unimed undergraduate 21987 bab ii

Upload: ummi-khairani-urfa

Post on 18-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    1/27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Hakikat Belajar Kimia

    Kimia merupakan ilmu pengetahuan yang termasuk rumpun IPA, yang

    memiliki karakteristik sama dengan IPA, yakni kimia bukan hanya kumpulan

    pengetahuan berupa fakta, konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

    proses penemuan (Depdiknas, dalam Rostianingrum, 2011). Oleh sebab itu, dalam

    pembelajaran kimia tidak boleh mengesampingkan proses ditemukannya konsep.

    Menurut Sukarna dalam Rostianingrum (2011), karakteristik ilmu kimia

    adalah:

    1. Ilmu kimia termasuk ilmu pengetahuan alam, sehingga padapembelajarannya diperlukan contoh-contoh obyek nyata yang ada di alam

    dekat.

    2. Ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah yang terdiri dari tahapanproses-proses ilmiah untuk mendapatkan produk ilmiah (konsep, prinsip,

    aturan, hukum).

    3. Sebagian besar bahan kajian ilmu kimia bersifat abstrak. Oleh sebab itudalam proses pembelajarannya, guru harus bisa mengkonstruksi model-

    model atau analogi-analogi yang tepat sehingga ilmu kimia mudah

    diterima oleh siswa.

    4. Ilmu kimia mengkaji pula soal hitungan, namun hitungan dalam ilmukimia tidak hanya sekedar memecahkan sosl-soal yang terdiri dari angka-

    angka, tetapi soal tersebut berkaitan dengan fakta, aturan, hukum-hukum

    ilmu kimia sehingga untuk menyelesaikannya pun perlu fakta, aturan dan

    hukum-hukum tersebut.

    5. Konsep-konsep ilmu kimia dipelajari dengan urutan tertentu, mulai dariyang paling sederhana atau mendasar sampai pada yang kompleks.

    Dengan demikian, maka pembelajaran kimia diperlukan prasyarat

    pengetahuan yang berhubungan dengan konsep yang akan dibahas

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    2/27

    sehingga siswa mengetahui kaitan konsep terdahulu dengan konsep yang

    akan dipelajari.

    Dari uraian diatas, maka hakekat belajar kimia adalah proses aktif siswa

    untuk mempelajari dan memahami susunan, komposisi, struktur materi dan

    perubahannya yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Dalam pembelajaran

    kimia perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk, proses dan

    sikap.

    2.2.Hasil Belajar Kimia

    Hasil belajar diperoleh pada akhir pembelajaran dan berkaitan dengan

    kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah

    diajarkan. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil

    dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan

    mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siwa hasil belajar

    merupakan puncak proses belajar

    Hasil belajar kimia adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi kimia

    yang diperoleh dalam nilai yang tinggi, sedang dan rendah (termasuk ranah

    kognitif). Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar kimia apabila siswa

    tersebut menerapkan hasil belajarnya.

    Dalam penelitian ini, hasil belajar kimia siswa dapat diukur dengan hasil tes

    belajar. Tes belajar yang dimaksud adalah tes pada awal dan akhir pembelajaran.

    Bentuk tes yang digunakan pilihan ganda (bentuk obyektif) dengan lima alternatif

    pilihan.

    Dalam penggunaan tes obyektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih

    banyak daripada tes essay. Kadang-kadang untuk tes obyektif berlangsung selama

    60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.

    1. Kebaikan bentuk soal pilihan gandaa) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan

    pengajaran yang telah diberikan.

    b) Jawaban siswa dapt dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat denganmenggunakan kunci jawaban.

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    3/27

    c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehinggapenilaiannya bersifat objektif.

    2. Kelemahan bentuk soal pilihan gandaa) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar.b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata. (Sudjana, 2009)

    2.3. Model Pembelajaran

    Model pembelajaran menurut Soekamto, dkk adalah: Kerangka konseptual

    yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

    bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

    aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar

    merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Hal ini sejalan

    dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model

    pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

    Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

    Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah

    model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; dan (2)

    apakah terdapat konsistensi internal. Kedua , praktis. Aspek kepraktisan hanya

    dapat dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang

    dikembangkan dapat diterapkan; dan (2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang

    dikembangkantersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek

    efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut; (1) ahli dan

    praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebutefektif; dan

    (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang

    diharapkan. (Trianto, 2011)

    2.4. Pendekatan Konstruktivisme

    Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat

    pendidikan, konstruktivisme merupakan suatu alirang yang berupaya membangun

    tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivisme berupaya

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    4/27

    membina suatu konsesnsus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan

    tertinggi dalam kehidupan umat manusia. (Riyanto, 2010)

    Paradigma konstruktivisme memandang siswa sebagai pribadi yang sudah

    memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal

    tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru.

    Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

    mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

    aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan

    dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,

    menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan

    ide-ide.

