universitas indonesia dash (dietary...

120
i UNIVERSITAS INDONESIA DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION) UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA KARYA ILMIAH AKHIR NERS ARIF RIDWAN 0906564050 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

UNIVERSITAS INDONESIA

DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION)

UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ARIF RIDWAN

0906564050

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

DEPOK

JULI 2014

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

i

UNIVERSITAS INDONESIA

DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION)

UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Ners Keperawatan

ARIF RIDWAN

0906564050

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

DEPOK

JULI 2014

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

ii

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

iii

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini.

Penulisan KIAN ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Ners melalui tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit rasanya menyelesaikan KIAN ini. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia;

2. Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 & Ners yang telah

membantu dalam permohonan izin;

3. Fajar Tri Waluyanti, S. Kp., Sp. Kep. Anak sebagai koordinator Mata Ajar

KIAN

4. Ns. Tri Widyastuti H, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan KIAN ini;

5. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan, dukungan,

material, dan moral dalam penyusunan KIAN ini;

6. Keluarga kelolaan Saya terutama untuk Nenek N yang selama 5 minggu telah

Saya repotkan dengan kunjungan Saya. Tanpa kepercayaan beliau penyusunan

KIAN ini tidak akan pernah berlanjut;

7. Jajaran Struktural RW 22 Kelurahan Sukatani Depok yang telah memberikan

ijinnya untuk melakukan praktik keperawatan;

8. Sahabat-sahabat luar biasa Saya yang telah banyak membantu Saya dalam

menyelesaikan KIAN ini. Mereka adalah, Yuli Pramita Sari, Rr Shyntia Dewi

Paramanindi, Titin Noviatiningsih, Emi Listiyani, Sinta Dewi, Sri Mauliani,

Siti Suleha, Naila Authar, Elfira, Zulfa Luthfia, Lulu Akilah, Chandri Bunga

Wijayanti, dan Nur Padhilah;

9. Corry Shirleyana Putri yang telah sama-sama menjadi teman seperjuangan

dalam penyusunan tugas akhir masing-masing;

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

v

10. Teman-teman SMA Saya, Ayu Wulandari, Shassy Endah Cahyani, Kartika

Qolbina, dan Xenillitiurahmi yang selalu menjadi penyemangat Saya dalam

suka maupun duka;

11. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu demi satu

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Depok, 11 Juli 2014

Penulis

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Arif Ridwan

NPM : 0906564050

Program Studi : Ners

Departemen : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah Saya yang berjudul:

DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk Mengontrol

Hipertensi pada Lansia

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan memublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama

Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian Saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 14 Juli 2014

Yang menyatakan

(Arif Ridwan)

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

vii

ABSTRAK

Nama : Arif Ridwan

Program Studi : Ners

Judul KIAN : DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) untuk

Mengontrol Hipertensi pada Lansia

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan pada lansia sebagai

populasi yang rentan (vulnerable) karena salah satu faktor risiko yaitu pola diet. Penelitian ini

dilakukan bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan

intervensi keperawatan pengaturan menu diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension).

Metode penelitian yang digunakan adalah praktik lapangan. Hasil yang didapatkan adalah terjadi

penurunan tekanan darah selama proses intervensi dilakukan. Penelitian ini merekomendasikan

pengaturan diet DASH sebagai salah satu cara untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah

pada lansia.

Kata kunci: DASH, hipertensi, lansia, perkotaan

ABSTRACT

Name : Arif Ridwan

Study Program: Ners

Title : DASH (Dietary Aprroaches to Stop Hypertensioni) to Control

Hypertension in Older Adults

Hypertension is one of the health problems that occur in the elderly as a vulnerable population at

urban areas because of dietary patterns as risk factor. The purpose of this study is to describe the

nursing care outcomes in older adult with hypertension using nursing intervention settings of DASH

diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension). The method used was practice field. The results

obtained were a decreased in blood pressure during the intervention process. This study

reccomended DASH diet as a way to control and lower blood pressure in the elderly.

Keywords: DASH, elderly, hypertension, urban

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 8

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

1.4.1 Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan ....................... 8

1.4.2 Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan ........................ 9

1.4.3 Manfaat bagi Perawat Komunitas ............................... 9

1.4.4 Manfaat bagi Keluarga ................................................ 9

1.4.5 Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya ........................... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11

2.1 Teori Perkotaan/Urban Nursing ................................................... 11

2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan kesehatan Masyarakat

Perkotaan ..................................................................... 11

2.1.2 Masalah kesehatan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan

...................................................................................... 12

2.2 Keluarga dengan Lansia ................................................................ 14

2.2.1 Keluarga dengan Lansia .............................................. 14

2.2.2 Lansia sebagai Populasi Vulnerable ............................ 15

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi ............ 17

2.3.1 Pengkajian Keluarga ................................................... 18

2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 19

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 21

2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Lansia

Hipertensi .................................................................... 22

2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................. 25

2.4 Peran Perawat Komunitas ............................................................. 26

BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................. 28

3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ............................................... 28

3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................. 31

3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ........................................... 31

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

ix

3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................... 32

3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 34

BAB 4. ANALISIS SITUASI ........................................................................ 37

4.1 Profil Lahan Praktik ...................................................................... 37

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Konsep

Kasus Terkait ................................................................................ 39

4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Diet DASH sebagai Intervensi

Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait ......................... 41

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ................................ 44

BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 47

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 47

5.2 Saran .............................................................................................. 48

5.2.1 Pendidikan Keperawatan ............................................. 48

5.2.2 Puskesmas/Perawat Komunitas ................................... 48

5.2.3 Keluarga ...................................................................... 49

5.2.4 Masyarakat/Kader ........................................................ 49

5.2.5 Peneltian Selanjutnya .................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Data Pengkajian Keluarga ................................................. 18

Tabel 2.2 Kriteria untuk Tekanan Darah Normal dan Tahapan Hipertensi .... 20

Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga ................................... 20

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keluarga

Lampiran 2 Analisis Data

Lampiran 3 Skoring Masalah

Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Lampiran 6 Evaluasi Sumatif Keluarga

Lampiran 7 Evaluasi Tingkat Kemandirian

Lampiran 8 Kartu Kontrol Tekanan Darah

Lampiran 9 Daftar Menu Diet DASH

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini memaparkan latar belakang penyusunan karya ilmiah akhir

ners, perumusan masalah dari fenomena yang ada, tujuan dari penulisan karya

ilmiah akhir ners baik tujuan umum dan tujuan khusus, serta manfaat dari

penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.

1.1 Latar Belakang

Keperawatan komunitas adalah sintesis dari ilmu dan praktek keperawatan bersama

ilmu dan praktek kesehatan masyarakat yang diimplementasi melalui proses

keperawatan dan proses lainnya serta didesain untuk promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit di kelompok populasi (Clark, 2003). Keperawatan komunitas

mencakup praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk

pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan untuk diri sendiri sebagai

individu maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau

masyarakat (Friedman, Bowden & Jones, 2003).

Perawat komunitas merupakan profesi yang menerapkan ilmu dan praktik

keperawatan dengan konsep promosi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan

kesehatan untuk diri sendiri, keluarga, maupun kelompok dalam populasi

(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Peran perawat dalam keperawatan komunitas

berfokus pada membangun kekuatan yang sudah ada di masyarakat, berkolaborasi

dalam mengambil keputusan dan memfasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Perawat komunitas, dalam perannya, adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan

utama untuk individu, keluarga maupun komunitas secara primer, sekunder dan

tersier serta pemberi pendidikan kesehatan (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).

Peran-peran tersebut diharapkan dapat membantu mencegah masalah kesehatan

sebelum menyerang, merawat dan merehabilitasi masyarakat yang telah terkena

masalah kesehatan untuk meningkatkan maupun mempertahankan taraf kesehatan

masyarakat terhadap masalah hipertensi.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

2

Universitas Indonesia

Perkembangan dunia yang tidak pernah berhenti memicu terjadinya perpindahan

masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. WHO (2010) menyatakan bahwa

kesehatan masyarakat perkotaan sebagai persoalan yang kritis pada banyak orang.

Healthy People 2020 (2010) memiliki pandangan untuk mewujudkan masyarakat

yang dapat hidup panjang dan sehat untuk setiap tingkat wilayah dimulai dari

nasional, kota, hingga wilayah lokal. Perkotaan menurut Allender, Rector, dan

Warner (2014) memiliki karakteristik sebagai tempat yang padat dengan penduduk,

terdiri dari berbagai macam suku dan ras, kesenjangan sosial antar populasi, dan

polusi. Perkotaan sebagai pusat perkembangan zaman menjadikannya sebagai

tempat tujuan banyaknya masyarakat melakukan perpindahan terutama

perpindahan menuju perkotaan (urbanisasi).

WHO (2010) menyatakan bahwa efek urbanisasi ini akan menyebabkan 6 dari 10

penduduk dunia akan tinggal di perkotaan dan apabila tidak dilakukan intervensi

yang tepat jumlah penduduk perkotaan yang berjumlah 1,9 miliar pada tahun 2000

akan menjadi 3,9 miliar pada tahun 2030. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat

dan tidak diimbangi dengan peningkatan berbagai macam fasilitas maupun sumber

daya yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya akan

menyebabkan berbagai macam masalah salah satunya adalah masalah kesehatan

perkotaan seperti gangguan kardiovaskular khususnya hipertensi. Pertumbuhan

penduduk perkotaan di negara-negara dengan penduduk berpendapatan rendah

akan empat kali lebih besar dibandingkan dengan negara dengan pendapatan

penduduk yang lebih tinggi.

Urbanisasi memicu banyaknya masalah-masalah kesehatan perkotaan yang muncul

diakibatkan oleh karakteristik perkotaan seperti terlalu padat, polusi udara,

peningkatan faktor-faktor risiko seperti penggunaan rokok, diet yang tidak sehat,

aktivitas fisik yang kurang, serta penggunaan alkohol yang membahayakan (WHO,

2010). Karakteristik selanjutnya seperti infrastruktur yang tidak adekuat, fasilitas

transportasi, pengaturan limbah, kurangnya akses terhadap fasilitas pelayanan

kesehatan. Anderson dan McFarlane (2007) menyatakan beberapa faktor yang

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

3

Universitas Indonesia

mempengaruhi kesehatan masyarakat seperti lingkungan, perilaku atau gaya hidup,

keturunan, dan fasilitas pelayanan kesehatan

Masalah kesehatan perkotaan merupakan bentuk dari banyaknya kumpulan

masalah kesehatan yang lazim muncul pada masyarakat perkotaan yang sering

disebabkan oleh tuntutan perkotaan yang sangat beragam. Masalah kesehatan

perkotaan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan penduduk

perkotaan di Indonesia yang sangat pesat. Pengaruh yang masuk seperti latar

belakang kebudayaan, status, sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan fisik,

pelayanan kesehatan, rekreasi, komunikasi, dan transportasi dan keamanan

(Anderson & McFarlane, 2007). Munculnya masalah kesehatan terjadi karena

adanya kesenjangan seperti kemiskinan, pengangguran, masalah ekonomi sosial,

tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan serta perubahan

lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender & Spradley, 2005).

WHO dalam World Health Day 2010 (2010) berfokus pada urbanisasi dan

kesehatan perkotaan karena beberapa alasan berikut yaitu populasi perkotaan

menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi menjadikan adanya perbedaan antara

negara dengan pendapatan rendah dan berpendapatan tinggi terlihat dari terbatasnya

sumber daya yang ada. Alasan berikutnya adalah sebagian besar penduduk yang

melakukan urbanisasi ke perkotaan adalah penduduk miskin sehingga banyak

munculnya kampung-kampung kumuh yang menyebabkan adanya kesenjangan

sosial dan ketidakmampuan kota untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.

Penelitian-penelitian terkait perkotaan dan masalah kesehatan menjadi alasan

terakhir WHO (2010) berfokus pada perkotaan dan masalah kesehatannya karena

banyak menjadi akibat negatif pada kesehatan dan keamanan akibat urbanisasi.

Indonesia sebagai negara dengan latar belakang penduduk yang sangat beragam dan

tingkat urbanisasi penduduk yang sangat tinggi menjadikannya sebagai negara

dengan tingkat masalah kesehatan perkotaan yang tinggi. Salah satu masalah

kesehatan perkotaan yang banyak terjadi di perkotaan adalah hipertensi. Hipertensi

sebagai salah satu penyakit tidak menular atau non-communicable disease menjadi

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

4

Universitas Indonesia

salah satu penyebab dari berbagai macam penyakit kardiovaskular maupun

neurologis seperti stroke dan jantung. Hipertensi terjadi di perkotaan karena

dipengaruhi beberapa hal seperti gaya hidup, stres psikososial, tingkat pendidikan,

status sosial ekonomi (Allender, Rector, & Warner, 2104). Riskesdas (2013)

menunjukkan bahwa angka hipertensi di Indonesia pada lansia di atas 65 tahun

adalah sebesar 23,9% dan tersebar di berbagi kota besar seperti DKI Jakarta, DI

Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan lain-lain. Jawa Barat sebagai salah satu

provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak dengan kota-kota besarnya

menghadapi salah satu masalah kesehatan seperti hipertensi. Angka kejadian

hipertensi di provinsi Jawa Barat adalah sebesar 29,4% lebih besar dibandingkan

angka nasional.

Riskesdas (2013) menunjukkan dalam persentase bahwa angka kejadian hipertensi

untuk kota Depok adalah sebesar 29,8%. Prevalensi hipertensi secara nasional

menunjukkan persentase sebesar 23,9% di bawah angka kejadian kota Depok.

Angka kejadian hipertensi di kota Depok menunjukkan hasil di atas angka kejadian

nasional yang menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu masalah

kesehatan yang terjadi paling banyak. Selain itu, prevalensi hipertensi kota Depok

cukup besar di antara non-communicable disease lainnya seperti jantung, kanker,

dan stroke.

Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan

keperawatan komunitas dan keluarga kepada individu, keluarga dan masyarakat.

Asuhan keperawatan komunitas ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit,

pemeliharaan kesehatan dan memandirikan keluarga dan masyarakat agar dapat

meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal (Anderson &

McFarlane, 2007). Pada pelaksanaan proses asuhan keperawatan mahasiswa

bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat melalui

kerja sama dengan RW, RT, tokoh masyarakat dan para kader RW Siaga di RW 22

Kelurahan Sukatani. Pada pengkajian awal didapatkan angka prevalensi hipertensi

pada lansia adalah sebesar 69,7% yang didapatkan melalui pengukuran tekanan

darah langsung.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

5

Universitas Indonesia

Keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu

di dalamnya memiliki peran sangat besar. Keluarga dengan dukungan yang baik

dan memiliki kesadaran akan pentingnya usaha pencegahan dan promotif dalam hal

peningkatan kesehatan terutama hipertensi akan sangat berperan dalam

pengontrolan tekanan darah lansia. Kontribusi serta peran aktif keluarga dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya

kemandirian keluarga dalam pengontrolan untuk meningkatkan taraf kesehatan

lansia yang ada di dalam keluarga tersebut (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, &

Hanson, 2010).

Anggota keluarga dalam keterlibatannya sebagai pembuat keputusan akan

mempengaruhi pencapaian keluarga dalam rentang sehat-sakit. Keluarga yang

saling mendukung anggota keluarga lain akan berusaha meningkatkan taraf

kesehatannya dengan melakukan upaya preventif dan promotif (Hitchcock,

Schubert, & Thomas, 1999). Hal ini sangat mempengaruhi peran keluarga dengan

lansia yang memiliki hipertensi. Upaya preventif dan promotif anggota keluarga

akan mendorong terjadinya peningkatan status kesehatan (Kaakinen, Gedaly-Duff,

Coehlo, & Hanson, 2010).

Lansia sebagai populasi yang rentan dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko yang

merusak apabila tidak dapat dicegah (Flaskerud & Winslow, 1998 dalam Allender,

Rector, & Warner, 2014; Miller, 2012; Stanhope & Lancaster, 2004). Upaya

preventif dan promotif ini diharapkan mampu mengurangi akibat atau tanda dan

gejala yang muncul dari faktor risiko seperti usia, kurangnya aktivitas, kegemukan,

stres, dan merokok (Sherlock, Beard, Minicud, Ebrahim, & Chatterji, 2014).

Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga

dengan lansia yang mengalami hipertensi akibat salah satu faktor risiko yang

muncul pada lansia tersebut. Penulis melakukan pengkajian kepada setiap anggota

keluarga yang didalamnya terdapat lansia yang memiliki faktor risiko hipertensi.

Indonesia melalui program Indonesia Sehat 2015 melakukan beberapa upaya dalam

mengatasi hipertensi. Program Indonesia sehat 2015 yang berpatokan pada tujuan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

6

Universitas Indonesia

MDG’s memiliki program upaya peningkatan status kesehatan baik individu dan

masyarakat. Salah satu program yang telah dibentuk oleh pemerintah dalam

mengontrol hipertensi adalah posbindu dan perkesmas. Posbindu merupakan salah

satu program dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam membina

dewasa yang akan masuk usia lansia maupun yang yang sudah masuk lanjut usia

(KEMENKES, 2012). Program posbindu sendiri salah satunya adalah menjadi

fasilitas pelayan kesehatan yang berfungsi dalam memantau status kesehatan

masyarakat. Perkesmas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Direktorat

Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014) sebagai salah satu program

kementerian kesehatan berperan dalam proses preventif dan promotif tanpa

meninggalkan proses kuratif dan rehabilitatif.

Perkesmas dan posbindu merupakan upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam

mengontrol hipertensi pada masyarakat maupun individu. Akan tetapi, pelaksanaan

program tersebut belum terlaksana dengan maksimal terlihat dari proses

berjalannya kedua program tersebut di wilayah praktik. Kedua program walaupun

telah berjalan tetapi pelaksanaannya belum maksimal terlihat dari kehadiran lansia

yang memanfaatkan posbindu yaitu sekitar 4-5 orang per bulan dari total 33 lansia

di RW 22. Pelaksanaan perkesmas sendiri dianggap belum maksimal dikarenakan

program tersebut belum menjadi program utama dan unggulan puskesmas sehingga

pelaksanaannya belum dapat optimal.

Kesenjangan yang muncul dari upaya yang telah ada serta hasil yang telah

didapatkan mendorong munculnya solusi lain yang dapat digunakan dalam

mengontrol hipertensi pada individu maupun masyarakat. Peneliti melakukan

asuhan keperawatan keluarga sebagai salah satu solusi dalam mengontrol

hipertensi. Intervensi yang diberikan merupakan intervensi terfokus sehingga hasil

yang diharapkan dapat mengatasi masalah hipertensi.

Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan telah melalui proses pengkajian

hingga evaluasi. Keluarga yang dikaji menunjukkan hasil hipertensi yang aktual

maupun berisiko muncul. Keluarga kelolaan utama yang dikaji merupakan keluarga

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

7

Universitas Indonesia

dengan aktual hipertensi yaitu Keluarga Kakek J. Penulis memilih keluarga Kakek

J sebagai kelolaan dikarenakan keterpaparan keluarga kakek J terhadap hipertensi

sangat kurang. Individu yang menjadi kelolaan merupakan Nenek N yang

merupakan Istri dari kakek J yang pada pertemuan pertama pengkajian awal

menunjukkan tekanan darah sebesar 180/90 mmHg. Pengkajian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa pola makan harian keluarga yang kurang serat dan

tinggi lemak menjadi faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah pada nenek N

selain dipengaruhi pula oleh faktor usia.

Penulis melakukan rencana intervensi keperawatan dan implementasi yang

direkomendasikan oleh National Institute of Health dan National, Heart, Lung, and

Blood Institute (2006) yaitu pengaturan diet makan harian berupa Rencana Makan

Harian DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). DASH merupakan

bentuk manajemen hipertensi dalam bentuk diet makanan harian yang tinggi serat

dan rendah lemak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan

DASH dapat menurunkan tekanan darah baik dengan penggunaan garam harian

normal maupun dengan pengurangan garam harian yang menunjukkan hasil lebih

baik (NIH & NHLBI, 2006; Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi, & Azizi,

2005). Oleh karena itu, hal ini melatarbelakangi penulis untuk menganalisis apakah

hasil intervensi DASH yang telah diberikan kepada lansia dapat mengontrol

hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Perkotaan dengan karakteristik masyarakat memicu terjadinya masalah kesehatan

di perkotaan. Salah satu, masalah kesehatan yang banyak muncul di perkotaan

adalah hipertensi. Hipertensi menjadi salah satu penyakit non-communicable

disease yang sering terjadi pada lansia. Masalah kesehatan hipertensi ini banyak

terjadi pada lansia dikarenakan penurunan fungsi tubuh dan banyak faktor risiko

merusak yang menjadikan lansia rentan (vulnerable) terhadap masalah kesehatan

seperti hipertensi. Banyak upaya telah dilakukan untuk mampu mengatasi

hipertensi seperti pembuatan program kesehatan posbindu dan perkesmas yang

telah disusun oleh Kementerian Kesehatan.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

8

Universitas Indonesia

Upaya yang dilakukan pemerintah pada kenyataannya masih belum maksimal

dalam mengatasi hipertensi sehingga peneliti terdorong untuk melakukan intervensi

sebagai solusi untuk mengatasi hipertensi. Salah satu solusi yang dilakukan adalah

penerapan asuhan keperawatan komunitas dengan setting keluarga melalui

intervensi terfokus untuk mengatasi hipertensi yaitu Rencana Diet Harian DASH.

