universitas indonesia laporan praktek kerja …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-pr-rizki...

128
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN KRAMAT JATI JAKARTA TIMUR JL. RAYA INPRES NO. 48 PERIODE 8 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZKI JAKA GUSTIANSYAH, S.Farm. 1206313633 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Upload: lamcong

Post on 03-Mar-2019

357 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

KECAMATAN KRAMAT JATI

JAKARTA TIMUR

JL. RAYA INPRES NO. 48

PERIODE 8 JANUARI – 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RIZKI JAKA GUSTIANSYAH, S.Farm.

1206313633

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

KECAMATAN KRAMAT JATI

JAKARTA TIMUR

JL. RAYA INPRES NO. 48

PERIODE 8 JANUARI – 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Apoteker

RIZKI JAKA GUSTIANSYAH, S. Farm.

1206313633

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, yang telah senantiasa

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Pusat Kesehatan Masyarakat

Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu

syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas

Farmasi Universitas Indonesia untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu

juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan

tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas). Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati di Jakarta Timur berlangsung pada periode 8

Januari – 18 Januari 2013. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada:

1. Drs. Mawardinur, Apt., sebagai pembimbing PKPA dan Kepala Seksi

Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan

kepada penulis selama PKPA berlangsung.

2. Prima Setiawan, Apt., sebagai pembimbing lapangan di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur yang telah memberikan ilmu-ilmu

yang bermanfaat dan pengalaman yang berharga serta telah membimbing dan

memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berangsung.

3. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., sebagai Koordinator Farmasi Makanan dan

Minuman yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan

kepada penulis selama PKPA berlangsung.

4. drg. Margaretha S.D.W., sebagai Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah

memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama

PKPA berlangsung.

5. drg. Roselyne Tobing, sebagai Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan

yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis

selama PKPA berlangsung.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

v

6. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

7. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

8. Dr. Fadlina Chany S., MSi., Apt., sebagai pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan

PKPA.

9. Para Staf Bagian Farmasi di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta

Timur, Bu Titin, Bu Ai, Mba Rini, Mas Oo, Bu Manur, dan Bu Marince atas

bantuan selama pelaksanaan kegiatan PKPA di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati Jakarta Timur

10. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang

telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.

11. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

12. Orang tua, adik-adik, serta Emak dan Bapak penulis atas doa, semangat, dan

dukungan moril serta materil yang telah diberikan.

13. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan

LXXVI atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis

peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat

bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

2013

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

HALAMAN PER}IYATAAN PERSETUJUAFI PI]BLIKASI KARYA

ILMIAH T]NTTJK KEPENTINGAi\I AKADEMIS

:Sebagai sivitas akademik Universitas lndonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:NamaNPMProgram StudiFakultasJenis karya

Rizki Jaka Gustiansvah. S.Farm.1206313633Profesi ApotekerFarmasiLaporan Praktik Kerja

Demi pengembangan iknu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas I ndonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota AdministrasiJakarta Timur Periode 7 Januari - 28 Januari 2013

Beserta perangkat yang ada (fika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universias Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pengkalan data (database), merawat, danmeraublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan ruilna saya sebagaipenulislpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuatdi: DepokPada tanggal : 04 Agustus 2013

Yang menyatakan

{Rizki Jaka Gustiansyah, S.Farm.)

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………....i

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….............. iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... vi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….... vii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………... 1 1.1. Latar Belakang……………………………………………………... 1

1.2. Tujuan…………………………………………………………….... 3

BAB 2 TINJAUAN UMUM………………………………………………….... 4 2.1. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur………………………………. 4

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)……………………......... 5

2.3. Puskesmas Kecamatan Kramat Jati……………………………….... 6

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS……………………………………………....... 10

3.1. Pengelolaan Obat di Puskesmas………………………………....... 10

3.2. Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas…………………….......... 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………. 27

4.1. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Farmasi Puskesmas…………….. 27

4.2. Alur Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta Timur…………………………………………………....... 27

4.3. Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta Timur……………………………………………………... 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 36 5.1. Kesimpulan………………………………………………………... 36

5.2. Saran………………………………………………………………. 37

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…..... 38

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati ............... 39

Lampiran 2. Data nama item obat berdasarkan anggaran APBD untuk

pengadaan 2012 .......................................................................... 40

Lampiran 3. Prosedur tetap proses distribusi obat di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati………………………. ................................. …..……43

Lampiran 4. Label warna di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebagai

penanda masa daluarsa obat ........................................................ 44

Lampiran 5. Prosedur tetap pelaksanaan kegiatan pelayanan di Apotek

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati ............................................. 45

Lampiran 6. Form pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati .............................................................................................. 47

Lampiran 7. Lembar dokumntasi kegiatan PIO di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati ................................................................................. 51

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, sistem

pemerintahan yang dianut saat ini adalah sistem desentralisasi. Hal ini bermakna

bahwa pemerintah daerah wajib mengembangkan dan mengelola daerahnya secara

mandiri, termasuk bidang kesehatan dimana pengembangan dan pengelolaan

tersebut diterapkan untuk memajukan tingkat kesehatan masyarakat di daerahnya.

Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 tahun 2008 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta, dibentuk Dinas Kesehatan

sebagai suatu unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Suku Dinas

Kesehatan Jakarta Timur, sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan

Provinsi DKI Jakarta, merupakan perangkat daerah tingkat kota administrasi

(kotamadya) yang salah satu fungsinya yaitu sebagai pembinaan, pengawasan,

dan pengendalian dalam kegiatan penyelenggaraan kesehatan lingkungan,

kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan

perorangan, rujukan, khusus, tradisional, maupun keahlian dimana dalam hal ini

puskesmas termasuk di dalamnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, puskesmas termasuk fasilitas pelayanan

kefarmasian yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan kefarmasian yang bermutu perlu diterapkan oleh puskesmas sebagai

Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan demi terbentuknya kecamatan

yang sehat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

2

Universitas Indonesia

Aspek-aspek pelayanan kefarmasian dalam lingkup puskesmas meliputi

pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi, dan

perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik

(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan

pencatatan/penyimpanan resep) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2006). Beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian agar terciptanya pelayanan

kefarmasian yang bermutu adalah pengelolaan sumber daya, dalam hal ini adalah

pengelolaan obat serta pelayanan informasi obat.

Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan

efisien secara berkesinambungan. Obat hendaknya dikelola secara optimal untuk

menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu

pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutu di tiap unit pelayanan

kesehatan. Pengelolaan obat publik meliputi kegiatan perencanaan dan

permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan,

serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2010).

Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, lengkap, terkini

oleh tenaga kefarmasian yang kompeten kepada pasien, tenaga kesehatan,

masyarakat maupun pihak yang memerlukan. Informasi umum tentang nama obat,

cara pemakaian, dan lama penggunaan dapat disampaikan oleh tenaga

kefarmasian atau tenaga kesehatan lain yang terlatih (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006).

Untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker dalam hal sistem

pengelolaan dan pelayanan informasi obat di puskesmas maka calon apoteker

membutuhkan suatu program yang mampu memfasilitasi agar kebutuhan tersebut

terpenuhi. Sehingga, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Puskesmas Tingkat Kecamatan

mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung

dari tanggal 8 Januari hingga 18 Januari 2013 di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati Jakarta Timur.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

3

Universitas Indonesia

1.2. Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur adalah agar mahasiswa program profesi

apoteker Fakultas Farmasi UI :

1. Mengetahui tugas pokok dan fungsi bagian farmasi di puskesmas

2. Mengetahui alur pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta Timur

3. Mengetahui kegiatan pelayanan informasi obat di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati Jakarta Timur

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas

Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

pengembangan kesehatan masyarakat (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

No. 150 Tahun 2009, 2009). Oleh karena suku dinas kesehatan (yang selanjutnya

disebut dengan sudinkes) merupakan suatu unit kerja dinas kesehatan yang berada

pada tingkat kota administrasi maka setiap wilayah (kotamadya) di Provinsi DKI

Jakarta memiliki satu sudinkes, termasuk wilayah Jakarta Timur.

Suku Dinas Kesehatan (sudinkes) Jakarta Timur dipimpin oleh seorang

Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah

Dinas Kesehatan (yang selanjutnya disebut dengan dinkes) DKI Jakarta dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional

berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Walikota Jakarta Timur.

Berdasarkan peran dan fungsinya, dinkes berperan sebagai regulator, sedangkan

sudinkes berperan sebagai auditor (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.

150 Tahun 2009, 2009).

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi, termasuk Sudinkes Jakarta

Timur mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan

kesehatan masyarakat. Lebih lanjut lagi, Sudinkes mempunyai fungsi antara lain

(Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan

Anggaran (DPA) Suku Dinas.

b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.

c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan

lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan,

khusus, tradisional, dan keahlian.

d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar

Biasa (KLB).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

5

Universitas Indonesia

e. Pengendalian, pencegahan, dan pemberantasan penyakit menular atau tidak

menular.

f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.

g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.

h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.

i. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan

kesehatan baik pemerintah maupun swasta.

j. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau

rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.

k. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup

Kota Administrasi.

l. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan

gizi dan kesehatan masyarakat.

m. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan

pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan

lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan

khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.

n. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.

o. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang.

p. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan.

q. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.

r. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan

fungsi Suku Dinas.

s. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

6

Universitas Indonesia

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan

yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan

derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan.

Program upaya pengobatan di puskesmas bertujuan meningkatkan mutu

pelayanan dan menjaga tingkat ketersediaan obat pada semua unit pelayanan yang

ada di wilayahnya. Dalam melaksanakan pengelolaan obat di Puskesmas telah

ditetapkan unit pengelola obat dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) di

bagian farmasi di puskesmas yaitu:

a. Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip

penerimaan obat.

b. Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan, kemudian abjad nama

obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa (bila ada).

c. Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok obat.

d. Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku register

harian.

e. Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

setiap akhir bulan.

2.3. Puskesmas Kecamatan Kramat Jati (Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati, 2012)

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati merupakan puskesmas tingkat

kecamatan yang berada di wilayah Jakarta Timur. Visi pembangunan kesehatan

yang diselenggarakan oleh Puskesmas Kecamatan Kramat Jati adalah tercapainya

Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Untuk mencapai hal

tersebut, Puskesmas Kecamatan Kramat Jati berupaya untuk selalu meningkatkan

pelayanan kesehatan, salah satunya yaitu menerapkan sistem ISO 9001 – 2008.

Demi terwujudnya Kecamatan Sehat maka Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

mempunyai komitmen yang dituangkan dalam Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

7

Universitas Indonesia

Struktur Organisasi dari Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dapat dilihat pada

Lampiran 1.

2.3.1. Visi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Visi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati yaitu “Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati yang modern, mandiri, dengan pelayanan prima yang sesuai dengan

standar internasional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat”.

2.3.2. Misi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Misi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati yaitu :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang modern, ditunjang oleh fasilitas

modern, tenaga professional dengan tarif bersaing.

b. Melaksanakan manajemen BLUD meliputi perencanaan, pengelolaan,

pertanggungjawaban, dan evaluasi.

c. Menyediakan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan

masyarakat.

2.3.3. Kebijakan Mutu Puskesmas

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati bertekad melaksanakan pelayanan

prima sesuai dengan standra internasional dlam upaya meningkatkan kepuasan

seluruh pelanggan melalui :

a. Penggunaan peralatan yang memadai

b. Penerapan sistem pelayanan yang bermutu

c. Kompetensi tenaga medik yang tinggi

d. Penerapan sasaran mutu yang terukur

e. Penerapan peraturan yang berlaku

f. Penanganan setiap keluhan pelanggan

g. Perbaikan terus menerus untuk meningkatkan efektivitas sistem Manajemen

Mutu

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

8

Universitas Indonesia

2.3.4. Moto Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memiliki moto yang dapat disingkat

dengan “SEHAT ITU RAKHMAT”. Penjabarannya yaitu :

S = Sejahtera lahir dan bathin

E = Ekonomis dalam pembiayaan

H = Harmonis antara sesame karyawan

A = Asih, Asuh, Asah

T = Tertib Administrasi

I = Inovatif dan proaktif

T = Teladan dalam mengemban tugas

U = Upayakan budaya kerja yang profesional

R = Ramah dalam memberikan pelayanan

A = Aman dalam melaksanakan tugas

K = Kekeluargaan dalam rangka mempererat persaudaraan

H = Hati yang tulus dalam melaksanakan tugas

M = Mandiri dalam manajemen puskesmas

A = Adil dalam pembagian kesejahteraan

T = Tawakal dalam pengabdian

2.3.5. Gedung Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Gedung Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dibangun pada tahun 1996 –

1997 dan mulai dioperasikan pada tanggal 4 Juni 1997. Bangunan Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati memiliki luas sebesar 1.500 m2 dan terdiri dari 3 lantai.

Lantai 1 dari gedung Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dimanfaatkan

sebagai rumah bersalin (mulai dioperasikan per tanggal 7 September 1998),

gudang obat dan alat-alat kesehatan, unit pelayanan kesehatan 24 jam, poliklinik

kebidanan, loket pendaftaran KIA/KB, poliklinik KIA dan KB, ruang

satker/server, ruang PTRM, dan apotek.

Lantai 2 dari gedung Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dimanfaatkan

sebagai loket pendaftaran, poliklinik spesialis anak, poliklinik spesialis kulit,

poliklinik THT, poliklinik umum, poliklinik IMS, poliklinik gigi (2 ruangan),

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

9

Universitas Indonesia

poliklinik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), poliklinik peserta ASKES

dan JAMSOSTEK, poliklinik TB dan MH (melayani penderita TBC dan kusta),

poliklinik gizi dan poliklinik jiwa (satu ruangan), poliklinik sanitasi, poliklinik

DM, poliklinik PAL, pemeriksaan kesehatan haji, pojok ASKEP, kamar tindakan

dan suntik, dan laboratorium.

Lantai 3 dari gedung Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dimanfaatkan

sebagai ruang kepala puskesmas, ruang sub bagian tata usaha, ruang sub bagian

keuangan, ruang seksi kesmas, ruang quality management representative (QMR),

ruang subsi penyakit menular dan subsi kesling, ruang markting dan seksi yankes,

unit pelayanan radiologi, aula, dan musholla.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

10 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1. Pengelolaan Obat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010)

Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan

efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat di puskesmas meliputi

kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi,

serta pencatatan dan pelaporan. Obat hendaknya dikelola secara optimal untuk

menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu

pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan

kesehatan.

3.1.1. Perencanaan dan Permintaan Obat

3.1.1.1. Perencanaan Obat di Puskesmas

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan

kebutuhan obat di puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas

setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di

puskesmas. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, puskesmas

diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO.

Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi

dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan

dan kebenaran data di puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat

dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kab/Kota.

Tujuan dilakukan perencanaan obat adalah untuk :

a. Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan

b. kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

d. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

11

Universitas Indonesia

Dalam melakukan proses perencanaan obat, terdapat tiga tahapan yang

perlu dipertimbangkan agar proses perencanaan obat brjalan dengan baik. Ketiga

tahapan tersebut yaitu :

A. Menentukan Jenis Permintaan Obat

Terdapat dua jenis permintaan obat dalam proses perencanaan obat di

puskesmas, yaitu permintaan rutin dan permintaan khusus. Pada permintaan rutin,

kegiatannya dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk masing-masing puskesmas. Permintaan ini tidak

mengalami banyak perubahan dikarenakan jumlah dan jenis obat yang akan

disediakan berdasarkan laporan penggunaan obat periode sebelumnya. Sedangkan

pada permintaan khusus, kegiatannya dilakukan di luar jadwal distribusi rutin

dimana hal ini dikarenakan antara lain :

a. Kebutuhan meningkat

b. Terjadi kekosongan

c. Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/bencana)

B. Menententukan Jumlah Permintaan Obat

Dalam menentukan jumlah permintaan obat, diperlukan data-data yang

diperlukan dalam rangka menentukan jumlah permintaan obat antara lain :

a. Data pemakaian obat periode sebelumnya

b. Jumah kunjungan resep

c. Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

d. Sisa stok

C. Menghitung Kebutuan Obat

Kebutuhan obat di suatu puskesmas dapat dilihat dari dua indikator, yaitu

stok optimum dan jumlah. Jika diasumsikan jumlah untuk periode yang akan

datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya maka

dapat dilakukan perhitungan stok optimum dengan rumus di bawah ini :

SO = SK + SWK + SWT + SP

Sedangkan untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan rumus :

Permintaan = SO – SS

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

12

Universitas Indonesia

Keterangan :

SO = Stok optimum

SK = Stok Kerja (stok pada periode berjalan)

SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat

SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead time)

SP = Stok penyangga

SS = Sisa stok

3.1.1.2 Permintaan Obat di Puskesmas

Sumber penyediaan obat di puskemas berasal dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di puskesmas adalah

obat esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan

dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu, sesuai dengan

kesepakatan global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989

tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan atau Menggunakan Obat Generik di

Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No.

HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat Generik

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat generik saja yang

diperkenankan tersedia di puskesmas.

Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah :

a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh

dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

b. Obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar

pengobatan.

c. Meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan publik.

d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan

kesehatan publik.

Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing

puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari

sub unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO

sub unit.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

13

Universitas Indonesia

3.1.2. Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi Obat

3.1.2.1. Penerimaan Obat di Puskesmas

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang

diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di

bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau

petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas.

Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas.

Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik,

penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut

kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib melakukan

pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi kemasan, jenis dan

jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), dan

ditandatangani oleh petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas.

Petugas penerima dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan kerusakan obat.

Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan

kartu stok.

3.1.2.2. Penyimpanan Obat di Puskesmas

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan

yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia, dan mutunya tetap terjamin. Terdapat lima hal yang menjadi fokus

perhatian dalam melakukan kegiatan penyimpanan obat di puskesmas, yaitu

persyaratan gudang, pengaturan penyimpanan obat, kondisi penyimpanan, tata

cara penyusunan, dan penjaminan mutu terhadap obat yang disimpan.

Bila ruang penyimpanan obat di puskesmas terlalu kecil, dapat digunakan

sistem dua rak. Obat yang siap dipakai diletakkan di bagian rak A sedangkan

sisanya di bagian rak B. Pada saat obat di rak A hampir habis maka pesanan

mulai dikirimkan ke gudang farmasi, sementara itu obat di rak B digunakan. Pada

saat obat di rak B hampir habis diharapkan obat yang dipesan sudah datang.

Jumlah obat yang disimpan di rak A atau rak B tergantung dari berapa lama waktu

yang diperlukan saat mulai memesan sampai obat diterima (waktu tunggu).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

14

Universitas Indonesia

Misalnya permintaan dilakukan setiap satu bulan dan waktu yang

diperlukan saat mulai memesan sampai obat tiba adalah dua minggu. Maka

jumlah pemakaian satu bulan dibagi sama rata untuk rak A dan rak B. Apabila

waktu tunggu yang diperlukan hanya satu minggu maka ¾ bagian obat disimpan

di rak A dan ¼ bagian di rak B.

A. Persyaratan Gudang

a. Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang

disimpan.

b. Ruangan kering dan tidak lembab.

c. Memiliki ventilasi yang cukup.

d. Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung

untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.

e. Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak

memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain.

f. Harus diberi alas papan (palet).

g. Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.

h. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.

i. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.

j. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.

k. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu

terkunci dan terjamin keamanannya.

l. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.

B. Pengaturan Penyimpanan Obat

a. Obat di susun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.

b. Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.

c. Obat disimpan pada rak.

d. Obat yang disimpan pada lantai harus diletakan di atas palet.

e. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk.

f. Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.

g. Sera, vaksin, dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

h. Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

15

Universitas Indonesia

C. Kondisi Penyimpanan

Kondisi penyimpanan menjadi salah satu hal yang penting untuk

diperhatikan. Hal ini dikarenakan untuk menjamin mutu dari obat-obatan tersebut.

Terdapat enam hal yang menjadi fokus perhatian, yaitu :

C.1. Kelembaban

Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga mempercepat

kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu dilakukan

upaya-upaya berikut :

a. Ventilasi harus baik, jendela dibuka.

b. Simpan obat ditempat yang kering.

c. Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka.

d. Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas udara

di dalam ruangan maka udara semakin lembab.

e. Biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul.

f. Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki.

C.2. Sinar Matahari

Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh

sinar matahari. Sebagai contoh, injeksi klorpromazin yang terkena sinar matahari

akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluwarsa. Cara

mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain dengan memasang gorden

di jendela atau dengan mencat jendela dengan warna putih.

C.3. Temperatur/Panas

Obat seperti salep, krim, dan supositoria sangat sensitif terhadap pengaruh

panas. Panas yang berlebihan mampu menyebabkan sediaan-sediaan tersebut

rusak atau pun meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara panas. Sebagai

contoh, salep oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan tinggi dan akan

mempengaruhi kualitas salep tersebut.

Ruangan obat harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam

lemari pendingin pada suhu 4 – 8oC, seperti :

a. Vaksin

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

16

Universitas Indonesia

b. Sera dan produk darah

c. Antitoksin

d. Insulin

e. Injeksi antibiotika yang sudah dipakai (sisa)

f. Injeksi Oksitosin

g. Injeksi Metil Ergometrin

Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena

akan menjadi rusak. Cara mencegah kerusakan karena panas antara lain :

a. Bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang memadai.

b. Hindari atap gedung dari bahan metal.

c. Jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC.

C.4. Kerusakan Fisik

Di bawah ini merupakan contoh cara yang dapat dilakukan dalam hal

penyimpanan suatu obat agar tidak terjadi kerusakan secara fisik sehingga mutu

obat tetap terjamin, yaitu :

a. Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak

tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus, karena

obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan rusak,

selain itu akan menyulitkan pengambilan obat.

b. Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam

C.5. Kontaminasi

Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat

mudah tercemar oleh bakteri atau jamur. Oleh karena itu diperlukan manajemen

penyimpanan dan evaluasi yang dilakukan secara berkala agar meminimalisasi

kerusakan yang terjadi pada obat, terutama akibat kontaminasi.

C.6. Pengotoran

Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang

kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh karena

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

17

Universitas Indonesia

itu bersihkan ruangan setiap hari. Lantai disapu dan dipel, dinding dan rak

dibersihkan.

D. Tata Cara Penyusunan Obat

Di bawah ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka

melakukan penyusunan obat di gudang puskesmas, antara lain :

a. Penyusunan dilakukan dengan sistem First Expired First Out (FEFO) untuk

masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa harus

dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluwarsa kemudian, dan First In

First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama

kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Hal ini

sangat penting karena obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau

potensinya berkurang. Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas

waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang

efektivitasnya.

b. Pemindahan posisi/letak obat harus dilakukan dengan hati-hati supaya obat

tidak pecah/rusak.

c. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari

cahaya matahari, disimpan di tempat kering.

d. Vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari

cahaya dan disimpan dalam lemari pendingin (suhu 4 – 8oC). Kartu temperatur

yang ada harus selalu diisi setiap pagi dan sore.

e. Obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari

langsung.

f. Bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan

pengambilannya menggunakan sendok.

g. Untuk obat dengan waktu kadaluwarsa yang sudah dekat supaya diberi tanda

khusus, misalnya dengan menuliskan waktu kadaluarsa pada dus luar dengan

mengunakan spidol.

h. Penyimpanan obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup rapat, lemari

pendingin, kotak kedap udara dan lain sebagainya.

i. Cairan diletakkan di rak bagian bawah.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

18

Universitas Indonesia

j. Kondisi penyimpanan beberapa obat.

Beri tanda/kode pada wadah obat.

Beri tanda semua wadah obat dengan jelas.

Apabila ditemukan obat dengan wadah tanpa etiket, jangan digunakan.

Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum:

に Jumlah isi dus, misalnya : 20 kaleng @ 500 tablet.

に Kode lokasi.

に Tanggal diterima.

に Tanggal kadaluwarsa.

に Nama produk/obat.

E. Pengamatan Mutu

Setiap pengelola obat, perlu melakukan pengamatan mutu obat secara

berkala, setiap bulan. Hal ini bertujuan agar menghindari terjadinya hal-hal yang

tidak diinginkan pada konsumen, seperti resistensi mikroba akibat penggunaan

antibiotik yang sudah kadaluarsa atau pun rusak dan keracunan akibat substansi

obat yang sudah terurai menjadi substansi-substansi yang toksik. Pengamatan

mutu obat dilakukan secara visual dengan melihat tanda–tanda sebagai berikut :

a. Tablet

Terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab.

Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis, dan rapuh.

Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.

Untuk tablet salut, disamping informasi di atas, juga basah dan lengket

satu dengan lainnya.

Wadah yang rusak.

b. Kapsul

Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya.

Wadah rusak.

Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

19

Universitas Indonesia

c. Cairan

Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan.

Cairan suspensi tidak bisa dikocok.

Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.

d. Salep

Konsistensi warna dan bau berubah (tengik).

Pot/tube rusak atau bocor.

e. Injeksi

Kebocoran

Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga

keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi.

Wadah rusak atau terjadi perubahan warna.

3.1.2.3. Distribusi Obat di Puskesmas

Distribusi/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat

secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan

kesehatan antara lain ke sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas,

puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, dan polindes.

Dalam meakukan kegiatan distribusi obat, terdapat tiga hal yang menjadi

fokus perhatian, yaitu menentukan frekuensi distribusi, menentukan jumlah dan

jenis obat yang diberikan, dan melaksanakan penyerahan obat dan penerimaan

sisa obat dari subsub unit. Pada tahapan menentukan frekuensi distribusi, yang

perlu dipertimbangkan adalah jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang

tersedia. Dengan mempertimbangkan kedua hal tersebut diharapkan mampu

menentukan frekuensi pendistribusian obat yang efektif dan efisien.

Tahapan selanjutnya setelah menentukan frekuensi distribusi yaitu

menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan. Dalam menentukan jumlah

obat perlu dipertimbangkan :

a. Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat.

b. Sisa stok.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

20

Universitas Indonesia

c. Pola penyakit.

d. Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.

Tahapan terakhir dalam proses distribusi obat di puskesmas yaitu

melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat dari subsub unit.

Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :

a. Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di sub unit

pelayanan.

b. Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obat diserahkan bersama-

sama dengan formulir LPLPO sub unit yang ditandatangani oleh penanggung

jawab sub unit pelayanan puskesmas dan kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab pemberi obat dan lembar pertama disimpan sebagai tanda

bukti penerimaan obat.

3.1.3. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di puskesmas merupakan rangkaian

kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-

obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas dan

atau unit pelayanan lainnya. Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya

pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk

mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.

Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :

a. Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.

c. Sumber data untuk perencanaan kebutuhan.

d. Sumber data untuk pembuatan laporan.

3.1.3.1. Sarana Pencatatan dan Pelaporan

Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas

adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok.

LPLPO yang dibuat oleh petugas puskesmas harus tepat data, tepat isi dan dikirim

tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

21

Universitas Indonesia

dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan obat,

pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.

3.1.3.2. Penyelenggaraan Pencatatan di Puskesmas

Terdapat tempat-tempat/lokasi yang menyelenggarakan pencatatan baik di

dalam puskesmas itu sendiri maupun di luar puskesmas, yaitu :

A. Gudang Puskesmas

Setiap obat yang diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat di dalam

Buku Penerimaan dan Kartu Stok. Laporan penggunaan dan lembar permintaan

obat dibuat berdasarkan Kartu Stok Obat dan catatan harian penggunaan obat.

Data yang ada pada LPLPO merupakan laporan puskesmas ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

B. Kamar Obat

Setiap hari jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada buku

catatan pemakaian obat harian. Laporan pemakaian dan permintaan obat ke

gudang obat dibuat berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.

C. Kamar Suntik

Obat yang akan digunakan dimintakan ke gudang obat. Pemakaian obat

dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan menjadi sumber data untuk

permintaan obat.

D. Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu, dan Poskesdes

Pencatatan diselenggarakan seperti pada kamar obat, yaitu setiap hari

jumlah obat yang dikeluarkan kepada pasien dicatat pada buku catatan pemakaian

obat harian. Laporan pemakaian dan permintaan obat ke gudang obat dibuat

berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa stok.

3.1.3.3. Alur dan Periode Pelaporan

Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO

dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

22

Universitas Indonesia

Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah

ditandatangani oleh kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota, satu rangkap untuk Kepala

Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan satu

rangkap dikembalikan ke puskesmas.

LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.

3.2. Pelayanan Informasi Obat (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2010)

3.2.1. Deskripsi

Pelayanan informasi obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan

dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, lengkap,

terkini oleh tenaga kefarmasian yang kompeten kepada pasien, tenaga kesehatan,

masyarakat maupun pihak yang memerlukan.

3.2.2. Tujuan

PIO bertujuan untuk menyediakan dan memberikan informasi obat kepada

pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain untuk menunjang ketersediaan dan

penggunaan obat yang rasional.

3.2.3. Sasaran

Sasaran pelayanan informasi obat di puskesmas antara lain :

a. Pasien dan/atau keluarga pasien.

b. Tenaga Kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten

apoteker, dan lain-lain.

c. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain.

3.2.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan

kondisi sarana pelayanan kesehatan. Jenis dan jumlah perlengkapan bervariasi

tergantung ketersediaan dan perkiraan kebutuhan dalam pelaksanaan pelayanan

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

23

Universitas Indonesia

informasi obat. Sarana ideal untuk pelayanan informasi obat sebaiknya

disediakan, antara lain :

a. Ruang pelayanan.

b. Kepustakaan.

c. Komputer.

d. Telepon dan faksimili.

e. Jaringan internet.

3.2.5. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

Kegiatan pelayanan informasi obat yang dapat dilaksanakan di puskesmas,

meliputi :

a. Menjawab pertanyaan.

b. Mengkaji dan menyampaikan informasi bagi yang memerlukan.

c. Menyiapkan materi dan membuat buletin, brosur, leaflet, dll.

3.2.6. Informasi obat yang lazim diperlukan pasien :

a. Waktu penggunaan obat; misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,

apakah di waktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah

obat diminum sebelum atau sesudah makan.

b. Lama penggunaan obat; apakah selama keluhan masih ada atau harus

dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Sebagai contoh, antibiotika harus

dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.

c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.

Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan

obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat

tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,

suppositoria, dan krim/salep rektal dan tablet vagina.

d. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat; misalnya berkeringat,

mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna,

dan sebagainya.

e. Hal-hal lain yang mungkin timbul; misalnya interaksi obat dengan obat lain

atau makanan tertentu dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

24

Universitas Indonesia

kalori, kehamilan dan menyusui serta kemungkinan terjadinya efek obat yang

tidak dikehendaki.

3.2.7. Sumber Informasi Obat

Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,

tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini dalam upaya penggunaan obat yang rasional

oleh pasien dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu semua pustaka yang dijadikan

sebagai sumber informasi diusahakan terbaru dan disesuaikan dengan tingkat dan

tipe pelayanan.

Pustaka dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Pustaka Primer

Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang

terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Sebagai contoh yaitu laporan hasil penelitian, laporan kasus, studi evaluatif dan

laporan deskriptif.

b. Pustaka Sekunder

Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari

berbagai macam artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat membantu

dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber informasi primer.

Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data base.

c. Pustaka Tersier

Pustaka tersier berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia

dan pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang berisi

materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami, seperti IONI, ISO, DOEN,

DOI, MIMS, Buku Saku Pelayanan Kefarmasian, dan lain sebagainya.

Selain dari sumber informasi di atas, informasi obat juga dapat diperoleh

dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :

a. Nama dagang obat jadi.

b. Komposisi.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

25

Universitas Indonesia

c. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah.

d. Dosis pemakaian.

e. Cara pemakaian.

f. Indikasi atau khasiat atau kegunaan.

g. Kontra indikasi (bila ada).

h. Tanggal kadaluarsa.

i. Nomor ijin edar/nomor registrasi.

j. Nomor kode produksi.

k. Nama dan alamat industri.

3.2.8. Dokumentasi

Semua kegiatan pelayanan informasi obat harus didokumentasikan.

Manfaat dokumentasi adalah sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan

serupa, memprioritaskan penyediaan sumber informasi yang diperlukan dalam

menjawab pertanyaan, sebagai media pelatihan tenaga farmasi serta sebagai basis

data pencapaian kinerja, penelitian, analisis, evaluasi dan perencanaan layanan.

Hal-hal yang perlu di muat dalam kegiatan dokumentasi, yaitu :

a. Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan.

b. Nama dan umur pasien.

c. Informasi yang diberikan.

3.2.9. Evaluasi

Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan informasi obat, harus dilakukan

pemantauan dan evaluasi kegiatan secara berkala. Evaluasi ini digunakan untuk

menilai/mengukur keberhasilan pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara

membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan

pelayanan informasi obat.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari

awal dan mendokumentasikan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan, serta

jawaban dan pelayanan yang diberikan kemudian dibuat laporan tahunan. Laporan

ini dievaluasi dan berguna untuk memberikan masukan kepada pimpinan dalam

membuat kebijakan di waktu mendatang. Untuk mengukur tingkat keberhasilan

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

26

Universitas Indonesia

tersebut harus ada indikator yang digunakan. Indikator tersebut bersifat dapat

diukur dan valid (tidak cacat). Indikator keberhasilan pelayanan informasi obat

mengarah kepada pencapaian penggunaan obat

secara rasional di puskesmas itu sendiri. Indikator dapat digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan informasi obat antara lain :

a. Meningkatnya jumlah pertanyaan yang diajukan.

b. Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.

c. Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.

d. Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leaflet, buletin, ceramah).

e. Meningkatnya pertanyaan berdasar jenis pertanyaan dan tingkat kesulitan.

f. Menurunnya keluhan atas pelayanan.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

27 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan, termasuk upaya pengobatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.

