universitas indonesia analisis pengadaan barang/jasa...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP)
TESIS
A.IKA ISKANDAR 1106111533
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
JAKARTA JANUARI 2013
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHKOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DANLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIKKEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
v
E K
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHKOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DANLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH (LKPP)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarMagister Ekonomi
A.IKA ISKANDAR
1106111533
FAKULTAS EKONOMIPROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAHJAKARTA
JANUARI 2013
ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHKOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DANLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIKKEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta, 25 Januari 2013
(A.Ika Iskandar)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : A.Ika Iskandar
NPM : 1106111533
Tanda Tangan :
Tanggal : 25 Januari 2013
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh :
Nama : A.Ika Iskandar
NPM : 1106111533
Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Kekhususan Ekonomi Perencanaan Kota dan
Daerah
Judul Tesis : Analisis Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah
Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarMagister Ekonomi pada Program Studi Magister Perencanaan danKebijakan Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Oskar Vitriano, SE., M.PP.
Penguji : Dr. Komara Djaja
Penguji : Dr. Muliadi Widjaja
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 19 Januari 2013
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
Ekonomi Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, sulit untuk menyelesaikan tesis ini, karena itu saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Pusbindiklatren Bappenas, selaku pemberi beasiswa untuk menempuh studi
pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia;
2. Pemerintah Kota Sukabumi cq. Badan Kepegawaian dan Diklat yang telah
memberikan ijin untuk menempuh studi di MPKP UI serta Pimpinan dan
jajaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sukabumi yang telah mendukung dan
membantu saya selama menjalani studi;
3. Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) yang telah berkenan memberikan data;
4. Oskar Vitriano, S.E, M.PP., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;
5. Dr. Fahrurrazi, M.Si, Saksi Ahli Pengadaan Barang/Jasa Tingkat Nasional dan
Kepala UPT Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa Kota Sukabumi, atas
dukungan dan bantuannya;
6. Seluruh Sivitas Akademika Program Studi Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik yang telah membantu saya dalam menyelesaikan studi;
7. Kedua orang tua dan mertua saya atas doa dan bimbingannya, serta adik saya
Mayor Arm. Ayi Yosa K.W, S.Sos. dan dr. Ika Mariska Y., SpOG, M.Kes.,
atas bantuan moril dan materil;
8. Neneng Indrayati, S.Pd., istri saya atas doa, pengertian, dan dukungan serta
Mohamad Kresna Raditya, buah hati tercinta yang selalu memberi penerang
dalam menjalani hidup ini;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
vi
9. Teman-teman Kelas Bappenas Angkatan XXV atas kerjasama, dukungan dan
bantuan selama menjalani kuliah.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 25 Januari 2013
Penulis
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : A.Ika Iskandar
NPM : 1106111533
Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Fakultas : Ekonomi
Jenis karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia. Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota
Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 25 Januari 2013
Yang Menyatakan
(A.Ika Iskandar)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
viii
ABSTRAK
Nama : A.Ika IskandarProgram Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan PublikJudul : Analisis Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Sukabumi,
Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Pengadaan barang/jasa publik sebagai salah satu bentuk pelayanan publik
seharusnya dilaksanakan sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat. Tetapi
ternyata sering tidak berjalan efisien dan efektif akibat perilaku sejumlah orang
yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, padahal pengadaan barang/jasa
publik menghabiskan anggaran yang sangat besar. Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dalam Laporan Tahunan 2010 menyebutkan bahwa kasus tindak
pidana korupsi dalam pengadaan barang/jasa menempati peringkat kedua
terbanyak setelah penyuapan. Dalam rangka untuk memperbaiki kinerja
pengadaan barang/jasa pemerintah, yang merupakan salah satu upaya reformasi
birokrasi, perlu dilakukan penelitian mengenai kinerja pengadaan barang/jasa
pemerintah. Penelitian ini menganalisis kinerja pengadaan barang/jasa
pemerintah dengan membandingkan konsep pengadaan yang ideal sesuai dengan
prinsip-prinsip pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 dengan penerapannya, sehingga dapat direkomendasikan
kebijakan apa saja yang harus dilakukan untuk menghasilkan pengadaan
barang/jasa pemerintah yang lebih kredibel dan berintegritas. Hasil penelitian
menunjukan meskipun dapat menghasilkan efisiensi tetapi masih ditemukan hal-
hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan dan kinerja pengadaan
harus ditingkatkan.
Kata kunci: barang publik, pengadaan barang/jasa, reformasi birokrasi
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
ix
ABSTRACT
Name : A.Ika IskandarProgram of Study : Master of Planning and Public PolicyJudul : Analysis of Public Procurement in the Municipality of
Sukabumi, the Municipality of Bogor and National PublicProcurement Agency (NPPA)
Public procurement as one provision mechanism of public goods and services
should be done for the sake of the society welfare. However, it does not always be
done as we hoped due to the personal interests of some persons, whereas public
procurement has a tremendous value. The Corruption Eradication Commission in
2010 Annual Report stated that corruption in public procurement was at the
second worst after bribery. In order to reform public procurement, which is in
accordance with bureaucratic reform, it is necessary to study public procurement
performance. This research analyzes public procurement performance by
comparing the concept of the seven public procurement principles as stated in
Presidential Regulation No. 54 of 2010 with its implementation, so that it can be
recommended some policies in order to yield more credible procurements. The
result of this research states that even it could generate cost efficiencies but the
implementation of public procurement was not absolutely in accordance with the
principles of public procurement and its performance still needs to be improved.
Keywords: public good, public procurement, bureaucratic reform
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................iLEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...........................................iiLEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................iiiLEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ivKATA PENGANTAR.............................................................................................vLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH.............................................viiABSTRAK............................................................................................................viiiDAFTAR ISI............................................................................................................xDAFTAR TABEL..................................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR............................................................................................xiiiDAFTAR RUMUS...............................................................................................xivDAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 91.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 101.4. Manfaat Penelitian...................................................................................111.5. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................111.6. Sistematika Penulisan..............................................................................12
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 132.1. Teori Barang Publik.............................................................................. 142.2. Teori Birokrasi .................................................................................... 152.3. Teori Principal Agent ........................................................................... 182.4. Teori Scientific Management..............................................................202.5. Teori Tentang Pengadaan Barang Publik.................................................212.6. Peraturan Perundang-Undangan..............................................................28
2.6.1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang PelayananPublik...........................................................................................28
2.6.2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand DesignReformasi Birokrasi 2010-2025...................................................29
2.6.3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 Tentang Road MapReformasi Birokrasi 2010-2014...................................................30
2.6.4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah...............................................................33
3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 513.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 513.2. Variabel Penelitian................................................................................ 513.3. Sumber dan Jenis Data.......................................................................... 543.4. Pemilihan Sampel ................................................................................. 543.5. Teknik Pengumpulan Data............................. .........................................553.6. Analisis Data............................................................................................553.7. Uji Validitas.............................................................................................57
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
xi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 584.1. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .......................... 584.2. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)..............................................654.3. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Kota Sukabumi .................724.4. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Kota Bogor........................764.5. Penerapan Prinsip Pengadaan....................................................................78
4.5.1. Penerapan Prinsip Pengadaan di LKPP ..........................................784.5.2. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Sukabumi............................894.5.3. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Bogor................................103
4.6. Perbandingan Penerapan Prinsip-Prinsip Pengadaan di Kota Sukabumi,Kota Bogor dan LKPP.............................................................................116
4.7. Kendala dan Harapan Stakeholder...........................................................1274.7.1. Kendala dan Harapan Stakeholder di LKPP..................................1274.7.2. Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Sukabumi...................1284.7.3. Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Bogor.........................129
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................... 1305.1. Kesimpulan ........................................................................................... 1305.2. Rekomendasi......................................................................................... 132
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 135
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
xii
DAFTAR TABEL
1.1. Perbandingan PNS Bersertifikasi Pengadaan Barang/Jasa.............................8
2.1. Konsep Barang Publik..................................................................................14
3.1. Variabel Penelitian........................................................................................51
3.2. Variabel Operasional dan Indikator Variabel...............................................51
4.1. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan ULP LKPP.......................................72
4.2. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan ULP Kota Sukabumi.........................76
4.3. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan ULP Kota Bogor...............................78
4.4. Efisiensi Pengadaan di LKPP..................................................................... 79
4.5. Efisiensi Pengadaan di Kota Sukabumi..................................................... 90
4.6. Efisiensi Pengadaan di Kota Bogor ........................................................... 104
4.7. Interval Indikator Variabel Operasional.................................................... 117
4.8. Perbandingan Efisiensi ............................................................................. 118
4.9. Perbandingan Efektif ................................................................................. 118
4.10. Perbandingan Prinsip Transparan .............................................................. 119
4.11. Perbandingan Prinsip Terbuka................................................................... 120
4.12. Perbandingan Prinsip Bersaing.................................................................. 121
4.13. Perbandingan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif........................................ 122
4.14. Perbandingan Prinsip Akuntabel................................................................ 123
4.15. Statistik Skor Indikator Variabel Operasional............................................125
4.16. Rekapitulasi Perbandingan Penerapan Prinsip Pengadaan.........................125
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
xiii
DAFTAR GAMBAR
1.1. Perkara Yang Ditangani KPK........................................................................6
2.1. Penyediaan Barang Publik Optimal.............................................................15
4.1. Skema E-Tendering ................................................................................... 61
4.2. LPSE Menjembatani ULP dengan Pelaku Usaha...................................... 62
4.3. Perkembangan Pelayanan LPSE..................................................................63
4.4. Status Transaksi LPSE.................................................................................64
4.5. Perkembangan Pelaksanaan Pelelangan Secara Elektronik.........................64
4.6. Peringkat Lima Besar Pagu Pengadaan Secara Elektronik Tahun 2012.....65
4.7. Struktur Organisasi LKPP ....................................................................... 70
4.8. Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Sukabumi ....................................... 74
4.9. Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Program SETDA Kota Bogor. 77
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
xiv
DAFTAR RUMUS
3.1. Jarak Interval...................................................................................................56
3.2. Skor Variabel..................................................................................................56
3.3. Prosentase Variabel.........................................................................................56
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan untuk Kepala Unit Pelayanan Pengadaan
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan untuk Kelompok Kerja Unit Pelayanan Pengadaan
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan untuk Pejabat Pembuat Komitmen
Lampiran 4 Perhitungan Hasil Penelitian Kota Sukabumi
Lampiran 5 Perhitungan Hasil Penelitian Kota Bogor
Lampiran 6 Perhitungan Hasil Penelitian LKPP
Lampiran 7 Rekapitulasi Perhitungan Skor Indikator Variabel Operasional
Universitas Indonesia
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan publik menurut Hardiyansyah (2011) berhubungan dengan
bagaimana meningkatkan kapasitas dan kemampuan pemerintah menjalankan
fungsi pelayanan kepada masyarakat, yang dalam konteks pendekatan ekonomi
adalah menyediakan kebutuhan pokok masyarakat. Tingkat perkembangan sosial
ekonomi masyarakat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi
dan perubahan politik. Hasil pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi tersebut
berhubungan erat dengan partisipasi masyarakat yang mendorong pertumbuhan
itu, dan harus didistribusikan serta dialokasikan secara adil dan merata kepada
setiap anggota masyarakat. Menurut Musgrave (1959) sebagaimana dikutip
Case (2008, p.350) pengaturan distribusi dan alokasi tersebut merupakan tugas
pemerintah sebagai wujud fungsinya sebagai pelayan publik. Barang/jasa yang
disediakan dalam pelayanan publik disebut barang publik. Menurut Pyndick
(1996) pasar tidak dapat menyediakan barang publik dan pemerintah dapat
menyelesaikan masalah barang publik ini dengan menyediakannya sendiri atau
memberikan insentif kepada pihak swasta untuk memproduksinya.
Pengertian pelayanan publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003, adalah segala jenis
bentuk pelayanan baik dalam bentuk barang maupun jasa yang menjadi
tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan
di lingkungan BUMN dan BUMD, dalam upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat, dan dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
Ruang lingkup pelayanan publik sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi pelayanan
barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif. Pelayanan barang/jasa
publik dimaksud meliputi:
1. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
2
Universitas Indonesia
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah
2. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh
suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan
3. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang pembiayaannya
tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara
dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya
menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Inti pelayanan publik menurut Mc. Kevitt(1998) sebagaimana dikutip
Hardiyansyah (2011,pp.12) adalah pelayanan yang penting untuk melindungi dan
mendukung keberadaan masyarakat, tetapi dalam mencapai pelayanan optimal
secara sosial tidak dapat dijangkau oleh pasar seperti kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan dan penyediaan keamanan. Pemerintah sebagai pelayan publik
harus mampu bekerja dengan baik dan berkinerja tinggi, karena amanat yang
diembannya. Tompkins (2005) berpendapat bahwa pelayan publik yang berkinerja
tinggi adalah jika dapat menjalankan misi dan mandat yang dibebankan dengan
efisien, efektif, bertanggungjawab, responsif, adil, ekonomis dan berdasarkan
etika pelayanan publik. Kepentingan masyarakat terpenuhi jika pemerintah dapat
menggunakan sumberdaya secara bijaksana, menjalankannya secara efisien dan
menyelesaikan masalah umum secara efektif.
Pada tataran implementasinya pelayanan publik tersebut memiliki berbagai
kendala. Pelayanan yang seharusnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan masyarakat kemudian mengalami distorsi akibat perilaku oknum
yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan
publik. Rousseau (1968) dalam Horton (2008,pp.19) menegaskan bahwa secara
alamiah akan terjadi konflik antara kepentingan pribadi, kepentingan kelompok
dan kepentingan umum. Individu akan selalu mementingkan kepentingannya
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
3
Universitas Indonesia
sendiri. Meskipun hal tersebut bersifat alamiah, sangatlah mungkin untuk
membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok, dan pada
akhirnya akan menemukan kepentingan umum. Tugas dari pelayan publik untuk
menemukan dan mengedepankan kepentingan umum. Weber (1978) sebagaimana
dikutip Horton (2008,pp.22) telah mengingatkan adanya bahaya ini. Weber
berpendapat bahwa cara untuk mengendalikan kekuasaan adalah melalui hirarki
dan peraturan serta memastikan adanya efisiensi melalui spesialisasi.
Kasper (1998) berpendapat bahwa sepanjang sejarah masalah penting yang
berhubungan dengan kekuasaan adalah masalah agent of government. Baik
penguasa tradisional, parlemen terpilih, ataupun pejabat yang diangkat tergoda
untuk bertindak atas dasar kepentingan pribadi. Masalah perilaku oportunistik
agent terhadap principal, yang terjadi antara pencipta rente (rent-creators) dengan
pemburu rente (rent-seeker) terjadi pada semua tingkatan yang memerlukan
tindakan kolektif dan menimbulkan kolusi antara kelompok tertentu yang
berkepentingan dengan pegawai pemerintah. Deliarnov (2005) berpendapat jika
setiap orang memiliki informasi yang sempurna, rasional dan berperilaku jujur
serta tidak oportunistik maka pertukaran melalui mekanisme pasar adalah metode
yang paling efisien. Persoalannya adalah bahwa dalam dunia nyata informasi yang
dimiliki aktor ekonomi jauh dari sempurna, tidak semua orang rasional dan lebih
banyak orang yang berlaku oportunistik. Informasi yang tidak sempurna dan
perilaku oportunistik dapat mengarah pada perilaku curang. Laba yang diterima
penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan digunakan untk mengejar
kepentingan pribadi disebut rente. Adapun perilaku aparat atau penguasa yang
mengharapkan imbalan atas kebijakan yang dikeluarkannya disebut “kalap rente”
(rent seeking behaviour). Lennerfort (2007) menyebut penyalahgunaan kekuasaan
publik demi keuntungan pribadi sebagai korupsi.
Buchner, S., Freytag, A., Gonzales, Lois G., & Guth, W (2008) mengatakan
bahwa korupsi meluas di seluruh belahan dunia dan mengakibatkan alokasi
sumber daya yang tidak efisien. Korupsi juga menyebabkan berkurangnya
kompetisi dan mengakibatkan kenaikan harga dalam pengadaan barang publik. Di
Eropa terjadi kenaikan nilai kontrak sekitar 10 sampai dengan 45 persen akibat
adanya korupsi. Rose-Ackerman (1999) dalam Lennerforts (2007,pp.381)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
4
Universitas Indonesia
mengatakan bahwa sejalan dengan meningkatnya intensitas pengadaan publik,
maka meningkat pula kontrak antara swasta dan publik dan resiko terjadinya
korupsi pun meningkat.
Transparency International (2011) merilis peringkat Corruption
Perceptions Index (CPI) tahun 2011, yang didasarkan pada persepsi korupsi pada
sektor publik dan menempatkan Indonesia pada peringkat ke-100 dari 183 negara
yang disurvei dengan skor 3,0, yang menunjukan bahwa Indonesia adalah negara
terkorup ke-83 dari 183 negara yang disurvei. Menurut Sulaeman (2010) Bank
Dunia memperkirakan korupsi di Indonesia mencapai hingga 20 % dari biaya
untuk melakukan bisnis, yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan tingkat
efektivitas pemerintah tertinggal di belakang negara-negara di regional. Habir
(2005) berpendapat bahwa Indonesia masih berada di peringkat yang buruk dalam
survei internasional tentang korupsi. Politik uang dan kroni menyebarluas tidak
hanya di pusat tetapi juga ke daerah. Korupsi menjadi salah satu penghalang untuk
masuknya investasi ke Indonesia.
Dalam rangka memberantas korupsi, Pemerintah Indonesia mengambil
beberapa langkah strategis diantaranya adalah pendirian Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan mencanangkan program reformasi birokrasi untuk
mewujudkan tata kelola kepemerintahahan yang baik (good governance).
Schapper (2009) berpendapat bahwa good governance mengharuskan pelayanan
sektor publik berfungsi dengan baik, responsif terhadap rakyat dan efisien dalam
pelayanannya. Pelayanan publik yang berfungsi dengan baik dengan memiliki
ciri-ciri yaitu transparansi dan pengambilan keputusan secara prosedural, adanya
mekanisme pengendalian dan pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan
kewenangan dan juga memastikan adanya akuntabilitas dalam penggunaan
sumber daya.
Untuk mewujudkan good governance, arah pembangunan jangka panjang
dalam peningkatan kinerja aparatur negara, sebagaimana tertera dalam Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional tahun 2005-2025, dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
5
Universitas Indonesia
keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Pemerintah juga telah
mennerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi. Grand Design Reformasi Birokrasi menjadi acuan bagi
kementrian/lembaga/pemerintah daerah dalam melakukan reformasi birokrasi
dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Program
reformasi birokrasi 2010-2015 pada tingkat makro meliputi:
o Program penataan organisasi
o Program penataan tatalaksana
o Program penataan sistem manajemen SDM aparatur
o Program penguatan pengawasan
o Program penguatan akuntabilitas kerja
o Program peningkatan kualitas pelayanan publik
Berkaitan dengan program penguatan pengawasan dan program penguatan
akuntabilitas kinerja, target kinerja telah ditentukan dan diharapkan mampu
dicapai hingga tahun 2015. Target yang ingin dicapai untuk program penguatan
pengawasan adalah :
o Meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan anggaran
o Meningkatnya efektifitas pengelolaan keuangan negara
o Meningkatnya status opini BPK
o Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara yang menjadi target
reformasi birokrasi terdapat hal yang patut menjadi perhatian. Laporan Tahunan
KPK Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa berdasarkan jenis tindak pidana
korupsinya, tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang/jasa menempati
peringkat kedua setelah penyuapan dan secara umum jika dihitung dari jumlah
perkara sejak tahun 2004, korupsi pengadaan barang/jasa menempati peringkat
pertama.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Gambar 1. 1. Perkara yang Ditangani KPKSumber : Laporan Tahunan KPK 2010
Pengadaan barang publik merupakan aktivitas yang sensitif secara politis,
karena melibatkan jumlah anggaran yang sangat signifikan. Menurut beberapa
penelitian yang dikumpulkan oleh Schapper (2009), pengadaan barang/jasa publik
memiliki nilai yang sangat besar dan sangat signifikan dalam porsi anggaran
negara. Gambaran besarnya pengeluaran dalam pengadaan barang publik di
beberapa negara sebagai berikut :
o Pengadaan barang publik di Amerika Serikat sekitar 200 miliar
dollar per tahun;
o Pengadaan barang publik di Rusia sekitar 40 % dari anggaran
negara;
o Pengadaan barang publik seluruh dunia sekitar 3,2 triliun dolar, 8%
GDP global pada tahun 2003.
Sementara di Indonesia anggaran pengadaan barang/jasa dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2012 mencapai kira-kira
400 triliun rupiah atau mencapai 26,6 persen dari total belanja APBN (LKPP,
2012), sedangkan menurut Bahagia (2011) setiap tahunnya tidak kurang 30 %
APBN dialokasikan untuk pengadan barang/jasa. Dari beberapa pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa perbaikan kinerja dalam pengadaan barang/jasa publik
sangatlah penting.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Kauffman (1997) dalam Lennerforts (2007,pp.383) mengatakan bahwa
mengingat pentingnya pengadaan publik dan signifikansi ekonomisnya, maka
harus dilakukan pengelolaan pengeluaran anggaran publik yang bijaksana, dengan
menghilangkan potensi kesalahan, ketidakmampuan dan juga korupsi. Kebijakan
pengeluaran anggaran ini dilakukan dengan peningkatan kinerja berbasis
kompetensi dan reformasi pengadaan. Organisation for Economic Cooperation
and Development (2007) berpendapat bahwa lingkungan pengadaan barang publik
memiliki aturan yang sangat ketat untuk meminimalisir penyelewengan dalam
lingkungan yang beresiko tinggi dan rentan terhadap pengaruh yang tidak
semestinya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Organisation for Economic
Cooperation and Development (2007) untuk meningkatkan integritas dalam
pengadaan barang/jasa dapat ditempuh salah satunya dengan meningkatkan
profesionalisme, yaitu dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia
sebagai bentuk investasi dalam human capital untuk meningkatkan efisiensi dan
pencegahan korupsi pengadaan barang/jasa. Peningkatan profesionalisme tersebut
dapat dilakukan dengan pemberlakuan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa
dan mencegah konflik kepentingan antar stakeholder yang terlibat dalam
pengadaan barang/jasa dengan memisahkan entitas pengguna barang/jasa dengan
entitas pelaksana proses pengadaan.
Di Indonesia sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa ini telah dilakukan
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah setiap pegawai yang mengelola pengadaan barang/jasa
pemerintah baik sebagai Kelompok Kerja Pengadaan, sebagai Pejabat Pengadaan
maupun sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memiliki sertifikat
pengadaan barang/jasa. Tetapi masalah timbul karena kurangnya Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang lulus sertifikasi sementara porsi anggaran pengadaan barang/jasa
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sangat besar dan
memerlukan pegawai yang kompeten. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mengenai hasil
Pilot Survey Compliance Performance Indicator (CPI) bahwa kompetensi staf
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
8
Universitas Indonesia
pengadaan di sejumlah wilayah Indonesia terbilang kurang memuaskan dan harus
ditingkatkan (LKPP, 2011, 9 Desember).
Dari seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Indonesia yang
berjumlah 4.522.211 orang, hanya 215.260 orang yang telah bersertifikasi atau
hanya rata-rata hanya sekitar 4,76 % telah bersertifikat, sementara anggaran
pengadaan barang/jasa mencapai 26,6 persen dari total jumlah belanja dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun Anggaran 2012. Dalam
hal perbandingan jumlah Pegawai Negeri Sipil(PNS) dengan jumlah Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang telah bersertifikat, Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagai lembaga perumus kebijakan pengadaan
tingkat nasional memiliki prosentase yang tinggi yaitu 89,05 %.
Tabel 1.1. Perbandingan PNS Bersertifikasi Pengadaan Barang/Jasa
No Lembaga/PemerintahDaerah/Nasional
Jumlah PNS Jumlah PNSBersertifikasi
Prosentase PNSBersertifikasi denganJumlah PNS
1 Pemerintah Kota Bogor 9.678 210 2,17
2 Pemerintah Kota Sukabumi 5.733 126 2,20
3 LKPP 137 122 89,05
4 Nasional 4.522.211 215.266 4,76
Sumber : LKPP dan BKN (telah diolah)
Dalam hal peningkatan profesionalisme dengan cara pemisahan entitas
pengadaan barang/jasa, telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 bahwa Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I)
wajib membentuk Unit Pelayanan Pengadaan (ULP), yaitu unit organisasi
pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa yang bersifat
permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Personil
dalam Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) permanen ini merupakan Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang bertugas secara penuh mengelola pengadaan barang/jasa.
Masalah yang dapat diidentifikasi adalah belum terbentuknya Unit Pelayanan
Pengadaan (ULP) yang bersifat permanen. Sebagian besar
Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) membentuk
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
9
Universitas Indonesia
Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) ini secara ad hoc yang secara organisasi telah
berdiri tetapi personilnya masih merupakan gabungan dari Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dari unit kerja lain. Selama tahun 2011 baru ada satu pemerintah daerah
dan satu institusi yang telah membentuk Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) secara
permanen yaitu Pemerintah Kota Sukabumi dan Universitas Negeri Semarang.
1.2. Perumusan Masalah
Arah pembangunan jangka panjang untuk meningkatkan kinerja aparatur
negara, sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025, dilakukan
melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara
dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Sementara itu, Laporan
Tahunan KPK tahun 2011 menyebutkan bahwa berdasarkan jenis tindak pidana
korupsinya, tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang/jasa menempati
peringkat kedua setelah penyuapan. Oleh karena itu maka menjadi hal yang sangat
penting untuk melakukan perbaikan kinerja pengadaan barang/jasa, sebagaimana
diutarakan Kauffman (1997) dalam Lennerforts (2007,pp.383) bahwa kebijakan
pengeluaran anggaran dilaksanakan dengan peningkatan kinerja berbasis
kompetensi dan reformasi dalam pengadaan barang/jasa publik.
Dalam peningkatan profesionalisme pengadaan barang/jasa ini ditemukan
masalah dalam hal kurangnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah lulus
sertifikasi pengadaan barang/jasa dan belum seluruh
Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) membentuk
Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) secara permanen yang berpengaruh pada kinerja
pengadaan barang/jasa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam rangka
peningkatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai salah satu
upaya reformasi birokrasi, perlu dilakukan analisis sejauh mana pelaksanaan
pengadaan barang/jasa pemerintah, sehingga diperoleh gambaran mengenai
keterkaitan antara latar belakang tingkat profesionalisme pengadaan barang/jasa
dengan tingkat penerapan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa. Analisis
sebagaimana dimaksud dilakukan dengan membandingkan antara konsep
pengadaan yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan dengan penerapan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
10
Universitas Indonesia
prinsip-prinsip pengadaan yang aktual terjadi sehingga dapat ditentukan kebijakan
untuk peningkatan kinerja pengadaan barang/jasa.
Kota Sukabumi dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan
merupakan pemerintah daerah yang memiliki prosentase Pegawai Negeri Sipil
(PNS) bersertifikasi pengadaan barang/jasa di bawah rata-rata nasional tetapi telah
memiliki Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) secara permanen sejak tahun 2011.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dijadikan
sebagai tempat penelitian karena merupakan lembaga negara yang memiliki
prosentase tinggi dalam hal Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersertifikat
pengadaan barang/jasa tetapi memiliki Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) yang
masih bersifat ad hoc. Selain itu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) adalah lembaga penentu kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lembaga ini
sepatutnya dijadikan sebagai model yang baik untuk pengadaan barang/jasa
pemerintah yang berintegritas tinggi. Kota Bogor dijadikan sebagai tempat
penelitian karena merupakan pemerintah daerah yang memiliki prosentase
Pegawai Negeri Sipil (PNS) bersertifikasi pengadaan barang/jasa di bawah rata-
rata nasional dan memiliki Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) yang masih bersifat
ad hoc.
Dengan membandingkan ketiga lokasi yang memiliki kriteria
profesionalisme dalam pengadaan barang/jasa yang berbeda tersebut diharapkan
dapat diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah, yang dapat dijadikan acuan untuk perbaikan kinerja khususnya bagi
ketiga daerah tersebut demi tercapainya sasaran reformasi birokrasi menuju tata
kelola kepemerintahan yang baik.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Pemerintah Kota
Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan LKPP, sehingga diperoleh
gambaran mengenai ada atau tidaknya perbedaan tingkat penerapan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
11
Universitas Indonesia
prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa berkaitan dengan berbedanya latar
belakang profesionalisme dalam pengadaan barang/jasa.
b. Untuk menentukan/merekomendasikan kebijakan yang harus dilakukan
oleh ketiga institusi yang menjadi lokasi penelitian dalam rangka
menghasilkan pengadaan barang/jasa pemerintah yang lebih kredibel dan
berintegritas.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
a. memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip pengadaan
barang/jasa pemerintah dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah di Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor
dan LKPP;
b. untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan
pengadaan barang/jasa pemerintah di Pemerintah Kota Sukabumi,
Pemerintah Kota Bogor dan LKPP sehingga dapat dijadikan acuan
untuk pengambilan kebijakan, baik bagi ketiga instansi tersebut
maupun bagi instansi lainnya yang melaksanakan pengadaan
barang/jasa pemerintah.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
yang meliputi perencanaan pengadaan, pelaksanaan pemilihan penyedia dan
pelaksanaan pekerjaan, khusus dalam pengadaan yang dilakukan dengan metode
pelelangan umum, pelelangan sederhana, seleksi umum dan seleksi sederhana di
Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan LKPP pada tahun
anggaran 2011. Lokasi penelitian di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Unit Pelayanan
Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kota Sukabumi, di Unit Pelayanan Pengadaan
Barang/Jasa (ULP) Kota Bogor dan di Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa
(ULP) LKPP Jakarta, serta unit kerja lain yang terkait dengan pengadaan
barang/jasa pemerintah yang dilakukan ketiga lokasi penelitian tersebut.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
12
Universitas Indonesia
1.6. Sistematika Penulisan
Tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
- Bab 1 : Pendahuluan
Membahas berbagai permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, ruang lingkup, dan
sistematika penulisan.
- Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian.
- Bab 3 Metodologi Penelitian
Membahas metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan
data, analisis data dan sumber data penelitian.
- Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Membahas analisis hasil penelitian
- Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi
Berisi kesimpulan dan rekomendasi kebijakan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
13 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori penunjang dan peraturan yang
berhubungan dengan penelitian. Teori-teori dan peraturan-peraturan tersebut
sebagai berikut :
1. Teori Barang Publik membahas jenis barang/jasa yang disediakan oleh
pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang penyediaannya dilakukan
dengan mekanisme pengadaan/barang jasa.
2. Teori Principal-Agent membahas hubungan antara principal sebagai
pemberi mandat kekuasaan dengan agent sebagai penerima mandat.
Teori ini juga membahas kontrak yang dilakukan antara pemerintah
dengan pihak perusahaan pemenang lelang dan pentingnya monitoring.
3. Teori Birokrasi membahas hirarki kewenangan di antara unit kerja
dalam pemerintahan dan perlunya keahlian teknis birokrat.
4. Teori Scientific Management membahas peningkatan produktivitas
dapat dicapai dengan proses kerja yang sistematis dan adanya standar
kerja.
5. Teori tentang pengadaan barang/jasa yang berisikan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) mengenai upaya untuk mencapai pengadaan
barang/jasa yang berintegritas tinggi dan pendapat lain tentang prinsip-
prinsip pengadaan.
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
7. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025.
8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2010-2014.
Teori-teori dan peraturan perundang-undangan tersebut sebagai berikut:
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
14
Universitas Indonesia
2.1. Teori Barang Publik
Menurut Pyndick (1996) barang publik adalah barang yang dapat
diproduksi dengan murah untuk konsumen, tetapi sekali barang tersebut
diproduksi maka sulit melarang orang lain untuk menggunakannya. Pasar tidak
selalu dapat menyediakan barang publik, karena barang publik harus disediakan
dalam harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah dapat menyelesaikan
masalah barang publik ini dengan menyediakannya atau memberikan insentif
kepada pihak swasta untuk memproduksinya. Menurut Musgrave & Musgrave
(1989) sebagaimana dikutip Case (2008, p.351), barang publik adalah barang yang
memiliki karakteristik non-excludable dan non-rivalry dalam konsumsinya. Non-
excludable artinya orang lain tidak dapat dikeluarkan dari pemakaian suatu barang
publik, misalnya dalam pertahanan negara yang disediakan untuk seluruh
masyarakat dan tidak bisa melarang orang lain untuk tidak mendapatkannya. Non-
rivalry berarti bahwa konsumsi yang kita lakukan tidak mempengaruhi orang lain
dalam mengkonsumsi suatu barang, kita dapat mengkonsumsi tetapi tidak
mengurangi barang tersebut dan masih dapat dikonsumsi orang lain secara utuh.
Contohnya dalam mengkonsumsi udara, kita dapat menghirup udara dengan bebas
untuk bernafas tetapi orang lain juga masih dapat memakainya tanpa terkurangi.
Tabel 2.1. Konsep Barang Publik
Sifat Excludable Non-excludable
Rivalry pure private goods, misalnya
hamburger
quasi public good contohnya taman publik
tidak perlu membayar tetapi dapat mengurangi
kesempatan orang lain memakainya
Non-rivalry quasi public good contohnya
jalan tol, disediakan untuk
publik tetapi harus membayar
pure public goods, contohnya pertahanan
negara, lampu penerangan jalan
Sumber : Case, 2008 (telah diolah kembali)
Sementara Samuelson (1954) sebagaimana dikutip Tiebout (1956, pp. 416)
berpendapat barang publik adalah barang konsumsi kolektif yang dinikmati semua
orang, jika salah satu menikmati maka konsumsi oleh orang lain terhadap barang
tersebut tidak berkurang. Menurut Olson (1965) barang publik adalah barang yang
jika dikonsumsi oleh seseorang maka barang tersebut tidak dapat dikurangi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
15
Universitas Indonesia
kemudian sisanya untuk diberikan kepada orang lain. Negara adalah organisasi
utama dan pertama yang harus menyediakan barang publik.
Gambar 2.1. Penyediaan Barang Publik OptimalSumber : O’Sullivan (2007) dan Pyndick (1996). Telah diolah kembali.
Penyediaan barang publik, sebagaimana diutarakan Pyndick (1996) dan
O’Sullivan (2007) dilakukan dengan menjumlahkan marginal benefit setiap
penduduk sehingga diperoleh marginal social benefit. Tingkat optimal dan paling
efisien adalah pada jumlah dimana marginal social benefit sama dengan marginal
social cost. Pada gambar 2.1. misalkan dalam penyediaan taman publik, untuk
luas taman 6 are jumlah marginal benefit ketiga penduduk adalah 19 dollar tetapi
marginal social cost adalah 13 dollar. Jika disediakan taman seluas 6 are maka
benefitnya tidak akan optimal dirasakan oleh ketiga penduduk tersebut. Jika taman
yang disediakan seluas 16 are jumlah marginal benefit dari ketiga penduduk yang
ada adalah 13 (Lois=3, Marian=4, Hiram= 6) dan marginal social cost adalah 13
sehingga penyediaan yang optimal adalah dengan luas taman 16 are.
