up for grabs - telapak.org · yang umum digunakan untuk menyebut kelapa sawit dan tanaman...

28
up for grabs Deforestasi dan Eksploitasi dalam Meledaknya Pembangunan Perkebunan di Papua

Upload: hadieu

Post on 23-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

up for grabsDeforestasi dan Eksploitasi

dalam Meledaknya Pembangunan Perkebunan di Papua

ucapaN TErIMa kasIHtelapak/Eia menyampaikan terima kasih kepadayayasan rufford Maurice laing dan yayasan bodyshop atas dukungan yang diberikan. telapak dan Eiajuga ingin menyampaikan terima kasih kepadakelompok-kelompok komunitas, lsM dan perorangandi Papua yang yang turut memberikan sumbangsih-nya dalam penyusunan laporan ini.this report was written and edited by theEnvironmental investigation agency and telapak.

laporan ini ditulis dan disunting oleh telapak danEnvironmental investigation agency.

Desain laporan oleh: www.designsolutions.me.uk

Printed on recycled paper

november 2009

isbn: 0-9540768-8-5

PEnDaHuluan

PaPua – Hutan yanG tErakHir

MElEDaknya PEMbanGunan PErkEbunan Di PaPua

Hutan untuk rakyat

rEkoMEnDasi

rujukan

1

2

10

22

24

25

DafTar IsI

ENvIroNMENTaL INvEsTIgaTIoN agENcy (EIa)

62/63 upper street, london n1 0ny, uktel: +44 (0) 20 7354 7960 Fax: +44 (0) 20 7354 7961email: [email protected]

www.eia-international.org

saMpuL DEpaN:kelapa sawit Menggantikan Hutan di Modan,sorong, Papua barat, april 2009.Perkebunan kelapa sawit ini tidak memilikiizin-izin yang terkait.

© Eia/telapak

TELapak

jalan Pajajaran no. 54, bogor, indonesiatel: +62 251 393 245 /715 9909 Fax: +62 251 393 246 email: [email protected]

www.telapak.org

TErMINoLogI

Dalam laporan ini istilah Papua mengacu pada bagianwilayah Indonesia dari pulau New Guinea. Istilah PropinsiPapua dan Propinsi Papua Barat mengacu pada keduapropinsi yang membentuk Papua. Istilah distrik mengacupada pemerintahan setempat atau kabupaten, yaitu unitpemerintahan lokal yang membentuk sebuah propinsi.

Istilah yang terkait dengan luas area: 1 Hektar (ha) = 2.47 Acres / 10,000 m2 / 0.01Km2 /0.0038 Mil Persegi. Sebagai gambaran, areal dengan luas30.000 hektar itu setara dengan luas Malta, 300.000hektar kira-kira hampir tiga kali luas Hong Kong dan 1juta hektar kira-kira sama dengan luas Cyprus.

Jayapura

Merauke

Mimika

Manokwari

Jakarta

sorong

i n D o n E s i a

M a l a y s i a

brunEi

kaliMantansuMatra

java

Hutan-hutan Papua yang unik saat ini dikepungoleh perkebunan-perkebunan yang makin lamamakin luas. Lebih dari lima juta hektar lahantelah ditargetkan untuk dikonversi menjadikebun kelapa sawit, dimana perkiraanpermintaan bahan bakar nabati (biofuels)sedunia menjadi salah satu sebab yangmendorong terjadinya perubahan fungsi lahanini.

Yang menjadi taruhan di sini adalah nasib darihutan-hutan alam tropis yang terakhir dikawasan Asia – Pasifik. Hutan-hutan Papuaadalah rumah bagi suatu keragaman hayatiyang amat mengagumkan dan juga merupakansumber mata-pencaharian bagi masyarakat disekitarnya dan merupakan sarana penyimpankarbon yang penting.

Pemerintah Indonesia menyatakan bahwaperkembangan perkebunan di Papua dilakukansebagai upaya untuk membangun Papua dansebagai sebuah cara untuk mengurangi dampakperubahan iklim dengan meningkatkanpenggunaan bahan bakar nabati (biofuels).Tetapi apabila diteliti secara mendalam,pernyataan-pernyataan ini tidaklah sepenuhnyabenar.

Fakta yang diperoleh dari penelitian dilapangan yang dilakukan oleh Telapak danEnvironmental Investigation Agency (EIA),menunjukkan bahwa penduduk asli Papua yangtidak siap berulang kali dibujuk, ditipu ataubahkan ditekan untuk menyerahkan hakulayat mereka atas sejumlah besar lahan hutankepada para konglomerat yang berkuasa yangdidukung oleh investor asing dan difasilitasioleh Pemerintah Pusat dan Propinsi.

Pengelolaan sektor perkebunan di Papua kacaubalau. Pengaturan kerjasama antar instansidari berbagai tingkatan dan instansipemerintah tidak jelas, hal ini juga diperparahdengan tidak adanya transparansi, sehinggaterciptalah daerah abu-abu yang dapatdimanfaatkan oleh para pemilik perkebunan.Saat ini hampir tidak mungkin mendapatkandata yang dapat dipercaya dari pemerintahmengenai izin-izin yang telah diberikan kepadaperusahaan yang mana. Di beberapa daerahditemui perusahaan perkebunan yang sudahberoperasi meskipun izin yang diperlukanbelum selesai diurus.

Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwaperundingan antara pemilik hak ulayat danperusahaan perkebunan tidaklah berlangsungsebagaimana layaknya yaitu di antara duapihak yang setara dan seringkali bersifateksploitatif. Janji-janji akan manfaat yang akandiberikan seperti membangun sekolah,penyediaan listrik dan membangun perumahanjarang ditepati. Ganti rugi yang diberikan untuklahan dan kayu sering tidak memadai. Anak-anak, bahkan yang baru berumur sekitar empattahun diharuskan menandatangani kontrak,sehingga perusahaan dapat menguasai lahansampai puluhan tahun. Hanya parakonglomerat yang kuat dan investor asing, danbukan rakyat Papua yang akan meraihkeuntungan dari perluasan perkebunan secarabesar-besaran ini.

Pendapat bahwa rencana pertambahanproduksi kelapa sawit untuk bahan bakarnabati (biofuels) akan dapat membantumengatasi dampak perubahan iklim sangatmenyesatkan. Pembalakan hutan-hutan diPapua dalam skala besar seperti yangdirencanakan justru akan menimbulkan emisigas rumah kaca yang jauh lebih besar darimanfaat yang akan didapat dari penggunaanbahan bakar nabati (biofuels).

Pemerintah Indonesia boleh dipuji karenamengambil tindakan-tindakan yang tegas dalamusahanya mengatasi pembalakan liar dalambeberapa tahun terakhir. Pembalakan liar yangmeraja-lela di Papua sempat tertahan olehoperasi penertiban yang dilakukan olehPemerintah pada tahun 2005. Penertibansemacam ini belum pernah dilakukansebelumnya. Akan tetapi kebijakan Pemerintahterkait dengan perkebunan justru merupakanancaman yang lebih besar bagi hutan-hutanPapua dibandingkan Pembalakan liar.

Pengkajian terkait sektor perkebunan di Papuasangat diperlukan, dan pembentukan kebijakanyang dapat melindungi kebutuhan komunitaslokal dan melindungi hutan-hutan yang masihtersisa dan bukannya kebijakan penguasaanlahan hutan yang merusak.

EIA/TelapakNovember 2009

1

© E

ia/t

elap

ak, a

pril

2009

pENDaHuLuaNaTas:Hutan yang direncanakan akan

dikonversi untuk perkebunan

kelapa sawit oleh Pt. Matoa

rimba lestari di kabupaten

urunum Guay, Propinsi Papua,

september 2009.

2

Hutan-hutan Papua yang unik merupakanbagian terakhir dari jalur hutan-hutan tropisyang masih utuh diseluruh kawasanAsia–Pasifik dan merupakan hutan alamtropis terbesar ketiga di dunia setelahhutan-hutan Amazon dan hutan-hutanLembah Sungai Congo. Oleh karena ituhutan-hutan Papua secara global dianggapsebagai sesuatu yang penting.

Di masa lalu hutan-hutan Indonesiaterangkai dari ujung pulau Sumatra disebelah barat sampai Papua di timur. Tetapideforestasi yang tak terkendali dalam duadasawarsa terakhir telah menghancurkanhutan-hutan ini melalui pembalakan liardalam skala yang besar, Penebangan yangtelah disahkan oleh instansi terkait, tetapitidak mengindahkan prinsip kelestarian(kesinambungan) dan perluasan yang cepatdari perkebunan kelapa sawit dan hutantanaman industri. Nasib yang menimpahutan-hutan Indonesia telah dijuluki sebagaikejahatan lingkungan dalam skala raksasa.Telapak/EIA telah mendokumentasikanbagaimana hutan Sumatra dan Kalimantanyang tadinya begitu luas telah dirampas olehpenebangan-penebangan yang rakus danpara pemilik perkebunan yang didukung olehpejabat-pejabat polisi, militer dan pejabatpermerintah yang korup, dan eksploitasipada saat ini telah bergeser ke PropinsiPapua dan Papua Barat.

Hutan Papua merupakan kediaman keaneka-ragaman hayati yang unik, kira-kira 60%dari yang dapat ditemui di daerah manapundi Indonesia.1 Belum lama ini, beberapapakar telah menyebut hutan-hutan inisebagai “taman firdaus”, setelah beberapatim peneliti internasional menemukansejumlah spesies baru yang belum dikenaloleh ilmu (sains) dan dunia.Hutan-hutan ini juga merupakan rumah bagilebih dari 250 suku yang berbeda, danmereka adalah orang-orang yang memilikikeragaman dalam hal budaya dan bahasa,seperti halnya suku dan bangsa lainnya didunia. Komunitas masyarakat ini telahmengelola hutan-hutan ini dari generasi ke

generasi secara turun temurun, terutamakarena hidup-mati mereka terkait denganhutan dan Sumber Daya Hutan. Hutan-hutanPapua juga mengandung jutaan ton karbon.Walaupun demikian, keunikan hutan Papuamakin lama makin terancam oleh kebijakanpemerintah Indonesia yang bermaksudmengkonversi jutaan hektar hutan menjadiperkebunan monokultur yang mendorongterjadinya perampasan lahan secara besar-besaran oleh beberapa konglomerat yangdidukung oleh investor asing yang tidak jelasasal usulnya.

HuTaN DaN pErubaHaN IkLIM

Ketika perhatian dunia semakin terpusatpada ancaman yang disebabkan olehperubahan iklim, maka semakin tampaklahbetapa pentingnya upaya untuk melindungihutan-hutan dunia. Hutan-hutan menangkapdan menyimpan karbon dalam jumlah yangsangat besar dari atmosfir, sementara emisikarbon yang diakibatkan oleh penggundulandan perubahan fungsi hutan pada saat inimenghasilkan 20 persen dari emisi karbonglobal. Pada tahun 2000, deforestasidiseluruh dunia menghasilkan emisi karbondioksida (CO2) sebesar delapan milyar ton.2

Saat ini para ahli sepakat bahwa segalaupaya untuk membatasi kenaikan suhu yangberbahaya tidak akan berhasil apabiladeforestasi terus berlangsung dalam tingkatseperti sekarang ini.

Indonesia adalah contoh utama daridinamika ini. Tingkat deforestasi diIndonesia adalah salah satu yang terburuk didunia, rata-rata dua juta hektar per tahunpada paruh awal dasawarsa ini, negeri inimempunyai tingkat emisi CO2 terbesarketiga di dunia setelah Cina dan AmerikaSerikat. Hampir 75 persen dari emisi inidiakibatkan oleh deforestasi. Pada tahun2007, hilangnya hutan dan perubahan fungsihutan di Indonesia menyebabkan emisi CO2sebesar 2,56 milyar ton – hampir 32 persendari emisi global berasal dari sumber-sumberini.3

abovE:Forest slated for conversion to oil

palm for Pt. Matoa rimba lestari’s

plantation in urunum Guay District,

Papua Province, september 2009.

© E

ia/t

elap

ak papua – HuTaN TErakHIr

3

Penelitian-penelitian terakhir menunjukkanbahwa Indonesia amat rentan pada dampakyang mungkin timbul dari perubahan iklim.Bank Pembangunan Asia (AsianDevelopment Bank) memperkirakan bahwanegara-negara Asia Tenggara sepertiIndonesia akan menderita dampak yang lebihburuk dari perubahan iklim dibandingkandengan daerah-daerah lainnya di dunia, lebihlanjut ADB juga memperkirakan bahwatindakan yang tidak diambil oleh Indonesiadapat mengakibatkan biaya yang harusditanggung mencapai 6,7 persen dari PDBpada tahun 2100, dibanding biaya yangditanggung negara-negara lain yaitu sekitar2,6 peren dari PDB mereka.4 Dalam ruanglingkup negara-negara Asia Tenggara, PulauJawa di Indonesia, termasuk yang palingrentan terhadap dampak perubahan iklim,seperti longsor, banjir dan bencanakekeringan, dan ibukota negara di Jakartajuga rentan terhadap risiko-risiko ini.5

koNTraDIksI baHaN bakar NabaTI

Bukannya mengeluarkan kebijakan untukmengurangi deforestasi dan melayanikebutuhan masyarakat setempat denganlebih baik, pemerintah Indonesia malahmendorong terbentuknya perkebunanberskala industri yang hampir dapatdipastikan hanya akan menciptakan emisiyang lebih besar. Secara garis besar dapatdikatakan bahwa kebijakan ini didorong olehadanya perkiraan bahwa permintaan bahanbakar nabati (biofuels) akan meningkat, hal

ini memang sering didengungkan olehkomunitas internasional sebagai dasar darisebuah energi “hijau” yang terbarukan.Indonesia ingin turut meneguk keuntungandari permintaan yang baru ini, dan parainvestor berbondong-bondong untukmendapatkan kapling lahan untukmemproduksi “emas-hijau” yaitu sebutanyang umum digunakan untuk menyebutkelapa sawit dan tanaman sejenisnya. Padakenyataannya, target yang ditetapkan olehIndonesia yang menyebutkan bahwa limapersen dari konsumsi bahan bahan bakardomestik pada 2025, akan memerlukansekitar 1,4 juta hektar lahan baru untukperkebunan kelapa sawit.6 Untuk dapatmenghasilkan jumlah yang signifikan untukmemenuhi perkiraan permintaan global akankelapa sawit dan sumber daya bahan bakarnabati (biofuels) lainnya, seperti yangdirencanakan oleh Indonesia, akanmeningkatkan luas areal hutan yang akandialih-fungsikan sebagai perkebunan.

Sebuah laporan yang dibuat oleh UnitedNations Environment Programme (UNEP)pada bulan Oktober 2009 menyebutkan : “95persen dari peningkatan produksi minyakkelapa sawit di Indonesia dan Malaysiadidorong oleh meningkatnya permintaanakan biodiesel”, dan dua pertiga daripeningkatan budi daya kelapa sawit diIndonesia diperoleh dari alih fungsi hutantropis”. UNEP menyimpulkan sebagai berikut: “Apabila kecenderungan ini terus berlanjutmaka pada tahun 2030 jumlah areal hutantropis di Indonesia akan berkurang sampai

abovE aND LEfT:burning forests for oil palm

plantations, as in samarinda,

East kalimantan (pictured), has

resulted in indonesia becoming

the third largest source of

carbon emissions, with 75%

stemming from deforestation.

Demand for biofuels is

hastening such deforestation

in Papua.