Program upaya pengobatan di puskesmas bertujuan meningkatkan mutu

pelayanan dan menjaga tingkat ketersediaan obat pada semua unit pelayanan yang

ada di wilayahnya. Dalam melaksanakan pengelolaan obat di Puskesmas telah

ditetapkan unit pengelola obat dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)

bagian farmasi di puskesmas yaitu:

a. Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip

penerimaan obat.

b. Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan, kemudian abjad nama

obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa (bila ada).

c. Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok obat.

d. Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku register

harian.

e. Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

setiap akhir bulan.

4.2. Alur Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta

Timur

Pada dasarnya, alur pengelolaan obat di puskesmas tingkat kecamatan di

Provinsi DKI Jakarta sama dengan di provinsi lain, yaitu meliputi kegiatan

perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, serta

pencatatan dan pelaporan. Namun perbedaan yang signifikan dapat dilihat dalam

proses pengadaan (termasuk ke dalam alur perencanaan dan permintaan).

Oleh karena penerapan sistem desentralisasi yang didasari oleh Undang-

Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

28

Universitas Indonesia

Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom, proses pengadaan yang di

lakukan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati yaitu bersifat mandiri dimana

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, seperti pada puskesmas tingkat kecamatan

lainnya yang berada di wilayah DKI Jakarta, menentukkan sendiri jumlah dan

jenis obat untuk periode mendatang. Proses selanjutnya yaitu melakukan proses

lelang sebagai tahapan pengadaan obat. Obat yang di dapatkan dari proses lelang

disebut sebagai obat yang bersumber dari dana APBD.

Gambaran umum mengenai lelang yang dilakukan oleh Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati sebagai usaha pengadaan obat yang bersumber dari dana

APBD adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pengumuman lelang melalui internet melalui SPSE (Sistem

Pengadaan Secara Elektronik) serta papan pengumuman

2. Rekanan yang berminat untuk mengikuti lelang tersebut mengunduh dokumen

persyaratan sebagai syarat pengajuan untuk ikut lelang dan melengkapi segala

persyaratan yang telah ditetapkan.

3. Rekanan kemudian mengirim berkas-berkas yang dipersyaratkan dalam

proses lelang tersebut melalui SPSE.

4. Panitia mengunduh berkas penawaran dari rekanan yang masuk di SPSE untuk

kemudian melakukan penilaian dalam penentuan pemenang lelang. Penilaian

yang dimaksud meliputi evaluasi administrasi dan evaluasi teknis serta harga.

5. Pantia lelang menentukan pemenang yang memenuhi syarat dan membuat

perjanjian untuk melakukan kerjasama dengan pihak rekanan yang terpilih

6. Rekanan yang terpilih melakukan tanggung jawabnya untuk melakukan

pengadaan dan pengiriman obat ke gudang induk Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Berdasarkan anggaran APBD, jumlah dan jenis obat di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati dapat dilihat di lampiran 2.

Selain bersumber dari dana APBD, pengadaan obat yang dilakukan di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati juga dapat bersumber dari dana BLUD (Badan

Layanan Umum Daerah). Pemakaian dana BLUD dimaksudkan untuk pembelian

langsung dengan jumlah kecil untuk obat-obatan yang habis sebelum memasuki

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

29

Universitas Indonesia

masa pengadaan berikutnya dan juga obat-obatan yang tidak termasuk dalam

pengadaan yang bersumber dari APBD.

Jenis obat berdasarkan permintaan rutin di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati di dominasi oleh obat generik (96,77%). Hal ini didasari oleh kesepakatan

global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang

Kewajiban Menuliskan Resep dan atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan

Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No.

HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat Generik

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Adapun beberapa dasar

pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah :

a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh

dunia bagi pelayanan kesehatan publik.

b. Obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar

pengobatan.

c. Meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan publik.

d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan

kesehatan publik.

Setelah melakukan proses perencanaan dan pengadaan, Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati melakukan proses penerimaan, penyimpanan, dan

distribusi obat. Sama seperti puskesmas lainnya, proses penerimaan obat

bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Petugas penerima obat wajib

melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi kemasan,

jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen serta

membuat berita acara penerimaan obat. Apabila terdapat item obat yang tidak

sesuai dengan dokumen maka petugas penerima berhak menolak dan

mengembalikannya. Petugas gudang obat bertanggung jawab atas pemeriksaan

fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan obat berikut

kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas gudang obat mencatat setiap

penambahan obat dan membukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.

Setelah proses penerimaan selesai, obat akan disimpan di gudang induk

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

30

Universitas Indonesia

Di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, penyimpanan obat dilakukan di

gudang induk di puskesmas kecamatan. Dari gudang induk puskesmas kecamatan,

obat akan didistribusikan ke gudang puskesmas kecamatan dan ke puskesmas

kelurahan yang ada di lingkup Kecamatan Kramat Jati. Pendistribusian obat

tersebut dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam 1 tahun. Prosedur tetap daam proses

distribusi obat dapat dilihat pada lampiran 3. Puskesmas-puskesmas kelurahan

yang berada di bawah Puskesmas Kecamatan Kramat Jati yaitu Puskesmas

Kelurahan Cawang, Puskesmas Kelurahan Cililitan, Puskesmas Kelurahan

Kramat Jati I, Puskesmas Kelurahan Kramat Jati II, Puskesmas Kelurahan Batu

Ampar, Puskesmas Kelurahan Balekambang, Puskesmas Kelurahan Tengah, dan

Puskesmas Kelurahan Dukuh.

Proses penyimpanan obat dilakukan sebelum obat-obatan tersebut

didistribusikan ke tempat-tempat yang dituju. Di setiap tempat penyimpanan obat

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dilengkapi dengan kartu stok. Hal ini

dimaksudkan agar semua item obat mampu tercatat dan terdokumentasi dengan

baik sehingga data fisik akan sama dengan data yang terdapat di laporan.

Penyimpanan yang dilakukan di gudang induk Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati secara keseluruhan cukup baik walaupun masih belum memenuhi

standar yang dipersyaratkan mengenai suhu ruangan yakni dengan tidak

lengkapinya gudang dengan penyejuk udara (AC). Mengenai suhu ruangan di

gudang induk, Puskesmas Kecamatan Kramat Jati menyiasati dengan membangun

ruangan gudang induk yang tinggi yang disertai dengan ventilasi yang cukup pada

bagian atap sehingga meminimalisasi kondisi suhu yang terlampau tinggi.

Kondisi penyimpanan di gudang Puskesmas Kecamatan Kramat Jati lebih

baik bila dibandingkan dengan di gudang induk. Gudang Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati dilengkapi dengan penyejuk udara sebagai pengontrol suhu ruangan,

termometer ruangan serta lemari pendingin sebagai tempat menyimpan sediaan

yang memerlukan suhu 4 – 8oC yang disertai termometer yang berada di

dalamnya.

Selain di gudang induk dan gudang puskesmas, obat juga disimpan di

dalam Unit Pelayanan Kesehatan 24 Jam dan di apotek. Penyimpanan obat di

dalam Unit Pelayanan Kesehatan 24 Jam cukup memenuhi syarat. Hal tersebut

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

31

Universitas Indonesia

disebabkan karena hanya obat-obat tertentu yang berada di dalamnya dan dalam

jumlah kecil serta ruangan tersebut juga telah dilengkapi dengan penyejuk udara.

Begitu pula dengan di apotek. Obat-obat yang terdapat di apotek merupakan obat-

obatan yang bersifat fast moving. Penyimpanan di dalam apotek cukup memenuhi

persyaratan serta suhu ruangan terkontrol dengan baik dengan adanya penyejuk

udara. Obat-obat yang tergolong narkotik maupun psikotropika yang terdapat di

dalam apotek, seperti kodein dan fenobarbital, disimpan di lemari yang terpisah

dengan obat-obatan lain dan dikunci ganda.

Penyimpanan obat di setiap tempat penyimpanan obat di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati memakai sistem FEFO dan FIFO. Pihak farmasi dari

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memberikan label berupa warna di setiap

kemasan sekunder maupun tersier dari setiap item obat sebagai tanda mengenai

batas daluarsa dari masing-masing item obat. Hal ini ditujukan agar menjadi tanda

bagi petugas gudang dan/atau apoteker untuk dapat memprioritaskan penggunaan

obat yang mendekati masa daluarsa dan menjadi tanda untuk obat-obatan yang

telah memasuki tiga bulan sebelum masa daluarsa untuk segera dipisahkan dari

item obat lainnya agar tidak digunakan untuk selanjutnya dikembalikan ke

perusahan obat yang bersangkutan. Pengklasifikasian label warna di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati sebagai penanda masa daluarsa obat dapat di lihat di

lampiran 4.

Penyusunan obat, baik di gudang induk, gudang puskesmas kecamatan,

apotek, maupun di Unit Pelayanan 24 jam berdasarkan bentuk sediaan dan

alfabetis. Hal ini sangat memudahkan bagi petugas gudang obat dan/atau tenaga

kefarmasian lain untuk menemukan obat. Khusus obat-obatan yang ada di apotek,

beberapa obat disimpan tidak pada wadah aslinya. Sebagai contoh, tablet CTM,

tablet parasetamol, tablet deksametason, tablet prednison, dan tablet lainnya yang

bersifat fast moving tidak disimpan di dalam kemasan aslinya. Obat-obatan

tersebut disimpan di dalam plastik obat dan jumlahnya untuk dikonsumsi dengan

estimasi waktu pengobatan yaitu selama tiga hari dengan frekuensi penggunaan

tiga kali sehari satu tablet. Hal ini bertujuan agar mempercepat dalam proses

dispensing. Mengingat jumlah pasien yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

32

Universitas Indonesia

kefarmasian yang ada serta untuk memperpendek waktu tunggu pasien dalam

mendapatkan obat.

Sediaan berupa pulveres/puyer di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

ditriturasi dengan menggunakan blender. Hal ini dilakukan bertujuan agar

memperpendek waktu tunggu pasien untuk mendapatkan puyer. Perlu diketahui

bahwa sebelum blender digunakan untuk proses triturasi, blender tersebut dicuci

bersih dan digunakan antiseptik agar kebersihan dari blender tersebut tetap

terjaga.

Obat-obatan yang ada di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati hanya bisa

dikeluarkan dari apotek dengan resep yang berasal dari setiap poli yang ada di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Hal ini bermakna bahwa resep yang bukan

berasal selain dari dokter, dokter gigi, maupun bidan yang berada di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati tidak dapat ditebus di apotek Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati.

Sebelum obat diserahkan ke pasien, petugas kefarmasian yang bertugas di

Apotek Puskesmas Kecamatan Kramat Jati melakukan pengecekan berulang agar

obat yang diserahkan tidak terdapat kesalahan, baik dari jumlah, jenis, maupun

dalam penulisan etiket. Ketika resep diterima oleh apotek, apoteker dan/atau

asisten apoteker melakukan skrinning terhadap resep tersebut, mulai dari

kelengkapan administratif dari resep tersebut hingga obat-obatan yang diresepkan

(terutama dosis yang dituliskan). Apabila terdapat keraguan dari resep yang

diterima, misalnya mengenai dosis dari suatu item obat maka apoteker dan/atau

asisten apoteker melakukan konfirmasi ke dokter yang bersangkutan.

Setelah tahapan di atas selesai dilakukan maka tahapan berikutnya yaitu

penulisan etiket sesuai dengan resep yang dituliskan oleh dokter. Penulisan etiket

meliputi tanggal penulisan etiket, nama pasien, dan tata cara penggunaan obat

serta frekuensi penggunaannya. Kemudian, dilakukan penyiapan obat yang akan

diberikan ke pasien. Obat-obat yang diresepkan oleh dokter/dokter gigi/bidan

dimasukkan ke dalam plastik obat disertai dengan etiketnya. Perlu diketahui

bahwa Puskesmas Kecamatan Kramat Jati memiliki kesepakatan bahwa

pengobatan yang pasien terima hanya untuk tiga hari dan untuk pasien-pasien

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

33

Universitas Indonesia

tertentu seperti pasien diabetes melitus, hipertensi, dan jiwa terdapat

pengecualian.

Setelah proses di atas selesai maka obat-obatan tersebut sudah siap untuk

dibagikan ke pasien. Sebelum membagikan obat, petugas melakukan pengecekan

terakhir untuk memastikan bahwa obat-obat tersebut sesuai dengan yang telah

diresepkan. Setelah yakin bahwa tidak ada kesalahan maka obat tersebut dapat

diberikan ke pasien. Penyerahan obat ke pasien disertai dengan informasi yang

pasien butuhkan untuk mengonsumsi obat-obatan yang akan mereka konsumsi.

Informasi yang disampaikan berupa mengonsumsi obat sebelum/sesudah makan,

harus dihabiskan atau tidak, dikunyah terlebih dahulu, dikonsumsi setengah jam

sebelum makan, diminum dengan air putih yang cukup banyak, kocok dahulu, dan

lain sebagainya. Sebenarnya informasi tersebut sudah tertera di etiket setiap item

obat. Pemberian informasi secara lisan ke pasien ketika pasien menerima obat

bertujuan agar pasien lebih waspada dengan pengobatan yang dia terima. Prosedur

tetap pelaksanaan kegiatan pelayanan di apotek dapat dilihat pada lampiran 5.

Seluruh rangkaian dan informasi di atas dapat dievaluasi dalam form

pelayanan kefarmasian di puskesmas (lampiran 6). Dengan form tersebut, seluruh

kegiatan pelayanan di bagian farmasi di puskesmas dapat terkuantifikasi sehingga

hasil yang didapatkan dapat dijadikan bahan evaluasi.

Rata-rata per hari jumlah resep yang diterima oleh Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati yaitu berjumlah 306 resep dengan jumlah R/ rata-rata per hari yaitu

975 R/.

Tahapan terakhir dalam proses pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati yaitu pencatatan dan pelaporan obat. Setiap item obat baik yang

diterima atau pun dikeluarkan/didistribusikan harus dilakukan pencatatan. Hal ini

bertujuan untuk mengidentifikasi obat keluar maupun obat masuk. Selain itu,

dengan dilakukan pencatatan maka akan diketahui jumlah terkini per item obat.

Hasil dari pencatatan tersebut dituangkan dalam bentuk Laporan Pemakaian dan

Lembar Permintaan Obat (LPLPO) periode bulanan.

Data LPLPO bulanan merupakan data yang mampu menggambarkan profil

penggunaan obat, perencanaan kebutuhan obat, dan pengelolaan obat dari suatu

unit kesehatan, dalam hal ini puskesmas. LPLPO merupakan perwujudan dari

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

34

Universitas Indonesia

tahapan pencatatan dan pelaporan dalam proses pengelolaan obat di puskesmas

dimana dengan dilakukan pencatatan yang rapi dan tertib maka diharapkan suatu

sinkronisasi antara data yang terdapat dalam laporan dan data yang terdapat secara

fisik

4.3. Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Jakarta Timur

Kegiatan pelayanan informasi obat (yang selanjutnya disebut PIO) di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur dilaksanakan dengan cukup

baik. Pelaksanaan kegiatan PIO yang ideal harus didukung dengan sarana dan

prasarana yang memadai serta terdokumentasi dengan baik dan tertib agar

keseluruhan rangkaian kegiatan PIO dapat dievaluasi.

Idealnya, pelaksanaan kegiatan PIO di puskesmas harus ditunjang dengan

kelengkapan sarana dan prasarana, seperti ruang pelayanan, kepustakaan,

komputer yang dilengkapi jaringan internet serta terdapat telepon ataupun

faksimili. Namun, kelengkapan sarana dan prasarana, baik jumlah maupun

jenisnya, bervariasi tergantung ketersediaan dan perkiraan kebutuhan dalam

melaksanakan kegiatan PIO tersebut di puskesmas sehingga kelengkapan tidak

menjadi syarat mutlak.

Secara umum, kegiatan PIO di Puskesmas Kramat Jati dilaksanakan secara

lisan, baik pasien sebagai sasaran PIO maupun tenaga kesehatan yang terdapat di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebagai sasaran PIO. Apoteker dan/asisten

apoteker akan melaksanakan PIO bersamaan ketika proses penyerahan obat di

loket penyerahan obat jika pasien sebagai sasaran PIO. Sedangkan Apoteker

dan/asisten apoteker akan melaksanakan PIO ke dokter/dokter gigi/bidan ketika

ada telepon masuk ke bagian apotek/farmasi.

