upaya guru bimbingan dan konseling dalam … 150213043, ftk, bk...universitas islam negeri ar-raniry...
TRANSCRIPT
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASIPERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN
KONSELING INDIVIDUAL DI MTsN 2 ACEH BESAR
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
JOLITANIM. 150213043
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan KeguruanProgram Studi Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH2020 M/1441 H
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASIPERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN
KONSELING INDIVIDUAL DI MTsN 2 ACEH BESAR
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
JOLITANIM. 150213043
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan KeguruanProgram Studi Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH2020 M/1441 H
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASIPERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN
KONSELING INDIVIDUAL DI MTsN 2 ACEH BESAR
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
JOLITANIM. 150213043
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan KeguruanProgram Studi Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH2020 M/1441 H
i
ABSTRAK
Nama : Jolita
NIM : 150213043
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Bimbingan dan Konseling
Judul : Upaya Guru BK Dalam Mengatasi Perilaku Agresif
Peserta Didik Melalui Layanan Konseling Individual Di
MTsN 2 Aceh Besar
Hari/Tanggal Sidang : Rabu/19 Agustus 2020
Tebal Skripsi : 99
Pembimbing I : Drs. Munirwan Umar, M.Pd
Pembimbing II : Sari Rizki, S.Psi., M.Psi
Kata Kunci : Upaya, Periaku Agresif, dan Konseling Individual
Upaya guru Bimbingan dan Konseling di sekolah sangatlah penting dalam
mengatasi setiap permasalahan perilaku peserta didik. Dalam menyelesaikan
permasalahan peserta didik guru Bimbingan dan Konseling menggunakan layanan
Konseling Individual, layanan ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah
yang di hadapi oleh peserta didik.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)
Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani perilaku verbal
peserta didik melalui layanan konseling individual di MTsN 2 Aceh Besar. 2)
Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani perilaku non
verbal peserta didik melalui layanan konseling individualdi MTsN 2 Aceh Besar.
3) Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani perilaku
kemarahan peserta didik melalui layanan konseling individualdi MTsN 2 Aceh
Besar. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Data ini dikumpulkan melalui
wanwancara. Kemudian data tersebut di analasis melalui deskriptif-analisis.
Sumber data di peroleh dari kepala sekolah dan Guru Bimbingan dan
Konseling.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya guru BK
menggunakan metode dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik yaitu dengan
metode client centered. 2) Hasil yang di capai guru BK dalam mengatasi perilaku
agresif peserta didik yaitu peserta didik memiliki perubahan perilaku dan
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perilaku tersebut. guru Bimbingan dan
Konseling berperan aktif dalam menangani permasalah perilaku peserta didik dan
menjadikan peserta didik berperilaku yang lebih baik lagi.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Alam
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Sujud syukurnya
kusembahkan kepadamu Allah SWT yang Maha Tinggi dan Maha Adil dan Maha
Penyayang, atas takdirmu telah menjadikan kami manusia yang senantiasa
berfikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan. Semoga
keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk meraih cita-cita. Akhirnya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Guru
Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Peserta Didik
Melalui Layanan Konseling Individual Di MTsN 2 Aceh”. Skripsi disusun
dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi banyak terdapat
kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan
berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi.
Maka dari itu pada kesempatan ini perkenakanlah penulis dengan senang hati
mengucapkan terimakasih kepada:
iii
1. Bapak DRs. Munirwan Umar, M.Pd. Selaku pembimbing I telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan memberikan arahan. Semoga Allah selalu
meridhai dan memberkahi setiap langkah bapak dan keluarga, Amin.
2. Ibu Sari Riski, M.Psi. Selaku pembimbing II yang selalu memberikan
bimbingan serta motivasi yang sangat berharga. Terimakasih atas waktu yang
selalu ibu luangkan, semoga ibu dan keluarga selalu dalam lindugan Allah
SWT.
3. Seluruh dosen dan asisten dosen serta staf karyawan/I jurusan Bimbingan
dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam NegeriAr-
Raniry yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
peneliti.
4. Staf Administrasi dan staf perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam NegeriAr-Raniry Banda Aceh.
5. Bapak Sudirman S. Ag selaku kepala sekolah MTsN 2 Aceh Besar yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan pengumpulan data pada
MTsN Aceh Besar serta ibuVinda Julia Asrika S. Psi, dan Bapak Ridwan S.
Pd selaku Guru Bimbingan dan Konseling MTsN Aceh Besar yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
peneliti sehingga selesai skripsi ini.
Banda Aceh, 5 Agustus 2020
Penulis,
Jolita
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. RumusanMasalah ...................................................................... 9
C. TujuanMasalah .......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 10
E. Kajian Terdahulu yang Relavan ................................................ 11
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Bimbingan dan Konseling ......................................................... 15
1. Pengertian Bimbingan .......................................................... 15
2. Pengertian Konseling............................................................ 17
3. Pengertian Bimbingan Dan Konseling ................................. 18
4. Tujuan Bimbingan Dan Konseling ....................................... 19
5. Prinsip-prinsip Bimbingan Dan Konseling .......................... 24
6. Fungsi Bimbingan Dan Konseling ....................................... 26
7. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ................................... 27
8. Jenis-jenis layanan Bimbingan dan Konseling ..................... 29
B. Perilaku Agresif......................................................................... 30
1. Pengertian Perilaku Agresif .................................................. 30
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Agresif. ......................................... 33
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif ......... 35
4. Tipe-Tipe Perilaku Agresif. .................................................. 38
5. Aspek-Aspek Perilaku Agresif ............................................. 40
6. Mengendalikan Perilaku Agresif .......................................... 41
C. Kerangka Konseptual ................................................................ 42
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekan Dan Jenis Penelitian ............................................. 48
v
B. Kehadiran Peneliti Dilapangan ............................................. 49
C. Lokasi Penelitian. ................................................................. 49
D. Subjek Penelitian .................................................................. 50
E. Istrumen Pengumpulan Data ................................................ 50
F. Analisis Data ........................................................................ 51
G. Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 53
H. Tahap-Tahap Penelitia .......................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ................................................. 55
1. profil sekolah ............................................................................... 55
2. keadaan guru dan pegawai lainnya. ............................................ 56
3. keadaan siswa .............................................................................. 57
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 57
1. peran guru bimbingan dan konseling dalam
mengatasi perilaku verbal peserta didik
MTsN 2 Aceh Besar .................................................................... 61
2. peran guru bimbingan dan konseling
dalam mengatasi perilaku non verbal
peserta didik MTsN 2 Aceh Besar ............................................. 71
3. peran guru bimbingan dan konseling
dalam mengatasi perilaku kemarahan peserta
didik diMTsN 2 aceh besar ......................................................... 76
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 86
B. Saran ................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 91
RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................... 99
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Wawancara dengan Kepala Sekolah bapak……………………… 98
Gambar 1.2 Wawancara dengan Guru BK Ibu Vinda Julia Ariska…………… 98
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Keadaan guru dan Pegawai lainnya………………………………… 56
Tabel 1.3 Data Rincian Jumlah Siswa MTsN Dua Aceh Besar……………….. 57
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 : Surat Izin Pengumpulan Data
Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian Pendidikan
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 5 : Daftar Wawancara Kepala Sekolah MTsN 2 Aceh Besar
Lampiran 6 : Daftar Wawancara Guru BK MTsN Aceh Besar
Lampiran 8 : Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Manusia merupakan makhluk sosial, dimana tidak dapat hidup secara
individual tanpa bantuan orang lain. Begitupun dengan peserta didik, sekolah
tidak dapat hidup sendiri tanpa teman, pendidik ataupun warga dalam sekolah
lingkungan lainnya. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) berada dalam masa remaja (usia 12-15 tahun).1
Menurut Baron, agresif adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu
dengan tujuan melukai dan mencelakakan individu lain. Mayas mengatakan
tingkah laku agresif adalah tingkah laku fisik atau verbal untuk melukai orang
lain.2 Berkowitz mengatakan agresif adalah segala bentuk perilaku yang
dimasukkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik atau psikis.3
Menurut Monstad dan Hewstone dalam Ensiklopedia psikologi Sosial,
agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap mahluk lain dengan
tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukainya terus berusaha untuk
menghindarinya. Motif utama perilaku agresif bisa jadi adalah keiginan untuk
menyakiti orang lain guna mengekspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti
1Sumberning Rahayu, “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam MenanggulangiPerilaku Agresif Peserta Didik SMP Wiyatama Bandar Lampung”, Tesis, (Lampung: UniversitasNegeri Raden Intan, 2018), h. 1.
2Umi Kulsum, Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Jakarta: Prestasiputra,2014), h. 214.
3Diniatul Aliah,” Pelaksanaan Konseling Individu Dalam mengatasi Prilaku AgresifSiswa MTS Al Khoiriyyah Semarang”, Tesis, (Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2018), h. 1.
2
agresif permusuhan atau keinginan mencapai tujuan yang diinginkan melalui
tindakan-tindakan agresif seperti agresif instrumental.4
Perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi kegagalan
individu yang tampak dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda
dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata dan perilaku non
verbal. Perilaku agresif bisa juga disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya
merasakan kurang diperhatikan, tertekan, pergaulan buruk, dan efek dari tayangan
kekerasan dimedia massa.5 Dampak perilaku agresif dapat dilihat dari sisi pelaku
dan sisi korban. Dampak dari pelaku, misalnya pelaku akan dijauhi dan tidak
disenangi semua orang. Sedangkan dampak dari korban misalnya timbulnya sakit
fisik dan psikis serta kerugian akibat perilaku agresif tersebut.
Gejelok emosi pada remaja ditimbulkan oleh fungsi sosial remaja dalam
mempersiapkan diri menuju kedewasaan seperti mencari identitas diri menuju
kedewasaan dan memantapkan posisinya dalam masyarakat, dan pertumbuhan
fisik yang ditandai dengan ciri-ciri pubertas pada remaja, perkembangan
intelegensi serta perubahan emosi yang lebih peka sehingga menimbulkan rasa
cepat marah dan berprilaku agresif.
Perilaku agresif sering kali dipakai manusia sebagai jalan untuk
mengungkapkan perasaan dan menyelesaikan persoalan hidup mereka seperti
untuk mencelakakan orng lain secara tidak langsung, peperangan, perkelahian
antar pelajar dan lain sebagainya.
4Faturrocman. Pengantar Psikologi Sosial ,Cet 1. (Yogyakarta: Pusta, 2006).5 Thomas Santoso, Teori-teori Kekerasan, Cet 1. ( Surabaya: Ghalia Inonesia, 2002) h.
13.
3
Kekerasan dan agresif sering terjadi dijaman sekarang, baik gabungan
antara sesama peserta didik, atau orang-orang. Ancaman seperti penghinaan dan
penolakan merupakan sumber utama pemicu agresif.Saat seseorang melakukan
tindakan agresif mereka termotivasi untuk meningkatkan harga diri mereka.6
Aspek-aspek perilaku agresif, terdapat beberapa teori menjelaskan tentang
aspek perilaku agresif tersebut diantaranya. Menurut mengklasifikasikan perilaku
agresif dalam empat aspek, yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan
permusuhan. Agresi fisik dan agresi verbal mewakili komponen motorik dalam
perilaku agresif, sedangkan kemarahan dan permusuhan mewakili komponen
efektif dan kognitif dalam perilaku agresif.7
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perilaku agresif terjadi menjadi
agresif secara fisik dan secara verbal. Agresif secara fisik meliputi kekerasan yang
dilakukan secara fisik, seperti memukul menampar menendang, mencubit,
merampas barang orang lain dan menyerang orang lain. Sedangkan agresif secara
Verbalmeliputi marah-marah tanpa alasan, berteriak, mengancam orang lain, serta
berkata-kata kasar kepada teman maupun orang orang yang lebih tua.8
Perilaku anak berawal dari lingkungan keluarga, karena sebelum menuju
lingkungan luar / sosial anak akan lebih dulu meniru perilaku tokoh / orang yang
6Thomas, Kekerasan…, h. 11.7Diniatul Aliah, “Pelaksanaan Konseling Individu Dalam Mengatasi Perilaku Agresif
Siswa MTS AL Khoriyyah Semarang” Tesis, (Semarang : UIN Wali Songo Semarang, 2018), h.38.
8Aan Setiyobudi, “Pengaruh Sikap Frustasi Terhadap Perilaku Agresif Pada NarapidanaRemaja Di Lapas Kelas Lib Bayuwangi” dalam Jurnal Fakultas Psikologi, 2014, h. 6-7.
4
berada dilingkungan keluarga (rumah), sehingga perilaku yang nampak pada anak
adalah contoh perilaku yang anak tiru dari keluarga.9
Agretifitas yang dilakukan oleh peserta didik disekolah pada umumnya
disebabkan adanya nurani yang kurang berkembang pada anak, kurangnya
sentivitas terhadap moral. Salah satu pengaruh adalah faktor lingkungan yang
tidak menunjang terbentuknilai moral yang positif. Sumber-sumber nilai yang di
peroleh anak adalah lingkungan televisi, film, surat kabar, sekolah, teman sebaya
dan lain sebagainya. Penyebaran nilai moral dimulai dari keluarga khususnya
orang tua sebelum anak beranjak keluar rumah.
Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah
bersekolah, lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk
dibangku SMP/MTs umumnya menghabiskan waktu sekitar tujuh jam sehari di
sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari
dilewatkan remaja di sekolah. Tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah
terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar.10
Anak-anak muda yang melakukan tindakan agresif terhadap anak lain
disekolah menghadapi resiko terlibat dalam perilaku yang bermasalah lain dimasa
mendatang. Berdasarkan hasil penulisan yang di lakukan oleh Ozkan & Cifci
yang menyatakan bahwa anak yang melakukan kekerasan atau agresif adalah anak
9Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), (Yokyakarta: C.V AndiOffset, 2010) h. 214-215.
10Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006) h. 124.
5
yang memiliki kontrol diri yang rendah, kemampuan yang menghargai yang
rendah, empati pada orang lain yang tidak berkembang.11
Pengaruh sekolah itu diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa
remaja, karena sekolah adalah lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan,
sebagaimana halnya dengan keluarga sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.12 Dalam masalah tersebut tentunya
menjadi tugas besar bagi pihak sekolah, khususnya pendidik Bimbingan dan
Konseling, layanan bimbingan dan konseling sekolah yang bermutu tinggi sangat
penting dan bukan hanya dapat memperbaiki prestasi akademik peserta didik akan
tetapi bimbingan dan konseling dapat memberikan pengaruh positif bagi peserta
didik di kelas dan secara efektif dapat mengurangi perilaku peserta didik yang
menggangu dalam kelas.13
Dampak pengaruh dari perilaku agresif yang ada disekolah, untuk
mengurangi hal tersebut didalam bimbingan konseling disekolah mengadakan
konseling individual. layanan konseling individual merupakan layanan konseling
yang diselegarakan oleh seorang konselor terhadap terhadap seorang klien dalam
rangka pengentasan masalah klien. konseling individual memiliki makna yang
spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana
terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya
11Sumberning Rahayu, “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam MenanggulangiPerilaku Agresif Peserta Didik SMP Wiyatama Bandar Lampung…,, h. 23.
12Sarlinto Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja..., h. 124.13Sofyan S. Willis, Konseling Individual, (Bandung: 2014) h. 9.
6
memberikan bantuan untuk mengembangkan pribadi klien serta klien dapat
mengatasi msalah-masalah yang dihadapinya.14
Untuk mengatasi perilaku agresif siswa, maka perlu dilakukan konseling
individual.Menurut teori Adler model konseling individual didasarkan atau
pandangan holistik mengenai pribadi manusia. Kata individual tidak berarti bahwa
manusia dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan .karena itu
manusia juga tidak terpisah menjadi bagian-bagian, maka kepribadian itu
dipandang sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan.15
Konseling individual merupakan layanan konseling yang diselenggarakan
oleh seorang pembimbing terhadap seorang klien atau siswa dalam rangka
pengentasan masalahan pribadi.dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi
secara langsung antara klien dan guru pembimbing membahas berbagai hal
tentang masalah yang dialami oleh peserta didik. pembahasan tersebut secara
mendalam menyentu hal-hal penting tentang diri klien, bersifat meluas meliputi
berbagai sisi yang menyangkut permasalahan peserta didik. Namun juga bersifat
spesifik menuju ke arah pengentasan masalah.16
Sedangkan Tujuan layanan konseling individual adalah agar klien dapat
memahami tentang kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada dirinya baik dari
segi pribadi sosial lingkungan, dan lingkungan keluarganya.Sehingga klien
mampu mengatasinya secara mandiri, dengan kata lain konseling individual
bertujuan untuk mengentaskan permasalan yang dialami oleh peserta didik.
