upacara pangantan (perkawinan adat sumbawa) di …

154
UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI DESA TEPAS SEPAKAT (STUDI ANALISIS AKULTURASI BUDAYA DENGAN AGAMA) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Agus Berani NIM: 11140321000035 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI DESA

TEPAS SEPAKAT (STUDI ANALISIS AKULTURASI BUDAYA DENGAN

AGAMA)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Agus Berani

NIM: 11140321000035

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …
Page 3: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …
Page 4: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …
Page 5: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

iv

ABSTRAK

AGUS BERANI. “Upacara Pangantan (Perkawinan Adat Sumbawa) di Desa

Tepas Sepakat (Studi Analisis Akulturasi Budaya dengan Agama)”. Skripsi.

Jakarta: Jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019.

Agama Islam di Sumbawa memiliki karakter dan ekspresi keberagamaan

yang unik. Hal ini karena penyebaran Islam di Sumbawa, lebih dominan

mengambil bentuk akultrasi, baik yang bersifat menyerap maupun dialogis. Pola

akulturasi Islam dan budaya Sumbawa, di samping bisa dilihat pada ekspresi

masyarakat Sumbawa, juga didukung dengan kekuasaan politik kerajaan Islam di

Sumbawa. Masuknya Islam di Tanah Sumbawa dibawa oleh Dewa Mascinni

seorang kesultanan Kerajaan Goa dari Suku Bugis Makasar pada tahun 1508.

Semenjak masuknya Islam ke Sumbawa menjadikan setiap aktivitas adat istiadat

ke-Sumbawaan bernuansa ke-Islaman. Adat istiadat bernuansa ke-Islaman

tersebut menjadi pedoman hidup masyarakat Sumbawa dalam sebuah slogan

“Adat Berenti Ko Syara‟, Syara‟ Berenti Ko Kitabullah”. Kendati ada fluktuasi

relasi Islam dengan budaya Sumbawa terutama era abad ke 15-an, namun wajah

Islam Sumbawa yang akulturatif terlihat dominan dalam hampir setiap ekspresi

keberagamaan masyarakat muslim di wilayah ini, sehingga ”sinkretisme” dan

toleransi agama-agama menjadi satu watak budaya yang khas bagi Islam

Sumbawa. Sehingga ada proses akulturasi dalam menampilkan praktik beragama

pada kehidupan sehari-hari termasuk dalam upacara pangantan. Untuk itu,

penelitian ini akan mengkaji interaksi antara Islam dan adat pada masyarakat

Sumbawa dalam upacara pangantan dalam tinjauan akulturasi budaya .

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang

bersifat kualitatif. Sumber data dan informasi yang penulis dapatkan dari proses

wawancara langsung maupun dari buku-buku, jurnal, dan artikel yang sesuai

dengan tema dan judul yang dibahas. Penelitian ini menggunakan beberapa

pendekatan yaitu pendekatan historis, antropologis dan teologis. Penulis berusaha

untuk menjelaskan hasil penelitian berdasarkan pengamatan yang telah penulis

lakukan selama beberapa hari di Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea

Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa ada sinergi antara

keteguhan dalam adat dengan ketaatan beragama. Dalam falsafah hidup

masyarakat Sumbawa dikenal dengan istilah “Adat Berenti Ko Syara‟, Syara‟

Berenti Ko Kitabullah”+. Artinya dengan menjadikan adat (adat) dan syara‟

(syariat) keduanya sebagai landasan hidup masyarakat Sumbawa, maka ini

menyatukan fungsi keduanya dalam mengatur kehidupan. Selanjutnya dalam

banyak aktivitas adat telah diadaptasi dengan prinsip-prinsip ke-Islaman. Islam

diterjemahkan ke dalam perangkat kehidupan lokal dengan tetap mempertahankan

pola yang ada kemudian ditransformasi ke dalam esensi tauhid. Dengan

menggunakan potensi lokal ini digunakan sebagai strategi untuk membangun

spiritualitas tanpa karakter ke-Araban. Islam dalam nuansa adat Sumbawa

diinterpretasi kedalam nilai dan tradisi sehingga membentuk identitas masyarakat

Page 6: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

v

Sumbawa. Akhirnya, perjumpaan adat dan agama dalam budaya masyarakat

Sumbawa menunjukkan telah terjadi dialog dan merekonstruksi sebuah budaya

baru dalam nuansa lokal.

Kata Kunci : Upacara Pangantan, Mitos, Akulturasi

Page 7: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

Skripsi yang berjudul “Upacara Pangantan (Perkawinan Adat Sumbawa) di

Desa Tepas Sepakat (Studi Analisis Akulturasi Budaya dengan Agama)” disusun

guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1), Jurusan

Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari

sempurna ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dan banyak pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan

ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:

1. Kedua Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat,

motivasi, saran, dukungan dan dorongan moril maupun materil. Semoga

penulis dapat membalas semua perjuangan kedua orang tua (Jafar Idris dan

Jubaedah), kepada Abangda Andi Amrullah beserta istri Lilis Suryani S.Pd,

Abangda Rahmad beserta istri Astuti Ani Putri, Amd, Kep, Kakak Elya

Susanti beserta suami Bang Edi, Adik-adik penulis: Sapinatunnajah, Masti

Putri, Rahmita, Insan Jamil dan Kamita Intan yang telah memberikan

motivasi, dukungan, doa dan semangat keceriaan.

Page 8: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

vii

2. Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Siti Nadroh, MA, sebagai dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktu serta kesabaran memberikan arahan dan bimbingan

sehingga membuka cakrawala berpikir dan nuansa ilmu yang baru.

4. Bapak Syaiful Azmi, MA, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama dan Ibu

Lisfa Sentosa Aisyah, MA, selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-Agama

yang memberikan arahan serta motivasi yang luar biasa kepada penulis dan

selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswa/i dengan baik.

5. Seluruh dosen Studi Agama-Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu

dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

6. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Ushuluddin atas bantuan dalam

persiapan pelaksanaan seminar proposal dan ujian komprehensif.

7. Bapak Abu Dea Ande, Bapak Muhammad Sager, S.Pd, Bapak Syafaruddin

(Pak Pe’), Bapak Sanafiah (Pak Jando), Pak Haji Muhammad Fathullah, Pak

Jafar Idris, Ustadz Barliyansyah yang telah berkenan memberikan izin

penelitian sekaligus menjadi narasumber untuk melengkapi isi skripsi.

8. Ucapan terima kasih sebesar-besranya wabil khusus penulis ucapkan kepada

KH. Syamsul Ismain, Lc selaku pimpinan pondok pesantren Himmatul

Ummah Sapugara Bree Sumbawa Barat yang telah memberikan nasihat, do’a,

serta dorongan kuat hingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

viii

9. Keluarga besar Alumni Pondok Pesantren Himmatul Ummah-Jakarta: Bang

Mansyur, S.Ag, Bang Rahman Jamil, S.Ag, Bang Syarafuddin S.Pd, Bang

Wawansyah, S.Ag, Iqbal, S.Pd, Syamsul Arifin, Akbar Sorasa, Abdullah,

Halim Jurniorsyah, Irfan Bachdim, Mansyur Mantar, Gita Syafitri Ilusi, Intan

Pertiwi, terimakasih sudah bersedia mendengarkan keluh kesah dan selalu

memberikan semangat kepada penulis hingga skripsi selesai.

10. Keluarga besar PPM SB (Persatuan Pemuda Mahasiwa Sumbawa Barat)-

JABODETABEK: Ketum Sukiman Jayadi (Bang Ancest), Bang Roy

Mahendra, Bang Roni, Bang Icin, Kak Merliza Jawas, Kak Mutya, Yunda

Asma, Duanda Evhy, Nofrian Harna, Putri Alisyah Mariska, Princess Risa,

Khusnul Khatimah, Algi, Wahyudi, Afawan, Ansar, dll yang tidak bisa

disebutkan namanya tapi tidak mengurangi rasa terimaksih penulis yang

selalu memberikan semangat moril dalam bingkai kekeluargaan. Kebaikan

dan kekonyolan kalian akan selalu penulis ingat sampai tua nanti.

11. Keluarga Besar PTM (Persatuan Tenis Meja) Jakarta: Farhan, Rahmad,

Rahman, Muhammad Putra, Thoriqul Anwari, Rully Sef, Suci, Hanim,

Rabiatul Adawiyah, Yafi, Sifa, My Gempita, Asfi Raihan Salsabilah,

Hisbullah, Ijal, Fariq, Gibran, Ucup, Baban, Syafiq, Yulfi, Jihan, Bang Ikay,

Bang Farid, Bang Ojan, Bang Adnan, Bang Naufal, Bang Cefi, Bang Duha,

Bang Deden, Bang Ifan, Bang Mamo, Bang Satria terimakasih banyak atas

doa, dukungan, motivasi, kebersamaan serta dorongan yang telah diberikan.

12. Keluarga Besar Masjid Alhusna Semanggi 2 Tangerang Selatan: Pak H.

Misanturin, Ketua DKM Pak Drs. Tafsir Musnir, Pak H. Arif Gunawan,

Page 10: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

ix

S.Ag, M.Pd, Ustadz Rudini, S.Ag, M.Pd, Ustadz Serpin Lubis, S.Ag, Bang

Tris, S.Pd, Bang Gozali, S.Ag, Bang Akbar, Bang Rahman, Dian Bakhtiar,

S.H, Ridwan Puadi, Arrifal, Fajar Maulana, Aung, Iyan, Putra.

13. Teman-teman Maha Santri Asrama Tahfidz Monash Institut 2014: Lukman,

Tobagus Damanhuri, Firgat Cilmiyah, Putri Sahara, Riah, Mba’ Mutmainnah,

Ulfiatul Kahirah.

14. Seluruh teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2014 terimakasih kalian

sudah memberikan warna kehidupan di Fakultas Ushuluddin.

15. Kepada teman-teman KKN Alhusna 148: Agra Sena, Robi Cahyadi, Fadli

Warman, Kukuh Imam Perdana, Muhammad Ihsan, Tisna, Risna, Dini

Nabilah, Riah, Zaria, Rosa, Zanza, Syilvy yang telah memberikan doa dan

semangat. Semoga kalian diberikan kelancaran dalam menyelesaikan urusan

dan diberikan selalu kesehatan.

16. Keluarga Besar Rumah Tahfidz Alfitrah: Pak Ir. H. Iskandar selaku Ketua

Yayasan, Bu Devi, M.Pd, Kak Aulia Ning Ma’rifati, Kak Wida, Kak Wilda,

Kak Rifa, Kak Nizar, Kak Ambar.

17. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi

rasa hormat. Terimakasih banyak.

Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan

keterbatasan, penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banak

kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.

Page 11: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …
Page 12: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR..................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ......................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9

E. Kerangka Teori .......................................................................................10

F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 20

BAB II PROFIL DESA TEPAS SEPAKAT KECAMATAN BRANG REA

K ABUPATEN SUMBAWA BARAT...............................................................

21

A. Sejarah Desa Tepas Sepakat ................................................................. 21

B. Letak Geografis dan Aksesbilitas Desa Tepas Sepakat ........................ 22

C. Kondisi Keagamaan Desa Tepas Sepakat ............................................ 23

D. Kependudukan Desa Tepas Sepakat ..................................................... 24

E. Kondisi Masyarakat Desa Tepas Sepakat ............................................ 25

Page 13: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

xii

BAB III PROSESI UPACARA PANGANTAN DAN MITOLOGI KUBUR

DEDARA PITU MASYARAKAT DESA TEPAS SEPAKAT ................... 30

A. Pengertian Perkawinan.......................................................................... 30

B. Asal-Usul Pangantan ............................................................................ 34

C. Prosesi Pangantan ................................................................................ 37

D. Mitos Kubur Dedara Pitu .................................................................. 58

BAB IV AKULTURASI BUDAYA LOKAL DENGAN ISLAM DALAM

UPACARA PANGANTAN ............................................................................. 71

A. Makna Simbolik dan Nilai Filosofis dalam Upacara Pangantan .......... 71

B. Analisis Terhadap Akulturasi Budaya Lokal dengan Agama Islam dalam

Upacara Pangantan .............................................................................. 77

BAB V PENUTUP........................................................................................... 88

A. Kesimpulan .......................................................................................... 88

B. Saran ..................................................................................................... 90

C. Kata Penutup ......................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92

LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 97

Page 14: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya di Indonesia terbilang cukup beragam. Kereagaman budaya

Indonesia merupakan kenyataan hidup (living reality) yang tidak dapat dihindari.

Adanya budaya yang beragam merupakan manifestasi gagasan dan nilai sehingga

saling menguat dan meningkatkan wawasan dan saling mengapresiasi.1 Hal

tersebut juga menunjukkan arti penting bahwa budaya dari satu daerah dengan

daerah lain sebagai bentuk perwujudan budaya lokal memiliki penafsiran dan

manivestasi yang luas dan berbeda-beda serta sebagai sumber identitas khas

mereka.2

Antara manusia dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat,

karena menjadi manusia tidak lain adalah bagian dari hasil kebudayaan itu sendiri.

Hampir semua tindakan manusia merupakan produk kebudayaan. Dalam

kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya kebudayaan,

contoh sederhana misalnya; ketika kita makan, minum, bertamu, berpakaian dan

lain sebagainya. Tindakan berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara

belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi dan akulturasi. Karena

budaya bukan sesuatu yang statis dan kaku, tetapi senantiasa berubah sesuai

perubahan sosial yang ada.3 Kebudayaan yang sudah ada dan berkembang

merupakan perwujudan dari pikiran manusia yang diaplikasikan berupa sistem

1Sugeng Pujileksono, Pengantar Antropologi (Malang: Kelompok Intrans Pubising,

2015), h. 52. 2Faisal Ismail, Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia

(Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), h. xii. 3 Sugeng Pujileksono, Pengantar Antropologi, h. 53.

Page 15: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

2

tanda atau sibol-simbol. Simbol-simbol tersebut memiliki hubungan yang erat

antara tanda dan petanda, sehingga membentuk makna.

Suku Sumbawa misalkan, banyak sekali terdapat pelbagai macam simbol

adat dalam pelbagai upcara adat, baik simbol berupa benda, mantra, maupun

tingkah laku yang masing-masing memiliki makna yang bernilai budaya di

dalamnya serta secara tidak langsung dapat mencerminkan pola pikir masyarakat

tersebut pada umumnya. Budaya-budaya yang sudah ada mungkin tidak banyak

yang mengetahui secara langsung makna apa yang ada di balik simbol-simbol

verbal dan nonverbal tersebut sehingga hanya menjalani tanpa mengetahui nilai

filosofis dari apa yang terkandung di dalamnya. Salah satunya adalah budaya yang

terkandung dalam prosesi pengantan (perkawinan).4

Suku Sumbawa atau dalam bahasa daerahnya Tau Samawa adalah suku

yang terdapat di bagian barat pulau Sumbawa Provisi Nusa Tenggara Barat. Suku

Sumbawa tersebar di dua kabupaten yakni kabupaten Sumbawa dan kabupaten

Sumbawa Barat yang meliputi kecamatan Empang di ujung timur, kecamatan

Taliwang di ujung barat dan kecamatan Sekongkang di ujung selatan pulau,

termasuk 38 pulau-pulau kecil lainnya yang ada di sekitar pulau ini dengan

populasi penduduk 500.000 jiwa. Secara geografis saat ini, mayoritas penduduk

Sumbawa memeluk agama Islam dan sebagian kecil memeluk Hindu, Katolik dan

Protestan.5

4Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 121. 5Artikel ini diakses dari http://sumbawapintar.blogspot.co.id/2016/09/sepintas-mengenai-

sejarah-dan-asal-usul.html pada tanggal 05-03-2018 pukul 14.00.

Page 16: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

3

Masyarakat Sumbawa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-

nilai luhur yang dibawa atau dilestarikan secara turun-temurun oleh para

pendahulu. Nilai-nilai luhur tersbut termaktub dalam falsafah hidup Tau Samawa

yakni “Adat Berenti Ko Syara‟, Syara‟ Berenti Ko Kitabullah” artinya bahwa

setiap aktivitas (adat-istiadat) harus berpegang teguh kepada syariat, dan syariat

harus berpdoman kepada kitab-kitab Allah. Falsafah yang telah dirumuskan oleh

para leluhur ini, telah menghantarkan masyarakat Sumbawa untuk selalu berpikir

dan bersikap dalam satu frame yang senantiasa dilandasi nilai-nilai ke-Samawa-an

yang teramat mulia, berupa nilai-nilai yang bersumber dari syara‟ dan kitabullah.6

Falsafah “Adat Berenti Ko Syara‟, Syara‟ Berenti Ko Kitabullah” mulai

menjadi landasan dan falsafah hidup Tau Samawa pada tanggal 1 Muharram 1058

atau tanggal 30 November 1648 saat dilantiknya sultan pertama kesultanan

Sumbawa yang menjadi tonggak berdirinya kesultanan Sumbawa yakni Dewa

Mascinni yang merupakan sultan pertama kesultanan Sumbawa yang memerintah

sejak tahun 1648 hingga 1668 M. Lalu diganti oleh saudaranya Dewa Mas Gowa

yang memerintah tahun 1668-1674. Pada kepemimpinan kedua sultan tersebut

masih dipengaruhi paham-paham animisme, dinamisme serta kultur Hindu,

sehingga pada tahun 1674 kekuasaan Dewa Mas Gowa diambil alih oleh Dewa

Mas Bantan putra dari Dewa Mas Panghulu, saudari dari kedua sultan tersebut.

6Tim Penyusun Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Ano Rawi Dewan Pendidikan

Kabupaten Sumbawa Barat, Pasanotang: Tananang Boat Iwet Mate Telas Tau Samawa

(Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2016), h. xv.

Page 17: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

4

Pada masa sultan Dewa Mas Bantan barulah pemurnian dari seluruh ajaran dan

nilai-nilai Islam guna menjadi landasan dalam kehidupan dan adat-istiadat.7

Pada masyarakat tradisional yang belum mengenal agama modern

(Kristen, Katolik, Islam) dan belum terpengaruh oleh intervensi negara,

perkawinan dilakukan secara adat. Perkawinan cukup disahkan oleh ketua adat

dan disaksikan oleh kerabat dekat, baik dari laki-laki maupun perempuan. Aturan-

aturan adatlah yang menjadi acuan dalam proses peminangan, jenis mas kawin,

upacara perkawinan, pengaturan tempat tinggal setelah menetap, pembagian hak

dan kewajiban serta sistem perkawinan yang dianut.

Setelah masyarakat tradisional mengenal agama-agama modern maka hal-

hal yang berhubungan dengan perkawinan tidak lagi diatur secara adat, melainkan

mulai mengikuti aturan-aturan yang berasal dari agama. Bagi masyarakat

tradisional di Indonesia yang beragama Islam, maka tata cara perkawinannya

harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah dibakukan dalam agama Islam.

Misalnya, membaca dua kalimat syahadat sebelum ijab dan qobul dihadapan

penghulu, disaksikan oleh orang tua atau wali dari kedua mempelai, adanya

seorang wali dari perempuan yang bertanggung jawab atas diperbolehkannya dia

menikah, membayar maskawin (mahar), dilaksanakan di masjid sebagai bentuk

kesalehan sosial. Apabila persyaratan tersebut sudah terpenuhi, maka secara

agama perkawinannya sudah sah.8

Dalam masyarakat Sumbawa antara budaya dan agama (Islam) keduanya

hidup berdampingan. Seperti halnya dalam upacara pengantan atau perkawinan

7Wawancara pribadi dengan Bpk. Aceng, Tokoh Adat (Ano Rawi) Kabupaten Sumbawa,

pada tanggal 25 Mei 2018. 8 Sugeng Pujileksono, Pengantar Antropologi, h. 54.

Page 18: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

5

tradisional masyarakat Suku Sumbawa merupakan hasil budaya leluhur dari nenek

moyang yang diwariskan dari generasi ke genarasi yang harus dijaga dan

dilestarikan. Dalam upacara pengantan terdapat prosesi yang cukup panjang,

seperti; bajajak, tama bakatoan, basaputes, barajak rabaya, rapat keluarga,

sorong serah, bakangkam, barodak, ete ling, nikah, pengantan, dan basai9.

Upacara yang dilakukan masyarakat Sumbawa ini adalah adat atau ritual yang

termasuk bagian dari tujuh unsur pokok kebudayaan yang ditawarkan oleh

Kontjaraningrat, yaitu unsur sistem religi.10

Budaya dan agama dalam sebuah komunitas masyarakat akan tetap eksis

dan memiliki peran yang sangat penting. Keduanya sama-sama membentuk pola

hidup dan pola pikir masyarakat. Artinya bahwa agama dan budaya memiliki

andil dalam membentuk dan merubah tatanan hidup masyarakat. Tetapi juga tidak

menutup kemungkinan pertemuan keduanya dalam suatu komunitas masyarakat

akan menimbulkan persaingan bahkan sampai terjadi pertengkaran.11

Pada masyarakat Suku Sumbawa di Tepas Sepakat misalnya, sebuah desa

di kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat terdapat tempat yang sangat

disakralkan atau dikeramatkan berupa makam yang diberi nama Kubur Dedara

Pitu. Kesakralan makam ini tidak hanya dikenal oleh desa tersebut melainkan

hampir seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat bahkan hingga ke

kabupaten sebelah. Ketika masyarakat ingin sesuatu, baik itu kesembuhan

penyakit, ingin sukses, banyak rezeki, dan lain-lain, maka mereka akan

9Wawancara dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 08 maret 2018. 10

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1 (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1996), h. 81. 11

Irfanul Hidayah, “Agama dan Budaya Lokal: Peran Agama dalam Proses Marjinalisasi

Budaya Loka”, Jurnal Religi, Vol. II, No. 2, (Juli 2003):h. 137.

Page 19: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

6

mendatangi makam ini untuk berziarah dan bernadzar, memanjatkan do‟a kepada

roh nenek moyang, ada pula yang sambil memandikan langsung di tempat

tersebut dengan maksud agar arwah negatif yang ada dalam tubuhnya bisa

dihilangkan.

Dalam serangkaian upacara pengantan berlangsung dalam hal ini sorong

serah, mempelai laki-laki tidak boleh melewati bagian depan makam tersebut.

Sorong Serah atau nyorong adalah serangkaian upacara adat yang dilakukan

keluarga calon mempelai laki-laki menghantarkan atau menyerahkan panyorong

berupa barang-barang dari pihak laki-laki kepada pihak mempelai perempuan.

Panyorong adalah semua kelengkapan baik barang, perhiasan, uang dan mahar

adat yang telah disepakati pada acara basaputis (kesepakatan lamaran) yang akan

dipergunakan untuk pelaksanaan tokal basai (resepsi) dan untuk keperluan

pasangan suami isteri dalam memulai hidup berumah tangga.12

Cara untuk

melanjutkan perjalanan menuju rumah mempelai wanita, mempelai laki -laki ini

berjalan ke timur dan melewati pematang sawah ditemani oleh salah seorang atau

lebih dari keluarga laki-laki, boleh juga melalui bagian depan dengan syarat di

luar radius 500 meter. Dalam mitologi masyarakat Suku Sumbawa khususnya di

desa Tepas Sepakat ketika melanggar tradisi ini, maka menurut mitologi

msyarakat setempat paska perkawinan tidak akan memiliki keturunan13

.

Fenomena tersebut adalah salah satu contoh dari pertemuan antara budaya

dan agama yang berseberangan atau bertolakbelakang. Dalam hukum Islam,

12

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 189. 13

Wawancara dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 08 maret 2018.

Page 20: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

7

penganutnya dilarang meyakini adanya kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha

Kuasa atau meminta pertolongan selain kepada-Nya. Kepercayaan terhadap selain

Allah adalah syirik, dan syirik adalah dosa yang sangat besar seperti dalam

firman-Nya:

ف ق دبالل هي شركو م ني ش اء لم نذ لك د ون م او ي غفر بهي شر ك أ ني غفر ل الل ه إن

14ع ظيماإثمااف ت ر ى

Artinya: sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat

dosa yang besar (Q.S. An-Nisa: 48)15

.

Dari masalah di atas sangat menarik bagi peneliti melakukan penelitian

mengenai upacara pengantan atau upacara perkawinan tradisional masyarakat

Sumbawa sebagai bentuk ungkapan budaya yang harus tetap dilestarikan. Peneliti

juga tertarik ingin mengkaji, sejauhmana percampuran budaya lokal dan agama

(Islam) dalam upacara pangantan; apakah budaya yang dilakukan masyarakat

Sumbawa sejalan dengan hukum agama (Islam) ataukah sebaliknya mengalami

penolakan. Sehingga peneliti mengangkatnya dalam sebuah skripsi dengan judul

“Upacara Pangantan (Perkawinan Adat Sumbawa) di Desa Tepas Sepakat

(Studi Analisis Akulturasi Budaya dengan Agama)”.

14

Hamka Naping, Laut, Manusia dan Kebudayaan (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2017), h. 207. 15

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Terjemahan (Jakarta: PT. Syamil

Cipta Media, 2005)

Page 21: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

8

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan dari skripsi ini adalah orang yang telah beragama Islam masih

menjalani serangkaian upacara pengantan yang diwarisi oleh nenek moyang

secara turun-temurun. Padahal pada dasarnya, dalam agama Islam yang terpenting

memenuhi rukun dan syarat nikah sudah cukup dan sah. Terlebih lagi ketika salah

satu prosesi pengantan ini dilanggar maka akan mendapatkan malapetaka.

