universitas indonesia analisis pengadaan barang/jasa...

170
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP) TESIS A.IKA ISKANDAR 1106111533 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA JANUARI 2013 Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Upload: vanquynh

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DAN

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (LKPP)

TESIS

A.IKA ISKANDAR 1106111533

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

JAKARTA JANUARI 2013

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHKOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DANLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIKKEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH

v

E K

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHKOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DANLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

PEMERINTAH (LKPP)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarMagister Ekonomi

A.IKA ISKANDAR

1106111533

FAKULTAS EKONOMIPROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAHJAKARTA

JANUARI 2013

ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAHKOTA SUKABUMI, PEMERINTAH KOTA BOGOR DANLEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIKKEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Jakarta, 25 Januari 2013

(A.Ika Iskandar)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : A.Ika Iskandar

NPM : 1106111533

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 Januari 2013

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :

Nama : A.Ika Iskandar

NPM : 1106111533

Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Kekhususan Ekonomi Perencanaan Kota dan

Daerah

Judul Tesis : Analisis Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah

Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarMagister Ekonomi pada Program Studi Magister Perencanaan danKebijakan Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Oskar Vitriano, SE., M.PP.

Penguji : Dr. Komara Djaja

Penguji : Dr. Muliadi Widjaja

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 19 Januari 2013

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister

Ekonomi Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan berbagai pihak, sulit untuk menyelesaikan tesis ini, karena itu saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pusbindiklatren Bappenas, selaku pemberi beasiswa untuk menempuh studi

pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia;

2. Pemerintah Kota Sukabumi cq. Badan Kepegawaian dan Diklat yang telah

memberikan ijin untuk menempuh studi di MPKP UI serta Pimpinan dan

jajaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Pemuda Olahraga

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sukabumi yang telah mendukung dan

membantu saya selama menjalani studi;

3. Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP) yang telah berkenan memberikan data;

4. Oskar Vitriano, S.E, M.PP., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini;

5. Dr. Fahrurrazi, M.Si, Saksi Ahli Pengadaan Barang/Jasa Tingkat Nasional dan

Kepala UPT Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa Kota Sukabumi, atas

dukungan dan bantuannya;

6. Seluruh Sivitas Akademika Program Studi Magister Perencanaan dan

Kebijakan Publik yang telah membantu saya dalam menyelesaikan studi;

7. Kedua orang tua dan mertua saya atas doa dan bimbingannya, serta adik saya

Mayor Arm. Ayi Yosa K.W, S.Sos. dan dr. Ika Mariska Y., SpOG, M.Kes.,

atas bantuan moril dan materil;

8. Neneng Indrayati, S.Pd., istri saya atas doa, pengertian, dan dukungan serta

Mohamad Kresna Raditya, buah hati tercinta yang selalu memberi penerang

dalam menjalani hidup ini;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

vi

9. Teman-teman Kelas Bappenas Angkatan XXV atas kerjasama, dukungan dan

bantuan selama menjalani kuliah.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang

telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 25 Januari 2013

Penulis

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : A.Ika Iskandar

NPM : 1106111533

Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Fakultas : Ekonomi

Jenis karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia. Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota

Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 25 Januari 2013

Yang Menyatakan

(A.Ika Iskandar)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

viii

ABSTRAK

Nama : A.Ika IskandarProgram Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan PublikJudul : Analisis Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Sukabumi,

Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan PengadaanBarang/Jasa Pemerintah (LKPP)

Pengadaan barang/jasa publik sebagai salah satu bentuk pelayanan publik

seharusnya dilaksanakan sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat. Tetapi

ternyata sering tidak berjalan efisien dan efektif akibat perilaku sejumlah orang

yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, padahal pengadaan barang/jasa

publik menghabiskan anggaran yang sangat besar. Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dalam Laporan Tahunan 2010 menyebutkan bahwa kasus tindak

pidana korupsi dalam pengadaan barang/jasa menempati peringkat kedua

terbanyak setelah penyuapan. Dalam rangka untuk memperbaiki kinerja

pengadaan barang/jasa pemerintah, yang merupakan salah satu upaya reformasi

birokrasi, perlu dilakukan penelitian mengenai kinerja pengadaan barang/jasa

pemerintah. Penelitian ini menganalisis kinerja pengadaan barang/jasa

pemerintah dengan membandingkan konsep pengadaan yang ideal sesuai dengan

prinsip-prinsip pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 dengan penerapannya, sehingga dapat direkomendasikan

kebijakan apa saja yang harus dilakukan untuk menghasilkan pengadaan

barang/jasa pemerintah yang lebih kredibel dan berintegritas. Hasil penelitian

menunjukan meskipun dapat menghasilkan efisiensi tetapi masih ditemukan hal-

hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan dan kinerja pengadaan

harus ditingkatkan.

Kata kunci: barang publik, pengadaan barang/jasa, reformasi birokrasi

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

ix

ABSTRACT

Name : A.Ika IskandarProgram of Study : Master of Planning and Public PolicyJudul : Analysis of Public Procurement in the Municipality of

Sukabumi, the Municipality of Bogor and National PublicProcurement Agency (NPPA)

Public procurement as one provision mechanism of public goods and services

should be done for the sake of the society welfare. However, it does not always be

done as we hoped due to the personal interests of some persons, whereas public

procurement has a tremendous value. The Corruption Eradication Commission in

2010 Annual Report stated that corruption in public procurement was at the

second worst after bribery. In order to reform public procurement, which is in

accordance with bureaucratic reform, it is necessary to study public procurement

performance. This research analyzes public procurement performance by

comparing the concept of the seven public procurement principles as stated in

Presidential Regulation No. 54 of 2010 with its implementation, so that it can be

recommended some policies in order to yield more credible procurements. The

result of this research states that even it could generate cost efficiencies but the

implementation of public procurement was not absolutely in accordance with the

principles of public procurement and its performance still needs to be improved.

Keywords: public good, public procurement, bureaucratic reform

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................iLEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...........................................iiLEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................iiiLEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ivKATA PENGANTAR.............................................................................................vLEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH.............................................viiABSTRAK............................................................................................................viiiDAFTAR ISI............................................................................................................xDAFTAR TABEL..................................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR............................................................................................xiiiDAFTAR RUMUS...............................................................................................xivDAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv1. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 91.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 101.4. Manfaat Penelitian...................................................................................111.5. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................111.6. Sistematika Penulisan..............................................................................12

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 132.1. Teori Barang Publik.............................................................................. 142.2. Teori Birokrasi .................................................................................... 152.3. Teori Principal Agent ........................................................................... 182.4. Teori Scientific Management..............................................................202.5. Teori Tentang Pengadaan Barang Publik.................................................212.6. Peraturan Perundang-Undangan..............................................................28

2.6.1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang PelayananPublik...........................................................................................28

2.6.2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand DesignReformasi Birokrasi 2010-2025...................................................29

2.6.3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara danReformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 Tentang Road MapReformasi Birokrasi 2010-2014...................................................30

2.6.4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah...............................................................33

3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 513.1. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 513.2. Variabel Penelitian................................................................................ 513.3. Sumber dan Jenis Data.......................................................................... 543.4. Pemilihan Sampel ................................................................................. 543.5. Teknik Pengumpulan Data............................. .........................................553.6. Analisis Data............................................................................................553.7. Uji Validitas.............................................................................................57

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

xi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 584.1. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .......................... 584.2. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)..............................................654.3. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Kota Sukabumi .................724.4. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Kota Bogor........................764.5. Penerapan Prinsip Pengadaan....................................................................78

4.5.1. Penerapan Prinsip Pengadaan di LKPP ..........................................784.5.2. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Sukabumi............................894.5.3. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Bogor................................103

4.6. Perbandingan Penerapan Prinsip-Prinsip Pengadaan di Kota Sukabumi,Kota Bogor dan LKPP.............................................................................116

4.7. Kendala dan Harapan Stakeholder...........................................................1274.7.1. Kendala dan Harapan Stakeholder di LKPP..................................1274.7.2. Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Sukabumi...................1284.7.3. Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Bogor.........................129

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................... 1305.1. Kesimpulan ........................................................................................... 1305.2. Rekomendasi......................................................................................... 132

DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 135

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

xii

DAFTAR TABEL

1.1. Perbandingan PNS Bersertifikasi Pengadaan Barang/Jasa.............................8

2.1. Konsep Barang Publik..................................................................................14

3.1. Variabel Penelitian........................................................................................51

3.2. Variabel Operasional dan Indikator Variabel...............................................51

4.1. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan ULP LKPP.......................................72

4.2. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan ULP Kota Sukabumi.........................76

4.3. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan ULP Kota Bogor...............................78

4.4. Efisiensi Pengadaan di LKPP..................................................................... 79

4.5. Efisiensi Pengadaan di Kota Sukabumi..................................................... 90

4.6. Efisiensi Pengadaan di Kota Bogor ........................................................... 104

4.7. Interval Indikator Variabel Operasional.................................................... 117

4.8. Perbandingan Efisiensi ............................................................................. 118

4.9. Perbandingan Efektif ................................................................................. 118

4.10. Perbandingan Prinsip Transparan .............................................................. 119

4.11. Perbandingan Prinsip Terbuka................................................................... 120

4.12. Perbandingan Prinsip Bersaing.................................................................. 121

4.13. Perbandingan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif........................................ 122

4.14. Perbandingan Prinsip Akuntabel................................................................ 123

4.15. Statistik Skor Indikator Variabel Operasional............................................125

4.16. Rekapitulasi Perbandingan Penerapan Prinsip Pengadaan.........................125

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

xiii

DAFTAR GAMBAR

1.1. Perkara Yang Ditangani KPK........................................................................6

2.1. Penyediaan Barang Publik Optimal.............................................................15

4.1. Skema E-Tendering ................................................................................... 61

4.2. LPSE Menjembatani ULP dengan Pelaku Usaha...................................... 62

4.3. Perkembangan Pelayanan LPSE..................................................................63

4.4. Status Transaksi LPSE.................................................................................64

4.5. Perkembangan Pelaksanaan Pelelangan Secara Elektronik.........................64

4.6. Peringkat Lima Besar Pagu Pengadaan Secara Elektronik Tahun 2012.....65

4.7. Struktur Organisasi LKPP ....................................................................... 70

4.8. Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Sukabumi ....................................... 74

4.9. Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Program SETDA Kota Bogor. 77

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

xiv

DAFTAR RUMUS

3.1. Jarak Interval...................................................................................................56

3.2. Skor Variabel..................................................................................................56

3.3. Prosentase Variabel.........................................................................................56

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan untuk Kepala Unit Pelayanan Pengadaan

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan untuk Kelompok Kerja Unit Pelayanan Pengadaan

Lampiran 3 Daftar Pertanyaan untuk Pejabat Pembuat Komitmen

Lampiran 4 Perhitungan Hasil Penelitian Kota Sukabumi

Lampiran 5 Perhitungan Hasil Penelitian Kota Bogor

Lampiran 6 Perhitungan Hasil Penelitian LKPP

Lampiran 7 Rekapitulasi Perhitungan Skor Indikator Variabel Operasional

Universitas Indonesia

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

1 Universitas Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan publik menurut Hardiyansyah (2011) berhubungan dengan

bagaimana meningkatkan kapasitas dan kemampuan pemerintah menjalankan

fungsi pelayanan kepada masyarakat, yang dalam konteks pendekatan ekonomi

adalah menyediakan kebutuhan pokok masyarakat. Tingkat perkembangan sosial

ekonomi masyarakat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi

dan perubahan politik. Hasil pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi tersebut

berhubungan erat dengan partisipasi masyarakat yang mendorong pertumbuhan

itu, dan harus didistribusikan serta dialokasikan secara adil dan merata kepada

setiap anggota masyarakat. Menurut Musgrave (1959) sebagaimana dikutip

Case (2008, p.350) pengaturan distribusi dan alokasi tersebut merupakan tugas

pemerintah sebagai wujud fungsinya sebagai pelayan publik. Barang/jasa yang

disediakan dalam pelayanan publik disebut barang publik. Menurut Pyndick

(1996) pasar tidak dapat menyediakan barang publik dan pemerintah dapat

menyelesaikan masalah barang publik ini dengan menyediakannya sendiri atau

memberikan insentif kepada pihak swasta untuk memproduksinya.

Pengertian pelayanan publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003, adalah segala jenis

bentuk pelayanan baik dalam bentuk barang maupun jasa yang menjadi

tanggungjawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan

di lingkungan BUMN dan BUMD, dalam upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat, dan dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

Ruang lingkup pelayanan publik sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi pelayanan

barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif. Pelayanan barang/jasa

publik dimaksud meliputi:

1. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh

instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

2

Universitas Indonesia

anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan

dan belanja daerah

2. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh

suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang

dipisahkan

3. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang pembiayaannya

tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara

dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya

menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.

Inti pelayanan publik menurut Mc. Kevitt(1998) sebagaimana dikutip

Hardiyansyah (2011,pp.12) adalah pelayanan yang penting untuk melindungi dan

mendukung keberadaan masyarakat, tetapi dalam mencapai pelayanan optimal

secara sosial tidak dapat dijangkau oleh pasar seperti kesehatan, pendidikan,

kesejahteraan dan penyediaan keamanan. Pemerintah sebagai pelayan publik

harus mampu bekerja dengan baik dan berkinerja tinggi, karena amanat yang

diembannya. Tompkins (2005) berpendapat bahwa pelayan publik yang berkinerja

tinggi adalah jika dapat menjalankan misi dan mandat yang dibebankan dengan

efisien, efektif, bertanggungjawab, responsif, adil, ekonomis dan berdasarkan

etika pelayanan publik. Kepentingan masyarakat terpenuhi jika pemerintah dapat

menggunakan sumberdaya secara bijaksana, menjalankannya secara efisien dan

menyelesaikan masalah umum secara efektif.

Pada tataran implementasinya pelayanan publik tersebut memiliki berbagai

kendala. Pelayanan yang seharusnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kesejahteraan masyarakat kemudian mengalami distorsi akibat perilaku oknum

yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan mengabaikan kepentingan

publik. Rousseau (1968) dalam Horton (2008,pp.19) menegaskan bahwa secara

alamiah akan terjadi konflik antara kepentingan pribadi, kepentingan kelompok

dan kepentingan umum. Individu akan selalu mementingkan kepentingannya

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

3

Universitas Indonesia

sendiri. Meskipun hal tersebut bersifat alamiah, sangatlah mungkin untuk

membedakan antara kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok, dan pada

akhirnya akan menemukan kepentingan umum. Tugas dari pelayan publik untuk

menemukan dan mengedepankan kepentingan umum. Weber (1978) sebagaimana

dikutip Horton (2008,pp.22) telah mengingatkan adanya bahaya ini. Weber

berpendapat bahwa cara untuk mengendalikan kekuasaan adalah melalui hirarki

dan peraturan serta memastikan adanya efisiensi melalui spesialisasi.

Kasper (1998) berpendapat bahwa sepanjang sejarah masalah penting yang

berhubungan dengan kekuasaan adalah masalah agent of government. Baik

penguasa tradisional, parlemen terpilih, ataupun pejabat yang diangkat tergoda

untuk bertindak atas dasar kepentingan pribadi. Masalah perilaku oportunistik

agent terhadap principal, yang terjadi antara pencipta rente (rent-creators) dengan

pemburu rente (rent-seeker) terjadi pada semua tingkatan yang memerlukan

tindakan kolektif dan menimbulkan kolusi antara kelompok tertentu yang

berkepentingan dengan pegawai pemerintah. Deliarnov (2005) berpendapat jika

setiap orang memiliki informasi yang sempurna, rasional dan berperilaku jujur

serta tidak oportunistik maka pertukaran melalui mekanisme pasar adalah metode

yang paling efisien. Persoalannya adalah bahwa dalam dunia nyata informasi yang

dimiliki aktor ekonomi jauh dari sempurna, tidak semua orang rasional dan lebih

banyak orang yang berlaku oportunistik. Informasi yang tidak sempurna dan

perilaku oportunistik dapat mengarah pada perilaku curang. Laba yang diterima

penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan digunakan untk mengejar

kepentingan pribadi disebut rente. Adapun perilaku aparat atau penguasa yang

mengharapkan imbalan atas kebijakan yang dikeluarkannya disebut “kalap rente”

(rent seeking behaviour). Lennerfort (2007) menyebut penyalahgunaan kekuasaan

publik demi keuntungan pribadi sebagai korupsi.

Buchner, S., Freytag, A., Gonzales, Lois G., & Guth, W (2008) mengatakan

bahwa korupsi meluas di seluruh belahan dunia dan mengakibatkan alokasi

sumber daya yang tidak efisien. Korupsi juga menyebabkan berkurangnya

kompetisi dan mengakibatkan kenaikan harga dalam pengadaan barang publik. Di

Eropa terjadi kenaikan nilai kontrak sekitar 10 sampai dengan 45 persen akibat

adanya korupsi. Rose-Ackerman (1999) dalam Lennerforts (2007,pp.381)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

4

Universitas Indonesia

mengatakan bahwa sejalan dengan meningkatnya intensitas pengadaan publik,

maka meningkat pula kontrak antara swasta dan publik dan resiko terjadinya

korupsi pun meningkat.

Transparency International (2011) merilis peringkat Corruption

Perceptions Index (CPI) tahun 2011, yang didasarkan pada persepsi korupsi pada

sektor publik dan menempatkan Indonesia pada peringkat ke-100 dari 183 negara

yang disurvei dengan skor 3,0, yang menunjukan bahwa Indonesia adalah negara

terkorup ke-83 dari 183 negara yang disurvei. Menurut Sulaeman (2010) Bank

Dunia memperkirakan korupsi di Indonesia mencapai hingga 20 % dari biaya

untuk melakukan bisnis, yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan tingkat

efektivitas pemerintah tertinggal di belakang negara-negara di regional. Habir

(2005) berpendapat bahwa Indonesia masih berada di peringkat yang buruk dalam

survei internasional tentang korupsi. Politik uang dan kroni menyebarluas tidak

hanya di pusat tetapi juga ke daerah. Korupsi menjadi salah satu penghalang untuk

masuknya investasi ke Indonesia.

Dalam rangka memberantas korupsi, Pemerintah Indonesia mengambil

beberapa langkah strategis diantaranya adalah pendirian Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dan mencanangkan program reformasi birokrasi untuk

mewujudkan tata kelola kepemerintahahan yang baik (good governance).

Schapper (2009) berpendapat bahwa good governance mengharuskan pelayanan

sektor publik berfungsi dengan baik, responsif terhadap rakyat dan efisien dalam

pelayanannya. Pelayanan publik yang berfungsi dengan baik dengan memiliki

ciri-ciri yaitu transparansi dan pengambilan keputusan secara prosedural, adanya

mekanisme pengendalian dan pengawasan untuk mencegah penyalahgunaan

kewenangan dan juga memastikan adanya akuntabilitas dalam penggunaan

sumber daya.

Untuk mewujudkan good governance, arah pembangunan jangka panjang

dalam peningkatan kinerja aparatur negara, sebagaimana tertera dalam Undang-

Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional tahun 2005-2025, dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk

meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata

pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

5

Universitas Indonesia

keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Pemerintah juga telah

mennerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi

Birokrasi. Grand Design Reformasi Birokrasi menjadi acuan bagi

kementrian/lembaga/pemerintah daerah dalam melakukan reformasi birokrasi

dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Program

reformasi birokrasi 2010-2015 pada tingkat makro meliputi:

o Program penataan organisasi

o Program penataan tatalaksana

o Program penataan sistem manajemen SDM aparatur

o Program penguatan pengawasan

o Program penguatan akuntabilitas kerja

o Program peningkatan kualitas pelayanan publik

Berkaitan dengan program penguatan pengawasan dan program penguatan

akuntabilitas kinerja, target kinerja telah ditentukan dan diharapkan mampu

dicapai hingga tahun 2015. Target yang ingin dicapai untuk program penguatan

pengawasan adalah :

o Meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan anggaran

o Meningkatnya efektifitas pengelolaan keuangan negara

o Meningkatnya status opini BPK

o Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang

Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara yang menjadi target

reformasi birokrasi terdapat hal yang patut menjadi perhatian. Laporan Tahunan

KPK Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa berdasarkan jenis tindak pidana

korupsinya, tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang/jasa menempati

peringkat kedua setelah penyuapan dan secara umum jika dihitung dari jumlah

perkara sejak tahun 2004, korupsi pengadaan barang/jasa menempati peringkat

pertama.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

6

Universitas Indonesia

Gambar 1. 1. Perkara yang Ditangani KPKSumber : Laporan Tahunan KPK 2010

Pengadaan barang publik merupakan aktivitas yang sensitif secara politis,

karena melibatkan jumlah anggaran yang sangat signifikan. Menurut beberapa

penelitian yang dikumpulkan oleh Schapper (2009), pengadaan barang/jasa publik

memiliki nilai yang sangat besar dan sangat signifikan dalam porsi anggaran

negara. Gambaran besarnya pengeluaran dalam pengadaan barang publik di

beberapa negara sebagai berikut :

o Pengadaan barang publik di Amerika Serikat sekitar 200 miliar

dollar per tahun;

o Pengadaan barang publik di Rusia sekitar 40 % dari anggaran

negara;

o Pengadaan barang publik seluruh dunia sekitar 3,2 triliun dolar, 8%

GDP global pada tahun 2003.

Sementara di Indonesia anggaran pengadaan barang/jasa dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2012 mencapai kira-kira

400 triliun rupiah atau mencapai 26,6 persen dari total belanja APBN (LKPP,

2012), sedangkan menurut Bahagia (2011) setiap tahunnya tidak kurang 30 %

APBN dialokasikan untuk pengadan barang/jasa. Dari beberapa pendapat diatas

dapat disimpulkan bahwa perbaikan kinerja dalam pengadaan barang/jasa publik

sangatlah penting.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

7

Universitas Indonesia

Kauffman (1997) dalam Lennerforts (2007,pp.383) mengatakan bahwa

mengingat pentingnya pengadaan publik dan signifikansi ekonomisnya, maka

harus dilakukan pengelolaan pengeluaran anggaran publik yang bijaksana, dengan

menghilangkan potensi kesalahan, ketidakmampuan dan juga korupsi. Kebijakan

pengeluaran anggaran ini dilakukan dengan peningkatan kinerja berbasis

kompetensi dan reformasi pengadaan. Organisation for Economic Cooperation

and Development (2007) berpendapat bahwa lingkungan pengadaan barang publik

memiliki aturan yang sangat ketat untuk meminimalisir penyelewengan dalam

lingkungan yang beresiko tinggi dan rentan terhadap pengaruh yang tidak

semestinya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Organisation for Economic

Cooperation and Development (2007) untuk meningkatkan integritas dalam

pengadaan barang/jasa dapat ditempuh salah satunya dengan meningkatkan

profesionalisme, yaitu dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia

sebagai bentuk investasi dalam human capital untuk meningkatkan efisiensi dan

pencegahan korupsi pengadaan barang/jasa. Peningkatan profesionalisme tersebut

dapat dilakukan dengan pemberlakuan sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa

dan mencegah konflik kepentingan antar stakeholder yang terlibat dalam

pengadaan barang/jasa dengan memisahkan entitas pengguna barang/jasa dengan

entitas pelaksana proses pengadaan.

Di Indonesia sertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa ini telah dilakukan

oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dan

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah setiap pegawai yang mengelola pengadaan barang/jasa

pemerintah baik sebagai Kelompok Kerja Pengadaan, sebagai Pejabat Pengadaan

maupun sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memiliki sertifikat

pengadaan barang/jasa. Tetapi masalah timbul karena kurangnya Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang lulus sertifikasi sementara porsi anggaran pengadaan barang/jasa

dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sangat besar dan

memerlukan pegawai yang kompeten. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mengenai hasil

Pilot Survey Compliance Performance Indicator (CPI) bahwa kompetensi staf

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

8

Universitas Indonesia

pengadaan di sejumlah wilayah Indonesia terbilang kurang memuaskan dan harus

ditingkatkan (LKPP, 2011, 9 Desember).

Dari seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Indonesia yang

berjumlah 4.522.211 orang, hanya 215.260 orang yang telah bersertifikasi atau

hanya rata-rata hanya sekitar 4,76 % telah bersertifikat, sementara anggaran

pengadaan barang/jasa mencapai 26,6 persen dari total jumlah belanja dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun Anggaran 2012. Dalam

hal perbandingan jumlah Pegawai Negeri Sipil(PNS) dengan jumlah Pegawai

Negeri Sipil (PNS) yang telah bersertifikat, Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagai lembaga perumus kebijakan pengadaan

tingkat nasional memiliki prosentase yang tinggi yaitu 89,05 %.

Tabel 1.1. Perbandingan PNS Bersertifikasi Pengadaan Barang/Jasa

No Lembaga/PemerintahDaerah/Nasional

Jumlah PNS Jumlah PNSBersertifikasi

Prosentase PNSBersertifikasi denganJumlah PNS

1 Pemerintah Kota Bogor 9.678 210 2,17

2 Pemerintah Kota Sukabumi 5.733 126 2,20

3 LKPP 137 122 89,05

4 Nasional 4.522.211 215.266 4,76

Sumber : LKPP dan BKN (telah diolah)

Dalam hal peningkatan profesionalisme dengan cara pemisahan entitas

pengadaan barang/jasa, telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2010 bahwa Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I)

wajib membentuk Unit Pelayanan Pengadaan (ULP), yaitu unit organisasi

pemerintah yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa yang bersifat

permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Personil

dalam Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) permanen ini merupakan Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang bertugas secara penuh mengelola pengadaan barang/jasa.

Masalah yang dapat diidentifikasi adalah belum terbentuknya Unit Pelayanan

Pengadaan (ULP) yang bersifat permanen. Sebagian besar

Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) membentuk

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

9

Universitas Indonesia

Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) ini secara ad hoc yang secara organisasi telah

berdiri tetapi personilnya masih merupakan gabungan dari Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dari unit kerja lain. Selama tahun 2011 baru ada satu pemerintah daerah

dan satu institusi yang telah membentuk Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) secara

permanen yaitu Pemerintah Kota Sukabumi dan Universitas Negeri Semarang.

1.2. Perumusan Masalah

Arah pembangunan jangka panjang untuk meningkatkan kinerja aparatur

negara, sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025, dilakukan

melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara

dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Sementara itu, Laporan

Tahunan KPK tahun 2011 menyebutkan bahwa berdasarkan jenis tindak pidana

korupsinya, tindak pidana korupsi dalam pengadaan barang/jasa menempati

peringkat kedua setelah penyuapan. Oleh karena itu maka menjadi hal yang sangat

penting untuk melakukan perbaikan kinerja pengadaan barang/jasa, sebagaimana

diutarakan Kauffman (1997) dalam Lennerforts (2007,pp.383) bahwa kebijakan

pengeluaran anggaran dilaksanakan dengan peningkatan kinerja berbasis

kompetensi dan reformasi dalam pengadaan barang/jasa publik.

Dalam peningkatan profesionalisme pengadaan barang/jasa ini ditemukan

masalah dalam hal kurangnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah lulus

sertifikasi pengadaan barang/jasa dan belum seluruh

Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) membentuk

Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) secara permanen yang berpengaruh pada kinerja

pengadaan barang/jasa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam rangka

peningkatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai salah satu

upaya reformasi birokrasi, perlu dilakukan analisis sejauh mana pelaksanaan

pengadaan barang/jasa pemerintah, sehingga diperoleh gambaran mengenai

keterkaitan antara latar belakang tingkat profesionalisme pengadaan barang/jasa

dengan tingkat penerapan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa. Analisis

sebagaimana dimaksud dilakukan dengan membandingkan antara konsep

pengadaan yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan dengan penerapan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

10

Universitas Indonesia

prinsip-prinsip pengadaan yang aktual terjadi sehingga dapat ditentukan kebijakan

untuk peningkatan kinerja pengadaan barang/jasa.

Kota Sukabumi dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan

merupakan pemerintah daerah yang memiliki prosentase Pegawai Negeri Sipil

(PNS) bersertifikasi pengadaan barang/jasa di bawah rata-rata nasional tetapi telah

memiliki Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) secara permanen sejak tahun 2011.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dijadikan

sebagai tempat penelitian karena merupakan lembaga negara yang memiliki

prosentase tinggi dalam hal Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersertifikat

pengadaan barang/jasa tetapi memiliki Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) yang

masih bersifat ad hoc. Selain itu Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP) adalah lembaga penentu kebijakan pengadaan barang/jasa

pemerintah sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lembaga ini

sepatutnya dijadikan sebagai model yang baik untuk pengadaan barang/jasa

pemerintah yang berintegritas tinggi. Kota Bogor dijadikan sebagai tempat

penelitian karena merupakan pemerintah daerah yang memiliki prosentase

Pegawai Negeri Sipil (PNS) bersertifikasi pengadaan barang/jasa di bawah rata-

rata nasional dan memiliki Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) yang masih bersifat

ad hoc.

Dengan membandingkan ketiga lokasi yang memiliki kriteria

profesionalisme dalam pengadaan barang/jasa yang berbeda tersebut diharapkan

dapat diperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah, yang dapat dijadikan acuan untuk perbaikan kinerja khususnya bagi

ketiga daerah tersebut demi tercapainya sasaran reformasi birokrasi menuju tata

kelola kepemerintahan yang baik.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

a. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa dalam

pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Pemerintah Kota

Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan LKPP, sehingga diperoleh

gambaran mengenai ada atau tidaknya perbedaan tingkat penerapan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

11

Universitas Indonesia

prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa berkaitan dengan berbedanya latar

belakang profesionalisme dalam pengadaan barang/jasa.

b. Untuk menentukan/merekomendasikan kebijakan yang harus dilakukan

oleh ketiga institusi yang menjadi lokasi penelitian dalam rangka

menghasilkan pengadaan barang/jasa pemerintah yang lebih kredibel dan

berintegritas.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

a. memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip pengadaan

barang/jasa pemerintah dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah di Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor

dan LKPP;

b. untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan

pengadaan barang/jasa pemerintah di Pemerintah Kota Sukabumi,

Pemerintah Kota Bogor dan LKPP sehingga dapat dijadikan acuan

untuk pengambilan kebijakan, baik bagi ketiga instansi tersebut

maupun bagi instansi lainnya yang melaksanakan pengadaan

barang/jasa pemerintah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah

yang meliputi perencanaan pengadaan, pelaksanaan pemilihan penyedia dan

pelaksanaan pekerjaan, khusus dalam pengadaan yang dilakukan dengan metode

pelelangan umum, pelelangan sederhana, seleksi umum dan seleksi sederhana di

Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan LKPP pada tahun

anggaran 2011. Lokasi penelitian di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Unit Pelayanan

Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kota Sukabumi, di Unit Pelayanan Pengadaan

Barang/Jasa (ULP) Kota Bogor dan di Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa

(ULP) LKPP Jakarta, serta unit kerja lain yang terkait dengan pengadaan

barang/jasa pemerintah yang dilakukan ketiga lokasi penelitian tersebut.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

12

Universitas Indonesia

1.6. Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

- Bab 1 : Pendahuluan

Membahas berbagai permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, ruang lingkup, dan

sistematika penulisan.

- Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian.

- Bab 3 Metodologi Penelitian

Membahas metode penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan

data, analisis data dan sumber data penelitian.

- Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Membahas analisis hasil penelitian

- Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi

Berisi kesimpulan dan rekomendasi kebijakan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

13 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori penunjang dan peraturan yang

berhubungan dengan penelitian. Teori-teori dan peraturan-peraturan tersebut

sebagai berikut :

1. Teori Barang Publik membahas jenis barang/jasa yang disediakan oleh

pemerintah sebagai pelayan masyarakat yang penyediaannya dilakukan

dengan mekanisme pengadaan/barang jasa.

2. Teori Principal-Agent membahas hubungan antara principal sebagai

pemberi mandat kekuasaan dengan agent sebagai penerima mandat.

Teori ini juga membahas kontrak yang dilakukan antara pemerintah

dengan pihak perusahaan pemenang lelang dan pentingnya monitoring.

3. Teori Birokrasi membahas hirarki kewenangan di antara unit kerja

dalam pemerintahan dan perlunya keahlian teknis birokrat.

4. Teori Scientific Management membahas peningkatan produktivitas

dapat dicapai dengan proses kerja yang sistematis dan adanya standar

kerja.

5. Teori tentang pengadaan barang/jasa yang berisikan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation and

Development (OECD) mengenai upaya untuk mencapai pengadaan

barang/jasa yang berintegritas tinggi dan pendapat lain tentang prinsip-

prinsip pengadaan.

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

7. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025.

8. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 Tentang Road Map

Reformasi Birokrasi 2010-2014.

Teori-teori dan peraturan perundang-undangan tersebut sebagai berikut:

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

14

Universitas Indonesia

2.1. Teori Barang Publik

Menurut Pyndick (1996) barang publik adalah barang yang dapat

diproduksi dengan murah untuk konsumen, tetapi sekali barang tersebut

diproduksi maka sulit melarang orang lain untuk menggunakannya. Pasar tidak

selalu dapat menyediakan barang publik, karena barang publik harus disediakan

dalam harga yang terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah dapat menyelesaikan

masalah barang publik ini dengan menyediakannya atau memberikan insentif

kepada pihak swasta untuk memproduksinya. Menurut Musgrave & Musgrave

(1989) sebagaimana dikutip Case (2008, p.351), barang publik adalah barang yang

memiliki karakteristik non-excludable dan non-rivalry dalam konsumsinya. Non-

excludable artinya orang lain tidak dapat dikeluarkan dari pemakaian suatu barang

publik, misalnya dalam pertahanan negara yang disediakan untuk seluruh

masyarakat dan tidak bisa melarang orang lain untuk tidak mendapatkannya. Non-

rivalry berarti bahwa konsumsi yang kita lakukan tidak mempengaruhi orang lain

dalam mengkonsumsi suatu barang, kita dapat mengkonsumsi tetapi tidak

mengurangi barang tersebut dan masih dapat dikonsumsi orang lain secara utuh.

Contohnya dalam mengkonsumsi udara, kita dapat menghirup udara dengan bebas

untuk bernafas tetapi orang lain juga masih dapat memakainya tanpa terkurangi.

Tabel 2.1. Konsep Barang Publik

Sifat Excludable Non-excludable

Rivalry pure private goods, misalnya

hamburger

quasi public good contohnya taman publik

tidak perlu membayar tetapi dapat mengurangi

kesempatan orang lain memakainya

Non-rivalry quasi public good contohnya

jalan tol, disediakan untuk

publik tetapi harus membayar

pure public goods, contohnya pertahanan

negara, lampu penerangan jalan

Sumber : Case, 2008 (telah diolah kembali)

Sementara Samuelson (1954) sebagaimana dikutip Tiebout (1956, pp. 416)

berpendapat barang publik adalah barang konsumsi kolektif yang dinikmati semua

orang, jika salah satu menikmati maka konsumsi oleh orang lain terhadap barang

tersebut tidak berkurang. Menurut Olson (1965) barang publik adalah barang yang

jika dikonsumsi oleh seseorang maka barang tersebut tidak dapat dikurangi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

15

Universitas Indonesia

kemudian sisanya untuk diberikan kepada orang lain. Negara adalah organisasi

utama dan pertama yang harus menyediakan barang publik.

Gambar 2.1. Penyediaan Barang Publik OptimalSumber : O’Sullivan (2007) dan Pyndick (1996). Telah diolah kembali.

Penyediaan barang publik, sebagaimana diutarakan Pyndick (1996) dan

O’Sullivan (2007) dilakukan dengan menjumlahkan marginal benefit setiap

penduduk sehingga diperoleh marginal social benefit. Tingkat optimal dan paling

efisien adalah pada jumlah dimana marginal social benefit sama dengan marginal

social cost. Pada gambar 2.1. misalkan dalam penyediaan taman publik, untuk

luas taman 6 are jumlah marginal benefit ketiga penduduk adalah 19 dollar tetapi

marginal social cost adalah 13 dollar. Jika disediakan taman seluas 6 are maka

benefitnya tidak akan optimal dirasakan oleh ketiga penduduk tersebut. Jika taman

yang disediakan seluas 16 are jumlah marginal benefit dari ketiga penduduk yang

ada adalah 13 (Lois=3, Marian=4, Hiram= 6) dan marginal social cost adalah 13

sehingga penyediaan yang optimal adalah dengan luas taman 16 are.