© E

ia/t

elap

ak

© E

ia/t

elap

ak

4

29% dibanding areal pada tahun 2005 danhanya mencakup 49% dari jumlah arealhutan tropis yang tercatat pada tahun1990”.7

Dewan Perubahan Iklim Nasional Indonesiamengakui bahwa emisi karbon negeri iniakan meningkat dua persen per tahun,sehingga mencapai 3,6 gigaton pada tahun2030, dan badan ini telah merekomendasikanuntuk menghentikan deforestasi untukmenghindari peningkatan ini.8 Walaupundemikian, pemerintah Indonesia masihbersikukuh bahwa peningkatan produksibahan bakar nabati (biofuels) tidak berartideforestasi. Dalam sebuah pertemuan umumdi Jakarta pada tahun 2007 untukmendiskusikan temuan Stern Review on theEconomics of Climate Change, SekretarisJenderal Departemen Kehutanan menyatakan: “Terkait dengan masalah bahan bakarnabati (biofuels), pemerintah akanmenggunakan lahan yang sudah dikonversiatau lahan kosong. Pemerintah tidak akanmenggunakan hutan alam”. MenteriLingkungan Hidup Rachmat Witoelar jugasependapat. Beliau menyatakan bahwa“Indonesia tidak akan mengorbankan satupohonpun demi mengembangkan perkebunanbahan bakar nabati”. Sayangnya pernyataan-pernyataan ini tidak sesuai dengankenyataan di lapangan seperti yang dapatdisaksikan di Papua.

poLITIk DaN kEHuTaNaNDI papua

Pada tahun 2001 Pemerintah Indonesiamenetapkan status otonomi khusus untukPapua, hal ini dilakukan sebagai alternatifdari tuntutan kemerdekaan yang berlarut-larut yang telah menyebabkan perpecahanantara kedua pihak selama beberapadasawarsa. Tetapi meskipun kebijakan yangprogresif ini telah diberlakukan, laporan-laporan mengenai konflik terus terdengartermasuk peningkatan militerisasi danlarangan bagi wartawan asing untuk meliputberita-berita terkait dengan Papua.

Sesuai dengan semangat yang termaktubdalam otonomi khusus, Pemerintah Propinsidapat secara tegas melindungi hak-hak darimasyarakat asli Papua untuk memiliki danmengelola lahan mereka. Tetapi hal inimasih belum terlaksana. Peraturan yangpenting – Perdasi dan Perdasus – yangdibutuhkan untuk menterjemahkan semangatotonomi khusus menjadi sebuah perubahanyang nyatal dalam kehidupan masyarakatPapua masih belum dilaksanakan secaraefektif, meskipun delapan tahun telah berlalusejak diundangkannya undang-undangotonomi. Dalam kekosongan ini, terlihatbahwa Sumber-sumber Daya Alam Papuamasih dikuasai oleh pihak-pihak luar.

Beragam badan dan instansi pada tingkatDaerah, Propinsi dan Nasional yangsekarang saling tumpang tindih dalammengatur hutan dan sumber-sumber dayaalam Papua, termasuk pengembanganperkebunannya. Buruknya komunikasi antarinstansi-instansi ini, ditambah denganbirokrat yang tidak berpengalamandankorupsi maka hasilnya adalah kerangkakerja yang mengatur sektor perkebunan diPapua menjadi rusuh, kacau balau dan tidaktransparan.

Tidak adanya peraturan yang jelas yangmengatur penggunaan lahan dan hutan telahmenimbulkan semacam lubang hitam dalambidang hukum yang dapat dieksploitasi olehpara investor dan pihak-pihak yang memiliki

DaMpak IkLIM DarI MINyak kELapa sawIT

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mengubah fungsi hutan menjadi perkebunan kela-pa sawit untuk memproduksi bahan bakar nabati akan memperburuk dampak dari peruba-han iklim. Sebuah penelitian awal di Sumatra dan Kalimantan mempelajari dampak daripembukaan hutan, budi-daya kelapa sawit dan proses pengolahannya, dibandingkan denganpotensi manfaat iklim dari bahan bakar nabati yang dihasilkan. Minyak kelapa sawit dapatmenyimpan kurang dari 40 ton biomas sepanjang umurnya yang mencapai 25 tahun, hutanyang ditebang dapat menyimpan sekitar 70-200 ton karbon per Hektar. Hutan yang tidakdisentuh dapat menyimpan lebih banyak lagi, pada keadaan tertentu dapat mencapai lebihdari 400 ton per Hektar.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pembukaan hutan bekas tebangan untuk dialihkan seba-gai perkebunan kelapa sawit akan menghasilkan lebih banyak karbon – emisi gas rumahkaca yang dihasilkan akan lebih banyak dibanding yang dihindarkan. Rekomendasinyaadalah membatasi alih fungsi hutan untuk perkebunan kelapa sawit, yaitu hanya padalahan-lahan yang menyimpan kurang dari 40 ton karbon per hektar; contohnya lahan yangditumbuhi semak belukar atau padang rumput.9

bELow:People’s representative Council,

jayapura, Papua Province.

unclear regulations on land use

and forestry under special autonomy

have produced a legal black hole

easily exploited by investors and

political interests.

© E

ia/t

elap

ak

5

kepentingan politik di Papua. Untukmenanggapi hal ini, pada bulan Juni 2008koalisi utama LSM di Papua, Foker LSMPapua, bersama dengan Telapak/EIAmenyerukan penghentian semuaperijinan/kontrak baru di bidang kehutanandan perkebunan sampai Perdasi danPerdasus tentang kehutanan, kepemilikanlahan dan sumber daya alam dilaksanakansehingga dapat melindungi hak dankepentingan masyarakat asli Papua.10

Walaupun demikian perijinan, kontrak danperampasan lahan terus berlanjut.

pEMbaLakaN LIar DI papua

Indonesia mempunyai rekam jejak yangburuk terkait dengan pengelolaan hutan danpembalakan liar yang tak terkendali.11

Dengan musnahnya hutan-hutan di Sumatradan Kalimantan sebagai akibat produksiyang melebihi jatah tebang (over production),pembalakan liar dan korupsi, maka parakonglomerat usaha perkayuan yang kadangtak tersentuh oleh hukum ini, mulaimengalihkan perhatian mereka ke Papua.

Antara tahun 2000 dan 2005 kegiatanpembalakan liar dan penyelundupan kayugelondongan, khususnya kayu merbau diPapua telah mengakibatkan mengalirnyasecara bebas tanpa hambatan sekitar300.000 meter kubik kayu ke Cina sebagaibahan baku untuk industri flooring. Iniadalah sebuah operasi ilegal dengan omzetsekitar satu milyar dolar setahun yangdikoordinasikan oleh sindikat kriminalinternasional yang difasilitasi oleh pejabatdan aparat keamanan pada tingkat tinggiyang korup. Di Indonesia ketersediaan kayumerbau pada skala komersial hanya dapatditemui di Papua. Orang Papua dirampoksecara terang-terangan, mereka hanyamenerima US$ 10 untuk kayu gelondonganyang di Cina dijual ke pabrik dengan hargaUS$ 250 dan setelah diolah dijual sebagaipenutup lantai (flooring) dengan harga US$2.288 di negara-negara Uni Eropa. Pejabatmiliter yang korup menerima sekitar US$ 50per meter kubik untuk memastikan agar

pengiriman kayu gelondongan yang ilegal initidak dihalangi.12

Harus diakui bahwa Pemerintah Indonesia dibawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyonotelah melancarkan operasi pemberantasanpembalakan liar yang efektif pada tahun2005, tetapi tidak ada satupun pemainutamanya yang berhasil dihukum. Alih-alihmengejar para kriminal, pemerintah malahmencabut hampir semua ijin pengelolaankayu masyarakat. Sebuah penelitianmengenai sektor kehutanan di Papuamengungkapkan bahwa masyarakat lokal diPapua menerima kurang dari lima persendari nilai keseluruhan industri perkayuan diPapua yang mencapai US$ 400 juta.13

Sejak tahun 2005 pemerintah Propinsi Papuatelah berusaha mendorong terlaksananyasejumlah langkah yang dirancang untukmengalirkan manfaat dari hutan-hutan Papuakepada masyarakat Papua, termasukdiantaranya larangan untuk mengirimkankayu gelondongan keluar dari Papua untukmendorong pertumbuhan industri pengolahankayu di Papua. Gubernur Papua berjanjibahwa beliau akan “mengembalikan hutankepada masyarakat” sesuai dengan undang-undang otonomi khusus yang terkait dengankehutanan dan hak kepemilikan lahan.

Walaupun demikian kebijakan PemerintahPusat masih tetap mendorong penebangankayu Merbau secara besar-besaran yanghanya memberikan sedikit manfaat bagimasyarakat lokal Papua. Pada tahun 2008,menyusulaporan Telapak/EIA mengenaiberlanjutnya penyelundupan kayu Merbauoleh pedagang Merbau, Menteri Perdaganganmemberikan dispensasi khusus pada parapenyelundup tersebut untuk menghindariperaturan ekspor untuk Merbau yangakhirnya melemahkan hukum mengenaiekspor Merbau, tetapi tidak untuk jenis kayuyang lain.14 Pada tahun 2008, 15 persen darikeseluruhan hasil kayu gelondonganIndonesia yang tercatat adalah kayu Merbau.Sepanjang tahun 2007 dan 2008, 31,4 persendari total ekspor produk kayu Indonesiaadalah kayu Merbau.15

bELow:illegal merbau logs seized in 2005

are guarded by kostrad special

Forces border troops prior to

shipment from Haltekamp, jayapura,

Papua Province, in june 2007.

© E

ia/t

elap

ak

DoroNgaN uNTuk MELakukaNEkspaNsI pErkEbuNaN

Peningkatan harga minyak bumi secarasecara tajam sejak 2005 mempengaruhiperekonomian Indonesia dalam dua hal. Disatu sisi, Presiden Yudhoyono terpaksamengambil keputusan pahit yaitumengurangi subsidi bahan bakar minyak(BBM) untuk keperluan domestik, sementarapada saat yang bersamaan harga minyakkelapa sawit mentah (CPO) meroket. Sebagaiakibatnya pada tahun 2006 dan 2007 ketikaIndonesia sedang mempersiapkan diri untukmenjadi tuan rumah konferensi KonvensiKerangka Kerja Sama PBB MengenaiPerubahan Iklim (United Nations FrameworkConvention on Climate Change,UNFCCC) diBali, pemerintah menggelontorkan sebuahprogram jangka panjang yang ambisius, yaituekspansi perkebunan yang fokus utamanyaadalah pada perluasan perkebunan kelapasawit, dan komponen utama dalam rencanaini adalah mengembangkan bahan bakarnabati (biofuels). Rencana ini mentargetkanperluasan perkebunan kelapa sawit darienam juta menjadi dua puluh juta hektar.

Pada awal 2007 berbagai kebijakandikeluarkan untuk mempercepatpelaksanaan rencana ini, antara lainKeputusan Presiden 5/2006 tentangKebijakan Energi Nasional dan InstruksiPresiden 1/2006 tentang pasokan danpenggunaan bahan bakar nabati. Keduaputusan ini menetapkan target yangambisius terkait dengan peningkatankebutuhan konsumsi bahan bakar nabatidomestik. Pemerintah juga memberlakukansebuah undang-undang baru yang cukuppenting yang dirancang untuk menarik lebihbanyak lagi investor asing danmenginstruksikan Pemerintah Propinsiuntuk mempermudah perizinan terkaitdengan penggunaan lahan untukperkebunan.16 Pada tahun yang sama,Indonesia akhirnya berhasil mencapai targetyang ditetapkannnya sendiri yaitu melampuiMalaysia sebagai penghasil minyak kelapasawit terbesar di dunia.

Untuk mengakomodasi rencanapengembangan perkebunannya yangambisius ini, Pemerintah Indonesia secarakhusus memusatkan perhatiannya ke Papua,dengan cara memberlakukan berbagaiundang-undang dan meluncurkan proyek-proyek besar untuk menarik minat parainvestor di bidang perkebunan. PeraturanFebruari 2007 tentang proses perizinanperkebunan secara dramatis meningkatkanluas areal lahan yang boleh dieksploitasioleh sebuah perusahaan perkebunan dalamsebuah propinsi dari luas semula 20.000hektar menjadi 100.000 hektar, dengan

6

Indonesiaarea Planted (‘000 ha)CPo Production (‘000 tonnes)CPo Exports (‘000 tonnes)

Major Marketsindia:China:netherlands:

Malaysiaarea Planted (‘000 ha)CP0 Production (‘000 tonnes)CPo Exports (‘000 tonnes)

Major MarketsChina:india:netherlands:Pakistan:

2000

4,1587,0014,110

1,639438593

3,37710,8428,140

1,0091,9464891,025

2005

5,45411,86210,376

901493383

4,05114,96213,192

2,8821,1471,239890

2008

7,00818,09014,650

4,48817,73415,300

DarI pEMbaLakaN LIar kE pErkEbuNaN kELapa sawIT

Beberapa dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam sektor perkebunan kelapasawit Indonesia yang berkembang dengan pesat ternyata memiliki latarbelakang bisnis yang meragukan. Sebagai contoh adalah Abdul Rasyid, man-tan anggota MPR. Pada tahun 1999, Telapak/EIA mengungkapkan keterli-batan Rasyid dibalik pencurian yang sistematis dari kayu gelondongan yangsangat bernilai dari Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah.17

Kegiatan Rasyid membawanya masuk ke dalam daftar yang dibuat olehMenteri Kehutanan sebagai salah satu bos pembalakan liar di Indonesia.Walaupun demikian Rasyid tidak pernah dihukum dan bahkan sekarang iadikenal sebagai usahawan perkebunan kelapa sawit terkemuka. Melaluiperusahaan kebun kelapa sawitnya, PT Citra Borneo Indah, Rasyid berhasilmemperoleh kapling lahan sekitar 50.000 hektar di sekitar daerahkekuasaannya di Pangkalanbun di bagian selatan dari Kalimantan Tengah,yang diperkirakan akan bernilai sekitar US$ 200 juta setelah berproduksi.Akuisisi lahan ini sebagian dibiayai oleh pinjaman dari Bank NegaraIndonesia. Sampai saat ini Rasyid masih menimba keuntungan dari koneksitingkat tingginya. Upacara peresmian pada salah satu lokasi perkebunannyadihadiri oleh Menteri Pertanian Anton Apriantono, tokoh media Surya Palohdan Gubernur Kalimantan Tengah. 18

© E

ia/t

elap

ak

sources:- Production Figures: Ministry of agriculture 2009; Malaysian Palm oil board 2009.

cited in Palm oil: the sustainable oil, World Growth, september 2009- trade Data: Fao & usDa

Indonesia & Malaysia cpo production & Trade 2000–2008

LEfT:untouchable timber criminals like abdul rasyid,

left, are supported by the highest echelons of

indonesia’s government when reinventing

themselves as legitimate plantations operators.

catatan tambahan yaitu “batas ukuranterluas untuk usaha perkebunan di propinsiPapua adalah dua kali lebih besar dari batasmaksimum yang ditetapkan”.19 Dalam tahunyang sama juga, sebuah Instruksi Presidententang percepatan proses pembangunan diPapua juga diberlakukan.20

Pada bulan Mei 2008, Direktur JendralPerkebunan pada Departemen PertanianRepublik Indonesia, menyatakan bahwa :“Karena pulau Sumatra dan Kalimantansudah terlalu padat untuk perkebunankelapa sawit baru, maka lahan yang masihtersedia adalah Papua”.21 Para pelaku usahaperkebunan yang mendengar pernyataan inisegera mengarahkan perhatian mereka kehutan terakhir di Papua untuk melakukanekspansi perkebunan mereka.

suMbEr Daya aLaMDaN pEMbaNguNaN DI papua- sIapa yaNg DIuNTuNgkaN?

Selain dikenal sebagai daerah dengan hutanterluas di kawasan Asia-Pasifik, Papuadikaruniai sumber kekayaan alam yangmelimpah, termasuk kayu yang bernilaidalam jumlah besar, emas, tembaga, nikel,batu bara, gas dan sumber daya lainnya.Tambang emas dan tembaga terbesar didunia, PT Freeport Mc Moran, juga terletakdi Papua Tengah dan perusahaan ini adalahpembayar pajak terbesar di Indonesia, pajakyang dibayarkannya pada tahun 2007mencapai US$ 1.7 milyar.

Tetapi walaupun kaya akan sumber dayaalam, penduduk Papua jauh tertinggaldibandingkan daerah lainnya di Indonesiatermasuk dalam hal pengembangan sumberdaya manusia. Indeks Sumber Daya Manusia(Human Development Index, HDI) diPropinsi Papua dan Papua Barat pada tahun2005 adalah 62,1 dibandingkan daerah

lainnya di Indonesia yang memiliki indeksrata-rata 69,6.22

Menurut pemerintah propinsi Papua, padatahun 2007 sekitar 486.857 kepala keluargaatau sekitar 80 persen dari penduduk Papuamasih tergolong miskin. Sebuah laporan dariBadan PBB untuk Program Pembangunan(United Nations Development Programme,UNDP) yang dikeluarkan tahun 2005,menyebutkan “Papua memiliki tingkat butaaksara pada orang dewasa tertinggi diIndonesia, sekitar 74,4 persen”. Laporantersebut juga menyebutkan bahwa hanya 47persen anak di Papua yang bersekolahsampai tingkat sekolah menengah pertamadan hanya 19 persen yang melanjutkan kesekolah menengah atas.