Peneliti terdorong melakukan intervensi keperawatan untuk mengetahui apakah

intervensi asuhan keperawatan keluarga yang diberikan melalui diet DASH mampu

mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension) untuk mengontrol hipertensi pada lansia serta pemberian

asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Nenek N di RW 22 kelurahan

Sukatani, Kota Depok pada lansia dengan hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Karya ilmiah ini memberikan gambaran tentang:

1. Masalah Hipertensi pada lansia di RW 22

2. Hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Nenek N

3. Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Nenek N

4. Perencanaan intervensi keperawatan berupa pengaturan diet makanan

menggunakan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)

pada keluarga Nenek N

5. Implementasi keperawatan pada keluarga Nenek N

6. Evaluasi keperawatan pada keluarga Nenek N

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pendidikan Keperawatan

Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan

pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan sebagai bahan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

9

Universitas Indonesia

referensi tambahan serta sebagai tambahan kurikulum dalam mata ajar KKMP atau

gerontik terkait intervensi keperawatan dalam mengontrol dan mengurangi tekanan

darah tinggi pada hipertensi melalui penyusunan menu diet DASH khususnya

kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan keilmuan

keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai diet DASH

sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi tekanan darah

pada hipertensi. Selain itu, Manfaat lainnya adalah sebagai salah satu bentuk

pelayanan bidang keperawatan dalam upayanya meningkatkan kesehatan individu

dan masyarakat serta kesadaran keluarga dalam mengatur pola makan yang baik

pada penderita hipertensi untuk menjaga tekanan darah berada pada batas normal.

Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program

perawat kesehatan masyarakat, khususnya pada program promosi kesehatan di

berbagai tingkat pelayanan keperawatan serta sebagai bahan dalam

mengembangkan media promosi kesehatan yang dapat digunakan oleh dinas

kesehatan dan puskesmas dalam menjalankan salah satu programnya mengenai diet

menu hipertensi pada lansia dan penyuluhan pada keluarga dengan hipertensi.

1.4.3 Perawat Komunitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk referensi untuk

menjadikan intervensi DASH sebagai intervensi yang dapat digunakan perawat

komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan kepada lansia dengan hipertensi.

1.4.4 Keluarga

Intervensi DASH yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh

keluarga yang memiliki hipertensi untuk membantu mereka dalam mengontrol,

mencegah, atau menurunkannya.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

10

Universitas Indonesia

1.4.5 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan

penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan

pentingnya pengaturan menu diet DASH pada penderita hipertensi dalam

melakukan manajemen hipertensi yang bertujuan untuk mengontrol dan

mengurangi tekanan darah serta sebagai bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

11 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan teori dan konsep terkait penelitian yang dilakukan dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ners yang disusun secara sistematis. Bab tinjauan

pustaka ini tersusun dari konsep keperawatan perkotaan/urban nursing, keluarga

dengan lansia, asuhan keperawatan keluarga dengan lansia hipertensi, dan peran

perawat komunitas.

2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing

2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem

adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas

bersama (Delaune & Ladner, 2011). Masyarakat perkotaan yang terdiri dari

berbagai macam latar belakang (heterogen) menjadikannya sebagai sebuah

kompleksitas yang terbatas akan wilayah. Keterbatasan ini diartikan sebagai

kepadatan penduduk sehingga banyak yang mengklasifikasikan perkotaan sebagai

kota atau tempat dengan jumlah penduduk tertentu yang mendiami wilayah tersebut

beserta kesediaan akan akses fasilitas perkotaan. Badan Pusat Statistik (2010)

mendefinisikan perkotaan sebagai satu wilayah administratif setingkat

desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan

penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan,

saran pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Daerah yang

belum memenuhi persyaratan tersebut diartikan sebagai perdesaan.

Anderson dan McFarlane (2007) mengatakan terdapat empat faktor dasar yang

mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu faktor pertama sebagai lingkungan

yang meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikologis. Kesehatan yang dipengaruhi

oleh lingkungan sebagai contoh adalah kebersihan udara yang ada pada lingkungan

fisik. Perkotaan yang identik dengan industrialisme menyebabkan polusi udara

sangat tinggi sehingga kebersihan udara sangat buruk di daerah perkotaan dan

banyak masalah kesehatan terkait pernafasan yang menjadi masalah di perkotaan.

Selain itu, tingginya tuntutan perkotaan menyebabkan lingkungan sosial dan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

12

Universitas Indonesia

psikososial pada masyarakatnya sering terganggu terlihat dari perbedaan status

perekonomian pada lingkungan sosial dan banyak masyarakatnya mengalami

gangguan mental seperti stres karena terganggunya lingkungan psikologis mereka.

Faktor kedua merupakan perilaku atau gaya hidup, gaya hidup perkotaan dapat

terlihat dari perilaku masyarakatnya yang tidak sehat maupun perilaku sehatnya.

Perilaku masyarakat kota yang berorientasi pada kemudahan dan kepraktisan

menjadikan mereka sering melakukan jalan pintas seperti penggunaan makanan

cepat saji yang tidak terstandar nilai kesehatannya. Faktor ketiga adalah keturunan,

banyaknya penyakit di perkotaan merupakan penyakit yang diturunkan dan asal

mula penyakit tersebut dimulai dari perubahan gaya hidup seperti penyakit Diabetes

Mellitus. Faktor terakhir adalah pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang

membedakan antara perkotaan dan perdesaan terlihat pada kelengkapan fasilitas

dan terintegrasinya pelayanan utama antara promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif (Anderson & McFarlane, 2007).

2.1.2 Masalah Kesehatan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan

Hipertensi sebagai salah satu penyakit non-communicable disease menjadi salah

satu masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat perkotaan. WHO dan ISH

(2003) menyatakan bahwa hipertensi diestimasikan menjadi 4,5% penyebab

penyakit pokok secara global dan menjadi masalah umum di negara berkembang

sama halnya dengan perkembangan dunia itu sendiri. Masalah perkotaan yang

sering menjadi akar dari seluruh masalah kesehatan di perkotaan alah satunya

adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh seluruh

negara baik negara berkembang maupun negara maju.

Penelitian yang dilakukan oleh Blakely, Hales dan Woodward (2004) menunjukkan

bahwa negara dengan rakyatnya yang berada pada status sosial ekonomi yang

rendah menjadikan status kesehatannya lebih buruk dibandingkan dengan negara

dengan status sosial ekonomi yang lebih baik. Selain itu, Godfrey dan Julien (2005)

menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering

terjadi di perkotaan. Rowland dan Lyons (1996) mengatakan bahwa kemiskinan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

13

Universitas Indonesia

sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal yang dipengaruhi kemiskinan

diantaranya adalah status pendidikan dan status pernikahan. Penelitian tersebut

menunjukkan kemiskinan menjadikan lansia sulit untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang pantas. Selain itu, lansia dengan penyakit kronis membutuhkan

akses kesehatan yang lebih banyak dan berkelanjutan sehingga hal tersebut sering

menjadi beban bagi lansia yang tidak mampu. Hampir sepertiga dari lansia dengan

kemiskinan yang diteliti memiliki diabetes dan hipertensi sebagai penyakit kronis.

Faktor penting lain yang menjadikan hipertensi sebagai salah satu masalah

kesehatan di perkotaan adalah gaya hidup. WHO (2013) menyebutkan bahwa empat

non-communicable disease (penyakit kardiovaskular (jantung, hipertensi, dan gagal

jantung), kanker, penyakit respiratori kronik, dan diabetes) disebabkan oleh empat

faktor risiko perilaku yaitu penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kurangnya

aktivitas, dan penggunaan alkohol yang merusak. Selain itu, WHO juga

menyatakan bahwa kondisi hidup dan lingkungan kerja seseorang termasuk gaya

hidupnya mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup. Manimunda, Sugunan,

Benegal, Balakhrisna, Rao, & Pesala (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor risiko

terjadinya hipertensi yang berkaitan dengan gaya hidup diantaranya adalah diet, diet

garam, serat, lemak jenuh, lemak trans, aktivitas fisik, dan stres.

Miller (2012) menyatakan bahwa hipertensi pada lansia terjadi karena beberapa

faktor risiko seperti usia, etnis, faktor genetik, berat badan berlebih, inaktivitas

fisik, sleep apnea, stressor psikososial, tingkat pendidikan yang rendah dan status

sosial ekonomi. Kemiskinan menjadikan lansia tidak mampu dalam memenuhi

kebutuhan sehari-harinya dan cenderung mencari hal-hal yang mudah dan murah

tanpa melihat apakah makanan yang dia makan sehari-hari sehat atau tidak.

Perubahan gaya hidup terutama pada pola diet yang serba instan, mudah didapat,

dan tidak adanya jaminan standar kesehatan serta bahan makanan yang tinggi lemak

serta rendah serat menjadi penyebab hipertensi pada masyarakat perkotaan.

Faktor-faktor di atas banyak dialami oleh lansia di perkotaan. Selain itu, pola diet

yang dapat meningkatkan risiko hipertensi terdiri dari pemasukan lemak dan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

14

Universitas Indonesia

natrium yang tinggi, pemasukan kalium yang rendah, konsumsi alkohol yang

berlebihan (Lloyd-Jones et al, 2009 dalam Miller, 2012; Bradshaw & Steyn, 2001).

Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika pola makan antara kelompok budaya

yang berbeda dibandingkan terdapat hasil hubungan yang kuat antara konsumsi

natrium harian dan angka kejadian hipertensi (Flegel & Magner, 2009 dalam Miller,

2012).

2.2 Keluarga dengan Lansia

2.2.1 Keluarga dengan Lansia

Keluarga merupakan unit dasar dari setiap masyarakat, tetapi tidak memungkiri

bahwa keluarga itu rumit dan tidak sesederhana yang dibayangkan, bervariasi,

dinamis, dan adaptif sehingga penting bagi semua perawat untuk mengetahui

mengenai disiplin ilmu dari keperawatan keluarga dan berbagai macam variasi jalan

yang bisa digunakan dalam berinteraksi dengan keluarga (Hanson dalam Kaakinen,

Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). WHO mendefinisikan lansia sebagai

dewasa yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Sedangkan keluarga menurut

Friedman, Bowden, dan Jones (2003) merupakan kumpulan orang-orang yang

bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah , atau adopsi, dan lainnya yang

berada dalam satu rumah. Burgess dan Locke (1953 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff,

Coehlo, dan Hanson, 2010) mendefinisikan keluarga sebagai sekelompok orang

yang disatukan oleh ikatan baik pernikahan, darah, atau adopsi dan terdapat dalam

satu rumah saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya dalam peran

sosial mereka seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak, saudara, dan menciptakan

serta menjaga kebiasaan yang sama.

Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010)

mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individual yang saling

bergantungan satu dengan lainnya secara emosional, fisik, dan dukungan ekonomi.

Setiap anggota keluarga akan saling bergantungan dalam menjaga status sehat

maupun sakitnya. Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson,

2010) mendefinisikan kesehatan keluarga sebagai perubahan status dinamis dari

kesejahteraan, yang meliputi biologis, psikologis, spiritual, sosiologis, dan faktor

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

15

Universitas Indonesia

budaya dari setiap anggota individual dan keseluruhan sistem keluarga. Keluarga

dengan lansia merupakan keluarga dengan salah satu anggotanya sudah berumur

lebih dari 60 tahun, pensiun, atau salah satu lansia telah meninggal.

Duvall dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) keluarga dengan lansia

memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi yaitu (1) penyesuaian terhadap

pensiun, (2) penyesuaian terhadap perannya sebagai kakek, (3) penyesuaian

terhadap kematian atau kematian salah satu pasangannya, dan (4) penyesuaian

terhadap tinggal sendiri. Tahap perkembangan keluarga digunakan perawat dalam

melakukan pengkajian untuk mengetahui kesiapan keluarga terhadap perubahan

perkembangannya. Keluarga dengan lansia menjadikan keberagaman individu

dalam keluarga tersebut. Orang tertua di keluarga tersebut akan memiliki anak yang

telah memiliki keluarga dalam keluarganya kemudian adanya cucu.

2.2.2 Lansia sebagai Populasi Vulnerable

Teori Akibat Fungsional (Miller, 2012) mengatakan bahwa perubahan yang

berhubungan dengan lansia merupakan proses fisiologis melekat yang

meningkatkan kerentanan (vulnerable) pada lansia terhadap efek merusak pada

faktor risiko yang muncul. Perubahan yang berhubungan dengan usia pada lansia

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, sebagian besar masalah yang

mempengaruhi lansia disebabkan oleh faktor-faktor risiko. Perubahan yang

berhubungan dengan usia berkaitan dengan penurunan fungsi fisiologis, tetapi

terdapat pada peningkatan pertumbuhan potensial psikososial dan spiritual. Faktor

risiko sendiri merupakan kondisi yang meningkatkan kerentanan pada lansia untuk

mengganggu fungsi maupun kualitas hidup lansia. sumber-sumber umum untuk

faktor risiko berasal dari penyakit, lingkungan, gaya hidup, sistem pendukung,

keadaan psikososial, efek samping medikasi, sikap yang berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan (Miller, 2012).

Faktor risiko tersebut bersifat negatif apabila tidak bisa diatasi. Faktor risiko

berbeda dengan perubahan yang berhubungan dengan usia yang merupakan hal

normal pada lansia. Perubahan pada lansia apabila mendapatkan pengaruh dari

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

16

Universitas Indonesia

faktor risiko akan meningkatkan kerentanan lansia terhadap kualitas hidupnya.

Selain itu, banyak lansia yang memiliki masalah kognitif, psikiatrik, dan fisik tetapi

tidak mencari bantuan dalam menyelesaikan masalah tersebut (Culo, 2011).

Flaskerud dan Winslow (1998 dalam Allender, Rector, & Warner, 2014) kerentanan

merupakan hasil gabungan dari efek keterbatasan sumber, keadaan yang tidak

sehat, dan tingginya faktor risiko. Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan

usia, berbagai penyakit kronik, serta hasil dari keterbatasan status fungsional dan

kehilangan kemandirian menyebabkan lansia selalu rentan (Stanhope & Lancaster,

2004).

Stanhope & Lancaster (2004) beberapa hal dapat mempengaruhi seseorang menjadi

rentan, seperti ketidakadekuatan sosial, pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan

ekonomi. Beberapa hal dapat menyebabkan lansia menjadi rentan seperti

kurangnya pendapatan karena pensiun dan perubahan kognitif yang mempengaruhi

kehidupan sehari-hari lansia seperti gangguan memori dan lain lain. Hipertensi

sebagai salah satu penyakit kronis mengakibatkan lansia yang menderita penyakit

tersebut sebagai lansia yang rentan.

Miller (2012) menyebutkan faktor-faktor risiko hipertensi yang sering terjadi pada

lansia adalah usia, etnis, faktor genetik, berat badan berlebih, aktivitas fisik yang

kurang, sleep apnea, stressor psikososial, pendidikan rendah dan status sosial

ekonomi. Selain itu, pola diet yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah

konsumsi tinggi natrium dan lemak, konsumsi rendah kalium, dan penggunaan

alkohol yang berlebih. Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga,

dan ras merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi sedangkan faktor seperti

diabetes, stres, obesitas, makanan, penyalahgunaan substansi merupakan faktor

risiko hipertensi yang dapat di modifikasi (Black & Hawk, 2009). Faktor pola diet

pada lansia menjadikan lansia yang kurang baik dalam mengatur pola makannya

memiliki risiko tinggi mengalami hipertensi. Konsumsi tinggi lemak dan natrium

pada lansia yang tidak sadar akan status kesehatannya menjadikan lansia tersebut

memiliki risiko tinggi untuk mengalami hipertensi dan menjadikan faktor risiko

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

17

Universitas Indonesia

terjadinya penyebab penyakit kardiovaskular lain muncul seperti stroke, gagal

ginjal, dan penyakit jantung koroner.

Faktor usia mempengaruhi risiko hipertensi yaitu semakin bertambahnya usia

menyebabkan semakin besar kemungkinan menderita hipertensi. Hal ini berkaitan

dengan adanya kemunduran sistem pembuluh darah dan faktor ini menjadi dua kali

lipat setelah usia 55 tahun (American Heart Association, 2010). Pola makan dalam

hal ini asupan makanan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.

Asupan makanan berupa natrium dan lemak merupakan hal-hal yang dibatasi untuk

mengurangi tekanan darah maupun mencegahnya.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi

Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan perlu untuk selalu melibatkan

keluarga untuk bisa berperan aktif dalam rencana keperawatan yang akan diberikan.

Peran aktif keluarga dalam melakukan proses asuhan keperawatan akan

memberikan hasil yang optimal dalam upayanya meningkatkan status kesehatan

setiap individu dalam keluarga tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan

keluarga adalah melakukan kunjungan rumah dengan menekankan pada promosi

kesehatan dan pencegahan penyakit (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).

2.3.1 Pengkajian Keluarga

Asuhan keperawanan keluarga dalam prosesnya menggunakan proses pengkajian

hingga evaluasi untuk mengetahui keoptimalan intervensi yang diberikan dengan

proses tersebut. Bagian pertama dari pemberian asuhan keperawatan adalah

melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang

akan di analisis dan disusun untuk penentuan masalah utama atau prioritas yang

didapatkan. Proses pengambilan data tersebut dapat dilakukan melalui metode

wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian keluarga apa tersusun

melalui salah satu teori yang dikembangkan oleh Friedman yaitu penggunaan teori

Family Centre Nursing (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

18

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Sumber Data Pengkajian Keluarga

Data Sumber Data

Wawancara dengan setiap anggota

keluarga mengenai kejadian dari masa

lalu hingga saat ini yang signifikan

Data objektif

Data subjektif

- Bertanya dan mendengarkan

- Genogram

- Ecomap

- Observasi rumah keluarga

- Observasi interaksi keluarga

- Pengalaman yang diceritakan

anggota keluarga

- Pengalaman observasi kerabat

yang diceritakan

- Instrumen pengkajian yang

diisi oleh keluarga Sumber: Friedman, Bowden, & Jones (2003)

Pengkajian dapat dilakukan dengan melihat delapan aspek yaitu (1) data umum

yang terdiri dari data kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe

keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga. Pengkajian

selanjutnya yaitu (2) aktivitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan

keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga

yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya.

Pengkajian ketiga (3) lingkungan: karakteristik tempat tinggal, karakteristik

tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan

keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.

Aspek pengkajian selanjutnya yaitu (4) struktur keluarga: pola komunikasi

keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai dan norma keluarga, (5)

fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan.

Aspek keenam pengkajian yaitu (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka

pendek, stresor jangka panjang, kekuatan keluarga, respons keluarga terhadap stres,

strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional. Aspek

selanjutnya yaitu (7) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga dan

terhadap petugas kesehatan yang ada, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan

fisik dilakukan, dilakukan pada seluruh anggota keluarga, pemeriksaan yang

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

19

Universitas Indonesia

dilakukan terdiri dari tanda-tanda vital dan head to toe, kesimpulan dari hasil

pemeriksaan fisik (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada masalah kesehatan yang ditemukan.

Hipertensi sebagai masalah yang dikaji dalam perawatan keluarga berfokus pada

pengkajian tekanan darah, faktor risiko yang dimiliki keluarga, serta berfokus pada

lima tugas kesehatan keluarga (Maglaya, 2009). Pengkajian pada faktor risiko dapat

bermacam-macam apabila berhubungan dengan hipertensi. Pengkajian dengan

faktor risiko berat badan berlebih akan mengambil data indeks masa tubuh, pola

makan akan mengambil data pada kebiasaan makan sehari-hari, nutrien apa saja

yang dimakan, bagaimana memperoleh bahan dasar pembuatannya dan bagaimana

cara membuatnya. Pengkajian tekanan darah yang didapatkan akan diklasifikasikan

dan intervensi yang diberikan bisa disesuaikan dengan klasifikasi hipertensi yang

didapatkan.

