untuk kepentingan tim riset ppatk eksternal · meningkatkan efektifitas dalam upaya pencegahan dan...
TRANSCRIPT
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG
BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN
TAHUN 2015
Tim Riset PPATK
PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
untuk kepentingan eksternal
© 2016, Tim Riset PPATK
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG
BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN TAHUN 2015
ISBN : 978-602-9285-14-7
Ukuran Buku : 295 x 210 mm
Jumlah Halaman : x +112 Halaman
Naskah : Tim Riset PPATK
Diterbitkan Oleh : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan,
Indonesia
Cetakan Pertama, November 2016
INFORMASI LEBIH LANJUT:
Tim Riset Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Center (INTRAC)
Jl. Ir. H. Juanda Nomor 35 Jakarta 10120 Indonesia
Phone : (+6221) 385 0455 – 385 3922
Fax : (+6221) 385 6809 – 385 6826
Website : http://www.ppatk.go.id
© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Dilarang memperbanyak isi buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk
apapun tanpa seizin penerbit, kecuali dalam bentuk pengutipan dalam
penulisan artikel atau karangan ilmiah.
untuk kepentingan eksternal
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,
Laporan Hasil Riset Tipologi Semester I Tahun 2016 telah dapat terselesaikan. Saya
menyambut baik penerbitan Laporan Hasil Riset ini karena penyusunan laporan ini
merupakan hal yang sangat penting bagi PPATK, dalam rangka memperkuat dan
meningkatkan efektifitas dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang di Indonesia.
Oleh karena itu, diharapkan kehadiran Laporan Hasil Riset ini dapat bermanfaat bagi
para pihak pelapor, pihak regulator dan pihak penegak hukum dalam upaya mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme di Indonesia.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan bagi semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penyusunan Laporan Hasil Riset Tipologi Semester I Tahun
2016. Semoga amal usaha kita diridhoi Allah SWT.
Amin Ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, September 2016
Deputi Pemberantasan
Wirzal Yanuar
untuk kepentingan eksternal
ii TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam perkembangannya tindak pidana pencucian uang semakin kompleks,
melintasi batas-batas yurisdiksi (cross border) dan menggunakan modus yang semakin
bervariatif, memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan, bahkan telah merambah ke
berbagai sektor. Adapun dampak dari praktek pencucian uang akan berpengaruh
terhadap stabilitas sistem keuangan, ekonomi, sosial dan politik. Pada dasarnya proses
pencucian uang melibatkan aktivitas yang sangat kompleks, mulai dari tahap placement,
layering, dan integration.
Sebagaimana dalam Rekomendasi FATF No.29 menekankan bahwa fungsi Financial
Inteligence Unit (FIU), dalam hal ini PPATK harus melakukan analisis operasional dan
strategis berdasarkan data dan informasi yang tersedia dan dapat diperoleh termasuk
data yang diberikan oleh otoritas lainnya untuk mengidentifikasi pola dan tren pencucian
uang dan pendanaan terorisme. Oleh karena itu, Riset Tipologi Pencucian Uang Semester
I Tahun 2016 menggunakan basis data Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode 2015. Hasil
riset ini diharapkan dapat memberikan gambaran efektifitas dari Immediate Outcome 6
dan Immediate Outcome 7 dalam Rekomendasi FATF khususnya mengenai kegiatan
penanganan perkara pencucian uang, baik pada tahap penyidikan, penuntutan, dan
peradilan secara efektif, proporsional dan beralasan. Selain itu, hasil riset tipologi ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman dan gambaran yang lebih komprehensif
terkait modus atau tipologi TPPU dengan konstruksi hukum yang lengkap, serta dapat
menjadi alat peringatan dini (early warning system) bagi Pihak Pelapor dalam
meningkatkan kemampuan deteksi terhadap para pelaku tindak pidana pencucian uang,
sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU).
Berdasarkan hasil Riset Tipologi Pencucian Uang Semester I Tahun 2016 diketahui
bahwa:
1. Selama periode 2015 terdapat sejumlah 40 putusan perkara pencucian uang yang
telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dengan melibatkan 50
orang terdakwa. Putusan perkara pencucian uang selama periode 2015 lebih
dominan di Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri) sebanyak 20 putusan
atau 50 persen yang tersebar di 15 Provinsi di Indonesia.
2. Secara umum karakteristik putusan perkara pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode 2015,
diantaranya:
untuk kepentingan eksternal
iii
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
a. Profil terdakwa yang dominan melakukan tindak pidana pencucian uang
selama tahun 2015 yaitu Pengusaha/Wiraswasta sebanyak 22 terdakwa
atau 44 persen.
b. Tingkat rentang usia yang dominan melakukan tindak pidana pencucian
uang selama periode 2015 yaitu usia diatas 40 tahun sebanyak 24 orang
terdakwa atau 48 persen.
c. Tindak pidana asal yang dominan yaitu tindak pidana korupsi sebanyak 10
putusan atau 25 persen dari 40 putusan, tanpa tindak pidana asal (hanya
TPPU) sebanyak 10 putusan atau 25 persen dan Tindak Pidana Penipuan
sebanyak 7 Putusan.
d. Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling dominan dalam
pengadilan atas kasus-kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu
sebanyak 9 putusan atau 22,50 persen. Kemudian wilayah Jawa Timur dan
Kalimantan Selatan sebanyak 5 putusan atau 12,50 persen.
e. Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang tahun 2015
diketahui bahwa sebanyak 17 putusan atau 43 persen putusan perkara
pencucian uang menghasilkan pengembalian aset untuk
korban/perusahaan. Sedangkan sebanyak 9 putusan atau 22 persen
putusan perkara pencucian uang yang menghasilkan perampasan aset
untuk negara.
f. Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang tahun 2015,
diketahui hukuman pidana penjara yang diterima oleh terdakwa paling
rendah atau minimal selama 8 bulan dan maksimal selama 15 tahun.
3. Hasil penelitian menunjukan adanya beberapa keterkaitan data antara database
PPATK dengan 50 terdakwa dari 40 putusan perkara pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap selama periode 2015, diantaranya:
a. Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Keuangan (LTKM)
sebanyak 25 terdakwa atau 50 persen dari 50 terdakwa;
b. Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)
PPATK sebanyak 3 terdakwa atau 6 persen dari 50 terdakwa;
c. Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Penyedia Barang dan Jasa
sebanyak 1 terdakwa atau 2 persen dari 50 terdakwa;
d. Tidak adanya keterkaitan database Laporan Transaksi dari/ke Luar Negeri
(LTKL) dengan 50 terdakwa;
e. Tidak adanya keterkaitan database Laporan Pembawaan Uang Tunai
(LPUT) dengan 50 terdakwa.
untuk kepentingan eksternal
iv TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Berdasarkan uraian pokok FATF Immediate Outcome 6 lainnya yaitu tercantum
dalam FATF Immediate Outcome 6.3 yang menyatakan bahwa sejauh mana Hasil
Analisis dan diseminasi dari FIU (dalam hal ini PPATK) mendukung kebutuhan
operasional otoritas yang berwenang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya keterkaitan data putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde)
selama periode 2015 dengan Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP)
PPATK.
a. Terdapat sebanyak 11 putusan atau 27,5 persen dari 40 putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap dengan memanfaatkan
Hasil Analisis (HA) PPATK.
Pemanfaatan Hasil Analisis PPATK selain mengenai penegakan hukum juga
dapat membantu proses pemeriksaan, pengembangan analisis dan penagihan
pajak (tax collection), membantu proses audit investigasi, serta dapat
membantu proses fit and proper test di Kementerian/Lembaga Pemerintah
dalam rangka mewujudkan (good public governance).
b. Terdapat sebanyak 2 putusan atau 5 persen dari 40 putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap bersumber dari Hasil
Pemeriksaan (HP) PPATK.
Sebagai informasi bahwa proses pemanfaatan Hasil Pemeriksaan PPATK
tahun 2015 masih didominasi pada tahap penyelidikan. Selain itu
berdasarkan Hasil Pemeriksaan Tahun 2015 terkait Tindak Pidana Pajak telah
menghasilkan pengembalian pajak sebesar Rp50.000.000.000,- (lima puluh
miliar rupiah).
Di dalam hasil penelitian ini terdapat beberapa perkembangan terkini mengenai
penggunaan pola transaksi, instrumen transaksi, kelompok industri, pihak terkait
yang digunakan maupun dimanfaatkan dalam proses pencucian uang, serta
menunjukan perkembangan penempatan aset pencucian uang.
Dalam perkembangannya para pelaku pencucian uang telah menggunakan modus
yang semakin bervariatif dengan memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan,
bahkan telah merambah ke berbagai sektor, sehingga masih adanya dinamika dan
tantangan bagi Aparat Penegak Hukum dalam penelusuran aset dan pembuktian
perkara pencucian uang. Oleh karena itu, perlu adanya sinergitas dan penyamaan
persepsi antar Aparat Penegak Hukum dalam upaya mencegah dan memberantas
tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
untuk kepentingan eksternal
v
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
RINGKASAN EKSEKUTIF ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
A. Jenis Pelaporan ................................................................................................. 5
B. Tipologi Pencucian Uang ..................................................................................... 8
C. Jenis Pencucian Uang ....................................................................................... 11
BAB III HASIL PENELITIAN ............................................................................. 14
A. Hasil Kegiatan Wawancara Riset ........................................................................ 14
I. Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang oleh Aparat Penegak Hukum
............................................................................................................... 14
A.1 Perkembangan Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia .................................................. 14
A.2 Perkembangan Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi ........................................................... 16
A.3 Perkembangan Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang oleh
Mahkamah Agung RI .......................................................................... 17
A.4 Penyidikan, Penuntutan dan Sidang Pengadilan Perkara Pencucian Uang .. 18
II. Perkembangan Modus dan Pola Transaksi Pencucian Uang .............................. 19
III. Dinamika dan Tantangan Aparat Penegak Hukum dalam Penanganan Perkara
Pencucian Uang ......................................................................................... 21
untuk kepentingan eksternal
vi TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
B. Karakteristik Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2015 .............. 22
B.1 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Profil Terdakwa
....................................................................................................... 25
B.2 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Tindak Pidana
Asal ................................................................................................. 27
B.3 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Sebaran Wilayah
Pengadilan ........................................................................................ 29
B.4 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Aset yang
Dirampas ......................................................................................... 29
B.5 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Sanksi Hukuman
....................................................................................................... 30
C. Keterkaitan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Database
Laporan, Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan PPATK ........................................... 34
D. Tipologi Pencucian Uang di Indonesia ................................................................. 37
D.1 Tipologi Pencucian Uang terkait Tindak Pidana Korupsi atas nama IWC .... 37
D.2 Tipologi Pencucian Uang Hasil Korupsi dengan keterlibatan Politically
Exposed Persons (PEP) ....................................................................... 45
D.3 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika .......................... 56
D.4 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Penipuan ........................... 61
D.5 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ......................... 67
D.6 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Pencurian .......................... 72
D.7 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Pemalsuan ......................... 76
D.8 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Penggelapan ...................... 83
E. Tren Variabel Pembentuk Tipologi Berdasarkan Putusan Perkara Tindak Pidana
Pencucian Uang .............................................................................................. 88
E.1 Tren Profil Pelaku Pencucian Uang ....................................................... 88
E.2 Tren Pola Transaksi ........................................................................... 89
E.3 Tren Instrumen Transaksi ................................................................... 90
E.4 Tren Kelompok Industri ...................................................................... 91
E.5 Tren Pihak Terkait........................................................................... 92
E.6 Tren Aset Pencucian Uang................................................................ 92
untuk kepentingan eksternal
vii
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 94
A. Kesimpulan .................................................................................................... 94
B. Rekomendasi ................................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104
LAMPIRAN..................................................................................................... 109
untuk kepentingan eksternal
viii TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Penanganan Perkara Pencucian Uang Kasasi Pidana
Khusus Tahun 2012 s.d. 2015 ............................................................ 17
Tabel 2. Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Tingkat Lembaga
Peradilan ......................................................................................... 22
Tabel 3. Sebaran Wilayah Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun
2015 ............................................................................................... 23
Tabel 4. Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Profil Terdakwa Tahun
2015 ............................................................................................... 25
Tabel 5. Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Jenis Tindak Pidana Asal
Tahun 2015 ..................................................................................... 28
Tabel 6. Jumlah Sebaran Wilayah Putusan Perkara Pencucian Uang Menurut
Provinsi Tahun 2015 ......................................................................... 29
Tabel 7. Jumlah Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Variasi Hukuman
Pidana Penjara Tahun 2015 ............................................................... 33
Tabel 8. Jumlah Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Variasi Hukuman
Pidana Denda Tahun 2015 ................................................................. 33
Tabel 9. Tren Profil Pelaku Pencucian Uang ...................................................... 88
Tabel 10. Tren Pola Transaksi ......................................................................... 89
Tabel 11. Tren Instrumen Transaksi .................................................................. 90
Tabel 12. Tren Kelompok Industri ..................................................................... 91
Tabel 13. Tren Pihak Terkait ............................................................................ 92
Tabel 14. Tren Aset Pencucian Uang ................................................................. 93
untuk kepentingan eksternal
ix
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU Periode 2005 s.d.
2015 .............................................................................................. 3
Grafik 2. Perkembangan Penanganan Perkara TPPU oleh Kepolisian RI Tahun 2011
s.d. 2015 ......................................................................................... 15
Grafik 3. Perkembangan Penanganan Perkara TPPU oleh KPK Tahun 2012 s.d.
2015 ............................................................................................... 16
Grafik 4. Trendline Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2014
s.d. 2015 ......................................................................................... 24
Grafik 5. Profil Terdakwa Tindak Pidana Pencucian Uang tahun 2015 .................... 26
Grafik 6. Usia Terdakwa Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2015 ................... 26
Grafik 7. Jumlah Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Jenis Tindak
Pidana Asal Tahun 2015 .................................................................... 28
Grafik 8. Perampasan Aset Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2015 ......... 30
Grafik 9. Pengenaan Unsur Pasal Pencucian Uang Berdasarkan Pelaku Pencucian
Uang Tahun 2015 ............................................................................. 32
Grafik 10. Keterkaitan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan
Database Laporan PPATK .................................................................. 35
Grafik 11. Keterkaitan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan
Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan PPATK ......................................... 36
untuk kepentingan eksternal
x TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Fungsi Utama Financial Intelligence Unit/FIU ....................................... 1
Gambar 2. Pendekatan Penanganan Perkara Pencucian Uang oleh Kepolisian RI....... 15
Gambar 3. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Korupsi ................... 44
Gambar 4. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Korupsi melibatkan
Politically Exposed Person (PEP) ........................................................ 55
Gambar 5. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Narkotika ............... 60
Gambar 6. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Penipuan ................. 66
Gambar 7. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal di Bidang Perbankan . 71
Gambar 8. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Pencurian ............... 76
Gambar 9. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pdiana Asal Pemalsuan ............. 82
Gambar 10. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Penggelapan .......... 87
untuk kepentingan eksternal
1
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) didirikan sebagai suatu
lembaga intelijen keuangan (Financial Intelligence Unit/FIU) yang bersifat permanen
dan berperan sebagai focal point dalam Rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme. Secara garis besar tiga tugas utama PPATK diantaranya:
Gambar 1. Fungsi Utama Financial Intelligence Unit/FIU
Sumber: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, 2010
PPATK selaku FIU di Indonesia memiliki peran yang semakin meningkat sejalan
dengan peningkatan tugas, fungsi, dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (PPTPPU).
Sebagaimana dalam Rekomendasi FATF No.29, yaitu:
Pertama
•Menerima Laporan Transaksi Keuangan dari Pihak Pelapor
Kedua
•Melakukan Analisis atau Pemeriksaan terhadap laporan yang disampaikan oleh Pihak Pelapor
Ketiga
•Meneruskan Hasil Analisis atau Pemeriksaan kepada Aparat Penegak Hukum untuk ditindaklanjuti
Financial Intelligence Units
Countries should establish a financial intelligence unit (FIU) that serves as a
national centre for the receipt and analysis of: (a) suspicious transaction reports;
and (b) other information relevant to money laundering, associated predicate
offences and terrorist financing, and for the dissemination of the results of that
analysis. The FIU should be able to obtain additional information from reporting
entities, and should have access on a timely basis to the financial, administrative
and law enforcement information that it requires to undertake its functions
properly.
untuk kepentingan eksternal
2
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Di dalam Rekomendasi FATF No.29 menekankan bahwa fungsi FIU, dalam hal ini
PPATK harus melakukan analisis operasional dan strategis berdasarkan data dan
informasi yang tersedia dan dapat diperoleh termasuk data yang diberikan oleh
otoritas lainnya untuk mengidentifikasi pola dan tren pencucian uang dan pendanaan
terorisme. Diharapkan informasi tersebut dapat membantu FIU atau stakeholders
terkait dalam menetapkan tujuan dan kebijakan pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Selain itu berdasarkan FATF Immediate Outcome 6 menyatakan bahwa Hasil
Analisis dan semua informasi terkait lainnya secara tepat digunakan oleh pihak yang
berwenang dalam rangka penanganan perkara pencucian uang. Di dalam pokok FATF
Immediate Outcome 6 terdapat beberapa uraian diantaranya Immediate Outcome 6.2
yang menyatakan bahwa sejauh mana otoritas yang berwenang menerima atau
meminta laporan (dalam hal ini: LTKM, LTKT, LTKL, LT PBJ, LPUT) yang mengandung
informasi terkait dan akurat guna mendukung Aparat Penegak Hukum dalam
menjalankan tugasnya, serta FATF Immediate Outcome 6.3 menyatakan bahwa
sejauh mana Hasil Analisis dan diseminasi dari FIU mendukung kebutuhan operasional
otoritas yang berwenang.
Oleh karena itu, Riset Tipologi Semester I Tahun 2016 akan disusun dengan
menggunakan basis data putusan perkara tindak pidana pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode 2015. Hal tersebut
dilakukan guna memberikan pemahaman dan gambaran yang lebih komprehensif
terkait modus atau tipologi TPPU dengan konstruksi hukum yang lengkap, serta dapat
menjadi alat peringatan dini (early warning system) bagi Pihak Pelapor dalam
meningkatkan kemampuan deteksi terhadap para pelaku tindak pidana pencucian
uang, sebagaimana diatur dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 UU No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU).
Berdasarkan hasil register data putusan yang diperoleh selama periode 2005 s.d.
2015 terdapat 156 Putusan Perkara Pencucian Uang yang sudah memiliki kekuatan
hukum tetap (inkracht van gewisjde) dengan tindak pidana asal yang dominan adalah
tindak pidana korupsi sebanyak 48 putusan atau 30,77 persen, tindak pidana
penipuan sebanyak 25 putusan atau 16,03 persen dan tindak pidana narkotika
sebanyak 21 putusan atau 13,46 persen.
untuk kepentingan eksternal
3
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Grafik 1. Jumlah Kumulatif Putusan Pengadilan terkait TPPU
Berdasarkan Jenis Tindak Pidana Periode 2005 s.d. 2015
Sumber: data diolah, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
Hasil riset ini diharapkan dapat memberikan gambaran efektifitas dari Immediate
Outcome 6 dan Immediate Outcome 7 dalam Rekomendasi FATF khususnya mengenai
kegiatan penanganan perkara pencucian uang, baik pada tahap penyidikan,
penuntutan, dan peradilan secara efektif, proporsional dan beralasan.
B. Perumusan Masalah
Fokus permasalahan pada periode riset ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik profil, tindak pidana asal, wilayah, perampasan aset
serta sanksi hukuman berdasarkan putusan perkara pencucian uang yang
sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode
2015?
2. Bagaimana keterkaitan putusan perkara pencucian uang selama periode 2015
dengan database PPATK, berupa Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
(LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), Laporan Transfer Dana
dari/ke Luar Negeri (LTKL), Laporan Transaksi (LT PBJ), Laporan Pembawaan
Uang Tunai Lintas Batas (LPUT LB), Hasil Analisis (HA), Hasil Pemeriksaan
(HP) PPATK?
3. Bagaimana tipologi dari beberapa putusan perkara pencucian uang yang
sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode
2015?
1
1
1
1
1
2
3
5
10
11
12
14
21
25
48
0 10 20 30 40 50 60
Di Bidang Perasuransian
Di Bidang Kehutanan
Perdata
Terorisme
Tidak melaporkan membawa uang tunai keluar …
Pencurian
Perjudian
Informasi dan Transaksi Elektronik
Penggelapan
Di Bidang Perbankan
TPPU
Tindak Pidana lain yang diancam dengan pidana …
Narkotika
Penipuan
Korupsi
untuk kepentingan eksternal
4
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
4. Bagaimana tren dari variabel-variabel pembentuk tipologi berdasarkan
putusan perkara pencucian uang yang sudah berkekuatan hukum tetap
(inkracht van gewisjde) selama periode 2013 s.d. 2015?
5. Bagaimana dinamika dan tantangan Aparat Pengak Hukum dalam hal
penelusuran aset dan pembuktiaan perkara pencucian uang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan riset ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik profil, tindak pidana asal, wilayah, perampasan aset
serta sanksi hukuman berdasarkan putusan perkara pencucian uang yang
sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode
2015.
2. Mengetahui keterkaitan putusan perkara pencucian uang selama periode 2015
dengan database PPATK, berupa Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan
(LTKM), Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT), Laporan Transfer Dana
dari/ke Luar Negeri (LTKL), Laporan Transaksi (LT PBJ), Laporan Pembawaan
Uang Tunai Lintas Batas (LPUT LB), Hasil Analisis (HA), Hasil Pemeriksaan
(HP) PPATK.
3. Mengetahui tipologi dari beberapa putusan perkara pencucian uang yang
sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode
2015.
4. Mengetahui tren dari variabel-variabel pembentuk tipologi berdasarkan
putusan perkara pencucian uang yang sudah berkekuatan hukum tetap
(inkracht van gewisjde) selama periode 2013 s.d. 2015.
5. Mengetahui dinamika dan tantangan Aparat Pengak Hukum dalam hal
penelusuran aset dan pembuktiaan perkara pencucian uang.
untuk kepentingan eksternal
5
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Pelaporan
Dalam rezim anti pencucian uang pihak pelapor merupakan front liner yang memiliki
peran strategis untuk mendeteksi adanya transaksi keuangan mencurigakan ataupun
melaporkan transaksi tertentu sesuai dengan ketentuan UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PPTPPU).
Berdasarkan UU PPTPPU, selain kewajiban, terdapat pula perlindungan khusus bagi
pihak pelapor. Kewajiban identifikasi transaksi keuangan dan pelaporan oleh pelapor
juga merupakan bagian dari penerapan prinsip kehati-hatian dan bagian dari
manajemen risiko untuk mencegah digunakannya Penyedia Jasa Keuangan (PJK)
maupun Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) sebagai sarana ataupun sasaran pencucian
uang oleh nasabah atau pengguna jasa. Dalam hal ini, menghindarkan diri bagi PJK
dan PBJ terhadap risiko reputasi, risiko operasional, risiko hukum dan risiko
konsentrasi.
Pihak Pelapor sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat 1 UU PPTPPU meliputi:
a. Penyedia Jasa Keuangan (PJK):
1. Bank;
2. Perusahaan Pembiayaan;
3. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Pialang Asuransi;
4. Dana Pensiun Lembaga Keuangan;
5. Perusahaan Efek;
6. Manajer Investasi;
7. Kustodian;
8. Wali Amanat;
9. Perposan sebagai Penyedia Jasa Giro;
10. Pedagang Valuta Asing;
11. Penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu;
12. Pemyelenggara e-money atau e-wallet;
13. Koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam;
14. Pegadaian;
15. Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditi; atau
16. Penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.
untuk kepentingan eksternal
6
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
b. Penyedia Barang dan/atau Jasa lain (PBJ);
1. Perusahaan property/agen property;
2. Pedagang kendaraan bermotor;
3. Pedagang permata dan perhiasan/logam mulai;
4. Pedagang barang seni dan antik;
5. Balai lelang.
Pihak Pelapor sebagaimana di atas telah diperluas dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, diantaranya:
a. Penyedia Jasa Keuangan selain sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat 1
mencakup:
1. Perusahaan Modal Ventura;
2. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur;
3. Lembaga Keuangan Mikro; dan
4. Lembaga Pembiayaan Ekspor.
b. Pihak Pelapor selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mencakup:
1. Advokat;
2. Notaris;
3. Pejabat Pembuat Akta Tanah;
4. Akuntan;
5. Akuntan Publik; dan
6. Perencana Keuangan.
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU), Penyedia Jasa Keuangan
(PJK) diwajibkan menyampaikan laporan kepada PPATK yang meliputi:
1.1. Transaksi Keuangan Mencurigakan (TKM)
Pengertiaan Transaksi Keuangan Mencurigakan berdasarkan ketentuan Pasal 1
angka 5 UU PPTPPU meliputi:
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan.
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan
yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini.
untuk kepentingan eksternal
7
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana;
atau
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak
Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil
tindak pidana.
1.2. Transaksi Keuangan Tunai (TKT)
Transaksi Keuangan Tunai adalah Transaksi Keuangan yang dilakukan dengan
menggunakan uang kertas dan/atau uang logam dalam jumlah paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau dengan mata uang asing yang
nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa
kali Transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.
1.3. Laporan Transfer Dana dari/ke Luar Negeri (LTKL)
Transfer Dana dari dan ke Luar Negeri atau IFTI (International Fund Transfer
Instruction) merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah
Pengirim Asal (Pihak Pertama yang kali mengeluarkan Perintah Transfer) yang
bertujuan memindahkan sejumlah dana dari dan ke luar wilayah Indonesia
kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan
diterimanya dana oleh Penerima.
Laporan yang wajib disampaikan oleh Penyedia Jasa Keuangan (PJK)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Kepala PPATK Nomor:
PER-12/1.02/PPATK/06/13 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi
Keuangan Transfer Dana dari dan ke Luar Negeri bagi Penyedia Jasa Keuangan
meliputi:
a. Perintah Transfer Dana dari Luar Negeri; dan
b. Perintah Transnfer Dana ke Luar Negeri.
Berdasarkan kewenangannya, Direktorat Bea Cukai diwajibkan untuk
menyampaikan Laporan Pembawaan Uang Tunai kepada PPATK.
1.1. Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas (LPUT LB)
Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas Batas merupakan laporan atas
pembawan uang tunai ke dalam atau ke luar daerah pabean Indonesia. Hal
tersebut telah tercantum dalam Pasal 34 Ayat (1) UU PPTPPU yang menyatakan
bahwa:
untuk kepentingan eksternal
8
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
"Setiap orang yang membawa uang tunai dalam mata uang rupiah dan/atau
mata utang asing, dan/atau instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek
perjalanan, surat sanggup bayar, atau bilyet giro paling sedikit Rp100.000.000,-
(seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu ke dalam atau ke luar
daerah pabean Indonesia wajib memberitahukannya kepada Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai."
Berdasarkan Pasal 27 UU PPTPPU, Penyedia Barang dan Jasa (PBJ) diwajibkan
menyampaikan Laporan Transaksi Penyedia Barang dan Jasa (LT PBJ), meliputi:
a. Laporan Transaksi pembelian tunai baik secara langsung, dengan
menggunakan uang tunai, cek atau giro maupun pentransferan atau
pemindahbukuan; dan
b. Laporan Transaksi pembelian tunai bertahap yang total nilai transaksinya
paling sedikit atau setara dengan Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
kepada PPATK.
