unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

102
1 BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ketenagalistrikan di Indonesia dikelola oleh perusahaaan listrik negara (PT. PLN). Sistem ketenagalistrikan di Bali juga dikelola oleh PT PLN khususnya PT PLN Distribusi Bali yang merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Provinsi Bali selain disuplai dari Jawa dengan kabel bawah laut dengan kapasitas 200 MW, juga disuplai dari unit Pembangkit Pesanggaran 172 MW, PLTG Gilimanuk 130 MW dan PLTG Pemaron 80 MW sehingga total daya yang tersedia adalah sebesar 582 MW. Beban puncak sistem Bali pada tahun 2010 mencapai 552,4 MW (Suluh Dewata, 2010). Apabila salah satu unit pembangkit keluar dari sistem, seperti contoh jika dilakukan pemeliharaan PLTG Gilimanuk (130 MW), maka hanya tersedia daya sebesar 452 MW, yang berarti lebih kecil dari beban puncak 552,4 MW. Sehingga menyebabkan terjadinya pemadaman pada saat beban puncak (18.00 – 22.00 WITA). Di samping hal tersebut pertumbuhan beban di Bali cukup tinggi sekitar 13% dan pertumbuhan nasional besarnya sekitar 6%(Bappeda, 2004). Dengan angka peningkatan beban yang tinggi tersebut, maka diperlukan peningkatan kapasitas pembangkit. Permasalahan yang timbul di dalam peningkatan kapasitas yaitu pembangunan pembangkit baru membutuhkan investasi yang sangat besar serta lokasi pembangunan pembangkit baru diperlukan kesepakatan antara

Upload: rancid

Post on 01-Jan-2016

162 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hvhhhh

TRANSCRIPT

Page 1: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem ketenagalistrikan di Indonesia dikelola oleh perusahaaan listrik

negara (PT. PLN). Sistem ketenagalistrikan di Bali juga dikelola oleh PT PLN

khususnya PT PLN Distribusi Bali yang merupakan bagian dari sistem

interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Untuk memenuhi kebutuhan listrik di

Provinsi Bali selain disuplai dari Jawa dengan kabel bawah laut dengan kapasitas

200 MW, juga disuplai dari unit Pembangkit Pesanggaran 172 MW, PLTG

Gilimanuk 130 MW dan PLTG Pemaron 80 MW sehingga total daya yang

tersedia adalah sebesar 582 MW. Beban puncak sistem Bali pada tahun 2010

mencapai 552,4 MW (Suluh Dewata, 2010).

Apabila salah satu unit pembangkit keluar dari sistem, seperti contoh jika

dilakukan pemeliharaan PLTG Gilimanuk (130 MW), maka hanya tersedia daya

sebesar 452 MW, yang berarti lebih kecil dari beban puncak 552,4 MW. Sehingga

menyebabkan terjadinya pemadaman pada saat beban puncak (18.00 – 22.00

WITA). Di samping hal tersebut pertumbuhan beban di Bali cukup tinggi sekitar

13% dan pertumbuhan nasional besarnya sekitar 6%(Bappeda, 2004). Dengan

angka peningkatan beban yang tinggi tersebut, maka diperlukan peningkatan

kapasitas pembangkit. Permasalahan yang timbul di dalam peningkatan kapasitas

yaitu pembangunan pembangkit baru membutuhkan investasi yang sangat besar

serta lokasi pembangunan pembangkit baru diperlukan kesepakatan antara

Page 2: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

2

masyarakat dan pemerintah daerah. Sampai saat ini belum ada pembangkit baru

yang terealisasi. Di samping itu pengiriman energi listrik ke Bali dibatasi oleh

kemampuan jaringan transmisi kabel laut Jawa-Bali 150 KV existing yang hanya

bisa menyalurkan 2 x 100 MW.

Melihat kondisi tersebut salah satunya diperlukan penghematan atau

efisiensi dalam pemanfaatan energi listrik. Efesiensi adalah kemampuan

menggunakan lebih sedikit energi dalam manjalankan fungsi dan kinerja yang

sama untuk mencapai tujuan dengan biaya yang lebih rendah (William.H.G, 1996).

Efisiensi energi menjadi semakin penting, mengingat kenaikan harga bahan bakar

minyak di seluruh belahan dunia disamping menipisnya cadangan atau potensi

sumber daya yang tersedia. Salah satu upaya PT. PLN untuk melakukan

pengelolaan pemakaian listrik adalah dengan menerapkan tarif yang berbeda

untuk LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) dan WBP (Waktu Beban Puncak),

dimana tarif dalam WBP lebih mahal dibandingkan dengan tarif dalam LWBP.

Penerapan WBP dimulai pukul 18.00 - 22.00 WITA.

PT. Telekomunikasi Indonesia merupakan salah satu penyedia layanan

telekomunikasi, seperti layanan telepon kabel, flexi dan internet. Perkembangan

teknologi telekomunikasi yang sangat pesat, dengan jumlah pelanggan di tahun

2007 mencapai 42 juta pelanggan, di tahun 2008 jumlah pelanggan 68,6 juta dan

di tahun 2009 mencapai 105,1 juta pelanggan (PT Telkom, 2009). Dengan

peningkatan jumlah pelanggan tersebut jaringan atau infrastruktur telkom seperti:

jaringan PSTN (Public Switched Telephone Network) dan jaringan data internet

juga ikut meningkat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

Page 3: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

3

berpengaruh positif terhadap berkembangnya akses terhadap ilmu pengetahuan

serta informasi sehingga bisa disampaikan semakin cepat, efisien dan murah.

Perkembangan jumlah pelanggan, penggunaan layananan telekomunikasi yang

dikuti dengan pengembangan infrastruktur telekomunikasi menyebabkan

pemakaian energi listrik di PT. Telkom semakin meningkat.

Sentral Telepon Automat (STO) Kaliasem merupakan central (Back Bone)

yang membawahi semua sentral atau STO yang ada di Bali. STO Kaliasem berdiri

di atas lahan seluas 4.400 M2 dan luas bangunan 2.613 M2. Jumlah karyawan di

STO Kaliasem sebanyak 37 orang, dengan jam kerja normal yaitu 08.00-17.00

WITA. PT Telkom memiliki 27 site STO di Bali. Semua STO di Bali melayani

sistem PSTN, flexi dan data internet. Tetapi keseluruhan trafik baik dari Bali

bahkan wilayah Nusa Tenggara akan menuju Jawa melalui STO Kaliasem terlebih

dahulu, dikarenakan sebagai jalur elemen core network untuk menuju ke

Singapore Telekomunikasi (SINGTEL), sehingga STO Kaliasem sangat penting

bagi sistem network komunikasi di PT Telkom. Kapasitas daya listrik terpasang di

STO Kaliasem adalah sebesar 865 KVA dan digolongkan sebagai tarif B3. Di

samping itu juga dilengkapi catu daya backup yaitu satu buah genset berkapasitas

sebesar 1.038 KVA Penggunaan energi listrik di STO Kaliasem sebagian besar

untuk perangkat keras di ruang server dan peralatan pendingin di ruang server

yang beroperasi selama 24 jam. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk

penerangan. Perangkat keras di gedung STO Kaliasem dikelompokkan menjadi

dua yaitu Esensial dan Non Esensial. Kategori esensial adalah perangkat yang

Page 4: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

4

tidak boleh padam seperti rectifier, UPS dan inverter. Kategori non esensial

adalah perangkat pendukung di gedung STO Kaliasem seperti AC dan penerangan.

Pemakaian energi listrik di STO Kaliasem relatif cukup besar dan

menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 tagihan

listrik adalah sebesar Rp.1.755.235.200,- sementara pada tahun 2007 sebesar

Rp.1.765.676.400,- Di sini terlihat adanya peningkatan sebesar 0,60 %. Pada

tahun 2008 tagihan listrik adalah sebesar Rp.1.811.241.200,- dan menjadi

Rp.2.093.168.000,- di tahun 2009. Di sini terjadi peningkatan tagihan yaitu

sebesar 13,5 %.

Walkthrough audit adalah kegiatan di dalam mengidentifikasikan jenis dan

besarnya energi yang digunakan pada suatu bangunan. Setelah dilakukan

walkthrough audit tehadap pemakaian energi listrik pada bulan Desember 2009

diperoleh gambaran yang menunjukkan bahwa pengelolaan energi listrik di STO

Kaliasem belum berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan kurangnya prilaku

hemat energi di lingkungan ruang kerja. Kategori non esensial seperti AC dan

penerangan sebesar 223.536 kilowatt dari 74 unit AC yang berkapasitas beragam

1,5 PK sampai 15 PK. Penerangan 94 lampu TL (2 x 40 watt) dan 52 LHE (18

watt). Suhu ruangan perangkat yang diisyaratkan yaitu sebesar 18oC–22oC.

Kategori esensial seperti rectifier, UPS dan inverter pemakaian energi listriknya

sebesar 152.788 kilowatt. Setelah dilakukan pengamatan di ruang kerja karyawan,

diberapa ruangan pada saat jam pulang kerja AC dan lampu penerangan masih

tetap menyala. Penggunaan AC di ruang perangkat masih ada yang menggunakan

kapasitas yang tidak sesuai dengan kondisi ruangan, yang mana dikarenakan

Page 5: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

5

adanya penambahan perangkat, sehingga AC bekerja lebih keras. Manajemen

STO Kaliasem sendiri sudah berupaya melakukan renovasi di ruangan-ruangan

perangkat agar ruangan lebih terisolasi dari temperatur suhu di luar ruangan dan

temperatur ruangan lebih terjamin. Namun perusahaan belum memiliki struktur

serta program manajemen energi yang jelas. Seperti tidak tersedianya panduan

tentang hemat energi berupa buku, kebijakan, himbauan, stiker, seminar dan

ceramah, sehingga terlihat prilaku tidak hemat energi pada pemakaian AC di

ruang kerja dan kurangnya pemakaian LHE di gedung STO Kaliasem.

Melihat kondisi tersebut di atas, salah satu usaha yang bisa ditempuh

untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik adalah dengan melakukan

manajemen energi. Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi

dengan bijaksana dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize costs)

dan meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif (Capehart dkk, 2003).

Berbagai upaya pengeloaan energi yang relevan dengan kondisi di STO Kaliasem

adalah dengan melakukan pengelolaan penggunaan Air Conditioning (AC).

Seperti kapasitas AC sesuai dengan kondisi dan luas ruangan, penggunaan freon

diupayakan menggunakan yang lebih ramah lingkungan khususnya dalam

konversi refrigerant sintetik (freon AC) ke refrigerant hydrocarbon yang

merupakan bahan pendingin ramah lingkungan serta hemat energi, yang mengacu

pada Peraturan Menteri ESDM No.031/2005 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penghematan Energi. Di samping itu manajemen STO Kaliasem akan mencoba

melakukan pengelolaan AC dengan cara mengatur temperatur ruangan perangkat

diantara 20oC–22oC agar konsumsi energi AC lebih kecil dan temperatur

Page 6: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

6

perangkat masih terjamin. Juga peningkatan peran serta sumber daya manusia

dengan melakukan pengelolaan energi listrik di ruang kerja dengan membiasakan

prilaku budaya hemat energi dengan cara mematikan AC dan lampu penerangan

di saat jam pulang kerja.

Penelitian yang mencakup perancangan dan penerapan terhadap kondisi

pemakaian energi di STO Kaliasem ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi

penggunaan energi dan bahkan diharapkan dapat memberikan contoh pengelolaan

energi yang baik di lingkungan PT Telkom.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan dari penelitian tugas akhir ini adalah

1. Bagaimana mengetahui tingkat konsumsi energi listrik di gedung STO

Kaliasem Denpasar melalui proses audit energi sesuai dengan SNI ?

2. Bagaimana merancang manajemen energi listrik pada gedung STO

Kaliasem Denpasar untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi

listrik ?

3. Bagaimana melakukan implementasi program manajemen energi selama

dua bulan terhadap penggunaan energi listrik di Gedung STO Kaliasem

Denpasar?

4. Bagaimana pengaruh terhadap efisiensi cost atau biaya, setelah dilakukan

penerapan program manajemen energi listrik di Gedung STO Kaliasem

Denpasar?

Page 7: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah

1. Untuk mengetahui tingkat intensitas penggunaan energi listrik di gedung

STO Kaliasem melalui audit energi.

2. Untuk menghasilkan program manajemen energi listrik di gedung STO

Kaliasem

3. Melakukan implementasi program manajemen energi listrik yang akan

dimonitor selama dua bulan.

4. Untuk mengetahui informasi cost atau biaya, setelah dilakukan penerapan

program manajemen energi listrik tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian tugas akhir ini adalah

1. Bagi Mahasiswa, dapat mengaplikasikan teori yang dipelajari dengan

kondisi dan kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di tempat

penelitian (STO Kaliasem)

2. Bagi Universitas, dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk

Program Pasca Sarjana Manajemen Energi dalam penelitian tentang

manajemen energi, khususnya pemakaian energi di sektor telekomunikasi.

3. Bagi pihak manajemen perusahaan, dapat dipakai sebagai bahan informasi

serta bahan pertimbangan untuk mengelola energi agar mendapatkan

efisiensi dan biaya yang optimal.

Page 8: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Audit Energi

Audit energi adalah suatu analisis terhadap konsumsi energi dalam sebuah

sistem yang menggunakan energi, seperti gedung bertingkat, pabrik dan

sebagainya. Hasil dari audit energi adalah laporan tentang bagian yang mengalami

pemborosan energi. Umumnya bentuk energi yang di-audit adalah energi listrik

dan energi dalam bentuk bahan bakar.

Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang

sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan

keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian

operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan

dapat dilakukan. (Abdurarachim, 2002).

Penelitian terhadap audit energi di tanah air masih tergolong bidang yang

relatif baru namun telah terdapat berbagai publikasi. Seperti, Agus Rianto

menganalisa mengenai audit energi di Hotel Santika Premiere Semarang, tahun

2007. Menunjukkan intensitas konsumsi energi di hotel tersebut mencapai

341.683 kWh/m2/tahun lebih besar dari standar ASEAN-USAID yaitu 300

kWh/m2/tahun. Hasil penelitian tersebut, diperoleh nilai IKE yang masih cukup

tinggi sehingga usaha penghematan masih harus dilakukan, penelitian tersebut

tidak dilakukan implementasi di lapangan, hanya sebatas perhitungan nilai IKE

dan rekomendasi (Rianto, 2007). Litany Namara Erdianta menganalisa

Page 9: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

9

performansi penggunaan energi listrik di gedung jurusan Teknik Fisika ITS, tahun

2009. Menunjukkan intensitas konsumsi energi listrik di gedung jurusan Teknik

Fisika ITS tersebut mencapai 105,229 kWh/m2/tahun. Jika dibandingkan dengan

standar IKE ASEAN yaitu 240 KWh/m2/tahun, IKE di gedung jurusan Teknik

Fisika telah memenuhi standar kebutuhan energi. Dengan adanya implentasi PHE,

nilai IKE berkurang menjadi 93,378 kWh/m2/tahun (Erdianta, 2009). Aneka

Firdaus dalam Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya,

tanggal 13-15 Oktober 2010. Melakukan penelitian bagaimana menaikkan

efisiensi (COP) dengan penurunan temperatur pada evaporator dalam sistem Air

Conditioning dengan mengunakan Musicool-22 pengganti freon-22. Hasil

penelitian ini adalah temperatur ruang yang minimum yang bisa dicapai sekitar

16-an oC dengan menggunakan refrigan MC-22. COP (Coefficient of

Performance) alat pendingin yang menggunakan propana atau MC-22 lebih tinggi

dibandingkan dengan R-22.

2.1.1 Konsep Audit Energi

Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk

mengidentifikasikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-

bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan dan mencoba

mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit

energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan

output dan mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya efisiensi

penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR) yang

didefinisikan sebagai : (Abdurarachim, 2002)

Page 10: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

10

cbaE

BCR..

(1)

keterangan :

E = biaya energi tahunan, satuan uang

a = potensi energi tahunan, satuan uang, % dari harga E

b = realisasi biaya energi yang dapat dihemat,% dari harga a

c = biaya realisasi, satuan uang

2.1.2 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang

digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem

(bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik.

Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara

konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan

bangunan. Satuan IKE adalah kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah

ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun

1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas

Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

(Direktorat Pengembangan Energi)

a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 240 kWh/m2 per tahun

b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/ m2 per tahun

c. IKE untuk hotel / apartemen : 300 kWh/ m2 per tahun

d. IKE untuk rumah sakit : 380 kWh/ m2 per tahun

Page 11: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

11

Kategori diatas berdasarkan jumlah energi yang digunakan per tahun

(kWh), luas lantai total (m2) dan jam operasi per tahun (2000 jam). Dalam

menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang

digunakan, antara lain :

a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung.

b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC) ditambah

dengan luas gedung yang tidak dikondisikan.

c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net).

d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product).

Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding

besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan

besarnya target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan

gedung yang dikondisikan (net).

Adapun perhitungan dari IKE sebagai berikut:

BangunanLuastotalkWhIKE (2)

2.2 Macam-macam audit energi

Jenis dari Audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi

ada bermacam-macam jenis dimana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing.

