unud-440-938566202-thesis - final

Upload: yuli-domestika-imout

Post on 19-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta

    keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

    di dunia beserta dengan keunikannya masing-masing merupakan fenomena yang

    sangat menarik bagi para ahli bahasa untuk diteliti sehingga dapat memperkaya

    khazanah ilmu kebahasaan itu sendiri.

    Salah satu objek penelitian bahasa yang menarik adalah pembentukan kata

    atau word formation karena hal itu mutlak terjadi dalam suatu bahasa dan disebut

    sebagai proses morfologi. Morfologi termasuk salah satu studi kebahasaan

    (linguistik) yang mengkaji struktur internal kata atau leksikon suatu bahasa. Kata

    dalam hal ini dipandang sebagai satuan-satuan padu bentuk dan makna yang

    memperlihatkan aspek valensi sintaksis, yakni kemungkinan-kemungkinan yang

    dimiliki kata untuk berkombinasi dengan kata-kata lain dalam kelompok kata

    (Uhlenbeck dalam Ekowardono,1982:54).

    Pada tingkat gramatikal, kata secara tradisional dipahami sebagai unsur

    terkecil bahasa yang diidentifikasikan asal dan bentuknya dalam suatu paradigma.

    Setiap bahasa tentunya dapat dijabarkan ihwal kata itu dan properti-properti

    morfosintaksisnya (Matthews, 1974:136). Pada abad ke-19, istilah morfologi

    sebagai bidang linguistik dipahami sebagai studi tentang perubahan-perubahan

    1

  • 2

    secara sistematis tentang bentuk kata yang dihubungkan dengan maknanya

    (Bauer, 1988:4). Hal itu dapat diambil contoh pasangan kata sebagai berikut:

    Verba Nomina

    to design menggambar designer perancang to fight berjuang fighter pejuang/petinju to write menulis writer penulis

    Kata-kata tersebut tidak hanya dikaji bentuk katanya, tetapi juga dikaji

    fungsi unit-unit lain dalam mengubah bentuk katanya. Dengan begitu, kajian

    morfologi berkaitan dengan proses infleksi dan derivasi (Katamba; 1993:206).

    Dengan demikian, dalam proses pembentukan kata terdapat dua jenis afiks, yaitu

    afiks-afiks infleksional dan afiks-afiks derivasional. Afiks infleksional adalah

    afiks yang mampu menghasilkan bentuk-bentuk kata yang baru dari leksem

    dasarnya, sedangkan afiks derivasional adalah afiks yang menghasilkan leksem

    baru dari leksem dasar. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa morfologi

    infleksional atau infleksi berkaitan dengan proses afiksasi yang ditentukan secara

    sintaksis, sedangkan morfologi derivasional atau derivasi digunakan untuk

    membentuk leksikal baru (Bauer, 1988:80).

    Kedua proses morfologis itu menjadi hal yang menarik untuk diteliti

    karena proses pembentukan kata ini pasti terjadi di semua bahasa dan tiap-tiap

    bahasa menunjukkan proses yang berbeda. Dalam penelitian ini dibahas tentang

    salah satu proses derivasi, yaitu nominalisasi. Istilah ini mengacu pada proses

    pembentukan nomina (kata benda) dari kelas kata yang lain (verba, adjektiva,

    adverbial) melalui penambahan afiks derivasional (Kridalaksana, 1984 :132).

  • 3

    Topik ini menarik untuk dibahas karena nominalisasi merupakan bagian

    yang penting dalam penggunaan bahasa, baik nominalisasi verba maupun

    adjektiva. Dalam penelitian ini secara khusus dibahas tentang nominalisasi

    adjektiva dalam bahasa Perancis. Bahasa Perancis sebagai salah satu bahasa

    internasional tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi oleh 24 negara, namun

    juga sebagai bahasa ibu oleh lebih dari 77 juta penduduk di dunia, sebagai bahasa

    kedua oleh 12 juta jiwa lainnya, serta digunakan sebagai bahasa resmi pada

    komunitas dan organisasi dunia, seperti Uni Eropa, IOC, PBB, dan FIFA. Bahasa

    Perancis memiliki keunikan dari segi pelafalan, kosakata, dan tata bahasanya.

    Salah satu bagian yang cukup unik dan menarik untuk dikaji dan dipahami adalah

    adjektiva dalam bahasa tersebut. Adjektiva bahasa Perancis sendiri memiliki

    kekhasan jika dibandingkan dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Ada

    dua hal yang sangat mempengaruhi dalam pembentukan adjektiva bahasa

    Perancis, yaitu gender (maskulin/feminin) serta number (tunggal atau jamak) dari

    nomina yang diterangkannya. Sebagai contoh, adjektiva grand besar akan

    memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut.

    grand batiment (n.m.sg) gedung besar,

    grands batiments (n.m.pl) gedung-gedung besar

    grande maison (n.f.sg) rumah besar,

    grandes maison (n.f.pl) rumah-rumah besar.

    Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa ada empat bentuk untuk adjektiva

    grand besar, yaitu grand, grands, grande, dan grandes. Proses seperti ini

    termasuk dalam proses infleksi karena tidak menghasilkan kata yang baru, artinya

  • 4

    keempat bentuk tersebut memiliki fungsi dan kategori kata yang sama. Dapat

    dilihat bahwa tiga bentuk terakhir mendapat sufiks -e, -s, dan es (dalam bahasa

    Perancis disebut accord). Sufiks e bersifat inflektif, yaitu sebagai penanda

    gender feminin, sedangkan sufiks s sebagai penanda jamak, dan es merupakan

    penanda gender feminin jamak. Perubahan ini mengikuti aturan-aturan morfologi

    tertentu (adjective agreement) karena ada adjektiva yang mengalami perubahan

    yang teratur (regulier) dan tidak teratur (irregulier).

    Secara praktis, adjektiva bahasa Perancis dapat diubah menjadi nomina,

    baik dengan proses derivasi yang memerlukan derivational affiks maupun

    nominalisasi dengan zero derivation. Menurut Mattews (1974:65), proses yang

    terakhir ini disebut konversi (conversion), yaitu perubahan kelas kata tanpa

    penambahan afiks atau proses derivasi dengan penambahan zero morfem. Dalam

    bahasa Perancis hal ini juga dikenal dengan istilah derivation impropre, yaitu

    perubahan kategori gramatikal sebuah kata yang disebabkan oleh fungsinya dalam

    ujaran (Gardes-Tamine, 2001 :43). Biasanya, kategori sebuah kata dapat kita

    pastikan dalam kamus, namun dalam percakapan sehari-hari akan cukup sulit

    untuk menentukan kategori kata. Sering terjadi kategori sebuah kata berubah

    sesuai dengan fungsinya dalam kalimat. Hal ini dapat kita lihat pada contoh

    berikut.

    a. Tous les hommes sont charm par sa beaut semua DEF.pl N.m.laki-laki PAS.terpukau oleh POSS.3sg. N.f.sdkecantikan Semua lelaki terpukau pada kecantikannya.

    b. Le beau de cette image est sa simplicit DEF.m.sg ADJ.cantik PART DEM.f.ini gambar adalah POSS3.sg N.f.kesederhanaan (sesuatu) Yang indah dari gambar ini adalah kesederhanaannya.

  • 5

    Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa bentuk dasar adjektiva beau

    cantik/indah dapat mengalami kedua tipe nominalisasi, yaitu :

    1. [beauadj + -t] beaut N keindahan

    2. [beauadj + ] beau N indahnya

    Untuk tipe kedua, adjektiva beau berubah kelas katanya menjadi nomina

    dengan tanpa adanya afiksasi, namun kelas katanya telah berubah menjadi nomina

    yang dibuktikan dengan adanya artikel definit le. Perlu diketahui bahwa setiap

    nomina dalam bahasa Perancis harus didahului oleh determinan (penanda

    nomina), seperti artikel definit/indefinit, artikel partitif, demonstratif, penanda

    possesif, dan sebagainya (Hutagalung, 2003:30). Dengan demikian, kata beau di

    atas dapat dipastikan berubah kelas katanya menjadi nomina karena ada artikel

    definit (le) sebagai penanda nomina masculin di depan kata beau tersebut.

    Perubahan seperti ini sering disebut dengan zero-derivation atau conversion

    karena tidak adanya penambahan afiks untuk mengubah kelas kata. Karakteristik

    dari konversi ini adalah bentuk dasar dan bentuk derivasi yang dihasilkan sama

    persis, yang membedakan adalah makna semantik dan kategori morfosintaksisnya.

    Kedua tipe nominalisasi ini sangat umum digunakan dalam bahasa Prancis

    sehingga menarik untuk diulas karena memperlihatkan dua bentuk nomina yang

    berbeda dari satu bentuk dasar adjektiva yang sama.

    Jika dilihat dari struktur morfologinya, bahasa Perancis merupakan tipe

    bahasa fleksi karena perubahan internal cenderung terjadi dalam akar kata itu

    sendiri. Namun, pembubuhan afiks juga dapat dilakukan dalam membentuk suatu

    leksikal baru dan mengekspresikan makna gramatikalnya. Akan tetapi,

  • 6

    penggunaannya tidak sesering seperti dalam bahasa aglutinasi. Karena

    penggunaannya yang khusus tersebut, nominalisasi adjektiva yang termasuk

    dalam proses derivasi menjadi menarik untuk diteliti sehingga dapat diketahui

    leksikal baru apa saja yang dapat dibentuk oleh afiks-afiks derivasional yang

    terdapat dalam bahasa Perancis.

    Penelitian tentang proses pembentukan kata khususnya tentang

    nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis telah dilakukan oleh beberapa

    peneliti luar, di antaranya adalah Nominalizations and the Structure of Adjectives

    oleh Roy (2007). Pada penelitian ini, nominalisasi adjektiva hanya dibahas secara

    umum, tidak diuraikan kaidah pembentukan nomina dari dasar adjektiva. Selain

    itu, penelitian ini lebih cenderung membahas struktur adjektiva dengan

    menguraikan fungsinya dalam frasa. Kemudian penelitian yang kedua The

    Nominalization of Adjectives in French: From Morphological Conversion to

    Categorial Mismatch oleh Lauwers (2008) yang membahas nominalisasi

    adjektiva dengan cara konversi (tanpa afiksasi) beserta struktur frasa dan makna

    yang dihasilkan dari proses tersebut. Kedua penelitian yang telah dilakukan

    tersebut sama-sama membahas nominalisasi, namun ada perbedaan, baik dalam

    hal bidang yang dikaji maupun teori yang digunakan. Begitu pula dengan buku-

    buku tata bahasa Perancis, pembahasan tentang hal ini hanya bersifat struktural,

    tidak disertai dengan kaidah-kaidah pembentukan kata.

    Penelitian mengenai nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis masih

    perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam, baik

    tentang proses afiksasi maupun konversi di dalamnya. Penelitian ini berbeda

  • 7

    dengan penelitian sebelumnya, terutama dalam teori yang digunakan, yaitu teori

    Morfologi Generatif ditambah pula kajian bentuk dan makna gramatikal dari

    kedua proses nominalisasi tersebut. Penerapan teori ini diharapkan dapat

    menjelaskan dengan baik tentang proses pembentukan kata, temasuk

    pembentukan kata-kata potensial dan kaidah penyesuaian yang terjadi dalam

    proses afiksasi tersebut.

    1.2 Rumusan Masalah

    Di dalam penelitian ini dibahas tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut.

    1. Afiks-afiks apa sajakah yang dapat membentuk nomina dari dasar

    adjektiva dalam bahasa Perancis?

