undang-undang pemilu 2012

36
Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu*) oleh: Dr. Rakhmat Bowo suharto, S.H.M.H.**) *) Makalah disampaikan pada Workshop dengan tema “Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu dan Konsekuensi Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pemilu”, diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten, Kusuma Sahid Prince Hotel Surakarta, 12-14 Oktober 2012. **) Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang.

Upload: akhmad-fikri-yahmani

Post on 05-Aug-2015

680 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Undang-Undang Pemilu 2012

Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu dan

Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Pemilu*)

oleh:Dr. Rakhmat Bowo suharto, S.H.M.H.**)

*) Makalah disampaikan pada Workshop dengan tema “Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu dan Konsekuensi Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Pemilu”, diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan Sekretariat DPRD Kabupaten Klaten, Kusuma Sahid Prince Hotel Surakarta, 12-14 Oktober 2012.

**) Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang.

Page 2: Undang-Undang Pemilu 2012

I. Demokrasi dan Pemilu Kedaulatan (souvereiniteit/sovereignty): kekuasaan

tertinggi dalam penyelenggaraan negara. Siapa pemegang kekuasaan tertinggi? Teori

Kedaulatana. Teori Kedaulatan Negara;b. Teori Kedaulatan Tuhan;c. Teori Kedaulatan Raja;d. Teori Kedaulatan Rakyat;e. Teori Kedaulatan Hukum.

Teori kedaulatan negara (huruf a) merupakan konsep kedaulatan yang bersifat eksternal (dibicarakan dalam konteks Hukum Internasional)

Teori kedaulatan huruf b-e, merupakan konsep kedaulatan yang bersifat internal (dibicarakan dalam konteks Hukum Tata Negara).

Page 3: Undang-Undang Pemilu 2012

Kedaulatan rakyat demokrasi (demos =rakyat, dan kratein/kratos = kekuasaan)- Kekuasaan negara dianggap bersumber dan

berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

- Rakyatlah penentu akhir penyelenggaraan kekuasaan dalam suatu negara.

Diidealkan oleh semua negara di dunia 90-95% negara-negara di dunia mengklaim menganut paham demokrasi (praktik penerapannya berbeda-beda).

Kelemahan mendasar sistem demokrasi: terlalu mengandalkan pada suara mayoritas (doktrin one man one vote).

Page 4: Undang-Undang Pemilu 2012

Prinsip demokrasi harus diimbangi dengan prinsip keadilan, nomokrasi (the rule of law/rechtsstaat) prinsip negara hukum

Prinsip negara hukum: mengutamakan kedaulatan hukum, supremasi hukum (supremacy of law) kekuasaan tertinggi di tangan hukum.

Prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum bagaikan dua sisi mata uang: Negara hukum tanpa demokrasi hukum represif. Demokrasi tanpa supremasi hukum suasana

chaos. Negara Hukum yang demokratis

(Democratische rechtsstaat) dan Negara demokrasi yang berdasarkan hukum (constitutional democracy).

Page 5: Undang-Undang Pemilu 2012

Kedua prinsip tersebut, dalam praktik penyelenggaraan negara, dimanifestasikan dalam keterlibatan rakyat dalam penetapan kebijakan kenegaraan (menurut waktu dan tata cara tertentu).

Ada beberapa cara pengambilan keputusan yang melibatkan rakyat secara langsung:a. Pemilihan umum (general election).b. Referendum (referenda).c. Prakarsa (initiative).d. Plebisit (plebicite).e. Recall (the recall).f. Mogok kerja.g. Unjuk rasa, dan h. Penyaluran pendapat melalui pers bebas.

Page 6: Undang-Undang Pemilu 2012

PEMILU merupakan salah satu mekanisme yang menghubungkan prinsip demokrasi dan prinsip negara hukum.- Pemilu merupakan wahana demokrasi untuk

menyalurkan pendapat rakyat;- Pemilu merupakan salah satu aspek yang mencirikan

konsep negara hukum Menurut International Commission of Jurist, ada

beberapa ciri konsep negara hukum:a. Adanya jaminan hak-hak individu dalam konstitusi;b. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak

memihak;c. Adanya pemilu yang bebas;d. Adanya kebebasan menyatakan pendapat;e. Adanya kebebasan berserikat/berorganisasi dan

beroposisi;f. Adanya pendidikan kewarganegaraan.

