undang-undang republik indonesia nomor 12 tahun 2015 tentang

765
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2014 yang diundangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013, pelaksanaannya perlu dilakukan pemeriksaan dan dipertanggungjawabkan sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, terhadap pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 telah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Pasal 36 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 harus ditetapkan dengan Undang- Undang; bahwa . . .

Upload: danglien

Post on 15-Jan-2017

239 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 12 TAHUN 2015

    TENTANG

    PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN

    ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

    TAHUN ANGGARAN 2014

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    (APBN) Tahun Anggaran 2014 yang diundangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

    Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013, pelaksanaannya perlu dilakukan pemeriksaan dan

    dipertanggungjawabkan sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara;

    b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1)Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara dan Pasal 4 ayat (2) Undang-UndangNomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,

    terhadap pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014telah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa

    Keuangan (BPK);

    c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, danPasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

    tentang Keuangan Negara, dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014,pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN TahunAnggaran 2014 harus ditetapkan dengan Undang-

    Undang;

    bahwa . . .

  • - 2 -

    d. bahwa pembahasan Undang-Undang tentang

    Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014

    dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama

    Pemerintah dan dengan memperhatikan pertimbangan

    Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sesuai Surat

    Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 36/DPD

    RI/IV/2014-2015 tanggal 9 Juli 2015;

    e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,

    perlu menetapkan Undang-Undang tentang

    Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014;

    Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5),

    Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 23E Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

    Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

    4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

    Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

    Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

    5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

    Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4654);

    6. Undang-Undang . . .

  • - 3 -

    6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

    Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2013 Nomor 182 Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5462), sebagaimana telah

    diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

    Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 5547);

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    dan

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014.

    Pasal 1

    Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 tertuang dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

    Pasal 2

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, terdiri atas:

    1. Laporan . . .

  • - 4 -

    1. Laporan Realisasi APBN Tahun Anggaran 2014;

    2. Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014;

    3. Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2014; dan

    4. Catatan atas Laporan Keuangan.

    Pasal 3

    (1) Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran2014 adalah sebesar Rp1.550.490.813.616.979 (satukuadriliun lima ratus lima puluh triliun empat ratussembilan puluh miliar delapan ratus tiga belas juta enamratus enam belas ribu sembilan ratus tujuh puluhsembilan rupiah) yang berarti 94,81 (sembilan puluhempat koma delapan satu) persen dari APBN-P TahunAnggaran 2014 sebesar Rp1.635.378.485.045.000 (satukuadriliun enam ratus tiga puluh lima triliun tiga ratustujuh puluh delapan miliar empat ratus delapan puluhlima juta empat puluh lima ribu rupiah).

    (2) Realisasi Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 adalahsebesar Rp1.777.182.855.786.411 (satu kuadriliun tujuhratus tujuh puluh tujuh triliun seratus delapan puluhdua miliar delapan ratus lima puluh lima juta tujuh ratusdelapan puluh enam ribu empat ratus sebelas rupiah)yang berarti 94,69 (sembilan puluh empat koma enamsembilan) persen dari APBN-P Tahun Anggaran 2014sebesar Rp1.876.872.758.707.000 (satukuadriliun delapan ratus tujuh puluh enam triliundelapan ratus tujuh puluh dua miliar tujuh ratus limapuluh delapan juta tujuh ratus tujuh ribu rupiah).

    (3) Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Belanja Negarasebagaimana dimaksud pada ayat (2), terjadi DefisitAnggaran Tahun Anggaran 2014 sebesarRp226.692.042.169.432 (dua ratus dua puluh enamtriliun enam ratus sembilan puluh dua miliar empatpuluh dua juta seratus enam puluh sembilan ribu empatratus tiga puluh dua rupiah) yang berarti 93,87 (sembilanpuluh tiga koma delapan tujuh) persen dari APBN-PTahun Anggaran 2014 sebesar Rp241.494.273.662.000(dua ratus empat puluh satu triliun empat ratussembilan puluh empat miliar dua ratus tujuh puluh tigajuta enam ratus enam puluh dua ribu rupiah).

    (4) Pembiayaan . . .

  • - 5 -

    (4) Pembiayaan untuk menutup Defisit Anggaran Tahun

    Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    adalah sebesar Rp248.892.825.676.520 (dua ratus empat

    puluh delapan triliun delapan ratus sembilan puluh dua

    miliar delapan ratus dua puluh lima juta enam ratus

    tujuh puluh enam ribu lima ratus dua puluh rupiah)

    yang berarti 103,06 (seratus tiga koma nol enam) persen

    dari APBN-P Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp

    241.494.273.662.000 (dua ratus empat puluh satu triliun

    empat ratus sembilan puluh empat miliar dua ratus

    tujuh puluh tiga juta enam ratus enam puluh dua ribu

    rupiah).

    (5) Berdasarkan Defisit Anggaran sebagaimana dimaksud

    pada ayat (3) dan Pembiayaan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (4), terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

    (SiLPA) sebesar Rp22.200.783.507.088 (dua puluh dua

    triliun dua ratus miliar tujuh ratus delapan puluh tiga

    juta lima ratus tujuh ribu delapan puluh delapan

    rupiah).

    (6) Saldo Anggaran Lebih (SAL) sampai dengan akhir Tahun

    Anggaran 2014 adalah sebesar Rp86.136.993.583.586

    (delapan puluh enam triliun seratus tiga puluh enam

    miliar sembilan ratus sembilan puluh tiga juta lima ratus

    delapan puluh tiga ribu lima ratus delapan puluh enam

    rupiah) yang berasal dari:

    a. SAL sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2013,

    yakni sebesar Rp66.594.149.777.346 (enam puluh

    enam triliun lima ratus sembilan puluh empat miliar

    seratus empat puluh sembilan juta tujuh ratus tujuh

    puluh tujuh ribu tiga ratus empat puluh enam

    rupiah);

    b. ditambah dengan SiLPA Tahun Anggaran 2014 sebesar

    Rp22.200.783.507.088 (dua puluh dua triliun dua

    ratus miliar tujuh ratus delapan puluh tiga juta lima

    ratus tujuh ribu delapan puluh delapan rupiah);

    c. ditambah . . .

  • - 6 -

    c. ditambah selisih kas lebih Tahun Anggaran 2013

    sebesar Rp2.258.130.896 (dua miliar dua ratus limapuluh delapan juta seratus tiga puluh ribu delapanratus sembilan puluh enam rupiah); dan

    d. ditambah dengan koreksi dan penyesuaian atas SALdan SiLPA sebesar minus Rp2.660.197.831.744 (duatriliun enam ratus enam puluh miliar seratus

    sembilan puluh tujuh juta delapan ratus tiga puluhsatu ribu tujuh ratus empat puluh empat rupiah).

    (7) Koreksi dan penyesuaian atas SAL dan SiLPA sebesarminus Rp2.660.197.831.744 (dua triliun enam ratusenam puluh miliar seratus sembilan puluh tujuh juta

    delapan ratus tiga puluh satu ribu tujuh ratus empatpuluh empat rupiah) sebagaimana dimaksud pada ayat

    (6) huruf d terdiri atas:

    a. Koreksi saldo awal Kas di Kantor PelayananPerbendaharaan Negara (KPPN) sebesar minus

    Rp6.175.091.483 (enam miliar seratus tujuh puluhlima juta sembilan puluh satu ribu empat ratusdelapan puluh tiga rupiah);

    b. Koreksi saldo awal Kas pada Badan Layanan Umum(BLU) sebesar minus Rp10.266.475.988 (sepuluh

    miliar dua ratus enam puluh enam juta empat ratustujuh puluh lima ribu sembilan ratus delapan puluhdelapan rupiah);

    c. Penyesuaian catatan SAL sebesar Rp17.684.542.811(tujuh belas miliar enam ratus delapan puluh empatjuta lima ratus empat puluh dua ribu delapan ratus

    sebelas rupiah);

    d. Penyesuaian pengembalian pendapatan tahun lalu

    sebesar minus Rp61.260.251.519 (enam puluh satumiliar dua ratus enam puluh juta dua ratus limapuluh satu ribu lima ratus sembilan belas rupiah);

    e. Penyesuaian Kas Hibah Langsung sebesar minusRp974.989.900 (sembilan ratus tujuh puluh empat

    juta sembilan ratus delapan puluh sembilan ribusembilan ratus rupiah);

    f. Penyesuaian . . .

  • - 7 -

    f. Penyesuaian saldo Kas KPPN sebesar Rp2.000.001

    (dua juta satu rupiah);

    g. Selisih kurs unrealized sebesar minusRp2.599.207.565.511 (dua triliun lima ratus sembilan

    puluh sembilan miliar dua ratus tujuh juta lima ratusenam puluh lima ribu lima ratus sebelas rupiah);

    h. Koreksi pembulatan sebesar minus Rp155 (seratuslima puluh lima rupiah).

    (8) Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),termasuk realisasi penerimaan minyak bumi dan gasalam yang dilaporkan berdasarkan asas neto.

    Pasal 4

    (1) Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014memberikan informasi keuangan sebagai berikut:

    a. jumlah Aset sebesar Rp3.910.922.331.111.792 (tiga

    kuadriliun sembilan ratus sepuluh triliun sembilanratus dua puluh dua miliar tiga ratus tiga puluh satu

    juta seratus sebelas ribu tujuh ratus sembilan puluhdua rupiah);

    b. jumlah Kewajiban sebesar Rp2.898.383.597.986.114

    (dua kuadriliun delapan ratus sembilan puluhdelapan triliun tiga ratus delapan puluh tiga miliarlima ratus sembilan puluh tujuh juta sembilan ratus

    delapan puluh enam ribu seratus empat belasrupiah); dan

    c. jumlah Ekuitas Dana sebesarRp1.012.538.733.125.678 (satu kuadriliun dua belastriliun lima ratus tiga puluh delapan miliar tujuh

    ratus tiga puluh tiga juta seratus dua puluh lima ribuenam ratus tujuh puluh delapan rupiah).

    (2) Aset pada Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember

    2014 telah mencakup pelaporan rekening-rekeningKementerian Negara/Lembaga.