2.2. Teori Birokrasi

Kasper (1998) berpendapat bahwa barang publik tidak dapat disediakan

dengan menggunakan mekanisme pasar dan pemerintah adalah organisasi yang

bertugas dan diberi kewenangan menyediakan barang publik. Pemerintah adalah

$0.00

$2.00

$4.00

$6.00

$8.00

$10.00

$12.00

$14.00

$16.00

$18.00

$20.00

6 12 16 28

Har

ga

Luas Taman (are)

MBLois

MBMarian

MBHiram

MSB

MSC

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

16

Universitas Indonesia

organisasi (top down, susunan hirarkis) yang mengikuti tujuan kolektif tertentu

dan berwenang secara politis untuk menjalankan kekuasaan dalam aturan tertentu

dengan hak hukumnya sendiri.

Weber (1947) sebagaimana dikutip Tompkins (2005,pp.41) menyatakan

bahwa rasionalitas administratif dapat dicapai dengan membagi-bagi pekerjaan ke

dalam fungsi administratif spesifik, memberi kewenangan yang jelas untuk

masing-masing unit kerja tersebut, menyusun hirarki kewenangan di masing-

masing unit kerja, mengatur patokan karir pegawai, dan bekerja mencapai tujuan

sesuai dengan peraturan. Kewenangan yang terlegitimasi dijalankan bukan atas

dasar paksaan. Weber mengidentifikasi tiga jenis konsep kewenangan :

1. Kewenangan kharismatik.

Kewenangan kharismatik merupakan kewenangan yang dibangun atas

dasar kemampuan dan perilaku teladan secara personal. Pengikutnya

mengakui legitimasi atas dasar perilaku heroik, kesakralan, karakter

teladan dan juga kekuatan supranatural. Kelemahan kewenangan

kharismatik ini tidak menyediakan dasar untuk pergantian kewenangan

ketika pemimpin kharismatik menanggalkan perannya dan hal itu dapat

menjadi ancaman keberlangsungan organisasi.

2. Kewenangan tradisional

Dalam kewenangan tradisional legitimasi didapatkan berdasarkan

tradisi yang berjalan lama. Hak untuk berkuasa berdasarkan prinsip

pergantian kekuasaan secara turun temurun. Pengikutnya menerima

legitimasi karena menghormati kesakralan pelaksanaan tradisi ini.

Kelemahannya dalam pelaksanaan seringkali kewenangan tradisional

dilakukan hanya atas dasar untuk kepentingannya dan bukan

memberikan keputusan terbaik bagi organisasi.

3. Kewenangan atas dasar hukum

Kewenangan jenis ini dibangun berdasarkan hukum/peraturan. Tipe

kewenangan atas dasar peraturan ini sesuai untuk organisasi yang besar

dan kompleks karena menekankan kewenangan atas dasar posisi

kedinasan, bukan pada orangnya. Alat atau perlengkapan yang

berhubungan dengan sistem kewenangan ini dilaksanakan secara

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

17

Universitas Indonesia

maksimal dalam mengelola organisasi yang besar dan kompleks dan

menghasilkan apa yang dinamakan birokrasi. Kedudukan administrator

dan keterkaitannya dengan peraturan, keterkaitannya dengan posisi

yang mengaturnya dan dengan aparat lain secara tegas diatur oleh

peraturan yang impersonal. Peraturan yang impersonal ini juga

mengatur hirarki kewenangan, hak dan kewajiban aparat, metoda

pengangkatan dan promosi, dan cara pelaksanaan tugas administratif.

Setiap negara pada dasarnya didirikan berdasarkan kekuasaan. Penguasa

kemudian menyusun unit kerja untuk mempertahankan keberlangsungan negara

dan untuk mengimplementasikan kebijakan. Peranan politisi adalah menetapkan

dan melanjutkan setiap kebijakan. Politisi pada dasarnya menginginkan untuk

terus memiliki kekuasaan publik. Tugas pemerintah adalah melaksanakan

kebijakan yang digariskan politisi tersebut tanpa ada pertimbangan politis.

Birokrasi ideal dalam pandangan Weber memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tugas yang tetap.

Pekerjaan pemerintahan dibagi-bagi secara sistematis sehingga para

pegawai pemerintah memiliki tugas yang jelas dan diberikan

kewenangan untuk membuat keputusan dalam lingkungan

kewenangannya sesuai dengan kemampuannya.

2. Hirarki kewenangan.

Kedudukan disusun secara hirarkis berdasarkan tingkatan kewenangan,

setiap instansi dibawah berada dalam pengendalian dan pengawasan

instansi diatasnya. Bawahan bertanggungjawab kepada atasannya

melalui garis komando yang jelas.

3. Sistem peraturan.

Peraturan perilaku membatasi lingkup kewenangan dan tingkah laku

pegawai pemerintah sedangkan peraturan teknis mengatur bagaimana

pekerjaan dilaksanakan dan bagaimana keputusan dibuat.

4. Keahlian teknis.

Pegawai dipilih, diangkat dan dipromosikan berdasarkan kemampuan

untuk melakukan tugasnya.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

18

Universitas Indonesia

5. Pelayanan karir.

Birokrat terdiri atas pegawai yang telah memutuskan untuk memilih

bidang pelayanan publik sebagai karirnya, menerima gaji sebagai

kompensasi pekerjaannya dan kantornya bukan merupakan milik

pribadi.

6. Dokumentasi tertulis.

Pegawai pemerintah mendokumenkan secara tertulis semua peraturan,

keputusan dan tindakan administratif.

2.3. Teori Principal-Agent

Jensen (1976) berpendapat hubungan principal-agent adalah kontrak

antara satu atau beberapa orang sebagai prinsipal dengan satu atau beberapa orang

sebagai agen untuk melaksanakan pelayanan untuk kepentingannya yang

melibatkan pendelegasian kewenangan kepada agen. Jika kedua pihak

berkepentingan untuk memaksimalkan utility, maka agen tidak akan selalu

berlaku berdasarkan kepentingan terbaik prinsipal. Penyimpangan pelaksanaan

kontrak antara prinsipal dan agen ini dapat terjadi. Hal tersebut menurut T.H.

Green, seorang filsuf Inggris, sebagaimana dikutip Horton (2008, pp.19) karena

pada dasarnya manusia bagaikan binatang yang memiliki rasa sosial (social-

animal) yang akan selalu mementingkan kepentingan pribadinya, dengan

dorongan untuk mewujudkan kepentingan diri. Menurut Jensen (1976)

penyimpangan tersebut potensial menimbulkan kerugian secara ekonomi. Biaya

yang timbul dalam hubungan principal-agent ini meliputi :

1. Biaya untuk memastikan agar agent membuat keputusan yang optimal

untuk kepentingan principal meliputi biaya bonding oleh agent dan

biaya pengawasan oleh principal;

2. Biaya residual yaitu biaya yang ditanggung principal akibat adanya

divergensi antara keputusan yang diambil oleh agent dengan

keputusan yang dapat memaksimalkan kesejahteraan principal.

Williamson (2005) berpendapat karena informasi yang tidak lengkap

maka kontrak juga sering tidak lengkap, individu yang terlibat sering melakukan

kecurangan untuk kepentingan pribadi, dan mengambil keuntungan dari adanya

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

19

Universitas Indonesia

ketidaklengkapan kontrak. Dalam kasus ini sering terjadi masalah penyimpangan

moral (moral hazard). Moral hazard merupakan kecenderungan alamiah yang

terjadi jika ada peluang untuk melakukan tindakan oportunis. Kombinasi dari

keduanya menimbulkan masalah bagi agen ekonomi, bagaimana mengelola dan

mengorganisasikan transaksi sehingga terhindar dari perilaku menyimpang

tersebut.

Menurut Pindyck (1995) karena biaya untuk pengawasan itu mahal, maka

tidak dapat dijamin bahwa pegawai publik dapat memproduksi barang publik

dengan efisien. Pengawasan terhadap pemerintah oleh legislatif tidak dapat efektif

selama agent memiliki informasi lebih banyak. Masalah dalam principal-agent

adalah bahwa agent dapat saja melakukan sesuatu utuk mencapai maksudnya

meskipun merugikan pihak principal. Sementara itu Deliarnov (2005)

berpendapat jika setiap orang dalam masyarakat memiliki informasi yang

sempurna, rasional dan berperilaku jujur serta tidak oportunistik maka pertukaran

melalui mekanisme pasar adalah metode yang paling efisien. Persoalannya adalah

bahwa dalam dunia nyata informasi yang dimiliki aktor ekonomi jauh dari

sempurna, tidak semua orang rasional dan lebih banyak orang yang berlaku

oportunistik. Informasi yang tidak sempurna dan perilaku oportunistik dapat

mengarah pada perilaku curang dalam adverse selection dan moral hazard. Laba

yang diterima penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan digunakan untk

mengejar kepentingan pribadi disebut rente. Perilaku aparat atau penguasa yang

mengharapkan imbalan atas kebijaksanaan yang dikeluarkannya melahirkan

perilaku rent seeking.

Kasper (1998) berpendapat bahwa sepanjang sejarah masalah penting

berhubungan dengan kekuasaan adalah masalah agent of government. Baik

penguasa turun temurun maupun parlemen terpilih, ataupun pejabat yang diangkat

tergoda untuk bertindak atas dasar kepentingan pribadi. Masalah principal-agent

dalam organisasi politik dan administratif salah satunya adalah birokrat dan

politisi, sebagai agent memiliki informasi yang lebih baik daripada masyarakat,

sebagai principal dan cenderung tidak ada kontrol yang efektif dari prinsipal ke

agen sehingga dapat memberinya peluang untuk berlaku oportunis. Masalah

perilaku oportunistik agent terhadap principal, yang terjadi antara pencipta rente

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

20

Universitas Indonesia

(rent-creators) dengan pemburu rente (rent-seeker) ini terjadi pada semua

tingkatan yang memerlukan tindakan kolektif dan menimbulkan kolusi antara

kelompok tertentu yang berkepentingan dengan pegawai pemerintah.

2.4. Teori Scientific Management

Teori Scientific Management dikembangkan oleh Frederick Taylor yang

juga disebut sebagai teori efektifitas organisasi. Elemen dasar teori ini menurut

Hitt (2009) sebagai berikut :

1. Menentukan cara terbaik untuk melakukan pekerjaan melalui

pengukuran yang tepat dan obyektif.

2. Memilih pegawai yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut

3. Melatih pegawai pilihan tadi dengan metoda pelaksanaan pekerjaan

yang paling tepat.

4. Menyediakan insentif yang cukup bagi pekerja yang melakukan

pekerjaan dengan benar dan dalam waktu yang efisien.

Sistem kerja yang dapat meningkatkan kinerja adalah sebagai berikut :

1. Sistematisasi proses produksi.

Taylor mengembangkan analisis yang terperinci mengenai skema dan

alur kerja. Taylor mengembangkan penggunaan skema produksi yang

menggambarkan langkah yang harus dilalui sebuah produk dan berapa

lama waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses tersebut, sehingga

produk dapat dipacu untuk melalui tahapan produksi secepat dan

seefisien mungkin.

2. Sistematisasi peralatan.

Taylor mengembangkan tempat khusus menyimpan peralatan, sehingga

setiap peralatan memiliki kegunaan tertentu, dan dirancang dan

dipelihara dalam cara tertentu.

3. Standarisasi kerja.

Standarisasi kerja memastikan cara terbaik untuk melaksanakan

masing-masing tugas, dan kemudian mengkomunikasikannya kepada

karyawan melalui on job training dan instruksi tertulis harian.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

21

Universitas Indonesia

4. Sistem insentif gaji.

Sistem pembayaran piecework yang membayar pekerja sesuai dengan

banyaknya produk yang dihasilkannya, yang berkembang pada tahun

1890-an pada kenyataannya mengurangi produktivitas karena buruh

sebenarnya mengetahui bahwa manajer pabrik cenderung untuk terus

mengurangi harga per satuan produk agar upah pekerja tetap kecil, yang

dikenal dengan systematic soldiering. Menyikapi hal ini Taylor

mengembangkan sistem pembayaran yang berbeda, yang menjanjikan

upah tinggi ketika tugas selesai sesuai dengan waktu yang dialokasikan

tanpa cacat, dan upah yang rendah jika tugas melewati waktu yang

dialokasikan atau tidak sempurna.

Sementara itu mekanisme koordinasi dan pengawasan yang dikembangkan teori

ini sebagai berikut :

1. Standarisasi proses kerja.

Pekerjaan dirancang dengan Standar Operational Procedure (SOP)

yang menggambarkan bagaimana seharusnya pekerjaan dilaksanakan.

Pekerja diharuskan mengikuti alur sesuai SOP. Koordinasi dibangun

dalam proses kerja itu sendiri, dan pengawasan dilaksanakan dengan

pembatasan kebijakan pegawai sehingga kesalahan dapat diminimalisir

dan setiap keputusan dibuat dengan adil.

2. Standarisasi output.

Ahli yang berperan dalam program efisiensi kerja tidak saja

menentukan bagaimana melaksanakan pekerjaan secara efisien tetapi

juga berapa lama untuk memproduksi produk tertentu. Kemudian setiap

pekerja diberikan kuota/target yang harus dicapai. Pengawasan

dilakukan dengan mengumpulkan data kinerja dan langkah untuk

memperbaiki sebagaimana dimandatkan untuk mengatasi perbedaan

antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan.

2.5. Teori Tentang Pengadaan Barang Publik

Pengadaan barang publik merupakan aktivitas yang sensitif secara politis,

karena melibatkan jumlah anggaran yang sangat signifikan. Berdasarkan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

22

Universitas Indonesia

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk

memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi Lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan

sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

Cakupan kegiatan pengadaan meliputi perencanaan, proses pengadaan,

penerimaan dan penyimpanan, penggunaan barang dan manajemen aset, dan tiga

transaksi yaitu transaksi pembelian barang/jasa (kontrak), transaksi penerimaan

barang dan transaksi pengeluaran barang.

Menurut penelitian Organisation for Economic Cooperation and

Development (2007) pengadaan barang publik di negara-negara OECD

diperkirakan senilai 15 % dari total GDP, dan di Uni Eropa sebesar 1,5 triliun

Euro pada tahun 2002. Lingkungan pengadaan barang publik memiliki aturan

yang sangat ketat untuk meminimalisir penyelewengan dalam lingkungan yang

beresiko tinggi dan rentan terhadap pengaruh yang tidak semestinya. Pengadaan

barang publik juga merupakan sumber pendapatan bagi negara dalam hal

kontribusi pajaknya. Pengadaan barang publik merupakan aktivitas pemerintahan

yang paling rentan terhadap korupsi. Pengadaan barang publik merupakan proses

yang mempertemukan pemerintah dengan pihak swasta, yang potensial

melahirkan kesempatan bagi kedua pihak untuk menyelewengkan dana publik

untuk kepentingan pribadi. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas diyakini

sebagai ancaman utama terhadap integritas pengadaan barang/jasa pemerintah.

Karena transparansi dan akuntabilitas merupakan kunci untuk meningkatkan

integritas dalam seluruh proses pengadaan.

Organisation for Economic Cooperation and Development (2007)

melakukan telah melakukan penelitian dari perspektif good governance yang

menghasilkan solusi untuk peningkatan integritas dan pencegahan korupsi dalam

pengadaan barang/jasa publik mulai dari tahapan penentuan kebutuhan hingga

manajemen kontrak Menurut OECD, upaya yang harus dilakukan dalam

meningkatkan integritas dalam pengadaan barang publik adalah sebagai berikut :

a. Prosedur pengadaan barang publik harus transparan dan

mendorong adanya perlakuan yang sama dan adil;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

23

Universitas Indonesia

b. Sumber daya publik berkaitan dengan pengadaan barang publik

digunakan sesuai dengan kebutuhan;

c. Perilaku dan profesionalisme pegawai pemerintahan yang bertugas

dalam pengadaan harus sesuai dengan tugas pelayanan publik;

d. Sistem pengadaan mendukung pengambilan keputusan dalam

pengadaan barang publik, memastikan adanya akuntabilitas dan

mendorong pengawasan publik

OECD telah menyusun pengukuran standar pelaksanaan pengadaan barang

publik yang berintegritas tinggi. Ukuran tersebut dapat dijadikan sebagai patokan

untuk pelaksanaan pengadaan barang publik. Standar tersebut meliputi outcome

yang ideal proses pengadaan dan tahapan apa saja yang rentan terhadap ancaman

penurunan integritas yang berpotensi melahirkan korupsi. Standar tersebut sebagai

berikut :

1. Resiko terhadap integritas dalam setiap tahapan pengadaan meliputi :

a. Tahap pre-bidding:

i. Perencanaan dan penganggaran pengadaan tidak tepat;

ii. Persyaratan pengadaan tidak disusun dengan tepat;

iii. Pemilihan prosedur yang tidak tepat;

iv. Kerangka waktu untuk persiapan pengadaan tidak cukup

atau tidak diinformasikan secara adil ke setiap peserta.

b. Tahap pelaksanaan pelelangan:

i. Akses informasi yang tidak adil bagi setiap peserta dalam

undangan pemilihan;

ii. Kurang terciptanya kompetisi yang berakibat pada harga

yang tidak kompetitif;

iii. Adanya konflik kepentingan dalam proses evaluasi dan

penetapan pemenang;

iv. Kurangnya akses prosedural dalam hal peserta yang tidak

menang ingin mengajukan protes.

c. Tahap post bidding:

i. Kurangnya monitoring pelaksanaan pekerjaan oleh

pelaksana sendiri;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

24

Universitas Indonesia

ii. Kurangnya monitoring pelaksanaan pekerjaan oleh pihak

pemerintah.

2. Upaya untuk mendorong transparansi dilakukan dengan :

a. Informasi mengenai peraturan pengadaan yang transparan dan

dapat diakses semua pihak ;

b. Kesempatan yang sama bagi setiap peserta melalui prosedur yang

kompetitif dan menyediakan informasi yang konsisten kepada

setiap peserta;

c. Tahap pre-bidding:

i. Spesifikasi tidak mengarah ke satu peserta tertentu;

ii. Adanya pengelolaan pasar dengan pendekatan strategis dan

peyediakan informasi atas permintaan barang publik seluas-

luasnya kepada industri sehingga dapat meningkatkan

persaingan sehat.

iii. Perencanaan yang sesuai sehingga dapat membantu

pengelola pengadaan dalam menganalisa dan memilih

prosedur pengadaan yang sesuai.

d. Tahap bidding:

i. Peserta menerima informasi yang jelas dari awal mengenai

kesempatan keikutsertaan dalam pengadaan;

ii. Peserta menerima informasi yang adil jika ada perubahan

persyaratan;

iii. Peserta dapat meminta penjelasan lebih lanjut dengan syarat

harus berlaku untuk semua peserta.

iv. Peserta diberi waktu yang cukup untuk mempersiapkan

penawaran.

e. Tahap postbidding:

i. Proyek dijalankan sesuai dengan spesifikasinya dan tepat

waktu;

ii. Adanya pembatasan dan pengawasan terhadap perubahan

kontrak (addendum);

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

25

Universitas Indonesia

iii. Pengawasan yang akurat dan terjadwal oleh pihak

pemerintah dan instansi pengawasan;

iv. Adanya penanggungan resiko dengan penerbitan jaminan.

3. Meningkatkan profesionalisme untuk mencegah adanya ancaman

terhadap integritas dengan cara :

a. Memastikan bahwa anggaran publik dipakai sesuai

peruntukannya;

b. Meminimalisir potensi korupsi;

c. Perencanaan tahunan pengadaan yang dapat diakses. Pejabat yang

berwenang harus memberikan review atas proses pengadaan, dan

mengidentifikasi tujuan, dan target yang sesuai dengan tujuan

organisasi. Rencana ini dipublikasikan untuk memberikan

informasi kepada peserta pengadaan;

d. Penganggaran yang meliputi :

i. Pengadaan publik merupakan bagian integral daripada

manajemen keuangan publik;

ii. Penentuan anggaran sesuai dengan manfaat yang diperoleh,

dengan cara referensi terhadap harga pasar setempat,

referensi pada harga supplier dan berdasarkan kontrak yang

sebelumnya.

e. Adanya sistem dokumentasi pengadaan yang seragam untuk

memastikan implementasi peraturan yang konsisten.

f. Pengadaan yang lebih sentralistik dan lebih efisien dengan

meningkatkan manajemen informasi dan mengurangi biaya

transaksi. Pengadaan yang sentralistik dapat mengurangi tatap

muka dengan peserta dan lebih efektif dibandingkan dengan

pengadaan yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja secara

terpisah;

g. Meningkatkan kemampuan pegawai dengan sertifikasi dan

pelatihan khusus tentang pengadaan sebagai bentuk investasi

dalam human capital untuk meningkatkan efisiensi dan mencegah

potensi korupsi dalam pengadaan barang/jasa;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

26

Universitas Indonesia

h. Ketersediaan data mengenai integritas dan kinerja peserta

pengadaan serta data mengenai kontrak sebelumnya serta

pertukaran informasi antar pegawai pengadaan dengan penciptaan

jaringan;

i. Pemisahan kewenangan dan tugas yang jelas diantara petugas

yang terlibat dalam pengadaan untuk menghindari conflict of

interest dengan pemisahan entitas, fungsi, tahapan pengadaan,

tugas teknis/komersial dan tugas pengelolaan keuangan.

j. Pengadaan secara elektronik yang dapat mengurangi biaya

pengadaan, dapat mencegah adanya kontak langsung antara

pelaksana dengan peserta dan meningkatkan transparansi;

k. Memastikan bahwa kepentingan petugas tidak mempengaruhi

proses pengadaan dengan adanya standar etika untuk pelaksana

dan standar prosedur yang detail untuk pelaksanaan pengadaan;

l. Adanya perlindungan bagi pegawai pengelola pengadaan dari

pengaruh dan tekanan termasuk pengaruh politik untuk

memastika pengambilan keputusan yang imparsial.

4. Memastikan adanya pengawasan dan akuntabilitas

a. Dokumentasi yang akurat merupakan basis akuntabilitas karena

menyediakan jejak pengambilan keputusan dan berperan sebagai

bukti resmi untuk kepentingan audit dan pengawasan;

b. Audit dan pengawasan internal dan eksternal;

c. Menyediakan mekanisme sanggahan atas keputusan yang diambil

dalam proses pengadaan;

d. Adanya pakta integritas untuk memastikan proses pengadaan

dilakukan dengan transparan, akuntabel dan mencegah korupsi.

Pengadaan barang publik harus dilaksanankan secara efisien dan efektif.

Menurut Simon (2000) efisiensi mengacu pada tingkat sumberdaya yang

dihabiskan untuk mencapai hasil pada tingkatan tertentu. Konsep pengukuran

efisiensi harus menjawab seberapa banyak sumberdaya yang dipergunakan untuk

mencapai hasil yang dimaksud. Tingkat perbedaan efisiensi membandingkan

penggunaan sumber daya sebagai input terhadap output. Efektivitas adalah

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

27

Universitas Indonesia

tingkatan dimana aktivitas mencapai hasil yang diinginkan. Konsep efektivitas

harus menjawab apakah hasil yang telah ditargetkan dapat tercapai atau tidak.

Pengukurannya dengan membandingkan antara hasil aktual dengan standar atau

ekspektasi yang telah ditetapkan.

OECD (2007) dan Schapper (2009) berpendapat bahwa transparansi dan

akuntabilitas diyakini merupakan faktor kunci untuk meningkatkan integritas dan

mencegah korupsi dalam pengadaan barang/jasa. Tetapi kedua hal tersebut harus

diimbangi dengan hal penting lainnya misalnya memastikan adanya manajemen

yang efisien dalam pengelolaan sumberdaya publik, dan adanya persaingan sehat.

Stasavage (2003) mengatakan bahwa transparansi adalah pertimbangan yang

relevan ketika birokrat memilih kebijakan untuk mencapai hasil yang ditetapkan,

tetapi dalam pelaksanaannya hasil aktual dapat dipengaruhi oleh kejadian yang

tak diharapkan. Langkah yang paling baik untuk mengatasi moral hazard adalah

dengan mengawasi dan membuat perilaku agen terlihat. Hal tersebut dapat

tercapai dengan prosedur administratif yang memungkinkan terjadinya pemberian

informasi oleh birokrat.

Stirton (2001) berpendapat bahwa meski tidak identik tetapi tansparansi

berhubungan erat dengan akuntabilitas. Transparansi adalah adanya jalan dua arah

antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah dikatakan transparan jika responsif

terhadap masyarakat sebagai penerima pelayanan. Aktivitas Lembaga

Transparansi Internasional dalam mendorong reformasi anti korupsi menjadikan

transparansi dan akuntabilitas sebagai bahan diskusi utama untuk reformasi

pelayanan publik. Hal yang menentukan sebuah pelayanan publik disebut sebagai

transparan, jika mereka responsif terhadap pengguna pelayanan dan menanggapi

keinginan tersebut. Transparansi memerlukan keadaan dimana warga negara dapat

mengontrol pelaksanaan pelayanan publik berdasarkan preferensi mereka,

termasuk juga mengetahui bagaimana keputusan dibuat.

Prinsip lain yang harus dipenuhi adalah prinsip akuntabel. Rubinstein

(2007) mengatakan bahwa akuntabilitas sering dilihat sebagai alat yang penting

untuk membatasi kekuasaan yang tidak terbatas. Akuntabilitas sangat penting

untuk politik demokrasi. Mekanisme akuntabilitas memerlukan kemampuan

seorang pelaku untuk memberi sangsi terhadap pelaku lainnya. Ketika pelaku

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

28

Universitas Indonesia

yang seharusnya diberi sangsi kemudian lebih kuat dibandingkan pemberi sangsi,

maka akuntabilitas sebagaimana digambarkan menjadi tidak efektif. Sementara itu

Grant (2005) berpendapat bahwa dalam konsep akuntabilitas pelaku tertentu

memiliki hak untuk membuat pelaku lainnya bertanggung jawab atas pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, untuk menentukan apakah

mereka telah dapat memenuhi tanggungjawab dan menjatuhkan sangsi jika

mereka tidak dapat memenuhinya.

2.6. Peraturan Perundang-Undangan

2.6.1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Pertimbangan terbitnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik adalah sebagai berikut :

1. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk

untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka

pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang

dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang

harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga

negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik;

3. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga

negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan

korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma

hukum yang memberi pengaturan secara jelas;

4. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan

korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap

warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang

mendukungnya.

Definisi Pelayanan Publik sebagaimana tertera dalam Pasal 1 adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

29

Universitas Indonesia

sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap

institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk

berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum

lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Maksud Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

menurut Pasal 2 adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan

antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Ruang lingkup

pelayanan publik sebagaimana tertera dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa

publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Pelayanan barang/jasa publik dimaksud meliputi:

1. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh

instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan

dan belanja daerah

2. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang dilakukan oleh

suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang

dipisahkan; dan

3. pengadaan dan penyaluran barang/jasa publik yang pembiayaannya

tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau

anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal

pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara

dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya

menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.

2.6.2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025

Pertimbangan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 adalah :

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

30

Universitas Indonesia

1. Dalam rangka mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang

baik, maka dipandang perlu melakukan reformasi birokrasi di seluruh

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;

2. Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di seluruh

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, diperlukan Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025;

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 menjadi acuan bagi

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dalam melakukan reformasi birokrasi

dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pelaksanaan

operasional Grand Design Reformasi Birokrasi 2010- 2025, akan dituangkan

dalam Road Map Reformasi Birokrasi yang ditetapkan setiap 5 (lima) tahun sekali

oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 ditetapkan oleh Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

2.6.3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 Tentang Road Map

Reformasi Birokrasi 2010-2014

Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) adalah bentuk operasionalisasi

Grand Design Reformasi Birokrasi (GDRB) yang disusun dan dilakukan setiap 5

(lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci pelaksanaan reformasi birokrasi

dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran per

tahun yang jelas. Sasaran tahun pertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun

berikutnya, begitupun sasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada sasaran

tahun sebelumnya. Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB) bertujuan untuk

memberikan arah pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian/Lembaga

(K/L) dan Pemerintah Daerah (Pemda) agar berjalan secara efektif, efisien,

terukur, konsisten, terintegrasi, melembaga, dan berkelanjutan. Ruang lingkup

Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB 2010-2014) mencakup tiga hal berikut:

1. Penguatan Birokrasi Pemerintah

Terwujudnya penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatnya kualitas

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

31

Universitas Indonesia

pelayanan publik kepada masyarakat, dan meningkatnya kapasitas dan

akuntabilitas kinerja birokrasi;

2. Tingkat Pelaksanaan

Ada dua tingkat pelaksanaan, yaitu tingkat nasional dan tingkat

instansional. Pada tingkat nasional, pelaksanaan reformasi birokrasi

dibagi ke dalam tingkat pelaksanaan makro dan meso. Tingkat

pelaksana makro menyangkut penyempurnaan regulasi nasional dalam

upaya pelaksanaan reformasi birokrasi. Sementara tingkat pelaksanaan

meso menjalankan fungsi manajerial, yaitu mendorong kebijakan-

kebijakan inovatif, menerjemahkan kebijakan makro, dan

mengkoordinasikan (mendorong dan mengawal) pelaksanaan reformasi

birokrasi di tingkat Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Pada

tingkat instansional (disebut tingkat pelaksanaan mikro) menyangkut

implementasi kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana

digariskan secara nasional dan menjadi bagian dari upaya percepatan

reformasi birokrasi pada masing-masing Kementrian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah;

3. Program

Program-program berorientasi hasil (outcomes oriented programs), baik

pada tingkat makro, meso, maupun tingkat mikro.

Mengukur keberhasilan reformasi birokrasi dilakukan antara lain melalui

pencapaian sasaran reformasi birokrasi sebagaimana ditetapkan dalam Grand

Design reformasi Birokrasi 2010–2025, dengan indikator kinerja utama (key

performance indicators) :

1. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;

2. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada

masyarakat;

3. Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Sementara itu Program, Kegiatan, Agenda, dan Hasil yang diharapkan pada

Tingkat Makro (2010-2014) adalah sebagai berikut :

1. Program Penataan Organisasi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

32

Universitas Indonesia

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

kelembagaan pemerintah pusat dan daerah secara proporsional sesuai

dengan kebutuhan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, sehingga

organisasi birokrasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

a. menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi antar-K/L dan

Pemda

b. meningkatnya kapasitas kelembagaan dalam melaksanakan tugas

pokok dan fungsi K/L dan Pemda.

2. Program Penataan Tatalaksana

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

bisnis proses dan mekanisme kerja/prosedur dalam sistem manajemen

pemerintahan. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

a. meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses

penyelenggaraan manajemen pemerintahan;

b. meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen

pemerintahan.

3. Program Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Program ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalime SDM

Aparatur yang didukung oleh sistem rekruitmen dan promosi, serta

pengembangan kualitas aparatur yang berbasis kompetensi dan

transparan. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu mendorong

mobilitas antar aparatur daerah, antar aparatur pusat, dan antara

aparatur pusat dan daerah, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan

kesejahteraan yang sepadan. Target yang ingin dicapai melalui program

ini adalah:

a. meningkatnya ketaatan terhadap pengeloaan SDM Aparatur;

b. meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM

Aparatur;

c. meningkatnya disiplin SDM Aparatur;

d. meningkatnya efektivitas manajemen SDM Aparatur;

e. meningkatnya profesionalisme SDM Aparatur.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

33

Universitas Indonesia

4. Program Penguatan Pengawasan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Target yang ingin dicapai

melalui program ini adalah:

a. meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan

negara;

b. meningkatnya efektivitas pengelolaan keuangan negara;

c. meningkatnya status opini BPK;

d. menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang.

5. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas

kinerja birokrasi. Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:

a. meningkatnya kinerja instansi pemerintah;

b. meningkatnya akuntabilitas instansi pemerintah.

6. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan publik

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik

sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.Target yang ingin dicapai

melalui program ini adalah:

a. meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

(transparan, cepat, tepat, sederhana, aman, terjangkau dan

memiliki kepastian);

b. meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh

standarisasi pelayanan internasional;

c. meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pelayanan publik.

2.6.4 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

Ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah telah diatur dalam Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Peraturan tersebut memuat ketentuan mengenai

pengadaan barang dan jasa pemerintah di lingkungan Kementrian/Lembaga/Dinas

Instansi yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari

APBN/APBD, serta di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

34

Universitas Indonesia

(BHMN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dari APBN/APBD.

Pengadaan barang/jasa menerapkan prinsip-prinsip pengadaan yang efisien,

efektif, transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa, karena hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan

keuangan. Definisi dari prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa adalah sebagai

berikut :

a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan

menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai

kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau

menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan

sasaran dengan kualitas yang maksimum;

b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan

kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya;

c. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai

pengadaan barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas

oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat

pada umumnya;

d. Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua

penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu

berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas;

e. Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui

persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia

barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat

diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak

ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar

dalam pengadaan barang/jasa;

f. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama

bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

35

Universitas Indonesia

memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional;

g. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang

terkait dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat

dipertanggungjawabkan.

Untuk melaksanakan prinsip good governance and clean government,

maka Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas dan

pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan

dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independen), serta menjamin

terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait (stakeholders)

secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel. Peningkatan kualitas

pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih,

perlu didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan,

dan akuntabel.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara

yang dibelanjakan melalui proses pengadaan barang/jasa pemerintah, diperlukan

upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip

persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah

yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan

berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan,

maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan,

keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/Jasa, karena hasilnya

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis

dan keuangan.

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi

lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai

diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Ruang lingkup

Peraturan Presiden ini meliputi:

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

36

Universitas Indonesia

1. Pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan

Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang pembiayaannya baik sebagian

atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,

2. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,

Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan

Usaha Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya

dibebankan pada APBN/APBD.

Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah

yang diatur dalam peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 meliputi :

1. Pengguna Anggaran (PA), adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna

APBN/APBD. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan

kewenangan sebagai berikut:

a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;

b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling

kurang di website K/L/D/I;

c. menetapkan PPK;

d. menetapkan Pejabat Pengadaan;

e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;

f. menetapkan:

i. pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan

langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya dengan nilai diatas

Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

ii. pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan

langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi dengan nilai

diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

g. mengawasi pelaksanaan anggaran;

h. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

37

Universitas Indonesia

i. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat

Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; Dan mengawasi

penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan

barang/jasa.

Selain tugas pokok dan kewenangan diatas dalam hal diperlukan,

Pengguna Anggaran dapat:

a. menetapkan tim teknis; dan/atau

b. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui

sayembara/kontes.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggung

jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai

berikut:

a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang

meliputi:

i. spesifikasi teknis Barang/Jasa;

ii. Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

iii. rancangan Kontrak.

b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ);

c. menandatangani kontrak;

d. melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa;

e. mengendalikan pelaksanaan kontrak;

f. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa

kepada PA/KPA;

g. menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada

PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan;

h. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran

dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap

triwulan; dan

i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

pengadaan barang/jasa.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

38

Universitas Indonesia

Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), dalam hal diperlukan, PPK dapat:

a. mengusulkan kepada PA/KPA:

i. perubahan paket pekerjaan; dan/atau

ii. perubahan jadwal kegiatan pengadaan;

b. menetapkan tim pendukung;

c. menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis

(aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan

d. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada

penyedia barang/jasa.

3. Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit organisasi pemerintah yang

berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa di

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang

bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang

sudah ada. Paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dapat

dilaksanakan oleh ULP atau 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan. Paket

pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh ULP atau 1 (satu)

orang Pejabat Pengadaan. Pengadaan langsung dilaksanakan oleh 1

(satu) orang Pejabat Pengadaan. Tugas pokok dan kewenangan

ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:

a. menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa;

b. menetapkan dokumen pengadaan;

c. menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;

d. mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website

K/L/D/I masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk

masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam

Portal Pengadaan Nasional;

e. menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau

pascakualifikasi;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

39

Universitas Indonesia

f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap

penawaran yang masuk;

g. khusus untuk ULP:

i. menjawab sanggahan;

ii. menetapkan penyedia barang/jasa untuk:

1) Pelelangan atau penunjukan langsung untuk paket

pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000.000,00

(seratus miliar rupiah);atau

2) Seleksi atau penunjukan langsung untuk paket

pengadaan jasa konsultansi yang bernilai paling

tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

h. menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa

kepada PPK;

i. menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa;

j. membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada

Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/ Pimpinan Institusi;

dan

k. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

pengadaan barang/jasa kepada PA/KPA.

Selain tugas pokok dan kewewenangan ULP/Pejabat Pengadaan dalam

hal diperlukan ULP/Pejabat Pengadaan dapat mengusulkan kepada

PPK:

a. perubahan HPS; dan/atau

b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.

4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/ pejabat yang

ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan mempunyai tugas

pokok dan kewenangan untuk:

a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa

sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

40

Universitas Indonesia

b. menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui

pemeriksaan/pengujian; dan

c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil

Pekerjaan.

5. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan

yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/ jasa konsultansi/jasa

lainnya.

Sebelum dilaksanakannya pengadaan, setiap pihak yang terlibat

menandatangani Pakta Integritas baik secara manual maupun secara elektronik.

Secara manual dilakukan dengan menandatangani lembar pakta integritas

sedangkan secara elektronik dengan menyetujui form Pakta Integritas yang

disediakan oleh Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Pakta Integritas

adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan

kolusi, korupsi dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa.

Pengadaan berdasarkan jenis barang/jasa dibedakan menjadi :

1. Pengadaan Barang. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun

tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna

Barang.

2. Pekerjaan Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

3. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan

keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya

olah pikir (brainware).

4. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang

mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola

yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa

konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.

Berdasarkan caranya pengadaan dilakukan dengan :

1. Swakelola adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya

direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

41

Universitas Indonesia

penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok

masyarakat

2. Pemilihan penyedia barang/jasa, yang meliputi :

a. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang

dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa

lainnya yang memenuhi syarat.

b. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan

konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang

mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang

kompleks.

c. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa

lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah).

d. Pemilihan Langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan

konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

e. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa

dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

f. Pengadaan Langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada

penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/ seleksi/penunjukan

langsung.

Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus

mematuhi etika sebagai berikut:

1. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan

Barang/Jasa;

2. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan

dokumen pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan

untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa;

3. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang

berakibat terjadinya persaingan tidak sehat;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

42

Universitas Indonesia

4. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak;

5. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para

pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses pengadaan barang/jasa;

6. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa;

7. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi

dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan negara; dan tidak

menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau

menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau

kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan

pengadaan barang/jasa.

Pada awal tahun anggaran Pengguna Anggaran (PA) menyusun Rencana

Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kebutuhan pada K/L/D/I masing-

masing. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan kegiatan

sebagai berikut:

1. mengindentifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan K/L/D/I;

2. menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan

barang/jasa

3. menetapkan kebijakan umum tentang:

a. pemaketan pekerjaan;

b. cara pengadaan barang/jasa; dan

c. pengorganisasian pengadaan barang/jasa;

4. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Pengguna Anggaran mengumumkan Rencana Umum Pengadaan

Barang/Jasa di masing-masing Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi secara terbuka kepada masyarakat luas setelah rencana kerja dan

anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi

disetujui oleh DPR/DPRD. Apabila terjadi perubahan paket pekerjaan maka:

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

43

Universitas Indonesia

1. PPK mengusulkan perubahan paket pekerjaan kepada PA/KPA untuk

ditetapkan; atau

2. ULP/Pejabat Pengadaan mengusulkan perubahan paket pekerjaan melalui

PPK untuk ditetapkan oleh PA/KPA.

Segera setelah PPK memberi instruksi kepada ULP/Pejabat pengadaan untuk

memproses pelaksanaan pengadaan, ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan

menetapkan metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya.

pemilihan penyedia barang/jasa lainnya dilakukan dengan:

1. Pelelangan yang terdiri atas pelelangan umum dan pelelangan sederhana;

2. Penunjukan Langsung;

3. Pengadaan Langsung; atau

4. Kontes/Sayembara.

Pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dilakukan dengan:

1. Pelelangan Umum;

2. Pelelangan Terbatas;

3. Pemilihan Langsung;

4. Penunjukan Langsung; atau

5. Pengadaan Langsung.

Pelelangan Sederhana atau Pemilihan Langsung diumumkan sekurang-

kurangnya di website Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi, dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal

Pengadaan Nasional melalui LPSE, sehingga masyarakat luas dan dunia usaha

yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

ULP/Pejabat Pengadaan juga menyusun dan menetapkan metode

pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

dilakukan melalui negosiasi teknis dan biaya sehingga diperoleh harga yang

sesuai dengan harga pasar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan dengan:

1. Seleksi yang terdiri atas Seleksi Umum dan Seleksi Sederhana;

2. Penunjukan Langsung;

3. Pengadaan Langsung; atau

4. Sayembara.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

44

Universitas Indonesia

Setelah ditetapkannya metode pelaksanaan pengadaan, ULP/Pejabat

Pengadaan menyusun dan menetapkan metode pemasukan Dokumen Penawaran

dan metode evaluasi. Metode pemasukan dokumen penawaran terdiri atas:

1. metode satu sampul;

2. metode dua sampul; atau

3. metode dua tahap.

Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan penyedia barang/pekerjaan

konstruksi/jasa lainnya terdiri atas:

1. sistem gugur;

2. sistem nilai; dan

3. sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.

Dalam melakukan evaluasi ULP/Pejabat Pengadaan dilarang mengubah,

menambah dan/atau mengurangi kriteria serta tata cara evaluasi setelah batas

akhir pemasukan dokumen penawaran. Metode evaluasi penawaran dalam

pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menggunakan:

1. metode evaluasi berdasarkan kualitas;

2. metode evaluasi berdasarkan kualitas dan biaya;

3. metode evaluasi berdasarkan pagu anggaran; atau

4. metode evaluasi berdasarkan biaya terendah.

ULP/Pejabat pengadaan kemudian menentukan persyaratan dan tatacara

kualifikasi pengadaan. Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan

kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia

Barang/Jasa. Kualifikasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu prakualifikasi

atau pascakualifikasi. ULP/Pejabat Pengadaan dilarang menambah persyaratan

kualifikasi yang bertujuan diskriminatif serta diluar yang telah ditetapkan dalam

ketentuan Peraturan Presiden ini. ULP/Pejabat Pengadaan wajib

menyederhanakan proses kualifikasi dengan ketentuan:

1. meminta penyedia barang/jasa mengisi formulir kualifikasi; dan

2. tidak meminta seluruh dokumen yang disyaratkan kecuali pada tahap

pembuktian kualifikasi.

Setelah itu ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan menetapkan jadwal

pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

45

Universitas Indonesia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan alokasi waktu yang

cukup untuk semua tahapan proses pengadaan. ULP kemudian mengumumkan

pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara luas kepada masyarakat pelaksanaan

pelelangan/seleksi diumumkan secara terbuka dengan mengumumkan secara luas

sekurang-kurangnya melalui:

1. website Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi I;

2. papan pengumuman resmi untuk masyarakat; dan

3. Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE.

Pengumuman atas penetapan penyedia barang/jasa diumumkan secara terbuka

dengan mengumumkan secara luas pada:

1. website Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi;

2. papan pengumuman resmi untuk masyarakat.

ULP/Pejabat Pengadaan kemudian menyusun dokumen pengadaan

barang/jasa yang terdiri atas dokumen kualifikasi dan dokumen pemilihan. PPK

menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Barang/Jasa, kecuali untuk

Kontes/Sayembara. ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS

berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK. Penyusunan HPS didasarkan pada

data harga pasar setempat, yang diperoleh berdasarkan hasil survei menjelang

dilaksanakannya pengadaan, dengan mempertimbangkan informasi yang meliputi:

1. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat

Statistik (BPS);

2. informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi

terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

3. daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor

tunggal;

4. biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan

mempertimbangkan faktor perubahan biaya;

5. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank

Indonesia;

6. hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan

instansi lain maupun pihak lain;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

46

Universitas Indonesia

7. perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana

(engineer’s estimate);

8. norma indeks; dan/atau

9. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

10. HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead

yang dianggap wajar.

Penyedia barang/jasa yang mendaftar sebagai peserta pengadaan menyerahkan

Jaminan kepada pengguna barang/jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana

dipersyaratkan dalam dokumen pengadaan/kontrak pengadaan barang/jasa.

jaminan atas pengadaan barang/jasa harus dapat dicairkan tanpa syarat

(unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas)

hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari PPK/ULP diterima oleh

penerbit jaminan. ULP/Pejabat Pengadaan atau PPK melakukan klarifikasi tertulis

terhadap keabsahan Jaminan yang diterima. Jaminan penawaran diberikan oleh

penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya pada saat memasukkan

penawaran, yang besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus)

dari total HPS. Jaminan penawaran dikembalikan kepada penyedia barang/

pekerjaan konstruksi/jasa lainnya setelah PPK menerima jaminan pelaksanaan

untuk penandatanganan kontrak. Jaminan pelaksanaan diberikan setelah

diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan kontrak pengadaan barang/

pekerjaan konstruksi/jasa lainnya. Jaminan penawaran dari peserta yang tidak

ditetapkan sebagai pemenang lelang akan dikembalikan setelah pengumuman

pemenang lelang.

Dalam proses prakualifikasi/pascakualifikasi, ULP/Pejabat Pengadaan tidak

boleh melarang, menghambat dan membatasi keikutsertaan calon Penyedia

Barang/Jasa dari luar Propinsi/Kabupaten/Kota. Untuk memperjelas dokumen

pengadaan barang/jasa, ULP/ Pejabat Pengadaan mengadakan pemberian

penjelasan. Pemberian penjelasan dilakukan secara online melalui aplikasi SPSE

sesuai jadwal dalam aplikasi SPSE. Dalam pemberian penjelasan, Pokja ULP

tidak diwajibkan memberikan penjelasan mengenai dokumen pengadaan, namun

cukup memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan pertanyaan.

Apabila terdapat hal-hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang perlu

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

47

Universitas Indonesia

ditampung, maka Pokja ULP menuangkan ke dalam adendum dokumen

pengadaan yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan.

Peserta diberitahu secara elektronik oleh Pokja ULP untuk mengunduh

adendum dokumen pengadaan yang diunggah Pokja ULP pada aplikasi SPSE.

Peserta diberitahu secara elektronik oleh Pokja ULP untuk mengunduh adendum

dokumen pengadaan yang diunggah Pokja ULP pada aplikasi SPSE. Pokja ULP

dapat melakukan perubahan waktu pada setiap tahapan lelang dengan

menyertakan alasan perubahan. Peserta berkewajiban untuk menyetujui Pakta

Integritas dan mengisi isian data kualifikasi dalam aplikasi SPSE. Perubahan

rancangan Kontrak dan/atau spesifikasi teknis dan/atau gambar dan/atau nilai total

HPS, harus mendapat persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam adendum

dokumen pengadaan.

Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan harus

berpedoman pada tata cara/kriteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan.

Dalam evaluasi penawaran, ULP/Pejabat Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa

dilarang melakukan tindakan post bidding.ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan

hasil pemilihan Penyedia Barang/Jasa. ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan

hasil pemilihan Penyedia Barang/Jasa setelah ditetapkan melalui website K/L/D/I

dan papan pengumuman resmi.

Peserta pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang merasa dirugikan, baik

secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan

sanggahan secara tertulis apabila menemukan:

1. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam

Peraturan Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen

Pengadaan Barang/Jasa;

2. adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak

sehat; dan/atau

3. adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/atau Pejabat yang

berwenang lainnya.

Dalam hal pelelangan/seleksi/pemilihan langsung dinyatakan gagal, maka

ULP segera melakukan:

1. evaluasi ulang;

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

48

Universitas Indonesia

2. penyampaian ulang dokumen penawaran;

3. pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang; atau

4. penghentian proses pelelangan/seleksi/pemilihan langsung.

PPK menerbitkan SPPBJ dengan ketentuan:

1. tidak ada sanggahan dari peserta;

2. sanggahan dan/atau sanggahan banding terbukti tidak benar; atau

3. masa sanggah dan/atau masa sanggah banding berakhir.

Tata cara penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa meliputi:

1. PPK menyempurnakan rancangan kontrak pengadaan barang/ jasa untuk

ditandatangani.

2. Penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah

DIPA/DPA disahkan.Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia

barang/ jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan paling lambat 14 (empat

belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Surat Penetapan Penyedia

Barang/Jasa (SPPBJ).

Sebelum ditandatanganinya kontrak, peserta harus menyerahkan jaminan

pelaksanaan. Besaran nilai jaminan pelaksanaan adalah untuk nilai penawaran

terkoreksi antara 80% (delapan puluh perseratus) sampai dengan 100% (seratus

perseratus) dari nilai total HPS, jaminan pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima

perseratus) dari nilai Kontrak; atau untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80%

(delapan puluh perseratus) dari nilai total HPS, besarnya jaminan pelaksanaan 5%

(lima perseratus) dari nilai total HPS. Jaminan pelaksanaan berlaku sejak tanggal

kontrak sampai serah terima barang/jasa lainnya atau serah terima pertama

pekerjaan konstruksi. Jaminan pelaksanaan dikembalikan setelah:

1. penyerahan barang/jasa lainnya dan sertifikat garansi; atau

2. penyerahan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai

kontrak khusus bagi penyedia pekerjaan konstruksi/jasa Lainnya.

Jika pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik, dilakukan serah terima

pekerjaan dengan ketentuan :

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan

ketentuan yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasa mengajukan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

49

Universitas Indonesia

permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan

pekerjaan.

2. PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk

melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.

3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan Panitia/Pejabat

Penerima Hasil Pekerjaan melalui PPK memerintahkan Penyedia

Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan

pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam kontrak.

4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan

setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

kontrak.

PPK kemudian memberikan laporan pelaksanaan pengadaan kepada

Pengguna Anggaran dan menyerahkan hasil pekerjaan kepada Pengguna

Anggaran dengan Berita Acara Serah Terima Hasil Pengadaan.

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 ini juga mengatur tentang

pelaksanaan E-Tendering dan E-Purchasing. Ruang lingkup E-Tendering meliputi

proses pengumuman pengadaan barang/jasa sampai dengan pengumuman

pemenang. Para pihak yang terlibat dalam E-Tendering meliputi PPK,

ULP/Pejabat Pengadaan dan Penyedia Barang/Jasa. E-Tendering dilaksanakan

dengan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik yang diselenggarakan

oleh LPSE. Aplikasi E-Tendering sekurang-kurangnya memenuhi unsur

perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual dan kerahasian dalam pertukaran

dokumen, serta tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen

elektronik yang menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada

waktu yang telah ditentukan. Sistem E-Tendering yang diselenggarakan oleh

LPSE wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. mengacu pada standar yang meliputi interoperabilitas dan integrasi

dengan sistem Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik;

2. mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik;

3. tidak terikat pada lisensi tertentu (free license).

Dalam rangka E-Purchasing, sistem katalog elektronik (E-Catalogue)

sekurang-kurangnya memuat informasi teknis dan harga Barang/Jasa yang

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

50

Universitas Indonesia

diselenggarakan oleh LKPP. Dalam rangka pengelolaan sistem katalog elektronik

tersebut, LKPP melaksanakan Kontrak Payung dengan Penyedia Barang/Jasa

untuk Barang/Jasa tertentu. Ketentuan dalam pelaksanaan teknis pelelangan secara

elektronik sesuai dengan ketentuan pasal 134 Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 diatur dalam Peraturan Kepala Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata

Cara Pengadaan Secara Elektronik (E-Tendering) dan Peraturan Kepala Lembaga

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Perubahan Kesatu Atas Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Standar Dokumen

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Standard Bidding Document).

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

51 Universitas Indonesia

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat policy-oriented research yang bertujuan memeriksa

atau mengevaluasi kebijakan, khususnya mengevaluasi kebijakan pemerintah di

Lembaga Pemerintahan Non Kementrian dan Pemerintah Daerah dalam hal

pengelolaan anggaran. Penelitian ini mempergunakan metoda gabungan (mixed

method) kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.

Sebagaimana diutarakan oleh Wahyuni (2012), bahwa penelitian kualitatif adalah

pendekatan yang natural dan interpretatif untuk memahami aksi, keputusan,

kepercayaan, nilai dan untuk memahami proses penggambaran yang dilakukan

responden atas sebuah fenomena. Penelitian kualitatif dapat memberikan

pemahaman yang lebih dalam atas suatu subyek dan konteksnya, menyediakan

informasi dan keterkaitan. Sementara itu menurut pendapat Judd, et al. (1991)

sebagaimana dikutip oleh Colton (2007, pp.34-35) di dalam penelitian kualitatif

peneliti memperoleh informasi dengan mempergunakan penjelasan terbuka (open-

ended explorations) terhadap pemikiran, pendapat, aksi dan maksud responden

sedangkan penelitian kuantitatif berfokus pada penjelasan berdasarkan data

numerik atau data yang dapat dikonversikan ke dalam angka numerik seperti

questionnaire yang mempergunakan skala. Metode gabungan (mixed method)

mempergunakan kedua cara pengukuran, kualitatif dan kuantitatif.

Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kemudian

membandingkan pengadaan barang/jasa pemerintah di Pemerintah Kota

Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dengan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa

sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan dengan teori-teori yang ada di Bab 2.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah prinsip-prinsip

pengadaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

52

Universitas Indonesia

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu efisien, efektif, transparan,

terbuka, bersaing, adil dan tidak diskriminatif serta akuntabel. Variabel efisien dan

efektif disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Robert Simons (Simons,

2000). Variabel operasional untuk variabel transparan, terbuka, bersaing,

adil/tidak diskriminatif dan akuntabel disusun berdasarkan hasil penelitian OECD

tentang integritas dalam pengadaan barang/jasa publik (Organisation for

Economic Cooperation and Development, 2007). Indikator untuk variabel

operasional disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010.

Variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

NO VARIABEL DEFINISI KONSEPTUAL

1 Efisien Efisiensi penggunaan sumberdaya dan waktu pengadaan. Pengadaan

dilakukan untuk mencapai hasil yang ditentukan dengan penggunaan

sumber daya yang minimal

2 Efektif Hasil sesuai dengan target yang direncanakan dan sesuai dengan

kebutuhan

3 Transparan Terdapat aturan yang jelas dan dapat diakses semua pihak

4 Terbuka Pengadaan dapat diikuti oleh semua peserta yang memenuhi syarat

5 Bersaing Persaingan yang sehat tanpa adanya intervensi

6 Adil/Tidak

Diskriminatif

Perlakuan yang sama terhadap semua peserta dan tidak mengarah ke

peserta tertentu

7 Akuntabel Ketaatan atas prosedur pengadaan

Sumber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 (telah diolah kembali)

Pengukuran variabel penelitian berdasarkan indikator operasional untuk

masing-masing variabel yang dijadikan sebagai materi pertanyaan bagi responden

penelitian. Variabel dan indikator operasional tersebut sebagai berikut :

Tabel 3.2. Variabel Operasional dan Indikator Variabel

VARIABELVARIABEL

OPERASIONALINDIKATOR

EFISIEN Efisiensi biaya Perbedaan antara biaya yang direncanakan (HPS)dengan biaya aktual hasil lelang

Efisiensi waktu Perbedaan waktu yang direncanakan dengan waktuaktual

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

53

Universitas Indonesia

(Sambungan Tabel 3.2)

EFEKTIF Kuantitas danspesifikasi teknis

Kesesuaian spesifikasi teknis yang direncanakan denganspesifikasi teknis aktualKesesuaian kuantitas yang direncanakan dengankuantitas aktual

Pengadaanmerupakanprioritas

Pengadaan barang/jasa sesuai dengan kebutuhan

TRANSPARAN Penyusunan HPS HPS disusun berdasarkan sumber yang jelas dan dapatdiakses semua pihak

Ketentuan dalamdokumenpengadaan

Ketentuan dalam dokumen pengadaan sesuai peraturandan dapat diakses

Pengumumanaddendumdokumenpengadaan

Pokja ULP mengumumkan adanya addendum dokumenpengadaan jika terdapat perubahan ketentuan

Jadwal Jadwal tahapan pengadaan diinformasikan secara adil.Jika ada perubahan jadwal maka Pokja ULP mengisialasan perubahan

Data integritas Tersedianya data black list perusahaanSanggahan Pokja ULP menyediakan akses untuk menyanggah

TERBUKA Persyaratanpeserta

Persyaratan yang disusun ULP tidak membatasikeikutsertaan peserta

PengumumanRencana UmumPengadaan (RUP)

RUP diumumkan dan dapat diakses

Pengumumanpengadaan

Pokja ULP mengumumkan pengadaan secara terbukadan sesuai peraturan

BERSAING Intervensi Tidak ada intervensi kepada Pokja ULPTidak ada intervensi kepada PPK

Afiliasi Pokja ULP tidak terafiliasiPPK tidak terafiliasi

ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF

Persyaratanpeserta

Persyaratan yang disusun PPK tidak diskriminatif

Aanwidjing Penjelasan lebih lanjut berlaku bagi semua pesertaTidak boleh ada penjelasan lain kepada peserta tertentuyang tidak diberikan kepada peserta lainnya

Spesifikasi teknis Spesifikasi teknis yang dibuat PPK tidak diskriminatifdan tidak mengarah ke peserta tertentu

AKUNTABEL RencanaPelaksanaanPengadaan

RPP (spesifikasi teknis, HPS dan rancangan Kontrak)ditetapkan oleh PPKDilakukan pengkajian ulang oleh PPK dengan ULP

Pakta integritas PPK menandatangani Pakta IntegritasPokja ULP menandatangani Pakta Integritas

Acuanpenyusunandokumenpengadaan

Sesuai dengan Peraturan Kepala LKPP tentang StandardBidding Document

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

54

Universitas Indonesia

(Sambungan Tabel 3.2)

Jaminanpenawaran

Pokja ULP melakukan klarifikasi keabsahan jaminanpenawaranJaminan penawaran dikembalikan kepada penyediasetelah pegumuman pemenang jika peserta tidak menang

Prosedurpengadaan

Pokja ULP melakukan penilaian kualifikasi

Pokja ULP menyusun dan menetapkan metodepemilihan.Pokja ULP menyusun dan menetapkan jadwalpelaksanaan pemilihan.PPK menandatangani kontrak sesuai ketentuan

Tahapan evaluasi Evaluasi dilaksanakan sesuai ketentuan yang ditetapkandalam dokumen pengadaanTidak boleh melakukan post bidding.

Laporanpelaksanaanpengadaan

Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP

PPK menerima BAHP dari Pokja ULP sebagai dasarpenerbitan SPPBJPPK melaporkan pelaksanaan pengadaan kepadaPA/KPA

MonitoringPekerjaan

Dilakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan oleh PPK

Penerimaan hasilpekerjaan

PPHP menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruhpekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak.

Sumber : Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan OECD (2007). Telah diolah kembali.

3.3. Sumber dan Jenis Data

Data primer diperoleh dari pengambilan data langsung ke lapangan dari

Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan

Kelompok Kerja Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (Pokja ULP) terkait

dalam proses pengadaan barang/jasa di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi,

Pemerintah Kota Bogor dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (LKPP). Data sekunder berasal dari Unit Pelayanan Pengadaan

Barang/Jasa (ULP) dan Dinas/Instansi terkait di masing-masing lokasi penelitian.

3.4. Pemilihan Sampel

Paket pengadaan yang dijadikan sampel adalah 2 (dua) buah paket

pengadaan barang, 2 (dua) paket paket pekerjaan konstruksi, 2 (dua) paket

pengadaan jasa lainnya dan 2 (dua) paket pengadaan jasa konsultansi untuk

masing-masing lokasi penelitian.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

55

Universitas Indonesia

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam (deep

interview) dan wawancara tertulis. Sebagaimana diutarakan oleh Wahyuni (2012)

bahwa terdapat 5 (lima) metode pengumpulan data untuk penelitian kualitatif

yaitu observasi, wawancara interaktif, focus group discussion, deskripsi tertulis,

dan visualisasi gambar. Wawancara mendalam dan deskripsi tertulis dilakukan

kepada Kepala Unit Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kota Sukabumi,

Kepala ULP Kota Bogor, Kepala ULP Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, personil Kelompok Kerja Unit Pelayanan Pengadaan

Barang/Jasa (ULP) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendapatkan

gambaran pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan kerja

masing-masing. Pengambilan data sekunder dilakukan di Unit Pelayanan

Pengadaan Barang/Jasa (ULP) untuk mendapatkan data pengadaan umum dan

data kegiatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang akan dijadikan sampel

penelitian.

3.6. Analisis Data

Untuk variabel efisiensi penghitungan berdasarkan data sekunder yang

didapat dari Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) dengan membandingkan biaya dan

waktu yang direncanakan dengan biaya dan waktu hasil pengadaan sehingga

diperoleh selisih. Selisih tersebut kemudian dibandingkan dengan biaya dan waktu

yang direncanakan untuk mendapatkan prosentase efisiensi.

Untuk variabel efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak

diskriminatif, dan akuntabel, pengolahan data dilakukan dengan menganalisis

data primer dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Kelompok Kerja Unit

Pelayanan Pengadaan (Pokja ULP) dan Kepala Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)

untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip pengadaan di masing-masing lokasi

penelitian berdasarkan indikator operasional masing-masing variabel. Setiap

variabel dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh gambaran penerapan

prinsip-prinsip pengadaan. Kemudian untuk memperoleh perbandingan secara

kuantitatif setiap indikator variabel yang bersumber dari kuesioner diukur

menggunakan skala Guttman (Widoyoko, 2012) atau sebagaimana Colton, D. &

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

56

Universitas Indonesia

Covert, R.W (2007) menyebutnya sebagai Dichotomous Response Sets. Menurut

Widoyoko (2012) skala pengukuran tipe ini mendapatkan jawaban yang jelas dan

konsisten misalnya: ya-tidak, benar-salah, pernah-tidak pernah, positif-negatif dan

lain-lain. Data yang diperoleh berupa data interval dengan dua alternatif pilihan

atau rasio dikotomi. Jawaban responden diberi skor 1 untuk jawaban sesuai (ya)

dan 0 untuk jawaban tidak sesuai (tidak).

Dalam penelitian ini, jawaban setiap responden terhadap suatu indikator

variabel dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah responden. Perhitungan jarak

interval untuk indikator variabel sebagai berikut :

jarak interval = skor tertinggi – skor terendahjumlah kelas interval (3.1)

Jika dalam satu variabel operasional terdapat lebih dari satu indikator,

hasil perhitungan setiap indikator tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi

dengan jumlah indikator variabel dalam variabel operasional tersebut sehingga

akan menghasilkan skor untuk variabel operasional. Untuk mendapatkan skor

masing-masing variabel dilakukan dengan menjumlahkan skor setiap variabel

operasional kemudian dibagi dengan jumlah variabel operasional dengan rumus

sebagai berikut :

Skor variabel = skor VO1 + skor VO2 + skor VOnn

dengan VO = variabel operasionaln = jumlah variabel operasional (3.2)

Skor variabel tersebut kemudian dibagi dengan skor ideal variabel dan kemudian

dikalikan 100 % untuk mendapatkan prosentasenya. Prosentase tersebut

menunjukan tingkat penerapan variabel dalam pelaksanaan pengadaan

barang/jasa.

Prosentase variabel = skor variabel x 100 %skor ideal (3.3)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

57

Universitas Indonesia

3.7. Uji Validitas

Uji Validitas penelitian dilakukan dengan uji construct validity dan content

validity. Menurut Wahyuni construct validity adalah penilaian mengenai seberapa

baik peneliti menerjemahkan teori atau ide menjadi program atau ukuran aktual.

Construct validity digunakan untuk menilai kesesuaian penerjemahan konsep ke

dalam definisi operasional penelitian. Content validity dilakukan dengan

memeriksa hubungan antara operasionalisasi penelitian dengan domain

permasalahan yang diteliti. Pendekatan ini mengasumsikan peneliti memiliki

gambaran detail yang baik mengenai domain penelitian(Wahyuni, 2012).

Dalam penelitian ini uji construct validity yang menilai penerjemahan

konsep yang terkandung dalam prinsip-prinsip pengadaan menjadi indikator

operasional masing-masing variabel penelitian dilakukan melalui diskusi dengan

pembimbing. Content validity dilakukan dengan melakukan konfirmasi

kesesuaian antara indikator operasional variabel penelitian dengan Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 kepada ahli yang berkompeten dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah, dalam hal ini dilakukan kepada salah satu saksi ahli

tingkat nasional LKPP.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

58 Universitas Indonesia

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum pelaksanaan pengadaan

barang/jasa pemerintah di Indonesia, gambaran umum pengadaan yang

dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP), gambaran umum pengadaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota

Sukabumi dan gambaran umum pengadaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Kota Bogor. Setelah itu dibahas mengenai penerapan prinsip pengadaan yang

dilaksanakan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP), Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor. Pada bagian

akhir dijelaskan perbandingan penerapan prinsip-prinsip pengadaan di ketiga

lokasi penelitian tersebut dan harapan stake holder mengenai pelaksanaan

pengadaan yang lebih baik.

4.1. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Dalam rangka melaksanakan reformasi birokrasi guna mewujudkan good

governance and clean government, Pemerintah harus dapat mengelola sumber

daya untuk kemakmuran rakyat dan meningkatkan kualitas pelayanan publik

melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, yang didukung

dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara yang

dibelanjakan melalui mekanisme pengadaan parang/jasa pemerintah, diperlukan

upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip

persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah

yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan

berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan,

maupun manfaatnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif,

transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/Jasa,

karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi

administrasi, teknis dan keuangan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

59

Universitas Indonesia

Ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang memuat ketentuan mengenai

pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan Kementrian/Lembaga/Satuan

Kerja Perangkat Daerah/Institusi Lainnya yang pembiayaannya baik sebagian atau

seluruhnya bersumber dari APBN/APBD, serta di lingkungan Bank Indonesia,

Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang pembiayaannya sebagian atau

seluruhnya dari APBN/APBD. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan penggunaan

teknologi informasi, dengan internet sebagai media. Saat ini terus diupayakan

peralihan tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah dari cara manual menuju

cara pelelangan elektronik (E-Procurement).

Sebagaimana diatur dalam Pasal 131 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 bahwa Kementrian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi Lainnya wajib melaksanakan pengadaan barang/jasa secara

elektronik untuk sebagian/seluruh paket-paket pekerjaan pada tahun anggaran

2011. Ketentuan teknis operasional pengadaan barang/jasa secara elektronik

mengacu pada Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Peraturan Kepala LKPP Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Tata Cara E-Tendering, dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 5

Tahun 2011 Tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Secara Elektronik. Transaksi elektronik pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah secara elektronik mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat dilakukan

dengan E-Tendering atau E-Purchasing:

1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia

barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan elektronik dengan cara

menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.

2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem

katalog elektronik.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

60

Universitas Indonesia

Pengadaan barang/jasa secara elektronik bertujuan untuk:

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;

2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;

3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan;

4. Mendukung proses monitoring dan audit.

Ruang lingkup E-Tendering meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Ruang lingkup E-Tendering meliputi proses pengumuman pengadaan

barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang.

2. Para pihak yang terlibat dalam E-Tendering adalah Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) /Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan dan

Penyedia barang/jasa.

3. Aplikasi E-Tendering wajib memenuhi unsur perlindungan hak atas

kekayaan intelektual dan kerahasiaan dalam pertukaran dokumen serta

tersedianya sistem keamanan dan penyimpanan dokumen elektronik yang

menjamin dokumen elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu

yang telah ditentukan.

4. E-Tendering dilaksanakan dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara

Elektronik (SPSE) yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara

Elektronik.

5. ULP/Pejabat Pengadaan dapat menggunakan Sistem Pengadaan Secara

Elektronik yang diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara

Elektronik terdekat.

6. Sistem Pengadaan Secara Elektornik yang diselenggarakan oleh Layanan

Pengadaan Secara Elektronik wajib memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

a. mengacu pada standar yang telah ditetapkan LKPP berkaitan

dengan integrasi dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik yang

dikembangkan oleh LKPP;

b. mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik yang

ditetapkan oleh LKPP;

c. bebas lisensi (free license).

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

61

Universitas Indonesia

Mekanisme pengadaan barang/jasa melalui E-Tendering dapat dilihat dalam

ilustrasi berikut:

Gambar 4.1. Skema E-TenderingSumber lkpp.go.id (telah diolah kembali)

Keterangan : 1. Pokja ULP mendaftar ke SPSE dan penyedia juga mendaftar ke SPSE (2),

kemudian SPSE memberikan password (3 dan 4). PPK menugaskan Pokja ULP untuk

melaksanakan pelelangan (5) dan Pokja ULP mendaftarkan paket pengadaan ke SPSE dan

memprosesnya (6). Kemudian penyedia mendaftar dan mengikuti proses (7). Setelah selesai, Pokja

ULP melaporkan hasil pengadaan (8), PPK kemudian menandatangani kontrak pelaksanaan

pekerjaan dengan penyedia (9).

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan unit kerja

penyelenggara sistem elektronik pengadaan barang/jasa yang didirikan oleh

Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah untuk

memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan

barang/jasa pemerintah secara elektronik. ULP/Pejabat Pengadaan pada

Kementerian/Lembaga/Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah yang

tidak membentuk LPSE, dapat melaksanakan pengadaan secara elektronik dengan

menjadi pengguna dari LPSE terdekat.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

62

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 LPSE Menjembatani ULP dengan Pelaku UsahaSumber lkpp.go.id

LPSE menjalankan fungsi sebagai berikut :

a. Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE);

b. Menyediakan pelatihan kepada PPK/panitia dan penyedia barang/jasa;

c. Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/panitia dan penyedia;

d. Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada

PPK/panitia dan penyedia barang/jasa;

Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dikembangkan oleh Pusat

Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa - Bappenas pada tahun 2006

sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan

Korupsi. SPSE memiliki visi menciptakan satu pasar pengadaan nasional, dengan

visi sebagai berikut :

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat

3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan

4. Mendukung proses monitoring dan audit

5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.

Pada tahun 2007 telah dilakukan pelelangan secara elektronik melalui

LPSE oleh Bappenas dan Departemen Pendidikan Nasional. Pada waktu itu baru

terdapat satu server LPSE yang berada di Jakarta dengan alamat

www.pengadaannasional-bappenas.go.id yang dikelola oleh Bappenas. Pada

bulan Desember 2007, Presiden menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 106

tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Lembaga ini merupakan pemekaran Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

63

Universitas Indonesia

Bappenas. Dengan adanya Peraturan Presiden ini, seluruh tugas menyangkut

kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah menjadi tanggung jawab LKPP,

termasuk di dalamnya pengembangan dan implementasi pengadaan secara

elektronik (E-Procurement). LKPP dalam pengembangan SPSE bekerjasama

dengan:

1. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) untuk fungsi enkripsi dokumen

2. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk sub sistem

audit

Dalam perkembangan sejak tahun 2008 pelayanan LPSE semakin

meningkat dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Jumlah propinsi yang

terlayani meningkat dari 9 propinsi dan 11 instansi pada tahun 2008 menjadi 33

propinsi dan 731 instansi pada tahun 2012, sebagaimana tergambar dalam bagan

berikut ini :

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2008 2009 2010 2011 2012

JUMLAH LPSE

PROPINSI TERLAYANI

INSTANSI TERLAYANI

Gambar 4.3 Perkembangan Pelayanan LPSESumber : Smart Report LKPP

Pada tahun 2008 jumlah paket yang dilayani LPSE sebanyak 33 paket

dengan nilai pagu Rp 52,5 miliar yang dapat menghasilkan efisiensi sebesar 15,41

% dengan penyedia terdaftar sebanyak 1.153 penyedia. Jumlah tersebut meningkat

menjadi 86.602 paket pada tahun 2012 dengan nilai pagu sebesar Rp 144,568

triliun yang dapat menghasilkan efisiensi sebesar 10,67 % dengan jumlah

penyedia terdaftar sebanyak 99.736 penyedia.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

64

Universitas Indonesia

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Paket (ribu)

Nilai Pagu (triliun Rp)

Penyedia terdaftar (ribu)

EFISIENSI (%)

Gambar 4.4. Status Transaksi LPSESumber : Smart Report LKPP

Data Smart Report LKPP mencatat jumlah Kementrian/Lembaga/

Pemerintah Daerah yang melaksanakan pelelangan secara elektronik pada tahun

anggaran 2012 sebanyak 27 kementrian dari 34 kementrian (79%), sementara

untuk lembaga sebanyak 23 dari 38 lembaga pemerintah (60%) dan untuk

pemerintah daerah sebanyak 370 dari 429 pemerintah daerah (86%) melaksanakan

pelelangan secara elektronik.

