangkut aspek

    manajemen atau pengelola program P2 ISPA dilakukan pula melalui

    kegiatan magang, asistensi tatalaksana oleh dokter ahli, studi banding,

    seminar dan workshop sesuai dengan kebutuhan.

    b) LogistikDukungan logistik sangat diperlukan dalam menunjang

    pelaksanaan pengendalian ISPA. Penyediaan logistik dilakukan sesuai

    dengan peraturan perundangan yang berlaku dan menjadi tanggung jawab

    pemerintah pusat dan daerah. Sesuai dengan pembagian kewenangan

    antara pusat dan daerah maka pusat akan menyediakan prototipe atau

    contoh logistik yang sesuai standard (spesifikasi) untuk pelayanan

    kesehatan. Selanjutnya pemerintah daerah berkewajiban memenuhi

    kebutuhan logistik sesuai kebutuhan.Logistik yang dibutuhkan antara lain:

    1. Obat

    Tablet Kotrimoksazol 480 mg

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    22/48

    22

    Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml Tablet Parasetamol 500 mg Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml.

    Pola penghitungan jumlah obat yang diperlukan dalam satu tahun

    di suatu daerah didasarkan pada rumus berikut :

    Kebutuhan tablet Kotrimoksazol 480 mg setahun = Cakupan tahun

    sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita x 6 tablet + 10%bufferstock

    Kebutuhan sirup Kotrimoksasol 240mg/5ml setahun = Cakupantahun sebelumnya x perkiraan pneumonia Balita x 2 botol + 10%bufferstock

    Kebutuhan sirup Amoksisilin 125mg/5ml setahun = Cakupan tahunsebelumnya x perkiraan pneumonia Balitax 2 botol + 10%bufferstock

    Kebutuhan tablet Parasetamol 500 mg setahun = Cakupan tahunsebelumnya x perkiraan pneumonia Balita x 6 tablet + 10%

    bufferstock

    Obat-obat tersebut di atas merupakan obat yang umum digunakan di

    Puskesmas untuk berbagai penyakit sehingga dalam penyediaannya dilakukan

    secara terpadu dengan program lain dan proporsi sesuai kebutuhan. Jika

    memungkinkan dapat disediakan antibiotik intramuskular: Ampisilin dan

    Gentamisin.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    23/48

    23

    2. Alat

    a. Acute Respiratory Infection Soundtimer Digunakan untukmenghitung frekuensi napas dalam 1 menit. Alat ini memiliki masa

    pakai maksimal 2 tahun (10.000 kali pemakaian).

    Jumlah yang diperlukan minimal:

    i. Puskesmas

    3 buah di tiap puskesmas 1 buah di tiap Pustu 1 buah di tiap bidan desa, Poskesdes, Polindes, Ponkesdes

    ii.Kabupaten 1 buah di dinas kesehatan kabupaten/kota 1 buah di Rumah Sakit umum di ibukota kabupaten/kotaiii.Provinsi 1 buah di dinas kesehatan provinsi 1 buah di rumah sakit umum di ibukota provinsi

    b. Oksigen konsentratorUntuk memproduksi oksigen dari udara bebas. Alat ini diperuntukkan

    khususnya bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

    rawat inap dan unit gawat darurat yang mempunyai sumber daya

    energi (listrik/ generator).

    c. Oksimeter denyut (Pulseoxymetry)Sebagai alat pengukur saturasi oksigen dalam darah diperuntukan bagi

    fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki oksigen konsentrator.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    24/48

    24

    3. PedomanSebagai pedoman dalam melaksanakan pengendalian ISPA. Dinas

    Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan

    Puskesmas masing-masing minimal memiliki 1 set buku pedoman

    Pengendalian ISPA, yang terdiri dari:

    a. Pedoman Pengendalian ISPAb. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balitac. Pedoman Autopsi Verbald. Pedoman Penanggulangan Episenter Pandemi Influenzae. Pedoman Respon Nasional menghadapi Pandemi Influenza

    4. Media KIE (Elektronik dan Cetak) DVD Tatalaksana pneumonia Balita. Media ini berisi cara-cara

    bagaimana memeriksa anak yang menderita batuk, bagaimana

    menghitung frekuensi napas anak dalam satu menit dan melihat

    tanda penderita Pneumonia berat berupa tarikan dinding dada

    bagian bawah kedalam (chestindrawing).

