universitas airlangga

Upload: ines-komala-siti-hanifa

Post on 11-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

20

UNIVERSITAS AIRLANGGAFAKULTAS KEDOKTERAN

Pada permulaan tahun 1950, Fakultet Kedokteran Cabang Surabaya baru memulai pendidikannya dan mahasiswanya baru di Tingkat I yang sebagian besar berasal dari Faculteit der Geneeskunde.1954Fakultet Kedokteran Cabang Surabaya dipisahkan dari induknya Fakultet Kedokteran Universitet Indonesia dan digabung dengan Universitas Airlangga yang dibuka oleh Y.M. Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI Prof. Mr. Muhammad Yamin dan diresmikan oleh P.Y.M. Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno. Prasasti peresmian dapat dibaca di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Secara resmi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 1954 tertanggal 1 Nopember 1954, maka tanggal 10 Nopember 1954 ditetapkan sebagai hari jadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

1958Walaupun dosennya kebanyakan orang Belanda, namun bahasa pengantar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Akibat perselisihan antara Indonesia dengan Belanda tentang pengembalian Irian Jaya ke pangkuan Indonesia, tahun 1958 dosen Belanda banyak yang meninggalkan Indonesia sehingga banyak mahasiswa diangkat sebagai asisten dosen untuk mengajar mahasiswa pada tingkat di bawahnya.

1959Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga mengadakan afiliasi dengan University of California dengan kontrak selama 6 tahun. Selama afiliasi, tercatat 3 orang Chief of Party (Kepala Tenaga USA di Surabaya) yaiu Dr. Willey D. Forbus (1960-1962), Dr. William A. Reilly (1962-1963) dan Dr. Donald L. Ferris (1963-1965), sedangkan Dekan Fakultas Kedokteran dijabat oleh Prof. Moh. Zaman (1959-1965). Tujuan afiliasi adalah meningkatkan mutu pendidikan dokter serta staf pengajarnya. Selama program afiliasi tersebut, telah datang 29 tenaga pengajar dari Amerika dan telah dikirimkan 89 orang tenaga pengajar Fakultas Kedokteran ke University of California untuk memperdalam ilmu di bidangnya masing-masing.

1960Lama pendidikan dokter selama program afiliasi diperpendek menjadi 6 tahun (sebelumnya 7 tahun). Pola pendidikan dokter tidak banyak berubah, tetapi sistem evaluasi pendidikan mengalami banyak perubahan drastis, yaitu diterapkannya "Multiple Choice Question (MCQ)".

1968Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ditunjuk oleh pemerintah menjadi Fakultas Kedokteran Pembina dengan tugas antara lain membantu pembangunan fakultas-fakultas kedokteran lain yang baru didirikan.

1969Beberapa tahun setelah program afiliasi berakhir, pada tahun 1969 lama pendidikan di Fakultas Kedokteran dikembalikan menjadi 7 tahun lagi.

1982Dimulainya penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) dan lama pendidikan diperpendek menjadi 6 tahun. Hal ini berlaku untuk semua pendidikan dokter di Indonesia sampai saat ini.

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menempati Kampus A seluas 70.353 m 2 ,yang terdiri dari :Luas lahan untuk bangunan 43.309 m 2Luas lahan terbuka 27.044 m 2

Untuk mencapai tujuannya, maka pengembangan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berorientasi pada Pola Ilmiah Pokok (PIP) Universitas Airlangga, yaitu "Bina Potensi SFumber Daya Manusia SDM dan Lingkungan Hidup Manusia melalui pengembangan ilmu-ilmu kehayatan dan ilmu-ilmu sosial humaniora". Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga mempunyai mitra bestari, yaitu RSU Dr. Soetomo yang merupakan rumah sakit kelas A dan rumah sakit rujukan tertinggi untuk kawasan Timur Indonesia. Di RSU Dr. Soetomo tersebut mahasiswa kedokteran mendapatkan pendidikan pada tingkat Sub Program III sampai Sub Program V. Program klinik yang dikembangkan bersama Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga antara lain Bedah Jantung Terbuka, Bedah Otak, Bedah Mikro, Cangkok Ginjal, Kardiologi Intervensional, Lineas Acceleration untuk Terapi Kanker, dll. Program khusus, yang diantaranya merupakan pusat pengembangan nasional adalah Pengendalian Infeksi, Penggunaan Obat Secara Rasional, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), Perawatan Paliatif, dll

Fakultas Kedokteran Gigi Airlangga berdiri atas prakarsa Dr. Lonkhuizen yang saat itu menjabat sebagai Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat. Dr. Lonkhuizen mempunyai gagasan untuk membuka sekolah pendidikan dokter gigi di kota Surabaya dan meminta Dr. R.J.F. Van Zaben,Direktur Nederland Indische Artsen School(N.I.A.S.) untuk memimpinnya pada bulan ju Juli 1928. Pendidikan Dokter Kedokteran Gigi ini bernamaSchool Tot Opleiding van Indische Tandartsen(STOVIT, 1928-1942) khusus untuk dokter gigi setempat semasa Indonesia masih dijajah Pemerintah Hindia Belanda. Sekolah yang dimulai pada 28 September 1928. Pada tahun akademik pertama menerima 21 mahasiswa dengan lama pendidikan 5 tahun, termasuk latihan klinik 3 tahun. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945 STOVIT menjadiIka Daigaku Shika(Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi), dengan direktur pertama Dr.Takeda yang kemudian digantikan oleh Prof.Imagawa.Pemerintah Belanda NetherlandIndische Civil Administration(NICA) setelah mengalahkan Jepang mengubah nama pendidikan menjadiTandheelkundig Intituut(TI), Intitut Ilmu Kedokteran Gigi pada tahun 1947 yang dipimpin oleh Dr.JM Klinkhamer Sr. Selanjutnya pada tahun 1948 diubah menjadiUniversiteir Tandheelkundig Instituut(UTI) bersamaFaculteit voor Genesskundedi bawahIndonesische Universiteitdi Surabaya.Pada zaman Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1949 UTI menjadi Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi (LIKG) dengan lama pendidikan 4 tahun, dipimpin oleh Prof. M. Knap sampai tahun 1953. Setelah pensiun, beliau diganti oleh Prof. M. Soetojo sebagai pemimpin Lembaga ini yang berlangsung sampai tahun 1954. Sejak berdirinya Universitas Airlangga pada Rabu Pon 10 November 1954, makaLIKG diubah menjadi 6 tingkat. Untuk menyesuaikan dengan pengembangan sistem pendidikan, sejak 1978 kurikulum diubah menjadi pendidikan 5tahun yang terbagi dalam 10 semester.Persyaratan mahasiswa yang masuk di Fakultas masih tetap dari SMU-IPA. Sehubungan dengan penyesuaian obyektif pendidikan akademik Ilmu Kedokteran Gigi, maka Fakultas KEdokteran Gigi Universitas Airlangga saat ini mempunyai 2 bentuk kurikulum yang sedang berjalan, yaitu: Kurikulum 2000/2001 yang terdiri dari 177 SKS (Content based Curriculum) dengan metodeTeacher centered Learningdan Kurikulum 2007/2008 yang terdiri dari 161 SKS(Competence-based Curriculum) denganmetode-centered Learning. Pendidikan akademik Fakultas KEdokteran Gigi Universitas Airlangga ditunjang dengan sarana Teknologi Informasi belajar modern dan fasilitas praktik berupa Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang memadai.Pola pengembangan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga sesuai dengan paradigma baru pengelolaan pendidikan tinggi yaitu menyiapkan lulusan akademik yang berkualitas, salah satu aspek yang dikembangkan adalah upaya peningkatan kapasitas institusional dan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi. Pola pengembangan ini teruang dalam Rencana Strategis (Renstra) 2004-2009 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

Surabaya (ANTARA News) - Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya menerima 98 mahasiswa miskin melalui program "Bidik Misi 2013" yang didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Dari 24.020 mahasiswa baru yang diterima Unair tercatat 5.684 mahasiswa atau 21 persen yang menerima beasiswa dari 35 jenis beasiswa," kata Direktur Kemahasiswaan Unair Drs Koko Srimulyo M.Si di Surabaya, Rabu.

Namun, katanya, 3.000 dari 5.684 mahasiswa penerima beasiswa itu tercatat menerima beasiswa dari program Bidik Misi yang merupakan program Kemdikbud.

"Sesuai Undang-Undangan Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2012, pemerintah menargetkan bahwa perguruan tinggi negeri (PTN) wajib memberikan beasiswa kepada minimal 20 persen mahasiswanya, tapi Unair sudah memenuhi hingga 21 persen," katanya.

