ultimagz agustus 2014 - technopreneurship

52

Upload: ultimagz

Post on 02-Apr-2016

254 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Memasuki bulan Agustus, bukan lagi soal nasionalisme yang dibahas. Technopreneurship pun mampu menjadi tema yang menarik pembaca sekalian. Liputan utama edisi ini adalah Karut-marut Wirausaha di Kampus Multimedia. Free Download!

TRANSCRIPT

Page 1: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship
Page 2: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

Selamat Har i -

ke-merdeka-an !

1

7

-

A

G

U

S

T

U

S

-

1

9

4

5

D

I

R

G

A

H

A

Y

U

-

R

I

-

K

E

-

6

9

Page 3: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 1

Selamat Har i -

ke-merdeka-an !

1

7

-

A

G

U

S

T

U

S

-

1

9

4

5

D

I

R

G

A

H

A

Y

U

-

R

I

-

K

E

-

6

9

Pelindung Ninok Leksono Dewan Redaksi Bertha Sri Eko, Ambang Priyonggo Pemimpin Umum Kevin Ivander Pemimpin Redaksi Sintia Astarina Redaktur Pelaksana Eldo Christoffel Rafael, Patric Rio Batubara Sekretaris Redaksi Desy Hartini Editor Desy Hartini, Evans Simon, Oktyfany Sembiring, Erwanto Khusuma, Arnoldus Kristianus, Nikolaus Harbowo, Ghina GhaliyaReporter Didit Abdillah, Lani Diana, Annisa Hardjanti, Silsa Dea Suryana, Annisa Meidiana, Firqha Andjani, Johanes Hutabarat, Daniellisa Putriadita, Gregorius AryodamarFotografer Monika Dhita (Editor), Michael Andrew, Kevin Gunadjaja, Guido Caesar, Yehezkiel Soedira, Anthony Dennis Desain Visual Mikael Bima (Editor), Cyntia, Yulio Darmawan, Dennis Reynaldo, M. Kamal. Antonius Ferdinand, Ridwan Nasution, Levina Hou Pemimpin Perusahaan Joshua Gunadhi Staff Perusahaan Rizka Hasnita, Yunike H. Fransisca Keuangan Oktyfany Sembiring Media Partner Ghina GhaliyaWeb Maintenance Kalvin, Ilham Akbar

SINTIA ASTARINAPEMIMPIN REDAKSI

DESAIN COVERYulio Darmawan

PENERBIT Alamat Redaksi dan PerusahaanGedung Universitas Multimedia Nusantara, B613Jl. Scientia Boulevard Gading SerpongTangerang - Banten : [email protected] : @ultimagz : ultimagz : www.ultimagz.com

Bukan Lagi Soal NasionalismeMEMANFA ATK AN teknologi untuk

menjalankan sebuah usaha memang

sudah menjadi hal mainstream. Hal ini

dilakukan karena terbukti lebih efektif

dan menguntungkan. Karenanya, ketika

memasuki era global di mana media baru

semakin bertahta, tentu kita sebagai sumber

dayanya tak boleh merasa ketinggalan.

Pada Ultimagz edisi Agustus kali ini, bukan

lagi soal nasionalisme dan kemerdekaan

yang kerap dibahas. Namun, sesuatu yang

menarik tentang teknologi akan menjadi

teman bacaan kalian selama sebulan ke

depan. Technopreneurhip menjadi tema

utama yang akan mengantarkan para

pembaca untuk menyelami lebih dalam

mengenai kata tersebut.

Yang tak boleh terlewatkan, ada Liputan

Khusus tentang Skystar Ventures dan

konsep multimedia yang diusung Kampus

UMN, sosok-sosok menarik nan inspiratif

yang memulai bisnis sejak muda, serta

kulik lebih dalam bagaimana cara meraup

pundi-pundi uang lewat teknologi.

Selamat membaca. Salam Deadline!

Redaksi Ultimagz menerima kiriman artikel sebanyak 600-1000 kata disertai dengan foto. Kirim ke [email protected] subjek KONTRIBUTOR. Jangan lupa sertai identitas lengkap.

Page 4: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//2

01 Editorial

02 Contents

03 Surat Pembaca

04 Events Calendar

05 Cover Story

08 Info Indonesia

12 Info Kampus

20 Opini

22 Sosok

30 Wisata

34 Musik

38 Review

40 Cerpen

44 Battle

46 Snapshot

48 Discovery

22

44

30

3448

12

CONTENTS:

Page 5: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 3

Overall, yang gue lihat selama ini Ultimagz sudah

cukup baik dan kreatif. Saran saja, web design dibuat

semenarik mungkin karena terlalu biasa banget.

Kita ‘kan media anak muda, jadi harus menarik

dari sisi visual.

Halo, Sarah! Terima kasih sudah membaca Majalah

Ultimagz, juga konten-konten yang ditulis dalam

www.ultimagz.com. Terima kasih juga untuk kritik

dan sarannya ya. Untuk web design, akan langsung

disampaikan usulannya. Semoga bisa jadi perbaikan

di masa mendatang. Salam Deadline!

Ultimagz! Terus berkarya untuk menjadi lebih baik lagi!

Halo, Jessica! Terima kasih sudah membaca Ultimagz.

Terima kasih juga untuk dukungan dan semangatnya

ya! Salam Deadline!

Kritik dan saran kirim ke:

[email protected]

Terus berinovasi Ultimagz!

Tentu saja kami akan terus berinovasi, terutama

dalam penyajian konten berbobot yang memang

dibutuhkan oleh mahasiswa dan seluruh civitas

academica UMN. Salam Deadline!

Ultimagz, isinya berkuliatas, layout-nya enak dilihat,

tak terlalu kontras.

Hai, Deshy! Terima kasih atas kesetiannya membaca

Ultimagz ya. Terima kasih juga untuk dukungannya.

Tetap baca Ultimagz untuk mendapatkan info-info

aktual seputar kampus ya. Terima kasih dan Salam

Deadline!

SARAH NAFISAH JURNALISTIK 2012 AGUSTUS

JESSICA CHIUPUBLIC RELATIONS 2011

THOMAS HIMAWANPUBLIC RELATIONS 2011

DESHY BONETAJURNALISTIK 2011

SURAT PEMBACA:

Page 6: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//4

EVENTS CALENDAR:

Page 7: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 5

COVER STORY:

BUY

Kala Bisnis dan Teknologi

BerkolaborasiBy Evans Simon

Sejak terjadinya Revolusi Industri di Inggris pada era 1760-an, perlahan tapi pasti, kita tak dapat melepaskan diri dari apa yang disebut sebagai teknologi. Beraktivitas di dalam rumah, dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, hingga mencari jodoh pun bukan lagi perkara yang sulit.

Illustration by Levina

Page 8: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//6

ebagaimana sifat dasar manusia, maka teknologi pun akhirnya turut berkembang. Berbagai inovasi dan perubahan selalu menjadi tuntutan yang menggunung seiring berjalannya waktu. Bidang produksi, transportasi, dan bahkan seni juga ikut terkena dampak dari perubahan.

Sayangnya, semakin dewasa, banyak dari kita yang justru tak fasih menggunakan salah satu “kebutuhan pokok” tersebut. Padahal, banyak yang menjadikan teknologi ini sebagai barometer dalam menetapkan taraf hidup yang layak, juga pantas bagi manusia. Alhasil, tak sedikit jumlah tenaga kerja yang akhirnya tergeser oleh keberadaan mesin-mesin tersebut.

Bukan tanpa alasan perusahaan-perusahaan lebih memilih menggunakan tenaga mesin ketimbang tenaga manusia. Beberapa alasan yang paling banyak digunakan, antara lain efisiensi, kecepatan, dan juga penghematan.

Dampak dari hal di atas ternyata sangatlah buruk. Mari ambil contoh dengan apa yang terjadi di Benua Eropa. Sebagai benua yang di mana hampir seluruh negaranya adalah negara maju, justru sempat terjadi badai penggangguran yang cukup besar.

Eurostat mencatat, sebanyak 25.005.000.000 orang di Eropa tidak memiliki pekerjaan tetap, per Juni 2014. Bahkan, yang lebih memprihatinkan, banyak sekali jumlah tenaga kerja muda yang ternyata tidak mampu mendapatkan pekerjaan. Sejak kuartal kedua tahun 2008 hingga kuartal pertama tahun 2013, jumlah penggangguran untuk tenaga kerja muda meningkat hingga 23,6%, sebelum akhirnya turun ke angka 23,1% di akhir tahun.

Meski sebenarnya memang usia 15-24 tahun bukanlah usia yang paling produktif (karena alasan pendidikan dan sebagainya), mengapa kita tidak mengambil peluang jika memang sebenarnya ada jalan yang bisa dirintis selagi muda?

Pew Research Center pernah membuat sebuah penelitian pada Mei 2013. Dari penelitian tersebut,

Page 9: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 7

dikemukakan bahwa dari 802 remaja di Amerika Serikat yang berumur 12 hingga 17 tahun, sebanyak 78% memiliki telepon genggam. Dari jumlah tersebut, 47% di antaranya menggunakan smartphone. Padahal, pada 2011, tercatat hanya 23% yang memiliki smartphone.

Belum lagi dengan pemaparan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa sejak November 2004 hingga September 2012, jumlah pengguna internet dari kelompok umur 12-17 tahun meningkat dari angka 89% ke 95%. Sementara, untuk kelompok umur 18-29 tahun melonjak dari 80% ke 95%.

Melihat seluruh data di atas, tentu saja kita bisa melihat bagaimana besarnya pasar di dalam dunia internet. Maka dari itu, tak jarang pula ada yang mencoba mencari peruntungan dengan berbisnis menggunakan basis ICT. Ranah ini biasa disebut sebagai technopreneurship.

Prof. Walter Kuemmerle pernah mendefinisikan technopreneur sebagai a person who undertake risks ( by creating an enterprise or business) that has a chance of profit or success technopreneurship distinguishes themselves through their ability to accumulate and manage knowledge as well as their ability to mobilize resources to achieve a specified business or social goal (Kuemmerle, 2002).

Mark Zuckerberg (Facebook), Chad Hurley (YouTube), Angelo Sotira (DevianART), dan Alexander Levin (ImageShack) adalah beberapa contoh nama yang mampu meraih kesuksesan di masa muda dengan mengandalkan teknologi sebagai basis dari pekerjaan mereka. Di sisi lain, sudah banyak sekali situs yang dapat menjadi wadah guna memulai bisnis kecil-kecilan. Kita sebut saja dua yang paling terkenal di dunia internasional dalam praktik e-commerce, yakni eBay dan Amazon. Atau, kita sebagai orang Indonesia biasa menggunakan Kaskus, OLX, atau Berniaga.

Internet dijadikan salah satu kebutuhan dasar karena merupakan hal yang paling vital dalam membangun sebuah koneksi dan jaringan bisnis.

Ya, tanpa internet, maka dapat dipastikan hampir seluruh produk dari para technopreneur dunia itu akan mati.

Tentu saja, tidak mudah untuk bisa meraih kesuksesan seperti yang dialami oleh nama-nama di atas. Butuh usaha, kerja keras, dan kepintaran memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kemampuan dalam menjadi seorang technopreneur.

Maka, tak heran apabila sudah banyak kampus yang mencanangkan mata kuliah Technopreneurship bagi para mahasiswanya. Begitu juga dengan Kampus UMN. Hal ini bertujuan guna menghadapi persaingan global dan perkembangan ICT yang kian mendunia.