Lebih jauh UNDP juga memperkirakanbahwa hanya ada satu dokter untuk setiap2.000-23.000 orang, tergantung lokasi.23

Mengingat kerentanan masyarakat Papuayang sangat tinggi terhadap HIV/AIDS, makajelas kekurangan tenaga kesehatan inimerupakan masalah yang sangat serius.Tingkat penyebaran HIV/AIDS di Papuaadalah nomor dua setelah ibukota Jakarta.Tanpa intervensi yang sungguh-sungguhmaka tingkat penyebaran HIV/AIDS akanmenjangkiti 7 persen dari keseluruhanpopulasi Papua pada tahun 2025, angka iniumumnya oleh para ahli dianggap sudahbersifat epidemi dan tidak terkendali.24

Indeks Sumber Daya Manusia inimenggambarkan walaupun sumber-sumberdaya alam Papua telah dieksploitasi selamabeberapa dasawarsa, tetapi hanya sedikitmanfaat yang dapat dinikmati oleh pendudukasli. Mengingat buruknya rekam jejak yanglalu, maka kecil kemungkinan masyarakatPapua akan ikut menikmati keuntungan dariperluasan perkebunan di daerah mereka.

Meskipun perluasan perkebunan kelapasawit memang akan membuka lapangan

7

bELow:Despite the huge wealth

generated from Papua’s natural

resources, only 47% of children

attend junior secondary school,

and merely 19% attend senior

secondary school.

© E

ia/t

elap

ak

kerja baru, tetapi luasnya rencana ekspansiperkebunan yang direncanakanmembutuhkan tenaga kerja lebih banyak dariyang tersedia di Papua. Sebagaimanadikatakan oleh Menteri PerencanaanNasional, Paskah Suzetta, pada bulan Juli2007, investasi dalam sektor perkebunandan rencana pembangunan yang akanditerapkan di Papua berarti “akan lebihbanyak lagi orang datang ke Papua, danmereka bukan hanya datang dari Propinsilain di Indonesia, tetapi juga dari negara-negara lain. Sehingga masyarakat Papuaharus mempersiapkan diri”.25

Analisa yang dilakukan oleh Telapak/EIAmenunjukkan jumlah lapangan kerja yangtercipta akibat ekspansi sektor perkebunandi Papua dapat berujung padatersingkirkannya atau termajinalkannyapenduduk asli Papua oleh jutaan pekerjamigran yang datang ke Papua. Satu jutahektar kebun kelapa sawit membutuhkansekitar 330.000 pekerja atau dua kali lebihbesar dari 135.000 orang Papua yang belummempunyai pekerjaan pada saat ini. Padahalpemerintah telah merencanakan setidaknyalima juta hektar kebun kelapa sawit, hal iniberarti sejumlah besar pekerja migran akandatang ke Papua, yang akhirnya akanberpotensi mengurangi proporsi etnis Papuadalam perhitungan populasi keseluruhan.Perubahan seperti ini sangat mungkinmengakibatkan marjinalisasi danketerasingan masyarakat asli Papua di tanahmereka sendiri dan mungkin akan berujungpada konflik.

Sejarah korupsi yang sistematis di Indonesiasecara tradisional menunjukkan bahwakekayaan negeri ini sebagian besar dikuasaioleh para elit politik, pengusaha dan militer.Walaupun telah ada tindakan keras dariKomisi Pemberantasan Korupsi sejak tahun2005, penelitian yang belum lama dilakukanoleh Transparency International terkaitdengan korupsi di sektor indistri perkayuanmenunjukkan bahwa lebih dari 60 persenpelaku usaha mengaku bahwa mereka secarateratur memberikan uang suap kepadapejabat pemerintah demi kelancaran

pengurusan perizinan usaha mereka.26

Cara memperoleh penghasilan seperti inisangat menonjol di Papua. Sebuah laporanyang dikeluarkan pada tahun 2008menyimpulkan bahwa masalah politik, sosial,keamanan dan lingkungan yang amat rumitdi Papua seakan menyoroti dampak negatifdari eksploitasi sumber-sumber daya alam :“Sampai saat ini, pembangunanperekonomian di Papua masih terpusat padaeksploitasi sumber-sumber daya alamnya.Hal ini dapat dipandang sebagai sesuatuyang mengabaikan keinginan dan hak-hakdari masyarakat asli Papua terhadap lahantradisional mereka. Pengambil-alihan lahanuntuk melaksanakan sebuah programekonomi akan berujung pada konflik antarapemilik hak ulayat dengan perusahaan danpemerintah setempat. Ketika konflik terjadi,pihak keamanan selalu berpihak padakepentingan perusahaan atau pemerintahsetempat”.27

Secara umum dana pemerintah sebagianbesar pastilah berasal dari pajak ataupenghasilan lainnya yang diperoleh dariperusahaan perkebunan. Meskipun hal iniakan memberikan manfaat pada rakyatPapua, tetapi tetap ada kekuatiran bahwapemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerahmenggunakan dana otonomi khusus secaratidak bijak atau mungkin akan mengkorupsidana tersebut sehingga rakyat Papua tidakmemperoleh manfaat apapun. Walaupunpenambahan Anggaran Propinsi untuk Papuadan Papua Barat telah disediakan olehJakarta, tetapi ada bukti-bukti kuat yang adayang menunjukkan bahwa sejumlah besardari anggaran ini telah diselewengkan.Seorang pejabat senior Propinsi Papua Baratbaru-baru ini menyatakan bahwa lebih dariRp 30 trilyun (US$ 30 milyar) telah raib,diselewengkan oleh instansi-instansipemerintah dan pejabat yang “tidakkompeten”, pejabat ini juga menyatakankekecewaannya karena KomisiPemberantasan Korupsi (KPK) belum turunmelalukan penyelidikan di Propinsi.28

Pada tingkat Pemerintah Daerah, pejabat-

8

© s

Pk k

aM, n

ovem

ber

2007

bELow:Marind tribe members in bade,

boven Digul. Most rural

Papuans still rely on forest

resources for their livelihoods.

opposITE pagE

Top:illegal logging in Wasur

national Park, Merauke,

january 2006.

boTToM:Forest Cover in Papua in 2006.

pejabat setempat dijadikan sasaran olehperusahaan-perusahaan besar ini untukmendekati mereka dan memberi kuliahmengenai manfaat ekonomi apabila di daerahmereka ada perkebunan kelapa sawit.Pejabat-pejabat ini diberi iming-imingmengenai besarnya pendapatan yang akandiperoleh dan pembangunan yang akandilakukan di daerah tersebut. Seringkalipertemuan ini berupa negosiasi antara duapihak yang tidak sederajat. Yang lebih parahlagi adalah lobi-lobi yang dilakukanperusahaan terhadap masyarakat setempatagar menyerahkan lahan mereka denganiming-iming pendapatan dan beragammanfaat bagi mereka. Penelitian lapanganyang dilakukan oleh Telapak/EIA mencatatsejumlah janji-janji yang tidak dipenuhi danpembayaran yang sangat tidak layak untuklahan yang digunakan.

Pemerintah sebenarnya sudah menyadarikemungkinan terjadinya masalah-masalahini, hal ini tampak dari sebuah kajian tahun1998 mengenai pembangunan pertanian diPapua yang menyebutkan : “Untukmengambil skenario yang terburuk, ketikaPropinsi yang bersangkutan menjadi lebihmenarik bagi investor … akan banyakpermohonan untuk kelapa sawit dan hutantanaman industri lainnya dan juga untukkayu gelondongan. Apabila pengelolaanpelaksanaannya tidak diperbaiki, maka akanterjadi wabah malaria dan penyakit lainnya,perburuan liar terhadap satwa-satwa unikdan hasil-hasil hutan lainnya, gangguan padasiklus tata air dan timbulnya perasaanterasing pada penduduk asli”.29

Sepuluh tahun kemudian,peneliti Telapak/EIA menunjukkan bahwaberagam kekhawatiran di atas telah menjadikenyataan.

© F

ores

t W

atch

indo

nesi

a (F

Wi)

,20

06

9

© E

ia/t

elap

ak

airport/Harbourbare landWater bodiesCloudDry rice landDry rice land Mixed With scrubFish PondHousingMiningno DataPlantationPlantation ForestPrimary Dry land ForestPrimary Mangrove ForestPrimary swamp Forestrice Fieldsavannahscrub landsecondary Dry land Forestsecondary Mangrove Forestsecondary swamp Forestsnowswampswamp scrublandtransmigrationocean

Papua Province

West PapuaProvince

Land cover papua

LaND covEr TypE

10

Pada bulan April 2007, Gubernur PropinsiPapua dan Papua Barat mengumumkanbahwa “mereka berkomitmen untukmengembangkan sebuah Proyek Perintis[REDD] yang mencakup … areal tidakkurang dari 500.000 hektar. Kedua propinsiini menyatakan komitmennya untukmengalokasikan lima juta hektar hutankonversi untuk perdagangan karbon”.30

REDD adalah singkatan dari reducingemissions from deforestation and forestdegradation, mengurangi emisi darideforestasi dan degradasi hutan, yaitusebuah rencana global yang ambisius yangmemberikan nilai ekonomi pada hutan,sehingga hutan yang utuh akan lebihberharga daripada hutan yang ditebangi.

Pada pembicaraan UNFCCC mengenai iklimdi Bali pada Desember 2007, GubernurPropinsi Papua Barat, Barnabas Suebu,mengumumkan kebijakan kehutanannyayang baru – “Dari Hutan untuk Kematianmenjadi Hutan untuk Kehidupan”. Dalampernyataannya ini beliau menyebutkanbahwa hutan-hutan Papua akan dikelolasecara lestari dan berkesinambungan dengancara yang a mengembalikan hutan untukrakyat, mengakhiri konflik pertanahan,mendorong industri perkayuan lokal, danmemastikan bahwa hanya hutan dengan nilaikonservasi yang rendah yang akandigunakan untuk perkebunan danpengembangan bahan bakar nabati. Lebihlanjut ia mengatakan bahwa hutan-hutanPapua didedikasikan untuk menyelamatkanplanet Bumi dan kemanusiaan di masa yangakan datang.”31 Dalam pidatonya, beliau jugamengumumkan bahwa beliau akanmengurangi areal hutan Papua yangdikonversikan, yang semula 20 persenmenjadi hanya 5 persen, dengan pembiayaanyang diperoleh dari perdagangan karbonsesuai dengan kerangka kerja REDD di masadepan.

Tetapi tahun berikutnya, tujuan-tujuan yangmulia ini tampak terurai tidak berbentuk.Dalam sebuah pertemuan dengan pedagangkarbon, Gubernur Saebu menyatakan :“Papua saat ini memiliki 31,5 juta hektar,dimana 50 persennya adalah hutan konversi,20 persen adalah hutan produksi dan sisanya30 persen akan dikonversikan untukpenggunaan multi-guna termasukperkebunan, pertanian dan perumahan”.Kelihatannya sembilan juta hektar, areal

yang telah diklasifikasikan sebagai hutankonversi oleh pemerintah pusat masih harusdibuka terlebih dahulu.32

Memang benar sejak akhir tahun 2006pejabat-pejabat di Jakarta dan Papua telahmempersiapkan jalan bagi investasi mulaidari pemilik modal raksasa yang mencarilahan bernilai jutaan dolar untuk ekspansiperkebunan berskala industri, terutamauntuk kelapa sawit dan produksi buburkertas (pulp). Tinjauan sekilas atas nama-nama dari pelaku utama yang terlibat dalamperkembangan pesat perkebunan di Papuamenunjukkan bahwa individu-individu kayayang mempunyai koneksi politik danperusahaan-perusahaan raksasa berlombamenguasai areal yang luas dan bersiap-siapuntuk meneguk milyaran dolar.

Telapak/EIA menemukan ketiadaantransparansi yang kronis yang diperparaholeh pengaturan antar instansi pemerintahyang tumpang tindih dan membingungkan,sehingga amat menyulitkan untukmemperoleh data yang akurat mengenaiberapa banyak lahan berhutan di Papua yangtelah dilepaskan untuk dialih-fungsikansebagai perkebunan. Penelitian olehTelapak/EIA mengindikasikan bahwa sejakakhir 2006 perusahaan-perusahaanperkebunan bekerja sama dengan pejabatpemerintah telah mentargetkan pengambil-alihan setidaknya lima juta hektar hutan diPapua. Perusahaan-perusahaan yangmencari lahan ini tidak seluruhnya telahmemiliki perkebunan, dan tidak seluruhareal yang telah dinegosiasikan akan dibukadan dikembangkan dalam waktu dekat. Padabulan Februari 2009, pemerintah propinsiPapua menyatakan telah memberikan izinkepada 89 perusahaan perkebunan tetapihanya 10 yang telah memulai kegiatan dilapangan.33 Kendala-kendala terkait masalahkeuangan yang terjadi karena krisis ekonomiglobal telah menciutkan niat beberapainvestor besar untuk menanamkan modalnyadi Papua dalam dua tahun terakhir, tetapisejalan dengan perbaikan perekonomian diAsia penundaan investasi ini mungkin hanyabersifat sementara.

Sejak awal tahun 2007 berbagai rencanapemerintah dan peta penanaman modal telahmenggambarkan secara garis besar 2,8 jutahektar perkebunan di propinsi Papua saja.Data yang diperoleh dari Kantor Perkebunan

pErkEMbaNgaN pEsaTpErkEbuNaN DI papua

abovE:oil Palms replace Mooi tribe

forests in klamono, within the

plantation of Pt Henrison inti

Persada, a subsidiary of the

kayu lapis indonesia Group,

april 2009.

© E

ia/t

elap

ak

Propinsi Papua pada tahun 2008menunjukkan permohonan yang terinci dannama-nama investor yang mengajukanpermohonan yang mentargetkan setidaknya2,4 juta hektar lahan. Di samping itu masihada ada setidaknya lima perusahaan yangmentargetkan areal yang lebih luas lagisekurang-sekurangnya satu juta hektar(Sinar Mas, Genting Group, Medco Groupdan sebuah perusahaan yang tidak dikenalApi Metra Palma). Negosiasi dalam skalaseperti ini biasanya dilakukan di belakanglayar.

Areal utama yang ditargetkan untukperkebunan di Propinsi Papua termasukMerauke, Boven Digul dan Mappi, arealsekitar Jayapura (Arso, Lereh, Keerom,Sarmi, dll), Nabire, Mamberamo, Waropen dan Mimika. Di Propinsi PapuaBarat, daerah perkebunan yang disukaitermasuk Sorong, Sorong Selatan,Manokwari, Kaimana dan Bintuni.

Program-program sebelumnya untukmemperkenalkan perkebunan kelapa sawit diPapua tidak membawa hasil atau setidaknyatidak memberikan manfaat yang jelas bagipenduduk asli Papua. Di kabupaten Prafi,Propinsi Papua Barat, berdiri sebuahperusahaan pemerintah, PT PerkebunanNusantara II (PTPN II), yang telahberoperasi sejak tahun 1980 dan menguasailahan seluas 10.500 hektar yang ditanamikelapa sawit. Baru pada tahun 2007,penduduk setempat menerima pembayaranRp 1.000,- per kilogram buah kelapa sawit,harga ini jauh di bawah harga yangdijanjikan sebelumnya. Dan para pemilik hakulayat menyatakan penyesalan merekakarena telah menandatangani perjanjianpengalihan lahan. Pada tahun 1996, PTPN IImendirikan perkebunan kelapa sawit lainnyadi kabupaten Keerom, propinsi Papua. Padatahun 2008 pemilik hak ulayat hanyamenerima sekitar Rp. 300.000 (US$ 30) perbulan karena kesulitan mengangkut buahkelapa sawit ke pabrik pengolahannya.

pENyELIDIkaN LapaNgaN yaNgDILakukaN TELapak/EIa

Dalam upayanya untuk mendokumentasikantahap awal dari perluasan perkebunan diPapua, pada tahun 2009 penyelidik

Telapak/EIA melakukan sejumlah kunjunganlapangan ke enam daerah terpencil dipropinsi Papua dan Papua Barat dimanaakan dibangun perkebunan atau telahterdapat perkebunan yang sedangdikembangkan.