B. Tipologi Pencucian Uang
Tipologi merupakan studi mengenai metode, teknik, dan tren dari pencucian uang dan
pendanaan terorisme.1 Berikut beberapa contoh yang diperoleh dari hasil penelitian
Asia Pasific Group (APG) yang memberikan beberapa petunjuk mengenai metode,
teknik, skema dan instrumen dalam pencucian uang dan pendanaan terorisme:
1. Penukaran Mata Uang/Konversi Uang Tunai
Teknik ini diugunakan untuk membantu penyelundupan ke yuridiksi lain atau
untuk memanfaatkan rendahnya persyaratan pelaporan pada jasa penyedia jasa
pertukaran mata uang untuk meminimalisir risiko terdeteksi, contohnya
melakukan pembelian cek perjalanan untuk membawa nilai ke yurisdiksi
lainnya.
2. Pembawaan Uang Tunai/Penyelundupan Mata Uang
Teknik ini dilakukan dengan menyembunyikan perpindahan dari mata uang
untuk menghindari transaksi/mengukur pelaporan uang tunai.
1 Asia Pasific Group. Typologies Introduce. Web. 18 Februari 2016. www.apgml.org
untuk kepentingan eksternal
9
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
3. Stucturing
Sebuah metode yang dilakukan dengan menggunakan transaksi dalam jumlah
relatif kecil namun dengan frekuensi yang tinggi.
4. Smurfing
Sebuah metode yang dilakukan dengan menggunakan beberapa rekening atas
nama individu yang berbeda-beda untuk kepentingan satu orang tertentu.
5. Underground Banking/Alternatif Jasa Pengiriman Uang (Hawala/Hundi)
Sebuah teknik yang digunakan dengan mekanisme informal berdasarkan
kepercayaan dari jaringan untuk mengirimkan uang. Seringkali mekanisme ini
bekerja secara paralel dengan sektor perbankan tradisional dan kemungkinan
melanggar hukum di beberapa yurisdiksi. Teknik ini dimanfaatkan oleh pelaku
pencucian uang dan pendanaan terorisme untuk memindahkan nilai uang tanpa
terdeteksi dan untuk mengaburkan identitas yang mengendalikan uang
tersebut.
6. Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Berbasis Perdagangan
Teknik ini mencakup manipulasi faktur dan menggunakan rute jalur keuangan
dan komoditas untuk menghindari transparansi hukum dan keuangan.
7. Mingling
Teknik ini menggunakan cara mencampurkan atau menggabungkan hasil
kejahatan dengan hasil usaha bisnis yang sah dengan tujuan untuk
mengaburkan sumber dana.
8. Penggunaan Jasa Profesional
Sebuah teknik dengan menggunakan pihak ketiga, dalam hal ini yaitu jasa
profesional seperti Advokat, Notaris, Perencana Keuangan, Akuntan dan
Akuntan Publik. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengaburkan
identitas penerima manfaat dan sumber dana hasil kejahatan.
9. Penggunaan Perusahaan Boneka (Shell Company)
Sebuah teknik yang dilakukan dengan mendirikan perusahaan secara formal
berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Namun, dalam praktiknya perusahaan
tersebut tidak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha. Perusahaan boneka
tersebut didirikan hanya untuk melakukan transaksi fiktif atau menyimpan aset
pihak pendiri atau orang lain. Selain itu teknik tersebut bertujuan untuk
untuk kepentingan eksternal
10
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
mengaburkan identitas orang-orang yang mengendalikan dana dan
memanfaatkan persyaratan pelaporan yang relatif rendah.
10. Penggunaan Transfer Kawat (Wire Transfer)
Teknik ini bertujuan untuk melakukan transfer dana secara elektronik antara
lembaga keuangan dan sering kali ke yurisdiksi lain untuk menghindari deteksi
dan penyitaan aset.
11. Teknologi Pembayaran Baru (New Payment Technologies)
Teknik ini menggunakan teknologi pembayaran yang baru muncul untuk
pencucian uang dan pendanaan terorisme. Contohnya termasuk sistem
pembayaran dan pengiriman uang berbasis telepon seluler (ponsel).
12. Penggunaan Identitas Palsu
Teknik ini digunakan untuk mengaburkan identitas dari para pelaku yang terlibat
dalam banyak metode pencucian uang dan pendanaan terorisme. Dalam
perkembangannya, tren penggunaan identitas palsu menunjukan peningkatan
yang cukup signifikan yang dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya,
melakukan penipuan melalui penggunaan identitas palsu dalam proses
pembukaan rekening.
13. Penggunaan Nama Orang Lain (Nominee), Wali Amanat, Anggota
Keluarga dan Pihak Ketiga
Teknik ini biasa digunakan untuk mengaburkan identitas orang-orang yang
mengendalikan dana hasil kejahatan.
14. Pembelian Aset/Barang-Barang Mewah (Properti, Kendaraan, dll)
Teknik ini biasa digunakan dengan menginvestasikan hasil kejahatan ke dalam
bentuk aset/barang yang memiliki nilai tawar tinggi. Hal tersebut bertujuan
untuk mengambil keuntungan dari mengurangi persyaratan pelaporan dengan
maksud mengaburkan sumber hasil kejahatan.
15. Pertukaran Barang (Barter)
Teknik ini digunakan untuk menghindari penggunaan uang atau instrumen
keuangan dalam nilai transaksi, serta untuk menghindari sektor keuangan
dalam pengukuran rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Contohnya pertukaran secara langsung antara heroin dengan emas batangan.
untuk kepentingan eksternal
11
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
C. Jenis Pencucian Uang
Pencucian Uang merupakan suatu upaya perbuatan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan hasil tindak pidana agar Harta Kekayaan
tersebut tampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal.
Pada umumnya pelaku tindak pidana pencucian uang berusaha untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang merupakan
hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar sulit ditelusuri oleh Aparat
Penegak Hukum. Berdasarkan hubungan pelaku tindak pidana asal dengan tindak
pidana pencucian uang, diantaranya:
a. Self Laundering merupakan pencucian uang yang dilakukan oleh orang yang
terlibat dalam perbuatan tindak pidana asal.
b. Third Party Money Laundering merupakan pencucian uang yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlibat dalam perbuatan tindak pidana asal.
Sedangkan menurut penyusunan dakwaannya yaitu Stand-alone Money
Laundering merupakan pencucian uang yang dapat berdiri sendiri dengan mengacu
pada penuntutan tindak pidana pencucian uang secara tunggal, tanpa harus menuntut
tindak pidana asal. Hal ini dapat sangat relevan antara lain: (i) ketika tidak ada cukup
bukti dari tindak pidana asal tertentu yang menimbulkan hasil kejahatan; atau (ii)
dalam situasi dimana terdapat kekurangan pada wilayah hukum atas terjadinya
tindak pidana asal. Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana kemungkinan
telah dicuci oleh terdakwa (self-laundering) atau oleh pihak ketiga (third party money
laundering).
Di dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dapat diketahui unsur-unsur Tindak
Pidana Pencucian Uang, diantaranya:
a. Setiap: "setiap orang" adalah orang perseorangan (natural person) atau
korporasi (legal person);
b. "Menempatkan" adalah perbuatan memasukan uang dari luar penyedia jasa
keuangan ke dalam penyedia jasa keuangan, seperti tabungan, rekening giro
atau deposito;
c. "Mentransfer" adalah perbuatan pemindahan uang dari Penyedia Jasa Keuangan
satu ke Penyedia Jasa Keuangan Lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri
atau dari satu rekening ke rekening lainnya;
d. "Mengalihkan" adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan posisi atau kepemilikan atas harta kekayaan;
untuk kepentingan eksternal
12
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. "Membelanjakan" adalah penyerahan sejumlah uang atas transaksi jual beli;
f. "Membayarkan" adalah menyerahkan sejumlah uang dari seseorang kepada
pihak lain;
g. "Menghibahkan" adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan kebendaan secara
hibah sebagaimana dikenal dalam pengertian hukum secara umum;
h. "Menitipkan" adalah menyerahkan pengelolaan atau penguasaan atas suatu
benda dengan janji untuk dimintakan kembali atau sebagaimana diatur dalam
KUHPerdata;
i. "Membawa ke luar negeri" adalah kegiatan pembawaan uang secara fisik
melewati wilayah pabean RI;
j. "Mengubah bentuk" adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan suatu benda, seperti perubahan struktur, volume, massa, unsur,
dan/atau pola suatu benda;
k. “Menukarkan dengan mata uang atau surat berharga” adalah transaksi yang
menghasilkan terjadinya perubahan suatu harta kekayaan termasuk uang atau
surat berharga tertentu menjadi mata uang atau surat berharga lainnya.
Kegiatan penukaran uang lazimnya dilakukan pedagang valuta asing dan bank,
sedangkan penukaran surat berharga biasa dilakukan di pasar modal dan pasar
uang;
l. “Perbuatan lainnya” adalah perbuatan di luar perbuatan yang telah diuraikan,
yang dilakukan oleh seorang dengan maksud menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan;
m. “Menyembunyikan” adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya agar orang lain
tidak akan mengetahui asal usul harta kekayaan berasal, antara lain tidak
menginformasikan kepada petugas Penyedia Jasa Keuangan mengenai asal usul
sumber dananya dalam rangka penempatan (placement), selanjutnya berupaya
lebih menjauhkan harta kekayaan (uang) dari pelaku kejahatannya melalui
pentransferan baik di dalam maupun ke luar negeri, atas nama sendiri atau
pihak lain atau melalui perusahaan fiktif yang diciptakan atau perusahaan ilegal
dan seterusnya (layering). Setelah proses placement dan layering dilakukan,
biasanya pelaku dapat menggunakan harta kekayaannya secara aman baik
untuk kegiatan sah atau illegal (integration). Dalam konteks money laundering,
ketiga tahapan tidak harus semua dilalui, adakalanya hanya cukup pada
tahapan placement, layering atau placement langsung ke integration;
n. “Menyamarkan” adalah perbuatan mencampur uang haram dengan uang halal
agar uang haram nampak seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah,
menukarkan uang haram dengan mata uang lainnya dan sebagainya;
untuk kepentingan eksternal
13
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
o. “Asal usul, sumber, lokasi peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan
yang sebenarnya” yaitu:
Asal usul, mengarah pada risalah transaksi dari mana sesungguhnya
harta kekayaan itu berasal;
Sumber, mengarah pada transaksi yang mendasari, seperti hasil usaha,
gaji, fee, honor , infaq, hibah, warisan dan sebagainya;
Lokasi, mengarah pada pengidentifikasian letak atau posisi harta
kekayaan dengan pemilik yang sebenarnya;
Peruntukan, mengarah pada pemanfaatan harta kekayaan;
Pengalihan hak-hak, adalah cara untuk melepaskan diri secara formal
atas kepemilikan harta kekayaan;
Kepemilikan yang sebenarnya, mengandung makna bukan hanya
terkait dengan aspek formalitas tetapi juga secara fisik atas
kepemilikan harta kekayaan;
p. “Menerima” adalah suatu keadaan atau perbuatan dimana seseorang
memperoleh harta kekayaan dari orang lain;
q. "Menguasai penempatan” adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan adanya
pengendalian secara langsung atau tidak lansung atas sejumlah uang atau harta
kekayaan;
r. “Menggunakan” adalah perbuatan yang memiliki motif untuk memperoleh
manfaat atau keuntungan melebihi kewajaran;
s. “Harta kekayaan” adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh secara langsung
maupun tidak langsung;
t. “Yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana” adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengetahui secara jelas dan pasti atau
setidak-tidaknya dapat memperkirakan berdasarkan fakta atau informasi yang
dimiliki bahwa sejumlah uang atau harga kekayaan merupakan hasil dari suatu
perbuatan melawan hukum.
untuk kepentingan eksternal
14
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Kegiatan Wawancara Riset
Dalam penyusunan penelitian ini telah dilakukan pengumpulan data melalui
wawancara dan kuesioner kepada Aparat Penegak Hukum yang memiliki wewenang
penyidikan dan penuntutan yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan
serta lembaga peradilan yang memilki wewenang dalam sidang peradilan perkara
pencucian uang.
Adapun pokok-pokok hasil wawancara dan kuesioner terhadap instansi Komisi
Pemberantasan Korupsi, Kejaksaan dan Peradilan sebagai berikut:
I. Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang oleh Aparat
Penegak Hukum
Salah satu output yang dihasilkan oleh PPATK yaitu berupa Hasil Analis (HA)
baik proaktif maupun reaktif dan Hasil Pemeriksaan (HP). Kemudian hasil
laporan HA dan HP tersebut disampaikan kepada pihak Penyidik TPPU untuk
ditindaklanjuti guna melacak tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana
asalnya. Berdasarkan penjelasan Pasal 74 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang
dimaksud dengan Penyidik TPPU meliputi Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional
(BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
A.1 Perkembangan Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian
Uang oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia
Penanganan perkara pencucian uang oleh Kepolisian RI dapat dilakukan
melalui 2 jalur (jalur kuning dan biru). Pendekatan penanganan perkara
TPPU melalui jalur 1 (kuning) akan lebih terfokuskan dalam menemukan
tindak pidana asal dengan tindak pidana pencucian uang. Sedangkan di
jalur 2, penyidik sudah menemukan tindak pidana asal dan kemudian akan
terfokuskan pada optimalisasi penelusuran aset dan mengembalikan
kerugian atau merampas harta hasil kejahatan.
untuk kepentingan eksternal
15
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Gambar 2. Pendekatan Penanganan Perkara Pencucian Uang
oleh Kepolisian RI
Sumber: Kepolisian Negara Republik Indonesia
Berdasarkan hasil informasi yang disampaikan dapat diketahui
perkembangan jumlah penanganan perkara pencucian uang oleh
Kepolisian RI selama periode 2011 s.d. 2015.
Grafik 2. Perkembangan Penanganan Perkara
Tindak Pidana Pencucian Uang oleh Kepolisian RI
Tahun 2011 s.d. 2015
Sumber: Kepolisian Negara Republik Indonesia
LHA PPATK
POLRI/BARESKRIM
POLRI
LTKM PJK/PBJ KPD
PPATK
PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
LAPORAN POLISI
LIDIK/SIDIK TPPU
1 2
IHA PPATK
PERMINTAAN ANALISIS
1 4 4 1 1
180
30 23
142
97
0
50
100
150
200
2011 2012 2013 2014 2015
Hasil Pemeriksaan (HP) Hasil Analisis (HA)
untuk kepentingan eksternal
16
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Dalam perkembangannya penanganan perkara pencucian uang yang
bersumber dari HA dan HP PPATK selama periode 2011 s.d. 2015
mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan meskipun
terjadi peningkatan pada tahun 2014. Namun, penurunan penanganan
perkara tersebut diikuti dengan perbaikan kualitas HA dan HP PPATK.
A.2 Perkembangan Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian
Uang oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
Proses Penyidikan yang dilakukan oleh KPK dimulai setelah ditemukannya
2 bukti yang telah disepakati pada saat ekspose perkara. Kemudian
dilakukannya tahap proses penyidikan dan apabila ditemukan adanya
perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan Asal Usul Harta Kekayaan
hasil tindak pidana korupsi, maka diusulkan untuk dilakukan penyidikan
tindak pidana pencucian uang. Selanjutnya, apabila telah dilakukan tahap
proses penyidikan TPPU maka akan dilakukan penggabungan perkara.
Berikut jumlah perkara tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian
uang oleh KPK.
Grafik 3. Perkembangan Penanganan Perkara
Tindak Pidana Pencucian Uang oleh KPK
Tahun 2012 s.d. 2015
Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi
48
70
58 57
2 7 6
4 0
10
20
30
40
50
60
70
80
2012 2013 2014 2015
TPK TPPU
untuk kepentingan eksternal
17
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Perkembangan penanganan perkara pencucian uang oleh KPK pada tahun
2013 s.d. 2015 menunjukan bahwa KPK sudah mulai sering menerapkan
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Meskipun terjadi
penurunan penanganan pada tahun 2015. Hal tersebut diikuti oleh adanya
penurunan penanganan perkara pada tindak pidana korupsi. Berdasarkan
hasil wawancara diketahui beberapa indikasi tindak pidana korupsi yang
berpotensi adanya tindak pidana pencucian uang diantaranya:
a. Tindak Pidana Korupsi yang berulang;
b. Adanya rentang waktu dengan perbuatan tindak pidana korupsi yang
dilakukan;
c. Diketahuinya adanya perbuatan menyamarkan atau menyembunyikan
asal usul atas hasil tindak pidana korupsi.
A.3 Perkembangan Penanganan Perkara Tindak Pidana Pencucian
Uang oleh Mahkamah Agung RI
Di dalam penjelasan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 dinyatakan bahwa
Mahkamah Agung (MA) memiliki fungsi sebagai pengadilan negara
tertinggi. Mahkamah Agung adalah pengadilan kasasi yang memiliki tugas
mengatur keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali.
Berdasarkan rekapitulasi perkara pencucian uang di Mahkamah Agung RI,
jumlah perkara pencucian uang yang masuk di Mahkamah Agung
mengalami penurunan dari 19 kasasi masuk di tahun 2011 menjadi 9
kasasi masuk di tahun 2013. Namun, pada tahun 2014 s.d. 2015 terjadi
peningkatan jumlah kasasi yang masuk semula 10 kasasi menjadi 17
kasasi masuk. Pada tahun 2015 terdapat 5 kasasi masuk yang belum
putus oleh Mahkamah Agung RI.
Tabel 1. Perkembangan Penanganan Perkara Pencucian Uang
Kasasi Pidana Khusus Tahun 2011 s.d. 2015
No. Informasi 2011 2012 2013 2014 2015
1 Kasasi Masuk 19 13 9 10 17
2 Kasasi Belum Putus 0 0 0 0 5
3 Kasasi Sudah Putus 19 13 9 10 12
4 Kasasi Kabul 10 4 2 3 0
5 Kasasi Tolak 9 7 5 4 11
6 Kasasi Tolak Perbaikan 0 1 1 3 1
untuk kepentingan eksternal
18
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
No. Informasi 2011 2012 2013 2014 2015
7 Kasasi NO 0 1 1 0 0
8 Kasasi Cabut 0 0 0 0 0
Sumber: Mahkamah Agung RI
A.4 Penyidikan, Penuntutan dan Sidang Pengadilan Perkara Pencucian
Uang
Secara umum responden dari Penyidik TPPU menyatakan bahwa
dengan adanya UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU) sangat
membantu dalam melaksanakan tugas terkait kasus-kasus pidana
yang sedang ditangani. Khususnya mengenai penelusuran aset dan
pencarian informasi dan hasil analisa terhadap suatu transaksi yang
dilakukan oleh pelaku maupun pihak-pihak terkait lainnya.
Namun, menurut responden masih terdapat beberapa hal yang
menjadi kelemahan di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang (PPTPPU), diantaranya:
Masih adanya perbedaan pemahaman di kalangan Hakim
mengenai ketentuan Pasal 69 UU No. 8 Tahun 2010 tentang
PPTPPU, khususnya untuk penyidik tindak pidana korupsi oleh
KPK;
Masa waktu untuk pemblokiran sangat pendek;
Tata cara pembalikan beban pembuktian oleh terdakwa secara
khusus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada
Jaksa Penuntut Umum untuk membuktikan sebaliknya;
Belum diaturnya mengenai perolehan aset yang mana dalam
menentukan pada waktu perolehan/harta kekayaan;
Tidak sebandingnya hukuman kurungan pengganti pidana denda.
Selama periode riset, pemanfaatan atas HA dan HP PPATK dalam
proses penyelidikan maupun penyidikan sudah cukup baik. Namun,
terdapat sejumlah 4 dari 8 responden riset yang belum
memanfaatkan hasil laporan PPATK dalam proses penyelidikan
maupun penyidikan. Untuk wilayah responden yang belum pernah
memanfaatkan HA dan HP PPATK berada di wilayah provinsi DI
untuk kepentingan eksternal
19
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Yogyakarta dan Kalimantan Barat. Diharapkan kedepannya
pemanfaatan HA dan HP PPATK dapat lebih optimal digunakan oleh
Aparat Penegak Hukum khususnya pada wilayah yang termasuk
kedalam kategori berisiko tinggi, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur,
Papua, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sulawesi
Selatan, Bengkulu dan Bali.
Secara umum responden dari Penyidik dan/atau Penuntut Umum
pernah menggunakan kewenangannya untuk melakukan penundaan
transaksi, pemblokiran, permintaan kepada Pihak Pelapor untuk
memberikan keterangan secara tertulis mengenai harta kekayaan dari
tersangka, terdakwa dan orang yang telah dilaporkan oleh PPATK
kepada Penyidik, sesuai ketentuan Pasal 70, 71 dan 72 dalam UU No.8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (PPTPPU).
Selama periode riset, keseluruhan pihak responden dari instansi
Pengadilan belum pernah mengimplementasikan Peraturan Mahkamah
Agung No. 1 Tahun 2013 tentang Tata cara penyelesaian harta
kekayaan dalam tindak pidana pencucian uang. Hal tersebut
dikarenakan belum adanya pengajuan dari Penyidik TPPU. Perma 1
Tahun 2013 tersebut dibentuk untuk mengisi kekosongan "hukum
acara" pelaksanaan Pasal 67 UU PPTPPU. Di dalam Pasal 67
memberikan kewenangan kepada Penyidik TPPU untuk mengajukan
permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk memutuskan Harta
Kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan tindak pidana
menjadi aset negara atau dikembalikan kepada yang berhak.
II. Perkembangan Modus dan Pola Transaksi Pencucian Uang
Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keseluruhan responden riset dalam
menangani perkara pencucian uang, maka dapat diperoleh beberapa
perkembangan modus dan pola transaksi yang dilakukan oleh pelaku pencucian
uang di Indonesia selama periode riset.
Berikut ini beberapa modus pencucian uang yang ditemukan, diantaranya:
a. Penggunaan nama Perusahaan atau Perorangan untuk menampung hasil
kejahatan;
b. Penggunaan pihak ketiga untuk melakukan pengiriman uang secara tunai
atau penukaran valuta asing;
untuk kepentingan eksternal
20
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
c. Penggunaan identitas lain yang bersangkutan sendiri atau identitas mirip
nama orang lain (KTP Palsu) untuk penempatan uang, baik pada
penggunaan rekening bank maupun penyedia jasa keuangan lainnya;
d. Pengelolaan tunai dengan dititipkan kepada pengusaha yang biasa kelola
uang tunai besar, tanpa adanya pencatatan “back to back
agreement” (contoh: pengusaha hitam);
e. Penyertaan kepemilikan saham sebuah perusahaan;
f. Penempatan uang untuk transaksi bisnis yang tidak mengejar
keuntungan, dan pengelolaan keuangan yang buruk. (contoh: Jual
beli kendaraan bekas dari lelang);
g. Pembelian sejumlah aset/barang-barang mewah berupa mobil, properti
(rumah, apartemen, kondotel) dengan menggunakan nama orang lain
sebagai bukti kepemilikan;
h. Penggunaan uang hasil Tindak Pidana Korupsi untuk bisnis properti,
yang kemudian terhadap para pejabat dibuatkan seolah-olah ada
skema kredit;
i. Seolah-olah warisan, milik keluarga yang dikelola oleh pelaku
pencucian uang;
j. Dengan pernikahan yang tidak tercatat atau tercatat menggunakan
KTP Palsu, dan melibatkan pihak keluarga istri untuk pengelolaan
harta kekayaan.
Sedangkan pola transaksi keuangan yang dilakukan oleh pelaku pencucian
uang, diantaranya:
a. Penggunaan cash basis berupa tarik tunai, setor tunai dan menyamarkan
identitas;
b. Penggunaan Rekening Nominee milik orang lain (baik yang dikenal, tidak
dikenal/fiktif) untuk menempatkan harta kekayaan hasil kejahatan;
c. Transaksi keuangan melibatkan banyak pihak dengan volume transaksi
yang tinggi dan nilai transaksi yang kecil-kecil;
d. Transaksi keuangan sewajar mungkin untuk menghindari kecurigaan;
e. Transaksi keuangan yang dilakukan secara pass by (sejumlah dana yang
masuk langsung di transfer kembali atau tarik tunai).
untuk kepentingan eksternal
21
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
III. Dinamika dan Tantangan Aparat Penegak Hukum dalam Penanganan
Perkara Pencucian Uang
Dalam penanganan perkara pencucian uang tentunya terdapat dinamika dan
tantangan yang dialami oleh Aparat Penegak Hukum, khususnya dalam hal
penelusuran dan pembuktian perkara pencucian uang, diantaranya:
a. Dalam penelusuran aset, (1) pelaku pencucian uang seringkali
menempatkan hasil kekayaan pada aset bergerak/tidak bergerak.
Sedangkan untuk bukti kepemilikan pada biasanya disembunyikan dan tidak
dapat disita, sehingga meskipun barangnya disita untuk proses eksekusi
setalah putusan inkracht van gewisjde akan kesulitan dalam pelelangan. (2)
terdapat kesulitan pada penelusuran aset hasil kejahatan yang berbentuk
fisik/proses pembangunan. (3) Apabila aset/hasil kejahatan yang diperoleh
oleh pelaku pencucian uang kemudian diatasnamakan orang lain yang tidak
memiliki hubungan dengan pelaku;
b. Dalam hal pembuktian terbalik sebaiknya memberikan kemudahan kepada
Penuntut Umum. Namun, dalam praktiknya pada tahap persidangan
pembuktian dari Penuntut Umum tetap diwajibkan untuk membuktikan
bahwa harta tersebut merupakan hasil tindak pidana;
c. Pada saat proses pembuktian, pihak penuntut umum mengalami kesulitan
ketika membuktikan kepemilikan rekening yang tidak didukung dengan
dokumen tambahan berupa buku tabungan rekening tersebut.
Disamping itu terdapat beberapa dinamika dan tantangan lainnya yang
seringkali ditemukan oleh Aparat Penegak Hukum dalam menangani perkara
pencucian uang, diantaranya:
Pada tahap penyelidikan terdapat kesulitan dalam melakukan pemblokiran,
sehingga diusulkan untuk dapat dilakukan penyitaan terlebih dahulu;
Sulitnya mendapatkan ahli mengenai pencucian uang dan sulitnya untuk
masuk kedalam akses lembaga jasa keuangan.
Pada saat proses penelusuran transaksi seringkali terhambat oleh batas
waktu penahanan. Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendeteksi pihak
beneficial owner atau pihak penerima manfaat atas hasil tindak kejahatan;
Transaksi yang dilakukan secara tunai (cash basis) menjadi kendala dalam
penelusuran transaksi;
Pada saat proses penyusunan dakwaan, terdapat kendala mengenai tempus
kejadian yang berbeda. Hal tersebut seringkali dipertanyakan oleh dewan
majelis hakim, khususnya pada Pasal 64 dan Pasal 65 KUHP karena
dimungkinkan perbuatan tersebut terjadi pada periode sebelum UU PPTPPU.
untuk kepentingan eksternal
22
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Dalam proses persidangan, terdapat kesulitan atau kendala dalam
penerapan UU PPTPPU periode sebelum 2010 dengan sesudah periode 2010.