Dengan hadirnya mata kuliah Technopreneurship di kampus, mahasiswa tentu dapat belajar bagaimana menciptakan sebuah iklim bisnis dan menggabungkan ICT sebagai penunjangnya. Bukan hanya sekadar melahap teori dan membenamkannya di kepala, melainkan melakukan praktik dan implementasi secara langsung.

Karenanya, di masa krisis global seperti dewasa ini, peluang bisnis lewat internet kian nyata digembar-gemborkan. Banyak orang percaya, technopreneuship dapat menjadi solusi bisnis yang pas. Tak dimungkiri pula, hal itu dapat dimulai dari institusi pendidikan. Maka jangan heran apabila di masa mendatang nanti, banyak technopreneur muda yang mampu menyulap ICT menjadi warna baru bagi iklim bisnis. Setidaknya, peningkatan jumlah penggunaan teknologi berdasarkan penelitian di atas memiliki dampak menguntungkan.

Page 10: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//8

INFO INDONESIA:

By Eldo Christoffel

Industri teknologi dan komunikasi dewasa ini terus

mengalami perkembangan. Daya saing yang kuat

memungkingkan banyak peniruan produk satu

sama lain. Melihat sang kompetitor kuat, maka yang

lemah akan mencari celah untuk mengalahkan.

Salah satunya dengan imitasi.

Imitasi tak hanya terjadi dalam bidang teknologi.

Proses peniruan sebenarnya sudah terjadi semenjak

usia dini. Pernahkah dalam masa kecil, orang

tua kalian menceritakan kisah perjuangan bapak

bangsa di bidang politik? Bagaiamana Soekarno,

Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka menempuh jalur

politik untuk terus berkarya.

Berbeda ideologi, tapi mampu bersatu demi

kemerdekaan bangsa seutuhnya. Soekarno berbeda

pendapat dengan Sjahrir dan Tan Malaka perihal

ideolog. Namun, mereka tetap menghormati satu

sama lain.

Peristiwa penuduhan Joko Widodo dan PDIP sarang

komunis di salah satu media di Indonesia, yakni

DICARI: PEMIMPIN YANG PANTAS DITIRU

INFO INDONESIA:

//8

Page 11: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 9

TV One beberapa saat lalu membuat masyarakat

menjadi prihatin. Ideologi yang sudah lama punah

serasa ingin ditimbulkan kembali. Mengorek-orek

luka lama yang kemudian boroknya dipertontonkan

ke masyarakat.

Presiden keenam Amerika Serikat pernah

berkata, “Jika tindakan Anda menginspirasi orang

lain untuk bermimpi, bertindak, dan menjadi lebih

dari sebelumnya, Anda adalah seorang pemimpin.”

Faktanya, kasus korupsi yang dilakukan Hakim

Tinggi Mahkamah Konsitutusi, kolusi di proyek

Hambalang, nepotisme di kasus Century, dan

saling fitnah yang sering dilakukan aparat negara

sungguh membuat prihatin.

DICARI: PEMIMPIN YANG PANTAS DITIRU

Illustration by Yulio Darmawan

// 9

Page 12: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//10

PERLUKAH IMITASI?

Ketika tumbuh dewasa, ketika ditanya mau jadi

politikus atau tidak, kita bingung. Sosok siapa

yang bisa ditiru. Kasus korupsi marak terjadi di

kalangan politisi. Nurani berbicara. Buat apa

meniru orang yang tak pantas untuk ditiru.

Indonesia butuh sosok pemimpin yang

pantas untuk ditiru. Sudah cukup masyarakat

kita dipertontonkan aksi para politikus yang

bersifat bukan sebagai negarawan. Lebih

tepatnya, negarawan yang rela terbuka

akan pendapat masing-masing orang tanpa

mencela aksi.

Miller dan Dolland (1941) pun menjelaskan

tentang kerangka teori tentang instrumental

conditioning. Ia mengemukakan, setidaknya

ada tiga kelas utama perilaku yang seringkali

diberi label “imitasi”.

Dalam salah satu teorinya, yaitu Matched-

dependent behavior, seseorang berusaha

untuk belajar menyamai tindakan orang lain,

entah itu suatu model ataupun pemimpin.

Sederhana, seseorang itu mendapat imbalan

atas perilaku imitatifnya tersebut.

Sekarang, muncul pemimpin seperti Walikota

Bandung Ridwan Kamil dan Walikota Surabaya Tri

Rismaharani. Ridwan yang menggunakan sarana

social media, seperti Twitter untuk cepat tanggap

menangani masalah perkotaan. Hebatnya,

permasalahan pun dapat ditindaklanjuti

segera. Ridwan yang sebelumnya seorang

arsitektur itu diharapkan juga mampu menata

kota kembang makin asri.

Dilansir dari Merdeka.com, akan ada

600 taman yang akan disulap pria itu untuk

membuka ruang terbuka hijau sebagai ruang

interaksi warga. Sejauh ini sudah ada empat

taman, antara lain Taman Pasopati, Taman

Panda, Taman Fotografi dan Taman Persib.

Pada sisi yang bersebelahan, keberanian Tri

Rismaharani untuk menutup lokalisasi Dolly

tak semata untuk menghapus citra prostitusi kota

Surabaya. Lebih dari itu, ia juga ingin menyelamatkan

Hak Asasi Manusia (HAM) untuk hidup layak tanpa

harus menjual diri. Ancaman yang didapatnya tak

menghalanginya untuk berani menutup tempat

lokalisasi yang sudah puluhan tahun berdiri itu.

Secara nyata, kedua tokoh ini sama-sama memiliki

kemampuan untuk menemukan titik masalah dan

melakukan inovasi baru bagi penyelesaian masalah

dalam lingkungannya.

Ada lagi, Mantan Perdana Menteri Inggris Winston

Churchill pernah berujar, untuk meraih kesuksesan,

tidaklah cukup hanya dengan melakukan yang

terbaik. Terkadang, kita pun harus melakukan apa

yang diperlukan. Tak perlu menunggu kehendak

orang agar mereka sukses, tetapi lakukanlah apa

yang harusnya dilakukan oleh seorang pemimpin.

Hati nurani pun menjadi salah satu dasar.

PENEMUAN DAN INOVASI

Dalam dunia teknologi, penemuan hal baru dan

inovasi adalah kedua hal yang saling beriringan.

Hal yang baru akan ditemukan seperti penemuan

telepon oleh Alexander Graham Bell hingga

munculnya inovasi telepon genggam.

Dalam konteks penemuan, negara Indonesia harus

menemukan orang-orang yang bisa memimpin

dengan hati nurani dan mengamalkan Pancasila

serta UUD 1945. Orang-orang ini haruslah orang

baru. Tak hanya dalam dunia politik, tapi juga

mempunyai hati yang baru dan baik bagi masyarakat.

Seorang tokoh antikorupsi asal New York Amerika

Serikat, C.H. Parkhurst pernah mengatakan, semua

penemuan besar selalu berasal dari orang-orang

yang perasaannya berlari mendahului pemikirannya.

Perasaan yang baik ini tentunya harus dihasilkan

oleh orang baru yang bukan bagian dari masalah.

Lantas, bagaimana orang itu menyelesaikan masalah

bila ia ternyata bagian dari masalah itu sendiri?

Dalam memecahkan masalah, tentunya dibutuhkan

solusi baru. Solusi itu timbul bila ada inovasi

Page 13: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 11

yang dilakukan oleh si pemecah masalah. Mark

Zuckerberg menemukan solusi untuk pencarian

mahasiswa di Harvard dan akhirnya membuat

Facebook bersama teman-temannya.

Beberapa waktu lalu, ada sebuah mural Tan Malaka

di Yogyakarta bertuliskan “Dicari: Pemikirannya

Yang Hilang”. Saat ini, pemikiran revolusioner jarang

ditemukan oleh para politisi, pemikiran pragmatis

yang ingin mencari keuntungan saat menjabat.

Menariknya, dalam Pemilu 2014 ini muncul

istilah Revolusi Mental. Deklarasi Revolusi Mental

yang dicanangkan oleh Joko Widodo dan tim

pendukungnya patut dicermati. Karlina Supeli

dalam website www.jokowi.id. menjelaskan, apa

yang mau difokuskan dalam Revolusi Mental

adalah transformasi etos, yakni perubahan yang

memengaruhi cara berpikir, cara merasa dan

cara memercayai, di mana semuanya tergambar

dalam perilaku dan tindakan sehari-hari. Etos ini

berhubungan dengan semua bidang kehidupan

seperti ekonomi, politik, sains-teknologi, seni, dan

agama. Rumusan kebijakan dan pengambilan

keputusan yang dilakukan diarahkan untuk proses

transformasi yang dicanangkan.

Pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya

ini juga mengatakan, jika pada awal reformasi kita

banyak mempertanyakan soal civil society, maka

inilah arti yang sesungguhnya, yaitu gerakan para

warga negara guna menjalankan transformasi

secara berkelanjutan bagi pemberadaban hidup

bersama yang bernama Indonesia. Ya, itulah

Revolusi Mental.

KEMBALI KE CITA-CITA BAPAK BANGSA

Pancasila dan UUD 1945 sudah menjadi manual book

bagi pemimpin bangsa ini. Biasanya setelah

membeli barang berteknologi, baru kita akan

membaca buku manual untuk mengoperasikannya.

Sayangnya, seringkali kita langsung mencoba-

coba untuk menggunakan barang tersebut dan

akhirnya tak bisa memaksimalkan potensi yang

ada dalam barang itu.

Hal ini sama di kehidupan pemerintahan. Pemimpin

yang baru langsung belajar di lapangan tanpa ada

panutan yang jelas. Padaahal, sudah ada pedoman

yang jelas seperti Pancasila dan UUD 1945 sebagai

pedoman untuk memimpin dan memaksimalkan

kapasitas yang dimiliki untuk menjadikan bangsa

ini sebagai bangsa yang besar.

Alangkah baiknya segenap pemimpin bangsa

ini kembali ke kiblat UUD 1945 yang menyatakan

“Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial”. Semuanya ini bisa terjadi bila pemimpin

bangsa juga mengimitasi pemikiran Pancasila dan

mengamalkannya.

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir

penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit

karena melawan bangsamu sendiri.” - Soekarno

Page 14: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//12

By Desy Hartini, Annisa Hardjanti

Edited by Erwanto Khusuma

INFO KAMPUS:

//12

Page 15: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 13

ENTER I Pen didikan dan Kebudayaan

(Mendikbud) Muham mad Nuh hendak

menerapkan adanya Program Mahasiswa

Wirausaha (PMW) pada 2009 lalu. Pendidikan

kewirausahaan ini kan diterapkan di setiap

tingkat pendidikan. Sasaran utamanya adalah

perguruan tinggi.

PMW bertujuan guna memberi bekal

pengetahuan dan sikap jiwa wirausaha dengan

menggunakan teknologi sebagai basisnya.

Hal ini juga dilaksanakan agar mahasiswa

siap menghadapi tantangan global. Program

pendidikan kewirausahaan ini diharapkan

dapat menurunkan angka pengangguran

lulusan perguruan tinggi.

Universitas Multimedia Nusantara (UMN)

sebagai sebuah universitas berkonsep

Information and Communication Technology

(ICT) memiliki jagoannya tersendiri dalam

dunia kewirausahaan.

