understanding neurology by problem approach.ppt

51
Understanding neurology by problem Approach Dwi Andriyani

Upload: dwi-andriyani-niman

Post on 06-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

understanding neurology by problem approach how to diagnose patient with anamnesis and neurologic examination

TRANSCRIPT

Understanding neurology by problem

ApproachDwi Andriyani

Pendahuluan

Sebuah kerangka logis dari anamnesis dan pemeriksaan adalah dasar dari disiplin kedokteran klinis. Hal itu meningkatkan jangkauan , ketersedian dan sensitivitas tes diagnostik yang tidak pernah bisa menggantikan “cara klinis ini”

Anamnesis/Riwayat Penyakit

• Riwayat penyakit sekarang Pertanyaan yang harus di fokuskan pada keluhan dengan gejala yang ada pada pasien. Ini akan membantu dokter dalam mengetahui riwayat pasien sekarang.• Contoh: hilang ingatan, perubahan sikap / prilaku mendadak, hilang

pendengaran, pengelihatan ganda• Dari keluhan ini bisa ditelusuri dengan dan dicari serta mengetahui:

a.proses patologik, b. lokasi anatomi

c. Pemeriksaan fisik

contoh

1.Onset

Contoh dari onset:*Nyeri kepala tiba – tiba (akut)

bertahap (subakut)muncul dalam beberapa minggu (kronik)

Anamnesis onset ini tidak hanya didapatkan dari pasien tp juga dari anamnenis keluarga untuk melengkapi data onset pasien

Usia onset pasien • Contoh: • Migrain dan epilepsy pada anak dan pada dewasa.• Multiple sclerosis di waktu dewasa• Stroke dan dementia pada usia tua

2.Durasi

• Lamanya waktu yang gejala telah hadir membantu untuk, melihat kroniksitas, atau patologi• Untuk mengetahui prognosis setelah diagnosis

diketahui.

Contoh: nyeri kepala hebat pada durasi yang pendek

Penyakit intrakranial serius

3.Frekuensi

4.Gejala yang menyertai

4.Faktor yang memperingan dan yang memperberat gejala

5 pertanyaan onset durasifrekuensigejala penyertafaktor yang memperberat dan memperingan gejala

Skenario

A. Nyeri KepalaB. Gangguan visualC. Penurunan kesadaranD. Pusing KepalaE. Hilangnya pendengaranF. Tak stabilG. Hilang ingatanH. Gangguan bicara

I.KesemutanJ. Lemah/ ParesisK. Gangguan berkemih

Riwayat Penyakit dahulu

Informasi ini sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan diagnosis pembanding• Gejala neurologis sebelumnya atau ada diagnosis sebelumnya• Mempunyai faktor resiko tertentu pada penyakit neuro; riwayat

pekerjaan• Riwayat trauma kepala• Riwayat penggunaan alkohol atau obat obatan• Riwayat penyakit psikis• Riwayat penyakit lain( etc: riwayat penyakit pembekuan darah,penyakit

imunodeficiensi)

Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat penyakit keluarga, cth: meninggal karena apa orang tua,• Riwayat penyakit baik ayah dan ibu serta saudara sekandung

Riwayat kehidupan sosial

• Contoh: a) Merokokb) Minum minuman beralkoholc) Penggunaan obat obatand) Kegiatan olahraga atau aktivitas luare) Riwayat pekerjan f) Riwayat pendidikan

Riwayat penggunaan obat sekarang dan alergi terhadap obat

Pemeriksaan Neurologi• Pemeriksaan kesadaran ( Glasgow Coma Scale)

buka mata spontan 4 buka mata dengan rangsang suara 3

Eye opening buka mata dengan rangsang nyeri 2 Tidak ada respon 1 mengikuti perintah 6 dapat melokalisai nyeri 5

motorik menarik/ tidak dapat melokalisasi nyeri 4flexi abnormal 3

ekstensi abnormal 2 tidak ada respon 1 Kalimat ter orientasi 5

Verbal Kalimat tidak terorientasi 4Kata kata yg tidak membentuk kalimat 3

Erangan/ kata tidak komprehensif 2 Tidak ada respon 1

Anatomi kesadaran

Sistem RAAS yang ada di midbrain dan thalamus

Diagram menunjukan ada nya herniasi

Test Batang Otak

• Melihat respon pupil (+) patologis pada midbrain• Kornea reflex test (+) patologis pada pontomedullar• Gag reflex/reflex muntah (+) batang otak bawah• Gerakan respirasi test (+) medulla pusat Jika pasien tidak sadar menunjukan reflex batang otak normal, maka kemungkinan bahwa gangguan kesadaran ini disebabkan disfungsi hemisfer bilateral

Atensi dan konsentrasi

Diagram secara anatomi • Test : orientasi waktu, tempat, • Menghitung mundur (rentang

digit)

Tingkah laku dan kognitif

• Melihat (mood ) / perasaan • Melihat arus pikir pasien

Proses kognitif tinggi

• The frontal lobes are particularly involved in conceptual thinking, adaptation and set shifting planning and problem solving, and personality, motivation, and social behaviour.

• The frontal lobe syndrome may be further subdivided.• Orbitomedial damage is said to

result in personality and behaviour change, while dorsolateral damage tends to have more effect on executive function, such as problem solving.

Memori

• Semantic memory, by contrast, is the database of knowledge an individual draws on to give meaning to conscious experience, e.g. knowing the capital of

• France or the boiling point of water. This can be

• tested at the bedside by category fluency (e.g. naming

• as many animals in the next minute, object naming

• [whether real objects or line drawings], and reading).

