unggah profil

Upload: ikhsan07

Post on 15-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PRAKATA KEPALA PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang ditindaklanjuti dengan Perpres 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Perka BKKBN No. 82 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BKKBN Provinsi, maka BKKBN provinsi tidak hanya mempunyai fungsi penyelenggaraan bidang keluarga berencana saja tetapi juga mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan, kerjasama dan pendidikan kependudukan, serta peningkatan penyediaan data informasi kependudukan.Penyediaan data dan informasi kependudukan dalam bentuk profil pengendalian kuantitas penduduk ini merupakan terobosan baru di lingkungan BKKBN dalam memberikan informasi tentang beberapa indikator yang terkait dengan pengendalian penduduk di Jawa Timur. Dengan adanya PROFIL PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK JAWA TIMUR ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang komprehensif mengenai situasi dan perkembangan pengendalian kuantitas penduduk, khususnya indikator fertilitas di Jawa Timur, sehingga dapat tergali secara tepat permasalahan pengendalian penduduk demi menghasilkan program dan kebijakan yang lebih tepat dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk di Jawa Timur.Kami sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan profil ini. Semoga profil ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pembangunan kependudukan di Jawa Timur.

Surabaya, April 2013Kepala Perwakilan BKKBNProvinsi Jawa Timur,

Djuwartini, SKM, MM

SEKAPUR SIRIH

Jumlah penduduk yang tidak terkendali secara sistemik dapat mempengaruhi pembangunan di segala bidang, baik lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, politik mapun pertahanan dan keamanan. Di bidang lingkungan misalnya, Jumlah penduduk yang terlalu besar tanpa kualitas yang memadai akan memberikan beban yang besar pada menurunya kualitas lingkungan dan ketersediaan pangan akibat dari pencemaran, eksploitasi sumber daya alam, kerusakan hutan, dan krisis lahan akibat alih fungsi lahan untuk perumahan. Saat ini, dunia modern menghadapi ancaman serius dalam bidang kelestarian lingkungan dimana tingkat penggunaan sumberdaya alam oleh manusia menjadi semakin besar. Manusia modern mempunyai ecological footprint per kapita yang lebih besar daripada manusia seratus tahun yang lalu karena semakin besarnya tingkat konsumerisme. Ecological footprint adalah satuan untuk menghitung tingkat penggunaan sumberdaya alam.Pengendalian kuantitas penduduk merupakan tanggung jawab pemerintah melalui instansi dan lembaga yang menaungi persoalan tersebut. Diantaranya adalah BKKBN, Kementerian Kesehatan, Kemendikbud dan pemerintah daerah beserta seluruh jajarannya. Selain itu, peran masyarakat juga diperlukan sebagai penentu keberhasilan dari sebuah program. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan asessment pada masyarakat secara terus menerus secara berkeseinambungan dan sistematis agar masyarakat memiliki kesadaran betapa pentingnya program pengendalian laju pertumbuhan pendudukUntuk dapat mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan sebuah program maka diperlukan perencanaan program yang tepat berbasis pada data. Dengan perencanaan yang base on data maka diharapkan dapat disusun sebuah program yang tepat sasaran, efektif dan efisien. Oleh karena itu, penyediaan Profil Pengendalian Kuantitas Penduduk ini adalah suatu langkah yang strategis dan penting untuk dapat memberikan informasi dan data yang memadai bagi keberlanjutan program pengendalian penduduk di Jawa Timur.

Ketua Ikatan Peminat dan Ketua Koalisi Indonesia UntukAhli Demografi Indonesia Pembangunan dan KependudukanProvinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Timur,

Prof. Dr. I B Wirawan Prof. dr. Kuntoro, MPH, Dr. PH

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nya semata maka dapat disusun Buku Profil Pengendalian Kuantitas Penduduk Jawa Timur ini. Pada buku ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang latar belakang, maksud dan tujuan serta dasar huku penyusunan profil ini. Kemudian disampaikan tentang gambaran umum kependudukan di Jawa Timur serta indikator fertilitas (rujukan, input, proses, output dan outcome). Informasi yang disajikan adalah dalam bentuk tabulasi dan deskripsi agar lebih mudah dipahami. Sebagian besar data yang digunakan adalah data yang dihasilkan dari survei-survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Sensus Penduduk (SP). Disamping itu digunakan pula data dari catatan administrasi berbagai instansi terkait di Jawa Timur Dengan penyediaan profil ini diharapkan dapat membantu penyediaan informasi bagi para stakeholders, akademisi, pebisnis, dan masyarakat umum berkaitan dengan pengendalian penduduk di Jawa Timur. Selain itu dengan data dan informasi yang disajikan dalam profil ini diharapkan dapat tergali permasalahan pengendalian penduduk yang diperlukan oleh para perumus kebijakan, pengambil keputusan dan perencana, terutama dalam mengintegrasikan aspirasi, kepentingan dalam proses pembangunan kependudukan di Jawa Timur. Demi penyempurnaan profil ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Dan dengan selesainya penyusunan profil ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyediakan data profil kependudukan ini. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

Prakata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.....................i

Sekapur Sirih..........................................................................................ii

Kata Pengantar .....................................................................................iii

Daftar Isi ................................................................................................i

Daftar Tabel ..........................................................................................v

Daftar Gambar ......................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1.1 Latar Belakang ................................................................................1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................1.3 Dasar Hukum .................................................................................

1145

BAB IIGAMBARAN UMUM PENDUDUK JAWA TIMUR .................................

6

BAB IIIINDIKATOR FERTILITASa. Parameter Rujukan ..........................................................................b. Parameter Input ...............................................................................c. Parameter Proses ............................................................................d. Parameter Output .............................................................................e. Parameter Outcome .........................................................................

1111

182126

BAB IVPENUTUP .............................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................29

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Timur Tahun 1980-210 ....................................................................

6

Tabel 2Rasio Jenis Kelamin Penduduk Jawa Timur Tahun 2000 dan Tahun 2010 ....................................................................

7

Tabel 3Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Timur ................

8

Tabel 4Jumlah Penduduk per Kab/Kota Tahun 2010-2012 ..............

12

Tabel 5Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) per Kab/Kota Tahun 2011-2012 .............................................................................

13

Tabel 6Pasangan Usia Subur per Kab/Kota Tahun 2011 dan 2012

14

Tabel 7Jumlah Tenaga Kesehatan (Dokter, Bidan) ..........................

15

Tabel 8Jumlah Klinik KB ...................................................................

16

Tabel 9Jumlah PLKB ........................................................................

17

Tabel 10Jumlah CPR (Contraceptive Prevalence Rate) per Kab/Kota Tahun 2011-2012 ..................................................................

19

Tabel 11Jumlah Tenaga Kesehatan (Dokter, Bidan) yang Dilatih per Kab/Kota Tahun 2012 ...........................................................

20

Tabel 12Rata-rata Usia Kawin Pertama menurut Kabupaten/Kota tahun 2011 ............................................................................

21

Tabel 13CWR (Child Woman Ratio) Kabupaten/ Kota Tahun 2011-2012 ......................................................................................

22

Tabel 14CBR (Crude Birth Rate) Kabupaten/Kota Tahun 2011-2012

23

Tabel 15ASFR per Kab/Kota Tahun 2011-2012 .................................