Kepercayaan kepada hal semacam ini apabila dilihat dalam kacamata agama Islam

adalah syirik dan merupakan salah satu dosa besar yang dibenci oleh Allah SWT.

Sehingga dalam rumusan masalah ini, yang akan menjadi obyek dan fokus

penulisan adalah: Bagaimana proses terjadinya akulturasi budaya lokal dengan

agama pada upcara pangantan (perkawinan adat Sumbawa)?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upacara

pengantan dilakukan. Untuk mengkaji lebih mendalam tentang apa saja makna

simbolik dan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam upacara pangantan.

Untuk mengetahui bagaimana proses akulturasi budaya lokal dengan agama

terjadi, apakah akulturasi budaya dan agama saling menyesuaikan atau

bertolakbelakang.

Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, sebagai syarat mendapatkan

gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Berkontribusi mengangkat kebudayaan lokal dan

memberikan refrensi tambahan bagi penggiat studi keagamaan dan kebudayaan

khususnya di kalangan penulis berasal bisa memberikan nuansa yang berbeda

Page 22: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

9

dibalik simbol-simbol prosesi Pangantan. Kedua, menjadi referensi bagi

penelitian-penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema pengangkatan

budaya lokal.

D. Tinjauan Pustaka

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian terhadap pustaka yang ada,

berupa karya-karya penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan topik

yang diteliti, di antaranya:

1. Karya berbentuk jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, Pascasarjana

Universitas Mataram ditulis oleh Novi Widya Utami yang berjudul “Wujud

Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat Pernikahan Sumbawa”

(2016). Penelitian ini hanya fokus pada ritual barodak. Persamaan tulisan

ini dengan penulis adalah sama-sama membahas bagaimana brodak itu

dilakukan.

2. Karya berbentuk thesis mahasiswa Megister Bahasa Inggris Universitas

Malang dari Astuti Wahyu Utama yang berjudul ”Symbol Used in

„Barodak‟ Ceremony, a Traditional Wedding of Sumbawa People” (2013).

Tesis ini fokus membahas simbol-simbol yang terdapat dalam ritual

barodak dan sekilas tentang beberapa prosesi yang lain yang menjadi bagian

dari prosesi perkawinan adat atau pangantan. Persamaan dengan penulis

adalah sama-sama mengkaji makna simbolik atau nilai filosofis yang

terkandung dalam ritual barodak.

Kedua karya tersebut hanya membahas salah satu prosesi Pengantan yaitu

ritual barodak. Secara keseluruhan upacara pengantan. adanya mitologi dari

Page 23: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

10

Kubur Dedara Pitu yang menjadi pantangan bagi calon pengantin laki-laki ketika

melintasi kubur keramat tersebut sama sekali belum ada yang melakukan

penelitian khususnya yang dilakukan dan dipraktikkan oleh masyarakat di desa

Tepas Sepakat Kabupaten Sumbawa Barat.

E. Kerangka Teori

1. Akulturasi

Akulturasi: menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akulturasi diartikan

sebagai percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan saling

mempengaruhi.16

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi sebagai proses sosial

untuk mengakomodasi dan mengintegrasikan unsur kebudayaan asing ke dalam

kebudayaan sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.17

Para ahli antropolog memberikan beberapa istilah untuk menguraikan apa

yang terjadi dalam akulturasi, yaitu: substitusi, sinkretisme, adisi, dekulturasi,

orijinasi dan penolakan.18

1. Substitusi, adalah unsur-unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti

dengan unsur-unsur baru yang memenuhi fungsinya, yang melibatkan

perubahan struktural dalam tingkat yang lebih kecil.

2. Sinkretisme, adalah istilah untuk menunjukkan adanya unsur-unsur lama

bercampur dengan unsur-unsur baru dan membentuk sebuah sistem baru.

Dalam hal ini kemungkinan terjadinya perubahan yang berarti.

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

kebudayaan RI, 2001), h.24. 17

Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Jembatan, 1990), h.

248.

Page 24: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

11

3. Adisi, adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan kebudayaan, di

mana unsur-unsur baru ditambahkan pada yang lama. Dalam hal ini

mungkin terjadi atau tidak terjadi adanya perubahan struktural.

4. Dekullturasi, adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan

kebudayaan, dimana bagian substansi sebuah kebudayaan mungkin hilang.

5. Orijinasi, adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan

kebudayaan, di mana ada unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan baru yang timbul karena perubahan situasi.

6. Penolakan, adalah adanya perubahan yang terjadi begitu cepat dalam

perpaduan kebudayaan, sehingga sebagian besar orang tidak dapat

menerimanya. Kondisi semacam ini dapat menimbulkan penolakan total,

pemberontakan, atau kebangkitan.

2. Animisme

Pengertian dari animisme cukup banyak. Kata animisme berasal dari

bahasa Latin “anima” yang berarti “roh”.19

Animisme adalah suatu kepercayaan

terhadap makhluk halus dan roh, serta keyakinan seperti ini sudah banyak dianut

oleh bangsa-bangsa yang belum bersentuhan ataupun belum pernah menerima

ajaran yang berdasarkan daripada agama samawi (wahyu).20

Inti dari pemahaman

animisme ialah mempercayai bahwa setiap benda di bumi seperti laut, gunung,

hutan, gua, dan kuburan mempunyai jiwa yang harus dihormati dan dijunjung

19

Caroline Pooney, African Literature, Animism and Politic (London: Routledge, 2001),

h. 10. 20

Zakiah Daradjat, (peny.), Perbandingan Agama I (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 28.

Page 25: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

12

agar jiwa tersebut tidak mengganggu manusia, bahkan dapat membantu mereka

dalam kehidupan untuk menjalankan aktifitas kesehariannya.21

3. Dinamisme

Istilah dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos. Dalam

bahasa Inggris disebut dynamic, artinya adalah kekuatan, daya, kekuatan atau

khasiat. Dalam hal ini, dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda di

sekitar manusia karena diyakini memiliki kekuatan yang gaib. Dengan kata lain,

dinamisme adalah keyakinan terhadap kekuatan yang berada dalam zat suatu

benda dan diyakini mampu memberikan suatu manfaat dan marabahaya.

Kesaktian itu bisa berasal dari api, batu-batuan, air, pohon, binatang, bahkan

manusia. Unsur dinamisme lahir dari rasa ketergantungan manusia terhadap daya

dan kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Setiap manusia akan selalu merasa

butuh dan berharap kepada zat lain yang dianggapnya mampu memberikan

berbagai pertolongan dengan kekuatan yang dimilikinya. Manusia tersebut

mencari zat lain yang akan ia sembah, karena ia merasa tenang dan nyaman jika ia

selalu berada dekat zat tersebut.22

4. Mitos

Terkait masalah mitos, dalam kehidupan sehari-sehari pada masyarakat

tradisional memang sulit dipisahkan. Tak ada gejala alam dan gejala manusiawi

yang tidak dapat diinterpretasikan secara mistis. Tidak ada gejala alam dan gejala

manusiawi yang tidak memerlukan interpretasi mistis. Sifat dan hakikat mitos

21

A.G. Pringgodidgo (peny.), Ensiklopedi Umum (Jakarta: Yayasan Dana Buku Franklin,

1973), h. 74. 22

Edward B. Tylor, Primitive Culture: Research into the Development of Mythology,

Philosophy, Religion, Langguage, Art and Custom (New York: Brentano‟s Publishers, t.t.), h.160.

Page 26: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

13

memang nonteoritis. Mitos menapikan dan menolak kategori-kategori dasar dalam

pemikiran kita. Logika mitos yang walaupun logika kita bermain di situ tetap saja

tidak dapat disesuaikan dengan konsepsi kita.23

Mitos adalah cerita tentang

peristiwa-peristiwa semihistoris yang menerangkan masalah-masalah akhir

kehidupan manusia, mitos pada dasarnya bersifat religius, karena memberi

rasionalitas pada kepercayaan dan praktek keagamaan. Fungsi mitos adalah untuk

menerangkan sesuatu kejadian pada masa lampau dan menjadi sumber kebenaran

bagi kelompok masyarakat pendukungnya. Mitos adalah produk imajinasi kreatif,

dan merupakan suatu karya seni maupun suatu pernyataan religius yang potensial.

Penciptaan mitos merupakan suatu jenis kreatifitas manusia yang sangat penting,

dan studi tentang mitos serta hasilnya dapat memberi petunjuk yang sangat

berharga mengenai bagaimana orang-orang mengartikan dan berfikir tentang

dunia mereka. Oleh karena itu, kebenaran mitos hanya dimiliki oleh mereka yang

mendukungnya dan bolehjadi sesuatu yang tidak dapat dimengerti oleh pihak lain

yang tidak berkorelasi dengannya.24

c. Azas Bersaji

Teori azas religi adalah teori yang dikembangkan oleh W. Robertson

Smith yang merupakan ahli teologi, ahli ilmu pasti, dan ahli bahasa dan

kesusastraan. Dalam bukunya yang berjudul Lectures on Religion of the Semith

yang dikutip oleh Koentjaraningrat, Robertson menjelaskan bahwa ada tiga

gagasan penting yang menambah pengertian kita tentang azas-azas religi dan

23

Ernst Cassirer, Manusia Dan Kebudayaan: Sebuah Esai Tentang Manusia, terj., Alois

A. Nugroho (Jakarta: PT Gramadia, 1987), h. 111. 24

Hamka Naping, Laut, Manusia dan Kebudayaan (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2017), h. 207.

Page 27: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

14

agama pada umumnya. Gagasan yang pertama mengenai persoalan bahwa

disamping sistem keyakinan, sistem upacara juga merupakan suatu perwujudan

dari religi atau agama yang memerlukan studi dan analisa yang khusus. Hal yang

menarik perhatian Robertson adalah bahwa dalam banyak agama upacaranya itu

tetap, tetapi latar belakang dan keyakinannya telah berubah.

Gagasan yang kedua adalah bahwa upacara religi atau agama, yang

biasanya dilaksanakan oleh banyak masyarakat pemeluk religi atau agama yang

bersangkutan bersama-bersama mempunyai fungsi sosial untuk mengintesifkan

solidaritas masyarakat. Ada di antara masyarakat yang memang benar-benar ritual

itu dengan sungguh-sungguh atau hanya sekedar menjalankan kewajiban saja.

Gagasan yang ketiga Robertson mengajukan teorinya mengenai upacara

bersaji. Dalam upacara ini dianggap oleh Robertson sebagai suatu aktivitas untuk

mendorong rasa solidaritas dengan dewa atau para dewa. Di mana Robertson

menggambarkan upacara sesaji sebagai suatu upacara yang khidmat. Pemberian

sesaji di tempat-tempat keramat bertujuan untuk mendukung kepercayaan mereka

terhadap adanya kekuatan makhluk halus agar jangan mengganggu. Selain itu

juga manusia mengharapkan berkah dan terhindar dari gangguan makhluk hidup

lain.25

Teori Robertson ini oleh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa terkait teori

azas religi ini berbeda dengan tokoh lainnya dalam mendekati masalahnya.

Perbedaan teori ini terletak pada upacaranya bukan pada analisis sistem

keyakinannya.

25

Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi Jilid 1 (Jakarta: UI-Press, 1987), h. 67-68.

Page 28: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

15

F. Metodologi Penelitian

Adapun dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan jenis

penelitian berupa penelitian lapangan, dengan tujuan untuk menemukan secara

nyata dan spesifik tentang fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Agar data

yang penulis uraikan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, maka

diperlukan suatu metode tertentu dalam melakukan penelitian. Dengan adanya

metode maka diharapkan suatu penelitian lebih terarah dan mudah untuk dikaji.

Adapun metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Library Riset (Pendekatan Pustaka)

Agar skripsi ini tidak menyimpang jauh dari teori-teori yang ada dan untuk

memperoleh data skunder guna melengkapi data yang sudah tersedia, maka

dalam riset kepustakaan ini penulis menggunakan beberapa literatur berupa

buku-buku, jurnal, dan bahan pustaka lainnya yang berhubungan dengan

skripsi saya.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan peneliti di lapangan

(field research) yang menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif

analitik. Penelitian kualitatif ini bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi,

motivasi, serta tindakan.

Page 29: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

16

a. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan suatu keadaan, suasana, peristiwa,

meriksa, dan mencatat dokumen-dokumen yang menjadi sumber data

penelitian.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten

Cirebon.

c. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan proses interaksi berupa wawancara mendalam

(indepth interview) yang dilakukan untuk mendapat informasi terkait

dengan permasalahan yang ada di lapangan.

d. Informan yaitu objek penelitian yang bermanfaat untuk memberikan

informasi tentang apa yang akan diteliti.

e. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu sebuah upaya penulis melakukan pengumpulan,

pencarian, penyelidikan, pemakaian, dan penyedian dokumen untuk

mendapatkan keterangan dan bukti dengan cara ditulis, direkam, difoto

selama penelitian. adapun foto dan dokumen lainnya penulis lampirkan di

akhir skripsi.

3. Kualitatif

Hasil analisis tersebut biasanya berupa penggambaran atau deskripsi atau dapat

pula berupa tema-tema. Hasil akhir dari penelitian kualitatif dituangkan dalam

bentuk laporan tertulis. Laporan tersebut agak fleksibel karena tidak ada

Page 30: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

17

ketentuan baku tentang struktur dan bentuk laporan hasil penelitian kualitatif.

Tentu saja hasil penelitian kualitatif sangat dipengaruhi oleh pandangan,

pemikiran, dan pengetahuan peneliti karena data tersebut diinterpretasikan oleh

peneliti. Oleh karena itu, sebagian orang menganggap penelitian kualitatif agak

bias karena pengaruh dari peneliti sendiri dalam analisis data.26

Model

penelitian ini menggunanakan metode kualitatif dan metodologi deskriftif

analitik yaitu mendeskripsikan data-data lalu dianalisis.

4. Pendekatan Penelitan

Agama sebagai bagian dari kebudayaan adalah agama yang dipahami, dihayati

dan dipraktikkan oleh manusia-manusia historis dan karena itu menjadi bagian

dari objek kajian ilmiah. Segala produk pemikiran dan aktivitas keagamaan

biasanya berkaitan erat dengan aktivitas politik, ekonomi, budaya serta

kehidupan sosial yang semakin menguatkan agama sebagai objek kajian

ilmiah. Berikut ini penulis menggunakan multidisiplin pendekatan ilmiah yang

dipopulerkan oleh Media Zainul Bahri yang bisa dilakukan dalam Studi Agama

dan khususnya jurusan yang penulis geluti adalah Studi Agama-Agama

(Perbandingan Agama); di antaranya pendekatan historis, antropologis dan

teologis27

a. Pendekatan Historis

Pendekatan historis adalah salah satu pendekatan yang cukup digemari

dalam studi agama dan perbandingan agama. Pendekatan ini merupakan

pendekatan yang paling tertua dan dipakai pertama kalinya untuk

26

J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 7. 27

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 15-48.

Page 31: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

18

mempelajari, menyelidiki, dan meneliti agama-agama baik sebelum ilmu

agama menjadi disiplin yang berdiri sendiri atau sesudahnya. Dengan

pendekatan historis suatu studi berusaha menelusuri asal-usul dan

pertumbuhan ide-ide dan pranata-pranata keagamaan melalui periode-

periode perkembangan historis tertentu dan menilai pranata-pranata

keagamaan melalui periode-periode perkembangan historis tertentu dan

menilai peranan kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh agama untuk

mempertahankan dirinya selama periode-periode itu.28

Pendekatan ini, oleh

peneliti ingin mencari asal mula upacara pangantan dan mitos-mitos yang

mempengaruhinya.

b. Pendekatan Antropologis

Pendekatan ini berupaya memahami kebudayaan-kebudayaan produk

manusia yang berhubungan dengan agama. Sejauh mana agama memberi

pengaruh terhadap budaya dan sebaliknya sejauh mana kebudayaan suatu

kelompok masyarakat memberi pengaruh terhadap Agama. Dalam sejarah

Studi Agama terdapat beberapa figur yang selalu menjadi rujukan atas

pendekatan ini yang kemudian dikenal luas sebagai studi antropologi

Agama. Pendekatan ini, oleh peneliti melihat sejauh mana perpaduan antara

upacara pangantan dengan agama Islam. Apakah keduanya bisa berjalan

beriringan ataukan bertolakbelakang.29

28

Media, Studi Agama-Agama, h.15. 29

Media, Studi Agama-Agama, h. 48.

Page 32: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

19

c. Pendekatan Theologis

Teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu

serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan. Gove mengatkan bahwa

teologi merupakan penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan

pengalaman agama secara rasional. 30

Pendekatan ini dalam rentang sejarah

yang cukup lama merupakan pendekatan yang paling dominan dan paling

berpengaruh dalam Studi Agama dan Studi Agama-agama (perbandingan

agama). Dengan pendekatan ini seorang penganut suatu agama, apakah itu

Islam, Kristen, atau agama lain ketika membuat studi teologis biasanya ia

melakukan studi dari dua hal yaitu: pertama studi internal. Dalam hal ini,

seorang sarjana atau peniliti agama adalah orang dalam (insider) yang

berusaha secara aktif dalam kegiatan ilmiahnya untuk melestarikan dan

mempromosikan keunggulan agamanya serta mempertahankan dari

ancaman atau serangan orang lain. Kedua yaitu eksternal. Dalam hal ini,

seorang peneliti atau penganut agama tertentu melakukan kajian terhadap

agama atau keyakinan orang lain untuk “menilai” dan menghakiminya

dengan ukuran agama sang peneliti.31

Penelitian ini, oleh peneliti ingin

melihat bagaimana peran agama Islam merespon upacara pangantan apakah

ada unsur-unsur syirik terkait mitos yang mempengaruhinya.

5. Sumber Data

Data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah berasal dari data

primer dan sekunder. Data primer adalah data lapangan yang didapati dari

30

Abdur Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 14. 31

Media, Wajah Studi Agama-agama, h.20.

Page 33: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

20

sumber pertama, seperti hasil wawancara. Sedangkan data sekunder adalah

data yang penulis peroleh dari pihak lain atau data primer yang telah diolah

lebih lanjut oleh orang lain dan disajikan dalam bentuk karya ilmiah.32

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini, penulis menyusun secara sistematis berdasarkan

pembahasan ke dalam lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub

bab antara lain sebagai berikut:

Bab pertama merupakan latar belakang masalah yang menginspirasi

penulis untuk mengkaji lebih mendalam, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian yang nantinya bermanfaat untuk khazanah ilmu pengetahuan,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi tentang profil daerah dan objek penelitian yakni desa

Tepas Sepakat dilihat dari letak geografis, pola pemukiman, agama, pendidikan

dan kondisi sosial ekonomi.

Bab ketiga membahas mengenai sejarah upacara pangantan, prosesi

upcara pangantan dan mitos Kubur Dedara Pitu.

Bab keempat merupakan analisa dari hasil skripsi ini secara menyeluruh

mengenai makna simbolik prosesi upacara pangantan, dan akulturasi budaya lokal

dengan agama (Islam).

Bab kelima merupakan akhir dari skripsi ini yang memuat kesimpulan,

saran-saran dan kata penutup.

32

Tim Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penelitian (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 76.

Page 34: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

21

BAB II

PROFIL DESA TEPAS SEPAKAT KECAMATAN BRANG REA

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

A. Sejarah Desa Tepas Sepakat

Desa Tepas Sepakat merupakan desa yang berada di Kecamatan Brang

Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lima tahun

belakangan, Desa Tepas Sepakat adalah satu-kesatuan dari Desa Tepas. Menurut

Syamsuddin Aswin kata “Tepas” diambil dari kata Tephos yang dalam bahasa

sansekerta berarti bambu. Sekitar abad ke-19 pohon bambu banyak ditanami di

pinggiran sungai dan dimanfaatkan oleh warga komunitas Sario (nama asli Desa

Tepas) salah satunya untuk melindungi rumah warga dari terjangan batang pohon

ketika banjir bandang tiba. Sehingga kata Tepas menjadi sebuah nama desa.33

Sebelum pemekaran Desa Tepas terdiri dari lima dusun yakni Dusun

Tepas Bawah, Dusun Tepas Atas, Dusun Sepakat, Dusun Moteng A dan Dusun

Moteng B. Kemudian pada tahun 2010 terjadi pemekaran menjadi tiga desa.

Dusun Tepas Bawah menjadi desa Sendiri, Dusun Tepas Atas dan Dusun Sepakat

Menjadi satu Desa yakni Desa Tepas Sepakat serta Dusun Moteng A dan Dusun

Moteng B menjadi satu Desa yakni Desa Moteng.

Terdapat beberapa alasan terjadinya pemekaran, yakni:

1. Mempermudah pelayanan kepada masyarakat.

2. Mempercepat pengurusan administrasi.

33

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syamsuddin Aswin, Mantan Kepala Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 22 April 2018.

Page 35: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

22

3. Menciptakan lapangan kerja baru.

4. Mempercepat perkembangan ekonomi.

5. Mengurangi pengangguran.

B. Letak Geografis dan Aksesbilitas Desa Tepas Sepakat

Desa Tepas Sepakat adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa

Tepas Sepakat berbatasan dengan desa-desa lainnya, sebelah utara berbatasan

dengan Desa Moteng, sebelah timur berbatasan dengan desa Bangkat Monte,

sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tepas dan sebelah barat berbatasan

dengan Desa Seloto.34

Orbitrasi atau jarak pusat pemerintahan Desa Tepas Sepakat ke

pemerintahan kecamatan sejauh 2 km, ke pemerintahan kabupaten atau kota

sejauh 10 km dan jarak ke ibu kota provinsi sejauh 170 km. Untuk mengakses

Desa Tepas Sepakat dapat menggunakan semua jenis kendaraan darat terutama

kendaraan alat berat. Hal tersebut dikarenakan jalan raya Tepas Sepakat

merupakan jalan lintas utama kendaraan yang keluar masuk dari salah satu PT

terbesar yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat yakni PT. Bintang Bano.35

Tabel 2. 1: Luas Wilayah Desa Tepas Sepakat36

No. Tanah Luas daerah

34

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 22 April 2018. 35

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018. 36

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018. 36

Page 36: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

23

1 Lahan Sawah 37.214 Ha

2 Lahan Ladang 5.000 Ha

3 Lahan Perkebunan 14.000 Ha

4 Hutan 17.000 Ha

5 Lahan Lainnya 11.511 Ha

Jumlah 84.754 Ha

C. Kondisi Keagamaan Desa Tepas Sepakat

Masyarakat Desa Tepas Sepakat seluruhnya beragama Islam. Dalam

menjalankan kegiatan beribadah, terdapat dua bangunan masjid dan satu

bangunan mushollah. Satu bangunan masjid dan satu bangunan mushollah di

dusun Tepas serta satu bangunan masjid di dusun Sepakat. Selain masjid dan

mushollah, juga terdapat tiga bangunan TPQ (Taman Pendidikan Qur‟an) sebagai

sarana pembelajaran bagi anak-anak demi meningkatkan kegemaran terhadap al-

Qur‟an. Sebelum adanya TPQ yang dikenal oleh khlayak banyak ataupun sebuah

lembaga yang mendapatkan SK (surat keputusan) dari pemerintah, di Desa Tepas

Sepakat masih banyak dijumpai guru-guru ngaji tradisional. Pada saat ini, jumlah

guru ngaji tradisional berjumlah sekitar 13 orang pengajar.37

Dengan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Tepas Sepakat, tradisi-tradisi adat nenek moyang mereka masih

37

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018.

Page 37: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

24

sangat kental pada pemikiran masyarakat, seperti mempercayai hari-hari baik

dalam berbagai kegiatan, penentuan hari pernikahan, hari sunatan, hari mencari

rezeki, hari pengobatan tradisonal dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan sebagai

bentuk penghormatan terhadap para leluhur dan jika dilakukan dengan totalitas

maka akan mendapatkan keselamatan dan keberkahan.

D. Kependudukan Desa Tepas Sepakat

Penduduk Desa Tepas Sepakat berjumlah 1.849 jiwa yang terdiri dari laki-

laki 893 jiwa dan 956 jiwa perempuan. Jumlah tersebut terbagi ke dalam 492

Kepala Keluarga (KK).38

Untuk lebih jelas dan terinci struktur penduduk Desa Tepas Sepakat

menurut jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2. 2: Jumlah Penduduk Desa Tepas Sepakat39

No. Kelompok Umur Jumlah

1 0-17 725

2 18-55 855

3 55 ke-atas 98

Jumlah 1.849

38

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018. 39

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018.

Page 38: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

25

Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang tinggal di

Desa Tepas Sepakat berjumlah 1.849 jiwa dengan persentase terbesar pada usiah

17-55 tahun. Dengan perbandingan perempuan lebih banyak dari laki-laki.

E. Kondisi Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di Desa Tepas Sepakat dapat digolongkan ke

dalam masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal ini terlihat dari beberapa aspek

yang mendukung seperti pendidikan, pekerjaan, gaya hidup dan tempat tinggal

mereka.

