upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan

113
UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN BERCERAI PADA MASA TUNGGU DI PENGADILAN AGAMA SUKABUMI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I) Oleh : Junaedi Ismu Azis NIM: 108052000011 BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H

Upload: vonhan

Post on 12-Jan-2017

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG

AKAN BERCERAI PADA MASA TUNGGU DI PENGADILAN

AGAMA SUKABUMI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

Junaedi Ismu Azis

NIM: 108052000011

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M / 1434 H

Page 2: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG

AKAN BERCERAI PADA MASA TUNGGU DI PENGADILAN

AGAMA SUKABUMI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

JUNAEDI ISMU AZIS

NIM: 108052000011

Di Bawah Bimbingan:

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily , MA

NIP: 19710412 20003 2 001

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

2013 M/1434 H

Page 3: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 4: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Oktober 2013

Junaedi Ismu Azis

Page 5: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

ABSTRAK

Junaedi Ismu Azis (108052000011)

“Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang Akan Bercerai pada Masa

Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”.

Dibawah Bimbingan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

Perkawinan merupakan suatu aktifitas yang dijalani oleh suatu pasangan,

maka sudah selayaknya mereka juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena

perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka sangat ada kemungkinan bahwa

tujuan mereka itu tidak sama. Pernikahan didasari rasa cinta dan kasih sayang dari

seorang pria kepada wanita atau sebaliknya tentu saja memiliki tujuan untuk

membentuk suatu rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah, hidup

bahagia mempunyai keturunan dan lain sebagainya, namun dalam praktek

menjelani rumah tangga tidak jarang terjadi gesekan dan konflik sehingga

menyebabkan rumah tangga itu menjadi hancur dan berantakan dan tidak jarang

semua konflik itu harus berakhir di meja Pengadilan sehingga rumah tangga itu

harus berakhir dengan perceraian.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peranan Bimbingan

dan Konseling Islam Sebagai Bentuk Mediasi bagi keluarga yang akan bercerai.

Khususnya keluarga yang mengajukan gugatan atau yang menggugat di

Pengadilan Agama Sukabumi. Adapun penelitian ini membahas tentang

Bimbingan dan Konseling Islam Sebagai Bentuk Mediasi Keluarga yang akan

bercerai dimana diharapkan dengan adanya Mediasi yang dilakukan oleh

Pengadilan Agama ini bisa mengurangi dari kasus perceraian yang marak terjadi

belakangan ini, khususnya yang ada di kota Sukabumi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun metode

pengumpulan datanya melalui Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Subyek

yang diteliti adalah para hakim selaku mediator yang telah diberikan wewengan

dan tugas memberikan Bimbingan Mediasi kepada para keluarga yang akan

bercerai di Pengadilan Agama Sukabumi.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa sebelum proses mediasi itu

dilakukan haruslah melalui beberapa tahapan pertma sebelum proses mediasi

dilaksanakan diantaranya : mengisi formulir persetujuan tentang mediasi,

penentuan hakim atau mediator, proses pelaksanaan mediasi. Adapun tahapan

berikutnya ialah tahap kedua yakni pada saat proses mediasi dilaksanakan

diantaranta : pernyataan pembukaan oleh mediator, pernyataan pembukaan para

pihak, merancang proses pemecahan masalah, pemecahan masalah, tawar

menawar, penyiapan draft dan kesepakatan Akhir.

Kata Kunci : Mediasi

Page 6: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sebagai suri tauladan yang sempurna bagi

kita semua.

Selama masa perkuliahan hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini,

banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.

Sebagai tanda syukur atas terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul

“Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang Akan Bercerai pada Masa

Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Bapak:

1. Dr. Arif Subhan, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, bersama selaku Pembantu Dekan I Dr. Suparto, M.Ed, selaku

Pembantu Dekan II Drs. Jumroni, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Drs.

Wahidin Saputra, MA.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam terima kasih atas bantuan dan saran serta kebaikannya

sehingga skripsi ini selai pada waktu yang diharapkan.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku sekretaris Jurusan yang selalu memberikan

saran dan motivasi kepada penulis.

Page 7: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

ii

4. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. selaku Pembimbing Skripsi. Yang telah

sabar meluangkan waktunya untuk membimbing penulis. Terima kasih

atas motivasinya Ibu, sehingga bisa terselesaikannya skripsi ini. Dan saya

merasa beruntung bisa mendapatkan pembimbing seperti Ibu yang telah

banyak memberikan Ilmu dan pengalamannya yang dapat berguna dalam

kehidupan saya sehari-hari, dan semoga Ibu selalu dalam lindungan Allah

SWT.

5. Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Yang telah

memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam

penulisan skripsi ini.

6. Dr. Suhaimi, M.Si. selaku dosen penasehat akademik yang senantiasa

memberikan arahan dan masukan serta motivasi dalam penulisan skripsi

ini.

7. Seluruh pengajar Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu

Dakwh dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Yang senantiasa tulus dalam mengajar, mendidik, membimbing

dan bersedia mengamalkan ilmu-ilmunya kepada seluruh mahasiswa

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi khususnya bagi penulis.

8. Seluruh pengurus dan staf Perpustakaan Utama serta Perpustakaan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan bantuan berupa

bahan-bahan yang menjadi referensi dalam penulisan skripsi.

9. Secara khusus penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam

kepada kedua orangtua penulis ayahanda tercinta Muksin dan ibunda

Page 8: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

iii

tercinta Jumenah yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis

dengan tulus, serta selalu mendoakan penulis agar penulis selalu sukses

dalam segala hal. Semua yang telah mereka berikan tidak akan dapat

tergantikan dengan apapun di dunia ini, serta keapada adaikku Achmad

Abdul Aziz, yang selalu memberikan rasa riang dan senang disaat penulis

merasakan kejenuhan, selain itu ucapan terimakasih juga penulis ucapkan

kepada Paman Pergu dan semua kelauarga yang telah memberikan

motivasi dan semngat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sesuai dengan yang diharapkan.

10. Sahabat seperjuangan kosan Geliet, Muklas, Muklis, Doddy, Ijal, Adit,

Faqih, Doli, Andreas, warteg, Sholihin, Ucup, Abhe, dan juga kawan-

kawan yang ada di sukabumi, Ece, Asep, Ahmad, Azri, yang telah

memberikan semangat dan motivasi bagi penulis dalam segala hal dan

khususnya kepada saudara Arifin yang sudah memberikan tumpangan

tempat tinggal selama melakukan penelitian.

11. Sahabat dan teman seperjuangan di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam, Wisnu, Indah, Venti, Sirli, Netta, Sundus, Havivah, Nila, Ocid,

Danu, Fitri, Try, Oki, Enan, Boy, Janah, Ayu, Eka, Via, yang telah banyak

berkorban membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini dan Seluruh teman-teman BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam) yang

telah memberikan motivasi dan juga menghilangkan kepenatan dan stress

penulis.

12. Selain itu penulis juga ucapkan banyak terimakasih kepada Ketua

Pengadilan Agama Sukabumi Drs. Kausar Anhar yang telah memberikan

izin penelitian serta kepada jajaran dan stafnya yang telah banyak

Page 9: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

iv

memberikan bantuan dan informasi sehingga penulis bisa menyeselaikan

penulisan skripsi ini, khususnya kepada Bapak Dadang Abdul Syukur

S.Ag, Drs. M.G. Zulzamar, S.H.,M.HI., Sugiri Permana, S.Ag. M.H,

Sayuti, S.Ag, Mohamad Gugud, S.HI, dan Hadiansyah S.Kom serta para

petugas dan pengawai Pengadilan Agama Kota Sukabumi yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu penulis ucapkan ribuan terimakasih atas

sumbangsih serta bantuan dan fasilitas yang telah diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

13. Tak terlupakan pula ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang turut membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini

yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu.

Semoga segala kebaikan dan sumbangsihnya dicatat oleh Allah SWT.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT mudah-mudahan semua yang telah

penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

membutuhkan pada umumnya dan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

pada khususnya Aamiin.

Jakarta, 15 Mei 2013

Junaedi Ismu Azis

Page 10: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ………………………………………………...…………. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Peneltian .............................................. 9

D. Tinjauan kepustakaan ............................................................ 9

E. Metodelogi Penelitian ........................................................... 11

F. Sistematika Penulisan............................................................ 16

BAB II KAJIAN TEORI

A. Bimbingan dan Konseling Perkawinan ................................. 17

1. Pengertian Bimbingan …………………………..……….19

2. Pengertian Konseling ..................................................... 23

3. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam .................. 28

B. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling ..................... 32

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling ................................. 32

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling .................................. 35

C. Macam-macam Bimbingan dan Konseling .......................... 37

D. Mediasi Keluarga ................................................................. 38

1. Definisi Mediasi Keluarga ............................................. 38

2. Tujuan dan Manfaat Mediasi Keluarga .......................... 41

Page 11: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

vi

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA

KOTA SUKABUMI

A. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Kota

Sukabumi .............................................................................. 44

B. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Sukabumi ....... 45

C. Visi dan Misi Pengadilan Agama Kota Sukabumi ............... 49

D. Lokasi dan Tempat Pengadilan Agama Kota Sukabumi ...... 49

E. Struktur Pengadilan Agma Kota Sukabumi ......................... 50

F. Data Kasus Gugatan Yang Dilaukan Oleh Istri ……….…… 53

G. Data Kasus Talak Yang Dilakukan Oleh Suami …………… 53

BAB IV TEMUAN DAN ANALISISA DATA

A. Temuan dan Analisis Data Upaya Hakim Dalam

Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Di Pengadilan

Agama Sukabumi ................................................................. 54

1. Pra Mediasi ..................................................................... 59

2. Proses Mediasi ................................................................ 64

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Upaya

Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai ..... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 72

B. Saran-saran ............................................................................ 73

Page 12: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

vii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pertama : Permohonan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi

Kedua : Permohonan Melakukan Penelitian/Wawancara di Pengadilan

Agama Sukabumi

Ketiga : Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara

Keempat : Keterangan Melakukan Penelitian/Wawancara di Pengadilan Agama

Kota Sukabumi

Keenam : Photo hasil penelitian dan photo Pengadilan Agama Sukabumi

Ketujuh : sarana dan prasarana di Pengadilan Agama Sukabumi

Kedelapan : struktur Pengadilan Agama Sukabumi

Page 13: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 1 Nama-nama Ketua Pengadilan Agama Sukabumi …………. 50

2. Tabel. 2 Data kasus gugatan perceraian di Pengadilan Agama Sukabumi

periode Februari-Mei 2013 ………………………………… 53

3. Tabel. 3 data kasus talak di Pengadilan Agama Sukabumi periode bulan

Februari-Mei 2013 ………………………………………..... 53

Page 14: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perceraian merupakan bagian dari pernikahan, sebab tidak ada

perceraian tanpa diawali pernikahan terlebih dahulu. Pernikahan merupakan

awal dari hidup bersama antara seorang pria dan seorang wanita yang diatur

dalam peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam semua tradisi

hukum, baik civil law, common law, maupun Islamic Law, perkawinan adalah

sebuah kontrak berdasarkan persetujuan sukarela yang bersifat pribadi antara

seorang pria dan seorang wanita untuk menjadi suami isteri. Dalam hal ini,

perkawinan selalu dipandang sebagai dasar bagi unit keluarga yang

mempunyai arti penting bagi penjagaan moral atau akhak masyarakat dan

pembentukan peradaban.1

Perkawinan sebagai perjanjian atau kontrak („aqd), maka pihak-pihak

yang terikat dengan perjanjian atau kontrak berjanji akan membina rumah

tangga yang bahagia lahir bathin dengan melahirkan anak cucu yang

meneruskan cita-cita mereka. Bila ikatan lahir bathin tidak dapat diwujudkan

dalam perkawinan, misalnya tidak lagi dapat melakukan hubungan seksual,

atau tidak dapat melahirkan keturunan, atau masing-masing sudah mempunyai

tujuan yang berbeda, maka perjanjian dapat dibatalkan melalui pemutusan

1. Rifyal Ka‟bah, Permasalahan Perkawinan, dalam Majalah Varia Peradilan, No 271

Juni 2008, Hal. 7

Page 15: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

2

perkawinan (perceraian) atau paling tidak ditinjau kembali melalui

perkawinan kembali setelah terjadi perceraian “ruju’’.2

Bagi orang Islam, perceraian lebih dikenal dengan istilah talak.

Menurut Sayyid Sabiq, talak adalah

ةیجوالز ةقالعال اءھناو اجوالز ةطابر لح

Artinya: melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan.3

Menurut HA. Fuad Sa‟id yang dimaksud dengan perceraian adalah

putusnya perkawinan antara suami dengan isteri karena tidak terdapat

kerukunan dalam rumah tangga atau sebab lain seperti mandulnya isteri atau

suami dan setelah sebelumnya diupayakan perdamaian dengan melibatkan

keluarga kedua belah pihak.4

Dari uraian diatas dapat diketahui, bahwa Pertama; perceraian baru

dapat dilaksanakan apabila telah dilakukan berbagai cara untuk mendamaikan

kedua belah pihak untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga

mereka dan ternyata tidak ada jalan lain kecuali hanya dengan jalan

perceraian. Dengan perkataan lain bahwa perceraian itu adalah sebagai way

out bagi suami isteri demi kebahagian yang dapat diharapkan sesudah

terjadinya perceraian terjadi. Kedua; bahwa perceraian itu merupakan sesuatu

yang dibolehkan namun dibenci oleh agama. Berdasarkan sabda Rasul:

(والحاكم داود ابو رواه) قالالط اهلل دنع لالحال ضغبا

Artinya: “Hal yang halal tetapi paling dibenci menurut Allah adalah

perceraian”

2. Rifyal Ka‟bah, Permasalahan Perkawinan, Hal. 7

3. Sayyid Sabiq, Fiqhusunnah, Darul Fikri, Beirut, Jilid II, Hal. 206

4. Abdul Manan, Problematika Perceraian Karena Zina dalam Proses Penyelesaian

Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, dalam Jurnal Mimbar Hukum, al-Hikmah &

DITBINBAPERA, Jakarta.No 52 Th XII 2001, Hal. 7

Page 16: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

3

Setiap pasangan menginginkan keutuhan dalam membangun rumah

tangga. Namun realitas menunjukkan angka perceraian kian meningkat.

Adanya tekanan sosial di masyarakat (social pressure) bahwa bercerai bukan

merupakan hal yang tabu atau aib di masyarakat, bercerai sudah menjadi hal

yang biasa. Bercerai adalah hal yang halal tetapi di benci oleh Allah SWT.

Bercerai menimbulkan masalah sosial bagi kelangsungan hidup anak-anak dan

orang tua. Perceraian merobohkan tiang rumah tangga. Kepercayaan antar

pasangan semakin rapuh dan rusak.

Angka perceraian di kota Sukabumi tergolong tinggi, angka perceraian

tercatat di Pengadilan Agama Sukabumi pada Februari sampai Mei 2013,

terdapat kasus kurang lebih 370 an kasus perceraian. Penelitian Goleman di

Amerika, menyebutkan dari 10 orang pasangan menikah, hanya 3 pasangan

saja yang mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Dari bukti

tersebut, krisis perkawinan berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal

yang ditengarahi menjadi polemik yang memicu keretakan rumah tangga

adalah tidak adanya kecerdasan emosi dalam memahami perasaan pasangan.

Menurut Drs. M.G. Zulzamar, S.H.M.HI, seorang Hakim panitera,

hamper setiap hari Pengadilan Agama Sukabumi menggelar sidang cerai.

Biasanya setiap senin, Pengadilan Agama Sukabumi menggelar 5-9 kasus

sidang cerai. Sedangkan hari-hari lain, sidang cerai dibawah angka di atas.

Masih menurut Hakim Panitera di atas, paling banyak yang mengajukan

perceraian, pasangan usia dibawah umur 30 tahun. Penyebab perceraian

dilatarbelakangi karena pernikahan di bawah umur dan persoalan ekonomi.

Fakta tingginya angka perceraian merupakan rapuhnya pondasi rumah tangga

Page 17: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

4

di masyarakat. Mengapa masyarakat sedemikian mudah mengajukan gugatan

cerai, setelah mereka mengadakan perjanjian suci dengan Tuhan (baca: akad

nikah) ?. Pertanyaan ini menggelitik penulis untuk sejenak merenungi

fenomena perceraian yang kian marak terjadi.

Melongok penyebab maraknya gugatan cerai kebanyakan dipicu oleh

persoalan sepele, kemudian dibesar-besarkan. Misalnya seorang suami

menggugat cerai istrinya hanya karena si istri menggunakan HP milik suami

tanpa ijin, kemudian suami menuduh istri menelpon laki-laki bukan muhrim

tanpa sepengetahuan suami, Suami marah dan melakukan gugatan cerai ke

Pengadilan Agama. Contoh ini, adalah sebagian kecil masalah emosi yang

menimbulkan prasangka buruk secara terus menerus menyebabkan perceraian.