Informasi obat yang biasa di sampaikan ke pasien sebagai sasaran PIO

meliputi cara penggunaan, frekuensi penggunaan, kapan penggunaan harus

dihentikan, dan instruksi khusus, misalnya penggunaan antibiotik harus

dihabiskan dan penggunaan ISDN yaitu dengan meletakkan tabet ISDN di bawah

lidah. Akan tetapi informasi seperti kekuatan dosis obat, interaksi obat maupun

kontraindikasi dari pemakaian suatu obat tidak disampaikan. Penyampaian

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

35

Universitas Indonesia

informasi terebut dilakukan hanya jika pasien bertanya mengenai hal tersebut.

Selanjutnya, PIO yang dilakukan ke dokter/dokter gigi/bidan lebih berupa untuk

mengingatkan bahwa jika di dalam resep tidak tertulis obat beserta kekuatannya,

misal haloperidol saja, maka yang akan digunakan adalah haloperidol dengan

kekuatan terkecil yang apotek miliki. Sedangkan, PIO yang dilakukan ke sesame

tenaga kefarmasian di apotek dapat berupa mengingatkan mengenai aturan

pemakaian suatu obat.

Pembuatan buletin, brosur, atau leaflet sebagai salah satu contoh kegiatan

PIO yang bersifat pasif tidak dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

Hal ini disebabkan karena beban kerja yang tinggi yang dihadapi oleh tenaga

farmasi di apotek.

Kegiatan PIO di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur tidak

disertai dengan dokumentasi yang memadai. Padahal, dengan

mendokumentasikan kegiatan PIO maka data yang ada dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi untuk menilai/mengukur keberhasilan kegiatan PIO itu sendiri.

Idealnya, evaluasi yang dilakukan yaitu dengan cara membandingkan tingkat

keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat. Contoh

lembar dokumentasi kegiatan PIO dapat dilihat pada lampiran 7.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

36 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) di bagian farmasi di Puskesmas dan

Puskesmas Pembantu, yaitu:

a. Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip

penerimaan obat.

b. Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan, kemudian abjad

nama obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa (bila ada).

c. Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok obat.

d. Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku

register harian.

e. Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO) setiap akhir bulan.

2. Alur pengelolaan obat di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur

yaitu sama dengan alur pengelolaan obat di puskesmas pada umumnya, yaitu

meiputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,

pencatatan, dan pelaporan. Namun, oleh karena Puskesmas Kramat Jati berada

di Provinsi DKI Jakarta dimana sistem pemerintahan saat ini bersifat

desentralisasi maka proses pengadaan obat dilakukan secara mandiri, yang

dananya bersumber dari APBD dan BLUD.

3. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati Jakarta Timur sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Pemberian

informasi mengenai obat ke sasaran PIO, baik pasien, tenaga kesehatan yang

ada di puskesmas, maupun pegawai yang bekerja di puskesmas sudah

dilakukan secara lisan. Hanya saja kegiatan pendokumentasian PIO belum

dilaksanakan secara tertib sehingga kegiatan PIO tidak dapat dievaluasi secara

maksimal.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

37

Universitas Indonesia

5.2. Saran

1. Meningkatkan kerapian dalam mengelola arsip maupun dokumen yang

dimiliki oleh bagian farmasi.

2. Meningkatkan kualitas dalam mengelola obat, terutama dalam tahap

penyimpanan di gudang induk agar mutu obat tetap terjaga. Misalnya dengan

menambahkan penyejuk udara.

3. Melaksanakan pelayanan informasi obat yang bersifat pasif, seperti membuat

bulletin, brosur, atau pun leaflet agar cakupan manfaat dari informasi yang

diberikan dapat lebih meluas.

4. Membuat dokumentasi secara rapi dan tertib dari pelayanan informasi obat

yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

5. Menambah jumlah apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati sehingga mampu mengurangi beban kerja yang ada.

Diharapkan, dengan pengurangan beban kerja ini tenaga kefarmasian yang ada

di Puskesmas Kramat Jati mampu menjalani tugas dan kewajibannya lebih

optimal dan efisien.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

38 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Materi Pelatihan Manajemen

Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 7 – 29, 58 – 64.

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok

dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2008. (2008). Peraturan Daerah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi

sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51

Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. (2012). Profile Kesehatan Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati Tahun 2011. Jakarta.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

LAMPIRAN

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

39

ΚΕΠΑΛΑ

ΠΥΣΚΕΣΜΑΣ

ΣΕΚΣΙ ΠΕΛΑΨΑΝΑΝ

ΚΕΣΕΗΑΤΑΝ

1. Υνιτ Πελαψαναν

Υµυµ

2. Υνιτ Κεσεηαταν Γιγι

3. Υνιτ Κεσεηαταν ΚΙΑ

4. Υνιτ Κεσεηαταν ΚΒ

5. Υνιτ Κεσεηαταν Σεµι

Σπεσιαλισ

6. Υνιτ Κεεηαταν Ραωατ

Ιναπ ΡΒ

7. Υνιτ Πελαψαναν 24

ϑαµ

8. Πολι ΜΤΒΣ

9. Πολι ΤΒ Παρυ

10. Πολι Γιζι

11. Πελαψαναν Ηαϕι

ΠΥΣΚΕΣΜΑΣ

ΚΕΛΥΡΑΗΑΝ

ΣΕΚΣΙ ΚΕΣΕΗΑΤΑΝ

ΜΑΣΨΑΡΑΚΑΤ

1. Πενψακιτ Μενυλαρ

2. Πενψακιτ Τιδακ

Μενυλαρ

3. Γιζι δαν ΠΠΣΜ

4. Συρϖειλανχε

5. Κεσωα δαν Ναπζα

6. Υνιτ Φαρµασι

7. Υνιτ Λαβορατοριυµ

8. Υνιτ Ραδιολογι

9. Υνιτ Πεµελιηαρααν

Αλκεσ

10. Πενψεηαταν

Λινγκυνγαν &

Κεσεϕαητερααν

ΣΥΒΒΑΓ ΤΑΤΑ ΥΣΑΗΑ &

ΚΕΥΑΝΓΑΝ

1. Μαναϕεµεν Μυτυ

2. Κευανγαν δαν

Περενχανααν

3. Κεπεγαωαιαν

4. Συρατ/µενψυρατ

5. Πενγαδααν

6. Ρυµαη Τανγγα

7. Πεµελιηαρααν

8. ΣΙΚ/ΣΑΤΚΕΡ

Lampiran 1. Strukur organisasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

40

Lampiran 2. Data nama item obat berdasarkan anggaran APBD untuk pengadaan

2012

No. Nama Barang Spesifikasi Vol Satuan

1 Alopurinol 100 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 288 Kotak

2 Ambroksol 30 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.040 Kotak

3 Ambroksol Sirup 15 mg/ml Botol 60 ml 400 Botol

4 Aminofilin 200 mg tablet Botol 100 tablet 200 Botol

5 Amitriptilin HCl 25 mg tablet salut Kotak 10 x 10 tablet 120 Kotak

6 Amlodipin 10 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 500 Kotak

7 Amoksisilin 250 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 188 Kotak

8 Amoksisilin 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.205 Kotak

9 Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml Botol 60 ml 7.990 Botol

10 Antalgin (Metampiron) 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 740 Kotak

11 Antasida Doen tablet Kotak 10 x 10 tablet 3.000 Kotak

12 Anti haemoroid doen supositoria Kotak 10 supp 200 Kotak

13 Anti migrain Doen komb / Ergotamin tablet Botol 100 tablet 200 Botol

14 AntifungiDoen komb salep: As bez 6% + As. Salisil 3% Kotak 24 pot @ 30 gr 95 Kotak

15 Aquadest steril Kolf 500 ml 850 Kolf

16 Asam Folat 1 mg tablet Botol 100 tablet 65 Botol

17 Asam mefenamat 500 mg kaplet Kotak 10 x 10 kaplet 1.400 Kotak

18 Asiklovir 200 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 200 Kotak

19 Asiklovir 400 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 300 Kotak

20 Asiklovir krim 5 % Ktk 25 tube @ 5 gr 100 Kotak

21 Betahistin Mesilat tablet 6 mg Kotak 3 x 10 tablet 15 Kotak

22 Betametason 0,1% krim kulit Tube 5 gram 2.600 Tube

23 Bisoprolol 5 mg tablet Kotak 3 x 10 tablet 130 Kotak

24 Boraks Glyserin 5 % Botol 8 ml 1.810 Botol

25 C T M / Chlorpheniramin maleat 4 mg tablet Botol 1000 tablet 418 Botol

26 Captopril 12,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak

27 Captopril 25 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 400 Kotak

28 Carbamazepin 200 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak

29 Cefadroxil 500 mg kapsul Kotak 5 x 10 kapsul 200 Kotak

30 Chloramfenicol 1% salep mata Tube 5 gram 3.185 Tube

31 Chloramfenicol 2% salep kulit Tube 15 gram 1.310 Tube

32 Chloramfenikol 0,5 % tetes mata Botol 5 ml 935 Botol

33 Chloramfenikol 20 mg + Hidrocortison 10 mg salep kulit Tube 5 gram 1.170 Tube

34 Chloramfenikol 250 mg kapsul Botol 250 kapsul 190 Botol

35 Chloramfenikol 3% tetes telinga Botol 5 ml 2.025 Botol

36 Cimetidin Kotak 10 X 10 550 Kotak

37 Ciprofloksasin 500 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 300 Kotak

38 Deksametason 0,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 4.000 Kotak

39 Deksametason 5 mg/ml injeksi i.v. Kotak 100 ampul @ 1 ml 14 Kotak

40 Dextromethorpan 15 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.200 Kotak

41 Dextromethorpan HBr 10 mg / 5 ml syrup Botol 60 ml 3.000 Botol

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

41

42 Difenhidramin 10 mg/ml inj. i.m. Kotak 30 ampul @ 1ml 26 Kotak

43 Digoksin 0.25 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 25 Kotak

44 Doksisiklin 100 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 45 Kotak

45 Efedrin HCl 25 mg tablet Botol 250 tablet 300 Botol

46 Epinefrin HCl/Bitartrat (Adrenalin) 0,1% injeksi Kotak 30 ampul @ 1ml 16 Kotak

47 Erythromycin 200 mg/5 ml sirup Botol 60 ml 1.855 Botol

48 Erythromycin 250 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 116 Kotak

49 Erythromycin 500 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 300 Kotak

50 Etakridin / Rivanol larutan 0,1 % Botol 100 ml 1.200 Botol

51 Etanol 70% Botol 1000 ml 300 Botol

52 Fenobarbital 30 mg tablet Botol 250 tablet 450 Botol

53 Fenol gliserol tetes telinga 10 % Kotak 24 botol @ 5 ml 46 Kotak

54 Furosemid 40 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 45 Kotak

55 Garam Oralit Ktk @ 25 Sachet 1.500 Kotak

56 Gentamisin sulfat 0,1% salep kulit Tube 5 gram 3.000 Tube

57 Gentian violet larutan 1 % Botol 10 ml 35 Botol

58 Glibenklamid 5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 450 Kotak

59 Gliseril guayakolat 100 mg tablet Botol 1000 tablet 357 Botol

60 Glukose 5% Infus steril Kolf 500 ml 180 Kolf

61 Griseofulfin 125 mg Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak

62 Haloperidol 0,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 20 Kotak

63 Haloperidol 1,5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 90 Kotak

64 Haloperidol 5 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 60 Kotak

65 Hidroklortiazid ( H C T ) 25 mg tablet Botol 1000 tablet 34 Botol

66 Hidrokortison 2,5% krim kulit Tube 5 gr 4.000 Tube

67 Ibuprofen 200 mg tablet Botol 100 tablet 600 Botol

68 Ichtamol 10% salep bisul Pot 28 gr 390 Pot

69 Isoniazid 100 mg tablet Botol 1000 tablet 30 Botol

70 Isosorbit Dinitrat (ISDN) Kotak 10 x 10 tablet 49 Kotak

71 Kalsium laktat 500 mg tablet Botol 1000 tablet 225 Botol

72 Kaolin 550 mg + Pectin 20 mg Kotak 500 Tab 200 Kotak

73 Ketokonazol tablet 200 mg Kotak 5 x 10 tablet 50 Kotak

74 Klorpromazin 100 mg tablet salut Botol 250 tablet 100 Botol

75 Kotrimoksazol 200 mg/40 mg suspensi Botol 60 ml 6.435 Botol

76 Kotrimoksazol dewasa 400 mg / 80 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 1.712 Kotak

77 Kotrimoksazol pediatrik 100 mg / 20 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 406 Kotak

78 Lidokain 2 % + efinefrin 1 : 80.000 inj(Pehacain) Kotak 20 Vial @ 1 ml 315 Kotak

79 Lincomycin 500 mg kapsul Kotak 5 x 12 kapsul 133 Kotak

80 Loratadin tablet 10 mg Kotak 5 x 10 tablet 100 Kotak

81 Metformin HCl 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 600 Kotak

82 Metoklopramid 10 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 600 Kotak

83 Metronidazole 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 300 Kotak

84 Mikonazol 2% salep kulit Tube 10 gram 2.600 Tube

85 Na Diklofenak 25 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 200 Kotak

86 Na Diklofenak 50 mg tablet Kotak 5 x 10 tablet 200 Kotak

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

42

87 Natrium klorida 0,9 % larutan infus Botol 500 ml 150 Botol

88 Nistatin 100.000 IU/g Tab Vaginal Kotak 10 x 10 tablet 40 Kotak

89 Nistatin 500.000 IU/g tablet Kotak 10 x 10 tablet 19 Kotak

90 Obat batuk hitam ( O B H ) Botol 100 ml 15.000 Botol

91 Oksitetrasiklin 1% salep mata Ktk 25 tube @ 3.5 gr 60 Kotak

92 Oksitetrasiklin 3% salep kulit Ktk 25 tube @ 5 gr 200 Kotak

93 Omeprazol 20 mg Kapsul Botol 7 kapsul 400 Botol

94 Papaverin HCl 40 mg tablet Botol 1000 tablet 60 Botol

95 Parasetamol 120 mg / 5 ml sirup Botol 60 ml 3.555 Botol

96 Parasetamol 500 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 7.000 Kotak

97 Pirantel tab. Score (base) 125 mg Kotak 25 x 4 tablet score 24 Kotak

98 Piroxicam 10 mg Kotak 10 x 10 tablet 305 Kotak

99 Polikresulen 360 mg / gram Botol 10 ml 110 Botol

100 Povidon Iodii 10% 1000 ml Botol 1000 ml 70 Botol

101 Povidon Iodii 10% 30 ml Botol 30 ml 220 Botol

102 Prednison 5 mg tablet Botol 1000 tablet 95 Botol

103 Ranitidin 150 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 420 Kotak

104 Rifampisin 300 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 50 Kotak

105 Rifampisin 450 mg tablet salut Kotak 10 x 10 tablet salut 50 Kotak

106 Rifampisin 600 mg kaplet Kotak 10 x 10 kaplet 50 Kotak

107 Ringer laktat larutan infus steril Botol 500 ml 450 Botol

108 Salbutamol 2 mg tablet Kotak 10 x 10 tablet 230 Kotak

109 Salep luka bakar minyak ikan 10% Pot 30 gr 250 Pot

110 Salisil talk 2 % Kotak 50 gram 5.500 Kotak

111 Simvastatin 10 mg tablet Kotak 3 x 10 tablet 285 Kotak

112 Tiamfenikol 500 mg kapsul Kotak 10 x 10 kapsul 325 Kotak

113 Tramadol 50 mg Kapsul Kotak 5 x 10 kapsul 70 Kotak

114 Trifluoperazine 5 mg( Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak

115 Triheksifenidil 2 mg tablet(Artane) Kotak 10 x 10 tablet 150 Kotak

116 Vitamin B compleks tablet Botol 1000 tablet 535 Botol

117 Vitamin B1 50 mg (Tiamin) tablet Botol 1000 tablet 350 Botol

118 Vitamin B12 (Cyanocobalamin) 50 mcg tablet Botol 1000 tablet 330 Botol

119 Vitamin B6 (Piridoksin ) 10 mg tablet Botol 1000 tablet 120 Botol

120 Vitamin C (asam ascorbat) 250 mg tablet Botol 250 tablet 250 Botol

121 Vitamin C (asam ascorbat) 50 mg tablet Botol 1000 tablet 430 Botol

122 Vitamin K 2 mg / ml injeksi ( Vit K Injeksi Untuk Bayi) Kotak 5 ampul @ 1ml 120 Kotak

123 Vitamin K1 (Fitomenadion) 10 mg tablet Botol 100 tablet 100 Botol

124 Zink 20 mg tablet dispersibel Kotak 10 x 10 tablet 250 Kotak

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

43

Lampiran 3. Prosedur tetap proses distribusi obat di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

44

Lampiran 4. Label warna di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebagai penanda

masa daluarsa obat

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

45

Lampiran 5. Prosedur tetap pelaksanaan kegiatan pelayanan di Apotek

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

46

(lanjutan)

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

47

Lampiran 6. Form pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

48

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

49

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

50

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

51

Lampiran 7. Lembar dokumentasi kegiatan PIO

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

i

UNIVERSITAS INDONESIA

REKAPITULASI LAPORAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR)

DI PUSKESMAS KECAMATAN KRAMAT

JATI JAKARTA TIMUR PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2012

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

KECAMATAN KRAMAT JATI

JAKARTA TIMUR

JL. RAYA INPRES NO. 48

PERIODE 8 JANUARI – 18 JANUARI 2013

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

RIZKI JAKA GUSTIANSYAH, S.Farm.

