upaya meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran pengantar ilmu sejarah melalui blended...

11
99 UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR ILMU SEJARAH MELALUI BLENDED LEARNING 1 Indah Wahyu Puji Utami Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Abstrak: Para pendidik kini menghadapi generasi digital yang berbeda dengan generasinya sendiri. Generasi digital memiliki karakteristik dan semangat jamannya sendiri. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pada awal abad XXI membentuk generasi digital yang multitasking, kolaboratif dan terkoneksi dengan jaringan global yang lebih luas. Pembelajaran di kelas saja tidak memuaskan bagi generasi ini. Mereka menginginkan pembelajaran yang lebih bervariasi dan sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu pembelajaran online saja ternyata juga tidak memuaskan sehingga melahirkan blended learning yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran online. Blended learning yeng merupakan bagian dari pembelajaran konstruktivistik menyediakan berbagai kemungkinan dan lingkungan belajar. Oleh karenanya blended learning dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran, termasuk pada pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah. Kata-kata kunci: blended learning, keterlibatan mahasiswa, Pengantar Ilmu Sejarah. Internet kini ada di mana-mana. Setiap hari kita biasa mengecek akun facebook melalui perangkat smartphone, membuka email melalui tablet, dan menyimpan data di cloud. Pencarian informasi menjadi sangat mudah dengan menggunakan internet. Kita bisa mengetahui peristiwa yang terjadi di belahan dunia yang lain dalam sekejap melalui internet. Ko & Rossen (dalam Inoue, 2010) mengungkapkan bahwa pada tahun 1993 kita belum mengenal world wide web (www) tapi sekarang ia ada di mana-mana. Awal tahun 2000-an handphone hanya dapat digunakan untuk 1 Artikel ini diterbitkan pada Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Sejarah di Tengah Perubahan yang dilaksanakan Jurusan Sejarah FIS UM bekerjasama dengan APPS (Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sejarah) pada 27-28 September 2014.

Upload: teguh-budiarto

Post on 16-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Upaya Meningkatkan Keterlibatan Mahasiswa Dalam Pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah Melalui Blended Learning

TRANSCRIPT

  • 99

    UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN MAHASISWA

    DALAM PEMBELAJARAN PENGANTAR ILMU SEJARAH

    MELALUI BLENDED LEARNING1

    Indah Wahyu Puji Utami

    Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

    Abstrak: Para pendidik kini menghadapi generasi digital yang

    berbeda dengan generasinya sendiri. Generasi digital memiliki

    karakteristik dan semangat jamannya sendiri. Perkembangan

    teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pada awal abad XXI

    membentuk generasi digital yang multitasking, kolaboratif dan

    terkoneksi dengan jaringan global yang lebih luas. Pembelajaran di

    kelas saja tidak memuaskan bagi generasi ini. Mereka

    menginginkan pembelajaran yang lebih bervariasi dan sesuai

    dengan perkembangan zaman. Sementara itu pembelajaran online

    saja ternyata juga tidak memuaskan sehingga melahirkan blended

    learning yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka di kelas

    dengan pembelajaran online. Blended learning yeng merupakan

    bagian dari pembelajaran konstruktivistik menyediakan berbagai

    kemungkinan dan lingkungan belajar. Oleh karenanya blended

    learning dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan

    mahasiswa dalam pembelajaran, termasuk pada pembelajaran

    Pengantar Ilmu Sejarah.

    Kata-kata kunci: blended learning, keterlibatan mahasiswa,

    Pengantar Ilmu Sejarah.

    Internet kini ada di mana-mana. Setiap hari kita biasa mengecek akun facebook

    melalui perangkat smartphone, membuka email melalui tablet, dan menyimpan data

    di cloud. Pencarian informasi menjadi sangat mudah dengan menggunakan internet.

    Kita bisa mengetahui peristiwa yang terjadi di belahan dunia yang lain dalam

    sekejap melalui internet. Ko & Rossen (dalam Inoue, 2010) mengungkapkan bahwa

    pada tahun 1993 kita belum mengenal world wide web (www) tapi sekarang ia ada

    di mana-mana. Awal tahun 2000-an handphone hanya dapat digunakan untuk

    1 Artikel ini diterbitkan pada Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Sejarah di Tengah

    Perubahan yang dilaksanakan Jurusan Sejarah FIS UM bekerjasama dengan APPS (Asosiasi

    Pendidik dan Peneliti Sejarah) pada 27-28 September 2014.

  • 100

    menelepon dan sms, namun kini handphone sudah berkembang menjadi

    smartphone yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai informasi dari segala

    penjuru dunia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi rupanya

    berjalan dengan sangat cepat. Dunia kini ada dalam genggaman manusia.

    Perkembangan teknologi dan informasi ini juga mendorong perubahan

    dalam pembelajaran. Siswa atau mahasiswa tidak lagi puas dengan pembelajaran

    tradisional yang menekankan pada tatap muka. Mereka yang mengenal teknologi

    informasi dan komunikasi yang interaktif tidak puas dengan proses transfer

    pengetahuan melalui ceramah (Garrison dan Vaughan, 2008:ix). Mereka

    mengarapkan pembelajaran yang lebih variatif dan interaktif serta memanfaatkan

    teknologi yang ada. Bob Pletka (2007) mengungkapkan bahwa generasi digital

    mengharapkan lingkungan belajar yang memungkinkan mereka untuk

    berkolaborasi satu sama lain dalam komunitas mereka maupun dengan jaringan

    global yang lebih luas. Mereka dapat dengan mudah menjelajah dunia maya dan

    mencari informasi dari internet melalui smartphone, tablet, laptop atau komputer

    kemudian mengasosiasikannya dengan informasi atau materi pembelajaran yang

    didapatkan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran kini tidak

    harus dilaksanakan secara synchronous tapi juga asynchronous. Pembelajaran dapat

    dilakukan kapan saja dan di mana saja selama ada perangkat dan koneksi internet.

    Pembelajaran online sempat mengemuka dalam dunia pendidikan sebagai

    alternatif dari pembelajaran tatap muka. Namun sayangnya pembelajaran online

    saja tidak memuaskan. Dwiyogo (2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran

    online saja ternyata sama tidak efektifnya dengan pembelajaran tatap muka saja.

    Oleh karenanya para ahli teknologi pendidikan kemudian mengembangkan blended

    learning.

    Blended learing terdiri dari dua kata, yaitu blended (kombinasi) dan

    learning. Menurut Dwiyogo (2011:5) makna asli sekaligus yang paling umum

    blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi antara pembelajaran

    tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer. Sementara itu Bhonk dan Graham

    (dalam Putra, 2012: 23) mengungkapkan blended learning is the combination of

    instruction form two historically separate models of teahing and learning.

    Traditional learning systems and distributed learning systems. It emphasized the

  • 101

    central role of computer-based technologies in blended learning. Thorne (2004)

    juga mengungkapkan blended learning merepresentasikan sebuh kesempatan untuk

    mengintegrasikan perkembangan inovasi dan teknologi yang ditawarkan oleh

    pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan oleh

    pembelajaran tatap muka secara tradisional. Blended learning mengintegrasikan

    pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online. Keduanya tidak lagi

    dianggap sebagai dua hal yang terpisah. Dwiyogo (2011) bahkan mengungkapkan

    bahwa blended learning tidak hanya terdiri dari pembelajaran tatap muka dan

    online saja, tapi juga offline. Blended learning berusaha mengambil aspek positif

    dari ketiganya sehingga menghasilkan model pembelajaran yang lebih baik. Oleh

    karenanya blended learning menyediakan berbagai kemungkinan dan pengalaman

    belajar.

    Blended learning juga dapat digunakan sebagai solusi untuk

    meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran, terutama pada

    mahasiswa semester pertama. Berdasarkan observasi pada mahasiswa semester

    pertama Jurusan Sejarah FIS UM yang menempuh matakuliah Pengantar Ilmu

    Sejarah pada Semester Gasal 2014/2015, tidak semua mahasiswa memilih Prodi

    Pendidikan Sejarah maupun Ilmu Sejarah sebagai pilihan pertama. Konsekuensinya

    beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman dan terpaksa mengikuti perkuliahan

    serta tidak terlalu aktif dan terlibat dalam pembelajaran. Selain itu banyak

    mahasiswa yang tampak memperhatikan ceramah pada pembelajaran tatap muka,

    namun tidak banyak yang berani mengemukakan pendapat apalagi bertanya di

    kelas.

    Mahasiswa yang tidak berpendapat maupun tidak bertanya sebenarnya

    bukan berarti tidak terlibat dalam pembelajaran. Committee on Increasing High

    School Students' Engagement and Motivation to Learn (2004: 31) mengungkapkan

    Engagement in schoolwork involves both behaviors (e.g., persistence, effort, attention) and emotions (e.g., enthusiasm,

    interest, pride in success). It is important to consider mental or

    cognitive behaviors (attention, problem solving, using meta-

    cognitive strategies) as well as observable behaviors (active

    participation in class, completing work, seeking assistance when

    having difficulty, taking challenging classes)...

  • 102

    Keterlibatan dalam pembelajaran menyangkut aspek fisik dan emosional

    mahasiswa yang tidak selalu tampak secara kasat mata. Beberapa mahasiswa

    semester pertama Jurusan Sejarah FIS UM yang menempuh matakuliah Pengantar

    Ilmu Sejarah pada Semester Gasal 2014/2015 menyatakan malu untuk berbicara di

    depan umum dan takut jika pendapatnya salah atau ditertawakan teman atau dosen.

    Namun mereka sebenarnya ingin mengemukakan pendapat atau bertanya. Hal ini

    dapat diatasi dengan pembelajaran online yang memungkinkan mahasiswa untuk

    lebih berani mengemukakan pendapat atau bertanya di media sosial tanpa harus

    merasa malu atau takut ditertawakan secara langsung oleh teman ataupun dosen.

    Pembelajaran online juga memungkinkan terjadinya interaksi antar

    mahasiswa maupun mahasiswa dengan dosen dalam suasana yang lebih santai dan

    terbuka meskipun masih dalam koridor akademis. Mahasiswa dapat mencari

    informasi secara online, mengunduh berbagai media pembelajaran yang disediakan

    oleh dosen, ataupun mengumpulkan tugas secara online. Mahasiswa juga dapat

    mengunduh dan membaca karya yang ditulis oleh temannya, mengomentari,

    bahkan berdiskusi secara online. Diskusi pada akhirnya tidak terbatas pada ruang

    kelas kelas, namun juga di dunia maya. Dengan demikian maka keterlibatan

    mahasiswa dalam pembelajaran juga dapat ditingkatkan.

    Melalui blended learning mahasiswa diajak untuk belajar mandiri.

    Mahasiswa diajak untuk mencari berbagai sumber informasi baik melalui buku,

    makalah artikel dan sebagainya yang tersedia secara offline maupun online.

    Mahasiswa juga diajak untuk bijak dalam menggunakan dan mengolah berbagai

    informasi yang mereka dapatkan dari internet karena tidak semua informasi yang

    tersedia di internet dapat dijamin kebenarannya. Hal ini merupakan bagian dari

    paradigma konstruktivistik. Paradigma konstruktivistik dalam pembelajaran bisa

    kita tarik dari teori Vygotsky maupun Wenger dan Lave (dalam Pletka 2007:22)

    yang memandang learning as an active and communal process whereby

    students build knowledge and construct meaning through interaction with others..

    Paradigma konstruktivistik menurut Hariyono (2014) telah menggeser paradigma

    behavioristik. Pandangan ini memposisikan pendidik bukan sebagai satu-satunya

    sumber IPTEK. Peserta didik dapat belajar mandiri dari berbagai sumber belajar

  • 103

    termasuk internet. Oleh karenanya ketersediaan perangkat dan fasilitas internet

    sangat diperlukan dalam blended learning.

    Blended learning sangat mungkin diterapkan dalam pembelajaran di

    Jurusan Sejarah FIS UM. Hal ini didukung oleh beberapa hal, anatara lain: 1)

    adanya fasilitas wifi yang memungkinkan mahasiswa untuk mengakses internet dari

    laptop ataupun gadgetnya; 2) adanya fasilitas komputer yang terkoneksi pada

    jaringan internet dan dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa di Laboratorium Sejarah

    FIS UM; 3) mahasiswa dan dosen yang sudah melek teknologi dan mengenal

    internet, bahkan memiliki laptop atau gadget yang dapat digunakan untuk

    mengakses internet.

    Penelitian tentang blended learning pada pembelajaran sejarah sudah

    pernah dilakukan, antara lain oleh Arif Permana Putra (2012) yang menemukan

    adanya pengaruh signifikan blneded learning terhadap prestasi belajar sejarah.

    Sementara itu Tarunasena (2013) mengungkapkan bahwa blended learning mampu

    meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Namun potensi blended

    learning yang dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran

    sejarah justru belum banyak dikaji.

    Perencanaan Blended Learning pada Pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah

    Pengantar Ilmu Sejarah merupakan matakuliah wajib dalam kurikulum

    Jurusan Sejarah FIS UM tahun 2013. Mata kuliah ini mengkaji mengenai konsep

    dasar dalam sejarah, sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu serta seni. Kompetensi

    yang hendak dicapai dalam matakuliah ini adalah mahasiswa mampu memahami

    sejarah sebagai peristiwa, kisah, dan ilmu beserta proses penelitian dan

    penulisannya. Oleh karenanya matakuliah ini sangat penting bagi mahasiswa baik

    Program Studi S1 Pendidikan Sejarah maupun S1 Ilmu Sejarah.

    Materi yang dikembangkan guna mencapai kompetensi tersebut tentu saja

    tidak sedikit, sehingga tidak mungkin hanya mengandalkan pembelajaran dengan

    tatap muka saja selama 16 kali pertemuan. Mahasiswa juga diajak untuk

    mengembangkan sendiri materi serta mengonstruksi pengetahuan dari berbagai

    sumber baik dari lingkungan, buku, artikel, bahkan internet. Blended learning dapat

  • 104

    digunakan sebagai model pembelajaran yang memfasilitasi mahasiswa untuk

    belajar.Dwiyogo (2011:8) mengungkapkan

    Blended learning bertujuan untuk menfasilitasi terjadinya belajar

    dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan

    memperhatikan karakteristik pebelajar dalam belajar.

    Pembelajaran juga dapat mendorong peserta untuk

    memanfaatkan sebaik-baiknya kontak tatap muka dalam

    mengembangkan pengetahuan. Lalu, persiapan dan tidak

    lanjutnya dapat dilakukan secara offline dan online.

    Oleh karenanya diperlukan perencanaan pembelajaran yang baik yang dapat

    mengintegrasikan semuan komponen yang diperlukan untuk memaksimalkan

    pembelajaran melalui blended learning pada matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah.

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah: 1)

    mepersiapkan RPS; 2) mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan

    dalam tatap muka, offline maupun online; 3) mensosialisasikan blended learning

    pada mahasiswa.

    RPS yang akan digunakan dalam matakuliah Pengantar Ilmu Sejarah

    memuat berbagai hal, antara lain deskripsi matakuliah, kompetensi yang hendak

    dicapai, indikator, materi, rancangan kegiatan perkuliahan, sumber dan media

    pembelajaran, hingga asessement. Blended antara pembelajaran tatap muka dengan

    pembelajaran offline maupun online terutama tampak pada rancangan kegiatan

    perkuliahan, sumber dan media pembelajaran serta asessement.

    Kegiatan perkuliahan dirancang dalam 16 kali pertemuan tatap muka dan

    pembelajaran online di media sosial edmodo selama satu semester. Pada kegiatan

    tatap muka pada pertemuan pertama hingga ketiga dosen lebih banyak

    menggunakan ceramah dan tanya jawab, presentasi kelompok dalam diskusi kelas

    baru dilakukan mulai pertemuan keempat hingga keempat belas. Pada pertemuan

    ke delapan dilakukan UTS, pertemuan kelima belas direncakan untuk review

    materi, dan pertemuan keenambelas untuk UAS. Sementara pembelajaran secara

    online dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja melalui edmodo.

    Pada pertemuan pertama hingga ketiga, dosen menyampaikan pengantar

    dan beberapa konsep dasar dalam pengkajian sejarah melalui ceramah dan tanya

    jawab. Dosen terlebih dahulu menggali pemahaman awal mahasiswa tentang materi

  • 105

    yang akan dibahas melalui tanya jawab, baru kemudian dilanjutkan dengan

    ceramah. Materi yang disampakan dalam ceramah dikaitkan dengan konteks

    kehidupan yang dialami oleh mahasiswa. Misalnya dalam menjelaskan tentang

    konsep peristiwa sejarah yang bersifat einmalig (tidak berulang) dikaitkan dengan

    fenomena pacaran di kalangan remaja yang sering putus-sambung namun tidak

    berarti peristiwanya berulang karena meskipun pelaku atau aktor sejarahnya sama

    namun waktu dan tempatnya berbeda. Hal ini dilakukan agar mahasiswa yang baru

    masuk Jurusan Sejarah tidak merasa bosan dengan pembelajaran Pengantar Ilmu

    Sejarah dan pembelajaran lebih bermakna karena dekat dengan keseharian mereka.

    Selain itu dalam kegiatan tatap muka selalu disisipi motivasi agar

    mahasiswa lebih tertarik dengan sejarah dan tidak beranggapan bahwa kuliah di

    Jurusan Sejarah adalah akhir dari dunia mereka. Misalnya saja dalam membahas

    relasi manusia dan sejarah, dosen berusaha menyadarkan mahasiswa bahwa mereka

    adalah subyek dalam sejarah. Sebagai subyek, manusia harus aktif dalam

    menentukan sejarah hidupnya. Sebagai manusia, ia memang selalu dipengaruhi

    oleh masa lalunya, namun ia punya kuasa untuk menentukan apa yang ingin ia

    lakukan di masa kini dan masa yang akan datang. Misalnya, sebagai manusia ia

    tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim perempuan tertentu atau dalam

    kondisi keluarga yang berkecukupan, namun ia bisa memaknai pengalaman dan

    sejarah hidupnya di masa lalu untuk masa kini dan masa depan yang lebih baik.

    Anak seorang tukang becak tidak harus jadi tukang becak, begitu pula anak orang

    kaya tidak berarti bahwa ia akan selalu kaya. Semua sangat bergantung pada cara

    manusia memaknai sejarah hidupnya. Dalam hal ini, sejarah menjadi pelajaran

    kehidupan. Mahasiswa diajak untuk belajar dari pengalaman dan merefleksikan

    sejarah hidupnya sendiri.

    Pengalaman atau sejarah hidup merupakan salah satu sumber belajar yang

    berharga bagi mahasiswa. Dalam pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah, sumber

    belajar memang tidak terbatas pada dosen dan buku tapi juga dapat berasal dari

    lingkungan, pengalaman mahasiwa sebelumnya, maupun dari internet.

    Pemanfaatan berbagai sumber belajar ini diharapkan akan membantu mahasiswa

    untuk belajar secara lebih baik. Selain itu pemanfaatan berbagai media

    pembelajaran mulai dari papan tulis, powerpoint, prezi, flipbook, film, maupun

  • 106

    video juga akan membantu mahasiswa dalam belajar. Sementara itu asessement

    yang digunakan terutama menekankan pada penilaian proses dan hasil belajar yang

    dapat berupa tes maupun nontes baik yang dilakukan melalui tatap muka maupun

    online di edmodo.

    Edmodo merupakan jejaring sosial yang dipilih untuk blended learning

    pada pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah. Edmodo merupakan jejaring sosial

    pembelajaran yang gratis dan mudah digunakan. Ia memiliki tampilan layaknya

    facebook sehingga sering dianggap sebagai facebooknya pembelajaran. Mahasiswa

    ataupun dosen yang sudah terbiasa dengan facebook tidak akan kesulitan untuk

    menggunakan edmodo.

    Patmantara dan Hidayat (2014) mengungkapkan bahwa edmodo amat baik

    dan berkesan pada mahasiswa karena mereka mampu membina pengetahuan baru

    dan bermanfaat kepada diri sendiri. Dengan penglibatan mahasiswa dalam laman

    sosial berkenaan akan membuat pelajar terlibat secara aktif dan dapat membina

    ingatan jangka panjang tentang sesuatu konsep; mengaitkan pengetahuan yang baru

    diterima dengan pengetahuan yang ada untuk membina pengetahuan baru.

    Mahasiwa dan dosen dapat berinteraksi dalam dunia maya secara bertanggung

    jawab dalam koridor akademik. Mahasiswa maupun dosen dapat berbagi pakai file

    maupun link yang dapat menjadi sumber ataupun media pembelajaran. Edmodo

    juga dapat digunakan untuk memberikan tugas pada mahasiswa maupun untuk

    membuat tes secara online.

    Edmodo merupakan layanan jejaring sosial yang relatif baru sehingga

    belum semua mahasiswa mengenalnya. Oleh karenanya dosen perlu melakukan

    sosialisai pada mahasiswa tentang penggunaan edmodo dalam konteks blended

    learning, misalnya tentang cara mendaftar edmodo, memasukkan kode grup dalam

    edmodo, berbagi pakai file dan link, bekerja dalam kelompok, mengumpulkan

    tugas, dan sebagainya. Selain itu mahasiswa juga perlu diingatkan bahwa edmodo

    tidak menggantikan pembelajaran tatap muka sehingga mereka tetap harus hadir

    dalam kegiatan tatap muka.

    Blended Learning dalam Pembelajaran Pengantar Ilmu Sejarah

  • 107

    Pada pertemuan pertama dosen melakukan perkenalan pada mahasiswa

    dan melakukan kontrak belajar dengan mahasiswa. Pada pertemuan pertama ini,

    dosen juga menjelaskan mengenai penggunaan edmodo untuk pembelajaran serta

    memberikan kode grup yang harus dimasukkan oleh mahasiswa agar bisa masuk

    dalam kelas virtual di edmodo. Dosen juga menjelaskan mengenai tugas individu

    maupun kelompok yang harus diupload ke edmodo. Mahasiswa juga membagi

    kelompok pada pertemuan pertama tersebut. Pada pertemuan kedua, sebagian besar

    mahasiswa sudah mendaftar di edmodo, namun masih ada juga yang kebingungan

    dengan menggunakan edmodo sehingga dosen kembali menjelaskan tentang

    penggunaan edmodo.

    Semua kelompok harus sudah mengumpulkan tugasnya pada akhir minggu

    ketiga perkuliahan. Tugas berupa makalah tersebut diunggah ke edmodo yang

    langsung dapat dibaca, diunduh, disimpan ke fitur library edmodo maupun

    dikomentari. Dengan demikian mahasiswa dapat membaca makalah kelompok

    yang akan maju dan mempresentasikan makalahnya dalam pertemuan tatap muka.

    Presentasi tugas kelompok dimulai pada pertemuan keempat. Kelompok

    yang presentasi tidak perlu membagi handout pada kelompok lain karena

    makalahnya sudah dapat dibaca dan diunduh dari edmodo. Pada umumnya

    mahasiswa masih kebingungan dengan presentasi dan diskusi kelas karena baru

    pertama kali melakukannya. Namun dosen membantu mengarahkan agar diskusi

    dapat berjalan dengan baik, termasuk mengingatkan bahwa dalam diskusi kelas

    siapapun boleh berpendapat, bertanya ataupun menjawab pertanyaan. Beberapa

    mahasiswa pun berani berpendapat. Presentasi pada pertemuan-pertemuan

    berikutnya berjalan dengan lebih baik dan semakin banyak mahasiswa yang terlibat

    aktif dalam perkuliahan baik dalam kegiatan tatap muka maupun di edmodo.

    Mahasiswa mengungkapkan bahwa mereka senang dengan blended

    learning yang diterapkan, misalnya saja Binti Khoiru N mengatakan blended

    learning yang dilakukan pada matakuliah ini cukup membantu saya, apalagi dalam

    dunia teknologi, saya dapat berkomunikasi dengan dosen untuk menyelesaikan

    masalah yang tidak terpecahkan dalam tatap muka. Sementara bagi Ari

    Ardiansyah blended learning seru dan menjadi model pembelajaran yang

    atraktif. Fitri Rahayu juga mengungkapkan bahwa blended learning pada mata

  • 108

    kuliah Pengantar Ilmu Sejarah cukup efektif sehingga perkuliahan tidak hanya

    dilakukan melalui tatap muka atau sekedar berdiskusi dalam kelas, namun bisa

    juga bertukar informasi lewat internet, misalnya lewat edmodo.