    (3) Dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan keandalanpenyajian aset, Pemerintah melakukan penertiban asetyang meliputi inventarisasi, penilaian, pemanfaatan, dan

    legalitas aset tetap pada seluruh KementerianNegara/Lembaga.

    Pasal 5 . . .

  • - 8 -

    Pasal 5

    Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2014 memberikan

    informasi keuangan sebagai berikut:

    a. jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar

    minus Rp80.075.491.013.141 (delapan puluh triliun

    tujuh puluh lima miliar empat ratus sembilan puluh

    satu juta tiga belas ribu seratus empat puluh satu

    rupiah);

    b. jumlah arus kas bersih dari aktivitas investasi aset non

    keuangan sebesar minus Rp146.616.551.156.291

    (seratus empat puluh enam triliun enam ratus enam

    belas miliar lima ratus lima puluh satu juta seratus lima

    puluh enam ribu dua ratus sembilan puluh satu rupiah);

    c. jumlah arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan

    sebesar Rp248.892.825.676.520 (dua ratus empat puluh

    delapan triliun delapan ratus sembilan puluh dua miliar

    delapan ratus dua puluh lima juta enam ratus tujuh

    puluh enam ribu lima ratus dua puluh rupiah); dan

    d. jumlah arus kas bersih dari aktivitas non anggaran

    sebesar Rp3.353.789.742.647 (tiga triliun tiga ratus lima

    puluh tiga miliar tujuh ratus delapan puluh sembilan

    juta tujuh ratus empat puluh dua ribu enam ratus

    empat puluh tujuh rupiah).

    Pasal 6

    Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau

    daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang

    disajikan dalam Laporan Realisasi APBN, Neraca, dan

    Laporan Arus Kas.

    Pasal 7

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 2, dilampiri juga Ikhtisar Laporan

    Keuangan Perusahaan Negara, Badan Layanan Umum, dan

    Badan Lainnya, dan dilengkapi dengan informasi

    pendapatan dan belanja secara akrual.

    Pasal 8 . . .

  • - 9 -

    Pasal 8

    SAL dapat digunakan dalam hal realisasi anggaran

    pengeluaran melebihi realisasi anggaran penerimaan tahun

    anggaran berjalan, dan/atau terdapat pengembalian

    pendapatan tahun-tahun yang lalu.

    Pasal 9

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 2, telah diperiksa oleh BPK dengan

    opini Wajar Dengan Pengecualian.

    Pasal 10

    (1) Pemerintah menindaklanjuti rekomendasi BPK dalam

    Laporan Hasil Pemeriksaan secara efektif dan

    komprehensif sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang undangan yang berlaku.

    (2) Pemerintah melakukan perbaikan atas kelemahan dalam

    sistem pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan

    negara untuk tujuan meningkatkan akurasi, keandalan

    dan akuntabilitas pelaporan keuangan.

    (3) Pemerintah menerapkan sistem pemberian penghargaan

    dan sanksi kepada Kementerian Negara/Lembaga

    berdasarkan penilaian kinerja atas perencanaan,

    pelaksanaan, dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

    anggaran.

    (4) Pemberian penghargaan dan sanksi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan dalam

    bentuk penambahan atau pengurangan alokasi anggaran

    pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

    (5) DPR dapat meminta BPK untuk menyampaikan laporan

    monitoring tindak lanjut Pemerintah dalam rangka

    pelaksanaan perbaikan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (2).

    Pasal 11 . . .

  • - 10 -

    Pasal 11

    Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    Disahkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2015

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    JOKO WIDODO

    Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2015

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    YASONNA H. LAOLY

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 219

    ttd.

    ttd.

  • PENJELASAN

    ATAS

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR .TAHUN 2015

    TENTANG

    PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN

    ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

    TAHUN ANGGARAN 2014

    I. UMUM

    Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan amanat Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014, Pemerintah menyusun pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Tahun Anggaran 2014, berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang terdiri atas: (i) Laporan Realisasi APBN, (ii) Neraca, (iii) Laporan Arus Kas, dan (iv) Catatan atas Laporan Keuangan.

    Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasi APBN Tahun Anggaran 2014, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2014. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama tahun anggaran 2014, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2014. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai antara lain mengenai kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro, dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang diperlukan. Disamping itu, dalam LKPP Tahun 2014 ini juga dilampirkan Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara Badan Layanan Umum (BLU), Badan Lainnya, dan dilengkapi dengan informasi pendapatan dan belanja secara akrual.

    Sesuai . . .

  • - 2 -

    Sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, LKPP diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat/opini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut, Pemerintah telah menyampaikan LKPP Tahun 2014 kepada BPK untuk diaudit, melalui surat Menteri Keuangan Nomor S-205/MK.05/2015 tanggal 20 Maret 2015. Penyampaian LKPP dengan status belum diperiksa (unaudited) oleh Menteri Keuangan kepada BPK adalah sesuai dengan Surat Presiden kepada Ketua BPK Nomor R-14/Pres/02/2015 tanggal 12 Februari 2015 hal Penunjukan Menteri Keuangan untuk Mewakili Presiden dalam Penyampaian LKPP kepada BPK.

    Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas LKPP kepada DPR dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta kepada Presiden paling lambat 2 (dua) bulan setelah menerima LKPP dari Pemerintah. Selanjutnya, BPK telah menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 kepada Ketua DPR melalui surat Ketua BPK 76/S/I-IV/05/2015 tanggal 26 Mei 2015, kepada Ketua DPD melalui surat Ketua BPK Nomor 77/S/I-IV/05/2015 tanggal 26 Mei 2015, dan kepada Presiden melalui surat Ketua BPK Nomor 79/S/I-IV/05/2015 tanggal 26 Mei 2015.

    Berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, hasil pemeriksaan keuangan BPK digunakan oleh Pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR dalam bentuk suatu Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan. Dengan demikian, LKPP Tahun 2014 yang disampaikan Pemerintah kepada DPR adalah LKPP yang telah disesuaikan, dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan BPK.

    Dengan memperhatikan pendapat BPK terhadap LKPP Tahun 2014, maka angka-angka yang disajikan dalam LKPP Tahun 2014 sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemerintah. Artinya, Pemerintah tetap bertanggung jawab apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran hukum dan/atau penyajian informasi yang menyesatkan dalam LKPP Tahun 2014.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal 1 . . .

  • - 3 -

    Pasal 1

    Cukup jelas.

    Pasal 2

    Neraca sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat disajikan sebagai

    perbandingan dalam laporan keuangan periode pelaporan berikutnya.

    Pasal 3

    Ayat (1)

    Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2014

    sebagaimana dimaksud pada ayat ini termasuk Pendapatan Perpajakan

    Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar Rp5.786.609.097.171 (lima triliun

    tujuh ratus delapan puluh enam miliar enam ratus sembilan juta

    sembilan puluh tujuh ribu seratus tujuh puluh satu rupiah) terdiri atas

    Pajak Penghasilan (PPh) DTP sebesar Rp5.655.296.592.171 (lima triliun

    enam ratus lima puluh lima miliar dua ratus sembilan puluh enam juta

    lima ratus sembilan puluh dua ribu seratus tujuh puluh satu rupiah)

    dan Bea Masuk DTP sebesar Rp131.312.505.000 (seratus tiga puluh

    satu miliar tiga ratus dua belas juta lima ratus lima ribu rupiah).

    Ayat (2)

    Realisasi Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud

    pada ayat ini termasuk Belanja Subsidi atas PPh DTP sebesar

    Rp 5.655.236.443.811 (lima triliun enam ratus lima puluh lima miliar

    dua ratus tiga puluh enam juta empat ratus empat puluh tiga ribu

    delapan ratus sebelas rupiah) dan Bea Masuk DTP sebesar

    Rp131.312.505.000 (seratus tiga puluh satu miliar tiga ratus dua belas

    juta lima ratus lima ribu rupiah).

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5) . . .

  • - 4 -

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Ayat (6)

    Cukup jelas.

    Ayat (7)

    Cukup jelas.

    Ayat (8)

    Yang dimaksud asas neto pada ayat ini adalah penerimaan minyak bumi

    dan gas alam diakui sebagai pendapatan negara setelah

    memperhitungkan kewajiban-kewajiban kontraktual pemerintah yang

    harus dibayarkan dalam rangka pelaksanaan kontrak kerja sama,

    antara lain pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN), underlifting,

    pajak daerah, dan fee kegiatan hulu minyak bumi dan gas alam.

    Pasal 4

    Ayat (1)

    Aset yang disajikan pada Neraca sebagaimana dimaksud pada ayat ini

    merupakan Aset yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat

    yang mempunyai nilai dan telah diperiksa oleh BPK.

    Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakan utang

    pemerintah yang timbul dari kejadian masa lalu yang penyelesaiannya

    mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

    Ekuitas Dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih

    antara Aset dan Kewajiban Pemerintah.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Ayat (3)

    Inventarisasi dan Penilaian (IP) sebagaimana dimaksud pada ayat ini

    termasuk IP yang dilakukan atas aset KKKS dan aset Eks Badan

    Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

    Legalitas yang dimaksud pada ayat ini termasuk kegiatan sertifikasi

    tanah Pemerintah Pusat.

    Pasal 5 . . .

  • - 5 -

    Pasal 5

    Cukup jelas.

    Pasal 6

    Cukup jelas.

    Pasal 7

    Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara, BLU, dan Badan Lainnya

    sebagaimana dimaksud dalam pasal ini memuat informasi tentang aktiva/aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, dan laba (rugi) bersih dari Perusahaan Negara, BLU, dan Badan Lainnya.

    Badan Lainnya yang dimaksud pada pasal ini adalah unit organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk melaksanakan program dan kegiatan tertentu sesuai yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau mendukung Kementerian Negara/Lembaga yang secara hierarkis tidak di bawah dan tidak bertanggung jawab secara struktural kepada Menteri/Pimpinan Lembaga tertentu, seperti Dewan Energi Nasional, Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), dan Otoritas Jasa Keuangan.

    Pasal 8

    Cukup jelas.