0

10

20

30

40

50

60

KEMENTRIAN PEMDA LEMBAGA

Jumlah total

pelaksana lelang

lelang elektronik

Gambar 4.5. Perkembangan Pelaksanaan Pelelangan Secara ElektronikSumber : Smart Report LKPP

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

65

Universitas Indonesia

Sementara itu berdasarkan pagu anggaran, pada tahun anggaran 2012

Propinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama terbesar dengan nilai pagu Rp.

12,232 triliun, kemudian Kementrian Perhubungan dengan nilai Rp. 9,704 Triliun,

disusul Kementrian Perumahan Rakyat sebesar Rp. 6,35 triliun, kemudian

Kementrian Dalam Negeri sebesar Rp. 6,023 triliun dan Kementrian Keuangan

dengan pagu sebesar Rp. 5,22 triliun. Untuk LPSE daerah selain DKI Jakarta,

nilai tertinggi dilaksanakan LPSE Propinsi Jawa Barat sebesar Rp. 4,764 Triliun

dan LPSE Propinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 4,423 triliun.

0

2

4

6

8

10

12

14

DKI Kemenhub Kemenpera Kemendagri Kemenkeu

pagu 2012 (triliun Rp)

Gambar 4.6. Peringkat Lima Besar Pagu Pengadaan Tahun 2012Sumber : Smart Report LKPP

4.2. Gambaran Pengadaan Barang/Jasa di Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)

merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Presiden Nomor 106 tahun 2007. LKPP merupakan lembaga pemerintah satu-

satunya yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan perumusan

kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah. Dalam melaksanakan tugas dan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

66

Universitas Indonesia

fungsinya LKPP dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional. LKPP memiliki visi ”Andal dalam mewujudkan sistem pengadaan yang

kredibel” dengan misi organisasi “Mewujudkan aturan pengadaan yang jelas,

sistem monitoring dan evaluasi yang andal, sumber daya manusia yang

profesional, dan kepastian hukum pengadaan barang / jasa pemerintah”

LKPP memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Menyusun kebijakan, regulasi, norma, standar, prosedur, manual dalam

bidang pengadaan barang/jasa pemerintah termasuk pengadaan badan

usaha dalam rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha.

2. Menyusun strategi, kebijakan, rencana, program pembinaan Sumber Daya

Manusia dan sistem pengujian kompetensi profesi di bidang pengadaan

barang/jasa pemerintah.

3. Memberikan bimbingan teknis, advokasi, pendapat, rekomendasi dan

tindakan koreksi, bantuan, nasehat, pendapat hukum dan kesaksian ahli

terkait dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.

4. Menyusun kebijakan dan sistem pemantauan, penilaian dan evaluasi

pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah, melakukan

koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengembangan sistem electronic

procurement.

Organisasi dan tata kerja LKPP diatur berdasarkan Peraturan Kepala

LKPP nomor PER. 001/KEP.LKPP/05/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Perangkat organisasi

LKPP terdiri atas :

- Kepala LKPP

Tugas : Memimpin LKPP dalam menjalankan tugas dan fungsi LKPP.

- Sekretariat Utama

Tugas : Melaksanakan koordinasi, pembinaan dan pengendalian terhadap

program, kegiatan, administrasi dan sumber daya di lingkungan LKPP.

Sekretariat Utama terdiri dari:

o Biro Perencanaan, Organisasi dan Tata Laksana

Tugas : Melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan,

program, dan anggaran, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

67

Universitas Indonesia

program, anggaran dan penyusunan pelaporan LKPP serta

peningkatan kapasitas organisasi dan tata laksana.

o Biro Umum dan Keuangan

Tugas : Melaksanaan urusan tata usaha, dan urusan

perlengkapan, urusan dalam, rumah tangga dan keuangan di

lingkungan LKPP.

o Biro Hukum, Kepegawaian dan Humas

Tugas : Melaksanakan penyusunan peraturan perundangan dan

pelayanan bantuan hukum, pengelolaan kepegawaian, dan

kegiatan hubungan masyarakat.

- Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan

Tugas : Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan penyusunan strategi dan

kebijakan pengembangan pengadaan barang/jasa Pemerintah termasuk

pengadaan badan usaha dalam rangka kerjasama Pemerintah dengan badan

usaha. Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan terdiri dari:

o Direktorat Kebijakan Pengadaan Umum

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,

kebijakan, pedoman, standar dan manual di bidang pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pemerintah pusat dan

Pemerintah daerah.

o Direktorat Kebijakan Pengadaan Khusus dan Pertahanan

Keamanan

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,

kebijakan, pedoman, standar, manual di bidang pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan oleh BUMN/ BUMD,

pengadaan dalam rangka Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS),

pertahanan dan keamanan serta riset.

o Direktorat Iklim Usaha dan Kerjasama Internasional

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,

kebijakan dan pedoman pengadaan barang/jasa dalam rangka

pengembangan iklim usaha dan kerjasama internasional.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

68

Universitas Indonesia

- Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi

Tugas : Melaksanakan pemantauan, penilaian, melakukan evaluasi dan

memberikan masukan atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah

tahun sebelumnya untuk menjadi bahan penyusunan proses perencanaan dan

anggaran serta pembinaan dan pengembangan sistem informasi pengadaan

barang/jasa Pemerintah secara elektronik (electronic procurement). Deputi

Bidang Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi terdiri

dari:

o Direktorat Monitoring dan Evaluasi

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan kebijakan,

pedoman, standar, manual dalam rangka monitoring dan

evaluasi pelaksanaan pengadaan barang/ jasa serta koordinasi

dan sinkronisasi pelaksanaan perumusan kebijakan.

o Direktorat Perencanaan Pengadaan RAPBN

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan masukan

kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas tentang

rencana pengadaan sebagai bahan referensi penyusunan dan

pelaksanaan anggaran untuk dicantumkan dalam RKAKL,

koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan perumusan dan

penyiapan masukan, serta evaluasi pelaksanaannya.

o Direktorat E-Procurement

Tugas : Melaksanakan pengembangan sistem, perumusan dan

penyusunan strategi kebijakan, pedoman, standar, manual

dalam rangka sistem pengadaan barang/ jasa secara elektronik,

dan koordinasi sinkronisasi, dan pembinaan unit layanan E-

Procurement, pemberian bimbingan teknis dan promosi E-

Procurement serta evaluasi pelaksanaannya.

- Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia

Tugas : Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

penyusunan strategi dan kebijakan pembinaan sumber daya manusia di

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

69

Universitas Indonesia

bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. Deputi Bidang Pengembangan

dan Pembinaan Sumber Daya Manusia terdiri dari:

o Direktorat Pengembangan Profesi.

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,

kebijakan, dan pedoman di bidang pengembangan profesi

pengadaan barang/jasa Pemerintah.

o Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi

Tugas : Melaksanakan perumusan dan penyusunan strategi,

kebijakan, pedoman, standar, dan manual di bidang pelatihan

kompetensi pengadaan barang/jasa Pemerintah.

o Direktorat Bina Sertifikasi Profesi

Tugas : Mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan

penyusunan strategi, kebijakan, pedoman, standar, dan manual

di bidang sertifikasi profesi pengadaan barang/jasa Pemerintah.

- Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah

Tugas : Memberikan saran, pendapat, rekomendasi, dalam penyelesaian

sanggah dan permasalahan hukum lainnya di bidang pengadaan barang/jasa

Pemerintah. Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah terdiri dari:

o Direktorat Bimbingan Teknis dan Advokasi.

Tugas : Melaksanakan pemberian bimbingan teknis dan

advokasi kepada seluruh pengelola pengadaan dan seluruh

stakeholders tentang aturan/regulasi pengadaan barang/jasa

Pemerintah.

o Direktorat Penyelesaian Sanggah

Tugas : Melaksanakan pemberian pendapat, rekomendasi dan

tindakan koreksi dalam rangka penyelesaian sanggah banding

pengadaan barang/jasa Pemerintah dan menjawab pengaduan

terkait proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah.

o Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum

Tugas : Melaksanakan pemberian bantuan, nasihat dan pendapat

hukum kepada pengelola pengadaan yang sedang menghadapi

permasalahan dari proses pengadaan yang telah lalu dan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

70

Universitas Indonesia

pemberian pendapat hukum serta kesaksian ahli di bidang

pengadaan barang/ jasa Pemerintah.

Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) LKPP berupa organisasi yang bersifat

adhoc dan berada di bawah Bagian Umum dan Keuangan Sekretariat Utama

(SESTAMA).

Gambar 4.7. Struktur Organisasi LKPPSumber : ULP LKPP

ULP LKPP dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna

Anggaran di lingkungan Sekretariat Utama (SESTAMA). ULP LKPP melayani

paket pengadaan yang ada di lima unit eselon satu di LKPP yaitu di Sekretariat

Utama, Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan, Deputi Bidang

Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi, Deputi Bidang

Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia serta di Deputi Bidang

Hukum dan Penyelesaian Sanggah. Personil ULP LKPP berjumlah 9 (sembilan)

orang, ditambah dengan beberapa orang staf administrasi/pendukung. Honor

personil ULP berupa honorarium per paket pengadaan yang dilaksanakan.

Mekanisme pelayanan pengadaan yang dilakukan ULP LKPP adalah

sebagai berikut :

SEKRETARISUTAMA

DEPUTI 2DEPUTI 1 DEPUTI 3 DEPUTI 4

DIREKTORAT

BIROPERENCANAAN

BIRO HUKUM,KEPEGAWAIAN

DAN HUMAS

BIRO UMUM DANKEUANGAN

KEPALAULP

DIREKTORATDIREKTORAT DIREKTORAT

KEPALA LKPP

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

71

Universitas Indonesia

- Di awal tahun ULP berperan dalam penyusunan/pengumuman

Rencana Umum Pengadaan. Kemudian ditindaklanjuti oleh PPK

dengan membuat spesifikasi teknis, Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

dan rancangan kontrak.

- PPK membuat nota dinas ke ULP untuk dapat memproses paket

pengadaan tersebut.

- Jika dokumen dinyatakan sudah lengkap, maka Pokja ULP langsung

memproses pelelangan, tetapi jika dokumen belum lengkap maka ULP

mengembalikannya kepada PPK untuk dilengkapi.

- Pokja menyusun dokumen pengadaan dan memproses pengadaan

melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Dalam proses

pengadaan lewat SPSE, PPK masih dilibatkan dalam penjelasan

pekerjaan (aanwijing) dan klarifikasi teknis.

- Jika proses telah selesai dan telah muncul calon pemenang dan

cadangan maka Kepala ULP atau atas nama kemudian membuat nota

dinas.

Karena lingkup pengadaan yang kecil, di LKPP hanya terdapat 3 (tiga)

orang PPK. Di lingkungan Sekretariat Utama terdapat 1 (satu) PPK, di Deputi

Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan dan di Deputi Bidang Monitoring-

Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi terdapat 1 (satu) orang PPK, serta

di Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Manusia dan di

Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah terdapat 1 ( satu) orang PPK.

PPK dijabat oleh pejabat setingkat eselon 4 (empat).

Paket pengadaan yang ditangani ULP LKPP sebanyak 55 (lima puluh

lima) paket pengadaan dengan nilai sebesar Rp. 31.378.296.400, yang terdiri atas

pengadaan barang sebanyak 11 (sebelas) paket dengan nilai Rp 5.205.778.150,

pengadaan jasa konsultansi sebanyak 24 (dua puluh empat) paket dengan nilai Rp

8.874.113.300 dan pengadaan jasa lainnya sebanyak 20 (dua puluh) paket dengan

nilai Rp 17.298.404.950.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

72

Universitas Indonesia

Tabel 4.1. Paket Pengadaan yang Dilaksanakan ULP LKPP

NO JENIS PAKETPENGADAAN

JUMLAH PAKET NILAI PAKET (Rp)

1 Pengadaan Barang 11 5.205.778.150

2 Pekerjaan Konstruksi -

3 Pengadaan Jasa lainnya 20 17.298.404.950

4 Pengadaan Jasa Konsultansi 24 8.874.113.300

TOTAL 55 31.378.296.400

Sumber : ULP LKPP

4.3. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota

Sukabumi

Dalam rangka penyelenggaraan otonomi, Pemerintah Daerah dituntut

harus lebih mandiri dalam melaksanakan fungsi pemerintahan, pembangunan dan

fungsi pelayanan, yang sangat terkait erat dengan kemampuan keuangan yang

dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun dalam pengalokasian anggaran untuk

kelangsungan penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan tersebut. Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber penerimaan yang sangat penting,

dituntut untuk lebih berperan kontribusinya dalam upaya meningkatkan

pendapatan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Sukabumi

pada tahun anggaran 2010 sebesar Rp. 565,149 milyar, tahun anggaran 2011

sebesar Rp. 597 milyar dan tahun anggaran 2012 sebesar Rp. 671,8 miliar. Dalam

penyelenggaraan pemerintah dan peningkatan pelayanan publik, jumlah belanja

daerah pada tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 440 miliar, tahun anggaran 2010

sebesar Rp. 568,6 milyar, tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 597 milyar dan tahun

anggaran 2012 sebesar Rp. 675,6 miliar. Organisasi Perangkat Daerah di

lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi terdiri atas 1 (satu) sekretariat daerah, 1

(satu) inspektorat, 1 (satu) sekretariat DPRD, 3 (tiga) lembaga setingkat badan, 11

(sebelas) lembaga setingkat dinas dan 7 (tujuh) lembaga setingkat kantor.

Pengadaan barang/jasa pemerintah di lingkungan Pemerintah Kota

Sukabumi sejak tahun 2010 telah dilakukan melalui pengadaan secara elektronik

(E-Procurement), yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Walikota

Sukabumi Nomor 115 tahun 2010 tanggal 4 Juni 2010 tentang Pengadaan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

73

Universitas Indonesia

Barang/Jasa di Lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi melalui Layanan

Pengadaan Secara Elektronik. Sistem layanan pengadaan secara elektronik yang

digunakan adalah Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Propinsi Jawa

Barat.

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 mewajibkan dibentuknya Unit

Layanan Pengadaan (ULP) paling lambat tahun 2014. Unit Layanan Pengadaan

(ULP) merupakan unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan

pengadaan barang/jasa di Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi Lainnya yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau

melekat pada unit yang sudah ada. Merespon adanya ketentuan tersebut,

Pemerintah Kota Sukabumi membentuk Unit Pelayanan Teknis (UPT) Unit

Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang Jasa Kota Sukabumi secara permanen yang

merupakan unsur struktural BAPPEDA Kota Sukabumi, yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Walikota Sukabumi Nomor 1 tahun 2011 tanggal 14

Pebruari 2011.

UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Kota Sukabumi

melayani seluruh paket pengadaan, yang berasal dari kegiatan pada satuan kerja

di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi. Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)

merupakan lembaga struktural eselon empat yang permanen. Sejak tahun 2008

telah dirintis pendirian unit khusus pengelola pengadaan barang/jasa yang

ditetapkan dalam Peraturan Walikota dengan nama UPT Pengadaan Barang/Jasa.

Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 berubah nama

menjadi UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa, yang secara

struktural berada di bawah BAPPEDA Kota Sukabumi sebagai unit pelaksana

teknis. Jumlah personil terdiri dari 1 (satu) orang kepala, 1 (satu) orang sekretaris

dan 15 (lima belas) anggota kelompok kerja. Sebelum membentuk ULP pada

tahun 2011, unit pengadaan ini masih berbentuk UPT pengadaan barang/jasa

dengan kondisi masih adhoc dengan honor masih melekat pada paket kegiatan

yang ada di SKPD namun sejak berubah menjadi UPT Unit Pelayanan Pengadaan

(ULP) Barang/Jasa honor di setiap SKPD dialihkan menjadi tunjangan tetap

perbulan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

74

Universitas Indonesia

Gambar 4.8. Struktur Organisasi BAPPEDA Kota SukabumiSumber : UPT ULP Kota Sukabumi

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) UPT Unit Pelayanan

Pengadaan (ULP) Barang/Jasa sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota Sukabumi tentang

pembentukannya, UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa ini hanya

melaksanakan paket-paket yang dilakukan dengan mekanisme lelang dan seleksi.

Kegiatan-kegiatan pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan pengadaan jasa

lainnya yang bernilai diatas 100 juta rupiah serta untuk pengadaan jasa

konsultansi yang bernilai diatas 50 juta rupiah dilaksanakan oleh UPT Unit

Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa meskipun dengan cara penunjukan

langsung seperti pengadaan kendaraan bermotor. Untuk yang pengadaan langsung

secara tersurat dalam peraturan walikotanya tidak merupakan tugas UPT Unit

Pelayanan Pengadaan (ULP) barang/jasa dan seharusnya pengadaan langsung itu

dilaksanakan oleh masing-masing pejabat pengadaan yang diangkat oleh

pengguna anggaran, tetapi ada kebijakan lisan dari pimpinan daerah yang

mengarahkan kepada setiap SKPD agar pengadaan langsung tetap menggunakan

pejabat pengadaan dari personil UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)

barang/jasa.

KEPALA BAPPEDA

SEKRETARIS

KABID SOS & EKKABIDPENGKAJIAN,EVALUASI DANPELAPORAN

KABID FISIK & PW KABID SOSBUD

KASUBID

KASUBAGKEPEGAWAIAN

KASUBAGPERENCANAAN

KASUBAGKEUANGAN

KEPALAUPT ULP

KASUBIDKASUBID KASUBID

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

75

Universitas Indonesia

Mekanisme pelayanan pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh UPT

Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa sebagai berikut :

- Pengguna Anggaran dari SKPD menginformasikan kepada Kepala

UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa bahwa akan ada

pelaksanaan paket lelang.

- Dengan dasar surat dari Pengguna Anggaran tersebut maka

diinformasikan usulan personil kelompok kerja (POKJA) yang akan

menangani paket tersebut.

- Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang ditunjuk oleh Pengguna

Anggaran melakukan rapat koordinasi dengan kelompok kerja

(POKJA) untuk membahas HPS, spesifikasi teknis dan rancangan

kontrak. Jika ketiga dokumen tersebut masih belum lengkap maka

POKJA meminta PPK untuk melengkapi. Jika sudah lengkap maka

pokja bisa memulai proses persiapan dengan menyusun dokumen

lelang.

- Administrator LPSE membuat paket pengadaan.

- POKJA ULP mengumumkan pengadaan dan mengisi paket pelelangan

di SPSE.

- POKJA ULP dan peserta pengadaan mengikuti alur proses

sebagaimana ditetapkan oleh sistem pengadaan secara elektronik

(SPSE).

- POKJA ULP melakukan aanwidjing secara elektronik.

- POKJA ULP membuat addendum dokumen pengadaan jika ada

ketentuan baru dalam proses aanwidjing.

- POKJA ULP mengunduh penawaran peserta.

- POKJA ULP melakukan klarifikasi dokumen jaminan penawaran

peserta.

- POKJA ULP melakukan evaluasi.

- POKJA ULP melakukan proses klarifikasi/verifikasi dokumen peserta

secara manual dengan mengundang peserta.

- POKJA ULP mengumumkan hasil evaluasi dengan mengisi formulir

dalam SPSE.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

76

Universitas Indonesia

- POKJA ULP menyusun Berita Acara Hasil Pengadaan (BAHP) dan

meng-upload-nya pada SPSE serta website ULP.

- Jika sudah selesai hingga proses masa sanggah berakhir, maka POKJA

ULP membuat BAHP yang menjadi dasar bagi kepala UPT Unit

Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa untuk menyampaikan hasil

lelang kepada PPK sebagai dasar penerbitan SPPBJ.

Nilai total dari seluruh paket pengadaan yang ditangani oleh UPT Unit

Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Kota Sukabumi tergambar dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.2. Paket Pengadaan Yang Dilaksanakan UPT ULP Kota Sukabumi

NO JENIS PAKET

PENGADAAN

2011 2012 (s.d. Nopember)

JUMLAHPAKET

NILAI PAKET(Rp)

JUMLAHPAKET

NILAI PAKET(Rp)

1 Pengadaan Barang 23 13.482.332.500 24 23.454.595.213

2 Pekerjaan Konstruksi 55 17.680.663.900 51 22.175.752.700

3 Pengadaan Jasa

lainnya

3 1.036.973.800 8 1.551.686.686

4 Pengadaan Jasa

Konsultansi

9 1.075.275.000 25 2.682.717.500

TOTAL 95 33.275.209.200 108 49.864.752.099

Sumber : UPT ULP Kota Sukabumi (telah diolah kembali)

4. 4. Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota Bogor

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor tahun

anggaran 2012 meliputi pendapatan secara keseluruhan berjumlah Rp

1.271.910.367.662 dan belanja daerah sebesar Rp 1.350.037.423.065. Organisasi

Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor terdiri atas 1 (satu)

sekretariat Daerah, 1 (satu) inspektorat, 1 (satu) sekretariat DPRD, 5 (lima)

lembaga setingkat badan, 12 (dua belas) lembaga setingkat dinas dan 6 (enam)

lembaga setingkat kantor.

ULP Kota Bogor belum terbentuk sebagai sebuah unit kerja struktural

yang bersifat permanen tetapi masih bersifat adhoc. ULP berdiri sejak bulan

Januari tahun 2011 dan berada di bawah bagian Pengendalian Program SETDA

Kota Bogor. Bagian Pengendalian Program sendiri dipimpin oleh Kepala Bagian

Pengendalian Program yang merupakan jabatan struktural eselon tiga yang

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

77

Universitas Indonesia

membawahi Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) dan Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE), yang bertugas memonitor segala kegiatan di lingkungan

pemerintah Kota Bogor. Ketua Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) merupakan

jabatan struktural eselon empat, yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan

Walikota Bogor tentang Pembentukan ULP. Jumlah personil yang aktif sebagai

anggota kelompok kerja ULP sebanyak 17 orang, dengan pembagian tugas di

pagi hari bekerja di SKPD masing-masing dan siang hari bahkan hingga malam

hari bekerja di ULP. Honor personil ULP Kota Bogor berupa tunjangan bulanan.

Gambar 4.9. Struktur Organisasi Bagian Pengendalian Program SETDA Kota BogorSumber : ULP Kota Bogor

Mekanisme pelayanan pengadaan yang dilaksanakan oleh ULP Kota

Bogor sebagai berikut :

- Setiap SKPD harus mengumumkan Rencana Umum Pengadaan,

dimasukan ke Bagian Pengendalian Program SETDA untuk

ditayangkan di LPSE.

- SKPD yang akan melelangkan paketnya mengajukan surat ke Bagian

Pengendalian Program SETDA untuk diproses oleh ULP.

- Permohonan proses lelang dari SKPD melalui PPK formatnya sudah

disosialisasikan oleh ULP bekerja sama dengan Bagian Pengendalian

Program ke seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bogor.

Permohonan tersebut dilampiri Harga Perhitungan Sendiri (HPS) yang

telah ditandatangani PPK, spesifikasi teknis, rancangan kontrak dan

Kerangka Acuan Kerja (KAK) dalam bentuk hardcopy dan soft copy.

- Berkas lampiran permohonan dikaji oleh ULP. Jika masih ada

kekurangan Pokja ULP meminta PPK untuk segera melengkapi.

Ketua ULPKepala LPSEKASUBAGMONITORING

PROGRAM

UKE 4

SEKRETARIS DAERAH

KABAG PENGENDALIANPROGRAM

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

78

Universitas Indonesia

- Jika sudah siap tayang maka Pokja ULP berkoordinasi dengan LPSE

untuk disediakan ruang khusus untuk paket pengadaan tersebut.

- Administrator LPSE membuat paket pengadaan dan pokja ULP

kemudian mengisi data-data paket pengadaan ke SPSE.

- Setelah pengumuman pemenang dan melewati prosedur sanggah maka

dibuat laporan hasil lelang ke PPK dengan Berita Acara Hasil

Pengadaan (BAHP) sebagai lampiran. PPK kemudian menerbitkan

SPPBJ berdasarkan laporan dari ULP.

Tabel 4.3. Paket Pengadaan yang dilaksanakan ULP Kota Bogor

NO JENIS PAKET

PENGADAAN2011 2012 (s.d. Oktober)

JUMLAHPAKET

NILAI PAKET(Rp)

JUMLAHPAKET

NILAI PAKET(Rp)

1 Pengadaan Barang 28 28.968.680.050 55 30.285.950.889

2 Pekerjaan Konstruksi 96 61.858.516.000 269 162.779.959.031

3 Pengadaan Jasa

lainnya

8 874.504.212 9 4.021.314.205

4 Pengadaan Jasa

Konsultansi

2 3.539.516.000 47 9.156.575.950

TOTAL 134 95.240.806.262 380 206.243.800.075

Sumber : ULP Kota Bogor

Pada tahun anggaran 2011 ULP Kota Bogor melayani 134 paket

pengadaan dengan nilai total sebesar Rp 102 miliar dan pada tahun anggaran

2012 jumlah paket pengadaan sebanyak 380 paket dengan nilai total Rp. 206

miliar.

4.5. PENERAPAN PRINSIP PENGADAAN

4.5.1. Penerapan Prinsip Pengadaan di LKPP

4.5.1.1.Efisiensi :

Untuk paket pengadaan barang nilai HPS sebesar Rp 5.205.778.150,00

dengan nilai kontrak Rp 4.386.094.423,00. Hal itu berarti terdapat efisiensi

sebesar Rp 819.683.727,00 atau sebesar 15,75 % dari Harga Perkiraan Sendiri

(HPS). Untuk paket pengadaan jasa lainnya nilai HPS sebesar Rp

17.298.404.950,00 dengan nilai kontrak Rp 15.935.683.117,00 dan efisiensi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

79

Universitas Indonesia

sebesar Rp 1.361.721.833,00 dengan tingkat efisiensi sebesar 7,87 % dari Harga

Perkiraan Sendiri (HPS). Untuk paket pengadaan jasa konsultansi nilai HPS

sebesar Rp 8.874.113.300,00 dengan nilai kontrak Rp 6.122.047.943,00. Hal ini

berarti terjadi efisiensi sebesar Rp 2.752.065.357,00 dengan tingkat efisiensi

31,01 % dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Secara keseluruhan pengadaan yang

dilaksanakan oleh ULP LKPP bernilai total Rp 31.378.296.400,00 dengan nilai

kontrak Rp 26.444.825.483,00. Secara keseluruhan terjadi efisiensi senilai Rp

4.933.470.917,00 dengan tingkat efisiensi 15,72 % dari Harga Perkiraan Sendiri

(HPS).

Tabel 4.4. Efisiensi Pengadaan di LKPP

N

O

JENISPENGADAAN

NILAI HPS(Rp)

NILAI KONTRAK(Rp)

EFISIENSI(Rp)

EFISIENSI

(%)

1 Pengadaan

barang

Rp 5.205.778.150 Rp 4.386.094.423 Rp 819.683.727 15,75 %

2 Pekerjaan

konstruksi

- - - -

3 Pengadaan Jasa

Konsultansi

Rp 8.874.113.300 Rp 6.122.047.943 Rp 2.752.065.357 31,01 %

4 Pengadaan Jasa

lainnya

Rp 17.298.404.950 Rp 15.935.683.117 Rp 1.361.721.833 7,87 %

Jumlah Rp 31.378.296.400 Rp 26.444.825.483 Rp 4.933.470.917 15,72 %

Sumber : ULP LKPP

Dalam hal efisiensi waktu pengadaan, beberapa paket mengalami gagal

lelang dan harus dilakukan dengan lelang ulang paket tersebut sehingga

memperlambat waktu pengadaan dan menyebabkan inefisiensi waktu. Paket

pengadaaan yang mengalami gagal lelang adalah sebanyak 16 (enam belas) paket

dari keseluruhan 55 (lima puluh lima) paket, atau sekitar 29 % dari jumlah seluruh

paket pengadaan yang dilaksanakan. Penyebab gagal lelang diantaranya karena

penawaran peserta tidak ada yang memenuhi syarat sehingga semua digugurkan,

misalnya gagal di evaluasi teknis karena perusahaan yang mengajukan penawaran

kekurangan tenaga tetap yang memenuhi syarat sebagaimana yang tertera dalam

dokumen pengadaan. Gagal lelang juga terjadi karena penyedia yang tidak cermat

membaca dokumen pengadaan hingga dinyatakan tidak memenuhi syarat. Paket

pengadaan yang mengalami gagal lelang oleh ULP kemudian dikembalikan ke

PPK melalui surat tertulis untuk dilakukan pengkajian ulang. Pengkajian ulang

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

80

Universitas Indonesia

yang diusulkan ULP mengenai kemungkinan HPS atau spesifikasinya yang tidak

umum atau tidak dapat dilaksanakan penyedia. Masukan dari Pokja ULP juga

dapat berupa saran untuk memperbaiki spesifikasi pekerjaan misalnya, jenis

kontrak harus diubah dari kontrak lump sum menjadi kontrak harga satuan.

4.5.1.2. Efektifitas

Dalam pemenuhan prinsip efektifitas, dengan indikator operasional

pemenuhan hasil atas target yang direncanakan dengan mengukur kuantitas dan

spesifikasi teknis hasil pekerjaan dengan kuantitas dan spesifikasi teknis yang

direncanakan oleh PPK, hasil semua paket pengadaan yang diproses melalui

pelelangan memenuhi standar minimal dalam hal spesifikasi teknis pekerjaan dan

kuantitas yang ditetapkan. Beberapa paket pengadaan yang dilaksanakan malah

lebih tinggi dari spesifikasi teknis yang ditentukan, misalnya dalam pengadaan

Personal Computer (PC) atau laptop dalam spesifikasi teknis dibutuhkan Random

Access Memory (RAM) 4 (empat) gigabyte tetapi penyedia memberikan RAM

dengan kapasitas 8 (delapan) gigabyte.

Dalam hal kesesuaian antara paket pengadaan yang dilaksanakan dengan

dokumen perencanaan, paket-paket pengadaan yang dilaksanakan pada umumnya

merupakan prioritas kegiatan sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan.

Semua paket pengadaan tertuang di RUP baik yang berdasarkan nilainya harus

dilelang maupuan yang dilakukan dengan pengadaan langsung. Proses

perencanaan pengadaan dimulai dengan penyusunan anggaran. Penyusunan

anggaran untuk tahun 2012 sudah dimulai sejak Bulan Maret tahun 2011 untuk

penetapan pagu anggaran. Pada bulan Nopember 2011 sudah ada pagu definitif

yang menjadi DIPA LKPP. Kemudian disusun Petunjuk Operasional Kegiatan

(POK). Dalam POK sudah jelas terlihat kegiatan-kegiatan yang mengharuskan

melalui proses pengadaan barang/jasa. Misalkan sebuah paket pengadaan barang

yang nilainya diatas 100 (seratus) juta harus melalui ULP sedangkan dibawah

nilai tersebut dilakukan oleh pejabat pengadaan. Kemudian dituangkan dalam

Rencana Umum Pengadaan (RUP) yang ditayangkan melalui website LKPP.

Setelah itu PPK meminta masing-masing unit kerja eselon dua selaku pengguna

untuk mengajukan kebutuhan. Misalkan di Sekretariat Utama (SESTAMA)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

81

Universitas Indonesia

terdapat kebutuhan alat pengolah data, maka dilakukan pengkajian perincian

kebutuhan, misalnya SESTAMA membutuhkan Personal Computer (PC),

beberapa jenis laptop, dan printer. Laptop yang dibutuhkan ada beberapa jenis

dengan perincian standar minimal. Setelah itu dilakukan penyusunan spesifikasi

teknis dan harga pasar untuk menyusun HPS. Semua itu dilaksanakan sebelum

tahun anggaran berjalan. Ketika tahun anggaran berjalan, setelah ditentukan

spesifikasi teknis, HPS dan waktu dibutuhkannya, maka dilakukan perhitungan

waktu proses pengadaan. Jika dilakukan dengan metode pengadaan langsung bisa

dilakukan dalam waktu kira-kira 18 hari sedangkan jika melalui metode

pelelangan membutuhkan waktu kira-kira satu bulan.

4.5.1.3. Prinsip Transparansi

Prinsip Transparansi menitikberatkan pada terdapatnya aturan yang jelas

dan dapat diakses. Dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang

dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dilakukan sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dengan mendasarkan

penentuan harga pada harga pasar setempat, harga yang tertera dalam dokumen

resmi, harga yang dikeluarkan oleh distributor dan berdasarkan kontrak sejenis.

Besaran total HPS ini diumumkan dalam pelaksanaan pengadaan dan PPK secara

terbuka memberitahukan kepada Pokja ULP mengenai dasar penyusunan HPS

tersebut.

Salah seorang PPK di LKPP berpendapat bahwa sebenarnya karena

pelelangan dilakukan melalui E-Procurement, tidak perlu terlalu memusingkan

soal HPS, karena jika proses pelelangan dilakukan secara bersaing dan terbuka

HPS hanya sebagai plafon tertinggi saja karena tercipta harga pasar dengan

sendirinya. Jadi HPS hanya untuk menilai biaya maksimal yang harus dibayar.

Dalam pengadaan barang dasar penyusunan HPS dengan memperhatikan

harga pasar. Karena sulit untuk dapat menjangkau harga pabrikan maka yang

dilakukan adalah survei harga pasar di internet atau ke Glodok. Sebenarnya harga

dasar yang menjadi patokan adalah harga dari prinsipal. Misalnya untuk harga

mesin fotokopi merk xerox harga dasar adalah harga dari Astra Graphia sebagai

pemegang lisensi pengedaran di Indonesia. Astra Graphia memberikan illustrasi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

82

Universitas Indonesia

jika membeli langsung kepadanya harganya Rp 150.000.000. Tetapi jika membeli

dari reseller akan ditambah porsi keuntungan reseller sekitar 30 % dari harga

prinsipal, maka harga dasar yang dipakai adalah harga pembelian tunai ke

prinsipal. Dalam pengadaan jasa konsultansi untuk menentukan harga dasar jasa

konsultan tidak menjadikan billing rate sebagai dasar utama tetapi dengan

membuat scaling service, berdasarkan Standar Biaya Umum, dan jika kalau

memang pernah melakukan kontrak sejenis maka harga dari kontrak sejenis

tersebut yang dapat dipakai sebagai dasar.

Spesifikasi teknis yang dibuat PPK sebagai patokan untuk standar

barang/pekerjaan yang diinginkan telah disusun dengan jelas. Jika masih

menimbulkan keraguan atau kurang jelas bagi peserta pengadaan, maka Pokja

ULP memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertanya dalam acara penjelasan

pekerjaan (aanwidjing) dan dalam proses ini melibatkan juga PPK yang

memberikan penjelasan secara teknis dan detail mengenai barang/pekerjaan yang

diinginkan. Jika PPK memang dibutuhkan untuk memberikan penjelasan

pekerjaan secara detail maka Pokja ULP mengundang PPK untuk menjawab

beberapa pertanyaan tentang spesifikasi dan PPK mengirim stafnya untuk ikut

aanwidjing.