Berdiri pada Desember 2013 lalu, SkyStar

Ventures ialah sebuah wadah yang bergerak di

bidang inkubator wirausaha dan penyewaan

Co-working Space. Di bawah naungan Kompas

Gramedia Group dan Yayasan Multimedia

Nusantara, SkyStar Ventures pun hadir

di tengah-tengah mahasiswa UMN guna

mengembangkan ide usaha dan bisnisnya

secara aplikatif. Sejatinya, lembaga ini didirikan

sebagai bentuk komitmen dari UMN untuk

menumbuhkan ekosistem technopreneurship

yang ada di Indonesia.

PHO

TO B

Y D

HIT

A AD

IATI

, DO

C. O

F SK

YSTA

R VE

NTU

RES

M

Page 16: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//14

per bulan.

Sementara itu, Office Package terdiri dari

fasilitas standar dengan tambahan private meeting

room, conference room, dan penggunaan alamat

SkyStar. Harganya yakni Rp1.260.000 - 1.800.000

per bulan. Di sisi yang bersebelahan, SkyStar juga

menyediakan penyewaan private meeting room

seharga Rp35.000 per jam dan conference room

seharga Rp500.000 per setengah hari.

Perlu diketahui, saat ini sudah ada tiga bisnis

dalam program Co-working Space, yakni Lightora.

com, sebuah aplikasi bisnis intelijen yang mengolah

data-data dalam jumlah besar. Adapula Elitics

Technologies, sebuah aplikasi guna memprediksi

penyebaran penyakit dengan berbasiskan teknologi.

Terakhir, Startupbisnis.com, sebuah media online

yang membahas startup dalam bahasa Indonesia.

Ada juga program wirausaha yang kini sudah

menghasilkan lima bisnis startup tanpa dipungut

biaya selama enam bulan. Pertama, ada Dreambox

yang merupakan creative agency yang menyediakan

jasa pembuatan website dan digital campaign. Kedua,

Inigame.com, portal media yang mengulas tentang

review games. Ketiga, Living Mil, portal informasi

“Jadi, memang untuk mewujudkan visi UMN, yakni

meningkatkan generasi wirausaha di Indonesia.

Maka, UMN tidak hanya dapat menghasilkan

mahasiswa yang berkompeten saja, tetapi juga

menghasilkan mahasiswa yang dapat menjadi

seorang technopreneur,” ujar Community Manager,

Abraham Ryan.

KOMERSIALISASI?

Skystar Ventures yang berlokasi di Lantai 12

New Media Tower terbagi atas dua jenis bisnis,

yakni Bisnis Co-working Space dan Bisnis Program

Wirausaha. Co-working Space merupakan tempat

bagi entrepreneur dan business professional untuk

berkolaborasi. Hal ini bertujuan untuk membentuk

jaringan dengan seluruh tenant di SkyStar Ventures.

Kedua paket ini nyatanya tak dapat dinikmati

secara cuma-cuma. Tak sedikit kocek yang harus

dirogoh demi menikmati fasilitas di kampus sendiri.

Co-working Space pun terdiri atas dua paket,

yakni Workspace dan Office. Workspace Package

menyediakan fasilitas standar yang meliputi wi-

fi, cafetaria, akses semua event, pool of interns,

dan loker dengan harga Rp50.000 – 1.500.000

Page 17: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 15

yang berhubungan dengan tempat kost. Keempat,

Rajaspot, online directory yang dikelola langsung

oleh dosen-dosen UMN. Terakhir, Nyankod, yakni

bisnis asal Bandung yang membahas seputar

tips dan trik dunia IT dalam bahasa Indonesia.

MATA KULIAH TECHNOPRENEURSHIP

Di lain sisi, untuk menunjang pengembangan

ide bisnis, mahasiswa-mahasiswa pun UMN

butuh sebuah pengjaran yang berkaitan dengan

kewirausahaan. Dengan dituan rumahi oleh

Fakultas Ekonomi, Technopreneurship pun

menjadi sebuah mata kuliah yang bisa dipelajari.

Mata kuliah ini telah diadakan di UMN sejak lama

oleh Dr. Winarno. Dalam sistem pembelajarannya,

ia menerapkan sistem lintas prodi. Maksudnya,

mahasiswa-mahasiswa dari berbagai program

studi membentuk suatu tim dan merancang

sebuah usaha bisnis berbasis teknologi.

Dari semua program studi yang ada, hanya

DKV yang tidak mengikuti mata kuliah ini. Hal

tersebut dikarenakan prodi tersebut memiliki

mata kuliahnya sendiri yang berhubungan dengan

dunia enterpreneurship.

Sebelumnya, pembagian tim bisnis dilakukan

secara per kelas. Namun, setelah mata kuliah

Technopreneurship ini diampu oleh M. Riyadh

Rizky Adam yang juga merupakan salah satu Dosen

Manajemen, keberadaan mata kuliah jagoan UMN

ini kembali pada sistem pembelajaran dengan

peserta mahasiswa lintas prodi. Nyatanya, gema

dari hadirnya mata kuliah ini semakin membesar

di kalangan mahasiswa.

“Secara alaminya, Technopreneurship ini akan

ditemui di semester 6,” ujar Rizky kala itu. Namun,

bagi mahasiswa semester tiga ataupun di atasnya

yang tertarik dengan dunia Technopreneurship,

diperbolehkan untuk mengikuti mata kuliah ini.

Technopreneurship dibuka setiap semester ganjil

atau genap, kecuali semester satu dan dua.

Tahun perkuliahan baru ini, hasil rapat Prodi

Manajemen menyatakan akan berencana menaikan

jumlah SKS. Awalnya, mahasiswa hanya harus

mengikuti 2 SKS, tetapi akan diubah mejnadi 3

SKS. Yang menjadi pertimbangan dengan adanya

kenaikan jumlah SKS tersebut adalah untuk

meningkatkan kemampuan mahasiswa guna

mendalami Technopreneurship itu sendiri, baik

secara teori maupun praktik kerjanya.

Dalam implementasinya, tak sedikit mahasiswa

yang mengeluhkan betapa rumitnya mata kuliah

Technopreneurship tahun ini. Hal ini dikarenakan

mahasiswa harus membuat bisnis secara real,

bukan hanya sekadar membuat proposal dan

mempresentasikan wacana bisnis mereka di

hadapan dosen dan teman sekelas. Meski begitu,

tak sedikit pula mahasiswa yang tertarik untuk

menjalani semangat kewirausahaan tersebut.

Salah satunya adalah Sandy Indrawan, mahasiswa

Akuntansi 2011 ini.

“Walau SKS-nya sedikit, tapi cukup penting

soalnya ini salah satu pelajaran yang aplikatif.

Jadi, nggak cuma teori yang diajarkan, tapi kita

juga bisa mengaplikasikan Technopreneurship

dalam suatu bisnis,” kata salah satu founder

Tokekmon.com itu.

Tokekmon.com adalah sebuah bisnis yang

bergerak di bidang web based promotion dan

mading online di mana mereka mempromosikan

bisnis, khususnya startup business. Bisnis ini

merupakan hasil kerja 10 mahasiswa UMN untuk

mata kuliah Technopreneurship.

Page 18: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//16

Secara tak sadar, Tokekmon.com membantu

Sandy dan teman-temannya untuk mengembangkan

bisnis, khususnya dalam bidang teknologi.

Lelaki berkacamata ini juga berpendapat, mahasiswa

Akuntansi juga butuh mata kuliah tersebut. Selain

jadi akuntan nantinya, kemungkinan juga bisa

menjadi pengusaha yang butuh pengetahuan

akan bisnis.

SALING DUKUNG

Nyatanya, SkyStar Ventures dan mata kuliah

Technopreneurship sendiri saling berupaya

untuk bersinergi dan memberikan dukungannya.

Tak hanya Skystar Ventures yang memberikan

lahan bagi pengaplikasian mata kuliah tersebut.

Sebaliknya, dengan hadirnya Technopreneurship

ini, diharapkan ada bisnis hasil karya mahasiswa

yang turut menjadi bagian dari inkubator bisnis

tersebut.

“Dengan adanya mata kuliah Technopreneurship

ini, sebenarnya inginnya ada jebolan dari mahasiswa

Technopreneurship ini atau alumninya yang

bisnisnya diasuh oleh SkyStar Ventures nantinya,”

tukas Rizky ketika ditanyai mengenai sumbangsih

program Technopreneurship terhadap keberadaan

Skystar Ventures.

Dalam praktiknya, mahasiswa pun diberi

kesempatan untuk memperkenalkan bisnis

mereka pada khalayak kampus. Dengan mengusung

Technopreneurship Expo, 41 tim dengan bisnis

mereka masing-masing membuka gerai di Lobby

dan Function Hall beberapa waktu lalu.

“Harapan saya untuk mahasiswa yang selanjutnya

akan mengikuti mata kuliah ini akan merasa exicted

dan benar-benar memanfaatkan kesempatan ini.

Setidaknya, jika mereka tidak ingin melanjutkan

bisnis mereka setelah lulus, pengalaman usaha ini

hanya ada di kampus ini. Jadi, sayang kalau tidak

dimanfaatkan dengan baik,” harapnya ketika ditemui

di depan ruang dosen Fakultas Ekonomi UMN.

MAHASISWA KURANG PEDULI

Sayang seribu sayang. Mahasiswa belum memiliki

kesadaran penuh akan hadirnya jejak wirausaha

di kampus UMN. Nyatanya, dari pihak mahasiswa

sendiri justru bersikap tak acuh. Hal ini terbukti

dengan banyaknya mahasiswa yang tidak tahu

apa itu Skystar Ventures. Menurut kebanyakan

mahasiswa, publikasi yang kurang menjadi salah

satu faktor ketidaktahuan mereka.

“Cuma tahu kalau ada workshop-nya. Publikasinya

kurang. Terlihat hanya sedikit mahasiswa yang

tertarik dengan SkyStar Ventures,” ujar Nadya Putri

Soerja, mahasiswa Akuntansi UMN angkatan 2013.

Kendati demikian, tak sedikit pula mahasiswa

yang memang mengetahui SkyStar Ventures.

Salah satunya Bertha Wilvensus, mahasiswa Ilmu

Komunikasi 2013.

“Inkubator bisnis yang disediakan untuk membantu

para partisipan dalam mendirikan perusahaan-

perusahaan rintisan yang bertujuan menginkubasi,

menyiapkan, menganalisis, dan membantu

partisipan agar siap menghasilkan suatu startup,”

jawab Bertha.

Sementara itu, bagi Miss Multimedia 2013, Vicky

Sandria, keberadaan Skystar Ventures merupakan

sebuah realisasi nyata yang bisa dilakukan oleh

UMN, meski usianya belum genap satu tahun.

“UMN sebagai universitas berbasis ICT bersama

Skystar Ventures mendidik mahasiswanya untuk

siap menjadi enterpreneur dengan menggunakan

media teknologi sebagai penunjangnya,” jelasnya.

Di sisi yang bersebelahan, kesadaran bagi para

mahasiswa untuk memulai bisnis startup juga

harus ditingkatkan agar ketertarikan terhadap

wadah tersebut dapat semakin diminati. Maka,

belajar dari pengalaman, SkyStar Ventures akan

mengadakan beragam cara, mulai dari promosi

via online, bekerja sama dengan pihak edukasional

luar, join beragam event agar semakin dikenal,

dan sebagainya.

“Saya memang mengakui minat mahasiswa pada

Page 19: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 17

seminar atau workshop itu terbilang kurang. Tingkat

apatisme mahasiswa UMN sangat tinggi. Maka,

kami pun ingin mengubah tingkat partisipasi

mahasiswa tersebut,” ujar Abraham.

Ia mengungkapkan, jika mahasiswa memiliki tiga

tingkatan akan suatu hal, yakni tahu, mengerti,

dan berminat. Mulanya, diawali dengan tahu.

SkyStar akan melakukan promosi dan publikasi

agar mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas.

Kedua, mengerti akan kegiatan yang diadakan.

Terakhir, berminat. Jika mahasiswa sudah tahu

dan mengerti, maka ia akan berminat untuk

mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan

oleh SkyStar Ventures tersebut.

“Tahu, ngerti, dan minat. Pasti tentu akan

mengerucut. Sayang sekali jika UMN sudah

menyediakan seperti ini, tetapi justru tidak

dimanfaatkan dan hanya digunakan oleh segelintir

orang, apalagi bukan mahasiswa UMN,” tutup

alumnus Public Relations 2010.

Page 20: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//18

Gaung perlombaan di dunia Information and

Communication Technology (ICT) UMN kian surut.

Menekankan pada bidang ICT, kampus dampaknya

kesulitan dalam menarik atensi mahasiswa,

terutama jurusan terkait, untuk ikut andil dalam

perlombaan-perlombaan pada bidang tersebut.

Setelah Tim Alpha UMN berhasil meraih juara

pertama Senior Competitive Programming di ajang

CompFest Universitas Indonesia 2013, tahun ini

seakan belum ada perlombaan kompetitif yang

diikuti oleh mahasiswa ICT UMN.

Menurut Archie Pusaka, salah satu anggota Alpha

UMN pada 2013 lalu, terdapat krisis yang melanda

tim tersebut. Tidak adanya pelatih, peminjaman

ruangan yang sulit, pendingingin ruangan yang

jarang menyala dan internet sering mati jadi ujian

sehari-hari dalam persiapan lomba.

“Akhirnya otodidak sama teman-teman,

penghargaan yang didapat sebagian besar hoki,

setelah itu baru didukung, tapi ya telat,” kenang

Archie, mahasiswa Teknik Informatika angkatan

2010 ini.

Ia mengatakan, sejak angkatan 2007 hingga

2010 tidak pernah mengikuti lomba apapun. “Itu

pertanda bahwa tidak diminati,” tukasnya.

Bila melihat adik angkatannya, ia pun mengaku

ada dua jenis mahasiswa yang ingin terlibat

perlombaan. “Ada yang berpotensi, tapi tidak mau

untuk ikut perlombaan dan ada yang mau ikut,

tapi tidak punya potensi,” ujar Archie yang satu

tim dengan Ekajaya Harsono dan Kevin Purwito.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Kaprodi Teknik

Mahasiswa Apatis,Prestasi Miris?

By Eldo Christoffel Rafael

Page 21: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 19

Informatika, Dodick Zulaimi Sudirman mengatakan,

target ICT UMN sendiri bukan target jumlah,

melainkan target event yang diikuti mahasiswa.

Ia menyebutkan, tiap semester mahasiswa

diajak untuk mengikuti PKM (Program Keativitas

Mahasiswa) yang merupakan program pemerintah

guna mendorong untuk mahasiswa untuk berkreasi.

Dalam dunia ICT, mahasiswa dituntut untuk membuat

applikasi atau program. Tiap tahun, minimal satu

angkatan menghasilkan satu produk. Bahkan, dari

beberapa mata kuliah, hasil produknya bahkan

bisa dilombakan.

Selain itu, ada lomba Indonesian ICT Awards

(Program dari Kementerian Informasi dan Teknologi)

dan Gemastik (Pagelaran Mahasiswa Nasional

bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang

tahun ini diadakan di Universitas Gadjah Mada.

Dodick pun juga berharap, angkatan 2011-2012 bisa

mempertahankan juara CompFest di Universitas

Indonesia nanti.

Namun, dari sekian lomba yang diadakan di

tingkat mahasiswa, antusiasme mahasiswa ICT

UMN terbilang rendah. “Antusiasmenya, ya satu

hilang ganti satu, ya gitu-gitu aja. Lihat temannya

menang, tidak terdorong. Harapan saya, bila ada

yang menang bisa memacu yang lain, ternyata

tidak demikian,” tutup Dodick.

Edited by Erwanto Khusma

Phot

o so

urce

: Mar

ketin

g U

MN

Page 22: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//20

Jiwa seorang technopreneur sebenarnya tidak

berbeda dengan entrepreneur pada umumnya.

Mereka harus memiliki ide kreatif, berani mengambil

risiko, dan dapat melihat segala peluang yang ada

untuk dapat memanfaatkannya menjadi suatu

usaha menguntungkan.

Technopreneurship merupakan bidang yang selalu

berkembang. Untuk masuk ke dalam ranahnya,

dibutuhkan pengetahuan yang tak sedikit, harus

selalu mengikuti perkembangan teknologi itu

sendiri, dan butuh modal yang tak sedikit. Selain

itu, implementasi yang tak mudah dan hadirnya

risiko menjadi beberapa hal yang perlu dipikirkan

matang-matang. Tentu, mendapatkan profit

yang banyak tak ayal menjadi tujuan utama para

pengusaha atau wirausaha.

Di universitas, seperti yang telah diketahui, banyak

mahasiswa yang mempelajari Technopreneurship.

Untuk skala penting atau tidaknya, harus dilihat

terlebih dahulu di universitas manakah diadakan

mata kuliah tersebut. Terkadang, mata kuliah ini

dianggap kurang penting karena tidak semua

mahasiswa menyukai bidang teknologi maupun

bisnis. Namun, berbeda dengan mahasiswa dari

PLUS MINUS TECHNOPRENEURSHIP

jurusan terkait, seperti Bisnis atau IT yang memang

ada hubungannya dengan technopreneurship itu

sendiri. Untuk ke depannya, mahasiswa perlu

mengembangkan minat dan kemampuannya agar

bisa lebih memahami ranah ini lebih jauh.

Namun ternyata, yang menjadi PR besar adalah

bagaimana mengembangkan minat bagi mahasiswa

yang kurang tertarik dengan technopreneurship.

Padahal, ranah ini begitu penting dan perkembangan

teknologi kian pesat. Meski banyak bisnis bermunculan

karena mengikuti arus, seperti fashion dan food

and beverage, implementasinya pun terkadang tak

bisa lepas dari teknologi.

Sebenarnya, bidang ini penting dan tidak dapat

disepelekan. Penting atau tidaknya tergantung

bagaimana maisng-masing memandangnya. Namun,

technopreneurship sangat membantu mahasiswa

dalamm menyalurkan minatnya, sekaligus dapat

membangun bisnis sendiri yang secara otomatis

akan menciptakan penghasilan sendiri sejak dini.

Rewritten by Johannes Hutabarat

Edited by Oktyfany Sembiring

By Budi Widojati

Anggota Public Relation Student Board S1 Prasetiya Mulya Periode 2013/2014

OPINI:

Phot

o by

JPer

sona

l doc

.

Page 23: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 21

Kutipan “It always seems impossible until it’s done” dari

Nelson Mandela agaknya cocok untuk menggambarkan

tentang entrepreneurship saat ini. Pada awalnya,

merintis karier di dunia wirausaha akan tampak

sulit dijalani hingga akhirnya bisa menghasilkan

sebuah pencapaian. Hal ini dikarenakan seorang

wirausahawan akan memulai semuanya dari nol.

Oleh sebab itu, dibutuhkan bekal yang cukup serta

ketekunan dalam menjalani usaha ini.

Keorisinalitasan sebuah ide merupakan kunci

penting yang harus dimiliki seseorang dalam

berwirausaha. Orang-orang akan tertarik dengan

hal-hal baru yang dapat membantu kehidupan

mereka. Ide-ide baru yang inovatif akan mengantar

para wirausahawan guna mencapai kesuksesannya.

Menjadi seorang entrepreneur berarti memiliki

kelonggaran waktu bekerja. Jika seorang karyawan

yang bekerja pada perusahaan tertentu harus

terikat oleh waktu masuk dan waktu pulang

kantor, wirausaha memberikan kebebasan untuk

mengelola waktu kerjanya sendiri. Hal ini kemudian

menantang para wirausahawan untuk memiliki

time management yang baik. Tantangan lain yang

HAL-HAL YANGMENANTANGWIRAUSAHAWAN

harus dihadapi adalah keseriusan dalam menjalani

usaha tersebut. Tidak adanya atasan akan menjadi

motivasi tersendiri untuk mencapai hasil yang paling

maksimal. Keuntungan yang ditentukan sendiri

biasanya membuat para wirausahawan mampu

memperoleh hasil sesuai dengan keinginannya.

Akan tetapi, pada kenyataannya, seorang

wirausahawan tidak selalu menikmati hasil-hasil

yang memuaskan. Suatu ketika, kesulitan akan

dihadapi layaknya para pegawai kantoran biasa.

Kedua profesi tersebut memiliki keuntungan dan

kerugiannya masing-masing ketika dijalankan.

Hambatan-hambatan tentunya dihadapi juga

oleh para wirausahawan. Maka dari itu, kunci

keberhasilan dalam setiap profesi adalah ketekunan

dan kegigihan dalam menjalaninya, secara terus-

menerus. That’s why, do what you love and love

what you do.

Rewritten by Johannes Hutabarat

Edited by Oktyfany Sembiring

By Evelyn Faustina

Wakil Ketua I’M KOM UMN Gen IV

Phot

o by

JPer

sona

l doc

.

Page 24: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//22

Sonia Eryka:

NINOTCHKA ITU BERAWALDARI MIMPIBy Kevin Sanly Putera, Sintia Astarina

Phot

o by

Per

sona

l Doc

.

SOSOK:

//22

Page 25: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 23

Pernahkah bermimpi untuk membuka sebuah

kafe? Hal tersebut bisa jadi adalah impian banyak

orang. Namun, dalam mewujudkannya belum tentu

dapat dilakukan semua orang. Ada kalanya modal,

tempat usaha, mitra, pegawai, dan pelanggan

menjadi kekhawatiran tersendiri. Sonia Eryka

di usianya yang terbilang muda, telah mampu

mewujudkan mimpinya. Berkat dukungan dari

orang tua, Ninotchka pun hadir untuk para penikmat

kafe di Jakarta.

adik lelaki saya. Ibu saya yang jadi koki, adik

saya bersiaga jadi pelayan. Saya pun membantu

jadi pelayan, sekaligus kasir,” kata perempuan

yang hobi menyanyi ini.

Nyatanya, ia begitu tak menyangka kalau jumlah

pelanggan di hari pertama akan sedemikian ramai.

Hingga satu waktu, ia melupakan satu hal yang

cukup penting di kafenya.

“Kami tidak punya menu! Kami akhirnya

menjelaskan secara lisan apa saja yang kami

jual,” kenangnya.

Page 26: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//24

Sonia mengaku, nama Ninotchka sendiri berasal

dari sebuah film layar lebar di tahun 1930. Film

itu bergenre komedi romantis dan sifatnya sangat

vintage. Dalam bahasa Rusia, Ninotchka berarti

gadis kecil.

“Saya rasa nama itu cocok untuk saya. Selain

itu, rasanya nama Ninotchka menarik. Dari sana

saya berencana untuk membuat kafe itu tematik,

seperti namanya,” ujar Sonia sembari mengumbar

senyum manisnya.

Nyatanya, manajemen kafe ini dijalankan oleh

anak muda di mana mereka bisa bebas berekspresi.

Menurutnya, beberapa kafe di luar sana kesulitan

untuk menarik anak muda karena mereka tidak

memiliki sumber daya. Di sisi yang bersebelahan,

Sonia pun merekrut para pegawai berusia muda.

Meski dirinya pemilik Ninotchka, ia juga turun

tangan untuk mengurus kafe itu. “Meskipun saya

juga kadang memasak, tetapi sebagian besar

dipegang oleh ibu saya. Kami belum mengizinkan

pegawai untuk memasak, meskipun pegawai

kami sudah tujuh orang. Mereka semua bekerja

sebagai pelayan dan kasir dan satu sebagai barista,”

katanya ramah.

Untuk makanan di Ninotchka, Sonia menggunakan

bahan berkualitas tinggi yang sudah dipilih dengan

hati-hati. Home-made dishes pun menjadi ciri khas

yang diusung perempuan berambut panjang ini

dalam bisnisnya. Kendati demikian, kafe ini tidak

menetapkan harga yang terlalu tinggi agar dapat

dijangkau semua kalangan.

Untuk memasarkan usahanya ini, Sonia

menggunakan media sosial guna membantu

pemasarannya. Facebook, Twitter, dan Blog menjadi

sarananya untuk mempromosikan kafenya. Tak

hanya menjangkau Jakarta, tetapi juga seluruh

bagian Indonesia. Rasanya, ia sungguh berterima

kasih akan kehadiran media-media tersebut. Ia pun

bercerita bagaimana pelanggannya mengetahui

Ninotchka melalui media sosial.

Page 27: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 25

“Pernah suatu kali, serombongan orang datang

ke Ninotchka dan terkejut bahwa ukuran kafe

kami kecil. Mereka datang dari luar kota hanya

untuk kemari dan mengira Ninotchka lebih ‘wah’,”

kenangnya.

Rencananya, Sonia akan membuka cabang

baru di Kelapa Gading. Bahkan, ia pun mendapat

berbagai tawaran dari orang luar yang ingin bermitra

di Surabaya, Bali, dan Medan.

“Namun, tetap kamilah yang harus menyediakan

makanan. Kalaupun nanti ada di luar kota, kami akan

melatih para pegawai supaya cita rasa makanannya

menyerupai yang sekarang ini.”

Kendati demikian, dirinya masih ingin menggapai

mimpi-mimpinya yang lain. Ia masih ingin membuka

butik sendiri. Meski sudah punya online shop, Sonia

tetap berfokus untuk mengurus Ninotchka. Pernah

terpikir di benaknya untuk melanjutkan studi lebih

dalam tentang kuliner, tetapi ditahannya keinginan

itu. Yang paling penting baginya, kenyamanan

dalam menjalankan bisnis yang menjadi impiannya.

Sebab, rasanya sia-sia apabila membiarkan satu

mimpi pun terbengkalai.

Edited by Erwanto Khusuma

Page 28: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//26 //26

Phot

o So

urce

: Per

sona

l doc

Pernahkah kalian menerima brosur saat berada

di tempat umum? Apakah kalian membacanya?

Kebanyakan orang akan mengambil atau

menerima brosur penawaran barang dan jasa saat

dibagikan, sayangnya brosur tersebut langsung

dibuang sehingga informasi yang diberikan tidak

sampai kepada user. Apakah Anda salah satu di

antaranya?

By Sintia Astarina

Yoko Dwi Putra:

Sulap KertasJadi Jasa Gratisan

Page 29: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 27 // 27

Melalui pengamatan akan kebiasaan

buruk dalam penggunaan kertas,

tercetuslah ide bisnis Free Copy

and Print (Freepy). Yoko Dwi Putra,

CEO Freepy pun menceritakan bagaimana ia dan

timnya menyulap kertas-kertas tersebut menjadi

pundi-pundi keuntungan.

“Kami berpikir untuk mengubah jenis brosur

tersebut ke dalam jasa print dan photocopy gratis

di kampus yang pastinya akan sangat bermanfaat

bagi mahasiswa dan pemasang advertisement

tersebut,” jelas Yoko.

Ide yang muncul dari 10 mahasiswa UMN ini

berawal saat menjalankan tugas Mata Kuliah

Technopreneurship. Mereka bermaksud untuk

mengembangkan bisnis dan mendapatkan orang-

orang berkompeten di bidangnya agar bisa

memajukan Freepy ke depannya. Berkat kerja sama

dan pemikiran matang, ide ini pun diperhitungkan

sebagai salah satu ide bisnis menjanjikan di era

multimedia ini.

Mahasiswa Akuntansi 2011 ini mengaku, tak

mudah menjalani bisnis di dalam lingkungan

kampus. Mahasiswa memiliki kepentingannya

masing-masing. Hanya segelintir yang sudah

mulai serius memikirkan bisnis dengan usaha

yang maksimal. Meski begitu, ia pun mengaku,

saingan bisnis serupa Freepy di UMN belum ada.

Menjadi CEO sendiri membuat mimpinya menjadi

seorang businessman dapat terwujud. Bersama

timnya, ia pun bisa menjalankan Freepy sesuai

keinginan mereka. Meski begitu, Yoko mengaku

kalau waktunya banyak tersita. Usaha untuk

membangun bisnis ini pun tak sedikit. “Tapi,

gue pribadi percaya kalau high effort pasti akan

berbuah nantinya,” ungkap lelaki kelahiran 23

Agustus 1993 ini.

Tak bisa dipungkiri, mahasiswa memang tidak

lepas dari kesibukan masing-masing. Kadang, sulit

membagi waktu antara urusan bisnis dan kuliah.

Untuk itu, Yoko pun membagi tugas kepada timnya

dan terus mem-follow up usahanya ini. Rapat rutin

pun diadakan pada hari Senin.

Dalam Techno Expo 2014 yang berlangsung pada

26 M0ei 2014 lalu, Freepy pun berpartisipasi guna

memeriahkan acara tersebut. Yoko dan timnya

membuat photobooth dan memasang iklan di

belakang kertas foto guna melambangkan produk

Freepy itu sendiri. Di luar ekspektasi, stand Freepy

menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi

mahasiswa dan dosen.

“Hampir semua dosen yang mendengar presentasi

dari Freepy mengatakan ini adalah ide yang sangat

unik dan menarik. Kemudian, tidak sedikit pula

dosen yang menghubungi Freepy untuk berbincang-

bincang dan mendaftar menjadi investor,” tutur

Yoko bersemangat.

Kendati berbagai tawaran didapatkan, Yoko

dan timnya masih perlu merundingkan karena

sistem manajemen masih harus dikembangkan.

Yoko berharap, ia dapat melanjutkan usaha ini

sampai Freepy mendunia.

“Rencana kami ke depan adalah memiliki sistem

bisnis yang baik dan kami dapat mengembangkan

sayap bisnis kita untuk berekspansi ke universitas

lain juga,” harapnya.

Ya, teknologi seolah menjadi perantara bisnis yang

dijalani dengan kepuasan pelanggan itu sendiri.

Menurut Yoko, menjalani bisnis pada zaman kini pun

sangat penting bila digunakan dengan teknologi.

“Saya menyakini bahwa dengan teknologi,

semua aspek bisnis, kehidupan, maupun yang

lainnya dapat terbantu, juga berjalan lebih cepat,

benar, dan tepat. Dalam bisnis Freepy pun, kami

menggunakan sistem applikasi dan juga kita

memiliki website www.freepycopy.com yang akan

membantu kami memasarkan jasa advertising

kepada orang yang berjarak jauh.”

Sebagai CEO, Yoko pun menitipkan pesan bagi

kita yang ingin menjalankan sebuah bisnis agar

bisa laku di pasaran.

“Jangan menawarkan barang yang kalian sendiri

saja tidak akan mau beli. Juallah barang atau jasa

yang kamu saja sangat ingin miliki.”

Edited by Erwanto Khusuma

Page 30: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//28

Leave It to Smith! Slogan tersebut mengarah pada

pengguna pomade untuk beralih ke merk terbaru

produk ini, yakni Smith. Bermula dari mata kuliah

Business Creation, Michael Nugroho, Michael

Purnama, Ruthmia Maria, Richies Bestianto, dan

Neysa Ananda, diharuskan membuat sebuah bisnis

dan menjalankannya.

Salah satu founder, Michael Nugroho yang sering

menggunakan Pomade, memberikan opsi untuk

bisnis mereka. Produk tersebut yang akhirnya

dipilih oleh kelima mahasiswa Universitas Prasetya

Mulya tersebut untuk dijadikan lahan usaha,

mengingat minyak rambut tersebut digandrungi

banyak remaja.

Sebelum mengusung tema dandy yang identik

dengan gaya necis, elegant, dan gentle, kelimanya

melakukan riset. Smith pun dipilih sebagai nama

produk karena mengesankan sosok yang sama

dengan tema mereka.

Michael Nugroho dan Michael Purnama

menyatakan, yang harus diperhatikan dalam

memulai suatu usaha atau bisnis adalah apakah

produk yang dibuat memiliki keterkaitan dengan

kebiasaan atau hobi. Didirikan enam bulan lalu,

Pomade Smith ini sudah mampu menguasai pasar

Jakarta dan Tangerang.

Pasang surut perjalanan ini sudah dirasakan.

Mulai dari kegagalan dalam membuat bahan pomade

hingga pemasarannya. Mereka pun mengisahkan

bagaimana kegagalan pernah datang ketika mereka

menjalankan bisnis ini.

“Ya, dalam membuat pomade kita pernah

beberapa kali gagal dalam menentukan komposisi.

Mengingat, kita membuat sendiri komposisi pomade

setelah mempelajarinya dari internet,“ ujar Michael.

Selain itu, kesulitan dalam melakukan pemasaran

karena memang modal yang masih terbatas menjadi

batu sandungan lain. Semua modal awal berasal

dari kantong mereka sendiri saat memulai usaha

tersebut. Mahasiswa angkatan 2012 ini harus

menyetor modal awal yang tidak sedikit.

“Modal pertama kami merupakan hasil patungan.

Karena keterbatasan, kami memulai pelan-pelan

Sempat Tersandung BatuBy Nicko Purnomo

Page 31: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 29

dalam melakukan pemasaran. Pertama, kami

mengincar pasaran yang terdekat, yaitu para

mahasiswa di universitas terdekat dahulu,” akunya.

Namun, dengan tekad dan niat yang kuat,

kelimanya pun meneruskan usaha tersebut. Mereka

mencoba strategi pemasaran melalui kerja sama

dengan barber shop atau salon untuk menyuplai

produk pomade hingga langkah lainnya ditempuh

guna mempertahankan laju Smith.

Pada bulan ketiga, Smith mengalami krisis

keuangan. Dengan permintaan yang cukup

besar, mereka terhambat oleh modal yang masih

belum berkembang. Kemampuan melobi, seperti

memperlihatkan prospek dalam bidang pomade

ini, akhirnya meluluhkan investor. Dana segar pun

dikucurkan untuk produk ini.

Setelah mengalami pasang surut dalam mengarungi

dunia wirausaha, kini mereka sudah memiliki tim

yang berjumlah 10 orang. Pemasaran produk ini

pun terus mengalami peningkatan signifikan.

Jika pada bulan pertama mereka hanya mampu

menjual 100 produk, kini memasuki bulan keenam

mereka sudah mampu melakukan penjualan

hingga 1.000 produk.

Memang, Smith hanyalah sebuah tugas mata

kuliah yang sudah mereka penuhi. Kendati demikian,

mereka tetap bertekad untuk tetap mengembangkan

usaha ini. Tak ayal, sebuah ada sebuah cita-cita

dalam diri guna menguasai pasar Jakarta dalam

satu tahun terhitung sejak usaha ini dibangun.

Bila sudah menguasai pasar, mereka juga tidak

menutup kemungkinan untuk melebarkan sayap

usaha ke kota-kota lain, seperti Bandung dan Medan.

Michael Nugroho pun memberi pesan bagi

mahasiswa-mahasiswa yang ingin mengikuti

jejak mereka untuk selalu optimis dalam memulai

suatu usaha.

“Jika memiliki ide bisnis, semuanya harus berawal

dari tekad dan nekat. Segala bentuk ide bisnis itu

harus dicoba dan selalu berpikir ke depan. Jangan

takut mencoba dan pasar Indonesia masih sangat

besar. Semua ide bisnis bagus, tinggal bagaimana

kita mengembangkan saja,” tutupnya.

Edited by Erwanto Khusuma

Phot

o by

Man

agem

ent S

mith

Page 32: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//30

Kamis, 26 Mei 1946. Sedari pagi matahari begitu terik. Di Cisauk,

Tangerang, ribuan orang telah siap dengan golok yang terhunus, berbilah-bilah bambu yang diruncingkan, dan semangat menggebu untuk mengusir penjajah dari tanah mereka. Mereka tidak berseragam selayaknya tentara, karena memang mereka hanya rakyat biasa yang berasal dari daerah Madja, Tejo, Rangkas Bitung, dan sekitarnya. Petani, buruh, berbagai profesi melebur menjadi satu laskar di bawah kepemimpinan Kyai Haji Ibrahim.

“Allahu Akbar!”“Serbuuuu!”Golok terayun dan sebagai gantinya peluru

ditembakkan. Dentang senjata tajam dan suara tembakan bercampur rintihan dan teriakan, seperti paduan suara kematian. Setelah 12 jam, paduan suara itu baru berhenti. Perang telah usai. Penjajah kocar-kacir digempur laskar rakyat. Sebanyak 150

pejuang gugur, termasuk pemimpin mereka, Kyai Haji Ibrahim.

***Ilham memarkir motornya di depan kantor

administrasi Taman Makam Pahlawan Seribu. Dia meninggalkan pekerjaan sambilannya sebagai tukang pangkas rumput untuk menemui saya. Sisa tanah merah dan rumput masih menempel di sepatu botnya yang berwarna hijau, menandakan dia benar-benar bergegas kemari.

Pria itu sudah mengabdi menjadi pengurus makam selama kurang lebih tiga tahun. Bersama dua rekannya, Didin dan Sadikin, merekalah yang sehari-hari bertanggung jawab membuat tempat peristirahatan terakhir para pejuang ini nyaman dan indah dipandang.

Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu terletak di pinggir Jalan Raya Serpong, kesunyiannya tampak

Seribu Nisan Putih:

Kisah Pejuang Kemerdekaan Tak BernamaBy Hana Krisviana

WISATA:

Page 33: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 31

pejuang yang tewas dalam Pertempuran Seribu nyaris 67 tahun lalu. Nama ke-151 hingga 237 dikosongkan, karena merupakan pahlawan tak dikenal yang langsung dimakamkan di sana, di bawah nisan-nisan tak bernama.

Area pekuburan juga sangat sederhana. Nisan yang terpancang hanya berupa bilah-bilah kayu yang dicat merah-putih beberapa tahun sekali, untuk menyaput tangan-tangan iseng yang membubuhi keterangan ngawur di nisan. Hanya sedikit yang diberi nama dengan menggunakan spidol hitam. Sisanya anonim, termasuk Kyai Haji Ibrahim. Tidak ada yang tahu jasadnya disemayamkan di petak yang mana.

Ironisnya, kuburan yang lebih baik justru bukan milik pejuang Pertempuran Seribu, namun milik Kapten Solichin yang wafat pada 1989, serta kedua orang tua salah satu

kontras dengan kondisi jalan raya yang padat dan berisik. Tidak ada tugu peringatan yang megah, satu-satunya penanda hanyalah plakat beton seperti yang biasa didirikan di depan kantor kecamatan. Tulisan “Taman Makam Pahlawan Seribu Serpong, Kab. DT II Tangerang” dari alumunium perak berkilau jika tertimpa cahaya matahari. Sederetan pagar rendah berwarna putih kusam berdiri tegak mengelilingi seluruh kawasan seluas kurang lebih 900 km2 terebut.

Areal TMP hanya berupa lapangan parkir, taman, area pekuburan, serta pos penjagaan dan kantor administrasi yang kini dapat dikatakan beralih fungsi menjadi tempat istirahat ketiga penjaga makam. Satu-satunya keterangan mengenai tempat ini hanyalah kalimat yang tertera pada dinding batu, “Di sinilah peristirahatan kami terakhir setelah menunaikan dharma bhakti pada tanggal 26 Mei 1946”, kemudian diikuti dengan nama 150

Phot

o by

Han

a Kr

isvi

ana

Page 34: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//32

petinggi Kota Tangerang Selatan, H. E Mugni Sastradipura yang wafat pada 2000, serta Hj. Ratnaningsih Mugni yang wafat di tahun 2003. Ketiganya diberi nisan batu, lengkap dengan tanggal kelahiran, kematian, dan ayat Al-Quran.

“Ada yang bilang nama ‘Seribu’ itu plesetan dari kata ‘Serbu’, ada yang bilang juga karena waktu itu yang berperang jumlahnya ribuan. Tidak ada yang tahu pasti,” terang Ilham sambil membersihkan sepatu botnya dari tanah merah yang mengganjal. “Tapi yang jelas bukan karena ada seribu makam. Di sini hanya ada total 240 makam.”

Hari itu hari Minggu dan langit sedang cerah, tetapi saya hanya satu-satunya pengunjung di sana. Ilham mengaku, TMP ini memang hanya ramai dikunjungi pada saat-saat tertentu saja. Ulang tahun Kota Tangerang Selatan, misalnya, atau Hari Pahlawan, kemudian HUT salah satu divisi angkatan bersenjata. Kadangkala para ahli waris pahlawan yang terbaring di sini mengadakan halal bihalal atau acara makan bersama di makam.

Satu-satunya yang masih dijalankan adalah malam Renungan Suci setiap 17 Agustus. Mulai dari jam 12 malam hingga 1.30 dini hari, segenap pengurus Kota Tangerang Selatan meletakkan lilin di setiap nisan kemudian mendaraskan doa untuk mengenang para pahlawan.

“Tapi ini masih mending, teh,” sahut Ilham. “Dulu, sebelum pindah ke sini ‘kan tempatnya kecil, tidak bisa dipakai untuk acara apa-apa. Sekarang mah sudah lebih enak, sudah diurus sama Dinas (Kebersihan, Pertamanan, dan) Pemakaman. Dulu waktu sama Dinas Sosial kurang diurus.”

Berbeda dengan kebanyakan situs perjuangan, TMP Seribu memang sudah tidak lagi berdiri di atas tanah bekas pertempuran aslinya. Sejak 1996, Pemerintah Kabupaten Tingkat II Tangerang memutuskan untuk memindahkan lokasi TMP Seribu ke Jalan Raya Serpong, sekitar 2 km dari situs aslinya. Tugu peringatan pertempuran tidak ikut dipindahkan, tetapi dibiarkan terbengkalai di lahan yang penuh semak belukar di daerah Cisauk. Sejak itu juga, pemeliharaan tempat

Page 35: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 33

tempat ini. Padahal, TMP Seribu juga merupakan saksi sejarah Indonesia yang patut diingat, juga dilestarikan, paling tidak oleh warga daerahnya sendiri.

“Saya cuma pengin orang tahu, kita ‘kan bisa hidup enak, ya karena mereka juga,” tatapannya menerawang ke arah kuburan, entah memikirkan apa.

Matahari makin tinggi di atas kepala. Angin berkesiur pelan, merontokkan beberapa daun yang memang telah lama mati. Jalanan di luar masih ramai, tetapi saya masih satu-satunya pengunjung di tempat ini.

Edited by Sintia Astarina

bersejarah ini diletakkan pada tanggung jawab Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan.

Namun, perpindahan kepengurusan tidak lantas mensejajarkan TMP Seribu dengan taman makam pahlawan lain di Jakarta. Sebagai tempat wisata sejarah, TMP Seribu masih tetap kurang diminati karena kalah populer dengan objek wisata sejenis yang memiliki tokoh yang lebih dikenal. Ilham mengaku, di awal tahun 2000, tempat ini malah sempat ramai dikunjungi pelanggan “kupu-kupu malam” yang suka mangkal di area pekuburan.

“Mereka ‘kan tinggalnya di kampung belakang, jadi suka ketemuan di sini,” ungkap laki-laki penyuka kopi hitam ini. “Saya kasih tahu baik-baik, dekati satu-satu, alhamdulillah sebagian mau cari tempat mangkal lain. Baru setelah (kampung dan TMP) ditembok, mereka nggak ke sini lagi.”

Ilham menyesalkan kurangnya pengetahuan masyarakat dan perhatian dari pemerintah daerah, terutama untuk menyosialisasikan peristiwa dan

Page 36: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//34

Menjadi seorang sound designer tak dapat disamakan seperti seorang fashion designer. Kecintaan Jack Simanjuntak di bidang yang digelutinya ini begitu kompleks. Dari perspektif seni, ia melihat unsur bunyi sebagai medium untuk berkarya. Terlebih lagi, area eskplorasi seorang sound designer begitu luas. Di depan ruang studio sempit ini, Jack bercerita bagaimana kecintaannya… antara sound designing dan memasak.

Ya, pria berumur 40 tahun ini nyatanya sudah terbiasa dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan musik. Bahkan, saat ia duduk di kelas dua SD, ia membeli kaset grup musik YES, album milik 90125, dengan harga 1.200 rupiah. Pada saat kuliah di Jurusan Arsitek, ia pun sempat bermain band. Melihat musikalitasnya yang makin terasah, pria ini pun melanjutkan pendidikannya di bidang musik. Awalnya, keinginan itu ditolak oleh orang tuanya sendiri.

“Apa kata orang tua calon pacar bila melihat kamu seniman? Tapi, kenyataan dan paradigma itu harus diubah,” ujar Jack mengibaratkan bagaimana orientasi orang terhadap uang masih sangat kental.

Jack Simanjuntak:

Antara Sound Designing & MemasakBy Eldo Christoffel Rafael

Apa kata orang tua calon pacar

bila melihat kamu seniman?”

MUSIK:

//34

Page 37: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 35

Phot

o by

Josh

ua G

unad

hi

// 35

Page 38: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//36

Namun pada akhirnya, ia pun masuk Jurusan

Sound Design di University of Sydney, Australia.

Setelah menyelesaikannya, ia pun bergabung sebagai

pengajar di Universitas Pelita Harapan pada 2004.

Selama mengajar, ia melihat respon anak muda

yang ingin belajar musik sangat luar biasa. Alumnus

yang sudah lulus pun ia libatkan dalam proyek film

dan sound art yang dijalani.

Satu hal unik yang ditemukannya, para mahasiswanya

mulai merasakan sinergi dua ilmu itu ternyata seru.

Misalnya, anak Jurusan Film juga belajar tentang sound.

“Kayak kamu jualan bakso, kemudian makan rujak,

jadi tidak cakar-cakaran. Sinergi kedua makanan itu

luar biasa. Kayak orang jual makanan dan minuman

saling membutuhkan dan saling melengkapi,” tuturnya.

Siapa sangka, lambat laun teknologi membuat

bidang sound design yang digeluti ini mulai dilirik.

Jack pun mencontohkan banyak sekali aplikasi dalam

operating system di smartphone seperti di iOS atau

Android. Tidak hanya visual yang dibutuhkan, tapi

perlu musik.

Dengan pekerjaannya ini, ia pun bisa memanfaatkan

dan memanipulasi unsur bunyi. Di sanalah kekayaan

keahlian yang ditekuninya. Ia pun bisa mengerjakan

sound scoring dalam film dan membuat pagelaran

musik. Bahkan, baru-baru ini, ia mengerjakan sebuah pagelaran World Culture Forum di Denpasar, Bali. Pekerjaannya ini menuntut kreativitas. Tak hanya sekadar menjadi seorang sound designer, dalam pembuatan album, ia bisa jadi produser, recording engineer, atau mastering engineer.

SENANG MASAK

Di sisi yang berlawanan, pria ini mengaku akan menggeluti dunia masak jika dirinya tak bisa menjadi sound designer. Menurutnya, memasak adalah analogi yang penting untuk belajar sound. Bila ingin hasil masakan yang berkualitas, tentu kita juga harus membeli bahan yang berkualitas.

“Pada saat bermain gitar, pasang microphone yang benar, bermain yang benar, gitar yang benar, senar yang benar. Jangan ambil gitar,

microphone murah dan berharap bunyinya jadi seperti Daft Punk,” ujarnya.

Baginya, perkara memasak adalah soal timing. Bila terlalu lama dimasak, hasilnya akan gosong. Di dalam musik, kita bisa menyebutnya sebagai momentum dan dalam pembuatannya harus punya logika rasa dan interprestasi saat menikmati bunyinya. Momentum juga harus punya jam terbang. Tak hanya itu, intuisi juga dijadikan salah satu bahan pokok untuk meracik musik yang bagus. Intuisi sendiri lahir karena pengalaman yang lama dan tak bisa langsung ada.

Bila ditilik dari sisi ekonomi, bidang yang dijalaninya sekarang ini juga membutuhkan modal yang tak sedikit. “Satu microphone saja harganya bisa 40 juta,” paparnya.

Sama halnya seperti memasak. Jack mencontohkan Jamie Oliver di program acara Asian Food Channel. Nyatanya, gaji yang besar dimilik oleh Jamie, membuatnya tergiur untuk memasak dan membuka restoran di kemudian hari. “Saya ingin menikmati sensor lidah dan mata, saya tak mungkin jauh di bidang seni, saya tak cocok untuk berbisnis.”

FILOSOFI HIDUP

Meskipun begitu, selama ia berkarya di bidang musik, tanpa basa-basi, ia mengatakan tidak puas dengan karyanya satupun. “Sehabis scoring film, kadang geli dengarnya.”

Padahal beberapa kinerjanya dalam dunia film cukup membuat para penikmatnya merasa “wah”. Film layar lebar yang dibuat scoring-nya pun termasuk film kelas tinggi tanah air. Sebut saja Tarix Jabrix, Summer Breeze, The Visit, dan yang terakhir adalah The Raid. Selain itu, ada juga proyek film televisi The Sesame Street Indonesia atau sering disebut Jalan Sesama. Di situ, ia menjadi music director pada 2007-2012.

“Saya harus terus belajar, itulah yang saya banggakan. Saya nggak pernah puas dengan karya saya, tapi saya harus berhenti berkarya itu adalah keharusan. Saya nggak mungkin bikin lukisan sampai 40 tahun. Bila dalam dunia masak misalnya, saya buat cumi goreng mentega. Bila saya terus buat,

Page 39: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 37

hasilnya akan gosong,” ujarnya mantap.Dikatakannya, seniman yang membanggakan

karya lamanya menandakan bahwa ia tidak pernah maju. Inilah kisahnya setelah mengerjakan mastering album, sesudahnya ia mengatakan harus membuat karya baru lagi. “Hati-hati dengan namanya kebanggaan, kita bisa jadi stop berkarya. Senang boleh, tapi harus tetap move on untuk berkarya,” ujarnya sambil tersenyum.

Dalam hidup, Jack sendiri punya nilai pegangan hidup, yaitu kosmologi filsafat Sunda yang berbunyi tekad, ucap, lantah. Arti mudahnya, menyelaraskan hati, ucapan, dan perbuatan satu sama lain. perbuatan.

“Saya tidak sempurna, tapi saya mau belajar tiga prinsip seperti itu. Tuhan menguji hati kita.”

Dalam ranah seni ia pun bergulat di area itu. Dunia seni yang dicintainya, pada akhirnya merefleksikan dan menafsirkan tentang kehidupan.

“Seni itu mengamati dan merenungkan, serta membuat karya. Kalau kamu betul-betul membuat karya dengan perenungan, tidak mungkin membuat karya yang destruktif.”

Edited by Sintia Astarina

Page 40: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//38

Inilah sebuah riwayat pemuda tentang revolusi

yang ia perjuangkan dalam masa peralihan dari

the republic of fear menuju suatu masa dimana

Indonesia adalah the republic of promised land.

Budiman Sudjatmiko merupakan salah satu

putra bangsa yang turut andil dalam mendukung

turunnya rezim kediktatoran Soeharto yang

telah membayangi bangsa Indonesia selama

32 tahun. Ia mengisahkan rasa mencekam yang

seketika menggelayuti dirinya tatkala para militer

memeriksa semua buku-bukunya dan mengorek

seluruh rahasia Partai Rakyat Demokratik (PRD)

tempat ia bernaung.

Namun, Iko –nama kecil si penulis– tak hanya

mengisahkan perjuangan fisik dan mental yang

ia hadapi selama menghempas gelombang

anarkis pemerintah. Dalam buku ini, ia berbagi

pengalaman masa kecilnya di desa. Sebuah tempat

di mana ia belajar mengenal derita masyarakat

desa. Cerita tentang Iko kecil yang membagi

beberapa butir telur kepada teman-temannya.

Perjalanan Revolusi Iko

Judul : Anak-anak RevolusiPenulis : Budiman SudjatmikoTahun Terbit : 2013Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

By Annisa HardjantiEdited By Eldo C. Rafael

Phot

o So

urce

: ht

tp://

d.gr

-ass

ets.

com

/boo

ks/1

3823

4019

3l/1

8692

693.

jpg

Hingga Iko terus beranjak dewasa dan memutuskan

untuk terlibat dalam organisasi-organisasi yang

memperjuangkan hak rakyat.

Tak melulu bicara tentang politik serta kegiatan

revolusi yang ia lakukan, ia pun menyisipkan kisah

tentang perasaannya terhadap seorang gadis.

Sekelumit kisah tentang perasaannya yang tidak

pernah sempat ia sampaikan pada gadis pujaannya.

Tak hanya membawa kisahnya pada khalayak

umum, tapi tapi juga kisah pemuda-pemudi

Indonesia dalam ikhwal perjuangan mendobrak

sangkar rezim Soeharto. Iko mengungkap kisah-kisah

perjuangan revolusi putra putri bangsa yang rela

turun untuk berdemo tanpa gentar untuk terluka.

Buku ini adalah bukan sebuah autobiografi

semata. Iko mengemas kisahnya seperti sebuah

novel petualangan. Pembaca akan merasa dibawa

pada sebuah kenyataan tentang Indonesia yang

mampu direkonstruksikan melalui imaji. Satu

hal yang perlu disadari, sang penulis bukanlah

tokoh fiktif.

REVIEW:

Page 41: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 39

Remy Sylado kembali hadir dalam karya terbarunya,

yakni Malaikat Lereng Tidar. Buku berlatar sejarah

ini bercerita tentang seorang pemuda asal Minahasa

bernama Jehezkiel Tambayong dengan nama lain

Jez Maliki. Kita dibawa ke dalam perjalanan hidup

Jez mulai dari umur 17 tahun hingga ia berperang

ke Aceh.

Jez memilih untuk menjadi seorang tentara

Belanda. Ia dididik di Magelang untuk melawan

rakyat Indonesia di tanah Rencong yang berlangsung

selama dua dekade. Cerita tidak berhenti di situ.

Jez menjalin cinta dengan Toemirah, putri dari

pemilik Waroen Idjoe. Toemirah sendiri sudah

memimpikan Jez sebelum ia bertemu dengan

Jez. Walaupun bukan menjadi topik utama, tetapi

percintaan tetap diangkat di dalam buku ini.

Hubungan mereka mendapat rintangan Soembino.

Soembino berambisi menjadikan Toemirah sebagai

istri kesembilan. Soembiono melakukan berbagai

cara untuk mencapai ambisinya itu. Jez menikahi

Toemirah sebelum ia berperang ke Aceh dan ia

Balada Cinta dan Sejarah Jez dan Toemirah

Judul : Malaikat Lereng Tidar Pengarang : Remy SyladoJumlah Halaman : 544 halamanPenerbit : Penerbit Buku Kompas Jumlah Halaman : 544 halaman Tahun Terbit : 2014

By Arnoldus KristianusEdited By Eldo C. Rafael

Phot

o So

urce

: ht

tp://

read

betw

eenp

ages

.blo

gspo

t.com

/201

4/05

/mal

aika

t-le

reng

-tida

r.htm

l

memberi julukan Malaikat Lereng Tidar kepada

istrinya.

Sinopsis pada cover belakang yang tidak memuat

plot cerita sepenuhnya justru membuat hal yang

berbeda. Pembaca pun kian penasaran karena

setiap bab selalu diakhiri dengan puisi. Uniknya,

penulis bisa membawa pembaca ke dalam sudut

pandang tokoh cerita.

Dalam setiap bab, ada sudut pandang berbeda

dari Jez, Toemirah, hingga Soembiono. Pembaca

dibawa seolah-olah merasakan yang tokoh alami.

Penggambaran tokoh antagonis dan protagonis

pun tergambar jelas dalam cerita. Bagi kalian para

pecinta sastra, buku yang satu ini bisa menjadi

bacaan menarik di tengah liburan.

Page 42: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//40

By Veronica Wijaya

“Will you marry me?” Rege menatap Lila dengan

syahdu. Ia menggenggam tangan kanan kekasihnya

dengan lembut. Tak disangka, kekasih yang selalu

ada di sampingnya itu akan melamarnya. Inilah

saat yang begitu ditunggu-tunggunya.

Di sebuah restoran ala Perancis yang terlihat ramai,

Lila memandangi Rega yang tengah menunggu

jawabannya. Di sana, beberapa pengunjung terlihat

sedang menikmati santapan malam nan mewah

mereka. Restoran yang terletak di Jakarta Selatan

itu memang tampak begitu megah dan klasik.

Di malam yang dingin itu, Rega dan Lila sengaja

bertemu untuk merayakan harijadi mereka yang

keempat.

Lila berpikir keras, apakah ia akan menerima

lamaran itu. Tiba-tiba, rasa sakit di kepalanya

Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan...

Akhir yang menyedihkan adalah awal kebahagiaan...

memeluk bahagia

CERPEN:

Page 43: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 41

menyerang. Ya, rasa sakit tak tertahankan yang

sering ia rasakan akhir-akhir ini.

Ahh... kenapa sakit kepala itu datang lagi? Batin

Lila. Sekuat tenaga ia tahan rasa sakit yang

mendera hingga akhirnya ia tertidur pulas dalam

rasa sakit tak tertahankan.

Ia jadi ingat bagaimana kondisi kesehatannya

beberapa bulan terakhir ini. Degup jantungnya

semakin memburu ketika dilihatnya sebuah

cincin yang hendak dipakaikan Rega di jari

manisnya. Namun….

“Maaf, aku nggak bisa,” jawabnya dengan

sedih.

memeluk bahagia

Illustration By Ferdinand

Page 44: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//42

Ia jadi ingat bagaimana kondisi kesehatannya

beberapa bulan terakhir ini. Degup jantungnya

semakin memburu ketika dilihatnya sebuah

cincin yang hendak dipakaikan Rega di jari

manisnya. Namun….

“Maaf, aku nggak bisa,” jawabnya dengan

sedih.

Seketika itu juga, raut wajah Rega diselimuti

oleh kekecewaan yang mendalam. “Kenapa? Ada

apa?”

“Aku nggak bisa menceritakannya padamu,

Ga. Maafin aku,” ujarnya lagi.

Suasana menjadi hening. Udara semakin

dingin.

“Apa kamu nggak mau menghabiskan semua

waktumu bersamaku?”

“Aku ingin! Aku sangat ingin! Tapi ada sesuatu

yang membuat aku nggak bisa menerima ini

semua.”

“Apa? Jelaskan padaku, Lil!” Rega mulai

penasaran.

Lila menggeleng lemah. “Nggak bisa. Maafin

a…”

Sakit kepala itu datang bertubi-tubi. Lila

memegang kepalanya. Sakit tak tertahankan

menjadi teman malamnya. Namun, sebisa

mungkin ia tetap memberi senyum terbaik untuk

kekasih hati di hadapannya itu.

Malam yang seharusnya menjadi kenangan

paling membahagiakan kini berputar 180

derajat. Hati Rega hancur berkeping-keping

setelah mendengar penolakan tak beralasan

dari perempuan yang ada di hatinya itu.

Rega pun memutuskan untuk mengantar Lila

pulang sehabis makan malam. Sebuah kecupan

di dahi tak sengaja membuat Lila menitikkan air

mata. Entah pertanda apa itu. Lila pun turun

dari mobil kekasihnya itu tanpa mengucapkan

sepatah kata pun dari bibirnya. Ketika ia

menutup pintu mobil, rasa sakit di kepalanya

kembali menyerang. Sebelum Lila membuka

pintu rumahnya, ia sudah tak sadarkan diri.

***

“Anak Ibu dan Bapak mengidap kanker otak

stadium akhir,” jawab dokter tersebut sambil

melepas kacamata dan mengelap peluh di

dahinya.

Kedua orang tua Lila begitu terpukul

mendengar kondisi anak mereka. Ternyata,

selama ini Lila menyembunyikan penyakitnya itu

dari orang-orang terdekatnya. Tak heran, akhir-

akhir ini putri mereka sering menderita sakit

kepala. Rega juga tak percaya dengan apa yang

baru dikatakan dokter. Dunianya seakan runtuh

dalam sekejap.

“Sejak kapan Lila menderita penyakit ini?

Mengapa dia tak pernah memberi tahuku?

Apakah ini alasan ia menolak lamaranku?”

tanya Rega bertubi-tubi. Sungguh ia menyesali

semuanya.

“Kami juga baru mengetahuinya hal ini,

Rega. Lebih baik kita berdoa saja untuk

kesembuhannya,” kata Ibu Lila sambil berkaca-

kaca.

Subuh telah datang. Kedua orang tua Lila,

juga Rega, dengan setia menunggu perempuan

itu untuk membuka kedua matanya. Nyatanya,

dosis obat yang tinggi membuat Lila tertidur

terlalu pulas.

Jam terus berputar hingga akhirnya Lila

tersadar. Ia membuka kedua matanya perlahan,

tetapi tak sedikitpun bisa ia gerakkan seluruh

tubuhnya. Seakan-akan kanker otak itu telah

mengunci panca inderanya.

“Lila... kamu sudah sadar?” tanya Rega yang tak

bisa tidur semalaman. “Sayang, mengapa kamu

tak memberitahuku tentang kondisimu ini?”

Tak disangka, air mata jatuh perlahan dari

kedua mata Lila yang cantik. “Aku nggak mau

membuatmu khawatir, Sayang.”

Rega pun mengenggam tangan Lila lembut

Page 45: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 43

dan erat. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa

waktu berjalan begitu cepat. Rasa-rasanya,

seperti ada titik balik yang menghantarkan cerita

antara Rega dan Lila menuju sebuah ujung yang

memilukan.

“Apakah ini alasan kamu nggak mau menerima

lamaranku?”

“Aku nggak mau kamu terpukul melihat aku

pergi ketika kita sudah bersama nanti.”

“ Asalkan bisa bersamamu setiap detiknya

adalah hal terindah yang boleh aku miliki.”

“Aku nggak sanggup, Ga....” Tangis Lila

kian deras. Beban berat di dadanya semakin

bertambah. “Hidupku nggak lama lagi, Ga. Aku

yakin... kelak kamu akan menemukan Lila lain

di luar sana. Yang lebih baik... lebih sayang dan

perhatian padamu... yang mencintai dengan

tulus seperti aku mencintai kamu....”

  Rega pun menyandarkan kepalanya di atas

tangan Lila dan ikut menangis. Sesak di dadanya

kian menumpuk. Rega sulit bernapas dan

menerima semua kenyataan pahit yang datang

tiba-tiba ini.

***

Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan

Akhir yang menyedihkan adalah awal

kebahagiaan

Tuhan miliki rencana, kita pun begitu

Tuhan punya kehendak, kita hanya berserah

Aku tunduk pada lukaku ketika aku menicintai

apa yang kumilikki

Aku kalah dari sakitku ketika aku berjuang ‘tuk

bertahan

Waktu kian mengubah detik-detik bahagia

menjadi distorsi

Tapi... asal tanganku bisa menggenggam urat

nadimu erat

Aku bahagia menjadi aku yang seutuhnya

milikmu

Maaf... aku harus pergi di jalan tanpa akhir

ini

Maaf... aku membiarkanmu berjalan sendiri

Tuhan punya rencana lain untuk dilanjuti

Kelak kau akan temukan bahagiamu dalam

hidup yang lain

Percayalah... kamu akan temukan yang lebih

baik dari semua ini

Percayalah padaku...

Percayalah pada kepergian ini...

Ragaku takkan pernah jauh di jantungmu

Ketuklah hatimu ketika kau merindukanku

Terima kasih untuk hari inidah yang telah

terukir bersama

Bahagiaku mengenal dirimu, Rega Sayang...

Aku begitu tulus mencintaimu...

Mencintaimu adalah nafas yang membiarkan

aku

tetap membuka kedua mata yang mulai

terkatup ini...

Aku mencintaimu, Rega...

Selamanya...

 

 

-Lila

Suatu malam sunyi yang dingin, dengan wajah

yang masih memerah dan mata yang sembab

akan jatuhnya buliran air mata, Rega duduk

di pojok jendela dengan sehelai kertas putih

berisi surat. Dibenamkannya wajahnya dalam-

dalam karena rasa sedih, haru, kecewa, dan

sesal bertumpuk menjadi satu di dalam dada.

Kepergian yang terkasih sungguh menyayat

diri.

“Selamat tinggal, Lila... kamu pasti bahagia di

atas sana... harus....”

Page 46: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//44

RUBRIK BATTLE pada edisi kali ini hadir dengan

pertanyaan seputar Teknologi.

Ada Michael Gunawan dan Cosmas Bayu yang siap

bertanding! Yuk, kita lihat jawaban mereka.

Siapa sih yang paling jago dan bisa menang?

Michael GunawanDKV 2012

Comas BayuILKOM 2012

BATTLE:

Photo source: Personal Doc.

Page 47: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 45

Siapa penemu mesin cetak?

Kapan New Media Tower

diresmikan?

Siapa Pemilik Skystar Ven-

tures UMN?

Gedung UMN rencananya akan

menjadi apa ke depannya?

Apa merk komputer yang

biasa dipakai di UMN untuk

Kelas Multimedia Labora-

tory?

Johannes Guttenberg

New Media Tower diresmikan

tahun 2012 bulan September,

tanggalnya lupa

Bukan saya

Tempat syuting (?)

Apple (Macintosh)

Johannes

Tahun 2012

Tak tahu

Akan menjadi gedung yang ramah

lingkungan dan hemat energ. Kemu-

dian, UMN juga akan membangun

gedung “telur” lagi sebanyak empat

gedung yang sama seperti New Me-

dia Tower ke depannya

Apple Mac

TOTAL Benar 3 Benar 4

And the winner goes to:COSMAS BAYU - ILKOM 2012!!!

Page 48: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//46

Bazaar ArtJakarta 2014

SNAPSHOT:

//46

Page 49: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 47

Tulus

// 47

Page 50: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//48

1Layar Gelas Tertipis di DuniaTeknologi ini tercatat dalam Guinness Book of

Record sebagai kaca dengan kekuatan yang luar

biasa. Material Graphene yang menjadi bahan

pokok pembuatan layar gelas ini dinilai sebagai

bahan teringan dan terkuat di dunia. Rencananya,

layar kaca ini akan digunakan di beberapa jenis

smartphone.

Charger Bertenaga Air5

Temuan ini mempermudah manusia dalam

berkomunikasi. Tanpa perlu mencari stop kontak

jika kehabisan baterai, tinggal diisi air bersih saja

pada powerbank ini, maka ia akan kembali penuh

untuk mengisi baterai ponsel kita.

By Didit Abdillah

6Referee Third EyePerangkat berbentuk jam ini menyampaikan

pesan yang dapat meminimalisisai kesalahan

wasit. Seperti keika bola melewati garis gawang

maka akan disampaikan kepada wasit melalui

jam ini, Begitu pula saat offside dan hands ball.

7MiCoachTemuan ini dapat digunakan untuk merekam

data statistik pesepak bola, seperti performa

kecepatan, akurasi tendangan, dan level intensitas

secara akurat. Tempelkan chip ini di bawah sepatu

Adidas maka, chip tadi bisa memberikan hasil

latihan kita jika dihubungkan dengan komputer.

Sarung Tangan Orang Bisu4

Sarung tangan ini merupakan teknologi temuan

dari mahasiswa Ukraina yang ingin membantu para

tuna wicara untuk lebih mudah berkomunikasi

dengan semua orang. Sarung tangan ini dapat

mengeluarkan kata yang dimaksud pengguna

berdasarkan kata yang ia keluarkan melalui

bahasa isyarat.

3Sikat Gigi PintarSaking pintarnya, sikat gigi ini bisa terhubung

dengan ponsel pintar milik penggunannya untuk

menyampaikan saran kesehatan giginya. Seperti

untuk mengurangi merokok, anjuran melakukan

sikat gigi dalam sehari, dan juga kondisi kesehatan

darah penggunanya.

Oculus Rift2

Ini adalah headset virtual yang memberikan kesan

“masuk” ke dalam permainan video game yang

sedang dimainkan. Seperti namanya, Oculus

akan menjadi pabrikan yang membuat konsol

game dengan teknologi terbaru ini.

1

5

6

7

2 3

4

DISCOVERY:

Page 51: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

// 49

Ultimagz edisi September 2014

INFO KAMPUS:• Larangan Penggunaan Kampus

Ketika Hari Libur

• Quo Vadis Koperasi Mahasiswa

UMN?

• UMN Night, Riwayatmu Kini

• Dilema Kuliah Pengganti

• Stilodot Bikin Resah

Harga: Rp 10.000,-

Dapatkan di Kantin Gedung C, UMN

Setiap Senin-JumatPukul 10.00-16.00

atau hubungi:@ultimagz dan [email protected] untuk pemesanan.

WHAT’S NEXT:

Page 52: Ultimagz Agustus 2014 - Technopreneurship

//50