    Pasal 9

    Permasalahan yang terdapat pada LKPP Tahun 2014 adalah:

    A. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

    1. Inkonsistensi perlakuan pengenaan PPN atas Perjanjian KaryaPengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III;

    2. Permasalahan perhitungan PPh DTP Obligasi Internasional dalamValuta Asing;

    3. Inkonsistensi penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PajakPenghasilan Minyak dan Gas Bumi (PPh Migas) dan PerhitunganBagi Hasil Migas;

    4. Sistem pengendalian belanja akhir tahun tidak dapat berjalansecara efektif;

    Penyaluran . . .

  • - 6 -

    5. Penyaluran barang/jasa bersubsidi oleh Badan Usaha Operatormelampaui pagu anggaran;

    6. Transaksi belanja negara yang menggunakan Letter of Credit (L/C)belum diatur, sehingga hak dan kewajiban atas saldo dana terkaitbelanja tersebut belum jelas;

    7. Mekanisme pelaporan pada Pemerintah Pusat atas Dana KegiatanPasca Operasi dan Pemulihan Lingkungan atau Abandonment &Site Restoration (ASR) belum diatur dan Sistem PengendalianIntern pengelolaan dana tersebut belum memadai;

    8. Pemeriksaan, penetapan dan penagihan pajak tidak sesuaiketentuan mengakibatkan potensi pajak tidak dapat ditetapkan,ketetapan pajak daluwarsa, dan piutang pajak daluwarsa tanpatindakan penagihan aktif;

    9. Penatausahaan, pencatatan, dan pelaporan persediaan padaKementerian Negara/Lembaga belum memadai;

    10. Penambahan penyertaan modal negara dari konversi dividensaham pada PT Krakatau Steel belum mendapat persetujuan DPRdan pengakuan kewajiban diestimasi atas imbalan pasca kerjapada SKK Migas tidak disetujui;

    11. Penatausahaan dan Pengamanan Aset Tetap pada KementerianNegara/Lembaga kurang memadai dan terdapat kelemahanpengendalian atas proses normalisasi data Barang Milik Negara(BMN);

    12. Proses penyelesaian Bantuan Pemerintah yang Belum DitetapkanStatusnya (BPYBDS) menjadi Penyertaan Modal Negara (PMN) yangberlarut-larut;

    13. Pencatatan dan pelaporan aset KKKS belum memadai sehinggamutasi aset tidak dapat diyakini kewajarannya, belumdilakukannya IP atas aset tanah KKKS, serta pengelolaan dataSubsequent Expenditures belum memadai;

    14. Kementerian Keuangan belum melakukan pengurusan danmenyelesaikan penelusuran atas Aset Eks BPPN yang masihtercatat secara ekstrakomptabel berupa Aset Kredit dan AsetProperti;

    15. Pemerintah belum menerapkan amortisasi atas Aset Tak Berwujuddan penatausahaannya pada Kementerian Negara/Lembaga tidakmemadai;

    16. Pencatatan . . .

  • - 7 -

    16. Pencatatan dan pelaporan Utang kepada Pihak Ketiga pada

    Kementerian Negara/Lembaga belum sesuai dengan kondisi yang

    sebenarnya serta penyajian dan pengungkapan kewajiban atas

    tuntutan hukum kepada Pemerintah belum didukung data yang

    andal;

    17. Kewajiban kepada PT Pertamina (Persero) atas fee penjualan migas

    bagian negara belum dapat diukur dengan andal;

    18. Terdapat nilai Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya

    Alam (PNPB SDA) Tahun Anggaran 2013 dan Tahun Anggaran

    2012 yang belum dialokasikan untuk dibagihasilkan;

    19. Pencatatan dan penyajian Catatan dan Fisik SAL tidak akurat

    karena adanya permasalahan transaksi dan/atau saldo terkait

    SAL;

    20. Masih terdapat kekurangan dalam Persiapan Penerapan Akuntansi

    Berbasis Akrual pada Kementerian Negara/Lembaga, proses

    penyusunan informasi akrual pada Suplemen Laporan Keuangan

    Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) kurang memadai, dan belum

    ada kebijakan akuntansi akrual untuk pengelolaan PNBP Migas;

    21. Pemerintah tidak mengungkapkan perubahan-perubahan dalam

    pelaksanaan APBN-P dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    (DIPA) dalam LKPP Tahun 2014 secara memadai;

    B. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan

    1. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terlalu besar memberikan

    pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) pajak kepada

    Wajib Pajak (WP);

    2. DJP tidak/kurang menetapkan Penerimaan Pajak Bumi dan

    Bangunan (PBB) Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara;

    3. Terdapat PNBP pada Kementerian Negara /Lembaga yang

    terlambat/belum disetor, kurang/tidak dipungut, digunakan

    langsung di luar mekanisme APBN, serta belum dikelola dengan

    tertib;

    4. Kementerian . . .

  • - 8 -

    4. Kementerian Negara/Lembaga belum tertib melaksanakan

    rekonsiliasi Penerimaan Hibah tahun 2014 dan terdapat

    Kementerian Negara/Lembaga yang belum melaporkan realisasi

    Pendapatan Hibah secara akuntabel;

    5. Penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja

    Barang dan Belanja Modal pada Kementerian Negara/Lembaga

    tidak sesuai dengan ketentuan;

    6. Kesalahan klasifikasi pada Belanja Bantuan Sosial, realisasi

    Belanja Bantuan Sosial masih mengendap di rekening Pihak Ketiga

    serta penyaluran dan pertanggungjawaban realisasi Belanja

    Bantuan Sosial tidak sesuai ketentuan;

    7. DJP kurang menetapkan nilai pajak terutang kepada WP;

    8. DJP belum menagih sanksi administrasi berupa bunga dan/atau

    denda;

    9. Skema pengelolaan Iuran Dana Pensiun (IDP) pada PT Taspen

    (Persero) tidak dijalankan sesuai ketentuan dan berpotensi

    membebani nilai dana titipan IDP di masa yang akan datang serta

    terdapat ketidakjelasan ketentuan yang mengatur tentang status

    IDP yang dikelola PT Asabri (Persero) dan mekanisme

    pengelolaannya.

    Penyebab utama opini WDP atas LKPP sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal ini adalah:

    1. Terdapat pencatatan mutasi Aset KKKS yang tidak dapat dijelaskan

    antara lain karena pencatatan dan pelaporan Aset KKKS yang belum

    didukung oleh sistem pengendalian yang memadai yang dapat

    menjamin keakuratan dan kelengkapan transaksi;

    2. Terdapat permasalahan Utang kepada Pihak Ketiga yang tidak dapat

    ditelusuri dan tidak didukung dokumen yang memadai;

    3. Terdapat beberapa permasalahan pada transaksi dan/atau saldo yang

    membentuk SAL sehingga penyajian catatan dan fisik SAL tersebut

    dinilai tidak akurat;

    4. Terdapat permasalahan penyajian dan pengungkapan kewajiban atas

    tuntutan hukum kepada Pemerintah yang belum didukung data yang

    andal.

    LKPP . . .

  • - 9 -

    LKPP Tahun 2014 disusun berdasarkan gabungan seluruh Laporan

    Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan

    Bendahara Umum Negara (LKBUN) Tahun 2014 yang telah diaudit dan

    diberi opini oleh BPK. Khusus untuk Laporan Keuangan BPK Tahun 2014,

    Laporan Keuangan dimaksud diaudit dan diberi opini oleh Kantor

    Akuntan Publik. Dari jumlah LKKL tersebut, 62 (enam puluh dua) LKKL

    mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), 17 (tujuh belas) LKKL

    mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), 7 (tujuh) LKKL

    mendapat opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP), dan LKBUN

    mendapat opini WDP. Rincian opini LKKL dan LKBUN Tahun 2014 dan

    2013 adalah sebagai berikut:

