unud-1599-49694748-bab iv

55
76 BAB IV BENTUK PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PLN 4.1 Persyaratan Pengadaan Barang dan Jasa di PLN 4.1. 1 Persyaratan Peserta Pengadaan Barang dan Jasa Untuk menjadi peserta dalam proses pengadaan barang dan jasa di PLN, haruslah masuk ke dalam DPT. DPT ialah Daftar Penyedia Barang/Jasa Terseleksi yang mana diseleksi oleh Pejabat Perencana Pengadaan PLN dan DPT ini berlaku selama 3 tahun. Syarat syarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke dalam DPT dan diperbolehkan untuk mengikuti proses pengadaan barang dan jasa ialah persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan persyaratan keuangan. Hal ini disebut sebagai persyaratan kualifikasi tercantum dalam SK Dir 620/2013. Syarat administrasi untuk para calon peserta penyedia barang / jasa ialah : a. Memiliki ijin usaha sesuai dengan bidang usahanya sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku; b. Memiliki tempat kedudukan yang jelas; c. Mempunyai kapasitas menandatangani Perjanjian/kontrak secara hukum; d. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau Direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana;

Upload: daniel

Post on 07-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skripis gila

TRANSCRIPT

Page 1: unud-1599-49694748-bab iv

76

BAB IV

BENTUK PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA

PLN

4.1 Persyaratan Pengadaan Barang dan Jasa di PLN

4.1. 1 Persyaratan Peserta Pengadaan Barang dan Jasa

Untuk menjadi peserta dalam proses pengadaan barang dan jasa di PLN,

haruslah masuk ke dalam DPT. DPT ialah Daftar Penyedia Barang/Jasa Terseleksi

yang mana diseleksi oleh Pejabat Perencana Pengadaan PLN dan DPT ini berlaku

selama 3 tahun. Syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke dalam DPT

dan diperbolehkan untuk mengikuti proses pengadaan barang dan jasa ialah

persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan persyaratan keuangan. Hal ini

disebut sebagai persyaratan kualifikasi tercantum dalam SK Dir 620/2013.

Syarat administrasi untuk para calon peserta penyedia barang / jasa ialah :

a. Memiliki ijin usaha sesuai dengan bidang usahanya sesuai peraturan

perundang – undangan yang berlaku;

b. Memiliki tempat kedudukan yang jelas;

c. Mempunyai kapasitas menandatangani Perjanjian/kontrak secara hukum;

d. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya

tidak sedang dihentikan dan/atau Direksi yang bertindak untuk dan atas

nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana;

Page 2: unud-1599-49694748-bab iv

77

e. Direksi/ pengurus yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak

masuk dalam daftar Penyedia barang/ jasa yang terkena daftar hitam

(blacklist);

f. Telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan

melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak

tahunan (SPT), Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan fotokopi Surat

Setoran pajak (SSP) PPH Pasal 29 atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

sekurang – kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir;

g. Dalam hal Penyedia barang/jasa berbentuk persekutuan usaha

(partnership), maka Penyedia Barang/Jasa wajib mempunyai perjanjian

kerjasama operasi/kemitraan yang memuat representasi persekutuan dari

pihak yang mewakili persekutuan;

h. Khusus untuk perusahaan asing apabila ditunjuk sebagai Penyedia

Barang/Jasa diwajibkan untuk melengkapi persyaratan perijinan sesuai

peraturan perundangan – undangan yang berlaku.

Untuk persyaratan teknis sebagai calon penyedia barang dan jasa ialah :

a. Memiliki kemampuan pada kategori pekerjaan yang sejenis atau setara

yang dibuktikan dengan daftar pengalaman pekerjaan yang pernah dan

atau sedang dilakukan.

b. Mempunyai kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta

personil yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.

Page 3: unud-1599-49694748-bab iv

78

c. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan

persyaratan lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang

diperlukan atau pengalaman tertentu.

Untuk persyaratan yang terakhir ialah persyaratan keuangan, yaitu :

a. Mempunyai kemampuan keuangan yang memadai yang didukung dengan

laporan keuangan yang telah diaudit atau dapat berupa hasil rating atau

pemeringkatan dari lembaga pemeringkat keuangan yang kredibel.

b. Untuk nilai pekerjaan pengadaan barang/jasa tertentu, harus memiliki surat

keterangan dukungan keuangan dari bank.

4.1.2 Persyaratan Pejabat Perencana dan Pelaksana Pengadaan Barang dan

Jasa

Selain adanya persyaratan dari peserta pengadaan, Pejabat Perencana

ataupun Pejabat Pelaksana harus juga memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas;

b. Memahami keseluruhan pekerjaan yang akan diadakan, memahami isi

dokumen pengadaan/metoda dan prosedur pengadaan berdasarkan

ketentuan yang berlaku;

c. Memiliki sertifikat keahlian Pengadaan Barang/jasa

Page 4: unud-1599-49694748-bab iv

79

d. Tidak boleh merangkap sebagai pemeriksa barang dan/atau penerima

barang.

Perbedaan pengadaan barang dan jasa di PT PLN khususnya untuk pejabat

pengadaan ialah pada masa sekarang telah dibuatkan organisasi profesional dan

meninggalkan pengadaan hanya sebagai aspek administrasi, pekerjaan sampingan,

dan bersifat temporer kepanitiaan, serta tetap menjaga prinsip tata kelola,seperti

pembagian tugas dan wewenang.

4.2 Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa pada PLN

Pengadaan barang dan jasa melalui beberapa cara dan prosedur yang

kesemuanya bertujuan untuk mendapatkan barang dan jasa yang baik melalui

pemenang tender yang baik juga. Tender atau pelelangan merupakan suatu

kegiatan yang bertujuan untuk menyeleksi, mendapatkan, menetapkan dan

menunjuk perusahaan yang paling layak untuk mengerjakan suatu paket

pekerjaan. Dari sisi pengguna barang/jasa, semakin banyak peserta lelang yang

mengikuti lelang pada suatu paket pekerjaan, maka akan semakin besar peluang

mendapatkan perusahaan yang lebih baik. Namun, dari penyedia barang/ jasa,

semakin banyak peserta lelang maka semakin kecil peluang untuk

memmenangkan dan mendapatkan pekerjaan yang dilelangkan1. Jadi, para peserta

lelang akan berusaha untuk mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Penyedia

barang/jasa.

1 Alfian Malik, 2010, Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi, Penerbit Andi,Yogyakarta, h.97

Page 5: unud-1599-49694748-bab iv

80

Dalam pengadaan barang dan jasa di PLN berdasar pada ketentuan atau

SOP (Standard Operating Procedures). SOP ialah sekumpulan manual pekerjaan

yang mencerminkan langkah – langkah aktivitas, arus data dan personil yang

mengerjakannya dalam suatu organisasi. Penyusunan SOP menimbulkan

hubungan fidusia (fiduciary relationship) antara pengurus dan BUMN, yaitu

setiap anggota Direksi dipercaya untuk bertindak atas kepentingan BUMN.2

Pengadaan barang dan jasa di PLN, yang dijadikan sebagai SOP ialah SK

Dir 620/2013, yang mengatur tentang prosedur dan pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa yang mana didahului dengan perencanaan oleh Pejabat Prencana

Pengadaan Barang dan jasa dan proses pengadaan dilanjutkan oleh Pejabat

Pelaksana Pengadaan. Dikarenakan penelitian berada pada unit induk, maka

prosedur pengadaan barang dan jasa yang akan diteliti dan dibahas ialah

pengadaan barang dan jasa kategori kantor pusat dan unit induk/unit penunjang

bukan pengadaan barang dan jasa korporat.

4.2.1 Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa diawali dengan perencanaan. Perencanaan

merupakan susunan langkah – langkah sistematik melalui upaya pemanfaatan

sumber – sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala keterbatasan guna

mencapai tujuan secara efisien dan efektif.3 Untuk Rencana Pengadan barang dan

jasa kantor pusat dan unit induk/unit penunjang ialah daftar umum yang meliputi

2 Hasbullah F. Sjawie, 2013, Direksi Perseroan Terbatas serta PertanggungjawabanPidana Korpoorasi, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.112

3Samsul Ramli dan Fahrurrazi, 2014, Swakelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,Visi Media Pustaka, Jakarta, h.5-h.6

Page 6: unud-1599-49694748-bab iv

81

kebutuhan Kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang PT PLN atas barang dan

jasa, lengkap dengan kuantitas/volume, waktu kebutuhan/waktu penyerahan,

estimasi anggaran, strategi pengadaan, metode pengadaan, pelaksana pengadaan

dan sistem pemaketan/grouping/joint procurement/sentralisasi/desentralisasi.

Rencana Pengadaan Barang dan jasa disusun berdasarkan RKAP (Rencana

Kerja Anggaran Perusahaan) dan telah memeperhitungkan potensi konsolidasi di

tingkat korporat. Tujuan dari penyusunan Rencana Pengadaan Barang dan Jasa

kantor Pusat dan Unit Induk/Unit Penunjang adalah untuk :

a. Mendapatkan proses pengadaan yang terkoordinasi dan terintegrasi, baik

yang dikonsolidasikan di direktoran pengadaan di Kantor Pusat atau

didelegasikan ke Unit Induk/Unit Penunjang, atau didesentralisasikan ke

Unit Induk/Unit Penunjang dan unit pelaksana di bawahnya.

b. Mendapatkan proses Pengadaan Barang dan jasa yangs esuai dengan

kaidah dan prinsip Pengadaan Barang dan jasa serta mendapatkan

barang/jasa yang berkualitas.