    Menurut konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi

    pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan

    kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya.

    Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan

    kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan

    mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka

    sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa

    siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus

    memanjat anak tangga tersebut (Trianto, 2011)

    Tujuan pembelajaran konstruktivisme ini ditentukan pada bagaimana belajar,

    yaitu menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif

    dalam konteks nyata yang mendorong sibelajar untuk berfikir dan berfikir ulang

    lalu mendemonstrasikan.(Riyanto, 2010)

    Fakta bahwa murid adalah konstruktor pengetahuan aktif memiliki sejumlah

    konsekuensi.

    a. Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif. Pelajar secara aktifmengkonstruksi belajarnya dari berbagai macam input yang diterimanya. Ini

    menyiratkan bahwa pelajar perlu bersifat aktif agar dapat belajar secara

    efektif. Belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksi

    makna mereka sendiri, bukan tentang mendapatkan jawaban yang benar

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    5/27

    karena dengan cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan jawaban

    yang benar tanpa benar-benar memahami konsepnya.

    b. Bagi konstruktivis, belajar adalah pencari makna. Murid secara aktif berusahamengkonstruksi makna. Dengan demikian guru mestinya berusaha

    mengkonstruksi berbagai kegiatan belajar diseputar ide-ide besar dan

    eksplorasi yang memungkinkan murid untuk mengkonstruksi makna.

    c. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata.Belajar juga dikonstruksi secara social, melalui interaksi dengan teman

    sebaya, guru, orang tua dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik

    adalah mengkonstruksikan situasi belajar secara social, dengan mendorong

    kerja dan diskusi kelompok.

    d. Belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari fakta-fakta secaramurni abstrak, tetapi selalu dalam hubungannya dengan apa yang telah kita

    ketahui. Kita juga belajar dalam kaitannya dengan prakonsepsi kita. Ini

    berarti bahwa kita dapat belajar dengan paling baik bila pembelajaran baru itu

    berhubungan secara eksplisit dengan apa yang telah kita ketahui. (Muijs &

    Reynolds, 2008)

    Tabel 2.1 Perbandingan kelas konvensional dan kelas konstruktivisme

    Kelas konvensional Kelas Kontruktivisme

    Kurikulum disajikan dari bagian-bagian

    menuju ke seluruhan dengan

    menekankan pada keterampilan-

    keterampilan dasar

    Kurikulum disajikan mulai dari

    keseluruhan menuju kebagian-bagian

    dan lebih mendekatkan pada konsep-

    konsep yang lebih luas

    Pembelajaran sangat taat pada

    kurikulum yang telah ditetapkan

    Pembelajaran lebih mengharggai padda

    pemunculan pertanyaan dan ide-ide

    siswa

    Kegiatan kurikuler lebih banyak

    mengandalakan pada buku teks dan

    buku kerja

    Kegiatan kurikuler lebih banyak

    mengandalkan pada sumber-sumber

    data primer manipulasi bahan

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    6/27

    Siswa-siswa dipandang sebagai kertas

    kosong yang dapat digoresi informasioleh guru, dan guru-guru pada

    umumnya menggunakan cara didaktif

    dalam menyampaikan informasi kepada

    siswa

    Siswa dipandang sebagai pemikir-

    pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya

    Penilaian hasil belajar atau pengetahuan

    dipandang sebagai bagian dari

    pembelajaran, dan biasanya dilakukan

    pada akhir ppelajaran dengan cara

    testing

    Pengukuran proses dan hasil belajar

    siswa terjalin didalam kesatuan

    kegiatan pembelajaran, dengan cara

    guru mengamati hal-hal yang sedang

    dilakukan siswa, serta melalui tugas-

    tugas pekerjaan

    Siswa-siswa biasanya bekerja sendiri-

    sendiri tanpa ada group belajar

    Siswa-siswa banyak belajar dan bekerja

    dalam group

    (Budi Ningsih dalam Hirmayanti, 2010)

    2.5.Model Pembelajaran Konvensional

    Pada pembelajaran konvensional ini lebih banyak menggunakan ceramah.

    Peranan siswa dalam pembelajaran konvensional yang banyak menggunakan

    ceramahmendengarkan dengan teliti mencatat pokok penting yang dikemukakan

    guru langkah-langkah yang harus dilakukan adalah melakukan pendahuluan

    sebelum memberikan bahan baru seperti menjelaskan tujuan lebigh dahulu,

    Menyajikan bahan baru dengan memperhatikan factor-faktor seperti perhatian

    peserta didik harus selalu terjaga, menyajikan pelajaran secara sistematik dan

    yang ketiga adalah menutup pelajaran pada akhir pelajaran seperti mengambil

    kesimpulan dan member kesempatan pada peserta didik untuk menaggapi materi

    yang telah diajarkan. (Sagala, 2009)

    Adapun ciri-ciri pembelajaran konvensional, yaitu:

    1. Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok siswa di kelas sebagai

    keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual.