14Sumberning Rahayu…, tanggal 11 September 2019.15Taufik, Pendekatan Dalam Konseling, (Padang: 2016) h. 82.16Prayitno, Layanan Konseling Perorangan. ( Padang: FKIP UNP, 2014 ). h. 1
7
Pelaksanaan pelayanan bimbingan secara individual terutama terlaksana
dalam wawancara konseling. Selama proses berlangsung, konselorakan
memberikan informasi kepada konseli, baik dalam menyampaikan sesuatu
maupun konselor diberi pertanyaan oleh konseli untuk menyampaikan suatu
informasi. Pemberian informasi itu tidak harus menggangu atau menghilangkan
hubungan antara konseli dan konselor dalam posisi orang yang serba tahu dan
tinggal di turuti saja. Dalam mengolahin formasi yang disajikan kepadanya, siswa
menghubungkan data dan fakta tentang lingkungan hidup atau proses
perkembangan orang muda dengan alam pikiran dan perasaannya sendiri,
sehingga diperoleh gambaran yang lengkap, yang kemungkinan untuk melihat
dengan jelas apa yang sesuai baginya dan apa yang tidaksesuai.17
Maka upaya pengetasan masalah klien melalui konseling individual akan
mengurangi permasalahan klien dan hambatan-hambatan yang timbul dari
permasalahan yang dimaksud. Dengan layanan konseling individual dapat
mengurangi beban atau permasalahan yang sedang dihadapi klien dan
meningkatkan kemampuan klien serta potensi yang ada pada dirinya.
Untuk mengatasi permasalahan tentang perilaku agresif seperti uraian
diatas, maka peneliti bermaksud untuk memberikan layanan konseling individual
yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
memperoleh kesempatan untuk pembahasan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui layanan konseling individual, masalah yang dibahas itu adalah
masalah pribadi yang dialami oleh perserta didik tersebut.
17Winkel dan Srihastuti, Bimbingan dan Konseling Di Instusi Pendidikan, (Yokyakarta:Grasindo, 2006) h. 329.
8
Permasalahan perilaku agresif juga dialami di MTsN 2 Aceh Besar, dalam
proses belajar mengajar di MTsN 2 Aceh Besar. Peneliti melihat terdapat
beberápa perilaku agresif yang terjadi di MTsN 2 Aceh Besar dalam bentuk
verbal seperti: berkelahi, berbicara kasar, mengganggu teman dan lain
sebagainnya.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di MTsN 2 Aceh Besar mengingat sekolah ini pada
dasarnya telah menanamkan nilai-nilai keagamaan melalui bimbingan-bimbingan
agama seperti: membiasakan siswa untuk shalat Dzuhur berjamaah dan menghafal
Al-Qur’an. Akan tetapi masih ada siswa yang memiliki perilaku agresif. Melihat
fenomena tersebut, maka peneliti akan melalukan penelitian yang berjudul“
Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Peserta
Didik Melalui Layanan Konseling Individual di MTsN 2 Aceh Besar.”
9
B. RumusanMasalah
Dari latar belakang tersebut diatas, maka ada beberapa masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani
perilaku verbal peserta didik melalui layanan konseling individual di
MTsN 2 Aceh Besar?
2. Bagaimanaperan guru bimbingan dan konseling dalam menangani
perilakunon verbal peserta didik melalui layanan konseling individual
di MTsN 2 Aceh Besar?
3. Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani
perilaku kemarahan peserta didik melalui layanan konseling individual
diMTsN 2 Aceh Besar ?
C. TujuanMasalah
1. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru bimbingan dan
konseling dalam menangani perilaku verbal peserta didik melalui
layanan konseling individual di MTsN 2 Aceh besar.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru bimbingan dan
konseling dalam menangani perilaku non verbal peserta didik melalui
layanan konseling individual di MTsN 2 Aceh Besar.
3. Mendeskripsikan dan menganalisis peran guru bimbingan dan
konseling dalam menangani perilaku kemarahan peserta didik melalui
layanan konseling individual di MTsN 2 Aceh Besar.
D. ManfaatPenelitian
10
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan ilmu bimbingan
konseling khususnya pada pelayanan konseling individual serta dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian tentang upaya
mengatasi perilaku agresif peserta didik melalui layanan konseling
individual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, dapat mengatasi perilaku agresif serta
menjadiindividu yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat
berinteraksidengan sekolah, rumah dan masyarakat.
b. Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
kualitas sekolah terutama dalam hal membentuk karakter peserta
didik.
c. Bagi pembaca, dapat di jadikan tolak ukur pola hidup yang lebih
selektif dalam berinteraksi.
d. Bagi penulis penelitian ini di laksanakan untuk menyelesaikan
study guna mendapatkan gelar sarjana (S1) prodi BK fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Ar-raniry Banda Aceh.
E. Kajian Terdahulu yang Relavan
Pada dasarnya kajian terdahulu yang relevan adalah dimana kajian yang
sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan berkaitan dengan penelitian
ini, dengan maksud untuk menghindari plagiasi penelitian. Peneliti memaparkan
beberapa penelitian kesamaan dengan judul tentang upaya guru bimbingan dan
11
konseling dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik melalui layanan
konseling individual. Secara umum pernah dilakukan peneliti-peneliti lain
sebelumnya, seperti:
Pertama, penelitian Dian Muslimatun Azizah, jurusan Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Semarang pada tahun
2013 yang berjudul “Mengurangi Perilaku Agresif Melalui Layanan Klasikal
Menggunakan Teknik Sosiodrama Pada Siswa Kelas V Di Sd Negeri Pegirikan 03
Kabupaten Tegal”. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, fokus
masalah pada penelitian ini pada perilaku siswa kelas V di SD Negeri pegirikan
03 kabupaten Tegal. Hasi lpenelitian ini menunjukkan, tingkat keefektifan layanan
klasikal menggunakan teknik sosio drama dalam mengurangi perilaku agresif
siswa kelas V di SD N Pegirikan 03 adalah Tinggi.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti perilaku
agresif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu, upaya guru bimbingan
dan konseling dalam mengatasi perilaku agresif melalui layanan konseling
individual dan juga tempat yang diteliti yaitu di MTsN 2 Aceh Besar.
Kedua, penelitian Reni Susanti jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan judul
"Konseling Islam terhadap Perilaku Agresif Siswa SMA Muhammadiyah 2
Yogyakarta” yang terbit pada tahun 2002. Adapun penelitian ini menggunakan
deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor penyebab
munculnya perilaku agresif siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta dan
bagaimana proses konseling Islam terhadap perilaku agresif siswa SMA
12
Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
penyebab munculnya perilaku agresif siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
adalah masalah ekonomi, tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan
kurangnya kasih sayang ataupun perhatian orangtua. Melihat siswa yang
berperilaku agresif lebih cenderung mudah emosi, guru BK memberi terapi Islam
terhadap siswa yang bersifat agresif untuk membaca dzikir yang fungsinya untuk
meredamkan siswa. Dzikir tersebut dilakukan dengan posisi duduk.
Persamaan dalam penelitian yang dilakukan Reni Susanti dengan peneliti
yaitu sama-sama meneliti tentang perilaku agresif. Adapun perbedaannya yaitu
Konseling Islam sedangkan peneliti fokus pada layanan konseling individual.
Ketiga, skripsi Thrisia Febrianti Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Bengkulu pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Layanan Konseling
Kelompok Terhadap Perilaku Agresif Siswa Kelas VII 1 di SMP Negeri 3 Kota
Bengkulu” penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pemberian layanan konseling kelompok dapat digunakan
untuk mengurangi perilaku agresif siswa SMP kelas VIII. Perilaku agresif siswa
sebelum mendapatkan layanan konseling kelompok adalah tinggi dan setelah
mendapatkan layanan konseling kelompok menurun menjadi rendah. Kesamaan
dengan penelitian ini adalah perilaku agresif, sedangkan perbedaannya adalah
peran layanan konseling kelompok sedangkan peneliti meneliti tentang
pelaksanaan layanan individual. Kemudian tempat yang diteliti yaitu di SMP
Negeri 3 kota Bengkulu, sedangkan peneliti meneliti di MTsN 2 Aceh Besar.
13
Kempat Rudiyana pada tahun (2010) dengan judul “Upaya guru
Pembimbing dalam Mengatasi Agretifitas Siswa di SMP Negeri 17 pekan Baru.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa upaya yang di lakukan guru
pembimbing dalam mengatasi agretifitas siswa di SMP Negeri 17 Pekanbaru.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru pembimbing dalam
mengatasi agretifitas siswa di SMP Negeri 17 pekanbaru. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa upaya guru pembimbing dalam mengatasi agresif siswa di
SMP 17 pekanbaru kurag maksimal, dimana upaya guru pembimbing dapat
dipersentasekan sebanyak 53,15% dan hal yang diupayakan oleh guru
pembimbing dapat dipersentasekan sebanyak 46,85%. Sedang judul penelitian
peniliti lakukan yaitu, Upaya Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi
Perilaku Agresif Peserta Didik Melalui Layanan Konseling Individual Di Mtsn 2
Aceh Besar.
Persamaan dalam penelitian yang dilakukan Rudiayana dengan peneliti
yaitu sama-sama meneliti tentang perilaku agresif. Adapun perbedaannya yaitu
tidak menggunakan layanan konseling individual sedangkan peneliti fokus pada
layanan konseling individual.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian kualitatif, adapun
sistematika penulisan bagian awal dari skripsi ini memuat hal-hal sebagai berikut
:Pengantar yang didalamnya terdiri dari bab I, II, III, IV, V dan Daftar Pustaka.
Bab I, mengemukakan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Terdahulu yang Relevan, dan Sistematika
14
Penulisan. Bab II Landasan Teoritis, berisikan beberapa teori-teori yang
mencakup tentang bimbingan konseling, perilaku agresif, dan layanan konseling
individual. Bab III Metodologi Penelitian, berisikan metode-metode yang
digunakan dalam penelitian yang mencakup: lokasi penelitian, jenis penelitian,
subyek penelitian, instrument pengumpulan data dalam bentuk wawancara, dan
dokumentasi. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan tentang hasil
penelitian berupa penyajian data, pengolahan data dan analisis data yang telah
diolah untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dalam penelitian. Bab
V Penutup, berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara menyeluruh
yang dilanjutkan dengan memberi saran-saran serta perbaikan dari segala
kekurangan.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan
“counseling” dalam bahasa inggris. Secarah harfiyah istilah “guidance” dari akara
kata “guide” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3)
mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Banyak pengertian bimbingan
yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.1
Sunaryo Kartadinata mengartikan bimbingan adalah sebagai “proses
membantu individu untuk mencapai perkembangan secara optimal.” Sementara
Rocman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat
memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.
1Jamal Makmura Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: Diva Press, 2010), h. 31.
16
Bimbingan membantu berbagai individu mencapai perkembangan diri secara
optimal sebagai makhluk sosial.2
Dari pendapat Suryano Kartadinata dan Rocman Natawidjaja diatas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh seorang guru pembimbing / konselor untuk
membantu mengembangkan atau menyesuaikan individu dengan lingkungannya
dan memahami dirinya dan sanggup mengarahkan dirinya menjadi lebih baik lagi
dan bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya seperti keluarga, sekolah dan
masyarakat dimana pun individu tersebut berada.
Miller, bimbingan merupakan proses pemberian bantuan terhadap invidu
agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat
memanfaatkan potensi-potensinya. 3
Dari pendapat Miller, peneliti dapat menyimpulkan bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang di berikan seorang guru Bimbingan dan
Konseling, bantuan yang diberikan kepada individu adalah bantuan untuk
memahami dirinya sendiri dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada
pada dirinya baik kemampuan dalam belajar maupun kemampuan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa bimbingan ini sangat
berkaitan dengan perilaku agresif. Dimana bimbingan ini sangat penting untuk
2Syamsu Yusuf, L.N. Juntika Nurihsan Landasan Bimbingan dan Konseling. (Bandung:PT Remaja Roskadarya, 2005), h. 5-6.
3 Sofyan S. Willis, Konseling Individual, Teori dan Praktek. (Bandung: CV. Alfabeta,2017), h. 11-13.
17
mengatasi perilaku agresif peserta didik, dan juga dapat mengurangi masalah
perilaku agresif yang dialami oleh peserta didik. Melalui layanan bimbingan ini
individu yang memiliki masalah perilaku agresif dapat teratasi dengan dengan
baik, melalui bantuan yang di berikan oleh guru Bimbingan dan Konseling kepada
peserta didik agar dapat terarah dan juga dapat memahami dirinya sendiri serta
mengetahui kemampuan-kempuan yang ada di didalam dirinya.
2. Pengertian Konseling
Menurut analisa Shertzer dan Stone, definisi konseling pada umumnya
bernuansa kognitif, efektif, dan behavioral. Semua devinisi konseling
mencerminkan relasi dyadic yakni hubungan seseorang dengan seseorang,
beragam tempat, beragam klien, beragam materi dan tujuan.4
Menurut teori Shetzer dan Stone, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
konseling adalah hubungan seorang konselor dengan klien yang di lakukan secara
tatap muka untuk mengatasi permasalahan klien seperti kognitif yaitu suatu
perkembangan yang mempengaruhi kemampuan intelektuan peserta didik dalam
berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Layanan konseling ini dilakukan
di berbagai tempat seperti ruang konseling, taman sekolah, ruang kelas dan lain
sebagainya sesuai dengan keinginan si klien. Klien yang diberikan layanan
konseling tidak hanya kepada satu klien saja akan tetapi kepada beberapa klien
yang memiliki masalah, dan materi yang diberikan berbeda-beda serta tujuan
pengentasan masalahnya juga berbeda dengan kata lain materi yang diberikan
sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh klien.
4 Sofyan S. Willis, Konseling Individual..., h. 18.
18
Menurut Mapiare konseling adalah serangkaian kegiatan pokok bimbingan
dalam usaha membantu klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus.5
Dari pendapat Mapiare peneliti dapat menyimpulkan bahwa konseling
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang secara tatap muka
diantaranya konselor dengan klien untuk membantu klien mengentaskan atau
menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien dan klien tersebut dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap masalah yang dialaminya.
Menurut Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka,
berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang
bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien6
3. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga
sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan
perkembangan jiwanya.7
Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa guru bimbingan dan konseling adalah suatu proses
5Arintoko, Wawancara Konseling di Sekolah Lengkap dengan Contoh Kasus danPenanganan. (Yokyakarta: CV Andi Offset, 2011), h. 2.
6 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2011) h. 3
7 Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yokyakarta: ArruzMedia, 2011), h. 11
19
pemberian bantuan yang di berikan oleh guru Bimbingan dan Konseling kepada
seorang klien/peserta didik dengan tujuan agar klien / peserta didik dapat
menyelesaikan masalahnya dengan baik melalui bantuan seorang guru Bimbingan
dan Konseling
4. Tujuan Bimbingan dan Konseling
a. Tujuan Bimbingan
Tujuan Bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan
yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan
benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapian tingkat kemapuan
intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan dan keterampilan,
melainkan suatu kondisi dinamik, di mana individu (1) mampu mengenal dan
memahami diri; (2) berani menerima kenyataan diri secara objektif; (3)
mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan sistem nilai; dan
(4) melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Dikatakan sebagai kondisi dinamik, karena kemampuan yang disebutkan diatas
akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada didalam
lingkungan yang terus berubah dan berkembang.
b. Tujuan Konseling
Melihat kenyataan hidup, tak dapat dipungkiri bahwa klien mempunyai
berbagai tujuan didalam konseling. Tujuan-tujuan yang beragam telah
dikemukakan oleh para pakar konselingsebagai berikut:
Maslow dan Rogers, Tujuan konseling adalah agar tercapainya aktualisasi
diri sebagai manifestasi potensi yang dimiliki klien. Dalam aktualisasi ini tidak
20
terlepas dari sosialisasi potensi klien yang dikembangkan tidak bertentangan
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Disamping itu, dalam
aktualisasi diri terdapat unsur kemampuan untuk memilih yang terbaik (the best
choice) dengan mempertimbangkan aspek-aspeklingkungan.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Maslow dan Rogesr, maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa tujuan konseling adalah agar tercapainya keinginan
seseorang untuk menggunakan semua kemampuan dirinya untuk mencapai
apapun yang mereka mau dan bisa lakukan seperti mengikuti kegiatan perlombaan
yang diadakan di dalam sekolah atau masyarkat. Dan mengembangakan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh klien serta tidak melanggar aturan-
aturan yang telah ditetapkan baik itu nilai dan norma yang ada di lingkungan
masyarakat.