Adapun jenis-jenis audit energi tersebut dapat dibagai menjadi beberapa bentuk,

seperti walking audit, preliminary audit, deteiled audit, dan energy management

plan and implementation action.(Lybery.MD, 1981)

Page 12: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

12

a. Walking audit

Walking audit ini sering disebut dengan mini audit. Audit yang dilakukan

secara sederhana, tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis

secara sederhana. Umumnya focus dari audit ini adalah pada bidang

perawatan dan penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi

yang besar.

b. Prelimentary audit

Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat

dengan melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi

indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi,

menghitung pemborosan energi dan beberapa usulan

c. Detailed audit

Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh tehadap seluruh aspek

yang mengkonsumsi eneri listrik beserta semua kemungkinan

penghematan yang dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga

auditor yang profesional dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit

didahului dengan analisis biaya audit energi, indentifikasi mesin, analisis

kondisi aktual dan menghitung semua konsumsi energi. Konsumsi energi

ini meliputi energi primer dan energi sekunder. Selain itu melakukan

perhitungan pemborosan energi, kesempatan konservasi energi, sampai

beberapa usulan untuk melakukan penghematan energi beserta dengan

dampak dari usulan tersebut. Untuk mencari kemungkinan penghematan

maka harus diketahui terlebih dahulu analisa biaya audit energi,

Page 13: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

13

identifikasi gedung, analisa kondisi sesungguhnya dan menghitung semua

penggunaan energi.

d. Energy management plan and implementation action

Audit energi yang dilakukan adalah suatu alat dalam manajemen energi.

Pada dasarnya audit ini sama dengan detailed audit, akan tetapi audit ini

dilakukan secara berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup

lama. Audit energi ini dimulai dengan membentuk sebuah organisasi

manajement energi. Hasil dari audit menjadi masukan utama bagi sistem

manajemen energi untuk melakukan pengaturan energi secara terpadu.

Tahap yang dilakukan untuk melakukan suatu audit energi yang

sederhana, kususnya untuk gedung bertingkat bertingkat adalah

a. Menetapkan batasan masalah.

Langkah pertama adalah menetapkan batasan sistem, bagian mana

saja dari sebuah perusahaan atau gedung bertingkat yang akan diaudit.

b. Membentuk sebuah tim audit

Tim audit ini bekerja sama dengan operator peralatan dan

perlengkapan gedung, electrical dan mechanical gedung, serta

konsultasi dalam proyek yang di-audit.

c. Analisis kondisi aktual

Beberapa hal yang dilakukan dalam analisis kondisi aktual adalah

mendapatkan data teknik, petunjuk dan brosur perlatan electrical dan

mechanical. Kemudian melakukan identifikasi penggunaan energi,

Page 14: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

14

seperti beberapa banyak kebutuhan energi dan dimana energi

digunakan.

d. Menghitung penghematan

Melakukan perhitungan besarnya energi yang dapat dihemat. Suatu hal

yang harus diperhatikan adalah besarnya penghematan energi tidak

linier terhadap investasi yang digunakan

e. Laporan audit

Laporan audit memuat semua aspek yang dapat ditemukan dalam

auditing, seperti pola konsumsi dan pemborosan yang terjadi. Pada

laporan ini juga disertakan prioritas penghemantan energi pada bagian

tertentu dari objek yang di-audit

f. Analisis penghematan

Dalam laporan ini juga disertakan beberapa usulan seprti adanya

piranti yang dapat ditambahkan beserta dengan analisis dampak yang

akan ditimbulkan

g. Eavluasi penghematan

Setelah melakukan penghematan dalam jangka waktu tertentu

dilakukan evaluasi secara berkala.

2.3 Manajemen Energi

Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan

bijaksana dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize costs) dan

meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif (Cape Hart dkk, 1997). Sebuah

fungsi manajemen dan merupakan teknik yang berguna untuk memonitor,

Page 15: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

15

menganalisa dan mengontrol aliran energi yang ada dalam sebuah sistem sehingga

efisiensi penggunaan energi yang maksimal dapat tercapai. Manajemen energi

sebenarnya merupakan kombinasi dari technical skill dan manjemen bisnis yang

berfokus pada business engineering. Seiring dengan harga energi akhir-akhir ini

yang terus meningkat maka manejemen energi ini semakin diperlukan. Karena

dengan melakukan manjemen energi ini maka biaya yang dikeluarkan untuk

penggunaan energi dapat ditekan.

Salah satu bagian yang mendasari manjemen energi adalah audit energi.

Laporan audit merupakan hasil dari audit plan yang akan diproses dan dianalisa

lebih lanjut dalam manajemen energi. Dan melalui dari hasil audit energi tersebut

maka aliran energi yang memberikan gambaran tentang penggunaan energi akan

dapat diketahui, sehingga dapat disusun suatu rancangan strategi untuk

mengendalikan penggunaan energi.

2.4 Matrik Manajemen Energi

Matrik manjemen energi merupakan sebuah tabel yang berfungsi sebagai

suatu alat untuk membantu perusahaan dalam menganalisa penggunaan energi.

Matrik tersebut mjulai dikembangkan pada awal tahun 1990. Melalui matrik ini

kelebihan dan kekurangan sistem manajemen energi yang digunakan disebuah

perusahaan dapat diketahui.

Matrik Manjemen energi meliputi enam area pokok dari majemen energi yaitu :

1. Kebijakan energi

Kebijakan energi merupakan sebuah bentuk regulation yang berhubungan

dengan penggunaan energi di sustu badan usaha. Kebijakan-kebijakan

Page 16: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

16

yang dibuat hanya diterapkan pada bagian-bagian tertentu dari sebuah

badan usaha melainkan harus diterapkan pada semua bagian mulai dari

level top manajemen sampai level operator.

2. Organisasi

Organisasi disini lebih mengacu pada mengorganisai orang, alokasi

tanggung jawab dan bagaimana mengintegrasikan ini semua ke fungsi-

fingsi manajemen lainnya. Interaksi antara departemen yang satu dengan

yang lain dibutuhkan untuk mendukung sistem manjemen energi

3. Motivasi

Motivasi yan dimaksud adalah bagaimana untuk mengubah sikap dari para

staf yang ada dalam penggunaan energi yang lebih baik di dalam

lingkungan mereka. Oleh karena motivasi ini lebih ke arah bagaimana

untuk mengubah behavior para staf dalam menggunakan energi, maka

tanggung jawab dan kesadaran dari semua staf yang ada akan sangat

diperlukan.

4. Sistem Informasi

Sistem informasi berhubungan dengan proses pengumpulan dan

pencatatan data mengenai energi dimana data tersebut akan diolah lalu

dilaporkan dalam bentuk yang sesuai. Melalui hal ini akan dapat diketahui

bagaimanakah performansi dari energi yang digunakan.

5. Marketing

Marketing disini bukan berarti memasarkan, mencari pelanggan melainkan

marketing yang dimaksud adalah mempublikasikan keberhasilan dari

Page 17: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

17

sistem manajemen energi yang akan diterapkan baik didalam dan diluar

organisasi yang ada.

6. Investasi

Investasi berhubungan dengan keputusan. Bila sebuah perusahaan ingin

menerapkan sebuah sistem manajemen energi, maka perusahaan perlu

memiliki kebijakan investasi karena untuk bisa menerapkan sebuah sistem

manjemen energi, dana yang dibutuhkan cukup besar.

Matrik ini mengelompokkan kualitas dari suatu sistem manjemen energi

suatu badan usaha ke dalam lima level yang terendah adalah level 0 dan level

yang tertinggi adalah level 4.

Adapun hal yang diperlukan untuk menaikkan level matrik manajemen

energi adalah komitmen dari top manjemen, karena kesadaran para karyawan di

Indonesia akan penggunaan energi secara efisien masih kurang. Oleh karena itu

penting bagi perusahaan untuk mempersiapkan para karyawan agar dapat

mengantisipasi problem ini. Perusahaan dapat memberikan pelatihan-pelatihan

maupun penyuluhan-penyuluhan agar para karyawan dapat mengerti akan

masalah ini, dan perusahaan juga dapat mengambil langkah ekstrim dengan

mengeluarkan peraturan tentang penggunaan energi dan memberikan sangsi bagi

karyawan yang melanggarnya.

2.5 Efisiensi sumber daya energi pada sistem tata cahaya

Sistem tata cahaya dewasa ini banyak menyerap penggunaan energi pada

banguanan yaitu sekitar 30% sampai 50% dari konsumsi energi listrik. Ditambah

pula dengan panas yang dikeluarkan oleh lampu yang harus dihilangkan oleh

Page 18: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

18

sistem tata udara (AC). Dengan demikian efisiensi dari sistem ini akan

menghasilkan penghematan sumber daya energi yang cukup berarti.

Efesiensi ini dapat dilakukan dengan:

a. Penggunaan dari lampu dengan efisiensi yang tinggi, disini dapat dipilih

berbagai jenis lampu tersebut antara lain:

1. Full Size Flurescent lamp, lampu tipe ini dengan efisiensi yag

tinggi menggunakan campuran kripton dan argon akan mampu

menambah output yang dihasilkan sekitar 10% sampai 20% yaitu

65 sampai 70 lumens/watt menjadi 70 sampai 80 lumen/watt,

dengan perbaikan dri fosfor dapat menghasilkan efesiensi menjadi

95 sampai 100 lumen/watt.

2. Compact Fluorescent lamps, diameter lebih kecil dan ukuran lebih

pendek sehingga menggunakan ruang lebih sedikit namun kurang

efisien dibandingkan full size flurescent lamps yaitu output yang

dihasilkan hanya sekitar 35 sampai 55 lumen/watt

3. Electronic lamps, mempunyai ukuran sama dengan compact

fluorescent lamp dan mempunyai output 45 sampai 50 lumen/watt

4. Sulphur lamp, merupakan suatu teknologi baru namun menjanjikan

suatu efesiensi yaitu dengan penggatian dari penggunaan mercury

pada fluorescent lamp dengan sulfur.

5. Infrared Reflective Incandescent lamp, lampu jenis ini tidak dapat

dibandingkan dengan fluorescent lamp, mereka hanya digunakan

Page 19: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

19

apabila lampu jenis fluorescent tidak menyediakan color rendering

indeks yang diinginkan.

b. Penggunaan ballast yang lebih efisien. Suatu kemajuan dalam teknologi

pencahayaan ini adalah penggunaan electronic ballast untuk fluorescent

lamp. Ballast adalah bagian integral dari lampu, mereka menyediakan

tegangan yang diperlukan untuk tube dan mengatur aliran listrik. Sampai

tahun awal 1980 semua ballast adalah magnetic, akan terjadi flicker

selama operasi jika lampu sudah digunakan lama. Electronic ballast

mempunyai power factor yang lebih tinggi sekitar 0,90 sampai 0,98,

sedangkan pada magnetic ballast hanya sekitar 0,5 sampai 0,9. Juga

electronic ballast menghasilkan cahaya yang lebih terang karena cyclenya

lebih cepat sekitar ribuan kali per detik dibandigkan sekitar 120 kali per

detik pada magnetic ballast. Digabungkan dengan penggunaan dengan

lampu yang efisiensi maka electronic ballast dapat menghasilkan ouput 85

sampai 96 lumen/watt dibanding 60 sampai 70 lumen/watt untuk magnetic

ballast yang konvensional.

c. Pengoperasian yang efisien dari suatu sistem tata cahaya:

1. Suatu operasi yang efisien dapat diperoleh dari pengontrolan secara

otomatis dari sistem tata cahaya untuk menghindari penyinaran

yang tidak diperlukan. Dengan sistem manual on/off switches

maka kelebihan penyinaran yang ada tidak terhindarkan, seperti

kontribusi dari sinar matahari yang melebihi output dari lampu

Page 20: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

20

baru atau desain berlebihan yang menghasilkan tingkat cahaya

yang tinggi yang tidak perlu.

2. Penyinaran pada ruangan yang tidak digunakan juga merupakan

suatu konsumsi sumber daya energi yang tidak diperlukan.

Persoalan diatas dapat diatasi dengan pengontrolan terjadwal dan

sensor pemakaian.

2.6 Beban Listrik di Perusahaan

Pada suatu perusahaan, terdapat berbagai macam beban listrik sesuai

dengan kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Beban listrik utama yang biasanya

terdapat pada suatu perusahaan antara lain plant lighting, perangkat elektronik, air

conditioner, serta beban-beban lainnya yang membutuhkan suplai listrik.

2.6.1 Plant Lighting

Lighting adalah beban penting yang pasti ada pada suatu plant. Lighting

yang digunakan bisa bermacam-macam baik dari jenis lampu maupun ukuran

daya yang digunakan, tergantung dari fungsi dan kebutuhan ruang. Misalnya

kebutuhan penerangan pada ruangan yang berfungsi sebagai kantor, tentu berbeda

dengan kebutuhan penerangan pada ruang gedung.

Beberapa jenis lampu yang sering digunakan antara lain:

1. Lampu Incandescent (Lampu Pijar)

Lampu incandescent (lampu pijar) adalah suatu sumber cahaya

buatan yang bekerja dengan berpijar, yaitu dengan mengalirkan arus

elektrik melalui suatu kawat pijar tipis (filamen), sehingga filamen akan

Page 21: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

21

mengalami pemanasan hingga mencapai 3000oC (5400oF). Dengan

demikian lampu pijar akan memancarkan panas dan cahaya secara

bersamaan.

Belakangan ini, lampu pijar mulai jarang digunakan karena selain

intensitas cahaya rendah jika dibandingkan dengan lampu jenis lain. Selian

itu lampu pijar hanya memilki masa operasional 1.000 jam. Warna sinar

lampu pijar menurut derajat Kelvin adalah 2.500oK-2.700oK.

Berikut adalah bagian-bagian dari lampu pijar, seperti terlihat pada

gambar:

1. Glass bulb

2. Low pressure insert gas

3. Tungsten Filament

4. Contact wire (goes out of stem)

5. Contact wire (goes into stem)

6. Support wire

7. Stem (Glass mount)

8. Contact wire (goes out stem)

9. Cap (Sleeve)

10. Insulation (Vitri)

11. Electrical contact

Page 22: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

22

Gambar 2.1 Bagian-bagian Lampu Incandescent

2. Lampu Fluorescent (lampu TL)

Warna sinar lampu TL menurut derajat Kelvin adalah 2.700oK-

6.500oK. dengan masa operasional 5.000-8.000 jam.

3. Lampu Compact Fluorescent

Lampu compact fluorescent dibuat dengan bentuk menyerupai

lapu pijar, namun dapat menghasilkan intensitas cahaya yang lebih tinggi,

dengan hanya menggunakan sepertiga energi yang dibutuhkan oleh lampu

pijar. Selain itu, lampu ini juga hemat dalam material dan biaya perawatan

karena masa operasionalnya yang sepuluh kali lebih panjang jika

dibandingkan dengan lampu pijar, yaitu 10.000 jam, sedangkan warna

sinar lampunya sama dengan warna sinar lapu TL, yaitu 2.700oK-6.500oK.

Dengan masa operasional lampu lebih panjang, berarti akan semakin

pendek payback period-nya.

Page 23: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

23

Gambar 2.2 Lampu Compact Fluorescent

4. Metal Halide

Lampu metal halide termasuk dalam jenis lampu dengan high-

intensity discharge (HID), yang dapat memancarkan cahaya yang sangat

terang (powerful) dengan ukuran yang ringkas dan efisien energi yang

tinggi. Lampu ini memiliki masa operasional lebih dari 6.000 jam, dengan

warna sianr lampu diatas 2.100oK.

Dalam pengoprasiannya, lampu ini bekerja pada tekanan dan

temaperatur yang tinggi, sehingga membutuhkan fixture khusus agar dapat

beroperasi dengan aman.

Lampu ini biasanya digunakan pada bagian yang membutuhkan

itensitas penerangan yang tinggi. Selain itu lampu metal halide juga sering

digunakan dalam dunia olahraga, misalnya pada lapangan olahraga.

2.6.2 Air Conditioner (AC)

Air conditioner (AC) adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil

panas dari suatu area ataupun menyediakan panas di suatu area, dengan

menggunakan refrigeration cycle. Secara umum, saat ini AC digunakan untuk

mendinginkan dan memanaskan ruangan pada bangunan ataupun pada kendaraan.

Fungsi utama dari AC ada 4 yaitu:

1. Memperoleh suhu yang diinginkan dan konstan sepanjang hari

Page 24: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

24

2. Memperoleh kelembaban udara yang konstan sepanjang hari

3. Memperoleh sirkuit/aliran udara yang bisa disesuaikan dengan

kebutuhan

4. Membersihkan/menyaring debu dan asap dari udara.

Suatu sistem yang mengkonbinasikan pemanasan, ventelasi dan AC

sering disebut dengan sistem HVAC ( heating, ventelation and air condtioning).

Sistem berfungsi untuk menyediakan udara segar yang sudah disaring, pemanasan

ataupun pendinginan udara, serta mengontrol kelembaban udara pada suatu

ruangan.

Gambar 2.3 Diagram Sistem Pendingin

Seperti terlihat dari gambar diagaram sistem pendingin diatas, AC terdiri

dari 4 bagian utama yaitu

1. Condensing coil, yaitu berupa pipa berkelok-kelok yang dilewati cairan

pendingin (refrigerant) yang bersuhu lebih tinggi dibandingkan cairan

pendingin pada evaporator coil. Bagian ini berada di luar ruangan (outdoor

side). Fungsinya adalah membunag panas yang dibawanya ke udara luar

agar cairan pendingin menjadi dingin kembali, sehingga terjadi perubahan

refrigerant dari fase uap menjadi cair.

Keterangan :1. Condensing coil2. Expansion valve3. Evaporator coil4. Compressor

Page 25: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

25

2. Expansion valve (katub pengembang), berupa titik peralihan zat pendingin

dari fase cair ke gas.