Pasangan tersebut dibajak emosi. Masalah emosi pasangan antara laki-laki dan

perempuan berbeda, dikarenakan oleh akar pada masa kanak-kanak.

Akar masa kanak-kanak laki-laki dan perempuan tidak sama. Anak-

anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dalam hal permainan yang

mereka sukai, pola pendidikan emosi, hal bermain, rasa bangga, dan pokok

pembicaraan. Anak laki-laki menyukai permaian yang berhubungan dengan

ketangkasan, kemandirian, saling bersaing, bertahan sedangkan perempuan

cenderung bekerjasama, pokok pembicaraan perempuan berhubungan dengan

emosi, keterampilan bahasa. Sedangkan laki-laki banyak membicarakan

tentang kemandirian, dan rasa bangga pada hal-hal yang berhubungan dengan

ketangkasan, kompetisi, dan kekuatan yang dimiliki.

Laki-laki dan perempuan berbeda dalam menghendel masalah emosi

masing-masing. Hal yang rawan bagi laki-laki ialah laki-laki cenderung

Page 18: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

5

mempertahankan ego dan harga diri mereka, dan tidak kuat dikritik istri secara

terus menerus, bersikap membisu atau defensif. Hal yang rawan bagi

perempuan cenderung emosional, suka mengkritik dan menangis. Sikap yang

berbeda tersebut kerapkali memicu pertengkaran apabila tidak memiliki

kecerdasan emosi untuk mengerti perasaan masing-masing pasangan.

Perbedaan pendapat, pertengkaran, percekcokan, perselisihan yang

terus menerus menyebabkan hilangnya rasa cinta dan kasih sayang.

Pertengkaran hanya menyebabkan bersemainya rasa benci dan buruk sangka

terhadap pasangan. Pertengkaran yang meluap-luap akan menyebabkan

hilangnya rasa percaya dan terus memicu perceraian. Sementara perselisihan

yang berakhir dengan baik dengan menyadari dan mengetahui perasaan

masing-masing, bersikap empati dan mau memaafkan kesalahan pasangannya.

Penyebab perceraian juga dipicu maraknya pernikahan di bawah umur.

Pernikahan di bawah umur membuat mereka belum siap mengatasi pernik-

pernik pertikaian yang mereka jumpai. Pernikahan adalah memerlukan

kesatuan tekad, kepercayaan dan penerimaan dari setiap pasangan menjalani

mahligai perkawinan. Ketidaksiapan pasangan tentu berhubungan dengan

tingkat kedewasaan, mengatasi persoalan yang terkait dengan kehidupan,

seperti keuangan, hubungan kekeluargaan, pekerjaan setiap pasangan. Cara

mereka berpikir, bertindak menentukan cara mereka mengambil keputusan

dalam hidup. Menikah di bawah umur yang disertai pendidikan rendah

menyebabkan tidak dewasa.5

5. http://masalahperceraian.blogspot.com/. Pd Kamis 23 Maret 2013 (13.30)

Page 19: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

6

Bagaimana mengelola perselisian yang berakhir dengan baik?. Setiap

pasangan bagaikan musuh dalam selimut (intimate enemous). Suami istri

adalah dua pribadi yang berbeda, dan berusaha hidup selaras dalam keutuhan

rumah tangga. Untuk itu dibutuhkan banyak rasa saling mengerti perasaan

pasangan. Hal ini dilakukan dengan cara :

Pertama, menenangkan diri dilakukan guna meredam emosi impulsif.

Menenangkan diri dilakukan dengan cara, misalnya relaksasi, yoga,

bersilaturrahmi, mendatangi tempat-tempat rekreasi, mengheningkan diri

dalam doa-doa, berdzikir (mengingat Allah SWT), melakukan shalat sunnah,

dan membaca al-Qur‟an (kitab suci). Menenangkan diri juga akan

menenangkan jiwa-jiwa yang gelisah, membersihkan racun-racun emosi yang

membajak hati. Dengan menenangkan diri membuat orang sejenak merenung

dan mencari inspirasi serta mendengarkan kata hati. Orang yang tenang tidak

akan mudah terbawa emosi pertengkaran. Sebaliknya, dengan menenagkan

diri, akan mengakhirkan perselisihan dengan menyadari kesalahan masing-

masing.

Kedua, dilaog batin dilakukan dengan berbicara dengan batin,

mengenai apa yang diinginkan dan mengapa keinginan itu tidak terpenuhi

serta bagaimana mengatasi realitas menurut diri. Dialog batin perlu dilakukan

guna membersihkan pikiran-pikiran irasional. Dialog batin dengan

mendengarkan hati nurani dan akal pikiran akan menemukan jalan keluar dari

permasalahan yang dihadapi oleh pasangan.

Ketiga, mintalah nasehat perkawinan. Setiap pasangan perlu mencari

penasehat untuk membantu mengatasi persolan rumah tangga yang sudah

Page 20: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

7

akut. Mendatangi para tokoh agamawan, para guru, atau para konselor

perkawinan akan membantu mencari alternatif dari perselisihan yang dihadapi.

Nasehat perkawinan juga bisa dilakukan dengan membaca buku-buku yang

berguna tentang hakekat perkawinan dan tujuan hidup pasangan. Nasehat

perkawinan juga diperoleh dari contoh atau teladan para keluarga sejahtera,

misalnya dengan cara saling berkunjung dan bertukar pengalaman dengan

sesama teman atau sahabat dalam mengatasi konflik rumah tangga. Nasehat

perkawinan yang diperoleh dari teman, sahabat atau ahli akan menguatkan

kembali jiwa yang krisis. Nasehat perkawinan bisa menjadikan tempat

konsultasi para pasangan yang tengah berkonflik.6

Keempat, mendengar dan berbicara secara terbuka dengan pasangan.

Saling mendengarkan keluhan pasangan, mencoba memahami jalan pikiran

masing-masing akan membuat saling pengertian. Mendengarkan pasangan

adalah perlu dalam sebuah relasi keluarga. Setiap orang ingin didengarkan

oleh pasangan tentang kerisauan-kerisauan mereka yang bergejolak. Saling

berbicara secara terbuka tentang masalah yang jumpai oleh setiap pasangan,

bukan membicarakan tentang kepribadian. Karena kepribadian tidak bisa di

rubah. Membicarakan kepribadian negatif masing-masing hanya akan memicu

setiap pasangan menjadi merasa ditolak, tidak dicintai dan dipersalahkan.

Untuk itu dalam membicarakan perlu mempertimbangkan, apakah hal yang

dibicarakan tidak menyinggung kepribadian (baca:bawaan) pasangan?.

Bagaimana perasaan pasangan apabila saya mengatakan hal ini?. Jika setiap

pasangan mampu menimbang rasa maka akan terjadi pembicaraan yang

terbuka, penuh rasa percaya dan meningkatkan rasa cinta. Indah bukan?

6.http://www.polresklungkung.org/index.php/pengetahuan/pengetahuan/266-bimbingan-

dan-konseling-perkawinan-part-1.pd Kamis 23 Maret 2013 (13.30)

Page 21: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

8

Melihat fenomena yang terjadi di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian tentang “Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga

yang Akan Bercerai pada Masa Tunggu di Pengadilan Agama

Sukabumi”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berpijak pada latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin

memberikan batasan masalah agar pembahasan ini memiliki arah dan

tujuan yang jelas sehingga para pembaca dapat memahaminya dengan baik

isi dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari-Mei

2013. Adapun batasan masalah pada penelitian ini penulis menitik

beratkan pada upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan bercerai

di Pengadilan Agama Sukabumi, dalam upaya mencegah terjadinya

perceraian, sehingga dengan upaya memediasi yang dilakukan oleh hakim

diharapkan dapat meminimalisir kasus perceraian yang marak terjadi

belakangan ini di Pengadilan Agama Sukabumi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan

bercerai pada masa tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi?

Page 22: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban dari permasalahan

yang dikemukakan di atas. Oleh karena itu, peneliti ini bertujuan:

Untuk mengetahui Upaya Hakim Dalam Memediasi Keluarga

Yang Akan Bercerai Pada Masa Tunggu Di Pengadilan Agama Sukabumi,

dalam meminimalisir jumlah kasus perceraian yang terjadi di Pengadilan

Agama Sukabumi.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran bagi penulis dalam melakukan suatu penelitian.

b. Sebagai referensi akademik dan Informasi mahasiswa sebagai bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi program studi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

D. Tinjauan Kepustakaan

Setelah penulis melakukan peninjauan dan menelusuri beberapa

perpustakaan, yaitu perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Penulis tidak

menemukan judul skripsi yang sama dengan penulis namun penulis

menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang bimbingan dan

konseling Dan dari beberapa skripsi tersebut penulis mendapat inpirasi dari

berbagai judul skripsi yang sudah ada membahas tentang Bimbingan dan

konseling diantaranya:7

7 . Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 23: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

10

1. “Pengaruh Mediasi Terhadap Angka Perceraian ( Studi Analisa Pasca

Peraturan Mahkamah Agung No. 01 Tahun 2008 Tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan )”, oleh Syahdan,

mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Peradilan Agama, tahun

2009, pada skripsi ini penulis lebih banyak memberikan analisa tentang

pasca peraturan Mahkamah Agung No. 01 Tahun 2008, memiliki

kesamaan dalam seberpa jauh mediasi dalam menekan angka perceraian,

dan memiliki perbedaan dalam skripsi ini tidak adanya teori tentang

Bimbingan dan Konseling.

2. “Efektivitas Mediasi Melalui Badan Penasehatan Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Menekan Angaka Perceraian ( Studi

Kasus BP4 Pusat Tahun 2009 )”, oleh Tubagus Chaerul Laily, mahasiswa

Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Peradilan Agama, tahun 2010, dalam

skripsi ini lebih memfokuskan pada efektivitas BP4 dalm memidiasikan

sengketa yang terjadi setelah perkawinan dilangsungkan, sama-sama

berusaha mendamaikan, namun pada skripsi ini tidak adanya pembahasan

tentang Bimbingan dan Konseling.

3. “Upaya Hakim dalam Mendamaikan Pihak-pihak terhadap Perkara

Perceraian ( Studi Kasus Di Pengadilan Agama Depok ) Tahun 2007”

oleh Muslimah, mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum jurusan Peradilan

Agama, tahun 2008, skripsi ini lebih memfokuskan pada upaya dan kiat-

kiat hakim dalam upaya perdamaian sengketa dalam sebuah keluarga tanpa

memfokuskan pada masalah tertentu, memiliki kesamaan upaya

mendamaikan sengketa dalam sebuah keluarga namun memiliki perbedaan

pada skripsi ini tidak memberikan teori tentang Bimbingan dan Konseling.

Page 24: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

11

4. “Peran Bimbingan dalam Menanamkan Norma-norma Kehidupan Bagi

Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6

Cengkareng”, oleh Siti Fathimatuz Zahra Al-Hasyim, mahasiswa Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2010. Penelitian ini hanya

memfokuskan pada peran bimbingan dalam menanamkan norma-norma

kehidupan pada warga binaan sosial di panti sosial asuhan anak putra

utama 6 cengkareng.

Sedangkan dalam penelitian kali ini peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul “Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang Akan Bercerai

pada Masa Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi”. Disini peneliti akan

membahas tentang bagaimana upaya dari hakim dalam memediasi kasus

perceraian di Pengadilan Agama Sukabumi dalam upaya pencegahan

perceraian dalam sebuah rumah tangga yang bermasalah.

E. Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan bentuk penelitian kualitatif

karena penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam mengumpulkan

informasi demi memahami subjek yang akan diteliti seperti, prilaku, motivasi,

persepsi, tindakan, dan lain-lain. Selain itu penelitian ini menggunakan

pendekatan jenis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh berupa kata-

kata dan gambar bukan data-data berupa angka-angka. Dengan demikian

laporan dari hasil penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan

data dan gambaran penyajian tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari

naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, memo dan

dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan peneliti menganalisis data

bentuk aslinya.

Page 25: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

12

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutif oleh Lexy J. Moleong, pendekatan

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah 3 orang pegawai Pengadilan

Agama Sukabumi yakni yang bertugas sebagai Hakim yang memberikan

Bimbingan dalam proses mediasi pada keluarga yang akan bercerai dalam

membantu memberikan solusi dan jalan keluar pada permasalahan yang

ada dalam sebuah keluarga agar memiliki titik temu dan kesepakatan akhir

sebelum perceraian itu bener-bener terjadi. Sedangkan objek penelitian ini

adalah bagaimana proses mengidentifikasi masalah, proses dan metode

yang digunakan dalam proses pelayanan mediasi terhadap keluarga yang

bermasalah.

2. Teknik Pengambilan Data

Untuk mengumpulkan data-data dan informasi yang diperlukan

sesuai dengan penelitian dan permasalahan diatas, maka peneliti

menggunakan teknik pengambilan data dan instrumen9 sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat indra.10

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara mengamati

8. Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,

2007, cet. Ke-23, Hal. 6 9 Intrumen adalah alat, pekakas, peralatan atau piagam dalam kamus ilmiah karya

Partanto, A Pius dkk, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola, 1994. Hal. 137 10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Renika Cipta, 1996, Hal. 145

Page 26: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

13

kegiatan yang dilakukan oleh subjek yakni kegiatan yang dilakukan

oleh Hakim atau Panitera Pengadilan Agama Sukabumi dalam Upaya

Hakim Dalam Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai Pada Masa

Tunggu Di Pengadilan Agama Sukabumi.

b. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah wawancara yaitu

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan

komunikasi dan tanya jawab antara pewawancara dengan yang

diwawancara untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu

hal dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog

(tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung

kepada seorang responden yang diteliti.11

Wawancara ini dilakukan

karena peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang

makna-makna subyektif yang dipahami individu berkenaan dengan

topik yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara

secara langsung agar bisa memperoleh informasi dan data yang jelas.

dalam hal ini yang menjadi responden adalah hakim sebagai mediator

dan klien (keluarga) yang memiliki masalah dalam rumah tangganya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi didefinisikan data-data yang diperoleh dari

lapangan sebagai sesuatu yang tertulis , tercetak atau terekam yang

dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan oleh seorang penyidik atau

peneliti.

11

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, 2005. Hal. 72

Page 27: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

14

3. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud dengan tehnik analisa data adalah suatu proses

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan.12

Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutif Lexy J

Moleong mengemukakan bahwa tehnik analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat

dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan

diceritakan kepada orang lain.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai, yaitu dari data yang terkumpul kemudian

dijabarkan secara jelas untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.13

Teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada Buku

Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh CEQDA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu

Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada kurun waktu 7

Februari-7 Mei 2013.

b. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi yang bertempat

di Pengadilan Agama Sukabumi yang beralamat di JL. Taman Bahaga

No 19 Sukabumi 43132. Bandung Propinsi Jawa Barat.

12

Marsi Singaribun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta, LP3ES, 1995,

cet. Ke-1, Hal. 263 13

.Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Hal. 284

Page 28: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

15

5. Populasi dan Sampel

Populasi dan Sampel yang peneliti ambil dalam penelitian ini

adalah 3 orang pegawai Pengadilan Agama Kota Sukabumi, dimana pada

hal ini yang menjadi Sampel adalah Hakim yang bertugas memberikan

Bantuan kepada Klien atau keluarga yang mempunyai masalah dalam

biduk rumah tangganya dalam menyelesaikan masalah yang terdapat

didalam keluarganya. Adapun proses pengambilan sampel ini peneliti

lakukan dengan cara langsung meminta kepada petugas pengadilan agama,

setelah populasi dan Sampel diperoleh barulah peneliti melakukan

wawancara kepada para Sampel yang akan diteliti agar memperoleh

informasi yang lebih akurat dan jelas, sehingga dapat menghasilkan

sebuah karya tulis yang baik dan benar.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok

bahasan yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

kepustakaan, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Bab ini penulis akan membahas kajian teoritis diantaranya :

Bimbingan Konseling Perkawinan, pengertian Bimbingan,

pengertian Konseling, pengertian Bimbingan dan Konseling

Page 29: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

16

Islam, tujuan dan fungsi Bimbingan dan konseling, macam-

macam Bimbingan dan Konseling, pengertian Mediasi serta

tujuan dan manfaat Mediasi.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN

AGAMA KOTA SUKABUMI

Bab ini penulis akan membahas tentang profil Pengadilan

Agama Sukabumi diantara : Latar belakang berdirinya

Pengadilan Agama Sukabumi, visi dan misi, struktur

kepengurusan, serta lokasi dan tempat Pengadilan Agama

Sukabumi, data kasus gugatan yang dilakukan oleh istri dan

data kasus talak yang dilakukan oleh suami.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dilaksanakan serta

pembahasannya yang ada di lapangan meliputi Analisis Data

Yang Ada Dilapangan, pra mediasi, proses mediasi, faktor

penghambat dan pendukung dalam upaya hakim dalam

memediasi keluarga yang akaan bercerai di Pengadilan Agama

Sukabumi.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. dalterdiri dari kesimpulan

dan saran-saran. Dalam bab ini menyajikan kesimpulan yang

dilakukan oleh penulis, sekaligus jawaban pertanyaan yang

diajukan dalam perumusan masalah. Serta menyampaikan

saran dan lampiran-lampiran yang terkait dengan penulisan.

