universitas indonesia dash (dietary...
TRANSCRIPT
i
UNIVERSITAS INDONESIA
DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION)
UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
ARIF RIDWAN
0906564050
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
i
UNIVERSITAS INDONESIA
DASH (DIETARY APPROACHES TO STOP HYPERTENSION)
UNTUK MENGONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Ners Keperawatan
ARIF RIDWAN
0906564050
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini.
Penulisan KIAN ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Ners melalui tugas akhir Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit rasanya menyelesaikan KIAN ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Kuntarti, SKp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 & Ners yang telah
membantu dalam permohonan izin;
3. Fajar Tri Waluyanti, S. Kp., Sp. Kep. Anak sebagai koordinator Mata Ajar
KIAN
4. Ns. Tri Widyastuti H, S.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan KIAN ini;
5. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan, dukungan,
material, dan moral dalam penyusunan KIAN ini;
6. Keluarga kelolaan Saya terutama untuk Nenek N yang selama 5 minggu telah
Saya repotkan dengan kunjungan Saya. Tanpa kepercayaan beliau penyusunan
KIAN ini tidak akan pernah berlanjut;
7. Jajaran Struktural RW 22 Kelurahan Sukatani Depok yang telah memberikan
ijinnya untuk melakukan praktik keperawatan;
8. Sahabat-sahabat luar biasa Saya yang telah banyak membantu Saya dalam
menyelesaikan KIAN ini. Mereka adalah, Yuli Pramita Sari, Rr Shyntia Dewi
Paramanindi, Titin Noviatiningsih, Emi Listiyani, Sinta Dewi, Sri Mauliani,
Siti Suleha, Naila Authar, Elfira, Zulfa Luthfia, Lulu Akilah, Chandri Bunga
Wijayanti, dan Nur Padhilah;
9. Corry Shirleyana Putri yang telah sama-sama menjadi teman seperjuangan
dalam penyusunan tugas akhir masing-masing;
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
v
10. Teman-teman SMA Saya, Ayu Wulandari, Shassy Endah Cahyani, Kartika
Qolbina, dan Xenillitiurahmi yang selalu menjadi penyemangat Saya dalam
suka maupun duka;
11. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu demi satu
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.
Depok, 11 Juli 2014
Penulis
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, Saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Arif Ridwan
NPM : 0906564050
Program Studi : Ners
Departemen : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah Saya yang berjudul:
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk Mengontrol
Hipertensi pada Lansia
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir Saya selama tetap mencantumkan nama
Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian Saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 14 Juli 2014
Yang menyatakan
(Arif Ridwan)
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
vii
ABSTRAK
Nama : Arif Ridwan
Program Studi : Ners
Judul KIAN : DASH (Dietary Approaches To Stop Hypertension) untuk
Mengontrol Hipertensi pada Lansia
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan pada lansia sebagai
populasi yang rentan (vulnerable) karena salah satu faktor risiko yaitu pola diet. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan
intervensi keperawatan pengaturan menu diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension).
Metode penelitian yang digunakan adalah praktik lapangan. Hasil yang didapatkan adalah terjadi
penurunan tekanan darah selama proses intervensi dilakukan. Penelitian ini merekomendasikan
pengaturan diet DASH sebagai salah satu cara untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah
pada lansia.
Kata kunci: DASH, hipertensi, lansia, perkotaan
ABSTRACT
Name : Arif Ridwan
Study Program: Ners
Title : DASH (Dietary Aprroaches to Stop Hypertensioni) to Control
Hypertension in Older Adults
Hypertension is one of the health problems that occur in the elderly as a vulnerable population at
urban areas because of dietary patterns as risk factor. The purpose of this study is to describe the
nursing care outcomes in older adult with hypertension using nursing intervention settings of DASH
diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension). The method used was practice field. The results
obtained were a decreased in blood pressure during the intervention process. This study
reccomended DASH diet as a way to control and lower blood pressure in the elderly.
Keywords: DASH, elderly, hypertension, urban
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 8
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
1.4.1 Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan ....................... 8
1.4.2 Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan ........................ 9
1.4.3 Manfaat bagi Perawat Komunitas ............................... 9
1.4.4 Manfaat bagi Keluarga ................................................ 9
1.4.5 Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya ........................... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
2.1 Teori Perkotaan/Urban Nursing ................................................... 11
2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan kesehatan Masyarakat
Perkotaan ..................................................................... 11
2.1.2 Masalah kesehatan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan
...................................................................................... 12
2.2 Keluarga dengan Lansia ................................................................ 14
2.2.1 Keluarga dengan Lansia .............................................. 14
2.2.2 Lansia sebagai Populasi Vulnerable ............................ 15
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi ............ 17
2.3.1 Pengkajian Keluarga ................................................... 18
2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 19
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 21
2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Lansia
Hipertensi .................................................................... 22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................. 25
2.4 Peran Perawat Komunitas ............................................................. 26
BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................. 28
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ............................................... 28
3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................. 31
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ........................................... 31
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
ix
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................... 32
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 34
BAB 4. ANALISIS SITUASI ........................................................................ 37
4.1 Profil Lahan Praktik ...................................................................... 37
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Konsep
Kasus Terkait ................................................................................ 39
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Diet DASH sebagai Intervensi
Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait ......................... 41
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ................................ 44
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 47
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 47
5.2 Saran .............................................................................................. 48
5.2.1 Pendidikan Keperawatan ............................................. 48
5.2.2 Puskesmas/Perawat Komunitas ................................... 48
5.2.3 Keluarga ...................................................................... 49
5.2.4 Masyarakat/Kader ........................................................ 49
5.2.5 Peneltian Selanjutnya .................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber Data Pengkajian Keluarga ................................................. 18
Tabel 2.2 Kriteria untuk Tekanan Darah Normal dan Tahapan Hipertensi .... 20
Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga ................................... 20
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keluarga
Lampiran 2 Analisis Data
Lampiran 3 Skoring Masalah
Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Lampiran 6 Evaluasi Sumatif Keluarga
Lampiran 7 Evaluasi Tingkat Kemandirian
Lampiran 8 Kartu Kontrol Tekanan Darah
Lampiran 9 Daftar Menu Diet DASH
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini memaparkan latar belakang penyusunan karya ilmiah akhir
ners, perumusan masalah dari fenomena yang ada, tujuan dari penulisan karya
ilmiah akhir ners baik tujuan umum dan tujuan khusus, serta manfaat dari
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
1.1 Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah sintesis dari ilmu dan praktek keperawatan bersama
ilmu dan praktek kesehatan masyarakat yang diimplementasi melalui proses
keperawatan dan proses lainnya serta didesain untuk promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit di kelompok populasi (Clark, 2003). Keperawatan komunitas
mencakup praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk
pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan untuk diri sendiri sebagai
individu maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau
masyarakat (Friedman, Bowden & Jones, 2003).
Perawat komunitas merupakan profesi yang menerapkan ilmu dan praktik
keperawatan dengan konsep promosi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
kesehatan untuk diri sendiri, keluarga, maupun kelompok dalam populasi
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Peran perawat dalam keperawatan komunitas
berfokus pada membangun kekuatan yang sudah ada di masyarakat, berkolaborasi
dalam mengambil keputusan dan memfasilitasi dalam pemberdayaan masyarakat.
Perawat komunitas, dalam perannya, adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan
utama untuk individu, keluarga maupun komunitas secara primer, sekunder dan
tersier serta pemberi pendidikan kesehatan (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Peran-peran tersebut diharapkan dapat membantu mencegah masalah kesehatan
sebelum menyerang, merawat dan merehabilitasi masyarakat yang telah terkena
masalah kesehatan untuk meningkatkan maupun mempertahankan taraf kesehatan
masyarakat terhadap masalah hipertensi.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
2
Universitas Indonesia
Perkembangan dunia yang tidak pernah berhenti memicu terjadinya perpindahan
masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. WHO (2010) menyatakan bahwa
kesehatan masyarakat perkotaan sebagai persoalan yang kritis pada banyak orang.
Healthy People 2020 (2010) memiliki pandangan untuk mewujudkan masyarakat
yang dapat hidup panjang dan sehat untuk setiap tingkat wilayah dimulai dari
nasional, kota, hingga wilayah lokal. Perkotaan menurut Allender, Rector, dan
Warner (2014) memiliki karakteristik sebagai tempat yang padat dengan penduduk,
terdiri dari berbagai macam suku dan ras, kesenjangan sosial antar populasi, dan
polusi. Perkotaan sebagai pusat perkembangan zaman menjadikannya sebagai
tempat tujuan banyaknya masyarakat melakukan perpindahan terutama
perpindahan menuju perkotaan (urbanisasi).
WHO (2010) menyatakan bahwa efek urbanisasi ini akan menyebabkan 6 dari 10
penduduk dunia akan tinggal di perkotaan dan apabila tidak dilakukan intervensi
yang tepat jumlah penduduk perkotaan yang berjumlah 1,9 miliar pada tahun 2000
akan menjadi 3,9 miliar pada tahun 2030. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat
dan tidak diimbangi dengan peningkatan berbagai macam fasilitas maupun sumber
daya yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya akan
menyebabkan berbagai macam masalah salah satunya adalah masalah kesehatan
perkotaan seperti gangguan kardiovaskular khususnya hipertensi. Pertumbuhan
penduduk perkotaan di negara-negara dengan penduduk berpendapatan rendah
akan empat kali lebih besar dibandingkan dengan negara dengan pendapatan
penduduk yang lebih tinggi.
Urbanisasi memicu banyaknya masalah-masalah kesehatan perkotaan yang muncul
diakibatkan oleh karakteristik perkotaan seperti terlalu padat, polusi udara,
peningkatan faktor-faktor risiko seperti penggunaan rokok, diet yang tidak sehat,
aktivitas fisik yang kurang, serta penggunaan alkohol yang membahayakan (WHO,
2010). Karakteristik selanjutnya seperti infrastruktur yang tidak adekuat, fasilitas
transportasi, pengaturan limbah, kurangnya akses terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan. Anderson dan McFarlane (2007) menyatakan beberapa faktor yang
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
3
Universitas Indonesia
mempengaruhi kesehatan masyarakat seperti lingkungan, perilaku atau gaya hidup,
keturunan, dan fasilitas pelayanan kesehatan
Masalah kesehatan perkotaan merupakan bentuk dari banyaknya kumpulan
masalah kesehatan yang lazim muncul pada masyarakat perkotaan yang sering
disebabkan oleh tuntutan perkotaan yang sangat beragam. Masalah kesehatan
perkotaan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan penduduk
perkotaan di Indonesia yang sangat pesat. Pengaruh yang masuk seperti latar
belakang kebudayaan, status, sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan fisik,
pelayanan kesehatan, rekreasi, komunikasi, dan transportasi dan keamanan
(Anderson & McFarlane, 2007). Munculnya masalah kesehatan terjadi karena
adanya kesenjangan seperti kemiskinan, pengangguran, masalah ekonomi sosial,
tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan serta perubahan
lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender & Spradley, 2005).
WHO dalam World Health Day 2010 (2010) berfokus pada urbanisasi dan
kesehatan perkotaan karena beberapa alasan berikut yaitu populasi perkotaan
menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi menjadikan adanya perbedaan antara
negara dengan pendapatan rendah dan berpendapatan tinggi terlihat dari terbatasnya
sumber daya yang ada. Alasan berikutnya adalah sebagian besar penduduk yang
melakukan urbanisasi ke perkotaan adalah penduduk miskin sehingga banyak
munculnya kampung-kampung kumuh yang menyebabkan adanya kesenjangan
sosial dan ketidakmampuan kota untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.
Penelitian-penelitian terkait perkotaan dan masalah kesehatan menjadi alasan
terakhir WHO (2010) berfokus pada perkotaan dan masalah kesehatannya karena
banyak menjadi akibat negatif pada kesehatan dan keamanan akibat urbanisasi.
Indonesia sebagai negara dengan latar belakang penduduk yang sangat beragam dan
tingkat urbanisasi penduduk yang sangat tinggi menjadikannya sebagai negara
dengan tingkat masalah kesehatan perkotaan yang tinggi. Salah satu masalah
kesehatan perkotaan yang banyak terjadi di perkotaan adalah hipertensi. Hipertensi
sebagai salah satu penyakit tidak menular atau non-communicable disease menjadi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
salah satu penyebab dari berbagai macam penyakit kardiovaskular maupun
neurologis seperti stroke dan jantung. Hipertensi terjadi di perkotaan karena
dipengaruhi beberapa hal seperti gaya hidup, stres psikososial, tingkat pendidikan,
status sosial ekonomi (Allender, Rector, & Warner, 2104). Riskesdas (2013)
menunjukkan bahwa angka hipertensi di Indonesia pada lansia di atas 65 tahun
adalah sebesar 23,9% dan tersebar di berbagi kota besar seperti DKI Jakarta, DI
Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan lain-lain. Jawa Barat sebagai salah satu
provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak dengan kota-kota besarnya
menghadapi salah satu masalah kesehatan seperti hipertensi. Angka kejadian
hipertensi di provinsi Jawa Barat adalah sebesar 29,4% lebih besar dibandingkan
angka nasional.
Riskesdas (2013) menunjukkan dalam persentase bahwa angka kejadian hipertensi
untuk kota Depok adalah sebesar 29,8%. Prevalensi hipertensi secara nasional
menunjukkan persentase sebesar 23,9% di bawah angka kejadian kota Depok.
Angka kejadian hipertensi di kota Depok menunjukkan hasil di atas angka kejadian
nasional yang menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu masalah
kesehatan yang terjadi paling banyak. Selain itu, prevalensi hipertensi kota Depok
cukup besar di antara non-communicable disease lainnya seperti jantung, kanker,
dan stroke.
Karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Asuhan keperawatan komunitas ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan memandirikan keluarga dan masyarakat agar dapat
meningkatkan dan mempertahankan derajat kesehatan secara optimal (Anderson &
McFarlane, 2007). Pada pelaksanaan proses asuhan keperawatan mahasiswa
bersama-sama menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di masyarakat melalui
kerja sama dengan RW, RT, tokoh masyarakat dan para kader RW Siaga di RW 22
Kelurahan Sukatani. Pada pengkajian awal didapatkan angka prevalensi hipertensi
pada lansia adalah sebesar 69,7% yang didapatkan melalui pengukuran tekanan
darah langsung.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Keluarga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu
di dalamnya memiliki peran sangat besar. Keluarga dengan dukungan yang baik
dan memiliki kesadaran akan pentingnya usaha pencegahan dan promotif dalam hal
peningkatan kesehatan terutama hipertensi akan sangat berperan dalam
pengontrolan tekanan darah lansia. Kontribusi serta peran aktif keluarga dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya
kemandirian keluarga dalam pengontrolan untuk meningkatkan taraf kesehatan
lansia yang ada di dalam keluarga tersebut (Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, &
Hanson, 2010).
Anggota keluarga dalam keterlibatannya sebagai pembuat keputusan akan
mempengaruhi pencapaian keluarga dalam rentang sehat-sakit. Keluarga yang
saling mendukung anggota keluarga lain akan berusaha meningkatkan taraf
kesehatannya dengan melakukan upaya preventif dan promotif (Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999). Hal ini sangat mempengaruhi peran keluarga dengan
lansia yang memiliki hipertensi. Upaya preventif dan promotif anggota keluarga
akan mendorong terjadinya peningkatan status kesehatan (Kaakinen, Gedaly-Duff,
Coehlo, & Hanson, 2010).
Lansia sebagai populasi yang rentan dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko yang
merusak apabila tidak dapat dicegah (Flaskerud & Winslow, 1998 dalam Allender,
Rector, & Warner, 2014; Miller, 2012; Stanhope & Lancaster, 2004). Upaya
preventif dan promotif ini diharapkan mampu mengurangi akibat atau tanda dan
gejala yang muncul dari faktor risiko seperti usia, kurangnya aktivitas, kegemukan,
stres, dan merokok (Sherlock, Beard, Minicud, Ebrahim, & Chatterji, 2014).
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga
dengan lansia yang mengalami hipertensi akibat salah satu faktor risiko yang
muncul pada lansia tersebut. Penulis melakukan pengkajian kepada setiap anggota
keluarga yang didalamnya terdapat lansia yang memiliki faktor risiko hipertensi.
Indonesia melalui program Indonesia Sehat 2015 melakukan beberapa upaya dalam
mengatasi hipertensi. Program Indonesia sehat 2015 yang berpatokan pada tujuan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
6
Universitas Indonesia
MDG’s memiliki program upaya peningkatan status kesehatan baik individu dan
masyarakat. Salah satu program yang telah dibentuk oleh pemerintah dalam
mengontrol hipertensi adalah posbindu dan perkesmas. Posbindu merupakan salah
satu program dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam membina
dewasa yang akan masuk usia lansia maupun yang yang sudah masuk lanjut usia
(KEMENKES, 2012). Program posbindu sendiri salah satunya adalah menjadi
fasilitas pelayan kesehatan yang berfungsi dalam memantau status kesehatan
masyarakat. Perkesmas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014) sebagai salah satu program
kementerian kesehatan berperan dalam proses preventif dan promotif tanpa
meninggalkan proses kuratif dan rehabilitatif.
Perkesmas dan posbindu merupakan upaya-upaya yang bisa dilakukan dalam
mengontrol hipertensi pada masyarakat maupun individu. Akan tetapi, pelaksanaan
program tersebut belum terlaksana dengan maksimal terlihat dari proses
berjalannya kedua program tersebut di wilayah praktik. Kedua program walaupun
telah berjalan tetapi pelaksanaannya belum maksimal terlihat dari kehadiran lansia
yang memanfaatkan posbindu yaitu sekitar 4-5 orang per bulan dari total 33 lansia
di RW 22. Pelaksanaan perkesmas sendiri dianggap belum maksimal dikarenakan
program tersebut belum menjadi program utama dan unggulan puskesmas sehingga
pelaksanaannya belum dapat optimal.
Kesenjangan yang muncul dari upaya yang telah ada serta hasil yang telah
didapatkan mendorong munculnya solusi lain yang dapat digunakan dalam
mengontrol hipertensi pada individu maupun masyarakat. Peneliti melakukan
asuhan keperawatan keluarga sebagai salah satu solusi dalam mengontrol
hipertensi. Intervensi yang diberikan merupakan intervensi terfokus sehingga hasil
yang diharapkan dapat mengatasi masalah hipertensi.
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan telah melalui proses pengkajian
hingga evaluasi. Keluarga yang dikaji menunjukkan hasil hipertensi yang aktual
maupun berisiko muncul. Keluarga kelolaan utama yang dikaji merupakan keluarga
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
7
Universitas Indonesia
dengan aktual hipertensi yaitu Keluarga Kakek J. Penulis memilih keluarga Kakek
J sebagai kelolaan dikarenakan keterpaparan keluarga kakek J terhadap hipertensi
sangat kurang. Individu yang menjadi kelolaan merupakan Nenek N yang
merupakan Istri dari kakek J yang pada pertemuan pertama pengkajian awal
menunjukkan tekanan darah sebesar 180/90 mmHg. Pengkajian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa pola makan harian keluarga yang kurang serat dan
tinggi lemak menjadi faktor risiko terjadinya kenaikan tekanan darah pada nenek N
selain dipengaruhi pula oleh faktor usia.
Penulis melakukan rencana intervensi keperawatan dan implementasi yang
direkomendasikan oleh National Institute of Health dan National, Heart, Lung, and
Blood Institute (2006) yaitu pengaturan diet makan harian berupa Rencana Makan
Harian DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). DASH merupakan
bentuk manajemen hipertensi dalam bentuk diet makanan harian yang tinggi serat
dan rendah lemak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, penggunaan
DASH dapat menurunkan tekanan darah baik dengan penggunaan garam harian
normal maupun dengan pengurangan garam harian yang menunjukkan hasil lebih
baik (NIH & NHLBI, 2006; Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi, & Azizi,
2005). Oleh karena itu, hal ini melatarbelakangi penulis untuk menganalisis apakah
hasil intervensi DASH yang telah diberikan kepada lansia dapat mengontrol
hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Perkotaan dengan karakteristik masyarakat memicu terjadinya masalah kesehatan
di perkotaan. Salah satu, masalah kesehatan yang banyak muncul di perkotaan
adalah hipertensi. Hipertensi menjadi salah satu penyakit non-communicable
disease yang sering terjadi pada lansia. Masalah kesehatan hipertensi ini banyak
terjadi pada lansia dikarenakan penurunan fungsi tubuh dan banyak faktor risiko
merusak yang menjadikan lansia rentan (vulnerable) terhadap masalah kesehatan
seperti hipertensi. Banyak upaya telah dilakukan untuk mampu mengatasi
hipertensi seperti pembuatan program kesehatan posbindu dan perkesmas yang
telah disusun oleh Kementerian Kesehatan.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Upaya yang dilakukan pemerintah pada kenyataannya masih belum maksimal
dalam mengatasi hipertensi sehingga peneliti terdorong untuk melakukan intervensi
sebagai solusi untuk mengatasi hipertensi. Salah satu solusi yang dilakukan adalah
penerapan asuhan keperawatan komunitas dengan setting keluarga melalui
intervensi terfokus untuk mengatasi hipertensi yaitu Rencana Diet Harian DASH.