1206313633

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. .. i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3 2.1. Penggunaan Obat Rasional. ............................................................. 3

2.2. Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional ........................................... 8

2.3. Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional .................... 10

BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN ...................................................... 16

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ............................. 16

3.2. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 16

3.3. Cara Kerja ..................................................................................... 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 18 4.1. Tujuan Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati .................................................................. 18

4.2. Sistem Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati .................................................................. 19

4.3. Laporan Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati Periode Oktober – Desember 2012 .......................................... 19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 23

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 23

5.2. Saran ............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang

diberikan pada pasien dengan diagnosis amoebiasi........................ 4

Tabel 2.2 . Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang

diberikan pada pasien dengan diagnosis bukan amoebiasis ............ 4

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir indikator peresepan ...................................................... 26

Lampiran 2. Data penggunaan obat rasional Bulan Oktober 2012 di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati ............................................. 27

Lampiran 3. Data penggunaan obat rasional Bulan November 2012 di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati………………………. . …..…40

Lampiran 4. Data penggunaan obat rasional Bulan Desember 2012 di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati ............................................ 52

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Visi pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan

sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat,

cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.

Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat sehat (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2006).

Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian

yang bermutu. Ruang lingkup pelayanan kefarmasian yaitu meliputi pengelolaan

sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan

obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan

memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai

dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2006).

Paradigma pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah dari semula

berorientasi pada obat kini menjadi berorientasi pada pasien yang mengacu pada

asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan

orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi

langsung dengan pasien (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Oleh karena paradigma pelayanan kefarmasian saat ini berorientasi pada

pasien maka segala kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di puskesmas

harus mengarah untuk memprioritaskan agar pasien mendapatkan pelayanan yang

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

2

Universitas Indonesia

terbaik dan optimal. Cakupan pelayanan kefarmasian yang dimaksud yaitu

mendapatkan pengobatan yang rasional, dimana subjek yang dijadikan fokus

pengamatan yaitu penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Atas) non spesifik dan diare non spesifik serta

penggunaan sediaan injeksi pada pasien myalgia di puskesmas. Dengan demikian,

diperlukan adanya pencatatan terhadap sampel resep yang masuk di apotek

puskesmas untuk mendapatkan gambaran mengenai pola peresepan obat untuk

pasien dengan diagnosis di atas. Data tersebut disebut sebagai POR (Penggunaan

Obat Rasional).

Sebagai tenaga kefarmasian yang ada di pukesmas, apoteker maupun

asisten apoteker mempunyai peran dalam hal pencatatan data-data yang terkait

untuk melakukan pelaporan data POR ke Suku Dinas Kesehatan di tingkat

Kota/Kabupaten pada masing-masing wilayah. Data yang ada mampu

merepresentasikan kerasionalan penggunaan obat di suatu puskesmas. Oleh

karena itu, mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diberikan tugas

khusus mengenai rekapitulasi Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR)

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati periode Oktober – Desember Tahun 2012.

1.2. Tujuan

Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur,

khususnya di bagian Farmasi (Apotek) bertujuan agar mahasiswa calon apoteker

mampu:

1. Mengetahui tujuan dan sistem pelaporan POR di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati Jakarta Timur.

2. Mengetahui dan mengkaji data POR periode Oktober – Desember 2012 di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penggunaan Obat Rasional (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2010)

2.1.1. Deskripsi

Penggunaan obat secara rasional menurut WHO (1985) adalah jika pasien

menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya untuk periode yang adekuat

dengan harga yang terjangkau untuknya dan masyarakat. Penggunaan obat yang

tidak rasional merupakan masalah penting yang dapat menimbulkan dampak

cukup besar dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan, misalnya peningkatan

resistensi akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.

Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara medik (medically inappropriate), baik

menyangkut ketepatan jenis, dosis, dan cara pemberian obat.

Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan memenuhi

persyaratan tertentu. Masing-masing persyaratan mempunyai konsekuensi yang

berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan dalam menegakkan diagnosis akan

memberi konsekuensi berupa kekeliruan dalam menentukan jenis pengobatan.

2.1.2. Kriteria Penggunaan Obat Rasional

2.1.2.1. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang

tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat tidak

akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya. Sebagai contoh, dapat dilihat pada

tabel 2.1. dan 2.2. di bawah ini

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

4

Universitas Indonesia

Tabel 2.1. Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang diberikan pada

pasien dengan diagnosis amoebiasis

Anamnesis Diagnosis Terapi

1. Diare

2. Disertai darah dan lendir

3. Serta gejala tenesmus

Amoebiasis Metronidazol

Tabel 2.2. Contoh hasil anamnesis, diagnosis, beserta terapi yang diberikan pada

pasien dengan diagnosis bukan amoebiasis

Anamnesis Diagnosis Terapi

1. Diare

2. Disertai gejala tenesmus

Bukan Amoebiasis

Bukan

Metronidazol

Pada tabel 2.2., jika pemeriksa tidak jeli untuk menanyakan adanya darah

dalam feses, maka bisa saja diagnosis yang dibuat menjadi kolera. Untuk yang

terakhir ini obat yang diperlukan adalah tetrasiklin. Akibatnya penderita

amoebiasis di atas terpaksa mendapat tetrasiklin yang sama sekali bukan

antibiotik pilihan untuk amoebiasis.

2.1.2.2. Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, misalnya antibiotik

yang diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian pemberian obat ini

tidak dianjurkan untuk pasien yang tidak menunjukkan adanya gejala infeksi

bakteri.

2.1.2.3. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang

memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. Sebagai contoh, gejala

demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan inflamasi. Untuk sebagian

besar demam, pemberian parasetamol lebih dianjurkan karena di samping efek

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

5

Universitas Indonesia

antipiretiknya, obat ini relatif paling aman dibandingkan dengan antipiretik yang

lain. Pemberian antiinflamasi non steroid (misalnya asam mefenamat dan

ibuprofen) hanya dianjurkan untuk demam yang terjadi akibat proses peradangan

atau inflamasi.

2.1.2.4. Tepat Dosis

Agar suatu obat dapat memberikan efek terapi yang maksimal diperlukan

penentuan dosis, cara, dan lama pemberian yang tepat. Besar dosis, cara, dan

frekuensi pemberian umumnya didasarkan pada umur dan/atau berat badan

pasien. Sebagai contoh, pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat

dengan rentang terapi yang sempit misalnya teofilin, digitalis, dan aminoglikosida

akan sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil

tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.

2.1.2.5. Tepat Cara Pemberian

Obat harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, waktu, dan

jangka waktu terapi sesuai anjuran. Sebagai contoh, obat antasida seharusnya

dikunyah dulu baru ditelan untuk mempercepat munculnya efek lokal di lambung.

Demikian pula tetrasiklin tidak boleh diminum bersama susu karena akan

membentuk ikatan sehingga tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan

efektivitasnya.

2.1.2.6. Tepat Pasien

Mengingat respon individu terhadap efek obat sangat beragam maka

diperlukan pertimbangan yang seksama, mencakup kemungkinan adanya

kontraindikasi, terjadinya efek samping, atau adanya penyakit lain yang

menyertai. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan

aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida

sebaiknya dihindarkan karena risiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini

meningkat secara bermakna.

Beberapa kondisi berikut harus dipertimbangkan sebelum memutuskan

pemberian obat :

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

6

Universitas Indonesia

a. blocker (misalnya propranolol) hendaknya tidak diberikan pada penderita

hipertensi yang memiliki riwayat asma karena obat ini memberi efek

bronkhospasme.

b. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada penderita

asma, karena obat golongan ini terbukti dapat mencetuskan serangan asma.

c. Peresepan kuinolon (misalnya siprofloksasin dan ofloksasin), tetrasiklin,

doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil sama sekali harus dihindari

karena memberi efek buruk pada janin yang dikandung.

2.1.2.7. Tepat Informasi

Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan

pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan.

Tenaga kefarmasian harus mampu menyediakan dan memberikan informasi

kepada pasien dan tenaga kesehatan lain untuk menunjang penggunaan obat yang

rasional dalam rangka mencapai keberhasilan terapi. Informasi yang diberikan

meliputi nama obat, aturan pakai, lama pemakaian, efek samping yang

ditimbulkan oleh obat tertentu, dan interaksi obat tertentu dengan makanan.

Contoh :

a. Peresepan rifampisin akan mengakibatkan urin penderita berwarna merah. Jika

hal ini tidak diinformasikan, penderita kemungkinan besar akan berhenti

meminum obat karena menduga obat tersebut yang menyebabkan urinasi

disertai darah. Padahal untuk penderita tuberculosis, terapi dengan rifampisin

harus diberikan secara terus menerus dalam jangka panjang selama satu kurun

waktu pengobatan.

b. Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat tersebut harus

diminum sampai habis selama satu kurun waktu pengobatan (1 course of

treatment), meskipun gejala-gejala klinik sudah mereda atau hilang sama

sekali. Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti

tiap 6 jam. Hal ini sangat penting agar kadar obat dalam darah berada diatas

kadar minimal yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

7

Universitas Indonesia

2.1.2.8. Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat berpotensi menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Sebagai contoh,

pemberian atropin dapat menimbulkan efek samping vasodilatasi pembuluh darah

di wajah sehingga wajah memerah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan

pada anak kurang dari 12 tahun karena menimbulkan kelainan pada gigi dan

tulang yang sedang tumbuh.

2.1.2.9. Cost effectiveness

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk

keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat, jelas merupakan

pemborosan dan sangat membebani pasien. Di sini termasuk pula peresepan obat

yang mahal padahal alternatif obat yang lain dengan manfaat dan keamanan sama

dan harga lebih murah tersedia. Sebagai contoh, pemberian antibiotik pada pasien

ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, serta penggunaan injeksi pada pasien

myalgia. Hal ini merupakan pemborosan karena sebenarnya pasien tidak

memerlukan antibiotik dan injeksi.

2.1.3. Pendekatan Penggunaan Obat Rasional

Terdapat tiga cara, yang disebut sebagai pendekatan penggunaan obat

rasional, yang dapat dilakukan agar penggunaan obat rasional dapat dicapai.

Pendekatan penggunaan obat rasional yang dimaksud adalah melakukan

penerapan konsep obat esensial, penggunaan oba generik, dan promosi

penggunaan obat rasional.

2.1.3.1. Penerapan Konsep Obat Esensial

Obat esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan

kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi, dan rehabilitasi yang

diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan

tingkatannya. Dengan penggunaan obat esensial, diharapkan, akan mencapai

penggunaan obat secara rasional.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

8

Universitas Indonesia

2.1.3.2. Penggunaan Obat Generik

Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non

Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku

standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik merupakan

obat yang telah terjamin mutu, keamanan, dan khasiat serta harga yang terjangkau

oleh masyarakat. Dengan penggunaan obat generik akan mencapai penggunaan

obat secara rasional.

2.1.3.3. Promosi Penggunaan Obat Rasional

Dengan promosi penggunaan obat rasional diharapkan akan meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap penggunaan obat secara tepat dan benar.

2.2. Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2010)

2.2.1. Deskripsi

Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak

negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya. Dampak

negatif dapat berupa :

a. Dampak klinis (misalnya terjadi efek samping dan resistensi kuman).

b. Dampak ekonomi (biaya tak terjangkau karena penggunaan obat yang tidak

rasional dan waktu perawatan yang lebih lama).

c. Dampak sosial (ketergantungan pasien terhadap intervensi obat).

2.2.2. Kriteria Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional

Menurut Buku Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas,

suatu penggunaan obat dikatakan tidak rasional bila ditemukan salah satu dari

empat kondisi peresepan di bawah ini, yaitu :

2.2.2.1. Peresepan yang Berlebih (over prescribing)

Pemberian obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang

bersangkutan. Sebagai contoh, pemberian antibiotik pada ISPA non pneumonia

(yang umumnya disebabkan oleh virus).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

9

Universitas Indonesia

2.2.2.2. Peresepan yang Kurang (under prescribing)

Pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal

dosis, jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang diperlukan

untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh :

a. Pemberian antibiotik selama 3 hari untuk ISPA pneumonia yang seharusnya

diberikan selama 5 hari.

b. Tidak memberikan oralit pada anak yang jelas menderita diare yang spesifik.

2.2.2.3. Peresepan yang Majemuk (multiple percribing)

Pemberian beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Dalam

kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang

diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. Sebagai contoh, pemberian

dua jenis antibiotik untuk satu indikasi penyakit yang sama.

2.2.2.4. Peresepan yang Salah (incorrect prescribing)

Suatu peresepan dapat dikatakan salah bila :

a. Pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit

Sebagai contoh, pemberian injeksi vitamin B12 untuk keluhan pegal linu,

sebenarnya pasien bukan karena defisiensi vitamin B12.

b. Pemberian obat untuk kondisi yang sebenarnya merupakan kontraindikasi

pada pasien

Sebagai contoh, pemberian antibiotik golongan kuinolon (misalnya

siprofloksasin dan ofloksasin) untuk wanita hamil.

c. Pemberian obat yang memberikan kemungkinan risiko efek samping yang

lebih besar

Sebagai contoh, pasien ISPA non pneumonia tidak memerlukan antibiotik

tetapi diberikan antibiotik yang dapat meningkatkan resistensi pasien terhadap

antibiotik.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

10

Universitas Indonesia

2.3. Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2010)

2.3.1. Deskripsi

Pemantauan merupakan proses kegiatan untuk melakukan identifikasi

masalah dan pengukuran besarnya masalah serta penilaian terhadap keberhasilan

dalam penggunaan obat rasional. Pemantauan merupakan metode yang digunakan

untuk keperluan pengawasan/pengendalian serta bimbingan dan pembinaan. Dua

komponen aktif dalam melakukan pemantauan penggunaan obat mempunyai

yaitu:

a. Pengawasan dan pengendalian terhadap mutu penggunaan obat, pencatatan,

serta pelaporannya.

b. Membina dan membimbing pelaksana pengobatan agar senantiasa

meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka dalam rangka pemakaian

obat yang rasional, serta membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi

dilapangan.

Salah satu cara untuk melakukan evaluasi penerapan penggunaan obat

rasional adalah dengan cara pemantauan dan evaluasi. Monitoring yang terus

menerus akan menghasilkan ketersediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan

sehingga mencapai penggunaan obat yang rasional.

2.3.2. Manfaat Pemantauan dan Evaluasi

Terdapat dua subjek yang menjadi fokus dalam membicarakan maanfaat

pemantauan dan evaluasi penggunaan obat rasional, yaitu:

a. Dokter/pelaku pengobatan

Pemantauan penggunaan obat dapat digunakan untuk melihat mutu

pelayanan kesehatan. Dengan pemantauan ini maka dapat dideteksi adanya

kemungkinan penggunaan obat yang berlebih (over prescribing), kurang (under

prescribing), majemuk (multiple prescribing) maupun tidak tepat (incorrect

prescribing).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

11

Universitas Indonesia

b. Apoteker dalam hal perencanaan obat

Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat secara teratur dapat

mendukung perencanaan obat sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai

penggunaan obat rasional.

2.3.3. Cara Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat

2.3.3.1. Pemantauan Secara Langsung

Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan obat dengan

metode pemantauan secara langsung, alur pemantauan dimulai dengan mengamati

proses pengobatan mulai dari anamnesis, pemeriksaan, peresepan, hingga

penyerahan obat ke pasien. Pemantauan dengan cara ini dapat dilakukan secara

berkala pada waktu-waktu yang tidak diberitahukan sebelumnya, sehingga

diperoleh gambaran nyata mengenai praktik pemakaian obat yang berlangsung

pada saat itu.