24

Tabel 16TFR per Kab/Kota Tahun 2011-2012 ....................................25

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1Nilai IPM Provinsi Jawa Timur Tahun 1996-201010

i

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSalah satu masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban daripada modal pembangunan. Para ahli kependudukan, praktisi dan akademisi terutama yang berkiprah dalam ranah analisa kependudukan, telah banyak mengungkapkan kekhawatiran akan adanya ledakan penduduk kembali terjadi di Indonesia. Implikasi ledakan penduduk yang mungkin terjadi tidak hanya mengancam ketersediaan pangan dan daya dukung lingkungan namun juga yang berdampak luas terhadap bidang kehidupan lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi secara makro dan berbagai matra kependudukan lainnya.Logika tersebut secara makro digunakan sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Secara mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi mengenai pentingnya suatu keluarga melakukan pengaturan jumlah anak. Salah satu contoh kebijakan kependudukan yang sangat populer dalam bidang pengendalian penduduk adalah program keluarga berencana. Program ini telah dimulai sejak awal tahun 1970-an. Tujuan utama program KB ada dua macam yaitu demografis dan non-demografis. Tujuan demografis KB adalah terjadinya penurunan fertilitas dan terbentuknya pola budaya small family size, sedangkan tujuan non-demografis adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk yang merata dan berkeadilan. Keluarga berencana merupakan contoh kebijakan langsung dibidang pengendalian penduduk.Di era pemerintahan Presiden Soeharto, pengendalian penduduk berjalan dengan efektif. Di masa itu tingkat pertumbuhan penduduk bisa ditekan hingga 1,45 persen. Namun, sejak reformasi 1998, perhatian pada pengendalian penduduk mengalami penurunan sehingga tingkat pertumbuhan penduduk memiliki kecenderungan meninggi hingga angka 1,49 persen.Kini tampaknya pemerintah kembali menaruh perhatian pada usaha pengendalian penduduk. Ada usaha untuk merevitalisasi program Keluarga Berencana. Program prioritas yang saat ini dikembangkan adalah Akselerasi percepatan penggarapan Program KKB dengan dukungan penguatan manajemen. Strategi pokok akselerasi pengendalian penduduk tahun 2013-2014, yaitu :a) Demand Sidea. Memperbaiki Sistem Informasi dan Manajemen Program Kependudukan dan KB, termasuk penyiapan publikasi yang berkualitas, penyerasian kebijakan kependudukan serta sistem informasi dan data kependudukan yang mudah diaksesb. Meningkatkan kapasitas mitra kerja utama BKKBN dalam konteks kependudukan serta peningkatan kerjasama pendidikan kependudukanc. Memperkuat dukungan dari mitra kerja dan pemerintah kab/kota, swasta, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk mencapai sasaran Program KKB.d. Memperkuat peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB dan pembinaan kesertaan ber KB, melalui intensifikasi penggarapan KB pada PUS MUPAR dan wilayah tertinggal, terpencil, perbatasan, pesisir, kepulauan, kumuh dan miskin.e. Mengingat Program KKB adalah urusan wajib pemerintah daerah baik provinsi dan Kabupaten/Kota, maka diperlukan adanya sense of crisis dan sense of urgency dengan pendekatan kesehatan, kesejahteraan keluarga dan kependudukan, supaya setiap keluarga muda dapat mengatur keluarganya terutama bagi kebutuhan ibu dan anak dalam rangka penuruanan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). f. Peningkatan Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) remaja dalam Program Genre, terutama dalam upaya pemberian pemahaman tentang Pendewasaan Usia Perkawinan, melalui intensifikasi PIK Remaja/Mahasiswa sampai ke tingkat pendidikan usia SLTP (jalur masyarakat, pendidikan dan agama) dan kelompok BKR.g. Meningkatkan peran serta peserta KB aktif melalui Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) untuk pelayanan keluarga dengan fokus pada Pasangan Usia Subur (PUS), anak, remaja dan lansia.h. Melakukan revolusi advokasi dan KIE dengan cara mengubah pendekatan advokasi dan KIE dari above the line menjadi below the line, mengintegrasikan kearifan lokal, memberdayakan seluruh potensi stakeholders dan mitra kerja, memperkuat SDM Operasional, menyediakan sarana dan prasarana, serta meningkatkan dukungan operasional advokasi dan KIE untuk pelembagaan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera melalui slogan dua anak cukup.i. Melakukan fasilitasi stakeholders dan mitra kerja dengan memberikan dukungan tata laksana (NSPK, SPM, SOP) dan dukungan operasional kemitraan yang memadai.j. Melakukan akselerasi operasional lini lapangan dengan dukungan infrastruktur dan tata laksana, capacity building bagi pengelola dan pelaksanaan program KKB, dukungan sarana/prasarana, dan dukungan operasional lini lapangan.k. Menyediakan data dan informasi berbasis teknologi informasi melalui pembakuan system yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, kemitraan dengan lintas sector dan penguatan desentralisasi system informasi di daerah melalui reformasi pencatatan dan pelaporan program KKB dan pendayagunaan data dan informasi.l. Peningkatan jejaring pelayanan KB baik di jalur pemerintah maupun swasta yang menjangkau keseluruh Kelurahan dan Desa melalui program KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran, serta melalui penggarapan KB di Wilayah Khusus.m. Memperluas jangkauan layanan Tribina dan PIK Remaja/Mahasiswa, Pemberdayaan Ekonomi Keluarga serta melakukan pembinaan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga menghasilkan dampak pembangunan keluarga yang optimal.n. Perlu data basis dan pemetaan/peta kerja yang lebih jelas, akurat dan bertanggung jawab agar dapat mendukung Program Pembangunan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (PK3).o. Pengembangan SDM Aparatur, pengelola dan pelaksana program KKB yang kompeten dan berwawasan internasional., serta Penyediaan Data dan Informasi Penelitian Kependudukan, KB dan KS yang berkualitas dan up to date khususnya dalalm rangka mendukung pengukuran kinerja.b) Suply Sidea. Memperkuat pelayanan statis terutama meningkatkan status klinik kesehatan yang berstatus sederhana menjadi klinik paripurnab. Menjamin ketersedian sarana, prasarana dan alat kontrasepsi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan KB c. Kerjasama dengan pihak swasta, organisasi profesi dan lintas sektor untuk mendukung pelayanan maupun ketersediaan sarana, prasarana dan alat kontrasepsid. Menjamin mekanisme distribusi alat/obat kontrasepsi dapat memenuhi seluruh kebutuhan Pelayanan KB di semua sarana pelayanan KB.e. Peningkatan kuantitas dan kualitas provider kesehatan

Pengendalian kelahiran harus menjadi salah satu prioritas karena kegagalan dalam soal ini mempunyai efek ganda yang memberatkan negara. Jumlah penduduk yang terlalu besar membutuhkan biaya pendidikan dan kesehatan yang terlalu besar pula. Jika keuangan negara terserap oleh dua bidang pembangunan itu, porsi finansial yang mesti diinvestasikan untuk keperluan masa depan menjadi mengecil.Adanya UU No. 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan telah memperkokoh upaya pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana dalam mendukung pembangunan nasional jangka panjang menuju penduduk tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Undang-undang No. 52 Tahun 2009 juga memberikan gambaran bahwa aspek-aspek kependudukan secara fungsional mambentuk satu kesatuan ekosistem. Dengan demikian arah kebijakan pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan senantiasa memperhatikan aspek kependudukan atau sering dikenal dengan sebutan pembangunan berwawasan kependudukan dan berkelanjutan, yang mana kebijakan ini perlu didukung dengan kebijakan yang menyangkut pengendalian penduduk.Informasi perkembangan capaian program ataupun indikator-indikator yang berkaitan dengan pengendalian kependudukan merupakan informasi yang strategis dan sangat dibutuhkan dalam menentukan kebijakan dan perencanaan pembangunan kependudukan yang lebih baik demi terciptanya harmonisasi antara pembangunan kependudukan dengan pembangunan di bidang lainnya.Berkaitan dengan hal tersebut, serta agar dapat memberikan gambaran informasi yang akurat berkaitan dengan situasi dan kondisi pengendalian penduduk di Jawa Timur, maka dilakukan penyusunan buku profil pengendalian kuantitas penduduk ini.