Dalam proses persidangan diharapkan adanya Ahli dari PPATK.
Dalam proses persidangan, data atau informasi yang disampaikan Penyidik
tidak semuanya dapat dibuktikan, seperti ketiadaan alat bukti dan
terkadang berkas/surat dakwaan yang disampaikan oleh Penuntut Umum
tidak lengkap. Sehingga diharapkan dapat melengkapi atau memperkuat
alat bukti.
B. Karakteristik Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2015
Karakteristik putusan perkara pencucian uang diperoleh berdasarkan hasil putusan
perkara pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde)
selama periode 2015. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat sebanyak 40 Putusan
Perkara Pencucian Uang yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde)
selama periode 2015.
Berikut sebaran putusan perkara pencucian uang berdasarkan tingkat lembaga
pengadilan selama periode 2015.
Tabel 2. Putusan Perkara Pencucian Uang
Berdasarkan Tingkatan Lembaga Peradilan
No. Lembaga Pengadilan Jumlah
1 Pengadilan Negeri 20
2 Pengadilan Tinggi 16
3 Mahkamah Agung 4
Total 40
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Tingkat penanganan perkara tindak pidana pencucian uang selama periode 2015 lebih
dominan di Pengadilan Tingkat Pertama yaitu Pengadilan Negeri sebanyak 20 putusan
atau 50 persen yang tersebar di 15 Provinsi Indonesia. Pengadilan Tingkat Kedua
sebanyak 16 Putusan atau 40 persen serta Mahkamah Agung sebanyak 4 putusan
atau 10 persen. Hal tersebut dapat diketahui secara rinci pada tabel 4.
untuk kepentingan eksternal
23
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Tabel 3. Sebaran Wilayah Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Tahun 2015
No. Tingkat Pengadilan Jumlah
1 Pengadilan Negeri Banda Aceh 1
2 Pengadilan Negeri Bandung 1
3 Pengadilan Negeri Batam 1
4 Pengadilan Negeri Brebes 1
5 Pengadilan Negeri Karanganyar 1
6 Pengadilan Negeri Kebumen 2
7 Pengadilan Negeri Kediri 1
8 Pengadilan Negeri Kotabaru 2
9 Pengadilan Negeri Manokwari 2
10 Pengadilan Negeri Maros 1
11 Pengadilan Negeri Pontianak 1
12 Pengadilan Negeri Sampit 1
13 Pengadilan Negeri Surabaya 4
14 Pengadilan Negeri Tanjung 1
15 Pengadilan Tinggi Bandung 1
16 Pengadilan Tinggi Banjarmasin 2
17 Pengadilan Tinggi Banten 1
18 Pengadilan Tinggi Denpasar 1
19 Pengadilan Tinggi Jakarta 6
20 Pengadilan Tinggi Medan 2
21 Pengadilan Tinggi Pontianak 1
22 Pengadilan Tinggi Yogyakarta 2
23 Mahkamah Agung 4
Total 40
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
untuk kepentingan eksternal
24
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Grafik 4. Trendline Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Tahun 2014 s.d. 2015
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Trendline jumlah putusan perkara pencucian uang yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap (inkracht van gewisjde) dari tahun 2014 Semester I sampai tahun 2015
Semester II mengalami penurunan sebanyak 17 Putusan. Penurunan tersebut
dikarenakan masih banyaknya perkara pencucian uang yang masih mengikuti proses
upaya hukum, baik di tingkat banding maupun kasasi. Berdasarkan hasil rekapitulasi
perkara pencucian uang di Mahkamah Agung tahun 2015 terdapat 17 Kasasi Masuk, 5
diantaranya belum berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde).2
Salah satu tujuan strategis PPATK dalam upaya pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana pendanaan terorisme adalah
meningkatkan efektivitas pecegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang dan tindak pidana pendanaan terorisme. Dalam aspek pemberantasan tindak
pidana pencucian uang, perlu adanya sinergitas dan penyamaan persepsi antar
Lembaga Penegak Hukum. Hal tersebut dikarenakan semakin kompleks dan
berkembangnya modus operandi pencucian uang yang dilakukan oleh pelaku untuk
menyembunyikan dan menyamarkan asal usul harta kekayaan yang bersumber dari
hasil kejahatan.
2 Hakim Agung Suhadi, SH, MH, "Perkembangan Tipologi Pencucian Uang Secara Umum serta Keterkaitan
dengan Tindak Pidana Korupsi dan Narkotika", In House Training PPATK. Februari 2016.
29 28
16
24
31 29
16
34
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SMT I 2014 SMT II 2014 SMT I 2015 SMT II 2015
Putusan Terdakwa Linear (Putusan) Linear (Terdakwa)
untuk kepentingan eksternal
25
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
B.1 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Profil
Terdakwa
Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang tahun 2015 yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) terdapat sebanyak 50
terdakwa dari 40 putusan. Diketahui bahwa profil terdakwa yang dominan
selama tahun 2015 yaitu Pengusaha/Wiraswasta sebanyak 22 terdakwa atau 44
persen dari 50 terdakwa. Hal tersebut dapat diketahui secara rinci pada tabel 5.
Tabel 4. Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Profil Terdakwa
Tahun 2015
No. Profil Jumlah
%
Distribusi
1 Pengusaha/Wiraswasta 22 44%
2
Pegawai Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman Uang,
Pedagang Valuta 7 14%
3 Pegawai Swasta/Karyawan 5 10%
4 Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang 4 8%
5 Tidak Bekerja 4 8%
6 PNS/ASN (termasuk pensiunan) 3 6%
7 Ibu Rumah Tangga 3 6%
8 Pejabat Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif 1 2%
9 Tidak diketahui* 1 2%
Total 50 100%
Keterangan: *Berkas Putusan belum diperoleh
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Pada tahun 2015, jumlah profil terdakwa dari kategori berisiko tinggi seperti
orang yang populer secara politis (Politically Exposed Persons/PEP), Pegawai
instansi pemerintah kecenderungannya lebih sedikit dibandingkan profil Pegawai
Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman Uang, Pedagang Valuta Asing yaitu sebanyak 7
terdakwa atau sebesar 14 persen.
untuk kepentingan eksternal
26
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Grafik 5. Profil Terdakwa Tindak Pidana Pencucian Uang
Tahun 2015
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Secara dominan usia terdakwa pencucian uang berada pada usia diatas 40
tahun sebanyak 24 terdakwa atau 48 persen dari 50 terdakwa. Sedangkan
sisanya sebanyak 17 terdakwa atau 34 persen berada pada rentang usia 30 s.d.
40 tahun dan usia dibawah 30 tahun sebanyak 8 terdakwa atau 16 persen.
Grafik 6. Usia Terdakwa Tindak Pidana Pencucian Uang
Tahun 2015
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
22
7
5 4 4
3 3
1 1
0
5
10
15
20
25 Pengusaha/Wiraswasta
Pegawai Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman Uang, Pedagang Valuta Pegawai Swasta/Karyawan
Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang Tidak Bekerja
PNS/ASN (termasuk pensiunan)
Ibu Rumah Tangga
Pejabat Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif Tidak diketahui
Dibawah 30 tahun 8; 16%
30 s.d. 40 tahun
17; 34%
Diatas 40 tahun
24; 48%
NA 1; 2%
Dibawah 30 tahun 30 s.d. 40 Diatas 40 tahun NA
untuk kepentingan eksternal
27
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
B.2 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Tindak
Pidana Asal
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah suatu tindak pidana lanjutan
(follow up crime) yang merupakan kelanjutan dari tindak pidana asal (predicate
crime), sebagai sebuah upaya untuk menyembunyikan, atau menghilangkan
jejak sedemikian rupa sehingga tidak dapat diketahui bahwa harta kekayaan
tersebut berasal dari tindak pidana. Sedangkan tindak pidana asal (predicate
crime) merupakan tindak pidana yang menghasilkan uang/harta kekayaan yang
kemudian dilakukan proses pencucian uang. Oleh karena itu, tidaklah mungkin
ada TPPU tanpa adanya tindak pidana asalnya terlebih dahulu. Berbeda dengan
tindak pidana lain, TPPU adalah tindak pidana yang tidak berdiri sendiri, namun
didahului dan mungkin diikuti dengan tindak pidana lain.
TPPU merupakan bagian dari serangkaian kejahatan yang saling berkaitan. Oleh
karena itu, rezim pemberantasan TPPU berprinsip follow the money, bukan
follow the person, karena tindak pidananya yang saling terangkai mengalirkan
harta kekayaannya dari satu pihak ke pihak yang lain. Sebagai follow up
crime, menurut Mahkamah Agung untuk melakukan penyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaan dalam perkara TPPU tetap harus didahului dengan adanya
tindak pidana asal, namun tindak pidana asal tersebut tidak wajib dibuktikan
terlebih dahulu. Makna frasa "tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu" bukan
berarti tidak perlu dibuktikan sama sekali, namun TPPU tidak perlu menunggu
lama sampai perkara pidana asalnya diputus atau telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.3
Secara umum karakteristik putusan perkara pencucian uang berdasarkan tindak
pidana asal didominasi oleh tindak pidana korupsi sebanyak 10 putusan atau
25 persen dari 40 putusan, tanpa tindak pidana asal (hanya TPPU) sebanyak 10
putusan atau 25 persen. Dalam praktiknya, penyidik, penuntut maupun hakim
telah memberlakukan ketentuan Pasal 69 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Pasal
69 menjadi salah satu ketentuan yang mempermudah dan mempercepat gerak
penegak hukum dalam penangganan perkara pencucian uang. Disamping itu
terdapat sebanyak 7 putusan perkara pencucian uang atau 18 persen berasal
dari tindak pidana penipuan. Hal tersebut dapat diketahui secara rinci pada tabel
6.
3 Putusan Mahkamah Konstitusi atas Permohonan Uji Materil Undang-Undang Tindak Pidana Penncucian Uang
Tahun 2016 oleh R.J. Soehandoyo, SH, MH. 14 Juli 2016.
untuk kepentingan eksternal
28
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Tabel 5. Putusan Perkara Pencucian Uang
Berdasarkan Jenis Tindak Pidana Asal
Tahun 2015
No. Jenis Tindak Pidana Asal Jumlah %
Distribusi
1 Korupsi 10 25%
2 Tanpa Pidana Asal 10 25%
3 Penipuan 7 18%
4 Narkotika 4 10%
5 Tindak pidana lain yang diancam dengan
pidana penjara 4 tahun atau lebih 3 8%
6 di bidang perbankan 3 8%
7 Pencurian 1 3%
8 Penggelapan 1 3%
9 Perjudian 1 3%
Total 40 100%
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Grafik 7. Jumlah Putusan Perkara Pencucian Uang
Berdasarkan Jenis Tindak Pidana Asal
Tahun 2015
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
3%
3%
3%
8%
8%
10%
18%
25%
25%
0% 10% 20% 30%
Pencurian
Penggelapan
Perjudian
Tindak pidana lain yang diancam …
di bidang perbankan
Narkotika
Penipuan
Tanpa Pidana Asal
Korupsi untuk kepentingan eksternal
29
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
B.3 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Sebaran
Wilayah Pengadilan
Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang tahun 2015 terdapat
sebanyak 40 putusan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van
gewisjde). Terdapat 15 Provinsi sebaran wilayah putusan perkara pencucian
uang selama tahun 2015. Sebagian besar putusan perkara pencucian uang
tersebut berada di wilayah DKI Jakarta sebanyak 9 putusan atau 22,50 persen.
Selanjutnya di wilayah Jawa Timur sebanyak 5 Putusan atau 12,50 persen dan
Kalimantan Selatan sebanyak 5 Putusan atau 12,50 persen. Hal tersebut dapat
diketahui secara rinci pada tabel 7.
Tabel 6. Jumlah Sebaran Wilayah
Putusan Perkara Pencucian Uang Menurut Provinsi
Tahun 2015
No. Provinsi Jumlah % Distribusi
1 DKI Jakarta 9 22,50%
2 Jawa Timur 5 12,50%
3 Kalimantan Selatan 5 12,50%
4 Jawa Tengah 4 10,00%
5 DI Yogyakarta 3 7,50%
6 Jawa Barat 2 5,00%
7 Kalimantan Barat 2 5,00%
8 Papua Barat 2 5,00%
9 Sumatera Utara 2 5,00%
10 Aceh 1 2,50%
11 Bali 1 2,50%
12 Banten 1 2,50%
13 Kalimantan Tengah 1 2,50%
14 Kepulauan Riau 1 2,50%
15 Sulawesi Selatan 1 2,50%
Total 40 100%
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
B.4 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Aset yang
Dirampas
Salah satu tujuan akhir pelaku pencucian uang adalah menikmati harta
kekayaan yang bersumber dari hasil tindak kejahatan dengan cara
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan tersebut.
untuk kepentingan eksternal
30
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Berdasarkan hasil wawancara riset kepada pihak Aparat Penegak Hukum
(Kejaksaan dan Pengadilan Negeri/Tinggi) menyatakan bahwa salah satu
pemanfaatan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah pengembalian aset atas
kerugian negara atau korban.
Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang tahun 2015 diketahui
bahwa sebanyak 17 putusan atau 43 persen putusan perkara pencucian uang
menghasilkan pengembalian aset untuk korban/perusahaan. Sedangkan
sebanyak 9 putusan atau 22 persen putusan perkara pencucian uang yang
menghasilkan perampasan aset untuk negara. Disamping itu, terdapat 2
putusan perkara pencucian dengan tindak pidana asal korupsi yang memberikan
hukuman tambahan berupa membayar uang pengganti selain aset atau harta
hasil kejahatannya dirampas untuk negara.
Grafik 8. Perampasan Aset
Hasil Tindak Pidana Pencucian Uang
Tahun 2015
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
B.5 Karakteristik Putusan Perkara Pencucian Uang Berdasarkan Sanksi
Hukuman
Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (PPTPPU)
9; 22%
17; 43%
2; 5%
12; 30%
Dirampas Untuk Negara
Dikembalikan Kepada Korban/Perusahaan
Dirampas Untuk Negara dan Dikembalikan Kepada Korban/Perusahaan
Tidak Dirampas Untuk Negara dan Tidak Dikembalikan Kepada Korban/Perusahaan
untuk kepentingan eksternal
31
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
terdapat perbuatan TPPU yang menurut sifatnya dilakukan oleh pelaku secara
aktif dan secara pasif.
a. Yang dimaksud TPPU secara aktif adalah tindakan pidana pencucian uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan 4 UU PPTPPU:
Tindak pidana pencucian uang sebagaimana Pasal 3 TPPU adalah "Setiap
Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan menitipkan, membawa ke luar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga
atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling banyak Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah)";
Sedangkan tindak pidana pencucian uang sebagaimana Pasal 4 UU PPTPPU
adalah "Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan
yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah)".
b. Yang dimaksud dengan TPPU secara pasif adalah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 UU PPTPPU adalah: "Setiap Orang yang menerima atau
menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,
penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang
diketahunya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah)". Berdasarkan Pasal 5 ayat (2),
"Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak
Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini".
untuk kepentingan eksternal
32
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap pada tahun 2015 diketahui bahwa pelaku pencucian
uang yang dikenakan Pasal 3 (pelaku aktif) sejumlah 36 terdakwa atau 72
persen. Sedangkan sisanya sejumlah 11 terdakwa atau 22 persen dikenakan
Pasal 5 (pelaku pasif). Sejauh ini belum adanya pelaku pencucian uang yang
dikenakan Pasal 4 UU PPTPPU. Dalam praktiknya banyak ditemukan bahwa
pelaku pencucian uang sering kali memanfaatkan pihak ketiga (Third Party
Money Laundering) dalam melakukan proses pencucian uang.
Grafik 9. Pengenaan Unsur Pasal Pencucian Uang
Berdasarkan Pelaku Pencucian Uang
Tahun 2015
Keterangan: NA: berkas putusan belum diperoleh
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Berdasarkan vonis hukuman pidana penjara, para terdakwa lebih dominan
dikenakan hukuman penjara antara 0 s.d. 5 tahun sebanyak 24 terdakwa atau
48 persen. Sedangkan terdakwa yang dikenakan hukuman penjara selama 6
s.d. 10 tahun sebanyak 21 terdakwa atau 42 persen. Berdasarkan basis data
putusan perkara pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap pada
tahun 2015 diketahui bahwa hukuman pidana penjara yang diterima oleh
terdakwa paling rendah atau minimal selama 8 bulan dan maksimal selama 15
tahun. Hal tersebut dapat diketahui secara rinci pada tabel 8.
Pasal 3
36; 72%
Pasal 5
11; 22%
NA
3; 6%
Pasal 3 Pasal 5 NA untuk kepentingan eksternal
33
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Tabel 7. Putusan Perkara Pencucian Uang
Berdasarkan Variasi Hukuman Pidana Penjara
Tahun 2015
No. Hukuman Penjara Jumlah
%
Distribusi
1 0 s.d 5 tahun 24 48%
2 6 s.d. 10 tahun 21 42%
3 11 s.d. 15 tahun 3 6%
4 16 s.d. 20 tahun 0 0%
5 NA 2 4%
Total 50 100%
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
Berdasarkan variasi hukuman pidana denda, para terdakwa tindak pidana
pencucian uang lebih dominan dikenakan denda sebesar Rp0 s.d.
Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebanyak 38 terdakwa atau 76 persen.
Sedangkan sisanya sejumlah 5 terdakwa atau 10 persen dikenakan pidana
denda sebesar Rp1.100.000.000,- (satu miliar seratus juta rupiah) s.d.
Rp5.000.0000.0000,- (lima miliar rupiah). Serta sebanyak 5 terdakwa atau 10
persen dikenakan pidana denda sebesar Rp5.100.000.000,- (lima miliar seratus
juta rupiah) s.d. Rp10.000.000.0000,- (sepuluh miliar rupiah). Hal tersebut
dapat diketahui secara rinci pada tabel 9.
Tabel 8. Jumlah Putusan Perkara Pencucian Uang
Berdasarkan Variasi Hukuman Pidana Denda
Tahun 2015
No.
Hukuman Pidana
Denda
(Dalam Rupiah)
Jumlah %
Distribusi
1 0 s.d. 1 Miliar 38 76%
2 >1 Miliar s.d. 5 Miliar 5 10%
3 >5 Miliar s.d. 10 Miliar 5 10%
4 NA 2 4%
Total 50 100%
Sumber: Rekapitulasi Lembaga Peradilan 2016
untuk kepentingan eksternal
34
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
C. Keterkaitan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan
Database Laporan, Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan PPATK
Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang yang telah berkekuatan
hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode 2015 terdapat sebanyak 50
terdakwa dari 40 putusan perkara pencucian uang.
Sebagaimana dalam FATF Immediate Outcome 6 yang menyatakan bahwa Hasil
Analisis dan semua informasi terkait lainnya secara tepat digunakan oleh pihak yang
berwenang dalam rangka penanganan perkara pencucian uang. Didalam pokok FATF
Immediate Outcome 6 terdapat beberapa uraian diantaranya Immediate Outcome 6.2
yang menyatakan bahwa sejauh mana otoritas yang berwenang menerima atau
meminta laporan (dalam hal ini: LTKM, LTKT, LTKL, LT PBJ, LPUT LB) yang
mengandung informasi terkait dan akurat guna mendukung Aparat Penegak Hukum
dalam menjalankan tugasnya.
Hasil penelitian menunjukan adanya beberapa keterkaitan data antara database
PPATK dengan 50 terdakwa dari 40 putusan perkara pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap selama periode 2015, diantaranya:
Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Keuangan (LTKM) sebanyak
25 terdakwa atau 50 persen dari 50 terdakwa.
Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)
sebanyak 3 terdakwa atau 6 persen dari 50 terdakwa.
Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Penyedia Barang dan Jasa
sebanyak 1 terdakwa atau 2 persen dari 50 terdakwa.
Tidak adanya keterkaitan database Laporan Transaksi dari/ke Luar Negeri
(LTKL) dengan 50 terdakwa.
Tidak adanya keterkaitan database Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas
Batas (LPUT LB) dengan 50 terdakwa.
Hal tersebut menunjukan bahwa masih sedikitnya pemanfaatan database LPUT LB
dan LTKL yang digunakan dalam penyelidikan untuk mengembangkan bukti dan
melacak hasil kejahatan yang berkaitan dengan pencucian uang dan tindak pidana
asal. Dalam perkembangannya kejahatan pencucian uang semakin terorganisir,
bahkan sampai melintasi batas yuridiksi nasional negara-negara dan semakin
didukung dengan teknologi yang berkembang pesat. Oleh karena itu, dengan semakin
banyaknya database Laporan PPATK yang diperoleh dari berbagai Pihak Pelapor
diharapkan upaya pemberantasan tindak pidana pencucian uang dapat lebih optimal.
untuk kepentingan eksternal
35
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Grafik 10. Keterkaitan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
dengan Database Laporan PPATK
Sumber: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
Ada Keterkaitan
0%
Tidak Ada Keterkaitan
100%
Keterkaitan Database LTKL
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
Ada Keterkaitan
2%
Tidak Ada Keterkaitan
98%
Keterkaitan Database LT PBJ
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
Ada Keterkaitan
0%
Tidak Ada Keterkaitan
100%
Keterkaitan Database LPUT LB
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
Ada Keterkaitan
6%
Tidak Ada Keterkaitan
94%
Keterkaitan Database LTKT
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
Ada Keterkaitan
50% Tidak Ada
Keterkaitan 50%
Keterkaitan LTKM
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
untuk kepentingan eksternal
36
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Uraian pokok FATF Immediate Outcome 6 lainnya yaitu tercantum dalam FATF
Immediate Outcome 6.3 yang menyatakan bahwa sejauh mana Hasil Analisis dan
diseminasi dari FIU (dalam hal ini PPATK) mendukung kebutuhan operasional otoritas
yang berwenang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya keterkaitan data putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama
periode 2015 dengan Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP) PPATK.
a. Terdapat sebanyak 11 putusan atau 27,5 persen dari 40 putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap dengan memanfaatkan
Hasil Analisis (HA) PPATK.
Pemanfaatan Hasil Analisis PPATK selain mengenai penegakan hukum juga
dapat membantu proses pemeriksaan, pengembangan analisis dan penagihan
pajak (tax collection), membantu proses audit investigasi, serta dapat
membantu proses fit and proper test di Kementerian/Lembaga Pemerintah
dalam rangka mewujudkan (good public governance).
b. Terdapat sebanyak 2 putusan atau 5 persen dari 40 putusan perkara pencucian
uang yang telah berkekuatan hukum tetap dengan memanfaatkan Hasil
Pemeriksaan (HP) PPATK.
Sebagai informasi bahwa proses pemanfaatan Hasil Pemeriksaan PPATK tahun
2015 masih didominasi pada tahap penyelidikan. Selain itu berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Tahun 2015 terkait Tindak Pidana Pajak telah menghasilkan
pengembalian pajak sebesar Rp50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah).
Grafik 11. Keterkaitan Putusan Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
dengan Hasil Analisis dan Hasil Pemeriksaan PPATK
Sumber: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
Ada Keterkaitan
27,5%
Tidak Ada Keterkaitan
72,5%
Keterkaitan Hasil Analisis
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
Ada Keterkaitan
5%
Tidak Ada Keterkaitan
95%
Keterkaitan Hasil Pemeriksaan
Ada Keterkaitan Tidak Ada Keterkaitan
untuk kepentingan eksternal
37
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
D. Tipologi Pencucian Uang di Indonesia
Tipologi Pencucian Uang yang diuraikan dibawah ini bertujuan untuk:
a. memberikan informasi kepada pihak yang relevan (Pihak Pelapor, Regulator,
Aparat Penegak Hukum) mengenai berbagai metode dan teknik yang digunakan
oleh pelaku pencucian uang;
b. mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut dan
mengidentifikasi tren yang meningkat sehingga memerlukan pemantauan lebih
lanjut; dan
c. membantu upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
di Indonesia.
Dalam upaya penguatan dan peningkatan efektifitas Rezim Anti Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme di Indonesia, para pelaku pencucian uang selalu mencari cara-
cara alternatif untuk melakukan pencucian uang atas hasil kejahatan.
Kejahatan pencucian uang bersifat sangat dinamis dan semakin kompleks, melintasi
batas-batas yurisdiksi (cross border) dan menggunakan modus yang semakin
bervariatif dengan memanfaatkan lembaga di luar sistem keuangan, bahkan telah
merambah ke berbagai sektor. Oleh karena itu, pihak yang relevan harus lebih
fleksibel mengenai pekembangan tersebut dalam upaya mencegah dan memberantas
tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Berikut beberapa uraian tipologi pencucian uang berdasarkan putusan pengadilan
terkait tindak pidana pencucian uang yang sudah berkekuatan hukum tetap (inkracht
van gewisjde) selama periode 2015.
D.1 Tipologi Pencucian Uang terkait Tindak Pidana Korupsi
Tipologi ini disusun berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor
11/Pid.Sus-TPK/2015/PT DPS tanggal 7 September 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Terdakwa IWC adalah seorang mantan Bupati XXX periode 2003 s.d. 2008
didakwa melakukan tindak pidana korupsi, gratifikasi dan pencucian uang.
Pada tahun 2006 Pemerintah Daerah telah merencanakan Pembangunan
Dermaga dan pada tanggal 22 Mei 2006 telah ditetapkan lokasi
pembangunan dermaga tersebut oleh IWC. Kemudian telah disepakati
untuk ganti rugi tanah di lokasi tersebut sebesar Rp14.000.000,- per are.
Setelah disepakati nilai ganti rugi tersebut, terdakwa melakukan
untuk kepentingan eksternal
38
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
pembelian tanah seluas 8.400 m2 dengan menggunakan/meminjam nama
orang lain yaitu NMA, IDA. Bahwa terdakwa telah memperkaya diri sendiri
dengan menerima ganti rugi atas tanah yang dibelinya di lokasi yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pembangunan dermaga sebesar
Rp1.197.000.000,- (satu miliar seratus sembilan tujuh juta rupiah).
Terdakwa telah menerima gratifikasi berupa uang sejumlah
Rp42.734.500.854,33,- (empat puluh dua milyar tujuh ratus tiga puluh
empat juta lima ratus ribu delapan ratus lima puluh empat rupiah koma
tiga puluh tiga sen) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut dan
fasilitas berupa kredit sebesar Rp.19.985.000.000,- (sembilan belas miliar
sembilan ratus delapan puluh lima juta rupiah) yang melebihi Batas
Maksimum Pemberian Kredit, yang dianggap suap karena berhubungan
dengan jabatan terdakwa selaku Bupati dan berlawanan dengan kewajiban
atau tugas terdakwa. Bahwa pada tahun 2004 s.d. 2006 terdakwa telah
menempatkan, mentransfer, mengalihkan, uang yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana gratifikasi (Korupsi) pada
beberapa rekening pribadi dan perusahaan milik anak terdakwa dan
penempatan deposito. Serta melakukan beberapa pembelian aset berupa
tanah dan bangunan.
Tindak Pidana Asal
Pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten XXX merencanakan
Pembangunan Dermaga dan pada tanggal 22 Mei 2006 telah
ditetapkan lokasi pembangunan dermaga tersebut oleh Terdakwa IWC.
Terdakwa IWC melakukan penawaran harga ganti rugi tanah kepada
masyarakat untuk kelancaran proses pembangunan dermaga.