Peneliti terdorong melakukan intervensi keperawatan untuk mengetahui apakah
intervensi asuhan keperawatan keluarga yang diberikan melalui diet DASH mampu
mengontrol tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) untuk mengontrol hipertensi pada lansia serta pemberian
asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Nenek N di RW 22 kelurahan
Sukatani, Kota Depok pada lansia dengan hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Karya ilmiah ini memberikan gambaran tentang:
1. Masalah Hipertensi pada lansia di RW 22
2. Hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Nenek N
3. Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Nenek N
4. Perencanaan intervensi keperawatan berupa pengaturan diet makanan
menggunakan diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
pada keluarga Nenek N
5. Implementasi keperawatan pada keluarga Nenek N
6. Evaluasi keperawatan pada keluarga Nenek N
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Manfaat dari penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi dan
pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan sebagai bahan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
9
Universitas Indonesia
referensi tambahan serta sebagai tambahan kurikulum dalam mata ajar KKMP atau
gerontik terkait intervensi keperawatan dalam mengontrol dan mengurangi tekanan
darah tinggi pada hipertensi melalui penyusunan menu diet DASH khususnya
kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga.
1.4.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan keilmuan
keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai diet DASH
sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi tekanan darah
pada hipertensi. Selain itu, Manfaat lainnya adalah sebagai salah satu bentuk
pelayanan bidang keperawatan dalam upayanya meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat serta kesadaran keluarga dalam mengatur pola makan yang baik
pada penderita hipertensi untuk menjaga tekanan darah berada pada batas normal.
Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program
perawat kesehatan masyarakat, khususnya pada program promosi kesehatan di
berbagai tingkat pelayanan keperawatan serta sebagai bahan dalam
mengembangkan media promosi kesehatan yang dapat digunakan oleh dinas
kesehatan dan puskesmas dalam menjalankan salah satu programnya mengenai diet
menu hipertensi pada lansia dan penyuluhan pada keluarga dengan hipertensi.
1.4.3 Perawat Komunitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk referensi untuk
menjadikan intervensi DASH sebagai intervensi yang dapat digunakan perawat
komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan kepada lansia dengan hipertensi.
1.4.4 Keluarga
Intervensi DASH yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh
keluarga yang memiliki hipertensi untuk membantu mereka dalam mengontrol,
mencegah, atau menurunkannya.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
10
Universitas Indonesia
1.4.5 Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam mengembangkan
penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan
pentingnya pengaturan menu diet DASH pada penderita hipertensi dalam
melakukan manajemen hipertensi yang bertujuan untuk mengontrol dan
mengurangi tekanan darah serta sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
11 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan teori dan konsep terkait penelitian yang dilakukan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners yang disusun secara sistematis. Bab tinjauan
pustaka ini tersusun dari konsep keperawatan perkotaan/urban nursing, keluarga
dengan lansia, asuhan keperawatan keluarga dengan lansia hipertensi, dan peran
perawat komunitas.
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing
2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama (Delaune & Ladner, 2011). Masyarakat perkotaan yang terdiri dari
berbagai macam latar belakang (heterogen) menjadikannya sebagai sebuah
kompleksitas yang terbatas akan wilayah. Keterbatasan ini diartikan sebagai
kepadatan penduduk sehingga banyak yang mengklasifikasikan perkotaan sebagai
kota atau tempat dengan jumlah penduduk tertentu yang mendiami wilayah tersebut
beserta kesediaan akan akses fasilitas perkotaan. Badan Pusat Statistik (2010)
mendefinisikan perkotaan sebagai satu wilayah administratif setingkat
desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan
penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan,
saran pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya. Daerah yang
belum memenuhi persyaratan tersebut diartikan sebagai perdesaan.
Anderson dan McFarlane (2007) mengatakan terdapat empat faktor dasar yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu faktor pertama sebagai lingkungan
yang meliputi lingkungan fisik, sosial, dan psikologis. Kesehatan yang dipengaruhi
oleh lingkungan sebagai contoh adalah kebersihan udara yang ada pada lingkungan
fisik. Perkotaan yang identik dengan industrialisme menyebabkan polusi udara
sangat tinggi sehingga kebersihan udara sangat buruk di daerah perkotaan dan
banyak masalah kesehatan terkait pernafasan yang menjadi masalah di perkotaan.
Selain itu, tingginya tuntutan perkotaan menyebabkan lingkungan sosial dan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
12
Universitas Indonesia
psikososial pada masyarakatnya sering terganggu terlihat dari perbedaan status
perekonomian pada lingkungan sosial dan banyak masyarakatnya mengalami
gangguan mental seperti stres karena terganggunya lingkungan psikologis mereka.
Faktor kedua merupakan perilaku atau gaya hidup, gaya hidup perkotaan dapat
terlihat dari perilaku masyarakatnya yang tidak sehat maupun perilaku sehatnya.
Perilaku masyarakat kota yang berorientasi pada kemudahan dan kepraktisan
menjadikan mereka sering melakukan jalan pintas seperti penggunaan makanan
cepat saji yang tidak terstandar nilai kesehatannya. Faktor ketiga adalah keturunan,
banyaknya penyakit di perkotaan merupakan penyakit yang diturunkan dan asal
mula penyakit tersebut dimulai dari perubahan gaya hidup seperti penyakit Diabetes
Mellitus. Faktor terakhir adalah pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang
membedakan antara perkotaan dan perdesaan terlihat pada kelengkapan fasilitas
dan terintegrasinya pelayanan utama antara promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif (Anderson & McFarlane, 2007).
2.1.2 Masalah Kesehatan Hipertensi yang Terjadi di Perkotaan
Hipertensi sebagai salah satu penyakit non-communicable disease menjadi salah
satu masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat perkotaan. WHO dan ISH
(2003) menyatakan bahwa hipertensi diestimasikan menjadi 4,5% penyebab
penyakit pokok secara global dan menjadi masalah umum di negara berkembang
sama halnya dengan perkembangan dunia itu sendiri. Masalah perkotaan yang
sering menjadi akar dari seluruh masalah kesehatan di perkotaan alah satunya
adalah kemiskinan. Kemiskinan menjadi masalah utama yang dihadapi oleh seluruh
negara baik negara berkembang maupun negara maju.
Penelitian yang dilakukan oleh Blakely, Hales dan Woodward (2004) menunjukkan
bahwa negara dengan rakyatnya yang berada pada status sosial ekonomi yang
rendah menjadikan status kesehatannya lebih buruk dibandingkan dengan negara
dengan status sosial ekonomi yang lebih baik. Selain itu, Godfrey dan Julien (2005)
menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi di perkotaan. Rowland dan Lyons (1996) mengatakan bahwa kemiskinan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
13
Universitas Indonesia
sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal yang dipengaruhi kemiskinan
diantaranya adalah status pendidikan dan status pernikahan. Penelitian tersebut
menunjukkan kemiskinan menjadikan lansia sulit untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang pantas. Selain itu, lansia dengan penyakit kronis membutuhkan
akses kesehatan yang lebih banyak dan berkelanjutan sehingga hal tersebut sering
menjadi beban bagi lansia yang tidak mampu. Hampir sepertiga dari lansia dengan
kemiskinan yang diteliti memiliki diabetes dan hipertensi sebagai penyakit kronis.
Faktor penting lain yang menjadikan hipertensi sebagai salah satu masalah
kesehatan di perkotaan adalah gaya hidup. WHO (2013) menyebutkan bahwa empat
non-communicable disease (penyakit kardiovaskular (jantung, hipertensi, dan gagal
jantung), kanker, penyakit respiratori kronik, dan diabetes) disebabkan oleh empat
faktor risiko perilaku yaitu penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kurangnya
aktivitas, dan penggunaan alkohol yang merusak. Selain itu, WHO juga
menyatakan bahwa kondisi hidup dan lingkungan kerja seseorang termasuk gaya
hidupnya mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup. Manimunda, Sugunan,
Benegal, Balakhrisna, Rao, & Pesala (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor risiko
terjadinya hipertensi yang berkaitan dengan gaya hidup diantaranya adalah diet, diet
garam, serat, lemak jenuh, lemak trans, aktivitas fisik, dan stres.
Miller (2012) menyatakan bahwa hipertensi pada lansia terjadi karena beberapa
faktor risiko seperti usia, etnis, faktor genetik, berat badan berlebih, inaktivitas
fisik, sleep apnea, stressor psikososial, tingkat pendidikan yang rendah dan status
sosial ekonomi. Kemiskinan menjadikan lansia tidak mampu dalam memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dan cenderung mencari hal-hal yang mudah dan murah
tanpa melihat apakah makanan yang dia makan sehari-hari sehat atau tidak.
Perubahan gaya hidup terutama pada pola diet yang serba instan, mudah didapat,
dan tidak adanya jaminan standar kesehatan serta bahan makanan yang tinggi lemak
serta rendah serat menjadi penyebab hipertensi pada masyarakat perkotaan.
Faktor-faktor di atas banyak dialami oleh lansia di perkotaan. Selain itu, pola diet
yang dapat meningkatkan risiko hipertensi terdiri dari pemasukan lemak dan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
14
Universitas Indonesia
natrium yang tinggi, pemasukan kalium yang rendah, konsumsi alkohol yang
berlebihan (Lloyd-Jones et al, 2009 dalam Miller, 2012; Bradshaw & Steyn, 2001).
Penelitian lain menunjukkan bahwa ketika pola makan antara kelompok budaya
yang berbeda dibandingkan terdapat hasil hubungan yang kuat antara konsumsi
natrium harian dan angka kejadian hipertensi (Flegel & Magner, 2009 dalam Miller,
2012).
2.2 Keluarga dengan Lansia
2.2.1 Keluarga dengan Lansia
Keluarga merupakan unit dasar dari setiap masyarakat, tetapi tidak memungkiri
bahwa keluarga itu rumit dan tidak sesederhana yang dibayangkan, bervariasi,
dinamis, dan adaptif sehingga penting bagi semua perawat untuk mengetahui
mengenai disiplin ilmu dari keperawatan keluarga dan berbagai macam variasi jalan
yang bisa digunakan dalam berinteraksi dengan keluarga (Hanson dalam Kaakinen,
Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). WHO mendefinisikan lansia sebagai
dewasa yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Sedangkan keluarga menurut
Friedman, Bowden, dan Jones (2003) merupakan kumpulan orang-orang yang
bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah , atau adopsi, dan lainnya yang
berada dalam satu rumah. Burgess dan Locke (1953 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff,
Coehlo, dan Hanson, 2010) mendefinisikan keluarga sebagai sekelompok orang
yang disatukan oleh ikatan baik pernikahan, darah, atau adopsi dan terdapat dalam
satu rumah saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya dalam peran
sosial mereka seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak, saudara, dan menciptakan
serta menjaga kebiasaan yang sama.
Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010)
mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individual yang saling
bergantungan satu dengan lainnya secara emosional, fisik, dan dukungan ekonomi.
Setiap anggota keluarga akan saling bergantungan dalam menjaga status sehat
maupun sakitnya. Hanson (2005 dalam Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson,
2010) mendefinisikan kesehatan keluarga sebagai perubahan status dinamis dari
kesejahteraan, yang meliputi biologis, psikologis, spiritual, sosiologis, dan faktor
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
15
Universitas Indonesia
budaya dari setiap anggota individual dan keseluruhan sistem keluarga. Keluarga
dengan lansia merupakan keluarga dengan salah satu anggotanya sudah berumur
lebih dari 60 tahun, pensiun, atau salah satu lansia telah meninggal.
Duvall dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) keluarga dengan lansia
memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi yaitu (1) penyesuaian terhadap
pensiun, (2) penyesuaian terhadap perannya sebagai kakek, (3) penyesuaian
terhadap kematian atau kematian salah satu pasangannya, dan (4) penyesuaian
terhadap tinggal sendiri. Tahap perkembangan keluarga digunakan perawat dalam
melakukan pengkajian untuk mengetahui kesiapan keluarga terhadap perubahan
perkembangannya. Keluarga dengan lansia menjadikan keberagaman individu
dalam keluarga tersebut. Orang tertua di keluarga tersebut akan memiliki anak yang
telah memiliki keluarga dalam keluarganya kemudian adanya cucu.
2.2.2 Lansia sebagai Populasi Vulnerable
Teori Akibat Fungsional (Miller, 2012) mengatakan bahwa perubahan yang
berhubungan dengan lansia merupakan proses fisiologis melekat yang
meningkatkan kerentanan (vulnerable) pada lansia terhadap efek merusak pada
faktor risiko yang muncul. Perubahan yang berhubungan dengan usia pada lansia
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, sebagian besar masalah yang
mempengaruhi lansia disebabkan oleh faktor-faktor risiko. Perubahan yang
berhubungan dengan usia berkaitan dengan penurunan fungsi fisiologis, tetapi
terdapat pada peningkatan pertumbuhan potensial psikososial dan spiritual. Faktor
risiko sendiri merupakan kondisi yang meningkatkan kerentanan pada lansia untuk
mengganggu fungsi maupun kualitas hidup lansia. sumber-sumber umum untuk
faktor risiko berasal dari penyakit, lingkungan, gaya hidup, sistem pendukung,
keadaan psikososial, efek samping medikasi, sikap yang berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan (Miller, 2012).
Faktor risiko tersebut bersifat negatif apabila tidak bisa diatasi. Faktor risiko
berbeda dengan perubahan yang berhubungan dengan usia yang merupakan hal
normal pada lansia. Perubahan pada lansia apabila mendapatkan pengaruh dari
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
16
Universitas Indonesia
faktor risiko akan meningkatkan kerentanan lansia terhadap kualitas hidupnya.
Selain itu, banyak lansia yang memiliki masalah kognitif, psikiatrik, dan fisik tetapi
tidak mencari bantuan dalam menyelesaikan masalah tersebut (Culo, 2011).
Flaskerud dan Winslow (1998 dalam Allender, Rector, & Warner, 2014) kerentanan
merupakan hasil gabungan dari efek keterbatasan sumber, keadaan yang tidak
sehat, dan tingginya faktor risiko. Perubahan fisiologis yang berhubungan dengan
usia, berbagai penyakit kronik, serta hasil dari keterbatasan status fungsional dan
kehilangan kemandirian menyebabkan lansia selalu rentan (Stanhope & Lancaster,
2004).
Stanhope & Lancaster (2004) beberapa hal dapat mempengaruhi seseorang menjadi
rentan, seperti ketidakadekuatan sosial, pendidikan dan ilmu pengetahuan, dan
ekonomi. Beberapa hal dapat menyebabkan lansia menjadi rentan seperti
kurangnya pendapatan karena pensiun dan perubahan kognitif yang mempengaruhi
kehidupan sehari-hari lansia seperti gangguan memori dan lain lain. Hipertensi
sebagai salah satu penyakit kronis mengakibatkan lansia yang menderita penyakit
tersebut sebagai lansia yang rentan.
Miller (2012) menyebutkan faktor-faktor risiko hipertensi yang sering terjadi pada
lansia adalah usia, etnis, faktor genetik, berat badan berlebih, aktivitas fisik yang
kurang, sleep apnea, stressor psikososial, pendidikan rendah dan status sosial
ekonomi. Selain itu, pola diet yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah
konsumsi tinggi natrium dan lemak, konsumsi rendah kalium, dan penggunaan
alkohol yang berlebih. Faktor risiko seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga,
dan ras merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi sedangkan faktor seperti
diabetes, stres, obesitas, makanan, penyalahgunaan substansi merupakan faktor
risiko hipertensi yang dapat di modifikasi (Black & Hawk, 2009). Faktor pola diet
pada lansia menjadikan lansia yang kurang baik dalam mengatur pola makannya
memiliki risiko tinggi mengalami hipertensi. Konsumsi tinggi lemak dan natrium
pada lansia yang tidak sadar akan status kesehatannya menjadikan lansia tersebut
memiliki risiko tinggi untuk mengalami hipertensi dan menjadikan faktor risiko
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
17
Universitas Indonesia
terjadinya penyebab penyakit kardiovaskular lain muncul seperti stroke, gagal
ginjal, dan penyakit jantung koroner.
Faktor usia mempengaruhi risiko hipertensi yaitu semakin bertambahnya usia
menyebabkan semakin besar kemungkinan menderita hipertensi. Hal ini berkaitan
dengan adanya kemunduran sistem pembuluh darah dan faktor ini menjadi dua kali
lipat setelah usia 55 tahun (American Heart Association, 2010). Pola makan dalam
hal ini asupan makanan menjadi salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi.
Asupan makanan berupa natrium dan lemak merupakan hal-hal yang dibatasi untuk
mengurangi tekanan darah maupun mencegahnya.
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan perlu untuk selalu melibatkan
keluarga untuk bisa berperan aktif dalam rencana keperawatan yang akan diberikan.
Peran aktif keluarga dalam melakukan proses asuhan keperawatan akan
memberikan hasil yang optimal dalam upayanya meningkatkan status kesehatan
setiap individu dalam keluarga tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan
keluarga adalah melakukan kunjungan rumah dengan menekankan pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
2.3.1 Pengkajian Keluarga
Asuhan keperawanan keluarga dalam prosesnya menggunakan proses pengkajian
hingga evaluasi untuk mengetahui keoptimalan intervensi yang diberikan dengan
proses tersebut. Bagian pertama dari pemberian asuhan keperawatan adalah
melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
akan di analisis dan disusun untuk penentuan masalah utama atau prioritas yang
didapatkan. Proses pengambilan data tersebut dapat dilakukan melalui metode
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian keluarga apa tersusun
melalui salah satu teori yang dikembangkan oleh Friedman yaitu penggunaan teori
Family Centre Nursing (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Sumber Data Pengkajian Keluarga
Data Sumber Data
Wawancara dengan setiap anggota
keluarga mengenai kejadian dari masa
lalu hingga saat ini yang signifikan
Data objektif
Data subjektif
- Bertanya dan mendengarkan
- Genogram
- Ecomap
- Observasi rumah keluarga
- Observasi interaksi keluarga
- Pengalaman yang diceritakan
anggota keluarga
- Pengalaman observasi kerabat
yang diceritakan
- Instrumen pengkajian yang
diisi oleh keluarga Sumber: Friedman, Bowden, & Jones (2003)
Pengkajian dapat dilakukan dengan melihat delapan aspek yaitu (1) data umum
yang terdiri dari data kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe
keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga. Pengkajian
selanjutnya yaitu (2) aktivitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan
keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya.
Pengkajian ketiga (3) lingkungan: karakteristik tempat tinggal, karakteristik
tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
Aspek pengkajian selanjutnya yaitu (4) struktur keluarga: pola komunikasi
keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai dan norma keluarga, (5)
fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan.
Aspek keenam pengkajian yaitu (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka
pendek, stresor jangka panjang, kekuatan keluarga, respons keluarga terhadap stres,
strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional. Aspek
selanjutnya yaitu (7) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga dan
terhadap petugas kesehatan yang ada, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan
fisik dilakukan, dilakukan pada seluruh anggota keluarga, pemeriksaan yang
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
19
Universitas Indonesia
dilakukan terdiri dari tanda-tanda vital dan head to toe, kesimpulan dari hasil
pemeriksaan fisik (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada masalah kesehatan yang ditemukan.
Hipertensi sebagai masalah yang dikaji dalam perawatan keluarga berfokus pada
pengkajian tekanan darah, faktor risiko yang dimiliki keluarga, serta berfokus pada
lima tugas kesehatan keluarga (Maglaya, 2009). Pengkajian pada faktor risiko dapat
bermacam-macam apabila berhubungan dengan hipertensi. Pengkajian dengan
faktor risiko berat badan berlebih akan mengambil data indeks masa tubuh, pola
makan akan mengambil data pada kebiasaan makan sehari-hari, nutrien apa saja
yang dimakan, bagaimana memperoleh bahan dasar pembuatannya dan bagaimana
cara membuatnya. Pengkajian tekanan darah yang didapatkan akan diklasifikasikan
dan intervensi yang diberikan bisa disesuaikan dengan klasifikasi hipertensi yang
didapatkan.