    2. Bagaimanakah proses atau kaidah pembentukan kata dalam nominalisasi

    adjektiva bahasa Perancis, baik dengan afiksasi maupun konversi

    berdasarkan teori morfologi generatif?

    3. Apakah fungsi dan makna gramatikal yang terbentuk dari kedua proses

    nominalisasi adjektiva tersebut?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan umum dan

    tujuan khusus.

    1.3.1 Tujuan Umum

    Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena

    kebahasaan terutama mengenai proses nominalisasi adjektiva dalam bahasa

  • 8

    Perancis dari sudut pandang Teori Morfologi Generatif. Hasil penelitian ini juga

    diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif pada tata bahasa Perancis

    terutama dalam pemahaman pembentukan nomina dari bentuk dasar adjektiva.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan

    yang dikemukakan dalam rumusan masalah, yaitu :

    1. mengidentifikasi afiks-afiks pembentuk nomina dari dasar adjektiva

    dalam bahasa Perancis;

    2. menjelaskan proses pembentukan kata dalam nominalisasi adjektiva

    bahasa Perancis dengan menggunakan teori Morfologi Generatif;

    3. menemukan makna gramatikal yang terbentuk dari proses nominalisasi

    tersebut.

    1.4 Jangkauan penelitian

    Jangkauan penulisan dalam penelitian ini adalah proses nominalisasi

    adjektiva dalam bahasa Perancis, baik dengan penambahan afiks derivasional

    maupun dengan konversi. Permasalahan yang dibahas mencakup

    pengidentifikasian afiks-afiks pembentuk nomina dari dasar adjektiva, kemudian

    bagaimana proses pembentukannya, dan makna gramatikal yang terbentuk dari

    proses tersebut. Data yang diteliti adalah nomina yang berasal dari bentuk dasar

    adjektiva kualifikatif, yaitu adjektiva yang mendeskripsikan nominanya, seperti

    bentuk, warna, ukuran, sifat, dan lain-lain.

  • 9

    1.5 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun

    praktis . Kedua manfaat yang diharapkan itu diuraikan berikut ini.

    1.5.1 Manfaat Teoretis

    Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

    pengetahuan di bidang linguistik terutama kajian Morfologi Generatif. Di samping

    itu, data dan informasi dalam penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi

    dalam pemahaman proses derivasi khususnya nominalisasi adjektiva dalam

    bahasa Perancis.

    1.5.2 Manfaat Praktis

    Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

    informasi khususnya tentang proses nominalisasi bagi para peneliti lain ataupun

    pengguna bahasa Perancis di Indonesia. Di samping itu, penjelasan tentang proses

    morfologis di dalamnya diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang Teori

    Morfologi Generatif serta dapat menunjang pengajaran bahasa Perancis tentang

    penggunaan afiks derivasional pada adjektiva dalam membentuk nomina.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Kajian Pustaka

    Penelitian dalam bidang morfologi sudah banyak dilakukan oleh para

    linguis. Hal ini tentu saja akan sangat membantu dalam penelitian ini, antara lain

    dapat membuka wawasan tentang topik yang sama dan mengetahui sampai sejauh

    mana topik ini sudah diteliti. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa hasil

    penelitian yang berkaitan dengan morfologi bahasa Perancis khususnya masalah

    nominalisasi dengan menggunakan Teori Morfologi Generatif belum ada. Oleh

    sebab itu, dianggap perlu untuk meninjau beberapa karya tulis yang membahas

    masalah morfologi bahasa Perancis dan sejumlah penelitian Morfologi Generatif

    di luar bahasa Perancis. Jadi, pada bagian ini diuraikan hasil-hasil penelitian yang

    berkaitan dengan Morfologi Generatif terutama dalam derivasi ataupun afiksasi.

    Dalam uraian berikut terkandung cakupan penelitian, teori yang digunakan, proses

    analisisnya, dan hasil yang diperoleh.

    Pramesti (2008) dalam tesisnya yang berjudul Adjektiva Derivational

    dalam Bahasa Jepang : Sebuah Kajian Morfologi Generatif mengkaji aturan dan

    proses pembentukan adjektiva dalam bahasa Jepang dengan afiks derivasional,

    termasuk menganalisis fungsi dan makna, serta mengidentifikasi perbedaan antara

    adjektiva turunan dan adjektiva bukan turunan dilihat dari distribusinya dalam

    kalimat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adjektiva derivasional

    10

  • 11

    dalam bahasa Jepang dapat dibentuk dengan menggunakan prefiks {fu-, ko-, dan

    ka-} dan sufiks {-(i)ta, -rashi, -ppo, dan teki}. Adjektiva turunan dan adjektiva

    bukan turunan berbeda kontribusinya dalam kalimat. Adjektiva turunan hanya

    dapat muncul satu kali dalam sebuah kalimat, sedangkan adjektiva bukan turunan

    dapat muncul dan menduduki lebih dari satu fungsi sintaksis. Walupun tulisan ini

    membahas adjektiva bahasa Jepang, penelitian ini dapat memberikan gambaran

    tentang proses derivasi dengan menggunakan teori morfologi generatif sehingga

    dapat dijadikan sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini.

    Simpen (2008) menulis sebuah artikel pada Jurnal Linguistika berjudul

    Afiksasi Bahasa Bali : Sebuah Kajian Morfologi Generatif. Kajian ini berangkat

    dari fenomena kebahasaan, khususnya bahasa Bali dalam bidang morfologi, di

    mana sebagian besar kajian morfologi menggunakan Teori Struktural yang dirasa

    kurang relevan untuk diterapkan dalam proses pembentukan kata. Misalnya untuk

    bentuk mebisan berbus dan niyuk menggunakan alat dengan tiyuk/ pisau tidak

    pernah digunakan dalam percakapan, sedangkan bentuk medokaran berdelman,

    mesepedaan bersepeda, numbeg mencangkul sangat biasa digunakan dalam

    bahasa Bali. Sehubungan dengan itu, dalam penelitian ini digunakan Teori

    Morfologi Generatif, yaitu teori baru yang dianggap mampu memberikan

    penjelasan (explanation adequacy) terhadap fenomena yang ada. Dengan cara ini

    diharapkan tidak ada bias dalam proses afiksasi. Prinsip dasar dalam Morfologi

    Generatif adalah proses pembentukan kata dapat menghasilkan bentuk wajar,

    bentuk potensial, dan bentuk aneh. Mekanisme pembentukan kata biasa melalui

    idiosinkresi, penyaringan, dan pemblokan.

  • 12

    Teori ini juga mengenal adanya penutur yang ideal, yang secara intuitif

    berbekal kemampuan bahasa bawaan. Oleh karena itu, teori ini mampu

    menjelaskan bentuk-bentuk potensial dan bentuk-bentuk aneh sejenis niyuk;

    nyilet, memotlot, memensil. Halle (1973) dan Aronoff (1976) merupakan dua ahli

    yang memberi warna pada penelitian morfologi generatif. Di samping itu, Scalise

    (1984) dan Dardjowidjojo (1988) adalah dua ahli yang sangat berperanan dalam

    pemahaman teori morfologi generatif, khususnya yang berkembang di Indonesia.

    Walaupun bahasa yang digunakan sebagai objek penelitian dalam dua penelitian

    di atas tidak serumpun dengan bahasa yang menjadi objek penelitian penulis,

    penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan kajian pustaka yang memberi

    banyak sumbangan dalam penelitian penulis. Hal itu mengingat pembahasan

    proses afiksasi dengan menggunakan teori Morfologi Generatif dapat memberikan

    kontribusi dalam penelitian ini yang juga akan membedah proses nominalisasi

    adjektiva dengan menggunakan teori tersebut.

    Dubois dan Langane (1973: 120) dalam bukunya La Nouvelle Grammaire

    du Franais mengemukakan bahwa kata yang diperoleh setelah penambahan

    sufiks dan setelah melalui suatu proses transformasi kalimat disebut kata

    derivasional (mots drivs). Mereka juga membahas sufiks yang digunakan dalam

    transformasi suatu bentuk dasar menjadi grup nomina dapat dibagi menjadi dua

    kelompok tergantung dari bentuk dasarnya apakah merupakan bentuk dasar

    adjektiva atau participe (suatu bentuk dalam sistem kata kerja bahasa Perancis).

  • 13

    Sufiks-sufiks yang ditambahkan pada bentuk adjektiva, antara lain {-at, -

    ce, -erie, -esse, -eur, -ie, -ise, -it, -itude, -isme}, sedangkan sufiks-sufiks yang

    digunakan pada bentuk participe atau kata kerja adalah {-age, -e, -ment, -tion,

    -ure}. Di dalam buku ini, sama sekali tidak dibahas tentang bagaimana proses

    pembentukan kata derivasional dengan menggunakan sufiks-sufiks tersebut,

    demikian pula dengan makna yang dihasilkan dari proses derivasi tersebut. Selain

    itu, juga tidak disinggung mengenai bentuk derivasi melalui proses konversi.

    Namun, buku ini telah memberikan kontribusi yang berarti dalam penelitian ini

    dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam transformasi kalimat dan

    menentukan sufiks-sufiks pembentuk nomina.

    Kajian berikutnya adalah sebuah artikel pada jurnal Folia Linguistika

    dengan judul The Nominalization of Adjectives in French: From Morphological

    Conversion to Categorial Mismatch oleh Lauwers (2008). Penelitian ini

    membahas nominalisasi adjektiva yang terfokus hanya pada nominalisasi dengan

    zero derivation atau dengan tanpa penambahan afiks pada bentuk dasarnya.

    Contoh le bavard si cerewet (orang), laveugle si buta (orang), le faux yang

    salah, le vrai kebenaran. Hal seperti ini juga sering disebut dengan proses

    konversi, yaitu perubahan kelas kata tanpa pembubuhan afiks. Penelitian ini

    menggunakan pendekatan secara sintaksis dan dianalisis berdasarkan distorsi

    kategorial (distortion categorielle). Jadi, dalam penelitian ini tidak diuraikan

    mengenai proses nominalisasi adjektiva dengan menggunakan afiksasi.

    Kontribusinya dalam penulisan penelitian ini adalah tentang bentuk-bentuk

  • 14

    konversi adjektiva menjadi nomina dan makna yang terbentuk dari proses tersebut

    sesuai dengan konteks dalam kalimat.

    Kajian yang terakhir adalah Nominalizations and the Structure of

    Adjectives oleh Roy (2007). Dalam artikel ini dipaparkan mengenai struktur

    adjektiva dan implikasinya pada nominalisasi adjektiva. Ada dua sumber jenis

    adjektiva, yaitu predikatif dan atributif. Adjektiva predikatif adalah adjektiva

    yang dalam kalimat memerlukan kata kerja keadaan sebagai penghubung,

    sedangkan adjektiva atributif adalah adjektiva yang muncul sebagai modifier dari

    nomina yang diterangkannya, seperti diungkapkan pada contoh berikut.

    a. She is a beautiful dancer Adj.atributif Dia adalah seorang penari cantik

    b. The dancer is beautiful Adj.predikatif

    Penari itu cantik

    Selanjutnya dikatakan bahwa hanya struktur adjektiva predikatif yang

    dapat mengalami nominalisasi. Kemudian dipaparkan mengenai struktur sintaksis

    kedua tipe adjektiva tersebut. Setelah itu disebutkan bahwa ada dua kelas nomina

    yang dibentuk dari dasar adjektiva, yaitu sebagai berikut.

    1. Nomina keadaan (State-nominals)

    La popularit de ses chansons mimpressionn DEF.f.sg popularitas PREP POSS.2pl. N.f.pl.lagu ku.memukau Kepopuleran lagu-lagunya memukauku

    Nomina ini mendeskripsikan suatu keadaan dan memerlukan struktur

    argumen serta hanya dapat diderivasikan dari adjektiva predikatif.