Berdasarkan inisiatif sendiri, terdakwa menaikan harga ganti rugi
tanah menjadi Rp14.000.000,- (empat belas juta rupiah) per are dan
telah disepakati bahwa harga ganti rugi tersebut tidak dikenakan
pajak dan sisa tanah yang tidak terkena pembebasan lahan dibuatkan
sertifikat oleh Pemerintah atas nama pemilik tanah dengan biaya dari
Pemerintah.
Terdakwa IWC telah mempunyai niat untuk memperkaya diri sendiri
dengan menguasai beberapa bidang tanah (seluas 8.400 m2 ) di lokasi
yang telah ditetapkan sebagai lokasi pembangunan Dermaga dan jalan
menuju ke Dermaga dengan cara membeli dari pemilik asal dengan
harga Rp8.000.000,- per are dengan memakai/meminjam nama orang
untuk kepentingan eksternal
39
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
lain untuk dipakai sebagai pihak pembeli dalam akta perjanjian jual
beli.
Terdakwa IWC telah memperkaya diri sendiri dengan menerima ganti
rugi atas tanah yang dibelinya seluas 8.400 m2 di lokasi yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pembangunan dermaga sebesar
Rp1.197.000.000 (satu miliar seratus sembilan tujuh juta rupiah).
Selain itu, pemberian ganti rugi atas pembebasan tanah untuk
pembangunan dermaga dan jalan menuju ke dermaga telah
menguntungkan orang lain yang tidak berhak atas pemberian ganti
rugi tersebut yaitu para makelar tanah yang telah membeli tanah
tanpa harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota
atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
Terdakwa telah menerima komisi dari makelar tanah sejumlah
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dalam bentuk 2 (dua) lembar
cek terkait pembayaran ganti rugi tanah.
Terdakwa menerima gratifikasi berupa uang sejumlah
Rp42.734.500.854,22 (empat puluh dua miliar tujuh ratus tiga puluh
empat juta lima ratus ribu delapan ratus lima puluh empat koma dua
puluh dua sen).
Bahwa seluruh penerimaan uang dan fasilitas yang diterima oleh
terdakwa bertentangan dengan kewajiban dan tugas terdakwa selaku
Bupati.
Tindak Pidana Pencucian Uang
Terdakwa IWC menerima uang yang merupakan gratifikasi secara
bertahap baik secara tunai maupun transfer ke dalam rekening pribadi
dan perusahaan.
Terdakwa IWC berupaya menyamarkan atau menyembunyikan uang
hasil tindak pidana korupsi yang telah menerima pembebasan tanah
untuk keperluan pembangunan dermaga yang dibeli oleh terdakwa
dengan menggunakan nama orang lain. Mekanisme penarikan dana
dilakukan oleh orang lain/pihak ketiga.
Terdakwa IWC telah menempatkan mentransfer, mengalihkan uang
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil Tindak
Pidana Gratifikasi (Korupsi) pada rekening tabungan milik terdakwa
dan rekening giro atas nama perusahaan.
Terdakwa IWC dengan maksud menyembunyikan dan menyamarkan
asal usul harta kekayaan hasil tindak pidana korupsi telah
untuk kepentingan eksternal
40
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
meminjamkan sejumlah uang kepada Perusahaan PT.BPI (milik anak
terdakwa). Transaksi yang dilakukan dengan cara setoran tunai oleh
pihak ketiga dan pemindahbukuan secara langsung oleh terdakwa.
Terdakwa IWC telah memerintahkan kepada anaknya untuk membuka
akun rekening giro dan deposito atas nama perusahaan milik anak
terdakwa (PT.BSA dan PT.BPI) dan dilengkapi dengan speciment tanda
tangan terdakwa yang bertujuan untuk melakukan penarikan uang
dengan dilengkapi surat kuasa dari pemilik perusahaan.
Pada tahun 2010 s.d. 2012, terdakwa IWC telah mencampur uang
yang diperoleh dari hasil tindak pidana gratifikasi (korupsi) dengan
uang milik perusahaan (PT.BSA) dengan cara setor tunai dan
mentransfer uang milik terdakwa ke rekening perusahaan tersebut
dengan volume frekuensi transaksi yang cukup tinggi.
Sejumlah uang yang masuk ke dalam rekening deposito atas nama
perusahaan, kemudian terdakwa IWC menjaminkan deposito tersebut
untuk mendapatkan kredit/pinjaman dari Bank dengan nilai pinjaman
dibawah nilai deposito.
Terdakwa IWC telah menggunakan uang hasil tindak pidana gratifikasi
(korupsi) untuk pembelian sebidang tanah. Pembayaran dilakukan
secara bertahap dimulai pada pembayaran uang muka dengan
menggunakan cek dan pelunasan melalui transfer ke rekening notaris.
Atas permintaan Terdakwa uang tersebut dibayarkan oleh Notaris
kepada para pemilik tanah sebanyak 40 orang dan dibuatkan kwitansi
pembayaran serta Akte Perjanjian Jual Beli yang diatas namakan sopir
terdakwa. Kemudian terdakwa IWC membeli sebidang tanah dan
bangunan dengan diatasnamakan anak terdakwa.
Terdakwa IWC menggagungkan/menjaminkan sertifikat tanah dan
bangunan tersebut untuk mendapatkan kredit dari bank sebesar
Rp7.000.000.000,- (tujuh miliar rupiah) yang digunakan untuk
keperluan pribadi terdakwa seolah-olah uang tersebut bersumber dari
hasil yang sah dan kemudian terdakwa tidak pernah membayar cicilan
atas kredit tersebut sehingga tanah dan bangunan yang diagunkan
tersebut dilakukan langkah hukum oleh bank tersebut.
Terdakwa IWC telah membelanjakan uang hasil tindak pidana
gratifikasi (korupsi) untuk pembelian properti berupa 1 unit gedung
yang diatasnamakan anaknya. Kemudian gedung tersebut
diagunkan/dijaminkan untuk kredit yang diatas namakan PT.BPI
dengan tujuan untuk menyamarkan atau menyembunyikan harta
untuk kepentingan eksternal
41
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana. Selanjutnya, kredit
tersebut dibayarkan oleh terdakwa dengan cara
mengangsur/mencicil.
Terdakwa IWC telah membeli sejumlah aset berupa tanah dengan
menggunakan nama kepemilikan aset tersebut oleh kakak kandung,
sepupu dan anak terdakwa.
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.1 Korupsi
Profil Terdakwa V.2.2 Pejabat Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif
Pola Transaksi V.3.1 Setor Tunai
V.3.2 Tarik Tunai
V.3.13 Setoran Pemindahan
V.3.21 Pencairan Cek/BG
V.3.23 Pemberian Uang secara tunai
V.3.32 Pencairan kredit dari bank
Instrumen Transaksi V.4.1 Deposito Rp
V.4.2 Rekening Giro Rp
V.4.4 Rekening Tabung Rp
V.4.7 Cek/BG
V.4.10 Kwitansi
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.14 Perusahaan Properti
Sumber Dana V.6.1 Yang bersangkutan
Pihak Terkait V.7.3 Anak
V.7.4 Keluarga Sekandung
V.7.7 Pihak lain/perantara
V.7.10 Perusahaan Swasta
V.7.11 Jasa Profesional
Asset TPPU V.8.4 Tanah
V.8.5 Rumah Toko/Ruko
V.8.10 Tanah dan Bangunan
untuk kepentingan eksternal
42
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Melakukan penjaminan atau agunan harta hasil kejahatan untuk
memperoleh pembiayaan/kredit yang kemudian disegaja untuk tidak
dibayarkan agar jaminan atau agunan tersebut dirampas oleh pihak
pemberi pembiayaan/kredit;
2. Penguasaan debit rekening bank atas nama perusahaan yang
dilengkapi dengan speciment tanda tangan dari pihak di luar struktur
kepemilikan perusahaan;
3. Keterkaitan jasa profesional seperti notaris dalam pembelian dan
pembuatan Akta Jual Beli Tanah;
4. Pembelian aset/barang-barang mewah berupa tanah, bangunan dan
properti dengan mengunakan nama kepemilikan orang lain (sopir) dan
pihak keluarga (anak, kakak, sepupu). Pihak tersebut hanya tercatat
atas kepemilikannya (registered ownership) dan bukan sebagai
penerima manfaat.
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Pengadilan
Tinggi
Denpasar
Nomor
11/Pid.Sus
-
TPK/2015/
PT DPS
Korupsi,
Gratifikasi
dan
Pencucian
Uang
Pasal 3 jo Pasal
18 UU No. 31
Tahun 1999
tetang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi
sebagaimana
diubah dengan
UU No. 20 Tahun
2001 tetang
Perubahan atas
UU No.31 Tahun
1999 tetang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal
55 ayat (1) ke-1
KUHP; Pasal 12B
15 (lima
belas
tahun)
Rp1.000.000.
000,- (satu
miliar rupiah)
subsidair 6
(enam) bulan
pidana
kurungan dan
Uang
Pengganti
sebesar
Rp1.197.000.
000,- (satu
miliar seratus
sembilan
puluh tujuh
juta rupiah)
untuk kepentingan eksternal
43
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
jo Pasal 12 C
ayat (1) dan ayat
(2) UU No.31
Tahun 1999
tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi
sebagaimana
diubah dengan
UU No. 20 Tahun
2001 tetang
Perubahan UU
No.31 Tahun
1999 tetang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal
65 KUHP; Pasal 3
UU No. 8 Tahun
2010 tetang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang.
untuk kepentingan eksternal
44
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 3. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal Korupsi
IWC
Mantan Bupati
V.1.1
V.2.1
Proyek Pembuatan
Dermaga
Pembebasan Lahan
Pihak lain/Perantara
V.7.7
Menentukan Wilayah
Pembangunan Dermaga
Pembelian Lahan
menggunakan
pihak lain seluas
8.400 m2
V.8.4
Makelar Tanah
Pem
bebas
an L
ahan
Rek. an. IWC
V.4.4
V.5.1
V.6.1
V.4.7
Pemberian 2 lembar
cek senilai
Rp200.000.000,-
Hasil
Pembebasan
Lahan Seluas
8.400m2
Total
Rp1.197.000.000,-
V.7.7
Instruksi
Pembukaan
Rekening
Perusahaan
PT.BSA dan
PT.BPI
V.7.3
Rek. an. PT.BPI
V.4.1
V.5.1
V.6.1
Rek. an.
PT.BSA
V.4.2
V.5.1
V.6.1
Memberikan Gratifikasi
Total Rp42.734.500.854,-
Rekening Perusahaan dikuasai oleh IWC
Memberikan
Pinjaman sejumlah
uang. Transaksi
dilakukan oleh
pihak ketiga
V.3.1
V.3.13
Transfer Dana
dan Setor Tunai
Notaris
V.7.11
Transfer Dana
untuk Pembelian
Sebidang Tanah atas
nama Supir IWC
V.8.10
Registed
Ownership
V.7.7
V.8.10Bank A
V.5.1
Jaminan
Kredit
Pencairan Kredit
Total
Rp7.000.000.000,-
V.4.10
V.8.5
Pembelian 1
unit gedung
atas nama anak
IWC
Bank B
V.5.1
Jaminan
Kredit
V.8.4
Pembelian sejumlah
aset berupa tanah
atas nama kakak
kandung, sepupu
dan anak
untuk kepentingan eksternal
45
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
D.2 Tipologi Pencucian Uang Hasil Korupsi dengan keterlibatan Politically
Exposed Persons (PEP)
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Pontianak Nomor
16/Pid.Sus-TPK/2015/PT PTK tanggal 2 Juli 2015; Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta Nomor 01/Pid/TPK/2015/PT DKI tanggal 11 Februari 2015; dan Putusan
Pengadilan Negeri Pontianak Nomor 03/Pid.Sus/TP.Korupsi/2015/PN.Ptk tanggal
18 Mei 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Pada tahun 2007 di wilayah Pontianak adanya perkenalan antara terdakwa
HL (seorang wiraswasta) dengan HLR seorang PEP di Bea Cukai. Terdakwa
HL selaku broker atau perantara dalam pengurusan impor barang dari
China yang transit di Singapura menuju Pelabuhan Dwikora wilayah
Kalimantan Barat. Terdakwa HL bukan seorang importir atau pemilik
perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor, dan
tidak memiliki Angka Pengenal Impor-Umum (API-U) dan Nomor Induk
Kepabeanan (NIK) dalam melakukan aktifitas importasi barang. Untuk
kemudahan kegiatan impor barang tersebut, terdakwa HL memberikan
hadiah kepada PEP Bea Cukai agar tidak melakukan pemantauan terhadap
pelanggaran peraturan kepabeanan dengan cara pemberian buku
tabungan dan ATM atas nama terdakwa HL. Setelah HLR pindah
penugasan kerja, kemudian terdakwa HL memindahkan kegiatan importasi
barang melalui perbatasan Indonesia-Malaysia di daerah pabean Entikong
yaitu impor barang melalui jalur China ke Khucing, ke Tebedu, dan dari
Tebedu ke Pontianak dengan jalur darat melalui perbatasan antara
Malaysia-Indonesia. Proses importasi barang yang dilakukan terdakwa HL
di daerah pabean Entikong yaitu dengan menghubungi para
broker/perantara yang mengurus impor barang dari para pemesan barang.
Pelaksanaan kegiatan importasi barang yang dilakukan oleh terdakwa HL
menggunakan jasa terdakwa AA yang bertugas menyiapkan nama
perusahaan importir termasuk angkutan/trucking dari Entikong ke
Pontianak. Diketahui bahwa barang-barang yang di impor oleh terdakwa
HL bersama terdakwa AA merupakan barang campuran dan tidak
diperbolehkan untuk diimpor melalui daerah pabean Entikong
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan. Dari hasil
pengurusan importasi barang melalui PPLB Entikong, terdakwa AA
mendapatkan sejumlah Rp2.760.850.000,- (dua miliar tujuh ratus enam
puluh juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah) selama periode 28 Juli
untuk kepentingan eksternal
46
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
2008 s.d. 7 Januari 2011. Untuk dapat memasukan barang dari Tebedu
Malaysia menuju Indonesia, terdakwa AA membayar pungutan bea masuk
kepada terdakwa IJ (seorang PEP di Bea Cukai). Atas perbuatan terdakwa
IJ telah memperkaya dirinya sendiri sehingga merugikan keuangan negara
± Rp903.500.000,- (sembilan ratus tiga juta lima ratus ribu rupiah).
Tindak Pidana Asal
Terdakwa I: HL
1. HL adalah seorang broker/perantara dalam mengurus impor barang
dari China yang transit di Singapura dan menuju Pelabuhan di
Indonesia. Diketahui bahwa HL bukan seorang importir atau pemilik
perusahaan yang bergerak di bidang impor atau dealer barang impor
dan tidak memiliki Angka Pengenal Impor-Umum (API-U) dan Nomor
Induk Kepabeanan (NIK).
2. HL telah memberikan hadiah berupa uang kepada PEP Bea Cukai
yang memiliki kewenangan dalam importasi barang melalui
pemberian buku tabungan dan kartu ATM yang diatas namakan HL.
Kemudian melakukan beberapa kali transfer uang ke rekening
tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk kemudahan kegiatan impor
barang yang dilakukan oleh HL.
3. Perusahaan yang bergerak di bidang impor dipergunakan oleh
terdakwa HL untuk melakukan kegiatan impor barang di daerah
pabean Entikong. Diketahui bahwa perusahaan tersebut tidak
tercantum dalam Bill of Landing yang diterbitkan oleh Suplier yang
berada di China dan importir tersebut tidak memiliki keahlian dalam
menghitung nilai pabean (Self Assessment).
4. Barang-Barang yang diimpor oleh HL selaku broker/perantara yang
mengurus kegiatan impor dari para pemilik barang melalui daerah
pabean Entikong diantaranya DSA Campuran yang termasuk tidak
boleh diimpor melalui daerah pabean Entikong.
5. Barang-barang impor yang diurus oleh terdakwa HL tidak dilakukan
pemeriksanaan secara menyeluruh untuk pembayaran Bea Masuk,
PPN dan PPH sebagai Pajak Dalam Rangka Impor dan tidak dihitung
secara self assessment dan tidak dibayarkan oleh Importir yang
tercantum di dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) karena nama
perusahaan tersebut hanya dipinjam untuk dicantumkan dalam PIB,
semestinya wilayah Pabean Entikong Kalimantan Barat termasuk
jalur MERAH, dimana setiap barang yang masuk ke Indonesia dari
untuk kepentingan eksternal
47
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Luar Negeri melalui Pabean Entikong seharusnya dilakukan
pemeriksaan terhadap fisik barang impor.
6. Pembayaran yang diterima oleh terdakwa HL untuk pengurusan
importasi barang yang dilakukan di daerah Pabean Entikong selama
periode 2008 s.d. 2014 sejumlah Rp59.408.143.534,- Sumber dana
diperoleh dari beberapa pengusaha/importir di Indonesia.
7. Memberikan hadiah berupa 1 unit motor kepada PEP Bea Cukai
wilayah Kalimantan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan
importasi barang.
Terdakwa II: AA
1. Pada tahun 2009, terdakwa AA menerima pesanan melalui Fax dari
terdakwa HL untuk memasukan dan mengankut barang dari Malaysia
menuju Indonesia melalui Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB)
Entikong. Dalam hal tersebut, terdakwa AA tidak mempunyai
kapasitas sebagai importir atau memiliki perusahaan yang bergerak
di bidang impor atau dealer barang impor dan tidak memilki Angka
Pengenal Impor-Umum (API-U) dan Nomor Induk Kepabeanan (NIK)
untuk melakukan importasi barang.
2. Terdakwa AA dalam memasukan dan mengangkut barang impor
yang masuk ke Indonesia melalui Tebedu Malaysia melewati PPLB
Entikong bekerjasama dengan PEP Bea Cukai (Terdakwa IJ).
3. Terdakwa AA bertugas untuk menyiapkan importir termasuk jasa
angkutan dari Entikong ke Pontianak seperti CV.RM, CV.AS dan PT.
SGB.
4. Terdakwa AA membantu terdakwa HL untuk memasukan barang
melalui PPLB Entikong yang diketahui barang tersebut merupakan
DSA Campuran. Berdasarkan peraturan Menteri Perdaganan RI
bahwa barang-barang tersebut tidak diperbolehkan masuk melalui
daerah Pabean Entikong.
5. Selama periode Juli 2008 s.d. Januari 2011, terdakwa AA menerima
62 transaksi dari terdakwa HL dengan total nilai Rp2.760.850.000,-
(dua miliar tujuh ratus enam puluh juta delapan ratus lima puluh ribu
rupiah) sebagai jasa meminjamkan nama importir.
6. Terdakwa AA dapat memasukan barang-barang impor tersebut dari
Tebedu Malaysia ke Indonesia melalui PPLB Entikong dikarenakan
terdakwa AA telah membayar pungutan bea masuk kepada terdakwa
IJ. Diketahui bahwa PPLB Entikong bukan merupakan kawasan
untuk kepentingan eksternal
48
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Pabean yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan ekspor dan
impor.
Terdakwa III: IJ
1. Terdakwa IJ seorang PEP Bea Cukai yang memiliki tugas melakukan
pelayanan kepabeanan.
2. Terdakwa IJ telah memperbolehkan/mengijinkan/membiarkan
barang masuk dari Malaysia ke Indonesia melalui Pos Pemeriksaan
Lintas Batas (PPLB) Entikong seolah-olah Pos Pemeriksaan Lintas
Batas (PPLB) Entikong merupakan kawasan pabean yang mana
kegiatan impor tersebut tidak dilengkapi dengan dokumen-dokumen
Letter of Credit (L/C), Delivery Order (D/O), Bill of Exchange, Bill of
Landing (B/L).
3. Terdakwa IJ tidak melakukan penelitian terhadap dokumen
kepabeanan dan cukai yang diajukan pengguna jasa
(eksportir/importir), tidak meneliti tarif dan nilai pabean dan tidak
melakukan pemeriksaan fisik barang impor yang diperantarai oleh
terdakwa HL.
4. Terdakwa IJ tidak melakukan pemeriksaan dokumen secara
menyeluruh untuk pembayaran Bea Masuk, PPN dan PPH sebagai
Pajak Dalam Rangka Impor (tidak dihitung berdasarkan self
assessment atau dibayarkan oleh importir sesuai dengan
Pemberitahuan Impor Barang) karena masing-masing perusahaan
tersebut hanya dipinjam untuk dicantumkan dalam PIB padahal
Pabean Entikong Kalimantan Barat termasuk Jalur Merah (wajib
dilakukan pemeriksaan fisik barang impor).
5. Bahwa Invoice yang berisikan jumlah barang dan nilai barang yang
lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah dan nilai barang yang
sebenarnya dan kemudian dijadikan sebagai dasar dalam
penghitungan penetapan Bea Masuk atas dasar petunjuk dari
terdakwa IJ.
6. Bahwa uang pungutan Bea Masuk termasuk tersebut ditampung dan
disimpan sendiri oleh terdakwa IJ selama 1 s.d. 2 Minggu sebelum
diserahkan kepada Bendahara Penerimaan dan terdapat sebagain
uang digunakan untuk kepentingan pribadi.
7. Pembayaran Bea Masuk yang dilakukan oleh importir melalui
perantara/broker (terdakwa HL dan AA) dengan cara transfer via
ATM dan RTGS ke rekening bank atas nama terdakwa IJ dan
untuk kepentingan eksternal
49
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
rekening atas nama orang lain yang dikuasai oleh terdakwa IJ. Total
keseluruhan uang yang masuk kedalam rekening bank tersebut
sebesar Rp903.500.000,- (sembilan ratus tiga juta lima ratus ribu
rupiah).
Tindak Pidana Pencucian Uang
Terdakwa I: HL
1. HL telah membantu menyamarkan atau menyembunyikan hasil
tindak pidana korupsi yang diperoleh PEP Bea Cukai dengan
mebelikan 1 unit kendaraan bermotor yang diatas namakan adik ipar
PEP Bea Cukai.
2. HL telah memberikan beberapa buku tabungan atas nama pribadi
dan kemudian buku tabungan dan ATM Bank tersebut
dikuasai/dipergunakan oleh PEP Bea Cukai (HLP dan IJ) di wilayah
Kalimantan Barat.
3. HL telah menerima pentransferan kembali uang hasil tindak pidana
suap dan gratifikasi yang diperoleh PEP Bea Cukai pada periode Juli
2008 s.d. 23 Desember 2009 sebesar Rp107.500.000,- (seratus
tujuh puluh lima ratus ribu rupiah).
4. HL telah membantu menyamarkan atau menyembunyikan hasil
kejahatan PEP Bea Cukai dengan menerima kembali buku tabungan
dan kartu ATM Rekening Bank atas nama HL yang telah dikuasai
oleh PEP Bea Cukai. Sisa dana hasil kejahatan tersebut senilai
Rp52.000.000,- kemudian dilakukan penarikan uang dan digunakan
untuk kepentingan pribadi terdakwa HL.
Terdakwa II: AA
1. Terdakwa AA melakukan pembelian 1 unit kendaraan bermotor
berupa mobil dengan menggunakan nama pihak lain.
2. Terdakwa AA melakukan pembukaan rekening bank untuk
penampungan harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kejahatan.
Kemudian terdakwa AA mentransfer ke rekening atas nama terdakwa
HL yang dikuasai oleh terdakwa IJ sejumlah Rp50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah).
3. Terdakwa AA menerima transfer dana dari terdakwa IJ (PEP Bea
Cukai) sejumlah Rp15.000.000,- (lima belas juta rupiah) yang
diketahui sumber dana tersebut bersumber dari hasil tindak pidana
korupsi.
untuk kepentingan eksternal
50
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Terdakwa III: IJ
1. Terdakwa IJ telah menerima buku rekening dan kartu ATM bank atas
nama terdakwa HL (seorang broker/perantara dalam mengurus
impor barang) yang digunakan untuk menerima sejumlah uang hasil
korupsi.
2. Terdakwa IJ telah menerima transfer dana via ATM pada rekening
atas nama pribadi sebesar Rp277.500.000,- (dua ratus tujuh puluh
juta lima ratus ribu rupiah) dari PEP Bea Cukai (HLP).
3. Terdakwa telah menguasai rekening bank atas nama pihak lain,
diantaranya HL dan HK (saudara ipar) yang digunakan untuk
menempatkan uang hasil tindak pidana korupsi.
4. Pada rekening bank atas nama terdakwa HL yang dikuasai oleh
terdakwa IJ, telah diteransfer sejumlah uang dari terdakwa HL
melalui RTGS sebesar Rp44.500.000,- (empat puluh empat juta lima
ratus ribu rupiah) dan melalui transfer via ATM sebesar
Rp20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)
5. Pada rekening bank atas nama HK uang telah dikuasai oleh terdakwa
IJ telah menerima sejumlah uang yang terdiri dari:
terdakwa HL dan/atau HLP sebesar Rp239.000.000,- (dua ratus
tiga puluh sembilan juta rupiah) melalui transfer via ATM dan
setor tunai.
Sdr. MS sebesar Rp114.000.000,- (seratus empat belas juta
rupiah) melalui transfer via ATM dan sebesar Rp48.000.000,-
(empat puluh delapan juta rupiah) melalui setor tunai.
Sdr JZ (Komisaris CV.KL) sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) melalui transfer via ATM.
Sdr.R sebesar Rp49.000.000,- (empat puluh sembilan juta
rupiah) melalui setor tunai.
Total keseluruhan dana yang masuk kedalam rekening tersebut
sebesar Rp460.000.000,- (empat ratus enam puluh juta rupiah).
6. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa IJ digunakan untuk:
Pembelian 1 unit mobil atas nama pribadi dengan cara
pembayaran secara bertahap. Tahap pertama pembayaran
secara tunai atau cash. Tahap kedua pembayaran dilakukan
secara transfer.
Pembayaran DP (Down Payment) atas kepemilikan apartemen.
7. Bahwa uang yang diterima oleh terdakwa IJ ditransfer ke beberapa
pihak lainnya, diantaranya:
untuk kepentingan eksternal
51
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Sdr.RZK merupakan saudara ipar terdakwa sebesar
Rp76.750.000,- (tujuh puluh enam juta tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah).
Sdr.ZKP merupakan saudara ipar terdakwa sebesar
Rp2.000.000,- (dua juta rupiah).
Sdr.Z merupakan mertua terdakwa sebesar Rp113.500.000,-
(seratus tiga belas juta lima ratus ribu ribu rupiah).
PT.BKA PR untuk pembayaran cicilan rumah sebanyak 7 kali
dengan total sebesar Rp38.356.000,- (tiga puluh delapan juta
tiga ratus lima puluh enam ribu rupiah).