Dalam hal transparansi penyusunan dokumen pengadaan, Pokja ULP

harus menyusun dokumen pengadaan yang menjadi patokan/acuan/aturan main

proses pengadaan. Dokumen ini disusun oleh Pokja ULP berdasarkan Standar

Dokumen Pengadaan sebagaimana dikeluarkan oleh LKPP melalui Peraturan

Kepala LKPP. Standar dokumen tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan

dengan paket pengadaan yang ditangani dengan memasukan ketentuan-ketentuan

yang menjadi aturan main proses pengadaan. Dokumen pengadaan yang sudah

lengkap kemudian di -upload ke sistem pengadaan hingga dapat diakses oleh

calon peserta pengadaan yang terdaftar di LPSE tanpa batasan wilayah.

Mekanisme dan ketentuan penyusunan dokumen pengadaan dan addendumnya ini

ditaati oleh Pokja ULP LKPP dalam setiap paket pengadaan yang dilakukan.

Dalam hal transparansi pengumuman adanya addendum dokumen

pengadaan, addendum dokumen pengadaan dapat disusun jika ada ketentuan baru

dalam aturan main pengadaan yang dapat berpengaruh terhadap spesifikasi teknis

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

83

Universitas Indonesia

dan persyaratan peserta. Addendum juga dapat memuat ketentuan baru yang

timbul dengan adanya acara penjelasan pekerjaan. Adanya perubahan ketentuan

tersebut harus dapat diketahui oleh semua peserta sehingga wajib diberitahukan

melalui sistem. Pokja ULP LKPP mentaati ketentuan tersebut dengan

memberitahukan kepada peserta melalui SPSE. Dalam transparansi penyusunan

jadwal pengadaan, jadwal tahapan pengadaan diinformasikan secara adil dengan

diumumkan dalam sistem. Jika ada perubahan jadwal maka Pokja ULP wajib

mengisi alasan perubahan. Ketentuan ini ditaati dengan baik oleh Pokja ULP

LKPP dengan menyusun jadwal dalam SPSE dan setiap perubahan jadwal

kemudian disertai alasan. SPSE juga memfasilitasi transparansi ini karena sistem

tidak akan berjalan jika terdapat kesalahan dalam penyusunan jadwal serta sistem

pun tidak akan berjalan jika perubahan jadwal tidak disertai dengan alasan

perubahan tersebut.

Dalam hal transparansi dalam data black list penyedia dan adanya forum

pengadaan, Pokja ULP LKPP mengakses website LKPP untuk mencari informasi

mengenai data perusahaan atau perorangan yang terkena black list. Komunikasi

antar pokja juga sangat intens selain melalui grup mailing list, juga melalui grup

BBM (Blackberry Messenger) untuk saling memberi informasi. Setiap saat terjadi

komunikasi yang intensif. Jika yang melakukan evaluasi hanya 2 (dua) orang

misalnya, hasilnya dimasukan ke forum pengadaan untuk dibahas. Jika deadlock

maka disitu peran ketua Pokja yang menentukan keputusan.

Pokja ULP memfasilitasi sanggah dengan memberi kesempatan kepada

peserta pengadaan untuk menyampaikan sanggahan baik melalui SPSE maupun

secara offline kepada Pokja ULP. Jika disampaikan secara offline oleh peserta

maka peserta harus memberitahukan kepada Pokja ULP melalui SPSE. Pokja

ULP kemudain menjawab sanggah tersebut melalui SPSE. Sementara sanggah

banding dilakukan secara offline. Peserta yang tidak puas dengan jawaban

sanggah dari Pokja ULP dapat menyampaikan sanggahan banding secara tertulis

kepada Kuasa Pengguna Anggaran dengan menyampaikan tembusan kepada

Pokja ULP.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

84

Universitas Indonesia

4.5.1.4. Prinsip Terbuka

Keterbukaan dalam persyaratan peserta pengadaan mengharuskan

persyaratan peserta baik persyaratan kualifikasi, administrasi, teknis dan harga

tidak boleh membatasi keikutsertaan peserta yang berasal dari luar daerah,

sehingga dapat menimbulkan persaingan yang sehat untuk mendapatkan harga

yang paling efisien. Pokja ULP LKPP menaati ketentuan ini karena Pokja ULP

mengumumkan setiap paket pengadaan melalui SPSE, yang dapat diakses oleh

siapapun tanpa batasan wilayah.

Rencana Umum Pengadaan disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran pada

masing-masing deputi bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai pengadaan barang/jasa yang akan dilakukan oleh LKPP tersebut dalam

tahun anggaran berjalan, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dan menjamin bahwa pengadaan yang akan

dilakukan bersifat terbuka untuk mendapatkan barang/jasa yang paling efisien

dengan persaingan sehat. Semua deputi mengumumkan RUP pada Bulan

Nopember yang memuat paket pengadaan untuk semua jenis pengadaan baik

melalui mekanisme pelelangan maupun yang dilakukan melalui mekanisme

pengadaan langsung dan penunjukan langsung.

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010

Pokja ULP harus menayangkan pengumuman pengadaan minimal di website

resmi pemerintah/SKPD, di portal pengadaan nasional dan melalui papan

pengumuman setempat. Pokja ULP LKPP hanya menayangkan setiap

pengumuman pengadaan pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik dan Portal

Pengadaan Nasional, sementara pengumuman di papan pengumuman tidak

seluruhnya dilakukan, hal ini karena keterbatasan waktu personil Pokja ULP yang

harus bekerja secara ad hoc.

4.5.1.5. Prinsip Bersaing

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan secara bersaing dengan

sehat guna memperoleh harga yang paling efisien dengan tetap memperhatikan

pemenuhan akan spesifikasi teknis dan persyaratan administrasi. Jika terdapat

tekanan atau intervensi kepada PPK dan Pokja ULP maka hal tersebut dapat

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

85

Universitas Indonesia

menimbulkan adanya persaingan tidak sehat sehingga harga yang diperoleh dalam

hasil pengadaan pun bukan harga yang paling efisien karena adanya tekanan dapat

menyebabkan pemenang yang dipesan tidak menawarkan barang/jasa dengan

harga yang paling efisien. Tidak ada tekanan atau intervensi untuk berlaku

diskriminatif dalam proses pengadaan di LKPP. Dasar pertimbangan penentuan

pemenang adalah dokumen penawaran peserta. Setiap hasil dibuat tertulis sebagai

bukti bahwa pelelangan dilakukan sesuai dengan regulasi yang ada. Semua pihak

yang terlibat dalam pengadaan di LKPP saling independen satu sama lain. Proses

pelelangan yang dilakukan dengan E-Procurement juga sudah terbuka dan semua

orang bisa masuk sehingga dapat menghilangkan kemungkinan perlakuan

diskriminatif. Jika dilakukan dengan E-Procurement, meskipun ada titipan dimana

pun lelangnya dilaksanakan jika ternyata ada peserta yang mengajukan penawaran

lebih murah, lebih bagus dan responsif maka peserta itulah yang menang. Semua

pengadaan dilaksanakan dengan persaingan sehat dan menghasilkan harga yang

paling efisien. Masing-masing pihak yang terlibat dalam pengadaan, baik PPK,

Pokja ULP maupun penyedia tidak ditemukan afiliasi satu sama lain, baik karena

hubungan keluarga maupun dalam hubungan bisnis.

4.5.1.6. Penerapan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif

Persyaratan keikutsertaan penyedia dalam pelelangan tidak boleh

diskriminatif. Persyaratan peserta meliputi persyaratan kualifikasi dan persyaratan

administratif serta persyaratan teknis dokumen penawaran. Persyaratan tersebut

tidak boleh mengarah ke satu penyedia tertentu hingga penyedia tersebut

diuntungkan dan mengurangi terjadinya persaingan yang sehat. Persyaratan

administrasi peserta pengadaan disusun Pokja ULP berdasarkan ketentuan dalam

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 2

Tahun 2011 tentang Standard Bidding Document.

Pokja ULP harus bersikap adil/tidak diskriminatif dalam pemberian

penjelasan pekerjaan (aanwidjing). Penjelasan Pekerjaan (aanwidjing)

merupakan salah satu prosedur yang dilalui dalam pelelangan. Dalam acara ini

peserta dapat meminta penjelasan dari Pokja ULP jika ada ketentuan atau syarat,

baik syarat kualifikasi, syarat administrasi maupun syarat teknis pengadaan. Acara

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

86

Universitas Indonesia

ini dilakukan secara online tanpa tatap muka. Pada jadwal yang telah ditentukan

SPSE memfasilitasi terjadinya dialog secara online antara peserta dengan Pokja

ULP. Jika dalam acara ini terdapat ketentuan yang penting dan substansial yang

mempengaruhi pelelangan dan tidak dimuat dalam dokumen pengadaan, maka

Pokja ULP menyususn dan mengupload addendum dokumen pengadaan yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja ULP

memberitahukana adanya ketentuan baru dalam addendum ini kepada peserta

pengadaan melalui SPSE. Acara penjelasan pekerjaan secara online ini merupakan

satu-satunya media yang menjembatani peserta dan Pokja ULP untuk

berkomunikasi mengenai ketentuan pelelangan. Pokja ULP tidak memberikan

informasi lainnya kepada peserta baik secara pribadi maupun secara institusi

sampai dilakukannya klarifikasi administrasi, teknis dan harga. Dalam proses

pemberian penjelasan pekerjaan (aanwidjing) ini Pokja ULP juga melibatkan PPK

dalam hal penjelasan pekerjaan secara rinci. PPK mengutus calon pengguna

barang tersebut sebagai wakil dari PPK yang mengetahui kebutuhan secara detail.

Spesifikasi teknis yang disusun PPK tidak boleh bersifat diskriminatif.

Spesifikasi teknis merupakan ketentuan tentang kuantitas, dimensi dan

persyaratan bahan dari barang/jasa yang diinginkan oleh PPK. Spesifikasi teknis

ini ditetapkan oleh PPK yang kemudian dijadikan dasar bagi Pokja ULP sebagai

standar barang/jasa yang diminta kepada peserta pengadaan. Spesifikasi teknis ini

ditetapkan dalam Rencana Umum Pengadaan dan Rencana Pelaksanaan

Pengadaan. Untuk pengadaan barang, spesifikasi teknis disusun oleh calon

pengguna di LKPP berdasarkan kebutuhan barang yang akan dibeli dengan

referensi informasi spesifikasi dari media internet dan brosur-brosur pabrikan.

Pokja ULP juga berperan dalam penentuan spesifikasi teknis, khususnya jika ada

spesifikasi teknis yang tidak jelas atau mengarah dan dapat menguntungkan

peserta tertentu maka Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK.

Pokja ULP kemudian dapat meminta PPK untuk merevisinya dan jika terjadi

pertentangan antara PPK dengan Pokja ULP yang tidak dapat diselesaikan maka

hal tersebut disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk memutuskan.

Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran bersifat final dan mengikat, serta oleh

Pokja ULP kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan dokumen pengadaan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

87

Universitas Indonesia

4.5.1.7. Prinsip Akuntabel

Prinsip akuntabel pada dasarnya mengukur ketaatan para pihak yang

terkait dalam proses pengadaan terhadap ketentuan pengadaan sebagaimana

terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Dalam proses

pelelangan, ULP LKPP juga cukup tegas bahwa jika PPK tidak menyampaikan

Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi teknis, HPS dan

rancangan Kontrak maka ULP tidak dapat memulai lelang karena itu menjadi

acuan penyusunan dokumen pengadaan. Bagi PPK yang menyampaikan

spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak untuk paket pengadaan yang

dilakukan, Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK untuk dianalisis

apakah dokumen-dokumen dimaksud sudah sesuai dengan ketentuan dalam

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Jika belum lengkap dan belum sesuai

maka Pokja ULP meminta PPK untuk merevisi.

Semua pihak yang terlibat dalam pengadaan wajib menandatangani pakta

Integritas. Pakta integritas dibuat untuk memastikan adanya komitmen

melaksanakan pengadaan secara transparan dan akuntabel. SPSE telah

memfasilitasi penandatanganan Pakta Integritas ini dengan mewajibkan Pokja

ULP dan Peserta Pengadaan menyetujui form Pakta Integritas dalam Sistem

Pengadaan Secara Elektronik, dan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan

Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering, hal tersebut

sah secara hukum. Sementara itu PPK menandatangani Pakta Integritas dalam

kontrak yang dibuat.

Pokja ULP juga menyusun dan menetapkan jadwal pelaksanaan pemilihan

dan setelah itu Pokja ULP menyusun dan menetapkan dokumen pengadaan.

Dokumen pengadaan disusun berdasarkan Standard Bidding Document (SBD)

yang diterbitkan oleh Kepala LKPP melalui Peraturan Kepala LKPP Nomor 5

tahun 2011 tentang Standard Bidding Document (SBD).

Besaran Jaminan Penawaran ditetapkan Pokja ULP. Besarannya antara 1

(satu) persen hingga 3 (tiga) persen dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Jaminan

Penawaran ini dibuat sebagai jaminan keikutsertaan peserta hingga tuntasnya

proses pengadaan. Pokja ULP kemudian melakukan klarifikasi keabsahan jaminan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

88

Universitas Indonesia

penawaran kepada penerbit jaminan secara tertulis, atau karena kendala waktu

hanya dilakukan melalui telepon. Hal yang diklarifikasi adalah besarnya jaminan,

waktu jaminan, dan cara pencairan jaminan yang harus tanpa syarat. Konfirmasi

Jaminan Penawaran tersebut dilakukan secara tertulis baik melalui surat maupun

melalui email. Dalam hal pengembalian jaminan penawaran, tidak semua paket

pengadaan jaminan penawaran pesertanya dikembalikan oleh Pokja ULP.

Pokja ULP LKPP saat ini berjumlah 9 (sembilan) orang termasuk Ketua

ULP. Semua personil bersertifikasi sebagai ahli pengadaan dan bekerja secara ad

hoc di ULP. Dalam proses pelelangan, Pokja ULP menyusun dan menetapkan

metode pemilihan. Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan pengadaan

jasa lainnya, pengadaan diatas 200 (dua ratus) juta rupiah pelelangan dilaksanakan

dengan metode pelelangan umum sedangkan untuk pekerjaan yang bernilai antara

100 (seratus) juta sampai 200 (dua ratus juta) dilakukan dengan metode

pelelangan sederhana. Untuk pengadaan jasa konsultansi, dilakukan dengan

metode seleksi. Pengadaan jasa konsultansi diatas 100 (seratus) juta dilakukan

dengan seleksi umum sedangkan untuk pengadaan bernilai antara 50 (lima puluh)

juta hingga 100 (seratus) juta dilakukan dengan metode seleksi sederhana.

Penilaian kualifikasi dan evaluasi Pokja ULP yang dilakukan oleh pokja ULP

sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Pokja ULP

tidak merubah ketentuan apapun dalam dokumen pengadaan dan dijadikan

patokan untuk melakukan evaluasi.

Dalam hal penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) dan

pelaporan kepada PPK, setelah dilakukan evaluasi dan menghasilkan calon

pemenang dan cadangan, Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP

melalui SPSE. BAHP tersebut menjadi lampiran dari laporan dari ULP kepada

PPK yang dilakukan secara tertulis lewat nota dinas.

Setelah PPK menerima laporan pelaksanaan pengadaan dari ULP, PPK

menjadikan laporan tersebut sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Penetapan

Penyadia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ tersebut diserahkan kepada penyedia yang

menjadi pemenang untuk kemudian membuat jaminan pelaksanaan, dalam waktu

maksimal 14 (empat belas) hari kerja. Jika penyedia tidak dapat memenuhi

ketentuan tersebut, maka penyedia tersebut digugurkan dan calon cadangan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

89

Universitas Indonesia

pemenang kesatu sebagaimana tertera dalam laporan dari ULP kemudian menjadi

pemenang dengan keharusan membuat jaminan pelaksanaan. Pada dasarnya

secara umum penyedia dapat memenuhi batas 14 (empat belas) hari kerja tersebut

bahkan ada yang dengan cepat merespon dalam satu atau dua hari kerja. Setelah

penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan, PPK menyusun kontrak sesuai

dengan rancangan kontrak yang dimuat dalah dokumen pengadaan. PPK

melakukan konfirmasi keabsahan jaminan pelaksanaan kepada penerbit jaminan

tersebut melalui telepon dan secara tertulis, biasanya malah dari bank penerbit

jaminan yang datang ke PPK di LKPP.

Selama pelaksanaan pekerjaan PPK melakukan monitoring. Pelaksanaan

monitoring pekerjaan tergantung kontrak yang disepakati. Jika di dalam kontrak

memang ada klausul untuk monitoring maka dan pelaporan dari penyedia secara

berkala maka itulah yang diminta PPK kepada penyedia. Dalam pengadaan barang

PPK meminta laporan perkembangan pekerjaan (progress report) minimal 2 kali,

pada 30% pekerjaan dan pada 30 % berikutnya. Jadi jika pekerjaan dilakukan

dalam 40 (empat puluh) hari, PPK meminta laporan pada hari ke-12 dan hari ke-

24. PPK melaporkan hasil pekerjaan kepada Kuasa Pengguna Anggaran setiap

akhir tahun secara keseluruhan. Pada setiap selesai dilaksanakannya satu paket

pengadaan dilakukan serah terima barang/pekerjaan dari PPK kepada pengguna di

unit kerja eselon dua.

4.5.2. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Sukabumi

4.5.2.1.Efisiensi :

Secara keseluruhan pengadaan yang dilaksanakan oleh UPT Unit

Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Kota Sukabumi bernilai total Rp

31.139.977.560,00 dengan nilai kontrak Rp 27.205.958.179,00 dengan efisiensi

senilai Rp 3.934.019.381,00 dengan tingkat efisiensi 14,46 % dari Harga

Perkiraan Sendiri (HPS). Nilai pengadaan secara lengkap sebagaimana tertera

dalam tabel berikut :

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

90

Universitas Indonesia

Tabel 4.5. Efisiensi Pengadaan di Kota Sukabumi

NO

JENISPENGADAAN

NILAI HPS(Rp)

NILAI KONTRAK(Rp)

EFISIENSI(Rp)

EFISIENSI(%)

1 Pengadaanbarang

Rp 11.916.379.820 Rp 11.408.307.567 Rp 508.072.253 4,45 %

2 Pekerjaankonstruksi

Rp 17.429.444.700 Rp 14.125.171.512 Rp.3.304.273.188 23,39 %

3 PengadaanJasaKonsultansi

Rp 1.033.635.400 Rp 991.181.500 Rp 42.453.900 4,28 %

4 PengadaanJasa lainnya

Rp 760.517.640 Rp 991.181.500 Rp 42.453.900 11,63 %

Jumlah Rp 31.139.977.560 Rp 27.205.958.179 Rp 3.934.019.381 14.46 %

Sumber : UPT ULP Kota Sukabumi

Dalam hal efisiensi waktu pengadaan, sebanyak 21 (dua puluh satu) paket

pengadaan mengalami gagal lelang dan harus dilakukan melalui lelang ulang

paket tersebut. Hal ini berarti dalam proses pelelangan sebanyak 23,3 %

mengalami keterlambatan waktu pelelangan. Penyebab gagal lelang ada beberapa

hal. Sebab pertama menurut Kepala UPT Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)

Barang/Jasa Kota Sukabumi karena peserta gugur pada saat evaluasi. Dalam

proses pelelangan Pokja ULP menyusun dokumen pengadaan mengacu pada

spesifikasi teknis dan persyaratan dari PPK. Pada saat evaluasi baik evaluasi

administrasi, evaluasi teknis maupun evaluasi harga, para penyedia tidak dapat

memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan sehingga

mereka digugurkan. Sebab kedua terjadinya gagal lelang karena di beberapa paket

ini jumlah peserta yang memasukan penawaran kurang dari ketentuan dan

otomatis menyebabkan lelang gagal. Sebab ketiga karena persyaratan dari PPK

yang terlalu tinggi atau persyaratannya terlalu detail sehingga penyedia tidak

mampu menyanggupinya. Jika terjadi gagal lelang maka Pokja ULP melaporkan

kepada PPK sekaligus mengusulkan pengkajian ulang Spesifikasi teknis dan HPS

paket tersebut. Jika PPK telah melakukan pengkajian ulang dan memerintahkan

Pokja ULP untuk melelang ulang maka Pokja ULP kemudian membuat paket

lelang ulang.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

91

Universitas Indonesia

4.5.2.2. Efektifitas

Dalam pemenuhan prinsip efektivitas, dengan indikator operasional

pemenuhan hasil atas target yang direncanakan dengan mengukur kuantitas dan

spesifikasi teknis hasil pekerjaan dengan kuantitas dan spesifikasi teknis yang

direncanakan oleh PPK, hasilnya dari semua paket pengadaan yang diproses

melalui pelelangan memenuhi standar minimal dalam hal spesifikasi teknis

pekerjaan dan kuantitas yang ditetapkan.

Dalam hal kesesuaian antara paket pengadaan yang dilaksanakan dengan

dokumen perencanaan, paket-paket pengadaan yang dilaksanakan pada umumnya

merupakan prioritas kegiatan sebagaimana tertuang dalam dokumen perencanaan

berupa Rencana Strategis (RENSTRA) Tingkat Kota, Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) tahun anggaran 2011 dan Rencana Strategis (RENSTRA) Satuan Kerja

Perangkat Daerah. Ada beberapa paket pengadaan yang bukan merupakan

prioritas kegiatan pembangunan tingkat Kota Sukabumi tetapi merupakan bantuan

program dari tingkat Nasional, diantaranya paket pengadaan alat pendidikan dan

pembangunan prasarana di Dinas Pendidikan yang dananya bersumber dari Dana

Alokasi Khusus (DAK) Kementrian Pendidikan Nasional, kegiatan pengadaan

Alat Kesehatan di RSUD R. Syamsudin, SH yang bersumber dari Dana Alokasi

Khusus (DAK) Kementrian Kesehatan, dan paket pengadaan alat penunjang

Keluarga Berencana di Badan Pengelolaan Masyarakat dan Keluarga Berencana

(BPMKB) yang merupakan alokasi dana dari Pemerintah Pusat.

4.5.2.3. Transparansi

Prinsip transparansi menitikberatkan pada terdapatnya aturan yang jelas

dan dapat diakses. Untuk transparansi dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri

yang merupakan wewenang dan tugas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun

2010. Penentuan HPS pengadaan barang dan jasa lainnya dihitung berdasarkan

harga setempat, mempertimbangkan juga harga yang tertera dalam Standar Satuan

Harga Tertinggi yang dikeluarkan oleh Walikota Sukabumi, berdasarkan kontrak

sejenis baik pada tahun 2011 maupun pada tahun sebelumnya dan dilakukan

survei harga ke pusat penjualan barang di Bandung atau Jakarta. Survei juga dapat

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

92

Universitas Indonesia

dilakukan melalui media internet dengan mempertimbangkan biaya transportasi

yang harus ditanggung penyedia. Namun untuk pengadaan barang-barang yang

khusus misalnya rambu jalan, marka jalan, alat pemberi isyarat lampu lalu lintas,

alat uji kendaraan bermotor, maka biasanya dimintakan harga dari beberapa

produsen dan juga dilakukan pencarian harga melalui media internet. Sebagai

perbandingan dilakukan juga pencarian informasi dari beberapa dinas sejenis di

wilayah lain untuk melihat kontrak yang pernah dilakukan.

Selain itu ada juga paket yang mendasarkan HPS pada harga distributor

misalnya dalam penunjukan langsung pengadaan kendaraan bermotor dan

berdasarkan Peraturan Menteri khusus untuk pengadaan alat pendidikan yang

bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dilakukan oleh Dinas

pendidikan. Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi berdasarkan perhitungan

konsultan perencana dan konsultan perencana menghitung harga berdasarkan

Standar Satuan Harga Tertinggi yang ditetapkan Walikota Sukabumi. Untuk harga

honorarium tenaga ahli dalam pengadaan jasa konsultansi dihitung berdasarkan

Standar Satuan Harga Tertinggi yang dikeluarkan Walikota Sukabumi dan kontrak

sejenis pada tahun sebelumnya atau pada tahun tersebut. Besaran total HPS ini

diumumkan dalam pengumuman pengadaan dan dokumen pengadaan. PPK secara

terbuka memberitahukan kepada Pokja ULP mengenai dasar penyusunan HPS

tersebut.

Dalam hal transparansi penyusunan dokumen pengadaan Pokja ULP harus

menyusun dokumen pengadaan yang menjadi patokan/acuan/aturan main proses

pengadaan. Dokumen ini disusun oleh Pokja ULP berdasarkan Standar Dokumen

Pengadaan sebagaimana dikeluarkan oleh LKPP melalui Peraturan Kepala LKPP.

Standar Dokumen tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan dengan paket

pengadaan yang ditangani dengan memasukan ketentuan-ketentuan yang menjadi

aturan main proses pengadaan. Dokumen pengadaan yang sudah lengkap

kemudian di -upload ke sistem pengadaan hingga dapat diakses oleh calon peserta

pengadaan yang terdaftar di LPSE tanpa batasan wilayah. Mekanisme dan

ketentuan penyusunan dokumen pengadaan ini ditaati oleh Pokja ULP Kota

Sukabumi dalam setiap paket pengadaan yang dilakukan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

93

Universitas Indonesia

Prinsip transparansi juga menuntut dilakukannya pengumuman jika

terdapat addendum dokumen pengadaan. Addendum dokumen pengadaan dapat

disusun jika ada ketentuan baru dalam aturan main pengadaan yang dapat

berpengaruh terhadap spesifikasi teknis dan persyaratan peserta. Adendum juga

dapat memuat ketentuan baru yang timbul dengan adanya acara penjelasan

pekerjaan. Adanya perubahan ketentuan tersebut harus dapat diketahui oleh semua

peserta sehingga wajib diberitahukan melalui sistem. Pokja ULP Kota Sukabumi

mentaati ketentuan tersebut dengan memberitahukan adanya addendum dokumen

pengadaan kepada peserta melalui SPSE.

Jadwal setiap tahapan pengadaan harus diinformasikan secara adil dengan

diumumkan dalam sistem. Jika ada perubahan jadwal maka pokja ULP wajib

mengisi alasan perubahan. Ketentuan ini ditaati dengan baik oleh Pokja ULP Kota

Sukabumi dengan menyusun jadwal dalam SPSE dan setiap perubahan jadwal

kemudian disertai alasan. SPSE juga memfasilitasi transparansi ini karena sistem

tidak akan berjalan jika terdapat kesalahan dalam penyusunan jadwal serta sistem

pun tidak akan berjalan jika perubahan jadwal tidak disertai dengan alasan

perubahan tersebut.

Dalam hal transparansi dalam data black list penyedia dan forum

pengadaan, Pokja ULP Kota Sukabumi mengakses website LKPP untuk mencari

informasi mengenai data perusahaan atau perorangan yang terkena black list.

Berdasarkan keterangan dari Kepala ULP Kota Sukabumi, forum pengadaan yang

dapat menjadi media untuk bertukar informasi pengadaan dengan ULP di daerah

lain secara institusi belum dapat dilaksanakan. Secara individu Kepala UPT ULP

Kota SUkabumi bergabung di beberapa mailist pengadaan secara online. Kepala

UPT ULP Kota Sukabumi juga tergabung dalam blog, forum instruktur, forum

pengadaan untuk diskusi model forum pengadaan or.id. Informasi yang didapat

kemudian disebarkan kepada setiap personil UPT ULP sehingga dapat selalu

memperbaharui informasi tentang pengadaan.

Dalam hal akses untuk menyanggah, Pokja ULP Kota Sukabumi

memfasilitasi sanggah dengan memberi kesempatan kepada peserta pengadaan

untuk menyampaikan sanggahan baik melalui SPSE maupun secara offline. Jika

disampaikan secara offline oleh peserta maka peserta harus memberitahukan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

94

Universitas Indonesia

kepada Pokja ULP melalui SPSE. Pokja ULP kemudain menjawab sanggah

tersebut melalui SPSE. Sanggah banding dilakukan secara offline. Peserta yang

tidak puas dengan jawaban sanggah dari Pokja ULP dapat menyampaikan

sanggahan banding secara kepada Walikota Sukabumi dengan menyampaikan

tembusan kepada Pokja ULP.

4.5.2.4. Prinsip Terbuka

Indikator pertama dalam prinsip keterbukaan adalah keterbukaan dalam

persyaratan peserta pengadaan. Persyaratan peserta baik persyaratan kualifikasi,

administrasi, teknis dan harga tidak boleh membatasi keikutsertaan peserta yang

berasal dari luar daerah, sehingga dapat menimbulkan persaingan yang sehat

untuk mendapatkan harga yang paling efisien. Pokja ULP mentaati ketentuan ini

karena Pokja ULP mengumumkan setiap paket pengadaan melalui website resmi

Pemerintah Kota Sukabumi dan melalui SPSE yang dapat diakses oleh siapapun

tanpa batasan wilayah.

Indikator kedua dalam prinsip keterbukaan adalah keterbukaan dalam

Rencana Umum Pengadaan (RUP). Rencana Umum Pengadaan disusun oleh

Pengguna Anggaran pada masing-masing SKPD bertujuan untuk memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai pengadaan barang/jasa yang akan

dilakukan oleh SKPD tersebut dalam tahun anggaran berjalan, sehingga dapat

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan menjamin

bahwa pengadaan yang akan dilakukan bersifat terbuka untuk mendapatkan

barang/jasa yang paling efisien dengan persaingan sehat. Pada tahun anggaran

2011 diakui oleh Kepala ULP Kota Sukabumi belum seluruh SKPD melakukan

pengumuman Rencana Umum Pengadaan, dan SKPD yang mengumumkan pun

secara umum tidak menayangkan seluruh pengadaan tetapi hanya pengadaan yang

dilakukan dengan mekanisme pelelangan, padahal seharusnya seluruh pengadaan

termasuk pengadaan langsung harus diumumkan di awal tahun anggaran. Hal ini

karena pemahaman terhadap ketentuan dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun

2010 masih belum cukup. Dalam pengumuman RUP ini UPT ULP Kota

Sukabumi memfasilitasi dengan menyebarkan surat pemberitahuan kepada setiap

SKPD untuk menyampaikan Rencana Umum Pengadaannya dan memfasilitasi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

95

Universitas Indonesia

untuk menayangkan Rencana Umum Pengadaan tersebut dalam website resmi

Pemerintah Kota Sukabumi (www.sukabumikota.go.id).

Indikator ketiga adalah keterbukaan dalam pengumuman pengadaan.

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 Pokja

ULP harus menayangkan pengumuman pengadaan minimal di website resmi

pemerintah/SKPD, di portal pengadaan nasional dan melalui papan pengumuman

setempat. Pokja ULP telah melakukan pengumuman ini sesuai dengan ketentuan

dengan menayangkan setiap pengumuman pengadaan pada website resmi

Pemerintah Kota Sukabumi, pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik dan di

papan pengumuman di SKPD masing-masing serta di papan pengumuman UPT

Unit Pelayanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Kota Sukabumi.

4. 5.2.5. Prinsip Bersaing

Indikator prinsip bersaing adalah pengadaan dilakukan dengan persaingan

sehat tanpa adanya intervensi. Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan

secara bersaing dengan sehat guna memperoleh harga yang paling efisien dengan

tetap memperhatikan pemenuhan akan spesifikasi teknis dan persyaratan

administrasi. Jika terdapat tekanan atau intervensi kepada PPK dan Pokja ULP

maka hal tersebut dapat menimbulkan adanya persaingan tidak sehat sehingga

harga yang diperoleh dalam hasil pengadaan pun bukan harga yang paling efisien

karena adanya tekanan dapat menyebabkan pemenang yang dipesan tidak

menawarkan barang/jasa dengan harga yang paling efisien. Intervensi atau

tekanan untuk memenangkan peserta tertentu diakui oleh Kepala UPT ULP Kota

Sukabumi dan oleh anggota Pokja memang ada tetapi tidak untuk semua paket.

Tekanan dan upaya-upaya mempengaruhi itu datang dari LSM, dari partai, atau

dari pihak lain yang tidak kenal backgroundnya. Upaya-upaya tersebut meminta

untuk dijadikan pemenang, tetapi hal itu tidak mempengaruhi pendirian Pokja

ULP dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan sepenuhnya berada di

tangan Pokja ULP. Pokja ULP menentukan pemenang berdasarkan dokumen

penawaran yang masuk dan tidak dapat diganggu gugat. Sistem pengadan

elektronik juga dapat mengurangi adanya tekanan dan kolusi dalam proses

pengadaan karena tidak adanya tatap muka langsung dengan penyedia, kecuali

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

96

Universitas Indonesia

pada tahapan pembuktian kualifikasi dan klarifikasi kepada calon pemenang dan

calon cadangan pemenang. Beberapa anggota Pokja ULP juga membenarkan

adanya tekanan untuk memenangkan penyedia tertentu, yang sebenarnya sudah

ditangani hanya sampai pada Kepala ULP, tetapi ada juga yang sampai menekan

langsung anggota kelompok kerja tetapi hal itu tidak mempengaruhi pengambilan

keputusan karena jika sudah berurusan dengan masalah hukum maka yang

bertanggungjawab adalah personil Pokja ULP sendiri.

Indikator kedua prinsip bersaing adalah pihak yang terlibat dalam

pengadaan tidak terafiliasi satu sama lain. Afiliasi tersebut berupa hubungan

keluarga dan hibungan bisnis dalam perusahaan. Personil Pokja ULP tidak boleh

memiliki hubungan keluarga dengan PPK dan penyedia. Personil Pokja ULP juga

tidak boleh menjadi pengurus dalam perusahaan yang ikut serta dalam pelelangan

karena akan menimbulkan konflik kepentingan yang berpotensi mengurangi

persaingan yang sehat. Berdasarkan keterangan dari personil Pokja ULP yang

menjadi responden, prinsip ini ditaati dengan baik karena tidak ada hubungan

keluarga ataupun hubungan dalam pengelolaan perusahaan dengan peserta

pengadaan.

4.5.2.6. Penerapan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif

Persyaratan peserta meliputi persyaratan kualifikasi, persyaratan

administratif dan persyaratan teknis. Persyaratan tersebut tidak boleh mengarah

ke satu penyedia tertentu hingga penyedia tersebut diuntungkan dan mengurangi

terjadinya persaingan yang sehat. Pokja ULP dan PPK menetapkan persyaratan

kualifikasi peserta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Peraturan

Presiden Nomor 54 tahun 2010, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang

Jasa Konstruksi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 04/prt/m/2011

tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Persyaratan

administrasi peserta pengadaan disusun Pokja ULP berdasarkan ketentuan dalam

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP Nomor 5

Tahun 2011 tentang Standard Bidding Document. Persyaratan Teknis peserta

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

97

Universitas Indonesia

disusun oleh Pokja ULP dan PPK berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan petunjuk teknis pengadaan yang terkait dengan masing-masing

pengadaan, misalnya dalam persyaratan dan spesifikasi teknis pengadaan buku

perpustakaan di Dinas Pendidikan disusun berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2010 Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan tahun anggaran 2010 untuk Sekolah

Dasar (SD) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2010

tanggal Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang

Pendidikan tahun anggaran 2010 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sehingga persyaratan yang dibuat tersebut tidak diskriminatif karena disusun

berdasarkan peraturan yang berlaku secara nasional. Jika ada persyaratan dari

PPK yang potensial bersifat diskriminatif maka Pokja ULP memberitahukan dan

meminta untuk direvisi kepada PPK secara tertulis.