Tabel 2.2 Kriteria untuk Tekanan Darah Normal dan Tahapan Hipertensi
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Prehipertensi
Hipertensi, Stage I
Hipertensi, Stage II
<120
120-139
140-159
≥ 160
<80
80-89
90-99
≥ 100 Sumber: JNC dalam Miller (2012)
2.3.2 Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan akan berbentuk data-data baik bersifat objektif
maupun subjektif. Data-data tersebut akan di analisis hingga terbentuknya
diagnosis keperawatan yang sesuai. Proses selanjutnya adalah melakukan skoring
diagnosis untuk menentukan prioritas atau masalah utama yang akan dijadikan
sebagai diagnosis pertama yang akan diintervensi (Friedman, Bowden, & Jones,
2003). Proses penyusunan diagnosis keperawatan dapat menggunakan sistem
NANDA (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
20
Universitas Indonesia
Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga
No Kriteria Skor Bobot
1
2
3
4
Sifat masalah
- Aktual (tidak/kurang sehat)
- Ancaman kesehatan
- Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah
- Mudah
- Sebagian
- Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah
- Tinggi
- Sedang
- Rendah
Menonjolnya masalah
- Masalah berat, harus segera
ditangani
- Ada masalah, tetapi tidak perlu
segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
1
2
1
1
Sumber: Friedman, Bowden, dan Jones (2003)
Penghitungan skor dilakukan dengan menggunakan rumus
𝑆𝑘𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 pada setiap kriteria. Nilai yang didapat untuk setiap
kriteria kemudian dijumlah untuk mendapatkan nilai total yang merupakan hasil
akhir skoring. Nilai skoring yang telah didapatkan dibandingkan dengan nilai
skoring diagnosis lain dengan nilai terbesar merupakan nilai diagnosis yang
menjadi prioritas.
Diagnosa-diagnosa keperawatan yang dapat muncul akibat hipertensi dilihat dari
respons klien serta data subjektif dan objektif diantaranya ketidakefektifan
manajemen terapeutik, nyeri akut, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan,
potensial komplikasi hipertensi, intoleransi aktivitas, ansietas, gangguan pola tidur,
risiko cedera, ketidakefektifan perfusi jaringan (Wilkinson& Ahern, 2008;
NANDA, 2012). Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan memiliki definisi
ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, atau mencari bantuan untuk
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
21
Universitas Indonesia
memelihara kesehatan (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan
diagnosis ini diantaranya adalah (a) menunjukkan perilaku kurang adaptif terhadap
perubahan lingkungan, (b) menunjukkan kurang pengetahuan tentang praktek dasar
kesehatan, (c) melaporkan atau tampak tidak mampu mengemban tanggung jawab
untuk memenuhi praktik kesehatan dasar, (d) terbatasnya tindakan pencegahan
kesehatan, dan (e) terbatasnya penggunaan lembaga dan tenaga pelayanan
kesehatan (Wilkinson & Ahern, 2008).
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan
Bolton (2005) menyatakan bahwa terdapat beberapa intervensi keperawatan yang
dapat dilakukan dalam melakukan manajemen hipertensi yaitu pembatasan garam,
pengaturan diet (diet DASH), latihan fisik, penurunan berat badan, pembatasan
alkohol, dan pembatasan merokok. Proses perencanaan sendiri tidaklah mudah.
Rintangan terberat dari suksesnya kunjungan keluarga adalah kurangnya
perencanaan dan persiapan (Allender, Rector, & Warner, 2014). Menurut
Friedman, Bowden, & Jones (2003) perencanaan merupakan sekumpulan tindakan
yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam menyelesaikan masalah. Allender,
Rector, dan Warner (2014) memberikan arahan perencanaan sebelum melakukan
kunjungan keluarga menjadi beberapa tahapan yaitu (1) menghubungi keluarga
untuk mengatur jadwal yang cocok untuk dilakukan kunjungan, (2) memastikan
alamat yang benar, (3) menyusun rencana tertulis intervensi keperawatan untuk
masing-masing anggota keluarga, (4) aturlah perlengkapan atau diagram yang
dibutuhkan dalam fokus kunjungan, (5) rencanakan rute langsung menuju rumah
keluarga yang akan dikunjungi.
Penyusunan rencana keperawatan berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga
(Maglaya, 2009). Penyusunan rencana keperawatan berfokus pada tujuan umum
yang ingin dicapai serta tujuan khusus yang ingin dicapai berdasarkan lima tugas
kesehatan keluarga. Tujuan umum dilaksanakan rencana intervensi diagnosa
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi adalah setelah
dilakukan tindakan perawatan, keluarga mampu merawat anggota keluarga lansia
dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan dapat terlaksana dengan baik
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
22
Universitas Indonesia
terlihat dari peningkatan kognitif, afektif, serta psikomotor. Tujuan khusus pada
penyusunan rencana keperawatan berfokus pada lima tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah; mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan
melakukan perawatan; melakukan perawatan sederhana, memodifikasi
lingkungan; memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan (Maglaya, 2009).
Rencana intervensi yang akan dibuat disusun dengan menggunakan kriteria
evaluasi yang dapat diukur beserta tujuan pasien yang akan dicapai. Moorhead,
Johnson, & Maas dalam Wilkinson & Ahern (2008) menggunakan standar NOC
sebagai kriteria evaluasi yang dipakai. Kriteria evaluasi yang dipakai diharapkan
realistik sesuai dengan kemampuan dan keadaan pasien, dapat diukur atau
diobservasi, serta memiliki tanggal target masalah akan selesai. Carpenito (2000)
menggunakan SMART sebagai kriteria hasil yaitu (Spesific, Measurable,
Achievable, Realistic, dan Time Oriented).
2.3.4 Implementasi Keperawatan Keluarga dengan Lansia Hipertensi
Maglaya (2009) menyebutkan lima tugas kesehatan keluarga yang menjadi proses
implementasi keperawatan keluarga yang akan digunakan. Tugas kesehatan
pertama adalah mengenal masalah kesehatan, kedua memutuskan untuk mengatasi
masalah, merawat keluarga dengan masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan,
dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan lima tugas kesehatan
untuk implementasi keperawatan diharapkan dapat mengatasi masalah hipertensi
sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah didapatkan.
Implementasi adalah proses ketika rencana pelayanan dilaksanakan (Hitchcock,
Schubert, & Thomas, 1999). Proses implementasi keperawatan dengan lima tugas
kesehatan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
pengimplementasiannya. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor didapatkan
melalui proses pengimplementasian keseluruhan tujuan khusus yang telah disusun
pada rencana keperawatan. implementasi yang diberikan mencakup aspek kognitif
adalah dengan memberikan edukasi serta mendiskusikannnya bersama keluarga
terkait masalah dan cara mencegahnya. Aspek afektif terlihat dari motivasi yang
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
23
Universitas Indonesia
dilakukan perawat untuk mendorong keluarga untuk mau memutuskan untuk
menyelesaikan masalah, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sedangkan aspek psikomotor terlihat dari keluarga melakukan
perawatan sederhana terkait masalah.
Proses implementasi yang dimulai dari mengenal masalah dilakukan dengan
menjelaskan mengenai pengertian hipertensi kemudian mendiskusikannya bersama
keluar untuk mengetahui tanda dan gejala, penyebab, serta akibat dari masalah
kesehatan. Setelah itu, implementasi dilakukan dengan mendorong keluarga untuk
memutuskan untuk mau mengatasi masalah. Implementasi selanjutnya dilakukan
untuk mengetahui cara pencegahan serta tindakan psikomotor untuk mengatasi
masalah hipertensi terutama tanda dan gejala seperti melakukan tarik nafas dalam
dan kompres hangat untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang muncul akibat tanda
dan gejala hipertensi.
Pestana (2002) menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup terbukti bermanfaat dan
mungkin hanya terapi yang dibutuhkan untuk hipertensi tahap 1. Pelaksanaan
intervensi dengan memodifikasi gaya hidup ditujukan untuk mengubah faktor risiko
dari gaya hidup yang merusak menjadi bermanfaat kembali. Bolton (2005)
mengatakan beberapa intervensi dapat digunakan dalam melakukan manajemen
hipertensi yaitu manajemen hipertensi salah satunya adalah dengan mengatur
rencana makan harian dengan diet DASH. Implementasi terfokus yang digunakan
adalah mengenalkan menu diet hipertensi DASH dan bersama keluarga menyusun
menu dia DASH untuk seminggu. Menu diet DASH sebagai terapi non farmakologi
hipertensi terbukti mampu menurunkan tekanan darah yang tinggi akibat hipertensi
dalam waktu dua minggu. Perpaduan menu diet DASH dan pembatasan garam akan
memberikan hasil yang lebih baik (NIH & NHLBI, 2006).
Fokus implementasi dari menu diet DASH adalah peningkatan konsumsi makanan
berserat seperti produk padi-padian, sayur-sayuran, dan buah-buahan serta
mengurangi konsumsi makanan dengan lemak jenuh. Penelitian yang dilakukan
oleh Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi, & Azizi (2005) menunjukkan hasil
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
24
Universitas Indonesia
diet DASH dapat menurunkan sebagian besar risiko metabolik baik perempuan
maupun laki-laki dan penurunan tekanan darah sekitar 11-12 mmHg. Penelitian
yang dilakukan oleh U.S. Department of Health and Human Services (2003)
menunjukkan bahwa DASH dapat menurunkan tekanan darah lebih baik dalam
waktu dua minggu dibandingkan dengan diet lain seperti diet harian Amerika dan
diet harian Amerika dengan memperbanyak buah. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan hasil yang lebih baik apabila ditambah dengan melakukan diet
pembatasan garam (U.S. Department of Health and Human Services, 2003; NIH &
NHLBI, 2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan diet DASH dalam
merubah perilaku diet seorang dapat menurunkan tekanan darah (Windhauser, 1999
dalam Pennington Nutrition Series, 2004).
Diet DASH didefinisikan sebagai rencana makan dengan makanan rendah lentuk
jenuh, kolesterol, dan lemak total dengan menekankan pengonsumsian buah-
buahan, sayuran, dan konsumsi produk susu rendah lemak. Diet DASH ini juga
menyertakan pengonsumsian produk-produk padi-padian, ikan, unggas, dan
kacang-kacangan serta pengurangan konsumsi pada daging merah, manisan, dan
minuman yang mengandung gula. Diet DASH ini kaya akan magnesium, kalium,
kalsium, serta protein dan tinggi serat (U.S. Department of Health and Human
Services, 2003).
Penyusunan menu DASH dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan kalori normal
tubuh dewasa yaitu selintas 2000 kkal. Penyusunan menu dilakukan dengan
memperhatikan jumlah penyajian dalam seharinya produk padi-padian disusun
untuk mendapatkan penyajian hingga 7 sampai dengan 8 kali sehari, sayuran di
sajikan sebanyak 4 hingga 5 kali sehari, buah-buahan sebanyak 4 hingga 5 kali
sehari. Penggunaan produk susu rendah lemak 2 hingga 3 kali sehari, ikan dan
unggas tidak lebih dari dua kali sehari, kacang-kacangan disajikan 4 hingga 5 kali
per minggu. Penggunaan minyak sebanyak maksimum 3 sendok makan dan
konsumsi manisan maksimum 5 kali dalam seminggu.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Diet DASH bukanlah diet yang berfokus pada penurunan berat badan (U.S.
Department of Health and Human Services, 2003). Diet DASH kaya akan jenis
makanan dengan rendah kalori seperti pada sayuran dan buah-buahan sehingga
klien dapat mengganti makanan dengan tinggi kalori dengan makanan rendah kalori
dengan memperbanyak buah-buahan dan sayuran. Tujuan utama dari penggunaan
diet DASH adalah untuk meningkatkan konsumsi buah, sayuran, dan produk susu
yang bebas atau rendah lemak.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan berfokus pada perencanaan yang telah dibuat
pada penyusunan rencana keperawatan. Proses evaluasi dapat dinilai berdasarkan
evaluasi subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan atau rencana tindak lanjut
(SOAP). Selain itu dapat dilakukan evaluasi kir pertemuan atau kunjungan dengan
menggunakan evaluasi sumatif dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP dapat dilakukan berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga yang
disusun oleh Maglaya (2009). Untuk evaluasi sumatif dilakukan di akhir untuk
menilai apakah seluruh kriteria hasil yang diharapkan telah optimal. Evaluasi
tingkat kemandirian dilakukan pada keluarga sesuai dengan tahapan lima tugas
kesehatan keluarga yang adopsi ke dalam pengkajian yang dilakukan oleh perawat
kesehatan masyarakat (perkesmas) kepada keluarga yang dilakukan format
pengkajian perkesmas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006; Direktorat
Bina Pelayanan Keperawatan dan KM, 2014).
Tingkat kemandirian diklasifikasikan menjadi empat klasifikasi dengan tujuh
kriteria evaluasi. Tujuh kriteria evaluasi itu diantaranya adalah (1) keluarga
menerima petugas kesehatan, (2) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai
rencana, (3) keluarga menyatakan masalah secara benar, (4) keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (5) keluarga
melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (6) keluarga melakukan
tindakan pencegahan secara aktif, (7) keluarga melaksanakan tindakan promotif
secara aktif. Klasifikasi tingkat kemandirian I apabila keluarga hanya mampu untuk
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
26
Universitas Indonesia
memenuhi kriteria 1 dan 2, tingkat kemandirian II tercapai apabila keluarga mampu
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5, tingkat kemandirian III tercapai apabila
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6, dan tingkat kemandirian IV tercapai apabila
keluarga mampu memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7 (Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan KM, 2014).
2.4 Peran Perawat Komunitas
Peran perawat keluarga menurut Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson (2010)
terdiri dari edukator kesehatan, perawat mengajarkan mengenai penyakit,
hubungan, menjadi orang tua, kesejahteraan pada keluarga. Koordinator,
kolaborator, dan penghubung, perawat bertugas sebagai seseorang yang
mengkoordinasikan perawatan yang diterima keluarga, berkolaborasi bersama
keluarga dalam perencanaan keperawatan. Peran perawat komunitas selanjutnya
adalah advokasi keluarga, perawat mendorong anggota keluarga untuk
menyuarakan apa yang mereka pikirkan atau perawat yang berbicara atas nama
keluarga. Peran selanjutnya adalah konsultan, perawat berperan sebagai konsultan
yang berkonsultasi dengan agen-agen tertentu untuk memfasilitasi mereka.
Konselor, perawat menggunakan peran terapeutik dalam menolong individual atau
keluarga dalam menyelesaikan masalah atau mengubah perilaku. Peneliti,
mengidentifikasi masalah-masalah praktek dan mencari solusi terbaik untuk
menghadapi masalah tersebut melalui proses keilmuan (Kaakinen, Gedaly-Duff,
Coehlo, & Hanson, 2010).
Peran perawat keluarga di atas dapat digunakan dalam menyusun asuhan
keperawatan keluarga. Perawat dalam melakukan asuhan selalu mengikut sertakan
keluarga secara aktif sehingga hasil pemberian asuhan akan optimal. Proses asuhan
keperawanan keluarga itu sendiri terdiri dari tahapan-tahapan yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, serta evaluasi tindakan dalam
proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).
Upaya preventif dan promotif dapat diberikan melalui asuhan keperawanan
keluarga. Upaya preventif dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
27
Universitas Indonesia
keluarga mengenai masalah yang muncul sedangkan upaya promotif dapat
dilakukan dengan memotivasi keluarga agar mau menyebarkan pengetahuan yang
mereka ketahui ke orang-orang di sekitar mereka. Tujuan pendidikan adalah
mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak
secara terlangsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Manusia dapat
belajar dan melihat banyaknya contoh baru, perilaku yang berbeda, dan kebiasaan
yang perlu diubah untuk beberapa kondisi kesehatan (Anderson & McFarlane,
2007).
Pencegahan primer, sekunder, dan tersier akan mampu mengurangi faktor risiko
yang muncul baik sebelum, sedang, maupun setelah munculnya masalah.
Pencegahan primer berfokus pada mengubah faktor risiko yang bisa dimodifikasi
sebelum masalah kesehatan muncul. Pencegahan sekunder dilakukan pada awal
terdeteksinya masalah kesehatan dengan melakukan skrining dan melakukan
perawatan awal. Pencegahan tersier berfokus pada rehabilitasi dan restorasi setelah
penyakit atau masalah kesehatan muncul untuk meminimalkan morbiditas dan
meningkatkan kebermanfaatan dari hidup klien (Hitchcock, Schubert, & Thomas,
1999). Proses asuhan keperawatan keluarga tidak pernah lepas dari ketiga
pencegahan di atas dengan tetap melibatkan peran aktif keluarga di dalamnya.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
28 Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini memaparkan proses asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan
oleh peneliti pada keluarga kelolaan utama. Bab ini dimulai dari pengkajian
keperawatan yang dilakukan pada keluarga dilanjutkan penentuan diagnosis
keperawatan dengan menentukan diagnosa prioritas melalui skorsing keperawatan,
proses penyusunan intervensi keperawatan keluarga, pelaksanaan implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan baik evaluasi formatif, sumatif, dan tingkat
kemandirian keluarga.
3.1 Pengkajian Keperawatan keluarga
Mahasiswa melakukan pengkajian pada keluarga kelolaan utama dengan yaitu pada
keluarga dari Kakek J (70 tahun) dan Nenek N (60 tahun) dengan tahapan
perkembangan keluarga dengan lansia. Mahasiswa melakukan entry point sebagai
kelolaan utama pada Nenek N. Tipe keluarga nenek N merupakan tipe keluarga
extended family yang di dalamnya terdapat satu keluarga lain yaitu anak
kandungnya Nenek N dan mertuanya serta kedua orang cucu laki-lakinya. Keluarga
Nenek N merupakan bagian dari penduduk RT 09 RWW 22 Kelurahan Sukatani
yang telah lama tinggal di daerah tersebut dan sudah dikenal oleh penduduk sekitar
dengan sangat baik.
Agama yang dianut keluarga Nenek N adalah agama Islam dan keduanya telah
melakukan ibadah haji sehingga masyarakat sekitar sering memanggil Nenek N
dengan sebutan bu haji. Nenek N dan Kakek J merupakan warga asli yang sudah
lama tinggal di daerah Sukatani dengan suku Betawi dan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Nenek N tidak menceritakan secara terbuka
bagaimana pertemuannya dengan Kakek J. Beliau hanya menceritakan bahwa
setahun setelah mereka bertemu mereka menikah dan dikaruniai seorang anak
perempuan setahun setelah pernikahan mereka berdua.
Nenek N tidak bekerja, tetapi beliau berperan sebagai ibu rumah tangga. Selain itu,
peran lain Nenek N adalah sebagai seorang ibu untuk anaknya dan nenek untuk
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
29
Universitas Indonesia
cucu-cucunya. Kakek J bekerja sebagai marbot masjid. Penghasilan keluarga
selama ini didapatkan melalui pemberian dari anak dan menantunya yang bekerja
sebagai buruh dan karyawan swasta sehingga penghasilan Kakek N setiap bulannya
tidak menentu. Nenek N mengatakan pendapatan yang selama ini dimiliki sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk seluruh anggota keluarga.
Pertemuan dengan Nenek N dilakukan ketika kelompok komunitas sedang
melakukan penyebaran kuesioner kepada lansia untuk menentukan masalah utama
pada agregat lansia di RW 22. Pada pertemuan pertama ditemukan hasil
perhitungan pertama tekanan darah adalah 180/90 mmHg. Tingginya tekanan darah
pada Nenek N tidak langsung menjadikan Nenek N sebagai kelolaan utama. Perlu
dilakukan beberapa kali kunjungan untuk melakukan pengukuran tekanan darah
untuk menentukan apakah tekanan darah yang tinggi pada Nenek N karena situasi
atau kondisi tertentu seperti lingkungan yang tidak tenang atau Nenek N sendiri
sedang banyak pikiran.
Pertemuan selanjutnya dilakukan pengukuran kembali tekanan darah didapatkan
hasil tetap dengan pertemuan sebelumnya yaitu 180/90 mmHg. Lingkungan tempat
tinggal Nenek N merupakan lingkungan yang tenang dan cukup hijau sehingga
diharapkan pengukuran tekanan darah yang tinggi tidak dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tinggal Nenek N. Pada kunjungan tersebut terlihat bahwa nenek
N tidak merasakan adanya tanda dan gejala seperti kepala pusing maupun rasa nyeri
di tengkuk. Ketika dilakukan pengkajian fisik tidak ditemukan gangguan berat pada
masing-masing sistem organ yang dikaji terutama kardiovaskular Nenek N dengan
hasil pengukuran tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Stresor jangka
pendek di dalam keluarga adalah masalah cucu Nenek N yang sering berkumpul
bersama teman-temannya di teras rumah Nenek N sehingga nenek N sering merasa
tidak enak kepada tetangga karena suasana ramai tersebut. Stresor jangka panjang
adalah urusan keluarga yang tidak ingin dibicarakan lebih dalam oleh Nenek N.