Komponen yang dijadikan objek untuk dilakukan pemantauan pada

penggunaan obat yaitu :

a. Kecocokan antara gejala/tanda-tanda (symptoms/signs), diagnosis, dan jenis

pengobatan yang diberikan

b. Kesesuaian antara pengobatan yang diberikan dengan pedoman pengobatan

yang ada

c. Pemakaian obat tanpa indikasi yang jelas (misalnya antibiotik untuk ISPA non

pneumonia)

d. Praktik polifarmasi untuk keadaan yang sebenarnya cukup hanya diberikan

satu atau 2 jenis obat

e. Ketepatan indikasi

f. Ketepatan jenis, jumlah, cara, dan lama pemberian (didasarkan pada pedoman

pengobatan yang ada)

g. Kesesuaian obat dengan kondisi pasien (misalnya ditemukan pemberian

injeksi pada diare).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

12

Universitas Indonesia

2.3.3.2. Pemantauan Secara Tidak Langsung

Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan obat dengan

metode pemantauan secara tidak langsung, proses pemantauan dapat dilakukan

melalui :

a. Kartu Status Pasien

Berdasarkan kartu status pasien, dapat dilihat kecocokan dan ketepatan antara:

- Gejala dan tanda yang ditemukan selama anamnesis dan pemeriksaan,

dengan

- Diagnosis yang dibuat dalam kartu status penderita, serta

- Pengobatan (terapi) yang diberikan (termasuk jenis, jumlah, dan cara

pemberian obat).

b. Buku Register Pasien

Berdasarkan buku register pasien, data yang dapat diamati yaitu :

- Jumlah kasus yang pengobatannya tidak sesuai dengan standar.

- Over prescribing dari antibiotik dan pemakaian sediaan injeksi.

2.3.4. Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi

Terdapat tiga tahap dalam melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi

penggunaan obat rasional. Tahap pertama yaitu melakukan pencatatan terhadap

status pasien dan pelaporan terhadap register harian setiap pasien. Hal ini

dilakukan agar mendapatkan data awal pasien mengenai data demografi pasien,

kondisi pasien saat ini, dan riwayat pengobatan yang pernah di dapat pasien.

Tahap kedua yaitu monitoring dan evaluasi indikator peresepan. Pada tahap ini,

dilakukan penilaian terhadap empat indikator peresepan dari resep yang masuk.

Tahap ketiga yaitu melakukan pengumpulan data peresepan. Setelah informasi

pasien telah didapat dan telah dilakukan penilaian terhadap resep dari pasien yang

bersangkutan maka pada tahap ini dilakukan rekapitulasi data dimana format yang

dijadikan acuan yaitu format formulir indikator peresepan. Formulir indikator

peresepan dapat dilihat pada Lampiran 1

2.3.4.1. Pencatatan dan Pelaporan

Adapun cara pencatatan dan pelaporan yang baku adalah sebagai berikut :

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

13

Universitas Indonesia

a. Status Pasien

- Kolom anamnesis/pemeriksaan :

Kolom ini diisi keterangan yang bersifat patognomonik untuk kondisi

yang dijumpai, baik berupa keluhan, gejala klinik, dan hasil pemeriksaan

oleh dokter.

- Kolom diagnosis :

Kolom ini diisi dengan diagnosis yang dokter sampaikan secara jelas. Jika

terdapat dua diagnosis maka tuliskan keduanya, misalnya bronkitis dan

diare.

- Kolom terapi :

Kolom ini diisi dengan obat yang diberikan oleh dokter.

Kelengkapan dengan kesederhanaan dari status pasien ini memungkinkan

pemantauan terhadap kecocokan antara kolom anamnesis, kolom diagnosis, dan

kolom terapi.

b. Register Harian

Dilakukan pengisian secara lengkap di setiap kolom buku register harian,

mulai dari tanggal kunjungan, nomer kartu status, nama pasien, alamat, jenis

kelamin, umur, diagnosis, pengobatan yang diberikan, sampai keterangan lainnya.

2.3.4.2. Monitoring dan Evaluasi Indikator Peresepan

Empat indikator peresepan yang akan dinilai dalam pemantauan dan

evaluasi penggunaan obat yang rasional adalah :

a. Rata-rata jumlah obat per pasien.

b. Persentase penggunaan antibiotik.

c. Persentase penggunaan injeksi.

d. Persentase penggunaan obat generik.

Berdasarkan keempat indikator tersebut dapat dilakukan evaluasi dan ditarik suatu

kesimpulan mengenai pola peresepan yang telah ada.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

14

Universitas Indonesia

2.3.4.3. Pengumpulan Data Peresepan

Pengumpulan data peresepan dilakukan oleh petugas puskesmas/pustu, 1

kasus setiap hari untuk diagnosis yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota

dengan menggunakan formulir indikator peresepan. Pengumpulan data yang

dilakukan setiap hari akan memudahkan pengisian dan tidak menimbulkan beban

dibandingkan dengan pengisian yang ditunda sampai satu minggu atau satu bulan.

Pengisian kolom 1 s/d 9 digunakan untuk keperluan monitoring,

sedangkan kolom 10 s/d 13 yang menilai kesesuaian peresepan dengan pedoman

pengobatan, digunakan pada saat supervisi oleh supervisor dari Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Kasus yang dimasukkan ke dalam kolom formulir monitoring indikator

peresepan adalah pasien yang berobat ke puskesmas/pustu dengan diagnosis

tunggal berupa :

a. ISPA non pneumonia (batuk-pilek).

b. Diare akut non spesifik.

c. Penyakit sistem otot dan jaringan (myalgia).

Dasar pemilihan ketiga diagnosis di atas adalah :

a. Termasuk 10 penyakit terbanyak.

b. Diagnosis dapat ditegakkan oleh petugas tanpa memerlukan pemeriksaan

penunjang.

c. Pedoman terapi untuk ketiga diagnosis jelas.

d. Tidak memerlukan antibiotika/injeksi.

e. Selama ini ketiganya dianggap potensial untuk diterapi secara tidak rasional.

Pengisian formulir monitoring indikator peresepan dapat dilakukan dengan

mengikuti petunjuk pengisian di bawah ini :

a. Pasien diambil dari register harian, 1 kasus per hari untuk setiap diagnosis

terpilih. Dengan demikian dalam 1 bulan diharapkan terkumpul sekitar 25

kasus per diagnosis terpilih.

b. Bila pada hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tersebut, kolom

dikosongkan, dan diisi dengan diagnosis yang sama, yang diambil pada hari-

hari berikutnya.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

15

Universitas Indonesia

c. Untuk masing-masing diagnosis tersebut, diambil pasien dengan urutan

pertama pada hari pencatatan. Diagnosis diambil yang tunggal, tidak ganda

atau yang disertai penyakit/keluhan lain.

d. Puyer dan obat kombinasi ditulis rincian jenis obatnya.

e. Jenis obat termasuk obat minum, injeksi, dan obat luar.

f. Imunisasi tidak dimasukkan dalam kategori injeksi.

g. Istilah antibiotik termasuk kemoterapi dan anti amoeba.

h. Kolom “kesesuaian dengan pedoman” dikosongkan. Kolom ini akan diisi oleh

pembina pada saat kunjungan supervisi (diambil 10 sampel peresepan secara

acak untuk diskusi).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

16 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus

Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode

8 Januari – 18 Januari 2013 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur

bagian Farmasi (Apotek).

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data Laporan Penggunaan Obat Rasional

di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur periode Oktober – Desember

2012 yang disampaikan dalam format Formulir Monitoring Indikator Peresepan.

3.3. Cara Kerja

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program Microsoft

Excel. Data dimasukkan ke dalam program Microsoft Excel sebagai data base

Penggunaan Obat Rasional di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur

dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan formulir monitoring indikator

peresepan. Hal ini bertujuan agar mendapatkan gambaran mengenai penggunaan

antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik dan diare non spesifik

serta penggunaan sediaan injeksi pada pasien dengan diagnosis myalgia di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur priode Oktober – Desember

2012.

Setelah data diperoleh maka dilakukan penghitungan jumlah lembar

sampel resep per bulan dan persentase pemakaian antibiotik pada pasien dengan

diagnosis ISPA non spesifik dan diare non spesifik serta persentase pemakaian

sediaan injeksi pada pasien dengan diagnosis myalgia. Perhitungan persentase

pemakaian antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik dan diare

non spesifik adalah dengan menjumlahkan sampel resep yang terdapat antibiotik

terhadap jumlah sampel resep dalam periode satu bulan. Begitu pula untuk

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

17

Universitas Indonesia

melakukan perhitungan persentase pemakaian sediaan injeksi. Perhitungan

dilakukan dengan menjumlahkan sampel resep pada pasien dengan diagnosis

myalgia yang terdapat sedian injeksi di dalamnya terhadap jumlah sampel resep

dari pasien dengan diagnosis myalgia dalam periode satu bulan.

Kemudian, setelah dilakukan perhitungan tersebut, dilakukan pengkajian

data mengenai persentase pemakaian antibiotik pada pasien dengan diagnosis

ISPA non spesifik dan diare non spesifik serta pada pasien dengan diagnosis

myalgia untuk melihat kerasionalan dalam peresepan.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

18 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tujuan Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati

Data Penggunaan Obat Rasional (biasa disingkat POR) adalah data yang

merepresentasikan penggunaan antibiotik pada pasien dengan diagnosis tunggal

berupa ISPA non pneumonia/non spesifik (batuk-pilek) dan diare non spesifik

serta penggunaan sediaan injeksi pada pasien dengan diagnosis tunggal berupa

penyakit sistem otot dan jaringan (myalgia). Pelaporan data POR mampu

memberikan gambaran mengenai pola peresepan yang dilakukan pada suatu unit

kesehatan dalam meresepkan obat untuk pasiennya dengan ketiga diagnosis di

atas. Dengan mengetahui data POR di suatu unit kesehatan maka kita dapat

melihat kerasionalan peresepan obat pada pasien ISPA non spesifik, diare non

spesifik, dan myalgia. Lebih jauh lagi, setelah mengetahui kerasionalan

peresepan, kita juga dapat mencegah terjadinya penggunaan obat yang tidak

rasional dimana hal tersebut tidak sesuai dengan paradigma pelayanan

kefarmasian pada saat ini, yaitu berorientasi pada pasien yang mengacu pada

asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care).

Pada dasarnya ketiga diagnosis tersebut tidak memerlukan tindakan berupa

pemberian antibiotika dan/atau sediaan injeksi, dapat ditegakkan oleh petugas

tanpa memerlukan pemeriksaan penunjang serta pedoman terapi untuk ketiga

diagnosis jelas. Sehingga, seharusnya, pemilihan obat pada pasien dengan

diagnosis tersebut dapat lebih tepat sasaran. Namun, kasus yang ditemukan di

lapangan menyatakan masih didapati penggunaan antibiotik pada ketiga pasien

dengan diagnosis di atas. Disamping itu, angka kejadiaan yang tinggi mampu

meningkatkan peluang terjadinya kondisi penggunaan obat yang tidak rasional

pada pasien dengan ketiga diagnosis tersebut.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

19

Universitas Indonesia

4.2. Sistem Pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati

Data penggunaan obat rasional Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta

Timur dilaporkan melalui pengiriman formulir monitoring indikator peresepan ke

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur (yang selanjutnya disebut

sebagai Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur). Formulir tersebut merupakan

format baku yang telah ditetapkan sebagai media untuk melaporkan hasil

pengambilan sampel dari beberapa resep yang masuk di puskesmas selama

periode satu bulan.

Pelaporan POR ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dari Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati dilakukan pada tanggal 10 setiap bulannya dengan

mengirimkan data formulir monitoring indikator peresepan dalam bentuk hard

copy serta softcopy. Setiap tiga bulan, data yang masuk dan diterima oleh Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Timur direkapitulasi untuk kemudian dikirimkan ke

Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk selanjutnya, setiap enam bulan, data tersebut

direkapitulasi dengan data dari masing-masing suku dinas kesehatan dari masing-

masing kota administrasi dan kemudian dikompilasi dengan seluruh data dari

setiap suku dinas kesehatan yang ada di Provinsi DKI Jakarta. Keseluruhan

kompilasi dari data tersebut, setiap enam bulan sekali, dilaporkan ke Direktorat

Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia sebagai data penggunaan obat rasional per enam bulan untuk Provinsi

DKI Jakarta.

4.3. Laporan Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati Jakarta Timur Periode Oktober - Desember 2012

Data laporan penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati pada Bulan Oktober memperlihatkan bahwa jumlah sampel resep yang masuk

untuk masing-masing diagnosis yaitu sebanyak 22 lembar resep. Dari keseluruhan

resep tersebut, didapatkan resep yang menggunakan antibiotik untuk pasien

dengan diagnosis ISPA non spesifik yaitu sebanyak 6 resep dan untuk pasien

dengan diagnosis diare non spesifik yaitu sebanyak 4 resep dengan nilai

persentase masing-masing diagnosis secara berurutan yaitu 27,27% dan 18,18%.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

20

Universitas Indonesia

Selanjutnya, pada pasien myalgia, tidak ditemukan adanya penggunaan sediaan

injeksi. Sehingga nilai persentase penggunaan sedian injeksi pada pasien tersebut

yaitu 0%.

Data laporan penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati pada Bulan November memperlihatkan bahwa jumlah sampel resep yang

masuk untuk masing-masing diagnosis yaitu sebanyak 20 lembar resep. Dari

keseluruhan resep tersebut, didapatkan resep yang menggunakan antibiotik untuk

pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik yaitu sebanyak 5 resep dan untuk

pasien dengan diagnosis diare non spesifik yaitu sebanyak 6 resep dengan nilai

persentase masing-masing diagnosis secara berurutan yaitu 25% dan 30 %.

Selanjutnya, pada pasien myalgia, tidak ditemukan adanya penggunaan sediaan

injeksi. Sehingga nilai persentase penggunaan sedian injeksi pada pasien tersebut

yaitu 0%.

Data laporan penggunaan obat rasional di Puskesmas Kecamatan Kramat

Jati pada Bulan Desember memperlihatkan bahwa jumlah sampel resep yang

masuk untuk masing-masing diagnosis yaitu sebanyak 18 lembar resep. Dari

keseluruhan resep tersebut, didapatkan resep yang menggunakan antibiotik untuk

pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik yaitu sebanyak 3 resep dan untuk

pasien dengan diagnosis diare non spesifik yaitu sebanyak 1 resep dengan nilai

persentase masing-masing diagnosis secara berurutan yaitu 16,67% dan 5,56%.

Selanjutnya, pada pasien myalgia, tidak ditemukan adanya penggunaan sediaan

injeksi. Sehingga nilai persentase penggunaan sedian injeksi pada pasien tersebut

yaitu 0%.

Keseluruhan data mengenai laporan penggunaan obat rasional di

Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dapat dilihat di Lampiran 2, 3, dan 4.

Pengobatan menggunakan antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA

non spesifik dan diare non spesifik serta pengobatan menggunakan sediaan injeksi

pada pasien dengan diagnosis myalgia tidak diperlukan karena penggunaannya

dapat dikatakan sebagai penggunaan obat yang tidak rasional. Pada kasus pasien

ISPA non spesifik, ketidakrasionalan tersebut dikarenakan tidak tepat indikasi.

Dikatakan tidak tepat indikasi karena pasien yang menderita ISPA non spesifik

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

21

Universitas Indonesia

biasanya disebabkan karena virus sehingga tidak diperlukan pemberian antibiotik

pada pasien.

Pada kasus pasien diare non spesifik, ketidakrasionalan tersebut

dikarenakan tidak tepat indikasi. Dikatakan tidak tepat indikasi karena pasien

yang menderita diare non spesifik biasanya disebabkan bukan karena bakteri,

melainkan karena virus, makanan yang merangsang motilitas saluran cerna atau

yang tercemar toksin, dan gangguan pencernaan. Oleh karena itu tidak diperlukan

pemberian antibiotik pada pasien.

Pada kasus pasien myalgia, ketidakrasionalan tersebut dikarenakan tidak

tepat indikasi. Dikatakan tidak tepat indikasi karena pasien yang menderita

myalgia mendapatkan terapi berupa injeksi vitamin B12. Padahal tidak semua

keluhan myalgia disebabkan karena defisiensi vitamin B12.