1. Aspek pendidikan

Dalam perkembangan Desa Tepas Sepakat telah melaksanakan

pembangunan di segala bidang dan telah menunjukkan hasil yang tampak

nyata, diantaranya adalah pembangunan sarana dan prasarana dalam bidang

pendidikan. Desa Tepas Sepakat memiliki 9 sarana pendidikan yang terdiri dari

2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 2 Taman Pendidikan Kanak-Kanak

(TK), 2 Sekolah Dasar (SD) dan 3 Taman Pendidikan Alqur‟an (TPA). Data

tersebut dapat ditunjuk pada tabel di bawah ini:40

Tabel 2. 3: Sarana Pendidikan Desa Tepas Sepakat41

No. Sarana Pendidikan Jumlah Pendidikan

1 PAUD 2

2 TK 2

40

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018. 41

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018.

Page 39: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

26

3 SD 2

4 TPA 3

Jumlah 9

Tabel 2. 4: Tingkatan Pendidikan Tahun 2017 Desa Tepas Sepakat42

No. Pendidikan terakhir Jumlah

1 SD 436

2 SMP/Sederajat 223

3 SMA/Sederajat 167

4 Akademi/D1-D3 12

5 S1 20

Jumlah 838

Pendidikan secara umum dibagi menjadi dua yaitu pendidikn formal dan

pendidikan non formal. Pendidikn formal meliputi pendidikan yang umum dan

resmi yaitu PAUD, TK, SD, SMP/Sederajat, dan SMA/sederajat. Pendidikan

formal sangat penting di zaman modern saat ini untuk kelangsungan hidupnya

agar tidak menjadi masyarakat yang terbelakang. Sedangkan pendidikan non

formal yaitu pendidikan yang diperoleh dengan mengikuti kursus-kursus,

pengajian atau mendengar ceramah di masjid serta membaca buku

pengetahuan. Tingkat pendidikan orang tua zaman dahulu relatif sangat rendah.

42

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018.

Page 40: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

27

Kebanyakan dari mereka hanya bisa meyelesaikan ke tingkat Sekolah Dasar

(SD) itupun bagi mereka yang mampu bersekolah, tetapi bagi mereka yang

kekurangan biaya tidak bisa belajar di sekolah formal. Pendidikan masyarakat

Desa Tepas Sepakat saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Mayoritas

masyarakatnya bisa mengenyam pendidikan minimal tamat Sekolah Menengah

Atas (SMA) hingga ke Perguruan Tinggi.43

2. Ekonomi

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dalam bidang

ekonomi, mata pencaharian masyarakat Desa Tepas Sepakat ada sedikit

perubahan yang terjadi. Mata pencaharian masyarakat Desa Tepas Sepakat

yang tadinya mayoritas petani, kini berubah dengan banyaknya bermunculan

tambang-tambang inkonvensional yaitu penggalian secara tradisional hasil

bumi seperti timah secara individual atau kelompok. Ada juga yang masih

bertani, menjadi pedagang, wirausaha, karyawan, maupun pegawai negeri.

Perubahan tersebut diakibatkan pola pikir dan perilaku mereka untuk menjadi

lebih baik.44

Tabel 2. 5: Mata Pencaharian Penduduk Desa Tepas Sepakat45

No. Mata Pencaharian Jumlah

1 Pertambangan 211

43

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018. 44

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018. 45

Observasi, Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018.

Page 41: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

28

2 Pedagang/Wirausaha 20

3 Karyawan 68

4 Pegawai Negeri Sipil 10

5 Petani 324

6 Jasa 10

Penganggur 40

Jumlah 783

Dari data mata pencaharian penduduk Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2017 di atas ternyata

pertanian masih menempati tempat tertinggi. Kemudian diikuti dengan

pertambangan.

Menurut Ahmad, secara ekonomi masyarakat Desa Tepas Sepakat berada

pada tingkat menengah ke bawah. Tetapi tidak ada indikasi bahwa masyarakat

Desa Tepas Sepakat di bawah garis kemiskinan. Dan tidak ada masyarakat

Desa Tepas Sepakat yang harus menjalani kehidupan seperti mengemis,

gelandangan ataupun menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK).46

3. Keadaan Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tepas Sepakat sangat

berpegang teguh kepada tradisi gotong royong yang telah mendarah daging

46

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018.

Page 42: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

29

atau yang diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang mereka. Dalam

berbagai acara maupun kegiatan yang sifatnya individual maupun kolektif,

seluruh masyarakat saling membantu. Sebagai contoh ketika ada hajatan yang

dalam bahasa Sumbawa dikenal dengan bakelewang, baik hanya hajatan kecil

maupun berupa pesta perkawinan, semua saling bantu-membantu dalam

pelaksanaannya.47

Ciri khas masyarakat Sumbawa pada umumnya yang sangat

mengedepankan budaya gotong royong, sehingga hal tersebut mendapatkan

perhatian dari pemerintah dan dijadikan sebagai salah satu program unggulan

dan disenangi di Kabupaten Sumbawa Barat sejak terpilihnya Bupati dan

Wakil Bupati terbaru periode 2015-2020 yang menerapkan program PDPGR

(Program Daerah Pemberdayaan Gotong Royong).48

Kehidupan masyarakat Desa Tepas Sepakat tidak mengenal perbedaan

golongan maupun status sosial. Dalam hal berinteraksi, baik dengan penduduk

asli maupun pendatang, baik dengan orang yang lebih kecil, seumuran maupun

yang lebih tua dilakukan secara sopan santun, penuh tatakrama dan sangat

mengedepankan adab. Tidak ada dalam catatan kriminal mengenai tindakan

kekerasan ataupun benturan fisik serta pemikiran yang berlatarbelakang etnis

atau golongan. 49

47

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018. 48

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018. 49

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018.

Page 43: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

30

BAB III

PENGERTIAN PERKAWINAN, SEJARAH PANGANTAN

(PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DAN MITOLOGI KUBUR DEDARA

PITU

A. Pengertian Perkawinan

1. Perkawinan Menurut Undang-Undang

Dalam UU Perkawinan pada pasal 1 tahun 1974 menyatakan bahwa

perkawinan diartikan sebagai ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.50

Menurut R. Soetojo Prawirohamidjo, pasal 1 UU Perkawinan,

mengandung unsur:51

1. Ikatan lahir batin merupakan yang dapat melihat dan mengungkapkan adanya

hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri,

hal ini disebut sebagai hubungan formal.

2. Antara seorang pria dan seorang wanita ikatan perkawinan hanya boleh

terjadi antara seorang pria dan seorang wanita. Perkawinan seorang pria

dengan seorang pria atau antara seorang wanita dengan seorang wanita atau

seorang laki-laki dengan seorang laki-laki tidak mungkin terjadi.

3. Sebagai suami-istri Ikatan perkawinan didasarkan pada suatu perkawinan

yang sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-

Undang, baik syarat-syarat intern maupun syarat eksternnya.

50

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (Arkola: Surabaya, 1990), h. 5.

Page 44: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

31

4. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal. Keluarga adalah kesatuan yang terdiri ayah, ibu, anak selaku sendi

dan dasar susunan masyarakat Indonesia. Membentuk keluarga yang bahagia

erat hubungan dengan keturunan yang merupakan pula tujuan perkawinan,

sedangkan pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi hak dan

kewajiban orangtua. Untuk mendapatkan hal ini, diharapkan kekekalan dalam

perkawinan, yaitu bahwa sekali orang melakukan perkawinan, tidak akan

bercerai untuk selama-lamanya, kecuali cerai karena kematian.

5. Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Sebagai Negara yang berdasarkan

pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan

mempunyai hubungan erat dengan agama, kerohanian, sebagai perkawinan

bukan saja mempunyai unsur lahir batin atau jasmani, akan tetapi unsur

batin/rohani juga mempunyai perananan penting.52

Apabila mengambil makna dari arti perkawinan dalam ketentuan Undang-

Undang hukum perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, serta

bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah,

dan rahmah. Berdasarkan uraian di atas, kita telah memiliki pengertian tentang

hukum perkawinan adat Sumbawa serta pengertian perkawian menurut hukum

tertulis, yakni UU Perkawinan.

52

R. Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-Undangan di Indonesia

(Surabaya: Airlangga Univesiry Press, 1986), h. 38-43.

Page 45: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

32

Undang-undang pasal 2 ayat 1 dan dua: ayat 1 menjelaskan bahwa

perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

dan kepercayaannya itu. Ayat 2 menjelaskan bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat

menurut perundang-undangan yang berlaku.53

2. Pengertian Perkawinan Menurut Agama Islam

Secara bahasa perkawinan atau pernikahan berasal dari kata serapan

bahasa Arab yang mempunyai makna menghimpun atau mengumpulkan. Ilmu

fikih mengenal perkawinan dalam dua kata yaitu “nikah” dan perkataan “ziwaaj”.

Kata “nikah” mempunyai arti sebenarnya (haqiqat) dan arti kiasan (majazi). Arti

sebenarnya dari kata “nikah” adalah “dham” yang berarti menghimpit, menindih

atau berkumpul. Sedangkan arti kiaasannya adalah “wathaa” yang berarti setubuh

atau “aqad” yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan.54

Adapun pernikahan secara istilah (syar‟i) adalah seorang pria mengadakan

akad dengan seorang perempuan dengan tujuan agar ia dapat istimta‟ (bercumbu)

dengan si perempuan, memperoleh keturunan dan tujuan lain yang merupakan

kemaslahatan nikah.

Akad atau ijab kabul merupakan penanda keakraban yang sempurna di

antara seorang laki-laki dan perempuan. Mereka menjadi absah untuk saling

membutuhkan, saling mencintai secara sukarela mengendalikan diri satu dengan

yang lainnya sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Keduanya harus tolong

menolong dalam membangun rumah tangga dan mewujudkan keluarga bahagia.

53

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, h. 5. 54

Adil Abdul Min‟in Abu Abbas, ketika Menikah Menjadi Piihan, terj. Gazii Sallom

(Kairo-Mesir: Maktabah al-Qur‟an, 1978), h. 33.

Page 46: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

33

Sebagai salah satu bentuk ibadah, kesucian perkawinan perlu dijaga oleh

suami maupun istri. Oleh karena itu, sebuah perkawinan menuntut kematangan

fisik dan mental dari calon pasangan suami istri. Mereka harus memahami bahwa

menikah adalah hal sakral yang menentukan jalan hidup mereka di dunia sampai

di akhirat nanti.55

Dengan demikian, dari segi hukum, jelaslah bahwa perkawinan adalah

salah satu akad suci dan luur antara laki-laki dan perempuan yag menjadi sebab

sahnya status sebagai suami istri dan dihalalkannya hubungan seksual dengan

tujuan mencapai keluarga yang tentram (sakinah), penuh kasih sayang, penuh

kebajikan dan kerelaan untuk saling menyantuni.56

Adapun syarat dan rukun perkawinan dalam hukum Islam yaitu:

a. Syarat-syarat perkawinan:57

1. Adanya persetujuan dari kedua calon suami istri dan dari wali calon

istri.

2. Beragama Islam, cukup dewasa, dan sehat pikirannya.

3. Tidak ada hubugan kekeluargaan sedarah yang terlampau dekat.

4. Tidak ada hubungan semenda.

5. Tidak ada hubungan sepersusuan.

6. Calon istri tidak terikat dalam suatu ikatan perkawinan.

b. Rukun-rukun perkawinan:58

1. Ada calon suami dan istri atau wakilnya.

55

Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Modul pembinaan Keluarga

Sakinah (Jakarta: Depag, 1995), h. 161. 56

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 62. 57

Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedia Muslim (Jakarta: Darul Fallah, 2000), h. 578. 58

Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedia Muslim, h. 575.

Page 47: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

34

2. Ada wali dari calon istri atau wakilnya.

3. Ada dua orang saksi laki-laki Islam yang telah memenuhi syarat.

4. Adanya mahar.

5. Adanya ijab kabul.

B. Asal-Usul Pangantan

Sejarah perkawinan adat Sumbawa atau yang biasa disebut pangantan

sama halnya dengan perkawinan pada umumnya bahwa ia ada setua umur

manusia, tentu dalam tata dan prosesi yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinan

dan hukum adat yang berlaku. Hanya saja yang dilihat dan disaksikan dewasa ini

merupakan rangkaian tradisi dan prosesi yang dilandasi nilai-nilai luhur budaya

Sumbawa dalam sebuah falsafah “Adat Berenti Ko Syara‟, Syara‟ Berenti Ko

Kitabullah” (adat berpegang ke syariat, syariat berpedoman ke kitabullah). Nilai-

nilai keislaman membingkai peristiwa besar perkawinan tersebut dari awal hingga

akhir prosesi dalam bentuk dan tahapan materil maupun nilai-nilai simbolik di

dalamnya. 59

Falsafah “Adat Berenti Ko Syara‟, Syara‟ Berenti Ko Kitabullah” mulai

menjadi landasan dan falsafah hidup Tau Samawa pada tanggal 1 Muharram 1058

atau tanggal 30 November 1648 saat dilantiknya sultan pertama kesultanan

Sumbawa yang menjadi tonggak berdirinya kesultanan Sumbawa yakni Dewa

Mascinni yang merupakan sultan pertama kesultanan Sumbawa yang memerintah

sejak tahun 1648 hingga 1668 M. Lalu diganti oleh saudaranya Dewa Mas Gowa

yang memerintah tahun 1668-1674. Pada kepemimpinan kedua sultan tersebut

59

Wawancara pribadi dengan Bpk. Aceng, Tokoh Adat (Ano Rawi) Kabupaten Sumbawa,

pada tanggal 25 Mei 2018.

Page 48: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

35

masih dipengaruhi paham-paham animisme, dinamisme serta kultur Hindu,

sehingga pada tahun 1674 kekuasaan Dewa Mas Gowa diambil alih oleh Dewa

Mas Bantan putra dari Dewa Mas Panghulu, saudari dari kedua sultan tersebut.

Pada masa sultan Dewa Mas Bantan barulah pemurnian dari seluruh ajaran dan

nilai-nilai Islam guna menjadi landasan dalam kehidupan dan adat-istiadat.60

Dengan mengikuti perkembangan sejarahnya, adat istiadat yang hidup di

kalangan masyarakat Sumbawa merupakan campuran dari adat-istiadat Jawa dan

Makasar (Bugis). Pengaruh suku Jawa dilatarbelakangi oleh adanya kerajaan

Majapahit sekitar tahun 1331 M yang dibawa oleh dinasti Dewa Batara Sukin atau

Dewa Awan Kuning dan penguasaan Majapahit atas Taliwang, Seran dan Utan,

yang ditaklukkan oleh Patih Gaja Mada. Dari penaklukkan tersebut tentu

membawa adat-istiadatnya, maka peradaban Jawa melakukan penetrasi ke

Sumbawa Barat. pengaruh peradaban Jawa yang menurut sisa-sisa yang masih

bisa didapati misalnya adat “biso tian” yakni selamatan tujuh bulan kehamilan

istri, dikenal dalam adat Jawa dengan istilah “tingkep” atau “mitoni”.61

Di samping itu, Pengaruh suku Bugis (Makasar) di tanah Sumbawa

dibawa oleh Kerajaan Goa Sultan Alauddin tahun 1623 M. Dengan hubungan

perkawinan dan perpindahan anak anak raja dari Bugis ke Sumbawa turut

mewarnai adat-istiadat Sumbawa terutama di kalangan raja-raja dan kaum

bangsawan, sehingga anak raja sebelum berumah tangga bergelar “Daeng” dan

setelah menikah bergelar “Datu”. Dalam berpakaian, baik dalam pakaian sehari-

hari, terlebih-lebih pakaian kebesaran raja dan para menteri serba Bugis. Hiasan-

60

Wawancara pribadi dengan Bpk. Aceng, Tokoh Adat (Ano Rawi) Kabupaten Sumbawa,

pada tanggal 25 Mei 2018. 61

Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu (Surabaya: Rinta Surabaya, 1984), h. 16.

Page 49: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

36

hiasan baik laki-laki maupun perempuan dalam acara perayaan pengantin serupa

dengan adat-istiadat Bugis.62

Pengantin laki-laki pada kepalanya diletakkan hiasan yang dinamakan

“pasigar”. Badanya berselempang emas yang disebut “simbangan”. Lengannya di

atas siku dihiasi dengan emas berbentuk burung dinamakan “ponto”. Pada ikat

pinggangnya yang dinamakan “pending” diselipkan keris dengan ujung sarungnya

dikeluarkan lebih ke sebelah kiri dan tergantung hiasan yang dinamakan “mayil”.

Pada pingganya dibelitkan selubung kain yang dinamakan “tope”.

Pengantin perempuan kepalanya disarungkan dengan hiasan bernama

“jamang” atau “sua” dengan jumbainya disebut “bunye”. Pakaiannya baju lengan

pendek dan di dadanya di atas baju bergelantungan perhiasan emas yang disebut

“kalung”. Ujung jempol tangan kanannya diberi bersarung kuku panjang yang

terbuat dari emas, sedangkan jari-jemari tangannya sebagaimana juga halnya

dengan pengantin laki-laki dihiaskan dengan cincin emas. Lengan bagian atas

dihiasi dengan “kilap bahu”, sedangkan di bawah siku hingga pergelangan dengan

hiasan bersusun tiga yaitu “panto, kelaru, panto”. Anting-antinya bernama

“bengkar tarowe”. Cara bersandingnya sama dengan pengantin-pengantin di

daerah Sulawesi. Mereka diapit oleh anak laki-laki dan perempuan yang

dinamakan “tode rabawa”, yaitu yang membawa ketam, pajula dan cere.

Disamping tode rawa ada orang tua atau wali dari kedua pengantin tersebut yang

dinamakan “inang pangasuh” atau “inang paraja”.63

62

Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu, h. 17 63

Lalu Mantja, Sumbawa Pada Masa Dulu, h.17.

Page 50: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

37

Lebih dalam lagi, ketika Sultan Sumbawa ke 17, Sultan Muhamad

Kaharuddin IV menjelaskan bahwa falsafah “adat berenti ko syara‟, syara‟

berenti ko kitabullah” merupakan pegangan atau pedoman masyarakat Sumbawa

dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan tentang rumusan falsafah tersebut telah

menghantarkan masyarakat Tau Samawa untuk selalu berfikir dan bersikap dalam

suatu frame yang senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai ke-Samawa-an yang teramat

mulia, berupa nilai yang bersumber syara‟ dan kitabullah.

Nilai-nilai tersebut tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan

hidup masyarakat itu sendiri. Etnik Samawa yang secara administratif pada dua

wilayah (Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat) dengan segala eksistensinya,

telah tampil dengan karakteristik dan kekayaan adat istiadat yang diakui telah

menjelma menjadi bagian penting dari pola dan prilaku sebagai Tau Samawa.64

C. Prosesi Pangantan

Perkawinaan menurut hukum adat Sumbawa merupakan suatu ikatan

antara pria dengan wanita sebagai suami-istri untuk mendapatkan keturunan dan

membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga. Dalam

melangsungkan perkawinan, masyarakat Sumbawa khususnya di bagian barat

Pulau Sumbawa memilik presesi yang begitu panjang sebelum sah di mata agama

khususnya Islam dan melibatkan sebagian besar anggota keluarga dan kerabat

dekat dari pihak istri dan dari pihak suami dalam membantu prosesi perkawinan

adat Sumbawa atau yang dikenal dengan istilah pengantan, diantaranya adalah:

1. Bajajak

64

Tim Penyusun Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Ano Rawi Dewan Pendidikan

Kabupaten Sumbawa Barat, Pasanotang: Tananang Boat Iwet Mate Telas Tau Samawa

(Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2016), h. xv.

Page 51: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

38

Jika jejaka ingin berumah tangga kemudian ingin mempersunting

seorang gadis maka sebelum resmi meminang, biasanya pihak keluarganya perlu

mengetahui perihal gadis tersebut. Proses pendekatan untuk mengetahui dan

mengenal si gadis lebih mendalam, baik dari sisi agama, keluarga, kepribadian,

keterampilan, maupun kesungguhan hati si gadis untuk berumah tangga ini

disebut Bajajak. Biasanya kerabat dekat dari jejaka, diutus untuk bertandang ke

rumah si gadis dalam ragka pengenalan. Di samping itu juga, mencari informasi

dari lingkungan sekitar tempat tinggal si gadis. Bajajak dilakukan di luar konteks

perjodohan di mana si gadis bukan dari kerabat dekat atau tidak tinggal di

kampung yang sama.65

2. Tama Bakatoan

Tahap ini dilaksanakan oleh tim kecil yang telah ditentukan, biasanya

terdiri dari sanak keluarga yang dituakan serta tokoh masyarakat yang dihormati.

Mendahului tim ini, dikirim seorang utusan untuk memberitahuakan orang tua si

gadis bahwa akan ada yang datang bakatoan. Bakatoan baru dilaksanakan apabila

kedua belah pihak telah benar-benar siap, juga ada kesempatan bagi orang tua si

gadis untuk bertanya kepada si gadis serta rembuk keluarga.

Bakatoan dilakukan dengan cara kekeluargaan, saling menghargai dan

tanpa intimidasi. Apabila pinangan diterima, maka diikat secara simbolis dengan

penyerahan barang berharga dari pihak laki-laki. Jika orang tua si gadis menolak

65

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat (Sumbawa: Kantor Pariwisata Kabupaten Sumbawa, 2016), h. 188.

Page 52: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

39

karena suatu pertimbangan tertentu, maka hal itu akan disampaikan dengan cara

yang baik beserta alasannya.66

3. Basaputes

Tahap selanjutnya, jika pinangan diterima adalah basaputis yaitu

musyawarah antara kedua belah pihak untuk membicarakan seluruh hal yang

berkaitan dengan rencana pelaksanaan acara perkawinan. Sesuai adat Tau

Samawa bahwa pihak perempuan yang menjadi pemangku atau tuan rumah

upacara perkawinan. Maka pada saat basaputis ini disampaikan segala keperluan-

keperluan yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki yang dalam bahasa Samawa

pamako‟ atau mako‟. Mako‟ tergantung permintaan dari keluarga pihak

perempuan, dengan uang senilai bisa membayar segala keperluan pernikahan, mas

minimal 1 gram serta seekor kerbau atau sapi dan dengan sepetak sawah sebagai

mahar adat.

Dalam bahasa Sumbawa “Apa rungan sia? Beling bapak sebai, i jawab

leng keluarga selaki: rungan balong ti. Sa sate tu selaung anu nerap na tu seputes

mo. Beling bapak sebai: pia na sia pako kami? I jawab leng keluarga selaki: ka

biasa kami dunu so meni 200 kg, gula mira 25 tures, kebo uet sai ke bangkat

seruang” (bagaimana kabarnya pak? Tanya ayah perempuan. Jawab keluarga laki-

laki: kabar baik pak. Ada hal yang ingin saya sampaikan terkait yang sudah kita

bicarakan kemarin. Ayah perempuan kembali bertanya: berapa pemako‟ yang

bapak bisa? Jawab keluarga laki-laki: seperti yang sudah keluarga kami lakukan

66

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 188.

Page 53: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

40

dari dulu itu yakni beras 200 kg, gula mira 25 tures, kerbau uet satu dan khusus

satu petak sawah).67

Bila pamako‟ ini tidak disanggupi karena keterbatasan kemampuan maka

pihak laki-laki boleh meminta untuk dikurangi, di sini terjadi tawar-menawar

yang akan menentukan seperti apa bentuk acara, apakah dilaksanakan secara

besar-besaran atau sederhana. Pada saat ini pula ditetapkan kapan waktu yang

tepat untuk melangsungkan acara-acara adat selanjutnya. Dalam perhitungan

penetapan waktu yang tepat, maka dalam hal ini keterlibatan sandro atau dukun

sangat diperlukan namun tetap mempertimbangkan keinginan dari pihak laki-laki

dan perempuan.68

4. Bada‟

Bada‟ dilakukan pada waktu subuh hari sebagai awal kehidupan makhluk,

dimana calon mempelai wanita dibangunkan dari tidur kemudian kepadanya

disampaikan pesan bahwa akan dinikahkan dengan seorang lelaki yang dalam

bahasa Sumbawa “mulai ano sa na manta mu les tama bale apa na ku sebale para

kau ke si A anak si B” “(malai hari ini, jangan sampai kamu keluar masuk rumah

karena akan ku nikahkan kamu dengan si A anak si B)”. Calon mempelai wanita

biasanya menangis karena perasaan hatinya yang bercampur aduk antara bahagia

akan bersanding dengan kekasih pilihan hati dan rasa sedih akan berpisah dengan

keluarganya. Tangis ini biasanya ditingkahi dengan suara baguntung atau gonteng

67

Wawancara pribadi dengan Bpk. Abu Bakar, Sesepuh Adat Desa Tepas Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 12 April 2018 68

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat (Sumbawa: Kantor Pariwisata Kabupaten Sumbawa, 2016), h. 188.

Page 54: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

41

rontong juga gong genang sebagai bentuk proklamasi kepada seluruh masyarakat

bahwa akan ada seorang gadis yang akan dinikahkan.69

5. Rapat Keluarga

Rapat keluarga adalah berkumpulnya keluarga dan kerabat dekat pihak

keluarga calon pengantin laki-laki guna membahas segala keperluan prosesi

perkawinan. dulu, rapat keluarga belum ada dan belum menjadi bagian dari

prosesi perkawinan adat Sumbawa Barat seperti konteks saat ini. Kalaupun ada

paling hanya keluarga dekat dalam lingkup kecil yang diajak berkontribusi

memberikan bantuan kepada keluarga yang hajatan. Memberikan informasi

kepada keluarga yang lain adalah ayah atau keluarga dari pihak laki-laki itu

sendiri. Bisa juga menyuruh “nde‟ pesila‟” orang yang dipercayai.70

Tahun 1993, ketika anak dari Bapak Endong dan Ibu Embang atau

sepupu dari Jafar Idris akan melakukan pernikahan, Jafar Idris memberikan

pendapat kepada Bapak Endong agar segala keperluan terkait dengan pernikahan

tersebut bisa terpenuhi agar dibuatkan undangan resmi kepada keluarga dan

kerabat. Kala itu, undangan pertama kali ditulis sendri secara manual di kertas

dengan bolpoint. Undangan tersebut diedarkan kepada keluarga, kerabat dan

sahabat dalam ruang lingkup yang cukup besar. Ketika rapat keluarga

berlangsung, Jafar Idris membicarakan isi atau maksud dari rapat keluarga

tersebut, bahwa rapat keluarga ini dengan maksud dan tujan setiap yang hadir

pada waktu itu bisa menyumbangkan satu ekor ayam atau dengan uang minimal

69

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 188. 70

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018.