Penyelidik Telapak/EIA mengumpulkanpernyataan dari masyarakat setempat yangmengungkapkan bahwa manfaat jangkapanjang yang riil (nyata) bagi masyarakatPapua bukanlah merupakan sesuatu yangpasti dan tidak ada satupun manfaat yangdijanjikan itu dinyatakan atau diikat olehsebuah kontrak. Ganti rugi yang rendahuntuk tanah yang diambil-alih merupakan halyang sudah biasa dan kebanyakandibayarkan di bawah tangan, demikian jugapembayaran yang semula dikatakan akandiberikan untuk kayu hasil pembukaan hutanternyata tidak pernah diberikan. Umumnya didaerah yang dikunjungi pembicaraan belummencapai tingkat rinci mengenai ganti rugiapa saja yang ditawarkan atau manfaat yangkatanya akan dibagikan. Yang tampak daripenyelidikan awal ini adalah gambaransuram mengenai eksploitasi, pemaksaan danjanji yang diingkari.

propINsI papua baraTkayu LapIs INDoNEsIa group

Kelompok usaha Kayu Lapis IndonesiaGroup (KLI) didirikan oleh GunawanSutanto, tetapi saat ini dikelola oleh AgusSutanto. KLI adalah operator perkebunandan kehutanan di Sorong kawasan KepalaBurung, Propinsi Papua Barat. KLImenguasai konsesi Hak Pengusahaan Hutan(HPH) seluas 333.000 hektar (PT IntimpuraTimber Co.), sebuah pabrik kayu lapis, (PTHenrison Iriana) dan juga termasuk empatperkebunan kelapa sawit, yaitu: PT HenrisonInti Persada (HIP), PT Inti Kebun Sejahtera(IKS), PT Inti Kebun Sawit, dan PT IntiKebun Lestari. Secara keseluruhan keempatanak perusahaan kelapa sawit ini telahmenguasai atau dalam proses mencari lahanseluas 142.000 hektar untuk dimanfaatkansebagai perkebunan. Seluruh operasionalgrup KLI berada di areal atau di tanah yangmerupakan wilayah suku Malamooi (atauMooi) yang telah terlibat persengketaandengan Group KLI sejak awal kedatanganGroup KLI ke Sorong.

11

© l

ands

at 7

EtM

+ im

ages

© l

ands

at 7

EtM

+ im

ages

bELow LEfT:Forest clearance by Pt HiP in 2003,

two years before the company

received a permit

bELow rIgHT:Forest Clearance by Pt HiP by 2009.

Sesudah krisis keuangan Asia pada akhirtahun 1990an, Group KLI memperoleh izindari Komite Kebijakan Sektor KeuanganIndonesia untuk melakukan restrukturisasihutang-hutangnya yang mencapai US$ 140juta kepada Bank Mandiri yang dimiliki olehnegara. Hutang-hutang ini harus dilunasipada tahun 2011. Beberapa dari hutang-hutang grup ini kepada pemerintah terkaitdengan usaha grup ini di bidang perkebunankelapa sawit, tetapi sebagian besarhutangnya berasal dari pabrik kayulapisnya.34

Perjanjian restrukturisasi hutang ini secaratak langsung membuat pemerintah menjadiberkepentingan untuk menjaga agaroperasional KLI memperoleh keuntungan.Walaupun berhutang sampai US$ 140 juta,perusahaan tampaknya berhasilmengelakkan dirinya dari tuntutan hukumatau setidaknya pencabutan izinnya karenamelanggar Undang-undang Kehutanan, danbahkan sekarang sedang melaksanakanrencana ekspansi yang cukup ambisius.

Pada bulan April 2009, Telapak/EIAmengunjungi masyarakat Mooi dan bertemudengan pemilik tanah di dua perkebunan; PTHenrison Inti Persada (HIP) di kabupatenKlamono dan PT Inti Kebun Sejahtera (IKS)di kabupaten Salawati.

pT Henrison Inti persada Di kampung Malalis, para pemilik tanah darimarga Klasibin, Gilik dan Doo berceritakepada Telapak/EIA bagaimana padaawalnya PT HIP mendekati mereka padatahun 2004. Karena dijanjikan akandibangunkan sekolah, perumahan dandiberikan kendaraan dan beberapa fasilitaslainnya, maka marga Klasibin, Gilik dan Doobersedia untuk menyerahkan hutan seluas830 hektar kepada HIP. Pada tahun 2005,kedua marga masing-masing hanyamenerima Rp 20 juta (US$ 2.000) sebagai“uang sirih pinang” untuk tanah yang telahdiberikan.

Masyarakat pedesaan menceritakan bahwasebelum pembukaan lahan dimulai tahun2006, perusahaan HPH KLI, PT Intimpuratelah menebang semua pohon besar dandiikuti kemudian oleh sebuah perusahaankontraktor yang membersihkan semua pohonyang tersisa. Tidak ada ganti rugi yangdiberikan untuk pohon-pohon yangdiameternya kurang dari 60 cm.

Dalam pembicaraan dengan penduduk desa,Telapak/EIA juga mendengar beberapa kisahtentang hal-hal yang kurang terpuji yangdilakukan oleh pekerja-pekerja KLI untukmemaksa suku Mooi melepas haknya atassumber daya dan tanah mereka.

Di Klawana, Telapak/EIA bertemu denganMaryodi Malak, yang menceritakan kepadaTelapak/EIA bagaimana HIP membujuksuaminya, Kefas Gifim dan putranya ManuGisim, untuk melepaskan lahan hutan seluasempat hektar yang mereka miliki. Pada saatitu, putranya baru berusia empat tahun, jauhdibawah usia legal untuk menanda-tanganisebuah kontrak. Nyonya Malak mengatakan :“Anak saya harus menandatangani kontraktersebut walau ia baru berusia empat tahun.Perusahaan itu telah menipunya”. PT HIPmengatakan kepada Nyonya Malak bahwamereka menginginkan putra dari seorangpemimpin marga untuk menanda tanganidokumen penyerahan tanah, sehinggaapabila pada suatu saat sang ayah wafat,maka akan ada bukti tertulis bahwa generasiberikutnya telah mengikatkan diri padaperjanjian selama 25 tahun yang dapatdiperpanjang selama 30 tahun berikutnya.Nyonya Malak menyatakan ia tak pernahmenerima salinan dari dokumen yangditanda tangani oleh cap jempol putranya. Iajuga menceritakan bahwa permintaannyauntuk menyisakan sebuah areal kecil darilahan hutan itu untuk menghidupikeluarganya tidak ditepati dan perusahaanbahkan telah membuka areal lebih luas dariempat hektar sebagaimana disebutkan dalamperjanjian.

Masyarakat desa yang ditemui Telapak/EIAdi Klamono semua sepakat dalam pernyataanmereka bahwa pemerintah setempat dengangigih membela kepentingan HIP dan samasekali tidak berbuat apapun bagikepentingan masyarakat desa selamaberlangsungnya perundingan denganperusahaan. Dalam sebuah pertemuan tahun2006 yang diadakan di kantor resmi Bupati,sebuah rencana yang terdiri atas 12 butirdiantaranya pembangunan jalan, pendiriansekolah, rumah, air bersih, listrik danfasilitas lainnya yang diminta oleh pendudukdesa telah disetujui oleh perusahaan. Tetapiketika Telapak/EIA bertemu denganmasyarakat Malalis, Klamono dan Klawanapada April 2009, mereka menyatakan bahwajanji pemberian fasilitas-fasilitas tersebutbelum dipenuhi sampai sekarang dan merekamenjadi sangat resah.

Keresahan masayarakat ini seringkalimeletus menjadi aksi blokade yangdilakukan oleh anggota masyarakat yangmelihat sumber-sumber daya mereka diambil-alih tanpa izin atau ganti rugi yang layak.Ketika konflik-konflik semacam ini terjadi,perwakilan perusahaan datang bersamapejabat pemerintah menenangkanmasyarakat dengan pembayaran yangnilainya mungkin setara dengan beberapajuta rupiah. Tetapi kenyataannya adalahtanpa adanya kontrak yang tertulis terkaitdengan kompensasi yang memadai maka di

12

abovE:Mrs Maryodi Malak and her

six year old son, Manu, survey

deforestation by Pt HiP in

klamono in april 2009.

Manu was forced to sign a

land release document when

he was four years old.

© E

ia/t

elap

ak

masa depan konflik-konflik semacam inisangat mungkin berulang kembali.Secara umum dapat dikatakan bahwamasyarakat merasa dikecewakan dalamhubungan mereka dengan KLI Group. LukasDoo yang pernah pada suatu saat menyetujuimenyewakan 400 hektar lahan kepada HIPberkata : “Perkebunan kelapa sawit masihsama seperti di Intimpura. Betul-betul sama.Menipu masyarakat. Sekarang kami menjadimenderita.”Sebelum melakukan perjalanan ke tanahsuku Mooi, Telapak/EIA telah mendengarpengalaman buruk yang dialami suku inidengan KLI. Pada bulan September 2006,seorang mantan Sekretaris Jenderal diDepartemen Kehutanan mengungkapkanbagaimana perwira-perwira dari komandomiliter Sorong telah mengintimidasi parapemilik tanah suku Mooi agar mereka maumenjual kayu gelondongan milik merekakepada PT Intimpura dengan harga yangsangat rendah.35

HIP menerima izin dari Menteri Kehutananuntuk mengelola perkebunan kelapa sawitseluas 32.546 Hektar di Kabupaten Klamonopada tahun 2006.36 Pada bulan Nopembertahun yang sama, dalam sebuah audit yangdilakukan oleh Departemen Kehutanan,terungkap bahwa Intimpura telahmenggunakan secara ilegal kayugelondongan yang diambil dari lahan seluas600 hektar, padahal perusahaan hanyamemiliki izin yang mencalup lahan seluas200 hektar. Penelusuran atas kayugelondongan ilegal tersebut yang dilakukanoleh Departemen Kehutananmengungkapkan bahwa kayu-kayu tersebutberasal dari PT Henrison Iriana, pabrik kayulapis milik KLI yang berlokasi di Sorong.Produk kayu lapis KLI dijual ke pasarJepang, Eropa dan Amerika. MenteriKehutanan, M.S. Kaban, merekomendasikanbahwa PT Intimpura seharusnya menjawabpertanyaan-pertanyaan terkait penggunaankayu gelondongan ilegal dari 400 hektarlahan dan menginstruksikan Kepala KantorKehutanan dan Pertanian Papua Barat untukmengevaluasi dan mencabut izin penggunaankayu yang dimiliki KLI.37

Dalam sebuah filem dokumenter yang dirilisoleh Triton, sebuah LSM yang berbasis diSorong, menunjukkan pohon-pohon kelapasawit yang berada dalam lahan konsesi PTHIP yang sudah berbuah. Untuk diketahui,pohon kelapa sawit membutuhkan waktusedikitnya tiga tahun sebelum berbuah,sehingga pohon-pohon yang telah berbuahyang ditunjukkan dalam filem ini jelasmenunjukkan bahwa HIP telahmengoperasikan perkebunan kepala sawitsebelum yang bersangkutan memperolehseluruh izin yang diperlukan.38

Walaupun ada bukti-bukti seperti disebutkandi atas, pada bulan Desember 2007,Departemen Kehutanan malah memberikanizin untuk memanen lebih dari 100.000meter kubik kayu gelondongan dari tanahsuku Mooi yang terletak dalam arealkonversi HIP.39

pT Inti kebun sejahteraPada bulan April, Telapak/EIA menemuimarga Masinau dan Matowol di desaNinjimor, Modan, yang menyatakan merekatelah melepaskan hak atas 1.340 hektartanah kepada PT Inti Kebun Sejahtera (KIS),salah satu dari tiga unit usaha perkebunanbaru yang dimiliki KLI yang terletak diselatan aeral PT HIP konsesi (HPH).

Pada saat diskusi, Telapak/EIA mendapatketerangan bahwa pada tahun 2003, IKS danPemerintah setempat mengatakan kepadapenduduk desa bahwa dengan menyerahkanlahan mereka untuk perkebunan akanmeningkatkan taraf hidup mereka. Wargatidak memberikan persetujuannya, sehinggaperjanjian tersebut tidak dibuat. Tekanandemi tekanan dari pejabat pemerintahansetempat terus berlanjut. Pada bulanNopember 2007, kepala desa dan pemiliktanah Lois Masinau pergi ke sebuahpertemuan yang diadakan di kantor Bupati,dalam pertemuan itu ia diperintahkan untukmenerima tawaran dari IKS karena Bupatihanya memberikan izin bagi perusahaanyang baik. Pada bulan Nopembersebelumnya, Bupati Sorong, John P. Wananemengeluarkan izin prinsip untuk tiga kebunbaru milik KLI Group seluas 110.000hektar.40 Dan setahun kemudian perusahaantersebut mengajukan permohonan IzinUsaha Perkebunan untuk ketiga areal barutersebut kepada Kantor Wilayah KehutananPropinsi.

Kedua marga dari Ninjimor melepaskan hakatas lahan mereka berdasarkan rekomendasipejabat pemerintah setempat, dan janji yangdiberikan oleh perusahaan bahwa merekaakan mendapatkan perumahan, jalan dankendaraan serta pendidikan bagi anak-anakmereka sebagai kompensasinya dan jugapendapatan dari kayu gelondongan yangdipanen.

Namun, warga tidak menanda-tanganikontrak dengan IKS, KLI atau dengan pihakPemerintah, izin untuk melakukan operasibelum ada, sehingga sebenarnya insentifyang ditawarkan pada warga tidak dijaminoleh hukum. Untuk lahan hutan seluas 1.340hektar, kedua marga mengatakan kepadaTelapak/EIA bahwa masing-masing margahanya menerima uang penggantian sebesarRp 20 juta (US$ 2.000) yang setara dengan

13

bELow:lois Masinau, received merely

us$ 1,000 for renting 441 ha of

forest land in Modan to Pt iks,

for an unknown period of time.

boTToM:oil palm seedlings ready to

be planted out for Pt iks’

plantation on newly deforested

land, Modan, sorong, april 2009.

© E

ia/t

elap

ak, a

pril

2009

© E

ia/t

elap

ak

14

sekitar lima belar ribu rupiah per hektar.Mereka juga tidak mengetahui lamanya masasewa lahan mereka.

Pada saat memberikan persetujuan merekauntuk melepaskan lahan mereka, warga jugameminta agar kayu gelondongan dari lahanyang dibuka dikumpulkan pada tempatpenampungan dimana kayu-kayu tersebutakan disortir, diukurg, dinilai dan dilelangdengan harga pasar, sehingga akandidapatkan hasil yang terbaik. Sebagaijawabannya, pihak IKS mengatakan kepadapemilik lahan bahwa perusahaan hanyatertarik pada kayu yang berharga sepertiMerbau, dimana perusahaan akan membayarRp 25.000,- (US$ 25) per meter kubik, tanpamemperhatikan jenis kayu. Harga ini kira-kira sepersepuluh dari harga pasar untukkayu Merbau di Papua. Perusahaankemudian menjual kayu gelondongan segerasetelah pembukaan lahan tanpamengungkapkan volume kayu berharga yangditebang.

Ketika akhirnya pejabat kehutanan datangmelakukan survey pada bulan September2008, lahan seluas 300 hektar yang tadinyaberupa hutan yang lebat sudah terbuka. Padasaat itu pemilik tanah telah menerimapembayaran masing-masing Rp. 50 juta (US$5.000) untuk kayu gelondongan. Harga yangdibayarkan IKS ini setara dengan 2.000meter kubik kayu, atau setara dengan 6,6meter kubik per hektar. Padahal izin yangdiperoleh KLI untuk membuka hutan dalamareal konsesi HPH HIP menyebutkanpotensi kayu n sekitar 16,5 meter kubik perhektar, sehingga ada indikasi warga diModan telah ditipu.

Penyelidikan yang dilakukan Telapak/EIAmenemukan indikasi bahwa IKS juga telahmelakukan pembukaan hutan yangmelanggar hukum, serupa dengan yangdilakukan oleh HIP. Pertemuan denganpemilik lahan yang terkena dampakoperasional IKS sekali lagi menyoroti polaeksploitasi yang seperti yang dialami olehmasyarakat Mooi yang menerimakompensasi yang sangat rendah.

