undang-undang republik indonesia nomor 12 tahun 2015 tentang
TRANSCRIPT
-
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2015
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2014 yang diundangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013, pelaksanaannya perlu dilakukan pemeriksaan dan
dipertanggungjawabkan sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1)Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Pasal 4 ayat (2) Undang-UndangNomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
terhadap pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014telah dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK);
c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, danPasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014,pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN TahunAnggaran 2014 harus ditetapkan dengan Undang-
Undang;
bahwa . . .
-
- 2 -
d. bahwa pembahasan Undang-Undang tentang
Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014
dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama
Pemerintah dan dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sesuai Surat
Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor 36/DPD
RI/IV/2014-2015 tanggal 9 Juli 2015;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
perlu menetapkan Undang-Undang tentang
Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5),
Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 23E Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4654);
6. Undang-Undang . . .
-
- 3 -
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 182 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5462), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5547);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2014.
Pasal 1
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2014 tertuang dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2014 sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Pasal 2
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, terdiri atas:
1. Laporan . . .
-
- 4 -
1. Laporan Realisasi APBN Tahun Anggaran 2014;
2. Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014;
3. Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2014; dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Pasal 3
(1) Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran2014 adalah sebesar Rp1.550.490.813.616.979 (satukuadriliun lima ratus lima puluh triliun empat ratussembilan puluh miliar delapan ratus tiga belas juta enamratus enam belas ribu sembilan ratus tujuh puluhsembilan rupiah) yang berarti 94,81 (sembilan puluhempat koma delapan satu) persen dari APBN-P TahunAnggaran 2014 sebesar Rp1.635.378.485.045.000 (satukuadriliun enam ratus tiga puluh lima triliun tiga ratustujuh puluh delapan miliar empat ratus delapan puluhlima juta empat puluh lima ribu rupiah).
(2) Realisasi Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 adalahsebesar Rp1.777.182.855.786.411 (satu kuadriliun tujuhratus tujuh puluh tujuh triliun seratus delapan puluhdua miliar delapan ratus lima puluh lima juta tujuh ratusdelapan puluh enam ribu empat ratus sebelas rupiah)yang berarti 94,69 (sembilan puluh empat koma enamsembilan) persen dari APBN-P Tahun Anggaran 2014sebesar Rp1.876.872.758.707.000 (satukuadriliun delapan ratus tujuh puluh enam triliundelapan ratus tujuh puluh dua miliar tujuh ratus limapuluh delapan juta tujuh ratus tujuh ribu rupiah).
(3) Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Belanja Negarasebagaimana dimaksud pada ayat (2), terjadi DefisitAnggaran Tahun Anggaran 2014 sebesarRp226.692.042.169.432 (dua ratus dua puluh enamtriliun enam ratus sembilan puluh dua miliar empatpuluh dua juta seratus enam puluh sembilan ribu empatratus tiga puluh dua rupiah) yang berarti 93,87 (sembilanpuluh tiga koma delapan tujuh) persen dari APBN-PTahun Anggaran 2014 sebesar Rp241.494.273.662.000(dua ratus empat puluh satu triliun empat ratussembilan puluh empat miliar dua ratus tujuh puluh tigajuta enam ratus enam puluh dua ribu rupiah).
(4) Pembiayaan . . .
-
- 5 -
(4) Pembiayaan untuk menutup Defisit Anggaran Tahun
Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah sebesar Rp248.892.825.676.520 (dua ratus empat
puluh delapan triliun delapan ratus sembilan puluh dua
miliar delapan ratus dua puluh lima juta enam ratus
tujuh puluh enam ribu lima ratus dua puluh rupiah)
yang berarti 103,06 (seratus tiga koma nol enam) persen
dari APBN-P Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp
241.494.273.662.000 (dua ratus empat puluh satu triliun
empat ratus sembilan puluh empat miliar dua ratus
tujuh puluh tiga juta enam ratus enam puluh dua ribu
rupiah).
(5) Berdasarkan Defisit Anggaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan Pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SiLPA) sebesar Rp22.200.783.507.088 (dua puluh dua
triliun dua ratus miliar tujuh ratus delapan puluh tiga
juta lima ratus tujuh ribu delapan puluh delapan
rupiah).
(6) Saldo Anggaran Lebih (SAL) sampai dengan akhir Tahun
Anggaran 2014 adalah sebesar Rp86.136.993.583.586
(delapan puluh enam triliun seratus tiga puluh enam
miliar sembilan ratus sembilan puluh tiga juta lima ratus
delapan puluh tiga ribu lima ratus delapan puluh enam
rupiah) yang berasal dari:
a. SAL sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2013,
yakni sebesar Rp66.594.149.777.346 (enam puluh
enam triliun lima ratus sembilan puluh empat miliar
seratus empat puluh sembilan juta tujuh ratus tujuh
puluh tujuh ribu tiga ratus empat puluh enam
rupiah);
b. ditambah dengan SiLPA Tahun Anggaran 2014 sebesar
Rp22.200.783.507.088 (dua puluh dua triliun dua
ratus miliar tujuh ratus delapan puluh tiga juta lima
ratus tujuh ribu delapan puluh delapan rupiah);
c. ditambah . . .
-
- 6 -
c. ditambah selisih kas lebih Tahun Anggaran 2013
sebesar Rp2.258.130.896 (dua miliar dua ratus limapuluh delapan juta seratus tiga puluh ribu delapanratus sembilan puluh enam rupiah); dan
d. ditambah dengan koreksi dan penyesuaian atas SALdan SiLPA sebesar minus Rp2.660.197.831.744 (duatriliun enam ratus enam puluh miliar seratus
sembilan puluh tujuh juta delapan ratus tiga puluhsatu ribu tujuh ratus empat puluh empat rupiah).
(7) Koreksi dan penyesuaian atas SAL dan SiLPA sebesarminus Rp2.660.197.831.744 (dua triliun enam ratusenam puluh miliar seratus sembilan puluh tujuh juta
delapan ratus tiga puluh satu ribu tujuh ratus empatpuluh empat rupiah) sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) huruf d terdiri atas:
a. Koreksi saldo awal Kas di Kantor PelayananPerbendaharaan Negara (KPPN) sebesar minus
Rp6.175.091.483 (enam miliar seratus tujuh puluhlima juta sembilan puluh satu ribu empat ratusdelapan puluh tiga rupiah);
b. Koreksi saldo awal Kas pada Badan Layanan Umum(BLU) sebesar minus Rp10.266.475.988 (sepuluh
miliar dua ratus enam puluh enam juta empat ratustujuh puluh lima ribu sembilan ratus delapan puluhdelapan rupiah);
c. Penyesuaian catatan SAL sebesar Rp17.684.542.811(tujuh belas miliar enam ratus delapan puluh empatjuta lima ratus empat puluh dua ribu delapan ratus
sebelas rupiah);
d. Penyesuaian pengembalian pendapatan tahun lalu
sebesar minus Rp61.260.251.519 (enam puluh satumiliar dua ratus enam puluh juta dua ratus limapuluh satu ribu lima ratus sembilan belas rupiah);
e. Penyesuaian Kas Hibah Langsung sebesar minusRp974.989.900 (sembilan ratus tujuh puluh empat
juta sembilan ratus delapan puluh sembilan ribusembilan ratus rupiah);
f. Penyesuaian . . .
-
- 7 -
f. Penyesuaian saldo Kas KPPN sebesar Rp2.000.001
(dua juta satu rupiah);
g. Selisih kurs unrealized sebesar minusRp2.599.207.565.511 (dua triliun lima ratus sembilan
puluh sembilan miliar dua ratus tujuh juta lima ratusenam puluh lima ribu lima ratus sebelas rupiah);
h. Koreksi pembulatan sebesar minus Rp155 (seratuslima puluh lima rupiah).
(8) Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),termasuk realisasi penerimaan minyak bumi dan gasalam yang dilaporkan berdasarkan asas neto.
Pasal 4
(1) Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember 2014memberikan informasi keuangan sebagai berikut:
a. jumlah Aset sebesar Rp3.910.922.331.111.792 (tiga
kuadriliun sembilan ratus sepuluh triliun sembilanratus dua puluh dua miliar tiga ratus tiga puluh satu
juta seratus sebelas ribu tujuh ratus sembilan puluhdua rupiah);
b. jumlah Kewajiban sebesar Rp2.898.383.597.986.114
(dua kuadriliun delapan ratus sembilan puluhdelapan triliun tiga ratus delapan puluh tiga miliarlima ratus sembilan puluh tujuh juta sembilan ratus
delapan puluh enam ribu seratus empat belasrupiah); dan
c. jumlah Ekuitas Dana sebesarRp1.012.538.733.125.678 (satu kuadriliun dua belastriliun lima ratus tiga puluh delapan miliar tujuh
ratus tiga puluh tiga juta seratus dua puluh lima ribuenam ratus tujuh puluh delapan rupiah).
(2) Aset pada Neraca Pemerintah Pusat per 31 Desember
2014 telah mencakup pelaporan rekening-rekeningKementerian Negara/Lembaga.
(3) Dalam rangka meningkatkan pengelolaan dan keandalanpenyajian aset, Pemerintah melakukan penertiban asetyang meliputi inventarisasi, penilaian, pemanfaatan, dan
legalitas aset tetap pada seluruh KementerianNegara/Lembaga.
Pasal 5 . . .