Page 55: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

42

sebesar Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Seiring berjalan waktu, konsep rapat keluarga

semakin berkembang. Konsep nya lebih formal, terdapat susunan kepanitiaan,

susunan acara, undangan yang dibuat pun lebih canggih yakni dengan alat

teknologi. Dulu, rapat keluarga yang diaadakan hanya dari pihak laki-laki tapi

sekarang pihak perempuan pun mengadakan acara rapat keluarga. Yang

menyumbang saat ini tidak hanya ayam atau uang melainkan ada yang

menyumbang berbagai macam sembako dan lain lain sebagainya.71

6. Sorong Serah

Sorong Serah atau nyorong adalah serangkaian upacara adat

menghantarkan atau menyerahkan panyorong berupa barang-barang dari pihak

laki-laki kepada pihak mempelai perempuan. Panyorong adalah semua

kelengkapan baik barang, perhiasan, uang dan mahar adat yang telah disepakati

pada acara basaputis yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan tokal basai

(resepsi) dan untuk keperluan pasangan suami isteri dalam memulai hidup

berumah tangga.72

Dalam perjalanan menuju kediaman calon pengantin perempuan,

rombongan pihak laki-laki dengan semangat dan suka cita belamar basoan

membawa barang dengan diiringi ratib rebana ode.73

Sebelum memasuki

kediaman calon pengantin perempuan, rombongan nyorong disambut dengan

71

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018. 72

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 189. 73

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 189.

Page 56: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

43

atraksi toto rantok sebagai pemberitahuan kepada seluruh pihak keluarga tuan

rumah bahwa tamu yang ditunggu telah tiba.

Untuk dapat memasuki kediaman calon pengantin perempuan, rombongan

nyorong harus melewati pintu masuk yang disebut lawang rare. Rombongan laki-

laki tidak diizinkan masuk tanpa melantunkan lawas sebagai kunci membuka

pintu. Di sini syair-syair Tau Samawa yang dikenal dengan sebutan lawas

dilantunkan oleh kedua belah pihak (rabalas lawas). Dibukakanlah lawang rare

dan dilanjutkan dengan serah terima secara simbolis panyorong berupa pipis

belanya (uang belanja), isi peti, isi lemari, dan perlengkapan kamar.

7. Bakengkam

“Montok mesa ning bale sebai” (duduk sendirian di rumah calon

pengantin perempuan). Setelah solat ashar keluarga besar laki-laki dan perempuan

ngiring/beserame (berkumpul) dengan membawa salah satu musik tradisional

yakni rabana ode. Paling depan rombongan dipandu oleh sandro dengan

membawa berang ode (golok) sambil menca‟ (atraksi). Menjelang magrib rabana

ode dimainkan, dan ketika calon pengantin menginjakkan kaki di rumah

mempelai perempuan maka sontak salah seorang dari mempelai perempuan

melakukan ser pipes bongkang ke meni kuning (melempar uang logam yang

berlubang dan beras berwarna kuning). Sekitar pukul delapan malam sandro

bertugas mengelilingi kedua calon pengantin supaya terhindar dari makhluk

halus.74

8. Barodak

74

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 189.

Page 57: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

44

Barodak atau luluran dilakukan menjelang hari pernikahan dalam rangka

pembersihan diri secara lahir dan batin. Adapun tujuannya adalah untuk

membersihkan kotoran yang melekat dalam tubuh, mengangkat sel kulit mati,

membuka pori-pori kulit supaya kulit menjadi bersih, halus dan bersinar di saat

hari resepsi kedua mempelai nantinya.

Dalam prosesi barodak, inaq odak berperan sangat penting sebagai

pemangku adat, bertanggung jawab dalam pelaksanaan serta menyiapkan semua

alat dan bahan acara barodak dari awal dibuka hingga ditutup. Selain menyiapkan

semua alat dan bahan odak, perlu diperhatikan pula ada berapa baing odak yang

terdiri dari kaum ibu-ibu yang akan barodak atau meluluri kedua calon mempelai.

Baing odak ini jumlahnya bisa tujuh, sembilan, atau sebelas orang berdasarkan

kesepakatan inaq odak dan keluarga mempelai. Sebelum mulai, sisin kawin

diletakkan di balik lidah masing-masing calon mempelai, inaq odak mulai

menyalakan lilin, api ramben, dan dila malam. Prosesi barodak akan segera

dimulai jika semua persiapan dirasa cukup oleh inaq odak.75

Pembukaan prosesi barodak ditandai dengan alunan musik gong genang

yang dibawakan oleh grup rateb rebana. Seiring berjalannya musik gong genang,

disaat bersamaan mulailah inaq odak mempersilakan pemandu odaq mulai

meluluri pengantan salaki dengan barodak bagian rua (wajah) terlebih dahulu.

Barodak rua „wajah‟ dimulai dari bawah menuju ke atas sebanyak tiga kali.

Beranjak dari mengusap wajah, diteruskan dengan barodak kedua tangan yaitu

mulai dari ima kanan (tangan kanan) dengan arah dari bawah menuju ke atas

75

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 122.

Page 58: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

45

setelah itu ima kiri (tangan kiri) pun dengan arah yang sama. Terkhir dilakukan

setelah itu adalah rapancar, yaitu masuk ke dalam cindroang untuk mengawali

atau membuka barodak. Pemandu odak mengawali dengan mengitari kepala

pangantan salaki dengan sisir, silet, dan kesena sebanyak tiga putaran dimulai

dari arah kanan. Setelah itu, Pemandu odak akan badaet yaitu menguris alis dan

rambut dengan silet, kemudian menyisirnya dengan sisir barulah kemudian

melekatkan racikan daun pancar pada kuku tangan dimulai dari ima numpu (ibu

jari tangan) bagian kanan. Pengantan sabai juga mendapatkan perlakuan yang

sama, mulai dari memutari dengan sisir, silet, dan kesena sebanyak tiga putaran

sampai dengan rapancar. Sebelum beranjak ke tempat semula, pemandu odak

membersihkan tangan lalu menyalami wali pangantan sabai dan wali pangantan

salaki secara bergantian. Selama proses berlangsung sesekali inaq odak akan

menyebarkan beteq ke arah pengantan.76

Tahap selanjutnya barodak dilakukan oleh baing odak secara bergantian

satu persatu, biasanya dimulai dari orang yang paling dituakan. Catatan penting di

sini bahwa orang orang yang ditunjuk merupakan orang yang dihormati, disegani,

tokoh masyarakat atau dituakan dan merupakan perwakilan keluarga masing-

masing pangantan. Baing odak hanya akan melakukan tiga tahapan barodak yaitu

odaq rua, odak ima, dan rapancar sama seperti yang dilakukan pemandu odaq

sebelumnya, kemudian mencuci dan membersihkan tangan lalu menyalami wali

pengantan sabai dan wali pangantan salaki.77

76

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 123. 77

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 123.

Page 59: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

46

Setelah semua baing odak telah selesai, kini giliran inaq odak yang akan

menyempurnakan odaq, meratakan odak rua dan odaq ima, dan melengkapi

pancar pada semua jari-jari tangan pangantan. Selanjutnya, penutupan barodak

dilakukan kembali oleh pemandu odak dengan mengitari kedua pangantan dengan

lilin yang sebelumnya telah diletakkan di dalam baku keraeng dan ditimbun

dengan loto. Pemandu odak akan mengitarikan lilin pada kedua pangantan yang

saling berhadapan sebanyak tiga kali dimulai dari arah kanan, lalu lilin tersebut

harus ditiup secara bersama oleh pangantan. Loto di dalam baku keraeng akan

diambil satu atau dua butir oleh pemandu odak dan ditempelkan pada masing-

masing tataq (kening) pangantan. Sementara itu inaq odaq akan mempersiapkan

songkol dan telor kelaq pada dua sendok, kemudian diberikan kepada pangantan

dan harus dimakan dengan cara saling siap (saling menyuapi). Saling siap

merupakan proses terkhir yang sekaligus menutup acara barodak.

Buah-buahan akan dibagikan kepada ibu ibu yang hadir. Alunan musik

gong genang akan terus terdengar sampai para tamu telah beranjak meninggalkan

tempat acara. Pangantan tidak disarankan untuk menghapus odaq dan pancar,

hasil odak dan pancar akan dibiarkan sampai besok pagi. Odak dan pancar akan

dibersihkan saat mani sentek aiq siwaq yaitu mandi sebelum akad yang dipandu

oleh inaq odak, inaq odak akan meluluri dengan lulur loto kemudian memandikan

pangantan. Setelah mani sentek aiq siwaq telah selesai barulah dilakukan

persiapan akad nikah.78

78

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 123.

Page 60: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

47

Adapun adab-adab atau tata cara barodak yang harus diperhatikan:79

1. Perlu tu paham bahwa barodak nan salah sai proses boat pangantan, bahwa

pangantan kamo tama pang dalam kengkam. Tegas kengkam nan yanansi

pangantan nan nopoka halal ya peram dunung, no turen tana‟, no lis pang

dalam bale. (perlu dipahami bahwa barodak itu salah satu dari prosesi

pangantan setelah proses kengkam. Maksud dari kengkam adalah sebelum halal

harus berdiam diri di dalam rumah dan tidak boleh keluar rumah)

2. Tata cara barodak ade sebenar yanansi beseka‟ barodak calon pangantan

salaki ke calon pangantan swai. (Tata cara barodak sebenarnya harus pisah

antara calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan )

3. Calon pangantan salaki pang bale nya, nan si luk calon pangantan sawai pang

bale nya diri. (Calon pengantin laki-laki barodak di rumahnya, begitupun calon

pengantin perempuan barodak di rumah sendiri).

4. No bau sekali-kali tu sasai kamar tau ka sudah barodak, sebab nopoka halal

nopoka akad nikah. (tidak bisa seskali pun kamar antara kedua calon pengantin

disatukan dikarenakan belum halal)

5. Calon pangantan sawai ke calon pengantan salaki haram hukum lamin basai

kamar ka sudah barodak, kecuali kamo nikah dunung. (calon pengantin

perempuan dan calon pengantin laki-laki haram hukumnya ketika disatukan

dalam satu kamar setelah barodak, kecuali telah nikah).

79

Tim Penyusun Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Ano Rawi Dewan Pendidikan

Kabupaten Sumbawa Barat, Pasanotang: Tananang Boat Iwet Mate Telas Tau Samawa

(Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2016), h. 73.

Page 61: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

48

6. Barodak ta tegas na,tu paning apis, tu seme‟ ke odak atau tu bedak calon

pangantan kenang bedak asli Samawa. (Barodak itu maksudnya adalah

dimandikan, dihias dengan odak atau bedak tradisional Tau Samawa).

7. Peno tau keliru ya sangka odak ta tanda halal mo basai kamar calon

pangantan. (Banyak sekali masyarakat yang keliru bahwa barodak adalah

tanda halal kemudian bisa tinggal dalam satu kamar).

8. Tujuan tau pangantan ma ya dapat senap semu bale para kewa ridho Allah

Swt. (Tujuan manusia melangsungkan pernikahan atau perkawinan supaya

rumah tangga mendapatkan ridho dari Allah Swt.)

9. Jadi tu samula bale para nan kawa suci ade basingin akad nikah. (Untuk

mengawali rumah tangga dengan keadaan suci yakni melalui akad nikah).

10. Pang acara tu barodak, tu sanonda niat tu ngeneng ke ade alis, jin atawa roh

nenek moyang, ma rusak iman kita. (Dalam prosesi barodak, dijauhkan dari

niat meminta sesuatu kepada makhluk halus, jin atau roh nenek moyang,

karena akan merusak iman).

Tabel 4. 1: Kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat

pada prosesi barodak

No. Leksikon Glos

1 Bagenang Memainkan musik tradisionl

Sumbawa yang terdiri dari alat

musik gong, genang, dan lole/

serune

Page 62: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

49

2 Barodak Berlulur

3 Rapancar Mewarnai kuku/ memerahkan kuku

4 Badaet Merapikan bulu alis

5 Putar sisir, silet ke kasena Memutari dengan sisir, silet, dan

cermin disekitar kepala masing-

masing calon mempelai laki-laki dan

perempuan

6 Sor beteq Menyebarkan beras berwarna

kuning, hijau, dan merah yang telah

disangrai

7 Putar lilin Memutari lilin disekitar kepala calon

mempelai lakilaki dan perempuan‟

8 Tiup lilin Kedua calon mempelai meniup lilin

secara bersama-sama

9 Saling siap Kedua mempelai saling menyuapi

songkol dan telur kela‟

10 Sume sisin Cincin pernikahan yang

harusdisembunyikan di bawah lidah

kedua calon mempelai

Tabel 4. 2: Benda-benda hasil karya manusia dalam prosesi barodak

Page 63: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

50

No. Leksikon Glos

1 Odaq Lulur yang terbuat dari beras ketan

yang digiling halus ditambah

beberapa macam bahan lain seperti

don nangka,don ganista, kemang

rampai, dll

2 Don nangka Daun nangka

3 Don ganista Daun ganista (tumbuhan khas

sumbawa)

4 Don balik sumpa Daun balik sumpah, (khas

sumbawa)

5 Babak bage Kulit pohon asam

6 Babak kayu jawa Kulit kayu jawa

7 Kemang rampe Bunga rampai

8 Pancar Pewarna kuku yang menghasilkan

warna merah terbuat dari daun inai

yang ditumbuk halus

9 Beteq Beras berwarna kuning, hijau , dan

merah yang disangrai

Page 64: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

51

10 Me lege Nasi ketan

11 Telor kelaq Telur rebus

12 Silet Silet

13 Sisir Sisir

14 Kesena Cermin

15 Kampu Kotak tempat cermin

16 Cindroang Kelambu tempat duduk khusus

pasangan pengantin

17 Payung gantong Payung berwarna hitam yang

digantung di atas dalam cindroan

18 Tipar peserok Tikar sebagai alas duduk mempelai

di dalam cindroang (kelambu

pengantan)

19 Galang Bantal

20 Lilin Lilin

21 Baku keraeng Wadah tradisional berbentuk kubus

yang terbuat dari anyaman lontar

sebagai wadah 7 lilin

22 Minyak mandar Minyak yang terbuat dari nyur lala

Page 65: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

52

dan pusuk jati

23 Nyur lala Kelapa yang diolah menjadi minyak

(minyak kelapa) bahan minyak

mandar

24 Pusuk jati Pucuk pohon jati (bahan minyak

mandar)

25 Sisin kawin Cincin kawin

26 Buah-buahan Buah-buahan

27 Gong Gong

28 Genang Gendang tradisional dari Sumbawa

29 Loleq/Serune Alat musik tiup tradisional

Sumbawa serupa suling yang

terbuat dari daun lontar

30 Nyur udaq Kelapa muda

31 Kreq alang Kain khas Sumbawa

32 Lamung adat Baju adat Sumbawa

33 Pabasa alang Selendang songket / selempang

pengantin laki-laki

34 Lamung pene Baju pengantin wanit

Page 66: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

53

35 Pending perak Ikat pinggang pengantin wanita

36 Sapu to‟a Sapu tangan yang disampirkan pada

bahu kiri pengantin wanita

37 gelang Gelang tangan pengantin wanita

38 Koari/ kemang tonang sebai Aksesoris yang melingkar di leher

dikenakan pengantin wanita

39 Kemang goyang Aksesoris wanita yang dikenakan di

kepala seperti mahkota

40 Selempang selaki Kain selempang panjang yang

melingkari bahu sampai pinggang

dikenakan oleh pengantin laki-laki

41 Sapu tobo Penutup kepala pengantin laki-laki

42 Tare Nampan yang memiliki kaki

penyanggah dan terbuat dari

kuningan

43 Pemongka tanaq Kuali yang terbuat dari tanah liat

44 Ai pekotak Kobokan

45 Kre puti kain putih

46 Pipis bongkang Uang logam yang berlubang di

Page 67: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

54

tengah-tengahnya

47 Wali pengantan selaki Wali pengantin laki-laki (bisa ibu

/saudara perempuan/ yang mewakili

dari pengantin laki-laki)

48 Wali pengantan sebai Wali penganti wanita (bisa ibu

/saudara perempuan/ yang mewakili

dari pengantin wanita)

49 Inaq odaq Pengampu prosesi barodak

50 Pembuka odaq Tetuah yang dipercayakan untuk

mengawali dan menutup prosesi

barodak

51 Grup ratib rebana Pemain musik gong genang

52 44 macam kemang 44 jenis bunga seperti mawar,

melati, kamboja, dan lain-lain‟

(bahan odaq)

53 Jontal bentuk kipas ke ular Anyaman dari daun lontar yang

dibuat bentuk kipas dan ular

54 Cinde Benang 7 warna (hitam, putih,

ungu, biru, hijau, merah, dan

kuning)

Page 68: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

55

55 Songkol Beras ketan 3 warna

56 Sampar umpu Kain lapis 3 warna (hijau, merah,

dan hitam)

57 Dila malam Sulur dari buah jarak dicampur

bunga keling kemudian dililit

dengan kayu

58 Api ramben(dupa, don bawang

puti, bawang mira)

Dupa, daun bawang putih, dan

bawang merah dibakar di dalam

pemongka tanaq

9. Ete Ling

Sebelum akad nikah, dua orang petugas dari KUA (Kantor Urusan

Agama) atas permintaan orang tua wanita untuk meminta jawaban secara resmi

apakah ia sudah siap untuk dinikahkan dengan calon pengantin pria. Bila iya,

maka si gadis menyampaikan ucapan atau pernyataan (ling) kepada orang tua,

setelah itu dirundingkan apakah akad nikah nanti akan dilaksanakan sendiri oleh

ayahnya atau diwakilkan.80

10. Nikah

Akad nikah merupakan inti dari seluruh rangkaian upacara perkawinan

dimana bapak kandung atau wali menikahkan putrinya sesuai syariat agama Islam

kepada calon suaminya untuk mengesahkan mereka sebagai pasangan suami isteri

80

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 191.

Page 69: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

56

dalam menjalani kehidupan baru atau berumah tangga. Pada saat ini diundang

tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk menyaksikan terjalinnya ikatan yang

kuat dan suci ini.81

11. Tokal Basai (Resepsi)

Resepsi dilaksanakan bila kedua belah pihak sepakat, tapi bila keadaan

tidak memungkinkan biasanya resepsi ini tidak dilaksanakan. Resepsi pernikahan

bertujuan untuk memeriahkan pernikahan sebagai wujud rasa syukur dan

kebahagiaan juga sekaligus sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa

kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri.

Pada saat resepsi ini kedua belah pihak menyampaikan rasa syukur dan

kebahagiaan mereka serta ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah

membantu terlaksananya seluruh rangkaian proses perkawinan. Dalam acara ini

disampaikan pula nasehat perkawinan kepada pasangan raja dan ratu sejati ini

melalui puisi-puisi lisan tradisional (lawas) yang berisi pesan-pesan terselubung

yang sukar dilupakan oleh kedua mempelai.82

Resepsi perkawinan Tau Samawa ini memiliki ciri khas yang cukup

berbeda dengan tradisi perkawinan daerah-daerah lainnya. Perayaan resepsi ini

waktu yang ditentukan ada dua pilihan yakni di pagi hari pukul 08.00-11.00

WITA atau pada waktu malam hari pukul 19.00-22.00 WITA tergantung arahan

dari sandro atau tokoh yang dihormati dan dituakan. Perbedaan kedua waktu itu

yang paling kelihatan adalah di bagian konsumsi, malam hari disediakan kue-kue

81

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 191. 82

Tim Penyusuun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat, h. 191.

Page 70: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

57

yang diisi dalam kotak sedangkan apabila resepsinya diselenggarakan di pagi hari

maka pihak acara akan menyiapkan makan siang baik dalam bentuk prasmanan

ataupun nasi kotak ditambah dengan kue-kue yang sudah diwadahi dalam kotak

yang akan dibagikan satu per satu kepada para tamu undangan. Dalam penyediaan

makanan ringan dan makanan berat semua itu dibuat oleh tangan sendiri para

kaum hawa dengan sistem gotong royong yang disebut bakalewang.83

Dalam pembuatan dekorasi di acara resepsi pernikahan ini, Tau Samawa

tak lepas dari sistem gotong royong. Surat undangan yang disebarkan misalkan

jumlahnya 500-1000 orang atau bahkan lebih maka kursi yang disiapkan juga

sesuai jumlah undangan yang tersebar. Untuk menyiapkan kursi sebanyak itu

maka kerabat dekat bekerja sama dengan aparat desa setempat. Biasanya

keperluan kursi sudah tersedia di masing-masing RT (Rukun Tetangga)dan tenda-

tenda di kantor desa tinggal masyarakat bahu-membahu membawa ke lapangan

sepak bola atau pekarangan yang lumayan luas tergantung tempat yang ditentukan

oleh pihak keluarga. Biasanya tempat yang paling banyak digunakan ialah

lapangan sepak bola.84

Hadirin tamu undangan dan sanak keluarga secara bergiliran menyalami

dan memberikan do‟a restu kepada kedua mempela. Pada acara ini juga

dilaksanakan tradisi barupa/upa yaitu memberikan uang kepada kedua mempelai

oleh hadirin yang datang. Tradisi barupa telah dimaknai secara lebih luas, upa

yang diberikan tidak hanya dalam bentuk uang melainkan bisa berbentuk kado.

83

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018. 84

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018.

Page 71: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

58

Setelah prosesi perkawinan telah usai kedua mempelai kembali ke rumah

hajatan (rumah mempelai perempuan). Kerabat dekat kedua mempelai bahu-

membahu membenahi barang-barang yang telah digunakan sebagai dekorasi acara

perkawinan. Apabila resepsi perkawinan di pagi hari maka langsung dibereskan,

tapi jika acaranya di malam hari, maka akan dibereskan keesokan hari di waktu

pagi. Setelah semua alat peragaan dan barang-barang telah dikondisikan ke tempat

masing-masing maka masyarakat yang ikut membantu mendatangi rumah hajatan,

maka pihak keluarga akan menyiapkan berbagai menu makanan sebagai bentuk

terimakasih dan ucapan rasa syukur.85

D. Mitos Dedara Pitu dalam Tradisi Perkawinan Adat Sumbawa Barat

Konon pada zaman penjajahan Belanda sekitar abad 18/19 di lingkungan

Samper yang saat ini menjadi Desa Tepas hiduplah sebuah keluarga yang dikenal

dengan bahasa setempat “Dadara Pitu”. Dalam kamus bahasa Sumbawa Dadara

Pitu terdiri dari dua kata yakni Dadara dan Pitu. Dadara artinya gadis86

, dan Pitu

artinya tujuh87

. Sehingga Dadara Pitu berarti tujuh perempuan yang masih gadis.

Menurut Abu Bakar atau yang akrab disapa dengan nama panggilan Abu

Dea Ande menuturkan bahwa menceritakan tentang profil Dadara Pitu amatlah

susah, mulai dari siapa nama satu persatu dari ketujuh gadis tersebut, umurnya

berapa, jarak usia dari saudara yang satu ke yang lain berapa, nama ayah ibunya

siapa, letak titik rumahnya di mana, bahkan agama yang mereka anut pun tidak

ada yang tahu. Hanya saja, yang berekembang dan dikenal oleh masyarakat bahwa

85

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018. 86

Tim Penyusun, kamus Samawa Indonesia (Mataram: Kantor Bahasa Nusa Tenggara

Barat, 2017), Ed. 2, Cet. 3, h. 30. 87

Tim Penyusun, kamus Samawa Indonesia, h. 101.

Page 72: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

59

Dedara Pitu adalah para putri cantik anak dari keluarga yang terpandang dan kaya

raya berasal dari Empang, Pelampang Sumbawa Besar yang merantau ke

kampung Samper atau Desa Tepas saat ini. Oleh sebab itu, hal tersebutlah yang

membuat para pemuda di kampung Samper dan di kampung-kampung sekitaranya

banyak yang jatuh hati dan ingin meminang siapapun dari ke-tujuh gadis cantik

tersebut.88

Kisah Dedara Pitu terbilang cukup langka, unik dan variatif. Pertama,

menurut Syamsuddin Aswin, bahwa, kala itu, orang tua Dedara Pitu mempunyai

tanah dan persawahan dengan luas hektaran. Satu petak sawah luasnya rata-rata

dua hektar. Notabonenya yang ditanam adalah padi. Mencari tenaga menanam

padi atau buruh tani sangat susah, dikarenakan jumlah penduduk yang masih

relatif sedikit. Akhirnya orang tua Dedara Pitu mengadakan sayembara ke sumua

desa. Sayembara tersebut berisikan bahwa bagi sipapun yang berhasil

menyelesaikan tugas menanam padi dengan tepat waktu akan dihadiahkan tujuh

gadis cantik atau Dedara Pitu sebagai istri. Syarat dan ketentuan berlaku, yakni

satu orang harus bisa menanam padi satu pemuda satu petakan sawah dan ketika

sedang menanam harus nunduk sampai selesai.89

Kala itu, banyak pemuda yang mendengar kabar sayembara tersebut,

akan tetapi tidak ada yang berani. Sebab, persyaratannya dianggap sulit.