Penyusunan Rencana Pengadaan Barang/Jasa dilakukan di unit masing –

masing dan disusun dalam setiap periode 1 (satu) tahun anggaran. Dalam hal

efisiensi, rencana pengadaan barang dan jasa dapat disusun dalam jangka waktu

lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dengan Perjanjian/Kontrak Jangka Panjang.

Penyusunan Rencana pengadaan Barang dan Jasa Unit Induk menjadi tugas dan

tanggungjawab Pejabat Perencana Pengadaan bekerjasama dengan Wakil

Page 7: unud-1599-49694748-bab iv

82

Pengguna Barang/Jasa di masing – masing unit induk. Proses penyusunan

Rencana Pengadaan Barang/Jasa Unit Penunjang meliputi:

a. Melakukan identifikasi dan kajian kebutuhan barang/jasa meliputi

kelengkapan spesifikasi, TOR, kepastian dan ketersediaan anggaran, ruang

lingkup pekerjaan, kepastian kuantitas/volume, waktu

penyerahan/kebutuhan kerja serta kajian risiko.

b. Melakukan kajian strategi pengadaan yang tepat

(pemaketan/grouping/joint procurement dan metode pengadaan), termasuk

rencana pengadaan yang ditangani bersama oleh Direktorat Pengadaan,

dengan memperhitungkan potensi konsolidasi dan skala ekonomi

berdasarkan Rencana Pengadaan Korporat.

c. Melakukan pemutakhiran atas riset pasar

d. Meminta review dan rekomendasi Value for Money Committee atas hasil

perencanaan.

Dokumen yang dihasilkan dari proses ini ialah Dokumen Rencana

Pengadaan Korporat dan Dokumen Rencana Pengadaan Unit Induk. Dokumen

Rencana Pengadaan disahkan oleh Pengguna Barang/jasa setelah melalui review

dan rekomendasi Value for Money Committee dan perubahan dokumen rencana

pengadaan dituangkan dalam revisi dokumen rencana pengadaan yang disahkan

oleh Pengguna Barang dan jasa setelah melalui review dan rekomendasi Value for

Money Committee.

Page 8: unud-1599-49694748-bab iv

83

4.2.2 Dokumen Pelelangan/RKS

Dokumen pelelangan/RKS disusun berdasarkan Dokumen Rencana

Pengadaan yang telah disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa. Penyiapan draft

Dokumen pelelangan/RKS merupakan tugas dan tanggung jawab Pejabat

Perencana Pengadaan yang dalam pelaksanaannya dapat dibantu oleh Pengguna

Barang/Jasa atau wakil Pengguna Barang/Jasa atau pihak lain sesuai keahlian baik

internal maupun eksternal. Finalisasi Dokumen Pelelangan/RKS akan dilakukan

oleh Pejabat Perencana Pengadaan dan disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

Dokumen Pengadaan/RKS antara lain, terdiri dari:

1. Dokumen pelelangan barang/jasa Konstruksi/Jasa lainnya antara lain

terdiri dari:

a. Instruksi kepada Calon penyedia Barang/Jasa yang sekurang – kurangnya

terdiri dari:

1) Gambaran umum yang meliputi antara lain lingkup pekerjaan dan

sumber dana

2) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi

3) Hal – hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat evaluasi

administrasi

4) Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian singkat tiap

butir dalam kerangka tersebut.

5) Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut hal – hal

yang dapat atau tidak dapat dibiayai.

Page 9: unud-1599-49694748-bab iv

84

6) Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan penawaran

biaya.

7) Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis dan/atau

penawaran biaya.

8) Jadwal pengadaan.

b. Data pengadaan (apabila diperlukan)

c. Surat Penawaran

d. Jenis Perjanjian/Kontrak

e. Syarat – syarat umum Perjanjian/Kontrak

f. Syarat – syarat khusus Perjanjian/Kontrak

g. Spesifikasi Teknis

h. gambar – gambar (apabila diperlukan)

i. Daftar kuantitas volume pekerjaan/ Bill of Quantity (BoQ)

j. Jaminan Penawaran, jaminan pelaksanaan (apabila dipersyaratkan)

2. Dokumen Pelelangan Jasa Konsultansi antara lain terdiri dari:

a. Instruksi kepada Calon penyedia Barang/Jasa yang sekurang – kurangnya

terdiri dari:

1) Gambaran umum yang meliputi antara lain lingkup pekerjaan dan

sumber dana

2) Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi

3) Hal – hal yang dapat menggugurkan penawaran pada saat evaluasi

administrasi

Page 10: unud-1599-49694748-bab iv

85

4) Kerangka penyusunan penawaran teknis berikut uraian singkat tiap

butir dalam kerangka tersebut.

5) Kerangka dan format penyusunan penawaran biaya berikut hal – hal

yang dapat atau tidak dapat dibiayai.

6) Tata cara penilaian administrasi, penawaran teknis dan penawaran

biaya.

7) Kriteria, batasan nilai dan formula dari penilaian teknis dan/atau

penawaran biaya.

8) Jadwal pengadaan.

b. Data pengadaan (apabila diperlukan)

c. Surat Penawaran

d. Jenis Perjanjian/Kontrak

e. Syarat – syarat umum Perjanjian/Kontrak

f. Syarat – syarat khusus Perjanjian/Kontrak

g. Term of Reference (TOR)/Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang memuat

antara lain:

1) Uraian pendahuluan berupa gambaran secara garis besar mengenai

pekerjaan yang akan dilaksanakan,antara lain latar belakang, maksud

dan tujuan, lokasi, asal sumber pendanaan, nama dan organisasi

Pengguna Barang/Jasa.

2) Data penunjang berupa data yang berkaitan dengan pelaksanaan

pekerjaan, antara lain data dasar, standar teknis, studi – studi terdahulu

Page 11: unud-1599-49694748-bab iv

86

yang pernah dilaksanakan, dan peraturan perundang – undangan yang

harus digunakan.

3) Lingkup pekerjaan yang memberikan gambaran mengenai tujuan yang

ingin dicapai, keluaran yang akan dihasilkan, peralatan dan material

yang harus disediakan oleh Pengguna Barang/Jasa serta peralatan dan

material yang harus disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa, lingkup

kewenangan yang dilimpahkan kepada Penyedia Barang/Jasa,

perkiraan jangka waktu penyelesaian pekerjaan, kualifikasi dan jumlah

tenaga ahli yang harus disediakan oleh Penyedia Barang/Jasa,

perkiraan keseluruhan tenaga ahli/tenaga pendukung yang diperlukan

dan jadwal setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.

4) Jenis dan jumlah laporan yang disyaratkan (antara lain laporan

pendahuluan laporan bulan dan laporan akhir).

h. Gambar – gambar (apabila diperlukan)

3. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

Harga Perkiraan Sendiri (HPS) disusun berdasarkan Dokumen Rencana

pengadaan dan Dokumen Pelelangan/RKS. HPS merupakan alat untuk melihat

kewajaran harga penawaran dan tidak wajib diumumkan serta tidak dapat

dijadikan dasar sebagai satu – satunya penggugur penawaran. HPS dibuat oleh

Pejabat Pelaksana Pengadaan dan disahkan oleh pengguna barang/jasa. HPS

disusun secara cermat dan professional dengan menggunakan data/referensi

dasar, antara lain:

Page 12: unud-1599-49694748-bab iv

87

a. Dokumen pelelangan (Spesifikasi/Rencana Kerja dan Syarat – syarat

(RKS)/Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Reference (TOR) atau

Syarat Penawaran/Syarat Perjanjian/Kontrak).

b. Harga Perkiraan Engineering (HPE).

c. Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS.

d. Harga Perjanjian/Kontak untuk barang atau pekerjaan sejenis yang sedang

atau telah dilaksanakan.

e. Analisa harga satuan pekerjaan

f. Daftar harga dan tarif dari instansi yang berwenang.

g. Informasi yang dipublikasikan secara resmi oleh Biro Pusat Statistik (BPS)

atau media cetak dan elektronik lainnya atau instansi yang berwenang.

h. Daftar harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh asosiasi

pabrikan/agen tunggal atau instansi lain yang berwenang, baik pusat

maupun daerah.

i. Untuk barang yang mengandung unsur komponen impor diperhitungkan

antara lain fluktuasi nilai tukar mata uang asing dari Negara asal terhadap

Rupiah dan/atau LME (London Metal Exchange) rate dan/atau harga

minyak dunia serta bea masuk.

Dalam penyusunan HPS wajib memperhitungkan PPN (Pajak

Pertambahan Nilai) sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang

berlaku dan Risiko, Overhead cost dan keuntungan (ROK) yang wajar bagi

penyedia barang/ jasa. Menurut Suswinarno, HPS disusun dengan

Page 13: unud-1599-49694748-bab iv

88

memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar4. HPS

tidak diperbolehkan memasukkan biaya tak terduga (contingency), biaya lain –

lain dan Pajak Penghasilan. Nilai HPS maksimal sama dengan pagu anggaran

dalam RKAP.