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    7/27

    2. Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan

    media lain menurut pertimbangan guru.

    3. Siswa umumnya bersifat pasif, karena harus mendengarkan penjelasan guru.

    4. Kecepatan belajar siswa umumnya ditentukan oleh kecepatan guru dalam

    mengajar.

    5. Keberhasilan belajar umumnya ditentukan oleh guru secara subyektif.

    6. Diperkirakan hanya sebagian kecil saja dari siswa yang menguasai materi

    pelajaran secara tuntas.

    Seperti metode-metode lainnya, metode pembelajaran konvensional ini

    memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari metode ini adalah dapat

    digunakan untuk siswa dalam jumlah yang besar dan dapat menyelesaikan suatu

    materi pelajaran dengan cepat. Sedangkan kelemahan- kelemahan dari

    pembelajaran ini antara lain:

    1. Siswa seringkali tidak aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran

    jadi kurang efektif.

    2. Terutama bagi siswa yang belum cukup dewasa, pembelajaran konvensional

    ini sering menimbulkan kesulitan.

    3. Terutama untuk pendidikan sains bagi siswa yang masih muda (misalnya

    tingkatan SMA) pembelajaran ini tidak sesuai dengan tuntutan tujuan

    pendidikan sains yang modern, yang antara lain menuntut adanya pendidikan

    tentang metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam pendidikan sains, sains bukan

    hanya mengajarkan fakta tetapi juga harus melatih keterampilan dan

    kecakapan.

    http://repository.upi.edu/operator/upload/t_ipa_0908596_chapter2.pdf

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    8/27

    2.6. Model PembelajaranLearning Cycle2.6.1. PengertianLearning Cycle

    Salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada teori konstruktivisme

    adalah learning cycle. Menurut Fajaroh dan Dasna (2008) learning cycle (siklus

    belajar) adalah suatu model pembelajaran berpusat pada pembelajar (student

    centered) yang terdiri dari rangkaian tahap kegiatan (fase) terorganisasi agar

    pembelajar dapat menguasai sejumlah kompetensi pembelajaran dengan berperan

    secara aktif. Menurut Karplus dan Their dalam Simatupang (2008) learning cycle

    mulanya terdiri dari 3 tahap pembelajaran yaitu eksplorasi (exploration),

    pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept

    application).

    Pada tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca

    inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan.Kegiatan

    eksplorasi diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya

    (cognitive disequilibrium) ditandai dengan munculnya pertanyaan dan mengarah

    pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning), diawali

    dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana.Munculnya pertanyaan-

    pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk

    menempuh fase berikutnya.

    Pada fase pengenalan konsep diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan

    antara penguasaan konsep siswa dengan konsep baru dipelajari melalui kegiatan

    dengan membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi.

    Pada tahap pengenalan konsep siswa mengenal istilah berkaitan dengan konsep

    baru.

    Fase penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi

    belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep.Implementasi

    learning cycle dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yakni

    mengelola berlangsungnya fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama

    pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian

    pertanyaanarahan dan proses pembimbingan) sampai evaluasi. ( Depari, 2011)

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    9/27

    Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan.

    Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap (lorcbach, 2002),

    yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engangement), (b) eksplorasi

    (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration), (e)

    evaluasi (evaluation)

    2.6.2. Tahap Pembelajarana. Pembangkit Minat

    Tahap pengembangan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada

    tahap ini guru berupaya membangkitkan dan mengembangkan minat dan

    keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang akan diajarkan. Hal ini

    dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses factual dalam

    kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topic bahasan). Dengan

    demikian siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa

    tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal

    dari siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi

    ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangunketertarikan antara pengalaman keseharian siswa dengan topic pembelajaran yang

    akan dibahas.

    b. Eksplorasi (Exploration)Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap

    eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil, kemudian diberi kesempatan

    untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru.

    Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat

    hipotesis bar, mencoba alternative pemecahnnya dengan teman sekelompok,

    melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang

    berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan

    motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang

    dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah atau mungkin sebagian salah,

    sebagian benar.

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    10/27

    c. PenjelasanPenjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru

    dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan

    kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi serta penjelasan siswa,

    dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa dan guru. Dengan

    adanya diskusi tersebut, guru memberikan defenisi dan penjelasan tentang konsep

    yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.

    d. ElaborasiPada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah

    dipelajari dalam situasi batu atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa

    akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat

    menerapkan/mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.

    Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa

    akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong

    peningkatan hasil belajar siswa.

    e. EvaluasiEvaluasi merupaka tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru

    dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep

    baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka

    dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang

    diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan

    evaluasi tentang proses penerapan medel siklus belajar yang sedang diterapkan,

    apakah sudah berjalan dengan baik, cukup bail atau masih kurang baik. (Wena,

    2011)

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    11/27

    Berikut ini merupakan gambar strategiLearning Cycle menurut Lorbach

    Gambar 2.1 Strategi Learning Cycle 5E

    (Lorbach, 2008)

    2.6.3. Penerapan Didalam KelasSecara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran

    dapat dijabarkan sebagai berikut.