Bahkan, 98 dari 3.000 mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi itu diterima pada jurusan favorit di FK Unair. "Itu menunjukkan bahwa mahasiswa dari keluarga tidak mampu pun bisa menjadi dokter, asalkan memenuhi syarat lolos seleksi," katanya.

Oleh karena itu, ia membantah rumor di masyarakat bahwa prodi Pendidikan Dokter yang dikonotasikan berbiaya tinggi itu janggal dimasuki mahasiswa penerima Bidik Misi dan Bidik Misi itu lebih banyak diberikan kepada mahasiswa program studi berbiasa rendah.

"Itu tidak benar, kalau calon mahasiswa kurang mampu itu masuk FK dengan mengajukan beasiswa Bidik Misi, kemudian tesnya lolos, maka dia meraih beasiswa Bidik Misi selama delapan semester untuk program S1 atau enam semester untuk program D3," katanya.

Didampingi Administrasi Direktorat Kemahasiswaan Unair, Dra Trijas Sarwendah, ia menjelaskan untuk prodi yang memerlukan pendidikan keprofesian atau sejenis, maka perpanjangan pendanaan sampai lulus jenjang difasilitasi oleh perguruan tinggi penyelenggara Bidik Misi.

"Dalam pemberian beasiswa Bidik Misi ini, ada yang berbeda di Unair jika dibandingkan dengan PTN lainnya. Dari beasiswa sebesar Rp6 juta per mahasiswa per semester itu, sebanyak Rp3,6 juta diberikan kepada mahasiswa sebagai biaya hidup (living cost) dan Rp2,4 juta untuk biaya pendidikan per semester," katanya.

Namun, dari Rp2,4 juta itu tercatat Rp1,250 juta/mahasiswa per semester diwujudkan untuk pembinaan "softskill" mahasiswa yang bersangkutan, antara lain Bidikmisi Outbound Leaderships, study visit FKMB Suramadu, AUMBO Study Visit Yogyakarta, Pasca Campus On Training, dan KWU Event (Pelatihan Kewirausahaan).

"Dengan pertimbangan bahwa AFTA sudah akan diberlakukan tahun 2015, maka pembinaan softskill yang diberikan berupa pelatihan kursus bahasa Inggris selama enam semester, dengan harapan mahasiswa Bidik Misi mampu menembus nilai TOEFL diatas 500," katanya.

Selain Bidik Misi, puluhan macam beasiswa antara lain beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik yang diberikan kepada 1.225 mahasiswa, beasiswa Bantuan Belajar Masyarakat (BBM) kepada 624 mahasiswa, dan beasiswa BUMN Perduli Pendidikan kepada 135 mahasiswa.

Selanjutnya, beasiswa Bank Rakyat Indonesia kepada 100 mahasiswa, Bank Indonesia Surabaya kepada 80 mahasiswa, Mandiri Syariah kepada 30 mahasiswa, PT Indocement Tunggal Perkasa kepada 24 mahasiswa, dan sebagainya.

"Dari ke-35 macam beasiswa itu, dananya setahun mencapai Rp48,242 miliar," katanya.

(E011/N002)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Uang kuliah tunggal (UKT) yang diberlakukan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mulai tahun ajaran 2013/2014, tertinggi di fakultas kedokteran (FK) Rp 25 juta/semester, padahal sebelumnya di atas Rp 100 juta.

"UKT Rp 25 juta untuk FK itu merupakan UKT kelompok terakhir atau kelompok VI, namun mahasiswa FK yang miskin juga masih bisa ditarik biaya dengan UKT kelompok I yang hanya Rp0 hingga Rp 500 ribu," kata Wakil Rektor II Unair Dr M Nasih MT.Ak didampingi Ketua Pusat Informasi dan Humas Unair Dr MG Bagus Ani Putra di Surabaya, Selasa.

Ia menjelaskan UKT kelompok I berkisar Rp0 hingga Rp500 ribu, UKT kelompok II berkisar Rp1 juta hingga Rp1,250 juta, UKT kelompok III berkisar Rp1 juta hingga Rp7,5 juta, UKT kelompok IV berkisar Rp4 juta hingga Rp15 juta, UKT kelompok V berkisar Rp6 juta hingga Rp20 juta, dan UKT kelompok VI berkisar Rp7,5 juta hingga Rp25 juta.

"UKT yang diberlakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2012 itu untuk mahasiswa reguler di jalur SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri) dan SBMPTN (seleksi bersama masuk PTN)," kata wakil rektor bidang keuangan itu.

Menurut dia, pengelompokan itu didasarkan pada penghasilan orang tua dengan yang paling besar di kelompok V dan VI. "Tapi bukan hanya penghasilan yang menjadi pertimbangan, karena ada variabel lain yang perlu di-cross check, misalnya jenis pekerjaan orang tua, berapa tagihan listrik tiap bulan, berapa jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki, dan sebagainya," katanya.

Untuk mahasiswa dari keluarga berkecukupan akan masuk kelompok II hingga IV, sedangkan yang lebih mampu akan masuk kelompok V atau VI. "Besaran biaya SOP (sumbangan operasional pendidikan) untuk kelompok II hingga VI juga bervariasi sesuai kebutuhan program studi, tapi UKT kelompok I hingga VI itu ada pada semua prodi," katanya.

UKT merupakan wujud pelaksanaan Permendikbud Nomor 58 Tahun 2012 yang menetapkan universitas tidak lagi menaikkan uang kuliah bagi mahasiswa. Untuk menjaga kelangsungan proses belajar mengajar, pemerintah mengalokasikan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) untuk menutupi kekurangan biaya operasional di perguruan tinggi.

Secara terpisah, Kepala Badan Akademik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Dr Ismaini Zain menegaskan bahwa UKT di ITS dipatok tujuh kelompok yakkni Kelompok I Rp500 ribu, Kelompok II Rp1 juta, Kelompok III sebesar Rp2,5 juta, Kelompok IV Rp4 juta, Kelompok V Rp5 juta, Kelompok VI Rp6 juta, dan Kelompok VII Rp 7,5 juta.

"Untuk menilai mahasiswa masuk kelompok UKT yang mana, maka mereka harus mendaftar secara online dengan memasukkan dua data yakni biodata orang tua dan data indeks kemampuan orang tua. Indeks kemampuan orang tua dapat diketahui dari jenis pekerjaan, tagihan listrik tiap bulan, jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki, dan sebagainya," katanya.