    TV spot dan Radio Spot tentang pneumonia Balita. Poster, Lefleat, Lembar Balik, Kit Advokasi dan Kit

    Pemberdayaan Masyarakat.

    5. Media pencatatan dan pelaporan Stempel ISPA Merupakan alat bantu untuk pencatatan penderita

    pneumonia Balita sebagai status penderita.

    Register harian Pneumonia (non sentinel dan sentinel)

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    25/48

    25

    Formulir laporan bulanan (non sentinel dan sentinel) Pemantauanlogistik dilaksanakan sampai di fasilitas pelayanan kesehatan

    tingkat pertama (dengan menggunakan formulir supervisi) yang

    dilakukan oleh petugas pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Di

    semua tingkat pemantauan dilakukan sesuai dengan ketentuan

    pengelolaan barang milik pemerintah (UU No.19 tahun 2003

    tentang badan usaha milik negara). Penilaian kecukupan logistik

    dapat dilihat dari indikator logistik pengendalian ISPA.

    d. Surveilans ISPAUntuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemberantasan dan

    penanggulangan penyakit termasuk ISPA secara efektif dan efisien,

    diperlukan data dasar (baseline) dan data program yang lengkap dan

    akurat. Upaya dalam mendapatkan data atau informasi tersebut diatas

    dilakukan melalui kegiatan surveilans epidemiologi ISPA yang aktif

    dengan diferivikasi oleh survey atau penelitian yang sesuai.

    Surveilans epidemiologi ISPA diarahkan untuk mendapatkan data

    dan informasi yang dapat digunakan sebagai landasan dalam perencanaan

    dan pelaksanaan kegiatan program pemberantasan ISPA secara efektif dan

    efisien serta mampu mengantifikasi kecenderungan-kecenderungan yang

    bakal muncul. Data dan informasi dimaksud meliputi data dan informasi

    kesakitan dan kematian pnemonia, sumber penularan, faktor resiko yang

    berhubungan dengan pnemonia (faktor resiko lingkungan dan

    kependudukan) dan data yang berhubungan dengan kinerja program.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    26/48

    26

    Untuk itu mulai tahun 2002 dikembangkan kegiatan autopsi verbal

    kematian balita akibat pnemonia dan audit kasus pnemonia.

    Dalam pelaksanaanya di lapangan, kegiatan surveilans dapat

    disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat, baik mekanisme kerja

    maupun bentuk instrumennya. Namun demikian secara umum pelaksanaan

    surveilans Program P2 ISPA mengikuti langkah-langkah surveilans

    epidemiologi pada umumnya, sebagaimana diuraikan berikut:

    a) Tujuan Surveilans ISPAMenyediakan informasi tentang situasi dan besarnya masalah

    penyakit ISPA khususnya kejadian pnemonia balita dan kematian

    balita akibat pnemonia di masyarakat beserta faktor resikonya dan

    informasi lain yang diperlukan bagi upaya pencegahan dan

    penanggulangan penyakit ISPA secara efektif sehingga angka

    kesakitan dan kematian balita akibat pnemonia dapat diturunkan

    sesuai tujuan pemberantasan penyakit ISPA.

    b) Kegiatana. Pengumpulan data

    Data penyakit ISPA termasuk pnemonia balita

    dikumpulkan di sarana kesehatan tingkat pertama (rawat jalan

    rumah sakit, Puskesmas, Pustu dan Posyandu, serta pelayanan

    kesehatan swasta) dengan menggunakan formulir, kartu atau

    buku khusus. Selanjutnya kasus pnemonia dari sarana tersebut

    dilaporkan ke puskesmas yang menangani wilayah kerja dari

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    27/48

    27

    sarana kesehatan yang bersangkutan, secara aktif (melaporkan

    sendiri) maupun pasif (puskesmas menjemput laporan dari

    sarana kesehatan di wilayah kerjanya) dengan menggunakan

    instrumen standar yang dibuat oleh puskesmas. Puskesmas

    selanjutnya meneruskan laporan ke Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota. Untuk laporan kasus pnemonia dari rumah

    sakit, laporan langsung ke Dinas Kesehatan (Subdin P2M).