2.2. Teori Birokrasi
Kasper (1998) berpendapat bahwa barang publik tidak dapat disediakan
dengan menggunakan mekanisme pasar dan pemerintah adalah organisasi yang
bertugas dan diberi kewenangan menyediakan barang publik. Pemerintah adalah
$0.00
$2.00
$4.00
$6.00
$8.00
$10.00
$12.00
$14.00
$16.00
$18.00
$20.00
6 12 16 28
Har
ga
Luas Taman (are)
MBLois
MBMarian
MBHiram
MSB
MSC
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
16
Universitas Indonesia
organisasi (top down, susunan hirarkis) yang mengikuti tujuan kolektif tertentu
dan berwenang secara politis untuk menjalankan kekuasaan dalam aturan tertentu
dengan hak hukumnya sendiri.
Weber (1947) sebagaimana dikutip Tompkins (2005,pp.41) menyatakan
bahwa rasionalitas administratif dapat dicapai dengan membagi-bagi pekerjaan ke
dalam fungsi administratif spesifik, memberi kewenangan yang jelas untuk
masing-masing unit kerja tersebut, menyusun hirarki kewenangan di masing-
masing unit kerja, mengatur patokan karir pegawai, dan bekerja mencapai tujuan
sesuai dengan peraturan. Kewenangan yang terlegitimasi dijalankan bukan atas
dasar paksaan. Weber mengidentifikasi tiga jenis konsep kewenangan :
1. Kewenangan kharismatik.
Kewenangan kharismatik merupakan kewenangan yang dibangun atas
dasar kemampuan dan perilaku teladan secara personal. Pengikutnya
mengakui legitimasi atas dasar perilaku heroik, kesakralan, karakter
teladan dan juga kekuatan supranatural. Kelemahan kewenangan
kharismatik ini tidak menyediakan dasar untuk pergantian kewenangan
ketika pemimpin kharismatik menanggalkan perannya dan hal itu dapat
menjadi ancaman keberlangsungan organisasi.
2. Kewenangan tradisional
Dalam kewenangan tradisional legitimasi didapatkan berdasarkan
tradisi yang berjalan lama. Hak untuk berkuasa berdasarkan prinsip
pergantian kekuasaan secara turun temurun. Pengikutnya menerima
legitimasi karena menghormati kesakralan pelaksanaan tradisi ini.
Kelemahannya dalam pelaksanaan seringkali kewenangan tradisional
dilakukan hanya atas dasar untuk kepentingannya dan bukan
memberikan keputusan terbaik bagi organisasi.
3. Kewenangan atas dasar hukum
Kewenangan jenis ini dibangun berdasarkan hukum/peraturan. Tipe
kewenangan atas dasar peraturan ini sesuai untuk organisasi yang besar
dan kompleks karena menekankan kewenangan atas dasar posisi
kedinasan, bukan pada orangnya. Alat atau perlengkapan yang
berhubungan dengan sistem kewenangan ini dilaksanakan secara
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
17
Universitas Indonesia
maksimal dalam mengelola organisasi yang besar dan kompleks dan
menghasilkan apa yang dinamakan birokrasi. Kedudukan administrator
dan keterkaitannya dengan peraturan, keterkaitannya dengan posisi
yang mengaturnya dan dengan aparat lain secara tegas diatur oleh
peraturan yang impersonal. Peraturan yang impersonal ini juga
mengatur hirarki kewenangan, hak dan kewajiban aparat, metoda
pengangkatan dan promosi, dan cara pelaksanaan tugas administratif.
Setiap negara pada dasarnya didirikan berdasarkan kekuasaan. Penguasa
kemudian menyusun unit kerja untuk mempertahankan keberlangsungan negara
dan untuk mengimplementasikan kebijakan. Peranan politisi adalah menetapkan
dan melanjutkan setiap kebijakan. Politisi pada dasarnya menginginkan untuk
terus memiliki kekuasaan publik. Tugas pemerintah adalah melaksanakan
kebijakan yang digariskan politisi tersebut tanpa ada pertimbangan politis.
Birokrasi ideal dalam pandangan Weber memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tugas yang tetap.
Pekerjaan pemerintahan dibagi-bagi secara sistematis sehingga para
pegawai pemerintah memiliki tugas yang jelas dan diberikan
kewenangan untuk membuat keputusan dalam lingkungan
kewenangannya sesuai dengan kemampuannya.
2. Hirarki kewenangan.
Kedudukan disusun secara hirarkis berdasarkan tingkatan kewenangan,
setiap instansi dibawah berada dalam pengendalian dan pengawasan
instansi diatasnya. Bawahan bertanggungjawab kepada atasannya
melalui garis komando yang jelas.
3. Sistem peraturan.
Peraturan perilaku membatasi lingkup kewenangan dan tingkah laku
pegawai pemerintah sedangkan peraturan teknis mengatur bagaimana
pekerjaan dilaksanakan dan bagaimana keputusan dibuat.
4. Keahlian teknis.
Pegawai dipilih, diangkat dan dipromosikan berdasarkan kemampuan
untuk melakukan tugasnya.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
18
Universitas Indonesia
5. Pelayanan karir.
Birokrat terdiri atas pegawai yang telah memutuskan untuk memilih
bidang pelayanan publik sebagai karirnya, menerima gaji sebagai
kompensasi pekerjaannya dan kantornya bukan merupakan milik
pribadi.
6. Dokumentasi tertulis.
Pegawai pemerintah mendokumenkan secara tertulis semua peraturan,
keputusan dan tindakan administratif.
2.3. Teori Principal-Agent
Jensen (1976) berpendapat hubungan principal-agent adalah kontrak
antara satu atau beberapa orang sebagai prinsipal dengan satu atau beberapa orang
sebagai agen untuk melaksanakan pelayanan untuk kepentingannya yang
melibatkan pendelegasian kewenangan kepada agen. Jika kedua pihak
berkepentingan untuk memaksimalkan utility, maka agen tidak akan selalu
berlaku berdasarkan kepentingan terbaik prinsipal. Penyimpangan pelaksanaan
kontrak antara prinsipal dan agen ini dapat terjadi. Hal tersebut menurut T.H.
Green, seorang filsuf Inggris, sebagaimana dikutip Horton (2008, pp.19) karena
pada dasarnya manusia bagaikan binatang yang memiliki rasa sosial (social-
animal) yang akan selalu mementingkan kepentingan pribadinya, dengan
dorongan untuk mewujudkan kepentingan diri. Menurut Jensen (1976)
penyimpangan tersebut potensial menimbulkan kerugian secara ekonomi. Biaya
yang timbul dalam hubungan principal-agent ini meliputi :
1. Biaya untuk memastikan agar agent membuat keputusan yang optimal
untuk kepentingan principal meliputi biaya bonding oleh agent dan
biaya pengawasan oleh principal;
2. Biaya residual yaitu biaya yang ditanggung principal akibat adanya
divergensi antara keputusan yang diambil oleh agent dengan
keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan principal.
Williamson (2005) berpendapat karena informasi yang tidak lengkap
maka kontrak juga sering tidak lengkap, individu yang terlibat sering melakukan
kecurangan untuk kepentingan pribadi, dan mengambil keuntungan dari adanya
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
19
Universitas Indonesia
ketidaklengkapan kontrak. Dalam kasus ini sering terjadi masalah penyimpangan
moral (moral hazard). Moral hazard merupakan kecenderungan alamiah yang
terjadi jika ada peluang untuk melakukan tindakan oportunis. Kombinasi dari
keduanya menimbulkan masalah bagi agen ekonomi, bagaimana mengelola dan
mengorganisasikan transaksi sehingga terhindar dari perilaku menyimpang
tersebut.
Menurut Pindyck (1995) karena biaya untuk pengawasan itu mahal, maka
tidak dapat dijamin bahwa pegawai publik dapat memproduksi barang publik
dengan efisien. Pengawasan terhadap pemerintah oleh legislatif tidak dapat efektif
selama agent memiliki informasi lebih banyak. Masalah dalam principal-agent
adalah bahwa agent dapat saja melakukan sesuatu utuk mencapai maksudnya
meskipun merugikan pihak principal. Sementara itu Deliarnov (2005)
berpendapat jika setiap orang dalam masyarakat memiliki informasi yang
sempurna, rasional dan berperilaku jujur serta tidak oportunistik maka pertukaran
melalui mekanisme pasar adalah metode yang paling efisien. Persoalannya adalah
bahwa dalam dunia nyata informasi yang dimiliki aktor ekonomi jauh dari
sempurna, tidak semua orang rasional dan lebih banyak orang yang berlaku
oportunistik. Informasi yang tidak sempurna dan perilaku oportunistik dapat
mengarah pada perilaku curang dalam adverse selection dan moral hazard. Laba
yang diterima penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan digunakan untk
mengejar kepentingan pribadi disebut rente. Perilaku aparat atau penguasa yang
mengharapkan imbalan atas kebijaksanaan yang dikeluarkannya melahirkan
perilaku rent seeking.
Kasper (1998) berpendapat bahwa sepanjang sejarah masalah penting
berhubungan dengan kekuasaan adalah masalah agent of government. Baik
penguasa turun temurun maupun parlemen terpilih, ataupun pejabat yang diangkat
tergoda untuk bertindak atas dasar kepentingan pribadi. Masalah principal-agent
dalam organisasi politik dan administratif salah satunya adalah birokrat dan
politisi, sebagai agent memiliki informasi yang lebih baik daripada masyarakat,
sebagai principal dan cenderung tidak ada kontrol yang efektif dari prinsipal ke
agen sehingga dapat memberinya peluang untuk berlaku oportunis. Masalah
perilaku oportunistik agent terhadap principal, yang terjadi antara pencipta rente
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
20
Universitas Indonesia
(rent-creators) dengan pemburu rente (rent-seeker) ini terjadi pada semua
tingkatan yang memerlukan tindakan kolektif dan menimbulkan kolusi antara
kelompok tertentu yang berkepentingan dengan pegawai pemerintah.
2.4. Teori Scientific Management
Teori Scientific Management dikembangkan oleh Frederick Taylor yang
juga disebut sebagai teori efektifitas organisasi. Elemen dasar teori ini menurut
Hitt (2009) sebagai berikut :
1. Menentukan cara terbaik untuk melakukan pekerjaan melalui
pengukuran yang tepat dan obyektif.
2. Memilih pegawai yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut
3. Melatih pegawai pilihan tadi dengan metoda pelaksanaan pekerjaan
yang paling tepat.
4. Menyediakan insentif yang cukup bagi pekerja yang melakukan
pekerjaan dengan benar dan dalam waktu yang efisien.
Sistem kerja yang dapat meningkatkan kinerja adalah sebagai berikut :
1. Sistematisasi proses produksi.
Taylor mengembangkan analisis yang terperinci mengenai skema dan
alur kerja. Taylor mengembangkan penggunaan skema produksi yang
menggambarkan langkah yang harus dilalui sebuah produk dan berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses tersebut, sehingga
produk dapat dipacu untuk melalui tahapan produksi secepat dan
seefisien mungkin.
2. Sistematisasi peralatan.
Taylor mengembangkan tempat khusus menyimpan peralatan, sehingga
setiap peralatan memiliki kegunaan tertentu, dan dirancang dan
dipelihara dalam cara tertentu.
3. Standarisasi kerja.
Standarisasi kerja memastikan cara terbaik untuk melaksanakan
masing-masing tugas, dan kemudian mengkomunikasikannya kepada
karyawan melalui on job training dan instruksi tertulis harian.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
21
Universitas Indonesia
4. Sistem insentif gaji.
Sistem pembayaran piecework yang membayar pekerja sesuai dengan
banyaknya produk yang dihasilkannya, yang berkembang pada tahun
1890-an pada kenyataannya mengurangi produktivitas karena buruh
sebenarnya mengetahui bahwa manajer pabrik cenderung untuk terus
mengurangi harga per satuan produk agar upah pekerja tetap kecil, yang
dikenal dengan systematic soldiering. Menyikapi hal ini Taylor
mengembangkan sistem pembayaran yang berbeda, yang menjanjikan
upah tinggi ketika tugas selesai sesuai dengan waktu yang dialokasikan
tanpa cacat, dan upah yang rendah jika tugas melewati waktu yang
dialokasikan atau tidak sempurna.
Sementara itu mekanisme koordinasi dan pengawasan yang dikembangkan teori
ini sebagai berikut :
1. Standarisasi proses kerja.
Pekerjaan dirancang dengan Standar Operational Procedure (SOP)
yang menggambarkan bagaimana seharusnya pekerjaan dilaksanakan.
Pekerja diharuskan mengikuti alur sesuai SOP. Koordinasi dibangun
dalam proses kerja itu sendiri, dan pengawasan dilaksanakan dengan
pembatasan kebijakan pegawai sehingga kesalahan dapat diminimalisir
dan setiap keputusan dibuat dengan adil.
2. Standarisasi output.
Ahli yang berperan dalam program efisiensi kerja tidak saja
menentukan bagaimana melaksanakan pekerjaan secara efisien tetapi
juga berapa lama untuk memproduksi produk tertentu. Kemudian setiap
pekerja diberikan kuota/target yang harus dicapai. Pengawasan
dilakukan dengan mengumpulkan data kinerja dan langkah untuk
memperbaiki sebagaimana dimandatkan untuk mengatasi perbedaan
antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan.
2.5. Teori Tentang Pengadaan Barang Publik
Pengadaan barang publik merupakan aktivitas yang sensitif secara politis,
karena melibatkan jumlah anggaran yang sangat signifikan. Berdasarkan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
22
Universitas Indonesia
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi Lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.
Cakupan kegiatan pengadaan meliputi perencanaan, proses pengadaan,
penerimaan dan penyimpanan, penggunaan barang dan manajemen aset, dan tiga
transaksi yaitu transaksi pembelian barang/jasa (kontrak), transaksi penerimaan
barang dan transaksi pengeluaran barang.
Menurut penelitian Organisation for Economic Cooperation and
Development (2007) pengadaan barang publik di negara-negara OECD
diperkirakan senilai 15 % dari total GDP, dan di Uni Eropa sebesar 1,5 triliun
Euro pada tahun 2002. Lingkungan pengadaan barang publik memiliki aturan
yang sangat ketat untuk meminimalisir penyelewengan dalam lingkungan yang
beresiko tinggi dan rentan terhadap pengaruh yang tidak semestinya. Pengadaan
barang publik juga merupakan sumber pendapatan bagi negara dalam hal
kontribusi pajaknya. Pengadaan barang publik merupakan aktivitas pemerintahan
yang paling rentan terhadap korupsi. Pengadaan barang publik merupakan proses
yang mempertemukan pemerintah dengan pihak swasta, yang potensial
melahirkan kesempatan bagi kedua pihak untuk menyelewengkan dana publik
untuk kepentingan pribadi. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas diyakini
sebagai ancaman utama terhadap integritas pengadaan barang/jasa pemerintah.
Karena transparansi dan akuntabilitas merupakan kunci untuk meningkatkan
integritas dalam seluruh proses pengadaan.
Organisation for Economic Cooperation and Development (2007)
melakukan telah melakukan penelitian dari perspektif good governance yang
menghasilkan solusi untuk peningkatan integritas dan pencegahan korupsi dalam
pengadaan barang/jasa publik mulai dari tahapan penentuan kebutuhan hingga
manajemen kontrak Menurut OECD, upaya yang harus dilakukan dalam
meningkatkan integritas dalam pengadaan barang publik adalah sebagai berikut :
a. Prosedur pengadaan barang publik harus transparan dan
mendorong adanya perlakuan yang sama dan adil;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
23
Universitas Indonesia
b. Sumber daya publik berkaitan dengan pengadaan barang publik
digunakan sesuai dengan kebutuhan;
c. Perilaku dan profesionalisme pegawai pemerintahan yang bertugas
dalam pengadaan harus sesuai dengan tugas pelayanan publik;
d. Sistem pengadaan mendukung pengambilan keputusan dalam
pengadaan barang publik, memastikan adanya akuntabilitas dan
mendorong pengawasan publik
OECD telah menyusun pengukuran standar pelaksanaan pengadaan barang
publik yang berintegritas tinggi. Ukuran tersebut dapat dijadikan sebagai patokan
untuk pelaksanaan pengadaan barang publik. Standar tersebut meliputi outcome
yang ideal proses pengadaan dan tahapan apa saja yang rentan terhadap ancaman
penurunan integritas yang berpotensi melahirkan korupsi. Standar tersebut sebagai
berikut :
1. Resiko terhadap integritas dalam setiap tahapan pengadaan meliputi :
a. Tahap pre-bidding:
i. Perencanaan dan penganggaran pengadaan tidak tepat;
ii. Persyaratan pengadaan tidak disusun dengan tepat;
iii. Pemilihan prosedur yang tidak tepat;
iv. Kerangka waktu untuk persiapan pengadaan tidak cukup
atau tidak diinformasikan secara adil ke setiap peserta.
b. Tahap pelaksanaan pelelangan:
i. Akses informasi yang tidak adil bagi setiap peserta dalam
undangan pemilihan;
ii. Kurang terciptanya kompetisi yang berakibat pada harga
yang tidak kompetitif;
iii. Adanya konflik kepentingan dalam proses evaluasi dan
penetapan pemenang;
iv. Kurangnya akses prosedural dalam hal peserta yang tidak
menang ingin mengajukan protes.
c. Tahap post bidding:
i. Kurangnya monitoring pelaksanaan pekerjaan oleh
pelaksana sendiri;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
24
Universitas Indonesia
ii. Kurangnya monitoring pelaksanaan pekerjaan oleh pihak
pemerintah.
2. Upaya untuk mendorong transparansi dilakukan dengan :
a. Informasi mengenai peraturan pengadaan yang transparan dan
dapat diakses semua pihak ;
b. Kesempatan yang sama bagi setiap peserta melalui prosedur yang
kompetitif dan menyediakan informasi yang konsisten kepada
setiap peserta;
c. Tahap pre-bidding:
i. Spesifikasi tidak mengarah ke satu peserta tertentu;
ii. Adanya pengelolaan pasar dengan pendekatan strategis dan
peyediakan informasi atas permintaan barang publik seluas-
luasnya kepada industri sehingga dapat meningkatkan
persaingan sehat.
iii. Perencanaan yang sesuai sehingga dapat membantu
pengelola pengadaan dalam menganalisa dan memilih
prosedur pengadaan yang sesuai.
d. Tahap bidding:
i. Peserta menerima informasi yang jelas dari awal mengenai
kesempatan keikutsertaan dalam pengadaan;
ii. Peserta menerima informasi yang adil jika ada perubahan
persyaratan;
iii. Peserta dapat meminta penjelasan lebih lanjut dengan syarat
harus berlaku untuk semua peserta.
iv. Peserta diberi waktu yang cukup untuk mempersiapkan
penawaran.
e. Tahap postbidding:
i. Proyek dijalankan sesuai dengan spesifikasinya dan tepat
waktu;
ii. Adanya pembatasan dan pengawasan terhadap perubahan
kontrak (addendum);
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
25
Universitas Indonesia
iii. Pengawasan yang akurat dan terjadwal oleh pihak
pemerintah dan instansi pengawasan;
iv. Adanya penanggungan resiko dengan penerbitan jaminan.
3. Meningkatkan profesionalisme untuk mencegah adanya ancaman
terhadap integritas dengan cara :
a. Memastikan bahwa anggaran publik dipakai sesuai
peruntukannya;
b. Meminimalisir potensi korupsi;
c. Perencanaan tahunan pengadaan yang dapat diakses. Pejabat yang
berwenang harus memberikan review atas proses pengadaan, dan
mengidentifikasi tujuan, dan target yang sesuai dengan tujuan
organisasi. Rencana ini dipublikasikan untuk memberikan
informasi kepada peserta pengadaan;
d. Penganggaran yang meliputi :
i. Pengadaan publik merupakan bagian integral daripada
manajemen keuangan publik;
ii. Penentuan anggaran sesuai dengan manfaat yang diperoleh,
dengan cara referensi terhadap harga pasar setempat,
referensi pada harga supplier dan berdasarkan kontrak yang
sebelumnya.
e. Adanya sistem dokumentasi pengadaan yang seragam untuk
memastikan implementasi peraturan yang konsisten.
f. Pengadaan yang lebih sentralistik dan lebih efisien dengan
meningkatkan manajemen informasi dan mengurangi biaya
transaksi. Pengadaan yang sentralistik dapat mengurangi tatap
muka dengan peserta dan lebih efektif dibandingkan dengan
pengadaan yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja secara
terpisah;
g. Meningkatkan kemampuan pegawai dengan sertifikasi dan
pelatihan khusus tentang pengadaan sebagai bentuk investasi
dalam human capital untuk meningkatkan efisiensi dan mencegah
potensi korupsi dalam pengadaan barang/jasa;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
26
Universitas Indonesia
h. Ketersediaan data mengenai integritas dan kinerja peserta
pengadaan serta data mengenai kontrak sebelumnya serta
pertukaran informasi antar pegawai pengadaan dengan penciptaan
jaringan;
i. Pemisahan kewenangan dan tugas yang jelas diantara petugas
yang terlibat dalam pengadaan untuk menghindari conflict of
interest dengan pemisahan entitas, fungsi, tahapan pengadaan,
tugas teknis/komersial dan tugas pengelolaan keuangan.
j. Pengadaan secara elektronik yang dapat mengurangi biaya
pengadaan, dapat mencegah adanya kontak langsung antara
pelaksana dengan peserta dan meningkatkan transparansi;
k. Memastikan bahwa kepentingan petugas tidak mempengaruhi
proses pengadaan dengan adanya standar etika untuk pelaksana
dan standar prosedur yang detail untuk pelaksanaan pengadaan;
l. Adanya perlindungan bagi pegawai pengelola pengadaan dari
pengaruh dan tekanan termasuk pengaruh politik untuk
memastika pengambilan keputusan yang imparsial.
4. Memastikan adanya pengawasan dan akuntabilitas
a. Dokumentasi yang akurat merupakan basis akuntabilitas karena
menyediakan jejak pengambilan keputusan dan berperan sebagai
bukti resmi untuk kepentingan audit dan pengawasan;
b. Audit dan pengawasan internal dan eksternal;
c. Menyediakan mekanisme sanggahan atas keputusan yang diambil
dalam proses pengadaan;
d. Adanya pakta integritas untuk memastikan proses pengadaan
dilakukan dengan transparan, akuntabel dan mencegah korupsi.
Pengadaan barang publik harus dilaksanankan secara efisien dan efektif.
Menurut Simon (2000) efisiensi mengacu pada tingkat sumberdaya yang
dihabiskan untuk mencapai hasil pada tingkatan tertentu. Konsep pengukuran
efisiensi harus menjawab seberapa banyak sumberdaya yang dipergunakan untuk
mencapai hasil yang dimaksud. Tingkat perbedaan efisiensi membandingkan
penggunaan sumber daya sebagai input terhadap output. Efektivitas adalah
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
27
Universitas Indonesia
tingkatan dimana aktivitas mencapai hasil yang diinginkan. Konsep efektivitas
harus menjawab apakah hasil yang telah ditargetkan dapat tercapai atau tidak.
Pengukurannya dengan membandingkan antara hasil aktual dengan standar atau
ekspektasi yang telah ditetapkan.
OECD (2007) dan Schapper (2009) berpendapat bahwa transparansi dan
akuntabilitas diyakini merupakan faktor kunci untuk meningkatkan integritas dan
mencegah korupsi dalam pengadaan barang/jasa. Tetapi kedua hal tersebut harus
diimbangi dengan hal penting lainnya misalnya memastikan adanya manajemen
yang efisien dalam pengelolaan sumberdaya publik, dan adanya persaingan sehat.
Stasavage (2003) mengatakan bahwa transparansi adalah pertimbangan yang
relevan ketika birokrat memilih kebijakan untuk mencapai hasil yang ditetapkan,
tetapi dalam pelaksanaannya hasil aktual dapat dipengaruhi oleh kejadian yang
tak diharapkan. Langkah yang paling baik untuk mengatasi moral hazard adalah
dengan mengawasi dan membuat perilaku agen terlihat. Hal tersebut dapat
tercapai dengan prosedur administratif yang memungkinkan terjadinya pemberian
informasi oleh birokrat.
Stirton (2001) berpendapat bahwa meski tidak identik tetapi tansparansi
berhubungan erat dengan akuntabilitas. Transparansi adalah adanya jalan dua arah
antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dikatakan transparan jika responsif
terhadap masyarakat sebagai penerima pelayanan. Aktivitas Lembaga
Transparansi Internasional dalam mendorong reformasi anti korupsi menjadikan
transparansi dan akuntabilitas sebagai bahan diskusi utama untuk reformasi
pelayanan publik. Hal yang menentukan sebuah pelayanan publik disebut sebagai
transparan, jika mereka responsif terhadap pengguna pelayanan dan menanggapi
keinginan tersebut. Transparansi memerlukan keadaan dimana warga negara dapat
mengontrol pelaksanaan pelayanan publik berdasarkan preferensi mereka,
termasuk juga mengetahui bagaimana keputusan dibuat.
Prinsip lain yang harus dipenuhi adalah prinsip akuntabel. Rubinstein
(2007) mengatakan bahwa akuntabilitas sering dilihat sebagai alat yang penting
untuk membatasi kekuasaan yang tidak terbatas. Akuntabilitas sangat penting
untuk politik demokrasi. Mekanisme akuntabilitas memerlukan kemampuan
seorang pelaku untuk memberi sangsi terhadap pelaku lainnya. Ketika pelaku
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
28
Universitas Indonesia
yang seharusnya diberi sangsi kemudian lebih kuat dibandingkan pemberi sangsi,
maka akuntabilitas sebagaimana digambarkan menjadi tidak efektif. Sementara itu
Grant (2005) berpendapat bahwa dalam konsep akuntabilitas pelaku tertentu
memiliki hak untuk membuat pelaku lainnya bertanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, untuk menentukan apakah
mereka telah dapat memenuhi tanggungjawab dan menjatuhkan sangsi jika
mereka tidak dapat memenuhinya.
2.6. Peraturan Perundang-Undangan
2.6.1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Pertimbangan terbitnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik adalah sebagai berikut :
1. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk
untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka
pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang
dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang
harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga
negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik;
3. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga
negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan
korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma
hukum yang memberi pengaturan secara jelas;
4. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan
pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan
korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap
warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang
mendukungnya.
Definisi Pelayanan Publik sebagaimana tertera dalam Pasal 1 adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
29
Universitas Indonesia
sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Maksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menurut Pasal 2 adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan
antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Ruang lingkup
pelayanan publik sebagaimana tertera dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Pelayanan barang/jasa publik dimaksud meliputi:
1. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah
2. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh
suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan; dan
3. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang pembiayaannya
tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara
dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya
menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
2.6.2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Pertimbangan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 adalah :
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
30
Universitas Indonesia
1. Dalam rangka mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang
baik, maka dipandang perlu melakukan reformasi birokrasi di seluruh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
2. Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di seluruh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, diperlukan Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025;
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 menjadi acuan bagi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi birokrasi
dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pelaksanaan
operasional Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025, akan dituangkan
dalam Road Map Reformasi Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali
oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 ditetapkan oleh Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
2.6.3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2010-2014
Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk operasionalisasi
Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5
(lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi
dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per
tahun yang jelas. Sasaran tahun pertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun
berikutnya, begitupun sasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada sasaran
tahun sebelumnya. Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) bertujuan untuk
memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian/Lembaga
(K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) agar berjalan secara efektif, efisien,
terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan. Ruang lingkup
Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB 2010-2014) mencakup tiga hal berikut:
1. Penguatan Birokrasi Pemerintah
Terwujudnya penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatnya kualitas
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
31
Universitas Indonesia
pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi;
2. Tingkat Pelaksanaan
Ada dua tingkat pelaksanaan, yaitu tingkat nasional dan tingkat
instansional. Pada tingkat nasional, pelaksanaan reformasi birokrasi
dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan makro dan meso. Tingkat
pelaksana makro menyangkut penyempurnaan regulasi nasional dalam
upaya pelaksanaan reformasi birokrasi. Sementara tingkat pelaksanaan
meso menjalankan fungsi manajerial, yaitu mendorong kebijakan-
kebijakan inovatif, menerjemahkan kebijakan makro, dan
mengkoordinasikan (mendorong dan mengawal) pelaksanaan reformasi
birokrasi di tingkat Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Pada
tingkat instansional (disebut tingkat pelaksanaan mikro) menyangkut
implementasi kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana
digariskan secara nasional dan menjadi bagian dari upaya percepatan
reformasi birokrasi pada masing-masing Kementrian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;
3. Program
Program-program berorientasi hasil (outcomes oriented programs), baik
pada tingkat makro, meso, maupun tingkat mikro.
Mengukur keberhasilan reformasi birokrasi dilakukan antara lain melalui
pencapaian sasaran reformasi birokrasi sebagaimana ditetapkan dalam Grand
Design reformasi Birokrasi 2010–2025, dengan indikator kinerja utama (key
performance indicators) :
1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
2. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat;
3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Sementara itu Program, Kegiatan, Agenda, dan Hasil yang diharapkan pada
Tingkat Makro (2010-2014) adalah sebagai berikut :
1. Program Penataan Organisasi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kelembagaan pemerintah pusat dan daerah secara proporsional sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, sehingga
organisasi birokrasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).
Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi antar-K/L dan
Pemda
b. meningkatnya kapasitas kelembagaan dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi K/L dan Pemda.
2. Program Penataan Tatalaksana
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
bisnis proses dan mekanisme kerja/prosedur dalam sistem manajemen
pemerintahan. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses
penyelenggaraan manajemen pemerintahan;
b. meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen
pemerintahan.
3. Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalime SDM
Aparatur yang didukung oleh sistem rekruitmen dan promosi, serta
pengembangan kualitas aparatur yang berbasis kompetensi dan
transparan. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu mendorong
mobilitas antar aparatur daerah, antar aparatur pusat, dan antara
aparatur pusat dan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan
kesejahteraan yang sepadan. Target yang ingin dicapai melalui program
ini adalah:
a. meningkatnya ketaatan terhadap pengeloaan SDM Aparatur;
b. meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM
Aparatur;
c. meningkatnya disiplin SDM Aparatur;
d. meningkatnya efektivitas manajemen SDM Aparatur;
e. meningkatnya profesionalisme SDM Aparatur.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
33
Universitas Indonesia
4. Program Penguatan Pengawasan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Target yang ingin dicapai
melalui program ini adalah:
a. meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan
negara;
b. meningkatnya efektivitas pengelolaan keuangan negara;
c. meningkatnya status opini BPK;
d. menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang.
5. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas
kinerja birokrasi. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. meningkatnya kinerja instansi pemerintah;
b. meningkatnya akuntabilitas instansi pemerintah.
6. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan publik
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik
sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.Target yang ingin dicapai
melalui program ini adalah:
a. meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat
(transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau dan
memiliki kepastian);
b. meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh
standarisasi pelayanan internasional;
c. meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik.
2.6.4 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah telah diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Peraturan tersebut memuat ketentuan mengenai
pengadaan barang dan jasa pemerintah di lingkungan Kementrian/Lembaga/Dinas
Instansi yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari
APBN/APBD, serta di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
34
Universitas Indonesia
(BHMN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dari APBN/APBD.
Pengadaan barang/jasa menerapkan prinsip-prinsip pengadaan yang efisien,
efektif, transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa, karena hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan
keuangan. Definisi dari prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa adalah sebagai
berikut :
a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai
kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau
menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan
sasaran dengan kualitas yang maksimum;
b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya;
c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas
oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat
pada umumnya;
d. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas;
e. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat
diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak
ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar
dalam pengadaan barang/jasa;
f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama
bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
35
Universitas Indonesia
memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional;
g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang
terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk melaksanakan prinsip good governance and clean government,
maka Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas dan
pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan
dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independen), serta menjamin
terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait (stakeholders)
secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel. Peningkatan kualitas
pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih,
perlu didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara
yang dibelanjakan melalui proses pengadaan barang/jasa pemerintah, diperlukan
upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip
persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan
berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan,
maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan,
keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/Jasa, karena hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis
dan keuangan.
Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi
lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Ruang lingkup
Peraturan Presiden ini meliputi:
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
36
Universitas Indonesia
1. Pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang pembiayaannya baik sebagian
atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,
2. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,
Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya
dibebankan pada APBN/APBD.
Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
yang diatur dalam peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 meliputi :
1. Pengguna Anggaran (PA), adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna
APBN/APBD. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling
kurang di website K/L/D/I;
c. menetapkan PPK;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
f. menetapkan:
i. pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan
langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya dengan nilai diatas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
ii. pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan
langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi dengan nilai
diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
g. mengawasi pelaksanaan anggaran;
h. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
37
Universitas Indonesia
i. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat
Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; Dan mengawasi
penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan
barang/jasa.
Selain tugas pokok dan kewenangan diatas dalam hal diperlukan,
Pengguna Anggaran dapat:
a. menetapkan tim teknis; dan/atau
b. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui
sayembara/kontes.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai
berikut:
a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang
meliputi:
i. spesifikasi teknis Barang/Jasa;
ii. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan
iii. rancangan Kontrak.
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ);
c. menandatangani kontrak;
d. melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa;
e. mengendalikan pelaksanaan kontrak;
f. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa
kepada PA/KPA;
g. menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada
PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan;
h. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran
dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap
triwulan; dan
i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam hal diperlukan, PPK dapat:
a. mengusulkan kepada PA/KPA:
i. perubahan paket pekerjaan; dan/atau
ii. perubahan jadwal kegiatan pengadaan;
b. menetapkan tim pendukung;
c. menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis
(aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan
d. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia barang/jasa.
3. Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi pemerintah yang
berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa di
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang
bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang
sudah ada. Paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dapat
dilaksanakan oleh ULP atau 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan. Paket
pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh ULP atau 1 (satu)
orang Pejabat Pengadaan. Pengadaan langsung dilaksanakan oleh 1
(satu) orang Pejabat Pengadaan. Tugas pokok dan kewenangan
ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:
a. menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa;
b. menetapkan dokumen pengadaan;
c. menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
d. mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website
K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk
masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam
Portal Pengadaan Nasional;
e. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
39
Universitas Indonesia
f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap
penawaran yang masuk;
g. khusus untuk ULP:
i. menjawab sanggahan;
ii. menetapkan penyedia barang/jasa untuk:
1) Pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket
pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah);atau
2) Seleksi atau penunjukan langsung untuk paket
pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling
tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
h. menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa
kepada PPK;
i. menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa;
j. membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/ Pimpinan Institusi;
dan
k. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA.