Menurut Berne & Haris okayness, artinya tujuan konseling yang
dibutuhkan klien adalah terjadinya harmonisasi hubungan antar sesama
dalamkehidupan, tepo seliro, tenggang rasa, menghormati kepentingan orang lain,
walaupun ia orang kecil (I'm OK, You're OK). Kalau hanya diri sendiri yang OK
sedangkan orang lain tidak OK (I'm OK, You're not OK), akan terjadi keterangan,
konflik dan frustasi, dendam pada orang lain yang dapat berdampak negatif dalam
kehidupan. Dan lebih gawat lagi jika terjadi sayatidak OK, kamu juga tidak OK
(I'm not OK, You're not OK), dalam relasi ini akan terjadi hancur-hancuran, dan
akibatnya semua akan kalah, seperti kata pepatah kalah jadi abu menang jadi
orang.8
8Sofyan S. Willis, Konseling Individual..., h. 21.
21
Dari pendapat Berne & Haris, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan
konseling yang dibutuhkan klien adalah terjadi hubungan yang baik antara satu
orang klien dengan orang lain, saling menghormati kepentingan orang lain
walaupun jarak usia yang membedakan. Seperti orang dewasa dengan anak-anak
atau remaja dengan anak-anak. Didalam tujuan konseling ini juga adanya kaitan
keinginan saling menyetujui dan juga suka-menyukai, jika sebalik nya bertolak
belakang maka hubungan antara individu tersebut akan menjadi pertentangan atau
perselisihan antar sesama individu.
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Proses Bimbingan dan konseling disekolah dapat berhasil apabila
mempunyai tujuan yang jelas akan tercapainya. Bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan
perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial belajar (akademik) dan
karir.9
Menurut Wardati dan Jauhar, tujuan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah agar peserta didik, dapat: (a) Mengembangkan seluruh potensinya
seoptimal mungkin, (b) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri (c)
Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, sosioekonomi, dan kebudayaan. (d) Mengatasi
kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya (e) Mengatasi
kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat,dan bakatnya dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan (f) Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak
9Syamsyu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarta, 2005), h. 15
22
di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan
di sekolah tersebut.
Dari pendapat Wardati dan Jauhar, maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar
memiliki kompotensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang
harus dikuasainya sebaik mungkin.
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dekolompokkan
menjadi tiga, yaitu: tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan akhir.
1) Tujuan Umum
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu peserta didik
mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai mahkluk
Tuhan, sosial dan pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling
adalah membantu individu dalam mencapai: Kebahagian hidup pribadi
sebagai makhluk Tuhan, kehidupan yang produktif dan efektif dalam
masyarakat, hidup bersama dengan individu-individu lain, harmoni antara
cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimiliki.10
10 Wardati dan Mohammad Jauhar, Iplementasi Bimbingan dan Konselng di Sekolah,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011) h. 28.
23
2) Tujuan Khusus
Secara khusus pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek-apek pribadi sosial, belajar, dan karier.11
3) Tujuan Akhir
Individu dipandang telah mampu membimbing dirinya apabila; (1) Telah
mampu memahami diri baik memahami kekuatan-kekuatannya ataupun
kelemahan-kelemahannya; (2) Menerima dirinya dengan segala kelebihan
dan kekurangannya; (3) Dapat mengarahkan dirikepada tujuan yang mulia
yang bermanfaat bagi kehidupannya; (4) Mengaktualisasikan potensi-
potensi dirinya dengan cara-cara yang terpuji tanpa ada pihak-pihak yang
merasa dirugikan.
Apabila seorang sudah berada pada keadaan demikian maka itulah yang
dikatan self-reliance, yaitu orang yang sudah mampu berdiri diatas kaki sendiri,
orang yang mampu bertanggung jawab, orang yang sudah mandiri
(independrnce).Kemandirian memungkinkan tercapainya kesejahteraan (walfare).
Inilah tujuan akhir bimbingan dan konseling12
Dari penjelasan tujuan bimbingan dan konseling secara umum, khusus,
dan akhir, maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling
adalah untuk mengembangkan potensi pada individu secara baik, sesuai dengan
11Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling diSekolah, Jakarta: Rieneka Cipta, 2008), h. 44.
12Paimun, Bimbingan dan Konseling (Sari Perkuliahan), Universitas Islam Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.h. 19-21.
24
kemampuan agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip di sini ialah hal-hal yang didapat dijadikan pegangan di
dalam proses bimbingan dan penyuluhan. Terdapat beberapa prinsip dasar yang
dipandang sebagai pondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip
ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar
bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
Menurut Prayitno dan Erman Anti, “rumusan prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah
klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan
penyelenggaraan pelayanan”.13
Dari pendapat Prayitno dan Erman Anti, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang berkenaan
pada sasaran layanan yaitu; klien. Dengan tujuan permasalahan yang dihadapi /
alami klien dapat teratasi dengan baik, melalui program pelayanan dan
penyelengaraan pelayanan.
Menurut Elfi Mu’awanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
dapat melaksanakan pelayanan bimbingan dengan sebaik-baiknya, yaitu prinsip-
prinsip sebagai berikut: (a) Hendaknya dalam memberikan layanan bimbingan
individu (siswa) dianggap sebagai individu yang berkemampuan, termasuk
13Hallen, Bimbingan dan Konseling…, h. 63
25
kemampuan untuk memecahkan masalahnya, (b) Siswa adalah individu yang
berharga, sehingga tetap dihormati, mereka (siswa) tidak boleh diremehkan,
direndahkan martabatnya, baik oleh sikap perbuatan, maupun kata-kata konselor.
Konselor hendaknya menunjukkan sikap hormat kepada klien, menunjukkan
perhatian agar klien tumbuh rasa percata terhadap konselor. Perasaan pada proses
bimbingan sangat diperlukan sekali. Dengan rasa percaya terhadap
mengemukakan masalahnya yang sedang dihadapi tidak menaruh perasaan ragu-
ragu, curiga, takut, dan sebagainya, (c) Siswa sebagai individu yang merupakan
kebulatan. Tingkah lakunya diwarnai oleh keadaan fisik, psikis serta sosial dan
latar belakang lainnya, demikian pula kelainan tingkah lakunya, sehingga dapat
memberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya, (d) Siswa adalah merupakan
makhluk unik, artinya siswa satu dengan yang lain terdapat perbedaan-perbedaan.
Sehingga dengan demikian perlu sekali dipahami sifat-sifat masing-masing siswa,
dan (e) Keberhasilan layanan bimbingan di sekolah amat diperlukan oleh
kesediaan serta kesadaran siswa itu sendiri. Tanpa ada kesadaran tersebut layanan
bimbingan tidak akan berjalan. Oleh karena itu usaha-usaha paling awal dilakukan
oleh seorang pembimbing di sekolah adalah menanamkan kesadaran akan
pentingnya bimbingan bagi dirinya baru setelah itu diberi layanan bimbingan.14
Dengan memahami prinsip di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
seorang pembimbing dapat membina sikap positif dalam memberikan layanan
kepada siswa. Karena dengan keberhasilan layanan yang diberikan seorang
pembimbing, maka akan terbentuk karakter rasa percaya diri peserta didik
14Elfi Mu’awanah, Bimbingan dan Konseling…, h. 6-7.
26
terhadap mengemukakan masalahnya yang sedang dihadapi tidak menaruh
perasaan ragu-ragu, curiga, takut, dan sebagainya.
6. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling merupakan fungsi integral dalam proses belajar
mengajar. Fungsi bimbingan Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya Proses
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah sebagai berikut: (a)Fungsi
pemahamanyaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan
norma agama), (b) Preventifyaitu Layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai
pencegahan. Artinya, ia merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya
masalah. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa
tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yan membahayakan
dirinya, (c)Fungsi Perbaikanyaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami siswa. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial
teachin,15 dan (d) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembanganyaitufungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para
siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
mantap, terarah, dan berkelanjutan.16
Jadi dari penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa setiap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan haruslah secara
15Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling..., 16-17.
16 Prayitno dan Erman Emti, Bimbingan dan Konseling..., h. 42-43
27
langsung mengacu pada salah satu atau pada beberapa fungsi itu, agar hasil yang
hendak dicapai secara jelas dan dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
7. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terdapat asas-asas yang
diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan
kegiatan bimbingan dan konseling sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Adapun asas-asas yang terdapat dalam layanan bimbingan konseling
adalah sebagai berikut: (a) Asas kerahasiaan.Asas kerhasiaan ini menuntut
dirahasikannya segenap data dan keterangan tentang data dan keterangan tentang
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin,17 (b) Asas
kesukarelaan, jika asas kerahasiaan benar-benar tertanam pada diri siswa atau
klien, maka sangat dapat diharapkan bahwa mereka yang mengalami masalah
akan dengan sukarela membawa masalahnya itu kepada pembimbing untuk
meminta bimbingan, (c) Asas keterbukaan,. keterbukaan ini bukan hanya sekedar
berarti “bersedia menerima saran-saran dari luar” tetapi dalam ini lebih penting
dari masing-masing yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan
pemecahan masalah yang di maksud, (d) Asas kekinian, masalah individu yang
ditanggulangi adalah masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah
17 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan…, h. 22.
28
lampau, dan bukan masalah yang akan dialami masa mendatang,18(e) Asas
kemandirianDalam memberikan layanan pembimbing hendaklah selalu
menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan sampai orang
yang dibimbing itu menjadi tergantung kepada orang lain, khususnya para
pembimbing/ konselor, (f) Asas kegiatan, usaha layanan bimbingan dan konseling
akan memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak
melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha
bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang
bersangkutan, (g) Asas kedinamisan, perubahan tidaklah sekedar mengulang-
ngulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu
menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju, (h) Asas keterpaduan,
disamping keterpaduan dalam diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan
keterpaduan isi proses layanan yang diberikan jangan aspek layanan yang satu
tidak serasi atau bahkan bertentangan dengan aspek layanan yang lain, (i) Asas
kenormatifan, usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma
hukum/negara, norma ilmu ataupun kebiasaan sehari-hari, dan (j) Asas alih tangan
asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas bimbingan dan konseling
sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum dapat
18Prayitno dan Erman Emti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: RienekaCipta, 2009), h. 117
29
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka petugas ini mengalihtangankan
klien tersebut kepada petugas atau badan lain yang lebih ahli.19
Dari penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan asas-asas dalam
bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan yang di gunakan untuk
memperkuat si klien dalam mempercayai si konselor dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling dan juga membuat siklien bisa lebih terbuka dan
bersukarela untuk membawa masalahnya kepada sikonselor untuk dibimbing dan
mengentaskan permasalahan klien dengan sebaik mungkin.
8. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Didalam layanan bimbingan dan konseling ada terdapat beberapa jenis-
jenis layanan yang digunakan yaitu: (a) Layanan orientasi layanan orientasi adalah
layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua
guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan (mengarahkan,
membantu, mengadaptasi) siswa (juga pihak lain dapat memberi pengaruh,
terutama orag tuanya) dari situasi lama kepada situasi yang baru, (b) Layanan
informasi, layanan informasi dilakukan sepanjang tahun jika diperlukan siswa dan
orang tua nya demi kemajuan studi, (c) Layanan bimbingan penempatan dan
penyaluran. Menurut buku petujuk bimbingan dan konseling dalam kurikulum
1994 yang di maksud layanan ini adalah: "Layanan bimbingan memungkinkan
siswa memoperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya
penempatan/peyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program
khusus, kegiatan ko/ektrakurikuler), sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta
19 Dewa Ketut Sukardi, Op.cit., hal 48-51
30
kondisi pribadinya," (d) Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan bimbingan
yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, meteri belajar yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajarnya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, (e)
Layanan konseling individual yaitu bantun yang diberikan oleh konselor kepada
seorang siswa degan tujuan berkembangnya potensi siswa, mampu mengatasi
masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara positif, dan (f) Layanan
bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang di berikan kepada
sekolompok siswa untuk memecahkan secara bersama masalah-masalah yang
menghambat perkembangan siswa.
Dari penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa jenis-jenis
yang terdapat dalam layanan bimbingan konseling tertsebut tidak semuanya
laksanakan akan tetapi layanan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan
permasalahan atau keingin klien untuk melakukan bimbingan kepada konselor.
Seperti halnya peneliti menggunakan layanan konseling individual untuk
mengatasi permasalahan perserta didik susai dengan bentuk permasalahannya.
B. Perilaku Agresif
1. Pengertian Perilaku Agresif
Kata agresif berasal dari bahasa latin agresif yang berarti menyerang. Kata
ini mengisyarakatkan bahwa orang yang siap untuk melakukan sesuatu atas
kehendaknya untuk menyerang seseorang yang ia tuju. Walaupun itu bahwa
kerusakan fisik atau psikologisnya makin ditimbulkan sebagai akibatnya. Menurut
31
Mayas tingkah laku agresif adalah tingkah laku fisik atau verbal untuk melukai
orang.20
Dari pendapat Mayas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku agresif
adalah suatu perilaku yang berbentuk fisik maksudnya adalah orang yang
menyerang dengan memukul atau menendang. sedangkan perilaku agresif verbal
adalah suatu perilaku yang mengunakan kata-kata seperti mengejek dan memaki
(mengeluarkan kata kasar) untuk seseorang yang ia tuju dengan tujuan melukai
hati dan perasaan seseorang.
Menurut Monstad dan Hewstone dalam Ensiklopedia psikologi Sosial,
agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap mahluk lain dengan
tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukainya terus berusaha untuk
menghindarinya21
Dari pendapat Monstad dan Hewstone, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa agresif adalah suatu bentuk perilaku yang disengaja untuk melukai
seseorang dan menjauhi orang yang telah dilakuinya dengan artian perilaku
agresif ini tidak mengarah kepada satu orang saja akan tetapi juga kepada orang
yang ingin ia lukainya saja.
Leonardo Berkowitz, salah seorang yang dinilai paling kompeten dalam
studi tentang agresif membedakan agresif sebagai tingkah laku sebagaimana
diindikasikan kedalam dua macam agresif yakni agresif instrumental, yang
dimaksud agresif instrumental adalah agresif yang dilakukan oleh organisme atau
20 Umi Kulsum, Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Jakarta: Prestasi Putra,2014), h. 241.
21 Faturrocman. Pengantar Psikologi Sosial. Cet 1 (Yogyakarta:Pusta, 2006), h. 82.
32
individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. dan agresi benci
atau disebut juga agresif implusif adalah agresi yang dilakukan semata-mata
sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti seseorang tanpa
tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, atau kematian
terhadap orang yang menjadi sasaran atau korban.22
Dari pendapat Leonardo Berkowitz, peneliti dapat menyimpulakan bahwa
agresif adalah suatu perilaku yang dilakukan seseorang untuk melukai orang lain
yang ingin ia lukai dengan tujuan untuk membuat suatu kerusakan, kesakitan,
hingga pembunuhan yang membuat si agresif merasa puas setelah segala
tujuannya terlaksanakan kepada orang yang ia tuju.
Menurut Adler Agresif adalah keinginan untuk berkuasa atau dorongan
yang beharga untuk lebih sempurna.Dorongan berharga adalah hal yang ada
dalam diri subyek, sebagai bagian dari hidupnya, malahan hidup itu sendiri.Sejak
lahir sampai mati dorongan superioritas itu membawa pribadi dari satu fase
perkembangan kefase selanjutrnya. Dorongan ini dapat menjelma kedalam beribu-
ribu bentuk atau cara.23
Dari pendapat Adler, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku agresif
merupakan gangguan tingkah laku terutama apabila perilaku agresif dilakukan
berulang kali dan menetap sehingga terjadi pelanggaran, menyakiti dan membuat
22 E. Koewara, Agresi Idrawaty, (Bandung : Eresco, 1988), h. 24.
23 Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014)
hal. 186-187.
33
semena-mena. Agresif atau tingkah laku dikarenakan frustasi yang berlebihan
yang di alami oleh seseorang juga dapat juga mencontoh atau belajar dari
lingkungan terutama yang amat dekat dengan lingkungannya yaitu orang tua dan
saudara terdekatnya.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif
Ada berbagai bentuk perilaku agresif yang terjadi pada diri individu salah
satu diantaranya adalah mengutip dari pendapat Kennent Moyer, mengatakan ada
tujuh tipe agretifitas di antaranya:
a. Agresi predatori merupakan agresif yang dibangkitkan oleh kehadiran
objek ilmiah (mangsa). Agresif predatori ini biasanya terdapat pada
organisasi atau spesies hewan yang menjadikan hewan spesies lain sebagai
mangsa.
b. Agresi antar jantan: agresif yang secara tipikal dibangkitkan oleh
kehadiran sesama jantan pada suatu spesies.
c. Agresif tersinggung: agresif yang dibankitkan oleh perasaan tersinggung
atau kemarahan . respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas
(tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup maupun objek-
objek yang mati.
d. Agresi pertahanan: agresi macam ini adalah suatu agresi yang dilakukan
oleh organism dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari
ancaman atau ganguan anggota spesies sendiri. Agresif pertahanan ini
disebut juga agresif teritoriel.