3. Evaporator coil, yaitu berupa pipa berkelok-kelok yang dilewati cairan

pendingin (refrigerant) yang bersuhu rendah. Bagian ini akan

mengurangkan kelembaban dari udara ruang yang dilaluinya dan

mengambil panasnya, sehingga terjadi perubahan refrigerant dari fase cair

menjadi uap.Evaporator coil merupakan bagian yang diletakkan di dalam

ruangan (indoor side)

4. Compressor, berfungsi secara terus menerus memberikan tekanan dan

hisapan pada cairan pendingin (refrigerant). Saat ini Refrigerant atau

yang dikenal dengan istilah freon (Syntetic Refrigerant) yaitu CFC, HFC

dan HCFC (C-Chloro, F-Fluor, C-Carbon, H-Hydro). Chlor adalah gas

yang merusak lapisan ozon sedangkan Fluor adalah gas yang

menimbulkan efek rumah kaca. Sekarang ini sudah ada bahan pendingin

alternatif pengganti freon yaitu Hydrocarbon Refrigerant (Natural

Refrigerant). Salah Satunya Musicool, karena Musicool adalah produk

dalam negeri, salah satu produk Pertamina yang dibuat di Unit Pengolahan

III, Plaju, Sumsel di tepi sungai Musi. Musicool adalah refrigerant dengan

bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk dalam kelompok refrigerant

ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif pengganti freon yang

merupakan refrigerant sintetic kelompok halokarbon; CFC R-12, HCFC

R-22 dan HFC R-134a yang masih memliki potensi merusak alam.

Musicool telah memenuhi persyaratan teknis sebagai refrigerant yaitu

Page 26: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

26

meliputi aspek sifat fisika dan termodinamika, diagram tekanan versus

suhu serta uji kinerja pada siklus refrigerasi. Hasil pengujian menunjukan

bahwa dengan beban pendingin yang sama, MUSICOOL memiliki

keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan refrigerant sintetic.

diantaranya beberapa parameter memberikan indikasi data lebih kecil,

seperti kerapatan bahan (density), rasio tekanan kondensasi terhadap

evaporasi dan nilai viskositasnya, sedangkan beberapa parameter lain

memberikan indikasi data lebih besar, seperti efek refrigeras, COP, kalor

laten dan konduktivitas bahan.

Beberapa keunggulan Musicool Refrigerant Yaitu

Ramah Lingkungan dan Nyaman, MUSICOOL tidak beracun, tidak

membentuk gum, nyaman dan pelepasannya ke alam bebas tidak akan

merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek pemanasan global.

Hemat Listrik / Energi, MUSICOOL mempunyai sifat termodinamika

yang lebih baik sehingga dapat menghemat pemakaian energy/listrik

hingga 30% dibanding dengan refrigerant fluorocarbon pada kapasitas

mesin pendingin yang sama.

Lebih Irit, MUSICOOL memiliki sifat kerapatan yang rendah sehingga

hanya memerlukan sekitar 30% dari penggunaan refrigerany fluorocarbon

pada kapasitas mesin pendingin yang sama.

Pengganti Untuk Semua, MUSICOOL dapat menggantikan refrigerant

yang digunakan selama ini tanpa mengubah atau mengganti komponen

maupun pelumas.

Page 27: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

27

Memenuhi Persyaratan International, Musicool memenuhi baku mutu

internasional dalam pemakaian maupun implikasi yang menyertainya.

Yaitu sudah mengikuti prosedur keamanan dan keselamatan pada :

a. British Standard/BS 4434 : 1995 safety and environmental aspect

in the design, construction and installation of refrigerating system

and appliances.

b. AS/NZS-1677 : refrigeration and air Conditioning safety for the

use of all refrigerant, including hidrocarbons.

c. SNI 06-6500-2000 : Aturan Keamanan Penggunaan Refrigerant

pada Instalasi Tetap.

d. SNI 06-6511-2000 : Pedoman Keamanan Pengisian, Penyimpanan

dan Transportasi Refrigerant Hidrokarbon.

e. SNI 06-6512-2000 : Pedoman Praktis Pemakaian Refrigerant

Hidrokarbon Pada mesin Tata Udara Kendaraan Bermotor.

Berikut Beberapa jenis AC yang lain seperti :

AC Window

AC window memilki 2 bagian, yaitu indoor side dan outdoor side. AC

window biasanya diletakkan di jendela atau ditaman di dinding. Sifat dari AC tipe

ini adalah:

Mudah dalam pemasangannya

Mudah dipindahkan

Mudah dirawat

Relatif murah terutama pada kapasitas kecil

Page 28: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

28

Agak berisik dalam pengoperasiannya

Gambar 2.4 Bagian Outdoor AC window Gambar 2.5 Bagian Indoor AC window

AC Split

AC ini hampir sama dengan AC window, tetapi posisi kondensator dan

evaporatornya terpisah, sehingga evaporator di dalam ruangan bisa diletakkan

agak jauh dari posisi condenser dan kompresornya, sedangkan condenser dan

kompresor tetap diletakkan di luar ruangan. Dengan menggunakan AC split, tidak

perlu lagi menjebol dinding untuk meletakkan AC, tetapi cukup menghubungkan

condenser dan evaporatornya dengan sebuah pipa saja.

Kelemahan dari AC split adalah jika jendela dan pintunya sangat rapat

dengan rangkanya dan tidak ada celah masuknya udar bebas, maka pengguna

ruangan dalam jangka waktu lama akan kehabisan oksigen.

Gambar 2.6 AC SplitAC split duct

AC split duct ini sama dengan AC split, tetapi dalam pendistribusian udara

dinginnya dibantu ducting sistem sehingga jangkauan pendistribusiannya bisa

lebih jauh dan lebih merata.

Page 29: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

29

AC sentral air dingin berpendingin air

AC tipe ini menggunakan air dingin sebagai refrigerant. Untuk

mendinginkan air tersebut, dibutuhkan mesin pendingin air, dengan menggunakan

menara pendingin (cooling tower) di tempat terbuka.

AC sentral air dingin berpendingin udara

AC tipe ini menggunakan air dingin sebagai refrigerant. Namun, berbeda

dengan AC sentral air dingin berpendingin air,pada AC tipe ini menggunakan

ruang terbuka di atas atap untuk mendiginkan air tersebut.

2.7 Sistem Tata Udara

Prinsip utama dari suatu tata udara adalah kenyamanan dari pemakai

bangunan tidak hanya terhadap temperature saja, namun kenyamanan penghuni

bangunan dipengaruhi sejumlah aspek antara lain:

a. Temperatur (suhu) dan kelembaban : keduanya sangat mempengaruhi

kenyamanan dari penghuni. Tingkat kenyamanan yang umum adalah

sekitar 20oC sampai 26oC dan kelembaban antara 30% sampai dengan

60%, kelembaban kurang dari 25-30% karena akan menghasilkan udara

kering yang tidak nyaman.

b. Aliran dan kualitas udara : aliran udara dalam suatu ruang didesain dengan

kecepatan udara tidak kurang dari 3 meter/menit dan tidak lebih dari 15

meter/menit, kualitas udara harus cukup bersih dan tersedianya kandungan

oksigen yang cukup.

c. Radiasi : jika suhu, kelembaban dan aliran udara sudah didesain nyaman,

tetapi efek dari radiasi lewat jendela atau dinding dapat menyebabkan

Page 30: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

30

kekuranganyamanan faktor-faktor diatas. Sistem yang ada harus

mengkompensasikan atas hal ini.

d. Pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya : Bagaimana seperti rumah

sakit, ruang komputer maupun laboratorium kadang membutuhkan syarat-

syarat khusus terhadap suhu, kelembaban, aliran udara dan kualitas udara.

Beberapa syarat adalah tetap seperti pada tingkat kenyamanan penghuni,

namun syarat lainnya mungkin agak berbeda melebihi ataupun kurang dari

tingkat kenyamanan yang umum.

Dalam membahas mengenai sistem ini maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan seperti:

1. Zoning : yang dimaksud disini adalah suatu konsep pembagian area,

contohnya suatu rumah dengan suatu alat pengontrol suhu disebut

single-zone sistem, untuk rumah yang cukup besar dengan dua

pengontrol suhu disebut two zones. Dalam bangunan yang besar

dan kompleks mungkin menggunakan beberapa pengatur suhu

yang terpisah.

2. Pengontrol dan otomatis : sistem kontrol dasar ini bisa terbuat dari

sistem kontrol listrik, tekanan, digital atau kombinasi.

2.8 Program Manajemen, Konversi dan Audit Energi

Program manajemen dan konversi energi adalah kunci untuk

menggunakan minyak bumi dan energi listrik dengan lebih efisien. Tujuan dari

manajemen energi adalah:

Page 31: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

31

Mengurangi penggunaan energi agar dapat menghemat biaya operasional

pada bangunan, tanpa melakukan banyak perubahan pada bangunan

sehingga tidak mengeluarkan dana investasi yang besar.

Memelihara lingkungan kerja yang nyaman

Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi

Meningkatkan efisiensi kerja serta memperpanjang umur peralatan

Ketika suatu organisasi memutuskan untuk melakukan manajemen energi,

maka langkah awal yang harus diambil adalah melakukan audit energi.

Audit energi adalah pemeriksaan atas penggunaan energi oleh peralatan

atau sistem untuk memastikan bahwa energi pada sistem digunakan

dengan efisien. Atau dengan kata lain, audit energi merupakan kegiatan

yang dilakukan dengan tujuan mengevaluasi potensi penghematan energi

pada suatu bangunan, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi Energy

Conservation Oppotunities (ECOs).

Beberapa istilah yang sering digunakan sehubungan dengan audit

energi antara lain:

1. Walk Through Audit

Walk Through Audit adalah kegiatan di dalam meidentifikasikan

jenis dan besarnya energi yang digunakan pada suatu bangunan

atau audit singkat yang dilaksanakan pada pemeriksaan bangunan.

2. Energy Audit Data Base (EADB)

Energi Audit Data Base adalah penyimpanan data-data dan

informasi-informasi yang relevan dan dibutuhkan dalam

Page 32: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

32

pelaksanaan audit energi pada suatu bangunan, yang tersimpan dan

terorganisir dengan baik pada suatu sistem komputerisasi. Dengan

adanya EADB, waktu yang dibutuhkan untuk mengakses data yang

dibutuhkan dapat menghemat karena tidak perlu lagi mencari data

tersebut di buku. Selain itu, data yang tersimpan secara digital ini

juga memiliki lifetime yang lebih lama jika dibandingkan dengan

menyimpan di buku.

Keberadaan EADB dengan informasi-informasi yang

lengkap sangat penting bagi auditor. Dengan EADB, dapat

membantu pengidentifikasian masalah, sehingga perencanaan audit

energi dapat dibuat dengan lebih matang. Data serta informasi yang

diperlukan dimasukkan ke dalam EADB antara lain:

Utility records, Maintenace records, Equipment

performac ,Energy consumption

Hasil diskusi dengan penggunaan bangunan dan operator

peralatan (teknisi). Dalam pembuatan data base, setiap data

yang masuk harus dianalisa dan dicek keakuratannya. Jika

terjadi perubahan di lapangan, data base ini harus segera di

up-date agar data yang ada benar-benar sesuai dengan

keinyataan yang ada di lapangan. Selain itu, data harus

disimpan secara sistematis dan rapi agar mudah diakses

serta dapat dibaca dan mudah dipahami.

Page 33: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

33

Pada bangunan yang performasi energinya kurang bagus

kesempatan untuk melakukan penghematan energi dapat ditemukan

dengan mudah. Akan tetapi pada bangunan yang memiliki performansi

energi yang baik atau bangunan dengan sistem energi yang kompleks,

proses audit energi membutuhkan usaha yang lebih.

Dengan adanya audit energi, ada 3 aspek yang akan tercapai yaitu:

Saving in money

Dengan adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya

operasional. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh

persahaan meningkat.

Environmental protection

Dengan penggunaan energi yang efisien, maka akan memberikan

kontribusi bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam dengan

menjaga dan mmpertahankan cadangan minyak bumi dunia agar

tidak segera habis.

Sustainable development

Dengan penggunaan energi yang efisien, maka memberikan

kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang

berkelanjutan, baik di sisi finansial, maupun penggunaan peralatan

industri yang memiliki lifetime maksimum/optimum.

Secara matematika, ketiga aspek diatas dapat digambarkan dalam

formulasi sebagai berikut (G.G.Ranjan,2003) :

Page 34: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

34

Energi Audit = Saving in money + evironmental protection + sustainable

development

Adapun karkteristik yang harus ada pada audit adalah :

1. Fokus

Audit harus menjawab kebutuhan perencanaan energi yag memiliki tujuan

mengurangi konsumsi energi pada bangunan, tanpa mengurangi

peruntukannya.

2. Ruang lingkup

Untuk membuat audit menjadi lebih focus, ruang lingkup pelaksanaan

audit perlu ditentukan. Audit dapat dilakukan pada satu atau beberapa

aspek bangunan yang menggunakan energi dalam pengoperasiannya.

3. Level of detail

Level of detail dapat dihubungkan dengan fokus pada audit, karena tujuan

yang berbeda menuntut tingkat detail yang berbeda. Dalam proses audit,

walaupun sangat mungkin untuk mengerti aliran energi pada bangunan

secara detail, akan tetapi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini

bisa dikurangi dengan memperkecil ruang lingkup dan level of detail pada

audit, tanpa mengurangi perhatian terhadap hal-hal yang penting

pengaruhnya terhadap lingkungan.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan manajemen

energi adalah:

1. Menyewa ahli energi / konsultan professional untuk menganalisa

penggunaan energi pada bangunan

Page 35: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

35

2. Mendelegasikan seseorang yang dapat dipercaya untuk mengawasi

jalanya manajemen energi

3. Mengumpulkan dan menganalisa data penggunaan energi.

4. Mengidentifikasi penghematan energi yang mungkin terjadi

berdasarkan analisa data yang ada, sehingga dapat dibuat rekomendasi

berupa modifikasi-modifikasi yang dapat dilakukan.

5. Membuat prioritas modifikasi yang akan dilakukan, berdasarkan

besarnya biaya investasi yang harus dikeluarkan dan besar payback

period. Modifikasi dengan investasi terendah dan payback period

terkecil akan berada pada prioritas tertinggi.

6. Membuat perkiraan penghematan finansial pada periode waktu tertentu

berdasarkan rekomendasi yang akan dilakukan.

7. Memperkirakan lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

modifikasi. Perkiraan harus dibuat serealistis mungkin, karena

perkiraan ini akan dijadikan target yang harus dicapai.

8. Mengontrol penggunaan energi dengan membuat kebijakan atau

peraturan tentang penggunaan energi dengan lebih efisien, misalnya

memadamkan lampu ruangan yang tidak digunakan.

9. Mendesak para karyawan untuk membantu usaha konservasi energi,

karena usaha ini tidak akan berhasil tanpa keterlibatan semua pihak

terutama pengguna gedung.

Page 36: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

36

10. Membuat ceklist secara periodik untuk mengevaluasi keefektifan

program manjemen energi dan mengusulkan perbaikan. Hasil evaluasi

ini harus dimasukkan ke dalam EADB

11. Menjaga keakuratan data-data yang ada pada EADB agar

memudahkan pemeriksaaan berikutnya.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan suatu audit

energi (Lybery.MD, 1981), yaitu:

1. Building Rating for an Audit

Bangunan-bangunan yang akan diaudit dikelompokkan berdasarkan

kemungkinan penghematan energi yang dapat dilakukan. Pengelompokan

dilakukan dengan memilih bangunan dengan potensi konservasi energi

tertinggi sampai yang terendah. Bangunan dengan potensi konservasi

energi tertinggi adalah bangunan dengan performansi energi terendah.

Bangunan seperti inilah yang menjadi prioritas utama dalam melakukan

audit energi.

2. Disaggregation

Perhatian harus difokuskan pada komponen-komponen bangunan yang

memiliki aliran energi dan potensi penghematan energi yang besar atau

produktif untuk diaudit, misalnya sistem penerangan, sistem pendingin

atau pemanas, dll

3. ECO (Energy Conservation Oppotunities) Identification & Evaluation

ECOs yang ada harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mengetahui

apakah potensi-potensi tersebut memungkinkan untuk diaplikasikan atau

Page 37: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

37

tidak. Dengan adanya identifikasi dan evaluasi ini, maka berdasarkan

implementasinya, ECO dapat dikatagorikan menjadi 3 bagian yaitu:

ECO yang diimplementasikan dengan mengurangi atau bahkan

meniadakan maintenance yang kurang penting.

ECO yang diimplemenasikan tanpa melakukan penggantian

peralatan, tetapi cukup dengan melakukan maintenance secara

periodik.

ECO yang diimplementasikan dengan mengganti peralatan.

Dengan ketiga kategori diatas, maka ECO dapat dibagi menjadi beberapa

prioritas berdasarkan implementasi tersebut diatas. ECO yang

diimplementasikan dengan mengurangi atau bahkan meniadakan

maintenance yang kurang penting merupakan prioritas utama yang harus

dilakukan terlebih dahulu. Sedangkan ECO yang membutuhkan

penggantian peraltan akan menjadi prioritas terakhir.

4. Post Implementation Performace Analysis

Dua hal yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:

1. Identifikasi Masalah

Performansi peralatan yang kurang memuaskan dapat diidentifikasikan

melalui pemeriksaaan dan penganalisaan data-data yang terkumpul,

misalnya data pemakaian energi. Untuk mengurangi rugi-rugi energi,

pemeriksaan harus dilakukan secara berkala sehingga masalah dapat

terdeteksi lebih dini.

