umkm & koperasi

51
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi mempunyai peran yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil dan koperasi tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UMKM. Namun, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya karena pada kenyataannya kemajuan UMKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UMKM oleh pemerintah selama Orde Baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir di semua sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri. Dengan adanya kebijakan dan dukungan yang lebih besar seperti perijinan, teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, UMKM dan begitu halnya dengan Koperasi, diharapkan dapat berkembang pesat. Perkembangan UMKM Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Upload: dwita

Post on 07-Aug-2015

302 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

UMKM dan koperasi dalam perekonomian Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: UMKM & Koperasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi mempunyai peran yang

cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional, oleh karena selain berperan dalam

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian

hasil-hasil pembangunan. Sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan

hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha

kecil dan koperasi tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan

tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian

dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UMKM. Namun, usaha pengembangan

yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya karena pada kenyataannya

kemajuan UMKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha

besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UMKM oleh pemerintah selama Orde Baru, sedikit saja

yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja sehingga hasilnya sangat

tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir di semua sektor,

antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri. 

Dengan adanya kebijakan dan dukungan yang lebih besar seperti perijinan, teknologi,

struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, UMKM dan begitu halnya dengan Koperasi,

diharapkan dapat berkembang pesat. Perkembangan UMKM diharapkan dapat bersaing sehat

dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini. Selain itu, UMKM dan

Koperasi diharapkan untuk dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka

kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan sehingga terciptanya

kekompetitifan dan stabilitas perekonomian Indonesia yang baik. 

Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah

maupun masyarakat agar dapat berkembang luas dan lebih kompetitif bersama pelaku

ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi

tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam

memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling

menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan membantu

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 2: UMKM & Koperasi

2

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan berat, karena semakin

terbukanya pasar di dalam negeri, maupun ancaman bagi UMKM dengan semakin banyaknya

barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak dari globalisasi. Oleh karena itu

perlunya pembinaan dan pengembangan UMKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan

sangat tepat untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UMKM diharapkan

dapat tercapai di masa yang akan datang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya, membuka peluang kesempatan

kerja bagi masyarakat yang menganggur dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan. 

1.2 . Perumusan Masalah

Adapun pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana peranan sektor UMKM dan Koperasi terhadap perekonomian Nasional ?

2. Apa yang menjadi sasaran dan arah kebijakan dari pemberdayaan sektor UMKM dan

Koperasi Indonesia ?

3. Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dalam memberdayakan UMKM dan Koperasi

untuk kelangsungan dimasa depan?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sasaran dan arah kebijakan

sektor UMKM dan Koperasi, seberapa besar peranan sektor tersebut terhadap perekonomian

nasional serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam memberdayakan sektor tersebut.

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I merupakan Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan

Masalah, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan

Bab II merupakan Tinjauan Pustaka

Bab III merupakan Metode Penulisan

Bab IV merupakan Hasil dan Pembahasan

Bab V merupakan Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 3: UMKM & Koperasi

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdirisendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang ini.

d. Kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan omzet

Jenis usaha Asset omzet

Usaha mikro

Usaha kecil

Usaha menengah

Max 50jt

Besar dari 50jt-500jt

Besar dari 500jt-10M

Maks 300juta

Besar dari 300juta-3M

Besar dari 2,5M-50M

Berdasarkan uu.no 20 tahun 2008 di atas jelas menunjukan perbedaan yang cukup

besar baik dari segi asset ataupun omzet antara usaha mikro dengan kecil dan usaha kecil

dengan menengah. Namun yang jelas secara keseluruhan UMKM berperan dalam

pembangunan perekonomian nasional, Hal ini sesuai juga dengan uu.no 20 tahun 2008 bab II

pasal yang berbunyi :

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 4: UMKM & Koperasi

4

“ usaha mikro kecil dan menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan

usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi

ekonomi yang berkeadilan “1

Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja yang menjadi tolak ukur

yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar

sebagai berikut :

2.2 Koperasi

Sesuai Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, disebutkan

bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk

mensejahterakan anggotanya. Adapun prinsip-prinsip koperasi adalah sebagai berikut :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa

usaha masing-masing anggota;

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

5. Kemandirian.

Yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu :

1. Perorangan ,yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi

2. Badan Hukum Koperasi ,yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi yang

memiliki lingkup lebih luas

Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, dimana

setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang di ambil koperasi.

Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU)biasanya di

hitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalanya dengan melakukan

pembagian deviden berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang di lakukan oleh

anggotanya. 

1 Uu.RI 20 th2008

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 5: UMKM & Koperasi

5

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran

koperasi sebagai berikut:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan sosialnya;

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia

dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunyaBerusaha untuk

mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha

bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi

4. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar .

BAB III

METODE PENULISAN

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 6: UMKM & Koperasi

6

3.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang dijadikan objek penulisan dalam pembahasan makalah ini adalah

Indonesia secara Nasional.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh

melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari buku-buku literature dan bacaan-

bacaan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Adapun dokumentasi data yang

digunakan adalah data yang diambil dan diolah dari situs Badan Pusat Statistik (BPS)

(www.bps.go.id) dan Kementrrian Koperasi dan UMKM (www.depkop.go.id).

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 7: UMKM & Koperasi

7

Perekonomian nasional, jika diukur dengan PDB, telah pulih dari krisis ekonomi pada

tahun 2003. Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam PDB mengalami kenaikan

dibanding sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya usaha menengah dan besar,

terutama pada puncak  krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian tergeser

kembali oleh usaha besar.  Usaha kecil telah pulih dari krisis pada tahun 2001, dan usaha

besar baru pulih dari krisis pada tahun 2003, sedang untuk usaha menengah diperkirakan 

pulih pada tahun 2004. Krisis ekonomi mengakibatkan Indonesia tertinggal tujuh tahun

dibandingkan negara lain dalam membangun daya saing perekonomian nasionalnya.