34
e. Agresi instrumental: agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.24
Dari pendapat Kennent Moyer, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembagian tipe-tipe agresifitas tersebut tidak satupun dari tipe-tipe agresitifitas
tersebut yang ekslusif milik manusia saja.Akan tetapi dapat dipahami tipe-tipe
agresifitas bisa saja secara verbal, dan non verbal langsung dan tidak langsung.
Agresif emosional verbal, meliputi moral atau membenci orang lain (meskipun
perasaan itu dilakukan dengan kata-kata), mengutuk, memaki, perang mulut,
mengkritik menghina, memperingatkan dengan kasar, menyalahkan dengan
menertawakan, mencetuskan agresif melawan kritik-kritik sosial.
Menurut Sugiarta, bentuk-bentuk agresif dapat dibagi menjadi empat
bagian diantaranya sebagai berikut:
1. Agresif fisik sosial, meliputi berkelahi atau membunuh dalam membela
diri atau membela seseorang yang dicintai, membalas dendam terhadap
penghinaan, dan terhadap sesuatu ketidak adilan tanpa sesuatu
perundingan serta menghukum orang yang melakukan tindakan tercela dan
berjuang untuk negaranya sendiri atau negara sahabat dalam suatu
peperangan.
2. Agresif deskrutif meliputi tindakan menyerang atau membunuh binatang,
memecah, membanting, menghancurkan, membakar atau merusak sesuatu,
24 E.Kceswan, Op. h. 6
35
melukai orang lain, menyakiti dirinya sendiri dan melakukan tindakan
bunuh diri.25
Dari pendapat Sugiarta, peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk-
bentuk periku agresif terbagi menjadi dua yaitu; (1) agresif fisik sosial merupakan
suatu perilaku yang dilakukan untuk melukai orang lain dengan bentuk memukul,
dan menendang orang lain tanpa suatu alasan yang jelas. (2) sedangkan agresif
deskrutif merupakan perilaku agresif yang sengaja dilaku untuk ,melukai orang
lain dengan mengunakan kata-kata yang tidak baik serta ingin menyakiti diri
sendiri tanpa alasan yang jelas.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Agresifitas tidak muncul dengan sendirinya pada diri seseorang akan tetapi
agresif bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan sesorang
beragretifitas.
a. Frustasi
Frustasi merupakan apabila seseorang atau siswa melakukan sesuatu
kegiatan, umpamanya mengikuti ujian akhir semester, ternyata lulusnya sesuai
yang diinginkan, maka dia akan merasa puas dan bahagia. Tetapi apabila telah
melakukan sesuatu kegiatan dan tidak mencapai tujuan maka akan merasa
kecewa.
Dengan demikian, frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri
siindividu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari
25E.Kceswara Op. hal. 7.
36
frustasi adalah “rasa kecewa mendalam, karena tujuan yang dikehendaki tidak
kunjung terlaksana.26
Dari penjelasan faktor agresif diatas peneliti dapat menyimpukan faktor
penyebab perilaku agresif adalah suatu kegagalan individu dalam mencapai
keinginan akan menyebabkan kekecewaan pada diri individu tersebut. Jika
kejadian itu berulang-ulang, dan mengganggu keseimbangan psikisnya, baik
emosi maupun tindakannya, berarti individu tersebut sudah berada dalam situasi
frustasi.
b. Provokasi
Provokasi bisa mencetuskan agresi karena provokasi itu suatu perilaku
agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dan direspon agresif untuk
meniadakan bahwa yang disyarakan oleh ancaman itu. Dalam menghadapi
provokasi yang mengancam pada dirinya para perilaku agresif agak cenderung
berpegangan pada prinsip bahwa dari pada diserang lebih baik menyerang.
c. Kondisi Agresif
Kondisi agresif adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
ingin di hindari oleh seorang. Menurut Berkowitz keadaan yang tidak
menyenangkan merupakan salah satu faktor yang kurang menyenangkan itu,
orang akan mencoba membuat keseimbangan dengan jalan, antara lain, berusaha
menghilangkan atau mengubah situasi itu. Apabila situasi tidak menyenangkan
26 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 166-167
37
adalah makhluk hidup atau orang, maka akan timbul agresif terhadap orang
tersebut.
d. Kehadiran Orang Lain
Kehadiran orang, terutama yang di perkirakan agresif, berpotensi untuk
menumbuhkan agresif. Diasumsikan bahwa kehadiran tersebut akan
berpartisipasi ikut agresif. Dilain pihak, kehadiran orang lain justru sering
menghambat agresif, terlebih lagi bila orang tersebut adalah pemegang otonomi
yang berwibawa, seperti polisi.
e. Kekuasaan Dan Kepatuhan
Kekuasaan, yang pada dasarnya suci, kita maksudkan kedalam faktor-
faktor pengarah dan pecentus agresif ini dengan di dasari pemikiran bahwa,
sebagaimana nyatakan oleh Lord Acton, kekuasaan itu cendrung di salah
gunakan.Dan penyalahgunaan kekuasaan yang mengubah kekuasaan menjadi
kekuatan yang memaksa (coercive), memiliki efek langsung maupun tidak
langsung terhadap kemunculan agresi.Peranan kekuasaan sebagai pengarah
kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan dari salah satu aspek penunjang
kekuasaan itu, yakni pengabdian atau kepatuhan.27
Dari berbagai penjalasan pendapat para ahli peneliti dapat menyimpulkan
bahwa faktor penyebab agresif adalah faktor biologis, lingkungan dan sosial
peserta didik tersebut.28
27 E. Koeswara..., Agresi Manusia. h. 100-101.
28 Faturochman, Op, hal. 87-88
38
4. Tipe-tipe perilaku agresif
Setiap individu mempunyai perilaku agresif yang berbeda-beda. Berkowitz
membedakan agresif kedalam dua tipe yaitu:
a. Agresif instrumental
Agresif instrumental adalah agresif yang dilakukan oleh organisme atau
individu sebagai alat atau cara mencapai tujuan tertentu.
b. Agresif Benci
Agresif benci adalah agresif yang dilakukan semata-mata sebagai
pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresif tanpa tujuan
selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran
atau korban.
Menurut Mayor membagi tipe-tipe perilaku agresif adalah sebagai berikut:
1. Agresi predator adalah agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek
alamiah(mangsa). Biasanya terdapat pada organisme atau spesies hewan
yang menjadikan hewan dari spesies lain sebagai mangsanya.
2. Agresi antar jantan adalah agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh
kehadiran sesama jantan pada suatu spesies.
3. Agresi ketakutan adalah agresi yang dibangkitkan oleh ketertutupannya
kesempatan untuk menghindar dari ancaman.
4. Agresi tersinggung adalah agresi yang di bangkitkan oleh perasaan
tersinggung atau kemarahan, respon menyerang muncul terhadap stimulus
yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek mati.
39
5. Agresi pertahanan adalah agresi yang dilakukan oleh organisme dalam
rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau
gangguan spesies sendiri. Agresi pertahanan ini disebut juga agresif
territorial.
6. Agresi material adalah agresi yang spesifik pada spesies atau organisme
betina (induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anak dari
berbagai ancaman.
7. agresi instrumental adalah agresi yang dipelajari, diperkuat dan dilakukan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa agresif,
yaitu: Agresi instrumental, agresi benci, agresi pemangsa, agresi antar jantan,
agresi ketakutan, agresi tersinggung, agresi pertahanan dan agresi Material29
Bus mengklasifikasikan perilaku agresif secara lengkap, yaitu: perilaku
agresif secara fisik atau verbal, dan secara aktif atau pasif, serta langsung atau
tidak langsung tiga klasifikasi ini masing-masing saling berinteraksi, sehingga
akan menghasilkan delapan bentuk perilaku agresif yaitu:
a) Perilaku agresif fisik aktif yang dilakukan secara langsung, misalnya
menusuk, menembak, memukul orang lain.
b) Perilaku agresif fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung, misalnya
membuat jebakan untuk orang lain.
c) Perilaku agresif fisik pasif yang dilakukan secara langsung, misalnya tidak
memberi jalan kepada orang lain.
29 Umi Kulsum, Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Jakarta: Prestasi Putra,2014, hlm. 149-247.
40
d) Perilaku agresif fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung, misalnya
menolak untuk mengerjakan sesuatu, menolak untuk mengerjakan perintah
orang lain.
e) Perilku agresif verbal aktif yang dilakukan secara langsung, misalnya
memaki-maki orang.
f) Perilaku agresif verbal aktif dilakukan secara tidak langsung, misalnya
menyebar gosip tentang orang lain.
g) Perilaku agresif verbal pasif yang dilakukan secara langsung, misalnya
tidak setuju dengan pendapat orang lain, tetapi tidak mau mengatakan
tidak mau menjawab pertanyaan orang lain.
h) Perilaku agresif verbal pasif yang dilakukan secara tidak langsung,
misalnya menolak untuk berbicara dengan orang lain, menolak member
perhatian dalam sesuatu pembicaraan.30
5. Aspek-Aspek Perilaku Agresif
Aspek-aspek perilaku agresi, terhadap beberapa teori yang menjelaskan
tentang aspek perilaku agresif tersebut diantaranya.Menurut mengklasifikasikan
perilaku agresif kedalam empat aspek, yaitu agresif verbal, agresi non verbal,
kemarahan, dan permusuhan.Agresi verbal dan agresi non verbal mewakili
komponen motorik dalam perilaku agresif, sedangkan kemarahan dan permusuhan
mewakili komponen efektif dan kognitif dalam perilaku agresif.
30 Dayakisni, psikologi sosial, (Malang: UMM 2003), h. 214-215.
41
Perilaku agresif dalam dasarnya mengandung dua makna yakni makna
positif dan makna yang negatif.perilaku agresif dalam makna yang
negatif.perilaku agresif dalam makna yang positif dan makna yang positif
merupakan tindakan menyerang untuk meraih kesuksesan meskipun mendapat
rintangan. Tindakan menyerang tersebut tidak bermaksud untuk menyakiti atau
melukai oang lain, dan disebut dengan agresi instrumental; sedangkan perilaku
agresif dalam makna yang negatif merupakan perilaku menyerang untuk
memperoleh keinginan dengan merusak, melukai, atau menyakiti orang lain.31
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
perilaku agresif terbagi menjadi dua, yaitu perilaku agresif secara non fisik yang
dijelaskan dengan cirri-ciri: menyombongkan diri, adanya bahasa yang kasar,
sering adu mulut, (adu argument), mencaci maki mengancam, menjawab dan
mengkritik dengan pedas, mengolok-olok, menghina, memanggil orang lain
dengan nama yang tidak disukai. perilaku agresif secara fisik ditandai dengan
cirri-ciri mendominasi orang lain menggigit, menendang, membrontak,
menggangu, merusak, menorong, menyerang, marah yang sadis, berkelahi,
memukul dan perilaku deskruktif yang mengganggu hak orang lain.
6. Mengendalikan Perilaku Agresif
Cara atau tehnik untuk mengendalikan perilku agresif menurut Koeswara
langkah kongkret yang dapat diambil untuk mencegah kemunculan atau
berkembangnya tingkah laku agresif itu adalah penanaman moral, pengembangan
kemampuan pemberian empati.
31 Diniatul Aliah, “Pelaksanaan Konseling Individu Dalam Mengatasi Perilaku AgresifSiswa MTS AL Khoriyyah Semarang…, h. 38-39.
42
a. Penanaman Moral
Penanaman moral merupakan langkah yang paling tepat untuk mencegah
kemunculan tingkah laku agresi, penanaman moral ini akan berhasil apabila
dilaksanakan secara berkesinambungan dan konsisten sejak usia dini diberbagai
lingkungan dengan melibatkan segenap pihak yang memikul tanggung jawab
dalam proses sosialisasi.
b. Pengembangan Kemampuan Pemberian Empati
Pencegahan tingkah laku agresif bisa dan perlu menyatakan
pengembangan kemampuan mencintai pada individu-individu. Adapun
kemampuan mencintai itu sendiri dapat berkembang dengan baik apabila
individu-individu dilatih dan melatih diri untuk mampu menempatkan diri dalam
dunia batin sesama serta maupun memahami apa yang dirasakan atau dialami dan
diinginkan maupun tidak diinginkan sesamanya. Pengembangan kemampuan
dengan memberikan empati merupakan langkah yang perlu diambil dalam
rangkah mencegah berkembangnya tingkah laku agresif.32
C. Kerangka Konseptual
Bimbingan sebagai pendidikan dan perkembangan yang menekankan
proses belajar yang sistematik. Dalam devinisi tersebut terkandung maksud bahwa
bimbingan itu suatu program atau bidang yang berasal dari dunia pendidikan,
telah diketahui, bahwa yang dimaksud tentang program tersebut ditunjukkan
upaya pemberian bantuan untuk mengoptimalkan perkembangan dari masing-
masing siswa. Bimbingan berkaitan dengan layanan konseling yang merupakan
32 Umi Kulsum, Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Sosial, (Jakarta: Prestasi Putra,2014), h. 278.
43
proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara satu orang individu yang
terganggu oleh karena masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang
pekerja yang profesional yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman
membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai
kesulitan pribadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang
konselor kepada klien, guna untuk mengatasi masalah yang sedang dialami oleh
klien tersebut.
Didalam layanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa layanan yang
digunakan untuk menyelesaikan peemasalahan individu salah satunya adalah
layanan konseling individual, yang mana layanan ini sangat penting untuk
menyelesaikan permasalahan peserta didik seperti perilaku agresif. Agreasif
adalah suatu perilaku yang menyimpang, maksudnya adalah perilaku yang
menghakimi orang lain seperti memukul, menendang dan memaki serta
mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan dalam artian menghina orang yang
menjadi sasaran individu.
Jadi dengan adanya layanan bimbingan dan konseling individual peserta
didik yang berperilaku agresif tersebut dapat berkurang serta perilaku agresif
individu dapat teratasi dengan baik.
44
Bagan 1.Bimbingan dan Konseling Individual dalam Perilaku Agresif.
Dari keterangan didalam bagan dapat dimengerti bahwa bimbingan dan
konseling individual adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan
konselor kepada klien dengan tujuan untuk mengentaskan permasalahan yang
dialami klien dalam bentuk perilaku agresif.
Sekolah bagi peserta didik merupakan lembaga sosial, tempat hidup
mereka berkembang dan menjadi matang. Guru merupakan salah satu komponen
mikro sistem pendidikan yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses
pendidikan dan sebagai fasilitator penyelengaraan proses belajar peserta didik dan
banyak mengambil peran dalam proses pendidikan dalam persekolahan. peserta
didik sebagai remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
dalam tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Masa remaja
adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba,
kriminal dan kejahatan seks dan tugas perkembangan timbul pada periode tertentu
Bimbingan dan Konseling
Konseling Individual
Agresif
Peran Guru Bimbingan danKonseling
45
dalam kehidupan individu,.Tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dimasa
sebelum remaja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkah
laku seperti salah suai dalam bentuk kenakalan remaja dan bahkan kejahatan.
Kenakalan remaja merupakan atribut yang diberikan oleh masyarakat
terhadap tingkah laku remaja yang menyimpang dari aturan-aturan normatif yang
dianut oleh masyarakat tempat remaja itu hidup. Agresif merupakan bentuk
kelainan dari penyimpangan tingkah laku remaja, agresif merupakan dari hasil
proses kemarahan yang memuncak yang bertujuan untuk menyakiti orang lain.
Guru bimbingan dan konseling dengan segenap tugas dan tanggung
jawabnya sebagai guru Bimbingan dan Konseling sekolah harus mampu
melaksanakan tugasnya, salah satunya adalah pelaksanaan konseling individual.
Thozer, menjelaskan bahwa konseling individual cocok untuk klien dengan krisis
permasalahan yang sangat komplit, melindungi kerahasiaan klien, memaknai hasil
tes pribadi; ketika klien takut berinteraksi dalam kelompok., ketika klien kesulitan
berhubungan dengan teman sebaya dan adanya penolakan, ketika menyadari
bahwa perasaan, motivasi dan pola perilakunya terbatas dan ketika klien
berperilaku menyimpang, dan ketika klien membutuhkan perhatian dan
pengakuan dari kelompoknya.