Tabel 2.2 Kriteria untuk Tekanan Darah Normal dan Tahapan Hipertensi

Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal

Prehipertensi

Hipertensi, Stage I

Hipertensi, Stage II

<120

120-139

140-159

≥ 160

<80

80-89

90-99

≥ 100 Sumber: JNC dalam Miller (2012)

2.3.2 Diagnosis Keperawatan

Hasil pengkajian yang didapatkan akan berbentuk data-data baik bersifat objektif

maupun subjektif. Data-data tersebut akan di analisis hingga terbentuknya

diagnosis keperawatan yang sesuai. Proses selanjutnya adalah melakukan skoring

diagnosis untuk menentukan prioritas atau masalah utama yang akan dijadikan

sebagai diagnosis pertama yang akan diintervensi (Friedman, Bowden, & Jones,

2003). Proses penyusunan diagnosis keperawatan dapat menggunakan sistem

NANDA (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

20

Universitas Indonesia

Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga

No Kriteria Skor Bobot

1

2

3

4

Sifat masalah

- Aktual (tidak/kurang sehat)

- Ancaman kesehatan

- Keadaan sejahtera

Kemungkinan masalah dapat diubah

- Mudah

- Sebagian

- Tidak dapat

Potensi masalah untuk dicegah

- Tinggi

- Sedang

- Rendah

Menonjolnya masalah

- Masalah berat, harus segera

ditangani

- Ada masalah, tetapi tidak perlu

segera ditangani

- Masalah tidak dirasakan

3

2

1

2

1

0

3

2

1

2

1

0

1

2

1

1

Sumber: Friedman, Bowden, dan Jones (2003)

Penghitungan skor dilakukan dengan menggunakan rumus

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 pada setiap kriteria. Nilai yang didapat untuk setiap

kriteria kemudian dijumlah untuk mendapatkan nilai total yang merupakan hasil

akhir skoring. Nilai skoring yang telah didapatkan dibandingkan dengan nilai

skoring diagnosis lain dengan nilai terbesar merupakan nilai diagnosis yang

menjadi prioritas.

Diagnosa-diagnosa keperawatan yang dapat muncul akibat hipertensi dilihat dari

respons klien serta data subjektif dan objektif diantaranya ketidakefektifan

manajemen terapeutik, nyeri akut, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan,

potensial komplikasi hipertensi, intoleransi aktivitas, ansietas, gangguan pola tidur,

risiko cedera, ketidakefektifan perfusi jaringan (Wilkinson& Ahern, 2008;

NANDA, 2012). Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan memiliki definisi

ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, atau mencari bantuan untuk

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

21

Universitas Indonesia

memelihara kesehatan (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan

diagnosis ini diantaranya adalah (a) menunjukkan perilaku kurang adaptif terhadap

perubahan lingkungan, (b) menunjukkan kurang pengetahuan tentang praktek dasar

kesehatan, (c) melaporkan atau tampak tidak mampu mengemban tanggung jawab

untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, (d) terbatasnya tindakan pencegahan

kesehatan, dan (e) terbatasnya penggunaan lembaga dan tenaga pelayanan

kesehatan (Wilkinson & Ahern, 2008).

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan

Bolton (2005) menyatakan bahwa terdapat beberapa intervensi keperawatan yang

dapat dilakukan dalam melakukan manajemen hipertensi yaitu pembatasan garam,

pengaturan diet (diet DASH), latihan fisik, penurunan berat badan, pembatasan

alkohol, dan pembatasan merokok. Proses perencanaan sendiri tidaklah mudah.

Rintangan terberat dari suksesnya kunjungan keluarga adalah kurangnya

perencanaan dan persiapan (Allender, Rector, & Warner, 2014). Menurut

Friedman, Bowden, & Jones (2003) perencanaan merupakan sekumpulan tindakan

yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam menyelesaikan masalah. Allender,

Rector, dan Warner (2014) memberikan arahan perencanaan sebelum melakukan

kunjungan keluarga menjadi beberapa tahapan yaitu (1) menghubungi keluarga

untuk mengatur jadwal yang cocok untuk dilakukan kunjungan, (2) memastikan

alamat yang benar, (3) menyusun rencana tertulis intervensi keperawatan untuk

masing-masing anggota keluarga, (4) aturlah perlengkapan atau diagram yang

dibutuhkan dalam fokus kunjungan, (5) rencanakan rute langsung menuju rumah

keluarga yang akan dikunjungi.

Penyusunan rencana keperawatan berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga

(Maglaya, 2009). Penyusunan rencana keperawatan berfokus pada tujuan umum

yang ingin dicapai serta tujuan khusus yang ingin dicapai berdasarkan lima tugas

kesehatan keluarga. Tujuan umum dilaksanakan rencana intervensi diagnosa

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi adalah setelah

dilakukan tindakan perawatan, keluarga mampu merawat anggota keluarga lansia

dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan dapat terlaksana dengan baik

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

22

Universitas Indonesia

terlihat dari peningkatan kognitif, afektif, serta psikomotor. Tujuan khusus pada

penyusunan rencana keperawatan berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga

yaitu mengenal masalah; mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan

melakukan perawatan; melakukan perawatan sederhana, memodifikasi

lingkungan; memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Maglaya, 2009).

Rencana intervensi yang akan dibuat disusun dengan menggunakan kriteria

evaluasi yang dapat diukur beserta tujuan pasien yang akan dicapai. Moorhead,

Johnson, & Maas dalam Wilkinson & Ahern (2008) menggunakan standar NOC

sebagai kriteria evaluasi yang dipakai. Kriteria evaluasi yang dipakai diharapkan

realistik sesuai dengan kemampuan dan keadaan pasien, dapat diukur atau

diobservasi, serta memiliki tanggal target masalah akan selesai. Carpenito (2000)

menggunakan SMART sebagai kriteria hasil yaitu (Spesific, Measurable,

Achievable, Realistic, dan Time Oriented).

2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi

Maglaya (2009) menyebutkan lima tugas kesehatan keluarga yang menjadi proses

implementasi keperawatan keluarga yang akan digunakan. Tugas kesehatan

pertama adalah mengenal masalah kesehatan, kedua memutuskan untuk mengatasi

masalah, merawat keluarga dengan masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan,

dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan lima tugas kesehatan

untuk implementasi keperawatan diharapkan dapat mengatasi masalah hipertensi

sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah didapatkan.

Implementasi adalah proses ketika rencana pelayanan dilaksanakan (Hitchcock,

Schubert, & Thomas, 1999). Proses implementasi keperawatan dengan lima tugas

kesehatan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam

pengimplementasiannya. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor didapatkan

melalui proses pengimplementasian keseluruhan tujuan khusus yang telah disusun

pada rencana keperawatan. implementasi yang diberikan mencakup aspek kognitif

adalah dengan memberikan edukasi serta mendiskusikannnya bersama keluarga

terkait masalah dan cara mencegahnya. Aspek afektif terlihat dari motivasi yang

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

23

Universitas Indonesia

dilakukan perawat untuk mendorong keluarga untuk mau memutuskan untuk

menyelesaikan masalah, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan sedangkan aspek psikomotor terlihat dari keluarga melakukan

perawatan sederhana terkait masalah.

Proses implementasi yang dimulai dari mengenal masalah dilakukan dengan

menjelaskan mengenai pengertian hipertensi kemudian mendiskusikannya bersama

keluar untuk mengetahui tanda dan gejala, penyebab, serta akibat dari masalah

kesehatan. Setelah itu, implementasi dilakukan dengan mendorong keluarga untuk

memutuskan untuk mau mengatasi masalah. Implementasi selanjutnya dilakukan

untuk mengetahui cara pencegahan serta tindakan psikomotor untuk mengatasi

masalah hipertensi terutama tanda dan gejala seperti melakukan tarik nafas dalam

dan kompres hangat untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang muncul akibat tanda

dan gejala hipertensi.

Pestana (2002) menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup terbukti bermanfaat dan

mungkin hanya terapi yang dibutuhkan untuk hipertensi tahap 1. Pelaksanaan

intervensi dengan memodifikasi gaya hidup ditujukan untuk mengubah faktor risiko

dari gaya hidup yang merusak menjadi bermanfaat kembali. Bolton (2005)

mengatakan beberapa intervensi dapat digunakan dalam melakukan manajemen

hipertensi yaitu manajemen hipertensi salah satunya adalah dengan mengatur

rencana makan harian dengan diet DASH. Implementasi terfokus yang digunakan

adalah mengenalkan menu diet hipertensi DASH dan bersama keluarga menyusun

menu dia DASH untuk seminggu. Menu diet DASH sebagai terapi non farmakologi

hipertensi terbukti mampu menurunkan tekanan darah yang tinggi akibat hipertensi

dalam waktu dua minggu. Perpaduan menu diet DASH dan pembatasan garam akan

memberikan hasil yang lebih baik (NIH & NHLBI, 2006).

Fokus implementasi dari menu diet DASH adalah peningkatan konsumsi makanan

berserat seperti produk padi-padian, sayur-sayuran, dan buah-buahan serta

mengurangi konsumsi makanan dengan lemak jenuh. Penelitian yang dilakukan

oleh Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi, & Azizi (2005) menunjukkan hasil

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

24

Universitas Indonesia

diet DASH dapat menurunkan sebagian besar risiko metabolik baik perempuan

maupun laki-laki dan penurunan tekanan darah sekitar 11-12 mmHg. Penelitian

yang dilakukan oleh U.S. Department of Health and Human Services (2003)

menunjukkan bahwa DASH dapat menurunkan tekanan darah lebih baik dalam

waktu dua minggu dibandingkan dengan diet lain seperti diet harian Amerika dan

diet harian Amerika dengan memperbanyak buah. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang lebih baik apabila ditambah dengan melakukan diet

pembatasan garam (U.S. Department of Health and Human Services, 2003; NIH &

NHLBI, 2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan diet DASH dalam

merubah perilaku diet seorang dapat menurunkan tekanan darah (Windhauser, 1999

dalam Pennington Nutrition Series, 2004).

Diet DASH didefinisikan sebagai rencana makan dengan makanan rendah lentuk

jenuh, kolesterol, dan lemak total dengan menekankan pengonsumsian buah-

buahan, sayuran, dan konsumsi produk susu rendah lemak. Diet DASH ini juga

menyertakan pengonsumsian produk-produk padi-padian, ikan, unggas, dan

kacang-kacangan serta pengurangan konsumsi pada daging merah, manisan, dan

minuman yang mengandung gula. Diet DASH ini kaya akan magnesium, kalium,

kalsium, serta protein dan tinggi serat (U.S. Department of Health and Human

Services, 2003).

Penyusunan menu DASH dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan kalori normal

tubuh dewasa yaitu selintas 2000 kkal. Penyusunan menu dilakukan dengan

memperhatikan jumlah penyajian dalam seharinya produk padi-padian disusun

untuk mendapatkan penyajian hingga 7 sampai dengan 8 kali sehari, sayuran di

sajikan sebanyak 4 hingga 5 kali sehari, buah-buahan sebanyak 4 hingga 5 kali

sehari. Penggunaan produk susu rendah lemak 2 hingga 3 kali sehari, ikan dan

unggas tidak lebih dari dua kali sehari, kacang-kacangan disajikan 4 hingga 5 kali

per minggu. Penggunaan minyak sebanyak maksimum 3 sendok makan dan

konsumsi manisan maksimum 5 kali dalam seminggu.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

25

Universitas Indonesia

Diet DASH bukanlah diet yang berfokus pada penurunan berat badan (U.S.

Department of Health and Human Services, 2003). Diet DASH kaya akan jenis

makanan dengan rendah kalori seperti pada sayuran dan buah-buahan sehingga

klien dapat mengganti makanan dengan tinggi kalori dengan makanan rendah kalori

dengan memperbanyak buah-buahan dan sayuran. Tujuan utama dari penggunaan

diet DASH adalah untuk meningkatkan konsumsi buah, sayuran, dan produk susu

yang bebas atau rendah lemak.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dilakukan berfokus pada perencanaan yang telah dibuat

pada penyusunan rencana keperawatan. Proses evaluasi dapat dinilai berdasarkan

evaluasi subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan atau rencana tindak lanjut

(SOAP). Selain itu dapat dilakukan evaluasi kir pertemuan atau kunjungan dengan

menggunakan evaluasi sumatif dan menilai tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP dapat dilakukan berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga yang

disusun oleh Maglaya (2009). Untuk evaluasi sumatif dilakukan di akhir untuk

menilai apakah seluruh kriteria hasil yang diharapkan telah optimal. Evaluasi

tingkat kemandirian dilakukan pada keluarga sesuai dengan tahapan lima tugas

kesehatan keluarga yang adopsi ke dalam pengkajian yang dilakukan oleh perawat

kesehatan masyarakat (perkesmas) kepada keluarga yang dilakukan format

pengkajian perkesmas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Direktorat

Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014).

Tingkat kemandirian diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi dengan tujuh

kriteria evaluasi. Tujuh kriteria evaluasi itu diantaranya adalah (1) keluarga

menerima petugas kesehatan, (2) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai

rencana, (3) keluarga menyatakan masalah secara benar, (4) keluarga

memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (5) keluarga

melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (6) keluarga melakukan

tindakan pencegahan secara aktif, (7) keluarga melaksanakan tindakan promotif

secara aktif. Klasifikasi tingkat kemandirian I apabila keluarga hanya mampu untuk

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

26

Universitas Indonesia

memenuhi kriteria 1 dan 2, tingkat kemandirian II tercapai apabila keluarga mampu

memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5, tingkat kemandirian III tercapai apabila

memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6, dan tingkat kemandirian IV tercapai apabila

keluarga mampu memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7 (Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan dan KM, 2014).

2.4 Peran Perawat Komunitas

Peran perawat keluarga menurut Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson (2010)

terdiri dari edukator kesehatan, perawat mengajarkan mengenai penyakit,

hubungan, menjadi orang tua, kesejahteraan pada keluarga. Koordinator,

kolaborator, dan penghubung, perawat bertugas sebagai seseorang yang

mengkoordinasikan perawatan yang diterima keluarga, berkolaborasi bersama

keluarga dalam perencanaan keperawatan. Peran perawat komunitas selanjutnya

adalah advokasi keluarga, perawat mendorong anggota keluarga untuk

menyuarakan apa yang mereka pikirkan atau perawat yang berbicara atas nama

keluarga. Peran selanjutnya adalah konsultan, perawat berperan sebagai konsultan

yang berkonsultasi dengan agen-agen tertentu untuk memfasilitasi mereka.

Konselor, perawat menggunakan peran terapeutik dalam menolong individual atau

keluarga dalam menyelesaikan masalah atau mengubah perilaku. Peneliti,

mengidentifikasi masalah-masalah praktek dan mencari solusi terbaik untuk

menghadapi masalah tersebut melalui proses keilmuan (Kaakinen, Gedaly-Duff,

Coehlo, & Hanson, 2010).

Peran perawat keluarga di atas dapat digunakan dalam menyusun asuhan

keperawatan keluarga. Perawat dalam melakukan asuhan selalu mengikut sertakan

keluarga secara aktif sehingga hasil pemberian asuhan akan optimal. Proses asuhan

keperawanan keluarga itu sendiri terdiri dari tahapan-tahapan yang dimulai dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, serta evaluasi tindakan dalam

proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).

Upaya preventif dan promotif dapat diberikan melalui asuhan keperawanan

keluarga. Upaya preventif dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

27

Universitas Indonesia

keluarga mengenai masalah yang muncul sedangkan upaya promotif dapat

dilakukan dengan memotivasi keluarga agar mau menyebarkan pengetahuan yang

mereka ketahui ke orang-orang di sekitar mereka. Tujuan pendidikan adalah

mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak

secara terlangsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Manusia dapat

belajar dan melihat banyaknya contoh baru, perilaku yang berbeda, dan kebiasaan

yang perlu diubah untuk beberapa kondisi kesehatan (Anderson & McFarlane,

2007).

Pencegahan primer, sekunder, dan tersier akan mampu mengurangi faktor risiko

yang muncul baik sebelum, sedang, maupun setelah munculnya masalah.

Pencegahan primer berfokus pada mengubah faktor risiko yang bisa dimodifikasi

sebelum masalah kesehatan muncul. Pencegahan sekunder dilakukan pada awal

terdeteksinya masalah kesehatan dengan melakukan skrining dan melakukan

perawatan awal. Pencegahan tersier berfokus pada rehabilitasi dan restorasi setelah

penyakit atau masalah kesehatan muncul untuk meminimalkan morbiditas dan

meningkatkan kebermanfaatan dari hidup klien (Hitchcock, Schubert, & Thomas,

1999). Proses asuhan keperawatan keluarga tidak pernah lepas dari ketiga

pencegahan di atas dengan tetap melibatkan peran aktif keluarga di dalamnya.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

28 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini memaparkan proses asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan

oleh peneliti pada keluarga kelolaan utama. Bab ini dimulai dari pengkajian

keperawatan yang dilakukan pada keluarga dilanjutkan penentuan diagnosis

keperawatan dengan menentukan diagnosa prioritas melalui skorsing keperawatan,

proses penyusunan intervensi keperawatan keluarga, pelaksanaan implementasi

keperawatan, dan evaluasi keperawatan baik evaluasi formatif, sumatif, dan tingkat

kemandirian keluarga.

3.1 Pengkajian Keperawatan keluarga

Mahasiswa melakukan pengkajian pada keluarga kelolaan utama dengan yaitu pada

keluarga dari Kakek J (70 tahun) dan Nenek N (60 tahun) dengan tahapan

perkembangan keluarga dengan lansia. Mahasiswa melakukan entry point sebagai

kelolaan utama pada Nenek N. Tipe keluarga nenek N merupakan tipe keluarga

extended family yang di dalamnya terdapat satu keluarga lain yaitu anak

kandungnya Nenek N dan mertuanya serta kedua orang cucu laki-lakinya. Keluarga

Nenek N merupakan bagian dari penduduk RT 09 RWW 22 Kelurahan Sukatani

yang telah lama tinggal di daerah tersebut dan sudah dikenal oleh penduduk sekitar

dengan sangat baik.

Agama yang dianut keluarga Nenek N adalah agama Islam dan keduanya telah

melakukan ibadah haji sehingga masyarakat sekitar sering memanggil Nenek N

dengan sebutan bu haji. Nenek N dan Kakek J merupakan warga asli yang sudah

lama tinggal di daerah Sukatani dengan suku Betawi dan penggunaan bahasa

Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Nenek N tidak menceritakan secara terbuka

bagaimana pertemuannya dengan Kakek J. Beliau hanya menceritakan bahwa

setahun setelah mereka bertemu mereka menikah dan dikaruniai seorang anak

perempuan setahun setelah pernikahan mereka berdua.

Nenek N tidak bekerja, tetapi beliau berperan sebagai ibu rumah tangga. Selain itu,

peran lain Nenek N adalah sebagai seorang ibu untuk anaknya dan nenek untuk

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

29

Universitas Indonesia

cucu-cucunya. Kakek J bekerja sebagai marbot masjid. Penghasilan keluarga

selama ini didapatkan melalui pemberian dari anak dan menantunya yang bekerja

sebagai buruh dan karyawan swasta sehingga penghasilan Kakek N setiap bulannya

tidak menentu. Nenek N mengatakan pendapatan yang selama ini dimiliki sudah

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk seluruh anggota keluarga.

Pertemuan dengan Nenek N dilakukan ketika kelompok komunitas sedang

melakukan penyebaran kuesioner kepada lansia untuk menentukan masalah utama

pada agregat lansia di RW 22. Pada pertemuan pertama ditemukan hasil

perhitungan pertama tekanan darah adalah 180/90 mmHg. Tingginya tekanan darah

pada Nenek N tidak langsung menjadikan Nenek N sebagai kelolaan utama. Perlu

dilakukan beberapa kali kunjungan untuk melakukan pengukuran tekanan darah

untuk menentukan apakah tekanan darah yang tinggi pada Nenek N karena situasi

atau kondisi tertentu seperti lingkungan yang tidak tenang atau Nenek N sendiri

sedang banyak pikiran.

Pertemuan selanjutnya dilakukan pengukuran kembali tekanan darah didapatkan

hasil tetap dengan pertemuan sebelumnya yaitu 180/90 mmHg. Lingkungan tempat

tinggal Nenek N merupakan lingkungan yang tenang dan cukup hijau sehingga

diharapkan pengukuran tekanan darah yang tinggi tidak dipengaruhi oleh

lingkungan tempat tinggal Nenek N. Pada kunjungan tersebut terlihat bahwa nenek

N tidak merasakan adanya tanda dan gejala seperti kepala pusing maupun rasa nyeri

di tengkuk. Ketika dilakukan pengkajian fisik tidak ditemukan gangguan berat pada

masing-masing sistem organ yang dikaji terutama kardiovaskular Nenek N dengan

hasil pengukuran tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Stresor jangka

pendek di dalam keluarga adalah masalah cucu Nenek N yang sering berkumpul

bersama teman-temannya di teras rumah Nenek N sehingga nenek N sering merasa

tidak enak kepada tetangga karena suasana ramai tersebut. Stresor jangka panjang

adalah urusan keluarga yang tidak ingin dibicarakan lebih dalam oleh Nenek N.