Ada beberapa alasan mengapa UMKM dapat bertahan ditengah krisis moneter tahun

1997 dan tahun 2003, yaitu :

1. Sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan

elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan

rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang

dihasilkan.

2. Sebagian besar UMKM tidak mendapat modal dari bank. Di Indonesia, UMKM

mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat

rendah.

4.1 Peranan UMKM Terhadap Perekonomian Nasional

Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)  dalam perekonomian Indonesia

paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan

ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting

dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta

pasar baru dan sumber  inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran

melalui kegiatan ekspor.   Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum semuanya berhasil

dipertahankan, sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

Perekonomian nasional, jika diukur dengan PDB, telah pulih dari krisis ekonomi pada

tahun 2003. Secara umum peran usaha mikro dan kecil dalam PDB mengalami kenaikan

dibanding sebelum krisis, bersamaan dengan merosotnya usaha menengah dan besar,

terutama pada puncak  krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999, namun kemudian tergeser

kembali oleh usaha besar.   Dan setelah tahun 2006, baik usaha mikro, kecil, dan menengah

mulai dapat berjalan dengan pulih sebagimana biasanya dan menyumbangkan kenaikan dari

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 8: UMKM & Koperasi

8

tahun ke tahunnya. Berikut ini disajikan beberapa tolok ukur peran UMKM dalam

perekonomian nasional.

Tabel 4.1Perbandingan Komposisi PDB Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2006 dan 2010

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) 

No Skala Usaha 2006 2010Pertumbuh

an

1 Usaha Mikro 588.505,9 (33,24)

719.070,2 (32,42 )

21,68%

2 Usaha Kecil 189.666,7 (10,71 )

239.111,4 (10,78)

26,07%

3 Usaha Menengah 257.442,6 (14,54 )

324.390,2 (14,63 )

26,00%

Jumlah PDB 1.035.615,3  (58,49 )

1.282.571,8  (57,83 )

23,85%

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM (data diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, pergerakan unit usaha mikro dari tahun 2006-

2010 menyumbangkan keadaan positif dari perekonomian nasional yang dilihat dari PDB nya

mengalami pertumbuhan sebesar 21,68 %. Hal berikutnya juga untuk unit usaha kecil pada

tahun penelitian 2006-2010, menyumbangkan keadaan positif dari perekonomian nasional

yang dilihat dari PDB yang mengalami pertumbuhan sebesar 21,68 %. Serta halnya pada

usaha menengah, pada skala usaha ini perekonomian nasional dapat menyumbang

pertumbuhan PDB sebesar 26,00 %. Sehingga pada tahun 2006-2010, yang menjadi

penyumbang PDB terbesar berada pada skala menengah dari total keseluruhan pertumbahan

PDB dari ketiga skala usaha tersebut (Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)) sebesar

23,85 %.

Tabel 4.2

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 9: UMKM & Koperasi

9

Perkembangan Jumlah Unit Usaha Tahun 2006 – 2010

NoUnit Usaha

Tahun Perkembangan

2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %

1 Mikro 48.512.438 49.608.953 50.847.771 52.176.795 53.207.500 4.695.062 9,68

2 Kecil 472.602 498.565 522.124 546.675 573.601 100.999 21,37

3 Menengah 36.763 38.282 39.717 41.133 42.631 5.868 15,96

Jumlah Unit Usaha 49.021.803 50.145.800 51.409.612 52.764.603 53.823.732 4.801.929 9,80

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM

Melihat tabel di atas, bahwa perkembangan jumlah unit usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM) sebesar 9,80 %. Dengan jumlah penyumbang yang lebih banyak, berada

pada unit usaha skala kecil dengan persentase 21, 37 %. Ini menandakan bahwa pada tahun

penelitian dari 2006-2010 skala jenis usaha yang memberikan kontribusi terbesar datang dari

unit usaha kecil, walaupun unit usaha lainnya juga masih memberikan kontribusi yang baik.

Tabel 4.3Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha

Pada Tahun 2006-2010 (Orang) 

NoUnit Usaha

Tahun Perkembangan

2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %

1 Mikro 82.071.144 84.452.002 87.810.366 90.012.694 93.014.759 10.943.616 13,33

2 Kecil 3.139.711 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 487.453 15,53

3 Menengah 2.698.743 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 61.109 2,26

Jumlah Tenaga Kerja 87.909.598 90.491.930 94.024.278 96.211.332 99.401.775 11.492.178 13,07

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM

Usaha mikro, kecil, dan menengah memberikan lapangan kerja bagi 97,30 % tenaga

kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi tumpuan utama penyerapan tenaga kerja pada

masa mendatang. Selama periode 2006-2010, usaha mikro telah mampu memberikan

lapangan kerja baru bagi 10.943.615 orang dan usaha kecil mampu memberikan lapangan

kerja baru sebanyak 487.453 orang. Serta usaha menengah mampu memberikan lapangan

kerja baru sebanyak 61.109 orang.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 10: UMKM & Koperasi

10

Tabel 4.4Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Skala Usaha

Pada Tahun 2006 -2010 (Milyar Rupiah) 

NoUnit Usaha

Tahun Perkembangan

2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %

1 Mikro 11.691,0 12.917,5 16.464,8 14.375,3 16.687,5 4.996,4 13,33

2 Kecil 27.636,8 31.619,5 40.062,5 36.839,7 38.001,0 10.364,2 42,74

3 Menengah 84.440,1 95.826,8 121.481,0 111.039,6 121.206,4 36.766,4 43,54

Jumlah Nilai Ekspor 123.767,9 140.363,8 178.008,28 162.254,5 175.894,9 52.127,0 42,12

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM

Kontribusi UMKM pada ekspor non migas terus mengalami peningkatan secara

perlahan, dari sektor usaha mikro Rp 11. 691 milyar pada tahun 2006 menjadi Rp 16.687,5

milyar pada tahun 2010, dan sektor usaha kecil Rp. 27.636,8 milyar pada tahun 2006 menjadi

Rp 38.001,0 pada tahun 2010. Serta untuk usaha menengah Rp 84.440,1 milyar pada tahun

2006 menjadi Rp. 121.206,4 milyar pada tahu 2010.