Pengkajian yang berfokus pada tugas kesehatan keluarga padan Nenek N. Hasil
yang ditemukan adalah belum mengenalnya keluarga dan Nenek N mengenai
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
30
Universitas Indonesia
masalah kesehatan yang dimiliki yaitu hipertensi dimulai dari pengertian, tanda dan
gejala, penyebab, akibat serta pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah. Selain itu, Nenek N juga tidak mengetahui mengenai cara perawatan
sederhana untuk mengurangi tanda dan gejala yang muncul ataupun mengurangi
tekenan darah tinggi itu sendiri. Lingkungan rumah nenek N sendiri merupakan
lingkungan yang tenang walaupun masih belum bebas asap rokok. Untuk
kunjungan ke pelayanan kesehatan, didapatkan data bahwa Nenek N hampir tidak
pernah pergi ke puskesmas dan lebih memilih untuk menggunakan obat-obatan
warung untuk mengobati penyakit yang pernah dideritanya.
Pengkajian mengenai menu harian Nenek N ditemukan bahwa selama ini Nenek N
belum mengatur dirinya sendiri dalam pemilihan makanan seperti masih senang
makan ikan asin, terkadang membeli makanan jadi yang kebanyakan merupakan
makanan bersantan, penggunaan berulang minyak sayur dalam menggoreng dan
tidak membatasinya, jarang makan-makan sayuran yang tinggi serat, jarang
memakan buah-buahan dan tidak memiliki pola makan yang teratur. Selain itu,
Nenek N memiliki kebiasaan meminum kopi satu gelas sehari setiap pagi untuk
menghilangkan rasa kantuk.
Proses intervensi dilakukan untuk memulai rencana keperawatan terkait masalah
kesehatan Nenek N yaitu dengan memperkenalkan pengertian masalah hingga
memutuskan untuk melakukan perawatan mengenai masalah yang diderita. Nenek
N dapat menerima informasi dengan mudah. Hal ini juga didukung oleh peran serta
Kakek J yang biasanya selalu menemani Nenek N dalam setiap kali pertemuan
sehingga mereka berdua selalu bisa saling mengingatkan. Pada pertemuan
selanjutnya dijelaskan mengenai cara perawatan untuk mengurangi rasa tidak
nyaman yang muncul akibat tanda dan gejala yang muncul seperti pusing maupun
nyeri di tengkuk dengan melatih penggunaan tarik nafas dalam dan penggunaan
kompres hangat pada tengkuk apabila nyeri muncul. Pada kunjungan ketiga ini
telah dilakukan evaluasi dengan hasil tekanan darah yang sedikit turun
dibandingkan dengan hasil pertemuan sebelumnya yaitu 180/80 mmHg.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Intervensi selanjutnya berfokus pada intervensi mengenai pengaturan diet harian
Nenek N yaitu bersama dengan Nenek N dan keluarga mengatur pola makan harian
Nenek N sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki oleh keluarga Nenek
N. Penyusunan menu yang telah dibuat akan dilakukan oleh Nenek N dan dievaluasi
hasilnya untuk setiap pertemuan selanjutnya baik evaluasi pola makan yang telah
dilakukan maupun evaluasi langsung penurunan tekanan darah. Kakek J sebagai
suami dari Nenek N sangat mendukung pengaturan pola makan ini agar tekanan
darah Nenek N bisa turun. Pada pertemuan ini didapatkan hasil penyusunan menu
harian untuk seminggu yang kemudian akan dilakukan evaluasi untuk hasil
intervensi untuk tiga Minggu kemudian.
3.2 Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait
hipertensi, ketidakefektifan pemeliharan kesehatan terkait asam urat, dan gangguan
pola tidur. Skoring masalah keperawatan menunjukkan hasil dengan masalah utama
yang menjadi prioritas adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait
hipertensi pada Nenek N. Hasil skorsing menunjukkan hasil 4 2/3, 3 1/6, dan 2 2/3
untuk diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi,
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait asam urat (gout arthritis), dan
gangguan pola tidur.
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada keluarga oleh mahasiswa berfokus
pada lima tugas kesehatan keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan ini
adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak lima kali pertemuan, keluarga
mampu merawat keluarga lansia dengan hipertensi dan pemeliharaan kesehatan
dapat terlaksana dengan baik terutama Nenek N. Tujuan khusus pertama setelah
dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah
hipertensi dengan mampu menyebutkan definisi hipertensi, menyebutkan tiga dari
lima penyebab hipertensi, menyebutkan tiga dari tujuh tanda dan gejala hipertensi,
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
32
Universitas Indonesia
dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Tujuan khusus
kedua yaitu keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan
masalah hipertensi; keluarga mampu menyebutkan tiga dari enam akibat hipertensi
dan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.
Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan selama 2x45 menit keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi dengan mampu menyebutkan
lima dari sepuluh pencegahan hipertensi dan melakukan perawatan sederhana untuk
teknik nafas dalam, kompres hangat dan penyusunan menu diet hipertensi DASH
dan mau menyediakan menu diet yang telah dijadwalkan. (4) Tujuan khusus
keempat setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu
memodifikasi lingkungan untuk mengatasi hipertensi dengan mampu menyebutkan
bahwa dengan menjaga lingkungan rumah tetap tenang dan bebas asap rokok
sebagai cara memodifikasi lingkungan. Tujuan khusus kelima adalah keluarga
mampu untuk menyebutkan manfaat dari penggunaan pelayanan kesehatan, mampu
menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan sekitar rumah, dan mau
untuk mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan atau
melakukan pemeliharaan kesehatan.
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang diberikan dilakukan sesuai dengan penyusunan
rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Penyusunan rencana
keperawatan berpedoman pada lima tugas kesehatan keluarga dan diharapkan
mampu meningkatkan taraf kesehatan individu dan keluarga (Maglaya, 2009).
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana intervensi yang
telah disusun terdiri dari mendiskusikan kepada keluarga mengenai pengertian
hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, serta akibat dari
hipertensi.
Implementasi selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga dengan hipertensi. Motivasi dilakukan dengan cara memberikan
manfaat dari hasil pertemuan dan intervensi yang telah diberikan. Setelah itu,
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
33
Universitas Indonesia
Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi hipertensi dengan menjelaskan
mengenai pencegahan hipertensi, melakukan perawatan sederhana di rumah untuk
mengurangi rasa kurang nyaman akibat tanda dan gejala yang muncul, melakukan
penyusunan menu bersama keluarga untuk diet hipertensi DASH, dan memotivasi
keluarga untuk mau menjalankan program diet yang telah disetujui bersama.
Mendiskusikan bersama cara-cara memodifikasi lingkungan yang dapat dilakukan
bersama keluarga dalam mencegah hipertensi dan memotivasi keluarga untuk mau
melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas maupun posbindu
untuk melakukan kontrol kesehatan bulanan.
Intervensi keperawatan yang menjadi fokus untuk mengatasi hipertensi adalah
penyusunan menu diet DASH. Diet DASH merupakan penyusunan menu dengan
makanan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan lemak total dan menekankan
pada konsumsi sayur, buah, dan produk susu yang rendah atau bebas lemak serta
produk padi-padian, ikan, unggas dan kacang-kacangan (NIH & NHLBI, 2006).
Proses implementasi DASH dilakukan dengan mengenalkan pengertian DASH dan
manfaat DASH setelah itu mendorong ibu untuk mau untuk menyusun menu DASH
dan bersama dengan keluarga Nenek N berkomitmen akan melakukan proses
implementasi DASH hingga proses praktisi PKKMP telah selesai.
Proses implementasi dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan dengan implementasi
terfokus dilakukan dalam 10 kali pertemuan. Proses implementasi yang dilakukan
setelah proses pengenalan diet DASH serta manfaat dari diet DASH adalah dengan
melakukan penyusunan menu diet DASH bersama keluarga. Penyusunan menu
dilakukan dengan membantu keluarga memilih makanan yang keluarga mampu
untuk memenuhinya. Proses penyusunan dilakukan hingga tersusun daftar selama
seminggu dengan masing-masing pengulangan menu yang dibuat berselingan
dengan tujuan menghindari rasa jenuh pada menu yang sama. Proses selanjutnya
adalah menanyakan kemauan dan komitmen keluarga untuk menerapkan menu diet
DASH yang telah disusun serta menyatakan akan melakukan kunjungan ulang baik
terjadwal maupun tidak terjadwal.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
Implementasi diet DASH ini dilakukan dengan proses untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik keluarga dalam melakukan
intervensi keperawatan diet DASH. Implementasi kognitif dilakukan dengan
menjelaskan mengenai pengertian diet DASH manfaat yang didapatkan, apa saja
yang bahan makanan yang bisa digunakan dalam menyusun menu diet DASH.
Aspek kognitif dilakukan dengan mendorong keluarga untuk menyetujui dan mau
melakukan rencana intervensi diet DASH yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses
implementasi psikomotor dilakukan dengan menyusun menu diet selama seminggu
bersama keluarga.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana intervensi
yang telah disusun dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari
implementasi yang telah dilakukan termasuk intervensi yang terfokus. Evaluasi
dilakukan melalui beberapa cara seperti evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan
menilai tingkat kemandirian keluarga. Evaluasi SOAP yang didapatkan setiap kali
melakukan kunjungan untuk memberikan intervensi adalah Nenek N dan keluarga
mengatakan bahwa hipertensi adalah penyakit dengan tekanan darah yang tinggi di
atas 140 mmHg, Nenek N dan keluarga mengatakan penyebab dari hipertensi
adalah makan makanan yang asin, tinggi lemak, stres, kegemukan, Nenek N dan
keluarga mengatakan tanda dan gejala hipertensi adalah nyeri tengkuk, pusing sakit
kepala, kuping berdenging, sulit tidur, Nenek N dan keluarga mengatakan akibat
dari hipertensi adalah serangan jantung, stroke, kematian, Nenek N dan keluarga
mengatakan ingin mengatur makanannya menjadi makanan rendah lemak dan
tinggi serat serta mengurangi konsumsi makanan asin serta mengambil keputusan
untuk merawat anggota keluarga yang mengalami hipertensi.
Evaluasi pada kunjungan berikutnya Nenek N dan keluarga mengatakan
pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan mengurangi makan yang berlemak
dan asin-asin, tidak merokok, kurangi stres, olahraga, banyak makan buah dan
sayur. Selain itu, Nenek N dapat mempraktikkan dengan baik tindakan keperawatan
tarik nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyaman akibat
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
35
Universitas Indonesia
munculnya tanda dan gejala. Untuk intervensi terfokus, Nenek N dan keluarga
mengatakan makan yang boleh dimakan adalah buah dan sayuran, nasi, kentang,
tempe, tahu, yang garamnya tidak ada, Nenek N dan keluarga mengatakan makanan
yang harus dibatasi adalah penggunaan garam, telur/daging 1 kali sehari, Nenek N
dan keluarga mengatakan makanan yang harus dihindari adalah jeroan, makanan
pengawet, ikan asin, mie instan, telur asin, keripik atau kerupuk asin. Pada saat
observasi Nenek N mampu menyusun menu selama seminggu dibantu dengan
perawat dan selama sisa kunjungan Nenek N mampu menerapkan menu yang telah
disusun.
Evaluasi SOAP TUK keempat dan kelima Nenek N dan Keluarga mengatakan
bahwa lingkungan yang baik untuk penderita Hipertensi adalah lingkungan yang
tenang, tidak bising dan bebas asap rokok, Nenek N dan keluarga mengatakan
pelayanan kesehatan terdekat ada posbindu dan puskesmas, Nenek N dan keluarga
mengatakan manfaat pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan dan
mengobati ketika sakit. Keluarga dan Nenek N bersikap kooperatif dan saling
mendukung untuk setiap pemberian implementasi yang diberikan. Keluarga
mampu terlibat aktif selama proses diskusi dan setelah dilakukan evaluasi sumatif,
keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan
akibat.
Keluarga dan Nenek N juga mampu menyebutkan pencegahan hipertensi serta
melakukan perawatan sederhana teknik nafas dalam dan kompres hangat dan
melakukan penyusunan menu diet Hipertensi DASH dan menerapkannya. Hasil
pengukuran selama tiga minggu intervensi yang diberikan terkait diet DASH
didapatkan penurunan tekanan darah sebesar 20 mmHg pada sistolik dan 10 mmHg
pada diatolik dengan tekanan darah sebelumnya 180/90 mmHg dan pengukuran
terakhir sebesar 160/80 mmHg. Pada beberapa kali kunjungan terlihat keluarga
telah membuat menu sesuai dengan hasil penyusunan menu yang telah disusun
sebelumnya dengan membuat pepes ikan lengkap dengan sayur tumis taoge dan
tersedianya buah pisang di meja makan.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
36
Universitas Indonesia
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga dilakukan pada akhir pertemuan dengan
merujuk pada tugas kesehatan keluarga yang telah dilakukan selama kunjungan
keluarga sebanyak 5x45 menit pertemuan didapatkan hasil tingkat kemandirian
keluarga berada pada tingkat kemandirian IV. Hal ini ditunjukkan dari keluarga
mau menerima mahasiswa sebagai petugas perawatan kesehatan masyarakat,
keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan masalah
yang ada dan rencana keperawatan yang telah disusun, keluarga tahu dan
mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, melaksanakan tindakan
pencegahan secara aktif, dan mau bersikap promotif dengan memberitahukan
tetangga sekitar mengenai informasi yang didapat selama dilakukan kunjungan.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
37 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Bab ini memaparkan mengenai analisis hasil asuhan keperawatan keluarga yang
telah dilakukan peneliti kepada keluarga kelolaan utama. Bab ini tersusun atas
profil lahan praktisi, dilanjutkan dengan analisis masalah keperawatan keluarga
dengan kaitannya terhadap konsep dan penelitian terkait keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan, serta analisis intervensi terfokus penyusunan menu diet
DASH sebagai intervensi utama dengan konsep dan penelitian terkait.
4.1 Profil Lahan Praktik
Lahan praktik yang digunakan dalam praktik keperawatan PKKMP komunitas
berada di Kecamatan Tapos, Kelurahan Sukatani Depok. Kecamatan Tapos
memiliki tujuh kelurahan diantaranya adalah Kelurahan Cilangkap, Kelurahan
Cimpaeun, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukamaju
Baru, Kelurahan Tapos, dan Kelurahan Sukatani. Kelurahan Sukatani sebagai
kelurahan yang digunakan untuk lahan praktik memiliki luas kurang lebih 508 Ha
dengan pembagian RT dan RW sebanyak 184 rukun tetangga dan 26 rukun warga.
Jumlah penduduk berdasarkan tahun 2012 sebanyak 57.941 jiwa dengan kelurahan
terpadat ketiga berdasarkan perbandingan luas dan jumlah penduduk yaitu sebesar
12.215 jiwa/km2 (BAPPEDA Depok, 2012). Kelurahan Sukatani memiliki satu
puskesmas dengan 26 posyandu, satu pos KB dan satu balai pengobatan. Jumlah
tenaga kesehatan sendiri kelurahan Sukatani memiliki 3 dokter umum, 3 dokter
gigi, dan 4 orang perawat. Kelurahan Sukatani memiliki angka kematian pada tahun
2012 sebesar 114 jiwa dan angka kelahiran sebesar 198 jiwa. Berdasarkan tingkat
pendidikan sebanyak 7409 jiwa belum sekolah, 6310 jiwa tidak tamat SD/sederajat,
5176 jiwa tamat SD, 8161 jiwa tamat SLTP, 21437 jiwa tamat SLTA, 3469 tamat
akademi, dan 6495 jiwa tamat universitas.
Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW) dengan RW 01, 02, 03, 06, 22,
24 menjadi RW yang dikelola oleh mahasiswa PKKMP Komunitas. RW 22
menjadi salah satu RW yang terpilih untuk dikelola. RW 22 merupakan salah satu
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
38
Universitas Indonesia
RW terluas yang di wilayah Kelurahan Sukatani Depok. RW 22 memiliki 11 rukun
tetangga (RT) yang terdiri dari RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, dan RT 12
yang merupakan RT yang baru berdiri dari pemekaran RT 08. Jumlah lansia yang
ada di RW 22 adalah sebanyak 33 orang. Mayoritas penduduk di RW 22 adalah
beragama Islam dan berasal dari suku Jawa dan Betawi.
Wilayah RW 22 terbelah menjadi dua yaitu Sebelah kanan dan sebelah kiri jalan
utama yang melalui Kelurahan Sukatani yaitu Jalan Pekapuran. Keadaan
pemukiman di wilayah RW 22 lumayan padat karena terdapat perkampungan dan
perumahan. Wilayah perkampungan memiliki mayoritas rumah yang bersifat
permanen baik kepemilikan pribadi maupun yang disewakan atau dikontrakkan.
Jenis kontrakan yang biasanya banyak di wilayah RW 22 adalah kontrakan dengan
satu pintu dengan kamar mandi yang bersama-sama atau masing-masing kontrakan
memilikinya. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain cukup rapat kurang
lebih sekitar 50 cm antar satu rumah dengan rumah yang lain. RW 22 tidak memiliki
tempat pembuangan sampah sendiri sehingga pengelolaan sampah biasanya
dilakukan oleh tukang sampah keliling. Letak rumah yang lumayan berdekatan
menyebabkan sirkulasi udara dan pencahayaan matahari kurang pada beberapa
rumah.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 22 adalah praktik bidan, praktik
dokter umum, apotek dan laboratorium, serta posyandu dan posbindu. Pelaksanaan
posyandu dan posbindu dilakukan secara bersamaan yaitu secara rutin dilaksanakan
pada tanggal 22 setiap bulannya. RW 22 memiliki satu posyandu dan satu posbindu
yang berada pada satu tempat pelaksanaan yang sama yaitu di posyandu mawar.
Pelaksanaan posbindu yang belum maksimal serta jarak tempat yang lumayan jauh
menyebabkan kehadiran lansia hanya sekitar 4-5 lansia per bulannya.
Khusus untuk lansia telah disediakan posbindu dengan tiga orang kader secara
khusus mengurus posbindu ini. Kegiatan posbindu RW 22 dalam melakukan
aktivitasnya melakukan fungsi lima meja yang sama dengan posyandu akan tetapi
karena kekurangan kader sehingga pelaksanaan meja keempat dan kelima tidak bisa
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
39
Universitas Indonesia
dilakukan hanya sebatas pendaftaran pencatatan dan pengukuran berat badan serta
tekanan darah.
Kegiatan rutin yang biasanya dilaksanakan di posbindu adalah pengukuran tekanan
darah dan penimbangan lansia walaupun lansia yang datang sangat sedikit karena
sebagian besar yang datang merupakan warga yang pra lansia. Fungsi pengontrolan
tekanan darah yang dilakukan kepada lansia sudah baik karena kader telah memiliki
alat pengukur tekanan darah digital sehingga tingkat akurasi lebih baik
dibandingkan manual. Fungsi posbindu yang dianggap masih kurang adalah fungsi
promosi kesehatan yaitu kurangnya posbindu memberikan informasi mengenai diet
yang dapat dilakukan lansia dalam meningkatkan status kesehatannya. Fungsi
posbindu yang kurang ini menyebabkan sebagian besar tingkat pengetahuan lansia
kurang baik mengenai diet lansia.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait
KKMP
Pertumbuhan perkotaan dipengaruhi oleh proses perpindahan penduduk ke
perkotaan yang disebut dengan urbanisasi (Godfrey &Julien, 2005). Urbanisasi
pada perkotaan dengan karakteristiknya mengarah kepada terjadinya perubahan
pada ukuran, kepadatan, dan heterogenitas pada sebuah kota (Vlahov & Galea,
2002). Bradshaw dan Steyn (2001) menyatakan perkotaan yang telah mengalami
urbanisasi yang pesat mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan makanan dan
kebutuhan pekerjaan yang akhirnya mempengaruhi pada status sosial dan ekonomi
masyarakatnya. Kebutuhan yang semakin tinggi berbanding terbalik dengan
pendapatan dapat menyebabkan terjadinya penurunan status sosial ekonomis yang
akhirnya mempengaruhi akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terbatas dan
pada akhirnya memberikan efek kesehatan yang semakin buruk.