  • 15

    2. Nomina kualitas (quality-nominals)

    La fiert l aveugle DEF.f.sg kebanggan COD-dia buta Kebanggaan membutakan dia

    Sebaliknya, nomina kualitas tidak memerlukan struktur argumen dan

    menggambarkan suatu kualitas.

    Secara umum penelitian ini cukup menarik terutama tentang struktur

    adjektiva dan implikasinya pada nominalisasi, sedangkan kelemahannya adalah

    penjelasan mengenai bagaimana proses pembentukan nomina dari adjektiva masih

    sangat kurang.

    Berdasarkan kajian-kajian di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian

    mengenai derivasi dalam bahasa Perancis, terutama tentang nominalisasi adjektiva

    masih perlu dilakukan untuk menambah keragaman penelitian tentang kajian

    morfologi. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian

    sebelumnya. Dalam dua penelitian pertama, objek bahasanya jelas berbeda

    (bahasa Jepang dan bahasa Bali), namun sama-sama menggunakan Teori

    Morfologi Generatif untuk menggambarkan proses afiksasi sehingga dapat

    dijadikan acuan untuk menganalisis data pada penelitian ini. Pada tiga kajian

    berikutnya yang juga membahas proses nominalisasi adjektiva dalam bahasa

    Perancis, sejauh ini hanya sebatas mendeskripsikan jenis-jenis afiks derivasional

    dan proses derivasi adjektiva menjadi nomina hanya digambarkan secara

    struktural. Di samping itu, teori Morfologi Generatif belum pernah diterapkan

    dalam proses analisis nominalisasi adjektiva oleh para linguis Perancis.

  • 16

    2.2 Konsep

    Sebelum pemaparan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini,

    disampaikan juga konsep dasar yang dianggap relevan sebagai pendukung untuk

    dapat lebih memahami topik dan bermanfaat untuk menyamakan persepsi

    terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep-konsep

    tersebut diuraikan berikut ini.

    2.2.1 Leksem dan Kata

    Mengutip pendapat Lyon, Kridalaksana (1996) membedakan istilah kata

    dan leksem. Di dalam tulisannya, ia menggunakan leksem sebagai satuan dasar

    dalam leksikon dan dibedakan dari kata sebagai satuan gramatikal. Dengan

    perkataan lain, leksemlah yang merupakan bahan dasar yang telah mengalami

    pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika.

    Lyons (1977:23) menyatakan lexemes are the words that a dictionary

    would list under a separate entry yang berarti bahwa leksem merupakan kata

    yang menjadi entri dalam kamus. Dalam kamus, leksem WALK berjalan akan

    dengan mudah ditemukan sebagai entri (leksem), sedangkan bentuk walked,

    walks, dan walking tidak akan ditemukan dalam entri yang terpisah karena kata-

    kata tersebut merupakan bentuk lain dari leksem WALK. Huruf capital kecil

    digunakan untuk menunjukkan leksem yang membedakannya dengan kata (Boiij,

    2007:3). Jadi, kita harus membedakan leksem dengan kata, yaitu leksem sebagai

    unit yang abstrak, sedangkan kata merupakan unit konkret yang digunakan dalam

  • 17

    kalimat (Matthews, 1974:22). Kata sebagai satuan yang memiliki makna dan

    terdiri atas satu morfem atau lebih.

    2.2.2 Infleksi dan Derivasi

    Menurut Bauer (1988:80), dalam buku Introducing Linguistic

    Morphology, morfologi dipilah atas morfologi derivasional dan morfologi

    infleksional. Infleksi merupakan bagian dalam sintaksis karena bersifat

    melengkapi bentuk-bentuk leksem dan derivasi menjadi bagian dari leksis karena

    menyediakan leksem-leksem baru. Morfologi leksikal mengkaji kaidah-kaidah

    pembentukan kata yang menghasilkan kata-kata baru yang secara leksikal berbeda

    (beridentitas baru) dari kata yang menjadi dasarnya. Hal ini berbeda dengan

    morfologi infleksional yang mengkaji hasil-hasil pembentukan kata yang berasal

    dari leksem yang sama.

    Mathews (1974: 38) membedakan antara proses infleksi dengan proses

    pembentukan kata (word formation) yang mencakup derivasi dan komposisi

    Derivasi adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru

    (menghasilkan kata- kata yang berbeda dari paradigma yang berbeda); sedangkan

    infleksi menghasilkan bentukan kata-kata yang berbeda dengan paradigma yang

    sama. Pembentukan derivasi bersifat tidak dapat diramalkan, sedangkan

    pembentukan infleksi bersifat teramalkan (predictable). Misalnya, verba work

    bekerja otomatis akan dikenali works, worked, working (bentukan infleksional

    yang teramalkan); berbeda dengan contoh derivasi work bekerja worker

    pekerja, apakah agree setuju agreer?

  • 18

    Sehubungan dengan derivasi dan infleksi, Booij (1988:39) juga

    menyatakan bahwa afiks-afiks derivasional merupakan morfem terikat yang

    digabungkan dengan base untuk mengubah kelas katanya (part of speech).

    Misalnya, kata-kata teach mengajar, build membangun, dan sweep menyapu

    adalah verba, tetapi jika ditambahkan afiks derivasional -er, akan menjadi nomina

    teacher pengajar, builder pembangun, dan sweeper tukang sapu. Jika

    ditambahkan sufiks -ly pada adjektiva happy senang, loud keras, smooth

    lembut, akan didapatkan adverbia happily dengan gembira, loudly dengan

    keras (suara), smothly dengan lembut.

    Haspelmath (2002:60--83) juga mengungkapkan hal yang sama mengenai

    infleksi dan derivasi dengan para pendahulunya, yaitu morfologi menggunakan

    terminologi yang berbeda untuk membicarakan infleksi dan derivasi. Dalam

    bukunya Understanding Morphology dipaparkan bahwa makna infleksi pada

    bahasa ditemukan sangat terbatas, banyak di antaranya muncul dari kata-kata inti

    yang umum dari nomor, kasus, aspek, mood, dan agreement persetujuan,

    sedangkan makna derivasi lebih bervariasi.

    Samsuri (1982: 198) di dalam buku Analisis Bahasa mengungkapkan

    pendapatnya tentang derivasi dan infleksi, yaitu bahwa derivasi ialah konstruksi

    yang berbeda distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi adalah

    konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya. Samsuri

    menyatakan bahwa di dalam bahasa-bahasa Eropa, utamanya Inggris, pengertian

    derivasi dan infleksi dapat dikenakan secara konsisten. Misalnya: books (dari

    book), stop, stopped, stopping (stop); prettier, prettiest (pretty); sebagai contoh

  • 19

    infleksi. Sebaliknya, derivasi dicontohkan: runner (run), beautify (beauty). Semua

    bentuk, seperti book jika mendapat sufiks -s (plural), merupakan infleksi, seperti

    car-cars, table-tables, dsb. Namun, di dalam bahasa Indonesia tidaklah demikian

    karena sistem afiks bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris. Oleh sebab

    itu, masih merupakan persoalan, apakah pengertian infleksi dan derivasi dapat

    diterapkan secara konsisten di dalam bahasa Indonesia. Lessard (1996) dalam

    Introduction la Linguistique Franaise juga membagi proses morfologi ke

    dalam dua jenis, yaitu la morphologie derivationnelle di mana proses tersebut

    menghasilkan suatu jenis kata yang baru (dengan menambahkan afiks) dan la

    morphologie flexionnelle yang tidak menghasilkan suatu kata yang baru (seperti

    penambahan penanda jamak dan penambahan akhiran dalam konjugasi verba).

    Dalam hal ini, afiks infleksional cenderung diletakkan setelah afiks derivasional,

    misalnya kata tristesses kesedihan-kesedihan. Pada kata itu terdapat tiga

    morfem, yaitu triste sedih, sufiks -esse yang memberi makna keadaan/kualitas

    seperti yang disebutkan pada bentuk dasar, dan s yang merupakan penanda

    jamak.

    [triste] A + [-esse] [tristesse] N.sg (1)

    [tristesse] N + [-s] [tristesses] N.pl (2)

    Proses (1), akhiran esse (afiks derivasional) dilekatkan terlebih dahulu

    untuk mengubah bentuk dasar adjektiva triste menjadi sebuah nomina abstrak

    tunggal tristesse kesedihan. Setelah itu, baru mendapat akhiran s untuk

    membuat nomina dalam bentuk jamak (afiks infleksional).

  • 20

    2.2.3 Bentuk Dasar (Base)

    Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi

    dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar (Ramlan, 1985:45). Pendapat lain

    menyatakan bahwa bentuk dasar atau dasar (base) biasanya digunakan untuk

    menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar suatu proses morfologis, artinya bisa

    diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses

    reduplikasi, atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses

    komposisi. Bentuk dasar tersebut berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa

    gabungan morfem (Chaer, 1994:159), contoh : kata berlayar terdiri atas morfem

    ber- dan layar, maka layar adalah bentuk dasar dari kata berlayar itu. Bentuk

    dasar dapat dibedakan menjadi bentuk dasar bebas dan bentuk dasar terikat. Ciri-

    ciri bentuk dasar adalah: (1) satuan bentuk lingual yang terkecil dalam sebuah

    kosakata, (2) satuan yang berperan sebagai masukan dalam proses morfologis, (3)

    merupakan bahan baku dalam bahan morfologis, (4) sebagai unsur yang diketahui

    adanya dari bentuk yang setelah dianalisis dari bentuk kompleks merupakan

    bentuk dasar yang lepas dari proses morfologis.

    Bentuk dasar dalam teori Morfologi Generatif termasuk dalam DM (daftar

    morfem) yang membedakan morfem dasar dan morfem terikat (Dardjowidjojo,

    1998 :65). Morfem bebas adalah kata yang mampu berdiri sendiri dalam tataran

    lebih tinggi dan telah memiliki kategori tertentu, seperti kategori nomina, verba,

    adjektiva, adverbial, dan numeralia. Sebaliknya morfem terikat adalah bentuk

    yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tataran lebih tinggi, belum memiliki makna

    tertentu, dan belum memiliki kategori leksikal. Jadi, morfem ini tidak dapat

  • 21

    muncul dalam tuturan tanpa digabung dahulu dengan morfem lain. Dalam hal ini

    semua afiks dikatakan sebagai morfem terikat. Perhatikan contoh dalam bahasa

    Perancis (BP) berikut : tables meja, grandes besar, maisons rumah, vendeur

    penjual, incomplete tidak lengkap. Bentuk-bentuk dalam tulisan cetak miring

    merupakan morfem bebas atau bentuk dasar karena dapat ditemukan berdiri

    sendiri dalam tuturan. Sebaliknya, bentuk -s, -es, - -eur, in- merupakan morfem

    terikat karena bentuk-bentuk tersebut adalah afiks yang harus digabungkan

    dengan bentuk lain agar dapat memiliki makna gramatikal.

    2.2.4 Nominalisasi

    Sebelum beranjak pada istilah nominalisasi, ada baiknya dibahas tentang

    apa itu nomina. Dalam tata bahasa Indonesia, kata benda adalah nama dari semua

    benda dan segala yang dibendakan, yang menurut wujudnya dibagi atas kata

    benda konkret dan kata benda abstrak (Keraf, 1984: 63). Dalam bahasa Perancis,

    kata benda adalah bagian yang paling penting dalam suatu grup nomina, yang

    dibentuk dengan didahului oleh suatu determinan. Kata benda dapat berupa

    makhluk hidup (manusia, anjing, nama diri) ataupun benda-benda (mobil, rumah,

    buku, dll.). Selain itu, juga dapat bermakna suatu kualitas (kecantikan, kekuatan)

    ataupun suatu aksi (pembersihan, keberangkatan, dan sebagainya). Namun, yang

    paling penting dalam menentukan kelas nomina adalah melalui fungsi

    sintaksisnya dalam kalimat (Dubois, 1973: 39).