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.1 Korupsi
Profil Terdakwa I V.2.2 Pengusaha/Wiraswasta
Profil Terdakwa II V.2.2 Pengusaha/Wiraswasta
Profil Terdakwa III V.2.3 PNS/ASN (termasuk pensiunan)
Pola Transaksi V.3.1 Setor Tunai
V.3.2 Tarik Tunai
V.3.7 RTGS
V.3.11 Transfer via ATM
Instrumen Transaksi V.4.2 Rekening Giro Rp
V.4.4 Rekening Tabungan Rp
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.14 Perusahaan Properti
V.5.15 Pedagang Kendaraan Bermotor
Sumber Dana V.6.1 Yang Bersangkutan
V.6.2 Pihak Lain di Dalam Negeri
Pihak Terkait V.7.5 Keluarga Semenda (mertua, adik
ipar, kakak ipar)
V.7.6 Rekan Kerja
V.7.7 Pihak Lain/Perantara
V.7.10 Perusahaan Swasta
Asset TPPU V.8.1 Uang Tunai
V.8.3 Motor
V.8.2 Mobil
V.8.6 Rumah
untuk kepentingan eksternal
52
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Variabel Kode Uraian
V.8.7 Apartemen
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Penguasaan kepemilikan akun rekening bank atas nama orang lain.
2. Pemanfaatan profil wiraswasta dalam kepemilikan akun rekening bank
yang dikuasai oleh Politically Exposed Persons (PEP).
3. Penggunaan nama pihak lain/keluarga dalam pembelian sejumlah aset
berharga. Pihak tersebut hanya tercatat atas kepemilikannya
(registered ownership) dan bukan sebagai penerima manfaat.
4. Keterlibatan pihak ketiga seperti mertua, saudara ipar dalam
penempatan dana hasil tindak pidana.
5. Pembelian sejumlah aset berharga berupa kendaraan bermotor dan
properti (rumah).
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Pengadilan
Tinggi
Jakarta
Nomor
01/Pid/TP
K/2015/PT
.DKI
Korupsi
dan
Pencucian
Uang
Pasal 5 ayat (1)
huruf a UU No.
20 tahun 2001
tentang
Perubahan atas
UU No.31 tahun
1999 tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal
64 ayat (1)
KUHP;
Pasal 13 UU
No.31 tahun
1999
sebagaimana
telah diubah dan
ditambah dengan
UU No. 20 tahun
2001 tentang
7 (tujuh
tahun)
Rp5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah)
subsidair 6 (enam)
bulan pidana
kurungan. untuk kepentingan eksternal
53
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal
64 ayat (1)
KUHP;
Pasal 3 jo Pasal
10 UU No. 8
tahun 2010
tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang
jo Pasal 56 KUHP
jo Pasal 64 ayat
(1) KUHP.
2 Pengadilan
Negeri
Pontianak
Nomor
03/Pid.Sus
/TP.Korup
si/2015/
PN.Pt
Korupsi
dan
Pencucian
Uang
Pasal 5 ayat (1)
huruf a jo. Pasal
18 UU No.31
tahun 1999
tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi
sebagaimana
diubah dan
ditambah dengan
UU No. 20 tahun
2001 tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi jo Pasal
55 ayat (1) ke-1
KUHP ko Pasal 65
ayat (1) KUHP;
Pasal 3 UU No. 8
1 (satu)
tahun
Rp100.000.000,-
(seratus juta
rupiah) subsidair 1
(satu) bulan pidana
kurungan. untuk kepentingan eksternal
54
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
Tahun 2010
tentang
Pencegahan dan
Pemeberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang
Jo Pasal 65 ayat
(1) KUHP.
3 Pengadilan
Tinggi
Pontianak
Nomor
16/Pid-
Sus-
TPK/2015/
PT PTK
Korupsi
dan
Pencucian
Uang
Pasal 2 ayat (1)
Jo Pasal 18 UU RI
Nomor 31 tahun
1999 tentang
Pemberantasan
Tindak Pidana
Korupsi
sebagaimana
telah diubah dan
ditambah dengan
UU RI Nomor 20
tahun 2001
tentang
perubahan atas
UU RI No. 31
tahun 1999
tentang
pemberantasan
tindak pidana
korupsi Jo Pasal
55 ayat (1) ke-1
KUHP Jo Pasal 65
ayat (1) KUHP.
6
(enam)
tahun
Rp250.000.000,-
(dua ratus lima
puluh juta rupiah,
subsidair 3 (tiga)
bulan pidana
kurungan.
untuk kepentingan eksternal
55
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 4. Skema Pencucian Uang dengan Tindak Pidana Asal Korupsi
melibatkan Politically Exposed Persons (PEP)
IJV.1.1V.2.3
HLBroker Impor
BarangV.1.1V.2.2
Malaysia
AAV.2.2
China
Batas Wilayah
Indonesia
Transit Barang
CV.RMV.7.10
CV.ASV.7.10
PT.SGBV.7.10
Ambil Barang
Instruksi
Pemilik Perusahaan
Kirim Barang
Transfer DanaTotal Rp1.142.500.000,-
V.3.1V.3.7V.3.11
Singapore
Barang Impor Masuk di Kawasan Pabean Jalur Merah
Kirim Barang
Perusahaan Tidak Tercantum dalam Bill of Landing
Rek. An. AAV.4.4V.5.1
Rek. An. HLV.4.4V.5.1V.6.1V.6.2
Rek. an.PEPV.4.4V.5.1
Rek. An. IJV.4.4V.5.1V.6.2
Rek An. HLV.4.4V.5.1V.6.1V.6.2
Transfer Dana sebanyak 62 kali transaksi
Total Rp2.760.850.000,-
Kartu ATM an. HL
Transfer Dana
Pemberian 1 unit motor an. Adik Ipar PEP
Menerima kembali Kartu
ATM sisa saldo Rp52.000.000,-
V.5.15V.8.3
Transfer DanaTotal Rp107.500.000,-
Buku Rekening dan ATM dikuasai PEP dan IJ
PEPV.1.1
Transfer via ATMTotal
Rp277.500.000,-V.3.11
Rek An. HLV.4.4V.5.1V.6.1V.6.2
Penyerahan Buku Rekening an. HL
Rek. An. HKV.4.4V.5.1V.6.2V.7.5
Transfer Dana melalui R
TGS
Total Rp64.500.000,-
Rekening dikuasai oleh IJ
Transfer Dana Via ATM dan Setor Tunai
Total Rp173.000.000,-V.3.1
V.3.11
Transfer Dana Total Rp239.000.000,-
V.8.2
V.8.1
V.8.6
Rek. an. RZK, ZKP
dan ZV.4.4V.5.1V.7.5
V.5.14
V.8.7
untuk kepentingan eksternal
56
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
D.3 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Kediri Nomor
650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr tanggal 5 Agustus 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Terdakwa SA adalah seorang pengusaha. Secara bersama-sama terdakwa
SA dengan tiga orang lainnya (Sdr.H, Sdr,TP dan Sdr.ZAD) tertangkap
tangan oleh Petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) setelah melakukan
transaksi jual beli narkotika. Bisnis narkotika tersebut telah berlangsung
dari tahun 2011 s.d. tahun 2014. Pada tahun 2011 s.d. 2013 terdakwa
hanya menerima transfer uang dari pembeli Narkotika jenis shabu dan
melakukan transfer pembayaran shabu ke Sdr.A dan setiap transaksi
terdakwa menerima upah Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Kemudian pada tahun 2013 s.d. 2014, terdakwa membeli sendiri Narkotika
jenis shabu kepada Sdr.A sejumlah 1 kg seharga Rp650.000.000,- (enam
ratus lima puluh juta rupiah) kemudian dijual ke orang lain di wilayah
Surabaya seharga Rp800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) sehingga
terdakwa SA mendapatkan keuntungan sebesar Rp150.000.000,- (seratus
lima puluh juta rupiah). Dalam menjalankan usaha narkotika tersebut,
terdakwa SA menggunakan rekening pribadi, istri dan orang lain yang
telah dikuasai.
Tindak Pidana Asal
1. Bahwa antara terdakwa SA dan Sdr.H, Sdr.TP, Sdr.ZAD saling
mengenal dan terlibat dalam peredaran Narkotika.
2. Bahwa Sdr.H dan Sdr.TP bertugas untuk membawa narkotika yang
bersumber dari Sdr.A di Pontianak untuk dibawa ke Surabaya melalui
pelabuhan laut Semarang. Sedangkan Sdr.ZAD bertugas setelah
terjadi transaksi jual beli narkotika dengan memberikan fasilitas
transportasi.
3. Pada tanggal 20 April 2014, terdakwa SA bersama-sama dengan tiga
orang lainnya (Sdr.H, Sdr,TP dan Sdr.ZAD) telah tertangkap tangan
oleh Petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) setelah melakukan
transaksi jual beli narkotika.
4. Terdakwa SA telah melakukan bisnis narkotika sejak tahun 2011 s.d.
tahun 2014.
5. Pada tahun 2011 s.d. 2013 terdakwa hanya menerima transfer uang
dari pembeli Narkotika jenis shabu dan melakukan transfer
untuk kepentingan eksternal
57 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
6. pembayaran shabu ke Sdr.A dan setiap transaksi terdakwa
menerima upah Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
7. Kemudian pada tahun 2013 s.d. 2014, terdakwa membeli sendiri
Narkotika jenis shabu kepada Sdr.A dan dijual secara langsung
kepada pihak lainnya.
8. Mekanisme pembayaran transaksi jual beli narkotika dilakukan
dengan cara transfer uang ke rekening yang telah dikuasai oleh
terdakwa SA.
Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Terdakwa SA telah menggunakan beberapa rekening atas nama
pribadi dan orang lain (Sdr.A, Sdr.RV, Sdr.R, Sdr.M, Sdr.Y dan
Sdr.ZAD) yang selanjutnya digunakan untuk bisnis Narkotika dengan
tujuan menyulitkan pelacakan alamat dan asal usul harta kekayaan.
Akun rekening tersebut dibeli oleh pihak lain.
2. Transaksi jual beli narkotika dilakukan dengan cara jaringan
terputus, agar tidak diketahui oleh Aparat Penegak Hukum.
3. Terdapat transaksi pembayaran dari rekening Sdri.Y (istri terdakwa
SA) dalam jumlah besar ke perusahaan money remittance
(pengiriman uang). Diketahui bahwa istri terdakwa pernah menjadi
TKI di Malaysia.
4. Terdakwa SA telah menggunakan rekening bank atas nama istri yang
digunakan untuk menampung hasil transaksi narkoba. Jumlah uang
yang masuk kedalam rekening milik Sdri.Y sebesar
Rp1.621.000.000,- (satu miliar enam ratus dua puluh satu juta
rupiah).
5. Selanjutnya terdapat penerimaan pentransferan dari terdakwa SA ke
rekening atas nama Sdri.Y (istri terdakwa SA), kemudian dimasukan
ke dalam bentuk deposito sebesar Rp1.000.000.000,- (satu miliar
rupiah) kemudian dicairkan kembali.
6. Transaksi yang dilakukan oleh terdakwa SA bersifat Pass by
(sejumlah dana yang masuk langsung ditransfer kembali atau tarik
tunai).
7. Menempatkan uang hasil tindak pidana narkotika pada rekening
deposito atas nama Sdri.Y (Istri terdakwa SA) sebesar
Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah), kemudian deposito tersebut
digunakan sebagai agunan/jaminan pinjaman kredit sebesar
Rp1.300.000.000,- (satu miliar tiga ratus juta rupiah).
untuk kepentingan eksternal
58
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
8. Hasil pinjaman tersebut digunakan untuk membeli tanah seluas
700 M2 dan membangun rumah total sebesar Rp1.040.000.000,-
(satu miliar empat puluh juta rupiah).
9. Selanjutnya dari hasil tindak pidana narkotika, terdakwa SA membeli
sejumlah aset berharga berupa 2 unit kendaraan bermotor dan
sebidang tanah seluas 344 M2 dengan pembayaran secara tunai.
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.3 Narkotika
Profil Terdakwa V.2.2 Pengusaha/Wiraswasta
Pola Transaksi V.3.1 Setor Tunai
V.3.2 Tarik Tunai
V.3.7 RTGS
V.3.8 Pass by
V.3.11 Transfer via ATM
V.3.12 Tarik Tunai via ATM
V.3.15 Pemindahan langsung/Pindah buku
V.3.31 Penempatan Deposito
V.3.32 Pencairan Kredit dari Perbankan
Instrumen Transaksi V.4.1 Deposito Rp
V.4.4 Rekening Tabungan Rp
V.4.17 Rekening Pinjaman Rp
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.13 Penyelenggara Kegiatan Usaha
Pengiriman Uang
V.5.15 Pedagang Kendaraan Bermotor
Sumber Dana V.6.1 Yang bersangkutan
Pihak Terkait V.7.1 Istri
V.7.5 Keluarga Semenda
V.7.7 Pihak Lain/Perantara
V.7.8 Kurir
Asset TPPU V.8.1 Uang Tunai
V.8.2 Mobil
V.8.4 Tanah
V.8.6 Rumah
untuk kepentingan eksternal
59 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Penguasaan kepemilikan akun rekening bank atas nama orang lain.
2. Penggunaan nama orang lain, anggota keluarga dan pihak ketiga
dalam mengendalikan dana hasil kejahatan.
3. Pemanfaatan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang/KUPU antar negara
dan/atau domestik).
4. Pembelian Aset/Barang-Barang Mewah berupa tanah, rumah dan
kendaraan bermotor dari hasil kejahatan.
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Pengadilan
Negeri
Kediri
Nomor
650/Pid.S
us/2014/P
N.Gpr
Narkotika
dan
Pencucian
Uang
Pasal 3 jo Pasal
10 UU No. 8
tahun 2010
tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang.
6 (enam)
tahun
Rp500.000.00
0,-(lima ratus
juta rupiah)
subsidair 3
(tiga) bulan
pidana
kurungan.
untuk kepentingan eksternal
60
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 5. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal Narkotika
H
V.7.8
TP
V.7.8
Pembeli
(Individu)
SA
V.1.3
V.2.2
A
Pemasok
Narkoba Jenis
Shabu
V.7.7
Apgakum
Transaksi Jual Beli
Narkotika
ZAD
Fasilitator
Tertangkap tangan oleh
Petugas APGAKUM
Y
Mantan TKI di
Malaysia
V.7.1
Rek an. Y
V.4.4
V.5.1
Pembeli Narkoba
(Individu)
Rek an. SA
V.3.7
V.3.8
V.4.4
V.5.1
Rek an. M
V.7.4
V.7.5
V.4.4
V.5.1
Rek an. RV
V.4.4
V.5.1
Rek an.
ZAD
V.4.4
V.5.1
Rek an. R
V.4.4
V.5.1
Rek an. A
V.4.4
V.5.1
Rek an.
DIU
V.4.4
V.5.1
Rek an. HS
V.4.4
V.5.1
Rek an. A
V.4.4
V.5.1
Rek an.
TJL
V.4.4
V.5.1
Rek an. F
V.4.4
V.5.1
Rek an. TS
V.4.4
V.5.1
Transfer via
ATM
V.3.11
Rekening Tabungan dikuasai oleh SA
Rekening Tabungan dikuasai oleh SA
Fee
Rp50.000.000,-
tiap transaksi
Pembelian
Narkotika
Rp800.000.000,-
V.3.11
Deposito
an. Y
V.3.8
V.3.31
V.4.1
Penempatan
Deposito
Rp1.000.000.000,-
V.3.8
Deposito
an. Y
V.3.7
V.4.1
Penempatan
Deposito
Rp3.000.000.000,-
V.3.8Penampungan
Hasil Kejahatan
Rp2.621.000.000,-
V.3.8
Bank
V.5.1
Pengajuan
Kredit
Rp1.300.000,-
V.3.8
V.4.17
Money
Remittance
V.5.13
V.8.6
Uang
Tunai
V.8.1
Tanah Seluas 700
m2
V.8.4
V.8.2
untuk kepentingan eksternal
61 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
D.4 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Penipuan
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor
553K/Pid.Sus/2015 tanggal 18 Mei 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Pada bulan Februari 2013 terdakwa AK bersama Notaris Sdri.CL telah
mempengaruhi PT.PP untuk membeli tanah seluas 4.165 M2 di wilayah
Yogyakarta dengan Sertifikat Hak Milik, Akta Ikatan Jual Beli dan Akta
Kuasa Menjual yang diakui milik terdakwa AK. Kemudian PT.PP membeli
tanah tersebut dengan menyerahkan uang sebesar Rp55.602.750.000,-
(lima puluh lima miliar enam ratus dua juta tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah), namun proses jual beli yang dijanjukan oleh terdakwa dan notaris
tidak terselesaikan. Oleh karena itu, Kuasa Hukum PT.PP melakukan
pengecekan ke Kantor Badan Pertahanan Nasional Yogyakarta dan
diketahui bahwa tanah tersebut bukan milik terdakwa. Uang hasil tindak
kejahatan tersebut oleh terdakwa AK ditempatkan pada rekening pribadi,
adik, istri dan anak. Bahwa terdakwa telah melakukan penipuan dan
merugikan PT.PP serta uang hasil kejahatan tersebut telah disamarkan
oleh terdakwa untuk menyembunyikan asal usul uang yang berasal dari
tindak pidana penipuan. Dalam kasus tersebut pihak notaris dikenakan
pidana penipuan dan pencucian uang.
Tindak Pidana Asal
1. Sdr.EAN dan Sdr. ADV yang merupakan Pihak Perwakilan PT.PP
menanyakan kepada terdakwa AK mengenai kepemilikan tanah di
wilayah Yogyakarta seluas 4.165 M2.
2. Kemudian terdakwa AK mengakui bahwa tanah tersebut merupakan
milik terdakwa yang dibeli dari mertua terdakwa bernama Sdr.VW
pada tahun 2003 sebesar Rp11.000.000.000,- (sebelas miliar rupiah)
dengan bukti Sertifikat Hak Milik, Akta Perikatan Jual Beli dan Akta
Kuasa yang telah dibuat oleh Notaris Sdri.CL.
3. Berdasarkan keterangan terdakwa AK, maka Sdr.EAN dan Sdr. ADV
yang merupakan Pihak Perwakilan PT.PP tertarik untuk melakukan
pembelian tanah tersebut dengan kesepakatan harga per meter
sebesar Rp13.350.000,- (tiga belas juta tiga ratus lima puluh ribu
rupiah). Kemudian Sdr.EAN dan Sdr. ADV mengusulkan untuk
melakukan balik nama pada Sertifikat Hak Milik tersebut di Notaris
untuk kepentingan eksternal
62
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
yang berbeda. Namun terdakwa AK tidak setuju dan mengarahkan
untuk dibuatkan pada Notaris Sdri.CL.
4. Selanjutnya, Sdr.EAN dan Sdr. ADV melakukan pembayaran
pembelian tanah tersebut dilakukan secara bertahap:
Pemberian uang muka (Down Payment) secara tunai sebesar
Rp300.000.000,- (tiga ratus jutaa rupiah);
Pemberian 1 lembar Cek senilai Rp2.500.000.000,- (dua
miliar lima ratus juta rupiah) kepada terdakwa;
Pemberian 3 lembar Cek senilai Rp46.292.375.000,- (empat
puluh enam miliar dua ratus sembilan puluh dua ratus juta
tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) kepada terdakwa;
Transfer uang kepada terdakwa melalui Notaris Sdri.CL
sebesar Rp3.962.250.000,- (tiga miliar sembilan ratus enam
puluh dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Sehingga
keseluruhan uang pembelian tanah tersebut sebesar
Rp55.602.750.000,- (lima puluh lima miliar enam ratus dua
juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah), sedangkan proses
balik nama belum selesai.
5. Bahwa berdasarkan data di Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta
diketahui bahwa Sertifikat Hak Milik atas nama mertua terdakwa
adalah palsu. Tercatat bahwa kepemilikan tanah tersebut adalah
milik Sdri.S dengan luas tanah 318 M2.
Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Bahwa hasil kejahatan yang diperoleh oleh terdakwa AK sebesar
Rp55.602.750.000,- (lima puluh lima miliar enam ratus dua juta
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ditempatkan, ditransfer,
dialihkan, dibelanjakan, dibayarkan, dihibahkan, dititipkan baik untuk
pribadi atau keluarga terdakwa.
2. Dana hasil kejahatan tersebut oleh terdakwa AK telah ditempatkan
pada 3 rekening tabungan di bank yang berbeda.
3. Kemudian terdakwa AK telah membuka 5 (lima) Deposito di Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dengan menggunakan nama istri, anak dan
adik terdakwa dengan maksud untuk mengendalikan uang hasil
kejahatan tersebut. Jangka waktu penempatan 5 (lima) deposito
tersebut dalam jangka waktu 1 tahun dengan total keseluruhan dana
untuk kepentingan eksternal
63 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
yang ditempatkan sebesar Rp20.000.000.000,- (dua puluh miliar
rupiah).
4. Terdakwa AK membuka Deposito atas nama pribadi sebesar
Rp2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah) dengan jangka
waktu 1 tahun. Kemudian dalam waktu 6 bulan, terdakwa
mencairkan deposito dan memasukan kembali uang tersebut ke
dalam deposito atas nama orang lain sebesar Rp2.000.000.000,-
(dua miliar rupiah) sedangkan sisanya sebesar Rp500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) diambil tunai oleh terdakwa.
5. Terdakwa AK telah mencairkan deposito sebesar Rp5.700.000.000,-
(lima miliar tujuh ratus juta rupiah) dan kemudian dana tersebut
dialihkan/dipindahnamakan kepada Adik Terdakwa dalam bentuk
kepemilikan 3 (tiga) deposito.
6. Terdakwa membuka akun rekening bank dengan saldo awal
Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) dan kemudian terdakwa
melakukan penarikan tunai sebesar Rp100.000.000,- (seratus juta
rupiah) dana sisanya dialihkan kedalam bentuk deposito atas nama
pribadi. Selanjutnya deposito tersebut diagunkan/dijaminkan untuk
pinjaman kredit bank senilai Rp1.500.000.000,- (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
7. Terdakwa AK melakukan pembelian sejumlah aset berupa:
10 (sepuluh) unit mobil truck sebesar Rp820.000.000,-
(delapan ratus dua puluh juta rupiah);
3 (tiga) unit Excavator senilai Rp2.100.000.000,- (dua miliar
seratus juta rupiah).
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.18 Penipuan
Profil Terdakwa V.2.2 Pengusaha/Wiraswasta
Pola Transaksi V.3.1 Setor Tunai
V.3.2 Tarik Tunai
V.3.8 Pass by
V.3.19 Pencairan Deposito
V.3.21 Pencairan Cek/BG
V.3.31 Penempatan Deposito
V.3.32 Pencairan Kredit dari Perbankan
untuk kepentingan eksternal
64
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Variabel Kode Uraian
Instrumen Transaksi V.4.1 Deposito Rp
V.4.4 Rekening Tabungan Rp
V.4.7 Cek/BG
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.15 Pedagang Kendaraan Bermotor
Sumber Dana V.6.1 Yang Bersangkutan
Pihak Terkait V.7.1 Istri
V.7.3 Anak
V.7.4 Keluarga Sekandung
V.7.7 Pihak Lain/Perantara
V.7.11 Jasa Profesional
Asset TPPU V.8.1 Uang Tunai
V.8.2 Mobil
V.8.15 Alat Berat
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Penggunaan nama orang lain, anggota keluarga dan pihak ketiga
dalam mengendalikan dana hasil kejahatan.
2. Transaksi pass by (sejumlah dana yang masuk langsung ditransfer
kembali atau tarik tunai).
3. Menggunakan beberapa rekening atas nama individu yang berbeda-
beda untuk kepentingan satu orang tertentu.
4. Keterkaitan jasa profesional seperti notaris dalam pembelian dan
pembuatan Akta Jual Beli Tanah;
5. Transaksi pinjaman dengan jaminan dana deposito (back-to-back
deposit/loan transaction).
6. Pembelian aset berupa alat berat seperti Excavator dan Truk yang
digunakan hanya untuk menutupi modus tindak pidana yang
dilakukan.
untuk kepentingan eksternal
65 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Mahkamah
Agung RI
Nomor
553K/Pid.
Sus/2015
Penipuan
dan
Pencucian
Uang
Pasal 378 KUHP
Jo Pasal 55 ayat
(1) KHUPidana
dan Pasal 3 UU
No. 8 tahun 2010
tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang.
12 (dua
belas
tahun)
Rp1.500.000.
000,- (satu
miliar lima
ratus juta
rupiah)
subsidair 3
(tiga) bulan
pidana
kurungan.
untuk kepentingan eksternal
66
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 6. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal Penipuan
AKV.1.18V.2.2
Tanah Seluas 4.165 m2
Rp55.602.750.000-V.1.18V.8.4
CLNotarisV.7.11
ADVPegawai PT.PP
Peneta
pan H
arga T
anah
Rp1.35
0.000
,- per
meter
Sertifikat Tanah an. VW (Mertua
AK)V.1.18
Periode Februari 2013Pembelian Tanah
Pemalsuan Sertifikat Hak Milik Tanah
InstruksiMengubah Sertifikat Hak Milik tanah an. VW (Mertua AK) dan
Balik Nama Sertifikat
EANPegawai PT.PP
Rekening Bank An.
PT.PPV.4..4
Rekening Bank. An. CL
Pengecekan sertifikat
Pembayaran Uang Muka (DP) Tunai sebesar Rp300.000.000,-
V.3.23
Pencairan Cek
V.3.21
Pemberian 3 lembar Cek Senilai
Rp49.874.875.000,-V.4.7
Transfer DanaSebesar Rp3.962.250.000,-
Rekening Bank A An.
AKV.4.4
Rekening Bank C. An.
AK
Rekening Bank D An.
AK
Rekening Bank D An.
HRS
Rekening Bank E An.
MF
Setoran Tunai2x Transaksi
Total 48.792.375.000,-
V.3.1V.3.8
Setoran Tunai
2x Transaksi
Total Rp48.792.375.000,-
V.3.1
Setoran Tunai1x Transaksi
Total Rp2.755.000.000,-
V.3.1V.3.8
Pembukaan Rekening Bank
Setoran Tunai
5x Transaksi
Total Rp13.002.000.000,-
V.3.1
V.3.8
Deposito an. ISY
V.3.31V.4.1V.7.1
Deposito an. ISY
V.3.31V.4.1V.7.1
Rekening Bank B An.
AKV.4.4
Deposito an. CI
V.3.31V.4.1V.7.4
Deposito an. AW
V.3.31V.4.1V.7.1
Deposito an. ISY
V.3.31V.4.1V.7.1
Deposito an. AK
V.4.1
Pemberian 1 lembar Cek
Senilai Rp2.500.000.000,-
V.4.7
V.4.7
Pencairan CekV.3.21
V.4.7
Periode 4 Juni 2013Deposito 1 tahun
Rp2.500.000.000,-
V.8.1
Penempatan DepositoSebesar Rp2.000.000.000,-
V.4.1
Deposito an. CI
V.4.1
Pencairan DepositoV.3.8V.3.19
Bank BV.5.1
Rekening Bank B An.CI
V.4.1V.7.4
Rekening Bank B An.
YMWV.4.1V.7.7
Rekening Bank B An.
ISYV.4.4V.7.1
Setor TunaiRp1.476.204.697,-
V.3.1V.3.8
Setor TunaiRp2.000.000.000,-
V.3.1V.3.8
Setor TunaiRp2.000.000.000,-
V.3.1V.3.8
Sisa Saldo Rp387.474
Bank FV.5.1
Bank GV.5.1
Penempatan Deposito
Pembukaan Rekening
Rekening Bank G An.