Selain tugas pokok dan kewewenangan ULP/Pejabat Pengadaan dalam
hal diperlukan ULP/Pejabat Pengadaan dapat mengusulkan kepada
PPK:
a. perubahan HPS; dan/atau
b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/ pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas
pokok dan kewenangan untuk:
a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
40
Universitas Indonesia
b. menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
5. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/ jasa konsultansi/jasa
lainnya.
Sebelum dilaksanakannya pengadaan, setiap pihak yang terlibat
menandatangani Pakta Integritas baik secara manual maupun secara elektronik.
Secara manual dilakukan dengan menandatangani lembar pakta integritas
sedangkan secara elektronik dengan menyetujui form Pakta Integritas yang
disediakan oleh Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Pakta Integritas
adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan
kolusi, korupsi dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa.
Pengadaan berdasarkan jenis barang/jasa dibedakan menjadi :
1. Pengadaan Barang. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna
Barang.
2. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
3. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya
olah pikir (brainware).
4. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola
yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa
konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.
Berdasarkan caranya pengadaan dilakukan dengan :
1. Swakelola adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
41
Universitas Indonesia
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat
2. Pemilihan penyedia barang/jasa, yang meliputi :
a. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang
dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya yang memenuhi syarat.
b. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang
mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang
kompleks.
c. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
d. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
e. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
f. Pengadaan Langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/ seleksi/penunjukan
langsung.
Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus
mematuhi etika sebagai berikut:
1. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan
Barang/Jasa;
2. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan
untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;
3. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
42
Universitas Indonesia
4. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;
5. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para
pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses pengadaan barang/jasa;
6. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa;
7. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan tidak
menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau
kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan
pengadaan barang/jasa.
Pada awal tahun anggaran Pengguna Anggaran (PA) menyusun Rencana
Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan pada K/L/D/I masing-
masing. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan kegiatan
sebagai berikut:
1. mengindentifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan K/L/D/I;
2. menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan
barang/jasa
3. menetapkan kebijakan umum tentang:
a. pemaketan pekerjaan;
b. cara pengadaan barang/jasa; dan
c. pengorganisasian pengadaan barang/jasa;
4. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Pengguna Anggaran mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
Barang/Jasa di masing-masing Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi secara terbuka kepada masyarakat luas setelah rencana kerja dan
anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi
disetujui oleh DPR/DPRD. Apabila terjadi perubahan paket pekerjaan maka:
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
43
Universitas Indonesia
1. PPK mengusulkan perubahan paket pekerjaan kepada PA/KPA untuk
ditetapkan; atau
2. ULP/Pejabat Pengadaan mengusulkan perubahan paket pekerjaan melalui
PPK untuk ditetapkan oleh PA/KPA.
Segera setelah PPK memberi instruksi kepada ULP/Pejabat pengadaan untuk
memproses pelaksanaan pengadaan, ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan
menetapkan metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya.
pemilihan penyedia barang/jasa lainnya dilakukan dengan:
1. Pelelangan yang terdiri atas pelelangan umum dan pelelangan sederhana;
2. Penunjukan Langsung;
3. Pengadaan Langsung; atau
4. Kontes/Sayembara.
Pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dilakukan dengan:
1. Pelelangan Umum;
2. Pelelangan Terbatas;
3. Pemilihan Langsung;
4. Penunjukan Langsung; atau
5. Pengadaan Langsung.
Pelelangan Sederhana atau Pemilihan Langsung diumumkan sekurang-
kurangnya di website Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi, dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
ULP/Pejabat Pengadaan juga menyusun dan menetapkan metode
pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
dilakukan melalui negosiasi teknis dan biaya sehingga diperoleh harga yang
sesuai dengan harga pasar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan dengan:
1. Seleksi yang terdiri atas Seleksi Umum dan Seleksi Sederhana;
2. Penunjukan Langsung;
3. Pengadaan Langsung; atau
4. Sayembara.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Setelah ditetapkannya metode pelaksanaan pengadaan, ULP/Pejabat
Pengadaan menyusun dan menetapkan metode pemasukan Dokumen Penawaran
dan metode evaluasi. Metode pemasukan dokumen penawaran terdiri atas:
1. metode satu sampul;
2. metode dua sampul; atau
3. metode dua tahap.
Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya terdiri atas:
1. sistem gugur;
2. sistem nilai; dan
3. sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.
Dalam melakukan evaluasi ULP/Pejabat Pengadaan dilarang mengubah,
menambah dan/atau mengurangi kriteria serta tata cara evaluasi setelah batas
akhir pemasukan dokumen penawaran. Metode evaluasi penawaran dalam
pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menggunakan:
1. metode evaluasi berdasarkan kualitas;
2. metode evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya;
3. metode evaluasi berdasarkan pagu anggaran; atau
4. metode evaluasi berdasarkan biaya terendah.
ULP/Pejabat pengadaan kemudian menentukan persyaratan dan tatacara
kualifikasi pengadaan. Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia
Barang/Jasa. Kualifikasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu prakualifikasi
atau pascakualifikasi. ULP/Pejabat Pengadaan dilarang menambah persyaratan
kualifikasi yang bertujuan diskriminatif serta diluar yang telah ditetapkan dalam
ketentuan Peraturan Presiden ini. ULP/Pejabat Pengadaan wajib
menyederhanakan proses kualifikasi dengan ketentuan:
1. meminta penyedia barang/jasa mengisi formulir kualifikasi; dan
2. tidak meminta seluruh dokumen yang disyaratkan kecuali pada tahap
pembuktian kualifikasi.
Setelah itu ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan menetapkan jadwal
pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
45
Universitas Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan alokasi waktu yang
cukup untuk semua tahapan proses pengadaan. ULP kemudian mengumumkan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara luas kepada masyarakat pelaksanaan
pelelangan/seleksi diumumkan secara terbuka dengan mengumumkan secara luas
sekurang-kurangnya melalui:
1. website Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi I;
2. papan pengumuman resmi untuk masyarakat; dan
3. Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE.
Pengumuman atas penetapan penyedia barang/jasa diumumkan secara terbuka
dengan mengumumkan secara luas pada:
1. website Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi;
2. papan pengumuman resmi untuk masyarakat.
ULP/Pejabat Pengadaan kemudian menyusun dokumen pengadaan
barang/jasa yang terdiri atas dokumen kualifikasi dan dokumen pemilihan. PPK
menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Barang/Jasa, kecuali untuk
Kontes/Sayembara. ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS
berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK. Penyusunan HPS didasarkan pada
data harga pasar setempat, yang diperoleh berdasarkan hasil survei menjelang
dilaksanakannya pengadaan, dengan mempertimbangkan informasi yang meliputi:
1. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat
Statistik (BPS);
2. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi
terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;
3. daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal;
4. biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya;
5. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank
Indonesia;
6. hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan
instansi lain maupun pihak lain;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
46
Universitas Indonesia
7. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana
(engineer’s estimate);
8. norma indeks; dan/atau
9. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
10. HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead
yang dianggap wajar.
Penyedia barang/jasa yang mendaftar sebagai peserta pengadaan menyerahkan
Jaminan kepada pengguna barang/jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana
dipersyaratkan dalam dokumen pengadaan/kontrak pengadaan barang/jasa.
jaminan atas pengadaan barang/jasa harus dapat dicairkan tanpa syarat
(unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari PPK/ULP diterima oleh
penerbit jaminan. ULP/Pejabat Pengadaan atau PPK melakukan klarifikasi tertulis
terhadap keabsahan Jaminan yang diterima. Jaminan penawaran diberikan oleh
penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya pada saat memasukkan
penawaran, yang besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus)
dari total HPS. Jaminan penawaran dikembalikan kepada penyedia barang/
pekerjaan konstruksi/jasa lainnya setelah PPK menerima jaminan pelaksanaan
untuk penandatanganan kontrak. Jaminan pelaksanaan diberikan setelah
diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan kontrak pengadaan barang/
pekerjaan konstruksi/jasa lainnya. Jaminan penawaran dari peserta yang tidak
ditetapkan sebagai pemenang lelang akan dikembalikan setelah pengumuman
pemenang lelang.
Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi, ULP/Pejabat Pengadaan tidak
boleh melarang, menghambat dan membatasi keikutsertaan calon Penyedia
Barang/Jasa dari luar Propinsi/Kabupaten/Kota. Untuk memperjelas dokumen
pengadaan barang/jasa, ULP/ Pejabat Pengadaan mengadakan pemberian
penjelasan. Pemberian penjelasan dilakukan secara online melalui aplikasi SPSE
sesuai jadwal dalam aplikasi SPSE. Dalam pemberian penjelasan, Pokja ULP
tidak diwajibkan memberikan penjelasan mengenai dokumen pengadaan, namun
cukup memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pertanyaan.
Apabila terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang perlu
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
47
Universitas Indonesia
ditampung, maka Pokja ULP menuangkan ke dalam adendum dokumen
pengadaan yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan.
Peserta diberitahu secara elektronik oleh Pokja ULP untuk mengunduh
adendum dokumen pengadaan yang diunggah Pokja ULP pada aplikasi SPSE.
Peserta diberitahu secara elektronik oleh Pokja ULP untuk mengunduh adendum
dokumen pengadaan yang diunggah Pokja ULP pada aplikasi SPSE. Pokja ULP
dapat melakukan perubahan waktu pada setiap tahapan lelang dengan
menyertakan alasan perubahan. Peserta berkewajiban untuk menyetujui Pakta
Integritas dan mengisi isian data kualifikasi dalam aplikasi SPSE. Perubahan
rancangan Kontrak dan/atau spesifikasi teknis dan/atau gambar dan/atau nilai total
HPS, harus mendapat persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam adendum
dokumen pengadaan.
Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan harus
berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan.
Dalam evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa
dilarang melakukan tindakan post bidding.ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan
hasil pemilihan Penyedia Barang/Jasa. ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan
hasil pemilihan Penyedia Barang/Jasa setelah ditetapkan melalui website K/L/D/I
dan papan pengumuman resmi.
Peserta pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang merasa dirugikan, baik
secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan
sanggahan secara tertulis apabila menemukan:
1. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa;
2. adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak
sehat; dan/atau
3. adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/atau Pejabat yang
berwenang lainnya.
Dalam hal pelelangan/seleksi/pemilihan langsung dinyatakan gagal, maka
ULP segera melakukan:
1. evaluasi ulang;
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
48
Universitas Indonesia
2. penyampaian ulang dokumen penawaran;
3. pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang; atau
4. penghentian proses pelelangan/seleksi/pemilihan langsung.
PPK menerbitkan SPPBJ dengan ketentuan:
1. tidak ada sanggahan dari peserta;
2. sanggahan dan/atau sanggahan banding terbukti tidak benar; atau
3. masa sanggah dan/atau masa sanggah banding berakhir.
Tata cara penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa meliputi:
1. PPK menyempurnakan rancangan kontrak pengadaan barang/ jasa untuk
ditandatangani.
2. Penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah
DIPA/DPA disahkan.Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia
barang/ jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Surat Penetapan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ).
Sebelum ditandatanganinya kontrak, peserta harus menyerahkan jaminan
pelaksanaan. Besaran nilai jaminan pelaksanaan adalah untuk nilai penawaran
terkoreksi antara 80% (delapan puluh perseratus) sampai dengan 100% (seratus
perseratus) dari nilai total HPS, jaminan pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima
perseratus) dari nilai Kontrak; atau untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80%
(delapan puluh perseratus) dari nilai total HPS, besarnya jaminan pelaksanaan 5%
(lima perseratus) dari nilai total HPS. Jaminan pelaksanaan berlaku sejak tanggal
kontrak sampai serah terima barang/jasa lainnya atau serah terima pertama
pekerjaan konstruksi. Jaminan pelaksanaan dikembalikan setelah:
1. penyerahan barang/jasa lainnya dan sertifikat garansi; atau
2. penyerahan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai
kontrak khusus bagi penyedia pekerjaan konstruksi/jasa Lainnya.
Jika pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik, dilakukan serah terima
pekerjaan dengan ketentuan :
1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasa mengajukan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
49
Universitas Indonesia
permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan
pekerjaan.
2. PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk
melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan melalui PPK memerintahkan Penyedia
Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan
setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
kontrak.
PPK kemudian memberikan laporan pelaksanaan pengadaan kepada
Pengguna Anggaran dan menyerahkan hasil pekerjaan kepada Pengguna
Anggaran dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pengadaan.
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 ini juga mengatur tentang
pelaksanaan E-Tendering dan E-Purchasing. Ruang lingkup E-Tendering meliputi
proses pengumuman pengadaan barang/jasa sampai dengan pengumuman
pemenang. Para pihak yang terlibat dalam E-Tendering meliputi PPK,
ULP/Pejabat Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa. E-Tendering dilaksanakan
dengan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik yang diselenggarakan
oleh LPSE. Aplikasi E-Tendering sekurang-kurangnya memenuhi unsur
perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual dan kerahasian dalam pertukaran
dokumen, serta tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen
elektronik yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada
waktu yang telah ditentukan. Sistem E-Tendering yang diselenggarakan oleh
LPSE wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. mengacu pada standar yang meliputi interoperabilitas dan integrasi
dengan sistem Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik;
2. mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik;
3. tidak terikat pada lisensi tertentu (free license).
Dalam rangka E-Purchasing, sistem katalog elektronik (E-Catalogue)
sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan harga Barang/Jasa yang
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
50
Universitas Indonesia
diselenggarakan oleh LKPP. Dalam rangka pengelolaan sistem katalog elektronik
tersebut, LKPP melaksanakan Kontrak Payung dengan Penyedia Barang/Jasa
untuk Barang/Jasa tertentu. Ketentuan dalam pelaksanaan teknis pelelangan secara
elektronik sesuai dengan ketentuan pasal 134 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 diatur dalam Peraturan Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Pengadaan Secara Elektronik (E-Tendering) dan Peraturan Kepala Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kesatu Atas Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Standar Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Standard Bidding Document).
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
51 Universitas Indonesia
BAB 3METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat policy-oriented research yang bertujuan memeriksa
atau mengevaluasi kebijakan, khususnya mengevaluasi kebijakan pemerintah di
Lembaga Pemerintahan Non Kementrian dan Pemerintah Daerah dalam hal
pengelolaan anggaran. Penelitian ini mempergunakan metoda gabungan (mixed
method) kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.
Sebagaimana diutarakan oleh Wahyuni (2012), bahwa penelitian kualitatif adalah
pendekatan yang natural dan interpretatif untuk memahami aksi, keputusan,
kepercayaan, nilai dan untuk memahami proses penggambaran yang dilakukan
responden atas sebuah fenomena. Penelitian kualitatif dapat memberikan
pemahaman yang lebih dalam atas suatu subyek dan konteksnya, menyediakan
informasi dan keterkaitan. Sementara itu menurut pendapat Judd, et al. (1991)
sebagaimana dikutip oleh Colton (2007, pp.34-35) di dalam penelitian kualitatif
peneliti memperoleh informasi dengan mempergunakan penjelasan terbuka (open-
ended explorations) terhadap pemikiran, pendapat, aksi dan maksud responden
sedangkan penelitian kuantitatif berfokus pada penjelasan berdasarkan data
numerik atau data yang dapat dikonversikan ke dalam angka numerik seperti
questionnaire yang mempergunakan skala. Metode gabungan (mixed method)
mempergunakan kedua cara pengukuran, kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kemudian
membandingkan pengadaan barang/jasa pemerintah di Pemerintah Kota
Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dengan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan dengan teori-teori yang ada di Bab 2.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip-prinsip
pengadaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
52
Universitas Indonesia
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu efisien, efektif, transparan,
terbuka, bersaing, adil dan tidak diskriminatif serta akuntabel. Variabel efisien dan
efektif disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robert Simons (Simons,
2000). Variabel operasional untuk variabel transparan, terbuka, bersaing,
adil/tidak diskriminatif dan akuntabel disusun berdasarkan hasil penelitian OECD
tentang integritas dalam pengadaan barang/jasa publik (Organisation for
Economic Cooperation and Development, 2007). Indikator untuk variabel
operasional disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.
Variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
NO VARIABEL DEFINISI KONSEPTUAL
1 Efisien Efisiensi penggunaan sumberdaya dan waktu pengadaan. Pengadaan
dilakukan untuk mencapai hasil yang ditentukan dengan penggunaan
sumber daya yang minimal
2 Efektif Hasil sesuai dengan target yang direncanakan dan sesuai dengan
kebutuhan
3 Transparan Terdapat aturan yang jelas dan dapat diakses semua pihak
4 Terbuka Pengadaan dapat diikuti oleh semua peserta yang memenuhi syarat
5 Bersaing Persaingan yang sehat tanpa adanya intervensi
6 Adil/Tidak
Diskriminatif
Perlakuan yang sama terhadap semua peserta dan tidak mengarah ke
peserta tertentu
7 Akuntabel Ketaatan atas prosedur pengadaan
Sumber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 (telah diolah kembali)
Pengukuran variabel penelitian berdasarkan indikator operasional untuk
masing-masing variabel yang dijadikan sebagai materi pertanyaan bagi responden
penelitian. Variabel dan indikator operasional tersebut sebagai berikut :
Tabel 3.2. Variabel Operasional dan Indikator Variabel
VARIABELVARIABEL
OPERASIONALINDIKATOR
EFISIEN Efisiensi biaya Perbedaan antara biaya yang direncanakan (HPS)dengan biaya aktual hasil lelang
Efisiensi waktu Perbedaan waktu yang direncanakan dengan waktuaktual
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
53
Universitas Indonesia
(Sambungan Tabel 3.2)
EFEKTIF Kuantitas danspesifikasi teknis
Kesesuaian spesifikasi teknis yang direncanakan denganspesifikasi teknis aktualKesesuaian kuantitas yang direncanakan dengankuantitas aktual
Pengadaanmerupakanprioritas
Pengadaan barang/jasa sesuai dengan kebutuhan
TRANSPARAN Penyusunan HPS HPS disusun berdasarkan sumber yang jelas dan dapatdiakses semua pihak
Ketentuan dalamdokumenpengadaan
Ketentuan dalam dokumen pengadaan sesuai peraturandan dapat diakses
Pengumumanaddendumdokumenpengadaan
Pokja ULP mengumumkan adanya addendum dokumenpengadaan jika terdapat perubahan ketentuan
Jadwal Jadwal tahapan pengadaan diinformasikan secara adil.Jika ada perubahan jadwal maka Pokja ULP mengisialasan perubahan
Data integritas Tersedianya data black list perusahaanSanggahan Pokja ULP menyediakan akses untuk menyanggah
TERBUKA Persyaratanpeserta
Persyaratan yang disusun ULP tidak membatasikeikutsertaan peserta
PengumumanRencana UmumPengadaan (RUP)
RUP diumumkan dan dapat diakses
Pengumumanpengadaan
Pokja ULP mengumumkan pengadaan secara terbukadan sesuai peraturan
BERSAING Intervensi Tidak ada intervensi kepada Pokja ULPTidak ada intervensi kepada PPK
Afiliasi Pokja ULP tidak terafiliasiPPK tidak terafiliasi
ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF
Persyaratanpeserta
Persyaratan yang disusun PPK tidak diskriminatif
Aanwidjing Penjelasan lebih lanjut berlaku bagi semua pesertaTidak boleh ada penjelasan lain kepada peserta tertentuyang tidak diberikan kepada peserta lainnya
Spesifikasi teknis Spesifikasi teknis yang dibuat PPK tidak diskriminatifdan tidak mengarah ke peserta tertentu
AKUNTABEL RencanaPelaksanaanPengadaan
RPP (spesifikasi teknis, HPS dan rancangan Kontrak)ditetapkan oleh PPKDilakukan pengkajian ulang oleh PPK dengan ULP
Pakta integritas PPK menandatangani Pakta IntegritasPokja ULP menandatangani Pakta Integritas
Acuanpenyusunandokumenpengadaan
Sesuai dengan Peraturan Kepala LKPP tentang StandardBidding Document
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
54
Universitas Indonesia
(Sambungan Tabel 3.2)
Jaminanpenawaran
Pokja ULP melakukan klarifikasi keabsahan jaminanpenawaranJaminan penawaran dikembalikan kepada penyediasetelah pegumuman pemenang jika peserta tidak menang
Prosedurpengadaan
Pokja ULP melakukan penilaian kualifikasi
Pokja ULP menyusun dan menetapkan metodepemilihan.Pokja ULP menyusun dan menetapkan jadwalpelaksanaan pemilihan.PPK menandatangani kontrak sesuai ketentuan
Tahapan evaluasi Evaluasi dilaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkandalam dokumen pengadaanTidak boleh melakukan post bidding.
Laporanpelaksanaanpengadaan
Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP
PPK menerima BAHP dari Pokja ULP sebagai dasarpenerbitan SPPBJPPK melaporkan pelaksanaan pengadaan kepadaPA/KPA
MonitoringPekerjaan
Dilakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan oleh PPK
Penerimaan hasilpekerjaan
PPHP menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruhpekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
Sumber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan OECD (2007). Telah diolah kembali.
3.3. Sumber dan Jenis Data
Data primer diperoleh dari pengambilan data langsung ke lapangan dari
Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
Kelompok Kerja Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (Pokja ULP) terkait
dalam proses pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi,
Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP). Data sekunder berasal dari Unit Pelayanan Pengadaan
Barang/Jasa (ULP) dan Dinas/Instansi terkait di masing-masing lokasi penelitian.
3.4. Pemilihan Sampel
Paket pengadaan yang dijadikan sampel adalah 2 (dua) buah paket
pengadaan barang, 2 (dua) paket paket pekerjaan konstruksi, 2 (dua) paket
pengadaan jasa lainnya dan 2 (dua) paket pengadaan jasa konsultansi untuk
masing-masing lokasi penelitian.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
55
Universitas Indonesia
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam (deep
interview) dan wawancara tertulis. Sebagaimana diutarakan oleh Wahyuni (2012)
bahwa terdapat 5 (lima) metode pengumpulan data untuk penelitian kualitatif
yaitu observasi, wawancara interaktif, focus group discussion, deskripsi tertulis,
dan visualisasi gambar. Wawancara mendalam dan deskripsi tertulis dilakukan
kepada Kepala Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kota Sukabumi,
Kepala ULP Kota Bogor, Kepala ULP Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, personil Kelompok Kerja Unit Pelayanan Pengadaan
Barang/Jasa (ULP) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendapatkan
gambaran pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan kerja
masing-masing. Pengambilan data sekunder dilakukan di Unit Pelayanan
Pengadaan Barang/Jasa (ULP) untuk mendapatkan data pengadaan umum dan
data kegiatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang akan dijadikan sampel
penelitian.
3.6. Analisis Data
Untuk variabel efisiensi penghitungan berdasarkan data sekunder yang
didapat dari Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) dengan membandingkan biaya dan
waktu yang direncanakan dengan biaya dan waktu hasil pengadaan sehingga
diperoleh selisih. Selisih tersebut kemudian dibandingkan dengan biaya dan waktu
yang direncanakan untuk mendapatkan prosentase efisiensi.
Untuk variabel efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif, dan akuntabel, pengolahan data dilakukan dengan menganalisis
data primer dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Kelompok Kerja Unit
Pelayanan Pengadaan (Pokja ULP) dan Kepala Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)
untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip pengadaan di masing-masing lokasi
penelitian berdasarkan indikator operasional masing-masing variabel. Setiap
variabel dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh gambaran penerapan
prinsip-prinsip pengadaan. Kemudian untuk memperoleh perbandingan secara
kuantitatif setiap indikator variabel yang bersumber dari kuesioner diukur
menggunakan skala Guttman (Widoyoko, 2012) atau sebagaimana Colton, D. &
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
56
Universitas Indonesia
Covert, R.W (2007) menyebutnya sebagai Dichotomous Response Sets. Menurut
Widoyoko (2012) skala pengukuran tipe ini mendapatkan jawaban yang jelas dan
konsisten misalnya: ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif dan
lain-lain. Data yang diperoleh berupa data interval dengan dua alternatif pilihan
atau rasio dikotomi. Jawaban responden diberi skor 1 untuk jawaban sesuai (ya)
dan 0 untuk jawaban tidak sesuai (tidak).
Dalam penelitian ini, jawaban setiap responden terhadap suatu indikator
variabel dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah responden. Perhitungan jarak
interval untuk indikator variabel sebagai berikut :
jarak interval = skor tertinggi – skor terendahjumlah kelas interval (3.1)
Jika dalam satu variabel operasional terdapat lebih dari satu indikator,
hasil perhitungan setiap indikator tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi
dengan jumlah indikator variabel dalam variabel operasional tersebut sehingga
akan menghasilkan skor untuk variabel operasional. Untuk mendapatkan skor
masing-masing variabel dilakukan dengan menjumlahkan skor setiap variabel
operasional kemudian dibagi dengan jumlah variabel operasional dengan rumus
sebagai berikut :
Skor variabel = skor VO1 + skor VO2 + skor VOnn
dengan VO = variabel operasionaln = jumlah variabel operasional (3.2)
Skor variabel tersebut kemudian dibagi dengan skor ideal variabel dan kemudian
dikalikan 100 % untuk mendapatkan prosentasenya. Prosentase tersebut
menunjukan tingkat penerapan variabel dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
Prosentase variabel = skor variabel x 100 %skor ideal (3.3)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
57
Universitas Indonesia
3.7. Uji Validitas
Uji Validitas penelitian dilakukan dengan uji construct validity dan content
validity. Menurut Wahyuni construct validity adalah penilaian mengenai seberapa
baik peneliti menerjemahkan teori atau ide menjadi program atau ukuran aktual.
Construct validity digunakan untuk menilai kesesuaian penerjemahan konsep ke
dalam definisi operasional penelitian. Content validity dilakukan dengan
memeriksa hubungan antara operasionalisasi penelitian dengan domain
permasalahan yang diteliti. Pendekatan ini mengasumsikan peneliti memiliki
gambaran detail yang baik mengenai domain penelitian(Wahyuni, 2012).
Dalam penelitian ini uji construct validity yang menilai penerjemahan
konsep yang terkandung dalam prinsip-prinsip pengadaan menjadi indikator
operasional masing-masing variabel penelitian dilakukan melalui diskusi dengan
pembimbing. Content validity dilakukan dengan melakukan konfirmasi
kesesuaian antara indikator operasional variabel penelitian dengan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 kepada ahli yang berkompeten dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah, dalam hal ini dilakukan kepada salah satu saksi ahli
tingkat nasional LKPP.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
58 Universitas Indonesia
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum pelaksanaan pengadaan
barang/jasa pemerintah di Indonesia, gambaran umum pengadaan yang
dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP), gambaran umum pengadaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Sukabumi dan gambaran umum pengadaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kota Bogor. Setelah itu dibahas mengenai penerapan prinsip pengadaan yang
dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP), Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor. Pada bagian
akhir dijelaskan perbandingan penerapan prinsip-prinsip pengadaan di ketiga
lokasi penelitian tersebut dan harapan stake holder mengenai pelaksanaan
pengadaan yang lebih baik.
4.1. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Dalam rangka melaksanakan reformasi birokrasi guna mewujudkan good
governance and clean government, Pemerintah harus dapat mengelola sumber
daya untuk kemakmuran rakyat dan meningkatkan kualitas pelayanan publik
melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, yang didukung
dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara yang
dibelanjakan melalui mekanisme pengadaan parang/jasa pemerintah, diperlukan
upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip
persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah
yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan
berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan,
maupun manfaatnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif,
transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/Jasa,
karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi
administrasi, teknis dan keuangan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
59
Universitas Indonesia
Ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang memuat ketentuan mengenai
pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan Kementrian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi Lainnya yang pembiayaannya baik sebagian atau
seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, serta di lingkungan Bank Indonesia,
Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang pembiayaannya sebagian atau
seluruhnya dari APBN/APBD. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan penggunaan
teknologi informasi, dengan internet sebagai media. Saat ini terus diupayakan
peralihan tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah dari cara manual menuju
cara pelelangan elektronik (E-Procurement).
Sebagaimana diatur dalam Pasal 131 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 bahwa Kementrian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi Lainnya wajib melaksanakan pengadaan barang/jasa secara
elektronik untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada tahun anggaran
2011. Ketentuan teknis operasional pengadaan barang/jasa secara elektronik
mengacu pada Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Peraturan Kepala LKPP Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Tata Cara E-Tendering, dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 5
Tahun 2011 Tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Secara Elektronik. Transaksi elektronik pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat dilakukan
dengan E-Tendering atau E-Purchasing:
1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia
barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan elektronik dengan cara
menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.
2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem
katalog elektronik.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
60
Universitas Indonesia
Pengadaan barang/jasa secara elektronik bertujuan untuk:
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;
3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;
4. Mendukung proses monitoring dan audit.
Ruang lingkup E-Tendering meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang lingkup E-Tendering meliputi proses pengumuman pengadaan
barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang.
2. Para pihak yang terlibat dalam E-Tendering adalah Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) /Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dan
Penyedia barang/jasa.
3. Aplikasi E-Tendering wajib memenuhi unsur perlindungan hak atas
kekayaan intelektual dan kerahasiaan dalam pertukaran dokumen serta
tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen elektronik yang
menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu
yang telah ditentukan.
4. E-Tendering dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara
Elektronik.
5. ULP/Pejabat Pengadaan dapat menggunakan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara
Elektronik terdekat.
6. Sistem Pengadaan Secara Elektornik yang diselenggarakan oleh Layanan
Pengadaan Secara Elektronik wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. mengacu pada standar yang telah ditetapkan LKPP berkaitan
dengan integrasi dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang
dikembangkan oleh LKPP;
b. mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik yang
ditetapkan oleh LKPP;
c. bebas lisensi (free license).
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
61
Universitas Indonesia
Mekanisme pengadaan barang/jasa melalui E-Tendering dapat dilihat dalam
ilustrasi berikut:
Gambar 4.1. Skema E-TenderingSumber lkpp.go.id (telah diolah kembali)
Keterangan : 1. Pokja ULP mendaftar ke SPSE dan penyedia juga mendaftar ke SPSE (2),
kemudian SPSE memberikan password (3 dan 4). PPK menugaskan Pokja ULP untuk
melaksanakan pelelangan (5) dan Pokja ULP mendaftarkan paket pengadaan ke SPSE dan
memprosesnya (6). Kemudian penyedia mendaftar dan mengikuti proses (7). Setelah selesai, Pokja
ULP melaporkan hasil pengadaan (8), PPK kemudian menandatangani kontrak pelaksanaan
pekerjaan dengan penyedia (9).
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan unit kerja
penyelenggara sistem elektronik pengadaan barang/jasa yang didirikan oleh
Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah untuk
memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik. ULP/Pejabat Pengadaan pada
Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah yang
tidak membentuk LPSE, dapat melaksanakan pengadaan secara elektronik dengan
menjadi pengguna dari LPSE terdekat.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
62
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 LPSE Menjembatani ULP dengan Pelaku UsahaSumber lkpp.go.id
LPSE menjalankan fungsi sebagai berikut :
a. Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE);
b. Menyediakan pelatihan kepada PPK/panitia dan penyedia barang/jasa;
c. Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/panitia dan penyedia;
d. Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada
PPK/panitia dan penyedia barang/jasa;
Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dikembangkan oleh Pusat
Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa - Bappenas pada tahun 2006
sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi. SPSE memiliki visi menciptakan satu pasar pengadaan nasional, dengan
visi sebagai berikut :
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat
3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan
4. Mendukung proses monitoring dan audit
5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Pada tahun 2007 telah dilakukan pelelangan secara elektronik melalui
LPSE oleh Bappenas dan Departemen Pendidikan Nasional. Pada waktu itu baru
terdapat satu server LPSE yang berada di Jakarta dengan alamat
www.pengadaannasional-bappenas.go.id yang dikelola oleh Bappenas. Pada
bulan Desember 2007, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 106
tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Lembaga ini merupakan pemekaran Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
63
Universitas Indonesia
Bappenas. Dengan adanya Peraturan Presiden ini, seluruh tugas menyangkut
kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah menjadi tanggung jawab LKPP,
termasuk di dalamnya pengembangan dan implementasi pengadaan secara
elektronik (E-Procurement). LKPP dalam pengembangan SPSE bekerjasama
dengan:
1. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) untuk fungsi enkripsi dokumen
2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk sub sistem
audit
Dalam perkembangan sejak tahun 2008 pelayanan LPSE semakin
meningkat dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Jumlah propinsi yang
terlayani meningkat dari 9 propinsi dan 11 instansi pada tahun 2008 menjadi 33
propinsi dan 731 instansi pada tahun 2012, sebagaimana tergambar dalam bagan
berikut ini :
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2008 2009 2010 2011 2012
JUMLAH LPSE
PROPINSI TERLAYANI
INSTANSI TERLAYANI
Gambar 4.3 Perkembangan Pelayanan LPSESumber : Smart Report LKPP
Pada tahun 2008 jumlah paket yang dilayani LPSE sebanyak 33 paket
dengan nilai pagu Rp 52,5 miliar yang dapat menghasilkan efisiensi sebesar 15,41
% dengan penyedia terdaftar sebanyak 1.153 penyedia. Jumlah tersebut meningkat
menjadi 86.602 paket pada tahun 2012 dengan nilai pagu sebesar Rp 144,568
triliun yang dapat menghasilkan efisiensi sebesar 10,67 % dengan jumlah
penyedia terdaftar sebanyak 99.736 penyedia.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
64
Universitas Indonesia
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Paket (ribu)
Nilai Pagu (triliun Rp)
Penyedia terdaftar (ribu)
EFISIENSI (%)
Gambar 4.4. Status Transaksi LPSESumber : Smart Report LKPP
Data Smart Report LKPP mencatat jumlah Kementrian/Lembaga/
Pemerintah Daerah yang melaksanakan pelelangan secara elektronik pada tahun
anggaran 2012 sebanyak 27 kementrian dari 34 kementrian (79%), sementara
untuk lembaga sebanyak 23 dari 38 lembaga pemerintah (60%) dan untuk
pemerintah daerah sebanyak 370 dari 429 pemerintah daerah (86%) melaksanakan
pelelangan secara elektronik.
0
10
20
30
40
50
60
KEMENTRIAN PEMDA LEMBAGA
Jumlah total
pelaksana lelang
lelang elektronik
Gambar 4.5. Perkembangan Pelaksanaan Pelelangan Secara ElektronikSumber : Smart Report LKPP
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
65
Universitas Indonesia
Sementara itu berdasarkan pagu anggaran, pada tahun anggaran 2012
Propinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama terbesar dengan nilai pagu Rp.
12,232 triliun, kemudian Kementrian Perhubungan dengan nilai Rp. 9,704 Triliun,
disusul Kementrian Perumahan Rakyat sebesar Rp. 6,35 triliun, kemudian
Kementrian Dalam Negeri sebesar Rp. 6,023 triliun dan Kementrian Keuangan
dengan pagu sebesar Rp. 5,22 triliun. Untuk LPSE daerah selain DKI Jakarta,
nilai tertinggi dilaksanakan LPSE Propinsi Jawa Barat sebesar Rp. 4,764 Triliun
dan LPSE Propinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 4,423 triliun.