Dalam menyusun HPS Pejabat Pelaksana Pengadaan wajib:

a. Mempelajari dan memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK)/Terms of

Reference (TOR) termasuk syarat Perjanjian/Kontrak

b. Mempelajari dan mengumpulkan informasi/ data – data mengenai kondisi

lapangan

c. Mempelajari program dan jadwal pelaksanaan

d. Menetapkan jumlah kualifikasi tenaga ahli, tenaga teknis serta tenaga

pendukung lainnya termasuk jadwal penugasan masing – masing personil,

fasilitas/peralatan yang diperlukan dan lain – lain.

e. Mempelajari dan mempertimbangkan ketentuan – ketentuan yang

ditentukan oleh instansi yang berwenang.

f. Menghitung biaya langsung personil (remuneration) dan biaya langsung

non personil (direct cost). Yang dimaksud dengan biaya langsung personil

dan non personil ialah :

4 Suswinarno, 2013, Mengantisipasi Risiko dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,Visi Media Pustaka, Jakarta, h.75

Page 14: unud-1599-49694748-bab iv

89

1. Biaya langsung personil meliputi pembayaran, teknisi, dan tenaga

penunjang. Biaya langsung personil bagi masing – masing tenaga ahli

dihitung berdasarkan satuan waktu tertentu (bulan, minggu, hari, jam)

dikaitkan dengan rate yang berdasarkan harga pasar dan/atau berdasarkan

gaji dasar dan/atau Perjanjian/Kontrak lalu/yang sedang berjalan

disesuaikan dengan tahun pengalaman professional yang ditetapkan dalam

KAK/TOR.

2. Biaya langsung non personil meliputi segala biaya yang langsung

berkaitan menunjang pelaksanaan tugas konsultan, antara lain

pengadaan/sewa kantor, sewa kendaraan, sewa rumah, biaya perjalanan

dinas, biaya pelaporan, biaya komunikasi dan Iain-lain, dengan mengacu

kepada rate/tarif harga pasar setempat dan/atau tarif/harga satuan

Perjanjian/Kontrak yang lalu/sedang berjalan.

3. Menghitung harga total pekerjaan termasuk PPN sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

4.2.3 Metode Pengadaan Barang/Jasa

Dalam pengadaan barang/ jasa di PLN setelah hal – hal yang berkaitan

dengan perencanaan seperti dipaparkan di atas telah diselesaikan maka

dilaksanakan proses pengadaan barang/jasa melalui beberapa metode, yaitu:

1. Pelelangan Terbatas

a. Pelelangan Terbatas dilakukan dengan mengundang penyedia barang/jasa

Page 15: unud-1599-49694748-bab iv

90

yang berada dalam DPT.

b. Pelelangan Terbatas dapat berupa pelelangan internasional, nasional dan

lokal.

c. Pelelangan Terbatas dengan DPT merupakan strategi utama Pengadaan

Barang/jasa

d. Tahapan Pelelangan Terbatas;

1) Undangan.

2) Pengambilan Dokumen Pelelangan/ RKS

3) Pemberian Penjelasan

4) Pemasukan Dokumen

5) Pembukaan Dokumen

6) Penawaran.

7) Evaluasi Dokumen Penawaran

8) Klarifikasi dan Negosiasi

9) Usulan penetapan pemenang

10) Penetapan Pemenang

11) Pengumuman Pemenang

Page 16: unud-1599-49694748-bab iv

91

12) Sanggah

13) Jawaban Sanggah

14) Sanggah Banding

15) Jawaban Sanggah Banding

16) Penunjukan Pemenang

17) Contract Discussed Agreement (CDA) bila diperlukan

18) Penyerahan Jaminan Pelaksanaan

19) Perjanjian/Kontrak.

2. Pelelangan Terbuka

a. Pelelangan Terbuka dilakukan dengan cara mengundang Penyedia

Barang/Jasa, yang diumumkan secara luas guna memberi kesempatan

kepada Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi kualifikasi melalui proses

prakualifikasi maupun pascakualifikasi untuk mengikuti pelelangan.

b. Pelelangan Terbuka dapat berupa pelelangan internasional, nasional,

dan lokal

c. Tahapan pelelangan terbuka;

a) Metode Pelelangan Terbuka dengan Prakualifikasi

1) Pengumuman dan undangan kualifikasi;

Page 17: unud-1599-49694748-bab iv

92

2) Pendaftaran dan pengambilan dokumen;

3) Pemasukan dan evaluasi dokumen;

4) Pembuktian kualifikasi;

5) Penetapan hasil kualifikasi;

6) Pengumuman hasil kualifikasi;

7) Sanggahan kualifikasi;

8) Daftar Calon Penyedia yang lulus kualifikasi;

9) Undangan Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus kualifikasi;

10) Pengambilan Dokumen Pelelangan/RKS;

11) Pemberian Penjelasan;

12) Pemasukan Dokumen Penawaran;

13) Pembukaan Dokumen Penawaran;

14) Evaluasi Dokumen Penawaran;

15) Klarifikasi dan Negosiasi;

16) Usulan penetapan pemenang;

17) Penetapan pemenang;

Page 18: unud-1599-49694748-bab iv

93

18) Pengumuman pemenang;

19) Sanggah;

20) Jawaban Sanggah (apabila ada);

21) Sanggah Banding (apabila ada);

22) Jawaban Sanggah Banding (apabila ada);

23) Penunjukan Pemenang;

24) Contract Discussed Agreement (CDA), bila ada;

25) Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada);

26) Perjanjian/Kontrak.

b) Metode Pelelangan Terbuka dengan pascakualifikasi

1) Pengumuman pelelangan;

2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen;

3) Pemberian Penjelasan;

4) Pemasukan Dokumen Penawaran;

5) Pembukaan Dokumen Penawaran;

6) Evaluasi Dokumen Penawaran;

Page 19: unud-1599-49694748-bab iv

94

7) Pembuktian kualifikasi;

8) Klarifikasi dan Negosiasi;

9) Usulan penetapan pemenang;

10) Penetapan pemenang;

11) Pengumuman pemenang;

12) Sanggah;

13) Jawaban Sanggah (apabila ada);

14) Sanggah Banding (apabila ada);

15) Jawaban Sanggah Banding (apabila ada);

16) Penunjukan pemenang;

17) Contract Discussed Agreement (CDA);

18) Penyerahan jaminan pelaksanaan;

19) Perjanjian/Kontrak.

3. Penunjukan Langsung

Metode ini dilakukan dengan cara menunjuk langsung penyedia

barang/jasa berdasarkan riset pasar, due diligence dan DPT. Penunjukan langsung

pengadaan barang/jasa konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal :

Page 20: unud-1599-49694748-bab iv

95

a. Barang/jasa konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal :

1) Barang/Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya yang akan diadakan bersifat

spesifik hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi

khusus/pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan/atau

hanya ada satu Penyedia Barang/Jasa (agen tunggal) yang mampu

melaksanakan dan/atau mengaplikasikannya, yaitu pabrikan, atau

agen tunggal pabrikan dan tidak boleh melalui pedagang perantara

(broker)/distributor;

2) Pengadaan barang spesifik yang tak dapat digantikan oleh produk

lain atau tidak kompatibel

3) Pekerjaan Keadaan Darurat (Emergency) atau pemberian bantuan

bencana alam (CSR)

4) Pemeliharaan unit pembangkit dalam bentuk jangka panjang/LTSA

(Long Term Service/Supply Agreement)

5) Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya lanjutan yang secara teknis

merupakan satu kesatuan yang sifatnya tidak dapat dipecah- pecah

dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya

6) Penunjukan berulang (repeat order) dilakukan dalam hal:

a). Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan Pelelangan

Terbatas/Pelelangan Terbuka terhadap barang yang secara terus

Page 21: unud-1599-49694748-bab iv

96

menerus dibutuhkan sepanjang harga yang ditawarkan

menguntungkan dengan kualitas barang sama atau lebih baik dan

dilengkapi dengan kajian yang disahkan oleh Pengguna

Barang/Jasa

b). Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan Pelelangan

Terbatas/Pelelangan Terbuka terhadap jasa lainnya yang secara

terus menerus dibutuhkan sepanjang harga yang ditawarkan

menguntungkan dengan kualitas jasa sama atau lebih baik dan

dilengkapi dengan kajian yang yang disahkan oleh Pengguna

Barang/Jasa, hanya dapat dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali

berturut-turut; atau

c). Penyedia Barang/Jasa yang telah memenangkan Pelelangan

Terbatas/Pelelangan Terbuka dan Perjanjian/Kontraknya Jangka

Panjang, terhadap jasa lainnya yang terus menerus dibutuhkan

sepanjang harga yang ditawarkan menguntungkan dengan kualitas

jasa sama atau lebih baik dan dilengkapi dengan kajian yang

disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa, dapat dilakukan (satu) kali

dengan jangka waktu maksimal sama dengan Perjanjian/Kontrak

Jangka Panjang sebelumnya.

b. Tahapan Penunjukan Langsung ialah

1) Undangan kepada Penyedia Barang/Jasa yang akan ditunjuk disertai

dengan Dokumen Pelelangan/RKS.

Page 22: unud-1599-49694748-bab iv

97

2) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang diundang tidak masuk DPT,

maka Penyedia Barang/Jasa menyampaikan Dokumen Kualifikasi

kepada Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk dilakukan evaluasi.

3) Pemberian penjelasan.

4) Pemasukan Dokumen Penawaran secara langsung dalam 1 (satu)

sampul.

5) Pembukaan Dokumen Penawaran.

6) Melakukan evaluasi penawaran meliputi klarifikasi dan negosiasi

teknis dan harga, yang dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi.

7) Penetapan Penyedia Barang/Jasa.

8) Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ).

9) Penyerahan Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).

10) Perjanjian/Kontrak.

c. Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam keadaan darurat, tahapannya

ialah

1) Pengguna Barang/Jasa dapat menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK), setelah ada pernyataan keadaan darurat dari Pengguna

Barang/Jasa.

2) Opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara Pengguna

Page 23: unud-1599-49694748-bab iv

98

Barang/Jasa dan Penyedia Barang/Jasa, sementara proses dan

administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan.

3) Perhitungan biaya Perjanjian/Kontrak berdasarkan harga satuan

sejenis dari Perjanjian/Kontrak yang ada dan perkiraan volume dari

pekerjaan yang akan dilaksanakan.

4) Perjanjian/Kontrak.

d. Penunjukan Langsung dengan metode Open Book

1) Pengadaan dengan pola Open Book dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan harga yang kompetitif tanpa melalui proses Pelelangan

Terbatas/Pelelangan Terbuka, dengan tetap menjaga kualitas/mutu dan

memenuhi ketepatan waktu pengadaan di lingkungan PT PLN .

2) Pengadaan dengan metode Open Book dilakukan dengan tahapan:

a) Pejabat Perencana Pengadaan menyiapkan Dokumen Pengadaan

Open Book untuk ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

b) Pejabat Perencana Pengadaan menyampaikan surat kepada Calon

Penyedia Barang/Jasa perihal Pernyataan Berminat (Letter of

Interest).

c) Pejabat Perencana Pengadaan mengusulkan Calon Penyedia

Barang/Jasa untuk ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

d) Pejabat Perencana Pengadaan menyusun Perjanjian Kerahasiaan

(Non Disclosure Agreement), untuk ditandatangani oleh Pengguna

Page 24: unud-1599-49694748-bab iv

99

Barang/Jasa dan Calon Penyedia Barang/Jasa yang membuat

Pernyataan Berminat.

e) Pejabat Pelaksana Pengadaan menyampaikan Dokumen Pengadaan

Open Book kepada Calon Penyedia Barang/Jasa.

f) Calon Penyedia Barang/Jasa menyampaikan penawaran yang berisi

sekurang-kurangnya spesifikasi teknis dan struktur biaya produksi

faktual (biaya langsung maupun tidak langsung) kepada Pejabat

Pelaksana Pengadaan.

g) Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan klarifikasi, negosiasi

biaya dan strategi alokasi:

a. Melakukan analisa spesifikasi teknis dan struktur biaya produksi

faktual dari Calon Penyedia Barang/Jasa.

b. Melakukan evaluasi dan negosiasi harga terhadap proposal

penawaran yang diterima dari calon Penyedia Barang/Jasa.

c. Menyusun strategi alokasi dari hasil negosiasi harga dengan

Penyedia Barang/Jasa.

d. Mengajukan persetujuan kepada Pengguna Barang/Jasa atas hasil

negosiasi dan strategi alokasi.

h) Penunjukan Penyedia Barang/Jasa Barang/Jasa dan

Penandatanganan Kontrak/Perjanjian

i) Pengawasan Kontrak/Perjanjian

Page 25: unud-1599-49694748-bab iv

100

4. Pengadaan Langsung

1) Pengadaan Langsung yaitu Pengadaan Barang/Jasa yang ada di pasaran

untuk memenuhi kebutuhan operasional yang diyakini bahwa harga

tersebut merupakan hasil persaingan di pasar, berteknologi sederhana dan

berisiko kecil dengan nilai maksimal:

1) Di Kantor Pusat Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2) Di Unit Induk/Penunjang Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah).

2) Pengadaan Langsung untuk barang/jasa yang bernilai sampai dengan Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dapat dibuktikan dengan kuitansi, dan

di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) harus dengan Surat

Perintah Kerja (SPK).

3) Dalam menetapkan Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pelaksana Pengadaan

telah mempunyai data pembanding, baik teknis maupun harga.

4) Tahapan Pengadaan Langsung

a) Pejabat Pelaksana Pengadaan mendeskripsikan tipe/jenis/ spesifikasi

dari barang/jasa yang akan diadakan.

b) Pejabat Pelaksana Pengadaan meyakini bahwa anggaran Pengadaan

Langsung telah tersedia.

c) Pejabat Pelaksana Pengadaan menetapkan Penyedia Barang/Jasa yang

diyakini harga barang/jasa kompetitif.

Page 26: unud-1599-49694748-bab iv

101

5) Untuk Pengadaan Langsung yang menggunakan SPK, Pejabat

Pelaksana Pengadaan menyiapkan SPK untuk ditandatangani oleh

Pengguna Barang/Jasa.

5. Joint Procurement

a) Joint Procurement dilakukan dengan Metode Pelelangan Terbatas atau

Pelelangan Terbuka, dilaksanakan oleh 1 (satu) Pengguna Barang/Jasa

yang mewakili beberapa Pengguna Barang/Jasa lainnya.

b) Proses pelaksanaan Joint Procurement dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1) Beberapa Pengguna Barang/Jasa menunjuk salah satu Pengguna

Barang/Jasa untuk mewakili Pengguna Barang/Jasa lainnya dalam

melaksanakan proses Joint Procurement.

2) Pengguna Barang/Jasa yang mewakili tersebut menunjuk Pejabat

Perencana Pengadaan dan Pejabat Pelaksana Pengadaan untuk

melaksanakan proses Joint Procurement.

3) Pengguna Barang/Jasa yang mewakili menerbitkan Perjanjian/Kontrak

dengan Penyedia Barang/Jasa.

4) Pengguna Barang/Jasa yang mewakili menyampaikan

Perjanjian/Kontrak kepada Pengguna Barang/Jasa lainnya yang

Page 27: unud-1599-49694748-bab iv

102

terwakili untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat

Pesanan Barang/Jasa (SPBJ).

4.2.4 Jangka Waktu Pengadaan Barang/ jasa

a) Perencanaan dan penyusunan jangka waktu pengadaan barang/jasa harus

memperhatikan dan menyesuaikan waktu kebutuhan barang/jasa, sehingga

penyerahan barang/jasa sesuai yang direncanakan.

b) Jangka waktu pelaksanaan untuk setiap tahapan proses pengadaan

barang/jasa menyesuaikan dengan kompleksitas pengadaan barang/jasa.

c) Penayangan Pengumuman sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja di papan

pengumuman dan/atau portal e-Procurement PLN, kecuali yang

dilaksanakan melalui surat kabar minimal dilakukan 1 (satu) kali (untuk

Pelelangan Terbuka).

d) Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Kualifikasi/Dokumen

Pelelangan/RKS sejak tanggal pengumuman sampai dengan 1 (satu) hari

kerja sebelum batas akhir pemasukan Dokumen Aplikasi

Kualifikasi/Dokumen Penawaran.

e) Masa Sanggah diberikan selama 3 (tiga) hari kerja sejak

pengumuman/pemberitahuan pemenang.

f) Jawaban atas sanggahan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak

diterimanya sanggahan.

Page 28: unud-1599-49694748-bab iv

103

g) Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) diterbitkan setelah

pengumuman pemberitahuan penetapan pemenang pengadaan apabila

tidak ada sanggahan, atau setelah sanggahan dijawab.

h) Penandatanganan Perjanjian/Kontrak dilakukan setelah diterbitkan Surat

Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan Penyedia Barang/Jasa

menyerahkan jaminan pelaksanaan sesuai ketentuan mengenai jaminan

pelaksanaan dalam Edaran ini.

4.3 Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa

Pelaksanaan dari prosedur yang dipaparkan di atas terdiri dari :

1. Tahapan Persiapan Pengadaan

a. Pejabat Pelaksana Pengadaan mendapat penugasan dari Atasan Langsung

untuk melakukan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan

menerima Dokumen Pelelangan/RKS dan HPE.

b. Berdasarkan penugasan, Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan:

1) Menganalisa Dokumen Pelelangan/RKS terhadap lingkup pengadaan

barang/jasa yang akan dilakukan dan dapat dibantu oleh Pengguna

Barang/Jasa atau Wakil Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Perencana

Pengadaan.

2) Pembuatan HPS dapat dibantu oleh Pengguna Barang/Jasa atau Wakil

Page 29: unud-1599-49694748-bab iv

104

Pengguna Barang/Jasa dan Pejabat Perencana Pengadaan.

3) Pejabat Pelaksana Pengadaan menyampaikan HPS kepada Atasan

Langsung untuk disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa.

2. Undangan Pelelangan/Pengumuman

Pejabat Pelaksana Pengadaan harus mengundang untuk Pelelangan Terbatas atau

mengumumkan Pelelangan Terbuka.

3. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pelelangan

Pendaftaran Calon Penyedia Barang/Jasa dan pengambilan Dokumen

Pelelangan/RKS hanya dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan

oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan.

4. Penilaian Kualifikasi Calon Penyedia Barang/Jasa

Penilaian kualifikasi calon Penyedia Barang/Jasa hanya dilakukan dalam hal

pengadaan melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi yang tidak memiliki DPT.

5. Penjelasan Pengadaan (Aanwijzing)

a. Undangan Penjelasan diberikan kepada semua Calon Penyedia

Barang/Jasa yang mendaftar.

b. Penjelasan Dokumen Pelelangan dilakukan di tempat dan waktu yang

ditentukan, dihadiri oleh Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar atau

wakilnya berdasarkan Surat Kuasa bermaterai cukup.

Page 30: unud-1599-49694748-bab iv

105

c. Penjelasan dapat pula dilakukan secara elektronik (video

conference/teleconference).

d. Ketidakhadiran Calon Penyedia Barang/Jasa pada saat Penjelasan

pengadaan tidak dapat dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.