Pengkajian yang berfokus pada tugas kesehatan keluarga padan Nenek N. Hasil

yang ditemukan adalah belum mengenalnya keluarga dan Nenek N mengenai

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

30

Universitas Indonesia

masalah kesehatan yang dimiliki yaitu hipertensi dimulai dari pengertian, tanda dan

gejala, penyebab, akibat serta pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi

masalah. Selain itu, Nenek N juga tidak mengetahui mengenai cara perawatan

sederhana untuk mengurangi tanda dan gejala yang muncul ataupun mengurangi

tekenan darah tinggi itu sendiri. Lingkungan rumah nenek N sendiri merupakan

lingkungan yang tenang walaupun masih belum bebas asap rokok. Untuk

kunjungan ke pelayanan kesehatan, didapatkan data bahwa Nenek N hampir tidak

pernah pergi ke puskesmas dan lebih memilih untuk menggunakan obat-obatan

warung untuk mengobati penyakit yang pernah dideritanya.

Pengkajian mengenai menu harian Nenek N ditemukan bahwa selama ini Nenek N

belum mengatur dirinya sendiri dalam pemilihan makanan seperti masih senang

makan ikan asin, terkadang membeli makanan jadi yang kebanyakan merupakan

makanan bersantan, penggunaan berulang minyak sayur dalam menggoreng dan

tidak membatasinya, jarang makan-makan sayuran yang tinggi serat, jarang

memakan buah-buahan dan tidak memiliki pola makan yang teratur. Selain itu,

Nenek N memiliki kebiasaan meminum kopi satu gelas sehari setiap pagi untuk

menghilangkan rasa kantuk.

Proses intervensi dilakukan untuk memulai rencana keperawatan terkait masalah

kesehatan Nenek N yaitu dengan memperkenalkan pengertian masalah hingga

memutuskan untuk melakukan perawatan mengenai masalah yang diderita. Nenek

N dapat menerima informasi dengan mudah. Hal ini juga didukung oleh peran serta

Kakek J yang biasanya selalu menemani Nenek N dalam setiap kali pertemuan

sehingga mereka berdua selalu bisa saling mengingatkan. Pada pertemuan

selanjutnya dijelaskan mengenai cara perawatan untuk mengurangi rasa tidak

nyaman yang muncul akibat tanda dan gejala yang muncul seperti pusing maupun

nyeri di tengkuk dengan melatih penggunaan tarik nafas dalam dan penggunaan

kompres hangat pada tengkuk apabila nyeri muncul. Pada kunjungan ketiga ini

telah dilakukan evaluasi dengan hasil tekanan darah yang sedikit turun

dibandingkan dengan hasil pertemuan sebelumnya yaitu 180/80 mmHg.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

31

Universitas Indonesia

Intervensi selanjutnya berfokus pada intervensi mengenai pengaturan diet harian

Nenek N yaitu bersama dengan Nenek N dan keluarga mengatur pola makan harian

Nenek N sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki oleh keluarga Nenek

N. Penyusunan menu yang telah dibuat akan dilakukan oleh Nenek N dan dievaluasi

hasilnya untuk setiap pertemuan selanjutnya baik evaluasi pola makan yang telah

dilakukan maupun evaluasi langsung penurunan tekanan darah. Kakek J sebagai

suami dari Nenek N sangat mendukung pengaturan pola makan ini agar tekanan

darah Nenek N bisa turun. Pada pertemuan ini didapatkan hasil penyusunan menu

harian untuk seminggu yang kemudian akan dilakukan evaluasi untuk hasil

intervensi untuk tiga Minggu kemudian.

3.2 Diagnosis Keperawatan

Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait

hipertensi, ketidakefektifan pemeliharan kesehatan terkait asam urat, dan gangguan

pola tidur. Skoring masalah keperawatan menunjukkan hasil dengan masalah utama

yang menjadi prioritas adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait

hipertensi pada Nenek N. Hasil skorsing menunjukkan hasil 4 2/3, 3 1/6, dan 2 2/3

untuk diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi,

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait asam urat (gout arthritis), dan

gangguan pola tidur.

3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada keluarga oleh mahasiswa berfokus

pada lima tugas kesehatan keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan ini

adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak lima kali pertemuan, keluarga

mampu merawat keluarga lansia dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan

dapat terlaksana dengan baik terutama Nenek N. Tujuan khusus pertama setelah

dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah

hipertensi dengan mampu menyebutkan definisi hipertensi, menyebutkan tiga dari

lima penyebab hipertensi, menyebutkan tiga dari tujuh tanda dan gejala hipertensi,

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

32

Universitas Indonesia

dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan khusus

kedua yaitu keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan

masalah hipertensi; keluarga mampu menyebutkan tiga dari enam akibat hipertensi

dan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan selama 2x45 menit keluarga mampu

merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan

lima dari sepuluh pencegahan hipertensi dan melakukan perawatan sederhana untuk

teknik nafas dalam, kompres hangat dan penyusunan menu diet hipertensi DASH

dan mau menyediakan menu diet yang telah dijadwalkan. (4) Tujuan khusus

keempat setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu

memodifikasi lingkungan untuk mengatasi hipertensi dengan mampu menyebutkan

bahwa dengan menjaga lingkungan rumah tetap tenang dan bebas asap rokok

sebagai cara memodifikasi lingkungan. Tujuan khusus kelima adalah keluarga

mampu untuk menyebutkan manfaat dari penggunaan pelayanan kesehatan, mampu

menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan sekitar rumah, dan mau

untuk mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan atau

melakukan pemeliharaan kesehatan.

3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang diberikan dilakukan sesuai dengan penyusunan

rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Penyusunan rencana

keperawatan berpedoman pada lima tugas kesehatan keluarga dan diharapkan

mampu meningkatkan taraf kesehatan individu dan keluarga (Maglaya, 2009).

Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang

telah disusun terdiri dari mendiskusikan kepada keluarga mengenai pengertian

hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, serta akibat dari

hipertensi.

Implementasi selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat

anggota keluarga dengan hipertensi. Motivasi dilakukan dengan cara memberikan

manfaat dari hasil pertemuan dan intervensi yang telah diberikan. Setelah itu,

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

33

Universitas Indonesia

Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi hipertensi dengan menjelaskan

mengenai pencegahan hipertensi, melakukan perawatan sederhana di rumah untuk

mengurangi rasa kurang nyaman akibat tanda dan gejala yang muncul, melakukan

penyusunan menu bersama keluarga untuk diet hipertensi DASH, dan memotivasi

keluarga untuk mau menjalankan program diet yang telah disetujui bersama.

Mendiskusikan bersama cara-cara memodifikasi lingkungan yang dapat dilakukan

bersama keluarga dalam mencegah hipertensi dan memotivasi keluarga untuk mau

melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas maupun posbindu

untuk melakukan kontrol kesehatan bulanan.

Intervensi keperawatan yang menjadi fokus untuk mengatasi hipertensi adalah

penyusunan menu diet DASH. Diet DASH merupakan penyusunan menu dengan

makanan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan lemak total dan menekankan

pada konsumsi sayur, buah, dan produk susu yang rendah atau bebas lemak serta

produk padi-padian, ikan, unggas dan kacang-kacangan (NIH & NHLBI, 2006).

Proses implementasi DASH dilakukan dengan mengenalkan pengertian DASH dan

manfaat DASH setelah itu mendorong ibu untuk mau untuk menyusun menu DASH

dan bersama dengan keluarga Nenek N berkomitmen akan melakukan proses

implementasi DASH hingga proses praktisi PKKMP telah selesai.

Proses implementasi dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan dengan implementasi

terfokus dilakukan dalam 10 kali pertemuan. Proses implementasi yang dilakukan

setelah proses pengenalan diet DASH serta manfaat dari diet DASH adalah dengan

melakukan penyusunan menu diet DASH bersama keluarga. Penyusunan menu

dilakukan dengan membantu keluarga memilih makanan yang keluarga mampu

untuk memenuhinya. Proses penyusunan dilakukan hingga tersusun daftar selama

seminggu dengan masing-masing pengulangan menu yang dibuat berselingan

dengan tujuan menghindari rasa jenuh pada menu yang sama. Proses selanjutnya

adalah menanyakan kemauan dan komitmen keluarga untuk menerapkan menu diet

DASH yang telah disusun serta menyatakan akan melakukan kunjungan ulang baik

terjadwal maupun tidak terjadwal.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

34

Universitas Indonesia

Implementasi diet DASH ini dilakukan dengan proses untuk meningkatkan

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik keluarga dalam melakukan

intervensi keperawatan diet DASH. Implementasi kognitif dilakukan dengan

menjelaskan mengenai pengertian diet DASH manfaat yang didapatkan, apa saja

yang bahan makanan yang bisa digunakan dalam menyusun menu diet DASH.

Aspek kognitif dilakukan dengan mendorong keluarga untuk menyetujui dan mau

melakukan rencana intervensi diet DASH yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses

implementasi psikomotor dilakukan dengan menyusun menu diet selama seminggu

bersama keluarga.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana intervensi

yang telah disusun dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari

implementasi yang telah dilakukan termasuk intervensi yang terfokus. Evaluasi

dilakukan melalui beberapa cara seperti evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan

menilai tingkat kemandirian keluarga. Evaluasi SOAP yang didapatkan setiap kali

melakukan kunjungan untuk memberikan intervensi adalah Nenek N dan keluarga

mengatakan bahwa hipertensi adalah penyakit dengan tekanan darah yang tinggi di

atas 140 mmHg, Nenek N dan keluarga mengatakan penyebab dari hipertensi

adalah makan makanan yang asin, tinggi lemak, stres, kegemukan, Nenek N dan

keluarga mengatakan tanda dan gejala hipertensi adalah nyeri tengkuk, pusing sakit

kepala, kuping berdenging, sulit tidur, Nenek N dan keluarga mengatakan akibat

dari hipertensi adalah serangan jantung, stroke, kematian, Nenek N dan keluarga

mengatakan ingin mengatur makanannya menjadi makanan rendah lemak dan

tinggi serat serta mengurangi konsumsi makanan asin serta mengambil keputusan

untuk merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi.

Evaluasi pada kunjungan berikutnya Nenek N dan keluarga mengatakan

pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan mengurangi makan yang berlemak

dan asin-asin, tidak merokok, kurangi stres, olahraga, banyak makan buah dan

sayur. Selain itu, Nenek N dapat mempraktikkan dengan baik tindakan keperawatan

tarik nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyaman akibat

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

35

Universitas Indonesia

munculnya tanda dan gejala. Untuk intervensi terfokus, Nenek N dan keluarga

mengatakan makan yang boleh dimakan adalah buah dan sayuran, nasi, kentang,

tempe, tahu, yang garamnya tidak ada, Nenek N dan keluarga mengatakan makanan

yang harus dibatasi adalah penggunaan garam, telur/daging 1 kali sehari, Nenek N

dan keluarga mengatakan makanan yang harus dihindari adalah jeroan, makanan

pengawet, ikan asin, mie instan, telur asin, keripik atau kerupuk asin. Pada saat

observasi Nenek N mampu menyusun menu selama seminggu dibantu dengan

perawat dan selama sisa kunjungan Nenek N mampu menerapkan menu yang telah

disusun.

Evaluasi SOAP TUK keempat dan kelima Nenek N dan Keluarga mengatakan

bahwa lingkungan yang baik untuk penderita Hipertensi adalah lingkungan yang

tenang, tidak bising dan bebas asap rokok, Nenek N dan keluarga mengatakan

pelayanan kesehatan terdekat ada posbindu dan puskesmas, Nenek N dan keluarga

mengatakan manfaat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan dan

mengobati ketika sakit. Keluarga dan Nenek N bersikap kooperatif dan saling

mendukung untuk setiap pemberian implementasi yang diberikan. Keluarga

mampu terlibat aktif selama proses diskusi dan setelah dilakukan evaluasi sumatif,

keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan

akibat.

Keluarga dan Nenek N juga mampu menyebutkan pencegahan hipertensi serta

melakukan perawatan sederhana teknik nafas dalam dan kompres hangat dan

melakukan penyusunan menu diet Hipertensi DASH dan menerapkannya. Hasil

pengukuran selama tiga minggu intervensi yang diberikan terkait diet DASH

didapatkan penurunan tekanan darah sebesar 20 mmHg pada sistolik dan 10 mmHg

pada diatolik dengan tekanan darah sebelumnya 180/90 mmHg dan pengukuran

terakhir sebesar 160/80 mmHg. Pada beberapa kali kunjungan terlihat keluarga

telah membuat menu sesuai dengan hasil penyusunan menu yang telah disusun

sebelumnya dengan membuat pepes ikan lengkap dengan sayur tumis taoge dan

tersedianya buah pisang di meja makan.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

36

Universitas Indonesia

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga dilakukan pada akhir pertemuan dengan

merujuk pada tugas kesehatan keluarga yang telah dilakukan selama kunjungan

keluarga sebanyak 5x45 menit pertemuan didapatkan hasil tingkat kemandirian

keluarga berada pada tingkat kemandirian IV. Hal ini ditunjukkan dari keluarga

mau menerima mahasiswa sebagai petugas perawatan kesehatan masyarakat,

keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan masalah

yang ada dan rencana keperawatan yang telah disusun, keluarga tahu dan

mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, melaksanakan tindakan

pencegahan secara aktif, dan mau bersikap promotif dengan memberitahukan

tetangga sekitar mengenai informasi yang didapat selama dilakukan kunjungan.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

37 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab ini memaparkan mengenai analisis hasil asuhan keperawatan keluarga yang

telah dilakukan peneliti kepada keluarga kelolaan utama. Bab ini tersusun atas

profil lahan praktisi, dilanjutkan dengan analisis masalah keperawatan keluarga

dengan kaitannya terhadap konsep dan penelitian terkait keperawatan kesehatan

masyarakat perkotaan, serta analisis intervensi terfokus penyusunan menu diet

DASH sebagai intervensi utama dengan konsep dan penelitian terkait.

4.1 Profil Lahan Praktik

Lahan praktik yang digunakan dalam praktik keperawatan PKKMP komunitas

berada di Kecamatan Tapos, Kelurahan Sukatani Depok. Kecamatan Tapos

memiliki tujuh kelurahan diantaranya adalah Kelurahan Cilangkap, Kelurahan

Cimpaeun, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukamaju

Baru, Kelurahan Tapos, dan Kelurahan Sukatani. Kelurahan Sukatani sebagai

kelurahan yang digunakan untuk lahan praktik memiliki luas kurang lebih 508 Ha

dengan pembagian RT dan RW sebanyak 184 rukun tetangga dan 26 rukun warga.

Jumlah penduduk berdasarkan tahun 2012 sebanyak 57.941 jiwa dengan kelurahan

terpadat ketiga berdasarkan perbandingan luas dan jumlah penduduk yaitu sebesar

12.215 jiwa/km2 (BAPPEDA Depok, 2012). Kelurahan Sukatani memiliki satu

puskesmas dengan 26 posyandu, satu pos KB dan satu balai pengobatan. Jumlah

tenaga kesehatan sendiri kelurahan Sukatani memiliki 3 dokter umum, 3 dokter

gigi, dan 4 orang perawat. Kelurahan Sukatani memiliki angka kematian pada tahun

2012 sebesar 114 jiwa dan angka kelahiran sebesar 198 jiwa. Berdasarkan tingkat

pendidikan sebanyak 7409 jiwa belum sekolah, 6310 jiwa tidak tamat SD/sederajat,

5176 jiwa tamat SD, 8161 jiwa tamat SLTP, 21437 jiwa tamat SLTA, 3469 tamat

akademi, dan 6495 jiwa tamat universitas.

Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW) dengan RW 01, 02, 03, 06, 22,

24 menjadi RW yang dikelola oleh mahasiswa PKKMP Komunitas. RW 22

menjadi salah satu RW yang terpilih untuk dikelola. RW 22 merupakan salah satu

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

38

Universitas Indonesia

RW terluas yang di wilayah Kelurahan Sukatani Depok. RW 22 memiliki 11 rukun

tetangga (RT) yang terdiri dari RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, dan RT 12

yang merupakan RT yang baru berdiri dari pemekaran RT 08. Jumlah lansia yang

ada di RW 22 adalah sebanyak 33 orang. Mayoritas penduduk di RW 22 adalah

beragama Islam dan berasal dari suku Jawa dan Betawi.

Wilayah RW 22 terbelah menjadi dua yaitu Sebelah kanan dan sebelah kiri jalan

utama yang melalui Kelurahan Sukatani yaitu Jalan Pekapuran. Keadaan

pemukiman di wilayah RW 22 lumayan padat karena terdapat perkampungan dan

perumahan. Wilayah perkampungan memiliki mayoritas rumah yang bersifat

permanen baik kepemilikan pribadi maupun yang disewakan atau dikontrakkan.

Jenis kontrakan yang biasanya banyak di wilayah RW 22 adalah kontrakan dengan

satu pintu dengan kamar mandi yang bersama-sama atau masing-masing kontrakan

memilikinya. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain cukup rapat kurang

lebih sekitar 50 cm antar satu rumah dengan rumah yang lain. RW 22 tidak memiliki

tempat pembuangan sampah sendiri sehingga pengelolaan sampah biasanya

dilakukan oleh tukang sampah keliling. Letak rumah yang lumayan berdekatan

menyebabkan sirkulasi udara dan pencahayaan matahari kurang pada beberapa

rumah.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 22 adalah praktik bidan, praktik

dokter umum, apotek dan laboratorium, serta posyandu dan posbindu. Pelaksanaan

posyandu dan posbindu dilakukan secara bersamaan yaitu secara rutin dilaksanakan

pada tanggal 22 setiap bulannya. RW 22 memiliki satu posyandu dan satu posbindu

yang berada pada satu tempat pelaksanaan yang sama yaitu di posyandu mawar.

Pelaksanaan posbindu yang belum maksimal serta jarak tempat yang lumayan jauh

menyebabkan kehadiran lansia hanya sekitar 4-5 lansia per bulannya.

Khusus untuk lansia telah disediakan posbindu dengan tiga orang kader secara

khusus mengurus posbindu ini. Kegiatan posbindu RW 22 dalam melakukan

aktivitasnya melakukan fungsi lima meja yang sama dengan posyandu akan tetapi

karena kekurangan kader sehingga pelaksanaan meja keempat dan kelima tidak bisa

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

39

Universitas Indonesia

dilakukan hanya sebatas pendaftaran pencatatan dan pengukuran berat badan serta

tekanan darah.

Kegiatan rutin yang biasanya dilaksanakan di posbindu adalah pengukuran tekanan

darah dan penimbangan lansia walaupun lansia yang datang sangat sedikit karena

sebagian besar yang datang merupakan warga yang pra lansia. Fungsi pengontrolan

tekanan darah yang dilakukan kepada lansia sudah baik karena kader telah memiliki

alat pengukur tekanan darah digital sehingga tingkat akurasi lebih baik

dibandingkan manual. Fungsi posbindu yang dianggap masih kurang adalah fungsi

promosi kesehatan yaitu kurangnya posbindu memberikan informasi mengenai diet

yang dapat dilakukan lansia dalam meningkatkan status kesehatannya. Fungsi

posbindu yang kurang ini menyebabkan sebagian besar tingkat pengetahuan lansia

kurang baik mengenai diet lansia.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait

KKMP

Pertumbuhan perkotaan dipengaruhi oleh proses perpindahan penduduk ke

perkotaan yang disebut dengan urbanisasi (Godfrey &Julien, 2005). Urbanisasi

pada perkotaan dengan karakteristiknya mengarah kepada terjadinya perubahan

pada ukuran, kepadatan, dan heterogenitas pada sebuah kota (Vlahov & Galea,

2002). Bradshaw dan Steyn (2001) menyatakan perkotaan yang telah mengalami

urbanisasi yang pesat mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan makanan dan

kebutuhan pekerjaan yang akhirnya mempengaruhi pada status sosial dan ekonomi

masyarakatnya. Kebutuhan yang semakin tinggi berbanding terbalik dengan

pendapatan dapat menyebabkan terjadinya penurunan status sosial ekonomis yang

akhirnya mempengaruhi akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas dan

pada akhirnya memberikan efek kesehatan yang semakin buruk.

Akses kesehatan yang kurang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian

penyakit non-communicable disease seperti Hipertensi. Status ekonomis sangat

mempengaruhi kemampuan personal baik di semua tahapan usia untuk

mempertahankan kemampuan kesehatan mereka. Hipertensi sebagai salah satu

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

40

Universitas Indonesia

penyakit non-communicable disease menjadi masalah yang sering muncul di

masyarakat perkotaan. Penelitian yang dilakukan oleh Odeniran dan Samali (2013)

menunjukkan bahwa status sosial ekonomi menjadi salah satu penghalang untuk

mengontrol hipertensi seperti kemampuan finansial yang tidak adekuat, kurangnya

pengetahuan, kemiskinan, pengangguran dan gaya hidup.