0
2
4
6
8
10
12
14
DKI Kemenhub Kemenpera Kemendagri Kemenkeu
pagu 2012 (triliun Rp)
Gambar 4.6. Peringkat Lima Besar Pagu Pengadaan Tahun 2012Sumber : Smart Report LKPP
4.2. Gambaran Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 106 tahun 2007. LKPP merupakan lembaga pemerintah satu-
satunya yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan perumusan
kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah. Dalam melaksanakan tugas dan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
66
Universitas Indonesia
fungsinya LKPP dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional. LKPP memiliki visi ”Andal dalam mewujudkan sistem pengadaan yang
kredibel” dengan misi organisasi “Mewujudkan aturan pengadaan yang jelas,
sistem monitoring dan evaluasi yang andal, sumber daya manusia yang
profesional, dan kepastian hukum pengadaan barang / jasa pemerintah”
LKPP memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun kebijakan, regulasi, norma, standar, prosedur, manual dalam
bidang pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk pengadaan badan
usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha.
2. Menyusun strategi, kebijakan, rencana, program pembinaan Sumber Daya
Manusia dan sistem pengujian kompetensi profesi di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah.
3. Memberikan bimbingan teknis, advokasi, pendapat, rekomendasi dan
tindakan koreksi, bantuan, nasehat, pendapat hukum dan kesaksian ahli
terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.
4. Menyusun kebijakan dan sistem pemantauan, penilaian dan evaluasi
pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah, melakukan
koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengembangan sistem electronic
procurement.
Organisasi dan tata kerja LKPP diatur berdasarkan Peraturan Kepala
LKPP nomor PER. 001/KEP.LKPP/05/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Perangkat organisasi
LKPP terdiri atas :
- Kepala LKPP
Tugas : Memimpin LKPP dalam menjalankan tugas dan fungsi LKPP.
- Sekretariat Utama
Tugas : Melaksanakan koordinasi, pembinaan dan pengendalian terhadap
program, kegiatan, administrasi dan sumber daya di lingkungan LKPP.
Sekretariat Utama terdiri dari:
o Biro Perencanaan, Organisasi dan Tata Laksana
Tugas : Melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan,
program, dan anggaran, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
67
Universitas Indonesia
program, anggaran dan penyusunan pelaporan LKPP serta
peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana.
o Biro Umum dan Keuangan
Tugas : Melaksanaan urusan tata usaha, dan urusan
perlengkapan, urusan dalam, rumah tangga dan keuangan di
lingkungan LKPP.
o Biro Hukum, Kepegawaian dan Humas
Tugas : Melaksanakan penyusunan peraturan perundangan dan
pelayanan bantuan hukum, pengelolaan kepegawaian, dan
kegiatan hubungan masyarakat.
- Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan
Tugas : Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan penyusunan strategi dan
kebijakan pengembangan pengadaan barang/jasa Pemerintah termasuk
pengadaan badan usaha dalam rangka kerjasama Pemerintah dengan badan
usaha. Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan terdiri dari:
o Direktorat Kebijakan Pengadaan Umum
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,
kebijakan, pedoman, standar dan manual di bidang pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pemerintah pusat dan
Pemerintah daerah.
o Direktorat Kebijakan Pengadaan Khusus dan Pertahanan
Keamanan
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,
kebijakan, pedoman, standar, manual di bidang pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan oleh BUMN/ BUMD,
pengadaan dalam rangka Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS),
pertahanan dan keamanan serta riset.
o Direktorat Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,
kebijakan dan pedoman pengadaan barang/jasa dalam rangka
pengembangan iklim usaha dan kerjasama internasional.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
68
Universitas Indonesia
- Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi
Tugas : Melaksanakan pemantauan, penilaian, melakukan evaluasi dan
memberikan masukan atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah
tahun sebelumnya untuk menjadi bahan penyusunan proses perencanaan dan
anggaran serta pembinaan dan pengembangan sistem informasi pengadaan
barang/jasa Pemerintah secara elektronik (electronic procurement). Deputi
Bidang Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi terdiri
dari:
o Direktorat Monitoring dan Evaluasi
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan kebijakan,
pedoman, standar, manual dalam rangka monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pengadaan barang/ jasa serta koordinasi
dan sinkronisasi pelaksanaan perumusan kebijakan.
o Direktorat Perencanaan Pengadaan RAPBN
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan masukan
kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas tentang
rencana pengadaan sebagai bahan referensi penyusunan dan
pelaksanaan anggaran untuk dicantumkan dalam RKAKL,
koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan perumusan dan
penyiapan masukan, serta evaluasi pelaksanaannya.
o Direktorat E-Procurement
Tugas : Melaksanakan pengembangan sistem, perumusan dan
penyusunan strategi kebijakan, pedoman, standar, manual
dalam rangka sistem pengadaan barang/ jasa secara elektronik,
dan koordinasi sinkronisasi, dan pembinaan unit layanan E-
Procurement, pemberian bimbingan teknis dan promosi E-
Procurement serta evaluasi pelaksanaannya.
- Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia
Tugas : Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan
penyusunan strategi dan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
69
Universitas Indonesia
bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. Deputi Bidang Pengembangan
dan Pembinaan Sumber Daya Manusia terdiri dari:
o Direktorat Pengembangan Profesi.
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,
kebijakan, dan pedoman di bidang pengembangan profesi
pengadaan barang/jasa Pemerintah.
o Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi
Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,
kebijakan, pedoman, standar, dan manual di bidang pelatihan
kompetensi pengadaan barang/jasa Pemerintah.
o Direktorat Bina Sertifikasi Profesi
Tugas : Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
penyusunan strategi, kebijakan, pedoman, standar, dan manual
di bidang sertifikasi profesi pengadaan barang/jasa Pemerintah.
- Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah
Tugas : Memberikan saran, pendapat, rekomendasi, dalam penyelesaian
sanggah dan permasalahan hukum lainnya di bidang pengadaan barang/jasa
Pemerintah. Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah terdiri dari:
o Direktorat Bimbingan Teknis dan Advokasi.
Tugas : Melaksanakan pemberian bimbingan teknis dan
advokasi kepada seluruh pengelola pengadaan dan seluruh
stakeholders tentang aturan/regulasi pengadaan barang/jasa
Pemerintah.
o Direktorat Penyelesaian Sanggah
Tugas : Melaksanakan pemberian pendapat, rekomendasi dan
tindakan koreksi dalam rangka penyelesaian sanggah banding
pengadaan barang/jasa Pemerintah dan menjawab pengaduan
terkait proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah.
o Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum
Tugas : Melaksanakan pemberian bantuan, nasihat dan pendapat
hukum kepada pengelola pengadaan yang sedang menghadapi
permasalahan dari proses pengadaan yang telah lalu dan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
70
Universitas Indonesia
pemberian pendapat hukum serta kesaksian ahli di bidang
pengadaan barang/ jasa Pemerintah.
Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) LKPP berupa organisasi yang bersifat
adhoc dan berada di bawah Bagian Umum dan Keuangan Sekretariat Utama
(SESTAMA).
Gambar 4.7. Struktur Organisasi LKPPSumber : ULP LKPP
ULP LKPP dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna
Anggaran di lingkungan Sekretariat Utama (SESTAMA). ULP LKPP melayani
paket pengadaan yang ada di lima unit eselon satu di LKPP yaitu di Sekretariat
Utama, Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan, Deputi Bidang
Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi, Deputi Bidang
Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia serta di Deputi Bidang
Hukum dan Penyelesaian Sanggah. Personil ULP LKPP berjumlah 9 (sembilan)
orang, ditambah dengan beberapa orang staf administrasi/pendukung. Honor
personil ULP berupa honorarium per paket pengadaan yang dilaksanakan.
Mekanisme pelayanan pengadaan yang dilakukan ULP LKPP adalah
sebagai berikut :
SEKRETARISUTAMA
DEPUTI 2DEPUTI 1 DEPUTI 3 DEPUTI 4
DIREKTORAT
BIROPERENCANAAN
BIRO HUKUM,KEPEGAWAIAN
DAN HUMAS
BIRO UMUM DANKEUANGAN
KEPALAULP
DIREKTORATDIREKTORAT DIREKTORAT
KEPALA LKPP
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
71
Universitas Indonesia
- Di awal tahun ULP berperan dalam penyusunan/pengumuman
Rencana Umum Pengadaan. Kemudian ditindaklanjuti oleh PPK
dengan membuat spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
dan rancangan kontrak.
- PPK membuat nota dinas ke ULP untuk dapat memproses paket
pengadaan tersebut.
- Jika dokumen dinyatakan sudah lengkap, maka Pokja ULP langsung
memproses pelelangan, tetapi jika dokumen belum lengkap maka ULP
mengembalikannya kepada PPK untuk dilengkapi.
- Pokja menyusun dokumen pengadaan dan memproses pengadaan
melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Dalam proses
pengadaan lewat SPSE, PPK masih dilibatkan dalam penjelasan
pekerjaan (aanwijing) dan klarifikasi teknis.
- Jika proses telah selesai dan telah muncul calon pemenang dan
cadangan maka Kepala ULP atau atas nama kemudian membuat nota
dinas.
Karena lingkup pengadaan yang kecil, di LKPP hanya terdapat 3 (tiga)
orang PPK. Di lingkungan Sekretariat Utama terdapat 1 (satu) PPK, di Deputi
Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan dan di Deputi Bidang Monitoring-
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi terdapat 1 (satu) orang PPK, serta
di Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia dan di
Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah terdapat 1 ( satu) orang PPK.
PPK dijabat oleh pejabat setingkat eselon 4 (empat).
Paket pengadaan yang ditangani ULP LKPP sebanyak 55 (lima puluh
lima) paket pengadaan dengan nilai sebesar Rp. 31.378.296.400, yang terdiri atas
pengadaan barang sebanyak 11 (sebelas) paket dengan nilai Rp 5.205.778.150,
pengadaan jasa konsultansi sebanyak 24 (dua puluh empat) paket dengan nilai Rp
8.874.113.300 dan pengadaan jasa lainnya sebanyak 20 (dua puluh) paket dengan
nilai Rp 17.298.404.950.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
72
Universitas Indonesia
Tabel 4.1. Paket Pengadaan yang Dilaksanakan ULP LKPP
NO JENIS PAKETPENGADAAN
JUMLAH PAKET NILAI PAKET (Rp)
1 Pengadaan Barang 11 5.205.778.150
2 Pekerjaan Konstruksi -
3 Pengadaan Jasa lainnya 20 17.298.404.950
4 Pengadaan Jasa Konsultansi 24 8.874.113.300
TOTAL 55 31.378.296.400
Sumber : ULP LKPP
4.3. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota
Sukabumi
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi, Pemerintah Daerah dituntut
harus lebih mandiri dalam melaksanakan fungsi pemerintahan, pembangunan dan
fungsi pelayanan, yang sangat terkait erat dengan kemampuan keuangan yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun dalam pengalokasian anggaran untuk
kelangsungan penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan tersebut. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan yang sangat penting,
dituntut untuk lebih berperan kontribusinya dalam upaya meningkatkan
pendapatan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Sukabumi
pada tahun anggaran 2010 sebesar Rp. 565,149 milyar, tahun anggaran 2011
sebesar Rp. 597 milyar dan tahun anggaran 2012 sebesar Rp. 671,8 miliar. Dalam
penyelenggaraan pemerintah dan peningkatan pelayanan publik, jumlah belanja
daerah pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 440 miliar, tahun anggaran 2010
sebesar Rp. 568,6 milyar, tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 597 milyar dan tahun
anggaran 2012 sebesar Rp. 675,6 miliar. Organisasi Perangkat Daerah di
lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi terdiri atas 1 (satu) sekretariat daerah, 1
(satu) inspektorat, 1 (satu) sekretariat DPRD, 3 (tiga) lembaga setingkat badan, 11
(sebelas) lembaga setingkat dinas dan 7 (tujuh) lembaga setingkat kantor.
Pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan Pemerintah Kota
Sukabumi sejak tahun 2010 telah dilakukan melalui pengadaan secara elektronik
(E-Procurement), yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Walikota
Sukabumi Nomor 115 tahun 2010 tanggal 4 Juni 2010 tentang Pengadaan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
73
Universitas Indonesia
Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi melalui Layanan
Pengadaan Secara Elektronik. Sistem layanan pengadaan secara elektronik yang
digunakan adalah Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Propinsi Jawa
Barat.
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 mewajibkan dibentuknya Unit
Layanan Pengadaan (ULP) paling lambat tahun 2014. Unit Layanan Pengadaan
(ULP) merupakan unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan
pengadaan barang/jasa di Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi Lainnya yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau
melekat pada unit yang sudah ada. Merespon adanya ketentuan tersebut,
Pemerintah Kota Sukabumi membentuk Unit Pelayanan Teknis (UPT) Unit
Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang Jasa Kota Sukabumi secara permanen yang
merupakan unsur struktural BAPPEDA Kota Sukabumi, yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Walikota Sukabumi Nomor 1 tahun 2011 tanggal 14
Pebruari 2011.
UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Kota Sukabumi
melayani seluruh paket pengadaan, yang berasal dari kegiatan pada satuan kerja
di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi. Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)
merupakan lembaga struktural eselon empat yang permanen. Sejak tahun 2008
telah dirintis pendirian unit khusus pengelola pengadaan barang/jasa yang
ditetapkan dalam Peraturan Walikota dengan nama UPT Pengadaan Barang/Jasa.
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 berubah nama
menjadi UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa, yang secara
struktural berada di bawah BAPPEDA Kota Sukabumi sebagai unit pelaksana
teknis. Jumlah personil terdiri dari 1 (satu) orang kepala, 1 (satu) orang sekretaris
dan 15 (lima belas) anggota kelompok kerja. Sebelum membentuk ULP pada
tahun 2011, unit pengadaan ini masih berbentuk UPT pengadaan barang/jasa
dengan kondisi masih adhoc dengan honor masih melekat pada paket kegiatan
yang ada di SKPD namun sejak berubah menjadi UPT Unit Pelayanan Pengadaan
(ULP) Barang/Jasa honor di setiap SKPD dialihkan menjadi tunjangan tetap
perbulan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
74
Universitas Indonesia
Gambar 4.8. Struktur Organisasi BAPPEDA Kota SukabumiSumber : UPT ULP Kota Sukabumi
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) UPT Unit Pelayanan
Pengadaan (ULP) Barang/Jasa sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota Sukabumi tentang
pembentukannya, UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa ini hanya
melaksanakan paket-paket yang dilakukan dengan mekanisme lelang dan seleksi.
Kegiatan-kegiatan pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan pengadaan jasa
lainnya yang bernilai diatas 100 juta rupiah serta untuk pengadaan jasa
konsultansi yang bernilai diatas 50 juta rupiah dilaksanakan oleh UPT Unit
Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa meskipun dengan cara penunjukan
langsung seperti pengadaan kendaraan bermotor. Untuk yang pengadaan langsung
secara tersurat dalam peraturan walikotanya tidak merupakan tugas UPT Unit
Pelayanan Pengadaan (ULP) barang/jasa dan seharusnya pengadaan langsung itu
dilaksanakan oleh masing-masing pejabat pengadaan yang diangkat oleh
pengguna anggaran, tetapi ada kebijakan lisan dari pimpinan daerah yang
mengarahkan kepada setiap SKPD agar pengadaan langsung tetap menggunakan
pejabat pengadaan dari personil UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)
barang/jasa.
KEPALA BAPPEDA
SEKRETARIS
KABID SOS & EKKABIDPENGKAJIAN,EVALUASI DANPELAPORAN
KABID FISIK & PW KABID SOSBUD
KASUBID
KASUBAGKEPEGAWAIAN
KASUBAGPERENCANAAN
KASUBAGKEUANGAN
KEPALAUPT ULP
KASUBIDKASUBID KASUBID
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
75
Universitas Indonesia
Mekanisme pelayanan pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh UPT
Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa sebagai berikut :
- Pengguna Anggaran dari SKPD menginformasikan kepada Kepala
UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa bahwa akan ada
pelaksanaan paket lelang.
- Dengan dasar surat dari Pengguna Anggaran tersebut maka
diinformasikan usulan personil kelompok kerja (POKJA) yang akan
menangani paket tersebut.
- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang ditunjuk oleh Pengguna
Anggaran melakukan rapat koordinasi dengan kelompok kerja
(POKJA) untuk membahas HPS, spesifikasi teknis dan rancangan
kontrak. Jika ketiga dokumen tersebut masih belum lengkap maka
POKJA meminta PPK untuk melengkapi. Jika sudah lengkap maka
pokja bisa memulai proses persiapan dengan menyusun dokumen
lelang.
- Administrator LPSE membuat paket pengadaan.
- POKJA ULP mengumumkan pengadaan dan mengisi paket pelelangan
di SPSE.
- POKJA ULP dan peserta pengadaan mengikuti alur proses
sebagaimana ditetapkan oleh sistem pengadaan secara elektronik
(SPSE).
- POKJA ULP melakukan aanwidjing secara elektronik.
- POKJA ULP membuat addendum dokumen pengadaan jika ada
ketentuan baru dalam proses aanwidjing.
- POKJA ULP mengunduh penawaran peserta.
- POKJA ULP melakukan klarifikasi dokumen jaminan penawaran
peserta.
- POKJA ULP melakukan evaluasi.
- POKJA ULP melakukan proses klarifikasi/verifikasi dokumen peserta
secara manual dengan mengundang peserta.
- POKJA ULP mengumumkan hasil evaluasi dengan mengisi formulir
dalam SPSE.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
76
Universitas Indonesia
- POKJA ULP menyusun Berita Acara Hasil Pengadaan (BAHP) dan
meng-upload-nya pada SPSE serta website ULP.
- Jika sudah selesai hingga proses masa sanggah berakhir, maka POKJA
ULP membuat BAHP yang menjadi dasar bagi kepala UPT Unit
Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa untuk menyampaikan hasil
lelang kepada PPK sebagai dasar penerbitan SPPBJ.
Nilai total dari seluruh paket pengadaan yang ditangani oleh UPT Unit
Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Kota Sukabumi tergambar dalam tabel
berikut ini :
Tabel 4.2. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan UPT ULP Kota Sukabumi
NO JENIS PAKET
PENGADAAN
2011 2012 (s.d. Nopember)
JUMLAHPAKET
NILAI PAKET(Rp)
JUMLAHPAKET
NILAI PAKET(Rp)
1 Pengadaan Barang 23 13.482.332.500 24 23.454.595.213
2 Pekerjaan Konstruksi 55 17.680.663.900 51 22.175.752.700
3 Pengadaan Jasa
lainnya
3 1.036.973.800 8 1.551.686.686
4 Pengadaan Jasa
Konsultansi
9 1.075.275.000 25 2.682.717.500
TOTAL 95 33.275.209.200 108 49.864.752.099
Sumber : UPT ULP Kota Sukabumi (telah diolah kembali)
4. 4. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Bogor
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor tahun
anggaran 2012 meliputi pendapatan secara keseluruhan berjumlah Rp
1.271.910.367.662 dan belanja daerah sebesar Rp 1.350.037.423.065. Organisasi
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor terdiri atas 1 (satu)
sekretariat Daerah, 1 (satu) inspektorat, 1 (satu) sekretariat DPRD, 5 (lima)
lembaga setingkat badan, 12 (dua belas) lembaga setingkat dinas dan 6 (enam)
lembaga setingkat kantor.
ULP Kota Bogor belum terbentuk sebagai sebuah unit kerja struktural
yang bersifat permanen tetapi masih bersifat adhoc. ULP berdiri sejak bulan
Januari tahun 2011 dan berada di bawah bagian Pengendalian Program SETDA
Kota Bogor. Bagian Pengendalian Program sendiri dipimpin oleh Kepala Bagian
Pengendalian Program yang merupakan jabatan struktural eselon tiga yang
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
77
Universitas Indonesia
membawahi Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE), yang bertugas memonitor segala kegiatan di lingkungan
pemerintah Kota Bogor. Ketua Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) merupakan
jabatan struktural eselon empat, yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Walikota Bogor tentang Pembentukan ULP. Jumlah personil yang aktif sebagai
anggota kelompok kerja ULP sebanyak 17 orang, dengan pembagian tugas di
pagi hari bekerja di SKPD masing-masing dan siang hari bahkan hingga malam
hari bekerja di ULP. Honor personil ULP Kota Bogor berupa tunjangan bulanan.
Gambar 4.9. Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Program SETDA Kota BogorSumber : ULP Kota Bogor
Mekanisme pelayanan pengadaan yang dilaksanakan oleh ULP Kota
Bogor sebagai berikut :
- Setiap SKPD harus mengumumkan Rencana Umum Pengadaan,
dimasukan ke Bagian Pengendalian Program SETDA untuk
ditayangkan di LPSE.
- SKPD yang akan melelangkan paketnya mengajukan surat ke Bagian
Pengendalian Program SETDA untuk diproses oleh ULP.
- Permohonan proses lelang dari SKPD melalui PPK formatnya sudah
disosialisasikan oleh ULP bekerja sama dengan Bagian Pengendalian
Program ke seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bogor.
Permohonan tersebut dilampiri Harga Perhitungan Sendiri (HPS) yang
telah ditandatangani PPK, spesifikasi teknis, rancangan kontrak dan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dalam bentuk hardcopy dan soft copy.
- Berkas lampiran permohonan dikaji oleh ULP. Jika masih ada
kekurangan Pokja ULP meminta PPK untuk segera melengkapi.
Ketua ULPKepala LPSEKASUBAGMONITORING
PROGRAM
UKE 4
SEKRETARIS DAERAH
KABAG PENGENDALIANPROGRAM
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
78
Universitas Indonesia
- Jika sudah siap tayang maka Pokja ULP berkoordinasi dengan LPSE
untuk disediakan ruang khusus untuk paket pengadaan tersebut.
- Administrator LPSE membuat paket pengadaan dan pokja ULP
kemudian mengisi data-data paket pengadaan ke SPSE.
- Setelah pengumuman pemenang dan melewati prosedur sanggah maka
dibuat laporan hasil lelang ke PPK dengan Berita Acara Hasil
Pengadaan (BAHP) sebagai lampiran. PPK kemudian menerbitkan
SPPBJ berdasarkan laporan dari ULP.
Tabel 4.3. Paket Pengadaan yang dilaksanakan ULP Kota Bogor
NO JENIS PAKET
PENGADAAN2011 2012 (s.d. Oktober)
JUMLAHPAKET
NILAI PAKET(Rp)
JUMLAHPAKET
NILAI PAKET(Rp)
1 Pengadaan Barang 28 28.968.680.050 55 30.285.950.889
2 Pekerjaan Konstruksi 96 61.858.516.000 269 162.779.959.031
3 Pengadaan Jasa
lainnya
8 874.504.212 9 4.021.314.205
4 Pengadaan Jasa
Konsultansi
2 3.539.516.000 47 9.156.575.950
TOTAL 134 95.240.806.262 380 206.243.800.075
Sumber : ULP Kota Bogor
Pada tahun anggaran 2011 ULP Kota Bogor melayani 134 paket
pengadaan dengan nilai total sebesar Rp 102 miliar dan pada tahun anggaran
2012 jumlah paket pengadaan sebanyak 380 paket dengan nilai total Rp. 206
miliar.
4.5. PENERAPAN PRINSIP PENGADAAN
4.5.1. Penerapan Prinsip Pengadaan di LKPP
4.5.1.1.Efisiensi :
Untuk paket pengadaan barang nilai HPS sebesar Rp 5.205.778.150,00
dengan nilai kontrak Rp 4.386.094.423,00. Hal itu berarti terdapat efisiensi
sebesar Rp 819.683.727,00 atau sebesar 15,75 % dari Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). Untuk paket pengadaan jasa lainnya nilai HPS sebesar Rp
17.298.404.950,00 dengan nilai kontrak Rp 15.935.683.117,00 dan efisiensi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
79
Universitas Indonesia
sebesar Rp 1.361.721.833,00 dengan tingkat efisiensi sebesar 7,87 % dari Harga
Perkiraan Sendiri (HPS). Untuk paket pengadaan jasa konsultansi nilai HPS
sebesar Rp 8.874.113.300,00 dengan nilai kontrak Rp 6.122.047.943,00. Hal ini
berarti terjadi efisiensi sebesar Rp 2.752.065.357,00 dengan tingkat efisiensi
31,01 % dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Secara keseluruhan pengadaan yang
dilaksanakan oleh ULP LKPP bernilai total Rp 31.378.296.400,00 dengan nilai
kontrak Rp 26.444.825.483,00. Secara keseluruhan terjadi efisiensi senilai Rp
4.933.470.917,00 dengan tingkat efisiensi 15,72 % dari Harga Perkiraan Sendiri
(HPS).
Tabel 4.4. Efisiensi Pengadaan di LKPP
N
O
JENISPENGADAAN
NILAI HPS(Rp)
NILAI KONTRAK(Rp)
EFISIENSI(Rp)
EFISIENSI
(%)
1 Pengadaan
barang
Rp 5.205.778.150 Rp 4.386.094.423 Rp 819.683.727 15,75 %
2 Pekerjaan
konstruksi
- - - -
3 Pengadaan Jasa
Konsultansi
Rp 8.874.113.300 Rp 6.122.047.943 Rp 2.752.065.357 31,01 %
4 Pengadaan Jasa
lainnya
Rp 17.298.404.950 Rp 15.935.683.117 Rp 1.361.721.833 7,87 %
Jumlah Rp 31.378.296.400 Rp 26.444.825.483 Rp 4.933.470.917 15,72 %
Sumber : ULP LKPP
Dalam hal efisiensi waktu pengadaan, beberapa paket mengalami gagal
lelang dan harus dilakukan dengan lelang ulang paket tersebut sehingga
memperlambat waktu pengadaan dan menyebabkan inefisiensi waktu. Paket
pengadaaan yang mengalami gagal lelang adalah sebanyak 16 (enam belas) paket
dari keseluruhan 55 (lima puluh lima) paket, atau sekitar 29 % dari jumlah seluruh
paket pengadaan yang dilaksanakan. Penyebab gagal lelang diantaranya karena
penawaran peserta tidak ada yang memenuhi syarat sehingga semua digugurkan,
misalnya gagal di evaluasi teknis karena perusahaan yang mengajukan penawaran
kekurangan tenaga tetap yang memenuhi syarat sebagaimana yang tertera dalam
dokumen pengadaan. Gagal lelang juga terjadi karena penyedia yang tidak cermat
membaca dokumen pengadaan hingga dinyatakan tidak memenuhi syarat. Paket
pengadaan yang mengalami gagal lelang oleh ULP kemudian dikembalikan ke
PPK melalui surat tertulis untuk dilakukan pengkajian ulang. Pengkajian ulang
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
80
Universitas Indonesia
yang diusulkan ULP mengenai kemungkinan HPS atau spesifikasinya yang tidak
umum atau tidak dapat dilaksanakan penyedia. Masukan dari Pokja ULP juga
dapat berupa saran untuk memperbaiki spesifikasi pekerjaan misalnya, jenis
kontrak harus diubah dari kontrak lump sum menjadi kontrak harga satuan.
4.5.1.2. Efektifitas
Dalam pemenuhan prinsip efektifitas, dengan indikator operasional
pemenuhan hasil atas target yang direncanakan dengan mengukur kuantitas dan
spesifikasi teknis hasil pekerjaan dengan kuantitas dan spesifikasi teknis yang
direncanakan oleh PPK, hasil semua paket pengadaan yang diproses melalui
pelelangan memenuhi standar minimal dalam hal spesifikasi teknis pekerjaan dan
kuantitas yang ditetapkan. Beberapa paket pengadaan yang dilaksanakan malah
lebih tinggi dari spesifikasi teknis yang ditentukan, misalnya dalam pengadaan
Personal Computer (PC) atau laptop dalam spesifikasi teknis dibutuhkan Random
Access Memory (RAM) 4 (empat) gigabyte tetapi penyedia memberikan RAM
dengan kapasitas 8 (delapan) gigabyte.
Dalam hal kesesuaian antara paket pengadaan yang dilaksanakan dengan
dokumen perencanaan, paket-paket pengadaan yang dilaksanakan pada umumnya
merupakan prioritas kegiatan sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan.
Semua paket pengadaan tertuang di RUP baik yang berdasarkan nilainya harus
dilelang maupuan yang dilakukan dengan pengadaan langsung. Proses
perencanaan pengadaan dimulai dengan penyusunan anggaran. Penyusunan
anggaran untuk tahun 2012 sudah dimulai sejak Bulan Maret tahun 2011 untuk
penetapan pagu anggaran. Pada bulan Nopember 2011 sudah ada pagu definitif
yang menjadi DIPA LKPP. Kemudian disusun Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK). Dalam POK sudah jelas terlihat kegiatan-kegiatan yang mengharuskan
melalui proses pengadaan barang/jasa. Misalkan sebuah paket pengadaan barang
yang nilainya diatas 100 (seratus) juta harus melalui ULP sedangkan dibawah
nilai tersebut dilakukan oleh pejabat pengadaan. Kemudian dituangkan dalam
Rencana Umum Pengadaan (RUP) yang ditayangkan melalui website LKPP.
Setelah itu PPK meminta masing-masing unit kerja eselon dua selaku pengguna
untuk mengajukan kebutuhan. Misalkan di Sekretariat Utama (SESTAMA)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
81
Universitas Indonesia
terdapat kebutuhan alat pengolah data, maka dilakukan pengkajian perincian
kebutuhan, misalnya SESTAMA membutuhkan Personal Computer (PC),
beberapa jenis laptop, dan printer. Laptop yang dibutuhkan ada beberapa jenis
dengan perincian standar minimal. Setelah itu dilakukan penyusunan spesifikasi
teknis dan harga pasar untuk menyusun HPS. Semua itu dilaksanakan sebelum
tahun anggaran berjalan. Ketika tahun anggaran berjalan, setelah ditentukan
spesifikasi teknis, HPS dan waktu dibutuhkannya, maka dilakukan perhitungan
waktu proses pengadaan. Jika dilakukan dengan metode pengadaan langsung bisa
dilakukan dalam waktu kira-kira 18 hari sedangkan jika melalui metode
pelelangan membutuhkan waktu kira-kira satu bulan.
4.5.1.3. Prinsip Transparansi
Prinsip Transparansi menitikberatkan pada terdapatnya aturan yang jelas
dan dapat diakses. Dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang
dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dengan mendasarkan
penentuan harga pada harga pasar setempat, harga yang tertera dalam dokumen
resmi, harga yang dikeluarkan oleh distributor dan berdasarkan kontrak sejenis.
Besaran total HPS ini diumumkan dalam pelaksanaan pengadaan dan PPK secara
terbuka memberitahukan kepada Pokja ULP mengenai dasar penyusunan HPS
tersebut.
Salah seorang PPK di LKPP berpendapat bahwa sebenarnya karena
pelelangan dilakukan melalui E-Procurement, tidak perlu terlalu memusingkan
soal HPS, karena jika proses pelelangan dilakukan secara bersaing dan terbuka
HPS hanya sebagai plafon tertinggi saja karena tercipta harga pasar dengan
sendirinya. Jadi HPS hanya untuk menilai biaya maksimal yang harus dibayar.
Dalam pengadaan barang dasar penyusunan HPS dengan memperhatikan
harga pasar. Karena sulit untuk dapat menjangkau harga pabrikan maka yang
dilakukan adalah survei harga pasar di internet atau ke Glodok. Sebenarnya harga
dasar yang menjadi patokan adalah harga dari prinsipal. Misalnya untuk harga
mesin fotokopi merk xerox harga dasar adalah harga dari Astra Graphia sebagai
pemegang lisensi pengedaran di Indonesia. Astra Graphia memberikan illustrasi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
82
Universitas Indonesia
jika membeli langsung kepadanya harganya Rp 150.000.000. Tetapi jika membeli
dari reseller akan ditambah porsi keuntungan reseller sekitar 30 % dari harga
prinsipal, maka harga dasar yang dipakai adalah harga pembelian tunai ke
prinsipal. Dalam pengadaan jasa konsultansi untuk menentukan harga dasar jasa
konsultan tidak menjadikan billing rate sebagai dasar utama tetapi dengan
membuat scaling service, berdasarkan Standar Biaya Umum, dan jika kalau
memang pernah melakukan kontrak sejenis maka harga dari kontrak sejenis
tersebut yang dapat dipakai sebagai dasar.
Spesifikasi teknis yang dibuat PPK sebagai patokan untuk standar
barang/pekerjaan yang diinginkan telah disusun dengan jelas. Jika masih
menimbulkan keraguan atau kurang jelas bagi peserta pengadaan, maka Pokja
ULP memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya dalam acara penjelasan
pekerjaan (aanwidjing) dan dalam proses ini melibatkan juga PPK yang
memberikan penjelasan secara teknis dan detail mengenai barang/pekerjaan yang
diinginkan. Jika PPK memang dibutuhkan untuk memberikan penjelasan
pekerjaan secara detail maka Pokja ULP mengundang PPK untuk menjawab
beberapa pertanyaan tentang spesifikasi dan PPK mengirim stafnya untuk ikut
aanwidjing.
Dalam hal transparansi penyusunan dokumen pengadaan, Pokja ULP
harus menyusun dokumen pengadaan yang menjadi patokan/acuan/aturan main
proses pengadaan. Dokumen ini disusun oleh Pokja ULP berdasarkan Standar
Dokumen Pengadaan sebagaimana dikeluarkan oleh LKPP melalui Peraturan
Kepala LKPP. Standar dokumen tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan
dengan paket pengadaan yang ditangani dengan memasukan ketentuan-ketentuan
yang menjadi aturan main proses pengadaan. Dokumen pengadaan yang sudah
lengkap kemudian di -upload ke sistem pengadaan hingga dapat diakses oleh
calon peserta pengadaan yang terdaftar di LPSE tanpa batasan wilayah.
Mekanisme dan ketentuan penyusunan dokumen pengadaan dan addendumnya ini
ditaati oleh Pokja ULP LKPP dalam setiap paket pengadaan yang dilakukan.
Dalam hal transparansi pengumuman adanya addendum dokumen
pengadaan, addendum dokumen pengadaan dapat disusun jika ada ketentuan baru
dalam aturan main pengadaan yang dapat berpengaruh terhadap spesifikasi teknis
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
83
Universitas Indonesia
dan persyaratan peserta. Addendum juga dapat memuat ketentuan baru yang
timbul dengan adanya acara penjelasan pekerjaan. Adanya perubahan ketentuan
tersebut harus dapat diketahui oleh semua peserta sehingga wajib diberitahukan
melalui sistem. Pokja ULP LKPP mentaati ketentuan tersebut dengan
memberitahukan kepada peserta melalui SPSE. Dalam transparansi penyusunan
jadwal pengadaan, jadwal tahapan pengadaan diinformasikan secara adil dengan
diumumkan dalam sistem. Jika ada perubahan jadwal maka Pokja ULP wajib
mengisi alasan perubahan. Ketentuan ini ditaati dengan baik oleh Pokja ULP
LKPP dengan menyusun jadwal dalam SPSE dan setiap perubahan jadwal
kemudian disertai alasan. SPSE juga memfasilitasi transparansi ini karena sistem
tidak akan berjalan jika terdapat kesalahan dalam penyusunan jadwal serta sistem
pun tidak akan berjalan jika perubahan jadwal tidak disertai dengan alasan
perubahan tersebut.