Calon Penyedia Barang/Jasa yang tidak hadir pada penjelasan pengadaan

(Aanwijzing) dianggap mengetahui dan menyetujui semua hasil yang telah

ditetapkan dalam berita acara penjelasan pengadaan.

e. Penjelasan yang disampaikan kepada calon penyedia barang/jasa ialah :

1) Cara penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran

2) Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran.

3) Metode evaluasi.

4) Hal-hal yang menggugurkan penawaran.

5) Jenis Perjanjian/Kontrak yang akan digunakan.

6) Masa berlaku penawaran.

7) Nilai jaminan, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan

8) Apabila dipandang perlu dapat dilakukan peninjauan lapangan.

f. Hasil penjelasan pengadaan (aanwijzing) dituangkan dalam Berita Acara

Penjelasan, ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan dan minimal

Page 31: unud-1599-49694748-bab iv

106

1 (satu) wakil dari Calon Penyedia Barang/Jasa yang hadir.

g. Semua perubahan dalam Dokumen Pelelangan/RKS sebagai hasil

penjelasan dan atau jawaban atas pertanyaan Calon Penyedia Barang/Jasa

harus dituangkan dalam Addendum Dokumen Pelelangan/RKS.

h. Berita Acara Penjelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Dokumen Pelelangan dan harus disampaikan secara tertulis kepada semua

Calon Penyedia Barang/Jasa yang mendaftar.

i. Setelah penyerahan dokumen pelelangan/RKS dilanjutkan dengan

penyerahan dokumen penawaran, dokumen penawaran memuat

persyaratan yang harus dipenuhi oleh Calon Penyedia Barang/Jasa dalam

mengikuti proses Pengadaan Barang/Jasa. Dokumen Penawaran untuk

Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya disampaikan sesuai

metode penyampaian Dokumen Penawaran dan sekurang- kurangnya

terdiri dari:

1) Jaminan Penawaran asli.

2) Daftar Kuantitas dan Harga

3) Surat Kuasa (apabila diperlukan).

4) Metode Pelaksanaan (apabila dipersyaratkan).

5) Jadwal waktu pelaksanaan

Page 32: unud-1599-49694748-bab iv

107

6) Daftar peralatan (apabila dipersyaratkan).

7) Daftar personil (apabila dipersyaratkan).

8) Analisis harga satuan (apabila dipersyaratkan).

9) Lampiran lain yang ditentukan dalam Dokumen

10) Bukti Penerimaan Addendum Dokumen

j. Dalam penyerahan dokumen penawaran ini disertai dengan jaminan

penawaran.

k. Metode pembukaan dokumen penawaran yang dilakukan oleh Pejabat

Pelaksana Pengadaan Barang dan Jasa ialah :

Pejabat Pelaksana Pengadaan meneliti isi kotak/tempat pemasukan

Dokumen Penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang

masuk, kecuali surat pengunduran diri.

l. Pembukaan Penawaran untuk masing-masing metode penawaran adalah

sebagai berikut:

1) Satu Tahap Satu Sampul

Pejabat Pelaksana Pengadaan membuka sampul penawaran yang berisi

penawaran administrasi, teknis dan harga.

Page 33: unud-1599-49694748-bab iv

108

2) Satu Tahap Dua Sampul

Pejabat Pelaksana Pengadaan membuka Sampul Satu, sedangkan Sampul

Dua disimpan dalam keadaan tertutup. Dalam hal penawaran administrasi

dan teknis (Sampul Satu) tidak lulus evaluasi, maka Sampul Dua tidak

dibuka dan dikembalikan kepada Calon Penyedia Barang/Jasa beserta

jaminan penawaran. Pembukaan Sampul Dua dilakukan hanya kepada

Penyedia Barang/Jasa yang telah lulus evaluasi penawaran administrasi

dan teknis (Sampul Satu).

3) Dua Tahap

Tahap pertama dilakukan Pembukaan Penawaran Sampul Tahap Satu

dilanjutkan dengan tahapan evaluasi Administrasi dan Teknis. Tahap

kedua dilakukan Pembukaan Penawaran Sampul Tahap Dua, dilanjutkan

dengan tahapan evaluasi harga.

m. Pembukaan penawaran dilakukan di hadapan Calon Penyedia Barang/Jasa

yang hadir serta disaksikan minimal 2 (dua) orang saksi dari wakil Calon

Penyedia Barang/Jasa, untuk selanjutnya dibacakan serta dicatat dan

dijadikan lampiran Berita Acara Pembukaan Penawaran.

n. Dalam hal saksi dari wakil Calon Penyedia Barang/Jasa tidak ada, Pejabat

Pelaksana Pengadaan dapat menunjuk saksi diluar dari Pejabat Pelaksana

Pengadaan.

Page 34: unud-1599-49694748-bab iv

109

o. Penarikan penawaran tidak dapat dilakukan setelah batas akhir waktu

pemasukan penawaran, apabila dilakukan maka Jaminan Penawaran

dicairkan dan menjadi milik PLN.

p. Membuat Berita Acara Pembukaan Penawaran (BAPP), yang berisikan

hal-hal dan data-data pokok yang penting termasuk informasi yang

diperoleh pada saat pembukaan penawaran.

q. Menandatangani BAPP bersama 2 (dua) orang saksi dari Calon Penyedia

Barang/Jasa yang hadir.

6. Evaluasi Penawaran

a. Pelaksanaan evaluasi penawaran dilakukan oleh Pejabat Pelaksana

Pengadaan terhadap semua penawaran yang masuk, dan dapat dibantu oleh

pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun eksternal PLN.

b. Evaluasi penawaran meliputi evaluasi administrasi, teknis, dan harga

berdasarkan kriteria, metode, dan tatacara evaluasi yang telah ditetapkan

dalam Dokumen Pelelangan/RKS.

c. Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan

ketentuan, syarat-syarat, dan spesifikasi yang ditetapkan dalam Dokumen

Pelelangan/RKS, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok

atau penawaran bersyarat. Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau

penawaran bersyarat meliputi:

1) Jenis penyimpangan yang berpengaruh terhadap hal-hal yang sangat

substantif dan akan mempengaruhi lingkup, kualitas, dan

Page 35: unud-1599-49694748-bab iv

110

hasil/kinerja/performance pekerjaan.

2) Adanya penawaran dari Penyedia Barang/Jasa dengan persyaratan

tambahan di luar ketentuan Dokumen Pelelangan/RKS yang akan

menimbulkan persaingan tidak sehat dan/atau tidak adil di antara

Calon Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.

d. Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila:

1) Syarat-syarat yang diminta berdasarkan Dokumen Pelelangan/RKS

dipenuhi/dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat

dipastikan bahwa dokumen penawaran ditandatangani oleh orang yang

berwenang.

2) Jaminan penawaran memenuhi persyaratan sesuai ketentuan Dokumen

Pelelangan/RKS. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dan/atau

meragukan dalam jaminan penawaran perlu diklarifikasi dengan pihak

yang terkait tanpa mengubah substansi dari jaminan penawaran.

3) Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi teknis terhadap

semua penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi.

4) Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan teknis, apabila

spesifikasi teknis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Dokumen Pelelangan/RKS.

5) Pejabat Pelaksana Pengadaan melakukan evaluasi harga terhadap

Page 36: unud-1599-49694748-bab iv

111

semua penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.

7. Evaluasi Harga Penawaran

a. Dalam hal terdapat penawaran yang tidak wajar yaitu dengan nilai

penawaran 80% (delapan puluh persen) di bawah HPS, maka Pejabat

Pelaksana Pengadaan harus meminta penjelasan/klarifikasi secara tertulis

kepada Calon Penyedia Barang/jasa.

b. Hasil penjelasan/klarifikasi tertulis tersebut disampaikan oleh Pejabat

Pelaksana Pengadaan untuk dikaji oleh Value for Money Committee untuk

menentukan menerima atau menolak penawaran yang disampaikan oleh

Calon Penyedia Barang/Jasa.

c. Dalam hal penawaran di atas HPS, proses pengadaan barang/jasa dapat

dilanjutkan dengan melakukan negosiasi kepada penawar terendah untuk

mendapatkan harga Perjanjian/Kontrak maksimal sama dengan, dengan

tetap mernperhatikan aspek GCG. Apabila proses negosiasi kepada

penawar terendah tidak mencapai kesepakatan, maka dilanjutkan dengan

melakukan negosiasi kepada penawar terendah berikutnya.

d. Harga penawaran ditulis dalam angka dan huruf, apabila terdapat

perbedaan antara penulisan nilai dalam angka dan huruf maka nilai

penawaran yang diakui adalah nilai dalam tulisan huruf.

e. Dalam hal terjadi perbedaan antara harga penawaran yang tercantum

dalam surat penawaran dengan rincian penawaran, maka yang berlaku

Page 37: unud-1599-49694748-bab iv

112

adalah harga penawaran yang tercantum pada surat penawaran bermaterai.

f. Metode evaluasi

Metode evaluasi untuk pengadaan Barang/Jasa Konstruksi/Jasa lainnya

dapat memakai salah satu atau kombinasi dari :

1) Lowest responsive/compliant/acceptable offer

a) Penentuan pemenang dilakukan berdasarkan penawaran dari Calon

Penyedia Barang/Jasa yang telah dievaluasi dengan hasil :

1. Penawaran memenuhi persyaratan administrasi dan teknis

(responsive/compliant/acceptable); dan

2. Menawarkan biaya terendah (lowest cost )

2) Responsive/compliant/acceptable merupakan pemenuhan keseluruhan

Spesifikasi/TOR/Scope of Works (SOW), atau mencapai batas

minimum nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi TOR/Scope of

Works (SOW).