Page 38: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

38

2. Retrofit evaluation

Mengevaluasi perubahan-perubahan yang telah dilakukan dengan

menganalisa apakah perubahan tersebut benar-benar telah

menghasilkan penghematan penggunaan energi. Besar penghematan

yang diperoleh juga harus dikalkulasi. Keuntungan yang diperoleh dari

hasil audit dapat dihitung dengan membandingkan konsumsi energi

sebelum dan sesudah dilakukan audit energi. Perhitungan keuntungan

ini sangat penting karena akan menjadi parameter keberhasilan audit

yang dilakukan.

2.9 Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE)

Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi

bangunan. Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar atau

target IKE. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka

kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan dengan harapan

dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun sebaliknya jika hasilnya lebih

besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi

rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi.

Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu

ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara

membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar

untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan.

Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja

Page 39: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

39

dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di

lingkunan kerja. Perlu dilakukan usaha-usah seperti: Mengurangi sekecil mungkin

pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi), Memperbaiki kinerja

peralatan, Penggunaan sumber energi yang murah.

2.10 Rekomendasi

Setelah melakukan survey dan menganalisa data penggunaan energi pada

suatu plant, auditor energi akan memberikan beberapa rekomendasi pada

perusahan. Rekomendasi merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan

perusahaan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi di perusahaan

tersebut.

Secara umum, rekomendasi bisa berupa:

Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap

sudah tidak efisien.

Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang

efisien, sehingga dirasa perlu untuk melakukan sedikit perbaikan agar

efisiensinya dapat ditingkatkan.

Rekomendasi untuk memasang peralatan baru.

Berdasarkan EMO (Energy Management Opportunity), rekomendasi dapat

dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan capital cost-nya, yaitu:

Kategori 1 : meliputi no cost investment dan tidak mengubah operasional

sistem. Biasanya hanya berupa rekomendasi untuk mematikan lampu atau

AC ketika tidak digunakan, mengubah setingan suhu AC agar tidak terlalu

rendah, dll

Page 40: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

40

Kategori 2 : Meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau

perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan

peralatan, mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluerescent

tubes.

Kategori 3 : meliputi hight cost investment dengan beberapa perubahan

dan perbaikan pada sistem. Misalnya memasang perlatan power factor

correction, memasang variable speed drive.

Page 41: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

41

BAB III

METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Kajian, Lokasi dan Waktu

Objek kajian pada Tugas Akhir ini adalah bagaimana memanajemen

energi listrik di STO Kaliasem-Denpasar, yang dilaksanakan mulai bulan Januari

2010

3.2 Data

3.2.1 Bentuk DataBentuk data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data yang dapat

dihitung, seperti data perhitungan tagihan listrik tiap bulannya dalam kWh

meter, analisa jumlah lampu, jumlah mesin, jumlah alat-alat bertenaga listrik,

untuk mengetahui jumlah penggunaan energi listrik yang diperlukan, sehingga

konsumsi listrik disetiap ruangan dapat diketahui.

2. Data kualitatif

Data kualitatif yaitu data-data yang tidak dapat diukur dan dihitung, berbentuk

uraian gambar, dalam hal ini berupa peta spesifikasi gedung perusahaan untuk

mengetahui nama ruangan dan pola aktivitas di setiap ruangan di gedung STO

Kaliasem- Denpasar.

Page 42: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

42

3.2.2 Jenis Data

Dalam penelitian ini diperlukan beberapa data, adapun data yang

digunakan adalah:

1. Data primer

Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung di lapangan, seperti

data inventaris perusahaan, data spesifikasi gedung perusahaan, data

spesifikasi alat listrik dan data tagihan listrik di Gedung STO Kaliasem-

Denpasar

2. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari studi literature dengan

referensi buku, jurnal, diktat, internet yang relevan dengan teknologi

Manajemen Energi tersebut.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam rangka pengumpulan data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Interview yaitu melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan

pihak-pihak yang terkait yaitu bagian (Infratel) Divisi O&M Civil and Mecanical

Electrical Netre 7 KTI Area Bali dan Sekretariat Keuangan Administrasi Niaga

PT. Telkom Bali dan PT. PLN Bali.

Studi Literatur yaitu dari sumber-sumber kepustakaan sebagai landasan

dalam menganalisa pembahasan yang akan dibuat dalam penyusunan Tugas Akhir.

Page 43: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

43

3.4 Metode Analisis

Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka pembahasan penelitian

Tugas Akhir ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Studi Literatur, bertujuan untuk memahami konsep dan teori yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti, melalui sumber buku-buku dan jurnal yang

berkaitan dengan topik Tugas Akhir ini.

2. Melakukan pengumpulan data ke gedung STO Kaliasem, ini perlu dilakukan

untuk mengetahui keadaan atau kondisi yang sesungguhnya, Misalnya :

Kondisi gedung perkantoran atau Kondisi Luas STO dan jenis perangkat yang

terdapat di gedung STO

3. Kajian awal :

Melakukan walkthrough audit pada gedung STO Kaliasem, untuk

mengetahui pemakaian energi, seperti jumlah peralatan listrik yang ada

di gedung STO Kaliasem

Mengamati kondisi pemakaian energi yang ada di gedung STO

tersebut, khususnya didalam pengelolaan energi, baik itu pengelolaan

umum untuk AC dan peralatan listrik yang ada di gedung STO

Kaliasem

4. Melakukan pengumpulan dan penyusunan data historis pemakaian energi di

tahun sebelumnya.

5. Menghitung Besarnya Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) di tahun

sebelumnya, ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan energi pada

Page 44: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

44

bangunan, sehingga dapat diketahui peralatan penggunaan energi apa saja

yang pemakaian energinya cukup besar.

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

Mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat

memepengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dari hasil

penelitian dan pengukuran.

Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian

energi tiap unit peralatan listrik yang bekerja di gedung STO Kaliasem.

6. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi (PHE)

Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan

besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil

penggunaan energi bangunan.

Pada penelitian ini besarnya IKE hasil perhitungan awal akan

dibandingkan dengan IKE standar atau target IKE. Setelah melalui

pengamatan secara langsung atau walkthrough audit pada gedung STO

Kaliasem, diperoleh indikasi pemakaian energi yang berlebihan, salah

satunya yaitu pemakaian AC atau pendingin ruangan. Sehingga perlu

dilakukan Manajemen Energi. Dengan harapan dapat diperoleh IKE (standar

nilai konsumsi energi di gedung STO Kaliasem), sehingga ada peluang untuk

melanjutkan proses audit energi berikutnya guna memperoleh penghematan

energi.

Page 45: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

45

7. Analisis Peluang Hemat Energi (PHE)

Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka

perlu ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara

membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus

dibayar untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang

direkomendasikan.

Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh

begitu saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun

produktivitas di lingkunan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan

dengan usaha-usaha:

a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan

jam operasi).

b. Memperbaiki kinerja peralatan

c. Penggunaan sumber energi yang murah.

8. Implementasi :

Melakukan penerapan yang sesuai dengan rekomendasi dari peluang

hemat energi tersebut, sehingga mampu mengurangi pemakaian energi listrik

di gedung STO Kaliasem.

Rekomendasi yang akan diajukan mencakup sebagi berikut:

1) Manajemen energi

Yaitu di dalamnya termasuk :

a) Program manajemen yang telah diperbaiki.

b) Implementasi audit energi yang lebih baik.

Page 46: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

46

c) Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi.

2) Pemanfaatan energi

Yaitu di dalamnya terdapat :

a) Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi tanpa

biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian.

b) Langkah-langkah dengan investasi kecil.

c) Langkah-langkah dengan investasi besar.

Alur analisis yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

3.5 Alur Analisis Tugas Akhir

Gambar 3.1 Alur Analisis Tugas Akhir

Page 47: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

47

3.6 Alur Analisis Audit Energi

Page 48: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

48

Gambar 3.2 Alur Analisis Audit Energi

Page 49: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil STO Kaliasem Denpasar

Gedung STO Kaliasem berdiri di atas lahan seluas 4.400 M2 dan luas

bangunan 2.613 M2 . Gedung STO Kaliasem ini memiliki dua buah gedung yaitu

gedung sebelah Utara dan gedung sebelah Selatan, gedung sebelah Utara memiliki

dua buah lantai dan gedung sebelah selatan memiliki tiga buah lantai. Setiap

gedung memiliki lantai dan jumlah ruang yang berbeda. Lantai satu gedung utara

memiliki 13 ruangan dan selatan memiliki 9 ruangan. Lantai dua memiliki 10

ruangan untuk gedung utara dan 5 ruangan untuk gedung selatan. Lantai tiga

hanya ada di gedung selatan memiliki 5 ruangan namun untuk perangkat listrik di

lantai tiga sudah tidak digunakan sehingga ruangan di lantai tiga kosong atau tidak

berfungsi.

Gedung STO Kaliasem berlokasi di Jalan Kaliasem No.2 Denpasar, Bali.

Jumlah karyawan di STO Kaliasem sebanyak 37 orang, dengan jam kerja normal

yaitu 08.00 - 17.00 WITA. Untuk memberikan layanan telekomunikasi yang baik

seperti layanan telepon kabel, flexi dan internet, maka diperlukan ketersediaan

energi listrik yang mampu mencukupi semua keperluan. Dalam industri

telekomunikasi, energi listrik sangatlah penting. Hal ini dapat dilihat bahwa

peralatan seperti peralatan sever, rectifier, UPS dan inverter, lampu-lampu, AC,

televisi adalah beberapa alat yang dominan dalam operasional di gedung STO

Kaliasem. Untuk memenuhi kebutuhan di bidang kelistrikan. Gedung STO

Page 50: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

50

Kalisem disuplay dengan daya yang berasal dari PLN dengan trafo berkapasitas

sebesar 865 KVA. Untuk mengantisipasi saat terjadinya gangguan sumber listrik

dari PLN, gedung STO ini dipasang sebuah genset dengan kapasitas sebesar

1.038 KVA. Penggunaan energi listrik di STO Kaliasem sebagian besar untuk

perangkat keras di ruang server dan peralatan pendingin di ruang server yang

beroperasi selama 24 jam. Lokasi dan denah gedung STO Kaliasem dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 4.1 Lokasi Gedung STO Kaliasem

Gambar 4.2 Gambar layout Gedung STO Kaliasem

Page 51: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

51

STO Kaliasem Denpasar, memiliki lahan seluas 4.400 M2 dan luas total

bangunan yang dikondisikan (ber AC dan non AC pada gedung) seluas 4.271,6

M2. Komposisi luas bangunan STO Kaliasem Denpasar sebagai berikut:

Tabel 4.1 Komposisi Luas Bangunan STO KaliasenNo. Area Luas Total Luas bangunan yang dikondisikan1. Lantai satu 2.388,5 m² 2.260,1 m²2. Lantai dua 1.629,9 m² 1.629,9 m²3. Lantai tiga 381,6 m² 381,6 m²

Total 4.400 m² 4.271,6 m²

Tabel 4.2 Komposisi Luas Bangunan STO Kaliasen untuk Gedung UtaraNo. Area Luas Total (M2)1. Lantai Satu 1.620,92. Lantai Dua 1.248,3

Total 2.869,2

Tabel 4.3 Komposisi Luas Bangunan STO Kaliasen untuk Gedung SelatanNo. Area Luas Total (M2)1. Lantai Satu 639,22. Lantai Dua 381,63. Lantai Tiga 381,6

Total 1.402,4

Gedung STO Kaliasem ini terbagi menjadi tiga lantai yaitu terdiri dari lantai

1, lantai 2 dan lantai 3. Dimana untuk setiap lantainya terdapat beberapa ruangan

yang terdiri dari :

1. Lantai Satu.

a. Ruang Sentral Lokal 1 luas : 285,48 m²

b. Ruang PCM luas : 26,92 m²

c. Ruang MDF (Sentral Lokal 2) luas : 328,35 m²

d. Ruang Rectifier dan Inverter luas : 108 m²

e. Ruang Baterai luas : 125,40 m²

f. Ruang Travo luas : 101,52 m²

g. Ruang OMC luas : 113,85 m²

h. Ruang Gudang luas : 103,68 m²

Page 52: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

52

i. Ruang Toilet luas : 131,25 m²

j. Ruang Sentral Trunk luas : 125,55 m²

k. Ruang MDP luas : 251,38 m²

l. Ruang Mushola luas : 60,48 m²

m. Ruang NOC luas : 103,68 m²

n. Ruang Asman CME luas : 60,48 m²

o. Ruang Staff CME luas : 143,19 m²

p. Ruang Perpustakaan luas : 53,82 m²

q. Ruang Arsip : 20,25 m²

2. Lantai Dua

a. Ruang Sentral soft swicth luas : 123,84 m²

b. Ruang Toilet luas : 142,56 m²

c. Ruang Kerja OM soft switvh luas : 31,68 m²

d. Ruang Serat Optik/ BMK luas : 65,52 m²

e. Ruang Flexi/SMSC luas : 211,68 m²

f. Ruang Transmisi luas : 278,82 m²

g. Ruang Staff transmisi luas : 132,4 m²

h. Ruang Satelit luas : 37,44 m²

i. Ruang Radio/OLO luas : 51,48 m²

j. Ruang NOC luas : 44,55 m²

k. Ruang Multimedia luas : 158,67 m²

l. Ruang Staff multimedia luas : 76,5 m²

m. Ruang Perangkat multimedia luas : 212,85 m²

n. Ruang Gudang luas : 61,38 m²

3. Lantai Tiga

a. Ruang toilet luas : 237,7 m²

b. 3 Ruang staff luas : 63,36 m²

c. 2 Ruang Gudang luas : 80,64 m²

Page 53: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

53

Gambar 4.3 Tampak depan Gedung Utara STO Kaliasem Denpasar

Gambar 4.4 Tampak depan Gedung Selatan STO Kaliasem Denpasar

Gedung STO Kaliasem memiliki lantai dan jumlah ruang yang berbeda.

Lantai satu gedung utara memiliki 13 ruangan dan selatan memiliki 9 ruangan.

Lantai dua memiliki 10 ruangan untuk gedung utara dan 5 ruangan untuk gedung

selatan. Lantai tiga hanya ada di gedung selatan memiliki 5 ruangan.

4.2 Karakteristik Pemakaian Energi Listrik di Gedung STO Kaliasem

Dari hasil investigasi di lapangan memperlihatkan konstruksi ruangan

kantor dan ruangan perangkat server memiliki anatomi yang berbeda baik dari

fungsi dan pemanfaatan ruangan itu sendiri. Pada ruangan perangkat server

mencakup semua ruang sentral, ruang satelit, ruang rectifier dan ruang

Page 54: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

54

flexi/SMSC, dimana aktivitas harian yang dilakukan yaitu pemasangan, perbaikan

dan monitoring perangkat, namun aktivitas tersebut yang dominan dilakukan

hanya sebatas monitoring layanan. Pada ruangan sever perangkat beroprasi selama

24 jam. Ruang perkantoran mencakup semua ruang staf karyawan dan ruang

ASMAN (Asisten Manager). Pada ruang karyawan dan ruang ASMAN kegiatan

dilakukan selama 9 jam/hari dari hari senin sampai jumat. Jumlah pengguna

ruangan staf karyawan dan ruang ASMAN dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Keadaan Pengguna Setiap RuanganStaff (Orang)

No. RuanganTeknis Administrasi

1. Sentral MDF Lokal 1 dan 2 4 2

2. PCM 2

3. ASMAN Multimedia 1

4. Staf Multimedia 4 1

5. ASMAN CME 1

6. Staff CME 4

7. NOC 3

8. Soft Switch 3

9. Flexi 4

10. ASMAN Transmisi 1

11. Staf Transmisi 4 1

12. Satpam 2

Jumlah (Orang) 33 4

Dalam suatu perusahaan, struktur organisasi mempunyai peranan penting

sebagai salah satu unsur pengawasan dan pengendalian intern perusahan. Dalam

struktur organisasi dapat terlihat gambaran pemisah tugas, fungsi, wewenang dan

Page 55: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

55

tanggung jawab antara karyawan perusahaan. Berikut struktur organisasi di

Gedung STO Kaliasem Denpasar:

Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT. Telkom di Gedung STO Kaliasem

Dari informasi umum pada pengguna energi listrik diatas. Pemakaian

energi listrik lebih diperuntukkan penggunaannya sebagai pendingin ruangan

(AC), sistem pencahayaan, pemakaian perangkat server dan peralatan listrik yang

portebel (Laptop). Presentase pengguna listrik pada Gedung STO Kaliasem dapat

di lihat pada gambar berikut

PenggunaGedungSTOKaliasem

89%

11%

Teknis

Administrasi

Gambar 4.6 Keadaan Pengguna Gedung STO Kaliasem Denpasar

4.3 Sistem Kelistrikan STO Kaliasem Denpasar

Untuk memenuhi kebutuhan di bidang kelistrikan, Gedung STO Kalisem

Denpasar disuplay dengan daya yang berasal dari PLN dengan trafo berkapasitas

Page 56: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

56

865 KVA. Dan untuk mengantisipasi saat terjadinya gangguan sumber listrik dari

PLN, dipasang sebuah genset dengan kapasitas sebesar 1.038 KVA.