Page 7: Undang-Undang Pemilu 2012

• Kualitas demokrasi antara lain dicerminkan oleh kualitas pemilu. Dengan kata lain, kualitas pemilu mencerminkan kualitas demokrasi.

• Kualitas pemilu ditentukan oleh 3 aspek (Friedmann): - Substansi (peraturan perundang-undangan);- Struktur (kelembagaan penyelenggara pemilu);- Kultur (budaya hukum masyarakat termasuk stakeholder

lainnya).

• Penyelenggara pemilu (KPU dan Panwas Pemilu) merupakan faktor yang menentukan penyelenggaraan pemilu yang berkualitas (Langsung, umum, bebas, dan rahasia, jujur, dan adil= luber dan jurdil).

• Integritas dan profersionalisme penyelenggara pemilu merupakan tuntutan demi terselenggaranya pemilu yang berkualitas.

Page 8: Undang-Undang Pemilu 2012

II. Sejarah Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia

Sampai dengan 2009, Indonesia telah menyelenggarakan 10 kali pemilu : - Masa Orde Lama: 1955.- Masal Orde Baru: 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan

1997.- Masa Orde reformasi: 1999, 2004, dan 2009.

Pemilu di Era Orde Lama (1955):Dasar Hukum: UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilu, dan

diikuti oleh lebih 30-an partai politik .Dilakukan dua kali: 29 September 1955 (Pemilu anggota-

anggota DPR), dan 15 Desember 1955 (Pemilu anggota-anggota Dewan Konstituante).

Catatan pemilu di Era Orde Lama: mendapatkan pujian dari berbagai pihak, termasuk dari negara-negara asing,

karena:- demokratis: kebebasan berpolitik, kebebasan menggunakan hak pilih,

penyelenggara pemilu bersifat independent (Panitia Pemilihan Indonesia).- terselenggara dengan aman, lancar, jujur dan adil .

Page 9: Undang-Undang Pemilu 2012

Pemilu di Era Orde Baru (1971 – 1997):Keterangan Pemilu

1971Pemilu

1977Pemilu

1982Pemilu

1987Pemilu

1992Pemilu1997

Dasar hukum UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 Tahun 1969 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD

UU No. 15 Tahun 1969 diubah dengan UU No. 4 tahun 1975, dan UU No. 16 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD

UU No. 15 Tahun 1969 diubah kedua kali dengan UU No.2 Tahun 1980 dan UU No. 16 tahun 1969 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD

UU No. 15 Tahun 1969 diubah ketiga kali dengan UU No 1 tahun 1985 dan UU No.16 tahun 1969 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD

UU No. 15 Tahun 1969 diubah ketiga kali dengan UU No 1 tahun 1985 dan UU No. 16 tahun 1969 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD

UU No. 15 Tahun 1969 diubah ketiga kali dengan UU No 1 tahun 1985 dan UU No. 16 tahun 1969 tentang Susduk MPR, DPR dan DPRD

Tgl. Pelaks. 5 Juli 2 Mei 4 Mei 23 April 9 Juni 29 Mei

Kontestan parpol dan org. karya yang punya wakil di DPR-GR (NU, Parmusi, PSII, Perti, PNI, Parkindo, Partai Katolik, IPKI,MURBA dan Golkar

PPP, PDI, Golkar sebagai hasil penyederhanaan partai melalui UU No. 3 tahun 1975 tentang Parpol dan Golkar)

PPP, PDI, Golkar

PPP, PDI, Golkar

PPP, PDI, Golkar

PPP, PDI, Golkar

Penyelenggaran

Lembaga Pemilu (LPU),ex-officio diketuai oleh Mendagri

LPU Dalam LPU ditam bah unsur parpol+ Panwaslak Pemilu

LPU + Panwaslak Pemilu

LPU + Panwaslak Pemilu

LPU + Panwaslak Pemilu

Page 10: Undang-Undang Pemilu 2012

Catatan pemilu di era Orde Baru: Kurang demokratis:

kebebasan berpolitik dan kebebasan menggunakan hak pilih, kurang terjamin (pembatasan jumlah parpol, keberpihakan PNS pada salah satu kontestan, dsb).

penyelenggara pemilu tidak independen (Lembaga Pemilu (LPU) dan Panwaslak, yang secara ex-officio dikuasai oleh birokrasi Pemerintah).