Terdengarlah berita ini sampai ke telinga seorang laki-laki yang bernama Camboe.

Persyaratan itu dianggapnya sebagai tantangan sekaligus bisa mendapatan klaim

88

Wawancara pribadi dengan Bpk. Abu Bakar, Sesepuh Adat Desa Tepas Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 12 April 2018. 89

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syamsuddin Aswin, mantan Kepala Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 22 April 2018.

Page 73: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

60

sebagai seorang pemuda yang tangguh dan bertanggung jawab. Maka dia

berinisiatif dan bergegas melaksanakan titah itu. Sayembera itu dihadiri oleh

petinggi pemerintah kampung Samper, tokoh adat, orang tua Dedara Pitu, Dedara

Pitu dan warga sekitar. Ternyata Camboe dapat melaksanakan dengan baik dan

sukses. Para penonton yang menyaksikan bertepuk tangan gemuruh. Kemudian

Camboe mengangkat punggung dan hendak menghampiri Dedara Pitu sebagai

hadiah dan sekaligus calon istrinya, sontak punggung Camboe keram dan patah

lalu meninggal.90

Kedua, Abu Dea Ande mengisahkan, bahwa ketujuh gadis cantik itu ingin

dinikahi oleh seorang laki-laki putra pribumi dengan syarat harus menanam padi

di sawah Samper yang luasnya kurang lebih 2 hektar. Di tengah menanam padi

pemuda kampung samper ini merasa tidak kuat melanjutkan syarat tersebut dan

mencoba mengangkat punggung. Akan tetapi, yang terjadi punggungnya patah

lalu meninggal dunia di tempat. Kemudian jazadnya dikuburkan di sawah Samper

tersebut. Dengan kisah seorang pemuda yang meninggal karena ingin menikahi

ketujuh Dedara Pitu akhirnya makam pemuda tersebut diberi nama Kubur

Dedara Pitu. Seperti dalam lawas91

Sumbawa:

Beringin leng makam pitu

Kajolo koat kabali

Nerima lampa pangeneng

Pangeneng kaku ko Nene‟

90

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syamsuddin Aswin, mantan Kepala Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 22 April 2018. 91

Lawas adalah puisi tradisional atau Syair Masyarakat Sumbawa. Lihat pada kamus

Samawa Indonesia (Mataram: Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat, 2017), Ed. 2, Cet. 3, h. 70.

Page 74: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

61

Tendri gama adal subuh

Iya i ai kayu nonda den

Artinya:

Pohon beringin di Kubur Dedara Pitu

Yang awalnya jatuh kembali berdiri

Diterimalah semua hajat

Do‟a hamba kepada Tuhan

Mudah-mudahan jatuhlah embun pagi

Supaya dapat menyirami pohon tak berdaun.92

Ketiga, Muhammad Sager menuturkan bahwa dulu ada pemuda yang

bernama Jamboe, seorang pengembara. Ada yang mengatakan Jamboe perantau

dari Sumbawa bagian Timur dan singgah di lingkungan Samper. Di lingkungan

Samper hiduplah satu keluarga yang memiliki tujuh anak gadis yang disebut

“Dadara Pitu”. Jamboe berempati sekaligus jatuh hati kepada salah satu gadis

tersebut. Jamboe berusaha mendekatinya. Akhirnya diberilah syarat untuk

menanam padi tanpa berdiri sebelum selesai. Gadis yang disukai Jamboe

membantu meberikan bibit padi. Keenam saudaranya pun juga ikut membantu

sambil bergantian. Konon, sawah yang luasnya dua hektar berhasil Jamboe

kerjakan. Akan tetapi, ketika Jamboe mencoba berdiri dan mengangkat punggung

seketika patah dan mati. Jenazahnya dikuburkan langsung di tempat itu. Sehingga

mitosnya, tidak ada yang boleh melewati Makam tersebut bagi laki-laki yang akan

92

Wawancara pribadi dengan Bpk. Abu Bakar, Sesepuh Adat Desa Tepas Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 12 April 2018

Page 75: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

62

menikah, orang-orang yang barapan kebo, barapan ayam, maen jaran, barempuk,

tanding sepak bola dan kompetisi-kompetisi lainnya.93

Bagi mayoritas warga Desa Tepas dan Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea, Sumbawa Barat, sosok Camboe si pemuda tangguh yang meninggal di

tengah persawahan Samper seusai mengikuti sayembara yang diadakan keluarga

Dadara Pitu menyisakan banyak cerita-cerita mistis yang dialami masyarakat

sekitar. Dalam salah satu prosesi perkawinan misalnya, ketika sorong

serah/nyorong mempelai laki-laki tidak boleh melewati bagian depan makam

tersebut. Cara untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah mempelai wanita,

mempelai laki -laki ini berjalan ke timur dan melewati pematang sawah ditemani

oleh salah seorang atau lebih dari keluarga laki-laki, boleh juga melalui bagian

depan dengan syarat di luar radius 500 meter. Melanggar tradisi ini, maka

menurut mitosnya paska perkawinan tidak akan mendapatkan keturunan.94

Bahkan dahulu lebih sensitif lagi, sekitar tahun di bawah 2000an semua

hal-hal yang bersifat sakral, mayoritas masyarakat tidak berani melintasi jalan

raya lintas kecamatan tepatnya di depan kantor kecamatan sekarang ini. Berbagai

perlombaan baik perlombaan yang sifatnya umum ataupun lomba adat pasti

berputar arah terlebih dahulu. Apabila melanggar, dampaknya pasti buruk seprti

gagal juara dan lain sebagaiya.95

93

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 18 April 2018. 94

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018. 95

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018.

Page 76: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

63

Tak jarang juga kubur Dadara Pitu ini dijadikan sebagai perantara tempat

meminta petunjuk. Meminta agar hajatnya dikabulkan, permohonan kesembuhan

penyakit, kemenangan dalam kompetisi, lulus ujian sekolah, dan tempat

permohonan maaf pengantin yang pernah melanggar ketika sorong serah supaya

kutukan dihilangkan. Biasanya ketika hendak berziarah, para penziarah pasti

membawa beberapa rupa makanan, yang akan diberikan kepada juru kunci Pak

Aji Matsin dan Abu Dea Ande, tetuah yang akan mendoakan hajat para

penziarah.96

Untuk bisa berziarah atau melangsungkan hajat di Kubur Dedara Pitu,

masyarakat harus meminta ijin terlebih dahulu kepda juru kunci bapak Fathullah

untuk memberikan izin. Kemudian Bapak Fathulah akan memanggil Bapak Abu

Bakar (Abu Dea Ande) agar bisa menemani dan medoakan para peziarah.97

Kubur atau makam Dedara Pitu terletak di Dusun Samper, Desa Tepas,

Kecamatan Berang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat. Posisi makam berada di

sebelah utara persis di samping tembok Kantor Kecamatan. Sekitar 100 meter

sebelah barat jalan raya utama kecamatan. Sebelah utara lapangan sepak bola dan

di sebelah timur persawahan lingkungan Samper. Sekarang makam Dedara Pitu

berada di dalam bangunan permanen setelah dibangun dan diresmikan pada tahun

2013 oleh pemerintah setempat. Ukuran bangunan Makam Dedara Pitu tidak

96

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syafaruddin, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 18 April 2018. 97

Wawancara dengan Bpk. Fathullah, Juru Kunci Kubur Dedara Pitu, pada tanggal 7

April 2018.

Page 77: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

64

begitu luas sekitar 2,5 m x 2 m dengan tinggi 3 meter berdinding tembok dengan

atap seng.98

Menurut fathullah seorang juru kunci Kubur Dedara Pitu menuturkan

“dunu so ning peliuk Samper lo anu besingen Mesa wujud atau Tau Loka Mesa

roa i terue leng tau. Masi tu ode roa benar i ajar tu sifat wujud qidam baqo (sifat

20). Hening sekali, maklum lo ka dua bale niso. Bale Tau Loka Mesa ke bale

Papen Maje‟. Bale so dunu masih yam bale sepuan masih semi permanen. I pia ke

dening jaro atap ke re. peliuk Samper Tau Loka Mesa baing gawe. Kubur Dedara

Pitu berangkang ke bale Tau Loka Mesa. Sementara bale Papen Maje‟ ning tada

barat kuber. Papen Maje‟ so papen kami. Nah kuber so Papen Maje‟ baing jatu‟

na. dunu, nisan bejolo lo angkang anu rawi. Loka‟ Papen Maje‟ karing i seterima

lo Papen Oda, papen kandung saya. I seterima lo anak nomor dua yakni Mariam,

i serahkan lo ari na anu besingen Haja Ija. Kemudian saket Haja Ija terus bilen

tau. Ning pihak keluarga sate i seterima lo Mangsur anak na Haja Ija so.

Mangsur sa no roa, beling ke saya “karena sia tau rango ba sia mo baing jatu‟

na”. karena amanat so, ya saya terima mo. Sampai saat iyo, kuber sa masi jatu‟

ning saya (Haji Fathullah bin Haji Muhammad Nur atau yang lazim i terue saya

ning tau Haji Hasim) anak Mariam sebagai juru kunci kubur so”. Artinya (“Dulu,

di lingkungan Samper tinggal seseorang yang bernama Mesa Wujud atau yang

lebih dikenal orang Tau Loka Mesa. Ketika saya masih kecil, sering sekali kami

(saya, saudara saudari sekandung dan teman-teman) diajarkan tentang wujud,

qidam baqo (sifat 20) oleh nya. Ya suasananya hening, maklum karena hanya

98

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syafaruddin, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 18 April 2018.

Page 78: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

65

terdapat dua rumah. Rumah Tau Loka Mesa dan rumah Papen Maje‟. Bentuk

bangunannya semi permanen seperti rumah jaman baheula yakni sebagian besar

dari bambu beratap ilalalang yang dirajut. Persawahan di lingkungan Samper Tau

Loka‟ Mesa yang mengelolah. Kubur Dedara Pitu berada di depan rumah Tau

Loka‟ Mesa. Sementara rumah Papen Maje‟ berada di bagian barat makam. Papen

Maje‟ itu saudara kandung nenek saya. Nah, makam itu Papen Maje‟ yang jaga.

Dulu, batu nisannya mering ke arah ano rawi. Usia Papen Maje‟ semakin menua,

makam tersebut lalu diserahkan ke Papen Oda, nenek saya. Selanjutnya,

diserahkan ke anaknya yang nomor dua yakni Maryam, diserahkan lagi ke adik

nya yang bernama Haja Ija. Kemudian Haja Ija sakit dan meninggal. Oleh pihak

keluarga diserahkan ke Mangsur anaknya Haja Ija. Mangsur menolak dan

mengatakan kepada saya “karena sia99

kan yang paling tua diantara kami maka

dari itu biar sia saja yang menjaga nya”. Karena itu adalah amanat, saya langsung

terima. Sampai saat ini, makam tersebut saya yang mengelola (Haji Fathullah bin

Haji Muhammad Nur atau yang dikenal oleh masyarakat Haji Fathullah) anak

Maryam sebagai juru kunci makam tersebut”).100

Penamaan makam yang dikenal di kalangan masyarakat setempat ada dua

versi. Pertama, menurut Pak Jafar Idris (Jafar Bojo)101

, Pak Jafaruddin102

dan Eya

Uwan103

menyebutnya dengan Kubur Samper. Karena posisi makam memang

99

Sia adalah panggilan halus kepada orang lain. 100

Wawancara pribadi dengan Bpk. Fathullah, Juru Kunci Kubur Dedara Pitu, pada

tanggal 7 April 2018. 101

Wawancara peribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggasl 5 April 2018. 102

Wawancara peribadi dengan Bpk. Jafaruddin, Warga Desa Tepas Sepakat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 2 April 2018. 103

Wawancara peribadi dengan Eya Uwan, Warga Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 6 April 2018.

Page 79: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

66

berada di lingkungan persawahan Samper. Versi kedua, menurut Pak Muhammad

Sanafiah,104

Pak Sager,105

Pak Jafaruddin (Pak Pe‟),106

Pak Syamsuddin Aswin,107

Abu Dea Ande,108

Rahmad109

dan Deri Kusnadi110

bahwa nama makam keramat

itu lebih dikenal dengan sebutan Kubur Dedara Pitu diambil dari kisah Dedara

Pitu. Kemudian yang berkembang di tengah masyarakat sampai ke kecamatan lain

serta yang tersebar hingga wilayah kabupaten tetangga (Kabupaten Sumbawa)

dikenal dengan sebutan Kubur Dadara Pitu.

Tahun 2004, pembuatan lukisan kisah Dedara Pitu di tembok bagian depan

oleh pihak pemerintahan Kecamatan Brang Rea.111

Kemudian tahun 2014

komunitas Dedara Pitu didirikan di SMN 1 Brang Rea dengan nama PIKR Dedara

Pitu (Pusat Informasi Konsling Remaja) yang fokus membahas atau tempat

konsultsi masalah perkawinan dini.112

Sampai saat ini,kesakralan kubur tersebut masih sangat sensitif bagi

kalangan sesepuh adat. Mereka sangat meyakini bahwa kemandulan dari beberapa

sepasang suami istri adalah dampak dari yang pernah mereka langgar. Tahun

104

Wawancara peribadi dengan Bpk. Muhammad Sanafiah, Sejarahwan Desa Tepas

Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018. 105

Wawancara peribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018. 106

Wawancara peribadi dengan Bpk. Syafaruddin, Ketua Lembaga Adat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018. 107

Wawancara peribadi dengan Bpk. Syamsuddin Aswin, Mantan Kepala Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 22 April 2018. 108

Wawancara peribadi dengan Abu Dea Ande, Sesepuh Adat Desa Tepas Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 12 April 2018. 109

Wawancara peribadi dengan Rahmad, Pemuda Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 3 April 2018. 110

Wawancara peribadi dengan Deri Kusnadi, Remaja Desa Tepas Sepakat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 3 April 2018. 111

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syafaruddin, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 18 April 2018. 112

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018.

Page 80: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

67

1960, Muhammad Nurung misalnya, lelaki asal Desa Seteluk Kecamatan Seteluk

berusia 22 tahun mempersunting Sarah yang saat itu berusia 17 tahun gadis asli

Desa Tepas. Keduanya menjalani kehidupan rumah tangga hampir tiga puluh

tahun lamanya sampai di tahun 1990an mereka berpisah. Tidak memiliki

keturunan menjadi alasan utama mereka bercerai. Tahun 1992 ada Jabir, lelaki

asal Sumbawa Besar, sebelah timur Pulau Sumbawa menikahi Aminah. Kasusnya

sama yakni ketika prosesi sorong serah berlangsung, Jabir tidak beralih jalan dan

tetap melewati jalan raya lintas utama desa. Mereka tidak memiliki keturunan dan

bercerai tahun 1998.113

Tahun 2005, Syarafuddin Syardi putra Aji Meka seorang staf di kantor kecamatan

Brang Rea mempersunting Yuliana anak dari Jawe Riya. Orang tua dari

Syarafuddin dan Yuliana tidak percaya dan mengganggap mitologi Kubur Dedara

Pitu hanyalah sebuah cerita atau dongeng belaka. Sehingga prosesi sorong serah,

barodak dan resepsi pernikahan dilakukan di halaman kantor kecamatan Brang

Rea tersebut yang secara geografis letak kubur Dedara Pitu tepat berada di sebelah

utara halaman kantor kecamatan yang jarak hanya beberpa meter dan masih

nampak jelas terlihat oleh pandangan mata. Sampai sekarang setelah prosesi itu

berlangsung mereka belum memiliki keturunan. Tahun 2011, Syamsul asal Desa

Rempe kecamatan Seteluk mempersunting Wati asal Desa Tepas. Pada saat

prosesi sorong serah kasus dan dampak nya pun sama yakni mereka tidak

memiliki anak.114

113

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018. 114

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018.

Page 81: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

68

Sarah meberikan kasaksian “dunu, mentu Manurung datang ke ina bapak na tama

bakatoan lo bale, lo beberapa pantangan bapak ku i sampaikan lo nya bahwa

lamen datang sorong serah na sampai i lantar langan rea angkang kubur so.

Ngeneng tulung lako Manurung na calon rane ku ngaro mutar man dalam lang

sen, apa maklum bagi keluarga kami sa sangat kami menghormati petuah balo

tolo man dunu jangka iyo. Tetapi pas sorong serah malah tetap i langan na.

beling keluarga pernya waktu so not tu sadu anu sorua. Keman kami resmi ten

enam puluan nikah jangka kami cerai ya bero nonya anak kami. Padahal aku

tetap ku haid. Entah rane ku anu nongka subur atau karena mitos kubur so atau

memang Nene‟ Kuasa belum i ube kami. Sering ti tu konsul lo menteri ning desa

kami tapi beling menteri belum waktu na bae so luk setiap kami konsul. Lalo lo

bale sandro, tu cerita masalah kami, malah sandro i suru tu lalo pani lo kubur

Dedara Pitu sen. Manurung tetap no roa tu ajak alo mani loken. Akhir na kami

pasrah bae mo lo Nene‟ Kuasa. (Dulu, ketika Manurung datang melamar ke

rumah bersama dengan orang tua nya, ada pantangan yang disampaikan oleh

orang tua saya kepada dia bahwa jangan sampai ketika prosesi sorong serah

berlangsung calon pengantin laki-laki melewati depan kuburan itu. Harapan

kepada Manurung selaku calon suami saya harus melewati jalanan setapak

persawahan. Karena maklum, bagi kalangan keluarga kami sangat menghormati

petuah yang diceritakan oleh nenek moyang kami sampai saat ini. Akan tetapi

yang terjadi, Manurung waktu sorong serah malah tetap malanggar pantangan itu.

Keluarga mereka memang tidak percaya hal tersebut. Semenjak kami resmi

menikah tahun enam puluhan hingga kami bercerai ya begitu, tidak memiliki

Page 82: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

69

anak. Padahal saya tetap haid. Entah suami saya yang tidak subur atau karena

mitos kuburan itu atau mungkin juga Allah Yang Kuasa belum memberikan.

Sering kami konsul ke dokter yang ada di desa tapi kata dokter mungkin belum

waktunya. Begitu terus jawaban setiap kami konsul. Pergi ke rumah “sandro”

(dukun), kami menceritakan keluhan kami, malah dia menyuruh kami pergi

memandikan diri di Kubur Dedara Pitu itu. Manurung tetap tidak ingin pergi ke

kubur itu. Akhirnya kami pasrah kepada Tuhan yang Maha Kuasa.)115

Menurut Muhammad Sager, “mitos Kubur Dedara Pitu memang sangat

sakral di kalangan sesepuh adat dan para orang tua dulu. Akan tetapi, berbeda

dengan yang terjadi dalam keluarga pribadi. Karena Kubur Dudara Pitu hanya

saya anggap sebagai cerita rakyat masa lampau dan tidak ada pengaruh dalam

kehidupan seperti yang diyakini oleh para sesepuh adat. Seperti contoh, waktu itu

tahun 2015 saya akan menikahkan anak perempuan saya dengan leleki asal pulau

seberang (Lombok). Calon mempelai laki-laki dan keluarga langsung saya

arahkan ke rumah tanpa harus menghindari Kubur Dedara Pitu. Sebulan paska

pernikahan anak saya dianugrahkan keturunan. Artinya bahwa saya selalu

berprasangka baik sama Allah Swt, agar anak saya diberikan keturuan tanpa

terpengaruh dengan cerita Kubur Dedara Pitu tersebut. Contoh tersebut baru

dikalangan keluarga saya pribadi, beberapa bulan sebelum anak saya menikah ada

115

Wawancara pribadi dengan Ibu Sarah, warga Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang

Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 4 April 2018.

Page 83: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

70

juga beberapa orang tua yang tidak mempercayai mitos tersebut, dan

alhamdulillah mereka tetap diberikan keturunan.”116

116

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018.

Page 84: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

71

BAB IV

AKULTURASI BUDAYA LOKAL DENGAN ISLAM DALAM UPACARA

PANGANTAN

A. Nilai Filosofis dan Makna Simbolik dalam Upacara Pangantan

Dalam serangkaian adat atau upacara prosesi pengantan yang

dilaksanakan tidak terlepas dari banyaknya ide, gagasan, norma dan nilai-nilai

filosofis serta makna tersirat dibalik simbol baik verbal maupun nonverbal yang

menggambarkan karakteristik budaya Sumbawa diantaranya adalah:

1. Nilai Ke-Tuhan-an

Nilai tentang ke-Tuhan-an dalam prosesi pangantan hanya ada dalam alam

pikiran warga masyarakat di mana kebuadayaan bersangkutan itu hidup. Dalam

budaya sorong serah dan barodak misalnya, merupakan wujud kebudayaan dari

hasil karya manusia dalam hubungannya dengan masalah keagamaan atau sistem

religi masyarakat Sumbawa. Masyarakat Sumbawa percaya bahwa serangkaian

upacara adat yang dilakukan bertujuan semata-mata mengharapkan ridha dan izin

dari Allah Swt. Oleh karena itu masyarakat Sumbawa melakukan penyucian dan

pembersihan diri dalam rangka sebelum melakukan ikrar suci atau akad nikah di

mana kedua mempelai akan bersumpah dihadapan Allah Swt, dan kerabat serta

yang hadir menjadi saksinya. Selain itu dalam prosesi barodak terdapat angka-

angka ganjil seperti tiga kali mengoleskan odak, tiga kali memutarkan sisir, silet

dan kesena, tujuh lilin, tujuh/sembilan/sebelas baing odak, tiga kali memutari

lilin, dan lima warna songkol. Jumlah-jumlah ganjil dipercayai oleh masyarakat

Sumbawa sangat disenangi Allah Swt., seperti adanya tujuh lapis langit, tujuh

Page 85: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

72

lapis bumi, 99 (sembilan puluh sembilan) asmaul husna, lima waktu sholat fardu

dan lain sebagainya.117

2. Nilai Dan Gagasan Tentang Rezeki

Selain sistem kepercayaan dan keyakinan yang tercermin dalam prosesi

barodak, terdapat pula sistem gagasan-gagasan mereka tentang maut, jodoh, dan

rezeki yang telah digariskan oleh Allah. Konsep bahwa maut, jodoh, dan rezeki

telah ditentukan oleh Allah merupakan kepercayaan yang diyakini oleh orang

islam, begitupun masyarakat Sumbawa. Namun, di luar dari pada itu masyarakat

Sumbawa yakin bahwa ketentuan itu tidak akan diberikan Allah jika manusia

hanya berdiam diri khususnya terkait rezeki dan jodoh. Oleh karena itu,

masyarakat Sumbawa juga melakukan beberapa usaha agar kedua hal itu dapat

segera tercapai. Terkait dengan rezeki berupa jodoh, dalam beberapa prosesi

pengantan baik itu sorong serah, barodak dan resepsi pernikahan para lelaki dan

wanita yang belum menikah atau belum mendapatkan jodoh senantiasa ikut

menghadiri. Dalam tradisi masyarakat setempat menyebutnya ”ente siru‟”. Para

gadis saat prosesi barodak berlangsung terutama yang ingin segera mendapatkan

jodoh, akan ikut mengodak dirinya dengan odak sisa barodak pangantan. Hal ini

dipercaya bahwa dengan ikut mengolesi/ menggunakan odak pangantan, maka

akan enteng jodohnya, bahkan akan segera menikah karena kepercayaan bahwa

jodoh yang jauh akan didekatkan, yang tersembunyi diperlihatkan, dan yang

masih menggantung hubungannya akan segera menjadi sah. Selain itu,

masyarakat Sumbawa percaya bahwa dengan banyak beramal dan bersedekah

117

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 123.

Page 86: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

73

akan memudahkan dan memperlancar datangnya rezeki sehingga dalam

serangkaian prosesi perkawinan adat baik itu sorong serah, barodak, nikah, dan

resepsi oleh pihak keluarga membagikan makanan, minuman dan buah-buahan

yang telah disiapkan sebagai bekal untuk dibawa pulang oleh para tamu

undangan. Khususnya, terdapat cindera mata berupa barang dari pihak keluarga

mempelai sebagai ucapan terima kasih kepada ibu-ibu baing odak yang telah

memimpin suksesnya acara barodak.118

3. Gagasan Tentang Keselamatan

Dari berbagai tahapan prosesi pengantan khususnya dalam serangkaian

barodak tujuan secara khusus selain sebagai pembersihan dan penyucian jiwa

raga, barodak juga sesungguhnya berusaha memberikan gambaran serta

mempersiapkan kedua calon mempelai lahir dan batin terkait kehidupan rumah

tangga sebagai suami dan istri. Segala hal-hal buruk dibuang, dibersihkan,

kemudian disucikan agar bersih lahir bathin dalam mempersiapkan kehidupan

yang baru. Wujud ide atau gagasan tentang keselamatan di sini juga mengacu

pada sukses dan lancarnya serangkaian acara adat pernikahan yang akan digelar

agar selamat sampai semua tahapan upacara pernikahan selesai.119

Rapancar “mewarnai kuku/ memerahkan kuku”, pancar atau daun inai

yang sudah ditumbuk akan dioleskan pada kuku-kuku pangantan. Pancar akan

menimbulkan warna merah pada kuku hal ini bertujuan agar mengeluarkan aura

118

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 125. 119

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 126.