Dalam hal transparansi dalam data black list penyedia dan adanya forum
pengadaan, Pokja ULP LKPP mengakses website LKPP untuk mencari informasi
mengenai data perusahaan atau perorangan yang terkena black list. Komunikasi
antar pokja juga sangat intens selain melalui grup mailing list, juga melalui grup
BBM (Blackberry Messenger) untuk saling memberi informasi. Setiap saat terjadi
komunikasi yang intensif. Jika yang melakukan evaluasi hanya 2 (dua) orang
misalnya, hasilnya dimasukan ke forum pengadaan untuk dibahas. Jika deadlock
maka disitu peran ketua Pokja yang menentukan keputusan.
Pokja ULP memfasilitasi sanggah dengan memberi kesempatan kepada
peserta pengadaan untuk menyampaikan sanggahan baik melalui SPSE maupun
secara offline kepada Pokja ULP. Jika disampaikan secara offline oleh peserta
maka peserta harus memberitahukan kepada Pokja ULP melalui SPSE. Pokja
ULP kemudain menjawab sanggah tersebut melalui SPSE. Sementara sanggah
banding dilakukan secara offline. Peserta yang tidak puas dengan jawaban
sanggah dari Pokja ULP dapat menyampaikan sanggahan banding secara tertulis
kepada Kuasa Pengguna Anggaran dengan menyampaikan tembusan kepada
Pokja ULP.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
84
Universitas Indonesia
4.5.1.4. Prinsip Terbuka
Keterbukaan dalam persyaratan peserta pengadaan mengharuskan
persyaratan peserta baik persyaratan kualifikasi, administrasi, teknis dan harga
tidak boleh membatasi keikutsertaan peserta yang berasal dari luar daerah,
sehingga dapat menimbulkan persaingan yang sehat untuk mendapatkan harga
yang paling efisien. Pokja ULP LKPP menaati ketentuan ini karena Pokja ULP
mengumumkan setiap paket pengadaan melalui SPSE, yang dapat diakses oleh
siapapun tanpa batasan wilayah.
Rencana Umum Pengadaan disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran pada
masing-masing deputi bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pengadaan barang/jasa yang akan dilakukan oleh LKPP tersebut dalam
tahun anggaran berjalan, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dan menjamin bahwa pengadaan yang akan
dilakukan bersifat terbuka untuk mendapatkan barang/jasa yang paling efisien
dengan persaingan sehat. Semua deputi mengumumkan RUP pada Bulan
Nopember yang memuat paket pengadaan untuk semua jenis pengadaan baik
melalui mekanisme pelelangan maupun yang dilakukan melalui mekanisme
pengadaan langsung dan penunjukan langsung.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010
Pokja ULP harus menayangkan pengumuman pengadaan minimal di website
resmi pemerintah/SKPD, di portal pengadaan nasional dan melalui papan
pengumuman setempat. Pokja ULP LKPP hanya menayangkan setiap
pengumuman pengadaan pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik dan Portal
Pengadaan Nasional, sementara pengumuman di papan pengumuman tidak
seluruhnya dilakukan, hal ini karena keterbatasan waktu personil Pokja ULP yang
harus bekerja secara ad hoc.
4.5.1.5. Prinsip Bersaing
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan secara bersaing dengan
sehat guna memperoleh harga yang paling efisien dengan tetap memperhatikan
pemenuhan akan spesifikasi teknis dan persyaratan administrasi. Jika terdapat
tekanan atau intervensi kepada PPK dan Pokja ULP maka hal tersebut dapat
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
85
Universitas Indonesia
menimbulkan adanya persaingan tidak sehat sehingga harga yang diperoleh dalam
hasil pengadaan pun bukan harga yang paling efisien karena adanya tekanan dapat
menyebabkan pemenang yang dipesan tidak menawarkan barang/jasa dengan
harga yang paling efisien. Tidak ada tekanan atau intervensi untuk berlaku
diskriminatif dalam proses pengadaan di LKPP. Dasar pertimbangan penentuan
pemenang adalah dokumen penawaran peserta. Setiap hasil dibuat tertulis sebagai
bukti bahwa pelelangan dilakukan sesuai dengan regulasi yang ada. Semua pihak
yang terlibat dalam pengadaan di LKPP saling independen satu sama lain. Proses
pelelangan yang dilakukan dengan E-Procurement juga sudah terbuka dan semua
orang bisa masuk sehingga dapat menghilangkan kemungkinan perlakuan
diskriminatif. Jika dilakukan dengan E-Procurement, meskipun ada titipan dimana
pun lelangnya dilaksanakan jika ternyata ada peserta yang mengajukan penawaran
lebih murah, lebih bagus dan responsif maka peserta itulah yang menang. Semua
pengadaan dilaksanakan dengan persaingan sehat dan menghasilkan harga yang
paling efisien. Masing-masing pihak yang terlibat dalam pengadaan, baik PPK,
Pokja ULP maupun penyedia tidak ditemukan afiliasi satu sama lain, baik karena
hubungan keluarga maupun dalam hubungan bisnis.
4.5.1.6. Penerapan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif
Persyaratan keikutsertaan penyedia dalam pelelangan tidak boleh
diskriminatif. Persyaratan peserta meliputi persyaratan kualifikasi dan persyaratan
administratif serta persyaratan teknis dokumen penawaran. Persyaratan tersebut
tidak boleh mengarah ke satu penyedia tertentu hingga penyedia tersebut
diuntungkan dan mengurangi terjadinya persaingan yang sehat. Persyaratan
administrasi peserta pengadaan disusun Pokja ULP berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 2
Tahun 2011 tentang Standard Bidding Document.
Pokja ULP harus bersikap adil/tidak diskriminatif dalam pemberian
penjelasan pekerjaan (aanwidjing). Penjelasan Pekerjaan (aanwidjing)
merupakan salah satu prosedur yang dilalui dalam pelelangan. Dalam acara ini
peserta dapat meminta penjelasan dari Pokja ULP jika ada ketentuan atau syarat,
baik syarat kualifikasi, syarat administrasi maupun syarat teknis pengadaan. Acara
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
86
Universitas Indonesia
ini dilakukan secara online tanpa tatap muka. Pada jadwal yang telah ditentukan
SPSE memfasilitasi terjadinya dialog secara online antara peserta dengan Pokja
ULP. Jika dalam acara ini terdapat ketentuan yang penting dan substansial yang
mempengaruhi pelelangan dan tidak dimuat dalam dokumen pengadaan, maka
Pokja ULP menyususn dan mengupload addendum dokumen pengadaan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja ULP
memberitahukana adanya ketentuan baru dalam addendum ini kepada peserta
pengadaan melalui SPSE. Acara penjelasan pekerjaan secara online ini merupakan
satu-satunya media yang menjembatani peserta dan Pokja ULP untuk
berkomunikasi mengenai ketentuan pelelangan. Pokja ULP tidak memberikan
informasi lainnya kepada peserta baik secara pribadi maupun secara institusi
sampai dilakukannya klarifikasi administrasi, teknis dan harga. Dalam proses
pemberian penjelasan pekerjaan (aanwidjing) ini Pokja ULP juga melibatkan PPK
dalam hal penjelasan pekerjaan secara rinci. PPK mengutus calon pengguna
barang tersebut sebagai wakil dari PPK yang mengetahui kebutuhan secara detail.
Spesifikasi teknis yang disusun PPK tidak boleh bersifat diskriminatif.
Spesifikasi teknis merupakan ketentuan tentang kuantitas, dimensi dan
persyaratan bahan dari barang/jasa yang diinginkan oleh PPK. Spesifikasi teknis
ini ditetapkan oleh PPK yang kemudian dijadikan dasar bagi Pokja ULP sebagai
standar barang/jasa yang diminta kepada peserta pengadaan. Spesifikasi teknis ini
ditetapkan dalam Rencana Umum Pengadaan dan Rencana Pelaksanaan
Pengadaan. Untuk pengadaan barang, spesifikasi teknis disusun oleh calon
pengguna di LKPP berdasarkan kebutuhan barang yang akan dibeli dengan
referensi informasi spesifikasi dari media internet dan brosur-brosur pabrikan.
Pokja ULP juga berperan dalam penentuan spesifikasi teknis, khususnya jika ada
spesifikasi teknis yang tidak jelas atau mengarah dan dapat menguntungkan
peserta tertentu maka Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK.
Pokja ULP kemudian dapat meminta PPK untuk merevisinya dan jika terjadi
pertentangan antara PPK dengan Pokja ULP yang tidak dapat diselesaikan maka
hal tersebut disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk memutuskan.
Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran bersifat final dan mengikat, serta oleh
Pokja ULP kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan dokumen pengadaan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
87
Universitas Indonesia
4.5.1.7. Prinsip Akuntabel
Prinsip akuntabel pada dasarnya mengukur ketaatan para pihak yang
terkait dalam proses pengadaan terhadap ketentuan pengadaan sebagaimana
terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Dalam proses
pelelangan, ULP LKPP juga cukup tegas bahwa jika PPK tidak menyampaikan
Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi teknis, HPS dan
rancangan Kontrak maka ULP tidak dapat memulai lelang karena itu menjadi
acuan penyusunan dokumen pengadaan. Bagi PPK yang menyampaikan
spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak untuk paket pengadaan yang
dilakukan, Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK untuk dianalisis
apakah dokumen-dokumen dimaksud sudah sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Jika belum lengkap dan belum sesuai
maka Pokja ULP meminta PPK untuk merevisi.
Semua pihak yang terlibat dalam pengadaan wajib menandatangani pakta
Integritas. Pakta integritas dibuat untuk memastikan adanya komitmen
melaksanakan pengadaan secara transparan dan akuntabel. SPSE telah
memfasilitasi penandatanganan Pakta Integritas ini dengan mewajibkan Pokja
ULP dan Peserta Pengadaan menyetujui form Pakta Integritas dalam Sistem
Pengadaan Secara Elektronik, dan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan
Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering, hal tersebut
sah secara hukum. Sementara itu PPK menandatangani Pakta Integritas dalam
kontrak yang dibuat.
Pokja ULP juga menyusun dan menetapkan jadwal pelaksanaan pemilihan
dan setelah itu Pokja ULP menyusun dan menetapkan dokumen pengadaan.
Dokumen pengadaan disusun berdasarkan Standard Bidding Document (SBD)
yang diterbitkan oleh Kepala LKPP melalui Peraturan Kepala LKPP Nomor 5
tahun 2011 tentang Standard Bidding Document (SBD).
Besaran Jaminan Penawaran ditetapkan Pokja ULP. Besarannya antara 1
(satu) persen hingga 3 (tiga) persen dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Jaminan
Penawaran ini dibuat sebagai jaminan keikutsertaan peserta hingga tuntasnya
proses pengadaan. Pokja ULP kemudian melakukan klarifikasi keabsahan jaminan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
88
Universitas Indonesia
penawaran kepada penerbit jaminan secara tertulis, atau karena kendala waktu
hanya dilakukan melalui telepon. Hal yang diklarifikasi adalah besarnya jaminan,
waktu jaminan, dan cara pencairan jaminan yang harus tanpa syarat. Konfirmasi
Jaminan Penawaran tersebut dilakukan secara tertulis baik melalui surat maupun
melalui email. Dalam hal pengembalian jaminan penawaran, tidak semua paket
pengadaan jaminan penawaran pesertanya dikembalikan oleh Pokja ULP.
Pokja ULP LKPP saat ini berjumlah 9 (sembilan) orang termasuk Ketua
ULP. Semua personil bersertifikasi sebagai ahli pengadaan dan bekerja secara ad
hoc di ULP. Dalam proses pelelangan, Pokja ULP menyusun dan menetapkan
metode pemilihan. Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan pengadaan
jasa lainnya, pengadaan diatas 200 (dua ratus) juta rupiah pelelangan dilaksanakan
dengan metode pelelangan umum sedangkan untuk pekerjaan yang bernilai antara
100 (seratus) juta sampai 200 (dua ratus juta) dilakukan dengan metode
pelelangan sederhana. Untuk pengadaan jasa konsultansi, dilakukan dengan
metode seleksi. Pengadaan jasa konsultansi diatas 100 (seratus) juta dilakukan
dengan seleksi umum sedangkan untuk pengadaan bernilai antara 50 (lima puluh)
juta hingga 100 (seratus) juta dilakukan dengan metode seleksi sederhana.
Penilaian kualifikasi dan evaluasi Pokja ULP yang dilakukan oleh pokja ULP
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Pokja ULP
tidak merubah ketentuan apapun dalam dokumen pengadaan dan dijadikan
patokan untuk melakukan evaluasi.
Dalam hal penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) dan
pelaporan kepada PPK, setelah dilakukan evaluasi dan menghasilkan calon
pemenang dan cadangan, Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP
melalui SPSE. BAHP tersebut menjadi lampiran dari laporan dari ULP kepada
PPK yang dilakukan secara tertulis lewat nota dinas.
Setelah PPK menerima laporan pelaksanaan pengadaan dari ULP, PPK
menjadikan laporan tersebut sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Penetapan
Penyadia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ tersebut diserahkan kepada penyedia yang
menjadi pemenang untuk kemudian membuat jaminan pelaksanaan, dalam waktu
maksimal 14 (empat belas) hari kerja. Jika penyedia tidak dapat memenuhi
ketentuan tersebut, maka penyedia tersebut digugurkan dan calon cadangan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
89
Universitas Indonesia
pemenang kesatu sebagaimana tertera dalam laporan dari ULP kemudian menjadi
pemenang dengan keharusan membuat jaminan pelaksanaan. Pada dasarnya
secara umum penyedia dapat memenuhi batas 14 (empat belas) hari kerja tersebut
bahkan ada yang dengan cepat merespon dalam satu atau dua hari kerja. Setelah
penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan, PPK menyusun kontrak sesuai
dengan rancangan kontrak yang dimuat dalah dokumen pengadaan. PPK
melakukan konfirmasi keabsahan jaminan pelaksanaan kepada penerbit jaminan
tersebut melalui telepon dan secara tertulis, biasanya malah dari bank penerbit
jaminan yang datang ke PPK di LKPP.
Selama pelaksanaan pekerjaan PPK melakukan monitoring. Pelaksanaan
monitoring pekerjaan tergantung kontrak yang disepakati. Jika di dalam kontrak
memang ada klausul untuk monitoring maka dan pelaporan dari penyedia secara
berkala maka itulah yang diminta PPK kepada penyedia. Dalam pengadaan barang
PPK meminta laporan perkembangan pekerjaan (progress report) minimal 2 kali,
pada 30% pekerjaan dan pada 30 % berikutnya. Jadi jika pekerjaan dilakukan
dalam 40 (empat puluh) hari, PPK meminta laporan pada hari ke-12 dan hari ke-
24. PPK melaporkan hasil pekerjaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran setiap
akhir tahun secara keseluruhan. Pada setiap selesai dilaksanakannya satu paket
pengadaan dilakukan serah terima barang/pekerjaan dari PPK kepada pengguna di
unit kerja eselon dua.
4.5.2. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Sukabumi
4.5.2.1.Efisiensi :
Secara keseluruhan pengadaan yang dilaksanakan oleh UPT Unit
Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kota Sukabumi bernilai total Rp
31.139.977.560,00 dengan nilai kontrak Rp 27.205.958.179,00 dengan efisiensi
senilai Rp 3.934.019.381,00 dengan tingkat efisiensi 14,46 % dari Harga
Perkiraan Sendiri (HPS). Nilai pengadaan secara lengkap sebagaimana tertera
dalam tabel berikut :
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
90
Universitas Indonesia
Tabel 4.5. Efisiensi Pengadaan di Kota Sukabumi
NO
JENISPENGADAAN
NILAI HPS(Rp)
NILAI KONTRAK(Rp)
EFISIENSI(Rp)
EFISIENSI(%)
1 Pengadaanbarang
Rp 11.916.379.820 Rp 11.408.307.567 Rp 508.072.253 4,45 %
2 Pekerjaankonstruksi
Rp 17.429.444.700 Rp 14.125.171.512 Rp.3.304.273.188 23,39 %
3 PengadaanJasaKonsultansi
Rp 1.033.635.400 Rp 991.181.500 Rp 42.453.900 4,28 %
4 PengadaanJasa lainnya
Rp 760.517.640 Rp 991.181.500 Rp 42.453.900 11,63 %
Jumlah Rp 31.139.977.560 Rp 27.205.958.179 Rp 3.934.019.381 14.46 %
Sumber : UPT ULP Kota Sukabumi
Dalam hal efisiensi waktu pengadaan, sebanyak 21 (dua puluh satu) paket
pengadaan mengalami gagal lelang dan harus dilakukan melalui lelang ulang
paket tersebut. Hal ini berarti dalam proses pelelangan sebanyak 23,3 %
mengalami keterlambatan waktu pelelangan. Penyebab gagal lelang ada beberapa
hal. Sebab pertama menurut Kepala UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)
Barang/Jasa Kota Sukabumi karena peserta gugur pada saat evaluasi. Dalam
proses pelelangan Pokja ULP menyusun dokumen pengadaan mengacu pada
spesifikasi teknis dan persyaratan dari PPK. Pada saat evaluasi baik evaluasi
administrasi, evaluasi teknis maupun evaluasi harga, para penyedia tidak dapat
memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan sehingga
mereka digugurkan. Sebab kedua terjadinya gagal lelang karena di beberapa paket
ini jumlah peserta yang memasukan penawaran kurang dari ketentuan dan
otomatis menyebabkan lelang gagal. Sebab ketiga karena persyaratan dari PPK
yang terlalu tinggi atau persyaratannya terlalu detail sehingga penyedia tidak
mampu menyanggupinya. Jika terjadi gagal lelang maka Pokja ULP melaporkan
kepada PPK sekaligus mengusulkan pengkajian ulang Spesifikasi teknis dan HPS
paket tersebut. Jika PPK telah melakukan pengkajian ulang dan memerintahkan
Pokja ULP untuk melelang ulang maka Pokja ULP kemudian membuat paket
lelang ulang.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
91
Universitas Indonesia
4.5.2.2. Efektifitas
Dalam pemenuhan prinsip efektivitas, dengan indikator operasional
pemenuhan hasil atas target yang direncanakan dengan mengukur kuantitas dan
spesifikasi teknis hasil pekerjaan dengan kuantitas dan spesifikasi teknis yang
direncanakan oleh PPK, hasilnya dari semua paket pengadaan yang diproses
melalui pelelangan memenuhi standar minimal dalam hal spesifikasi teknis
pekerjaan dan kuantitas yang ditetapkan.
Dalam hal kesesuaian antara paket pengadaan yang dilaksanakan dengan
dokumen perencanaan, paket-paket pengadaan yang dilaksanakan pada umumnya
merupakan prioritas kegiatan sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan
berupa Rencana Strategis (RENSTRA) Tingkat Kota, Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahun anggaran 2011 dan Rencana Strategis (RENSTRA) Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Ada beberapa paket pengadaan yang bukan merupakan
prioritas kegiatan pembangunan tingkat Kota Sukabumi tetapi merupakan bantuan
program dari tingkat Nasional, diantaranya paket pengadaan alat pendidikan dan
pembangunan prasarana di Dinas Pendidikan yang dananya bersumber dari Dana
Alokasi Khusus (DAK) Kementrian Pendidikan Nasional, kegiatan pengadaan
Alat Kesehatan di RSUD R. Syamsudin, SH yang bersumber dari Dana Alokasi
Khusus (DAK) Kementrian Kesehatan, dan paket pengadaan alat penunjang
Keluarga Berencana di Badan Pengelolaan Masyarakat dan Keluarga Berencana
(BPMKB) yang merupakan alokasi dana dari Pemerintah Pusat.
4.5.2.3. Transparansi
Prinsip transparansi menitikberatkan pada terdapatnya aturan yang jelas
dan dapat diakses. Untuk transparansi dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
yang merupakan wewenang dan tugas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun
2010. Penentuan HPS pengadaan barang dan jasa lainnya dihitung berdasarkan
harga setempat, mempertimbangkan juga harga yang tertera dalam Standar Satuan
Harga Tertinggi yang dikeluarkan oleh Walikota Sukabumi, berdasarkan kontrak
sejenis baik pada tahun 2011 maupun pada tahun sebelumnya dan dilakukan
survei harga ke pusat penjualan barang di Bandung atau Jakarta. Survei juga dapat
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
92
Universitas Indonesia
dilakukan melalui media internet dengan mempertimbangkan biaya transportasi
yang harus ditanggung penyedia. Namun untuk pengadaan barang-barang yang
khusus misalnya rambu jalan, marka jalan, alat pemberi isyarat lampu lalu lintas,
alat uji kendaraan bermotor, maka biasanya dimintakan harga dari beberapa
produsen dan juga dilakukan pencarian harga melalui media internet. Sebagai
perbandingan dilakukan juga pencarian informasi dari beberapa dinas sejenis di
wilayah lain untuk melihat kontrak yang pernah dilakukan.
Selain itu ada juga paket yang mendasarkan HPS pada harga distributor
misalnya dalam penunjukan langsung pengadaan kendaraan bermotor dan
berdasarkan Peraturan Menteri khusus untuk pengadaan alat pendidikan yang
bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dilakukan oleh Dinas
pendidikan. Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi berdasarkan perhitungan
konsultan perencana dan konsultan perencana menghitung harga berdasarkan
Standar Satuan Harga Tertinggi yang ditetapkan Walikota Sukabumi. Untuk harga
honorarium tenaga ahli dalam pengadaan jasa konsultansi dihitung berdasarkan
Standar Satuan Harga Tertinggi yang dikeluarkan Walikota Sukabumi dan kontrak
sejenis pada tahun sebelumnya atau pada tahun tersebut. Besaran total HPS ini
diumumkan dalam pengumuman pengadaan dan dokumen pengadaan. PPK secara
terbuka memberitahukan kepada Pokja ULP mengenai dasar penyusunan HPS
tersebut.
Dalam hal transparansi penyusunan dokumen pengadaan Pokja ULP harus
menyusun dokumen pengadaan yang menjadi patokan/acuan/aturan main proses
pengadaan. Dokumen ini disusun oleh Pokja ULP berdasarkan Standar Dokumen
Pengadaan sebagaimana dikeluarkan oleh LKPP melalui Peraturan Kepala LKPP.
Standar Dokumen tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan dengan paket
pengadaan yang ditangani dengan memasukan ketentuan-ketentuan yang menjadi
aturan main proses pengadaan. Dokumen pengadaan yang sudah lengkap
kemudian di -upload ke sistem pengadaan hingga dapat diakses oleh calon peserta
pengadaan yang terdaftar di LPSE tanpa batasan wilayah. Mekanisme dan
ketentuan penyusunan dokumen pengadaan ini ditaati oleh Pokja ULP Kota
Sukabumi dalam setiap paket pengadaan yang dilakukan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
93
Universitas Indonesia
Prinsip transparansi juga menuntut dilakukannya pengumuman jika
terdapat addendum dokumen pengadaan. Addendum dokumen pengadaan dapat
disusun jika ada ketentuan baru dalam aturan main pengadaan yang dapat
berpengaruh terhadap spesifikasi teknis dan persyaratan peserta. Adendum juga
dapat memuat ketentuan baru yang timbul dengan adanya acara penjelasan
pekerjaan. Adanya perubahan ketentuan tersebut harus dapat diketahui oleh semua
peserta sehingga wajib diberitahukan melalui sistem. Pokja ULP Kota Sukabumi
mentaati ketentuan tersebut dengan memberitahukan adanya addendum dokumen
pengadaan kepada peserta melalui SPSE.
Jadwal setiap tahapan pengadaan harus diinformasikan secara adil dengan
diumumkan dalam sistem. Jika ada perubahan jadwal maka pokja ULP wajib
mengisi alasan perubahan. Ketentuan ini ditaati dengan baik oleh Pokja ULP Kota
Sukabumi dengan menyusun jadwal dalam SPSE dan setiap perubahan jadwal
kemudian disertai alasan. SPSE juga memfasilitasi transparansi ini karena sistem
tidak akan berjalan jika terdapat kesalahan dalam penyusunan jadwal serta sistem
pun tidak akan berjalan jika perubahan jadwal tidak disertai dengan alasan
perubahan tersebut.
Dalam hal transparansi dalam data black list penyedia dan forum
pengadaan, Pokja ULP Kota Sukabumi mengakses website LKPP untuk mencari
informasi mengenai data perusahaan atau perorangan yang terkena black list.
Berdasarkan keterangan dari Kepala ULP Kota Sukabumi, forum pengadaan yang
dapat menjadi media untuk bertukar informasi pengadaan dengan ULP di daerah
lain secara institusi belum dapat dilaksanakan. Secara individu Kepala UPT ULP
Kota SUkabumi bergabung di beberapa mailist pengadaan secara online. Kepala
UPT ULP Kota Sukabumi juga tergabung dalam blog, forum instruktur, forum
pengadaan untuk diskusi model forum pengadaan or.id. Informasi yang didapat
kemudian disebarkan kepada setiap personil UPT ULP sehingga dapat selalu
memperbaharui informasi tentang pengadaan.
Dalam hal akses untuk menyanggah, Pokja ULP Kota Sukabumi
memfasilitasi sanggah dengan memberi kesempatan kepada peserta pengadaan
untuk menyampaikan sanggahan baik melalui SPSE maupun secara offline. Jika
disampaikan secara offline oleh peserta maka peserta harus memberitahukan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
94
Universitas Indonesia
kepada Pokja ULP melalui SPSE. Pokja ULP kemudain menjawab sanggah
tersebut melalui SPSE. Sanggah banding dilakukan secara offline. Peserta yang
tidak puas dengan jawaban sanggah dari Pokja ULP dapat menyampaikan
sanggahan banding secara kepada Walikota Sukabumi dengan menyampaikan
tembusan kepada Pokja ULP.
4.5.2.4. Prinsip Terbuka
Indikator pertama dalam prinsip keterbukaan adalah keterbukaan dalam
persyaratan peserta pengadaan. Persyaratan peserta baik persyaratan kualifikasi,
administrasi, teknis dan harga tidak boleh membatasi keikutsertaan peserta yang
berasal dari luar daerah, sehingga dapat menimbulkan persaingan yang sehat
untuk mendapatkan harga yang paling efisien. Pokja ULP mentaati ketentuan ini
karena Pokja ULP mengumumkan setiap paket pengadaan melalui website resmi
Pemerintah Kota Sukabumi dan melalui SPSE yang dapat diakses oleh siapapun
tanpa batasan wilayah.
Indikator kedua dalam prinsip keterbukaan adalah keterbukaan dalam
Rencana Umum Pengadaan (RUP). Rencana Umum Pengadaan disusun oleh
Pengguna Anggaran pada masing-masing SKPD bertujuan untuk memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai pengadaan barang/jasa yang akan
dilakukan oleh SKPD tersebut dalam tahun anggaran berjalan, sehingga dapat
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan menjamin
bahwa pengadaan yang akan dilakukan bersifat terbuka untuk mendapatkan
barang/jasa yang paling efisien dengan persaingan sehat. Pada tahun anggaran
2011 diakui oleh Kepala ULP Kota Sukabumi belum seluruh SKPD melakukan
pengumuman Rencana Umum Pengadaan, dan SKPD yang mengumumkan pun
secara umum tidak menayangkan seluruh pengadaan tetapi hanya pengadaan yang
dilakukan dengan mekanisme pelelangan, padahal seharusnya seluruh pengadaan
termasuk pengadaan langsung harus diumumkan di awal tahun anggaran. Hal ini
karena pemahaman terhadap ketentuan dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun
2010 masih belum cukup. Dalam pengumuman RUP ini UPT ULP Kota
Sukabumi memfasilitasi dengan menyebarkan surat pemberitahuan kepada setiap
SKPD untuk menyampaikan Rencana Umum Pengadaannya dan memfasilitasi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
95
Universitas Indonesia
untuk menayangkan Rencana Umum Pengadaan tersebut dalam website resmi
Pemerintah Kota Sukabumi (www.sukabumikota.go.id).
Indikator ketiga adalah keterbukaan dalam pengumuman pengadaan.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Pokja
ULP harus menayangkan pengumuman pengadaan minimal di website resmi
pemerintah/SKPD, di portal pengadaan nasional dan melalui papan pengumuman
setempat. Pokja ULP telah melakukan pengumuman ini sesuai dengan ketentuan
dengan menayangkan setiap pengumuman pengadaan pada website resmi
Pemerintah Kota Sukabumi, pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik dan di
papan pengumuman di SKPD masing-masing serta di papan pengumuman UPT
Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Kota Sukabumi.
4. 5.2.5. Prinsip Bersaing
Indikator prinsip bersaing adalah pengadaan dilakukan dengan persaingan
sehat tanpa adanya intervensi. Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan
secara bersaing dengan sehat guna memperoleh harga yang paling efisien dengan
tetap memperhatikan pemenuhan akan spesifikasi teknis dan persyaratan
administrasi. Jika terdapat tekanan atau intervensi kepada PPK dan Pokja ULP
maka hal tersebut dapat menimbulkan adanya persaingan tidak sehat sehingga
harga yang diperoleh dalam hasil pengadaan pun bukan harga yang paling efisien
karena adanya tekanan dapat menyebabkan pemenang yang dipesan tidak
menawarkan barang/jasa dengan harga yang paling efisien. Intervensi atau
tekanan untuk memenangkan peserta tertentu diakui oleh Kepala UPT ULP Kota
Sukabumi dan oleh anggota Pokja memang ada tetapi tidak untuk semua paket.
Tekanan dan upaya-upaya mempengaruhi itu datang dari LSM, dari partai, atau
dari pihak lain yang tidak kenal backgroundnya. Upaya-upaya tersebut meminta
untuk dijadikan pemenang, tetapi hal itu tidak mempengaruhi pendirian Pokja
ULP dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan sepenuhnya berada di
tangan Pokja ULP. Pokja ULP menentukan pemenang berdasarkan dokumen
penawaran yang masuk dan tidak dapat diganggu gugat. Sistem pengadan
elektronik juga dapat mengurangi adanya tekanan dan kolusi dalam proses
pengadaan karena tidak adanya tatap muka langsung dengan penyedia, kecuali
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
96
Universitas Indonesia
pada tahapan pembuktian kualifikasi dan klarifikasi kepada calon pemenang dan
calon cadangan pemenang. Beberapa anggota Pokja ULP juga membenarkan
adanya tekanan untuk memenangkan penyedia tertentu, yang sebenarnya sudah
ditangani hanya sampai pada Kepala ULP, tetapi ada juga yang sampai menekan
langsung anggota kelompok kerja tetapi hal itu tidak mempengaruhi pengambilan
keputusan karena jika sudah berurusan dengan masalah hukum maka yang
bertanggungjawab adalah personil Pokja ULP sendiri.
Indikator kedua prinsip bersaing adalah pihak yang terlibat dalam
pengadaan tidak terafiliasi satu sama lain. Afiliasi tersebut berupa hubungan
keluarga dan hibungan bisnis dalam perusahaan. Personil Pokja ULP tidak boleh
memiliki hubungan keluarga dengan PPK dan penyedia. Personil Pokja ULP juga
tidak boleh menjadi pengurus dalam perusahaan yang ikut serta dalam pelelangan
karena akan menimbulkan konflik kepentingan yang berpotensi mengurangi
persaingan yang sehat. Berdasarkan keterangan dari personil Pokja ULP yang
menjadi responden, prinsip ini ditaati dengan baik karena tidak ada hubungan
keluarga ataupun hubungan dalam pengelolaan perusahaan dengan peserta
pengadaan.
4.5.2.6. Penerapan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif
Persyaratan peserta meliputi persyaratan kualifikasi, persyaratan
administratif dan persyaratan teknis. Persyaratan tersebut tidak boleh mengarah
ke satu penyedia tertentu hingga penyedia tersebut diuntungkan dan mengurangi
terjadinya persaingan yang sehat. Pokja ULP dan PPK menetapkan persyaratan
kualifikasi peserta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2010, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 04/prt/m/2011
tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Persyaratan
administrasi peserta pengadaan disusun Pokja ULP berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 5
Tahun 2011 tentang Standard Bidding Document. Persyaratan Teknis peserta
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
97
Universitas Indonesia
disusun oleh Pokja ULP dan PPK berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan petunjuk teknis pengadaan yang terkait dengan masing-masing
pengadaan, misalnya dalam persyaratan dan spesifikasi teknis pengadaan buku
perpustakaan di Dinas Pendidikan disusun berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2010 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun anggaran 2010 untuk Sekolah
Dasar (SD) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2010
tanggal Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Pendidikan tahun anggaran 2010 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sehingga persyaratan yang dibuat tersebut tidak diskriminatif karena disusun
berdasarkan peraturan yang berlaku secara nasional. Jika ada persyaratan dari
PPK yang potensial bersifat diskriminatif maka Pokja ULP memberitahukan dan
meminta untuk direvisi kepada PPK secara tertulis.
Dalam pemberian penjelasan pekerjaan (aanwidjing) harus memenuhi
prinsip adil/tidak diskriminatif. Acara penjelasan pekerjaan (aanwidjing)
merupakan salah satu prosedur yang dilalui dalam pelelangan. Dalam acara ini
peserta dapat meminta penjelasan dari Pokja ULP jika ada ketentuan atau syarat,
baik syarat kualifikasi, syarat administrasi maupun syarat teknis pengadaan. Acara
ini dilakukan secara online tanpa tatap muka. Pada jadwal yang telah ditentukan
SPSE memfasilitasi terjadinya dialog secara online antara peserta dengan Pokja
ULP. Pokja ULP juga melibatkan PPK dalam acara ini karena kadang ada
pertanyaan mengenai pekerjaan secara detail yang hanya diketahui oleh PPK. Jika
itu terjadi maka Pokja meminta keterangan dari PPK secara tertulis. Jika dalam
acara ini terdapat ketentuan yang penting dan substansial yang mempengaruhi
pelelangan dan tidak dimuat dalam dokumen pengadaan, maka Pokja ULP
menyusun dan meng-upload addendum dokumen pengadaan yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja ULP memberitahukan
adanya ketentuan baru dalam addendum ini kepada peserta pengadaan melalui
SPSE. Acara penjelasan pekerjaan secara online ini merupakan satu-satunya
media yang menjembatani peserta dan Pokja ULP untuk berkomunikasi mengenai
ketentuan pelelangan. Pokja ULP tidak memberikan informasi lainnya kepada
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
98
Universitas Indonesia
peserta baik secara pribadi maupun secara institusi sampai dilakukannya
klarifikasi administrasi, teknis dan harga.
