unsud oke 2

45
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Varietas unggul baru selalu dikembangkan untuk menghadapi tantangan zaman. Salah satu terobosan adalah perakitan padi tipe baru. Padi tersebut memiliki tekstur yang memungkinkan memiliki potensi hasil maksimal. Padi yang berkembang di kalangan petani pada saat ini adalah jenis non hibrida yang benihnya diperoleh dari persilangan biasa seperti varietas cisadane, IR- 64, Memberamo, Ciherang dan Sintanur. Laju produksi pada dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan gejala melandai, bahkan pada tahun-tahun tertentu mengalami penurunan. Padi hibrida selalu mempunyai komponen hasil yang lebih tinggi sehingga produktivitasnya dapat mencapai 8,5 t/ha gabah kering giling, atau 39% lebih tinggi dibandingkan dengan Ciherang. Varietas yang bobot 1.000 1

Upload: dianputra123

Post on 28-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: unsud Oke 2

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Varietas unggul baru selalu dikembangkan untuk

menghadapi tantangan zaman. Salah satu terobosan adalah

perakitan padi tipe baru. Padi tersebut memiliki tekstur yang

memungkinkan memiliki potensi hasil maksimal.

Padi yang berkembang di kalangan petani pada saat ini

adalah jenis non hibrida yang benihnya diperoleh dari

persilangan biasa seperti varietas cisadane, IR-64, Memberamo,

Ciherang dan Sintanur. Laju produksi pada dalam beberapa

tahun terakhir telah menunjukkan gejala melandai, bahkan pada

tahun-tahun tertentu mengalami penurunan.

Padi hibrida selalu mempunyai komponen hasil yang lebih

tinggi sehingga produktivitasnya dapat mencapai 8,5 t/ha gabah

kering giling, atau 39% lebih tinggi dibandingkan dengan

Ciherang. Varietas yang bobot 1.000 butirnya lebih tinggi

adakalanya lebih memiliki gabah atau beras yang lonjong

sehingga lebih disukai konsumen (Siregar 1992).

Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan

Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2007), benih padi

hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari

1

Page 2: unsud Oke 2

persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida

mempunyai kemampuan berproduksi lebih tinggi dibandingkan

varietas inbrida, karena adanya pengaruh heterosis yaitu

kecenderungan F1 lebih unggul dibandingkan tetuanya.

Fenomena heterosis sudah lama dikenal dan diketahui kurang

lebih 200 tahun yang lalu yaitu pada tahun 1763 oleh seorang

peneliti yang

Bernama J.G Koelruetur. Peneliti tersebut melihat pertumbuhan

yang lebih subur pada tanaman hasil persilangan dua varietas

yang berbeda (Satoto et.al., 2009).

Di Indonesia penelitian mengenai padi hibrida telah

dilakukan sejak tahun 1983 yang diawali dengan pengujian

keragaan Galur Mandul Jantan atau CMS atau Galur A. Namun,

penelitian yang lebih intensif baru dimulai pada tahun 1998,

yaitu dengan menguji persilangan galur-galur tetua hibrida

(Nainggolan, 2007).

Varietas unggul padi hibrida yang dilepas di Indonesia

diproduksi dengan sistem tiga galur, dengan sistem ini padi

hibrida yang tahan terhadap hama penyakit utama dapat

disilangkan jika tetua-tetua yang memiliki gen ketahanan telah

tersedia. Tiga galur yang berbeda tersebut, ialah galur mandul

jantan atau CMS (Cytoplasmic male sterile), galur pelestari atau

2

Page 3: unsud Oke 2

maintainer, dan galur pemulih kesuburan atau restorer. CMS

(Cytoplasmic male sterile) atau diartikan jantan mandul,

merupakan galur padi yang tidak dapat memproduksi sebuk sari

yang berfungsi (viable) disebabkan adanya interaksi antara gen-

gen sitoplasma dan gen-gen inti, CMS digunakan sebagai tetua

betina dalam produksi benih pada hibrida dan disebut sebagai

galur A. galur pelestari (maintainer line) ialah galur yang mirip

dengan galur-galur mandul jantan, hanya saja mempunyai

serbuk sari yang hidup dan mempunyai biji yang normal. Galur

pelestari tersebut digunakan sebagai pollinator atau penyerbuk

untuk melestarikan galur CMS, galur pelestari disebut galur B.

disilangkan galur pemulih kesuburan (restorer line) ialah kultivar

padi yang bila disilangkan dengan galur CMS dapat memulihkan

kesuburan tepungsari pada F1, restorer disebut juga tetua

penghasil tepungsari, tetua jantan atau galur R dan galur ini

dipergunakan sebagai pollinator untuk tetua CMS dalam produksi

benih (hidajat, 2006).