Ditemukan dua kelemahan utama dalam proses pencatatan data. Pertama,

apoteker dan/atau asisten apoteker tidak mendapatkan akses untuk melihat

status/rekam medis pasien. Ketika mendapatkan resep, data yang tertera pada

resep yang berhubungan mengenai data yang harus dimasukkan pada formulir

monitoring indikator peresepan yaitu nama pasien, usia, dan obat-obat yang

diresepkan beserta jumlah dan aturan pemakaian. Sedangkan, terdapat kolom

diagnosis salah satu kolom formulir monitoring indikator peresepan. Oleh karena

mengalami keterbatasan untuk mengakses status/rekam medis pasien maka

apoteker dan/asisten apoteker yang menetapkan diagnosis berdasarkan obat-

obatan yang diresepkan. Hal ini mampu menimbulkan bias karena bisa saja pasien

yang didiagnosis ISPA non spesifik memang seharusnya mendapatkan terapi

antibiotik karena 3 hari setelah mendapat pengobatan pasien tersebut belum

sembuh. Namun oleh apoteker dan/asisten apoteker, hal tersebut digolongkan

sebagai pengobatan yang tidak rasional.

Kelemahan yang kedua yaitu beban kerja yang tidak seimbang dengan

jumlah tenaga kefarmasian yang ada. Jumlah apoteker, tenaga kefarmasian

lainnya, serta pegawai lain yang bekerja di bagian farmasi (apotek) tidak

sebanding dengan jumlah resep yang masuk ke apotek serta fungsi pelayanan

kefarmasian sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan. Dengan beban kerja

yang demikian, sangat memungkinkan bahwa kegiatan pelayanan informasi obat

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

22

Universitas Indonesia

(PIO) tidak mampu berjalan dengan optimal. Padahal, dengan mengoptimalkan

kegiatan PIO diharapkan mampu menekan angka ketidakrasionalan dalam

penggunaan obat.

Beban kerja yang berlebihan ini juga dialami pada dokter atau pun perawat

sebagai profesi yang dapat mengakses status/rekam medis pasien. Jika beban kerja

ketiga profesi di atas tidak berlebihan maka dapat memungkinkan apoteker/asisten

apoteker untuk melakukan verifikasi atas data diagnosis dari resep yang nantinya

akan dijadikan sebagai data penggunaan obat rasional sehingga tidak terjadi bias.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

23 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil rekapitulasi Penggunaan Obat Rasional (POR) dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaporan data POR mampu memberikan gambaran kerasionalan peresepan

obat pada pasien ISPA non spesifik, diare non spesifik, dan myalgia. Hasil

rekapitulasi data POR per bulan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada tanggal 10 setiap

bulannya. Kemudian, setiap tiga bulan data tersebut dikirimkan ke Dinas

Kesehatan Provinsi untuk dikompilasi dan selanjutnya setiap enam bulan

sekali diserahkan ke pusat, yaitu Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

2. Data POR Puskesmas Kecamatan Kramat Jati pada bulan Oktober 2012 yaitu

sebanyak 22 sampel resep dimana ditemukan antibiotik pada 6 sampel resep

pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik (27,27%), 4 sampel resep

pada pasien dengan diagnosis diare non spesifik (18,18%), dan tidak

ditemukan sediaan injeksi pada pasien myalgia (0%). Kemudian pada bulan

November 2012 yaitu sebanyak 20 sampel resep dimana ditemukan antibiotik

pada 5 sampel resep pada pasien dengan diagnosis ISPA non spesifik (25%), 6

sampel resep pada pasien dengan diagnosis diare non spesifik (30%), dan

tidak ditemukan sediaan injeksi pada pasien myalgia (0%). Terakhir, pada

Bulan Desember 2012 yaitu sebanyak 18 sampel resep dimana ditemukan

antibiotik pada 3 sampel resep pada pasien dengan diagnosis ISPA non

spesifik (16,67%), 1 sampel pada pasien dengan diagnosis diare non spesifik

(5,56%), dan tidak ditemukan sediaan injeksi pada pasien myalgia (0%).

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

24

Universitas Indonesia

5.2. Saran

1. Tenaga kefarmasian yang ada di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebaiknya

melakukan PIO baik bersifat aktif maupun pasif serta tidak hanya kepada

pasien tetapi kepada seluruh teanaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan

Kramat Jati mengenai penggunaan antibiotik dan sediaan injeksi yang

rasional, terutama pada dokter.

2. Menambah jumlah apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian di Puskesmas

Kecamatan Kramat Jati sehingga mampu mengurangi beban kerja yang ada.

Diharapkan, dengan pengurangan beban kerja ini tenaga kefarmasian yang ada

di Puskesmas Kramat Jati mampu menjalankan program pelayanan informasi

(PIO) lebih optimal.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

25 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Materi Pelatihan Manajemen

Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 79 – 93.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

LAMPIRAN

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

26

Lampiran 1. Formulir indikator peresepan

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

27

Lampiran 2. Data penggunaan obat rasional Bulan Oktober 2012 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

FORM-1

FORMULIR MONITORING INDIKATOR PERESEPAN

PUSKESMAS : Kec. Kramat Jati Bulan : Oktober

KABUPATEN / KOTA : Jakarta Timur Tahun : 2012

PROVINSI : DKI Jakarta

Tgl No. Nama Umur Diagnosis Jumlah Item

Obat

Antibiotik

Ya/Tidak

Injeksi

Ya/tidak Nama Obat Dosis

Jumlah

Obat

Sesuai

Pedoman

Ya/Tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

1 Mikha 6 tahun ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. Ambroksol Tab 3 x 1/2 6

b. CTM Tab 3 x 1/2 6

c. Dexamethasone 3 x 1/2 6

d. Erythromycin 250 3 x 1 10

2 Riki 14

tahun

Diare non

Spesifik 4 Ya Tidak

a. Oralit prn 4

b. Diaform 3 x 1 10

c. Cotrimoxazol 480 2 x 2 12

d. Antasida syr 3 x 1 c 1

3 Aan 47

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diklofenac 25 3 x 1 16

b. Vt. B Complex 2 x 1 10

c. Vit. C 50 mg 2 x 1 10

d.

2 a. Amoxilin 500 3 x 1 10

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

28

1 Astri 19

tahun

ISPA non

SP

4 ya Tidak b. GG 3 x 1 10

c. CTM 3 x 1 10

d. Parasetamol 3 x 1 6

2 Rohilah 22

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Antasid Tab 3 x 1 6

b. Diaform 3 x 1 10

c. CTM 3 x 1 10

d. Parasetamol 3 x 1 6

3 Henny 67

tahun Myalgia 6 Tidak Tidak

a. Deksametason 3 x 1 10

b. CTM Tab 3 x 1 10

c. Na Diklofenac 50 3 x 1 6

d. Vit B1, B6, B12 3 x 1 10

3

1 Zaenina 6 tahun ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. Ambroksol Tab 3 x 1/2 5

b. CTM Tab 3 x 1/2 5

c. PCT 500 mg 3 x 1/2 5

d. Amoxicillin 250 3 x 1 10

2 Kandi 54

tahun

Diare non

Spesifik 5 Tidak Tidak

a. Zink 1 x 1 10

b. Diaform, PCT 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 2 x 1 10

d. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

3 Sri Sukaesih 45

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diklofenac 50 3 x 1 6

b. Vit. C 50 mg 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d.

4 1 Alisa 9 tahun ISPA non 4 Ya Tidak a. Prednison 2 x 1/2 3

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

29

SP b. Vit. B Comp. 2 x 1/2 3

c. Cotrimoxazol 480 2 x 1 6

d. Ambroxol 3 x 1/2 5

2 Juhaeva 47

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Zink 1 x 1 10

b. Vit. B 6 2 x 1 10

c. Antasid 3 x 1 ac 10

d. Diaform 3 x 1 10

3 Caci 40

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Vit B Comp. 2 x 1 10

b. Vit C 50 mg 2 x 1 10

c. Na Diklofenac 50 3 x 1 6

d.

5

1 Taufik H 36

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Parasetamol 3 x 1 10

b. CTM Tab 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d.

2 Sifa 18

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Oralit prn 4

b. Zink 1 x 1 10

c. Diaform 3 x 1 10

d. Antasid 3 x 1 ac 10

3 Masturoh 37

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Vit B1 3 x 2 20

c. Vit B6 2 x 2 20

d.

8 1 Nisa 7 tahun ISPA non 4 Tidak Tidak a. PCT 3 x 1/2 5

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

30

SP b. CTM Tab 3 x 1/2 5

d. Ambroxol 3 x 1/2 5

d. Vit B Comp. 2 x 1 6

2 Warni 41

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 6

b. Antasid 3 x 1 ac 10

c. Oralit prn 4

d. PCT 3 x 1 6

3 Agustina 69

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 25 2 x 1 6

b. Vit B1 tab 3 x 1 10

c. Vit B12 tab 3 x 1 10

d.

9

1 Abd. Ridho 5 tahun ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Parasetamol 500 3 x 1/2 5

b. CTM Tab 3 x 1/2 5

c. Ambroxol 3 x 1/2 5

d.

2 Suherman 40

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 6

b. Antasid 3 x 1 ac 10

c. Parasetamol 3 x 1 6

d. Oralit prn 4

3 Dendi 33

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Asam Mef. 500 3 x 1 6

b. Vit. B1 Tab 3 x 1 10

c. Vit. B6 Tab 3 x 1 10

Vit. B12 Tab 3 x 1 10

10 1 Eksan 47 ISPA non 4 Tidak Tidak a. PCT 500 mg 3 x 1 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

31

tahun SP b. CTM Tab 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Haryati 30

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Oralit prn 4

b. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

c. Diaform 3 x 1 6

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

3 Muktisari 29

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

11

1 Nurhasanah 38

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. GG 3 x 1 10

b. CTM Tab 3 x 1 10

c. Vit B Comp. 3 x 1 10

d.

2 Selvi 15

tahun

Diare non

Spesifik 5 Tidak Tidak

a. Antasis syr 3 x 1 ac 1

b. Diaform, PCT 3 x 1 10

c. Oralit prn 4

d. Zink 1 x 1 10

3 Suratinah 61

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

12 1 Bianca 18 ISPA non 4 Tidak Tidak a. PCT 3 x 1 10

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

32

tahun SP b. CTM Tab 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Vit C. 50 mg 3 x 1 10

2 Sila Sakti 23

tahun

Diare non

Spesifik 5 Tidak Tidak

a. Zink 1 x 1 10

b. Vit. B Comp. 3 x 1 10

c. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

d. Diaform,

Ibuprofen 3 x 1 10

3 Dadang 52

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

15

1 Lina 31

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 3 x 1 6

b. CTM Tab 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Andren 7 tahun Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Zink 1 x 1 10

b. Diaform 3 x 1/2 5

c. Papaverin 3 x 1/2 3

d. Vit. B6 10 mg 3 x 1 10

3 Barno 59

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1 3 x 1 10

d. Kalk 1 x 1 5

16 1 Nana M 32 ISPA non 4 Tidak Tidak a. PCT 3 x 1 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

33

tahun SP b. CTM Tab 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Popo L 35

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Zink 1 x 1 10

b. Diaform 3 x 1 10

c. Oralit prn 4

d. Papaverin 3 x 1 10

3 Royana 39

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. PCT 3 x 1 6

c.

d.

17

1 Rusniningsih 32

tahun

ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. CTM 3 x 1 10

b. PCT 3 x 1 6

c. GG 3 x 1 10

d. Amox 500mg 3 x 1 10

2 Yusriati 30

tahun

Diare non

Spesifik 5 Ya Tidak

a. Diaform 3 x 2 15

b. Zink; oralit 1 x 1,

prn 10; 4

c. Papaverin 3 x 1 10

d. Cotrimoxazole

480 2 x 2 12

3 Hasanah 53

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Vit. B1 Tab 3 x 1 10

c. Vit. B6 Tab 3 x 1 10

d. Vit. B12 Tab 3 x 1 10

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

34

18

1 Winda 34

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. GG 3 x 1 10

b. CTM Tab 1 x 1 3

c. Vit. B Comp. 2 x 1 10

d.

2 Sudiono 29

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Antasid Tab 3 x 1,

ac 10

d. Vit. B Comp. 2 x 1 10

3 Sardjinah 59

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenak 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1 Tab 3 x 1 10

d. Kalk 1 x 1 10

19

1 Yatin 33

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500 mg 3 x 1 6

b. CTM Tab 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Nurul 26

tahun

Diare non

Spesifik 6 Ya Tidak

a. Cotrimoxazole

480 2 x 2 12

b. Diaform, Papaverin, Vit. B.

Comp 3 x1 10

c. Oralit prn 4

d. Ranitidin 2 x 1 6

3 Hj. Siti Fatiyah 63

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Antasid Tab

3 x 1,

ac 10

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

35

c. Vit. B1 Tab 3 x 1 10

d. Kalk 1 x 1

22

1 Atifah 43

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. CTM 3 x 1 10

b. Ambroxol 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d.

2 Deo 13

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1,

prn 10

b. Vit. B Comp. 3 x 1 10

c. Papaverin 3 x 1 10

d.

3 Eri 30

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. PCT 500 mg 3 x 1 6

b. Vit. B Comp. 3 x 1 10

c. Na Diklofenac 25 2 x 1 6

d. 3 x 1

23

1 Dedi 15

tahun

ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. Parasetamol 3 x 1 6

b. CTM Tab 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Amox 500mg 3 x 1 10

2 Purwati 37

tahun

Diare non

Spesifik 5 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Ranitidin 2 x 1 6

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Amox 500mg prn 4

3 Rosidin 37

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

36

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

24

1 Alya 5 tahun ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT syr 3 x 2,

cth 1

b. Ambroxol Tab 3 x 1/2 5

c. CTM 3 x 1/2 5

d. Oralit 3 x 1/2 5

2 Rifki 22

tahun

Diare non

Spesifik 2 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Oralit prn 4

c.

d.

3 Rosmawinil 54

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Asam Mef. 500 3 x 1 10

Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

c.

d.

25

1 Budi Sukardi 44

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500 mg 3 x 1 6

b. GG 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d. Vit. C 50mg 3 x 1 10

2 Kurniawan 27

tahun

Diare non

Spesifik 5 Ya Tidak

a. Cotrimoxazole

480 2 x 2 12

b. Diaform 3 x 2 15

c. Papaverin 3 x 1 10

d. Zink; oralit 1 x 1;

prn 10; 4

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

37

3 Helpenida 44

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

29

1 Monica 5 tahun ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Ambroksol Tab 3 x 1/2 5

b. CTM Tab 3 x 1/2 5

c. Vit. B Comp. 3 x 1/2 5

d.

2 Haryanto 30

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. PCT 500 mg 3 x 1 6

d. Metronidazol 500 3 x 1 10

3 Mulyani 33

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1

b. Dexamethasone 3 x 1 6

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d. 10

30

1 Simah 50

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. PCT 500 mg 3 x 1 5

b. GG 3 x 1 10

c. CTM 3 x 1 10

d.

2 Wijaya 23

tahun

Diare non

Spesifik 5 Ya Tidak

a. Cotrimoxazole

480 2 x 2 12

b. Diaform 3 x 1 10

c. Papaverin, Vit. B6 3 x 1 10

d. Oralit prn 4

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

38

3 Syahbani 32

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. PCT 500 mg 3 x 1 6

b. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

c.

d.

31

1 M. Soari 6 tahun ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Ambroksol Tab 3 x 1/2 5

b. CTM Tab 3 x 1/2 5

c. Vit. B Comp. 3 x 1/2 5

d. 6

2 Abdul Basith 33

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Ranitidin 2 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. Diaform 3 x 1 4

d. Oralit prn 6

3 H. Lukman 45

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 10

b. Vit. B Comp. 2 x 1 10

c. Vit. C 50 mg 2 x 1 10

d.

n ISPA (22)

Total ISPA NP A (ISPA) 80 B (ISPA)

RATA-RATA ISPA 80/22 = 36 Keterangan :

PERSENTASE

F % =

6/22 n = Jumlah Pasien/Sampel Lembar Resep

27,27% A = Jumlah Item Obat

n Diare (22) Total Diare A (Diare) 94

B (Diare)

4 B = Jumlah Pasien yang mendapat antibiotik

RATA-RATA Diare 94/4 = 4.2 C = Jumlah Pasien yang mendapat injeksi

PERSENTASE G % = D = Jumlah Generik

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

39

4/22

18,18% E = Rerata item obat = A total/n total

n MYALGIA (22)

Total ISPA Myalgia

A (Myalgia)

85

C

(Myalgia)

0 F = % Pengunaan AB pada ISPA Non Pneumonia

RATA-RATA

Myalgia 85/22 = 3.8 = B ispa/n ispa x 100%

PERSENTASE

H % =

0/22 G = % Pengunaan AB pada Diare Non Spesifik

0% = B diare/n diare x 100%

n Total (66)

Total

A (Total)

259 C (Total)

H = % Pengunaan Injeksi pada Myalgia = C/n myalgia x

100%

RATA-RATA

E259/66 =

3.92

PERSENTASE

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

40

Lampiran 3. Data penggunaan obat rasional Bulan November 2012 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

FORM-1

FORMULIR MONITORING INDIKATOR PERESEPAN

PUSKESMAS : Kec. Kramat Jati Bulan : November

KABUPATEN / KOTA : Jakarta Timur Tahun : 2012

PROVINSI : DKI Jakarta

Tgl No. Nama Umur Diagnosis Jumlah Item

Obat

Antibiotik

Ya/Tidak

Injeksi

Ya/tidak Nama Obat Dosis

Jumlah

Obat

Sesuai

Pedoman

Ya/Tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

1 Suryanto 31

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. C 250mg 2 x 1 6

2 Amir 11

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 2 x 1 6

c. Zink 1 x 1 10

d. Oralit prn 4

3 Hj. Naseha 68

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

2 1 Hilda 9 tahun ISPA non 4 Tidak Tidak a. Ambroxol 3 x 1/2 5

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

41

SP b. CTM 3 x 1/2 5

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d. Vit. C 50mg 3 x 2 20

2 A. P. Simamora 46

tahun

Diare non

Spesifik 4 Ya Tidak

a. Cotrimoxazole 480 2 x 2 12

b. Diaform 3 x 1 10

c. Papaverin 3 x 1 10

d. Oralit prn 4

3 Muharomah 32

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x1 6

b. Prednison 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

5

1 Nur Rifda 11

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 3/4 6

b. Ambroxol 2 x 1 6

c. CTM 2 x 1 6

d. Vit. B Comp. 2 x 1 10

2 Abd. Halik 29

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

d.