-
- 8 -
Pasal 5
Laporan Arus Kas Tahun Anggaran 2014 memberikan
informasi keuangan sebagai berikut:
a. jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar
minus Rp80.075.491.013.141 (delapan puluh triliun
tujuh puluh lima miliar empat ratus sembilan puluh
satu juta tiga belas ribu seratus empat puluh satu
rupiah);
b. jumlah arus kas bersih dari aktivitas investasi aset non
keuangan sebesar minus Rp146.616.551.156.291
(seratus empat puluh enam triliun enam ratus enam
belas miliar lima ratus lima puluh satu juta seratus lima
puluh enam ribu dua ratus sembilan puluh satu rupiah);
c. jumlah arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan
sebesar Rp248.892.825.676.520 (dua ratus empat puluh
delapan triliun delapan ratus sembilan puluh dua miliar
delapan ratus dua puluh lima juta enam ratus tujuh
puluh enam ribu lima ratus dua puluh rupiah); dan
d. jumlah arus kas bersih dari aktivitas non anggaran
sebesar Rp3.353.789.742.647 (tiga triliun tiga ratus lima
puluh tiga miliar tujuh ratus delapan puluh sembilan
juta tujuh ratus empat puluh dua ribu enam ratus
empat puluh tujuh rupiah).
Pasal 6
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi APBN, Neraca, dan
Laporan Arus Kas.
Pasal 7
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, dilampiri juga Ikhtisar Laporan
Keuangan Perusahaan Negara, Badan Layanan Umum, dan
Badan Lainnya, dan dilengkapi dengan informasi
pendapatan dan belanja secara akrual.
Pasal 8 . . .
-
- 9 -
Pasal 8
SAL dapat digunakan dalam hal realisasi anggaran
pengeluaran melebihi realisasi anggaran penerimaan tahun
anggaran berjalan, dan/atau terdapat pengembalian
pendapatan tahun-tahun yang lalu.
Pasal 9
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, telah diperiksa oleh BPK dengan
opini Wajar Dengan Pengecualian.
Pasal 10
(1) Pemerintah menindaklanjuti rekomendasi BPK dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan secara efektif dan
komprehensif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
(2) Pemerintah melakukan perbaikan atas kelemahan dalam
sistem pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan
negara untuk tujuan meningkatkan akurasi, keandalan
dan akuntabilitas pelaporan keuangan.
(3) Pemerintah menerapkan sistem pemberian penghargaan
dan sanksi kepada Kementerian Negara/Lembaga
berdasarkan penilaian kinerja atas perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
anggaran.
(4) Pemberian penghargaan dan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dilaksanakan dalam
bentuk penambahan atau pengurangan alokasi anggaran
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
(5) DPR dapat meminta BPK untuk menyampaikan laporan
monitoring tindak lanjut Pemerintah dalam rangka
pelaksanaan perbaikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
Pasal 11 . . .
-
- 10 -
Pasal 11
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini, dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2015
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 219
ttd.
ttd.
-
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .TAHUN 2015
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2014
I. UMUM
Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan amanat Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2014, Pemerintah menyusun pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) Tahun Anggaran 2014, berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang terdiri atas: (i) Laporan Realisasi APBN, (ii) Neraca, (iii) Laporan Arus Kas, dan (iv) Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasi APBN Tahun Anggaran 2014, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2014. Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama tahun anggaran 2014, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2014. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai antara lain mengenai kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro, dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan akuntansi, kejadian penting lainnya, dan informasi tambahan yang diperlukan. Disamping itu, dalam LKPP Tahun 2014 ini juga dilampirkan Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara Badan Layanan Umum (BLU), Badan Lainnya, dan dilengkapi dengan informasi pendapatan dan belanja secara akrual.
Sesuai . . .
-
- 2 -
Sesuai dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, LKPP diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat/opini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut, Pemerintah telah menyampaikan LKPP Tahun 2014 kepada BPK untuk diaudit, melalui surat Menteri Keuangan Nomor S-205/MK.05/2015 tanggal 20 Maret 2015. Penyampaian LKPP dengan status belum diperiksa (unaudited) oleh Menteri Keuangan kepada BPK adalah sesuai dengan Surat Presiden kepada Ketua BPK Nomor R-14/Pres/02/2015 tanggal 12 Februari 2015 hal Penunjukan Menteri Keuangan untuk Mewakili Presiden dalam Penyampaian LKPP kepada BPK.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas LKPP kepada DPR dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta kepada Presiden paling lambat 2 (dua) bulan setelah menerima LKPP dari Pemerintah. Selanjutnya, BPK telah menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 kepada Ketua DPR melalui surat Ketua BPK 76/S/I-IV/05/2015 tanggal 26 Mei 2015, kepada Ketua DPD melalui surat Ketua BPK Nomor 77/S/I-IV/05/2015 tanggal 26 Mei 2015, dan kepada Presiden melalui surat Ketua BPK Nomor 79/S/I-IV/05/2015 tanggal 26 Mei 2015.
Berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, hasil pemeriksaan keuangan BPK digunakan oleh Pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR dalam bentuk suatu Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan. Dengan demikian, LKPP Tahun 2014 yang disampaikan Pemerintah kepada DPR adalah LKPP yang telah disesuaikan, dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan BPK.
Dengan memperhatikan pendapat BPK terhadap LKPP Tahun 2014, maka angka-angka yang disajikan dalam LKPP Tahun 2014 sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemerintah. Artinya, Pemerintah tetap bertanggung jawab apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran hukum dan/atau penyajian informasi yang menyesatkan dalam LKPP Tahun 2014.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 . . .
-
- 3 -
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Neraca sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat disajikan sebagai
perbandingan dalam laporan keuangan periode pelaporan berikutnya.
Pasal 3
Ayat (1)
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun Anggaran 2014
sebagaimana dimaksud pada ayat ini termasuk Pendapatan Perpajakan
Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar Rp5.786.609.097.171 (lima triliun
tujuh ratus delapan puluh enam miliar enam ratus sembilan juta
sembilan puluh tujuh ribu seratus tujuh puluh satu rupiah) terdiri atas
Pajak Penghasilan (PPh) DTP sebesar Rp5.655.296.592.171 (lima triliun
enam ratus lima puluh lima miliar dua ratus sembilan puluh enam juta
lima ratus sembilan puluh dua ribu seratus tujuh puluh satu rupiah)
dan Bea Masuk DTP sebesar Rp131.312.505.000 (seratus tiga puluh
satu miliar tiga ratus dua belas juta lima ratus lima ribu rupiah).
Ayat (2)
Realisasi Belanja Negara Tahun Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud
pada ayat ini termasuk Belanja Subsidi atas PPh DTP sebesar
Rp 5.655.236.443.811 (lima triliun enam ratus lima puluh lima miliar
dua ratus tiga puluh enam juta empat ratus empat puluh tiga ribu
delapan ratus sebelas rupiah) dan Bea Masuk DTP sebesar
Rp131.312.505.000 (seratus tiga puluh satu miliar tiga ratus dua belas
juta lima ratus lima ribu rupiah).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5) . . .
-
- 4 -
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Yang dimaksud asas neto pada ayat ini adalah penerimaan minyak bumi
dan gas alam diakui sebagai pendapatan negara setelah
memperhitungkan kewajiban-kewajiban kontraktual pemerintah yang
harus dibayarkan dalam rangka pelaksanaan kontrak kerja sama,
antara lain pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN), underlifting,
pajak daerah, dan fee kegiatan hulu minyak bumi dan gas alam.
Pasal 4
Ayat (1)
Aset yang disajikan pada Neraca sebagaimana dimaksud pada ayat ini
merupakan Aset yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat
yang mempunyai nilai dan telah diperiksa oleh BPK.
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat ini merupakan utang
pemerintah yang timbul dari kejadian masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Ekuitas Dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih
antara Aset dan Kewajiban Pemerintah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Inventarisasi dan Penilaian (IP) sebagaimana dimaksud pada ayat ini
termasuk IP yang dilakukan atas aset KKKS dan aset Eks Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Legalitas yang dimaksud pada ayat ini termasuk kegiatan sertifikasi
tanah Pemerintah Pusat.
Pasal 5 . . .
-
- 5 -
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara, BLU, dan Badan Lainnya
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini memuat informasi tentang aktiva/aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, dan laba (rugi) bersih dari Perusahaan Negara, BLU, dan Badan Lainnya.
Badan Lainnya yang dimaksud pada pasal ini adalah unit organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk melaksanakan program dan kegiatan tertentu sesuai yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau mendukung Kementerian Negara/Lembaga yang secara hierarkis tidak di bawah dan tidak bertanggung jawab secara struktural kepada Menteri/Pimpinan Lembaga tertentu, seperti Dewan Energi Nasional, Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), dan Otoritas Jasa Keuangan.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Permasalahan yang terdapat pada LKPP Tahun 2014 adalah:
A. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
1. Inkonsistensi perlakuan pengenaan PPN atas Perjanjian KaryaPengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi III;
2. Permasalahan perhitungan PPh DTP Obligasi Internasional dalamValuta Asing;
3. Inkonsistensi penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PajakPenghasilan Minyak dan Gas Bumi (PPh Migas) dan PerhitunganBagi Hasil Migas;
4. Sistem pengendalian belanja akhir tahun tidak dapat berjalansecara efektif;
Penyaluran . . .