Dalam data yang dikeluarkan pemerintahpada bulan Agustus 2009 tentang minyakkelapa sawit di daerah Sorong, menyebutkan

IKS “dalam proses memperoleh izin” untukareal seluas 38.300 hektar.41 KetikaTelapak/EIA mengunjungi Modan pada April2009, PT IKS masih aktif membuka hutan,dengan luas yang jauh melampaui 300hektar yang telah dibuka pada bulanSeptember 2008.

Masyarakat di Ninjimor menyampaikaninformasi kepada Telapak/EIA bahwaperusahaan sebenarnya telah memulaioperasi pembukaan hutan di Modan padaJanuari 2008, hanya dua bulan setelahmengajukan permohonan izin untuk operasiperkebunan. Dalam kaitannya dengan sebuahpersyaratan hukum bagi sebuah perusahaanuntuk melakukan Analisis DampakLingkungan (AMDAL); sepanjang yangdiketahui warga hanyalah kunjungan dariseorang konsultan dari kantor kehutananyang melakukan survey pada lokasi lahanpada bulan September 2008 – setelahsetidaknya 300 hektar lahan telah dibuka.Persyaratan sebagaimana disebutkan dalamproses AMDAL untuk mengadakankonsultasi dengan warga masyarakat yangakan terpengaruh atau kena dampaknya,tidak pernah dilaksanakan.

Fakta bahwa pembukaan lahan oleh IKStelah melanggar hukum kembali munculketika terjadi perselisihan pada bulanSeptember 2008 antara IKS dengan SebuahPerusahaan Minyak yang beroperasi disekitar daerah tersebut. Dalam pembicaraanantara kedua pihak terungkap bahwa IKStidak memiliki izin yang diperlukan darikantor kehutanan setempat, di lain pihakperusahaan minyak tersebut menyatakanbahwa areal tersebut telah diserahkansecara sah kepada mereka oleh DepartemenEnergi dan Sumber Daya Mineral RepublikIndonesia.

Yang selanjutnya terjadi, alih-alihmengusahakan upaya hukum untukmenghukum IKS yang telah jelas melanggar,pemerintah daerah malah berusahamembantu agar operasional IKS dapatdisahkan. Seorang anggota DPRDberkomentar di media : “Memang merekatelah beroperasi, tetapi perusahaan harussegera mengurus semua persyaratan yangterkait dengan perizinan resmi sehinggatidak lagi ilegal tetapi akan menjadi legal”.42

© E

ia/t

elap

ak

abovE:an excavator tears down forest

in Modan, sorong, in april 2009.

the company does not have a

permit to operate.

15

Mengingat rekam jejak praktek-praktekilegal dan eksploitasi oleh KLI, sebuahpenyelidikan resmi atas kegiatan-kegiatanperusahaan sudah selayaknya dilakukan.

THE MEDco group

Medco Group adalah sebuah perusahaanraksasa di Indonesia yang mempunyaikepentingan di sektor perminyakan, gas danproperti dan baru-baru ini merambah kebidang minyak kelapa sawit dan industrikehutanan, terutama di wilayah Papua. Grupini dimiliki oleh Arifin Panigoro, seorangpengusaha berpengaruh dan pelaku politik diIndonesia. Sampai saat ini Medco terbilangsebagai salah satu perusahaan yang palingberhasil dalam perkembangan sektorperkebunan yang pesat di Papua, denganmemiliki kebun kelapa sawit seluas 18.000hektar di Manokwari, Propinsi Papua Baratdan 259.000 hektar perkebunan kayu diMerauke, Propinsi Papua. Menurut laporanMedco berencana untuk mencari satu jutahektar lahan dalam rangka investasinyadalam bidang bubur kertas (pulp), kertas,minyak kelapa sawit dan bahan bakar nabatidi Papua.43

Medco Group melalui anak perusahaannya,PT Medco Papua Hijau Selaras (MPHS) telahmemperoleh izin untuk mengelola 18.000hektar lahan, sebagian besar masih berupahutan untuk perkebunan kelapa sawit didaerah Manokwari sebagai bagian dari zonapengembangan pertanian yang ditetapkanoleh pemerintah.44 Medco juga telahmenghubungi pemerintah daerah untukmendapatkan opsi memperluas areal menjadi40.000 hektar.

Pada tahun 2008, LSM setempat melaporkanbahwa Medco membayar pemilik lahan darisuku Meyah sebesar US$ 45 per hektaruntuk sewa penggunaan lahan selama 35tahun. Pada bulan April 2009, Telapak/EIAmelakukan perjalanan ke daerah Sidey dankabupaten Masni di Manokwari untukmengetahui lebih lanjut rincian perundinganantara warga desa dan Medco.

Di desa Waramuy di Sidey, Telapak/EIAmenemui Frans Aska seorang pemilik lahanyang menguraikan pendekatan pertama kaliyang dilakukan Medco kepada warga padatahun 2007. Pada saat itu tidak semuamarga yang didekati setuju dengan rencanayang diajukan Medco. Menurut Aska pihakMedco telah datang berkali-kali, bahkanmenerbangkan ia dan sembilan orangpemimpin marga lainnya untuk berundingdengan pihak perusahaan di Jakarta.Akhirnya, setelah dijanjikan bahwa Medcoakan memberikan pendidikan untuk anak-anak mereka, rumah bagi keluarga mereka,sepeda, dan berbagai fasilitas, merekabersedia menanda-tangani kontrak resmi diManokwari pada bulan Desember 2008 – iniadalah satu-satunya kontrak yang dapatdilihat oleh Telapak/EIA dalam kunjunganke enam areal perkebunan pada bulanDesember 2008 itu. Aska mengakui bahwa iatidak lancar membaca dan bahwa ia menanda

tangani kontrak itu dengan cap jempolnya.

Penelitian yang lebih mendalam mengenaikontrak sewa dan penggunaan lahan denganMPHS mengungkapkan bahwa Medco telahmembeli hak untuk menggunakan 36 hektarlahan Aska yang mencakup “ semua yangberada di lahan, diatas maupun yang beradadibawah permukaan tanah”, termasuk kayuyang mencakup periode selama 35 tahun.Hak-hak ini kemungkinan juga mencakupsemua jenis mineral, gas dan minyak ataupotensi hak karbon. Sebagai imbalannya,Aska menerima Rp 16 juta (US$ 1.640) atausetara dengan dua belas ribu rupiahperhektar per tahun. Ketika Telapak/EIAmengunjungi areal tersebut, Medco telahmembuka sekitar tujuh hektar dari lahanAska untuk digunakan sebagai Persemaianatau tempat pembibitan kelapa sawit. Askadan keluarganya dibayar Rp 44.000 sehariuntuk bekerja di tempat Persemaian, upahyang dibayarkan ini jauh di bawah upahminimum yang ditetapkan oleh GubernurPropinsi.45

Di desa Sidey, Telapak/EIA juga bertemudengan Arnesus Moktis, yang juga ikutmenanda tangani kontrak dengan Medcopada bulan Desember 2008 untuk lahanseluas 139 hektar. Baik Aska maupunMoktis menyatakan bahwa merekadijanjikan, jika setelah mereka menyerahkanlahan mereka, maka mereka akanmendapatkan perumahan, jalan, listrik danair dan pendidikan bagi anak-anak mereka.Tetapi, tidak satupun dari manfaat tersebutyang tercantum dalam kontrak yang merekatanda tangani.

Manfaat yang diterima oleh pemegang hakulayat sangat tidak pasti dan menyangkutperubahan gaya hidup yang mendasar.Dengan menyetujui untuk menyewakanlahan seluas 18.000 hektar selama 35 tahun,Telapak/EIA memperkirakan bahwakeseluruhan suku Meyah hanya menerimaUS$ 800.000. Sementara itu Medcodiperkirakan akan memperoleh keuntungansekitar US$ 2,5 juta pertahun, sama sepertiyang diperolehnya dari perkebunanya yangseluas 12.000 hektar di Sumatra pada tahun2007.46

Memang kelihatannya suku Meyah telahditekan oleh pihak Medco dan Pemerintahsetempat untuk melepaskan hak atas lahan ©

tel

apak

/Eia

© E

ia/t

elap

ak

bELow:Franz aska’s thumb print on

his contract with Medco Group.

the company pays landowners

merely us$ 45 per hectare.

boTToM:Part of 7 ha of Franz aska’s land

in sidey, Manokwari, cleared

for Medco Group’s oil palm

plantation nursery. april 2009.

16

mereka dengan imbalan yang amat rendah.Moktis mengatakan kepada Telapak/EIA :“Bahwa memang ada tekanan dariPerusahaan dan dari Pemerintah setempat.Ada seorang manajer perusahaan yangmenekan kami, ketika kami hendakmenghentikan perundingan”. Ia jugamengatakan bahwa perusahaan telahmemotong lebih dari separuh dari harga yangmereka minta untuk pembayaran lahan.

propINsI papua

sINar Mas group

Sinar Mas Group, sebuah anak perusahaandari Golden Agri Resources yang terdaftar diSingapura dan dimiliki oleh keluargaWidjaja, adalah salah satu perusahaanperkebunan Indonesia terbesar, dan jugapihak yang yang menyebabkan terjadinyadeforestasi secara besar-besaran diIndonesia. Pada bulan Maret 2009, GARmenyatakan bahwa mereka telah membudi-dayakan sekitar 396.000 Hektar kebunkelapa sawit di Indonesia, yangmenjadikannya “salah satu terdaftar terbesardari perkebunan kelapa sawit yangterintegrasi secara vertikal dan juga sebagaiprodusen dari minyak kelapa sawit mentahdan produk sulingan kelapa sawit di dunia”.47

GAR juga adalah perusahaan induk dari AsiaPulp and Paper (APP), sebuah perusahaanbubur ketas (pulp) dan kertas terbesar diIndonesia. Perusahaan ini diperkirakanmenguasai sekitar 1,4 juta hektar hutan diIndonesia.48

Selama tahun 2007, perusahaan-perusahaanyang terkait dengan pemasok kayu bagi APPdituduh terlibat dalam pembalakan liarbesar-besaran di Riau, Sumatra dan dalambulan Nopember 2007, sebuah tim terpaduyang dibentuk oleh Presiden Yudhoyonountuk menyelidiki kasus ini mengelurkanrekomendasi agar perusahaan ini dituntut.Tetapi walaupun ada bukti-bukti yang kuat,penyidikan kasus ini dibatalkan oleh polisi.49

Pada bulan Maret 2009, sebuah organisasikonservasis menyatakan bahwa : “APP telahmengubah lebih dari sejuta hektar hutanalam di propinsi Riau dan Jambi di Sumatramenjadi hutan tanaman industri untukpulp”.50

Setelah menghadapi kontroversi selamabertahun-tahun akibat kegiatanoperasionalnya yang menghancurkan hutandi Sumatra, Sinar Mas sekarang secaraagresif melakukan ekspansi usahanya diPapua. Perusahaan telah menguasai 11.000hektar perkebunan di Papua dan dalam duatahun terakhir sedang melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan setidaknya sejutahektar lagi untuk ekspansi usahanya.

Pada bulan Januari 2007, Sinar Masmengumumkan rencananya untukmenginvestasikan dana sebesar US$ 5,5milyar bersama dengan sebuah Perusahaanmilik negara Cina untuk mengembangkanproduksi bahan bakar nabati yang berbasisminyak kelapa sawit yang akan berpusat diPapua dan Kalimantan. Pada bulan Maret,anggota DPRD Papua mengumumkan bahwamereka merencanakan akan mencari sekitarsejuta hektar lahan untuk Sinar Mas didaerah Boven Digoel, Mappi, Merauke, Sarmidan Jayapura.51 Walaupun pada saat initampaknya rencana ini tertunda, Sinar Mastetap bergerak maju dengan rencanaekspansinya.Sejak awal 2007, Sinar Mas telahmempertontonkan beberapa filem yangmempromosikan perusahaan mereka danrencana ekspansi mereka di bawah benderapembangunan. Salah sebuah filem inimempertunjukkan seorang pemegang hakulayat dari Boven Digoel yang sedang diajakmeninjau perkebunan Sinar Mas diPekanbaru, Sumatra.52 Perjalanan-perjalanansemacam ini memang sering dilakukan olehperusahaan-perusahaan perkebunan dalamupaya mereka mempengaruhi pemilik lahanuntuk menyerahkan lahan mereka di Papua.

Dokumen internal dari tahun 2007 yangtelah dipelajari oleh Telapak/EIAmenyebutkan bahwa untuk menghindaripembatasan yang mengatur bahwa sebuahperusahaan dilarang menguasai lebih dari200.000 hektar kebun kelapa sawit, SinarMas telah membentuk beberapa perusahaanuntuk mengajukan permohonan untukmembuka perkebunan, di antaranya enamperusahaan yang mengajukan permohonanuntuk areal seluas 637.725 hektar dan enamperusahaan lainnya mengajukan permohonanareal seluas 914.117 hektar di daerah BovenDigoel.53 Sinar Mas juga mengusahakanpembiayaan untuk rencana besarekspansinya ini melalui penerbitan sahamdalam Golden Agri Resources (GAR).Setidaknya modal sebesar US$ 4 juta yangterkumpul akan “mendukung pertumbuhanorganik perusahaan dengan cara mendanaiakuisisi lahan, penanaman pohon kelapasawit, pembangunan pabrik baru danpenyulingan”.54

Dalam bulan Setember 2009, Telapak/EIAmelakukan perjalanan ke daerah Lereh diKabupaten Kaureh, Jayapura, untuk menemuianggota dari suku Kaureh-Yapsi dengantujuan untuk mempelajari lebih lanjutdampak dari kegiatan Sinar Mas. Sepertisebelumnya, kisahnya adalah mengenai rasafrustasi dan kemarahan sebuah komunitas

Top:sagu forest being cleared and

drained by sinar Mas Group in

Mambruk, jayapura, West

Papua province, in 2008.

abovE:arnesus Moktis had to fight to

retain a copy of his 139 hectare

land rental contract with the

Medco Group.

© G

reen

peac

e so

uth

East

asi

Eia

/tel

apak

17

karena kecilnya manfaat yang diterima dariperkebunan yang beroperasi di daerahmereka, walaupun sebelumnya perusahaantelah berjanji akan membangun daerahmereka.

Di daerah Sisik, dekat Lereh, para pemilikhak ulayat dan warga menjelaskan bahwaorang tua mereka telah melepaskan hak ataslahan mereka pada tahun 1991. Penduduksetempat menceritakan bahwa merekameminta truk untuk setiap marga sebagaiimbalan untuk lahan yang mereka berikandan mereka juga dijanjikan kompensasi yangsetara dengan 0,5 persen dari nilai minyakkelapa sawit dari perkebunan setelah mulaiberproduksi. Para pemilik hak ulayat jugaakan menerima Rp 11 juta (US$ 1.100)untuk setiap marga sebagai pembayaranpelepasan hak tanah. Seperti sebelumnyajanji hanya diberikan secara lisan dn tidakkontrak yang mengikat dengan pihakperusahaan.

Tahun demi tahun berlalu dan janji-janji dariperkebunan Sinar Mas tak kunjung tiba.Warga menyampaikan protes mereka bahwamereka tidak pernah menerima truk yangdijanjikan oleh Sinar Mas dan ketikapembayaran untuk CPO dimulai pada tahun2001 ternyata jumlahnya sangat tidakmemadai – hanya sekitar Rp 500.000 (US$50) untuk setiap marga selama tiga bulan.Walaupun pembayaran telah dinaikkanmenjadi satu juta rupiah (US$ 100) padabulan Agustus 2009, tetapi tetap saja takada jaminan bahwa kenaikan ini akanbersifat permanen.

Seorang anggota komunitas, Simon Yamle,berkata : “ Kami pikir uang ini tidak cukupcukup untuk semua anggota dari setiapmarga. Karena jumlahnya sangat minim,sangat kecil.” Seorang warga setempatlainnya, Octavianus Bitaba berkata : “Sampai saat ini kami telah menanti lebih darisepuluh tahun. Keberadaan PerusahaanSinar Mas dan kerjanya hanya berdasarkanjanji.” Tiga belas tahun setelah merekamenyetujui untuk melepaskan hak atastanah mereka, warga setempat masih belummelihat pembangunan dan penghasilan yangdijanjikan.