    b. Pengolahan dan Analisa DataData yang telah terkumpul, baik dari institusi sendiri

    maupun dari luar selanjutnya dilakukan pengolahan dan

    analisa. Pengolahan dan analisa data dilaksanakan baik oleh

    puskesmas, Kabupaten/kota maupun Propinsi.

    c. Penyajian Data Umpan BalikSebagai bahan atau dasar bagi kepentingan pelaksanaan

    kegiatan atau perbaikan pelaksanaan kegiatan, hasil kerja

    survailans ISPA perlu disajikan dan disebarluaskan atau

    diumpanbalikan kepada pihak-pihak yang memerlukannya

    secara teratur, baik kalangan internal maupun eksternal.

    d. Peningkatan Jaringan InformasiJaringan informasi antara Kabupaten/Kota, Provinsi

    dan pusat sangat diperlukan untuk membangun sistem

    informasi kesehatan yang handal sehingga mampu

    meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaannya

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    28/48

    28

    pemberantasan penyakit ISPA antar berbagai jenjang dari

    mulai perencanaan sampai dengan evaluasi program.

    f. Pemantauan dan Evaluasi

    Kegiatan pokok ini terdiri dari dua kegiatan penting, yaitu pemantauan

    (monitoring) dan penilaian (evaluasi).

    a. PemantauanPemantauan Pemberantasan Penyakit ISPA (monitoring) dimaksudkan

    untuk memantau secara teratur kegiatan dan pelaksanaan program agar

    dapat diketahui apakah kegiatan program dilaksanakan sesuai dengan yang

    telah direncanakan dan digariskan oleh kebijaksanaan

    program. Pelaksanaan pemantauan Pemberantasan Penyakit ISPA dapatmemanfaatkan kegiatan supervisi dan bimbingan tehnis, Pencatatan

    Pelaporan Pemberantasan Penyakit ISPA, dan Pemantauan program

    P2M&PL di Kabupaten/kota.b. Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah pencapaian hasil kegiatan telah

    memenuhi target yang diharapkan, mengidentifikasi masalah dan

    hambatan yang dihadapi serta menyusun langkah-langkah perbaikan

    selanjutnya termasuk perencanaan dan penganggaran. Kegiatan evaluasi

    dilaksanakan di berbagai jenjang administrasi kesehatan, baik ditingkat

    pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota.

    g. Peningkatan Manajemen ProgramAspek manajemen program P2 ISPA yang masih memerlukan

    perhatian terus ditingkatkan diantaranya aspek perencanaan,

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    29/48

    29

    pembiayaan,dan administrsi. Aspek manajemen tersebut diatas merupakan

    beban kerja terbesar untuk unit yang mengelola Pemberantasan Penyakit

    ISPA baik di tingkat pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota. Kegiatan ini

    juga dilaksanakan di berbagai tingkat administrasi kesehatan.

    Peningkatan manajemen program pada aspek perencanaan

    dilakukan melalui penerapan perencanaan dan penganggaran kesehatan

    terpadu (P2KT) dalam perencanaan kegiatan program P2 ISPA. Penerapan

    P2KT dalam pelaksanaan program P2ISPA akan efektif bila didukung

    kinerja surveilans yang mampu memberikan informasi yang lengkap dan

    akurat sehingga menghasilkan perencanaan program P2 ISPA berdasarkan

    fakta (evidence based palanning).

    Dalam meningkatkan manajemen pembiayaan, diupayakan

    penggalian potensi sumber biaya masyarakat, swasta, organisasi non

    pemerintah, dan lembaga-lembaga donor, mengingat kemampuan

    pemerintah dalam penyediaan biaya untuk program cukup terbatas.