    Samsuri (1981 :87) mendeskripsikan nominalisasi secara terperinci

    berdasarkan kajian transformasi generatif bahwa nominalisasi adalah proses atau

  • 22

    hasil perubahan bentuk kata menjadi bentuk-bentuk baru yang mempunyai

    distribusi seperti nomina. Kridalaksana (1984:132) mengatakan Nominalisasi itu

    adalah proses atau hasil membentuk nomina dari kelas kata lain dengan

    menggunakan afiks tertentu. Dari pendapat para ahli bahasa di atas dapat

    disimpulkan bahwa istilah nominalisasi adalah penggunaan verba, ajektiva,

    ataupun adverbial sebagai bentuk dasar dalam pembentukan nomina, baik dengan

    maupun tanpa adanya tranformasi secara morfologi.

    Ada dua tipe nominalisasi dalam bahasa Perancis yang hampir sama

    dengan yang ada dalam bahasa Inggris. Yang pertama adalah nominalisasi yang

    memerlukan derivational afiks untuk membentuk nomina, seperti beau

    (ADJ.indah, tampan/cantik) + {-t} => la beaut (N.f. keindahan, kecantikan).

    Adjektiva beau berubah menjadi nomina dengan penambahan suffiks -t. Tipe

    yang kedua adalah nominalisasi dengan zero morfem. Proses ini juga dikenal

    dengan istilah konversi. Hal yang dimaksud adalah beberapa verba atau adjektiva

    dapat langsung digunakan sebagai nomina tanpa penambahan sufiks derivasional.

    2.2.5 Adjektiva

    Kejelasan kriteria mengenai adjektiva beserta ciri-cirinya sangat penting

    diketahui untuk memahaminya dengan baik dan benar. Secara tradisional,

    adjektiva dikenal sebagai kata yang mengungkapkan kualitas atau keadaan suatu

    benda. Alwi (2003: 171) berpendapat bahwa adjektiva adalah kata yang

    memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh

    nomina dalam kalimat.

  • 23

    Pendapat lain yang hampir sama menyatakan bahwa adjektiva atau kata

    sifat adalah kata yang melekat pada kata benda untuk menggambarkan atau

    mendeskripsikan kualitas kata benda tersebut seperti bentuk, warna, ukuran,

    tampilan, dan lain-lain (Dubois, 1973 : 105).

    Adjektiva bahasa Perancis memiliki keunikan yang berbeda dengan

    adjektiva bahasa Inggris, terutama dalam dua hal berikut :

    1. Adjektiva bahasa Perancis harus sesuai dengan nomina yang dimodifikasi

    sehingga suatu adjektiva akan mempunyai sampai dengan empat bentuk

    adjektiva yang sesuai dengan gender dan number, misalnya untuk kata

    petit kecil akan mempunyai bentuk petit (untuk menerangkan nomina

    maskulin tunggal), petite (feminin tunggal), petits (maskulin jamak),

    petites (feminin jamak). Namun, ada pula yang mempunyai dua bentuk

    saja, seperti kata pauvre miskin. Perubahan bentuknya hanya pauvre

    (maskulin/feminin tunggal) dan pauvres (maskulin/feminin jamak).

    2. Adjektiva bahasa Perancis tidak seperti adjektiva bahasa Inggris yang

    posisi adjektivanya berada sebelum nomina. Namun, adjektiva bahasa

    Perancis dapat berada sebelum atau sesudah nomina yang diterangkan,

    tergantung dari jenis dan maknanya.

    2.2.6 Morfologi Generatif

    Prinsip dasar dalam morfologi generatif adalah proses pembentukan kata

    dapat menghasilkan bentuk wajar, bentuk potensial, dan bentuk aneh. Teori ini

  • 24

    memiliki perangkat kaidah untuk membentuk kata-kata baru atau kalimat-kalimat

    baru dengan kaidah transformasi.

    Bentuk potensial dalam kajian ini mengacu pada pendapat Halle, Aronoff,

    Scalise, dan Dardjowidjojo, yaitu bentuk yang secara gramatikal atau morfologis

    berterima, tetapi bentuk-bentuk itu tidak ada atau belum lazim digunakan secara

    empiris. Mekanisme pembentukan kata biasa melalui idiosinkresi, penyaringan,

    pemblokan, dan penyesuaian. Teori ini juga mengenal adanya penutur yang ideal,

    yang secara intuitif berbekal kemampuan bahasa bawaan. Oleh karena itu, teori ini

    mampu menjelaskan bentuk-bentuk potensial dan bentuk-bentuk aneh yang tidak

    lazim ditemukan dalam tuturan sehari-hari.

    2.3 Landasan Teori

    Teori yang digunakan dalam penelitian ini secara umum mengacu pada

    teori Morfologi Generatif. Pemilihan teori ini didasarkan pada beberapa

    pertimbangan, yaitu (1) teori Morfologi Generatif belum pernah digunakan dalam

    penelitian morfologi bahasa Perancis; (2) bertolak dari hasil penelitian yang telah

    ada, sebagian besar dari penelitian tersebut bersifat deskriptif murni sehingga

    tidak mampu menjelaskan kendala-kendala yang ditemukan. Dari beberapa

    penulis yang disebutkan di atas, Halle (1973) dan Aronoff (1976) merupakan dua

    ahli yang memberi warna pada penelitian morfologi generatif. Di samping itu,

    Scalise (1984) dan Dardjowidjojo (1988) adalah dua ahli yang sangat berperan

    dalam pemahaman teori Morfologi Generatif, khususnya yang berkembang di

    Indonesia.

  • 25

    2.3.1 Teori Morfologi Generatif

    Tulisan pertama Halle tentang Morfologi Generatif berjudul Morphology

    in Generative Grammar (1972), kemudian mengalami perubahan judul menjadi

    Prolegomena to a Theory of Word Formation pada tahun 1973. Menurut Halle

    (1973:3), penutur asli suatu bahasa mempunyai kemampuan yang dinamakan

    intuisi untuk tidak hanya mengenal kata-kata dalam bahasanya, tetapi juga

    mengetahui bagaimana kata dalam bahasa itu dibentuk. Morfologi terdiri atas tiga

    komponen yang saling terpisah. Ketiga komponen itu adalah sebagai berikut.

    (1) List of morphemes (daftar morfem, selanjutnya disingkat DM)

    (2) Word formation rules (kaidah/aturan pembentukan kata, selanjutnya

    disingkat APK atau KPK)

    (3) Filter (saringan, penapis, tapis) (Halle,1973:3--8)

    Dalam DM ditemukan dua macam anggota, yaitu akar kata (yang

    dimaksud adalah dasar) dan bermacam-macam afiks, baik afiks derivasional

    maupun infleksional. Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun kompleks

    yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar (Ramlan, 1985:45).

    Bentuk dasar tersebut berupa morfem tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan

    morfem (Chaer, 1994:159). Bentuk dasar ini sering kali berupa morfem bebas,

    yaitu kata yang mampu berdiri sendiri dalam tataran lebih tinggi dan telah

    memiliki kategori tertentu, seperti kategori nomina, verba, adjektiva, adverbial,

    dan numeralia.

  • 26

    Anggota kedua dari DM adalah afiks. Afiks ini merupakan morfem terikat,

    yaitu bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tataran lebih tinggi, belum

    memiliki makna tertentu, dan belum memiliki kategori leksikal. Jadi, morfem ini

    tidak dapat muncul dalam tuturan tanpa digabung dahulu dengan morfem lain.

    Dalam hal ini semua afiks dikatakan sebagai morfem terikat. Perhatikan contoh

    dalam bahasa Perancis berikut : tables meja, grandes besar, maison rumah,

    vendeur penjual, incomplete tidak penuh. Bentuk-bentuk dalam tulisan

    italique merupakan morfem bebas atau bentuk dasar karena dapat ditemukan

    berdiri sendiri dalam tuturan. Sementara itu bentuk -s, -es, - -eur, in- merupakan

    morfem terikat karena bentuk-bentuk tersebut adalah afiks yang harus

    digabungkan dengan bentuk lain agar dapat memiliki makna leksikal.

    Butir leksikal yang tercantum dalam DM tidak hanya diberikan dalam

    bentuk urutan segmen fonetik, tetapi harus dibubuhi beberapa informasi

    gramatikal yang relevan. Komponen kedua adalah APK / KPK, yaitu komponen

    yang mencakup semua kaidah tentang pembentukan kata dari morfem-morfem

    yang ada pada DM. APK bersama DM menentukan bentuk-bentuk potensial

    dalam bahasa. Oleh karena itu, APK menghasilkan bentuk-bentuk yang memang

    merupakan kata dan bentuk-bentuk potensial yang belum ada dalam realitas.

    Bentuk-bentuk potensial sebenarnya dihasilkan dari kemungkinan penerapan APK

    dan DM, tetapi bentuk-bentuk itu belum lazim digunakan.

    Komponen ketiga, yaitu komponen saringan berfungsi menyaring bentuk-

    bentuk yang dihasilkan oleh APK dengan memberikan beberapa idiosinkresi,

    seperti idiosinkresi fonologis, idiosinkresi leksikal, atau idiosinkresi semantik.

  • 27

    Idiosinkresi merupakan keterangan yang ditambahkan pada bentuk-bentuk yang

    dihasilkan APK yang dianggap aneh. Idiosinkresi fonologis misalnya pada kata

    mempunyai, menurut kaidah bahasa Indonesia konsonan /p/ di awal kata mendapat

    prefiks {mN-}, maka konsonan /p/ akan luluh. Bandingkan dengan kata

    memukul dan meminjam, berasal dari kata dasar pukul dan pinjam. Idiosinkresi

    semantik dapat dicontohkan pada kata perjuangan memiliki makna kegiatan yang

    bertarap nasional. Demikian juga kata wafat, gugur, mangkat, berpulang dalam

    bahasa Indonesia. Idiosinkresi leksikal adalah kata-kata bentukan melalui KPK

    tidak menyalahi kaidah namun dalam kenyataan tidak pernah muncul dalam

    pemakaian bahasa sehari-hari. Kata-kata tersebut dimasukkan ke dalam kata-kata

    potensial seperti kata *mencantik, *tanyaan, *serahan, dan *memperbetuli.

    Secara garis besar, pandangan Halle tentang morfologi dapat dilihat pada

    diagram di bawah ini.

    Diagram I Pandangan Morfologi Halle

    Syntax Phonology Output

    Dictionary of Word

    Filter List of

    Morphemes Word

    Formation Rules

  • 28

    Sesungguhnya KPK yang diusulkan Halle memakai morfem sebagai

    bentuk minimal yang digunakan sebagai landasan penurunan kata sehingga sering

    disebut morpheme based approach. Akan tetapi, pengertian morfem yang

    diajukan Halle sangat berbeda dengan yang lumrah dimengerti orang. Menurut

    Halle (1973:3), kata transformational dianggap terdiri atas lima morfem, yaitu

    trans-form-at-ion-al. Meskipun Halle mencantumkan kamus dalam diagramnya,

    ia tidak menganggap bahwa kamus merupakan bagian integral dari morfologi

    generatif. Kamus memiliki peranan dalam pembentukan kata karena APK dapat

    memanfaatkan leksikon yang tersimpan dalam kamus. Selain itu, kamus juga

    menampung bentuk-bentuk yang lolos saringan. Hal ini selaras dengan saran

    Dardjowidjojo (1988:57). Bentuk-bentuk potensial menurut Halle tidak

    dimasukkan ke kamus dan tidak diberi penjelasan di mana bentuk itu ditampung.