UKT (UANG KULIAH TUNGGAL)Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 97/E/KU/2013 tanggal 5 Februari 2013 yang didalamnya terdapat instruksi dari DIKTI agar perguruan tinggi Negeri di Indonesia :1. Menghapus uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler mulai tahun akademik 2013/2014.2. Menetapkan dan melaksanakan Tarif Uang Kuliah Tunggal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler mulai tahun akademik 2013/2014.Dari surat edaran tersebut sangat tegas disampaikan bahwa Tarif Uang Kuliah Tunggal (UKT) akan diberlakukan di seluruh universitas negeri di Indonesia tahun ajaran 2013/2014. Kebijakan UKT ini di beberapa universitas sudah diberlakukan, contoh di Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Jendral Soedirman dan beberapa universitas lain di Indonesia. Begitu juga dengan Universitas Negeri Semarang yang akan segera memberlakukan kebijakan tersebut bagi mahasiswa baru angkatan 2013. Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah masih banyak sekali mahasiswa dan calon mahasiswa baru yang belum memahami atau sama sekali belum mengetahui apa sejatinya UKT.UKT (Uang Kuliah Tunggal), adalah sebuah sistem baru Tarif biaya kuliah. UKT ini adalah kebijakan yang diinstruksikan oleh Dirjen DIKTI untuk diberlakukan di seluruh Universitas Negeri di Indonesia termasuk Unnes. Dalam sistem UKT ini nantinya mahasiswa baru tidak akan diminta untuk membayar uang pangkal (SPL), yang ditahun-tahun sebelumnya berkisar antara 4 sampai 15 juta. Kemudian mekanisme pembayaran biaya kuliahnya pun berbeda, dalam sistem UKT ini biaya kuliah seorang mahasiswa selama 4 tahun (8 semester) akan diakumulasi dan ditotal kemudian dibagi 8 semester, hasil dari pembagian tersebut yang nantinya harus dibayarkan oleh mahasiswa. Contoh saja, semisal akumulasi total biaya kuliah selama 4 tahun adalah 40 juta, maka 40 juta dibagi 8 semester sehingga jatuhlah pada angka 5 juta dan 5 juta inilah yang harus dibayarkan oleh setiap mahasiswa disetiap semesternya. Dan kebijakan UKT ini juga nantinya akan memungkinkan adanya perbedaan biaya kuliah antara satu fakultas dengan fakultas yang lain, hal itu dikarenakan kebutuhan dari masing-masing fakultas atau jurusan berbeda, seperti yang diberlakukan di kampus UNY baru-baru ini, untuk kelompok teknik biaya tiap semester sebesar 3,5 juta, kemudian untuk kelompok sains, kerajinan, pendidikan, ekonomi dan olahraga sebesar 3 juta, sedangkan untuk kelompok sosial 2,6 juta.Bagaimana dengan UKT Unnes?Mungkin di Unnes juga tidak akan jauh berbeda dengan UNY, karena memang UNNES dan UNY banyak memiliki kesamaan. Sejauh ini pihak UNNES belum mensosialisasikan terkait kebijakan ini, yang jelas statemen dari Rektor Unnes (05/022/2012) bahwa UKT akan diberlakukan tahun ini bagi angkatan baru 2013. Sistem UKT yang diberlakukan di UNNES pun sedikit berbeda, nantinya tidak ada uang pangkal, namun disetiap semesternya masing-masing mahasiswa akan dipungut biaya SPP per semester ditambah dengan harga per SKS yang diambil. Anggaplah SPP tiap semester sebesar 700 ribu kemudian SKS yang diambil 20 SKS, harga per SKS 100 ribu maka total biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa tersebut pada semester itu sebesar 2,7 juta. Sistem ini akan memungkinkan adanya perbedaan biaya kuliah antara mahasiswa satu dengan yang lain tergantung dari jumlah SKS yang diambil. Sistem ini akan memberikan keringanan bagi mahasiswa semester 7 keatas karena SKS yang diambil sudah sedikit sehingga cenderung lebih murah. Namun sekali lagi, itu semua masih dalam pembahasan dan belum ada sosialisasi secara resmi seperti apa sistem final UKT yang akan diberlakukan di UNNES dan juga berapa besaran unit cost SPP dan harga per SKS. Ketika memang sistem ini nantinya benar-benar mampu meringkankan biaya kuliah mahasiswa, maka kita wajib untuk mendukungnya dan meminta transparansi anggarannya. Tetapi ketika yang terjadi sebaliknya, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk memperjuangkan agar biaya kuliah tetap terjangkau serta transparan dalam pengelolaan anggarannya.Oleh karena itu, ketika kita masih menginginkan adanya biaya kuliah murah dan juga transparansi anggaran dikampus kita, mari kita bersama-sama mengawal kebijakan UKT ini.!Presiden Mahasiswa Unnes 2013/Makhmud Kuncahyo#KawalUKTUnnesTop of Form

UKTSetiap warga negara berhak mendapat pendidikan(Pasal 31 UUD RI Tahun 1945/Perubahan IV Ayat 1)Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sistem pembayaran akademik di mana mahasiswa program S1 reguler membayar biaya satuan pendidikan yang sudah ditetapkan jurusanya masing-masing. UKT dinilai sebagai terobosan baru dalam pembayaran akademik. Ciri khas UKT adalah dihapuskanya semua sumbangan awal saat masuk kuliah untuk gedung, maupun sumbangan-semumbangan lain yang dibayarkan per semester di semua jurusan di universitas negeri di seluruh Indonesia, dan dengan sistem pembayaran yang ditetapkan per semester oleh jurusan masing-masing, sehingga apabila masih ada universitas negeri di Indonesia yang menggunakan sistem pembayaran Sistem Kredit Semester (SKS), maka tidak akan berlaku lagi.Perjalanan Dasar Hukum Kebijakan UKTBerdasarkan amanah dari pasal 88 UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka Dikti telah mengeluarkan surat edaran yang dijadikan dasar pemberlakuan sistem UKT, yaitu:

1. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 21/E/T/2012 tertanggal 4 Januari 2012 tentang Uang Kuliah Tunggal2. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 274/E/T/2012 tertanggal 16 Februari 2012 tentang Uang Kuliah Tunggal3. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 305/E/T/2012 tertanggal 21 Februari 2012 tentang Larangan Menaikkan Tarif Uang Kuliah4. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 488/E/T/2012 tertanggal 21 Maret 2012 tentang Tarif Uang Kuliah SPP di Perguruan Tinggi5. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 97/E/KU/2013 tertanggal 5 Februari 2013 tentang Uang Kuliah Tunggal.6. Surat Edaran Dirjen Dikti No. 272/ET.1.KV/2013 tertanggal 3 April 2013 tentang Uang Kuliah TunggalSurat edaran terakhir Dirjen Dikti mengacu kepada UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang statusnya saat ini sedang proses uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK) oleh Komite Nasional Pendidikan (KNP).

Realisasi Kebijakan UKTDengan diterapkanya sistem UKT pada Agustus mendatang di seluruh Indonesia, maka sistem apapun selain itu adalah melanggar UU dan peraturan pemerintah. Pemerintah lewat Dikti berjanji akan meniadakan seluruh pungutan-pungutan di luar UKT. Perlu diketahui bahwa UKT akan dilakukan dengan berjenjang berdasarkan Surat Edaran Dirjen Dikti No. 272/ET.1.KV/2013 tertanggal 3 April 2013 tentang UangKuliah Tunggal. Lewat SE Dirjen Dikti tersebut, maka UKT minimal harus dilakukan 5 tingkat, yaitu:

1. Minimal 5% Mahasiswa dari penerimaan tiap tahun akan membayar biaya kuliah mulai dari Rp 0 s/d Rp 500.000 per semester2. Minimal 5% Mahasiswa dari penerimaan tiap tahun akan membayar biaya kuliah mulai dari Rp 500.000 s/d Rp 1.000.000 per semester3. Jenjang dan range pembayaran berdasarkan penghasilan orang tua yang telah ditetapkan masing-masing PTN yang harus lebih murah dari UKT tingkat ke-4.4. Jenjang dan range pembayaran berdasarkan penghasilan orang tua yang telah ditetapkan masing-masing PTN yang harus lebih murah dari UKT tingkat ke-5.5. UKT tingkat ke-5 adalah UKT penuh yang akan dibayarkan oleh mahasiswa dengan jenjang dan range berdasarkan penghasilan orang tua yang telah ditetapkan masing-masing PTN.Berdasarkan pemaparan yang ada diatas terkait surat edaran yang ada, di kampus tercinta kita belum menerapkan akan adanya sistem UKT yang terbagi menjadi 5 golongan. Sistem yang diterapkan di kampus kita ini adalah sesuai jalur masuk pada saat mendaftar menjadi mahasiswa baru di kampus UNS. Besaran UKT yang dibayarkan oleh maahasiswa adalah belum sesuai gaji orang tua, sehingga sistem pembayaran ini sangat menyulitkan orang tua mahasiwa untuk memenuhi kewajibannya, yang dikarenakan uang yang dibayarkan tidak sesuai dengan penghasilan per bulan dari orang tua mahasiwa. Sehingga disebutkan bahwa sejauh mana sistem ukt yang diterapkan oleh kampus tercinta kita UNS.Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sebuah sistem pembayaran dimana biaya kuliah mahasiswa selama satu masa studi di bagi rata per semester (jadi tidak ada lagi uang pangkal). UKT ini diibaratkan kita beli motor pake cara kredit, tapi tidak ada uang DP awal. Bayarnya rata per semester. Khas dari UKT, ada mekanisme pengelompokan pembayaran. UKT telah dibuat dalam permendikbud no 55 tahun 2013, ada beberapa daftar Universitas dengan rincian biayanya. UPI ada 6 kelompok pembayaran. Kelompok I untuk taraf ekonomi rendah seterusnya sampai kelompok VI taraf ekonomi tinggi. Kondisinya saat ini, mahasiswa baru dilihat taraf ekonominya dari data-data siswa yang masuk ke universitas. Baru disesuaikan ke kelompok pembayaran.Jangan merasa berkecil hati atau patah semangat melihat uang UKT yang besar dan tidak sesuai dengan kondisi ekonomi.JAKARTA, KOMPAS.com- Saat ini, dengan diberlakukannya UKT, PTN tidak boleh memungut uang pangkal dan pungutan lain selain UKT. Kebijakan ini berlaku, khususnya untuk mahasiswa baru program Sarjana (S-1) dan program diploma (D-3).

UKT ditetapkan berdasarkan biaya kuliah tunggal (BKT) dikurangi biaya yang ditanggung oleh pemerintah. Adapun BKT merupakan keseluruhan biaya operasional per mahasiswa per semester pada program studi di PTN.