Pemilu di Era Reformasi (1999-2009)1. Penciptaan prakondisi penyelenggaraan

pemilu yang demokratis:a. Ditetapkan UU bidang politik, yaitu:

- UU No.2/1999 tentang Parpol;- UU No. 3/1999 tentang Pemilu Anggota DPR,DPD & DPRD;

- UU No. 4/1999 tentang Susduk MPR, DPR, dan DPRD.

Page 11: Undang-Undang Pemilu 2012

b. Tidak melarang berdirinya parpol baru (dalam waktu 8 bulan sejak Habibie memerintah, muncul 141 partai baru).

c. Membuat ABRI bersikap netral terhadap setiap kekuatan politik.

d. Melarang PNS menjadi anggota atau pengurus parpol (PP No. 15 tahun 1999 dan NO. 12 Tahun 1999).

e. Membebaskan tahanan politik masa Orde Baru seperti Dr. Sri Bintang Pamungkas (Ketua Partai Uni Demokrasi (PUDI)).

f. Menetapkan penyelenggara pemilu (KPU) berdasarkan Keppres No 16 Tahun 1999 .

g. Dsb.

Page 12: Undang-Undang Pemilu 2012

2.Pelaksanaan Pemilu di Era Reformasi (1999-2009): Sebelum diubah, UUD 1945 tidak mengatur

secara jelas ketentuan mengenai pemilu. Setelah perubahan keempat (2002),

ketentuan mengenai pemilu diatur dalam bab VIIB Pasal 22E, yaitu:

(1) Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

(2) Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD.

(3) Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik.

(4) Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan.

(5) Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang Pemilu diatur dengan UU.

Page 13: Undang-Undang Pemilu 2012

Pelaksanaan Pemilu di Era Reformasi (1999-2009) lanjutan

Keterangan Pemilu 1999 Pemilu 2004 Pemilu 2009

Dasar hukum 1. UU No.2 Th 1999 tentang Parpol;

2. UU No. 3 Th 1999 tentang Pemilu;

3. UU No. 4 Th 1999 Susduk MPR, DPR, dan DPRD.

1. UUD 1945 Bab VIIB Pasal 22E;

2. UU No. 12 Th. 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD;

3. UU No. 23 Th. 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wapres;

4. UU No. 31 Th.2003 tentang Parpol;

5. UU No. 22 tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD dan DPRD.

1. UUD 1945 Bab VIIB Pasal 22E

2. UU No. 22 Th. 2007 tentang Penyelenggara Pemilu;

3. UU No. 2 Th 2008 tentang Parpol

4. UU No. 10 Th 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD

5. UU No. 42 Th 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wapres.;

6. Perpu No. 1 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. (ditetapkan dlm UU No. 17 Tahun 2009)

Tgl pelaksanaan

7 Juni 1999 5 April 2004 (Pileg)5 Juli 2004 (Pilpres I)20 Sept 2004 (Pilpres II)

9 April 2009 (Pileg)8 Juli 2009 (1 putaran)

Kontestan 48 parpol 24 parpol (Pileg)5 pasang calon (Pilpres)

38 parpol (Pileg)3 pasang calon (Pilpres)

Penyelenggara

KPU partisan (Keppres No. 16 Th 1999) + Panwaslu

KPU non partisan (Keppres No 10 Tahun 2001) + Panwaslu

KPU non partisan (Keppres No 101/P/2007 ) + Panwaslu

Page 14: Undang-Undang Pemilu 2012

Catatan untuk Pemilu di Era Reformasi: Pemilu di era Reformasi relatif lebih

demokratis (pengakuan dari berbagai pihak termasuk pengamat luar negeri).

Pemilu 2009 adalah pemilu terburuk: ada banyak masalah, mulai dari

pendaftaran pemilih, DPT, pelaksanaan pemilihan, penetapan peroleh suara, penentuan caleg terpilih, pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara (KPU), KPU tidak profesional, dsb.

Sistem dan pengaturan hukum dalam rangka penyelenggaraan pemilu belum tetap/final (UU Pemilu selalu diubah menjelang pemilu).

Page 15: Undang-Undang Pemilu 2012

III. Pengaturan Pemilu Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

A. UU No. 8 Tahun 2012 mengatur beberapa hal pokok, yang beberapa di antaranya berisi perubahan dibandingkan dengan pengaturan UU Pemilu sebelumnya:

No.