    No Kementerian Negara/Lembaga Opini

    Tahun 2014 Opini

    Tahun 2013

    1. Majelis Permusyawaratan Rakyat WTP WTP

    2. Dewan Perwakilan Rakyat WTP WTP

    3. Badan Pemeriksa Keuangan WTP WTP

    4. Mahkamah Agung WTP WTP

    5. Kejaksaan Agung WTP WTP

    6. Sekretariat Negara WTP WTP

    7. Kementerian Dalam Negeri WTP WDP

    8. Kementerian Luar Negeri WTP WTP

    9. Kementerian Pertahanan WTP WTP

    10. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

    WTP WTP

    11. Kementerian Keuangan WTP WTP

    12. Kementerian Pertanian WTP WTP

    13. Kementerian Perindustrian WTP WTP

    14. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

    WDP WTP

    15. Kementerian Perhubungan WTP WTP

    16. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    WTP WTP

    17. Kementerian Kesehatan . . .

  • - 10 -

    No Kementerian Negara/Lembaga Opini

    Tahun 2014 Opini

    Tahun 2013

    17. Kementerian Kesehatan WTP WTP

    18. Kementerian Agama WTP WTP

    19. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    TMP WDP

    20. Kementerian Sosial WDP WTP

    21. Kementerian Kehutanan WTP WTP

    22. Kementerian Kelautan dan Perikanan WTP WTP

    23. Kementerian Pekerjaan Umum WTP WTP

    24. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

    WTP WTP

    25. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    WTP WTP

    26. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

    WTP WTP

    27. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

    TMP TMP

    28. Kementerian Badan Usaha Milik Negara

    WTP WTP

    29. Kementerian Riset dan Teknologi WTP WDP

    30. Kementerian Lingkungan Hidup WTP WTP

    31. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

    WTP WDP

    32. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

    WTP WTP

    33. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

    WTP WTP

    34. Badan Intelijen Negara WTP WTP

    35. Lembaga Sandi Negara WDP WTP

    36. Dewan Ketahanan Nasional WTP WTP

    37. Badan Pusat Statistik WTP WTP

    38. Kementerian Perencanaan . . .

  • - 11 -

    No Kementerian Negara/Lembaga Opini

    Tahun 2014 Opini

    Tahun 2013

    38. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    WTP WTP

    39. Badan Pertanahan Nasional WTP WTP

    40. Perpustakaan Nasional WDP WDP

    41. Kementerian Komunikasi dan Informatika

    TMP WDP

    42. Kepolisian Negara Republik Indonesia WTP WTP

    43. Badan Pengawas Obat dan Makanan WTP WDP

    44. Lembaga Ketahanan Nasional WDP WTP

    45. Badan Koordinasi Penanaman Modal WTP WTP

    46. Badan Narkotika Nasional WTP WTP

    47. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

    WDP WTP

    48. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

    WDP WTP

    49. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia WTP WTP

    50. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

    WDP WTP

    51. Komisi Pemilihan Umum WDP WDP

    52. Mahkamah Konstitusi WTP WTP

    53. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

    WTP WTP

    54. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia WTP WTP

    55. Badan Tenaga Nuklir Nasional WTP WTP

    56. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

    WDP WTP

    57. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

    WDP WDP

    58. Badan Informasi Geospasial TMP TMP

    59. Badan Standardisasi Nasional WTP WTP

    60. Badan Pengawas . . .

  • - 12 -

    No Kementerian Negara/Lembaga Opini

    Tahun 2014 Opini

    Tahun 2013

    60. Badan Pengawas Tenaga Nuklir WTP WTP

    61. Lembaga Administrasi Negara WTP WTP

    62. Arsip Nasional Republik Indonesia WDP WTP

    63. Badan Kepegawaian Negara WTP WTP

    64. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

    WTP WTP

    65. Kementerian Perdagangan WTP WTP

    66. Kementerian Perumahan Rakyat WTP WTP

    67. Kementerian Pemuda dan Olah Raga WDP WDP

    68. Komisi Pemberantasan Korupsi WTP WTP

    69. Dewan Perwakilan Daerah WTP WTP

    70. Komisi Yudisial WTP WTP

    71. Badan Nasional Penanggulangan Bencana

    WTP WTP

    72. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

    WTP WDP

    73. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

    WTP WTP

    74. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

    WTP WDP

    75. Badan SAR Nasional WTP WTP

    76. Komisi Pengawas Persaingan Usaha WTP WTP

    77. Badan Pengembangan Wilayah Suramadu

    WDP WDP

    78. Ombudsman RI TMP WTP

    79. Badan Nasional Pengelola Perbatasan WTP WDP

    80. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

    WDP TMP

    81. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

    WTP WTP

    82. Sekretariat Kabinet . . .

  • - 13 -

    No Kementerian Negara/Lembaga Opini

    Tahun 2014 Opini

    Tahun 2013

    82. Sekretariat Kabinet WTP WTP

    83. Badan Pengawas Pemilihan Umum WDP WDP

    84. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia

    TMP WDP

    85. Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia

    TMP WDP

    86. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Sabang

    WDP WDP

    87. Bendahara Umum Negara WDP WDP

    Pasal 10

    Ayat (1)

    Cukup jelas

    Ayat (2)

    Dalam rangka perbaikan sistem pengendalian intern pengelolaan

    keuangan negara, Pemerintah akan melakukan beberapa hal yaitu:

    a. meningkatkan kualitas laporan keuangan terutama terhadap

    Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Laporan Keuangan

    Bendahara Umum Negara, dan Laporan Keuangan Kementerian

    Negara/Lembaga, yang masih mendapat opini audit Wajar

    Dengan Pengecualian atau Tidak Menyatakan Pendapat.

    b. menindaklanjuti rekomendasi BPK dalam laporan hasil

    pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 yang terdiri dari 21 (dua

    puluh satu) temuan Sistem Pengendalian Intern dan 9 (sembilan)

    temuan terkait kepatuhan terhadap perundang-undangan yang

    belum diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah

    ditetapkan.

    c. melakukan monitoring penyerapan anggaran secara maksimal

    dengan tetap berpedoman kepada prinsip efisien, ekonomis, dan

    efektif dalam pencapaian kinerja dan pelayanan kepada

    masyarakat sehingga sasaran-sasaran pembangunan tercapai.

    d. melanjutkan . . .

  • - 14 -

    d. melanjutkan program pelatihan akuntansi dan pelaporankeuangan dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber DayaManusia (SDM) bagi pegawai di kementerian negara/lembaga danpemerintah daerah.

    e. melaksanakan akuntansi berbasis akrual dan melaksanakanpembinaan secara intensif pada seluruh instansi PemerintahPusat.

    f. menerapkan dan menyusun statistik keuangan pemerintah(Government Finance Statistics) yang mengacu pada ManualStatistik Keuangan Pemerintah sehingga dapat menyajikankonsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah dalamrangka memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisifiskal, serta analisis perbandingan antar negara.

    g. menyebarluaskan informasi LKPP kepada masyarakat dalamrangka peningkatan pemahaman terhadap pengelolaan keuanganPemerintah Pusat dan peningkatan penggunaan informasi LKPP.

    h. mengambil langkah-langkah yang terstruktur dalam rangkapenyajian informasi Sumber Daya Alam (SDA).

    Ayat (3)

    Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Cukup jelas.

    Ayat (5)

    Cukup jelas.

    Pasal 11

    Cukup jelas.

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5741

  • LAMPIRAN

    UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.......TAHUN 2015

    TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN TA 2014

    LAPORAN KEUANGAN

    PEMERINTAH PUSAT

    TAHUN 2014

    (Audited)

  • - v -

    RRRIIINNNGGGKKKAAASSSAAANNN

  • - vi -

    RRRIIINNNGGGKKKAAASSSAAANNN

    Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara, dan UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

    Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2014, Pemerintah menyusun laporan

    pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA)

    2014 dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca,

    Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan serta dilampiri Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan

    Negara, Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Lainnya.

    LKPP Tahun 2014 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

    tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II (PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual).

    LKPP Tahun 2014 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL)

    dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN).

    1. LAPORAN REALISASI APBN

    Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA 2014 dengan realisasinya, yang

    mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.

    Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2014 adalah sebesar Rp1.550,49 triliun atau 94,81 persen dari

    APBN-P. Sementara itu, realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah sebesar Rp1.777,18 triliun atau 94,69

    persen dari APBN-P. Jumlah realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah Pusat

    sebesar Rp1,203,58 triliun atau 94,00 persen dari APBN-P, dan realisasi Transfer ke Daerah sebesar Rp573,70

    triliun atau 96,18 persen dari APBN-P. Selain itu, pada TA 2014 terdapat Suspen Belanja sebesar minus Rp97,39

    Miliar.

    Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, dan realisasi Belanja Negara, terjadi Defisit Anggaran TA

    2014 sebesar Rp226,69 triliun. Realisasi Pembiayaan Neto TA 2014 adalah sebesar Rp248,89 triliun atau

    103,06 persen dari APBN-P, sehingga terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp22,20 triliun.

    Ringkasan Laporan Realisasi APBN TA 2014 dan 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

    Uraian

    TA 2014 (Audited) TA 2013

    (Audited)

    Anggaran

    (UU No.

    12/2014)

    Realisasi % Realisasi thd

    Anggaran Realisasi

    Pendapatan Negara dan

    Hibah

    1.635,38 1.550,49 94,81 1.438,89

    Belanja Negara 1.876,87 1.777,18 94,69 1.650,56

    Belanja Pemerintah Pusat 1.280,37 1.203,58 94,00 1.137,16

    Transfer ke Daerah 596,50 573,70 96,18 513,26

  • - vii -

    Suspen Belanja Negara (0,097) 0,140

    Surplus (Defisit)

    Anggaran

    (241,49) (226,69) 93,87 (211,67)

    Pembiayaan Neto 241,49 248,89 103,06 237,39

    SiLPA (SiKPA) 22,20 25,72

    2. NERACA

    Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Pusat mengenai aset, kewajiban, dan

    ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2014.

    Jumlah Aset per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp3.910,92 triliun yang terdiri dari Aset Lancar sebesar

    Rp262,98 triliun, Investasi Jangka Panjang sebesar Rp1.309,92 triliun, Aset Tetap sebesar Rp1.714,59 triliun,

    Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2,83 triliun, dan Aset Lainnya sebesar Rp620,61 triliun.

    Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp2.898,38 triliun yang terdiri dari Kewajiban Jangka

    Pendek sebesar Rp352,31 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp2.546,07 triliun.

    Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp1.012,54 triliun yang terdiri

    dari Ekuitas Dana Lancar sebesar minus Rp85,02 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp1.097,56 triliun.

    Ringkasan Neraca per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

    Uraian 31 Desember 2014

    (Audited)

    31 Desember 2013

    (Audited)

    Aset 3.910,92 3.567,59

    Aset Lancar 262,98 252,74

    Investasi Jangka Panjang 1.309,92 1.183,17

    Aset Tetap 1.714,59 1.709,86

    Piutang Jangka Panjang 2,83 2,90

    Aset Lainnya 620,61 418,92

    Kewajiban 2.898,38 2.652,10

    Kewajiban Jangka Pendek 352,31 368,09

    Kewajiban Jangka Panjang 2.546,07 2.284,01

    Ekuitas Dana Neto 1.012,54 915,49

    Ekuitas Dana Lancar (85,02) (113,36)

    Ekuitas Dana Investasi 1.097,56 1.028,85

  • - viii -

    3. LAPORAN ARUS KAS

    Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan

    setara kas selama TA 2014 serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2014.

    Saldo Kas Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Kas Badan

    Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2013 adalah sebesar

    RP67,70 riliun, sedangkan pada awal tahun 2014 terjadi koreksi sebesar minus Rp16,44 miliar, sehingga saldo

    awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan tahun 2014 menjadi Rp67,69

    triliun.

    Selama TA 2014 terjadi penurunan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp80,07 triliun, penurunan kas dari

    aktivitas investasi aset non keuangan sebesar Rp146,62 triliun, kenaikan kas dari aktivitas pembiayaan sebesar

    Rp248,89 triliun, kenaikan kas dari aktivitas non anggaran sebesar Rp3,35 triliun dan penurunan karena

    penyesuaian pembukuan sebesar Rp3,72 triliun sehingga mengakibatkan kenaikan kas sebesar Rp21,83 triliun.

    Dengan demikian, saldo Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31

    Desember 2014 menjadi Rp89,52 triliun.