-
- 6 -
5. Penyaluran barang/jasa bersubsidi oleh Badan Usaha Operatormelampaui pagu anggaran;
6. Transaksi belanja negara yang menggunakan Letter of Credit (L/C)belum diatur, sehingga hak dan kewajiban atas saldo dana terkaitbelanja tersebut belum jelas;
7. Mekanisme pelaporan pada Pemerintah Pusat atas Dana KegiatanPasca Operasi dan Pemulihan Lingkungan atau Abandonment &Site Restoration (ASR) belum diatur dan Sistem PengendalianIntern pengelolaan dana tersebut belum memadai;
8. Pemeriksaan, penetapan dan penagihan pajak tidak sesuaiketentuan mengakibatkan potensi pajak tidak dapat ditetapkan,ketetapan pajak daluwarsa, dan piutang pajak daluwarsa tanpatindakan penagihan aktif;
9. Penatausahaan, pencatatan, dan pelaporan persediaan padaKementerian Negara/Lembaga belum memadai;
10. Penambahan penyertaan modal negara dari konversi dividensaham pada PT Krakatau Steel belum mendapat persetujuan DPRdan pengakuan kewajiban diestimasi atas imbalan pasca kerjapada SKK Migas tidak disetujui;
11. Penatausahaan dan Pengamanan Aset Tetap pada KementerianNegara/Lembaga kurang memadai dan terdapat kelemahanpengendalian atas proses normalisasi data Barang Milik Negara(BMN);
12. Proses penyelesaian Bantuan Pemerintah yang Belum DitetapkanStatusnya (BPYBDS) menjadi Penyertaan Modal Negara (PMN) yangberlarut-larut;
13. Pencatatan dan pelaporan aset KKKS belum memadai sehinggamutasi aset tidak dapat diyakini kewajarannya, belumdilakukannya IP atas aset tanah KKKS, serta pengelolaan dataSubsequent Expenditures belum memadai;
14. Kementerian Keuangan belum melakukan pengurusan danmenyelesaikan penelusuran atas Aset Eks BPPN yang masihtercatat secara ekstrakomptabel berupa Aset Kredit dan AsetProperti;
15. Pemerintah belum menerapkan amortisasi atas Aset Tak Berwujuddan penatausahaannya pada Kementerian Negara/Lembaga tidakmemadai;
16. Pencatatan . . .
-
- 7 -
16. Pencatatan dan pelaporan Utang kepada Pihak Ketiga pada
Kementerian Negara/Lembaga belum sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya serta penyajian dan pengungkapan kewajiban atas
tuntutan hukum kepada Pemerintah belum didukung data yang
andal;
17. Kewajiban kepada PT Pertamina (Persero) atas fee penjualan migas
bagian negara belum dapat diukur dengan andal;
18. Terdapat nilai Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya
Alam (PNPB SDA) Tahun Anggaran 2013 dan Tahun Anggaran
2012 yang belum dialokasikan untuk dibagihasilkan;
19. Pencatatan dan penyajian Catatan dan Fisik SAL tidak akurat
karena adanya permasalahan transaksi dan/atau saldo terkait
SAL;
20. Masih terdapat kekurangan dalam Persiapan Penerapan Akuntansi
Berbasis Akrual pada Kementerian Negara/Lembaga, proses
penyusunan informasi akrual pada Suplemen Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) kurang memadai, dan belum
ada kebijakan akuntansi akrual untuk pengelolaan PNBP Migas;
21. Pemerintah tidak mengungkapkan perubahan-perubahan dalam
pelaksanaan APBN-P dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) dalam LKPP Tahun 2014 secara memadai;
B. Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
1. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terlalu besar memberikan
pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) pajak kepada
Wajib Pajak (WP);
2. DJP tidak/kurang menetapkan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) Pertambangan Sektor Mineral dan Batubara;
3. Terdapat PNBP pada Kementerian Negara /Lembaga yang
terlambat/belum disetor, kurang/tidak dipungut, digunakan
langsung di luar mekanisme APBN, serta belum dikelola dengan
tertib;
4. Kementerian . . .
-
- 8 -
4. Kementerian Negara/Lembaga belum tertib melaksanakan
rekonsiliasi Penerimaan Hibah tahun 2014 dan terdapat
Kementerian Negara/Lembaga yang belum melaporkan realisasi
Pendapatan Hibah secara akuntabel;
5. Penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja
Barang dan Belanja Modal pada Kementerian Negara/Lembaga
tidak sesuai dengan ketentuan;
6. Kesalahan klasifikasi pada Belanja Bantuan Sosial, realisasi
Belanja Bantuan Sosial masih mengendap di rekening Pihak Ketiga
serta penyaluran dan pertanggungjawaban realisasi Belanja
Bantuan Sosial tidak sesuai ketentuan;
7. DJP kurang menetapkan nilai pajak terutang kepada WP;
8. DJP belum menagih sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda;
9. Skema pengelolaan Iuran Dana Pensiun (IDP) pada PT Taspen
(Persero) tidak dijalankan sesuai ketentuan dan berpotensi
membebani nilai dana titipan IDP di masa yang akan datang serta
terdapat ketidakjelasan ketentuan yang mengatur tentang status
IDP yang dikelola PT Asabri (Persero) dan mekanisme
pengelolaannya.
Penyebab utama opini WDP atas LKPP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini adalah:
1. Terdapat pencatatan mutasi Aset KKKS yang tidak dapat dijelaskan
antara lain karena pencatatan dan pelaporan Aset KKKS yang belum
didukung oleh sistem pengendalian yang memadai yang dapat
menjamin keakuratan dan kelengkapan transaksi;
2. Terdapat permasalahan Utang kepada Pihak Ketiga yang tidak dapat
ditelusuri dan tidak didukung dokumen yang memadai;
3. Terdapat beberapa permasalahan pada transaksi dan/atau saldo yang
membentuk SAL sehingga penyajian catatan dan fisik SAL tersebut
dinilai tidak akurat;
4. Terdapat permasalahan penyajian dan pengungkapan kewajiban atas
tuntutan hukum kepada Pemerintah yang belum didukung data yang
andal.
LKPP . . .
-
- 9 -
LKPP Tahun 2014 disusun berdasarkan gabungan seluruh Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan
Bendahara Umum Negara (LKBUN) Tahun 2014 yang telah diaudit dan
diberi opini oleh BPK. Khusus untuk Laporan Keuangan BPK Tahun 2014,
Laporan Keuangan dimaksud diaudit dan diberi opini oleh Kantor
Akuntan Publik. Dari jumlah LKKL tersebut, 62 (enam puluh dua) LKKL
mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), 17 (tujuh belas) LKKL
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), 7 (tujuh) LKKL
mendapat opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP), dan LKBUN
mendapat opini WDP. Rincian opini LKKL dan LKBUN Tahun 2014 dan
2013 adalah sebagai berikut:
No Kementerian Negara/Lembaga Opini
Tahun 2014 Opini
Tahun 2013
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat WTP WTP
2. Dewan Perwakilan Rakyat WTP WTP
3. Badan Pemeriksa Keuangan WTP WTP
4. Mahkamah Agung WTP WTP
5. Kejaksaan Agung WTP WTP
6. Sekretariat Negara WTP WTP
7. Kementerian Dalam Negeri WTP WDP
8. Kementerian Luar Negeri WTP WTP
9. Kementerian Pertahanan WTP WTP
10. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
WTP WTP
11. Kementerian Keuangan WTP WTP
12. Kementerian Pertanian WTP WTP
13. Kementerian Perindustrian WTP WTP
14. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
WDP WTP
15. Kementerian Perhubungan WTP WTP
16. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
WTP WTP
17. Kementerian Kesehatan . . .
-
- 10 -
No Kementerian Negara/Lembaga Opini
Tahun 2014 Opini
Tahun 2013
17. Kementerian Kesehatan WTP WTP
18. Kementerian Agama WTP WTP
19. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
TMP WDP
20. Kementerian Sosial WDP WTP
21. Kementerian Kehutanan WTP WTP
22. Kementerian Kelautan dan Perikanan WTP WTP
23. Kementerian Pekerjaan Umum WTP WTP
24. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
WTP WTP
25. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
WTP WTP
26. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
WTP WTP
27. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
TMP TMP
28. Kementerian Badan Usaha Milik Negara
WTP WTP
29. Kementerian Riset dan Teknologi WTP WDP
30. Kementerian Lingkungan Hidup WTP WTP
31. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
WTP WDP
32. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
WTP WTP
33. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
WTP WTP
34. Badan Intelijen Negara WTP WTP
35. Lembaga Sandi Negara WDP WTP
36. Dewan Ketahanan Nasional WTP WTP
37. Badan Pusat Statistik WTP WTP
38. Kementerian Perencanaan . . .
-
- 11 -
No Kementerian Negara/Lembaga Opini
Tahun 2014 Opini
Tahun 2013
38. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
WTP WTP
39. Badan Pertanahan Nasional WTP WTP
40. Perpustakaan Nasional WDP WDP
41. Kementerian Komunikasi dan Informatika
TMP WDP
42. Kepolisian Negara Republik Indonesia WTP WTP
43. Badan Pengawas Obat dan Makanan WTP WDP
44. Lembaga Ketahanan Nasional WDP WTP
45. Badan Koordinasi Penanaman Modal WTP WTP
46. Badan Narkotika Nasional WTP WTP
47. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
WDP WTP
48. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
WDP WTP
49. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia WTP WTP
50. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
WDP WTP
51. Komisi Pemilihan Umum WDP WDP
52. Mahkamah Konstitusi WTP WTP
53. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
WTP WTP
54. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia WTP WTP
55. Badan Tenaga Nuklir Nasional WTP WTP
56. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
WDP WTP
57. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
WDP WDP
58. Badan Informasi Geospasial TMP TMP
59. Badan Standardisasi Nasional WTP WTP
60. Badan Pengawas . . .
-
- 12 -
No Kementerian Negara/Lembaga Opini
Tahun 2014 Opini
Tahun 2013
60. Badan Pengawas Tenaga Nuklir WTP WTP
61. Lembaga Administrasi Negara WTP WTP
62. Arsip Nasional Republik Indonesia WDP WTP
63. Badan Kepegawaian Negara WTP WTP
64. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
WTP WTP
65. Kementerian Perdagangan WTP WTP
66. Kementerian Perumahan Rakyat WTP WTP
67. Kementerian Pemuda dan Olah Raga WDP WDP
68. Komisi Pemberantasan Korupsi WTP WTP
69. Dewan Perwakilan Daerah WTP WTP
70. Komisi Yudisial WTP WTP
71. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
WTP WTP
72. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
WTP WDP
73. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo
WTP WTP
74. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
WTP WDP
75. Badan SAR Nasional WTP WTP
76. Komisi Pengawas Persaingan Usaha WTP WTP
77. Badan Pengembangan Wilayah Suramadu
WDP WDP
78. Ombudsman RI TMP WTP
79. Badan Nasional Pengelola Perbatasan WTP WDP
80. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
WDP TMP
81. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
WTP WTP
82. Sekretariat Kabinet . . .
-
- 13 -
No Kementerian Negara/Lembaga Opini
Tahun 2014 Opini
Tahun 2013
82. Sekretariat Kabinet WTP WTP
83. Badan Pengawas Pemilihan Umum WDP WDP
84. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
TMP WDP
85. Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia
TMP WDP
86. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Sabang
WDP WDP
87. Bendahara Umum Negara WDP WDP
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam rangka perbaikan sistem pengendalian intern pengelolaan
keuangan negara, Pemerintah akan melakukan beberapa hal yaitu:
a. meningkatkan kualitas laporan keuangan terutama terhadap
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Laporan Keuangan
Bendahara Umum Negara, dan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga, yang masih mendapat opini audit Wajar
Dengan Pengecualian atau Tidak Menyatakan Pendapat.
b. menindaklanjuti rekomendasi BPK dalam laporan hasil
pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 yang terdiri dari 21 (dua
puluh satu) temuan Sistem Pengendalian Intern dan 9 (sembilan)
temuan terkait kepatuhan terhadap perundang-undangan yang
belum diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan.
c. melakukan monitoring penyerapan anggaran secara maksimal
dengan tetap berpedoman kepada prinsip efisien, ekonomis, dan
efektif dalam pencapaian kinerja dan pelayanan kepada
masyarakat sehingga sasaran-sasaran pembangunan tercapai.
d. melanjutkan . . .
-
- 14 -
d. melanjutkan program pelatihan akuntansi dan pelaporankeuangan dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber DayaManusia (SDM) bagi pegawai di kementerian negara/lembaga danpemerintah daerah.
e. melaksanakan akuntansi berbasis akrual dan melaksanakanpembinaan secara intensif pada seluruh instansi PemerintahPusat.
f. menerapkan dan menyusun statistik keuangan pemerintah(Government Finance Statistics) yang mengacu pada ManualStatistik Keuangan Pemerintah sehingga dapat menyajikankonsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah dalamrangka memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisifiskal, serta analisis perbandingan antar negara.
g. menyebarluaskan informasi LKPP kepada masyarakat dalamrangka peningkatan pemahaman terhadap pengelolaan keuanganPemerintah Pusat dan peningkatan penggunaan informasi LKPP.
h. mengambil langkah-langkah yang terstruktur dalam rangkapenyajian informasi Sumber Daya Alam (SDA).
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5741
-
LAMPIRAN
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.......TAHUN 2015
TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN TA 2014
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT
TAHUN 2014
(Audited)
-
- v -
RRRIIINNNGGGKKKAAASSSAAANNN
-
- vi -
RRRIIINNNGGGKKKAAASSSAAANNN
Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, dan UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2014 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 2014, Pemerintah menyusun laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA)
2014 dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan serta dilampiri Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan
Negara, Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Lainnya.
LKPP Tahun 2014 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran II (PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual).
LKPP Tahun 2014 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL)
dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN).
1. LAPORAN REALISASI APBN
Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA 2014 dengan realisasinya, yang
mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2014 adalah sebesar Rp1.550,49 triliun atau 94,81 persen dari
APBN-P. Sementara itu, realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah sebesar Rp1.777,18 triliun atau 94,69
persen dari APBN-P. Jumlah realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi Belanja Pemerintah Pusat
sebesar Rp1,203,58 triliun atau 94,00 persen dari APBN-P, dan realisasi Transfer ke Daerah sebesar Rp573,70
triliun atau 96,18 persen dari APBN-P. Selain itu, pada TA 2014 terdapat Suspen Belanja sebesar minus Rp97,39
Miliar.
Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, dan realisasi Belanja Negara, terjadi Defisit Anggaran TA
2014 sebesar Rp226,69 triliun. Realisasi Pembiayaan Neto TA 2014 adalah sebesar Rp248,89 triliun atau
103,06 persen dari APBN-P, sehingga terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp22,20 triliun.
Ringkasan Laporan Realisasi APBN TA 2014 dan 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):
Uraian
TA 2014 (Audited) TA 2013
(Audited)
Anggaran
(UU No.
12/2014)
Realisasi % Realisasi thd
Anggaran Realisasi
Pendapatan Negara dan
Hibah
1.635,38 1.550,49 94,81 1.438,89
Belanja Negara 1.876,87 1.777,18 94,69 1.650,56
Belanja Pemerintah Pusat 1.280,37 1.203,58 94,00 1.137,16
Transfer ke Daerah 596,50 573,70 96,18 513,26
-
- vii -
Suspen Belanja Negara (0,097) 0,140
Surplus (Defisit)
Anggaran
(241,49) (226,69) 93,87 (211,67)
Pembiayaan Neto 241,49 248,89 103,06 237,39
SiLPA (SiKPA) 22,20 25,72
2. NERACA
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Pusat mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2014.
Jumlah Aset per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp3.910,92 triliun yang terdiri dari Aset Lancar sebesar
Rp262,98 triliun, Investasi Jangka Panjang sebesar Rp1.309,92 triliun, Aset Tetap sebesar Rp1.714,59 triliun,
Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2,83 triliun, dan Aset Lainnya sebesar Rp620,61 triliun.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp2.898,38 triliun yang terdiri dari Kewajiban Jangka
Pendek sebesar Rp352,31 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp2.546,07 triliun.
Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto per 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp1.012,54 triliun yang terdiri
dari Ekuitas Dana Lancar sebesar minus Rp85,02 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp1.097,56 triliun.
Ringkasan Neraca per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):
Uraian 31 Desember 2014
(Audited)
31 Desember 2013
(Audited)
Aset 3.910,92 3.567,59
Aset Lancar 262,98 252,74
Investasi Jangka Panjang 1.309,92 1.183,17
Aset Tetap 1.714,59 1.709,86
Piutang Jangka Panjang 2,83 2,90
Aset Lainnya 620,61 418,92
Kewajiban 2.898,38 2.652,10
Kewajiban Jangka Pendek 352,31 368,09
Kewajiban Jangka Panjang 2.546,07 2.284,01
Ekuitas Dana Neto 1.012,54 915,49
Ekuitas Dana Lancar (85,02) (113,36)
Ekuitas Dana Investasi 1.097,56 1.028,85
-
- viii -
3. LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setara kas selama TA 2014 serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2014.
Saldo Kas Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Kas Badan
Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2013 adalah sebesar
RP67,70 riliun, sedangkan pada awal tahun 2014 terjadi koreksi sebesar minus Rp16,44 miliar, sehingga saldo
awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan tahun 2014 menjadi Rp67,69
triliun.
Selama TA 2014 terjadi penurunan kas dari aktivitas operasi sebesar Rp80,07 triliun, penurunan kas dari
aktivitas investasi aset non keuangan sebesar Rp146,62 triliun, kenaikan kas dari aktivitas pembiayaan sebesar
Rp248,89 triliun, kenaikan kas dari aktivitas non anggaran sebesar Rp3,35 triliun dan penurunan karena
penyesuaian pembukuan sebesar Rp3,72 triliun sehingga mengakibatkan kenaikan kas sebesar Rp21,83 triliun.
Dengan demikian, saldo Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31
Desember 2014 menjadi Rp89,52 triliun.
Selain kas di atas, terdapat Rekening Pemerintah Lainnya sebesar Rp4,65 triliun, Kas di Bendahara Pengeluaran
sebesar Rp0,32 triliun, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp0,15 triliun, Kas Lainnya dan Setara Kas sebesar
Rp5,40 triliun, dan Kas pada BLU yang Belum Disahkan sebesar Rp0,07 triliun. Selama tahun 2014 terdapat
deposito (Investasi Jangka Pendek) yang berasal dari Kas pada BLU yang telah disahkan sebesar Rp4,38 triliun,
sehingga saldo akhir Kas dan Bank Pemerintah Pusat sebesar Rp95,73 triliun.