Gaya hidup kurang gerak sebagai salah satu hal yang banyak terjadi di perkotaan

menjadikan Hipertensi sebagai masalah yang sering terjadi di perkotaan. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parikh, Chaksi, dan Bala (2011)

menunjukkan bahwa gaya hidup yang kurang aktivitas dapat menunjukkan

peningkatan prevalensi kejadian Hipertensi di perkotaan sebesar 95,6 % dan tidak

ada perbedaan yang bermakna antara kalangan yang mampu dengan yang kurang

mampu. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa faktor kontekstual dan perilaku

yang berhubungan dengan lingkungan perkotaan diantaranya adalah gaya hidup

kurang gerak dan pola diet menjadi salah satu alasan meningkatnya angka kejadian

hipertensi (Van Ed Vijver, Oti, Agyemang, Gomez, & Kyobutungi, 2012).

WHO (2013) dalam kegiatan World Health Day mempublikasikan hasil penelitian

mereka mengenai peningkatan Hipertensi yang dipengaruhi oleh pertumbuhan

populasi penduduk, penuaan, dan faktor-faktor perilaku berisiko seperti diet yang

tidak sehat, penggunaan alkohol yang merusak, kurangnya aktivitas fisik, berat

badan yang berlebih dan paparan terhadap stres yang persisten. Masalah Hipertensi

yang muncul pada lansia tidak berbeda jauh faktor risikonya dengan tahapan usia

lain. Diet yang tidak sehat seperti tinggi lemak dan rendah serat dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan darah.

Masalah hipertensi di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi.

Penanganan yang tidak sungguh dan terkesan lambat akan menyebabkan

permasalahan yang lebih kompleks muncul karena sifat dari hipertensi itu sendiri

yang menjadi faktor risiko dari penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit

kardiovaskular lainnya. Pentingnya untuk meningkatkan motivasi lansia untuk

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

41

Universitas Indonesia

terus melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin dan dukungan keluarga

dalam mengingatkan maupun memotivasi lansia sangat penting.

Masalah hipertensi yang muncul di RW 22 terjadi sebagian besar disebabkan oleh

perilaku tidak sehat seperti kurang termotivasi melakukan olahraga dan gaya hidup

tidak sehat dengan tidak adanya pengaturan makanan seperti tingginya konsumsi

kopi dan makanan-makanan berlemak maupun yang asin-asin. Selain itu, faktor

sosial ekonomi seperti kemiskinan menyebabkan keluarga dengan lansia kurang

termotivasi untuk membawa anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan sehingga

proses kontrol atau pemantauan secara rutin tidak bisa dilakukan oleh pelayanan

kesehatan maupun dari tingkat keluarga sendiri karena kurangnya kesadaran

anggota keluarga untuk meningkatkan tingkat kesehatan anggota keluarganya.

Peran perawat komunitas sebagi edukator harus mampu meningkatkan pengetahuan

warga masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mereka dalam

mengatur diet harian, aktivitas olahraga dan pengetahuan anggota keluarga agar

terjadi peningkatan kesadaran dalam menjaga taraf kesehatan anggota keluarganya

(Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Perawat komunitas

menggunakan asuhan keperawatan keluarga untuk memanfaatkan peranan keluarga

dalam mengatasi masalah perkotaan seperti hipertensi. Pelaksanaan asuhan

keperawatan keluarga bertujuan untuk mengubah perilaku keluarga terutama gaya

hidup keluarga sehingga gaya hidup yang tidak sehat dapat berubah menjadi gaya

hidup tidak sehat (Pestana, 2002).

4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Diet Hipertensi DASH (Dietary

Approaches to Stop Hypertension) sebagai Intervensi Terfokus dengan Konsep

dan Penelitian Terkait

Lansia dengan semakin bertambahnya usia menjadikan semakin tingginya

kemungkinan kejadian hipertensi karena proses fisiologis normal tubuh. Tugas

seorang lansia untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya hipertensi

sangatlah penting. Banyak tindakan yang bisa dilakukan lansia dalam mengatur

tekanan darahnya sehingga akibat lebih jauh dapat dihindari. Salah satu intervensi

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

42

Universitas Indonesia

yang bisa dilakukan adalah melakukan rencana diet hipertensi DASH (Dietary

Aprroaches to Stop Hypertension) (NIH & NHLBI, 2006).

Pengaturan diet ini berfokus pada pengaturan makanan rendah lemak dan tinggi

serat serta didukung dengan pembatasan garam akan memberikan hasil yang lebih

baik dalam penurunan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan

diet makanan sangat penting untuk mengatur tekanan darah dan menguranginya

seperti penelitian yang dilakukan Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi dan

Azizi (2005) dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengurangan tekanan

darah sekitar 11-12 mmHg untuk sistolik dan 6-7 mmHg untuk diastolik dengan

mengatur pola makan. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan NIH dan NHLBI

(2006) juga menambahkan bahwa pengaturan pola makan dengan pembatasan

garam akan memberikan hasil penurunan tekanan darah dibandingkan dengan

mereka yang hanya pengaturan pola makan.

Pengaturan pola makan yang lebih spesifik akan memberikan hasil penurunan

tekanan darah tinggi yang baik seperti pada penyusunan menu diet DASH.

Penelitian yang dilakukan WHO dan ISH (2003) menunjukkan hasil terjadinya

penurunan tekanan darah dengan melakukan variasi pada modifikasi gaya hidup

seperti penurunan berat badan, aktivitas fisik, pengaturan pemasukan alkohol, diet

dengan peningkatan konsumsi buah dan sayur dan pengurangan lemak jenuh,

pembatasan konsumsi atrium dan peningkatan konsumsi kalium dapat menurunkan

tekanan darah lebih dari 10 mmHg dan hasil itu bervariasi tergantung pada ketaatan

klien dalam menjalankan program.

Asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu tujuan khususnya yaitu

meningkatkan pengetahuan atau informasi keluarga sehingga keluarga bisa

mengenal masalah hipertensi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga

mengenai masalah hipertensi. Survei yang dilakukan oleh The National Council on

Aging (2000) menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki risiko tinggi

hipertensi tidak menyadari mengenai penyebab, faktor risiko, dan penanganannya.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

43

Universitas Indonesia

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya lansia mengenal hipertensi untuk

menurunkan faktor risiko yang mungkin akan muncul.

Faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi pada lansia diantaranya

adalah makanan dengan tinggi lemak dan kolesterol. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh National Academy on An Aging Society (2000) yang

menunjukkan hasil bahwa faktor risiko yang paling muncul terjadinya hipertensi

diantaranya adalah merokok, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, penggunaan

alkohol yang berlebih. Pengaturan menu diet hipertensi DASH menjadi intervensi

terfokus yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga

terkait pola makan sehari-hari yang berfokus pada makanan rendah lemak dan

tinggi serat serta penambahan jumlah konsumsi buah dan sayur. Intervensi

keperawatan pada keluarga kelolaan dilakukan kurang lebih selama 5 minggu

dimulai dari tahap pengkajian hingga evaluasi. Hasil dari intervensi yang diberikan

menunjukkan penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Intervensi

DASH di evaluasi dalam rentang waktu tiga minggu dengan didapatkan hasil

penurunan pada sistolik sebesar 20 mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg.

Intervensi DASH ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi

kolesterol dan lemak jenuh dan berfokus pada peningkatan konsumsi makanan yang

kaya akan zat gizi yang diharapkan dapat menurunkan tekanan darah yang sebagian

besar mengandung mineral seperti kalium, kalsium, dan magnesium dan hasil

penelitian yang didapatkan menggunakan DASH memberikan efek penurunan

tekanan darah paling baik dan penurunan terjadi cukup cepat yaitu dalam kurun

waktu dua minggu setelah DASH dilaksanakan (NIH & NHLBI, 2006). Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa penurunan tekanan

darah yang ditunjukkan sudah baik dan dapat terjadi dalam kurun waktu tiga

minggu intervensi.

Intervensi DASH dimaksudkan agar keluarga dapat memulai mengatur pola diet

makan Nenek N dan pola makan keluarga yang lebih baik. Pemilihan intervensi ini

dilakukan karena pola makan Nenek N yang kurang baik serta kebiasaan Nenek N

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

44

Universitas Indonesia

yang senang mengonsumsi makanan tinggi lemak. Dengan dimulainya intervensi

DASH, Nenek N diharapkan mulai dapat merasakan variasi makan yang berbeda

sesuai dengan kemampuan finansial yang dimilik oleh Nenek N. Intervensi DASH

ini tidak hanya baik untuk penderita Hipertensi melainkan bermanfaat juga untuk

semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa yang tidak mengalami hipertensi

(Moore, 2005 & Premiere, 2003 dalam National Dairy Council, 2010). Pengaturan

diet DASH akan memberikan hasil yang lebih baik apabila di dukung dengan

pembatasan garam serta peningkatan pengetahuan keluarga untuk memunculkan

kesadaran pentingnya melakukan pencegahan naiknya tekanan darah atau

menurunkan rekanan darah apabila tekanan darah yang dimiliki terdiagnosa tinggi

(U.S. Department of Health and Human Services, 2003).

Proses pelaksanaan implementasi yang telah dilakukan menemukan beberapa

hambatan seperti ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi standar menu diet

DASH karena status sosial ekonomi keluarga yang terbilang kurang mampu dalam

memenuhi beberapa menu seperti produk harian susu rendah atau bebas lemak.

Selain itu, implementasi lain dalam mengurangi faktor risiko pada lansia dengan

hipertensi seperti aktivitas fisik yaitu olahraga belum dapat dilakukan secara

psikomotor oleh keluarga. Implementasi lain dalam pencegahan dilakukan hanya

dengan pengenalan pencegahan, tetapi belum dilakukan praktiknya. Implementasi

diet DASH ini akan memberikan hasil yang berkelanjutan apabila didukung oleh

masyarakat terutama kader melalui program posbindu. Akan tetapi, program

posbindu di wilayah praktisi belum dapat melaksanakan fungsinya secara

maksimal.

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan

Intervensi yang dilakukan dalam penurunan tekanan darah tidak hanya berfokus

pada pengaturan diet saja. Asuhan keperawatan keluarga yang telah dijelaskan

kepada klien untuk mengatasi masalah tidak hanya berfokus pada pengaturan diet

DASH. Penjelasan pencegahan Hipertensi pada tujuan khusus ketiga tugas

kesehatan keluarga berfungsi sebagai intervensi-intervensi lain yang bisa dilakukan

oleh keluar dan Nenek N dalam menurunkan Hipertensi seperti olahraga dalam

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

45

Universitas Indonesia

rangka peningkatan aktivitas fisik, manajemen stres, pengurangan konsumsi

alkohol dan kopi, tidak merokok dan penurunan berat badan.

Pengaturan menu yang telah disusun bersama keluarga telah dibuat sesuai dengan

kemampuan keluarga dalam memenuhi menu hariannya. Penggunaan produk yang

tidak dapat diperoleh oleh keluarga dapat diganti dengan jenis makanan yang tinggi

protein seperti tempe atau tahu. Sherlock-Lloyd, Beard, Minicuci, Ebrahim, dan

Chatterji (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengaturan diet harus bisa

didukung dengan aktivitas fisik. Selain itu, harus ada kebijakan yang mampu

mengatur pembatasan garam pada industri makanan. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan sangat penting

untuk membantu dalam mengatasi hipertensi selain dari kesadaran individu dalam

usahanya menurunkan tekanan darahnya.

Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan telah menyusun kebijakan

yang dapat membantu dalam meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dan

individu dengan salah satunya melalui perkesmas. Perkesmas merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara

menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal

sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan dan KM, 2014).

Pemberian asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

dapat dilakukan dengan menggunakan program perkesmas. Program promotif dan

preventif sangat berperan penting dalam pengurangan angka kejadian masalah

kesehatan yang terjadi seperti hipertensi. Intervensi yang diberikan melalui

perkesmas akan mendapatkan evaluasi hingga ke tingkat kemandirian keluarga.

Tingkat kemandirian keluarga dapat terlihat dari respons perilaku yang diberikan

keluarga terhadap intervensi keperawatan yang diberikan. Tingkat kemandirian

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

46

Universitas Indonesia

tertinggi terlihat dari keluarga melaksanakan tindakan pencegahan dan promotif

secara aktif. Program perkesmas ini diharapkan mampu memotivasi keluarga untuk

mampu mempertahankan dan meningkatkan tingkat kemandirian keluarga serta

diharapkan dengan adanya program ini, status kesehatan individu maupun keluarga

dapat meningkat. Selain itu, pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagai salah satu

bentuk aspek pencegahan penting dilakukan untuk mengontrol tekanan darah secara

rutin.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

47 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

dilakukan. Bab ini tersusun atas simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan

dengan menjawab pertanyaan penelitian serta saran dengan melihat implementasi

terfokus DASH pada puskesmas/perawat komunitas, keluarga, dan

masyarakat/kader.

5.1 Simpulan

Masalah kesehatan yang muncul di perkotaan merupakan masalah yang penting

untuk diselesaikan. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

perkotaan serta faktor dari urbanisasi sendiri menyebabkan munculnya dampak

pada sektor-sektor penting perkotaan seperti ekonomi yang memunculkan dampak

seperti kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan. Peningkatan masalah seperti

kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan akan mempengaruhi tingkat kesehatan

masyarakat yang menjadi bagian dari perkotaan.

Dampak tersebut bisa menjadi pemicu dari munculnya masalah kesehatan seperti

hipertensi. Kemiskinan menjadikan masyarakat perkotaan memiliki akses yang

buruk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan ketidakmampuan untuk

memenuhi standar gizi yang baik dalam pencegahan hipertensi. Pengangguran

menyebabkan tingginya angka hipertensi akibat stres yang didapatkan dari tuntutan

kehidupan sehari-hari yang harus dipenuhi baik untuk individu maupun keluarga.

Masalah utama yang didapatkan pada pengkajian yang telah dilakukan oleh

mahasiswa menunjukkan hipertensi sebagai masalah utama yang terjadi pada

mayoritas lansia di RW 22.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga didapatkan hasil bahwa pola makan

yang kurang baik menjadi penyebab masalah hipertensi muncul pada Nenek N dan

diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian tersebut adalah

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi. Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi yang menjadi masalah utama diberikan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

48

Universitas Indonesia

intervensi dengan pengaturan menu diet DASH yang diberikan kepada Nenek N

dalam mengatasi masalah Hipertensi didapatkan hasil sesuai dengan yang

diharapkan dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu terjadinya

penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebesar 20 mmHg pada

sistolik dan 10 mmHg pada diastolik. Implementasi yang dilakukan terkait diagnosa

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan rencana intervensi yang

telah disusun sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah,

mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga, melakukan perawatan

sederhana, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mengatasi masalah yang muncul.

5.2 Saran

5.2.1 Pendidikan Keperawatan

Intervensi DASH diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu intervensi

keperawatan dalam pengembangan kurikulum keperawatan yang dapat digunakan

dalam mengontrol hipertensi baik pada lansia maupun pada rentang usia lainnya.

5.2.2 Puskesmas/Perawat komunitas

Perawat yang bekerja di puskesmas diharapkan dapat melakukan asuhan

keperawatan dengan intervensi DASH dalam mengontrol hipertensi. Puskesmas

dapat menggunakan intervensi DASH sebagai salah satu intervensi yang digunakan

dalam pengembangan program preventif dan promotif seperti perkesmas maupun

promosi kesehatan dalam mengontrol hipertensi. Pelaksanaan program perkesmas

dapat dilakukan dalam bentuk asuhan keperawatan baik individu, keluarga,

kelompok, maupun masyarakat. Selain itu, penggunaan media promosi kesehatan

yang tepat sesuai dengan agregat akan sangat membantu dalam meningkatkan

pemahaman klien mengenai masalah hipertensi yang muncul. Penggunaan media

promosi kesehatan yang tepat dalam penyusunan menu diet DASH untuk agregat

lansia adalah media promosi kesehatan yang lebih banyak menggunakan gambar

dibandingkan dengan tulisan sehingga penjelasan mengani masalah hipertensi

dengan intervensi DASH akan optimal.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

49

Universitas Indonesia

5.2.3 Keluarga

Pengetahuan keluarga mengenai hipertensi perlu ditingkatkan sehingga akses

informasi yang mudah perlu diberikan untuk keluarga dalam usahanya memenuhi

tugas kesehatan keluarga. Keluarga dapat menggunakan sumber informasi

langsung dari petugas kesehatan ataupun melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang

berada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, akses informasi dapat

diperoleh melalui media cetak maupun elektronik sesuai dengan kemampuan

keluarga dalam mendapatkan sumber informasi tersebut.

Peran keluarga dalam upayanya untuk meningkatkan kesehatan individu dalam

keluarga sangat penting. Tanpa adanya dukungan dan motivasi dari anggota

keluarga lainnya sulit bagi anggota keluarga yang mengalami masalah hipertensi

untuk dapat mengatasi masalahnya. Selain itu, intervensi diet DASH yang telah

diberikan dapat dilanjutkan oleh keluarga sebagai menu diet sehat sehari-hari dalam

meningkatkan status kesehatan dan mengatasi hipertensi, walaupun proses

penelitian telah selesai dilaksanakan.

5.2.4 Masyarakat/Kader

Peran kader sebagai perpanjangan tangan dari perawat kesehatan masyarakat sangat

penting. Tanpa adanya kader, perawat pelaksana perawatan kesehatan masyarakat

akan mengalami kesulitan dalam memandirikan masyarakat yang menjadi daerah

binaannya sehingga penting bagi kader untuk selalu diberikan penyegaran dan

pembinaan mengenai permasalahan kesehatan yang sering muncul di masyarakat

terutama hipertensi. Kader diharapkan dapat menerapkan fungsi lima meja

posbindu dan mampu bertugas sesuai dengan perannya tersebut dalam usahanya

untuk meningkatkan taraf kesehatan lansia pada daerah yang dibina. Kader dapat

mengawasi keberlangsungan intervensi keperawatan DASH yang telah dilakukan

dengan melakukan kunjungan ulang yang terjadwal maupun tidak terjadwal untuk

memastikan bahwa intervensi DASH yang telah dilaksanakan dapat terus

terlaksana.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

50

Universitas Indonesia

5.2.5 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penunjang untuk

penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu pemicu atau ide lain dalam melaksanakan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan pengontrolan hipertensi maupun penggunaan DASH sebagai

sebuah intervensi keperawatan.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

51 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adebisi, O.O., & Samali, A. (2013). Poverty and hypertension in nigerian adults:

A barrier to Ita Control and treatment. A review. Unique Research Journal

of Medicine and Medical Science Vol. 1, No. 13, Pp. 014-020

Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: Concept and practice.

(5th ed). Philadelphia : Lippincott.

Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community & public health

nursing: Promoting the public’s health. 8th Ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins

Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2007). Community as partner: Theory and

practice in nursing. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Azadbakht, L., Mirmiran, P., Esmaillzadeh, A., Azizi, T., & Azizi, F. (2005).

Beneficial effects of dietary approaches to stop hypertension eating plan

on features of the metabolik syndrome. Diabetic Care, Vol. 28, pp 2823-

2831

Blakely, T., Hales, S., & Woodward, A. (2004). Poverty: Assesing the

distribution of health risks by socioeconomic position at national and local

level. Geneva: WHO

BAPPEDA & BPS KOTA DEPOK. 2012. Kecamatan dalam angka. Depok:

BPS Kota Depok

Bolton, C. (2005). Nursing Management of hypertension. Canada: Heart and

Stroke Foundation

Bradshaw, D. & Steyn, K. (2001). Poverty and chronic disease: Technical

report. Geneva: WHO

Culo, S. (2011). Risk assesment and intervention for vulnerable folder adults.

BC Medical Journal Vol. 53, No. 8, pp 421-425

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM. Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pengorganisasian dan manajemen

perkesmas di Puskesmas. Jakarta

Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1985). Marriage and family Development. 6th Ed.

New York: Harper & Row

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E. (2003). Family nursing: Research,

theory, and practice. 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

52

Universitas Indonesia

Godfrey, R., & Julien, M. (2005). Urbanisation and health. Clinical Medicine

Vol. 5, No. 2, pp 137-141

Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:

Caring in action. New York: Delmar Publishers.

Kaakinen, J.R., Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S.M.H. (2010).

Family health Care nursing: theory, peactice, and Research. 4th Ed.

Philadelphia: F.A. Davis Company

KEMENKES RI. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Bakti Husada.