Dalam pemberian penjelasan pekerjaan (aanwidjing) harus memenuhi

prinsip adil/tidak diskriminatif. Acara penjelasan pekerjaan (aanwidjing)

merupakan salah satu prosedur yang dilalui dalam pelelangan. Dalam acara ini

peserta dapat meminta penjelasan dari Pokja ULP jika ada ketentuan atau syarat,

baik syarat kualifikasi, syarat administrasi maupun syarat teknis pengadaan. Acara

ini dilakukan secara online tanpa tatap muka. Pada jadwal yang telah ditentukan

SPSE memfasilitasi terjadinya dialog secara online antara peserta dengan Pokja

ULP. Pokja ULP juga melibatkan PPK dalam acara ini karena kadang ada

pertanyaan mengenai pekerjaan secara detail yang hanya diketahui oleh PPK. Jika

itu terjadi maka Pokja meminta keterangan dari PPK secara tertulis. Jika dalam

acara ini terdapat ketentuan yang penting dan substansial yang mempengaruhi

pelelangan dan tidak dimuat dalam dokumen pengadaan, maka Pokja ULP

menyusun dan meng-upload addendum dokumen pengadaan yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja ULP memberitahukan

adanya ketentuan baru dalam addendum ini kepada peserta pengadaan melalui

SPSE. Acara penjelasan pekerjaan secara online ini merupakan satu-satunya

media yang menjembatani peserta dan Pokja ULP untuk berkomunikasi mengenai

ketentuan pelelangan. Pokja ULP tidak memberikan informasi lainnya kepada

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

98

Universitas Indonesia

peserta baik secara pribadi maupun secara institusi sampai dilakukannya

klarifikasi administrasi, teknis dan harga.

Spesifikasi teknis juga tidak boleh mengandung ketentuan yang

diskriminatif. Spesifikasi teknis merupakan ketentuan tentang kuantitas, dimensi

dan persyaratan bahan dari barang/jasa yang diinginkan oleh PPK. Spesifikasi

teknis ini ditetapkan oleh PPK yang kemudian dijadikan dasar bagi Pokja ULP

sebagai standar barang/jasa yang diminta kepada peserta pengadaan. Spesifikasi

teknis ini ditetapkan dalam Rencana Umum Pengadaan dan Rencana Pelaksanaan

Pengadaan. Spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh PPK dalam pengadaan di Kota

Sukabumi telah memenuhi ketentuan penyusunannya. Untuk kegiatan pengadaan

barang dan jasa lainnya, spesifikasi teknis disusun berdasarkan peraturan

diantaranya petunjuk teknis dari instansi terkait, misalnya Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No 19 Tahun 2010 tentang petunjuk Teknis Penggunaan

Anggaran Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan pada Pengadaan Buku dan

Alat Pendidikan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan. Untuk pekerjaan konstruksi

PPK menyusun spesifikasi teknis berdasarkan Dokumen Perencanaan Detail

Enginering Design (DED) yang disusun oleh konsultan perencana bagi pekerjaan

konstruksi sedangkan untuk pengadaan jasa konsultansi PPK menyususn

spesifikasi teknis berdasarkan dokumen hasil pengkajian lintas SKPD khususnya

dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Bappeda.

Pokja ULP juga berperan dalam penentuan spesifikasi teknis, khususnya

jika ada spesifikasi teknis yang tidak jelas atau mengarah dan dapat

menguntungkan peserta tertentu maka Pokja ULP melakukan pengkajian ulang

bersama PPK. Pokja ULP kemudian dapat meminta PPK untuk merevisinya dan

jika terjadi pertentangan antara PPK dengan Pokja ULP yang tidak dapat

diselesaikan maka hal tersebut disampaikan kepada Pengguna Anggaran untuk

memutuskan. Keputusan Pengguna Anggaran bersifat final dan mengikat, serta

oleh Pokja ULP kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan dokumen

pengadaan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

99

Universitas Indonesia

4.5.2.7. Prinsip Akuntabel

Prinsip akuntabel pada dasarnya mengukur ketaatan para pihak yang

terkait dalam proses pengadaan terhadap ketentuan pengadaan sebagaimana

terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Pada tahap awal

proses pengadaan, Pengguna Anggaran menetapkan Kebijakan Umum Anggaran

(KUA) yang berisikan pemaketan, cara pengadaan, pengorganisasian dan

Kerangka Acuan Kerja (KAK) paket pengadaan dan PPK dalam menetapkan

Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi teknis, HPS dan

rancangan Kontrak ditetapkan oleh PPK. Menurut Kepala UPT ULP Kota

Sukabumi, di awal tahun 2011 mengingat belum dipahaminya secara optimal

ketentuan seperti itu, memang pelaksanaan hal tersebut dirasakan belum optimal.

Saat itu masih ada paradigma bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan

pelelangan seperti HPS, spek teknis dan rancangan kontrak diserahkan

penyusunannya kepada UPT ULP. Tetapi pada tahun 2012 berkaitan dengan

sudah sering sosialisasikannya Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tersebut,

termasuk melalui pimpinan daerah, maka muncul kesadaran dan pemahaman dari

Pengguna Anggaran dan PPK untuk menyusun dokumen tersebut.

UPT ULP Kota Sukabumi juga cukup tegas bahwa jika PPK tidak

menyampaikan ketiga dokumen tersebut maka UPT ULP tidak dapat memulai

lelang karena itu menjadi acuan penyusunan dokumen pengadaan. Bagi PPK yang

menyampaikan spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak untuk paket

pengadaan yang dilakukan, Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK

untuk dianalisis apakah dokumen-dokumen dimaksud sudah sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Jika belum lengkap

dan belum sesuai maka Pokja ULP meminta PPK untuk merevisi dan jika PPK

tidak sepakat maka Pokja ULP mengirim Surat pemberitahuan kepada Pengguna

Anggaran untuk menyelesaikan pertentangan dimaksud. Secara umum PPK telah

memperhitungkan margin keuntungan peserta dalam HPS yang disusun dan acuan

penyusunannya telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 yaitu harga dasar setempat berdasarkan info harga BPS, harga

distributor, harga perhitungan konsultan, harga kontrak sejenis, dan Standar

Satuan Harga Tertinggi yang dikeluarkan oleh Walikota Sukabumi.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

100

Universitas Indonesia

Dalam hal ketaatan akan ditandatanganinya Pakta Integritas, Pakta

integritas dibuat untuk memastikan adanya komitmen para pihak yang terkait

pengadaan melaksanakan pengadaan secara transparan dan akuntabel. SPSE telah

memfasilitasi penandatanganan Pakta Integritas ini dengan mewajibkan Pokja

ULP dan peserta pengadaan menyetujui form Pakta Integritas dalam Sistem

Pengadaan Secara Elektronik, dan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan

Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering, hal tersebut

sah secara hukum. Sementara itu PPK menandatangani Pakta Integritas dalam

Kontrak yang dibuat.

Pokja UPT ULP Kota Sukabumi saat ini berjumlah 15 (lima belas) orang

termasuk Kepala UPT ULP dan Sekretaris UPT ULP. Semua personil

bersertifikasi sebagai ahli pengadaan, khusus untuk Kepala UPT ULP selain

bersertifikat ahli pengadaan juga bersertifikat instruktur tingkat menengah dan

saksi ahli pengadaan tingkat nasional.

Pada awal proses pengadaan, Pokja ULP mengumumkan pelaksanaan

pengadaan selama 7 (tujuh) hari untuk pelelangan/seleksi umum dan 3 (tiga) hari

untuk pelelangan/seleksi sederhana. Pengumuman tersebut ditayangkan di LPSE,

di website resmi Pemerintah Kota Sukabumi dan di papan pengumuman resmi

yang ada di Kantor UPT ULP Kota Sukabumi. Pokja ULP menyusun dan

menetapkan metode pemilihan. Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi

dan pengadaan jasa lainnya, pengadaan diatas 200 (dua ratus) juta rupiah

pelelangan dilaksanakan dengan metode pelelangan umum sedangkan untuk

pekerjaan yang bernilai antara 100 (seratus) juta rupiah sampai 200 (dua ratus

juta) rupiah dilakukan dengan metode pelelangan sederhana. Untuk pengadaan

jasa konsultansi, dilakukan dengan metode seleksi. Pengadaan jasa konsultansi

diatas 100 (seratus) juta rupiah dilakukan dengan seleksi umum sedangkan untuk

pengadaan bernilai antara 50 (lima puluh) juta rupiah hingga 100 (seratus) juta

rupiah dilakukan dengan metode seleksi sederhana. Pokja ULP juga menyusun

dan menetapkan jadwal pelaksanaan pemilihan dan setelah itu Pokja ULP

menyusun dan menetapkan dokumen pengadaan. Dokumen pengadaan disusun

berdasarkan Standard Bidding Document (SBD) yang diterbitkan oleh Kepala

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

101

Universitas Indonesia

LKPP melalui Peraturan Kepala LKPP Nomor 5 tahun 2011 tentang Standard

Bidding Document (SBD).

Besaran Jaminan Penawaran ditetapkan Pokja ULP. Besarannya antara 1

(satu) persen hingga 3 (tiga) persen dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Jaminan

penawaran ini dibuat sebagai jaminan keikutsertaan peserta hingga tuntasnya

proses pengadan. Pokja ULP kemudian melakukan klarifikasi keabsahan jaminan

penawaran kepada penerbit jaminan. Hal yang diklarifikasi adalah besarnya

jaminan, waktu jaminan, dan cara pencairan jaminan yang harus tanpa syarat.

Konfirmasi jaminan penawaran tersebut dilakukan secara tertulis baik melalui

surat maupun melalui e-mail. Pokja ULP Kota Sukabumi melaksanakan hal itu

tetapi hanya untuk calon pemenang, calon cadangan pemenang 1 dan calon

cadangan pemenang 2 saja yang dikonfirmasi. Ada penerbit jaminan yang

merespon dengan cepat karena mereka terbiasa dan untuk beberapa penerbit yang

memang berdomisili di Kota Sukabumi. Tetapi ada beberapa kendala dalam hal

konfirmasi untuk penerbit di luar kota yang hanya bisa dilakukan melalui e-mail.

Tidak semua penerbit jaminan membalas surat melalui e-mail tersebut. Jika itu

terjadi maka pokja ULP mengulur waktu evaluasi untuk menunggu konfirmasi.

Dalam hal pengembalian jaminan penawaran, pada prinsipnya penyedia bisa

mengambil, tetapi Pokja ULP tidak mengembalikannya ke alamat yang ada. Pokja

ULP hanya menunggu jika ada penyedia yang akan mengambil kembali maka

Pokja ULP memfasilitasinya.

Penilaian kualifikasi dan evaluasi Pokja ULP yang dilakukan oleh pokja

ULP sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Pokja

ULP tidak merubah ketentuan apapun dalam dokumen pengadaan dan dijadikan

patokan untuk melakukan evaluasi. Dalam proses klarifikasi peserta pengadaan

hal ini pada awal tahun 2011 sempat membuat bingung peserta pengadaan karena

biasanya sebagaimana ketentuan dalam peraturan terdahulu yaitu Keputusan

Presiden Nomor 80 tahun 2003 peserta yang diundang adalah calon pemenang dan

dipanggil hanya untuk mengklarifikasi keaslian dokumen. Tetapi dengan adanya

sosialisasi yang dilakukan ULP Kota Sukabumi maka lambat laun peserta

pengadaan dapat memahami, jika dipanggil pada tahapan administrasi atau teknis

tidak otomatis menjadi calon pemenang.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

102

Universitas Indonesia

Dalam hal penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) dan

pelaporan kepada PPK, setelah dilakukan evaluasi dan menghasilkan calon

pemenang dan cadangan, Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP.

BAHP tersebut diumumkan melalui website Pemerintah Kota Sukabumi, dan

ditayangkan dalam SPSE. BAHP tersebut menjadi lampiran dari laporan dari UPT

ULP kepada PPK. PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar penerbitan

SPPBJ. Setelah PPK menerima laporan pelaksanaan pengadaan dari UPT ULP,

PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar untuk menerbitkan Surat

Penetapan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ tersebut diserahkan kepada

penyedia yang menjadi pemenang untuk kemudian membuat jaminan

pelaksanaan, dalam waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja. Jika penyedia

tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut, maka penyedia tersebut digugurkan dan

calon cadangan pemenang kesatu sebagaimana tertera dalam laporan dari ULP

kemudian menjadi pemenang dengan keharusan membuat jaminan pelaksanaan.

Setelah penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan, PPK menyususn kontrak

sesuai dengan rancangan kontrak yang dimuat dalah dokumen pengadaan.

Spesifikasi teknis dan kuantitas pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

spesifikasi teknis dan kuantitas dalam kontrak. Hal ini berdasarkan hasil

pemeriksaan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). PPHP merupakan panitia

yang personilnya diangkat oleh pengguna Anggaran (PA) yang bertugas

memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Pada umumnya PPHP ini berjumlah 3

(tiga) orang dengan personil berasal dari Bagian Aset pada Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Aset Daerah dan personil dari Dinas/Instansi bersangkutan. PPHP

bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran. PPHP menerima penyerahan

pekerjaan dari penyedia setelah seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan

kontrak.

Selama pelaksanaan pekerjaan PPK melakukan monitoring, dengan

dibantu pihak lain, baik konsultan pengawas maupun pengawas pekerjaan yang

berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Sukabumi. Konsultan Pengawas

bertugas mengawasi dan memeriksa pekerjaan berdasarkan kewenangan

sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja dengan PPK, sementara Pengguna

Anggaran melalui PPK dapat juga menugaskan personil PNS dari Dinas pekerjaan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

103

Universitas Indonesia

Umum untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan untuk pekerjaan konstruksi.

Untuk Pengadaan barang, pengadaan jasa lainnya dan pengadaan konsultan

diawasi oleh PPK sendiri atau personil yang ditunjuk PPK dari internal

Dinas/Instansi pelaksana kegiatan. Setelah pekerjaan diperiksa oleh PPHP dan

dituangkan ke dalam Berita Acara penerimaan dan pemeriksaan pekerjaan, PPK

kemudian melaporkan hasil pengadaan kepada Pengguna Anggaran. Pelaporan

PPK dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis, disusun dalam laporan yang berisi

mengenai proses persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan, ditambah

dengan evaluasi mengenai kendala pekerjaan, serta masukan-masukan untuk

memperbaiki pekerjaan di masa yang akan datang

Pokja ULP menyerahkan salinan dokumen pelaksanaan pengadaan kepada

PPK dan menyimpan yang aslinya. Dokumen tersebut berupa dokumen

pengadaan, tahapan pelaksanaan pelelangan yang didownload dari SPSE,

dokumen penawaran peserta, Berita Acara Evaluasi, Berita Acara Hasil

Pelelangan, dan dokumen lainnya terkait proses pelelangan. PPK menyimpan dan

menjaga keutuhan dokumen pelaksanaan pengadaan tersebut sebagai dokumen

negara diantaranya termasuk dokumen kontrak, dokumen laporan pelaksanaan

pekerjaan dan dokumen hasil pengawasan konsultan pengawas.

4.5.3. Penerapan Prinsip Pengadaan di Kota Bogor

4.5.3.1.Efisiensi :

Untuk paket pengadaan barang nilai HPS sebesar Rp 31.747.828.110,00

dengan nilai kontrak Rp 28.968.680.050,00 Hal itu berarti terjadi efisiensi

sebesar Rp 2.779.148.060,00 atau sebesar 8,75 % dari Harga Perkiraan Sendiri

(HPS). Untuk paket pekerjaan konstruksi nilai HPS sebesar Rp 66.445.922.000,00

dengan nilai kontrak Rp 61.858.106.000,00. Hal itu berarti terjadi efisiensi Rp

4.587.816.000,00 dengan tingkat efisiensi sebesar 6,90 % dari Harga Perkiraan

Sendiri (HPS). Untuk paket pengadaan jasa lainnya nilai HPS sebesar Rp

883.182.974,00 dengan nilai kontrak Rp 874.504.212,00 dan efisiensi sebesar Rp

8.678.762,00 dengan tingkat efisiensi sebesar 0,98 % dari Harga Perkiraan Sendiri

(HPS). Untuk paket pengadaan jasa konsultansi nilai HPS sebesar Rp

3.833.637.250,00 dengan nilai kontrak Rp 3.539.516.000,00. Hal ini berarti terjadi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

104

Universitas Indonesia

efisiensi sebesar Rp 294.121.250,00 dengan tingkat efisiensi 7,67 % dari Harga

Perkiraan Sendiri (HPS). Secara keseluruhan pengadaan yang dilaksanakan oleh

ULP Kota Bogor bernilai total Rp 102.910.570.334,00 dengan nilai kontrak Rp

95.240.806.262,00. Secara keseluruhan terjadi efisiensi senilai Rp

7.669.764.072,00 dengan tingkat efisiensi 7,45 % dari Harga Perkiraan Sendiri

(HPS).

Tabel 4.6. Efisiensi Pengadaan di Kota Bogor

N

O

JENIS

PENGADAAN

NILAI HPS

(Rp)

NILAI

KONTRAK (Rp)

EFISIENSI

(Rp)

EFISIENSI

(%)

1 Pengadaan

barang

Rp 31.747.828.110 Rp 28.968.680.050 Rp 2.779.148.060 8,75 %

2 Pekerjaan

konstruksi

Rp 66.445.922.000 Rp 61.858.106.000 Rp 4.587.816.000 6,90 %

3 Pengadaan Jasa

Konsultansi

Rp 3.833.637.250 Rp 3.539.516.000 Rp 294.121.250 7,67 %

4 Pengadaan Jasa

lainnya

Rp 883.182.974 Rp 874.504.212 Rp 8.678.762 0,98 %

Jumlah Rp 102.910.570.334 Rp 95.240.806.262 Rp 7.669.764.072 7,45 %

Sumber : ULP Kota Bogor

Sejumlah 24 (dua puluh empat) dari 134 (seratus tiga puluh empat) paket

pengadaan mengalami gagal lelang atau sekitar 17,91 persen dari jumlah paket

pengadaan secara keseluruhan. Paket yang gagal lelang tersebut harus dilelang

ulang sehingga memperlambat waktu pengadaan dan menyebabkan inefisiensi

waktu. Penyebab gagal lelang berdasarkan keterangan dari Kepala ULP Kota

Bogor diantaranya dalam paket pekerjaan konstruksi karena kekurangan peserta

yang mengajukan penawaran. Penyebab lain adalah penawaran peserta tidak

memenuhi syarat administrasi dan syarat teknis. Ada juga paket pengadaan yang

tidak diminati oleh peserta dengan tidak adanya peserta yang memasukan

penawaran. Penyebab lain terjadinya gagal lelang adalah karena banyaknya

pengawasan ketat dari instansi pengawas/pemeriksa, yang menyebabkan setiap

evaluasi dilakukan sesuai dengan dokumen pengadaan tanpa memberikan

kelonggaran meskipun sedikit kelonggaran sebenarnya dapat mencegah gagal

lelang dan menghasilkan pemenang dengan penawaran yang lebih efisien. Dalam

sebuah evaluasi mungkin saja ada penawaran yang tidak terlalu substansial

kesalahannya, artinya tidak mempengaruhi hasil pekerjaan, misalnya kekurangan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

105

Universitas Indonesia

dokumen administratif. Tetapi Pokja ULP yang melakukan evaluasi tidak mau

mengambil resiko dengan meluluskannya dan jika itu terjadi maka potensi gagal

lelang menjadi besar.

Paket pengadaan yang mengalami gagal lelang oleh ULP kemudian

dikembalikan ke PPK melalui surat tertulis untuk dilakukan pengkajian ulang.

Pengkajian ulang yang diusulkan ULP mengenai kemungkinan HPS atau

spesifikasinya yang tidak umum dan tidak dapat dilaksanakan penyedia. Penyebab

lain adalah kemampuan sumber daya manusia peserta/penyedia yang masih

kurang karena belum dapat memahami proses dan persyaratan dalam mengikuti

proses lelang secara elektronik, misal dalam melakukan upload dokumen

penawaran terjadi kegagalan, atau dokumen yang di-upload tidak lengkap, dan

tidak memenuhi syarat teknis. Jika terjadi gagal maka dilakukan lelang dengan

terlebih dahulu meminta konfirmasi tertulis dari PPK untuk melelang ulang paket

pengadaan tersebut. Jumlah paket pengadaan melalui metode lelang yang

mengalami gagal lelang sekitar 15 paket pengadaan.

4.5.3.2. Efektifitas

Dalam pemenuhan prinsip efektivitas, dengan indikator operasional

pemenuhan hasil atas target yang direncanakan dengan mengukur kuantitas dan

spesifikasi teknis hasil pekerjaan dengan kuantitas dan spesifikasi teknis yang

direncanakan oleh PPK, hasilnya dari semua paket pengadaan yang diproses

melalui pelelangan memenuhi standar minimal dalam hal spesifikasi teknis

pekerjaan dan kuantitas yang ditetapkan.

Dalam hal kesesuaian antara paket pengadaan yang dilaksanakan dengan

dokumen perencanaan, paket-paket pengadaan yang dilaksanakan pada umumnya

merupakan prioritas kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana Umum

Pengadaan (RUP), Rencana Strategis (RENSTRA) tingkat Kota, Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) Tahun Anggaran 2011 dan Rencana Strategis (RENSTRA)

Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

106

Universitas Indonesia

4.5.3.3. Prinsip Transparansi

Prinsip Transparansi menitikberatkan pada terdapatnya aturan yang jelas

dan dapat diakses. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang dilakukan

oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dengan mendasarkan penentuan harga

pada harga pasar setempat, harga yang tertera dalam Standar Biaya Tertinggi,

harga yang dikeluarkan oleh distributor dan berdasarkan kontrak sejenis baik pada

tahun 2011 maupun pada tahun sebelumnya. Besaran total HPS ini diumumkan

dalam pelaksanaan pengadaan dan PPK secara terbuka memberitahukan kepada

Pokja ULP mengenai dasar penyusunan HPS tersebut. Penentuan HPS untuk

pengadaan barang dilakukan monitoring langsung ke toko, reseller atau melalui

media internet. Untuk pekerjaan konstruksi menggunakan harga perkiraan dari

konsultan perencana dengan memperhitungkan harga dari produsen misalnya

penggunaan beton precast, hotmix. Penentuan harga jasa konsultansi

menggunakan harga pasar yang diperoleh dari asosiasi INKINDO, Kely's

consulting dengan mempertimbangkan Standar Biaya (SB) Kepala Daerah.

Dalam pelaksanaannya harga sebagaimana tertera dalam Standar Satuan

Harga tertinggi yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bogor ternyata jauh

lebih murah daripada harga standar yang ditetapkan Inkindo dan PPK

kebanyakan mempergunakan Harga dari Standar Harga Walikota tersebut yang

membuat konsultan tidak berminat mengikuti pengadaan jasa konsultansi yang

dilakukan oleh ULP Kota Bogor karena harganya terlalu murah. PPK

mempergunakan standar harga yang ditetapkan Peraturan Walikota dan tidak

mempergunakan standar harga Inkindo atas pertimbangan karena dalam

pemeriksaan Inspektorat Kota Bogor menjadikan Standar Biaya Walikota tersebut

sebagai patokan.

Dalam hal transparansi penyusunan dokumen pengadaan, Pokja ULP

harus menyusun dokumen pengadaan yang menjadi patokan/acuan/aturan main

proses pengadaan. Dokumen ini disusun oleh Pokja ULP berdasarkan Standar

Dokumen Pengadaan sebagaimana dikeluarkan oleh LKPP melalui Peraturan

Kepala LKPP. Standar Dokumen tersebut kemudian diadopsi dan disesuaikan

dengan paket pengadaan yang ditangani dengan memasukan ketentuan-ketentuan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

107

Universitas Indonesia

yang menjadi aturan main proses pengadaan. Dokumen pengadaan yang sudah

lengkap kemudian di -upload ke sistem pengadaan hingga dapat diakses oleh

calon peserta pengadaan yang terdaftar di LPSE tanpa batasan wilayah.

Mekanisme dan ketentuan penyusunan dokumen pengadaan ini ditaati oleh Pokja

ULP Kota Bogor dalam setiap paket pengadaan yang dilakukan.

Dalam hal transparansi dalam pengumuman adanya addendum dokumen

pengadaan, addendum dokumen pengadaan dapat disusun jika ada ketentuan baru

dalam aturan main pengadaan yang dapat berpengaruh terhadap spesifikasi teknis

dan persyaratan peserta. Adendum juga dapat memuat ketentuan baru yang timbul

dengan adanya acara penjelasan pekerjaan. Adanya perubahan ketentuan tersebut

harus dapat diketahui oleh semua peserta sehingga wajib diberitahukan melalui

sistem. Pokja ULP Kota Bogor mentaati ketentuan tersebut dengan

memberitahukan kepada peserta melalui SPSE.

Dalam hal transparansi penyusunan jadwal pengadaan, jadwal tahapan

pengadaan diinformasikan secara adil dengan diumumkan dalam sistem. Jika ada

perubahan jadwal maka pokja ULP wajib mengisi alasan perubahan. Ketentuan ini

ditaati dengan baik oleh Pokja ULP Kota Bogor dengan menyusun jadwal dalam

SPSE dan setiap perubahan jadwal kemudian disertai alasan. SPSE juga

memfasilitasi transparansi ini karena sistem tidak akan berjalan jika terdapat

kesalahan dalam penyusunan jadwal serta sistem pun tidak akan berjalan jika

perubahan jadwal tidak disertai dengan alasan perubahan tersebut.

Dalam hal transparansi dalam data black list penyedia dan adanya forum

pengadaan, Pokja ULP kota Bogor mengakses website LKPP untuk mencari

informasi mengenai data perusahaan atau perorangan yang terkena black list.

Ketika ada sosialisasi dari LKPP mengenai versi SPSE, Ketua ULP Kota Bogor

pernah menyarankan agar perusahaan dan atau perorangan yang terkena black list

sebagai penyedia barang/jasa pemerintah langsung ditolak oleh sistem sehingga

mempermudah Pokja ULP dan meningkatkan akuntabilitas pengadaan. Ketua

ULP Kota Bogor juga menyarankan sisa kemampuan paket perusahaan dibatasi

secara otomatis oleh sistem sehingga ketelitian dalam pelelangan dapat lebih baik.

Pokja ULP memfasilitasi sanggah dengan memberi kesempatan kepada

peserta pengadaan untuk menyampaikan sanggahan baik melalui SPSE maupun

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

108

Universitas Indonesia

secara offline kepada Pokja ULP. Jika disampaikan secara offline oleh peserta

maka peserta harus memberitahukan kepada Pokja ULP melalui SPSE. Pokja

ULP kemudain menjawab sanggah tersebut melalui SPSE. Sementara sanggah

banding dilakukan secara offline. Peserta yang tidak puas dengan jawaban

sanggah dari Pokja ULP dapat menyampaikan sanggahan banding secara kepada

Walikota Bogor dengan menyampaikan tembusan kepada Pokja ULP.

4.5.3.4. Prinsip Terbuka

Keterbukaan dalam persyaratan peserta pengadaan mengharuskan

persyaratan peserta baik persyaratan kualifikasi, administrasi, teknis dan harga

tidak boleh membatasi keikutsertaan peserta yang berasal dari luar daerah,

sehingga dapat menimbulkan persaingan yang sehat untuk mendapatkan harga

yang paling efisien. Pokja ULP Kota Bogor menaati ketentuan ini karena Pokja

ULP mengumumkan setiap paket pengadaan melalui SPSE, yang dapat diakses

oleh siapapun tanpa batasan wilayah.

Rencana Umum Pengadaan(RUP) disusun oleh Pengguna Anggaran pada

masing-masing SKPD bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai pengadaan barang/jasa yang akan dilakukan oleh SKPD tersebut dalam

tahun anggaran berjalan, sehingga dapat memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dan menjamin bahwa pengadaan yang akan

dilakukan bersifat terbuka untuk mendapatkan barang/jasa yang paling efisien

dengan persaingan sehat. Semua SKPD mengumumkan RUP pada Bulan Januari

dan Pebruari, dengan beberapa revisi dalam perjalanannya.

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010

Pokja ULP harus menayangkan pengumuman pengadaan minimal di website

resmi pemerintah/SKPD, di portal pengadaan nasional dan melalui papan

pengumuman setempat. Pokja ULP Kota Bogor hanya menayangkan setiap

pengumuman pengadaan pada Sistem Pengadaan Secara Elektronik, sementara

pengumuman di website resmi pemerintah daerah dan di papan pengumuman

tidak dilakukan, hal ini karena keterbatasan waktu personil Pokja ULP yang harus

bekerja di dua tempat, di SKPD masing-masing pada pagi hari dan di ULP pada

siang hingga sore hari.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

109

Universitas Indonesia

4.5.3.5. Prinsip Bersaing

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilakukan secara bersaing dengan

sehat guna memperoleh harga yang paling efisien dengan tetap memperhatikan

pemenuhan akan spesifikasi teknis dan persyaratan administrasi. Jika terdapat

tekanan atau intervensi kepada PPK dan Pokja ULP maka hal tersebut dapat

menimbulkan adanya persaingan tidak sehat sehingga harga yang diperoleh dalam

hasil pengadaan pun bukan harga yang paling efisien karena adanya tekanan dapat

menyebabkan pemenang yang dipesan tidak menawarkan barang/jasa dengan

harga yang paling efisien. Ketua ULP Kota Bogor mengakui keinginan pihak

tertentu untuk memenangkan peserta tertentu dalam pelaksanaan pelelangan

hampir umum semua ada. ULP sudah menyampaikan hal tersebut ke SKPD

karena biasanya SKPD yang punya beban seperti itu. Meski SKPD punya

keinginan seperti itu tetapi jangan sampai melakukan intervensi ke ULP. Siapapun

yang menang adalah mutlak wewenang Pokja ULP berdasarkan dokumen

penawaran yang masuk.

PPK di sebuah SKPD di Pemerintah Kota Bogor mengatakan bahwa

setelah mempergunakan SPSE ini jauh sangat membantu dalam hal menciptakan

persaingan sehat. Tidak ada orang yang dapat menjamin siapapun yang mereka

rekomendasikan bisa menang sesuai dengan harapan mereka. Karena di SPSE

semuanya transparan maka jika ada menitipkan peserta untuk dimenangkan

sistemnya sudah tidak lagi bisa di intervensi. Salah seorang anggota Pokja ULP

berpendapat bahwa kalau sampai intervensi memang tidak ada, tapi biasanya

memang suka ada titipan dari SKPD tetapi hal itu tidak mempengaruhi kinerja

ULP. Pokja ULP menentukan pemenang berdasarkan dokumen yang ada, jika

dokumennya memenuhi syarat maka dialah yang menang.

4.5.3.6. Penerapan Prinsip Adil/Tidak Diskriminatif

Persyaratan keikutsertaan penyedia dalam pelelangan tidak boleh

diskriminatif. Persyaratan peserta meliputi persyaratan kualifikasi dan persyaratan

administratif serta persyaratan teknis dokumen penawaran. Persyaratan tersebut

tidak boleh mengarah ke satu penyedia tertentu hingga penyedia tersebut

diuntungkan dan mengurangi terjadinya persaingan yang sehat. Pokja ULP dan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

110

Universitas Indonesia

PPK menetapkan persyaratan kualifikasi peserta sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010, Undang-Undang Nomor

18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor : 04/prt/m/2011 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Usaha Jasa

Konstruksi Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah, dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

Persyaratan administrasi peserta pengadaan disusun Pokja ULP berdasarkan

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Kepala

LKPP Nomor 5 Tahun 2011 tentang Standard Bidding Document.

Pokja ULP harus bersikap adil/tidak diskriminatif dalam pemberian

penjelasan pekerjaan (aanwidjing). Penjelasan Pekerjaan (aanwidjing)

merupakan salah satu prosedur yang dilalui dalam pelelangan. Dalam acara ini

peserta dapat meminta penjelasan dari Pokja ULP jika ada ketentuan atau syarat,

baik syarat kualifikasi, syarat administrasi maupun syarat teknis pengadaan. Acara

ini dilakukan secara online tanpa tatap muka. Pada jadwal yang telah ditentukan

SPSE memfasilitasi terjadinya dialog secara online antara peserta dengan Pokja

ULP. Jika dalam acara ini terdapat ketentuan yang penting dan substansial yang

mempengaruhi pelelangan dan tidak dimuat dalam dokumen pengadaan, maka

Pokja ULP menyususn dan mengupload addendum dokumen pengadaan yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen pengadaan. Pokja ULP

memberitahukan adanya ketentuan baru dalam addendum ini kepada peserta

pengadaan melalui SPSE. Acara penjelasan pekerjaan secara online ini merupakan

satu-satunya media yang menjembatani peserta dan Pokja ULP untuk

berkomunikasi mengenai ketentuan pelelangan. Pokja ULP tidak memberikan

informasi lainnya kepada peserta baik secara pribadi maupun secara institusi

sampai dilakukannya klarifikasi administrasi, teknis dan harga. Pokja ULP juga

melibatkan PPK dalam pelaksanaan aanwidjing ini. Mengingat kesibukannya

PPK memang tidak selalu datang secara langsung tetapi biasanya ada staf yang

diutus. Jika tidak bisa maka Pokja ULP menghubungi PPK melalui telepon

mengenai substansi pertanyaannya. Jika ada perubahan, atau pertanyaannya

merubah dokumen pengadaan maka Pokja ULP minta PPK menyampaikan

jawaban tertulis sebagai dasar perubahan dokumen pengadaan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

111

Universitas Indonesia

Spesifikasi teknis yang disusun PPK tidak boleh bersifat diskriminatif.

Spesifikasi teknis merupakan ketentuan tentang kuantitas, dimensi dan

persyaratan bahan dari barang/jasa yang diinginkan oleh PPK. Spesifikasi teknis

ini ditetapkan oleh PPK yang kemudian dijadikan dasar bagi Pokja ULP sebagai

standar barang/jasa yang diminta kepada peserta pengadaan. Spesifikasi teknis ini

ditetapkan dalam Rencana Umum Pengadaan dan Rencana Pelaksanaan

Pengadaan. Spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh PPK dalam pengadaan barang

dan pengadaan jasa lainnya didasarkan pada hasil pengkajian pihak SKPD pemilik

pekerjaan bekerja sama dengan SKPD lainnya. Untuk pekerjaan konstruksi

spesifikasi teknis disusun berdasarkan dokumen perencanaan Detail Enginering

Design (DED) yang disusun oleh konsultan perencana. Dalam dokumen hasil

perencaan konsultan perencana yang kemudian ditetapkan PPK sebagai

spesifikasi teknis jika harus menyebut merk karena memang sulit menjelaskan

kualitanya maka ditulis dengan setara barang tersebut. Misalnya kalau kloset merk

TOTO, maka harus ditulis setara TOTO.

Untuk pengadaan jasa konsultansi spesifikasi teknis disusun berdasarkan

hasil kajian SKPD pemilik pekerjaan dengan SKPD lainya yang sesuai dengan

pekerjaan yang dilakukan misalnya dengan Dinas PU Bina Marga dan Sumber

Daya Air, dengan Dinas Pengawasan Perumahan dan Pemukiman, serta dengan

Bappeda. Pokja ULP juga berperan dalam penentuan spesifikasi teknis, khususnya

jika ada spesifikasi teknis yang tidak jelas atau mengarah dan dapat

menguntungkan peserta tertentu maka Pokja ULP melakukan pengkajian ulang

bersama PPK. Pokja ULP kemudian dapat meminta PPK untuk merevisinya dan

jika terjadi pertentangan antara PPK dengan Pokja ULP yang tidak dapat

diselesaikan maka hal tersebut disampaikan kepada Pengguna Anggaran untuk

memutuskan. Keputusan Pengguna Anggaran bersifat final dan mengikat, serta

oleh Pokja ULP kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan dokumen

pengadaan.