B. MAKSUD DAN TUJUANPenyusunan profil ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran informasi yang akurat tentang program, kebijakan dan parameter kependudukan yang berkaitan dengan pengendalian penduduk.

C. DASAR HUKUM1) Undang-Undang Dasar tahun 1945;2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional;3) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;4) Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;5) Perpres No. 62 tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;6) Perka BKKBN No. 72 tahun 2011 tentang Struktur Kelembagaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional;7) Perka BKKBN No. 82 tahun 2011 tentang Struktur Kelembagaan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi

BAB IIGAMBARAN UMUM PENDUDUK JAWA TIMUR

Penduduk Jawa Timur menurut hasil sensus penduduk pada tahun 1980, 1990, 2000, dan 2010 berturut-turut berjumlah 29.188.852 jiwa, 32.503.815 jiwa, 34.765.998 jiwa dan 37.476.757 jiwa. Jumlah penduduk Jawa Timur ini adalah ranking 2 terbanyak setelah Provinsi Jawa Barat. Penduduk terbanyak di Jawa Timur adalah di Kota Surabaya, disusul Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah di Kota Blitar, disusul Kota Mojokerto dan Kota Madiun.Laju pertumbuhan penduduk selama periode 1980-1990, 19902000 dan 2000-2010 berturut-turut adalah 1,08 persen per tahun, 0,70 persen per tahun dan 0,76 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur ini lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia periode 1980-1990 sebesar 1,97 persen per tahun, periode 1990-2000 sebesar 1,45 persen per tahun, dan periode 2000-2010 yang sebesar 1,49 persen per tahun. Laju pertumbuhan penduduk selama periode 2000-1010 tertinggi di Kabupaten Sidoarjo yaitu 2,211% pertahun, disusul Kabupaten Gresik 1,602% pertahun, dan Kabupaten Sampang 1,598% pertahun. Sedangkan Laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Kabupaten Lamongan (-0,022%), Kabupaten Ngawi (0,056%) dan Kabupaten Magetan (0,085%). Tabel 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jawa Timur Tahun 1980- 2010 Sumber DataJumlah PendudukLaju Pertumbuhan

Sensus Penduduk 1980Sensus Penduduk 1990Sensus Penduduk 2000Sensus Penduduk 201029.188.852 jiwa32.503.815 jiwa34.765.998 jiwa37.476.757 jiwa1,491,080,700,76

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Provinsi Jawa Timur menurut Sensus Penduduk tahun 2000 adalah 17.193.272 laki-laki dan 17.572.726 perempuan, sedangkan menurut Sensus Penduduk 2010 adalah 18.503.516 laki-laki dan 18.973.241 perempuan. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dinyatakan dengan suatu ukuran yang dikenal dengan Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio). Pada umumnya Rasio Jenis Kelamin dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Pada tahun 2000 Rasio Jenis Kelamin penduduk Jawa Timur adalah 97,8. Maksudnya, untuk setiap 100 perempuan di provinsi ini terdapat 97,8 laki-laki. Jumlah tersebut mendekati keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan bahwa setiap laki-laki mempunyai peluang yang besar untuk memiliki satu istri. Pada tahun 2010 Rasio Jenis Kelamin penduduk Jawa Timur adalah 97,5. Nampak terjadi penurun Rasio Jenis Kelamin. Ini berarti terjadi penurunan jumlah penduduk laki-laki, lebih banyak penduduk laki-laki yang bermigrasi ke luar wilayah Provinsi Jawa Timur.

Tabel 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Jawa Timur Tahun 2000 dan Tahun 2010KelompokUmurRasio Jenis Kelamin

Tahun 2000Tahun 2010

0 14 th15 64 th65 th keatas105,597,276,7105,397,673,8

Jumlah97,897,5

Sumber: SP 2000 dan 2010

Bila dirinci menurut kelompok usia produktif dan tidak produktif, maka Sex Ratio pada kelompok umur dibawah 15 tahun adalah 105,3, kelompok umur produktif 97,6, dan sex ratio kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 73,8.Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, kepadatan penduduk Jawa Timur adalah 781 jiwa per km persegi. Di antara Kabupaten/Kota paling padat adalah Kota Surabaya yaitu 8.355 jiwa per km persegi, disusul Kota Malang 7.457 jiwa per km persegi. Sementara Kabupaten/Kota paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kabupaten Pacitan 381 jiwa per km persegi, disusul Kabupaten Situbondo 392 jiwa per km persegi. Keadaan ini mengindikasikan bahwa terjadi disparitas distribusi penduduk antar kabupaten/ kota. Dari 38 kabupaten/ kota, daerah yang berstatus sebagai kota menunjukkan kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang berstatus sebagai kabupaten. Boleh jadi daerah dengan tingkat perkembangan ekonomi yang baik akan menumbuhkan pemusatan penduduk ke daerah tersebut sebagai kawasan untuk kegiatan kehidupan mereka. Kondisi demikian mendorong penduduk untuk bermigrasi yang mengakibatkan kepadatan penduduk semakin besar.Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) merupakan salah satu indikator demografi untuk mengetahui kualitas penduduk di suatu wilayah. Semakin rendah angka IMR menggambarkan semakin membaiknya kualitas penduduk. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Timur tahun 1990, 2000 dan 2010 terus mengalami penurunan. Jika tahun 1990 masih sebesar 64,0 per 1000 kelahiran hidup, maka tahun 2010 sebesar 29,9 per 1000 kelahiran hidup.

Tabel 3. Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa TimurSumber DataTingkat Kematian Bayi

Sensus Penduduk 1990Sensus Penduduk 2000Sensus Penduduk 201064,044,029,9

Sumber : Hasil Pengolahan BPS JatimLaju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur tahun 2012 sebesar 7,5% melampaui pertumbuhan ekonomi nasional 6,7%. Angka tersebut meningkat daripada tahun 2011 dimana pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 7,22% sedangkan nasional 6,5%. Angka kemiskinan di Jawa Timur juga terus mnurun. Ini artinya berbagai program penanggulangan kemiskinan di Jawa Timur memberikan hasil cukup signifikan. Pada 2005 terdapat 22,51% penduduk miskin di Jawa Timur, kemudian menurun menjadi 19,89% pada 2006. Persentase penduduk miskin menunjukkan kecenderungan terus menurun. Pada 2007, menjadi 18,89%, dan pada 2008 kembali menurun menjadi 16,97%. Akhirnya berdasarkan data dari BPS Pusat 2011, Penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur tahun 2011 adalah sebesar 14,23% terdapat di Perkotaan sebesar 9,87% dan di Perdesaan sebesar 18,19%. Semetara persentase penduduk miskin nasional adalah sebesar 12,49%.Penurunan kemiskinan tersebut seiring dengan itu terjadinya peningkatan TPAK dan penurunan pengangguran di Jawa Timur. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Jawa Timur tahun 2007 sampai 2011 cenderung meningkat. Jika pada tahun 2007 sebesar 68,99, tahun 2008 sebesar 69,31, tahun 2009 sebesar 69,25, tahun 2010 sebesar 69,08 dan tahun 2011 sebesar 69,49. Sementara itu hasil pendataan Badan Pusat Statistik melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penganggur di Jawa Timur yang cukup berarti. Jika tahun 2007 sebesar 6,79%, tahun 2008 sebesar 6,42%, tahun 2009 sebesar 5,08%, tahun 2010 sebesar 4,25% dan tahun 2011 sebesar 4,16%.Kondisi IPM Provinsi Jawa Timur mengalami fluktuatif bila diukur mulai sebelum krisis sampai tahun 2010. Pada tahun 1996 IPM Provinsi Jawa Timur sebesar 65,5, pada tahun 1999 mengalami penurunan menjadi 61,8. Kemudian pada tahun 2002 kembali mengalami kenaikan menjadi 62,64 dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 65,89 dimana posisi ini hampir sama dengan kondisi sebelum krisis ekonomi. Selanjutnya IPM tahun 2008 sebesar 70,38 dan tahun 2010 menjadi 71,55. Peningkatan IPM Provinsi Jawa Timur dari tahun 2002 sampai 2010 ini menunjukkan bahwa stabilitas ekonomi dan pembangunan manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda membaik dan tentu saja tidak terlepas dari kontribusi komponen penentunya.