Page 87: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

74

warna yang cerah karena akan kontras dengan paduan warna putih dari odak

sehingga memberikan aura kegembiraan dan bersuka cita.120

Badaet “menguris bulu alis”, pemandu odak adalah orang yang bertugas

untuk badaet. Pangantan akan dikuris alisnya dengan silet kemudian disisir hal ini

bertujuan agar membersihkan sisa-sisa keburukan baik yang nampak maupun

tidak dari kedua pangantan.

Putar sisir, silet, ke kesena, sebelum badaet dalam prosesi barodak

terlebih dahulu pemandu odak akan memutari pangantan dengan sisir, silet, dan

cermin sebanyak tiga kali. Tujuan dilakukan hal ini adalah bahwa dengan ketiga

benda yaitu silet, sisir, dan cermin dimaknai bahwa membersihkan diri,

mempercantik diri, dan agar saat melihat satu sama lain merupakan cerminan dari

diri sendiri. Sementara angka tiga bermakna bahwa suku Samawa merupakan

mayoritas muslim sehingga kepercayaan masyarakatnya bahwa tiga kali putaran

dimaknai Allah Swt. menyukai angka-angka ganjil.121

Sor beteq “menyebarkan beras berwarna kuning, hijau , dan merah yang

telah disangrai”. Beteq yang terdiri dari 3 warna ini melambangkan warna-warni

dalam hidup terutama hal negatif yang harus dibuang dari diri kedua calon

pengantin. Sor “menyebarkan” beteq ini diarahkan kepada kedua mempelai yang

sedang diodak oleh pembuka odak dan ibu-ibu baing odak disela-sela acara

barodak serta dilakukan oleh inaq odak. Putar lilin dilakukan di bagian akhir

atau penutup prosesi barodak. Setelah ibu-ibu atau baing odak telah selesai

120

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 126. 121

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 126.

Page 88: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

75

mengodak pangantan, barulah oleh pemandu odak melakukan bagian terakhir

prosesi dimulai dari memutari lilin disekitar kepala calon mempelai laki-laki dan

perempuan, namun sebelumnya pangantan akan diarahkan untuk duduk saling

berhadapan kemudian putar lilin dilakukan sebanyak tiga kali. Tujuh batang lilin

putih bermakna angka ganjil yang dipercaya disenangi oleh Allah Swt. begitu

pun dengan memutarkan lilin tersebut sebanyak tiga kali putaran. Cahaya api dari

lilin diharapkan dapat terus memberikan cahaya dalam rumah tangga yang

bersumber dari Allah Swt.122

Setelah putar lilin selesai calon pangantin harus tiup lilin barema, yaitu

meniup lilin secara bersama-sama antara pangantin salaki “laki-laki” dan

pangantin sabai “perempuan”. Hal ini bertujuan agar kedua mempelai selalu

bersama-sama dalam hitam putih perjalanan rumah tangganya serta memusnahkan

masalah-masalah yang tidak seharusnya ada. Saling siap “saling menyuapi” saling

menyuapi songkol dan telor kelaq merupakan proses paling akhir yang harus

dilakukan calon pangantin. Adapun makna dari songkol adalah nasi ketan

berwarna putih, hitam, merah, hijau, dan kuning yang disusun di atas tepi

“nampan yang terbuat dari anyaman bambu” seperti lima tumpukan gunung, dari

kelima warna yang berbeda melambangkan beragam perbedaan yang akan

dijadikan satu dalam ikatan pernikahan begitu pun dengan telor kelaq diibaratkan

semua perbedaan dijadikan satu kesatuan yang utuh sehingga saling siap sendiri

bermakna bahwa selain menyatukan segala perbedaan juga agar kedua calon

mempelai tetap saling cinta, sayang menyayangi, dan saling rindu satu sama lain.

122

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 127.

Page 89: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

76

Sementara sisin kawin “cincin kawin” akan disembunyikan di bawah lidah kedua

calon mempelai sepanjang acara prosesi barodak berlangsung, cincin kawin laki-

laki akan disembunyikan di bawah lidah pangantan sabai dan sebaliknya,

tujuannya adalah agar kedua calon mempelai tidak bisa melakukan komunikasi

berlebihan selama prosesi barodak berlangsung. Selain itu sisin kawin merupakan

lambang adanya ikatan antara calon pangantin dengan adanya sisin kawin maka

diharapkan ikat yang ada antara kedua mempelai pun semakin erat.123

Terdapat juga alat musik tradisional seperti gong, genang, serune dan

rebana ode yang hampir di setiap upacara adat selalu dimainkan, tak terkecuali

dalam prosesi pengantan ini. Alunan musik gong genang berasal dari perpaduan

gong, genang, dan serune, sementara rebana ode terdiri dari beberapa rebana

ukuran kecil. Alat musik tradisional ini dimainkan saat menyambut rombongan

mempelai laki-laki pada acara besanan atau sorong serah, kemudian akan

dimainkan kembali ketika prosesi barodak berlangsung. Gong dan genang serta

rebana ode merupakan alat musik yang dipukul sementara serune ialah alat musik

tiup yang bersuara tajam. Musik ini terdengar keras dan menggema, dipercaya

juga bahwa dengan dihadirkannya musik gong genang maka kelak keturunan-

keturunan kedua calon mempelai dijauhkan dari ganguan telinga atau

pendengarannya dengan kata lain agar anaknya kelak tidak tuli.124

123

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 127 124

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April 2018.

Page 90: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

77

4. Nilai Atau Gagasan Tentang Perjuangan.

Gagasan tentang perjuangan tergambarkan ketika sang lelaki ingin

melamar gadis pujaan hatinya. Mulai dari kesanggupan dia menyatakan isi hati,

berbicara kepada orang tua bahwa dia ingin menikah, bersilaturahmi ke rumah

orang tua si gadis guna melamar, menerima pamako ”mahar atau mahar adat”

yang diberikan orang tua si gadis dan sebagainya serta melakukan seluruh

kegiatan adat hingga prosesi perkawinan adat berakhir.125

Makna perjuangan juga tergambarkan dibalik mitologi Kubur Dedara Pitu bahwa

pemuda yang diceritakan secara turun temurun ini adalah pemuda yang tangguh

dan pekerja keras. Di saat para warga kampung Samper pada waktu itu tidak ada

yang berani mengikuti sayembara nalat “menanam padi” di sawah Samper

dengan luas sekitar dua hektaran dengan posisi menunduk mundur dan tidak boleh

berdiri sesaat pun yang diadakan oleh orang tua Dedara Pitu dengan imbalan

berhak mempersunting salah satu anaknya yang paling cantik. Si pemuda datang

dengan semangat membara menerima sayembara tersebut. Sayembara yang diikuti

pemuda ini adalah karena memang dia sudah lama mencintai salah satu dari ke

tujuh gadis bersaudara atau Dedara Pitu. Dalam pikiran dia adalah rintangan dan

tantangan tak jadi soal karena ini lah momen yang tepat untuk membuktikan

bahwa dia layak menjadi bagian dari keluarga terpandang nan kaya raya tersebut.

Padi demi padi ditanaminya hampir selsesei. Dia mencoba berdiri dan

mengangkat punggunya, seketika itu suara tulang si pemuda berbunyi kemudian

125

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018.

Page 91: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

78

patah dan tak lama kemudian dia meninggal dunia dan dikuburkan di sawah

Samper tersebut.126

B. Analisis Terhadap Akulturasi Budaya Lokal dengan Agama Islam dalam

Upacara Pangantan

Masyarakat Suku Sumbawa memiliki khas tersendiri dalam setiap upacara

adatnya. Kekhasan budaya masyarakat Sumbawa itu tentu membuat dirinya

berbeda dengan masyarakat di luar Suku Sumbawa. Di antara yang menonjol

terutama dalam kaitannya dengan Islam ialah ciri masyarakat Sumbawa yang

adaptif dengan ajaran Islam. Budaya adaptif tersebut nampak terhadap ajara Islam

Budaya adaptif nampak dalam performance tradsi lokal yang dipandu dan

dipedomani oleh Islam dalam coraknya yang megambil ajaran Islam sebagai

kerangka seleksi terhadap budaya lokal. Dalam hal ini, bagi masyarakat

Sumbawa, Islam dijadikan sebagai kerangka referensi tindakan sehingga seluruh

tindakannya merupakan ekspresi ajaran Islam yang telah adapfif dengan budaya

lokal.127

Perkembangan Islam di Tanah Sumbawa menimbulkan transformasi

lokal. karena Islam menekankan bukan hanya keimanan yang benar, tetapi juga

tingkah laku yang baik, pada gilirannya setidaknya secara ideal harus

dijawantahkan setiap muslim dalam berbagai aspek kehidupannya.128

Agama yang

memunculkan tranformasi kebudayaan itu disebabkan beberapa faktor inheren

atau faktor lain yang kemudian secara kental diasosiasikan dengan Islam.

126

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018. 127

A Handbook, Sosiologi Agama (Jakarta: IRCiSoD, 2012), h. 454. 128

M. C. Rikcklefs, Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa 1930 Sampai

Sekarang, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010), h. 29.

Page 92: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

79

Kehadiran Islam telah mampu memberi warna dalam kehidupan masyarakat suku

Sumbawa yang tentu saja melalui proses akulturasi dan adaptasi antara nilai-nilai

Islam dengan kebudayaan lokal.

Tradsi yang ada pada masyarakat Suku Sumbawa dengan segala

deversitasnya, yang tetapi mempertahankan suatu bentuk integralitas, tetapi pada

saat yang sama, kebudayaan yang sama, kebudayaan Islam ini mempunyai unsur-

unsur yang bisa disebut khas dengan segala yang dimilikinya. Karena Islam

dipandang sebagai agama sekaligus peradaban, karena agama sendiri ada

keterkaitannya dengan kebudayaan. Ini dapat kita lihat dari sisi lain seperti

sejarah, adat dan institusi menjadi unsur pembentuk peradaban. Keragaman

budaya dalam kesatuan spritual, bila kebudayaan yang dibentuk Islam itu

memang beragam, adakah apresiasinya terhadap kebudayaan lokal. jadi

kebudayaan yang dibentuk oleh Islam itu bukan merupakan kebudayaan yang

tunggal akan tetapi beragam. Kondisi sosiologis masih berdampak pada produk-

produk budaya dalam masyarakat, demikian pula halnya kondisi sosiologis

masyarakat Islam.129

Perpindahan dari alam kepercayaan leluhur (animisme, dinamisme,

Hindu) kepada agama Islam, tidak hanya selesai dengan menjalankan syariat

Islam. Mereka juga terpanggil untuk menunjukkan ajaran ini dalam tindakan

budaya. Keadaan ini menyebabkan masyarakat Sumbawa yang telah menerima

ajaran Islam juga dituntut untuk mengubah landasan budayanya. Pertemuan dan

interaksi antara Islam dan budaya Sumbawa menimbulkan proses penyerapan dan

129

Habibullah, Seren Taun Padepokan Girijaya (Jagakarsa: Mata Aksara, 2018), h. 147.

Page 93: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

80

akomodasi ajaran Islam dan budayanya yang selalu mengikuti kondisi sosial

budaya masyarakat tersebut. Penerimaan ini berjalan relatif lambat dan perlahan

sehingga tidak menimbulkan gejolak-gejolak sosial yang menimbulkan

kegoncangan yang kuat dalam masyarakat. Pertemuan ini tentu saja membuahkan

berbagai perubahan dalam budaya Sumbawa dan menunjukkan budaya Sumbawa

yang bercorak Islam. Yang memperlihatkan adanya keragaman bentuk manifestasi

Islam dalam kehidupan masyarakat. Hal ini jelas terlihat pada masyarakat

Sumbawa yang memiliki corak Islam yang khas lokal yang kemudian menjadi

falsafah hidup masyarakat Sumbawa dalam sebuah slogan “Adat Berenti Ko

Syara‟ Syara‟ Berenti Ko Kitabullah”.

Nilai-nilai Islam dalam prosesi upacara pangantan dapat dilihat dari

pertama berlangsungnya prosesi tersebut, mulai dari bajajak, tama bakatoan dan

basaputes. Ketiga prosesi tersebut menggambarkan bahwa pentingnya nilai tali

silaturahmi dan musyawarah sebelum melangsungkan akad pernikahan supaya

nantinya ketika berumahtangga bisa lebih memahami dan menerima satu sama

lain. 130

oleh para ahli antropolog disebut “adisi”.131

Percampuran antara budaya lokal dengan agama Islam juga

tergambarkan dalam serangkaian prosesi baroda. Barodak atau luluran dilakukan

menjelang hari pernikahan dalam rangka pembersihan diri secara lahir dan batin.

Odak merupakan wujud benda yang paling penting dalam prosesi barodak yang

mana diracik dari bahan-bahan berupa loto lege, 44 macam kemang, seperti don

130

Wawancara peribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018. 131

Adisi adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan kebudayaan, di mana unsur-

unsur baru ditambahkan pada yang lama.

Page 94: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

81

nangka, don ganista, don balik sumpa, babak bage, babak kayu jawa, kemang

rampe, kemang mawar, kemang pelam, kemang kamboja, dll. Semua bahan-bahan

ini digiling halus lalu dibentuk bulat-bulat menjadi odak. 44 macam kemang yang

dimaksud adalah 44 jenis bunga-bunga, namun tidak harus berjumlah 44 bisa

kurang atau lebih karena hanya merupakan syarat saja. Odak memiliki warna

putih dan aroma yang harum karena dibuat dari bunga-bunga yang menimbulkan

wewangian yang khas. Kepercayaan masyrakat Sumbawa bahwa odak dulu dapat

mensucikan dan membersihkan pangantan dari roh-roh jahat yang mengahmpiri

sehingga dari lahiriah menimbulkan aura ketampanan dan kecantikan yang

dipancarkan dari warna putih bersih serta sepanjang prosesi adat pernikahan

pangantan akan putih, bersih, dan harum semerbak bunga-bunga. Semua bahan-

bahan odak murni dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar atu berasal dari

alam.132

Bahan-bahan odak yang digunakan memiliki makna secara implisit bagi

masyarakat Sumbawa seperti 44 macam kemang yang terdiri dari don nangka,

don ganista, don balik sumpa, babak bage, dan babak kayu jawa. Masing-masing

bahan ini berasal dari pohon yang tinggi dan besar, tidak terlalu membutuhkan air

setiap saat, dan beberapa merupakan pohon yang khas hanya berasal dari bumi

Sumbawa seperti ganista. Bunga-bunga seperti kemang rampe „bunga rampai‟,

kemang mawar „bunga mawar‟, kemang pelam „bunga mangga‟, kemang kamboja

„bunga kamboja‟, dan sebagainya, selain tujuaanya sebagai wewangian juga

bunga-bunga ini menjadi perwakilan bagi sifat dasar manusia yang dipengaruhi

132

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 127.

Page 95: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

82

oleh roh-roh sehingga melahirkan kepribadian yang jahat dan buruk, seperti

adanya kemang mawar yang berduri diharapkan menjadi acuan kedua mempelai

untuk selalu menjaga diri dan kehormatan pasangannya. Sifat dasar manusia juga

ada yang baik dilambangkan dengan kemang melati yang walaupun kecil dapat

menebarkan aroma harum yang semerbak, ini diharapkan berlaku pada kedua

mempelai yang meskipun misalnya nanti dalam keadaan sederhana tetapi tidak

boleh lupa untuk tetap menebar kebaikan kepada semua orang.133

Dalam prosesi

barodak tersebut telah terjadinya proses “sinkretisme”.134

Dalam upacara barodak berlangsung akan dilempari dengan beteq. Beteq

terdiri dari beras berwarna kuning, hijau, dan merah yang disangrai, beteq yang

terdiri dari tiga warna ini melambangkan warna warni dalam hidup. Beteq akan

disebarkan ke arah pangantan sesekali selama prosesi barodak berlangsung.

Warni-warni beteq melambangkan hal negatif yang harus dibuang dari diri kedua

calon pengantin. Beteq berasal dari beras yang merupakan makanan pokok yang

selalu dimakan oleh masyarakat di Indonesia umumnya. Hal ini menggambarkan

bahwa segala bentuk kebaikan dan keburukan di dalam hidup ini mau tidak mau

pasti akan dirasakan. Dengan kata lain, sebagai manusia harus jeli dalam menepis

dan membuang hal-hal negatif yang ada dalam hidup.135

Terdapat juga dupa, dalam agama Hindu digunakan saat

persembahyangan. Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga

133

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 127-128. 134

Sinkretisme adalah istilah untuk menunjukkan adanya unsur-unsur lama bercampur

dengan unsur-unsur baru dan membentuk sebuah sistem baru. 135

Novi Widya Utami, “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2 (Agustus 2016): h. 128.

Page 96: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

83

berasap dan berbau harum. Dupa dengan nyala apinya merupakan simbol Dewa

Agni. Dupa berasal dari “Wisma” yaitu alam semesta menyala dan asapnya

bergerak keatas, pelan-pelan menyatu dengan angkasa. Oleh karena itu dupa

disimbolkan sebagai Dewa Agni yang dimaknai sebagai saksi dalam upacara

persembahyangan dan perantara yang menghubungkan umat dan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa. Nyala dupa sebagai saksi ini berarti bahwa api merupakan

perwujudan Dewa Agni yang memiliki sifat maha melihat atau sebagai saksi dari

segala hal yang dilakuakn manusia dan asap yang bergerak keatas dan menyatu

keangkasa sebagai pertemuan antara umat Hindu dan Tuhannya. 136

Kemudian

budaya agama Hindu ini ditransformasikan ke dalam budaya Sumbawa dengan

corak Islam. Dupa tetap dipertahankan oleh masyarakat Sumbawa sebagai

pelengkap api ramben dalam upacara barodak, wangi dupa yang keluar saat

dibakar selain bertujuan agar suasana prosesi menjadi nyaman dan menimbulkan

aroma harum yang khas dari dupa. Dupa dikaitkan dengan wangi harum yang

diharapkan akan selalu hadir dalam rumah tangga, menjadi tugas istrilah agar

bagaimana suami selalu betah di rumah dengan menyiapkan makanan dan

merawat selalu diri dan tempat tinggal agar selalu nyaman untuk ditempati.137

Api ramben terdiri dari dupa, don bawang puti, dan bawang mira yang

dibakar didalam pemongka tanaq. Sepanjang prosesi barodak, api ramben akan

terus menyala. Pemongka tanaq oleh masyarakat Sumbawa jaman dulu sering

136

Ni Kadek Intan Rahayu, “Makna Simbolik Umat Hindu dalam Persembahyangan

Bulan Purnama di Kecamatan Basidondo Kabupaten Tolitoli”, Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 5

No. 1 (2020): h. 153. 137

Wawancara peribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018.

Page 97: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

84

digunakan untuk memasak. Dengan menyalakan api ramben diharapkan dalam

rumah tangga terutama untuk urusan dapur kelak tetap akan tercukupi.

Sor beteq, dupa dan api remben adalah beberapa contoh dalam akulturasi

budaya lokal dengan Agama Islam, oleh para antropolog disebut dengan

“substitusi”.138

Artinya bahwa unsur lama dirubah dengan unsur baru yang

memenuhi fungsinya. Unsur lama dalam sor beteq, dupa dan api remben sebagai

simbol untuk mengusir kekuatan negatif (roh-roh halus) diganti dengan unsur-

unsur baru yang bernuansa islami yakni dengan penggunaan simbol-simbol

tersebut agar nantinya paska pernikahan dan menjalani rumah tangga diisi sengan

suasana aman nyaman dan bahagia terhindar dari hal-hal buruk.

Sor beteq, dupa dan api remben juga bisa disebut dengan istilah

“dekulturasi”139

. Istilah dekulturasi menunjukkan bahwa adanya substansi lama

yang dihilangkan seperti sor beteq dan api remben yang pada awalnya bercorak

animisme dan dinamisme, serta dupa bercorak Hindu kemudian ditransformasikan

ke dalam corak Islam.

Selanjutnya istilah “orijinasi”140

tergambarkan dalam prosesi nikah.

Nikah adalah istilah dalam Agama Islam yang digunakan untuk menandakan sah

atau tidak suatu perkawinan. Artinya bahwa nikah (syarat dan rukun nikah) adalah

prosesi baru yang dibawa oleh Islam untuk melengkapi serangkaian prosesi

138

Substitusi adalah unsur-unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti dengan unsur-

unsur baru yang memenuhi fungsinya. 139

Dekulturasi adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan kebudayaan, di mana

bagian substansi sebuah kebudayaan mungkin hilang. 140

Orijinasi adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan kebudayaan, di mana ada

unsur-unsur baru yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru yang timbul karena perubahan

situasi.

Page 98: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

85

upacara pangantan (perkawinan tradisional Sumbawa) yang pada awalnya

masyarakat lokal Sumbawa beragama Animisme, Dinamisme dan Hindu.

Peran Islam dalam kebudayaan Sumbawa pada upacara pangantan

khususnya di Desa Tepas Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat

nampaknya belum berpengaruh besar. Masyarakat Desa Tepas Sepakat masih

mempercayai bahwa adanya energi besar pada alam semesta, sehingga pada

zaman dahulu dikenal dengan animisme dan dinamisme. Animisme merupakan

suatu kepercayaan masyarakat yang berhubungan dengan roh atau makhluk halus

yang hidup berdampingan dengan manusia. Sedangkan dinamisme merupakan

kepercayaan tradisional masyarakat Sumbawa yang mempercayai bahwa setiap

benda yang ada di dunia ini mempunyai energi gaib dan kekuatan yang tidak bisa

dijelaskan dengan pemikiran manusia. Energi yang terdapat dalam benda-benda

tersebut dipercayai membawa berkah maupun musibah untuk siapa saja yang ada

disekitarnya.

Corak animisme dan dinamisme yang masih sangat kental nampak

dengan adanya Kubur Dedara Pitu yang mempengaruhi prosesi sorong serah.

Dalam prosesi sorong serah atau menghantarkan seserahan, mempelai laki-laki

tidak boleh melewati bagian depan makam tersebut. Cara untuk melanjutkan

perjalanan menuju rumah mempelai wanita, mempelai laki -laki ini berjalan ke

timur dan melewati pematang sawah ditemani oleh salah seorang atau lebih dari

keluarga laki-laki, boleh juga melalui bagian depan dengan syarat di luar radius

500 meter. Dalam mitologi masyarakat Suku Sumbawa khususnya di desa Tepas

Page 99: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

86

Sepakat ketika melanggar tradisi ini, maka menurut mitologi msyarakat setempat

paska perkawinan tidak akan memiliki keturunan.141

Pemaknaan diatas pada umumnya diamini para informan yang berhasil

diwawancarai, meski dinilai kurang sempurna. Menurut masyarakat Desa Tepas

kesakralan terhadap Kubur Dedara Pitu dimaknai sebagai penghormatan kepada

Camboe yang telah memperjuangkan perempuan yang dicintai dengan melakukan

persyaratan yang diberikan orang tua Dedara Pitu. Selain itu keyakinan terhadap

Kubur Dedara Pitu juga menentukan kepatuhan warga Desa Tepas terhadap

warisan nenek moyang mereka yang harus tetap dijaga. Ketaatan ini, mereka tidak

peduli sekalipun tersiar ujaran primitif oleh pihak lain yang tidak meyakininya.

Meski dikenal masyaraka taat tradisi, bukan berarti pemaknaan atas

kesakralan Kubur Dedara Pitu tanpa dinamika berarti. Pemaknaan yang justru

memiliki corak berpunggungan itu datang dari masyarakat asli Desa Tepas yang

sudah memeluk agama Islam. Misalnya merujuk pemaknaan Barliansyah yang

sering mensyiarkan syariat Islam bahwa tradisi lokal yang mengandung unsur

keyakinan terhadap adanya kekuatan selain dari Allah atau penyembahan kepada

selain Allah. Dalam pengertian akulturasi penomena ini akan mengalami

“penolakan”142

. Penolakan terjadi karena bertentangan dengan hukum Islam.

141

Wawancara peribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018. 142

Penolakan adalah perubahan yang terjadi begitu cepat dalam perpaduan kebudayaan,

sehingga sebagian besar orang tidak dapat menerimanya. Kondisi semacam ini dapat menimbulkan

penolakan total, pemberontakan, atau kebangkitan

Page 100: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

87

Dalam Hukum Islam perbuatan tersebut adalah syirik, dan syirik dalam hukum

Islam adalah dosa besar143

seperti dalam firman-Nya:

ف ق دبالل هي شركو م ني ش اء لم نذ لك د ون م او ي غفر بهي شر ك أ ني غفر ل الل ه إن

144ع ظيماإثمااف ت ر ى

Artinya: sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat

dosa yang besar (Q.S. An-Nisa: 48)145

.

Oleh karena itu, menarik untuk mengamati proses jalannya akuturasi atau

negosiasi antara budaya lokal dengan teks-teks keagamaan (Islam) atau

bagaimana Islam memasuki praktek lokal dan memberikan makna baru (tanda)146

pada upacara pangantan tersebut. Pengamatan terhadap tradisi-tradisi yang

berkembang di tegah masyarakat menjadi urgen untuk memilah-milah mana

ajaran Islam yang relevan dengan budaya lokal dan bentuk-bentuk modifikasi apa

sajakah yang terinpirasi dari Islam.