Perasaan tidak puas yang makin merebakmenyebabkan para pemilik hak ulayat kinimenuntut kompensasi yang berarti dari SinarMas atas eksploitasi hutan dan sumber dayamereka. Telapak/EIA mendapatkan salinandari surat-surat yang diberikan kepada SinarMas pada September 2008 dan Agustus 2009dyang tembusan telah dikirimkan kesejumlah pejabat daerah setempat dannasional. Surat-surat ini menyebutkankelalaian perusahaan untuk membayar kayugelondongan yang mereka tebang di lahanmilik marga, yang bertentangan denganKeputusan Gubernur Propinsi danbertentangan dengan Peraturan MenteriPertanian yang menetapkan bahwaperusahaan harus menyisihkan dua puluhpersen dari areal perkebunan untuk wargasetempat. Secara keseluruhan warga

menuntut kompensasi sekitar Rp 235 milyar(US$ 24 juta).

Telapak/EIA mendapatkan informasi bahwakomunitas ini tidak mendapatkan bantuanapapun dari pemerintah dalam merundingkanperjanjian yang lebih baik dengan Sinar Mas,dan sebagian besar warga menganggapbahwa perusahaan dan pemerintah memangbekerja sama. Sekali lagi, memang inilahperasaan yang dirasakan oleh warga desa disekitar areal perkebunan.

Sinar Mas saat ini sedang memperluaskonsesi Lereh ke arah Mambuk dimanaribuan hektar hutan yang lebat sedangdibuka. Potensi terjadinya konflik denganwarga yang tidak puas amat tinggi. Dalamdokumen saham yang ditebitkannya GARmenyatakan : “ Kekuatiran sosial Group yangpaling utama terkait dengan kemungkinanterjadinya konflik dengan masyarakatsetempat di sekitar areal perkebunannya.”Tetapi pada saat yang bersamaan kelompokperusahaan ini juga berusaha menenangkanpara calon pemegang sahamnya denganmenyatakan : “ Peraturan mengenailingkungan dan praktek sosial di negaradimana Group beroperasi cenderung tidakterlalu keras dibandingkan dengan yangditerapkan di negara-negara maju”.55

raJawaLI group

PT Tandan Sawita Papua, sebuah anakperusahaan dari Rajawali Group, memilikiizin untuk membebaskan hutan seluas26.000 hektar untuk digunakan sebagaikebun kelapa sawit di Kabupaten ArsoTimur, Keerom, yang berbatasan denganPapua New Guinea. Hal ini dilakukanwalaupun suku Manen yang menghuni lokasitersebut berulang kali menolak tawaran yangdiajukan Rajawali. Rajawali Group dimilikioleh seorang pengusaha berpengaruh, PeterSondakh, yang disebut-sebut sebagai orangterkaya nomer lima di Indonesia.Kegiatannya yang utama mencakup usahaperkebunan, properti dan pertambangan.56

Upaya dari masyarakat setempat untukmendorong budi-daya tanaman coklat dalamskala kecil dan bukannya pembukaan hutan

bELow:sagu forest replaced with sinar

Mas oil palms in Mambruk,

jayapura, 2008. sagu is the

staple food for rural Papuans.

the yapse kaureh tribe

landowners have claimed

us$ 24 million compensation

from sinar Mas.

© G

reen

peac

e so

uth

East

asi

a

18

secara besar-besaran untuk penanamankelapa sawit telah ditolak mentah-mentaholeh pemerintah setempat. Seorang pimpinanmarga setempat, Augustine. P. F. Kres,menjelaskan mengapa masyarakatmenentang Penanaman kelapa sawit : “Masyarakat Keerom memiliki kehidupan,karena mereka memiliki lahan asli danhutan. Apabila hutan tradisional merekamusnah berarti umat manusia dankehidupannya juga berakhir”, serayamenambahkan “karena itu kita harusmembatasi pembangunan perkebunan kelapasawit yang akan menghancurkan hutan”.57

Setelah memberikan izin final kepadaRajawali, Gubernur Suebu berbicara padaupacara peresmian perkebunan pada bulanJanuari 2008, ia menyebutkan bahwaperkebunan akan membawa “sebuah hariyang baru untuk masa depan yang lebih baik.Sebuah masa depan yang lebih terjamin,damai dan sejahtera untuk kita semua.”Daryoto Setiawan yang mengepalaiperkebunan Rajawali di Keerom berkata :“Dalam beberapa tahun ke depan, Papuaakan menjadi salah satu pusatpengembangan kebun kelapa sawit yangterbesar dan terbaik di dunia”.58

Tampaknya warga setempat amatmeragukan akan masa depan yangdijanjikan. Setelah dibujuk untukmenyerahkan lahan pada saat mengikutiperjalanan tur yang diselenggarakan olehRajawali Group ke Kalimantan Selatan danpembayaran insentif yang telah diberikankepada pemimpin daerah setempat, tidakadanya kompensasi telah mendorong wargauntuk merampas kunci buldozer dalam upayamereka untuk menghambat pembukaanhutan oleh Rajawali.59

Ketika mengunjungi desa Yetti di Arso Timurpada bulan September 2009, penyelidik dariTelapak/EIA mendapatkan informasi bahwamasyarakat telah tiga kali menolak tawaranpihak perkebunan karena mereka tidakmenginginkan seluruh lahan mereka dialih-fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.Telapak/EIA juga mendengar dari KepalaSuku Yetti, Martin Putuy, bagaimananegosiasi yang terjadi antara pihak

pemerintah dan perusahaan denganmasyarakat adat sejak berlangsungnyaprotes yang telah mengakibatkan beberapadari pemilik hak ulayat sudah bersediauntuk menyerahkan hak mereka, walaupunmasih banyak juga yang tidak setuju. Iamemperkirakan separuh dari lahan yangizinnya telah diperoleh Rajawali akandibebaskan, walaupun kesepakatan akhirbelum tercapai.

Ketika berada di Yetti Telapak/EIAmendengar kabar bahwa beberapa tim yangterdiri dari pejabat Departemen Kehutananyang ditemani oleh pihak militer melakukansurvey di hutan bersama pemimpindaerah/setempat untuk menentukan arealmana yang dapat dikonversi. Sebagian wargalokal masih merasa tidak senang danmembuat penghalang jalan untuk mencegahrombongan pejabat tersebut mendekati lahanmereka. Upaya untuk menolak kehadiranperkebunan dibuat semakin rumit karenaKeerom adalah sebuah areal “merah” dengankehadiran pihak militer yang amat kuat.LSM setempat dan aktivis HAM telahberulang kali melaporkan intimidasi olehaparat militer terkait dengan kegiatan dibidang kehutanan dan perkebunan diKeerom.60

Rajawali Group adalah anggota UnitedNations Global Compact. Dalam laporanuntuk tahun 2007-2008, Ketua PeterSondakh mengatakan : “ Unit usahaperkebunan kami dipandu oleh komitmenkami yang kuat terhadap perlindungan dankonservasi lingkungan”.61

MEraukE – pErkEbuNaN poLITIk

Sebagai salah satu daerah awal yangdiperuntukkan bagi transmigrasi pada rejimSuharto, kawasan Selatan Propinsi SelatanPapua yang terdiri dari Kabupaten Merauke,Boven Digoel dan Mappi menerima dampakterbesar dari perkembangan pesatperkebunan di Papua. Kawasan yang landaidan potensi tegakan hutannya amat menarikbagi industri kehutanan, perkebunan danberbagai kegiatan pertanian. Dan di kawasanPropinsi ini juga terletak areal hutan yangterluas yang diperuntukkan sebagai HutanKonversi.

Kawasan ini memiliki keaneka-ragamanekosistim yang unik, termasuk diantaranyaadalah hutan dataran rendah tropis, hutanbakau, hutan Eucalyptus dan padang rumput.Di kawasan ini juga merupakan lokasi dariTransfly eco-region yang dikenal di seluruhdunia yang mencakup lebih dari sepuluh jutahektar dan meliputi wilayah Papua danPapua New Guinea. Taman Nasional Wasuryang terbentang dekat dari kota Meraukesampai ke perbatasan dengan Papua NewGuinea adalah kawasan Hutan Lindung yangamat penting di dunia.

Antara bulan Januari dan Agustus 2007,pejabat pemerintah daerah setempatmengeluarkan izin prinsip kepada sejumlah

bELow:Manen tribe leader, augustine.

P. F. kres: “it is necessary to

restrict the oil palm plantation

that will transform the forest

to nothing.”

boTToM:rajawali Group’s Daryoto

setiawan – “in some years to

come, Papua will stand out as

one of the biggest and the best

palm oil development centres

in the world”.

© F

oker

lsM

Pap

ua, j

anua

ry 2

008

© F

oker

lsM

Pap

ua, j

anua

ry 2

008

19

besar perkebunan, termasuk untukperkebunan kelapa sawit dan hutan tanamanindustri (HTI) yang mencakup areal seluas1,5 juta hektar.62 Pada akhir 2007, BupatiMerauke mengumumkan bahwa arealtambahan seluas 4,5 juta hektar juga telahdisediakan untuk lokasi perkebunan, inisama dengan luas seluruh wilayahKabupaten.63 Data yang diperoleh darikantor kehutanan setempat menunjukkanbahwa 1,2 juta lahan telah diperuntukkanuntuk perkebunan di Merauke, hampir sejutahektar dari lahan peruntukkan ini masihdigolongkan sebagai hutan.64

Salah satu dari investor utama dalam sektorperkebunan di Merauke adalah Medco Groupyang telah membelanjakan sekitar Rp 20trilyun (US$ 2 milyar) untuk sebuah hutantanaman industri (HTI) dan pabrik untukmemproduksi bubur kertas (pulp) dan kertas.Melalui anak perusahaannya, PT Selaras IntiSemesta (PT SIS), kelompok usaha ini telahmendapatkan izin untuk mengelola HutanTanaman Industri seluas 259.000 hektar.65

Kajian atas izin ini menunjukkan bahwa PTSIS akan memperoleh sekitar 15 juta meterkubik kayu gelondongan dari hutan alamyang berada dalam wilayah konsesinya.

Pada bulan Juni 2008, sebuah anakperusahaan Medco yang lain, PTMedcopapua Industri Lestari, memperolehizin untuk mengoperasikan sebuah pabrikkertas baru yang terletak di areal seluas2.800 hektar di desa Buepe, KabupatenKaptel, Merauke yang mampu memprosesdua juta ton bubur kertas per tahun. Mediasetempat melaporkan bahwa Medco sudahmulai membuka lahan untuk pabrik ini padaFebruari 2008, tepat setahun sebelum izinuntuk menebang diperoleh.66 Keberadaanperusahaan ini telah menimbulkanperpecahan di kalangan masyarakat Marindyang mendiami kawasan ini, dengan adanyadugaan bahwa lahan yang digunakan untukpabrik diperoleh dengan cara yangmelanggar tata cara masyarakat asli terkaitdengan penggunaan lahan.67

Medco juga merencanakan sebuah proyekkerja sama raksasa dengan perusahaanKorea, LG International (bagian dari LGGroup, sebuah perusahaan konsumerelektonik yang terkenal). Kerja sama iniakan terpusat pada pembangunan hutantanaman industri seluas satu juta hektar diMerauke.68 Menurut rencana yang dituturkanoleh pihak manajemen “ … lahan akandibagi menjadi enam bagian dan semuapohon berdaun lebar pada salah satu darikeenam bagian ini akan ditebang habis”,untuk memproduksi chip kayu sebanyak 1,4juta ton dan palet kayu sebanyak 3,6 juta tonper tahun untuk memproduksi energi.69

Salah satu proposal perkebunan terbesar dikawasan ini adalah Merauke Integrated Foodand Energy Estate (MIFEE), yangmerupakan rencana pemerintah pusat untukmengubah daerah ini menjadi kawsanpertanian yang luas. Untuk mewujudkanrencana ini, pemerintah mencari investor

yang berminat dari Timur Tengah, Cina danKorea. Rencana ini diperkirakan akanmencakup areal seluas 1,7 juta hektar.70

Ekspansi perkebunan secara besar-besarandi Merauke sangat terkait dengan upayapemerintah Kabupaten Merauke yangdipimpin oleh Bupati Johanes Gluba Gebzeyang ambisius untuk menciptakan Propinsibaru – Propinsi Papua Selatan – di wilayahkabupatennya. Karena masa tugas Gebzehampir berakhir, maka bayangan akanmenjadi seorang Gubernur di sebuah propinsibaru dapat menjadi jalan baginya untukmempertahankan kekuasaan. Beberapatokoh berpengaruh di Jakarta yangmendukung ide Gebze disebut-sebut sebagaisebuah “aliansi pihak militer dan nasionalisyang bekerja sama dengan politisi lokal”.71

Kombinasi dari aspirasi politik Gebze,kepentingan pemerintah pusat dan potensiinvestasi raksasa yang akan diperoleh dariperluasan perkebunan telah menciptakansuatu iklim yang penuh tekanan kepadasiapapun yang menentang perluasanperkebunan atau pembentukan propinsi baru.Sumber-sumber setempat melaporkan bahwakelompok-kelompok iregular bekerja samadengan aparat keamanan negara dalammemantau dan mengintimidasi parapenentang di kawasan ini.

Ada sekitar 3.000 tentara yang bertugas dikawasan sekitar Merauke dan Boven Digoel,dengan pos-pos keamanan yang terbentangsetiap lima kilometer antara Merauke danMuting dan Asiki di Boven Digul sampai kebagian timur laut.72 Keberadaan personilmiliter di daerah ini disebutkan untukmelindungi kepentingan perusahaanperkayuan dan perkebunan yang beroperasidi daerah ini. Sebagai contoh adalah Korindoyang memiliki perkebunan kelapa sawit yangbesar dan Pabrik kayu lapis di daerah ini.

kabupaten

Merauke

Mappi

boven Digul

Mimika

sarmi

Total (ha)

4,350,789

2,614,050

2,726,932

2,131,049

3,218,524

conversion forest (ha)

1,412,988

873,354

809,909

507,327

381,780

% of total as Hpk

32.5%

33.4%

29.7%

23.8%

11.8%

seksi Pemantauan dan Evaluasi Hutan Produksi, august 2009,www.bpphp17.web.id/database/data%200809/a2.htm

Top 5 conversion forest areas – papua province

© s

kP k

aM

bELow:korindo Group’s palm oil mill

in boven Digul. locals say

they have benefited little from

the operations.

20

Perusahaan ini diduga memberikan uangsecara rutin kepada pihak militer,73 sejakperusahaan ini terlibat persengketaandengan masyarakat setempat terkaitpengoperasian pabriknya.74

INvEsTor Luar NEgErIMENEguk kEuNTuNgaN

Makin maraknya promosi mengenai revolusienergi yang hijau sebagai tanggapanterhadap perubahan iklim membuat parapengambil keputusan di ruang rapatkonglomerat internasioanl berpikir kerasbagaimana caranya agar dapat ikut menegukkeuntungan dari lonjakan permintaan akanbahan bakar nabati.

Penelitian yang dilakukan oleh Telapak/EIAtelah mengidentifikasi beberapa transaksiyang bernilai jutaan dolar terkait denganhutan-hutan Papua melibatkan dana danperusahaan dari Hong Kong, Singapura danwilayah bebas pajak seperti British VirginIslands yang berusaha meneguk keuntungandari insentif melimpah yang diberikanpemerintah Indonesia dan mengenakan bajuperusahaan perkebunan yang “hijau”.Dengan membentuk jalinan kerjasamadengan mitra setempat dan memanfaatkanundang-undang baru tentang nvestasi asingIndonesia yang murah hati; investor dariCina, Korea, Singapura, Malaysia dan TimurTengah berbondong-bondong untukmendapatkan “sepotong kue” dari rencanapengembangan perkebunan yang pesat diPapua.

Transaksi-transaksi semacam ini telahmengubah batas hutan-hutan Papua dankehidupan warga asli Papua.Sebuah contoh dari investasi asing yangbesar di sektor minyak kelapa sawit diPapua adalah transaksi rumit yangmelibatkan CCT Resources dari Hong Kong.

ccT rEsourcEs –MENyEMpurNakaN HuTaN DENgaNMINyak kELapa sawIT

Pada tanggal 12 Agustus 2008 CCTResources sebuah perusahaan yang terdaftardi kepulauan Cayman membeli konsesi hutan(HPH) seluas 313.000 hektar di KabupatenMimika yang terpencil di Pantai Selatan

Propinsi Papua. Perusahaan berniat untukmengalih-fungsikan 200.000 hektar darilahan konsesi ini menjadi perkebunan kelapasawit.