    Selain kas di atas, terdapat Rekening Pemerintah Lainnya sebesar Rp4,65 triliun, Kas di Bendahara Pengeluaran

    sebesar Rp0,32 triliun, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp0,15 triliun, Kas Lainnya dan Setara Kas sebesar

    Rp5,40 triliun, dan Kas pada BLU yang Belum Disahkan sebesar Rp0,07 triliun. Selama tahun 2014 terdapat

    deposito (Investasi Jangka Pendek) yang berasal dari Kas pada BLU yang telah disahkan sebesar Rp4,38 triliun,

    sehingga saldo akhir Kas dan Bank Pemerintah Pusat sebesar Rp95,73 triliun.

    Ringkasan Laporan Arus Kas TA 2014 dan TA 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):

    Uraian TA 2014

    (Audited)

    TA 2013

    (Audited)

    Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung 67,70 71,58

    Koreksi Saldo Awal (0,01) (0,31)

    Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung

    setelah Koreksi

    67,69 71,27

    Kenaikan (Penurunan) Kas

    Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (80,07) (31,32)

    Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (146,62) (180,36)

    Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan 248,89 237,39

    Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 3,35 0,11

    Pengunaan SAL - (30)

    Jumlah Kenaikan (Penurunan) Kas 25,55 (4,18)

    Penyesuaian Pembukuan (3,72) 0,61

    Kenaikan (Penurunan) Kas 21,83 (3,57)

    Saldo Akhir Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung 89,52 67,70

  • - ix -

    4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

    Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro, kebijakan fiskal, metodologi penyusunan

    LKPP, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan

    keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.

    Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dalam penyajian Laporan Realisasi APBN, pendapatan,

    belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari

    Kas Umum Negara (KUN). Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis

    akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau

    setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

    Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa informasi

    tambahan yang diperlukan.

  • - x -

    HHHAAALLLAAAMMMAAANNN OOOPPPIIINNNIII

  • - xi -

    LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

    PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2014

    01 Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

    Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Pusat tanggal

    31 Desember 2014 dan 2013, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    (APBN), dan Laporan Arus Kas (LAK) untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,

    serta Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan keuangan adalah tanggung jawab

    Pemerintah. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan

    berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan.

    02 Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf 05 s.d. 08 berikut ini, BPK melaksanakan

    pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut

    mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan

    memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi

    pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan

    keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan

    dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat, penilaian atas kepatuhan terhadap

    peraturan perundang-undangan, penilaian atas system pengendalian intern yang berdampak

    material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara

    keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk

    menyatakan opini.

    03 Dalam Laporan BPK Nomor 69a/LHP/XV/05/2014 tanggal 28 Mei 2014, BPK memberikan opini

    Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP Tahun 2013 karena: (1) piutang over lifting

    sebesar Rp3,81 triliun tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara yang akan diterima pada

    periode berikutnya; (2) piutang penjualan minyak dan gas bumi (migas) bagian negara sebesar

    Rp2,46 triliun mengandung ketidakpastian; (3) Pemerintah belum selesai menelusuri Aset Kredit

    Eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar Rp3,06 triliun; (4) Pemerintah belum

    mengakui piutang atas saldo Dana Belanja Pensiun sebesar Rp302,06 miliar yang belum

    disetorkan kembali karena lebih dari 6 bulan berturut-turut tidak diambil oleh penerima pensiun;

    (5) Pemerintah belum menyelesaikan permasalahan Suspen Belanja Negara yaitu selisih lebih

    pengakuan belanja oleh Bendahara Umum Negara (BUN) dengan Kementerian/Lembaga (KL)

    sebesar Rp140,40 miliar; (6) Pemerintah tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai atas

    pencatatan fisik kas yang merupakan bagian fisik Saldo Anggaran Lebih (SAL) antara lain terkait

    dengan permasalahan selisih dan ketidakkonsistenan pencatatan Kas di Bendahara Pengeluaran

    dan Kas Hibah Langsung KL serta selisih kiriman uang.

    04 Pemerintah telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan melakukan upaya perbaikan yaitu: (1)

    mengungkapkan secara memadai terkait piutang over lifting yang tidak sepenuhnya

    menggambarkan hak negara dalam LKPP Tahun 2014; (2) melakukan upaya penagihan, verifikasi

    dan koreksi untuk menghapus pencatatan piutang yang masih mengandung ketidakpastian; (3)

    melakukan pemetaan dan penelusuran keberadaan Aset Kredit Eks BPPN; (4) melakukan

  • - xii -

    verifikasi kepada pensiunan atas saldo uang pensiun yang masih menjadi hak pensiunan sebagai

    dasar pengakuan piutang; (5) melakukan beberapa langkah mitigasi untuk memperkecil selisih

    pengakuan belanja antara BUN dengan KL dalam rekonsiliasi pencatatan dengan melakukan

    koreksi di tingkat pusat, membuat aplikasi koreksi dan membuat reklasifikasi pengembalian

    belanja yang tidak diakui KL menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BUN; dan (6)

    menyusun mekanisme yang dapat menjamin validitas dan menjelaskan perbedaan catatan dan

    fisik SAL. Tindak lanjut pemerintah tersebut belum sepenuhnya efektif untuk menyelesaikan

    permasalahan terkait suspen serta selisih catatan dan fisik SAL sehingga permasalahan tersebut

    masih terjadi pada Pemeriksaan LKPP Tahun 2014.

    05 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.30 atas laporan keuangan, Pemerintah

    mengungkapkan saldo Aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) per 31 Desember 2014 dan

    31 Desember 2013 masing-masing sebesar Rp286,08 triliun dan Rp221,74 triliun. Pada Tahun

    2014 terdapat pencatatan mutasi Aset KKKS senilai Rp2,78 triliun yang tidak dapat dijelaskan.

    Kondisi tersebut terjadi karena pencatatan dan pelaporan Aset KKKS belum didukung oleh sistem

    pengendalian yang memadai yang dapat menjamin keakuratan dan kelengkapa transaksi. Data

    yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai

    untuk menilai kemungkinan dampak salah saji atas pencatatan mutasi Aset KKKS yang tidak

    dapat dijelaskan tersebut.

    06 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.34 atas laporan keuangan Pemerintah

    mengungkapkan saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013

    masing-masing sebesar Rp37,98 triliun dan Rp55,38 triliun. Utang kepada Pihak Ketiga per 31

    Desember 2014 tersebut di antaranya merupakan Utang kepada Pihak Ketiga yang berada di KL

    sebesar Rp17,49 triliun. Terdapat permasalahan Utang kepada Pihak Ketiga di tiga KL sebesar

    Rp1,21 triliun yang tidak dapat ditelusuri dan tidak didukung dokumen yang memadai, yaitu: (1)

    Utang kepada Pihak Ketiga terkait pekerjaan jasa penyediaan layanan Kewajiban Pelayanan

    Universal/Universal Service Obligation pada Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan

    Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Kementerian Komunikasi dan Informatika sebesar

    Rp1,12 triliun tidak dapat direkonsiliasi dengan nilai prestasi kerjanya dan tidak didukung dengan

    parameter perhitungan yang jelas atas nilai prestasi kerja penyedia jasa; (2) Utang kepada Pihak

    Ketiga pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia sebesar Rp59,12 miliar tanpa

    dokumen pendukung yang lengkap; dan (3) Utang kepada Pihak Ketiga berupa jaminan

    pelaksanaan pembangunan sebesar Rp23,33 miliar pada Badan Pengusahaan Kawasan

    Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), yang dananya tersimpan pada

    rekening bank atas nama BP Batam, tidak dapat dipastikan nilai yang seharusnya masih tercatat

    sebagai utang. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan

    yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang mencerminkan kewajiban

    Pemerintah kepada pihak ketiga tersebut.

    07 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.48 atas laporan keuangan, Pemerintah

    mengungkapkan SAL setelah penyesuaian per 31 Desember 2014 sebesar Rp86,13 triliun. SAL

    per 31 Desember 2014 tersebut terdiri dari SAL Awal Setelah Penyesuaian sebesar Rp66,59

    triliun dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) setelah penyesuaian sebesar Rp19,53

  • - xiii -

    triliun. Nilai Catatan SAL per 31 Desember 2014 tersebut sama dengan nilai fisik SAL, namun

    terdapat permasalahan pada transaksi dan/atau saldo yang membentuk SAL sehingga penyajian

    catatan dan fisik SAL tersebut tidak akurat, yaitu: (1) Pemerintah belum memiliki metode

    perhitungan SAL yang menjamin saling uji antara catatan dan fisik SAL dilaksanakan secara

    menyeluruh dan konsisten; (2) proses rekonsiliasi antara BUN dan KL atas saldo akun yang

    berpengaruh terhadap catatan dan fisik SAL tidak efektif sehingga masih ada suspen belanja

    karena KL mencatat belanja lebih besar senilai Rp654,75 miliar dan suspen belanja karena BUN

    mencatat belanja lebih besar senilai Rp557,36 miliar, serta masih ada perbedaan saldo Kas Hibah

    Langsung KL sebesar Rp110,20 miliar, Kas pada BLU sebesar Rp69,17 miliar, dan Kas di

    Bendahara Pengeluaran sebesar Rp2,72 miliar antara LKPP yang disusun berdasarkan konsolidasi

    data KL dengan LKBUN yang disusun berdasarkan konsolidasi data Kantor Pelayanan

    Perbendaharaan Negara (KPPN).; (3) usulan koreksi dari Pemerintah sebesar Rp2,40 triliun atas

    LKPP Tahun 2014 Unaudited yang membentuk catatan dan fisik SAL pada LKPP Tahun 2014

    Audited tidak didukung dengan dokumen dan penjelasan tertulis yang mendasari perubahan; (4)

    saldo Kas Dalam Transito yang menjadi bagian dari fisik SAL belum dapat diyakini

    kewajarannya karena adanya transaksi kiriman uang senilai Rp3,32 triliun yang tidak dapat

    ditelusuri; (5) terdapat penyesuaian catatan SAL sebesar Rp7,38 miliar yang tidak didukung

    dengan dokumen sumber; (6) catatan Kas di beberapa KPPN menunjukkan selisih lebih senilai

    Rp4,77 miliar dan selisih kurang Rp3,35 miliar dibandingkan dengan saldo rekening koran yang

    tidak dapat dijelaskan; dan (7) retur belanja yang diterima kembali di Kas Negara dan dicatat

    sebagai Utang kepada Pihak Ketiga sebesar Rp404,62 miliar tidak memiliki daftar rincian. Data

    yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai

    untuk menilai kemungkinan dampak permasalahan-permasalahan tersebut terhadap salah saji

    SAL.