Gambar 1: Nilai IPM Provinsi Jawa Timur Tahun 1996-2010

BAB IIIINDIKATOR FERTILITAS

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.Indikator Fertilitas yang dimaksudkan disini adalah beberapa jenis indikator yang berkaitan dengan angka kelahiran. Angka-angka kelahiran tersebut sangat berkaitan dengan capaian program pengendalian penduduk. Beberapa parameter kependudukan yang berkaitan dengan kelahiran adalah sebagai berikut :a. PARAMETER RUJUKANIndikator rujukan merupakan beberapa indikator yang mampu menunjukan besaran kelompok sasaran. Yang termasuk dalam indikator rujukan ini adalah jumlah penduduk, jumlah WUS (Wanita Usia Subur), dan jumlah PUS (Pasangan Usia Subur).

Yang dimaksud dengan wanita usia subur ( WUS ) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Sedangkan Pasangan usia subur (Pus) adalah pasangan suami istri berumur 15-49 tahun dari secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan telah haid atau istrinya berumur 50 tahun tetapi masih hamil.Adapun data-datanya adalah sebagai berikut :Tabel 4. Jumlah Penduduk per Kab/Kota Tahun 2010-2012

NoKabupaten/KotaJumlah Penduduk

201020112012

1Kab. Pacitan 540.881542,127543,391

2Kab. Ponorogo855.281856,573857,623

3Kab. Trenggalek674.411676,728678,876

4Kab. Tulungagung990.158996,4811,002,113

5Kab. Blitar1.116.6391,121,8481,126,556

6Kab. Kediri1.499.7681,509,5661,518,121

7Kab. Malang2.446.2182,467,7112,487,120

8Kab. Lumajang1.006.4581,010,8651,014,575

9Kab. Jember2.332.7262,348,5522,362,179

10Kab. Banyuwangi1.556.0781,562,8511,568,898

11Kab. Bondowoso736.772741,460745,948

12Kab. Situbondo647.619652,523656,691

13Kab. Probolinggo1.096.2441,106,4361,115,267

14Kab. Pasuruan1.512.4681,528,5461,542,837

15Kab. Sidoarjo1.941.4971,984,2342,024,678

16Kab. Mojokerto1.025.4431,038,2721,049,967

17Kab. Jombang1.202.4071,210,4791,217,560

18Kab. Nganjuk1.017.0301,021,5891,025,515

19Kab. Madiun662.278664,422666,373

20Kab. Magetan620.442620,969621,273

21Kab. Ngawi817.765818,457818,871

22Kab. Bojonegoro1.209.9731,214,5181,218,457

23Kab. Tuban1.118.4641,125,6791,131,892

24Kab. Lamongan1.179.0591,186,7211,193,725

25Kab. Gresik1.177.0421,195,8821,213,449

26Kab. Bangkalan906.761917,374927,433

27Kab. Sampang877.772891,293904,314

28Kab. Pamekasan795.918807,828818,662

29Kab. Sumenep1.042.3121,048,4231,053,640

71Kota Kediri268.507271,328273,679

72Kota Blitar131.968133,324134,554

73Kota Malang820.243828,859835,082

74Kota Probolinggo217.062219,862222,413

75Kota Pasuruan186.262188,283190,045

76Kota Mojokerto120.196121,449122,550

77Kota Madiun170.964171,784172,421

78Kota Surabaya2.765.4872,785,7062,801,409

79Kota Batu190.184192,597194,793

Jawa Timur37.476.75737,781,59938,052,950

Sumber: BPS Jatim (diolah)Tabel 5. Jumlah WUS (Wanita Usia Subur) per Kab/Kota Tahun 2011-2012

NoKabupaten/KotaWanita Usia Subur

20112012

1Kab. Pacitan 145,215148,140

2Kab. Ponorogo257,889260,654

3Kab. Trenggalek195,109186,988

4Kab. Tulungagung289,554293,776

5Kab. Blitar339,259336,295

6Kab. Kediri411,314408,154

7Kab. Malang679,832683,927

8Kab. Lumajang292,992299,440

9Kab. Jember694,127700,865

10Kab. Banyuwangi442,007433,918

11Kab. Bondowoso212,906213,801

12Kab. Situbondo231,145208,549

13Kab. Probolinggo302,865309,114

14Kab. Pasuruan419,632427,547

15Kab. Sidoarjo501,534523,183

16Kab. Mojokerto299,518306,606

17Kab. Jombang346,878337,963

18Kab. Nganjuk285,110279,773

19Kab. Madiun196,912205,517

20Kab. Magetan175,825165,657

21Kab. Ngawi248,607257,446

22Kab. Bojonegoro371,989374,083

23Kab. Tuban306,450311,923

24Kab. Lamongan374,295367,763

25Kab. Gresik345,579325,412

26Kab. Bangkalan300,398282,849

27Kab. Sampang277,596284,317

28Kab. Pamekasan214,623229,425

29Kab. Sumenep344,007312,884

71Kota Kediri71,59073,120

72Kota Blitar36,11135,306

73Kota Malang212,361217,199

74Kota Probolinggo57,97059,934

75Kota Pasuruan47,53946,607

76Kota Mojokerto30,11429,780

77Kota Madiun46,47646,541

78Kota Surabaya747,987790,656

79Kota Batu49,97450,448

Jawa Timur10.803.28910.488.727

Sumber : BKKBN Jatim, Rek/Prov/RI/KS/08

Tabel 6. Pasangan Usia Subur per Kab/Kota Tahun 2011 dan 2012

No.Kabupaten/KotaPasangan Usia Subur

20112012

1Kab. Pacitan 118.779 119.602

2Kab. Ponorogo 180.070 184.935

3Kab. Trenggalek 146.083 139.637

4Kab. Tulungagung 202.483 201.694

5Kab. Blitar 220.951 223.236

6Kab. Kediri 295.791 295.692

7Kab. Malang 484.005 495.631

8Kab. Lumajang 223.149 229.708

9Kab. Jember 518.569 521.546

10Kab. Banyuwangi 340.830 332.529

11Kab. Bondowoso 182.851 185.685

12Kab. Situbondo 166.331 167.164

13Kab. Probolinggo 251.494 249.662

14Kab. Pasuruan 315.754 321.814

15Kab. Sidoarjo 360.965 369.677

16Kab. Mojokerto 232.929 242.666

17Kab. Jombang 249.897 242.331

18Kab. Nganjuk 212.012 193.444

19Kab. Madiun 144.802 147.158

20Kan. Magetan 128.327 113.116

21Kab. Ngawi 194.380 193.327

22Kab. Bojonegoro 279.842 284.054

23Kab. Tuban 224.525 228.254

24Kab. Lamongan 288.553 282.821

25Kab. Gresik 229.037 231.583

26Kab. Bangkalan 187.397 191.396

27Kab. Sampang 194.862 201.870

28Kab. Pamekasan 168.567 172.015

29Kab. Sumenep 244.465 239.264

71Kota Kediri 46.255 46.982

72Kota Blitar 23.757 23.638

73Kota Malang 126.669 127.612

74Kota Probolinggo 47.864 49.116

75Kota Pasuruan 33.360 32.811

76Kota Mojokerto 19.553 19.375

77Kota Madiun 27.926 27.702

78Kota Surabaya 467.852 477.422

79Kota Batu 38.164 39.113

Jawa Timur 7.819.100 7.845.282

Sumber : BKKBN Jatim, Rek/Prov/RI/KS/08

b. PARAMETER INPUTIndikator input merupakan besaran sumber daya yang digunakan dalam program dan kebijakan. Yang tergolong dalam jenis indikator ini adalah jumlah anggaran, banyaknya tenaga kesehatan (dokter, bidan), jumlah klinik KB, Jumlah PLKB. Adapun data-datanya adalah sebagai berikut :Tabel 7. Jumlah Tenaga Kesehatan (Dokter, Bidan)No.Kabupaten/KotaDokterBidan