Akses kesehatan yang kurang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kejadian
penyakit non-communicable disease seperti Hipertensi. Status ekonomis sangat
mempengaruhi kemampuan personal baik di semua tahapan usia untuk
mempertahankan kemampuan kesehatan mereka. Hipertensi sebagai salah satu
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
40
Universitas Indonesia
penyakit non-communicable disease menjadi masalah yang sering muncul di
masyarakat perkotaan. Penelitian yang dilakukan oleh Odeniran dan Samali (2013)
menunjukkan bahwa status sosial ekonomi menjadi salah satu penghalang untuk
mengontrol hipertensi seperti kemampuan finansial yang tidak adekuat, kurangnya
pengetahuan, kemiskinan, pengangguran dan gaya hidup.
Gaya hidup kurang gerak sebagai salah satu hal yang banyak terjadi di perkotaan
menjadikan Hipertensi sebagai masalah yang sering terjadi di perkotaan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parikh, Chaksi, dan Bala (2011)
menunjukkan bahwa gaya hidup yang kurang aktivitas dapat menunjukkan
peningkatan prevalensi kejadian Hipertensi di perkotaan sebesar 95,6 % dan tidak
ada perbedaan yang bermakna antara kalangan yang mampu dengan yang kurang
mampu. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa faktor kontekstual dan perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan perkotaan diantaranya adalah gaya hidup
kurang gerak dan pola diet menjadi salah satu alasan meningkatnya angka kejadian
hipertensi (Van Ed Vijver, Oti, Agyemang, Gomez, & Kyobutungi, 2012).
WHO (2013) dalam kegiatan World Health Day mempublikasikan hasil penelitian
mereka mengenai peningkatan Hipertensi yang dipengaruhi oleh pertumbuhan
populasi penduduk, penuaan, dan faktor-faktor perilaku berisiko seperti diet yang
tidak sehat, penggunaan alkohol yang merusak, kurangnya aktivitas fisik, berat
badan yang berlebih dan paparan terhadap stres yang persisten. Masalah Hipertensi
yang muncul pada lansia tidak berbeda jauh faktor risikonya dengan tahapan usia
lain. Diet yang tidak sehat seperti tinggi lemak dan rendah serat dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan darah.
Masalah hipertensi di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi.
Penanganan yang tidak sungguh dan terkesan lambat akan menyebabkan
permasalahan yang lebih kompleks muncul karena sifat dari hipertensi itu sendiri
yang menjadi faktor risiko dari penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit
kardiovaskular lainnya. Pentingnya untuk meningkatkan motivasi lansia untuk
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
41
Universitas Indonesia
terus melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin dan dukungan keluarga
dalam mengingatkan maupun memotivasi lansia sangat penting.
Masalah hipertensi yang muncul di RW 22 terjadi sebagian besar disebabkan oleh
perilaku tidak sehat seperti kurang termotivasi melakukan olahraga dan gaya hidup
tidak sehat dengan tidak adanya pengaturan makanan seperti tingginya konsumsi
kopi dan makanan-makanan berlemak maupun yang asin-asin. Selain itu, faktor
sosial ekonomi seperti kemiskinan menyebabkan keluarga dengan lansia kurang
termotivasi untuk membawa anggota keluarganya ke pelayanan kesehatan sehingga
proses kontrol atau pemantauan secara rutin tidak bisa dilakukan oleh pelayanan
kesehatan maupun dari tingkat keluarga sendiri karena kurangnya kesadaran
anggota keluarga untuk meningkatkan tingkat kesehatan anggota keluarganya.
Peran perawat komunitas sebagi edukator harus mampu meningkatkan pengetahuan
warga masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mereka dalam
mengatur diet harian, aktivitas olahraga dan pengetahuan anggota keluarga agar
terjadi peningkatan kesadaran dalam menjaga taraf kesehatan anggota keluarganya
(Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, & Hanson, 2010). Perawat komunitas
menggunakan asuhan keperawatan keluarga untuk memanfaatkan peranan keluarga
dalam mengatasi masalah perkotaan seperti hipertensi. Pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga bertujuan untuk mengubah perilaku keluarga terutama gaya
hidup keluarga sehingga gaya hidup yang tidak sehat dapat berubah menjadi gaya
hidup tidak sehat (Pestana, 2002).
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Diet Hipertensi DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension) sebagai Intervensi Terfokus dengan Konsep
dan Penelitian Terkait
Lansia dengan semakin bertambahnya usia menjadikan semakin tingginya
kemungkinan kejadian hipertensi karena proses fisiologis normal tubuh. Tugas
seorang lansia untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya hipertensi
sangatlah penting. Banyak tindakan yang bisa dilakukan lansia dalam mengatur
tekanan darahnya sehingga akibat lebih jauh dapat dihindari. Salah satu intervensi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
42
Universitas Indonesia
yang bisa dilakukan adalah melakukan rencana diet hipertensi DASH (Dietary
Aprroaches to Stop Hypertension) (NIH & NHLBI, 2006).
Pengaturan diet ini berfokus pada pengaturan makanan rendah lemak dan tinggi
serat serta didukung dengan pembatasan garam akan memberikan hasil yang lebih
baik dalam penurunan tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa pengaturan
diet makanan sangat penting untuk mengatur tekanan darah dan menguranginya
seperti penelitian yang dilakukan Azadbakht, Mirmiran, Esmaillzadeh, Azizi dan
Azizi (2005) dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengurangan tekanan
darah sekitar 11-12 mmHg untuk sistolik dan 6-7 mmHg untuk diastolik dengan
mengatur pola makan. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan NIH dan NHLBI
(2006) juga menambahkan bahwa pengaturan pola makan dengan pembatasan
garam akan memberikan hasil penurunan tekanan darah dibandingkan dengan
mereka yang hanya pengaturan pola makan.
Pengaturan pola makan yang lebih spesifik akan memberikan hasil penurunan
tekanan darah tinggi yang baik seperti pada penyusunan menu diet DASH.
Penelitian yang dilakukan WHO dan ISH (2003) menunjukkan hasil terjadinya
penurunan tekanan darah dengan melakukan variasi pada modifikasi gaya hidup
seperti penurunan berat badan, aktivitas fisik, pengaturan pemasukan alkohol, diet
dengan peningkatan konsumsi buah dan sayur dan pengurangan lemak jenuh,
pembatasan konsumsi atrium dan peningkatan konsumsi kalium dapat menurunkan
tekanan darah lebih dari 10 mmHg dan hasil itu bervariasi tergantung pada ketaatan
klien dalam menjalankan program.
Asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu tujuan khususnya yaitu
meningkatkan pengetahuan atau informasi keluarga sehingga keluarga bisa
mengenal masalah hipertensi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga
mengenai masalah hipertensi. Survei yang dilakukan oleh The National Council on
Aging (2000) menunjukkan hasil bahwa lansia yang memiliki risiko tinggi
hipertensi tidak menyadari mengenai penyebab, faktor risiko, dan penanganannya.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
43
Universitas Indonesia
Hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya lansia mengenal hipertensi untuk
menurunkan faktor risiko yang mungkin akan muncul.
Faktor yang menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi pada lansia diantaranya
adalah makanan dengan tinggi lemak dan kolesterol. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh National Academy on An Aging Society (2000) yang
menunjukkan hasil bahwa faktor risiko yang paling muncul terjadinya hipertensi
diantaranya adalah merokok, kolesterol tinggi, berat badan berlebih, penggunaan
alkohol yang berlebih. Pengaturan menu diet hipertensi DASH menjadi intervensi
terfokus yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga
terkait pola makan sehari-hari yang berfokus pada makanan rendah lemak dan
tinggi serat serta penambahan jumlah konsumsi buah dan sayur. Intervensi
keperawatan pada keluarga kelolaan dilakukan kurang lebih selama 5 minggu
dimulai dari tahap pengkajian hingga evaluasi. Hasil dari intervensi yang diberikan
menunjukkan penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Intervensi
DASH di evaluasi dalam rentang waktu tiga minggu dengan didapatkan hasil
penurunan pada sistolik sebesar 20 mmHg dan diastolik sebesar 10 mmHg.
Intervensi DASH ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi
kolesterol dan lemak jenuh dan berfokus pada peningkatan konsumsi makanan yang
kaya akan zat gizi yang diharapkan dapat menurunkan tekanan darah yang sebagian
besar mengandung mineral seperti kalium, kalsium, dan magnesium dan hasil
penelitian yang didapatkan menggunakan DASH memberikan efek penurunan
tekanan darah paling baik dan penurunan terjadi cukup cepat yaitu dalam kurun
waktu dua minggu setelah DASH dilaksanakan (NIH & NHLBI, 2006). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa penurunan tekanan
darah yang ditunjukkan sudah baik dan dapat terjadi dalam kurun waktu tiga
minggu intervensi.
Intervensi DASH dimaksudkan agar keluarga dapat memulai mengatur pola diet
makan Nenek N dan pola makan keluarga yang lebih baik. Pemilihan intervensi ini
dilakukan karena pola makan Nenek N yang kurang baik serta kebiasaan Nenek N
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
44
Universitas Indonesia
yang senang mengonsumsi makanan tinggi lemak. Dengan dimulainya intervensi
DASH, Nenek N diharapkan mulai dapat merasakan variasi makan yang berbeda
sesuai dengan kemampuan finansial yang dimilik oleh Nenek N. Intervensi DASH
ini tidak hanya baik untuk penderita Hipertensi melainkan bermanfaat juga untuk
semua kalangan baik anak-anak maupun dewasa yang tidak mengalami hipertensi
(Moore, 2005 & Premiere, 2003 dalam National Dairy Council, 2010). Pengaturan
diet DASH akan memberikan hasil yang lebih baik apabila di dukung dengan
pembatasan garam serta peningkatan pengetahuan keluarga untuk memunculkan
kesadaran pentingnya melakukan pencegahan naiknya tekanan darah atau
menurunkan rekanan darah apabila tekanan darah yang dimiliki terdiagnosa tinggi
(U.S. Department of Health and Human Services, 2003).
Proses pelaksanaan implementasi yang telah dilakukan menemukan beberapa
hambatan seperti ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi standar menu diet
DASH karena status sosial ekonomi keluarga yang terbilang kurang mampu dalam
memenuhi beberapa menu seperti produk harian susu rendah atau bebas lemak.
Selain itu, implementasi lain dalam mengurangi faktor risiko pada lansia dengan
hipertensi seperti aktivitas fisik yaitu olahraga belum dapat dilakukan secara
psikomotor oleh keluarga. Implementasi lain dalam pencegahan dilakukan hanya
dengan pengenalan pencegahan, tetapi belum dilakukan praktiknya. Implementasi
diet DASH ini akan memberikan hasil yang berkelanjutan apabila didukung oleh
masyarakat terutama kader melalui program posbindu. Akan tetapi, program
posbindu di wilayah praktisi belum dapat melaksanakan fungsinya secara
maksimal.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan
Intervensi yang dilakukan dalam penurunan tekanan darah tidak hanya berfokus
pada pengaturan diet saja. Asuhan keperawatan keluarga yang telah dijelaskan
kepada klien untuk mengatasi masalah tidak hanya berfokus pada pengaturan diet
DASH. Penjelasan pencegahan Hipertensi pada tujuan khusus ketiga tugas
kesehatan keluarga berfungsi sebagai intervensi-intervensi lain yang bisa dilakukan
oleh keluar dan Nenek N dalam menurunkan Hipertensi seperti olahraga dalam
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
45
Universitas Indonesia
rangka peningkatan aktivitas fisik, manajemen stres, pengurangan konsumsi
alkohol dan kopi, tidak merokok dan penurunan berat badan.
Pengaturan menu yang telah disusun bersama keluarga telah dibuat sesuai dengan
kemampuan keluarga dalam memenuhi menu hariannya. Penggunaan produk yang
tidak dapat diperoleh oleh keluarga dapat diganti dengan jenis makanan yang tinggi
protein seperti tempe atau tahu. Sherlock-Lloyd, Beard, Minicuci, Ebrahim, dan
Chatterji (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengaturan diet harus bisa
didukung dengan aktivitas fisik. Selain itu, harus ada kebijakan yang mampu
mengatur pembatasan garam pada industri makanan. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan sangat penting
untuk membantu dalam mengatasi hipertensi selain dari kesadaran individu dalam
usahanya menurunkan tekanan darahnya.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan telah menyusun kebijakan
yang dapat membantu dalam meningkatkan upaya kesehatan masyarakat dan
individu dengan salah satunya melalui perkesmas. Perkesmas merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya (Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan KM, 2014).
Pemberian asuhan keperawatan baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dapat dilakukan dengan menggunakan program perkesmas. Program promotif dan
preventif sangat berperan penting dalam pengurangan angka kejadian masalah
kesehatan yang terjadi seperti hipertensi. Intervensi yang diberikan melalui
perkesmas akan mendapatkan evaluasi hingga ke tingkat kemandirian keluarga.
Tingkat kemandirian keluarga dapat terlihat dari respons perilaku yang diberikan
keluarga terhadap intervensi keperawatan yang diberikan. Tingkat kemandirian
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
46
Universitas Indonesia
tertinggi terlihat dari keluarga melaksanakan tindakan pencegahan dan promotif
secara aktif. Program perkesmas ini diharapkan mampu memotivasi keluarga untuk
mampu mempertahankan dan meningkatkan tingkat kemandirian keluarga serta
diharapkan dengan adanya program ini, status kesehatan individu maupun keluarga
dapat meningkat. Selain itu, pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagai salah satu
bentuk aspek pencegahan penting dilakukan untuk mengontrol tekanan darah secara
rutin.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
47 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini tersusun atas simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan
dengan menjawab pertanyaan penelitian serta saran dengan melihat implementasi
terfokus DASH pada puskesmas/perawat komunitas, keluarga, dan
masyarakat/kader.
5.1 Simpulan
Masalah kesehatan yang muncul di perkotaan merupakan masalah yang penting
untuk diselesaikan. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
perkotaan serta faktor dari urbanisasi sendiri menyebabkan munculnya dampak
pada sektor-sektor penting perkotaan seperti ekonomi yang memunculkan dampak
seperti kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan. Peningkatan masalah seperti
kemiskinan, pengangguran, dan kelaparan akan mempengaruhi tingkat kesehatan
masyarakat yang menjadi bagian dari perkotaan.
Dampak tersebut bisa menjadi pemicu dari munculnya masalah kesehatan seperti
hipertensi. Kemiskinan menjadikan masyarakat perkotaan memiliki akses yang
buruk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan ketidakmampuan untuk
memenuhi standar gizi yang baik dalam pencegahan hipertensi. Pengangguran
menyebabkan tingginya angka hipertensi akibat stres yang didapatkan dari tuntutan
kehidupan sehari-hari yang harus dipenuhi baik untuk individu maupun keluarga.
Masalah utama yang didapatkan pada pengkajian yang telah dilakukan oleh
mahasiswa menunjukkan hipertensi sebagai masalah utama yang terjadi pada
mayoritas lansia di RW 22.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga didapatkan hasil bahwa pola makan
yang kurang baik menjadi penyebab masalah hipertensi muncul pada Nenek N dan
diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian tersebut adalah
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi. Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan terkait hipertensi yang menjadi masalah utama diberikan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
48
Universitas Indonesia
intervensi dengan pengaturan menu diet DASH yang diberikan kepada Nenek N
dalam mengatasi masalah Hipertensi didapatkan hasil sesuai dengan yang
diharapkan dan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu terjadinya
penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebesar 20 mmHg pada
sistolik dan 10 mmHg pada diastolik. Implementasi yang dilakukan terkait diagnosa
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan rencana intervensi yang
telah disusun sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga, melakukan perawatan
sederhana, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mengatasi masalah yang muncul.
5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan Keperawatan
Intervensi DASH diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu intervensi
keperawatan dalam pengembangan kurikulum keperawatan yang dapat digunakan
dalam mengontrol hipertensi baik pada lansia maupun pada rentang usia lainnya.
5.2.2 Puskesmas/Perawat komunitas
Perawat yang bekerja di puskesmas diharapkan dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan intervensi DASH dalam mengontrol hipertensi. Puskesmas
dapat menggunakan intervensi DASH sebagai salah satu intervensi yang digunakan
dalam pengembangan program preventif dan promotif seperti perkesmas maupun
promosi kesehatan dalam mengontrol hipertensi. Pelaksanaan program perkesmas
dapat dilakukan dalam bentuk asuhan keperawatan baik individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat. Selain itu, penggunaan media promosi kesehatan
yang tepat sesuai dengan agregat akan sangat membantu dalam meningkatkan
pemahaman klien mengenai masalah hipertensi yang muncul. Penggunaan media
promosi kesehatan yang tepat dalam penyusunan menu diet DASH untuk agregat
lansia adalah media promosi kesehatan yang lebih banyak menggunakan gambar
dibandingkan dengan tulisan sehingga penjelasan mengani masalah hipertensi
dengan intervensi DASH akan optimal.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
49
Universitas Indonesia
5.2.3 Keluarga
Pengetahuan keluarga mengenai hipertensi perlu ditingkatkan sehingga akses
informasi yang mudah perlu diberikan untuk keluarga dalam usahanya memenuhi
tugas kesehatan keluarga. Keluarga dapat menggunakan sumber informasi
langsung dari petugas kesehatan ataupun melalui fasilitas pelayanan kesehatan yang
berada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, akses informasi dapat
diperoleh melalui media cetak maupun elektronik sesuai dengan kemampuan
keluarga dalam mendapatkan sumber informasi tersebut.
Peran keluarga dalam upayanya untuk meningkatkan kesehatan individu dalam
keluarga sangat penting. Tanpa adanya dukungan dan motivasi dari anggota
keluarga lainnya sulit bagi anggota keluarga yang mengalami masalah hipertensi
untuk dapat mengatasi masalahnya. Selain itu, intervensi diet DASH yang telah
diberikan dapat dilanjutkan oleh keluarga sebagai menu diet sehat sehari-hari dalam
meningkatkan status kesehatan dan mengatasi hipertensi, walaupun proses
penelitian telah selesai dilaksanakan.
5.2.4 Masyarakat/Kader
Peran kader sebagai perpanjangan tangan dari perawat kesehatan masyarakat sangat
penting. Tanpa adanya kader, perawat pelaksana perawatan kesehatan masyarakat
akan mengalami kesulitan dalam memandirikan masyarakat yang menjadi daerah
binaannya sehingga penting bagi kader untuk selalu diberikan penyegaran dan
pembinaan mengenai permasalahan kesehatan yang sering muncul di masyarakat
terutama hipertensi. Kader diharapkan dapat menerapkan fungsi lima meja
posbindu dan mampu bertugas sesuai dengan perannya tersebut dalam usahanya
untuk meningkatkan taraf kesehatan lansia pada daerah yang dibina. Kader dapat
mengawasi keberlangsungan intervensi keperawatan DASH yang telah dilakukan
dengan melakukan kunjungan ulang yang terjadwal maupun tidak terjadwal untuk
memastikan bahwa intervensi DASH yang telah dilaksanakan dapat terus
terlaksana.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
50
Universitas Indonesia
5.2.5 Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penunjang untuk
penelitian selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu pemicu atau ide lain dalam melaksanakan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan pengontrolan hipertensi maupun penggunaan DASH sebagai
sebuah intervensi keperawatan.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
51 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Adebisi, O.O., & Samali, A. (2013). Poverty and hypertension in nigerian adults:
A barrier to Ita Control and treatment. A review. Unique Research Journal
of Medicine and Medical Science Vol. 1, No. 13, Pp. 014-020
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: Concept and practice.
(5th ed). Philadelphia : Lippincott.
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2014). Community & public health
nursing: Promoting the public’s health. 8th Ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2007). Community as partner: Theory and
practice in nursing. 5th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Azadbakht, L., Mirmiran, P., Esmaillzadeh, A., Azizi, T., & Azizi, F. (2005).
Beneficial effects of dietary approaches to stop hypertension eating plan
on features of the metabolik syndrome. Diabetic Care, Vol. 28, pp 2823-
2831
Blakely, T., Hales, S., & Woodward, A. (2004). Poverty: Assesing the
distribution of health risks by socioeconomic position at national and local
level. Geneva: WHO
BAPPEDA & BPS KOTA DEPOK. 2012. Kecamatan dalam angka. Depok:
BPS Kota Depok
Bolton, C. (2005). Nursing Management of hypertension. Canada: Heart and
Stroke Foundation
Bradshaw, D. & Steyn, K. (2001). Poverty and chronic disease: Technical
report. Geneva: WHO
Culo, S. (2011). Risk assesment and intervention for vulnerable folder adults.