Tabel 4.5Perkembangan Nilai Investasi Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2006-2010

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) 

NoUnit Usaha

Tahun Perkembangan

2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah %

1 Mikro 30.148,8 32.486,0 36.890,8 37.144,9 42.240,1 12.091,3 40,11

2 Kecil 72.734,4 80.022,8 83.696,9 85.714,9 93.856,6

21.122,2 29,04

3 Menengah 78.816,0 86.581,1 97.533,7 101.149,0 111.042,8 32.226,8 40,89

Jumlah Nilai Investasi 181.699,3 199.090,0 218.121,4 224.008,7 247.139,5 65.440,2 36,02

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM

Dari tabel di atas, nampak bahwa nilai investasi yang terbesar berada pada skala usaha

menengah sebesar 40,89 %, yang berarti pada unit usaha skala menengah ini, memberikan

nilai investasi yang lebih besar dibandingkan dengan usaha mikro dan kecil dimana

besarannya sejumlah Rp. 32.226,8 milyar.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 11: UMKM & Koperasi

11

Tetapi, apabila diperhatikan lebih lanjut bahwa struktur perekonomian Indonesia

masih didominasi oleh Jawa, Bali, dan Sumatera, khususnya DKI Jakarta.  Hal ini

diindikasikan oleh jumlah uang beredar, alokasi kredit, pajak,  dan alokasi sumberdaya

produktif lainnya.  Struktur perekonomian nasional masih mengandung berbagai

ketimpangan, dengan pertumbuhan yang masih berpusat di Jakarta dan sekitarnya.   Untuk

itu, perlu ada komitmen bersama untuk menumbuhkan  pusat-pusat aktivitas ekonomi di

daerah melalui reformasi pembangunan ekonomi yang mampu mengembangkan sumberdaya

lokal dan menggerakkan ekonomi rakyat yang lebih produktif dan berdaya saing.

Perekonomian Indonesia dalam masa pemulihan ekonomi terus tumbuh, namun

mengkhawatirkan, karena pertumbuhannya lebih ditarik oleh sektor konsumsi dan bukan

sektor produksi. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta rendahnya pertumbuhan

usaha baru di Indonesia perlu memperoleh perhatian yang serius pada masa mendatang,

dalam rangka mengembangkan UMKM menuju usaha yang berdaya saing tinggi.

Mempertimbangkan UMKM yang umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal

dan tidak bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor karena antara lain

keunikannya, maka pembangunan UMKM diyakini akan memperkuat perekonomian

nasional.  Perekonomian Indonesia akan memiliki fondasi yang kuat, jika UMKM telah

menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional. 

Untuk itu, pembangunan  usaha mikro, kecil, dan menengah perlu menjadi prioritas utama

pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 12: UMKM & Koperasi

12

Tabel 4.6

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 13: UMKM & Koperasi

13

* Data diambil dari Kementrian Koperasi dan UMKM (www.depkop.go.id)

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 14: UMKM & Koperasi

14

Pada Tahun 2006, pangsa pasar terbesar masih ditempati oleh unit usaha mikro

dengan pangsa pasar sebesar 98,95% dengan jumlah 48.512.438 unit dan sisanya sebesar 0,96

% untuk usaha kecil; 0,07 % untuk usaha menengah; dan selebihnya untuk jenis usaha besar.

Pada tahun 2007 masih didominasi oleh unit usaha mikro dengan persentase 98,92 %

dengan jumlah 49.608.953 unit dan sisanya sebesar 0,99 % untuk usaha kecil; 0,08 % untuk

usaha menengah; dan selebihnya untuk usaha besar

Pada tahun 2008 masih juga didominasi oleh unit usaha mikro dengan persentase

98,90 persen ; usaha kecil sebesar 1,02 persen ; usaha menengah sebesar 0,08 persen dan

sisanya 0,08 untuk usaha besar.

Pada tahun 2009 unit usaha yang ada, tetap didominasi oleh unit usaha mikro dengan

persentase 98,88 % ; usaha kecil sebesar 1,04 %; usaha menegah sebesar 0,08 %, dan sisanya

0,01 ditempati oleh unit usaha besar

Pada Tahun 2010 tetap sama bahwa unit usaha mikro tetap diurutan pertama dengan

persentase 98,85 %; unit usaha kecil sebesar 1,07; dan unit usaha menengah sebesar 0,08

serta sisanya ditempati oleh usaha besar.

4.2 Peranan Koperasi Terhadap Perekonomian Nasional

Untuk sektor koperasi juga mengambil peranan terhadap perekonomian nasional dari

data yang diperoleh bahwa pada tahun 2006, jumlah koperasi sebanyak 2.243 koperasi,

sementara jumlah anggotanya sebanyak 533.678 orang.

Pada tahun 2007, jumlah koperasi di Indonesia mencapai 148.913 unit. Angka ini

meningkat 5,98 persen dibandingkan tahun 2006. Sedangkan jumlah anggota koperasi di

Indonesia pada tahun 2007 mencapai lebih kurang 29.031.802 orang. Dari segi usaha,

secara umum Koperasi di Indonesia mampu meningkatkan modal usaha sebesar 17,7

persen dari Rp 46.09 triliun. Sisa Hasil Usaha (SHU) pun mengalami peningkatan

signifikan hingga mencapai 38.46 persen, dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3,6 triliun.