    Tabel 2.2 PenerapanLearning Cycle di Dalam Kelas

    No. Tahap Siklus

    Belajar

    Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

    1. Tahap

    Pengembagan

    Minat

    (Engagement)

    Membangkitkan minat dan

    keingintahuan (curiosity)

    siswa.

    Mengembangkan

    minat/rasa ingin tahu

    terhadap topic bahasan

    Mengajukan pertanyaan

    tentang proses factual dalam

    kehidupan sehari-hari (yang

    berhubungan dengan topic

    basan)

    Memberikan respons

    terhadap pertanyaan guru

    Mengkaitkan topic yang Berusaha mengingat

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    12/27

    dibahas dengan pengalaman

    siswa. Mendorong siswauntuk mengingat

    pengalaman sehari harinya

    dan menunjukkan

    keterkaitannya dengan topic

    pembelajaran yang sedang

    dibahas

    pengalaman sehari-hari

    dan menghubungkandengan topic

    pembelajaran yang

    dibahas

    2 Tahap Eksplorasi

    (exploration)

    Membentuk kelompok,

    member kesempatan untuk

    bekerja sama dalam

    kelompok kecil secara

    mandiri

    Membentuk kelompok

    dan berusaha bekerja

    dalam kelompok

    Guru berperan sebagai

    fasilitator

    Membuat prediksi baru

    Mendorong siswa untuk

    menjelaskan konsep dengan

    kalimat mereka sendiri

    Memcoba alternative

    pemecahan dengan teman

    sekelompok, mencatat

    pengamatan, serta

    mengembangkan ide baru

    Meminta bukti dan

    klarifikasi penjelasan siswa,

    mendengar secara kritis

    penjelasan antarsiswa

    Menunjukkan bukti dan

    member klarifikasi

    terhadap ide-ide baru.

    Member defenisi dan

    penjelasan dengan memakai

    penjelasan siswa terlebih

    dahulu sebagai dasar diskusi

    Mencermati dan berusaha

    memahami penjelasan

    guru

    3. Tahap Penjelasan

    (explanation)

    Mendorong siswa untuk

    menjelaskan konsep dengan

    Memcoba member

    penjelasan terhadap

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    13/27

    kalimat mereka sendiri konsep yang ditemukan

    Meminta bukti danklarifikasi penjelasan siswa

    Menggunakanpengamatan dan catatan

    dalam penjelasan

    Mendengar secara kritis

    penjelasan antar siswa

    Melakukan pembuktian

    terhadap konsep yang

    diajukan

    Memandu diskusi Mendiskusikan

    4. Tahap Elaborasi

    (elaboration)

    Mengingatkan siswa pada

    penjelasan alternative dan

    mempertimbangkan data /

    bukti saat mereka

    mengeksplorasi situasi baru

    Menerapkan konsep dan

    keterampilan dalam

    situasi baru dan

    menggunakan label dan

    defenisi formal

    Mendorong dan

    memfasilitasi siswa

    mengaplikasi konsep /

    keterampilan dalam seting

    yang baru/lain

    Bertanya, mengusulkan

    pemecahan, membuat

    keputusan, melakuakn

    percobaan dan

    pengamatan

    5. Tahap evaluasi

    (Evaluation)

    Mengamati pengetahuan

    atau pemahaman siswa

    dalam hal penerapan konsep

    baru

    Mengevaluasi belajarnya

    sendiri dengan

    mengajukan pertanyaan

    terbuka dan mencari

    jawaban yang

    menggunakan observasi,

    bukti dan penjelasan yang

    diperoleh sebelumnya.

    Mendorong siswa

    melakukan evaluasi diri

    Menghasilkan

    kesimpulan lanjut atas

    situasi belajar yang

    dilakukannya

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    14/27

    Mendorong siswa

    memahamikekurangan/kelebihannya

    dalam kegiatan

    pembelajarannya

    Melihat dan menganalisis

    kekurangan/kelebihannyadalam kegiatan

    pembelajaran

    (Wena, 2011)

    Menurut Hudojo dalam Simatupang (2008), lingkungan belajar yang perlu

    diupayakan agar LC berlangsung secara Konstruktivistik adalah:

    1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yangtelah dimiliki siswa.

    2. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.3. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu

    dengan lingkungan.

    4. Tersedianya media pembelajaran.5. Kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga

    siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran

    berlangsung menarik dan menyenangkan.

    Menurut Fazaroh model Learning Cycle memiliki beberapa kelebihan

    diantaranya:

    1. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktifdalam proses pembelajaran

    2. membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar3. pembelajaran menjadi lebih bermaknaAdapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi

    diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, dalam Simatupang, 2008).