MDP

TRAFOPLN865 KVA

ATS

GENSET1038KVA

MCCB800 A

NHFuse

630A

ACB2000 A

ACB2000 A

MCCB400A

Ke MDP-2

KeMDP-1

KeMDP-3 SDPTRANS

INTERLOCK

3

2

1

SINGLELINEDIAGRAMCATUANACSTOKALIASEM

400A

400A

SUBMDPR. RECT

RECT200A 18

RST

Gambar 4.7 Skematik sistem penyediaan daya listrik gedung STO Kaliasem

Dari gambar 4.7 dapat dilihat konfigurasi sumber listrik di Gedung STO

Kaliasem (lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 1) yaitu sumber daya listrik

dari PLN sebagai sumber daya listrik yang utama, sumber daya listrik dari diesel

Page 57: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

57

generator sebagai sumber daya listrik cadangan dari sumber daya listrik akan

menuju panel ATS yang mendistribusikan energi ke MDP 1 sampai MDP 3. Pada

MDP 1 mendistribusikan energi ke lantai 1 dan lantai 2 Gedung Utara dan

Gedung Selatan yang terdiri dari AC Split, rectifier dan penerangan. dan pada

MDP 2 yang terdiri dari pemakaian SDP Penerangan sentral, SDP AC sentral,

SDP AC Hiross, SDP AC OMC, SDP AC BMK, SDP AC rectifier, SDP Fan

Battere dan SDP ruang PCM. Pada panel MDP 3 yang terdiri dari SUB MDP

Ruang rectifier, SUB MDP Transmisi, SDP Rectifier 200A dan penggunaan AC

Split.

Gedung STO Kaliasem ini memiliki sebuah kWh meter untuk mengetahui

besarnya penggunaan energi listrik. Daya terpasang pada beban yang digunakan

pada gedung STO Kaliasem ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu kategori

Esensial merupakan perangkat yang tidak boleh padam seperti Rectifier, UPS dan

inverter. Sedangkan kategori non esensial adalah merupakan perangkat

pendukung di gedung STO Kaliasem seperti AC, lampu, komputer, dispanser, TV,

laptop dan peralatan kerja lainya yang menggunakan listrik. Waktu aktifitas server

setiap harinya adalah selama 24 jam untuk ruangan-ruangan khusus seperti ruang

komputer atau server, rectifier, inverter, UPS namun pada ruangan seperti ruang

ruang kerja karyawan penggunaan peralatan listrik umumnya dimulai pada pukul

08.00 sampai dengan 17.00. Berdasarkan beban listrik pada gedung STO

Kaliasem dapat dibagi menjadi 2 beban utama yaitu berupa:

1. Beban untuk kategori esensial seperti server, rectifier, inverter dan UPS

2. Beban untuk kategori non esensial seperti AC, penerangan lampu,

Page 58: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

58

dispanser, TV, laptop, computer dan peralatan kerja lainya yang

menggunakan listrik.

Berdasarkan penggolongan atau pengelompokan beban, kapasitas daya

terpasang pada Gedung STO Kaliasem Denpasar dapat dikelompokkan seperti

pada tabel 4.5:

Tabel 4.5 Presentase Daya Terpasang pada Beban di Gedung STO Kaliasem DenpasarNo. Kategori Jenis

BebanNama

BangunanDaya

(Watt)Total Persen

(%)

AC Gedung Utara

Gedung Selatan

184.262

29.840

82,43

13,35

1. NonEsensial

Total 214.102 56,89

Lampu Gedung Utara

Gedung Selatan

3.758

938

1,68

0,42

Total 4.696 1,25

PeralatanLain

Gedung Utara

Gedung Selatan

1.637

3.101

0,73

1,39

Total 4.738 1,26

Total Non Esensial 223.536 59,40

2. Esensial Gedung Utara

Gedung Selatan

148.708

4.080

97,33

2,67

152.788 40,60Total Esensial

Total Non Esensial + Esensial 376.324 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dihitung persentase untuk masing-

masing kelompok beban listrik yaitu sebesar :

1. Beban kategori esensial sebesar 152.788 watt (40,60 %).

Page 59: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

59

2. Beban kategori non esensial sebesar 223.536 watt (59,40 %), yang

dijabarkan berdasarkan jenis beban AC sebesar 214.102 watt (56,89 %),

beban lampu sebesar 4.696 watt (1,25 %) dan beban peralatan lain sebesar

4.738 (1,26 %).

Jika digambarkan dalam bentuk pie chart maka akan diperoleh hasil

seperti pada gambar 4.8:

Komposisi Beban Listrik Gedung STOKaliasem Denpasar

40,60%

59,40%

Kategori Esensial

Kategori Non Esensial

Gambar 4.8 Komposisi beban listrik Gedung STO Kaliasem

Berdasarkan gambar 4.8 terlihat beban listrik terbesar ada pada beban

kategori non esensial yaitu sebesar 59,40% dan 40,60% untuk beban kategori

esensial. Tingginya beban non esensial dikarenakan pemakaian AC pada gedung

STO kaliasem lebih diutamakan untuk pendingan perangkat server atau peralatan

lain seperti komputer, rectifier, inverter, UPS, sehingga perangkat tersebut

bekerja selama 24 jam.

4.4 Audit Energi Listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar

Untuk standar audit pada bangunan gedung, indonesia telah memiliki

standar yakni SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung.

Standar tersebut memuat prosedur audit energi pada bangunan gedung

Page 60: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

60

diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan pengelolaan gedung. Pada pelaksanaan di lapangan banyak

bangunan yang tidak siap untuk diaudit karena tidak tersedianya kelengkapan-

kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan teknik audit energi

awal dan hal-hal yang terkait dengan manajemen energi pada bangunan tersebut.

SNI 03- 6196-2000 membagi alur proses audit energi menjadi tiga tahap

yakni audit energi awal, audit energi rinci, implementasi dan moitoring. Pada

tahap awal audit energi, kegiatannya meliputi pengumpulan sejumlah data energi

dan rekening energi.

4.4.1 Data History Pemakaian Energi di Gedung STO Kaliasem Denpasar

Penggunaan energi di Gedung STO Kaliasem salah satunya yaitu

penggunaan energi listrik. Pembayaran rekening listrik dilakukan setiap bulan

berdasarkan besarnya jumlah pemakaian energi (kWh) yang tercatat pada kWh

meter yang terpasang. Selisih pemakaian antara bulan lalu dengan bulan

berikutnya adalah jumlah kWh yang harus dibayar oleh konsumen.

Dari data history pemakaian energi listrik pada gedung STO Kaliasem

Denpasar, maka dapat dihitung jumlah kWh total yang dikonsumsi selama tahun

2009 dan juga jumlah total biaya yang harus dibayar untuk pengadaan energi

listrik pada periode tersebut. Total kWh adalah 3.222.000 kWh dan ini senilai

dengan Rp. 2.093.168.000,00. Berikut perhitungan tarif rata-rata yang dikenakan

PLN dengan golongan tarif B3 (865 KVA)

Biaya pemakaian listrik :

1. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN

Page 61: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

61

Harga Rp. 954,00/kWh jam berlaku pukul 18.00 s/d 22.00 (4 Jam)

2. Tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN

Harga Rp. 475,00/kWh jam berlaku pukul 22.00 s/d 18.00 (20 Jam)

Untuk mengetahui nilai tariff rata-rata listrik yang berlaku di gedung STO

Kaliasem Denpasar adalah sebagai berikut :

WBP = Rp. 954,00/kWh x 4 jam = Rp. 3.816,00 jam/kWh

LWBP = Rp. 475,00/kWh x 20 jam = Rp. 9.500,00 jam/kWh

Total = Rp. 13.316,00 jam/kWh

Sehingga tariff rata-rat per kWh per jam didapatkan sebesar :

jam24jam/kWh13.316,00Rp.

kWh554.9Rp

Berikut ini adalah data konsumsi energi di gedung STO Kaliasem

Denpasar selama satu tahun : ( periode bulan Januari – Desember 2009).Tabel 4.6 Data Konsumsi Energi Listrik Tahun 2009

Bulan LWBP (kWh) WBP (kWh) Total kWh Energy CostJan-09 218.000 44.000 262.000 171.029.500Feb-09 220.000 42.000 262.000 170.080.300Mar-09 200.000 42.000 242.000 160.588.300Apr-09 222.000 44.000 266.000 172.927.900Mei-09 232.000 47.000 279.000 180.521.500Jun-09 246.000 49.000 295.000 189.064.300Jul-09 227.000 45.000 272.000 176.250.100

Agust-09 230.000 46.000 276.000 178.621.500Sep-09 229.000 46.000 275.000 178.148.500Okt-09 215.000 42.000 257.000 167.707.300Nop-09 225.000 45.000 270.000 175.300.900Des-09 222.000 44.000 266.000 172.927.900

Maksimum 246.000 49.000 295.000 189.064.300Minimum 200.000 42.000 242.000 160.588.300

Total 2.686.000 536.000 3.222.000 2.093.168.000Rata-rata 223.833 44.667 268.500 174.430.667

Sumber: (PLN, 2009)

Page 62: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

62

DataRekeningKonsumsi Energi ListrikGedungSTOKaliasemDenpasar

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09

Bulan

kWh

LWBP(kWh) WBP(kWh) Total kWh

Gambar 4.9 Grafik Pemakaian Energi Listrik Gedung STO Kaliasem Denpasar

4.4.2 Menghitung Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE)

Dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat konsumsi

energi listrik di gedung STO Kaliasem, maka dapat dihitung besarnya Intensitas

Konsumsi Energi (IKE) Gedung STO Kaliasem Denpasar selama satu tahun

dengan periode bulan Januari s/d Desember 2009. Adapun perhitungannya

sebagai berikut :

BangunanLuastotalkWh

IKE

6,271.4000.222.3

2/28,754 mkWh

Page 63: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

63

3/28,754 2mkWh

2/43,251 mkWh

Dari perhitungan di atas, mengingat belum adanya standarisasi yang baku

dari SNI untuk gedung sentral dengan perangkat server yang bekerja selama 24

jam per harinya, maka penentuan target IKE per satuan luas yang dikondisikan

diambil nilai target IKE pada perkantoran (komersil) sebesar 240 kWh/m2 tahun

dengan pemakaian 2000 jam per tahun atau setara dengan 8 jam per hari. Maka

nilai IKE Gedung STO Kaliasem Denpasar diperoleh sebesar 251,43 kWh/m2

tahun.

Dari data tersebut dapat dikatakan nilai IKE yang diperoleh lebih besar

dari pada target IKE listrik, sehingga perlu dilakukan audit rinci lebih lanjut. Hal

ini bertujuan untuk mendapatkan besar IKE akhir yang mendekati atau kurang

dari target IKE atau lebih rendah dari mula-mula.

Berdasarkan data hasil audit energi awal di atas, maka untuk proses audit

energi serta melakukan saving cost yang cukup, maka untuk proses audit energi

rinci akan lebih dititik beratkan pada energi listrik pada kategori non esensial

yaitu pada pengkondisian udara atau AC.

4.5 Audit Energi Rinci

Dari hasil perhitungan data historis gedung STO Kaliasem dapat dilihat

bahwa penyumbang terbesar dalam jumlah energi yang dikonsumsi dan berimbas

pada besarnya biaya pengeluaran adalah energi listrik pada kategori non esensial

yaitu sebesar 59,40 %.

Page 64: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

64

Disamping itu, dari analisis audit awal, juga diperoleh harga IKE (Intensitas

Konsumsi Energi) melebihi target IKE untuk perkantoran di Indonesia yaitu

sebesar 251,43 kWh/m2 per tahun dari 240 kWh/m2 per tahun. Oleh karena itu

pada bab ini akan diukur berapa besar konsumsi energi listrik sesungguhnya dan

diharapkan dari pengukuran ini dapat mendekati proses yang sebenarnya

(mendekati sistem) serta menghitung besar IKE listrik dari hasil pengukuran yang

dilakukan pada gedung STO Kaliasem Denpasar.

Untuk pengecekan serta perhitungan nilai konsumsi listrik (energi listrik)

yang sebenarnya, digunakan data arus yang diukur pada masing-masing sub panel.

Untuk mengukur arus, digunakan peralatan seperti ampere meter baik itu digital

maupun analog dan pencatat waktu yaitu jam.

Jika hasil dari perhitungan IKE listrik berdasarkan data arus dan kWh

meter terukur pada gedung STO Kaliasem Denpasar nantinya masih lebih besar

dari target IKE listrik, maka akan dilakukan usaha-usaha untuk penghematan

energi yang diharapkan dan menurunkan harga IKE listrik pada gedung STO

Kalisem Denpasar. Usaha-usaha penghematan yang akan dilakukan nantinya akan

lebih difokuskan pada peralatan yang menggunakan energi listrik yang sangat

besar. Hal ini dimaksudkan agar usaha-usaha yang dilakukan untuk penghematan

energi akan sangat berarti (signifikan) dan tentunya akan berimplikasi pada

penghematan anggaran pengeluaran.

4.5.1 Data dan Perhitungan

Perhitungan energi listrik dilakukan dengan menggunakan data

berdasarkan pada nilai terukur yang terbaca pada kWh meter yang terletak pada

Page 65: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

65

ruang kontrol panel dan melakukan pengukuran langsung di gedung STO

Kaliasem Denpasar.

Peralatan-peralatan yang disediakan adalah jam tangan dan digital clamp

meter yang berfungsi untuk mengukur arus, sedangkan kWh cukup dengan

melakukan pengamatan langsung. Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 13 Juli

2010. Berikut ini adalah data hasil pengukuran energi listrik pada gedung STO

Kaliasem Denpasar.

Gambar 4.10 kWh Meter Gedung STO Kaliasem

Tabel 4.7 Tabel Pengukuran kWh meter di gedung STO Kaliasem Denpasar

Tanggal Nilai terbacakWh (x1000)

Pemakaian(x1000)

13/07/2010 9430,93 9,3014/07/2010 9440,23 8,15

15/07/2010 9448,38 8,79

16/07/2010 9457,17 8,79

17/07/2010 9465,96 8,62

18/07/2010 9474,58 8,41

19/07/2010 9482,99 8,58

20/07/2010 9491,57 8,49

21/07/2010 9500,06 8,43

22/07/2010 9508,49 8,69

23/07/2010 9517,18 8,38

24/07/2010 9525,56 -

Rata-rata perHari :

8.602,72 kWh

Page 66: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

66

Dari data kWh meter diatas apabila diambil nilai rata-rata perhari, dengan

nilai pengali faktor meter sebesar 1000, maka akan didapat nilai sebesar 8.602,72

kWh/hari. Nilai kWh ini berada pada bulan Juli 2010, pemilihan bulan juli

dikarenakan bertepatan pada musim kemarau dan bulan tersebut merupakan salah

satu pemakaian energi listrik yang besar di tahun 2009. Sehingga rata-rata untuk

satu bulan ini kWhnya adalah:

harixkWh 3172,602.8

bulankWh /3,684.266

Untuk rata-rata satu tahun kWhnya adalah

BulanxkWh 123,684.266

tahunkWh /6,211.200.3

Biaya rata-rata untuk pemakaian listrik selama periode satu tahun adalah sebesar

kWharg JumlahXkWhperahrataRata

kWh63.200.211,XkWH554.9Rp

,00417.797.775.1Rp

Dari jumlah pemakaian dan biaya energi selama periode satu tahun terlihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Kondisi sebelum PHE pada pemakaian energi listrik di Gedung STO Kaliasem DenpasarKondisi Energi kWh/Tahun Total Rp/Tahun

Sebelum PHE 3.200.211,6 1.775.797.417,-

Sehingga nilai IKE bisa dihitung yaitu sebesar :

BangunanLuastotalkWh

IKE

Page 67: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

67

6,271.46,211.200.3

TahunmkWh 2/18,749

3/18,749 2mkWh

2/72,249 mkWh

Tabel 4.9 Besar intensitas konsumsi energi hasil pengukuran di gedung STO Kaliasem DenpasarJenis Area Luas lantai (m2) kWh/m2 tahun

Area dikondisikan 4.271,6 249,72

Untuk data yang diperoleh dari PT. PLN yaitu hasil rekaman Automatic

Meter Reading (AMR) selama satu hari, dimana rekaman AMR tersebut berisi

laporan pemakaian energi yaitu load profil energi, load profil arus. Berikut

ditampilkan hasil rekaman AMR pada tanggal 01 Agustus 2010 (selama satu hari).

Untuk hasil rekaman pengukuran AMR yang lain dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 4.10 Tabel hasil rekaman Automatic Meter Reading (AMR)selama satu hari di Gedung STO Kaliasem Denpasar

Jam IR (A) IS (A) IT (A)00:00 363 401 38500:30 363 400 38101:00 362 398 38001:30 358 395 37702:00 362 399 38102:30 363 395 37803:00 362 394 37503:30 363 395 37704:00 362 395 37604:30 362 395 37705:00 362 395 37605:30 361 393 37406:00 360 397 37806:30 355 392 37307:00 361 394 376

Page 68: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

68

Jam IR (A) IS (A) IT (A)07:30 362 395 37608:00 362 394 37708:30 372 403 38509:00 380 402 38609:30 384 405 39010:00 384 407 39110:30 384 410 39611:00 385 411 39611:30 388 411 39512:00 385 407 39512:30 387 405 39613:00 389 408 39913:30 386 406 39414:00 388 409 39914:30 387 412 39915:00 389 413 40315:30 387 409 39916:00 385 405 39316:30 382 403 39017:00 384 404 39317:30 381 400 39118:00 380 404 39318:30 377 405 39419:00 371 404 39319:30 372 405 39220:00 373 408 39720:30 370 403 39221:00 372 404 39321:30 371 401 39022:00 372 405 39122:30 369 402 38623:00 371 404 38823:30 365 401 38400:00 361 401 382

Lanjutan tabel 4.10

Page 69: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

69

Gambar 4.11 Grafik Pemakaian Load Profil Arus Listrik Gedung STO Kaliasem Denpasar

320

330

340

350

360

370

380

390

400

410

420

0 0 : 0 00 0 : 3 00 1 : 0 00 1 : 3 00 2 : 0 00 2 : 3 00 3 : 0 00 3 : 3 00 4 : 0 00 4 : 3 00 5 : 0 00 5 : 3 00 6 : 0 00 6 : 3 00 7 : 0 00 7 : 3 00 8 : 0 00 8 : 3 00 9 : 0 00 9 : 3 01 0 : 0 01 0 : 3 01 1 : 0 01 1 : 3 01 2 : 0 01 2 : 3 01 3 : 0 01 3 : 3 01 4 : 0 01 4 : 3 01 5 : 0 01 5 : 3 01 6 : 0 01 6 : 3 01 7 : 0 01 7 : 3 01 8 : 0 01 8 : 3 01 9 : 0 01 9 : 3 02 0 : 0 02 0 : 3 02 1 : 0 02 1 : 3 02 2 : 0 02 2 : 3 02 3 : 0 02 3 : 3 00 0 : 0 0

IR(A)

IS(A)

IT(A)

Arus (I)

Jam

Page 70: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

70

Dari hasil data AMR di atas memperlihatkan bahwa beban pemakaian

energi terbesar mencapai puncaknya yaitu pada pukul 13.00 sampai 14.00 WITA.