Hal Pengaturan Keterangan

1. Tahapan Pemilu

Ditambah satu tahapan baru, yaitu tahapan perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu.

Pasal 4 ayat (2) huruf a

Jangka waktu dimulainya tahapan pemilu dimulai sekurang-kurangnya 22 bulan sebelum hari pemungutan suara.

Pasal 4 ayat (5)

2. Sistem Pemilu Tidak ada perubahan Sistem proporsional terbuka utk

memilih anggota DPR dan DPRD (dengan suara terbanyak); dan

sistem distrik berwakil banyak (Single Non-Transferable Vote System) untuk memilih anggota DPD.

Pasal 5

Page 16: Undang-Undang Pemilu 2012

No. Hal Pengaturan Keterangan

3. Peserta dan persyaratan mengikuti pemilu

Parpol peserta pemilu terakhir yg memenuhi ambang batas perolehan suara dari jml suara sah scr. nas. ditetapkan sbg peserta pemilu berikutnya. (mencapai parliamentary threshold 2,5% pd pemilu 2009). Parpol yg tdk memenuhi ambang batas di atas/parpol baru, dpt mjd peserta pemilu stlh memenuhi persyaratan yg lbh berat.

Pasal 8 ayat (2)

Pendaft. & verifikasi parpol dilakukan 20 bln. sblm hari pemungutan suara & selesai dlm wkt 5 bln.

Pasal 14 ayat (4) dan Pasal 16 ayat (2)

4. Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan

Tidak berubah: DPR = 560 kursi tiap dapil 3-10

kursi. DPRD Prov = 35-100 kursi tiap

dapil 3-12 kursi. DPRD Kab/Kota = 20-50 kursi

tiap dapil 3-12 kursi

Pasal 21-29

Page 17: Undang-Undang Pemilu 2012

No. Hal Pengaturan Keterangan

5. Penyusunan Daftar Pemilih

3 bentuk yaitu a.data agregat pddk/kecamatan

utk dapil DPRD prov/kabupaten/kota;

b.data Pddk Potensial Pemilih utk DPS; dan

c.data WNI yg bertmpt tinggal di LN utk dapil & DPS.

Pasal 32 ayat (1)

Diserahkan kpd KPU plg lambat 16 bln sblm hari pemungutan suara. Disinkronisasikan plg lama 2 (dua) bln.Dimutakhirkan mjd data Pemilih plg lama 4 bln.

Pasal 32 ayat (3), Pasal 34 ayat (4) Pasal 34 ayat (2),

Apabila tdp WN yg memenuhi syarat sbg pemilih tp tdk memiliki identitas kpddkn dan/atau tdk terdaft dlm DPS, DPT, atau Daft Pem tambahan, KPU Provinsi mendaftarkan & memasukkannya ke dalam daftar pemilih khusus.

Pasal 40 ayat (5))

6. Pencalonan Penambahan: kewajiban mengundurkan diri sbg KaDa & WaKaDa yg ingin mjd calon anggota DPR, DPD, atau DPRD.

Pasal 51 ayat (1) huruf k.

Page 18: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

terkait keterwakilan perempuan terdapat penambahan penjelasan: “dlm setiap 3 (tiga) balon, balon perempuan dpt ditempatkan pd urutan 1, atau 2, atau 3, tidak hanya pd nmr urut 3, dst.

penjelasan Pasal 56 ayat (2)

Proses pengajuan nama balon anggota DPR & DPRD lbh panjang prosesnya, yaitu dilaks 12 bulan sblm hari pemungutan suara.

(Pasal 57 ayat (2))

7. Kampanye kampanye melalui media cetak & media elektronik dikategorikan sbg “iklan kampanye”. pelaksnya sama dg kampanye dlm bentuk rapat umum, yaitu hanya selama 21 hari & berakhir smp dg dimulainya masa tenang (3 hari sebelum hari pemungutan suara).

Pasal 83 ayat (2)

8 Dana Kampanye

Jumlah batasan sumbangan dana kampanye yang berasal dari sumbangan pihak lain kelompok, perusahaan, dan/atau badan usaha nonpemerintah dinaikan menjadi sebesar Rp7.500.000.000,00.