    1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi danlangkah-langkah pembelajaran.

    2. Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang danmelaksanakan proses pembelajaran.

    3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

    rencana dan melaksanakan pembelajaran.

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    15/27

    2.6.4. MengembangkanLearning Cycledalam Pembelajaran KimiaImplementasi Learning Cycle dalam pembelajaran menempatkan guru

    sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya tahap-tahap tersebut mulai dari

    perencanaan (terutama pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan

    (terutama pemberian petanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan)

    sampai evaluasi. Efektifitas implementasiLearning Cyclebiasanya diukur melalui

    observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran

    tersebut belum memuaskan, maka dapat dilakukan siklus berikutnya yang

    pelaksanaanya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara

    mengantisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya

    memuaskan. Aktivitas belajar yang dikembangkan dalam tiap tahap siklus belajar

    bergantung kepada tujuan pembelajaran. (Simatupang, 2008)

    Tahap aktivasi belajar paLearning Cycle5 tahap adalah sebagai berikut:

    1. Tahap Engangement (tahap persiapan): menyiapkan (mengkonsisikan diripembelajar, mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi,

    membangkitkan minat dan keingintahuan (cutiosity) pebelajar.

    a. Tanya jawab dalam rangka mengeksplorasi pengetahuan awal,pengalaman, dan ide-ide pebelajar.

    b. Pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akandipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.

    2. Tahap Eksplorasi (tahap penejelajahan konsep): pebelajar bekerja samadalam kelompok-kelompok kecil, menguji prediksi, melakukan dan mencatat

    pengamatan serta ide-ide.

    a. Praktikumb. Mengerjakan LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

    3. Tahap Explaination (tahap penjelasan): siswa menjelaskan konsep dengankalimat mereka sendiri, guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    16/27

    meraka dan mengarahkan kegiatan diskusi, pebelajar menemukan istilah-

    istilah dari konsep yang dipelajari.

    a. Mengkaji literaturb. Diskusi kelas

    4. Tahap Elaboration (tahap pengayaan): siswa menerapkan konsep danketerampilan dalam situasi baru.

    a. Praktikum lanjutanb. Problem Solving

    5. Tahap Evaluation (tahap penilaian): evaluasi terhadap efektivitas fase-fasesebelumnya: evaluasi terhadap pengetahuan, pemahamn konsep, atau

    kompetensi pebelajar dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong

    pebelajar melakukan investigasi lebih lanjut.

    a. Refleksi pelaksanaan pembelajaranb. Tes tulisanc. Problem Solving (Fazaroh dan Dasna, 2008)Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agarLearning Cycleberlangsung

    konstruktivistik adalah:

    1. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yangtelah dimiliki siswa.

    2. Tersedianya berbagai alternative pengalaman belajar jika memungkinkan3. Terjadinya transmisi social, yakni interaksi dan kerja sama individu

    dengan lingkungannya.

    4. Tersedianya media pembelajaran5. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa

    sehingga siswa terlibat secara emosional dan social yang menjadikan

    pembelajaran berlangsung menarik dan menyenagkan, (Hudojo dalam

    Nursyamsiah, 2009)

    2.7.Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    17/27

    Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk

    melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

    Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan

    aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran

    dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

    Lembar kegiatan siswa (LKS) memuat kesimpulan kegiatan mendasar yang

    harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya

    pemebntukan kemampuan dasar sesuai indicator pencapaian hassil belajar yang

    harus ditempuh. Pengaturan awal (advance organizer) dari pengetahuan dan

    pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaaan media belajar setiap

    kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat

    terkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep

    merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi

    setiap lembar kegiatan siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar dapat

    mencerminkan hal itu.

    Komponen-komponen LKS meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang

    materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan

    dan kesimpulan untuk bahan diskusi. (Trianto, 2011)

    Penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dapat mengubah pola

    pembelajaran yaitu dari pola pengajaran dari teacher centered menjadi pola

    pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LKS mempengaruhi

    proses pembelajaran, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai

    persyaratan, antara lain syarat didaktik, konstruksi dan teknik.

    1. Syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifatuniversal. LKS ini dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban

    maupun pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan

    konsep. Didalam LKS terdapat variasi stimulus melalui berbagai media

    dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pengembangan

    kemampuan komunikasi social, emosional, moral dan estetika.

    Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan

    pengembangan pribadi siswa.

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    18/27

    2. Syarat konstruksi, berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunankalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam LKS.

    3. Syarat teksis, menekankan pada tulisan, gambar dan penampilan LKS(Senam dkk, 2008)

    Manfaat Lembar Kegiatan Siswa (LKS), antara lain:

    1. Untuk Siswa,Melatih siswa terhadap persoalan (soal-soal) dan menjawabnya

    Mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah pelajaran

    Melatih siswa berfikir kritis, tekun, giat dan rajin belajar

    Memupuk rasa tanggung jawab atas segala tugas yang dikerjakan.

    Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar akan

    lebih mendalam dan lama tersimpan dalam ingatan siswa.

    2. Untuk Guru,Mengoptimalkan PBM di kelas yang dilaksanakan guru

    Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau

    memperkenalkan suatu kegiatan tertentu.

    Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu

    mengajar.

    Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena

    siswa dapat menggunakan alat bantu secara bergantian

    Membantu guru dalam mengevaluasi apakah siswa telah dapat

    menguasai materi

    Meringankan tugas guru dalam memberikan contoh soal (Tampubolon,

    2000)

    Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:

    Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS

    lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian

    dalam mempelajari LKS tersebut

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    19/27

    Langkah-langkah Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah sebagai

    berikut:

    1. Analisis Kurikulum (SK, KD, indicator) Analisis kurikulum untukmenentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS.

    2. Analisis Sumber belajar (ketersediaan, kesesuaian, kemudahanmemanfaatkan.

    3. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS sangat diperlukanguna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau

    urutan LKS-nya juga dapat dilihat.

    4. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS ditentukan atas dasar SK-KD,materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam

    kurikulum. Apabila satu KD membentuk 4 Materi Pokok (maksimal),

    maka KD dapat dijadikan sebagai satu judul LKS; jika menjadi lebih dari

    4 MP, maka menjadi 2 judul LKS.

    5. Menentukan alat Penilaian. Penilaian terhadap proses kerja dan hasil kerjapeserta didik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah

    kompetensi, maka digunakan Panilaian Acuan Patokan (PAP).

    6. Penyusunan Materi. Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akandicapai.

    2.8. Hidrolisi Garam

    2.8.1. Sifat Larutan GaramGaram merupakan senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion sisa

    asam. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya

    berasal dari suatu asam. Jadi, setiap garam mempunyai komponen basa (kation)

    dan komponen asam (Anion).

    Sebagian asam dan basa tergolong elektrolit kuat, sedangkan sebagian

    lainnya tergolong elektrolit lemah. Diantara asam dan basa yang biasa kita

    temukan, yang tergolong elektrolit kuat adalah:

    Asam kuat : H2SO4, HCl, HNO3(juga HI, HBr, dan HClO4)

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    20/27

    Basa kuat : NaOH, KOH, (semua basa logam alkali) dan Ca(OH)2, Ba(OH)2

    (semua basa logam alkali tanah, kecuali Be(OH)2)

    Dari hasil percobaan diketahui bahwa sifat larutan garam bergantung pada

    kekuatan relative asam-basa penyusunnya.

    Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam Garam dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga tetapan

    ionisasi asam dan ionisasi basanya (Kadan K

    b)

    Ka> Kb: bersifat asam

    Ka< Kb: bersifat basa

    Ka= Kb: bersifat netral (Purba, 2006)

    2.8.2 Konsep Hidrolisi Garam

    Garam merupakan senyawa ion yang terdiri dari kation dan anion. Kationgaram dapat berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya dapat berasal dari suatu

    asam. Berdasarkan asam dan basa pembentuknya, garam-garam dapat

    dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

    a. Garam dari asam kuat dan basa kuatb. Garam dari asam kuat dan basa lemahc. Garam dari basa kuat dan asam lemahd. Garam dari asam lemah dan basa lemah

    Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis garam.

    Hidrolisis garam merukapan istilah umum yang digunakan untuk reaksi ion

    dengan air. Komponen garam berupa ion yaitu kation dan anion. Kation dan anion

    yang berasal dari asam lemah dan basa lemah memiliki sifat konjugat lebih kuat

    daripada air sehingga dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis). Hidrolisis kation

    akan menghasilkan basa konjugat dan ion hidronium (H3O+) sedangkan hidrolisi

    anion akan menghasilkan asam konjugan dan ion hidroksida (OH-). Oleh sebab itu

    yang dimaksud dengan hidrolisi garam adalah reaksi ion (komponen garam)

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    21/27

    dengan air membentuk assam konjugat dan ion hidroksida atau membentuk basa

    konjugat dan ion hidronium (Sunarya, 2003)

    Jika suatu garam dilarutkan kedalm air. Ada dua kemungkinan yang akan

    terjadi, yaitu garam tidak terhidrolisis dan garam terhidrolisis.

    a. Garam Tidak TerhidrolisisGaram-garam yang tidak terhidrolisis adalah garam yang terbentuk dari asam

    kuat dan basa kuat. Baik anion maupun kation yang berasal dari asam kuat dan

    basa kuat keduanya tidak mengalami hidrolisis, karena sifat dari anion (basa

    konjugat) dan kation (asam konjugat) nya lemah sehingga tidak dapat bereaksi

    dengan air.