1. Tingkat responsiveness/compliance/acceptability dapat

dilakukan memakai sistem gugur atau pembobotan nilai.

2. Penilaian harga dalam responsiveness/compliance/

acceptability tetap memperhitungkan harga dan biaya selama

umur ekonomis (Life Cycle Costing/Total Cost of Ownership).

Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli

suatu barang dan jasa. Biaya adalah jumlah uang yang

dibayarkan untuk mengoperasikan suatu barang atau jasa,

Page 38: unud-1599-49694748-bab iv

113

selama umur ekonomi atau selama durasi Perjanjian/Kontrak.

Selain biaya, juga diperhitungkan biaya transportasi dan

asuransi, serta semua pajak dan pungutan Pemerintah yang

berlaku.

3) Weighted Scoring System/Sistem Nilai

1. Penggunaan Sistem Nilai dilakukan untuk barang dan jasa

yang bersifat Strategis/Complex, dimana tingkat

kepentingan tiap kriteria evaluasi diberi bobot.

2. Pada Sistem Nilai, harga merupakan salah satu kriteria

evaluasi, dengan pengertian semakin kompleks persyaratan

dan semakin sulit diperbandingkan proposal penawaran,

maka bobot harga akan semakin berkurang. Biasanya total

nilai untuk penawaran teknis lebih tinggi dibandingkan

penawaran harga.

3. Penawaran dengan harga terendah terhadap pengadaan

pekerjaan tidak kompleks atau pengadaan sederhana.

8. Negosiasi Penawaran

a. Tujuan Negosiasi adalah untuk mencapai kesepakatan antara PLN dengan

Calon Penyedia Barang/Jasa dalam hal meningkatkan kualitas

teknis,waktu pelaksanaan dan harga terbaik.

b. Negosiasi teknis dan harga dilakukan untuk metode penawaran Request

For Proposals (RFP), termasuk jika penawaran melewati HPS.

Page 39: unud-1599-49694748-bab iv

114

c. Untuk metode penawaran Invitation To Bid (ITB) negosiasi harga

dilakukan dengan seijin Pengguna Barang/Jasa, jika penawaran melewati

HPS dan/atau pagu anggaran.

d. Untuk metode pengadaan Penunjukan Langsung, maka dilakukan

negosiasi teknik dan harga.

9. Laporan Evaluasi

a. Pejabat Pelaksana Pengadaan menyusun laporan hasil evaluasi sebagai

dasar untuk usulan penetapan pemenang.

b. Laporan hasil evaluasi antara lain terdiri dari:

1) Nama semua Calon Penyedia Barang/Jasa dan harga

penawaran dan/atau harga penawaran terkoreksi.dari masing-

masing Calon Penyedia Barang/Jasa.

2) Metode evaluasi yang digunakan.

3) Unsur-unsur yang dievaluasi.

4) Rumus yang dipergunakan.

5) Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal

ikhwal pelaksanaan pengadaan.

6) Berita acara-berita acara terkait proses pengadaan barang/jasa

Page 40: unud-1599-49694748-bab iv

115

serta jumlah Calon Penyedia Barang/Jasa yang lulus dan tidak

lulus pada setiap tahapan evaluasi.

7) Laporan hasil evaluasi dibuat dan ditandatangani oleh Pejabat

Pelaksana Pengadaan

10. Review Value For Money

Value for money menurut Mardiasmo merupakan konsep pengelolaan

organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu

ekonomis, efisiensi, dan efektivitas5.

a. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu

pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input

dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.

b. Efisiensi: pencapaian otput yang maksimum dengan input tertentu

untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan

standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

c. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan

outcome dengan output.

Tujuan kajian dari Value for Money ialah memberikan kajian independen

dan tidak bias dari rekomendasi Pejabat Pelaksana Pengadaan mengenai usulan

Calon Pemenang, selain itu tugas Value For Money ialah :

5 Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik.: Andi, Yogyakarta h.4

Page 41: unud-1599-49694748-bab iv

116

a. Mengkonfirmasi bahwa proses pengadaan dilakukan secara adil dan

wajar, dengan mengikuti prosedur dan kebijakan yang berlaku.

b. Mengkonfirmasi anggaran untuk Perjanjian/Kontrak tersedia dalam

RKAP

c. Mengkonfirmasi bahwa rekomendasi penunjukan serta syarat dan

ketentuan yang ditawarkan merupakan yang terbaik bagi PLN (Value

For Money), yang tidak selalu merupakan harga terendah.

Value For Money memberikan rekomendasi kepada Pengguna

Barang/Jasa sebagai otoritas penandatangan Perjanjian/Kontrak (contract award

authority). Pengguna Barang/Jasa sebagai contract award authority dapat

menerima atau tidak menerima rekomendasi tersebut. Jika tidak menerima, maka

alasannya disampaikan secara tertulis kepada Value for Money Committee.

11. Penetapan Pemenang

Pemenang pengadaan ditetapkan oleh Pengguna Barang/Jasa berdasarkan

laporan evaluasi dari Pejabat Pelaksana Pengadaan.Dalam hal pengadaan

barang/jasa yang masuk kriteria rekomendasi Value for Money Committee, maka

penetapan pemenang dilakukan setelah melalui review dan rekomendasi Value for

Money Committee. Apabila terjadi keterlambatan dalam menetapkan pemenang

pengadaan dan mengakibatkan penawaran/jaminan penawaran habis masa

berlakunya, maka diminta kepada seluruh Calon Penyedia Barang/Jasa pengadaan

untuk memperpanjang surat penawaran dan jaminan penawaran.

12. Pengumuman Pemenang

Pemenang pengadaan diumumkan dan diberitahukan oleh Pejabat

Page 42: unud-1599-49694748-bab iv

117

Pelaksana Pengadaan kepada para Calon Penyedia Barang/Jasa.

13. Sanggahan

Untuk menjamin adanya transparansi dan perlakuan yang sama (equal

treatment) dalam setiap Pengadaan Barang/Jasa, maka Calon Penyedia

Barang/Jasa yang berkeberatan atas pengumuman pemenang pengadaan berhak

untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bukti-bukti kepada Pejabat

Pelaksana Pengadaan disertai Pakta Integritas dari penyanggah.

14. Penunjukan Pemenang

a. Pengguna Barang/Jasa mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia

Barang/Jasa (SPPBJ), dengan ketentuan;

1) Tidak ada sanggahan atau sanggah banding dari Calon Penyedia

Barang/Jasa;

2) Sanggahan yang diterima Pejabat Pelaksana Pengadaan dalam masa

sanggah ternyata tidak benar;

3) Sanggah banding yang diterima Pengguna Barang/Jasa dalam masa

sanggah banding ternyata tidak benar;

4) Sanggahan yang diterima melewati waktu masa sanggah; atau

5) Sanggah banding diterima melewati waktu masa sanggah banding.

b. Calon Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk sebagai Penyedia

Barang/Jasa wajib menerima keputusan tersebut. Apabila yang

bersangkutan mengundurkan diri maka jaminan penawaran Calon

Penyedia Barang/Jasa yang bersangkutan dicairkan dan menjadi milik

Page 43: unud-1599-49694748-bab iv

118

PLN serta dimasukkan dalam Daftar Hitam (Black List) PLN, dan

dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Apabila Calon Pemenang Pengadaan urutan pertama yang ditunjuk

sebagai Penyedia Barang/Jasa mengundurkan diri atau tidak dapat

memenuhi Dokumen Pelelangan/RKS (ITB, RFP atau RFQ), maka

penunjukan Penyedia Barang/Jasa dapat dilakukan kepada Calon

Penyedia Barang/Jasa urutan kedua (apabila ada) sesuai dengan harga

penawarannya, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Penetapan pemenang pengadaan kedua tesebut harus terlebih

dahulu mendapat persetujuan/penetapan dari pengguna barang/

jasa;

2) Masa berlaku penawaran dan jaminan penawaran calon pemenang

pengadaan urutan kedua masih berlaku atau sudah diperpanjang

masa berlakunya atau apabila sudah tidak berlaku terlebih dahulu

memperpanjang masa berlaku penawaran dan menyerahkan

jaminan penawaran yang baru;

3) Apabila calon pemenang kedua ini mengundurkan diri atau tidak

dapat memenuhi dokumen seperti calon pemenang urutan

pemenang di atas maka penunjukan penyedia barang/jasa urutan

ketiga sesuai dengan harga penawaran dengan ketentuan sama

seperti jika calon pemenang pertama digantikan pemenang kedua.

Jika calon pemenang ketiga mengundurkan diri maka pengadaan

Page 44: unud-1599-49694748-bab iv

119

dinyatakan gagal.

13. Pengadaan gagal dan pengadaan ulang

Pengadaan dinyatakan gagal oleh pengguna barang/jasa, dalam hal :

1) Negosiasi yang dilakukan tidak berhasil mencapai kesepakatan

2) Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan

teknis

3) Terjadi perubahan rencana kerja dan mengakibatkan perubahan

kebutuhan barang/jasa

4) Negosiasi yang dilakukan tidak berhasil menurunkan harga

penawaran maksimal sama dengan HPS.

5) Adanya indikasi kuat persaingan usaha yang tidak sehat

6) Adanya indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

7) Sanggahan dari calon penyedia barang/jasa ternyata benar.

8) Berdasarkan rekomendasi dari value for money committee atas

usulan Pejabat Pelaksana Pengadaan, pengguna barang/jasa,

pejabat pengawasan, atau pejabat lain yang terkait

9) Akibat adanya penetapan pengadilan.

