ulkus kornea e.c. jamur

24
Hafizar 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur, biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaian kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea. Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 1

Upload: ar-hafiz

Post on 03-Jul-2015

1.304 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat

terjadi dari epitel sampai stroma.

Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,

biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaian

kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea.

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab

kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan

kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan

virus dan bila terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan

kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut yang luas.

Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879 tetapi

baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan

peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid

topikal, penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan

selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau

morbiditas tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan

refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki

lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan

penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki. Hal ini mungkin

disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga

meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.Insiden ulkus kornea

tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi

terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan

kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.

1

Page 2: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

1.2. Batasan Masalah

Clinical science session ini membahas mengenai definisi, epidemiologi,

etiologi, faktor resiko, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan

prognosis dari Ulkus Kornea e.c Jamur.

1.3. Tujuan penulisan

Penulisan Clinical science session ini bertujuan menambah pengetahuan para

dokter muda mengenai Ulkus Kornea e.c Jamur.

1.4. Metoda penulisan

Penulisan Clinical science session ini disusun berdasarkan tinjauan

kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

2

Page 3: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan

kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lekuk

melingkar pda persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar

11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda:

lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan

bowman, stroma, membran descement, dan lapisan endotel.

- Epitel

Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih: satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basa

berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui

desmosom dan makula okluden, ikatan ini menghambat pengaliran air, elekteolit,

dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan menyebabkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

- Membran Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

- Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya,

pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen

ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen ini memakan waktu lama kadang-

kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan

3

Page 4: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga kertosit membentuk bahan

dasar dan serat kolagen dalam perkembangan emrio atau sesudah trauma.

- Membrana Descement

Merupakan membran aselular dan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel

endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang

terus seumur hidup, mempunyai tebal 40µm.

- Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-40µm.

Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula

okluden. Terdiri dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang secara aktif

memompa ion dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan transparansi kornea.

Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting. Kerusakan

lapisan epitel, misalnya karena abrasi, dengan cepat diperbaiki. Endotel yang rusak

karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat beregenerasi. Hilangnya

fungsi sawar dan pompa menyebabkan hidarasi berlebihan, distorsi bentuk regular

serat kolagen, dan keruhnya kornea.

4

Page 5: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

Gambar Lapisan Kornea

Gambar 1 : Lapisan kornea

2.2. Definisi

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat

supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari

epitel sampai stroma.

Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,

biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena pemakaian

kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel kornea.

2.3. Klasifikasi

Berdasarkan Organisme Penyebabnya:

1. Ulkus Kornea Bakteri

Ulkus kornea bakteri adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh

infiltrat supuratif disertai defek epitel kornea yang bergaung. Ulkus kornea bakteri

5

Page 6: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya

komplikasi seperti desmetokel, perforasi, endolftalmitis dan kebutaan.

Gambaran ulkus dapat membantu untuk menentukan kausa penyebab ulkus kornea.

1. Ulkus stafilokokus

Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai

infiltrat berbatas tegas tepat di bawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara

adequat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel

leukosit. Walaupun terdapat hipopion tukak seringkali indolen yaitu reaksi

radangnya minimal. Ulkus kornea marginal biasanya bebas kuman dan

disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap stafilokokus aureus.

2. Ulkus pseudomonas

Gambaran ulkus biasanya dimulai dengan ulkus kecil di bagian sentral

kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema epiteldan stroma.

Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi

kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.

Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik.

Keputusan pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :

1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada pemeriksaan awal

2. Enterpretasi dari hasil pulasan gram

3. Efektivitas dan keamanan antibiotik

Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik yaitu :

1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa

memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)

2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan mikrobiologi.

Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan dan pemeriksaan

pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.

Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.

Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri

Tanda Perbaikan Perburukan

Ukuran defek epitel Tidak berubah/mengecil Meluas

6

Page 7: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

Infiltrasi stroma

- batas

- dalam

- ukuran

Reaksi sel darah putih pada

stroma

Reaksi pada bilik mata

depan

Menurun

Lebih jelas

Tidak berubah

Tidak berubah/mengecil

Menurun/terlokalisasi

Menurun

Meningkat

Kurang jelas

Lebih dalam

Lebih luas

Meningkat

Meningkat

Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan membaik

walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten. Untuk merubah

pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik terhadap pengobatan awal,

hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis antibiotik dapat diubah jika secara klinis

terjadi perburukan dan hasil uji resistensi menunjukkan organisme resisten.

Obat-obatan penunjang :

1. Sikloplegi

2. Kortikosteroid

3. Inhibitor enzim

4. Lensa kontak lunak

5. Antioksidan

Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya pemberian

antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi kuman tergantung pada

jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi dan faktor-faktor lain.

Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :

1. Reepitelisasi

2. Infiltrat seluler yang berkurang

3. Stroma supurasi menjadi kasa

4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang

7

Page 8: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

Gambar 2 : Ulkus kornea karena bakteri

2. Ulkus Kornea Jamur

Etiologi :

1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan cabang-

cabang hifa.

a. Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp,

Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp,

Curvularia sp, Altenaria sp.

b. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

2. Jamur ragi (yeast)

Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans, Cryptococcus

sp, Rodotolura sp.

3. Jamur difasik

Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media perbiakan

membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp, Histoplasma sp,

Sporothrix sp.

Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah Aspergllus

sp dan Fusarium sp.

Manifestasi Klinik :

Untuk menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut :

1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, tanah, dan pemakaian streoid topikal

lama.

2. Kurang nyeri dibandingkan dengan ulkus bakteri

3. Ulkus luas, tepi ulkus sedikit menonjol, kering dan irregular, putih abu-abu,

atau coklat sesuai koloni jamur. Tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh.

8

Page 9: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

4. Lesi satelit

5. Plak endotel

6. Hipopion, kadang-kadang rekuren

7. Formasi cincin sekeliling ulkus

8. Lesi kornea yang indolen

Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi

mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea dan

reaksi radang yang cukup berat.

Diagnosis Laboratorium :

1. Melakukan pemeriksaan kerokan kornea

Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula kimura

yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan

KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka keberhasilan masing-

masing 20-30%, 50-60%, 60-75% dan 80%.

2. Biopsi Jaringan kornea

Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

3. Nomarski differential interference contrast microscope

Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode Nomarski).

Penatalaksanaan :

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari

jamur.

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal Amphotericin B

0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole.

2. Jenis jamur telah diidentifikasi

a. Jamur berfilamen : topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin,

Imidazle.

b. Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamycin, Imidazole

c. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati :

Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir.

Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal. Diberikan juga

9

Page 10: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior untuk mengurangi uveitis

anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :

1. Debridement

2. Flap konjungtiva, partial atau total

3. Keratoplasti tembus

- Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling kurang 3

minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi

- Penanganan yang tidak akurat sering terjadi perforasi kornea dan diakhiri dengan

eviserasi.

Gambar 3 : Ulkus kornea katrena fungi

3. Ulkus Kornea Viral

Dapat karena toksik dari antiviral topikal sendiri atau karena pemakaian antiviral

dihentikan dan diberikan kortikosteroid

Dapat terjadi Endoteliosis, uveitis, dan retinitis, yang memerlukan antiviral sistemik

Sensibilitas kornea menurun, dapat terjadi Neurotropik Ulcer

Gambar 4 : Ulkus kornea karena viral

10

Page 11: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

2.4. Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi :

1. Jamur berfilamen ( filamentous fungi ); bersifat multiseluler dengan cabang-cabang

hifa.

2. Jamur bersepta: fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp, Clodosporium sp,

Penicillium sp, Paecilomyces sp, phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.

3. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

4. Jamur ragi ( yeast )

Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas : candida albicans, Cryptococcus sp,

Rodotolura sp.

5. Jamur difasik

Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang pada media perbiakan membentuk

miselium : Blastomices sp, Coccidididies sp, Histoplasma sp, Sporothrix sp.

Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah Aspergllus

sp dan fusarium sp.

Faktor resiko terjadinya ulkus kornea dapat dibedakan atas dua, yaitu :

1. Faktor Okular

a. Trauma

Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic trauma

ocular, seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.

b. Abnormalitas pada permukaan mata

Misdirection of lashes, Incomplete lid closure

c. Infeksi pada adneksa

Blepharitis, Meibomitis, Dry Eye, Dacryocystitis

d. Nutrisi

Defisiensi vitamin A

e. Lensa kontak

Kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi

f. Compromised cornea

2. Faktor Sistemik

Diabetes mellitus, Stevens-Johnson Syndrome, Blepharoconjunctivitis, Infeksi

Gonococcal dengan konjungtivitis, Immunocompromised status.

11

Page 12: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

2.5. Patogenesis

Berdasarkan letak anatomisnya kornea terletak paling luar sehingga paling mudah

terpapar mikroorganisme dan faktor lingkungan lainnya. Pada dasarnya lapisan epitel

kornea merupakan barier utama terhadap paparan mikroorganisme, namun jika epitel ini

rusak maka stroma yang avaskuler dan membran bowman akan mudah terinfeksi oleh

berbagai macam organisme seperti bakteri, amuba dan jamur. Apabila infeksi ini

dibiarkan atau tidak mendapat pengobatan yang adekuat maka akan terjadi kematian

jaringan atau ulkus kornea.

2.6. Manifestasi Klinis

Pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur, biasanya terdapat riwayat

trauma mata saat beraktivitas di luar/lapangan. Selain itu juga perlu diketahui faktor

risiko yang dimiliki, seperti:

- Trauma (misalnya, lensa kontak, benda asing); dalam sebuah studi tentang keratitis

jamur dari Florida Selatan, trauma dengan terhadap sayuran (tumbuhan) adalah faktor

risiko utama pada 44% pasien.