    08 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.34 atas laporan keuangan, Pemerintah

    mengungkapkan saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 dan 2013 masing-

    masing sebesar Rp37,98 triliun dan Rp55,38 triliun. Selain itu, pada Catatan C.3 angka 12

    Pemerintah mengungkapkan adanya Kewajiban Kontinjensi terkait tuntutan hukum kepada

    Pemerintah berupa putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht)

    pada dua KL sebesar Rp171,75 miliar. Untuk menyelesaikan kewajiban yang timbul sehubungan

    dengan putusan pengadilan yang inkracht, UU APBN-P Tahun 2014 memperbolehkan pergeseran

    anggaran belanja KL. Berdasarkan data Nota Keuangan APBN-P Tahun 2015, terdapat putusan

    pengadilan yang inkracht berupa pembayaran ganti rugi minimal senilai Rp1,66 triliun dan

    USD216.76 juta, serta penyerahan aset tanah seluas 4,84 juta m2 dan bangunan. Hasil

    pengumpulan data dari KL menunjukkan adanya putusan pengadilan yang inkracht atas 45

    perkara pada delapan KL berupa pembayaran ganti rugi sebesar Rp499,79 miliar dan penyerahan

    aset tanah seluas 113,60 ribu m2. Namun, putusan pengadilan yang inkracht tersebut belum

    seluruhnya dicatat sebagai kewajiban atau diungkapkan sebagai Kewajiban Kontinjensi dalam

    LKPP Tahun 2014. Hal tersebut terjadi karena Pemerintah belum memiliki mekanisme

    pengelolaan dan pelaporan tuntutan hukum sehingga belum jelas unit kerja yang bertanggung

    jawab untuk melakukan administrasi dan validasi atas tuntutan hukum yang telah inkracht untuk

    dicatat/diungkap sebagai kewajiban. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan

    prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang

    mencerminkan kewajiban Pemerintah.

  • - xiv -

    09 Menurut opini BPK, kecuali dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika

    Pemerintah menyelesaikan permasalahan mengenai pencatatan Aset KKKS, Utang kepada Pihak

    Ketiga, permasalahan catatan dan fisik SAL, serta kewajiban Pemerintah yang timbul dari

    tuntutan hukum, laporan keuangan yang disebut dalam paragraf pertama di atas, menyajikan

    secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Pusat per 31 Desember

    2014 dan 2013, realisasi APBN, arus kas, dan CaLK untuk tahun yang berakhir pada tanggal-

    tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

    10 Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK

    juga melakukan pemeriksaan terhadap SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

    undangan. LHP atas SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam

    Laporan Nomor 74b/LHP/XV/05/2015 tanggal 25 Mei 2015 dan Nomor 74c/LHP/XV/05/2015

    tanggal 25 Mei 2015 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.

  • - xv -

    IIINNNDDDEEEKKKSSS IIISSSIII

    RINGKASAN ........................................................................................................................................................... v

    HALAMAN OPINI. x

    INDEKS ISI ............................................................................................................................................................ xv

    INDEKS TABEL ...................................................................................................................................................... xvi

    INDEKS GRAFIK .................................................................................................................................................... xviii

    INDEKS LAMPIRAN................................................................................................................................................. xx

    INDEKS SINGKATAN .................................................................................................................... ...................... xxii

    INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ................................................................................................... xxvii

    I. LAPORAN REALISASI APBN ............................................................................................................................. 1

    II. NERACA ........................................................................................................................ ................................... 5

    III. LAPORAN ARUS KAS ...................................................................................................................................... 9

    IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN .......................................................................................................... 12

    A. PENJELASAN UMUM ................................................................................................................................ 13

    A.1. DASAR HUKUM .............................................................................................................................. 14

    A.2. KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO............................................................... 15

    A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN ..................................................................... 36

    A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI ............................................................................................................... 41

    B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI APBN ...................................................................... 60

    B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI APBN ......................................................................... 60

    B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI APBN....................................................................... 61

    B.3. CATATAN PENTING LAINNYA ....................................................................................................... 89

    C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA .................................................................................................... 101

    C.1. POSISI KEUANGAN SECARA UMUM .............................................................................................. 101

    C.2. PENJELASAN PER POS NERACA .................................................................................................... 102

    C.3. CATATAN PENTING LAINNYA ....................................................................................................... 189

    D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN ARUS KAS ................................................................................ 211

    D.1. IKHTISAR LAPORAN ARUS KAS ................................................................................................... 211

    D.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN ARUS KAS ............................................................................... 215

    DAFTAR LAMPIRAN

  • - xvi -

    IIINNNDDDEEEKKKSSS TTTAAABBBEEELLL

    1. Perbandingan Klasifikasi PDB seri 2000 dan seri 2010 18

    2. Perbandingan Perkembangan PDB Seri 2000 dan Seri 2010

    3. Perkembangan CAR, LDR, dan NPL Bulanan 2014

    4. Ringkasan Indikator Makro Tahun 2014

    5. Ringkasan Realisasi Anggaran 2013, APBN dan APBNP 2014

    6. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

    7. Piutang Pajak per Jenis Pajak pada Ditjen Pajak

    8. Piutang Pajak per Jenis Pajak pada Ditjen Bea dan Cukai

    9. Posisi Utang Luar Negeri, SBN, dan Promissory Notes

    10. Posisi Utang Luar Negeri Menurut Valuta Asing

    11. Saldo Anggaran Lebih TA 2014 dan TA 2013

    12. Laporan Rekening Nomor 600.000.411980 Tahun 2014 dan 2013

    19

    24

    26

    28

    68

    109

    111

    180

    181

    182

    189

    TABEL LAMPIRAN

    1. SBN Neto Tahun 2014 688

    2. Seri SPN yang Diterbitkan Tahun 2014 690

    3. Daftar Pelunasan SPN Tahun 2014 691

    4. Realisasi Penerbitan SUN Valas s.d 31 Desember 2014 692

    5. Realisasi Pelaksanaan Debt Switching Tahun 2014 693

    6. Rincian Realisasi Pelaksanaan Debt Switching Tahun 2014 693

    7. Transaksi BuybackTahun 2014 696

    8. Daftar Penerbitan SBSN Tahun 2014 698

    9. Outstanding SBN seri Fixed Rated (FR) per 31 Desember 2014 699

    10. Data Outstanding ORI per 31 Desember 2014 701

    11. Data Outstanding SBN Seri Variable Rate (VR) per 31 Desember 2014 702

    12. Data Outstanding SPN per 31 Desember 2014 703

    13. Data Outstanding Surat Utang Pemerintah per 31 Desember 2014 704

    14. Data Outstanding SBSN seri IFR per 31 Desember 2014 706

    15. Data Outstanding SBSN Seri PBS per 31 Desember 2014 706

    16. Data Outstanding SBSN Seri SR per 31 Desember 2014 708

    17. Data Outstanding SBSN Seri SPN-S per 31 Desember 2014 709

    18. Data Outstanding SBSN Seri SDHI per 31 Desember 2014 710

    19. Struktur Outstanding SBN Valas Per 31 Desember 2014 711

    20. Mutasi SBN Tahun 2014 714

  • - xviii -

    IIINNNDDDEEEKKKSSS GGGRRRAAAFFFIIIKKK

    1. Tren PDB Harga Berlaku Seri 2000 Tahun 2010-2014 16

    2. Struktur PDB Seri 2000 Menurut Pengeluaran tahun 2010 s.d 2014 17

    3. Struktur PDB Seri 2000 Menurut Lapangan Usaha atas Dasar harga Berlaku 2013-2014

    4. Tren Laju Inflasi Bulanan dan TahunanTahun 2014

    17

    20

    5. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulanan 2013-2014 21

    6. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Semesteran 2012-2014 22

    7. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Bulanan 2014 22

    8. Cadangan Devisa 2014 23

    9. Tren Laju IHSG Bulanan Tahun 2013-2014 24

    10. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2010-2014 29

    11. Penerimaan Perpajakan Tahun 2013 dan 2014 30

    12. Tax Ratio Indonesia Tahun 2010-2014 30

    13. Pagu dan Realisasi PNBP Tahun 2013 dan 2014 31

    14. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2013 dan Tahun 2014 Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

    15. Realisasi Transfer ke Daerah 2013-2014

    16. Perkembangan Rasio Realisasi Defisit Anggaran terhadap PDB Tahun 2010-2014

    33

    34

    35

    17. Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2010 - 2014 60

    18. Perkembangan Realisasi Belanja Negara TA 2010- 2014 61

    19. Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2014

    20. Komposisi 5 Terbesar Kementerian/Lembaga Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2014

    62

    68

    21. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Fungsi TA 2014 68

    22. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja TA 2014 69

    23. Komposisi Realisasi Transfer ke Daerah TA 2014 76

    24. Komposisi Pendapatan BLU TA 2014 91

    25. Pendapatan, Beban, dan Surplus/Defisit BLU TA 2014 92

    26. Perbandingan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana Neto pada Neraca Tahun 2010 2014 101

    27. Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Badan Layanan Umum 2010 2014 197

    28. Komposisi Arus Kas Bersih per Aktivitas

    LAMPIRAN

    213

  • - xix -

    1. Struktur Jatuh Tempo ON Rupiah seri FR 700

    2. Struktur jatuh tempo ORI 702

    3. Struktur jatuh tempo ON seri VR 703

    4. Struktur Jatuh Tempo SPN per 31 Desember 2014 704

    5. Struktur Jatuh Tempo Surat Utang Pemerintah 705

    6. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri IFR per 31 Desember 2014 706

    7. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri PBS per 31 Desember 2014 707

    8. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SR per 31 Desember 2014 708

    9. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SPN-S per 31 Desember 2014 709

    10. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SDHI per 31 Desember 2014 710