UKT terdiri atas beberapa kelompok yang ditentukan berdasarkan kelompok kemampuan ekonomi masyarakat. Di Universitas Negeri Medan (Unimed) misalnya, UKT meliputi kategori tidak mampu Rp 500 ribu, kategori tidak mampu Rp 750 ribu, kategori cukup mampu Rp 1,05 juta, kategori mampu Rp 1, 25 juta, dan kategori sangat mampu Rp 1,6 juta.

Hasil penghitungan unitcostUnimed pada 2012 rata-rata per mahasiswa sampai lulus memerlukan dana sebanyak Rp 67,8 juta atau Rp 8.475.000 per semester. Dana tersebut digunakan untuk membiayai biaya langsung yang terdiri atas sumber daya manusia, bahan habis pakai, depresiasi sarana dan depresiasi gedung. Dana tersebut juga digunakan untuk menanggung biaya tidak langsung seperti biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan data historis pembayaran SPP, uang pratikum, dan uang lainnya, mahasiswa sampai lulus rata-rata hanya membayar Rp 8.391.500 atau Rp 1.048.937 per semester. Kesimpulannya, pemerintah menanggung dana 87,62 persen atau Rp 7,4 juta sampai Rp 8,4 juta dan mahasiswa/masyarakat menanggung 12,38 persen atau Rp 1.048.937 sampai Rp 8.475.000.

Sementara itu, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dalam menetapkan biaya UKT didasarkan pada kebutuhan komponen biaya yang diperlukan selama mahasiswa belajar dalam delapan semester. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan juga mengikuti besar kecilnya kebutuhan seperti biaya praktikum di masing-masing program studi (prodi).

Prodi Matematika, Manajemen, dan Akuntansi di Undip maksimal Rp 7,5 juta. Sementara untuk Prodi Pertanian dan Peternakan maksimal Rp 5 juta, FIB maksimal Rp 5,5 juta, Fisip maksimal Rp 6,25 juta. Berkaitan dengan UKT ini, Undip memberikan kemungkinan untuk pembayaran biaya Rp 0.

Rektor Undip Sudharto P.Hadi menyampaikan, kebijakan ini ditujukan terutama bagi mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi. Tentunya, lanjut dia, dengan dibuktikan data dan persyaratan dari pihak berwenang.

"Di sinilah letak kelebihan UKT, di mana prinsip subsidi silang UKT yang didasarkan pada kondisi sosial ekonomi orang tua/wali mahasiswa," katanya.

Pada sistem lama, lanjut Sudharto, subsidi silang didasarkan pada jalur masuk. Padahal, kata dia, pada jalur SNMPTN tidak semua mahasiswa adalah tidak mampu.

"Demikian juga pada jalur SBMPTN dan UM, tidak semua mahasiswa adalah dari kalangan ekonomi kuat," katanya.

Sudharto menambahkan, penetapan UKT memberikan kemudahan untuk memprediksi pengeluaran biaya kuliah mahasiswa tiap semester dan dipastikan tidak ada biaya tambahan lain-lain lagi seperi praktikum, KKN dan Wisuda.

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Akhmaloka mengatakan, penerapan UKT di ITB sedikit berbeda. Dari 5 kategori UKT, untuk kategori 1 dan 2 ditiadakan. Jatah mahasiswa untuk kategori tersebut dimasukkan dalam skema beasiswa Bidikmisi.

Akhmaloka menyebutkan, dari sebanyak 3.600 mahasiswa ITB, 800 di antaranya merupakan mahasiswa dari Program Bidikmisi.

"Jadi, di ITB itu kategori Rp 500 ribu dan Rp 1 juta itu tidak diambil. Sebanyak 22 persen mahasiswa kita untuk Bidikmisi saja," katanya.

Sebelum diberlakukannya Bantuan Operasional PTN (BOPTN), lanjut Akhmaloka, ITB memungut uang pangkal Rp 55 juta kepada setiap mahasiswa baru, dan tiap semesternya dibebankan Rp 5 juta lagi untuk biaya kuliah. Total yang dibayarkan mahasiswa selama delapan semester adalah Rp 90 juta. Dengan adanya BOPTN, mahasiswa dengan kategori tertinggi membayar Rp 10 juta setiap semester selama delapan semester.

"Jadi, totalnya sekarang Rp 80 juta, lebih rendah mereka membayar sekarang," pungkasnya.(ASW/AR).

Liputan6.com, Jakarta -Mahasiswa dengan kemampuan ekonomi tertentu di setiap program studi perguruan tinggi negeri hanya akan membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp. 0 - Rp 500.000 per semester. UKT adalah sebagian biaya kuliah tunggal yang ditanggung setiap mahasiswa berdasarkan kemampuan ekonominya.

Besaran UKT berdasarkan perhitungan dari keseluruhan biaya operasional setiap mahasiswa per semester yang disebut Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dikurangi biaya yang ditanggung oleh pemerintah setelah adanya program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN).

BOPTN sendiri merupakan bantuan dana penyelenggaraan kepada perguruan tinggi negeri yang ditujukan untuk untuk menutupi kekurangan biaya operasional di perguruan tinggi dan meringankan beban mahasiswa.Sekretaris Ditjen Pendidikan Tinggi, Patdono Suwignyo mengatakan, BOPTN diatur UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Berdasarkan pasal 88, pemberian BOPTN menyebabkan biaya yang ditanggung oleh mahasiswa harus disesuaikan dengankemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya.

Menurut Patdono seperti dikutip dari website Kemendikbud, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan sedikitnya 5 persen mahasiswa mendapat bantuan UKT dari keseluruhan mahasiswa di perguruan tinggi negeri.

"Mendikbud menetapkan paling sedikit 5 persen mahasiswa yang diterima tiap program studi membayar UKT sebesar Rp 0 Rp 500.000, ujar Patdono saat acara diskusi dengan para mahasiswa tentang BOPTN di Jakarta. (20/06/2014)

Saat ini, jelasnya, secara nasional, angka 5 persen tersebut telah dipenuhi. Sebaran UKT mahasiswa baru pada penerimaan mahasiswa tahun 2013 lalu menunjukkan, sebanyak 2.421 mahasiswa (0,81%) digratiskan dari semua biaya perkuliahan.Sedangkan sebanyak 14.595 mahasiswa (4,86%) membayar UKT kurang dari Rp 500.000. Sehingga jumlah mahasiswa yang membayar UKT antara Rp 0 Rp 500.000 mencapai 17.016 orang (5,67%) dari total 300.405 mahasiswa yang terdaftar di PTN di seluruh Indonesia pada penerimaan tahun 2013.