Transaksi melibatkan pembelian MerdekaTimber Group Ltd. (MTG) dengan nilai US$100 juta oleh CCT melalui dana yangdisalurkan kepada Merdeka CommoditiesLimited (MCL) yang terdaftar di kepulauanBritish Virgin Island.75

Jumlah yang dibayarkan ini hanya setaradengan US$ 320 per hektar, yangkelihatannya didasarkan pada hasil penilaianyang dilakukan oleh Pöyry Forest Industry,yang memperkirakan stok kayu gelondonganpada lahan yang dikuasai MCL kurang lebihbernilai US$ 148 juta. Laporan inimenyebutkan bahwa sebagian besar lahanmasih berbentuk hutan dan sebagian masihberbentuk hutan perawan, yang disebutdalam laporan sebagai berikut : “Hampirkeseluruhan lahan konsesi (HPH) di Mimikabelum pernah disentuh atau diubah darikondisi aslinya”.76

Areal hutan yang dibeli CCT kemudian dibagimenjadi tiga konsesi yang dinamai BlokTimur, Tengah dan Blok Barat. Survey yangdilakukan Pöyry menunjukkan bahwasebagian besar lahan mempunyai depositgambut yang tebal dan kemungkinanmenyimpan stok karbon dalam jumlah besar.Jumlah nilai komersial dari stok kayugelondongan di lahan yang dibeli oleh CCTdiperkirakan sekitar tiga juta meter kubik.

Angka ini didapatkan dari penebangandengan sistem tebang pilih (selective loggingmode)l dari sebuah hutan konversi danbukan merupakan angka yang didapatapabila lahan tersebut dibuka untukdijadikan perkebunan kelapa sawit. Apabilatetap dilakukan alih fungsi dari lahanseperti yang direncanakan, maka pendapatanCCT dari kayu gelondongan akan jauh di atasperkiraan yang dibuat Pöyry yangmemperkirakan nilai stok kayu gelondongandi kisaran US$ 150 juta, yang merupakanbasis biaya akuisisi.

CCT adalah pemain baru di sektor perkayuandan perkebunan dan direksinya menyatakanbahwa mereka akan meningkatkan kualitasstok karbon dari hutan yang lebat dengancara menebang habis pohon-pohonnya.Perusahaan menyatakan “Demi masa depanyang cerah untuk masyarakat danlingkungan, MTG Group merencanakanuntuk meningkatkan kualitas hutan denganmenanami lahan hutan dengan kelapasawit”. Perusahaan ini kelihatannyamerencanakan untuk meneguk keuntungandari perkiraan lonjakan permintaan bahanbakar nabati yang berasal dari minyakkelapa sawit “karena negara-negara industrimaju telah menyatakan komitmen merekauntuk mengurangi emisi rumah kaca.” Tetapimasalahnya adalah menebang pohon-pohondi areal seluas 200.000 hektar dimanasebagian besar pohon tersebut hidup dantumbuh di atas lahan gambut dan

© E

ia/t

elap

ak©

Eia

/tel

apak

Top:indonesian troops disembark at

Merauke in 2007. 3000 soldiers

are stationed in plantation

expansion areas across Merauke

and boven Digul.

abovE:the plantation expansion plans

of johannes Gluba Gebze, bupati

of Merauke (left of image), are

connected to his aspirations for

a new province, an initiative

reportedly supported by an

“alliance of military and

nationalist figures”.

21

menggantikannya dengan pohon kelapasawit justru akan memperbesar emisi rumahkaca, jauh diatas manfaat yang mungkindiperoleh dari menggunakan bahan bakarnabati yang dihasilkan (lihat halaman 4).

Laporan CCT dan data keuangan lainnyamenunjukkan bahwa Merdeka Timber Group(MTG) hampir seluruhnya dikendalikan olehseorang pengusaha, Lai Wing Hung. Laitercatat sebagai direktur Merdeka TimberGroup dan Merdeka Timber Trading yangberbasis di Hong Kong.77 Lai juga menguasaisaham mayoritas di CCT ResourcesHoldings. Ia disebut-sebut sebagai pemilikbeberapa konsesi hutan di Indonesia danAmerika Latin dan mempunyai hubungandengan beberapa tokoh di dunia politik.78

Tampaknya CCT mempunyai koneksi yangkuat di Cina Daratan. Penasihat-penasihatnya termasuk perwakilan dariKongres Nasional XVI Partai Komunis Cinayang berkuasa di RRC, dan juga seorangmantan direktur badan energi dari KomisiPembangunan dan Reformasi (StateDevelopment and Reform Commission) yangamat berkuasa. Dan dalam jajaranmanajemen senior perusahaannya dudukmantan wakil dari Badan AdministrasiKehutanan Negara (State ForestryAdministration).79

Tokoh lain yang terlibat dalam transaksi iniadalah Sontang Alboin Manurung dan RayGutafson Manurung, dari Sumatra yangmemiliki saham di PT Merdeka TapareTimber, sebuah perusahaan yang mayoritaspemiliknya adalah MTG yang sedang dalamproses untuk mendapatkan izin untukmembangun Pabrik Pengolahan Kayu yangdatang dari areal konsesinya.80

Pada bulan Juli 2009, kepala kantor wilayahkehutanan, perkebunan dan hortikulturaMimika, mengumumkan bahwa PT MerdekaPlantation Indonesia, adalah sebuah anakperusahaan MTG ayang merupakan salahsatu dari dua perusahaan yang memperolehizin untuk mengembangkan perkebunanminyak kelapa sawit di Mimika. Iamenyatakan bahwa Gubernur Papua, Suebu,telah memberikan izin untuk membukaperkebunan dan walaupun perusahaan belummemiliki izin untuk memanfaatkan kayugelondongan yang diperoleh ketika membukahutan (Izin Pemanfaatan Kayu, IPK),perusahaan telah menyiapkan arealPersemaian dan akan segera memulaioperasinya yang berskala besar dalam waktudekat.81

CCT melaporkan bahwa pada kuartalpertama tahun 2009, perusahaan telah“mulai memanen kayu dari hutan untukmembangun pabrik pengergajian danmembangun jalan masuk ke hutan”, danuntuk itu penjualan kayu gelondongandiharapkan dapat dimulai pada pertengahantahun 2009”. Tampak jelas bahwaperusahaan mengharapkan akan mendapatkeuntungan besar dari modal yangditanamkannya melalui pernyataan yangdirilisnya yang berbunyi “permintaan yang

tinggi untuk kayu gelondongan dan produkkayu sedangkan pasokan sangat sedikit” dan“ potensi pertumbuhan usaha yang besarkarena permintaan akan minyak kelapasawit yang terus meningkat sebagai sumberenergi alternatif untuk bahan bakar fosil”.82

Pada bulan Mei 2008, ketika CCT sedangmempersiapkan akuisisi Merdeka TimberGroup, Pemerintah Propinsi Papua danPemerintah Kabupaten Mimika menandatangani perjanjian dengan pedagang karbon,mencari upaya untuk mencegah deforestasimelalui pemanfaatan stok karbon yangterdapat di hutan.83

Seorang pejabat senior Mimika, MarthinGiay, menyatakan dukungannya terhadapgagasan ini dengan mengatakan :“Pemerintah daerah sangat menyetujuikampanye untuk melindungi hutan Papua,karena sebagian hutan Papua sudah rusak”.

Tetapi pada saat yang bersamaan, pejabat-pejabat lainnya terlibat kerja sama denganMerdeka Timber Group, yang tidak lamakemudian dibeli oleh CCT seperti BupatiKabupaten Mimika Baru, James NoldySumigar, bahkan sudah melakukan langkah-langkah untuk memfasilitasi kegiatanpembukaan hutan yang akan dilakukan olehPT Merdeka Timber, sehingga penanamanpohon kelapa sawit dapat segera dimulai.84

Tidak hanya itu, Telapak/EIA jugamendapatkan informasi bahwa AloysiusRafra, mantan Bupati Mimika telah diangkatmenjadi komisaris PT Merdeka PlantationIndonesia, perusahaan yang bertugasmengembangkan perkebunan di daerah ini.85

Tampak jelas bahwa potensi keuntunganyang mungkin diraih telah mengalahkansegala upaya untuk melindungi areal hutan.Sebagai contoh, Blok Timur dari areal barukonsesi CCT memiliki potensi kayu Merbauyang berharga yaitu 15 meter kubik perhektar. Dengan harga sekarang, kayuMerbau yang dijual akan menghasilkan US$7.500 per hektar atau dua puluh kali lipatdari nilai yang dibayarkan oleh CCT. Apabilajenis kayu lainnya seperti Matoa, Mersawadan Nyatoh juga akan dihitung maka tiaphektar mempunyai potensi rata-rata 129meter kubik kayu yang berharga. Sungguhsebuah keuntungan yang besar yang akandiperoleh CCT dari rencananya untukmenghancurkan hutan.

bELow:Millionaires flitting between

the glittering financial centres

of Hong kong and singapore,

and tax havens such as the

british virgin islands are

reaping the rewards of

Papua’s bio-fuel driven

deforestation surge.

© E

ia/t

elap

ak

Sebuah visi alternatif selain perluasan perke-bunan dalam skala besar amat dibutuhkanuntuk menjamin bahwa Sumber Daya HutanPapua dapat dikelola secara lestari danberkesinambungan untuk memberikan man-faat bagi warga setempat, dan bukannyauntuk memperkaya perusahaan-perusahaan.Pemberdayaan masyarakat Papua dalammengelola sumber mata pencaharian yangberkelanjutan melalui kepemilikan hakuntuk mengelola Sumber Daya Alam merekasendiri, menjadi hal yang sangat penting.

Hutan kemasyarakatan Masyarakat Papua ingin mengelola lahandan sumber daya alam mereka sendiri, danapabila keinginan ini dirancang dan dilak-sanakan dengan benar maka Hutankemasyarakatan akan menjadi jalur bagipembangunan yang berkelanjutan bagimasyarakat Papua.

Walaupun izin untuk menerapkan HutanKemasyarakatan telah ada menurut skematerdahulu (dikenal dengan nama IPKMA),tapi skema tersebut dirancang dan dilak-sanakan dengan buruk pada tingkat pusatdan propinsi, dimana masyarakat lokal tidakmempunyai kapasitas yang cukup dan tidakmemperoleh bantuan untuk mengelola arealhutan yang luas. Oleh sebab itu, izin ini ser-ingkali dibajak oleh perusahaan kayu yangmemanfaatkan izin masyarakat untuk men-dapatkan akses ke kayu gelondongan, yangpada akhirnya berujung pada eksploitasiyang tak terkendali, pembalakan liar danskema penyelundupan kayu terbesar didunia. Izin IPKMA akhirnya dibatalkan olehpemerintah pusat pada tahun 2005 sebagaijawaban atas pembalakan liar yang tak terk-endali dan sekarang masyarakat Papua tidakmempunyai hak legal untuk memanen ataumendapatkan keuntungan dari kayu gelon-dongan yang berada di atas lahan mereka.Tindakan seorang warga Papua yangmenebang pohon yang berada di lahannyamerupakan tindakan yang melanggar hukum.Hal ini mendorong mereka untuk memasokkayu ke pabrik penggergajian dengan hargarendah dan mereka juga rentan terhadap tun-tutan suap dari seorang pejabat yang men-gancam mereka. Sebenarnya kebijakan inimasih dapat disebut sebuah kebijakan yangtepat apabila izin ini dirancang pada skalayang tepat dan masyarakat dibantu dandipandu secara efektif dalam pelaksanaan-nya, sehingga warga Papua dapat menggu-

nakan Hutan Kemasyarakatan sebagai sum-ber penghidupan.

Berdasarkan hal tersebut, maka HutanKemasyarakatan yang legal yang dirancangdan dikelola dengan baik akan dapat berper-an besar dalam mendorong terciptanya pem-bangunan yang berkelanjutan bagimasyarakat Papua dibandingkan dengan per-luasan perkebunan dalam skala besar yangdilakukan saat ini.

perkebunan skala kecilSetelah mengikuti proyek-proyek pembangu-nan yang sebelumnya, masyarakat Papuatelah mendapatkan pengalaman yang berhar-ga dalam pembudi-dayaan dan memperolehkeuntungan dari perkebunan tanaman coklat.Masyarakat Papua menyatakan bahwapenanaman coklat sesuai dengan budayamereka dibandingkan dengan pembudi-dayaankelapa sawit dimana mereka tidak mempunyaipengalaman. Hal ini tampak dalam beberapakasus dimana masyarakat Papua berusahamembudi-dayakan tanaman coklat dalamskala kecil pada lahan-lahan yang kemudiandiserahkan oleh pemerintah kepada perusa-haan-perusahaan yang kemudian ditanamikelapa sawit.

Kegiatan lainnya pada tingkat masyarakatadalah peternak mutiara, perikanan dan wisa-ta hutan (ecotourism) telah ditawarkan seba-gai sumber penghasilan yang sesuai untukPapua dan masyarakat Papua. Walaupundemikian sampai saat ini usulan-usulan inidikesampingkan karena eksploitasi dalamskala industri dianggap lebih menarik.Wisatawan sampai saat ini tidak dianjurkanuntuk berkunjung ke Papua.

kerangka kerja rEDDUpaya untuk menahan laju deforestasi telahberalih menuju semacam mekanisme untukmengurangi emisi yang diakibatkan olehdeforestasi dan degradasi hutan (REDD).Walaupun kerangka kerja peraturan untukskema ini belum final, REDD menawarkansebuah alternatif yang menarik dibandingdengan deforestasi yang terencana di Papuadan juga menawarkan sesuatu yang akanmemberi manfaat pada masyarakat setempat.Karena itu perlu diperhatikan bahwa skemaREDD didasarkan pada hak adat atastanah,persetujuan masyarakat dan pembagian pen-dapatan yang adil.

22

HuTaN uNTuk rakyaT

© E

ia/t

elap

ak

abovE:locals salvage timber from forests

to be cleared by the Medco Group

in Manokwari, april 2009.

opposITE pagE:

Papuans still rely on forests for

their daily needs, including:

materials for building and local

handicrafts (top), and sagu –

the staple food for Papuans

(bottom right). small scale

chocolate plantations (bottom

left) have been supported by

locals. such activities could

continue within forest landscapes

preserved through funding for

reducing deforestation, or rEDD.

23

© E

ia/t

elap

ak

© E

ia/t

elap

ak©

Eia

/tel

apak

24

Apa yang terjadi di Papua adalah peram-pasan lahan dalam skala besar-besaran.Setidaknya lima juta hektar lahan dimanasebagian besar masih berupa hutanditargetkan oleh para konglomerat yangberkuasa dan didukung oleh investor asingyang tidak jelas, yang kadang-kadangterdaftar di kawasan bebas pajak di luarnegeri (offshore taxhavens) yang penuhrahasia. Perkembangan pesat sektorperkebunan ini juga didukung oleh pejabat-pejabat dari berbagai tingkatan yangmengatas-namakan pembangunan untukmasyarakat Papua dan anggapan bahwaperubahan iklim dapat diatasi hanya denganpenggunaan bahan bakar nabati.

Penyelidikan yang dilakukan olehTelapak/EIA menunjukkan perkebunan yangtelah beroperasi gagal memenuhi janjinyauntuk memberikan manfaat bagi masyarakatsetempat. Sebaliknya malah keberadaanperkebunan hanya mewariskan konflikantara masyarakat yang terkena dampakdengan perusahaan perkebunan, eksploitasiyang tak terkendali dan kekecewaan yangmendalam. Penerima manfaat sesungguhnyatinggal jauh dari Papua; di tengahgemerlapnya pencakar langit di Jakarta danruang rapat di Hong Kong dan sentrakeuangan dunia lainnya.