BC Medical Journal Vol. 53, No. 8, pp 421-425
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan KM. Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Pengorganisasian dan manajemen
perkesmas di Puskesmas. Jakarta
Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1985). Marriage and family Development. 6th Ed.
New York: Harper & Row
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E. (2003). Family nursing: Research,
theory, and practice. 5th Ed. New Jersey: Prentice Hall
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Godfrey, R., & Julien, M. (2005). Urbanisation and health. Clinical Medicine
Vol. 5, No. 2, pp 137-141
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:
Caring in action. New York: Delmar Publishers.
Kaakinen, J.R., Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S.M.H. (2010).
Family health Care nursing: theory, peactice, and Research. 4th Ed.
Philadelphia: F.A. Davis Company
KEMENKES RI. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Bakti Husada.
KEMENKES RI. (2012). Buku pintar kader: Penyelenggaraan posbindu ptm.
Jakarta: Bakti Husada
Lloyd-Sherlock, P., Beard, J. Minicuci, N., Ebrahim, S., & Chatterji, S. (2014).
Hypertension among older adults in low and middle-income Countries:
Prevalence, awareness and control. International Journal of
Epidemiology, pp 1-13
Maglaya, A. S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine: Argonauta Corporation.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Keputusan menteri kesehatan
Republik Indonesia nomor 279/MENKES/SK/IV/2006 tentang pedoman
penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat di
Puskesmas. Jakarta
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in folder adults. 6th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Manimunda, S.P., Sugunan, A.P., Benegal,V., Balakhrisna, N., Rao, M.V., &
Pesala, K.S. (2011). Association of hypertension with risk factors &
hypertension related behaviour among the aboriginal nicobarese tribe
living in car nicobar Island, India. India J Med Vol. 133, pp 287-293
NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
National Dairy Council. (2010). The role of dairy and dairy nutrients in
promoting the benefits of DASH. USA: National Dairy Council
NHI & NHLBI. (2006). Your guide to lowering your blood pressure with DASH:
DASH eating plan blower your blood pressure. Bethesda: NHLBI Health
Center
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
53
Universitas Indonesia
Parikh, S., Choksi, J., & Bala, D.V. (2011). The study of epidemiologi &
determinents of hypertension in urban health training centre (UHTC).
Gujarat Medical Journal, 66, No. 1, Pp. 22-27
Pennington Biomedical Research Center. (2004). The DASH diet eating plan.
Lousiana: Pennington Nutrition Research
Pestana, M. (2002). Hypertension in the elderly. International Urology and
Nephrology Vol. 33, pp 563-569
Rowland, D. & Lyons, B. (1996). Medicare, medicaid, and the elderly opor.
Health Care Financing Review Vol. 18, No. 2, Pp 61-85
Stanhope & Lancaster. (2004). Community health nursing. (6th ed). St Louis
United: Mosby Inc.
The National Council in Aging. (2000). What older american know about high
blood pressure. Washington: NAAAS
U.S. Department of Health & Human Services. (2003). Facts about the DASH
eating plan. Bethesda: NHLBI Health Center
Van de Vijver, S.J.M., Oti, S.O., Agyemang, C., Gomez, G.B., &Kyobutungi, C.
(2013). Prevalence, awareness, treatment, and control of hypertension
among solum dwellers in nairobi, Kenya. Journal of Hypertension Vol. 33i,
pp 01-07
Vlahov, D. & Galea, S. (2002). Urbanization, urbanicity, and health. Journal of
Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine Vol. 79, No.4,
Pp 1-11
WHO. 2010. Why urban health matters. Geneva: WHO
WHO. 2013. Global action plan: For the prevention and control of
noncommunicable diseases. Geneva: WHO
WHO & ISH. (2003). 2003 World health organization (WHO)/International
society of Hypertension (ISH) statement on Management of hypertension.
Journal of Hypertension 2003. doi: 10.1097/01.hjh.0000064751.37215.d2
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Kakek J (70 tahun)
2. Alamat dan Telpon : No 21 RT.09/22 Sukatani, Tapos, Depok
3. Komposisi Keluarga :
No Nama Gender Hub dgn KK Usia Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
Nenek N
Ibu. A
Bp. B
An. R
An. H
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Istri
Anak
Menantu
Cucu
Cucu
63 tahun
33 tahun
35 tahun
10 tahun
6 tahun
SMP
SMA
SMA
SD
-
Genogram
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Entry Point
Tinggal Serumah
70
T
H
Nenek N 60 Th
B A
H R
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga dalam rumah Kakek J merupakan keluarga besar (extended
family) yang terdiri dari keluarga inti (ayah dan ibu, 1 orang anak
perempuan) serta 1 orang menantu dan 2 orang cucu laki-laki.
5. Suku
Keluarga Kakek J bersuku Betawi, bahasa yang digunakan sehari-hari
dalam keluarga adalah Bahasa Indonesia. Dalam keluarga tidak ada
pantangan apapun yang berkaitan dengan makanan, keluarga selalu
menyajikan makanan yang mampu dibeli keluarga setiap harinya sehingga
tidak memperhatikan kandungan nutrisi yang harus dipenuhi oleh keluarga
secara harian. Keluarga terkadang membeli ikan asin walaupun hanya
sekali-sekali. Keluarga Kakek J tidak memiliki kebiasaan diit yang
cenderung terhadap budaya tertentu ataupun memiliki kebiasaan
menggunakan pakaian adat tertentu. Dirumah juga tidak ada dekorasi
tertentu yang cenderung dengan budaya tertentu. Hubungan dengan sesama
suku biasa saja, rukun dengan suku yang lain juga.
6. Agama
Keluarga Kakek J dan Nenek N beragama Islam, sebagai pemeluk agama
Islam keluarga tidak memakan jenis makanan tertentu yang diharamkan
oleh agama seperti daging babi, alkohol, dan sebagainya. Kakek J
mengatakan telah naik haji berama Nenek N. Selain itu, ia telah rutin
beribadah solat 5 waktu setiap harinya. Di lingkungan RT 09 terdapat
kegiatan keagamaan pengajian ibu-ibu dan Nenek N secara rutin mengikuti
pengajian tersebut yang biasanya dilakukan rutin seminggu sekali dihari
Rabu. Kakek J dan Nenek N meyakini bahwa agama merupakan hal yang
terpenting dalam hidup. Nenek N juga mengatakan pentingnya ibadah
karena ibadah yang dilakukan merupakan bekal untuk di akhirat kelak.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Perkiraan kelas social dan ekonomi adalah menengah kebawah, Kakek J
bekerja hanya sebagai marbot di masjid dan kadang-kadang pergi berladang,
sedangkan Nenek N membantu kegiatan di rumah sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga bersama anak perempuannya. Untuk memenuhi kebutuhan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
sehari-hari, Anak Nenek N yaitu Ibu A bekerja sebagai buruh dan suaminya
bekerja di proyek. Keluarga mengatakan penghasilan yang didapatkan
sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Cara yang
dilakukan keluarga untuk mengatasi kurangnya penghasilan adalah dengan
pengelolaan uang yang baik, yaitu mengatur pengeluaran seminimal
mungkin dan tidak boros dalam berbelanja. Keluarga juga tidak memiliki
tabungan di bank maupun asuransi.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Nenek N mengatakan keluarga tidak mempunyai jadwal tertentu untuk
berekreasi ataupun keluar rumah. Nenek N mengatakan lebih senang
melakukan kegiatan di teras rumah sambil berbincang-bincang dengan
tetangga sekitar untuk menghibur diri. Tidak ada aktivitas rekreasi rutin
dalam keluarga, kegiatan yang dilakukan oleh Nenek N untuk mengisi
waktu luang diantaranya menonton TV bersama cucunya, mengobrol
dengan tetangga, dan bersih-bersih di sekitar halaman rumah.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
9. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga usia lanjut, tahapan ini dimulai ketika Kakek J pensiun dan telah
berusia 60 tahun. Kehilangan yang lazim pada tahap perkembangan ini
meliputi:
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
Melakukan life review.
Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.
Kakek J dan Nenek N mampu mempertahankan hubungan dengan anak
dan sosial masyarakat dengan adanya interaksi yang baik dalam keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
10. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Semua tugas perkembangan keluarga dengan lansia sudah terpenuhi.
Namun beberapa tugas perawatan keluarga belum terpenuhi seperti tidak
tahunya Nenek N mengenai pengaturan menu diet untuk hipertensi.
11. Riwayat keluarga inti
Nenek N dan Kakek J bertemu karena bertetangga, mereka menikah pada
tahun 1960-an. Nenek N mengatakan tidak terlalu mengingat kapan
pastinya mereka menikah. Mereka dikarunia anak pertama setahun setelah
pernikahan. Nenek N sendiri mengatakan bahwa dia belum pernah dirawat
di rumah sakit dan menderita penyakit yang megaharuskan untuk dirawat.
Riwayat penyakit yang pernah diderita biasanya hanya kepala pusing,
pilek, batuk, atau demam. Hal yang sama juga dirasakan oleh kakek J yang
mengatakan bahwa dia tidak pernah menderita penyakit yang
mengharuskan Kakek J dirawat. Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik,
Nenek N mengatakan tidak mengeluhkan apa-apa mengenai kesehatannya,
walaupun terkadang Nenek N merasakan nyeri di tengkuk dan rasa kebas
di tangannya.
12. Riwayat keluarga sebelumnya
Nenek N merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Anak pertama
berjenis kelamin perempuan dan telah meninggal dan tidak diketahui
riwayat penyakitnya. Kedua orang tua Nenek N juga telah lama
meninggal. Nenek N mengatakan bahwa mereka meniggal karena memang
sudah usianya. Tidak diketahui penyebab meninggal maupun riwayat
penyakit yang pernah diderita orang tua Nenek N.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
III. LINGKUNGAN
13. Karakteristik rumah
Rumah Nenek N permanen dan memiliki luas ±60 m2 , merupakan rumah
milik pribadi peninggalan dari orang tua Kakek J. Kondisi rumah cukup
terang, walaupun terdapat beberapa tempat yang kurang pencahayaan
dikarenakan daerah yang dilalui sinar matahari hanya memiliki satu
jendela kecil, sedangkan bagian teras rumah dihalangi oleh rumah
tetangga. Sampah rumah tangga ditampung di dalam kantung plastik dan
tempat sampah kecil dan biasanya diambil oleh petugas kebersihan setiap
hari. Keluarga memakai sumber air tanah (jet pump) untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Keluarga memiliki tempat penampungan air dalam
keadaan tertutup. Kondisi air yang digunakan tidak berasa, tidak berwarna,
dan tidak berbau.
Sistem drainase air baik, ada saluran pembuangan yang lancar dan
halaman tanah untuk menyerap air sehingga tidak ada genangan. Terdapat
selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan tersebut mengalir ke
daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan terbuka serta lancar
alirannya. Septic tank berjarak lebih dari 10 m dari sumber air.
KAMAR
TIDUR
KAMAR
TIDUR
KAMAR TIDUR
KAKEK J &
NENEK N
MEJA MAKAN
RUANG TV
RUANG TAMU
DAPUR
R. CUC
I
KAMAR MANDI
TERAS DEPAN
10 m
6m
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
Keluarga memiliki pengetahuan mengenai lingkungan bersih dan sehat
cukup baik, terlihat dari halaman rumah yang bersih dan selalu disapu
setiap pagi dan terdapat tempat sampah di halaman depan rumah. Keluarga
mengatakan lingkungan yang bersih jauh dari penyakit, sedangkan
lingkungan yang kotor akan dengan mudah terkena penyakit. Kebersihan
rumah adalah tanggung jawab bersama keluarga, dimana semua anggota
keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam
kebersihan rumah. Namun yang lebih sering berperan dalam
membersihkan rumah adalah Nenek N.
14. Karakteristik tetangga
Tetangga Nenek N masih merupakan anak-anak serta kerabat/saudara
jauh. Komunikasi antar tetangga baik, serta posisi rumah nenek N yang
berada di perbatasan antara RT 02 dan RT 09 yang merupakan RT tempat
tinggal nenek N memungkinkan nenek N untuk mendapatkan informasi
kegiatan yang akan berlangsung di RT. Selain tipu, Nenek N merupakan
orang yang cukup dikenal karena pernah mambuka pengajian sendiri.
Nenek N mengatakan selama ini tetangga di lingkungan rumah memiliki
kebiasaan apabila ada salah satu tetangganya yang sakit atau terkena
musibah mereka menjenguk dan apabila ada tetangga yang
menyelenggarakan hajatan mereka saling bantu-membantu. Keluarga
mengatakan masalah kesehatan yang seringkali muncul dalam kehidupan
ditengah masyarakat biasanya disebabkan karena lingkungan yang tidak
dijaga kebersihannya seperti diare, demam berdarah, dan batuk pilek.
15. Mobilitas geografis keluarga
Alat transportasi yang ada di daerah lingkungan Nenek N adalah angkutan
umum dan ojek. Keluarga menggunakan angkutan umum dan sepeda
motor untuk bepergian, namun Nenek N lebih sering berjalan kaki jika
ingin pergi ke rumah temannya dengan alasan jika naik angkot macet dan
mengeluarkan ongkos.
16. Perkumpulan Keluarga
Perkumpulan seluruh keluarga jarang dilakukan walaupun rumah anak-
anak dan rumah nenek N terbilang dekat. Hal ini terjadi karena kesibukan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
dari anak0anak nenek N yang bekerja. Perkumpulan keluarga besar
biasanya terjadi ketika sebagian besar anak nenek N sedang bir seperti
tanggal merah atau hari libur. Akan tetapi, setiap anak nenek N secara rutin
mengunjungi nenek N seminggu sekali walaupun jarang melakukan
kunjungan keluarga bersama.
17. Sistem pendukung keluarga
Tetangga Nenek N yang masih memiliki hubungan saudara dan anak-anak
Nenek N sering membantu keluarga jika ada masalah yang dalam
keluarga. Fasilitas penunjang kesehatan yang dimiliki keluarga masih
kurang, seperti tidak ada dana khusus untuk anggaran pemeliharaaan
kesehatan, tidak tersedia obat P3K keluarga hanya memiliki Jamkesda.
Terdapat kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan lansia yang diadakan
dalam lingkungan RW (posbindu) yang baru aktif kembali, Kakek J dan
Nenek N datang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Jika mengalami
keluhan kesehatan yang dirasakan benar-benar menggangu aktivitas,
keluarga jarang mendatangi pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
lebih sering menggunakan obat-obatan warung dan terkadang ke dokter
praktik.
IV. STRUKTUR KELUARGA
18. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga Nenek N, setiap anggota keluarga mempunyai hak untuk
berbicara dan menyampaikan pendapatnya. Komunikasi antara Nenek N
dengan suami dan anak-anaknya dan menantunya berfungsi dengan baik,
Nenek N secara rutin berbicara dengan Kakek J setiap hari
memperbincangkan berbagai macam hal. Komunikasi yang terjalin
dikeluarga Nenek N cukup terbuka, harmonis, dan demokratis. Anggota
keluarga mengkomunikasikan setiap ada masalah dan saling membantu.
Semua anggota keluarga bebas mengutarakan pendapat dan perasaannya
namun tetap pada saat mengambil keputusan Kakek J yang memutuskan.
Kakek J tidak pernah memaksa dan menggunakan emosi dalam
berkomunikasi.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
19. Struktur Kekuatan Keluarga
Pengambil keputusan dipegang oleh Kakek J, namun jika ada suatu
masalah, biasanya terlebih dahulu dilakukan musyawarah untuk akhirnya
diputuskan penyelesaiannya. Seperti beberapa pengambilan keputusan
dilakukan dengan musyawarah dan dibicarakan secara terbuka.
20. Struktur Peran
Nenek N merasa telah memenuhi perannya sebagai istri, nenek dari cucu-
cucunya dan bersama anaknya berperan sebagai ibu rumah tangga. Tidak
ada konflik peran dan Nenek N menerima peran yang dipegangnya saat
ini. Sebagai contoh, Nenek N berperan sebagai Ibu rumah tangga, istri
untuk Kakek J dan Nenek untuk cucu-cucunya. Nenek N selalu
menyiapkan kebutuhan keluarga seperti untuk keperluan makan karena
Nenek N yang memasak. Nenek N melaksanakan peran pemenuhan
kebutuhan rumah tangga seperti membersihkan rumah dan memasak.
Peran sebagai pencari nafkah kini ada pada anak-anaknya yang sudah
bekerja.
21. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan berdasarkan
nilai-nilai agama Islam dan norma yang berlaku di masyarakat. Tidak ada
budaya khusus yang dijalani oleh keluarga hal ini dipengaruhi oleh
keluarga yang telah lama tinggal di daerah perkotaan. Keluarga percaya
bahwa masalah kesehatan dapat diatasi dengan pengobatan medis dan
obat-obatan tradisional. Keluarga Kakek J juga mengatakan tidak ada nilai
dan norma budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
V. FUNGSI KELUARGA
22. Fungsi afektif
Keluarga Nenek N sangat perhatian dan saling menjaga perasaan antar
anggota keluarga. Kakek J dan Nenek N berusaha mendidik anaknya agar
selalu menghormati orang tua, membantu sesama, disiplin, tegas, dan
menyayangi sesama anggota keluarga. Apabila ada anggota keluarga lain
yang membutuhkan maka anggota keluarga lain akan membantu sesuai
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
dengan kemampuan. Perasaan menghargai dan menghormati diterapkan
pada semua anggota keluarga.
23. Fungsi sosialisasi
Secara umum, sosialisasi keluarga Nenek N cukup baik, ditandai dengan
mengikuti pengajian serta bersosialisasi dengan beberapa tetangga. Selain
kegiatan sosialisasi, Nenek N lebih banyak melakukan kegiatan di rumah.
24. Fungsi perawatan keluarga
Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenali masalah kesehatan, tetapi mampu
merasakan ada masalah. Nenek N tidak mengetahui bahwa memiliki
hipertensi dengan tekanan darah diatas 160 mmHg, tetapi Nenek N
kadang-kadang merasakan tubuhnya tidak enak seperti rasa berat di
tengkuknya dan kesemutan di pergelangan tangannya. Selain itu, nenek
N kurang mengetahui mengenai asam urat seperti apa.
Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Meskipun Nenek N telah merasakan keluhan hipertensi cukup lama
namun Nenek N tidak pergi ke puksesmas untuk berobat karena merasa
cukup hanya beristirahat atau minum obat warung saja. Nenek N tidak
mengetahui Nenek N juga tidak pernah ke pelayanan kesehatan
sebelum kondisi parah dikarenakan kondisi keuangannya saat ini.
Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga belum mengetahui cara merawat anggota keluarga yang sakit
seperti nenek N tidak mengetahui mengenai pengaturan menu diet yang
baik dalam mengontrol Hipertensi dan mengontrol Asam urat
Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Keluarga belum mengetahui cara memodifikasi lingkungan terkait
penyakit baik hipertensi maupun asam urat dan kesulitan tidurnya
Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Keluarga mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,
namun jarang menggunakan fasilitas kesehatan yang ada yaitu
Puskesmas Cimanggis atau Puskesmas Sukatani untuk mengatasi
masalah kesehatan jika ada anggota keluarga yang sakit. Selain itu,
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
keluarga jarang memeriksakan kesehatannya di posbindu setiap
bulannya.
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
25. Stresor jangka pendek
Stresor jangka pendek yang dirasakan Nenek N adalah teman-teman
cucunya dari anak pertama yang senang berkumpul di dekat rumah yang
terkadang sering ramai dan nenek N tidak enak kepada tetangga
sekitarnya.
26. Stresor jangka panjang
Nenek N mengatakan bahwa anaknya ada yang selalu memberatkan
kehidupan Nenek N dengan selalu meminta-minta ke Nenek N sejak lama.
Nenek N sering merasa tidak sanggup memenuhi permintaan anaknya
tersebut.
27. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga berespon terhadap masalah namun belum bisa menentukan
tindakan yang tepat karena kurangnya pengetahuan dan hanya berserah
diri kepada Tuhan YME
28. Strategi koping yang digunakan
Koping yang sering digunakan oleh Nenek N adalah aktivitas untuk
distraksi serta berkumpul dengan tetangga untuk mebicarakan banyak hal.
29. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ditemukan strategi adaptasi disfungsional pada Nenek N
VII. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Nenek N berharap dengan adanya kunjungan dari mahasiswa FIK UI
mampu mengatasi masalah kesehatan yang dirasakan dan keluarga mampu
mengalami peningkatan kesehatan menjadi lebih baik. Semua anggota
keluarga berharap mereka selalu sehat dan anak-anak dapat sukses dan
membahagiakan kedua orang tua. Selain itu, Nenek N berharap dengan adanya
kunjungan mahasiswa keperawatan, keluarga dapat mendapatkan infomasi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
mengenai kesehatan, terutama masalah kesehatan yang sedang dialami dan
bermanfaat untuk keluarga untuk mencegah atau mengatasinya.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksa
an
Kakek J Nenek N Ibu A
1. Tanda-
tanda vital
TD 1: 130/80 mmHg
Nadi: 88 kali/menit,
Nafas: 20 kali/menit,
Suhu: 36,5 oC
TD 1: 180/90 mmHg
TD 2: 180/80 mmHg
Nadi: 80 kali/menit
Nafas: 18 kali/menit
Suhu: 36,6oC
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 84 kali/menit
Nafas: 20 kali/menit
Suhu: 37oC
2. Kepala Rambut beruban, kulit
kepala lembab
Rambut beruban,
rontok lembab tidak
berminyak
Rambut hitam.
Tidak rontok,
lembab tidak
berminyak
5 Mata Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak
ikterik, pandangan
baik
Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak
ikterik, pandangan
baik
Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak
ikterik, pandangan
baik
6. Telinga Pembengkakan (-),
pengeluaran cairan (-),
berdengung (-), nyeri
tekan (-), pendengaran
baik
Pembengkakan (-),
pengeluaran cairan (-),
berdengung (-), nyeri
tekan (-), pendengaran
baik
Pembengkakan (-),
pengeluaran cairan
(-), berdengung (-),
nyeri tekan (-),
pendengaran baik
7. Hidung Tidak ada sumbatan di
hidung.
Tidak ada sumbatan di
hidung.
Tidak ada sumbatan
di hidung.
8. Mulut &
gigi
Mukosa lembab, gigi
lengkap terdapat
karies di geraham
bawah
Mukosa lembab,
beberapa gigi geraham
bawah kiri dan kanan
Mukosa lembab,
gigi lengkap
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
ada yang sudah
tanggal
9. Leher Pembesaran kelanjar
tiroid (-), tidak ada
keluhan sakit menelan
Pembesaran kelanjar
tiroid (-), tidak ada
keluhan sakit
Pembesaran kelanjar
tiroid (-), tidak ada
keluhan sakit
10. Dada/
thoraks
Dada simetris, gallop
(-), murmur (-), suara
napas vesikuler.
gallop (-), murmur (-),
suara napas vesikuler.
gallop (-), murmur (-
), suara napas
vesikuler.
11. Abdomen tidak asites, tidak ada
nyeri tekan
tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan
12 Ekstremit
as
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Hasil pemeriksaan
kekuatan otot
tersebut menandakan
bahwa kekuatan
otot pada seluruh
ekstremitas baik.
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Hasil pemeriksaan
kekuatan otot
tersebut menandakan
bahwa
kekuatan otot
pada seluruh
ekstremitas baik.
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Hasil pemeriksaan
kekuatan otot
tersebut
menandakan
bahwa kekuatan
otot
pada seluruh
ekstremitas baik.
13 Kulit Warna sawo matang,
elastisitas menurun,
turgor kulit menurun,
tidak ada edema
Warna sawo matang,
elastisitas menurun,
turgor kulit menurun,
tidak ada edema
Warna sawo matang,
elastisitas baik,
turgor kulit baik,
tidak ada edema
14 BB, TB BB: 60 KG, TB: 165
cm
IMT: 22,03 (Normal)
BB: 50 KG, TB: 155
cm
IMT: 20,81 (Normal)
BB 55 KG, TB 160
cm
IMT: 21,48
(Normal)
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
2. Pemeriksaan Tambahan Nenek N
UA : 7 mg/dl (Normal)
BBT : 56 (risiko jatuh rendah)
FMS : 15 (tidak ada risiko jatuh)
GDS Short: 4 (tidak depresi)
MMSE: 30 (kognitif baik)
Nutrisi
Nenek N mengatakan kurang memperhatikan apa yang dimakan dan
kandungan nutrisinya, sering makan tidak teratur dan seadanya saja.
Setiap makan, Nenek N terkadang makan dengan ikan asin tetapi tidak
terlalu sering. Jarang memakan buah dan biasanya suka minum kopi
1 gelas sehari setiap pagi.
Eliminasi
Pola eliminasi pada Nenek N normal dengan pola BAB 1 kali/hari,
BAK kurang lebih 5 kali/hari. Nenek N mengeluh sering terbangun di
malam hari untuk buang air kecil (2 kali selama semalam)
Mobilisasi
Nenek N masih melakukan aktivitas harian secara rutin serta sebagian
besar kegiatan dilakukan dengan berjalan kaki. Selain itu, tidak ada
hambatan mobilitas fisik pada Nenek N
Tidur
Nenek N sering mengeluhkan sering terbangun dan sulit untuk tidur
kembali apabila bangun di tengah malam. Nenek N mengatakan
biasanya dia terbangun sekitar jam 00.00 dan baru bisa tidur kembali
pukul 02.00-03.00. Nenek N sering terbangun di malam hari karena
ingin ke kamar mandi. Nenek N sering merasa mengantuk setelah
bangun tidur sehingga rutin untuk minum kopi di pagi hari.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
Fall Morse Scale (FMS)
No Item Skala Skor
1 Riwayat jatuh Tidak : 0
Ya : 25
0
2 Diagnosis sekunder Tidak : 0
Ya : 15
15
3 Bantuan Berjalan
Bedrest/bantuan perawat
Kruk/tongkat/walker
Furnitur
0
15
30
0
4 Terapi intravena/heparin lock Tidak : 0
Ya : 20
0
5 Gaya berjalan
Normal/bedrest/immobile
Lemah
Dengan bantuan
0
10
20
0
6 Status mental
Orientasi terhadap
kemampuan diri sendiri
Melebih-lebihkan/melupakan
keterbatasan
0
15
0
TOTAL 15
Rentang Skor:
- 0-24 : Klien tidak memiliki resiko jatuh sehingga intervensi yang dilakukan
adalah perawatan dasar yang baik.
- 25-50 : Klien memiliki kemungkinan untuk jatuh (resiko rendah) sehingga
intervensi yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan standar
pencegahan jatuh.
- lebih dari > 51 : klien memiliki resiko tinggi untuk jatuh sehingga harus
dilakukan pencegahan resiko tinggi jatuh.
Total Skor hasil pengkajian : 15 (tidak memiliki resiko jatuh)
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 1: Pengkajian Keluarga
Universitas Indonesia
Interpretasi :
Klien tidak memiliki resiko untuk jatuh. Walaupun begitu tetap perlu dilakukan
pencegahan sehingga intervensi yang harus dilakukan adalah
mengimplementasikan standar pencegahan jatuh.
Berg Balance Test (BBT)
Deskripsi item perintah Skor
1. Duduk ke berdiri
2. Berdiri tanpa bantuan
3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan
4. Berdiri ke duduk
5. Berpindah
6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri
9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri
10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
11. Berputar 360o
12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika berdiri
tanpa bantuan
13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya
14. Berdiri dengan satu kaki
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
3
Rentang nilai BBT :
- 0 - 20 : klien memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa
kursi roda.
- 21 – 40 : klien memiliki risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alatbantu jalan seperti
tongkat, kruk, dan walker.
- 41- 56 : klien memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu.
Total skor hasil pengkajian : 51
Klien memiliki resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu jalan.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisis Data
Universitas Indonesia
ANALISIS DATA
No Data Masalah Keperawatan
1 DS:
Nenek N mengatakan sesekali makan ikan asin
Nenek N mengatakan makanan terasa tidak enak
bila kurang garam.
Nenek N mengatakan kadang-kadang
mengkonsumsi mie instan
Nenek N mengatakan kadang-kadang merasa
tengkuk dan kepalanya sakit
Nenek N mengatakan makan apa yang ada saja,
keluarga tidak membatasi makanan yang
dikonsumsi, memasak sesuai dengan keinginan
saja, tidak memerhatikan mengenai pemenuhan
nutrisi.
Nenek N mengatakan selama ini tidak ada
pantangan makanan.
Nenek N mengatakan meminum obat warung
apabila pusing atau ada nyeri di tengkuknya
Keluarga mengatakan kurang mengetahui
informasi tentang hipertensi terutama diet dan
tindakan perawatan di rumah
Nenek N hanya mengatakan hipertensi adalah
bila tekanan darahnya tinggi
Nenek N mengatakan jarang pergi ke pelayanan
kesehatan dan lebih sering mendiamkannya.
Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
terkait Hipertensi pada
keluarga Kakek J
khususnya Nenek N
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisis Data
Universitas Indonesia
DO:
Tekanan darah 1: 180/90 mmHg
Tekanan darah 2: 180/80 mmHg
Keluarga hanya mengetahui pengertian ringkas
hipertensi namun tidak mampu menjelaskan
penyebab, tanda gejala, komplikasi serta cara
mengatasi dan mencegah hipertensi
Nenek N dan keluarga tampak antusias untuk
mengetahui tentang hipertensi dan meningkatkan
kesehatan
2. DS:
Nenek N mengatakan bahwa sendi-sendi
ditangannya sering terasa kesemutan
Mengatakan sering memakan kacang-
kacangan
Mengatakan kadang-kadang terasa nyeri pada
sendi selain kesemutan
Nenek N mengatakan tidak ada pembatasan
makanan sehari-hari
DO:
Hasil pengukuran UA didapatkan hasil 7 mg/dl
Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
terkait asam urat (Gout
arthritis) pada keluarga
Kakek J khususnya
Nenek N
3 DS:
Nenek N mengatakan tidak mengalami
kesulitan ketika memulai tidur
Nenek N mengeluh sering terbangun di
malam hari dan kesulitan untuk kembali tidur
(sering merasakan kepala pusing ketika
terbangun)
Gangguan pola tidur
pada keluarga Kakek J
khususnya pada Nenek N
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 2: Analisis Data
Universitas Indonesia
Nenek N mengatakan tidak merasa segar
setelah bangun tidur
Nenek N mengatakan mengkonsumsi kopi 1
gelas/hari ketika pagi hari
DO:
Nenek N terlihat mengantuk di siang hari
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
Universitas Indonesia
SKORING KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : 1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada
Keluarga kakek J khususnya nenek N terkait Hipertensi
Kriteria Skor Angka
Tertinggi
Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat
masalah :
aktual
3 3 1 3/3 x
1 = 1
Saat ini masalah telah terjadi.
tekanan darah Nenek N termasuk
dalam hipertensi derajat II baik
pada pengukuran pertama
maupun kedua di hari yang
berbeda, dapat muncul dampak
lebih lanjut terhadap kesehatan
keluarga khususnya Nenek T bila
tidak segera ditangani. Keluarga
tidak mengetahui cara merawat
lansia dengan penyakit hipertensi
dan tampak tidak melakukan
perawatan lansia dengan
hipertensi.
2. Kemungkina
n masalah
untuk di
ubah:
mudah
2 2 2 2/2 x
2 = 2
Ada keinginanan dari keluarga
untuk mengetahui lebih banyak
tentang hipertensi dan mengetahui
cara perawatan serta pengaturan
diet. Nenek N mengatakan mau
mengontrol kesehatannya.
3. Potensial
masalah
untuk di
cegah
sedang
2 3 1 2/3 x
1 =
2/3
Keluarga sebagai support system
bagi Nenek N dapat
memaksimalkan potensinya untuk
menjaga kesehatan Nenek N.
Keluarga memiliki motivasi untuk
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan 2: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga
Kakek J, khususnya Nenek N dengan Asam Urat
Kriteria Skor Angka
Tertinggi
Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat
masalah :
Aktual
3 3 1 3/3 x
1= 1
Masalah asam urat saat ini sudah
diderita dengan hasil pengukuran
7 mg/Cl dan sudah muncul
beberapa tanda dan gejala
2. Kemungkina
n masalah
untuk di
ubah:
Sebagian
1 2 2 ½ x 2
= 1
Jika keluarga dan Nenek N
diberikan informasi tentang cara
mengatur diet maka masalah
dapat diatasi namun secara
bertahap karena diet rendah purin
butuh motivasi yang kuat dari
Nenek N
3. Potensial
untuk di
cegah
cukup
2 3 1 2/3 x
1= 2/3
Pencegahan untuk menjadi
komplikasi cukup bisa dilakukan
apabila Nenek N dapat mengatur
pola hidup dan pola diet Rendah
Purin
mengetahui lebih lanjut tentang
hipertensi dan hipertensi masih
dapat dikurangi
4. Menonjolnya
masalah
Segera
ditangani
2 2 1 2/2 x
1 = 1
Nenek N saat ini memiliki
tekanan darah yang tinggi dan
beresiko terjadi komplikasi,
namun keluarga kurang
mengetahui informasi tentang
hipertensi
TOTAL SKOR 4 2/3
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
Universitas Indonesia
4. Menonjolnya
masalah:
Masalah
dirasakan,
tidak perlu
ditangani
segera
1 2 1 ½ x 1
= ½
Masalah sudah dirasakan namun
Kakek tidak terlalu
memikirkannya dan keluarga
menganggap hal biasa karena
Nenek N masih mampu untuk
melakukan kegiatan sehari-hari.
TOTAL SKOR 3 1/6
Diagnosa keperawatan 3: Gangguan pola tidur pada Keluarga Kakek J khususnya
pada Nenek N
Kriteria Skor Angka
Tertinggi Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah:
Aktual
3 3 1 3/3 x
1 = 1
Masalah bersifat aktual dan sudah
terjadi karena sudah muncul
tanda dan gejala seperti sering
terbangun di malam hari, sulit
untuk tidur kembali dan merasa
tidak segar setelah bangun
Kemungkinan
masalah untuk
diubah:
Sebagian
1 2 2 1/2 x
2 = 1
Masalah dapat diubah sebagian
karena fasilitas kesehatan
terjangkau, mahasiswa
mempunyai pengetahuan tentang
penyakit dan waktu yang cukup
untuk memberikan penyuluhan
kesehatan tentang gangguan pola
tidur, namun kemungkinan
hipertensi sebagai penyebab
gangguan pola tidur
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 3: Skoring Keperawatan
Universitas Indonesia
Potensial
masalah untuk:
dicegah:
Sedang 2 3 1
2/3 x
1 =
2/3
Potensial masalah untuk dicegah
sedang dikarenakan tanda dan
gejala sudah mulai dirasakan dan
Nenek N belum terlalu tahu
mengenai informasi yang
dibutuhkan mengenai cara
mencegah dan mengatasi
gangguan pola tidur
Menonjolnya
masalah:
Masalah tidak
dirasakan
0 2 1 0/2 x
1 = 0
Tanda dan gejala muncul namun
tidak dirasakan sebagai masalah
oleh Nenek N
T O T A L
2 2
/
3
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil skoring yaitu;
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J,
khususnya Nenek N dengan hipertensi
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J,
khususnya Nenek N dengan Asam Urat
3. Gangguan pola tidur pada Keluarga Kakek J khususnya pada Nenek N
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Evaluasi Rencana Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan pada
keluarga Kakek J
khususnya pada
Nenek N terkait
Hipertensi
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 3x60 menit,
keluarga Kakek J
mampu merawat
anggota keluarga
lansia dengan
hipertensi dan
pemeliharaan
kesehatan dapat
terlaksana dengan
baik terutama
Nenek N
Setelah dilakukan
pertemuan pertama
1x60 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal
masalah hipertensi
dengan
menyebutkan:
1.1 Pengertian
hipertensi
Respon
verbal
Hipertensi adalah
gangguan pada sistem
pembuluh darah yang
ditandai dengan
meningkatnya tekanan
darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih
dari 90 mmHg.
1. Diskusikan dengan keluarga apa
yang diketahui keluarga tentang
pengertian hipertensi atau tekanan
darah tinggi.
2. Berikan pujian tentang pemahaman
keluarga.
3. Diskusikan dan berikan informasi
kepada keluarga mengenai
pengertian hipertensi
4. Motivasi keluarga untuk mengulang
kembali pengertian hipertensi.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
1.2 Penyebab
hipertensi
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 5
penyebab hipertensi:
1. Faktor keturunan
2. Gaya hidup yang
tidak sehat
(konsumsi garam,
lemak, kolesterol
berlebihan;
merokok; konsumsi
alkohol; terlalu
banyak minum
kopi; dan kurang
olahraga).
5. Berikan reinforcement positif
terhadap usaha keluarga mengulang
kembali pengertian hipertensi
1. Diskusikan bersama keluarga
tentang penyebab hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk mengulang
kembali penyebab hipertensi.
3. Berikan reinforcement positif
terhadap usaha keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
1.3 Tanda dan Gejala
hipertensi
Respon
verbal
3. Kegemukan atau
berat badan
berlebih
4. Stress
5. Penyakit kronis
(ginjal, diabetes).
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 7
tanda dan gejala
hipertensi:
1. Sakit kepala dan
pusing
2. Nyeri tengkuk
3. Kelelahan
4. Marah/ emosi
tidak stabil
5. Mata berkunang-
kunang
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai tanda dan gejala
hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk mengulang
kembali tanda dan gejala hipertensi.
3. Berikan reinforcement positif
terhadap usaha keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
1.4 Akibat hipertensi
2. Keluarga
memutuskan untuk
Respon
verbal
Respon
verbal
6. Telinga
berdengung
7. Sulit tidur
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 6
akibat hipertensi:
1. Stroke
2. Penyakit jantung
coroner
3. Gagal jantung
4. Pengelihaan
menurun
5. cedera/jatuh
6. Kematian
Keputusan keluarga
yang diungkapan
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai akibat hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk mengulang
kembali apa akibat dari hipertensi.
3. berikan keluarga kesempatan untuk
bertanya
4. Beri reinforcement positif terhadap
usaha keluarga.
1. Motivasi keluarga untuk mengatasi
masalah yang dihadapi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
merawat anggota
keluarganya dengan
hipertensi yaitu pada
Nenek N dengan
2.1 Mengambil
keputusan untuk
mengatasi
masalah pada
Nenek N
Setelah dilakukan
pertemuan kedua 1x60
menit, keluarga:
3. Keluarga mampu
merawat keluarga
yang mengalami
Respon
verbal
untuk merawat dan
mengatasi masalah
hipertensi pada Nenek
N dan menanyakan
apa yang harus
dilakukan.
Keluarga dapat
menyebutkan 5 dari
2. Beri reinforcement positif atas
keputusan keluarga untuk merawat
anggota kelurga yang mengalami
hipertensi
1. Diskusikan bersama keluarga
tentang pencegahan hipertensi pada
lansia.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
hipertensi dengan
menyebutkan cara-
cara pencegahan dan
perawatan, yaitu:
3.1 Menyebutkan
cara pencegahan
hipertensi
10 pencegahan
hipertensi:
1. Batasi pemakaian
garam satu pucuk
sendok teh sehari,
tidak lebih dari 2,4
gr
2. Pertahankan berat
badan ideal
3. latihan fisik 30-45
menit selama
paling sedikit 3
kali seminggu
4. Hindari konsumsi
alkohol
5. Tidak/berhenti
merokok
6. Makan banyak
buah dan sayuran
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan.
3. berikan keluarga kesempatan untuk
bertanya
4. Beri reinforcement positif terhadap
usaha keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
3.2 Menyebutkan
cara perawatan
lansia dengan
hpertensi
Respon
verbal
7. Hindari minum
kopi berlebihan
8. Menghindari stress
9. Istirahat cukup
10. Periksa tekanan
darah secara
teratur
Keluarga dapat
menyebutkan 2 dari 4
perawatan bagi yang
sudah terkena
hipertensi:
1. Mengkonsumsi
obat antihipertensi
secara teratur
2. Mentaati aturan
minum obat.