Selain data pemakaian energi diatas, pemakaian perangkat yang ada di gedung

STO Kaliasem sendiri yaitu sebagai sentral telepon atau berupa perangkat server

yang di dalamnya terdapat aktifitas layanan seperti layanan data. Berikut hasil

salah satu trafik layanan data yang ada di gedung STO Kaliasem selama satu hari,

untuk trafik layanan yang lain dapat dilihat pada lampiran 5 :

Gambar 4.12 Trafik Rata-Rata Aktifitas Pemakaian Server

Melihat hasil trafik data diatas menunjukkan aktifitas pemakaian server

tertinggi pada siang hari sampe sore hari. Dari data diatas baik trafik load profil

penggunaan energi listrik terhadap trafik layanan server, menunjukkan aktifitas

yang saling berpengaruh terhadapat kinerja perangkat, ini dikarenakan untuk

mencapai suhu ruangan perangkat yang diisyaratkan.

Gambaran yang bisa diperoleh adalah IKE listrik per satuan luas yang

dikondisikan hasil audit rinci (hasil pengukuran) diperoleh nilai sebesar 249,72

kWh/m2, dari nilai tersebut masih jauh dari standar yang ada yaitu untuk

perkantoran (komersil) adalah 240 kWh/m2 tahun. Sehingga sangatlah perlu

Page 71: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

71

dilakukan usaha-usaha penghematan yang diharapkan akan menurunkan harga

IKE listrik yang terdapat pada gedung STO Kaliasem Denpasar.

Melihat komposisi beban memperlihatkan AC memakai listrik yang besar

dan bekerja selama 24 jam seperti pada ruang sentral lokal 1, ruang MDF, ruang

rectifier, ruang OMC, ruang sentral trunk, ruang MDP, ruang sentral soft switch,

ruang BMK, ruang SMSC, ruang transmisi, ruang satelit, ruang radio dan ruang

multimedia untuk memperoleh temperatur udara yang konstan sesuai dengan

Suhu ruangan perangkat yang diisyaratkan yaitu sebesar 18oC–22oC.

4.5.2 Sistem Pengkondisian Udara gedung STO Kaliasem

Untuk memperoleh kenyamanan dalam ruangan, maka diperlukan sistem

pengkondisian udara yaitu yang berupa AC. AC ini akan mengatur suhu pada

suatu ruangan sesuai dengan temperatur yang ditentukan pengguna. Untuk

masing-masing ruangan digunakan jenis dan kemampuan pendinginan AC yang

berbeda sesuai dengan kebutuhannya agar tidak terjadi pemborosan. Besarnya

tingkat konsumsi energi listrik untuk sistem pengkondisisan udara dipengaruhi

oleh total daya AC, jumlah dan lama waktu beroperasi dari AC untuk tiap ruangan.

Gambar 4.13 AC pada ruangan perangkat Multimedia

Page 72: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

72

Jenis AC yang digunakan untuk masing-masing ruangan di gedung STO

Kaliasem ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.11 :

Tabel 4.11 Spesifikasi AC yang digunakan di Gedung STO Kaliasem

Data pabrik

NoNama

Ruangan

Jum

lah Model PKCC

BTU/h

Daya

(kW)

Waktu

nyala

(Jam)

Merk

1 Sentral

Lokal 1

1

1

2

2

ACN 105

ACN 105

ACN 105

CS-PC18HKF

6

15

12

2

53.400

140.000

220.000

36.000

4,476

11,190

17,904

2,984

24

24

24

24

Hiross

Hiross

Hiross

Panasonic

2 Ruang MDF

(sentral

Lokal 2)

2

2

1

ACN 108

ACN 110

FVG.05.10AV2

10

10

10

192.000

192.000

96.000

14,920

14,920

7,460

24

24

24

Hiross

Hiross

Daikin

3 Ruang

rectifier

dan inverter

2 CS-84DV6 7 128.000 10,444 24 National

4 Ruang OMC 1

2

1

LS-K2465DL

R60CV1

R60EV1

2,5

2,5

2

22.500

22.500

18.000

1,865

3,730

1,492

24

24

24

LG

Daikin

Daikin

5 Sentral Trunk 3 HCA 24 10 288.000 22,380 24 Hiross

6 Ruang MDP 1 CU-PC18DKH 2 18.000 1,492 24 Panasonic

7 Ruang NOC 1

1

1

1

KF60W/A10

KF60W/A10

R60GV19

R60GV1

2

2,5

2

2,5

18.000

22.500

18.000

22.500

1,492

1,865

1,492

1,865

24

24

24

24

Gree

Gree

Daikin

Daikin

8 Ruang

ASMAN

CME

1 RE25JV1 1,5 12.000 1,119 12 Daikin

9 Ruang

STAFF CME

1 AS0972 1,5 12.000 1,119 24 Artic

10 Arsip Cada 1 R25CV1 1,5 12.000 1,119 7 Daikin

Page 73: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

73

Data pabrik

NoNama

Ruangan

Jum

lah Model PKCC

BTU/h

Daya

(kW)

Waktu

nyala

(Jam)

Merk

11 Ruang

Sentral Soft

Switch

1

1

4

2

CU-C45FFH

S130A/HCE17

R50BV1

CS-PC18HKF

6

6

2,5

2

53.400

53.400

90.000

36.000

4,476

4,476

7,460

2,984

24

24

24

24

Panasonic

Hiross

Daikin

Panasonic

12 Ruang Kerja

OM Soft

Switch

2 CS-PC18HKF 2 36.000 2,984 24 Panasonic

13 Ruang Serat

Optik / BMK

2 FT35BAVM 1,5 24.000 2,238 24 Daikin

14 Ruang Flexi /

SMSC

1

4

SAPC245G5

R60GV1

2,5

2,5

22.500

90.000

1,865

7,460

24

24

Sanyo

Daikin

15 Ruang

Transmisi

1

1

3

CU8RV6

CU1800KH

R45CV1

7

2,5

2,5

64.000

22.500

67.500

5,222

1,865

5,595

24

24

24

National

National

Daikin

16 Ruang Staf

Transmisi

1 R45CV1 2 18.000 1,492 12 Daikin

17 Ruang Satelit 2 LS-K2465DL 2,5 45.000 3,730 24 LG

18 Ruang Radio

/ OLO

6

1

2

R60GV19

R45ECV1

AC-S19CGA

2,5

2

2

135.000

18.000

36.000

11,190

1,492

2,984

24

24

24

Daikin

Daikin

Akira

19 NOC Latai 2 1 R45ECV1 2 18.000 1,492 24 Daikin

20 Ruang

Multimedia

1

1

2

S130A/HCE17

R60GV19

RE35JV1

6

2,5

2

53.400

22.500

36.000

4,476

1,865

2,984

24

24

24

Hiross

Daikin

Daikin

21 Ruang STAF

Multimedia

1 CU-C12CKH 2 18.000 1,492 12 Panasonic

22 Ruang

Perangkat

Multimedia

3

1

2

RE25JV1

CU-C12CKH

R35ECV1

1,5

2,5

2,5

36.000

22.500

22.500

3,357

1,865

3,730

24

24

24

Daikin

Panasonic

Daikin

Lanjutan tabel. 4.11

Page 74: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

74

Dari keseluruhan sistem pengkondisian udara di Gedung STO Kaliasem

Denpasar mempergunakan refrigerant sintetic jenis HCFC R-22 dalam

pengoperasiannya. Jumlah AC dapat dilihat pada tabel 4.11, dan total konsumsi

energinya dapat dihitung seperti pada Ruang STAFF CME, dengan daya 1.119

watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φsebesar 0,85 maka konsumsi energi

listriknya dapat dihitung dengan cara:

Konsumsi listrik AC /hari = ( p x cos φx t)

= ( 1.119 x 0,85 x 24 )

= 22.827,6 Wh / hari

= 22,83 kWh / hari

Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Total konsumsi energi listrik sistem pengkondisian udara (AC) perhari

Nama ruanganKemampuan

pendinginan AC(btu/h)

DayaAC

(kW)

Jamnyala

Konsumsi/hari (kWh)

JumlahAC

(buah)

Totalkonsumsi

(kWh)Gedung Utara

Lantai satu

18.000 (2 PK)

22.500 (2,5 PK)

53.400 (6 PK)

64.000 (7 PK)

96.000 (10 PK)

110.000 (12 PK)

140.000 (15PK)

1,492

1,865

4,476

5,222

7,460

8,952

11,190

24

24

24

24

24

24

24

30,42

38,05

91,31

106,53

152,18

182,62

228,28

4

3

1

2

8

2

1

121,75

114,14

91,31

213,06

1.217,47

365,24

228,28

Total 21 2.351,24Gedung Utara

Lantai Satu

18.000 (2 PK)

18.000 (2 PK)

22.500 (2,5 PK)

53.400 (6 PK)

64.000 (7 PK)

12.000 (1,5 PK)

1,492

1,492

1,865

4,476

5,222

1,119

24

12

24

24

24

24

30,44

15,22

38,05

91,31

106,53

22,83

8

1

21

2

1

2

273,49

15,22

798,97

182,62

106,53

45,66

Total 35 1.392,48

Page 75: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

75

Nama ruangan Kemampuanpendinginan AC

(btu/h)

DayaAC

(kW)

Jamnyala

Konsumsi/hari (kWh)

JumlahAC

(buah)

Totalkonsumsi

(kWh)Gedung

Selatan Lantai

satu

12.000 (1,5 PK)

12.000 (1,5 PK)

12.000 (1,5 PK)

18.000 (2 PK)

22.500 (2,5 PK)

1,119

1,119

1,119

1,492

1,865

24

7

12

24

24

22,83

6,63

11,41

30,44

38,05

1

1

1

2

2

22,83

6,66

11,41

60,87

76,09Total 7 177,87

Gedung

Selatan Lantai

dua

18.000 (2 PK)

18.000 (2 PK)

22.500 (2,5 PK)

53.400 (6 PK)

12.000 (1,5 PK)

1,492

1,492

1,865

4,476

1,119

24

12

24

24

24

30,44

15,22

38,05

91,31

22,83

2

1

4

1

3

60,87

15,22

152,18

91,31

68,4811 388,07

Total 74 4.309,66

Berdasarkan perhitungan tabel 4.12 terlihat penggunaan energi listrik yang

besar terdapat pada gedung utara lantai satu dengan pengoperasian AC sejumlah

21 buah dengan konsumsi energi sebesar 2.351,24 kWh. Dapat dilihat besarnya

penggunaan energi listrik pada sistem pengkondisian udara selama satu hari yaitu

sebesar 4.309,66 kWh perhari.

4.5.3 Sistem Pencahayaan pada Gedung STO Kaliasem Denpasar

Pola konsumsi energi listrik sistem pencahayaan dipengaruhi oleh jadwal

kegiatan di masing-masing ruangan. Besarnya tingkat konsumsi energi listrik

untuk sistem pencahayaan dipengaruhi oleh total daya lampu yang beroperasi dan

waktu nyala dari tiap lampu.

Lanjutan tabel. 4.12

Page 76: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

76

Jenis lampu adalah TL-D fluorescent tube dengan merk Philips dengan

daya 40 Watt dan LHE merk Philips Essential dengan daya 18 Watt. Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.13:

Tabel 4.13 Lampu yang digunakan di Gedung STO Kaliasem.

No Nama ruangan Jenis lampuJumlah

(buah)

Jam

nyala

Masing-masing daya

(watt)

1 Ruang Sentral Lokal 1 TL (Philips) 13 12 40

2 Ruang PCM TL (Philips) 1 24 40

3 Ruang MDF (Sentral Lokal 2) TL (Philips) 13 12 40

4 Ruang rectifierdan inverter

TL (Philips) 2 24 40

5 Ruang Baterai TL (Philips) 2 24 40

6 Ruang Travo TL (Philips) 2 6 40

7 Ruang OMC TL (Philips) 2 24 40

8 Ruang Gudang TL (Philips) 1 12 40

9 Pos Satpam LHE (Essential) 3 14 18

10 Toilet lantai 1 Gd Utara LHE (Essential) 6 24 18

11 Sentral Trunk TL (Philips) 2 24 40

12 Ruang MDP TL (Philips) 4 1,5 40

13 Ruang Mushola TL (Philips) 1 8 40

14 Koridor lantai 1 LHE (Essential) 6 7 18

15 Toilet lantai 1 Gd Selatan LHE (Essential) 4 24 18

16 Ruang NOC LHE (Essential) 4 24 18

Gambar 4.15 Lampu TL Gedung STOKaliasem Denpasar

Gambar 4.14 Lampu LHE Gedung STOKaliasem Denpasar

Page 77: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

77

NoNama ruangan Jenis lampu

Jumlah

(buah)

Jam

nyala

Masing-masing daya

(watt)

17 Ruang ASMAN CME LHE (Essential) 2 24 18

18 Ruang STAFF CME LHE (Essential) 8 15 18

19 Ruang Baterai TL (Philips) 2 24 40

20 Ruang Perpustakaan LHE (Essential) 1 12 18

21 Ruang Gudang LHE (Essential) 2 12 18

22 Arsip Cada LHE (Essential) 1 7 18

23 Ruang Sentral Soft Switch TL (Philips) 4 24 40

24 Toilet Lantai 2 Gd Utara LHE (Essential) 2 24 18

25 Ruang Kerja OM Soft Switch TL (Philips) 2 7 40

26 Ruang Serat Optik / BMK TL (Philips) 4 24 40

27 Ruang Flexi / SMSC TL (Philips) 10 24 40

28 Ruang Transmisi TL (Philips) 16 7 40

29 Ruang Staf Transmisi TL (Philips) 2 24 40

30 Ruang Satelit TL (Philips) 2 24 40

31 Ruang Radio / OLO TL (Philips) 2 24 40

32 NOC Latai 2 TL (Philips) 4 7 40

33 Ruang Multimedia LHE (Essential) 18 7 18

34 Ruang STAF Multimedia LHE (Essential) 6 7 18

35 Ruang Perangkat Multimedia TL (Philips) 2 24 40

36 Ruang Gudang TL (Philips) 1 7 40

37 Toilet Lantai 2 Gd Selatan LHE (Essential) 3 24 18

Konsumsi energi listrik pada sistem pencahayaan di gedung STO

Kaliasem Denpasar dipengaruhi oleh jumlah lampu, daya lampu dan lama waktu

pengoperasianya. Jumlah lampu dapat dilihat pada tabel 4.13 dan total konsumsi

energinya dapat dihitung seperti pada ruang Sentral Trunk, dengan daya lampu 40

watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φsebesar 0,85 maka konsumsi energi

listriknya dapat dihitung dengan cara:

Konsumsi listrik lampu/hari = ( p x cos φx t)

= ( 40 x 0, 85 x 24 )

= 0,816 kWh / hari.

Lanjutan tabel 4.13

Page 78: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

78

Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.14:

Tabel 4.14 Total konsumsi energi listrik sistem pencahayaan perhari

Nama ruangan Tipe lampuDaya

Lampu(watt)

Jamnyala

Konsumsi(kWh)

Jumlahlampu(buah)

Totalkonsumsi

(kWh)Gedung Utara

Lantai satu

LHE (Essential)

TL (Philips)

18

40

14

24

12

24

6

1,5

8

0,21

0,37

0,41

0,82

0,20

0,05

0,27

3

6

27

5

2

4

1

0,64

2,20

11,02

4,08

0,41

0,20

0,27

Total 48 18,83Gedung Utara

Lantai dua

LHE (Essential)

TL (Philips)

18

40

24

24

7

0,37

0,82

0,24

2

28

22

0,73

22,85

5,24

Total 52 28,82Gedung Selatan

Lantai satu

LHE (Essential)

TL (Philips)

18

40

7

24

15

12

24

0,11

0,37

0,23

0,18

0,82

7

10

8

3

2

0,75

3,67

1,84

0,55

1,63

Total 30 8,44

Gedung Selatan

Lantai dua

LHE (Essential)

TL (Philips)

18

40

7

24

7

24

0,11

0,37

0,24

0,82

10

3

1

2

1,07

1,10

0,24

1,63

16 4,04Total 146 60,13

Berdasarkan perhitungan tabel 4.14 terlihat penggunaan energi listrik

terbesar pada sistem pencahayaan di gedung utara lantai dua. Hal ini disebabkan

jumlah lampu pada gedung utara lantai dua yang sebanyak 52 buah dengan

penggunaan energi listrik perharinya yaitu 28,82 kWh. Dapat dilihat total

Page 79: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

79

besarnya penggunaan sistem pencahayaan di gedung STO Kaliasem selama sehari

yaitu sebesar 60,13 kWh perhari.