Spesifikasi teknis juga tidak boleh mengandung ketentuan yang
diskriminatif. Spesifikasi teknis merupakan ketentuan tentang kuantitas, dimensi
dan persyaratan bahan dari barang/jasa yang diinginkan oleh PPK. Spesifikasi
teknis ini ditetapkan oleh PPK yang kemudian dijadikan dasar bagi Pokja ULP
sebagai standar barang/jasa yang diminta kepada peserta pengadaan. Spesifikasi
teknis ini ditetapkan dalam Rencana Umum Pengadaan dan Rencana Pelaksanaan
Pengadaan. Spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh PPK dalam pengadaan di Kota
Sukabumi telah memenuhi ketentuan penyusunannya. Untuk kegiatan pengadaan
barang dan jasa lainnya, spesifikasi teknis disusun berdasarkan peraturan
diantaranya petunjuk teknis dari instansi terkait, misalnya Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 19 Tahun 2010 tentang petunjuk Teknis Penggunaan
Anggaran Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan pada Pengadaan Buku dan
Alat Pendidikan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan. Untuk pekerjaan konstruksi
PPK menyusun spesifikasi teknis berdasarkan Dokumen Perencanaan Detail
Enginering Design (DED) yang disusun oleh konsultan perencana bagi pekerjaan
konstruksi sedangkan untuk pengadaan jasa konsultansi PPK menyususn
spesifikasi teknis berdasarkan dokumen hasil pengkajian lintas SKPD khususnya
dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda.
Pokja ULP juga berperan dalam penentuan spesifikasi teknis, khususnya
jika ada spesifikasi teknis yang tidak jelas atau mengarah dan dapat
menguntungkan peserta tertentu maka Pokja ULP melakukan pengkajian ulang
bersama PPK. Pokja ULP kemudian dapat meminta PPK untuk merevisinya dan
jika terjadi pertentangan antara PPK dengan Pokja ULP yang tidak dapat
diselesaikan maka hal tersebut disampaikan kepada Pengguna Anggaran untuk
memutuskan. Keputusan Pengguna Anggaran bersifat final dan mengikat, serta
oleh Pokja ULP kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan dokumen
pengadaan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
99
Universitas Indonesia
4.5.2.7. Prinsip Akuntabel
Prinsip akuntabel pada dasarnya mengukur ketaatan para pihak yang
terkait dalam proses pengadaan terhadap ketentuan pengadaan sebagaimana
terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Pada tahap awal
proses pengadaan, Pengguna Anggaran menetapkan Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) yang berisikan pemaketan, cara pengadaan, pengorganisasian dan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) paket pengadaan dan PPK dalam menetapkan
Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi teknis, HPS dan
rancangan Kontrak ditetapkan oleh PPK. Menurut Kepala UPT ULP Kota
Sukabumi, di awal tahun 2011 mengingat belum dipahaminya secara optimal
ketentuan seperti itu, memang pelaksanaan hal tersebut dirasakan belum optimal.
Saat itu masih ada paradigma bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelelangan seperti HPS, spek teknis dan rancangan kontrak diserahkan
penyusunannya kepada UPT ULP. Tetapi pada tahun 2012 berkaitan dengan
sudah sering sosialisasikannya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tersebut,
termasuk melalui pimpinan daerah, maka muncul kesadaran dan pemahaman dari
Pengguna Anggaran dan PPK untuk menyusun dokumen tersebut.
UPT ULP Kota Sukabumi juga cukup tegas bahwa jika PPK tidak
menyampaikan ketiga dokumen tersebut maka UPT ULP tidak dapat memulai
lelang karena itu menjadi acuan penyusunan dokumen pengadaan. Bagi PPK yang
menyampaikan spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak untuk paket
pengadaan yang dilakukan, Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK
untuk dianalisis apakah dokumen-dokumen dimaksud sudah sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Jika belum lengkap
dan belum sesuai maka Pokja ULP meminta PPK untuk merevisi dan jika PPK
tidak sepakat maka Pokja ULP mengirim Surat pemberitahuan kepada Pengguna
Anggaran untuk menyelesaikan pertentangan dimaksud. Secara umum PPK telah
memperhitungkan margin keuntungan peserta dalam HPS yang disusun dan acuan
penyusunannya telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 yaitu harga dasar setempat berdasarkan info harga BPS, harga
distributor, harga perhitungan konsultan, harga kontrak sejenis, dan Standar
Satuan Harga Tertinggi yang dikeluarkan oleh Walikota Sukabumi.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
100
Universitas Indonesia
Dalam hal ketaatan akan ditandatanganinya Pakta Integritas, Pakta
integritas dibuat untuk memastikan adanya komitmen para pihak yang terkait
pengadaan melaksanakan pengadaan secara transparan dan akuntabel. SPSE telah
memfasilitasi penandatanganan Pakta Integritas ini dengan mewajibkan Pokja
ULP dan peserta pengadaan menyetujui form Pakta Integritas dalam Sistem
Pengadaan Secara Elektronik, dan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan
Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering, hal tersebut
sah secara hukum. Sementara itu PPK menandatangani Pakta Integritas dalam
Kontrak yang dibuat.
Pokja UPT ULP Kota Sukabumi saat ini berjumlah 15 (lima belas) orang
termasuk Kepala UPT ULP dan Sekretaris UPT ULP. Semua personil
bersertifikasi sebagai ahli pengadaan, khusus untuk Kepala UPT ULP selain
bersertifikat ahli pengadaan juga bersertifikat instruktur tingkat menengah dan
saksi ahli pengadaan tingkat nasional.
Pada awal proses pengadaan, Pokja ULP mengumumkan pelaksanaan
pengadaan selama 7 (tujuh) hari untuk pelelangan/seleksi umum dan 3 (tiga) hari
untuk pelelangan/seleksi sederhana. Pengumuman tersebut ditayangkan di LPSE,
di website resmi Pemerintah Kota Sukabumi dan di papan pengumuman resmi
yang ada di Kantor UPT ULP Kota Sukabumi. Pokja ULP menyusun dan
menetapkan metode pemilihan. Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi
dan pengadaan jasa lainnya, pengadaan diatas 200 (dua ratus) juta rupiah
pelelangan dilaksanakan dengan metode pelelangan umum sedangkan untuk
pekerjaan yang bernilai antara 100 (seratus) juta rupiah sampai 200 (dua ratus
juta) rupiah dilakukan dengan metode pelelangan sederhana. Untuk pengadaan
jasa konsultansi, dilakukan dengan metode seleksi. Pengadaan jasa konsultansi
diatas 100 (seratus) juta rupiah dilakukan dengan seleksi umum sedangkan untuk
pengadaan bernilai antara 50 (lima puluh) juta rupiah hingga 100 (seratus) juta
rupiah dilakukan dengan metode seleksi sederhana. Pokja ULP juga menyusun
dan menetapkan jadwal pelaksanaan pemilihan dan setelah itu Pokja ULP
menyusun dan menetapkan dokumen pengadaan. Dokumen pengadaan disusun
berdasarkan Standard Bidding Document (SBD) yang diterbitkan oleh Kepala
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
101
Universitas Indonesia
LKPP melalui Peraturan Kepala LKPP Nomor 5 tahun 2011 tentang Standard
Bidding Document (SBD).
Besaran Jaminan Penawaran ditetapkan Pokja ULP. Besarannya antara 1
(satu) persen hingga 3 (tiga) persen dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Jaminan
penawaran ini dibuat sebagai jaminan keikutsertaan peserta hingga tuntasnya
proses pengadan. Pokja ULP kemudian melakukan klarifikasi keabsahan jaminan
penawaran kepada penerbit jaminan. Hal yang diklarifikasi adalah besarnya
jaminan, waktu jaminan, dan cara pencairan jaminan yang harus tanpa syarat.
Konfirmasi jaminan penawaran tersebut dilakukan secara tertulis baik melalui
surat maupun melalui e-mail. Pokja ULP Kota Sukabumi melaksanakan hal itu
tetapi hanya untuk calon pemenang, calon cadangan pemenang 1 dan calon
cadangan pemenang 2 saja yang dikonfirmasi. Ada penerbit jaminan yang
merespon dengan cepat karena mereka terbiasa dan untuk beberapa penerbit yang
memang berdomisili di Kota Sukabumi. Tetapi ada beberapa kendala dalam hal
konfirmasi untuk penerbit di luar kota yang hanya bisa dilakukan melalui e-mail.
Tidak semua penerbit jaminan membalas surat melalui e-mail tersebut. Jika itu
terjadi maka pokja ULP mengulur waktu evaluasi untuk menunggu konfirmasi.
Dalam hal pengembalian jaminan penawaran, pada prinsipnya penyedia bisa
mengambil, tetapi Pokja ULP tidak mengembalikannya ke alamat yang ada. Pokja
ULP hanya menunggu jika ada penyedia yang akan mengambil kembali maka
Pokja ULP memfasilitasinya.
Penilaian kualifikasi dan evaluasi Pokja ULP yang dilakukan oleh pokja
ULP sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Pokja
ULP tidak merubah ketentuan apapun dalam dokumen pengadaan dan dijadikan
patokan untuk melakukan evaluasi. Dalam proses klarifikasi peserta pengadaan
hal ini pada awal tahun 2011 sempat membuat bingung peserta pengadaan karena
biasanya sebagaimana ketentuan dalam peraturan terdahulu yaitu Keputusan
Presiden Nomor 80 tahun 2003 peserta yang diundang adalah calon pemenang dan
dipanggil hanya untuk mengklarifikasi keaslian dokumen. Tetapi dengan adanya
sosialisasi yang dilakukan ULP Kota Sukabumi maka lambat laun peserta
pengadaan dapat memahami, jika dipanggil pada tahapan administrasi atau teknis
tidak otomatis menjadi calon pemenang.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
102
Universitas Indonesia
Dalam hal penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) dan
pelaporan kepada PPK, setelah dilakukan evaluasi dan menghasilkan calon
pemenang dan cadangan, Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP.
BAHP tersebut diumumkan melalui website Pemerintah Kota Sukabumi, dan
ditayangkan dalam SPSE. BAHP tersebut menjadi lampiran dari laporan dari UPT
ULP kepada PPK. PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar penerbitan
SPPBJ. Setelah PPK menerima laporan pelaksanaan pengadaan dari UPT ULP,
PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar untuk menerbitkan Surat
Penetapan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ tersebut diserahkan kepada
penyedia yang menjadi pemenang untuk kemudian membuat jaminan
pelaksanaan, dalam waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja. Jika penyedia
tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut, maka penyedia tersebut digugurkan dan
calon cadangan pemenang kesatu sebagaimana tertera dalam laporan dari ULP
kemudian menjadi pemenang dengan keharusan membuat jaminan pelaksanaan.
Setelah penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan, PPK menyususn kontrak
sesuai dengan rancangan kontrak yang dimuat dalah dokumen pengadaan.
Spesifikasi teknis dan kuantitas pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis dan kuantitas dalam kontrak. Hal ini berdasarkan hasil
pemeriksaan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). PPHP merupakan panitia
yang personilnya diangkat oleh pengguna Anggaran (PA) yang bertugas
memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Pada umumnya PPHP ini berjumlah 3
(tiga) orang dengan personil berasal dari Bagian Aset pada Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Aset Daerah dan personil dari Dinas/Instansi bersangkutan. PPHP
bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran. PPHP menerima penyerahan
pekerjaan dari penyedia setelah seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
kontrak.
Selama pelaksanaan pekerjaan PPK melakukan monitoring, dengan
dibantu pihak lain, baik konsultan pengawas maupun pengawas pekerjaan yang
berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Sukabumi. Konsultan Pengawas
bertugas mengawasi dan memeriksa pekerjaan berdasarkan kewenangan
sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja dengan PPK, sementara Pengguna
Anggaran melalui PPK dapat juga menugaskan personil PNS dari Dinas pekerjaan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
103
Universitas Indonesia
Umum untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan untuk pekerjaan konstruksi.
Untuk Pengadaan barang, pengadaan jasa lainnya dan pengadaan konsultan
diawasi oleh PPK sendiri atau personil yang ditunjuk PPK dari internal
Dinas/Instansi pelaksana kegiatan. Setelah pekerjaan diperiksa oleh PPHP dan
dituangkan ke dalam Berita Acara penerimaan dan pemeriksaan pekerjaan, PPK
kemudian melaporkan hasil pengadaan kepada Pengguna Anggaran. Pelaporan
PPK dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis, disusun dalam laporan yang berisi
mengenai proses persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan, ditambah
dengan evaluasi mengenai kendala pekerjaan, serta masukan-masukan untuk
memperbaiki pekerjaan di masa yang akan datang
Pokja ULP menyerahkan salinan dokumen pelaksanaan pengadaan kepada
PPK dan menyimpan yang aslinya. Dokumen tersebut berupa dokumen
pengadaan, tahapan pelaksanaan pelelangan yang didownload dari SPSE,
dokumen penawaran peserta, Berita Acara Evaluasi, Berita Acara Hasil
Pelelangan, dan dokumen lainnya terkait proses pelelangan. PPK menyimpan dan
menjaga keutuhan dokumen pelaksanaan pengadaan tersebut sebagai dokumen
negara diantaranya termasuk dokumen kontrak, dokumen laporan pelaksanaan
pekerjaan dan dokumen hasil pengawasan konsultan pengawas.
4.5.3. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Bogor
4.5.3.1.Efisiensi :
Untuk paket pengadaan barang nilai HPS sebesar Rp 31.747.828.110,00
dengan nilai kontrak Rp 28.968.680.050,00 Hal itu berarti terjadi efisiensi
sebesar Rp 2.779.148.060,00 atau sebesar 8,75 % dari Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). Untuk paket pekerjaan konstruksi nilai HPS sebesar Rp 66.445.922.000,00
dengan nilai kontrak Rp 61.858.106.000,00. Hal itu berarti terjadi efisiensi Rp
4.587.816.000,00 dengan tingkat efisiensi sebesar 6,90 % dari Harga Perkiraan
Sendiri (HPS). Untuk paket pengadaan jasa lainnya nilai HPS sebesar Rp
883.182.974,00 dengan nilai kontrak Rp 874.504.212,00 dan efisiensi sebesar Rp
8.678.762,00 dengan tingkat efisiensi sebesar 0,98 % dari Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). Untuk paket pengadaan jasa konsultansi nilai HPS sebesar Rp
3.833.637.250,00 dengan nilai kontrak Rp 3.539.516.000,00. Hal ini berarti terjadi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
104
Universitas Indonesia
efisiensi sebesar Rp 294.121.250,00 dengan tingkat efisiensi 7,67 % dari Harga
Perkiraan Sendiri (HPS). Secara keseluruhan pengadaan yang dilaksanakan oleh
ULP Kota Bogor bernilai total Rp 102.910.570.334,00 dengan nilai kontrak Rp
95.240.806.262,00. Secara keseluruhan terjadi efisiensi senilai Rp
7.669.764.072,00 dengan tingkat efisiensi 7,45 % dari Harga Perkiraan Sendiri
(HPS).
Tabel 4.6. Efisiensi Pengadaan di Kota Bogor
N
O
JENIS
PENGADAAN
NILAI HPS
(Rp)
NILAI
KONTRAK (Rp)
EFISIENSI
(Rp)
EFISIENSI
(%)
1 Pengadaan
barang
Rp 31.747.828.110 Rp 28.968.680.050 Rp 2.779.148.060 8,75 %
2 Pekerjaan
konstruksi
Rp 66.445.922.000 Rp 61.858.106.000 Rp 4.587.816.000 6,90 %
3 Pengadaan Jasa
Konsultansi
Rp 3.833.637.250 Rp 3.539.516.000 Rp 294.121.250 7,67 %
4 Pengadaan Jasa
lainnya
Rp 883.182.974 Rp 874.504.212 Rp 8.678.762 0,98 %
Jumlah Rp 102.910.570.334 Rp 95.240.806.262 Rp 7.669.764.072 7,45 %
Sumber : ULP Kota Bogor
Sejumlah 24 (dua puluh empat) dari 134 (seratus tiga puluh empat) paket
pengadaan mengalami gagal lelang atau sekitar 17,91 persen dari jumlah paket
pengadaan secara keseluruhan. Paket yang gagal lelang tersebut harus dilelang
ulang sehingga memperlambat waktu pengadaan dan menyebabkan inefisiensi
waktu. Penyebab gagal lelang berdasarkan keterangan dari Kepala ULP Kota
Bogor diantaranya dalam paket pekerjaan konstruksi karena kekurangan peserta
yang mengajukan penawaran. Penyebab lain adalah penawaran peserta tidak
memenuhi syarat administrasi dan syarat teknis. Ada juga paket pengadaan yang
tidak diminati oleh peserta dengan tidak adanya peserta yang memasukan
penawaran. Penyebab lain terjadinya gagal lelang adalah karena banyaknya
pengawasan ketat dari instansi pengawas/pemeriksa, yang menyebabkan setiap
evaluasi dilakukan sesuai dengan dokumen pengadaan tanpa memberikan
kelonggaran meskipun sedikit kelonggaran sebenarnya dapat mencegah gagal
lelang dan menghasilkan pemenang dengan penawaran yang lebih efisien. Dalam
sebuah evaluasi mungkin saja ada penawaran yang tidak terlalu substansial
kesalahannya, artinya tidak mempengaruhi hasil pekerjaan, misalnya kekurangan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
105
Universitas Indonesia
dokumen administratif. Tetapi Pokja ULP yang melakukan evaluasi tidak mau
mengambil resiko dengan meluluskannya dan jika itu terjadi maka potensi gagal
lelang menjadi besar.
Paket pengadaan yang mengalami gagal lelang oleh ULP kemudian
dikembalikan ke PPK melalui surat tertulis untuk dilakukan pengkajian ulang.
Pengkajian ulang yang diusulkan ULP mengenai kemungkinan HPS atau
spesifikasinya yang tidak umum dan tidak dapat dilaksanakan penyedia. Penyebab
lain adalah kemampuan sumber daya manusia peserta/penyedia yang masih
kurang karena belum dapat memahami proses dan persyaratan dalam mengikuti
proses lelang secara elektronik, misal dalam melakukan upload dokumen
penawaran terjadi kegagalan, atau dokumen yang di-upload tidak lengkap, dan
tidak memenuhi syarat teknis. Jika terjadi gagal maka dilakukan lelang dengan
terlebih dahulu meminta konfirmasi tertulis dari PPK untuk melelang ulang paket
pengadaan tersebut. Jumlah paket pengadaan melalui metode lelang yang
mengalami gagal lelang sekitar 15 paket pengadaan.
4.5.3.2. Efektifitas
Dalam pemenuhan prinsip efektivitas, dengan indikator operasional
pemenuhan hasil atas target yang direncanakan dengan mengukur kuantitas dan
spesifikasi teknis hasil pekerjaan dengan kuantitas dan spesifikasi teknis yang
direncanakan oleh PPK, hasilnya dari semua paket pengadaan yang diproses
melalui pelelangan memenuhi standar minimal dalam hal spesifikasi teknis
pekerjaan dan kuantitas yang ditetapkan.
Dalam hal kesesuaian antara paket pengadaan yang dilaksanakan dengan
dokumen perencanaan, paket-paket pengadaan yang dilaksanakan pada umumnya
merupakan prioritas kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana Umum
Pengadaan (RUP), Rencana Strategis (RENSTRA) tingkat Kota, Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) Tahun Anggaran 2011 dan Rencana Strategis (RENSTRA)
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
106
Universitas Indonesia
4.5.3.3. Prinsip Transparansi
Prinsip Transparansi menitikberatkan pada terdapatnya aturan yang jelas
dan dapat diakses. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang dilakukan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dengan mendasarkan penentuan harga
pada harga pasar setempat, harga yang tertera dalam Standar Biaya Tertinggi,
harga yang dikeluarkan oleh distributor dan berdasarkan kontrak sejenis baik pada
tahun 2011 maupun pada tahun sebelumnya. Besaran total HPS ini diumumkan
dalam pelaksanaan pengadaan dan PPK secara terbuka memberitahukan kepada
Pokja ULP mengenai dasar penyusunan HPS tersebut. Penentuan HPS untuk
pengadaan barang dilakukan monitoring langsung ke toko, reseller atau melalui
media internet. Untuk pekerjaan konstruksi menggunakan harga perkiraan dari
konsultan perencana dengan memperhitungkan harga dari produsen misalnya
penggunaan beton precast, hotmix. Penentuan harga jasa konsultansi
menggunakan harga pasar yang diperoleh dari asosiasi INKINDO, Kely's
consulting dengan mempertimbangkan Standar Biaya (SB) Kepala Daerah.
Dalam pelaksanaannya harga sebagaimana tertera dalam Standar Satuan
Harga tertinggi yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bogor ternyata jauh
lebih murah daripada harga standar yang ditetapkan Inkindo dan PPK
kebanyakan mempergunakan Harga dari Standar Harga Walikota tersebut yang
membuat konsultan tidak berminat mengikuti pengadaan jasa konsultansi yang
dilakukan oleh ULP Kota Bogor karena harganya terlalu murah. PPK
mempergunakan standar harga yang ditetapkan Peraturan Walikota dan tidak
mempergunakan standar harga Inkindo atas pertimbangan karena dalam
pemeriksaan Inspektorat Kota Bogor menjadikan Standar Biaya Walikota tersebut
sebagai patokan.
Dalam hal transparansi penyusunan dokumen pengadaan, Pokja ULP
harus menyusun dokumen pengadaan yang menjadi patokan/acuan/aturan main
proses pengadaan. Dokumen ini disusun oleh Pokja ULP berdasarkan Standar
Dokumen Pengadaan sebagaimana dikeluarkan oleh LKPP melalui Peraturan
Kepala LKPP. Standar Dokumen tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan
dengan paket pengadaan yang ditangani dengan memasukan ketentuan-ketentuan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
107
Universitas Indonesia
yang menjadi aturan main proses pengadaan. Dokumen pengadaan yang sudah
lengkap kemudian di -upload ke sistem pengadaan hingga dapat diakses oleh
calon peserta pengadaan yang terdaftar di LPSE tanpa batasan wilayah.
Mekanisme dan ketentuan penyusunan dokumen pengadaan ini ditaati oleh Pokja
ULP Kota Bogor dalam setiap paket pengadaan yang dilakukan.
Dalam hal transparansi dalam pengumuman adanya addendum dokumen
pengadaan, addendum dokumen pengadaan dapat disusun jika ada ketentuan baru
dalam aturan main pengadaan yang dapat berpengaruh terhadap spesifikasi teknis
dan persyaratan peserta. Adendum juga dapat memuat ketentuan baru yang timbul
dengan adanya acara penjelasan pekerjaan. Adanya perubahan ketentuan tersebut
harus dapat diketahui oleh semua peserta sehingga wajib diberitahukan melalui
sistem. Pokja ULP Kota Bogor mentaati ketentuan tersebut dengan
memberitahukan kepada peserta melalui SPSE.
Dalam hal transparansi penyusunan jadwal pengadaan, jadwal tahapan
pengadaan diinformasikan secara adil dengan diumumkan dalam sistem. Jika ada
perubahan jadwal maka pokja ULP wajib mengisi alasan perubahan. Ketentuan ini
ditaati dengan baik oleh Pokja ULP Kota Bogor dengan menyusun jadwal dalam
SPSE dan setiap perubahan jadwal kemudian disertai alasan. SPSE juga
memfasilitasi transparansi ini karena sistem tidak akan berjalan jika terdapat
kesalahan dalam penyusunan jadwal serta sistem pun tidak akan berjalan jika
perubahan jadwal tidak disertai dengan alasan perubahan tersebut.
Dalam hal transparansi dalam data black list penyedia dan adanya forum
pengadaan, Pokja ULP kota Bogor mengakses website LKPP untuk mencari
informasi mengenai data perusahaan atau perorangan yang terkena black list.
Ketika ada sosialisasi dari LKPP mengenai versi SPSE, Ketua ULP Kota Bogor
pernah menyarankan agar perusahaan dan atau perorangan yang terkena black list
sebagai penyedia barang/jasa pemerintah langsung ditolak oleh sistem sehingga
mempermudah Pokja ULP dan meningkatkan akuntabilitas pengadaan. Ketua
ULP Kota Bogor juga menyarankan sisa kemampuan paket perusahaan dibatasi
secara otomatis oleh sistem sehingga ketelitian dalam pelelangan dapat lebih baik.
Pokja ULP memfasilitasi sanggah dengan memberi kesempatan kepada
peserta pengadaan untuk menyampaikan sanggahan baik melalui SPSE maupun
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
108
Universitas Indonesia
secara offline kepada Pokja ULP. Jika disampaikan secara offline oleh peserta
maka peserta harus memberitahukan kepada Pokja ULP melalui SPSE. Pokja
ULP kemudain menjawab sanggah tersebut melalui SPSE. Sementara sanggah
banding dilakukan secara offline. Peserta yang tidak puas dengan jawaban
sanggah dari Pokja ULP dapat menyampaikan sanggahan banding secara kepada
Walikota Bogor dengan menyampaikan tembusan kepada Pokja ULP.
4.5.3.4. Prinsip Terbuka
Keterbukaan dalam persyaratan peserta pengadaan mengharuskan
persyaratan peserta baik persyaratan kualifikasi, administrasi, teknis dan harga
tidak boleh membatasi keikutsertaan peserta yang berasal dari luar daerah,
sehingga dapat menimbulkan persaingan yang sehat untuk mendapatkan harga
yang paling efisien. Pokja ULP Kota Bogor menaati ketentuan ini karena Pokja
ULP mengumumkan setiap paket pengadaan melalui SPSE, yang dapat diakses
oleh siapapun tanpa batasan wilayah.
Rencana Umum Pengadaan(RUP) disusun oleh Pengguna Anggaran pada
masing-masing SKPD bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pengadaan barang/jasa yang akan dilakukan oleh SKPD tersebut dalam
tahun anggaran berjalan, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dan menjamin bahwa pengadaan yang akan
dilakukan bersifat terbuka untuk mendapatkan barang/jasa yang paling efisien
dengan persaingan sehat. Semua SKPD mengumumkan RUP pada Bulan Januari
dan Pebruari, dengan beberapa revisi dalam perjalanannya.
Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010
Pokja ULP harus menayangkan pengumuman pengadaan minimal di website
resmi pemerintah/SKPD, di portal pengadaan nasional dan melalui papan
pengumuman setempat. Pokja ULP Kota Bogor hanya menayangkan setiap
pengumuman pengadaan pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik, sementara
pengumuman di website resmi pemerintah daerah dan di papan pengumuman
tidak dilakukan, hal ini karena keterbatasan waktu personil Pokja ULP yang harus
bekerja di dua tempat, di SKPD masing-masing pada pagi hari dan di ULP pada
siang hingga sore hari.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
109
Universitas Indonesia
4.5.3.5. Prinsip Bersaing
Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan secara bersaing dengan
sehat guna memperoleh harga yang paling efisien dengan tetap memperhatikan
pemenuhan akan spesifikasi teknis dan persyaratan administrasi. Jika terdapat
tekanan atau intervensi kepada PPK dan Pokja ULP maka hal tersebut dapat
menimbulkan adanya persaingan tidak sehat sehingga harga yang diperoleh dalam
hasil pengadaan pun bukan harga yang paling efisien karena adanya tekanan dapat
menyebabkan pemenang yang dipesan tidak menawarkan barang/jasa dengan
harga yang paling efisien. Ketua ULP Kota Bogor mengakui keinginan pihak
tertentu untuk memenangkan peserta tertentu dalam pelaksanaan pelelangan
hampir umum semua ada. ULP sudah menyampaikan hal tersebut ke SKPD
karena biasanya SKPD yang punya beban seperti itu. Meski SKPD punya
keinginan seperti itu tetapi jangan sampai melakukan intervensi ke ULP. Siapapun
yang menang adalah mutlak wewenang Pokja ULP berdasarkan dokumen
penawaran yang masuk.
PPK di sebuah SKPD di Pemerintah Kota Bogor mengatakan bahwa
setelah mempergunakan SPSE ini jauh sangat membantu dalam hal menciptakan
persaingan sehat. Tidak ada orang yang dapat menjamin siapapun yang mereka
rekomendasikan bisa menang sesuai dengan harapan mereka. Karena di SPSE
semuanya transparan maka jika ada menitipkan peserta untuk dimenangkan
sistemnya sudah tidak lagi bisa di intervensi. Salah seorang anggota Pokja ULP
berpendapat bahwa kalau sampai intervensi memang tidak ada, tapi biasanya
memang suka ada titipan dari SKPD tetapi hal itu tidak mempengaruhi kinerja
ULP. Pokja ULP menentukan pemenang berdasarkan dokumen yang ada, jika
dokumennya memenuhi syarat maka dialah yang menang.
4.5.3.6. Penerapan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif
Persyaratan keikutsertaan penyedia dalam pelelangan tidak boleh
diskriminatif. Persyaratan peserta meliputi persyaratan kualifikasi dan persyaratan
administratif serta persyaratan teknis dokumen penawaran. Persyaratan tersebut
tidak boleh mengarah ke satu penyedia tertentu hingga penyedia tersebut
diuntungkan dan mengurangi terjadinya persaingan yang sehat. Pokja ULP dan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
110
Universitas Indonesia
PPK menetapkan persyaratan kualifikasi peserta sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 04/prt/m/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
Persyaratan administrasi peserta pengadaan disusun Pokja ULP berdasarkan
ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala
LKPP Nomor 5 Tahun 2011 tentang Standard Bidding Document.
Pokja ULP harus bersikap adil/tidak diskriminatif dalam pemberian
penjelasan pekerjaan (aanwidjing). Penjelasan Pekerjaan (aanwidjing)
merupakan salah satu prosedur yang dilalui dalam pelelangan. Dalam acara ini
peserta dapat meminta penjelasan dari Pokja ULP jika ada ketentuan atau syarat,
baik syarat kualifikasi, syarat administrasi maupun syarat teknis pengadaan. Acara
ini dilakukan secara online tanpa tatap muka. Pada jadwal yang telah ditentukan
SPSE memfasilitasi terjadinya dialog secara online antara peserta dengan Pokja
ULP. Jika dalam acara ini terdapat ketentuan yang penting dan substansial yang
mempengaruhi pelelangan dan tidak dimuat dalam dokumen pengadaan, maka
Pokja ULP menyususn dan mengupload addendum dokumen pengadaan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja ULP
memberitahukan adanya ketentuan baru dalam addendum ini kepada peserta
pengadaan melalui SPSE. Acara penjelasan pekerjaan secara online ini merupakan
satu-satunya media yang menjembatani peserta dan Pokja ULP untuk
berkomunikasi mengenai ketentuan pelelangan. Pokja ULP tidak memberikan
informasi lainnya kepada peserta baik secara pribadi maupun secara institusi
sampai dilakukannya klarifikasi administrasi, teknis dan harga. Pokja ULP juga
melibatkan PPK dalam pelaksanaan aanwidjing ini. Mengingat kesibukannya
PPK memang tidak selalu datang secara langsung tetapi biasanya ada staf yang
diutus. Jika tidak bisa maka Pokja ULP menghubungi PPK melalui telepon
mengenai substansi pertanyaannya. Jika ada perubahan, atau pertanyaannya
merubah dokumen pengadaan maka Pokja ULP minta PPK menyampaikan
jawaban tertulis sebagai dasar perubahan dokumen pengadaan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
111
Universitas Indonesia
Spesifikasi teknis yang disusun PPK tidak boleh bersifat diskriminatif.
Spesifikasi teknis merupakan ketentuan tentang kuantitas, dimensi dan
persyaratan bahan dari barang/jasa yang diinginkan oleh PPK. Spesifikasi teknis
ini ditetapkan oleh PPK yang kemudian dijadikan dasar bagi Pokja ULP sebagai
standar barang/jasa yang diminta kepada peserta pengadaan. Spesifikasi teknis ini
ditetapkan dalam Rencana Umum Pengadaan dan Rencana Pelaksanaan
Pengadaan. Spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh PPK dalam pengadaan barang
dan pengadaan jasa lainnya didasarkan pada hasil pengkajian pihak SKPD pemilik
pekerjaan bekerja sama dengan SKPD lainnya. Untuk pekerjaan konstruksi
spesifikasi teknis disusun berdasarkan dokumen perencanaan Detail Enginering
Design (DED) yang disusun oleh konsultan perencana. Dalam dokumen hasil
perencaan konsultan perencana yang kemudian ditetapkan PPK sebagai
spesifikasi teknis jika harus menyebut merk karena memang sulit menjelaskan
kualitanya maka ditulis dengan setara barang tersebut. Misalnya kalau kloset merk
TOTO, maka harus ditulis setara TOTO.
Untuk pengadaan jasa konsultansi spesifikasi teknis disusun berdasarkan
hasil kajian SKPD pemilik pekerjaan dengan SKPD lainya yang sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan misalnya dengan Dinas PU Bina Marga dan Sumber
Daya Air, dengan Dinas Pengawasan Perumahan dan Pemukiman, serta dengan
Bappeda. Pokja ULP juga berperan dalam penentuan spesifikasi teknis, khususnya
jika ada spesifikasi teknis yang tidak jelas atau mengarah dan dapat
menguntungkan peserta tertentu maka Pokja ULP melakukan pengkajian ulang
bersama PPK. Pokja ULP kemudian dapat meminta PPK untuk merevisinya dan
jika terjadi pertentangan antara PPK dengan Pokja ULP yang tidak dapat
diselesaikan maka hal tersebut disampaikan kepada Pengguna Anggaran untuk
memutuskan. Keputusan Pengguna Anggaran bersifat final dan mengikat, serta
oleh Pokja ULP kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan dokumen
pengadaan.
4.5.3.7. Prinsip Akuntabel
Prinsip akuntabel pada dasarnya mengukur ketaatan para pihak yang
terkait dalam proses pengadaan terhadap ketentuan pengadaan sebagaiman
terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Pengguna Anggaran
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
112
Universitas Indonesia
menetapkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang berisikan pemaketan, cara
pengadaan, pengorganisasian dan Kerangka Acuan Kerja paket pengadaan dan
PPK dalam menetapkan Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi
teknis, HPS dan rancangan Kontrak ditetapkan oleh PPK. Dalam proses
pelelangan, ULP Kota Bogor juga cukup tegas bahwa jika PPK tidak
menyampaikan ketiga dokumen tersebut maka ULP tidak dapat memulai lelang
karena itu menjadi acuan penyusunan dokumen pengadaan. Bagi PPK yang
menyampaikan spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak untuk paket
pengadaan yang dilakukan, Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK
untuk dianalisis apakah dokumen-dokumen dimaksud sudah sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Jika belum lengkap
dan belum sesuai maka Pokja ULP meminta PPK untuk merevisi dan jika PPK
tidak sepakat maka Pokja ULP mengirim Surat pemberitahuan kepada Pengguna
Anggaran untuk menyelesaikan pertentangan dimaksud. Secara umum PPK telah
memperhitungkan margin keuntungan peserta dalam HPS yang disusun dan acuan
penyusunannya telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 yaitu Harga dasar setempat berdasarkan info harga BPS, harga
distributor, harga perhitungan konsultan dan harga kontrak sejenis.