Dalam hal pengadaan gagal, Pejabat Pelaksana Pengadaan Barang dan

Jasa wajib menyampaikan kepada calon penyedia bang dan jasa. Setelah

ditetapkan sebagai pengadaan gagal, maka selanjutnya adalah pengadaan ulang

yang mana Dokumen Pengadaan/RKS dapat di amandemen ataupun tidak.

Page 45: unud-1599-49694748-bab iv

120

Pengadaan yang dinyatakan gagal, dapat dilakukan penunjukan langsung kepada

BUMN/Anak Perusahaan/perusahaan terafiliasi yang tentunya dengan persetujuan

Pengguna Barang/Jasa.

14. Contract Discussion Agreement (CDA)

Contract Discussion Agreement CDA) ialah tahapan kesepakatan/ diskusi

sebelum penandatanganan kontrak. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan hal

– hal apa saja yang akan disepakati dalam kontrak. Hal – hal yang perlu untuk

dinegosiasikan dalam kontrak ialah :

a. Aspek Teknis: garansi, after sale service, life cycle support

maintenance agreements, quality output issues;

b. Syarat khusus: jenis jaminan, asuransi, jadwal pembayaran;

c. Manajemen informasi: frekuensi dan isi dari laporan, kriteria

penerimaan suatu kemajuan (milestones);

d. Jadwal/Time frames: durasi Perjanjian/Kontrak, key milestones,

delivery dates, response times;

e. Insentif kinerja: cost incentives, delivery incentives, quality incentives;

f. Personalia: key team members, vocal points, subcontracting

arrangements;

Tahap terakhir ialah pembuatan kontrak Perjanjian/Kontrak dipersiapkan

dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan tata kelola perusahaan yang baik, serta prinsip kehati-hatian dalam

Page 46: unud-1599-49694748-bab iv

121

pengambilan keputusan bisnis (professional judgement). Pembuatan draft

Perjanjian/Kontrak menjadi tugas dan tanggung jawab Pejabat Pelaksana

Pengadaan dan dapat dibantu oleh pihak lain sesuai keahlian baik internal maupun

eksternal PLN.

4.4 Pemecahan Masalah Pengadaan

Dalam pengadaan barang dan jasa tidak lepas dari munculnya masalah

baik yang ditimbulkan oleh Pengguna, Penyedia atau Pejabat Perencana dan

pelaksana barang/jasa maupun karena rendahnya kualitas pelelangan tersebut

dilakukan. Ada berbagai faktor yang menyebabkan masih rendahnya kualitas

pengadaan. penurunan kualitas ditandai dengan masih seringnya terjadi

penyimpangan dalam perspektif dan dimensi etika, prosedur, dan penyalahgunaan

kewenangan. Penyimpangan terjadi akibat lemahnya penguasaan prosedur, tidak

professional, perbedaan interpretasi, ketentuan dan peraturan, dan masalah

integritas moral.6

Untuk sub bab ini akan dibahas tentang beberapa masalah yang timbul

dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di PT PLN secara spesifik serta

peyelesaian yang dilakukan oleh Pejabat perencana, Pejabat pelaksana ataupun

Pengguna Barang dan jasa sesuai dengan hasil wawancara dengan Pejabat

Perencana Pengadaan Barang dan Jasa yang bertanggungjawab atas segala

perencanaan proses pengadaan di PT PLN Kantor Distribusi Bali, Pejabat

Pelaksana Barang dan Jasa yang bertanggungjawab atas segala pelaksanaan proses

6 Alfian Malik, Loc.cit, hal.98

Page 47: unud-1599-49694748-bab iv

122

pengadaan di PT PLN Kantor Distribusi Bali serta Supervisor Pelaksana

Pengadaan Barang dan Jasa PLN Area Bali Selatan yang bertanggungjawab atas

perencanaan ataupun pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di PT PLN Kantor

Area Bali Selatan. Permasalahan yang biasa terjadi dalam perencanaan barang dan

jasa seperti dikemukakan oleh Bapak I Gede Ketut Anom selaku Pejabat

Perencana Pengadaan barang dan jasa dalam wawancara (Jumat,8 Mei 2015 )

ialah :

1. Dalam perencanaan pengadaan diawali dengan penyusunan RKAP,

kemudian akan direncanakan pengadaan untuk setahun kedepannya. Namun

yang terjadi dalam rangka efisiensi tidak semuanya anggaran yang diturunkan

dari Pusat sesuai dengan RKAP sehingga pengadaan tidak dapat dilaksanakan

penuh, misalnya pengadaan material yang dapat digunakan sebagai persediaan

tidak dapat dilakukan. Pemecahan masalahnya ialah disesuaikan dengan

anggaran pengadaan mana yang dapat didahulukan dan tidak bisa digunakan

sebagai persediaan. Jadi bidang mana yang memerlukan material tersebut,

hanya itu saja yang diproses dalam proses pengadaan. Namun prosesnya tetap

menerapkan prinsip efisien khususnya efisien waktu dalam proses pengadaan

tersebut.

2. Untuk persyaratan calon penyedia barang/jasa, diwajibkan menggunakan

laporan yang telah di audit, namun penyedia barang/jasa di Bali sangat jarang

laporannya di audit sehingga hampir semua tidak memenuhi persyaratan untuk

menjadi peserta. Pemecahan masalahnya ialah untuk menghindari pengadaan

gagal yang akan menghabiskan waktu lebih banyak lagi dan mewujudkan

Page 48: unud-1599-49694748-bab iv

123

efisiensi serta efektivitas waktu dan biaya, maka saat aanjwizing (Penjelasan)

dilakukan, dijelaskan bahwa adanya permakluman dari Pengguna bahwa calon

penyedia barang dan jasa dapat menggunakan laporan yang belum di audit.

3. Perencanaan pengadaan tidak lepas dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

dan Harga Perkiraan Engineering (HPE), yang menjadi masalah ialah para

staff yang duduk di fungsional tidak semuanya latar pendidikannya dari

bidang yang sesuai dengan barang/jasa diperlukan karena terdiri dari latar

pendidikan yang berbeda. Sehingga solusinya ialah semakin sering adanya

pelatihan menyusun HPS dan HPE, untuk HPE mengikuti HPE yang diberikan

oleh pengguna barang/jasa sepanjang memenuhi ketentuan atau kriteria

kebutuhan dan dianggap yakin serta benar.

4. Untuk penyusunan Daftar Penyedia Terseleksi (DPT) seperti yang

disyaratkan dalam Ketentuan Pengadaan Barang/Jasa PT PLN yaitu SK

Direksi 620/2013 serta perubahannya, namun saat peralihan aturan dari SK

Direksi sebelumnya yang belum mengatur DPT dan dibutuhkan waktu untuk

membuat DPT supaya pengadaan barang/jasa tetap berlangsung maka

pemecahan masalahnya ialah saat belum ada DPT digunakan sistem lelang

terbuka agar proses kualifikasi calon penyedia barang/jasa lebig transparan

dan dapat dikualifikasi lebih cermat.

Selanjutnya hasil wawancara dengan Ketut Mindiawan selaku Pejabat

Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa pada tanggal 8 Mei 2015 ialah :

1. Masalah yang muncul dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa ialah saat

adanya pengadaan 2 material namun calon penyedia barang/jasa seringkali

Page 49: unud-1599-49694748-bab iv

124

hanya menawar 1 material kemudian jika menang hanya 1 material saja yang

tercapai sedangkan 1 material lainnya tidak terpenuhi. Sehingga solusinya

ialah, jika diperlukan 2 material yang berkaitan maka pengadaannya dilakukan

sekaligus terhadap 2 material tersebut tanpa pengecualian untuk menghindari

pemborosan waktu ataupun anggaran guna memenuhi efisiensi dan pengadaan

yang efektif.

2. Dalam pengadaan barang/jasa tidak lepas dari persekongkolan. Namun, di

PT PLN hal ini diantisipasi dengan HPS yang matang sehingga Pejabat

Pelaksana dan Pejabat Persencana selalu mengadakan komunikasi untuk

menghindari kecurangan yang mungkin terjadi.

Untuk wawancara yang ketiga dengan I Gde Arie Widyantara Partha

selaku SPV Pelaksana Pengadaan Barang/Jasa Area Bali Selatan, memaparkan

permasalahan yang biasa terjadi ialah :

1. Saat persediaan material di salah satu unit PT PLN habis dan material

tersebut harus segera diadakan untuk menghidari penumpukan antrian pelanggan

sedangkan material tersebut menunggu justifikasi dari PT PLN , dimana unit –

unit yang membutuhkan material tersebut secara segera. Pemecahan masalah ini

ialah unit – unit ini diberikan kewenangan untuk memesan material tanpa

justifikasi berlandaskan pada pengadaan darurat yang diatur dalam SK Direksi ,

didasarkan pada pemilik perusahaan yaitu pemegang saham yang diwakilkan oleh

General Manager untuk tingkat distribusi memberikan kekuasaan kepada Manajer

untuk unit yang lebih kecil dimana Manajer – Manajer ini perpanjangan tangan

untuk melayani pelanggan sehingga kewenangan yang diberikan adalah untuk

Page 50: unud-1599-49694748-bab iv

125

memenuhi kebutuhan pelanggan seefektif mungkin dimana Manajer ini pelaksana

yang dapat dipercaya untuk kepentingan umum dan stakeholder.

2. Dalam pengadaan barang/ jasa diharuskan membuat DPT seperti yang

diatur dalam SK Direksi No 620 tahun 2013, namun DPT yang menjadi kewajiban

Kantor induk PT PLN belum siap sedangkan pengadaan barang/jasa harus tetap

berjalan. Pemecahan masalahnya ialah dengan menggunakan metode lelang

umum prakualifikasi maupun pascakualifikasi, karena dengan metode ini segala

persyaratan administrasi dan teknis diverifikasi.