Page 30: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

17

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Bimbingan Konseling Perkawinan

Bimbingan Konseling Perkawinan merupakan salah satu layanan

konseling yang semakin memiliki urgensi penting seiring dengan

kompleksitas masalah manusia. Urgensi Bimbingan Konseling Perkawinan

paling tidak dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :

a. Masalah perbedaan individu

1) Perkawinan merupakan pentautan dua individu laki-laki dan

perempuan, dimana secara kodrat dua mahluk ini memanng

memiliki perbedaan menetap. Disisi lain sesuai dengan

perkembangan budaya masyarakat baik laki-laki dan perempaun

memiliki peran yang berbeda yang membutuhkan penyesuain diri

setelah mereka terikat dengan perkawinan.1

2) Masing-masing individu yang unik tersebut memilki perbedaan

yang tidak selamanya bisa disatukan sehingga manakala hal ini

terjadi masalah dalam rumah tangga kerap terjadi. Manakala

problem intern tidak bisa diselesaikan bersama, disinilah mereka

pasangan suami isterimembutuhkan sebuah layanan bimbingan

Konselingperkawinan sebagai salah satu upaya mencari solusi dari

masalah yang sedang dihadapai.

1.Nurihsan, AJ. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung :

PT Refika Aditama, 2007, Hal. 23

Page 31: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

18

3) Masalah kebutuhan Perkawinan pada dasarnya merupakan

manifestasi dari pemenuhan kebutuhan manusia yang beragam,

baikkebutuhan biologis, psikologis, sosial bahkan agama.

4) Kebutuhan-kebutuhan tersebut seyogyanaya bisa terus dipenuhi

dan dilengkapi sebagai bagian dari tugas institusi keluarga.

5) Perkawinan merupakan sebuah proses hidup yang dijalani mansuia

dan mennutut adanya kedewasaan dan kesiapan diri dari pihak

suami maupun isteri.

6) Perkembangan individu baik laki-laki dan perempuan memiliki

irama yang berbeda antara satu dengan lainnya.

b. Masalah latar belakang sosio-kultura

1) Pernikahan merupakan ikatan antara laki-laki dan perempuan yang

syahkan atas nama agama dan hukum Negara.

2) Pernikahan merupakan proses hidup bersama antara dua individu

dengan berbagai latar belakang yang berbeda terutama perbedaan

sosio kultural.

3) Perbedaan ini dapat dijembatani oleh adanya Layanan bimbingan

konseling perkawinan.2

Bimbingan konseling perkawinan adalah proses pemberian bantuan

terhadap individu agar dalam menjalankan perkawinan dan kehidupan

rumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah

sehingga dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.

2. Nurihsan, AJ. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Hal.

27

Page 32: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

19

1. Pengertian Bimbingan

Bila ditelaah dari berbagai referensi akan ditemui banyak

pengertian mengenai bimbingan, baik pengertian secara harfiah

(etimiologi) maupun pengertian istilahnya (terminology). Secara etimologi

(harfiah), kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Iggris

“guidance” yang berarti; “menunjukkan, memberikan jalan, menuntun,

bimbingan, bantuan, arahan, pedoman, dan petunjuk.” Kata dasar atau kata

kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan,

menentukan, menuntun, mempedomani, menjadi menjadi petunjuk jalan,

dan mengemudikan”. Dari berbagai pengertian itu, maka yang paling

umum digunakan adalah pengertian “memberikan bimbingan, bantuan dan

arahan”.3

Kemudian pengertian yang lebih utuh dari kata bimbingan, adalah

usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan

potensi yang dimilikinya.4 Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki

kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal,

yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya,

mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk dirinya, dan

dengannya ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan

bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang.

3. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta,

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Hal. 6 4. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi )

Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, Hal. 5

Page 33: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

20

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas lagi mengenai arti

bimbingan, berikut ini akan dikutipkan berbagai definisi yang sudah

dirumuskan para ahlinya, yaitu:

a. Menurut Crow and Crow bimbingan adalah Bantuan yang diberikan

oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang

baik dan berpendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari

setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri,

mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri

dan memikul bebannya sendiri.5

b. Stoops dan Walguist menagatakan bahwa Bimbingan adalah proses

yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk

mencapai kemampuan secarra maksimum dalam mengarahkan manfaat

yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupunn masyarakat.6

c. Menurut Miller, Bimbingan adalah bantuan terhadap individu untuk

mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk

melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada keluarga dan

masyarakat.7

d. Djumhur dan Moh. Surya, mengatakan bimbingan yaitu suatu

pemberian bantuan yang terus menerus, sistematis kepada individu

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai

kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding),

kemampuan untuk menerima diri sendiri (self acceptance), dan

5 . Menurut Crow and Crow seperti yang dikutip pada buku M. Lutfi, Dasar-Dasar

Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 6 6 . Stoops dan Walguist seperti yang dikutip pada buku Hallen A, Bimbingan dan

Konseling, Jakarta, Quantum Teaching, 2005. Hal. 4 7. Miller seperti yang dikutip pada buku Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Hal. 4

Page 34: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

21

kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction), dan

kemampuan untuk merealisir diri sendiri (self realization), sesuai

dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri

dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun

masyarakat.8

e. Menurut Jear Book of Education, bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan

pribadi dan kemamfaatan sosial.9

f. Selanjutnya Prayitno, mengemukakan bahwa bimbingan adalah

bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik secara perorangan

(individu) maupun kelompok agar mereka dapat berkembang menjadi

pribadi-pribadi yang mandiri. Yaitu mengenal diri sendiri dan

lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya, secara

positif dan dinamis, mengambil keputusan diri sendiri, mengarahkan

diri sindiri, dan mewujudkan diri sendiri.10

g. Dan Rochman Natawijaja, mengatakan bimbingan dapat diartikan

sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat

memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup untuk mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan

keadaan lingkungan keluarga dan masyarakat, serta kehidupan pada

8. Djumhur dan Moh. Surya, Seperti yang dikutip pada buku Hallen A. Bimbingan dan

Konseling. Hal. 6 9. Menurut Jear Book of Education, seperti yang dikutip dalam buku M. Lutfi, Dasar-

Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 7 10

. Prayitno, Seperti yang dikutip dalam buku M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan

Penyuluhan (konseling) Islam, Hal, 7

Page 35: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

22

umumnya.11

Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan

hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada

kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan memabantu

individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk

sosial.

Melalui definisi-definisi tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya

esensi atau hakikat bimbingan itu merupakan suatu proses usaha pemberian

bantuan atau pertolongan kepada orang lain (siapa saja) dalam segala usia,

yang dilakukan secara terus-menerus (berkesinambungan) yang mana orang

itu mengalami kesulitan atau hambatan dalam hidupnya (secara praktis),

sehingga dengan bantuan atau pertolongan itu orang yang diberikan bantuan

(terbimbing) dapat mengarahkan dirinya, mampu menerima dirinya, dapat

mengembangkan potensinya untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya dan

lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa hal

yang prinsipal dalam bimbingan ialah pemberian bantuan atau pertolongan

yang dilakukan secara terus-menerus kepada siapa saja, tanpa mengenal batas

usia ataupun jenis kelamin. Karena, sesungguhnya hamper tidak ada seseorang

yang secara utuh dan menyeluruh memiliki kemampuan untuk

mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan

pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap

orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi

(fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan

optimal.12

11

. Rochman Natawijaja, M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling)

Islam, Hal, 8 12

. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 9

Page 36: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

23

2. Pengertian Konseling

Konseling (counseling) merupakan bagian integral dari Bimbingan.

Konseling juga merupakan salah satu tehnik dalam Bimbingan. Konseling

merupakan inti dalam Bimbingan. Ada yang mengatakan bahwa konseling

merupakan “ jantungnya ” Bimbingan. Sebagai kegiatan inti atau jantungnya

bimbingan, praktik Bimbingan bisa dianggap belum ada apabila tidak

dilakukan konseling.13

Istilah konseling dahulu diterjemahkan dengan “ penyuluhan ”.

penerjemahan penyuluhan atas kata konseling ternyata menimbulkan

kerancuan dan sering menimbulkan salah persepsi. Dalam praktek pelayanan

Bimbingan dan Konseling di sekolah termasuk di madrasah, konseling dengan

arti penyuluhan tidak dilakukan seperti halnya penyuluhan pertanian, hukum,

keluarga berencana, dan lain-lain; dimana orang dikumpulkan dalam jumlah

yang banyak dan penyuluh memberikan ceramah. Dalam dunia pendidikan (di

sekolah atau madrasah), praktik konseling (yang diterjemahkan penyuluhan)

dilakukan dalam suasana hubungan atau komunikasi yang bersifat individual.

Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di

dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti,

yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan

(to take counsel). Berdasarkan arti di atas, Konseling secara etimologi berarti

pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.14

13

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, Hal. 21 14

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Hal. 22

Page 37: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

24

Seperti halnya bimbingan, secara terminology konseling juga dapat

berarti kontak atau hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dank

lien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam

suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku

untuk tujuan yang berguna bagi klien. Rumusan tentang konseling yang

dikonsepsikan secara beragam dalam berbagai literatur bimbingan dan

konseling, memiliki makna yang satu sama yang lain ada kesamaannya.

Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci

tentang konseling dalam tataran praktik, di mana konseling merupakan: (1)

proses pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbale balik antara

pembimbing (konselor) dengan klien, (2) dalam proses pertemuan atau

hubungan timbale balik tersebut terjadi dialog atau pembicaraan yang disebut

dengan wawancara konseling. Kata kunci di atas terdapat dalam hamper semua

rumusan tentang konseling.

Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan

antarpribadi di mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk

meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.15

Dalam

pengertian ini jelas menunjukkan bahwa konseling merupakan situasi

pertemuan atau hubungan antarpribadi (konselor dan konseli atau klien) di

mana konselor membantu konseli agar memperoleh pemahaman dan

kecakapan menemukan masalah yang dihadapinya.

Konseling merupakan situasi pertemuan tatap muka antara konselor

dan klien yang berusaha memecahkan sebuah masalah dengan

15

. Mortensen, Seperti yang dikutip dalam buku Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ), Hal, 24

Page 38: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

25

mempertimbangkannya bersama-sama sehingga klien dapat memecahkan

masalahnya berdasarkan penentuan sendiri. Pengertian ini menunjukkan

bahwa konseling merupakan suatu situasi pertemuan tatap muka antara

konselor dengann klien di mana konselor berusaha membantu klien

berdasarkan pertimbangan bersama-sama, tetapi penentuan pemecahan

masalah dilakukan oleh klien sendiri. Artinya bukan konselor yang

memecahkan masalah klien.

Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik antara dua

orang individu (konselor dengan klien) di mana konselor berusaha membantu

klien untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya

dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada saat ini dan yang akan

datang.

American Personnel and Guidance Association (APGA)

mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seseorang yang

terlatih secara professional dan individu yang memerlukan bantuan yang

berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.

Makna dari pengertian ini adalah bahwa konseling merupakan hubungan

secara professional antara seseorang konselor dengan klien yang mencari

bantuan agar klien dapat mengatasi kecemasan atau konflik atau mampu

mengambil keputusan sendiri atas pemecahan masalah yang dihadapinya.16

Selanjutnya Rochmaan Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling

merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari

Bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara

16

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Hal. 23

Page 39: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

26

dua individu, di mana yang seseorang yaitu konselor berusaha memberikan

bantuan kepada yang lain yaitu klien untuk mencapai pengertian tentang

dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya

pada waktu yang akan datang. ( Rochman Natawidjaja.17

Pakar lain mengungkapkan bahwa: “ konseling itu merupakan upaya

bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri

dan kepercayaan diri sindiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki

tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep

yang sewajarnya mengenai (a) dirinya sendiri, (b)orang lain, (c) pendapat

orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan (e)

kepercayaan ”.

Lebih lanjut Prayitno, mengemukakan: “ konseling adalah pertemuan

empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan

human ( manusiawi ), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan

atas norma-norma yang berlaku ”.18

Surya menyimpulkan tentang konseling berdasarkan beberapa

pengertian yang telah dikemukakan oleh para konseling sebagai berikut:

Pertama, konseling merupakan alat yang paling penting dalam

keseluruhan program bimbingan.

Kedua, dalam konseling terlibat adanya pertalian (hubungan) dua

individu, yaitu konselor dank lien, di mana konselor membantu klien melalui

serangkaian interview dalam serangkaian pertemuan.

17

. Rochmaan Natawidjaja Seperti yang dikutip dalam buku Dewa Ketut Sukardi,

Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta, PT. Renika

Cipta, 2008. Hal. 38 18

. Prayitno seperti yang dikutip dalam buku Dewa Ketut Sukardi, Pengantar

Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Hal. 38

Page 40: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

27

Ketiaga, interview merupakan alat utama dalam keseluruhan kegiatan

konseling.19

Keempat, tujuan yang ingin dicapai dalam konseling adalah agar klien:

(a) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, (b) mengarahkan

dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kea rah tingkat perkembangan

yang optimal, (c) mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya, (d)

mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif

tentang dirinya, (e) memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya dan dapat

menyesuaikan diri secara lebih efektif terhadap dirinya maupun

lingkungannya, (f) mencapai taraf aktualisasi diri dengan potensi yang

dimilikinya, (g) terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah suai

(maladjustment).

Kelima, konseling merupakan kegiatan professional, artinya

dilaksanakan oleh orang (konselor) yang telah memiliki kualifikasi

professional dalam pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualitas

pribadinya.

Keenam, konseling merupakan suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan yang bersifat fundamental dalam diri klien terutama

perubahan dalam sikap dan tindakan.

Ketujuh, tanggung jawab utama dalam pengambilan keputusan berada

di tangan klien dengan bantuan konselor.

Kedelapan, konseling lebih menyangkut masalah sikap daripada

tindakan.

19

. Surya seperti yang dikutip dalam buku Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ), Hal. 24

Page 41: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

28

Kesembilan, konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional

daripada masalah-masalah intelektual.

Kesepuluh, konseling berlangsung dalam suatu situasi pertemuan yang

sedemikian rupa.

Makna bimbingan dan konseling di atas dirumuskan secara terpisah.

Seperti telah disebutkan di atas, dalam praktik, bimbingan dan konseling

sesungguhnya tidak terpisah apalagi jika pahami bahwa konseling merupakan

salah satu tehnik bimbingan. Selain itu, integrasi antara bimbingan dan

konseling dapat kita ketahui dari pernyataan bahwa ketika seseorang sedang

melakukan konseling, berarti ia sedang memberikan bimbingan.20

3. Bimbingan dan Konseling Islam

Bila diformulasikan maka hakikat bimbingan dan penyuluhan

(konseling) islam adalah suatu usaha memberikan bantuan, bimbingan, dan

arahan kepada orang lain yang beragama Islam, di mana nilai-nilai jiwa

keagamaan yang terdapat dalam dirinya tidak berfungsi secara wajar dan

optimal, yang membuatnya mengalami kendala dan kesulitan dalam menjalani

problema-problema hidupnya, karena ketidak mampuannya dalam memahami

dirinya, menerima diri sendiri, mengarahkan diri sendiri, mewujudkan diri

sendiri, sesuai dengan potensi iman dan taqwa yang ada pada dirinya.21

Potensi iman dan taqwa yang ada pada dirinya mestinya dapat menjadi

kekuatan dan sebagai energy pendorong dalam mengatasi kesulitan-kesulitan

hidup, baik lahiriyah maupun batuniyah, dengan pola hidup yang sesuai

dengan aturan-aturan agama Islam.

20

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Hal. 26 21

. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 15

Page 42: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

29

Dengan demikian, usaha pelayanan bimbingan dan penyuluhan

(konseling) Islam merupakan ikhtiar untuk membangkitkan orang agar hidup

kembali secara Islami, sesuai dengan tuntunan iman dan taqwa yang menjadi

komitmennya. Karena kedudukan iman dan taqwa yang dimiliki, akan dapat

memberikan makna dan perasaan yang hakiki kepada setiap orang dalam

meraih apa-apa yang diusahakan selama hidupnya. Bagaimanapun hasil usaha

yang diperolehnya, ia tidak merasa kecewa (frustasi) bila dilandasi iman dan

taqwa kepada tuhannya, ia akan mampu menjalani hidup ini dengan penuh

optimis dan dinamis sesuai dengan kemampuannya dan tanggung jawabnya.22

Dengan iman dan taqwa, seseorang tidak akan mudah tersesat ke dalam hidup

yang sia-sia mencelakan dirinya, keluarganya, dan masyarakat yang ada di

sekitarnya. Maka inilah yang menjadi hakikat prinsipal dari pelayanan

bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam, yaitu dengan membangkitkan

dan mengaktualisasikan potensi iman dan taqwa yang ada pada orang lain

secara tepat dan terarah, untuk mengembalikan kepada hakikat pribadi muslim

yang sejati menurut tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Dalam paradigma dan kerangka bimbingan dan penyluhan (konseling)

Islam, selain memaksimalkan perbuatan dan ikhtiar, bisa jadi kompleksitas

persoalan yang dirasakan sebagai bebann dan sesuatu yang berantakan itu

disebabkan rendahnya kualitas iman dan taqwa pada diri seseorang. Artinya,

ketika itu hubungannya dengan yang maha pencipta, pengatur semesta alam,

dan pemberi solusi (Allah Swt) sedang tidak harmonis atau kurang efektif. Hal

ini merupakan indicator utama dari melemahnya iman dan taqwa sebagai

22

. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 15

Page 43: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

30

penggerak kehidupan spiritual. Bila kondisi seperti ini sering terjadi maka

pada dasarnya ketika itu seseorang sedang mengalami kerapuhan psikis dan

psiko-spiritual. Oleh karenanya, dia sangat renta bila berhadapan dengan

tugas-tugas atau aktifitas yang membutuhkan ketahanan mental/spiritual.

Ketahanan mental dan spiritual kan senantiasa survive bila aktifitas hidup

senantiasa dibekali dengan akidah (iman), ibadah (amal shaleh) dan kebajikan,

serta dihiasi dengan budi pekerti yang mulia/luhur (al-akhlaqul al-karimat)

dan senantiasa pula dipupuk serta disirami dengan nilai-nilai ketakwaan.

Dengan demikian, konsep dasar yang dijadikan pijakan dalam landasan

dalam tugas-tugas bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam adalah agar

dari unsur-unsur dari sistem ajaran Islam tersebut (aqidah, syari’ah, dan

akhlak) seyogyanya tertata dengan baik dalam rotasi kehidupan setiap insan.

Pada dasarnya, kompleksitas permasalahan yang lazim dihadapi setiap

individu mesti dibekali dengan ketahanan akidah, syari’ah dan akhlak. Adapun

perencanaan dan program atau agenda kehidupan yang akan dilaksanakan

hendaknya memiliki wawasan tuntunan dan nilai-nilai yang sudah diberikan

Tuhan.23

Oleh karena itu, upaya-upaya yang dilakukan melalui bimbingan dan

penyuluhan (konseling) Islam mengakibatkan dan memberdayakan “daya-

daya imani” sebagai pilar-pilar yang dapat memberikan makna kepada hakikat

kehidupan yang sesungguhnya.

Kecuali itu, bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam pada sebagai

usaha pemberian bantuan dan pertimbangan secara terus-menerus agar

seseorang dapat melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya sebagai hamba

Tuhan dalam rangkaian akidah, syari’ah dan akhlak. Attau bisa juga disebut

23

. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 17

Page 44: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

31

sebagai bimbingan dalam mengamalkan tugas-tugas yang diperintahkan

Tuhan kepadanya, agar sesuai dengan tuntunan al-Qur’’an dan sunnah Rasul-

Nya. Dalam kaitan ini bisa pula dianalogikan bila seseorang belum bisa

melaksanakan tugas dab kewajibannya sebagai khalifah tuhan maka ketika itu

ia diaggap menggunakan pendekatan konseling Islam. Misalnya, ketika

seseorang sudah Mukallaf (baligh dan berakal) tetapi ia belum bisa mengaji

(baca al-Qur’an) atau belum pandai menunaikan shalat, atau tidak mengerti

akidah dan hakikat ketauhidan maka ia diaggap sedang menghadapi masalah

dengan agamanya. Karenanya, upaya bimbingan dan penyuluhan (konseling)

Islam perlu diberikan kepada orang tersebut, sehingga pada gilirannya ia akan

mampu menjalankan perintah agama sesuai dengan ketentuannya. Bila ia

sudah mampu menunaikan perintah agama (Tuhan) sesuai dengan

ketentuannya, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang tuhan

maka sesungguhnya ia akan terhindar dari berbagai kesulitan hidup yang dapat

menghanggu kebahagiannya.24

B. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Secara implisit, tujuan Bimbingan dan konseling sudah bisa

diketahui dalam rumusan tentang Bimbingan dan konseling seperti yang

telah dikemukakan di atas. Individu atau klien yang dibimbing, merupakan

individu yang sedang dalam proses perkembangan, oleh karena itu,

merujuk kepada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan

Bimbingan dan konseling adalah agar tercpainya perkembangan yang

optimal pada individu yang dibimbing.

24

. M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Hal. 17

Page 45: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

32

Maka tujuan tujuan Bimbingan dan konseling adalah agar individu

yang di bimbingan memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan

menemukan masalahnya dan mampu atau cakap memecahkan sendiri

masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif

dengan lingkungannya. Bimbingan dan konseling kerkenaan dengan

prilaku oleh sebab itu tujuan bimbingan dan koonseling adalah sebagai

berikut :

a. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang

dibimbing atau dikonseling.

b. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien.

c. Membantu mengembangkan prilaku-prilaku yang lebih efektif pada

diri individu dan lingkungannya.

d. Membantu klien mengulangi problema hidup dan kehidupannya secara

mandiri.25

Secara lebih rinci, tujuan Bimbingan dan konseling atau tujuan

konseling seperti yang telah disebutkan diatas adalah agar klien :

a. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.

b. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kea rah

tingkat perkembangan yang lebih optimal.

c. Mampu memecahkan sindiri masalah yang dihadapinya.

d. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang

objektif tentang dirinya.

25

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Hal. 36

Page 46: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

33

e. Dapat menyesuaikabn diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya

sindiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan

dalam kehidupannya.

f. Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

g. Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan prilaku salah.

Dalam Islam, sosok individu yang ingin dicapai seperti yang

disebutkan dalam tujuan bimbingan dan konseling di atas identik dengan

individual yang “ kaffah ” atau “ insan kamil ” individu yang kaffah atau

insane kamil merupakan sosok individual atau pribadi yang sehat baik

rohani ( mental atau psikis ) dan jasmaninya ( fisiknya ). Dengan perkataan

lain, sehat fisik dan psikisnya individu atau pribadi yang kaffah tau insan

kamil juga merupakan sosok individu yang mampu mewujudkan potensi

iman, ilmu dan amal serta zikir sesuai kemampuannya dalam kehidupan

sehari-hari. Secara operasional pribadi yang kaffah atau insan kamil adalah

individu yang mampu : pertama, berfikir secara positif sebagai hamba

Allah Swt yang tugas utamanya adalah mengabdi kepada-Nya. Kedua,

berfikir positif tentang diri dan orang lain di lingkungannya. Ketiga,

mewujudkan potensi piker dan zikir dalam kehidupan sehari-hari. Keempat,

mewujudkan akhlak al-karimah dan senantiasa berbuat ikhsan ( baik )

dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap diri dan lingkungannya.26

M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, merinci tujuan Bimbingan dan

konseling dalam islam sebagai berikut :

26

. Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

Hal. 37

Page 47: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

34

Pertama, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan,

kebersihan jiwa dan mental.

Kedua, untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan

tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik bagi diri sendiri,

lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan sekitarnya.

Ketiga, untuk menghasilkan kecerdasan rasa ( emosi ) pada individu

sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi ( tasammukh),

kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

Keempat, untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu

sehingga muncul keinginan untuk taat kepada-Nya, ketulusan memenuhi

segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.27

Kelima, untuk menghasilakn potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi

itu indivudu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik

dan benar.

Dengan demikian tujuan Bimbingan dan konseling dalam Islam

merupakan tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian

muslim yang sempurna tau optimal ( kaffah atau insane kamil ).

2. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan da nkonseling dapat

berfungsi sebagai berikut :

a. Pencegahan ( Preventif )

Layanan Bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan artinya

merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi

27

. M. Hamdan Bakran Adz Dzaky, Seperti yang dikutip dalam buku Tohirin, Bimbingan

Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ), Hal. 38

Page 48: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

35

pencegahan ini layanan yang diberikaerupa bantuan agar terhindar dari

berbagai masalah yang yang dapat menghambat perkembangannya,

kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi,

program Bimbingan karier, inventarisasi data, dan lain sebagainya.28

b. Fungsi Pemahaman

Melaui fungsi ini, pelayanan Bimbingan dan konseling

dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tintang diri klien

beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan

oleh pihak-pihak yang membantunya ( pembimbing ).

1) Pemahaman tentang klien

Pemahaman tentang klien merupakan titik totak upaya

pemberian bantuan. Sebelum pembimbing atau konselor ataupun

pihak-pihak lain yang dapat memberikan layanan tertentu kepada klien

memberikan bantuan ( Bimbingan ), mereka perlu terlebih dahulu

memahami individu atau klien yang akan diabntunya. Pemahaman

tentang diri klien harus secara komprehensif yang berkenaan dengan

latar belakang pribadi, kekuatan dan kelemahan, serta kondisi

lingkungannya.

2) Pemahaman tentang masalah klien

Dalam upaya membantu memecahkan masalah klien melalui

pelayanan Bimbingan dan konseling maka pemahaman terhadap

masalah klien oleh pembimbing atau konselor merupakan suatu

keniscayaan. Tanpa pemahaman terhadap masalah yang dialami oleh

28

. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, Hal. 42

Page 49: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

36

klien, tidak mungkin pemecahan terhadap masalah yang dialami klien

dapat dilakukan.29

3) Pemahaman tentang lingkungan

Lingkungan bisa dikonsepsikan segala sesuatu yang ada di

sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut

seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi, sosio

emosional keluarga, dan lain sebagainya.

c. Fungsi Perbaikan

Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan,

namun mungkin saja klien masih menghadapi masalah-masalah tertentu.

Disinilah fungsi perbaiakan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan dan

kosnseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai

permasalahan yang dialami klien.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini verarti bahwa layanan Bimbingan dan konseling yang

diberikan dapat membantu klien dalam memelihara dan mengembangkan

keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dengan

fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan

mantap. Setiap layanan dan Bimbingan dan konseling dilaksanakan

haruslah secara langsung mengacu pada salah satu atau pada beberapa

fungsi itu, agar hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat

diidentifikasi dan dievaluasi.30

29

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Hal. 43 30

. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, Hal. 43

Page 50: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

37

C. Macam-macam Bimbingan dan Konseling

1. Bimbingan Pribadi : Bidang layanan pengembangan kemampuan

mengatasi masalah-masalah pribadi dan kepribadian. Program khusus

berupa bimbingan kehidupan remaja, bimbingan kemandirian, bimbingan

kehidupan sehat, dan lain-lain.31

2. Bimbingan Sosial : Bidang layanan pengembangan kemampuan dan

mengatasi masalah-masalah sosial dalam keluarga, sekolah dan

masyarakat. Program khusus berupa bimbingan mengatasi konflik,

bimbingan pembinaan kerjasama, dan lain-lain.

3. Bimbingan Pendidikan : Bidang layanan yang mengoptimalkan

perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pendidikan. Bidang

ini meliputi aspek bimbingan penjurusan, bimbingan lanjutan studi,

pengenalan perguruan tinggi, dan lain-lain.32

4. Bimbingan Pembelajaran : Bidang layanan untuk mengoptimalkan

perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran.

Program khusus berupa bimbingan belajar efektif, pengembangan

bimbingan disiplin belajar, meningkatkan motivasi belajar, dan lain-lain.33

5. Bimbingan Karier : Bidang layanan yang merencanakan dan

mempersiapkan pengembangan karier anak.

31

. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di

Sekolah, hal. 53 32

. tohttp://www.tokoblog.net/2012/01/pengertian-fungsi-tujuan-dan-macam.htmlko blog 33

. Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Bebasis Integrasi ),

Hal.129

Page 51: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

38

D. Mediasi Keluarga

1. Definisi Mediasi Keluarga

Pasca diberlakukannya Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1

Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, mediasi telah

menjadi salah satu rangkaian penting dari keseluruhan proses penanganan

perkara di pengadilan, termasuk Pengadilan Agama. Adanya klausul-

klausul yang beraksentuasi imperatif, seperti kemestian melakukan proses

mediasi sebelum pemeriksaan pokok perkara, kemungkinan batalnya

putusan pengadilan yang tidak menyertakan pertimbangan mediasi dan

berbagai klausul lainnya mendorong perhatian terhadap mediasi menjadi

semakin intensif.

Semangat yang menginspirasi perlunya mediasi dalam

pemeriksaan perkara di pengadilan adalah kenyataan bahwa perdamaian,

jika mediasi berhasil, memiliki akibat hukum dan efek psikologis yang

sangat baik bagi pihak-pihak berperkara karena dihasilkan dari

kesepakatan pihak-pihak sendiri, sehingga daya ikatnya terhadap

penyelesaian perkara menjadi lebih kuat, dan oleh karenanya kemungkinan

untuk mengajukan proses hukum lebih lanjut semakin menipis, dan bagi

pengadilan dapat mengurangi penumpukan perkara.34

Bagi para pihak yang berperkara, mediasi memberikan nilai-nilai

positif dalam penyelesaian perselisihan, seperti pentingnya penghormatan

terhadap orang lain, kehormatan, kejujuran, keadilan, saling timbal balik,

34. http://mediator-anggoro.blogspot.com/2012/03/mediasi-keluarga-dan-tantangannya-

bagi.html. pd Jumat, 29 November 2013 (00.30)

Page 52: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

39

partisipasi individual, kesepakatan dan pengendalian para pihak. Nilai-

nilai mana selanjutnya meng-counter sistem nilai yang berlaku dalam

penyelesaian perkara secara litigasi, seperti proses advesarial, tidak

personal, pengendalian oleh pengacara, dan perintah otoritatif peraturan.

Dan bagi pengadilan agama yang menangani perkara-perkara

keluarga (al-ahwal al-syakhshyiah) yang didominasi oleh perkara-perkara

perceraian, mediasi memberikan keuntungan dengan semakin

bervariasinya bentuk-bentuk upaya damai yang dapat ditawarkan untuk

menghindari terjadinya perceraian. Sejauh ini telah ada upaya damai yang

dilakukan oleh hakim saat dan selama memeriksa perkara, upaya damai

oleh hakam yakni pihak keluarga, khusus dalam perkara syiqaq. Dengan

adanya mediasi, maka upaya damai sebagai building block penting

sebelum perceraian benar-benar terjadi menjadi semakin kokoh.35

Implementasi mediasi sebagai sebuah building block sebelum

terjadinya perceraian merupakan feature yang paling lazim ditemukan di

Pengadilan Agama. Asumsinya, mediasi ditempatkan sebagai forum untuk

mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya ishlah

(perdamaian) diantara suami isteri sehingga diharapkan diperoleh suatu

perubahan sikap diantara mereka dan perceraian sebagai alternatif

penyelesaian masalah rumah tangga dapat diurungkan.Dengan terjadinya

35. http://mediator-anggoro.blogspot.com/2012/03/mediasi-keluarga-dan-tantangannya-

bagi.html. pd Jumat, 29 November 2013 (00.30)

Page 53: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

40

kesepakatan damai, maka secara formal diharapkan pihak berperkara dapat

mencabut gugatan/permohonannya

Istilah mediasi cukup gencar dipopulerkan oleh para akademisi dan

praktisi akhir-akhir ini. Para ilmuan berusaha mengungkapkan secara jelas

maksa mediasi dalam berbagai literature ilmiah melaui riset dan studi

akademik. Para praktisi juga banyak menerapkan mediasi dalam praktik

penyelesaian sengketa. Perguruan Tinggi, lembaga swadaya masyarakat (

LSM ), dan bebagai lembaga lain cukup banyak menaruh perhatian pada

mediasi ini. Namun istilah mediasi tidak mudah didefinisikan secara

lengkap daa menyeluruh, karena cakupannya cukup luas.

Dalam penjelasan berikut, akan dikemukakan makna mediasi

secara etemologi dan terminology yang diberikan oleh para ahli. Secara

etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang berarti

berada di tengah. Makna ini menunjukkan pada peran yang ditampilkan

pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi

dan menyelesaikan sengketa antara para pihak. “ berada di tengah ” juga

bermakna mediator harus berada pada posisi yang netral dan tidak

memihak dalam menyelesaikan sengketa. Ia harus mampu menjaga

kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga

menumbuhkann kepercayaan ( trust ) dari para pihak yang bersengketa.36

Dalam Collins English Dictionary and Theasaurus di sebutkan

bahwa mediasi adalah kegiatan menjebatani antara dua pihak yang

bersengketa guna mengahasilakn kesepakatan ( agreement ). Posisi

36

. Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan

Hukum Nasional, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009. Hal. 1-2

Page 54: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

41

mediator dalam hal ini adalah mendorong para pihak untuk mencapai

kesepakatan-kesepakatan yang dapat mengakhiri perselisihan dan

persengketaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata mediasi diberi

arti sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu

perselisihan sebagai penasihat. Pengertian mediasi yang diberikan kamus

besar bahasa Indonesia mengandung tiga unsur penting. Pertama, mediasi

merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi

antara dua pihak atau lebih. Kedua, pihak yang terlibat dalam

penyeselesaian sengketa adalah pihak-pihak yang berasal dari luar yang

bersengketa. Ketiga, oihak yang terlibat dalamm penyelesaian sengketa

tersebut bertindak sebagai penasihat dan tidak memiliki kewenangan apa-

apa dalam mengambil keputusan.37

Garry Goopaster memberikan definisi mediasi sebagai proses

negosiasi pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak (

imparsial ) bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk

membantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan.

Goopaster jelas menekankan, bahwa mediasi adalah proses negosiasi, di

mana pihak ketiga melakukan dialog dengan pihak bersengketa dan

mencoba mencari kemungkinan penyelesaian sengketa tersebut.38

Pengertian mediasi ini dapat diklafiaksikan ke dalam tiga unsur

penting yang saling terkait satu sama lain. Ketiga unsur tersebut berupa :

ciri mediasi, peran mediator, dan kewenangan mediator. Dalam ciri

37

. Dalam Collins English Dictionary and Theasaurus, Seprti yang dikutip dalam buku

Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan Hukum Nasional,

Hal. 3 38

. Garry Goopaster, Seperti yang dikutp dalam buku Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam

Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan Hukum Nasional, Hal. 4

Page 55: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

42

mediasi tergambar bahwa mediasi berbeda dengan berbagai bentuk

penyelesaian sengketa lainnya, terutama dengan terutama dengan alternatif

penyelesaian sengketa diluar pemgadilan seperti arbitrase.39

Dalam

mediasi seorang mediator berperan membantu para pihak yang

bersengketa dengan melakukan identifikasi persoalan yang

dipersengketakan, mediator dalam menjalankan perannya tidak memiliki

kewenangan dan peran menentukan dalam kaitannya dalam isi

persengketaan, ia hanya menjaga bagaimana proses mediasi dapat

berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan ( agreement ).

Di Indonesia pengertian mediasi secara lebih konkrit dapat

ditemukan dalam peraturan Mahkamah Agung RI No. 02 Tahun 2003

tentang prosedur mediasi di Pengadialan. Mediasi adalah penyelesaian

sengketa melalui proses perundingan para pihak dengan dibantu mediator (

pasal 1 butir 6 ). Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak

memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai

kemungkinan penyelesaian sengketa ( pasal 1 butir 5 ). Mediator harus

mampu menemukan alyternatif-alternatif penyelesaian sengketa. Ia tidak

hanya terfokus terikat padadan terfokus pada apa yang dimiliki oleh para

pihak dalam penyelesaian sengketa mereka. Mediator harus mampu

menawarkan solusi lain, ketika para pihak tidak memiliki alternative

penyelesaian sengketa, atau para pihak sudah mengalami kesulitan bahkan

terhenti ( deadlock ) dalam penyelesain sengketa mereka. Disinilah peran

penting mediator dalam membantu penyelesaian sengketa. Oleh karena itu

39

. arbitrase merupakan cara penyelesaian masalah sengketa di luar pengadilan,

berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, dan dilakukan oleh arbiter yang

dipilih dan diberi kewenangan untuk mengambil keputusan.

Page 56: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

43

mediator harus memiliki sejumlah skill yang dapat memfasilitasi dan

membantu para pihak dalam penyelesaian sengketa mereka.

2. Tujuan dan Manfaat Mediasi Keluarga

Mediasi merupakan salah satu bentuk dari alternatif penyelesaian

sengketa di luar pengadialan. Tujuan dilakukan mediasi adalah

menyelesaikan sengketa antara para pihak dengan melibatkan pihak ketiga

yang netral dan imparsial.40

Mediasi dapat menagantarkan para pihak pada

perwujudan kesepakatan damai yang permanen dan lestari, menginagat

penyelesaian sengketa melalui mediasi menempatkan keuda pihak pada

posisi yang sama, tidak ada pihak yang dimenangkan tau pihak yang

dikalahkan ( win-win solution ). Dalam mediasi para pihak pro aktif dan

memiliki kewenangan penuh dalam mengambil keputusan. Mediator tidak

memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan, tetapi ia hanya

membantu para pihak dalam menjaga prosees mediasi guna mewujudkan

kesepakatan damai mereka.41

Mediasi dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara cepat dan

tepat dan relatif murah dibandingkan dengan membawa perselisihan

tersebut ke Pengadilan.

b. Mediasi akan memfokuskan perhatian para pihak pada kepentingan

mereka secara nyata.

40

. Tidak berat sebalah atau tidak memihak sebalah dalam memberikan solusi dan

alternatif dari sengketa yang ada 41

. Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan

Hukum Nasional, Hal. 24-25

Page 57: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

44

c. Mediasi memberikan kesempatan para pihak mempartisifasi secara

langsung dalam menyelesaikan permaslahan mereka.

d. Mediasi memberiakan para pihak untuk melakukan control terhadap

proses dan hasilnya.

e. Mediasi dapat merubah hasil.

f. Mediasi memberikan hasil yang tahan uji dan akan mampu

menciptakan salaing pengertian yang lebih baik dari para pihak yang

bersngketa karena mereka sendiri yang memutuskannya.

g. Mediasi mampu menghilangkan konflik atau permusuhan diatara

mereka yang bersengketa.

Pertanyaan selanjutnya,apakah mediasi mampu mengatasi

perbedaan dalam posisi tawar-menawar dari para pihak yang bersengketa?

Pada beberapa kasus, dalam proses mediasi cendrung pihak yang lebih

lemah bersedia menyerahkan beberapa hak mereka. Perbedaan kekuatan di

antara para pihak merupakan kenyataan yang ada dibalik banyak konflik

atau persengketaan. Hal ini yang harus difahami oleh mediator, bahwa

hampir seluruh proses penyelesaian sengketa menghadapi kesulitan yang

sama berupa tidak berimbangnya kekuatan tawar dari para pihak, dan

kadang mediator mengalami kesulitan dalam mengatasi perbedaan

tersebut. Namuin adanya perbedaan kekuatan dari para pihak dapat diatasi

mediasi, melalui cara-cara sebagai berikut :

a. Menyediakan suasana yang tidak mengancam,

b. Memberikan setiap pihak kesempatan untuk berbicara dan didengarkan

oleh pihak lainnya secara lebih leluasa,

Page 58: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

45

c. Meminimalkan perbedaan di antara mereka dengan menciptakan

situasi informal,

d. Perilaku mediator yang netral dan tidak memihak, sehingga

memberikan kenyamanan tersendiri; dan

e. Tidak menekan para pihak.42

Pertemuan secara terpisah dengan para pihak dapat lebih

meyakinkan pihak yang lemah akan posisi mereka, sehingga mediator

dapat berupaya mengatasinya melalui saran dan pendekatan yang dapat

melancarkan proses penyelesaian sengketa. Proses mediasi dan keahlian

mediator menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan pencegahan

penyalahgunaan kekuasaan.

42

. Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan

Hukum Nasional, Hal. 27-28

Page 59: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

46

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA

SUKABUMI

A. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Kota Sukabumi

Dasar Hukum Pembentukan dan Wilayah Pengadilan Agama

Sukabumi Yang menjadi dasar hukum, wilayah dan pembentukan Pengadilan

Agama Sukabumi adalah :

1. Pembentukan Pengadilan Agama Sukabumi berdiri sejak tahun 1870

sebelum Statsblaad 1882 Nomor 137 tentang Pembentukan Pengadilan

Agama di Jawa dan Madura, dengan wilayah hukum Kabupaten Sukabumi

berdasarkan Statsblaad tahun 1882 Nomor 152 dan pendirian daerah

otonom (Kota Kecil) berdasarkan Statsblaad 1926 Nomor 371.1

2. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 18 Tahun 1987 tanggal 27 Februari

1987 tentang Wilayah Hukum Pengadilan Agama Sukabumi adalah

meliputi wilayah Kotamadya DT. II Sukabumi.

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 pasal 4 ayat (1) tentang Peradilan

Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1989 Nomor 49

Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3400) sebagaimana yang

telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006 dan diubah lagi

dengan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1995 tentang perubahan batas

wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sukabumi dan Kabupaten Daerah

1. http://www.pa-sukabumi.go.id/profil-pa. pd Jumat 5 April 2013 (10.00)

Page 60: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

47

Tingkat II Sukabumi (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995

Nomor 8 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3584).

5. Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2000 tanggal 27 September 2000

tentang pembentukan Kecamatan dan Kelurahan di Kota Sukabumi

(Lembaran Daerah Kota Sukabumi tahun 2000 Nomor 19 Seri D-10).2

B. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Sukabumi

Sebagaimana kita ketahui bahwa Pengadilan Agama di Indonesia

berdiri sejak tahun 1882, sesuai dengan keputusan Raja Belanda/Statsblaad

1882 Nomor 152 tanggal 19 Januari 1882 tentang Peraturan Peradilan Agama

di daerah Jawa dan Madura. Berdasarkan data-data yang ada bahwa

Pengadilan Agama Sukabumi telah berdiri sebelum tahun 1882 yaitu tepatnya

pada tahun 1870 dimana sebelumnya Sukabumi disebut Distrik Gunungparang

termasuk afdeling Kabupaten Cianjur yang dikuasi oleh seorang kontroler.

Nama Sukabumi mulai di pakai pada tahun 1815 yang waktu itu belum

mempunyai pemerintahan daerah sendiri.3

Pengadilan Agama Sukabumi pada waktu itu disebut Priester Raad

yang apabila diterjemahkan secara harfiah adalah Pengadilan Pendeta, karena

nama Priester dalam bahasa Belanda berarti pendeta/padri/bhiksu. Hal ini

dapat dimengerti karena pemerintah Belanda pada waktu itu menganggap

bahwa para alim ulama Islam yang menjadi hakim pada Pengadilan Agama

adalah sama dengan pendeta/padri pada agama Kristen. Kemudian Priester

2. http://www.pa-sukabumi.go.id/profil-pa. pd Jumat 5 April 2013 (10.00)

3. http://www.pa-sukabumi.go.id/profil-pa. pd Jumat 5 April 2013 (10.00)

Page 61: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

48

Raad mengalami perubahan menjadi Raad Agama berdasarkan Statsblaad

1937 Nomor 116.

Masa penjajahan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 mengalami

pergantian dengan menyerahnya pemerintah Hindia kepada Jepang, secara

otomatis mulai pada waktu itu Pengadilan Agama pun mengalami perubahan

nama dari Raad Agama menjadi Soorya Hooin.

Kemudian dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu, maka sejak

tanggal 17 Agustus 1945 yaitu tepatnya sejak diproklamasikan negara

Republik Indonesia berdasarkan bunyi Pasal 2 aturan peralihan Undang-

Undang Dasar 1945 maka peraturan perundang-undangan di zaman

penjajahan Belanda yang mengatur Peradilan Agama terus berlaku, hanya

mengenai pengelolaannya baik secara administratif maupun personalia yang

tadinya dibawah pemerintahan daerah, mala sejak berdirinya Departemen

Agama RI tanggal 3 Januari 1946 Pengadilan Agama berpindah menjadi di

bawah Departemen Agama baik administratif maupun personalianya.

Walaupun Pengadilan Agama Sukabumi pada waktu itu sudah beralih

di bawah Departemen Agama, tetapi dengan masuknya kembali pemerintah

Belanda, yang terkenal dengan tentara NICA-nya, maka Pengadilan Agama

Sukabumi pada waktu itu berjalan tidak menentu, karena banyak para

pemimpin daerah maupun para pejabat lainnya termasuk para pejabat

Pengadilan Agama Sukabumi yang pro kepada Republik Indonesia mengungsi

ke hutan.4

4. http://www.pa-sukabumi.go.id/profil-pa, pd Jumat 5 April 2013 (10.30)

Page 62: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

49

Maka dengan kekosongan ini personil-personilnya banyak dimasuki

oleh orang yang pro ke NICA sehingga nama Pengadilan Agama Sukabumi

mengalami perubahan pula dari Raad Agama menjadi Pengulu Grachten

berdasarkan keputusan Recomb Jawa Barat No. WJ29/19/72 tanggal 2 April

1948. Sekalipun nama Pengadilan Agama Sukabumi telah dirubah oleh

pemerintah NICA, tetapi hal ini tidak berpengaruh sama sekali pada status

Pengadilan Agama Sukabumi yang sudah ada, karena perubahan ini diluar

pemerintah Republik Indonesia yang sah.

Kemudian situasi mulai berubah lagi setelah berlakunya Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan membawa pengaruh kepada

kelancaran tugas pokok Pengadilan Agama Sukabumi.

Proses lahirnya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang

Peradilan Agama banyak menyita perhatian dan saling berbeda pendapat,

tidak saja melibatkan pakar hukum tetapi juga mendapat perhatian dari

berbagai pihak, serta menjadi isu nasional. Kehadiran Undang-Undang Nomor

7 tahun 1989 semata-mata didasarkan atas upaya untuk melaksanakan pasal 24

Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 tahun

1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, serta Garis-garis Besar

Haluan Negara yang telah dijabarkan dalam Repelita IV Bab 27 yang

menyatakan perlu penyempurnaan Peradilan Agama kehadirannya untuk

mengakhiri keanekaragaman peradilan agama sebagai akiba dari wawasan

nusantara di bidang hukum khususnya di bidang Peradilan Agama di

Indonesia. Tentang lairnya Pengadilan Agama yang sudah mempunyai

Undang-Undang tersendiri maka ini merupakan sejarah yang sangat berarti

Page 63: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

50

dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia terutama masalah yang dihadapi

umat Islam yang mayoritas dan secara politik ini cukup menguntungkan bagi

orang Islam di Indonesia. Sesuai dengan perkembangannya Peradilan Agama

sebagaimana tercantum UU No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok

Kekuasaan Kehakiman pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama di bawah

Mahkamah Agung, dikuatkan dengan UU No. 4 tahun 2004 Bab I pasal 2

serta telah diserah-terimakan berupa Organisasi, Administrasi dan Finansial

pada Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama RI,

Pengadilan Tinggi Agama, Mahkamah Syari’ah Provinsi Nangroe Aceh

Darussalam ke Mahkamah Agung RI, pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2004,

berdasarkan pasal 43 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman dan Keputusan Presiden RI Nomor 21 tahun 2004

tentang Pengalihan Organisasi, Administrasi dan Finansial di Lingkungan

Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke

Mahkamah Agung.

Tabel 1

Nama-Nama Ketua di Pengadilan Agama Sukabumi dari tahun

1870-2013

NO NAMA TAHUN

1. R.H. Nu'man 1870-1873

2. R.H. Husen 1873-1912

3. R.H. Ahmad Djuwaeni 1912-1940

4. R.H. Machmud 1940-1946

5. R.H. Abdullah Mansur 1946-1970

6. K.H. Iskoti 1970-1976

7. H. Tan Malano, BA. 1976-1978

8. Drs. M. Djupri 1978-1985

Page 64: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

51

9. Drs. Ahmad Suja'i 1985-1989

10. Drs. A. Rahman Abror 1989-1993

11. Drs. H. Humaedi Husen 1993-1997

12. Drs. Adam Murtaqi 1997-2002

13. Drs. H. MUkhlis, S.H., M.Hum. 2002-2004

14. Drs. E. Saepudin 2004-2006

15. Drs. H. Amar Komaruddin, S.H. 2006-2008

16. Yusuf Effendi, S.H. 2008-2012

17. Drs. Kausar Anhar, S.H. 2012-Sekarang

Sumber : http://www.pa-sukabumi.go.id/visi-dan-misi. pd Jumat 5 April

2013 (11.00)

C. Visi dan Misi Pengadilan Agama Kota Sukabumi

1. Visi Pengadilan Agama Kota Sukabumi

terwujudnya badan peradilan agama yang agung

2. Misi Pengadilan Agama Kota Sukabumi

a. menjaga kemandirian badan peradilan.

b. memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari

keadilan.5

c. meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan.

d. meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.

D. Lokasi dan Tempat Pengadilan Agama Kota Sukabumi

Adapun lokasi dan tempat Pengadilan Agama Kota Sukabumi,

beralamat di JL. Taman Bahaga No 19 Sukabumi 43132. Bandung Propensi

Jawa Barat.

5. http://www.pa-sukabumi.go.id/visi-dan-misi. pd Jumat 5 April 2013 (11.00)

Page 65: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

52

E. Struktur Kepengurusan Pengadilan Agama Kota Sukabumi

SUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI

PENGADILAN AGAMA SUKABUMI KELAS I.B

(Keadaan per 31 April 2013)

Ketua : Drs. Kausar Anhar, S. H.

Wakil Ketua : Drs. Mamat., S. M.H.

Hakim : 1. Drs.M.G. Zulzamar, S.H.M.HI.

2. Drs. H. Suryana, SH.

3. Drs. H.A. Jazuli, M.Ag.

4. Sugiri Permana, S.Ag., M.H.

5. Drs. Abdul Malik

Panitera/sekretaris : B. Subendi, S.Ag.

Wakil Panitera : Achmad Chotib Asmita, S.Ag.

Wakil Sekretaris : Sayuti, S.Ag.

Panitera Muda Gugatan : Pupu Saripuddin, S. Ag.

Panitera Muda Permohonan : Umi Kulsum, S.HI.

Panitera Muda Hukum : Dadang Abdul Syukur, S. Ag.

Kasubbag Kepegawaian : Ike Wachyu Handayani, S.HI.

Kasubbag Perencanaan dan Keuangan : Unang Sanusi

Kasubbag Umum : Mohamad Gugud, S.HI.

Pejabat Fungsional Panitera Pengganti : Purnama Sari, S.Ag.

Pejabat Fungsional Jurusita/

Jurusita Pengganti : 1. M. Sadili Sibromalisi

2. Tuti Irianti, S.Sy.

3. Alfath Ibrahim, S.Sy.

4. Dra. Hj. Siti Mutmainnah

5. Hadiansyah, S.Kom.6

PNS : -

CPNS : -

6. Data langsung dari pegawai Pengadilan Agama Sukabumi, (Hardiansyah, S. Kom.) saat

penelitian pada tanggal 17 April 2013

Page 66: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

53

G. Data Kasus Gugat Yang Dilakukan Oleh Istri

Tabel 2

Data kasus gugatan perceraian di Pengadilan Agama Sukabumi

periode bulan Februari-Mei 2013

Bulan Gugat

Oleh Istri

Faktor

Ekonomi

KDRT Tidak

Cocok

Pihak

Ketiga

Lain-lain

Februari 58 Kasus 23 Kasus 17 Kasus 9 Kasus 7 Kasus 4 Kasus

Maret 73 Kasus 37 Kasus 9 Kasus 19 Kasus 5 Kasus 3 Kasus

April 61 Kasus 29 Kasus 13 Kasus 12 Kasus 9 Kasus 8 Kasus

Mei 67 Kasus 33 Kasus 10 Kasus 11 Kasus 7 Kasus 6 Kasus

Sumber : Dokumen Pengadilan Agama Sukabumi periode bulan Februari-Mei

2013.

Data Kasus Talak Yang Dilakukan Oleh Suami

Tabel 3

Data kasus Talak di Pengadilan Agama Sukabumi periode bulan

Februari-Mei 2013

Bulan Talak

Oleh

Suami

Tidak

Cocok

Pihak

Ketiga

Tidak Bisa

Memberikan

Keturunan

Berbeda

Pandang

an

Politik

Lain-

lain

Februari 24 Kasus 13 Kasus 3 Kasus 4 Kasus - 4 Kasus

Maret 32 Kasus 15 Kasus 5 Kasus 5 Kasus 2 Kasus 5 Kasus

April 18 Kasus 7 Kasus 3 Kasus 1 Kasus - 7 Kasus

Mei 37 Kasus 19 Kasus 5 Kasus 3 Kasus 3 Kasus 4 Kasus

Sumber : Dokumen Pengadilan Agama Sukabumi periode bulan Februari-Mei

2013.

Page 67: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

54

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Upaya Hakim dalam Memediasi Keluarga yang akan bercerai pada Masa

Tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi

Upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan bercerai di

pengadilan sukabumi, merupakan suatu langkah yang dilakukan oleh para

hakim Pengadilan Agama Sukabumi dalam berusaha meminimalisir kasus

perceraian yang marak terjadi belakangan ini di kota Sukabumi, mediasi

merupakan langkah yang harus dilakukan demi menekan jumlah kawin cerai

dikalangan masyarakat sukabumi saat ini.

Menurut data Pengadilan Agama (PA) Sukabumi tingkat perceraian di

wilayah ini tergolong masih cukup tinggi, paling tidak setiap bulan angka

perceraian antara 80-90 kasus, dan selama Februari hingga Mei 2013 tercatat

370 kasus perceraian yang masuk terdaftar di Pengadilan Agama Sukabumi.

Kasus perceraian tersebut didominasi oleh gugatan istri, sementara

dari sisi pemicu perceraian didominasi ketidak harmonisan, walaupun semula

banyak yang menganggap faktor cemburu merupakan pemicu utama tapi

dalam kenyataannya faktor cemburu ini justru sedikit, bahkan selalu

menempati peringkat paling rendah.1

Perceraian yang berawal dari pihak perempuan sebagai penggugat

terjadi biasanya dengan alasan bahwa pihak suami tidak bertanggung jawab,

meninggalkan istri tanpa memberikan nafkah lahir batin dan lain sebagainya.

1. Wawancara Langsung Dengan Bapak Dadang Abdul Syukur, S. Ag. 1 Mei 2013

Page 68: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

55

Sedangkan kasus perceraian yang berawal dari pihak laki-laki sebagai

penggugat terjadi biasanya dengan alasan bahwa pihak istri tidak menghargai

suami sampai dengan adanya pihak ke-3 dalam pernikahan mereka.

Dadang Abdul Syukur, S. Ag. Mengungkapkan mengenai kasus hak

asuh anak di tahun 2013 tidak tercatat adanya kasus tersebut. Dan dari

pengalaman-pengalaman ditahun-tahun sebelumnya jika ada kasus sengketa

hak asuh anak biasanya rata-rata kedua belah pihak dapat menerima pihak

manapun yang mengasuh anak tersebut, baik itu suami, maupun istri.

Sedangkan di tahun 2013 terhitung dari Februari hingga Mei tercatat

sebanyak 370 perkara perceraian yang mana pada rinciannya sebagai berikut:

Februari talak 24 kasus dan gugat 58 kasus, sedangkan pada bulan

Maret itu talak sebanyak 32 kasus ,dan gugat 73 kasus, sedangkan pada bulan

April talak sebnayak 18 kasus, dan gugat 61 kasus, sedangkan pada bulan Mei

kasus talak 37 kasus dan gugatan dari istri sebnyak 67 kasus. Sedangkan yang

mencabut perkara hanya 23 kasus saja.

Dalam sidang perkara perceraian tidak memiliki batas berapa kali

sidang akan dilakukan. Hanya saja sidang perdana biasanya mengarah

keperdamaia dari pihak pengadilan kepada kedua belah pihak. Banyaknya

jumlah sidang tergantung dari besar kecilnya masalah yang dihadapi

penggugat dan tergugat.

Pihak pengadilan yang diwakili oleh Dadang Abdul Syukur S. Ag.

yang kami mintai keterangan juga berharap semua keluarga yang mengajukan

gugatan cerai dapat rukun kembali dengan upaya damai dan lain sebagainya

yang ditawarkan oleh pihak pengadilan. Selain itu, staf yang berusia 59 tahun

Page 69: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

56

dan sudah 15 tahun bekerja di Pengadilan Agama Sukabumi ini juga

mengungkapkan bahwa dulu mereka sering melakukan sosialisai, namun sejak

3 tahun terakhir ini pihak pengadilan tidak pernah lagi melakukan sosialisasi

ke masyarakat dikarenakan tidak adanya anggaran dari pemerintah daerah. Hal

itu pernah dibicarakan oleh pimpinan mereka untuk kembali menjalin kerja

sama dengan pihak pemerintah namun hingga saat ini belum ada tanggapan

dari yang berarti pemerintah daerah.

Kurang lebih sebanyak 370 kasus perceraian terjadi di Kota Sukabumi

selama kurun waktu Februari hingga Mei 2013 ini. Jumlah tersebut meliputi

cerai gugat (cerai yang diajukan istri) maupun cerai talak (perceraian yang

diajukan suami). Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang Hakim

Pengadilan Agama Sukabumi, Drs. M. G. Zulzamar, S. H. M.HI. Ketika

berbincang-bincang di ruang kerjanya, Rabu (1/5) siang, mengatakan, rata-rata

per bulannya mencapai 80-90 kasus (pengajuan percerai) yang masuk di

instansi tempat ia bertugas saat ini.2 Bahkan hingga Mei 2013 ini saja terdapat

sebanyak 370 kasus perceraian yang sedang maupun telah selesai di tangani.

Sementara permohonan perceraian yang baru masuk berjumlah 39 kasus dan

akan segera di sidangkan. Meski jumlah tersebut masih berimbang dengan

tahun-tahun sebelumnya, bukan tidak mungkin hingga akhir tahun nanti akan

terjadi peningkatan. Namun, Pengadilan Agama terus berupaya melakukan

berbagai cara agar perceraian tersebut jangan sampai terjadi.

Upaya penyelesaian dalam setiap kasus perdata proses perceraian,

hakim selalu mengupayakan damai antara kedua belah pihak berseteru.

2. Wawancara Langsung Dengan Drs. M.G. Zulzamar, S.H., M.HI. 1 Mei 2013

Page 70: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

57

Ternyata upaya mediasi seperti pada proses dan peristiwa tersebut jarang

berhasil karena mayoritas penggugat dan tergugat memilih melanjutkan

kasusnya melalui jalur pengadilan. Untuk kasus nasional, tentunya pemerintah

harus mempunyai perhatian besar, karena efek dari perceraian tersebut akan

berdampak pada ekonomi dan social (termasuk susila) dan kelangsung

generasi mendatang (menthalitas).

Selain memberikan penyuluhan, cara yang paling sering dilakukan

adalah dengan memberikan pemahaman kepada pasangan keluarga yang

hendak bercerai. Cara itu biasanya dilakukan sebelum sampai pada proses

persidangan. Bahkan seorang hakim pun selalu diikutsertakan dalam

memediasi pertemuan kedua belah pihak (pasangan suami-istri yang ingin

bercerai) di ruang mediasi yang memang sudah tersedia di Pengadilan Agama

Sukabumi.

Jumlah tersebut bisa saja meningkat, tapi kita berharap itu jangan

sampai terjadi. Kasihan kita dengan masyarakat. Makanya sebelum sidang kita

selalu memediasi mereka agar berdamai saja dan ini wajib kita lakukan.

Kadang-kadang sulit juga, karena sudah hampir 90 perses persoalan mereka

tidak teratasi lagi. Kalau pun ada paling-paling hanya berkisar 2-3 persen saja

yang berhasil kita damaikan ucap beliau.

Ketika disinggung mengenai penyebabnya, Drs. M.G. Zulzamar, S.H.

M. HI. mengaku bahwa faktor utama tingginya kasus perceraian di daerah

Sukabumi ini akibat persoalan ekonomi di samping faktor lainnya, seperti

tidak bertanggung jawab, tidak ada keharmonisan di dalam rumah tangga,

kekerasan dalam rumah tangga, adanya Pria Idaman Lain atau adanya Wanita

Page 71: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

58

Idaman Lain, poligami, perbedaan pandangan politik, sudah tidaak adanya lagi

cinta diantara mereka, tidak diberikan nafkah lahir dan batin dari sang suami,

serta tidak patuhnya istri kepada suami dan lain sebagainya. Inilah alasan yang

saat ini yang kerap menjadi alasan bagi keluarga yang ingin melakukan talak

atau gugatan perceraian ke Pengadilan Agama Sukabumi, terlebih bagi

pasangan muda.

Bahkan dari kedua kasus perceraian itu, ternyata lebih mendominasi

adalah gugat cerai yang mencapai sekitar 70 persen. Selebihnya barulah kasus

cerai talak. Dan persoalan ini lebih banyak terjadi pada pasangan muda akibat

pernikahan dini.

Kadang-kadang suami tidak punya penghasilan tetap, lalu pergi ke

daerah atau negara lain hingga bertahun-tahun dan tidak pernah memberikan

nafkah. Sang istri tidak tahan lalu mengajukan gugatan perceraian. Tidak

bertanggung jawab dan tidak harmonis dalam berumah tangga juga selalu

menjadi alasan dalam pengajuan permohanan gugat cerai oleh sang istri, sebut

Drs. M.G. Zulzamar, S.H. M.HI. Sambil memaparkan data perceraian yang

masuk per bulannya.

Melihat tingginya angka perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama

Sukabumi, maka dalam hal ini para hakim dan segenap petugas yang ada pada

Pengadilan Agama Sukabumi melakukan upaya pencegahan untuk

meminimalisir tingginya angka perceraian yang terjadi belakangan ini, seperti

memaksimalkan upaya mediasi yang telah disiapkan bagi para keluarga yang

memiliki masalah dalam rumah tangga mereka.

Dalam proses mediasi keluarga yang akan bercerai pada masa tunggu di

Pengadilan Agama Sukabumi, keluarga menjadi sorotan dan fokus utama bagi

Page 72: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

59

Hakim untuk memberikan bantuan dan menengahi kasus dan perselisihan yang

terjadi pada mereka, dengan harapan para keluraga yang sedang berselisih dan

mengajukan gugatan atau talak dapat kembali mencabut gugatan mereka dan

kembali menjalin hubungan dan mempertahankan rumah tangga mereka demi

mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Melihat fenomena kasus kawin cerai yang terjadi di Kota Sukabumi maka

dengan ini penulis akan memberikan proses prosedur sebelum mediasi itu

dilakukan untuk menekan tingginya angka perceraian yang terjadi antara lain

sebagai berikut :

1. Pra Mediasi

Dalam proses upaya memediasi keluarga yang akan bercerai pada

masa tunggu di Pengadilan Agama Sukabumi, keluarga atau klien diarahkan

secara individual oleh seorang hakim atau panitera Pengadilan Agama yang

ada pada Pengadilan Agama Sukabumi, karena klien (keluarga yang akan

bercerai) umumnya membutuhkan figur yang bijaksana, pandai dan baik

dalam membantu menyelesaikan masalah yang ada di dalam keluarganya.

Maka dengan adanya mediasi yang dilakukan sebelum putusan pengadilan

dijatuhkan diharapkan dapat memberikan solusi atau jalan keluar kepada

keluarga yang akan bercerai dalam menyesaikan permasalahannya, sehingga

suatu permasalahan yang ada dalam kelurganya tidak harus diselesaikan

melalui sebuah perceraian, hal ini dilakukan agar kedua belah pihak tidak

menyesal dikemudian hari.

Setelah penulis melakukan pengamatan dan penelitian serta melakukan

wawancara, maka penulis dapat menggambarkan proses apa saja yang harus

Page 73: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

60

dilakukan oleh hakim atau pembimbing yang ada di Pengadilan Agama

Sukabumi terhadap klien atau keluarga yang akan bercerai sebelum proses

mediasi itu dilakukan adalah sebagai berikut: sebagaimana yang didapatkan

oleh peneliti melalui wawancara langsung dengan salah seorang hakim yakni

Drs. M.G. Zulzamar, S.H., M.H.I. beliau adalah salah seorang hakim yang

sudah lama berkarier dan sudah banyak pengalaman bekerja di penggadilan

Agama di berbagai kota di Indonesia, sebelum beliau bertugas di Pengadilan

Agama kota Sukabumi, beliau terlebih dahulu bertugas di Palembang dan

padang dan barulah pada awal tahun 2012 beliau dipindah tugaskan

kepengadilan agama Kota Sukabumi.

M.G. Zulzamar menjelaskan langkah-langkah sebelum proses mediasi

itu dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Bagi keluarga yang akan bercerai mereka terlebih dahulu diberikan surat

pernyataan atau sebuah blanko (formulir) mediasi yang harus mereka isi

dan disetujui oleh kedua belah pihak, namun apabila pada tahap pertama

ini ada salah satu dari kedua belah pihak yang tidak setuju untuk dilakukan

mediasi, maka proses mediasi tidak dapat untuk dilakukan, jika hal ini

yang terjadi maka secara otomatis dari pihak pengadilan tidak bisa

memaksakan untuk diadakan mediasi, maka dengan demikian putusan

pengadilan bisa dapat diambil tanpa harus proses mediasi terlebih dahulu.3

Hal ini kadang sering dijumpai kata beliau karena banyak diantara mereka

yang mengajukan sebuah gugatan perceraian meraka sudah memiliki tekad

yang bulat untuk berpisah atau bercerai, terkadang ada juga yang sudah

3. Wawancara Langsung Dengan Drs. M.G. Zulzamar, S.H., M.HI. 1 Mei 2013

Page 74: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

61

menyetujui dan mengisi blanko pendaftaran mediasi namuin setelah

ditentukan jadwal untuk dilakukan mediasi terkadang salah satu dari

mereka ada saja yang tidak datang dan hal ini menyebabkan proses

mediasi tidak dapat untuk dilaksanakan dan jika demikian yang terjadi

maka pengadilan Agama dapat langsung memutuskan gugatan dari kasus

perceraian tersebut.

b. Setelah proses pertama sudah dilakukan maka selanjutnya yang dilakukan

adalah proses menentukan hakim atau mediator, dimana pada tahap kedua

ini akan ditentukan oleh ketua majelis hakim siapa yang akan menjadi

mediator pada proses mediasi kepada sebuah keluarga yang akan bercerai,

dimana proses mediasi ini memiliki batas waktu kurang lebih 40 hari dari

jadwal yang telah ditetapkan atau tanggal penetapan proses mediasi,

selama dalam proses mediasi ini seorang hakim atau mediator berusaha

memberikan solusi dan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi

oleh keluarga, namun karena tugas hakim atau mediator hanya sebagai

penengah maka hakim tidak terlalu banyak menekan atau menentukan

langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga, namun

seorang mediator atau hakim lebih banyak mendengarkan dan menengahi

secara adil dan sedikit memberikan saran kepada keluarga yang

bermasalah. dalam melakukan mediasi pihak penggugat atau pemohon

boleh menentukan tempat dimana yang diaggap mereka merasa nyaman

untuk mendapatkan bantuan mediasi, lebih tegas Drs. M.G. Zulzamar,

S.H., M.HI. mengatakan bahwa proses mediasi itu tidak selamanya harus

dilakukan di pengadilan agama, namun boleh dilakukan dimana saja

Page 75: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

62

tergantung dari persetujuan dari kedua belah pihak yang akan dimediasi.

Lebih lanjut beliau mengatkan bahwa dalam kurun waktu 40 hari, bukan

berarti setiap hari harus dilakukan mediasi bagi keluarga yang akan

bercerai namun hanya beberapa hari saja yang digunakan untuk melakukan

mediasi, tergantung dari jadwal dan kesepakatan dari kedua belah pihak.

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa kedua belah pihaklah yang

menentukan keputsannya masing-masing apakah mereka tetap

mempertahankan tali pernikahannya atau memutuskan untuk bercerai.

2. Proses Mediasi

Apabila tahap satu dan dua sudah dilakukan maka selanjutnya

yakni proses pelaksanaan mediasi sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak

Dadang Abdul Syukur, S.Ag. didalam pelaksanaan mediasi, selain dari

pihak pengadilan agama telah menyiapkan para hakim atau mediator untuk

membimbing proses mediasi tersebut beliau juga mengatakan bahwa dari

pihak penggugat atau pemohon juga boleh menentukan mediatornya

sendiri, misalkan orang yang merasa mereka tuakan dan mereka percayai,

seperti paman atau tokoh masyarakat dimana mereka tinggal, jadi tidak

mutlak dan harus seorang mediator itu berasal dari petugas pengadilan

agama saja namun boleh juga dari pihak luar yang dari kedua belah pihak

telah menyetujuinya. Selain itu bapak Dadang Abdul Syukur menegas kan

sesungguhnya proses mediasi itu hanyalah proses untuk menengahi

permasalahan dari sebuah keluarga yang memiliki masalah khususnya

didalam masalah perceraian.4 Inilah beberapa tahapan didalam pelaksaan

4 . Wawancara Langsung Dengan Bapak Dadang Abdul Syukur, S.Ag. 1 Mei 2013

Page 76: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

63

proses mediasi perceraian seperti beliau katakana pada hari rabu tanggal 1

Mei 2013, pukul 10.00 WIB, di kantor Pengadilan Agama Sukabumi. Dan

setelah proses mediasi itu sudah dilakukan maka berhasil atau tidaknya

kami dari pihak pengadilan agama akan tetap memberikan hasil laporan

dari hasil proses mediasi tersebut, baik itu laporan bahwa proses mediasi

itu berhasil dilaksanakan dan dari kedua belah pihak menumukan

kesepakatan untk berdamai serta tidak jadi untuk bercerai ataupun dari

kedua belah pihak tidak menemukan kesepakatan bersama dan memililih

untuk tetap bercerai.

Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Sugiri

Permana, S.Ag. M.H. Beliau mengatakan bahwa proses mediasi itu tidak

selamanya harus dilaksanakan di Pengadilan Agama saja, namun proses

mediasi juga dapat dilakukan dimana saja tergantung dengan kesepakatan

yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak, selain itu beliau juga

mengakatan bahwa jika ada dari salah satu dari mereka yang igin untuk

bertemu dan melalukan konsultasi seputar perceraiannya, maka dari pihak

Pengadilan Agama juga akan memberikan fasilitas bagi mereka, yakni berupa

fasilitas menyediakan ruangan bagi kedua belah pihak untuk konsultasi serta

mediator yang siap berkonsultasi bagi kedua belah pihak yang berselisih. Hal

ini ditujukan agar para keluarga yang akan bercerai dapat diminimalisir

jumlahnya, oleh karena itu kami (hakim) selalu berusaha dengan sekuat tenaga

dan pikiran dalam memberikan solusi dan jalan keluar yang terbaik agar

sebuah perceraian itu dapat dihindari.5 Namun kami juga tidak dapat

5. Wawancara Langsung dengan bapak Sugiri Permana, S.Ag. M.H. Tanggal 3 Mei 2013

Page 77: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

64

memaksakan kehendak kami kepada para keluarga untuk tetap

mempertahankan tali pernikahan mereka karena kami (hakim) hanya

melakukan tugas kami sebagai mediator atau menengahi dari perseteruan yang

terjadi pada sebuah keluarga yang akan bercerai.

Lebih lanjut Drs. M.G. Zulzamar, SH. M.HI. Menjelaskan bahwa

proses mediasi ini sangatlah penting dilakukan didalam upaya pencegahan

perceraian yang akan terjadi pada sebuah keluarga, demi terwujudnya sebuah

keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Selanjutnya pada pembahasan

berikutnya peneliti akan memberikan tahapan-tahapan pelaksanaan ketika

proses Mediasi.

a. Prosedur pada Proses Mediasi

Berikut ini isi dari prosedur pada proses mediasi itu sebagai berikut :

1. Adapun pernyatan pembuka oleh mediator antara lain berisi

sebagai berikut :

a) Ucapan selamat datang

b) Perkenalkan diri

c) Penjelasan peran mediator; membantu proses dan tidak

berpihak;

d) Penjelasan proses; sifat tidak formal, kesepakatan aturan-aturan

mediasi: (1) tidak boleh menyerang pribadi, (2) kerahasiaan,

segala sesuatu dalam mediasi tidak dapat menjadi alat bukti

litigasi, dan (3) kaukus.

Page 78: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

65

2. Sedangkan pernyataan pembuka dari para pihak antara lain berisi

sebagai berikut :

a) Mengungkapkan riwayat masalah / sengketa

b) Mengungkapkan posisi-posisi dan kepentingan

3. Merencanakan Proses Pemecahan Masalah

a) Menyusun jadwal

b) Menyusun agenda (masalah-masalah yang harus

diperundingkan) disimpulkan dari pernyataan para pihak

c) Menyusun rencana pembahasan untuk tiap masalah

4. Pemecahan Masalah

a) Mengetahui dan mengkaji posisi dan kepentingan para pihak

b) Menggali berbagai opsi untuk tiap masalah

c) Membahas tiap opsi

d) Memilih opsi terbaik dari berbagai opsi

5. Tawar Menawar

a) Mengadakan perubahan-perubahan dari opsi

b) Kesepakatan awal

c) Trade off, mengembangkan rencana, pelaksanaan

6. Penyiapan Draf

a) Disiapkan dari kesepakatan awal

b) Bahas ulang draft, perubahan jika perlu

Page 79: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

66

7. Kesepakatan Akhir

a) Formalisir :

b) Serahkan kepada majelis hakim untuk dijadikan akta

perdamaian.

Pada tahapan pelaksaan upaya hakim dalam memediasi keluarga yang

akan bercerai di pengadilan agama sukabumi, peneliti melihat bahwa metode

atau cara yang digunakan oleh para hakim dalam proses mediasi ini adalah

berupa metode bimbingan pribadi dimana para metode ini hakim lebih melihat

pada pengembangan kemampuan mengatasi masalah-masalah pribadi dan

kepribadian didalam menyelesaikan segala masalah yang ada pada diri klien

baik yang terjadi secaraa individu pada diri nya atau masalah yang terjadi pada

keluarganya. Bimbingan pribadi ini sangatlah tepat bila digunakan oleh para

hakim dalam membantu menyelesaikan masalah yang terjadi dalam sebuah

keluarga khususnya dalam upaya hakim memediasi keluarga yang akan

bercerai karena pada bimbingan pribadi ini hakim lebih melihat pada potensi

pada diri klien dalam menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya ataupun

pada keluarganya.

Dalam proses mediasi ini hakim tidak bisa memaksakan kehendaknya

kepada para keluarga yang memiliki masalah dalam keluarganya, tugas hakim

disini hanyalah memberikan arahan dan memberikan solusi namun semua

keputusan ada pada mereka (keluarga) yang memiliki masalah inilah kata

bapak Drs. M.G. Zulzamar, S.H., M.H.I. Karena kebanyakan dari mereka

yang telah mengajukan perceraian mereka sudah memiliki keputusan yang

bulat untuk bercerai, sehingga terkadang keputusan yang sudah bulat itulah

Page 80: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

67

yang menjadi kendala kami sebagai seorang hakim dalam membantu

memperbaiki masalah yang ada dalam rumah tangga mereka namun beliau

berkata kami hanya berusaha membantu semua keputusan ada pada mereka

kami hanya menyembatani atau menengahi saja agar mereka tidak bercerai

dan memperbaiki permaslahan yang ada pada rumah tangga mereka.

Akan tetapi, upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan

bercerai di pengadilan agama sukabumi, tehnik-tehnik yang digunakan

bervariasi, tidak hanya menggunakan tehnik bimbingan pribadi saja. Didalam

upaya kami (hakim) dalam memediasi keluarga yang akan bercerai di

pengadilan agama sukabumi, metode atau tehnik yang saya gunakan didalam

menengahi permasalahan yang ada pada keluarga yang berseteru tidak hanya

tehnik Bimbingan Pribadi saja sebagaimana yang dikatakan oleh bapak Drs.

M.G. Zulzamar, SH. M.H.I. Metode yang kita gunakan tidak selalu metode

bimbingan pribadi saja namun semua metode yang kita pake harus dilihat dari

segi permasalahan yang terjadi atau dilihat dari kasus gugatan yang telah

diajukan kepada pengadilan kata beliau. Karena tidak setiap permaslahan itu

menggukan metode yang sama didalam proses penyelesaiannya, apalagi jika

kasus perceraian ini sangat sensitif sekali kata beliau karena hal ini

berhubungan dengan hati, oleh karena itu kita sebagai hakim harus pandai-

pandai dan jeli didalam menggunakan tehnik penyelesaian permasalahan

tehdapat keluarga yang berseteru. M.G. Zulzamar juga mengatakan tidak

jarang juga saya menemukan keluarga yang sudah sepakat untuk dimediasi

namun ketika praktek proses mediasi dijalankan dari kedua belah pihak tidak

mengikuti prosesnya dengan baik dan seksama, mereka bahkan lebih cendrung

Page 81: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

68

dan igin semuanya cepat-cepat untuk diambil keputusan saja agar tidak terlalu

lama menguras pikiran dan tenaga bahkan materi.

Jika sudah demikian, kami para hakim tidak dapat berbuat banyak

didalam membantu mereka untuk menyatukan kembali tali pernikahannya,

namun kami akan selalu berusaha sekuat tenaga dan pikirin untuk

mengupayakan proses mediasi itu berjalan dengan baik dan berharap agar

tidak terjadi perceraian diantara mereka, karena jika sampai terjadi perceraian

maka anak-anak mereka akan menjadi korban dan hal ini sangat

mempengaruhi dari perkembangan psikis dari anak tersebut. Namun kami juga

tidak dapat untuk memaksakan kehendak kami untuk tetap menginkan mereka

tatap bersatu didalam tali pernikahan dan membangun sebuah keluarga yang

sakinah mawaddah warahmah, karena ini semua berkaitan dengan hati dan

jika sudah berbicara soal hati maka itu sangat sensitif sekali ujar beliau.

Karena kata beliau kami hanya sebagai mediator dan penengah saja didalam

kasus perseteruan diantara mereka, dan semua keputusan mereka sendiri yang

menentukan apakah mereka tetap igin untuk bercerai tau kembali untuk

menjalani tali pernikahan mereka, kami sebagai hakim hanya menginginkan

yang terbaik bagi mereka.6

Selain itu bapak Zulzamar juga berharap jika proses mediasi ini agar

bisa diikuti dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para keluarga

yang akan bercerai, selain itu kami juga menginginkan agar hakim di

pengadilan agama sukabumi agar jumlah petugasnya ditambah agar bisa

melayani masyarakat dengan baik dan maksimal agar tidak memberikan beban

6. Wawancara langsung dengan bapak Drs. M.G. Zulzamar, S.H. M.H.I tanggal 7 Mei

2013

Page 82: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

69

yang terlalu banyak bagi para hakim yang ada, kasus perceraian di pengadilan

agama sukabumi memang tidak terlalu tinggi bila dibandingakan dengan kota-

kota lain, kasus perceraian di kota sukabumi masih termasuk rendah tingkat

perceraiannya, Zulzamar mencontohkan seperti kasus perceraian yang ada di

daerah indaramayu itu angka perceraian sangat tinggi bisa mencapai 1000

kasus dalam sebulan saja sedangkan di kota sukabumi dari bulan Februari

hingga Mei 2013 baru sekitar 370 an kasus perceraian, namun bila dilihat dari

kasus perceraian yang ada bila dibandingkan dengan para petugas yang ada

hal ini tentu sangat tidak sesuai oleh karena itu kami berharap ada

penambahan hakim agar bisa memaksimalkan tugasnya didalam memediasi

keluarga yang akan bercerai. Keinginan Drs. Zulzamar, SH., M.HI. Sangatlah

beralasan, hal ini bisa dilihat dari sekian banyak kasus perceraian yang ada

beliau mengatakan hanya 2-3% saja yang berhasil untuk dimediasi atau

dicegah untuk tidak bercerai dan selebihnya berkahir dengan sebuah

perceraian. Hal ini sangat sulit untuk diminimalisir selain masih kurangnya

para petugas yang ada, Zulzamar juga mengatakan memang sangat sulit jika

sudah menyangkut hati dan perasaan.

Kami disini hanyalah berusaha semaksimal mungkin untuk menengahi

dan berusaha membantu agar dapat mencegah dan mengurangi kasus

perceraian yang belakangan ini banyak terjadi di kota sukabumi sehingga bisa

terwujudnya suatau keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.

Page 83: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

70

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Upaya Hakim Dalam

Memediasi Keluarga Yang Akan Bercerai

1. Didalam mediasi keluarga yang akan bercerai tentu memiliki faktor-faktor

penghambat didalam pelaksanaanya, berikut ini ada beberapa faktor

penghambat proses mediasi itu sebagai berikut :

a. Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pengadilan Agama

Sukabumi.

b. Kurangnya perhatian dan antusias para keluarga yang akan bercerai

didalam mengikuti proses mediasi tersebut.

c. Kurangnya tenaga mediator atau hakim yang dimiliki oleh Pengadilan

Agama Sukabumi.

d. Adanya perasaan malu serta minder bagi keluarga yang akan bercerai

sehingga ada sebagianyang tidak mau mengikuti mediasi.

e. Sering terjadinya penilaian yang miring dari masyarakat terhadap

keluarga yang bercerai yang mengakibatkan para keluarga itu enggan

untuk dimediasi.

2. Adapun yang menjadi faktor pendukung didalam proses mediasi tersebut

ialah sebagai berikut :

a. Adanya ruangan khusus yang disediakan oleh Pengadilan Agama

Sukabumi.

b. Para hakim atau mediator yang dimiliki oleh Pengadilan Agama

Sukabumi merupakan para hakim yang memiliki kemampuan dan skil

yang bagus.

Page 84: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

71

c. Diberikannya kebebasan bagi keluarga yang akan bercerai untuk

menentukan mediatornya sendiri, untuk jadi penengah dalam

menjalani proses mediasi perselisihan atau masalah dalam

keluarganya.

d. Tidak adanya tekanan dari pihak Pengadilan Agama Sukabumi bagi

keluarga Yang akan bercerai untuk dilakukannya mediasi.

Page 85: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dan menguraikan pembahasan

tentang upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan bercerai pada masa

tunggu di pengadilan agama sukabumi maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Upaya hakim dalam memediasi keluarga yang akan bercerai pada masa

tunggu di pengadilan agama sukabumi akan dilakukan dalam dua tahapan

yakni pra mediasi dan proses mediasi. Bagi keluarga yang akan bercerai

terlebih dahulu mereka akan diberikan sebuah blanko atau formulir yang

berupa surat pernyataan yang harus mereka isi dan harus ditanda tangani

oleh kedua belah pihak bahwa mereka menyetujui untuk dilakukan

Mediasi, setelah mereka menyetujui barulah proses selanjutnya dapat

dilakukan, Namun apabila dari salah satu pihak yang tidak menyetujui

untuk dilakukan Mediasi maka dari pihak pengadilan tidak dapat

melakukan Mediasi dan dapat dilakukan putusan secara langsung atas

perceraian mereka tanpa harus melalui proses mediasi.