Pada tahun 2008 yang aktif sebanyak 108.930 unit dari total koperasi sebanyak

154.964 unit dengan volume usaha sebesar 68.446.249,39 (Rp. Juta).

Pada tahun 2009, koperasi yang aktif ada sebanyak 120.473 unit dari total koperasi

sebanyak 170.411; dengan volume usaha sebesar 82.098.587,19 (Rp. Juta). Pada Tahun

berikutnya, 2010 koperasi yang aktif ada sebanyak 124. 855 unit dari total koperasi sebanyak

177,482; dengan volume usaha sebesar 76,822,082.40 (Rp. Juta).

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 15: UMKM & Koperasi

15

Dan pada tahun terakhir, tahun 2011 dari tabel dapat dilihat bahwa data koperasi yang

aktif ada sebanyak 133,666 dari total koperasi sebanyak 188,181; dengan volume usaha

sebesar 95,062,402.21 (Rp. Juta).

Tabel 4.7Perkembangan Jumlah dan Persentase Koperasi Yang Aktif (Unit) dan

Volume Koperasi (Juta Rupiah) dari Tahun 2008 -2011

PenjelasanTahun Perkembangan

2008 2009 2010 2011 Jumlah %

Jumlah

Koperasi

Yang Aktif

108.930 120.473 124,855 133,666 24.736 22,71

Volume

Usaha68.446.249,39 82.098.587,19 76,822,082.40 95,062,402.21 26.616.152,82 38,89

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM (data diolah)

Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 22,71 % jumlah koperasi yang aktif yang

mendukung kegiatan perekonomian nasional dengan menyumbangkan nilai volume usaha

dari kegiatan koperasi tersebut sebesar Rp 26.616.152,82 atau dengan kata lain sebesar

38,89%.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 16: UMKM & Koperasi

16Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 17: UMKM & Koperasi

17Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 18: UMKM & Koperasi

18Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 19: UMKM & Koperasi

19Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 20: UMKM & Koperasi

20

Tabel 4.12

Tabel 4.13

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 21: UMKM & Koperasi

21

4.3 Sasaran Kebijakan Pemberdayaan UMKM dan Koperasi    

UMKM dan koperasi menempati posisi strategis untuk mempercepat perubahan

struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.  Sebagai wadah kegiatan

usaha bersama bagi produsen maupun konsumen, koperasi diharapkan berperan dalam

meningkatkan posisi tawar dan efisiensi ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki

kondisi persaingan usaha di pasar, melalui dampak eksternalitas positif yang

ditimbulkannya.  Sementara itu, UMKM berperan dalam memperluas penyediaan

lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,

dan memeratakan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya

daya saing dan daya tahan ekonomi nasional. Dengan perspektif peran seperti ltu, sasaran

umum pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tahun 2004-2009 adaIah:

4.4 Meningkatnya produktivitas UMKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari

Iaju pertumbuhan produktivitas nasional;

4.5 Meningkatnya proporsi usaha kecil formal;

4.6 Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah dengan Iaju

pertumbuhan Iebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya;

4.7 Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu

pengetahuan dan teknologi; dan

4.8 Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri

koperasi.

4.4 Arah Kebijakan Pemberdayaan UMKM Dan Koperasi

Dalam rangka mewujudkan sasaran di atas, pemberdayaan koperasi dan UMKM

akan dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut:

1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan

lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha

skala mikro Iebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan

pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata

kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan gender,

terutama untuk:

memperluas akses kepada sumber permodalan, khususnya perbankan;

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 22: UMKM & Koperasi

22

memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perizinan;

memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang

menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan

usaha, teknologi, manajemen, pemasaran, dan informasi.

3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha

baru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor, dan

penciptaan lapangan kerja, terutama dengan :

 meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan

adopsi penerapan tekonologi;

mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis

dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,

termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi

sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh

efisiensi kolektif;

 mengembangkan UMKM untuk makin berperan dalam proses

industrialisasi, perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan

teknologi, dan peningkatan kualitas SDM;

mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan

regional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha

unggulan di setiap daerah.

4. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan

jasa pada pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor,

khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.

5. Membangun koperasi  yang  diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya 

untuk :

(i) membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi

koperasi di tingkat makro, meso, maupun mikro, guna menciptakan

iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi, serta

kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi dan/atau

anggotanya dari praktik-praktik persaingan usaha yang tidak sehat;

(ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian, dan dukungan pemangku

kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan

(iii) meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 23: UMKM & Koperasi

23

4.5 Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pengembangan Dan Pemberdayaan

UMKM Dan Koperasi

1. Rendahnya Produktivitas

Perkembangan kinerja UMKM yang meningkat dari segi kuantitas belum

diimbangi dengan peningkatan kualitas UMKM yang memadai, khususnya skala

usaha mikro. Masalah yang masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas,

sehingga menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antara pelaku usaha kecil,

menengah, dan besar. Demikian pula dengan perkembangan produktivitas per tenaga

kerja usaha mikro dan kecil yang belum menunjukkan perkembangan yang berarti.

Kinerja seperti ini berkaitan dengan : (a) rendahnya kualitas sumberdaya manusia

UMKM, khususnya dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan

pemasaran; dan (b) rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Peningkatan

produktivitas UMKM sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antarpelaku,

antargolongan pendapatan, dan antardaerah, termasuk penanggulangan kemiskinan,

sekaligus mendorong peningkatan daya saing nasional.