KEMENKES RI. (2012). Buku pintar kader: Penyelenggaraan posbindu ptm.

Jakarta: Bakti Husada

Lloyd-Sherlock, P., Beard, J. Minicuci, N., Ebrahim, S., & Chatterji, S. (2014).

Hypertension among older adults in low and middle-income Countries:

Prevalence, awareness and control. International Journal of

Epidemiology, pp 1-13

Maglaya, A. S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).

Philippine: Argonauta Corporation.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan menteri kesehatan

Republik Indonesia nomor 279/MENKES/SK/IV/2006 tentang pedoman

penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat di

Puskesmas. Jakarta

Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in folder adults. 6th Ed. Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins

Manimunda, S.P., Sugunan, A.P., Benegal,V., Balakhrisna, N., Rao, M.V., &

Pesala, K.S. (2011). Association of hypertension with risk factors &

hypertension related behaviour among the aboriginal nicobarese tribe

living in car nicobar Island, India. India J Med Vol. 133, pp 287-293

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC

National Dairy Council. (2010). The role of dairy and dairy nutrients in

promoting the benefits of DASH. USA: National Dairy Council

NHI & NHLBI. (2006). Your guide to lowering your blood pressure with DASH:

DASH eating plan blower your blood pressure. Bethesda: NHLBI Health

Center

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

53

Universitas Indonesia

Parikh, S., Choksi, J., & Bala, D.V. (2011). The study of epidemiologi &

determinents of hypertension in urban health training centre (UHTC).

Gujarat Medical Journal, 66, No. 1, Pp. 22-27

Pennington Biomedical Research Center. (2004). The DASH diet eating plan.

Lousiana: Pennington Nutrition Research

Pestana, M. (2002). Hypertension in the elderly. International Urology and

Nephrology Vol. 33, pp 563-569

Rowland, D. & Lyons, B. (1996). Medicare, medicaid, and the elderly opor.

Health Care Financing Review Vol. 18, No. 2, Pp 61-85

Stanhope & Lancaster. (2004). Community health nursing. (6th ed). St Louis

United: Mosby Inc.

The National Council in Aging. (2000). What older american know about high

blood pressure. Washington: NAAAS

U.S. Department of Health & Human Services. (2003). Facts about the DASH

eating plan. Bethesda: NHLBI Health Center

Van de Vijver, S.J.M., Oti, S.O., Agyemang, C., Gomez, G.B., &Kyobutungi, C.

(2013). Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension

among solum dwellers in nairobi, Kenya. Journal of Hypertension Vol. 33i,

pp 01-07

Vlahov, D. & Galea, S. (2002). Urbanization, urbanicity, and health. Journal of

Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine Vol. 79, No.4,

Pp 1-11

WHO. 2010. Why urban health matters. Geneva: WHO

WHO. 2013. Global action plan: For the prevention and control of

noncommunicable diseases. Geneva: WHO

WHO & ISH. (2003). 2003 World health organization (WHO)/International

society of Hypertension (ISH) statement on Management of hypertension.

Journal of Hypertension 2003. doi: 10.1097/01.hjh.0000064751.37215.d2

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

LAMPIRAN

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

PENGKAJIAN KELUARGA

I. DATA UMUM

1. Nama Keluarga (KK) : Kakek J (70 tahun)

2. Alamat dan Telpon : No 21 RT.09/22 Sukatani, Tapos, Depok

3. Komposisi Keluarga :

No Nama Gender Hub dgn KK Usia Pendidikan

1.

2.

3.

4.

5.

Nenek N

Ibu. A

Bp. B

An. R

An. H

Perempuan

Perempuan

Laki-laki

Laki-laki

Laki-laki

Istri

Anak

Menantu

Cucu

Cucu

63 tahun

33 tahun

35 tahun

10 tahun

6 tahun

SMP

SMA

SMA

SD

-

Genogram

Keterangan

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Entry Point

Tinggal Serumah

70

T

H

Nenek N 60 Th

B A

H R

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

4. Tipe Keluarga

Tipe keluarga dalam rumah Kakek J merupakan keluarga besar (extended

family) yang terdiri dari keluarga inti (ayah dan ibu, 1 orang anak

perempuan) serta 1 orang menantu dan 2 orang cucu laki-laki.

5. Suku

Keluarga Kakek J bersuku Betawi, bahasa yang digunakan sehari-hari

dalam keluarga adalah Bahasa Indonesia. Dalam keluarga tidak ada

pantangan apapun yang berkaitan dengan makanan, keluarga selalu

menyajikan makanan yang mampu dibeli keluarga setiap harinya sehingga

tidak memperhatikan kandungan nutrisi yang harus dipenuhi oleh keluarga

secara harian. Keluarga terkadang membeli ikan asin walaupun hanya

sekali-sekali. Keluarga Kakek J tidak memiliki kebiasaan diit yang

cenderung terhadap budaya tertentu ataupun memiliki kebiasaan

menggunakan pakaian adat tertentu. Dirumah juga tidak ada dekorasi

tertentu yang cenderung dengan budaya tertentu. Hubungan dengan sesama

suku biasa saja, rukun dengan suku yang lain juga.

6. Agama

Keluarga Kakek J dan Nenek N beragama Islam, sebagai pemeluk agama

Islam keluarga tidak memakan jenis makanan tertentu yang diharamkan

oleh agama seperti daging babi, alkohol, dan sebagainya. Kakek J

mengatakan telah naik haji berama Nenek N. Selain itu, ia telah rutin

beribadah solat 5 waktu setiap harinya. Di lingkungan RT 09 terdapat

kegiatan keagamaan pengajian ibu-ibu dan Nenek N secara rutin mengikuti

pengajian tersebut yang biasanya dilakukan rutin seminggu sekali dihari

Rabu. Kakek J dan Nenek N meyakini bahwa agama merupakan hal yang

terpenting dalam hidup. Nenek N juga mengatakan pentingnya ibadah

karena ibadah yang dilakukan merupakan bekal untuk di akhirat kelak.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Perkiraan kelas social dan ekonomi adalah menengah kebawah, Kakek J

bekerja hanya sebagai marbot di masjid dan kadang-kadang pergi berladang,

sedangkan Nenek N membantu kegiatan di rumah sehari-hari sebagai ibu

rumah tangga bersama anak perempuannya. Untuk memenuhi kebutuhan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

sehari-hari, Anak Nenek N yaitu Ibu A bekerja sebagai buruh dan suaminya

bekerja di proyek. Keluarga mengatakan penghasilan yang didapatkan

sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara yang

dilakukan keluarga untuk mengatasi kurangnya penghasilan adalah dengan

pengelolaan uang yang baik, yaitu mengatur pengeluaran seminimal

mungkin dan tidak boros dalam berbelanja. Keluarga juga tidak memiliki

tabungan di bank maupun asuransi.

8. Aktivitas Rekreasi Keluarga:

Nenek N mengatakan keluarga tidak mempunyai jadwal tertentu untuk

berekreasi ataupun keluar rumah. Nenek N mengatakan lebih senang

melakukan kegiatan di teras rumah sambil berbincang-bincang dengan

tetangga sekitar untuk menghibur diri. Tidak ada aktivitas rekreasi rutin

dalam keluarga, kegiatan yang dilakukan oleh Nenek N untuk mengisi

waktu luang diantaranya menonton TV bersama cucunya, mengobrol

dengan tetangga, dan bersih-bersih di sekitar halaman rumah.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

9. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Keluarga usia lanjut, tahapan ini dimulai ketika Kakek J pensiun dan telah

berusia 60 tahun. Kehilangan yang lazim pada tahap perkembangan ini

meliputi:

Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan.

Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.

Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

Melakukan life review.

Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama

keluarga pada tahap ini.

Kakek J dan Nenek N mampu mempertahankan hubungan dengan anak

dan sosial masyarakat dengan adanya interaksi yang baik dalam keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

10. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi

Semua tugas perkembangan keluarga dengan lansia sudah terpenuhi.

Namun beberapa tugas perawatan keluarga belum terpenuhi seperti tidak

tahunya Nenek N mengenai pengaturan menu diet untuk hipertensi.

11. Riwayat keluarga inti

Nenek N dan Kakek J bertemu karena bertetangga, mereka menikah pada

tahun 1960-an. Nenek N mengatakan tidak terlalu mengingat kapan

pastinya mereka menikah. Mereka dikarunia anak pertama setahun setelah

pernikahan. Nenek N sendiri mengatakan bahwa dia belum pernah dirawat

di rumah sakit dan menderita penyakit yang megaharuskan untuk dirawat.

Riwayat penyakit yang pernah diderita biasanya hanya kepala pusing,

pilek, batuk, atau demam. Hal yang sama juga dirasakan oleh kakek J yang

mengatakan bahwa dia tidak pernah menderita penyakit yang

mengharuskan Kakek J dirawat. Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik,

Nenek N mengatakan tidak mengeluhkan apa-apa mengenai kesehatannya,

walaupun terkadang Nenek N merasakan nyeri di tengkuk dan rasa kebas

di tangannya.

12. Riwayat keluarga sebelumnya

Nenek N merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Anak pertama

berjenis kelamin perempuan dan telah meninggal dan tidak diketahui

riwayat penyakitnya. Kedua orang tua Nenek N juga telah lama

meninggal. Nenek N mengatakan bahwa mereka meniggal karena memang

sudah usianya. Tidak diketahui penyebab meninggal maupun riwayat

penyakit yang pernah diderita orang tua Nenek N.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

III. LINGKUNGAN

13. Karakteristik rumah

Rumah Nenek N permanen dan memiliki luas ±60 m2 , merupakan rumah

milik pribadi peninggalan dari orang tua Kakek J. Kondisi rumah cukup

terang, walaupun terdapat beberapa tempat yang kurang pencahayaan

dikarenakan daerah yang dilalui sinar matahari hanya memiliki satu

jendela kecil, sedangkan bagian teras rumah dihalangi oleh rumah

tetangga. Sampah rumah tangga ditampung di dalam kantung plastik dan

tempat sampah kecil dan biasanya diambil oleh petugas kebersihan setiap

hari. Keluarga memakai sumber air tanah (jet pump) untuk pemenuhan

kebutuhan sehari-hari. Keluarga memiliki tempat penampungan air dalam

keadaan tertutup. Kondisi air yang digunakan tidak berasa, tidak berwarna,

dan tidak berbau.

Sistem drainase air baik, ada saluran pembuangan yang lancar dan

halaman tanah untuk menyerap air sehingga tidak ada genangan. Terdapat

selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan tersebut mengalir ke

daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan terbuka serta lancar

alirannya. Septic tank berjarak lebih dari 10 m dari sumber air.

KAMAR

TIDUR

KAMAR

TIDUR

KAMAR TIDUR

KAKEK J &

NENEK N

MEJA MAKAN

RUANG TV

RUANG TAMU

DAPUR

R. CUC

I

KAMAR MANDI

TERAS DEPAN

10 m

6m

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

Keluarga memiliki pengetahuan mengenai lingkungan bersih dan sehat

cukup baik, terlihat dari halaman rumah yang bersih dan selalu disapu

setiap pagi dan terdapat tempat sampah di halaman depan rumah. Keluarga

mengatakan lingkungan yang bersih jauh dari penyakit, sedangkan

lingkungan yang kotor akan dengan mudah terkena penyakit. Kebersihan

rumah adalah tanggung jawab bersama keluarga, dimana semua anggota

keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam

kebersihan rumah. Namun yang lebih sering berperan dalam

membersihkan rumah adalah Nenek N.

14. Karakteristik tetangga

Tetangga Nenek N masih merupakan anak-anak serta kerabat/saudara

jauh. Komunikasi antar tetangga baik, serta posisi rumah nenek N yang

berada di perbatasan antara RT 02 dan RT 09 yang merupakan RT tempat

tinggal nenek N memungkinkan nenek N untuk mendapatkan informasi

kegiatan yang akan berlangsung di RT. Selain tipu, Nenek N merupakan

orang yang cukup dikenal karena pernah mambuka pengajian sendiri.

Nenek N mengatakan selama ini tetangga di lingkungan rumah memiliki

kebiasaan apabila ada salah satu tetangganya yang sakit atau terkena

musibah mereka menjenguk dan apabila ada tetangga yang

menyelenggarakan hajatan mereka saling bantu-membantu. Keluarga

mengatakan masalah kesehatan yang seringkali muncul dalam kehidupan

ditengah masyarakat biasanya disebabkan karena lingkungan yang tidak

dijaga kebersihannya seperti diare, demam berdarah, dan batuk pilek.

15. Mobilitas geografis keluarga

Alat transportasi yang ada di daerah lingkungan Nenek N adalah angkutan

umum dan ojek. Keluarga menggunakan angkutan umum dan sepeda

motor untuk bepergian, namun Nenek N lebih sering berjalan kaki jika

ingin pergi ke rumah temannya dengan alasan jika naik angkot macet dan

mengeluarkan ongkos.

16. Perkumpulan Keluarga

Perkumpulan seluruh keluarga jarang dilakukan walaupun rumah anak-

anak dan rumah nenek N terbilang dekat. Hal ini terjadi karena kesibukan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

dari anak0anak nenek N yang bekerja. Perkumpulan keluarga besar

biasanya terjadi ketika sebagian besar anak nenek N sedang bir seperti

tanggal merah atau hari libur. Akan tetapi, setiap anak nenek N secara rutin

mengunjungi nenek N seminggu sekali walaupun jarang melakukan

kunjungan keluarga bersama.

17. Sistem pendukung keluarga

Tetangga Nenek N yang masih memiliki hubungan saudara dan anak-anak

Nenek N sering membantu keluarga jika ada masalah yang dalam

keluarga. Fasilitas penunjang kesehatan yang dimiliki keluarga masih

kurang, seperti tidak ada dana khusus untuk anggaran pemeliharaaan

kesehatan, tidak tersedia obat P3K keluarga hanya memiliki Jamkesda.

Terdapat kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan lansia yang diadakan

dalam lingkungan RW (posbindu) yang baru aktif kembali, Kakek J dan

Nenek N datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Jika mengalami

keluhan kesehatan yang dirasakan benar-benar menggangu aktivitas,

keluarga jarang mendatangi pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan

lebih sering menggunakan obat-obatan warung dan terkadang ke dokter

praktik.

IV. STRUKTUR KELUARGA

18. Pola Komunikasi Keluarga

Dalam keluarga Nenek N, setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk

berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Komunikasi antara Nenek N

dengan suami dan anak-anaknya dan menantunya berfungsi dengan baik,

Nenek N secara rutin berbicara dengan Kakek J setiap hari

memperbincangkan berbagai macam hal. Komunikasi yang terjalin

dikeluarga Nenek N cukup terbuka, harmonis, dan demokratis. Anggota

keluarga mengkomunikasikan setiap ada masalah dan saling membantu.

Semua anggota keluarga bebas mengutarakan pendapat dan perasaannya

namun tetap pada saat mengambil keputusan Kakek J yang memutuskan.

Kakek J tidak pernah memaksa dan menggunakan emosi dalam

berkomunikasi.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

19. Struktur Kekuatan Keluarga

Pengambil keputusan dipegang oleh Kakek J, namun jika ada suatu

masalah, biasanya terlebih dahulu dilakukan musyawarah untuk akhirnya

diputuskan penyelesaiannya. Seperti beberapa pengambilan keputusan

dilakukan dengan musyawarah dan dibicarakan secara terbuka.

20. Struktur Peran

Nenek N merasa telah memenuhi perannya sebagai istri, nenek dari cucu-

cucunya dan bersama anaknya berperan sebagai ibu rumah tangga. Tidak

ada konflik peran dan Nenek N menerima peran yang dipegangnya saat

ini. Sebagai contoh, Nenek N berperan sebagai Ibu rumah tangga, istri

untuk Kakek J dan Nenek untuk cucu-cucunya. Nenek N selalu

menyiapkan kebutuhan keluarga seperti untuk keperluan makan karena

Nenek N yang memasak. Nenek N melaksanakan peran pemenuhan

kebutuhan rumah tangga seperti membersihkan rumah dan memasak.

Peran sebagai pencari nafkah kini ada pada anak-anaknya yang sudah

bekerja.

21. Nilai dan norma budaya

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan berdasarkan

nilai-nilai agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat. Tidak ada

budaya khusus yang dijalani oleh keluarga hal ini dipengaruhi oleh

keluarga yang telah lama tinggal di daerah perkotaan. Keluarga percaya

bahwa masalah kesehatan dapat diatasi dengan pengobatan medis dan

obat-obatan tradisional. Keluarga Kakek J juga mengatakan tidak ada nilai

dan norma budaya yang bertentangan dengan kesehatan.

V. FUNGSI KELUARGA

22. Fungsi afektif

Keluarga Nenek N sangat perhatian dan saling menjaga perasaan antar

anggota keluarga. Kakek J dan Nenek N berusaha mendidik anaknya agar

selalu menghormati orang tua, membantu sesama, disiplin, tegas, dan

menyayangi sesama anggota keluarga. Apabila ada anggota keluarga lain

yang membutuhkan maka anggota keluarga lain akan membantu sesuai

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

dengan kemampuan. Perasaan menghargai dan menghormati diterapkan

pada semua anggota keluarga.

23. Fungsi sosialisasi

Secara umum, sosialisasi keluarga Nenek N cukup baik, ditandai dengan

mengikuti pengajian serta bersosialisasi dengan beberapa tetangga. Selain

kegiatan sosialisasi, Nenek N lebih banyak melakukan kegiatan di rumah.

24. Fungsi perawatan keluarga

Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Keluarga kurang mampu mengenali masalah kesehatan, tetapi mampu

merasakan ada masalah. Nenek N tidak mengetahui bahwa memiliki

hipertensi dengan tekanan darah diatas 160 mmHg, tetapi Nenek N

kadang-kadang merasakan tubuhnya tidak enak seperti rasa berat di

tengkuknya dan kesemutan di pergelangan tangannya. Selain itu, nenek

N kurang mengetahui mengenai asam urat seperti apa.

Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Meskipun Nenek N telah merasakan keluhan hipertensi cukup lama

namun Nenek N tidak pergi ke puksesmas untuk berobat karena merasa

cukup hanya beristirahat atau minum obat warung saja. Nenek N tidak

mengetahui Nenek N juga tidak pernah ke pelayanan kesehatan

sebelum kondisi parah dikarenakan kondisi keuangannya saat ini.

Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga belum mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit

seperti nenek N tidak mengetahui mengenai pengaturan menu diet yang

baik dalam mengontrol Hipertensi dan mengontrol Asam urat

Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan

Keluarga belum mengetahui cara memodifikasi lingkungan terkait

penyakit baik hipertensi maupun asam urat dan kesulitan tidurnya

Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Keluarga mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,

namun jarang menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu

Puskesmas Cimanggis atau Puskesmas Sukatani untuk mengatasi

masalah kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Selain itu,

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

keluarga jarang memeriksakan kesehatannya di posbindu setiap

bulannya.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

25. Stresor jangka pendek

Stresor jangka pendek yang dirasakan Nenek N adalah teman-teman

cucunya dari anak pertama yang senang berkumpul di dekat rumah yang

terkadang sering ramai dan nenek N tidak enak kepada tetangga

sekitarnya.

26. Stresor jangka panjang

Nenek N mengatakan bahwa anaknya ada yang selalu memberatkan

kehidupan Nenek N dengan selalu meminta-minta ke Nenek N sejak lama.

Nenek N sering merasa tidak sanggup memenuhi permintaan anaknya

tersebut.

27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Keluarga berespon terhadap masalah namun belum bisa menentukan

tindakan yang tepat karena kurangnya pengetahuan dan hanya berserah

diri kepada Tuhan YME

28. Strategi koping yang digunakan

Koping yang sering digunakan oleh Nenek N adalah aktivitas untuk

distraksi serta berkumpul dengan tetangga untuk mebicarakan banyak hal.

29. Strategi adaptasi disfungsional

Tidak ditemukan strategi adaptasi disfungsional pada Nenek N

VII. HARAPAN KELUARGA

Keluarga Nenek N berharap dengan adanya kunjungan dari mahasiswa FIK UI

mampu mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan dan keluarga mampu

mengalami peningkatan kesehatan menjadi lebih baik. Semua anggota

keluarga berharap mereka selalu sehat dan anak-anak dapat sukses dan

membahagiakan kedua orang tua. Selain itu, Nenek N berharap dengan adanya

kunjungan mahasiswa keperawatan, keluarga dapat mendapatkan infomasi

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

mengenai kesehatan, terutama masalah kesehatan yang sedang dialami dan

bermanfaat untuk keluarga untuk mencegah atau mengatasinya.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Fisik

No. Pemeriksa

an

Kakek J Nenek N Ibu A

1. Tanda-

tanda vital

TD 1: 130/80 mmHg

Nadi: 88 kali/menit,

Nafas: 20 kali/menit,

Suhu: 36,5 oC

TD 1: 180/90 mmHg

TD 2: 180/80 mmHg

Nadi: 80 kali/menit

Nafas: 18 kali/menit

Suhu: 36,6oC

TD: 120/80 mmHg

Nadi: 84 kali/menit

Nafas: 20 kali/menit

Suhu: 37oC

2. Kepala Rambut beruban, kulit

kepala lembab

Rambut beruban,

rontok lembab tidak

berminyak

Rambut hitam.