Pasal 131 ayat (2)

Page 19: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

9. Pemungutan dan Penghitungan Suara

pemilih yang tidak terdaftar pada daftar pemilih tetap atau daftar pemilih tambahan dapat menggunakan kartu tanda penduduk atau paspor.

Pasal 150 UU

cara pemberian suara dilakukan dengan cara mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik dan/atau nama calon pada surat suara.

Pasal 154

10. Rekapitulasi Suara

Tugas dan kewenangan PPS dlm proses rekapitulasi suara di tingkat desa/kelurahan diatur secara mendetail. (sejalan dg UU No. 15/2011 ttg Penyelenggara Pemilu)

Pasal 184-187.

11. Penetapan Hasil Pemilu, Perolehan Kursi, dan Calon Terpilih.

Ketentuan baru: “Parpol Peserta Pemilu hrs memenuhi ambang batas perolehan suara sekurang-kurangnya 3,5% dari jumlah suara sah secara nasional utk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD

Pasal 208

Page 20: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

Metode penetapan perolehan kursi parpol dipilih metode kuota murni dengan ketentuan: a. apabila jml suara sah suatu Parpol

Peserta Pemilu ≥ dari BPP, mk dlm penghitungan tahap I diperoleh sejmlh kursi dg kemungkinan tdp sisa suara yg akan dihitung dlm penghitungan tahap II;

b. apabila jml suara sah suatu Parpol Peserta Pemilu ≤ dari BPP, maka dlm penghitungan tahap I tdk diperoleh kursi, & jml suara sah tsb dikategorikan sbg sisa suara yang akan dihitung dlm penghitungan tahap II, dlm hal msh tdp sisa kursi di dapil ybs;

c. penghitungan perolehan kursi tahap II dlkkn apbl msh tdp sisa kursi yg blm terbagi dlm penghitungan tahap I, dg cara membagikan jmlh sisa kursi yg blm terbagi kpd Parpol Peserta Pemilu satu demi satu berturut-turut smp habis, dimulai dari Parpol Peserta Pemilu yang mempunyai sisa suara terbanyak.

Pasal 212.

Page 21: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

12. Partisipasi Masyarakat

Ketentuan baru: “Pengumuman prakiraan hasil penghitungan cepat pemilu hanya boleh dilakukan paling cepat 2 jam stlh selesai pemungutan suara di wilayah Ind.bag. barat. Pelanggaran thd ketentuan tsb mrpk tindak pidana pemilu.

Pasal 247 ayat (5)

13. Penanganan Laporan Pelanggaran Pemilu

Batas wkt pelaporan pelanggaran pemilu diperpanjang mjd paling lama 7 hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran Pemilu.

(Pasal 249 ayat (4)).

Dlm hal pengawas pemilu memerlukan keterangan tambahan dari pelapor, tindak lanjut penanganan lap. pelanggaran pemilu dlkkn plg lama 5 hari stlh lap diterima.

(Pasal 249 ayat (6)).

Terkait dg mslh hk pemilu, diatur mengenai sengketa tata usaha negara pemilu.

(Pasal 268-270)

Terkait dg perselisihan hasil pemilu, Ketentuan baru: Apbl pengajuan permohonan krg lgkp, utk memperbaiki & melengkapi diberi wkt paling lama 3 x 24 jam sejak diterimanya permohonan oleh MK. Pasal 272 ayat (3).

Pasal 272 ayat (3).

Page 22: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

Diatur ttg pembentukan Sentra Gakkumdu.

Pasal 267

14. Majelis Khusus Tindak Pidana Pemilu.

Sama seperti UU Pemilu sebelumnya.

Pasal 266.

15. Ketentuan Pidana

UU No. 8 Tahun 2012 mengkategorisasi antara tindak pidana yang berupa pelanggaran dengan tindak pidana yang berupa kejahatan, beserta segala sifat yang menyertainya.

Pelanggaran: 273-291.

Kejahatan: 292-321.

Perubahan pengaturan: penghapusan ketentuan pidana minimum.