2. Terbatasnya Akses UMKM Kepada Sumberdaya Produktif

UMKM memiliki akses yang terbatas kepada sumberdaya produktif, terutama 

permodalan, teknologi, informasi, dan pasar. Dalam hal pendanaan, produk jasa

lembaga keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk

kredit investasi sangat terbatas. Bagi UMKM keadaan ini sulit untuk meningkatkan

kapasitas usaha ataupun mengembangkan produk-produk yang bersaing.  Perbankan

menerapkan persyaratan pinjaman yang tidak mudah dipenuhi, seperti jumlah

jaminan meskipun usahanya layak.  Di samping itu, perbankan yang merupakan

sumber pendanaan terbesar, masih memandang UMKM sebagai kegiatan yang

berisiko tinggi.  Pada tahun 2003, untuk skala jumlah pinjaman dari perbankan

sampai dengan Rp 50 juta, terserap hanya sekitar 24 persen ke sektor produktif,

selebihnya terserap ke sektor konsumtif.  Bersamaan dengan itu, penguasaan

teknologi, manajemen, informasi, dan pasar masih jauh dari memadai serta

memerlukan biaya yang relatif besar untuk dikelola secara mandiri oleh UMKM. 

Sementara itu, ketersediaan lembaga yang menyediakan jasa di bidang tersebut juga

sangat terbatas dan tidak merata ke seluruh daerah. Peran masyarakat dan dunia

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 24: UMKM & Koperasi

24

usaha dalam pelayanan kepada UMKM juga belum berkembang, karena pelayanan

kepada UMKM masih dipandang kurang menguntungkan.

3. Masih Rendahnya Kualitas Kelembagaan Dan Organisasi Koperasi

Sampai dengan akhir tahun 2003, jumlah koperasi mencapai 123 ribu unit,

dengan jumlah anggota sebanyak 27,3 juta orang.  Meskipun jumlahnya cukup besar

dan terus meningkat, kinerja koperasi masih jauh dari yang diharapkan.  Sebagai

contoh, jumlah koperasi yang aktif pada tahun 2003 adalah sebanyak 93,8 ribu unit

atau hanya sekitar 76% dari koperasi yang ada. Di antara koperasi yang aktif tersebut

hanya 44,7 ribu koperasi atau kurang dari 48% yang menyelenggarakan Rapat

Anggota Tahunan (RAT), salah satu perangkat organisasi yang merupakan lembaga

(forum) pengambilan keputusan tertinggi dalam organisasi koperasi. Selain itu,

secara rata-rata baru 27% koperasi aktif yang mempunyai manajer koperasi.

4.  Tertinggalnya Kinerja Koperasi Dan Kurang Baiknya Citra Koperasi

Kurang pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki

struktur kelembagaan (struktur organisasi, struktur kekuasaan, dan struktur insentif)

yang unik/khas dibandingkan badan usaha lainnya, serta kurang memasyarakatnya

informasi tentang praktik-praktik berkoperasi yang baik (best practices) telah

menimbulkan berbagai permasalahan mendasar, yang menjadi kendala bagi

kemajuan perkoperasian di Indonesia, yakni :

a.  Koperasi yang didirikan tanpa didasari dengan adanya kebutuhan/ kepentingan

ekonomi bersama dan prinsip kesukarelaan dari para anggota, sehingga

kehilangan jatidirinya sebagai koperasi sejati yang otonom dan

swadaya/mandiri;

b.      Koperasi yang tidak dikelola secara profesional dengan menggunakan teknologi

dan kaidah ekonomi moderen sebagaimana layaknya sebuah badan usaha;

c.    Masih terdapat kebijakan regulasi yang kurang mendukung kemajuan koperasi;

d.    Koperasi masih sering dijadikan oleh segelintir orang/kelompok, baik di luar

maupun di dalam gerakan koperasi itu sendiri, untuk mewujudkan kepentingan

pribadi atau golongannya, yang tidak sejalan atau bahkan bertentangan dengan

kepentingan anggota koperasi yang bersangkutan dan nilai-nilai luhur serta

prinsip-prinsip koperasi.

Sebagai akibat dari kondisi di atas, maka : (i) kinerja dan kontribusi koperasi dalam

perekonomian relatif tertinggal dibandingkan badan usaha lainnya; dan (ii) citra

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 25: UMKM & Koperasi

25

koperasi di mata masyarakat kurang baik. Lebih lanjut, kondisi tersebut

mengakibatkan terkikisnya kepercayaan, kepedulian, dan dukungan masyarakat

kepada koperasi.

5. Kurang Kondusifnya Iklim Usaha

Koperasi dan UMKM pada umumnya juga masih menghadapi berbagai

masalah yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif, di antaranya adalah:

(a) ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan

besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan, dan timbulnya berbagai

pungutan tidak resmi; (b) proses bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan

(c) lemahnya koordinasi lintas instansi dalan pemberdayaan koperasi dan UMKM. 

Di samping itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya

iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM, temyata belum menunjukkan

kemajuan yang merata. Sejumlah daerah telah mengidentifikasi peraturan-peraturan

yang menghambat, sekaligus berusaha mengurangi dampak negatif yang

ditimbulkan, bahkan telah meningkatkan pelayanan kepada koperasi dan UMKM

dengan mengembangkan pelayanan satu atap. Namun, masih terdapat daerah lain

yang memandang koperasi dan UMKM sebagai sumber pendapatan asli daerah

dengan mengenakan pungutan-pungutan baru yang tidak perlu, sehingga biaya usaha

koperasi dan UMKM meningkat.  Di samping itu, kesadaran tentang hak atas

kekayaan intelektual (HaKI) dan pengelolaan lingkungan masih belum berkembang. 