4.5.3.7. Prinsip Akuntabel

Prinsip akuntabel pada dasarnya mengukur ketaatan para pihak yang

terkait dalam proses pengadaan terhadap ketentuan pengadaan sebagaiman

terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010. Pengguna Anggaran

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

112

Universitas Indonesia

menetapkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang berisikan pemaketan, cara

pengadaan, pengorganisasian dan Kerangka Acuan Kerja paket pengadaan dan

PPK dalam menetapkan Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi

teknis, HPS dan rancangan Kontrak ditetapkan oleh PPK. Dalam proses

pelelangan, ULP Kota Bogor juga cukup tegas bahwa jika PPK tidak

menyampaikan ketiga dokumen tersebut maka ULP tidak dapat memulai lelang

karena itu menjadi acuan penyusunan dokumen pengadaan. Bagi PPK yang

menyampaikan spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak untuk paket

pengadaan yang dilakukan, Pokja ULP melakukan pengkajian ulang bersama PPK

untuk dianalisis apakah dokumen-dokumen dimaksud sudah sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Jika belum lengkap

dan belum sesuai maka Pokja ULP meminta PPK untuk merevisi dan jika PPK

tidak sepakat maka Pokja ULP mengirim Surat pemberitahuan kepada Pengguna

Anggaran untuk menyelesaikan pertentangan dimaksud. Secara umum PPK telah

memperhitungkan margin keuntungan peserta dalam HPS yang disusun dan acuan

penyusunannya telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 yaitu Harga dasar setempat berdasarkan info harga BPS, harga

distributor, harga perhitungan konsultan dan harga kontrak sejenis.

Semua pihak yang terlibat dalam pengadaan wajib menandatangani pakta

Integritas. Pakta integritas dibuat untuk memastikan adanya komitmen

melaksanakan pengadaan secara transparan dan akuntabel. SPSE telah

memfasilitasi penandatanganan Pakta Integritas ini dengan mewajibkan Pokja

ULP dan Peserta Pengadaan menyetujui form Pakta Integritas dalam Sistem

Pengadaan Secara Elektronik, dan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan peraturan

Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara E-Tendering, hal tersebut

sah secara hukum. Sementara itu PPK menndatangani Pakta Integritas dalam

Kontrak yang dibuat.

Pokja ULP Kota Bogor saat ini berjumlah 17 (tujuh belas) orang termasuk

Ketua ULP. Semua personil bersertifikasi sebagai ahli pengadaandan bekerja

secara part time di ULP. Dalam proses pelelangan, Pokja ULP menyusun dan

menetapkan metode pemilihan. Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

113

Universitas Indonesia

dan pengadaan jasa lainnya, pengadaan diatas 200 (dua ratus) juta rupiah

pelelangan dilaksanakan dengan metode pelelangan umum sedangkan untuk

pekerjaan yang bernilai antara 100 (seratus) juta sampai 200 (dua ratus juta)

dilakukan dengan metode pelelangan sederhana. Untuk pengadaan jasa

konsultansi, dilakukan dengan metode seleksi. Pengadaan jasa konsultansi diatas

100 (seratus) juta dilakukan dengan seleksi umum sedangkan untuk pengadaan

bernilai antara 50 (lima puluh) juta hingga 100 (seratus) juta dilakukan dengan

metode seleksi sederhana. Pokja ULP juga menyusun dan menetapkan jadwal

pelaksanaan pemilihan dan setelah itu Pokja ULP menyusun dan menetapkan

dokumen pengadaan. Dokumen pengadaan disusun berdasarkan Standard Bidding

Document (SBD) yang diterbitkan oleh Kepala LKPP melalui Peraturan Kepala

LKPP Nomor 2 tahun 2011 tentang Standard Bidding Document (SBD).

Besaran Jaminan Penawaran ditetapkan Pokja ULP. Besarannya antara 1

(satu) persen hingga 3 (tiga) persen dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS). Jaminan

Penawaran ini dibuat sebagai jaminan keikutsertaan peserta hingga tuntasnya

proses pengadaan. Pokja ULP kemudian melakukan klarifikasi keabsahan jaminan

penawaran kepada penerbit jaminan. Hal yang diklarifikasi adalah besarnya

jaminan, waktu jaminan, dan cara pencairan jaminan yang harus tanpa syarat.

Konfirmasi Jaminan Penawaran tersebut dilakukan secara tertulis baik melalui

surat maupun melalui email. Pokja ULP Kota Bogor melaksanakan hal itu.

Penerbit jaminan merespon secara umum tidak dengan cepat yang kemudian hal

tersebut menjadi kendala pelaksanaan lelang. Respon dari penerbit jaminan yang

tidak cepat tersebut menyebabkan pokja ULP harus menunggu dan merubah

jadwal evaluasi karena pokja harus menunggu hasil konfirmasi keabsahan

dokumen jaminan penawaran tersebut.

Dalam hal pengembalian jaminan penawaran, belum dapat dilakukan

pengembalian ke penyedia. ULP Kota Bogor mengarsipkan. Memang secara

aturan harus dikembalikan, yang kalah juga dipersilakan mengambil tetapi

mungkin karena dari asuransi sepertinya tidak terlalu penting buat penyedia.

Penilaian kualifikasi dan evaluasi Pokja ULP yang dilakukan oleh pokja

ULP sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Pokja

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

114

Universitas Indonesia

ULP tidak merubah ketentuan apapun dalam dokumen pengadaan dan dijadikan

patokan untuk melakukan evaluasi.

Dalam hal penyusunan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) dan

pelaporan kepada PPK, setelah dilakukan evaluasi dan menghasilkan calon

pemenang dan cadangan, Pokja ULP menyusun dan mengumumkan BAHP.

BAHP tersebut diumumkan melalui SPSE. BAHP tersebut menjadi lampiran dari

laporan dari ULP kepada PPK. PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar

penerbitan SPPBJ. Setelah PPK menerima laporan pelaksanaan pengadaan dari

ULP, PPK menjadikan laporan tersebut sebagai dasar untuk menerbitkan Surat

Penetapan Penyadia Barang/Jasa (SPPBJ). SPPBJ tersebut diserahkan kepada

penyedia yang menjadi pemenang untuk kemudian membuat jaminan

pelaksanaan, dalam waktu maksimal 14 (empat belas) hari kerja. Jika penyedia

tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut, maka penyedia tersebut digugurkan dan

calon cadangan pemenang kesatu sebagaimana tertera dalam laporan dari ULP

kemudian menjadi pemenang dengan keharusan membuat jaminan pelaksanaan.

Jaminan pelaksanaan yang dipergunakan adalah jaminan pelaksanaan yang

diterbitkan bank. Biasanya penyedia membuatnya lebih cepat dari jadwal. Setelah

penyedia menyerahkan jaminan pelaksanaan, PPK menyusun kontrak sesuai

dengan rancangan kontrak yang dimuat dalah dokumen pengadaan. Secara umum

PPK tidak melakukan konfirmasi keabsahan jaminan pelaksanaan kepada penerbit

jaminan tersebut untuk memastikan bahwa jaminan pelaksanaan yang diberikan

tersebut valid dan dapat diklaim jika di kemudian hari penyedia cedera janji

(wanprestasi), hal ini menurut PPK karena jaminan tersebut diterbitkan oleh bank

dan PPK sudah cukup sering melihat hal tersebut serta selama ini tidak pernah

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka PPK percaya kalau jaminan

pelaksanaan tidak bisa dimainkan.

Spesifikasi teknis dan kuantitas pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

spesifikasi teknis dan kuantitas dalam kontrak. Hal ini berdasarkan hasil

pemeriksaan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). PPHP merupakan panitia

yang personilnya diangkat oleh Pengguna Anggaran (PA) yang bertugas

memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. PPHP menerima penyerahan pekerjaan

dari penyedia Barang/jasa setelah seluruh pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

115

Universitas Indonesia

kontrak. Dalam pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan pekerjaan PPK

melakukan monitoring dengan dibantu pihak konsultan pengawas. Selain

menggunakan konsultan pengawas PPK juga mendapat bantuan tenaga teknis

yang bertugas memonitor pekerjaan. PPK meminta konsultan pengawas dan

tenaga teknis dinas untuk melakukan pertemuan teknis setiap 2 (dua) minggu. Jika

sudah mendekati akhir maka rapat dilakukan tiap satu minggu. PPK juga

meminta konsultan pengawas dalam setiap rapat pelaksanaan bahwa kontraktor

harus membuat perencanaan mengenai apa saja yang akan dilakukan dalam 2

(dua) minggu ke depan. Konsultan Pengawas bertugas mengawasi dan memeriksa

pekerjaan berdasarkan kewenangan sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja

dengan PPK, sementara Pengguna Anggaran melalui PPK dapat juga

menugaskan personil PNS dari SKPD terkait untuk mengawasi pelaksanaan

pekerjaan untuk pekerjaan konstruksi. Untuk Pengadaan barang, pengadaan jasa

lainnya dan pengadaan konsultan diawasi oleh PPK sendiri atau personil yang

ditunjuk PPK dari internal Dinas/Instansi pelaksana kegiatan. Setelah pekerjaan

diperiksa oleh PPHP dan dituangkan ke dalam Berita Acara Penerimaan dan

Pemeriksaan Pekerjaan, PPK kemudian melaporkan hasil pengadaan kepada

Pengguna Anggaran.

Pokja ULP menyerahkan salinan dokumen pelaksanaan pelelangan kepada

PPK dan menyimpan yang aslinya. Dokumen tersebut berupa dokumen

pengadaan, tahapan pelaksanaan pelelangan yang didownload dari SPSE,

dokumen penawaran peserta, Berita Acara Evaluasi, Berita Acara Hasil

Pelelangan, dan dokumen lainnya terkait proses pelelangan. PPK menyimpan dan

menjaga keutuhan dokumen pelaksanaan pengadaan tersebut sebagai dokumen

negara diantaranya termasuk dokumen kontrak, dokumen laporan pelaksanaan

pekerjaan dan dokumen hasil pengawasan konsultan pengawas. Dalam hal

pelaporan hasil pekerjaan dari PPK ke pengguna Anggaran seharusnya ada

laporan resmi dari PPK kepada Pengguna Anggaran, karena secara struktural

Walikota itu harus menerimanya dari Pengguna Anggaran, tetapi saat ini Bagian

pengendalian program belum sampai pada tahapan tersebut. Mekanisme yang

sekarang dilakukan setiap penyedia melakukan tagihan, Pengguna Anggaran

menandatangani berita acara kemajuan pekerjaan dan berita acara serah terima.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

116

Universitas Indonesia

Kemudian pada akhir tahun, masing-masing paket pekerjaan membuat

rekapitulasi. Rekapitulasi tersebut ditandatangani Pejabat PelaksanaTeknis

Kegiatan (PPTK), PPK dan Pengguna Anggaran yang kemudian maka

ditandatangani Walikota Bogor sebagai simbol bahwa pekerjaan sudah

dikembalikan.

4.6. Perbandingan Penerapan Prinsip-Prinsip Pengadaan di Kota

Sukabumi, Kota Bogor dan di LKPP

Dalam membandingkan penerapan prinsip-prinsip pengadaan di ketiga

lokasi penelitian, peneliti mempergunakan analisis data kuantitatif. Untuk variabel

efisiensi penghitungan berdasarkan data sekunder dengan membandingkan biaya

dan waktu yang direncanakan dengan biaya dan waktu hasil pengadaan sehingga

diperoleh selisih. Selisih tersebut kemudian dibandingkan dengan biaya dan waktu

yang direncanakan untuk mendapatkan prosentase efisiensi. Untuk variabel

efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel,

pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data primer untuk mengetahui

penerapan prinsip-prinsip pengadaan di masing-masing lokasi penelitian

berdasarkan indikator operasional masing-masing variabel. Dalam penelitian ini,

jawaban setiap responden terhadap suatu indikator variabel dijumlahkan dan

dibagi dengan jumlah responden. Jika dalam satu variabel operasional terdapat

lebih dari satu indikator, hasil perhitungan setiap indikator tersebut kemudian

dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah indikator variabel dalam variabel

operasional tersebut sehingga akan menghasilkan skor variabel operasional.

Perhitungan jarak interval untuk indikator variabel dilakukan mempergunakan

rumus sebagaimana tertulis dalam rumus (3.1).

Untuk Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor dengan

jumlah sampel penelitian masing-masing sebanyak 8 (delapan) paket pengadaan

penilaian tidak sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator variabel operasional

skor dari responden berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 4, sedangkan

penilaian sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator operasional skor dari

responden berada dalam rentang angka 4,1 sampai dengan 8.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

117

Universitas Indonesia

Untuk Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)

dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 6 (enam) paket pengadaan penilaian

tidak sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator variabel operasional skor dari

responden berada dalam rentang angka 0 sampai dengan 3, sedangkan penilaian

sesuai diberikan jika dalam sebuah indikator operasional skor dari responden

berada dalam rentang angka 3,1 sampai dengan 6. Adanya perbedaan skor ideal

dan perhitungan interval karena perbedaan jumlah paket pengadaan yang

dijadikan sampel penelitian. Di Kota Sukabumi dan Kota Bogor sampel diambil

masing-masing 2 (dua) paket pengadaan untuk setiap jenis pengadaan (pengadaan

barang, pekerjaan konstruksi, pengadaan jasa lain dan pengadaan jasa konsultansi)

sehingga diperoleh 8 (delapan) sampel. Sementara itu di LKPP karena tidak ada

paket pekerjaan konstruksi, maka hanya diambil 6 (enam) paket pengadaan yang

dijadikan sampel penelitian.

Tabel 4.7. Interval Indikator Variabel Operasional

No Lokasi Interval Keterangan

Tidak Sesuai Sesuai

1 Kota Sukabumi 0 s.d 4,0 4,1 s.d 8 Jumlah Sampel 8

2 Kota Bogor 0 s.d 4,0 4,1 s.d 8 Jumlah Sampel 8

3 LKPP 0 s.d 3,0 3,1 s.d 6 Jumlah Sampel 6

Untuk mendapatkan skor masing-masing variabel dilakukan dengan

menjumlahkan skor setiap variabel operasional kemudian dibagi dengan jumlah

variabel operasional dengan rumus dilakukan mempergunakan rumus

sebagaimana tertulis dalam rumus (3.2). Skor variabel tersebut kemudian dibagi

dengan skor ideal variabel dan kemudian dikalikan 100 % untuk mendapatkan

prosentasenya. Prosentase tersebut menunjukan tingkat penerapan variabel dalam

pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Perhitungan dilakukan mempergunakan

rumus sebagaimana tertulis dalam rumus (3.3).

4.6.1. Prinsip Efisiensi

Dalam hal efisiensi hasil pengadaan, Kota Sukabumi dapat melakukan

efisiensi sebesar 14,46 % dari HPS, LKPP dapat melakukan efisiensi sebesar

15,72 % dan Kota Bogor dapat menghemat sebesar 7,45 %. Dalam hal waktu

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

118

Universitas Indonesia

pelaksanaan kegiatan pelelangan, Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP

mengalami masalah keterlambatan karena ada beberapa paket pengadaan yang

mengalami gagal lelang sehingga harus dilakukan lelang ulang. Perbandingan

dalam penerapan prinsip efisiensi ini selengkapnya dapat dilihat dalam tabel

dibawah:

Tabel 4.8. Perbandingan Efisiensi

DefinisiOperasional

PERBANDINGANKota Sukabumi Kota Bogor LKPP

Biaya Efisiensi 14,46 % Efisiensi 7,45 % Efisiensi 15,72 %WaktuPelaksanaan

23,3 % paket mengalamiketerlambatan waktukarena gagal lelang

17,91 % paketmengalamiketerlambatan karenagagal lelang

29 % paketmengalamiketerlambatan karenagagal lelang

Sumber data : UPT ULP Kota Sukabumi, ULP Kota Bogor dan ULP LKPP (telah diolah kembali)

4.6.2. Prinsip Efektif

Dalam penerapan prinsip efektif dengan membandingkan spesifikasi teknis

dan kuantitas yang direncanakan dengan hasil pelelangan, survei menunjukan

bahwa di semua lokasi penelitian hasil pengadaan dapat memenuhi spesifikasi

teknis dan kuantitas sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan

Pengadaan yang ditetapkan PPK.

Tabel 4.9. Perbandingan Efektifitas

Definisi

Operasional

PERBANDINGAN

Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP

Kuantitas danspesifikasiteknis

Skor 8, SesuaiMemenuhi spesifikasidan kuantitas minimal

Skor 7,5, SesuaiMemenuhi spesifikasidan kuantitas minimal

Skor 6, SesuaiMemenuhi spesifikasidan kuantitas minimal

PerencanaanPengadaan

Skor 7, SesuaiPaket pengadaanmerupakan prioritassebagaimana tertuangdalam dokumenperencanaan

Skor 8, SesuaiPaket pengadaanmerupakan prioritassebagaimana tertuangdalam dokumenperencanaan

Skor 6, SesuaiPaket pengadaanmerupakan prioritassebagaimana tertuangdalam dokumenperencanaan

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

4.6.3. Prinsip Transparan

Penerapan prinsip transparan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah di Pemerintah Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP telah sesuai

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

119

Universitas Indonesia

dengan ketentuan. Perbandingan penerapan prinsip transparansi secara lengkap

dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.10. Perbandingan Prinsip Transparan

DefinisiOperasional

PERBANDINGANKota Sukabumi Kota Bogor LKPP

PenyusunanHPS

Skor 8, SesuaiDisusun berdasarkanharga setempat denganmempertimbangkanStandar Satuan hargayang ditetapkan Perwal,survey pasar, kontraksejenis, hargadistributor, jukniskegiatan,dan konsultanperencana

Skor 8, SesuaiUntuk pengadaan barangdan jasa lainnya disusunberdasarkan hargasetempat, survey ke toko,ke reseller, atau melaluimedia internet.Untuk konstruksiberdasarkan harga dariKonsultan perencanaUntuk jasa konsultansiberdasarkan Standar Biayayang ditetapkan walikota

Skor 6, SesuaiPatokan harga pasar,dengan survey kelapangan dan melaluimedia internet. Untukkonsultanberdasarkan StandarBiaya Umum yangdikeluarkan menterikeuangan dan jugaberdasarkan kontraksejenis.

Ketentuandalamdokumenpengadaan

Skor 8, SesuaiDokuman pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangSBD

Skor 8, SesuaiDokuman pengadaandisusun berdasarkan PerkaLKPP tentang SBD

Skor 6, SesuaiDokuman pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangSBD

Pengumumanaddendumdokumenpengadaan

Skor 8, SesuaiJika ada addendumdokumen pengadaanmaka diinformasikanmelalui SPSE

Skor 8, SesuaiJika ada addendumdokumen pengadaan makadiinformasikan melaluiSPSE

Skor 6, SesuaiJika ada addendumdokumen pengadaanmaka diinformasikanmelalui SPSE

Jadwal Skor 8, SesuaiJadwal diinformasikansecara adil dan jika adaperubahan makadisertakan alasanperubahannya

Skor 8, SesuaiJadwal diinformasikansecara adil dan jika adaperubahan maka disertakanalasan perubahannya

Skor 6, SesuaiJadwaldiinformasikan secaraadil dan jika adaperubahan makadisertakan alasanperubahannya

Dataintegritas

Skor 8, SesuaiData blacklist di websiteLKPP

Skor 8, SesuaiData blacklist di websiteLKPP

Skor 6, SesuaiData blacklist diwebsite LKPP

Sanggahan Skor 8, SesuaiPokja ULP memfasilitasisanggah melalui SPSEdan secara offline. Jikadisampaikan secaraoffline makapenyanggah wajibmemberitahu PokjaULP. Sanggah bandingdilakukan secara offline

Skor 8, SesuaiPokja ULP memfasilitasisanggah melalui SPSE dansecara offline. Jikadisampaikan secara offlinemaka penyanggah wajibmemberitahu Pokja ULP.Sanggah bandingdilakukan secara offline

Skor 6, SesuaiPokja ULPmemfasilitasisanggah melaluiSPSE dan secaraoffline. Jikadisampaikan secaraoffline makapenyanggah wajibmemberitahu PokjaULP. Sanggahbanding dilakukansecara offline

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

120

Universitas Indonesia

4.6.4. Prinsip Terbuka

Dalam penerapan prinsip terbuka ditemukan beberapa perbedaan dalam

pengadaan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Sukabumi, Pemerintah Kota

Bogor dan LKPP sebagai berikut :

Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP)

Di Kota Sukabumi belum seluruh SKPD mengumumkan seluruh paket

pengadaan tetapi hanya terbatas pada paket yang dilelangkan saja. Di

Kota Bogor seluruh SKPD mengumumkan RUP untuk seluruh paket

pengadaan pada Bulan Januari/Pebruari. Di LKPP RUP diumumkan

oleh seluruh deputi pada bulan Nopember tahun sebelumnya difasilitasi

oleh ULP dan meliputi seluruh paket pengadaan baik yang dilakukan

dengan pelelangan maupun yang dilakukan dengan pengadaan

langsung.

Pengumuman pengadaan

Di Kota Sukabumi pengumuman lelang dilakukan melalui website

Pemerintah daerah, SPSE/portal pengadaan nasional dan papan

pengumuman. Sedangkan untuk Kota Bogor dan LKPP dilakukan

melalui SPSE/portal pengadaan nasional tetapi tidak semua paket

diumumkan melalui papan pengumuman resmi.

Penerapan prinsip pengadaan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.11. Perbandingan Prinsip Terbuka

Definisi

Operasional

PERBANDINGAN

Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP

Persyaratanpeserta

Skor 8, SesuaiPersyaratan pesertadiumumkan lewat SPSEdan tidak membatasikeikutsertaan peserta luardaerah

Skor 8, SesuaiPersyaratan pesertadiumumkan lewat SPSEdan tidak membatasikeikutsertaan peserta luardaerah

Skor 6, SesuaiPersyaratan pesertadiumumkan lewat SPSEdan tidak membatasikeikutsertaan pesertaluar daerah

PengumumanRencanaUmumPengadaan(RUP)

Skor 6, SesuaiPengumuman di websitepemerintah KotaSukabumi, tetapi belumseluruh SKPDmelaksanakan dan belummencakup semua paketpengadaan

Skor 8, SesuaiSeluruh SKPDmengumumkan RUPuntuk seluruh paketpengadaan diJanuari/Pebruari

Skor 6, SesuaiRUP diumumkan olehseluruh deputi padabulan Nopember tahunsebelumnya difasilastioleh ULP. RUP meliputiseluruh paket pengadaan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

121

Universitas Indonesia

(Sambungan Tabel 4.11)

PengumumanPengadaan

Skor 8, SesuaiPengumuman dilakukansecara terbuka melaluiSPSE, website Pemdadan papan pengumuman

Skor 1, Tidak SesuaiPengumuman dilakukansecara terbuka melaluiSPSE, website Pemdatetapi tidak semuadiumumkan melaluipapan pengumuman

Skor 2, Tidak SesuaiPengumumandilakukan secaraterbuka melalui SPSE,dan portal pengadaannasional tetapi tidaksemua melalui papanpengumuman

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

4.6.5. Prinsip Bersaing

Dalam penerapan prinsip bersaing di LKPP berjalan sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, tetapi di Pemerintah

Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor masih ditemukan adanya upaya-

upaya untuk mempengaruhi Pokja ULP meskipun dalam pengambilan keputusan

tidak menjadi diskriminatif akibat adanya tekanan dari pihak tertentu tersebut.

Pokja ULP di Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP tidak terpengaruh karena

tekanan dari pihak lain. Pokja ULP mendasarkan keputusan hanya dengan melihat

dokumen penawaran dari peserta. Pelelangan yang dilakukan dengan pelelangan

elektronik juga sangat berperan dalam mengeliminir kemungkinan adanya

intervensi karena sistem pelelangan secara elektronik tidak mempertemukan Pokja

ULP dengan penyedia secara langsung kecuali dalam proses klarifikasi dokumen.

Penerapan prinsip bersaing ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.12. Perbandingan Prinsip Bersaing

DefinisiOperasional

PERBANDINGANKota Sukabumi Kota Bogor LKPP

Intervensi Skor 8, SesuaiPengambilan keputusanpemenang berdasarkandokumen.E-Procurementmengeliminir titipanpemenang

Skor 8, SesuaiPengambilan keputusanpemenang berdasarkandokumen.E-Procurementmengeliminir titipanpemenang

Skor 6, SesuaiE-Procurement sudahterbuka dan dapatmenghilangkankemungkinanperlakuan diskriminatif

Afiliasi Skor 8, SesuaiMasing-masing stakeholder yang terlibattidak terafiliasi

Skor 8, SesuaiMasing-masing stakeholder yang terlibat tidakterafiliasi

Skor 6, SesuaiMasing-masing stakeholder yang terlibattidak terafiliasi

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

122

Universitas Indonesia

4.6.6. Adil/Tidak Diskriminatif

Dalam penerapan prinsip adil/tidak diskriminatif, semua pihak yang

terlibat dalam pengadaan barang/jasa di Kota Sukabumi, Kota Bogor dan LKPP

menerapkan prinsip ini sesuai dengan ketentuan dalam peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.13. Perbandingan Prinsip Adil/Diskriminatif

Definisi

Operasional

PERBANDINGAN

Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP

Persyaratanpeserta

Skor 8, SesuaiTidak diskriminatif,disusun berdasarkanperaturan yang berlaku

Skor 8, SesuaiTidak diskriminatif,disusun berdasarkanperaturan yang berlaku

Skor 6, SesuaiTidak diskriminatif,disusun berdasarkanperaturan yang berlaku

Aanwidjing Skor 8, SesuaiAanwidjingmengakomodir pesertatanpa diskriminasi dantidak ada akses lain untukbertanya selain melaluisistem pada saataanwidjing tersebut

Skor 8, SesuaiAanwidjingmengakomodir pesertatanpa diskriminasi dantidak ada akses lainuntuk bertanya selainmelalui sistem pada saataanwidjing tersebut

Skor 6, SesuaiAanwidjingmengakomodir pesertatanpa diskriminasi dantidak ada akses lainuntuk bertanya selainmelalui sistem padasaat aanwidjingtersebut

SpesifikasiTeknis

Skor 8, SesuaiSpesifikasi teknis disusunberdasarkan sumber yangjelas dan tidakdiskriminatif. Dilakukanpengkajian ulang olehPokja ULP

Skor 8, SesuaiSpesifikasi teknisdisusun berdasarkansumber yang jelas dantidak diskriminatif.Dilakukan pengkajianulang oleh Pokja ULP

Skor 6, SesuaiSpesifikasi teknisdisusun berdasarkansumber yang jelas dantidak diskriminatif.Dilakukan pengkajianulang oleh Pokja ULP

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

4.6.7. Prinsip Akuntabel

Dalam penerapan prinsip akuntabel ditemukan kesamaan antara

pelaksanaan pengadaan di Kota Sukabumi dan di Kota Bogor dalam hal

pengembalian jaminan penawaran dari peserta yang tidak menang dalam

pelelangan. Di kedua lokasi ini jaminan penawaran tidak dikembalikan.

Sementara di LKPP meski sesuai secara perhitungan kuantitatif tetapi masih

ditemukan adanya jaminan penawaran yang tidak dikembalikan. Penerapan

prinsip akuntabel ini secara lengkap sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini :

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

123

Universitas Indonesia

Tabel 4.14. Perbandingan Prinsip Akuntabel

Definisi

Operasional

PERBANDINGAN

Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP

RencanaPelaksanaanPengadaan

Skor 6,5, SesuaiPenyusunan RPP belumoptimal tetapi dalamperjalanannya PokjaULP tidak akanmelelangkan jika ketigadokumen RPP tersebutbelum lengkap

Skor 8, SesuaiRPP diserahkan PPK keBagian Dalpro untukkemudian diteruskan keULP. ULP kemudianmelakukan pengkajianulang kelengkapanya.Jika sudah lengkap dansesuai maka barudiproses

Skor 6, SesuaiRPP diserahkan PPKkepada ULP, dilakukanpengkajian ulang olehPokja dan PPK. Jikabelum lengkap dan tidaksesuai maka proseslelang tidak dilakukandan meminta PPK untukmerevisinya

Paktaintegritas

Skor 8, SesuaiPeserta lelang dan PokjaULP menandatanganipakta Integritas melaluiSPSE, sedangkan PPKdalam kontrak yangditandatanganinya

Skor 7,5, SesuaiPeserta lelang dan PokjaULP menandatanganipakta Integritas melaluiSPSE, sedangkan PPKdalam kontrak yangditandatanganinya

Skor 6, SesuaiPeserta lelang dan PokjaULP menandatanganipakta Integritas melaluiSPSE, sedangkan PPKdalam kontrak yangditandatanganinya

Acuanpenyusunandokumenpengadaan

Skor 8, SesuaiDokumen pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangStandard BiddingDocument

Skor 8, SesuaiDokumen pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangStandard BiddingDocument

Skor 6, SesuaiDokumen pengadaandisusun berdasarkanPerka LKPP tentangStandard BiddingDocument

Jaminanpenawaran

Skor 4, Tidak SesuaiDilakukan konfirmasijaminan penawaransecara tertulis danmelalui emailTidak seluruhnyadilakukan pengirimankembali

Skor 4, Tidak SesuaiDilakukan konfirmasijaminan penawaransecara tertulis danmelalui emailTidak seluruhnyadilakukan pengirimankembali

Skor 5, SesuaiDilakukan konfirmasijaminan penawaransecara tertulis danmelalui emailSebagian dilakukanpengiriman kembali

Prosedurpengadaan

Skor 8, SesuaiDilakukan sesuai denganketentuan

Skor 8, SesuaiDilakukan Sesuai denganketentuan

Skor 8, SesuaiDilakukan Sesuai denganketentuan

Tahapanevaluasi

Skor 8, SesuaiDilakukan desuai denganketentuan

Skor 8, SesuaiDilakukan desuai denganketentuan

Skor 6, SesuaiDilakukan desuai denganketentuan

Laporanpelaksanaanpengadaan

Skor 8, SesuaiPokja ULP memberilaporan kepada KepalaULP untuk diteruskankepada PPK dengandilampiri BAHP.PPK memberi laporankepada PenggunaAnggaran disertaiketerangan tentangpersiapan, pelaksanaandan kendala di lapanganserta masukan untukperbaikan

Skor 8, SesuaiPokja ULP memberilaporan kepada KetuaULP untuk diteruskankepada PPK melaluisurat resmi dengandilampiri BAHPBentuk laporan PPKkepada penggunaAnggaran dilakukanpencairan denganmenandatangani beritaacara kemajuanpekerjaan.

Skor 6, SesuaiPokja ULP memberilaporan kepada KepalaULP untuk diteruskankepada PPK melaluinota dinas dengandilampiri BAHP.PPK melaporkan hasilpekerjaan kepada KuasaPengguna Anggaransetiap akhir tahun secarakeseluruhan

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

124

Universitas Indonesia

(Sambungan Tabel 4.14)

MonitoringPekerjaan

Skor 8, SesuaiPekerjaan konstruksidilakukan tenaga teknisdan konsultan pengawas.Pengadaan barang jasalainnya dilakukan olehPPK

Skor 8, SesuaiDalam pekerjaankonstruksi PPKmelakukan monitoringdibantu konsultanpengawas dan tenagateknis. Konsultanpengawas , tenaga teknisdan penyedia melakukanpertemuan teknis setiap 2(dua) minggu dankontraktor harusmembuat perencanaanapa saja yang akandilakukan dalam 2 (dua)minggu ke depan. UntukPengadaan barang,pengadaan jasa lainnyadan pengadaan konsultandiawasi oleh PPK sendiriatau personil yangditunjuk PPK dariinternal Dinas/Instansipelaksana kegiatan

Skor 6, SesuaiPelaksanaan monitoringpekerjaan tergantungkontrak yang disepakati.Jika di dalam kontrakmemang ada klausuluntuk monitoring makadan pelaporan daripenyedia secara berkalamaka itulah yang dimintaPPK kepada penyedia.Dalam pengadaan barangPPK meminta laporanperkembangan pekerjaan(progress report)minimal 2 kali

Penerimaanhasilpekerjaan

Skor 8, SesuaiDilakukan PPHP, panitiaberjumlah minimal 3orangDilakukan setelahkontrak tuntasdilaksanakan

Skor 8, SesuaiDilakukan PPHP, panitiaberjumlah minimal 3orangDilakukan setelahkontrak tuntasdilaksanakan

Skor 6, SesuaiDilakukan PPHP, pejabatpenerima hasil pekerjaan,hanya satu orang di tiapdirektoratDilakukan setelahkontrak tuntasdilaksanakan

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

4.6.8. Rekapitulasi Perbandingan Penerapan Prinsip-Prinsip Pengadaan

Nilai rerata indikator berkategori sesuai dihitung dengan menjumlahkan

semua skor indikator variabel yang berkategori sesuai dan membaginya dengan

jumlah indikator variabel yang berkategori sesuai. Nilai rerata indikator

berkategori tidak sesuai dihitung dengan menjumlahkan semua skor indikator

variabel yang berkategoti tidak sesuai dan membaginya dengan jumlah indikator

variabel yang berkategori tidak sesuai. Untuk skor indikator variabel, di Kota

Sukabumi sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) dari 38 (tiga puluh delapan) indikator

berkategori sesuai dan 1 (satu) indikator variabel tidak sesuai. Secara rata-rata

skor sesuai bernilai 7,84 dan untuk tidak sesuai bernilai 0. Untuk skor indikator

variabel di Kota Bogor, sebanyak 36 (tiga puluh enam) dari 38 (tiga puluh

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

125

Universitas Indonesia

delapan) indikator variabel berkategori sesuai dan 2 (dua) indikator menunjukan

tidak sesuai. Secara rata-rata skor sesuai bernilai 7,94 dan untuk tidak sesuai

bernilai 0,5. Untuk lokasi penelitian di Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) dari 38 (tiga

puluh delapan) indikator bernilai sesuai dan 1 (satu) indikator variabel tidak

sesuai. Secara rata-rata skor sesuai bernilai 5,95 dari skor ideal 6 dan untuk tidak

sesuai bernilai 2.

Tabel 4.15. Statistik Skor Indikator Variabel Operasional

No Lokasi JumlahIndikatorVariabel

Jumlahbernilaisesuai

Jumlahbernilai

tidaksesuai

Rerataskor

sesuai

Rerataskortidaksesuai

Keterangan

1 Kota Sukabumi 38 37 1 7,84 0 Skor Ideal 82 Kota Bogor 38 36 2 7,94 0,5 Skor Ideal 83 LKPP 38 37 1 5,95 2 Skor Ideal 6

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

Perbandingan penerapan prinsip-prinsip pengadaan di Pemerintah Kota

Sukabumi, Pemerintah Kota Bogor dan LKPP dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.16. Rekapitulasi Perbandingan Penerapan Prinsip Pengadaan

No Variabel Perbandingan (%)

Kota Sukabumi Kota Bogor LKPP

1 Efisien Biaya 14,46 Biaya 7,45 Biaya 15,72

Gagal Lelang 23,3 % Gagal Lelang

17,91

Gagal Lelang 29 %

2 Efektif 93,75 96,88 100

3 Transparan 100 100 100

4 Terbuka 91,67 70,83 77,78

5 Bersaing 100 100 100

6 Adi/Tidak

Diskriminatif

100 100 100

7 Akuntabel 92,36 93,75 98,15

Sumber : Data Primer (telah diolah kembali)

Dalam hal efisiensi biaya, LKPP yang memiliki prosentase Pegawai

Negeri Sipil (PNS) bersertifikat lebih baik dari pada Pemerintah Kota Bogor dan

Pemerintah Kota Sukabumi memiliki tingkat efisiensi biaya hasil pengadaan yang

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

126

Universitas Indonesia

lebih baik. Dari segi efisiensi waktu Pemerintah Kota Bogor yang memiliki

prosentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) bersertifikat jauh di bawah LKPP ternyata

dapat menghemat waktu pelelangan lebih baik dan jika dibandingkan dengan

Pemerintah Kota Sukabumi yang sudah memiliki Unit Pelayanan Pengadaan yang

permanen ternyata Pemerintah Kota Bogor memiliki tingkat efisiensi waktu lebih

baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder terkait, penyebab gagal

lelang tidak hanya karena faktor kompetensi pengelola pengadaan tetapi juga

karena faktor kemampuan peserta untuk dapat memenuhi persyaratan yang

ditetapkan, faktor kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) peserta lelang

dalam hal memahami ketentuan pengadaan yang termasuk di dalamnya tingkat

penguasaan teknologi dan juga minat peserta untuk mengikuti pelelangan.