1Kab. Pacitan 39223

2Kab. Ponorogo45359

3Kab. Trenggalek41356

4Kab. Tulungagung51258

5Kab. Blitar36233

6Kab. Kediri125414

7Kab. Malang160650

8Kab. Lumajang51199

9Kab. Jember77372

10Kab. Banyuwangi66377

11Kab. Bondowoso52252

12Kab. Situbondo39142

13Kab. Probolinggo66300

14Kab. Pasuruan92311

15Kab. Sidoarjo201500

16Kab. Mojokerto74245

17Kab. Jombang83451

18Kab. Nganjuk65277

19Kab. Madiun40199

20Kab. Magetan53295

21Kab. Ngawi53295

22Kab. Bojonegoro64342

23Kab. Tuban62317

24Kab. Lamongan70378

25Kab. Gresik113376

26Kab. Bangkalan30199

27Kab. Sampang26153

28Kab. Pamekasan49196

29Kab. Sumenep34152

71Kota Kediri38146

72Kota Blitar1650

73Kota Malang114205

74Kota Probolinggo326

75Kota Pasuruan3567

76Kota Mojokerto3575

77Kota Madiun2566

78Kota Surabaya314433

79Kota Batu3566

Jawa Timur2,5729,955

Sumber: BKKBN Jatim, K/0/KB

Tabel 8. Jumlah Klinik KB

No.Kabupaten/KotaKlinik KB

PemerintahSwasta

1Kab. Pacitan 311

2Kab. Ponorogo29819

3Kab. Trenggalek1821

4Kab. Tulungagung10310

5Kab. Blitar889

6Kab. Kediri11224

7Kab. Malang5228

8Kab. Lumajang657

9Kab. Jember1046

10Kab. Banyuwangi17022

11Kab. Bondowoso772

12Kab. Situbondo897

13Kab. Probolinggo194

14Kab. Pasuruan926

15Kab. Sidoarjo6636

16Kab. Mojokerto872

17Kab. Jombang7523

18Kab. Nganjuk1076

19Kab. Madiun600

20Kab. Magetan472

21Kab. Ngawi21818

22Kab. Bojonegoro1038

23Kab. Tuban346

24Kab. Lamongan12310

25Kab. Gresik10617

26Kab. Bangkalan931

27Kab. Sampang1061

28Kab. Pamekasan653

29Kab. Sumenep651

30Kota Kediri4016

31Kota Blitar224

32Kota Malang1224

33Kota Probolinggo283

34Kota Pasuruan245

35Kota Mojokerto217

36Kota Madiun00

37Kota Surabaya12656

38Kota Batu77

Jawa Timur3117402

Sumber : BKKBN Jatim, K/0/KB

Tabel 9. Jumlah PLKB

No.Kabupaten/KotaPLKB/PKBNo.Kabupaten/KotaPLKB/PKB

1Kab. Pacitan 6321Kab. Ngawi108

2Kab. Ponorogo14022Kab. Bojonegoro115

3Kab. Trenggalek4223Kab. Tuban83

4Kab. Tulungagung9824Kab. Lamongan142

5Kab. Blitar9025Kab. Gresik83

6Kab. Kediri7326Kab. Bangkalan101

7Kab. Malang12727Kab. Sampang35

8Kab. Lumajang5628Kab. Pamekasan78

9Kab. Jember9229Kab. Sumenep98

10Kab. Banyuwangi8730Kota Kediri33

11Kab. Bondowoso9431Kota Blitar12

12Kab. Situbondo2832Kota Malang65

13Kab. Probolinggo2433Kota Probolinggo23

14Kab. Pasuruan10134Kota Pasuruan27

15Kab. Sidoarjo11335Kota Mojokerto16

16Kab. Mojokerto8536Kota Madiun28

17Kab. Jombang10837Kota Surabaya115

18Kab. Nganjuk11738Kota Batu6

19Kab. Madiun67Jawa Timur2,857

20Kab. Magetan84

Sumber : BKKBN Jatim, BKKBN Jatim, K/0/KB

Keberhasilan Program Pengendalian Kuantitas (Keluarga Berencana) tidak lepas dari hasil kerja keras Petugas Lini Lapangan Program KB yang dikenal sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Sebagai bagian dari sub sistem keberhasilan program KB, penyuluh KB merupakan ujung tombak yang berperan dalam mensosialisasikan sekaligus menjabarkan visi misi program KB dan KS (Keluarga Sejahtera) di tingkat lini lapangan. Mereka adalah ujung tombak pelaksanaan program KB di daerah baik tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan maupun desa bahkan hingga pada mobilisasi dan sosialisasi pada masyarakat secara langsung. Dukungan nyata lainnya dari petugas KB di lapangan adalah mulai dari penggerakan kegiatan, pengelolaan dan pelaksanaan sampai pada pengumpulan data basis melalui pendataan keluarga yang setiap tahun dilaksanakan.Tugas dan fungsi dasar PLKB/PKB meliputi sepuluh langkah, yaitu pendekatan tokoh formal, pendataan dan pemetaan, pendekatan tokoh informal, pembentukan kesepakatan, penegasan kesepakatan, penerangan dan motivasi, peneladanan atau pembentukan grup pelopor, pelayanan KB-KS, pembinaan peserta, pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Dalam menggarap sasaran khalayak, PKB melaksanakan sepuluh langkah tersebut untuk mendinamisasi anggota masyarakat dalam kegiatan Program KB Nasional. Secara manajerial, PKB mempunyai 6 (enam) fungsi dan tugas, yaitu fungsi merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengembangkan, melaporkan, dan mengevaluasi Program KB Nasional dan program pembangunan lainnya di wilayah binaannya (BKKBN, 2002)Di Jawa Timur, rasio Penyuluh KB di lapangan rata-rata 1:3, artinya setiap penyuluh mempunyai wilayah binaan minimal 3 desa/kelurahan, bahkan studi yang dilakukan oleh Hariastuti dkk (2009) mendapatkan adanya PKB yang memiliki wilayah binaan 8 sampai 12 desa. Kondisi seperti ini, biasanya ditemui di kecamatan wilayah pinggiran yang berbatasan dengan kabupaten lain, atau di daerah pegunungan, dengan jarak desa yang berjauhan, sehingga kalau ada desa yang terletak berdekatan, akan dibina oleh salah satu PKB yang ada sekaligus. Di Bangkalan, ada satu kecamatan yang hanya mempunyai seorang PKB saja untuk mengendalikan program KB di 14 desa di kecamatan tersebut. Sungguh suatu kondisi yang sangat ironi di tengah eforia yang begitu besar untuk mensukseskan program kependudukan dan keluarga berencana di lini lapangan. Idealnya setiap 1 orang PLKB membina maksimal 2 desa.