Tidak rontok,

lembab tidak

berminyak

5 Mata Konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak

ikterik, pandangan

baik

Konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak

ikterik, pandangan

baik

Konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak

ikterik, pandangan

baik

6. Telinga Pembengkakan (-),

pengeluaran cairan (-),

berdengung (-), nyeri

tekan (-), pendengaran

baik

Pembengkakan (-),

pengeluaran cairan (-),

berdengung (-), nyeri

tekan (-), pendengaran

baik

Pembengkakan (-),

pengeluaran cairan

(-), berdengung (-),

nyeri tekan (-),

pendengaran baik

7. Hidung Tidak ada sumbatan di

hidung.

Tidak ada sumbatan di

hidung.

Tidak ada sumbatan

di hidung.

8. Mulut &

gigi

Mukosa lembab, gigi

lengkap terdapat

karies di geraham

bawah

Mukosa lembab,

beberapa gigi geraham

bawah kiri dan kanan

Mukosa lembab,

gigi lengkap

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

ada yang sudah

tanggal

9. Leher Pembesaran kelanjar

tiroid (-), tidak ada

keluhan sakit menelan

Pembesaran kelanjar

tiroid (-), tidak ada

keluhan sakit

Pembesaran kelanjar

tiroid (-), tidak ada

keluhan sakit

10. Dada/

thoraks

Dada simetris, gallop

(-), murmur (-), suara

napas vesikuler.

gallop (-), murmur (-),

suara napas vesikuler.

gallop (-), murmur (-

), suara napas

vesikuler.

11. Abdomen tidak asites, tidak ada

nyeri tekan

tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan

12 Ekstremit

as

5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Hasil pemeriksaan

kekuatan otot

tersebut menandakan

bahwa kekuatan

otot pada seluruh

ekstremitas baik.

5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Hasil pemeriksaan

kekuatan otot

tersebut menandakan

bahwa

kekuatan otot

pada seluruh

ekstremitas baik.

5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Hasil pemeriksaan

kekuatan otot

tersebut

menandakan

bahwa kekuatan

otot

pada seluruh

ekstremitas baik.

13 Kulit Warna sawo matang,

elastisitas menurun,

turgor kulit menurun,

tidak ada edema

Warna sawo matang,

elastisitas menurun,

turgor kulit menurun,

tidak ada edema

Warna sawo matang,

elastisitas baik,

turgor kulit baik,

tidak ada edema

14 BB, TB BB: 60 KG, TB: 165

cm

IMT: 22,03 (Normal)

BB: 50 KG, TB: 155

cm

IMT: 20,81 (Normal)

BB 55 KG, TB 160

cm

IMT: 21,48

(Normal)

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

2. Pemeriksaan Tambahan Nenek N

UA : 7 mg/dl (Normal)

BBT : 56 (risiko jatuh rendah)

FMS : 15 (tidak ada risiko jatuh)

GDS Short: 4 (tidak depresi)

MMSE: 30 (kognitif baik)

Nutrisi

Nenek N mengatakan kurang memperhatikan apa yang dimakan dan

kandungan nutrisinya, sering makan tidak teratur dan seadanya saja.

Setiap makan, Nenek N terkadang makan dengan ikan asin tetapi tidak

terlalu sering. Jarang memakan buah dan biasanya suka minum kopi

1 gelas sehari setiap pagi.

Eliminasi

Pola eliminasi pada Nenek N normal dengan pola BAB 1 kali/hari,

BAK kurang lebih 5 kali/hari. Nenek N mengeluh sering terbangun di

malam hari untuk buang air kecil (2 kali selama semalam)

Mobilisasi

Nenek N masih melakukan aktivitas harian secara rutin serta sebagian

besar kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki. Selain itu, tidak ada

hambatan mobilitas fisik pada Nenek N

Tidur

Nenek N sering mengeluhkan sering terbangun dan sulit untuk tidur

kembali apabila bangun di tengah malam. Nenek N mengatakan

biasanya dia terbangun sekitar jam 00.00 dan baru bisa tidur kembali

pukul 02.00-03.00. Nenek N sering terbangun di malam hari karena

ingin ke kamar mandi. Nenek N sering merasa mengantuk setelah

bangun tidur sehingga rutin untuk minum kopi di pagi hari.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

Fall Morse Scale (FMS)

No Item Skala Skor

1 Riwayat jatuh Tidak : 0

Ya : 25

0

2 Diagnosis sekunder Tidak : 0

Ya : 15

15

3 Bantuan Berjalan

Bedrest/bantuan perawat

Kruk/tongkat/walker

Furnitur

0

15

30

0

4 Terapi intravena/heparin lock Tidak : 0

Ya : 20

0

5 Gaya berjalan

Normal/bedrest/immobile

Lemah

Dengan bantuan

0

10

20

0

6 Status mental

Orientasi terhadap

kemampuan diri sendiri

Melebih-lebihkan/melupakan

keterbatasan

0

15

0

TOTAL 15

Rentang Skor:

- 0-24 : Klien tidak memiliki resiko jatuh sehingga intervensi yang dilakukan

adalah perawatan dasar yang baik.

- 25-50 : Klien memiliki kemungkinan untuk jatuh (resiko rendah) sehingga

intervensi yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan standar

pencegahan jatuh.

- lebih dari > 51 : klien memiliki resiko tinggi untuk jatuh sehingga harus

dilakukan pencegahan resiko tinggi jatuh.

Total Skor hasil pengkajian : 15 (tidak memiliki resiko jatuh)

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

Universitas Indonesia

Interpretasi :

Klien tidak memiliki resiko untuk jatuh. Walaupun begitu tetap perlu dilakukan

pencegahan sehingga intervensi yang harus dilakukan adalah

mengimplementasikan standar pencegahan jatuh.

Berg Balance Test (BBT)

Deskripsi item perintah Skor

1. Duduk ke berdiri

2. Berdiri tanpa bantuan

3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan

4. Berdiri ke duduk

5. Berpindah

6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup

7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat

8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri

9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri

10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri

11. Berputar 360o

12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika berdiri

tanpa bantuan

13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya

14. Berdiri dengan satu kaki

4

4

4

4

4

4

3

3

4

4

4

3

3

3

Rentang nilai BBT :

- 0 - 20 : klien memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa

kursi roda.

- 21 – 40 : klien memiliki risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alatbantu jalan seperti

tongkat, kruk, dan walker.

- 41- 56 : klien memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu.

Total skor hasil pengkajian : 51

Klien memiliki resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu jalan.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 2: Analisis Data

Universitas Indonesia

ANALISIS DATA

No Data Masalah Keperawatan

1 DS:

Nenek N mengatakan sesekali makan ikan asin

Nenek N mengatakan makanan terasa tidak enak

bila kurang garam.

Nenek N mengatakan kadang-kadang

mengkonsumsi mie instan

Nenek N mengatakan kadang-kadang merasa

tengkuk dan kepalanya sakit

Nenek N mengatakan makan apa yang ada saja,

keluarga tidak membatasi makanan yang

dikonsumsi, memasak sesuai dengan keinginan

saja, tidak memerhatikan mengenai pemenuhan

nutrisi.

Nenek N mengatakan selama ini tidak ada

pantangan makanan.

Nenek N mengatakan meminum obat warung

apabila pusing atau ada nyeri di tengkuknya

Keluarga mengatakan kurang mengetahui

informasi tentang hipertensi terutama diet dan

tindakan perawatan di rumah

Nenek N hanya mengatakan hipertensi adalah

bila tekanan darahnya tinggi

Nenek N mengatakan jarang pergi ke pelayanan

kesehatan dan lebih sering mendiamkannya.

Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan

terkait Hipertensi pada

keluarga Kakek J

khususnya Nenek N

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 2: Analisis Data

Universitas Indonesia

DO:

Tekanan darah 1: 180/90 mmHg

Tekanan darah 2: 180/80 mmHg

Keluarga hanya mengetahui pengertian ringkas

hipertensi namun tidak mampu menjelaskan

penyebab, tanda gejala, komplikasi serta cara

mengatasi dan mencegah hipertensi

Nenek N dan keluarga tampak antusias untuk

mengetahui tentang hipertensi dan meningkatkan

kesehatan

2. DS:

Nenek N mengatakan bahwa sendi-sendi

ditangannya sering terasa kesemutan

Mengatakan sering memakan kacang-

kacangan

Mengatakan kadang-kadang terasa nyeri pada

sendi selain kesemutan

Nenek N mengatakan tidak ada pembatasan

makanan sehari-hari

DO:

Hasil pengukuran UA didapatkan hasil 7 mg/dl

Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan

terkait asam urat (Gout

arthritis) pada keluarga

Kakek J khususnya

Nenek N

3 DS:

Nenek N mengatakan tidak mengalami

kesulitan ketika memulai tidur

Nenek N mengeluh sering terbangun di

malam hari dan kesulitan untuk kembali tidur

(sering merasakan kepala pusing ketika

terbangun)

Gangguan pola tidur

pada keluarga Kakek J

khususnya pada Nenek N

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 2: Analisis Data

Universitas Indonesia

Nenek N mengatakan tidak merasa segar

setelah bangun tidur

Nenek N mengatakan mengkonsumsi kopi 1

gelas/hari ketika pagi hari

DO:

Nenek N terlihat mengantuk di siang hari

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 3: Skoring Keperawatan

Universitas Indonesia

SKORING KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan : 1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada

Keluarga kakek J khususnya nenek N terkait Hipertensi

Kriteria Skor Angka

Tertinggi

Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat

masalah :

aktual

3 3 1 3/3 x

1 = 1

Saat ini masalah telah terjadi.

tekanan darah Nenek N termasuk

dalam hipertensi derajat II baik

pada pengukuran pertama

maupun kedua di hari yang

berbeda, dapat muncul dampak

lebih lanjut terhadap kesehatan

keluarga khususnya Nenek T bila

tidak segera ditangani. Keluarga

tidak mengetahui cara merawat

lansia dengan penyakit hipertensi

dan tampak tidak melakukan

perawatan lansia dengan

hipertensi.

2. Kemungkina

n masalah

untuk di

ubah:

mudah

2 2 2 2/2 x

2 = 2

Ada keinginanan dari keluarga

untuk mengetahui lebih banyak

tentang hipertensi dan mengetahui

cara perawatan serta pengaturan

diet. Nenek N mengatakan mau

mengontrol kesehatannya.

3. Potensial

masalah

untuk di

cegah

sedang

2 3 1 2/3 x

1 =

2/3

Keluarga sebagai support system

bagi Nenek N dapat

memaksimalkan potensinya untuk

menjaga kesehatan Nenek N.

Keluarga memiliki motivasi untuk

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 3: Skoring Keperawatan

Universitas Indonesia

Diagnosa Keperawatan 2: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga

Kakek J, khususnya Nenek N dengan Asam Urat

Kriteria Skor Angka

Tertinggi

Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat

masalah :

Aktual

3 3 1 3/3 x

1= 1

Masalah asam urat saat ini sudah

diderita dengan hasil pengukuran

7 mg/Cl dan sudah muncul

beberapa tanda dan gejala

2. Kemungkina

n masalah

untuk di

ubah:

Sebagian

1 2 2 ½ x 2

= 1

Jika keluarga dan Nenek N

diberikan informasi tentang cara

mengatur diet maka masalah

dapat diatasi namun secara

bertahap karena diet rendah purin

butuh motivasi yang kuat dari

Nenek N

3. Potensial

untuk di

cegah

cukup

2 3 1 2/3 x

1= 2/3

Pencegahan untuk menjadi

komplikasi cukup bisa dilakukan

apabila Nenek N dapat mengatur

pola hidup dan pola diet Rendah

Purin

mengetahui lebih lanjut tentang

hipertensi dan hipertensi masih

dapat dikurangi

4. Menonjolnya

masalah

Segera

ditangani

2 2 1 2/2 x

1 = 1

Nenek N saat ini memiliki

tekanan darah yang tinggi dan

beresiko terjadi komplikasi,

namun keluarga kurang

mengetahui informasi tentang

hipertensi

TOTAL SKOR 4 2/3

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 3: Skoring Keperawatan

Universitas Indonesia

4. Menonjolnya

masalah:

Masalah

dirasakan,

tidak perlu

ditangani

segera

1 2 1 ½ x 1

= ½

Masalah sudah dirasakan namun

Kakek tidak terlalu

memikirkannya dan keluarga

menganggap hal biasa karena

Nenek N masih mampu untuk

melakukan kegiatan sehari-hari.

TOTAL SKOR 3 1/6

Diagnosa keperawatan 3: Gangguan pola tidur pada Keluarga Kakek J khususnya

pada Nenek N

Kriteria Skor Angka

Tertinggi Bobot Nilai Pembenaran

Sifat masalah:

Aktual

3 3 1 3/3 x

1 = 1

Masalah bersifat aktual dan sudah

terjadi karena sudah muncul

tanda dan gejala seperti sering

terbangun di malam hari, sulit

untuk tidur kembali dan merasa

tidak segar setelah bangun

Kemungkinan

masalah untuk

diubah:

Sebagian

1 2 2 1/2 x

2 = 1

Masalah dapat diubah sebagian

karena fasilitas kesehatan

terjangkau, mahasiswa

mempunyai pengetahuan tentang

penyakit dan waktu yang cukup

untuk memberikan penyuluhan

kesehatan tentang gangguan pola

tidur, namun kemungkinan

hipertensi sebagai penyebab

gangguan pola tidur

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 3: Skoring Keperawatan

Universitas Indonesia

Potensial

masalah untuk:

dicegah:

Sedang 2 3 1

2/3 x

1 =

2/3

Potensial masalah untuk dicegah

sedang dikarenakan tanda dan

gejala sudah mulai dirasakan dan

Nenek N belum terlalu tahu

mengenai informasi yang

dibutuhkan mengenai cara

mencegah dan mengatasi

gangguan pola tidur

Menonjolnya

masalah:

Masalah tidak

dirasakan

0 2 1 0/2 x

1 = 0

Tanda dan gejala muncul namun

tidak dirasakan sebagai masalah

oleh Nenek N

T O T A L

2 2

/

3

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil skoring yaitu;

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J,

khususnya Nenek N dengan hipertensi

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J,

khususnya Nenek N dengan Asam Urat

3. Gangguan pola tidur pada Keluarga Kakek J khususnya pada Nenek N

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Evaluasi Rencana Keperawatan

Umum Khusus Kriteria Standar

Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan pada

keluarga Kakek J

khususnya pada

Nenek N terkait

Hipertensi

Setelah dilakukan

tindakan perawatan

selama 3x60 menit,

keluarga Kakek J

mampu merawat

anggota keluarga

lansia dengan

hipertensi dan

pemeliharaan

kesehatan dapat

terlaksana dengan

baik terutama

Nenek N

Setelah dilakukan

pertemuan pertama

1x60 menit, keluarga:

1. Mampu mengenal

masalah hipertensi

dengan

menyebutkan:

1.1 Pengertian

hipertensi

Respon

verbal

Hipertensi adalah

gangguan pada sistem

pembuluh darah yang

ditandai dengan

meningkatnya tekanan

darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih

dari 90 mmHg.

1. Diskusikan dengan keluarga apa

yang diketahui keluarga tentang

pengertian hipertensi atau tekanan

darah tinggi.

2. Berikan pujian tentang pemahaman

keluarga.

3. Diskusikan dan berikan informasi

kepada keluarga mengenai

pengertian hipertensi

4. Motivasi keluarga untuk mengulang

kembali pengertian hipertensi.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

1.2 Penyebab

hipertensi

Respon

verbal

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 5

penyebab hipertensi:

1. Faktor keturunan

2. Gaya hidup yang

tidak sehat

(konsumsi garam,

lemak, kolesterol

berlebihan;

merokok; konsumsi

alkohol; terlalu

banyak minum

kopi; dan kurang

olahraga).

5. Berikan reinforcement positif

terhadap usaha keluarga mengulang

kembali pengertian hipertensi

1. Diskusikan bersama keluarga

tentang penyebab hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk mengulang

kembali penyebab hipertensi.

3. Berikan reinforcement positif

terhadap usaha keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

1.3 Tanda dan Gejala

hipertensi

Respon

verbal

3. Kegemukan atau

berat badan

berlebih

4. Stress

5. Penyakit kronis

(ginjal, diabetes).

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 7

tanda dan gejala

hipertensi:

1. Sakit kepala dan

pusing

2. Nyeri tengkuk

3. Kelelahan

4. Marah/ emosi

tidak stabil

5. Mata berkunang-

kunang

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai tanda dan gejala

hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk mengulang

kembali tanda dan gejala hipertensi.

3. Berikan reinforcement positif

terhadap usaha keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

1.4 Akibat hipertensi

2. Keluarga

memutuskan untuk

Respon

verbal

Respon

verbal

6. Telinga

berdengung

7. Sulit tidur

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 6

akibat hipertensi:

1. Stroke

2. Penyakit jantung

coroner

3. Gagal jantung

4. Pengelihaan

menurun

5. cedera/jatuh

6. Kematian

Keputusan keluarga

yang diungkapan

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai akibat hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk mengulang

kembali apa akibat dari hipertensi.

3. berikan keluarga kesempatan untuk

bertanya

4. Beri reinforcement positif terhadap

usaha keluarga.

1. Motivasi keluarga untuk mengatasi

masalah yang dihadapi

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

merawat anggota

keluarganya dengan

hipertensi yaitu pada

Nenek N dengan

2.1 Mengambil

keputusan untuk

mengatasi

masalah pada

Nenek N

Setelah dilakukan

pertemuan kedua 1x60

menit, keluarga:

3. Keluarga mampu

merawat keluarga

yang mengalami

Respon

verbal

untuk merawat dan

mengatasi masalah

hipertensi pada Nenek

N dan menanyakan

apa yang harus

dilakukan.

Keluarga dapat

menyebutkan 5 dari

2. Beri reinforcement positif atas

keputusan keluarga untuk merawat

anggota kelurga yang mengalami

hipertensi

1. Diskusikan bersama keluarga

tentang pencegahan hipertensi pada

lansia.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

hipertensi dengan

menyebutkan cara-

cara pencegahan dan

perawatan, yaitu:

3.1 Menyebutkan

cara pencegahan

hipertensi

10 pencegahan

hipertensi:

1. Batasi pemakaian

garam satu pucuk

sendok teh sehari,

tidak lebih dari 2,4

gr

2. Pertahankan berat

badan ideal

3. latihan fisik 30-45

menit selama

paling sedikit 3

kali seminggu

4. Hindari konsumsi

alkohol

5. Tidak/berhenti

merokok

6. Makan banyak

buah dan sayuran

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan.

3. berikan keluarga kesempatan untuk

bertanya

4. Beri reinforcement positif terhadap

usaha keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

3.2 Menyebutkan

cara perawatan

lansia dengan

hpertensi

Respon

verbal

7. Hindari minum

kopi berlebihan

8. Menghindari stress

9. Istirahat cukup

10. Periksa tekanan

darah secara

teratur

Keluarga dapat

menyebutkan 2 dari 4

perawatan bagi yang

sudah terkena

hipertensi:

1. Mengkonsumsi

obat antihipertensi

secara teratur

2. Mentaati aturan

minum obat.

1. Diskusikan bersama keluarga apa

yang harus dilakukan untuk

merawat lansia yang mengalami

hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan

3. berikan keluarga kesempatan

untuk bertanya

4. Beri reinforcement positif

terhadap upaya keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

3.3 Mendemonstrasi

kan cara

mengurangi

nyeri ketika

hipertensi: teknik

relaksasi nafas

dalam dan

kompres hangat

untuk

mengurangi

nyeri

Respon

psikomotor

Respon

verbal

3. Relaksasi nafas

dalam

4. Kompres hangat

Keluarga dapat

mendemonstrasikan

cara penuyusunan

menu terkait

Hipertensi (DASH)

yang berfokus pada

diet rendah lemak dan

tinggi serat

Keluarga dapat

menyebutkan 2 dari 3

1. Jelaskan tujuan daari penyusunan

menu diet Hipertensi (DASH)

2. Demonstrasikan cara melakukan

melakukan penyusunan menu

sesuai dengan kebutuhan kalori

harian

3. Evaluasi penjelasan sebelumnya.

4. Minta keluarga untuk

redemonstrasi cara penyusunan

menu diet Hipertensi

5. Beri reinforcement positif terhadap

upaya keluarga

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

4. Melakukan

modifikasi

lingkungan terutama

pola makan dan

pengaturan

lingkungan yang

tenang untuk

menghindari

hipertensi, dengan

menyebutkan:

4.1 Makanan yang

boleh dikonsumsi.

makanan yang boleh

dikonsumsi:

- Makanan yang

segar: sumber

kalori kompleks,

misalnya beras,

kentang, singkong;

sumber protein

hewani dan protein

nabati, misalnya

susu, ikan, tahu,

tempe;

- makanan yang

diolah tanpa atau

sedikit

menggunakan

garam, vetsin

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai makanan yang boleh

dikonsumsi untuk lansia dengan

hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan.