Untuk menghasilkan turunan pertama (F1), keturunan dari

persilangan CMS dan “maintainer” disilangkan lagi dengan galur

“restorer” atau dapat dituliskan dengan formula persilangan (A x

B) x R. Keturunan dari persilangan inilah yang dikenal sebagai

padi hibrida. Keunggulan teknologi baru yang dimiliki padi

hibrida memang menjanjikan, namun memiliki kendala bagi

3

Page 4: unsud Oke 2

petani yaitu pada harga benih padi hibrida yang lebih mahal

daripada benih padi inbrida, hasil panen dari benih padi hibrida

tidak bisa digunakan kembali untuk ditanam pada musim tanam

berikutnya, hal ini tentunya akan sangat memberatkan bagi para

petani karena akan menjadi suatu ketergantungan yang tinggi

pada para produsen benih padi. Selain itu, didalam budidaya

padi hibrida memerlukan penanganan yang lebih spesifik, seperti

dibutuhkannya sarana produksi dan infrastruktur pendukung

yang memadai serta membutuhkan pestisida yang lebih tinggi.

Varietas pada hibrida diharapkan memiliki daya hasil lebih

tinggi daripada varietas yang umum ditanam petani saat ini.

Selain keunggulan potensi hasil, padi hibrida juga harus

mempunyai berbagai sifat unggul yang terdapat pada varietas

yang saat ini banyak ditanam petani. Virmani (1994) melaporkan

bahwa berdasarkan penelitian pada MK 1986-MH 1992, padi

hibrida dapat meningkatkan hasil 15-20% daripada varietas non

hibrida atau inbrida

Padi hibrida yang memiliki daya hasil tinggi akan

diekspresikan dengan hasil yang tinggi bila lingkungan

mendukung. Salah satu agar lingkungan mendukung

pertumbuhan dan hasil tinggi padi hibrida, dapat dicapai dengan

memanfaatkan teknologi budidaya yang spesifik.

4

Page 5: unsud Oke 2

Mengingat adanya varietas yang memiliki ciri yang berbeda,

maka membutuhkan teknologi budidaya berbeda pula.

Berdasarkan hal ini maka teknik budidaya padi hibrida menjadi

kegiatan penting agar diperoleh produksi maksimal.

B. Tujuan dan Sasaran

5

Page 6: unsud Oke 2

1. Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan mempunyai

tujuan :

a. Mengetahui cara budidaya padi hibrida

b. Mengetahui jenis-jenis hama pada tanaman padi hibrida

c. Mengetahui beberapa cara pengendalian hama dan

penyakit pada tanaman padi hibrida

2. Sasaran Praktik Kerja Lapangan adalah :

a. Mendapat ketrampilan dan pengalaman dalam bidang

pertanian.

b. Melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan pertanian

sehari-hari untuk mengembangkan kepekaan yang

bernalar terhadap berbagai persoalan yang timbul

c. Mendapat gambaran tentang hubungan antara teori yang

didapat dan penerapannya serta berbagai faktor

dilapangan yang mempengaruhinya.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat kegiatan praktik kerja lapangan adalah :

1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang tanaman padi

hibrida

2. Mendapat bekal dan pengalaman praktik kerja untuk terjun

dalam masyarakat.

6

Page 7: unsud Oke 2

3. Hasil Praktik Kerja Lapangan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk melaksanakan penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Padi Hibrida

Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam

sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Divisio

Spermatophyta, dengan sub divisio Angiospermae, termasuk ke

dalam kelas Monocotyledoneae, Ordo adalah Poales, Famili

adalah Graminae,Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya

adalah Oryza sativa L.

Padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama

(F1) dari persilangan antara dua varietas yang berbeda. Varietas

hibrida mempuyai kemampuan berproduksi lebih tinggi

dibandingkan varietas inbrida, karena adanya pengaruh

heterosis yaitu kecenderungan F1 lebih unggul dibandingkan

tetuanya. Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat

tanaman dan untuk padi hibrida diharapkan dapat muncul

terutama pada sifat potensi hasil.

Taksonomi padi adalah sebagai berikut :

7

Page 8: unsud Oke 2

Kingdom: Plantae

Sub divisi: Angiospermae

Divisi: Spermatophyta

Kelas: Monocotyledon

Ordo: Gramineales

Famili: Gramineae

Genus: Oryza

Species: Oryza Sativa L

B. Morfologi Padi Hibrida

Tanaman padi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu

bagian vegetative dan bagian generative. Bagian vegetative

tanaman padi meliputi akar, batang, dan daun sedangkan bagian

generative meliputi bunga dan biji

1. Bagian vegetatif

a. Akar

Padi merupakan tanaman semusim dengan sistem

perakaran serabut. Terdapat dua macam perakaran padi

yaitu akar seminal yang dari akar primer radikula pada

saat berkecambah dan akar adventatif sekunder yang

bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian

bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal.

Perakaran yang dalam dan tebal, sehat, mencengkeram

tanah lebih luas serta kuat manahan kerebahan

8

Page 9: unsud Oke 2

memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien

terutama pada saat pengisian gabah (Suardi, 2002).

b. Batang

Batang padi berbentuk bulat, berongga dan beruas-

ruas. Antar ruas dipisahkan oleh buku. Ruas-ruas sangat

pendek pada awal pertumbuhan dan memanjang serta

berongga pada fase reproduktif. Pembentukan anakan

dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam dan

teknik budidaya. Batang befungsi sebagai penopang

tanaman, mendistribusikan hara dan air dalam tanaman

dan sebagai cadangan makanan. Kerebahan tanaman

dapat menurunkan hasil tanaman secara drastis.

Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau

patahnya ruas batang terbawah, yang panjangnya lebih

dari 4 cm (Makarim dan Suhartatik 2009).

c. Daun

Daun padi tumbuh pada batang dan tersusun

berselang-seling pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas

helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas,

telinga daun (auricle) dan lidah daun (ligule). Daun teratas

disbut daun bendera yang posisi dan ukurannya tampak

berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase

9

Page 10: unsud Oke 2

tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara

penuh, sedangkan pada fase tumbuh selanjutnya

diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu 8-9 hari. Jumlah

daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas.

Varietas-varietas baru di daerah tropis memiliki 14-18 daun

pada batang utama (Makarim dan Suhartatik 2009).

2. Bagian generative

a. Bunga

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap

unit bunga pada malai dinamakan spikelet yaitu bunga

yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik

dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang

bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada

cabang-cabang, bulir yang terdiri atas cabang primer dan

sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakekatnya adalah

floret yang hanya terdiri atas satu bunga, yang terdiri atas

satu organ betina (pistil) dan enam organ jantan (stamen).

Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh

tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri

atas satu ovul yang menopang dua stigma (Makarim dan

Suhartatik, 2009). Malai terdiri atas 8-10 buku yang

menghasilkan cabang-cabang primer yang selanjutnya

menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel)

10

Page 11: unsud Oke 2

tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang

sekunder (yoshida, 1981).

b. Buah Padi

Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau

bulir/gabah, sebenarnya bukan biji melainkan buah padi

yang tertutup lemma dan palea. Buah ini terjadi setelah

selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea

serta bagian lain akan membentuk sekam atau kulit gabah

(Departemen pertanian, 1983).

C. Syarat Tumbuh Padi Hibrida

Karena memiliki karakter fisiologis yang berbeda

dengan padi inbrida maka padi hibrida memerlukan

kesesuaian tumbuh. Ini sangat penting dicermati sebelum kita

menanamnya karena padi lebih menuntut kondisi yang sesuai

dengan karakternya daripada padi inbrida, juga kondisi lahan,

cuaca, hama penyakit yang heterogen di Indonesia. Syarat

tumbuh yang diperlukan padi hibrida pada dasarnya

mengikuti prinsip pendekatan pengelolaan terpadu

Iklim

Tanaman padi tumbuh didaerah tropis/sub tropis pada

450 LU sampai dengan 450 LS dengan cuaca panas dan

kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata

11

Page 12: unsud Oke 2

curah hujan yang baik adalah 200 mm/perbulan atau 1500-

2000 mm/tahun.

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa

panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang

baik rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi

selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki pertahun

sekitar 1500-2000 mm

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi.

Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada

waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan

yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi

akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang juga

rendah pada waktu bunting dapat menebabkan rusaknya

pollen dan menuwaktu bunting dapat menyebabkan rusaknya

pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).

Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi adalah tanah

sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam

perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah

yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang

ketebalan lapisan atasnya 18-22 cm dengan PH 4,0-7,0.

Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan.

Hal ini dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan

12

Page 13: unsud Oke 2

lahan tergenang air. Padahal dalam sistem tanah sawah,

lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan kebutuhan air

tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena

itu, jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan

kandungan pasir tinggi) kurang cocok dijadikan lahan

persawahan. Sebaliknya, tanah sulit dilewati air (tanah

dengan kandungan lempung tinggi) cocok dijadikan lahan

persawahan. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman

padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi

topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas

tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral,

sumber air alam, serta oleh beberapa faktor, yaitu posisi

topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas

tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral,

sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh

kegiatan manusia (Suprayono dan Setyono, 1997).

D. TEKNIK BUDIDAYA PADI HIBRIDA

1. Pemilihan Varietas

Varietas merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil tanaman. Pada dasarnya hasil gabah

ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu faktor tanah, tanaman

dan lingkungan (iklim). Faktor terakhir merupakan faktor

13

Page 14: unsud Oke 2

yang tidak dapat dirubah oleh manusia seperti radiasi

matahari, curah hujan, kelembaban nisbi, suhu udara, dan

lain-lain. Sementara itu faktor tanah dapat dimodifikasi

agar cocok untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Faktor

tanah diupayakan dengan membuat kondisi yang cocok

untuk tanaman padi seperti penambahan bahan organik,

irigasi bersilang sehinngga suplai oksigen untuk

perkembangan perakaran menjadi lebih optimal,

pemberian hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan

lain-lain. Sementara itu faktor tanaman dimodifikasi

melalui varietas berdaya hasil tinggi, respon terhadap

pemupukan, daun tanaman tegak sehingga dapat

menangkap sinar matahari lebih banyak, dan lain-lain.