c. PARAMETER PROSESYang dimaksud dengan indikator proses adalah besaran partisipasi kelompok sasaran pada implementasi program dan kebijakan, dalam hal ini kebijakan pengendalian kuantitas penduduk. Beberapa indikator yang tergolong dalam indikator proses adalah jumlah CPR (Contraceptive Prevalence Rate) menurut jenis kontrasepsi, banyaknya tenaga kesehatan yang dilatih. Adapun data-datanya adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Jumlah CPR (Contraceptive Prevalence Rate) per Kab/Kota Tahun 2011-2012

No.KABUPATEN /KOTACPR

20112012

1Kab. Pacitan 80.8479.08

2Kab. Ponorogo76.9675.39

3Kab. Trenggalek81.9681.24

4Kab. Tulungagung79.1078.26

5Kab. Blitar75.2775.98

6Kab. Kediri76.0476.33

7Kab. Malang77.9279.65

8Kab. Lumajang80.5279.21

9Kab. Jember72.8073.32

10Kab. Banyuwangi72.3776.58

11Kab. Bondowoso77.4275.35

12Kab. Situbondo72.6569.11

13Kab. Probolinggo75.8773.11

14Kab. Pasuruan76.8071.48

15Kab. Sidoarjo81.2281.66

16Kab. Mojokerto81.3381.29

17Kab. Jombang79.5780.00

18Kab. Nganjuk79.9480.68

19Kab. Madiun77.0176.13

20Kab. Magetan78.9478.28

21Kab. Ngawi70.3371.00

22Kab. Bojonegoro78.7475.61

23Kab. Tuban75.7575.70

24Kab. Lamongan80.0280.05

25Kab. Gresik79.4879.95

26Kab. Bangkalan73.2374.13

27Kab. Sampang72.5973.08

28Kab. Pamekasan75.1668.83

29Kab. Sumenep72.2272.06

71Kota Kediri72.3773.12

72Kota Blitar74.0974.22

73Kota Malang74.8176.47

74Kota Probolinggo73.2173.30

75Kota Pasuruan80.5678.03

76Kota Mojokerto82.3675.79

77Kota Madiun79.5480.50

78Kota Surabaya85.1781.60

79Kota Batu82.3179.58

Jawa Timur77.3376.73

Sumber:Rek. F/I/Dal

Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Sementara itu kontribusi pemakaian kontrasepsi terhadap penurunan angka kelahiran tidak saja ditentukan oleh banyaknya pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kualitas pemakaiannya. Terkait dengan itu, selama ini program KB nasional memberikan prioritas pada pemakaian jenis kontrasepsi yang mempunyai efektivitas atau daya lindung tinggi terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Selain itu sasaran pemakaian kontrasepsi juga lebih difokuskan pada pasangan usia subur muda (usia di bawah 30 tahun) dengan paritas rendah (jumlah anak paling banyak dua orang). Dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang efektif dan mempunyai daya lindung yang tinggi bagi pasangan usia subur muda paritas rendah diharapkan kontribusi pemakaian kontrasepsi terhadap penurunan angka kelahiran di Indonesia juga akan menjadi semakin besar.Tabel 11. Jumlah Tenaga Kesehatan ( Dokter, Bidan ) yang dilatih per Kabupaten/Kota Tahun 2012

No.PELATIHAN TEKNIS PELAYANAN DAN R/R

Kabupaten/KotaDOKTERIUDMOWMOPIMPLKIP/KONSELINGBIDANIUDIMPLKIP/KONSELINGR/R

1.Kab. Pacitan 39133517122231101077437

2.Kab. Ponorogo4516811201535915311410799

3.Kab. Trenggalek419131521356197179195122

4.Kab. Tulungagung5121532019258174177148105

5.Kab. Blitar36112491023320020011068

6.Kab. Kediri125221062628414122688356

7.Kab. Malang160482416513965028222620050

8.Kab. Lumajang511176151819990866150

9.Kab. Jember77301615202137220517914159

10.Kab. Banyuwangi6620582021377235232199150

11.Kab. Bondowoso5213451117252171138130107

12.Kab. Situbondo395227614259696240

13.Kab. Probolinggo661451019173001201258650

14.Kab. Pasuruan92314330273111031098272

15.Kab. Sidoarjo2018650378690500209174185115

16.Kab. Mojokerto742395202524515012312692

17.Kab. Jombang8331119282145122119320284

18.Kab. Nganjuk6514741316277102969477

19.Kab. Madiun40544441997774

20.Kan. Magetan5396691029586686041

21.Kab. Ngawi5323552020295222188214155

22.Kab. Bojonegoro642756201934215515811093

23.Kab. Tuban623613103834317177168170154

24.Kab. Lamongan703610103835378212219174144

25.Kab. Gresik1132312122518376174161138130

26.Kab. Bangkalan301166129199821238068

27.Kab. Sampang26311111215356655736

28.Kab. Pamekasan49143515181967510410053

29.Kab. Sumenep34112281315265785120

71Kota Kediri38191213191914675686140

72Kota Blitar1675266502217117

73Kota Malang114341513292920591585416

74Kota Probolinggo3300102617181114

75Kota Pasuruan35746776722211110

76Kota Mojokerto35127412127558574933

77Kota Madiun25763796627161510

78Kota Surabaya3146940306150433179159128108

79Kota Batu35343366616162012

Jawa Timur257277733329377275399554721436438062581

Sumber: K/0/KB

Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kesertaan Ber-KB dengan menyasar pada ketersediaan provider. Upaya yang dilakukan adalah dengan melibatkan bidan serta jumlah dokter yang jumlahnya jauh lebih banyak yang dapat memberikan layanan program Keluarga Berencana. Adapun langkah konkritnya adalah dengan memberikan pelatihan terhadap sebanyak dokter dan bidan untuk memasang alat kontrasepsi dalam rahim dan susuk atau implant serta pelatihan lainnya yang berkaitan dengan implementasi dan monitoring program pengendalian penduduk

d. PARAMETER OUTPUTIndikator Output adalah besaran hasil dari implementasi program dan kebijakan. Beberapa indikator yang tergolong sebagai indikator output adalah : UKP (Usia Kawin Pertama), CWR (Child Woman Ratio), CBR (Crude Birth Rate), ASFR (Age Specific Fertility Rate) dan TFR (Total Fertility Rate). Adapun data-datanya adalah sebagai berikut :Tabel : 12 Rata rata Usia Kawin Pertama Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

KODEKabupaten /KotaUKP 2011KODEKabupaten /KotaUKP 2011

1Kab. Pacitan 19.36 20Kan. Magetan19.70

2Kab. Ponorogo19.24 21Kab. Ngawi19.13

3Kab. Trenggalek19.21 22Kab. Bojonegoro17.95

4Kab. Tulungagung19.52 23Kab. Tuban18.46

5Kab. Blitar19.38 24Kab. Lamongan18.15

6Kab. Kediri19.53 25Kab. Gresik19.58

7Kab. Malang18.89 26Kab. Bangkalan17.86

8Kab. Lumajang17.97 27Kab. Sampang17.51

9Kab. Jember18.08 28Kab. Pamekasan17.88

10Kab. Banyuwangi18.31 29Kab. Sumenep18.39

11Kab. Bondowoso15.72 71Kota Kediri21.12

12Kab. Situbondo16.54 72Kota Blitar21.93

13Kab. Probolinggo16.79 73Kota Malang20.78

14Kab. Pasuruan18.57 74Kota Probolinggo19.37

15Kab. Sidoarjo20.85 75Kota Pasuruan19.36

16Kab. Mojokerto18.81 76Kota Mojokerto21.37

17Kab. Jombang19.59 77Kota Madiun21.45

18Kab. Nganjuk19.43 78Kota Surabaya21.39

19Kab. Madiun19.25 79Kota Batu20.07

Jawa Timur18.90

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur, Susenas 2011

Adapun faktor lain berpengaruh terhadap program pengendalian penduduk melaui TFR adalah Usia Kawin Pertama (UKP). Semakin rendah usia kawin pertama maka semakin lama masa reproduki yang dimiliki oleh pasangan tersebut sehingga semakin memiliki peluang untuk memiliki anak banyak. Oleh karena itu salah satu program dalam pengendalian penduduk adalah pendewasaan usia kawin pertama.