AK
Setor Tunai
Rp1.000.000.000,
-V
.3.1
Permintaan KreditRp1.500.000.000,-
V.3.32
V.8.1
Deposito an. AK
V.4.1
Pen
empa
tan
Dep
osito
Seb
esar
R
p2.0
00.0
00.0
00,-
V.4
.1
Pencairan DepositoV.3.8V.3.19
Pembelian 10 unit Truk
Rp820.000.000,-
Pembelian 3 unit ExcavatorRp2.100.000.000,-
V.8.15
V.8.2
Periode 28 Februari 2013
Deposito 1 tahunRp400.000.000,-
Periode 28 Februari 2013
Deposito 1 tahunRp400.000.000,-
Periode 28 Februari 2013
Deposito 1 tahunRp400.000.000,-
Periode 28 Februari 2013
Deposito 1 tahunRp400.000.000,-
Periode 28 Februari 2013
Deposito 1 tahunRp400.000.000,-
untuk kepentingan eksternal
67 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
D.5 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
318/Pid.B.Sus/2015/PN.Sby tanggal 7 Oktober 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Pada bulan April 2009, terdakwa DCG selaku pegawai bank melayani
nasabah Sdri.ST untuk mendepositokan sejumlah uang. Kemudian,
terdakwa DCG menyarankan untuk melakukan pembukaan rekening
tabungan yang digunakan untuk menampung dana-dana yang akan
ditempatkan dalam bentuk deposito maupun bunga. Pada kurun waktu
bulan April 2009 s.d. Oktober 2010, Sdri.ST telah mentransfer uang
sebesar Rp34.550.000.000,- (tiga puluh empat miliar lima ratus lima puluh
juta rupiah). Bahwa kenyataanya jumlah total keseluruhan dana milik
Sdri.ST tidak terdaftar/tidak terdata pada Sertifikat Deposito di Bank XXX.
Tanpa sepengetahuan Sdri.ST, terdakwa DCG telah mentransfer uang ke
rekening istri dan keluarga.
Tindak Pidana Asal
1. Pada bulan April 2009, terdakwa DCG selaku Marketing Fund telah
menerima nasabah Sdri.ST untuk pembukaan deposito di Bank XXX.
2. Terdakwa DCG menyarankan kepada Sdri.ST untuk melakukan
pembukaan rekening tabungan agar mempermudah pencairan
deposito maupun pembayaran bunga. Kemudian terdakwa DCG
meminta untuk menandatangani beberapa lembar slip penarikan,
setoran ke rekening deposito maupun slip pembukaan rekening
deposito.
3. Terdakwa DCG berniat untuk mengalihkan dana Sdri.ST kedalam
bentuk investasi (reksadana dan valuta asing). Kemudian terdakwa
DCG meminta Sdri.ST membuka rekening tabungan kedua dan
selanjutnya buku tabungan dan kartu ATM atas nama Sdri.ST telah
dikuasai oleh terdakwa DCG.
4. Selama periode April 2009 s.d. Oktober 2010, Sdri.ST telah
mentransfer uang ke rekening tabungannya untuk ditempatkan di
Deposito miliknya secara bertahap sebesar Rp34.550.000.000,- (tiga
puluh empat miliar lima ratus lima puluh juta rupiah).
5. Bahwa tanpa seijin/sepengetahuan Sdri.ST, terdakwa DCG telah
mentransfer uang dari rekening atas nama Sdri.ST ke rekening
keluarga dan orang lain.
untuk kepentingan eksternal
68
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
6. Terdakwa DCG telah menggunakan uang tersebut untuk kepentingan
sendiri, sehingga mengakibatkan kerugian pada Sdri.ST.
Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Terdakwa DGC telah menempatkan dana hasil kejahatan ke
beberapa rekening bank atas nama terdakwa, istri, keluarga, dan
pihak lain.
2. Terdakwa melakukan pemindahan uang secara langsung (RTGS)
dalam jumlah besar ke rekening orang lain yang dikuasai oleh
terdakwa DGC.
3. Selama periode 24 April 2009 s.d. 21 Oktober 2010 terdapat 29 kali
transaksi keluar dari rekening Sdri.ST yang dikuasai oleh terdakwa
dengan nilai transaksi yang cukup besar (diatas Rp500.000.000,-)
yang kemudian ditransfer ke beberapa rekening atas nama keluarga
dan orang lain.
4. Terdakwa DGC telah mengalihkan dana Sdri.ST kedalam bentuk
investasi berupa reksadana dan valuta asing.
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.7 Di bidang Perbankan
Profil Terdakwa V.2.7 Pegawai Bank
Pola Transaksi V.3.1 Setor Tunai
V.3.2 Tarik Tunai
V.3.7 RTGS
V.3.8 Pass by
V.3.27 Pembelian Reksadana
Instrumen Transaksi V.4.1 Deposito Rp
V.4.4 Rekening Tabungan Rp
V.4.19 Valuta Asing
V.4.20 Kartu Kredit
Kelompok Industri V.5.1 Bank
Sumber Dana V.6.1 Yang berangkutan
Pihak Terkait V.7.1 Istri
V.7.4 Keluarga Sekandung
V.7.7 Pihak lain/Perantara
Asset TPPU V.8.1 Uang Tunai
untuk kepentingan eksternal
69 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Penguasaan kepemilikan akun rekening bank atas nama orang lain.
2. Penggunaan nama orang lain, anggota keluarga dan pihak ketiga
dalam mengendalikan dana hasil kejahatan.
3. Transaksi pass by (sejumlah dana yang masuk langsung ditransfer
kembali atau tarik tunai).
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Pengadilan
Negeri
Surabaya
Nomor
318/Pid.B.
Sus/2015/
PN.Sby
Perbankan
dan
Pencucian
Uang
Pasal 49 ayat (1)
huruf a UU No.10
Tahun 1998
tentang
Perubahan Atas
UU No.7 Tahun
1992 tentang
Perbankan jo
Pasal 64 ayat (1)
KUHP, Pasal 3
ayat (1) huruf b
UU No.25 Tahun
2003 tentang
Perubahan Atas
UU No.15 Tahun
2002 tentang
Tindak Pidana
Pencucian Uang
jo Pasal 64 ayat
(1) KUHP, Pasal
3 UU No. 8
Tahun 2010
tentang
Pencegahan Dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang
8 (delapan
tahun)
Rp10.000.000
.000,-
(sepuluh
miliar rupiah)
subsidair 6
(enam) bulan
pidana
kurungan.
untuk kepentingan eksternal
70
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
jo Pasal 64 ayat
(1) KUHP dan
UU No. 8 Tahun
1981 tentang
Kitab Undang-
Undang Hukum
Acara Pidana.
untuk kepentingan eksternal
71 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 7. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal di Bidang Perbankan
DCG(Marketing Fund)
V.1.7V.2.7V.5.2
ST(Nasabah Bank)
Pembukaan
Deposito
V.4.1
V.5.1
Rek.Tabungan an. STV.4.4
PenguasaanRekening Nasabah
Rek an. PV
V.4.4V.7.1 Rek an.
SV.4.4V.7.7
Valuta Asing
DepositoAn. STV.4.1
Reksadana
Rek an. TS
V.4.4V.7.7
Rek an. YI
V.4.4V.7.7
Rek an. LP
V.4.4V.7.4
Rek an. LK
V.4.4V.7.7
Investasi Reksadana
V.3.8V.3.27V.5.5
Investasi Valuta Asing
V.3.8V.4.19
Rek an. EG
V.4.4V.7.7
Periode April 2009 s.d. Oktober 2010Transfer 30x transaksi
Total Rp34.550.000.000,-
Tran
sfer
mel
alui
RTG
S
Rp2.
500.
000.
000,
-V.
3.7
Seto
r Tun
ai25
x tra
nsak
si
Tota
l Rp2
9.64
2.35
6.15
0,-
V.3.
1V.
3.8
Setor T
unai
1x tra
nsak
si
Total R
p7.64
3.850
,-
V.3.1
V.3.8
Setor Tunai
1x transaksi
Total Rp1.000.000.000,-
V.3.1
V.3.8
Setor Tunai
2x transaksi
Total Rp250.000.000,-
V.3.1V.3.8
Setor Tunai1x transaksi
Total Rp500.000.000,-V.3.1V.3.8
Setor Tunai1x transaksiTotal Rp500.000.000,-V.3.1
V.3.8Setor Tunai
2x transaksi
Total Rp500.000.000,-
V.3.1V.3.8
Setor Tunai
1x transaksi
Total Rp50.000.000,-
V.3.1
V.3.8
Kartu Kredit an. VAV.7.7
Periode April 2009 s.d. Oktober 2010 Jumlah Penarikan Dana
sebesar Rp32.900.000.000,-V.8.1
untuk kepentingan eksternal
72
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
D.6 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Pencurian
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor
36/Pid/2015/PN YKK tanggal 1 Juli 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Bahwa Terdakwa I: Sdr.G, Terdakwa II: Sdr.MR, Terdakwa III: Sdr.AR,
Terdakwa IV: Sdr.WDL, Terdakwa V: Sdr.AJ terbukti secara sah
melakukan tindak pidana pencurian dana nasabah bank. Diketahui bahwa
terdakwa IV pernah bekerja pada Bank XXX. Bahwa sekitar bulan
September 2013, terdakwa menghubungi terdakwa V untuk melakukan
pencarian data nasabah pada suatu bank yang jarang dalam melalukan
transaksi. Kemudian setelah mendapatkan data nasabah tersebut,
terdakwa IV membuat buku tabungan dan kartu tanda penduduk (KTP)
palsu yang selanjutnya digunakan oleh para terdakwa untuk mencuri dana
nasabah bank tersebut. Untuk mendapatkan kartu ATM atas kepemilikan
rekening Sdr.IWL (korban), para tersangka membuat kartu identitas palsu.
Setelah mendapatkan kartu ATM tersebut, para terdakwa melakukan
penarikan uang dengan volume transaksi yang tinggi dan nilai transaksi
yang kecil-kecil. Selain itu para terdakwa melakukan transfer sejumlah
uang ke beberapa rekening terdakwa dan pihak lain. Selanjutnya, harta
hasil tindak pidana tersebut digunakan oleh para terdakwa untuk membeli
sejumlah aset.
Tindak Pidana Asal
1. Berawal dari terdakwa III sekitar bulan September 2013 mengajak
kepada terdakwa IV untuk membobol uang milik nasabah.
2. Kemudian terdakwa IV memberikan informasi kepada terdakwa III
mengenai orang yang dapat melakukan pembobolan uang milik
nasabah tersebut.
3. Diketahui bahwa terdakwa IV pernah bekerja pada suatu Bank.
Selanjutnya terdakwa IV menghubungi terdakwa V untuk mencarikan
data nasabah yang jarang melakukan transaksi pada suatu bank.
4. Setelah mendapatkan data nasabah tersebut, terdakwa IV
mengirimkan data tersebut kepada orang lain yang dapat membuat
buku tabungan dan KTP Palsu. Setelah dokumen (buku tabungan dan
KTP Palsu) tersebut selesai dibuat, maka dikirimkan ke terdakwa V.
untuk kepentingan eksternal
73 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
5. Terdakwa V memberikan buku tabungan dan KTP palsu tersebut ke
terdakwa III yang kemudian diserahkan kepada terdakwa I dan
terdakwa II untuk melakukan penarikan uang di rekening tersebut.
6. Bahwa identitas yang digunakan dalam KTP Palsu tersebut dengan
menggunakan data diri Sdr. IWL (korban) namun, foto yang
digunakan dalah foto terdakwa II.
7. Bahwa untuk mempermudah pengambilan uang, terdakwa II
mengurus pembuatan kartu ATM dengan alasan bahwa kartu ATM
sebelumnya tertelan di dalam mesin ATM dengan menunjukan buku
tabungan (palsu) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atas nama
Sdr.IWL (korban).
8. Bahwa setelah mendapat kartu ATM maka terdakwa I, II dan III
melakukan beberapa kali penarikan dan pentransferan uang ke
rekening pribadi dan orang lain.
9. Bahwa hasil kejahatan yang diperoleh oleh terdakwa digunakan
untuk keperluan pribadi terdakwa dan pembelian sejumlah aset.
Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Bahwa para terdakwa melakukan penarikan sejumlah uang pada
rekening atas nama Sdr.IWL (korban) dengan cara penarikan melalui
ATM, penarikan melalui teller bank.
2. Untuk mengalihkan hasil kejahatan, terdakwa melakukan beberapa
kali transfer uang ke rekening atas nama orang lain.
3. Frekuensi penarikan uang dalam kurun waktu 1 bulan sebanyak 65
kali dengan total nilai sebesar Rp1.360.551.500;-
4. Hasil kejahatan tersebut telah dibagi dan dipergunakan oleh
terdakwa sebagai berikut:
Terdakwa I menerima uang sebesar Rp70.000.000,-
digunakan untuk membayar hutang dan kebutuhan sehari-
hari;
Terdakwa II menerima uang sebesar Rp80.000.000,-
digunakan untuk membayar hutang dan kebutuhan rumah
tangga;
Terdakwa III menerima uang sebesar Rp280.000.000,-
digunakan untuk membeli 1 unit mobil, membayar hutang
dan kebutuhan sehari-hari;
Terdakwa IV menerima uang sebesar Rp441.000.000,-
digunakan untuk biaya perobatan, membayar hutang,
untuk kepentingan eksternal
74
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
membeli 1 unit mobil, 1 buah laptop dan untuk memenuhi
kebutuhan;
Terdakwa V menerima uang sebesar Rp245.000.000,-
digunakan untuk membeli tanah seluas 2700 M2 dan
membayar hutang.
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.16 Pencurian
Profil Terdakwa I V.2.2 Wiraswasta
Profil Terdakwa II V.2.13 Tidak Bekerja
Profil Terdakwa III V.2.2 Wiraswasta
Profil Terdakwa IV V.2.13 Tidak Bekerja
Profil Terdakwa V V.2.5 Karyawan
Pola Transaksi V.3.2 Tarik Tunai
V.3.8 Pass by
V.3.11 Transfer via ATM
V.3.12 Tarik tunai via ATM
V.3.15 Pemindahan Langsung/Pindah buku
Instrumen Transaksi V.4.4 Rekening Tabungan
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.15 Pedagang Kendaraan Bermotor
Sumber Dana V.6.1 Yang Bersangkutan
Pihak Terkait V.7.7 Pihak Lain/Perantara
Asset TPPU V.8.2 Mobil
V.8.4 Tanah
V.8.13 Perlengkapan Rumah Tangga
V.8.14 Alat Elektronik
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Penggunaan identitas palsu.
2. Pembelian akun rekening bank atas nama orang lain.
3. Melibatkan banyak transaksi berupa penarikan tunai dan transfer
dengan volume transaksi yang tinggi dan nilai transaksi yang kecil-
kecil.
4. Pembelian sejumlah aset/barang mewah berupa kendaraan
bermotor.
untuk kepentingan eksternal
75 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Pengadilan
Tinggi
Ygyakarta
Nomor
36/Pid/20
15/PN YKK
Pencurian
dan
Pencucian
Uang
Pasal 363 ayat
(1) ke-4 KUHP
dan Pasal 3 Jo
Pasal 10 UU No.
8 Tahun 2010
tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang.
Terdakwa
IV dan V:
7 (tujuh)
tahun 6
(enam)
bulan;
Terdakwa
III: 6
(enam)
tahun;
Terdakwa
I dan II: 5
(lima)
tahun
Rp200.000.000,-
(dua ratus juta
rupiah) subsidair
3 (tiga) bulan
pidana
kurungan;
Rp150.000.000,-
(seratus lima
puluh juta
rupiah),
subsidair 3
(tiga) bulan;
Rp150.000.000,-
(seratus lima
puluh juta
rupiah),
subsidair 3
(tiga) bulan;
untuk kepentingan eksternal
76
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 8. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal Pencurian
GV.2.2
ARV.2.2
WDLV.2.13
AJV.2.5
AFIS (DPO)V.7.7
MRV.2.13
Rekening Tabungan an. IWLV.4.4
Rekening TabunganAn. IWL
V.4.4
Periode September 2013Merencanakan Pembobolan
Rekening Nasabah
InstruksiPencarian data
nasabah
Pencarian Data NasabahDi Bank XXX
Dat
a na
saba
h di
kirim M
embuat
buku tabungan dan KTP Palsu
sesuai profil nasabah
Data N
asabah an. IW
L dipalsukan
Buku Tabungan dan KTP Palsu
Buku Tabungan dan KTP an. IWL (Palsu)Dikirim
Buku Tabungan
Diserahkan untuk melakukan penarikan
uang
Instruksi memalsukan data profil
nasabah
Kartu ATM an.
IWL
Tarik Tunai vi
a ATM
40x transaksi
total Rp109.300.000,-
V.3.8
V.3.12 V.8.1
V.4.4
Transfer via ATM
8x transaksi total Rp270.000.000,-V.3.8V.3.11
V.8.1
Tarik Tunai
17x transaksi total Rp981.251.500,-
V.3.8V.3.2
TanahV.8.4
2 unit MobilV.8.2
Alat ElektronikV.8.14
Pembelian tanah seluas 2700 m2
Transfer Pembelian Mobil
Rp350.000.000,-V.3.11V.5.15
Transfer pembelian alat elektronik
V.3.11
D.7 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Pemalsuan
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor
1222K/Pid.Sus/2015 tanggal 25 Juni 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Pada periode bulan Mei 2010 s.d. April 2012 PT.DSP telah menyalurkan
dana dalam bentuk kredit dana pinjaman yang bermasalah kepada 68
debitur, total kerugian sebanyak Rp12.268.294.498,- (dua belas miliar dua
ratus enam puluh delapan juta dua ratus sembilan puluh empat ribu empat
ratus sembilan puluh delapan rupiah) dan setelah dilakukan appresial
review dengan nilai jaminan milik debitur maka nilai kerugian menjadi
sebesar Rp7.251.822.935,- (tujuh miliar dua ratus lima puluh satu juta
delapan ratus dua puluh ribu sembilan ratus tiga puluh lima rupiah).
Bahwa terdakwa AAB sebagai pihak ketiga yang mengajukan beberapa
pihak debitur untuk mendapatkan kredit. Terdakwa AAB adalah pemilik
untuk kepentingan eksternal
77 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
usaha PT. ACP yang bergerak dalam bidang jual beli properti di wilayah
Bangil. Dalam pengajuan kredit para debitur, terdakwa AAB telah
menyiapkan objek jaminan dengan cara membeli rumah yang berlokasi di
perumahan dan tanah dengan menggunakan atas nama orang lain yang
akan dijadikan debitur sebanyak 68 debitur. Selain itu, terdakwa AAB telah
menyuruh mencari orang-orang untuk dijadikan sebagai debitur, dengan
menyuruh AR, MI, dan MF untuk membuat Surat Keterangan Usaha (SKU)
palsu yang digunakan sebagai persyaratan dalam pengajuan kredit di
PT.DSP. Dalam pembuatan SKU berdasarkan tempat usaha hasil pencarian
AR, MI dan MF yang nantinya pemilihan debitur dengan menggunakan
hasil pemilihan yang ditentukan oleh AAB dan H berdasarkan pekerjaan
debitur itu sendiri. Setelah SKU telah selesai dibuat, maka digunakan
sebagai persyaratan pengajuan kredit ke unit-unit PT.DSP. Pada saat
proses akta jual beli rumah sebagai jaminan calon debitur didampingi oleh
H, namun pada saat akad kredit dan legalisasi di Notaris didampingi oleh
H, MF , AR dan pada saat pencairan kredit para debitur didampingi oleh H,
MF, AR, maka uang hasil pencairan dan buku tabungan diserahkan kepada
yang mendampingi dan setelah itu diserahkan kepada H secara tunai,
setelah itu para debitur yang digunakan namanya dalam proses pengajuan
kredit diberikan kompensasi antara Rp1.000.000,- (satu juta rupiah)
sampai dengan Rp2.000.000,- (dua juta rupiah). Selanjutnya, H membuat
laporan penggunaan uang hasil kredit dari PT.DSP dan hasil pencairan
kredit tersebut ditempatkan pada rekening atas nama AAB dan sebanyak
64 kali total sebesar Rp10.614.671.000,- (sepuluh miliar enam ratus
empat belas enam ratus tujuh puluh satu ribu rupiah) ditransfer oleh
terdakwa AAB ke beberapa rekening.
Tindak Pidana Asal
1. Pada periode bulan Mei 2011 s.d. April 2012, PT.DSP telah
menyalurkan dana dalam bentuk kredit dana pinjaman yang
bermasalah kepada 68 debitur, total kerugian sebanyak
Rp12.268.294.498,- (dua belas miliar dua ratus enam puluh delapan
juta dua ratus sembilan puluh empat ribu empat ratus sembilan
puluh delapan rupiah) dan setelah dilakukan appresial review dengan
nilai jaminan milik debitur maka nilai kerugian menjadi sebesar
Rp7.251.822.935,- (tujuh miliar dua ratus lima puluh satu juta
delapan ratus dua puluh ribu sembilan ratus tiga puluh lima rupiah).
untuk kepentingan eksternal
78
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
2. Terdakwa AAB selaku pemilik usaha PT.ACP yang bergerak dalam
bidang jual beli properti, dengan struktur kepengurusan: H sebagai
Komisaris dan AR, MI dan MF sebagai karyawan. Diketahui bahwa
terdakwa AAB sebagai pihak ketiga dalam proses pengajuan kredit
pada PT.DSP dengan menggunakan para debitur yang telah dibawa
oleh terdakwa AAB.
3. Bahwa AA selaku Pimpinan PT.DSP telah menginstruksikan kepada
unit kerja agar mendahulukan proses kredit debitur yang telah
dibawa oleh terdakwa AA meskipun para debitur tersebut tidak layak
dalam memperoleh kredit dan jaminan yang diberikan tidak
memenuhi plafon pengajuan kredit.
4. Terdakwa AAB dalam pengajuan kredit para debitur telah
menyiapkan objek jaminan dengan cara membeli rumah yang
berlokasi di perumahan dan tanah dengan diatasnamakan orang-
orang yang dijadikan debitur sebanyak 68 debitur. Untuk proses
administrasi pembelian rumah tersebut dilakukan oleh H.
5. Bahwa terdakwa AAB menyuruh kepada AR, MI, MF untuk mencari
orang-orang untuk dijadikan debitur dengan membuat Surat
Kerangan Usaha (SKU) palsu. Kemudian dokumen SKU tersebut
diajukan sebagai syarat dalam pengajuan kredit di PT.DSP.
6. Setelah dilakukan pencarian orang-orang yang akan dijadikan
sebagai debitur oleh AR, MI dan MF, kemudian AAB memilih orang-
orang tersebut berdasarkan kesesuaian dengan profil pekerjaan para
debitur tersebut.
7. Kemudian setelah SKU selesai dibuat maka diajukan kredit ke unit-
unit PT.DSP.
8. Pada saat proses akta jual beli digunakan sebagai jaminan calon
debitur didampingi oleh H, namun pada saat akad kredit dan
legislasi di Notaris, para calon debitur didampingi oleh H, MF, AR,
sehingga pada saat pencairan kredit, buku tabungan dan hasil
pencairan kredit tersebut diserahkan kepada H, MF, AR selaku pihak
yang mendampingi. Sedangkan para debitur tersebut diberikan
kompensasi antara Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan
Rp2.000.000,- (dua juta rupiah).
9. Sesuai Berita Acara Pemeriksaan Laboratorik Kriminalistik, diketahui
bahwa tanda tangan yang terdapat dalam dokumen SKU tersebut
non identik atau merupakan produk berbeda dari pembanding yang
tersedia.
untuk kepentingan eksternal
79 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
10. Bahwa selanjutnya H membuat laporan mengenai penggunaan uang
hasil kredit yang telah dicairkan oleh PT.DSP.
Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Adapun uang hasil pencairan kredit tersebut ditempatkan pada
rekening atas nama AAB dan sebanyak 64 kali total sebesar
Rp10.614.671.000,- (sepuluh miliar enam ratus empat belas enam
ratus tujuh puluh satu ribu rupiah) ditransfer oleh terdakwa AAB ke
beberapa rekening, diantaranya:
a. Rekening milik H sebanyak 337 kali transaksi total sebesar
Rp10.218.169.000,- (sepuluh miliar dua ratus delapan belas
juta seratus enam puluh sembilan juta rupiah);
b. Rekening milik AR sebanyak 11 kali transaksi total sebesar
Rp140.930.000,- (seratus empat puluh juta sembilan ratus
tiga puluh ribu rupiah);
c. Rekening milik IF sebanyak 11 kali transaksi yang nilainya
diatas Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) total sebesar
Rp274.975.000,- (dua ratus tujuh puluh empat juta
sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah);
d. Rekening milik MF sebanyak 63 kali transaksi total sebesar
Rp493.205.000,- (empat ratus sembilan puluh tiga juta
sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah);
e. Rekening milik HS sebanyak 44 kali transaksi total sebesar
Rp564.969.000,- (lima ratus enam puluh empat juta
sembilan ratus enam puluh sembilan ribu rupiah);
f. Dalam proses pengiriman uang tersebut, terdakwa AAB
menggunakan modus berita pengiriman yang berbeda-beda
yang diketahui berita pengiriman tersebut hanya fiktif dan
dengan maksud tujuan agar terlihat perputaran uang yang
signifikan.
2. Bahwa terdapat penempatan dana hasil pencairan kredit tersebut
pada rekening milik AAB yang digunakan oleh AAB untuk pembelian
beberapa unit rumah, kendaraan bermotor, kebutuhan rumah tangga
dan renovasi rumah. Selanjutnya, hasil pembelian aset tersebut
dijual dan uang hasil penjualan tersebut ditempatkan pada rekening
milik AAB.
untuk kepentingan eksternal
80
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.26 Tindak pidana lain yang diancam
dengan pidana penjara 4 tahun atau
lebih (Tindak Pidana Pemalsuan)
Profil Terdakwa V.2.2 Pengusaha/Wiraswasta
Pola Transaksi V.3.8 Pass by
V.3.11 Transfer via ATM
V.3.32 Pencairan Kredit dari Perbankan
Instrumen Transaksi V.4.4 Rekening Tabungan Rp
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.14 Perusahaan Properti
Sumber Dana V.6.1 Yang Bersangkutan
Pihak Terkait V.7.6 Rekan Kerja
Asset TPPU V.8.1 Uang Tunai
V.8.2 Mobil
V.8.3 Motor
V.8.6 Rumah
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Penguasaan kepemilikan akun rekening bank atas nama orang lain.
2. Transaksi pass by (sejumlah dana yang masuk langsung ditransfer
kembali atau tarik tunai).
3. Melibatkan banyak transaksi berupa transfer dana dengan volume
transaksi yang tinggi dan nilai transaksi yang kecil-kecil.
4. Menggunakan modus berita pengiriman yang berbeda-beda yang
diketahui berita pengiriman tersebut hanya fiktif dengan maksud
agar terlihat perputaran uang yang signifikan.
untuk kepentingan eksternal
81 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Mahkamah
Agung RI
Pemalsuan
dan
Pencucian
Uang
Pasal 263 Ayat
(1) KUHPidana Jo
Pasal 55 Ayat (1)
ke-1 KUHPidana
dan Pasal 3 UU
No. 8 Tahun
2010 tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang.