    Contoh:

    NaCl(aq) Na+(aq) + Cl

    -(aq)

    Garam asam konjugat basa konjugat

    Na+

    (aq) + H2O(l) (tidak bereaksi)

    Cl-(aq) + H2O(l) (tidak bereaksi)

    (Purba, 2006)

    b. Garam TerhidrolisisGaram-garam yang terhidrolisis adalah garam-garam yang memiliki kation

    (asam konjugat) atau anion (basa konjugat) yang lebih kuat daripada air, sehingga

    dapat bereaksi dengan air (terhidrolisis). Garam-garam yang dapat terhidrolisis

    tersebut berasal dari:

    1. Garam dari Asam Kuat dan Basa LemahGaram yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis

    parsial/sebagian, yaitu hidrolisis kation. (Purba, 2006)

    Contoh:

    NH4C(aq) NH4+ + Cl

    -

    Kation dari basa lemah (NH4+) akan terhidrolisis dengan reaksi sebagai berikut:

    NH4+ + H2O NH4OH + H

    +

    Adanya ion H+dalam hasil reaksi menunjukkan bahwa larutan garam tersebut

    bersifat asam. Jika diuji keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus biru,

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    22/27

    warna kertas lakmus akan berubah menjadi merah. Adapun ion Cl- yang berasal

    dari asam kuat, tidak bereaksi dengan air (tidak terhidrolisis) sehingga terjadi

    hidrolisis parsial.(Sutresna, 2008).

    2. Garam dari Basa Kuat dan Asam LemahGaram yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis

    parsial, yaitu hidrolisis anion.(Purba,2006). Pada garam ini, anionnya yang

    mengalami hidrolisis. Dengan kata lain, garam ini mengandung anion basa (anion

    menerima proton dari air). Garam yang terhidrolisis sebagian ini, larutannya

    bersifat basa (pH > 7).

    Contoh :

    CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na

    +(aq)

    OH-(aq)Na

    +(aq) + H2O(l)

    (Parning & Horale, 2005)

    3. Garam dari Asam Lemah dan Basa LemahGaram yang terionisasi didalam air akan menghasilkan ion-ion. Kation dan

    anion keduanya berasal dari asam lemah dan basa lemah. Kedua ion tersebut

    mengalami hidrolisis sempurna (hidrolisis total). Perhatikan reaksi ionisasi

    CH3COONH4dan HCOONH4dalam air berikut:

    CH3COONH4 + H2O CH3COO- + NH4

    +

    HCOONH4 + H

    2O HCOO

    - + NH

    4

    +

    Perhatikan reaksi hidrolisis yang terjadi pada garam CH3COONH4

    CH3COO-

    + H2O CH3COOH + OH-

    NH4+

    + H2O NH4OH + H+

    Pada hasil reaksi terdapat ion OH-dan ion H

    +. Jadi garam ini mungkin bersifat

    basa, bersifat asam atau bersifat netral. Konsentrasi ion OH-dan ion H

    +serta nilai

    pH yang dihasilkan sangat bergantung pada harga (konstanta ionisasi asamlemah) dan

    (konstanta ionisasi basa lemah). Jika harga

    lebih besar dari

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    23/27

    harga ion H+yang dihasilkan bayak, dan sebaliknya, jika kecil, ion H+yang dihasilkan sedikit.

    Demikian juga untuk , jika harga lebih besar daripada maka ion OH-yang dihasilkan banyak. Sebaliknya, jika kecil, ion OH- yang dihasilkansedikit.

    Hubungan antara dan adalah sebagai berikut:1. Jika harga lebih besar daripada harga , berarti konsentrasi ion H+yang

    dihasilkan lebih banyak daripada OH-sehingga garam bersifat asam.

    2. Jika harga

    lebih kecil daripada harga

    , berarti konsentrasi ion H

    +yang

    dihasilkan lebih sedikit daripada OH-sehingga garam bersifat basa.

    3. Jika harga sama dengan harga , berarti konsentrasi ion H+dan OH- yangdihasilkan sama sehingga garam bersifat netral.

    Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa ion yang berasal dari asam/basa

    lemah mengalami hidrolisis, sedangkan ion yang berasal dari asam/basa kuat tidak

    mengalami hidrolisis sehingga larutan garam bersifat netral. (Sutresna, 2008)

    2.8.3 Menghitung pH Larutan Garam1. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat

    Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis,

    sehingga larutannya bersifat netral ( pH = 7)

    2. Garam dari Basa Kuat dan Asam LemahGaram yang berasal dari basa kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis

    parsial, yaitu hidrolisis anion. Misal, rumus kimia garam adalah LA, maka

    hidrolisis anionnya adalah sebagai berikut:

    A-(aq) + H2O(l) HA (aq)+ OH

    -(aq)

    tetapan hidrolisis untuk reaksi diatas adalah

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    24/27

    Konsentrasi ion OH- sama dengan konsentrasi HA, sedangkan konsentrasi

    kesetimbangan ion A- dapat dianggap sama dengan konsentrasi ion A

    - yang

    berasal dari garam (jumlah ion A- yang terhidrolisis dapat diabaikan). Jika

    konsentrasi ion A-itu dimisalkanM, maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai

    berikut.