Tabel : 13 CWR (Child Woman Ratio) Kabupaten/ Kota Tahun 2011 - 2012

CWR CWR

NOKabupaten/KotaTahun 2011Tahun 2012

1Kab. Pacitan 0.2850.283

2Kab. Ponorogo0.2950.293

3Kab. Trenggalek0.2860.284

4Kab. Tulungagung0.3110.307

5Kab. Blitar0.3320.329

6Kab. Kediri0.3370.333

7Kab. Malang0.3200.317

8Kab. Lumajang0.2900.288

9Kab. Jember0.3110.309

10Kab. Banyuwangi0.3080.306

11Kab. Bondowoso0.2810.277

12Kab. Situbondo0.2710.270

13Kab. Probolinggo0.3070.304

14Kab. Pasuruan0.2870.285

15Kab. Sidoarjo0.2970.292

16Kab. Mojokerto0.3060.303

17Kab. Jombang0.3240.322

18Kab. Nganjuk0.3160.313

19Kab. Madiun0.3080.305

20Kan. Magetan0.3040.302

21Kab. Ngawi0.2900.288

22Kab. Bojonegoro0.2800.277

23Kab. Tuban0.2810.278

24Kab. Lamongan0.2810.279

25Kab. Gresik0.3090.305

26Kab. Bangkalan0.3310.333

27Kab. Sampang0.3240.326

28Kab. Pamekasan0.2860.285

29Kab. Sumenep0.2560.254

71Kota Kediri0.3050.306

72Kota Blitar0.3220.321

73Kota Malang0.2680.272

74Kota Probolinggo0.3150.213

75Kota Pasuruan0.3280.325

76Kota Mojokerto0.3160.311

77Kota Madiun0.2900.289

78Kota Surabaya0.2700.268

79Kota Batu0.3140.310

Jawa Timur0.2990.297

Sumber BPS Jatim ( diolah)

CWR adalah rasio balita terhadap setiap wanita usia subur sebagai ukuran yang dipergunakan untuk mengetahui rasio jumlah anak usia di bawah 5 tahun (balita) terhadap wanita usia subur pada waktu tertentu. Metode penghitungan ini sering dipergunakan bila tidak tersedia data yang rinci tentang kelahiran. Jika angka CWR mengecil pada setiap tahun, berarti telah terjadi penurunan tingkat fertilitas. Artinya semakin kecil CWR semakin menurun pula angka fertilitas demikian pula sebaliknya.

Tabel : 14 CBR (Crude Birth Rate) Kabupaten/Kota Tahun 2011 - 2012

NoKabupaten/KotaCBR CBR

Th.2011Th.2012

1Kab. Pacitan 13,219 13,064

2Kab. Ponorogo 13,445 13,321

3Kab. Trenggalek 14,084 13,895

4Kab. Tulungagung 16,328 15,848

5Kab. Blitar 16,128 15,761

6Kab. Kediri 17,233 16,820

7Kab. Malang 16,967 16,591

8Kab. Lumajang 15.7 15,384

9Kab. Jember 17,647 17,386

10Kab. Banyuwangi 15,614 15,316

11Kab. Bondowoso 15,442 15,005

12Kab. Situbondo 15,643 15,291

13Kab. Probolinggo 18,239 17,829

14Kab. Pasuruan 17,784 17,364

15Kab. Sidoarjo 18,272 17,560

16Kab. Mojokerto 17,204 16,820

17Kab. Jombang 17,588 17,244

18Kab. Nganjuk 16.3 15,947

19Kab. Madiun 1,426 14,029

20Kan. Magetan 1,375 13,611

21Kab. Ngawi 14,154 14,040

22Kab. Bojonegoro 15,135 14,782

23Kab. Tuban 15,876 15,484

24Kab. Lamongan 14,882 14,642

25Kab. Gresik 18,605 18,018

26Kab. Bangkalan 19,422 19,504

27Kab. Sampang 19,924 19,879

28Kab. Pamekasan 17,944 17,707

29Kab. Sumenep 14,774 14,410

71Kota Kediri 17,483 17,314

72Kota Blitar 17,712 17,448

73Kota Malang 17,454 17,357

74Kota Probolinggo 17,968 17,584

75Kota Pasuruan 17,653 19,204

76Kota Mojokerto 18,115 17,529

77Kota Madiun 15,264 15,141

78Kota Surabaya 17,976 17,331

79Kota Batu 17,476 16,967

Jawa Timur 16,560 16,142

Sumber: BPS Jatim (diolah Lutfi Agus Salim dengan Methode Asossiasi Fertilitas)

Salah satu faktor yang ikut berperan dalam penghitungan angka pertumbuhan penduduk adalah fertilitas (kelahiran). Untuk mengetahui tingkat kelahiran hidup antara lain dengan menggunakan rumus CBR (Crude Birth Rate). CBR adalah banyaknya kelahiran hidup pada setiap seribu orang penduduk. Dari data pada tabel dibawah ini dapat diketahui bahwa tingkat kelahiran kasar di Jawa Timur dari waktu ke waktu terus menurun. Namun demikian perlu mendapat perhatian karena dengan jumlah Penduduk Jawa Timur yang besar, dengan CBR 16,14 tersebut maka jumlah kelahiran selama setahun adalah sebanyak 614.175 kelahiran. Ini artinya setiap bulan ada kelahiran sejumlah 51.181 kelahiran dan setiap hari ada 1.706 kelahiran.Tabel 15: ASFR per Kab/Kota Tahun 2011-2012NoKabupaten/KotaASFR 20-24ASFR 20-24

Tahun 2011Tahun 2012

1Kab. Pacitan 1050.1119

2Kab. Ponorogo1110.1171

3Kab. Trenggalek1050.1120

4Kab. Tulungagung1170.1204

5Kab. Blitar1240.1275

6Kab. Kediri1240.1278

7Kab. Malang1200.1237

8Kab. Lumajang1100.1163

9Kab. Jember1200.1250

10Kab. Banyuwangi1170.1212

11Kab. Bondowoso1090.1134

12Kab. Situbondo1040.1106

13Kab. Probolinggo1200.1243

14Kab. Pasuruan1110.1166

15Kab. Sidoarjo1120.1166

16Kab. Mojokerto1150.1197

17Kab. Jombang1210.1254

18Kab. Nganjuk1190.1225

19Kab. Madiun1170.1212

20Kab. Magetan1150.1192

21Kab. Ngawi1080.1156

22Kab. Bojonegoro1060.1117

23Kab. Tuban1060.1121

24Kab. Lamongan1050.1118

25Kab. Gresik1170.1207

26Kab. Bangkalan1240.1310

27Kab. Sampang1220.1286

28Kab. Pamekasan1090.1162

29Kab. Sumenep940.1004

71Kota Kediri1120.1200

72Kota Blitar1210.1264

73Kota Malang950.1069

74Kota Probolinggo1170.1215

75Kota Pasuruan1230.1280

76Kota Mojokerto1180.1213

77Kota Madiun1060.1142

78Kota Surabaya990.1049

79Kota Batu1170.1208

Jawa Timur1120.1174

Sumber: BPS Jatim (diolah Lutfi Agus Salim dengan Methode Asossiasi Fertilitas)