    Saringan atau penapis dengan beberapa idionsinkresi dapat memberikan

    informasi mengapa bentuk tertentu dapat diterima dan mengapa bentuk lain tidak.

    Hal itu merupakan langkah maju dalam analisis morfologi yang selama ini hanya

    diterangkan sebagai perkecualian atau dihindari sama sekali. Meskipun pandangan

    Halle memiliki kelemahan, seperti apa yang telah dipaparkan di depan,

    Dardjowidjojo berpendapat bahwa model Halle lebih mudah diterapkan.

    Aronoff (1976) juga membicarakan morfologi generatif. Pendapatnya

    tertuang dalam tulisannya yang berjudul Word Formation in Generatif

    Grammar. Pendapat Aronoff berbeda dengan Halle, terutama dalam KPK

    (Kaidah Pembentukan Kata). Menurut Halle seperti yang telah disebutkan di

    depan, morfem sebagai bentuk minimal dan sebagai penurunan pembentukan kata,

  • 29

    sehingga dikenal dengan istilah morpheme based approach. Sementara itu,

    Aronoff menganggap bahwa kata adalah bentuk minimal yang dipakai sebagai

    landasan pembentukan kata. Kata yang dimaksud harus diartikan leksem,

    sehingga teori Aronoff dikenal dengan lexem based approach karena leksem

    merupakan bentuk dasar dalam penurunan kata.

    Teori Morfologi Generatif model Aronoff menyatakan bahwa kata sebagai

    unit minimal penurunan kata. Kata yang dimaksud harus memenuhi persyaratan

    (1) dasar pembentukan kata adalah kata, (2) kata yang dimaksud adalah kata yang

    benar-benar ada dan bukan hanya merupakan bentuk potensial, (3) aturan

    pembentukan kata (WFRs) hanya berlaku pada kata tunggal dan bukan kata

    kompleks atau lebih kecil daripada kata (bentuk terikat), (4) baik masukan

    maupun keluaran dari (WFRs) harus termasuk dalam kategori sintaksis yang

    utama (Aronoff, 1976:40).

    Pembentukan kata dalam teori Morfologi Generatif model Aronoff

    dilakukan dengan memanfaatkan leksikon yang ada dalam komponen kamus

    dengan komponen Kaidah Pembentukan Kata. Komponen kamus memuat

    leksikon yang memiliki informasi kategorial (nomina, verba, ajektiva, dan lain-

    lain). Sementara itu, Kaidah Pembentukan Kata memuat afiks yang memiliki

    informasi relasional. Maksudnya, afiks itu memiliki kemampuan untuk bergabung

    dengan bentuk tertentu dalam proses pembentukan kata baru atau kata turunan

    (Aronoff ,1976:40).

  • 30

    Dictionary

    WFRs

    Kaidah Pembentukan Kata oleh Aronoff sangat peka, baik terhadap ciri

    sintaksis maupun pembatasan seleksional. Aronoff (1976:65) memberikan contoh:

    pembubuhan sufiks {-ness} hanya dapat dilakukan pada adjektiva, seperti redness

    merah, porousness keropos, sedangkan sufiks {-ee} hanya dapat diletakkan

    pada verba transitif, seperti employee memperkerjakan, paye membayarkan.

    Selanjutnya, Aronoff mengajukan konsep blocking perlindungan dengan tujuan

    untuk membendung munculnya suatu kata karena telah ada kata lain yang

    mewakilinya (Aronoff, 1976:43). Dalam bahasa Perancis dapat dilihat dalam

    pembubuhan sufiks {-tre} yang hanya dapat dilakukan pada adjektiva

    kualifikatif yang menyatakan warna, seperti rougetre kemerah-merahan,

    blanchetre keputih-putihan.

    Pada mulanya analisis Morfologi Generatif yang dikemukakan oleh

    Aronoff tidak disertai diagram. Selanjutnya, Scalise (1984:43)

    menggambarkannya seperti diagram berikut ini.

    Lexical Component

    Diagram II Organisasi dari Komponen Leksikal

  • 31

    Berikutnya, Aronoff juga mengajukan aturan atau kaidah yang kemudian

    diberi nama Adjusment Rules Kaidah Penyesuaian yang disingkat menjadi AP

    (Aronoff, 1976:105--132). Dalam pembentukan kata tidak semua kata dapat

    secara langsung masuk ke komponen kamus. Menurut Aronoff, pembubuhan

    afiks, baik prefiks, sufiks, maupun konfiks, memerlukan adanya perubahan

    bentuk, baik bentuk dasar maupun bentuk afiks itu sendiri. Sebagai contoh, dalam

    bahasa Inggris sufiks {-ee} memenggal morfem dari kata dasar, nominate

    nominasi menjadi nominee nominator, evacuate evakuasi menjadi evacuee

    evakuator. Dari kedua data di atas terjadi kaidah pemenggalan atau Truncation

    Rules. Di samping itu, ada juga kaidah alomorfi atau Allomorphy Rules

    (1974:116--118). Sebagai contoh, penambahan sufiks {-ation} dalam bahasa

    Inggris memiliki empat atau lima bentuk, yaitu {-a tion}, {-i tion}, {-u tion},

    {ion}, {-tion}. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data berikut.

    fascinate fascination

    realize realization *relazion *realization

    educate *educatation education *educatition

    resolve *resolvation *resolvion resolution

    AP seperti yang dikemukakan oleh Aronoff tersebut juga dapat dilihat

    dalam bahasa Perancis, misalnya sufiks {-ence} memenggal leksem dari dasar

    adjektiva patient sabar menjadi patience kesabaran, puissant kuat menjadi

    puissance kekuatan. Dari contoh tersebut dapat dilihat kaidah pemenggalan atau

    Trancation Rules. Sementara itu Allomorphy Rules Kaidah Alomorfi dapat

  • 32

    Dictionary

    WFRs

    RRs (TRs, ARs)

    dilihat pada sufiks {-it} memiliki tiga bentuk, yaitu {-it}, {-et}, dan {-t} yang

    mengubah adjektiva menjadi nomina, seperti pada daftar leksem berikut.

    BRUTAL brutalit SR *srit sret

    MAJESTUEUX *majestit *majestet majest

    Dengan adanya AP, Scalise (1984:168) menggambarkan proses APK

    sampai kepada AP seperti berikut ini.

    Lexical Component

    OUTPUT

    Diagram III Organisasi dari Komponen Leksikal II

    Teori Morfologi Generatif yang dikemukakan oleh Halle perlu disesuaikan

    untuk menelaah proses derivasi dalam bahasa Perancis. Hal itu disesuaikan

    dengan pendapat Dardjowidjojo bahwa diagram yang diajukan oleh Scalise,

    ternyata masih belum sempurna. Oleh karena itu, Dardjowidjojo merombak

    diagram itu menjadi diagram seperti berikut ini.

  • 33

    DM

    a

    f i k s

    Terikat

    Bebas

    Kata Dasar

    KPK

    a

    b

    c

    d

    e

    i

    f

    c

    c

    Diagram IV Model Pembentukan Kata Menurut Dardjowidjojo (1988:57)

    Dengan merombak diagram Scalise, Dardjowidjojo mengemukakan

    adanya empat komponen integral dalam teori morfologi generatif. Keempat

    komponen tersebut adalah DM, KPK, Saringan, dan Kamus. Dalam komponen

    DM, Dardjowidjojo memisahkan bentuk bebas dan bentuk terikat, tujuannya

    adalah untuk menampung bentuk terikat seperti morfem prakategorial. Penerapan

    model ini merupakan bentuk bebas yang ada dalam komponen DM, seperti baju,

    makan, dan minum dapat melalui jalur (a) tanpa mengalami hambatan pada

    KAMUS SARINGAN

    g

    h

    j

    k

  • 34

    komponen saringan. Pada jalur (b), bentuk bebas setelah mengalami proses

    afiksasi andaikata tidak mengalami idionsinkresi, maka langsung dapat masuk ke

    komponen kamus dan kalau dikenai idionsinkresi, bentuk itu akan melalui jalur

    (c). Untuk bentuk potensial yang tidak ada dalam pemakaian bahasa sehari-hari,

    akan melalui jalur (d) dan (g), kemudian disimpan dalam komponen kamus

    dengan memberikan tanda asterik (*). Untuk bentuk-bentuk yang mustahil seperti

    *berjalani, melalui jalur (d) dan (h) dan tidak bisa masuk komponen kamus, tetapi

    tertahan pada komponen saringan. Jalur (f) pecah menjadi jalur (j) untuk bentuk

    yang tidak mendapatkan idionsinkresi dan jalur (k) untuk bentuk yang mengalami

    idionsinkresi.

    Berangkat dari pemahaman terhadap teori Morfologi Generatif di atas,

    dalam penelitian ini digunakan komponen dalam teori model Halle yang

    disempurnakan dengan teori morfologi generatif model Aronoff. Dalam penelitian

    ini kata dijadikan bentuk minimal atau dasar yang dijadikan landasan dalam

    pembentukan kata baru. Selain itu, dengan adanya kaidah penyesuaian, baik

    Kaidah Pemenggalan maupun Kaidah Alomorfi dalam pembentukan kata baru

    sangat tepat dibahas dalam transformasi adjektiva menjadi nomina dalam bahasa

    Perancis.

    Dalam proses pembentukan kata, biasanya tidak bisa lepas dari perubahan

    makna. Sebuah kata dapat mempunyai makan leksikal dan makna gramatikal.

    Makna leksikal dikatakan sebagai makna yang tertera dalam kamus, sedangkan

    makna gramatikal makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah

    leksem di dalam kalimat (Pateda, 1989:58--59). Misalnya leksem MATA yang

  • 35

    bermakna leksikal indra yang terdapat pada tubuh dan berfungsi untuk melihat

    bila ditempatkan dalam sebuah kalimat Hei mana matamu, maka tidak lagi

    menunjuk pada indra mata, tetapi menunjuk pada makna penglihatan, cara

    melihat, mencari, dan mengerjakan.

    Pandangan Fries yang dikutip Lyons (1995:427--428) membedakan

    adanya makna leksikal dan makna struktural. Makna leksikal terkait dengan kelas-

    kelas utama, sedangkan makna struktural terkait dengan pembedaan antara subjek

    dan objek kalimat, oposisi-oposisi ketertentuan, kala dan jumlah, dan pertanyaan

    serta perintah.

    Chaer (2002:62) mengemukakan pandangan senada dengan Lyons bahwa

    ia mempertentangkan atau mengoposisikan antara makna gramatikal dan makna

    leksikal. Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat adanya

    proses gramatika, seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan proses komposisi. Di

    sisi lain, makna leksikal dinyatakan berkenaan dengan makna leksem atau kata

    yang sesuai dengan referensinya.

    Berikut contoh makna gramatikal dari proses nominalisasi adjektiva

    dalam bahasa Perancis, baik melalui proses afiksasi maupun konversi.

    a. Tous les hommes sont charm par sa beaut semua DEF.pl N.m.laki-laki PAS.terpukau oleh POSS3.sg. N.f. kecantikan Semua lelaki terpukau pada kecantikannya.

    b. Le beau de cette image est sa simplicit DEF.m.sg ADJ.cantik PART DEM.f.ini N.f.gambar adalah POSS3.sg N.f.kesederhanaan Indahnya gambar ini adalah kesederhanaannya.