Page 23: Undang-Undang Pemilu 2012

B. Catatan atas Pengaturan UU No. 8 Tahun 2012

1. Beberapa langkah maju:a. Wkt penyelenggaraan lbh panjang: 22 bln sblm hari pemungutan

suara.b. Kwjbn menyerahkan nomor rekening dana kampanye pemilu atas

nama parpol.c. Pengaturan yang lebih rinci dan jelas mengenai pemutakhiran daftar

pemilih.d. Penguatan jaminan hak pilih, KPU Provinsi wajib melakukan

pendaftaran thd WN yg punya hak pilih tetapi tdk memiliki identitas. e. Perbaikan akses pemilu bagi penyandang disabilitas utk mjd balon

anggota DPR, DPD, dan DPRD. (“surat ket.berbadan sehat jasmani & rohani” “surat ket.sehat jasmani dan rohani”).

f. Pengaturan rekapitulasi penghitungan suara Pemilu 2014 diharapkan lebih tertata dan mudah, (hasil penghitungan suara di TPS, sblm direkap di tk. Kec.terlebih dahulu dikirim ke tingkat desa/kelurahan untuk dilakukan rekapitulasi oleh PPS).

g. Pengaturan dan kategorisasi masalah hukum dan sengketa pemilu lebih jelas, rinci, sistematis, dan terstruktur.

h. Kehadiran Majelis Khusus yang terdiri dari hakim khusus untuk menangani perkara tindak pidana pemilu dan sengketa tata usaha pemilu di pengadilan negeri maupun pengadilan tinggi tata usaha negara.

Page 24: Undang-Undang Pemilu 2012

2. Beberapa Persoalan:a. Ketentuan lolosnya parpol scr otomatis mjd peserta pemilu

2014 apbl melewati ambang batas parlemen dlm pemilu 2009, & pemberlakuan ambang batas 3,5% scr. nas. utk dpt diikutkan dlm penentuan perolehan kursi rawan gugatan. Hal ini telah digugat ke MK dan telah diputuskan.

b. Penggunaan sistem proporsional terbuka diikuti peningkatan jml batasan sumbangan dana kampanye dari nonperseorangan (kelompok/badan usaha), ttp tdk. dimbangi dengan pengaturan pembatasan belanja kampanye akan menimbulkan ketimpangan/ketidakadilan di kalangan parpol peserta pemilu & calon.

c. Transparansi proses rekapitulasi penghitungan suara pemilu (TPS – PPS – PPK – KPU Kabupaten/Kota – KPU Provinsi – KPU).

d. Ketentuan yang menyebutkan bhw “Laporan pelanggaran Pemilu disampaikan paling lama 7 hari sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran pemilu”, sangat rentan untuk disimpangi & dimanipulasi.

e. Dsb….

Page 25: Undang-Undang Pemilu 2012

IV. Penyelenggara Pemilu Penyelenggara pemilu menjadi salah satu faktor

penentu keberhasilan dan kualitas pemilu (luber dan jurdil).

Masalah pemilu dapat bersumber dari faktor penyelenggara pemilu, yang meliputi:a. Aspek kelembagaan penyelenggara pemilu: (tidak

independen, tidak ada check and balances dengan pengawas pemilu, terlalu superbody, dsb).

b. Aspek personal: (tidak/kurang profesional dan berintegritas). Muncul berbagai masalah spt: Kacaunya regulasi

dan kebijakan, kacaunya manajemen penyelenggaraan, ketidakkonsistenan keputusan, pemihakan (conflict of interest), korupsi, suap, risk avoiding, dsb.

Page 26: Undang-Undang Pemilu 2012

Diperlukan penyelenggara pemilu yang secara kelembagaan independen, dengan personil yang memiliki profesionalisme, integritas, dan akuntabilitas yang tinggi.

Sifat organisasi Penyelenggara Pemilu: Sebelum reformasi sebagai lembaga teknis yang

bersifat ad hoc. Setelah reformasi Pasal 22E ayat (5) UUD 1945:

“Pemilu diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri”.

Pengaturan Penyelenggara Pemilu di Era Reformasi: Sebelum tahun 2007 diatur dalam UU Pemilu, yaitu

UU No. 3 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU no. 12 Tahun 2003.

Setelah tahun 2007 diatur dalam UU tentang Penyelenggara Pemilu tersendiri, yaitu UU No. 22 Tahun 2007 yang kemudian diganti dengan UU No. 15 tahun 2011.

Page 27: Undang-Undang Pemilu 2012

Pokok-pokok Pengaturan UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu

A. Fungsi penyelenggaraan pemilu dilaksanakan oleh:1. Komisi Pemilihan Umum (KPU):

Lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan pemilu.

2. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu): Lembaga penyelenggara pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP): lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu.