    11. Struktur Jatuh Tempo SBN Valas per 31 Desember 2014 712

    12. Data Outstanding SBN per 31 Desember 2014 712

  • - xx -

    IIINNNDDDEEEKKKSSS LLLAAAMMMPPPIIIRRRAAANNN

    1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Pusat TA 2014 236

    2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut BA dan Eselon I TA

    2014 263

    3. Laporan Realisasi Dana Perimbangan TA 2014 292

    4. Suspen Belanja Pemerintah Pusat TA 2014 365

    5. Persetujuan Multiyears Contract (Kontrak Tahun Jamak) 370

    6. Perbandingan Pagu APBN-P dan Pagu DIPA 372

    7. Realisasi Penerbitan SABA BA 999.08 Pengelola lain-lain, TA 2014 376

    8. Rekening Khusus per 31 Desember 2014 380

    9. Saldo Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Umum per 31 Desember 2014 382

    10. Saldo Kas di KPPN per 31 Desember 2014 dan 2013 384

    11. Kas pada K/L dan BUN per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 391

    12. Uang Muka Belanja dan Belanja Dibayar Di Muka per 31 Desember 2014 dan 31

    Desember 2013 411

    13. Piutang Pajak per 31 Desember 2014 417

    14. Piutang PNBP per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 431

    15. Rincian Piutang Eks Bank Dalam Likuidasi 31 Desember 2014 434

    16. Aset Kredit Eks BPPN 437

    17. Bagian Lancar TP/TGR per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 444

    18. Persediaan per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 447

    19. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara BUMN Tahun 2014 452

    20. Daftar BPYBDS pada BUMN per 31 Desember 2014 462

    21. Penyertaan Modal Negara pada Perusahaan Negara/Lembaga Di Bawah Pembinaan

    Kementerian Keuangan per 31 Desember 2014 464

    22. Penyertaan Modal Negara pada Non BUMN per 31 Desember 2014 467

    23. Penyertaan Modal Negara pada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional/Regional per

    31 Desember 2014 471

    24. Ikhtisar Laporan Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan per 31 Desember 2014 473

    25. Aset Tetap pada Kementerian/Lembaga per 31 Desember 2014 476

    26. Tagihan TP/TGR per 31 Desember 2014 500

    27. Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2014 502

    28. Aset KKKS per 31 Desember 2014 505

    29. Aset Eks BPPN per 31 Desember 2014 524

    30. Aset Lain-lain per 31 Desember 2014 531

    31. Aset PT PPA per 31 Desember 2014 534

    32. Utang Kepada Pihak Ketiga dan Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2014 541

    33. Utang Bunga Surat Berharga Negara per 31 Desember 2014 544

    34. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Surat Berharga Negara per 31 Desember 2014 549

    35. Surat Berharga Negara Jangka Pendek per 31 Desember 2014 552

    36. Surat Berharga Negara Jangka Panjang per 31 Desember 2014 554

  • - xxi -

    37. Ikhtisar Laporan Keuangan BLU per 31 Desember 2014 560

    38. Kebijakan Koreksi Atas Akumulasi Penyusutan 563

    39. Ikhtisar Laporan Keuangan Lembaga Non Struktural dan Yayasan per 31 Desember 2014 575

    40. Rekapitulasi Hasil Penilaian Aset Bekas Milik Asing/Cina s.d. 31 Desember 2013 580

    41. Tindak Lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2013 585

    42. Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara Tahun Anggaran 2014 682

  • - xxii -

    IIINNNDDDEEEKKKSSS SSSIIINNNGGGKKKAAATTTAAANNN

    APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan

    BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    BBM : Bahan Bakar Minyak

    BDL : Bank Dalam Likuidasi

    BEJ : Bursa Efek Jakarta

    BHMN : Badan Hukum Milik Negara

    BI : Bank Indonesia

    BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

    BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

    BLU

    BMN

    BNP2TKI

    :

    :

    :

    Badan Layanan Umum

    Barang Milik Negara

    Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

    BPMIGAS : Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

    BPHTB

    BPIH

    :

    :

    Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

    Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

    BPJT : Badan Pengatur Jalan Tol

    BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

    BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

    BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

    BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional

    BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

    BPYBDS : Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya

    BRR

    BUJT

    :

    :

    Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi

    Badan Usaha Jalan Tol

    BULOG : Badan Urusan Logistik

    BUMD : Badan Usaha Milik Daerah

    BUMN : Badan Usaha Milik Negara

    BUN : Bendahara Umum Negara

    CBN

    CAR

    :

    :

    Cadangan Benih Nasional

    Capital Adequate Ratio

    CBP : Cadangan Beras Pemerintah

    CFO : Chief Financial Officer

    CGI

    CICR

    :

    :

    Consultative Group on Indonesia

    Consolidated Interest Coverage Ratio

    COO : Chief Operating Officer

    CPI : Consumer Price Index

    DAK : Dana Alokasi Khusus

    DAU : Dana Alokasi Umum

    DAU : Dana Abadi Umat

    DBH

    DEP

    :

    :

    Dana Bagi Hasil

    Dana Ekonomi Produktif

    DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

    DJA : Direktorat Jenderal Anggaran

    DJBC : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

    DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara

    DJP : Direktorat Jenderal Pajak

  • - xxiii -

    DJPBN

    DMO

    DNS

    DPM

    DPPN

    :

    :

    :

    :

    Direktorat Jenderal Perbendaharaan

    Domestic Market Obligation

    Debt for Nature Swap

    Dana Penguatan Modal

    Dana Pengembangan Pendidikan Nasional

    DPR

    DSCR

    :

    :

    Dewan Perwakilan Rakyat

    Debt Service Coverage Ratio

    DTP : Ditanggung Pemerintah

    EDI : Electronic Data Interchange

    GBHN

    GIZ-ProFI

    GIZ-GGPAS

    :

    :

    :

    Garis-Garis Besar Haluan Negara

    Gesellschaft fur Internationale Zussammenarbeit Promotion of Small Financial Institutions

    Gesellschaft fur Internationale Zussammenarbeit Good Governance in Population Administration

    Systems

    HTI : Hutan Tanaman Industri

    INDRA

    ITPT

    JPY

    :

    :

    :

    Indonesian Debt Restructuring Agency

    Industri Tekstil dan Produksi Tekstil

    Japanese Yen

    KITE : Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

    KKKS : Kontraktor Kontrak Kerja Sama

    K/L : Kementerian Negara/Lembaga

    KMK : Keputusan Menteri Keuangan

    KONI

    KPK

    :

    :

    Komite Olahraga Nasional Indonesia

    Komisi Pemberantasan Korupsi

    KPPN

    KPRSH

    KPS

    :

    :

    :

    Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

    Kredit Kepemilikan Rumah Sederhana Sehat

    Kontraktor Production Sharing

    KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

    KU : Kiriman Uang

    KUHR : Kredit Usaha Hutan Rakyat

    KUMK : Kredit Usaha Mikro dan Kecil

    KUN : Kas Umum Negara

    KUT : Kredit Usaha Tani

    LAK : Laporan Arus Kas

    LBMN : Laporan Barang Milik Negara

    LDKP : Lembaga Dana Kredit Pedesaan

    LDR : Loan to Deposit Ratio

    LKBUN : Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara

    LKKL : Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

    LKP : Lembaga Keuangan Pelaksana

    LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

    LNSI : Lembaga Non Struktural/Independen

    LRA : Laporan Realisasi Anggaran

    MPN : Modul Penerimaan Negara

    MP3 : Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak

    NAD : Nanggroe Aceh Darussalam

    NPL

    ORI

    PBS

    :

    :

    :

    Non-Performing Loan

    Obligasi Ritel Indonesia

    Project Based Sukuk

    PDB : Pendapatan Domestik Bruto

    PFK : Perhitungan Fihak Ketiga

  • - xxiv -

    PIP

    PIR

    PJPK

    :

    :

    :

    Pusat Investasi Pemerintah

    Perusahaan Inti Rakyat

    Penanggung Jawab Proyek Kerja sama

    PMA : Penanaman Modal Asing

    PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri

    PMK : Peraturan Menteri Keuangan

    PMN : Penyertaan Modal Negara

    PNBP

    PPAP

    :

    :

    Penerimaan Negara Bukan Pajak

    Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

    PPh : Pajak Penghasilan

    PPN : Pajak Pertambahan Nilai

    PPnBM : Pajak Penjualan atas Barang Mewah

    PSL : Past Service Liability

    PSO : Public Service Obligation

    PT PPA : PT Perusahaan Pengelolaan Aset

    RANTF : Recovery of Aceh Nias Trust Fund

    RDI : Rekening Dana Investasi

    RPD : Rekening Pembangunan Daerah

    RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    RPL

    RTGS

    SAA

    :

    :

    :

    Rekening Pemerintah Lainnya

    Real Time Gross Settlement

    Separate Arrangement Agreement

    SA-BUN : Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara

    SAI : Sistem Akuntansi Instansi

    SAKUN : Sistem Akuntansi Kas Umum Negara

    SAL : Saldo Anggaran Lebih

    SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan

    SAPP : Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

    SAU : Sistem Akuntansi Umum

    SBN : Surat Berharga Negara

    SBSN : Surat Berharga Syariah Negara

    SDA : Sumber Daya Alam

    SDHI : Sukuk Dana Haji Indonesia

    SiAP : Sistem Akuntansi Pusat

    SIBOR : Singapore Interbank Offered Rate

    SiKPA : Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran

    SiLPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

    SIMAK-BMN : Sistem Informasi Manajeman dan Akuntansi Barang Milik Negara

    SKPA : Surat Kuasa Pengguna Anggaran

    SKPKB : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

    SKPLB : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

    SPKPBM : Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk

    SLA

    SNI

    :

    :

    Subsidiary Loan Agreement

    Standar Nasional Indonesia

    SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana

    SPN : Surat Perbendaharaan Negara

    SP3

    SPU

    :

    :

    Surat Perintah Pengesahan Pembukuan

    Sarana Pengembangan Usaha

    SUN

    SWIFT

    :

    :

    Surat Utang Negara

    Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication

  • - xxv -

    TA : Tahun Anggaran

    TGR : Tuntutan Ganti Rugi

    THT : Tabungan Hari Tua

    TP : Tim Pemberesan Aset

    TPA : Tagihan Penjualan Angsuran

    TSA : Treasury Single Account

    TSP

    USAID

    :