  • 36

    Dari contoh di atas, diketahui bahwa sufiks {t} yang ditambahkan pada

    adjektiva beau cantik/indah akan membentuk kelas kata nomina beaut

    kecantikan dengan mengandung makna mempunyai kualitas seperti yang

    disebutkan dalam kata dasarnya. Sebaliknya, makna gramatikal dari nominalisasi

    adjektiva dalam bentuk konversi dengan kata dasar adjektiva yang sama yaitu

    beau menjadi nomina le beau akan memiliki makna sesuatu yang indah.

    Uraian yang disampaikan Chaer di atas memberikan inspirasi terhadap

    tulisan ini. Dengan demikian, pandangan-pandangan di atas, yang telah

    diformulasikan oleh Chaer ke dalam suatu pandangan bahwa makna gramatikal

    tidak hanya terbatas pada struktur sintaksis, tetapi juga struktur morfologis,

    dijadikan acuan dalam analisis makna pada tulisan ini.

    2.4. Model Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan

    kaidah-kaidah dalam proses nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis serta

    makna gramatikal yang terbentuk dari proses tersebut. Analisis terhadap data

    menggunakan teori Morfologi Generatif sehingga dapat menjelaskan proses

    nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis. Adapun model penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

  • 37

    Diagram V Model Penelitian

    Bahasa Perancis

    Data

    Nominalisasi adjektiva

    Afiksasi Konversi

    Analisis Morfologi Generatif - afiks pembentuk

    - kaidah nominalisasi adjektiva - fungsi dan makna

    Temuan

  • 38

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif karena menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang

    logis, untuk menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan satu sama lain

    (Danandjaja, 1990: 96). Dalam konteks penelitian ini penerapan metode kualitatif

    dilakukan secara deskriptif, artinya data yang dianalisis dan hasil analisis

    berbentuk deskripsi fenomena, tetapi tidak berupa angka-angka atau koefisien

    tentang hubungan antarvariabel (Aminuddin, 1990:16). Data dikumpulkan

    berdasarkan pengamatan pada sumber teks tulis dan informan untuk menemukan

    bentuk-bentuk nominalisasi adjektiva, kemudian ditelusuri kaidah proses

    pembentukannya serta maknanya.

    3.2 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang dikaji di sini adalah data primer yang diambil dari bahan

    tertulis, yaitu sebuah roman Perancis dengan judul La Cure karya Emil Zola.

    Roman dapat dijadikan sumber dalam memperoleh bentuk-bentuk derivasi

    termasuk nominalisasi adjektiva karena dalam sebuah karya sastra biasanya

    pengarangnya sering menggunakan bentuk-bentuk kata baru. Selain itu, terdapat

    juga data sekunder yang diambil dari Kamus Perancis-Indonesia oleh Arifin dan

    Soemargono yang digunakan untuk memverifikasi, baik makna adjektiva maupun

    38

  • 39

    bentuk turunannya, serta untuk mendapatkan contoh-contoh kalimat yang

    menggunakan kata-kata tersebut.

    3.3 Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku catatan dan

    alat tulis untuk mencatat bentuk-bentuk nominalisasi adjektiva yang ditemukan

    pada sumber data.

    3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

    Menurut Sudaryanto (1993:132), metode pemerolehan data ada dua

    macam, yaitu metode simak dan metode cakap. Dari kedua metode yang ada,

    dalam penelitian ini digunakan metode simak (penyimakan) yaitu dilakukan

    dengan menyimak penggunaan bahasa yang dalam hal ini merupakan sumber

    tertulis dengan menggunakan teknik pencatatan. Adapun tahapan-tahapan

    pengumpulan data adalah sebagai berikut.

    a. Sumber data diamati dan disimak guna mencari bentuk nomina yang

    mempunyai bentuk dasar adjektiva di dalam kalimatnya-kalimatnya. Kata-

    kata itu, seperti la beaut kecantikan, la solitude kesendirian, la richesse

    kekayaan, le froid dinginnya, dan lain-lain.

    b. Data tersebut kemudian dicatat dan diklasifikasikan sesuai dengan jenis-

    jenis derivasi, apakah termasuk derivasi dengan afiks derivasional ataupun

    derivasi dengan zero morfem (conversion). Setelah itu dikelompokkan lagi

  • 40

    berdasarkan afiks derivasional yang membentuknya. Misalnya, kelompok

    data dengan sufiks derivasional {-it}, antara lain brutalit kebrutalan,

    tranquilit ketenangan, dan beaut keindahan, atau dalam kelompok lain

    berisikan bentuk nominalisasi adjektiva dengan menggunakan zero morfem,

    seperti le beau (sesuatu) yang indah, la malade (orang) yang sakit, le

    froid udara dingin, dinginnya, dan sebagainya.

    c. Data dianalisis dengan menggunakan teori morfologi generatif model Aronoff

    untuk menemukan kaidah pembentukan katanya.

    3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

    Data berupa satuan lingual yang di dalamnya berisi nomina derivasi dari

    dasar adjektiva bahasa Perancis, selanjutnya dianalisis. Metode analisis yang

    digunakan adalah metode agih (Sudaryanto, 1993:13--16). Metode agih terutama

    digunakan dalam mengklasifikasikan data berupa nomina yang berasal dari bentuk

    dasar adjektiva. Metode ini memudahkan penulis karena yang dianalisis adalah

    bagian atau unsur dari bahasa itu sendiri, seperti kata (preposisi, nomina,

    adverbial, dsb), fungsi sintaksis, klausa, silabe kata, titinada, dan sebagainya.

    Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik bagi unsur

    langsung (Sudaryanto, 1993: 31--63). Teknik bagi unsur langsung dalam hal ini

    digunakan untuk menganalisis bentuk dan kaidah pembentukan nomina dari dasar

    adjektiva dalam bahasa Perancis dengan cara menguraikan unsur-unsur

    pembentukan kata yang termuat dalam daftar morfem. Teknik bagi unsur

    langsung sebagai teknik dasar akan menggunakan teknik lanjutan berupa teknik

  • 41

    lesap (delesi), teknik ganti (substitusi), teknik perluas (ekspansi), teknik sisip

    (interupsi), teknik ubah ujud (parafrasa), dan teknik ulang (repetisi) (Sudaryanto,

    1993: 36).

    3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis

    Penyajian hasil analisis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

    metode formal dan informal. Metode informal adalah metode yang menyajikan

    hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, sedangkan metode

    formal adalah metode yang menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan

    tanda atau lambang-lambang tertentu, seperti tanda panah, tanda bintang, tanda

    kurung kurawal, lambang huruf sebagai singkatan, dan berbagai diagram

    (Sudaryanto, 1993: 145).

  • 42

    BAB IV

    NOMINA DAN ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS

    4.1 Nomina

    Nomina adalah kata yang merepresentasikan manusia, tempat, atau

    sesuatu, baik yang konkret (kursi, anjing) maupun yang abstrak (ide,

    kebahagiaan). Nomina dalam bahasa Perancis memiliki kekhasan karena

    mengenal gender dan number. Keunikan nomina bahasa Perancis ini dijelaskan

    dengan uraian berikut.

    (1) Gender

    Dalam bahasa Perancis, semua nomina mempunyai gender. Gender

    merupakan sebuah karakter morfologi yang melekat pada nomina, baik itu

    maskulin atau feminin. Bentuk dan makna nomina itu sendiri tidak dapat

    menunjukkan dengan tepat gender apa yang dimilikinya. Gender dari beberapa

    nomina dapat diterka terutama biasanya yang berhubungan dengan nomina

    [+human], misalnya pre ayah merupakan nomina maskulin, femme wanita

    adalah nomina feminin. Namun, tidak semuanya berlaku seperti itu karena selalu

    ada pengecualian, seperti personne orang/seseorang dan victime tersangka

    selalu merupakan gender feminin walaupun orang atau tersangka tersebut adalah

    seorang laki-laki.

    Kebanyakan nomina yang digunakan untuk menunjukkan makhluk hidup

    (manusia atau binatang) atau yang dalam bahasa Perancis disebut nom-anims

    42

  • 43

    (Dubois, 1973:42) mempunyai dua bentuk: masculin dan feminin yang digunakan

    untuk menunjukkan perbedaan laki-laki dan perempuan, seperti kata benda

    profesi, kebangsaan, dan beberapa binatang pada umumnya mempunyai dua

    bentuk seperti :

    un chanteur une chanteuse penyanyi laki-laki, penyanyi perempuan

    un technicien une technicienne teknisi laki-laki, teknisi perempuan

    un chat une chatte kucing jantan, kucing betina

    Dalam beberapa kasus, nomina yang sama dapat digunakan untuk kedua

    bentuk feminin dan maskulin, seperti un gendarme une gendarme polisi laki-

    laki, perempuan, un lve une lve murid laki-laki, perempuan.

    Untuk nomina yang menunjukkan suatu benda, baik konkret maupun

    sesuatu yang abstrak (non-anims), gender-nya terkadang dapat ditentukan

    melalui akhiran katanya. Beberapa akhiran cenderung menunjukkan nomina

    maskulin dan akhiran lain lebih sering digunakan untuk nomina feminin, seperti

    contoh berikut :

    Akhiran yang (biasanya) menunjukkan nomina maskulin :

    -age : le garage garasi, le village desa

    Kecuali : limage gambar, la plage pantai

    -ble : le sable pasir, le diable iblis

    Kecuali : la table meja, la fable dongeng

    -eau : le bateau perahu, le ciseau gunting

    Kecuali : leau air, la peau kulit

  • 44

    Akhiran yang menunjukkan nomina feminin :

    -t : la beaut keindahan, la gaiet kegembiraan

    -ion : la maison rumah, la natation renang

    Kecuali : lavion pesawat, le lion singa

    Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa akhiran kata tidak dapat

    sepenuhnya dijadikan kunci utama dalam penentuan gender karena selalu ada

    pengecualian. Hal itu berarti bahwa, tidak ada jawaban yang sesuai dengan logika

    untuk mengetahui gender nomina dalam bahasa Perancis. Oleh karena itu, cara

    yang paling tepat untuk mengetahuinya adalah dengan mempelajari sekaligus

    mengingat gender yang dimiliki untuk setiap nomina.

    (2) Number

    Ciri khas lainnya dari nomina bahasa Perancis adalah mengenal adanya

    number yang menyangkut tentang jumlah nomina, baik berupa nomina tunggal

    (singular) maupun jamak (plural). Penanda jamak untuk nomina bahasa Perancis

    biasanya ditandai dengan s, seperti pada homme (seorang) laki-laki hommes

    beberapa laki-laki, tracteur (sebuah) traktor tracteurs (beberapa) traktor.

    Penanda jamak s ini tidak dilafalkan dalam ucapan.

    Namun, tidak semua pola penjamakan nomina dilakukan dengan

    penambahan s pada akhir kata. Ada beberapa kasus yang menggunakan akhiran

    lain sebagai penanda jamak seperti di bawah ini.

    - Untuk nomina yang diakhiri dengan al atau ail, penanda jamaknya

    adalah aux. Contoh : cheval chevaux kuda, journal journaux.

  • 45

    - Untuk nomina yang diakhiri dengan ou maka penanda jamaknya

    adalah x, contoh : bijou bijoux permata, genou genoux lutut.

    - Nomina yang diakhiri dengan s atau x tidak mengalami perubahan

    dalam bentuk jamak, seperti un tapis des tapis karpet, un poux

    des poux suami istri

    Satu hal lagi yang dapat menunjukkan kejamakan suatu nomina adalah

    determinan yang digunakan di depan nomina tersebut. Determinan dalam bahasa

    Perancis juga mempunyai bentuk tunggal dan jamak, seperti des (artikel indefinit),

    les (artikel definit), ces (demontratif), mes (posesif), dll.