Timbulnya perilaku agresif dikalangan siswa ini memerlukan adanya
perhatian dari berbagai pihak.Sekolah sebagai tempat pendidikan formal memeliki
tanggung jawab dalam menangani agresifitas siswa.Didalam sistem sekolah,
semua pihak memiliki tanggung jawab dan memiliki peran yang urgen dalam
mengatasi agresif siswa.salah satu yang sangat urgen dalam mengatasi perilaku
46
agresif siswa adalah guru BK. Kebaradaan dan peran serta guru pembimbing
disekolah sangat diperlukan. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah
fungsi atau upaya pencegahan (preventif), yakni suatu upaya untuk melakukan
intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan pemberian bantuan. Upaya-
upaya pembentukan kelompok belajar, bimbingan kelompok, bimbingan individu,
dan kegiatan ekstrakurikuler, kesemuanya itu merupakan bagian dari rangkaian
upaya preventif.Jadi salah satu upaya yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling untuk mengatasi perilaku agresif siswa adalah menggunakan layanan
konseling individual.
Upaya preventif yang dimaksudkan adalah kegiatan yang dilakukan secara
sistematis, terencana, dan terarah, untuk menjaga agar agresitifitas siswa tidak
terjadi. Guru pembimbing dapat membuat program-program prefentif antara lain:
1) guru pembimbing dapat melakukan bimbingan individu dengan memberikan
binaan mental spritual keagamaan, agar siswa memiliki kepribadian yang
bermoral, berbudi perkerti yang luhur dn bersusila, 2) bimbingan individu perlu
ditanamkan kepada kejujuran, kasih sayang terhadap sesama manusia, dan diberi
penjelasan jangan cepat berprasangka buruk yang dapat mengakibatkan timbulnya
pertengkaran, 3) guru pembimbing dapat memberikan informasi bimbingan
kepada siswa tentang bahaya perilaku agresif, memahami tentang bahaya dan
dampak negatif perilaku agresif, menganjurkan kepada sisiwa untuk
menyelenggarakan diskusi tentang perilaku agresif dengan segala aspeknya,
menganjurkan agar siswa aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
seperti pramuka, olahraga, pravat, mengikuti lomba poster, lomba pidato dan lain-
47
lain, memberikan pengertian kepada siswa agar berani menolak ajakan teman
andai disuruh melakukan perilakuan agresif, mengadakan pendekatan secara
khusus kepada siswa yang berpotensi ingin melakukan perilaku agresif, termasuk
kepada siswa yang menampilkan sederhana maupun mapan, 4) Guru pembimbing
perlu membangun kerjasama dengan orang tua. orang tua sebagai pendidik anak
di rumah perlu mengajarkan pada anak untuk bersikap arsertif, yaitu dengan
melatih anak untuk mengembangkan kontrol diri dan melatih anak untuk dapat
menyampaikan hal-hal yang ingin disampaikan anak kepada orang lain degan
menghindarkan sikap kekerasan, dan 5) guru pembimbing dapat mengadakan
forum silatuhrahmi siswa antar sekolah yang dikemas dalam kegiatan yang
konstruksif dalam membangun kebersamaan dan kerjasama yang positif.
Uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa keberadaan dan peran
guru pembimbing disekolah sangat urgen. Namun, mengatasi agretifitas siswa
tidak sama dengan mengobati suatu penyakit. Setiap penyakit sudah ada obat-obat
tertentu akan tetapi agresif siswa belum mempunyai obat tertentu untuk
penyembuhannya. Hal ini dikarenakan agresif itu adalah kompleks dan amat
banyak ragamnya serta amat banyak jenis penyebabnya sehingga upaya mengatasi
agresif siswa tidak hanya dapat dilakukan oleh guru pembimbing sekolah saja
namun perlu juga perhatian oleh pihak lain / stakholders pendidikan. Oleh karena
itu menjadi "PR" semua pihak untuk mengatasinya agar agresif siswa dapat
teratasi dengan baik.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Menurutbogdandan taylor
peneletian yaitu "prosedur penelitian yang menghadirkan data deskriptif yang
berupa kata-kata, tertulis, atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat
diamati. dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian yang bersifat deskriptif.
Penelitian kualitatif berlangsung secara natural, data dikumpulkan dariorang-orang yang terlibat dalam tingkah laku alamiah. Hasil penelitiankualitatif berupa dekriptif, suatu pemekiran atau suatu peristiwa pada masasekarang ini yang bertujuan untuk membuat deskripsi, atau gambara, ataulukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, sera hubungan antara fenomena yang diselidiki. 1
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai upaya guru bimbingan dan
konseling dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik melalui layanan
konseling individual di MTsN 2 Aceh Besar secara mendalam dan komprehensif.
Selain itu dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan
permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik melalui layanan konseling
individual.
1Yatim Ariyanto, Metode Penelitian, (Surabaya: SIC, 1996), h. 73.
49
B. Kehadiran Peneliti di Lapangan
Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di laksanakan di MTsN 2
Aceh Besar. Dalam hal ini peneliti akan melakukan beberapa tahap dalam
mengumpulkan data pada subjek penelitian.
Sesuai dengan pendekatan penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif, maka
kehadiran peneliti di lapangan sangat penting secara optimal, peneliti merupakan
instrumen kunci dalam mengungkap makna sekaligus sebagai alat pengumpulan
data.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat yang di pilih sebagai lokasi yang
akan diteliti untuk memproleh data yang di butuhkan. Adapun lokasi yang dipilih
yaitu MTsN 2 Aceh Besar yang beralamat di JL.Teungku Glee Iniem Tungkop-
Darussalam Kab. Aceh Besar. Kondisi sekolah MTsN 2 Aceh besar sangat
strategis, nyaman, aman dan tentram. Letaknya pun strategis karena tidak jauh
dari jalan raya yang memudahkan peserta didik untuk menjangkau sekolah dengan
menggunakan berbagai transportasi dan ada juga yang berjalan kaki ke sekolah.
Peneliti memilih lokasi tersebut dengan alasan mudah dijangkau dan
berdasarkan hasil observasi awal dengan guru BK dan juga bapak kepala sekolah,
dimana peneliti sebelumnya melaksanakan magang satu, dua, dan tiga di MTsN 2
Aceh Besar. Serta peneli ingin melihat bagaimana peran guru bimbingan dan
konseling dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik melalui layanan
konseling individual, di MTsN 2 Aceh Besar.
50
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru Bimbingan dan Konseling yang ada di
MTsN 2 Aceh Besar yang berjumlah dua orang. Dalam penelitian ini subjek
penelitiannya, adalah: dua orang guru bimbingan dan konseling dan satu orang
Kepala Sekolah.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Snowball Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel sumber data yang
pada awalnya jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang
lengkap, maka harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber
data.2
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu peneliti
memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari
sampel sebelumnya itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap.
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Pedoman Wawancara
Teknik wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara
dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada subjek
penelitian (guru Bimbingan dan Konseling dan kepela sekolah mengenai peserta
2Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2008), h. 300.
51
didik yang mengalami perilaku agresif) dan kepada informan pendukung
penelitian. Untuk melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrument
wawancara. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi
tentang peran guru pembimbing dalam mengatasi perilaku agresif verbal, non
verbal dan kemarahan peserta didik dan data tentang faktor-faktor yang
mendukung upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi agretifitas
peserta didik. dalam penelitian subjek yang diteliti adalah guru bimbingan dan
konseling sebanyak dua orang dan satu orang kepala sekolah, di MTsN 2 Aceh
Besar.
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data Miles dan
Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus dan tuntas sehingga datanya sudah jenuh.3
1. Data Reduction (reduksi data)
Yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.Dengan
demikian data yang telah direduksikan akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan.
3Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 335.
52
Hasil observasi dilapangan kemudian direduksi dengan langkah yang
dilakukan penulis dalam menyederhanakan data, yaitu semua hasil pengamatan
yang diperoleh mengenai lokasi penelitian meliputi gambaran umum MTsN 2
Aceh Besar.
Penulis mencatat kemudian penulis laporkan secara jelas sesuai yang
dibutuhkan dalam penelitian. Langkah yang dilakukan penulis dari hasil
wawancara dalam mereduksi data yaitu dengan mengelompokkan informasi-
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari guru BK
mengenai upaya guru BK dalam mengatasi perilaku afresif siswa melalui layanan
konseling individual. Serta faktor pendukung dan penghambat Upaya guru BK
dalam mengatasi perilaku agresif siswa. Begitu juga tanggapan siswa dalam
mengikuti layanan konseling individu. Semua data yang diperoleh dari guru BK
dan konseli,kemudian penulis memaparkan informasi yang berkaitan dengan
tahap pelaksanaan konseling individu, dan faktor pendukung serta
penghambatkonseling individu dalam mengatasi perilaku agresif siswa dan
strategi layanan konseling individu guru BK dalam mengatasi perilaku agresif
siswa.
Hasil dokumentasi penulis melakukan reduksi data dengan memaparkan
informasi yang berhubungan dengan penelitian berupa arsip-arsip yang diperoleh
dari guru BK. Informasi-informasi tersebut mengenai dokumentasi program
pengembangan diri BK, buku tentang profil sekolah, buku laporan pelaksanaan
program BK, dan buku kasus siswa.
53
2. Data Display (Penyajian Data)
Data Display ( Penyajian Data) dalam penelitian kualitatif adalah
penyajian data bias dilakukan dalam bentuk singkat. yang paling sering digunakan
untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif. Sehingga dapat memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merancang kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Atau
untuk pengecekan data yang sudah didisplaykan. Di MTsN 2 aceh besar berbagai
upaya telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam membentuk
karakter siswanya melalui sholat dzuhur berjamaah, membaca ayat suci AL-
Qur'an sebelum pelajaran pertama dimulai, yasinan setiap jum'at, berbusana
muslim, pembiasaan (mengucap salam), dan kegiatan keagamaan lainya.
3. Conclusion Drawing (Verification)
Merupakan usaha melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang
disajikan dari penyajian data. Dalam penelitian ini semua data lapangan diolah
untuk memunculkan deskripsi tentang upaya guru BK mengatasi perilaku agresif
siswa, dan faktor pendukung serta penghambat upaya guru BK dalam mentasi
perilaku agresif dan strategi layanan konseling individu guru BK dalam Mengatasi
perilaku agresif siswa di MTsN 2 Aceh Besar.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengkaji validitas data yang diperoleh dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi.Triangulasi data dari berbagai sumber dengan
54
berbagai cara, dan berbagai waktu dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.4
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. bila peneliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.5
H. Tahap-tahap Penelitian.
Dalam tahap penelitian ini penulis mendatangi langsung tempat lokasi
tepatnya di MTsN 2 Aceh Besar. Kemudian peneliti bertemu langsung dengan
Kepala Sekolah, wakil Kepala Sekolah, dan guru BK. Setelah memberi salam dan
perkenalan diri, penulis mewancarai guru BK dan siswa secara langsung
kemudian penulis menanyakan soal- soal yang sesuai dengan lembaran- lembaran
pertanyaan yang sudah ada.
Setelah selesai, peneliti meninjau dan menilai tentang upaya guru
bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik melalui
layanan konseling individual, setelah selesai semua barulah penulis
menyimpulkan hasil dari wawancara tersebut kemudian penulis menuliskan
kembali hasil dari wawancara secara konkrit.
4Sugiyanto, metode penelitian kualitatif kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.274.
5Sugiyono. Metode Penelitian..., h.247.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil Sekolah
MTsN 2 Aceh Besar adalah salah satu Sekolah yang berada diJln.
Teungku Glee Iniem Tungkob Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar,
MTsN 2 Aceh Besar didirikan pada tahun 1962, dan mendapatkan penegerian
pada tahun 1968.
Dalam memberikan layanan konseling individual untuk mengatasi
perilaku agresif siswa, maka MTsN 2 Aceh Besar telah menetapkan tujuan yang
dapat dilihat dari visi misi yang menjadi pedoman dalam pengembangan
pendidikan yang berkelanjutan, yaitu dari visi unggul dalam prestasi santun dalam
budi pekerti. Dan misi meningkatkan prestasi kerja guru, karyawan dan prestasi
belajar siswa berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada allah swt,
meningkatkan motivasi kerja siswa dengan berfikir kritis, berwawasan luas, serta
peka terhadap perubahan zaman dan membudayakan kesadaran dan kecintaan
untuk berperilaku santun baik di lingkungan madrasah, rumah dan masyarakat.
MTsN 2 Aceh Besar terdapat perpustakaan, yang berisi buku-buku yang
bisa di baca dan di pelajari oleh siswa-siswi. Perpustakaan adalah salah ruang
baca bagi peserta didik dan gurudalam menunjangpembelajaran di sekolah.
Peraturan yang ditetapkan di MTsN 2 Aceh Besar berlaku untuk seluruh siswa,
guru dan pegawai tanpa adanya perbedaan dalam pelaksanaan tata tertib, tata
56
tertib ini wajib dipatuhi oleh seluruh komponen sekolah. Salah satu tujuan dari
tata tertib supaya tercipta kedisiplinan dalam diri sendiri.
Kepala Sekolah di MTsN 2 Aceh Besar bernama bapak Sudirman, S.Ag, beliau
lahir di Kabupaten Aceh Besar, 12 Agustus 1969, beliau sudah menjabat di
MTsN 2 Aceh Besar sejak tahun 2019 sampai dengan sekarang. Dan beliau asli
dari jurusan S1 Matematika Tarbiyah IAIN Ar.Raniry
2. Keadaan Guru dan Pegawai Lainnya
MTsN 2 Aceh Besar dipimpin oleh bapak Sudirman S.Ag.Dalam
operasionalnya, sekolah ini dibantu oleh tenaga kependidikan 62 pendidik. Demi
kelancaran proses pembelajaran di sekolah, sekolah ini juga dibantu oleh 50orang
guru tetap dan 9 orang guru honorer, untuk mengetahui lebih jelas mengenai
keadaan guru dan pegawai lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.2 Keadaan Guru dan Pegawai Lainnya
No Keadaan Guru Jumlah
1 Guru Tetap 50 Guru2 Guru tidak tetap/Honorer 9 Guru3 Jumlah 59 Guru
Sumber: Dokumentasi MTsN 2 Aceh Besar
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa di MTsN 2 Ace Besar terdapat
50 guru tetap, dan 9 guru tidak tetap atau honorer, jadi jumlah guru di sekolah
MTSN 2 Aceh Besar berjumlah 59 guru.
57
3. Keadaan Siswa
Keadaan siswa di MTsN 2 Aceh Besar pada tahun 2019/2020 tercatat
sebanyak 687 siswa. Siswa laki-laki sebanyak 256 dan siswa perempuan sebanyak
411. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
1.3 Data Rincian Jumlah Siswa MTsN Dua Aceh Besar
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 83 141 2442 VIII 88 133 2213 IX 85 137 222
Total 256 411 667
Sumber: Dokumentasi MTsN 2 Aceh Besar 2019/2020
B. Hasil Penelitian
Setelah peneliti melakukan penelitian secara langsung di MTsN 2 Aceh
Besar peneliti melihat ada beberapa orang siswa yang perilaku kurang baik,
contohnya seperti berbicara kasar dengan temannya di saat jam pelajaran
berlangsung, ada beberapa siswa yang bertengkar pada saat proses belajar
berlangsung, melawan guru saat di nasehati dan lain sebagainya.
Maka dari itu peneliti mewawancarai 2 orang guru Bimbingan dan
Konseling, dan kepala sekolah, di sekolah MTsN 2 Aceh Besar dengan tujuan
untuk mendapatkan data yang sebenarnya. Adapun hasil wawancara yang peneliti
lakukan dengan guru bimbingan konseling, dan kepala sekolah adalah sebagai
berikut:
58
Hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang berapa lama kepala
sekolah menjabat di MTsN 2 Aceh Besar
“ AlhamdulillahSaya menjabat sebagai kepala sekolah di MTsN 2 AcehBesar dari tahun 2019 dan sekarang sudah 1 tahun”1
Dari penuturan yang di jelaskan oleh kepala sekolah bahwasanya beliau
baru saja menjabat di MTsN 2 Aceh Besar sudah 1 tahun.
Hasil wawancara selanjutnya dengan kepala sekolah tentang pelaksanaan
layanan konseling individual di MTsN 2 Aceh Besar
“Menurut saya karena sudah di programkan alhamdulillah sudah berjalandengan baik, walaupun itu belum baik sekali. Namun sejauh ini sudahkita maksimalkan menjadi lebih baik.”2
Dari penjelasan yang di jelaskan oleh kepalah sekolah bahwasanya
pemberian layanan konseling individual yang dilaksanakan oleh guru BK sudah
baik dikarenakan adanya program pelayanan yang disusun oleh guru BK, namun
dari pemberian layanan tersebut masih terdapat beberapa kendala seperti
kurangnya respon positif dari siswa untuk melaksanakan kegiatan layanan
konseling individual, akan tetapi pelayanan tersebut akan di berikan kepada siswa
semaksimal mungkin dan tersampaikan dengan baik.