Ringkasan Laporan Arus Kas TA 2014 dan TA 2013 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun):
Uraian TA 2014
(Audited)
TA 2013
(Audited)
Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung 67,70 71,58
Koreksi Saldo Awal (0,01) (0,31)
Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung
setelah Koreksi
67,69 71,27
Kenaikan (Penurunan) Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (80,07) (31,32)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (146,62) (180,36)
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan 248,89 237,39
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran 3,35 0,11
Pengunaan SAL - (30)
Jumlah Kenaikan (Penurunan) Kas 25,55 (4,18)
Penyesuaian Pembukuan (3,72) 0,61
Kenaikan (Penurunan) Kas 21,83 (3,57)
Saldo Akhir Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung 89,52 67,70
-
- ix -
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro, kebijakan fiskal, metodologi penyusunan
LKPP, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai.
Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dalam penyajian Laporan Realisasi APBN, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari
Kas Umum Negara (KUN). Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis
akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau
setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.
Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa informasi
tambahan yang diperlukan.
-
- x -
HHHAAALLLAAAMMMAAANNN OOOPPPIIINNNIII
-
- xi -
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2014
01 Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Pusat tanggal
31 Desember 2014 dan 2013, Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), dan Laporan Arus Kas (LAK) untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
serta Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan keuangan adalah tanggung jawab
Pemerintah. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan
berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan.
02 Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf 05 s.d. 08 berikut ini, BPK melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut
mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi
pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat, penilaian atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, penilaian atas system pengendalian intern yang berdampak
material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk
menyatakan opini.
03 Dalam Laporan BPK Nomor 69a/LHP/XV/05/2014 tanggal 28 Mei 2014, BPK memberikan opini
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP Tahun 2013 karena: (1) piutang over lifting
sebesar Rp3,81 triliun tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara yang akan diterima pada
periode berikutnya; (2) piutang penjualan minyak dan gas bumi (migas) bagian negara sebesar
Rp2,46 triliun mengandung ketidakpastian; (3) Pemerintah belum selesai menelusuri Aset Kredit
Eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar Rp3,06 triliun; (4) Pemerintah belum
mengakui piutang atas saldo Dana Belanja Pensiun sebesar Rp302,06 miliar yang belum
disetorkan kembali karena lebih dari 6 bulan berturut-turut tidak diambil oleh penerima pensiun;
(5) Pemerintah belum menyelesaikan permasalahan Suspen Belanja Negara yaitu selisih lebih
pengakuan belanja oleh Bendahara Umum Negara (BUN) dengan Kementerian/Lembaga (KL)
sebesar Rp140,40 miliar; (6) Pemerintah tidak dapat memberikan penjelasan yang memadai atas
pencatatan fisik kas yang merupakan bagian fisik Saldo Anggaran Lebih (SAL) antara lain terkait
dengan permasalahan selisih dan ketidakkonsistenan pencatatan Kas di Bendahara Pengeluaran
dan Kas Hibah Langsung KL serta selisih kiriman uang.
04 Pemerintah telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan melakukan upaya perbaikan yaitu: (1)
mengungkapkan secara memadai terkait piutang over lifting yang tidak sepenuhnya
menggambarkan hak negara dalam LKPP Tahun 2014; (2) melakukan upaya penagihan, verifikasi
dan koreksi untuk menghapus pencatatan piutang yang masih mengandung ketidakpastian; (3)
melakukan pemetaan dan penelusuran keberadaan Aset Kredit Eks BPPN; (4) melakukan
-
- xii -
verifikasi kepada pensiunan atas saldo uang pensiun yang masih menjadi hak pensiunan sebagai
dasar pengakuan piutang; (5) melakukan beberapa langkah mitigasi untuk memperkecil selisih
pengakuan belanja antara BUN dengan KL dalam rekonsiliasi pencatatan dengan melakukan
koreksi di tingkat pusat, membuat aplikasi koreksi dan membuat reklasifikasi pengembalian
belanja yang tidak diakui KL menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BUN; dan (6)
menyusun mekanisme yang dapat menjamin validitas dan menjelaskan perbedaan catatan dan
fisik SAL. Tindak lanjut pemerintah tersebut belum sepenuhnya efektif untuk menyelesaikan
permasalahan terkait suspen serta selisih catatan dan fisik SAL sehingga permasalahan tersebut
masih terjadi pada Pemeriksaan LKPP Tahun 2014.
05 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.30 atas laporan keuangan, Pemerintah
mengungkapkan saldo Aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) per 31 Desember 2014 dan
31 Desember 2013 masing-masing sebesar Rp286,08 triliun dan Rp221,74 triliun. Pada Tahun
2014 terdapat pencatatan mutasi Aset KKKS senilai Rp2,78 triliun yang tidak dapat dijelaskan.
Kondisi tersebut terjadi karena pencatatan dan pelaporan Aset KKKS belum didukung oleh sistem
pengendalian yang memadai yang dapat menjamin keakuratan dan kelengkapa transaksi. Data
yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai
untuk menilai kemungkinan dampak salah saji atas pencatatan mutasi Aset KKKS yang tidak
dapat dijelaskan tersebut.
06 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.34 atas laporan keuangan Pemerintah
mengungkapkan saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013
masing-masing sebesar Rp37,98 triliun dan Rp55,38 triliun. Utang kepada Pihak Ketiga per 31
Desember 2014 tersebut di antaranya merupakan Utang kepada Pihak Ketiga yang berada di KL
sebesar Rp17,49 triliun. Terdapat permasalahan Utang kepada Pihak Ketiga di tiga KL sebesar
Rp1,21 triliun yang tidak dapat ditelusuri dan tidak didukung dokumen yang memadai, yaitu: (1)
Utang kepada Pihak Ketiga terkait pekerjaan jasa penyediaan layanan Kewajiban Pelayanan
Universal/Universal Service Obligation pada Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan
Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Kementerian Komunikasi dan Informatika sebesar
Rp1,12 triliun tidak dapat direkonsiliasi dengan nilai prestasi kerjanya dan tidak didukung dengan
parameter perhitungan yang jelas atas nilai prestasi kerja penyedia jasa; (2) Utang kepada Pihak
Ketiga pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia sebesar Rp59,12 miliar tanpa
dokumen pendukung yang lengkap; dan (3) Utang kepada Pihak Ketiga berupa jaminan
pelaksanaan pembangunan sebesar Rp23,33 miliar pada Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), yang dananya tersimpan pada
rekening bank atas nama BP Batam, tidak dapat dipastikan nilai yang seharusnya masih tercatat
sebagai utang. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan
yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang mencerminkan kewajiban
Pemerintah kepada pihak ketiga tersebut.
07 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.48 atas laporan keuangan, Pemerintah
mengungkapkan SAL setelah penyesuaian per 31 Desember 2014 sebesar Rp86,13 triliun. SAL
per 31 Desember 2014 tersebut terdiri dari SAL Awal Setelah Penyesuaian sebesar Rp66,59
triliun dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) setelah penyesuaian sebesar Rp19,53
-
- xiii -
triliun. Nilai Catatan SAL per 31 Desember 2014 tersebut sama dengan nilai fisik SAL, namun
terdapat permasalahan pada transaksi dan/atau saldo yang membentuk SAL sehingga penyajian
catatan dan fisik SAL tersebut tidak akurat, yaitu: (1) Pemerintah belum memiliki metode
perhitungan SAL yang menjamin saling uji antara catatan dan fisik SAL dilaksanakan secara
menyeluruh dan konsisten; (2) proses rekonsiliasi antara BUN dan KL atas saldo akun yang
berpengaruh terhadap catatan dan fisik SAL tidak efektif sehingga masih ada suspen belanja
karena KL mencatat belanja lebih besar senilai Rp654,75 miliar dan suspen belanja karena BUN
mencatat belanja lebih besar senilai Rp557,36 miliar, serta masih ada perbedaan saldo Kas Hibah
Langsung KL sebesar Rp110,20 miliar, Kas pada BLU sebesar Rp69,17 miliar, dan Kas di
Bendahara Pengeluaran sebesar Rp2,72 miliar antara LKPP yang disusun berdasarkan konsolidasi
data KL dengan LKBUN yang disusun berdasarkan konsolidasi data Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN).; (3) usulan koreksi dari Pemerintah sebesar Rp2,40 triliun atas
LKPP Tahun 2014 Unaudited yang membentuk catatan dan fisik SAL pada LKPP Tahun 2014
Audited tidak didukung dengan dokumen dan penjelasan tertulis yang mendasari perubahan; (4)
saldo Kas Dalam Transito yang menjadi bagian dari fisik SAL belum dapat diyakini
kewajarannya karena adanya transaksi kiriman uang senilai Rp3,32 triliun yang tidak dapat
ditelusuri; (5) terdapat penyesuaian catatan SAL sebesar Rp7,38 miliar yang tidak didukung
dengan dokumen sumber; (6) catatan Kas di beberapa KPPN menunjukkan selisih lebih senilai
Rp4,77 miliar dan selisih kurang Rp3,35 miliar dibandingkan dengan saldo rekening koran yang
tidak dapat dijelaskan; dan (7) retur belanja yang diterima kembali di Kas Negara dan dicatat
sebagai Utang kepada Pihak Ketiga sebesar Rp404,62 miliar tidak memiliki daftar rincian. Data
yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai
untuk menilai kemungkinan dampak permasalahan-permasalahan tersebut terhadap salah saji
SAL.