Tadi pagi baca postingan teman tentang kegagetan melihat uang kuliah anaknya yang harus dibayar tiap semester, dengan system UKT (Uang Kuliah Tunggal) memang SPP dibayarkan berjenjang sesuai grade (ada 7 grade: 0-6) yang didasarkan pada penghasilan orang tuanya dan sesuai dengan tingkat kelarisan program studi.Grade 0 untuk mahasiswa yang menerima beasiswa Bidik Misi dangrade 6 untuk penghasilan orang tua lebih dari 10 juta.Grade 0 sebesar 0 rupiah per semester karena beasiswa dan grade 6 paling tinggi adalah Rp 22.500.000,- per semester untuk Pendidikan Dokter.Mahal atau murah memang tergantung kita masing-masing sebagai orang tua, namun melihat biaya itu kok ya membuat deg-degan pada saatnya nanti.Apa gaji dosen cukup untuk membayar kuliah 2 anak, padahal kepenginnya sih anak kuliah di Kedokteran UGM, tetapi dengan biaya grade 5 sebesar 14.500.000 rupiah dan grade 6 22.500.000 rupiah?!Kawan dosen yang memposting tadi katanya dapat grade 5, dengan asumsi ayah dosen dan ibu dokter gigi, itu pun masih merasa kenaJEBAKAN BATMAN karena baru tahu nilai itu baru-baru ini setelah semua proses hampir selesai.Padahal kalau saya dan istri juga dinilai keduanya dosen, terus kalau gaji dan serdos dijumlah maka penghasilan kami sebagai PNS golongan 3c mungkin sekitar 10 juta lebih (gaji+fungsional=3 juta, serdos 2,5 juta sehingga total 5,5 juta) dikalikan 2 menjadi lebih dari 10 juta.Tetapi untuk hidup dan kebutuhan pokok lainnya nilai tidak akan lebih terlalu besar.Dengan biaya kuliah 22.5 juta rupiah maka kami harus menabung 3,75 juta rupiah per bulan khusus untukkuliah satu anak. Kalau beruntung dapat bonus memperoleh grade 5 juga bisa bayar lebih murah yaitu14,5 juta. Ini pun masih terlalu mahal Lha!Nilai itu saya yakin akan semakin meningkat dari tahun per tahun, kalau kita hitung berdasar laju inflasi dan juga kenaikan gaji, mungkin nilai secara riil akan cenderung sama.Jadi siap kerja keras lagi demi sekolah anak atau mikir dan memulai usaha agar anak bisa kuliah di luar negeri sekalian dengan beasiswa biar gratis karena anak dosen tidak mungkin dapat Bidik Misi.Jadi teringat jaman kuliah dulu, kuliah mahal hanya di PTS, kalau PTN pasti murah.Itu yang mendasari saat mau UMPTN tahun 1997 saya sempatkan bertama di kamar sebulan dengan tumpukan buku agar bisa lolos masuk UGM, karena terancam tidak bisa kuliah jika harus daftar di PTS mahal.Dan ternyata DULU kuliah di UGM sangat murah, hanya bayar SPP saja 250 ribu per semester, uang kos 200 ribu per-TAHUN, jatah bulanan untuk makan 100 ribu pun cukup dan akhirnya seorang anak bakul bakso keliling pun bisa jadi sarjana di UGM.Itu pun kalau dihitung detail saya untung, karena kuliah 4 tahun berarti total bayar hanya 2 juta rupiah, tetapi sejak semester 3 dapat beasiswa PPA/BKM ditambah honor-honor asisten dan bantu-bantu dapatnya lebih dari itu.AlhamdulillahTetapi mungkin memang beda situasi dan kondisi, kalau dulu UGM terkenal dengan slogan kampus kerakyatan sekarang tidak lagi.Kalau dulu sebagian besar mahasiswa UGM jalan kaki atau sepeda, meski beberapa pakai sepeda motor, tetapi saat S2 kemaren mahasiswa S1 saja bahan obrolan sudah tentang tipe-tipe mobilFinally biarlah waktu dan Tuhan yang mengatur inshaalloh bisa. (sambil termenung di pagi hari saat hujan di depan laptop dan bertekad harus mulai NGIRIT dan rajin bekerja dari sekarang.JAKARTA- Para siswa berbondong-bondong untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Salah satu alasan mereka, meringankan beban biaya kuliahnya.

Pasalnya, jika tidak mendapatkan kursi PTN, maka mau tidak mau mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk kuliah di perguruan tinggi swasta (PTS). Uang kuliah yang makin lama makin mahal inilah yang membuat para siswa enggan masuk PTS.

Hal ini juga dirasakan Sita Primadevi. Siswi SMA Negeri 1 Pontianak ini prihatin atas makin mahalnya biaya kuliah di kampus swasta. "Banyak teman-teman yang sebenarnya berpotensi, tapi tidak bisa kuliah karena biaya mahal," ujar Sita saat dihubungiOkezone, Kamis (29/5/2014).

Meski demikian, Sita optimistis, sebab masih banyak donor yang memberikan beasiswa bagi anak berprestasi namun kurang mampu secara ekonomi. Sita berharap, hal itu menjadi motivasi bagi semua siswa SMA/sederajat untuk belajar lebih giat.

"Karena kesempatan itu kita yang raih, tidak ada yang cuma-cuma," imbuhnya.

Sementara itu, meski menganggap mahalnya biaya kuliah di kampus swasta sebagai sebuah kewajaran, siswa SMK Telkom Schools, Liston Ardies, berharap PTS tidak mematok harga setinggi langit. "Seharusnya murid-murid berprestasi bisa diberi beasiswa di kampus swasta, karena enggak semua orang berpenghasilan tinggi," ucapnya.

Selain mengikuti SBMPTN, Liston juga sudah merencanakan berkuliah di kampus swasta jika gagal ujian tulis. Dia akan memilih Universitas Bina Nusantara (Binus) dan Universitas Mercu Buana (UMB) di kelas karyawan.

"Kalau ternyata lulusnya di PTS, kuliah sekalian kerja, agar bisa meringankan beban orangtua juga. Karena selama 12 tahun sekolah dibayarin, masa kuliah mau dibayarin juga, enggak enaklah," ungkapnya.(rfa)

JAKARTA Jangan kaget jika melihat daftar biaya kuliah untuk mahasiswa baru tahun akademik 2013/2014 semakin mencekik.

Pasalnya pengelola perguruan tinggi negeri (PTN) sudah memasang ancang-ancang mematok biaya kuliah dengan grade atau tingkatan termahal. Upaya ini bagi mereka ambil sebagai solusi atas penerapan kebijakan uang kuliah tunggal (UKT).

Di antara PTN yang sudah berancang-ancang mematok biaya kuliah dengan tarif tertinggi adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengatakan, pihaknya hampir bisa dipastikan menentukan biaya kuliah tertinggi jika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan UKT.

Saat ini pembahasan UKT di Kemendikbud masih alot dan belum tuntas, kata dia.

Menurut Herry penetapan biaya kuliah paling mahal ini wajar dilakukan karena pihak PTN tidak diberikan pilihan lagi. Dengan sistem UKT, Kemendikbud menuntut setiap PTN melansir satu tarif harga studi ke masyarakat.REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengubah pola ujian nasional (UN) pada 2015, karena saat itu semua jenjang pendidikan sudah menerapkan Kurikulum 2013. "Pola UN tidak mungkin diubah sekarang, karena siswa pelaksana Kurikulum 2013 masih belum menjadi peserta UN," kata Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi Media, Sukemi, di Surabaya, Selasa (5/11).

Ia menjelaskan UN sebagai standard evaluasi akan tetap ada. Hal itu merujuk pada standar evaluasi yang selalu ada pada semua jenis kurikulum pendidikan dan UN juga merupakan amanat UU Sisdiknas yang dapat menjadi ukuran untuk pembanding standar pendidikan dengan negara lain."Tapi, pola UN bisa jadi akan disesuaikan dengan Kurikulum 2013 pada saat seluruh siswa sudah menerapkan Kurikulum 2013, sedangkan Kurikulum 2013 saat ini hanya diterapkan pada siswa kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 (VII) SMP, dan kelas 1 (X) SMA," katanya.

Ia mengaku belum bisa merinci bentuk perubahan pola UN itu. "Yang jelas, UN saat ini dipakai pemerintah untuk empat fungsi, yakni pemetaan, syarat kelulusan, syarat melanjutkan studi ke jenjang berikutnya, dan intervensi kebijakan. Pemetaan dan intervensi kebijakan itu bisa dilakukan kalau ada UN," katanya.

Misalnya, ada SMA di Jakarta dengan hanya lima siswa yang semuanya tidak lulus UN, lalu Kemendikbud melakukan intervensi dengan kebijakan merger. "Atau, SMA di NTB yang jeblok pada mata pelajaran Bahasa Inggris, ternyata sekolah itu tidak memiliki guru Bahasa Inggris dan pengajar Bahasa Inggris justru guru bidang studi lain, lalu kami beri guru Bahasa Inggris," katanya.

Sementara itu, mantan Kepala Puspendik Balitbang Kemendikbud Hari Setiadi menyatakan Kemendikbud sejak tahun 2011 sebenarnya sudah menggabungkan nilai ujian sekolah (US) dengan UN. US berfungsi sebagai evaluasi internal dan UN sebagai evaluasi eksternal. "Peran dari nilai US mencapai 40 persen, sedangkan UN mencapai 60 persen, sehingga kalau banyak siswa yang lulus UN karena ada faktor US itu. Kedepan, kami akan memberikan kisi-kisi US agar kualitas US semakin baik," katanya.

Padahal yang terjadi selama ini, pengelola kampus pecahan dari Universitas Indonesia (UI) itu menetapkan beberapa tingkatan besaran uang kuliah. Tingkatan biaya kuliah itu ditetapkan berdasarkan penghasilan kotor orang tua mahasiswa.

Untuk mahasiswa yang orangtuanya berpenghasilan kurang dari Rp 2 juta per bulan, biaya pendidikannya tidak sampai Rp 10 juta. Sedangkan untuk mahasiswa dengan penghasilan orang tuanya lebih besar, biaya kuliah bisa di atas Rp 20 juta. Biaya itu di luar tarif SPP yang dipungut setiap semester.

Konsep UKT nanti kan sudah tidak ada biaya-biaya lagi, jadi kami akan pilih biaya yang paling mahal, katanya. Namun Herry masih melobi Kemendikbud supaya UKT nanti juga berjalan dengan skema tingkatan-tingkatan. Jadi UKT untuk masyarakat berpenghasilan rendah harus berbeda dengan masyarakat berpenghasilan tinggi. Dia meyakini jika konsep adil itu bukan berarti harus sama.