1Hasil Wawancara Peneliti dengan Sudirman, S.Ag, Kepala MTsN 2 Aceh Besar, Pukul10:20 Wib, Tanggal 22 Juli 2020.
2Hasil Wawancara Penulis dengan Sudirman, S.Ag, Kepala MTsN 2 Aceh Besar, Pukul10:20 Wib, Tanggal 22 Juli 2020.
59
Hasil wawancara selanjutnya dengan kepalasekolah tentang sarana dan
prasarana sebagai penunjang keterlaksanaan layanan konseling individual.
“Sejauh ini sarana dan prasarana sudah kita lengkapkan, contohnyaseperti ruangan, buku-buku dan media bimbingan konseling. Sebenarnyabimbingan konseling ini yang paling penting adalah ruangan karena tidakbisa kita melaksanakan kegiatan yang rahasia di depan orang banyak jadiruangan itu wajib ada.”3
Dari penuturan kepala sekolah MTsN 2 Aceh Besar, bahwasanya segala
keperluan yang di berkaitan dengan peserta didik sangat di utamakan seperti
adanya ruang belajar, perpustakaan, dan ruang guru BK, sarana prasarana ini
sangat membantu peserta didik dalam belajar terutama ruang guru BK di mana
ruangan ini adalah salah satu tempat pelaksanaan kegiatan yang rahasia yang di
mana rahasia peserta didik atau permasalahannya tidak boleh di ketahui oleh
orang lain yang mengakibatkan siswa tersebut tidak ingin melakukan kegiatan
layanan bimbingan konseling dan rahasia tersebut hanya di ketahui oleh orang-
orang yang tertentu, Maka dari itu ruang BKadalah salah satu penunjang
keterlaksanaannya pemberian layanan bimbingan konseling.
Hasil wawancara selanjutnya dengan kepala sekolah tentang guru BK
bekerja sama dengan guru mata pelajaran lainnya.
”Ada, ini memang harus ada, guru bimbingan konseling tidak mungkinbekerja sendiri. Guru bimbingan konseling bisa bekerja sama denganwali kelas, bisa juga dengan guru bidang studi lainnya, sebab informasiyang tidak diketahui guru BK terkadang wali kelas ataupun guru bidang
3Hasil Wawancara Penulis dengan Sudirman, S.Ag, Kepala MTsN 2 Aceh Besar, Pukul10:20 Wib, Tanggal 22 Juli 2020.
60
studi mengetahuinya jadi harus ada kerja sama dengan guru-guru yanglain.”4
Dari penuturan kepala sekolah di atas bahwasanya guru BK dengan guru
Bidang Studi lainnya harus saling bekerja sama tanpa adanya kerja sama tersebut
tidak akan memberikan informasi tentang peserta didik maka dari itu guru BK
harus saling bekerja sama agar tercapainya segala tujuan yaitu untuk merubah
segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan peserta didik baik masalah
dalam belajar dan perilaku peserta didik.
Hasil wawancara selanjutnya dengan kepala sekolah tentang perubahan
perilaku peserta didik setelah mengikuti layanan konseling individual tentang
perilaku agresif peserta didik.
“Ada, sudah banyak yang saya lihat siswa yang sebelumnya berperilakuagresif sudah memiliki perilaku yang baik dari sebelumnya. Kita sudahprogramkan guru bimbingan konseling untuk bisa melahirkan pesertadidik dengan karakter yang baik.Ada perubahan yang diberikan gurubimbingan konseling.Namun untuk guru bimbingan konselingsebenarnya yang diperlukan adalah peran aktif dan sejauh ini yang sayalihat sudah memadai dari guru bimbingan konseling.”5
Dari penuturan kepala sekolah di atas bahwasanya pemberian layanan
yang di berikan oleh guru BK kepada peserta didik untuk mengatasi perilaku
agresif siswa sudah terlaksanakan dengan baik, setelah di amati bahwa beberapa
orang peserta didik yang berperilaku agresif sudah memilki perilaku yang baik.
4Hasil Wawancara Penulis dengan Sudirman, S.Ag, Kepala MTsN 2 Aceh Besar, Pukul10:20 Wib, Tanggal 22 Juli 2020.
5Hasil Wawancara Penulis dengan Sudirman, S.Ag, Kepala MTsN 2 Aceh Besar, Pukul10:20 Wib, Tanggal 22 Juli 2020.
61
Dan seorang guru BK harus benar-benar dalam menjalankan tugasnya sebagai
guru pembimbing agar bisa melahirkan peserta didik yang berkarakter terpuji.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah darilima
pertanyaan yang diberikan peneliti di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kepala sekolah sangat mendukung upaya guru BK di MTsN 2 Aceh Besar dalam
mengatasi perilaku agresif peserta didik melalui layanan konseling individual.
Kepala sekolah juga sangat memvasilitasi sarana dan prasarana kegiatan guru
bimbingan konseling dalam melakukan segala upaya yang diberikan kepada
peserta didik. Dalam hal ini kepala sekolah juga sangat memperhatikan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh guru BK sehingga dengan adanya dukungan seperti
ini guru BK bisa selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik
sehingga bisa menghasilkan peserta didik yang memiliki perilaku yang lebih baik.
Upaya yang di lakukan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar mengenai
perilaku agresif peserta didik baik itu perilaku verbal, non verbal, dan kemarahan.
Maka dari itu didapatkan laporan hasil wawancara dengan ibu A dan bapak B
sebagai guru BK di MTsN 2 Aceh Besar yaitu:
1. Peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilakuverbal peserta didik di MTsN 2 Aceh Besar.
Hasil wawancara peneliti dengan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar tentang
tahap-tahap pelaksanaan layanan konseling individual yang di berikan oleh guru
BK dalam menyelesaikan permasalahan perilaku agresif peserta didik.
“Pertama pada tahap pembukaan, siswa yang mempunyai masalah dipanggil ke ruang guru BK siswa yang datang tidak langsung ditanya akarpermasalahannya. Siswa ditanya bagaimana kabarnya, keadaanya dan lainsebagainya, setelah itu masuk kepada tahap pertengahan ketika konseling
62
individu inti. Siswa harus mngetahui apa kesalahannya dan dari mana akarpermasalahannya. Setelah siswa mengetahui akar permasalahannya siswabisa diberi hukuman atas kesalahannya, seperti hukuman membersikantoilet, mengaji dan lain sebagainya. Tujuan ini agar siswa tidakmengulangi perilaku yang tidak baik tersebut dan merasakan efek jera dariperilakunya. Setelah itu pada tahap penutupan (pengakhiran) guru BKmemberikan ringkasan jalannya pembicaraan, menegaskan kembalikeputusan yang di ambil siswa, dan menutup kegiatan konselingindividual.”6
Dari hasil wanwancara dengan ibu A guru BK di MTsN 2 aceh Besar
dapat di simpulakan, bahwa guru BK dalam mengatasi perilaku agrresif peserta
didik melalui layanan konseling individual menggunakan beberapa tahan yaitu
tahap awal (pembukaan) di mana pada tahap ini guru BK tidak langsung
menanyakan permasalahan siswa akan tetapi guru BK menyakan bagai mana
kabar peserta didik setalah itu lanjut pada tahap petenganhan (tahap inti) pada
tahap ini guru BK menyakan sebab timbulnya permasalahan perilaku peserta
didik dan setelah itu guru BK memberitahukan kesalahan peserta didik dan
hukuman yang harus didapatkan oleh peserta didik, sehingga peserta didik
tersebut tidak mengulangi perilakunya lagi. Dan pada tahap pengakhiran guru BK
memberikan kesimpulan dari permasalahan siswa dan menutup kegiatan
konseling individual tersebut.
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga menanyakan kepada guru
guru BK yaitu bapak B. Dan beliau menjelaskan
“Sudah pernah memberikan layanan konseling individual kepada pesertadidik, layanan ini di berikan menurut bapak layanana ini di berikantergantung kepada permasalahan peserta didik seperti permasalahanbelajar dan perilaku. Adapun tujuan diberikannya layanan konseling
6Hasil Wawancara Peneliti dengan Vinda Julia Asrika, S.Psi, Guru BK di MTsN 2 AcehBesar. Pukul 10:00 Wib, Tanggal 15 Juli 2020.
63
individual adalah untuk mengentaskan permasalahan-permasalahan yangdi hadapi oleh peserta didik”7
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling yaitu ibu
A dan Bapak B diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan konseling
individual di MTsN 2 Aceh Besar sudah perna di berikan oleh guru BK kepada
peserta didik dengan tujuan agara peserta didik tersebut dapta mengubah
perilakunya yang tidak baik menjadi lebih baik lagi.
Hasil wawancara yang didukung dengan observasi yang dilakukan peneliti
yaitu melakukan wawancara (interview), melihat guru BK memberikan layanan
konseling individual kepada peserta didik yang dilaksanakan di ruang guru BK.8
Adapun hasil wawancara selanjutnya yang dilakukan dengan guru
bimbingan konseling tentang guru BK dalam memberikan layanan konseling
individual dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik
“Proses konseling di awali dengan menyambut kedatangan siswa tersebutdengan senyum dan sapaan ramah, hal ini agar siswa merasa nyaman danditerima di ruang BK. Selanjutnya meminta siswa untuk duduk dengannyaman dan memberinya air putih. Setelah memastikan siswa merasaaman dan nyaman, tahap berikutnya menanyakan apa yang ia rasakan saatini. Jika ia sudah bisa mengungkapkan perasaannya barulah kita tanyakanapa sebabnya ia bisa merasakan emosi tersebut. Saat ia menceritakan yangia rasakan guru Bk mendengarkan dengan seksama. Dan menghargaisegala emosi yang ia rasakan. Selanjutnya jika si anak sudah lebih tenangguru Bk mencoba berdiskusi dengan siswa tersebut perihal perilakunya.Bersama-sama memikirkan dampak dan akibat dari perilaku tersebut.Setelah berdiskusi guru bk mengajak siswa untuk me refleksi perilakunyaapakah perilaku tersebut baik di lakukan atau tidak. Di akhir konseling
7Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
8Hasil Obervasi di MTsN 2 Aceh, Tanggal 12Februari 2020.
64
guru BK menanyakan kesimpulan dari konseling hari ini dan membuatkesepakatan dengan siswa untuk proses konseling berikutnya.”9
Untuk membenarkan hal tesebut peneliti juga menanyakan hal tersebut
kepada seorang guru BKdan guru tersebut menjawab:
“.untuk mengatasi perilaku agresif pada diri siswa, seorang guru BKdapat memberikan layananan responsif, yakni layanan yang memahamikarakter siswa dan masalah siswa”10
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling ibu A
dan bapak B diatas dapat disimpulkan bahwalayanan konseling individual dalam
mengatasi perilaku agresif siswayang dilakukan oleh guru bimbingan konseling di
MTsN 2 Aceh Besar terdapat sebuah perbedaan yang perbedaannya adalah pada
saat mengatasi perilaku agresif peserta didik guru BK A memberikan layanan
dengan menerima peserta didik dengan menenangkan peserta didik agar tidak
terlalu kaku saat mengikuti kegiatan layanan dan bisa terbuka saat guru BK
menayakan permasalah peserta didik. Namun berbeda dengan bapak B saat
mengatasi permasalahan peserta didik yaitu dengan cara memberikan layanan
responsif kepada peserta didik yang mana guru BK dapat memahami karakter
peserta didik dan permasalahannya, Akan tetapi dari kedua cara tersebut sama-
sama memiliki tujuan untuk mengentaskan permalahan peserta didik.
9Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
10Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:05 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
65
Adapun hasil wawancara yang dilakukan selanjutnya dengan guru
bimbingan konselingberikutnya tentang metode guru BK dalam mengatasi
perilaku agresif peserta didik.
“Metode konseling yang di gunakan adalah metode client centered, proseskonseling yang dilakukan berpusat pada siswa yaitu guru bk hanyamendengarkan pembicaraan dan mengarahkan sesuai dengan ceritatersebut.”11
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga menanyakan kepada
seorang guru BK di MTsN 2 Aceh Besar dan guru tersebut menjawab:
“Metode yang di gunakan metode client centered yakni metode pemberiankepercayaan sepenuhnya kepada siswa untuk memecahkan masalah siswa,sedangkan guru BK hanya memberikan arahan solusi yang di berikan olehguru BK kepada peserta didik. Hal ini di karenakan karakter anak yangegois.”12
Dari hasil wawacara peneliti dengan guru BK yakni A dan B diata dapat
disimpulkan bahwa dalam memberikan pelayanan untuk menyelesaikan
permasalahan peserta didik menggunakan metode yang sama yaitu metode client
centred dimana metode ini digunakan untuk menekankan pada kecakapan klien
untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya.
Inti dari konseling berpusat pada klien ini adalah tentang diri dan konsep menjadi
diri atau pertumbuhan perwujudan diri peserta didik. Akan tetatapi terdapat
sebuah perbedaan jawaban yang peneliti tanyakan kepada guru BK dimana
ibuVinda Julia Ariska beliau tidak menjelaskan salah satu contoh perilaku yang
11Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
12Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
66
diatasi oleh beliau, namun bapak ridwan menyebutkan salah satu perilaku yang di
atasi yaitu karakter anak yang egois.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan konseling
selanjutnya tentang bagaimana peran guru BK dalam mengatasi peserta didik
yang sedang marah.
“Disaat siswa marah guru BK berusaha memahami kondisinya danmemberi kesempatan pada siswa untuk meluapkan emosinya secaraverbal. Di saat siswa marah guru bk berusaha menenangkannya denganmemberi minum, membuat ia merasa nyaman dan jika siswanya berjeniskelamin sama dengan guru BK (contoh guru Bk wanita dan siswa yangmarah adalah perempuan, atau pun sebaliknya), maka bisa menepuk2pundaknya, atau memberikan siswa pelukan. Agar ia merasa aman,nyaman dan merasa di terima dalam kondisi nya saat itu.”13
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga menanyakan kepada
seorang guruBK di MtsN 2 Aceh Besar dan guru tersebut menjawab:
“Peran guru BK hanya sebagai pengarah atau pembimbing sekaliguspengawas perubahan perilaku siswa.”14
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling yakni A
dan Bapak B di atas dapat peneliti simpulkan bahwa peran guru BK di sekolah
MTsN 2 Aceh Besar berbeda-beda seperti halnya peran A, beliau lebih
mengutamakan kenyamanan peserta didik dengan cara memberikan air minum
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk meluapkan emosinya. Tujuan di
berikannya kesempatan ini adalah agar guru BK dapat melihat karakter peserta
13Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
14Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
67
didik dan permasalahan yang di hadapi oleh peserta didik tersebut. Dan beliau
juga mengutamakan pelayanan yang sesuai dengan jenis kelamin, apabila peserta
didiknya perempuan maka pelayanan ini akan di atasi oleh guru BK yang berjenis
kelamin perempuan dan apabila klien nya laki-laki maka penyelesaian
permasalahannya dengan guru BK laki-laki. Namun berbeda dengan bapak B saat
memberikan layanan beliau lebih kepada kepengawasan keberhasilah layanan
yaitu mengawasi perubahan perilaku peserta didik. Jadi dapat dilihat bahwasanya
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar memiliki peran yang berbeda-beda antar guru
BK satu dengan yang lainnya dalam mengatasi permasalahan peserta didik.
Hasil wawancara selanjutnya dengan guru bimbingan konseling tentang
peserta didik yang melawan saat dinasehati guru BK.
“Disaat kami memberikan pelayanan konseling individual dalammengatasi kemarahan siswa ada beberapa siswa memang merasa tidaksenang saat di berikan layanan, namun setelah mendapatkan bimbingansiswa tersebut menyadari keselahannya dan tidak melawan saat dinasetioleh Guru BK.”15
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar dan guru tersebut menjawab:
“Jarang, karena kita sesuai kan dengan waktu kondisi serta tempat anakketika melakukan layanan ."