Penghancuran terencana terhadap jutaanhektar hutan Papua menyebabkan implikasiyang serius terhadap upaya-upaya untukmengatasi perubahan iklim. Potensi manfaatdari penggunaan bahan bakar nabatidikecilkan oleh emisi rumah kaca yangdihasilkan oleh penggantian hutan yang lebatdengan tanaman monokultur seperti kelapasawit.

pEMErINTaH INDoNEsIa Harus:

• Menghentikan pemberian izin pembukaanperkebunan baru, sampai diadakannyasebuah pengkajian yang transparan danmenyeluruh akan dampak yang mungkinterjadi

• Menyebar-luaskan informasi mengenaisemua izin perkebunan yang dikeluarkandi Papua

• Memastikan implementasi penuh dariperaturan otonomi khusus yangmenjelaskan dan memformalkankepastian tenurial tanah dan SumberDaya Alam

• Menetapkan tata cara dan kompensasiyang adil dan mengikat perusahaan

perkebunan dalam merundingkanpenggunaan lahan dengan masyarakatsetempat

• Memberdayakan Komisi PemberantasanKorupsi agar melakukan penyelidikanterhadap pemberian izin perkebunan yangmencurigakan, terutama di Merauke danSorong

• Menyelidiki kasus-kasus dimana kegiatanperkebunan telah dimulai sebelum izinyang diperlukan diperoleh

• Mendorong penyebar-luasan pengelolaanhutanberbasis rakyat di Papua

• Memusatkan program pembangunan padapendidikan yang lebih baik, pemberdayaandan pengembangan Sumber Daya ManusiaPapua sebelum mengeksploitasi SumberDaya Alamnya

koMuNITas INTErNasIoNaL Harus:

• Memastikan perjanjian internasional tidakmengandung insentif bagi pengalihanfungsi hutan untuk memproduksi bahanbakar nabati dan mematikan agar skemakerangka kerja REDD menjamin hak-hakmasyarakat adat

• Memastikan bahwa Papua mendapatkanprioritas utama dalam bantuanpembangunan untuk mengatasi masalahkemiskinan, menjamin sumber matapencaharian di pedesaan yangberkelanjutan dan mengurangi emisikarbon yang diakibatkan oleh deforestasidi Indonesia

• Melakukan penilaian terhadap peran darituntutan global terhadap komoditaspertanian dan bahan bakar nabati sepertimisalnya kelapa sawit dalam mendorongterjadinya deforestasi danmengembangkan standar yangberkelanjutan yang mengikat untukkomoditas-komoditas tersebut

coMpaNIEs sHouLD:

• Menghindari pembelian minyak kelapasawit atau produk pertanian lainnya dariperusahaan yang beroperasi di Papuasampai sebuah kajian yang menyeluruhdan transparan mengenai dampak sosialdan lingkungan yang mereka akibatkantelah dilakukan dan langkah-langkahperbaikan juga telah dilakukan.

© E

ia/t

elap

ak, a

pril

2009

rEkoMENDasIabovE:Without remedial action, millions

of hectares of Papua’s frontier

forests will be converted to

plantations over the next

decade, as above in sorong.

1. Paparan oleh barnabus suebu, Gubernur PropinsiPapua di http://www.climatechange.ca.gov/forestry_task _force/documents/belem/Papua_belem_Presentation.pdf

2. the stern review on the Economics of ClimateChange, tambahan 7.f, http://www.hm treasury.gov.uk/ d/annex7f_land_use.pdf.

3. Houghton 2003, dikutip dalam baumert et al. 2005,dikutip dalam indonesia dan Climate Change: WorkingPaper on Current status & Policies, a sari et al, Worldbank, PEaCE & DFiD, Maret 2007.

4. the Economics of Climate Change in southeast asia,asian Development bank, april 2009. (Perekonomiandan Perubahan iklim di asia tenggara, bankPembangunan asia)

5. Climate Change vulnerability for sE asia,Environment and Economy Programme for southeastasia, 2009.

6. indonesia and Climate Change: Working Paper onCurrent status & Policies, a sari et al, World bank,PEaCE & DFiD, Maret 2007.

7. towards sustainable Production and use ofresources: assessing biofuels: united nationsEnvironment Program (unEP), october 2009.

8. Government Calls for Help with Emission Cuts,jakarta Post, 27 agustus 2009.

9. Dewi, s., khasanah, n., rahayu, s., Ekadinata a., danvan noordwijk, M. 2009. Carbon Footprint ofindonesian Palm oil Production: a Pilot study. bogor,indonesia. World agroforestry Centre - iCraF, kantorregional sEa.

10. Papuans Demand no new Forestry or PlantationDeals until special autonomy regulations Protectindigenous rights and interests, Eia/telapak/FokerlsM Papua Press release, jakarta, 25 juni 2008,terdapat di: http://www.eia-international.org/cgi/news/news.cgi?t=template&a=462)

11. Eia/telapak, the thousand Headed snake (ularberkepala seribu), 2007.

12. the last Frontier, illegal logging in Papua and China'sMassive timber theft, Eia/telapak, 2005.

13. korupsi dan pendapatan dari hutan di Papua(Corruption and forest revenues in Papua), anti-Corruption resource Centre, bambang setiono, juni2008. terdapat di www.u4.no/themes/natural-resources)

14. a backwards step, how demand for merbau timber isundermining indonesia's anti-pembalakan liar poli-cies, Eia/telapak, 28 agustus 2008.

15. Data Ekspor dari brik, 19 januari 2009; DataProduksi dari Departemen kehutanan terdapat di :http://www.dephut.go.id/inForMasi/PH/bPk/alaM/Produksi_Mei07.pdf danhttp://www.dephut.go.id/files/Datarelease_bPk08_0.pdf)

16. a who's who of indonesian biofuel, bill Guerin, asiatimes, 22 Mei 2007.

17. the Final Cut: illegal logging in indonesia's orangutanParks, Eia/telapak, agustus 1999.

18. siaran Press Eia, tanggal 6 Mei 2008. 19. surat keputusan Menteri Pertanian

no.26/Permentan/ ot.140/2/2007. 20. instruksi Presiden no. 5, tahun 2007. 21. indonesia looks to Papua to expand palm oil planta-

tions: official, aFP, 21 Mei 2008. 22. Mobilitas dan Pengembangan sumber Daya Manusia

di indonesia, riwanto tirtosudarmo, unDP, juni2009, mengutip data dari Central Council ofstatistics yang terdapat di http://www.bps.go.id/sec-tor/ipm/table1.shtml

23. Papua needs assessment, an overview of Findingsand implications for the Programming ofDevelopment assistance, unDP, august 2005.

24. Health and human security in West Papua, Medicaljournal of australia, rees et al, 20 oktober 2008.terdapat dihttp://www.mja.com.au/public/issues/189_11_011208/ree10420_fm.html

25. tussle for Papua's forests, john Mcbeth, the straitstimes (singapore), 21 agustus 2007.

26. transparency international 2009 Global Corruptionreport, dikutip di; Most business players pay bribes:survey, the jakarta Post, 8 oktober 2009.

27. Peta jalan di Papua, Halaman17, lembaga ilmuPengetahuan indonesia,2008.

28. Papua governments blew rp 30 t on ëspecial autono-my': official, andi Hajramurni, the jakarta Post, 9september 2009.

29. agriculture and Development in Eastern indonesia:agriculture sector strategy review. Ministry ofagriculture, March 1998: http://www.adb.org/Documents/reports/Consultant/29316-ino/ 29316-05-ino-taCr.pdf

30. Deklarasi Para Gubernur aceh, Papua dan Papuabarat tentang Perubahan iklim, nusa Dua, bali, 26april 2007.

31. Dari Hutan untuk kematian menuju Hutan untukkehidupan: kebijakan baru untuk Manajemenkelestarian Hutan di Papua (From Forests for Deathto Forest for life: the new Policy for sustainableForest Management in Papua), barnabas suebu,Governor of Papua Province, Desember 2007.

32. Papua to assess Carbon stocks, jakarta Post,14 Mei2008.

33. Hanya 10 Perkebunan Mampu bertahan di Papua,Papua Pos, 26 Pebuari 2009.

34. study kelayakan Proyek Perkebunan kelapa sawitPt. Henrison inti Persada, Papua. by i Wayanbudiasa, jurusan sosial Ekonomi Pertanian, FakultasPertanian, universitas udayana, Denpasar, bali,indonesia. ada di http://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:q02Ehcs4nuaj:ejournal.unud.ac.id/abstrak/(4)%2520soca-budiasa-kelayakan% 2520kela-pa%2520sawit(1).pdf+%22henrison+ inti+persa-da%22&hl=en)

35. kejahatan trans-nasional dari Pembalakan liar,Halaman 6,suripto, anggota dari komisi i, republikindonesia, dipresentasikan di Eia/telapak workshop"violence in the Forest", Hotel atlet Centuryjakarta, 18 & 19 september 2006.

36. surat keputusan Meneteri kehutanan no.409/Menhut-ii/2006.

37. surat Dinas no., s.681/MEnHut vi/2006, tanggal 1nopember 2006, dari Menteri kehutanan, M s kaban,untuk Greenpeace sEas forest campaigner.

38. airmata dari ibu Mooi (tears of Mother Mooi), sebuahfilem dari Pt triton, dikeluarkan nopember 2007,tersedia di http://www.eia-international.org/visual_media/footage/

39. keputusan Direktur jenderal dari Hutan Produksi –Departemen kehutanan, sk. no 292/vi-bPHa/2007,28 Desember 2007.

40. Map of signed Maps on file with Eia. 41. Photograph of Wall Mounted information table, di

Pameran Pembangunan kabupaten sorong di aiMas,Pt. triton, diterima bulan september 2009.

42. PetroChina ingatkan Pt inti kebun sejahtera, FajarPapua 9/20/2008 http://www.fpnewssrg.co.cc/2008/09/petrochina-ingatkan-pt-inti-kebun.html, &Perbaiki jalan, PetroChina dan Pt inti kebunsejahtera Miskin Mou, Fajar Papua 9/20/2008;http://www.fpnewssrg.co.cc/2008/09/perbaiki-jalan-petrochina-dan-pt-inti.html

43. indonesia's Medco eyes food crop, biofuel projects inPapua, 2 juli 2009, reuters

44. PEnyusunan rEnCana DEtail kaWasan aGroPoli-tan kab. ManokWari.

45. keputusan Gubernur no: 238, tahun 2008 terdapatdi http://apindo.or.id/images/res/uMP%202009%20up%20Date%2014%20 janu-ari%202009.pdf

46. Pertama menanam, untung nanti : Minyak sawitmasih aktraktif sekali-pun harga jatuh ( "Plant first,profit later: Palm oil is still attractive although itsprice has tumbled"_, Muchamad nafi, tempo, no.52/viii/26 aug - 01 sept 2008, dimuat ulang diasiaviews, Edition: 31/v/august/2008 terdapat dihttp://new.asiaviews.org/?content=53g3gf545h5686h&onbusiness=20080829001329

47. oFFEr inForMation statEMEnt DatED 29 junE2009 (lodged with the Monetary authority ofsingapore on 29 june 2009), GolDEn aGri-rEsourCEs ltD.

48. http://appmnr.app.co.id/env_app-mr_tst/index.php?option=com_content&view=article&id=62%3arumor-mill-2&catid=39%3abiodiversity-and-conservation&itemid=41&lang=)

49. nGos plan to sue the police for closing cases, Eyeson the Forest (EoF), 24th December 2008)

50. Pembukaan Hutan aPP berkaitan dengan 12 tahunkematian manusia dan harimau di sumatra (aPP'sforest clearing linked to 12 years of human and tigerdeaths in sumatra), WWF, 17 Maret 2009

51. sinar Mas akan buka lahan kelapa sawit 1 juta Ha,21 Maret 2007, Website Pemerintah Propinsi Papua

52. 5 Film sinar Mas dalam file dengan Eia. 53. Presentasi sinar Mas: Pre-Planning Workshop - Papua

Program, 16 Februar 2007, and sinar Mas commis-sioned maps of these concessions, dalam file denganEia.

54. oFFEr inForMation statEMEnt DatED 29 junE2009 (lodged with the Monetary authority ofsingapore on 29 june 2009), GolDEn aGri-rEsourCEs ltD.

55. lihat no. 54 56. Five indonesians shine on ëForbes' billionaire list,

lilian budianto, jakarta Post, 03/13/2009. 57. laporan Dampak Perkebunan kelapa sawit di Distrik

arso, kabupaten keerom, Perbatasan ri-PnG,Propinsi Papua, oleh augustine. P. F. kres, .s.si. -kepala suku besar Distrik arso timur, keerom (Headof the large tribe in arso timur District, keerom), 18april 2009.

58. Filem Foker lsM Papua: janji untuk sejahtera (apromise of Welfare), juni 2008.

59. Pt rajawali tidak tepati janji, Warga yetti Palanglahan kelapa sawit, kPkC jPiC.

60. lihat no. 59 61. http://www.unglobalcompact.org/data/ungc_cops_

resources/a573C1DD-46E9-49D0-993D-69C22a4F43Fa/CoP.pdf

62. biro Promosi dan investasi Merauke (Merauke'sagency of investment Promotion), Pebruari 2008.

63. investasi dari Medco sebesar us$ 600 juta diindustri Pengolahan kayu, (Medco invests us$600Million in Processed timber Plant), bisnis indonesia,27 nopember 2007.

64. Gambaran dari Presentasi Marthen kayoi, kepalaWilayah kehutanan Propinsi Papua tanggal 20 Maret2007.

65. izin no. 522.2/3574 badan Promosi dan investasiDaerah - Pemerintah kabupaten Merauke /Promotion and investment agency - district ofMerauke Government.

66. Medco Papua lestari bebaskan lahan 2.800 Hasecara adat, 19 Februari 2008, terdapat dihttp://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=11674&ses=

67. the release of Customary land for investor violatesCustomary Procedures, Foker lsM Papua, 17 april2008

68. lG intl sECurEs ForEstation lanD in inDonEsia,seung-chul Park, 8 oktober 2009, terdapat dihttp://research.scottrade.com/public/markets/news/news.asp?dockey=100-273c9955-1&section=headlines

69. lG international to operate afforestation business inindonesia, Maeil business newspaper & mk.co.kr,seung-chul Park, 29 september 2009.

70. binladin Freezes Plans to invest in local rice, Mitavalina liem, jakarta Globe, 4 Maret, 2009.

71. Power plays in the slicing of indonesian Papua, johnMcbeth, senior Writer, the straits times, 17 Maret2008.

72. Eia/telapak Perjalanan Dinas lapangan, nopember2007.

73. ketika acungan senjata ikut berdagang :keterlibatan bisnis Pihak Militer di bojonegoro,boven Digoel dan Poso) komisi Penghilangan Manusiadan korban kekerasan (When Gun Point joins thetrade: Military business involvement in bojonegoro,boven Digoel and Poso, Commission forDisappearances and victims of violence (kontras),2004.

74. indonesian Papua: a local Perspective on theConflict, asia briefing n∞66, Crisis Groupinternational, 19 juli 2007.

75. CCt resources Holding limited – laporan tahunan2008 / 2009, dapat dilihat dihttp://www.hkexnews.hk/listedco/listconews/gem/20090629/Gln20090629047.pdf

76. 29 Mei 2008 Edaran - "very substantial acquisitionof a Forestry Project in Papua, indonesia withnatural Forest Concession of 313,500 Hectares andConnected transaction" - issued by tradeeasyHolding limited., (since remanded to CCt resourcesHolding limited.), Page 14, & http://www.tradeeasy.com/te/document/investor_relation/ press/ew_08163_circular_300508-20080529175854958.pdf

77. Hk iCris - integrated Companies registryinformation system terdapat dihttp://www.icris.cr.gov.hk/csci/

78. http://realblog.zkiz.com/greatsoup/10365 79. CCt resources website: cct-resources.com 80. lihat 76 81. Dua Perusahaan Perkebunan Ekspansi ke timika,

(two Plantation Companies Expand to timika) inradar timika, 10 juli 2009.

82. CCt resources Holding limited – laporan kwartal itahun 2009.

83. Papua to assess Carbon Potentials, nethy Dharmasomba, jakarta Post, 14 Mei 2008.

84. investor biofuel incar Papua, 26 juli 2008, tribunPontianak dapat dilihat di HttP://tribunPon-tianak.Co.iD/rEaD/ artikEl/1345

85. Pers Comm, yosef ardi, 30 september 2009

rEfErENsI

© E

ia/t

elap

ak

25

ENvIroNMENTaL INvEsTIgaTIoN agENcy (EIa)

62/63 upper street

London N1 0Ny, uk

Tel: +44 (0) 20 7354 7960

fax: +44 (0) 20 7354 7961

email: [email protected]

www.eia-international.org

EIa us

p.o.box 53343

washington Dc 20009 usa

Tel: +1 202 483 6621

fax: +202 986 8626

email: [email protected]

TELapak

Jalan pajajaran No. 54

bogor, Indonesia

Tel: +62 251 393 245 /715 9909

fax: +62 251 393 246

[email protected]

www.telapak.org