Semua pihak yang terlibat dalam pengadaan wajib menandatangani pakta
Integritas. Pakta integritas dibuat untuk memastikan adanya komitmen
melaksanakan pengadaan secara transparan dan akuntabel. SPSE telah
memfasilitasi penandatanganan Pakta Integritas ini dengan mewajibkan Pokja
ULP dan Peserta Pengadaan menyetujui form Pakta Integritas dalam Sistem
Pengadaan Secara Elektronik, dan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan
Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering, hal tersebut
sah secara hukum. Sementara itu PPK menndatangani Pakta Integritas dalam
Kontrak yang dibuat.
Pokja ULP Kota Bogor saat ini berjumlah 17 (tujuh belas) orang termasuk
Ketua ULP. Semua personil bersertifikasi sebagai ahli pengadaandan bekerja
secara part time di ULP. Dalam proses pelelangan, Pokja ULP menyusun dan
menetapkan metode pemilihan. Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
113
Universitas Indonesia
dan pengadaan jasa lainnya, pengadaan diatas 200 (dua ratus) juta rupiah
pelelangan dilaksanakan dengan metode pelelangan umum sedangkan untuk
pekerjaan yang bernilai antara 100 (seratus) juta sampai 200 (dua ratus juta)
dilakukan dengan metode pelelangan sederhana. Untuk pengadaan jasa
konsultansi, dilakukan dengan metode seleksi. Pengadaan jasa konsultansi diatas
100 (seratus) juta dilakukan dengan seleksi umum sedangkan untuk pengadaan
bernilai antara 50 (lima puluh) juta hingga 100 (seratus) juta dilakukan dengan
metode seleksi sederhana. Pokja ULP juga menyusun dan menetapkan jadwal
pelaksanaan pemilihan dan setelah itu Pokja ULP menyusun dan menetapkan
dokumen pengadaan. Dokumen pengadaan disusun berdasarkan Standard Bidding
Document (SBD) yang diterbitkan oleh Kepala LKPP melalui Peraturan Kepala
LKPP Nomor 2 tahun 2011 tentang Standard Bidding Document (SBD).
Besaran Jaminan Penawaran ditetapkan Pokja ULP. Besarannya antara 1
(satu) persen hingga 3 (tiga) persen dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Jaminan
Penawaran ini dibuat sebagai jaminan keikutsertaan peserta hingga tuntasnya
proses pengadaan. Pokja ULP kemudian melakukan klarifikasi keabsahan jaminan
penawaran kepada penerbit jaminan. Hal yang diklarifikasi adalah besarnya
jaminan, waktu jaminan, dan cara pencairan jaminan yang harus tanpa syarat.
Konfirmasi Jaminan Penawaran tersebut dilakukan secara tertulis baik melalui
surat maupun melalui email. Pokja ULP Kota Bogor melaksanakan hal itu.
Penerbit jaminan merespon secara umum tidak dengan cepat yang kemudian hal
tersebut menjadi kendala pelaksanaan lelang. Respon dari penerbit jaminan yang
tidak cepat tersebut menyebabkan pokja ULP harus menunggu dan merubah
jadwal evaluasi karena pokja harus menunggu hasil konfirmasi keabsahan
dokumen jaminan penawaran tersebut.
Dalam hal pengembalian jaminan penawaran, belum dapat dilakukan
pengembalian ke penyedia. ULP Kota Bogor mengarsipkan. Memang secara
aturan harus dikembalikan, yang kalah juga dipersilakan mengambil tetapi
mungkin karena dari asuransi sepertinya tidak terlalu penting buat penyedia.
Penilaian kualifikasi dan evaluasi Pokja ULP yang dilakukan oleh pokja
ULP sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Pokja
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
114
Universitas Indonesia
ULP tidak merubah ketentuan apapun dalam dokumen pengadaan dan dijadikan
patokan untuk melakukan evaluasi.
Dalam hal penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) dan
pelaporan kepada PPK, setelah dilakukan evaluasi dan menghasilkan calon
pemenang dan cadangan, Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP.
BAHP tersebut diumumkan melalui SPSE. BAHP tersebut menjadi lampiran dari
laporan dari ULP kepada PPK. PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar
penerbitan SPPBJ. Setelah PPK menerima laporan pelaksanaan pengadaan dari
ULP, PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar untuk menerbitkan Surat
Penetapan Penyadia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ tersebut diserahkan kepada
penyedia yang menjadi pemenang untuk kemudian membuat jaminan
pelaksanaan, dalam waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja. Jika penyedia
tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut, maka penyedia tersebut digugurkan dan
calon cadangan pemenang kesatu sebagaimana tertera dalam laporan dari ULP
kemudian menjadi pemenang dengan keharusan membuat jaminan pelaksanaan.
Jaminan pelaksanaan yang dipergunakan adalah jaminan pelaksanaan yang
diterbitkan bank. Biasanya penyedia membuatnya lebih cepat dari jadwal. Setelah
penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan, PPK menyusun kontrak sesuai
dengan rancangan kontrak yang dimuat dalah dokumen pengadaan. Secara umum
PPK tidak melakukan konfirmasi keabsahan jaminan pelaksanaan kepada penerbit
jaminan tersebut untuk memastikan bahwa jaminan pelaksanaan yang diberikan
tersebut valid dan dapat diklaim jika di kemudian hari penyedia cedera janji
(wanprestasi), hal ini menurut PPK karena jaminan tersebut diterbitkan oleh bank
dan PPK sudah cukup sering melihat hal tersebut serta selama ini tidak pernah
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka PPK percaya kalau jaminan
pelaksanaan tidak bisa dimainkan.
Spesifikasi teknis dan kuantitas pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis dan kuantitas dalam kontrak. Hal ini berdasarkan hasil
pemeriksaan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). PPHP merupakan panitia
yang personilnya diangkat oleh Pengguna Anggaran (PA) yang bertugas
memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. PPHP menerima penyerahan pekerjaan
dari penyedia Barang/jasa setelah seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
115
Universitas Indonesia
kontrak. Dalam pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan pekerjaan PPK
melakukan monitoring dengan dibantu pihak konsultan pengawas. Selain
menggunakan konsultan pengawas PPK juga mendapat bantuan tenaga teknis
yang bertugas memonitor pekerjaan. PPK meminta konsultan pengawas dan
tenaga teknis dinas untuk melakukan pertemuan teknis setiap 2 (dua) minggu. Jika
sudah mendekati akhir maka rapat dilakukan tiap satu minggu. PPK juga
meminta konsultan pengawas dalam setiap rapat pelaksanaan bahwa kontraktor
harus membuat perencanaan mengenai apa saja yang akan dilakukan dalam 2
(dua) minggu ke depan. Konsultan Pengawas bertugas mengawasi dan memeriksa
pekerjaan berdasarkan kewenangan sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja
dengan PPK, sementara Pengguna Anggaran melalui PPK dapat juga
menugaskan personil PNS dari SKPD terkait untuk mengawasi pelaksanaan
pekerjaan untuk pekerjaan konstruksi. Untuk Pengadaan barang, pengadaan jasa
lainnya dan pengadaan konsultan diawasi oleh PPK sendiri atau personil yang
ditunjuk PPK dari internal Dinas/Instansi pelaksana kegiatan. Setelah pekerjaan
diperiksa oleh PPHP dan dituangkan ke dalam Berita Acara Penerimaan dan
Pemeriksaan Pekerjaan, PPK kemudian melaporkan hasil pengadaan kepada
Pengguna Anggaran.
Pokja ULP menyerahkan salinan dokumen pelaksanaan pelelangan kepada
PPK dan menyimpan yang aslinya. Dokumen tersebut berupa dokumen
pengadaan, tahapan pelaksanaan pelelangan yang didownload dari SPSE,
dokumen penawaran peserta, Berita Acara Evaluasi, Berita Acara Hasil
Pelelangan, dan dokumen lainnya terkait proses pelelangan. PPK menyimpan dan
menjaga keutuhan dokumen pelaksanaan pengadaan tersebut sebagai dokumen
negara diantaranya termasuk dokumen kontrak, dokumen laporan pelaksanaan
pekerjaan dan dokumen hasil pengawasan konsultan pengawas. Dalam hal
pelaporan hasil pekerjaan dari PPK ke pengguna Anggaran seharusnya ada
laporan resmi dari PPK kepada Pengguna Anggaran, karena secara struktural
Walikota itu harus menerimanya dari Pengguna Anggaran, tetapi saat ini Bagian
pengendalian program belum sampai pada tahapan tersebut. Mekanisme yang
sekarang dilakukan setiap penyedia melakukan tagihan, Pengguna Anggaran
menandatangani berita acara kemajuan pekerjaan dan berita acara serah terima.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
116
Universitas Indonesia
Kemudian pada akhir tahun, masing-masing paket pekerjaan membuat
rekapitulasi. Rekapitulasi tersebut ditandatangani Pejabat PelaksanaTeknis
Kegiatan (PPTK), PPK dan Pengguna Anggaran yang kemudian maka
ditandatangani Walikota Bogor sebagai simbol bahwa pekerjaan sudah
dikembalikan.
4.6. Perbandingan Penerapan Prinsip-Prinsip Pengadaan di Kota
Sukabumi, Kota Bogor dan di LKPP
Dalam membandingkan penerapan prinsip-prinsip pengadaan di ketiga
lokasi penelitian, peneliti mempergunakan analisis data kuantitatif. Untuk variabel
efisiensi penghitungan berdasarkan data sekunder dengan membandingkan biaya
dan waktu yang direncanakan dengan biaya dan waktu hasil pengadaan sehingga
diperoleh selisih. Selisih tersebut kemudian dibandingkan dengan biaya dan waktu
yang direncanakan untuk mendapatkan prosentase efisiensi. Untuk variabel
efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel,
pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data primer untuk mengetahui
penerapan prinsip-prinsip pengadaan di masing-masing lokasi penelitian
berdasarkan indikator operasional masing-masing variabel. Dalam penelitian ini,
jawaban setiap responden terhadap suatu indikator variabel dijumlahkan dan
dibagi dengan jumlah responden. Jika dalam satu variabel operasional terdapat
lebih dari satu indikator, hasil perhitungan setiap indikator tersebut kemudian
dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah indikator variabel dalam variabel
operasional tersebut sehingga akan menghasilkan skor variabel operasional.
Perhitungan jarak interval untuk indikator variabel dilakukan mempergunakan
rumus sebagaimana tertulis dalam rumus (3.1).
Untuk Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor dengan
jumlah sampel penelitian masing-masing sebanyak 8 (delapan) paket pengadaan
penilaian tidak sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator variabel operasional
skor dari responden berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 4, sedangkan
penilaian sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator operasional skor dari
responden berada dalam rentang angka 4,1 sampai dengan 8.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
117
Universitas Indonesia
Untuk Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 6 (enam) paket pengadaan penilaian
tidak sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator variabel operasional skor dari
responden berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 3, sedangkan penilaian
sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator operasional skor dari responden
berada dalam rentang angka 3,1 sampai dengan 6. Adanya perbedaan skor ideal
dan perhitungan interval karena perbedaan jumlah paket pengadaan yang
dijadikan sampel penelitian. Di Kota Sukabumi dan Kota Bogor sampel diambil
masing-masing 2 (dua) paket pengadaan untuk setiap jenis pengadaan (pengadaan
barang, pekerjaan konstruksi, pengadaan jasa lain dan pengadaan jasa konsultansi)
sehingga diperoleh 8 (delapan) sampel. Sementara itu di LKPP karena tidak ada
paket pekerjaan konstruksi, maka hanya diambil 6 (enam) paket pengadaan yang
dijadikan sampel penelitian.
Tabel 4.7. Interval Indikator Variabel Operasional
No Lokasi Interval Keterangan
Tidak Sesuai Sesuai
1 Kota Sukabumi 0 s.d 4,0 4,1 s.d 8 Jumlah Sampel 8
2 Kota Bogor 0 s.d 4,0 4,1 s.d 8 Jumlah Sampel 8
3 LKPP 0 s.d 3,0 3,1 s.d 6 Jumlah Sampel 6
Untuk mendapatkan skor masing-masing variabel dilakukan dengan
menjumlahkan skor setiap variabel operasional kemudian dibagi dengan jumlah
variabel operasional dengan rumus dilakukan mempergunakan rumus
sebagaimana tertulis dalam rumus (3.2). Skor variabel tersebut kemudian dibagi
dengan skor ideal variabel dan kemudian dikalikan 100 % untuk mendapatkan
prosentasenya. Prosentase tersebut menunjukan tingkat penerapan variabel dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Perhitungan dilakukan mempergunakan
rumus sebagaimana tertulis dalam rumus (3.3).
4.6.1. Prinsip Efisiensi
Dalam hal efisiensi hasil pengadaan, Kota Sukabumi dapat melakukan
efisiensi sebesar 14,46 % dari HPS, LKPP dapat melakukan efisiensi sebesar
15,72 % dan Kota Bogor dapat menghemat sebesar 7,45 %. Dalam hal waktu
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
118
Universitas Indonesia
pelaksanaan kegiatan pelelangan, Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP
mengalami masalah keterlambatan karena ada beberapa paket pengadaan yang
mengalami gagal lelang sehingga harus dilakukan lelang ulang. Perbandingan
dalam penerapan prinsip efisiensi ini selengkapnya dapat dilihat dalam tabel
dibawah:
Tabel 4.8. Perbandingan Efisiensi
DefinisiOperasional
PERBANDINGANKota Sukabumi Kota Bogor LKPP
Biaya Efisiensi 14,46 % Efisiensi 7,45 % Efisiensi 15,72 %WaktuPelaksanaan
23,3 % paket mengalamiketerlambatan waktukarena gagal lelang
17,91 % paketmengalamiketerlambatan karenagagal lelang
29 % paketmengalamiketerlambatan karenagagal lelang
Sumber data : UPT ULP Kota Sukabumi, ULP Kota Bogor dan ULP LKPP (telah diolah kembali)
4.6.2. Prinsip Efektif
Dalam penerapan prinsip efektif dengan membandingkan spesifikasi teknis
dan kuantitas yang direncanakan dengan hasil pelelangan, survei menunjukan
bahwa di semua lokasi penelitian hasil pengadaan dapat memenuhi spesifikasi
teknis dan kuantitas sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pengadaan yang ditetapkan PPK.
Tabel 4.9. Perbandingan Efektifitas
Definisi
Operasional
PERBANDINGAN
Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP
Kuantitas danspesifikasiteknis
Skor 8, SesuaiMemenuhi spesifikasidan kuantitas minimal
Skor 7,5, SesuaiMemenuhi spesifikasidan kuantitas minimal
Skor 6, SesuaiMemenuhi spesifikasidan kuantitas minimal
PerencanaanPengadaan
Skor 7, SesuaiPaket pengadaanmerupakan prioritassebagaimana tertuangdalam dokumenperencanaan
Skor 8, SesuaiPaket pengadaanmerupakan prioritassebagaimana tertuangdalam dokumenperencanaan
Skor 6, SesuaiPaket pengadaanmerupakan prioritassebagaimana tertuangdalam dokumenperencanaan
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
4.6.3. Prinsip Transparan
Penerapan prinsip transparan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa
pemerintah di Pemerintah Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP telah sesuai
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
119
Universitas Indonesia
dengan ketentuan. Perbandingan penerapan prinsip transparansi secara lengkap
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.10. Perbandingan Prinsip Transparan
DefinisiOperasional
PERBANDINGANKota Sukabumi Kota Bogor LKPP
PenyusunanHPS
Skor 8, SesuaiDisusun berdasarkanharga setempat denganmempertimbangkanStandar Satuan hargayang ditetapkan Perwal,survey pasar, kontraksejenis, hargadistributor, jukniskegiatan,dan konsultanperencana
Skor 8, SesuaiUntuk pengadaan barangdan jasa lainnya disusunberdasarkan hargasetempat, survey ke toko,ke reseller, atau melaluimedia internet.Untuk konstruksiberdasarkan harga dariKonsultan perencanaUntuk jasa konsultansiberdasarkan Standar Biayayang ditetapkan walikota
Skor 6, SesuaiPatokan harga pasar,dengan survey kelapangan dan melaluimedia internet. Untukkonsultanberdasarkan StandarBiaya Umum yangdikeluarkan menterikeuangan dan jugaberdasarkan kontraksejenis.
Ketentuandalamdokumenpengadaan
Skor 8, SesuaiDokuman pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangSBD
Skor 8, SesuaiDokuman pengadaandisusun berdasarkan PerkaLKPP tentang SBD
Skor 6, SesuaiDokuman pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangSBD
Pengumumanaddendumdokumenpengadaan
Skor 8, SesuaiJika ada addendumdokumen pengadaanmaka diinformasikanmelalui SPSE
Skor 8, SesuaiJika ada addendumdokumen pengadaan makadiinformasikan melaluiSPSE
Skor 6, SesuaiJika ada addendumdokumen pengadaanmaka diinformasikanmelalui SPSE
Jadwal Skor 8, SesuaiJadwal diinformasikansecara adil dan jika adaperubahan makadisertakan alasanperubahannya
Skor 8, SesuaiJadwal diinformasikansecara adil dan jika adaperubahan maka disertakanalasan perubahannya
Skor 6, SesuaiJadwaldiinformasikan secaraadil dan jika adaperubahan makadisertakan alasanperubahannya
Dataintegritas
Skor 8, SesuaiData blacklist di websiteLKPP
Skor 8, SesuaiData blacklist di websiteLKPP
Skor 6, SesuaiData blacklist diwebsite LKPP
Sanggahan Skor 8, SesuaiPokja ULP memfasilitasisanggah melalui SPSEdan secara offline. Jikadisampaikan secaraoffline makapenyanggah wajibmemberitahu PokjaULP. Sanggah bandingdilakukan secara offline
Skor 8, SesuaiPokja ULP memfasilitasisanggah melalui SPSE dansecara offline. Jikadisampaikan secara offlinemaka penyanggah wajibmemberitahu Pokja ULP.Sanggah bandingdilakukan secara offline
Skor 6, SesuaiPokja ULPmemfasilitasisanggah melaluiSPSE dan secaraoffline. Jikadisampaikan secaraoffline makapenyanggah wajibmemberitahu PokjaULP. Sanggahbanding dilakukansecara offline
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
120
Universitas Indonesia
4.6.4. Prinsip Terbuka
Dalam penerapan prinsip terbuka ditemukan beberapa perbedaan dalam
pengadaan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota
Bogor dan LKPP sebagai berikut :
Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP)
Di Kota Sukabumi belum seluruh SKPD mengumumkan seluruh paket
pengadaan tetapi hanya terbatas pada paket yang dilelangkan saja. Di
Kota Bogor seluruh SKPD mengumumkan RUP untuk seluruh paket
pengadaan pada Bulan Januari/Pebruari. Di LKPP RUP diumumkan
oleh seluruh deputi pada bulan Nopember tahun sebelumnya difasilitasi
oleh ULP dan meliputi seluruh paket pengadaan baik yang dilakukan
dengan pelelangan maupun yang dilakukan dengan pengadaan
langsung.
Pengumuman pengadaan
Di Kota Sukabumi pengumuman lelang dilakukan melalui website
Pemerintah daerah, SPSE/portal pengadaan nasional dan papan
pengumuman. Sedangkan untuk Kota Bogor dan LKPP dilakukan
melalui SPSE/portal pengadaan nasional tetapi tidak semua paket
diumumkan melalui papan pengumuman resmi.
Penerapan prinsip pengadaan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.11. Perbandingan Prinsip Terbuka
Definisi
Operasional
PERBANDINGAN
Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP
Persyaratanpeserta
Skor 8, SesuaiPersyaratan pesertadiumumkan lewat SPSEdan tidak membatasikeikutsertaan peserta luardaerah
Skor 8, SesuaiPersyaratan pesertadiumumkan lewat SPSEdan tidak membatasikeikutsertaan peserta luardaerah
Skor 6, SesuaiPersyaratan pesertadiumumkan lewat SPSEdan tidak membatasikeikutsertaan pesertaluar daerah
PengumumanRencanaUmumPengadaan(RUP)
Skor 6, SesuaiPengumuman di websitepemerintah KotaSukabumi, tetapi belumseluruh SKPDmelaksanakan dan belummencakup semua paketpengadaan
Skor 8, SesuaiSeluruh SKPDmengumumkan RUPuntuk seluruh paketpengadaan diJanuari/Pebruari
Skor 6, SesuaiRUP diumumkan olehseluruh deputi padabulan Nopember tahunsebelumnya difasilastioleh ULP. RUP meliputiseluruh paket pengadaan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
121
Universitas Indonesia
(Sambungan Tabel 4.11)
PengumumanPengadaan
Skor 8, SesuaiPengumuman dilakukansecara terbuka melaluiSPSE, website Pemdadan papan pengumuman
Skor 1, Tidak SesuaiPengumuman dilakukansecara terbuka melaluiSPSE, website Pemdatetapi tidak semuadiumumkan melaluipapan pengumuman
Skor 2, Tidak SesuaiPengumumandilakukan secaraterbuka melalui SPSE,dan portal pengadaannasional tetapi tidaksemua melalui papanpengumuman
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
4.6.5. Prinsip Bersaing
Dalam penerapan prinsip bersaing di LKPP berjalan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, tetapi di Pemerintah
Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor masih ditemukan adanya upaya-
upaya untuk mempengaruhi Pokja ULP meskipun dalam pengambilan keputusan
tidak menjadi diskriminatif akibat adanya tekanan dari pihak tertentu tersebut.
Pokja ULP di Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP tidak terpengaruh karena
tekanan dari pihak lain. Pokja ULP mendasarkan keputusan hanya dengan melihat
dokumen penawaran dari peserta. Pelelangan yang dilakukan dengan pelelangan
elektronik juga sangat berperan dalam mengeliminir kemungkinan adanya
intervensi karena sistem pelelangan secara elektronik tidak mempertemukan Pokja
ULP dengan penyedia secara langsung kecuali dalam proses klarifikasi dokumen.
Penerapan prinsip bersaing ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.12. Perbandingan Prinsip Bersaing
DefinisiOperasional
PERBANDINGANKota Sukabumi Kota Bogor LKPP
Intervensi Skor 8, SesuaiPengambilan keputusanpemenang berdasarkandokumen.E-Procurementmengeliminir titipanpemenang
Skor 8, SesuaiPengambilan keputusanpemenang berdasarkandokumen.E-Procurementmengeliminir titipanpemenang
Skor 6, SesuaiE-Procurement sudahterbuka dan dapatmenghilangkankemungkinanperlakuan diskriminatif
Afiliasi Skor 8, SesuaiMasing-masing stakeholder yang terlibattidak terafiliasi
Skor 8, SesuaiMasing-masing stakeholder yang terlibat tidakterafiliasi
Skor 6, SesuaiMasing-masing stakeholder yang terlibattidak terafiliasi
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
122
Universitas Indonesia
4.6.6. Adil/Tidak Diskriminatif
Dalam penerapan prinsip adil/tidak diskriminatif, semua pihak yang
terlibat dalam pengadaan barang/jasa di Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP
menerapkan prinsip ini sesuai dengan ketentuan dalam peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.13. Perbandingan Prinsip Adil/Diskriminatif
Definisi
Operasional
PERBANDINGAN
Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP
Persyaratanpeserta
Skor 8, SesuaiTidak diskriminatif,disusun berdasarkanperaturan yang berlaku
Skor 8, SesuaiTidak diskriminatif,disusun berdasarkanperaturan yang berlaku
Skor 6, SesuaiTidak diskriminatif,disusun berdasarkanperaturan yang berlaku
Aanwidjing Skor 8, SesuaiAanwidjingmengakomodir pesertatanpa diskriminasi dantidak ada akses lain untukbertanya selain melaluisistem pada saataanwidjing tersebut
Skor 8, SesuaiAanwidjingmengakomodir pesertatanpa diskriminasi dantidak ada akses lainuntuk bertanya selainmelalui sistem pada saataanwidjing tersebut
Skor 6, SesuaiAanwidjingmengakomodir pesertatanpa diskriminasi dantidak ada akses lainuntuk bertanya selainmelalui sistem padasaat aanwidjingtersebut
SpesifikasiTeknis
Skor 8, SesuaiSpesifikasi teknis disusunberdasarkan sumber yangjelas dan tidakdiskriminatif. Dilakukanpengkajian ulang olehPokja ULP
Skor 8, SesuaiSpesifikasi teknisdisusun berdasarkansumber yang jelas dantidak diskriminatif.Dilakukan pengkajianulang oleh Pokja ULP
Skor 6, SesuaiSpesifikasi teknisdisusun berdasarkansumber yang jelas dantidak diskriminatif.Dilakukan pengkajianulang oleh Pokja ULP
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
4.6.7. Prinsip Akuntabel
Dalam penerapan prinsip akuntabel ditemukan kesamaan antara
pelaksanaan pengadaan di Kota Sukabumi dan di Kota Bogor dalam hal
pengembalian jaminan penawaran dari peserta yang tidak menang dalam
pelelangan. Di kedua lokasi ini jaminan penawaran tidak dikembalikan.
Sementara di LKPP meski sesuai secara perhitungan kuantitatif tetapi masih
ditemukan adanya jaminan penawaran yang tidak dikembalikan. Penerapan
prinsip akuntabel ini secara lengkap sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini :
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
123
Universitas Indonesia
Tabel 4.14. Perbandingan Prinsip Akuntabel
Definisi
Operasional
PERBANDINGAN
Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP
RencanaPelaksanaanPengadaan
Skor 6,5, SesuaiPenyusunan RPP belumoptimal tetapi dalamperjalanannya PokjaULP tidak akanmelelangkan jika ketigadokumen RPP tersebutbelum lengkap
Skor 8, SesuaiRPP diserahkan PPK keBagian Dalpro untukkemudian diteruskan keULP. ULP kemudianmelakukan pengkajianulang kelengkapanya.Jika sudah lengkap dansesuai maka barudiproses
Skor 6, SesuaiRPP diserahkan PPKkepada ULP, dilakukanpengkajian ulang olehPokja dan PPK. Jikabelum lengkap dan tidaksesuai maka proseslelang tidak dilakukandan meminta PPK untukmerevisinya
Paktaintegritas
Skor 8, SesuaiPeserta lelang dan PokjaULP menandatanganipakta Integritas melaluiSPSE, sedangkan PPKdalam kontrak yangditandatanganinya
Skor 7,5, SesuaiPeserta lelang dan PokjaULP menandatanganipakta Integritas melaluiSPSE, sedangkan PPKdalam kontrak yangditandatanganinya
Skor 6, SesuaiPeserta lelang dan PokjaULP menandatanganipakta Integritas melaluiSPSE, sedangkan PPKdalam kontrak yangditandatanganinya
Acuanpenyusunandokumenpengadaan
Skor 8, SesuaiDokumen pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangStandard BiddingDocument
Skor 8, SesuaiDokumen pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangStandard BiddingDocument
Skor 6, SesuaiDokumen pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangStandard BiddingDocument
Jaminanpenawaran
Skor 4, Tidak SesuaiDilakukan konfirmasijaminan penawaransecara tertulis danmelalui emailTidak seluruhnyadilakukan pengirimankembali
Skor 4, Tidak SesuaiDilakukan konfirmasijaminan penawaransecara tertulis danmelalui emailTidak seluruhnyadilakukan pengirimankembali
Skor 5, SesuaiDilakukan konfirmasijaminan penawaransecara tertulis danmelalui emailSebagian dilakukanpengiriman kembali
Prosedurpengadaan
Skor 8, SesuaiDilakukan sesuai denganketentuan
Skor 8, SesuaiDilakukan Sesuai denganketentuan
Skor 8, SesuaiDilakukan Sesuai denganketentuan
Tahapanevaluasi
Skor 8, SesuaiDilakukan desuai denganketentuan
Skor 8, SesuaiDilakukan desuai denganketentuan
Skor 6, SesuaiDilakukan desuai denganketentuan
Laporanpelaksanaanpengadaan
Skor 8, SesuaiPokja ULP memberilaporan kepada KepalaULP untuk diteruskankepada PPK dengandilampiri BAHP.PPK memberi laporankepada PenggunaAnggaran disertaiketerangan tentangpersiapan, pelaksanaandan kendala di lapanganserta masukan untukperbaikan
Skor 8, SesuaiPokja ULP memberilaporan kepada KetuaULP untuk diteruskankepada PPK melaluisurat resmi dengandilampiri BAHPBentuk laporan PPKkepada penggunaAnggaran dilakukanpencairan denganmenandatangani beritaacara kemajuanpekerjaan.
Skor 6, SesuaiPokja ULP memberilaporan kepada KepalaULP untuk diteruskankepada PPK melaluinota dinas dengandilampiri BAHP.PPK melaporkan hasilpekerjaan kepada KuasaPengguna Anggaransetiap akhir tahun secarakeseluruhan
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
124
Universitas Indonesia
(Sambungan Tabel 4.14)
MonitoringPekerjaan
Skor 8, SesuaiPekerjaan konstruksidilakukan tenaga teknisdan konsultan pengawas.Pengadaan barang jasalainnya dilakukan olehPPK
Skor 8, SesuaiDalam pekerjaankonstruksi PPKmelakukan monitoringdibantu konsultanpengawas dan tenagateknis. Konsultanpengawas , tenaga teknisdan penyedia melakukanpertemuan teknis setiap 2(dua) minggu dankontraktor harusmembuat perencanaanapa saja yang akandilakukan dalam 2 (dua)minggu ke depan. UntukPengadaan barang,pengadaan jasa lainnyadan pengadaan konsultandiawasi oleh PPK sendiriatau personil yangditunjuk PPK dariinternal Dinas/Instansipelaksana kegiatan
Skor 6, SesuaiPelaksanaan monitoringpekerjaan tergantungkontrak yang disepakati.Jika di dalam kontrakmemang ada klausuluntuk monitoring makadan pelaporan daripenyedia secara berkalamaka itulah yang dimintaPPK kepada penyedia.Dalam pengadaan barangPPK meminta laporanperkembangan pekerjaan(progress report)minimal 2 kali
Penerimaanhasilpekerjaan
Skor 8, SesuaiDilakukan PPHP, panitiaberjumlah minimal 3orangDilakukan setelahkontrak tuntasdilaksanakan
Skor 8, SesuaiDilakukan PPHP, panitiaberjumlah minimal 3orangDilakukan setelahkontrak tuntasdilaksanakan
Skor 6, SesuaiDilakukan PPHP, pejabatpenerima hasil pekerjaan,hanya satu orang di tiapdirektoratDilakukan setelahkontrak tuntasdilaksanakan
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
4.6.8. Rekapitulasi Perbandingan Penerapan Prinsip-Prinsip Pengadaan
Nilai rerata indikator berkategori sesuai dihitung dengan menjumlahkan
semua skor indikator variabel yang berkategori sesuai dan membaginya dengan
jumlah indikator variabel yang berkategori sesuai. Nilai rerata indikator
berkategori tidak sesuai dihitung dengan menjumlahkan semua skor indikator
variabel yang berkategoti tidak sesuai dan membaginya dengan jumlah indikator
variabel yang berkategori tidak sesuai. Untuk skor indikator variabel, di Kota
Sukabumi sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) dari 38 (tiga puluh delapan) indikator
berkategori sesuai dan 1 (satu) indikator variabel tidak sesuai. Secara rata-rata
skor sesuai bernilai 7,84 dan untuk tidak sesuai bernilai 0. Untuk skor indikator
variabel di Kota Bogor, sebanyak 36 (tiga puluh enam) dari 38 (tiga puluh
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
125
Universitas Indonesia
delapan) indikator variabel berkategori sesuai dan 2 (dua) indikator menunjukan
tidak sesuai. Secara rata-rata skor sesuai bernilai 7,94 dan untuk tidak sesuai
bernilai 0,5. Untuk lokasi penelitian di Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) dari 38 (tiga
puluh delapan) indikator bernilai sesuai dan 1 (satu) indikator variabel tidak
sesuai. Secara rata-rata skor sesuai bernilai 5,95 dari skor ideal 6 dan untuk tidak
sesuai bernilai 2.
Tabel 4.15. Statistik Skor Indikator Variabel Operasional
No Lokasi JumlahIndikatorVariabel
Jumlahbernilaisesuai
Jumlahbernilai
tidaksesuai
Rerataskor
sesuai
Rerataskortidaksesuai
Keterangan
1 Kota Sukabumi 38 37 1 7,84 0 Skor Ideal 82 Kota Bogor 38 36 2 7,94 0,5 Skor Ideal 83 LKPP 38 37 1 5,95 2 Skor Ideal 6
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
Perbandingan penerapan prinsip-prinsip pengadaan di Pemerintah Kota
Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan LKPP dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.16. Rekapitulasi Perbandingan Penerapan Prinsip Pengadaan
No Variabel Perbandingan (%)
Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP
1 Efisien Biaya 14,46 Biaya 7,45 Biaya 15,72
Gagal Lelang 23,3 % Gagal Lelang
17,91
Gagal Lelang 29 %
2 Efektif 93,75 96,88 100
3 Transparan 100 100 100
4 Terbuka 91,67 70,83 77,78
5 Bersaing 100 100 100
6 Adi/Tidak
Diskriminatif
100 100 100
7 Akuntabel 92,36 93,75 98,15
Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)
Dalam hal efisiensi biaya, LKPP yang memiliki prosentase Pegawai
Negeri Sipil (PNS) bersertifikat lebih baik dari pada Pemerintah Kota Bogor dan
Pemerintah Kota Sukabumi memiliki tingkat efisiensi biaya hasil pengadaan yang
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
126
Universitas Indonesia
lebih baik. Dari segi efisiensi waktu Pemerintah Kota Bogor yang memiliki
prosentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) bersertifikat jauh di bawah LKPP ternyata
dapat menghemat waktu pelelangan lebih baik dan jika dibandingkan dengan
Pemerintah Kota Sukabumi yang sudah memiliki Unit Pelayanan Pengadaan yang
permanen ternyata Pemerintah Kota Bogor memiliki tingkat efisiensi waktu lebih
baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder terkait, penyebab gagal
lelang tidak hanya karena faktor kompetensi pengelola pengadaan tetapi juga
karena faktor kemampuan peserta untuk dapat memenuhi persyaratan yang
ditetapkan, faktor kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) peserta lelang
dalam hal memahami ketentuan pengadaan yang termasuk di dalamnya tingkat
penguasaan teknologi dan juga minat peserta untuk mengikuti pelelangan.