Dalam penerapan prinsip efektif LKPP memiliki tingkat penerapan lebih

baik daripada Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor. Faktor

pembedanya untuk Pemerintah Kota Sukabumi dalam tataran perencanaan dengan

memasukan kegiatan yang meskipun merupakan kegiatan mendesak tetapi bukan

merupakan prioritas ke dalam kegiatan yang dilaksanakan pada tahun tersebut.

Untuk Pemerintah Kota Bogor faktor pembedanya karena ada sampel kegiatan

yang tidak memenuhi syarat kuantitas, yang berkaitan dengan kompetensi PPK

dalam monitoring pelaksanaan pekerjaan.

Tingkat penerapan prinsip transparan, bersaing dan adil/tidak diskriminatif

ketiga lokasi pengadaan memiliki tingkat yang sama. Dalam penerapan prinsip

terbuka Pemerintah Kota Sukabumi, yang secara organisasi memiliki Unit

Pelayanan Pengadaan (ULP) yang telah permanen dengan personilnya bekerja

secara penuh, memiliki prosentase penerapan lebih baik daripada Pemerintah

Kota Bogor dan LKPP. Hal yang membedakan adalah dalam indikator

pengumuman pengadaan yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Unit Pelayanan

Pengadaan (ULP) karena tidak seluruh paket pengadaan diumumkan melalui

media papan pengumuman resmi oleh Kelompok Kerja ULP di LKPP dan

Pemerintah Kota Bogor.

Dalam penerapan prinsip akuntabel LKPP memiliki prosentase lebih baik

dibandingkan dengan Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kota Bogor.

Penyebab kurangnya tingkat penerapan prinsip akuntabel ini untuk Pemerintah

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

127

Universitas Indonesia

Kota Sukabumi karena tingkat pemahaman Pejabat Pembuat Komitmen terhadap

penyusunan dan pengkajian ulang Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang kurang

sementara di Pemerintah Kota Bogor terdapat responden yang tidak

menandatangani Pakta Integritas.

4.7. Kendala dan Harapan Stakeholder

4.7.1. Kendala dan Harapan Stakeholder di LKPP

Kendala :

o Sulitnya koordinasi dengan personil ULP karena secara

organisasi ULP masih berbentuk adhoc dan belum bersifat

permanen. Personil ULP adalah pejabat eselon empat dan

eselon tiga di LKPP yang masing-masing memiliki tugas

dan tanggung jawab di unit kerjanya. Karena kesibukannya

itu menyebabkan personil ULP tidak selalu berada di ULP

sehingga menghambat proses pengadaan.

o Dalam hal jumlah personil, perbedaan jumlah PNS dan

non-PNS sangat besar, karena sebagian besar adalah

pegawai nonPNS. Hal ini menyulitkan dalam hal pekerjaan

yang harus dilaksanakan oleh PNS, misalnya dalam

pelaksanaan pemeriksaan hasil pekerjaan dan peran sebagai

pejabat pengadaan.

Harapan

o Lebih baik jika ULP tidak berstatus adhoc karena

pengadaan adalah kegiatan yang memerlukan konsentrasi

tinggi sehingga diperlukan personil yang total bekerja

dalam pengadaan dan tidak terikat oleh tupoksi lain.

o Jumlah personil yang kurang dalam melakukan kegiatan

menyebabkan pekerjaan dirangkap sehingga akan lebih

baik ditambah jumlah personil terutama PNS sehingga

pekerjaan pemeriksaan barang dan personil yang menjadi

pejabat pengadaan dapat bertambah.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

128

Universitas Indonesia

4.7.2.Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Sukabumi

Kendala :

o Salah satu kendala dalam pelaksanaan pengadaan jasa

konsultansi adalah pada saat pembuktian kualifikasi. Pada saat

pembuktian kualifikasi kadang memperlambat waktu

pengadaan karena dalam proses klarifikasi dokumen penyedia

harus menunjukan semua dokumen aslinya dan dokumennya

hanya ada satu sementara itu kadang perusahaan tidak hanya

ikut pengadaan di satu lokasi saja dan ketika terjadi klarifikasi

dokumen pada saat bersamaan akan menimbulkan kesulitan

dan menambah waktu klarifikasi.

o Pokja ULP mengalami kendala beban kerja akibat mengelola

juga pengadaan yang dilakukan melalui pengadaan langsung.

o Adanya keengganan dari beberapa pegawai sehingga sulit juga

untuk menemukan orang yang mau bertindak sebagai PPK,

PPTK, PPHP yang dipicu oleh tingginya resiko pekerjaan.

Harapannya:

o Untuk memudahkan Pokja pada saat pendaftaran perusahaan

ke LPSE alangkah baiknya LPSE memberikan update data

agar Pokja tidak perlu mengklarifikasi lagi dokumen seperti itu

karena sudah tersedia dalam sistem secara otomatis.

o Agar PPK dijabat oleh yang benar-benar mengerti pengadaan

karena pada saat ini dijabat oleh Pengguna Anggaran atau

minimal Pejabat Eselon Tiga. Akan lebih baik jika PPK itu

paham tentang pengadaan.

o Pengadaan langsung tidak mempergunakan personil dari ULP.

o Adanya penghargaan yang seimbang antara nilai pekerjaan

dengan honor yang diterima.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

129

Universitas Indonesia

4.7.3.Kendala dan Harapan Stakeholder di Kota Bogor

Kendala

o Dokumen Rencana Umum Pengadaan (RUP) dari Pengguna

Anggaran kadang tidak lengkap sehingga menyulitkan ULP

dalam proses penayangannya.

o ULP masih adhoc sehingga menyulitkan koordinasi karena

personil ULP juga memiliki tugas dan fungsi di SKPD tempat

yang bersangkutan bernaung dan harus mendahulukan

kepentingan SKPD tersebut.

o Terbatasnya jumlah personil/Pokja ULP sementara paket

pengadaan yang ditangani sangat besar dan SKPD di Kota

Bogor tersebar.

Harapan

o ULP beralih menjadi organisasi yang permanen.

o Jumlah personil ULP ditambah/disesuaikan dengan jumlah

paket yang dilelangkan.

o Peningkatan kapasitas SDM ULP dan semua organisasi

pengadaan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

130 Universitas Indonesia

BAB 5KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

Secara umum penerapan prinsip-prinsip pengadaan dalam pelaksanaan

pengadaan barang/jasa pemerintah di Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Pemerintah Kota Sukabumi dan

Pemerintah Kota Bogor sudah berjalan tetapi masih terdapat beberapa

hal yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) dapat menghemat

anggaran dengan efisiensi sebesar 15,72 %, di Pemerintah Kota

Sukabumi dapat menghasilkan efisiensi sebesar 14,46 %, dan di

Pemerintah Kota Bogor sebesar 7,45 % dari Harga Perkiraan Sendiri

(HPS).

Dalam efisiensi waktu pengadaan, pelaksanaan pengadaan barang/jasa

di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)

sebanyak 29 % paket pengadaan mengalami gagal lelang, di Kota

Sukabumi terdapat 23,3 % paket pengadaan mengalami gagal lelang

dan di Kota Bogor terdapat 17,91 % paket mengalami gagal lelang.

Paket-paket yang mengalami gagal lelang ini menyebabkan inefisiensi

waktu karena harus dilakukan melalui tahapan lelang ulang untuk dapat

menghasilkan barang/jasa yang dipergunakan untuk pelayanan publik.

Dalam penerapan prinsip efektif dan akuntabel, LKPP yang memiliki

prosentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bersertifikat sangat jauh di

atas rata-rata nasional dan lebih baik dari kedua lokasi penelitian lain,

memiliki tingkat penerapan yang lebih baik.

Dalam penerapan prinsip terbuka Pemerintah Kota Sukabumi yang

memiliki Unit Pelayanan Pengadaan yang sudah permanen dan

personilnya bekerja secara penuh ternyata dapat menerapkan prinsip

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

131

Universitas Indonesia

terbuka lebih baik dari pada kedua lokasi lain. Hal yang membedakan

ketiganya adalah dalam pengumuman lelang, karena Kelompok Kerja

ULP Kota Sukabumi yang bekerja secara penuh dapat mengumumkan

paket pengadaan di semua lokasi minimal yang dipersyaratkan

sementara Kelompok Kerja ULP di kedua lokasi yang lain tidak

memenuhi syarat minimal media pengumuman pengadaan.

Dalam penelitian ini ditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan

prinsip-prinsip pengadaan sebagai berikut :

o Pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP):

Dalam penerapan prinsip terbuka masih ditemukan kekurangan

yaitu pengumuman pengadaan hanya dilakukan melalui portal

pengadaan nasional dan SPSE, sementara pengumuman melalui

papan pengumuman tidak seluruhnya dilakukan.

o Pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Sukabumi

Dalam penerapan prinsip terbuka masih terdapat kekurangan

yaitu pada awalnya tidak seluruh SKPD mengumumkan

Rencana Umum Pengadaan (RUP) dan tidak mengumumkan

seluruh paket pengadaan dalam RUP.

Dalam penerapan Prinsip Akuntabel masih ditemukan

kekurangan yaitu tidak seluruh paket dilakukan pengkajian

ulang Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang meliputi

spesifikasi teknis, HPS dan rancangan kontrak awal tahun

anggaran 2011 oleh PPK bersama dengan Kelompok Kerja

ULP, tetapi masih bertahan pada paradigma lama bahwa ketiga

dokumen ini disusun oleh Pokja ULP. Meskipun dalam

perjalanannya kemudian dilaksanakan tetapi hal ini terjadi

karena pemahaman yang belum optimal dari PPK terhadap

mekanisme dan prosedur pengadaan. Dalam pemenuhan prinsip

akuntabel ini juga masih ditemukan kekurangan yaitu

pengembalian jaminan penawaran peserta yang tidak lulus atau

tidak menang dalam pelelangan tidak dilakukan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

132

Universitas Indonesia

o Pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Pemerintah Kota Bogor

Dalam penerapan prinsip terbuka masih ditemukan kekurangan

yaitu pengumuman pengadaan hanya dilakukan melalui portal

pengadaan nasional dan SPSE, sementara pengumuman melalui

papan pengumuman tidak dilakukan.

Dalam pemenuhan prinsip akuntabel masih ditemukan

kekurangan yaitu pengembalian jaminan penawaran peserta

yang tidak lulus atau tidak menang dalam pelelangan tidak

dilakukan.

5.2. Rekomendasi

Berdasarkan analisis penerapan prinsip-prinsip pengadaan dan saran para

stakeholder terkait di ketiga lokasi penelitian dapat direkomendasikan beberapa

kebijakan sebagai berikut :

Rekomendasi untuk LKPP

o Kepala LKPP agar merubah kedudukan ULP dari adhoc menjadi

organisasi yang permanen dengan personilnya yang juga

permanen. Hal ini perlu dilakukan agar personil Pokja ULP tidak

lagi merangkap jabatan dan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI)

di direktorat masing-masing yang dapat menghambat koordinasi

dan pelaksanaan pengadaan.

o Kepala LKPP agar segera dilakukan penambahan jumlah Pegawai

Negeri Sipil di LKPP sehingga pelaksanaan pengadaan langsung

dapat dilakukan lebih cepat dengan bertambahnya personil pejabat

pengadaan.

o Kepada LKPP sebagai pemegang kewenangan kebijakan

pengadaan barang/jasa tingkat nasional agar melakukan sosialisasi

proses konfirmasi jaminan penawaran dan jaminan pelaksanaan

kepada penerbit jaminan agar pelaksanaan konfirmasi jaminan

tersebut tidak memerlukan waktu yang lama yang dapat

menyebabkan inefisiensi waktu

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

133

Universitas Indonesia

Rekomendasi untuk Pemerintah Kota Sukabumi

o Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Sukabumi agar mengirimkan

pegawai di lingkungan pemerintah Kota Sukabumi untuk

mengikuti pelatihan pengadaan barang/jasa karena adanya

keterbatasan personil yang memahami dan telah lulus sertifikasi

ahli pengadaan barang/jasa. Hal ini diperlukan agar PPK tidak lagi

dijabat oleh pejabat eselon dua atau pejabat eselon tiga yang

memiliki waktu terbatas. Pengetahuan PPK yang cukup juga dapat

meminimalisir terjadinya gagal lelang karena pengkajian

spesifikasi teknis tidak memerlukan waktu lama.

o Kepada Pimpinan Daerah Kota Sukabumi agar mengalihkan

pengadaan melalui mekanisme pengadaan langsung tidak lagi

dilakukan oleh personil ULP. Hal ini perlu dilakukan karena

selama ini personil ULP selain melakukan proses pengadaan

melalui lelang juga harus melakukan proses pengadaan langsung

yang berakibat pada keterbatasan waktu menangani pelelangan.

Rekomendasi untuk Pemerintah Kota Bogor

o Badan Kepegawaian dan Diklat Kota Bogor agar mengirimkan

pegawai di lingkungan pemerintah Kota Bogor untuk mengikuti

pelatihan pengadaan barang/jasa karena adanya keterbatasan

personil yang memahami dan telah lulus sertifikasi ahli pengadaan

barang/jasa. Hal ini diperlukan agar PPK tidak lagi dijabat oleh

pejabat eselon dua atau pejabat eselon tiga yang memiliki waktu

terbatas dan tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagai PPK.

Pengetahuan PPK yang cukup juga dapat meminimalisir terjadinya

gagal lelang karena pengkajian spesifikasi teknis tidak memerlukan

waktu lama.

o Pimpinan Daerah Kota Bogor agar merubah kedudukan ULP dari

adhoc menjadi organisasi yang permanen dengan personilnya yang

juga permanen. Hal ini perlu dilakukan agar personil Pokja ULP

tidak lagi merangkap jabatan dan Tugas Pokok dan Fungsi

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

134

Universitas Indonesia

(TUPOKSI) di SKPD masing-masing yang sangat menghambat

koordinasi dan pelaksanaan pengadaan.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

135 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Bahagia, Senator N. (2011). Sistem pengadaan publik dan cakupannya. Senaraipengadaan barang/jasa pemerintah, 1,8-25.

Berg, B.L. (2001). Qualitative research methods for the social science. NedhamHeight, MA: Pearson Education Company.

Buchner, S., Freytag, A., Gonzales, Lois G., & Guth, W. (2008). Bribery andpublic procurement : An experimental study. Public Choice 137, 103-117.

Case, K.E. (2008). Musgrave’s vision of the public sector: The complexrelationship between individual, society and state in public good theory.Journal of Economic and Finance, 32, 348–355.

Colton, D. & Covert, R.W. (2007). Designing and constructing instruments forsocial research and evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass.

Deliarnov. (2006). Ekonomi politik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Grant, R.W., & Keohane, R.O. (2005). Accountability and abuses of power inworld of politics. The American Political Science Review, 99, 29-43.

Habir, A.D. (2005). Governance in Indonesia, developing search strategies. InTarling, Nicholas. Corruption and good governance in Asia (pp.198-213).New York: Routledge.

Hardiyansyah. (2011). Kualitas pelayanan publik (konsep, dimensi, indikator danimplementasinya).Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Hitt, M.A, Black, J.S., & Porter, L.W. (2009). Management (2nd edition). NewJersey: Pearson Education Inc.

Horton, Sylvia. (2008). History and persistence of an idea and an ideal. In Perry,I.J., & Hondeghem, A. Motivation in public management (pp.1-32).Oxford: Oxford University Press.

Indonesia, R. (2001). Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentangpemberantasan tindak pidana korupsi.

_____________(2004). Undang-undang republik indonesia nomor 25 tahun 2004tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.

_____________(2008). Undang-undang republik indonesia nomor 11 tahun 2008tentang informasi dan transaksi elektronik.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

136

Universitas Indonesia

___________(2009). Undang-undang republik indonesia nomor 25 tahun 2009tentang pelayanan publik.

___________(2010). Peraturan presiden nomor 81 tahun 2010 tentang granddesign reformasi birokrasi 2010-2015.

___________(2010). Peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaanbarang/jasa pemerintah.

Jensen, M.C., & Meckling.W.H. (1976). Theory of the firm : Managerialbehaviour, agency cost and ownership structure. Journal Of FinancialEconomics, 3, 305-360.

Kasper, W., & Streit, M.E. (1998). Institutional economics: social order andpublic policy. Cheltelham.

Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara. (2003). Keputusan menteripendayagunaan aparatur negara republik indonesia nomor 63 tahun 2003tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik.

_____ (2010). Peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasibirokrasi nomor 20 tahun 2010 tentang road map reformasi birokrasi 2010-2014.

Lennerfors, T.T. (2007). The transformation of transparency : On the act on publicprocurement and the right to appeal in the context of the war on corruption.Journal of Business Ethics, 73, 381-390.

LKPP. (2011). Peraturan kepala lembaga kebijakan pengadaan barang/jasapemerintah nomor 1 tahun 2011 tentang tata cara e-tendering.

_____ (2011). Peraturan kepala lembaga kebijakan pengadaan barang/jasapemerintah nomor 2 tahun 2011 tentang perubahan kesatu atas peraturankepala lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah nomor 6 tahun2010 tentang standar dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah (standardbidding document).

_____ (2011, 9 Desember). Kompetensi staf pengadaan harus ditingkatkan.http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=9338164048

_____ (2012, 2 Desember). Akhir november transaksi e-proc hemat 12,4 triliun.http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=1669809099

Organisation of Economic Cooperation and Development (OECD). (2007).Integrity in public procurement. Paris: OECD Publishing.

O’Sullivan, Arthur. (2007). Urban economics(6th Ed.). New York: Mc Graw Hill.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

137

Universitas Indonesia

Olson, Mancur. (1965). The logic of collective action. Massachusetts: HarvardUniversity Press.

Pindyck, R.S., & Rubinfeld, D.L. (1996). Microeconomics (3rd Ed.). Mainland:Prentice Hall International Inc.

Rubinstein, Jennifer. (2007). Accountability in an unequal world. The Journal ofPolitics, 69, 616-632.

Schapper, P.R., Malta, J.N., & Gilbert, D.L. (2009). Analytical framework formanagement and reform of public procurement. In Khi V. Thai.International handbook of public procurement (pp.87-104). Florida: Taylorand Francis Group.

Simon, Robert. (2000). Perfomance measurement and control systems forimplementing strategy. New Jersey: Prentice Hall.

Stasavage, David. (2003). Transparency, democratic accountability and theeconomic consequences of monetary institutions. American Journal ofPolitical Science, 47, 389-402.

Stirton, L., & Lodge, M. (2001). Transparency mechanisms: Building publicnessinto public, Journal of Law and Society, 28, 471-489.

Sulaeman, A., & Iqbal, Z. (2010). Infrastructure development: Challenges andthe way forward. Jakarta: Gama Press.

Tiebout, C.M. (1956). A pure of local expenditures. The Journal of PoliticalEconomy, 64, 416-424.

Tompkins, J.R. (2005). Organization and public management. Wadworth:Thomson Learning Inc.

Transparency International. (2011). Corruption Perceptions Index 2011. Berlin:Author.

Wahyuni, Sari. (2012). Qualitative research method: Theory and practice.Jakarta: Salemba Empat.

Widoyoko, E.P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Williamson, Oliver. (2005). The economics of governance. American EconomicReview, 95,1-18.

Wise, C.S. (1990). Public configurations and public organizations: Publicorganization design in the post privatization era. Public AdministrationReview, 50, 141-155.

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 1 : Daftar Pertanyaan untuk Kepala Unit Pelayanan Pengadaan

IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden : ..........................................................................................

Jabatan : ..........................................................................................

Satuan Kerja : ..........................................................................................

Pengalaman/keahliandalam pengadaan

: ..........................................................................................

Tanda tangan : ..............................................................

Pertanyaan yang diajukan dibawah ini berkaitan dengan pelaksanaan pengadaanbarang/jasa pemerintah secara umum di Unit Kerja/Kota tempat Bapak/Ibubekerja.

1. ULP berbentuk permanen atau ad hoc?2. Secara organisasi, kedudukan ULP bagaimana?3. Apa dasar pembentukan ULP?4. Berapa jumlah personil ULP dan bagaimana recruitment-nya?5. Bagaimana dengan honornya? per paket atau berupa tunjangan bulanan?6. Yang ditangani ULP berupa pengadaan dengan pelelangan saja atau

termasuk pengadaan langsung dan penunjukan langsung?7. Apakah Rencana Umum Pengadaan itu diumumkan oleh SKPD?

Bagaimana peran ULP?8. Rencana Pelaksanaan Pengadaan merupakan wewenang PPK yang

meliputi HPS, spesifikasi teknis dan rancangan kontrak. Apakah PPKmentaati ketentuan tersebut?

9. Bagaimana mekanisme pelayanan pengadaan?10. Apa dasar penyusunan dokumen pengadaan?11. Apa penyebab secara umum terjadinya gagal lelang?12. Terdapat ketentuan bahwa jaminan penawaran dikonfirmasi oleh Pokja

ULP kepada penerbit jaminan, apakah dilakukan?13. Setelah selesai proses lelang, apakah jaminan penawaran dikembalikan?14. Apakah ada forum pengadaan ?15. Apakah ada akses ke data perusahaan atau perseorangan yang di black list?16. Apakah ada intervensi misalkan dari LSM, dari dewan atau parpol atau

lainnya, yang menekan kepala ULP atau langsung ke Pokjanya?Bagaimana cara mengatasinya? Apakah mempengaruhi pengambilankeputusan?

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan untuk Kelompok Kerja ULP

QUESIONER UNTUK POKJA ULP

A. IDENTITAS RESPONDENNama Kegiatan : .....................................................................................

.....................................................................................

Sumber Dana : .....................................................................................

Satuan Kerja

Pelaksana Kegiatan

: .....................................................................................

Nama Responden : .....................................................................................

Jabatan dalam

Pengadaan

: Ketua/Sekretaris/Anggota Kelompok Kerja ULP*

Nama Pokja : .....................................................................................

.....................................................................................

Tanda tangan dan

tanggal pengisian :

....................................................,................................

B. DATA PENGADAAN :Nilai Pagu Anggaran :HPS :Nilai Kontrak :Jenis pengadaan : Pengadaan barang/ Pekerjaan konstruksi

Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi*Metode pemilihan : Pelelangan (seleksi) Umum/Pelelangan

(seleksi) Sederhana/ Pemilihan langsung*Tata cara penilaian kualifikasi : Prakualifikasi/ Pascakualifikasi*Pelaksanaan pemilihan : Manual/ E-procurement*Peserta yang memasukanpenawaran

: .......................................peserta

Peserta yang dievaluasi : .......................................peserta*coret yang tidak perlu

C. DATA PESERTANO

Nama Penyedia Alamat email Hargapenawaran(Rp)

12345678910

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

D. PRINSIP TRANSPARAN1. Apakah ketentuan dalam dokumen pengadaan yang Anda susun bersifat

jelas dan tidak berpotensi menimbulkan keraguan?2. Jika ada addendum dokumen pengadaan, apakah ada pemberitahuan

tentang adanya addendum tersebut?3. Jika ada perubahan jadwal, apakah perubahan jadwal yang anda lakukan

disertai alasan?4. Apakah Pokja ULP memiliki/dapat mengakses data black list

penyedia/data ?5. Apakah terdapat akses bagi peserta untuk menyanggah?

E. PRINSIP TERBUKA1. Apakah menurut Anda pengadaan ini dirancang untuk dapat diikuti oleh

semua peserta yang memenuhi syarat, darimanapun mereka berasal?2. Apakah Pengumuman pelelangan telah memenuhi syarat minimal

lokasi/media pengumuman sebagaimana ketentuan?Pengumuman pelelangan ini dilakukan pada :

Surat kabar.............................................................................Website .................................................................................Dalam SPSE/sistem E-ProcurementPapan pengumuman..............................................................Lainnya...................................................................................

F. PRINSIP BERSAING1. Dalam proses evaluasi, apakah ada intervensi untuk berlaku diskriminatif

terhadap peserta?2. Apakah anda terafiliasi dengan peserta dan/atau PPK dalam hal hubungan

keluarga atau kepemilikan perusahaan?G. PRINSIP ADIL DAN TIDAK DISKRIMINATIF

1. Apakah semua peserta diberi kesempatan yang sama dalam aanwidjing?2. Apakah ada penjelasan yang diberikan kepada peserta tertentu dalam

waktu dan media yang berbeda, yang tidak diberlakukan pada peserta yanglain?

H. PRINSIP AKUNTABILITAS1. Apakah Pokja ULP menandatangani pakta integritas?2. Acuan untuk menyusun Dokumen Pengadaan adalah Standard Bidding

Document sebagaimana tertera dalam Peraturan Kepala LKPP Nomor 2Tahun 2011 beserta turunannya tentang Standard Bidding Document.Apakah anda mengikuti ketentuan tersebut dalam proses pelelangan ini?

3. Sesuai dengan ketentuan bahwa anda harus melakukan klarifikasikeabsahan jaminan penawaran peserta kepada penerbit jaminan. Apakahhal tersebut anda lakukan?

4. Apakah Pokja mengembalikan jaminan penawaran setelah pengumumanpemenang jika peserta tidak menang?

5. Apakah Pokja ULP melakukan penilaian kualifikasi peserta?6. Apakah Pokja ULP menyusun dan menetapkan metode pemilihan?7. Apakah Pokja ULP menyusun dan menetapkan jadwal pelelangan?8. Apakah evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam

dokumen pengadaan?

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 157: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

9. Apakah Pokja ULP melakukan post bidding?10. Sesuai dengan ketentuan anda harus membuat dan mengumumkan Berita

Acara Hasil Pengadaan (BAHP). Apakah hal tersebut anda lakukan?11. Berdasarkan ketentuan bahwa anda harus melaporkan hasil pengadaan

kepada PPK. Apakah hal tersebut anda lakukan?12. Apakah Pokja ULP menindaklanjuti sanggah jika ada sanggahan peserta?

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 158: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 3 Daftar Pertanyaan untuk PPK

QUESIONER UNTUK PPK

A. IDENTITAS RESPONDENNama Kegiatan : ..........................................................................................

..........................................................................................

Sumber Dana : ..........................................................................................

Nama Responden : ..........................................................................................

Jabatan dalam

Pengadaan

: Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Satuan Kerja : ..........................................................................................

Tanda tangan dan

tanggal pengisian

: ..............................................................

B. UMUMPagu Anggaran : Rp.

HPS : Rp.

Nilai Kontrak : Rp.

Jenis pengadaan : Pengadaan Barang/ Pekerjaan konstruksi/ Jasa

Lainnya/ Jasa Konsultansi*

Secara manual/ E-procurement*

C. PRINSIP EFEKTIF1. Apakah spesifikasi teknis hasil pengadaan sesuai dengan spesifikasi teknis

yang direncanakan?2. Apakah kuantitas barang/hasil pekerjaan sesuai dengan yang

direncanakan?3. Apakah kegiatan pengadaan ini merupakan prioritas sebagaimana tertuang

dalam RPJMD/RKPD/RENSTRA/bentuk dokumen perencanaan lainnya?D. PRINSIP TRANSPARANSI

1. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010bahwa yang dapat dijadikan dasar penyusunan Harga Perkiraan Sendiri(HPS) adalah data Biro Pusat Statistik, info biaya satuan resmi yangdikeluarkan pejabat berwenang, daftar harga dari distributor/pabrikan,hasil pengkajian konsultan, dan kontrak sejenis yang semuanya merupakansumber yang dapat diakses semua pihak. Apakah HPS yang Bapak/Ibususun cukup transparan dan berdasarkan acuan sebagaimana tersebutdiatas?Dasar penyusunan HPS untuk kegiatan ini adalah : (*beri tanda √)

Data dari Biro Pusat StatistikInfo Biaya Satuan Resmi yang dikeluarkan PejabatBerwenangDaftar Harga dari distributor/pabrikanHasil pengkajian KonsultanKontrak sejenis

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 159: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lainnya..............................................................................E. TERBUKA

1. Apakah Rencana Umum Pengadaan diumumkan secara terbuka olehPengguna Anggaran sehingga dapat diakses semua pihak?

F. BERSAING1. Apakah PPK diintervensi pihak tertentu untuk berlaku diskriminatif ?2. Apakah PPK terafiliasi dengan Pokja ULP/peserta dalam hal hubungan

kekeluargaan dan/atau kepemilikan perusahaan?G. ADIL DAN TIDAK DISKRIMINATIF

1. Apakah persyaratan pengadaan bersifat diskriminatif dan/atau mengarahke penyedia tertentu?

2. Apakah spesifikasi teknis yang Bapak/Ibu susun mengandung unsurdiskriminatif dan/atau mengarah ke penyedia tertentu?

H. AKUNTABEL1. Apakah Rencana Pelaksanaan Pengadaan yang berisi spesifikasi teknis,

harga perkiraan sendiri dan rancangan kontrak ditetapkan oleh PPK danterdokumentasikan dengan baik?

2. Berdasarkan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 bahwadapat dilakukan pengkajian Ulang Rencana Pelaksanaan Pengadaanbersama Pokja ULP. Apakah hal tersebut Bapak/Ibu lakukan?

3. Apakah Bapak/Ibu sebagai PPK menandatangani Pakta Integritas ?4. Apakah PPK menandatangani kontrak setelah ada jaminan pelaksanaan

dari penyedia, dan dilakukan paling lambat 14 hari kerja setelah penerbitanSPPBJ?

5. Berdasarkan ketentuan bahwa Bapak/Ibu menerima laporan dan/atauBerita Acara Hasil Pengadaan dari Pokja ULP/ULP yang menjadi dasarpenerbitan SPPBJ. Apakah Bapak/Ibu menerimanya?

6. Apakah PPK melaporkan hasil pengadaan kepada pengguna anggaran?7. Apakah PPK melakukan monitoring dan/atau menunjuk pihak lain untuk

melakukan monitoring?8. Apakah Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) melakukan

pemeriksaan sebelum menerima hasil pekerjaan?

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 160: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 7 : Rekapitulasi Perhitungan Skor Indikator VariabelOperasional

Variabel

NomorVariabel

operasional

NomorIndikatorVariabel

Skor Kota Sukabumi Skor Kota Bogor Skor LKPP

SesuaiTidakSesuai Sesuai

TidakSesuai Sesuai

TidakSesuai

Efektif 1 1 8 8 6

2 8 7 6

2 1 7 8 6

Transparan 1 1 8 8 6

2 1 8 8 6

3 1 8 8 6

4 1 8 8 6

5 1 8 8 6

6 1 8 8 6

Terbuka 1 1 8 8 6

2 1 6 8 6

3 1 8 1 2

Bersaing 1 1 8 8 6

2 8 8 6

2 1 8 8 6

2 8 8 6Adil/TidakDiskriminatif 1 1 8 8 6

2 1 8 8 6

2 8 8 6

3 1 8 8 6

Akuntabel 1 1 8 8 6

2 5 8 6

2 1 8 7 6

2 8 8 6

3 1 8 8 6

4 1 8 8 6

2 0 0 4

5 1 8 8 6

2 8 8 6

3 8 8 6

4 8 8 6

6 1 8 8 6

2 8 8 6

7 1 8 8 6

2 8 8 6

3 8 8 6

8 1 8 8 6

9 1 8 8 6

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 161: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Jumlah 38 290 0 286 1 220 2

Rerata 7.8378378 0 7.9444444 0.5 5.9459459 2

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 162: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 6 : Perhitungan HasilPenelitianLokasi :LKPP

VARIABEL

VARIABEL OPERASIONAL

INDIKATOR

VARIABEL

RESPONDEN PPKRESPONDEN POKJA

ULP

JML KATEGORINAMA

VARIABEL NILAI % 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

EFEKTIF 6 100.00% 1 Kuantitas dan spesifikasi teknis 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

2 Pengadaan merupakan prioritas 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

TRANSPARAN 6 100.00% 1 Penyusunan HPS 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2Ketentuan dalam DokumenPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

3Pengumuman AddendumDokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

4 Jadwal 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

5 Data Integritas 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 Sanggahan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

TERBUKA 4.6666667 77.78% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 Pengumuman RUP 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

3 Pengumuman Pengadaan 1 1 1 0 0 0 0 2TIDAKSESUAI

BERSAING 6 100.00% 1 Intervensi 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

2 Afiliasi 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 163: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF 6 100.00% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 Aanwidjing 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

3 Spesifikasi Teknis 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

AKUNTABEL 5.8888889 98.15% 1 Rencana Pelaksanaan Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

Lampiran 6 (Lanjutan)

2 Pakta Integritas 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

3 Acuan Dokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

4 Jaminan Penawaran 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 0 0 1 1 4 SESUAI

5 SESUAI

5 Prosedur Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 164: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

3 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

4 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

6 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

7 Laporan Pelaksanaan Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

3 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

6 SESUAI

8 Monitoring Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

9 Penerimaan Hasil Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 6 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 165: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 4 : Perhitungan HasilPenelitianLokasi : Pemerintah KotaSukabumi

VARIABEL

VARIABEL OPERASIONAL

INDIKATORVARIA

BEL

RESPONDEN PPK RESPONDEN POKJA ULP

JMLKATEGO

RINAMA

VARIABEL NILAI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

EFEKTIF 7.5 93.75% 1Kuantitas dan spesifikasiteknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

2Pengadaan merupakanprioritas 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 SESUAI

TRANSPARAN 8 100.00% 1 Penyusunan HPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2Ketentuan dalam DokumenPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3Pengumuman AddendumDokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

4 Jadwal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

5 Data Integritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

6 Sanggahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

TERBUKA 7.3333 91.67% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 Pengumuman RUP 1 1 1 1 1 0 0 1 1 6 SESUAI

3 Pengumuman Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

BERSAING 8 100.00% 1 Intervensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 166: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

2 Afiliasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF 8 100.00% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 Aanwidjing 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

3 Spesifikasi Teknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

AKUNTABEL 7.3889 92.36% 1Rencana PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 0 1 1 0 0 1 1 5 SESUAI

6.5 SESUAI

Lampiran 4(Lanjutan)

2 Pakta Integritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

3 Acuan Dokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

4 Jaminan Penawaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0TIDAKSESUAI

4 TIDAK

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 167: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

SESUAI

5 Prosedur Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

6 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

7Laporan PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

8 Monitoring Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

9 Penerimaan Hasil Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 168: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

Lampiran 5 : Perhitungan Hasil PenelitianLokasi : Pemerintah KotaBogor

VARIABEL

VARIABEL OPERASIONAL

INDIKATORVARIA

BEL

RESPONDEN PPK RESPONDEN POKJA ULP

JML KATEGORINAMA

VARIABEL NILAI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

EFEKTIF 7.75 96.88% 1Kuantitas dan spesifikasiteknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 0 1 1 1 1 1 1 7 SESUAI

7.5 SESUAI

2Pengadaan merupakanprioritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

TRANSPARAN 8 100.00% 1 Penyusunan HPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2Ketentuan dalam DokumenPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3Pengumuman AddendumDokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

4 Jadwal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

5 Data Integritas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

6 Sanggahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

TERBUKA 5.6667 70.83% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 Pengumuman RUP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3 Pengumuman Pengadaan 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1TIDAKSESUAI

BERSAING 8 100.00% 1 Intervensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 169: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

2 Afiliasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

ADIL/TIDAKDISKRIMINATIF 8 100.00% 1 Persyaratan Peserta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 Aanwidjing 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

3 Spesifikasi Teknis 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

AKUNTABEL 7.5 93.75% 1Rencana PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

Lampiran 5 (Lanjutan)

2 Pakta Integritas 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

7.5 SESUAI

3 Acuan Dokumen Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

4 Jaminan Penawaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0TIDAKSESUAI

4TIDAKSESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013

Page 170: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334115-T32543-A.Ika Iskandar.pdf · ANALISIS PENGADAAN BARANG/JASA DI PEMERINTAH KOTA SUKABUMI,

5 Prosedur Pengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

4 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

6 Evaluasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

7Laporan PelaksanaanPengadaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

2 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

8 SESUAI

8 Monitoring Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

9 Penerimaan Hasil Pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 SESUAI

Analisis pengadaan..., A. Ika Iskandar, FE UI, 2013