    :

    Tempat Simpan Pinjam

    United State Agency for International Development

    USD

    UPP

    UP3

    :

    :

    :

    United State Dolar

    Unit Pelaksana Proyek

    Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah

    USP : Usaha Simpan Pinjam

    UP/TUP : Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan

  • - xxvi -

    IIINNNDDDEEEKKKSSS CCCAAATTTAAATTTAAANNN AAATTTAAASSS LLLAAAPPPOOORRRAAANNN KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN

    LAPORAN REALISASI APBN

    Pendapatan Negara dan Hibah Halaman

    Catatan B.2.1 Pendapatan Negara dan Hibah 61

    Catatan B.2.1.1 Penerimaan Perpajakan 62

    Catatan B.2.1.1.1 Pajak Dalam Negeri 62

    Catatan B.2.1.1.2 Pajak Perdagangan Internasional 63

    Catatan B.2.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 63

    Catatan B.2.1.2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam 63

    Catatan B.2.1.2.2 Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 64

    Catatan B.2.1.2.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 65

    Catatan B.2.1.2.4 Pendapatan BLU 66

    Catatan B.2.1.3 Penerimaan Hibah 66

    Belanja Negara

    Catatan B.2.2 Belanja Negara 67

    Catatan B.2.2.1 Belanja Pemerintah Pusat 67

    Catatan B.2.2.1.1 Belanja Pegawai 70

    Catatan B.2.2.1.2 Belanja Barang 70

    Catatan B.2.2.1.3 Belanja Modal 72

    Catatan B.2.2.1.4 Pembayaran Bunga Utang 72

    Catatan B.2.2.1.5 Subsidi 73

    Catatan B.2.2.1.6 Belanja Hibah 74

    Catatan B.2.2.1.7 Belanja Bantuan Sosial 74

    Catatan B.2.2.1.8 Belanja Lain-lain 75

    Catatan B.2.2.2 Transfer ke Daerah 76

    Catatan B.2.2.2.1 Dana Perimbangan 77

    Catatan B.2.2.2.1.1 Dana Bagi Hasil 77

    Catatan B.2.2.2.1.2 Dana Alokasi Umum 77

    Catatan B.2.2.2.1.3 Dana Alokasi Khusus 78

    Catatan B.2.2.2.2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 78

    Catatan B.2.2.2.2.1 Dana Otonomi Khusus 78

    Catatan B.2.2.2.2.2 Dana Penyesuaian 79

    Catatan B.2.2.2.3 Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 79

    Catatan B.2.2.3 Suspen 79

    Surplus (Defisit) Anggaran

    Catatan B.2.3 Defisit Anggaran 80

    Pembiayaan

    Catatan B.2.4 Pembiayaan 80

    Catatan B.2.4.1 Pembiayaan Dalam Negeri (Neto) 81

    Catatan B.2.4.1.1 Penggunaan SAL 81

  • - xxvii -

    Catatan B.2.4.1.2 Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman 81

    Catatan B.2.4.1.3 Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi 81

    Catatan B.2.4.1.4 Surat Berharga Negara (Neto) 82

    Catatan B.2.4.1.5 Pinjaman Dalam Negeri 83

    Catatan B.2.4.1.6 Penyertaan Modal Negara/Investasi Pemerintah 83

    Catatan B.2.4.1.7 Kewajiban Penjaminan 84

    Catatan B.2.4.1.8 Dana Pengembangan Pendidikan Nasional 84

    Catatan B.2.4.2 Pembiayaan Luar Negeri (Neto) 85

    Catatan B.2.4.2.1 Penarikan Pinjaman Luar Negeri 85

    Catatan B.2.4.2.1.1 Penarikan Pinjaman Program 85

    Catatan B.2.4.2.1.2 Penarikan Pinjaman Proyek 86

    Catatan B.2.4.2.2 Penerusan Pinjaman 87

    Catatan B.2.4.2.3 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri 87

    SiLPA (SiKPA)

    Catatan B.2.5 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran SiLPA (SiKPA) 88

    CATATAN PENTING LAINNYA

    Catatan B.3 Catatan Penting Lainnya 89

    NERACA

    ASET

    Aset Lancar

    Catatan C.2.1 Rekening Kas BUN di BI 102

    Catatan C.2.2 Rekening Pemerintah Lainnya 103

    Catatan C.2.3 Rekening Kas di KPPN 104

    Catatan C.2.4 Kas di Bendahara Pengeluaran 104

    Catatan C.2.5 Kas di Bendahara Penerimaan 104

    Catatan C.2.6 Kas Lainnya dan Setara Kas 105

    Catatan C.2.7 Kas Pada BLU 106

    Catatan C.2.8 Uang Muka dari Rekening BUN 107

    Catatan C.2.9 Investasi Jangka Pendek 108

    Catatan C.2.10 Belanja Dibayar Di Muka dan Uang Muka Belanja 108

    Catatan C.2.11 Piutang Pajak 108

    Catatan C.2.12 Piutang Bukan Pajak 112

    Catatan C.2.13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 122

    Catatan C.2.14 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 122

    Catatan C.2.15 Bagian Lancar Penerusan Pinjaman 122

    Catatan C.2.16 Piutang dari Kegiatan BLU 124

    Catatan C.2.17 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang 125

    Catatan C.2.18 Persediaan

    Investasi Jangka Panjang

    126

    Catatan C.2.19 Dana Bergulir 128

    Catatan C.2.20 Dana Bergulir Diragukan Tertagih 129

    Catatan C.2.21 Investasi Non Permanen Lainnya 130

  • - xxviii -

    Catatan C.2.22 Cadangan Penurunan Nilai Investasi Non Permanen Lainnya 132

    Catatan C.2.23 Investasi Permanen PMN 132

    Catatan C.2.24 Investasi Permanen BLU 136

    Catatan

    Catatan

    C.2.25

    C.2.26

    Investasi Permanen Lainnya

    Aset Tetap

    136

    139

    Catatan C.2.27 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 140

    Catatan C.2.28 Piutang Jangka Panjang 141

    Catatan C.2.29 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang 144

    Catatan C.2.30 Aset Lainnya 144

    Catatan C.2.31 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Aset Lainnya 163

    Catatan C.2.32 Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 164

    KEWAJIBAN

    Kewajiban Jangka Pendek

    Catatan C.2.33 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 164

    Catatan C.2.34 Utang Kepada Pihak Ketiga 165

    Catatan C.2.35 Utang Biaya Pinjaman 169

    Catatan C.2.36 Utang Subsidi 169

    Catatan C.2.37 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 171

    Catatan C.2.38 Utang SBN Jangka Pendek 172

    Catatan C.2.39 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan 173

    Catatan C.2.40 Pendapatan Diterima di Muka 173

    Catatan C.2.41 Utang Jangka Pendek Lainnya 173

    Kewajiban Jangka Panjang

    Catatan C.2.42 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Perbankan 174

    Catatan C.2.43 Utang Jangka Panjang Surat Berharga Negara Dalam Negeri 175

    Catatan C.2.44 Utang Kepada Dana Pensiun dan THT 176

    Catatan C.2.45 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya 177

    Catatan C.2.46 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan 180

    Catatan C.2.47 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya 180

    EKUITAS

    Ekuitas Dana Lancar

    Catatan C.2.48 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Setelah Penyesuaian 181

    Catatan C.2.49 SiLPA (SiKPA) Setelah Penyesuaian 183

    Catatan C.2.50 Cadangan Piutang 184

    Catatan C.2.51 Cadangan Persediaan 184

    Catatan C.2.52 Pendapatan yang Ditangguhkan 184

    Catatan C.2.53 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek 185

    Catatan C.2.54 Selisih Kurs Bagian Lancar 185

    Catatan C.2.55 Dana Lancar Lainnya 186

    Catatan C.2.56 Barang/Jasa yang Harus Diterima 186

    Catatan C.2.57 Barang/Jasa yang Masih Harus Diserahkan 186

    Ekuitas Dana Investasi

  • - xxix -

    Catatan C.2.58 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 187

    Catatan C.2.59 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 187

    Catatan C.2.60 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 187

    Catatan C.2.61 Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang 187

    Catatan C.2.62 Selisih Kurs Bagian Jangka Panjang 188

    CATATAN PENTING LAINNYA

    Catatan C.3 Catatan Penting Lainnya 189

    LAPORAN ARUS KAS

    ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI

    Catatan D.2.1 Penerimaan Perpajakan 215

    Catatan D.2.1.1 Pajak Penghasilan 216

    Catatan D.2.1.2 Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah 217

    Catatan D.2.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan 217

    Catatan D.2.1.4 Cukai 217

    Catatan D.2.1.5 Pajak Lainnya 217

    Catatan D.2.1.6 Pajak Perdagangan Internasional 218

    Catatan D.2.2 PNBP 218

    Catatan D.2.2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam 218

    Catatan D.2.2.2 Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 219

    Catatan D.2.2.3 Penerimaan PNBP Lainnya 219

    Catatan D.2.2.4 Penerimaan BLU 220

    Catatan D.2.3 Penerimaan Hibah 220

    Catatan D.2.4 Belanja Pegawai 221 Catatan D.2.5 Belanja Barang 221 Catatan D.2.6 Belanja Pembayaran Bunga Utang 222 Catatan D.2.7 Subsidi 222 Catatan D.2.8 Belanja Hibah 223 Catatan D.2.9 Bantuan Sosial 223 Catatan D.2.10 Belanja Lain-Lain 224 Catatan D.2.11 Dana Bagi Hasil Pajak 224 Catatan D.2.12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 224 Catatan D.2.13 Dana Bagi Hasil Cukai dan Tembakau 225 Catatan D.2.14 Dana Alokasi Umum 225 Catatan D.2.15 Dana Alokasi Khusus 225 Catatan D.2.16 Dana Otonomi Khusus 226 Catatan D.2.17 Dana Penyesuaian 226 Catatan D.2.18 Dana Keistimewaan DIY 226

    ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN

    Catatan D.2.19 Pendapatan dari Pemindahtanganan dan Penjualan Aset