4.5.4 Sistem Perangkat Utama pada Gedung STO Kaliasem Denpasar

Pola konsumsi energi listrik pada sistem perangkat utama seperti rectifier,

UPS, inverter dipengaruhi oleh lama perangkat tersebut beroprasi. Total konsumsi

energinya dapat dihitung seperti pada perangkat UPS, dengan daya 154 watt dan

jam nyala 24 jam dengan cos φsebesar 0,85 maka konsumsi energi listriknya

dapat dihitung dengan cara :

Konsumsi listrik perangkat UPS/hari = ( p x cos φx t)

= ( 4000 x 0, 85 x 24 )

= 81,60 kWh / hari.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.15:

Tabel 4.15 Total Konsumsi Listrik Untuk Perangkat Utama perhari

NoNama

Perangkat

Jam

nyala

Daya

(watt)

Konsumsi

(kWh)

Jumlah

(buah)

Total

konsumsi

(kWh)

1 Rectifier 24 5506 112,32 18 2.022

2 UPS 24 4000

2400

1600

2480

800

81,60

48,96

32,64

50,59

16,32

1

1

1

1

2

82

49

33

51

33

3 Inverter 24 2000

2400

800

40,80

48,96

16,32

8

10

2

326

490

33

Total 44 3.117

Page 80: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

80

Berdasarkan perhitungan tabel 4.15 terlihat penggunaan energi listrik pada

peralatan lainnya pada gedung STO Kaliasem yang sebanyak 44 buah dengan

penggunaan energi listrik perharinya yaitu 3.117 kWh.

4.5.5 Sistem Perangkat Listrik Lainnya pada Gedung STO Kaliasem

Denpasar

Pola konsumsi energi listrik pada sistem perangkat listrik lainya seperti

komputer, dispanser, laptop, printer dan TV dipengaruhi oleh lama perangkat

tersebut beroprasi. Total konsumsi energinya dapat dihitung seperti pada

perangkat komputer, dengan daya 154 watt dan jam nyala 24 jam dengan cos φ

sebesar 0,85 maka konsumsi energi listriknya dapat dihitung dengan cara :

Konsumsi listrik perangkat Komputer/hari = ( p x cos φx t)

= ( 154 x 0, 85 x 24 )

= 3,14 kWh / hari.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.16:

Tabel 4.16 Total Konsumsi Listrik untuk Perangkat Listrik Lainnya perhari

NoNama

Perangkat

Jam

nyala

Daya

(watt)

Konsumsi

(kWh)

Jumlah

(buah)

Total

konsumsi

(kWh)

1 Komputer 24

7

154

154

3,14

0,92

9

6

28

5

2 Dispanser 24 150 3,06 5 15

3 Laptop 7 45 0,27 13 3

4 TV 17

7

15

7

7

120

95

114

140

110

1,73

0,57

1,45

0,83

0,65

1

1

2

1

1

2

1

3

1

1

5 Printer 24 100 2,04 5 10

Total 44 69

Page 81: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

81

Berdasarkan perhitungan tabel 4.16 terlihat penggunaan energi listrik pada

peralatan lainnya pada gedung STO Kaliasem yang sebanyak 44 buah dengan

penggunaan energi listrik perharinya yaitu 69 kWh.

4.5.6 Kesesuain Temperatur Udara Ruangan Terhadap Standar Nasional

Indonesia (SNI)

Dalam proses bekerja di kantor diperlukan kondisi ruangan kerja yang

nyaman. Untuk mengetahui kondisi tersebut maka dilakukan pengukuran suhu di

dalam ruangan dengan mengambil sempel ruangan yang menggunakan AC.

Pengukuran suhu ruangan menggunakan alat ukur, yaitu thermometer digital.

Pengukuran ini dilakukan pada Gedung STO Kaliasem yang dimulai dari pukul

09.00 Wita sampai dengan pukul 17.00 Wita.

Alat mengukur temperatur udara yang digunakan adalah Termometer digital

dengan merk Taylor Indoor / Outdoor dengan Model 1522 seperti terlihat pada

gambar 4.16. Alat ini dapat mengukur temperatur udara dengan rentang

temperatur range indoor : 32ºF – 122ºF (-0ºC – 50ºC) dan range Outdoor : -40ºF –

158ºF (-40ºC – 70ºC).

Alat ini memiliki respone time yaitu kurang dari 10 detik. Saat alat ini

diletakkan pada suatu ruangan, maka dalam waktu kurang dari 10 detik maka alat

ini akan menunjukkan temperatur dari ruangan tersebut.

Page 82: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

82

Gambar 4.16 Alat Digital Thermometer yang dipakai saat pengukuran

Setelah mendapatkan temperatur ruangan yang diukur, kemudian

dibandingkan nilai-nilai berdasarkan pengukuran tersebut dengan standar yang

ditentukan di dalam ASHRAE Handbook of Fundamentals. Standar Nasional

Indonesia (SNI) 03-6572-2001 tentang pengkondisian udara pada bangunan

dengan standar temperatur untuk ruangan kerja 23-27 ºC dan ruang perangkat atau

server sebesar 18–22 ºC . Pengamatan dilakukan pada setiap ruangan dari gedung

STO Kaliasem yang telah ditentukan standar temperaturnya. Selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 4.17

Tabel 4.17 Hasil pengukuran temperatur ruangan Gedung STO Kaliasem Denpasar

Nama RuanganPengukuran Temperatur

(ºc)

JAM

Standartemperatur

ruangan (ºc) 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00

Kondisi Luar 31,4 32,9 33,1 32,1 30,3

Ruang Sentral Lokal 1 18–22 20,5 20,8 21,1 20,8 20,8

Ruang PCM 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7

Ruang MDF (Sentral Lokal 2) 18–22 20,6 20,5 21,3 20,7 20,7

Ruang rectifier dan inverter 18–22 20,8 20,7 21,7 20,6 20,6Ruang Baterai - 25.8 26.4 26.9 26.8 26.3Ruang Travo - 25.8 26.4 26.9 26.8 26.3Ruang OMC 18–22 21,4 21,7 21,6 21,4 21,3Ruang Gudang - 30,3 30,5 31,5 30,7 30,5Pos Satpam - 30,2 30,5 31,3 31,5 30,5

Toilet lantai 1 Gd Utara - 30,2 30,6 31,2 30,9 30,3

Page 83: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

83

Nama Ruangan Pengukuran Temperatur(ºc)

JAM

Standartemperatur

ruangan (ºc) 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00

Sentral Trunk 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7

Ruang MDP 23-26 24.8 25.4 25.9 25.8 25.3

Ruang Mushola - 30,2 30,6 31,2 30,9 30,3

Koridor lantai 1 - 30,2 30,5 31,3 31,5 30,5

Toilet lantai 1 Gd Selatan - 30,2 30,6 31,2 30,9 30,3

Ruang NOC 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7

Ruang ASMAN CME 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5

Ruang STAFF CME 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5

Ruang Perpustakaan 23-27 26,6 26,7 26,9 26,6 25,8

Arsip Cada - 30,2 30,5 31,3 31,5 30,5

Ruang Sentral Soft Switch 18–22 20,4 20,6 21,0 20,6 20,4

Toilet Lantai 2 Gd Utara - 30,2 30,5 31,6 31,5 30,7

Ruang Kerja OM Soft Switch 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5

Ruang Serat Optik / BMK 18–22 20,4 20,7 21,2 20,8 20,7

Ruang Flexi / SMSC 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7

Ruang Transmisi 18–22 20,4 20,6 21,0 20,9 20,7

Ruang Staf Transmisi 23-27 25,6 26,7 26,9 25,6 25,5

Ruang Satelit 18–22 20,4 20,3 21,0 20,6 20,5

Ruang Radio / OLO 18–22 20,5 20,6 21,1 20,8 20,6

NOC Latai 2 18–22 20,4 20,5 20,9 20,7 20,7

Ruang Multimedia 23-27 25,6 26,7 26,8 25,7 25,7

Ruang STAF Multimedia 23-27 25,6 26,8 26,9 25,6 25,5

Ruang Perangkat Multimedia 18–22 20,4 20,7 21,0 20,9 20,7

Toilet Lantai 2 Gd Selatan - 30,2 30,6 31,4 31,3 30,5

Lanjutan tabel 4.17

Page 84: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

84

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pukul 09.00 sampai 17.00

pada tanggal 23 Agustus 2010, terlihat ruangan kerja pada gedung STO Kaliasem

sudah memenuhi dalam syarat dari ASHRAE Handbook of Fundamentals. Standar

Nasional Indonesia (SNI) 03-6572-2001 tentang pengkondisian udara pada

bangunan gedung. Ruangan yang sesuai dengan standar akan sangat penting agar

untuk menghindari risiko penyebaran penyakit serta memungkinkan pencemaran

lingkungan dan gangguan kesehatan bagi penggunanya.

4.6 Mengidentifikasi Peluang Hemat Energi (PHE)

Dari data analisa pemakaian energi listrik di Gedung STO Kaliasem

Denpasar selama sehari diperoleh konsumsi listrik untuk AC sebesar 4.309,66

kWh, untuk pemakaian lampu sebesar 60,13 kWh, untuk perangkat utama sebesar

3.117 kWh dan untuk pemakaian peralatan lain sebesar 69 kWh. Jika

digambarkan dalam bentuk pie chart akan diperoleh hasil seperti berikut:

PersentasePemakaianListrikperhari diGedungSTOKaliasem

57,04%

0,80%

41,25%

0,91%

AC

Lampu

Perangkat Utama

Peralatan Lain

Gambar 4.17 Persentase pemakaian listrik Perhari di Gedung STO kaliasem Denpasar

Persentase di atas bisa dilihat bahwa pemakaian AC (pendingin ruangan)

sebesar 57,04% merupakan komponen yang menyerap energi listrik yang

Page 85: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

85

besar dibandingkan dengan pemakaian perangkat listrik yang lainnya.

Berdasarkan analisis di atas, maka akan dilakukan pencarian peluang hemat

energi yang terkait dengan kerja perangkat AC tersebut. Setelah dilakukan

observasi pada unit-unit AC yang terdapat di Gedung STO Kaliasem Denpasar

dapat dikenali Peluang Hemat Energi (PHE) antara lain:

a. Usaha penghematan konsumsi diarahkan kepada usaha penggatian

refrigerant, hal ini diambil karena jumlah operasi AC di satu ruangan

lebih dari satu AC yang beroperasi sehingga dapat dilakukan penggatian

refrigerant secara bergilir, namun terlebih dahulu dilakukan pengamatan

serta pengecekan yang cermat terhadap berbagai aspek dari mesin AC.

Hasil pengamatan atau pengecekan tersebut akan menghasilkan, apakah

mesin AC tersebut dalam kondisi baik dan secara teknis dapat dilakukan

recovery dan konversi refrigerant. Pengecekan performance mesin AC

sebelum recovery (ketika masih menggunakan freon), meliputi :

Arus/Daya Listrik, tekanan dan temperatur pada evaporator (efek

pendinginan). Pengeluaran refrigeran freon dari mesin AC,

Pemvakuman Mesin AC, sekaligus pengecekkan kebocoran pengisian

dengan bahan pendingin Musicool. Pengecekkan performance Mesin AC

setelah diisi musicool untuk dibandingkan dengan performance sewaktu

masih menggunakan freon.

b. Penggantian refrigerant dengan menggunakan musicool, dimana

refrigerant musicool merupakan bahan pendingin alamiah jenis

hidrokarbon yang ramah lingkungan yang merupakan pengganti

Page 86: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

86

refrigerant sintetic kelompok halokarbon CFC R-12,HCFC R-22 dan HFC

R-134a yang masih memiliki potensi merusak alam. Dari sisi

pengaplikasiannya kelebihan dari pemakaian musicool jika dibandingkan

dengan bahan pendingin freon, antara lain;

Dapat menurunkan konsumsi tenaga listrik hingga 15-25%

Tidak perlu adanya penggantian atau penambahan komponen pada

mesin AC

Kerja kompresor menjadi lebih ringan

Ramah Lingkungan.

Kelebihan-kelebihan dari refrigerant musicool tersebut disebabkan

oleh sifat fisika dan thermodinamikanya yang lebih baik jika

dibandingkan dengan freon.

c. Selain penggatian refrigerant pada AC, salah satu usaha untuk mengurangi

pemakiaan listrik yaitu dengan penggantian lampu TL ke lampu LHE. Ini

dilihat dari hasil survew menunjukkan pemakaian lampu TL di seluruh

ruangan lebih banyak dibandingkan penggunaan lampu LHE, yaitu sebanyak

94 buah lampu TL dan lampu LHE yang berjumlah 52 buah. Dilihat dari sisi

kapasitas pemakaian energi listrik untuk penerangan sangat kecil sebesar

60,13 kWh per hari atau sebesar 0,8% dibandingkan dengan pemakaian energi

listrik yang lain, namun tidak menutup kemungkinan penggantian tersebut

dapat menurunkan penggunaan energi listrik di gedung STO Kaliasem.

d. Dari Pihak dari STO Kaliasem sendiri menginginkan adanya usaha

peningkatan efisiensi peralatan dan pengurangan konsumsi energi, yang mana

Page 87: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

87

pastinya tidak perlu mengganggu operasional perangkat server yang ada di

gedung STO Kaliasem.

Dari pengenalan peluang hemat energi listrik (PHE) di atas, peluang yang

dapat menurunkan konsumsi energi listrik difokuskan hanya pada sistem

pendingin ruangan (AC), yang pada akhirnya mampu menurunkan nilai IKE

listrik di Gedung STO Kaliasem Denpasar.

4.7 Implementasi Peluang Hemat Energi pada Pengkondisian Udara

Untuk implementasi peluang hemat energi dari Gedung STO Kaliasem

pada pemakaian pendingin ruangan (AC), diketahui bahwa jumlah AC yang

digunakan di gedung STO Kaliasem sebanyak 74 unit dari 76 unit AC yang

tersebar di ruangan-ruangan yang berkapasitas beragam 1,5 PK sampai 15 PK,

baik itu dari lantai 1 sampai lantai 2 Gedung Utara dan Gedung Selatan, untuk 2

unit AC yang lain berada di ruangan lantai 3, dimana kondisi ruangan di lantai 3

tidak difungsikan lagi. Dari observasi di lapangan pemakaian AC lebih banyak

digunakan untuk pendingin di ruangan server.

Dalam peluang hemat ini akan dilihat seberapa besar pengaruh

penggantian refrigerant pada AC. Selama observasi dan wawancara dengan

engineering staft dijelaskan bahwa periode pembersihan unit AC selama 1 s/d 2

bulan sekali dan melakukan perbaikan atau penggatian komponen AC yang

mengalami kerusakan. Untuk proses penggatian refrigerant yang telah dilakukan

di gedung STO Kaliasem sudah dilakukan namun dikarenakan engineering staft

yang ada sangat minim mengingat pekerjaan setiap harinya cukup padat, sehingga

Page 88: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

88

penggantian tersebut mengalami keterlambatan, mengingat juga biaya dan waktu

yang diperlukan untuk penggatian tersebut.

Proses pengukuran sebelum dan sesudah penggatian refrigrant, dilakukan

pengukuran pada nilai arus serta kondisi suhu ruangan. Kondisi AC pada saat

pengukuran dalam kondisi hidup dan mencapai suhu standar ruangan. AC

diasumsikan bekerja selama 24 jam, sehingga energi yang digunakan menjadi

maksimal.

Berikut data hasil pemakaian energi sebelum dan sesudah penggantian

refrigerant dengan menggunakan merek Musicool yang ada di ruangan Asman

CME.

Data-data AC Split 1,5 PK yang diganti refrigerantnya:

Energi Listrik :

E = I x V x PF x jam x hari

= 5,09 x 220 x 0,85 x 24

= 22.827,60 Watt/h

= 22,83 kWh /Hari

Biaya Listrik / Hari

Biaya = Energi Listrik x Tarif/kW

= 22,83 kWh x Rp. 554,9,-

= Rp. 12.667,04,-

Analisa perhitungan menggunakan Refrigerant Musicool

Energi Listrik :

E = I x V x PF x jam x hari

Page 89: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

89

= 3,89 x 220 x 0,85 x 24

= 17,44 kWh / Hari

Biaya Listrik / Hari

Biaya = Energi Listrik x Tarif/kW

= 17,44 kWh x Rp. 554,9,-

= Rp. 9.678,57 ,-

Analisa penghematan yang diperoleh :

Energi Listrik :

E = Menggunakan Freon – Menggunakan Musicool

= 22,83 kWh – 17,44 kWh

= 5,39 kWh / Hari

Biaya Listrik/Hari :

Biaya = Menggunakan Freon – Menggunakan Musicool

= Rp. 12.667,04 – Rp. 9.678,57

= Rp. 2.988,47,-

Dari hasil implementasi penggantian refrigerant AC tersebut, biaya yang

harus dibayar untuk pelaksanaan rencana tersebut, diperoleh analisa sebagai

berikut :

Analisa penggantian refrigerant :

Jumlah total PK = 287 PK

Harga penggatian per PK = Rp. 250.000,-

Biaya = Jumlah PK x harga penggantian per PK

= 287 x Rp. 250.000,-

= Rp. 71.750.000,-

Page 90: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

90

Sehingga biaya investasi yang diperlukan untuk penggantian refrigerant

tersebut sebesar Rp. 71.750.000,-.