Kampus negeri lain yang juga sudah menetapkan perkiraan UKT adalah Institut Teknologi Bandung (ITB). Kampus yang mencetak banyak insinyur itu menetapkan biaya kuliah nanti rata-rata Rp 10 juta per semester. Dengan demikian, ongkos studi di ITB untuk delapan semester bisa mencapai Rp 80 juta. Nominal ini juga merupakan perhitungan tertinggi dari kampus tersebut.

Dari pihak Kemendikbud sendiri tidak mengelak jika nanti biaya kuliah di kampus negeri bakal tinggi-tinggi. Sebab yang ditetapkan di UKT itu memang semacam harga eceran tertinggi, ujar Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Djoko Santoso.

Meskipun belum ada kejelasan, Djoko mengatakan mahasiswa di PTN nantinya juga boleh membayar di bawah harga yang ditetapkan dalam UKT tersebut.

Mendikbud Mohammad Nuh membantah ada gejolak di Internal Kemendikbud soal penetapan UKT itu. Dia mengatakan dengan ada UKT itu, calon mahasiswa bisa memilih kampus tertentu sesuai dengan biaya yang mereka miliki.

Tidak seperti sekarang, informasi saat mendaftar biayanya rendah. Tetapi setelah diterima, ternyata biayanya puluhan juta, kata menteri asal Surabaya itu.

Nuh mengatakan jika tahap penetapan UKT sudah hampir tuntas. Menurutnya saat ini pembahasan sudah memasuki fase finalisasi bersama para pembantu rektor yang membidangi urusan penetapan biaya kuliah.

Untuk menghindari gejolak di masyarakat, Kemendikbud sampai saat ini belum bersedia melansir usulan UKT dari seluruh PTN di Indonesia. Jika ada mahasiswa dari keluarga miskin, Kemendikbud menganjurkan untuk melamar program beasiswa pendidikan mahasiswa miskin (Bidik Misi).(wan)

"Prototipe-nya sudah siap, baik itu sistem maupun bentuk soalnya. UNonline2015 kita buat sebagaipilot project," kata Plt Kepala Puspendik Kemendikbud, Nizam di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan, persiapan pelaksanaan UNonlinebertahap. Untuk tahun 2014 ini penerapannya baru untuk sekolah-sekolah Indonesia di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura dan Belanda.

"Kami kirim soal ke luar negeri karena di sana sudah siap infrastrukturnya," ujar Nizam.

Sementara di dalam negeri, sambung Nizam, masih memerlukan penyesuaian. Hal tersebut terkait kesiapan infrastruktur teknologi di berbagai daerah.

Positifnya, kata dia, sekolah-sekolah di Indonesia menyambut antusias rencana UNonline. Apalagi banyak sekolah yang sudah lengkap sistem komputernya.

"Sudah banyak yang menulis pakai komputer daripada pakai tangan," ujar dia"Di Indonesia wilayah Timur, seperti Papua misalnya, sudah mulai menggunakan komputer," imbuh dia.

Sejumlah sekolah bahkan sudah menggelar ulangan harian secaraonline. "Beberapa sekolah sudah mulai melakukan itu meski bukan untuk UN, tapi untuk ujian kelas. Sekolah inilah yang 2015 nanti akan menjadipilot project.Jika dalam uji coba menunjukkan hasil yang positif maka kami coba 2016 secara bertahap. Kami lihat kondisi di lapangan," tutur dia

Menurut dia, penerapan UNonlinemerupakan salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang kian pesat saat ini. Selain itu juga guna mencegah beberapa masalah yang kerap terjadi saat UN, yaitu pemborosan penggunaan kertas, keamanan, dan kebocoran soa

Mendikbud Mohammad Nuh beberapa waktu lalu resmi meluncurkan Kurikulum 2013. Kurikulum pengganti kurikulum KTSP 2006 ini sudah mulai diterapkan di sejumlah sekolah sasaran di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2013/2014. Bahkan sejumlah sekolah di beberapa kota besar sudah menerapkannya secara mandiri baik di tingkat SD hingga SLTA.Salah satu topik diskusi yang menghangat menjelang tahun ajaran baru 2014/2015 yang akan dimulai juli 2014 nanti adalah persoalan pelaksanaan Ujian Nasional (UN).Bahan uji publik Kurikulum 2013 beberapa waktu lalu menyebutkan, pelaksanaan UN untuk SMA dan SMK diusulkan dimajukan di kelas XI.Reaksi masyarakat terutama insan pendidikan terhadap rencana memajukan UN SMA dan SMK di kelas XI untuk siswa kelas X sekarang yang menggunakan kurikulum 2013 mendapat penolakan sangat keras. Argumen pemerintah tujuan pelaksanaan dikelas XI tersebut untuk mengurangi tekanan psikis terhadap siswa dianggap tidaklah cukup.Argumen pemerintah, Jika UN dilaksanakan di kelas XI, maka di kelas XII siswa SMA akan diberikan materi untuk persiapan masuk universitas. Bukan seperti selama ini pada kurikulum KTSP 2006 dimana siswa kelas XII belajar menghadapi UN sekaligus untuk ujian masuk perguruan tinggi.Sementara untuk jenjang SMK, di kelas XII siswa akan difokuskan pada ujian sertifikasi keahlian. Selama ini siswa mengalami tekanan psikis dalam menghadapi UN, ujian masuk perguruan tinggi, dan ujian sertifikasi keahlian.Tujuan pemerintah tersebut memang bagus di atas kertas tapi akan sulit dilaksanakan. Salah satunya mengenai teknis pelaksanaannya di tahun ajaran 2014/2015 nanti. Publik sangat meragukan kesiapanpemerintah (Kemendikbud) untuk mempersiapkannya, sebab hingga kini sebulan menjelang Tahun ajaran baru belum ada petunjuk teknis pelaksanaanya.Apalagi kita ketahui bersama bahwa ditahun ini ada penggantian presiden dan wakil presiden yang kemungkinan besar akan disusul penggantian jabatan mendikbud-nya dan jajarannya oleh presiden terpilih nanti.Nah apakah kemendikbud sekarang sudah mempersiapkan dengan matang pelaksaan UN untuk kurikulum 2013 tersebut atau akan mewariskannya segala permasalahannya pada menteri baru nanti? apalagi pada tahun ajaran 2014/2015 nanti jika benar UN untuk kurikulum 2013 dimajukan dikelas XI tentu akan ada 2 (dua) Ujian Nasional ? Yaitu kelas XII yang masih menerapkan kurikulum 2006 dan kelas XI (kurikulum 2013).Kalo tidak, inilah persiapan yang harus dilakukan oleh mendikbud baru nanti dari atas hingga hilir :1. Anggaran pelaksanaan yang pasti 2 kali lipat2. Materi yang akan di UN-kan , karena kedalaman materi antara kelas XI dan XII jelas berbeda3. Waktu pelaksanaan UN, apakah akan serempak/berbarengan ataukah tersendiri, alias dua kali mengadakan UN4. Jika serempak, maka sekolah harus menyiapkan Ruang Ujian, dan Pengawas dua kali lipat (ini tentu tidak mudah)5. Bentuk soal, lalu penyusun soal6. POS untuk kedua UN tersebut7. dan lain sebagainya seperti lobi anggaran di DPR/DPRD, dan lain-lain.Belum lagi masalah pada tahun ajaran 2014/2015 ini semua Sekolah wajib menerapkan Kurikulum 2013 baik itu kelas X ataupun XI. Nah, Bagaimana dengan mereka yang tahun ini (2013/2014) kelas X-nya masih menerapkan Kurikulum KTSp 2006, lalu saat naik ke kelas XI harus menerapakn Kurikulum 2013?Pertanyaan adalah :1. Bagaimana dengan raport/LHBS mereka, serta sistem penilaian yang berbeda ?2. Bagaimana dengan materi pelajaran yang tidak mereka dapatkan di kelas X, sementara itu hanya ada di tahun lalu (kelas X)3. Bagaimana dengan UN/Prakerin mereka ?4. dan lain sebagainya.Bahkan untuk SMK persoalannya bukan sampai disitu saja, ada lagi persoalan Prakerin.Khusus untuk SMK di Kurikulum 2013 menegaskan bahwa UN di kelas XI, lalu Prakerinnya di kelas XII semester 5 (lima). Tentu pihak DU/DI akan mempertanyakan kenapa tidak ada pengiriman peserta didik untuk Prakerin/PKL/PSG?Sebab di beberapa DU/DI kehadiran siswa prakerin ini sangat membantu mereka.Maka jawabannya tentu sesuai dengan Kur.2013, maka DU/DI akan diberikan jawaban, maaf tahun ini kami tidak mengirimkan siswa kami untuk prakerin terlebih dahulu, karena mereka akan menghadapi Ujian Nasional (UN).dan akan banyak lagi persoalan lainnya seperti masalah guru TIK, KKPI yang dihapus mata pelajarannya di kurikulum 2013. Masalah tunjangan profesi pendidik (sertifikasi) yang belum semua guru mendapatkannya, anggaran untuk membayarnya dan lain-lain.Mari kita tunggu apa gebrakan menteri baru yang akan datang, yang pasti akan pusing dengan warisan mendikbud sekarang ini.atau jangan-jangan ganti kurikulum lagi.:-)Salam.UKT atau uang kuliah tunggal , Sistem baru pembayaran uang kuliah dimana sistem ini merupakan kalkulasi dari seluruh pembayaran uang kuliah ( SPP , DPF , DPA , Wisuda , Yudisium , KKN , Sampai Almamater ) dimana sistem ini memang sudah sejak awal bakal diperkirakan akan menimbulkan masalah yang berkelanjutanBerakar pada Undang - Undang No 12 Tahun 2012 Pasal 88 dan PERMENDIKBUD No 55 Tahun 2013 , sistem ini mulai diterapkan pada tahun ajaran / semester ini yang kemudian pada tahun ini menumbulkan berbagai polemik yang secara langsung memberat kan calon mahasiswa yang ingin masuk keperguruan tinggiSebagai Contoh Salah Satu Universitas terbesar di Kalimntan Timur dan No 2 Terbesar di Wilayah Timur juga tak luput dari masalah ini. Tak Kurang 80 - 100 Calon Mahasiswa Baru Setiap Harinya dari berbagai Fakultas Mengajukan Keberatan atas biaya UKT yang harus dibayarkan ,karna sangat tidak relevan dengan fasilitas serta kemampuan membayar dari orang tua / wali calon mahasiswaSeperti yang diperkiran sejak awal sistem penggolangan serta Verifikasi akan menjadi momok utama penyebab timbulnya masalah ini , Mulai dari sistem Registrasi Online ( SIA ) dimana sistem ini masih memiliki beberapa kendala dimana sistem pengisian Borang Online terkesan malah mengarahkan Mahasiswa Baru seolah - olah diposisikan menjadi orang yang bertaraf hidup mampu menengah ke atas ,padahal tidak semua mahasiswa baru memiliki kemampuan yang sama dalam memenuhi biaya kuliah tersebutHingga tim Verifikasi yang terkesan kurang maksimal dalam melakukan verifikasi untuk penggolangan biaya kuliah calon Mahasiswa .Bahkan ditemukan bahwa salah satu fakultas menggunakan sistem asumsi untuk menetapkan besaran biaya UKT nya , Terlebih dari pada itu tak sedikit dari Fakultas - Fakultas tersebut ternyata tidak faham terkait sistem baru ini , dimana pungutan - pungutan yang harusnya tidak lagi dibebankan kepada mahasiswa masih terus diberlakukan , sehingga banyak calon mahasiswa yang batal kuliah karena tidak sanggup membayar tingginya uang kuliahHal ini jelas sudah melanggar Amanat UU No 12 Tahun 2012 Pasal 88 Ayat 4 Biaya yang ditanggung oleh Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi Mahasiswa, orang tua Mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya. , Padahal untuk diketahui Sistem ini pun telah ditopang oleh dana BOPTN yang besarnya tidak bisa dibilang sedikitTentu Hal ini menjadi tanda tanya besar , bagai mana sebenarnya sistem Verifikasi yang dilakukan Universitas sebenarnya , dan Hal ini pun semakin Memperkuat Spekulasi Bahwa Orang Miskin Dilarang Untuk Kuliah , Orang Miskin Dilarang Cerdas dan ini jelas pembodohan Masyarakat Serta Berlawanan dengan Amanat Undang - Undang Dasar yakni Mencerdaskan Kehidupan Bangsa , Serta menimbulkan berbagai macam Indikasi - Indikasi kemana larinya dana BOPTN yang dikucurkan kepada setiap Universitas tersebut.KOMPAS.com -Pendaftaran seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri telah dimulai sejak 1 Februari hingga 8 Maret 2013. SNMPTN diperuntukkan bagi siswa SMA sederajat yang mengikuti UN 2013 berdasarkan penjaringan prestasi akademik dengan menggunakan nilai rapor semester III, IV, dan V.