    Pembiayaan dipusat terutama bersumber pada APBN dengan sumber dana

    tambahan dari sumber dana lain seperti dana kerjasama Pemerintah RI

    dengan organisasi internasional, dana bantuan pinjaman luar negeri.

    Di provinsi pembiayaan terutama bersumber dari APBN dan Dana

    Alokasi Umum (DAU) provinsi disamping sumber dana lain. Begitu pula

    di tingkat Kabupaten/Kota sebagian besar masih bertumpu pada APBN

    disamping DAU Kabupaten/Kota, sedangkan potensi sumber dana dari

    masyarakat atau swasta belum teralokasi dengan baik. Untuk itu dalam

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    30/48

    30

    mewujudkan pembiayaan program P2ISPA yang memadai di berbagai

    jenjang administrasi kesehatan, perlu diupayakan secara terus-menerus

    penggalian potensi sumber biaya non pemerintah.

    h. Pengembangan ProgramDalam upaya pencapaian tujuan pemberantasan penyakit ISPA

    khususnya pnemonia, perlu dilakukan pengembangan program sesuai

    dengan tuntutan perkembangan di masyarakat. Pengembangan program P2

    ISPA dilakukan diantaranya melalui kegiatan penelitian, uji coba konsep-

    konsep intervensi baru seperti pendekatan tatalaksana penderita ISPA,

    pencegahan dan penanggulangan faktor resiko baik dilingkungan maupun

    kependudukan, peningkatan kemitraan, peningkatan manajemen dan

    sebagainya serta kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya seperti pertemuan kajian

    program, seminar, workshop dan sebagainya.

    Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.

    Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di

    wilayah kerjanya.

    Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

    Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atausarana dan tenaga yang tersedia.

    Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standarkasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    31/48

    31

    Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus-kasus pneumoniaberat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh

    perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

    Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk kerumah sakit.

    Bersama dengan staff puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibuyang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit

    pneumonia serta tindakan penunjang di rumah.

    Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beriwewenang mengobati penderita penyakit ISPA.

    Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapatmemberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA.

    Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilanpemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

    menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta

    pencapaian target.

    Tugas paramedis puskesmas-puskesmas pembantu, meliputi:

    Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjukyang ada.

    Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPAtertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

    Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

    Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    32/48

    32

    Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmassehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

    6) Program P2 ISPA di Puskesmas Beruntung RayaPeran puskesmas Beruntung Raya dalam program P2 ISPA adalah:

    1. Melakukan kegiatan penyuluhan/ KIE di puskesmas dan di posyandumasyarakat.

    Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap 6 bulan sekali dan terakhir dilakukan

    pada bulan April 2014. Sasaran kegiatan ini terutama ditujukan kepada

    sasaran primer yaitu ibu yang memiliki anak usia balita yang masih awam

    pengetahuannya tentang ISPA. Kelemahan dari kegiatan ini adalah kegiatan

    hanya terbatas dilakukan di Puskesmas dan Posyandu sehingga masih kurang

    mecakup masyarakat luas.

    2. Melakukan kegiatan kemitraan yang meliputi pertemuan berkala dengan lintasprogram sektor terkait; organisasi kemasyarakatan; Lembaga Swadaya

    Masyarakat; Tokoh Masyarakat; tokoh agama; dll.

    Di Puskesmas Beruntung Raya kegiatan ini hanya terbatas pada pertemuan

    dengan lintas program sektor terkait seperti bagian pengelola gizi yang

    dilakukan secara berkala setiap 6 bulan sekali.

    3. Melatih kader kesehatan dan posyandu dalam mengenal tanda-tandapneumonia, pemberitahuan dan upaya pencegahannya.

    Di Puskesmas Beruntung Jaya sendiri kegiatan ini masih belum rutin

    dilakukan setiap tahunnya dikarenakan kendala dalam hal biaya.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    33/48

    33

    4. Mendeteksi dini kasus-kasus pneumonia dan upaya pencegahan melaluisurveilans ISPA

    Hal ini sudah dilakukan di kegiatan pelayanan puskesmas. Penemuan

    penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:

    Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian

    bawah ke dalam (TDDK) dan hitung napas selama 1 menit.

    Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur < 2 bulan dan 2bulan -

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    34/48

    34

    Grafik Jumlah Kasus Pneumonia Berat yang dirujuk pada tahun 2013

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Berun tung Raya Tahun 2013

    7. Melakukan kunjungan rumah pada kasus yang tidak melakukan kunjunganulang ke Puskesmas. Petugas kesehatan puskesmas Beruntung Raya Bagian

    pengelolaan P2 ISPA bersama kader secara aktif menemukan penderita baru

    dan penderita pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2

    hari setelah berobat.

    1 1

    2

    4

    0

    6

    2

    5

    0

    1

    0

    1

    Jumlah Kasus Pneumonia Berat yang

    dirujuk pada tahun 2013

    Jumlah Kasus Pneumonia Berat yang dirujuk

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    35/48

    35

    Grafik Kunjungan Rumah Penderita Pneumonia Tahun 2013

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2013

    8. Melakukan pencatatan dan pelaporan bulananHal ini sudah dilakukan oleh pihak puskesmas, semua data di rangkum tiap

    bulannya, pendataan lengkap dan teratur. Data dibuat dalam bentuk Register

    harian Pneumonia dan dilakukan pencatatan formulir laporan bulanan.

    9. Menyajikan dan menganalisis data dalam bentuk peta, grafik, table dan lain-lain.

    Hasil laporan bulanan ditempel dan di sajikan dalam bentuk grafik untuk

    memudahkan pembacaan hasil.

    10.Melakukan evaluasi berkala pencapaian kinerja, dan pemecahan masalah yangdihadapi.

    Bahan untuk evaluasi sudah tersedia melalui data yang dikumpulkan oleh

    petugas.

    1 1 1

    0

    2

    3

    0 0

    1 1

    0 0

    Kunjungan rumah penderita

    Pneumonia

    Kunjungan rumah penderita Pneumonia

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    36/48

    36

    11.Menggunakan data tersebut untuk perencanaan program P2 ISPA diPuskesmas

    Dari data tersebut, maka pihak puskesmas bisa menetapkan POA (Plan Of

    Action) untuk rencana berikutnya.

    Berikut merupakan data dan grafik penemuan penderita ISPA di

    Puskesmas Beruntung Raya Banjarmasin pada tahun 2013.

    Grafik Jumlah Penemuan Penderita Pneumonia Oleh Petugas

    Kesehatan Tahun 2013

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Berun tung Raya Tahun 2013

    Gambar Jumlah Penemuan Penderita Non-Pneumonia Oleh Petugas

    Kesehatan Tahun 2013

    3 2

    10 10

    5

    1512 12

    35 5

    2

    Jumlah Penemuan Penderita

    Pneumonia Oleh Petugas Kesehatan

    Jumlah Penemuan penderita Pneumonia Oleh Petugas Kesehatan

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    37/48

    37

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Berun tung Raya Tahun 2013

    Tabel kasus ISPA berdasarkan kelompok umur di Puskesmas Beruntung

    Raya Tahun 2012

    Bulan

    Pneumonia

    Pneumonia

    Berat Non Pneumonia

    < 1 th 1-4 th > 5 th < 1 th 1-4 th < 1 th 1-4 th > 5 th

    Januari 2 2 0 0 0 24 17 101

    Februari 1 6 0 1 1 21 24 94

    Maret 1 2 2 0 0 16 14 116

    April 2 5 0 0 0 22 18 98

    Mei 2 0 0 0 0 18 19 100

    Juni 1 2 0 0 0 17 13 98

    Juli 1 3 1 0 0 35 21 111

    Agustus 1 0 0 0 2 36 34 82

    September 2 1 1 0 0 75 71 112

    Oktober 2 3 0 0 0 36 38 106

    November 0 6 0 0 0 24 17 101

    Desember 4 1 3 0 0 24 27 140

    Total 19 31 7 1 3 348 313 1259

    120

    71

    109 112

    78

    114

    184

    117

    155

    125147

    231

    Jumlah Penemuan Non Pneumonia

    Oleh Petugas Kesehatan

    Jumlah Penemuan Non Pneumonia Oleh Petugas Kesehatan

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    38/48

    38

    Total

    semua 57 4 1920Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2012

    Tabel kasus ISPA berdasarkan kelompok umur di Puskesmas Beruntung

    Raya Tahun 2013

    Bulan

    Pneumonia

    Pneumonia

    Berat Non Pneumonia

    < 1 th 1-4 th > 5 th < 1 th 1-4 th < 1 th 1-4 th > 5 th

    Januari 1 1 0 0 1 42 23 55

    Februari 0 0 1 1 0 22 33 16

    Maret 5 3 0 2 0 26 23 57

    April 1 4 1 1 3 20 39 53

    Mei 2 0 3 0 0 29 33 16

    Juni 7 2 0 4 2 20 36 58

    Juli 4 0 6 0 2 40 40 104

    Agustus 2 3 2 0 5 48 42 27

    September 0 0 1 0 0 68 23 64

    Oktober 2 0 0 1 0 57 45 23

    November 0 5 0 0 0 34 48 65

    Desember 0 0 1 0 1 33 44 154

    Total 24 18 15 9 14 439 429 692

    Total

    semua 57 23 1563

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2013

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    39/48

    39

    Grafik Kasus Pneumonia berdasarkan kelompok umur di Puskesmas

    Beruntung Raya Tahun 2013

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Berun tung Raya Tahun 2013

    Grafik Kasus Pneumonia Berat berdasarkan kelompok umur di Puskesmas

    Beruntung Raya Tahun 2013

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2013

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    Kasus Pneumonia berdasarkan

    kelompok umur di Puskesmas

    Beruntung Raya Tahun 2013

    < 1 th 1-4 th > 5 th

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    kasus Pneumonia Berat berdasarkan

    kelompok umur di Puskesmas

    Beruntung Raya Tahun 2013

    < 1 th 1-4 th

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    40/48

    40

    Grafik Kasus Non-Pneumonia berdasarkan kelompok umur di PuskesmasBeruntung Raya Tahun 2013

    Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2013

    Target penemuan penderita pneumonia Balita adalah jumlah penderita

    pneumonia Balita yang harus ditemukan/dicapai di suatu wilayah dalam 1 tahun

    sesuai dengan kebijakan yang berlaku setiap tahun secara nasional. Pada

    Puskesmas Beruntung Raya Kebijakan tahun 2013 target penemuan penderita

    pneumonia balita adalah 90%. Jumlah penderita Pneumonia Balita diperkirakan

    sekitar 10% dari jumlah penduduk yang ada di lingkungan Puskesmas. Jumlah

    penduduk di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya pada tahun 2013 adalah

    8707 yang artinya jumlah penderita Pneumonia balita diperkirakan sekitar 10% x

    8707 jiwa = 87 balita. Maka, target penemuan penderita pneumonia pada tahun

    2013 adalah 90% x 87 balita = 78,3. Pada tahun 2013, jumlah penemuan penderita

    pneumonia oleh petugas kesehatan adalah 84 kasus. Maka, pencapaian target

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    Kasus Non-Pneumoniaberdasarkan kelompok

    umur di Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2013

    < 1 th1-4 th

    > 5 th

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    41/48

    41

    penemuan adalah 84/78,3 x 100% = 100,7%. Hal ini menunjukkan Puskesmas

    Beruntung Raya telah melebihi pencapaian target sebesar 90%.

    Program P2 ISPA di Puskesmas Beruntung Raya telah berjalan cukup

    baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penghitungan diatas bahwa program P2 ISPA

    telah memenuhi target yang telah ditentukan. Berjalan cukup baiknya program P2

    ISPA di Puskesmas Beruntung Raya menunjukkan manajemen yang baik dari

    Puskesmas Beruntung Raya dalam menjalankan program P2 ISPA di wilayah

    kerjanya. Manajemen program P2 ISPA di puskesmas Purna Sakti Basirih antara

    lain telah didukung dengan adanya :

    1) Pedoman nasional Program P2 ISPA dan petunjuk petunjukteknisnya.