Dalam penerapan prinsip efektif LKPP memiliki tingkat penerapan lebih
baik daripada Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor. Faktor
pembedanya untuk Pemerintah Kota Sukabumi dalam tataran perencanaan dengan
memasukan kegiatan yang meskipun merupakan kegiatan mendesak tetapi bukan
merupakan prioritas ke dalam kegiatan yang dilaksanakan pada tahun tersebut.
Untuk Pemerintah Kota Bogor faktor pembedanya karena ada sampel kegiatan
yang tidak memenuhi syarat kuantitas, yang berkaitan dengan kompetensi PPK
dalam monitoring pelaksanaan pekerjaan.
Tingkat penerapan prinsip transparan, bersaing dan adil/tidak diskriminatif
ketiga lokasi pengadaan memiliki tingkat yang sama. Dalam penerapan prinsip
terbuka Pemerintah Kota Sukabumi, yang secara organisasi memiliki Unit
Pelayanan Pengadaan (ULP) yang telah permanen dengan personilnya bekerja
secara penuh, memiliki prosentase penerapan lebih baik daripada Pemerintah
Kota Bogor dan LKPP. Hal yang membedakan adalah dalam indikator
pengumuman pengadaan yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Unit Pelayanan
Pengadaan (ULP) karena tidak seluruh paket pengadaan diumumkan melalui
media papan pengumuman resmi oleh Kelompok Kerja ULP di LKPP dan
Pemerintah Kota Bogor.
Dalam penerapan prinsip akuntabel LKPP memiliki prosentase lebih baik
dibandingkan dengan Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor.
Penyebab kurangnya tingkat penerapan prinsip akuntabel ini untuk Pemerintah
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
127
Universitas Indonesia
Kota Sukabumi karena tingkat pemahaman Pejabat Pembuat Komitmen terhadap
penyusunan dan pengkajian ulang Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang kurang
sementara di Pemerintah Kota Bogor terdapat responden yang tidak
menandatangani Pakta Integritas.
4.7. Kendala dan Harapan Stakeholder
4.7.1. Kendala dan Harapan Stakeholder di LKPP
Kendala :
o Sulitnya koordinasi dengan personil ULP karena secara
organisasi ULP masih berbentuk adhoc dan belum bersifat
permanen. Personil ULP adalah pejabat eselon empat dan
eselon tiga di LKPP yang masing-masing memiliki tugas
dan tanggung jawab di unit kerjanya. Karena kesibukannya
itu menyebabkan personil ULP tidak selalu berada di ULP
sehingga menghambat proses pengadaan.
o Dalam hal jumlah personil, perbedaan jumlah PNS dan
non-PNS sangat besar, karena sebagian besar adalah
pegawai nonPNS. Hal ini menyulitkan dalam hal pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh PNS, misalnya dalam
pelaksanaan pemeriksaan hasil pekerjaan dan peran sebagai
pejabat pengadaan.
Harapan
o Lebih baik jika ULP tidak berstatus adhoc karena
pengadaan adalah kegiatan yang memerlukan konsentrasi
tinggi sehingga diperlukan personil yang total bekerja
dalam pengadaan dan tidak terikat oleh tupoksi lain.
o Jumlah personil yang kurang dalam melakukan kegiatan
menyebabkan pekerjaan dirangkap sehingga akan lebih
baik ditambah jumlah personil terutama PNS sehingga
pekerjaan pemeriksaan barang dan personil yang menjadi
pejabat pengadaan dapat bertambah.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
128
Universitas Indonesia
4.7.2.Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Sukabumi
Kendala :
o Salah satu kendala dalam pelaksanaan pengadaan jasa
konsultansi adalah pada saat pembuktian kualifikasi. Pada saat
pembuktian kualifikasi kadang memperlambat waktu
pengadaan karena dalam proses klarifikasi dokumen penyedia
harus menunjukan semua dokumen aslinya dan dokumennya
hanya ada satu sementara itu kadang perusahaan tidak hanya
ikut pengadaan di satu lokasi saja dan ketika terjadi klarifikasi
dokumen pada saat bersamaan akan menimbulkan kesulitan
dan menambah waktu klarifikasi.
o Pokja ULP mengalami kendala beban kerja akibat mengelola
juga pengadaan yang dilakukan melalui pengadaan langsung.
o Adanya keengganan dari beberapa pegawai sehingga sulit juga
untuk menemukan orang yang mau bertindak sebagai PPK,
PPTK, PPHP yang dipicu oleh tingginya resiko pekerjaan.
Harapannya:
o Untuk memudahkan Pokja pada saat pendaftaran perusahaan
ke LPSE alangkah baiknya LPSE memberikan update data
agar Pokja tidak perlu mengklarifikasi lagi dokumen seperti itu
karena sudah tersedia dalam sistem secara otomatis.
o Agar PPK dijabat oleh yang benar-benar mengerti pengadaan
karena pada saat ini dijabat oleh Pengguna Anggaran atau
minimal Pejabat Eselon Tiga. Akan lebih baik jika PPK itu
paham tentang pengadaan.
o Pengadaan langsung tidak mempergunakan personil dari ULP.
o Adanya penghargaan yang seimbang antara nilai pekerjaan
dengan honor yang diterima.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
129
Universitas Indonesia
4.7.3.Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Bogor
Kendala
o Dokumen Rencana Umum Pengadaan (RUP) dari Pengguna
Anggaran kadang tidak lengkap sehingga menyulitkan ULP
dalam proses penayangannya.
o ULP masih adhoc sehingga menyulitkan koordinasi karena
personil ULP juga memiliki tugas dan fungsi di SKPD tempat
yang bersangkutan bernaung dan harus mendahulukan
kepentingan SKPD tersebut.
o Terbatasnya jumlah personil/Pokja ULP sementara paket
pengadaan yang ditangani sangat besar dan SKPD di Kota
Bogor tersebar.
Harapan
o ULP beralih menjadi organisasi yang permanen.
o Jumlah personil ULP ditambah/disesuaikan dengan jumlah
paket yang dilelangkan.
o Peningkatan kapasitas SDM ULP dan semua organisasi
pengadaan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
130 Universitas Indonesia
BAB 5KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
Secara umum penerapan prinsip-prinsip pengadaan dalam pelaksanaan
pengadaan barang/jasa pemerintah di Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Pemerintah Kota Sukabumi dan
Pemerintah Kota Bogor sudah berjalan tetapi masih terdapat beberapa
hal yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dapat menghemat
anggaran dengan efisiensi sebesar 15,72 %, di Pemerintah Kota
Sukabumi dapat menghasilkan efisiensi sebesar 14,46 %, dan di
Pemerintah Kota Bogor sebesar 7,45 % dari Harga Perkiraan Sendiri
(HPS).
Dalam efisiensi waktu pengadaan, pelaksanaan pengadaan barang/jasa
di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
sebanyak 29 % paket pengadaan mengalami gagal lelang, di Kota
Sukabumi terdapat 23,3 % paket pengadaan mengalami gagal lelang
dan di Kota Bogor terdapat 17,91 % paket mengalami gagal lelang.
Paket-paket yang mengalami gagal lelang ini menyebabkan inefisiensi
waktu karena harus dilakukan melalui tahapan lelang ulang untuk dapat
menghasilkan barang/jasa yang dipergunakan untuk pelayanan publik.
Dalam penerapan prinsip efektif dan akuntabel, LKPP yang memiliki
prosentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersertifikat sangat jauh di
atas rata-rata nasional dan lebih baik dari kedua lokasi penelitian lain,
memiliki tingkat penerapan yang lebih baik.
Dalam penerapan prinsip terbuka Pemerintah Kota Sukabumi yang
memiliki Unit Pelayanan Pengadaan yang sudah permanen dan
personilnya bekerja secara penuh ternyata dapat menerapkan prinsip
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
131
Universitas Indonesia
terbuka lebih baik dari pada kedua lokasi lain. Hal yang membedakan
ketiganya adalah dalam pengumuman lelang, karena Kelompok Kerja
ULP Kota Sukabumi yang bekerja secara penuh dapat mengumumkan
paket pengadaan di semua lokasi minimal yang dipersyaratkan
sementara Kelompok Kerja ULP di kedua lokasi yang lain tidak
memenuhi syarat minimal media pengumuman pengadaan.
Dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip pengadaan sebagai berikut :
o Pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP):
Dalam penerapan prinsip terbuka masih ditemukan kekurangan
yaitu pengumuman pengadaan hanya dilakukan melalui portal
pengadaan nasional dan SPSE, sementara pengumuman melalui
papan pengumuman tidak seluruhnya dilakukan.
o Pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Sukabumi
Dalam penerapan prinsip terbuka masih terdapat kekurangan
yaitu pada awalnya tidak seluruh SKPD mengumumkan
Rencana Umum Pengadaan (RUP) dan tidak mengumumkan
seluruh paket pengadaan dalam RUP.
Dalam penerapan Prinsip Akuntabel masih ditemukan
kekurangan yaitu tidak seluruh paket dilakukan pengkajian
ulang Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang meliputi
spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak awal tahun
anggaran 2011 oleh PPK bersama dengan Kelompok Kerja
ULP, tetapi masih bertahan pada paradigma lama bahwa ketiga
dokumen ini disusun oleh Pokja ULP. Meskipun dalam
perjalanannya kemudian dilaksanakan tetapi hal ini terjadi
karena pemahaman yang belum optimal dari PPK terhadap
mekanisme dan prosedur pengadaan. Dalam pemenuhan prinsip
akuntabel ini juga masih ditemukan kekurangan yaitu
pengembalian jaminan penawaran peserta yang tidak lulus atau
tidak menang dalam pelelangan tidak dilakukan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
132
Universitas Indonesia
o Pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Bogor
Dalam penerapan prinsip terbuka masih ditemukan kekurangan
yaitu pengumuman pengadaan hanya dilakukan melalui portal
pengadaan nasional dan SPSE, sementara pengumuman melalui
papan pengumuman tidak dilakukan.
Dalam pemenuhan prinsip akuntabel masih ditemukan
kekurangan yaitu pengembalian jaminan penawaran peserta
yang tidak lulus atau tidak menang dalam pelelangan tidak
dilakukan.
5.2. Rekomendasi
Berdasarkan analisis penerapan prinsip-prinsip pengadaan dan saran para
stakeholder terkait di ketiga lokasi penelitian dapat direkomendasikan beberapa
kebijakan sebagai berikut :
Rekomendasi untuk LKPP
o Kepala LKPP agar merubah kedudukan ULP dari adhoc menjadi
organisasi yang permanen dengan personilnya yang juga
permanen. Hal ini perlu dilakukan agar personil Pokja ULP tidak
lagi merangkap jabatan dan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)
di direktorat masing-masing yang dapat menghambat koordinasi
dan pelaksanaan pengadaan.
o Kepala LKPP agar segera dilakukan penambahan jumlah Pegawai
Negeri Sipil di LKPP sehingga pelaksanaan pengadaan langsung
dapat dilakukan lebih cepat dengan bertambahnya personil pejabat
pengadaan.
o Kepada LKPP sebagai pemegang kewenangan kebijakan
pengadaan barang/jasa tingkat nasional agar melakukan sosialisasi
proses konfirmasi jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan
kepada penerbit jaminan agar pelaksanaan konfirmasi jaminan
tersebut tidak memerlukan waktu yang lama yang dapat
menyebabkan inefisiensi waktu
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
133
Universitas Indonesia
Rekomendasi untuk Pemerintah Kota Sukabumi
o Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Sukabumi agar mengirimkan
pegawai di lingkungan pemerintah Kota Sukabumi untuk
mengikuti pelatihan pengadaan barang/jasa karena adanya
keterbatasan personil yang memahami dan telah lulus sertifikasi
ahli pengadaan barang/jasa. Hal ini diperlukan agar PPK tidak lagi
dijabat oleh pejabat eselon dua atau pejabat eselon tiga yang
memiliki waktu terbatas. Pengetahuan PPK yang cukup juga dapat
meminimalisir terjadinya gagal lelang karena pengkajian
spesifikasi teknis tidak memerlukan waktu lama.
o Kepada Pimpinan Daerah Kota Sukabumi agar mengalihkan
pengadaan melalui mekanisme pengadaan langsung tidak lagi
dilakukan oleh personil ULP. Hal ini perlu dilakukan karena
selama ini personil ULP selain melakukan proses pengadaan
melalui lelang juga harus melakukan proses pengadaan langsung
yang berakibat pada keterbatasan waktu menangani pelelangan.
Rekomendasi untuk Pemerintah Kota Bogor
o Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Bogor agar mengirimkan
pegawai di lingkungan pemerintah Kota Bogor untuk mengikuti
pelatihan pengadaan barang/jasa karena adanya keterbatasan
personil yang memahami dan telah lulus sertifikasi ahli pengadaan
barang/jasa. Hal ini diperlukan agar PPK tidak lagi dijabat oleh
pejabat eselon dua atau pejabat eselon tiga yang memiliki waktu
terbatas dan tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai PPK.
Pengetahuan PPK yang cukup juga dapat meminimalisir terjadinya
gagal lelang karena pengkajian spesifikasi teknis tidak memerlukan
waktu lama.
o Pimpinan Daerah Kota Bogor agar merubah kedudukan ULP dari
adhoc menjadi organisasi yang permanen dengan personilnya yang
juga permanen. Hal ini perlu dilakukan agar personil Pokja ULP
tidak lagi merangkap jabatan dan Tugas Pokok dan Fungsi
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
134
Universitas Indonesia
(TUPOKSI) di SKPD masing-masing yang sangat menghambat
koordinasi dan pelaksanaan pengadaan.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
135 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Bahagia, Senator N. (2011). Sistem pengadaan publik dan cakupannya. Senaraipengadaan barang/jasa pemerintah, 1,8-25.
Berg, B.L. (2001). Qualitative research methods for the social science. NedhamHeight, MA: Pearson Education Company.
Buchner, S., Freytag, A., Gonzales, Lois G., & Guth, W. (2008). Bribery andpublic procurement : An experimental study. Public Choice 137, 103-117.
Case, K.E. (2008). Musgrave’s vision of the public sector: The complexrelationship between individual, society and state in public good theory.Journal of Economic and Finance, 32, 348–355.
Colton, D. & Covert, R.W. (2007). Designing and constructing instruments forsocial research and evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass.
Deliarnov. (2006). Ekonomi politik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Grant, R.W., & Keohane, R.O. (2005). Accountability and abuses of power inworld of politics. The American Political Science Review, 99, 29-43.
Habir, A.D. (2005). Governance in Indonesia, developing search strategies. InTarling, Nicholas. Corruption and good governance in Asia (pp.198-213).New York: Routledge.
Hardiyansyah. (2011). Kualitas pelayanan publik (konsep, dimensi, indikator danimplementasinya).Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Hitt, M.A, Black, J.S., & Porter, L.W. (2009). Management (2nd edition). NewJersey: Pearson Education Inc.
Horton, Sylvia. (2008). History and persistence of an idea and an ideal. In Perry,I.J., & Hondeghem, A. Motivation in public management (pp.1-32).Oxford: Oxford University Press.
Indonesia, R. (2001). Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentangpemberantasan tindak pidana korupsi.
_____________(2004). Undang-undang republik indonesia nomor 25 tahun 2004tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.
_____________(2008). Undang-undang republik indonesia nomor 11 tahun 2008tentang informasi dan transaksi elektronik.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
136
Universitas Indonesia
___________(2009). Undang-undang republik indonesia nomor 25 tahun 2009tentang pelayanan publik.
___________(2010). Peraturan presiden nomor 81 tahun 2010 tentang granddesign reformasi birokrasi 2010-2015.
___________(2010). Peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaanbarang/jasa pemerintah.
Jensen, M.C., & Meckling.W.H. (1976). Theory of the firm : Managerialbehaviour, agency cost and ownership structure. Journal Of FinancialEconomics, 3, 305-360.
Kasper, W., & Streit, M.E. (1998). Institutional economics: social order andpublic policy. Cheltelham.
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara. (2003). Keputusan menteripendayagunaan aparatur negara republik indonesia nomor 63 tahun 2003tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik.
_____ (2010). Peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasibirokrasi nomor 20 tahun 2010 tentang road map reformasi birokrasi 2010-2014.
Lennerfors, T.T. (2007). The transformation of transparency : On the act on publicprocurement and the right to appeal in the context of the war on corruption.Journal of Business Ethics, 73, 381-390.
LKPP. (2011). Peraturan kepala lembaga kebijakan pengadaan barang/jasapemerintah nomor 1 tahun 2011 tentang tata cara e-tendering.
_____ (2011). Peraturan kepala lembaga kebijakan pengadaan barang/jasapemerintah nomor 2 tahun 2011 tentang perubahan kesatu atas peraturankepala lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah nomor 6 tahun2010 tentang standar dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah (standardbidding document).
_____ (2011, 9 Desember). Kompetensi staf pengadaan harus ditingkatkan.http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=9338164048
_____ (2012, 2 Desember). Akhir november transaksi e-proc hemat 12,4 triliun.http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=1669809099
Organisation of Economic Cooperation and Development (OECD). (2007).Integrity in public procurement. Paris: OECD Publishing.
O’Sullivan, Arthur. (2007). Urban economics(6th Ed.). New York: Mc Graw Hill.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
137
Universitas Indonesia
Olson, Mancur. (1965). The logic of collective action. Massachusetts: HarvardUniversity Press.
Pindyck, R.S., & Rubinfeld, D.L. (1996). Microeconomics (3rd Ed.). Mainland:Prentice Hall International Inc.
Rubinstein, Jennifer. (2007). Accountability in an unequal world. The Journal ofPolitics, 69, 616-632.
Schapper, P.R., Malta, J.N., & Gilbert, D.L. (2009). Analytical framework formanagement and reform of public procurement. In Khi V. Thai.International handbook of public procurement (pp.87-104). Florida: Taylorand Francis Group.
Simon, Robert. (2000). Perfomance measurement and control systems forimplementing strategy. New Jersey: Prentice Hall.
Stasavage, David. (2003). Transparency, democratic accountability and theeconomic consequences of monetary institutions. American Journal ofPolitical Science, 47, 389-402.
Stirton, L., & Lodge, M. (2001). Transparency mechanisms: Building publicnessinto public, Journal of Law and Society, 28, 471-489.
Sulaeman, A., & Iqbal, Z. (2010). Infrastructure development: Challenges andthe way forward. Jakarta: Gama Press.
Tiebout, C.M. (1956). A pure of local expenditures. The Journal of PoliticalEconomy, 64, 416-424.
Tompkins, J.R. (2005). Organization and public management. Wadworth:Thomson Learning Inc.
Transparency International. (2011). Corruption Perceptions Index 2011. Berlin:Author.
Wahyuni, Sari. (2012). Qualitative research method: Theory and practice.Jakarta: Salemba Empat.
Widoyoko, E.P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Williamson, Oliver. (2005). The economics of governance. American EconomicReview, 95,1-18.
Wise, C.S. (1990). Public configurations and public organizations: Publicorganization design in the post privatization era. Public AdministrationReview, 50, 141-155.
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan untuk Kepala Unit Pelayanan Pengadaan
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden : ..........................................................................................
Jabatan : ..........................................................................................
Satuan Kerja : ..........................................................................................
Pengalaman/keahliandalam pengadaan
: ..........................................................................................
Tanda tangan : ..............................................................
Pertanyaan yang diajukan dibawah ini berkaitan dengan pelaksanaan pengadaanbarang/jasa pemerintah secara umum di Unit Kerja/Kota tempat Bapak/Ibubekerja.
1. ULP berbentuk permanen atau ad hoc?2. Secara organisasi, kedudukan ULP bagaimana?3. Apa dasar pembentukan ULP?4. Berapa jumlah personil ULP dan bagaimana recruitment-nya?5. Bagaimana dengan honornya? per paket atau berupa tunjangan bulanan?6. Yang ditangani ULP berupa pengadaan dengan pelelangan saja atau
termasuk pengadaan langsung dan penunjukan langsung?7. Apakah Rencana Umum Pengadaan itu diumumkan oleh SKPD?
Bagaimana peran ULP?8. Rencana Pelaksanaan Pengadaan merupakan wewenang PPK yang
meliputi HPS, spesifikasi teknis dan rancangan kontrak. Apakah PPKmentaati ketentuan tersebut?
9. Bagaimana mekanisme pelayanan pengadaan?10. Apa dasar penyusunan dokumen pengadaan?11. Apa penyebab secara umum terjadinya gagal lelang?12. Terdapat ketentuan bahwa jaminan penawaran dikonfirmasi oleh Pokja
ULP kepada penerbit jaminan, apakah dilakukan?13. Setelah selesai proses lelang, apakah jaminan penawaran dikembalikan?14. Apakah ada forum pengadaan ?15. Apakah ada akses ke data perusahaan atau perseorangan yang di black list?16. Apakah ada intervensi misalkan dari LSM, dari dewan atau parpol atau
lainnya, yang menekan kepala ULP atau langsung ke Pokjanya?Bagaimana cara mengatasinya? Apakah mempengaruhi pengambilankeputusan?
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan untuk Kelompok Kerja ULP
QUESIONER UNTUK POKJA ULP
A. IDENTITAS RESPONDENNama Kegiatan : .....................................................................................
.....................................................................................
Sumber Dana : .....................................................................................
Satuan Kerja
Pelaksana Kegiatan
: .....................................................................................
Nama Responden : .....................................................................................
Jabatan dalam
Pengadaan
: Ketua/Sekretaris/Anggota Kelompok Kerja ULP*
Nama Pokja : .....................................................................................
.....................................................................................
Tanda tangan dan
tanggal pengisian :
....................................................,................................
B. DATA PENGADAAN :Nilai Pagu Anggaran :HPS :Nilai Kontrak :Jenis pengadaan : Pengadaan barang/ Pekerjaan konstruksi
Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi*Metode pemilihan : Pelelangan (seleksi) Umum/Pelelangan
(seleksi) Sederhana/ Pemilihan langsung*Tata cara penilaian kualifikasi : Prakualifikasi/ Pascakualifikasi*Pelaksanaan pemilihan : Manual/ E-procurement*Peserta yang memasukanpenawaran
: .......................................peserta
Peserta yang dievaluasi : .......................................peserta*coret yang tidak perlu
C. DATA PESERTANO
Nama Penyedia Alamat email Hargapenawaran(Rp)
12345678910
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
D. PRINSIP TRANSPARAN1. Apakah ketentuan dalam dokumen pengadaan yang Anda susun bersifat
jelas dan tidak berpotensi menimbulkan keraguan?2. Jika ada addendum dokumen pengadaan, apakah ada pemberitahuan
tentang adanya addendum tersebut?3. Jika ada perubahan jadwal, apakah perubahan jadwal yang anda lakukan
disertai alasan?4. Apakah Pokja ULP memiliki/dapat mengakses data black list
penyedia/data ?5. Apakah terdapat akses bagi peserta untuk menyanggah?
E. PRINSIP TERBUKA1. Apakah menurut Anda pengadaan ini dirancang untuk dapat diikuti oleh
semua peserta yang memenuhi syarat, darimanapun mereka berasal?2. Apakah Pengumuman pelelangan telah memenuhi syarat minimal
lokasi/media pengumuman sebagaimana ketentuan?Pengumuman pelelangan ini dilakukan pada :
Surat kabar.............................................................................Website .................................................................................Dalam SPSE/sistem E-ProcurementPapan pengumuman..............................................................Lainnya...................................................................................
F. PRINSIP BERSAING1. Dalam proses evaluasi, apakah ada intervensi untuk berlaku diskriminatif
terhadap peserta?2. Apakah anda terafiliasi dengan peserta dan/atau PPK dalam hal hubungan
keluarga atau kepemilikan perusahaan?G. PRINSIP ADIL DAN TIDAK DISKRIMINATIF
1. Apakah semua peserta diberi kesempatan yang sama dalam aanwidjing?2. Apakah ada penjelasan yang diberikan kepada peserta tertentu dalam
waktu dan media yang berbeda, yang tidak diberlakukan pada peserta yanglain?
H. PRINSIP AKUNTABILITAS1. Apakah Pokja ULP menandatangani pakta integritas?2. Acuan untuk menyusun Dokumen Pengadaan adalah Standard Bidding
Document sebagaimana tertera dalam Peraturan Kepala LKPP Nomor 2Tahun 2011 beserta turunannya tentang Standard Bidding Document.Apakah anda mengikuti ketentuan tersebut dalam proses pelelangan ini?
3. Sesuai dengan ketentuan bahwa anda harus melakukan klarifikasikeabsahan jaminan penawaran peserta kepada penerbit jaminan. Apakahhal tersebut anda lakukan?
4. Apakah Pokja mengembalikan jaminan penawaran setelah pengumumanpemenang jika peserta tidak menang?
5. Apakah Pokja ULP melakukan penilaian kualifikasi peserta?6. Apakah Pokja ULP menyusun dan menetapkan metode pemilihan?7. Apakah Pokja ULP menyusun dan menetapkan jadwal pelelangan?8. Apakah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam
dokumen pengadaan?
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
9. Apakah Pokja ULP melakukan post bidding?10. Sesuai dengan ketentuan anda harus membuat dan mengumumkan Berita
Acara Hasil Pengadaan (BAHP). Apakah hal tersebut anda lakukan?11. Berdasarkan ketentuan bahwa anda harus melaporkan hasil pengadaan
kepada PPK. Apakah hal tersebut anda lakukan?12. Apakah Pokja ULP menindaklanjuti sanggah jika ada sanggahan peserta?
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan untuk PPK
QUESIONER UNTUK PPK
A. IDENTITAS RESPONDENNama Kegiatan : ..........................................................................................
..........................................................................................
Sumber Dana : ..........................................................................................
Nama Responden : ..........................................................................................
Jabatan dalam
Pengadaan
: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Satuan Kerja : ..........................................................................................
Tanda tangan dan
tanggal pengisian
: ..............................................................
B. UMUMPagu Anggaran : Rp.
HPS : Rp.
Nilai Kontrak : Rp.
Jenis pengadaan : Pengadaan Barang/ Pekerjaan konstruksi/ Jasa
Lainnya/ Jasa Konsultansi*
Secara manual/ E-procurement*
C. PRINSIP EFEKTIF1. Apakah spesifikasi teknis hasil pengadaan sesuai dengan spesifikasi teknis
yang direncanakan?2. Apakah kuantitas barang/hasil pekerjaan sesuai dengan yang
direncanakan?3. Apakah kegiatan pengadaan ini merupakan prioritas sebagaimana tertuang
dalam RPJMD/RKPD/RENSTRA/bentuk dokumen perencanaan lainnya?D. PRINSIP TRANSPARANSI
1. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010bahwa yang dapat dijadikan dasar penyusunan Harga Perkiraan Sendiri(HPS) adalah data Biro Pusat Statistik, info biaya satuan resmi yangdikeluarkan pejabat berwenang, daftar harga dari distributor/pabrikan,hasil pengkajian konsultan, dan kontrak sejenis yang semuanya merupakansumber yang dapat diakses semua pihak. Apakah HPS yang Bapak/Ibususun cukup transparan dan berdasarkan acuan sebagaimana tersebutdiatas?Dasar penyusunan HPS untuk kegiatan ini adalah : (*beri tanda √)
Data dari Biro Pusat StatistikInfo Biaya Satuan Resmi yang dikeluarkan PejabatBerwenangDaftar Harga dari distributor/pabrikanHasil pengkajian KonsultanKontrak sejenis
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lainnya..............................................................................E. TERBUKA
1. Apakah Rencana Umum Pengadaan diumumkan secara terbuka olehPengguna Anggaran sehingga dapat diakses semua pihak?
F. BERSAING1. Apakah PPK diintervensi pihak tertentu untuk berlaku diskriminatif ?2. Apakah PPK terafiliasi dengan Pokja ULP/peserta dalam hal hubungan
kekeluargaan dan/atau kepemilikan perusahaan?G. ADIL DAN TIDAK DISKRIMINATIF
1. Apakah persyaratan pengadaan bersifat diskriminatif dan/atau mengarahke penyedia tertentu?
2. Apakah spesifikasi teknis yang Bapak/Ibu susun mengandung unsurdiskriminatif dan/atau mengarah ke penyedia tertentu?
H. AKUNTABEL1. Apakah Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi teknis,
harga perkiraan sendiri dan rancangan kontrak ditetapkan oleh PPK danterdokumentasikan dengan baik?
2. Berdasarkan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 bahwadapat dilakukan pengkajian Ulang Rencana Pelaksanaan Pengadaanbersama Pokja ULP. Apakah hal tersebut Bapak/Ibu lakukan?
3. Apakah Bapak/Ibu sebagai PPK menandatangani Pakta Integritas ?4. Apakah PPK menandatangani kontrak setelah ada jaminan pelaksanaan
dari penyedia, dan dilakukan paling lambat 14 hari kerja setelah penerbitanSPPBJ?
5. Berdasarkan ketentuan bahwa Bapak/Ibu menerima laporan dan/atauBerita Acara Hasil Pengadaan dari Pokja ULP/ULP yang menjadi dasarpenerbitan SPPBJ. Apakah Bapak/Ibu menerimanya?
6. Apakah PPK melaporkan hasil pengadaan kepada pengguna anggaran?7. Apakah PPK melakukan monitoring dan/atau menunjuk pihak lain untuk
melakukan monitoring?8. Apakah Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) melakukan
pemeriksaan sebelum menerima hasil pekerjaan?
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 7 : Rekapitulasi Perhitungan Skor Indikator VariabelOperasional
Variabel
NomorVariabel
operasional
NomorIndikatorVariabel
Skor Kota Sukabumi Skor Kota Bogor Skor LKPP
SesuaiTidakSesuai Sesuai
TidakSesuai Sesuai
TidakSesuai
Efektif 1 1 8 8 6
2 8 7 6
2 1 7 8 6
Transparan 1 1 8 8 6
2 1 8 8 6
3 1 8 8 6
4 1 8 8 6
5 1 8 8 6
6 1 8 8 6
Terbuka 1 1 8 8 6
2 1 6 8 6
3 1 8 1 2
Bersaing 1 1 8 8 6
2 8 8 6
2 1 8 8 6
2 8 8 6Adil/TidakDiskriminatif 1 1 8 8 6
2 1 8 8 6
2 8 8 6
3 1 8 8 6
Akuntabel 1 1 8 8 6
2 5 8 6
2 1 8 7 6
2 8 8 6
3 1 8 8 6
4 1 8 8 6
2 0 0 4
5 1 8 8 6
2 8 8 6
3 8 8 6
4 8 8 6
6 1 8 8 6
2 8 8 6
7 1 8 8 6
2 8 8 6
3 8 8 6
8 1 8 8 6
9 1 8 8 6
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Jumlah 38 290 0 286 1 220 2
Rerata 7.8378378 0 7.9444444 0.5 5.9459459 2
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 6 : Perhitungan HasilPenelitianLokasi :LKPP
VARIABEL
VARIABEL OPERASIONAL
INDIKATOR
VARIABEL
RESPONDEN PPKRESPONDEN POKJA
ULP
JML KATEGORINAMA
VARIABEL NILAI % 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
EFEKTIF 6 100.00% 1 Kuantitas dan spesifikasi teknis 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
2 Pengadaan merupakan prioritas 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
TRANSPARAN 6 100.00% 1 Penyusunan HPS 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2Ketentuan dalam DokumenPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
3Pengumuman AddendumDokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
4 Jadwal 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
5 Data Integritas 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 Sanggahan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
TERBUKA 4.6666667 77.78% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 Pengumuman RUP 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
3 Pengumuman Pengadaan 1 1 1 0 0 0 0 2TIDAKSESUAI
BERSAING 6 100.00% 1 Intervensi 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
2 Afiliasi 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF 6 100.00% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 Aanwidjing 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
3 Spesifikasi Teknis 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
AKUNTABEL 5.8888889 98.15% 1 Rencana Pelaksanaan Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
Lampiran 6 (Lanjutan)
2 Pakta Integritas 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
3 Acuan Dokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
4 Jaminan Penawaran 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 0 0 1 1 4 SESUAI
5 SESUAI
5 Prosedur Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
3 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
4 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
6 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
7 Laporan Pelaksanaan Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
3 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
6 SESUAI
8 Monitoring Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
9 Penerimaan Hasil Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 4 : Perhitungan HasilPenelitianLokasi : Pemerintah KotaSukabumi
VARIABEL
VARIABEL OPERASIONAL
INDIKATORVARIA
BEL
RESPONDEN PPK RESPONDEN POKJA ULP
JMLKATEGO
RINAMA
VARIABEL NILAI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
EFEKTIF 7.5 93.75% 1Kuantitas dan spesifikasiteknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
2Pengadaan merupakanprioritas 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 SESUAI
TRANSPARAN 8 100.00% 1 Penyusunan HPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2Ketentuan dalam DokumenPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3Pengumuman AddendumDokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
4 Jadwal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
5 Data Integritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
6 Sanggahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
TERBUKA 7.3333 91.67% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 Pengumuman RUP 1 1 1 1 1 0 0 1 1 6 SESUAI
3 Pengumuman Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
BERSAING 8 100.00% 1 Intervensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
2 Afiliasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF 8 100.00% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 Aanwidjing 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
3 Spesifikasi Teknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
AKUNTABEL 7.3889 92.36% 1Rencana PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 0 1 1 0 0 1 1 5 SESUAI
6.5 SESUAI
Lampiran 4(Lanjutan)
2 Pakta Integritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
3 Acuan Dokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
4 Jaminan Penawaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0TIDAKSESUAI
4 TIDAK
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
SESUAI
5 Prosedur Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
6 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
7Laporan PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
8 Monitoring Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
9 Penerimaan Hasil Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
Lampiran 5 : Perhitungan Hasil PenelitianLokasi : Pemerintah KotaBogor
VARIABEL
VARIABEL OPERASIONAL
INDIKATORVARIA
BEL
RESPONDEN PPK RESPONDEN POKJA ULP
JML KATEGORINAMA
VARIABEL NILAI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
EFEKTIF 7.75 96.88% 1Kuantitas dan spesifikasiteknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 0 1 1 1 1 1 1 7 SESUAI
7.5 SESUAI
2Pengadaan merupakanprioritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
TRANSPARAN 8 100.00% 1 Penyusunan HPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2Ketentuan dalam DokumenPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3Pengumuman AddendumDokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
4 Jadwal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
5 Data Integritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
6 Sanggahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
TERBUKA 5.6667 70.83% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 Pengumuman RUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3 Pengumuman Pengadaan 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1TIDAKSESUAI
BERSAING 8 100.00% 1 Intervensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
2 Afiliasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF 8 100.00% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 Aanwidjing 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
3 Spesifikasi Teknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
AKUNTABEL 7.5 93.75% 1Rencana PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
Lampiran 5 (Lanjutan)
2 Pakta Integritas 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
7.5 SESUAI
3 Acuan Dokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
4 Jaminan Penawaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0TIDAKSESUAI
4TIDAKSESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013
5 Prosedur Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
6 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
7Laporan PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
8 SESUAI
8 Monitoring Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
9 Penerimaan Hasil Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI
Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013