08 Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan C.2.34 atas laporan keuangan, Pemerintah
mengungkapkan saldo Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2014 dan 2013 masing-
masing sebesar Rp37,98 triliun dan Rp55,38 triliun. Selain itu, pada Catatan C.3 angka 12
Pemerintah mengungkapkan adanya Kewajiban Kontinjensi terkait tuntutan hukum kepada
Pemerintah berupa putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht)
pada dua KL sebesar Rp171,75 miliar. Untuk menyelesaikan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan putusan pengadilan yang inkracht, UU APBN-P Tahun 2014 memperbolehkan pergeseran
anggaran belanja KL. Berdasarkan data Nota Keuangan APBN-P Tahun 2015, terdapat putusan
pengadilan yang inkracht berupa pembayaran ganti rugi minimal senilai Rp1,66 triliun dan
USD216.76 juta, serta penyerahan aset tanah seluas 4,84 juta m2 dan bangunan. Hasil
pengumpulan data dari KL menunjukkan adanya putusan pengadilan yang inkracht atas 45
perkara pada delapan KL berupa pembayaran ganti rugi sebesar Rp499,79 miliar dan penyerahan
aset tanah seluas 113,60 ribu m2. Namun, putusan pengadilan yang inkracht tersebut belum
seluruhnya dicatat sebagai kewajiban atau diungkapkan sebagai Kewajiban Kontinjensi dalam
LKPP Tahun 2014. Hal tersebut terjadi karena Pemerintah belum memiliki mekanisme
pengelolaan dan pelaporan tuntutan hukum sehingga belum jelas unit kerja yang bertanggung
jawab untuk melakukan administrasi dan validasi atas tuntutan hukum yang telah inkracht untuk
dicatat/diungkap sebagai kewajiban. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan
prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang
mencerminkan kewajiban Pemerintah.
-
- xiv -
09 Menurut opini BPK, kecuali dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika
Pemerintah menyelesaikan permasalahan mengenai pencatatan Aset KKKS, Utang kepada Pihak
Ketiga, permasalahan catatan dan fisik SAL, serta kewajiban Pemerintah yang timbul dari
tuntutan hukum, laporan keuangan yang disebut dalam paragraf pertama di atas, menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Pusat per 31 Desember
2014 dan 2013, realisasi APBN, arus kas, dan CaLK untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
10 Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK
juga melakukan pemeriksaan terhadap SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. LHP atas SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam
Laporan Nomor 74b/LHP/XV/05/2015 tanggal 25 Mei 2015 dan Nomor 74c/LHP/XV/05/2015
tanggal 25 Mei 2015 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan ini.
-
- xv -
IIINNNDDDEEEKKKSSS IIISSSIII
RINGKASAN ........................................................................................................................................................... v
HALAMAN OPINI. x
INDEKS ISI ............................................................................................................................................................ xv
INDEKS TABEL ...................................................................................................................................................... xvi
INDEKS GRAFIK .................................................................................................................................................... xviii
INDEKS LAMPIRAN................................................................................................................................................. xx
INDEKS SINGKATAN .................................................................................................................... ...................... xxii
INDEKS CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ................................................................................................... xxvii
I. LAPORAN REALISASI APBN ............................................................................................................................. 1
II. NERACA ........................................................................................................................ ................................... 5
III. LAPORAN ARUS KAS ...................................................................................................................................... 9
IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN .......................................................................................................... 12
A. PENJELASAN UMUM ................................................................................................................................ 13
A.1. DASAR HUKUM .............................................................................................................................. 14
A.2. KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO............................................................... 15
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN ..................................................................... 36
A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI ............................................................................................................... 41
B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI APBN ...................................................................... 60
B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI APBN ......................................................................... 60
B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI APBN....................................................................... 61
B.3. CATATAN PENTING LAINNYA ....................................................................................................... 89
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA .................................................................................................... 101
C.1. POSISI KEUANGAN SECARA UMUM .............................................................................................. 101
C.2. PENJELASAN PER POS NERACA .................................................................................................... 102
C.3. CATATAN PENTING LAINNYA ....................................................................................................... 189
D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN ARUS KAS ................................................................................ 211
D.1. IKHTISAR LAPORAN ARUS KAS ................................................................................................... 211
D.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN ARUS KAS ............................................................................... 215
DAFTAR LAMPIRAN
-
- xvi -
IIINNNDDDEEEKKKSSS TTTAAABBBEEELLL
1. Perbandingan Klasifikasi PDB seri 2000 dan seri 2010 18
2. Perbandingan Perkembangan PDB Seri 2000 dan Seri 2010
3. Perkembangan CAR, LDR, dan NPL Bulanan 2014
4. Ringkasan Indikator Makro Tahun 2014
5. Ringkasan Realisasi Anggaran 2013, APBN dan APBNP 2014
6. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi
7. Piutang Pajak per Jenis Pajak pada Ditjen Pajak
8. Piutang Pajak per Jenis Pajak pada Ditjen Bea dan Cukai
9. Posisi Utang Luar Negeri, SBN, dan Promissory Notes
10. Posisi Utang Luar Negeri Menurut Valuta Asing
11. Saldo Anggaran Lebih TA 2014 dan TA 2013
12. Laporan Rekening Nomor 600.000.411980 Tahun 2014 dan 2013
19
24
26
28
68
109
111
180
181
182
189
TABEL LAMPIRAN
1. SBN Neto Tahun 2014 688
2. Seri SPN yang Diterbitkan Tahun 2014 690
3. Daftar Pelunasan SPN Tahun 2014 691
4. Realisasi Penerbitan SUN Valas s.d 31 Desember 2014 692
5. Realisasi Pelaksanaan Debt Switching Tahun 2014 693
6. Rincian Realisasi Pelaksanaan Debt Switching Tahun 2014 693
7. Transaksi BuybackTahun 2014 696
8. Daftar Penerbitan SBSN Tahun 2014 698
9. Outstanding SBN seri Fixed Rated (FR) per 31 Desember 2014 699
10. Data Outstanding ORI per 31 Desember 2014 701
11. Data Outstanding SBN Seri Variable Rate (VR) per 31 Desember 2014 702
12. Data Outstanding SPN per 31 Desember 2014 703
13. Data Outstanding Surat Utang Pemerintah per 31 Desember 2014 704
14. Data Outstanding SBSN seri IFR per 31 Desember 2014 706
15. Data Outstanding SBSN Seri PBS per 31 Desember 2014 706
16. Data Outstanding SBSN Seri SR per 31 Desember 2014 708
17. Data Outstanding SBSN Seri SPN-S per 31 Desember 2014 709
18. Data Outstanding SBSN Seri SDHI per 31 Desember 2014 710
19. Struktur Outstanding SBN Valas Per 31 Desember 2014 711
20. Mutasi SBN Tahun 2014 714
-
- xviii -
IIINNNDDDEEEKKKSSS GGGRRRAAAFFFIIIKKK
1. Tren PDB Harga Berlaku Seri 2000 Tahun 2010-2014 16
2. Struktur PDB Seri 2000 Menurut Pengeluaran tahun 2010 s.d 2014 17
3. Struktur PDB Seri 2000 Menurut Lapangan Usaha atas Dasar harga Berlaku 2013-2014
4. Tren Laju Inflasi Bulanan dan TahunanTahun 2014
17
20
5. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulanan 2013-2014 21
6. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Semesteran 2012-2014 22
7. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Bulanan 2014 22
8. Cadangan Devisa 2014 23
9. Tren Laju IHSG Bulanan Tahun 2013-2014 24
10. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2010-2014 29
11. Penerimaan Perpajakan Tahun 2013 dan 2014 30
12. Tax Ratio Indonesia Tahun 2010-2014 30