Sumbangan faktor varietas, pemupukan dan irigasi

terhadap peningkatan produksi padi bisa mencapai 75%

Tabel 1. Perbedaan sifat kuantitatif dan kualitatif varietas lokal, varietas unggul baru dan varietas hibrida

Sifat Kuantitatif

dan Kualitatif

Varietas LokalVarietas

Unggul BaruVarietas Hibrida

HasilHasil gabah

rendahHasil gabah

tinggi

Lebih tinggi 10-15% daripada varietas

unggul baruUmur Umur tanaman Umur tanaman Umur tanaman

14

Page 15: unsud Oke 2

panjang genjah sedang

RasaRasa nasi enak dan beraroma

Rasa nasi sedang enak,

ada yang beraroma

Rasa nasi sedang enak

Kebutuhan Pupuk

Hanya perlu sedikit pupuk

Perlu banyak pupuk

Perlu banyak pupuk

Tinggi Tanaman

Tanaman tinggiTanaman rendah

Tanaman rendah sedang

Sifat DaunDaun rebah,

sehingga sedikit sinar matahari

Daun tegak, sehingga menyerap

lebih banyak sinar

Daun tegak, sehingga menyerap

lebih banyak sinar

Kekuatan Tanaman

karena rebah

Tanaman mudah rebah karena

tinggi

Tanaman tahan rebah karena relatif

pendek

Tanaman tahan rebah

karena batang kokoh

Adaptasi Tanaman

Sudah beradaptasi

dengan lingkungan

Belum tentu cocok untuk

semua lingkungan

Belum tentu cocok untuk

semua lingkungan

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007

2. Penyiapan lahan

Penyiapan lahan agar menjadi tempat yang baik

untuk tanaman, sehingga pengolahan tanah sangat

menentukan keberlanjutan pertumbuhan tanaman padi

hibrida. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan dua kali

agar diperoleh pelumpuran tanah yang baik. Adapun

tahapan dalam pengolahan tanah antara lain :

1) Pengolahan tanah dengan bajak singkal (kedalaman 10-

20 cm), sebelumnya tanah digenangi air selama 1

15

Page 16: unsud Oke 2

minggu untuk melunakkan tanah. Galengan dibersihkan

dengan cangkul dan dipupuk dengan tanah agar air dan

unsur hara pada petakan tidak hilang melalui rembesan.

2) Setelah tanah diolah, tanah dibiarkan selama 1 minggu

dan digenangi air.

3) Tanah diolah kembali dengan bajak rotari sampai

melumpur dilanjutkan dengan perataan tanah sampai

siap tanam.

3. Persiapan pembibitan

1) Pada waktu pengolahan tanah pertama, dilakukan

pengolahan tanah untuk pembibitan. Luas lahan untuk

pembibitan sebesar 4% dari luas yang akan ditanami.

2) Benih, sehari sebelum ditebarkan direndam dalam air

garam 3% (30 g garam dapur/1 liter air). Benih yang

mengapung tidak digunakan sebagai benih dan

dibuang, sedangkan yang tenggelam dijadikan sebagai

benih yang akan ditebar. Tujuan perendaman dalam air

garam adalah untuk mengetahui kebernasan benih dan

daya tumbuh benih. Kebutuhan benih bila padi ditanam

1 bibit/lubang tanam adalah 15 kg. sedangkan

normalnya 25 kg untuk pertanaman 1 ha bila ditanam 3-

4 bibit/lubang tanam.

16

Page 17: unsud Oke 2

3) Benih setelah dalam larutan garam kemudian ditiriskan

dan didiamkan selama 24 jam sebelum ditebar ke

tempat persemaian. Tempat persemaian sebaiknya

ditebari dengan pupuk kandang 2 kg/m2 agar pada saat

pencabutan kelak menjadi lebih mudah. Benih ditebar

secara merata dan tidak saling tindih di tempat

bedengan ukuran panjang 10-20 m, lebar 1 - 1,2 m,

tinggi bedengan 5 cm – 10 cm dari permukaan tanah.

Antar bedengan dibuat selokan sedalam 25 cm – 30 cm.

Urea sebaiknya diberikan secara sebar sebanyak 20 g –

40 g/m2 pada waktu 7 hari setelah tebar benih. Pada

saat bibit akan ditanam, bibit dicabut secara diagonal

kemudian dibersihkan dari tanah yang menempel pada

akar secara hati-hati.

4. Tanam Pindah

Tanam pindah sebaiknya dilakukan pada waktu bibit

masih umur muda, dapat 10 hari setelah sebar (HSS), 15

HSS ataupun 21 HSS agar pembentukan anakan menjadi

optimal. Indikator bibit siap untuk ditanam bila daun

tanaman sudah mencapai 4 helai. Cara tanam dapat

dilakukan dengan model tegel (20 cm x 20 cm, 22 cm x 22

cm ataupun 25 cm x 25 cm), legowo 2:1, 3:1 ataupun 4:1

dengan jarak tanam 12,5 cm dalam baris dan 25 cm antar

17

Page 18: unsud Oke 2

baris. Semua cara tanam di atas berkaitan dengan populasi

tanaman dalam 1 ha.