    (3) Determinan

    Nomina dalam bahasa Perancis biasanya tidak dapat berdiri sendiri. Semua

    nomina, kecuali proper noun (nama diri), baik menempati posisi sebagai subjek

    maupun objek dalam kalimat, harus didahului oleh sebuah determinan yang

    disesuaikan dengan gender dan number dari nominanya. Menurut Dubois &

    Langane (1973, 1973:50), determinan adalah sebuah elemen yang ada pada suatu

    grup nomina. Berdasarkan fungsi sintaksisnya, determinan dibagi menjadi enam

    kelas, yaitu sebagai berikut.

    Article : defini et indefini

    Article defini (Artikel Definit)

    Artikel ini mempunyai tiga bentuk, yaitu le (nomina maskulin singular), la

    (nomina feminin singular), dan les (nomina mask/fem plural). Artikel ini

    digunakan untuk menunjukkan benda tertentu, baik pembicara maupun

  • 46

    pendengarnya, sudah sama-sama mengetahui benda yang dimaksud (the

    dalam bahasa Inggris). Contoh :

    La voiture avance trs vite. DEF.f.sg N.f.mobil V.melaju ADV.sangat ADJ. Cepat Mobil itu melaju sangat cepat.

    Pada contoh di atas, mobil yang dimaksud adalah mobil tertentu yang

    sudah diketahui oleh mereka yang terlibat dalam percakapan walaupun

    tidak disertai dengan ciri-ciri spesifik dari mobil tersebut.

    Article indefini (Artikel Indefinit)

    Artikel ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang tidak tentu atau

    belum diketahui dengan pasti oleh pembicara dan pendengar (sama dengan

    a/an dalam bahasa Inggris). Artikel indefinit bahasa Perancis memiliki tiga

    bentuk yang penggunaannya ditentukan oleh gender dan number, yaitu un

    (nomina maskulin singular), une (nomina feminin singular), dan des

    (nomina mask/fem plural), seperti pada contoh berikut.

    Elle achete un sac et des chaussures PRO3.sg.f V.membeli IND.m.sg N.m.tas KONJ.dan IND.pl. N.m.pl.sepatu Dia membeli sepatu dan tas.

    Possesif

    Determinan posesif digunakan untuk menunjukkan kepunyaan atau

    kepemilikan.

    Ce sont mon fils et ma fille. Ini adalah POSS.m.sg.ku N.m.anak laki-laki dan POSS.f.sg.ku N.f.anak perempuan. Ini adalah anak laki-laki dan anak perempuanku.

    Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa penggunaan adjektif posesif juga

    ditentukan oleh gender dan number dari nomina yang dimiliki. Walaupun

  • 47

    anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama dimiliki oleh orang

    pertama tunggal, determinannya berbeda, yaitu mon untuk fils (maskulin)

    dan ma untuk fille (feminin). Berikut adalah tabel adjektif posesif.

    pemilik

    Yang dimiliki nomina maskulin tunggal

    Yang dimiliki nomina feminin tunggal

    Yang dimiliki jamak (maskulin/feminin)

    saya (-ku) Mon ma mes kamu (-mu) Ton ta tes Dia (-nya) Son sa

    son (diikuti vocal) ses Kami (-kita) Notre notre nos Kalian (-kalian) Votre votre vos mereka (-mereka) Leur leur leurs

    Demonstratif

    Determinan ini digunakan sebagai penunjuk ini / itu, yang dalam bahasa

    Inggris sama dengan this, that, these, those ini/itu. Bentuk determinan

    demonstratif bahasa Perancis ada empat, yaitu ce (n.m), cet (n.m yang

    diawali vokal/h), cette (n.f), dan ces (n.m/f. pl).

    Contoh : ce beb bayi ini/itu cet homme laki-laki ini/itu cette voiture mobil ini/itu ces arbres pohon-pohon ini/itu

    Determinan kuantitatif

    Determinan ini menyatakan kuantitas dari nominanya, seperti plusieurs

    sebagian besar, quelque beberapa, beaucoup banyak, dan lain-lain.

    Determinan interogatif

  • 48

    Determinan ini digunakan untuk menanyakan benda yang dimaksud atau

    dibicarakan. Adjektif interogatif ini mempunyai empat bentuk yang

    pemakaiannya juga harus sesuai dengan gender dan number dari

    nominanya, yaitu quel (n.m.sg), quelle (n.f.sg), quels (n.m.pl), dan quelles

    (n.f.pl). Dalam bahasa Inggris dapat diartikan which atau what yang

    mana/apa.

    Contoh : Quel livre veux tu? INTG.apa N.m.buku V.ingin PRO2.sg.kamu Buku apa yang kamu inginkan?

    Numeral

    Di depan nomina juga dapat diisi oleh angka yang menunjukkan jumlah

    seperti cinq lima, dix sepuluh, ataupun peringkat seperti premier

    pertama, deuxime kedua, dan seterusnya.

    (4) Setelah nomina

    Sebenarnya tidak diperlukan apa pun untuk mengikuti nomina karena

    sebuah grup nomina sudah bisa dinyatakan lengkap selama sudah mempunyai

    sebuah determinan beserta nominanya. Namun, ada juga beberapa hal yang

    biasanya muncul setelah suatu grup nomina, yaitu sebagai berikut.

    Nomina dapat dan sering diikuti oleh adjektiva. Adjektiva bahasa Perancis

    dapat berada sebelum atau sesudah nomina tergantung dari konteksnya. Contoh:

    un livre intressant buku menarik

    Nomina juga dapat diikuti oleh sebuah frasa preposisional, seperti bentuk

    posesif dengan menggunakan de, contoh :

  • 49

    Le livre de mon voisin DEF.m.sg N.m.buku PREP.dari POSS1.m.sg.ku N.m.tetangga Buku tetanggaku

    Nomina juga dapat dilengkapi dengan klausa subordinat seperti klausa relatif.

    Contoh : Le livre que j'ai lu buku yang saya baca

    Demikian karakteristik nomina bahasa Perancis sehingga dapat dijadikan

    penanda untuk menentukan kelas kata ini dengan menggunakan ciri-ciri yang

    telah dipaparkan di atas.

    4.2 Adjektiva Bahasa Perancis

    Adjektiva bahasa Perancis sangat berbeda dengan adjektiva bahasa

    Inggris, yaitu dalam hal berikut ini.

    1. Adjektiva bahasa Perancis berubah sesuai dengan gender dan number dari

    nomina yang diterangkan. Hal itu berarti bahwa maksimal ada empat

    bentuk yang dibentuk oleh tiap-tiap adjektiva. Contoh :

    Adjectif: joli cantik

    Masculine singular joli

    Feminine singular jolie

    Masculine plural jolis

    Feminine plural jolies

    Perubahan bentuk ini ada yang bersifat teratur (regulier), yaitu hanya

    dengan penambahan afiks penanda feminin e seperti contoh di atas dan

    ada pula perubahan bentuk dengan tidak menambahkan akhiran e, tetapi

    menghasilkan perubahan bentuk yang tidak teratur (irreguliere), seperti

  • 50

    beau (m) belle (f) cantik, indah, faux (m) fausse (f) salah, dan lain-

    lain . Selain itu, itu ada pula adjektiva yang mempunyai satu bentuk yang

    sama untuk semua gender, seperti triste (m/f) sedih, vite cepat,

    immobille diam, dan sebagainya.

    2. Dalam bahasa Inggris, kata sifat selalu diletakkan di depan kata benda,

    seperti a blue car mobil biru, a big house rumah besar, dll. Akan tetapi,

    dalam bahasa Perancis, kata sifat dapat diletakkan sebelum atau sesudah

    kata benda yang diterangkannya, tergantung dari tipe dan maknanya.

    a. Adjektiva yang diletakkan setelah kata benda

    Kebanyakan descriptive adjective diletakkan setelah kata benda yang

    dijelaskannya. Tipe kata sifat ini meliputi bentuk, warna, rasa,

    kebangsaan, religi, kelas sosial, dan kata sifat lain yang

    menggambarkan sesuatu, seperti personality kepribadian dan mood

    keadaan.

    un livre vert buku hijau

    un professeur intelligent guru yang pintar

    une femme amricaine seorang perempuan Amerika

    b. Adjektiva yang diletakkan sebelum kata benda

    Beberapa adjektiva bahasa Perancis ada juga yang diletakkan sebelum

    kata benda. Biasanya adjektiva jenis ini menggambarkan hal-hal

    berikut.

    - Beauty keindahan, contoh : une belle fille gadis cantik

    - Age usia, contoh : une vieille dame wanita tua

  • 51

    - Good and Bad baik dan buruk, contoh : mal odeur bau tidak

    enak/busuk

    - Size ukuran, contoh : un petit verre gelas kecil

    c. Adjektiva yang diletakkan tergantung dari maknanya

    Ada beberapa adjektiva yang memiliki makna literal sekaligus juga

    makna figuratif dan dapat diletakkan sebelum atau sesudah kata

    bendanya tergantung dari makna yang dimaksud. Ketika adjektiva itu

    mengacu pada makna figuratifnya maka diletakkan sebelum kata

    benda, sedangkan jika mengacu pada makna literalnya, maka

    diletakkan setelah kata bendanya.

    Figurative: un grand homme orang hebat Literal : un homme grand orang besar (ukurannya)

    Adjektiva kualifikatif dibedakan menjadi tiga kategori dalam hal posisinya

    pada pembentukan suatu frasa, yaitu seperti di bawah ini.

    a. Adjectif pithte, adalah adjektif kualifikatif yang tidak dapat dipisahkan

    dari kata benda yang diterangkannya, baik oleh tanda koma maupun verba.

    Contoh :

    Le ballon jaune balon hijau

    Lalliment delicieux makanan enak

    b. Adjectif appos, adalah adjektif kualifikatif yang dipisahkan dari nomina

    yang dilengkapinya dengan menggunakan tanda koma. Contoh :

    Le ballon, jaune, rond, roule DEF.m.sg N.m.balon ADJ.kuning ADJ.bulat V. menggelinding Balon, yang kuning, bulat, menggelinding

  • 52

    jaune dan rond dilekatkan pada kata balon

    c. Adjectif attribute, adalah adjektif kualifikatif yang dipisahkan dari nomina

    yang dideskripsikannya oleh sebuah kata kerja keadaan (verbe dtat),

    seperti tre to be, paratre terlihat, sembler seperti, devenir menjadi,

    demeurer mengingat, rester tinggal, dan lain-lain. Contoh :

    Le ballon semble jaune DEF.m.sg N.m.balon V.terlihat ADJ.hijau Balon itu terlihat berwarna hijau

  • 53

    BAB V

    PROSES NOMINALISASI ADJEKTIVA DALAM BAHASA PERANCIS

    Sesuai dengan konsep nominalisasi yang diacu pada penelitian ini,

    nominalisasi adalah proses pembentukan nomina dari kelas kata yang lain dengan

    menggunakan afiks tertentu. Pembentukan kata seperti ini dalam morfologi

    disebut dengan proses derivasi, yaitu proses yang menghasilkan kata-kata yang

    secara leksikal beridentitas baru atau berbeda dari kata dasarnya. Dengan

    demikian, proses derivasi yang dijabarkan dalam penelitian ini adalah proses

    perubahan identitas adjektiva sebagai kata dasar dalam pembentukan nomina

    dengan atau tanpa adanya afiks derivasional.

    Seperti telah disinggung dalam Bab II pada bagian kerangka teori bahwa

    proses nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis ini dianalisis dengan

    menggunakan teori Morfologi Generatif dari Aronoff. Telah disebutkan pula

    bahwa teori Morfologi Generatif model Aronoff menganggap bahwa leksem

    adalah bentuk minimal yang dipakai sebagai landasan pembentukan kata.