13. Pagu dan Realisasi PNBP Tahun 2013 dan 2014 31
14. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2013 dan Tahun 2014 Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
15. Realisasi Transfer ke Daerah 2013-2014
16. Perkembangan Rasio Realisasi Defisit Anggaran terhadap PDB Tahun 2010-2014
33
34
35
17. Perkembangan Realisasi Penerimaan Perpajakan dan PNBP TA 2010 - 2014 60
18. Perkembangan Realisasi Belanja Negara TA 2010- 2014 61
19. Komposisi Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2014
20. Komposisi 5 Terbesar Kementerian/Lembaga Pengguna Anggaran Belanja Pemerintah Pusat TA 2014
62
68
21. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Fungsi TA 2014 68
22. Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat menurut Jenis Belanja TA 2014 69
23. Komposisi Realisasi Transfer ke Daerah TA 2014 76
24. Komposisi Pendapatan BLU TA 2014 91
25. Pendapatan, Beban, dan Surplus/Defisit BLU TA 2014 92
26. Perbandingan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana Neto pada Neraca Tahun 2010 2014 101
27. Aset, Kewajiban, dan Ekuitas Badan Layanan Umum 2010 2014 197
28. Komposisi Arus Kas Bersih per Aktivitas
LAMPIRAN
213
-
- xix -
1. Struktur Jatuh Tempo ON Rupiah seri FR 700
2. Struktur jatuh tempo ORI 702
3. Struktur jatuh tempo ON seri VR 703
4. Struktur Jatuh Tempo SPN per 31 Desember 2014 704
5. Struktur Jatuh Tempo Surat Utang Pemerintah 705
6. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri IFR per 31 Desember 2014 706
7. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri PBS per 31 Desember 2014 707
8. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SR per 31 Desember 2014 708
9. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SPN-S per 31 Desember 2014 709
10. Struktur Jatuh Tempo SBSN seri SDHI per 31 Desember 2014 710
11. Struktur Jatuh Tempo SBN Valas per 31 Desember 2014 712
12. Data Outstanding SBN per 31 Desember 2014 712
-
- xx -
IIINNNDDDEEEKKKSSS LLLAAAMMMPPPIIIRRRAAANNN
1. Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Pusat TA 2014 236
2. Laporan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut BA dan Eselon I TA
2014 263
3. Laporan Realisasi Dana Perimbangan TA 2014 292
4. Suspen Belanja Pemerintah Pusat TA 2014 365
5. Persetujuan Multiyears Contract (Kontrak Tahun Jamak) 370
6. Perbandingan Pagu APBN-P dan Pagu DIPA 372
7. Realisasi Penerbitan SABA BA 999.08 Pengelola lain-lain, TA 2014 376
8. Rekening Khusus per 31 Desember 2014 380
9. Saldo Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Umum per 31 Desember 2014 382
10. Saldo Kas di KPPN per 31 Desember 2014 dan 2013 384
11. Kas pada K/L dan BUN per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 391
12. Uang Muka Belanja dan Belanja Dibayar Di Muka per 31 Desember 2014 dan 31
Desember 2013 411
13. Piutang Pajak per 31 Desember 2014 417
14. Piutang PNBP per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 431
15. Rincian Piutang Eks Bank Dalam Likuidasi 31 Desember 2014 434
16. Aset Kredit Eks BPPN 437
17. Bagian Lancar TP/TGR per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 444
18. Persediaan per 31 Desember 2014 dan 31 Desember 2013 447
19. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara BUMN Tahun 2014 452
20. Daftar BPYBDS pada BUMN per 31 Desember 2014 462
21. Penyertaan Modal Negara pada Perusahaan Negara/Lembaga Di Bawah Pembinaan
Kementerian Keuangan per 31 Desember 2014 464
22. Penyertaan Modal Negara pada Non BUMN per 31 Desember 2014 467
23. Penyertaan Modal Negara pada Organisasi/Lembaga Keuangan Internasional/Regional per
31 Desember 2014 471
24. Ikhtisar Laporan Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan per 31 Desember 2014 473
25. Aset Tetap pada Kementerian/Lembaga per 31 Desember 2014 476
26. Tagihan TP/TGR per 31 Desember 2014 500
27. Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2014 502
28. Aset KKKS per 31 Desember 2014 505
29. Aset Eks BPPN per 31 Desember 2014 524
30. Aset Lain-lain per 31 Desember 2014 531
31. Aset PT PPA per 31 Desember 2014 534
32. Utang Kepada Pihak Ketiga dan Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2014 541
33. Utang Bunga Surat Berharga Negara per 31 Desember 2014 544
34. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Surat Berharga Negara per 31 Desember 2014 549
35. Surat Berharga Negara Jangka Pendek per 31 Desember 2014 552
36. Surat Berharga Negara Jangka Panjang per 31 Desember 2014 554
-
- xxi -
37. Ikhtisar Laporan Keuangan BLU per 31 Desember 2014 560
38. Kebijakan Koreksi Atas Akumulasi Penyusutan 563
39. Ikhtisar Laporan Keuangan Lembaga Non Struktural dan Yayasan per 31 Desember 2014 575
40. Rekapitulasi Hasil Penilaian Aset Bekas Milik Asing/Cina s.d. 31 Desember 2013 580
41. Tindak Lanjut Pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2013 585
42. Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara Tahun Anggaran 2014 682
-
- xxii -
IIINNNDDDEEEKKKSSS SSSIIINNNGGGKKKAAATTTAAANNN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan
BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBM : Bahan Bakar Minyak
BDL : Bank Dalam Likuidasi
BEJ : Bursa Efek Jakarta
BHMN : Badan Hukum Milik Negara
BI : Bank Indonesia
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
BLU
BMN
BNP2TKI
:
:
:
Badan Layanan Umum
Barang Milik Negara
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
BPMIGAS : Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
BPHTB
BPIH
:
:
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
BPJT : Badan Pengatur Jalan Tol
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional
BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
BPYBDS : Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya
BRR
BUJT
:
:
Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi
Badan Usaha Jalan Tol
BULOG : Badan Urusan Logistik
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUN : Bendahara Umum Negara
CBN
CAR
:
:
Cadangan Benih Nasional
Capital Adequate Ratio
CBP : Cadangan Beras Pemerintah
CFO : Chief Financial Officer
CGI
CICR
:
:
Consultative Group on Indonesia
Consolidated Interest Coverage Ratio
COO : Chief Operating Officer
CPI : Consumer Price Index
DAK : Dana Alokasi Khusus
DAU : Dana Alokasi Umum
DAU : Dana Abadi Umat
DBH
DEP
:
:
Dana Bagi Hasil
Dana Ekonomi Produktif
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DJA : Direktorat Jenderal Anggaran
DJBC : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
-
- xxiii -
DJPBN
DMO
DNS
DPM
DPPN
:
:
:
:
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Domestic Market Obligation
Debt for Nature Swap
Dana Penguatan Modal
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
DPR
DSCR
:
:
Dewan Perwakilan Rakyat
Debt Service Coverage Ratio
DTP : Ditanggung Pemerintah
EDI : Electronic Data Interchange
GBHN
GIZ-ProFI
GIZ-GGPAS
:
:
:
Garis-Garis Besar Haluan Negara
Gesellschaft fur Internationale Zussammenarbeit Promotion of Small Financial Institutions
Gesellschaft fur Internationale Zussammenarbeit Good Governance in Population Administration
Systems
HTI : Hutan Tanaman Industri
INDRA
ITPT
JPY
:
:
:
Indonesian Debt Restructuring Agency
Industri Tekstil dan Produksi Tekstil
Japanese Yen
KITE : Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
KKKS : Kontraktor Kontrak Kerja Sama
K/L : Kementerian Negara/Lembaga
KMK : Keputusan Menteri Keuangan
KONI
KPK
:
:
Komite Olahraga Nasional Indonesia
Komisi Pemberantasan Korupsi
KPPN
KPRSH
KPS
:
:
:
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Kredit Kepemilikan Rumah Sederhana Sehat
Kontraktor Production Sharing
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KU : Kiriman Uang
KUHR : Kredit Usaha Hutan Rakyat
KUMK : Kredit Usaha Mikro dan Kecil
KUN : Kas Umum Negara
KUT : Kredit Usaha Tani
LAK : Laporan Arus Kas
LBMN : Laporan Barang Milik Negara
LDKP : Lembaga Dana Kredit Pedesaan
LDR : Loan to Deposit Ratio
LKBUN : Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara
LKKL : Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
LKP : Lembaga Keuangan Pelaksana
LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
LNSI : Lembaga Non Struktural/Independen
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
MPN : Modul Penerimaan Negara
MP3 : Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak
NAD : Nanggroe Aceh Darussalam
NPL
ORI
PBS
:
:
:
Non-Performing Loan
Obligasi Ritel Indonesia
Project Based Sukuk
PDB : Pendapatan Domestik Bruto
PFK : Perhitungan Fihak Ketiga
-
- xxiv -
PIP
PIR
PJPK
:
:
:
Pusat Investasi Pemerintah
Perusahaan Inti Rakyat
Penanggung Jawab Proyek Kerja sama
PMA : Penanaman Modal Asing
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
PMN : Penyertaan Modal Negara
PNBP
PPAP
:
:
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
PPh : Pajak Penghasilan
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
PPnBM : Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PSL : Past Service Liability
PSO : Public Service Obligation
PT PPA : PT Perusahaan Pengelolaan Aset
RANTF : Recovery of Aceh Nias Trust Fund
RDI : Rekening Dana Investasi
RPD : Rekening Pembangunan Daerah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPL
RTGS
SAA
:
:
:
Rekening Pemerintah Lainnya
Real Time Gross Settlement
Separate Arrangement Agreement
SA-BUN : Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara
SAI : Sistem Akuntansi Instansi