Tabel 2. Sistem tanam, jarak tanam, dan populasi tiap ha pada

tanaman padi

Sistem Tanam Jarak Tanam Populasi Tiap Ha

Tegel

Tegel

Tegel

Legowo 2:1

Legowo 3:1

Legowo 4:1

Legowo 2:1

Legowo 3:1

Legowo 4:1

20 cm x 20 cm

22 cm x 22 cm

25 cm x 25 cm

10 cm x 20 cm

10 cm x 20 cm

10 cm x 20 cm

12,5 cm x 25 cm

12,5 cm x 25 cm

12,5 cm x 25 cm

250000

206611

160000

333333

375000

400000

213000

240000

256000

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007

Berdasarkan tabel 2 diatas, tampak bahwa cara

tanam legowo dengan jarak tanam yang sama mempunyai

populasi tanaman lebih banyak 33% - 60% dibanding cara

tanam tegel sehingga hasil gabah diperkirakan akan lebih

banyak pula. Beberapa kelebihan cara tanam legowo

dibanding cara tanam tegel adalah (a) hasil gabah lebih

18

Page 19: unsud Oke 2

tinggi, (b) cara tanam legowo memanfaatkan asas

pengaruh barisan pinggir (border effect) dimana

pertumbuhan tanaman pinggir lebih bagus dibanding

tanaman tengah, (c) tanaman dengan cara tanam legowo

pada tahap awal lebih terang sehingga serangan tikus

pada pertanaman dapat dihindari, (d) memudahkan

penyiangan dan pemupukan, (e) efisiensi pemberian pupuk

lebih besar karena jatuhnya pupuk pada barisan tanaman,

(f) pada saat fase pengeringan gabah, daun bendera pada

pertanaman legowo masih tegak sementara gabah pada

malai sudah merunduk, kondisi demikian tidak disukai oleh

burung, sehingga terhindar dari serangan burung, (g) bila

terjadi hujan lebat pada fase pertumbuhan dan

pengeringan biji, ternyata pertanaman dengan sistem

legowo relatif lebh tahan terhadap kerebahan dibanding

cara tanam tegel.

5. Penyulaman

Penyulaman dimaksudkan untuk mengisi rumpun

yang mati atau kurang baik pertumbuhannya, agar

diperoleh populasi tanaman yang optimum. Penyulaman

dilakukan sebanyak satu kali, yaitu sekitar satu minggu

setelah tanam dengan menggunakan sisa bibit yang masih

ada.

19

Page 20: unsud Oke 2

6. Penyiangan

Pertanaman diusahakan bebas dari gulma, untuk itu

perlu dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan

tangan atau dengan menggunakan herbisida. Pemberian

herbisida dilakukan pada saat tanaman berumur 5–7 hari

setelah tanam, diikuti dengan penyiangan tangan

sebanyak dua kali pada saat tanaman berumur tiga dan

lima minggu setelah tanam. Herbisida yang digunakan

dapat berupa Butachlor + 2,4 DEE dan Anilophos + 2,4

DEE. Herbisida dengan bahan aktif MCPA dengan nama

dagang Gramoxone dan Agroxone juga dapat digunakan.

7. Pemupukan

Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman

padi memerlukan hara N sebanyak 17,5 kg (setara 39 kg

urea), P sebanyak 3 kg (setara 19 kg SP-36) dan K

sebanyak 17 kg (setara 34 kg KCI). Dengan demikian bila

petani menginginkan hasil gabah tinggi tentu diperlukan

pupuk yang lebih banyak pula. Pada dasarnya pupuk

merupakan makanan bagi tanaman. Terdapat 2 jenis

pupuk yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Untuk

mendapatkan hasil gabah yang tinggi pupuk perlu

dikombinasikan antara pupuk organik dan pupuk

anorganik. Tanaman padi memerlukan banyak hara N

20

Page 21: unsud Oke 2

dibanding hara P ataupun K. Hara N berfungsi sebagai

sumber tenaga untuk pertumbuhan tanaman,

pembentukan anakan, bahan klorofil untuk proses asimilasi

yang pada akhirnya memproduksi padi untuk pertumbuhan

dan pembentukan gabah. Hara P berfungsi sebagai sumber

tenaga untuk memenuhi kualitas hidup tanaman seperti

keserempakan tumbuh, masak bersamaan, dan lain-lain.

Sementara itu fungsi K sebagai komponen yang berperan

dalam reaksi enzim dalam tanaman. Fungsi kalium dalam

hal ini untuk memperbaiki rendemen gabah, ketahanan

terhadap kekeringan, ketahanan terhadap penyakit gabah,

memperbaiki kualitas gabah, dan lain-lain. Dengan

demikian untuk mendapatkan gabah dengan kualitas

gabah yang baik maka tanaman perlu diberi hara yang

lengkap dan sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pupuk

untuk padi hibrida sebaiknya pada umur 7-10 hari setelah

tanam (HST), 21 HST dan 42 HST. Pada 8 HST diberikan

sebanyak 75 kg urea, 100 kg SP-36 dan 50 kg KCI per ha;

pada 21 HST diberikan 150 kg urea per ha dan pada 42

HST diberikan 75 kg urea dan 50 kg KCI per ha. Pupuk urea

perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar pemberian pupuk N

menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi hibrida.