9
(sembilan)
tahun
Rp500.000.000,-
(lima ratus juta
rupiah. Subsidair
2 (dua) bulan.
untuk kepentingan eksternal
82
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 9. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal Pemalsuan
Pemilik PT.DSP
68 Pihak Debitur
PT.ACP
Perusahaan Jual
Beli Properti
PT.DSP
Perusahaan
Simpan Pinjam
AAB
Pemilik PT.ACP
V.2.2
MF
Karyawan
PT.ACP
V.7.6
AR
Karyawan
PT.ACP
V.7.6
MI
Karyawan
PT.ACP
V.2.13
V.7.6
H
Komisaris
PT.ACP
V.7.6
Dokumen
SKU
Mengajukan kredit dengan objek jaminan
rumah atas nama 68 debitur dan
Surat Keterangan Usaha (SKU) Palsu
Instruksi untuk
proses administrasi
rumah
Instruksi mencari
debitur
Pemberian Fee
Rp1.000.000,- s.d.
Rp2.000.000,- per debitur
Rekening Bank
Para Debitur
V.4.4
Akun Rekening Debitur
dikuasai oleh
H, MF dan AR
Pemberian Dana Kredit
ke 68 Pihak Debitur
Total Rp12.268.294.498,-
NotarisProses Akad Kredit
Rek an. AR
V.4.4
V.5.1
Rek an. MF
V.4.4
V.5.1
Rek an. AAB
V.4.4
V.5.1
Rek an. H V.4.4
V.5.1
Pemberian Hasil
Pencairan Kredit
Transfer via ATM
337 kali transaksi
Total Rp10.218.169.000,-
V.3.8
V.3.11
Transfer via ATM
11 kali transaksi
total Rp274.975.000,-
V.3.8
V.3.11
Transfer via ATM
63 kali transaksi
total Rp493.205.000,-
V.3.8
V.3.11
Rek an. HS
V.4.4
V.5.1
V.8.6
V.8.3
Transfer via ATM 44
kali transaksi
Total Rp564.969.000,-
V.3.8
V.3.11
untuk kepentingan eksternal
83 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
D.8 Tipologi Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Penggelapan
Tipologi ini disusun berdasarkan Putusan Pengadilan Tinggi Banten Nomor
88/Pid/2015/PN.Btn tanggal 6 Agustus 2015.
a. Deskripsi Kasus
Kasus Posisi
Pada tahun 2011 s.d. 2013, PT.SIP sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang pengembangan perumahan/real estate, dimana PT.SIP telah
tergabung dengan PT.MBI dan PT.MPC untuk melakukan pembebasan
tanah. Dalam proses pembebasan tanah telah dibentuk tim yang terdiri
dari Sub Mediator, Tim Survei dan Tim Pengukuran. Terdakwa D sebagai
Tim Survei yang bertugas untuk memastikan kebenaran dan keabsahan
surat-surat serta menentukan tanah yang dibayarkan, setelah dinyatakan
lengkap oleh terdakwa D, maka akan dibayarkan oleh SD selaku mediator.
Bahwa AD (orang tua terdakwa D) selaku manager pembebasan tanah
melaporkan hasil pekerjaannya kepada Eksekutif Direktur PT.SIP untuk
mengeluarkan uang pembebasan tanah yang telah diajukan oleh AD
dengan luas ±150 Hektar, total sebesar Rp86.663.990.000,- (delapan
puluh enam miliar enam ratus enam puluh tiga juta sembilan ratus
sembilan puluh ribu rupiah). Dalam pembebasan tanah tersebut MBI Grup
telah menyerahkan uang kepada SR dan AD. Pada tahun 2014 dilakukan
verifikasi dan diketahui bahwa proses pembebasan tanah seluas ±2.7
Hektar dengan nilai sebesar Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah)
dilakukan dengan proses yang benar, sedangkan untuk pembebasan tanah
seluas ±147.5 Hektar dengan nilai sebesar Rp82.000.000.000,- (delapan
puluh dua miliar rupiah) tidak dilakukan pembebasan tanah sebagaimana
mestinya, dikarenakan sebagaian besar telah mengajukan permohonan
pembebasan tanah fiktif dan uang tersebut digunakan oleh AD untuk
membeli aset berupa rumah dan kendaraan bermotor yang diatasnamakan
terdakwa D. Selain itu terdakwa D menerima sejumlah dana yang
ditransfer dari AD dan SD dengan total sebesar Rp1.504.700.000,- (satu
miliar lima ratus empat juta tujuh ratus rupiah).
Tindak Pidana Asal
1. Pada tahun 2011 s.d. 2013, PT.SIP sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pengembangan perumahan/real estate, dimana
PT.SIP telah tergabung dengan PT.MBI dan PT.MPC untuk melakukan
pembebasan tanah.
untuk kepentingan eksternal
84
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
2. Dalam proses pembebasan tanah telah ditunjuk SR sebagai Direktur
Eksekutif, AD sebagai Manager Pembebasan Tanah, SD sebagai
Mediator dan terdakwa D sebagai tim survei.
3. Bahwa AD (orang tua terdakwa D) selaku manager pembebasan
tanah melaporkan hasil pekerjaannya kepada Eksekutif Direktur
PT.SIP untuk mengeluarkan uang pembebasan tanah yang telah
diajukan oleh AD dengan luas ±150 Hektar, total sebesar
Rp86.663.990.000,- (delapan puluh enam miliar enam ratus enam
puluh tiga juta sembilan ratus sembilan puluh ribu rupiah).
4. Dalam pembebasan tanah tersebut MBI Grup telah menyerahkan
uang kepada SR dan AD.
5. Pada tahun 2014 dilakukan verifikasi dan diketahui bahwa proses
pembebasan tanah seluas ±2,7 Hektar dengan nilai sebesar
Rp4.000.000.000,-(empat miliar rupiah) dilakukan dengan proses
yang benar, sedangkan untuk pembebasan tanah seluas ±147,5
Hektar dengan nilai sebesar Rp82.000.000.000,- (delapan puluh dua
miliar rupiah) tidak dilakukan pembebasan tanah sebagaimana
mestinya.
6. Bahwa terdakwa selaku tim suvei bersama-sama dengan AD dan SD
dalam pembebasan lahan tidak dilakukan prosedur yang yang
berlaku serta dengan maksud untuk memperoleh keuntungan
dengan mengajukan permohonan pembebasan tanah fiktif dengan
cara:
a. Tanah yang dibebaskan sebagian besar hanya berdasarkan
SPPT tanpa disertai dengan dokumen pendukung lainnya;
b. Bahwa pembebasan tanah tidak melibatkan pihak desa
sehingga tanah yang dibeli atas nama Perusahaan banyak yang
dijual oleh bukan pemiliknya;
c. Bahwa pembebasan tanah tetap dilakukan meskipun tanah
tersebut tidak memiliki kelengkapan surat-surat;
d. Bahwa pembelian atau pembayaran tanah pada saat
pengukuran terjadi keberatan oleh pihak penjaga tanah milik
PT.CR;
e. Bahwa surat-surat penting pendukung atas hak tanah seperti
keterangan waris telah dipersiapkan, dimana dalam sebagian
besar keterangan waris SR ikut bertindak sebagai saksi yang
membenarkan bahwa orang tersebut adalah ahli waris dari
pemilik tanah.
untuk kepentingan eksternal
85 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
7. Bahwa akibat perbuatan terdakwa D, bersama AD dan SD, PT.SIP
mengalami kerugian sebesar Rp82.000.000.000,- (delapan puluh dua
miliar rupiah).
Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Dalam pembebasan tanah seluas ±150 Hektar, MBI Grup melalui SR
sebagai Direktur PT.SIP telah menyerahkan uang kepada AD sebesar
Rp86.663.990.000,- (delapan puluh enam miliar enam ratus enam
puluh tiga sembilan ratus sembilan puluh ribu rupiah), kemudian
diserahkan kepada SD.
2. Pembebasan tanah yang selesai SPH telah dibayarkan sebesar
Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah) dengan luas ±2,6 Hektar
sedangkan sisanya Rp82.000.000.000,- (delapan puluh dua miliar
rupiah) dengan luas ±147,5 Hektar belum memiliki SPH.
3. Bahwa dari uang hasil pembebasan tanah tersebut uang keuntungan
yang tidak seharusnya didapat oleh AD telah dipergunakan untuk
pembelian sejumlah aset berupa 1 unit rumah dan motor dengan
kepemilikan atas nama terdakwa D.
4. Bahwa terdakwa D telah menerima transfer dana dari SD dan AD
sebanyak 4 kali transaksi berupa pemindahbukuan melalui ATM dan
transaksi pengiriman uang antar bank secara cepat, total nilai
sebesar Rp1.504.700.000,- (satu miliar lima ratus empat juta tujuh
ratus rupiah).
b. Gambaran Variabel
Variabel Kode Uraian
Tindak Pidana Asal V.1.17 Penggelapan
Profil Terdakwa V.2.5 Pegawai Swasta/Karyawan
Pola Transaksi V.3.7 RTGS
V.3.15 Pemindahan Langsung/Pindah buku
Instrumen Transaksi V.4.4 Rekening Tabungan Rp
Kelompok Industri V.5.1 Bank
V.5.14 Perusahaan Properti
Sumber Dana V.6.1 Yang Bersangkutan
Pihak Terkait V.7.4 Keluarga Sekandung
V.7.6 Rekan Kerja
Asset TPPU V.8.1 Uang Tunai
untuk kepentingan eksternal
86
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Variabel Kode Uraian
V.8.3 Motor
V.8.6 Rumah
c. Tipologi Pencucian Uang
1. Pembelian sejumlah aset/barang mewah berupa rumah dan
kendaraan bermotor.
2. Penggunaan nama anggota keluarga dalam mengendalikan dana
hasil kejahatan.
3. Pemanfaatan layanan pengiriman uang antar bank secara cepat dan
seketika dengan nilai transaksi bernilai besar (di atas
Rp100.000.000,- ke atas).
d. Putusan/Vonis Pidana
No. Putusan
Pengadilan
Tindak
Pidana Pasal
Pidana
Penjara Denda
1 Pengadilan
Tinggi
Banten
Penggelapan
dan
Pencucian
Uang
Pasal 372 KUHP
Jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP Jo
Pasal 64 ayat (1)
KUHP dan Pasal 5
UU No. 8 Tahun
2010 tentang
Pencegahan dan
Pemberantasan
Tindak Pidana
Pencucian Uang.
3 (tiga)
tahun 6
(enam)
bulan
Rp250.000.
000,- (dua
ratus lima
puluh juta
rupiah)
Subsidair 2
(dua)
bulan.
untuk kepentingan eksternal
87 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
e. Skema Pencucian Uang
Gambar 10. Skema Pencucian Uang
dengan Tindak Pidana Asal Penggelapan
D
Tim Survei
V.1.17
V.2.5
AD
Manager
PT.SIP
V.7.4
V.4.4
V.5.1
SD
Sub Mediator
V.7.6
PT.SIP
Perusahaan di
Bidang Real
Estate
SR
Direktur
Eksekutif
PT.SIP
V.7.6
Tim Pembebasan Lahan PT.SIP
Membayarkan
pembebasan
tanah sebesar
Rp4.000.000.000,-
MBI Grup
PT.MPC
Grup
Grup
Tanah Seluas
150 Hektar
Rp86.663.990.000-
V.1.18
V.8.4
Mengajukan
Permohonan
Pembebasan
Tanah Fiktif
Seluas 150
Hektar
Menentukan Tanah
dan Memastikan
Keabsahan Surat-
Surat
Pemberian Uang
kepada SR dan AD
sebesar
Rp86.663.990.000-
Mengajukan
Permohonan
Pembebasan Tanah
Seluas 150 Hektar
senilai
Rp86.663.990.000-
V.4.4
V.5.1
V.4.4
V.5.1
Transfer Dana dari
Rekening SD dan
AD sebanyak 4 kali
transaksi melalui
pemindahbukuan
dan RTGS
Total sebesar
Rp1.504.700.000,-
V.1.17
V.3.7
V.3.15
V.6.1
V.8.3
V.5.14
V.8.6 Pembelian
Aset atas
nama D
Pembelian
Aset atas
nama D
untuk kepentingan eksternal
88
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
E. Tren Variabel Pembentuk Tipologi Berdasarkan Putusan Perkara Tindak
Pidana Pencucian Uang
Dalam perkembangannya, pelaku pencucian uang selalu menggunakan modus dan
pola transaksi yang berubah-ubah mengikuti perkembangan teknologi dan informasi.
Perkembangan tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil putusan perkara tindak
pidana pencucian uang yang sudah berkekuatan hukum tetap selama periode 2013
s.d. 2015 melalui pendekatan pengukuran variabel pembentuk tipologi pencucian
uang.
E.1 Tren Profil Pelaku Pencucian Uang
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada jenis profil yang melakukan
tindak pidana pencucian uang yaitu pada profil (1) Pengusaha/Wiraswasta
sebesar 120 persen, (2) Pegawai Bank, BUMN/D, Pengiriman Uang, Pedagang
Valuta sebesar 133 persen, (3) Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas,
Pedagang sebesar 300 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2014.
Sedangkan untuk profil yang mengalami tren menurun pada tahun 2015
didominasi oleh profil (1) TNI/POLRI, (2) Pegawai Swasta/Karyawan, (3)
PNS/ASN (termasuk pensiunan). Hal tersebut dapat diketahui secara rinci pada
tabel di bawah ini.
Tabel 9. Tren Profil Pelaku Pencucian Uang
Profil 2013 2014 2015
Pengusaha/Wiraswasta 3 10 22
Pegawai Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman Uang,
Pedagang Valuta
1 3 7
Pegawai Swasta/Karyawan 7 19 5
Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang 0 1 4
Tidak Bekerja 1 0 4
PNS/ASN (termasuk pensiunan) 5 11 3
Ibu Rumah Tangga 1 4 3
Pejabat Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif 1 3 1
TNI/POLRI (termasuk pensiunan) 0 2 0
Perkembangan tren pada profil tersebut perlu menjadi perhatian bagi para pihak
industri keuangan khususnya dalam mengidentifikasi transaksi keuangan
mencurigakan.
untuk kepentingan eksternal
89 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
E.2 Tren Pola Transaksi
Pada prinsipnya pelaku pencucian uang selalu berusaha untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul hasil kejahatan melalui industri keuangan maupun
non industri keuangan. Pola transaksi pelaku pencucian uang dapat terdeteksi
melalui sektor industri keuangan. Dalam perkembanganya, pada tahun 2015
terdapat tren meningkat pada pola transaksi berupa (1) pass by sebesar 1100
persen, (2) transaksi pemberian uang secara tunai sebesar 220 persen, (3)
pencairan kredit dari perbankan sebesar 200 persen dibandingkan dengan tahun
2014. Sedangkan pola transaksi yang baru muncul pada tahun 2015
diantaranya (1) penempatan deposito, (2) transfer dana ke luar negeri, (3)
pencairan deposito, (4) setoran tunai via atm, (5) pembelian reksadana, (6)
pencairan polis asuransi.
Tabel 10. Tren Pola Transaksi
Pola Transaksi 2013 2014 2015
Tarik Tunai 7 14 32
Transfer Via ATM 5 14 28
Pass by 0 2 24
Transaksi pemberian uang secara tunai antar
pihak
4 5 16
Setor Tunai 12 20 15
Pemindahan Langsung/Pindah Buku 7 34 17
Tarik tunai via ATM 1 7 11
Pencairan Kredit dari Perbankan 2 3 9
Pencairan Cek/BG 0 6 8
RTGS 1 13 7
Penempatan Deposito 0 0 3
Setoran Pemindahan 1 5 2
Transfer dana ke luar negeri 0 0 2
Pembelian Via EDC 0 3 2
Pencairan Deposito 0 0 1
Pembelian Polis Asuransi 2 3 1
Pencairan Polis Asuransi 0 0 1
Penukaran Valuta Asing 2 3 5
Pembelian Reksadana 0 0 1
Transfer via IB dari rekening tabungan 2 4 1
untuk kepentingan eksternal
90
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Pola Transaksi 2013 2014 2015
Setoran tunai via ATM 0 0 1
Transfer via m-banking 1 6 1
E.3 Tren Instrumen Transaksi
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada penggunaan instrumen
transaksi yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana pencucian uang diantaranya
(1) Cek/BG sebesar 150 persen, (2) Saham sebesar 100 persen, (3) Kartu Debit
sebesar 100 persen dibandingkan dengan tahun 2014. Sedangkan untuk
instrumen transaksi yang mengalami tren menurun hingga tahun 2015 yaitu
pada penggunaan instrumen transaksi perjanjian hutang piutang.
Dalam perkembangannya terdapat penggunaan instrumen transaksi yang baru
muncul digunakan dalam proses pencucian uang di tahun 2015 diantaranya (1)
Rekening Pinjaman Rp, (2) Polis Asuransi Jiwa, (3) Letter of Credit.
Tabel 11. Tren Instrumen Transaksi
Instrumen Transaksi 2013 2014 2015
Cek/BG 2 4 10
Saham 1 2 4
Kartu Debit 0 1 2
Rekening Giro Rp 3 2 2
Rekening Tabungan Rp 6 56 38
Deposito Rp 2 1 5
Rekening Tabungan USD 1 0 1
Rekening Giro USD 0 2 1
Safe Deposit Box 1 2 1
Valuta Asing 0 4 3
Kwitansi 4 0 7
Perjanjian Hutang Piutang 2 0 0
Rekening Pinjaman Rp 0 0 2
Polis Asuransi Jiwa 0 0 2
Letter of Credit (L/C) 0 0 1
untuk kepentingan eksternal
91 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
E.4 Tren Kelompok Industri
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada kelompok industri yang
digunakan dalam proses pencucian diantaranya (1) Perusahaan Sekuritas
sebesar 150 persen, (2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Pialang Asuransi
sebesar 67 persen, (3) Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing
sebesar 67 persen dibandingkan tahun 2014. Sedangkan untuk kelompok
industri yang mengalami tren menurun pada tahun 2015 didominasi oleh profil
(1) Pedagang Kendaraan Bermotor sebesar 59 persen, (2) Perusahaan
Pembiayaan sebesar 25 persen, (3) Perusahaan Properti sebesar 23 persen dan
(4) Bank sebesar 4 persen dibandingkan tahun 2014.
Namun, kelompok industri yang dominan digunakan oleh pelaku pencucian uang
pada tahun 2015 yaitu industri perbankan, pedagang kendaraan bermotor dan
perusahaan properti. Disamping itu terdapat penggunaan baru di tahun 2015
pada kelompok industri (1) Koperasi, (2) Penyelenggara Kegiatan Usaha
Pengiriman Uang, (3) Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam, (4)
Penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu. Sedangkan berdasarkan
hasil temuan Aparat Penegak Hukum dalam menangani perkara pencucian uang,
penggunaan Jasa (Service) seperti Jasa Konsultan Pajak, Notaris dan Pengacara
cenderung meningkat pada tahun 2015.
Tabel 12. Tren Kelompok Industri
Kelompok Industri 2013 2014 2015
Perusahaan Sekuritas 0 2 5
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Pialang
Asuransi
2 3 5
Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta
Asing
2 3 5
Pedagang Kendaraan Bermotor 6 27 11
Perusahaan Pembiayaan 1 4 3
Perusahaan Properti 8 13 10
Bank 16 47 45
Koperasi 0 0 4
Penyelenggara Kegiatan Usaha Pengiriman Uang 0 0 3
Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam 0 0 1
Penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu 0 0 1
untuk kepentingan eksternal
92
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
E.5 Tren Pihak Terkait
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada pihak terkait yang dilibatkan
dalam proses pencucian uang diantaranya (1) Keluarga Sekandung sebesar 350
persen, (2) Rekan Kerja sebesar 67 persen, (3) Perusahaan Swasta sebesar 250
persen dibandingkan tahun 2014. Selain itu terdapat penggunaan pihak terkait
baru yang dilibatkan dalam proses pencucian uang diantaranya (1) Jasa
Profesional, dan (2) Kurir.
Guna melindungi Jasa Profesional untuk melakukan maupun dimanfaatkan oleh
pelaku pencucian uang, maka berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2015 tentang Pihak Pelapor dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang diantaranya meliputi Pengacara,
Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah, Akuntan, Akuntan Publik dan Perencana
Keuangan telah tercatat sebagai pihak pelapor baru. Sehingga diharapkan jasa
profesional tersebut dapat berperan aktif sebagai pihak pelapor guna mencegah
dan memberantas tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Tabel 13. Tren Pihak Terkait
Pihak Terkait 2013 2014 2015
Keluarga Sekandung 0 2 9
Rekan Kerja 1 7 25
Perusahaan Swasta 2 2 7
Anak 0 4 6
Istri 2 8 9
Pihak lain/Perantara 9 56 28
Keluarga Semenda 0 3 2
Suami 2 1 2
Jasa Profesional 0 0 3
Kurir 0 0 2
E.6 Tren Aset Pencucian Uang
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada penempatan aset pencucian
uang diantaranya (1) Saham sebesar 150 persen dan (2) Rumah sebesar 14
persen dibandingkan tahun 2014. Selain itu terdapat penempatan aset baru
pada tahun 2015 diantaranya (1) Perlengkapan Rumah Tangga, (2) Polis
Asuransi, (3) Apartemen, (4) Tanah dan Bangunan, dan (5) Reksadana.
untuk kepentingan eksternal
93 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Tabel 14. Tren Aset Pencucian Uang
Aset 2013 2014 2015
Saham 1 2 5
Rumah 4 14 16
Alat Berat 0 1 1
Perhiasan Emas 1 5 5
Aksesoris 0 5 1
Tanah 4 16 9
Uang Tunai 2 19 12
Rumah Toko/Ruko 2 3 2
Mobil 2 31 22
Alat Elektronik 0 8 7
Motor 1 0 6
Perlengkapan Rumah Tangga 0 0 3
Polis Asuransi 0 0 3
Apartemen 0 0 2
Tanah dan Bangunan 0 0 2
Reksadana 0 0 1
untuk kepentingan eksternal
94
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Selama periode 2015 terdapat sejumlah 40 putusan perkara pencucian uang yang
telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dengan melibatkan 50
orang terdakwa. Putusan perkara pencucian uang selama periode 2015 lebih
dominan di Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri) sebanyak 20 putusan
atau 50 persen yang tersebar di 15 Provinsi Indonesia. Pengadilan Tingkat Kedua
(Pengadilan Tinggi) sebanyak 16 Putusan atau 40 persen serta Mahkamah Agung
RI sebanyak 4 putusan atau 10 persen.
2. Secara umum karakteristik putusan perkara pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode 2015,
diantaranya:
a. Profil terdakwa yang dominan melakukan tindak pidana pencucian uang
selama tahun 2015 yaitu Pengusaha/Wiraswasta sebanyak 22 terdakwa
atau 44 persen. Pada tahun 2015, jumlah profil terdakwa dari kategori
berisiko tinggi seperti orang yang populer secara politis (Politically
Exposed Persons/PEP), Pegawai instansi pemerintah kecenderungannya
lebih sedikit dibandingkan profil Pegawai Bank, BUMN/D, Jasa Pengiriman
Uang, Pedagang Valuta Asing yaitu sebanyak 7 terdakwa atau sebesar 14
persen.
b. Tingkat rentang usia yang dominan melakukan tindak pidana pencucian
uang selama periode 2015 yaitu usia diatas 40 tahun sebanyak 24 orang
terdakwa atau 48 persen.
c. Tindak pidana asal yang dominan yaitu tindak pidana korupsi sebanyak 10
putusan atau 25 persen dari 40 putusan, tanpa tindak pidana asal (hanya
TPPU) sebanyak 10 putusan atau 25 persen dan Tindak Pidana Penipuan
sebanyak 7 Putusan.
d. Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah yang paling dominan dalam
pengadilan atas kasus-kasus Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu
sebanyak 9 putusan atau 22,50 persen. Kemudian wilayah Jawa Timur dan
Kalimantan Selatan sebanyak 5 putusan atau 12,50 persen.
e. Berdasarkan basis data putusan perkara pencucian uang tahun 2015
diketahui bahwa sebanyak 17 putusan atau 43 persen putusan perkara
untuk kepentingan eksternal
95 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
pencucian uang menghasilkan pengembalian aset untuk
korban/perusahaan. Sedangkan sebanyak 9 putusan atau 22 persen
putusan perkara pencucian uang yang menghasilkan perampasan aset
untuk negara. Disamping itu, terdapat 2 putusan perkara pencucian
dengan tindak pidana asal korupsi yang memberikan hukuman tambahan
berupa membayar uang pengganti selain aset atau harta hasil
kejahatannya dirampas untuk negara.
f. Para terdakwa lebih dominan dikenakan hukuman penjara antara 0 s.d. 5
tahun sebanyak 24 terdakwa atau 48 persen. Sedangkan terdakwa yang
dikenakan hukuman penjara selama 6 s.d. 10 tahun sebanyak 21
terdakwa atau 42 persen. Berdasarkan basis data putusan perkara
pencucian uang tahun 2015, diketahui hukuman pidana penjara yang
diterima oleh terdakwa paling rendah atau minimal selama 8 bulan dan
maksimal selama 15 tahun.
3. Di dalam pokok FATF Immediate Outcome 6 terdapat beberapa uraian
diantaranya Immediate Outcome 6.2 yang menyatakan bahwa sejauh mana
otoritas yang berwenang menerima atau meminta laporan (dalam hal ini: LTKM,
LTKT, LTKL, LT PBJ, LPUT LB) yang mengandung informasi terkait dan akurat
guna mendukung Aparat Penegak Hukum dalam menjalankan tugasnya.
Hasil penelitian menunjukan adanya beberapa keterkaitan data antara database
PPATK dengan 50 terdakwa dari 40 putusan perkara pencucian uang yang telah
berkekuatan hukum tetap selama periode 2015, diantaranya:
a. Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Keuangan (LTKM)
sebanyak 25 terdakwa atau 50 persen dari 50 terdakwa;
b. Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT)
PPATK sebanyak 3 terdakwa atau 6 persen dari 50 terdakwa;
c. Adanya keterkaitan database Laporan Transaksi Penyedia Barang dan Jasa
sebanyak 1 terdakwa atau 2 persen dari 50 terdakwa;
d. Tidak adanya keterkaitan database Laporan Transaksi dari/ke Luar Negeri
(LTKL) dengan 50 terdakwa;
e. Tidak adanya keterkaitan database Laporan Pembawaan Uang Tunai Lintas
Batas (LPUT LB) dengan 50 terdakwa.
Sedangkan uraian pokok FATF Immediate Outcome 6 lainnya yaitu tercantum
dalam FATF Immediate Outcome 6.3 yang menyatakan bahwa sejauh mana Hasil
untuk kepentingan eksternal
96
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Analisis dan diseminasi dari FIU (dalam hal ini PPATK) mendukung kebutuhan
operasional otoritas yang berwenang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya keterkaitan data putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde)
selama periode 2015 dengan Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP)
PPATK.
a. Terdapat sebanyak 11 putusan atau 27,5 persen dari 40 putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap dengan
memanfaatkan Hasil Analisis (HA) PPATK.
Pemanfaatan Hasil Analisis PPATK selain mengenai penegakan hukum juga
dapat membantu proses pemeriksaan, pengembangan analisis dan
penagihan pajak (tax collection), membantu proses audit investigasi, serta
dapat membantu proses fit and proper test di Kementerian/Lembaga
Pemerintah dalam rangka mewujudkan (good public governance).
b. Terdapat sebanyak 2 putusan atau 5 persen dari 40 putusan perkara
pencucian uang yang telah berkekuatan hukum tetap dengan
memanfaatkan Hasil Pemeriksaan (HP) PPATK.