    1

    Selanjutnya, harga tetapan hidrolisis Khdapat dikaitkan dengan tetapan ionisasi

    asam lemah CH3COOH (Ka) dan tetapan kesetimbangan air (Kw).

    HA(aq) A-(aq) + H

    +(aq) K = Ka

    A-(aq) + H2O(l) HA(aq) + OH

    -(aq) K = Kb

    H2O(l) H+

    (aq) + OH-(aq) K = Kw

    Maka persamaannya dapat ditulis

    ...................................... 2Penggabungan persamaan 1 dengan persamaan 2 menghasilkan persamaan berikut

    Dengan Kw = tetapan kesetimbangan air

    Ka = tetapan kesetimbangan asam lemah

    M = konsentrasi amino yang terhidrolisis (Purba, 2006)

    3. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    25/27

    Garam dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis kation. Jika kation

    yang terhidrolisis ini dimisalkan dengan BH+, maka reaksi hidrolisis serta

    persamaan tetapanhidrolisisnya sebagai berikut.

    BH+

    (aq) + H2O(l) B(aq) + H3O+

    (aq)

    Sama dengan penurunan rumus untuk garam yang berasal dari asam lemah

    dan basa kuat, untuk garam dari asam kuat dan basa lemah dapat diturunkan

    rumus-rumus berikut

    (Purba, 2006)

    4. Garam dari Asam Lemah dan Basah LemahGaram yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis

    total. pH larutan dapat diperkirakan dengan rumus.

    (Purba, 2006)

    2.9. Kerangka KonseptualMata pelajaran kimia adalah bagian dari mata pelajaran IPA yang pada

    dasarnya berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Salah satunya adalah

    pokok bahasan yang mempunyai keabstrakan konsep yang tinggi adalah

    hidrolosis garam. Hidrolisis garam adalah materi pelajaran yang bersifat

    pemahaman dan kerja ilmiah. Umumnya materi ini diajarkan dengan metode

    ceramah sehingga membuat siswa kurang tertarik dan pembelajaran kurang

    bermakna. Maka dalam PBM harus digunakan suatu model pembelajaran yang

    sesuai agar hasil belajar siswa baik.

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    26/27

    Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan bertahan lama ketika

    pendekatan konstruksivisme digunakan. Pendekatan konstruksivisme merupakan

    suatu pendekatan yang menekankan untuk proses membangun atau menyusun

    pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

    Salah satu model pembelajaran yang menganut pendekatan

    konstruktivisme adalah model pembelajaran Learning Cycle. Model Learning

    Cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, berupa

    rangkaian tahap-tahap yang diorganisasikan sedemikian rupa,dan mendorong

    siswa untuk mengontruksi (membangun) sendiri pengetahuan, pada model

    pembelajaran ini guru hanya berfungsih sebagai fasilitator saja sehingga siswa

    yang berperan aktif dalam proses belajar mengajar didalam kelas.

    Hidrolisis garam merupakan salah satu materi kimia yang memerlukan

    kerja ilmiah. Hal ini di maksudkan agar siswa lebih mudah memahami konsep-

    konsep yang terdapat didalamnya karena siswa sendiri yang membuktikan konsep

    tersebut melalui data percobaan. Oleh sebab itu model pembelajanLearning Cycle

    dipadukan dengan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berupa panduan untuk

    melakukan praktikum dan soal-soal latihan untuk menguji pemahaman siswa, hal

    ini dilakukan agar siswa dapat mengembangkan aspek kognitif nya melalui

    kegiatan pembelajaran yang yang dilakukan dengan menggunakan model

    pembelajaran Learning Cycle dan LKS serta dapat meningkatkan hasil belajar

    siswa dan membuat siswa memahami konsep hidrolisis garam dengan baik.

    2.10. Hipotesis Penelitian2.10.1.Hipotesis Penelitian

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    Hipotesis nol (Ho):Peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan penerapan model

    pembelajaran Learning Cycle dan LKS tidak lebih tinggi dibanding

    dengan penerapan model konvensional

    Hipotesis alternative (Ha) :

  • 5/28/2018 UNIMED Undergraduate 21987 BAB II

    27/27

    Peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan penerapan model

    pembelajaran Learning Cycle dan LKS lebih tinggi dibanding dengan

    penerapan model konvensional.

    2.10.2.Hipotesis StatistikHo : 12

    Ha : 1> 2

    Keterangan :

    1 : Rata-rata gain hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan

    penerapan model pembelajaranLearning Cycle dan LKS

    2 : Rata-rata gain hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan

    penerapan model konvensional