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling dan guru
BK di MTsN 2 Aceh Besar diatas dapat penelitisimpulkan bahwa terdapat sebuah
perbedaan yang mana perbedaannya adalah A saat menasehati peserta didik, tidak
menemukan adanya kemarahan siswa saat di nasehati oleh beliau namun
15Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
68
berbedadengan guru BK lainnya yaitu Bapak B dapah di lihat dari jawaban beliau
bahwa saat menasehati peserta didik beliau melihat kemarahan dari peserta didik
tersebut saat di nasehati akan tetapi kemarahan tersebut jarang di temukan,
maksudnya disini adalah tidak semua peserta didik saat di nasehati meluapkan
kearahan hanya saja ada beberapa orang yang meluapkan kemarahannya dan tidak
sering di temukan saat pemberian layanan konseling individual.
Hasil wawancara selanjutnya dengan guru bimbingan konseling tentang
evaluasi guru BK setelah memberikan layanan konseling individual dalam
mengatasi perilaku agresif peserta didik
“Ada, evaluasi yang dilakukan terhadap siswa ialah denganmenanyakanperasaannya setelah melakukan proses konseling”16
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“evaluasi atau monitoring perilaku siswa di lakukan baik secara langsungdengan konseli atau tidak langsung, yakni menanyakan kepada teman atauguru yang lain, yang dilakukan satu minggu sekali.”17
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling dan guru
BK di MTsN 2 Aceh Besar diatas dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat sebuah
perbedaan evaluasi antara guru BK satu dan yang lainnya yakni ibu A
mengevaluasi hasil layanan yang beliau berikan dengan cara menanyakan
perasaan yang di alami oleh siswa setelah mendapatkan layanan namu berbeda
16Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
17Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
69
dengan hasil pernyataan yang peneliti tanyakan kepada guru BK di MTsN 2 Aceh
yaitu Bapak B beliau menjelaskan dalam mengavaluasi hasil layanana konseling
individual beliau mengevaluasi secara langsung yaitu dengan cara menyakan
kepada peserta didik tentang hasil layanan yang di berikan oleh beliau dan beliau
juga tidak lupa untuk mengevaluasi dengan secara tidak langsung yaitu dengan
cara menanyakan kepada teman peserta didik. Maka dari itu dapat dilihat
perbedaannya ialah ibu A mengevaluasi secara langsung dan bapak B
mengevaluasi dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Hasil wawancara selanjutnya dengan guru bimbingan konseling tentang
perubahan perilaku peserta didik setelah mengikuti layanan konseling individual.
“Sedikit perubahan ada, ia mengerti dampak dari perilaku tersebut danberinisiatif untuk tidak mengulanginya.”18
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Perubahan yang tampak pada siswa lebih tenang walau kadang-kadangmuncul kembali apabila ada stimulus yang tidak menyenangkan.”19
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling dan guru
BK di MTsN 2 Aceh Besar diatas dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat sebuah
perbedaan tentang hasil layanan yang di berikan oleh guru BK yakni A bahwa
perubahan yang di alami peserta didik hanyak sedikit saja dan siswa tersebut
18Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
19Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
70
memahami maksud dari layanan yang di berikan kepadanya dan siswa tersebut
tidak mengulanginya lagi. Namun berbeda dengan hasil layanan yang di berikan
oleh guru BK di MTsN 2 Aceh yaitu bapak B beliau melihat perubahan yang
tampak dari peserta didik hanya ketenangan sementara saja setelah ketenangan itu
hilang maka perilaku tersebut akan muncul lagi yang di pengaruhi oleh stimulus
atau luapan kemarahan yang di timbulkan oleh temannya di sekolah dan tidak
menyenangkan bagi siswa.
Hasil wawancara selanjutnya dengan guru bimbingan konseling tentang
kendala guru BK dalam mengatasi perilaku peserta didik.
“selama saya memberikan layanan kepada peserta didik belum ada kendalayang di temukan saat memberikan layanan.”20
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Kendala yang di hadapioleh guru BK yang pertama,adalahsiswakurangterbukadalammenjelaskanpermasalahannyakedua,siswalebihegoisdan yang ketiga, waktu yang cukup lamauntukmelakukanlayanandanperubahanpadasiswa.”21
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling dan guru
BK di MTsN 2 Aceh Besar diatas dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat sebuah
perbedaan tentang hasil layanan yang di berikan oleh guru BK yankni A J Abeliau
20Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
21Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
71
selama memberikan layanan kepada peserta didik beliau tidak mendapatkan
kendala apapun di saat memberikan layanan kepada peserta didik. Namun berbeda
dengan guru Bk lainnya yaitu bapak B, saat beliau meberian layanan kepada
peserta didik beliau medapat beberapa kendala yang mana kendala tersebut adalah
pertama, siswa yang kurang terbuka saat pelaksanaan layanan berlangsung yang
mengakibatkan kurangnya informasi data yang di dapatkan oleh beliau kedua,
siswa lebih egois saat di berikan layanan yang mengakibatnya terhambatnya
pelayanan tersebut dan yang ketiga waktu yang cukup lama saat menyelesaikan
permasalahan peserta didik.
2. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi PerilakuNon Verbal Peserta Didik Di Mtsn 2 Aceh Besar.
Peran guru bimbingan konseling dalam menangani perilaku non verbal
peserta didik merupakan suatu peran yang sangat penting yang dapat dilakukan
guru bimbingan konseling di sekolah saat ini. Untuk itu peneliti mengajukan
pertanyaan perang guru guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilau non
verbal peserta didik di MTsN 2 Aceh Besar. Terkait mengenai peran guru
bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku non verbal peserta didik di MTsN
2 Aceh Besar peneliti melakukan wawancara kepada guru bimbingan konseling,
berikut hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling di sekolah
mengenaiApakah ada siswa yang menyerang teman nya disaat jam sekolah
berlangsung dan tindakan apa yang ibu berikan saat mengatasi permasalahan
tersebut.
72
Hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru Bimbingan Konseling
tentang perilaku peserta didik yang menyerang temannya saat jam sekolah
berlangsung.
“Ada beberapa siswa yang menyerang temannya saat jam sekolahberlangsung, kami selaku guru BK langsung memberikan arahan danbimbingan kepada siswa agar tidak melakukan kesalahannya kembaliserta memberikan arahan kepada siswa untuk saling memaafkan..”22
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Ada, disaat siswa melakukan kesalahan yaitu menyerang temannyasecara langsung saya mengatasi nya dengan cara memanggil siswa-siswatersebut untuk ditanyakan mengenai permasalahan yang menimbulkanpenyerangan, setelah informasi di dapatkan dari peserta didik tetangsumber permasalahannya saya sebagai guru BK menasehati siswa danmemberitakunan kepada peserta didik dampak dari perilaku mereka danjuga saya menyuruh peserta didik agar saling memaafkan satu sama laindengan perjanjian tidak mengulangi permasalahn tersebut.”23
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling diatas
dapat disimpulkan bahwa guru BK di MTsN 2 Aceh Besar melihat adanya
perilaku peserta didik yaitu menyerang temannya disaat jam sekolah berlangsung,
dari tindakan yang di lakukan oleh guru BK adalah membimbing peserta didik
untuk tidak saling beradu fisik dan meberitahukan dampak yang mereka dapatkan,
dan kerugian pada diri sendiri.
22Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
23Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
73
Hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru Bimbingan Konseling
tentang seberapa sering peserta didik menyerang temannya di sekolah.
“Ada siswa yang melakukannya satu kali, namun ada siswa yangmelakukan hingga 2 kali dengan siswa yang berbeda.”24
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Ada dua kali peserta didik melakukan .penyerangan terhadap temannyayang di lakukan saat jam pelajaran berlangsung”25
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling diatas
dapat disimpulkan bahwa guru BK di MTsN 2 Aceh Besar melihat adanya
perilaku peserta didik yaitu menyerang temannya disaat jam sekolah berlangsung
ada yang melakukan nya sekali dan ada juga yang melakukannya dua kali. Maka
dari itu dapat kita lihat bahwasanya perilaku peserta didik di MTsN 2 Aceh Besar
menyerang temannya tidak hanya sekali saja akan tetapi ada yang melakukan
sampai dua kali dengan siswa yang berbeda.
Hasil wawancara selanjutnya yang dilakukan dengan Guru Bimbingan
Konseling tentang penyebab terjadunya perilaku agresif peserta didik.
“Perilaku agresif bisa terjadi karena siswa pada umur remaja belum bisamengontrol emosi, jadi Ketika ada teman yang memancing denganejekan atau candaaan maka siswa tersebut marah sampai berprilakuagresi. Selain itu pada masa remaja adanya pengakuan di mata sosial atau
24Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
25Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
74
temannya bahwa ia siswa yang kuat dan tidak ada yang beranidengannya.”26
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Karena egois dan kurang pehaman tentang akibatnya yang ia lakukan”27
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan konseling dan guru
BK di MTsN 2 Aceh Besar diatas dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat sebuah
perbedaan tentang hasil layanan yang di berikan oleh guru BK yakni ibu A beliau
mengamati terjadi perilaku tersebut di karekan umur peserta didik yang masih
remaja dan mudah terbawa emosi dan beberapa siswa yang memancing emosi
peserta didik sehingga terjadinya perilaku menyerang, serta pengakuan di mata
sosial yang memandang peserta didik tersebut memiliki keguatan dalam
melakukan tindak kekerasan maka pemandangan dari mata sosial tersebut yang
membuat peserta didik menjadi perya diri bahwa hanya dirinyalah yang bisa
melakukan tidak kekerasan tersebut. Namun berbeda pandangan dengan guru BK
lainnya yakni bapak B beliau melihat hanya ada keegoisan dari siswa tersebut
sehingga siswa tersebut dengan percaya diri untuk menyerang temannya.
26Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
27Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
.
75
Hasil wawancara selanjutnya yang dilakukan dengan Guru Bimbingan
Konseling tentang usaha yang dilakukan guru BK dalam mengatasi perilaku
agresif peserta didik
“Usaha yang dilakukan adalah melakukan konseling individual secarabertahap pada siswa yang berperilaku agresi dan berkolaborasi denganguru kelas, wali kelas dan orang tua jika terjadi permasalahan yang diakibatkan oleh prilaku agresi.”28
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“usaha yang dilakukan dengan memberikan layanan mediasi danperjanjian. Baik tingkat orang tua, siswa, dan pihak lainnya.”29
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar
diatas dapat peneliti simpulkan bahwa terdapat sebuah perbedaan tentang hasil
layanan yang di berikan oleh guru BK yakni ibu A beliau dalam menyelesaikan
permasalahan peserta didik dengan cara melaui prosedur penyelesaian yakni
dengan cara memberikan layanan konseling individual kepada peserta didik dan
berkolaborasi dengan wali kelas, dan orang tua peserta didik. Namun berbeda
dengan guru BK lainnya yakni bapak B beliau mengatsi permasalahan tersebut
dengan cara memberikan layanan mediasi dimana layanan ini adalah suatu
kegiatan yang mengantarai atau menghubungkan antara dua kondisi yang berbeda;
mengadakan kontak sehingga dua yang semula tidak sama menjadi saling terkait,
28Hasil Wawancara Peneliti. Vinda Julia Asrika, S. Psi, Guru Bimbingan Konseling diMTsN 2 Aceh Besar, Pukul 10:05 wib, Tanggal 15 juli 2020.
29Hasil Wawancara Peneliti dengan Ridwan, S.Pd, Guru BK di MTsN 2 Aceh Besar.Pukul 10:00 Wib, Tanggal 16 Juli 2020.
76
setalah itu beliau membuat perjanjian dengan orang tua orang tua peserta didik
dan juga peserta didik tersebut agar tidak mengulanginya lagi.
3. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi PerilakuKemarahan Peserta Didik Di Mtsn 2 Aceh Besar.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru Bimbingan Konseling
tentang adanya perilaku peserta didik yang berselisih paham dengan temannya.
“Ada, sebagian peserta didik ada yang berselisih paham dengan temannyabaik di jam pelajaran berlangsung dan di luar jam pelajaran berlangsung(jam istirahat)"
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Ada, diantara sebagian peserta didik ada yang berselisih paham dengantemannya"
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar
diatas dapat peneliti simpulkan bahwa perilaku agresif peserta didik dalam segi
aspek kemarahan, peserta didik ada yang berselisih paham dengan temannya di
sekolah pada saat jam sekolah berlangsung dan di luar jam pelajaran.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru Bimbingan Konseling
tentang terjadinya perilaku kemarahan peserta didik.
“Berselisih paham antar teman terjadi karena siswa belum bisamengendalikan diri disaat ia berbicara, bercanda dan bermain. Contohnyasiswa yang duduk sebangku saling menuliskan nama orang tuanya dengankata-kata yang kurang pantas, Ketika teman yang satunya tersinggungmaka disiitulah awalnya perselisihan terjadi sampai perilaku agresi punterjadi."Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
77
“terjadinya kemarahan peserta didik dikarenakan suasana hati dan merasakesal pada semua orang"
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar
diatas dapat peneliti simpulkan bahwa perilaku kemarahan peserta didik ini timbul
dikarenakan seseorang yang memancing suasana hati dengan menuliskan nama
orang tua dikursi dan peserta didik tidak dapat mengontrol emosi maka dari itu
periku agresifpun mudah muncul dan terjadinya pertengkaran antara peserta didik
satu dan lainnya.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru Bimbingan
Konseling tentang bagaimana usaha guru BK dalam mengatasi perilaku
kemarahan peserta didik.
“Usaha guru Bk dalam mengatasi kasus tersebut yaitu dengan melakukankonseling dengan kedua siswa yang berselisih paham, memberikesempatan pada kedua siswa untuk menjelaskan masalah yang terjadi,mengajak kedua siswa berdiskusi dengan apa yang mereka rasa, dampakyang mereka rasakan dari kesalah pahaman yang terjadi, dan yang terakhirmemberi kesempatan pada kedua siswa untuk saling intropeksi diri dansaling memaafkan."
Untuk membenarkan hal tersebut peneliti juga mewawancarai seorang
guru BK di MTsN 2 Aceh Besar, dan guru tersebut menjawab:
“Sebagai seorang guru apalagi guru BK sering kali menghadapi kejadianseperti ini, untuk mengatasi siswa yang emosi seperti ini maka yang haruskita lakukan adalah menenangkan anak dengan memberikan penjelasan,arahan, bimbingan kepada peserta didik bahwa marah itu boleh akan tetapijangan sampai memukul atau menyakiti orang lain."
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar
diatas dapat peneliti simpulkan bahwa guru BK dalam mengatsi perilaku
kemarahan peserta didik dengan cara mengajak peserta didik untuk melakukan
layanan bimbingan dan konseling serta menenangkan hati peserta didik sehingga
78
peeserta didik dapat memberikan penjelasan tentang penyebab terjadinya
kemarahan peserta didik serta memberikan penjelasan tentang akibat yang
ditimbulkan dari kemarahan tersebut, dan guru BK menyuruh peserta didik untuk
saling memaafkan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Menangani Perilaku
Verbal Peserta Didik Di Mtsn 2 Aceh Besar.
Pendidikan adalah proses yang mana seseorang di ajar bersikap setia, taat
dan juga pikirannya dibina dikembangkan. Pernyataan tersebut merupakan salah
satu konsep pendidikan yang menekankan betapa pentingnya dan kuatnya peranan
pendidikan dalam pembinaan manusia. Artinya pendidikan sebagai satu kegiatan
pembinaan sikap yang akan menentukan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu
untuk melestarikan bentuk tingkah laku tersebut seorang pendidik harus
mempertahankannya dengan salah satu cara yaitu dengan memperbaiki setiap
perilakunya dari yang tidak baik menjadi lebih baik lagi. Menurut Lubis
mengatakan peran konselor adalah berperan untuk mencapai sasaran interpersonal
dan intrapersonal , mengatasi divisit pribadi dan kesulitan perkembangan peserta
didik, membuat kesepakan dan rencana tindakan perubahan dan pertumbuhan, dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan.
79
Miller, bimbingan merupakan proses pemberian bantuan terhadap invidu
agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat
memanfaatkan potensi-potensinya. 30
Dari pendapat Miller, peneliti dapat menyimpulkan bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang di berikan seorang konselor / guru
pembimbing, bantuan yang diberikan kepada individu adalah bantuan untuk
memahami dirinya sendiri dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada
pada dirinya baik kemampuan dalam belajar maupun kemampuan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang konselor kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga
sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan
perkembangan jiwanya31
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan yaitu di MTsN 2 Aceh
Besar perilaku agresif siswa dapat mempengaruhi keberhasilan mereka terutama
dalam mengendalikan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Guru bimbingan konseling memiliki peranan penting dalam proses belajar
mengajar dan guru sebagai pembinaan perilaku siswa, peran dan kriteria sebagai
guru bimbingan konseling mencerminkan bahwa guru bimbingan konseling
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sebaik mungkin untuk mencapai
30Sofyan S. Willis, Konseling Individual, Teori dan Praktek. (Bandung: CV. Alfabeta,2017), h. 11-13.