Sebagai informasi bahwa proses pemanfaatan Hasil Pemeriksaan PPATK
tahun 2015 masih didominasi pada tahap penyelidikan. Selain itu
berdasarkan Hasil Pemeriksaan Tahun 2015 terkait Tindak Pidana Pajak
telah menghasilkan pengembalian pajak sebesar Rp50.000.000.000,-
(lima puluh miliar rupiah).
4. Tipologi pencucian uang dari beberapa putusan perkara pencucian uang yang
telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) selama periode 2015:
a. Melakukan penjaminan atau agunan harta hasil kejahatan untuk
memperoleh pembiayaan/kredit yang kemudian disegaja untuk tidak
dibayarkan agar jaminan atau agunan tersebut dirampas oleh pihak
pemberi pembiayaan/kredit;
b. Penguasaan debit rekening bank atas nama perusahaan yang dilengkapi
dengan speciment tanda tangan dari pihak di luar struktur kepemilikan
perusahaan;
c. Keterkaitan jasa profesional seperti notaris dalam pembelian dan
pembuatan Akta Jual Beli Tanah;
d. Pembelian aset/barang-barang mewah berupa tanah, bangunan dan
properti dengan mengunakan nama kepemilikan orang lain (sopir) dan
pihak keluarga (anak, kakak, sepupu). Pihak tersebut hanya tercatat atas
untuk kepentingan eksternal
97 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
kepemilikannya (registered ownership) dan bukan sebagai penerima
manfaat.
e. Penguasaan kepemilikan akun rekening bank atas nama orang lain.
f. Pemanfaatan profil wiraswasta dalam kepemilikan akun rekening bank
yang dikuasai oleh Politically Exposed Persons (PEP).
g. Keterlibatan pihak ketiga seperti mertua, saudara ipar dalam penempatan
dana hasil tindak pidana.
h. Penggunaan nama orang lain, anggota keluarga dan pihak ketiga dalam
mengendalikan dana hasil kejahatan.
i. Pemanfaatan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang/KUPU antar negara
dan/atau domestik).
j. Pembelian Aset/Barang-Barang Mewah berupa tanah, rumah dan
kendaraan bermotor dari hasil kejahatan.
k. Transaksi pass by (sejumlah dana yang masuk langsung ditransfer kembali
atau tarik tunai).
l. Menggunakan beberapa rekening atas nama individu yang berbeda-beda
untuk kepentingan satu orang tertentu.
m. Transaksi pinjaman dengan jaminan dana deposito (back-to-back
deposit/loan transaction);
n. Pembelian aset berupa alat berat seperti Excavator dan Truk yang
digunakan hanya untuk menutupi modus tindak pidana yang dilakukan;
o. Penggunaan identitas palsu.
p. Pembelian akun rekening bank atas nama orang lain.
q. Melibatkan banyak transaksi berupa penarikan tunai dan transfer dengan
volume transaksi yang tinggi dan nilai transaksi yang kecil-kecil.
r. Melibatkan banyak transaksi berupa transfer dana dengan volume
transaksi yang tinggi dan nilai transaksi yang kecil-kecil.
s. Menggunakan modus berita pengiriman yang berbeda-beda yang diketahui
berita pengiriman tersebut hanya fiktif dengan maksud agar terlihat
perputaran uang yang signifikan.
t. Pemanfaatan layanan pengiriman uang antar bank secara cepat dan
seketika dengan nilai transaksi bernilai besar (di atas Rp100.000.000,-).
5. Tren variabel pembentuk tipologi berdasarkan putusan perkara tindak pidana
pencucian uang:
a. Tren Profil Pelaku Pencucian Uang
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada jenis profil yang
melakukan tindak pidana pencucian uang yaitu pada profil (1)
untuk kepentingan eksternal
98
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Pengusaha/Wiraswasta sebesar 120 persen, (2) Pegawai Bank,
BUMN/D, Pengiriman Uang, Pedagang Valuta sebesar 133 persen,
(3) Petani/Nelayan, Pengrajin, Buruh Lepas, Pedagang sebesar 300
persen apabila dibandingkan dengan tahun 2014.
Sedangkan untuk profil yang mengalami tren menurun pada tahun
2015 didominasi oleh profil (1) TNI/POLRI, (2) Pegawai
Swasta/Karyawan, (3) PNS/ASN (termasuk pensiunan).
b. Tren Pola Transaksi
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada pola transaksi
berupa (1) pass by sebesar 1100 persen, (2) transaksi pemberian
uang secara tunai sebesar 220 persen, (3) pencairan kredit dari
perbankan sebesar 200 persen dibandingkan dengan tahun 2014.
Sedangkan pola transaksi yang baru muncul pada tahun 2015
diantaranya (1) penempatan deposito, (2) transfer dana ke luar
negeri, (3) pencairan deposito, (4) setoran tunai via ATM, (5)
pembelian reksadana, (6) pencairan polis asuransi.
c. Tren Instrumen Transaksi
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada penggunaan
instrumen transaksi yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana
pencucian uang diantaranya (1) Cek/BG sebesar 150 persen, (2)
Saham sebesar 100 persen, (3) Kartu Debit sebesar 100 persen
dibandingkan dengan tahun 2014.
Sedangkan untuk instrumen transaksi yang mengalami tren
menurun hingga tahun 2015 yaitu pada penggunaan instrumen
transaksi perjanjian hutang piutang. Dalam perkembangannya
terdapat penggunaan instrumen transaksi yang baru muncul
digunakan dalam proses pencucian uang di tahun 2015
diantaranya (1) Rekening Pinjaman Rp, (2) Polis Asuransi Jiwa, (3)
Letter of Credit.
d. Tren Kelompok Industri
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada kelompok industri
yang digunakan dalam proses pencucian diantaranya (1)
Perusahaan Sekuritas sebesar 150 persen, (2) Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Pialang Asuransi sebesar 67 persen, (3)
Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing sebesar 67
persen dibandingkan tahun 2014.
Sedangkan untuk kelompok industri yang mengalami tren
menurun pada tahun 2015 didominasi oleh profil (1) Pedagang
untuk kepentingan eksternal
99 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Kendaraan Bermotor sebesar 59 persen, (2) Perusahaan
Pembiayaan sebesar 25 persen, (3) Perusahaan Properti sebesar
23 persen dan (4) Bank sebesar 4 persen dibandingkan tahun
2014. Namun, kelompok industri yang dominan digunakan oleh
pelaku pencucian uang pada tahun 2015 yaitu industri perbankan,
pedagang kendaraan bermotor dan perusahaan properti.
Disamping itu terdapat penggunaan baru di tahun 2015 pada
kelompok industri (1) Koperasi, (2) Penyelenggara Kegiatan Usaha
Pengiriman Uang, (3) Pedagang Permata dan Perhiasan/Logam,
(4) Penyelenggara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu.
Sedangkan berdasarkan hasil temuan Aparat Penegak Hukum
dalam menangani perkara pencucian uang, penggunaan Jasa
(Service) seperti Jasa Konsultan Pajak, Notaris dan Pengacara
cenderung meningkat pada tahun 2015.
e. Tren Pihak Terkait
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada pihak terkait yang
dilibatkan dalam proses pencucian uang diantaranya (1) Keluarga
Sekandung sebesar 350 persen, (2) Rekan Kerja sebesar 67
persen, (3) Perusahaan Swasta sebesar 250 persen dibandingkan
tahun 2014.
Terdapat penggunaan pihak terkait baru yang dilibatkan dalam
proses pencucian uang di tahun 2015 diantaranya (1) Jasa
Profesional, dan (2) Kurir.
f. Tren Aset Pencucian Uang
Pada tahun 2015 terdapat tren meningkat pada penempatan aset
pencucian uang diantaranya (1) Saham sebesar 150 persen dan
(2) Rumah sebesar 14 persen dibandingkan tahun 2014.
Terdapat penempatan aset baru pada tahun 2015 diantaranya (1)
Perlengkapan Rumah Tangga, (2) Polis Asuransi, (3) Apartemen,
(4) Tanah dan Bangunan, dan (5) Reksadana.
6. Dinamika dan tantangan Aparat Penegak Hukum dalam penelusuran aset dan
pembuktian perkara pencucian uang:
a. Dalam penelusuran aset, (1) pelaku pencucian uang seringkali
menempatkan hasil kekayaan pada aset bergerak/tidak bergerak.
Sedangkan untuk bukti kepemilikan pada biasanya disembunyikan dan
tidak dapat disita, sehingga meskipun barangnya disita untuk proses
eksekusi setalah putusan (inkracht van gewisjde) akan kesulitan dalam
untuk kepentingan eksternal
100
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
pelelangan. (2) terdapat kesulitan pada penelusuran aset hasil kejahatan
yang berbentuk fisik/proses pembangunan. (3) Apabila aset/hasil
kejahatan yang diperoleh oleh pelaku pencucian uang kemudian diatas
namakan orang lain yang tidak memiliki hubungan dengan pelaku;
b. Dalam hal pembuktian terbalik sebaiknya memberikan kemudahan kepada
Penuntut Umum. Namun, dalam praktiknya pada tahap persidangan
pembuktian dari Penuntut Umum tetap diwajibkan untuk membuktikan
bahwa harta tersebut merupakan hasil tindak pidana;
c. Pada saat proses pembuktian, pihak penuntut umum mengalami kesulitan
ketika membuktikan kepemilikan rekening yang tidak didukung dengan
dokumen tambahan berupa buku tabungan rekening tersebut.
d. Dalam proses persidangan, terdapat kesulitan atau kendala dalam
penerapan UU PPTPPU periode sebelum 2010 dengan sesudah periode
2010.
e. Di dalam proses persidangan diharapkan adanya Ahli dari PPATK.
f. Dalam proses persidangan, data atau informasi yang disampaikan Penyidik
tidak semuanya dapat dibuktikan, seperti ketiadaan alat bukti dan
terkadang berkas/surat dakwaan yang disampaikan oleh Penuntut Umum
tidak lengkap, sehingga diharapkan dapat melengkapi atau memperkuat
alat bukti.
Disamping itu terdapat beberapa dinamika dan tantangan lainnya yang
seringkali ditemukan oleh Aparat Penegak Hukum dalam menangani
perkara pencucian uang, diantaranya:
Pada tahap penyelidikan terdapat kesulitan dalam melakukan
pemblokiran, sehingga diusulkan untuk dapat dilakukan penyitaan
terlebih dahulu;
Sulitnya mendapatkan ahli mengenai pencucian uang dan sulitnya
akses masuk ke dalam lembaga jasa keuangan.
Pada saat proses penelusuran transaksi seringkali terhambat oleh
batas waktu penahanan. Hal tersebut dikarenakan sulitnya
mendeteksi pihak beneficial owner atau pihak penerima manfaat atas
hasil tindak kejahatan;
Transaksi yang dilakukan secara tunai (cash basis) menjadi kendala
dalam penelusuran transaksi;
Pada saat proses penyusunan dakwaan, terdapat kendala mengenai
tempus kejadian yang berbeda. Hal tersebut seringkali dipertanyakan
oleh dewan majelis hakim, khususnya pada Pasal 64 dan Pasal 65
untuk kepentingan eksternal
101 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
KUHP karena dimungkinkan perbuatan tersebut terjadi pada periode
sebelum UU PPTPPU.
Masih adanya perbedaan persepsi pada Aparat Penegak Hukum
dalam penanganan perkara pencucian uang.
7. Berdasarkan hasil wawancara riset, dapat diketahui informasi mengenai
kelemahan UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, diantaranya:
Masih adanya perbedaan pemahaman di kalangan Hakim mengenai
ketentuan Pasal 69 UU No. 8 Tahun 2010 tentang PPTPPU, khususnya
untuk penyidik tindak pidana korupsi oleh KPK;
Masa waktu untuk pemblokiran sangat pendek;
Tata cara pembalikan beban pembuktian oleh terdakwa secara khusus
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada Jaksa Penuntut
Umum untuk membuktikan sebaliknya;
Belum diaturnya mengenai perolehan aset yang mana dalam
menentukan pada waktu perolehan/harta kekayaan;
Tidak sebandingnya hukuman kurungan pengganti pidana denda.
8. Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan bagian dari serangkaian kejahatan
yang saling berkaitan. Oleh karena itu, rezim pemberantasan TPPU berprinsip
follow the money, bukan follow the person, karena tindak pidananya yang saling
terangkai mengalirkan harta kekayaannya dari satu pihak ke pihak yang lain.
Sebagai follow up crime, menurut Mahkamah Agung untuk melakukan
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam perkara TPPU tetap harus
didahului dengan adanya tindak pidana asal, namun tindak pidana asal tersebut
tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu. Makna frasa "tidak wajib dibuktikan
terlebih dahulu" bukan berarti tidak perlu dibuktikan sama sekali, namun TPPU
tidak perlu menunggu lama sampai perkara pidana asalnya diputus atau telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
B. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan hasil riset terdapat beberapa rekomendasi yang ditujukan
kepada pihak eksternal PPATK, diantaranya:
1. Mahkamah Agung RI
Diharapkan adanya pemberian akses informasi kepada PPATK mengenai
perkembangan penanganan perkara pencucian uang di Indonesia, baik di
tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung RI melalui
Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) Mahkamah Agung.
untuk kepentingan eksternal
102
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Diharapkan adanya program pelatihan kepada Hakim secara terpadu
mengenai perkembangan tipologi tindak pidana pencucian uang.
Berdasarkan hasil temuan riset mengenai tren pola transaksi, instrumen
transaksi, kelompok industri, pihak terkait, aset pencucian uang yang
meningkat maupun yang baru ditemukan berdasarkan hasil temuan riset,
maka diharapkan agar Mahkamah Agung RI terfokus pada perkembangan
tren tersebut.
2. Kepolisian RI
Berdasarkan hasil temuan riset mengenai tren pola transaksi, instrumen
transaksi, kelompok industri, pihak terkait, aset pencucian uang yang
meningkat maupun yang baru ditemukan berdasarkan hasil temuan riset,
maka diharapkan agar Kepolisian RI terfokus pada perkembangan tren
tersebut.
Guna mengukur tingkat pemanfaatan informasi intelijen keuangan dalam
pengungkapan tindak pidana pencucian uang maupun tindak pidana asal
(sesuai FATF Immediate Outcome (IO) 6), maka diharapkan adanya
penyampaian informasi tindak lanjut Hasil Analisis (HA) dan Hasil
Pemeriksaan (HP) PPATK secara berkala.
3. Kejaksaan Agung RI
Berdasarkan hasil tren pola transaksi, instrumen transaksi, kelompok
industri, pihak terkait, aset pencucian uang, maka diharapkan agar
Kejaksaan Agung RI terfokus pada perkembangan tren pola transaksi,
instrumen transaksi, kelompok industri, pihak terkait, aset pencucian uang
yang meningkat maupun yang baru ditemukan berdasarkan hasil temuan
riset.
Guna mengukur tingkat pemanfaatan informasi intelijen keuangan dalam
pengungkapan tindak pidana pencucian uang maupun tindak pidana asal
(sesuai FATF Immediate Outcome (IO) 6), maka diharapkan adanya
penyampaian informasi tindak lanjut Hasil Analisis (HA) dan Hasil
Pemeriksaan (HP) PPATK secara berkala.
Diharapkan adanya program pelatihan kepada Jaksa secara terpadu
mengenai perkembangan tipologi tindak pidana pencucian uang.
Diharapkan adanya tim khusus analisa transaksi keuangan dalam
mengoptimalisasikan penanganan perkara pencucian uang.
untuk kepentingan eksternal
103 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
4. Komisi Pemberantasan Korupsi
Berdasarkan hasil tren, direkomendasikan agar KPK terfokus pada
perkembangan tren pola transaksi, instrumen transaksi, kelompok industri,
pihak terkait, aset pencucian uang yang meningkat maupun yang baru
ditemukan berdasarkan hasil temuan riset.
Guna mengukur tingkat pemanfaatan informasi intelijen keuangan dalam
pengungkapan tindak pidana pencucian uang maupun tindak pidana asal
(sesuai FATF Immediate Outcome (IO) 6), maka diharapkan adanya
informasi tindak lanjut Hasil Analisis (HA) dan Hasil Pemeriksaan (HP) PPATK
secara berkala.
5. Bank Indonesia
Diharapkan hasil riset ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
melakukan pembinaan bagi Industri KUPU mengenai modus pencucian uang.
untuk kepentingan eksternal
104
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
DAFTAR PUSTAKA
Hasil National Risk Assessment on Money Laundering and Terrorist Financing. Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. November 2015.
Suhadi, SH, MH, "Perkembangan Tipologi Pencucian Uang Secara Umum serta
Keterkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi dan Narkotika", In House Training
PPATK. Jakarta. Februari 2016.
FATF Recommendation 2012. International Standards on Combating Money Laundering
and The Financing of Terrorism and Proliferation. Update June 2016.
FATF Methodology for Assessing Technical Compliance with The FATF Recommendations
and The Effectiveness of AML/CFT System. February 2013.
Methods & Trends Typologies Money Laundering. Asia/Pasific Group on Money
Laundering. 2016.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tetang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tetang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Putusan Pengadilan
Register Perkara No.11/Pid.Sus-TPK/2015/PT DPS tanggal 7 September 2015.
Register Perkara No. 16/Pid.Sus-TPK/2015/PT PTK tanggal 2 Juli 2015.
Register Perkara No.01/Pid/TPK/2015/PT DKI tanggal 11 Februari 2015.
Register Perkara No.03/Pid.Sus/TP.Korupsi/2015/PN.Ptk tanggal 18 Mei 2015.
Register Perkara No.650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr tanggal 5 Agustus 2015.
Register Perkara No.553K/Pid.Sus/2015 tanggal 18 Mei 2015.
Register Perkara No. 318/Pid.B.Sus/2015/PN.Sby tanggal 7 Oktober 2015.
Register Perkara No.36/Pid/2015/PN YKK tanggal 1 Juli 2015.
Register Perkara No.1222K/Pid.Sus/2015 tanggal 25 Juni 2015.
Register Perkara No.88/Pid/2015/PN.Btn tanggal 6 Agustus 2015.
Putusan Mahkamah Konstitusi
Risalah Uji Materil Undang-Undang Tindak Pidana Penncucian Uang Tahun 2016 oleh R.J.
Soehandoyo, SH, MH. 14 Juli 2016.
untuk kepentingan eksternal
105 TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
Sumber lainnya:
http://www.ppatk.go.id
http://www.putusan.mahkamahagung.go.id
http://www.fatf-gafi.org.
http://www.apgml.org. Asia Pasific Group. Typologies Introduce. Web. 18 Februari 2016.
untuk kepentingan eksternal
untuk kepentingan eksternal
109
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
LAMPIRAN
untuk kepentingan eksternal
110
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
Lampiran
No PENGADILAN Nomor
Putusan Terpidana
Jenis Kelamin
Wilayah Pasal TPPU
Hukuman Pidana Penjara
Hukuman Pidana Denda
(Dalam Rupiah)
1 Pengadilan Tinggi Banjarmasin
4/PID.SUS/2015/PT BJM
AMA Pria Kalimantan Selatan
Pasal 3
8 bulan 2,500,000
2 Pengadilan Negeri Surabaya
103/Pid/2015/PN.SBY
AR Pria Jawa Timur Pasal
5 4 tahun 1,000,000,000
3 Pengadilan Tinggi Pontianak
16/PID.SUS-TPK/2015/PT PTK
IJ Pria Kalimantan Barat
Pasal 3
7 tahun 250,000,000
4 Pengadilan Tinggi Bandung
252/PID.SUS/2015/PT Bdg
AR Pria Jawa Barat Pasal
3 10 tahun 50,000,000
5 Pengadilan Tinggi Yogyakarta
36/PID/2015/PT YYK
G Pria DI Yogyakarta
Pasal 3
5 tahun 150,000,000
MR Pria Pasal
3 5 tahun 150,000,000
AR Pria Pasal
3 6 tahun 150,000,000
WDL Pria Pasal
3 7 tahun 200,000,000
AJ Pria Pasal
3 7 tahun 200,000,000
6 Pengadilan Tinggi Yogyakarta
92/PID/2015/PT YKK
ER Wanita DI Yogyakarta
Pasal 3
8 tahun 1,000,000,000
7 Pengadilan Tinggi Jakarta
01/PID/TPK/2015/PT.DKI
HL Pria DKI Jakarta Pasal
3 7 tahun 5,000,000,000
8 Pengadilan Tinggi Jakarta
03/PID/TPK/2015/PT.DKI
SRS Pria DKI Jakarta Pasal
3 10 tahun 1,000,000,000
9 Pengadilan Tinggi Jakarta
11/PID/TPK/2015/PT.DKI
HS Pria DKI Jakarta Pasal
3 9 tahun 500,000,000
10 Pengadilan Tinggi Banten
88/PID/2015/PT.BTN
D Pria Banten Pasal
5 3 tahun 6
bulan 250,000,000
11 Pengadilan Tinggi Denpasar
11/PID.SUS-TPK/2015/PT.DPS
IWC Pria Bali Pasal
3 15 tahun 1,000,000,000
12 Pengadilan Negeri Kebumen
36/Pid.B/2015/PN Kbm
G Pria Jawa Tengah
Pasal 5
3 tahun 6 bulan
1,000,000,000
13 Pengadilan Negeri Kebumen
37/Pid.B/2015/PN Kbm
DAR Pria Jawa Tengah
Pasal 3
9 tahun 1,000,000,000
14 Pengadilan Tinggi Banjarmasin
40/Pid.Sus/2015/PT.Bjm
YSS Wanita Kalimantan Selatan
Pasal 3
1 tahun 6 bulan
1,000,000,000
untuk kepentingan eksternal
111
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
No PENGADILAN Nomor
Putusan Terpidana
Jenis Kelamin
Wilayah Pasal TPPU
Hukuman Pidana Penjara
Hukuman Pidana Denda
(Dalam Rupiah)
15 Pengadilan Negeri Brebes
58/Pid.Sus/2015/PN Bbs
ABS Pria Jawa Tengah
Pasal 3
12 tahun 7,000,000,000
YAN Pria Pasal
3 10 tahun 2,000,000,000
16 Pengadilan Negeri Karanganyar
232/Pid.Sus/2014/PN.Krg
HA Pria Jawa Tengah
Pasal 5
1 tahun 8 bulan
100,000,000
17 Pengadilan Negeri Banda Aceh
02/Pid.Sus/2015/PN.BNA
YF Wanita Aceh Pasal
3 7 tahun 500,000,000
18 Pengadilan Negeri Manokwari
06/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Mnk
S Wanita Papua Barat
Pasal 3
4 tahun 3 bulan
200,000,000
19 Pengadilan Negeri Manokwari
07/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Mnk
AY Pria Papua Barat
Pasal 3
5 tahun 6 bulan
300,000,000
20 Pengadilan Negeri Batam
111/Pid.B/2015/PN.Btm
NC Pria Kepulauan Riau
Pasal 3
3 tahun 4 bulan
3,000,000,000
21 Pengadilan Negeri Bandung
45/PID.SUS/TPK/2015/PN.Bdg
TS Pria Jawa Barat Pasal
5 2 tahun 6
bulan 100,000,000
22 Pengadilan Negeri Pontianak
03/Pid.Sus/TP.Korupsi/2015/PN.Ptk
AA Pria Kalimantan Barat
Pasal 5
1 100,000,000
23 Pengadilan Tinggi Medan
20/Pid.Sus.TPK/2015/PT.MDN
SS Pria Sumatera Utara
Pasal 3
5 tahun 8 bulan
200,000,000
24 Pengadilan Tinggi Medan
115/Pid.Sus/2015/PT.MDN
MA Pria Sumatera Utara
Pasal 3
1 tahun 500,000,000
25
Mahkamah Agung
1222 K/Pid.Sus/2015
AAB Pria DKI Jakarta Pasal
3 9 tahun 500,000,000
26 Pengadilan Negeri Kotabaru
45/Pid.Sus/2015/PN. Ktb
S Pria Kalimantan Selatan
Pasal 3
3 tahun 1,000,000,000
A Pria Pasal
3 3 tahun 1,000,000,000
H Pria Pasal
3 3 tahun 1,000,000,000
27 Pengadilan Negeri Kotabaru
46/Pid.Sus/2015/PN. Ktb
A Pria Kalimantan Selatan
Pasal 3
3 tahun 1,000,000,000
D Pria Pasal
3 3 tahun 1,000,000,000
28 Pengadilan Tinggi Jakarta
269/Pid/2015/PT.DKI
ID Pria DKI Jakarta Pasal
3 10 tahun 10,000,000,000
RS Pria Pasal
3 10 tahun 10,000,000,000
untuk kepentingan eksternal
112
P U S A T P E L A P O R A N D A N A N A L I S I S T R A N S A K S I K E U A N G A N
TIPOLOGI PENCUCIAN UANG 2016
No PENGADILAN Nomor
Putusan Terpidana
Jenis Kelamin
Wilayah Pasal TPPU
Hukuman Pidana Penjara
Hukuman Pidana Denda
(Dalam Rupiah)
29 Pengadilan Negeri Maros
108/Pid.Sus/2015/PN.Mrs
HH Pria Sulawesi Selatan
Pasal 3
6 tahun 10,000,000,000
30 Pengadilan Negeri Surabaya
1640/Pid.B/2015/PN.Sby
MRR Pria Jawa Timur
EB Pria
31 Pengadilan Negeri Sampit
402/PID.SUS/2015/PN.Spt
TP Pria Kalimantan Tengah
Pasal 3
4 tahun 500,000,000
32 Pengadilan Negeri Tanjung
90/Pid.Sus/2015/PN.Tjg
IM Pria Kalimantan Selatan
Pasal 5
1 tahun 3 bulan
50,000,000
33 Pengadilan Negeri Surabaya
1639/Pid.B/2015/PN.Sby
JM Pria Jawa Timur
1 tahun 8 bulan
100,000,000
34 Pengadilan Negeri Kediri
650/Pid.Sus/2014/PN.Gpr
SAR Pria Jawa Timur Pasal
3 6 tahun 500,000,000
35 Mahkamah Agung
553 K/Pid.Sus/2015
AKP Pria DI Yogyakarta
Pasal 3
12 tahun 1,500,000,000
36 Mahkamah Agung
8 PK/Pid.Sus/2013
E Pria DKI Jakarta Pasal
5 5 tahun 100,000,000
37 Mahkamah Agung
38 PK/Pid.Sus/2015
NW Wanita DKI Jakarta Pasal
5 10 tahun 5,000,000,000
38 Pengadilan Tinggi Jakarta
287/Pid/2014/PT.DKI
RT Pria DKI Jakarta Pasal
5 1 tahun -
39 Pengadilan Tinggi Jakarta
80/Pid/2015/PT.DKI
IKM Wanita DKI Jakarta Pasal
5 2 tahun
500,000,000
40 Pengadilan Negeri Surabaya
318/Pid.B.Sus/2015/PN.SBY
DCG Pria Jawa Timur Pasal
3 8 tahun 10,000,000,000
untuk kepentingan eksternal