Tabel 16 : TFR per Kab/ Kota Tahun 2011-2012NoKabupaten/KotaTFRTFR

Tahun 2011 Tahun 2012

1Kab. Pacitan 1,9701,951

2Kab. Ponorogo2,0562,041

3Kab. Trenggalek1,9661,953

4Kab. Tulungagung2,1542,118

5Kab. Blitar2,3202,284

6Kab. Kediri2,3212,291

7Kab. Malang2,2232,195

8Kab. Lumajang2,0442,023

9Kab. Jember2,2452,226

10Kab. Banyuwangi2,1662,138

11Kab. Bondowoso2,0051,973

12Kab. Situbondo1,9541,932

13Kab. Probolinggo2,2382,210

14Kab. Pasuruan2,0512,029

15Kab. Sidoarjo2,0642,030

16Kab. Mojokerto2,1222,103

17Kab. Jombang2,2622,236

18Kab. Nganjuk2,0832,168

19Kab. Madiun2,1602,136

20Kab. Magetan2,1062,090

21Kab. Ngawi2,0162,003

22Kab. Bojonegoro1,9721,948

23Kab. Tuban1,9781,954

24Kab. Lamongan1,9731,949

25Kab. Gresik2,1542,126

26Kab. Bangkalan2,3612,365

27Kab. Sampang2,3132,309

28Kab. Pamekasan2,0312,019

29Kab. Sumenep1,8041,786

71Kota Kediri2,1022,108

72Kota Blitar2,2702,259

73Kota Malang1,8531,879

74Kota Probolinggo2,1652,144

75Kota Pasuruan2,3182,295

76Kota Mojokerto2,1712,139

77Kota Madiun1,9791,983

78Kota Surabaya1,8651,851

79Kota Batu2,1572,127

Jawa Timur2,0772,048

Sumber: Diolah Lutfi Agus Salim dengan Methode Rele

Total Fertility Rate (TFR) atau Angka Kelahiran Total adalah suatu cara untuk mengetahui banyaknya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan setiap wanita usia reproduktif hingga akhir masa reproduksinya. Program pengendalian penduduk dilakukan dengan cara menekan angka kelahiran sedemikian rupa sehingga TFR tidak terlalu tinggi. Ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dalam kurun waktu lima tahun mendatang, tepatnya pada tahun 2015. Cita-cita besar yang dimaksud adalah terwujudnya Penduduk Tumbuh Seimbang yang ditandai dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,1 dan Net Reproduction Rate (NRR) =1. Cita-cita pemerintah ini dapat dibaca dengan jelas apabila kita mau menengok visi dan misi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang keberadaannya dikuatkan dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Visi dan misi tersebut adalah Penduduk Tumbuh Seimbang 2015 serta Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Harapan yang ingin dicapai sudah barang tentu terwujudnya LPP ideal yang memberi peluang kepada pemerintah bersama masyarakat untuk melanjutkan pembangunan sehingga hasilnya benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

e. PARAMETER OUTCOMEIndikator Outcome adalah besaran dampak dan manfaat yang diperoleh kelompok sasaran dari program dan kebijakan. Dampak dan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari program dan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk adalah terwujudnya penduduk tumbuh seimbang. Untuk Mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yang ditandai dengan menurunnya angka TFR (Total Fertility Rate) menjadi 2,1dan NRR (Net Reproduction Rate) menjadi 1. Yang dimaksud TFR adalah angka yang menunjukkan rata-rata jumlahanak yang dimiliki oleh wanita usia subur, sepanjang siklus kehidupan reproduksinya. Rata-rata setiap keluarga diharapkan memiliki anak antara 1 sampai 2 orang.

NRR adalah jumlah bayi perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya, dan dapat menggantikan ibunya untuk bereproduksi dengan mengikuti pola fertilitas dan mortalitas ibunya. NRR memperhitungkan kemungkinan si bayi perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa reproduksinya. NRR bernilai satu berarti suatu populasi dapat mengantikan dirinya dengan jumlah yang sama

Sering ditanyakan, kapankah Indonesia akan mencapai NRR = 1, tingkat replacement level, yaitu saat dimana satu ibu diganti secara tepat oleh satu bayi perempuan. Kondisi ideal tersebut dicita-citakan dapat dicapai sekitar tahun 2015. Pada saat itu bukannya berarti laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol, atau penduduk tanpa pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju pertumbuhan yang relatif stabil. Beberapa provinsi sudah mencapai tingkat itu jauh sebelum tahun 2015, misalnya DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Utara, yaitu pada periode 1996-1999. Pada akhir periode proyeksi hampir semua provinsi telah mencapai replacement level.

BAB IVPENUTUP

Kebijakan pengendalian penduduk merupakan sebuah kebijakan pemerintah yang diambil dalam rangka mengendalikan jumlah penduduk sedemikan rupa sehinga tercapai kondisi ideal, yaitu penduduk tumbuh seimbang. Program pengendalian penduduk dilakukan melalui program Keluarga Berencana.Program pengendalian penduduk harus terus mendapat perhatian karena jumlah penduduk Jawa Timur tergolong besar, rangking kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Perlu dilakukan sosialisasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan, hal ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendidikan dan pemahaman masyarakat terutama tentang KB, usia kawin pertama dan memperketat usia kawin pertama. Perlu upaya yang lebih serius dalam melaksanakan program pengendalian penduduk. Seluruh penduduk negeri ini bersama organisasi kemasyarakatan yang ada harus digugah kesadarannya untuk ikut berpartisipasi secara aktif guna menyukseskan program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan bangsa. Caranya tentu saja dengan ikut menyukseskan program KB dalam pengertian luas yang saat ini telah menyentuh lima aspek garapan, yakni Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), Pengaturan Kelahiran, Pembinaan Ketahanan Keluarga, Peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan Kependudukan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2009. Pedoman Tata Cara Kerja PLKB/PKB Dalam Program KB Nasional di Tingkat Desa/Kelurahan. Jakarta : BKKBNBadan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2011. Pendidikan Kependudukan. Jakarta : Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.Hariastuti I, dkk. 2009. Kinerja Petugas Lini Lapangan Keluarga Berencana dalam Pencapaian Kontrak Kinerja Program KB di Jawa Timur. Surabaya : Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur. 2011. Profil Kependudukan Jawa Timur. Surabaya : Bidang Pengendalian Penduduk.Koalisi Kependudukan Jawa Timur. 2013. Potret Keluarga Jawa Timur, diajukan pada saat pelaksanaan Rakerda Koalisi Indonesia Tingkat Nasional pada tanggal 27 Mei 2013.Mantra Bagoes Ida. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka PelajarPemerintah Provinsi Jatim dan BPS Jatim. 2002. Analisis Indikator Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 1998-2002.Pemerintah Provinsi Jatim dan BPS Jatim. 2005. Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 2001-2005.PemerintahProvinsi Jatim dan BPS Jatim. 2011.Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 2006-2010.Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur. 2012. Data Basis. Surabaya : Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur. 2012. Pendataan Keluarga 2011. Surabaya : Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.Syarief Sugiri. 2009. Program Kependudukan dan Keluarga Berencana : Tantangan dan Peluang. Handout disampaikan dalam kuliah umum di Universitas Trunojoyo Bangkalan tanggal 29 April 2009.Salim, Lutfi Agus.2011. Analisa Dampak Kependudukan Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi di Jawa Timur, Makalah Semiloka Kependudukan di Sun City Sidoarjo. 5-6 Juli 2011