143

Wawacara Pribadi dengan Barliansyah, Tokoh Agama Desa Tepas Sepakat Pada

Tanggal 12 Mei 2018. 144

Hamka Naping, Laut, Manusia dan Kebudayaan (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2017), h. 207. 145

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Terjemahan (Jakarta: PT. Syamil

Cipta Media, 2005) 146

T. Cristomy dan Untung Yuwono, Semiotik Budaya (Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan Dan Budaya 2004), h. 202.

Page 101: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

88

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari proses terjadinya akulturasi budaya lokal dengan agama

Islam dalam upacara pangantan (perkawinan adat Sumbawa) seperti yang

dijabarkan oleh Mulyono Joyomartono bahwa para ahli antropolog memberikan

beberapa istilah untuk menguraikan apa yang terjadi dalam akulturasi, yaitu:

substitusi, sinkretisme, adisi, dekulturasi, orijinasi dan penolakan.

1. Substitusi, adalah unsur-unsur kebudayaan yang ada sebelumnya diganti

dengan unsur-unsur baru yang memenuhi fungsinya. Contoh, sor beteq,

dupa dan api remben artinya bahwa unsur lama diganti dengan unsur baru

yang memenuhi fungsinya. Unsur lama dalam sor beteq, dupa dan api

remben sebagai simbol untuk mengusir kekuatan negatif (roh-roh halus)

diganti dengan unsur-unsur baru yang bernuansa islami yakni dengan

penggunaan simbol-simbol tersebut agar nantinya paska pernikahan dan

menjalani rumah tangga diisi sengan suasana aman nyaman dan bahagia

terhindar dari hal-hal buruk.

2. Sinkretisme, adalah istilah untuk menunjukkan adanya unsur-unsur lama

bercampur dengan unsur-unsur baru dan membentuk sebuah sistem baru.

Dalam hal ini kemungkinan terjadinya perubahan yang berarti. Contoh

dalam prosesi barodak. Kepercayaan masyrakat Sumbawa bahwa odak

dulu dapat mensucikan dan membersihkan pangantan dari roh-roh jahat

Page 102: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

89

yang mengahmpiri sehingga dari lahiriah menimbulkan aura ketampanan

dan kecantikan yang dipancarkan dari warna putih bersih serta sepanjang

prosesi adat pernikahan pangantan akan putih, bersih, dan harum

semerbak bunga-bunga.

3. Adisi, adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan kebudayaan,

dimana unsur-unsur baru ditambahkan pada yang lama. Dalam hal ini

mungkin terjadi atau tidak terjadi adanya perubahan struktural. Contoh

adisi tergambarkan dari prosesi bajajak, tama bakatoan trdan basaputes.

Ketiga prosesi tersebut mengandung unsur baru yang dibawa Agama Islam

yakni bahwa pentingnya nilai tali silaturahmi dan musyawarah sebelum

melangsungkan akad pernikahan supaya nantinya ketika berumahtangga

bisa lebih memahami dan menerima satu sama lain.

4. Dekullturasi, adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan

kebudayaan, dimana bagian substansi sebuah kebudayaan mungkin hilang.

Seperti contoh dalam simbol-simbol sor beteq, dupa dan api remben yang

pada awalnya bercorak animisme dan dinamisme, serta dupa bercorak

Hindu kemudian ditransformasikan ke dalam corak Islam.

5. Orijinasi, adalah istilah untuk menunjukkan tingkat perpaduan

kebudayaan, di mana ada unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan baru yang timbul karena perubahan situasi. Istilah orijinasi

tergambarkan dalam prosesi nikah. Nikah adalah istilah dalam Agama

Islam yang digunakan untuk menandakan sah atau tidak suatu perkawinan.

Artinya bahwa nikah (syarat dan rukun nikah) adalah prosesi baru yang

Page 103: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

90

dibawa oleh Islam untuk melengkapi serangkaian prosesi upacara

pangantan (perkawinan tradisional Sumbawa) yang pada awalnya

masyarakat lokal Sumbawa beragama Animisme, Dinamisme dan Hindu

sama sekali tidak mengenal bahkan menggunakan nikah dalam

melangsungkan upacara perkawinan.

6. Penolakan, adalah adanya perubahan yang terjadi begitu cepat dalam

perpaduan kebudayaan, sehingga sebagian besar orang tidak dapat

menerimanya. Kondisi semacam ini dapat menimbulkan penolakan total,

pemberontakan, atau kebangkitan. Seperti contoh, kepercayaan masyarakat

Desa Tepas Sepakat terhadap mitologi Kubur Dedara Pitu yang meyakini

bahwa ketika melanggar tradisi tersebut maka paska pernikahan tidak

memiliki keturunan. Dalam hukum Islam perbuatan tersebut adalah syirik,

dan syirik adalah dosa besar.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dari uraian-uraian atau pembahasan dan

kesimpulan yang sudah dijelaskan dari hasil penelitian maka ada beberapa saran

dari penulis di antaranya sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat Suku Sumbawa agar tetap melestarikan upacara pangantan

sebagai kearifan lokal yang penuh dengan nilai-nilai islami.

2. Bagi warga Desa Tepas dan Tepas Sepakat agar tetap menjaga dan merawat

Kubur Dedara Pitu agar tetap lestari.

3. Gunakan Kubur Dedara Pitu sebagai tempat wisata religi, tempat berziarah,

bukan tempat mengadu nasib yang mengarah ke syirik.

Page 104: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

91

4. Simbol Kubur Dedara Pitu adalah simbol perjuangan. Maka maknailah simbol

tersebut sebagai rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta agar senantiasa

berjuang, bekerja keras dan tidak mudah putus asa.

5. Bagi masyarakat Sumbawa agar mencermati setiap adat istiadat yang ada di

Sumbawa bukan hanya sebagai upacara seremonial belaka, melainkan banyak

nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya.

C. Kata Penutup

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Maka dari itu, kritik dan saran

sangat di harapkan agar karya tulis ini menjadi lebih baik, baik itu dari segi

esensinya maupun segi teknik penulisannya. Semoga karya tulis ini dapat

memberi manfaat bagi pembaca dalam memahami kebudayaan yang ada di

Indonesia, terutama masyarakat yang ada di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara

Barat, sehingga akan terwujudnya Indonesia yang kaya raya dengan

keberagamannya.

Page 105: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

92

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Min‟in Abu Abbas, Adil. ketika Menikah Menjadi Piihan, terj. Gazii

Sallom. Kairo-Mesir: Maktabah al-Qur‟an, 1978.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia

(1901-1940) Hingga Masa Reformasi. Yogyakarta: Pusta Pelajar, Cet. 1.

2015.

Bakr Jabir Al-Jazairi, Abu. Ensiklopedia Muslim. Jakarta: Darul Fallah, 2000.

Cassirer, Ernst. Manusia Dan Kebudayaan: Sebuah Esai Tentang Manusia, terj.,

Alois A. Nugroho Jakarta: PT Gramadia, 1987.

Cristomy, T. dan Yuwono, Untung. Semiotik Budaya. Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan Dan Budaya, 2004.

Daradjat, Zakiah (peny.). Perbandingan Agama I. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur‟an Terjemahan. Jakarta: PT.

Syamil Cipta Media, 2005.

Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Modul pembinaan

Keluarga Sakinah Jakarta: Depag, 1995.

Ismail, Faisal. Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia.

Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012.

Habibullah, Seren Taun Padepokan GirijayaJagakarsa: Mata Aksara, 2018), h.

147.

Handbook, A. Sosiologi Agama. Jakarta: IRCiSoD, 2012.

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1. Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1996.

Mantja, Lalu. Sumbawa Pada Dulu, Surabaya: Rinta Surabaya, 1984.

Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi Jilid 1, Jakarta: UI-Press, 1987.

Morrison, Metode Penelitian survey. Jakarta: Prenadamedia, 2012.

Page 106: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

93

Naping, Hamka. Laut, Manusia dan Kebudayaan. Yogyakarta: Kaukaba

Dipantara, 2017.

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.

Sugeng, Pujileksono, Pengantar Antropologi. Malang: Kelompok Intrans

Pubising, 2015

Tim Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penelitian.

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Tim Penyusun, Profil Destinasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Sumbawa: Kantor Pariwisata Kabupaten Sumbawa, 2016.

Tim Penyusun Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) Ano Rawi Dewan

Pendidikan Kabupaten Sumbawa Barat, Pasanotang: Tananang Boat Iwet

Mate Telas Tau Samawa. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2016.

Tim Penyusun, kamus Samawa Indonesia. Mataram: Kantor Bahasa Nusa

Tenggara Barat, 2017.

Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Arkola, Surabaya, 1990,

Pooney, Caroline. African Literature, Aninism and Politic. London: Routledge,

2001.

Prawirohamidjojo, R. Soetojo Pluralisme dalam Perundang-Undangan di

Indonesia. Surabaya: Airlangga Univesiry Press, 1986.

Pringgodidgo, A.G. (peny.), Ensiklopedi Umum. Jakarta: Yayasan Dana Buku

Franklin, 1973.

Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Grasindo, 2010.

Rahayu, Intan N. K. “Makna Simbolik Umat Hindu Dalam Persembahyangan

Bulan Purnama Di Kecamatan Basidondo Kabupaten Tolitoli” Jurnal

Bahasa dan Sastra Vol. 5, No. 1. (2020).

Razak, Abdur dan Anwar, Rosihon. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia, 2006.

Page 107: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

94

Rikcklefs, M. C. Mengislamkan Jawa Sejarah Islamisasi di Jawa 1930 Sampai

Sekarang, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010.

Utami, Novi Widya. “Wujud Kebudayaan Dalam Prosesi Barodak Ritual Adat

Pernikahan Sumbawa”, Jurnal Retorika, Vol. 9, no. 2. Agustus 2016.

Yacub Al-Barry, M. Dahlan. Kamus Sosiologi Antropologi. Jakarta: Gramedia,

1990.

Observasi dan Wawancara

Observasi Prosesi Rapat Keluarga pada tanggal 8 April 2018.

Observasi Prosesi Sorong Serah pada tanggal 15 April 2018.

Observasi Prosesi Ritual Barodak pada tanggal 20 April

2018 .

Observasi Prosesi Akad Nikah pada tanggal 21 April 2018.

Observasi Prosesi Basai pada tanggal 22 April 2018.

Observasi. Lihat dari Arsip Desa Tepas Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten

Sumbawa Barat, 10 April 2018.

Observasi di Kubur Dedara Pitu, Pada tanggal 10 April 2018.

Wawancara peribadi dengan Bpk. Abu Bakar, Sesepuh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 12 April

2018.

Wawancara pribadi dengan Bpk. Aceng, Tokoh Adat (Ano Rawi) Kabupaten

Sumbawa, pada tanggal 25 Mei 2018.

Wawancara pribadi dengan Bpk. Ahmad, Kepala Desa Tepas Sepakat, Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 10 April 2018.

Wawancara dengan Bpk. Fathullah, Juru Kunci Kubur Dedara Pitu, pada tanggal

7 April 2018.

Page 108: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

95

Wawancara pribadi dengan Bpk. Jafar Idris, Tokoh Adat Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5 April

2018.

Wawancara peribadi dengan Bpk. Jafaruddin, Warga Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 2 April

2018.

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syamsuddin Aswin, mantan Kepala Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, 22 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April

2018.

Wawancara peribadi dengan Deri Kusnadi, Remaja Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 3 April

2018.

Wawancara peribadi dengan Eya Uwan, Warga Desa Tepas Sepakat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 6 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Ibu Sarah, warga Desa Tepas Sepakat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 4 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Bpk. Syafaruddin, Ketua Lembaga Adat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 18 April 2018.

Wawancara pribadi dengan Bpk. Muhammad Sager, Tokoh Adat Desa Tepas

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April

2018.

Wawancara peribadi dengan Bpk. Muhammad Sanafiah, Sejarahwan Desa Tepas

Sepakat Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 5

April 2018.

Page 109: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

96

Wawancara peribadi dengan Bpk. Syafaruddin, Ketua Lembaga Adat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 21 April 2018.

Wawancara peribadi dengan Bpk. Syamsuddin Aswin, Mantan Kepala Desa

Tepas Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 22

April 2018.

Wawancara peribadi dengan Rahmad, Pemuda Desa Tepas Sepakat Kecamatan

Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 3 April 2018.

Wawancara Pribadi dengan Ust. Barliansyah, Tokoh Agama Desa Tepas Sepakat

Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat, pada tanggal 12 Mei

2018.

Internet

http://sumbawapintar.blogspot.co.id/2016/09/sepintas-mengenai-sejarah-dan-asal-

usul.html.

Page 110: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 111: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

98

Page 112: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

99

PEDOMAN WAWANCARA UPACARA PANGANTAN UNTUK WARGA

DESA TEPAS SEPAKAT

Nama Informan

Nama :

Alamat :

Jenis kelamin :

Umur :

Agama :

Jabatan :

Tanggal wawancara :

Daftar Pertanyaan:

A. Sekilas Tentang Profil Desa Tepas Sepakat

1. Apakah anda mengetahui tentang sejarah terbentuknya desa Tepas

Sepakat?

2. Bagaimana kondisi geografis dan aksebilitas desa Tepas Sepakat?

3. Bagaimana kondisi keagamaan desa Tepas Sepakat?

4. Bagaimana kondisi pola pemukiman desa Tepas Sepakat?

5. Bagaimana kondisi pendidikan desa Tepas Sepakat?

6. Bagaimana kondisi sosial desa Tepas Sepakat?

7. Apa mata pencaharian desa Tepas Sepakat?

B. Asal-Usul Kubur Dedara Pitu

1. Bagaimana asal-usul Kubur Dedara Pitu?

2. Bagaimana kondisi Kubur Dedara Pitu saat ini?

3. Seberapa penting Kubur Dedara Pitu bagi masyarakat setempat?

4. Siapa saja yang pernah berkunjung ke Kubur Dedara Pitu?

C. Sekilas Tentang Upacara Pangantan

Page 113: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

100

1. Apa itu upacara pangantan?

2. Bagaimana sejarah upacara pangangtan?

3. Bagaimana prosesi upacara pengantan?

4. Apakah ada waktu-waktu tertentu dalam melaksanakan prosesi

pengantan?

5. Bagaimana hubungan Kubur Dedara Pitu dengan upacara pengantan?

6. Apa yang dilakukan masyarakat setempat ketika melanggar mitologi

Kubur Dedara Pitu?

7. Apa makna dari upacara pangantan bagi masyarakat Suku Sumbaawa?

Tepas Sepakat, ..... April 2018

(...................................................)

Nama dan tanda tangan informan

Page 114: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

101

Page 115: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

102

Page 116: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

103

Page 117: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

104

Page 118: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

105

Page 119: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

106

Page 120: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

107

Page 121: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

108

Page 122: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

109

Page 123: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

110

Page 124: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

111

Page 125: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

112

Page 126: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

113

Page 127: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

114

HASIL WAWANCARA

Nama : Ahmad

Alamat : Dusun Tepas Atas RT/RW: 10/03

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 50 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Kepala Desa Tepas Sepakat

Tanggal wawancara : 10 april 2018

Daftar Pertanyaan:

Sekilas Tentang Profil Desa Tepas Sepakat

A: Apakah anda mengetahui tentang sejarah terbentuknya desa Tepas

Sepakat?

B: Sebelum pemekaran Desa Tepas terdiri dari lima dusun yakni Dusun

Tepas Bawah, Dusun Tepas Atas, Dusun Sepakat, Dusun Moteng A dan

Dusun Moteng B. Kemudian pada tahun 2010 terjadi pemekaran

menjadi tiga desa. Dusun Tepas Bawah menjadi desa Sendiri, Dusun

Tepas Atas dan Dusun Sepakat Menjadi satu Desa yakni Desa Tepas

Sepakat serta Dusun Moteng A dan Dusun Moteng B menjadi satu Desa

yakni Desa Moteng.

Terdapat beberapa alasan terjadinya pemekaran, yakni:

1. Mempermudah pelayanan kepada masyarakat.

2. Mempercepat pengurusan administrasi.

3. Menciptakan lapangan kerja baru.

Page 128: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

115

4. Mempercepat perkembangan ekonomi.

5. Mengurangi pengangguran.

A: Bagaimana kondisi geografis dan aksebilitas desa Tepas Sepakat?

B: Desa Tepas Sepakat adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan

Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Desa Tepas Sepakat berbatasan dengan desa-desa lainnya, sebelah utara

berbatasan dengan Desa Moteng, sebelah timur berbatasan dengan desa

Bangkat Monte, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tepas dan

sebelah barat berbatasan dengan Desa Seloto.Orbitrasi atau jarak pusat

pemerintahan Desa Tepas Sepakat ke pemerintahan kecamatan sejauh 2

km, ke pemerintahan kabupaten atau kota sejauh 10 km dan jarak ke ibu

kota provinsi sejauh 170 km. Untuk mengakses Desa Tepas Sepakat

dapat menggunakan semua jenis kendaraan darat terutama kendaraan

alat berat. Hal tersebut dikarenakan jalan raya Tepas Sepakat

merupakan jalan lintas utama kendaraan yang keluar masuk dari salah

satu PT terbesar yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat yakni PT.

Bintang Bano.

A: Bagaimana kondisi keagamaan desa Tepas Sepakat?

B: Masyarakat Desa Tepas Sepakat seluruhnya beragama Islam, akan

tetapi untuk saat ini. terdapat kunjungan pekerja musiman dari Pulau

Sumba Provinsi Nusa Tenggara Barat sekitar 40 jiwa yang beragama

Kristen Protestan. Dalam menjalankan kegiatan beribadah, terdapat dua

bangunan masjid dan satu bangunan mushollah. Satu bangunan masjid

Page 129: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

116

dan satu bangunan mushollah di dusun Tepas serta satu bangunan

masjid di dusun Sepakat. Selain masjid dan mushollah, juga terdapat

tiga bangunan TPQ (Taman Pendidikan Qur‟an) sebagai sarana

pembelajaran bagi anak-anak demi meningkatkan kegemaran terhadap

al-Qur‟an. Sebelum adanya TPQ yang dikenal oleh khlayak banyak

ataupun sebuah lembaga yang mendapatkan SK (surat keputusan) dari

pemerintah, di Desa Tepas Sepakat masih banyak dijumpai guru-guru

ngaji tradisional. Pada saat ini, jumlah guru ngaji tradisional berjumlah

sekitar 13 orang pengajar.

A: Bagaimana kondisi pola pemukiman desa Tepas Sepakat?

B: Penduduk Desa Tepas Sepakat berjumlah 1.849 jiwa yang terdiri dari

laki-laki 893 jiwa dan 956 jiwa perempuan. Jumlah tersebut terbagi ke

dalam 492 Kepala Keluarga (KK).

A: Bagaimana kondisi pendidikan desa Tepas Sepakat?

B: Desa Tepas Sepakat memiliki 9 sarana pendidikan yang terdiri dari 2

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 2 Taman Pendidikan Kanak-

Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar (SD) dan 3 Taman Pendidikan Alqur‟an

(TPA).

A: Bagaimana kondisi sosial desa Tepas Sepakat?

B: Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Tepas Sepakat sangat

berpegang teguh kepada tradisi gotong royong yang telah mendarah

daging atau yang diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang

mereka. Dalam berbagai acara maupun kegiatan yang sifatnya

individual maupun kolektif, seluruh masyarakat saling membantu.

Sebagai contoh ketika ada hajatan yang dalam bahasa Sumbawa dikenal

Page 130: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

117

dengan bakelewang, baik hanya hajatan kecil maupun berupa pesta

perkawinan, semua saling bantu-membantu dalam pelaksanaannya.

Ciri khas masyarakat Sumbawa pada umumnya yang sangat

mengedepankan budaya gotong royong, sehingga hal tersebut

mendapatkan perhatian dari pemerintah dan dijadikan sebagai salah satu

program unggulan dan disenangi di Kabupaten Sumbawa Barat sejak

terpilihnya Bupati dan Wakil Bupati terbaru periode 2015-2020 yang

menerapkan program PDPGR (Program Daerah Pemberdayaan Gotong

Royong).

A. Apa mata pencaharian desa Tepas Sepakat?

B: Mata pencaharian masyarakat Desa Tepas Sepakat ada sedikit

perubahan yang terjadi. Mata pencaharian masyarakat Desa Tepas

Sepakat yang tadinya mayoritas petani, kini berubah dengan banyaknya

bermunculan tambang-tambang inkonvensional yaitu penggalian secara

tradisional hasil bumi seperti timah secara individual atau kelompok.

Ada juga yang masih bertani, menjadi pedagang, wirausaha, karyawan,

maupun pegawai negeri. Perubahan tersebut diakibatkan pola pikir dan

perilaku mereka untuk menjadi lebih baik. Secara ekonomi masyarakat

Desa Tepas Sepakat berada pada tingkat menengah ke bawah. Tetapi

tidak ada indikasi bahwa masyarakat Desa Tepas Sepakat di bawah

garis kemiskinan. Dan tidak ada masyarakat Desa Tepas Sepakat yang

harus menjalani kehidupan seperti mengemis, gelandangan ataupun

menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK).

Page 131: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

118

HASIL WAWANCARA

Nama : Abu Bakar (Abu Dea Ande)

Alamat : Desa Tepas Sepakat

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 84 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Sesepuh Adat Desa Tepas

Deskripsi Data:

A. Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Dulu, ada ketujuh gadis cantik itu ingin dinikahi oleh seorang laki-laki

putra pribumi dengan syarat harus menanam padi di sawah Samper yang luasnya

kurang lebih 2 hektar. Di tengah menanam padi pemuda kampung samper ini

merasa tidak kuat melanjutkan syarat tersebut dan mencoba mengangkat

punggung. Akan tetapi, yang terjadi punggungnya patah lalu meninggal dunia di

tempat. Kemudian jazadnya dikuburkan di sawah Samper tersebut. Dengan kisah

seorang pemuda yang meninggal karena ingin menikahi ketujuh Dedara Pitu

akhirnya makam pemuda tersebut diberi nama Kubur Dedara Pitu. Seperti dalam

lawas Sumbawa:

Beringin leng makam pitu

Kajolo koat kabali

Nerima lampa pangeneng

Page 132: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

119

Pangeneng kaku ko Nene‟

Tendri gama adal subuh

Iya i ai kayu nonda den

Artinya:

Pohon beringin di Kubur Dedara Pitu

Yang awalnya jatuh kembali berdiri

Diterimalah semua hajat

Do‟a hamba kepada Tuhan

Mudah-mudahan jatuhlah embun pagi

Supaya dapat menyirami pohon tak berdaun.

B. Sekilas Tentang Upacara Pangantan

A. Bada‟

Bada‟ dilakukan pada waktu subuh hari sebagai awal kehidupan makhluk,

dimana calon mempelai wanita dibangunkan dari tidur kemudian kepadanya

disampaikan pesan bahwa akan dinikahkan dengan seorang lelaki yang dalam

bahasa Sumbawa “mulai ano sa na manta mu les tama bale apa na ku sebale para

kau ke si A anak si B” “(malai hari ini, jangan sampai kamu keluar masuk rumah

karena akan ku nikahkan kamu dengan si A anak si B)”. Calon mempelai wanita

biasanya menangis karena perasaan hatinya yang bercampur aduk antara bahagia

akan bersanding dengan kekasih pilihan hati dan rasa sedih akan berpisah dengan

keluarganya. Tangis ini biasanya ditingkahi dengan suara baguntung atau gonteng

rontong juga gong genang sebagai bentuk proklamasi kepada seluruh masyarakat

bahwa akan ada seorang gadis yang akan dinikahkan.

Page 133: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

120

B.Sorong Serah

Sorong Serah atau nyorong adalah serangkaian upacara adat

menghantarkan atau menyerahkan panyorong berupa barang-barang dari pihak

laki-laki kepada pihak mempelai perempuan. Panyorong adalah semua

kelengkapan baik barang, perhiasan, uang dan mahar adat yang telah disepakati

pada acara basaputis yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan tokal basai

(resepsi) dan untuk keperluan pasangan suami isteri dalam memulai hidup

berumah tangga.

Dalam perjalanan menuju kediaman calon pengantin perempuan,

rombongan pihak laki-laki dengan semangat dan suka cita belamar basoan

membawa barang dengan diiringi ratib rebana ode. Sebelum memasuki kediaman

calon pengantin perempuan, rombongan nyorong disambut dengan atraksi toto

rantok sebagai pemberitahuan kepada seluruh pihak keluarga tuan rumah bahwa

tamu yang ditunggu telah tiba.

Terdapat hal yang unik dalam prosesi sorong serah berlangsung

khususnya bagi calon mempelai laki-laki yang melintasi Kubur dedara Pitu yakni

mempelai laki-laki tidak boleh melewati bagian depan makam tersebut. Cara

untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah mempelai wanita, mempelai laki -

laki ini berjalan ke timur dan melewati pematang sawah ditemani oleh salah

seorang atau lebih dari keluarga laki-laki, boleh juga melalui bagian depan

dengan syarat di luar radius 500 meter. Dalam mitologi masyarakat Suku

Sumbawa atau Tau Samawa khususnya di desa Tepas Sepakat ketika melanggar

tradisi ini, maka paska perkawinan tidak akan memiliki keturunan.

