upaya khusus... · daftar tabel daftar gambar ... kedelai, bawang 8,74 18,38 12,14 6,84 8,79 8,38 3
Post on 02-Mar-2019
216 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
41
i
UPAYA KHUSUS PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN
Disusun oleh:
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
PANDUAN PENARGETAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS WILAYAH
Tulisan dan data dalam publikasi ini dapat direproduksi selama mencantumkan sumber yang dikutip. Dilarang mereproduksi untuk tujuan komersial.
Saran untuk mengutip: TNP2K, (2014), Upaya Khusus Penurunan Tingkat Kemiskinan: Panduan Penargetan Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Wilayah, Jakarta: TNP2K.
ii
Cetakan Kedua, April 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
2014 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Foto Cover: TNP2K
Korespondensi:
iii
KATA PENGANTAR
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga yang
tercermin dari naiknya tingkat pendapatan masyarakat. Pada saat yang sama, fenomena
tingginya inflasi yang tercermin dari tingginya tingkat harga komoditas sebagai representasi
pengeluaran rumah tangga akan semakin menambah beban hidup rumah tangga. Kombinasi
diantara keduanya sangat mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat.
Pemerintah perlu memastikan seluruh program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan
dengan efektif sehingga mampu mempertahankan kemampuan daya beli masyarakat agar
tidak jatuh dalam kemiskinan. Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan perlu
dilakukan dengan tepat sasaran. Ketepatan sasaran program penanggulangan kemiskinan
dapat ditempuh dengan melaksanakan dua prinsip dasar yaitu tepat individu dan tepat
wilayah. Tepat individu berarti pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diberikan
kepada penduduk miskin yang benar-benar membutuhkan dan sesuai dengan cakupan
program. Sementara tepat wilayah artinya pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan
seyogyanya juga memperhatikan aspek kesejahteraan wilayah yang tercermin dalam dimensi
kemiskinan konsumsi dan non-konsumsi rumah tangga.
Buku ini merupakan panduan identifikasi wilayah prioritas (geographic targeting) atau
kantong kemiskinan, yang dapat digunakan untuk menentukan basis wilayah prioritas
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Di wilayah prioritas ini, seluruh program
penanggulangan kemiskinan dari Pemerintah Pusat maupun Daerah seharusnya dipastikan
berjalan efektif. Pemanfaatan Indeks Kesejahteraan Wilayah (IKW) ini seyogyanya juga tidak
hanya untuk program penanggulangan kemiskinan, namun juga dapat digunakan oleh semua
program dan kegiatan Pemerintah Pusat maupun Daerah. Target RPJMN angka kemiskinan 8-
10 persen bukan mustahil untuk dicapai apabila tercipta sinergi dalam penargetan individu
maupun penargetan wilayah, di kantong-kantong kemiskinan ini.
Jakarta, Desember 2013
Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/Sekretaris Eksekutif Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Bagian 1. Perkembangan Indikator Perekonomian 1.1. Pertumbuhan Ekonomi 1.2. Inflasi 1.3. Kemiskinan Bagian 2. Upaya Pemerintah 2.1. Target Pengurangan Tingkat Kemiskinan 2.2. Penargetan Individu 2.2.1. Basis Data Terpadu 2.2.2 Kartu Perlindungan Sosial 2.2.3 Program Percepatan dan Perluasan Perlindungan Sosial Bagian 3. Upaya Penajaman Penanggulangan Kemiskinan 3.1. Penargetan Wilayah Prioritas 3.2. Basis Wilayah Prioritas 3.2.1. Kerangka Pemikiran 3.2.2 Variabel, Indikator dan Faktor Komposit IKW 3.3. Pemilihan Wilayah Prioritas 3.3.1. Dasar Pemilihan Wilayah Prioritas 3.3.2. Perbandingan Pilihan Skenario Wilayah Prioritas 3.3.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Pada Wilayah Prioritas 3.4. Wilayah Prioritas Berdasarkan IKW
iii iv v vi 1 2 4 8 11 12 13 13 14 15 19 20 21 21 22 26 26 27 36 37
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Target Jumlah dan Pengurangan Penduduk Miskin, Maret 2014 dan September 2014
Tabel 2. Distribusi Program Menurut Jenjang Administrasi Wilayah Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Sasaran Program
Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Rumah Tangga dan Individu, 2013 Tabel 4. Jumlah Desa dan Kecamatan Menurut Jumlah Program Penanggulangan
Kemiskinan yang Diterima, 2013 Tabel 5. Skenario Penargetan Wilayah Prioritas Tabel 6. Faktor, Variabel dan Indikator Kesejahteraan Wilayah Tabel 7. Perbandingan Indikator Kemiskinan di 100 Kabupaten Wilayah Prioritas Tabel 8. Perbandingan Distribusi Wilayah dengan Berbagai Skenario Tabel 9. Kabupaten dan Kota Prioritas Berdasarkan Indeks Kesejahteraan