Oleh karena itu, aspek kelembagaan perlu menjadi perhatian yang sungguh-sungguh,

dalam rangka memperoleh daya jangkau hasil dan manfaat (outreach impact) yang

semaksimal mungkin, mengingat besarnya jumlah, keanekaragaman usaha, dan

tersebarnya UMKM.

4.6 Strategi Pemberdayaan UMKM Dan Koperasi

Pemberdayaan koperasi dan UMKM bersifat lintas sektoral, sehingga perspektif

pembangunan koperasi dan UMKM perlu dimiliki oleh setiap anggota Kabinet Indonesia

Bersatu dan jajaran birokrasi di bawahnya.   Kesulitan pembangunan koperasi dan UMKM

di Indonesia adalah rendahnya perspektif pembangunan koperasi dan UMKM yang

dimiliki oleh jajaran birokrasi dan dunia usaha di Indonesia, serta adanya persepsi bahwa

pembangunan koperasi dan UMKM merupakan urusan Kementerian Koperasi dan UKM.  

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 26: UMKM & Koperasi

26

Pemberdayaan Koperasi dan UMKM pada masa mendatang diharapkan tumbuh

dari prakarsa masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat secara mandiri dalam tatanan

sistem ekonomi kerakyatan.  Peran pemerintah akan difokuskan pada fungsi regulasi dan

fasilitasi untuk menciptakan struktur pasar dan persaingan yang sehat sebagai lapangan

bermain bagi koperasi, pengusaha mikro, kecil, dan menengah, serta mengoreksi

ketidaksempurnaan mekanisme pasar dengan menumbuhkan iklim berusaha yang

kondusif, serta memberikan dukungan perkuatan bagi koperasi, pengusaha mikro, kecil,

dan menengah. 

Dengan mengacu pada sasaran dan arah kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM

sebagaimana uraian di atas, maka diperlukan strategi pada tatanan makro, meso, dan mikro

melalui implementasi  program-program pemberdayaan koperasi dan UMKM berikut ini.

1.       Penciptaan Iklim Usaha Bagi UMKM

Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha

yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, dan nondiskriminatif bagi

kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha UMKM, sehingga dapat mengurangi

beban administratif, hambatan usaha dan biaya usaha, serta meningkatkan rata-rata

skala usaha, mutu layanan perizinan/pendirian usaha, dan partisipasi stakeholders

dalam pengembangan kebijakan UMKM.

Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:

a.    Penyempurnaan peraturan perundangan, seperti Undang-Undang tentang

Usaha Kecil dan Menengah dan Undang-Undang tentang Wajib Daftar

Perusahaan beserta ketentuan pelaksanaannya, dalam rangka membangun

landasan legalitas usaha yang kuat dan melanjutkan penyederhanaan

birokrasi, perizinan, lokasi, serta peninjauan terhadap peraturan perundangan

lainnya yang kurang kondusif bagi UMKM, termasuk peninjauan terhadap

pemberlakuan berbagai pungutan biaya usaha, baik sektoral maupun spesifik

daerah;

b.    Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi badan usaha;

c.    Peningkatan kelancaran arus barang, baik bahan baku maupun produk, dan

jasa yang diperlukan seperti kemudahan perdagangan antardaerah dan

pengangkutan;

d.    Peningkatan kemampuan aparat dalam melakukan perencananaan dan

penilaian regulasi kebijakan dan program;

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 27: UMKM & Koperasi

27

e.    Pengembangan pelayanan perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat,

termasuk melalui perizinan satu atap bagi UMKM, pengembangan unit

penanganan pengaduan serta penyediaan jasa advokasi/mediasi yang

berkelanjutan bagi UMKM;

f.     Penilaian dampak regulasi/kebijakan nasional dan daerah terhadap

perkembangan dan kinerja UMKM, dan pemantauan pelaksanaan kebijakan/

regulasi;

g.    Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan

kebijakan dan program UMKM dengan partisipasi aktif para pelaku dan

instansi terkait; dan

h.    Peningkatan penyebarluasan dan kualitas informasi UMKM, termasuk

pengembangan jaringan pelayanan informasinya.\

2.       Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM

Program ini bertujuan untuk mempemudah, memperlancar, dan memperluas akses

UMKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan

yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya

sesuai dengan tuntutan efisiensi.  Sistem pendukung dibangun melalui

pengembangan lembaga pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang

terjangkau, semakin tersebar, dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM

terhadap pasar dan sumberdaya produktif, seperti sumberdaya manusia, modal,

pasar, teknologi, dan informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi

intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UMKM.

Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:

a.        Penyediaan fasilitasi untuk mengurangi hambatan akses UMKM terhadap

sumberdaya produktif, termasuk sumberdaya alami;

b.    Peningkatan peranserta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa

layanan teknologi, manajemen, pemasaran, informasi, dan konsultan usaha

melalui penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha, serta peningkatan

kapasitas pelayanannya;

c.    Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan

mikro (LKM) dan koperasi simpan pinjam/usaha simpan pinjam (KSP/USP),

antara lain melalui pemberian kepastian status badan hukum, kemudahan

dalam perizinan, insentif untuk pembentukan sistem jaringan antar-LKM dan

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 28: UMKM & Koperasi

28

antara LKM dan bank, serta dukungan terhadap peningkatan kualitas dan

akreditasi KSP/USP/LKM sekunder;

d.    Perluasan sumber pembiayaan bagi koperasi dan UMKM, khususnya skim

kredit investasi bagi koperasi dan UMKM dan peningkatan peran lembaga

keuangan bukan bank, seperti perusahaan modal ventura, serta peran

lembaga penjaminan kredit koperasi dan UMKM nasional dan daerah,

disertai dengan pengembangan jaringan informasinya;