Page 28: Undang-Undang Pemilu 2012

B. Hierarkhi Penyelenggara Pemilu

Penyelenggara Pemilu

KPUSifat: tetap

Kedudukan: Pusat

KPU Kab/KotaSifat: tetapKedudukan:

Kab/kota

KPU ProvinsiSifat: tetapKedudukan:

Provinsi

Panwaslu Kab/KotaSifat: Ad HocKedudukan:

Kab/kota

Bawaslu ProvinsiSifat: tetapKedudukan:

Provinsi

BawasluSifat: tetap

Kedudukan: Pusat

Lembaga pelaksana pemilu

Lembaga pengawas pemilu

Lembaga penanganan

pelanggaran pemilu

DKPPSifat: tetap

Kedudukan: Pusat

Page 29: Undang-Undang Pemilu 2012

1. Komisi Pemilihan Umum (KPU)No

. Hal Pengaturan Keterangan

1. Keanggotaan Jumlah anggota:a. KPU = 7 orang;b. KPU Provinsi = 5 orang; danc. KPU Kabupaten/Kota = 5 orang.

Kolektif kolegial keterwakilan perempuan min.

30%. Masa keanggotaan 5 th.

Pasal 6

2. Tugas, wewenang, & kwjbn

dirinci menurut hierarkhi (KPU, KPU Prov, KPU Kab/Kota) dan jenis pemilu (Legislatif, Pres/Wapres/Kada/WaKada)

Pasal 8-10

3. Persyaratan mjd anggota

Terkait dgn tdk mjd anggota parpol, tdk lagi ada batasan min. 5 th spt UU sblmnya.

Pasal 11 huruf i

Tambahan syarat: tdk berada dlm satu ikatan perkawinan dg sesama Penyelenggara Pemilu.

Pasal 11 huruf m

4. Seleksi anggota

Jml anggota Timsel KPU ditambah mjd plg banyak 11 org.

Pasal 12 ayat (1)

Page 30: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

Usia anggota Timsel KPU ditingkatkan mjd min 40 th.

Pasal 12 ayat (5)

Jml calon anggota KPU yg diserahkan Pres kpd DPR diturunkan mjd 14 nama.

Pasal 14 ayat (1)

Lama wkt proses pemilihan & penetapan anggota diubah: KPU= 30 hr, KPU Prov= tetap (60 hr); KPU Kab/Kota= 60 hr.

Pasal 15 ayat (1) Pasal 24 ayat (5)

5. Pemberhentian

Alasan pemberhentian lebih dirinci mjd krn: (a) meninggal dunia; (b)mengundurkan diri dg alasan yg dpt diterima; (c) berhalangan tetap lainnya; atau (d)diberhentikan dg tdk hormat.

Pasal 27 ayat (1)

6. PPS Penambahan tugas PPS: mlkk, mengumumkan, menyerahkan rekap hasil suara kpd PPK.

Pasal 45 huruf l,m,n.

Page 31: Undang-Undang Pemilu 2012

2. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

No.

Hal Pengaturan Keterangan

1. Sifat organisasi

Perubahan pengawas pemilu Prov menjadi bersifat tetap dg nama Bawaslu Provinsi.

Pasal 69 ayat (2)

2. Keanggotaan

Dibedakan syarat usia: Bawaslu= 35 th, Bawaslu Prov/Panwas Kab/Kota= 30 th, Panwaslu Kec/Lap= 20 th.

pasal 85 huruf b.

Penambahan syarat: tdk berada dlm satu ikatan perkawinan dg sesama Penyelenggara Pemilu.

Pasal 85 huruf m.

Perubahan jml anggota Panwaslu Lapangan: di setiap desa/kelurahan paling sedikit 1 (satu) orang & paling banyak 5 (lima)

Pasal 72 ayat (3)

3. Tugas,kewenangan Bawaslu

Penambahan tugas mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu.

Pasal 73 ayat (3) huruf a.

Kewenangan Bawaslu dirinci: (a) menerima, mengkaji, & merekomendasikan lap pelnggrn pemilu, (b) menylskan sngkt Pemilu; (c) membntk, mengangkat, memberhentikan Bawaslu Prov; (d)melaks wew lain.

Pasal 73 ayat (4)

Page 32: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

4. Pengangkatan dan pemberhentian

Perubahan ketentuan Timsel: Timsel KPU mjd timsel Bawaslu.