    Komponen berikutnya adalah Kaidah Pembentukan Kata yang memuat afiks yang

    memiliki informasi relasional, yaitu kemampuan untuk bergabung dengan bentuk

    tertentu dalam proses pembentukan kata baru atau kata turunan.

    Komponen selanjutnya adalah Adjusment Rules Kaidah Penyesuaian.

    Teori Morfologi Generatif Aronoff juga sangat peka terhadap sistem blocking atau

    pembatasan sehingga dalam proses pembentukan kata akan dijumpai Kaidah

    53

  • 54

    Pemenggalan (Truncation Rules) dan Kaidah Alomorfi atau disebut Allomorphy

    Rules. Kedua kaidah ini muncul karena pembentukan kata memerlukan adanya

    perubahan bentuk, baik bentuk dasar maupun bentuk afiks itu sendiri sehingga

    menghasilkan output yang berkategori nomina. Berikut diuraikan lebih jauh

    mengenai nominalisasi adjektiva dalam bahasa Perancis dengan menggunakan

    komponen-komponen tersebut.

    5.1 Komponen Leksikal

    Dalam proses pembentukan kata dengan teori Morfologi Generatif model

    Aronoff, leksem merupakan bentuk minimal yang dipakai sebagai landasan

    pembentukan kata dengan memanfaatkan komponen kamus untuk mengetahui

    informasi kategorialnya, yaitu kategori nomina seperti voiture mobil, femme

    perempuan, intelligence kepintaran, dll; kategori verba seperti manger

    makan, dormir tidur, parler berbicara, dll; kategori adjektiva seperti petit

    kecil, belle cantik, rouge merah, dll; serta kategori adverbia seperti lentement

    dengan pelan, beaucoup banyak, toujours selalu, dll. Dalam penelitian ini,

    yaitu mengenai nominalisasi adjektiva, maka leksem yang menjadi bentuk dasar

    dalam pembentukan nomina adalah bentuk dasar adjektiva.

    Adjektiva adalah kata yang melekat pada nomina yang memberikan

    keterangan tentang sifat atau keadaan (kualitas) kata benda tersebut. Seperti

    sudah disebutkan sebelumnya bahwa adjektiva dalam bahasa Perancis mempunyai

    keunikan, yaitu tergantung dari gender dan number dari nomina yang

  • 55

    dimodifikasi, artinya adjektiva BP mempunyai bentuk yang berbeda untuk nomina

    maskulin dan feminin juga bentuk tunggal dan jamak dari nominanya.

    Dalam penelitian ini, leksem yang menjadi bentuk dasar dalam pembentukan

    nomina adalah adjektiva. Bentuk dasar adalah satuan, baik tunggal maupun

    kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Dari data

    yang ditemukan, terdapat bentuk dasar adjektiva yang merupakan morfem tunggal

    (adjektiva dasar yang belum mengalami proses morfologi). Di samping itu,

    terdapat pula bentuk dasar adjektiva yang merupakan gabungan morfem atau

    bentuk dasar adjektiva yang sudah merupakan bentuk turunan dari kata yang lain.

    Untuk itu, dalam komponen leksikal ini dibagi menjadi dua, yaitu bentuk dasar

    adjektiva dasar dan bentuk dasar adjektiva turunan.

    5.1.1 Adjektiva Dasar

    Pembentukan nomina yang berasal dari akar kata adjektiva sangat sering

    ditemukan dalam bahasa Perancis. Root atau akar kata digunakan untuk menyebut

    bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Dilihat dari perilaku semantik

    adjektiva, Alwi et al (2003:172) membagi adjektiva menjadi dua tipe pokok, yaitu

    (a) adjektiva bertaraf yang mengungkapkan suatu kualitas dan (b) adjektiva tak

    bertaraf yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan. Perbedaan

    kedua tipe adjektiva ini bertalian dengan mungkin tidaknya adjektiva itu

    menyatakan berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat bandingan. Untuk

    mengukur tingkatan itu dapat dipakai kata, seperti sangat, agak, lebih, dan paling,

  • 56

    misalnya sangat besar, agak sempit, lebih enak, dan paling cantik. Sebaliknya,

    adjektiva tak bertaraf tidak dapat diberi pewatas tersebut, misalnya sangat buntu,

    paling tunggal, dll. Berdasarkan data yang ditemukan, adjektiva dasar yang

    menjadi bentuk dasar dalam proses nominalisasi dibagi sesuai dengan tipe

    adjektivanya adalah sebagai berikut.

    1. Adjektiva bertaraf

    (a) Adjektiva pemeri sifat, yaitu adjektiva yang dapat memerikan kualitas dan

    intensitas yang bercorak fisik dan mental. Dari data yang ditemukan, diambil

    beberapa contoh sebagai berikut.

    Adjektiva pemeri sifat Makna maskulin feminin

    beau belle cantik, indah

    actif active aktif responsable responsable bertanggung jawab honnte honnte jujur important importante penting

    galant galante penuh perhatian terhadap wanita

    poli polie sopan

    riche riche kaya

    sot sotte bodoh, dungu

    goste goste egois, mementingkan diri sendiri

    froid froide dingin fou/fol folle gila, sakit ingatan, tergila-gila modeste modeste rendah hati

  • 57

    vieux vieille tua

    social sociale sosial

    curieux curieuse ingin tahu

    mchant mchante kejam

    (b) Adjektiva ukuran, yaitu adjektiva yang mengacu pada kualitas yang dapat

    diukur dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif. Beberapa contoh kata sifat ini

    yang ditemukan pada sumber data adalah sebagai berikut.

    Adjektiva ukuran Makna

    masculin feminin

    profond profonde dalam

    gros grosse gemuk

    petit petite kecil

    (c) Adjektiva warna, yaitu adjektiva yang mengacu ke berbagai warna juga

    berbagai corak dan nuansa warna. Contoh adjektiva warna yang ditemukan pada

    sumber data adalah sebagai berikut.

    Adjektiva warna Makna

    masculin feminin

    Blanc blanche putih

    Pale ple warna pucat

    Blond blonde pirang, blonde

    Rouge rouge merah

  • 58

    (d) Adjektiva waktu, adjektiva yang mengacu ke masa proses, perbuatan, atau

    keadaan berada atau berlangsung sebagai pewatas. Contoh :

    Adjektiva waktu Makna

    masculin feminin

    Vite vite cepat

    Long longue lama, panjang

    (e) Adjektiva sikap batin, adalah adjektiva yang menerangkan atau berkaitan

    dengan perasaan atau suasana hati. Beberapa contoh jenis kata sifat ini yang

    ditemukan pada sumber data adalah seperti di bawah ini.

    Adjektiva sikap batin Makna

    masculin feminin

    triste triste sedih

    inquiet inquite khawatir, was-was

    enthousiaste enthousiaste bersemangat, bergairah

    gai gaie iang gembira, ceria

    (f) Adjektiva jarak, mengacu pada ruang antara dua benda, tempat atau wujud

    sebagai pewatas nomina. Contoh adjektiva jarak yang ditemukan pada sumber

    data adalah seperti di bawah ini.

  • 59

    Adjektiva jarak Makna

    masculin feminin

    Intime intime sangat dekat

    Familier familire sudah dikenal, tidak asing

    (g) Adjektiva cerapan adalah adjektiva yang berkaitan dengan pancaindra, seperti

    di bawah ini.

    Adjektiva cerapan Makna

    masculin feminin

    Splendid splendide cerah, cemerlang, indah sekali

    Doux douce embut

    Clair claire terang

    2. Adjektiva tak bertaraf

    Adjektiva tak bertaraf menempatkan nomina yang diterangkannya di dalam

    kelompok atau golongan tertentu dan tidak dapat bertaraf-taraf, seperti:

    Adjektiva tak bertaraf Makna

    masculin feminin

    faux fausse salah

    immobile immobile diam, tak bergerak

    rond ronde bulat, bundar

    vide vide kosong

  • 60

    Adjektiva-adjektiva tersebut akan mengalami proses derivasi membentuk

    kelas kata nomina, baik dengan penambahan afiks tertentu maupun dengan tanpa

    penambahan afiks. Pembahasan lebih dalam diuraikan pada subbagian Kaidah

    Pembentukan Kata (Word Formation Rules).

    Selain bentuk dasar adjektiva dasar, leksem yang dijadikan landasan dalam

    pembentukan kata juga dapat berupa adjektiva turunan. Adjektiva turunan adalah

    adjektiva yang terbentuk dari proses afiksasi, baik dengan penambahan prefiks,

    sufiks, maupun infiks.

    5.1.2 Adjektiva Turunan

    Dalam penelitian ini adjektiva turunan yang menjadi dasar dalam

    pembentukan nomina adalah adjektiva yang terbentuk dari proses afiksasi. Akar

    kata dari adjektiva turunan ini dapat berasal dari kelas kata, baik nomina, verba,

    adjektiva, maupun adverbia. Dalam penelitian ini ditemukan adjektiva turunan

    dengan akar kata nomina, verba, dan adjektiva.

    1. Adjektiva turunan dari akar kata nomina

    Adjektiva turunan yang terbentuk dari akar kata nomina dapat dilihat pada

    contoh berikut.

    Adjektiva turunan Akar kata nomina afiks paresseux/paresseuse malas, pemalas

    Paresse (n.m) kemalasan

    -eux/-euse

    amoureux/amoureuse jatuh cinta

    Amour (n.m) cinta, kekasih

    -eux/-euse

    Malheureux malang, sengsara

    Malheur (n.m) kemalangan, musibah

    -eux/-euse

  • 61

    Miserable melarat, menyedihkan, sengsara

    Misre (n.m) kesengsaraan, kemelaratan

    -able

    Dari contoh di atas, diketahui bahwa akar kata nomina paresse

    (n.m) dan amour (n.m) diderivasi oleh sufiks {eux} untuk membentuk

    kelas adjektiva maskulin, sedangkan {euse} untuk membentuk adjektiva

    feminin. Demikian juga dengan adjektiva turunan misrable, yang berasal

    dari nomina misre (n.m) yang mendapat sufiks {-able}. Kemudian dari

    adjektiva derivasional yang terbentuk ini akan diderivasi lagi menjadi

    bentuk nomina yang dijelaskan pada Kaidah Pembentukan Kata.

    2. Adjektiva turunan dari akar kata verba

    Pada penelitian ini ditemukan pula beberapa bentuk dasar adjektiva

    turunan yang berasal dari akar kata verba, seperti di bawah ini.

    Adjektiva turunan Akar kata verba afiks ingenieux/ingenieuse banyak akal, cerdik

    ingnier (se) memutar otak, mencari akal

    -eux/-euse

    dfiant/dfiante (air muka) curiga

    dfier (se) meragukan, curiga

    -ant/-ante

    souffrant, souffrante tidak enak badan, sakit

    souffrir menderita, merasa sakit

    -ant/-ante

    Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa akar kata verba mengalami proses

    derivasi dengan penambahan afiks derivasional tertentu yang

    menghasilkan output keluaran yang berkelas kata adjektiva. Adjektiva

  • 62

    turunan inilah yang kemudian akan menjadi bentuk dasar dalam proses

    nominalisasi.

    3. Adjektiva turunan dengan akar kata adjektiva

    Adjektiva turunan yang dijadikan bentuk dasar dalam nominalisasi berasal

    dari akar kata adjektiva yang telah mengalami proses afiksasi. Berikut

    adalah beberapa contoh yang ditemukan pada sumber data.

    Adjektiva turunan Akar kata adjekti