31Ahmad Muhaimin Azzet, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yokyakarta: ArruzMedia, 2011), h. 11
80
tujuan yang diharapkan di antaranya memiliki akhlak yang mulia, baik, jujur,
percaya diri, serta menanamkan sifat profesionalnya dalam segala bentuk tindakan
dan perilaku.
Dari hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan di MTsN 2 Aceh
Besar, pada umumnya perilaku agresif peserta didik di sekolah ini sebagian
siswanya ada yang berperilaku sangat baik dan ada juga yang masih bersikap
kurang sopan terhadap gurunya dan temannya yakni berbicara kasar, dan sebagian
besarnya dilakukan oleh siwa laki-laki. Perilaku agresif siswa dari segi aspek
verbal dapat dilihat perilaku agresif peserta didik ini terjadi disekolah maupun di
luar sekolah yang di sebabkan oleh keegoisan peserta didik dan pengakuan sosial
terhadap perilaku peserta didik yang membuat peserta didik percaya diri untuk
melakukan perilaku tesebut. Perilaku agresif peserta didik di MTsN 2 Aceh Besar
sebagian besar sudah memiliki perubahan namun masih ada juga yang
mengulangi perilaku tersebut.
Sebaliknya, sebagai individu yang memiliki perilau agresif tersebut harus
mengontrol emosinya agar tidak melakukan perilaku tersebut dan mengetahui
akibat yang akan di timbulkan apabila ia melakukan perilaku agresifnya kepada
temanya di sekolah. Individu yang dilatih untuk mengontol emosinya dia akan
mampu meminimalisir tindakan yang merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Pada umumnya ada beberapa cara yang digunakan oleh guru BK di MTsN
2 Aceh Besar untuk mengatasi perilaku agresif siswa yakni dengan cara
memeberikan arahan dan bimbingan serta memberikan layanan mediasi kepada
81
peserta didik dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang di alami
oleh peserta didik.
2. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Menangani Perilaku
Non Verbal Peserta Didik Di MTsN 2 Aceh Besar.
Menurut Leonardo Berkowitz, salah seorang yang dinilai paling kompeten
dalam studi tentang agresif membedakan agresif sebagai tingkah laku
sebagaimana diindikasikan kedalam dua macam agresif yakni agresif
instrumental, yang dimaksud agresif instrumental adalah agresif yang dilakukan
oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan
tertentu. dan agresi benci atau disebut juga agresif implusif adalah agresi yang
dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau
menyakiti seseorang tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan,
kesakitan, atau kematian terhadap orang yang menjadi sasaran atau korban.32
Dari pendapat Leonardo Berkowitz, peneliti dapat menyimpulakan bahwa
agresif adalah suatu perilaku yang dilakukan seseorang untuk melukai orang lain
yang ingin ia lukai dengan tujuan untuk membuat suatu kerusakan, kesakitan,
hingga pembunuhan yang membuat si agresif merasa puas setelah segala
tujuannya terlaksanakan kepada orang yang ia tuju.
Dari berbagai kejadian yang telah diamati peneliti selama proses belajar
mengajar di MTsN 2 Aceh Besar selama magang I, II dan III, peneliti melihat
beberapa orang siswa yang berperilaku non verbal yakni memukul temannya dan
32 E. Koewara, Agresi Idrawaty, (Bandung : Eresco, 1988), h. 24.
82
siswa tersebut tidak dapat mengontrol emosinya dan langsung menyerang
temannya dengan fisik. Setiap perilaku akan memberikan efek tertentu dan siswa
bisa belajar dari semua itu termasuk dari efek yang di timbulkan dari suatu
perilaku.
Setiap upaya yang dilakukan pasti mempunyai tujuan seperti halnya tujuan
guru bimbingan konseling dalam menngatasi perilaku agresif peserta didik agar
peserta didik tersebut dapat menjalani kehidupan dengan baik serta menjadi bekal
menghadapi lingkungan luar, lingkungan masyarakat atau tempat tinggal mereka,
kemudian mereka mampu mengaplikasikan contoh-contoh yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil wawancara dan observasi dengan guru bimbingan konseling terdapat
beberapa kendala dalam mengatasi perilaku non verbal siswa seperti halnya masih
ada siswa yang tidak mau mendengarkan nasehat guru dan adanya pengaruh
lingkungan luar yang sangat mempengaruhi siswa sehingga ia mudah terjerumus
kedalam hal-hal yang tidak diinginkan, maka upaya yang dapat dilakukan guru
bimbingan konseling adalah dengan mengatasi perilaku peserta didik,
menciptakan rasa nyaman saat di menasehati peserta didik, serta meningkatkan
kerja sama dengan wali murid, wali kelas, dan guru mata pelajaran sehingga dapat
mencapai tujuan guru bimbingan konseling dalam menghadapi kendala dalam
mengatasi perilaku non verbal peserta didik.
83
Adapun upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku non
verbal peserta didik di MTsN 2 Aceh Besar adalah:
a. Bekerja sama dengan guru mata pelajaran
b. Bekerja sama dengan wali kelas
c. Bekerja sama dengan wali murid,
d. Menciptakan rasa nyaman saat menasehati peserta.
3. Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Menangani Perilaku
Kemarahan Peserta Didik Di Mtsn 2 Aceh Besar
Cara atau tehnik untuk mengendalikan perilku agresif menurut Koeswara
langkah kongkret yang dapat diambil untuk mencegah kemunculan atau
berkembangnya tingkah laku agresif itu adalah penanaman moral, pengembangan
kemampuan pemberian empati.
Peran guru BK adalah sebagai pendorong, pengarah dan penggerak bagi
siswa untuk bertingkah laku atau berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral. Selain
itu guru BK juga adalah motivator, pembimbing dan sahabat bagi siswadalam
mengembangan sikap dan tingah laku siswa terutama dalam mengembangan
kematangan emosi siswa. Sedangkan kematangan emosi sendiri adalah keadaan di
mana individu dapat menerima keadaan atau kondisi dengan memunculkan emosi
sesuai dengan apa yang terjadi secara wajar.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan yaitu di MTsN 2 Aceh
Besar perilaku agresif siswa dapat mempengaruhi keberhasilan mereka terutama
dalam mengendalikan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
84
Guru bimbingan konseling memiliki peranan penting dalam proses belajar
mengajar dan guru sebagai pembinaan perilaku siswa, peran dan kriteria sebagai
guru bimbingan konseling mencerminkan bahwa guru bimbingan konseling
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sebaik mungkin untuk mencapai
tujuan yang diharapkan di antaranya memiliki akhlak yang mulia, baik, jujur,
percaya diri, serta menanamkan sifat profesionalnya dalam segala bentuk tindakan
dan perilaku.
Dari hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan di MTsN 2 Aceh
Besar, pada umumnya perilaku kemarahan peserta didik di sekolah ini sebagian
siswanya ada yang berperilaku marah da nada juga yang tidak marah tergantung
dengan kondisi dan situasi yang alami oleh peserta didik. Perilaku kemarahan
peserta didik di pengaruhi oleh lingkungnya diantaranya ialah peserta didik
berselisih paham antar temannya dan terjadi karena siswa belum bisa
mengendalikan diri disaat ia berbicara, bercanda dan bermain. Contohnya siswa
yang duduk sebangku saling menuliskan nama orang tuanya dengan kata-kata
yang kurang pantas, Ketika teman yang satunya tersinggung maka ditulah
awalnya perselisihan terjadi sampai perilaku agresi pun terjadi.
Setiap peran yang dilakukan guru BK di MTsN 2 Aceh Besar pasti
mempunyai tujuan dalam menngatasi perilaku kemarahan peserta didik agar
peserta didik tersebut dapat menjalani kehidupan dengan baik serta menjadi bekal
menghadapi lingkungan luar, lingkungan masyarakat atau tempat tinggal mereka,
kemudian mereka mampu mengaplikasikan contoh-contoh yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
85
Usaha yang di lakukan guru BK dalam mengatasi kearahan siswa adalah
guru Bk dalam mengatasi kasus tersebut yaitu dengan melakun konseling dengan
kedua siswa yang berselisih, memberi kesempatan pada kedua siswa untuk
menjelaskan masalah yang terjadi, mengajak kedua siswa berdiskusi dengan apa
yang mereka rasa, dampak yang mereka rasakan dari kesalah pahaman yang
terjadi, dan yang terakhir memberi kesempatan pada kedua siswa untuk saling
intropeksi diri dan saling memaafkan.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang Upaya
Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi perilaku agresif peserta didik
melalui layanan konseling individual di MTsN 2 Aceh Besar, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Upaya guru Bimbingan dan Konseling dalam perilaku agresif peserta didik
di MTsN 2 aceh Besar yaitu dengan cara memberikan nasehat, arahan,
bimbingan terhadap siswa-siswanya. Serta berkerja sama dengan guru
mata pelajaran, wali kelas dan orang tua peserta didik. Upaya ini
lakukannya adalah Agar peserta didik dapat mengontrol emosi dan
memperbaiki dirinya dengan baik.
2. Kendala-kendala atau hambatan yang di hadapi guru Bimbingan dan
Konseling di MTsN 2 Aceh Besar yaitu dari faktor internal, di mana
peserta didik tidak terbuka saat melakukan layanan bimbingan konseling
individual sehingga guru BK tidak mendapatkan informasi mengenai
permasalahan peserta didik dan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan permasalahan peserta didik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis kemukakan di atas maka akan
diberi saran sebagai berikut:
87
1. Untuk guru Bimbingan dan Konseling diharapkan terus belajar dan
mengasah kemampuannya secara terus menerus dalam rangka mengatasi
perilaku agresif peserta didik, guru bimbingan konseling juga harus
bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti orang tua siswa, guru
mata pelajaran dan juga harus memberikan contoh teladan yang baik
terhadap siswa-siswanya. Maka disarankan kepada pihak sekolah
terutama guru bimbingan konseling untuk memberikan materi layanan
konseling individual tentang perilaku agresif, yang dapat merubah
perilaku peserta didik tersebut menjadi lebih baik lagi.
2. Untuk kepala sekolah diharapkan dapat bekerja sama serta memberikan
dukungan agar segala upaya dan program-program yang dilaksanakan
guru Bimbingan Konseling di sekolah dapat berjalan dengan baik dan
optimal.
3. Untuk siswa agar selalu mendengar dan mematuhi nasehat serta arahan
gurunya di sekolah maupun orang tua di rumah serta tingkatkanlah
kesadaran diri akan pentingnya mengontrol emosi diri dan pendidikan
sekolah untuk mencapai masa depan yang lebih baik, karena dengan
pendidikan kita akan mencapai cita-cita yang diinginkan.
4. Untuk peneliti yang ingin melanjutkan penelitian tentang Upaya guru BK
dalam mengatasi perilaku agresif peserta didik untuk membuat siswa
berperilaku lebih baik baik lagi dalam berinteraksi baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Dan untuk bisa melakukan penelitian
yang lebih luas lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto Yati, 1996, Metode Penelitian, Surabaya: SIC.
Arintoko, 2011, Wawancara Konseling di Sekolah Lengkap dengan Contoh Kasus
dan Penangana.(Yogyakarta: CV Andi Offset)
AliahDiniatul, 2018 Pelaksanaan Konseling Individu Dalam Mengatasi Perilaku
Agresif Siswa MTS AL Khoriyyah Semarang, Semarang :(Wali
Songo Semarang), Skripsi.
Dayakisni, 2003 Psikologi Sosial, (Malang)
Emti Erman dan Prayitno, 2009 Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Rieneka Cipta.)
Faturrocman, 2006, Pengantar Psikologi Sosial, (Yogyakarta:Pusta.)
Hallen, 2005, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Press)
NurihsanJuntika dan Syamsu Yusuf, 2008,Landasan Bimbingan dan Konseling.
(Bandung : Remaja Rosdakarya)
Koewara E, 1988Agresi Idrawaty, (Bandung : Eresco)
Dewa, Ketut Sukardi. 2008, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rieneka Cipta)
Makmura Asmani Jama, 2010, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Diva Press)
89
Muhaimin Azzet Ahmad, 2011, Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
(Yogyakarta: Arruz Media)
Paimun, 2008 Bimbingan dan Konseling Sari Perkuliahan, Universitas Islam
Negeri UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta) Skripsi.
Prayitno, 2014, Layanan Konseling Perorangan.(Padang)
Rahayu Sumberning, 2018, Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam
Menanggulangi Perilaku Agresif Peserta Didik SMP Wiyatama Bandar
Lampung (Lampung: Universitas Negeri Raden Intan)Skripsi.
SantosoThomas, 2002, Teori-teori Kekerasan, (Surabaya: Ghalia Indonesia)
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta)
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, (Bandung : Alfabeta)
Sugiyanto, 2014, MetodePenelitian Kualitatif Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta)
SetiyobudiAan, 2014, Pengaruh Sikap Frustasi Terhadap Perilaku Agresif Pada
Narapidana Remaja Di Lapas Kelas Lib Bayuwangi,” dalam
Jurnal Fakultas Psikologi, Skripsi.
Suryabrata Sumadi, 2014, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada)
Taufik, 2016, Pendekatan Dalam Konseling. (Padang)
90
Winkel dan Srihastuti, 2006, Bimbingan dan Konseling Di Instusi Pendidikan,
(Yogyakarta: Grasindo.)
Wirawan Sarwono Sarlito, 2006, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada)
Walgito Bimo, 2010 Bimbingan dan Konseling, Studi & Karier, (Yokyakarta:
CV. Andi Offset.)
Wardatidan Mohammad Jauhar, 2011, Iplementasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustaka)
WillisSofyan S, 2017, Konseling Individual, Teori dan Praktek. (Bandung:CV.
Alfabeta)
91
Lembaran Wawancara Dengan Guru BK Di MTsN 2 Aceh Besar
Nama :
Jabatan :Alamat :
Tanggal Wawancara :
NO Aspek verbal1.
2.
3
4
5
6
7
8
9
Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan layanan konselingindividual yang ibu berikan dalam mengatasi perilakuagresif siswa?
Apakah selama ini bapak/ibu pernah memberikan layanankonseling individual dalam mengatasi perilaku agresifsiswa?
Bagaimana dengan layanan konseling individual dalammengatasi perilaku agresif siswa?
Metode apa yang bapak/ibu gunakan dalam mengatasiperilaku agresif tersebut?
Bagaimana peran bapak/ibu dalam mengatasi siswa yangsedang marah?
Apakah ada siswa yang melawan saat bapak/ibumenasehati?
Setelah bapak/ibu memberikan layanan konselingindividual apakah ada evaluasi terhadap siswa?
Adakah perubahan yang terjadi pada siswa saat bapak/ibumemberikan layanan konseling individual dalammengatasi perilaku agresif siswa?
Apakah ada kendala disaat bapak/ibu mengatasi perilakuagresif siswa?
92
No Aspek Non verbal1
2
3
4
Apakah ada siswa yang menyerang temannya disaat jamsekolah berlangsung?
Seberapa sering siswa tersebut menyerang temannya?
Mengapa perilaku tersebut bisa terjadi?
Usaha apa yang bapak/ibu lakukan saat siswa melakukanperilaku tersebut?
No AspekKemarahan1
2
3
Apakah ada siswa yang berselisih paham dengantemannya?
Apa penyebab terjadi perilaku tersebut?
Bagaimana usaha bapak/ibu dalam mengatasi perilakutersebut?
Banda Aceh, 13 maret 2020
Menyetujui
Pembimbing II
Sari Rizki, M. Psi
93
LEMBARAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
Nama :
Jabatan :
Alamat :
TanggalWawancara :
1. Sudah berapa lama Bapak menjabat sebagai Kepala Sekolah di MTsN 2Aceh Besar ?
2. Menurut Bapak apakah proses pemberian layanan konseling individual diMTsN 2 Aceh Besar sudah terlaksana dengan baik ?
3. Menurut Bapak bagaimana sarana dan prasarana yang ada, apakah sudahmendukung guru BK dalam pemberian layanan konseling individualkepada siswa ?
4. Menurut Bapak adakah guru BK bekerja sama dengan guru bidang studilainnya dalam upaya mengatasi perilaku agresif siswa ?
5. Sejauh yang Bapak amati adakah perubahan perilaku agresif siswa setelahguru BK memberikan layanan konseling individual kepada siswa ?
Banda Aceh, 13 maret 2020
Menyetujui
Pembimbing II
Sari Rizki, M. Psi
94
DAFTAR GAMBAR
Gambar1.1 wawancaradengan Guru BK MTsN 2 Aceh Besar
Gambar1.2wawancaradengankepalasekolahMTsN 2 Aceh Besar