Bila perlu tambahkan urea 50 kg/ha pada saat tanaman

21

Page 22: unsud Oke 2

10% berbunga. Sedangkan pemberian pupuk KCL

dilakukan 2 kali, agar proses pengisian gabah menjadi

lebih baik dibanding dengan 1 kali pemberian bersamaan

dengan pupuk urea pertama.

Pemberian hara P dan K dapat ditentukan berdasar

hasil analisis tanah atau melihat status hara P dan K dari

peta status hara. Secara umum hara P dan K tidak setiap

musim perlu diberikan. Hara P dapat diberikan tiap 4

musim sekali sedangkan hara K dapat tiap 6 musim sekali.

Hal ini disebabkan pupuk P yang diberikan ke tanah, hanya

± 20% nya terserap tanaman sedang sisanya terakumulasi

ke dalam tanah, sementara itu pupuk K yang diberikan ke

dalam tanah, hanya terserap tanaman ± 30% dari sisanya

terakumulasi ke dalam tanah. Sementara itu sumbangan

hara K dari air irigasi juga cukup tinggi ± 23 kg

K2O/ha/musim atau setara dengan 38 kg KCI/ha/musim.

Sumbangan hara yang berasal dari tanah juga cukup

potensial.

Bila para petani bersedia mengembalikan semua

jerami ke dalam tanah sawah, maka tidak perlu lagi

menambahkan pupuk KCI, karena sebanyak 80% hara K

yang diserap oleh tanaman padi terakumulasi dalam

jerami. Pada pembakaran jerami maka semua N dalam

22

Page 23: unsud Oke 2

jerami hilang, sedangkan P dan K sebagian hilang. Dampak

negatif lainnya dari pembakaran jerami antara lain

mikroorganisme tanah terganggu, tanah menjadi padat,

kesuburan tanah menurun karena bahan organik tanahnya

ikut terbakar serta terjadi polusi udara.

Sebagai pengganti pupuk organik dapat digunakan

pupuk organik dalam bentuk Azolla, Sesbania, Gliricida,

Orok-orok dan petai cina. Kelebihan pupuk hijau tersebut

adalah mampu menambat N berasal dari udara dalam

jumlah cukup besar serta tumbuh dengan cepat. Sebagai

gambaran, tanaman Azolla mampu menambat N dari udara

sebanyak 60 kg N/ha, Sesbania 267 kg N/ha, Gliricida 42 kg

N/ha, Orok-orok 110 kg /ha dan Petai cina 200 kg N/ha.

Secara umum dikatakan bahwa pupuk hijau mampu

memenuhi kebutuhan hara N sebanyak 80% kebutuhan N

tanaman. Pemberian pupuk hijau dapat dilakukan dengan

cara membenamkan daun-daunnya kedalam tanah pada

waktu pengolahan tanah.

Kombinasi pemberian pupuk organik dan anorganik

untuk padi hibrida sangat dianjurkan. pupuk organik yang

dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami

sebanyak 2 ton per hektar setiap musim, sedangkan pupuk

anorganik yang diperlukan adalah urea, SP-36 dan KCI

23

Page 24: unsud Oke 2

masing-masing sebanyak 300 kg, 100 kg dan 100 kg per

ha.

8. Pengendalian hama dan penyakit

Strategi pengelolaan hama dan penyakit terpadu

diterapkan dengan mengintegrasikan komponen

pengendali yang kompatibel seperti (a) menggunakan

varietas tahan hama/penyakit, (b) menggunakan bibit

sehat, (c) menerapkan pola tanam yang sesuai, (d) rotasi

tanaman seperti padi-padi kedelai/kacang hijau, (e) waktu

tanam yang sesuai, (f) melakukan pembersihan lapangan

terhadap singgang yang biasanya dijadikan tempat vektor

hama dan sumber inokulum penyakit, (g) pemupukan

sesuai dengan kebutuhan tanaman, (h) penerapan irigasi

berselang, (i) gunakan sistem TBS (trop barier sistem)

untuk pengendalian tikus, (j) pengendalian kelompok telur,

observasi hama dan penyakit secara terus-menerus, (k)

menggunakan lampu perangkap untuk pengendalian hama

ulat grayak, dan penggerak batang, (l) meningkatkan

peran musuh alami seperti laba-laba, (m) gunakan

pestisida sebagai alternatif akhir untuk mengendalikan

hama berdasarkan hasil pengamatan.

24

Page 25: unsud Oke 2

Bila terjadi serangan penyakit kresek, maka sawah

perlu didrainase agar tidak terjadi genangan air di petakan.

Kelembaban tanah menjadi kurang, menyebabkan

lingkungan mikro di dalam rumpun padi hibrida menjadi

tidak lembab dan perkembangan jamur ataupun

mikroorganisme penyebab penyakit tidak berkembang

secara pesat.