Selain SNMPTN, masih ada seleksi bentuk lain yang bergantung pada masing-masing PTN. Contohnya, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seleksi masuk melalui tiga sistem, yakni SNMPTN yang akan menerima 50 persen dari daya tampung, seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) yang akan menerima 30 persen, dan seleksi/ujian mandiri (UM) yang akan menerima 20 persen dari daya tampung. SNMPTN didasarkan pada nilai rapor, sedangkan SBMPTN dan UM didasarkan pada ujian tulis.

Calon mahasiswa dan orangtuanya harus mulai memilih program studi (prodi) yang sesuai dengan cita-cita anak. Namun, tidak kalah penting adalah mencermati biaya pendidikan di setiap program studi yang nilainya berbeda. Pada umumnya, biaya pendidikan pada prodi favorit seperti pendidikan dokter, teknik, dan ekonomi lebih mahal daripada prodi yang kurang favorit. Tentu saja biaya pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarga.

Seberapa banyak biaya yang harus disediakan orangtua? Sebagai gambaran, biaya pendidikan di UGM meliputi sumbangan peningkatan mutu akademik (SPMA) yang dibayar sekali selama pendidikan dengan nilai bervariasi bergantung prodi dan penghasilan orangtua. SPMA di fakultas teknik (FT) bervariasi dari Rp 5 juta sampai Rp 40 juta, sedangkan fakultas kedokteran (FK) Rp 10 juta-Rp 100 juta. Biaya lainnya sama untuk seluruh fakultas, meliputi SPP (Rp 500.000 per semester) dan BOP (Rp 75.000 per SKS per semester untuk eksakta dan Rp 60.000 per SKS per semester untuk ilmu sosial).

Rata-rata biaya sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) dan biaya operasional pendidikan (BOP) mahasiswa eksakta sekitar Rp 2 juta per semester. Di Universitas Indonesia, biaya pendidikan terdiri atas uang pangkal (UP) yang dibayarkan sekali selama pendidikan dan BOP yang dibayar tiap semester. Biaya di FT dan FK sama, yaitu UP sebesar Rp 25 juta dan BOP Rp 7,5 juta per semester. Biaya pendidikan di prodi lain berbeda dan dapat dilihat di laman PTN masing-masing. Biaya pendidikan di PTN lain tidak jauh beda dengan kedua PTN tersebut.

Dari gambaran itu, orangtua calon mahasiswa baru bisa menyiapkan dana untuk menyekolahkan putra-putrinya di perguruan tinggi dan menghitung berapa dana yang harus dikeluarkan sampai lulus sarjana. Biaya itu belum termasuk biaya hidup selama pendidikan.

Sedang dihitung

Ketika terbit UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, timbul harapan adanya keberpihakan pemerintah kepada rakyat miskin untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Pasal 74 Ayat 1 UU itu menyatakan, PTN wajib mencari dan menjaring calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi dan calon mahasiswa dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal untuk diterima paling sedikit 20 persen dari seluruh mahasiswa baru yang diterima dan tersebar pada semua program studi.

Harapan semakin menguat ketika Mendikbud dan Dirjen Dikti menginstruksikan uang kuliah tunggal (UKT) akan diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014. Dengan UKT, mahasiswa baru tak perlu membayar berbagai macam biaya, tetapi hanya membayar uang kuliah tunggal yang jumlahnya akan tetap dan berlaku sama pada tiap semester selama masa kuliah. Mendikbud menjanjikan, tidak akan ada lagi biaya tinggi masuk PTN. Pemerintah akan memberikan dana bantuan operasional pendidikan tinggi negeri (BOPTN). Dana BOPTN meningkat dari tahun lalu Rp 1,5 triliun menjadi Rp 2,7 triliun tahun ini.

Dengan UKT, benarkah biaya pendidikan di PT akan turun? Dari pengalaman, yaitu ketika status PTN berubah menjadi PT BHMN pada 2000, biaya pendidikan di PTN meroket. PT BHMN diberi keleluasaan menarik dana dari masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sejak itu, muncul berbagai macam biaya seperti uang pangkal, SPMA, SPP, dan BOP. Lebih memprihatinkan, biaya pendidikan di PTN lain yang bukan PT BHMN juga ikut-ikutan naik. Celakanya, biaya pendidikan SD, SMP, dan SMA pun ikut naik. Sepertinya pemerintah tak berdaya mengendalikannya. Jadilah biaya pendidikan tidak terjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hanya orang kaya yang mampu menyekolahkan anaknya di PT.