    Eko Prasetyo misalnya memulai diskusi di edmodo dengan mengajukan

    pertanyaan apa yang mendasari sejarah disebut ilmu? yang kemudian mendapat

    beragam tanggapan dari mahasiswa yang lain maupun dosen. Diskusi pun

    berkembang hingga menyangkut masalah atau isu kontroversial dalam sejarah

    seperti yang diungkapkan oleh Faruq Amrulloh bagaimana jika sejarah itu

    diakali? Misalnya masalah PKI itu kan banyak yang dirubah menurut akal-akalan

    orang tertentu.

    Mahasiswa juga dapat menuliskan refleksi pembelajaran di edmodo.

    Setelah membahas materi relasi manusia dengan sejarah di kelas, M. Bella Ajuzuli

    menulis pada diding grup Pengantar Ilmu Sejarah di edmodo Sejarah sebagai alat

    pengukur kemampuan. Dengan belajar sejarah kita bisa mengingat dan

    mengetahui seberapa besar kemampuan kita, sehingga di masa yang akan datang

    kita akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kemampuan dan berkompeten di

    bidang kita masing-masing serta siap menghadapi tantangan hidup (Y) :D

    #MbeLFighter.

    Blended learning juga sangat membantu bagi dosen. Dosen dapat

    memantau perkembangan belajar dan tugas mahasiswa kapan saja dan di mana saja.

    Namun, dosen juga tidak meninggalkan pembelajaran tatap muka. Melalui

    pembelajaran tatap muka dosen dapat memberikan penjelasan tambahan ataupun

    memantau diskusi yang dilakukan di kelas.

    Simpulan

    Mahasiswa yang merupakan generasi digital tidak lagi puas dengan

    pembelajaran tatap muka. Mereka menginginkan pembelajaran yang lebih interaktif

    dan memanfaatkan berbagai teknologi komunikasi dan informasi. Blended learning

    yang mengombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online

    memberikan jawaban bagi kebutuhan mahasiswa. Blended learning juga dapat

    digunakan untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran karena

    tidak terbatas hanya di ruang kelas saja, tapi juga di dunia maya sehingga mereka

  • 109

    yang bisayanya tidak tampak aktif dalam pembelajaran di kelas bisa aktif di grup

    edmodo. Blended learning juga memudahkan bagi dosen untuk membantu

    memfasilitasi mahasiswa dalam belajar.

    Daftar Rujukan

    Committee on Increasing High School Students' Engagement and Motivation to

    Learn. 2004. Engaging Scholls: Fostering Highscholl Students Motivation to Learn. Washington, DC: The National Academies Press.

    Dwiyogo, W.D. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah Berbasis Blended Learning. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum Sejarah Berbasis Kewirausahaan, Jurusan

    Sejarah FIS UM, 21 Juni 2011

    Garrison, D.R. dan Vaughan, N.D. 2008. Blended Learning in Higher Education:

    Framework, Principles, dan Guidelines. San Francisco: Jossey-Bass

    Hariyono. 2014. Pembelajaran Sejarah: Sebuah Tantangan dalam Dunia yang Terus Berubah. Makalah disampaikan dalam Seminar Pembelajaran Sejarah: Tantangan dan Harapan, yang diadakan oleh Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Tanggal 18 Juni 2014

    Inoue, Y. 2010. Cases on Online and Blended Learning Technologies in Higher

    Education: Concepts and Practices. New York: IGI Global

    Patramantara, S. dan Hidayat, W.N. 2014. Pembelajaran Online. Malang: LP3 UM

    Pletka, B. 2007. Educating the Net Generations: How to Engaged Students in the

    21st Century. Santa Monica: Santa Monica Press.

    Putra, A.P. 2012. Pengaruh Penerapan Model Blended Learning pada Materi Reformasi terhadap Orestasi Belajar Sejarah Ditinjau dari Kelompok

    Jurusan IPS dan IPA Siswa Sekolah Menengah Atas di Wonogiri. Tesis. Tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

    Tarunasena. 2013. Upaya Penerapan Model Blended Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah. Tesis. Tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

    Thorne, K. 2004. Blended Learning: How to Integrate Online and Traditional

    Learning. London: Kogan Page. Ltd.