1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang harus dilakukan untuk
merawat lansia yang mengalami
hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan
3. berikan keluarga kesempatan
untuk bertanya
4. Beri reinforcement positif
terhadap upaya keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
3.3 Mendemonstrasi
kan cara
mengurangi
nyeri ketika
hipertensi: teknik
relaksasi nafas
dalam dan
kompres hangat
untuk
mengurangi
nyeri
Respon
psikomotor
Respon
verbal
3. Relaksasi nafas
dalam
4. Kompres hangat
Keluarga dapat
mendemonstrasikan
cara penuyusunan
menu terkait
Hipertensi (DASH)
yang berfokus pada
diet rendah lemak dan
tinggi serat
Keluarga dapat
menyebutkan 2 dari 3
1. Jelaskan tujuan daari penyusunan
menu diet Hipertensi (DASH)
2. Demonstrasikan cara melakukan
melakukan penyusunan menu
sesuai dengan kebutuhan kalori
harian
3. Evaluasi penjelasan sebelumnya.
4. Minta keluarga untuk
redemonstrasi cara penyusunan
menu diet Hipertensi
5. Beri reinforcement positif terhadap
upaya keluarga
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
4. Melakukan
modifikasi
lingkungan terutama
pola makan dan
pengaturan
lingkungan yang
tenang untuk
menghindari
hipertensi, dengan
menyebutkan:
4.1 Makanan yang
boleh dikonsumsi.
makanan yang boleh
dikonsumsi:
- Makanan yang
segar: sumber
kalori kompleks,
misalnya beras,
kentang, singkong;
sumber protein
hewani dan protein
nabati, misalnya
susu, ikan, tahu,
tempe;
- makanan yang
diolah tanpa atau
sedikit
menggunakan
garam, vetsin
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai makanan yang boleh
dikonsumsi untuk lansia dengan
hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan.
3. berikan keluarga kesempatan untuk
bertanya
4. Beri reinforcement positif terhadap
upaya keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
4.2 Makanan yang
dibatasi
Respon
verbal
- sayuran dan buah-
buahan yang
mengandung serat
II.
Keluarga dapat
menyebutkan 2 dari 4
makanan yang harus
dibatasi:
- Konsumsi garam.
- Penggunaan
daging/ daging
ayam/ ikan dibatasi
paling banyak 100
gram per hari.
- Telur ayam/ telur
bebek, paling
banyak 1 butir
sehari.
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai makanan yang dibatasi
untuk lansia dengan hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan
3. berikan keluarga kesempatan untuk
bertanya.
4. Beri reinforcement positif terhadap
upaya keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
4.3 Makanan yang
harus dihindari
Respon
verbal
- Susu paling
banyak 200cc
sehari.
- Minuman dan sari
buah dalam
kemasan.
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 6
makanan yang tidak
boleh dikonsusi:
- Daging berlemak
dan jeroan (daging
kambing, otak,
ginjal, paru,
jantung, sosis,
babat, usus)
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai makanan yang tidak
boleh dikonsumsi untuk lansia
dengan hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan
3. berikan keluarga kesempatan untuk
bertanya
4. Beri reinforcement positif terhadap
upaya keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
- Makanan yang
banyak
mengandung gas
- makanan yang
diolah
menggunakan
garam natrium
(krupuk, keripik,
makanan kering
yang asin, crakers)
- makanan dan
minuman kaleng
(sarden, kornet)
- Makanan yang
diawetkan
(dendeng, abon,
ikn asin, telur asin,
acar)
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
4.4 Modifikasi
lingkungan untuk
Hipertensi
Respon
verbal
Respon
verbal
- Makanan yang
mengandung
alkohol (durian
dan tape)
- Bersama keluarga
mendiskusikan
mengenai
lingkungan yang
baik dalam
mengontrol dan
mencegah
hipertensi
- Lingkungan
tenang
- Tidak bising
- Bersih
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai lingkungan yang baik
dalam mencegah hipertensi.
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan
3. Berikan keluarga kesempatan
untuk bertanya
Beri reinforcement positif terhadap
upaya keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
5. Mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
memeriksakan
kondisi kesehatan
lansia dengan
hipertensi:
5.1 Menyebutkan
fasilitas
kesehatan apa
saja yang dapat
digunakan.
5.2 Menjelaskan
manfaat
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 4
fisilitas pelayanan
kesehatan:
1. Posbindu.
2. Puskesmas.
3. Klinik dokter.
4. Rumah sakit.
Keluarga dapat
menyebutkan manfaat
mengunjungi fasilitas
kesehatan:
1. Diskusikan bersama keluarga
mengenai fasilitas kesehatan apa
saja yang dapat dikunjungi.
2. Motivasi keluarga untuk
mengulang kembali apa yang telah
didiskusikan.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
manfaat fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Diskusikan bersama keluarga
tentang manfaat fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan
Universitas Indonesia
kunjungan ke
fasilitas
kesehatan.
5.3 Mengunjungi
fasilitas
kesehatan
1. Mendapatkan
pelayanan
kesehatan.
2. Mendapatkan
pendidikan
kesehatan.
Keluarga membawa
lansia yang sakit
hipertensi ke fasilitas
kesehatan untuk
mengatasi masalah
kesehatan
3. Evaluasi tingkat pemahaman
keluarga tentang manfaat fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Berikan reinforcement terhadap
upaya keluarga.
1. Motivasi keluarga untuk membawa
anggota keluarga ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
2. Berikan reinforcement terhadap
upaya keluarga.
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J
khususnya pada Nenek N terkait Hipertensi
Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
Kamis, 22
Mei 2014
09.30 –
10.30
TUK 1: Memberikan
penjelasan mengenai
hipertensi (pengertian,
penyebab, tanda gejala)
1. TUK 2 : Menjelaskan akibat
yang dapat terjadi karena
hipertensi agar keluarga
mampu mengambil keputusan
untuk merawat anggota
keluarga yang mengalami
hipertensi
S:
- Nenek N dan keluarga
mengatakan hipertensi adalah
penyakit dengan tekanan
darah yang tinggi di atas 140
mmHg
- Nenek N dan keluarga
mengatakan penyebab dari
hipertensi adalah makan
makanan yang asin, tinggi
lemak, stress, kegemukan
- Nenek N dan keluarga
mengatakan tanda dan gejala
hipertensi adalah nyeri
tengkuk, pusing sakit kepala,
kuping berdenging, sulit tidur
- Nenek N dan keluarga
mengatakan akibat dari
hipertensi adalah serangan
jantung, stroke, kematian
- Nenek N dan keluarga
mengatakan ingin mengatur
makanannya menjadi
makanan rendah lemak dan
tinggi serat serta mengurangi
konsumsi makanan asin
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
O:
Nenek N dan keluarga dapat:
- menyebutkan pengetian
hipertensi dengan benar
- menyebutkan 4 dari 5
penyebab hipertensi
- menyebutkan 4 dari 6 tanda
dan gejala hipertensi
- menyebutkan 3 dari 6 akibat
dari hipertensi.
- mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga
yang mengalami hipertensi
yaitu Nenek N
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
P:
- Melakukan TUK 3 untuk
Teknik Nafas dalam dan
Kompres Hangat
Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
Sabtu, 24
Mei 2014
Melanjutkan pertemuan
sebelumnya, yaitu melakukan
S:
- Nenek N dan keluarga
mengatakan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
TUK 3 teknik napas dalam
dan kompres hangat
1. Mencegah dan mengatasi
Hipertensi
2. Melakukan demonstrasi
teknik nafas dalam dan
kompres hangat
pencegahan hipertensi
dapat dilakukan dengan
mengurangi makan
yang berlemak dan
asin-asin, tidak
merokok, kurangi
stress, olahraga, banyak
makan buah dan sayur
O:
Keluarga mampu menyebutkan
- menyebutkan 5 dari 10
pencegahan hipertensi
- Keluarga mampu
mendemonstrasikan
latihan tarik nafas
dalam dan kompres
hangat dengan baik
- TD sebelum dan
sesudah sama 180/80
mmHg
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai tarik
nafas dalam dan
kompres hangat
P:
- Melakukan TUK 3
penyusunan menu diet
Hipertensi DASH
- Melakukan TUK 4
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
Selasa, 27
Mei 2014
11.30 –
12.30
Melanjutkan pertemuan
sebelumnya, yaitu melakukan
TUK 3 Menyusun menu diet
Hipertensi (DASH) dan 4.
TUK 3: Menjelaskan
pencegahan dan perawatan
hipertensi yaitu dengan :
Melakukan penyusunan menu
diet Hipertensi (DASH)
2. TUK 4 : Menjelaskan cara
modifikasi lingkungan.
Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
dengan melakukan
pengaturan pola makan yang
sehat, Diet hipertensi dan
pengaturan lingkungan yang
tenang dan bersih
S:
- Nenek N dan keluarga
mengatakan makan
yang boleh dimakan
adalah buah dan
sayuran, nasi, kentang,
tempe, tahu, yang
garamnya tidak ada
- Nenek N dan keluarga
mengatakan makanan
yang harus dibatasi
adalah penggunaan
garam, telur/daging 1
kali sehari
- Nenek N dan keluarga
mengatakan makanan
yang harus dihindari
adalah jeroan, makanan
pengawet, ikan asin,
mie instan, telor asin,
keripik atau kerupuk
asin
- Nenek N dan Keluarga
mengatakan bahwa
lingkungan yang baik
untuk penderita
Hipertensi adalah
lingkungan yang
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
tenang, tidak bising dan
bersih
O:
Nenek N dan keluarga
dapat:
- menyebutkan 2 dari 4
perawatan untuk
penderita hipertensi
- melakukan penyusunan
menu diet Hipertensi
DASH
- menyebutkan 3 dari
tiga makanan yang
boleh dikonsumsi 2 dari
3 makanan yang harus
dibatasi
- menyebutkan 4 dari 6
makanan yang harus
dihindari
- Menyebutkan 3 dari 3
lingkungan yang baik
untuk penderita
Hipertensi
- TD sebelum dan
sesudah sama 180/90
mmHg
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
- TUK 4 tercapai
P:
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
- Melakukan TUK 5
Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi
Jumat, 30
Mei 2014
09.30 –
10.30
Melanjutkan pertemuan
sebelumnya, melakukan TUK
5
TUK 5 : Menjelaskan
manfaat pelayanan kesehatan
untuk mengatasi hipertensi
Melakukan evaluasi tindakan
keperawatan yang dilakukan
pada pertemuan sebelumnya
Tindakan yang di evaluasi
adalah tindakan penyusunan
menu diet Hipertensi, teknik
nafas dalam, dan kompres
hangat (DASH)
S:
- Nenek N dan keluarga
mengatakan pelayanan
kesehatan terdekat ada
posbindu dan
puskesmas
- Nenek N dan keluarga
mengatakan manfaat
pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan
kesehatan dan
mengobati ketika sakit
- Keluarga mengatakan
pembatasan garam
untuk makanan untuk
penderita hipertensi
- Keluarga mengatakan
sudah mulai membuat
menu makanan sesuai
diet hipertensi
- Keluarga mengatakan
mengingatkan Nenek N
untuk tidak makan yang
asin-asin
- Nenek N mengatakan
teknik relaksasi napas
dapat membuat lebih
enak dan mengurangi
nyeri
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
- Nenek N telah
melakukan tindakan
nafas dalam saat nyeri.
- Keluarga mengatakan
akan memanfaatkan
fasilitas pelayanan
kesehatan, datang ke
posbindu dan ke
puskesmas untuk
memeriksakan
kesehatan
- Keluarga mengatakan
bila merasakan tanda-
tanda hipertensi yang
semakin berat akan
memilih untuk
memeriksakannya ke
Puskesmas Cimanggis
O:
- Keluarga dapat menyebutkan
2 dari 4 fasilitas pelayanan
kesehatan
- Keluarga tampak mulai
menerapkan pengaturan
makan sesuai diet hipertensi,
pembatasan garam dan
pemilihan jenis makanan
- Keluarga dapat menyebutkan
manfaat teknik relaksasi
napas dalam dan kompres
hangat
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 5: Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Universitas Indonesia
- TD sebelum dan sesudah
sama 180/80, penurunan
10mmHg dibandingkan
Minggu sebelumnya pada
diastol
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
- TUK 4 tercapai
- TUK 5 tercapai sebagian
- Evaluasi tercapai
P:
- Kontrak kepada keluarga
untuk menyelesaikan
masalah kedua: asam urat
- Melakukan kunjungan rutin
untuk mengevaluasi tekanan
darah harian Nenek N dengan
intervensi penyusunan menu
diet Hipertensi (DASH) dan
pencatatan tekanan darah
rutin pada kartu kontrol
tekanan darah
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
Universitas Indonesia
EVALUASI AKHIR IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN NENEK N
Nama Mahasiswa : Arif Ridwan Kepala Keluarga (KK) : Keluarga Kakek J NPM : 0906564050 Alamat : RT 09/ 22 Kelurahan
Sukatani
No. Diagnosa Kriteria Evaluasi Kemampuan
Keterangan Umum Khusus Ya Tidak
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait Hipertensi
1. Mengenal masalah hipertensi
2. Mengambil keputusan
untuk mengatasi dan merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
3. Melakukan tindakan
keperawatan pada anggota keluarga untuk mengatasi hipertensi
Menyebutkan pengertian hipertensi
Menyebutkan penyebab hipertensi
Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
Menyebutkan akibat
hipertensi Mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah pada Nenek N
Menyebutkan cara
pencegahan hipertensi Menyebutkan cara
perawatan lansia dengan hpertensi
Mendemonstrasikan cara mengurangi nyeri ketika hipertensi: teknik relaksasi nafas dalam dan kompres hangat untuk mengurangi
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
Universitas Indonesia
4. Memodifikasi
lingkungan yang dapat mendukung perawatan untuk mengontrol Hipertensi
5. Menggunakan fasilitas
kesehatan untuk mengontrol Hipertensi.
nyeri dan penyusunan Menu Diet Hipertensi Dash
Menyebutkan lingkungan
yang baik dalam mengontrol Hipertensi
Menyebutkan fasilitas
kesehatan apa saja yang dapat digunakan.
Menjelaskan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan.
Mengunjungi fasilitas kesehatan
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N terkait Asam Urat
1. Mampu mengenal masalah Asam Urat, dengan:
2. Mampu mengambil
keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah Asam Urat
Menyebutkan definisi Asam Urat
Menyebutkan penyebab Asam Urat
Menyebutkan tanda dan gejala Asam Urat
Menyebutkan akibat Asam
Urat Mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah Asam Urat
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
Universitas Indonesia
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah Asam Urat
4. Memodifikasi
lingkungan yang sesuai untuk klien yang mengalami Asam Urat
5. Mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan masalah Asam Urat pada Nenek N:
Menyebutkan cara pencegahan Asam Urat
Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara perawatan Asam Urat
Menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko munculnya Asam Urat pada Nenek N
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan untuk dirujuk
Menyebutkan manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
3. Gangguan pola tidur pada keluarga Kakek J khususnya Nenek N
1. Mampu mengenal masalah Gangguan Pola Tidur:
2. Mampu mengambil
keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan
Menyebutkan definisi gangguan pola tidur
Menyebutkan penyebab gangguan pola tidur
Menyebutkan tanda dan gejala pola tidur
Menyebutkan akibat
kurang tidur
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 6: Evaluasi Sumatif Keluarga
Universitas Indonesia
masalah gangguan pola tidur
3. Mampu merawat
anggota keluarga dengan masalah gangguan pola tidur
4. Memodifikasi
lingkungan yang sesuai untuk klien yang mengalami gangguan pola tidur
5. Mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan pengobatan dan perawatan masalah gangguan pola tidur pada Nenek N:
Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang tidur
Menyebutkan cara
pencegahan gangguan pola tidur
Menyebutkan dan mendemonstrasikan cara perawatan gangguan pola tidur
Menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan untuk mengurangi gangguan dari penyebab gangguan pola tidur
Menyebutkan tempat
pelayanan kesehatan untuk dirujuk
Menyebutkan manfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian
Universitas Indonesia
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA KELOLAAN
No. Kriteria Kemandirian
Keluarga
Pencapaian Keterangan
Ya Tidak
1. Menerima mahasiswa.
2. Menerima pelayanan
kesehatan sesuaii rencana.
3. Menyatakan masalah
kesehatan dengan benar.
4. Memanfaatkan fasilitas
kesehatan sesuai anjuran.
5. Melaksanakan perawatan
sederhana sesuai dengan
anjuran.
6. Melaksanakan pencegahan
secara aktif.
7. Melaksanakan tindakan
promotif secara aktif.
Kesimpulan:
Keluarga berada pada tingkat Kemandirian IV (memenuhi kriteria
kemandirian keluarga pada poin 1 s.d. 7)
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 8: Susunan Menu Diet DASH
Universitas Indonesia
Menyusun Menu Diet Hipertensi Dalam Seminggu
Waktu/Jenis Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Pagi: 06-08
Nasi/ pengganti
Protein
Sayuran
Minyak
Nasi ½
Ayam tanpa
Kulit
Wortel bening (1
gelas belimbing)
3 sdm
Nasi ½
Pepes ikan
setengah potong
Tumis toge (1
gelas belimbing)
3 sdm
Nasi ½
Telur balado 1
(putih saja)
Capcay (1 gelas
belimbing)
3 sdm
Nasi ½
Tempe goreng (1
potong sedang)
Wortel bening (1
gelas belimbing)
3 sdm
Nasi ½
Tahu goreng (i
potong sedang)
Capcay (1 gelas
belimbing)
3 sdm
Nasi ½
Pepes ikan
setengah potong
Tumis toge (1
gelas belimbing)
3 sdm
Nasi ½
Ayam tanpa
Kulit
Wortel bening (1
gelas belimbing)
3 sdm
Selingan jam
10.00
Pepaya 1 potong
sedang
Pisang 1 potong Semangka 1
potong sedang
Pepaya 1 potong Semangka 1
potong sedang
Pisang 1 potong Pepaya 1 potong
Siang:12-13
Nasi/ pengganti
Protein
Sayuran
Minyak
Nasi ½
Ayam tanpa kulit
Wortel bening
-
Nasi ½
Pepes ikan
setengah potong
Tumis Toge (1
gelas belimbing)
Nasi ½
Telur balado 1
(putih saja)
Capcay (1 gelas
belimbing)
Nasi ½
Tempe (1 potong
sedang)
Wortel bening (1
gelas belimbing)
Nasi ½
Tahu goreng (i
potong sedang)
Capcay (1 gelas
belimbing)
Nasi ½
Pepes ikan
setengah potong
Tumis toge (1
gelas belimbing)
Nasi ½
Ayam tanpa
Kulit
Wortel bening (1
gelas belimbing)
Selingan Jam
16.00
Pepaya 1 potong Pisang 1 potong Semangka 1
potong sedang
Pepaya 1 potong Semangka 1
potong sedang
Pisang 1 potong Pepaya 1 potong
Malam:18-19
Nasi/ pengganti
Protein
Sayuran
Nasi ½
Ayam tanpa kulit
Wortel bening
-
Nasi ½
Pepes ikan
setengah potong
Nasi ½
Telur balado 1
(putih saja)
Nasi ½
Tempe (1 potong
sedang)
Nasi ½
Tahu goreng (i
potong sedang)
Nasi ½
Pepes ikan
setengah potong
Nasi ½
Ayam tanpa
Kulit
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 8: Susunan Menu Diet DASH
Universitas Indonesia
Minyak Tumis Toge (1
gelas belimbing)
Capcay (1 gelas
belimbing)
Wortel bening (1
gelas belimbing)
Capcay (1 gelas
belimbing)
Tumis toge (1
gelas belimbing)
Wortel bening (1
gelas belimbing)
Selingan jam 21 Pepaya 1 potong Pisang 1 potong Semangka 1
potong sedang
Pepaya 1 potong Semangka 1
potong sedang
Pisang 1 potong Pepaya 1 potong
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 9: Kartu Kontrol Tekanan Darah
Universitas Indonesia
Kartu Kontrol Tekanan Darah
Nama : Nenek N
Usia : 60 Tahun
Alamat :
Perawat : Arif Ridwan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Tahun 2014
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014
Lampiran 9: Kartu Kontrol Tekanan Darah
Universitas Indonesia
Tabel Pengontrolan Tekanan Darah
Kriteria Tanggal/Bulan
27 Mei 30 Mei 31 Mei 3 Juni 9 Juni 12 Juni 14 Juni 16 Juni 18 Juni 21 Juni
Stress x x X x x X x x X X
Konsumsi garam > v x X x x X x x X X
Ikan Asin v v x x x X x x X X
Makanan Santan v V X x x v x x X X
Kopi v v X x x x x x X X
Olahraga 30 menit x x X x x x x v X V
Aktivitas ringan-
sedang
v v V v v v v v V V
Merokok x x X x x x x x X X
Sulit tidur x x X x x x x x X x
Pusing pada
tengkuk
v v X x x x x x X X
Mata berkunang-
kunang
x x X x x x x x X X
Telinga dengung x x X x x x x x X X
Obat x x X x x x x x X X
Tekanan darah 180/90 180/80 180/80 170/80 170/80 170/80 165/80 160/80 160/80 160/80
Nadi 88 88 84 80 84 84 84 80 88 80
Dash (dietary ..., Arif Ridwan, FIK UI, 2014