9. Penentuan waktu panen

Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor

penting dalam kaitannya terhadap hasil gabah yang

dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen terlalu awal maka

akan banyak terjadi butir hijau akibatnya kualitas gabah

yang dihasilkan menjadi rendah, banyak butir mengapur

dan beras kepala banyak yang patah. Sebaliknya bila

tanaman padi dipanen terlambat maka akan menurunkan

hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah,

timbangan gabah menjadi lebih ringan karena kadar air

sudah menurun. Pemanenan gabah yang ideal dilakukan

bila: (a) sudah 90% masak fisiologis, artinya 90% gabah

telah berubah warna dari hijau menjadi kuning, (b) bila

dihitung dari masa berbunga, telah mencapai 30-35 hari,

dan (c) berdasarkan perhitungan dari sejak sebar sampai

umur sesuai dengan deskripsi padi.

25

Page 26: unsud Oke 2

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja

Lapangan

Praktik kerja lapangan akan dilaksanakan di PT. Sang Hyang

Seri (persero) Cabang Tegal, Desa Kedungkelor, Warurejo, Kota

Tegal, Provinsi Jawa Tengah selama ± 25 hari antara bulan Juli

sampai Agustus.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

26

Page 27: unsud Oke 2

Materi Praktik Kerja Lapangan terdiri dari materi umum dan

materi khusus, yaitu:

a. Umum

1. Sejarah dan perkebunan PT. Sang Hyang Seri (Persero)

Cabang Tegal

2. Keadaan umum lokasi yang meliputi:

a) Letak PT Sang Hyang Seri (persero) cabang Tegal

b) Iklim

c) Keadaan fisik dan topografi

3. Sarana dan prasarana umum yang meliputi:

a) Perkantoran

b) Ruang pertemuan

c) Laboratorium

d) Lahan pengujian

e) Gudang

f) Pabrik pengolahan

g) Jalan

b. Khusus

1. Budidaya padi hibrida

2. Hama yang menyerang tanaman padi hibrida

27

Page 28: unsud Oke 2

3. Berbagai cara pengendalian dan pengelolaan hama dan

penyakit pada tanaman padi hibrida

4. Mempelajari pengaruh serangan hama

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan ini menggunakan metode observasi

partisipasi, yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara

langsung dan berperan aktif di lapangan mengenai kegiatan

perusahaan secara umum dan kegiatan pengenalan tanaman

padi hibrida, hama dan penyakit serta pengelolaan dan

pengendalian hama dan penyakit di PT. Sang Hyang Seri

(Persero) cabang Tegal. Upaya pengumpulan data yang akan

dilakukan adalah :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan

langsung dan wawancara yang dilakukan dengan narasumber

dan pembimbing lapangan di PT. Sang Hyang Seri (Persero)

cabang tegal.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data atau dokumen

(mengambil data dari kantor) di PT. Sang Hyang Seri (persero)

cabang tegal.

3. Partisipasi aktif

28

Page 29: unsud Oke 2

Berpartisipasi aktif untuk mengetahui setiap tahap

dalam upaya pelaksanaan pengelolaan hama dan penyakit

tanaman padi hibrida dengan mengikuti kegiatan :

a. Budidaya tanaman padi hibrida yang meliputi tentang

pengelolaan tanah, pembibitan, penanaman, dan

pemeliharaan

b. Pengamatan hama pada tanaman padi hibrida

c. Berbagai cara pengendalian hama dan penyakit tanaman

padi hibrida

4. Metode Analisis

Analisis data dilakukan dengan metode analisis SWOT.

Metode ini digunakan untuk mengetahui beberapa faktor yang

penting dalam mendukung perkembangan perusahaan

melalui analisis dan identifikasi sehingga dapat diketahui

keunggulan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity) dan tantangan (threats) yang ada.

D. Analisis SWOT

Analisis SWOT disusun berdasarkan pengamatan dan

data pendukung tentang PT. Sang Hyang Seri(Persero)

Cabang Tegal. Manfaat dari analisis SWOT adalah sebagai

berikut:

29

Page 30: unsud Oke 2

1. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan perusahaan

baik yang mendukung maupun yang menghambat.

2. Mengetahui sumberdaya perusahaan baik internal maupun eksternal.

3. Menemukan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan

efisien.

Berikut merupakan hasil analisis SWOT yang dilakukan pada PT. Sang

Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal yang didasarkan dari kegiatan pengamatan dan

data-data pendukung mengenai perusahaan yang telah diperoleh :

1. Strength (kekuatan)

Kekuatan merupakan faktor dominan dalam sebuah organisasi. Kekuatan inilah

yang menyebabkan PT. Sang Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal dapat bertahan

dan berkembang dalam menjalankan usahanya. Kekuatan tersebut antara lain :

a. Memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas.

b. Memiliki fasilitas untuk mendukung keberlangsungan kegiatan perbenihan

yang memadai.

c. Konsisten dalam melakukan penelitian tentang perbenihan.

d. Management kegiatan yang tersusun baik dan rapi sehingga dapat

memenuhi target perusahaan secara optimal.

e. Telah mendapat kepercayaan dari konsumen bahwa PT. Sang Hyang

Seri(Persero) Cabang Tegal merupakan perusahaan BUMN besar yang

dapat dipertanggungjawabkan kualitas barang yang dihasilkan.

