upaya mengatasi kenakalan remaja

4
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Teori 1. Kenakalan Remaja Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman. Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu

Upload: yohanna-nawangsasih

Post on 31-Jul-2015

120 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

II. Dasar Teori

1. Kenakalan Remaja

Mussen dkk (1994), mendefinisikan kenakalan remaja sebagai

perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan

oleh anak remaja yang berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan

oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. Hurlock (1973)

juga menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum

yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat membuat

seseorang individu yang melakukannya masuk penjara. Sama halnya

dengan Conger (1976) & Dusek (1977) mendefinisikan kenakalan remaja

sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang

berumur di bawah 16 dan 18 tahun yang melakukan perilaku yang dapat

dikenai sangsi atau hukuman. Sarwono (2002) mengungkapkan

kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-

norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa

kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan

menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock

(1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari

berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial

sampai tindakan kriminal.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk

melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan

kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain

yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

Page 2: Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja

2. Pembelajaran Fisika

3. Pembinaan Karakter

III. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan artikel ini adalah :

1. Bagaimana mengatasi kenakalan remaja dalam pembelajaran fisika?

2. Bagaimana membentuk karakter peserta didik melalui pembelajaran

fisika?

3. Bagaimana menjadi seorang pengajar professional dalam pembelajaran

fisika?

Page 3: Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja

BAB II

PEMBAHASAN

Menjadi seorang pendidik memegang peranan yang sangat strategis

dalam membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik.

Memiliki profesi menjadi seorang pendidik tidak akan tergantikan oleh unsur

lainnya, terlebih di dalam masyarakat yang multikultural. Pendidik atau guru

memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan suatu

bangsa. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi

kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian (Depdiknas,2005).

Di dalam pelaksanaan belajar mengajar, terdapat berbagai macam

karakter peserta didik. Karakter tersebut misalnya, siswa antusias mengikuti

pelajaran, namun terdapat pula siswa yang kurang bersemangat atau bahkan

menjadi pengacau konsentrasi belajar siswa lainnya. Kondisi ini sangat umum

dijumpai di dalam proses belajar mengajar, terlebih dalam proses belajar fisika.

Fisika menjadi sebuah pelajaran yang sulit bagi peserta didik pada umumnya.

Peserta didik yang memang tertarik terhadap fisika, akan antusias dalam

mengikuti proses belajar mengajar. Namun, bagaimana dengan peserta didik yang

memiliki sifat unik? Unik berarti berbeda, maka unik yang dimaksud dalam

konteks ini adalah peserta didik yang memiliki perbedaan dengan siswa lainnya.

Misalnya, siswa pada umumnya mampu memperhatikan dan menyerap bahan

ajar, namun terdapat beberapa siswa yang kurang dapat berkonsentrasi dan

menjadi kelompok pengacau di kelasnya. Pengacau maksudnya adalah bertingkah

laku tidak seperti