• Memory will be addressed more fully in the section

• Memori sekarang• Memori jangka pendek• Memori jangka panjang

Bahasa(dominant)• Hemisfer kiri• Lobus temporal (daerah

Wernicke)

hitungan

• Patologi girus angular

Praxis

• Praxis refers to the ability to perform and control skilled or complex motor actions. Apraxia is the inability to execute such motor commands in the context of good comprehension and cooperation, together with functioning motor and sensory systems.

Fungsi hemisfer kanan

• Visuo-spatial and perceptual function rely heavily but not exclusively on the non dominant hemisphere.

Pemeriksaan Fisik

• Px pada frontal syndrome

Px saraf kranial• Saraf I (N. Olfaktorius)• Pemeriksaan dapat secara subyektif dan obyektif. Subyektif hanya • ditanyakan apakah penderita masih dapat membaui• engan betul.•Obyektif dengan beberapa bahan yang biasanya sudah dikenal oleh

penderita • dan biasanya bersifat aromatik dan tidak merangsang seperti :

golongan •minyak wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili, dan sebagainya (3 atau

4 •macam).

Px saraf nervus II

• Penglihatan sentral Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka berarti gangguan visus akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m.

• Tes Konfrontasi. Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata pemeriksa sisi lain. Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai denganlapang pandang pasien. Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang pasien dari 8 arah. Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut. Bandingkan lapang pandang pasien dengan lapang pandang pemeriksa. Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa harus normal

Example

• Constricted fields of vision, e.g. chronic• papilloedema, glaucoma, and functional illness• (tunnel vision).• Central field defect (scotoma), e.g. optic neuritis,• retinal haemorrhage.• Altitudinal (vertical) field defects in one eye, e.g.• retinal infarction.• Hemianopia.• Bitemporal (defect in the temporal fields in both• eyes), e.g. pituitary disease.• Homonymous (defect to the same side in both• eyes), e.g. parietal, temporal, or occipital lobe• disease.

Pemeriksaan FunduscopyPemeriksaan ini menggunakan alat oftalmoskop. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah pada papilla N II terdapat : 1. Stuwing papil atau protusio N II Kalau ada stuwing papil yang dilihat adalah papilla tersebut mencembung atau menonjol oleh karena adanya tekanan intra cranial yang meninggi dan disekitarnya tampak pembuluh darah yang berkelok-kelok dan adanya bendungan. 2. Neuritis N II Lab. Ketrampilan 4 Pada neuritis N II stadium pertama akan tampak adanya udema tetapi papilla tidak menyembung dan bial neuritis tidak acut lagi akan terlihat pucat.

Dengan oftalmoskop yang perlu diperhatikan adalah : Papilla N II, apakah mencembung batas-batasnya. Warnanya Pembuluh darah Keadaan Retina.

PX nervus kranialis III,IV VI

A. Retraksi kelopak mata atas B. PtosisC. PupilD. Reflex akomodasiE. Gerakan bola mata F. Sikap bola mata

• Nistagmus ada beberapa jenis:A. VerticalB. HorizontalC. Multi directionalD. Uni directional perifer

Px nervus kranialis V

• Sensasi pada sentuhan ringan• V1, V2,V3

Px nervus kranial VII

• Sensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu : - bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis - bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis - bagian dagu, keluar dari foramen mentale. Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan kiri.• Motorik Penderita disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan

pemeriksa ditruh kira-kira didaerah otot maseter. Jika kedua otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot lebih keras.

• Reflek Penderita diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian dari arah lain tepi kornea disentuhkan dengan kapas agak basah. Bila reflek kornea mata positif, maka mata akan ditutupkan.

Px nervus kranialis VII

A. Dalam keadaan diam, perhatikan : - asimetri muka (lipatan nasolabial) - gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus sardonicus, tremor, dsb) B. Atas perintah pemeriksa 1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri. 2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri). 3. Memperlihatkan gigi (asimetri). 4. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir). 5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masingmasing). 6. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan dan kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.

• Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah)

N. Auditorius (VIII)• Fungsi:

• Pendengaran (cochlear nerve)• Keseimbangan (vestibular nerve)

• Pendengaran:• Masking noise• Garputala

• Rinne’s test: udara/tulang• Weber’s test: tulang• Schwabach’s test: pt/examiner

N. Glossopharyngeus (IX)

• Fungsi:• Mengatur otot palatum & pharynx• Sensasi di pharynx, tonsil, palatum,

lidah blkg• Refleks muntah

• Pengecap 1/3 blkg lidah

Saraf peka nyeri

N. Vagus (X)• Fungsi:

• Mengatur otot palatum & pharynx• Refleks menelan• Disfagia

• Sensasi di pharynx, tonsil, palatum, lidah blkg

• Mengatur otot pita suara

Saraf peka nyeri

N. Accessorius (XI)

• Otot-otot leher• Otot-otot bahu

N. Hypoglossus (XII)

• Otot lidah• Disartria (gangg artikulasi)• Menjulurkan lidah: mencong• Fasikulasi, tremor, atrofi (tanda

perifer)

Ekstremitas • Gerakan• Kekuatan• Tonus• Trofi• R. fisiologis• R. patologis• Clonus

Pemeriksaan motorik

• Tonus otot• Kekuatan otot• DTR (deep tonus reflex)• Klonus• Respon plantar

Pemeriksaan sensorik

• Nyeri• Suhu• Getar• Posisi sendi• Tekan

Tes Koordinasi

• Rapid movement test• Koordinasi tungkai

Gait / keseimbangan

• Stabil postur tes