2. Weakness (kelemahan)

30

Page 31: unsud Oke 2

Kekurangan adalah hal yang selalu ada dalam sebuah lembaga atau

organisasi, namun dengan kesadaran adanya kekurangan itu mendorong

sebuah lembaga atau organisasi untuk selalu berusaha memperbaikinya

atau berinovasi untuk menutup kekurangan dengan selalu meningkatkan

kelebihan yang dimiliki lembaga atau organisasi tersebut.

Adapun kelemahan yang dimiliki oleh PT. Sang Hyang Seri(Persero)

Cabang Tegal antara lain:

a. Kurangnya tenaga pegawai yang berasal dari jurusan pertanian.

b. Kurangnya permodalan yang kadangkala menghambat dalam

produksi benih.

3. Opportunity (kesempatan)

PT.Sang Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal memiliki peluang yang cukup

besar untuk terus berkembang, beberapa peluang yang dimiliki oleh

PT.Sang Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal adalah :

a. Prospek pasar yang baik dimana komoditas benih padi yang

diproduksi merupakan komoditas yang paling banyak dibutuhkan

oleh petani di indonesia.

b. Kepercayaan konsumen akan mutu produk yang dihasilkan

PT.Sang Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal sudah tidak diragukan

lagi sehingga menyebabkan banyak pelanggan yang menjadi

pelanggan tetap dan setia. Hal tersebut merupakan sebuah

kesempatan yang harus dan telah dilaksanakan oleh PT.Sang

Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal untuk terus berkembang.

31

Page 32: unsud Oke 2

4. Threat (ancaman)

Terdapat beberapa hal yang dapat mengancam keberlangsungan usaha PT.

Sang Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal antara lain :

a. Kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang labil

Kondisi politik dan ekonomi Indonesia yang tidak stabil sangat

berpengaruh terhadap stabilitas harga sarana produksi dan daya beli masayarakat.

Sehingga akan memepengaruhi kelancaran proses produksi yang dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.

b. Banyaknya pesaing usaha

Prospek bisnis benih tanaman menyebabkan banyak bermunculan usaha-

usaha sejenis yang dapat mengencam eksistensi PT. Sang Hyang Seri(Persero)

Cabang Tegal. Hal ini menyebabkan pengelola PT. Sang Hyang Seri(Persero)

Cabang Tegal harus terus berinovasi dan meningkatkan pelayanan untuk

mempertahankan eksistensinya dalam bisnis perbenihan.

c. Musim yang sulit dipredisi

Perubahan iklim yang ekstrim akibat dari pemanasan global sangat

menghambat kegiatan produksi PT. Sang Hyang Seri(Persero) Cabang Tegal. Hal

ini karena akibat perubahan iklim yang ekstrim mengakibatkan sulitnya

memprediksi awal musim produksi yang biasanya dimulai pada akhir musim

hujan.

32

Page 33: unsud Oke 2

IV. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan selama 25 hari

kerja, selama bulan Juli sampai Agustus 2013 dengan kegiatan

seperti disajikan pada tabel 3 dibawah ini:

Tabel 3. Jadwal rencana kegiatan praktik kerja lapangan

N

oJenis kegiatan

Minggu ke

1 2 3 4

1 Orientasi lapang *

2 Mengumpulkan data sekunder

a. Sejarah dan latar belakang

berdirinya PT

b. Keadaan fisik dan topografi lahan

*

*

3 Mengikuti budidaya tanaman padi

hibrida* * * *

4 Mengetahui hama yang menyerang

tanaman padi hibrida dan

pengendaliannya

* * * *

5 Evaluasi data. * *

33

Page 34: unsud Oke 2

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 1983, Pedoman Bercocok Tanam Padi Palawija Sayur-sayuran. Departemen Pertanian Satuan Pengendali BIMAS. Jakarta.

Departemen Pertanian, 2007. Daerah Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Grist D.H., 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. Longmans, Green and Co.Ltd. London

Hidajat JR. 2006. Petunjuk Teknis Produksi Benih Padi Hibrida. Bogor: Puslitbangtan-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Luh, B.S., 1991. Rice Production, Volume 1. Published by Van Nostrand Reinhold, New York

Makarim, A.K. dan E Suhartatik, 2009. Morfologi dan fisiologi tanaman padi. Iptek Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukarmandi. 295-330

Nainggolan K. 2007. Perberasan Sebagai Bagian dari Ketahanan Pangan Nasional. Agrimedia Vol 12 No 2: 1-10

Rachim, Djunaedi A. dan Suwardi. 2002. Morfologi dan klasifikasi Tanah. Bogor; Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

34

Page 35: unsud Oke 2

Satoto, Sutaryo B, Suprihatno B 2009 Prospek Pengembangan Varietas Padi Hibrida. Di dalam Darajat AA. Et al. editor. Padi Inovasi Teknologi Produksi. Sukarmandi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Kementerian Pertanian. Hlm 29-65

Siregar, H. 1992. Analisis mutu gabah beberapa varietas/galur harapan padi. Jurnal Penelitian Pertanian 12 (1):45-49

Suardi, D. 2002. Perakaran Padi Dalam Hubungan dengan Toleransi Tanaman Terhadap Kekeringan dan Hasil. Jurnal. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian

Suprayono dan A. Setyono, 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi. Cetakan-1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines..p. 269

35