Saat ini, semua PTN masih menghitung besaran UKT yang kemudian hasilnya diserahkan ke Ditjen Dikti untuk mendapat persetujuan dan ditentukan besaran BOPTN yang akan diberikan kepada masing-masing PTN. Besar kemungkinan UKT yang dihitung PTN tak banyak berbeda dengan biaya yang sudah berjalan saat ini. Kemungkinan PTN akan menghitungnya berdasarkan pembiayaan pendidikan tahun sebelumnya yang sudah telanjur mahal. Uang pangkal yang nilainya besar bisa saja diratakan untuk delapan semester sehingga kelihatan kecil.

Kalau kondisi ini yang terjadi, harapan UKT murah tidak akan terwujud, bahkan bisa jadi akan lebih memberatkan. Seharusnya PTN menghitung secara cermat UKT dengan melakukan efisiensi pada pos-pos pembiayaan yang prioritasnya rendah sehingga bisa menekan UKT. Namun, dengan waktu yang sangat terbatas, mengingat proses pendaftaran SNMPTN sudah dimulai 1 Februari 2013, kemungkinan cara ini tidak bisa dilakukan.

Kuliah dengan sistem kredit tak sesuai dengan biaya pendidikan yang tetap sepanjang masa studi. Misalnya, uang kuliah Rp 7,5 juta per semester. Seorang mahasiswa di semester akhir yang tinggal mengerjakan tugas akhir dengan bobot 4 SKS akan keberatan jika harus membayar Rp 7,5 juta. Dengan BOP per SKS seperti yang berlaku di UGM dalam contoh di atas, seharusnya dia hanya membayar SPP Rp 500.000 plus 4 SKS dengan tarif Rp 75.000 per SKS, atau hanya Rp 800.000.

Harapan UKT lebih murah hanya tinggal bertumpu pada kebijakan Mendikbud dan Dirjen Dikti dalam memutuskan UKT. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Pertama, menyetujui usulan UKT PTN dengan cara hitungan yang dilakukan PTN, yang berarti UKT mahal. Kedua, pemerintah memberikan BOPTN dalam jumlah besar sehingga UKT terjangkau. Namun, dana BOPTN sudah ditentukan sebesar Rp 2,7 triliun sehingga tidak mungkin memberikan subsidi melebihi anggaran tersebut.

Ketiga, pemerintah berani menghapus pos-pos pembiayaan dengan prioritas rendah yang diusulkan PTN. Akhirnya, yang bisa kita lakukan adalah menunggu penetapan UKT yang segera diumumkan ke masyarakat. Informasi itu sangat ditunggu calon mahasiswa untuk memilih program studi yang dituju.

Adilkah UKT?

Data BPS tahun 2012 menunjukkan, jumlah penduduk miskinseseorang yang pengeluarannya kurang dari Rp 248.707 per bulan29,1 juta jiwa. Pengeluaran sebesar itu adalah untuk biaya makan, perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Apabila ditambah dengan orang hampir miskin yang pengeluarannya kurang dari 1,2 dari nilai tersebut, jumlahnya lebih dari 55 juta jiwa.

Bandingkan dengan jumlah penduduk Singapura yang hanya 2,5 juta jiwa dan Malaysia 24 juta jiwa. Sementara itu, ada sekitar 50 juta penduduk menengah-atas yang mampu membeli mobil dan barang-barang berharga lainnya. Di antara 50 juta orang tersebut terdapat 40 orang terkaya di Indonesia yang kekayaannya mencapai Rp 870 triliun. Sementara lebih dari 55 juta rakyat harus mengencangkan ikat pinggang untuk bisa bertahan hidup. Biaya pendidikan yang mahal tak masalah bagi golongan kaya untuk bisa menyekolahkan anaknya. Namun, bagaimana dengan golongan ekonomi lemah?

Kondisi perekonomian masyarakat sangat bervariasi. Ada warga miskin, sedang, menengah, kaya, dan sangat kaya. Kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan anak-anaknya beragam. Seperti yang diterapkan UGM, biaya pendidikan tidak sama untuk seluruh mahasiswa, bergantung pada kemampuan orangtua. Ada beberapa jalur masuk UGM. Orang kaya bisa melalui jalur dengan SPMA tinggi, sedangkan warga lainnya melalui jalur dengan SPMA lebih rendah dan bahkan nol rupiah. Ini dimaksudkan untuk memberikan subsidi silang. Orang kaya menyubsidi orang miskin.

Bagi warga miskin, ada kesempatan mendapatkan beasiswa, antara lain beasiswa Bidik Misi bagi warga miskin berprestasi untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Saat ini, setelah berjalan tiga tahun, jumlah mahasiswa yang mendapat beasiswa ini mencapai 90.000 orang, atau sekitar 30.000 orang per tahun. Program ini sangat bagus meski jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan lebih dari 19 juta warga yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Namun, bagi warga dengan kondisi perekonomian sedang dan menengah yang tak masuk kriteria untuk mendapat beasiswa, UKT yang nilainya sama untuk semua mahasiswa dirasa tak adil dan memberatkan. Seorang PNS golongan IV dengan gaji dan tunjangan sebesar Rp 5 juta per bulan akan kesulitan untuk menyekolahkan anaknya di PT. Apalagi, kalau jumlah anak yang kuliah lebih dari satu. Gaji Rp 5 juta per bulan habis untuk biaya hidup yang semakin tinggi. Namun, sebagai orangtua mereka punya harapan untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya agar kehidupan mereka bisa lebih baik di kemudian hari meski dengan berbagai cara, termasuk utang sana utang sini. Kalau PNS golongan IV saja kesulitan untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya, bagaimana dengan masyarakat yang pendapatannya lebih rendah, tetapi tidak termasuk miskin?

Pendidikan dan kemiskinan

Data BPS tahun 2011 menunjukkan, jumlah penduduk usia 19-24 tahun (usia seseorang menempuh pendidikan tinggi) sekitar 24 juta jiwa. Sementara itu, angka partisipasi kasar (APK) PT adalah 18 persen. Artinya, penduduk usia tersebut yang mengenyam pendidikan tinggi 4,3 juta. Berarti ada 19,7 juta yang tidak bisa melanjutkan pendidikan di PT, sebagian besar karena tidak mampu membiayai biaya pendidikan tinggi yang sangat mahal.

Padahal, PT punya peran besar dalam pengentasan rakyat miskin dan mengantarkan bangsa menjadi lebih maju dan bermartabat. Banyak contoh dalam kehidupan di lingkungan kita yang menunjukkan keberhasilan seseorang dicapai melalui pendidikan tinggi. Presiden dan Wakil Presiden RI serta Mendikbud bisa sukses karena mengenyam pendidikan di PT. Pada masa itu, biaya pendidikan tinggi tidak semahal saat ini, yang memungkinkan orang tidak mampu bisa kuliah.

Kemiskinan dan tingginya biaya pendidikan menyebabkan tingkat pendidikan warga miskin rendah, prestasi akademik kurang baik, sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan layak. Banyak di antara mereka yang bekerja sebagai pekerja serabutan, buruh bangunan, pengamen, pedagang asongan, dan bahkan menjadi pengemis di perempatan jalan. Lebih parah lagi, banyaknya penduduk miskin berpendidikan rendah yang tidak punya pekerjaan bisa menyebabkan berbagai masalah sosial, seperti tingginya angka kriminalitas, perampokan, penjambretan, pencurian, peredaran narkoba, prostitusi, teroris, dan tindakan negatif lainnya.

Perlu orang atau institusi PT yang berani berkorban dengan menyelenggarakan pendidikan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Kemudian, kita evaluasi apakah dengan biaya pendidikan murah kualitas pendidikan akan menurun. Memang, ini tantangan untuk berani melawan arus dan membuktikan bahwa kita mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan bangsa.

Pada masa Orde Baru, dengan biaya kuliah terjangkau bisa dihasilkan tokoh-tokoh berkualitas seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Boediono, Mohammad Nuh, dan banyak tokoh lainnya. Apakah pada masa Orde Reformasi yang biaya kuliahnya mahal akan dihasilkan tokoh-tokoh yang lebih hebat dari mereka? Mari kita buktikan sesuai dengan perjalanan waktu.

Bambang Triatmodjo Guru Besar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM