ultimagz agustus 2014 - technopreneurship
DESCRIPTION
Memasuki bulan Agustus, bukan lagi soal nasionalisme yang dibahas. Technopreneurship pun mampu menjadi tema yang menarik pembaca sekalian. Liputan utama edisi ini adalah Karut-marut Wirausaha di Kampus Multimedia. Free Download!TRANSCRIPT
Selamat Har i -
ke-merdeka-an !
1
7
-
A
G
U
S
T
U
S
-
1
9
4
5
D
I
R
G
A
H
A
Y
U
-
R
I
-
K
E
-
6
9
// 1
Selamat Har i -
ke-merdeka-an !
1
7
-
A
G
U
S
T
U
S
-
1
9
4
5
D
I
R
G
A
H
A
Y
U
-
R
I
-
K
E
-
6
9
Pelindung Ninok Leksono Dewan Redaksi Bertha Sri Eko, Ambang Priyonggo Pemimpin Umum Kevin Ivander Pemimpin Redaksi Sintia Astarina Redaktur Pelaksana Eldo Christoffel Rafael, Patric Rio Batubara Sekretaris Redaksi Desy Hartini Editor Desy Hartini, Evans Simon, Oktyfany Sembiring, Erwanto Khusuma, Arnoldus Kristianus, Nikolaus Harbowo, Ghina GhaliyaReporter Didit Abdillah, Lani Diana, Annisa Hardjanti, Silsa Dea Suryana, Annisa Meidiana, Firqha Andjani, Johanes Hutabarat, Daniellisa Putriadita, Gregorius AryodamarFotografer Monika Dhita (Editor), Michael Andrew, Kevin Gunadjaja, Guido Caesar, Yehezkiel Soedira, Anthony Dennis Desain Visual Mikael Bima (Editor), Cyntia, Yulio Darmawan, Dennis Reynaldo, M. Kamal. Antonius Ferdinand, Ridwan Nasution, Levina Hou Pemimpin Perusahaan Joshua Gunadhi Staff Perusahaan Rizka Hasnita, Yunike H. Fransisca Keuangan Oktyfany Sembiring Media Partner Ghina GhaliyaWeb Maintenance Kalvin, Ilham Akbar
SINTIA ASTARINAPEMIMPIN REDAKSI
DESAIN COVERYulio Darmawan
PENERBIT Alamat Redaksi dan PerusahaanGedung Universitas Multimedia Nusantara, B613Jl. Scientia Boulevard Gading SerpongTangerang - Banten : [email protected] : @ultimagz : ultimagz : www.ultimagz.com
Bukan Lagi Soal NasionalismeMEMANFA ATK AN teknologi untuk
menjalankan sebuah usaha memang
sudah menjadi hal mainstream. Hal ini
dilakukan karena terbukti lebih efektif
dan menguntungkan. Karenanya, ketika
memasuki era global di mana media baru
semakin bertahta, tentu kita sebagai sumber
dayanya tak boleh merasa ketinggalan.
Pada Ultimagz edisi Agustus kali ini, bukan
lagi soal nasionalisme dan kemerdekaan
yang kerap dibahas. Namun, sesuatu yang
menarik tentang teknologi akan menjadi
teman bacaan kalian selama sebulan ke
depan. Technopreneurhip menjadi tema
utama yang akan mengantarkan para
pembaca untuk menyelami lebih dalam
mengenai kata tersebut.
Yang tak boleh terlewatkan, ada Liputan
Khusus tentang Skystar Ventures dan
konsep multimedia yang diusung Kampus
UMN, sosok-sosok menarik nan inspiratif
yang memulai bisnis sejak muda, serta
kulik lebih dalam bagaimana cara meraup
pundi-pundi uang lewat teknologi.
Selamat membaca. Salam Deadline!
Redaksi Ultimagz menerima kiriman artikel sebanyak 600-1000 kata disertai dengan foto. Kirim ke [email protected] subjek KONTRIBUTOR. Jangan lupa sertai identitas lengkap.
//2
01 Editorial
02 Contents
03 Surat Pembaca
04 Events Calendar
05 Cover Story
08 Info Indonesia
12 Info Kampus
20 Opini
22 Sosok
30 Wisata
34 Musik
38 Review
40 Cerpen
44 Battle
46 Snapshot
48 Discovery
22
44
30
3448
12
CONTENTS:
// 3
Overall, yang gue lihat selama ini Ultimagz sudah
cukup baik dan kreatif. Saran saja, web design dibuat
semenarik mungkin karena terlalu biasa banget.
Kita ‘kan media anak muda, jadi harus menarik
dari sisi visual.
Halo, Sarah! Terima kasih sudah membaca Majalah
Ultimagz, juga konten-konten yang ditulis dalam
www.ultimagz.com. Terima kasih juga untuk kritik
dan sarannya ya. Untuk web design, akan langsung
disampaikan usulannya. Semoga bisa jadi perbaikan
di masa mendatang. Salam Deadline!
Ultimagz! Terus berkarya untuk menjadi lebih baik lagi!
Halo, Jessica! Terima kasih sudah membaca Ultimagz.
Terima kasih juga untuk dukungan dan semangatnya
ya! Salam Deadline!
Kritik dan saran kirim ke:
Terus berinovasi Ultimagz!
Tentu saja kami akan terus berinovasi, terutama
dalam penyajian konten berbobot yang memang
dibutuhkan oleh mahasiswa dan seluruh civitas
academica UMN. Salam Deadline!
Ultimagz, isinya berkuliatas, layout-nya enak dilihat,
tak terlalu kontras.
Hai, Deshy! Terima kasih atas kesetiannya membaca
Ultimagz ya. Terima kasih juga untuk dukungannya.
Tetap baca Ultimagz untuk mendapatkan info-info
aktual seputar kampus ya. Terima kasih dan Salam
Deadline!
SARAH NAFISAH JURNALISTIK 2012 AGUSTUS
JESSICA CHIUPUBLIC RELATIONS 2011
THOMAS HIMAWANPUBLIC RELATIONS 2011
DESHY BONETAJURNALISTIK 2011
SURAT PEMBACA:
//4
EVENTS CALENDAR:
// 5
COVER STORY:
BUY
Kala Bisnis dan Teknologi
BerkolaborasiBy Evans Simon
Sejak terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada era 1760-an, perlahan tapi pasti, kita tak dapat melepaskan diri dari apa yang disebut sebagai teknologi. Beraktivitas di dalam rumah, dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, hingga mencari jodoh pun bukan lagi perkara yang sulit.
Illustration by Levina
//6
ebagaimana sifat dasar manusia, maka teknologi pun akhirnya turut berkembang. Berbagai inovasi dan perubahan selalu menjadi tuntutan yang menggunung seiring berjalannya waktu. Bidang produksi, transportasi, dan bahkan seni juga ikut terkena dampak dari perubahan.
Sayangnya, semakin dewasa, banyak dari kita yang justru tak fasih menggunakan salah satu “kebutuhan pokok” tersebut. Padahal, banyak yang menjadikan teknologi ini sebagai barometer dalam menetapkan taraf hidup yang layak, juga pantas bagi manusia. Alhasil, tak sedikit jumlah tenaga kerja yang akhirnya tergeser oleh keberadaan mesin-mesin tersebut.
Bukan tanpa alasan perusahaan-perusahaan lebih memilih menggunakan tenaga mesin ketimbang tenaga manusia. Beberapa alasan yang paling banyak digunakan, antara lain efisiensi, kecepatan, dan juga penghematan.
Dampak dari hal di atas ternyata sangatlah buruk. Mari ambil contoh dengan apa yang terjadi di Benua Eropa. Sebagai benua yang di mana hampir seluruh negaranya adalah negara maju, justru sempat terjadi badai penggangguran yang cukup besar.
Eurostat mencatat, sebanyak 25.005.000.000 orang di Eropa tidak memiliki pekerjaan tetap, per Juni 2014. Bahkan, yang lebih memprihatinkan, banyak sekali jumlah tenaga kerja muda yang ternyata tidak mampu mendapatkan pekerjaan. Sejak kuartal kedua tahun 2008 hingga kuartal pertama tahun 2013, jumlah penggangguran untuk tenaga kerja muda meningkat hingga 23,6%, sebelum akhirnya turun ke angka 23,1% di akhir tahun.
Meski sebenarnya memang usia 15-24 tahun bukanlah usia yang paling produktif (karena alasan pendidikan dan sebagainya), mengapa kita tidak mengambil peluang jika memang sebenarnya ada jalan yang bisa dirintis selagi muda?
Pew Research Center pernah membuat sebuah penelitian pada Mei 2013. Dari penelitian tersebut,
// 7
dikemukakan bahwa dari 802 remaja di Amerika Serikat yang berumur 12 hingga 17 tahun, sebanyak 78% memiliki telepon genggam. Dari jumlah tersebut, 47% di antaranya menggunakan smartphone. Padahal, pada 2011, tercatat hanya 23% yang memiliki smartphone.
Belum lagi dengan pemaparan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa sejak November 2004 hingga September 2012, jumlah pengguna internet dari kelompok umur 12-17 tahun meningkat dari angka 89% ke 95%. Sementara, untuk kelompok umur 18-29 tahun melonjak dari 80% ke 95%.
Melihat seluruh data di atas, tentu saja kita bisa melihat bagaimana besarnya pasar di dalam dunia internet. Maka dari itu, tak jarang pula ada yang mencoba mencari peruntungan dengan berbisnis menggunakan basis ICT. Ranah ini biasa disebut sebagai technopreneurship.
Prof. Walter Kuemmerle pernah mendefinisikan technopreneur sebagai a person who undertake risks ( by creating an enterprise or business) that has a chance of profit or success technopreneurship distinguishes themselves through their ability to accumulate and manage knowledge as well as their ability to mobilize resources to achieve a specified business or social goal (Kuemmerle, 2002).
Mark Zuckerberg (Facebook), Chad Hurley (YouTube), Angelo Sotira (DevianART), dan Alexander Levin (ImageShack) adalah beberapa contoh nama yang mampu meraih kesuksesan di masa muda dengan mengandalkan teknologi sebagai basis dari pekerjaan mereka. Di sisi lain, sudah banyak sekali situs yang dapat menjadi wadah guna memulai bisnis kecil-kecilan. Kita sebut saja dua yang paling terkenal di dunia internasional dalam praktik e-commerce, yakni eBay dan Amazon. Atau, kita sebagai orang Indonesia biasa menggunakan Kaskus, OLX, atau Berniaga.
Internet dijadikan salah satu kebutuhan dasar karena merupakan hal yang paling vital dalam membangun sebuah koneksi dan jaringan bisnis.
Ya, tanpa internet, maka dapat dipastikan hampir seluruh produk dari para technopreneur dunia itu akan mati.
Tentu saja, tidak mudah untuk bisa meraih kesuksesan seperti yang dialami oleh nama-nama di atas. Butuh usaha, kerja keras, dan kepintaran memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kemampuan dalam menjadi seorang technopreneur.
Maka, tak heran apabila sudah banyak kampus yang mencanangkan mata kuliah Technopreneurship bagi para mahasiswanya. Begitu juga dengan Kampus UMN. Hal ini bertujuan guna menghadapi persaingan global dan perkembangan ICT yang kian mendunia.
Dengan hadirnya mata kuliah Technopreneurship di kampus, mahasiswa tentu dapat belajar bagaimana menciptakan sebuah iklim bisnis dan menggabungkan ICT sebagai penunjangnya. Bukan hanya sekadar melahap teori dan membenamkannya di kepala, melainkan melakukan praktik dan implementasi secara langsung.
Karenanya, di masa krisis global seperti dewasa ini, peluang bisnis lewat internet kian nyata digembar-gemborkan. Banyak orang percaya, technopreneuship dapat menjadi solusi bisnis yang pas. Tak dimungkiri pula, hal itu dapat dimulai dari institusi pendidikan. Maka jangan heran apabila di masa mendatang nanti, banyak technopreneur muda yang mampu menyulap ICT menjadi warna baru bagi iklim bisnis. Setidaknya, peningkatan jumlah penggunaan teknologi berdasarkan penelitian di atas memiliki dampak menguntungkan.
//8
INFO INDONESIA:
By Eldo Christoffel
Industri teknologi dan komunikasi dewasa ini terus
mengalami perkembangan. Daya saing yang kuat
memungkingkan banyak peniruan produk satu
sama lain. Melihat sang kompetitor kuat, maka yang
lemah akan mencari celah untuk mengalahkan.
Salah satunya dengan imitasi.
Imitasi tak hanya terjadi dalam bidang teknologi.
Proses peniruan sebenarnya sudah terjadi semenjak
usia dini. Pernahkah dalam masa kecil, orang
tua kalian menceritakan kisah perjuangan bapak
bangsa di bidang politik? Bagaiamana Soekarno,
Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka menempuh jalur
politik untuk terus berkarya.
Berbeda ideologi, tapi mampu bersatu demi
kemerdekaan bangsa seutuhnya. Soekarno berbeda
pendapat dengan Sjahrir dan Tan Malaka perihal
ideolog. Namun, mereka tetap menghormati satu
sama lain.
Peristiwa penuduhan Joko Widodo dan PDIP sarang
komunis di salah satu media di Indonesia, yakni
DICARI: PEMIMPIN YANG PANTAS DITIRU
INFO INDONESIA:
//8
// 9
TV One beberapa saat lalu membuat masyarakat
menjadi prihatin. Ideologi yang sudah lama punah
serasa ingin ditimbulkan kembali. Mengorek-orek
luka lama yang kemudian boroknya dipertontonkan
ke masyarakat.
Presiden keenam Amerika Serikat pernah
berkata, “Jika tindakan Anda menginspirasi orang
lain untuk bermimpi, bertindak, dan menjadi lebih
dari sebelumnya, Anda adalah seorang pemimpin.”
Faktanya, kasus korupsi yang dilakukan Hakim
Tinggi Mahkamah Konsitutusi, kolusi di proyek
Hambalang, nepotisme di kasus Century, dan
saling fitnah yang sering dilakukan aparat negara
sungguh membuat prihatin.
DICARI: PEMIMPIN YANG PANTAS DITIRU
Illustration by Yulio Darmawan
// 9
//10
PERLUKAH IMITASI?
Ketika tumbuh dewasa, ketika ditanya mau jadi
politikus atau tidak, kita bingung. Sosok siapa
yang bisa ditiru. Kasus korupsi marak terjadi di
kalangan politisi. Nurani berbicara. Buat apa
meniru orang yang tak pantas untuk ditiru.
Indonesia butuh sosok pemimpin yang
pantas untuk ditiru. Sudah cukup masyarakat
kita dipertontonkan aksi para politikus yang
bersifat bukan sebagai negarawan. Lebih
tepatnya, negarawan yang rela terbuka
akan pendapat masing-masing orang tanpa
mencela aksi.
Miller dan Dolland (1941) pun menjelaskan
tentang kerangka teori tentang instrumental
conditioning. Ia mengemukakan, setidaknya
ada tiga kelas utama perilaku yang seringkali
diberi label “imitasi”.
Dalam salah satu teorinya, yaitu Matched-
dependent behavior, seseorang berusaha
untuk belajar menyamai tindakan orang lain,
entah itu suatu model ataupun pemimpin.
Sederhana, seseorang itu mendapat imbalan
atas perilaku imitatifnya tersebut.
Sekarang, muncul pemimpin seperti Walikota
Bandung Ridwan Kamil dan Walikota Surabaya Tri
Rismaharani. Ridwan yang menggunakan sarana
social media, seperti Twitter untuk cepat tanggap
menangani masalah perkotaan. Hebatnya,
permasalahan pun dapat ditindaklanjuti
segera. Ridwan yang sebelumnya seorang
arsitektur itu diharapkan juga mampu menata
kota kembang makin asri.
Dilansir dari Merdeka.com, akan ada
600 taman yang akan disulap pria itu untuk
membuka ruang terbuka hijau sebagai ruang
interaksi warga. Sejauh ini sudah ada empat
taman, antara lain Taman Pasopati, Taman
Panda, Taman Fotografi dan Taman Persib.
Pada sisi yang bersebelahan, keberanian Tri
Rismaharani untuk menutup lokalisasi Dolly
tak semata untuk menghapus citra prostitusi kota
Surabaya. Lebih dari itu, ia juga ingin menyelamatkan
Hak Asasi Manusia (HAM) untuk hidup layak tanpa
harus menjual diri. Ancaman yang didapatnya tak
menghalanginya untuk berani menutup tempat
lokalisasi yang sudah puluhan tahun berdiri itu.
Secara nyata, kedua tokoh ini sama-sama memiliki
kemampuan untuk menemukan titik masalah dan
melakukan inovasi baru bagi penyelesaian masalah
dalam lingkungannya.
Ada lagi, Mantan Perdana Menteri Inggris Winston
Churchill pernah berujar, untuk meraih kesuksesan,
tidaklah cukup hanya dengan melakukan yang
terbaik. Terkadang, kita pun harus melakukan apa
yang diperlukan. Tak perlu menunggu kehendak
orang agar mereka sukses, tetapi lakukanlah apa
yang harusnya dilakukan oleh seorang pemimpin.
Hati nurani pun menjadi salah satu dasar.
PENEMUAN DAN INOVASI
Dalam dunia teknologi, penemuan hal baru dan
inovasi adalah kedua hal yang saling beriringan.
Hal yang baru akan ditemukan seperti penemuan
telepon oleh Alexander Graham Bell hingga
munculnya inovasi telepon genggam.
Dalam konteks penemuan, negara Indonesia harus
menemukan orang-orang yang bisa memimpin
dengan hati nurani dan mengamalkan Pancasila
serta UUD 1945. Orang-orang ini haruslah orang
baru. Tak hanya dalam dunia politik, tapi juga
mempunyai hati yang baru dan baik bagi masyarakat.
Seorang tokoh antikorupsi asal New York Amerika
Serikat, C.H. Parkhurst pernah mengatakan, semua
penemuan besar selalu berasal dari orang-orang
yang perasaannya berlari mendahului pemikirannya.
Perasaan yang baik ini tentunya harus dihasilkan
oleh orang baru yang bukan bagian dari masalah.
Lantas, bagaimana orang itu menyelesaikan masalah
bila ia ternyata bagian dari masalah itu sendiri?
Dalam memecahkan masalah, tentunya dibutuhkan
solusi baru. Solusi itu timbul bila ada inovasi
// 11
yang dilakukan oleh si pemecah masalah. Mark
Zuckerberg menemukan solusi untuk pencarian
mahasiswa di Harvard dan akhirnya membuat
Facebook bersama teman-temannya.
Beberapa waktu lalu, ada sebuah mural Tan Malaka
di Yogyakarta bertuliskan “Dicari: Pemikirannya
Yang Hilang”. Saat ini, pemikiran revolusioner jarang
ditemukan oleh para politisi, pemikiran pragmatis
yang ingin mencari keuntungan saat menjabat.
Menariknya, dalam Pemilu 2014 ini muncul
istilah Revolusi Mental. Deklarasi Revolusi Mental
yang dicanangkan oleh Joko Widodo dan tim
pendukungnya patut dicermati. Karlina Supeli
dalam website www.jokowi.id. menjelaskan, apa
yang mau difokuskan dalam Revolusi Mental
adalah transformasi etos, yakni perubahan yang
memengaruhi cara berpikir, cara merasa dan
cara memercayai, di mana semuanya tergambar
dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Etos ini
berhubungan dengan semua bidang kehidupan
seperti ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, dan
agama. Rumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan yang dilakukan diarahkan untuk proses
transformasi yang dicanangkan.
Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya
ini juga mengatakan, jika pada awal reformasi kita
banyak mempertanyakan soal civil society, maka
inilah arti yang sesungguhnya, yaitu gerakan para
warga negara guna menjalankan transformasi
secara berkelanjutan bagi pemberadaban hidup
bersama yang bernama Indonesia. Ya, itulah
Revolusi Mental.
KEMBALI KE CITA-CITA BAPAK BANGSA
Pancasila dan UUD 1945 sudah menjadi manual book
bagi pemimpin bangsa ini. Biasanya setelah
membeli barang berteknologi, baru kita akan
membaca buku manual untuk mengoperasikannya.
Sayangnya, seringkali kita langsung mencoba-
coba untuk menggunakan barang tersebut dan
akhirnya tak bisa memaksimalkan potensi yang
ada dalam barang itu.
Hal ini sama di kehidupan pemerintahan. Pemimpin
yang baru langsung belajar di lapangan tanpa ada
panutan yang jelas. Padaahal, sudah ada pedoman
yang jelas seperti Pancasila dan UUD 1945 sebagai
pedoman untuk memimpin dan memaksimalkan
kapasitas yang dimiliki untuk menjadikan bangsa
ini sebagai bangsa yang besar.
Alangkah baiknya segenap pemimpin bangsa
ini kembali ke kiblat UUD 1945 yang menyatakan
“Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”. Semuanya ini bisa terjadi bila pemimpin
bangsa juga mengimitasi pemikiran Pancasila dan
mengamalkannya.
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir
penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit
karena melawan bangsamu sendiri.” - Soekarno
//12
By Desy Hartini, Annisa Hardjanti
Edited by Erwanto Khusuma
INFO KAMPUS:
//12
// 13
ENTER I Pen didikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Muham mad Nuh hendak
menerapkan adanya Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) pada 2009 lalu. Pendidikan
kewirausahaan ini kan diterapkan di setiap
tingkat pendidikan. Sasaran utamanya adalah
perguruan tinggi.
PMW bertujuan guna memberi bekal
pengetahuan dan sikap jiwa wirausaha dengan
menggunakan teknologi sebagai basisnya.
Hal ini juga dilaksanakan agar mahasiswa
siap menghadapi tantangan global. Program
pendidikan kewirausahaan ini diharapkan
dapat menurunkan angka pengangguran
lulusan perguruan tinggi.
Universitas Multimedia Nusantara (UMN)
sebagai sebuah universitas berkonsep
Information and Communication Technology
(ICT) memiliki jagoannya tersendiri dalam
dunia kewirausahaan.
Berdiri pada Desember 2013 lalu, SkyStar
Ventures ialah sebuah wadah yang bergerak di
bidang inkubator wirausaha dan penyewaan
Co-working Space. Di bawah naungan Kompas
Gramedia Group dan Yayasan Multimedia
Nusantara, SkyStar Ventures pun hadir
di tengah-tengah mahasiswa UMN guna
mengembangkan ide usaha dan bisnisnya
secara aplikatif. Sejatinya, lembaga ini didirikan
sebagai bentuk komitmen dari UMN untuk
menumbuhkan ekosistem technopreneurship
yang ada di Indonesia.
PHO
TO B
Y D
HIT
A AD
IATI
, DO
C. O
F SK
YSTA
R VE
NTU
RES
M
//14
per bulan.
Sementara itu, Office Package terdiri dari
fasilitas standar dengan tambahan private meeting
room, conference room, dan penggunaan alamat
SkyStar. Harganya yakni Rp1.260.000 - 1.800.000
per bulan. Di sisi yang bersebelahan, SkyStar juga
menyediakan penyewaan private meeting room
seharga Rp35.000 per jam dan conference room
seharga Rp500.000 per setengah hari.
Perlu diketahui, saat ini sudah ada tiga bisnis
dalam program Co-working Space, yakni Lightora.
com, sebuah aplikasi bisnis intelijen yang mengolah
data-data dalam jumlah besar. Adapula Elitics
Technologies, sebuah aplikasi guna memprediksi
penyebaran penyakit dengan berbasiskan teknologi.
Terakhir, Startupbisnis.com, sebuah media online
yang membahas startup dalam bahasa Indonesia.
Ada juga program wirausaha yang kini sudah
menghasilkan lima bisnis startup tanpa dipungut
biaya selama enam bulan. Pertama, ada Dreambox
yang merupakan creative agency yang menyediakan
jasa pembuatan website dan digital campaign. Kedua,
Inigame.com, portal media yang mengulas tentang
review games. Ketiga, Living Mil, portal informasi
“Jadi, memang untuk mewujudkan visi UMN, yakni
meningkatkan generasi wirausaha di Indonesia.
Maka, UMN tidak hanya dapat menghasilkan
mahasiswa yang berkompeten saja, tetapi juga
menghasilkan mahasiswa yang dapat menjadi
seorang technopreneur,” ujar Community Manager,
Abraham Ryan.
KOMERSIALISASI?
Skystar Ventures yang berlokasi di Lantai 12
New Media Tower terbagi atas dua jenis bisnis,
yakni Bisnis Co-working Space dan Bisnis Program
Wirausaha. Co-working Space merupakan tempat
bagi entrepreneur dan business professional untuk
berkolaborasi. Hal ini bertujuan untuk membentuk
jaringan dengan seluruh tenant di SkyStar Ventures.
Kedua paket ini nyatanya tak dapat dinikmati
secara cuma-cuma. Tak sedikit kocek yang harus
dirogoh demi menikmati fasilitas di kampus sendiri.
Co-working Space pun terdiri atas dua paket,
yakni Workspace dan Office. Workspace Package
menyediakan fasilitas standar yang meliputi wi-
fi, cafetaria, akses semua event, pool of interns,
dan loker dengan harga Rp50.000 – 1.500.000
// 15
yang berhubungan dengan tempat kost. Keempat,
Rajaspot, online directory yang dikelola langsung
oleh dosen-dosen UMN. Terakhir, Nyankod, yakni
bisnis asal Bandung yang membahas seputar
tips dan trik dunia IT dalam bahasa Indonesia.
MATA KULIAH TECHNOPRENEURSHIP
Di lain sisi, untuk menunjang pengembangan
ide bisnis, mahasiswa-mahasiswa pun UMN
butuh sebuah pengjaran yang berkaitan dengan
kewirausahaan. Dengan dituan rumahi oleh
Fakultas Ekonomi, Technopreneurship pun
menjadi sebuah mata kuliah yang bisa dipelajari.
Mata kuliah ini telah diadakan di UMN sejak lama
oleh Dr. Winarno. Dalam sistem pembelajarannya,
ia menerapkan sistem lintas prodi. Maksudnya,
mahasiswa-mahasiswa dari berbagai program
studi membentuk suatu tim dan merancang
sebuah usaha bisnis berbasis teknologi.
Dari semua program studi yang ada, hanya
DKV yang tidak mengikuti mata kuliah ini. Hal
tersebut dikarenakan prodi tersebut memiliki
mata kuliahnya sendiri yang berhubungan dengan
dunia enterpreneurship.
Sebelumnya, pembagian tim bisnis dilakukan
secara per kelas. Namun, setelah mata kuliah
Technopreneurship ini diampu oleh M. Riyadh
Rizky Adam yang juga merupakan salah satu Dosen
Manajemen, keberadaan mata kuliah jagoan UMN
ini kembali pada sistem pembelajaran dengan
peserta mahasiswa lintas prodi. Nyatanya, gema
dari hadirnya mata kuliah ini semakin membesar
di kalangan mahasiswa.
“Secara alaminya, Technopreneurship ini akan
ditemui di semester 6,” ujar Rizky kala itu. Namun,
bagi mahasiswa semester tiga ataupun di atasnya
yang tertarik dengan dunia Technopreneurship,
diperbolehkan untuk mengikuti mata kuliah ini.
Technopreneurship dibuka setiap semester ganjil
atau genap, kecuali semester satu dan dua.
Tahun perkuliahan baru ini, hasil rapat Prodi
Manajemen menyatakan akan berencana menaikan
jumlah SKS. Awalnya, mahasiswa hanya harus
mengikuti 2 SKS, tetapi akan diubah mejnadi 3
SKS. Yang menjadi pertimbangan dengan adanya
kenaikan jumlah SKS tersebut adalah untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa guna
mendalami Technopreneurship itu sendiri, baik
secara teori maupun praktik kerjanya.
Dalam implementasinya, tak sedikit mahasiswa
yang mengeluhkan betapa rumitnya mata kuliah
Technopreneurship tahun ini. Hal ini dikarenakan
mahasiswa harus membuat bisnis secara real,
bukan hanya sekadar membuat proposal dan
mempresentasikan wacana bisnis mereka di
hadapan dosen dan teman sekelas. Meski begitu,
tak sedikit pula mahasiswa yang tertarik untuk
menjalani semangat kewirausahaan tersebut.
Salah satunya adalah Sandy Indrawan, mahasiswa
Akuntansi 2011 ini.
“Walau SKS-nya sedikit, tapi cukup penting
soalnya ini salah satu pelajaran yang aplikatif.
Jadi, nggak cuma teori yang diajarkan, tapi kita
juga bisa mengaplikasikan Technopreneurship
dalam suatu bisnis,” kata salah satu founder
Tokekmon.com itu.
Tokekmon.com adalah sebuah bisnis yang
bergerak di bidang web based promotion dan
mading online di mana mereka mempromosikan
bisnis, khususnya startup business. Bisnis ini
merupakan hasil kerja 10 mahasiswa UMN untuk
mata kuliah Technopreneurship.
//16
Secara tak sadar, Tokekmon.com membantu
Sandy dan teman-temannya untuk mengembangkan
bisnis, khususnya dalam bidang teknologi.
Lelaki berkacamata ini juga berpendapat, mahasiswa
Akuntansi juga butuh mata kuliah tersebut. Selain
jadi akuntan nantinya, kemungkinan juga bisa
menjadi pengusaha yang butuh pengetahuan
akan bisnis.
SALING DUKUNG
Nyatanya, SkyStar Ventures dan mata kuliah
Technopreneurship sendiri saling berupaya
untuk bersinergi dan memberikan dukungannya.
Tak hanya Skystar Ventures yang memberikan
lahan bagi pengaplikasian mata kuliah tersebut.
Sebaliknya, dengan hadirnya Technopreneurship
ini, diharapkan ada bisnis hasil karya mahasiswa
yang turut menjadi bagian dari inkubator bisnis
tersebut.
“Dengan adanya mata kuliah Technopreneurship
ini, sebenarnya inginnya ada jebolan dari mahasiswa
Technopreneurship ini atau alumninya yang
bisnisnya diasuh oleh SkyStar Ventures nantinya,”
tukas Rizky ketika ditanyai mengenai sumbangsih
program Technopreneurship terhadap keberadaan
Skystar Ventures.
Dalam praktiknya, mahasiswa pun diberi
kesempatan untuk memperkenalkan bisnis
mereka pada khalayak kampus. Dengan mengusung
Technopreneurship Expo, 41 tim dengan bisnis
mereka masing-masing membuka gerai di Lobby
dan Function Hall beberapa waktu lalu.
“Harapan saya untuk mahasiswa yang selanjutnya
akan mengikuti mata kuliah ini akan merasa exicted
dan benar-benar memanfaatkan kesempatan ini.
Setidaknya, jika mereka tidak ingin melanjutkan
bisnis mereka setelah lulus, pengalaman usaha ini
hanya ada di kampus ini. Jadi, sayang kalau tidak
dimanfaatkan dengan baik,” harapnya ketika ditemui
di depan ruang dosen Fakultas Ekonomi UMN.
MAHASISWA KURANG PEDULI
Sayang seribu sayang. Mahasiswa belum memiliki
kesadaran penuh akan hadirnya jejak wirausaha
di kampus UMN. Nyatanya, dari pihak mahasiswa
sendiri justru bersikap tak acuh. Hal ini terbukti
dengan banyaknya mahasiswa yang tidak tahu
apa itu Skystar Ventures. Menurut kebanyakan
mahasiswa, publikasi yang kurang menjadi salah
satu faktor ketidaktahuan mereka.
“Cuma tahu kalau ada workshop-nya. Publikasinya
kurang. Terlihat hanya sedikit mahasiswa yang
tertarik dengan SkyStar Ventures,” ujar Nadya Putri
Soerja, mahasiswa Akuntansi UMN angkatan 2013.
Kendati demikian, tak sedikit pula mahasiswa
yang memang mengetahui SkyStar Ventures.
Salah satunya Bertha Wilvensus, mahasiswa Ilmu
Komunikasi 2013.
“Inkubator bisnis yang disediakan untuk membantu
para partisipan dalam mendirikan perusahaan-
perusahaan rintisan yang bertujuan menginkubasi,
menyiapkan, menganalisis, dan membantu
partisipan agar siap menghasilkan suatu startup,”
jawab Bertha.
Sementara itu, bagi Miss Multimedia 2013, Vicky
Sandria, keberadaan Skystar Ventures merupakan
sebuah realisasi nyata yang bisa dilakukan oleh
UMN, meski usianya belum genap satu tahun.
“UMN sebagai universitas berbasis ICT bersama
Skystar Ventures mendidik mahasiswanya untuk
siap menjadi enterpreneur dengan menggunakan
media teknologi sebagai penunjangnya,” jelasnya.
Di sisi yang bersebelahan, kesadaran bagi para
mahasiswa untuk memulai bisnis startup juga
harus ditingkatkan agar ketertarikan terhadap
wadah tersebut dapat semakin diminati. Maka,
belajar dari pengalaman, SkyStar Ventures akan
mengadakan beragam cara, mulai dari promosi
via online, bekerja sama dengan pihak edukasional
luar, join beragam event agar semakin dikenal,
dan sebagainya.
“Saya memang mengakui minat mahasiswa pada
// 17
seminar atau workshop itu terbilang kurang. Tingkat
apatisme mahasiswa UMN sangat tinggi. Maka,
kami pun ingin mengubah tingkat partisipasi
mahasiswa tersebut,” ujar Abraham.
Ia mengungkapkan, jika mahasiswa memiliki tiga
tingkatan akan suatu hal, yakni tahu, mengerti,
dan berminat. Mulanya, diawali dengan tahu.
SkyStar akan melakukan promosi dan publikasi
agar mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas.
Kedua, mengerti akan kegiatan yang diadakan.
Terakhir, berminat. Jika mahasiswa sudah tahu
dan mengerti, maka ia akan berminat untuk
mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan
oleh SkyStar Ventures tersebut.
“Tahu, ngerti, dan minat. Pasti tentu akan
mengerucut. Sayang sekali jika UMN sudah
menyediakan seperti ini, tetapi justru tidak
dimanfaatkan dan hanya digunakan oleh segelintir
orang, apalagi bukan mahasiswa UMN,” tutup
alumnus Public Relations 2010.
//18
Gaung perlombaan di dunia Information and
Communication Technology (ICT) UMN kian surut.
Menekankan pada bidang ICT, kampus dampaknya
kesulitan dalam menarik atensi mahasiswa,
terutama jurusan terkait, untuk ikut andil dalam
perlombaan-perlombaan pada bidang tersebut.
Setelah Tim Alpha UMN berhasil meraih juara
pertama Senior Competitive Programming di ajang
CompFest Universitas Indonesia 2013, tahun ini
seakan belum ada perlombaan kompetitif yang
diikuti oleh mahasiswa ICT UMN.
Menurut Archie Pusaka, salah satu anggota Alpha
UMN pada 2013 lalu, terdapat krisis yang melanda
tim tersebut. Tidak adanya pelatih, peminjaman
ruangan yang sulit, pendingingin ruangan yang
jarang menyala dan internet sering mati jadi ujian
sehari-hari dalam persiapan lomba.
“Akhirnya otodidak sama teman-teman,
penghargaan yang didapat sebagian besar hoki,
setelah itu baru didukung, tapi ya telat,” kenang
Archie, mahasiswa Teknik Informatika angkatan
2010 ini.
Ia mengatakan, sejak angkatan 2007 hingga
2010 tidak pernah mengikuti lomba apapun. “Itu
pertanda bahwa tidak diminati,” tukasnya.
Bila melihat adik angkatannya, ia pun mengaku
ada dua jenis mahasiswa yang ingin terlibat
perlombaan. “Ada yang berpotensi, tapi tidak mau
untuk ikut perlombaan dan ada yang mau ikut,
tapi tidak punya potensi,” ujar Archie yang satu
tim dengan Ekajaya Harsono dan Kevin Purwito.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Kaprodi Teknik
Mahasiswa Apatis,Prestasi Miris?
By Eldo Christoffel Rafael
// 19
Informatika, Dodick Zulaimi Sudirman mengatakan,
target ICT UMN sendiri bukan target jumlah,
melainkan target event yang diikuti mahasiswa.
Ia menyebutkan, tiap semester mahasiswa
diajak untuk mengikuti PKM (Program Keativitas
Mahasiswa) yang merupakan program pemerintah
guna mendorong untuk mahasiswa untuk berkreasi.
Dalam dunia ICT, mahasiswa dituntut untuk membuat
applikasi atau program. Tiap tahun, minimal satu
angkatan menghasilkan satu produk. Bahkan, dari
beberapa mata kuliah, hasil produknya bahkan
bisa dilombakan.
Selain itu, ada lomba Indonesian ICT Awards
(Program dari Kementerian Informasi dan Teknologi)
dan Gemastik (Pagelaran Mahasiswa Nasional
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang
tahun ini diadakan di Universitas Gadjah Mada.
Dodick pun juga berharap, angkatan 2011-2012 bisa
mempertahankan juara CompFest di Universitas
Indonesia nanti.
Namun, dari sekian lomba yang diadakan di
tingkat mahasiswa, antusiasme mahasiswa ICT
UMN terbilang rendah. “Antusiasmenya, ya satu
hilang ganti satu, ya gitu-gitu aja. Lihat temannya
menang, tidak terdorong. Harapan saya, bila ada
yang menang bisa memacu yang lain, ternyata
tidak demikian,” tutup Dodick.
Edited by Erwanto Khusma
Phot
o so
urce
: Mar
ketin
g U
MN
//20
Jiwa seorang technopreneur sebenarnya tidak
berbeda dengan entrepreneur pada umumnya.
Mereka harus memiliki ide kreatif, berani mengambil
risiko, dan dapat melihat segala peluang yang ada
untuk dapat memanfaatkannya menjadi suatu
usaha menguntungkan.
Technopreneurship merupakan bidang yang selalu
berkembang. Untuk masuk ke dalam ranahnya,
dibutuhkan pengetahuan yang tak sedikit, harus
selalu mengikuti perkembangan teknologi itu
sendiri, dan butuh modal yang tak sedikit. Selain
itu, implementasi yang tak mudah dan hadirnya
risiko menjadi beberapa hal yang perlu dipikirkan
matang-matang. Tentu, mendapatkan profit
yang banyak tak ayal menjadi tujuan utama para
pengusaha atau wirausaha.
Di universitas, seperti yang telah diketahui, banyak
mahasiswa yang mempelajari Technopreneurship.
Untuk skala penting atau tidaknya, harus dilihat
terlebih dahulu di universitas manakah diadakan
mata kuliah tersebut. Terkadang, mata kuliah ini
dianggap kurang penting karena tidak semua
mahasiswa menyukai bidang teknologi maupun
bisnis. Namun, berbeda dengan mahasiswa dari
PLUS MINUS TECHNOPRENEURSHIP
jurusan terkait, seperti Bisnis atau IT yang memang
ada hubungannya dengan technopreneurship itu
sendiri. Untuk ke depannya, mahasiswa perlu
mengembangkan minat dan kemampuannya agar
bisa lebih memahami ranah ini lebih jauh.
Namun ternyata, yang menjadi PR besar adalah
bagaimana mengembangkan minat bagi mahasiswa
yang kurang tertarik dengan technopreneurship.
Padahal, ranah ini begitu penting dan perkembangan
teknologi kian pesat. Meski banyak bisnis bermunculan
karena mengikuti arus, seperti fashion dan food
and beverage, implementasinya pun terkadang tak
bisa lepas dari teknologi.
Sebenarnya, bidang ini penting dan tidak dapat
disepelekan. Penting atau tidaknya tergantung
bagaimana maisng-masing memandangnya. Namun,
technopreneurship sangat membantu mahasiswa
dalamm menyalurkan minatnya, sekaligus dapat
membangun bisnis sendiri yang secara otomatis
akan menciptakan penghasilan sendiri sejak dini.
Rewritten by Johannes Hutabarat
Edited by Oktyfany Sembiring
By Budi Widojati
Anggota Public Relation Student Board S1 Prasetiya Mulya Periode 2013/2014
OPINI:
Phot
o by
JPer
sona
l doc
.
// 21
Kutipan “It always seems impossible until it’s done” dari
Nelson Mandela agaknya cocok untuk menggambarkan
tentang entrepreneurship saat ini. Pada awalnya,
merintis karier di dunia wirausaha akan tampak
sulit dijalani hingga akhirnya bisa menghasilkan
sebuah pencapaian. Hal ini dikarenakan seorang
wirausahawan akan memulai semuanya dari nol.
Oleh sebab itu, dibutuhkan bekal yang cukup serta
ketekunan dalam menjalani usaha ini.
Keorisinalitasan sebuah ide merupakan kunci
penting yang harus dimiliki seseorang dalam
berwirausaha. Orang-orang akan tertarik dengan
hal-hal baru yang dapat membantu kehidupan
mereka. Ide-ide baru yang inovatif akan mengantar
para wirausahawan guna mencapai kesuksesannya.
Menjadi seorang entrepreneur berarti memiliki
kelonggaran waktu bekerja. Jika seorang karyawan
yang bekerja pada perusahaan tertentu harus
terikat oleh waktu masuk dan waktu pulang
kantor, wirausaha memberikan kebebasan untuk
mengelola waktu kerjanya sendiri. Hal ini kemudian
menantang para wirausahawan untuk memiliki
time management yang baik. Tantangan lain yang
HAL-HAL YANGMENANTANGWIRAUSAHAWAN
harus dihadapi adalah keseriusan dalam menjalani
usaha tersebut. Tidak adanya atasan akan menjadi
motivasi tersendiri untuk mencapai hasil yang paling
maksimal. Keuntungan yang ditentukan sendiri
biasanya membuat para wirausahawan mampu
memperoleh hasil sesuai dengan keinginannya.
Akan tetapi, pada kenyataannya, seorang
wirausahawan tidak selalu menikmati hasil-hasil
yang memuaskan. Suatu ketika, kesulitan akan
dihadapi layaknya para pegawai kantoran biasa.
Kedua profesi tersebut memiliki keuntungan dan
kerugiannya masing-masing ketika dijalankan.
Hambatan-hambatan tentunya dihadapi juga
oleh para wirausahawan. Maka dari itu, kunci
keberhasilan dalam setiap profesi adalah ketekunan
dan kegigihan dalam menjalaninya, secara terus-
menerus. That’s why, do what you love and love
what you do.
Rewritten by Johannes Hutabarat
Edited by Oktyfany Sembiring
By Evelyn Faustina
Wakil Ketua I’M KOM UMN Gen IV
Phot
o by
JPer
sona
l doc
.
//22
Sonia Eryka:
NINOTCHKA ITU BERAWALDARI MIMPIBy Kevin Sanly Putera, Sintia Astarina
Phot
o by
Per
sona
l Doc
.
SOSOK:
//22
// 23
Pernahkah bermimpi untuk membuka sebuah
kafe? Hal tersebut bisa jadi adalah impian banyak
orang. Namun, dalam mewujudkannya belum tentu
dapat dilakukan semua orang. Ada kalanya modal,
tempat usaha, mitra, pegawai, dan pelanggan
menjadi kekhawatiran tersendiri. Sonia Eryka
di usianya yang terbilang muda, telah mampu
mewujudkan mimpinya. Berkat dukungan dari
orang tua, Ninotchka pun hadir untuk para penikmat
kafe di Jakarta.
adik lelaki saya. Ibu saya yang jadi koki, adik
saya bersiaga jadi pelayan. Saya pun membantu
jadi pelayan, sekaligus kasir,” kata perempuan
yang hobi menyanyi ini.
Nyatanya, ia begitu tak menyangka kalau jumlah
pelanggan di hari pertama akan sedemikian ramai.
Hingga satu waktu, ia melupakan satu hal yang
cukup penting di kafenya.
“Kami tidak punya menu! Kami akhirnya
menjelaskan secara lisan apa saja yang kami
jual,” kenangnya.
//24
Sonia mengaku, nama Ninotchka sendiri berasal
dari sebuah film layar lebar di tahun 1930. Film
itu bergenre komedi romantis dan sifatnya sangat
vintage. Dalam bahasa Rusia, Ninotchka berarti
gadis kecil.
“Saya rasa nama itu cocok untuk saya. Selain
itu, rasanya nama Ninotchka menarik. Dari sana
saya berencana untuk membuat kafe itu tematik,
seperti namanya,” ujar Sonia sembari mengumbar
senyum manisnya.
Nyatanya, manajemen kafe ini dijalankan oleh
anak muda di mana mereka bisa bebas berekspresi.
Menurutnya, beberapa kafe di luar sana kesulitan
untuk menarik anak muda karena mereka tidak
memiliki sumber daya. Di sisi yang bersebelahan,
Sonia pun merekrut para pegawai berusia muda.
Meski dirinya pemilik Ninotchka, ia juga turun
tangan untuk mengurus kafe itu. “Meskipun saya
juga kadang memasak, tetapi sebagian besar
dipegang oleh ibu saya. Kami belum mengizinkan
pegawai untuk memasak, meskipun pegawai
kami sudah tujuh orang. Mereka semua bekerja
sebagai pelayan dan kasir dan satu sebagai barista,”
katanya ramah.
Untuk makanan di Ninotchka, Sonia menggunakan
bahan berkualitas tinggi yang sudah dipilih dengan
hati-hati. Home-made dishes pun menjadi ciri khas
yang diusung perempuan berambut panjang ini
dalam bisnisnya. Kendati demikian, kafe ini tidak
menetapkan harga yang terlalu tinggi agar dapat
dijangkau semua kalangan.
Untuk memasarkan usahanya ini, Sonia
menggunakan media sosial guna membantu
pemasarannya. Facebook, Twitter, dan Blog menjadi
sarananya untuk mempromosikan kafenya. Tak
hanya menjangkau Jakarta, tetapi juga seluruh
bagian Indonesia. Rasanya, ia sungguh berterima
kasih akan kehadiran media-media tersebut. Ia pun
bercerita bagaimana pelanggannya mengetahui
Ninotchka melalui media sosial.
// 25
“Pernah suatu kali, serombongan orang datang
ke Ninotchka dan terkejut bahwa ukuran kafe
kami kecil. Mereka datang dari luar kota hanya
untuk kemari dan mengira Ninotchka lebih ‘wah’,”
kenangnya.
Rencananya, Sonia akan membuka cabang
baru di Kelapa Gading. Bahkan, ia pun mendapat
berbagai tawaran dari orang luar yang ingin bermitra
di Surabaya, Bali, dan Medan.
“Namun, tetap kamilah yang harus menyediakan
makanan. Kalaupun nanti ada di luar kota, kami akan
melatih para pegawai supaya cita rasa makanannya
menyerupai yang sekarang ini.”
Kendati demikian, dirinya masih ingin menggapai
mimpi-mimpinya yang lain. Ia masih ingin membuka
butik sendiri. Meski sudah punya online shop, Sonia
tetap berfokus untuk mengurus Ninotchka. Pernah
terpikir di benaknya untuk melanjutkan studi lebih
dalam tentang kuliner, tetapi ditahannya keinginan
itu. Yang paling penting baginya, kenyamanan
dalam menjalankan bisnis yang menjadi impiannya.
Sebab, rasanya sia-sia apabila membiarkan satu
mimpi pun terbengkalai.
Edited by Erwanto Khusuma
//26 //26
Phot
o So
urce
: Per
sona
l doc
Pernahkah kalian menerima brosur saat berada
di tempat umum? Apakah kalian membacanya?
Kebanyakan orang akan mengambil atau
menerima brosur penawaran barang dan jasa saat
dibagikan, sayangnya brosur tersebut langsung
dibuang sehingga informasi yang diberikan tidak
sampai kepada user. Apakah Anda salah satu di
antaranya?
By Sintia Astarina
Yoko Dwi Putra:
Sulap KertasJadi Jasa Gratisan
// 27 // 27
Melalui pengamatan akan kebiasaan
buruk dalam penggunaan kertas,
tercetuslah ide bisnis Free Copy
and Print (Freepy). Yoko Dwi Putra,
CEO Freepy pun menceritakan bagaimana ia dan
timnya menyulap kertas-kertas tersebut menjadi
pundi-pundi keuntungan.
“Kami berpikir untuk mengubah jenis brosur
tersebut ke dalam jasa print dan photocopy gratis
di kampus yang pastinya akan sangat bermanfaat
bagi mahasiswa dan pemasang advertisement
tersebut,” jelas Yoko.
Ide yang muncul dari 10 mahasiswa UMN ini
berawal saat menjalankan tugas Mata Kuliah
Technopreneurship. Mereka bermaksud untuk
mengembangkan bisnis dan mendapatkan orang-
orang berkompeten di bidangnya agar bisa
memajukan Freepy ke depannya. Berkat kerja sama
dan pemikiran matang, ide ini pun diperhitungkan
sebagai salah satu ide bisnis menjanjikan di era
multimedia ini.
Mahasiswa Akuntansi 2011 ini mengaku, tak
mudah menjalani bisnis di dalam lingkungan
kampus. Mahasiswa memiliki kepentingannya
masing-masing. Hanya segelintir yang sudah
mulai serius memikirkan bisnis dengan usaha
yang maksimal. Meski begitu, ia pun mengaku,
saingan bisnis serupa Freepy di UMN belum ada.
Menjadi CEO sendiri membuat mimpinya menjadi
seorang businessman dapat terwujud. Bersama
timnya, ia pun bisa menjalankan Freepy sesuai
keinginan mereka. Meski begitu, Yoko mengaku
kalau waktunya banyak tersita. Usaha untuk
membangun bisnis ini pun tak sedikit. “Tapi,
gue pribadi percaya kalau high effort pasti akan
berbuah nantinya,” ungkap lelaki kelahiran 23
Agustus 1993 ini.
Tak bisa dipungkiri, mahasiswa memang tidak
lepas dari kesibukan masing-masing. Kadang, sulit
membagi waktu antara urusan bisnis dan kuliah.
Untuk itu, Yoko pun membagi tugas kepada timnya
dan terus mem-follow up usahanya ini. Rapat rutin
pun diadakan pada hari Senin.
Dalam Techno Expo 2014 yang berlangsung pada
26 M0ei 2014 lalu, Freepy pun berpartisipasi guna
memeriahkan acara tersebut. Yoko dan timnya
membuat photobooth dan memasang iklan di
belakang kertas foto guna melambangkan produk
Freepy itu sendiri. Di luar ekspektasi, stand Freepy
menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi
mahasiswa dan dosen.
“Hampir semua dosen yang mendengar presentasi
dari Freepy mengatakan ini adalah ide yang sangat
unik dan menarik. Kemudian, tidak sedikit pula
dosen yang menghubungi Freepy untuk berbincang-
bincang dan mendaftar menjadi investor,” tutur
Yoko bersemangat.
Kendati berbagai tawaran didapatkan, Yoko
dan timnya masih perlu merundingkan karena
sistem manajemen masih harus dikembangkan.
Yoko berharap, ia dapat melanjutkan usaha ini
sampai Freepy mendunia.
“Rencana kami ke depan adalah memiliki sistem
bisnis yang baik dan kami dapat mengembangkan
sayap bisnis kita untuk berekspansi ke universitas
lain juga,” harapnya.
Ya, teknologi seolah menjadi perantara bisnis yang
dijalani dengan kepuasan pelanggan itu sendiri.
Menurut Yoko, menjalani bisnis pada zaman kini pun
sangat penting bila digunakan dengan teknologi.
“Saya menyakini bahwa dengan teknologi,
semua aspek bisnis, kehidupan, maupun yang
lainnya dapat terbantu, juga berjalan lebih cepat,
benar, dan tepat. Dalam bisnis Freepy pun, kami
menggunakan sistem applikasi dan juga kita
memiliki website www.freepycopy.com yang akan
membantu kami memasarkan jasa advertising
kepada orang yang berjarak jauh.”
Sebagai CEO, Yoko pun menitipkan pesan bagi
kita yang ingin menjalankan sebuah bisnis agar
bisa laku di pasaran.
“Jangan menawarkan barang yang kalian sendiri
saja tidak akan mau beli. Juallah barang atau jasa
yang kamu saja sangat ingin miliki.”
Edited by Erwanto Khusuma
//28
Leave It to Smith! Slogan tersebut mengarah pada
pengguna pomade untuk beralih ke merk terbaru
produk ini, yakni Smith. Bermula dari mata kuliah
Business Creation, Michael Nugroho, Michael
Purnama, Ruthmia Maria, Richies Bestianto, dan
Neysa Ananda, diharuskan membuat sebuah bisnis
dan menjalankannya.
Salah satu founder, Michael Nugroho yang sering
menggunakan Pomade, memberikan opsi untuk
bisnis mereka. Produk tersebut yang akhirnya
dipilih oleh kelima mahasiswa Universitas Prasetya
Mulya tersebut untuk dijadikan lahan usaha,
mengingat minyak rambut tersebut digandrungi
banyak remaja.
Sebelum mengusung tema dandy yang identik
dengan gaya necis, elegant, dan gentle, kelimanya
melakukan riset. Smith pun dipilih sebagai nama
produk karena mengesankan sosok yang sama
dengan tema mereka.
Michael Nugroho dan Michael Purnama
menyatakan, yang harus diperhatikan dalam
memulai suatu usaha atau bisnis adalah apakah
produk yang dibuat memiliki keterkaitan dengan
kebiasaan atau hobi. Didirikan enam bulan lalu,
Pomade Smith ini sudah mampu menguasai pasar
Jakarta dan Tangerang.
Pasang surut perjalanan ini sudah dirasakan.
Mulai dari kegagalan dalam membuat bahan pomade
hingga pemasarannya. Mereka pun mengisahkan
bagaimana kegagalan pernah datang ketika mereka
menjalankan bisnis ini.
“Ya, dalam membuat pomade kita pernah
beberapa kali gagal dalam menentukan komposisi.
Mengingat, kita membuat sendiri komposisi pomade
setelah mempelajarinya dari internet,“ ujar Michael.
Selain itu, kesulitan dalam melakukan pemasaran
karena memang modal yang masih terbatas menjadi
batu sandungan lain. Semua modal awal berasal
dari kantong mereka sendiri saat memulai usaha
tersebut. Mahasiswa angkatan 2012 ini harus
menyetor modal awal yang tidak sedikit.
“Modal pertama kami merupakan hasil patungan.
Karena keterbatasan, kami memulai pelan-pelan
Sempat Tersandung BatuBy Nicko Purnomo
// 29
dalam melakukan pemasaran. Pertama, kami
mengincar pasaran yang terdekat, yaitu para
mahasiswa di universitas terdekat dahulu,” akunya.
Namun, dengan tekad dan niat yang kuat,
kelimanya pun meneruskan usaha tersebut. Mereka
mencoba strategi pemasaran melalui kerja sama
dengan barber shop atau salon untuk menyuplai
produk pomade hingga langkah lainnya ditempuh
guna mempertahankan laju Smith.
Pada bulan ketiga, Smith mengalami krisis
keuangan. Dengan permintaan yang cukup
besar, mereka terhambat oleh modal yang masih
belum berkembang. Kemampuan melobi, seperti
memperlihatkan prospek dalam bidang pomade
ini, akhirnya meluluhkan investor. Dana segar pun
dikucurkan untuk produk ini.
Setelah mengalami pasang surut dalam mengarungi
dunia wirausaha, kini mereka sudah memiliki tim
yang berjumlah 10 orang. Pemasaran produk ini
pun terus mengalami peningkatan signifikan.
Jika pada bulan pertama mereka hanya mampu
menjual 100 produk, kini memasuki bulan keenam
mereka sudah mampu melakukan penjualan
hingga 1.000 produk.
Memang, Smith hanyalah sebuah tugas mata
kuliah yang sudah mereka penuhi. Kendati demikian,
mereka tetap bertekad untuk tetap mengembangkan
usaha ini. Tak ayal, sebuah ada sebuah cita-cita
dalam diri guna menguasai pasar Jakarta dalam
satu tahun terhitung sejak usaha ini dibangun.
Bila sudah menguasai pasar, mereka juga tidak
menutup kemungkinan untuk melebarkan sayap
usaha ke kota-kota lain, seperti Bandung dan Medan.
Michael Nugroho pun memberi pesan bagi
mahasiswa-mahasiswa yang ingin mengikuti
jejak mereka untuk selalu optimis dalam memulai
suatu usaha.
“Jika memiliki ide bisnis, semuanya harus berawal
dari tekad dan nekat. Segala bentuk ide bisnis itu
harus dicoba dan selalu berpikir ke depan. Jangan
takut mencoba dan pasar Indonesia masih sangat
besar. Semua ide bisnis bagus, tinggal bagaimana
kita mengembangkan saja,” tutupnya.
Edited by Erwanto Khusuma
Phot
o by
Man
agem
ent S
mith
//30
Kamis, 26 Mei 1946. Sedari pagi matahari begitu terik. Di Cisauk,
Tangerang, ribuan orang telah siap dengan golok yang terhunus, berbilah-bilah bambu yang diruncingkan, dan semangat menggebu untuk mengusir penjajah dari tanah mereka. Mereka tidak berseragam selayaknya tentara, karena memang mereka hanya rakyat biasa yang berasal dari daerah Madja, Tejo, Rangkas Bitung, dan sekitarnya. Petani, buruh, berbagai profesi melebur menjadi satu laskar di bawah kepemimpinan Kyai Haji Ibrahim.
“Allahu Akbar!”“Serbuuuu!”Golok terayun dan sebagai gantinya peluru
ditembakkan. Dentang senjata tajam dan suara tembakan bercampur rintihan dan teriakan, seperti paduan suara kematian. Setelah 12 jam, paduan suara itu baru berhenti. Perang telah usai. Penjajah kocar-kacir digempur laskar rakyat. Sebanyak 150
pejuang gugur, termasuk pemimpin mereka, Kyai Haji Ibrahim.
***Ilham memarkir motornya di depan kantor
administrasi Taman Makam Pahlawan Seribu. Dia meninggalkan pekerjaan sambilannya sebagai tukang pangkas rumput untuk menemui saya. Sisa tanah merah dan rumput masih menempel di sepatu botnya yang berwarna hijau, menandakan dia benar-benar bergegas kemari.
Pria itu sudah mengabdi menjadi pengurus makam selama kurang lebih tiga tahun. Bersama dua rekannya, Didin dan Sadikin, merekalah yang sehari-hari bertanggung jawab membuat tempat peristirahatan terakhir para pejuang ini nyaman dan indah dipandang.
Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu terletak di pinggir Jalan Raya Serpong, kesunyiannya tampak
Seribu Nisan Putih:
Kisah Pejuang Kemerdekaan Tak BernamaBy Hana Krisviana
WISATA:
// 31
pejuang yang tewas dalam Pertempuran Seribu nyaris 67 tahun lalu. Nama ke-151 hingga 237 dikosongkan, karena merupakan pahlawan tak dikenal yang langsung dimakamkan di sana, di bawah nisan-nisan tak bernama.
Area pekuburan juga sangat sederhana. Nisan yang terpancang hanya berupa bilah-bilah kayu yang dicat merah-putih beberapa tahun sekali, untuk menyaput tangan-tangan iseng yang membubuhi keterangan ngawur di nisan. Hanya sedikit yang diberi nama dengan menggunakan spidol hitam. Sisanya anonim, termasuk Kyai Haji Ibrahim. Tidak ada yang tahu jasadnya disemayamkan di petak yang mana.
Ironisnya, kuburan yang lebih baik justru bukan milik pejuang Pertempuran Seribu, namun milik Kapten Solichin yang wafat pada 1989, serta kedua orang tua salah satu
kontras dengan kondisi jalan raya yang padat dan berisik. Tidak ada tugu peringatan yang megah, satu-satunya penanda hanyalah plakat beton seperti yang biasa didirikan di depan kantor kecamatan. Tulisan “Taman Makam Pahlawan Seribu Serpong, Kab. DT II Tangerang” dari alumunium perak berkilau jika tertimpa cahaya matahari. Sederetan pagar rendah berwarna putih kusam berdiri tegak mengelilingi seluruh kawasan seluas kurang lebih 900 km2 terebut.
Areal TMP hanya berupa lapangan parkir, taman, area pekuburan, serta pos penjagaan dan kantor administrasi yang kini dapat dikatakan beralih fungsi menjadi tempat istirahat ketiga penjaga makam. Satu-satunya keterangan mengenai tempat ini hanyalah kalimat yang tertera pada dinding batu, “Di sinilah peristirahatan kami terakhir setelah menunaikan dharma bhakti pada tanggal 26 Mei 1946”, kemudian diikuti dengan nama 150
Phot
o by
Han
a Kr
isvi
ana
//32
petinggi Kota Tangerang Selatan, H. E Mugni Sastradipura yang wafat pada 2000, serta Hj. Ratnaningsih Mugni yang wafat di tahun 2003. Ketiganya diberi nisan batu, lengkap dengan tanggal kelahiran, kematian, dan ayat Al-Quran.
“Ada yang bilang nama ‘Seribu’ itu plesetan dari kata ‘Serbu’, ada yang bilang juga karena waktu itu yang berperang jumlahnya ribuan. Tidak ada yang tahu pasti,” terang Ilham sambil membersihkan sepatu botnya dari tanah merah yang mengganjal. “Tapi yang jelas bukan karena ada seribu makam. Di sini hanya ada total 240 makam.”
Hari itu hari Minggu dan langit sedang cerah, tetapi saya hanya satu-satunya pengunjung di sana. Ilham mengaku, TMP ini memang hanya ramai dikunjungi pada saat-saat tertentu saja. Ulang tahun Kota Tangerang Selatan, misalnya, atau Hari Pahlawan, kemudian HUT salah satu divisi angkatan bersenjata. Kadangkala para ahli waris pahlawan yang terbaring di sini mengadakan halal bihalal atau acara makan bersama di makam.
Satu-satunya yang masih dijalankan adalah malam Renungan Suci setiap 17 Agustus. Mulai dari jam 12 malam hingga 1.30 dini hari, segenap pengurus Kota Tangerang Selatan meletakkan lilin di setiap nisan kemudian mendaraskan doa untuk mengenang para pahlawan.
“Tapi ini masih mending, teh,” sahut Ilham. “Dulu, sebelum pindah ke sini ‘kan tempatnya kecil, tidak bisa dipakai untuk acara apa-apa. Sekarang mah sudah lebih enak, sudah diurus sama Dinas (Kebersihan, Pertamanan, dan) Pemakaman. Dulu waktu sama Dinas Sosial kurang diurus.”
Berbeda dengan kebanyakan situs perjuangan, TMP Seribu memang sudah tidak lagi berdiri di atas tanah bekas pertempuran aslinya. Sejak 1996, Pemerintah Kabupaten Tingkat II Tangerang memutuskan untuk memindahkan lokasi TMP Seribu ke Jalan Raya Serpong, sekitar 2 km dari situs aslinya. Tugu peringatan pertempuran tidak ikut dipindahkan, tetapi dibiarkan terbengkalai di lahan yang penuh semak belukar di daerah Cisauk. Sejak itu juga, pemeliharaan tempat
// 33
tempat ini. Padahal, TMP Seribu juga merupakan saksi sejarah Indonesia yang patut diingat, juga dilestarikan, paling tidak oleh warga daerahnya sendiri.
“Saya cuma pengin orang tahu, kita ‘kan bisa hidup enak, ya karena mereka juga,” tatapannya menerawang ke arah kuburan, entah memikirkan apa.
Matahari makin tinggi di atas kepala. Angin berkesiur pelan, merontokkan beberapa daun yang memang telah lama mati. Jalanan di luar masih ramai, tetapi saya masih satu-satunya pengunjung di tempat ini.
Edited by Sintia Astarina
bersejarah ini diletakkan pada tanggung jawab Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan.
Namun, perpindahan kepengurusan tidak lantas mensejajarkan TMP Seribu dengan taman makam pahlawan lain di Jakarta. Sebagai tempat wisata sejarah, TMP Seribu masih tetap kurang diminati karena kalah populer dengan objek wisata sejenis yang memiliki tokoh yang lebih dikenal. Ilham mengaku, di awal tahun 2000, tempat ini malah sempat ramai dikunjungi pelanggan “kupu-kupu malam” yang suka mangkal di area pekuburan.
“Mereka ‘kan tinggalnya di kampung belakang, jadi suka ketemuan di sini,” ungkap laki-laki penyuka kopi hitam ini. “Saya kasih tahu baik-baik, dekati satu-satu, alhamdulillah sebagian mau cari tempat mangkal lain. Baru setelah (kampung dan TMP) ditembok, mereka nggak ke sini lagi.”
Ilham menyesalkan kurangnya pengetahuan masyarakat dan perhatian dari pemerintah daerah, terutama untuk menyosialisasikan peristiwa dan
//34
Menjadi seorang sound designer tak dapat disamakan seperti seorang fashion designer. Kecintaan Jack Simanjuntak di bidang yang digelutinya ini begitu kompleks. Dari perspektif seni, ia melihat unsur bunyi sebagai medium untuk berkarya. Terlebih lagi, area eskplorasi seorang sound designer begitu luas. Di depan ruang studio sempit ini, Jack bercerita bagaimana kecintaannya… antara sound designing dan memasak.
Ya, pria berumur 40 tahun ini nyatanya sudah terbiasa dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan musik. Bahkan, saat ia duduk di kelas dua SD, ia membeli kaset grup musik YES, album milik 90125, dengan harga 1.200 rupiah. Pada saat kuliah di Jurusan Arsitek, ia pun sempat bermain band. Melihat musikalitasnya yang makin terasah, pria ini pun melanjutkan pendidikannya di bidang musik. Awalnya, keinginan itu ditolak oleh orang tuanya sendiri.
“Apa kata orang tua calon pacar bila melihat kamu seniman? Tapi, kenyataan dan paradigma itu harus diubah,” ujar Jack mengibaratkan bagaimana orientasi orang terhadap uang masih sangat kental.
Jack Simanjuntak:
Antara Sound Designing & MemasakBy Eldo Christoffel Rafael
Apa kata orang tua calon pacar
bila melihat kamu seniman?”
MUSIK:
//34
// 35
Phot
o by
Josh
ua G
unad
hi
// 35
//36
Namun pada akhirnya, ia pun masuk Jurusan
Sound Design di University of Sydney, Australia.
Setelah menyelesaikannya, ia pun bergabung sebagai
pengajar di Universitas Pelita Harapan pada 2004.
Selama mengajar, ia melihat respon anak muda
yang ingin belajar musik sangat luar biasa. Alumnus
yang sudah lulus pun ia libatkan dalam proyek film
dan sound art yang dijalani.
Satu hal unik yang ditemukannya, para mahasiswanya
mulai merasakan sinergi dua ilmu itu ternyata seru.
Misalnya, anak Jurusan Film juga belajar tentang sound.
“Kayak kamu jualan bakso, kemudian makan rujak,
jadi tidak cakar-cakaran. Sinergi kedua makanan itu
luar biasa. Kayak orang jual makanan dan minuman
saling membutuhkan dan saling melengkapi,” tuturnya.
Siapa sangka, lambat laun teknologi membuat
bidang sound design yang digeluti ini mulai dilirik.
Jack pun mencontohkan banyak sekali aplikasi dalam
operating system di smartphone seperti di iOS atau
Android. Tidak hanya visual yang dibutuhkan, tapi
perlu musik.
Dengan pekerjaannya ini, ia pun bisa memanfaatkan
dan memanipulasi unsur bunyi. Di sanalah kekayaan
keahlian yang ditekuninya. Ia pun bisa mengerjakan
sound scoring dalam film dan membuat pagelaran
musik. Bahkan, baru-baru ini, ia mengerjakan sebuah pagelaran World Culture Forum di Denpasar, Bali. Pekerjaannya ini menuntut kreativitas. Tak hanya sekadar menjadi seorang sound designer, dalam pembuatan album, ia bisa jadi produser, recording engineer, atau mastering engineer.
SENANG MASAK
Di sisi yang berlawanan, pria ini mengaku akan menggeluti dunia masak jika dirinya tak bisa menjadi sound designer. Menurutnya, memasak adalah analogi yang penting untuk belajar sound. Bila ingin hasil masakan yang berkualitas, tentu kita juga harus membeli bahan yang berkualitas.
“Pada saat bermain gitar, pasang microphone yang benar, bermain yang benar, gitar yang benar, senar yang benar. Jangan ambil gitar,
microphone murah dan berharap bunyinya jadi seperti Daft Punk,” ujarnya.
Baginya, perkara memasak adalah soal timing. Bila terlalu lama dimasak, hasilnya akan gosong. Di dalam musik, kita bisa menyebutnya sebagai momentum dan dalam pembuatannya harus punya logika rasa dan interprestasi saat menikmati bunyinya. Momentum juga harus punya jam terbang. Tak hanya itu, intuisi juga dijadikan salah satu bahan pokok untuk meracik musik yang bagus. Intuisi sendiri lahir karena pengalaman yang lama dan tak bisa langsung ada.
Bila ditilik dari sisi ekonomi, bidang yang dijalaninya sekarang ini juga membutuhkan modal yang tak sedikit. “Satu microphone saja harganya bisa 40 juta,” paparnya.
Sama halnya seperti memasak. Jack mencontohkan Jamie Oliver di program acara Asian Food Channel. Nyatanya, gaji yang besar dimilik oleh Jamie, membuatnya tergiur untuk memasak dan membuka restoran di kemudian hari. “Saya ingin menikmati sensor lidah dan mata, saya tak mungkin jauh di bidang seni, saya tak cocok untuk berbisnis.”
FILOSOFI HIDUP
Meskipun begitu, selama ia berkarya di bidang musik, tanpa basa-basi, ia mengatakan tidak puas dengan karyanya satupun. “Sehabis scoring film, kadang geli dengarnya.”
Padahal beberapa kinerjanya dalam dunia film cukup membuat para penikmatnya merasa “wah”. Film layar lebar yang dibuat scoring-nya pun termasuk film kelas tinggi tanah air. Sebut saja Tarix Jabrix, Summer Breeze, The Visit, dan yang terakhir adalah The Raid. Selain itu, ada juga proyek film televisi The Sesame Street Indonesia atau sering disebut Jalan Sesama. Di situ, ia menjadi music director pada 2007-2012.
“Saya harus terus belajar, itulah yang saya banggakan. Saya nggak pernah puas dengan karya saya, tapi saya harus berhenti berkarya itu adalah keharusan. Saya nggak mungkin bikin lukisan sampai 40 tahun. Bila dalam dunia masak misalnya, saya buat cumi goreng mentega. Bila saya terus buat,
// 37
hasilnya akan gosong,” ujarnya mantap.Dikatakannya, seniman yang membanggakan
karya lamanya menandakan bahwa ia tidak pernah maju. Inilah kisahnya setelah mengerjakan mastering album, sesudahnya ia mengatakan harus membuat karya baru lagi. “Hati-hati dengan namanya kebanggaan, kita bisa jadi stop berkarya. Senang boleh, tapi harus tetap move on untuk berkarya,” ujarnya sambil tersenyum.
Dalam hidup, Jack sendiri punya nilai pegangan hidup, yaitu kosmologi filsafat Sunda yang berbunyi tekad, ucap, lantah. Arti mudahnya, menyelaraskan hati, ucapan, dan perbuatan satu sama lain. perbuatan.
“Saya tidak sempurna, tapi saya mau belajar tiga prinsip seperti itu. Tuhan menguji hati kita.”
Dalam ranah seni ia pun bergulat di area itu. Dunia seni yang dicintainya, pada akhirnya merefleksikan dan menafsirkan tentang kehidupan.
“Seni itu mengamati dan merenungkan, serta membuat karya. Kalau kamu betul-betul membuat karya dengan perenungan, tidak mungkin membuat karya yang destruktif.”
Edited by Sintia Astarina
//38
Inilah sebuah riwayat pemuda tentang revolusi
yang ia perjuangkan dalam masa peralihan dari
the republic of fear menuju suatu masa dimana
Indonesia adalah the republic of promised land.
Budiman Sudjatmiko merupakan salah satu
putra bangsa yang turut andil dalam mendukung
turunnya rezim kediktatoran Soeharto yang
telah membayangi bangsa Indonesia selama
32 tahun. Ia mengisahkan rasa mencekam yang
seketika menggelayuti dirinya tatkala para militer
memeriksa semua buku-bukunya dan mengorek
seluruh rahasia Partai Rakyat Demokratik (PRD)
tempat ia bernaung.
Namun, Iko –nama kecil si penulis– tak hanya
mengisahkan perjuangan fisik dan mental yang
ia hadapi selama menghempas gelombang
anarkis pemerintah. Dalam buku ini, ia berbagi
pengalaman masa kecilnya di desa. Sebuah tempat
di mana ia belajar mengenal derita masyarakat
desa. Cerita tentang Iko kecil yang membagi
beberapa butir telur kepada teman-temannya.
Perjalanan Revolusi Iko
Judul : Anak-anak RevolusiPenulis : Budiman SudjatmikoTahun Terbit : 2013Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
By Annisa HardjantiEdited By Eldo C. Rafael
Phot
o So
urce
: ht
tp://
d.gr
-ass
ets.
com
/boo
ks/1
3823
4019
3l/1
8692
693.
jpg
Hingga Iko terus beranjak dewasa dan memutuskan
untuk terlibat dalam organisasi-organisasi yang
memperjuangkan hak rakyat.
Tak melulu bicara tentang politik serta kegiatan
revolusi yang ia lakukan, ia pun menyisipkan kisah
tentang perasaannya terhadap seorang gadis.
Sekelumit kisah tentang perasaannya yang tidak
pernah sempat ia sampaikan pada gadis pujaannya.
Tak hanya membawa kisahnya pada khalayak
umum, tapi tapi juga kisah pemuda-pemudi
Indonesia dalam ikhwal perjuangan mendobrak
sangkar rezim Soeharto. Iko mengungkap kisah-kisah
perjuangan revolusi putra putri bangsa yang rela
turun untuk berdemo tanpa gentar untuk terluka.
Buku ini adalah bukan sebuah autobiografi
semata. Iko mengemas kisahnya seperti sebuah
novel petualangan. Pembaca akan merasa dibawa
pada sebuah kenyataan tentang Indonesia yang
mampu direkonstruksikan melalui imaji. Satu
hal yang perlu disadari, sang penulis bukanlah
tokoh fiktif.
REVIEW:
// 39
Remy Sylado kembali hadir dalam karya terbarunya,
yakni Malaikat Lereng Tidar. Buku berlatar sejarah
ini bercerita tentang seorang pemuda asal Minahasa
bernama Jehezkiel Tambayong dengan nama lain
Jez Maliki. Kita dibawa ke dalam perjalanan hidup
Jez mulai dari umur 17 tahun hingga ia berperang
ke Aceh.
Jez memilih untuk menjadi seorang tentara
Belanda. Ia dididik di Magelang untuk melawan
rakyat Indonesia di tanah Rencong yang berlangsung
selama dua dekade. Cerita tidak berhenti di situ.
Jez menjalin cinta dengan Toemirah, putri dari
pemilik Waroen Idjoe. Toemirah sendiri sudah
memimpikan Jez sebelum ia bertemu dengan
Jez. Walaupun bukan menjadi topik utama, tetapi
percintaan tetap diangkat di dalam buku ini.
Hubungan mereka mendapat rintangan Soembino.
Soembino berambisi menjadikan Toemirah sebagai
istri kesembilan. Soembiono melakukan berbagai
cara untuk mencapai ambisinya itu. Jez menikahi
Toemirah sebelum ia berperang ke Aceh dan ia
Balada Cinta dan Sejarah Jez dan Toemirah
Judul : Malaikat Lereng Tidar Pengarang : Remy SyladoJumlah Halaman : 544 halamanPenerbit : Penerbit Buku Kompas Jumlah Halaman : 544 halaman Tahun Terbit : 2014
By Arnoldus KristianusEdited By Eldo C. Rafael
Phot
o So
urce
: ht
tp://
read
betw
eenp
ages
.blo
gspo
t.com
/201
4/05
/mal
aika
t-le
reng
-tida
r.htm
l
memberi julukan Malaikat Lereng Tidar kepada
istrinya.
Sinopsis pada cover belakang yang tidak memuat
plot cerita sepenuhnya justru membuat hal yang
berbeda. Pembaca pun kian penasaran karena
setiap bab selalu diakhiri dengan puisi. Uniknya,
penulis bisa membawa pembaca ke dalam sudut
pandang tokoh cerita.
Dalam setiap bab, ada sudut pandang berbeda
dari Jez, Toemirah, hingga Soembiono. Pembaca
dibawa seolah-olah merasakan yang tokoh alami.
Penggambaran tokoh antagonis dan protagonis
pun tergambar jelas dalam cerita. Bagi kalian para
pecinta sastra, buku yang satu ini bisa menjadi
bacaan menarik di tengah liburan.
//40
By Veronica Wijaya
“Will you marry me?” Rege menatap Lila dengan
syahdu. Ia menggenggam tangan kanan kekasihnya
dengan lembut. Tak disangka, kekasih yang selalu
ada di sampingnya itu akan melamarnya. Inilah
saat yang begitu ditunggu-tunggunya.
Di sebuah restoran ala Perancis yang terlihat ramai,
Lila memandangi Rega yang tengah menunggu
jawabannya. Di sana, beberapa pengunjung terlihat
sedang menikmati santapan malam nan mewah
mereka. Restoran yang terletak di Jakarta Selatan
itu memang tampak begitu megah dan klasik.
Di malam yang dingin itu, Rega dan Lila sengaja
bertemu untuk merayakan harijadi mereka yang
keempat.
Lila berpikir keras, apakah ia akan menerima
lamaran itu. Tiba-tiba, rasa sakit di kepalanya
Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan...
Akhir yang menyedihkan adalah awal kebahagiaan...
memeluk bahagia
CERPEN:
// 41
menyerang. Ya, rasa sakit tak tertahankan yang
sering ia rasakan akhir-akhir ini.
Ahh... kenapa sakit kepala itu datang lagi? Batin
Lila. Sekuat tenaga ia tahan rasa sakit yang
mendera hingga akhirnya ia tertidur pulas dalam
rasa sakit tak tertahankan.
Ia jadi ingat bagaimana kondisi kesehatannya
beberapa bulan terakhir ini. Degup jantungnya
semakin memburu ketika dilihatnya sebuah
cincin yang hendak dipakaikan Rega di jari
manisnya. Namun….
“Maaf, aku nggak bisa,” jawabnya dengan
sedih.
memeluk bahagia
Illustration By Ferdinand
//42
Ia jadi ingat bagaimana kondisi kesehatannya
beberapa bulan terakhir ini. Degup jantungnya
semakin memburu ketika dilihatnya sebuah
cincin yang hendak dipakaikan Rega di jari
manisnya. Namun….
“Maaf, aku nggak bisa,” jawabnya dengan
sedih.
Seketika itu juga, raut wajah Rega diselimuti
oleh kekecewaan yang mendalam. “Kenapa? Ada
apa?”
“Aku nggak bisa menceritakannya padamu,
Ga. Maafin aku,” ujarnya lagi.
Suasana menjadi hening. Udara semakin
dingin.
“Apa kamu nggak mau menghabiskan semua
waktumu bersamaku?”
“Aku ingin! Aku sangat ingin! Tapi ada sesuatu
yang membuat aku nggak bisa menerima ini
semua.”
“Apa? Jelaskan padaku, Lil!” Rega mulai
penasaran.
Lila menggeleng lemah. “Nggak bisa. Maafin
a…”
Sakit kepala itu datang bertubi-tubi. Lila
memegang kepalanya. Sakit tak tertahankan
menjadi teman malamnya. Namun, sebisa
mungkin ia tetap memberi senyum terbaik untuk
kekasih hati di hadapannya itu.
Malam yang seharusnya menjadi kenangan
paling membahagiakan kini berputar 180
derajat. Hati Rega hancur berkeping-keping
setelah mendengar penolakan tak beralasan
dari perempuan yang ada di hatinya itu.
Rega pun memutuskan untuk mengantar Lila
pulang sehabis makan malam. Sebuah kecupan
di dahi tak sengaja membuat Lila menitikkan air
mata. Entah pertanda apa itu. Lila pun turun
dari mobil kekasihnya itu tanpa mengucapkan
sepatah kata pun dari bibirnya. Ketika ia
menutup pintu mobil, rasa sakit di kepalanya
kembali menyerang. Sebelum Lila membuka
pintu rumahnya, ia sudah tak sadarkan diri.
***
“Anak Ibu dan Bapak mengidap kanker otak
stadium akhir,” jawab dokter tersebut sambil
melepas kacamata dan mengelap peluh di
dahinya.
Kedua orang tua Lila begitu terpukul
mendengar kondisi anak mereka. Ternyata,
selama ini Lila menyembunyikan penyakitnya itu
dari orang-orang terdekatnya. Tak heran, akhir-
akhir ini putri mereka sering menderita sakit
kepala. Rega juga tak percaya dengan apa yang
baru dikatakan dokter. Dunianya seakan runtuh
dalam sekejap.
“Sejak kapan Lila menderita penyakit ini?
Mengapa dia tak pernah memberi tahuku?
Apakah ini alasan ia menolak lamaranku?”
tanya Rega bertubi-tubi. Sungguh ia menyesali
semuanya.
“Kami juga baru mengetahuinya hal ini,
Rega. Lebih baik kita berdoa saja untuk
kesembuhannya,” kata Ibu Lila sambil berkaca-
kaca.
Subuh telah datang. Kedua orang tua Lila,
juga Rega, dengan setia menunggu perempuan
itu untuk membuka kedua matanya. Nyatanya,
dosis obat yang tinggi membuat Lila tertidur
terlalu pulas.
Jam terus berputar hingga akhirnya Lila
tersadar. Ia membuka kedua matanya perlahan,
tetapi tak sedikitpun bisa ia gerakkan seluruh
tubuhnya. Seakan-akan kanker otak itu telah
mengunci panca inderanya.
“Lila... kamu sudah sadar?” tanya Rega yang tak
bisa tidur semalaman. “Sayang, mengapa kamu
tak memberitahuku tentang kondisimu ini?”
Tak disangka, air mata jatuh perlahan dari
kedua mata Lila yang cantik. “Aku nggak mau
membuatmu khawatir, Sayang.”
Rega pun mengenggam tangan Lila lembut
// 43
dan erat. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa
waktu berjalan begitu cepat. Rasa-rasanya,
seperti ada titik balik yang menghantarkan cerita
antara Rega dan Lila menuju sebuah ujung yang
memilukan.
“Apakah ini alasan kamu nggak mau menerima
lamaranku?”
“Aku nggak mau kamu terpukul melihat aku
pergi ketika kita sudah bersama nanti.”
“ Asalkan bisa bersamamu setiap detiknya
adalah hal terindah yang boleh aku miliki.”
“Aku nggak sanggup, Ga....” Tangis Lila
kian deras. Beban berat di dadanya semakin
bertambah. “Hidupku nggak lama lagi, Ga. Aku
yakin... kelak kamu akan menemukan Lila lain
di luar sana. Yang lebih baik... lebih sayang dan
perhatian padamu... yang mencintai dengan
tulus seperti aku mencintai kamu....”
Rega pun menyandarkan kepalanya di atas
tangan Lila dan ikut menangis. Sesak di dadanya
kian menumpuk. Rega sulit bernapas dan
menerima semua kenyataan pahit yang datang
tiba-tiba ini.
***
Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan
Akhir yang menyedihkan adalah awal
kebahagiaan
Tuhan miliki rencana, kita pun begitu
Tuhan punya kehendak, kita hanya berserah
Aku tunduk pada lukaku ketika aku menicintai
apa yang kumilikki
Aku kalah dari sakitku ketika aku berjuang ‘tuk
bertahan
Waktu kian mengubah detik-detik bahagia
menjadi distorsi
Tapi... asal tanganku bisa menggenggam urat
nadimu erat
Aku bahagia menjadi aku yang seutuhnya
milikmu
Maaf... aku harus pergi di jalan tanpa akhir
ini
Maaf... aku membiarkanmu berjalan sendiri
Tuhan punya rencana lain untuk dilanjuti
Kelak kau akan temukan bahagiamu dalam
hidup yang lain
Percayalah... kamu akan temukan yang lebih
baik dari semua ini
Percayalah padaku...
Percayalah pada kepergian ini...
Ragaku takkan pernah jauh di jantungmu
Ketuklah hatimu ketika kau merindukanku
Terima kasih untuk hari inidah yang telah
terukir bersama
Bahagiaku mengenal dirimu, Rega Sayang...
Aku begitu tulus mencintaimu...
Mencintaimu adalah nafas yang membiarkan
aku
tetap membuka kedua mata yang mulai
terkatup ini...
Aku mencintaimu, Rega...
Selamanya...
-Lila
Suatu malam sunyi yang dingin, dengan wajah
yang masih memerah dan mata yang sembab
akan jatuhnya buliran air mata, Rega duduk
di pojok jendela dengan sehelai kertas putih
berisi surat. Dibenamkannya wajahnya dalam-
dalam karena rasa sedih, haru, kecewa, dan
sesal bertumpuk menjadi satu di dalam dada.
Kepergian yang terkasih sungguh menyayat
diri.
“Selamat tinggal, Lila... kamu pasti bahagia di
atas sana... harus....”
//44
RUBRIK BATTLE pada edisi kali ini hadir dengan
pertanyaan seputar Teknologi.
Ada Michael Gunawan dan Cosmas Bayu yang siap
bertanding! Yuk, kita lihat jawaban mereka.
Siapa sih yang paling jago dan bisa menang?
Michael GunawanDKV 2012
Comas BayuILKOM 2012
BATTLE:
Photo source: Personal Doc.
// 45
Siapa penemu mesin cetak?
Kapan New Media Tower
diresmikan?
Siapa Pemilik Skystar Ven-
tures UMN?
Gedung UMN rencananya akan
menjadi apa ke depannya?
Apa merk komputer yang
biasa dipakai di UMN untuk
Kelas Multimedia Labora-
tory?
Johannes Guttenberg
New Media Tower diresmikan
tahun 2012 bulan September,
tanggalnya lupa
Bukan saya
Tempat syuting (?)
Apple (Macintosh)
Johannes
Tahun 2012
Tak tahu
Akan menjadi gedung yang ramah
lingkungan dan hemat energ. Kemu-
dian, UMN juga akan membangun
gedung “telur” lagi sebanyak empat
gedung yang sama seperti New Me-
dia Tower ke depannya
Apple Mac
TOTAL Benar 3 Benar 4
And the winner goes to:COSMAS BAYU - ILKOM 2012!!!
//46
Bazaar ArtJakarta 2014
SNAPSHOT:
//46
// 47
Tulus
// 47
//48
1Layar Gelas Tertipis di DuniaTeknologi ini tercatat dalam Guinness Book of
Record sebagai kaca dengan kekuatan yang luar
biasa. Material Graphene yang menjadi bahan
pokok pembuatan layar gelas ini dinilai sebagai
bahan teringan dan terkuat di dunia. Rencananya,
layar kaca ini akan digunakan di beberapa jenis
smartphone.
Charger Bertenaga Air5
Temuan ini mempermudah manusia dalam
berkomunikasi. Tanpa perlu mencari stop kontak
jika kehabisan baterai, tinggal diisi air bersih saja
pada powerbank ini, maka ia akan kembali penuh
untuk mengisi baterai ponsel kita.
By Didit Abdillah
6Referee Third EyePerangkat berbentuk jam ini menyampaikan
pesan yang dapat meminimalisisai kesalahan
wasit. Seperti keika bola melewati garis gawang
maka akan disampaikan kepada wasit melalui
jam ini, Begitu pula saat offside dan hands ball.
7MiCoachTemuan ini dapat digunakan untuk merekam
data statistik pesepak bola, seperti performa
kecepatan, akurasi tendangan, dan level intensitas
secara akurat. Tempelkan chip ini di bawah sepatu
Adidas maka, chip tadi bisa memberikan hasil
latihan kita jika dihubungkan dengan komputer.
Sarung Tangan Orang Bisu4
Sarung tangan ini merupakan teknologi temuan
dari mahasiswa Ukraina yang ingin membantu para
tuna wicara untuk lebih mudah berkomunikasi
dengan semua orang. Sarung tangan ini dapat
mengeluarkan kata yang dimaksud pengguna
berdasarkan kata yang ia keluarkan melalui
bahasa isyarat.
3Sikat Gigi PintarSaking pintarnya, sikat gigi ini bisa terhubung
dengan ponsel pintar milik penggunannya untuk
menyampaikan saran kesehatan giginya. Seperti
untuk mengurangi merokok, anjuran melakukan
sikat gigi dalam sehari, dan juga kondisi kesehatan
darah penggunanya.
Oculus Rift2
Ini adalah headset virtual yang memberikan kesan
“masuk” ke dalam permainan video game yang
sedang dimainkan. Seperti namanya, Oculus
akan menjadi pabrikan yang membuat konsol
game dengan teknologi terbaru ini.
1
5
6
7
2 3
4
DISCOVERY:
// 49
Ultimagz edisi September 2014
INFO KAMPUS:• Larangan Penggunaan Kampus
Ketika Hari Libur
• Quo Vadis Koperasi Mahasiswa
UMN?
• UMN Night, Riwayatmu Kini
• Dilema Kuliah Pengganti
• Stilodot Bikin Resah
Harga: Rp 10.000,-
Dapatkan di Kantin Gedung C, UMN
Setiap Senin-JumatPukul 10.00-16.00
atau hubungi:@ultimagz dan [email protected] untuk pemesanan.
WHAT’S NEXT:
//50