    2) Pedoman Tatalaksana Penderita ISPA pada Balita (termasukmodul MTBS).

    3) Modul Pelatihan Manajemen Program P2 ISPA4) Bagan Tatalaksana Penderita ISPA5) Buku Pedoman Tatalaksana Kasus ISPA Balita di Sarana Kesehatan

    Rujukan

    6) Simulasi (Exercise) untuk meningkatkan kerjasama lintassektor/penguatan kemitraan.

    7) Penyediaan, pemanfaatan, pemeliharaan logistik, sertapemantauan keadaan logistik.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    42/48

    42

    BAB IV

    ANALISIS MASALAH UPAYA PERBAIKAN GIZI

    4.1 Analisis SWOT1.1 Kekuatan (Strength).

    a. Kegiatan Penyuluhan tentang ISPA yang rutin dilakukan setiap 3 bulansekali akan menambah pengetahuan terutama ibu yang memiliki anak

    balita tentang bahaya ISPA.

    b. Tersedianya obat-obatan yang cukup lengkap dapat membantu dalampenatalaksanaan ISPA secara dini.

    c. Banyaknya kader kesehatan yang aktif yang dimiliki di semua Posyandudan Puskesmas memudahkan masyarakat untuk konsultasi kesehatan dan

    kader dapat memberikan informasi dan penyuluhan tentang ISPA.

    d. Adanya posyandu dapat memudahkan dalam penemuan kasus pneumoniadan melacak adanya faktor resiko pada balita.

    e. Adanya PONED pada Puskesmas memudahkan dalam pendataan bayibaru lahir.

    f. Adanya 1 set pedoman pengendalian ISPA yang lengkap sehinggamemudahkan dalam melaksanakan program P2 ISPA.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    43/48

    43

    1.2 Kelemahan (Weakness)

    a. Puskesmas memiliki data yang kurang lengkap sehingga pihak puskesmasakan lebih sulit dalam menetapkan POA (Plan Of Action) untuk rencana

    berikutnya.

    b. Masih tingginya kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya,yaitu sebesar 1563 kasus.

    c. Angka kesakitan ISPA bukan Pneumonia pada usia 0-4 tahun dan 5tahun yang masih tinggi di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya.

    d. ARI sound timer masih terbatas yaitu hanya 1 buah alat yang berfungsibaik di Puskesmas Beruntung Raya, sedangkan jumlah alat yang

    diperlukan di setiap UPK minimal 3 buah.

    e. Kurang terlatihnya kader kesehatan dan posyandu dalam mengenal tanda-tanda pneumonia, pemberitahuan dan upaya pencegahannya.

    f. Belum meratanya tempat penyuluhan tentang pentingnya mengetahuitentang penyakit ISPA. Penyuluhan masih dilakukan hanya di terbatas di

    Puskesmas dan Posyandu.

    g. Kurangnya koordinasi dengan Lurah, RT dan RW dalam upayapenanggulangan faktor risiko.

    1.3 Kesempatan (Oppurtunity)

    a. Adanya Mesjid dan beberapa Musholla serta Kantor Lurah di wilayahkerja Puskesmas Beruntung Raya dapat dijadikan sebagai tempat

    penyuluhan agar dapat mencakup masyarakat yang lebih luas.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    44/48

    44

    b. Jumlah penduduk usia produktif yang cukup banyak dapat dijadikansumber kaderisasi posyandu yang potensial

    c. Lahan sekitar puskesmas yang masih hijau mengurangi polusi yangmeningkatkan angka kejadian ISPA.

    d. Kepala Puskesmas Beruntung Raya yang juga menjabat sebagai ketuaRW di kelurahan Tanjung Pagar dapat mempermudah untuk kerjasama

    lintas sektoral di wilayah kerja puskesmas.

    e. Tingkat Partisipasi warga dalam program Puskesmas cukup baik.