Page 134: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

121

Untuk dapat memasuki kediaman calon pengantin perempuan, rombongan

nyorong harus melewati pintu masuk yang disebut lawang rare. Rombongan laki-

laki tidak diizinkan masuk tanpa melantunkan lawas sebagai kunci membuka

pintu. Di sini syair-syair Tau Samawa yang dikenal dengan sebutan lawas

dilantunkan oleh kedua belah pihak (rabalas lawas). Dibukakanlah lawang rare

dan dilanjutkan dengan serah terima secara simbolis panyorong berupa pipis

belanya (uang belanja), isi peti, isi lemari, dan perlengkapan kamar.

Page 135: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

122

HASIL WAWANCARA

Nama : Muhammad Sagir

Alamat : Desa Tepas

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 62 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Kepala SMPN 1 Brang Rea

Deskripsi Data:

A. Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Mitos Kubur Dedara Pitu memang sangat sakral di kalangan sesepuh adat

dan para orang tua dulu. Akan tetapi, berbeda dengan yang terjadi dalam keluarga

pribadi. Karena Kubur Dudara Pitu hanya saya anggap sebagai cerita rakyat masa

lampau dan tidak ada pengaruh dalam kehidupan seperti yang diyakini oleh para

sesepuh adat. Seperti contoh, waktu itu tahun 2015 saya akan menikahkan anak

perempuan saya dengan leleki asal pulau seberang (Lombok). Calon mempelai

laki-laki dan keluarga langsung saya arahkan ke rumah tanpa harus menghindari

Kubur Dedara Pitu. Sebulan paska pernikahan anak saya dianugrahkan keturunan.

Artinya bahwa saya selalu berprasangka baik sama Allah Swt, agar anak saya

diberikan keturuan tanpa terpengaruh dengan cerita Kubur Dedara Pitu tersebut.

Contoh tersebut baru dikalangan keluarga saya pribadi, beberapa bulan sebelum

Page 136: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

123

anak saya menikah ada juga beberapa orang tua yang tidak mempercayai mitos

tersebut, dan alhamdulillah mereka tetap diberikan keturunan.

HASIL WAWANCARA

Nama : Syamsuddin Aswin

Alamat : Desa Tepas

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 56 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Mantan Kepala Tepas

a. Sekilas Tentang Desa Tepas Sepakat

Desa Tepas Sepakat merupakan desa yang berada di Kecamatan Brang

Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lima tahun

belakangan, Desa Tepas Sepakat adalah satu-kesatuan dari Desa Tepas. Menurut

Syamsuddin Aswin kata “Tepas” diambil dari kata Tephos yang dalam bahasa

sansekerta berarti bambu. Sekitar abad ke-19 pohon bambu banyak ditanami di

pinggiran sungai dan dimanfaatkan oleh warga komunitas Sario (nama asli Desa

Tepas) salah satunya untuk melindungi rumah warga dari terjangan batang pohon

ketika banjir bandang tiba. Sehingga kata Tepas menjadi sebuah nama desa.

Sebelum pemekaran Desa Tepas terdiri dari lima dusun yakni Dusun

Tepas Bawah, Dusun Tepas Atas, Dusun Sepakat, Dusun Moteng A dan Dusun

Page 137: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

124

Moteng B. Kemudian pada tahun 2010 terjadi pemekaran menjadi tiga desa.

Dusun Tepas Bawah menjadi desa Sendiri, Dusun Tepas Atas dan Dusun Sepakat

Menjadi satu Desa yakni Desa Tepas Sepakat serta Dusun Moteng A dan Dusun

Moteng B menjadi satu Desa yakni Desa Moteng.

Terdapat beberapa alasan terjadinya pemekaran, yakni:

6. Mempermudah pelayanan kepada masyarakat.

7. Mempercepat pengurusan administrasi.

8. Menciptakan lapangan kerja baru.

9. Mempercepat perkembangan ekonomi.

10. Mengurangi pengangguran.

b. Sekilas Tentang Sejarah Kubur Dedara Pitu

Kala itu, banyak pemuda yang mendengar kabar sayembara tersebut, akan

tetapi tidak ada yang berani. Sebab, persyaratannya dianggap sulit. Terdengarlah

berita ini sampai ke telinga seorang laki-laki yang bernama Camboe. Persyaratan

itu dianggapnya sebagai tantangan sekaligus bisa mendapatan klaim sebagai

seorang pemuda yang tangguh dan bertanggung jawab. Maka dia berinisiatif dan

bergegas melaksanakan titah itu. Sayembera itu dihadiri oleh petinggi pemerintah

kampung Samper, tokoh adat, orang tua Dedara Pitu, Dedara Pitu dan warga

sekitar. Ternyata Camboe dapat melaksanakan dengan baik dan sukses. Para

penonton yang menyaksikan bertepuk tangan gemuruh. Kemudian Camboe

mengangkat punggung dan hendak menghampiri Dedara Pitu sebagai hadiah dan

sekaligus calon istrinya, sontak punggung Camboe keram dan patah lalu

meninggal.

Page 138: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

125

Page 139: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

126

HASIL WAWANCARA

Nama : H. Hasanuddin (Aceng)

Alamat : Sumbawa Besar

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Juru Kunci Kubur Dedara Pitu

Deskripsi Data:

Sekilas Tentang Sejarah Upacara Pangantan

Sejarah perkawinan adat Sumbawa atau yang biasa disebut pangantan

sama halnya dengan perkawinan pada umumnya bahwa ia ada setua umur

manusia, tentu dalam tata dan prosesi yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinan

dan hukum adat yang berlaku. Hanya saja yang dilihat dan disaksikan dewasa ini

merupakan rangkaian tradisi dan prosesi yang dilandasi nilai-nilai luhur budaya

Sumbawa dalam sebuah falsafah “adat berenti ko syara‟, syara‟ berenti ko

kitabullah” (adat berpegang ke syariat, syariat berpedoman ke kitabullah). Nilai-

nilai keislaman membingkai peristiwa besar perkawinan tersebut dari awal hingga

akhir prosesi dalam bentuk dan tahapan materil maupun nilai-nilai simbolik di

dalamnya.

Falsafah “adat berenti ko syara‟, syara‟ berenti ko kitabullah” mulai

menjadi landasan dan falsafah hidup Tau Samawa pada tanggal 1 Muharram 1058

Page 140: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

127

atau tanggal 30 November 1648 saat dilantiknya sultan pertama kesultanan

Sumbawa yang menjadi tonggak berdirinya kesultanan Sumbawa yakni Dewa

Mascinni yang merupakan sultan pertama kesultanan Sumbawa yang memerintah

sejak tahun 1648 hingga 1668 M. Lalu diganti oleh saudaranya Dewa Mas Gowa

yang memerintah tahun 1668-1674. Pada kepemimpinan kedua sultan tersebut

masih dipengaruhi paham-paham animisme, dinamisme serta kultur Hindu,

sehingga pada tahun 1674 kekuasaan Dewa Mas Gowa diambil alih oleh Dewa

Mas Bantan putra dari Dewa Mas Panghulu, saudari dari kedua sultan tersebut.

Pada masa sultan Dewa Mas Bantan barulah pemurnian dari seluruh ajaran dan

nilai-nilai Islam guna menjadi landasan dalam kehidupan dan adat-istiadat.

Dengan mengikuti perkembangan sejarahnya, adat istiadat yang hidup di

kalangan masyarakat Sumbawa merupakan campuran dari adat-istiadat Jawa dan

Makasar (Bugis). Pengaruh suku Jawa dilatarbelakangi oleh adanya kerajaan

Majapahit sekitar tahun 1331 M yang dibawa oleh dinasti Dewa Batara Sukin atau

Dewa Awan Kuning dan penguasaan Majapahit atas Taliwang, Seran dan Utan,

yang ditaklukkan oleh Patih Gaja Mada. Dari penaklukkan tersebut tentu

membawa adat-istiadatnya, maka peradaban Jawa melakukan penetrasi ke

Sumbawa Barat. pengaruh peradaban Jawa yang menurut sisa-sisa yang masih

bisa didapati misalnya adat “biso tian” yakni selamatan tujuh bulan kehamilan

istri, dikenal dalam adat Jawa dengan istilah “tingkep” atau “mitoni”.

Page 141: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

128

HASIL WAWANCARA

Nama : H. Fathullah

Alamat : Desa Tepas

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Juru Kunci Kubur Dedara Pitu

Deskripsi Data:

Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Menurut fathullah “dunu so ning peliuk Samper lo anu besingen Mesa

wujud atau Tau Loka Mesa roa i terue leng tau. Masi tu ode roa benar i ajar tu

sifat wujud qidam baqo (sifat 20). Hening sekali, maklum lo ka dua bale niso.

Bale Tau Loka Mesa ke bale Papen Maje‟. Bale so dunu masih yam bale sepuan

masih semi permanen. I pia ke dening jaro atap ke re. peliuk Samper Tau Loka

Mesa baing gawe. Kubur Dedara Pitu berangkang ke bale Tau Loka Mesa.

Sementara bale Papen Maje‟ ning tada barat kuber. Papen Maje‟ so papen kami.

Nah kuber so Papen Maje‟ baing jatu‟ na. dunu, nisan bejolo lo angkang anu

rawi. Loka‟ Papen Maje‟ karing i seterima lo Papen Oda, papen kandung saya. I

seterima lo anak nomor dua yakni Mariam, i serahkan lo ari na anu besingen

Haja Ija. Kemudian saket Haja Ija terus bilen tau. Ning pihak keluarga sate i

seterima lo Mangsur anak na Haja Ija so. Mangsur sa no roa, beling ke saya

“karena sia tau rango ba sia mo baing jatu‟ na”. karena amanat so, ya saya

terima mo. Sampai saat iyo, kuber sa masi jatu‟ ning saya (Haji Fathullah bin

Page 142: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

129

Haji Muhammad Nur atau yang lazim i terue saya ning tau Haji Hasim) anak

Mariam sebagai juru kunci kubur so”. Artinya (“Dulu, di lingkungan Samper

tinggal seseorang yang bernama Mesa Wujud atau yang lebih dikenal orang Tau

Loka Mesa. Ketika saya masih kecil, sering sekali kami (saya, saudara saudari

sekandung dan teman-teman) diajarkan tentang wujud, qidam baqo (sifat 20) oleh

nya. Ya suasananya hening, maklum karena hanya terdapat dua rumah. Rumah

Tau Loka Mesa dan rumah Papen Maje‟. Bentuk bangunannya semi permanen

seperti rumah jaman baheula yakni sebagian besar dari bambu beratap ilalalang

yang dirajut. Persawahan di lingkungan Samper Tau Loka‟ Mesa yang

mengelolah. Kubur Dedara Pitu berada di depan rumah Tau Loka‟ Mesa.

Sementara rumah Papen Maje‟ berada di bagian barat makam. Papen Maje‟ itu

saudara kandung nenek saya. Nah, makam itu Papen Maje‟ yang jaga. Dulu, batu

nisannya mering ke arah ano rawi. Usia Papen Maje‟ semakin menua, makam

tersebut lalu diserahkan ke Papen Oda, nenek saya. Selanjutnya, diserahkan ke

anaknya yang nomor dua yakni Maryam, diserahkan lagi ke adik nya yang

bernama Haja Ija. Kemudian Haja Ija sakit dan meninggal. Oleh pihak keluarga

diserahkan ke Mangsur anaknya Haja Ija. Mangsur menolak dan mengatakan

kepada saya “karena sia kan yang paling tua diantara kami maka dari itu biar sia

saja yang menjaga nya”. Karena itu adalah amanat, saya langsung terima. Sampai

saat ini, makam tersebut saya yang mengelola (Haji Fathullah bin Haji

Muhammad Nur atau yang dikenal oleh masyarakat Haji Fathullah) anak Maryam

sebagai juru kunci makam tersebut”).

Page 143: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

130

HASIL WAWANCARA

Nama : Jafar Idris

Alamat : Desa Tepas

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 67 Tahun

Agama : Islam

Jabatan :Tokoh Adat Tepas Sepakat

Deskripsi Data:

A. Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Sampai saat ini, mitologi kubur keramat masih sangat sensitif bagi

kalangan sesepuh adat. Mereka sangat meyakini bahwa kemandulan dari beberapa

sepasang suami istri adalah dampak dari yang pernah mereka langgar. Tahun

1960, Muhammad Nurung misalnya, lelaki asal Desa Seteluk Kecamatan Seteluk

berusia 22 tahun mempersunting Sarah yang saat itu berusia 17 tahun gadis asli

Desa Tepas. Keduanya menjalani kehidupan rumah tangga hampir tiga puluh

tahun lamanya sampai di tahun 1990an mereka berpisah. Tidak memiliki

keturunan menjadi alasan utama mereka bercerai. Tahun 1992 ada Jabir, lelaki

asal Sumbawa Besar, sebelah timur Pulau Sumbawa menikahi Aminah. Kasusnya

sama yakni ketika prosesi sorong serah berlangsung, Jabir tidak beralih jalan dan

tetap melewati jalan raya lintas utama desa. Mereka tidak memiliki keturunan dan

bercerai tahun 1998.

Page 144: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

131

Tahun 2005, Syarafuddin Syardi putra Aji Meka seorang staf di kantor

kecamatan Brang Rea mempersunting Yuliana anak dari Jawe Riya. Orang tua

dari Syarafuddin dan Yuliana tidak percaya dan mengganggap mitologi Kubur

Dedara Pitu hanyalah sebuah cerita atau dongeng belaka. Sehingga prosesi sorong

serah, barodak dan resepsi pernikahan dilakukan di halaman kantor kecamatan

Brang Rea tersebut yang secara geografis letak kubur Dedara Pitu tepat berada di

sebelah utara halaman kantor kecamatan yang jarak hanya beberpa meter dan

masih nampak jelas terlihat oleh pandangan mata. Sampai sekarang setelah

prosesi itu berlangsung mereka belum memiliki keturunan. Tahun 2011, Syamsul

asal Desa Rempe kecamatan Seteluk mempersunting Wati asal Desa Tepas. Pada

saat prosesi sorong serah kasus dan dampak nya pun sama yakni mereka tidak

memiliki anak.

B. Sekilas Tentang Upacara Pangantan

A. Rapat Keluarga

Rapat keluarga adalah salah satu prosesi dalam upacara pangantan.

Maksud dari rapat keluarga adalah berkumpulnya keluarga dan kerabat dekat

pihak keluarga calon pengantin laki-laki guna membahas segala keperluan prosesi

perkawinan. dulu, rapat keluarga belum ada dan belum menjadi bagian dari

prosesi perkawinan adat Sumbawa seperti konteks saat ini. Kalaupun ada paling

hanya keluarga dekat dalam lingkup kecil yang diajak berkontribusi memberikan

bantuan kepada keluarga yang hajatan. Memberikan informasi kepada keluarga

yang lain adalah ayah atau keluarga dari pihak laki-laki itu sendiri. Bisa juga

menyuruh “nde‟ pesila‟” orang yang dipercayai.

Page 145: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

132

Tahun 1993, ketika anak dari Bapak Endong dan Ibu Embang atau sepupu

dari Jafar Idris akan melakukan pernikahan, Jafar Idris memberikan pendapat

kepada Bapak Endong agar segala keperluan terkait dengan pernikahan tersebut

bisa terpenuhi agar dibuatkan undangan resmi kepada keluarga dan kerabat. Kala

itu, undangan pertama kali ditulis sendri secara manual di kertas dengan bolpoint.

Undangan tersebut diedarkan kepada keluarga, kerabat dan sahabat dalam ruang

lingkup yang cukup besar. Ketika rapat keluarga berlangsung, Jafar Idris

membicarakan isi atau maksud dari rapat keluarga tersebut, bahwa rapat keluarga

ini dengan maksud dan tujan setiap yang hadir pada waktu itu bisa

menyumbangkan satu ekor ayam atau dengan uang minimal sebesar Rp 3.000

(tiga ribu rupiah). Seiring berjalan waktu, konsep rapat keluarga semakin

berkembang. Konsep nya lebih formal, terdapat susunan kepanitiaan, susunan

acara, undangan yang dibuat pun lebih canggih yakni dengan alat teknologi. Dulu,

rapat keluarga yang diaadakan hanya dari pihak laki-laki tapi sekarang pihak

perempuan pun mengadakan acara rapat keluarga. Yang menyumbang saat ini

tidak hanya ayam atau uang melainkan ada yang menyumbang berbagai macam

sembako dan lain lain sebagainya.

B. Tokal Basai (Resepsi Pernikahan)

Resepsi perkawinan Tau Samawa ini memiliki ciri khas yang cukup berbeda

dengan tradisi perkawinan daerah-daerah lainnya. Perayaan resepsi ini waktu yang

ditentukan ada dua pilihan yakni di pagi hari pukul 08.00-11.00 WITA atau pada

waktu malam hari pukul 19.00-22.00 WITA tergantung arahan dari sandro atau

tokoh yang dihormati dan dituakan. Perbedaan kedua waktu itu yang paling

Page 146: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

133

kelihatan adalah di bagian konsumsi, malam hari disediakan kue-kue yang diisi

dalam kotak sedangkan apabila resepsinya diselenggarakan di pagi hari maka

pihak acara akan menyiapkan makan siang baik dalam bentuk prasmanan ataupun

nasi kotak ditambah dengan kue-kue yang sudah diwadahi dalam kotak yang akan

dibagikan satu per satu kepada para tamu undangan. Dalam penyediaan makanan

ringan dan makanan berat semua itu dibuat oleh tangan sendiri para kaum hawa

dengan sistem gotong royong yang disebut bakalewang.

Dalam pembuatan dekorasi di acara resepsi pernikahan ini, Tau Samawa

tak lepas dari sistem gotong royong. Surat undangan yang disebarkan misalkan

jumlahnya 500-1000 orang atau bahkan lebih maka kursi yang disiapkan juga

sesuai jumlah undangan yang tersebar. Untuk menyiapkan kursi sebanyak itu

maka kerabat dekat bekerja sama dengan aparat desa setempat. Biasanya

keperluan kursi sudah tersedia di masing-masing RT (Rukun Tetangga)dan tenda-

tenda di kantor desa tinggal masyarakat bahu-membahu membawa ke lapangan

sepak bola atau pekarangan yang lumayan luas tergantung tempat yang ditentukan

oleh pihak keluarga. Biasanya tempat yang paling banyak digunakan ialah

lapangan sepak bola.

Hadirin tamu undangan dan sanak keluarga secara bergiliran menyalami

dan memberikan do‟a restu kepada kedua mempela. Pada acara ini juga

dilaksanakan tradisi barupa/upa yaitu memberikan uang kepada kedua mempelai

oleh hadirin yang datang. Tradisi barupa telah dimaknai secara lebih luas, upa

yang diberikan tidak hanya dalam bentuk uang melainkan bisa berbentuk kado.

Page 147: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

134

Setelah prosesi perkawinan usai kedua mempelai kembali ke rumah

hajatan (rumah mempelai perempuan). Kerabat dekat kedua mempelai bahu-

membahu membenahi barang-barang yang telah digunakan sebagai dekorasi acara

perkawinan. Apabila resepsi perkawinan di pagi hari maka langsung dibereskan,

tapi jika acaranya di malam hari, maka akan dibereskan keesokan hari di waktu

pagi. Setelah semua alat peragaan dan barang-barang telah dikondisikan ke tempat

masing-masing maka masyarakat yang ikut membantu mendatangi rumah hajatan,

maka pihak keluarga akan menyiapkan berbagai menu makanan sebagai bentuk

terimakasih dan ucapan rasa syukur.

Page 148: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

135

HASIL WAWANCARA

Nama : Sarah

Alamat : Desa Tepas Sepakat

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 71 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Warga Desa Tepas Sepakat

Deskripsi Data:

c. Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Dunu, mentu Manurung datang ke ina bapak na tama bakatoan lo bale, lo

beberapa pantangan bapak ku i sampaikan lo nya bahwa lamen datang sorong

serah na sampai i lantar langan rea angkang kubur so. Ngeneng tulung lako

Manurung na calon rane ku ngaro mutar man dalam lang sen, apa maklum bagi

keluarga kami sa sangat kami menghormati petuah balo tolo man dunu jangka

iyo. Tetapi pas sorong serah malah tetap i langan na. beling keluarga pernya

waktu so not tu sadu anu sorua. Keman kami resmi ten enam puluan nikah jangka

kami cerai ya bero nonya anak kami. Padahal aku tetap ku haid. Entah rane ku

anu nongka subur atau karena mitos kubur so atau memang Nene‟ Kuasa belum i

ube kami. Sering ti tu konsul lo menteri ning desa kami tapi beling menteri belum

waktu na bae so luk setiap kami konsul. Lalo lo bale sandro, tu cerita masalah

kami, malah sandro i suru tu lalo pani lo kubur Dedara Pitu sen. Manurung tetap

Page 149: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

136

no roa tu ajak alo mani loken. Akhir na kami pasrah bae mo lo Nene‟ Kuasa.

(Dulu, ketika Manurung datang melamar ke rumah bersama dengan orang tua nya,

ada pantangan yang disampaikan oleh orang tua saya kepada dia bahwa jangan

sampai ketika prosesi sorong serah berlangsung calon pengantin laki-laki

melewati depan kuburan itu. Harapan kepada Manurung selaku calon suami saya

harus melewati jalanan setapak persawahan. Karena maklum, bagi kalangan

keluarga kami sangat menghormati petuah yang diceritakan oleh nenek moyang

kami sampai saat ini. Akan tetapi yang terjadi, Manurung waktu sorong serah

malah tetap malanggar pantangan itu. Keluarga mereka memang tidak percaya hal

tersebut. Semenjak kami resmi menikah tahun enam puluhan hingga kami

bercerai ya begitu, tidak memiliki anak. Padahal saya tetap haid. Entah suami saya

yang tidak subur atau karena mitos kuburan itu atau mungkin juga Allah Yang

Kuasa belum memberikan. Sering kami konsul ke dokter yang ada di desa tapi

kata dokter mungkin belum waktunya. Begitu terus jawaban setiap kami konsul.

Pergi ke rumah “sandro” (dukun), kami menceritakan keluhan kami, malah dia

menyuruh kami pergi memandikan diri di Kubur Dedara Pitu itu. Manurung tetap

tidak ingin pergi ke kubur itu. Akhirnya kami pasrah kepada Tuhan yang Maha

Kuasa.)”

Page 150: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

137

HASIL WAWANCARA

Nama : Rahmad

Alamat : Desa Tepas Sepakat

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 29 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Pemuda Desa Tepas Sepakat

Deskripsi Data:

d. Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Dulu, ada keluarga yang memiliki anak putri semua, berjumlah tujuh

orang. Ingin meminang salah seorang dari tujuh putri tersebut yang dia cintai, tapi

oleh orang tua putri tersebut diberikan syarat yakni menanam padi yang luasnya

hampir dua hektar dengan tidak mengangkat punggung sekalipun, harus

menunduk sampai selesai. Imbasnya pemuda ini meninggal di tengah melakukan

syarat tersebut. Jenazahnya di kuburkan di area tidak jauh dari tempat pemuda itu

meninggal. Kemudian mitosnya apabila ada calon mempelai laki-laki melakukan

seserahan maka dia tidak boleh melewati area kuburan itu. Karena kalau tetap

melanggar nantinya dia akan tidak mendapatkan keturunan. Nantinya kalau dia

merasa bersalah dia akan mendatangi kuburan itu lalu meminta maaf melaui juru

kunci dan sesepuh adat desa.

Page 151: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

138

HASIL WAWANCARA

Nama : Deri Kusnadi

Alamat : Desa Tepas Sepakat

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 17 Tahun

Agama : Islam

Jabatan : Remaja Desa Tepas Sepakat

Deskripsi Data:

e. Sekilas Tentang Mitologi Kubur Dedara Pitu

Dulu, ada keluarga yang kaya raya yang memiliki anak putri semua,

berjumlah tujuh orang. Ingin meminang salah seorang dari tujuh putri tersebut

yang dia cintai, tapi oleh orang tua putri tersebut diberikan syarat yakni menanam

padi yang luasnya hampir dua hektar dengan tidak mengangkat punggung

sekalipun, harus menunduk sampai selesai. Imbasnya pemuda ini meninggal di

tengah melakukan syarat tersebut. Jenazahnya di kuburkan di area tidak jauh dari

tempat pemuda itu meninggal. Kemudian mitosnya apabila ada calon mempelai

laki-laki melakukan seserahan maka dia tidak boleh melewati area kuburan itu.

Karena kalau tetap melanggar nantinya dia akan mandul.

Page 152: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

139

Gambar 1: Pani Pangantan

Gambar 2: Putar Lilin Tau Odak

Gambar 3: Gong Genang

Gambar 4: Ijab Kabul

Gambar 5: Pintu Masuk Sorong

Serah

Gambar 6: Rabana Ode

Page 153: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

140

Gambar 7: Mangan Ngenta‟ bale

pangantan

Gambar 8: Bagian Depan Kubur

Dedara Pitu

Gambar 9: Bagian Dalam Kubur

Dedara Pitu

Gambar 10: Lukisan Kisah Dedara

Pitu di Tembok Depan Kantor

Kecamatan Brang Rea

Gambar 11: Rabalas Lawas

Gambar 12: Odak

Page 154: UPACARA PANGANTAN (PERKAWINAN ADAT SUMBAWA) DI …

141

Gambar 13: Saling Siap

Gambar 14: Rapancar

Gambar 15: Barodak

Gambar 16: Basai (Resepsi)