- Penggunaan kortikostreroid topical.

- Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak kornea bersih (tanpa benang), atau

laser in situ keratomileusis (LASIK).

- Keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster, atau konjungtivitis vernal.

- Laki-laki muda.

- Sehat.

- Tidak memiliki penyakit mata yang signifikan.

- Riwayat trauma sebelumnya (terutama karena tumbuhan)

- Pekerjaan pertanian.

Gejala-gejala yang muncul meliputi:

- Sensasi Benda asing

- Meningkatknya rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada mata

- Pandangan mendadak kabur

- Mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa)

12

Page 13: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

- Kerusakan yang luas dan keluarnya cairan dari mata

- Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya

Untuk menegakkan diagnosis klinik didasarkan pada analisis factor risiko dan

karakteristik tampilan kornea. Tanda-tanda yang paling sering ditemukan pada

pemeriksan slitlamp tidak spesifik dan meliputi:

- injeksi konjungtiva

- defek pada epitel

- infiltrasi pada stroma

- hipopion

Tampilan klinis yang spesifik pada keratitis jamur meliputi suatu infiltrat

dengan tepi berbulu, tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi putih-keabu-

abuan, lesi satelit, hipopion, plak endotel, dan tampilan cincin putih pada kornea dan

lesi satelit pada tepi focus primer infeksi.

Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang memproduksi

mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi nekrosis kornea dan

reaksi radang yang cukup berat.

2.7. Diagnosis

Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.

1. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan abrasi

pada kornea, riwayat pernah terkena kerattis yang berulang, pemakaian lensa

kontak, serta kortikosteroid yang merupakan presdiposisi infeksi virus dan jamur,

dan juga gejala klinis yang ada.

2. Pemeriksaan Oftalmologi

Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca pembesar dan

pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya saat menggerakkan cahya

di atas kornea, daerah yang kasar menandakan defek pada epitel.

Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes fluoresein. Pada tes fluoresein

defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.

3. Pemeriksaan Laboratorium

13

Page 14: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga penting

untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.

a. Melakukan pemeriksaan kerokan kornea

Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan spatula

kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan

pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India, dengan angka

keberhasilan masing-masing 20-30%,50-60%,60-75% dan 80%.

b. Biopsi Jaringan kornea

Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

2.8. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada jenis dari

jamur.

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya

Berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin >

10 mg / ml, golongan imidazole.

2. Jamur berflamen

topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, imidazle.

3. Ragi (yeast)

Amphotericin B, Natamycin, imidazole

4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati

Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir.

Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal. Diberikan juga

obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior untuk mengurangi uveitis

anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :

a. Debridement

b. Flap konjungtiva, partial atau total

c. Keratoplasti tembus

2.9. Pencegahan

14

Page 15: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada

ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea

dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata

- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup

sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah

- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat

lensa tersebut.

2.10. Komplikasi

Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan

komplikasi yaitu :

1. Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata

2. Perforasi kornea

3. Iritis dan ridosiklitis

4. Descematokel

5. Glaukoma sekunder

6. Endoftalmitis atau panoftalmitis

7. Katarak

2.11. Prognosis

Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh, tanpa

harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak kornea secara

permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari interior mata, sehingga

menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan penglihatan

yang permanen. Semakin telat pengobatan ulkus kornea, akan menimbulkan kerusakan

yang banyak dan timbul jaringan parut yang luas.

15

Page 16: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

BAB III

KESIMPULAN

Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab

kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Penyakit ini makin

banyak dijumpai pada pekerja pertanian dan kini makin banyak dijumpai pada penduduk

perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata.

Kebanyakan ulkus kornea karena jamur disebabkan oleh organisme oportunis seperti

candida fusarium, aspergillus, penicilium, cephalosporium, dan lain-lain. Tidak ada ciri khas

yang membedakan ulkus jamur ini.

Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh, tanpa harus

terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak kornea secara permanen. Dan

juga dapat mengakibatkan perforasi dari interior mata, sehingga menimbulkan penyebaran

infeksi dan meningkatkan resiko kehilangan penglihatan yang permanen. Semakin telat

pengobatan ulkus kornea, akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan

parut yang luas.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Ulkus Kornea e.c. Jamur

Hafizar 2011

1. Vaughan DG, et al. Kornea dalam Oftalmologi Umum. Jakarta: Widia Medika, 2000, hal. 129-40.

2. Ilyas, Sidarta. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006. Hal. 159-67.

3. James, Bruce., Chew, Chris., Bron Anthony. Lecture Notes Oftamologi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. hal. 5.

4. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata.

5. American Academy of Opthalmology section 8. San Francisco. 2008

6. Fungal Keratitis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com. Diakses pada tanggal

11 Mei 2011.

7. Ulkus Kornea. Diunduh dari : www.razimaulana.files.wordpress.com.

Diakses tanggal 11 mei 2011.

17