2. Apabila proses pertama sudah dilakukan dan para pihak telah menyetujui

untuk dimediasi maka barulah ketua majelis hakim akan menentukan

hakim atau mediator bagi keluarga yang memiliki masalah dalam

keluarganya, setelah proses penentuan hakim sudah ditentukan maka

barulah proses mediasi tersebut dapat dilaksanakan. Adapun jangka waktu

yang diberikan selama proses mediasi yakni selama kurang lebih 40 hari

Page 86: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

73

dari jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak pengadilan untuk dilakukan

mediasi.

3. Proses selanjutnya yakni proses mediasi, Adapun prosedur pada proses

mediasi yakni sebagai berikut : Pernyataan dari mediator, pernyataan pembuka

dari para pihak, merencanakan proses pemecahan masalah, pemecahan

masalah, tawar menawar, penyiapan draf, kesepakatan akhir.

B. Saran-saran

1. Dari kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran untuk pengadilan

agama khususnya pengadilan agama sukabumi, diharapkan bisa

memberikan pelayanan yang baik dan maksimal khususnya didalam

memberikan pelayanan mediasi, sehingga dengan maksimalnya pelayanan

dari proses mediasi yang diterapkan oleh setiap pengadilan agama

khususnya pengadilan agama sukabumi diharapkan tingkat dan jumlah

perceraian bisa ditekan melalui proses mediasi tersebut sehingga angka

percerai bisa berkurang.

2. Mempersiapkan waktu yang lebih banyak lagi untuk proses mediasi,

karena dengan adanya waktu yang lebih banyak yang disediakan untuk

proses mediasi diharapkan mampu menekan dan mengurangi jumlah kasus

perceraian yang terjadi

3. Pihak pengadilan diharapkan menambah tenaga ahli seperti tenaga

konselor atau konseling yang memiliki keahlian khusus dan berkompeten

dibidangnya, yang sekiranya dapat memberikan bimbingan secara

profesional dalam memediasi keluarga yang akan bercerai.

Page 87: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

74

4. Selanjutnya penulis berharap agar adanya sebuah metode atau tehnik-

tehnik baru didalam proses mediasi yang diterbitkan oleh pengadilan

agama sukabumi dan metode atau tehnik-tehnik inilah yang menjadi acuan

didalam proses mediasi oleh para hakim atau mediator, sehingga dengan

adanya metode atau tehnik-tehnik ini diharapkan dapat meminimalisir

tingkat perceraian yang terjadi, sehingga adanya keseimbangan antara

kasus yang masuk (perceraian) dengan tingkat pencegahan perceraian.

5. Penulis juga menyarankan jika proses mediasi agar diwajibkan bagi setiap

keluarga tanpa harus ada persetujuan diantara kedua belah pihak yang

akan bercerai sehingga dengan ini diharapkan proses mediasi ini bisa

menekan jumlah angka perceraian yang terjadi.

Page 88: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syahrizal. Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan

Hukum Nasional, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009.

Abdul, Manan. Problematika Perceraian Karena Zina dalam Proses

Penyelesaian Perkara di Lingkungan Peradilan Agama, dalam Jurnal

Mimbar Hukum, al-Hikmah & DITBINBAPERA, Jakarta.No 52 Th XII

2001.

Arifin, H. M. Teori-teori Konseling Agama dan Umum, Jakarta Golden Terayon

Press, 1994.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,

Rineka Cipta, 2000. Cet. Ke-3

Azra, Azyumardi. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi), Ciputat, CeQDA, 2007.

Djamil, Latif. Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1985. Cet. Ke-2

Gunarsa, D. Singgih Yulia. Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, Jakarta: PT.

BPK Gunung Mulia, 2000.

Hadi, Sutrisna. Metodelogi Research II, Jakarta: Andi offset, 1992, Cet. Ke-21.

Hallen. Bimbingan & Konseling, Jakarta, Quantum Teaching, 2005.

Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta,

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja

Rosdakarya, 2006.

Mubarak, Ahmad. Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Erlangga, 2004.

Nurihsan, AJ. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung : PT Refika Aditama, 2007

Partanto, A. Pius. Dan M, Al Barry. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya,

Arkola, 1994.

Page 89: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

Qodir, Abdul Djaelani. Keluarga Sakinah, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993.

Rahman, A. Bakri. Dan Ahmad, Sukarja. Hukum Perkawinan Menurut Undang-

undang Perkawinan dan Hukum Perdata BW. Jakarta: Hidakarya Ag Mg,

1981.

Rifyal, Ka’bah, Permasalahan Perkawinan, dalam Majalah Varia Peradilan, No

271 Juni 2008.

Sayyid, Sabiq. Fiqhusunnah, Darul Fikri, Beirut, Jilid II.

Singarimbun, Masri. Dan Sofian, Efendi. Metodelogi Penelitian Survay, Jakarta:

LP3ES, 1989.

Sukardi, Ketut Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan

Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta, PT. Rinika Cipta, 2008.

Tohirin. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah ( Berbasis

Integrasi ), Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Internet, makalah, laporan.

http://masalahperceraian.blogspot.com/

http://www.polresklungkung.org/index.php/pengetahuan/pengetahuan/266-

bimbingan-dan-konseling-perkawinan-part-1

http://www.sabda.org/c3i/kesetiaandalamspernikahanbda.org/c3i/kesetiaandalams

pernikahan

http://mediator-anggoro.blogspot.com/2012/03/mediasi-keluarga-dan-

tantangannya-bagi.html

Page 90: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

PEDOMAN WAWANCARA DAN HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Rabu 1 Mei 2013

Waktu : 10.00 s/d 11.30

Tempat : Pengadila Agama Kota Sukabumi (Ruang Mediasi)

Nama Responden : Drs. M.G. Zulzamar, S.H., M.HI.

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Kota Sukabumi

1. Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dalam mediasi keluarga

yang akan bercerai di Pengadilan Agama Kota Sukabumi?

Jawab:

Pada prinsipnya, proses mediasi itu akan dilakukan jika dari pihak penggugat

atau tergugat sudah sama-sama memiliki kesepakatan untuk dilakukan

mediasi, jika diantara kedua belah pihak sudah sepakat maka kami sebagai

hakim akan melakukan mediasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan

serta disepakati bersama.

2. Metode atau tehnik apa saja yang dipakai oleh bapak sebagai mediator

didalam melakukan proses mediasi tersebut?

Jawab:

Pada prinsipnya kami dari pihak mediator tidak memiliki tehnik atau metode

secara khusus seperti lembaga-lembaga lain yang telah memiliki metode dan

tehnik didalam membantu penyelesaian masalah pada diri klien, sebagaimana

misalnya yang ada pada lembaga-lemabaga lain atau yang ada pada panti-

panti sosial, narkoba dan lain-lain, disini kami menggunakan tehnik itu

tergantung dari masalah yang terjadi didalam keluarga yang memiliki

perseteruan tersebut, jadi setiap masalah memiliki cara dan tehnik yang lain

didalam penyelesaiannya.

Page 91: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

3. Langkah-langkah apa saja yag dilakukan oleh pihak Pengadilan Agama Kota

Sukabumi sebelum melakukan Mediasi?

Jawab:

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak Pengadilan Agama Kota

Sukabumi sebelum melakuakan mediasi yakni kami terlebih dahulu akan

memberikan formulir atau sebuah lembar pernyataan yang harus di isi baik itu

oleh pihak penggugat atau dari pihat tergugat, jika dari surat pernyataan itu

sudah mereka isi dan telah disetujui maka barulah proses mediasi itu dapat

untuk dilakukan secara lebih lanjut, namun jika ada dari salah satu pihak yang

tiak menyetujuinya maka kami dari pihak Pengadilan juga tidak dapat

memaksakan jika hal ini yang terjadi maka proses mediasi itu tidak akan

dilakukan karena ada salah satu pihak yang tidak menyetui untuk dilakukan

mediasi.

4. Selama bapak menjadi hakim atau mediator apakah bapak pernah

menagnjurkan secara langsung didalam mediasi untuk para keluarga yang

berseteru untuk bercerai saja tanpa memberikan solusi yang lain?

Jawab:

Jika menganjurkan secara langsung untuk bercerai sih tidak pernah, tapi

terkadang jika bercearai itu jalan terbaik bagi mereka dalam menyelesaikan

perseteruan diantara mereka ya kami dari pihak hakim tidak dapat untuk

mencegahnya, karena hal ini sangat sensitive apalgi ini adalah masalah soal

hati jadi sangat sedikit sekali yang berhasil untuk dimediasi, kebanyakan dari

mereka bahkan ingin cepat-cepat untuk diputuskan agar tidak menguras

tenaga, dan buang materi yang lebih banyak.

Page 92: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

5. Apa saja yang menjadi hambtan selama bapak menjadi seorang hakim

didalam menjalankan proses mediasi ini?

Jawab:

ada beberapa faktor yang menjadi hambatan didalam melaksanakan proses

mediasi ini, dimana terkadang dari pihak keluarga itu lebih cenderung tidak

mau mengikuti proses mediasi itu diakarenakan mereka sudah merasa yakin

untuk bercerai sehingga mereka terkadang enggan untuuk di mediasi, selain

ini masih kurangnya ssarana dan prasarana yang ada di Pengadilan Agama

Kota Sukabumi sehingga proses mediasi terkadang menjadi terkendala,

sehingga dari sekian banyak kasus perceraian yang masuk hanya sedikit sekali

yang dapat berhasil untuk mediasi dan dicegah untuk bercerai selebihnya

selalu berakhir dengan sebuah perceraian.

Drs. M.G. Zulzamar, SH,. M.HI

Page 93: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

SUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI

PENGADILAN AGAMA SUKABUMI KELAS I.B

(Keadaan per 31 April 2013)

Ketua : Drs. Kausar Anhar, S. H.

Wakil Ketua : Drs. Mamat., S. M.H.

Hakim : 1. Drs.M.G. Zulzamar, S.H.M.HI.

2. Drs. H. Suryana, SH.

3. Drs. H.A. Jazuli, M.Ag.

4. Sugiri Permana, S.Ag., M.H.

5. Drs. Abdul Malik

Panitera/sekretaris : B. Subendi, S.Ag.

Wakil Panitera : Achmad Chotib Asmita, S.Ag.

Wakil Sekretaris : Sayuti, S.Ag.

Panitera Muda Gugatan : Pupu Saripuddin, S. Ag.

Panitera Muda Permohonan : Umi Kulsum, S.HI.

Panitera Muda Hukum : Dadang Abdul Syukur, S. Ag.

Kasubbag Kepegawaian : Ike Wachyu Handayani, S.HI.

Kasubbag Perencanaan dan Keuangan : Unang Sanusi

Kasubbag Umum : Mohamad Gugud, S.HI.

Pejabat Fungsional Panitera Pengganti : Purnama Sari, S.Ag.

Pejabat Fungsional Jurusita/

Jurusita Pengganti : 1. M. Sadili Sibromalisi

2. Tuti Irianti, S.Sy.

3. Alfath Ibrahim, S.Sy.

4. Dra. Hj. Siti Mutmainnah

5. Hadiansyah, S.Kom.

PNS : -

CPNS : -

Page 94: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

ST

RU

KT

UR

OR

GA

NIS

AS

I

PE

NG

AD

ILA

N A

GA

MA

SU

KA

BU

MI

KE

LA

S I

.B

Ket

eran

gan

:

: G

aris

Str

uktu

ral

: G

aris

Koord

inas

i

KE

TU

A

Drs

. K

ausa

r A

nhar

, S

.H.

WA

KIL

KE

TU

A

D

rs. M

amat

. S

., M

.H.

PA

NIT

ER

A/S

EK

RE

TA

RI

S

B.S

uben

di,

S.A

g.

WA

KIL

PA

NIT

ER

A

A

chm

ad C

hoti

b A

smit

a, S

.Ag.

WA

KIL

SE

KR

ET

AR

IS

S

ayuti

, S

.Ag.

Pan

mu

d H

uk

um

D

adan

g A

bdul

Syukur,

S. A

g

Pan

mu

d

Perm

oh

on

an

Um

i K

uls

um

, S

. H

I.

Pan

mu

d G

ugata

n

P

upu

Sar

ipuddin

,S.A

g.

Kasu

bb

ag

Um

um

M

oham

ad G

ugud,

S.H

I.

Kasu

bb

ag

Kep

eg

Ike

Wac

hyu

Han

dayan

i, S

.HI.

Kasu

bb

ag

Keu

an

gan

U

nan

g S

anusi

Peja

bat

Fu

ngsi

on

al

Hak

im

1. D

rs. M

.G.

Zulz

amar

, S

.H., M

.H.I

.

2. D

rs. H

. S

ury

ana,

SH

.

3. D

rs.

H.A

.Jaz

uli

, M

.Ag.

4. S

ugi

ri P

erm

ana,

S,A

g., M

.H.

5. D

rs. A

bd

ul M

alik

Peja

bat

Fu

ngsi

on

al

Pan

iter

a

Pen

ggan

ti

Purn

ama

Sar

i, S

. A

g.

Peja

bat

Fu

ngsi

on

al

Ju

rusi

ta

Pen

gg

an

ti

1. M

. S

adil

i S

ibro

mal

isi

2. A

lfat

h I

bra

him

, S

.Sy.

3. T

uti

Iri

anti

, S

. S

y.

4. D

ra. H

j. S

iti

Mutm

ainnah

5. H

adia

nsy

ah, S

.Kom

.

Page 95: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

Sarana dan Prasarana Pengadilan Agama Sukabumi

No Nama Satuan Jumlah

1 Mini Bus Unit 1

2 Motor Unit 6

3 Mesin Ketik Manual (11-13 inci) Buah 6

4 Lemari Besi/Metal Buah 1

5 Lemari Kayu Buah 23

6 Rak Besi Buah 15

7 Rak Kayu Buah 12

8 Papan Visual/Papan Nama Buah 36

9 Mesin Absensi Buah 1

10 Meja Kerja Kayu Buah 39

11 Kursi Besi/Metal Buah 61

12 Kursi Kayu Buah 32

13 Bangku Panjang Kayu Buah 10

14 Meja Rapat Buah 4

15 Meja Komputer Buah 13

16 Meja Telepon Buah 6

17 Meja Resepsionis Buah 2

18 Televise Buah 6

19 Loundspeaker Buah 8

20 Gamabar Presiden/Wakil Presiden Buah 2

21 Gambar Garuda Pancasila Buah 4

22 Tiang Bendera Buah 3

23 Dispenser Buah 7

24 Palu Sidang Buah 2

25 Lambang Instansi Buah 3

26 Facsimile Buah 1

27 Laptop Buah 8

28 CPU (Peralatan Personal Komputer) Buah 17

Page 96: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

29 Monitor Buah 11

30 Printer Buah 17

31 Bangunan Gedung Kantor Permanen Unit 1

32 Bangunan Gedung Tempat Ibadah Permanen Unit 1

33 Gedung Pertokoan/Koperasi/Pasar Permanen Unit 1

34 Gedung Garasi/Pool Darurat Unit 1

35 Wireless Access Point Buah 4

Page 97: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 98: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 99: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 100: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 101: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 102: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 103: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

GAMBAR PENGADILAN AGAMA SUKABUMI TAMPAK BAGIAN DEPAN

Page 104: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

SELANJUTNYA RUANGAN RESEPSIONIS ATAU RUANGAN PENERIMAAN TAMU

BERIKUTNYA RUANGAN KEPANITERAAN DAN RUANGAN PENDAFTARAN PENGAJUAN KASUS

GUGATAN DAN TALAK

Page 105: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 106: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN
Page 107: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

SELANJUTNYA RUANGAN MAJELIS HAKIM

Page 108: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

RUANGAN ARSIF PENGADILAN AGAMA SUKABUMI

Page 109: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

RUANGAN SIDANG PENGADILAN AGAMA SUKABUMI

Page 110: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

RUANGAN TUNGGU PENGADILAN AGAMA SUKABUMI

Page 111: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

MUSHOLLA PENGADILAN AGAMA SUKABUMI

Page 112: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

RUANGAN MEDIASI PENGADILAN AGAMA SUKABUMI

LAPANGAN OLAH RAGA PENGADILAN AGAMA SUKABUMI

Page 113: UPAYA HAKIM DALAM MEMEDIASI KELUARGA YANG AKAN

RUANGAN SEKRETARIAT

PENGADILAN AGAMA SUKABUMI TAMPAK DARI BELAKANG