    1.4 Ancaman (Threat)

    a. Rendahnya tingkat pendidikan di masyarakat sehingga secara langsungdan tidak langsung mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat.

    b. Masih banyaknya jumlah guru yang merokok di sekolah dan warga yangmerokok di lingkungan rumah akan meningkatkan angka kejadian ISPA

    terutama pada balita dan anak-anak.

    c. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi yaitu 8707 Jiwa/Km2, sehinggapenularan ISPA cukup mudah.

    d. Banyaknya Batra di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Rayamenyebabkan banyak warga yang lebih memilih untuk berobat di Batra

    dibandingkan di Puskesmas.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    45/48

    45

    4.2 Masalah1. Mengapa Kasus ISPA masih tinggi?2. Mengapa Angka kesakitan ISPA bukan Pneumonia pada usia 0-4 tahun

    dan 5 tahun yang masih tinggi di wilayah kerja Puskesmas Beruntung

    Raya ?

    3. Mengapa masih banyak guru yang merokok di sekolah dan warga yangmerokok di lingkungan rumah?

    4.3 Pemecahan MasalahStrategi SO

    1. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya ISPAdilakukan penyuluhan oleh petugas kesehatan. Penyuluhan tidak hanya

    memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seperti Puskesmas, Pustu,

    Posyandu dan Poskesdes, tetapi juga mulai memanfaatkan fasilitas umum

    seperti masjid, musholla atau kantor lurah. Penyuluhan dilakukan dengan

    sasaran utama (primer) ibu-ibu yang memiliki anak balita.

    2. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pencegahan faktor risikomorbiditas ISPA yaitu melalui peningkatan gizi, imunisasi, memberikan

    penyuluhan (edukasi) pada para ibu dan mengurangi tingkat polusi udara.

    3. Mengintensifkan program posyandu dan mengoptimalkan kinerja petugaskesehatan dalam penemuan kasus pneumonia.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    46/48

    46

    4. Pembekalan dan pelatihan bagi para kader tentang pemberian informasisecara benar tentang ISPA kepada orangtua.

    Strategi WO

    1. Memperbaiki sistem pendataan2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM tenaga gizi di Puskesmas

    sehingga bisa mengoptimalkan penyuluhan dan konseling.

    3. Bekerjasama dengan pihak koordinasi dengan Lurah, RT dan RW dalamupaya penanggulangan faktor risiko.

    4. Memanfaatkan Mesjid dan beberapa Musholla serta Kantor Lurah diwilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya dapat dijadikan sebagai tempat

    penyuluhan agar dapat mencakup masyarakat yang lebih luas.

    5. Menambah jumlah alatARI Sound Timersebanyak 2 buah.

    Strategi ST

    1. Melakukan survei kepada masyarakat untuk menilai tingkat pengetahuantentang ISPA.

    2. Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan, terutama tentangbahaya merokok serta dampaknya untuk kesehatan masyarakat.

    3. Menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) bagi usia produktif.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    47/48

    47

    Strategi WT

    1. Mengajak keterlibatan tokoh masyakat atau organisasi masyarakt setempatdalam mendukung program pengendalian ISPA.

    2. Mengadakan penyuluhan rutin serta mengevaluasi dan memperbaikiprogram P2 ISPA yang sudah ada.

  • 5/23/2018 Upaya Pokok P2 ISPA Fix

    48/48

    48

    BAB V

    P E N U T U P

    A. Kesimpulan

    Puskesmas Beruntung Raya berada di Kecamatan Banjarmasin Selatan

    Kota Banjarmasin dengan wilayah kerja sebanyak 1 Kelurahan yaitu Kelurahan

    Tanjung Pagar.Dengan Luas Wilayah 315 Ha wilayah kerja Puskesmas Beruntung

    Raya memiliki jumlah penduduk sebanyak 8707 jiwa.

    Puskesmas Beruntung Raya sekarang telah memiliki unit-unit kegiatan

    yang masing-masing unit tersebut memiliki program kesehatan tersendiri dan

    masing-masing unit yang telah melaksanakan program tersebut. Hasil kegiatan

    pada umumnya mengalami peningkatan dibanding tahun lalu dan beberapa

    kegiatan telah memenuhi target.