Berikut tabel hasil pengukuran sebelum dan sesudah penggatian freon,

penggatian dilakukan pada tanggal 24 September 2010, pada pukul 09.00 WITA

dengan jumlah teknisi 2 orang. Untuk hasil pengukuran data AC yang lain dapat

dilihat pada lampiran 4.

Tabel 4.18 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Pengantian FreonIndikator Sebelum Sesudah

Power Faktor (Cos Q) 0,85 0,85

Voltase (V) 220 220

Arus (I) 5,09 3,89

Temperatur (oC) Ruangan 20,4 19,7

Energi Listrik (kWh) 22,83 17,44

Biaya Listrik (Rp) 12.667,04 9.678,57

Temperatur (oC) LuarRuangan

29,9 29,9

4.8 Analisis Peluang Hemat Energi pada Pengkondisian Udara

Dari hasil implementasi peluang hemat energi (PHE) diatas, maka analisis

penghematan yang diperoleh dari penggatian refrigerant sintetic jenis HCFC R-22

dengan menggunakan merek Musicool di setiap AC yang terpasang di gedung

STO Kaliasem, diproleh hasil seperti pada tabel berikut :

Page 91: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

91

Tabel 4.19 Hasil Penggantian Refrigerant AC pada Gedung STO Kaliasem

Sebelum Ganti Refrigerant Sesudah Ganti Refrigerant

No NamaRuangan

JumlahAC

(buah)PK Daya

(kW)

Waktunyala(Jam)

Totalkonsumsi

(kWh)

Daya(kW)

Waktunyala(Jam)

Totalkonsumsi

(kWh)

1 SentralLokal 1

1122

615122

4,47611,19017,9042,984

24242424

91,31228,28365,2460,87

3,9710,6816,891,97

24242424

80,99217,95344,6040,23

2 Ruang MDF(sentralLokal 2)

221

101010

14,92014,9207,460

242424

304,37304,37152,18

13,9113,916,95

242424

283,72283,72141,86

3 Ruangrectifierdan inverter

2 7 10,444 24 213,06 9,43 24 192,41

4 Ruang OMC 121

2,52,52

1,8653,73

1,492

242424

38,0576,0930,44

1,362,720,99

242424

27,7255,4520,11

5 SentralTrunk

3 10 22,380 24 456,55 20,86 24 425,58

6 Ruang MDP 1 2 1,492 24 30,44 0,99 24 20,11

7 Ruang NOC 1111

22,52

2,5

1,4921,8651,4921,865

24242424

30,4438,0530,4438,05

0,991,360,991,36

24242424

20,1127,7220,1127,72

8 RuangASMANCME

1 1,5 1,119 12 11,41 0,86 12 8,72

9 RuangSTAFFCME

1 1,5 1,119 24 22,83 0,86 24 17,44

10 Arsip Cada 1 1,5 1,119 7 6,66 0,86 7 5,09

11 RuangSentral SoftSwitch

1142

66

2,52

4,4764,4767,4602,984

24242424

91,3191,31152,1860,87

3,973,975,441,97

24242424

80,9980,99

110,8940,23

12 Ruang KerjaOM SoftSwitch

2 2 2,984 24 60,87 1,97 24 40,23

13 Ruang SeratOptik /BMK

2 1,5 2,238 24 45,66 1,71 24 34,88

14 Ruang Flexi/ SMSC

14

2,52,5

1,8657,460

2424

38,05152,18

1,365,44

2424

27,72110,89

15 RuangTransmisi

113

72,52,5

5,2221,8655,595

242424

106,5338,05114,14

4,721,364,08

242424

96,2127,7283,17

Page 92: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

92

16 Ruang StafTransmisi

1 2 1,492 12 15,22 0,99 12 10,06

17 RuangSatelit

2 2,5 3,730 24 76,09 2,72 24 55,45

18RuangRadio /OLO

612

2,522

11,1901,4922,984

242424

228,2830,4460,87

8,150,991,97

242424

166,3420,1140,23

19 NOC Latai2

1 2 1,492 24 30,44 0,99 24 20,11

20 RuangMultimedia

112

62,52

4,4761,8652,984

242424

91,3138,0560,87

3,971,361,97

242424

80,9927,7240,23

21 RuangSTAF

1 2 1,492 12 15,22 0,99 12 10,06

22 RuangPerangkat

321

1,52,52,5

3,3573,73

1,865

242424

68,4876,0938,05

2,572,721,36

242424

52,3355,4527,72

Total 4.309,66 3.602,13

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa adanya penurunan total konsumsi

energi listrik perharinya, dimana sebelum penggatian freon Musicool diperoleh

total konsumsi energi listrik sebesar 4.309,66 kWh, namun setelah penggantian

diperoleh total konsumsi energi listrik menjadi 3.602,13 kWh.

4.9 Komposisi Pemakaian Pendingin Ruangan.

Setelah melakukan survey dan pengukuran diperoleh komposisi luas

ruangan penggunaan AC dan non AC pada gedung STO Kaliasem yang terbagi

menjadi tiga lantai bangunan yaitu terdiri dari lantai 1, lantai 2 dan lantai 3.

Sehingga dapat diperoleh komposisi pemakaian AC di gedung STO Kaliasem

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.20 Komposisi Pemakaian AC di Gedung STO KaliasemNama ruangan Luas Ruangan (m²)No

Ruang Lantai Satu AC Non AC

1 Ruang Sentral Lokal 1 285,48 -

2 Ruang PCM - 26,92

3 Ruang MDF (Sentral Lokal 2) 328,35 -

Lanjutan tabel 4.19

Page 93: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

93

4 Ruang rectifier dan inverter 108 -

5 Ruang Baterai - 125,40

6 Ruang Travo - 101,52

7 Ruang OMC 113,85 -

8 Ruang Gudang - 103,68

9 Ruang Toilet - 131,25

10 Ruang Sentral Trunk 125,55 -

11 Ruang MDP 251,38 -

12 Ruang Mushola - 60,48

13 Ruang Koridor - 117,18

14 Ruang NOC 103,68 -

15 Ruang ASMAN CME 60,48 -

16 Ruang STAFF CME 143,19 -

17 Ruang Perpustakaan - 53,89

18 Ruang Arsip - 20,25

Ruang Lantai Dua

1 Ruang Sentral Soft Switch 123,84 -

2 Ruang Toilet - 142,56

3 Ruang Kerja OM Soft Switch 31,68 -

4 Ruang Serat Optik / BMK 65,52 -

5 Ruang Flexi / SMSC 211,68 -

6 Ruang Transmisi 278,82 -

7 Ruang Staf Transmisi 132,4 -

8 Ruang Satelit 37,44 -

9 Ruang Radio / OLO 51,48 -

10 Ruang NOC 44,55 -

11 Ruang Multimedia 158,67 -

12 Ruang STAF Multimedia 76,5 -

13 Ruang Perangkat Multimedia 212,85 -

14 Ruang Gudang - 61,38

Ruang Lantai Tiga

1 3 Ruang Staff - 237,7

2 Toilet Lantai 3 - 63,36

3 2 Ruang Gudang - 80,64

Total 2.945,39 1.326,21

Persentase (%) 68,95 31,05

Lanjutan tabel 4.20

Page 94: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

94

Jika digambarkan dalam bentuk pie chart maka akan diperoleh hasil

seperti pada gambar 4.18:

Komposisi PemakaianAC

68,95%

31,05%

AC

NonAC

Gambar 4.18 Komposisi Sistem Pendingin Ruangan

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa komposisi luas ruangan

pemakaian AC lebih besar dibandingkan non AC, dimana diperoleh persentase

penggunaan ruangan AC sebesar 68,95 %, sedangkan persentase non AC sebesar

31,05 % dari total luas ruangan gedung yang dikondisikan.

4.10 Menghitung IKE

Dari hasil implementasi diatas dapat diperoleh jumlah pemakaian energi

baik untuk konsumsi energi pada kategori Esensial dan Non Esensial di gedung

STO Kaliasem setelah dilakukan PHE. Untuk lebih jelas dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.21 Konsumsi Energi Listrik Kategori EsensialNo Perangkat Jumlah Total Konsumsi (kWh/Hari)1. Rectifier 18 Unit 2.022

2. UPS 6 Unit 246

3. Inverter 20 Unit 849

Total 3.117

Page 95: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

95

Tabel 4.22 Konsumsi Energi Listrik Kategori Non EsensialNo Perangkat Jumlah Total Konsumsi (kWh/Hari)

1. AC 74 Unit 3.602,13

2. Lampu 146 Buah 60,13

3. Komputer 15 Buah 34

4. Dispanser 5 Buah 15

5. Laptop 13 Buah 3

6. TV 6 Buah 7

7. Printer 5 Buah 10

Total 3.731,70

Dari tabel diatas diperoleh hasil jumlah konsumsi energi setelah PHE yang

menunjukkan konsumsi energi listrik per hari, maka dapat dihitung jumlah energi

listrik terpakai dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaanya.

Jumlah pemakaian listrik baik kategori Esensial dan Non Esensial yang terpakai

selama satu bulan adalah sebesar 191.760 kWh/bulan. Dan rata-rata jumlah untuk

pemakaian listrik selama satu tahun adalah

SebulankWh12 JumlahXBulan

kWh191.760X12

per tahunkWH122.301.2

Biaya rata-rata untuk pemakaian listrik selama periode tersebut adalah

sebesar

kWharg JumlahXkWhperahrataRata

kWh2.301.122XkWh554.9Rp

,00462.892.276.1Rp

Page 96: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

96

Dari jumlah pemakaian dan biaya energi selama periode satu tahun terlihat

adanya penurunan seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.23 Perbandingan kondisi sebelum dan sesudah PHE pada pemakaian energi listrik diGedung STO Kaliasem Denpasar

Kondisi Energi kWh/Tahun Total Rp/TahunSebelum PHE 3.200.211,6 1.775.797.417Sesudah PHE 2.301.122 1.276.892.462

Selisih 899.090 498.904.955

Dari data tabel 4.23 diatas menunjukkan penurunan biaya energi listrik

yang dihemat sebesar Rp. 498.904.955,-, dengan biaya yang harus dibayar untuk

pelaksanaan penggantian refrigerant sebesar Rp. 71.750.000,-.

Sehingga dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat

konsumsi energi listrik di gedung STO Kaliasem berdasarkan analiasa Peluang

Hemat Energi (PHE) yang telah diperoleh, maka dapat dihitung besarnya

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung STO Kaliasem Denpasar selama satu

tahun. Adapun perhitungannya sebagi berikut :

BangunanLuastotalkWhIKE

6,271.4122.301.2

TahunmkWh 2/70,538

3/70,538 2mkWh

2/57,179 mkWh

Page 97: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

97

Tabel 4.24 Besar intensitas konsumsi di gedung STO Kaliasem DenpasarKondisi Luas lantai (m2) kWh/m2 tahun

Sebelum PHE 4.271,6 249,72Sesudah PHE 4.271,6 179,57

Dari perhitungan di atas dapat diperoleh besarnya IKE listrik per satuan

luas yang dikondisikan adalah sebesar 179,57 kWh/m2 tahun. Untuk target IKE

per satuan luas yang dikondisikan untuk perkantoran adalah sebesar 240 kWh/m2

tahun. Ternyata IKE Implementasi PHE pada Gedung STO Kaliasem Denpasar

terlihat sudah sesuai dengan standar atau taget IKE listrik.

Page 98: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

98

5 BAB V PENUTUP

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka beberapa kesimpulan

hasil audit energi, terkait dengan konsumsi energi pada gedung STO

Kaliasem Denpasar yang bisa penulis ambil antara lain :

1. Berdasarkan pelaksanaan walkthrough audit yang dilakukan, perangkat

keras di gedung STO Kaliasem dikelompokkan menjadi dua yaitu esensial

dan non esensial. Beban terpasang pada kategori esensial sebesar 157.788

watt dan kategori non esensial sebesar 223.536 watt. Pada analisa audit

energi awal, nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yang terbesar adalah

konsumsi energi listrik pada kategori Non Esensial. Untuk gedung STO

Kaliasem Denpasar berdasarkan hasil audit energi awal, IKE energi

listriknya adalah sebesar 249,72 kWh/m2 tahun, dari kondisi tersebut

masih melebihi standar IKE perkantoran di Indonesia yaitu sebesar 240

kWh/m2 tahun, sehingga perlu dilakukan audit energi rinci.

2. Kesesuaian penggunaan energi listrik di gedung STO Kaliasem dari hasil

observasi, diperoleh persentase luas ruangan penggunaan AC sebesar

68,95 %, sedangkan persentase non AC sebesar 31,05 % dari total luas

gedung yang dikondisikan. Sehingga penggunaan perangkat AC di gedung

STO Kaliasem lebih besar dibanding pemakaian energi yang lain, maka

perancangan manajemen energi listrik difokuskan pada sistem pendingin

Page 99: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

99

ruangan (AC), yang pada akhirnya mampu menurunkan nilai IKE listrik di

Gedung STO Kaliasem Denpasar.

3. Implementasi Peluang Penghematan Energi (PHE) pada penelitian audit

energi ini adalah dengan mengganti refrigerant pada AC yang awalnya

menggunakan Freon R-22 dengan menggunakan merek Musicool, dimana

penghematan yang diperoleh dari penggantian refrigerant tersebut selama

perhari sebesar 3.602,13 kWh. Jadi besarnya IKE listrik hasil implemetasi

PHE persatuan luas yang dikondisikan diperoleh sebesar 179,57 kWh/m2

tahun. Sehingga dapat dikatakan IKE listrik di Gedung STO Kaliasem

Denpasar sudah sesuai dengan standar SNI (Standar Nasional Indonesia).

4. Jumlah biaya yang dikeluarkan setelah mengimplemantasikan PHE

sebesar Rp. 71.750.000,- dengan biaya yang dihemat selama setahun

setelah mengimplementasikan PHE adalah sebesar Rp.498.904.955,- atau

sebesar 58,17 % dari total biaya listrik setahun.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan untuk penelitian audit energi ini adalah

sebagai berikut :

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan masih jauh dari sempurna. Untuk

itu, perlu ditindak lanjuti dengan pendalaman pada pengimplementasian

PHE yang bersifat hight cost, yaitu tentang penggantian AC yang sudah

lama dan di sisi low cost tentang pemasangan kapasitor bank serta

pengendalian harmonisa yang ada. Dan agar bisa diketahui upaya lain

yang dapat dilakukan untuk memperbaiki power quality yang ada

Page 100: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

100

sehingga mampu mendapatkan nilai IKE listrik yang lebih kecil dan

efisien.

2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data-data

beberapa tahun sebelumnya agar dapat mengetahui nilai estimasi, nilai

real, dan nilai setelah manajemen energi sehingga di tahun berikutnya

dapat diperoleh nilai kemungkinan penghematan energi yang lebih baik.

Page 101: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

101

6 Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

ASHRAE Journal, Jan 2009. Energy Audits in Large Commercial OfficeBuildings.

Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA. 2002. AuditEnergi,Modul 2, Energi Conservation Efficiency And Cost SavingCourse, Bandung : PT. Fiqry Jaya Mandiri.

Bappeda. 2004. Rencana Umum Ketenaga Listrikan Daerah (RUKD). ProvinsiBali

Capehart BL, Turner CT and William J.Kennedy. 2003. Guide to EnergyManagement Fairmont press inc. Bureau of Energy Efficiency

Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi; ProsedurAudit Energi Pada Bangunan Gedung. Jakarta: DepartemenPertambangan danEnergi. Direktotat Jendral Pengembangan Energi.

Erdianta,L.N. 2009. Analisa Performansi Penggunaan Energi Listrik di Gedung C,P Dan E Jurusan Teknik Fisika ITS Surabaya Berbasis SNI 03-6196-2000. (tesis). Surabaya: ITS Surabaya

European Commission Directorate General for Employment and Social AffairsEuropean Social Fund, May 2000

G.G.Rajan ;McGraw-Hill . 2003. Optimizing Energy Efficiencies in Industry(Energy Audits, Feasibility Studies, Prelimnary and DetailedEngineering, Project and Construction Managemennt, Implementation)

Lybery, MD. 1981. Source Book for Energy Auditor, International Energy Agency

PT. Telkom. 2009. Telkom Tetap Ekspansi di Era Krisis. Patriot135, Januari 2009,hal3, kol. 1

PT PLN Distribusi Bali. 2009. Sistem Kelistrikan di Bali. Suluh Dewata,Desember 2009.

Rianto.A. 2007. Audit Energi dan Analisis Peluang Penghematan KonsumsiEnergi pada Sistem Pengkondisian Udara di Hotel Santika PremiereSemarang. (tesis). Semarang: UNNES

Page 102: unud-207-1381096493-bab ijhjhjh-daftar pustaka.pdf

102

Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 03-6196-2000, Konversi Energi Sistem TataUdara pada Bangunan Gedung, dan SNI 03-6390-2000, Prosedur AuditEnergi pada Bangunan Gedung.

Tata Cara Perhitungan Rekening, viewed on Jan 19th 2010, 16 : 12 pm,www.plnjaya.co.id/pelayanan/

Wahyu Sujatmiko. 29 Juli 2008. Penyempurnaan Standar Audit Energi PadaGedung, Staf Balai Sains Bangunan, Puslitbang Permukiman,Departemen Pekerjaan Umum. Bandung

William H. Golove and Joseph H. Eto, March 1996. Energy Efficiency: A CriticalReappraisal of the Rationale for Public Policies to Promote EnergyEfficiency. Energy & Environment Division Lawrence BerkeleyNational Laboratory University of California Berkeley, California 94720