3. Saat pengajuan penawaran dari para rekanan sering terjadi mengajukan

nilai penawaran di atas HPS, yang dilakukan oleh Pejabat Pelaksana Pengadaan

ialah jika berdasarkasn SK Direksi PT PLN Nomor 305 tahun 2010 (SK

sebelumnya) penawaran tersebut digugurkan atau penawaran tersebut gagal.

Namun, berdasarkan SK Dir 620/2013 yang terbaru, dilakukan negosiasi

semaksimal mungkin untuk mendekati HPS atau sampai di bawah HPS. Hal ini

dilakukan karena jika pengadaan gagal maka efisiensi waktu yang mana salah satu

prinsip dasar pengadaan tidak tercapai.

4. Dalam hal pengajuan penawaran harga, calon penyedia barang/ jasa

sering mengajukan penawaran dengan nilai 70 % di bawah HPS, sedangkan dalam

Rencana Kerja syarat (RKS) tidak diperbolehkan mencantumkan criteria

prosentase turunya nilai penawaran. Maka pemecahan dari masalah ini ialah jika

calon penyedia barang/jasa tersebut diusulkan sebagai pemenang maka hendaknya

calon penyedia barang/jasa tersebut diklarifikasi dan dipastikan kesanggupannya

Page 51: unud-1599-49694748-bab iv

126

dan dalam kontrak ditambahkan klausul yang mengatur mengenai penyedia

barang/jasa tidak mensubkan pekerjaan tersebut. Dalam mengajukan pemenang

dari pengadaan barang/jasa yang dilakukan dibutuhkan pertimbangan dari Value

For Money Committee, dimana Value For Money Committee berasal dari pejabat

structural yang ada di PT PLN. Namun, bagaimana dengan pelaksanaan

pengadaan barang/jasa di kantor unit dimana dalam kondisinya belum ada Value

For Money Committee. Hal ini akan dibijaksanai oleh Pengguna Barang/ Jasa

bahwa Pejabat Pelaksana Pengadaaan membuat Pakta Integritas.

5. Adanya sistem E-Procurement yang belum mampu melingkupi semua

kegiatan dari proses pengadaan. Misalnya saja saat pembagian dokumen

pelelangan/RKS kepada calon peyedia masih berupa hard copy dan belum mampu

untuk di upload ke sistem E-Procurement jadi dari segi efisiensi kurang terpenuhi.

Manajemen membijaksanai dengan menyimpan dokumen tersebut dalam bentuk

softcopy yang kemudian dibagikan kepada calon penyedia barang dan jasa.

6. Dalam tahapan pemasukan penawaran oleh calon penyedia barang/jasa

seringkali lewat dari waktu yang telah ditentukan oleh Pejabat pelaksana

Pengadaan saat pengadaan dengan metode Penunjukan Langsung , ini merupakan

salah satu hambatan tercapainya prinsip pengadaan barang/jasa dari segi efisiensi

waktu. Biasanya untuk pertama kali calon penyedia barang/jasa tersebut di

toleransi. Namun, untuk pengadaan selanjunya jika dengan metode Penunjukan

Langsung juga dan calon Penyedia Barang/Jasa tersebut kembali ditunjuk maka

akan dibuatkan komitmen bersama.

Page 52: unud-1599-49694748-bab iv

127

7. Permasalahan yang kerap muncul ialah calon penyedia barang/jasa yang

belum memenuhi kualifikasi meminjam nama perusahaan lain, hal ini dilakukan

di bawah tangan sedangkan dalam SK Dir 620/2013 belum diatur menyebabkan

Pejabat pelaksana Pengadaan masih memperbolehkan calon penyedia barang/jasa

tersebut untuk mengikuti lelang yang berlangsung asalkan memenuhi kualifikasi

yang dipersyaratkan dan yang menjadi resiko jika pekerjaan tidak diselesaikan

dengan baik maka yang mendapatkan blacklist ialah vendor tersebut sehingga

calon penyedia barang/jasa lebih berhati – hati untuk meminjamkan nama

perusahaannya dan hal tersebut sudah jarang terjadi.

8. Dalam pelaksanaannya vendor atau rekanan sering lalai dalam proses

pengadaan barang dan atau jasa itu sendiri, misalnya saat pendaftaran keikutsertaan

dalam E-Procurement, vendor telah mendaftarkan dirinya tetapi belum mengambil

dokumen pengadaan tersebut, sehingga pada saat waktu yang ditentukan vendor ini

tidak mau untuk digugurkan, padahal proses pengadaan ini memerlukan waktu

yang sangat singkat. Kemudian, adanya calon Penyedia Barang/ Jasa yang sudah

tahu perusahaanya tidak memenuhi kualifikasi dan proses pengadaan yang

berlangsung tidak memperkenankan adanya konsorsium tetapi tetap memaksa ikut

serta dalam proses pengadaan tersebut sehingga sering menyebabkan terhambatnya

proses ini. Selain itu, dalam pengadaan barang dan jasa sering kali ada persepsi

dari pihak eksternal dan internal PT PLN bahwa harga termurah dalam suatu

pelelangan terbuka yang kompetitif dapat mengalahkan aspek lainnya seperti,

kualitas. Sehingga sering terjadi jika calon penyedia barang/ jasa dapat

menawarkan harga sangat murah dengan menurunkan kualitas barang/ jasa ataupun

Page 53: unud-1599-49694748-bab iv

128

aspek lainnya. Solusi dalam hal seperti ini ialah Pelaksana Pengadaan memberikan

teguran kemudian catatan khusus pada rekanan tersebut. Untuk penawaran harga

yang terlalu murah, pejabat pelaksana pengadaan didukung oleh SK Direksi

620/2013 mengatur bahwa untuk mendukung pelaksanaan GCG, pemenang tidak

hanya berdasarkan nilai terendah melainkan didukung oleh spesifikasi barang/jasa

yang berkualitas sehingga adanya pemenuhan unsur kewajaran (fairness).

Dalam prosesnya, pengadaan barang dan jasa juga tidak lepas dari

kemungkinan adanya kecuranagan – kecurangan. Jenis tindakan kecurangan yang

dilakukan ialah persekongkolan tender. Persekongkolan dalam pengadaan barang

dan jasa adalah suatu konspirasi usaha, yakni suatu bentuk kerjasama diantara

pelaku usaha dengan maksud untuk menguasai pasar yang bersangkut bagi

kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol tersebut7. Sehingga pelaku usaha

lainnya tidak mendapat kesempatan untuk memenangkan tender tersebut.8 Dalam

A Framework for Design and Competition of Law and Policy ada 3 ( tiga) variasi

persekongkolan yang biasa dilakukan dalam proses tender oleh para peserta,

yaitu9 :

a. Bid suppression, bentuk persekongkolan ini ialah dengan cara

menekan peserta lain untuk menahan diri dalam mengajukan

penawaran, atau meminta pesera tender untuk menarik diri.

7 Munir Fuady,2000, Hukum Antimonopoli, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h.828Mustafa Kamal Rokan, 2010, Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di

Indonesia), Raja Grafindo Persada, Jakarta,h.109 Susanti Adi Nugroho,2012, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, h.269

Page 54: unud-1599-49694748-bab iv

129

b. Complementary bidding, yaitu untuk memenangkan salah satu dengan

penawaran harga terbaik begitu juga dengan peserta lain namun

dengan klausul – klausul yang kemungkinan tidak dapat diterima.

c. Bid rotation, bentuk persekongkolan tender di mana para peserta

bergiliran memenangkan secara merata.

Selain dari pihak PLN, wawancara juga dilakukan dengan pihak rekanan

dalam hal ini penyedia barang dan jasa, yaitu dengan Ratna selaku bidang

administrasi dari PT Ristu Darma. Di bawah ini dijelaskan pendapat mengenai

proses dalam mengikuti pengadaan barang dan jasa di PLN ialah :

1. Saat memasukkan penawaran ke dalam sistem E-Procurement, sering

terjadi error. Hal ini yang menyebabkan sedikit gangguan tetapi, tidak

mengurangi unsur transparency, responsibility dan independency dalam

pengadaan barang dan jasa karena dalam prises memasukkan penawaran

dilakukan dalam waktu yang bersamaan oleh calon penyedia yang lain.

2. Dalam proses memasukkan penawaran secara bersamaan tersebut, tersebut

tidak lepas dari SOP (Standar Operating Procedures) yang ditetapkan

dalam penggunaan E-Procurement PLN sehinngga sudah mencerminkan

kejelasan struktur dan sistem (Accountability).

3. Selain itu, dalam penggunaan E-Procurement dirasakan lebih sederhana

karena tanpa harus berhadapan langsung dengan Pejabat Pelaksana

Pengadaan serta dapat diakses dari manapun dan jika melalui sistem

semua jadual tahapan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa selalu

Page 55: unud-1599-49694748-bab iv

130

terpenuhi, sehingga prinsip efisien dapat dilaksanakan dan diseleksi oleh

Pejabat pelaksana Pengadaan sesuai persyaratan yang berlaku (Fairness).

Pada pengadaan barang dan jasa di PLN tidak lepas dari persekongkolan

tender tersebut namun dengan adanya upaya dari para stakeholder untuk

mewujudkan PLN Bersih pada segala bidang dapat membantu terhindar dari

segala bentuk persekongkolan usaha.