3. berikan keluarga kesempatan untuk

bertanya

4. Beri reinforcement positif terhadap

upaya keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

4.2 Makanan yang

dibatasi

Respon

verbal

- sayuran dan buah-

buahan yang

mengandung serat

II.

Keluarga dapat

menyebutkan 2 dari 4

makanan yang harus

dibatasi:

- Konsumsi garam.

- Penggunaan

daging/ daging

ayam/ ikan dibatasi

paling banyak 100

gram per hari.

- Telur ayam/ telur

bebek, paling

banyak 1 butir

sehari.

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai makanan yang dibatasi

untuk lansia dengan hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan

3. berikan keluarga kesempatan untuk

bertanya.

4. Beri reinforcement positif terhadap

upaya keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

4.3 Makanan yang

harus dihindari

Respon

verbal

- Susu paling

banyak 200cc

sehari.

- Minuman dan sari

buah dalam

kemasan.

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 6

makanan yang tidak

boleh dikonsusi:

- Daging berlemak

dan jeroan (daging

kambing, otak,

ginjal, paru,

jantung, sosis,

babat, usus)

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai makanan yang tidak

boleh dikonsumsi untuk lansia

dengan hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan

3. berikan keluarga kesempatan untuk

bertanya

4. Beri reinforcement positif terhadap

upaya keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

- Makanan yang

banyak

mengandung gas

- makanan yang

diolah

menggunakan

garam natrium

(krupuk, keripik,

makanan kering

yang asin, crakers)

- makanan dan

minuman kaleng

(sarden, kornet)

- Makanan yang

diawetkan

(dendeng, abon,

ikn asin, telur asin,

acar)

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

4.4 Modifikasi

lingkungan untuk

Hipertensi

Respon

verbal

Respon

verbal

- Makanan yang

mengandung

alkohol (durian

dan tape)

- Bersama keluarga

mendiskusikan

mengenai

lingkungan yang

baik dalam

mengontrol dan

mencegah

hipertensi

- Lingkungan

tenang

- Tidak bising

- Bersih

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai lingkungan yang baik

dalam mencegah hipertensi.

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan

3. Berikan keluarga kesempatan

untuk bertanya

Beri reinforcement positif terhadap

upaya keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

5. Mampu

menggunakan

fasilitas kesehatan

yang ada untuk

memeriksakan

kondisi kesehatan

lansia dengan

hipertensi:

5.1 Menyebutkan

fasilitas

kesehatan apa

saja yang dapat

digunakan.

5.2 Menjelaskan

manfaat

Respon

verbal

Keluarga dapat

menyebutkan 3 dari 4

fisilitas pelayanan

kesehatan:

1. Posbindu.

2. Puskesmas.

3. Klinik dokter.

4. Rumah sakit.

Keluarga dapat

menyebutkan manfaat

mengunjungi fasilitas

kesehatan:

1. Diskusikan bersama keluarga

mengenai fasilitas kesehatan apa

saja yang dapat dikunjungi.

2. Motivasi keluarga untuk

mengulang kembali apa yang telah

didiskusikan.

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang

manfaat fasilitas pelayanan

kesehatan.

2. Diskusikan bersama keluarga

tentang manfaat fasilitas pelayanan

kesehatan.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

kunjungan ke

fasilitas

kesehatan.

5.3 Mengunjungi

fasilitas

kesehatan

1. Mendapatkan

pelayanan

kesehatan.

2. Mendapatkan

pendidikan

kesehatan.

Keluarga membawa

lansia yang sakit

hipertensi ke fasilitas

kesehatan untuk

mengatasi masalah

kesehatan

3. Evaluasi tingkat pemahaman

keluarga tentang manfaat fasilitas

pelayanan kesehatan.

4. Berikan reinforcement terhadap

upaya keluarga.

1. Motivasi keluarga untuk membawa

anggota keluarga ke fasilitas

pelayanan kesehatan.

2. Berikan reinforcement terhadap

upaya keluarga.

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J

khususnya pada Nenek N terkait Hipertensi

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi

Kamis, 22

Mei 2014

09.30 –

10.30

TUK 1: Memberikan

penjelasan mengenai

hipertensi (pengertian,

penyebab, tanda gejala)

1. TUK 2 : Menjelaskan akibat

yang dapat terjadi karena

hipertensi agar keluarga

mampu mengambil keputusan

untuk merawat anggota

keluarga yang mengalami

hipertensi

S:

- Nenek N dan keluarga

mengatakan hipertensi adalah

penyakit dengan tekanan

darah yang tinggi di atas 140

mmHg

- Nenek N dan keluarga

mengatakan penyebab dari

hipertensi adalah makan

makanan yang asin, tinggi

lemak, stress, kegemukan

- Nenek N dan keluarga

mengatakan tanda dan gejala

hipertensi adalah nyeri

tengkuk, pusing sakit kepala,

kuping berdenging, sulit tidur

- Nenek N dan keluarga

mengatakan akibat dari

hipertensi adalah serangan

jantung, stroke, kematian

- Nenek N dan keluarga

mengatakan ingin mengatur

makanannya menjadi

makanan rendah lemak dan

tinggi serat serta mengurangi

konsumsi makanan asin

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

O:

Nenek N dan keluarga dapat:

- menyebutkan pengetian

hipertensi dengan benar

- menyebutkan 4 dari 5

penyebab hipertensi

- menyebutkan 4 dari 6 tanda

dan gejala hipertensi

- menyebutkan 3 dari 6 akibat

dari hipertensi.

- mengambil keputusan untuk

merawat anggota keluarga

yang mengalami hipertensi

yaitu Nenek N

A:

- TUK 1 tercapai

- TUK 2 tercapai

P:

- Melakukan TUK 3 untuk

Teknik Nafas dalam dan

Kompres Hangat

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi

Sabtu, 24

Mei 2014

Melanjutkan pertemuan

sebelumnya, yaitu melakukan

S:

- Nenek N dan keluarga

mengatakan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

TUK 3 teknik napas dalam

dan kompres hangat

1. Mencegah dan mengatasi

Hipertensi

2. Melakukan demonstrasi

teknik nafas dalam dan

kompres hangat

pencegahan hipertensi

dapat dilakukan dengan

mengurangi makan

yang berlemak dan

asin-asin, tidak

merokok, kurangi

stress, olahraga, banyak

makan buah dan sayur

O:

Keluarga mampu menyebutkan

- menyebutkan 5 dari 10

pencegahan hipertensi

- Keluarga mampu

mendemonstrasikan

latihan tarik nafas

dalam dan kompres

hangat dengan baik

- TD sebelum dan

sesudah sama 180/80

mmHg

A:

- TUK 1 tercapai

- TUK 2 tercapai

- TUK 3 tercapai tarik

nafas dalam dan

kompres hangat

P:

- Melakukan TUK 3

penyusunan menu diet

Hipertensi DASH

- Melakukan TUK 4

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi

Selasa, 27

Mei 2014

11.30 –

12.30

Melanjutkan pertemuan

sebelumnya, yaitu melakukan

TUK 3 Menyusun menu diet

Hipertensi (DASH) dan 4.

TUK 3: Menjelaskan

pencegahan dan perawatan

hipertensi yaitu dengan :

Melakukan penyusunan menu

diet Hipertensi (DASH)

2. TUK 4 : Menjelaskan cara

modifikasi lingkungan.

Keluarga mampu

memodifikasi lingkungan

dengan melakukan

pengaturan pola makan yang

sehat, Diet hipertensi dan

pengaturan lingkungan yang

tenang dan bersih

S:

- Nenek N dan keluarga

mengatakan makan

yang boleh dimakan

adalah buah dan

sayuran, nasi, kentang,

tempe, tahu, yang

garamnya tidak ada

- Nenek N dan keluarga

mengatakan makanan

yang harus dibatasi

adalah penggunaan

garam, telur/daging 1

kali sehari

- Nenek N dan keluarga

mengatakan makanan

yang harus dihindari

adalah jeroan, makanan

pengawet, ikan asin,

mie instan, telor asin,

keripik atau kerupuk

asin

- Nenek N dan Keluarga

mengatakan bahwa

lingkungan yang baik

untuk penderita

Hipertensi adalah

lingkungan yang

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

tenang, tidak bising dan

bersih

O:

Nenek N dan keluarga

dapat:

- menyebutkan 2 dari 4

perawatan untuk

penderita hipertensi

- melakukan penyusunan

menu diet Hipertensi

DASH

- menyebutkan 3 dari

tiga makanan yang

boleh dikonsumsi 2 dari

3 makanan yang harus

dibatasi

- menyebutkan 4 dari 6

makanan yang harus

dihindari

- Menyebutkan 3 dari 3

lingkungan yang baik

untuk penderita

Hipertensi

- TD sebelum dan

sesudah sama 180/90

mmHg

A:

- TUK 1 tercapai

- TUK 2 tercapai

- TUK 3 tercapai

- TUK 4 tercapai

P:

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

- Melakukan TUK 5

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi

Jumat, 30

Mei 2014

09.30 –

10.30

Melanjutkan pertemuan

sebelumnya, melakukan TUK

5

TUK 5 : Menjelaskan

manfaat pelayanan kesehatan

untuk mengatasi hipertensi

Melakukan evaluasi tindakan

keperawatan yang dilakukan

pada pertemuan sebelumnya

Tindakan yang di evaluasi

adalah tindakan penyusunan

menu diet Hipertensi, teknik

nafas dalam, dan kompres

hangat (DASH)

S:

- Nenek N dan keluarga

mengatakan pelayanan

kesehatan terdekat ada

posbindu dan

puskesmas

- Nenek N dan keluarga

mengatakan manfaat

pelayanan kesehatan

untuk memeriksakan

kesehatan dan

mengobati ketika sakit

- Keluarga mengatakan

pembatasan garam

untuk makanan untuk

penderita hipertensi

- Keluarga mengatakan

sudah mulai membuat

menu makanan sesuai

diet hipertensi

- Keluarga mengatakan

mengingatkan Nenek N

untuk tidak makan yang

asin-asin

- Nenek N mengatakan

teknik relaksasi napas

dapat membuat lebih

enak dan mengurangi

nyeri

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

- Nenek N telah

melakukan tindakan

nafas dalam saat nyeri.

- Keluarga mengatakan

akan memanfaatkan

fasilitas pelayanan

kesehatan, datang ke

posbindu dan ke

puskesmas untuk

memeriksakan

kesehatan

- Keluarga mengatakan

bila merasakan tanda-

tanda hipertensi yang

semakin berat akan

memilih untuk

memeriksakannya ke

Puskesmas Cimanggis

O:

- Keluarga dapat menyebutkan

2 dari 4 fasilitas pelayanan

kesehatan

- Keluarga tampak mulai

menerapkan pengaturan

makan sesuai diet hipertensi,

pembatasan garam dan

pemilihan jenis makanan

- Keluarga dapat menyebutkan

manfaat teknik relaksasi

napas dalam dan kompres

hangat

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Universitas Indonesia

- TD sebelum dan sesudah

sama 180/80, penurunan

10mmHg dibandingkan

Minggu sebelumnya pada

diastol

A:

- TUK 1 tercapai

- TUK 2 tercapai

- TUK 3 tercapai

- TUK 4 tercapai

- TUK 5 tercapai sebagian

- Evaluasi tercapai

P:

- Kontrak kepada keluarga

untuk menyelesaikan

masalah kedua: asam urat

- Melakukan kunjungan rutin

untuk mengevaluasi tekanan

darah harian Nenek N dengan

intervensi penyusunan menu

diet Hipertensi (DASH) dan

pencatatan tekanan darah

rutin pada kartu kontrol

tekanan darah

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga

Universitas Indonesia

EVALUASI AKHIR IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN NENEK N

Nama Mahasiswa : Arif Ridwan Kepala Keluarga (KK) : Keluarga Kakek J NPM : 0906564050 Alamat : RT 09/ 22 Kelurahan

Sukatani

No. Diagnosa Kriteria Evaluasi Kemampuan

Keterangan Umum Khusus Ya Tidak

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait Hipertensi

1. Mengenal masalah hipertensi

2. Mengambil keputusan

untuk mengatasi dan merawat anggota keluarga dengan hipertensi.

3. Melakukan tindakan

keperawatan pada anggota keluarga untuk mengatasi hipertensi

Menyebutkan pengertian hipertensi

Menyebutkan penyebab hipertensi

Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi

Menyebutkan akibat

hipertensi Mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah pada Nenek N

Menyebutkan cara

pencegahan hipertensi Menyebutkan cara

perawatan lansia dengan hpertensi

Mendemonstrasikan cara mengurangi nyeri ketika hipertensi: teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga

Universitas Indonesia

4. Memodifikasi

lingkungan yang dapat mendukung perawatan untuk mengontrol Hipertensi

5. Menggunakan fasilitas

kesehatan untuk mengontrol Hipertensi.

nyeri dan penyusunan Menu Diet Hipertensi Dash

Menyebutkan lingkungan

yang baik dalam mengontrol Hipertensi

Menyebutkan fasilitas

kesehatan apa saja yang dapat digunakan.

Menjelaskan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.

Mengunjungi fasilitas kesehatan

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait Asam Urat

1. Mampu mengenal masalah Asam Urat, dengan:

2. Mampu mengambil

keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah Asam Urat

Menyebutkan definisi Asam Urat

Menyebutkan penyebab Asam Urat

Menyebutkan tanda dan gejala Asam Urat

Menyebutkan akibat Asam

Urat Mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah Asam Urat

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga

Universitas Indonesia

3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah Asam Urat

4. Memodifikasi

lingkungan yang sesuai untuk klien yang mengalami Asam Urat

5. Mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan masalah Asam Urat pada Nenek N:

Menyebutkan cara pencegahan Asam Urat

Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara perawatan Asam Urat

Menyebutkan cara

memodifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko munculnya Asam Urat pada Nenek N

Menyebutkan tempat

pelayanan kesehatan untuk dirujuk

Menyebutkan manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

3. Gangguan pola tidur pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N

1. Mampu mengenal masalah Gangguan Pola Tidur:

2. Mampu mengambil

keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan

Menyebutkan definisi gangguan pola tidur

Menyebutkan penyebab gangguan pola tidur

Menyebutkan tanda dan gejala pola tidur

Menyebutkan akibat

kurang tidur

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga

Universitas Indonesia

masalah gangguan pola tidur

3. Mampu merawat

anggota keluarga dengan masalah gangguan pola tidur

4. Memodifikasi

lingkungan yang sesuai untuk klien yang mengalami gangguan pola tidur

5. Mampu menggunakan

fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan masalah gangguan pola tidur pada Nenek N:

Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang tidur

Menyebutkan cara

pencegahan gangguan pola tidur

Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara perawatan gangguan pola tidur

Menyebutkan cara

memodifikasi lingkungan untuk mengurangi gangguan dari penyebab gangguan pola tidur

Menyebutkan tempat

pelayanan kesehatan untuk dirujuk

Menyebutkan manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian

Universitas Indonesia

KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA KELOLAAN

No. Kriteria Kemandirian

Keluarga

Pencapaian Keterangan

Ya Tidak

1. Menerima mahasiswa.

2. Menerima pelayanan

kesehatan sesuaii rencana.

3. Menyatakan masalah

kesehatan dengan benar.

4. Memanfaatkan fasilitas

kesehatan sesuai anjuran.

5. Melaksanakan perawatan

sederhana sesuai dengan

anjuran.

6. Melaksanakan pencegahan

secara aktif.

7. Melaksanakan tindakan

promotif secara aktif.

Kesimpulan:

Keluarga berada pada tingkat Kemandirian IV (memenuhi kriteria

kemandirian keluarga pada poin 1 s.d. 7)

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 8: Susunan Menu Diet DASH

Universitas Indonesia

Menyusun Menu Diet Hipertensi Dalam Seminggu

Waktu/Jenis Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

Pagi: 06-08

Nasi/ pengganti

Protein

Sayuran

Minyak

Nasi ½

Ayam tanpa

Kulit

Wortel bening (1

gelas belimbing)

3 sdm

Nasi ½

Pepes ikan

setengah potong

Tumis toge (1

gelas belimbing)

3 sdm

Nasi ½

Telur balado 1

(putih saja)

Capcay (1 gelas

belimbing)

3 sdm

Nasi ½

Tempe goreng (1

potong sedang)

Wortel bening (1

gelas belimbing)

3 sdm

Nasi ½

Tahu goreng (i

potong sedang)

Capcay (1 gelas

belimbing)

3 sdm

Nasi ½

Pepes ikan

setengah potong

Tumis toge (1

gelas belimbing)

3 sdm

Nasi ½

Ayam tanpa

Kulit

Wortel bening (1

gelas belimbing)

3 sdm

Selingan jam

10.00

Pepaya 1 potong

sedang

Pisang 1 potong Semangka 1

potong sedang

Pepaya 1 potong Semangka 1

potong sedang

Pisang 1 potong Pepaya 1 potong

Siang:12-13

Nasi/ pengganti

Protein

Sayuran

Minyak

Nasi ½

Ayam tanpa kulit

Wortel bening

-

Nasi ½

Pepes ikan

setengah potong

Tumis Toge (1

gelas belimbing)

Nasi ½

Telur balado 1

(putih saja)

Capcay (1 gelas

belimbing)

Nasi ½

Tempe (1 potong

sedang)

Wortel bening (1

gelas belimbing)

Nasi ½

Tahu goreng (i

potong sedang)

Capcay (1 gelas

belimbing)

Nasi ½

Pepes ikan

setengah potong

Tumis toge (1

gelas belimbing)

Nasi ½

Ayam tanpa

Kulit

Wortel bening (1

gelas belimbing)

Selingan Jam

16.00

Pepaya 1 potong Pisang 1 potong Semangka 1

potong sedang

Pepaya 1 potong Semangka 1

potong sedang

Pisang 1 potong Pepaya 1 potong

Malam:18-19

Nasi/ pengganti

Protein

Sayuran

Nasi ½

Ayam tanpa kulit

Wortel bening

-

Nasi ½

Pepes ikan

setengah potong

Nasi ½

Telur balado 1

(putih saja)

Nasi ½

Tempe (1 potong

sedang)

Nasi ½

Tahu goreng (i

potong sedang)

Nasi ½

Pepes ikan

setengah potong

Nasi ½

Ayam tanpa

Kulit

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 8: Susunan Menu Diet DASH

Universitas Indonesia

Minyak Tumis Toge (1

gelas belimbing)

Capcay (1 gelas

belimbing)

Wortel bening (1

gelas belimbing)

Capcay (1 gelas

belimbing)

Tumis toge (1

gelas belimbing)

Wortel bening (1

gelas belimbing)

Selingan jam 21 Pepaya 1 potong Pisang 1 potong Semangka 1

potong sedang

Pepaya 1 potong Semangka 1

potong sedang

Pisang 1 potong Pepaya 1 potong

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 9: Kartu Kontrol Tekanan Darah

Universitas Indonesia

Kartu Kontrol Tekanan Darah

Nama : Nenek N

Usia : 60 Tahun

Alamat :

Perawat : Arif Ridwan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Tahun 2014

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014

Lampiran 9: Kartu Kontrol Tekanan Darah

Universitas Indonesia

Tabel Pengontrolan Tekanan Darah

Kriteria Tanggal/Bulan

27 Mei 30 Mei 31 Mei 3 Juni 9 Juni 12 Juni 14 Juni 16 Juni 18 Juni 21 Juni

Stress x x X x x X x x X X

Konsumsi garam > v x X x x X x x X X

Ikan Asin v v x x x X x x X X

Makanan Santan v V X x x v x x X X

Kopi v v X x x x x x X X

Olahraga 30 menit x x X x x x x v X V

Aktivitas ringan-

sedang

v v V v v v v v V V

Merokok x x X x x x x x X X

Sulit tidur x x X x x x x x X x

Pusing pada

tengkuk

v v X x x x x x X X

Mata berkunang-

kunang

x x X x x x x x X X

Telinga dengung x x X x x x x x X X

Obat x x X x x x x x X X

Tekanan darah 180/90 180/80 180/80 170/80 170/80 170/80 165/80 160/80 160/80 160/80

Nadi 88 88 84 80 84 84 84 80 88 80

Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014