Wilayah
11 15 16 17 20 23 31 34 36
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi, 2004-2013 Gambar 2. Pertumbuhan pengeluaran tahunan 2008-2012 menurut 100
kelompok penduduk Gambar 3. Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan PDB (y-o-y) September
2010 September 2013 Gambar 4. Perkembangan Inflasi, Januari 2003-Desember 2013 (persen, y-o-y) Gambar 5. Perbandingan Inflasi menurut Kelompok Barang, Desember 2009
dan Desember 2013 Gambar 6. Perkembangan Harga Harian Beberapa Komoditas Bahan Pangan
Utama, Januari Desember 2013 (dalam Rupiah per Kg) Gambar 7. Inflasi Umum (IHK) dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2003-2013 (y-o-y) Gambar 8. Pergerakan inflasi Umum dan Inflasi Garis Kemiskinan, 2005-2013 Gambar 9. Jumlah Penduduk Miskin dan Angka Kemiskinan, 2004-2013 Gambar 10. Tingkat Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Tingkat Keparahan
Kemiskinan (P2), 2004-2013 Gambar 11. Contoh Kartu Perlindungan Sosial Gambar 12. Kerangka Pemikiran Penyusunan IKW Gambar 13. Faktor Komposit IKW Gambar 14. Dasar Pemilihan Wilayah Prioritas Berdasarkan IKW Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kemiskinan (P0) dengan Berbagai Skenario
Wilayah Prioritas Gambar 16. Perbandingan Kedalaman Kemiskinan (P1) dengan Berbagai
Skenario Wilayah Prioritas Gambar 17. Perbandingan Keparahan Kemiskinan (P2) dengan Berbagai Skenario
Wilayah Prioritas Gambar 18. Sebaran Wilayah Prioritas Gambar 19. Perbandingan Cakupan Program Nasional dan Wilayah Prioritas
3 3 4 5 5 6 7 7 8 8 13 22 24 26 27 28 29 33 35
1
Bagian 1. Perkembangan Indikator Perekonomian
BAGIAN 1
PERKEMBANGAN INDIKATOR
PEREKONOMIAN
Perlambatan pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya harga bahan kebutuhan pokok
berpotensi mengurangi efektivitas penanggulangan kemiskinan
2
Dalam upaya terus menerus untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia, sangat penting
untuk secara teratur memperhatikan perkembangan indikator kemiskinan. Kemiskinan
didefinisikan sebagai suatu situasi di mana pengeluaran rumah tangga berada di bawah garis
minimal yang disebut garis kemiskinan. Karena itu tingkat kemiskinan sangat dipengaruhi oleh
dua hal. Pertama adalah tingkat kesejahteraan yang menentukan besarnya pengeluaran
rumah tangga. Kedua adalah beban hidup rumah tangga yang dicerminkan oleh tingkat harga
komoditas yang menjadi pengeluaran rumah tangga. Dalam perkembangan antarwaktu,
tingkat kesejahteraan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, sementara beban
hidup rumah tangga dapat terlihat dalam perkembangan inflasi. Pertumbuhan ekonomi akan
meningkatkan daya beli, sementara inflasi akan menurunkan daya beli. Perkembangan dua
indikator ini diuraikan di bagian berikut.
1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Sejak 2004 hingga 2013, perekonomian Indonesia tumbuh di atas 5 persen, kecuali pada tahun
2009 akibat krisis keuangan global. Sejalan dengan membaiknya perekonomian global,
pertumbuhan ekonomi Indonesia juga membaik dan mencapai angka 6,49 persen di tahun
2011. Setelah itu terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, meskipun masih cukup tinggi di
tingkat sekitar 6 persen (lihat Gambar 1).
Tingkat pertumbuhan sebesar ini telah pula memberikan dampak kepada seluruh kelompok
ekonomi. Kelompok miskin maupun kaya secara nyata menikmati peningkatan pengeluaran.
Namun demikian harus diakui bahwa peningkatan pengeluaran selama 2008-2012 tidak
merata untuk seluruh kelompok masyarakat. Sekitar 40 persen kelompok penduduk dengan
kondisi sosial-ekonomi terendah hanya mengalami pertumbuhan pengeluaran riil sebesar 2
persen per tahun, sementara rata-rata Indonesia selama periode tersebut adalah 4,87 persen
per tahun (lihat Gambar 2). Hanya sekitar 20% kelompok masyarakat terkaya mengalami
pertumbuhan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Hal ini telah
menyebabkan ketimpangan meningkat di perekonomian.
3
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi, 2004-2013
Gambar 2. Pertumbuhan Pengeluaran Tahunan 2008-2012 menurut 100 Kelompok Penduduk
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Susenas, diolah oleh TNP2K
Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,78 persen, lebih rendah
dibandingkan dengan target APBN-P 2013 sebesar 6,13 persen. Perlambatan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2013 disebabkan karena perlambatan pertumbuhan sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan rumah makan. Pertu