Pasal 86

Pengajuan calon anggota Bawaslu kpd DPR dilakukan oleh Pres. Sejmlh 10 nama.

Pasal 88 ayat (1)

Proses pemilihan anggota Bawaslu di DPR diperpanjang mjd 30 hr.

Pasal 89 ayat (1)

Perubahan: seleksi anggota Bawaslu Prov melalui Timsel. Sedangkan anggota pengawas pemilu Kab/Kota ke bawah diseleksi dan ditetapkan oleh pengawwas pemilu di atasnya.

Pasal 92Pasal 96

Alasan pemberhentian anggota pengawas pemilu lebih detail: meninggal dunia, mengundurkan diri dg alasan yg dpt diterima, berhalangan tetap lainnya; atau diberhen-tikan dg tdk hormat.

Pasal 99 ayat (1)

Pemberhentian melalui DKPP Pasal 100

Page 33: Undang-Undang Pemilu 2012

No.

Hal Pengaturan Keterangan

5. Kode tetik dan DKPP

Kode etik ditetapkan oleh DKPP Pasal 110

DKPP bersifat tetap. Pasal 109 ayat (1)

Keanggotaan DKPP terdiri dari:a.1 orang unsur KPU; b.1 orang unsur Bawaslu; c.1 orang utusan masing2 parpol yg

ada di DPR; d.1 orang utusan Pemerintah; e.4 orang tokoh masy. dlm hal jml

utusan parpol yg ada di DPR berjml ganjil atau 5 orang tokoh masy. dlm hal jml utusan parpol yg ada di DPR berjumlah genap.

Pasal 109 ayat (4)

Page 34: Undang-Undang Pemilu 2012

TERIMA KASIH

Page 35: Undang-Undang Pemilu 2012

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Dr. Rakhmat Bowo Suharto, S.H.M.H.,Tempat/tgl Lahir : Kebumen, 27 April 1966,Alamat : Jl. Pucang Adi II/70 Perumahan Pucang

Gading, Semarang.Pekerjaan : Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang,Status : Kawin.Alamat email : [email protected]

Pendidikan : Sarjana Hukum (UGM) : Yogyakarta, 1990 Magister Ilmu Hukum (UNAIR) : Surabaya, 1999 Sandwich Program di University of Wollongong, New South

Wales, Australia. 2009. Program Doktor Ilmu Hukum di UNDIP: Semarang 2011.

Page 36: Undang-Undang Pemilu 2012

Riwayat Pekerjaan: Dosen F.H. UNISSULA, S1 (1991 s/d Sekarang) dan S2 Ilmu Hukum

(2001 s/d sekarang) dalam mata kuliah Hukum Administrasi dan Hukum Lingkungan;

Ka. Bag. HTN/HAN Fakultas Hukum UNISSULA (2000-2004); Ka. Bag. Hukum Administrasi Negara F.H. UNISSULA (2004 – 2005); Sek. Bid. Akademik Prog. Magister (S2) Ilmu Hukum UNISSULA (2001-

2005) Ketua Pusat Studi Hukum dan Konstitusi FH UNISSULA (2006- 2009) Dekan Fakultas Hukum UNISSULA (2005 – 2009) Anggota Pokja Hukum pada Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia

(2011-sekarang). Pengalaman Organisasi:

Sekretaris Umum Asosiasi Dosen HTN/HAN Jawa Tengah (2001 – 2007); Anggota Bidang Hukum dan Politik pada Forum Partisipasi Perguruan

Tinggi (FP2T) Kota Semarang (2005 – 2008); Sekjen. Pusat Kajian Hukum dan Kebijakan Transformatif (PKHKT)

Jateng (2003-sekarang); Anggota Dewan Etik Perkumpulan PATTIRO (2006-sekarang); Penasihat Central Java Police WATCH, Jawa Tengah (2007- sekarang); Anggota Majelis Pengawas Notaris Daerah Kabupaten Kendal (2005-

2008) Pengurus Asosiasi Pengajar HTN/HAN Jateng (2007 – sekarang) Anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Propinsi Jateng (2008 –

sekarang) Anggota Ikatan Ahli Perubahan Iklim Jawa Tengah (2011 – sekarang). Anggota Ikatan Pengkaji Lingkungan Indonesia (Inkalindo) Jawa Tengah

(2011-sekarang).