e.    Peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dana pengembangan

UMKM yang bersumber dari berbagai instansi pemerintah pusat, daerah, dan

BUMN;

f.     Dukungan terhadap upaya mengatasi masalah kesenjangan kredit

(kesenjangan skala, formalisasi, dan informasi) dalam pendanaan UMKM;

g.    Pengembangan sistem insentif, akreditasi, sertifikasi, dan perkuatan

lembaga-lembaga pelatihan serta jaringan kerjasama antarlembaga pelatihan;

h.    Pengembangan dan revitalisasi unit pelatihan dan penelitian dan

pengembangan (litbang) teknis dan informasi milik berbagai instansi

pemerintah pusat dan daerah untuk berperan sebagai lembaga pengembangan

usaha bagi UMKM; dan

i.     Dukungan terhadap upaya penguatan jaringan pasar produk UMKM dan

anggota koperasi, termasuk pasar ekspor, melalui pengembangan lembaga

pemasaran, jaringan usaha termasuk kemitraan usaha, dan pengembangan

sistem transaksi usaha yang bersifat on-line, terutama bagi komoditas

unggulan berdaya saing tinggi.

3.       Pengembangan Kewirausahaan Dan Keunggulan Kompetitif Ukm

Program ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan

dan meningkatkan daya saing UMKM, sehingga pengetahuan serta sikap

wirausaha semakin berkembang dan produktivitas meningkat; wirausaha baru

berbasis pengetahuan dan teknologi meningkat jumlahnya, dan ragam produk-

produk unggulan UMKM semakin berkembang.

Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:

a.    Pemasyarakatan kewirausahaan, termasuk memperluas pengenalan dan

semangat kewirausahaan dalam kurikukulum pendidikan nasional dan

pengembangan sistem insentif bagi wirausaha baru, terutama yang berkenaan

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 29: UMKM & Koperasi

29

dengan aspek pendaftaran/izin usaha, lokasi usaha, akses pendanaan,

perpajakan, dan informasi pasar;

b.    Penyediaan sistem insentif dan pembinaan serta fasilitasi untuk memacu

pengembangan UKM berbasis teknologi, termasuk wirausaha baru berbasis

teknologi, terutama UKM berorientasi ekspor, subkontrak/penunjang,

agribisnis/agroindustri, dan yang memanfaatkan sumberdaya lokal;

c.    Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran

UKM tentang HaKI dan pengelolaan lingkungan yang disertai upaya

peningkatan perlindungan HaKI milik UKM;

d.    Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan

jaringan lembaga pengembangan kewirausahaan;

e.    Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan

inkubator teknologi dan bisnis, termasuk dengan memanfaatkan fasilitas

penelitian dan pengembangan pemerintah pusat/daerah dan melalui

kemitraan publik, swasta, dan masyarakat;

f.     Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan

kemitraan investasi antar-UKM, termasuk melalui aliansi strategis atau

investasi bersama (joint investment) dengan perusahaan asing dalam rangka

mempercepat penguasaan teknologi dan pasar;

g.    Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan

jaringan produksi dan distribusi melalui pemanfaatan teknologi informasi,

pengembangan usaha kelompok dan jaringan antar-UMKM dalam wadah

koperasi serta jaringan antara UMKM dan usaha besar melalui kemitraan

usaha; dan

h.    Pemberian dukungan serta kemudahan terhadap upaya peningkatan kualitas

pengusaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk wanita pengusaha, menjadi

wirausaha tangguh yang memiliki semangat koperatif.

 

4.       Pemberdayaan Usaha Skala Mikro

Program ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak

dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama

yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap,

melalui upaya peningkatan kapasitas usaha, sehingga menjadi unit usaha yang lebih

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 30: UMKM & Koperasi

30

mandiri, berkelanjutan, dan siap untuk tumbuh serta bersaing.  Program ini akan

memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro dan keterampilan pengelolaan usaha

serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.

Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok antara lain mencakup:

a.    Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk

dalam perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan

informal;

b.    Penyediaan skim-skim pembiayaan altematif tanpa mendistorsi pasar, seperti

sistem bagi hasil dari dana bergulir, sistem tanggung renteng, atau jaminan

tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan;

c.    Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari

berbagai instansi pusat, daerah, dan BUMN yang lebih terkoordinasi,

profesional, dan institusional;

d.    Penyediaan dukungan terhadap upaya peningkatan kapasitas kelembagaan

dan kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM);

e.    Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, serta

bimbingan teknis manajemen usaha;

f.     Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta

kemitraan usaha;

g.    Fasilitasi dan pemberian dukungan untuk pembentukan wadah organisasi

bersama di antara usaha mikro, termasuk pedagang kaki lima, baik dalam

bentuk koperasi maupun asosiasi usaha lainnya, dalam rangka meningkatkan

posisi tawar dan efisiensi usaha;

h.    Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan perajin

melalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai

dukungan penyediaan infrastruktur yang makin memadai; dan

i.     Penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi

produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung

pengembangan ekonomi pedesaan, terutama di daerah tertinggal dan

kantong-kantong kemiskinan.

  5.       Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi

koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat, sesuai dengan

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 31: UMKM & Koperasi

31

jatidirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk memperoleh

efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan demikian,

diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi, baik primer maupun sekunder, akan

tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung pengembangan koperasi

semakin lengkap dan berkualitas; lembaga gerakan koperasi semakin berfungsi efektif dan

mandiri; serta praktik berkoperasi yang baik (best practice) semakin berkembang di

kalangan masyarakat luas.

Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:

a.    Penyempurnaan undang-undang tentang koperasi beserta peraturan

pelaksanaannya;

b.    Peninjauan dan penyempurnaan terhadap berbagai peraturan perundangan

lainnya yang kurang kondusif bagi koperasi;

c.   Koordinasi dan pemberian dukungan dalam rangka penyempurnaan

kurikulum pendidikan perkoperasian di sekolah-sekolah;

d.    Penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas yang disertai dengan

pemasyarakatan contoh-contoh koperasi sukses yang dikelola sesuai dengan

nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi;

e.    Peningkatan kualitas administrasi dan pengawasan pemberian badan hukum

koperasi;

f.    Pemberian dukungan untuk membantu perkuatan dan kemandirian lembaga

gerakan koperasi;

g.    Pemberian dukungan dan kemudahan kepada gerakan koperasi untuk

melakukan penataan dan perkuatan organisasi serta modernisasi manajemen

koperasi primer dan sekunder untuk meningkatkan pelayanan anggota;

h.    Pemberian dukungan dan kemudahan untuk pengembangan infrastruktur

pendukung pengembangan koperasi di bidang pendidikan dan pelatihan,

penyuluhan, penelitian dan pengembangan, keuangan dan pembiayaan,

teknologi, informasi, promosi, dan pemasaran;

i.     Pengembangan sisten pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian

bagi anggota dan pengelola koperasi, calon anggota dan kader koperasi,

terutama untuk menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi dalam

kehidupan koperasi, yang mengatur secara jelas adanya pembagian tugas dan

tanggung jawab antara pemerintah dan gerakan koperasi;

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 32: UMKM & Koperasi

32

j.     Penyediaan insentif dan fasilitasi dalam rangka pengembangan jaringan

kerjasama usaha antarkoperasi;

k.    Peningkatan kemampuan aparat di pusat dan daerah dalam melakukan

penilaian dampak regulasi, kebijakan, dan program pembangunan koperasi;

dan

l.       Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan,

pengendalian, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program

pemberdayaan koperasi dengan partisipasi aktif para pelaku dan instansi

terkait.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 33: UMKM & Koperasi

33

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Koperasi mempunyai peran yang

cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional, oleh karena selain berperan

dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam

pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Peranan usaha kecil dan koperasi tersebut

menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan

Dengan adanya kebijakan dan dukungan yang lebih besar seperti perijinan,

teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan, UMKM dan begitu halnya

dengan Koperasi, diharapkan dapat berkembang pesat. Perkembangan UMKM diharapkan

dapat bersaing sehat dengan pasar besar di tengah bebasnya pasar yang terjadi saat ini.

Selain itu, UMKM dan Koperasi diharapkan untuk dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara

keseluruhan sehingga terciptanya kekompetitifan dan stabilitas perekonomian Indonesia

yang baik. 

Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)  dalam perekonomian Indonesia

paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan

ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting

dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta

pasar baru dan sumber  inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca

pembayaran melalui kegiatan ekspor.   Posisi penting ini sejak dilanda krisis belum

semuanya berhasil dipertahankan, sehingga pemulihan ekonomi belum optimal.

Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari

pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang luas dan lebih kompetitif bersama

pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif

bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya

dalam memberdayakan UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling

menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan membantu

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 34: UMKM & Koperasi

34

5.2 Saran

Sektor usaha UMKM dan Koperasi merupakan salah satu penggerak terbesar dalam

perekonomian nasional. Dimana Sebagian besar jumlah penduduk Indonesia

berpengharapan dan berkecimpung pada sektor UMKM tersebut. Hal ini didukung dengan

banyaknya fakta yang ditemukan bahwa sebagian besar jumlah penduduk Indonesia

berpendidikan rendah, tetapi masih memiliki jiwa kreatif dan mau berusaha mencari

kehidupan yang layak untuk bertahan hidup dengan terjun ke dalam kegiatan usaha kecil

baik di sektor tradisional maupun modern.

Hal ini harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah karena mereka-mereka yang

berusaha di kegiatan mikro, kecil, dan menengah dan juga halnya dengan kegiatan

koperasi, akan memberikan multiplier effect yang besar dalam menggerakkan roda

perekonomian.

Pemerintah dalam hal ini harus mampu mengeluarkan kebijakan yang mendukung;

misalnya berupa bantuan dana investasi - berupa modal bagi pengusaha UMKM, dan

Koperasi, dan juga hal lainnya mengenai birokrasi, sehingga para pendagang, Pengrajin,

dan Pengusaha Rumah Tangga Lainnya yang bergerak pada sektor UMKM tidak terbentur

dengan peraturan yang ujung-ujungnya menyulitkan dan memberatkan mereka.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional

Page 35: UMKM & Koperasi

35

DAFTAR PUSTAKA

http://igamuhammad.blogspot.com/2012/01/peranan-koperasi-dalam-perekonomian.html

http://delseikdepalin.blogspot.com/p/peran-koperasi-dalam-perekonomian.html

http://michaeltholense.blogspot.com/2012/11/1.html

http://anissyafitri.blogspot.com/2012/10/peran-ukm-terhadap-perekonomian-nasional.html

Anonymous.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

__________.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil.

__________. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana  Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009. 

Kementerian Koperasi dan UKM.   Rencana Strategis Pembangunan Koperasi dan UMKM Periode Tahun 2004 – 2009.   Jakarta. 2004.

Kementerian Koperasi dan UKM. Laporan Kinerja Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun 2001 – 2004. Jakarta.  2004.

Kementerian Koperasi dan UKM. Rencana Program Kementerian Koperasi dan UKM Periode Tahun 2004 – 2009.  Jakarta.  2004.

Kementerian Koperasi dan UKM dan BPS.    Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah Usaha Kecil dan Menengah, serta Peranannya Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan. Jakarta.  2005.

Sektor UMKM dan Koperasi Dalam Perekonomian Nasional