SAKUN : Sistem Akuntansi Kas Umum Negara
SAL : Saldo Anggaran Lebih
SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan
SAPP : Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
SAU : Sistem Akuntansi Umum
SBN : Surat Berharga Negara
SBSN : Surat Berharga Syariah Negara
SDA : Sumber Daya Alam
SDHI : Sukuk Dana Haji Indonesia
SiAP : Sistem Akuntansi Pusat
SIBOR : Singapore Interbank Offered Rate
SiKPA : Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran
SiLPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
SIMAK-BMN : Sistem Informasi Manajeman dan Akuntansi Barang Milik Negara
SKPA : Surat Kuasa Pengguna Anggaran
SKPKB : Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
SKPLB : Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
SPKPBM : Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk
SLA
SNI
:
:
Subsidiary Loan Agreement
Standar Nasional Indonesia
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SPN : Surat Perbendaharaan Negara
SP3
SPU
:
:
Surat Perintah Pengesahan Pembukuan
Sarana Pengembangan Usaha
SUN
SWIFT
:
:
Surat Utang Negara
Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication
-
- xxv -
TA : Tahun Anggaran
TGR : Tuntutan Ganti Rugi
THT : Tabungan Hari Tua
TP : Tim Pemberesan Aset
TPA : Tagihan Penjualan Angsuran
TSA : Treasury Single Account
TSP
USAID
:
:
Tempat Simpan Pinjam
United State Agency for International Development
USD
UPP
UP3
:
:
:
United State Dolar
Unit Pelaksana Proyek
Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah
USP : Usaha Simpan Pinjam
UP/TUP : Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan
-
- xxvi -
IIINNNDDDEEEKKKSSS CCCAAATTTAAATTTAAANNN AAATTTAAASSS LLLAAAPPPOOORRRAAANNN KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN
LAPORAN REALISASI APBN
Pendapatan Negara dan Hibah Halaman
Catatan B.2.1 Pendapatan Negara dan Hibah 61
Catatan B.2.1.1 Penerimaan Perpajakan 62
Catatan B.2.1.1.1 Pajak Dalam Negeri 62
Catatan B.2.1.1.2 Pajak Perdagangan Internasional 63
Catatan B.2.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 63
Catatan B.2.1.2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam 63
Catatan B.2.1.2.2 Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 64
Catatan B.2.1.2.3 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 65
Catatan B.2.1.2.4 Pendapatan BLU 66
Catatan B.2.1.3 Penerimaan Hibah 66
Belanja Negara
Catatan B.2.2 Belanja Negara 67
Catatan B.2.2.1 Belanja Pemerintah Pusat 67
Catatan B.2.2.1.1 Belanja Pegawai 70
Catatan B.2.2.1.2 Belanja Barang 70
Catatan B.2.2.1.3 Belanja Modal 72
Catatan B.2.2.1.4 Pembayaran Bunga Utang 72
Catatan B.2.2.1.5 Subsidi 73
Catatan B.2.2.1.6 Belanja Hibah 74
Catatan B.2.2.1.7 Belanja Bantuan Sosial 74
Catatan B.2.2.1.8 Belanja Lain-lain 75
Catatan B.2.2.2 Transfer ke Daerah 76
Catatan B.2.2.2.1 Dana Perimbangan 77
Catatan B.2.2.2.1.1 Dana Bagi Hasil 77
Catatan B.2.2.2.1.2 Dana Alokasi Umum 77
Catatan B.2.2.2.1.3 Dana Alokasi Khusus 78
Catatan B.2.2.2.2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 78
Catatan B.2.2.2.2.1 Dana Otonomi Khusus 78
Catatan B.2.2.2.2.2 Dana Penyesuaian 79
Catatan B.2.2.2.3 Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta 79
Catatan B.2.2.3 Suspen 79
Surplus (Defisit) Anggaran
Catatan B.2.3 Defisit Anggaran 80
Pembiayaan
Catatan B.2.4 Pembiayaan 80
Catatan B.2.4.1 Pembiayaan Dalam Negeri (Neto) 81
Catatan B.2.4.1.1 Penggunaan SAL 81
-
- xxvii -
Catatan B.2.4.1.2 Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman 81
Catatan B.2.4.1.3 Privatisasi dan Penjualan Aset Program Restrukturisasi 81
Catatan B.2.4.1.4 Surat Berharga Negara (Neto) 82
Catatan B.2.4.1.5 Pinjaman Dalam Negeri 83
Catatan B.2.4.1.6 Penyertaan Modal Negara/Investasi Pemerintah 83
Catatan B.2.4.1.7 Kewajiban Penjaminan 84
Catatan B.2.4.1.8 Dana Pengembangan Pendidikan Nasional 84
Catatan B.2.4.2 Pembiayaan Luar Negeri (Neto) 85
Catatan B.2.4.2.1 Penarikan Pinjaman Luar Negeri 85
Catatan B.2.4.2.1.1 Penarikan Pinjaman Program 85
Catatan B.2.4.2.1.2 Penarikan Pinjaman Proyek 86
Catatan B.2.4.2.2 Penerusan Pinjaman 87
Catatan B.2.4.2.3 Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri 87
SiLPA (SiKPA)
Catatan B.2.5 Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran SiLPA (SiKPA) 88
CATATAN PENTING LAINNYA
Catatan B.3 Catatan Penting Lainnya 89
NERACA
ASET
Aset Lancar
Catatan C.2.1 Rekening Kas BUN di BI 102
Catatan C.2.2 Rekening Pemerintah Lainnya 103
Catatan C.2.3 Rekening Kas di KPPN 104
Catatan C.2.4 Kas di Bendahara Pengeluaran 104
Catatan C.2.5 Kas di Bendahara Penerimaan 104
Catatan C.2.6 Kas Lainnya dan Setara Kas 105
Catatan C.2.7 Kas Pada BLU 106
Catatan C.2.8 Uang Muka dari Rekening BUN 107
Catatan C.2.9 Investasi Jangka Pendek 108
Catatan C.2.10 Belanja Dibayar Di Muka dan Uang Muka Belanja 108
Catatan C.2.11 Piutang Pajak 108
Catatan C.2.12 Piutang Bukan Pajak 112
Catatan C.2.13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 122
Catatan C.2.14 Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 122
Catatan C.2.15 Bagian Lancar Penerusan Pinjaman 122
Catatan C.2.16 Piutang dari Kegiatan BLU 124
Catatan C.2.17 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang 125
Catatan C.2.18 Persediaan
Investasi Jangka Panjang
126
Catatan C.2.19 Dana Bergulir 128
Catatan C.2.20 Dana Bergulir Diragukan Tertagih 129
Catatan C.2.21 Investasi Non Permanen Lainnya 130
-
- xxviii -
Catatan C.2.22 Cadangan Penurunan Nilai Investasi Non Permanen Lainnya 132
Catatan C.2.23 Investasi Permanen PMN 132
Catatan C.2.24 Investasi Permanen BLU 136
Catatan
Catatan
C.2.25
C.2.26
Investasi Permanen Lainnya
Aset Tetap
136
139
Catatan C.2.27 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 140
Catatan C.2.28 Piutang Jangka Panjang 141
Catatan C.2.29 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Piutang Jangka Panjang 144
Catatan C.2.30 Aset Lainnya 144
Catatan C.2.31 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Aset Lainnya 163
Catatan C.2.32 Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 164
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Catatan C.2.33 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 164
Catatan C.2.34 Utang Kepada Pihak Ketiga 165
Catatan C.2.35 Utang Biaya Pinjaman 169
Catatan C.2.36 Utang Subsidi 169
Catatan C.2.37 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 171
Catatan C.2.38 Utang SBN Jangka Pendek 172
Catatan C.2.39 Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan 173
Catatan C.2.40 Pendapatan Diterima di Muka 173
Catatan C.2.41 Utang Jangka Pendek Lainnya 173
Kewajiban Jangka Panjang
Catatan C.2.42 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Perbankan 174
Catatan C.2.43 Utang Jangka Panjang Surat Berharga Negara Dalam Negeri 175
Catatan C.2.44 Utang Kepada Dana Pensiun dan THT 176
Catatan C.2.45 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya 177
Catatan C.2.46 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Perbankan 180
Catatan C.2.47 Utang Jangka Panjang Luar Negeri Lainnya 180
EKUITAS
Ekuitas Dana Lancar
Catatan C.2.48 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Setelah Penyesuaian 181
Catatan C.2.49 SiLPA (SiKPA) Setelah Penyesuaian 183
Catatan C.2.50 Cadangan Piutang 184
Catatan C.2.51 Cadangan Persediaan 184
Catatan C.2.52 Pendapatan yang Ditangguhkan 184
Catatan C.2.53 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek 185
Catatan C.2.54 Selisih Kurs Bagian Lancar 185
Catatan C.2.55 Dana Lancar Lainnya 186
Catatan C.2.56 Barang/Jasa yang Harus Diterima 186
Catatan C.2.57 Barang/Jasa yang Masih Harus Diserahkan 186
Ekuitas Dana Investasi
-
- xxix -
Catatan C.2.58 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 187
Catatan C.2.59 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 187
Catatan C.2.60 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 187
Catatan C.2.61 Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang 187
Catatan C.2.62 Selisih Kurs Bagian Jangka Panjang 188
CATATAN PENTING LAINNYA
Catatan C.3 Catatan Penting Lainnya 189
LAPORAN ARUS KAS
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Catatan D.2.1 Penerimaan Perpajakan 215
Catatan D.2.1.1 Pajak Penghasilan 216
Catatan D.2.1.2 Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah 217
Catatan D.2.1.3 Pajak Bumi dan Bangunan 217
Catatan D.2.1.4 Cukai 217
Catatan D.2.1.5 Pajak Lainnya 217
Catatan D.2.1.6 Pajak Perdagangan Internasional 218
Catatan D.2.2 PNBP 218
Catatan D.2.2.1 Penerimaan Sumber Daya Alam 218
Catatan D.2.2.2 Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 219
Catatan D.2.2.3 Penerimaan PNBP Lainnya 219
Catatan D.2.2.4 Penerimaan BLU 220
Catatan D.2.3 Penerimaan Hibah 220
Catatan D.2.4 Belanja Pegawai 221 Catatan D.2.5 Belanja Barang 221 Catatan D.2.6 Belanja Pembayaran Bunga Utang 222 Catatan D.2.7 Subsidi 222 Catatan D.2.8 Belanja Hibah 223 Catatan D.2.9 Bantuan Sosial 223 Catatan D.2.10 Belanja Lain-Lain 224 Catatan D.2.11 Dana Bagi Hasil Pajak 224 Catatan D.2.12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 224 Catatan D.2.13 Dana Bagi Hasil Cukai dan Tembakau 225 Catatan D.2.14 Dana Alokasi Umum 225 Catatan D.2.15 Dana Alokasi Khusus 225 Catatan D.2.16 Dana Otonomi Khusus 226 Catatan D.2.17 Dana Penyesuaian 226 Catatan D.2.18 Dana Keistimewaan DIY 226
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN
Catatan D.2.19 Pendapatan dari Pemindahtanganan dan Penjualan Aset