3 Yohana 48 ahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 20

c.

d.

6 1 Agusinus 32 ISPA non 4 Tidak Tidak a. PCT 500mg 3 x 1 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

42

tahun SP b. CTM 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Ikfi Yanti 34

tahun

Diare non

Spesifik 5 Ya Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin, Oralit

3 x 1,

prn 10, 4

c. Cotrimoxazole 480 2 x 2 12

d. Ranitidin 2 x 1 6

3 Muludin 47

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Ranitidin 2 x 1 6

d.

7

1 Heru 31

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Adit P. 19

tahun

Diare non

Spesifik 5 Ya Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Cotrimoxazole 480 2 x 2 12

c. Papaverin, Vit. B Comp. 3 x 1 10

d. Oralit prn 4

3 Hanifah 18

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Vit. B1 3 x 1 10

c. Dexamethasone 3 x 1 10

d. PCT 500mg 3 x 1 6

8 1 A. Komari 70 ISPA non 4 Tidak Tidak a. PCT 500mg 3 x 1 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

43

tahun SP b. GG 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d. CTM 3 x 1 10

2 Rizki 16

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d. Oralit prn 4

3 M. Yusuf 63

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Antalgin 3 x 1 6

b. Vit. B1 3 x 1 10

c. Na Diclofenac

50mg 2 x 1 6

d.

9

1 Sila 11

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 3/4 6

b. Ambroxol 3 x 3/4 10

c. Prednison 2 x 1/2 3

d. Vit. B Comp. 1 x 1 5

2 Bodo S. 71

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

b. Diaform 3 x 1 6

c. Oralit prn 4

d. Zink 1 x 1 10

3 Mimin 38

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. Parasetamol 3 x 1 6

b. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

c.

d.

12 1 Zulfikar 57 ISPA non 3 Tidak Tidak a. PCT 500mg 3 x 1 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

44

tahun SP b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d.

2 Sugiyono 32

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Oralit prn 5

d.

3 Mustar 64

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c.

d.

13

1 Sarni 28

tahun

ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Amox 500mg 3 x 1 10

2 Kasyo 36

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

c. Oralit prn 5

d.

3 Siti Chodijah 49

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 10

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Kalk 1 x 1 5

d. Vit. B1 3 x 1 10

14 1 Irah 11 ISPA non 4 Ya Tidak a. PCT 500mg 3 x 1/2 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

45

tahun SP b. CTM 3 x 1/2 5

c. Ambroxol 3 x 1/2 5

d. Amox 250mg 3 x 1 10

2 Sulianti 31

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

d. Ranitidin 2 x 1 6

3 Tuchidin 56

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Kalk 1 x 1 5

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

19

1 Irmawati 26

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Ambroxol 3 x 1 10

b. Prednison 2 x 1 6

c. Vit. C 50mg 3 x 1 10

d.

2 Elisa 11

tahun

Diare non

Spesifik 4 Ya Tidak

a. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

b. Diaform 3 x 1 10

c. Cotrimoxazole 480 2 x 1 6

d. Oralit prn 4

3 Nuryatinah 60

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6 3 x 1 10

d.

20 1 Intan 19

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg

3 x 1

prn 6

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

46

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Haidar 16

tahun

Diare non

Spesifik 5 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

d. PCT 500mg, Vit.

B6

3 x 1,2

x 1 6, 10

3 Endang 36

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Vit. B Comp. 2 x 1 10

c. Prednison 2 x 1 6

d.

21

1 Sri M. 32

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. GG 3 x 1 10

c. CTM 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Suwarni 30

tahun

Diare non

Spesifik 4 Ya Tidak

a. Cotrimoxazole 480 2 x 2 12

b. Diaform 3 x 1 10

c. Papaverin 3 x 1 10

d. Oralit prn 4

3 Nur Bin S. 78

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

22 1 Yulia 30 ISPA non 4 Ya Tidak a. Amox 500mg 3 x 1 10

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

47

tahun SP b. Ambroxol 3 x 1 10

c. CTM 3 x 1 10

d. PCT 500mg 3 x 1 6

2 Nur Alim 27

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Vit. B Comp. 3 x 1 10

c. Zink 1 x 1 10

d. Oralit prn 5

3 Ipah 57

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. As Mef 500 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

23

1 Nurlaela 39

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg

3 x 1

prn 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Siti Aryani 29

tahun

Diare non

Spesifik 4 Ya Tidak

a . Cotrimoxazole

480 2 x 2 12

b. Diaform 3 x 1 10

c. Papaverin 3 x 1 10

d. Oralit prn 5

3 Nurhawi 46

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Ranitidin 2 x 1 6

c. Vit. B1, B12 3 x 1 20

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

48

26

1 Haris 8 tahun ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Ambroxol 3 x 1/2 5

d. Vit. B Comp. 3 x 1/2 5

2 Sesilia 20

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

3 Sarifah 42

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

27

1 Razan 6 tahun ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. Ambroxol 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Amox 250mg 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1/2 5

2 Tina 52

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 6

b. Antasid Tab 3 x 1 ac 10

c. Zink 1 x 1 10

d. Oralit prn 5

3 Syah A. Amin 48

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

49

28

1 Alfi S. 8 tahun ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. GG 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Vit. B Comp. 2 x 1 10

d.

2 Annisa 12

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 6

b. Papaverin 3 x 1 6

c. As Mef 500mg 3 x 1 6

d. Oralit prn 4

3 Mustar 64

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c.

d.

29

1 Kamelia 27

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. GG 3 x 1 10

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c. CTM 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 M. Zidan 7 tahun Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Oralit prn 4

d. Papaverin 3 x 1/2 3

3 Arif 42

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

50

30

1 Dian 25

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. GG 3 x 1 10

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d.

2 Siti Aisyah 22

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Ranitidin 2 x 1 6

d. Oralit prn 5

3 Miyarsih 47

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

n ISPA (20)

Total ISPA NP A (ISPA) 77

B (ISPA)

5

RATA-RATA ISPA 77/20 = 3.85 Keterangan :

PERSENTASE F % 5/20 n = Jumlah Pasien/Sampel Lembar Resep

25%

A = Jumlah Item

Obat

n Diare (20)

Total Diare A (Diare) 80

B

(Diare)6 B = Jumlah Pasien yang mendapat antibiotik

RATA-RATA Diare 80/20 = 4 C = Jumlah Pasien yang mendapat injeksi

PERSENTASE G % 6/20 D = Jumlah Generik

30% E = Rerata item obat = A total/n total

n MYALGIA (20) Total ISPA Myalgia

A (Myalgia)

80

C

(Myalgia)0 F = % Pengunaan AB pada ISPA Non Pneumonia

RATA-RATA 80/20 = 4 = B ispa/n ispa x 100%

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

51

Myalgia

PERSENTASE

H % 0/20 =

0% G = % Pengunaan AB pada Diare Non Spesifik

= B diare/n diare x 100%

n Total (60)

Total

A (Total)

237

C (Total)

H = % Pengunaan Injeksi pada Myalgia = C/n myalgia x

100%

RATA-RATA

E

237/60=3.95

PERSENTASE

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

52

Lampiran 4. Data penggunaan obat rasional Bulan Desember 2012 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati

FORM-1

FORMULIR MONITORING INDIKATOR PERESEPAN

PUSKESMAS : Kec. Kramat Jati Bulan : DESEMBER

KABUPATEN / KOTA : Jakarta Timur Tahun : 2012

PROVINSI : DKI Jakarta

Tgl No. Nama Umur Diagnosis Jumlah Item

Obat

Antibiotik

Ya/Tidak

Injeksi

Ya/tidak Nama Obat Dosis

Jumlah

Obat

Sesuai

Pedoman

Ya/Tidak

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

3

1 Lis Citra 13

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d.

2 Fihir 37

tahun

Diare non

Spesifik 2 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c.

d.

3 Siti Sulastri 51

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

53

4

1 Eni 33

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Ambroxol 3 x 1 10

b. CTM 3 x 1 10

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d.

2 Puji Lestari 34

tahun

Diare non

Spesifik 2 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Oralit prn 5

c.

d.

3 Ida Farida 44

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Vit. B1, B12 3 x 1 10

c.

d.

5

1 Nining 33

tahun

ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Amox 500mg 3 x 1 10

2 Ridho 22

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Antasid 3 x 1 ac 10

c. Ranitidin 2 x 1 6

d. Oralit prn 5

3 Nurlaeny 37

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 prn 6

b. Na Diclofenac 25 3 x 1 6

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

54

6

1 Leni F. 38

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Ambroxol 3 x 1 10

b. Vit. B Comp. 2 x 1 10

c. CTM 2 x 1 6

d.

2 Rania 13

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 prn 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. Metoclopramid

3 x 1 ac

prn 10

d. PCT 500mg 3 x 1 6

3 Ani 51

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 25 3 x 1 6

b. Vit. B Comp. 2 x 1 10

c.

d.

7

1 Fajar 7 tahun ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Ambroxol 3 x 1/2 5

d.

2 Ahyani 29

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Antasid 3 x 1 ac 10

b. Diaform 3 x 1 10

c. Papaverin 3 x 1 10

d. Omeprazol 1 x 1 ac 3

3 Marsudi 72

tahun Myalgia 2 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c.

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

55

10

1 Fatahiyah 4 tahun ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Dexamethasone 3 x 1 10

d. GG 3 x 1 10

2 Adela 7 tahun Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Oralit prn 4

b. Diaform 3 x 1/2 5

c. Zink 1 x 1 10

d.

3 Hj. Herwani 65

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 10

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Kalk 1 x 1 5

d.

11

1 Ario Sadewo 38

tahun

ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Amox 500mg 3 x 1 10

2 Lagiem 58

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Papaverin 3 x 1 10

c. Antasida Tab 3 x 1 ac 10

d.

3 Demas 51

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 20

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

56

12

1 Iwan 31

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Mayang 22

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 prn 10

b. Papaverin 3 x 1 1

c. Antasida Tab 3 x 1 ac 10

d. Ranitidin 2 x 1 ac 6

3 Julimar 57

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 20

d.

13

1 Gustianti 24

tahun

ISPA non

SP 4 Ya Tidak

a. Amox 500mg 3 x 1 10

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c. CTM 3 x 1 10

d. GG 3 x 1 10

2 Gozali 21

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Vit. B6 2 x 1 10

d.

3 Ince 68

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

57

14

1 Ferdi 4 tahun ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. Ambroxol 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Dexamethasone 3 x 1/2 5

d. Vit. C 50 mg 3 x 1/2 5

2 Anggi 20

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Antasida Tab 3 x 1 ac 10

d. Vit. B6 3 x 1 10

3 Rohningsri 76

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. Vit. B Comp. 3 x 1 10

c. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

d.

17

1 Supinah 56

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 10

b. CTM 3 x 1 10

c. Ambroxol 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Suci 5 tahun Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1/2 5

b. Oralit prn 4

c. Zink 1 x 1 10

d.

3 Titin 49

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1 3 x 1 10

d. Kalk 1 x 1 5

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

58

18

1 Neni 33

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. OBH syr 3 x 1 c 1

d.

2 Eksan 47

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Antasid syr 3 x 1 ac 1

c. PCT 500mg 3 x 1 6

d.

3 Novita 33

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

19

1 Sri Dayati 42

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d. Vit. B Comp. 3 x 1 10

2 Aminah 62

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Antasid 3 x 1 ac 10

c. Papaverin 3 x 1 10

d.

3 Khusnul 48

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 25 2 x 1 6

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

59

20

1 Desia 15

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. Ambroxol 3 x 1 10

c. CTM 1 x 1 3

d. Vit. B Comp. 2 x 1 10

2 Masriyatun 0 tahun Diare non

Spesifik 4 y Tidak

a. Amox 500mg 3 x 1 10

b. Diaform 3 x 1 10

c. Zink 1 x 1 10

d. Vit. B6 3 x 1 10

3 Eman S. 7 tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 25 2 x 1 6

b. Vit . B1 3 x 1 10

c. PCT 500mg 3 x 1 10

d.

21

1 Aulia 44

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. Ambroxol 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Vit. B Comp. 2 x 1 10

d.

2 Agus 51

tahun

Diare non

Spesifik 4 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. PCT 500mg 3 x 1 6

c. Vit. B Comp. 3 x 1 10

d. Antasid 3 x 1 ac 10

3 Sunar 51

tahun Myalgia 3 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 2 x 1 6

b. Vit. B1, B12 3 x 1 20

c.

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

60

26

1 Anih 53

tahun

ISPA non

SP 3 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1 6

b. CTM 3 x 1 10

c. GG 3 x 1 10

d.

2 Made K. 14

tahun

Diare non

Spesifik 5 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Antasida Tab 3 x 1 ac 10

d. PCT 500mg, Vit.

B6

3 x 1/2 x

1 10

3 Siti Hawa 55

tahun Myalgia 4 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 25 2 x 1 6

b. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 20

c.

d.

27

1 Riski 7 tahun ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. PCT 500mg 3 x 1/2 5

b. CTM 3 x 1/2 5

c. Ambroxol 3 x 1/2 5

d. Vit. B Comp. 1 x 1 6

2 Siti Maemunah 25

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Zink 1 x 1 10

c. Vit. B6 2 x 1 10

d.

3 Abdul Basith 34

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

61

28

1 Dede 21

tahun

ISPA non

SP 4 Tidak Tidak

a. Ambroxol 3 x 1 10

b. CTM 1 x 1 3

c. Vit. B Comp. 2 x 1 10

d. Vit. C 50 mg 2 x 1 10

2 Siti Nur 27

tahun

Diare non

Spesifik 3 Tidak Tidak

a. Diaform 3 x 1 10

b. Antasida 3 x 1 ac 10

c. Ranitidin 2 x 1 ac 6

d.

3 Tukimin 37

tahun Myalgia 5 Tidak Tidak

a. Na Diclofenac 50 3 x 1 6

b. Dexamethasone 3 x 1 10

c. Vit. B1, B6, B12 3 x 1 10

d.

n ISPA

Total ISPA NP A (ISPA) 65

B (ISPA)

3

RATA-RATA ISPA 65/18 = 3.61 Keterangan :

PERSENTASE F % 3/18 n = Jumlah Pasien/Sampel Lembar Resep

16.67

A = Jumlah Item

Obat

n Diare

Total Diare A (Diare) 61 B (Diare)

B = Jumlah Pasien yang mendapat

antibiotik

RATA-RATA Diare 61/18 = 3.39 C = Jumlah Pasien yang mendapat injeksi

PERSENTASE G % 1/18 D = Jumlah Generik

5.56 E = Rerata item obat = A total/n total

n MYALGIA Total ISPA Myalgia

A (Myalgia)

86

C

(Myalgia)0 F = % Pengunaan AB pada ISPA Non Pneumonia

RATA-RATA 68/18 = 3.78 = B ispa/n ispa x 100%

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

62

Myalgia

PERSENTASE H %0/18 G = % Pengunaan AB pada Diare Non Spesifik

0 = B diare/n diare x 100%

n Total

Total A (Total) 194 C (Total)

H = % Pengunaan Injeksi pada Myalgia = C/n myalgia x

100%

RATA-RATA

E 194/54 =

3.59

PERSENTASE

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351040-PR-Rizki Jaka.pdf · tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Pusat Kesehatan

Laporan praktek...., Rizki Jaka, FF, 2013